Teks -- 1 Raja-raja 8:22 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Jerusalem -> 1Raj 8:22-29
Jerusalem: 1Raj 8:22-29 - -- Doa bagi pribadi Salomo ini mengembangkan lebih jauh beberapa gagasan yang tercantum dalam pidato yang dibawakan Salomo, 1Ra 8:12-21. Pertama-tama dik...
Doa bagi pribadi Salomo ini mengembangkan lebih jauh beberapa gagasan yang tercantum dalam pidato yang dibawakan Salomo, 1Ra 8:12-21. Pertama-tama dikemukakan prinsip bahwa kesetiaan harus timbal balik, 1Ra 8:23. Kebaikan hati Tuhan berurat berakar dalam perjanjian yang diikat di gunung Sinai. Tetapi syaratnya ialah: kaum beriman harus setia pada Tuhan pula. Ini inti sari sebuah "teologi perjanjian" yang menjadi ajaran pokok seluruh Perjanjian Lama. Selanjutnya prinsip kesetiaan tsb diterapkan: Tuhan telah menggenapi janjiNya sehubungan dengan bait Allah, 1Ra 8:24; hendaklah Ia dikiranya juga menggenapi janjiNya sehubungan dengan keturunan Daud yang akan menjadi raja untuk selama-lamanya, 1Ra 8:25.
Ende -> 1Raj 8:22-53; 1Raj 8:22
Ende: 1Raj 8:22-53 - -- Doa jang pandjang itu merupakan suatu saduran beberapa teks jang terdapat oleh
si pengarang, jang djuga ditambahkan lagi. Pikiran jang menguasai kesel...
Doa jang pandjang itu merupakan suatu saduran beberapa teks jang terdapat oleh si pengarang, jang djuga ditambahkan lagi. Pikiran jang menguasai keseluruhan ialah: kesetiaan Jahwe pada perdjamuanNja serta tuntutan kesetiaan dari pihak umatNja. Kesetiaan itu menentukan nasib umat dan radja. lagi Bait Allah nampak disini sebagai pusat umat dan agamanja.
adalah isjarat doa permohonan.
Ref. Silang FULL -> 1Raj 8:22
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> 1Raj 8:22-53
Matthew Henry: 1Raj 8:22-53 - Doa Salomo Doa Salomo (8:22-53)
Salomo telah menyerahkan rumah ini sepenuhnya kepada Allah, dan Allah telah menyatakan penerimaan-Nya dengan turun dan menguas...
Doa Salomo (8:22-53)
- Salomo telah menyerahkan rumah ini sepenuhnya kepada Allah, dan Allah telah menyatakan penerimaan-Nya dengan turun dan menguasai rumah itu. Berikutnya kita mendapati doa Salomo, yang di dalamnya ia membuat pernyataan lebih khusus mengenai bagaimana ia akan memanfaatkan penyerahan itu, dengan segenap kerendahan hati dan rasa hormat, sambil menginginkan bahwa Allah mau menyetujuinya. Singkatnya, yang menjadi permohonannya adalah supaya Bait Suci ini dapat dipandang dan digunakan, bukan hanya sebagai rumah persembahan (hal itu tidak disebut dalam seluruh doa ini, tetapi diterima begitu saja), melainkan juga sebagai rumah doa bagi segala bangsa. Dan dalam hal ini Bait Suci menjadi perlambang jemaat Injili (lih. Yes. 56:7, bdk. Mat. 21:13). Itulah sebabnya Salomo membuka rumah ini, bukan hanya dengan korban yang luar biasa, melainkan juga dengan doa yang luar biasa.
- I. Pribadi yang memanjatkan doa ini adalah seorang yang hebat. Salomo tidak menunjuk salah satu dari imam-imam untuk melakukannya, juga tidak dari salah seorang nabi. Sebaliknya, ia melakukannya sendiri, di hadapan segenap jemaah Israel (ay. 22).
- 1. Syukurlah bahwa ia mampu melakukannya, suatu tanda bahwa ia telah memanfaatkan dengan baik pendidikan kesalehan yang diberikan oleh orangtuanya kepadanya. Dari semua pembelajarannya, tampaknya ia telah belajar berdoa dengan baik, dan tahu bagaimana mengungkapkan isi hatinya kepada Allah dengan cara yang pantas, pro re nata – menurut dorongan hati pada saat itu, tanpa dituliskan terlebih dahulu. Dalam hiruk-pikuk ujaran falsafahnya, amsal-amsalnya, dan nyanyian-nyanyiannya, ia tidak melupakan kebaktian-kebaktiannya. Ia menjadi seorang yang mendapat untung melalui doa (3:11, dst.), dan, dapat kita duga, ia banyak memberi diri untuk berdoa, sehingga menjadi unggul, seperti yang kita dapati di sini, dalam karunia-karunia berdoa.
- 2. Syukurlah bahwa ia bersedia memanjatkan doa itu, dan tidak merasa malu menjalankan ibadah di hadapan jemaah yang begitu besar. Ia sama sekali tidak merasa terhina untuk menjadi pemimpin kebaktian bagi dirinya sendiri, dan juga penyambung lidah jemaah kepada Allah. Jadi, masakan ada orang yang merasa diri mereka terlalu hebat untuk menjalankan ibadah ini bagi keluarga mereka sendiri? Salomo, dalam segala kemuliaannya yang lain, bahkan di atas takhta gadingnya, tidak tampak sehebat seperti pada saat ini. Para pembesar haruslah menyokong nama baik kegiatan-kegiatan ibadah seperti itu, dan dengan demikian menghormati Allah dengan kebesaran mereka. Salomo dalam hal ini menjadi perlambang Kristus, pendoa syafaat agung bagi semua orang yang atas mereka Ia memerintah.
- II. Sikap tubuh Salomo ketika berdoa sungguh penuh penghormatan, dan menunjukkan kerendahan hati, kesungguhan, dan kegigihan dalam berdoa. Ia berdiri di depan mezbah TUHAN, yang menyiratkan bahwa ia mengharapkan doanya dikabulkan berkat korban agung yang akan dipersembahkan dalam kegenapan waktu, yang dilambangkan oleh korban-korban yang dipersembahkan di atas mezbah itu. Akan tetapi, ketika mulai berdoa,
- 1. Ia berlutut, seperti yang tampak pada ayat 54, di mana dikatakan bahwa ia bangkit setelah berlutut. Bandingkan dengan 2 Tawarikh 6:13. Berlutut adalah sikap tubuh yang paling pantas untuk berdoa (Ef. 3:14). Orang-orang yang terhebat sekalipun tidak boleh merasa diri terlalu tinggi untuk berlutut di hadapan TUHAN yang menjadikan mereka. Tuan Herbert (rohaniwan Inggris abad ke-19 – pen.) berkata, “Berlutut tidak pernah merusak kaus kaki panjang dari sutra.”
- 2. Ia menadahkan tangannya ke langit, dan (seperti yang tampak pada ay. 54), terus demikian sampai doa berakhir. Dengan ini, ia menyatakan keinginan dan pengharapannya terhadap Allah, sebagai Bapa di sorga. Ia menadahkan tangannya, seolah-olah untuk mengunjukkan doa dari hati yang terbuka lebar dan mempersembahkannya kepada sorga, dan juga untuk menerima dari sana, dengan kedua tangan itu, belas kasih yang ia doakan. Ungkapan-ungkapan lahiriah akan kemantapan hati dan semangat dalam beribadah seperti itu tidak boleh dipandang rendah atau dicemooh.
- III. Doa itu sendiri sangat panjang, dan mungkin jauh lebih panjang daripada yang dicatat di sini. Di hadapan takhta anugerah kita memiliki kebebasan berbicara, dan harus memanfaatkan kebebasan kita. Yang ditegur Kristus bukanlah memanjatkan doa yang panjang-panjang, melainkan menggunakannya untuk berpura-pura. Di dalam doa yang luhur ini, Salomo benar-benar, seperti yang harus kita lakukan dalam setiap doa,
- 1. Memuliakan Allah. Dengan inilah ia memulai, sebagai tindakan pemujaan yang paling tepat. Ia membawa dirinya kepada Allah sebagai TUHAN, Allah Israel, Allah yang mengikat kovenan dengan mereka. Dan,
- (1) Salomo memuji Allah atas siapa diri-Nya, secara umum, yaitu Wujud terbaik dalam diri-Nya sendiri “Tidak ada Allah seperti Engkau. Tidak ada kuasa di sorga ataupun di bumi yang dapat dibandingkan dengan Engkau,” dan penguasa terbaik bagi umat-Nya: “Yang memelihara perjanjian dan kasih setia kepada hamba-hamba-Mu. Engkau tidak saja sebaik firman-Mu dalam memelihara kovenan, tetapi juga lebih baik daripada firman-Mu dalam memelihara belas kasih, dengan berbuat bagi mereka apa yang tidak Engkau janjikan secara langsung, asalkan mereka hidup di hadapan-Mu dengan segenap hati mereka, penuh semangat bagi-Mu, dan dengan pandangan yang terarah kepada-Mu.”
- (2) Salomo mengucap syukur kepada Allah atas apa yang telah Dia kerjakan, khususnya bagi keluarganya (ay. 24): “Engkau tetap berpegang pada janji-Mu terhadap hamba-Mu Daud, seperti kepada hamba-hamba-Mu yang lain.” Janji itu merupakan perkenanan yang besar bagi dirinya, penopang dan sukacitanya, dan sekarang pelaksanaan janji itu menjadi puncaknya: Engkau telah menggenapinya, seperti yang terjadi pada hari ini. Pengalaman-pengalaman baru akan kebenaran janji-janji Allah menuntut puji-pujian yang lebih panjang.
- 2. Salomo memohon anugerah dan perkenanan Allah.
- (1) Supaya Allah mau menggenapi kasih setia yang telah dijanjikan-Nya kepada dia dan keturunannya (ay. 25-26). Cermatilah bagaimana permohonan ini diselipkan. Salomo dengan penuh syukur mengakui penggenapan janji itu sebagian. Sampai sekarang Allah tetap setia kepada firman-Nya: “Engkau tetap berpegang pada janji-Mu terhadap hamba-Mu Daud, sampai sedemikian jauh hingga seorang anaknya duduk di atas takhtanya dan telah membangun Bait Suci yang diniatkan. Maka sekarang, peliharalah apa yang Kaujanjikan lebih jauh kepada hamba-Mu Daud, dan yang masih harus dipenuhi pada waktunya.” Perhatikanlah, apabila kita sudah mengalami Allah menggenapi janji-janji-Nya, maka itu haruslah mendorong kita untuk bergantung pada janji-janji-Nya itu, dan menyerukannya kepada Allah. Barang siapa mengharapkan kasih setia yang lebih banyak, harus bersyukur atas segala kasih setia yang sudah diberikan sebelumnya. Sampai di sini Allah menolong kita (2Kor. 1:10). Salomo mengulangi janji itu (ay. 25): Keturunanmu takkan terputus di hadapan-Ku dan tetap akan duduk di atas takhta kerajaan, tanpa menghilangkan persyaratannya, asal anak-anakmu tetap hidup di hadapan-Ku. Sebab kita tidak dapat berharap Allah akan menggenapi janji-Nya, kecuali kita memenuhi syarat-syaratnya. Kemudian Salomo dengan rendah hati memohon tindak lanjut atas janji ini (ay. 26): Maka sekarang, ya Allah Israel, biarlah kiranya menjadi nyata keteguhan janji-Mu itu. Janji-janji Allah, seperti yang sudah sering kita amati, harus menjadi panduan bagi keinginan-keinginan kita dan juga dasar dari harapan-harapan kita di dalam doa. Daud telah berdoa (2Sam. 7:25): Ya TUHAN, lakukanlah seperti yang Kaujanjikan itu. Perhatikanlah, anak-anak harus belajar dari orangtua mereka yang saleh bagaimana mereka harus berdoa, dan memohon di dalam doa.
- (2) Supaya Allah mau memberikan kehormatan atas Bait Suci yang sekarang telah menjadi milik-Nya ini, dan supaya mata-Nya senantiasa terbuka terhadap rumah ini (ay. 29). Supaya Allah mau mengakui Bait Suci ini dengan penuh rahmat, dan dengan demikian memberikan kehormatan atasnya. Untuk maksud ini,
- [1] Salomo mengemukakan, Pertama, suatu kekaguman yang penuh kerendahan hati atas kesediaan Allah yang dengan penuh rahmat mau merendah (ay. 27): “Tetapi benarkah Allah hendak diam di atas bumi? Dapatkah kita membayangkan bahwa Pribadi yang maha tinggi, maha kudus, dan berbahagia secara sempurna, mau membungkuk begitu rendah, sehingga dikatakan orang tentang Dia bahwa Ia diam di atas bumi dan memberkati cacing-cacing bumi dengan kehadiran-Nya. Bumi, yang rusak dan diliputi oleh dosa, terkutuk dan disediakan bagi api? Tuhan apakah sebabnya?” Kedua, sebuah pengakuan yang penuh kerendahan hati tentang ketidakmampuan rumah yang telah ia dirikan, meskipun sangat luas, untuk memuat Allah: “Sesungguhnya langit, bahkan langit yang mengatasi segala langit pun tidak dapat memuat Engkau, sebab tidak ada tempat yang dapat memuat Dia yang hadir di semua tempat. Bahkan rumah ini sekalipun terlampau kecil, terlalu hina untuk menjadi tempat tinggal bagi Dia yang tak terhingga wujud dan kemuliaan-Nya.” Perhatikanlah, ketika kita telah selesai mengerjakan yang terbaik yang dapat kita lakukan bagi Allah, kita harus mengakui jarak dan ketidakseimbangan yang tak terhingga antara kita dan Dia, antara pelayanan-pelayanan kita dan kesempurnaan-kesempurnaan-Nya.
- [2] Setelah mengemukakan hal ini, Salomo berdoa secara umum, Pertama, supaya Allah dengan penuh rahmat mau mendengar dan menjawab doa yang sedang dipanjatkannya sekarang (ay. 28). Itu adalah doa yang penuh kerendahan hati (doa hamba-Mu), doa yang sungguh-sungguh yaitu doa yang seperti seruan, doa yang dipanjatkan dalam iman (di hadapan-Mu, sebagai Tuhan dan Allahku): “TUHAN, dengarkanlah doaku, berpalinglah kepada doaku. Bukan sebagai doa raja Israel yang kedudukannya atau gelar kehormatan seseorang di dunia ini tidak akan membuatnya mendapat perkenanan Allah, melainkan sebagai doa hamba-Mu.” Kedua, supaya Allah dengan cara yang sama mau mendengar dan menjawab semua doa yang akan, setiap saat sesudah ini, dipanjatkan di dalam atau dengan mengarah pada rumah yang telah didirikannya sekarang, dan yang tentangnya Allah telah berfirman, nama-Ku akan tinggal di sana (ay. 29). Baik itu doa-doanya sendiri Dengarkanlah doa yang hamba-Mu panjatkan, maupun doa-doa seluruh umat Israel, serta setiap orang Israel (ay. 30): “Dengarkanlah doa itu di sorga, yang memang merupakan tempat kediaman-Mu, sedangkan rumah yang ini hanyalah perlambang belaka. Dan, apabila Engkau mendengarnya, ampunilah dosa yang memisahkan antara mereka dan Allah, bahkan kesalahan terhadap segala yang dikuduskan.”
- a. Salomo menyiratkan bahwa umat Allah akan senantiasa menjadi umat yang berdoa. Dia sendiri bertekad untuk mematuhi kewajiban itu.
- b. Salomo membimbing mereka untuk mengarahkan pandangan mereka, dalam doa-doa mereka, pada tempat di mana Allah berkenan menyatakan kemuliaan-Nya, seperti yang tidak dilakukan-Nya di tempat lain mana pun di atas muka bumi. Tidak ada orang selain imam-imam yang boleh masuk ke tempat itu. Akan tetapi, ketika mereka menyembah di pelataran-pelataran Bait Suci, mereka harus melakukannya dengan pandangan yang tertuju pada Bait Suci. Bukan sebagai benda yang mereka sembah yaitu berarti penyembahan berhala, melainkan sebagai sarana yang ditetapkan untuk ibadah mereka. Hal ini membantu menguatkan iman mereka yang lemah, dan melambangkan pengantaraan Yesus Kristus, yang adalah Bait Suci sesungguhnya, yang kepada-Nya kita harus mengarahkan pandangan dalam segala sesuatu yang menyangkut hubungan kita dengan Allah. Orang-orang Israel yang berada di tempat jauh memandang ke arah Yerusalem, demi Bait Suci itu, bahkan ketika Bait Suci itu berada dalam kehancuran (Dan. 6:11).
- c. Salomo memohon supaya Allah bersedia mendengar doa-doa, dan mengampuni dosa-dosa, semua orang yang mengarahkan pandangan mereka ke tempat ini dalam doa-doa mereka. Bukan berarti bahwa ia menganggap semua doa yang tulus yang dipersembahkan kepada Allah oleh orang-orang yang tidak mengetahui adanya rumah ini, atau yang tidak mengindahkannya, karena itu ditolak. Sebaliknya, ia ingin supaya tanda-tanda kehadiran ilahi yang dapat dirasakan oleh indra jasmani, yang dengannya rumah ini diberkati, dapat senantiasa memberikan dorongan dan penghiburan yang juga dapat dirasakan indra jasmani bagi para pemohon yang percaya.
- [3] Lebih khusus lagi, Salomo di sini mengemukakan berbagai perkara yang di dalamnya ia menduga akan ada permohonan yang diajukan kepada Allah melalui doa di dalam atau dengan mengarah ke rumah doa ini.
- Pertama, jika Allah diminta dengan sumpah untuk menyelesaikan suatu pertikaian antara dua orang, dan sumpah itu diucapkan di depan mezbah ini, maka ia berdoa supaya Allah mau, dengan satu atau lain cara, menyingkapkan kebenaran, dan menghakimi kedua pihak yang beperkara (ay. 1 Raja-Raja 8:31-32). Ia berdoa supaya dalam perkara-perkara yang sulit, takhta anugerah ini dapat menjadi takhta pengadilan, yang dari sana Allah akan membenarkan pihak yang dirugikan, yang dengan percaya telah mengadukan perkaranya kepada takhta itu, dan menghukum pihak yang merugikan, yang dengan lancang telah mengadukan perkaranya kepada takhta itu. Pada zaman Perjanjian Baru, orang sudah biasa bersumpah demi Bait Suci dan mezbah (Mat. 23:16, 18). Penyelewengan ini mungkin bermula dari anggapan tentang sumpah yang diambil bukan demi Bait Suci atau mezbah, melainkan di Bait Suci dan mezbah atau di dekatnya, untuk membuat sumpah itu lebih sungguh-sungguh.
- Kedua, jika orang-orang Israel berkeluh kesah di bawah suatu bencana yang menimpa seluruh bangsa, atau seorang Israel tertentu di bawah suatu bencana pribadi, maka Salomo ingin supaya doa-doa yang akan mereka panjatkan di dalam atau dengan mengarah pada rumah ini dapat didengar dan dijawab.
- a. Dalam perkara penghakiman yang menimpa semua orang, misalnya perang (ay. 33), tidak ada hujan (ay. 35), kelaparan, atau penyakit sampar (ay. 37), dan ia mengakhirinya dengan dan lain-lain – wabah atau penyakit apa saja. Sebab malapetaka yang menimpa bangsa lain bisa saja menimpa Israel milik Allah. Nah, Salomo menganggap,
- (a) Bahwa penyebab penghakiman itu adalah dosa, dan bukan hal lain. “Apabila umat-Mu Israel terpukul kalah oleh musuhnya, apabila tidak ada hujan, itu karena mereka berdosa kepada-Mu.” Dosalah yang menimpakan semua celaka itu.
- (b) Bahwa penghakiman itu akan membuat mereka berseru kepada Allah, dan mengajukan permohonan kepada-Nya di dalam atau dengan menghadap rumah itu. Orang-orang yang sebelumnya telah meremehkan-Nya, akan memohon kepada-Nya pada waktu itu. Ya TUHAN, dalam kesesakan mereka mencari Engkau. Dalam kesesakannya mereka akan merindukan Aku dan mencari-Ku dengan sungguh-sungguh.
- (c) Bahwa persyaratan supaya penghakiman itu dihapuskan adalah sesuatu yang lebih daripada sekadar berdoa dan memintanya. Ia tidak dapat, ia tidak mau, memohon supaya doa mereka dijawab, kecuali mereka juga benar-benar berbalik dari dosa mereka (ay. 35), dan berbalik kepada Allah (ay. 33). Artinya, kecuali mereka benar-benar bertobat dan berubah. Tidak dengan syarat lain kita dapat menantikan keselamatan di dunia ini ataupun di dunia yang lain. Sebaliknya, jika mereka benar-benar membuat diri mereka layak menerima belas kasihan seperti itu, maka Salomo berdoa,
- [a] Supaya Allah mau mendengar dari sorga, Bait Suci-Nya yang di atas, yang kepadanya mereka harus melihat, melalui Bait Suci ini.
- [b] Supaya Allah mau mengampuni dosa mereka. Sebab hanya jika dosa diampuni, maka penghukuman dihapuskan dalam belas kasihan.
- [c] Supaya Allah mau menunjukkan kepada mereka jalan yang baik yang harus mereka ikuti, melalui Roh-Nya, dengan firman-Nya, dan para nabi. Dan dengan demikian, mereka dapat memperoleh manfaat dari kesusahan mereka (sebab berbahagialah orang yang dihajar dan diajar TUHAN), dan dipersiapkan untuk pembebasan, yang kemudian akan datang dalam kasih apabila kita didapati kembali ke jalan Allah yang baik dan kepada kewajiban.
- [d] Supaya Allah kemudian mau menghapus penghukuman itu, dan memperbaiki masalah yang ada, apa pun itu. Supaya Ia tidak hanya menerima doanya, tetapi juga memberikan belas kasihan yang didoakan.
- b. Dalam perkara penderitaan-penderitaan pribadi (ay. 38-40). “Jika ada seorang Israel yang mempunyai keperluan dengan-Mu, biarlah ia menemukan Engkau di sini, biarlah ia mendapat perkenanan-Mu di sini.” Salomo tidak menyebutkan perkara-perkara itu secara khusus. Begitu banyak, begitu beragam, keluh kesah anak-anak manusia.
- (a) Salomo menganggap bahwa orang-orang yang berkeluh kesah itu sendiri akan merasakan beratnya beban mereka, dan akan membuka perkara itu kepada Allah, yang kalau tidak demikian, akan mereka simpan sendiri, dan tidak memberitahukannya kepada siapa pun: Mereka masing-masing mengenal apa yang merisaukan hatinya sendiri, apa yang membuat mereka sakit, dan, seperti kita berkata, di mana sakitnya. Dan mereka akan menadahkan tangan mereka, artinya, membentangkan perkara mereka, seperti Hizkia membentangkan surat dari para utusan, di dalam doa, ke arah rumah ini. Apakah itu masalah tubuh ataupun pikiran, mereka akan mengemukakannya di hadapan Allah. Beban-beban batin tampaknya yang terutama dimaksudkan di sini. Dosa adalah tulah yang menimpa hati kita sendiri. Kebobrokan yang berdiam dalam diri kita adalah penyakit rohaniah kita. Setiap orang Israel sejati harus berusaha mengetahui hal ini, supaya ia dapat mematikannya dan waspada terhadap pertumbuhannya. Penyakit-penyakit inilah yang ia keluhkan. Inilah beban yang membuatnya mengerang: Aku, manusia celaka! Penyakit-penyakit ini mendorongnya untuk berlutut, mendorongnya untuk datang ke tempat kudus. Sambil meratapi hal ini, ia menadahkan tangannya di dalam doa.
- (b) Salomo menyerahkan semua perkara semacam ini, yang akan dibawa ke tempat ini, kepada Allah.
- [a] Kepada kemahatahuan-Nya: “Engkau sajalah yang mengenal hati semua anak manusia. Bukan hanya wabah yang melanda hati mereka, berbagai kekurangan dan beban mereka.” Semua ini diketahui-Nya, namun Ia ingin mengetahuinya dari kita, “melainkan juga keinginan dan maksud hati, ketulusan ataupun kemunafikannya. Engkau tahu doa mana yang timbul dari hati, dan mana yang keluar dari bibir belaka.” Hati para raja bukannya tak terselami oleh Allah.
- [b] Kepada keadilan-Nya: Balaskan kepada setiap orang sesuai dengan segala kelakuannya. Allah pasti akan melakukannya, berdasarkan kaidah-kaidah anugerah, dan bukan hukum Taurat, sebab andai kata demikian kita semua akan binasa.
- [c] Kepada belas kasih-Nya: Dengarkanlah, ampunilah, dan bertindaklah (ay. 39), supaya mereka takut akan Engkau selama mereka hidup (ay. 40). Apabila Allah telah menunjukkan kasih setia-Nya kepada kita dalam mendengarkan doa-doa kita dan mengampuni dosa-dosa kita, maka kita dengan demikian harus tergerak untuk takut akan Dia seumur hidup kita. Gementarlah kepada TUHAN dan kepada kebaikan-Nya. Pada-Nya ada pengampunan, supaya Ia ditakuti orang.
- c. Perkara orang asing yang tidak termasuk umat Israel disebutkan berikutnya, orang yang baru percaya dan datang ke Bait Suci untuk berdoa kepada Allah Israel, karena telah sadar bahwa menyembah dewa-dewa bangsanya sungguh perbuatan yang bodoh dan jahat.
- (a) Salomo memperkirakan bahwa akan ada banyak orang seperti itu (ay. 41-42), bahwa kemasyhuran dari perbuatan-perbuatan Allah yang besar yang telah diadakan-Nya bagi Israel, yang melaluinya Ia membuktikan diri-Nya mengatasi semua dewa, bahkan, sebagai satu-satunya Allah, akan terdengar sampai ke negeri-negeri jauh: “Orang-orang yang tinggal di tempat yang jauh akan mendengar tentang tangan-Mu yang kuat dan lengan-Mu yang teracung. Dan hal ini akan membuat orang-orang yang baik budi berdoa ke arah rumah ini, supaya mereka dapat memperoleh perkenanan Allah yang mampu melakukan kebaikan nyata bagi mereka.”
- (b) Salomo memohon agar Allah bersedia menerima dan menjawab doa orang yang baru percaya itu (ay. 43): Kiranya Engkau bertindak sesuai dengan segala yang diserukan kepada-Mu oleh orang asing itu. Sudah sejak demikian dini, sudah sejak demikian lama, terlihat tanda-tanda perkenanan Allah terhadap orang berdosa dari bangsa-bangsa lain. Sama seperti pada waktu itu satu hukum saja berlaku untuk orang asli dan untuk orang asing (Kel. 12:49), demikian pula satu Injil saja berlaku bagi keduanya.
- (c) Dalam hal ini Salomo bermaksud memuliakan Allah dan menyebarluaskan pengetahuan tentang Dia: “Kiranya orang asing itu, secara istimewa, dikabulkan permohonannya, agar ia bisa membawa berita baik tentang Allah Israel ke negerinya sendiri. Supaya segala bangsa mengenal nama-Mu, sehingga mereka takut akan Engkau dan, apabila mereka mengenal-Mu dengan benar, maka mereka pasti takut akan Engkau, sama seperti umat-Mu Israel.” Salomo sama sekali tidak ingin menguasai sendiri pengetahuan dan pelayanan kepada Allah, dan ingin membatasinya hanya bagi Israel semata, yang merupakan keinginan dan kecemburuan orang Yahudi pada masa Kristus dan para rasul-Nya. Sebaliknya, ia justru berdoa agar segala bangsa takut akan Allah sama seperti umat Israel. Andai saja semua anak manusia dapat diangkat dan dijadikan anak-anak Allah! Bapa, muliakanlah nama-Mu seperti itu.
- d. Selanjutnya, perkara pasukan yang maju berperang dipercayakan oleh Salomo kepada perkenanan ilahi. Diperkirakan bahwa pasukan itu berkemah di suatu tempat yang jauh, dan dikirim oleh perintah ilahi untuk menghadapi musuh (ay. 44). “Apabila mereka siap berperang, dan memikirkan segala bahaya serta hasil perang yang masih meragukan, kemudian memanjatkan doa kepada Allah agar diberi perlindungan dan keberhasilan, sambil berkiblat ke kota dan ke rumah ini, maka dengarkanlah doa mereka, besarkanlah hati mereka, kuatkanlah tangan mereka, dan lindungilah kepala mereka, dan dengan demikian dukunglah kepentingan mereka, dan berilah mereka kemenangan.” Para prajurit di medan perang janganlah beranggapan bahwa sudah cukup apabila orang-orang yang tinggal di rumah mendoakan mereka. Sebaliknya, mereka juga harus berdoa bagi diri mereka sendiri. Dan di sini mereka didorong untuk mengharapkan jawaban yang penuh rahmat. Berdoa harus senantiasa mengiringi pertempuran.
- e. Perkara para tawanan malang disebutkan terakhir di sini sebagai yang patut mendapat belas kasihan ilahi.
- (a) Salomo memperkirakan bahwa Israel akan berbuat dosa. Ia mengenal mereka, dirinya sendiri, dan kodrat manusia dengan begitu baik, sehingga ia tidak akan berpikir bahwa hal ini hanyalah suatu anggapan yang mengada-ada. Karena tidak ada manusia yang tidak berdosa, yang tidak berbuat cukup untuk membenarkan Allah dalam menghajar mereka dengan teramat keras melalui penyelenggaraan-Nya. Semua orang terancam bahaya jatuh ke dalam dosa yang menjijikkan, dan akan jatuh apabila Allah membiarkan mereka berbuat semau mereka sendiri.
- (b) Salomo memperkirakan, seperti yang dapat diduga dengan baik, bahwa jika Israel memberontak terhadap Allah, maka Allah akan murka kepada mereka dan menyerahkan mereka kepada musuh, untuk diangkut sebagai tawanan ke negeri asing (ay. 46).
- (c) Salomo kemudian memperkirakan bahwa mereka akan sadar kembali dalam hati mereka, akan merenungkan jalan-jalan mereka karena penderitaan membuat manusia merenung. Dan, begitu mereka dibuat merenung, mereka akan bertobat dan berdoa. Mereka akan mengakui dosa-dosa mereka dan merendahkan diri mereka sambil berkata, kami telah berdosa, bersalah, dan berbuat fasik (ay. 47). Dan di negeri musuh mereka, mereka akan berbalik kembali kepada Allah, yang telah mereka tinggalkan di negeri mereka sendiri.
- (d) Salomo memperkirakan bahwa di dalam doa-doa yang mereka panjatkan, mereka akan mengarahkan pandangan ke negeri mereka sendiri, tanah yang kudus, ke Yerusalem, kota suci itu, dan ke Bait Suci, rumah kudus itu. Dan Salomo mengarahkan mereka untuk melakukan hal itu (ay. 48), demi Allah yang telah memberi mereka tanah itu, memilih kota itu, dan yang bagi kehormatan-Nya rumah itu dibangun.
- (e) Salomo berdoa bahwa dengan demikian Allah akan mendengarkan doa-doa mereka, mengampuni dosa-dosa mereka, memberikan keadilan kepada mereka, dan menggerakkan hati musuh untuk menyayangi mereka (ay. 49-50). Allah menggenggam hati semua orang di tangan-Nya, dan Ia dapat, apabila berkehendak, membalikkan arus yang paling deras sekalipun ke arah yang berlawanan, dan membuat para penganiaya umat-Nya yang paling kejam berbelaskasihan terhadap mereka. Lihatlah bagaimana doa ini dijawab. Diberi-Nya mereka mendapat rahmat dari pihak semua orang yang menawan mereka (Mzm. 106:46), yang kalaupun tidak melepaskan mereka, namun meringankan penawanan mereka.
- (f) Salomo menyerukan perihal hubungan mereka dengan Allah, dan kepentingan-Nya di dalam diri mereka: “Mereka adalah umat-Mu, yang telah Engkau bawa ke dalam kovenan-Mu dan di bawah pemeliharaan serta pimpinan-Mu. Mereka juga adalah milik pusaka-Mu, yang dari mereka, melebihi dari semua bangsa lain, Engkau mendapat bayaran dan upeti berupa kemuliaan (ay. 51). Mereka dipisahkan dari antara segala bangsa untuk menjadi milik pusaka-Mu, dan oleh perkenanan-perkenanan yang istimewa, mereka dilayakkan bagi-Mu” (ay. 53).
- Terakhir, sesudah menyampaikan semua perkara khusus ini, Salomo menutup doanya dengan permohonan umum ini, yaitu agar Allah bersedia mendengarkan semua umat-Nya yang berdoa seberapa kali mereka berseru kepada-Nya (ay. 1 Raja-Raja 8:52). Sekarang, di bawah Injil, tidak ada lagi tempat yang dapat dianggap memperbesar kemungkinan terkabulnya doa-doa yang dipanjatkan di dalam ataupun dengan mengarah ke tempat itu, seperti Bait Suci pada masa itu. Bait Suci hanyalah bayangan, sedangkan wujudnya adalah Kristus. Apa pun yang kita minta di dalam nama-Nya, akan diberikan kepada kita.
SH: 1Raj 8:22-40 - Doa adalah mempertahankan hubungan dan pemujaan (Kamis, 10 Februari 2000) Doa adalah mempertahankan hubungan dan pemujaan
Berkat Allah kepada Israel pada masa Salomo secara sepintas
merupakan inti doa Salomo. Bukankah ...
Doa adalah mempertahankan hubungan dan pemujaan
Berkat Allah kepada Israel pada masa Salomo secara sepintas merupakan inti doa Salomo. Bukankah Salomo meminta agar janji Allah diteguhkan (ayat 26)? Bukankah Salomo meminta agar Allah mengabulkan setiap doa pengampunan dan pemulihan yang dinaikkan dari rumah Allah (ayat 30, 34, 36, 39)?
Bila mencermati lebih jauh, doa mengandung makna kebenaran rohani yang sangat dalam. Dalam doa permohonannya, secara jelas Salomo menempatkan umat Israel di bawah pemerintahan Allah yang benar dan adil (ayat 25), yang melimpahkan kebaikan dan pengampunan. Namun tidak berarti bahwa yang bersalah akan bebas dari hukuman, Allahlah sumber penghakiman bagi orang yang berdosa. Dengan kata lain, melalui doa Salomo pun menempatkan Allah pada puncak supremasi (kekuasaan tertinggi) hukum. Bagi Salomo doa merupakan suatu ungkapan kerinduan agar seluruh kerajaan Israel tetap mempertahankan hubungan yang indah dengan Allah. Melalui doa yang demikian suatu paradoks terjadi, yakni ketika umat Israel berusaha memelihara hubungan, Allahlah yang lebih aktif memelihara hubungan itu.
Selain itu doa juga merupakan suatu respons terhadap karunia Allah yang memberikan dan menyatakan diri-Nya, sebagai suatu pemujaan terhadap Allah karena Allah berkenan memenuhi rumah Allah itu dengan kemuliaan yang luar biasa. Pemujaan itu terlihat dari kerinduan Salomo agar rumah Allah itu menjadi takhta Allah di bumi -- tempat Ia menyatakan diri-Nya dan kuasa-Nya. Dengan kata lain pemerintahan Allah diberikan tempat utama dalam kehidupan bangsa Israel. Inilah pemujaan terhadap Dia seperti yang diungkapkan dalam Doa Bapa Kami -- datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi dan di surga. Dalam pengertian yang demikian doa bukanlah satu "daftar belanja" yang ingin diajukan kepada Bapa kita di surga. Juga bukan syafaat atau meminta perhatian Allah. Sebaliknya kebenaran yang lebih dalam dari konsep doa adalah sarana kasih karunia yang melaluinya karya Allah direalisasikan bagi umat manusia.
Renungkan: Betapa mulianya orang yang berdoa dengan benar, karena apa yang ia lakukan merupakan sarana kasih karunia Allah. Melalui doa, ia memiliki hubungan yang indah dengan Allah yang dipujanya.
SH: 1Raj 8:22-53 - Rumah doa (Rabu, 4 Agustus 2004) Rumah doa
Doa Salomo yang panjang ini berkisar pada pengakuan bahwa Allah
tidak bisa dikurung di sebuah rumah buatan manusia, dan
permohona...
Rumah doa
Doa Salomo yang panjang ini berkisar pada pengakuan bahwa Allah tidak bisa dikurung di sebuah rumah buatan manusia, dan permohonan agar rumah itu boleh menjadi rumah kemurahan Allah dinyatakan dan doa-doa umat dijawab Allah. Dengan kata lain, Salomo menyadari bahwa hanya jika Allah berkenan menjadikan rumah itu tempat perjumpaan umat dengan-Nya, barulah Bait Allah dapat berfungsi demikian.
Perhatikan bagaimana Salomo menyapa Allah: "Tuhan Allah Israel" (Yahweh Allah Israel). Dengan berulangkali menyebut Allah demikian, Salomo menegaskan bahwa keberadaan Israel bersumber dan tergantung pada perjanjian Allah. Salomo juga mengacu pada janji Allah kepada Daud untuk mengarahkan perhatian-Nya kepada rumah itu dan kepada doa-doa umat di dalamnya (ayat 29-30). Semua ungkapan ini menegaskan kesadaran bahwa pusat ibadah umat terletak bukan pada adanya Bait Allah tetapi pada perjanjian Allah dan pada bagaimana umat memelihara sikap dan hubungan yang benar dengan Allah. Prinsip ini lebih kuat lagi berlaku dalam Perjanjian Baru. Anugerah Allah dalam Yesus Kristus membangkitkan, bukan meniadakan tanggung jawab kita untuk memelihara persekutuan yang hidup dan nyata dengan Allah.
Doa-doa apa saja yang boleh dipanjatkan umat Tuhan? Doa permohonan agar keadilan dan pengampunan Allah dinyatakan bagi mereka yang mengakui dosa mereka (ayat 31-34); permohonan akan berkat Allah atas kesuburan tanah dan iklim yang baik (ayat 35-40); permohonan akan berkat untuk orang asing yang mencari Allah (ayat 41-43); permohonan akan perlindungan Allah dalam menghadapi musuh di medan peperangan (ayat 44-45); permohonan akan pengampunan dosa dan pemulihan setelah menerima penghukuman Allah (ayat 45-51). Segala macam kebutuhan dan persoalan hidup boleh dipanjatkan kepada Allah, sebab Allah di surga mendengarkan doa-doa umat.
Renungkan: Gereja seharusnya menjadi rumah doa umat Allah, agar setiap umat Allah boleh menyerahkan hidupnya dalam persandaran penuh kepada Dia.
SH: 1Raj 8:22-53 - Baca Gali Alkitab 1 (Sabtu, 4 Juli 2015) Baca Gali Alkitab 1
Dapat dikatakan bahwa 1 Raja-raja 8 adalah sentral dari kitab 1 Raja-raja dan 2 Raja-raja karena menggambarkan klimaks dari hikma...
Baca Gali Alkitab 1
Apa saja yang anda baca?
1. Bagaimana sikap Salomo saat berdoa (22)?
2. Menurut Salomo, janji Allah yang manakah yang telah digenapi (23-24)?
3. Apakah janji Allah yang Salomo harapkan digenapi pada masa mendatang (25-26)?
4. Mengapa Salomo berdoa seperti yang tertulis di ayat 27-30?
5. Apakah tujuan dari bersumpah di depan mezbah (31-32; bdk. Bil. 5:19-28)?
6. Dari tiga permohonan bila terjadi bencana, apa kesamaan yang ada di antara ketiganya (33-40)?
7. Apakah kesamaan dari tiga permohonan yang tertulis di ayat 41-51?
8. Atas dasar apakah Salomo mengharapkan jawaban atas doanya (52-53)?
Apa pesan yang Allah sampaikan kepada anda?
1. Bagaimanakah sikap anda terhadap janji-janji Allah?
2. Cobalah anda renungkan, janji-janji apa yang sudah digenapi dan yang mana yang belum?
3. Setiap gereja biasanya memiliki kebiasaan atau tradisi tersendiri mengenai sikap berdoa. Adakah yang terbaik menurut anda?
Apa respons anda?
1. Ketika anda berada di gedung gereja beberapa waktu sebelum beribadah, apa yang anda lakukan? Bila berdoa, apa yang anda doakan? Coba bandingkan dengan isi doa Salomo.
2. Pernahkah anda mendoakan jemaat? Apa isi doa anda?
SH: 1Raj 8:22-40 - Mahahadir yang Intim (Selasa, 7 Juli 2015) Mahahadir yang Intim
Ketika Betsy berbicara kepada Anton, Anton mendengarkannya sambil melihat TV. Wajarkah jika Betsy menganggap Anton tidak perhati...
Mahahadir yang Intim
Ketika Betsy berbicara kepada Anton, Anton mendengarkannya sambil melihat TV. Wajarkah jika Betsy menganggap Anton tidak perhatian atau kurang peduli kepada Betsy? Jika Anton perhatian atau peduli kepada Betsy, bukankah mata dan telinga Anton yang semula terarah ke TV seharusnya terarah ke Betsy?
Tuhan sangat memerhatikan dan peduli kepada umat-Nya. Sekalipun Dia adalah Allah yang Mahabesar (27) dan seolah-olah nun jauh di sana, tetapi Dia mau berelasi intim dengan umat-Nya. Dia bersedia membuka mata dan telinga-Nya pada permohonan yang dinaikkan oleh umat Israel di dalam Bait Suci (28-30).
Kadangkala jarak yang jauh bisa menjadi penghalang untuk membangun relasi yang intim. Namun Tuhan yang seolah-olah jauh di sana, dalam konteks doa ternyata tidak menciptakan jarak. Dia mendekat dan ingin berelasi intim dengan umat-Nya. Sebuah tindakan yang seharusnya menggelitik sikap kita kepada Tuhan. Mengapa kita tidak selalu rindu untuk berelasi intim dengan Tuhan? Bukankah sebuah relasi yang baik dan intim seharusnya dibangun dari dua arah atau dari kedua belah pihak? Tidak bisa searah.
Seringkali kali kita mendengar bahwa doa adalah sebuah komunikasi dari kita kepada Tuhan. Namun pernahkah kita berpikir bagaimana cara Tuhan berkomunikasi kepada kita?
Jawabannya tidak lain adalah Tuhan berkomunikasi kepada kita melalui Alkitab (lihat Ul. 29:29, bdk. 2 Tim. 3:16). Namun apakah kita punya kerinduan untuk berjumpa dengan Tuhan (Mzm. 63:2) melalui membaca, memahami, dan kemudian melakukan firman Tuhan ke dalam kehidupan dan pergumulan kita sehari-hari? Jika belum, bukankah itu pertanda bahwa relasi kita dengan Tuhan sebenarnya tidak intim atau tidak sehat?
Kitalah yang seringkali menciptakan jarak dengan Tuhan. Penyebab utamanya adalah dosa dan kejahatan kita (Yes. 59:2). Kenyamanan dan kenikmatan dunia juga bisa menjauhkan kita dari Tuhan. Jadi apa yang menyebabkan kita tidak rindu untuk berelasi dengan Tuhan?
SH: 1Raj 8:22-53 - Sejauh Doa (Selasa, 23 Februari 2021) Sejauh Doa
Mengapa berdoa? Bagaimana berdoa? Apa itu berdoa? Kapan berdoa? Siapa yang berdoa?
Pertanyaan sederhana di atas bukan tidak mungkin muncu...
Sejauh Doa
Mengapa berdoa? Bagaimana berdoa? Apa itu berdoa? Kapan berdoa? Siapa yang berdoa?
Pertanyaan sederhana di atas bukan tidak mungkin muncul dalam kehidupan kita. Namun, pertanyaan yang sederhana itu kadang membutuhkan jawaban yang tak sederhana. Bacaan hari ini mengajak kita untuk sekali lagi belajar tentang berdoa.
Salomo sadar betul bahwa dengan selesainya pembangunan bait Allah, sesungguhnya Allah sudah tinggal bersama dengan umat. Ia adalah Tuhan yang dekat dengan umat. Namun demikian, perjumpaan dengan Tuhan tak dapat dilakukan dengan tatap muka secara fisik. Orang Israel tahu bahwa menatap wajah Tuhan berarti kematian. Jadi, cara berjumpa dengan Tuhan yang paling mudah dan sederhana adalah dengan berdoa. Ya, berdoa adalah perjumpaan dengan Tuhan. Melalui doa, umat dapat menyampaikan apa saja yang menjadi isi hati mereka kepada Tuhan.
Kita dapat belajar dari Salomo di dalam bacaan hari ini, bagaimana ia menyampaikan isi hatinya kepada Tuhan (23-53). Perhatikanlah bagaimana Salomo berdoa. Bagi Salomo, Tuhan hanya sejauh doa. Semua yang ia sampaikan adalah hal-hal dalam kehidupan sehari-hari. Namun, hal yang luar biasa adalah seluruh doa itu ditujukan Salomo demi kebaikan umat.
Dengan doa, kita dapat berkomunikasi dengan Tuhan kapan saja dan di mana saja. Kita dapat menyampaikan semua isi hati kita. Lebih daripada itu, kita punya keyakinan bahwa setiap doa yang kita sampaikan kepada Tuhan pasti akan didengar dan dijawab. Mengapa? Sebab kita adalah umat kepunyaan-Nya.
Pada tahun yang baru ini, mari kita periksa kehidupan doa kita masing-masing. Adakah kita menjadikan doa sebagai cara berkomunikasi yang efektif dan efisien dengan Tuhan? Ia tak pernah jauh dari kita. Ia hanya sejauh doa. Apakah kita sudah menyampaikan perihal yang menjadi pergumulan dan kerinduan kita? Mari kita tekun berdoa dengan semakin mendekatkan diri kepada-Nya. [JCP]
Topik Teologia -> 1Raj 8:22
Topik Teologia: 1Raj 8:22 - -- Allah yang Berpribadi
Pribadi Allah
Allah yang Mahaesa
Allah adalah Satu-satunya Allah
Kel 8:10 Kel 15:11 Kel 18:9-11...
- Allah yang Berpribadi
- Pribadi Allah
- Allah yang Mahaesa
- Allah adalah Satu-satunya Allah
- Kel 8:10 Kel 15:11 Kel 18:9-11 Kel 20:3 Kel 34:14 Ula 4:35 Ula 6:4 Ula 32:39 2Sa 7:22 2Sa 22:32 1Ra 8:22-23 1Ra 8:59-60 2Ra 5:15 2Ra 19:15 Neh 9:6 Maz 18:32 Maz 35:10 Maz 86:8-10 Maz 95:3 Maz 96:4-6 Maz 113:4-9 Maz 135:5-7 Yes 37:16,20 Yes 40:25-26 Yes 43:3,10-11 Yes 44:6,8 Yes 45:21 Yes 46:9 Yes 49:26 Hos 13:4 Mik 7:18 Zak 14:9 Mal 2:10 Mat 23:9 Yoh 8:41 Yoh 17:3 Rom 3:30 1Ko 8:4-6 Gal 3:20 Efe 4:6 1Ti 2:5 1Ti 6:15 Yak 2:19
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Berkomunikasi dengan Allah
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Tanggung Jawab Terhadap Sesama
- Tugas Terhadap Kelompok-kelompok Orang Khusus
- Tanggung Jawab Terhadap Sesama
- Tugas Orang Percaya Terhadap Sesama
- Melindungi Sesama yang Tak Bersalah
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: 1 Raja-raja (Pendahuluan Kitab) Penulis : Tidak dikenal
Tema : Raja-raja Israel dan Yehuda
Tanggal Penulisan: Sekitar 560-550 SM
Latar Belakang
1 dan 2 Raja-R...
Penulis : Tidak dikenal
Tema : Raja-raja Israel dan Yehuda
Tanggal Penulisan: Sekitar 560-550 SM
Latar Belakang
1 dan 2 Raja-Raja langsung melanjutkan sejarah yang tercatat dalam 1 dan 2 Samuel. Keempat kitab ini secara selektif meliput seluruh sejarah para raja Israel dan Yehuda (sekitar tahun 1050-586 SM). 1 dan 2 Raja-Raja secara kronologis meliput empat abad sejarah tersebut -- sejak masa Raja Salomo (970 SM) hingga masa pembuangan di Babel (586 SM); 1 Raja-Raja sendiri meliput sekitar 120 tahun -- masa pemerintahan Salomo selama 40 tahun (970-930 SM), dan sekitar 80 tahun sejarah kerajaan yang terpecah (sekitar 930-852 SM).
1 dan 2 Raja-Raja bermula menjadi satu kitab dalam PL Ibrani; oleh karena itu masalah kepenulisan berkaitan dengan keduanya sebagai satu kitab. Peristiwa terakhir yang tercatat (2Raj 25:27) ialah pembebasan Raja Yoyakhin dari penjara Babel (sekitar 560 SM). Oleh karena itu 1 dan 2 Raja-Raja secara lengkap mungkin tertulis dalam dasawarsa 560-550 SM. Sekalipun penulisnya tidak disebutkan, jelaslah dia seorang nabi merangkap sejarawan yang terilhamkan untuk menafsirkan pemerintahan semua raja Israel dan Yehuda dipandang dari sudut perjanjian Allah dengan bangsa Ibrani. Jelas pula bahwa penulis mempergunakan beberapa sumber masukan:
- (1) "kitab riwayat Salomo" (1Raj 11:41),
- (2) "kitab sejarah raja-raja Israel" (mis. 1Raj 14:19),
- (3) "kitab sejarah raja-raja Yehuda" (mis. 1Raj 14:29).
Sumber-sumber tertulis ini mungkin adalah catatan-catatan yang dibuat oleh para nabi dan bukan dokumen negara yang resmi; mungkin juga penulis memeriksa tulisan nabi-nabi lain seperti yang tercantum dalam 1Taw 29:29. Untuk mendapat gambaran ikhtisar tentang raja-raja Israel dan Yehuda lih. tabel RAJA-RAJA ISRAEL DAN YEHUDA, 08957.
Tujuan
1 dan 2 Raja-Raja ditulis untuk memberikan kepada orang Ibrani dalam pembuangan di Babel suatu penafsiran yang bersifat nubuat tentang sejarah mereka supaya dapat memahami mengapa bangsa itu terpecah pada tahun 930 SM, mengapa kerajaan Israel di utara jatuh pada tahun 722 SM, dan mengapa kerajaan Daud dan Yerusalem jatuh pada tahun 586 SM. Penulis menekankan bahwa perpecahan kerajaan serta keruntuhan Israel dan Yehuda adalah akibat langsung yang tidak dapat dielakkan dari penyembahan berhala dan ketidakbenaran para raja dan bangsa itu secara keseluruhan; mengingat itu penulis mengevaluasi keberhasilan atau kegagalan setiap raja sesuai dengan kesetiaan atau ketidaksetiaannya terhadap Allah dan perjanjian. Apa pun juga keberhasilan politik atau ekonomi yang telah dicapai seorang raja, ia dinyatakan gagal apabila ia tidak mendukung perjanjian itu. Pemahaman yang bersifat nubuat ini disajikan agar semua orang buangan untuk selamanya akan meninggalkan penyembahan berhala, berbalik kepada Allah, dan menaati perintah-perintah-Nya hingga angkatan-angkatan selanjutnya.
Survai
1 Raja-Raja terbagi atas dua bagian utama.
- (1) Bagian Pertama menguraikan masa pemerintahan Raja Salomo (pasal 1-11; 1Raj 1:1--11:43). Pasal-pasal yang pertama menerangkan situasi ketika Salomo dinobatkan menjadi raja (pasal 1-2; 1Raj 1:1--2:46) dan permohonannya akan hikmat yang dengannya ia dapat memerintah bangsa itu (pasal 3; 1Raj 3:1-28). Tujuh pasal selanjutnya menguraikan perkembangan Salomo sampai menjadi tokoh dunia dan puncak kemakmuran, kedamaian, kekuasaan, dan kemuliaan Israel -- semuanya selama 20 tahun pertama dari masa pemerintahan Salomo. Dalam kurun waktu ini Salomo mendirikan dan menahbiskan Bait Suci di Yerusalem (pasal 6,8; 1Raj 6:1-38; 1Raj 8:1-66). Pasal 11 (1Raj 11:1-43) menguraikan 20 tahun kedua pemerintahan Salomo -- tahun-tahun pemuasan menurut suka hatinya, poligami yang menyolok, penyembahan berhala, dan pengikisan dasar-dasar bangsa tersebut. Pada saat kematiannya, bibit-bibit perpecahan dan kemerosotan kerajaan itu telah ditaburkan.
- (2) Bagian Kedua menguraikan perpecahan kerajaan di bawah pemerintahan putra Salomo, Rehabeam, dan masa 80 tahun berikutnya dengan kemunduran rohani dan politik kedua kerajaan di bawah pemerintahan dinasti rajanya sendiri-sendiri (pasal 12-22; 1Raj 12:1--22:54). Tokoh-tokoh utama di bagian kedua ini ialah Raja Rehabeam dari selatan dan Yerobeam dari kerajaan utara, Raja Ahab dan istrinya yang jahat Izebel (utara), dan nabi Elia (utara).
Ciri-ciri Khas
Empat ciri utama menandai kitab ini.
- (1) Kitab ini memperkenalkan para nabi sebagai wakil dan juru bicara Allah kepada raja-raja Israel dan Yehuda -- misalnya, Ahia (1Raj 11:29-40; 1Raj 4:5-18), Semaya (1Raj 12:22-24), Mikha (1Raj 22:8-28), dan khususnya Elia (pasal 17-19; 1Raj 17:1--19:21).
- (2) Kitab ini menekankan nubuat dan penggenapannya di dalam sejarah para raja. Berkali-kali nubuat tertentu yang tertulis dinyatakan sebagai sudah tergenapi (mis. 2Sam 7:13 dengan 1Raj 8:20; 1Raj 11:29-39 dan 1Raj 12:15; 1Raj 13:1-34 dengan 2Raj 23:16-18).
- (3) Kitab ini berisi banyak kisah Alkitab yang terkenal -- mis. hikmat Salomo (pasal 3-4; 1Raj 3:1--4:34), penahbisan Bait Suci (pasal 8; 1Raj 8:1-66), kunjungan ratu Syeba ke Yerusalem (pasal 10; 1Raj 10:1-13), pelayanan Elia, khususnya bentrokannya dengan Baalisme di Gunung Karmel (pasal 18; 1Raj 18:1-46).
- (4) Kitab ini mencakup data kronologis yang banyak mengenai raja-raja Israel dan Yehuda yang sering kali sulit diserentakkan. Akan tetapi, sebagian besar persoalan dipecahkan dengan memuaskan bila mengerti ada kemungkinan terjadinya tumpang tindih masa pemerintahan, masa pemerintahan bersama seorang putra dengan ayahnya, dan cara yang berbeda untuk menentukan awal pemerintahan seorang raja.
Penggenapan Dalam Perjanjian Baru
PB mencatat bahwa Yesus menyatakan kepada angkatan-Nya bahwa pentingnya hidup dan kerajaan-Nya jauh melampaui hikmat, kekuasaan, kemuliaan, dan kemegahan Salomo dan masa pemerintahannya; "sesungguhnya yang ada di sini lebih daripada Salomo" (Mat 12:42). Apalagi, kemuliaan Allah yang memenuhi bait Salomo ketika ditahbiskan kini tinggal di antara umat manusia di dalam diri Yesus, Anak Tunggal Bapa (Yoh 1:14).
Full Life: 1 Raja-raja (Garis Besar) Garis Besar
I. Masa Pemerintahan Salomo
(1Raj 1:1-11:43)
A. Salomo Menggantikan Daud Sebagai Raja
(1...
Garis Besar
- I. Masa Pemerintahan Salomo
(1Raj 1:1-11:43) - A. Salomo Menggantikan Daud Sebagai Raja
(1Raj 1:1-2:11) - B. Salomo Memperkuat Kedudukannya Sebagai Raja
(1Raj 2:12-46) - C. Hikmat dan Pemerintahan Salomo
(1Raj 3:1-4:34) - D. Keberhasilan dan Ketenaran Salomo
(1Raj 5:1-10:29) - 1. Persiapan Pembangunan Bait Suci
(1Raj 5:1-18) - 2. Pembangunan Bait Suci
(1Raj 6:1-38) - 3. Pembangunan Istana Salomo
(1Raj 7:1-12) - 4. Perabotan Bait Suci
(1Raj 7:13-51) - 5. Penahbisan Bait Suci
(1Raj 8:1-66) - 6. Pengesahan Perjanjian Daud
(1Raj 9:1-9) - 7. Berbagai Kegiatan Salomo dan Ketenarannya
(1Raj 9:10-10:29) - E. Kejatuhan dan Kematian Salomo
(1Raj 11:1-43) - 1. Poligami dan Penyembahan Berhala Menyolok yang Dilakukan Salomo
(1Raj 11:1-8) - 2. Hukuman Perpecahan Kerajaan Dinubuatkan Allah
(1Raj 11:9-13) - 3. Allah Membangkitkan Musuh-Musuh Melawan Salomo
(1Raj 11:14-28) - 4. Nubuat Ahia
(1Raj 11:29-40) - 5. Kematian Salomo
(1Raj 11:41-43) - II. Perpecahan Kerajaan: Israel dan Yehuda
(1Raj 12:1-22:53) - A. Hukuman Perpecahan Kerajaan Terjadi
(1Raj 12:1-24) - B. Pemerintahan Yerobeam (Israel)
(1Raj 12:25-14:20) - C. Pemerintahan Rehabeam (Yehuda)
(1Raj 14:21-31) - D. Pemerintahan Abiam (Yehuda)
(1Raj 15:1-8) - E. Pemerintahan Asa (Yehuda)
(1Raj 15:9-24) - F. Pemerintahan Nadab (Israel)
(1Raj 15:25-31) - G. Pemerintahan Baesa (Israel)
(1Raj 15:32-16:7) - H. Pemerintahan Ela (Israel)
(1Raj 16:8-14) - I. Pemerintahan Zimri (Israel)
(1Raj 16:15-20) - J. Pemerintahan Omri (Israel)
(1Raj 16:21-28) - K. Pemerintahan Ahab (Israel)
(1Raj 16:29-22:40) - 1. Permulaan Pemerintahan Ahab
(1Raj 16:29-34) - 2. Ahab dan Nabi Elia
(1Raj 17:1-19:21) - 3. Ahab Berperang dengan Aram
(1Raj 20:1-43) - 4. Ahab dan Kebun Anggur Nabot
(1Raj 21:1-29) - 5. Peperangan Fatal Ahab dengan Aram
(1Raj 22:1-40) - L. Pemerintahan Yosafat (Yehuda)
(1Raj 22:41-51) - M. Pemerintahan Ahazia (Israel)
(1Raj 22:52-53)
Matthew Henry: 1 Raja-raja (Pendahuluan Kitab)
Begitu banyak sejarah terkandung di dalam Kitab Raja-raja dan pemerintahan mereka, yang mengisahkan secara singkat segenap perkara yang terjadi di ...
- Begitu banyak sejarah terkandung di dalam Kitab Raja-raja dan pemerintahan mereka, yang mengisahkan secara singkat segenap perkara yang terjadi di dalam kerajaan mereka. Ini merupakan sebuah bentuk penghormatan yang pada umumnya diberikan kepada kepala-kepala yang bermahkota. Kitab Suci merupakan sejarah kerajaan Allah di antara manusia, dalam sejumlah cara penyelenggaraannya. Akan tetapi, di dalam kerajaan ini hanya ada satu Raja, dan nama-Nya hanya satu. Sejarah khusus yang kini terhampar di hadapan kita mengisahkan segala perkara di dalam kerajaan Yehuda dan Israel, tetapi dengan perhatian khusus terhadap kerajaan Allah di tengah-tengahnya. Sebab sejarah kerajaan Yehuda dan Israel tetaplah sebuah sejarah yang kudus, yang jauh lebih memberikan pengajaran dan tidak kurang menarik daripada sejarah raja-raja lain di bumi. Apalagi sejarah kerajaan Yehuda dan Israel itu mendahului sejarah raja-raja lain yang sudah terbukti dengan pasti keberadaannya. Sebab meskipun sudah ada raja-raja di Edom sebelum ada seorang raja di Israel (Kej. 36:31), karena bangsa-bangsa asing lebih dahulu menciptakan kerajaan, namun riwayat raja-raja Israel tetap hidup, dan akan terus hidup, di dalam Kitab Suci, hingga akhir dunia, sementara riwayat raja-raja Edom sudah sejak lama terkubur dan terlupakan. Sebab kehormatan yang berasal dari Allah akan bertahan lama, sementara kehormatan yang datangnya dari dunia menyerupai jamur, yang tumbuh dalam semalam dan binasa dalam semalam. Alkitab dimulai dengan kisah bapa-bapa leluhur, lalu nabi-nabi, kemudian hakim-hakim, orang-orang yang dapat dengan lebih langsung bercakap-cakap dengan sorga. Catatan mengenai kisah ini menguatkan iman kita, tetapi tidak begitu mudah diterapkan pada keadaan kita, sebab kini kita tidak lagi mengharapkan penglihatan-penglihatan, karena sejarah tentang perkara-perkara yang terjadi kemudian, seperti yang terjadi pada kita sekarang ini, berada di bawah pimpinan penyelenggaraan Allah yang sifatnya biasa. Dan di dalam kitab ini, meskipun tidak ada banyak perlambang dan bayangan akan Mesias, kita menjumpai adanya harapan-harapan besar akan diri-Nya, karena bukan hanya para nabi, melainkan juga para raja, berkeinginan untuk melihat rahasia-rahasia Injil yang agung (Luk. 10:24). Kedua Kitab Samuel merupakan pendahuluan bagi kedua Kitab Raja-raja, karena kedua Kitab Samuel itu menceritakan asal mula pemerintahan kerajaan dalam diri Saul dan asal mula keluarga kerajaan dalam diri Daud. Kedua Kitab Raja-raja ini mengisahkan kepada kita penerus takhta Daud, yakni Salomo, terbaginya kerajaannya, dan pergantian sejumlah raja Yehuda dan Israel, beserta garis besar sejarah mereka hingga masa penawanan. Dan sama seperti dari Kitab Kejadian kita dapat menarik sejumlah peraturan ekonomi yang sungguh baik, untuk mengatur urusan rumah tangga, demikian pula dari Kitab Raja-raja ini kita dapat menarik sejumlah peraturan politik, untuk menangani urusan-urusan masyarakat. Di dalam kitab ini, ada perhatian khusus yang diberikan terhadap kaum keluarga dan garis keturunan Daud, yang darinya Kristus berasal. Sebagian dari anak-anak Daud berjalan mengikuti jejaknya, sementara sebagian yang lain tidak. Watak raja-raja Yehuda dengan demikian dapat digambarkan secara singkat sebagai berikut: Daud yang taat beribadah, Salomo yang bijaksana, Rehabeam yang belum berpengalaman, Abia yang pemberani, Asa yang lurus hati, Yosafat yang saleh, Yoram yang biadab, Ahazia yang berlaku fasik, Yoas yang murtad, Amazia yang gegabah, Uzia yang perkasa, Yotam yang penuh damai, Ahas sang penyembah berhala, Hizkia sang pembaharu, Manasye sang petobat, Amon yang tidak termasyhur, Yosia yang berhati lembut, Yoahas, Yoyakim, Yoyakhin, Zedekia, semuanya berlaku jahat dan dengan cepat membawa kehancuran bagi diri mereka sendiri serta kerajaan mereka. Jumlah raja-raja yang baik dan yang jahat hampir sebanding, tetapi pemerintahan raja-raja yang baik pada umumnya berlangsung lama, sementara yang jahat berlangsung singkat. Dengan mempertimbangkan hal ini, keadaan Israel tidaklah begitu buruk pada rentang waktu ini, seperti yang terkesan pada awalnya. Di dalam kitab pertama ini kita mendapati,
- I. Kematian Daud (ps. 1-2).
- II. Pemerintahan Salomo yang mulia, dan pembangunan Bait Allah olehnya (ps. 3-10), namun juga awan gelap yang menenggelamkan suryanya (ps. 11).
- III. Terbaginya kerajaan pada masa Rehabeam, dan juga pemerintahannya serta pemerintahan Yerobeam (ps. 12-14).
- IV. Pemerintahan Abia dan Asa atas Yehuda, serta Baesa dan Omri atas Israel (ps. 15-16).
- V. Mujizat-mujizat Elia (ps. 17-19).
- VI. Keberhasilan Ahab melawan Benhadad, serta kejahatan dan kejatuhan Ahab (ps. 20-22). Dan di dalam segenap sejarah ini, tampak bahwa raja-raja, meskipun layaknya dewa-dewa bagi kita, tetaplah manusia di hadapan Allah, yang fana dan harus mempertanggungjawabkan perbuatan mereka.
Ende: 1 Raja-raja (Pendahuluan Kitab) KITAB RADJA2
PENDAHULUAN
Kedua Kitab Radja2 (dalam terdjemahan Junani: III dan IV Keradjaan2; dalam
terdjemahan Latin III dan IV Radja2) sesungguhnja ...
KITAB RADJA2
PENDAHULUAN
Kedua Kitab Radja2 (dalam terdjemahan Junani: III dan IV Keradjaan2; dalam terdjemahan Latin III dan IV Radja2) sesungguhnja menurut bentuk serta isinja hanja merupakan satu karja besar. Tjorak buat2an dari pembagian itu tampak dari kenjataaan, bahwasanja pembagian itu djatuh di-tengah2 pemerintahan radja Ahazjahu. Hanja dua pasal permulaan sadjalah jang dipandang dari sudut kesusasteraan serta sedjarah termasuk dalam kisah pandjang-lebar wangsa Dawud, seperti jang terdapat dalam II Sjemuel 9-20, jang dilandjutkan dalam pasal2 ini sebagai pengantar bagi pemerintahan Sualaiman.
Kisah Kitab Radja2, jang melandjutkan kisah I dan II Sjemuel, melingkupi djaman sedjarah Israil, mulai dari penobatan Sulaiman (l.k 970) sampai dengan hantjurnja kota Jerusalem dalam tahun 587. Dipandang dari segi politik djaman ini merupakan sedjarah jang bergolak; dan meskipun kitab Radja2 tidak bermaksud memberikan sedjarah politik se-mata2, namun bagi pengertian jang tepat diperlukan pengetahuan ringkas tentang latar belakang politiknja.
Berkat situasi politik jang menguntungkan, maka Dawud berhasil mendirikan keradjaan jang tjukup kuat, dengan serangkaian negeri2 taklukan dikelilingnja. Karena terus lemahnja keradjaan2 Asyria-Babel dan Mesir, maka Sulaiman mendapat kesmepatan jang leluasa untuk mengkonsolidir warisan dari ajahnja. Setelah naik tachta dikala Dawud masih hidup, maka tindakan per-tama2 jang diambilnja sebagai penguasa penuh sesuai dengan kebiasaan masa itu, ialah menumpas segala orang, jang mendjadi lawan atau jang mungkin akan mendjadi lawannja, dan segala saingan bagi tachtanja. Kemudian dibentuknja angkatan perang jang diperlengkapi dengan sendjata2 jang modern diwaktu itu; dan untuk mengembangkan kemuliaan serta kedjajaan keradjaannja diadakannja pembangunan setjara besar2an, dengan baitullah Jerusjalem sebagai puntjak kemuliaannja. Mengingat pekerdjaan tadi tidak mungkin tanpa bantuan luarnegeri dalam bentuk bahan2 dan ahli2 tehnik, maka rentjana besar itu mengharuskan dia untuk mengadakan hubungan persahabatan dengan Tyrus, kota berdaulat jang djuga mendjadi pusat perdagangan. Untuk menutup beaja segala kebesaran itu, maka selain menggunakan daja-upaja klasik, jaitu padjak tinggi dan rodi, Sulaiman djuga menggali sumber penghasilan, jang sama sekali baru bagi Israil, jaitu perdagangan transito jang giat. Untuk maksud itu Sulaiman mengadakan armada niaga di Laut Merah, djuga dengan bantuan Tyrus. Dengan mengadakan perkawinan politik dengan puteri radja Mesir, ditjapainja hubungan persahabatan dengan keradjaan besar itu. Memang, pemerintahan Sulaiman adalah sungguh masa djaja; dan kebidjaksanaan serta kekajaannja lekas termasjhur. Tetapi sebaliknja tampak djuga segi buruknja, jang mengandung benih keruntuhan. Rodi jang menekan dan padjak jang berat mendjengkelkan rakjat jang meng-hidup2kan lagi persaingan lama antara Juda dan kesepuluh suku lainnja diutara. Tambahan pila diutara muntjul suatu keradjaan jang kemudian menjebabkan banjak kesulitan. Negara Aram Damsjik jang ditaklukkan Dawud berhasil memerdekakan dirinja dan mentjaplok negeri2 ketjil sekitarnja. Negeri taklukkan lain, jakni Edom, djuga memberontak dan berhasil memperoleh kebebasan jang tjukup besar, sehinggga sangat merugikan perdagangan. Achirnja Mesir muntjul wangsa baru jang menentang wangsa jang dahulu dan oleh karenanja memutuskan hubungan persahabatan dengan Israil dan memberikan suaka kepada para pemberontak.
Ketika Sulaiman mangkat, keadaan agak genting dan karena tindakan serampangan dari penggantinja, jaitu Reha'beam (931-913), keradjaan petjah mendjadi dua negeri jang berdaulat. Kesepuluh suku diutara mempermaklumkan Jerobe'am (931- 910) djadi radja, sedangkan Rehabe'am hanja diakui hak2nja oleh Juda dan leh sebagian suku Benjamin. Keradjaan Israil diutara lebih kaja dan lebih besar, tetapi tidak merupakan kesatuan jang kokoh kedalam. Juda diselatan adalah keradjaan jang kerdil dan miskin, tetapi karena stabilnja wangsa Dawud tidak begitu diganggu oleh kekatjauan2 dalam negeri. Semendjak itu kedua keradjaan mempunjai sedjarahnja tersendiri, tetapi dengan banjak titik persamaan jang kuat. Mula2 sangat bermusuhan, kemudian hubungan mereka bertambah baik dan bersahabat, tetapi achirnja bermusuhan lagi.
Pengganti Jerobe'am I di Israil ialah Nadab (910-109), orang jang tiada artinja samasekali. Ketika peperangan berketjamuk lawan orang2 Felesjet, ia disingkirkan oleh suatu permufakatan dan digantikan oleh pemimpin komplotan itu jaitu Ba'sja (909-886). Ba'sja melandjutkan permusuhan dengan Juda, tetapi dipaksa menghentikan operasi militernja oleh Ben-Hadad II dari Damsjik, jang disuapi radja Juda. Putera Ba'sja dibunuh Zimri, ketika pasukan sedang bertempur. Tetapi Zimri tidak diakui sebagai radja, dan rakjat mempermaklumkan panglimanja, jakni 'Omri djadi radja Israil (885-874). Mula2 timbul kesulitan dengan saingan2 lainnja mengenai tachta keradjaan, tetapi kemudian pemerintahan radja ini merupakan masa djaja jang mulia, sehingga luar negeri, lama setelah wangsa keempat ini lenjap, masih berbitjara tentang wangsa 'Omri', kalau maksudnja Israil. 'Omri berhasil meluaskan wilajahnja, dengan menaklukkan Moab lagi; sementara itu ia djuga berhasil memperoleh bantuan Tyrus, dengan mengawinkan Ahab, puteranja, dengan Izebel, puteri radja Tyrus. Keradjaannja jang makmur itu diberinja ibukota jang lajak, dengan mendirikan Sjomron, jang indah lagi megah, ditempat jang sungguh amat strategis. Mungkin untuk dapat bertahan terhadap Aram dari Damsjik, maka diperbaikinja hubungan dengan saudara-saudaranja diselatan, jakni Juda. Pemerintahan Ahab puteranja (874-853) pada umumnja djuga lantjar. Hubungan2 jang baik dengan Juda mendjadi persahabatan jang baik berkat perkawinan 'Ataljahu, puteri Ahab, dengan Joram, pangeran Juda. Tetapi Damsjik tetap mendatangkan kesulitan2. Bahkan Ben-Hadad II mengepung Sjomron. Ia dipukul mundur, tetapi dalam tahun berikutnja ia datang dengan pasukan jang lebih besar. Ia dikalahkan malahan ditangkap. Ahab memperlakukan dia sangat baik, bukan tanpa alasan. Diufuk utara mulai tampak bajang2 Asyria, jang hidup kembali dan merupakan antjaman. Nah Damsjik dapat dipakai sebagai negeri perisai, asal sadja tidak mendjadi terlalu lemah.
Sjalmaneser III, radja Asjur, merebut dalam tahun 875 Karkemisj di Syria utara dengan maksud terang2an untuk meluaskan wilajahnja. negeri2 Aram, termasuk djuga Israil dan Damsjik, merupakan persekutuan terhadap bahaja itu. Dalam tahun 953 terdjadilah pertempuran hebat di Karkar, jang berachir tanpa hasil jang definitif; tetapi bagi ahab sangat djelaslah bahaja itu. Ketika tekanan dari Asyrian berkurang sedjenak, timbulah kembali permusuhan lama antara Aram dan israil. Bersama2 dengan Josjafat, radja Juda, Ahab mengadakan peperangan jang berachir dengan kekalahan dan gugurnja Ahab. Dibawah pemerintahan Ahazjahu, penggantinja jang berpenjakitan (853-852) Moab memberontak, tetapi ditindas oleh Joram, putera lain dari Ahab (853-841), dengan bantuan Juda. Terdesak oleh Damsjik, Joram menggunakan revolusi istana, jang menempatkan Hazael diatas tachta Aram, untuk merebut kembali daerah2 jang lepas dari genggamannja. Dalam pada itu ia mendapat bantuan lagi dari Ahazjahu, radja Juda. Tetapi waktu mengepung Ramot di Gi'lead, Joram terluka dan tak lama kemudian dibunuh oelh Jehu panglimanja, di Jizre'el. Sementara itu Asyrian mendesak madju dan mengantjam lagi. Dalam tahun 841 Sjalmaneser III memasuki wilajah Hazael, tanpa merebut Damsjik. Hanja beberapa negeri tetangga sadja jang ditaklukannja.
Jehu (841-814), pendiri wangsa kelima di Israil, berubah politik dan mentjari persahabatan dengan Asyria lawan Aram. Persahabatan itu sebenarnja berarti tergantung, sehingga Jehu, jang dalam soal2 dalam negeri bertindak dengan kekedjaman ala Asyria, toh dengan setia membajar upeti kepada tuannja di Ninive. Politik itu memantjing balas dendam dari pihak Damsjik atas Jehu. Maka Aram merebut sebahagian dari Israil. Jehu tidak dapat mengharapkan bantuan dari Juda. Sebab didalam pemberontakannja Jehu tidak hanja menumpas wangsa Ahab, jang ada hubungan kekeluargaan dengan Juda, tetapi djuga membunuh radja Juda serta sebagain dari keluarganja. Joahaz (814-798), pengganti Jehu, ditekan Damsjik begitu rupa, sehingga Israil selama beberapa waktu kehilangan hampir seluruh kedaulatannja. Didalam pemerintahan Joasj (798-783), puteranja serta penggantinja, Israil bangun kembali, sehingga radja itu mengadakan peperangan dengan Ben-Hadad III dan merebut kembali daerah2 jang hilang. Didalam peperangan, jang dipantjing oleh Amasja, radja Juda, berhasillah Joasj menawan Amasja dan merebut kota Jerusalem. Dibawah pemerintahan Jerobe'am II (783-743) Israil mentjapai masa djajanja jang kedua dan terachir. Ini dimungkinkan pula oleh keadaan Asyiria, jang mengalami masa kemumduran dan terlalu sibuk ditimur, sehingga tidak dapat memikirkan Palestina. Dibawah pemerintahan Jerobe'am II itu Juda hampir seluruhnja bergantung daripada Israil, dan djaman Sulaiman se-akan2 kembali lagi.
Sesudah Jerobe'am mangkat, kemunduran datang dengan tjepatnja. Tenaga di- habis2kan dengan perebutan tachta, sampai dalam tempo satu tahun ada tiga radja jang naik tachta, jakni Zekarja, Sjalum dan Menahem. Menahem (743-738) dapat bertahan, dengan menggunakan kekedjaman jang tak kenal ampun terhadap lawan2nja didalam negeri, tetapi ia terpaksa mengakui kembali kekuasaan Asyria dalam diri Tiglat-peleser III (Pul) dan membajar upeti jang berat. Sesudah Menahem mangkat, timbul lagi kekatjauan, sehingga pemerintahan Pekahnja, putera Menahem (738-737) beralih ketangan Pekah (737-732). Sebagai anggota serikat negara2 anti-Asyiria dibawah pimpinan Damsjik ia memberontak lawan tuannja. Bersama dengan Rason dari Damsjik ia mengadakan peperangan dengan Juda, untuk mamaksa Juda masuk dalam koalisi itu. Ahaz, radja Juda, minta bantuan Asyiria, jang segera datang, sehingga pengepungan kota Jerusjalem diputuskan. Dalam tahun 732 Damsjik direbut oleh Tiglet-Pelezer III. Rason sendiri tewas. Penduduknja diangkut, dan Aram mendjadi propinsi Asyria. Israilpun kalah dan didjadikan keradjaan kerdil dengan kedaulatan jang hanja semu sadja. Pekah dibunuh dan digantikan oleh pembunuhnja, jakni Hosjea' (732-724) dibawah lindungan Asyria. Tetapi golongan anti-Asyria, jang mengandalkan bantuan Mesir, berhasil menjeret radja itu kedalam pemberontakan jang tiada harapannja sama sekali. Hosjea' ditawan Sjalmaneser V dan turun dari tachtanja. Namun demikian, peperangan dilandjutkan djuga di Sjomron, jang baru direbut oleh Sargon II sesudah dikepung tiga tahun lamanja (724-721). Menurut tjara jang lazim di Asyria, maka sebagian besar dari penduduk diangkut dan lambat-laun diganti dengan bangsa2 lain jang djuga dedeportir. Dengan itu berachirlah setjara definitif sedjarah keradjaan diutara.
Sedjadjar dengan sedjarah Israil pula djalannja sedjarah Juda, jang tak dapat tidak menudju kekeruntuhan. Radja jang pertama, jakni Rehabe'am (931-913) gagal dalam usahanja, untuk memulihkan hak2nja di Israil dan segera harus menghadapi serbuan Mesir. Hanja dengan upeti jang sangat besar sekali ia dapat menjelamatkan ibukotanja dari penghantjuran. Abia penggantinja (913-911) mengadakan pertjobaan lagi dengan bantuan Aram, untuk merebut israil, tetapi kendati kemenangan jang diperolehnja, pertjobaan itu toh tidak berhasil. Pemerintahan Asa jang berlangsung lama (911-870) melandjutkan peperangan dengan bantuan Aram lawan Israil. Ia berhasil menangkis serangan baru dari Mesir, dengan mendatangkan rugi besar kepada pihak musuh, sehingga aman tenteramlah diselatan selama waktu jang pandjang. Pada achir pemerintahan hubungan dengan Israil bertambah baik dan mendjadi persahabatan dengan ketaklukan dibawah pengganti Asa, jakni Josjafat (870-848). Josjafat ikut serta dalam peperangan Israil lawan Aram dan Moab. Atas usahanja sendiri iapun melakukan peperangan lawan suku2 Arab dan orang2 Felesjet. usahanja untuk melantjarkan kembali perdagangan didjaman Sulaiman, dengan membangun armada di Laut Merah menemui kegagalan, a.l. djuga karena kurangnja tenaga2 ahli. Joram (848-841), puteranja jang dilahirkan dari 'Ataljahu, puteri Izebel, melandjutkan persekutuan dengan Israil dan menjokong gabungan Aram lawan antjaman2 serangan Sjalmaneser III (859-824). Ia tidak berhasil mamatahkan pemberontakan Edom, sehingga negeri itu mendjadi merdeka untuk seterusnja. Orang2 Felesjet menjebabkan kesulitan2 besar, dengan serangan mereka setjara besar2an jang berhasil terhadap Jerusjalem. Joram digantikan oleh Ahazjahu (841), puteranja, jang ikut-serta dalam peperangan Ahab lawan Damsjik. Ber-sama2 dengan Joram dari Israil ia dibunuh oleh Jehu. Pemerintahan lalu dipegang ibu suri, 'Ataljahu (841-835). Tindakannja jang pertama ialah menumpas seluruh keluarga keradjaan. Hanja satu kanak2, jakni Joasj, diselamatkan dan diasuh dengan sembunji2 oleh para imam Jerusjalem. Ketika kanak2 itu berumur tudjuh tahun, maka diadakan permufakatan dibawah pimpinan imam-agung Jojada'. 'Ataljahu dibunuh dan Joasj dipermaklumkan djadi radja (835-796). Hanja sedikit sadja jang diketahui dari pemerintahannja jang berlangsung lama itu. Serangan Aram atas Israil, jang praktis menaklukan keradjaan itu, meluas pula sampai Juda, tetapi ditebus Joasj dengan upeti jang berat. Joasj dibunuh oleh beberapa pendjawatnja dan digantikan oleh Amas-ja (796-781), puteranja. Suatu serangan jang dilantjarkan terhadap Edom menghasilkan suatu perluasan daerah, tetapi peperangan jang dipantjingnja dengan Israil mendatangkan kekalahan besar, sehingga duduknja diatas tachta itu hanjalah berkat kemurahan radja Israil sadja. Pemerintahan 'Azarja, penggantinja, jang disebut dengan 'Uzia (781-740) adalah masa tjemerlang, kendati penjakit radja itu. Karena perhubungan persahabatan dengan Israil, maka ia berhasil merebut daerah dari Edom dengan suatu pelabuhan dipantai Laut Merah. Terhadap suku2 Arab ia kurang berhasil. Peperangan lawan Aram dan Israil, jang hendak memaksa juda masuk gabungan anti-Asyria, petjah didalam pemerintah Ahaz, penggati Azarja (736-716). Ahaz terpaksa mentjari bantuan dari Asyria, tetapi hal itu berarti ketaklukan kepadanja. Ahaz harus membajar upeti dan membiarkan daerah2 jang sudah direbut Tiglat-pelezer III tetap ditangan Asyria. Juda makin tak berdaja lagi, dengan djatuhnja Damsjik dalam tahun 732 dan Sjomron dalam tahun 721, Juda berhadapan sendirian dengan raksasa Asyria, dan tetap berdirinja adalah berkat kemurahan Asyria se-mata2, selama hal itu diperkenankan Sri Baginda.
Didalam keadaan itu Hizkia (716-687) naik tachta. Pada galibnja ketaklukkan kepda Asyria itu bukanlah dengan ichlas hati. Seperti bangsa2 taklukan lainja, demikianpun Hizkia mulai mengadakan pembaharuan nasional dan persiapan2 militer, untuk se-lekas2nja melemparkan beban Asyria dari atas pundaknja. Dengan sendirinja ia lalu mentjari hubungan dengan saingan berat Asyria, jaitu Mesir. Terhadap gabungan rahasia negeri2 tetangga Hizkia mengambil sikap netral jang murah hati. Ini mendjadi untungnja. Gabungan itu takluk, ketika kota Asjdod dihantjurkan. Karena hubungannja itu Hizkita ber-gegas2 menjatakan ketaklukkanja kepada Sargon dengan membajar upeti jang luar-biasa. Karena perebutan tachta di Ninive, jang membuat Sanherib mendapat kekuasaan, maka bangsa2 terdjadjah memberanikan diri dan memulai gerakannja kembali. Merodak-baladan, pemberontak Babel, berusaha mendirikan keradjaan tersendiri dan mencari bantuan dari Hizkia pula. Tetapi setelah Babel djatuh, ia terpaksa melarikan diri lagi. Kemudian Sanherib memasuki Palestina; dengan perang kilat, jang sebetulnja ditudjukan terhadap Mesir, ia mematahkan segala perlawanan dengan amat tjepatnja. Hanja 'Ekron dan Jerusalemlah jang bertahan terhadap pengepungan. Hizkia berusaha menjelamatkan diri dengan membajar upeti; tetapi pengepungan diteruskan djuga. Mesir tengah bergerak madju dengan balatentaranja, ketika perkemahan Asyria didepan Jerusjalem ditimpa malapetaka; makanja Asyria terpaksa menghentikan pengepungan itu. Selandjutnya Sanherip sangat sibuk ditimur, chususnja degan Babel, sehingga ia tak dapat menaruh perhatiannja lagi kepada Palestina, walaupun Juda tetap mendjadi negeri taklukan dari Asyria. Demikianlah keadaan Juda, ketika Manasje (687-642) naik tachta. Rupa2nja ia tersangkut pula dalam pemberontakan Babel jang kesekian kalinja terhadap Asyrian, dengan memberikan bantuan kepada Babel. Maka ia diangkut ke Asyria sebagai tawanan; tetapi beberapa waktu kemudian ia dikembalikan lagi ke tachtanja. Amon, putera Menasje, hanja memerintah selama dua th. (642-640); ia mati terbunuh. Ia digantikan oleh puteranja jang belum dewasa, Josjijahu (640-609). Asyria menghadapi pindahan besar2an bangsa Skit, jang membandjiri keradjaan, malahan melintasi Palestina; dalam pada itu orang Media membangun keradjaan jang besar. Dengan mangkatnja Asjuribanipal (621) runtuhlah keradjaan Asyria samasekali. Ninive direbut dalam tahun 621 oleh Babel, jang sudah berdiri kembali, bersama2 dengan orang Media. Fare'o Nekao dari Mesir hendak menjelamatkannja Asyria, dan melintasi Palestina dengan pasukan besar, untuk menolong Asyria. Josjijahu jang tidak suka melihat, Asyria ditegakkan kembali, mentjoba tjegah Fare'o, tetapi dialahkan dan gugur. Nekao mengangkat pilihannja sendiri djadi radja, jakni Jojakim (609-598), untuk menggantikan Joahaz, putera mahkota jang ditjabut haknja. Dalam tahun 605 sisa terachir dari kekuasaan Asyiria dan balabantuan Mesir ditumpas Babel. Karena kesulitan2 dalam negeri maka Nebukadnezar I tidak segera dapat memaksakan kehendaknja. Baru dalam tahun 601 ia muntjul; maka segala bangsa ketjil, termasuk pula Juda, segera menjatakan diri takluk kepadanja. Agaknja Jojakim ditawan sedjenak, dan harta-benda baitullah dirampas. Seterusnja Jojakim setjara stjara lahiriah berlaku sebagai taklukan yang patuh, tetapi dengan sembunji2 ia mengadakan hubungan dengan Mesir; tetapi ia ditentang oleh golongan anti Mesir jang kuat, jang dipelopori nabi Jeremia. Dalam tahun 599 ia memberontak setjara terang2ana. Nebukadnezar, jang masih sibuk, di tempat lain hanya mengirimkan pelbagai gerombolan penjarah ke Juda. Beberapa bulan kemudian ia datang sendiri. Ketika ia mendekati Jerusalem, Jojakim mangkat dan digantikan oleh Joakin (598). Jojakin menjerahkan diri dengan sukarela kepada Nebukadnezar dan diangkut ke Babel ber-sama2 dengan sebagian dari rakjat. Nebukadnezar mengangkat pama Jojakin djadi radja dan mengubah namanya mendjadi Sedekia (598-587). Radja Juda jang terachir ini adalah orang jang lemah, dan tidak berdaja menghadapi keadaan jang amat sulit. Ia mendjadi main2an golongan pro-Mesir. Mesir sendiri sementara tidak sanggup memberikan bantuan kepada pemberontakan manapun. Sedekia ketahuan mengadakan hubungan rahasia dengan negeri2 ketjil lainnja jang hendak memberontak. Maka untuk mentjutji tangannja, ia sendiri datang menghadap Nebukadnezar, tetapi ini hanja siasat sadja, jang hampir2 tidak merubah politik rahasianja. Ketika dalam tahun 588 Fare'o jang baru mulai bertindak tegas terhadap Asyria, tjukup besarlah kemungkinan bagi permufakatan di Jerusjalem untuk memulai aksi pembalasannja. Ia mengepung Tyrus, tempat kedudukan Mesir, dan djuga Jerusjalem. Setahun lamanja kota itu dipertahankan dengan mati2an. Lalu datanglah pasukan pembebas Mesir, sehingga Nebukadnezar menghentikan pengepungan Jerusjalem, untuk dapat menghadapi bahaja itu dengan hasil jang baik. Sebulan kemudian ia sudah kembali lagi. enam bulan lamanja koa Jerusjalem dipertahankan dengan gigihnja, kendati patjeklik jang hebat. Dalam bulan Agustus 587 tembok kota Jerusjalem didobrak dan pasukan Babel memasuki kota itu; Sedekia mentjoba larikan diri, tetapi ia djatuh kedalam tangan musuh. Putera2nja dibunuh didepan matanja, dan ia sendiri ditjukil matanja, lalu diangkut ke Babel. Kota di-djarah2 dan sebagian besar penduduk diasingkan. Sisanja diperintah seorang gubernur dalam diri Godaljahu, jang beberapa bulan kmeudian dibunuh oleh sekelompok orang fanatik atar asutan radja 'Amon. Karena takut akan tindakan pembalasan, maka banjaklah jang lari ke Mesir, dan mereka membawa sertanja nabi Jeremia. Kemudian diadakan deportasi2 lagi ke Babel. Keradjaan Juda runtuh. Tetapi dengan diampuninja bekas-radja Jojakin di Babel mulai tampaklah fadjar pemulihannja.
Dalam ichtisar sedjarah ini digunakan suatu chronologi, jang tidak berdasarkan kitab radja2. Kelihatannja sadja karya ini memberikan segala bahan jang diperlukan, karena sangat saksama dalam menjebutkan masa pemerintahan radja masing2. Tetapi sesungguhnja keterangan2 itu malahan menghadapkan para ahli dengan suatu teka-teki jang tak terdjawab. Sebab keterangan2 itu tidak bersesuaian satu sama lain dan tidak tjotjok pula dengan keterangan2 tertentu lainnja dari sedjarah. Orang mentjari pemetjahan persoalan ini dalam salah-salin para penjalin, dalam penggunaan beberapa tarich sekaligus, dalam djatuh samanja sebagian dari pemerintahan dua radja ber-turut2. Tetapi kesmeuanjan itu tidak memberikan djawaban jang memuaskan karena chronologi, betapapun bagus nampaknja, selalu hanjalah perkiraan sadja.
Pengarang kitab Radja2 tidak mengindahkan sedjarah politik, melainkan lebih mengutamakan sedjarah keigaman, jang toh tak terpisahkan djuga dari sedjarah keradjaan2 itu. Didjaman jang dibitjarakan didalamnja, sedjarah keigaman itu seluruhnja ditandai dengan pergulatan mati2an antara agama murni Jahwe dan syncretisme kafir. Sudah lama pergulatan itu berketjamuk, tetapi didalam djaman itu mentjapai fase terachir.
Untuk ibadah Jahwe, Allah Israil, oleh Sulaiman telah diadakan pusat nasionalnja jang besar dalam baitullah Jerusjalem. Dipusat tersebut ada ketjondongan jang kuat, untuk memusatkan se-gala2nja dalam baitullah, sebagai tempat ibadah satu2nja jang sah. Tetapi sebelum idam2an itu tertjapai, harus ditempuh dahulu masa jang lama lagi pahit. Disamping pusat itu ada dan tetap ada djuga banjak tempat sutji setempat, jang disebut 'bukit2 angkar', jang sering bersandarkan tradisi sampai kedjaman para bapa bangsa. Pengarang kitab Radja2 beranggapan, bahwa Bait Allah Sulaiman merupakan achir dari perkembangan itu, dan tak laind an tak bukan ia hanja mengutuk tempat2 sutji itu. Tetapi ini adalah pendapat jang diprojektir kebelakang, dan jang selama seluruh djaman, jang dibitjarakan dedalam kitab itu, se-kali-2 bukanlah pendapat jang ortodoks. Kuil2 setempat itu dibenarkan dan Jerusjalem hanjalah merupakan jang utama. Radja2 merangkap pula djadi pemimpin ibadah Jahwe, tetapi karena mereka, sering dengan alasan2 politik serta pribadi, sangat tjondong kepada syncretisme keigamaan, maka sukarlah mereka dipandang sebagai pendukung aseli dari agama. Djuga para rohaniwan tidak dapat dipandang demikian, karena mereka umumnja hanja mendjadi pendjilat radja sadja. Pendukung dari agama jang murni haruslah ditjari dikalangan para nabi. Didalam kitab Radja2 tampil sedjumlah nabi, jang tidak djarang bersengketa dengan istana, dan djuga ada nabi2, jang lebih mendjilat radja daripada tampil sebagai djurubitjara Jahwe. Tojoh2 jang utama ialah elija, Elisja' dan Jesaja. Dapat ditambahkan pula nabi2 jang tidak disebutkan namanja, jakni Jeremia, Amos, Hosjea dan Micha. Tokoh2 besar ini muntjul pada saat2 jang gawat, dan mereka sangat berpengaruh, pul dibidang politik. Nabi2 ini tampil dikeradjaan utara maupun diselatan, untuk memurnikan dan membela agama Jahwe. Usaha mereka dirintangi dengan tidak kurang hebatnja dikalangan Jahweisme itu sendiri, oleh tindakan Jero'beam. Dengan alasan2 politik, jakni guna mengimbangi gaja-pusaran baitullah Sulaiman, didirikan tempat2 sutji nasional bagi Israil, jaitu di Betel dan Dan. Maksudnja bukanlah pemudjaan berhala. Kedua patung lembu djantan itu dipandang sebagai sematjam singgasana bagi Jahwe, jang roh adanja dan tidak kelihatan. Tetapi ada bahajanja, bahwa orang lalu memandang patung2 itu sebagai patung Jahwe dan oleh karenanja mendjadjarkan Jahwe dengan Ba'al jang djiga digambarkan dalam bentuk lembu djantan. Demikian terbukalah djalan bagi syncretisme, jang selalu mengantjam itu.
Ba'al setempat dengan Asjera, pasangannja, adalah dewa-dewi kesuburan Kena'an, dan sudah sedjak dahulukala ada ketjondongan untuk memuja dewa-dewi itu disamping Jahwe di-kuil2nja jang kuno, di-bukit2 angkar. Didjaman radja2 ditambah pula dengan pengaruh dari luarnegeri. Sebab sesuai dengan tabiat djaman itu, disamping dewanja sendiri orang djuga memudja dewa2 bangsa2 lain, jang mendjadi sahabatnja atau jang mendjadi tuannja. Dan didjaman radja2 hubungan itu banjak diadakan. Bahaja bagi semua adalah sebab musababnja para nabi menentang keras segala hubungan dengan luar negeri. Hal itu sudah dimulai didjaman Sulaiman, jang karena pengaruh isteri2nja jang banjak djumlahnja dari luarnegeri, memudja dewa2 mereka dan membangun kuil2 chusus bagi dewa2 itu di Jerusjalem. Selama pemerintahan Ahab dikeradjaan utara kekafiran bersimaharadjalela hampir2 dengan penuhnja. Karena pengaruh Izebel, isterinja dari Tyrus, maka pemujaan Ba'al Tyrus, jakni Melkart, dengan Asjtoret, pasangannja, kira2 mendjadi agama keradjaan jang resmi; bahka begitu rupa, sehingga para penganut Jahwe di-kedjar2 dengan hebatnja, sedang para nabi serta imam Ba'al mempunjai pengaruh mutlak diistana. Lawan terbesar dari Ahab ialah nabi Elija. Didalam pemerintahan pengganti2 Ahab, terutama didalam pemerintahan Joram, pengaruh kafir sangat berkurang berkat kegiatan Elija dan Elisja', muridnja. Malahan Elisja' agak baik hubungannja dengan istana. Jahweisme dapat menarik napas pandjang lagi. Dengan muntjulnja Jehu timbullah reaksi jang hebat dan berbaliklah nasibnja. Kekafiran di-kedjar2. Dalam hal itu Jehu lebih didorong oleh alasan2 politik daripada oleh sifat keigamaannja sendiri. Para pendahulunja telah melindungi kekafiran, dan lagi ia sendiri berhasil merebut kekuasaan antara lain djuga berkat dukungan para penganut Jahwe.
Tetapi sementara itu syncretisme bersimaharadjalela di Juda. Hubungan antara Juda dan Israil achir2 itu baik adanja, dan 'Ataljahu, puteri Izebel, mempunjai tabiat ibunja dan membawa tjara hidup istana Ahab ke Jerusjalem. Joram sangat dipengaruhi isterinja jang kafir itu. Ba'al berdjaja di Jerusjalem dan para penganut Jahwe menghadapi masa jang buruk, lebih2 ketika 'Ataljahu mendjadi Ratu jang berkuasa mutlak. Dengan sendirinja Joasj, jang diasuh para imam Jahwe, merupakan reaksi jang hebat terhadapnja. Maka gantilah Ba'al setempat serta asing menghadapi masa buruk, meskipun tidak lenjap samasekali dari hati rakjat. Baitullah dipulihkan se-dapat2nja, setelah kemerosotannja didjaman 'Ataljahu.
Didjaman pengganti2 Jehu status quo antara Ba'al dan Jahwe dipelihara di Israil, namun dengan kemunduran lambat-laun bagi Jahwe. Makin lama makin meresaplah syncretisme didalam ibadah Jahwe di Betel dan Dan. Belum lagi disebutkan tempat sutji Jahwe, jang ada disamping kuil2 Baal dan Asjera.
Ketika Juda mendjadi taklukan Asyira, maka sebagai keharusan psikologis dewa2 Asyriapun mesti dipudja oleh bangsa taklukkan itu serta radjanja. Lebih2 radja Ahaz sangat bersemangat syncretistis, sehingga dewa2 asing, chusunja dari Asyria, dimasukkan kedalam bait Jahwe. Kebangunan nasional didalam pemerintahan Hiskia pada hakekatnja berarti pula pembaharuan keigamaan. Dalam pembaharuan itu nabi Jesaja dan nabi Micha memainkan peranan jang penting. Djatuhnja Sjomron meninggalkan kesan jang dalam, karena hal itu sungguh merupakan bukti jang djelas bagi dalil para panganut Jahwe. Hizkia mengadakan pembersihan sekalian dewa, jang mendapat tempatnja di Juda dan Jerusjalem. Bahkan ia menghapus kuil2 Jahwe setempat, sehingga pemusatan ibadah Jahwe di Jerusjalem mendjadi suatu kenjataan. Tetapi agama, jang dipulihkan lebih bersandarkan alasan nasional daripada alasan keigamaan itu, salah-berkembang mendjadi formalisme lahiriah dan mundur dalam tempo jang singkat. Malapetakan datang didalam pemerintahan Menasje, seornag syncretis jang tak kenal malu, malahan seorang kafir tulen. Segala sesuatu jang asing dimasukkan ke Jerusjalem, dengan praktik2nja jang kadang2 mesum dan berdarah, bahkan diberi tempat didalam bait Jahwe; hal ini tentu sadja merugikan bagi ibadah Jahwe. Dimanapun djua muntjul patung2 Ba'al dan Asjtarte, dan dewa2 perbintangan Asyriapun dipudja2. Kekafiran Menasje begitu hebatnja, sehingga ia melantjarkan penghambatan terhadap para penganut Jahwe jang radjin. Tetapi Amon, puteranja, mengikuti langkah bapaknja sebelum bertobat. Reaksi terhadapnja timbul didalam pemerintahan Josjijahu, sehingga nama radja ini tidak terpisahkan dari pembaharuan keigamaan jang mendalam. Dimulainya pembersihan baitullah kota dan negeri dari segala anasir jang asing dan menentang Jahwe. Kegiatan ini menimba kekuatan baru dari kitab, jang diketemukan kembali dalam pekerdjaan2 perbaikan baitullah, dan jang hilang serta terlupakan selama pemerintahan Menasje. Kitab tersebut memuat per-undang2an mengenai baitullah Jerusjalem dan dengan sendirinja merupakan pembelaan bagi baitullah sebagai satu2nja bait Jahwe jang sjah. Isi kitab tersebut lebih kurang sama dengan bagian per-undang2an Kitab Ulangtutur. Pembaharuan dilaksanakan menurut asas2 dan dalil2 kitab tadi, tidak hanja diwilajahnja sendiri tetapi djuga di bekas keradjaan Israil. Dimasa itupun timbul pula nabi Jeremia. Walaupun namanja samasekali tidak disebutkan didalam kitab Radja2 namun agaknja ia merupakan salah satu tokoh besar dibelakang lajar. Tetapi ia melihat lebih djauh; dalam mengadakan pembaharuan itu, seisi istana didorong oleh alasan2 politik maupun keigamaan. Jeremia lebih tahu, bahwa pembaharuan itu bertjorak formalitas dan bahwa ibadah Jahwe dipandang dan djuga dilakukan setjara magis. Kegembiraan keigamaan jang tjetek itu mendapa tudjian jang hebat, ketika radja jang saleh itu, diluar dugaan samasekali dialahkanoleh Mesir dan gugur. Segera setelah kematiannja, timbul lagi syncretisme. Hal itu tidak mengherankan, mengingat pembaharuan jang setengah dipaksakan pemerintah itu. Alasan2 politik, chususnja hubungan dengan Mesir, memainkan peranannja djuga dalam hal ini. Pemudjaan hewan di Mesir dimasukkan ke Jerusjalem. Didalam pemerintahan Jojakim agama Jahwe jang aseli dihambat lagi, karena hakikatnja agama itu selalu anti- Mesir. Adapun Jeremia tidak begitu terpandang di Jerusjalem. Ini berlangsung hingga achir. Sedekia sendiri boleh djadi baik hatinja, tetapi ia terlalu lemah wataknja untuk bertindak tegas. Demikianlah kehantjuran Jerusjalem mendapati Jeremia, pembela Jahweisme jang besar itu, didalam pendjara, dan sedjumlah dewa2 asing didalam baitullah disamping Jahwe. Kitanja api pembuangan perlulah untuk membakar habis syncretisme jang sudah berakar dalam itu, sampai Israil dalam praktikpun sungguh mengakui Allah jang benar sebagai satu2nja Allah. Hingga waktu itu praktisnja hanja suatu kelompok orang pilihan sadjalah jang mengakuiNja.
Kebanjakan keterangan tentang sedjarah-politik-keigamaan jang dilukiskan diatas itu didapat dari kitab Radja2. Tetapi kesemuanja itu tertjantum didalamnja dalam bentuk jang agak aneh dan tak begitu setimbang. Pengarang memberikan laporan jang pandjang-lebar tentang kenaikan tachta Sulaiman serta pemerintahannja (I Rdj.1-2.3-11). Kemudian disadjikannja setjara sedjadjar sedjarah kedua keradjaan jang berdiri sendiri itu (I Rdj. 11-II Rdj. 17). Tjara kerdjanja begini: mulai dengan Jerobe'am diutarakannja pemerintahan seorang radja dari keradjaan jang satu itu selengkapnja; dan kemudian diutarakannja pemerintahan satu dua radja dari keradjaan jang lain, jang berkuasa selama djangka waktu jang sama. Setelah mengutarakan pemerintahan dari jang terachir ini seluruhnja, ia kembali lagi kekeradjaan jang satu itu, untuk mengutarakan pemerintahan radja2 jang semasa. Keterangan2 tentang radja2 tadi disusun didalam rangka tertentu, kadang2 agak dipaksakan. Rangka ini tidak selalu persis sama, tetapi perbedaanja toh hanja ketjil. Di dalam rumus pendahuluan jang tetap disebutkan tahun naik tachta, dihitung menurut masa pemerintahan radja dari keradjaan jang paralel, dan dihitung menurut masa pemerintahan radja dari keradjaan jang paralel, dan lagi umur waktu naik tachta (hanja dari radja2 Juda), lamanja memerintah, nama dan asal-usul ibunja (hanja dari Juda); achirnja suaut penilaian kesusilaan radja jang bersangkutan, hal mana senantiasa buruk djatuhnja bagi radja2 Israil. Kemudian berikutlah keterangan2 chusus, djika ada. Dan disudahi dengan rumus penutup jang lebih landjut dan lebih terperintji, dan menjebutkan kematian serta pemakaman radja jang bersangkutan dan penggantinja jang sjah. Tetapi adakalanja pula si pengarang memuat bahan2 jang melampui batas2 rangkanja dan mengenai beberapa radja (IRdj 17 - II Rdj 2-13). Sesudah sedjarah kedua keradjaan itu, lalu dilandjutkan dengan kisah Juda setelah djatuhnja Sjomron (18-25,21), tetapi si pengarang tidak lagi mengikuti rangka jang dipilihnja. Achirnja disadjikannja dua tambahan tentang masa setelah djatuhnja Jerusjalem. (II Rdj 25,22-26.27-29).
Si pengarang menimba bahan2nja dari pelbagai sumber, jang sebagian berasal dari Juda dan sebagian lagi dari Israil. Bolej djadi sumber2 dari Israil sesudah djatuhnja Sjomron, dibawa para penganut Jahwe jang setiawan ke Jerusjalem. Ia sendiri menundjuk dengan djelas akan tiga karya, jakni "Riwajat hidup Sulaiman", "Kitab Tawarich Radja2 Israil", dan "kitab Tawarich Radja2 Juda. Tawarich ini kiranja bukan buku peristiwa @ penting keradjaan atau arsip keradjaan, melainkan hendaknja lebih dipandang sebagai karya perseorangan tak-resmi, jang dapat dibatja umum. Disamping buku2 tadi bagi si pengarang masih tersedia banjak sumber lainnja. Kedua pasal permulaan tentang kenaikan tachta Sulaiman (I Rdj 1- 2) diambil dari naskah jang djuga mendjadi sumber bagi II Sjem 9-20. Kisah jan gagak pandjang tentang Elia (IRdj. 17-19. 21; II Rdj. 1,2-17 Elisja. (II Rdj. 2,1-25; 3,4-8, 23: 13,12-14,13) diambil dari kumpulan kisah, jang berasal dari kalangan "tjanterik nabi". Tjoraknja sangat populer dan menjatupadukan pelbagai pandangan serta tafsiran, tentang tokoh2 raksasa itu, jang sebagaimana lazimnja dengan oknum2 sebesar itu, memberikan banjak bahan untuk chajalan keigamaan dan mengambil-alih tjeritera2 lainnja. Kisah2 peperangan dengan Aram (I Rdj. 20.22) diambil dari sumber lain lagi. Suatu kisah nabi terdapat djuga dalam I Rdj. 13, 1-34; 14, 1-18, sedang II Rdj. 18, 4-20, 19 diambil dari serangkaian kisah tentang nabi Jesaja, jang djiga dimuat dalam kitabnja sendiri. Mengenai uraian tentang bangunan serta susunan baitullah, perbaikannja dan hartabenda jang disimpan didalamnja, - hal2 mana mendapat perhatian chusus si pengarang, - kiranja diambil dari arsip baitullah. Kadang2 laporan singkat tentang karya bangunan radja2 dan tjatatan singkat tentang kegiatan militer mengingatkan kita akan inskripsi, seperti jang biasanja merupakan penginggalan radja2. Sungguhpun sering sulit menentukan sumber2 itu setjara terperintji, namun djelaslah kiranja, bahwa dalam kitab Radja2 itu digunakan sedjumlah sumber. Dan sumber2 itu amat berlainan asalnja, hal mana lebih2 pentingnja dalam menentukan nilainja sebagai sumber sedjarah jang objektif. Tetapi pada umumnja kitab Radja2 dalam hal ini sangat boleh dipertjaja; dan pada bangsa2 lain didjaman itu tiada terdapat karya historis satupun jang senilai dengannja.
Pengarang Kitab Radja2 memilih bahannja dan menjusunnja dengan maksud tertentu. Maksud ini tampak dengan djelasnja dalam pertimbangan2 pribadi jang singkat atau pandjang, jang terdjalin dalam kisahnja. Teranglah bahwa maksudnja per-tama2 bukannja untuk mendjadikan sedjarah profan. Peristiwa2 politik jang penting sering hanja disebutkan setjara singkat sadja, malahan adakalanja tidak disinggung samasekali; dan radja2pun se-kali2 tidak dipertimbangkan menurut ketjakapan politiknja. Tetapi segala sesuatu jang penting dalam bidang keigamaan dilukiskan dan dilaporkan dengan pandjang lebar. jang disadjikan si pengarang bukanlah per-tama2 sedjarah, melainkan lebih2 theologi mengenai sedjarah. Allah adalah Tuhan dari Sedjarah, jang akhirnja mengatur se-gala2nja menurut kehendakNja. Faktor2 insani, jang djuga memainkan peranannja, sedikit banjak dilalaikan. Lebih2 ini ternjata dari muntjulnja pelbagai nabi dilapangan politik. Atas firman Jahwe mereka menundjuk radja2 atau menubuatkan djatuh dan binasanja, bahkan diluar Israil. Allah memilih radja2Nja, untuk melaksanakan rentjana2Nya; dan itulah tugas mereka. Djika mereka tidak melakukan tugas itu, maka mereka ditolak dan digantikan oleh orang lain. Adapun tjorak tetap wangsa Dawud adalah berkat djandji Jahwe kepada Dawud, jang berulang-ulang disebutkan. Djandji itu mempengaruhi seluruh sedjarah wangsa Dawud dan oleh karenanja djuga sedjarah keradjaannja. Tetapi djandji kepada Dawud itu sesungguhnja tak lain dan tak bukan ialah perintjian lebih landjut dari djandji kepada seluruh bangsa itu, jaitu perdjandjian. Pada hemat pengarang, setelah pemisahannja, kedua bagian dari keradjaan semula itu sama besar kemungkinannja, tetapi ke-dua2nja me- njia2kan kemungkinan itu. Jahwe selalu setia akan djandjiNya, tetapi umat tidak memenuhi sjarat, sehingga tak dapat tidak binasa djadinja. Si pengarang, jang sependapat dengan kitab Ulangtutur, memandang bail Sulaiman sebagai lambang perdjandjian itu. Maka itu radja2 Israil, jang tidak menerima lambang tadi, tetapi memelihara dua saingan (jakni Betel dan Dan) ditjelanja setjara kolektif. Radja2 Juda meski saleh sekalipun, ditjela djuga karena mereka diluar baitullah masih membiarkan adanja tempat2 sutji Jahwe lainnja. Gagasan2 dan pendapat2 itu semuanja hanjalah segi2 dari satu gagasan besar jang menguasai se-gala2nja, jakni gagasan akan perdjandjian dan pilihan tertjantum didalamnja. Perdjandjian itu mempunjai tuntunan2nja kepada umat Allah serta radja2, jang mewakili umat. Kesetiaan kepada perdjadjian digandjar dengan kemakmuran serta kesedjahteraan, sedang ketidak -setiaan dan penjelewengan. Melihat kesudahannja, memang tidak dapat tidak kedua keradjaan itu djatuh binasa. Dalil ini menerangkan seluruh sedjarah jang tjelaka dari umat Allah itu.
Mengingat dalil itu, djelas pulalah, bahwa kitab Radja2 dalam bentuknja jang sekarang ini ditulis paling tidak sesudah tersiarnja kitab Ulangtutur (th.621). Ada beberapa ahli jang berpendapat, bahwa kitab ini diterbitkan beberapa kali. Pertama kalinja sesudah pembaharuan Josjijahu dan sebelum kematiannja (609). Kabar tentang kematiannja serta kedjadian2 sesudahnja ditambahkan pada penerbitan kedua. Tetapi kiranja itu bukan pendapat jang dapat diterima. Seluruh ketjenderungan kitab ini djustru terarah kepada djatuhnja Jerusjalem, sehingga karya itu tentunja disusun sesudahnja, dari bahan2 jang biasanja lebih kuno. Kabar terachir tentang pengampunan Jojakin di Babel menjarankan kepada kita untuk menentukan tanggal seluruh kitab itu sampai sesuadah tahun 562. Teranglah kitab itu sudah selesai, sebelum ada ketentuan tentang pengembalian dari Bebel (536). Bahwasanja kemungkinan masih ada beberapa imbuhan ketjil jang ditambahkan padanja (I Rdj. 8, 44-51; II Rdj. 13,4-6; 17, 7-33), adalah djelas pula, karena teks2 itu ditulis sesudah masa pembuangan. Lagipula perbedaan antara terdjemahan Junani kuno dan naskah Hibrani sekarang menundjukkan, bahwa kitab itu lama se-akan2 masih terbuka dan belum merupakan suatu keseluruhan jang genap.
Dahulu lazimnja dianggap, bahwa pengarang kitab itu nabi Jeremia, tetapi dewasa ini anggapan itu umumnja ditolak. Namun demikian, diterima djuga, bahwa si pengarang berasal dari lingkungan nabi Jeremia, mengingat adanja kesamaan gagasan. Pengarang, jang amat besar perhatiannja kepada ibadah dan baitullah, sudah barang tentu termasuk golongan para imam; dan karena kesukaannja akan Jerusjalem, maka kediamannja harus ditjari didalam kota itu atau paling tidak di Juda.
Djelaslah kiranja, bahwa kitab ini masih mempunjai arti keigamaannja pula bagi umat Serani, sebab Allah masih senantiasa mendjadi Tuhan dari sedjarah, dan umat Allah dalam Perdjandjian Barupun masih diingatkan pula untuk tetap setia kepada Perdjanjian ini. Meskipun itu sudah mendjadi perdjandjian abadi dan tak terputuskan, namun perdjandjian itu mempunjai tuntunan2nja kepada manusia, untuk tetap menganggapi kepulihannja. Itulah peladjaran besar, jang tetap bergema dari sedjarah Israil.
BIS: 1 Raja-raja (Pendahuluan Kitab) I RAJA-RAJA
PENGANTAR
Buku I Raja-raja merupakan lanjutan dari buku Samuel tentang sejarah
pemerintahan raja-raja Israel. Sejarah yang dimuat dalam
I RAJA-RAJA
PENGANTAR
Buku I Raja-raja merupakan lanjutan dari buku Samuel tentang sejarah pemerintahan raja-raja Israel. Sejarah yang dimuat dalam buku ini dapat dibagi dalam tiga bagian:
- (1) Wafatnya Raja Daud dan pengangkatan Salomo menjadi raja atas Israel dan Yehuda menggantikan Daud.
- (2) Pemerintahan Salomo dan hasil-hasil usahanya, khususnya dalam membangun Rumah TUHAN di Yerusalem.
- (3) Bangsa Israel terpecah menjadi kerajaan utara dan kerajaan selatan, dan sejarah raja-raja yang memerintah kedua kerajaan tersebut sampai pertengahan abad kesembilan Sebelum Masehi.
Di dalam kedua buku Raja-raja, setiap raja dinilai berdasarkan kesetiaannya kepada Tuhan; dan keberhasilan bangsa adalah akibat dari kesetiaan tersebut. Sebaliknya, penyembahan berhala dan ketidaktaatan mengakibatkan bencana. Berdasarkan penilaian tersebut raja-raja kerajaan utara semuanya gagal, sedangkan raja Yehuda ada yang gagal, ada pula yang tidak.
Yang penting dalam I Raja-raja ialah nabi-nabi Tuhan. Mereka adalah juru bicara Allah yang berani-berani. Mereka memperingatkan raja dan bangsa Israel supaya tidak menyembah berhala dan tidak meremehkan perintah-perintah Allah. Yang menonjol ialah Elia, dan kisah tentang pertarungannya dengan imam-imam Baal (pasal 18 1Raj 18:1-15).
Isi
- Akhir pemerintahan Daud
1Raj 1:1-2:12 - Salomo menjadi raja
1Raj 2:13-46 - Pemerintahan Salomo
1Raj 3:1-11:43 - a. Tahun-tahun permulaan
1Raj 3:1-4:34 - b. Pembangunan Rumah TUHAN
1Raj 5:1-8:66 - c. Tahun-tahun terakhir
1Raj 9:1-11:43 - Kerajaan yang terpecah
1Raj 12:1-22:53 - a. Pemberontakan suku-suku utara
1Raj 12:1-14:20 - b. Raja-raja Yehuda dan Israel
1Raj 14:21-16:34 - c. Nabi Elia
1Raj 17:1-19:21 - d. Ahab, raja Israel
1Raj 20:1-22:40 - e. Yosafat raja Yehuda dan Ahazia raja Israel
1Raj 22:41-53
Ajaran: 1 Raja-raja (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengetahui isi Kitab I dan II Raja-raja, orang-orang Kristen dapat
mengerti bahwa kebahagiaan suatu bangsa atau umat Allah berg
Tujuan
Supaya dengan mengetahui isi Kitab I dan II Raja-raja, orang-orang Kristen dapat mengerti bahwa kebahagiaan suatu bangsa atau umat Allah bergantung pada kesetiaannya terhadap janji Allah.
Pendahuluan
Penulis : Penulis Kitab I dan II Raja-raja tidak jelas disebutkan dalam Kitab ini, tetapi banyak ahli mengatakan bahwa penulisnya adalah Yeremia (nabi).
Isi Kitab: Isi kedua Kitab ini sesuai dengan namanya, menceritakan tentang kehidupan raja-raja Israel.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab I dan II Raja-raja
Pasal 1-11 (1Raj 1:1-11:43).
Pemerintahan Raja Salomo
Dalam bagian ini dijelaskan, Salomo naik takhta dan memerintah. Ia menuruti pesan Daud, yaitu bertindak seperti seorang laki-laki dan tetap berhubungan dengan Tuhan. Salomo diberi hikmat oleh Tuhan karena sikapnya yang beribadah terhadap Tuhan dan menetapkan pemerintahannya yang bersifat damai dan sejahtera. Salomo juga membangun rumah Tuhan dan istana serta mentahbiskan rumah Tuhan sehingga ia diberkati secara luar biasa, yaitu kepandaian, kemasyhuran dan kekayaan yang bertambah-tambah. Tetapi Salomo terpengaruh oleh istri-istrinya dan ia menyembah berhala sehingga Tuhan marah kepadanya dan menghancurkan kerajaan itu, akhir pasal 11; 1Raj 11:41-43menyebutkan wafatnya Salomo.
Pendalaman
- Bacalah pasal 1Raj 1:32-40.
- Bacalah pasal 1Raj 2:1-4. Apakah nasehat-nasehat Raja Daud yang jug bermanfaat bagi saudara?
- Bacalah pasal 1Raj 3:3-9. Apakah yang sering saudara minta dalam doa?
- Bacalah pasal 1Raj 7:1,51. Tempat apa sajakah yang dibangun Salomo?
- Bacalah pasal 1Raj 11:1-13, 41-43. Apakah yang terjadi dengan Salomo pada akhir hidupnya Da mengapa demikian?
Pasal I Raja-raja 12 sampai II Raja-raja 17 (1Raj 12:1-2Raj 17:29).
Kerajaan yang terpecah Setelah Salomo meninggal, kerajaan Israel terpecah lagi, dan mulai diperintah oleh raja-raja yang memerintah secara jahat, oleh karena itu selalu mengalami kekacauan dan menerima hukuman dari Tuhan. Tetapi karena cinta kasih Tuhan maka manusia selalu diberi peringatan melalui nabi-nabi supaya bertobat.
Pendalaman
- Bacalah pasal 1Raj 12:1-11. Kelompok dibawah pimpinan siapakah yang datang menghada Rehabeam? Dan apakah permintaannya? Apakah usah Rehabeam untuk menjawab permintaan Jerobeam?
- Bacalah pasal 1Raj 12:12-20. Nasihat siapakah yang diikuti oleh raja Rehabeam? Dan apakah akibatnya? (kerajaan terpecah menjadi dua 2Raj 12:20).
- Bacalah 2Raj 2:1-14. Siapakah dua orang nabi besar yang melayani di Israel? Apakah nabi Elia mati?
- Bacalah pasal 2Raj 17:7-23. Ini adalah kehancuran kerajaan Israel. Mengapa terjadi hal itu?
- Bacalah pasal 2Raj 24:18-25:7. Ini adalah kehancuran kerajaan Yehuda. Mengapakah terjadi hal ini?
II. Kesimpulan/penerapan
Dalam keadaan jaman yang sesat, Allah selalu memberi jalan kepada umat- Nya untuk bertobat.
Apabila kejahatan terjadi secara luar biasa maka Allah juga memperlihatkan keadilan-Nya dengan hukuman yang luar biasa.
Allah selalu memberkati orang-orang atau bangsa yang takut akan Dia.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Sebutkan apakah yang diminta raja Salomo didalam doanya!
- Siapakah yang mendirikan bait Allah yang pertama?
- Siapakah nama nabi yang bertempur melawan nabi-nabi Baal?
- Pelajaran rohani apakah yang saudara dapatkan dar Kitab I dan II Raja-raja ini?
Intisari: 1 Raja-raja (Pendahuluan Kitab) Kerajaan Israel bersatu dan terpecah
ISI KITABI Raja-raja merupakan bagian pertama dari kisah yang pada mulanya merupakan satu kitab yang menceritaka
Kerajaan Israel bersatu dan terpecah
ISI KITAB
I Raja-raja merupakan bagian pertama dari kisah yang pada mulanya merupakan satu kitab yang menceritakan mengenai kehidupan bangsa Israel selama empat abad sesudah kematian Daud dan pembuangan bangsa Israel ke Babel. Kitab itu menceritakan bagaimana suatu negara yang kuat dan bersatu terpecah menjadi dua; bagaimana kerajaan utara yang lebih besar yang terus menerus berpaling dari Allah akhirnya dimusnahkan; bagaimana Yehuda juga gagal untuk memelihara perjanjian dengan Allah dan bagaimana negeri itu juga dilanda bencana, yang mencapai puncaknya pada penghancuran Yerusalem dan pembuangan besar-besaran ke Babel. I Raja-raja merangkum 120 tahun pertama dari kisah yang lengkap.
SIAPA PENULISNYA?
Kitab ini mungkin ditulis oleh seorang nabi atau sejumlah nabi yang menulis di Babel selama masa pembuangan, sekitar tahun 550 SM. Bahan tulisan diambil dari berbagai sumber, seperti catatan resmi pemerintah atau kumpulan kisah-kisah tentang para nabi yang kemudian disatukan sedemikian rupa untuk memberikan tekanan pada pokok-pokok yang ingin diungkapkan oleh si penulis.
TUJUAN PENULISAN
Dalam I dan II Raja-raja penulis tidak ingin mencoba untuk memberikan suatu kisah yang lengkap dari seluruh peristiwa yang terjadi pada masa itu. Ia menceritakan dengan panjang lebar mengenai peristiwa dan tokoh-tokoh yang dianggapnya penting seperti Salomo atau Elia, tetapi tokoh lainnya hanya diceritakan secara sepintas. Raja-raja hanya menulis mengenai pentingnya peristiwa yang terjadi dalam hubungannya dengan perkembangan kehidupan rohani manusia.
PANDANGAN PENULIS
Masalah yang ditunjukkan oleh penulis ialah betapa pentingnya bagi umat Allah untuk menjaga perjanjian mereka dengan-Nya. Manusia dan bangsa-bangsa keduanya dinilai sampai seberapa jauh mereka mencari dan mengikuti kehendak Allah. Jika mereka mengasihi Allah dan patuh pada perintah-perintah-Nya, maka Allah akan memberkati mereka; jika mereka berpaling dari-Nya, maka bencara akan menimpa mereka. Dalam banyak hal sikap seorang raja dianggap sebagai gambaran dari sikap bangsa itu secara keseluruhan; dalam satu segi seorang raja merupakan wakil dari rakyatnya.
METODE PENULISAN
Kisah mengenai kedua bangsa Israel dan Yehuda mudah diikuti jika kita tahu metode penulisan yang dipakai. Kita selalu diberi kisah baru mengenai setiap negeri secara berurutan. Sebagai contoh, gambaran peristiwa yang terjadi dalam kehidupan seorang raja Israel diikuti oleh kisah raja-raja Yehuda yang naik takhta selama pemerintahannya dan seterusnya.
Pesan
1. Allah adalah Tuhan yang berkuasa sepanjang sejaraho Rehabeam mencoba untuk tidak mengikutsertakan Allah, dan itu tidak mungkin terjadi. Sebenarnya penghakiman Allahlah yang menyebabkan ia kehilangan sepuluh suku dan bukan disebabkan oleh pemberontakan rakyatnya. Bahkan, sebelum Salomo mangkat Yerobeam telah diangkat oleh Allah untuk memerintah Israel. 1Ra 11:26-12:24
o Ahab telah menyaksikan suatu peragaan kekuasaan Allah pada waktu nabi-nabi Baal dikalahkan di Gunung Karmel. Walaupun demikian, dalam perang Siria, Ahab mencoba untuk menghindari kehendak Allah dengan jalan menyamar; tetapi ia mati seperti apa yang dikatakan Allah. 1Ra 18:1-46; 22:5-40
2. Hanya bekerja untuk Allahlah yang berarti
o Salomo kaya raya, bijaksana dan berkuasa, selama bertahun-tahun ia mengasihi dan melayani Allah, tetapi itu tidak berarti ia dapat berlaku sewenang-wenang. Pada waktu ia berdosa, Allah juga menghukumnya seperti kepada orang lain. 1Ra 3:1-11:43
o Omri adalah seorang raja yang sangat berhasil. Ia memberi Israel sebuah ibukota yang baru dan menempatkan Israel pada peta perdagangan, tetapi Kitab Raja-raja memberikan komentar bahwa ia juga berdosa terhadap Allah. 1Ra 16:15-28
3. Allah dapat dipercaya
o Tuhan memberikan sebuah kerajaan kepada Yerobeam, tetapi ia tidak percaya bahwa Allah dapat menghentikan pelarian bangsanya kembali ke Yehuda. Sebaliknya, ia melanggar perintah Allah dengan membangun sebuah patung emas. Ia mendapati bahwa Allah selalu memenuhi janji-janji-Nya, yaitu memberkati dan menghukum! 1Ra 12:25-14:20
o Apabila Tuhan memberikan suatu tugas, Dia juga akan menyediakan sarana untuk melaksanakannya. Tuhan mencukupi kebutuhan Elia sepanjang musim kering dan menunjukkan kepadanya bagaimana caranya untuk mengalahkan penyembahan kepada Baal. 1Ra 17:1-18:46
4. Allah tidak begitu saja membinasakan umat-Nya
o Tidak taat kepada Tuhan dan menerima hukuman-Nya tidak selalu berarti bahwa kita tidak lagi dapat melayani Dia. Bangsa Yehuda menyadari hal ini setelah kerajaan itu terpecah. Tuhan telah menghukum mereka, tetapi Dia masih tetap Allah mereka dan masih berbicara kepada mereka. 1Ra 12:1-24
o Tidak satu pun dari ketujuh raja Israel pertama yang melayani Tuhan, tetapi Allah masih belum berputus asa terhadap bangsa itu. Dia masih menginginkan penyembahan mereka, dan di atas Gunung Karmel kembali Allah menunjukkan kepada mereka suatu peragaan kuasa-Nya yang besar. 1Ra 18:1-46
Penerapan
I Raja-raja mengajar kita tentang:
1. Hamba TuhanElia menunjukkan kepada kita ciri-ciri seorang hamba Tuhan yang baik:
o Ia mendengarkan perkataan Allah (1Ra 17:1,2,8).
o Ia menantikan waktu Tuhan yang tepat (1Ra 18:1).
o Ia bertindak dengan berani (1Ra 18:7-40).
o Ia berbicara dengan jelas (1Ra 18:21).
o Ia mempunyai kepercayaan penuh terhadap Allah (1Ra 18:30-38).
o Ia sangat patuh kepada perintah Allah (1Ra 18:36).
o Ia gigih (1Ra 18:41-45).
2. Pelayanan Tuhan
o Tuhan tidak selalu memakai alat-alat bantu yang kita inginkan -- Ia memilih seorang janda untuk menolong Elia (1Ra 17:8-16).
o Membantu hamba Tuhan merupakan suatu pelayanan kepada-Nya dan Tuhan menganugerahi pelayanan (1Ra 17:17-24; 18:3-15).
o Tuhan memulihkan hamba-hamba-Nya pada waktu mereka terjatuh (1Ra 19:4-8).
o Satu tugas terselesaikan tidak berarti akan menghadapi hari depan yang sia-sia (1Ra 19:14-18).
3. Rumah Allah
o Dibangun berdasarkan janji Allah. (1Ra 8:15-21).
o Tempat untuk beribadah (1Ra 8:22-26).
o Tidak dapat membatasi Allah (1Ra 8:27).
o Tempat untuk berdoa (1Ra 8:28-40).
o Harus terbuka bagi semua orang dari berbagai negeri (1Ra 8:41-43).
Tema-tema Kunci
1. Kedaulatan Allah
Tema ini bergema dalam keseluruhan isi kitab yang menceritakan bagaimana Allah terlibat dalam sejarah umat manusia. Bacalah 1Ra 8:14-61; 19:9-18; 20:1-30. Apa yang diceritakan oleh pasal-pasal ini mengenai Allah dan kedaulatannya?
2. Kebenaran
Allah mengharapkan umat-Nya taat dan setia. Setelah negeri itu terpecah, I Raja-raja menggambarkan mengenai pemerintahan delapan raja Israel dan empat raja Yehuda. Buatlah daftar raja-raja ini. Berapa orang dari mereka yang melayani Tuhan? Berdasarkan atas apa penulis kitab Raja-raja membuat penilaian terhadap mereka?
o I Raja-raja tidak pernah mencoba untuk memberikan kepada kita gambaran yang sempurna mengenai hamba-hamba Allah. Kita melihat keburukan maupun kebaikan mereka dan Allah menerima serta memakai mereka seperti apa adanya.
Pelajari 1Ra 1:1-3:1; 11:1-13; 19:1-21. Kelemahan apa saja yang dapat Anda temukan dalam diri Daud, Salomo dan Elia?
o Bacalah kisah Raja Ahab dalam 1Ra 18:1-22:40. Dalam 1Ra 21:27-29 kita membaca bahwa ia bertobat, dan oleh sebab itulah maka Allah memperingan hukuman terhadapnya. Menurut Anda mengapa I Raja-raja menggambarkan Raja Ahab sebagai orang jahat dan bukan hanya sebagai orang lemah?
Garis Besar Intisari: 1 Raja-raja (Pendahuluan Kitab) [1] HARI-HARI TERAKHIR DAUD 1Ra 1:1-2:11
1Ra 1:1-4Abisag, jururawat bagi Daud yang sudah tua
1Ra 1:5-53Adonia dan Salomo
1Ra 2:1-9Pesan-pesan Dau
[1] HARI-HARI TERAKHIR DAUD 1Ra 1:1-2:11
1Ra 1:1-4 | Abisag, jururawat bagi Daud yang sudah tua |
1Ra 1:5-53 | Adonia dan Salomo |
1Ra 2:1-9 | Pesan-pesan Daud terakhir |
1Ra 2:10-11 | Wafatnya seorang raja yang besar |
[2] SALOMO: TAHUN-TAHUN PENUH KEMASYHURAN 1Ra 2:12-10:29
1Ra 2:12-46 | Pemerintahan raja Salomo terbentuk |
1Ra 3:1 | Persekutuan dengan Mesir melalui perkawinan |
1Ra 3:2-28 | Allah menganugerahkan kebijakan dan kekayaan |
1Ra 4:1-28 | Pembenahan perekonomian |
1Ra 4:29-34 | Salomo si penyair |
1Ra 5:1-7:51 | Rencana pembangunan yang megah |
1Ra 8:1-66 | Peresmian Rumah Tuhan |
1Ra 9:1-9 | Janji dan peringatan Tuhan |
1Ra 9:10-28 | Hubungan dengan luar negeri dan masalah tenaga kerja |
1Ra 10:1-13 | Kunjungan kenegaraan Ratu negeri Syeba |
1Ra 10:14-29 | Kekayaan Raja Salomo |
[3] PERTENTANGAN, PEMBERONTAKAN, PERPECAHAN 1Ra 11:1-12:24
1Ra 11:1-8 | Perzinahan dan imoralitas Salomo |
1Ra 11:9-13 | Penghakiman Allah dinyatakan |
1Ra 11:14-25 | Musuh dari luar yaitu Edom |
1Ra 11:26-40 | Ancaman dari Yerobeam |
1Ra 11:41-43 | Kematian Salomo |
1Ra 12:1-15 | Yerobeam menolak untuk berunding |
1Ra 12:16-24 | Bangsa Israel menyatakan kemerdekaannya |
[4] DUA NEGERI BARU -- DUA PERMULAAN YANG BURUK 1Ra 12:25-15:24
1Ra 12:25-33 | Yerobeam membangun mezbahnya sendiri |
1Ra 13:1-34 | Ia mendapat peringatan keras |
1Ra 14:1-20 | Kematian Yerobeam dan putranya |
1Ra 14:21-31 | Pemerintahan Rehabeam yang keji atas Yehuda |
1Ra 15:1-8 | Abiam -- sama seperti ayahnya |
1Ra 15:9-24 | Asa mengembalikan Yehuda pada jalan yang benar |
[5] ISRAEL -- SEBUAH NEGARA BERKEMBANG 1Ra 15:25-16:34
1Ra 15:25-31 | Garis keturunan Yerobeam berakhir pada Nadab |
1Ra 15:32-16:7 | Baesa membawa bangsa Israel ke dalam dosa |
1Ra 16:8-14 | Pemerintahan Ela berakhir dengan adanya kudeta Zimri |
1Ra 16:15-28 | Pemerintahan Omri -- makmur tetapi jahat |
1Ra 16:29-34 | Memperkenalkan Ahab dan Izebel |
[6] ELIA -- SEORANG HAMBA ALLAH 1Ra 17:1-19:21
1Ra 17:1-24 | Musim kering: Elia diselamatkan |
1Ra 18:1-16 | Obaja mengatur pertemuan |
1Ra 18:17-40 | Duel antara Elia dan nabi-nabi Baal |
1Ra 18:41-46 | Berakhirnya musim kering |
1Ra 19:1-18 | Bagaimana Allah menghadapi hambanya yang tertekan |
1Ra 19:19-21 | Elia bergabung dengan Elisa |
[7] AHAB -- SEORANG PENGUASA YANG LEMAH DAN SERAKAH 1Ra 20:1-21:29
1Ra 20:1-34 | Allah memberi kemenangan kepada Ahab |
1Ra 20:35-43 | Seorang nabi memperingatkan Ahab |
1Ra 21:1-26 | Ahab menipu Nabot |
1Ra 21:27-29 | Ahab bertobat |
[8] PEPERANGAN DENGAN SIRIA BERKELANJUTAN 1Ra 22:1-53
1Ra 22:1-4 | Ahab meminta bantuan Yehuda |
1Ra 22:5-28 | Nabi-nabi asli dan palsu saling bertentangan |
1Ra 22:29-36 | Mereka pergi berperang |
1Ra 22:37-40 | Ahab terbunuh |
1Ra 22:41-50 | Yosafat -- raja Yehuda yang baik |
1Ra 22:51-53 | Ahazia -- raja Israel yang jahat |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi