Teks -- Wahyu 11:2 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Why 11:2
Full Life: Why 11:2 - MENGINJAK-INJAK KOTA SUCI.
Nas : Wahy 11:2
Dalam masa kesengsaraan, Israel dan "Kota Suci" akan ditindas oleh
bangsa-bangsa kafir dan akan menderita luar biasa selama 42 bula...
Nas : Wahy 11:2
Dalam masa kesengsaraan, Israel dan "Kota Suci" akan ditindas oleh bangsa-bangsa kafir dan akan menderita luar biasa selama 42 bulan
(lihat cat. --> Luk 21:24).
[atau ref. Luk 21:24]
Israel akan dihakimi secara keras karena penolakannya terhadap Kristus dan percabulan mereka seperti Sodom (ayat Wahy 11:8,13). "Empat puluh dua bulan" barangkali menunjuk kepada tiga setengah tahun terakhir dari masa kesengsaraan itu (bd. Dan 7:25; 12:7;
lihat cat. --> Dan 9:27).
[atau ref. Dan 9:27]
Jerusalem -> Why 4:1--16:21; Why 11:2
Jerusalem: Why 4:1--16:21 - -- Dalam bab-bab ini dahulu Allah digambarkan duduk di atas takhtaNya di sorga diiringi isi sorga, bab 4. Kemudian pandangan merangkum dunia semesta yang...
Dalam bab-bab ini dahulu Allah digambarkan duduk di atas takhtaNya di sorga diiringi isi sorga, bab 4. Kemudian pandangan merangkum dunia semesta yang nasibnya diserahkan kepada Anak Domba. Ini dilambangkan oleh Kitab yang dimeterai, yang diserahkan kepada Anak Domba, bab 5. Lalu menyusullah berbagai penglihatan besar yang berupa lambang. Penglihatan-penglihatan itu, bab 6-16, menyiapkan "Hari Besar", yakni hari murka Allah menimpa para penganiaya, bab 17-19.
Jerusalem: Why 11:2 - empat puluh dua bulan Bdk Wah 13:5. Sejak Dan 7:25 jangka waktu (tiga setengah tahun) itu menjadi jangka waktu lambang segala penganiayaan, bdk Luk 4:25; Yak 5:17. Yang dim...
Bdk Wah 13:5. Sejak Dan 7:25 jangka waktu (tiga setengah tahun) itu menjadi jangka waktu lambang segala penganiayaan, bdk Luk 4:25; Yak 5:17. Yang dimaksudkan di sini ialah penganiayaan Gereja, dari pihak pemerintah Roma (Binatang yang disebut dalam bab 13; Wah 17:10-14).
Ende -> Why 11:2
Ende: Why 11:2 - -- 42 Bulan 1260 hari (Wah 11:3) sama dengan 3 setengah tahun, adalah
angka tidak bulat, djadi melambangkan suatu waktu jang tidak genap dan pasti
habisn...
42 Bulan 1260 hari (Wah 11:3) sama dengan 3 setengah tahun, adalah angka tidak bulat, djadi melambangkan suatu waktu jang tidak genap dan pasti habisnja.
Ref. Silang FULL -> Why 11:2
Ref. Silang FULL: Why 11:2 - sebelah luar // bangsa-bangsa lain // Kota Suci // dua bulan · sebelah luar: Yeh 40:17,20
· bangsa-bangsa lain: Luk 21:24
· Kota Suci: Wahy 21:2; Wahy 21:2
· dua bulan: Wahy 11:3; Dan...
· sebelah luar: Yeh 40:17,20
· bangsa-bangsa lain: Luk 21:24
· Kota Suci: Wahy 21:2; [Lihat FULL. Wahy 21:2]
· dua bulan: Wahy 11:3; Dan 7:25; 12:7; Wahy 12:6,14; 13:5
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per Ayat)
Hagelberg: Why 11:2 - -- 11:2 Tetapi kecualikan pelataran Bait Suci yang di sebelah luar, janganlah engkau mengukurnya, karena ia telah diberikan kepada bangsa-bangsa lain dan...
11:2 Tetapi kecualikan pelataran Bait Suci yang di sebelah luar, janganlah engkau mengukurnya, karena ia telah diberikan kepada bangsa-bangsa lain dan mereka akan menginjak-injak Kota Suci empat puluh dua bulan lamanya.
Yohanes disuruh mengukur Bait Suci, tetapi bukan pelataran Bait Suci, dengan alasan bahwa bagian itu telah diserahkan kepada bangsa-bangsa, dan bahwa mereka akan menginjak-injak Kota Suci empat puluh dua bulan lamanya. Tuhan Yesus juga memakai kata yang mirip dengan ini dalam Lukas 21:24. Dalam ayat ini disebutkan jangka waktu empat puluh dua bulan. Masa ini adalah separuh dari "satu kali tujuh masa", yaitu tiga setengah tahun, yang dinubuatkan dalam Kitab Daniel 9:27. Masa Kesengsaraan yang diceritakan dalam Kitab Wahyu dan Daniel pasal 9 akan berlangsung tujuh tahun, dan masa ini adalah separuh dari masa itu. Selama masa itu, pelataran Bait Suci tidak mendapat perlindungan yang dilambangkan dengan pengukuran tersebut di atas.
Hagelberg: Why 8:7--11:19 - -- 2. Ketujuh Sangkakala (8:7-11:19)
Beasley-Murray356 menguraikan bahwa hukuman ketujuh sangkakala sejajar dengan kesepuluh tulah dalam Keluaran 7-11. H...
2. Ketujuh Sangkakala (8:7-11:19)
Beasley-Murray356 menguraikan bahwa hukuman ketujuh sangkakala sejajar dengan kesepuluh tulah dalam Keluaran 7-11. Hubungan tersebut diuraikan dalam pembahasan nas masing-masing.
a. Keempat Sangkakala Pertama (8:7-12)
Sama seperti keempat segel yang pertama menjadi satu kelompok, demikian juga keempat sangkakala yang pertama menjadi satu kelompok.357
Hukuman-hukuman ini penuh dengan hal yang aneh. Rincian-rinciannya sebaiknya ditafsirkan secara harfiah asal arti harfiah itu masuk akal. Misalnya, dalam 8:10 ada sebuah "bintang besar" yang menimpa bumi. Tidak mungkin ini ditafsirkan secara harfiah, karena bintang beribu-ribu kali lebih besar dari bumi ini. Hal ini merupakan suatu kiasan yang menggambarkan peristiwa yang sangat dahsyat.
Hagelberg: Why 11:2 - -- 11:2 Tetapi kecualikan pelataran Bait Suci yang di sebelah luar, janganlah engkau mengukurnya, karena ia telah diberikan kepada bangsa-bangsa lain dan...
11:2 Tetapi kecualikan pelataran Bait Suci yang di sebelah luar, janganlah engkau mengukurnya, karena ia telah diberikan kepada bangsa-bangsa lain dan mereka akan menginjak-injak Kota Suci empat puluh dua bulan lamanya.
Yohanes disuruh mengukur Bait Suci, tetapi bukan pelataran Bait Suci, dengan alasan bahwa bagian itu telah diserahkan kepada bangsa-bangsa, dan bahwa mereka akan menginjak-injak Kota Suci empat puluh dua bulan lamanya. Tuhan Yesus juga memakai kata yang mirip dengan ini dalam Lukas 21:24. Dalam ayat ini disebutkan jangka waktu empat puluh dua bulan. Masa ini adalah separuh dari "satu kali tujuh masa", yaitu tiga setengah tahun, yang dinubuatkan dalam Kitab Daniel 9:27. Masa Kesengsaraan yang diceritakan dalam Kitab Wahyu dan Daniel pasal 9 akan berlangsung tujuh tahun, dan masa ini adalah separuh dari masa itu. Selama masa itu, pelataran Bait Suci tidak mendapat perlindungan yang dilambangkan dengan pengukuran tersebut di atas.
Hagelberg: Why 6:1--20:3 - -- B. Masa Kesengsaraan (6:1-20:3)
Bentuk Bagian Ini
Bentuk bagian yang mengisahkan masa kesengsaraan ini menarik. Ada tujuh segel, tujuh sangkakala, dan...
B. Masa Kesengsaraan (6:1-20:3)
Bentuk Bagian Ini
Bentuk bagian yang mengisahkan masa kesengsaraan ini menarik. Ada tujuh segel, tujuh sangkakala, dan tujuh cawan. (Mungkinkah Mazmur 79:12, yang berkata, "Dan balikkanlah ke atas pangkuan tetangga kami tujuh kali lipat cela yang telah didatangkan kepada-Mu, ya Tuhan!" melatarbelakangi hukuman tujuh segel, tujuh sangkakala, dan tujuh cawan?) Segel, sangkakala, dan cawan ini merupakan kerangka atau garis besar dari bagian ini. Enam segel itu dibuka Tuhan, disertai hukuman atas bumi. Lalu segel yang ketujuh terdiri dari tujuh sangkakala.299 Keenam sangkakala pertama diceritakan, lalu yang ketujuh terdiri dari tujuh cawan. Struktur ini menekankan dahsyatnya hukuman atas "mereka yang diam di bumi". Segel yang ketujuh merupakan ketujuh sangkakala, dan sangkakala yang ketujuh merupakan ketujuh cawan.300 Jadi, sesudah "yang diam di bumi" mengalami hukuman-hukuman dahsyat yang mulai dari segel yang pertama sampai dengan segel yang keenam, mungkin mereka akan berpikir, "Tinggal hanya satu hukuman lagi, bukankah ada tujuh segel?" Tetapi mereka akan heran, sebab yang "satu" lagi itu terdiri dari tujuh hukuman lagi, yang ditandai dengan tujuh sangkakala. Lalu, sesudah hukuman-hukuman dari enam sangkakala, mungkin mereka akan berpikir, "Akhirnya, hanya satu hukuman lagi..." tetapi mereka akan heran, karena yang "satu" lagi itu terdiri dari tujuh hukuman lagi, yang disebut tujuh cawan.301
Struktur ini menekankan betapa dahsyatnya hukuman-hukuman itu. Selain itu, ternyata segel, sangkakala, dan cawan menjadi garis besar, kerangka, atau "rantai" kisah ini. Selain "rantai kisah" ini ada beberapa hal lain yang juga disisipkan. Setiap "tambahan" ini juga merupakan dorongan untuk ketujuh jemaat itu.
Bagian ini menceritakan "Masa Kesengsaraan", yang merupakan "minggu" yang ke-70 dalam Kitab Daniel pasal 9, suatu masa yang berkelanjutan tujuh tahun. Di antara nas-nas yang lain, Amos 5:18-20 menceritakan kesengsaraan yang akan dialami umat Israel pada masa itu.
Menurut tafsiran lain, keenam segel dalam Wahyu 6 melambangkan masa ini, "zaman gereja", yang penuh dengan peperangan dan penderitaan seperti dikatakan di dalam Markus 13:5-13 ("Semua itu barulah permulaan penderitaan menjelang zaman baru").
Tetapi paham tersebut agak sulit diterima, kalau kita membaca 6:8, "Dan kepada mereka diberikan kuasa atas seperempat dari bumi untuk membunuh dengan pedang dan dengan kelaparan dan sampar, dan dengan binatang-binatang buas yang ada di bumi." Jadi kalau segel yang keempat dibuka, paling tidak kira-kira satu milyar orang akan dibunuh. Itu bukan zaman sekarang. Alasan lain berkaitan dengan permintaan Tuhan Yesus, yang disebutkan dalam Wahyu 5 dan Mazmur 2:8. Seandainya enam segel itu menceritakan keadaan kita dalam "zaman gereja", artinya gulungan kitab itu sudah diminta Tuhan, dan segel itu sedang dibuka. Dengan demikian, menurut tafsiran tersebut, pembukaan enam segel menghabiskan waktu 2000 tahun, tetapi tujuh sangkakala dan tujuh cawan hanya makan waktu kurang dari tiga tahun. Ini tidak mustahil, tetapi agak aneh.
Lebih baik, sesuai dengan dahsyatnya pembukaan segel dan kepentingan pengambilan gulungan kitab, pengambilan gulungan kitab dianggap permulaan Masa Kesengsaraan, dan pembukaan segel dianggap sebagai sebagian dari hukuman Allah atas "yang diam di bumi" pada Masa Kesengsaraan. Hukuman yang dahsyat harus mendahului pendirian Kerajaan Allah di bumi, sangat jelas dalam Amos 5:18-20 dan Yesaya 2:12-21.
Isi Bagian Ini
Dari segi isi (bukan bentuk), bagian ini ada kesamaannya dengan Markus 13 (juga Matius 24 dan Lukas 21), saat Tuhan Yesus bernubuat mengenai akhir zaman. Beasley-Murray302 mencatat kesamaan-kesamaan tersebut sebagai berikut:
1. Perang-perang |
1. Perang-perang |
2. Perselisihan inter- nasional |
2. Perselisihan inter- nasional |
3. Gempa bumi |
3. Kelaparan |
4. Kelaparan |
4. Wabah/sampar |
5. Penganiayaan |
5. Penganiayaan |
6. Gerhana, bintang berjatuhan, goncangan kuasa-kuasa langit |
6. Gempa bumi, gerhana, bintang berjatuhan, pembesar bersembunyi di gua, langit menyusut |
Hagelberg: Why 4:1--22:21 - -- III. Bagian Ketiga: \"... apa yang akan terjadi sesudah ini...\" (4:1-22:21)
Dengan membandingkan Wahyu 1:19 ("Tuliskanlah... apa yang akan terjadi s...
III. Bagian Ketiga: \"... apa yang akan terjadi sesudah ini...\" (4:1-22:21)
Dengan membandingkan Wahyu 1:19 ("Tuliskanlah... apa yang akan terjadi sesudah ini") dan 4:1 ("Naiklah kemari dan Aku akan menunjuk kepadamu apa yang harus terjadi sesudah ini") kita mengetahui bahwa pasal 4 merupakan permulaan dari bagian ketiga. Bagian ketiga ini akan menceritakan "apa yang akan/harus terjadi sesudah" hal-hal mengenai ketujuh jemaat. Apa yang dibahas dalam pasal 1-3 sudah terjadi. Ketujuh jemaat itu sudah tidak ada lagi, sedangkan apa yang digambarkan dalam pasal 4-22 belum terjadi.
Fungsi bagian ini:
Memang Tuhan Yesus sudah menjanjikan pahala yang indah dan hebat kepada yang setia, kepada "barangsiapa yang menang", kepada "yang menuruti apa yang tertulis di dalam" Kitab Wahyu. Dalam bagian ketiga ini dibuktikan bahwa janji-janji itu bukan omong kosong, tetapi Dia mampu menggenapi janji-Nya, karena Dia akan mengalahkan musuh-Nya dan mendirikan Kerajaan-Nya. Juga, mereka yang menganiaya anggota jemaat Kristus akan dikalahkan oleh Raja atas segala raja, sehingga mereka yang dianiaya akan dihibur dan didorong untuk setia di dalam penganiayaan.
Struktur bagian ini:
Struktur bagian ini dapat dibagi ke dalam beberapa bagian, sebagai berikut:
Visi Takhta sebagai Pendahuluan, 4:1-5:14
Masa Kesengsaraan, 6:1-20:3
Kerajaan Seribu Tahun, 20:4-15
Yerusalem yang Baru, 21:1-22:5
Penjelasan Akhir dari Penglihatan, 22:6-17
Bagian Penutup dari Kitab, 22:18-21
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Why 11:1-2
Matthew Henry: Why 11:1-2 - Perintah untuk Mengukur Bait Suci
Dalam pasal ini kita temukan penggambaran tentang,
I. Tongkat pengukur diberikan kepada Rasul Yohanes untuk mengukur Bait Suci (ay. 1-2...
- Dalam pasal ini kita temukan penggambaran tentang,
Perintah untuk Mengukur Bait Suci (11:1-2)
- Kalimat-kalimat nubuatan tentang mengukur Bait Suci ini merupakan rujukan langsung pada apa yang kita dapati dalam penglihatan Yehezkiel (Yeh. 40:3, dst.). Maksud dari pengukuran ini adalah untuk memelihara Bait Suci selama masa-masa bahaya dan bencana umum yang dinubuatkan di sini.
- I. Berapa banyak yang harus diukur.
- 1. Bait Suci, yaitu jemaat Injili pada umumnya.
- 2. Mezbah, apakah jemaat memiliki mezbah yang sejati.
- 3. Orang-orang yang beribadah pun harus diukur, apakah mereka sungguh menjadikan kemuliaan Allah sebagai tujuan mereka dan firman-Nya sebagai peraturan mereka.
- II. Apa yang tidak perlu diukur (ay. 2): Tetapi kecualikan pelataran Bait Suci yang di sebelah luar. Herodes, sebagai tambahan pada Bait Suci, membangun lagi pelataran luar, dan menyebutnya sebagai pelataran bagi bangsa-bangsa lain. Ini bukan bagian dari Bait Suci, dan karena itu Allah tidak memedulikannya. Baik Bait Suci maupun kota Yerusalem diinjak-injak selama suatu waktu, empat puluh dua bulan lamanya. Orang-orang yang beribadah di pelataran luar adalah mereka yang beribadah dengan hati yang tidak benar atau munafik. Mereka yang beribadah di pelataran luar akan ditolak, dan hanya mereka yang beribadah di dalam serambi sajalah yang akan diterima.
SH: Why 11:1-19 - Dua Saksi Allah dan Sangkakala Ketujuh (Rabu, 6 November 2002) Dua Saksi Allah dan Sangkakala Ketujuh
Dalam perikop ini, Yohanes diajak untuk merenungkan keberadaan
Gereja, umat Allah, yang di dalamnya Allah...
Dua Saksi Allah dan Sangkakala Ketujuh
Dalam perikop ini, Yohanes diajak untuk merenungkan keberadaan Gereja, umat Allah, yang di dalamnya Allah hadir bersemayam. Gereja yang berjuang, tertindas dan teraniaya. Tetapi waktu perjuangan itu dibatasi ( 42 bulan)  dan telah ditentukan sendiri oleh Allah. Itulah masa di antara kedatangan pertama Tuhan dan kembali-Nya sebagai Raja. Sepanjang masa itu (ayat 1260 hari=42 bulan) Gereja bernubuat sambil berkabung. Artinya, Gereja memberitakan Injil sambil terus berprihatin dengan kondisi dunia. Ungkapan tentang dua saksi Allah, yang berakar dalam Kitab Zakaria, sesungguhnya mengungkapkan kualitas kesaksian Gereja. Maksudnya, kesaksian Gereja, karena memberitakan Injil Tuhannya, sepenuhnya dapat dipercaya. Dalam kesaksiannya, Gereja mendapat perlawanan hebat, namun tidak dapat dipatahkan. Bahkan malapetaka menanti setiap pihak yang berusaha membungkam kesaksian Gereja. Meskipun demikian, ada saat-saat di mana kelihatannya Gereja terpukul kalah oleh badai aniaya, yakni dengan gugurnya para martir dalam jumlah besar. Kekalahan tersebut disambut gembira oleh masyarakat dunia, yang memang memusuhi Kristus dan Kerajaan-Nya. Kendati demikian datang pula waktunya ketika Gereja bangkit kembali untuk menerima kemuliaan dari Allah (ayat 11-12) yang di saat yang sama juga merupakan penghakiman bagi dunia, yang terus-menerus menindas Gereja (ayat 12).
Sangkakala ketujuh akhirnya dibunyikan pula, disusul dengan koor di sorga tentang ketuhanan Allah oleh makhluk-makhluk sorgawi. Isinya adalah perayaan atas kekuasaan Allah dan ucapan syukur atas pelaksanaannya. Dalam pujian tersebut, terungkap pula pemberontakan bangsa-bangsa terhadap Allah, namun Allah akan menindak mereka dengan tegas. Ia akan menjatuhkan hukuman atas mereka, sementara Ia juga mengganjari semua orang yang takut akan Dia (ayat 18).
Renungkan:
Allah mengenal siapa milik kepunyaan-Nya. Ia juga tahu
membedakan siapa yang bukan milik-Nya. Ia mengizinkan umat-Nya
berada dalam tekanan sampai kedatangan Putra-Nya sebagai Raja
yang penuh kemuliaan.
SH: Why 11:1-19 - Gereja bersaksi dalam penderitaan (Senin, 21 November 2005) Gereja bersaksi dalam penderitaan
Gereja yaitu umat Allah sejati dari segala zaman memiliki jaminan
pasti dari Allah dan peran khusus Allah di...
Gereja bersaksi dalam penderitaan
Gereja yaitu umat Allah sejati dari segala zaman memiliki jaminan pasti dari Allah dan peran khusus Allah di tengah dunia yang jahat ini. Jaminan itu dilambangkan dengan perintah Allah agar Yohanes mengukur Bait Allah, tanda kepemilikan dan perlindungan Allah atas semua umat-Nya (ayat 1). Jaminan itu diberikan terutama terhadap kenyataan bahwa bangsa-bangsa yang tetap mengeraskan hati menolak Injil akan menganiaya umat Tuhan dan dengan demikian berarti juga menghina Tuhan (ayat 2).
Justru di tengah kesulitan dan tekanan aniaya yang keji itu Gereja dilengkapi menjalankan dua peran, yaitu keimamatan dan kenabian yang dilambangkan sebagai dua saksi (ayat 4-5). Kuasa Allah akan menyertai mereka sehingga tanda-tanda penghukuman Allah melalui mereka terjadi terhadap orang yang melawan mereka (ayat 4-6). Seperti halnya Yesus mati kemudian bangkit, Gereja yang menderita pun mengalami kegetiran derita dan kegelapan maut, tetapi bersama Yesus, umat Allah terjamin kekal bersama Allah (ayat 11). Apabila Gereja sejati diukur untuk masuk dalam pemeliharaan Allah, dunia yang berontak dibatasi lingkup kejahatan mereka (42 bulan saja ayat 2) dan ditentukan untuk binasa (ayat 13). Fakta tersebut kelak akan menjadi topik utama liturgi sorgawi dalam kekekalan (ayat 15-19).
Kisah penderitaan umat Allah karena iman kepada Yesus sedang terjadi juga di beberapa tempat di Indonesia. Menderita karena beriman kepada Yesus dan karena memberlakukan kebenaran firman adalah kehormatan bagi orang Kristen. Penderitaan demikian justru menunjukkan orang Kristen sedang ambil bagian dalam prinsip "hancur-tumbuh/mati-bangkit" yang sudah Yesus jalani. Kita perlu kreatif menemukan peluang menjalankan panggilan keimamatan dan kenabian justru dalam situasi-situasi sulit.
Prinsip: Inilah waktu berharga Allah bagi Gereja di Indonesia untuk menyaksikan Injil dan menegaskan bahwa hukuman-Nya akan jatuh bagi mereka yang menolak kebenaran.
SH: Why 11:1-14 - Tak perlu takut (Sabtu, 29 Desember 2012) Tak perlu takut
Tindakan pengukuran sebagai suatu tindakan simbolis bukan hanya satu kali kita dapat temukan di dalam Alkitab. Di dalam PL, kisah ten...
Tak perlu takut
Tindakan pengukuran sebagai suatu tindakan simbolis bukan hanya satu kali kita dapat temukan di dalam Alkitab. Di dalam PL, kisah tentang tindakan simbolis pengukuran menyatakan kepemilikan, perlindungan, dan pemeliharaan.
Yohanes menerima instruksi untuk melakukan tindakan simbolis sebagaimana yang pernah dilakukan oleh para pendahulunya (Yes. 20:2-5; Yeh. 12:1-7; Zak. 2), yaitu mengukur Bait Suci (1). Tampaknya ini menekankan bahwa Bait Suci adalah milik Allah. Namun halaman Bait Suci tidak perlu diukur karena telah diberikan kepada kaum nonYahudi (2). Ini menggambaran bahwa Allah melindungi orang percaya dan memisahkan mereka dari orang-orang yang tidak percaya.
Dalam keadaan demikian, Tuhan mengutus kedua saksi-Nya, tetapi tidak ada penjelasan mengenai identitas mereka. Mereka bertugas untuk bernubuat, berkhotbah, dan mendemonstrasikan pertobatan (berpakaian kain kabung). Untuk itu, kepada mereka diberikan kuasa untuk melakukan mukjizat dan kuasa agar mereka mampu melindungi diri sendiri. Tidak akan ada orang yang mampu membinasakan mereka berdua, kecuali atas seizin Tuhan (7). Namun ketika mereka telah menyelesaikan kesaksian, mereka akan dibunuh oleh musuh. Dan itu terjadi ketika mereka telah menyelesaikan pelayanan mereka.
Lalu Tuhan menyatakan kuasa dan perlindungan-Nya atas saksi-Nya dengan membangkitkan mereka dan membuat mereka naik ke surga (11-12). Kemudian terjadi gempa bumi yang membinasakan sepuluh persen kota Yerusalem dan menyebabkan tujuh ribu orang mati. Mereka yang tidak ikut binasa tentu memuliakan Allah.
Dunia yang penuh dosa ini tidak tahan dengan berita tentang Kristus yang disampaikan oleh saksi-saksi-Nya sehingga dunia akan selalu mencari cara untuk menghalangi pemberitaan itu. Lalu bagaimana sikap kita menghadapi hal itu? Yang pasti, kita tak perlu takut karena tak ada satu pribadi pun yang berkuasa atas hidup kita. Kita adalah saksi Tuhan dan Tuhan niscaya melindungi kita sampai kita usai menyelesaikan tugas kita.
SH: Why 11:1-14 - Gereja dan Pemeliharaan Allah (Selasa, 27 September 2022) Gereja dan Pemeliharaan Allah
Lirik lagu Kidung Jemaat 257:1 berbunyi: "Aku Gereja, kau pun Gereja, kita sama-sama Gereja dan pengikut Yesus di selur...
Gereja dan Pemeliharaan Allah
Lirik lagu Kidung Jemaat 257:1 berbunyi: "Aku Gereja, kau pun Gereja, kita sama-sama Gereja dan pengikut Yesus di seluruh dunia, kita sama-sama Gereja". Makna lagu itu menegaskan bahwa komponen terpenting di dalam gereja adalah manusia sebagai pengikut Kristus. Hambatan gereja adalah membangun orang-orang percaya sesuai dengan kehendak Tuhan.
Gereja adalah orang-orang percaya yang bersekutu dan beriman kepada Yesus Kristus. Gereja yang demikian bersedia untuk dibangun dan diukur. Rasul Yohanes diperintahkan Tuhan untuk membangun dan mengukur Bait Suci Allah, mazbah, dan mereka yang beribadah di dalamnya (1). Tuhan mengamanatkan tugas ini kepada hamba-hamba-Nya sebagai saksi-saksi-Nya.
Gereja di dunia menghadapi kesengsaraan dan penindasan (2). Namun, Tuhan tidak meninggalkan gereja-Nya. Ia mengaruniakan pemeliharaan dengan cara mengutus hamba-hamba-Nya. Mereka itu, yang adalah para saksi yang setia sampai mati, diutus untuk memelihara gereja lewat pengajaran firman dan doa.
Mereka dilengkapi kuasa, baik untuk melakukan mukjizat maupun mendatangkan hukuman (3-6). Tantangan terbesar mereka adalah menghadapi ancaman Iblis, yaitu "binatang yang muncul dari jurang maut" (7). Namun, Tuhan memberikan kehidupan bagi mereka yang setia sampai mati dan hukuman bagi para penganiaya (11-14).
Kita diingatkan agar menjadi gereja yang berkualitas. Percayalah, kita dijaga, dilindungi, dan diselamatkan dalam pengajaran firman dan doa kepada Tuhan. Kita harus menghormati mereka yang diutus untuk membangun kehidupan iman dan rohani yang berkualitas di dunia.
Marilah kita bertekad untuk saling mendoakan di tengah berbagai tantangan dunia, agar kita terus dibangun dalam pengajaran dan doa. Kita juga mendoakan para saksi Tuhan agar tetap percaya dan hidup dalam iman yang benar kepada Yesus. Mari kita doakan agar mereka tetap setia dalam melakukan pelayanan yang membangun umat sesuai kehendak Tuhan. [EMR]
Utley -> Why 11:1-6
Utley: Why 11:1-6 - --NASKAH NASB (UPDATED): Wahy 11:1-61 Kemudian diberikanlah kepadaku sebatang buluh, seperti tongkat pengukur rupanya, dengan kata- kata yang berikut: "...
NASKAH NASB (UPDATED): Wahy 11:1-6
1 Kemudian diberikanlah kepadaku sebatang buluh, seperti tongkat pengukur rupanya, dengan kata- kata yang berikut: "Bangunlah dan ukurlah Bait Suci Allah dan mezbah dan mereka yang beribadah di dalamnya. 2 Tetapi kecualikan pelataran Bait Suci yang di sebelah luar, janganlah engkau mengukurnya, karena ia telah diberikan kepada bangsa-bangsa lain dan mereka akan menginjak-injak Kota Suci empat puluh dua bulan lamanya." 3 Dan Aku akan memberi tugas kepada dua saksi-Ku, supaya mereka bernubuat sambil berkabung, seribu dua ratus enam puluh hari lamanya. 4 Mereka adalah kedua pohon zaitun dan kedua kaki dian yang berdiri di hadapan Tuhan semesta alam. 5 Dan jikalau ada orang yang hendak menyakiti mereka, keluarlah api dari mulut mereka menghanguskan semua musuh mereka. Dan jikalau ada orang yang hendak menyakiti mereka, maka orang itu harus mati secara itu. 6 Mereka mempunyai kuasa menutup langit, supaya jangan turun hujan selama mereka bernubuat; dan mereka mempunyai kuasa atas segala air untuk mengubahnya menjadi darah, dan untuk memukul bumi dengan segala jenis malapetaka, setiap kali mereka menghendakinya.
Wahy 11:1 "sebatang buluh, seperti tongkat pengukur rupanya" Pada bagian sebelumnya Yohanes melihat malaikat melakukan tugas, tetapi dalam sangkakala ketujuh Yohanes terlibat dalam aksi itu. Istilah "tongkat pengukur" berasal dari penggunaan PL dari alang-alang sungai yang digunakan sebagai alat ukur horisontal. Panjangnya antara delapan dan dua puluh hasta (lih.Yeh 40:5-42:20).
□ "Bangunlah dan ukurlah" Pengukuran adalah suatu tanda (1) Pertumbuhan dan perlindungan yang dijanjikan (lih.Yer 31:39). Ini bisa menjadi acuan kepada bait suci Yehezkiel akhir zaman (lih.40-48) atau Yerusalem baru Zakharia (lih.Wahy 1:16; 2:1-13; atau (2) penghakiman (lih.2Sam 8:2; 2Raj 21:13; Yes 28:17; Rat 2:8). Di sini, seperti meterai di pasal Wahy 7, itu merupakan tanda perlindungan Tuhan terhadap orang-orang percaya.
Jika ini interlude paralel pasal Wahy 7 maka bait sucii adalah seluruh umat Allah (orang percaya Yahudi dan bukan Yahudi). ini kemudian juga akan paralel dengan pasal Wahy 12.
□ "Bait Suci Allah dan mezbah dan mereka yang beribadah di dalamnya" Identitas bait suci Allah ini tergantung pada prasangka interpretatif seseorang. Jika kita berasumsi bahwa gambaran Yohanes diambil dari Yeh 40; 41; 42; 43; 44; 45; 46; 47; 48, maka ini adalah bait suci Allah akhir zaman secara harfiah di Yerusalem (lih.2Tes 2:4). Namun, jika kita asumsikan kiasan ini untuk Za 2 maka gambarannya adalah kota Allah, Yerusalem baru. Jika kita menganggap bait suci surgawi (lih.Wahy 7:15; 11:19;\\; Ibr 9:23) maka orang banyak di Wahy 7:9 (jemaat, dan wanita dari pasal Wahy 12) mungkin adalah fokusnya ( lih. Wahy 21:15-16).
Sangat menarik untuk dicatat bahwa Yohanes diperintahkan untuk mengukur orang-orang yang beribadah di sana. Ini adalah istilah yang tidak biasa. Gambar ini melibatkan lebih dari sekadar bangunan.
Wahy 11:2 "pelataran Bait Suci yang di sebelah luar" Konsep bait suci di sebelah luar secara historis mengacu ke pelataran bangsa-bangsa lain di Bait Suci Herodes. Ada beberapa kiasan PL terhadap gagasan Yerusalem dan Bait Allah yang diinjak oleh bangsa-bangsa lain (lih. Mazm 79:1-7; Yes 63:18; Dan 8:13; Za 12:3 dalam Septuagint). Yesus tampaknya membuat acuan langsung kepada Dan. 21:24 di Luk 8:13.
□ "Bangsa-bangsa" Lihat catatan pada Wahy 2:26; 10:11.
□ "Empat puluh dua bulan" Lihat Topik Khusus di bawah ini.
"kota suci" Ini bisa merujuk ke Yerusalem (lih.Yes 52:1; Mat 27:53). Namun, mengikuti penafsiran dari bait suci di Wahy 3:12 yang merujuk kepada orang percaya di PB, metode yang sama harus diikuti dengan frasa ini. Dalam pasal-pasal selanjutnya dari Wahyu itu mengacu pada umat Allah (lih.Wahy 20:9; 21:2,10; 22:19).
Yohanes menarik metafora dari PL tetapi menerapkannya kepada umat Allah PB. Jemaat terdiri dari orang- orang percaya Yahudi dan bukan Yahudi. Tidak ada penekanan pada ras Yahudi versus bangsa lain dalam Wahyu. Tidak ada lagi orang Yahudi dan Yunani (lih. 1Kor 12:13; Gal 3:28; Kol 3:11).
Wahy 11:3 "Aku akan memberi tugas kepada dua saksi-Ku" Tampaknya menyiratkan Allah Bapa yang berbicara karena Yesus disebut dalam ay. 8 (walaupun ada masalah manuskrip dengan kata ganti, yang dihilangkan dalam P47 and א).
□ "Dua saksi" Ada banyak teori tentang identitas kedua pengkhotbah yang berkuasa:
- 1. Acuan (lih. ay. Wahy 11:4) dari Za 4:3,11,14. Ini awalnya disebut kembalinya keturunan Daud, Zerubabel, dan kembalinya keturunan imam besar, Yosua, yang adalah kedua pemimpin-yang dipimpin Roh (dua pohon zaitun) yang memimpin kembalinya dari pembuangan Babel (yaitu, orang-orang yang dipulihkan Allah).
- 2. Kedua kaki dian (lih.Wahy 1:20) dapat diartikan kedua jemaat yang setia, Smirna, Wahy 2:8-11 dan Filadelfia, Wahy 3:7-13.
- 3. Dua saksi dapat diartikan kesaksian di pelataran (lih.Bil 35:30; Ul 17:6; 19:15).
- 4. Gambaran dari kedua saksi menyiratkan Elia (menutup mulut langit dari ay. 6, lih. 1Raj 17:1; 18:1; Luk 4:25; Yak 5:17) dan Musa (mengubah air menjadi darah dari ay. 6, lih. Kel 7:17-19). Keduanya muncul dihadapan Yesus di gunung Transfigurasi (lih.Mat 17:4).
- 5. Kitab apokaliptik intertestamental I Henokh 90:31 dan dua bapak-bapak gereja awal, Tertullian dan Hippolitus, menegaskan bahwa mereka adalah dua orang dari Perjanjian Lama yang tidak mati secara alami, yaitu Henokh (lih.Kej 5:21-24) dan Elia (lih.2Raj 2:11).
Saya pribadi lebih suka sebagai simbolis dari kesaksian seluruh umat Allah karena struktur paralel dari ketujuh meterai dan interlude dan tujuh sangkakala dan interlude. Oleh karena itu, baik 144.000 (orang percaya Yahudi) dan kelompok yang tak terhitung jumlahnya (bangsa-bangsa yang percaya), serta dua orang saksi, merujuk kepada jemaat.
□ "yang memakai pakaian berkabung" Hal ini dapat berupa (1) tanda berkabung dan pertobatan (lih.Kej 37:34; 2Sam 3:31) atau (2) hanya gaun normal seorang nabi (lih.2Raj 1:8; Yes 20:02; Za 13:4).
□ "mereka bernubuat sambil berkabung, seribu dua ratus enam puluh hari lamanya" Empat puluh dua bulan masing-masing tiga puluh hari sama dengan seribu dua ratus dan enam puluh hari. Injil akan diberitakan selama masa penganiayaan oleh bangsa-bangsa yang tidak percaya (lih.Mat 24:8-14,21-22).. Angka simbolis berasal dari Dan 7:25; 12:7 dan sering digunakan dalam Wahyu (lih.Wahy 12:6; 13:5).
Wahy 11:4 "kedua pohon zaitun" Ini merupakan acuan kepada Zerubabel, keturunan Daud dari orang-orang buangan yang kembali dan Yosua, keturunan Harun dari orang buangan yang kembali (lih. Za 4:3,11,14). Hal ini dapat diartikan bahwa saksi Injil akhir zaman akan mewakili kerajaan Mesias dan penekanan keimaman Mesianik (Yesus sebagai Raja dan Imam). Kedua pengkhotbah pertobatan yang diinspirasikan membawa terang Allah (lih. Za 4) ke dunia durhaka (bangsa Israel yang memberontak sekarang menjadi manusia pemberontak, lihat Yes 6:9-11; 43:8-13; Yer 5:21-29; Yeh 12:2)..
Wahy 11:5 " Dan jikalau ada orang yang hendak menyakiti mereka, …….. Dan jikalau ada orang yang hendak menyakiti mereka"Keduanya adalah FIRST CLASS CONDITIONAL SENTENCES yang menganggap bahwa ada orang-orang yang ingin menyakiti mereka, tetapi mereka akan dilindungi secara ilahi sampai misi mereka selesai.
□ "keluarlah api dari mulut mereka menghanguskan semua musuh mereka" Perhatikan bahwa ada kuasa dalam mulut mereka yang menunjukkan kekuatan pesan yang mereka nyatakan. Dalam Wahyu mulut adalah senjata, pedang lidah (lih.Wahy 9:17; 19:15; Ibr 4:12).
Wahy 11:6 Tindakan PL ini mengingatkan salah satu Elia (lih.1Raj 17:1) dan Musa (lih.Kel 7:17-19).
TFTWMS -> Why 11:1-2
TFTWMS: Why 11:1-2 - Apakah Kita Memenuhi Syarat? Apakah Kita Memenuhi Syarat?(WAHYU 11:1, 2)
Sekarang ini kita sedang mempelajari jeda di antara sangkakala keenam dan ketujuh (10:1-11:13). Tujuan u...
Apakah Kita Memenuhi Syarat?(WAHYU 11:1, 2)
Sekarang ini kita sedang mempelajari jeda di antara sangkakala keenam dan ketujuh (10:1-11:13). Tujuan utama jeda ini adalah untuk menjelas-‐‑kan apa yang seharusnya gereja lakukan pada saat-‐‑saat sulit yang menanti di depan. Dalam dua pelajaran terakhir, kita menekankan bahwa kita harus menghargai dan memanfaatkan Firman Allah. Dalam pelajaran ini, kita akan menekankan perlunya pengujian diri atas dasar Firman itu.
Pelajaran ini memperkenalkan Wahyu pasal 11,1yang dipercaya oleh beberapa orang sebagai, "pasal paling sulit dari kitab paling sulit di Alkitab."2Leon Morris menulis "Pasal ini luar biasa sulitnya untuk ditafsirkan."3Bruce Metzger setuju bahwa pasal itu "umumnya telah diakui sebagai salah satu bagian yang paling membingungkan dari seluruh isi kitab itu."4Martin Kiddle berkata bahwa pasal itu "adalah paling sulit dan juga paling penting di dalam seluruh isi kitab Wahyu."5
Saya setuju bahwa pasal ini berisi beberapa simbolisme yang tidak jelas, tetapi pesan utama pasal ini tampak jelas. Apa yang membuat pasal ini tampak begitu sulit dipahami adalah adanya jajaran penafsiran yang sangat berlainan yang membingungkan. "Tidak ada bagian kitab Wahyu … yang lebih cocok digunakan untuk penafsiran penuh khayalan dibandingkan dengan [pasal] ini."6"Pelbagai penafsiran penuh khayalan" ini pada dasarnya adalah hasil dari pendekatan yang berbeda terhadap kitab Wahyu.7Yang terutama sekali membingungkan adalah kecenderungan membuat bahasa simbolik menjadi literal. Di dalam banyak komentari, Anda akan membaca tentang orang-orang Yahudi literal, bait suci literal, kota literal, dan periode waktu literal.
Terlepas dari banyaknya kebingungan itu, jika Anda memperoleh pendekatan yang baik, masuk akal terhadap Kitab Wahyu, Anda tidak akan mengalami kesulitan yang tidak semestinya dalam mempelajari nas ini.
Pasal ini berisi pelbagai pelajaran yang sangat hebat untuk gereja di zaman kini. Jangan biarkan kontroversi menyuramkan pesan itu.
PESAN-PESAN PENTING
Pada pasal sebelumnya, Yohanes didorong masuk menjadi peserta ketika ia diberitahu untuk mengambil kitab kecil dan memakannya (10:8-11). Sewaktu "di atas panggung," ia diberi tugas tambahan. Ia menulis, "Kemudian diberikanlah kepadaku sebatang buluh, seperti tongkat pengukur rupanya" (11:1a). Dalam teks aslinya, kata "buluh" secara harfiah adalah "tongkat."8Buluh seperti tanaman tebu tumbuh tinggi di lembah Yordan. Tanaman ini kadang-kadang mencapai ketinggian tiga meter atau lebih. Sesuatu seperti ini diberikan kepada rasul itu untuk digunakan sebagai tongkat pengukur.9
Kemudian, "seseorang" berbicara kepada dia (11:1b)—mungkin "suara dari sorga" yang sama (10:4) yang telah memerintahkan dia untuk makan kitab kecil.10
"Seseorang" ini memerintahkan dia:
Bangunlah dan ukurlah Bait Suci Allah dan mezbah dan mereka yang beribadah di dalamnya. Tetapi kecualikan pelataran Bait Suci yang di sebelah luar, janganlah engkau mengukurnya, karena ia telah diberikan kepada bangsa-bangsa lain dan mereka akan menginjak-injak Kota Suci empat puluh dua bulan lamanya (11:1c, 2).
Ketika kita membaca ini, pertanyaan-pertanyaan dengan cepat bertambah banyak: Melambangkan apakah bait suci, mezbah, dan mereka yang beribadah itu? Apakah arti dari "mengukur" mereka itu? "Pelataran apakah yang terdapat di luar bait suci"? Apakah arti penting dari tidak diukurnya pelataran itu? Apakah arti perkataan "ia telah diberikan kepada bangsa-bangsa lain"? Apakah "kota suci itu"? Dalam pengertian apakah bangsa-bangsa lain akan menginjak-injak kota suci? Apakah arti "empat puluh dua bulan"? Masing-masing pertanyaan ini akan dibahas, tapi kita harus jangan membiarkan kerumitan pelbagai rincian itu mengurangi pesan utamanya.
Pesan itu terbungkus di dalam kata "ukurlah." Untuk memahami dan menghargai maksud nas itu, kita harus memahami simbolisme itu, dan kemudian pentingnya mengukur (atau tidak mengukur). Setelah kita melakukan ini, kita secara singkat akan mempertimbangkan hal-hal lain.
Simbolisme Bait Suci: Umat Allah
Untuk memahami konsep pengukuran bait suci, pertama-tama kita harus memahami bait suci itu: simbolisme dan realitas.
Gambaran pasal 11 ini kemungkinan didasarkan pada pengaturan bait suci Herodes di Yerusalem, yang telah dihancurkan oleh tentara Romawi pada tahun 70 Masehi.11Bait suci Herodes adalah bait suci yang Yohanes telah ketahui, satu-satunya bait suci yang telah berdiri selama masa hidup pembaca mana saja.12
Kata Yunani yang diterjemahkan "bait suci" di ayat 1 adalah naos, yang mengacu kepada bagian suci dari bait suci13—sebagai lawan bagi kompleks bait suci umumnya, dengan pelbagai bagunannya, pelataran-pelatarannya, dan serambi-serambinya.14 Alkitab NASB saya memiliki catatan tepi tentang " bait suci": "Atau, tempat kudus."
Mezbah dan orang-orang yang beribadah di bait suci disebut juga di ayat 1 itu. Sejauh menyangkut penglihatan itu, "mezbah itu" bisa mengacu kepada mezbah korban bakaran yang berada tepat di depan naos, atau kepada mezbah kecil pedupaan yang berada di dalam naos (di Tempat Kudus).15"Mereka yang menyembah" bisa berupa para imam yang mempersembahkan korban bakaran dan membakar kemenyan atau orang-orang Yahudi yang berkumpul untuk berdoa beberapa kali sehari.16
Ayat 2 mengacu kepada "pelataran Bait Suci yang di sebelah luar"—yaitu, di luar area kudus—dan mengatakan bahwa pelataran ini telah "diberikan kepada bangsa-bangsa lain." Kata Yunani yang diterjemahkan "bangsa-bangsa" adalah kata biasa untuk "bangsa-bangsa kafir."17 Gambaran tentang pelataran "di luar bait suci" ini tampaknya diambil dari Pelataran non-Yahudi di bait suci Herodes. Pelataran non-Yahudi adalah satu-satunya bagian dari bait suci Herodes yang boleh dimasuki oleh orang non-Yahudi.18Di antara pelataran ini dan kompleks bait suci lainnya, suatu peringatan ditempel untuk memberitahu orang non-Yahudi tentang pelbagai akibat jika mereka melangkah lebih jauh.
Untuk melengkapi gambaran latar belakang itu, kita harus menyadari bahwa bait suci Herodes itu berdiri di seperempat kota Yerusalem di sebelah timur laut. Istilah "kota suci" di Wahyu 11:2 mungkin dimaksudkan sebagai acuan kepada Yerusalem. Dua kali di dalam Perjanjian Baru, Yerusalem disebut sebagai "kota suci" (Matius 4:5; 27:53)—bukan karena kota itu "suci" pada zaman Yesus dan para rasul, tetapi karena di masa lalu Allah telah "memisahkan kota itu" sebagai bagian dari hubungan-Nya dengan orang-orang Yahudi.19
Setelah memberikan latar belakang itu, izinkan saya dengan cepat mengatakan bahwa kitab Wahyu tidak mempedulikan bait suci lahiriah di kota lahiriah. G. B. Caird berkomentar bahwa "hampir terlalu berlebihan untuk dikatakan bahwa, dalam sebuah kitab di mana semua hal dinyatakan dalam simbol, arti paling tidak mungkin yang bait suci dan kota suci bisa miliki akan berupa bait suci lahiriah dan Yerusalem duniawi."20
Kita dapat yakin bahwa bait suci di 11:1, 2 bukan bait suci lahiriah di Yerusalem. J. W. Roberts menulis, "Bait suci yang Yohanes diperintahkan untuk ukur bukanlah bait suci di Yerusalem tapi bait suci dalam penglihatan yang ia alami di Patmos."21
Selanjutnya, bait suci di dalam teks kita itu dilindungi oleh Allah, tapi sejarah mencatat bahwa "bala tentara Titus tidak melestarikan bait suci [lahiriah] itu tetapi menghancurkannya seperti yang mereka lakukan atas bagian lain kota itu."22
Bait suci di ayat 1 dan 2 itu juga bukan bait suci lahiriah yang akan dibangun kembali di Yerusalem di masa depan—seperti yang sering dipertahankan oleh kaum premilenialis. Gagasan bahwa "roh-roh … yang lemah dan miskin"(Galatia 4:9) hukum Taurat akan dipulihkan kembali adalah suatu konsep yang aneh, bahkan menjijikkan.
Kenyamanan apakah yang mungkin bisa diberikan kepada umat Kristen abad pertama yang terkepung itu dengan menyebutkan pembangunan kembali bait suci ribuan tahun di masa depan?
Pada waktu kitab Wahyu ditulis, bait suci lahiriah di Yerusalem sudah lenyap.
Oleh sebab itu, bait suci pada bagian pertama pasal 11 pastilah simbol dari realitas rohani. Apa itu realitas rohani? Alfred Plummer menulis, "Tampaknya hampir tidak mungkin untuk meragukan bahwa di sini bait suci itu secara kiasan digunakan untuk bagian orang setia dari Gereja Kristus."23Jim McGuiggan berkata, "Pada saat surat ini ditulis, hanya ada satu bait suci Allah! Gereja Allah."24
Konsep bahwa gereja adalah bait suci Allah ditemukan di seluruh Perjanjian Baru. Paulus menanya umat Kristen di Korintus, "Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah …"(1 Korintus 3:16)? Kemudian, ia berkata, "Karena kita adalah bait dari Allah yang hidup" (2 Korintus 6:16b).25Dalam suratnya kepada jemaat di Efesus, ia mengatakan bahwa tubuh orang yang diselamatkan "menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan"(Efesus 2:21b). Petrus setuju dengan Paulus: "Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani" (1 Petrus 2:5a).
Beginilah Kiddle menulis, "Bukan bait suci di Yerusalem, tapi bait suci hidup dari umat Kristen yang setia—ini adalah obyek perhatian Allah."26William Hendriksen menekankan bahwa "tempat kudus Allah ini melambangkan gereja yang benar."27G. R. Beasley-Murray mengatakan bahwa bait suci itu "melambangkan Gereja Kristus."28
Sebelum meninggalkan poin ini, saya harus menekankan bahwa bait suci yang diacu di 1:1, 2 berada di bumi.29Kitab Wahyu juga berbicara tentang "bait Allah yang di sorga," di mana tahta Allah berada.30Konsep bahwa gereja adalah bait Allah di bumi tidak bertentangan dengan gagasan bait suci sorgawi, tetapi sebaliknya melengkapi. Batsell Barrett Baxter sering berbicara tentang Kerajaan Allah sebagai rumah bertingkat dua, dengan gereja di lantai bawah dan sorga di lantai atas: satu kerajaan dengan dua ungkapan. Di 11:1, 2, kita memiliki ungkapan duniawi atas bait suci (gereja) itu; di 11:19 kita akan memiliki mitra sorgawi.
Simbolisme Pengujian: Perlindungan Allah
Setelah menetapkan bahwa bait suci di 11:1, 2 adalah gereja, kita siap untuk mempertimbangkan pertanyaan penting: Apakah pentingnya mengukur bait suci?
Beberapa nas Perjanjian Lama berbicara tentang "pengukuran" ilahi; tetapi ketika kita baca Wahyu 11, kita diingatkan terutama tentang Yehezkiel 40 sampai 43, di mana nabi itu memiliki penglihatan tentang bait suci baru yang sedang diukur setelah bait suci yang lama dihancurkan pada 587 S. M. (Lihat Yehezkiel 40:3-5.) Pengukuran dalam penglihatan Yehezkiel adalah bagian dari "survei arsitek sorgawi"31dalam mengantisipasi pembangunan kembali bait suci itu.32Itu adalah penggalan dari bagian penghiburan Yehezkiel, di dalam mana nabi itu meyakinkan Israel bahwa Allah tidak melupakan mereka dan pada akhirnya akan memulihkan mereka ke tanah air mereka. (Janji ilahi itu digenapi ketika kaum Yahudi pulang dari perbudakan di zaman Ezra dan Nehemia.)
Caird berkata, "Yohanes meminjam gambaran itu, namun seperti biasa ia menyesuaikannya dengan tujuannya sendiri."33Pengukuran di dalam penglihatan Yehezkiel mengantisipasi pemulihan, sedangkan pengukuran di dalam penglihatan Yohanes mengantisipasi perlindungan.
Gagasan bahwa pengukuran itu mengantisipasi perlindungan ditemukan di dalam konteksnya. Misalnya, lihatlah ayat 2, di mana Yohanes diberitahu, "Tetapi kecualikan pelataran Bait Suci yang di sebelah luar, janganlah engkau mengukurnya, karena ia telah diberikan kepada bangsa-bangsa lain dan mereka akan menginjak-injak Kota Suci empat puluh dua bulan lamanya." Kata Yunani yang diterjemahkan "kecualikan" secara harfiah berarti "buang";34kata itu secara jelas menyampaikan konsep penolakan. Tidak diukur berarti ditolak oleh Allah. Jadi, diukur berarti diterima oleh Allah.
Pelataran yang tidak diukur itu "diberikan kepada bangsa-bangsa" yang akan "menginjak-injak Kota Suci" dan (secara tersirat) pelataran itu. "Menginjak-injak" artinya mendominasi, merusak, dan menghancurkan. Misalnya, ketika Yesus meramalkan kehancuran yang akan menimpa Yerusalem oleh orang Romawi, Ia berkata, "Yerusalem akan diinjak-injak oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah" (Lukas 21:24b).35Bacalah kisah penghancuran Yerusalem oleh Josephus dan yang lainnya, dan Anda akan memahami sifat mengerikan perkataan "menginjak-injak." Tidak diukur berarti rentan dan tidak dilindungi. Sebaliknya, diukur berarti menjadi aman dan dilindungi.
Bagaimana mungkin kita menggambarkan hubungan antara diukur dan dilindungi? Pikiran pertama saya adalah tentang individu-individu yang sedang diukur badannya untuk pakaian pelindung: seorang polisi sedang diukur untuk rompi anti peluru, seorang pemain sepak bola Amerika sedang diukur untuk bantalan pelindung, seorang astronot sedang diukur untuk pakaian ruang angkasa. Pikiran kedua datang dari warisan Oklahoma saya: Ketika Wilayah Oklahoma dibuka, orang-orang menyerbu masuk untuk mematoki tanah yang mereka klaim. Mereka mengukur tanah itu, memancang patok-patok mereka, dan kemudian—dengan senapan di tangan— mengumumkan kepada satu dan semua orang, "Tanah ini milikku, menjauhlah dari sini!" Demikian pula, dalam mengumumkan survei ilahi-Nya atas bait suci, pada dasarnya Allah berkata, "Para penyembah ini adalah milik-Ku—engkau tidak boleh melukai mereka!" Saya percaya bahwa pesan utama Wahyu 11:1, 2 adalah bahwa, pada masa-masa sulit yang akan datang, Tuhan akan melindungi umat-Nya. Ingatlah bahwa ini adalah pesan jeda di antara meterai keenam dan ketujuh, ketika Yohanes melihat pemeteraian 144.000 jiwa.36Kita butuh pesan ini terus menerus untuk membantu kita "berkeyakinan penuh dengan segala hal yang dikehendaki Allah" (Kolose 4:12).
Simbolisme Waktu: Janji Allah
Sewaktu kita sedang mendiskusikan tema perlindungan, kita harus membahas ungkapan empat puluh dua bulan yang disebut di dalam ayat kita ini. Simbolisme empat puluh dua bulan berkaitan dengan konsep perlindungan selama masa-masa sulit. Kota dan pelataran itu tidak akan dilindungi selama empat puluh dua bulan, yang menyiratkan bahwa bait suci itu akan dilindungi untuk periode waktu itu.
Sebelumnya kita sudah cukup mempelajari angka-angka simbolis di dalam kitab Wahyu sehingga Anda seharusnya tahu bahwa empat puluh dua bulan tidak bermakna suatu periode waktu yang harfiah—tapi kita masih harus menentukan arti bilangan itu. Bilangan ini akan ditemukan dalam pelbagai bentuknya di seluruh kitab ini.
Dalam pelajaran sebelumnya, kita melihat bahwa karena "tujuh" bermakna kelengkapan, maka "3½" menyiratkan ketidaklengkapan.37Selanjutnya, kita katakan bahwa di dalam kitab Wahyu, "3½" umumnya dikaitkan dengan pencobaan, kesulitan, dan pengujian—dengan hari yang lebih baik menanti di depan. Akhirnya, kita mencatat bahwa "3½" diungkapkan dalam beberapa cara di dalam kitab itu. Pertama adalah ungkapan di 11:2: "empat puluh dua bulan." Empat puluh dua bulan adalah 3½ tahun.38Ungkapan "empat puluh dua bulan" juga dijumpai di 13:5, di mana binatang itu diberikan "kuasa untuk melakukannya empat puluh dua bulan lamanya."39
Ungkapan lainnya adalah "seribu dua ratus enam puluh hari." Dengan perhitungan setiap bulan terdiri dari tiga puluh har,40maka ini adalah sama dengan empat puluh dua bulan, atau 3½ tahun. Belakangan di pasal 11, kita akan melihat bahwa dua saksi itu "bernubuat … [selama] seribu dua ratus enam puluh hari lamanya" (11:3). Di dalam pasal berikutnya, perempuan itu akan "dipelihara di situ seribu dua ratus enam puluh hari lamanya" (12:6).
Juga, ada ungkapan aneh "satu masa dan dua masa dan setengah masa."41
Lihatlah sekilas lebih dulu pasal 12; ayat 6 mengatakan bahwa perempuan itu "dipelihara di situ seribu dua ratus enam puluh hari lamanya" sementara ayat 14 mengatakan bahwa ia "dipelihara … selama satu masa dan dua masa dan setengah masa." "Satu masa dan dua masa dan setengah masa" hanyalah cara lain untuk mengatakan "seribu dua ratus enam puluh hari"—atau "3½ tahun."
Sesaat yang lalu, saya katakan bahwa di dalam kitab Wahyu, "3½" umumnya dikaitkan dengan pencobaan, kesulitan, dan pengujian. Setiap contoh yang telah kita bahas berhubungan dengan pencobaan, kesulitan, dan pengujian bagi umat Allah: "kota suci itu" dinjak-injak (11:2), kedua saksi itu harus menghadapi dunia yang bermusuhan (11:3, 5), perempuan itu dipelihara saat ia bersembunyi dari naga yang murka (12:13, 14), dan binatang itu diberi kuasa untuk bertindak (13:5). Namun begitu, janganlah kita lupa bahwa angka itu memiliki sisi positif. Kita harus melihat "3½" sebagai tidak lengkap: Masa itu terbatas; masa itu tidak berlangsung selamanya. Untuk alasan ini, penggunaan ungkapan itu menyiratkan "harapan untuk hari esok." Seraya kita mempelajari pencobaan di pasal 11 sampai 13, kita akan sering melihat bahwa Allah membatasi kekuatan mereka.
Jim McGuiggan meringkas arti "empat puluh dua bulan" dengan mengatakan bahwa ini adalah "suatu periode waktu, yang digunakan untuk membahasakan suatu hubungan! … di mana orang-orang kudus mengalami penganiayaan, tetapi dilindungi; di mana mereka mengalami penderitaan tetapi ditopang; di mana mereka menjadi dilambangkan oleh empat puluh dua bulan akan benar di sepanjang Dispensasi Kristen, tetapi lebih baik tidak menganggap ini sebagai Dispensasi Kristen yang seperti itu.) korban tetapi akan menang!"42Hal ini membawa kita kembali kepada pesan utama Wahyu 11:1, 2: Allah menyertai umat-Nya dan melindungi mereka!
Simbolisme Pengujian: Tujuan Allah
Akibat wajar suatu pesan tercakup di dalam konsep pengukuran: Untuk dilindungi, gereja pertama-tama harus diukur. Dengan kata lain, sebelum Allah bisa memberkati gereja, gereja itu harus "memiliki sifat yang dikehendaki."43
Konsep pengujian untuk memastikan apakah seseorang "memiliki" atau "tidak memiliki sifat yang dikehendaki" sering ditemukan di dalam Alkitab. Belsyazar diberitahu bahwa ia telah "ditimbang dengan neraca dan didapati terlalu ringan" (Daniel 5:27). Pada zaman Amos, Allah menggunakan tali sipat untuk menguji umat-Nya (Amos 7:7, 8). Pada halaman-halaman awal kitab Wahyu, kita melihat Yesus berjalan di antara gereja-Nya, memeriksa pekerjaan mereka (Wahyu 2:2, 19; 3:1, 8, 15); hanya orang-orang yang menerima restu-Nya yang dapat diberkati. Sekarang, di pasal 11, sebuah tongkat pengukur harus digunakan ke atas umat Allah. Hanya mereka yang benar-benar milik-Nya yang akan dilindungi.
Nanti dalam pelajaran ini, saya akan berkata lebih banyak tentang perlunya "memiliki sifat yang dikehendaki" secara rohani. Untuk saat ini, saya hanya ingin menekankan bahwa pesan ganda dari 11:1, 2 adalah ini: (1) Allah akan melindungi umat-Nya, (2) sebelum mereka dapat dilindungi, mereka harus memiliki sifat yang dikehendaki. Kita bisa mengakhiri diskusi kita pada titik ini dan, saya percaya, sudah mempelajari apa yang Allah ingin kita pelajari dari nas ini. Apakah Anda pernah atau tidak pernah menguraikan pelbagai rincian secara relatif tidaklah penting dibandingkan dengan kebenaran-kebenaran agung ini.
RINCIAN YANG NGAWUR
Supaya lengkap, kita perlu meluangkan waktu beberapa saat pada aspek yang lebih suram dari nas itu. Tiga lokasi yang berbeda disebut di dalam teks itu: (1) bait suci, (2) pelataran, dan (3) kota. Jika bait suci adalah gereja, bagaimanakah dengan pelataran dan kota? Ingatlah bahwa baik pelataran maupun kota itu tidak diukur; sehingga keduanya tidak memiliki perlindungan khusus Allah.
Selama bertahun-tahun, penafsiran yang lebih saya sukai tentang kota itu adalah bahwa ia itu adalah dunia, orang-orang kafir yang ke atas mereka penghakiman Allah selama ini menimpa mereka melalui sebagian besar tujuh meterai dan masing-masing tujuh sangkakala. Bahkan jika kita memutuskan bahwa kota itu adalah dunia, kita masih memiliki teka-teki tentang melambangkan apakah pelataran itu.44Terkaan yang banyak komentator buat adalah bahwa pelataran itu dihuni oleh orang-orang yang setengah hati dan tidak terikat—yaitu, para anggota gereja yang tidak setia yang tidak memiliki sifat yang dikehendaki. Penafsiran ini akan menjadikan orang-orang di pelataran itu setara dengan orang-orang di tujuh gereja yang "didapati terlalu ringan" oleh Yesus:
Orang-orang seperti para penganut Bileam di Pergamus atau penganut Izebel di Tiatira, orang-orang tanpa kasih seperti yang di Efesus, orang-orang yang formal, tidak tulus seperti yang di Sardis, orang-orang yang sombong dan berpuas diri seperti mereka yang di Laodikia—mereka ini bukan orang Kristen sejati.45
Terapkanlah ini kepada gereja di zaman kini, maka orang-orang di pelataran itu akan menjadi "anggota gereja duniawi" yang "menyambut ide-ide dunia; merasa betah dengan dunia; menikmati pertemanan duniawi; dalam pemungutan suara untuk pelbagai jabatan politik didorong oleh pertimbangan duniawi; mengasihi dunia."46Saya tidak mendukung penuh penafsiran ini. Memang benar bahwa jika orang tidak mendekat kepada Allah, Allah tidak akan mendekat kepada dia. (Lihat Yakobus 4:8.) Kelemahan penafsiran ini (atau penafsiran lain mana saja tentang apa yang pelataran itu lambangkan) adalah bahwa hal itu hanyalah terkaan cerdas.
Dalam kajian terbaru, saya menemukan kemungkinan lain: gagasan bahwa ketiga lokasi itu—bait suci, pelataran, dan kota—mengacu kepada gereja. Menurut penafsiran ini, bait suci melambangkan apa yang Allah lakukan untuk melindungi gereja, sementara pelataran dan kota melambangkan dari hal apakah Allah tidak melindungi umat-Nya itu. Dengan kata lain, bait suci melambangkan manusia batiniah yang Allah lindungi, sementara pelataran dan kota melambangkan manusia lahiriah yang tidak Allah lindungi.47Penafsiran ini tidak mudah dipahami seperti penafsiran sebelumnya,48 namun ia memiliki pelbagai kekuatannya sendiri:49Penafsiran ini memadukan konsep keamanan dan penderitaan,50dan menekankan pahit manis sifat agama Kristen.51
Mengenai dua pandangan ini, Homer Hailey mengatakan bahwa keduanya sesuai dengan Kitab Suci, dan karena itu mustahil mengetahui yang mana yang ada di dalam pikiran Roh Kudus.52Bahkan juga memungkinkan bahwa tidak ada perbedaan apa pun yang harus dibuat antara pelataran dan kota itu, bahwa ini semua adalah rincian yang tak ada konsekuensinya. Sekali lagi, saya akan menekankan bahwa pemahaman total atas poin-poin ini tidaklah penting untuk menangkap pesan utama teks kita: (1) Allah telah berjanji untuk melindungi umat-Nya, (2) sebelum mereka dapat dilindungi, mereka harus memiliki sifat yang dikehendaki.
PENERAPAN YANG SANGAT DIPERLUKAN
Seraya pelajaran ini menuju kesimpulan, saya ingin berfokus pada fakta bahwa Allah dapat memberkati kita hanya jika kita memiliki sifat yang dikehendaki.
Pengukuran Sorgawi
Mari kita mempertimbangkan standar pengukuran dan apa yang harus diukur. Sebagian besar akan setuju bahwa standar pengukuran adalah Firman Allah. Yesus berkata, "Barangsiapa menolak Aku, dan tidak menerima perkataan-Ku, ia sudah ada hakimnya, yaitu firman yang telah Kukatakan, itulah yang akan menjadi hakimnya pada akhir zaman" (Yohanes 12:48). Jika Firman itu akan menjadi standar di Hari Penghakiman, Firman itu pasti menjadi standar sekarang ini. Eldred Echols mengidentifikasi tongkat pengukur itu sebagai "Firman kebenaran, satu-satunya standar yang dengannya hal-hal rohani dapat diukur."53Ia berkata, Allah secara pribadi tidak memberi arahan atau mengawasi kita melalui rasul-rasul yang hidup sekarang ini. Jadi satu-satunya cetak biru yang kita miliki untuk membangun bait Allah di bumi adalah Firman terilham-Nya. Firman itu memberi kita "segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh" (2 Petrus 1:3). Alkitab adalah tongkat pengukur yang dengannya kita dapat mengetahui gereja yang bagaimanakah yang Allah inginkan, baik sebagai suatu kelompok dan sebagai individu.54
Jika Firman itu adalah standar pengukuran, apakah yang harus diukur? Yohanes diberitahu untuk mengukur tiga hal: "bait Allah, dan mezbah, dan orang-orang yang beribadah di dalamnya" (11:1). Mari kita teliti ini satu per satu:
(1) Bait suci secara keseluruhan.
Ingatlah bahwa bait suci adalah gereja. Ketika Yesus mengukur ketujuh jemaat di pasal 2 dan 3, Ia memeriksa mereka luar dalam. Ia memeriksa apa yang mereka ajarkan dan bagaimana mereka hidup. Tidak ada jemaat yang sempurna, tetapi masing-masing jemaat harus berusaha untuk mendekat sedekat mungkin kepada standar ilahi.
(2) Ibadah di bait suci.
"Mezbah" menyontohkan ibadah bait suci—dan itu merupakan simbol ibadah kita kepada Allah. Setiap orang Kristen adalah imam, yang punya kuasa "untuk mempersembahkan persembahan rohani" (1 Petrus 2:5). Penulis surat kepada orang Ibrani berkata, "Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya" (Ibrani 13:15).
Ketika kita menyembah Allah, tidak cukup untuk berkata, "Tuhan, Tuhan"; kita harus melakukan kehendak Bapa yang di sorga (Matius 7:21). Yesus berkata, "Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran" (Yohanes 4:24). "Dalam roh" akan mencakup cara kita menyembah (lihat Filipi 3:3), dalam "kebenaran" akan mencakup apa yang kita lakukan (Yohanes 17:17). Hati kita harus benar, dan kita harus beribadah menurut pola yang ditetapkan di dalam Perjanjian Baru.
Ibadah itu sangat penting; ibadah mengumpulkan kita bersama, ibadah adalah ungkapan kesatuan kita dalam Kristus. (Lihat 1 Korintus 10:16, 17.) Ibadah yang tidak memiliki kuasa Allah mempengaruhi persekutuan kita dengan satu sama lain dan dengan Tuhan.
Dalam buku saya tentang sejarah gereja Tuhan, Voices Crying in the Wilderness,55
Saya membuat bagan tentang perubahan yang terjadi di dalam ibadah "Kristen" selama bertahun-tahun: seperti inovasi perkembangan "misa," pengenalan awal paduan suara dan musik instrumental, dan ritual pembakaran dupa yang dipinjam dari Perjanjian Lama. Terhadap semua ini dapat ditambahkan pelbagai perubahan yang lebih baru seperti merayakan Perjamuan Tuhan hanya sesekali dan menggunakan unsur-unsur yang tidak diperintahkan dalam merayakan Perjamuan itu. Setelah bertahun-tahun mempelajari hal tersebut, kesimpulan saya adalah bahwa tidak ada yang mempengaruhi persekutuan dalam Kristus sebagaimana perubahan di dalam ibadah. Selama umat Kristen bisa beribadah bersama-sama, mereka dapat menyelesaikan perbedaan mereka; tetapi ketika ibadah bersama mereka terpengaruh, perpecahan sudah di ambang pintu.
Bagaimana kita beribadah adalah penting. Allah memegang tongkat pengukur bagi tindakan dan hati kita.
(3) Penyembah perorangan.
Ungkapan "mereka yang beribadah di dalamnya" jelas mengacu kepada individu anggota gereja. Pada akhirnya, pengukuran Allah selalu bersifat pribadi. Pada Hari Kiamat, kita tidak akan berdiri di hadapan Allah sebagai kelompok, tetapi sebagai individu. "Demikianlah setiap orang di antara kita akan memberi pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah" (Roma 14:12).
Menguji Diri Sendiri
Hal ini membawa saya kepada penerapan yang saya ingin dibuat oleh masing-masing dari kita: Jika Allah menguji kita menurut Firman, tidakkah seharusnya kita juga harus menguji diri kita sendiri? Ketika Paulus menyurati jemaat Korintus mengenai perayaan Perjamuan Tuhan, ia mengatakan bahwa pertama-tama orang harus "menguji dirinya sendiri" (1 Korintus 11:28). Di dalam suratnya yang kedua kepada jemaat Korintus, rasul itu berkata, " Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman." Lalu ia menambahkan, "bahwa Kristus Yesus ada di dalam diri kamu? Sebab jika tidak demikian, kamu tidak tahan uji" (2 Korintus 13:5).
Jika Allah mengukur doktrin gereja, saya perlu memeriksa keyakinan dan ajaran saya sendiri. Jika Allah mengukur hati gereja, saya perlu memeriksa jangkaun kasih saya sendiri. Jika Allah mengukur ibadah gereja, saya perlu memeriksa ibadah pribadi dan umum saya. Jika Allah mengukur gaya hidup gereja, saya perlu memeriksa contoh moralitas dan pelayanan saya sendiri.
Jika kita jujur, pelbagai pengujian seperti itu akan selalu mengungkapkan ketidaksempurnaan. Saya tentunya tidak mengklaim bahwa kita harus menjadi sempurna untuk dikasihi dan dilindungi oleh Tuhan. Keselamatan adalah atas dasar kasih karunia Allah, bukan prestasi pribadi (Efesus 2:8, 9). Apa yang saya sedang katakan adalah bahwa Pribadi yang bahkan memahami kita lebih baik daripada kita memahami diri kita sendiri, tahu tentang bisa jadi apakah kita ini. Ia tahu apakah kita ini berusaha keras untuk memiliki sifat yang dikehendaki atau tidak, apakah kita punya komitmen atau tidak untuk mematuhi Firman sekuat tenaga kita. Jika kita mau jujur dengan diri kita sendiri, kita dapat mengetahui hal ini juga. Masing-masing dari kita bisa mendapat manfaat dari pengujian diri sendiri yang bersifat teratur, pribadi.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Wahyu (Pendahuluan Kitab) Penulis : Yohanes
Tema : Perjuangan dan Penyelesaian
Tanggal Penulisan: 90-96 M
Latar Belakang
Kitab Wahyu adalah kitab Perjan...
Penulis : Yohanes
Tema : Perjuangan dan Penyelesaian
Tanggal Penulisan: 90-96 M
Latar Belakang
Kitab Wahyu adalah kitab Perjanjian Baru yang terakhir dan yang paling luar biasa. Kitab ini sekaligus merupakan suatu penyingkapan (Wahy 1:1-2,20), suatu nubuat (Wahy 1:3; Wahy 22:7,10,18-19), dan suatu gabungan dari tujuh surat (Wahy 1:4,11; Wahy 2:1--3:22). (Istilah "penyingkapan" (Ing. _apocalypse_) berasal dari kata Yunani _apocalupsis_, yang diterjemahkan "wahyu" dalam Wahy 1:1-20). Kitab ini merupakan suatu penyingkapan dalam kaitan dengan isinya, suatu nubuat dalam kaitan dengan beritanya dan suatu surat dalam kaitan dengan alamat tujuannya.
Lima kenyataan penting mengenai latar belakang kitab ini dinyatakan dalam pasal 1 (Wahy 1:1-20).
- (1) "Inilah wahyu Yesus Kristus" (Wahy 1:1).
- (2) Penyataan ini telah disampaikan secara adikodrati kepada penulisnya melalui Kristus yang ditinggikan, malaikat-malaikat dan penglihatan-penglihatan (Wahy 1:1,10-18).
- (3) Penyataan itu disampaikan kepada hamba Allah, Yohanes (Wahy 1:1,4,9; Wahy 22:8).
- (4) Yohanes menerima penglihatan-penglihatan dan berita penyataan ini sementara ia dalam pembuangan di Pulau Patmos (80 km sebelah barat daya kota Efesus), oleh karena Firman Allah dan kesaksian Yohanes sendiri (Wahy 1:9).
- (5) Penerima yang mula-mula dari surat ini adalah tujuh jemaat di propinsi Asia (Wahy 1:4,11).
Baik bukti sejarah maupun bukti dari isi kitab itu sendiri menunjukkan bahwa rasul Yohaneslah penulisnya. Ireneus menjelaskan bahwa Polikarpus (Ireneus mengenal Polikarpus, dan Polikarpus mengenal rasul Yohanes) telah berbicara tentang Yohanes yang menulis kitab Wahyu mendekati akhir pemerintahan Domitianus selaku kaisar Romawi (81-96 M)
Isi kitab ini mencerminkan keadaan sejarah pada zaman pemerintahan Domitianus ketika dia menuntut agar semua warga negaranya memanggil dia "Tuhan dan Allah". Pastilah, ketetapan Kaisar pada waktu itu telah menciptakan suatu pertentangan antara mereka yang dengan sukarela mau menyembah Kaisar dan orang Kristen setia yang mengakui bahwa Yesus sajalah "Tuhan dan Allah". Jadi, kitab ini telah ditulis pada suatu masa ketika orang percaya sedang mengalami penganiayaan yang hebat oleh karena kesaksian mereka, suatu situasi yang dengan jelas merupakan latar belakang kitab Wahyu itu sendiri (Wahy 1:19; Wahy 2:10,13; Wahy 6:9-11; Wahy 7:14-17; Wahy 11:7; Wahy 12:11,17; Wahy 17:6; Wahy 18:24; Wahy 19:2; Wahy 20:4).
Tujuan
Kitab ini mempunyai tiga tujuan.
- (1) Surat-surat kepada tujuh jemaat itu menyatakan bahwa suatu penyimpangan yang parah dari standar kebenaran rasuli sedang terjadi di antara banyak jemaat di Asia. Atas nama Kristus, Yohanes menulis kitab ini untuk menegur tindakan kompromi dan dosa mereka, serta menghimbau mereka untuk bertobat dan berbalik kepada kasih mereka yang mula-mula.
- (2) Mengingat penganiayaan yang diakibatkan oleh karena Domitianus memuja dirinya sendiri, kitab Wahyu telah dikirim kepada jemaat-jemaat guna meneguhkan iman, ketetapan hati, dan kesetiaan mereka kepada Yesus Kristus, serta untuk memberi semangat kepada mereka agar mereka menjadi pemenang dan tinggal setia sampai mati sekalipun.
- (3) Akhirnya, kitab ini telah ditulis untuk memperlengkapi orang percaya sepanjang zaman dengan segi pandangan Allah terhadap perang yang sengit melawan gabungan kekuatan Iblis dengan menyingkapkan hasil sejarah yang akan datang. Kitab ini secara khusus menyingkap tujuh tahun terakhir yang mendahului kedatangan Kristus kali kedua. Allah akan menang dan membenarkan orang yang kudus dengan mencurahkan murka-Nya atas kerajaan Iblis; ini akan diikuti oleh kedatangan Kristus kali kedua.
Survai
Berita nubuat dari kitab ini disampaikan melalui aneka simbol dan lambang penyingkapan yang dramatis, yang melukiskan penyelesaian akhir dari seluruh berita penyelamatan alkitabiah. Kitab ini menampakkan peran Kristus sebagai Anak Domba yang layak yang disembelih (pasal 5; Wahy 5:1-14) dan Anak Domba yang penuh murka yang akan datang untuk menghukum dunia dan membersihkannya dari kejahatan (pasal 6-19; Wahy 6:1--19:21). Gambaran simbol lain yang utama dalam kitab ini adalah naga besar (Iblis), binatang laut (antikristus), binatang bumi (nabi palsu) dan Babel Besar (pusat muslihat roh jahat dan kuasa dunia).
Setelah prolog (Wahy 1:1-8), ada tiga bagian utama dalam kitab ini. Pada bagian pertama (Wahy 1:9--3:22), Yohanes mendapatkan suatu penglihatan yang menakjubkan mengenai Kristus yang agung di tengah-tengah kaki dian (jemaat-jemaat), yang menugaskan Yohanes untuk menulis surat kepada tujuh jemaat di Asia Kecil (Wahy 1:11,19). Setiap surat (Wahy 2:1--3:22) meliputi suatu gambaran simbolis tentang Tuhan yang agung dari penglihatan pembukaan, penilaian terhadap jemaat tersebut, kata-kata pujian atau celaan atau kedua-duanya, kata-kata peringatan terhadap lima jemaat, nasihat untuk mendengar dan bertobat, dan suatu janji bagi semua yang menang. Tekanan pada angka tujuh dalam bagian ini menunjukkan bahwa surat-surat tersebut mewakili suatu keutuhan dari apa yang hendak difirmankan kepada jemaat di setiap kota dan angkatan oleh Tuhan yang agung itu.
Bagian utama kedua dari kitab ini (Wahy 4:1--11:19) berisi penglihatan-penglihatan dari perkara-perkara yang ada di sorga dan di bumi tentang Anak Domba dan peranan-Nya dalam mengakhiri sejarah. Bagian itu dimulai dengan suatu penglihatan tentang ruang pengadilan sorgawi yang mahamulia di mana Allah bersemayam dalam kekudusan dan terang yang tak terhampiri (pasal 4; Wahy 4:1-4). Pasal 5 (Wahy 5:1-14) memusatkan perhatian pada sebuah gulungan kitab yang dimeterai yang berbicara tentang nasib akhir. Gulungan kitab ini berada di tangan kanan Allah dan Anak Domba sajalah yang layak untuk membuka meterai-meterainya dan mengungkapkan isinya. Pembukaan enam meterai yang pertama (pasal 6; Wahy 6:1-17) melangsungkan penglihatan yang telah dimulai dalam pasal 4-5 (Wahy 4:1--5:14), kecuali sekarang pemandangan dialihkan ke berbagai peristiwa di bumi. Lima meterai yang pertama menyingkapkan hukuman Allah pada hari-hari terakhir yang menuntun ke arah kesudahannya. Meterai yang keenam mengumumkan murka Allah yang akan datang. "Selingan Pertama" kitab ini terdapat dalam pasal 7 (Wahy 7:1-17), yang menggambarkan pemeteraian 144.000 orang di ambang pintu kesengsaraan besar (Wahy 7:1-8) dan pahala bagi orang kudus di sorga setelah kesengsaraan besar (Wahy 7:9-17). Pasal 8-9 (Wahy 8:1--9:21) menyatakan pembukaan meterai ketujuh, penyingkapan rangkaian hukuman lain yaitu ketujuh sangkakala. "Selingan Kedua" terjadi di antara sangkakala keenam dan ketujuh, yang meliputi Yohanes dan sebuah gulungan kitab yang kecil (Wahy 10:1-11), dan dua saksi nubuat yang kuat dalam kota besar itu (Wahy 11:1-14). Akhirnya, sangkakala ketujuh (Wahy 11:15-19) berfungsi sebagai pertunjukan awal dari kesudahan segala sesuatu (ayat Wahy 1:15) dan pendahuluan adegan-adegan akhir dari rahasia Allah yang dibentangkan (pasal 12-22; Wahy 12:1--22:21).
Bagian utama yang ketiga (Wahy 12:1--22:5) memberikan suatu gambaran terinci mengenai perjuangan besar pada akhir zaman antara Allah dengan musuh-Nya, Iblis. Pasal 12-13 (Wahy 12:1--13:18) menyatakan bahwa orang kudus di bumi harus menghadapi suatu komplotan yang dahsyat dan tiga serangkai kejahatan, yang terdiri atas
- (1) si naga besar (pasal 12; Wahy 12:1-18),
- (2) binatang laut (Wahy 13:1-10), dan
- (3) binatang bumi (Wahy 13:11-18). Pasal 14-15 (Wahy 14:1--15:8) berisi penglihatan-penglihatan yang meyakinkan kembali orang-orang kudus dalam kesengsaraan besar bahwa keadilan akan menang sementara Allah akan mencurahkan murka-Nya yang terakhir atas peradaban antikristus. Kemudian, suatu penyingkapan penuh dari murka Allah terjadi dalam rangkaian tujuh cawan hukuman (pasal 16; Wahy 16:1-21), hukuman atas si pelacur besar (pasal 17; Wahy 17:1-18), dan kejatuhan Babel, Kota Besar itu (pasal 18; Wahy 18:1-24). Pada tahap ini, terjadi kegembiraan besar di sorga, dan perjamuan kawin Anak Domba dengan mempelai perempuan-Nya diumumkan (Wahy 19:1-10).
Akan tetapi, tahap terakhir yang hebat masih akan terjadi. Kemudian Yohanes melihat sorga terbuka dan Kristus keluar menunggang kuda putih sebagai Raja segala raja dan Tuan di atas segala tuan untuk mengalahkan binatang itu dan semua sekutunya (Wahy 19:11-21). Kekalahan Iblis yang terakhir didahului dengan terbelenggunya dia selama seribu tahun (Wahy 20:1-6). Selama masa itu Kristus memerintah bersama dengan orang-orang kudus (Wahy 20:4) dan sesudah itu Iblis akan dilepaskan untuk suatu masa yang singkat (Wahy 20:7-9) dan kemudian dicampakkan ke dalam "lautan api" untuk selama-lamanya (Wahy 20:10). Nubuat apokaliptis ini ditutup dengan penghakiman di takhta putih yang besar (Wahy 20:11-15), nasib yang tepat bagi orang jahat (Wahy 20:14-15; Wahy 21:8), serta langit yang baru dan bumi yang baru sebagai nasib akhir bagi orang kudus (Wahy 21:1--22:5). Kitab ini diakhiri dengan peringatan-peringatan untuk mengindahkan beritanya dan masuk dalam hidup yang kekal (Wahy 22:6-21).
Ciri-ciri Khas
Delapan ciri utama menandai kitab ini.
- (1) Wahyu merupakan satu-satunya kitab PB yang digolongkan sebagai nubuat dan wahyu.
- (2) Sebagai suatu kitab apokaliptis, beritanya disampaikan dalam bentuk lambang-lambang yang menggambarkan kenyataan-kenyataan tentang masa dan peristiwa yang akan datang sambil tetap memelihara teka-teki atau rahasia tertentu.
- (3) Banyak sekali angka digunakan, termasuk angka 2; 3; 3,5; 4; 5; 6; 7; 10; 12; 24; 42; 144; 666; 1.000; 1.260; 7.000; 12.000; 144.000; 100.000.000; dan 200.000.000. Secara khusus kitab ini menonjolkan angka tujuh yang terdapat tidak kurang dari 54 kali yang melambangkan kesempurnaan atau kepenuhan.
- (4) Penglihatan-penglihatan begitu mencolok, dengan pemandangan yang sering dialih-alihkan dari tempat di bumi ke sorga, kemudian kembali lagi ke bumi.
- (5) Malaikat-malaikat dikaitkan secara jelas dengan penglihatan-penglihatan dan ketetapan-ketetapan sorgawi.
- (6) Kitab ini bersifat polemik yang
- (a) menyingkapkan sifat roh jahat dari setiap penguasa bumi yang menyatakan dirinya sebagai allah, dan
- (b) menyatakan Yesus Kristus sebagai Tuhan yang agung dan penguasa atas raja-raja di bumi (Wahy 1:5; Wahy 19:16).
- (7) Kitab ini juga dramatis yang membuat kebenaran beritanya menjadi begitu hidup dan tegas.
- (8) Kitab ini bersifat roh nubuat PL tanpa menggunakan kutipan-kutipan secara formal dari PL itu sendiri.
Penafsiran
Kitab ini merupakan kitab PB yang paling sulit untuk ditafsirkan. Sekalipun para pembaca yang mula-mula barangkali memahami makna beritanya tanpa terlalu banyak mengalami kebingungan, namun pada abad-abad berikutnya pandangan yang beranekaragam mengenai makna kitab ini telah mengakibatkan lahirnya empat aliran penafsiran yang besar.
- (1) Penafsiran _preterist_ (dengan pandangan masa lampau) memandang kitab ini dan nubuat-nubuatnya sebagai hal yang telah digenapi pada masa gelaran sejarah asli dari kekaisaran Romawi, kecuali untuk pasal 19-22 (Wahy 19:1--22:21), yang masih menunggu penggenapannya pada masa yang akan datang.
- (2) Penafsiran _historicist_ (yang menekankan unsur sejarah) memandang kitab Wahyu sebagai suatu prakiraan nubuat dari seluruh perjalanan sejarah gereja sejak zaman Yohanes sampai pada zaman akhir.
- (3) Penafsiran _idealist_ (yang menekankan pemikiran ideal) menganggap lambang-lambang dalam kitab ini sebagai hal yang mengungkapkan prinsip-prinsip rohani tertentu tentang kebaikan dan kejahatan dalam sejarah pada umumnya, tanpa menghubungkannya dengan peristiwa-peristiwa nyata dalam sejarah.
- (4) Penafsiran _futurist_ (dengan pandangan masa yang akan datang) mendekati pasal 4-22 (Wahy 4:1--22:21) sebagai nubuat tentang peristiwa-peristiwa dalam sejarah yang hanya akan terjadi pada akhir zaman ini. Pada hakikatnya Alkitab ini menafsirkan kitab Wahyu dari sudut pandang futurist ini.
Full Life: Wahyu (Garis Besar) Garis Besar
Prolog
(Wahy 1:1-8)
I. Tuhan yang Diagungkan dan Jemaat-Jemaat-Nya
(Wahy 1:9-3:22)
A. Penglihatan dar...
Garis Besar
- Prolog
(Wahy 1:1-8) - I. Tuhan yang Diagungkan dan Jemaat-Jemaat-Nya
(Wahy 1:9-3:22) - A. Penglihatan dari Tuhan yang Diagungkan di Antara Kaki-Kaki Dian
(Wahy 1:9-20) - B. Berita-Nya Kepada Tujuh Jemaat
(Wahy 2:1-3:22) - II. Anak Domba yang Layak dan Peran-Nya pada Akhir Sejarah
(Wahy 4:1-11:19) - A. Penglihatan dari Ruang Pengadilan yang Megah di Sorga
(Wahy 4:1-5:14) - 1. Allah Pencipta atas Takhta-Nya Dalam Kekudusan yang Mempesona
(Wahy 4:1-11) - 2. Gulungan Kitab yang Dimeterai dan Anak Domba yang Layak
(Wahy 5:1-14) - B. Penglihatan dari Anak Domba Dalam Hubungan Dengan Tujuh Meterai
dan Tujuh Sangkakala
(Wahy 6:1-11:19) - 1. Pembukaan Enam Meterai yang Pertama
(Wahy 6:1-17)
SELINGAN PERTAMA: Dua Kumpulan Orang Banyak
(Wahy 7:1-17) - 2. Pembukaan Meterai yang Ketujuh: Tujuh Malaikat Dengan Tujuh
Sangkakala
(Wahy 8:1-6) - 3. Enam Sangkakala yang Pertama
(Wahy 8:7-9:21)
SELINGAN KEDUA: Gulungan Kitab Kecil
(Wahy 10:1-11)
Dua Orang Saksi
(Wahy 11:1-14) - 4. Sangkakala yang Ketujuh
(Wahy 11:15-19) - III.Tuhan Allah dan Kristus-Nya dalam Konflik Besar Dengan Iblis
(Wahy 12:1-22:5) - A. Perspektif mengenai Konflik Itu
(Wahy 12:1-15:8) - 1. Dari Pandangan Musuh-Musuh Bumi
(Wahy 12:1-13:18) - a. Naga Besar
(Wahy 12:1-17) - b. Binatang Laut
(Wahy 13:1-10) - c. Binatang Bumi
(Wahy 13:11-18) - 2. Dari Pandangan Sorga
(Wahy 14:1-20)
SELINGAN KETIGA: Tujuh Malaikat dengan Tujuh Malapetaka
(Wahy 15:1-8) - B. Perkembangan Terakhir dari Perjuangan Itu
(Wahy 16:1-19:10) - 1. Tujuh Cawan Murka Allah
(Wahy 16:1-21) - 2. Hukuman Atas Pelacur Besar
(Wahy 17:1-18) - 3. Jatuhnya Babel yang Besar
(Wahy 18:1-24) - 4. Sorak-Sorai di Sorga
(Wahy 19:1-10) - C. Puncak Konflik Itu
(Wahy 19:11-20:10) - 1. Kedatangan Kembali dan Kemenangan Kristus
(Wahy 19:11-18) - 2. Kekalahan Binatang Itu dan Sekutu-Sekutunya
(Wahy 19:19-21) - 3. Iblis Diikat, Dilepaskan Kembali dan Akhirnya Dikalahkan
(Wahy 20:1-10) - D. Sesudah Konflik
(Wahy 20:11-22:5) - 1. Penghakiman Takhta Putih yang Besar
(Wahy 20:11-15) - 2. Nasib Orang-Orang yang Tidak Benar
(Wahy 20:14-15; 21:8) - 3. Langit yang Baru dan Bumi yang Baru
(Wahy 21:1-22:5) - Epilog
(Wahy 22:6-21)
Matthew Henry: Wahyu (Pendahuluan Kitab)
Tidak semestinya mengurangi nama baik dan wewenang kitab ini bahwa ia sudah ditolak oleh orang-orang yang bobrok pikirannya. Jemaat Allah pada u...
- Tidak semestinya mengurangi nama baik dan wewenang kitab ini bahwa ia sudah ditolak oleh orang-orang yang bobrok pikirannya. Jemaat Allah pada umumnya sudah menerima kitab ini, dan mendapatkan nasihat yang baik dan penghiburan yang besar di dalamnya. Kristus sendiri menubuatkan kehancuran Yerusalem. Dan, kira-kira pada saat kehancuran itu digenapi, Ia mempercayakan Kitab Wahyu ini kepada Rasul Yohanes untuk menyokong iman umat-Nya dan mengarahkan harapan mereka.
Jerusalem: Wahyu (Pendahuluan Kitab) WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Kata "Wahyu" dalam judul Kitab ini menterjemahkan kata Yunani yang berbunyi "Apokalipsis". Kata ini...
WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Kata "Wahyu" dalam judul Kitab ini menterjemahkan kata Yunani yang berbunyi "Apokalipsis". Kata ini berarti "penyingkapan" atau "wahyu". Maka setiap "apokalipsis" mengandaikan pewahyuan dari fihak Allah kepada manusia. Dalam pewahyuan itu disingkapkan hal-hal tersembunyi yang hanya diketahui oleh Allah saja. Hal-hal tersembunyi yang disingkapkan itu ialah terutama apa yang mengenai masa mendatang. Sukar sekali dengan jelas dan tepat membedakan jenis sastra yang disebut "apokalipsis" dengan jenis sastra yang disebut "nubuat". Memanglah apokalipsis l.k. merupakan lanjutan dari nubuat. Tapi nabi-nabi dahulu mendengar wahyu Allah dan menyampaikannya secara lisan, sedangkan pengarang sebuah apokalipsis mendapat wahyunya berupa lisan, sedangkan pengarang sebuah apokalipsis mendapat wahyunya berupa penglihatan yang lalu dicantumkannya ke dalam sebuah kitab. Tambahan pula bahwa penglihatan-penglihatan tidak bernilai sendiri, tetapi nilainya terletak dalam dirinya sebagai lambang; penglihatan- penglihatan itu melambangkan sesuatu yang lain. Segala sesuatu atau hampir segala sesuatu dalam sebuah apokalipsis merupakan lambang misalnya: angka, barang, anggota-anggota badan, tokoh-tokoh yang berperan dalam penglihatan itu. Dengan menulis apokalipsisnya si pengarang "menterjemahkan" ke dalam lambang itu gagasan-gagasan yang diilhamkan Allah; dan dalam menterjemahkan gagasan-gagasan itu pengarang menimbun-nimbun barang, warna-warni dan angka-angka yang semua berupa lambang, tanpa ambil pusing apakah keseluruhan yang dihasilkan tersusun rapi dan teratur baik. Maka untuk mengerti maksud pengarang, orang perlu ikut serta dalam cara kerjanya dan kembali menterjemahkan lambang-lambang itu ke dalam gagasan yang diketengahkan pengarang. Kalau orang tidak turut serta dalam cara kerja pengarang, maka maksudnya sering disalah-tafsirkan.
Dalam kedua abad yang mendahului tampilnya Kristus, apokalipsis-apokalipsis sangat laku di beberapa kalangan Yahudi (termasuk kaum Eseni di Qumran). Setelah sudah disiapkan oleh penglihatan-penglihatan kenabian pada nabi Yehezkiel atau nabi Zakharia, maka jenis sastra apokalipsis berkembang dalam karya nabi Daniel dan banyak karya lain yang menyusulnya sekitar awal tarikh Kristen. Dalam daftar kitab-kitab suci Perjanjian Baru hanya tercantum sebuah apokalipsis saja yang pengarangnya menamakan diri Yohanes, 1:9, yang waktu menggubah karyanya mengalami pembuangan di pualau Patmos oleh karena imannya akan Kristus. Ada sebuah tradisi yang sudah terdapat dalam karya Justinus dan pada akhir abad pertama tersebar-luas (seperti disaksikan Ireneus, Klemens dari Aleksandria, Tertulianus, Kanon Muratorius) dan yang menyamakan Yohanes pengarang Wahyu dengan Rasul Yohanes yang menulis Injil keempat. Hanya sampai abad kelima jemaat-jemaat di Siria, dan Kapadosia dan bahkan di Palestina rupanya tidak memasukkan Wahyu ke dalam daftar Kitab Suci. Dan ini menyatakan bahwa jemaat- jemaat itu tidak menganggap Kitab itu sebagai karya rasul Yohanes. Bahkan seorang imam di Roma yang bernama Kayus pada awal abad ketiga mengatakan bahwa Wahyu itu dikarang oleh seorang bida'ah yang bernama Kerintus. Tetapi Kayus berbuat demikian dengan maksud membela kepercayaan sejati terhadap serangan- serangan orang yang menggunakan Kitab itu sebagai dukungan ajaran palsunya. Tetapi benar juga bahwa Wahyu Yohanes dari satu fihak mempunyai kesamaan jelas dengan karangan-karangan Yohanes, sedangkan dari fihak lain ada perbedaan yang menyolok mata; perbedaan itu baik mengenai bahasa dan gaya bahasa maupun beberapa gagasan teologis (khususnya berhubungan dengan Parusia Kristus). Dan perbedaan itu sedemikian besar, sehingga karangan-karangan Yohanes dan Wahyu sukar dikembalikan secara langsung kepada pengarang yang sama. Namun demikian Wahyu berjiwa Yohanes, sehingga haruslah dituliskan oleh orang yang termasuk lingkungan rasul itu dan yang meresapkan ajarannya ke dalam hati. Bahwasannya Wahyu termasuk ke dalam Kitab Suci tak perlu di ragukan lagi. Mengenai waktu dituliskannya karya itu umum diterima bahwa digubah di zaman pemerintahan Kaisar Roma Domitianus, sekitar th. 95 Mas. Tetapi sementara ahli dengan alasan cukup kuat dengan condong menerima bahwa beberapa bagian Why ditulis dahulu, di zaman pemerintahan Kaisar Nero menjelang th. 70 Mas.
Entahlah dikarang dalam zaman pemerintahan Kaisar Domitianus atau Kaisar Nero, untuk memahami Why perlu sekali orang menempatkannya pada latar-belakang historisnya, yang menyebabkan Why ditulis. Zaman itu ialah zaman gangguan dan penganiayaan sengit terhadap jemaat Kristen yang masih muda. Sama seperti apokalipsis-apokalipsis yang mendahuluinya (khususnya Kitab Daniel) Why Yohanespun sebuah karangan yang mempunyai alasan khusus. Ia dimaksudkan untuk membina dan meneguhkan semangat orang-orang Kristen; kepercayaan mereka kiranya tergoncang akibat penganiayaan begitu hebat yang melanda jemaat Kristus yang pernah menegaskan: "Kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia", Yoh 16:33. Hendak melaksanakan maksudnya itu Yohanes memungut ajaran-ajaran pokok nabi-nabi dahulu, khususnya ajaran mereka tenang "Hari Besar" Yahwe (bdk Am 5:18): kepada umat yang suci yang diperbudak dahulu oleh orang Asyur dan Babel, lalu oleh orang-orang Yunani, kepada umat yang terpencar-pencar dan hampir-hampir saja musnah seluruhnya, para nabi menubuatkan Hari penyelamatan yang sudah mendekat; pada hari itu Allah datang menyelamatkan umatNya dari genggaman para penindas, dengan tidak hanya membebaskan umatNya tetapi juga memberinya kekuasaan dan pemerintahan atas musuh-musuhnya yang pada gilirannya dihukum dan hampir-hampir dibinasakan. Waktu Yohanes menulis Why maka Gereja, umat terpilih yang baru, dilanda suatu penganiayaan yang berdarah, 13; 6:10-11; 16:6; 17:6; penganiayaan itu dilontarkan oleh pemerintah Roma (Binatang), tetapi dihasut oleh Iblis, 12; 13:2-4, yang merupakan Lawan kawakan Kristus serta umatNya. Dalam penglihatan pembukaan Why digambarkanlah kebesaran Allah yang bersemayam di sorga, Penguasa mutlak atas segala hal-ihwal manusia, 4; Ia menyerahkan kepada Anak Domba kitab yang memuat penetapan ilahi tentang pemusnahan para pengejar, 5; penglihatan selanjutnya menubuatkan suatu penyerbuan oleh sebuah bangsa biadab (Partia) disertai bencana tradisionil: perang, kelaparan, 6. Tetapi mereka yang percaya dan setia pada Allah akan luput, 7:1-8; bdk 14:1-5, sedangkan masih menantikan kemenangannya yang akan dinikmati di sorga, 7:9-17; bdk 15:1-5. Tetapi oleh karena menghendaki keselamatan orang berdosa maka Allah tidak segera membinasakan mereka; terlebih dahulu Ia mengirim sederetan bencana untuk memperingatkan mereka, sama seperti dahulu Ia berbuat terhadap Firaun dan orang Mesir, 8-9; bdk 16. Tetapi percuma saja. Karena ketegaran hati para pengejar yang fasik Allah membinasakan mereka, 17, apa lagi oleh karena mereka berusaha memfasikkan dunia dengan memaksa bangsa-bangsa menyembah Iblis (yang dimaksudkan ialah penyembahan kepada Kaisar-kaisar Roma yang didewakan); menyusullah sebuah lagu ratapan karena Babel (Roma) yang jatuh binasa, 18, dan nyanyian kemenangan yang dilambangkan di sorga, 19:1-10. Sebuah penglihatan baru kembali memperlihatkan kemusnahan Binatang (Roma yang menganiaya umat), yang ditimpakan oleh Kristus yang mulai, 19:11-21. Kemudian Gereja menikmati zaman kedamaian dan kesejahteraan, 20:1-6, yang diakhiri oleh sebuah serangan baru dari pihak Iblis, 20:7-10, sampai Musuh itu dibinasakan sama sekali, orang-orang mati bangkit dan penghakiman terlaksana, 20:11-15. Akhirnya Kerajaan Sorga ditegakkan untuk selama-lamanya dengan sukacita sempurna, oleh karena maut sendiri dilenyapkan, 2:1-8. Dengan melayangkan pandangan kembali pengarang melukiskan kesempurnaan Yerusalem baru selama memerintah di bumi, 21:9-22:15.
Demikianlah penafsiran Why yang historis dan makna utama dan pertamanya. Tetapi dengan demikian isi Kitab Why belum digali seluruhnya. Sebab di dalamnya juga termaktub nilai-nilai abadi yang selalu dan setiap waktu dapat mendukung kepercayaan kaum beriman. Sudah dalam Perjanjian Lama andalan umat yang suci ialah janji Allah bahwa selalu akan "ada pada umatNya", bdk Kel 25:8, dll; dan kehadiranNya itu berarti bahwa Ia melindungi umatNya terhadap segala musuh untuk mengerjakan keselamatan. Sekarang juga dan dengan cara jauh lebih sempurna Allah tetap pada umatNya yang baru yang bersatu dalam diri Anak Allah, ialah Imanuel (Allah menyertai kita, bdk Mat 1:23); dan Gereja dapat hidup terus berkat janji Kristus yang dibangkitkan ini: "Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman", Mat 28:20. Kalau demikian halnya, maka kaum beriman tak perlu takut atau khawatir. Kalaupun untuk sementara waktu harus menderita oleh karena nama Kristus, namun akhirnya mereka akan mengalahkan Iblis dan segala tipu- dayanya. Wahyu merupakan Madah Agung pengharapan Kristen, nyanyian kemenangan yang dilambungkan Gereja yang dianiaya.
Seperti sekarang ada, teks Yunani Why sukar sekali. Di dalamnya ada sejumlah bagian kembar; kesinambungan penglihatan-penglihatan kerap terputus-putus; ada bagian-bagian yang nampaknya di luar konteks aslinya. Gangguan-gangguan semcam itu dapat diterangkan dengan berbagai jalan: ada yang berkata bahwa dalam Why dihimpun macam-macam sumber yang berlain-lainan ada juga yang berkata bahwa urutan asli dalam beberapa bab kebetulan dikacau-balaukan, dll. Bible de Jerusalem mengusulkan hipotesa ini: Bagian utama Why yang berupa nubuat, 4-22, terdiri atas dua Apokalipsis yang aslinya berbeda-beda: dua-duanya ditulis oleh pengarang yang sama tetapi pada waktu yang lain; akhirnya kedua apokalipsis itu dipersatukan oleh seseorang yang lain. Kedua apokalipsis asli tersusun sbb:
Teks I Teks II Prakata : Gulungan kitab kecil yang 10:1-2a, 3-4 dimakanIblis melawan Gereja.................. 12:1-6, 13-17 12:7-12 Binatang melawan Gereja............... 13 Hari Besar Kemurkaan serta pendahulu- pendahulu diberitahukan............... 4-9; 10:1, 2b, 14-16 5-7; 11:14-18 Hari Besar Kemurkaan : Babel diperkenalkan................... 17:1-9, 15-18 17:10, 12-14 Jatuhnya Babel........................ 18:1-3 (bdk 14:8) Orang pilihan terluput 18:4-8 Lagu ratapan atas Babel...............
18:9-13, 15-19, 18:14, 22-23 21, 24 Nyanyian kemenangan................... 19:1-10 18:20 (bdk 16:5-7) Kerajaan Mesias....................... 20:1-6 Pertempuran di akhir zaman............ 20:7-10 19:11-21 Penghakiman terakhir.................. 20:13-15 20:11-12 Yerusalem di masa mendatang...........21:9-22:2 21:1-4; 22:3-5; dan 22:6-15 21:5-8 Tambahan: Kedua saksi................. 11:1-13,19
Mengenai surat kepada ketujuh jemaat, 1-3: meskipun dimaksudkan supaya dibaca bersama dengan kedua teks lain tsb, namun ketujuh surat itu kiranya aslinya juga berupa sebuah teks tersendiri.
Pembagian teks Why yang diusulkan di atas tidak diikuti dalam terjemahan Indonesia ini. Memang tidak harus diikuti atau diperhatikan para pembaca. Sekarang kitab Wahyu kepada Yohanes berupa sebuah kesatuan dan dapat dibaca secara terus menerus. Hati pembaca dapat merasa terpikat oleh lambang-lambang yang serba majemuk dan ganjil. Tetapi di dalamnya terungkaplah kepastian dan pengharapan yang khusus Kristen. Korban Anak Domba sudah memperoleh kemenangan yang terakhir. Kesusahan dan kemalangan apapun yang melandanya, Gereja Kristus tidak dapat meragukan kesetiaan Allah hingga saat Tuhan "segera" akan datang, 1:1; 2:20. Memanglah Kitab Wahyu adalah kitab Pengharapan Kristen dan lagu Kemenangan Gereja yang dianiaya.
Ende: Wahyu (Pendahuluan Kitab) WAHJU JOANES
KATA PENGANTAR
Tjorak chas karangan ini
Dalam ajat pertama, mengenai isinja, karangan ini disebut "Wahju Jesus
Kristus". Selandjutnja dit...
WAHJU JOANES
KATA PENGANTAR
Tjorak chas karangan ini
Dalam ajat pertama, mengenai isinja, karangan ini disebut "Wahju Jesus Kristus". Selandjutnja diterangkan bahwa wahju ini disampaikan dengan perantaraan seorang Malaekat kepada penulis jang menamakan diri Joanes. Penulis mendapat penglihatan-penglihatan dan Malaekat memberi pendjelasan mengenai arti dan maksudnja. Djudul jang sudah terdapat pada naskah-naskah jang tertua, dalam bahasa Junani, ialah "Apokalipsis Joanes". Kita biasa menterdjemahkannja dengan "Wahju Joanes" atau Wahju kepada Joanes.
Sebagai istilah, apokalipsis berarti pembukaan raliasia, tetapi dalam bahasa ilmu Kitab Kudus chususnja digunakan untuk pernjataan-pernjataan tentang masa achir zaman dan hidup diachirat. Dan itupun tjiri wahju Joanes djuga.
Karangan ini sangat mirip dengan tulisan-tulisan para nabi Perdjandjian Lama, terutama Ezechiel dan ketiga nabi terachir, Zakarias, Joel dan Daniel, jang nubuat-nubuatnja paling bersifat apokalipsis. Nabi-nabi Perdjandjian Lama itu diutus untuk menjampaik&n pesan-pesan Allah kepada umat Israel, guna menginsafkan mereka kalau tersesat dari perdjandjian, akan "Murka Allah" jang mengantjam, tetapi lebih lagi akan kerahinian Allah, kalau mereka bertobat. Sedemikian itu Joanes pun disuruh bemubuat, guna memperingatkan umat-umatnja akan kekurangan-kekurangan dan penjelewengan mereka, dan menginsafkan mereka akan bahaja-bahaja jang mengantjam, jaitu akan pengadjaran terhadap agama jang sedang dialami dan tentu akan merighebat, supaja mereka tetap siap untuk menghadapinja dengan tabah hati dan teguh imannja, penuh kepertjajaan kepada Allah jang memelihara dan melindungi orang-orang jang setia kepadanja, dan mendjamin mereka kemenangan jang gemilang.
Bahasa nubuat-nubuat para nabi biasanja samar-samar. Joanes tidak luput. Malah ia sengadja meniru dan mengambil-alih bahasa nabi-nabi lama itu dan chususnja mereka jang tulisannja sangat bergaja apokalipsis itu. Hal itu agak wadjar, sebab ia mendapat penglihatan-penglihatan jang sering-sering sama dengan penglihatan-penglihatan mereka. Tetapi, kalau bahasa penuh chajalan mereka, mengenai keadaan zaman mereka sendiri sudah sulit untuk ditafsirkan, apalagi kalau gambaran-gambaran dan ungkapan-ungkapan mereka digunakan untuk menampung gagasan-gagasan dan kenjataan-kenjataan Perdjandjian Baru.
Pendek kata: wahju Joanes itu tidak mudah untuk dimengerti. Meskipun enak djuga untuk dibatja sebab chajalan jang aneh-aneh penuh rahasia, namun bertubi- tubi tersandung pada kesulitan penafsir dalam perintjian-perintjiannja. Kalau kita hendak mengerti segala perintjian, perlu kita membalas dengan teliti dan sampai mendalam tulisan-tulisan para nabi jang mendjadi tjontoh bagi Joanes. Tetapi tidak usah djuga kita mengerti tiap-tiap gambar dan ungkapan, sebab maksudnja jang sebenarnja ialah memberi kesan-kesan sadja, untuk ditangkap dengan daja intuisi, dan demikian merangsang hati sanubari dan kemauan. Kami akan menjadjikan sekedar pendjelasan dalam tjatatan-tjatatan pada kaki halaman- halaman, tetapi dapat sedikit sadja, sebab ruangan edisi ini sangat terbatas. Maksudnja sadja mendjadi petundjuk djalan, untuk sendiri mentjari suatu pendjelasan jang agak dapat masuk akal. Biarpun banjak perintjian tetap tinggal teka-teki bagi kita, namun gagasan umum karangan ini tjukup tegas, untuk mentjapai tudjuannja jang utama, ialah memperkuat kepertjajaan kepada penielenggaraan Allah dalam segala kesukaran pada djalan penjelamatan.
Siapa sebenarnja Joanes penulis itu
Satu setengah abad lamanja tak ada kesangsian, bahwa penulis Joanes itu ialah Rasul Joanes. Pada pertengahan abad ketiga barulah Diornsius, uskup Aleksandria, mengemukakan pendapatnja bahwa tak mungkin Rasul Joanes pengarang "Wahju" ini, sebab tjara berpikir dan gaja bahasanja terlalu berbeda dengan tjara berpikir dan gaja bahasa Indjil keempat dan surat-surat Rasul itu.
Lain dari itu ada pula jang menjangkal Rasul Joanes adalah pengarangnja, sebab didalam buku ini terdapat utjapan-utjapan dan dalil-dalil jang salah ditafsirkan dan disalahgunakan untuk mengandjurkan adjaran-adjaran palsu mazhab- mazhab tertentu.
Sedjak masa itu kesangsian bahwa Rasul Joanes betul pengarang Wahju ini dikemukakan berulang kali.
Dan memang perbedaan tjara berpikir dan berbahasa antara Indjil keempat dan wahju ini sangat menjolok. Namun dapat dirasakan sebagai wadjar djuga, sebab isi dan suasana kedua karangan itu berlainan sekali. Dalam Indjil keempat Joanes memberitakan dan menjaksikan pengadjaran-pengadjaran dan perbuatan-perbuatan Jesus jang merupakan kenjataan-kenjataan, jang bersuasana tjerah dan tenang. Dan tentu sadja Joanes berusaha sedapat-dapatnja memberitakan menurut tjara berpikir dan dengan gaja bahasa Jesus sendiri. Lain halnja dengan karangan Wahju ini. Joanes mendapat penglihatan-penglihatan jang bukan kenjataan-kenjataan djelas, melainkan lambang-lambang penuh chajalan dan bersuasana gaib dan gandjil. Tentu wadjar sekali ia menjesuaikan bahasanja dengan suasana itu. Tambah lagi, bahwa penglihatan-penglihatan jang diberikan kepadanja, mirip sekali dengan penglihatan-penglihatan nabi-nabi jang ia kenal, sehingga dengan sendirinja timbul unsur-unsur bahasa dan tjara pengungkapan mereka dalam ingatannja. Selain itu pula, kalau dikatakan bahwa bahasa Wahju Joanes adalah bahasa Ibrani dengan perkataan Junani, bukankah tjiri-tjiri itu sedikit banjak terdapat pada Indjil keempat djuga? Dewasa ini kebanjakkan para ahli mengemukakan, bahwa tak ada alasan-alasan tjukup untuk mengingkari tradisi lama, bahwa Rasul Joanes betul- betul pengarang "Apokalipsis" ini.
Alasan dan latar-belakang karangan ini
Pada masa Wahju ini ditulis, masih hidup terang dalam ingatan segala umat, luasnja dan kedjamnja pengedjaran Nero terhadap umat di Roma. Pengedjaran Nero itu dilandjutkan oleh kaisar-kaisar jang berikut, dan mendjalar kesegala pelosok kekaisaran, biarpun tidak selalu dan disegala tempat dengan sama hebatnja. Baru- baru mulai berketjamuk dipropinsi Asia, (dibawah pemerintahan kaisar Domitianus (81-96). Dia lebih keras dari pendahulunja menuntut dari tiap-tiap orang penjembahan terhadap dirinja, sebagai "dominus ac deus", artinja sebagai "Tuhan dan Allah", dengan upatjara keagamaan. Siapa tidak turut harus dihukum. Penulis Wahju ini telah dibuang kepulau Patmos, dan ada jang telah mati martir (2:15) . Ada gedjala-gedjala tjukup untuk meramalkan, bahwa pengedjaran itu akan meluas dan menghebat. Djustru itupun jang dinjatakan kepada Joanes, supa)a ia menulisnja dalam buku ini guna mempersiapkan umat-umat untuk menghadapinja.
Atjara pokok karangan ini
Gagasan utama untuk mentjapai tudjuan tersebut, ialah menginsjafkan dan mejakinkan umat-umat akan penjelenggaraan mahaberdaulat Allah, jang dapat membiarkan kedjahatan meradjalela didunia, tetapi tahu membatasinja dan melindungi terhadapnja orang-orang jang setia kepada Allah, malah menggunakan tindakan-tindakan jang djahat serta akibat-akibatnja untuk melaksanakan rentjana penjelamatannja. Gagasan itu tidak dibitjarakan, melainkan ditundiukkan kebenarannja dengan lambang-lambang jang mengesankan. Dalam penglihatan- penglihatan digambarkan bagaimana segala kedjahatan dikendalikan oleh Allah dan mendapat balasan pada waktunja. Kedjahatan, jang chusus dimaksudkan dalam buku ini, ialah pemberontakan dan penjerangan terus-menerus dari dunia kafir terhadap Keradjaan Allah seperti menjatakan diri dalam penghambatan dan pengedjaran umat- umat Kristus. Kedjahatan dilukiskan sebagai berpokok dan berpribadi dalam "naga" sebagai lambang sjaitan. Para penguasa dunia (pemerintahan kafir) dibudjuk olehnja sampai djadi kakitangannja. Ditundjukkan bagaimana mereka semua, satu demi satu, disiksakan dan dikalahkan oleh Allah, sampai nusnah. Dan achirnja sjaitan itu sendiri ditangkap dan ditjampakkan kedalam "Iautan api untuk selama- lamanja".
Dan sebagai kebalikkan dari nasib orang djahat jang ngeri itu dilukiskan tersebar dalam seluruh buku kebahagiaan dan kedjajaan mereka jang ditindas dan tetap setia kepada Allah dalam segala kesusahan.
Sudah didunia orang-orang jang setia kepada Allah tetap dipelihara dan
dilindungi oleh Allah, supaja malapetaka-malapetaka jang kena dunia karena murka
Allah atas kedjahatannja, djangan menimpa atau merugikan mereka. Batjalah,
Hagelberg: Wahyu (Pendahuluan Kitab) PENDAHULUAN
Pendahuluan
Walaupun kitab ini seringkali ditafsirkan dengan pendekatan yang bermacam-macam, sangat diharapkan agar pembahasan berikut ini...
PENDAHULUAN
Pendahuluan
Walaupun kitab ini seringkali ditafsirkan dengan pendekatan yang bermacam-macam, sangat diharapkan agar pembahasan berikut ini akan membawa berkat yang besar, karena di dalam setiap pembahasan Kitab Wahyu seyogyanya ditafsirkan untuk diterapkan di dalam kehidupan umat Allah. Memang, dalam kitab ini ada banyak hal yang sulit dimengerti. Tetapi yang menggelisahkan hati kita bukanlah apa yang tidak kita mengerti, melainkan justru apa yang dimengerti namun tidak diterapkan dalam kehidupan pribadi dan dalam jemaat Kristus.
Penulis Kitab Wahyu
Kitab Wahyu 1:1, 1:4, 1:9, dan 22:8 menyatakan tanpa penjelasan bahwa Kitab Wahyu ditulis oleh "Yohanes". Oleh karena tidak ada keterangan tentang seorang Yohanes yang lain, maka menurut penulis, Yohanes yang dimaksudkan adalah Rasul Yohanes.1
Justinus Martyr menulis dalam Dialog dengan Trypho (tahun 135) bahwa Rasul Yohanes adalah penulis Kitab Wahyu. Pernyataan itu dapat diterima kebenarannya, karena selama beberapa tahun Justinus tinggal di Efesus.2 Eusebius, Irenius,3 Clement, Origen, Tertullianus dan Hippolytus juga mendukung pengertian ini, yaitu bahwa Rasul Yohanes sendiri penulis Kitab Wahyu.
Pada pertengahan abad ketiga Dionysius, uskup Aleksandria, berkata bahwa Rasul Yohanes tidak mungkin menulis Kitab Wahyu karena kosa kata dan tata bahasa Kitab Wahyu berbeda dengan kosa kata dan tata bahasa Injil Yohanes dan Surat-surat Yohanes. Menurut dia, bahasa Yunani yang dipakai dalam Injil Yohanes dan ketiga Surat Yohanes adalah bahasa Yunani yang halus dan indah, tetapi bahasa Yunani yang dipakai dalam Kitab Wahyu tidak baku, malah ada "idiom yang tidak beradab".4
Memang betul, bahasa yang dipakai dalam Injil Yohanes dan ketiga Surat Yohanes jauh berbeda dibandingkan bahasa yang dipakai dalam Kitab Wahyu.5 Peraturan tata bahasa yang baku seringkali dilanggar dalam Kitab Wahyu, tetapi "pelanggaran" tersebut tidak sembarangan. Pelangaran peraturan tata bahasa yang ada dalam Kitab Wahyu menguatkan kesan dan suasana yang diciptakan oleh si penulis, sesuai dengan tujuan nas yang bersang-kutan.6
Pada zaman Rasul Paulus, penulis surat seringkali dibantu seorang ahli tulis. Kebiasaan ini nyata dalam 1 Korintus 16:21, di mana Rasul Paulus menulis, "Dengan tanganku sendiri aku menulis ini: Salam dari Paulus."7 Perincian kerjasama antara penulis surat dan jurutulis sulit dipastikan. Pimpinan perusahaan dapat menyuruh sekretarisnya menyusun surat undangan untuk rapat minggu depan, dan perumusan isi surat tersebut dapat diserahkan sepenuhnya kepada sekretaris, lalu dia tinggal menandatangani surat itu, atau dia dapat juga mendikte isi surat kata per kata. Demikian juga dengan ahli tulis pada zaman Rasul Yohanes. Ladd8 mengemukakan kemungkinan bahwa Injil Yohanes ditulis oleh Yohanes dengan ditolong oleh sekretaris yang adalah muridnya sendiri, dan Kitab Wahyu ditulis tanpa sekretaris. Dengan demikian, Kitab Wahyu mencerminkan bahasa Yunani yang biasa digunakan Yohanes, seorang Yahudi. Kesimpulan ini dikuatkan dengan pengamatan bahwa di Pulau Patmos kemungkinan besar tidak ada sekretaris untuk membantu Rasul Yohanes!
Argumentasi Dionysius dan sarjana-sarjana lain yang menolak Rasul Yohanes sebagai penulis Kitab Wahyu tidak masuk akal. Bahasa Yunani yang seperti apa ditulis oleh seseorang yang baru "tersungkur di depan kaki-Nya sama seperti orang mati"! Pasti kalau orang menulis tentang topik atau hal yang begitu luar biasa, kosa kata dan tata bahasa yang dia pakai juga luar biasa.
Berdasarkan argumen di atas, jelaslah bahwa Kitab Wahyu ditulis oleh Rasul Yohanes.
Tahun Penulisan
Menurut sarjana zaman ini, Kitab Wahyu ditulis pada masa kerajaan Kaisar Domitianus di Roma (tahun 81-96), atau pada akhir kerajaan Kaisar Nero (tahun 54-68). Oleh karena faktor-faktor yang berikut ini, maka jauh lebih besar kemungkinan kitab ini ditulis pada kerajaan Kaisar Domitianus:
1. Irenius mengatakan bahwa Wahyu ditulis pada akhir Kerajaan Domitianus.
2. Sudah ada pengalaman yang matang dari ketujuh jemaat itu. Jika hal itu terjadi pada masa kerajaan Nero, belum ada waktu untuk memungkinkan terjadinya kemerosotan jemaat Tiatira, Sardis, dan Laodikia, ataupun ketekunan jemaat Efesus, Smirna, dan Filadelfia yang diceritakan dalam pasal 2-3.
3. Kota atau jemaat di Laodikia menganggap dirinya kaya (Wahyu 3:17), tetapi pada masa kerajaan Nero kota itu terkena gempa bumi (tahun 60 atau 61), sehingga pada saat itu mereka tidak lagi menganggap dirinya kaya.
4. Adanya penganiayaan (1:9; 2:10, 13; 3:10) cocok dengan zaman Domitianus. Setelah musibah kebakaran Kota Roma, Nero mengambinghitamkan orang Kristen di Kota Roma, dan mereka dianiaya secara kejam. Penganiayaan tersebut bukanlah yang diceritakan dalam Kitab Wahyu, karena penganiayaan tersebut hanya terjadi di Kota Roma, sedangkan yang disebutkan dalam Kitab Wahyu juga terjadi di Asia Kecil. Pada zaman kerajaan Kaisar Domitianus penyembahan kepada Kaisar sudah menjadi kewajiban yang membawa hukuman maut. Orang Kristen yang tidak siap menyembah Kaisar Domitianus dianiaya di setiap tempat.9
Data-data di atas menjadi bukti yang kuat bahwa Kitab Wahyu ditulis kira-kira tahun 95.
Penerima Kitab Wahyu
Secara khusus, kitab ini ditulis untuk tujuh jemaat tertentu di tujuh kota di "Asia Kecil", yaitu Propinsi Asia yang terletak di bagian barat negara Turki (Wahyu 1:11). Jarak antara tujuh kota itu sekitar 50-80 kilometer. Setiap tujuh kota tersebut mempunyai kantor pos besar untuk wilayah Propinsi Asia bagian barat-tengah.10 Secara umum, sebagai bagian dari Alkitab, kitab ini juga ditulis untuk setiap orang Kristen (Wahyu 2:7, 17, 29, dsb).
Tujuan Utama
Kitab Wahyu ditulis dan dikirim kepada orang-orang Kristen dari ketujuh jemaat (dan kepada kita) untuk mendorong, menegur, dan membesarkan hati mereka (dan hati kita). Hal ini diungkapkan secara jelas melalui teguran-teguran Tuhan Yesus dan janji kemenangan-Nya yang akan mengalahkan segala kejahatan yang mengancam mereka. Selain itu, kitab ini juga ditulis untuk menantang supaya mereka bertobat atau supaya mereka berdiri tegak, sesuai dengan keadaan mereka masing-masing. Dengan demikian, jika mereka menaati apa yang tertulis dalam kitab ini, mereka akan turut bersukacita karena Tuhan Yesus dan kemenangan-Nya (Wahyu 1:3; 2:7, 11, 17, dan 15-28). Dalam pasal 2 dan 3, tantangan dan pengobaran semangat sangat nyata. Penglihatan-penglihatan tentang kedatangan kedua dari Tuhan Yesus menjelaskan bahwa kemenangan-Nya akan membawa kehancuran kepada "yang diam di bumi" dan membawa pahala kepada mereka yang setia. Jadi, penglihatan itu secara tidak langsung mendukung tantangan dan dorongan tersebut. Kristus Raja akan kembali dengan kemenangan, dan akan memberikan hadiah kepada mereka yang menang terhadap godaan dan pencobaan sebagaimana Dia pun menang. Dengan demikian, maksud kitab ini sangat praktis dan perlu diterapkan.
Kitab Wahyu tidak diberikan kepada kita sebagai bahan spekulasi/perkiraan, misalnya "Mengapa gulungan kitab kecil itu dimakan Yohanes?" "Tanggal berapa nanti Tuhan akan datang?" Yang menjadi tekanan penting dalam kitab ini adalah penerapan yang benar, dan bukan pikiran yang sia-sia.
Latar Belakang
1. Keadaan Sosial
Kekaisaran Romawi di puncak kejayaannya mengingatkan Babel yang diceritakan dalam Wahyu 18:11-14. Dalam Kekaisaran Romawi pada waktu Kitab Wahyu ditulis, ada yang kaya raya dan ada yang miskin sekali. Tingkat sosial-ekonomi menengah tidak ada. Jadi, ada jurang yang sangat dalam antara yang kaya dan yang miskin.
2. Keadaan Pemerintahan
Kerajaan Kaisar Nero (tahun 54-68) ditandai dengan kebakaran Kota Roma dan penganiayaan orang Kristen setelah kebakaran tersebut. Pagi-pagi sekali pada tanggal 19 Juli 64 ada api di Circus Maximus (tempat perlombaan kereta pertempuran). Selama lima hari api memakan Kota Roma. Menurut beberapa saksi mata ada orang yang membesarkan api itu dengan sengaja, dan orang yang berusaha untuk memadamkannya dihalangi orang lain. Menurut kabar angin, api itu dinyalakan atas perintah Kaisar Nero, karena dia mau membangun kembali Kota Roma sesuai dengan impiannya. Nero menuduh orang Kristen dan menghukum orang-orang Kristen dengan sangat kejam. Ada yang disalibkan, ada yang dijahit dalam kulit binatang, kemudian diburu dan dimakan anjing yang lapar, ada yang dilumuri dengan ter dan dinyalakan sebagai obor. Menurut tradisi yang cukup kuat, Rasul Paulus dan Petrus juga mati syahid dalam penganiayaan yang dilakukan oleh Nero.11
Nero meninggal pada tanggal 9 Juni tahun 68. Selama satu tahun, yaitu antara kematian Nero dan kedatangan Vespasian, ada perang saudara di Roma, di mana empat kaisar naik takhta Kekaisaran Romawi. Dengan kedatangan Kaisar Vespasian, masa kekacauan politis tersebut diakhiri. Dengan demikian, wangsa Flavianus didirikan.
Menurut pengertian tahun penulisan yang diuraikan di atas, Kitab Wahyu ditulis pada akhir wangsa Flavianus, yang terdiri dari Kaisar Vespasian, (tahun 69-79), lalu Kaisar Titus (79-81) dan Kaisar Domitianus (81-96). Wilayah Kekaisaran Romawi sangat luas. Pada dinasti Flavianus, Kekaisaran Romawi mencapai kepulauan Inggris dan daerah Jerman. Sistem pemerintahannya totaliter, kaisar berkuasa mutlak.12 Pada waktu kitab ini ditulis, menyembah Kaisar Domitianus sudah diwajibkan sebagai tanda kesetiaan politis.
3. Keadaan Agama
a. Orang Yahudi: Oleh karena Bait Allah di Yerusalem dihancurkan pada tahun 70 oleh pasukan Jenderal Titus, maka orang Israel tersebar sebagai pendatang, dan pada umumnya mereka dibenci. Pungutan pajak yang berat, khusus bagi orang Yahudi, diadakan oleh Raja Vespasian.
b. Orang Roma: Orang Roma menyembah banyak dewa-dewi, termasuk Raja Domitianus sendiri!
c. Orang Kristen: Pada tahun 95 agama Kristen sudah dianggap berbeda dengan agama Yahudi. Agama Kristen dianggap ateis, karena orang Kristen tidak mau terlibat dalam agama Roma, dan tidak menyembah dewa-dewi Roma. Beberapa orang Kristen dan beberapa jemaat dianiaya (Wahyu 1:9; 2:10, dan 13).
4. Keadaan Kesusastraan:
Banyak sastra yang sejenis dengan Kitab Wahyu disusun antara tahun 200 SM sampai tahun 100 M. Pada masa kini jenis sastra tersebut disebut "apokaliptik"13 atau "penyingkapan". Kitab Daniel dan Kitab Zakharia mirip jenis sastra ini. Jenis ini berasal dari bangsa Yahudi. Karangan apokaliptik memakai banyak lambang yang aneh bagi pembaca modern, tetapi lambang-lambang tersebut sudah biasa bagi para pembaca pada zaman Yohanes. Pada umumnya, apokaliptik dikarang seolah-olah merupakan wahyu dari Allah melalui malaikat kepada seorang tokoh sejarah Israel, di mana Allah berjanji untuk meniadakan kesusahan dan menghancurkan segala kejahatan.14 Perlu dicatat juga, bahwa Kitab Wahyu dikategorikan sebagai sastra apokaliptik yang luar biasa, oleh karena empat faktor yang berikut:
a. Pada umumnya, ada penerangan yang panjang atau "pidato" yang panjang dari malaikat, tetapi dalam Kitab Wahyu tidak ada.
b. Biasanya karangan apokaliptik ditulis seolah-olah oleh tokoh sejarah Israel seperti Musa atau Abraham, tetapi Yohanes sendiri menulis Kitab Wahyu.
c. Pasal dua dan pasal tiga, yaitu ketujuh surat kepada ketujuh jemaat, sangat unik sekali. Pada umumnya dalam sastra apokaliptik pertanggungjawaban sama sekali tidak disebutkan, tidak seperti Kitab Wahyu 2 dan 3.
d. Dalam apokaliptik yang lain, zaman ini dianggap tanpa arti dan sia-sia saja, sedangkan dalam Kitab Wahyu perilaku umat Allah zaman ini, amat penting di hadapan Tuhan.15
Kitab Wahyu memiliki beberapa ciri khas dari golongan sastra surat, apokaliptik, dan nubuatan.16 Selain sarana komunikasi antara pribadi, bentuk surat sudah membudaya sebagai sarana bimbingan dari filosof dan ahli ilmu pengetahuan.17 Khas sastra surat terlihat dalam pasal 1:4. Salah satu aspek dari pengamatan ini adalah bahwa Kitab Wahyu ditujukan kepada si penerima, yaitu ketujuh jemaat di Asia Kecil.18 Hal ini menjadi penting dalam pembahasan penafsiran Kitab Wahyu, karena keadaan mereka di Asia Kecil harus dipertimbangkan dalam setiap tafsiran.
Kitab Wahyu juga memiliki khas sastra apokaliptik. Dalam karangan-karangan apokaliptik, sejarah Israel, ataupun sejarah manusia, dipamerkan untuk menyatakan bahwa walaupun kejahatan akan merusak, tetapi tujuan dan maksud Yang Mahakuasa akan diteruskan dan dikembangkan sampai puncak kemenangan yang mulia.19
Selain khas sastra surat dan apokaliptik, Kitab Wahyu juga memiliki khas nubuatan. Dalam pasal 1:3 dia berkata, Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini dan menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya.... Ciri khas nubuatan, yang menuntut iman dan ketaatan dari para pendengar (ataupun para pembaca) jelas tampak dalam ketujuh surat, yang dapat dibandingkan dengan tujuh pesan dalam Amos pasal 1-2.20
Penafsiran
Sebelum Kitab Wahyu dipelajari, sebaiknya hal penafsiran dipikirkan secara matang, karena rumitnya Kitab Wahyu dan adanya banyak lambang, baik yang dijelaskan (1:20) maupun yang tidak dijelaskan (3:12), menyulitkan penafsirannya.
Pendekatan pada penafsiran Kitab Wahyu dapat digolongkan menjadi empat. Yang pertama disebut "Pandangan Preterist". Menurut mereka, seluruh Kitab Wahyu hanya menceritakan keadaan umat Allah pada zaman Kekaisaran Romawi saja. Segala tafsiran dari penafsir Preterist dikaitkan dengan jemaat Kristus dan lingkungan mereka pada zaman itu. Menurut mereka, nubuatan-nubuatan yang besar dalam Kitab Wahyu telah digenapi dengan jatuhnya Yerusalem pada tahun 70. Kebanyakan penafsir modern memakai pendekatan "Preterist". Kemenangan total yang diceritakan dalam pasal 18-22 sulit ditafsirkan oleh para penafsir yang mempergunakan pendekatan ini, karena tidak ada kemenangan yang seperti itu pada zaman Kekaisaran Romawi.
Golongan yang kedua disebut "Pandangan Historis". Menurut mereka, Kitab Wahyu merupakan nubuatan yang menguraikan sejarah Eropa Barat sampai kedatangan Tuhan Yesus pada hari kiamat. Banyak yang memakai pendekatan yang disebut "Historis", tetapi tafsiran mereka tidak menyatu.
Golongan yang ketiga disebut "Pandangan Futuris". Menurut pendekatan ini, pasal 1-3 menceritakan mengenai zaman penulis, dan pasal 4-22 merupakan nubuatan mengenai akhir zaman. Morris21 dan Mounce22 mengritik pandangan ini karena, menurut mereka, dengan pandangan ini pasal 4-22 tidak mempunyai arti bagi kita, kecuali kita terlibat langsung, sehingga Tuhan Yesus datang dalam masa kehidupan kita. Tetapi sebenarnya kritikan mereka tidak mempunyai dasar yang kuat. Berita mengenai kedatangan Tuhan Yesus tetap relevan pada setiap generasi umat Allah karena berita tersebut menghibur umat Allah yang setia, dan menakutkan orang Kristen yang tidak setia. Sama seperti orang tidak mengadakan pesta kebun kalau prakiraan cuaca berkata "hujan lebat", demikian juga kita tidak hidup untuk diri kita sendiri kalau Firman Allah berkata, "Berbahagialah ia yang... menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat." Pendekatan "Futuris" adalah pendekatan yang dipakai dalam bahasan ini.23
Golongan yang keempat disebut "Pandangan Idealis". Menurut mereka, Kitab Wahyu tidak menceritakan kelakuan atau peristiwa, melainkan hanya menguraikan prinsip-prinsip yang bersifat teologis. Kitab Wahyu mereka tafsirkan untuk menyatakan prinsip-prinsip yang dipakai Allah sepanjang masa.
Morris dan Mounce menghargai keempat pendekatan tersebut di atas. Menurut mereka, setiap pendekatan mempunyai kekuatan dan kelemahan, dan kita harus belajar dari hasil penafsiran keempat golongan. Golongan "Preterist" dan "Historis" mengingatkan kita bahwa Kitab Wahyu mempunyai akar dalam sejarah dan bahwa latar belakang para pembaca mula-mula amat penting dalam proses penafsiran Kitab Wahyu. Dari golongan "Futuris" kita mengingat bahwa kegenapan utama dari pasal 4-22 harus terjadi pada akhir zaman. Dari golongan "Idealis" kita mengingat bahwa prinsip-prinsip yang dinyatakan dalam Kitab Wahyu sungguh berlaku sepanjang sejarah manusia. Penulis setuju dengan sikap Morris dan Mounce, tetapi akhirnya memihak golongan "Futuris" sebagai patokan yang menjaga kesatuan struktur Kitab Wahyu.
Para penafsir Kitab Wahyu yang awal, seperti Justinus Martyr, Irenius, dan Hippolytus, menulis bahwa Kitab Wahyu menubuatkan Kerajaan Seribu Tahun yang harfiah. Setelah Kerajaan Seribu Tahun, ada kebangkitan umum, penghukuman, dan pembaharuan surga dan bumi.24 Tafsiran mereka sesuai dengan tafsiran yang ada dalam bahasan ini.
Di wilayah Aleksandria, bapa-bapa gereja, termasuk Origen (tahun 185-254), mengembangkan metode penafsiran yang disebut "spiritual" atau alegoris. Metode penafsiran ini, tidak memperhatikan kebenaran harfiah, melainkan segalanya dipandang sebagai pembicaraan figuratif (kiasan) atau selalu merohanikan sesuatu. Agustinus meneruskan perkembangan alegoris, sehingga bagi dia arti harfiah sudah tidak diperhatikan. Selama seribu tahun metode alegoris merupakan pendekatan yang biasa. Pendekatan ini terkait erat dengan golongan yang keempat yang disebut "Pandangan Idealis".
Pada abad kedua belas Joachim, seorang Katolik di Floris, Italia, menolak tafsiran alegoris yang berpandangan bahwa zaman ini adalah Kerajaan Seribu Tahun yang disebutkan dalam Wahyu 20. Menurut dia, Kerajaan Seribu Tahun belum mulai.
Nicolas dari Lyra, seorang teolog di Paris yang meninggal pada tahun 1340, memakai "Pandangan Historis" yang telah dijelaskan sebelumnya, sebagai pendekatan untuk menafsirkan Kitab Wahyu.
Pada akhir abad keenam belas, seorang Yesuit di Spanyol yang bernama Alcasar mengikuti paham "Preterist". Menurut Alcasar, pasal 20-22 merupakan nubuatan mengenai kemenangan yang dinikmati oleh jemaat Kristus zaman ini, suatu kemenangan yang dimulai pada kerajaan Kaisar Konstantin.
Walaupun dalam Kitab Wahyu ada banyak simbol, tetapi itu tidak berarti setiap nas harus ditafsirkan dengan tafsiran kiasan ataupun alegoris. Pendekatan penafsiran harfiah tampaknya seperti menyingkirkan lambang-lambang; tetapi pada dasarnya pendekatan penafsiran harfiah itu mencakup juga arti kiasan yang dinyatakan melalui lambang-lambang. Jadi, dalam hal ini penulis menerima pandangan harfiah. Apa yang dapat diartikan secara harfiah, haruslah diartikan secara harfiah. Sebaliknya, apa yang tidak masuk akal sebagai kata-kata harfiah, haruslah dianggap kiasan, dan diartikan sebagai kiasan (misalnya, "tujuh bintang" yang Ia pegang di tangan kanan-Nya tidak mungkin ditafsirkan sebagai bintang harfiah.)
Dalam bahasan ini penulis selalu berusaha untuk berpegang pada empat prinsip penafsiran berikut:
1. Penafsiran berdasarkan konteks serta struktur.
2. Penafsiran dengan mempertimbangkan latar belakang si penulis dan para pembaca mula-mula.
3. Penafsiran yang cenderung menerima arti biasa, yaitu arti harfiah, kecuali ada alasan kuat yang menuntut arti kiasan.
4. Penafsiran secara menyeluruh (komprehensif), yaitu penafsiran dengan mempertimbangkan seluruh ajaran Alkitab.
Penafsiran Angka dan Pengulangan
Para pengarang dan filsuf zaman Rasul Yohanes, sangat tertarik dengan angka dan makna angka. Kepentingan angka-angka tertentu dalam segala bidang dibahas panjang lebar dalam karangan zaman tersebut. Pythagoras dianggap tokoh utama dalam ajaran tersebut. Dia lahir kira-kira tahun 570 SM, dan hidup di Italia selatan. Pengikut-pengikut Pythagoras menganggap angka 1, 2, 4, dan 10 sebagai angka yang paling penting.
Pada akhir abad keempat SM angka tujuh mulai dianggap penting, mungkin karena pengaruh dari Babel. Pada waktu yang sama, pengaruh pengikut Pythagoras berkurang, tetapi karangannya tetap dibaca pada abad ketiga dan kedua SM.25
Pada abad kedua SM seorang Yahudi yang bernama Aristobulus mengajar di Aleksandria, Mesir. Menurut dia, angka tujuh sangat penting. Oleh karena dia orang Yahudi, maka diduga bahwa dia dipengaruhi oleh pentingnya angka tujuh dalam Perjanjian Lama.
Philo, seorang filsuf Yahudi yang juga tinggal di Aleksandria, menganggap bahwa angka tujuh sebagai angka yang paling menarik. Dia lahir kira-kita tahun 25 SM.26
Menurut Collins, pakar-pakar sastra apokaliptik berpikir bahwa angka-angka tertentu dipakai dalam sastra apokaliptik untuk memberi kesan bahwa zaman dan semesta alam teratur, dan tidak kacau. Lebih lanjut, Collins menjelaskan bahwa angka-angka jauh lebih penting dalam Kitab Wahyu daripada kebanyakan apokaliptik yang lain. Juga, dalam sastra apokaliptik yang lain, yaitu apokaliptik yang di luar Alkitab, ada "seri tujuh" tetapi tidak dihitung secara tersurat, seperti "seri tujuh segel", "tujuh sangkakala", dan "tujuh cawan", yang dihitung satu per satu dalam Kitab Wahyu.27
Secara umum, dapat dikatakan bahwa adanya peristiwa-peristiwa besar yang berjumlah tujuh, memberi penghiburan kepada para pembaca mula-mula, karena membawa kesan bahwa zaman ini yang rupanya begitu kacau, sebenarnya akan berakhir dengan cara yang direncanakan dan diatur oleh Tuhan sendiri, yang "ditandai" oleh-Nya dengan "seri-seri tujuh", dan bahwa bentuk tempat kediaman orang-orang suci yang setia, yaitu Yerusalem Baru, diatur dan dibentuk sesuai dengan kehendak Tuhan, lengkap dengan "tandatangan-Nya", yaitu angka dua belas. Collins28 berkata, "Tidak ada yang acak-acakan. Segala sesuatu terukur dan terhitung. Ada rencana ilahi. Segala sesuatu ada di dalam kuasa Allah, dan hasilnya menjadi sangat baik bagi setiap orang yang setia pada kehendak Allah sebagaimana diilhamkan di dalam Kitab Wahyu."
Pembahasan makna angka di atas bersifat umum dan pasti. Pembahasan yang spesifik, mengenai makna angka-angka tertentu, lebih rumit. Collins29 sendiri berkata, "Sangat sulit untuk memastikan mengapa angka-angka tertentu begitu sering dipakai...."
Dalam bahasa sumber, angka dua dipakai 10 kali. Empat kali di antaranya dipakai menunjuk kepada kesaksian, yaitu dalam pasal 11:3, 4 (dua kali), dan 10.
Dalam bahasa sumber, angka tiga dipakai sebelas kali, tetapi menurut Bauckham,30 pemakaian angka tiga tidak mempunyai makna yang jelas.
Angka empat dipakai 19 kali dengan pembagian sebagai berikut:
"Empat makhluk" disebut 10 kali (dalam 4:6, 8; 5:6, 8, 14; 6:1, 6; 7:11; 14:3; 15:7 dan 19:4). Dalam pasal 9:13 "keempat tanduk mezbah emas yang di hadapan Allah" disebutkan. Selain yang tersebut di atas, angka empat berkaitan dengan ciptaan Allah dan malaikat yang diberi kuasa atas semesta alam: 7:1, 2; 9:14, 15; dan 20:8. Jadi, dapat dikatakan bahwa unsur semesta alam menonjol dalam pemakaian angka empat, apalagi kalau kita mengingat bahwa empat makhluk itu mempunyai rupa binatang (atau manusia) yang ada dalam semesta alam, yaitu singa, anak lembu, manusia, dan "burung nasar yang sedang terbang".31
Angka tujuh dipakai 55 kali dalam Kitab Wahyu. Ada tujuh jemaat/kaki dian emas, disebutkan tujuh kali dalam pasal 1, dan sekali dalam pasal 2:1. (Jemaat dan kaki dian emas dihitung bersama-sama berdasarkan pasal 1:20.) Ada tujuh Roh/obor/tanduk/mata,32 disebutkan tujuh kali (pasal 1:4; 3:1; 4:5; dan 5:6). Tujuh malaikat selalu disebutkan berkaitan dengan tujuh sangkakala atau tujuh cawan. (Tujuh malaikat tidak dikemukakan berhubungan dengan ketujuh segel, yang dibuka oleh Tuhan Yesus sendiri.) Ada tujuh guruh yang memperdengarkan suaranya, tetapi apa yang dikatakan oleh ketujuh guruh itu disegelkan dan tidak ditulis. Tujuh guruh tersebut disebut tiga kali. Kata "celaka"33 (atau "celakalah") dipakai 14 (yaitu 7x2) kali.
Nama "Yesus" (yang sering terkait pada kesaksian)34 dipakai 14 kali. Demikian juga, Roh Kudus disebut 14 kali. {Kata roh/Roh35 dipakai 24 kali dalam Kitab Wahyu: satu kali (11:11) tentang napas Allah, satu kali tentang napas yang diberikan kepada patung (13:15), tiga kali tentang roh jahat (16:13, 14; dan 18:2), satu kali tentang roh manusia (22:6), empat kali tentang ketujuh Roh Allah (1:4; 3:1; 4:5; dan 5:6), dan 14 kali mengenai Roh Allah.}
Ungkapan "Aku datang"36 dipakai oleh Tuhan Yesus tujuh kali dalam Kitab Wahyu.37
Bauckham38 mengamati bahwa istilah "Anak Domba" dipakai menunjuk kepada Tuhan Yesus 28 kali dalam bahasa sumber.39 Istilah tersebut dipakai tujuh kali dalam anak kalimat yang mengaitkan Anak Domba dan Allah, dengan pola yang sama dengan apa yang terlihat dalam pasal 5:13, yang berkata "...Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba..." atau pasal 14:4, "...korban-korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba itu...." Mengingat bahwa angka empat mengacu pada semesta alam (yang dimenangkan melalui pengorbanan Anak Domba Allah), maka tepatlah bahwa Tuhan Yesus disebut "Anak Domba" 4x7 kali dalam Kitab Wahyu.
Kepentingan angka empat dan tujuh juga terlihat dalam ketujuh anak kalimat di mana empat istilah suku, bahasa, kaum, dan bangsa diulangi. Pengulangan tersebut diuraikan dalam pembahasan pasal 5:9.
Selain itu, kepentingan angka empat dan tujuh terlihat dalam ketujuh Roh, yang disebut empat kali, yaitu dalam pasal 1:4; 3:1; 4:5; dan 5:6. Jika angka tujuh mengacu pada kelengkapan, dan angka empat mengacu pada semesta alam atau dunia, maka Roh Allah adalah kelengkapan yang kita perlukan untuk menjangkau seluruh dunia.
Ternyata angka tujuh juga dipakai mengenai hal-hal yang jahat. Dalam pasal 12:3 naga mempunyai tujuh kepala dan tujuh mahkota, dan dalam pasal 13:1 Anti-Kristus mempunyai tujuh kepala (juga dalam 17:3, 7, dan 9). Dalam pasal 17:10 dan 11 tujuh kepala melambangkan tujuh raja, sekutu Anti-Kristus.
Kata-kata yang berikut ini diulangi tujuh kali: jurang maut,40 layak,41 memerintah sebagai raja (menjadi raja),42 penuh,43 sabit,44 zinah/percabulan,45 dan sebutan "Tuhan Allah yang Mahakuasa"46. Kata bintang47 diulangi 14 kali.
Dari segi makna tentang angka tujuh dalam Firman Tuhan, Collins48 tidak setuju adanya kaitan antara pemakaian angka tujuh dan pekan yang terdiri dari tujuh hari dalam hukum Taurat. Dia berpikir bahwa adanya tujuh planit menjadi alasannya di mana angka tujuh menonjol dalam Kitab Wahyu, dan rasi bintang (Zodiak) adalah sumber kepentingan angka dua belas, tetapi sikap Collins dalam hal ini terlalu membesarkan faktor di luar Alkitab, dan terlalu meremehkan latar belakang yang terlihat dalam Perjanjian Lama, di mana istilah dua belas (atau kedua belas atau seperdua belas) dipakai kira-kira 135 kali, dan istilah tujuh (atau ketujuh atau sepertujuh) dipakai kira-kira 436 kali!49
Dalam Perjanjian Lama ada suatu kesan yang cukup meyakinkan bahwa angka tujuh, baik sebagai angka yang ditetapkan oleh manusia (Kejadian 21:28-30 dsb.) maupun oleh Allah (Kejadian 4:15; 7:2-4; dsb.) sering mengacu pada "kelengkapan". Menurut Philo, angka tujuh "membawa kesempurnaan".50
Angka sepuluh atau kesepuluh dipakai sepuluh kali dalam Kitab Wahyu. Angka sepersepuluh dipakai sekali. Ada kesusahan selama sepuluh hari dalam pasal 2:10. Dalam pasal 21:20 batu yang kesepuluh adalah krisopras. Selain itu angka sepuluh/kesepuluh dipakai untuk menceritakan jumlah tanduk, mahkota dan raja, yang semuanya melawan Tuhan Allah dan umat-Nya. Berdasarkan pengamatan tersebut, rupanya angka sepuluh mengacu pada kejahatan atau penderitaan.
Kata-kata yang berikut diulangi sepuluh kali: benar,51 bilangan (jumlah),52 guruh,53 dan patung.54
Angka dua belas atau kedua belas dipakai 24 kali dalam Kitab Wahyu. Angka dua belas hanya dipakai berhubungan dengan umat Israel (pasal 7:5-8, 12 kali; dan pasal 12:1) dan Yerusalem Baru (pasal 21:12-22:2). Dalam visi yang terakhir, yaitu pasal 21:9-22:5, angka dua belas atau kedua belas, dipakai sebelas kali, dan angka tiga dipakai empat kali. Jika angka tiga yang disebut empat kali disamakan dengan dua belas, maka dalam visi terakhir itu angka atau gagasan dua belas muncul dua belas kali. Dalam visi tersebut, istilah "Anak Domba" dan istilah "Allah" dipakai tujuh kali! Tidak mungkin jumlah tersebut terjadi secara kebetulan.
Sebutan-sebutan "Tuhan Allah", "Kristus", dan "Roh Allah" dipakai dengan jumlah yang "baik", misalnya empat, tujuh, dan dua belas. Tetapi sebutan-sebutan Iblis dan Anti-Kristus dipakai dengan jumlah yang tampaknya acak-acakan, tanpa jumlah yang "baik"; misalnya kata "naga"55 dipakai 13 kali, kata Yunani yang sering diterjemahkan "Iblis"56 dipakai delapan kali, satu kata lagi yang juga diterjemahkan "Iblis"57 dipakai lima kali. Menurut Bauckham58 ada kesan bahwa angka yang "berarti" dihindari dalam kaitan dengan tokoh-tokoh yang jahat. Angka yang baik hanya dipakai untuk hal yang jahat jika mereka menirukan yang kudus, seperti misalnya dalam pasal 16:13; 12:3;13:1; dan 17:3.
Bauckham59 menjelaskan bahwa ada dua macam pengulangan dalam Kitab Wahyu, yang berbeda. Pengulangan yang pertama terdiri atas frase-frase tertentu, misalnya frase "Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di....", dan "Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat...." Frase ini diulangi tujuh kali dengan bentuk yang sama persis. Pengulangan seperti itu dipakai untuk menandai pembagian dalam struktur Kitab Wahyu. Dengan demikian, pengulangan frase "supaya ditunjukkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya apa yang harus terjadi dengan tiba-tiba" (pasal 1:1) dalam pasal 22:6 (yang sama persis dalam bahasa sumber) menandai bahwa apa yang dimulai dalam pasal 1:1 akan berakhir dalam pasal 22.
Selain pengulangan seperti yang disebutkan di atas, ada juga pengulangan yang kedua, yaitu pengulangan di mana ada sedikit perbedaan. Pengulangan ini seringkali terjadi dalam Kitab Wahyu. Pasangan frase yang diulangi dengan perbedaan kecil menjadi seperti acuan silang yang mengaitkan satu nas dengan nas yang lain, misalnya untuk menegaskan kontras. Bandingkanlah pasal 4:8, yang berkata, "Dan keempat makhluk itu masing-masing bersayap enam, sekelilingnya dan di sebelah dalamnya penuh dengan mata dengan tidak berhenti-hentinya mereka berseru siang dan malam: "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang" dengan pasal 14:11, yang berkata, "Maka asap api yang menyiksa mereka itu naik ke atas sampai selama-lamanya, dan siang malam mereka tidak henti-hentinya disiksa, yaitu mereka yang menyembah binatang serta patungnya itu, dan barangsiapa yang telah menerima tanda namanya." Bandingkanlah juga pasal 14:11 dengan 19:3, atau pasal 14:10-11 dengan 20:10.60
Sebagai kata terakhir, perlu dikatakan bahwa pembahasan makna angka dan pengulangan dalam Kitab Wahyu masih kurang mantap, dan harus diselidiki lebih lanjut dan lebih dalam. Sungguh diharapkan supaya segala pembahasan dalam bidang ini didasari pada pengamatan yang akurat serta prinsip penafsiran yang konsekuen.
Kitab Wahyu dan Kanon Alkitab
Allah yang berfirman kepada umat-Nya, juga menjaga supaya hanya kitab-kitab yang Dia ilhamkan saja yang akhirnya dikumpulkan menjadi Alkitab. Proses itu disebut pembentukan Kanon. Dengan pertolongan Allah yang Mahakuasa, umat Allah mengakui surat-surat tertentu, dan karangan-karangan tertentu, sebagai ilham dari Allah. Proses pengakuan Kanon terjadi lebih cepat dengan kitab-kitab tertentu, dan lebih lamban dengan kitab-kitab yang lain.
Ada kelompok-kelompok tertentu yang tidak rela menerima Kitab Wahyu sebagai Firman Allah pada zaman bapa-bapa gereja. Mounce61 menegaskan, bahwa ada tokoh Kristen yang melawan Montanisme karena ajaran mereka sering bersikap fanatis (mereka mengajar antara lain bahwa Kerajaan Seribu Tahun sudah dekat dan bahwa Yerusalem Baru akan turun atas Kota Pepuza). Mereka yang melawan Montanisme siap menolak Kitab Wahyu, hanya karena Montanus suka mengutip dari Kitab Wahyu untuk mendukung ajarannya yang mereka anggap ekstrem. Walaupun ada kelompok-kelompok tertentu yang tidak menyukai Kitab Wahyu, Allah tidak minta izin dari kita untuk memasukkan Kitab Wahyu dalam Alkitab kita, dan Alkitab bukan merupakan kafetaria rohani di mana kita hanya mengambil makanan yang sesuai dengan selera kita masing-masing!
Ayat Kunci
Wahyu 1:3, yang berbunyi, "Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat", merupakan ayat kunci bagi seluruh Kitab Wahyu. Kebahagiaan itu akan menjadi milik setiap orang yang menaati isi Kitab Wahyu, dan bentuk kebahagiaan itu berupa bermacam-macam pahala. Pahala/hadiah itu dijelaskan antara lain di dalam beberapa ayat berikut ini: Wahyu 2:7, 17, 26-28; 3:5, 11-12, 21; dan 6:11.
Risalah/Perkembangan Pemikiran Kitab Wahyu
Pengertian terhadap struktur seluruh Kitab Wahyu mempermudah pengertian terhadap rincian-rinciannya. Sudah disebutkan di atas bahwa Wahyu 1:3 merupakan ayat kunci: "Berbahagialah ia yang... menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat." Jika kita ingin mengalami kebahagiaan itu, maka kita harus "menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya". Tetapi ini perlu dipikirkan, karena hanya perintah saja yang dapat dituruti. Di dalam Kitab Wahyu perintah-perintah terdapat hanya di dalam pasal dua dan pasal tiga saja. Dalam pasal empat sampai dengan pasal 22 tidak ada perintah. Menurut Barclay,62 Luther sendiri seolah-olah marah waktu dia membaca Wahyu 1:3, dan dia mengeluh, karena dalam ayat itu ada janji bagi mereka yang menaati kitab ini, tetapi dia merasa Kitab Wahyu mustahil ditaati, karena mustahil dimengerti! Memang ada banyak sekali dalam kitab ini yang tidak akan kita mengerti sebelum digenapi, tetapi yang tidak dimengerti tidak menjadi masalah bagi kita. Yang harus menjadi "masalah" bagi kita adalah pasal dua dan tiga, di mana ada banyak perintah ditulis yang memang sangat mudah dimengerti, namun kadang-kadang sangat sulit ditaati!
Wahyu 1:19 merupakan kunci dari pembagian atau struktur Kitab Wahyu. Ayat tersebut merupakan perintah Tuhan Yesus kepada Yohanes supaya dia menulis kitab ini. "Karena itu tuliskanlah apa yang telah kau lihat, apa yang terjadi sekarang, dan apa yang akan terjadi sesudah ini." Menurut terjemahan ini (yang bersifat harfiah) Kitab Wahyu terdiri dari tiga bagian, yaitu:
1. Apa yang telah kaulihat (pasal 1).
2. Apa yang terjadi sekarang (pasal 2-3).
3. Apa yang akan terjadi sesudah ini (pasal 4-22).
Susunan/garis besar ini didukung oleh Wahyu 4:1, yang berbunyi, "...Naiklah kemari dan Aku akan menunjukkan kepadamu apa yang harus terjadi sesudah ini." Kata-kata tersebut hampir sama dengan Wahyu 1:19, sehingga jelaslah bahwa pada ayat ini (Wahyu 4:1) Yohanes menginjak ke bagian yang berikutnya.
Inti dari bagian yang pertama (pasal satu) adalah penglihatan Yohanes tentang pribadi Tuhan Yesus. Penglihatan ini merupakan dasar Kitab Wahyu, dan fungsinya adalah untuk mengingatkan para pembaca akan sifat Tuhan Yesus. Untuk hidup bagi Tuhan Yesus kita harus tahu, siapakah Dia. Kita harus mengerti mengenai sikap-Nya terhadap apa yang kita alami.
Bagian yang kedua terdiri dari tujuh pesan/surat kepada ketujuh jemaat. Ketujuh surat itu menuntut penerapan dari penglihatan tentang pribadi Tuhan Yesus, dan menjanjikan hadiah kepada yang menuruti tuntutan itu.
Bagian yang ketiga menjelaskan bagaimana caranya Tuhan Yesus akan kembali ke bumi ini dan mengalahkan "yang diam di bumi". Fungsi dari bagian ini adalah untuk membesarkan hati para pembaca, bahwa "Tuhan Yesus akan menang!" Kedatangan-Nya dan kemenangan-Nya akan membuktikan kebenaran sifat-sifat-Nya seperti yang dijelaskan dalam pasal 1 (khususnya penglihatan tentang Tuhan Yesus). Maka kemenangan-Nya akan memberi kesempatan untuk membagikan hadiah-hadiah yang dijanjikan itu di dalam bagian yang kedua (yaitu ketujuh surat).
Ringkasan:
Bagian pertama: pasal 1. Menyatakan, siapakah Tuhan Yesus.
Bagian kedua: pasal 2-3. Tujuh surat yang menuntut penerapan dan menjanjikan hadiah.
Bagian ketiga: pasal 4-22. Kedatangan dan kemenangan Tuhan Yesus, yang akan mengalahkan setiap musuh, dan membagikan hadiah.
Hubungan antarbagian:
Bagian pertama, penglihatan tentang pribadi Tuhan Yesus, merupakan dasar Kitab Wahyu. Dengan demikian, selayaknya sifat Tuhan Yesus merupakan dasar segala kegiatan dan pikiran kita. Selayaknya Yesus Kristus menjadi pusat keberadaan kita.
Bagian kedua didasari bagian pertama. Setiap surat dimulai dengan suatu fakta tentang Tuhan Yesus, yang sudah disebutkan di dalam penglihatan tentang diri-Nya. Tetapi bagian kedua, yaitu ketujuh surat, juga berhubungan erat dengan bagian ketiga, yang menceritakan kedatangan dan kemenangan Tuhan Yesus.
Bagian ketiga belum terjadi, tetapi sangat penting juga. Walaupun sulit hidup bagi Kristus, dan sulit menaati ketujuh surat-Nya, ketaatan sangat bermanfaat karena Ia akan kembali dengan kemenangan, hadiah, dan sukacita bagi yang menaati. Bagian ketiga ini menceritakan kedatangan-Nya dan kemenangan-Nya.
Hagelberg: Wahyu (Garis Besar) GARIS BESAR
wahyu
I. Bagian Pertama: "...apa yang telah kaulihat..." (1:1-20)
A. Pembukaan Kitab (1:1-8)
...
GARIS BESAR
wahyu
- I. Bagian Pertama: "...apa yang telah kaulihat..." (1:1-20)
- II. Bagian Kedua: "...apa yang terjadi sekarang....." (2:1-3:22)
- A. Surat kepada Jemaat di Efesus (2:1-7)
- B. Surat kepada Jemaat di Smirna (2:8-11)
- C. Surat kepada Jemaat di Pergamus (2:12-17)
- D. Surat kepada Jemaat di Tiatira (2:18-29)
- E. Surat kepada Jemaat di Sardis (3:1-6)
- F. Surat kepada Jemaat di Filadelfia (3:7-13)
- G. Surat kepada Jemaat di Laodikia (3:14-22) Catatan: di setiap surat kepada ketujuh jemaat tersebut, berisi:
- 1. Alamat surat
- 2. Sifat Kristus
- 3. Pujian untuk Jemaat
- 4. Kritikan
- 5. Tuntutan
- 6. Ancaman
- 7. Janji
- III. Bagian Ketiga: "... apa yang akan terjadi sesudah ini..." (4-22)
- A. Visi Ruangan Takhta Sebagai Pendahuluan (4:1-5:14)
- 1. Peralihan (4:1-2)
- 2. Takhta dan sekelilingnya (4:3-11)
- 3. Gulungan Kitab dan Anak Domba (5:1-7)
- 4. Pujian kepada Dia yang mengambil gulungan kitab (5:8-14)
- B. Masa Kesengsaraan (6:1-20:3)
- 1. Ketujuh Segel (6:1-8:6)
- a. Segel Pertama (6:1-2)
- b. Segel Kedua (6:3-4)
- c. Segel Ketiga (6:5-6)
- d. Segel Keempat (6:7-8)
- e. Segel Kelima (6:9-11)
- f. Segel Keenam (6:12-17) Tambahan Pertama: 144.000 Orang Disegel (7:1-8) Tambahan Kedua: Orang banyak... yang keluar dari kesusahan besar (7:9-17)
- g. Segel Ketujuh (8:1-6)
- 2. Ketujuh Sangkakala (8:7-11:19)
- a. Keempat Sangkakala Pertama (8:7-12)
- b. Ketiga Sangkakala Terakhir (8:13-11:19)
- i. Sangkakala Kelima (8:13-9:12)
- ii. Sangkakala Keenam (9:13-21) Tambahan Ketiga: Gulungan Kitab (10:1-11) Tambahan Keempat: Dua Saksi (11:1-14)
- iii. Sangkakala Ketujuh (11:15-19) Tambahan Kelima: Seorang Perempuan, Anaknya, dan Naga (12:1-17) Tambahan Keenam: Binatang Pertama (13:1-10) Tambahan Ketujuh: Binatang Kedua (13:11-18) Tambahan Kedelapan: 144.000 Orang (14:1-5) Tambahan Kesembilan: Tiga Malaikat (14:6-13) Tambahan Kesepuluh: Tuaian Gandum di Bumi (14:14-16) Tambahan Kesebelas: Tuaian Buah Anggur di Bumi (14:17-20)
- 3. Ketujuh Cawan (15:1-16:21)
- 4. Babel Dikiaskan sebagai Pelacur (17:1-18)
- 5. Kota Babel Dimusnahkan (18:1-24)
- a. Pemusnahan Babel Diberitakan (18:1-8)
- b. Tanggapan Dunia (18:9-19)
- c. Babel Tidak akan Pulih (18:20-24)
- 6. Sukacita di Surga (19:1-10)
- 7. Dia Kembali (19:11-16)
- 8. Dia Mengalahkan Binatang itu serta Tentaranya (19:17-21)
- 9. Iblis Dikalahkan (20:1-3)
- C. Kerajaan Seribu Tahun (20:4-15)
- 1. Orang-orang yang Memerintah dengan Tuhan Yesus selama Seribu Tahun (20:4-6)
- 2. Pemberontakan Terakhir (20:7-10)
- 3. Penghakiman di Takhta Putih (20:11-15)
- D. Langit yang Baru dan Bumi yang Baru (21:1-22:5)
- 1. Pendahuluan: Yerusalem Baru (21:1-8)
- 2. Benteng dan Pintu Gerbang Yerusalem Baru (21:9-21)
- 3. Kemuliaan Yerusalem Baru (21:22-27)
- 4. Sungai Kehidupan dan Hamba Anak Domba di Yerusalem Baru (22:1-5)
- E. Penjelasan Akhir dari Penglihatan (22:6-17)
- F. Bagian Penutup dari Kitab (22:18-21)
Hagelberg: Wahyu DAFTAR PUSTAKA
wahyu
Daftar Kepustakaan
Bauckham, Richard, The Climax of Prophecy: Studies on the Book of Revelation, T & T Clark, Edinburgh, 199...
DAFTAR PUSTAKA
wahyu
Daftar Kepustakaan
Bauckham, Richard, The Climax of Prophecy: Studies on the Book of Revelation, T & T Clark, Edinburgh, 1993.
Barclay, William, Letters to the Seven Churches, Abingdon Press, New York, 1957.
Barclay, William, The Revelation of John, vol. 1, The Westminster Press, Philadelphia, edisi perbaikan, 1976.
Beasley-Murray, G. R., Revelation, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1978.
Bruce, F. F., New Testament History, Doubleday & Co., Garden City, 1969.
Collins, Adela Yarbro, "Numerical Symbolism in Jewish and Early Christian Apocalyptic Literature", Aufstieg und Niedergang der romischen Welt, W. Haase, red., vol. 2/21/1, de Gruyter, New York/Berlin, 1984, hlm. 1221-1287.
Cranfield, C.E.B., A Critical and Exegetical Commentary on The Epistle to the Romans, The International Critical Commentary, T. & T. Clark Limited, Edinburgh, 1975.
Glickman, Craig, bahan kuliah, "Eschatology", di Dallas Theological Seminary, 1981.
Ladd, George Eldon, A Commentary on the Revelation of John, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1972.
Lyall, Francis, Slaves, Citizens, Sons, Zondervan Publishing House, Grand Rapids, 1984.
Morris, Leon, The Revelation of Saint John, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1969.
Mounce, Robert H., The Book of Revelation, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1977.
Newell, William R., Revelation: a Complete Commentary, World Bible Publishers, Inc., Iowa Falls, Iowa, 1935.
Ryrie, Charles Caldwell, Revelation, Moody Press, Chicago, 1968.
Stalker, James, "The Son of Man", dalam The International Standard Bible Encyclopedia, vol. V, hlm. 2828-2830, 1929.
Stanley, Charles, Eternal Security: Can You Be Sure?, Thomas Nelson Publishers, Nashville, 1990.
Toussaint, Stanley, bahan kuliah, "The Revelation of John", di Dallas Theological Seminary, 1983.
Walvoord, John F., The Revelation of Jesus Christ, Moody Press, Chicago, 1966.
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) KESIMPULAN (Wahyu 11:1, 2)
Sebagian besar dari kita lebih suka menguji orang lain daripada diri kita sendiri. Yesus membicarakan kecenderungan ini da...
KESIMPULAN (Wahyu 11:1, 2)
Sebagian besar dari kita lebih suka menguji orang lain daripada diri kita sendiri. Yesus membicarakan kecenderungan ini dalam Khotbah di Bukit: "Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?" (Matius 7:3). Selanjutnya, bahkan ketika kita meluangkan waktu dalam pengujian diri, kita kadang-kadang menipu diri kita sendiri. Filsuf dan ahli jiwa Amerika William James menulis, "Kapan saja dua orang bertemu sebenarnya ada enam orang yang hadir. Ada satu orang menurut yang ia sendiri lihat, ada satu orang menurut yang orang lain lihat, dan ada satu orang yang sebenarnya."56Tantangan pelajaran ini adalah lipat tiga. (1) Mari kita menguji diri kita sendiri, dan bukan orang lain. (2) Ketika kita melakukannya, mari kita berusaha melihat diri kita sendiri sebagaimana adanya, seperti Allah melihat kita—dengan melihat diri kita sendiri di cermin Firman Allah (Yakobus 1:21-25). (3) Ketika kita menemukan cara-cara di mana kita perlu berubah, marilah kita menjadi "pelaku firman, dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri.57
PERTANYAAN untuk Ulasan & DiSKUSI
- 1. Tinjaulah kembali tujuan selingan di antara sangkakala keenam dan ketujuh.
- 2. Menurut pelajaran itu, mengapa pasal 11 terlihat begitu sulit?
- 3. Diskusikanlah pelbagai bagian bait suci Herodes, dengan memberikan perhatian khusus kepada Pelataran Orang Non-Yahudi.
- 4. Apakah 11:1, 2 mengacu kepada bangunan fisik yang disebut bait suci?
- 5. "Bait suci" apakah yang diacukan itu?
- 6. Apakah pentingnya "mengukur" di dalam nas itu? Dapatkah Anda memikirkan ilustrasi lain tentang mengukur sesuatu dengan maksud untuk melindungi sesuatu itu?
- 7. Apakah arti dari "empat puluh dua bulan"? Bagaimanakah bilangan ini berhubungan dengan angka simbolis "3½"? Apakah arti "3½" dalam kitab Wahyu? Cara lain apa sajakah untuk mengungkapkan bilangan "3½" di dalam kitab Wahyu?
- 8. Diskusikanlah kemungkinan pelbagai arti dari "pelataran" dan "kota suci." Apakah kita harus tahu persis apa yang dilambangkan oleh dua hal ini untuk memahami pesan utama 11:1, 2?
- 9. Berupa apakah standar pengukuran Allah itu?
- 10. Diskusikanlah tiga hal yang diperintahkan kepada Yohanes untuk diukur.
- 11. Diskusikanlah pentingnya pengujian diri.
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) Mengukur Bait Suci (Wahyu 11:1,2)
Penglihatan -> artinya -> penerapanya
Yohanes -> Hamba Allah (Why 1: 1;2) -> Kita Semua..(Rom 14: 12)
Diberi tongka...
Mengukur Bait Suci (Wahyu 11:1,2)
Penglihatan -> artinya -> penerapanya
Yohanes -> Hamba Allah (Why 1: 1;2) -> Kita Semua..(Rom 14: 12)
Diberi tongkat pengukur -> Firman Allah(Yoh 12: 48; 2 Pet 1:3) ->Harus menguji (Rat 3: 40; 1 Kor 11: 28; 2 Kor 13: 5)
Untuk mengukur bait Suci -> Umat Allah (1 Kor 3: 16; 2 Kor 6:16; Efe 2:21; 1 Pet 2: 5) -> Diri kita sendiri (Maz 26:2; Yer 12:3; 1Kor 4: 4; 1 Tes 2:4)
Catatan Untuk Guru & Pengkhotbah
Tabel "Mengukur Bait Suci" disiapkan untuk digunakan dalam mengajarkan pelajaran ini. Tujuan tabel ini adalah untuk menekankan pesan kedua Wahyu 11:1, 2: fakta bahwa kita harus "memenuhi syarat" sebelum kita dapat dilindungi. Pesan utamanya tercakup pada tabel itu, namun begitu: Kotak tengah di sebelah kiri berkata, "Tuhan akan melindungi umat-Nya.…" Saya pikir sebagian besar nas pada tabel itu sudah jelas, dengan pengecualian pada nas-nas di bagian bawah kanan kotak itu (di bawah "Diri Sendiri"). Nas-nas itu untuk menekankan bahwa Allah menguji kita— yang membuat penting bagi kita untuk menguji diri kita sendiri.
TFTWMS: Wahyu (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Secara khusus, kita akan meliput ayat 1 dan 2. Pendapat terkenal di kalangan "para sarjana" liberal adalah bahwa kedua a...
Catatan Akhir:
- 1 Secara khusus, kita akan meliput ayat 1 dan 2. Pendapat terkenal di kalangan "para sarjana" liberal adalah bahwa kedua ayat itu pada awalnya ditulis oleh seorang "nabi" Zelot selama pengepungan Yerusalem oleh Roma- meskipun faktanya tidak ada bukti bagi pernyataan ini. G. B. Caird menyimpulkan bahwa "teori ini harus dinilai sebagai mustahil, tidak berguna, dan tidak masuk akal" (A Commentary on the Revelation of St. John the Divine [London: Adam & Charles Black, 1966], 131).
- 2 Milo Hadwin, The Overcomers: Sermons on Revelation (Arlington, Tex.: Mission Printing, n.d.), 105.
- 3 Leon Morris, Revelation, rev. ed., The Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1987), 140.
- 4 Bruce M. Metzger, Breaking the Code: Understanding the Book of Revelation (Nashville: Abingdon Press, 1993), 68.
- 5 Martin Kiddle, The Revelation of St. John, The Moffatt New Testament Commentary Series (New York: Harper & Brothers, Publishers, 1940), 174. Oleh beberapa orang pasal ini dianggap sebagai pasal "paling penting" di dalam kitab Wahyu karena (1) kisah tentang dua saksi bisa berfungsi sebagai ringkasan bagi keseluruhan kitab itu, dan (2) 11:15 dianggap oleh beberapa orang sebagai ayat kunci di dalam kitab itu.
- 6 H. L. Ellison, 1 Peter-Revelation, Scripture Union Bible Study Books Series (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1969), 64.
- 7 Untuk meninjau kembali pendekatan yang berbeda terhadap kitab Wahyu, lihat pelajaran "Awal Yang Baik Menyelesaikan Separuh Pekerjaan" di dalam pelajaran "Wahyu, 1."
- 8 Lihat Alkitab KJV. Catatan tepi pada salinan Alkitab NASB saya mengatakan, "Literalnya buluh." Yesus menggunakan kata yang sama ketika Ia menggambarkan Yohanes Pembaptis (Lukas 7:24), tetapi buluh yang Yesus gambarkan adalah lentur, sedangkan yang disebut didalam Wahyu 11:01 kaku ("seperti tongkat").
- 9 Bandingkanlah tongkat pengukur ini dengan tongkat pengukur di Yehezkiel, yang panjangnya enam hasta atau lebih (sekitar tiga meter) (Yehezkiel 40:5).
- 10 Fakta bahwa "seseorang" di 11:3 (NASB) mengacu kepada "saksi … ku" menunjukkan bahwa yang berbicara adalah Allah. Alkitab KJV menulis "dan malaikat itu berdiri, katanya," tapi bukti naskah mendukung tidak adanya kalimat itu. Tentu saja memungkinkan bahwa, sebagai wakil Tuhan, malaikat itu adalah malaikat perkasa yang memberikan instruksi Allah kepada Yohanes.
- 11 Ini mengasumsikan bahwa pemberian tanggal oleh kita atas kitab Wahyu pada zaman Domitianus adalah benar.
- 12 Ketika pelbagai fitur bait suci disebutkan, acukanlah kepada diagram bait suci Herodes (di bawah). Gambaran dari 11:1, 2 bisa diambil dari kemah suci dengan pelataran tunggalnya, tetapi pernyataan bahwa pelataran itu telah diberikan kepada bangsa-bangsa lain/orang-orang non-Yahudi tentunya terdengar lebih seperti Pelataran Orang Non-Yahudi di bait suci Herodes. Maksud yang sedang diungkapkan adalah sama terlepas dimaksudkan itu adalah kemah suci atau bait suci Herodes.
- 13 Kata naos ini digunakan di Matius 23:35 dan 27:51 untuk mengacukan bagian sakral bait suci itu di mana hanya para imam yang boleh masuk ke dalamnya.
- 14 Kata Yunani untuk kompleks bait suci secara keseluruhan adalah hieron. Kata ini digunakan di Matius 4:5 dan Yohanes 2:14.
- 15 Dalam Kitab Wahyu, gambaran tentang dua mezbah cenderung membaur bersama (lihat catatan tentang 6:9; 8:3, dan 9:13), sehingga identifikasi sebenarnya mezbah ini adalah mustahil dan tidak penting. Mungkin, di dalam nas ini, gambaran mezbah pedupaan akan lebih disukai karena (1) ini adalah mezbah yang paling sering disebut di dalam kitab Wahyu dan (2) ini adalah mezbah yang paling terkait dengan ibadah orang-orang Yahudi (mereka berkumpul di bait suci untuk berdoa pada waktu kemenyan dibakar).
- 16 Karena kata untuk "bait suci" adalah naos, maka yang lebih disukai mungkin adalah gambaran tentang para imam. Perlu diingat bahwa semua orang Kristen adalah "imam" (1 Petrus 2:5, 9; Wahyu 1:6; 5:10).
- 17 Lihat Alkitab KJV. Kata Yunaninya adalah ethne, kata yang darinya kita mendapatkan ungkapan "grup etnis." Alkitab NASB menerjemahkan kata ini sebagai "orang-orang non-Yahdi" di dalam banyak nas (misalnya, Matius 4:15; Kisah 11:1) "Bangsa-bangsa" bisa menjadi istilah umum, tetapi biasanya di kitab Wahyu, itu mengacu kepada orang-orang yang memberontak kepada Kristus (lihat 11:18), dan itulah artinya di sini.
- 18 Pelataran Orang Non-Yahudi adalah tempat di mana Yesus mengusir keluar para penukar uang (Yohanes 2:13-16). Tempat itu sepertinya adalah lokasi bagi "khotbah Injil pertama" (Lukas 24:53; Kisah 2:1) dan lokasi pasti bagi khotbah kedua Petrus yang dicatat (Kisah 3:3, 12). Gereja mula-mula kadang-kadang berhimpun di sana (Kisah 5:12).
- 19 Adalah mungkin, bahkan sepertinya, kota ini adalah sama dengan "kota besar" di 11:8. Jika benar, kota ini akan menjelaskan lebih lanjut.
- 20 Caird, 131. (Huruf miring oleh dia.)
- 21 J. W. Roberts, The Revelation to John (The Apocalypse), The Living Word Commentary Series (Austin, Tex.: Sweet Publishing Co., 1974), 11.
- 22 Ibid., 88.
- 23 Alfred Plummer, "The Revelation of St. John the Divine," in The Pulpit Commentary, ed. H. D. M. Spence and Joseph S. Exell, vol. 22 (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1950), 288. (Emphasis his.)
- 24 Jim McGuiggan, The Book of Revelation (Lubbock, Tex.: International Biblical Resources, 1976), 155. (Huruf miring oleh dia.)
- 25 Nas-nas tentang "bait suci" di 1 Korintus 3 dan 2 Korintus 6 memiliki penerapan kepada gereja secara keseluruhan dan kepada masing-masing anggota gereja. Karena para anggota itu membentuk tubuh itu, maka tidaklah penting apakah yang dianggap bait suci oleh manusia adalah para anggota perorangan atau gereja. Kedua konsep itu benar.
- 26 Kiddle, 180.
- 27 William Hendriksen, More Than Conquerors (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1954), 153. Di dalam bukunya itu Hendriksen memberikan enam argumen untuk tiba pada kesimpulan ini di 154-55.
- 28 G. R. Beasley-Murray, The Book of Revelation, The New Century Bible Commentary Series (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1974), 182. See Morris, 142; Eugene H. Peterson, Reversed Thunder (San Francisco: HarperCollins Publishers, 1988), 111; William Barclay, The Revelation of John, vol. 2, rev. ed., The Daily Study Bible Series (Philadelphia: Westminster Press, 1976), 68.
- 29 Ayat 1 dan 2 merupakan kelanjutan dari penglihatan di mana Yohanes mengambil kitab kecil dari tangan malaikat yang kuat yang berdiri di tanah dan laut (10:8, 9).
- 30 Lihat 11:19; 16:17b; huruf miring oleh saya. Lihat juga 14:17; 15:5.
- 31 Caird, 130.
- 32 Banyak orang premilenialis menggunakan penglihatan Yehezkiel untuk "membuktikan" bahwa sebuah bait suci lahiriah akan dibangun kembali di Yerusalem. Argumen mereka seperti ini: "Bait suci Herodes tidak persis seperti yang ada di dalam penglihatan Yehezkiel, sehingga nubuatan itu belum terpenuhi-tapi suatu hari nanti akan didirikan." Waktu dan ruang tidak mengizinkan untuk berdiskusi panjang di sini tentang penglihatan Yehezkiel, tapi pertimbangkanlah poin-poin ini: (1) Bahasa Yehezkiel bersifat simbolis dan harus jangan dipahami secara harfiah. (2) Bait suci Zerubabel (kemudian ditingkatkan oleh Herodes) adalah sebagian penggenapan atas nubuatan itu, tetapi nas itu menemukan penggenapan terakhirnya pada gereja (bait suci rohani duniawi) dan sorga (bait suci sorgawi). (3) Kaum premilenialis bersemangat terhadap bangunan apa saja yang seperti bait suci yang dibangun di Yerusalem-yang membuktikan bahwa mereka benar-benar tidak percaya bahwa rincian sesungguhnya penglihatan Yehezkiel itu sangat penting. Ketidakkonsistenan ini menghancurkan argumen mereka bahwa bait suci Herodes tidak sesuai dengan setiap rincian penglihatan Yehezkiel.
- 33 Caird, 130. Lebih tepatnya, kita akan mengatakan bahwa Tuhan (yang memberi wahyu itu) "menyesuaikan itu" untuk tujuan-Nya sendiri.
- 34 Sebuah catatan tepi pada salinan Alkitab NASB saya mengatakan, "Literalnya membuang."
- 35 "Bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah" di dalam Lukas 21:24 berasal dari kata yang sama yang diterjemahkan "bangsa-bangsa lain" di Wahyu 11:02. Sebuah pernyataan yang sama ditemukan di Daniel 8:13, yang berbicara tentang "tempat suci" yang "diinjak-injak." Beberapa orang mencoba untuk membuat Wahyu 11:1, 2 berarti sama persis dengan Lukas 21:24 dan Daniel 8:13, namun ada beberapa perbedaan penting: Daniel 8 mengacu kepada penodaan bait suci, dan Lukas 21 mengacu kepada penghancuran bait suci, tetapi Wahyu 11 berbicara tentang perlindungan bait suci oleh Allah. Daniel 8 dan Lukas 21 keduanya mengacu kepada bait suci jasmani, sedangkan Wahyu 11 berbicara tentang bait suci rohani (gereja).
- 36 Lihat catatan tentang pemeteraian 144.000. Menarik untuk membandingkan pemeteraian itu dengan pengukuran: (1) 144.000 jiwa yang dimeteraikan adalah Yahudi rohani (Kristen), sedangkan yang diukur adalah bait suci rohani Yahudi (gereja). (2) 144.000 jiwa itu diukur dengan menghitung; bait suci itu diukur dengan tongkat pengkur. (3) Dalam kedua kasus itu, perlindungan adalah tujuan utama.
- 37 Lihat pelajaran "Di Sinilah Keberadaan Naga-Naga Itu!" di dalam pelajaran 'Wahyu, 1."
- 38 Pelbagai komentari menyantumkan beragam periode yang berlangsung sekitar 3½ tahun yang mungkin memiliki atau mungkin juga tidak memiliki hubungan dengan simbolisme empat puluh dua bulan: Nabi Elia dipelihara selama 3½ tahun (1 Raja 17:1-5; Yakobus 5:17; Lukas 4:25). Respon Babel terhadap pemberontakan Zedekia mencakup periode sekitar empat puluh dua bulan (Yeremia 52). Dalam Pemberontakan Makabis melawan Antiokhus Epifanes, periode penodaan bait suci oleh Antiokhus sampai penyucian dan pemulihannya di bawah Yudas Makabis adalah sekitar tiga tahun. Pengepungan Romawi atas Yerusalem berlangsung sekitar empat puluh dua bulan. Anda mungkin ingin atau mungkin tidak ingin menyebutkan semua atau sebagian dari hal ini. Bagaimanapun, hati-hatilah perhadap perangkap pemikiran tentang empat puluh dua bulan sebagai suatu periode waktu literal-periode waktu literal apa saja termasuk "Keseluruhan Dispensasi Kristen." (Kebenaran yang
- 39 Kebanyakan orang premilenialis (1) mengharfiahkan acuan 3½ tahun, dan kemudian (2) bersikeras bahwa ada dua periode 3½ tahun di dalam Kitab Wahyu: yang satu sebelum binatang itu muncul dan satunya lagi setelah bin atang itu muncul (jumlahnya cocok dengan masa Kesusahan tujuh tahun khayalan mereka). Kita harus terus menekankan (1) bahwa semua acuan 3½ tahun adalah simbolik dan (2) bahwa semuanya membawa ide yang sama (yaitu, secara simbolis, semuanya "mencakup periode waktu yang sama").
- 40 "Orang Yahudi bekerja 360 hari setahun. (Ia menambahkan satu bulan kabisat-Adhar kedua-secara berkala, untuk membuat kalendernya itu cocok dengan tahun matahari)" (McGuiggan, 156).
- 41 Ungkapan ini pertama kali digunakan di dalam Kitab Daniel (lihat 7:25; 12:7).
- 42 McGuiggan, 156. (Penekanan nya.)
- 43 Artinya, ia harus memenuhi standar penerimaan tertentu.
- 44 Biasanya, di dalam Perjanjian Baru, ditekankan bahwa hanya ada dua tempat seseorang bisa berada-di gereja atau di dunia (misalnya , lihat Kolose 1:13).
- 45 Kiddle, 189.
- 46 Hendriksen, 154.
- 47 Penyederhanaan saya atas posisi ini tidak cukup menganggapnya bermakna. Untuk kajian lebih lanjut tentang posisi ini, lihat Homer Hailey, Revelation (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1979), 251; Morris, 146-47; Caird, 132.
- 48 Ketika saya mencoba untuk secara singkat menjelaskan penafsiran ini kepada kelas saya di Judsonia, yang saya dapatkan hanya tatapan orang bingung. Jika Anda menggunakan materi ini di dalam kelas, saya sarankan Anda untuk (1) mengambil lebih banyak waktu pada kemungkinan ini, atau (2) hanya katakan "dan ada banyak kemungkinan lain" dan teruskan tanpa mencoba untuk menjelaskan posisi ini. Ini bukan poin utamanya.
- 49 Yang menjadikan "kota suci itu" bayangan gereja adalah kekuatan dan kelemahannya. Ini bisa dianggap kekuatannya. Yerusalem lahiriah tidak lagi menjadi bagian dari rencana dan tujuan Allah, tetapi "Yerusalem sorgawi" (Galatia 4:26; lihat Ibrani 12:22). Di sisi lain, ini pasti kelemahannya jika "kota besar" ayat 8 itu mengacu kepada kota yang sama. "Kota besar" ayat 8 tampaknya benar-benar menjadi acuan kepada Babel/Roma-bukan kepada gereja.
- 50 Kita memiliki campuran konsep yang sama dalam hal keamanan dan penderitaan dalam diskusi tentang pemeteraian 144.000 jiwa.
- 51 Lihat pelajaran "Yang Manis Dan Yang Pahit."
- 52 Hailey, 252.
- 53 Eldred Echols, Haven't You Heard? There's a WAR Going On!: Unlocking the Code to Revelation (Fort Worth, Tex.: Sweet Publishing, 1995), 182.
- 54 Ibid., 181.
- 55 David Roper, Voices Crying in the Wilderness (Salisbury [Adelaide], South Australia: Restoration Publications, 1979).
- 56 Dikutip dari Paul Lee Tan, Encyclopedia of 7,700 Illustrations (Rockville, Md.: Assurance Publishers, 1979), 442.
- 57 Jika pelajaran ini digunakan sebagai khotbah, doronglah para pendengar untuk memulai pengujian dengan menanyakan diri sendiri apakah mereka itu sudah atau belum diselamkan ke dalam Yesus (Markus 16:16)-dan jika demikian, apakah mereka itu setia atau tidak kepada Tuhan (Wahyu 2:10). Desaklah mereka, jika pengujian mereka itu mengungkapkan kebutuhan rohani, untuk segera membereskan masalah itu sekarang juga!
Pengarang: David Roper
Hak Cipta © 2012 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) KEBODOHAN KARENA MENGABAIKAN PERINTAH ALLAH
WAHYU 9:20-21 & 11:14, 15
G. Saint Helens menyemburkan awan gelap ratusan meter ke langit biru Washi...
KEBODOHAN KARENA MENGABAIKAN PERINTAH ALLAH
G. Saint Helens menyemburkan awan gelap ratusan meter ke langit biru Washington. Berdasarkan bukti saintifik, gunung berapi itu jelas akan segera meletus. "Peringatan!" dikumandangkan dari pengeras suara di mobil-mobil dan helikopter-helikopter patroli, dari tanda-tanda peringatan bertenaga baterai di setiap persimpangan jalan utama, oleh para penyiar radio dan televisi, oleh para operator radio gelombang pendek dan CB. Desa-desa di tepi Danau, kamp-kamp wisata, dan jalur-jalur hiking kosong ketika orang-orang lari menyelamatkan nyawa mereka.
Harry, meskipun telah diperingatkan, menolak untuk mengungsi. Harry adalah penjaga sebuah penginapan wisata di Spirit Lake, delapan kilometer sebelah utara G. Saint Helens. Petugas Rangers telah memperingatkan dia, para tetangga menghimbau dia untuk mengungsi bersama mereka, dan adik perempuan Harry dipanggil untuk menyadarkan orang tua yang keras kepala itu—tapi Harry mengabaikan mereka. Ia menyeringai terhadap televisi nasional dan berkata, "Tidak ada yang tahu lebih banyak tentang gunung ini selain aku, dan gunung ini tidak berani meletus di atas aku."
Pada tanggal 18 Mei 1980, ketika gas yang mendidih di bawah permukaan gunung menyembul dan menjembol tanah, Harry malah memasak telur dan daging, memberi makan enam belas kucingnya dengan sisa-sisa makanan, dan mulai menanam bunga petunias di sekeliling batas halaman rumputnya yang baru dipangkas. Pada jam 8:31, gunung itu meletus.
Gunung berapi ini meletus dengan kekuatan lima ratus kali lebih besar dari bom nuklir yang meratakan Hiroshima. Jutaan ton batu remuk dan berubah menjadi awan yang menjulang ke langit setinggi 16 kilometer. Gelombang kejut, yang merambat lebih cepat daripada kecepatan suara, meratakan segala sesuatu pada radius 240 kilometer persegi. Dinding lumpur dan abu setinggi 17 meter mengalir menuruni punggung gunung itu.
Di sudut Washington di mana Harry pernah tinggal, para penyanyi balad sekarang bernyanyi tentang kisah Harry, orang tua keras kepala yang menolak untuk mengindahkan pelbagai peringatan.1
Untuk beberapa pelajaran yang lalu, kita telah membahas peringatan dari sangkakala Allah kepada orang berdosa: Ketika empat sangkakala pertama berbunyi, Allah menggunakan pelbagai bencana alam untuk mengingatkan manusia tentang kerawanan situasi mereka. Ketika sangkakala kelima berbunyi, belalang-belalang jahat menyiksa manusia dengan siksaan yang ditimbulkan oleh dosa. Sangkakala keenam menghasilkan "penunggang kuda dari neraka" yang mencoba menyadarkan orang-orang berdosa. Sedih untuk dikatakan, respon mereka adalah seperti respon si Harry tua. Pada umumnya, orang-orang mengabaikan peringatan yang mereka terima:
Tetapi manusia lain, yang tidak mati oleh malapetaka itu, tidak juga bertobat dari perbuatan tangan mereka: mereka tidak berhenti menyembah roh-roh jahat dan berhala-berhala dari emas dan perak, dari tembaga, batu dan kayu yang tidak dapat melihat atau mendengar atau berjalan, dan mereka tidak bertobat dari pada pembunuhan, sihir, percabulan dan pencurian (9:20, 21).
Selama saya mempelajari tujuh sangkakala itu, 2 Petrus 3:9, 10 terlintas di pikiran:
Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat. Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap.
Ayat-ayat ini mengajarkan beberapa kebenaran penting: (1) Tuhan menunda kedatangan-Nya—karena Ia tidak ingin manusia binasa. (2) Keinginan Tuhan adalah orang berdosa seharusnya bertobat, karena hanya melalui pertobatan mereka dapat kembali kepada Dia. (3) Pada titik tertentu, kesabaran Tuhan akan habis, dan hari Tuhan akan datang. Lalu orang-orang yang mengabaikan peringatan-Nya itu akan merasakan kekuatan penuh murka-Nya. Masing-masing tema ini telah dikembangkan dalam nas-nas tentang tujuh sangkakala.
Dalam pelajaran ini, kita akan menyelesaikan pelajaran kita tentang sangkakala keenam (9:20, 21)—dan mengantisipasi yang ketujuh (11:14, 15).
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) KESIMPULAN (Wahyu 9:20-21; 11:14-15)
Dengan melihat kembali enam sangkakala pertama dan melihat ke depan kepada sangkakala ketujuh, kita banyak mempe...
KESIMPULAN (Wahyu 9:20-21; 11:14-15)
Dengan melihat kembali enam sangkakala pertama dan melihat ke depan kepada sangkakala ketujuh, kita banyak mempelajari pelajaran penting:
(1) Dosa itu mengerikan.
(2) Dosa itu menghancurkan segala sesuatu yang ia sentuh.
(3) Dosa itu penghinaan terhadap Allah.
(4) Allah itu penuh rahmat dan sabar terhadap kita ketika kita berdosa.
(5) Jika kita ingin mendapat manfaat dari rahmat Allah, kita harus bertobat.
(6) Pertobatan sejati akan mengubah diri kita luar-dalam.
(7) Waktu adalah singkat dan tidak pasti. Jika kita ingin bertobat, kita harus melakukannya sekarang juga!
Kebenaran utama yang saya ingin Anda ingat tentang sangkakala-sangkakala itu adalah bahwa "sangkakala-sangkakala itu memberi peringatan": Allah sedang mencoba memperingatkan kita melalui pelbagai bencana alam, melalui hal-hal mengerikan yang menimpa orang berdosa, dan melalui efek mengerikan yang dosa timbulkan pada orang lain. Dalam khayalan saya, saya mendengar seseorang berseru keras di dalam penghakiman, "Tuhan, kenapa Engkau tidak memperingatkan aku?" dan saya mendengar jawaban sedih Tuhan: "Aku sudah lakukan! Ingkatkah engkau kepada tornado yang memporak-porandakan banyak rumah di daerahmu? Tidakkah engkau ingat bahwa engkau tidak bisa tidur setelah berbohong? Tidakkah engkau ingat melihat adegan kecelakaan dengan tubuh-tubuh yang rusak? Aku mencoba memperingatkan engkau dari waktu ke waktu! Namun engkau tidak mendengarkan!"
Beberapa tahun yang lalu, ketika saya berkhotbah di gereja Kristus Village di Greater Oklahoma City, seorang non-Kristen yang memakai alat bantu dengar sering hadir ketika saya berkhotbah. Tidak peduli betapa penuh semangat saya menghimbau, Ia tetap pada pendiriannya. Kadang-kadang saya bertanya-tanya apakah ia mematikan alat bantu dengarnya ketika saya naik mimbar. Saya tidak kenal orang itu, tapi saya tahu bahwa hari ini banyak orang menutup telinga mereka terhadap peringatan Tuhan (Matius 13:15). Tidak penting apakah Anda mengabaikan saya atau tidak, tapi saya mohon, jangan mengabaikan Allah! Jangan seperti Harry tua, yang mengabaikan pelbagai peringatan. Jika Anda perlu berpaling kepada Tuhan, lakukanlah sekarang juga!28
PERTANYAAN untuk Ulasan & DiSKUSI
- 1. Pernahkah Anda mengabaikan peringatan dan harus menanggung akibatnya?
- 2. Allah ingin pelbagai akibat mengerikan dari dosa menimbulkan pertobatan— tapi bisakah begitu? (Lihat 9:20, 21.) Bagaimana dengan sekarang ini? Dosa masih menimbulkan pelbagai akibat yang mengerikan, tapi apakah hal ini mempengaruhi sebagian besar orang?
- 3. Apakah penyembahan berhala masih menjadi masalah sekarang ini?
- 4. Diskusikanlah empat dosa yang disebut di dalam ayat 21. Apakah dosa-dosa ini masih lazim terjadi sekarang ini?
- 5. Suatu hari nanti, akankah Allah memutuskan bahwa tidak ada alasan untuk berusaha terus membawa kembali manusia kepada Dia? Apa yang akan terjadi kemudian? Bagaimanakah Anda dan saya bisa mempersiapkan diri untuk Hari Penghakiman?
TFTWMS: Wahyu (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Kisah tentang Harry ini disadur dari Billy Graham, Approaching Hoofbeats: The Four Horsemen of the Apocalypse (New York: Avon Book...
Catatan Akhir:
- 1 Kisah tentang Harry ini disadur dari Billy Graham, Approaching Hoofbeats: The Four Horsemen of the Apocalypse (New York: Avon Books, 1985), xi, xii.
- 2 G. B. Caird, A Commentary on the Revelation of St. John the Divine (London: Adam & Charles Black, 1966), 123.
- 3 Leon Morris, Revelation, rev. ed., The Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1987), 124.
- 4 Lihat artikel tambahan "Bertobatlah-Jika Tidak!"
- 5 Daniel Russell, Preaching the Apocalypse (New York: Abingdon Press, 1935), 143-44.
- 6 Alkitab KJV menulis "menyembah setan-setan," tapi hanya ada satu setan. Istilah yang lebih tepat adalah "roh-roh jahat." Di Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, ibadah orang kafir dianggap menyembah roh-roh jahat (Ulangan 32:17; Mazmur 106:37; 1 Korintus 10:20). Ajaran palsu dianggap sebagai "ajaran roh-roh jahat" (1 Timotius 4:1).
- 7 Gambaran serupa tentang berhala ditemukan di seluruh Alkitab. Lihat Ulangan 4:28; Mazmur 115:4-8; 135:15-18; Yesaya 44:12-20; Yeremia 1:16; Mikha 5:13; Kisah 7:41.
- 8 Martin Kiddle, The Revelation of St. John, The Moffatt New Testament Commentary Series (New York: Harper & Brothers Publishers, 1940), 165.
- 9 Burton Coffman, Commentary on Revelation (Austin, Tex.: Firm Foundation Publishing House, 1979), 216.
- 10 Eldred Echols, Haven't You Heard? There's a WAR Going On!: Unlocking the Code to Revelation (Fort Worth, Tex.: Sweet Publishing Co., 1995), 180.
- 11 David Roper, "The Day Christ Came (Again)" and Other Sermons (Dallas: Christian Publishing Co., 1964), 65.
- 12 Saya meminta peserta kelas di Judsonia untuk membuat daftar tentang hal-hal yang kadang-kadang manusia utamakan di dalam hidup mereka ketimbang Tuhan. Mereka datang dengan daftar yang mengesankan.
- 13 Kata Yunani yang diterjemahkan "percabulan" adalah porneia, kata untuk percabulan (lihat KJV). Dalam konteks ini, kata tersebut mengacu kepada dosa seksual secara umum. Alkitab NIV menulis "kemesuman seksual."
- 14 Dosa-dosa ini adalah khas dosa-dosa di zaman Yohanes dan tetap umum di zaman kita. Dosa-dosa khusus ini sering dikelompokkan bersama di dalam Kitab Suci (lihat Yeremia 7:9; Hosea 4:2; Galatia 5:19-21).
- 15 Kita tidak lagi diikat oleh Sepuluh Perintah Allah seperti itu, tapi sembilan dari sepuluh perintah itu diulang di Perjanjian Baru, termasuk yang mengecam dosa yang tercantum di ayat 21 (lihat Roma 13:9). (Satu perintah di dalam Sepuluh Perintah yang tidak diulang di dalam Perjanjian Baru adalah nomor empat: "Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat.")
- 16 Larangan ini juga melidungi pernikahan dan rumah tangga.
- 17 Kata Yunani ini muncul tiga kali di Perjanjian Baru: di sini, di Wahyu 18:23, dan di Galatia 5:20. Alkitab KJV menerjemahkan kata itu sebagai "tenung" di Galatia 5:20, tetapi NKJV menulis "sihir" Alkitab NIV menulis "seni magis" di Wahyu 9:21, tetapi "mantra gaib" di Wahyu 18:3. Mungkin ada beberapa nilai tertentu dalam mencatat perbedaan antara "sulap" dan "sihir": Pesulap ("ahli magis") tidak berpura-pura melakukan trik mereka dengan bantuan kekuatan mistik gaib tertentu; "seni magis" mereka sedikit lebih [sulit] dari teka-teki sehingga para penonton mereka senang mencoba untuk mencari tahu rahasianya.
- 18 W. E. Vine, The Expanded Vine's Expository Dictionary of New Testament Words, ed. John R. Kohelngerger III with James A. Swanson (Minneapolis, Minn.: Bethany House Publishers, 1984), 1064-65.
- 19 Ibid., 1065.
- 20 "Peyote" adalah nama umum sebuah kaktus tak berduri yang ditemukan di AS barat daya dan utara Meksiko. Pohon ini mengandung alkaloid mescaline, yang dapat menimbulkan halusinasi yang ditandai dengan warna-warna
- 21 Native American Church adalah lembaga keagamaan yang terdiri dari beberapa Indian Amerika dari beberapa suku, terutama di barat daya Amerika. Gereja ini menggabungkan beberapa ajaran agama Kristen dengan penggunaan "sakramen" dari ramuan peyote.
- 22 Anda mungkin ingin menggunakan contoh-contoh yang dikenal baik oleh para siswa Anda.
- 23 Lihat "Repent" dalam daftar kata di halaman 54 dalam edisi "Acts, 1" dari Truth for Today (May 1995).
- 24 M. Robert Mulholland, Jr., Holy Living in an Unholy World: Revelation, The Francis Asbury Press Commentary Series (Grand Rapids, Mich.: Francis Asbury Press, 1990), 199.
- 25 Michael Wilcock, I Saw Heaven Opened: The Message of Revelation, The Bible Speaks Today Series (Downers Grove, Ill.: Intervarsity Press, 1975), 102.
- 26 Tujuh cawan itu masih akan datang (pasal 15 dan 16), tetapi penekanan dalam cawan-cawan itu akan berupa tentang hukuman, bukan tentang peringatan.
- 27 Merrill C. Tenney, Proclaiming the New Testament: The Book of Revelation (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1963), 44. Tenney mengilustrasikan maksudnya dengan mengacu kepada dunia sebelum air bah, Sodom dan Gomora, Babel, dan Yerusalem.
- 28 Jika Anda menggunakan pelajaran ini sebagai khotbah, jelaskanlah bagaimana orang non-Kristen datang kepada Allah dan bagaimana orang Kristen yang bersalah datang lagi kepada Allah. Lihat kesimpulan dari pelajaran "Seruan Bangun Oleh Allah" dan "Sifat Dosa Yang Menghancurkan Diri."
Pengarang: David Roper
Hak Cipta © 2012 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) "PENGANGKATAN"
Meskipun banyak tokoh agama berbicara tentang Pengangkatan, jutaan orang tetap bingung dengan istilah itu. Sebenarnya, kata...
"PENGANGKATAN"
Meskipun banyak tokoh agama berbicara tentang Pengangkatan, jutaan orang tetap bingung dengan istilah itu. Sebenarnya, kata "pengangkatan" tidak ada di dalam Alkitab; ajaran tentang Pengangkatan adalah anti-Alkitab. Dr Robert Kuat memberikan definisi doktrin itu:
Yang dimaksud dengan Pengangkatan adalah kedatangan Kristus yang tiba-tiba dan kemungkinan rahasia di angkasa untuk membawa pergi dari bumi tubuh-tubuh yang dibangkitkan dari orang-orang yang telah mati dalam iman dan juga orang-orang kudus yang hidup.1
Namun begitu, menurut Wahyu 1:7, setiap mata akan melihat Tuhan ketika Ia datang-bahkan orang-orang fasik yang telah menikam lambung-Nya! Tidak satu pun tentang masalah ini akan menjadi rahasia! Juga, seperti yang 1 Tesalonika 4:16 tegaskan, akan ada sorak-sorai pujian atas kembalinya Tuhan!
Kaum dispensasi menyatakan bahwa periode Pengangkatan berlangsung selama tujuh tahun. Selama masa ini orang-orang kudus hidup dalam damai, sementara orang-orang berdosa mengalami kesusahan besar di bumi. Sebaliknya, Tuhan mengajarkan di dua perumpamaan Matius 13 bahwa tidak akan ada pemisahan orang baik dan orang jahat sampai hari kiamat tiba. Bacalah dengan seksama cerita tentang lalang dan pukat tersebut. Juruselamat kita menekankan bahwa orang benar dan orang fasik akan hidup berdampingan sampai dipisahkan selamanya ke dalam sorga atau neraka. Di dalam Yohanes 6 Kristus sebanyak empat kali mengacukan hari kiamat itu. Sebelumnya, di dalam Yohanes 5:28, 29, Yesus berjanji bahwa semua orang yang berada di dalam kuburan akan mendengar suara-Nya dan bangkit pada waktu yang sama untuk menerima penghakiman. Di sana hanya akan ada satu kebangkitan-terdiri dari orang baik dan orang jahat (Kisah 24:15).
Di dalam 1 Tesalonika 4 Paulus membahas secara khusus apa yang akan terjadi terhadap orang-orang kudus itu-baik yang mati maupun yang hidup-ketika sang Penebus datang. Pada halaman berikutnya Alkitab saya, di dalam 2 Tesalonika 1:4-10, rasul yang sama, mengenai masalah yang sama tentang kedatangan Kristus, kepada para pendengar yang sama-gereja Tesalonika-memberitahu kita bahwa ketika (keterangan waktu) Tuhan datang, Ia akan dikagumi oleh orang-orang kudus sementara orang fasik dibanjiri oleh murka Allah! Tidak ada tempat atau waktu yang telah disisihkan untuk apa yang disebut Pengangkatan. (Lihat Ibrani 9:27, 28.)
Di Efesus 4:4 kita ketahui bahwa di dalam agama Kristen ada satu harapan- bukan dua atau tiga, tapi hanya satu! Beberapa orang mengharapkan "bumi Allah yang dimuliakan," sementara yang lainnya dengan penuh gairah mengantisipasi Pengangkatan. Umat Kristen Perjanjian Baru mengharapkan sorga-tempat Maha Kudus (Ibrani 6:19, 20).
Di dalam 1 Timotius 6:13 14 dan 2 Timotius 4:8, kita menemukan beberapa ajaran yang menggabungkan kebangkitan orang mati, upah orang-orang kudus, penampakan Kristus yang penuh kemuliaan (Titus 2:13). Semua ini akan terjadi pada waktu yang sama (1 Korintus 15:52).
Dalam nas langsung setelah teks-bukti utama yang digunakan oleh guru-guru Pengangkatan, 1 Tesalonika 5:2, kita membaca kata-kata yang sangat jelas yang selamanya mengajarkan bahwa orang benar tidak akan diangkat sebelum Hari Penghakiman. (Secara khusus perhatikanlah 1 Tesalonika 5:3, 4, 10.) Sebaliknya, mereka akan hadir bersama orang-orang fasik sampai waktu ketika orang-orang fasik menerima hukuman. Pada waktu yang sama orang-orang benar akan menerima upah mereka.
Injil harus diberitakan oleh anak-anak Allah sampai akhir zaman (Matius 28:20), tetapi ini akan menjadi mustahil jika orang-orang kudus sudah diangkat tujuh tahun sebelum akhir zaman! Ada terlalu banyak masalah dengan pengajaran seperti itu bagi para pengiman Alkitab untuk menerima pelbagai gagasan anti-Alkitab seperti itu. Seperti yang dengan keraskan dinyatakan oleh Dr. Loraine Boettner, Yesus "mengatakan bahwa Ia akan membangkitkan mereka yang percaya kepada Dia pada hari kiamat (Yohanes 6:39, 40, 44, 54). Secara jelas tidak akan ada hari-hari lain setelah hari kiamat.2
Pada suatu hari nanti-pada hari yang hanya diketahui oleh Yehovah-(Matius 24:36), akhir dunia akan datang. Hanya mereka yang hidup dan mati dalam Kristus (lihat Yohanes 8:21; Wahyu 14:13) yang akan siap sedia dan dengan demikian sanggup berdiri (Wahyu 6:17). Betapa tragisnya bila tidak siap dan tidak mampu menyanyikan lagu manis penebusan!
Catatan Akhir:
- Robert Strong, The Presbyterian Guardian (25 February 1942), dikutip dalam Loraine Boettner, The Millennium(Philadelphia: Presbyterian and Reformed Publishing Co., 1957), 159.
- Disadur dari Johnny Ramsey Boettner, 169. (Huruf miring oleh dia.)
BIS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Wahyu Kepada Yohanes ini ditulis pada masa orang-orang Kristen ditekan dan
dianiaya karena percaya kepada Yesus Krist
WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Wahyu Kepada Yohanes ini ditulis pada masa orang-orang Kristen ditekan dan dianiaya karena percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan. Maksud utama penulisnya ialah untuk memberi harapan serta semangat kepada para pembacanya, dan juga untuk mendorong mereka supaya tetap percaya pada waktu dianiaya dan ditekan.
Isi buku ini sebagian besar terdiri dari beberapa rangkaian wahyu dan penglihatan yang dikemukakan dengan memakai bahasa perlambang yang dapat difahami artinya oleh orang-orang Kristen zaman itu, tetapi sulit dimengerti oleh orang-orang lain. Pokok pikiran yang dikemukakan dalam buku ini diulang-ulangi dalam bermacam-macam cara melalui berbagai-bagai rangkaian penglihatan. Meskipun terdapat banyak perbedaan pendapat mengenai tafsiran yang terperinci tentang isi buku ini, namun inti sari pokok pikirannya jelas, yaitu bahwa melalui Kristus, Allah akhirnya akan mengalahkan semua musuh-Nya, termasuk Iblis. Dan apabila kemenangan itu sudah tercapai, Allah akan memberikan surga yang baru dan bumi yang baru sebagai hadiah kepada umat-Nya yang setia.
Isi
- Pendahuluan
Wahyu 1:1-8 - Penglihatan permulaan dan surat-surat kepada ketujuh jemaat
Wahyu 1:9-3:22 - Gulungan buku dan tujuh segel
Wahyu 4:1-8:1 - Tujuh trompet
Wahyu 8:2-11:19 - Naga dan dua ekor binatang
Wahyu 12:1-13:18 - Berbagai-bagai penglihatan
Wahyu 14:1-15:8 - Tujuh wadah amarah Allah
Wahyu 16:1-21 - Hancurnya Babel, kalahnya binatang, nabi palsu dan Iblis
Wahyu 17:1-20:10 - Hukuman terakhir
Wahyu 20:11-15 - Langit baru, bumi baru, Yerusalem baru
Wahyu 21:1-22:5 - Penutup
Wahyu 22:6-21
Ajaran: Wahyu (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran yang ada dalam Kitab Wahyu,
sehingga mereka melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pend
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran yang ada dalam Kitab Wahyu, sehingga mereka melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Yohanes.
Tahun : Sekitar tahun 95-96 sesudah Masehi.
Penerima : Ketujuh jemaat di Asia Kecil (tetapi juga semua jemaat Yesus Kristus di seluruh dunia).
Isi Kitab: Kitab Wahyu ini terdiri dari 22 pasal. Di dalam Kitab ini, kita dapat melihat dengan jelas apa yang diwahyukan Allah kepadanya tentang apa yang terjadi sekarang, dan apa yang akan terjadi kemudian atas seluruh umat manusia.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Wahyu
Pasal 1 (Wahy 1:9-12).
Pengajaran tentang apa yang telah dilihat oleh Rasul Yohanes Bagian ini menceritakan tentang rahasia ketujuh bintang dan ketujuh kaki dian emas. (Wahy 1:17-20).
Pasal 2-3 (Wahy 2:1-3:22).
Pengajaran tentang apa yang terjadi sekarang
Bagian ini berisi pesan kepada ketujuh jemaat. Ketujuh jemaat ini menggambarkan keadaan jemaat Kristen di seluruh dunia.
Pasal 4-22 (Wahy 4:1-22:21).
Pengajaran tentang apa yang terjadi di masa depan
Bagian ini berisikan tentang masa depan yang terjadi di dunia, yaitu siksaan besar bagi isi dunia. Setelah malapetaka itu terjadi, Yesus Kristus datang untuk mendirikan Kerajaan Seribu Tahun, dan sesudahnya Iblis dan pengikutnya dihancurkan akhirnya, dunia dan langit ini akan dijadikan baru. Puncak dari isi Kitab Wahyu ini adalah berita dan janji tentang kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali.
Pendalaman
- Kalau kenyataan akhir dunia ini sudah jelas, yaitu kedatangan kedua kali dari Yesus Kristus ke dunia ini, dengan membawa kemenangan, maka apakah yang akan saudara lakukan dalam penderitaan hidup sebagai orang Kristen? Setia? Ataukah mundur?
- Kalau orang-orang kudus akan diberkati saudara yang ada di dalam kekudusan dan kemenangan Kristuslah yang diberkati. Saudara sekarang berada di pihak yang mana?
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab Wahyu?
- Apakah hasil dari mempelajari Kitab Wahyu?
- Bagaimanakah keadaan ketujuh jemaat itu?
- Apakah janji Tuhan Yesus akan kedatangan-Nya?
- Apakah yang akan dialami oleh orang percaya setelah dunia in diperbaharui?
Intisari: Wahyu (Pendahuluan Kitab) Apa yang akan terjadi pada masa depan
PENULIS.Penulisnya disebut sebagai 'Yohanes' sebanyak empat kali (1:1, 4, 9; 22:8), tetapi ia tidak mengakui di
Apa yang akan terjadi pada masa depan
PENULIS.
Penulisnya disebut sebagai 'Yohanes' sebanyak empat kali (1:1, 4, 9; 22:8), tetapi ia tidak mengakui dirinya sebagai rasul Yohanes, dan beberapa orang mengemukakan bahwa penulisnya adalah Yohanes yang lain, sebab:
1. Bahasa Yunani yang dipakai dalam Wahyu sangat tidak biasa, tidak seperti bahasa Yunani yang dipakai dalam Injil Yohanes.
2. Dalam Injil, Yohanes tidak pernah menuliskan namanya.
3. Ciri-ciri tema dari Injil Yohanes, yaitu kasih dan kebenaran, hampir tidak muncul dalam Wahyu. Tetapi, keberatan-keberatan ini mudah dijawab. Bahasa Yunani yang dipakai sengaja tidak seperti biasanya -- bukan bahasa Yunani yang jelek -- karena menuliskan nubuatan. Kedua, Injil pada dasarnya adalah biografi dari Yesus, dan Yohanes tidak ingin memasukkan dirinya ke dalam tulisan itu. Tetapi, Wahyu merupakan penyataan yang diberikan kepada seseorang, tentu nama orang itu memberikan keabsahan pada wahyu itu. Ketiga, kita tidak mungkin mengharapkan kasih menjadi tema kunci dari suatu kitab yang berbicara mengenai penghakiman!
PENERIMANYA.
Kitab ini berisi tujuh surat kepada tujuh jemaat (lebih tegasnya kepada 'para malaikat' mereka) di Asia. Terdapat banyak jemaat di Asia, tetapi hanya tujuh yang dipilih, pertama karena angka tujuh menyatakan kesempurnaan atau keutuhan; tujuh melukiskan seluruh jemaat dalam sepanjang sejarah, dan kedua, sebab ke tujuh jemaat tersebut melambangkan seluruh ragam jemaat jemaat sepanjang zaman, mulai dari jemaat di Smirna, yang tidak ada hal buruk disebutkan, sampai jemaat di Laodikia, yang tidak ada satu hal baik pun disebutkan.
WAKTU PENULISAN.
Kitab ini ditulis pada saat yang bersamaan dengan memuncaknya penganiayaan atas jemaat-jemaat. Kristen sudah mengalami aniaya, tetapi sekarang mereka harus mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian. Penganiayaan pertama yang terbesar terjadi di bawah pemerintahan Kaisar Nero dan seolah-olah tercermin dalam kitab itu -- mungkin dengan angka '666' yang misterius itu (13:18). Ada penganiayaan kedua yang lebih kejam, yaitu di bawah Kaisar Domitian yang berlangsung dari tahun 91-95 M. dan banyak orang berpendapat bahwa Yohanes menulis kitab ini pada masa tersebut.
CIRI-CIRI KHUSUS.
Kitab ini mewakili tulisan Yahudi yang khusus. Kitab ini berisi wahyu; suatu penyingkapan, suatu penyataan, tetapi ditulis dalam bentuk yang gamblang dan puitis. Sukar untuk memahami tulisan ini, tetapi kitab ini sangat penting untuk dipelajari oleh Kristen jika ia ingin mempelajari sejarah dengan benar.
Pesan
1. Menafsirkan kitab Wahyu.Kitab ini berisi banyak simbol di antaranya yang paling menonjol adalah angka
tujuh:
o Tujuh gereja. Wah 1:4
o Tujuh roh. Wah 1:4
o Tujuh kaki dian. Wah 1:12
o Tujuh bintang. Wah 1:16
o Tujuh meterai. Wah 5:1
o Tujuh tanduk. Wah 5:6
o Tujuh malaikat. Wah 8:2
o Tujuh sangkakala. Wah 8:2
o Tujuh guruh. Wah 10:3
o Tujuh kepala. Wah 12:3
o Tujuh malapetaka. Wah 15:1
o Tujuh cawan emas. Wah 15:7
o Tujuh raja. Wah 17:10
Selain itu, masih mungkin kita temukan hal-hal yang berhubungan dengan angka
tujuh dalam kitab ini, yang tidak dijelaskan secara khusus. Angka tujuh berarti
keutuhan, kesempurnaan. Angka itu merupakan angka Allah, seperti juga halnya
dengan angka enam adalah angka manusia.
Kitab ini harus dimengerti sebagai kitab yang membangkitkan semangat pada
saatsaat penganiayaan. Bahkan kitab ini menandaskan bahwa keberadaan Nero dalam
sejarah adalah bagian dari rencana Allah.
Dan, kitab ini menekankan tentang penghakiman: pada puncaknya Allah akan
menuntut perliitungan. Pembohong, penipu, orang-orang yang amoral seakan-akan
terlepas dari penghukuman. Dan, kita sering kali menjadi tidak sabar' Berapa
lamakah?'(Wah 6:10). Hari penghakiman mereka sudahditetapkan.
2. Empat pola penafsiran.
o Wahyu sebagai sejarah menafsirkan Wahyu seolah-olah ditujukan kepada Kristen
penerimanya di abad pertama. Petunjuk-petunjuk sejarah hanya untuk orang dan
peristiwa-peristiwa saat itu. Semua rahasia tentang Wahyu dimengerti oleh para
pembaca pertamanya tetapi kita tidak perlu berharap untuk melihat kesesuaian
wahyu tersebut secara rind dengan zaman kita sekarang.
o Wahyu sebagai nubuatan menafsirkan Wahyu sebagai kitab yang membeberkan garis
besar jangka panjang jalannya sejarah, dimulai dari abad pertama dan melaju
dengan pasti sampai pada masa kini terus sampai pada akhir zaman.
o Wahyu sebagai pemaparan masa depan. Sama sekali tidak memandangnya sebagai
kitab yang menyinggung sejarah tetapi semata membicarakan akhir zaman.
o Wahyu berlsikan lambang-lambang. Wahyu dipandang sebagai sesuatu yang penuh
dengan lambang-lambang yang masing-masing harus ditafsirkan tersendiri dan
tidak mempunyai hubungan dengan sejarah dunia. Mungkin tak satu pun dari
pandangan- pandangan di atas yang memuaskan. Pandangan sejarah membuat Wahyu
hanya sedikit berguna bagi kita, dan pandangan masa depan membuat kitab ini
hanya cocok untuk Kristen yang hidup pada akhir zaman.
Tetapi nubuat-nubuat sering mempunyai dua pokok acuan, yaitu: kejadian yang
segera akan terjadi dan yang masih jauh. Nubuatan Yesaya yang terkenal tentang
seorang anak (Yes 7:14) menunjuk kepada seorang wanita muda pada zaman Yesaya
dan kepada Maria, ibu Tuhan Yesus. Nubuatan-nubuatan ini juga menunjuk ke
pemerintahan Domitian maupun ke kejadian-kejadian di akhir zaman.
3. Angka misterius 666 (Wah 13:10).
Teka-teki ini tergantung pada fakta bahwa baik bahasa Ibrani maupun Yunani,
huruf-huruf abjad juga dipakai untuk bilangan. Oleh karena itu, tiap-tiap kata
mempunyai nilai bilangan dan setiap angka bisa merupakan suatu kode untuk kata
tertentu. Kaisar Nero, jika ditulis dalam bahasa Ibrani, berjumlah 666. Titus
merupakan pemecahan lain, dan kali ini dalam bahasa Yunani, dan kata ini
menunjuk kepada kaisar ketiga yang bernama Titus Domitian.
Penerapan
Berita dalam Wahyu sederhana: semua sejarah adalah 'Sejarah-Nya', sudah ditulis dan akan berakhir dengan penghakiman untuk seluruh dunia. Dan dalam terang pengetahuan ini Kristen harus mendapatkan penghiburan, terutama di saat-saat penganiayaan.
Tema-tema Kunci
1. Babel.
Kejatuhan Babel di gambarkan secara rinci dalam pasal 18, 19. Pakailah konkordansi untuk mempelajari ajaran Alkitab tentang Babel. Mulailah dari Kejadian 11, perhatikan bahwa Babel adalah Babilonia. Terutama perhatikan nubuatan Yesaya mengenai Babilonia. Dalam Wah 18:1-24 tunjukkanlah tujuh ratapan untuk Babel, mulai dengan ratapan malaikat dalam ayat 1-3.
2. Malapetaka.
Bandingkan ketujuh malapetaka dalam pasal 16 dengan sepuluh malapetaka dalam Keluaran 7-11. Perhatikan bagaimana bagian Wahyu ini sengaja dihubungkan dengan kejadian dalam Keluaran (lihat Wah 15:2-4). Mengapa penglihatan mengenai penghakiman dihubungkan dengan Keluaran yang biasanya dianggap sebagai peristiwa penyelamatan?
3. Dua orang saksi.
Ada pasal yang membuat kita penasaran (Wah 11:1-13), yang menggambarkan dua orang saksi yang juga disebut sebagai dua orang nabi, walaupun nama mereka tidak pernah disebut. Beberapa penafsir menafsirkan bahwa dua saksi ini adalah dua jemaat; yang lain lebih cenderung untuk menafsirkan mereka sebagai nabi Perjanjian Lama yang kembali ke bumi. Musa dan Elia dianggap sebagai kedua saksi itu. Mengapa mereka berdua? Apa penjelasan lebih lanjut tentang hal ini yang dikemukakan dalam Zakharia 4?
4. Pohon kehidupan.
Alkitab dimulai dengan sebuah taman (Kej 2:8) dan berakhir dengan sebuah taman (Why 22). Bandingkan dan tunjukkan perbedaannya antara dua pasal pertama dengan dua pasal terakhir Alkitab.
5. Tuhan Yesus Kristus.
Pelajarilah seluruh kitab dan buatlah sebuah daftar dari nama-nama dan julukan bagi Yesus. Alfa dan Omega (huruf pertama dan ter akhir dalam abjad Yunani), keturunan Daud dan lain-lain. Khususnya perhatikan gelar utama: Anak Domba (28 kali). Apa arti penting dari gelar ini (lihat juga Yoh 1:29-37); Ibr 9:1-28; 1 Kor. 5:7; 1 Ptr. 1:18, 19)? Tetapi perhatikan cara indah kitab ini menggambarkan kemuliaan Yesus, ditutup dengan sebuah petunjuk sederhana kepada Tuhan (kemuliaan-Nya) Yesus (kerendahanhati-Nya). Amin.
Datanglah Tuhan Yesus!
Garis Besar Intisari: Wahyu (Pendahuluan Kitab) [1] PENDAHULUAN Wah 1:1-20
Wah 1:1-3Pengantar
Wah 1:4-8Salam
Wah 1:9-20Penglihatan yang pertama
[2] TUJUH SURAT KEPADA TUJUH JEMAAT Wah 2:
[1] PENDAHULUAN Wah 1:1-20
Wah 1:1-3 | Pengantar |
Wah 1:4-8 | Salam |
Wah 1:9-20 | Penglihatan yang pertama |
[2] TUJUH SURAT KEPADA TUJUH JEMAAT Wah 2:1-3:22
[3] PENGLIHATAN TENTANG SURGA Wah 4:1-11
[4] TUJUH METERAI Wah 5:1-8 :5
Wah 5:1-14 | Pendahuluan: kitab dan singa |
Wah 6:1-17 | Enam meterai dibuka |
Wah 7:1-17 | Pemeteraian simbolis orang-orang kudus |
Wah 8:1-5 | Meterai ketujuh dibuka |
[5] TUJUH SANGKAKALA Wah 8:6-11:19
Wah 8:6-9:21 | Enam sangkakala berbunyi |
Wah 10:1-11:14 | Tujuh guruh dan dua saksi |
Wah 11:15-19 | Sangkakala ketujuh |
[6] TUJUH TANDA Wah 12:1-14:20
Wah 12:1-6 | Perempuan yang berselubungkan matahari |
Wah 12:7-12 | Setan diusir |
Wah 12:13-17 | Peperangan antara Setan dan Sang Putra |
Wah 13:1-10 | Binatang yang keluar dari laut |
Wah 13:11-18 | Binatang yang keluar dari bumi |
Wah 14:1-5 | Penglihatan tentang Anak Domba |
Wah 14:6-20 | Penglihatan tentang panen |
[7] TUJUH CAWAN Wah 15:1-16:21
Wah 15:1-8 | Tujuh malaikat |
Wah 16:1-21 | Tujuh cawan dan tujuh malapetaka |
[8] PEMERINTAHAN DAN KEHANCURAN ANTI KRISTUS Wah 17:1-20:15
Wah 17:1-18 | Penghakiman atas pelacur |
Wah 18:1-19:5 | Jatuhnya Babel |
Wah 19:6-10 | Pernikahan Anak Domba |
Wah 19:11-20:15 | Kemenangan Allah |
[9] KOTA ALLAH Wah 21:1-22:5
Wah 21:1-4 | Pernyataan tentang kota itu |
Wah 21:5-8 | Kemurnian kota itu |
Wah 21:9-27 | Kesempurnaan kota itu |
Wah 22:1-5 | Air kehidupan |
[10] PENUTUP Wah 22:6-21
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi