Teks -- 1 Korintus 11:1-2 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life: 1Kor 11:1 - MENJADI PENGIKUT KRISTUS.
Nas : 1Kor 11:1
Orang percaya, seperti Paulus, dipanggil untuk mengikut teladan
Kristus dan menjadi seorang yang seperti Kristus (bd. Rom 13:14;
Ga...
Nas : 1Kor 11:1
Orang percaya, seperti Paulus, dipanggil untuk mengikut teladan Kristus dan menjadi seorang yang seperti Kristus (bd. Rom 13:14; Gal 3:27). Apakah artinya menjadi serupa dengan Kristus?
- 1) Serupa dengan Kristus ialah, pertama-tama dan terpenting, kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama (Mat 22:37-39; Luk 10:27). Kasih orang percaya kepada Allah mendorong dan mengarahkan kasihnya kepada orang lain (1Yoh 4:20-21), sebagaimana kasih Kristus kepada Allah selalu menjadi yang utama sedangkan kasih-Nya kepada orang lain didasarkan pada kasih-Nya kepada Sang Bapa (bd. Mat 22:37-39; Yoh 17:23-24).
- 2) Kasih Kristus kepada Bapa-Nya dinyatakan dalam perhatian-Nya
terhadap kemuliaan Allah (Mat 6:9; Yoh 12:28; 17:4), terhadap
kehendak-Nya (Mat 26:42; Yoh 4:34; Ibr 10:7-12), terhadap Firman-Nya
(Mat 26:54; Yoh 8:28; Mat 17:14,17), dan terhadap dekatnya
kehadiran-Nya (Luk 5:16; Yoh 17:21). Kita melihat kasih ini dalam
kesetiaan-Nya kepada Allah (Ibr 3:2) dan kesediaan-Nya untuk
melaksanakan kehendak Allah dengan mempersembahkan diri-Nya demi
penebusan kita (Mat 26:42; Yoh 3:16-17; Ibr 10:4-9). Kasih Kristus
kepada Bapa-Nya dinyatakan lebih lanjut dalam kasih-Nya akan kebenaran
dan kebencian-Nya akan dosa
(lihat cat. --> Ibr 1:9).
[atau ref. Ibr 1:9]
- 3) Kasih Kristus kepada umat manusia dilihat dalam belas kasihan-Nya
(Mat 9:36; 14:14; 15:32; 20:34; bd. Luk 15:11-24), dalam
kebaikan hati-Nya (Mat 8:3,16-17; 9:22), air mata-Nya
(Yoh 11:35), kerendahan hati-Nya (Mat 11:29), perbuatan-Nya yang
baik (Kis 10:38), kelembutan-Nya (Mat 11:29), pengampunan-Nya
(Luk 23:34), kesabaran-Nya (Luk 13:34) dan dalam rahmat-Nya
(Mat 15:22-28; Yud 1:21). Dia juga menunjukkan kasih ketika Dia
menegor dosa (Mat 16:23; Mr 9:19; 10:13-14), mengungkapkan
kemarahan kepada orang yang kejam dan tak berperasaan atau tidak peka
terhadap penderitaan dan kebutuhan orang lain
(lihat cat. --> Mr 3:5),
[atau ref. Mr 3:5]
mengingatkan kita terhadap neraka (Mat 5:29-30; Luk 12:5) dan mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagai suatu korban (Mat 26:38; Yoh 10:11,17-18; 13:1).
Full Life: 1Kor 11:2 - AJARAN.
Nas : 1Kor 11:2
"Ajaran" merupakan petunjuk yang bersangkutan dengan doktrin,
standar moral dan hukum perilaku yang Paulus berikan kepada gereja de...
Nas : 1Kor 11:2
"Ajaran" merupakan petunjuk yang bersangkutan dengan doktrin, standar moral dan hukum perilaku yang Paulus berikan kepada gereja dengan kekuasaan Kristus. Perhatikanlah bahwa ajaran dalam pasal 1Kor 11:1-34 memberikan garis besar mengenai kehendak Allah bagi umat-Nya dalam hal-hal seperti pakaian luar, kesopanan, penampilan dan perilaku yang layak. Ajaran yang menyebutkan bahwa Allah hanya peduli dengan sikap batin dan tidak peduli dengan hal-hal yang "lahiriah" menyimpang dari penyataan Allah yang jelas dalam Alkitab. Berdandan dengan pantas dan sopan adalah suatu prinsip alkitabiah yang absah secara kekal
(lihat cat. --> 1Tim 2:9).
[atau ref. 1Tim 2:9]
Ende -> 1Kor 11:2
Ende: 1Kor 11:2 - Adjaran turun-temurun jaitu peraturan-peraturan jang sedjak semula
diadjarkan kepada sekalian umat dalam pengadjaran sehari-hari dan sudah biasa
diturut dimana-mana.
jaitu peraturan-peraturan jang sedjak semula diadjarkan kepada sekalian umat dalam pengadjaran sehari-hari dan sudah biasa diturut dimana-mana.
Ref. Silang FULL: 1Kor 11:1 - Jadilah pengikutku // pengikut Kristus · Jadilah pengikutku: 1Kor 4:16; 1Kor 4:16
· pengikut Kristus: Rom 15:3; 1Pet 2:21
Ref. Silang FULL: 1Kor 11:2 - memuji kamu // segala sesuatu // kuteruskan kepadamu · memuji kamu: 1Kor 11:17,22
· segala sesuatu: 1Kor 4:17
· kuteruskan kepadamu: 1Kor 11:23; 1Kor 15:2,3; 2Tes 2:15; 3:6
· memuji kamu: 1Kor 11:17,22
· segala sesuatu: 1Kor 4:17
· kuteruskan kepadamu: 1Kor 11:23; 1Kor 15:2,3; 2Tes 2:15; 3:6
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> 1Kor 11:1-16
Matthew Henry: 1Kor 11:1-16 - Petunjuk mengenai Pakaian; Kaum Perempuan Harus Tunduk
Dalam pasal ini Rasul Paulus mempersalahkan, dan berusaha meluruskan, beberapa perilaku yang sangat tidak senonoh dan ketidaktertiban di dalam jem...
- Dalam pasal ini Rasul Paulus mempersalahkan, dan berusaha meluruskan, beberapa perilaku yang sangat tidak senonoh dan ketidaktertiban di dalam jemaat Korintus, seperti,
- I. Perilaku tidak pantas kaum perempuan mereka (beberapa di antaranya tampaknya sedang mendapat ilham) dalam pertemuan-pertemuan umum jemaat. Mereka melepaskan tudung kepala, yang di negeri itu merupakan tanda penundukan mereka kepada suami. Perilaku ini dikecam Paulus, dengan menuntut mereka supaya tetap memakai tudung kepala. Ia menegaskan kedudukan suami di atas mereka, namun juga mengingatkan para suami bahwa baik suami maupun istri diciptakan untuk saling membantu dan menghibur (ay. 1-16).
- II. Ia menyalahkan mereka karena berselisih, dan mengabaikan serta merendahkan kaum miskin pada perjamuan Tuhan (ay. 17-22).
- III. Untuk meluruskan kekacauan yang memalukan ini, ia menunjukkan kepada mereka hakikat dan maksud dari ketetapan suci ini, dan menuntun mereka bagaimana harus mengikutinya. Ia juga memperingatkan mereka akan bahaya dari perilaku tidak senonoh seperti yang mereka perbuat, dan akan segala hal yang membuat mereka tidak layak menerima perjamuan Tuhan (ay. 23 sampai selesai).
Petunjuk mengenai Pakaian; Kaum Perempuan Harus Tunduk (1 Korintus 11:1-16)
- Setelah menjawab perkara-perkara yang diajukan kepadanya, Paulus dalam pasal ini melanjutkan dengan memperbaiki beberapa kesalahan. Ayat pertama dari pasal ini ditempatkan sebagai pengantar untuk seluruh surat ini oleh mereka yang membagi surat ini ke dalam pasal-pasal. Tetapi, tampaknya ayat pertama ini lebih sesuai jika ditempatkan sebagai penutup pada pasal sebelumnya (yaitu pasal 10 – pen.), di mana Paulus menegaskan peringatan-peringatan yang sudah diberikannya terhadap penyalahgunaan kebebasan, melalui teladannya sendiri. Kalimat “Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus” (ay. 1), dengan tepat menutup pernyataannya itu. Dan, cara penyampaian dalam ayat kedua tampak seperti sebuah peralihan ke pasal lain. Akan tetapi, apakah lebih pantas dimasukkan ke dalam pasal ini atau pasal sebelumnya, dari sini jelas bahwa Paulus tidak hanya mengajarkan ajaran yang harus mereka percayai, tetapi ia juga menjalankan kehidupan yang harus mereka tiru itu. “Jadilah pengikutku,” yaitu, “Tirulah aku. Hiduplah sebagaimana kamu melihatku hidup.” Perhatikanlah, hamba-hamba Tuhan akan berhasil memberitakan Injil sesuai tujuannya apabila mereka dapat menggugah para pendengar mereka untuk mengikuti teladan mereka. Namun, Paulus juga tidak mau diikuti secara buta. Yang didorongnya bukanlah iman atau ketaatan begitu saja. Ia sendiri tidak ingin diikuti lebih daripada ia mengikut Kristus. Teladan Kristus adalah salinan tanpa noda. Tidak ada teladan seperti itu pada orang lain. Perhatikanlah, kita tidak boleh mengikuti pemimpin siapa saja melebihi ia mengikuti Kristus. Para rasul harus kita tinggalkan mana kala mereka menyimpang dari teladan Guru mereka. Paulus melanjutkan pembicaraan dengan mengecam dan meluruskan perbuatan tidak senonoh di antara mereka, yang terutama diperbuat oleh kaum perempuan. Mengenai masalah ini, amatilah,
- I. Bagaimana Paulus membuka pembicaraannya. Ia mulai dengan memuji apa yang pantas dipuji pada mereka (ay. 2): Aku harus memuji kamu, sebab dalam segala sesuatu kamu tetap mengingat akan aku dan teguh berpegang pada ajaran yang kuteruskan kepadamu. Ada kemungkinan bahwa banyak dari antara mereka memang betul-betul berbuat persis seperti apa yang diungkapkan di sini. Dan ia mengambil kesempatan dari sini untuk memuji apa yang baik pada tubuh jemaat. Dengan demikian, tubuh itu, di dalam keseluruhannya, dapat terus setia menjalankan segala upacara ibadah dan ketetapan Kristus, meskipun dalam beberapa hal mereka menyelewengkan dan merusakkannya. Perhatikanlah, apabila kita menegur kesalahan orang, sangat bijak dan patutlah jika kita juga memuji apa yang baik pada mereka. Itu akan menunjukkan bahwa teguran kita bukan karena niat jahat dan rasa senang untuk mencela dan mencari-cari kesalahan. Dan dengan demikian teguran kita pun akan lebih diperhatikan.
- II. Bagaimana ia memberikan dasar untuk kecamannya ketika ia menyatakan keunggulan laki-laki atas perempuan: Tetapi aku mau, supaya kamu mengetahui hal ini, yaitu Kepala dari tiap-tiap laki-laki ialah Kristus, kepala dari perempuan ialah laki-laki dan Kepala dari Kristus ialah Allah. Kristus, dalam kodrat-Nya sebagai Pengantara dan kemanusiaan-Nya yang mulia, adalah Kepala umat manusia. Ia bukan hanya yang pertama dari segala apa pun, melainkan juga Tuhan dan Penguasa. Nama-Nya mengatasi segala nama, meskipun dalam jabatan dan kewenangan yang tinggi ini Ia mempunyai atasan, yaitu Allah sebagai Kepala-Nya. Dan sebagaimana Allah adalah Kepala Kristus, dan Kristus Kepala seluruh umat manusia, demikian pula laki-laki adalah kepala dari antara dua jenis kelamin. Memang ia menjadi kepala bukan dengan kuasa seperti yang dimiliki Kristus atas segala sesuatu, atau yang dimiliki Allah atas manusia Kristus Yesus. Tetapi keunggulan dan kedudukan kepala memang menjadi milik laki-laki, dan perempuan harus tunduk dan tidak mengambil atau merebut tempat laki-laki. Inilah tempat yang sudah ditentukan Allah bagi perempuan. Oleh karena itu, pikirannya harus selaras dengan kedudukannya, dan ia tidak boleh melakukan apa saja yang menampakkan seolah-olah ia ingin meniru laki-laki atau bertukar tempat dengannya. Kesalahan seperti inilah yang tampaknya diperbuat oleh kaum perempuan jemaat Korintus, yang sedang mendapat ilham, dan yang bahkan berdoa serta bernubuat di dalam pertemuan-pertemuan ibadah pertemuan jemaat (ay. 5). Sudah menjadi peraturan umum rasuli bahwa kaum perempuan harus berdiam diri dalam pertemuan-pertemuan Jemaat (14:34; 1Tim. 2:12.). Sebagian orang memahaminya tanpa batasan, seolah-olah perempuan yang sedang mendapat ilham pun harus berdiam diri, yang memang tampak sangat sesuai dengan apa yang dibicarakan Rasul Paulus (pasal 14). Sebagian yang lain memahaminya dengan batasan, yaitu bahwa meskipun seorang perempuan tidak boleh, dengan kemampuannya sendiri, berlagak ingin mengajar, atau malah sekadar mempertanyakan dan membantah hal apa saja di dalam jemaat, namun apabila ia sedang mendapat ilham, keadaannya berbalik, ia bebas berbicara. Atau, meskipun ia tidak boleh memberikan pengajaran bahkan ketika sedang mendapat ilham (karena mengajar adalah pekerjaan seorang atasan), namun ia boleh berdoa atau menyanyikan kidung pujian, bahkan di dalam pertemuan-pertemuan ibadah umum sekalipun. Ia tidak menunjukkan diri perasaan unggul daripada laki-laki dengan berbuat demikian dalam ibadah bersama. Jelas bahwa Rasul Paulus di sini tidak melarang itu, tetapi mengecam cara melakukannya. Namun, bisa juga ia melarang hal itu sepenuhnya, dan memberikan aturan tanpa batas terhadap kaum perempuan di bagian lain dalam surat ini. Itu semua tidak bertentangan. Tujuannya sekarang adalah mengecam cara kaum perempuan berdoa dan bernubuat di dalam jemaat, tanpa menilai apakah mereka berbuat baik atau buruk dalam berdoa atau bernubuat. Perhatikanlah, cara kita berbuat sesuatu berpengaruh pada nilai moral dari perbuatan itu. Kita jangan hanya peduli untuk berbuat baik, tetapi juga harus peduli bahwa kebaikan yang kita lakukan itu dilakukan dengan baik.
- III. Apa yang dikecamnya adalah perempuan yang berdoa atau bernubuat tanpa tudung kepala, atau laki-laki yang melakukan keduanya dengan tudung kepala (ay. 4-5). Untuk memahami hal ini, harus diperhatikan bahwa di negeri-negeri timur, memakai tudung kepala menandakan entah aib atau sikap tunduk. Ini bertentangan dengan kebiasaan di Barat, di mana orang yang tidak memakai tudung kepala berarti tunduk, sedangkan yang memakai tudung kepala berarti unggul dan berkuasa. Dan ini akan membantu kita memahami dengan lebih baik,
- IV. Alasan-alasan yang menjadi dasar kecaman Paulus.
- 1. Tiap-tiap laki-laki yang berdoa atau bernubuat dengan kepala yang bertudung, menghina kepalanya, yaitu Kristus, Kepala setiap laki-laki (ay. 3), karena ia tampil secara tidak sesuai dengan tempat yang sudah ditentukan Allah baginya. Perhatikanlah, bahkan dalam hal pakaian dan kebiasaan, kita harus menghindari segala sesuatu yang dapat menghina Kristus. Sebaliknya, tiap-tiap perempuan yang berdoa atau bernubuat dengan kepala yang tidak bertudung, menghina kepalanya, yaitu laki-laki (ay. 3). Tanpa tudung kepala yang demikian, perempuan tampil dengan pakaian yang menunjukkan bahwa ia itu unggul dan membuang tanda yang menunjukkan bahwa ia tunduk pada atasannya. Begitu pula, ia berperilaku sama bila ia memotong pendek rambutnya, atau mencukurnya, yang merupakan kebiasaan laki-laki pada masa itu. Ini akan menjadi semacam pernyataan bahwa ia ingin mengganti jenis kelamin, yaitu menginginkan keunggulan seperti yang dianugerahkan Allah kepada lawan jenisnya. Dan mungkin inilah kesalahan para nabiah dalam jemaat Korintus itu. Mereka melakukan hal yang, pada masa-masa itu, menunjukkan suatu keunggulan, dan karena itu dengan diam-diam menyatakan diri memiliki apa yang bukan milik mereka tetapi milik lawan jenis. Perhatikanlah, orang-orang dari jenis kelamin yang berbeda janganlah ingin bertukar tempat. Tatanan yang sudah diatur hikmat ilahi atas manusia dan segala sesuatu adalah yang terbaik dan paling sesuai. Berusaha mengubahnya berarti menghancurkan seluruh tatanan, dan menimbulkan kekacauan. Perempuan harus tetap berada pada kedudukan yang sudah dipilihkan Allah untuknya, dan tidak boleh menghina kepalanya. Sebab ini, sebagai akibatnya, menghina Allah. Jika perempuan diciptakan dari laki-laki, dan untuk laki-laki, dan dijadikan sebagai kemuliaan laki-laki, maka ia tidak boleh berbuat apa pun, terutama di depan umum, yang tampak seperti ingin membalikkan tatanan ini.
- 2. Alasan lain untuk menentang perilaku ini adalah bahwa laki-laki menyinarkan gambaran dan kemuliaan Allah. Ia wakil dari kekuasaan dan kepemimpinan Allah yang mulia atas seluruh dunia. Laki-lakilah yang ditetapkan sebagai kepala makhluk ciptaan di dunia bawah ini, dan dalam hal itu ia serupa dengan Allah. Sebaliknya, perempuan menyinarkan kemuliaan laki-laki (ay. 7): perempuan adalah wakil laki-laki. Bukan berarti perempuan tidak berkuasa atas makhluk-makhluk yang lebih rendah, sebab ia juga ikut ambil bagian dalam kodrat manusia, dan sejauh itu merupakan wakil Allah juga, tetapi dari tangan kedua. Perempuan adalah gambar Allah, sebanyak ia menjadi gambar laki-laki: Sebab laki-laki tidak berasal dari perempuan, tetapi perempuan berasal dari laki-laki (ay. 8). Laki-laki diciptakan pertama-tama, dan dijadikan sebagai kepala atas makhluk ciptaan di dunia bawah sini, dan dalam hal ini ia menjadi gambar dari kekuasaan ilahi. Perempuan diciptakan dari laki-laki, dan bersinar memantulkan kemuliaan laki-laki, dijadikan unggul daripada makhluk-makhluk lain di dunia bawah sini, tetapi tunduk pada suaminya. Dan ia mendapat kehormatan itu karena suami, yang darinya ia diciptakan.
- 3. Perempuan diciptakan karena laki-laki, untuk menjadi penolong yang sepadan, dan laki-laki tidak diciptakan karena perempuan. Oleh sebab itu, perempuan secara alami tunduk pada laki-laki, sebab ia diciptakan untuk laki-laki, untuk dipakainya, untuk menjadi penolongnya, dan penghiburnya. Dan perempuan yang dimaksudkan untuk selalu tunduk pada laki-laki tidak boleh berbuat apa pun, dalam kumpulan-kumpulan jemaat Kristen, yang menampakkan bahwa ia ingin menjadi setara.
- 4. Perempuan harus memakai tanda wibawa di kepalanya oleh karena para malaikat. Tanda wibawa di sini maksudnya tudung kepala, yang tidak menandakan bahwa ia berkuasa atau unggul, melainkan bahwa ia berada di bawah kuasa suaminya, tunduk padanya, dan ada di bawah lawan jenisnya. Ketika bertemu Ishak, dan memberi diri untuk Ishak, Ribka bertelekung, sebagai tanda bahwa ia tunduk pada Ishak (Kej. 24:65). Itulah yang diinginkan Rasul Paulus dari kaum perempuan ketika tampil dalam kumpulan-kumpulan jemaat Kristen, sekalipun di situ mereka sedang berbicara melalui ilham. Oleh karena para malaikat, maksudnya, menurut sebagian orang, oleh karena para malaikat jahat. Perempuanlah yang pertama-tama tergoda dan jatuh ke dalam dosa (1Tim. 2:14), yang membuatnya semakin tunduk pada laki-laki (Kej. 3:16). Nah, para malaikat jahat dipercaya pasti akan bercampur baur dengan semua kumpulan jemaat Kristen, dan karena itu perempuan harus mengenakan tanda yang menunjukkan perasaan malu dan tunduk. Pada masa itu dan di negeri itu, tanda yang dimaksud adalah tudung kepala. Menurut sebagian yang lain, oleh karena para malaikat yang baik. Orang Yahudi dan orang Kristen berpendapat bahwa banyak dari roh-roh yang melayani ini hadir dalam pertemuan-pertemuan ibadah mereka. Kehadiran mereka haruslah menahan orang-orang Kristen dari segala ketidaksopanan dalam beribadah kepada Allah. Perhatikanlah, kita harus belajar dari semua bagaimana bersikap dalam kumpulan jemaat saat beribadah kepada Allah, supaya kita bisa mengungkapkan penghormatan kepada Allah, dan menunjukkan bahwa kita menerima dan puas dengan kedudukan yang sudah ditentukan-Nya bagi kita.
- V. Paulus menganggap pantas jika ia membentengi alasannya dengan sebuah peringatan, supaya orang tidak menarik kesimpulan terlalu jauh (ay. 11-12): Namun demikian, dalam Tuhan tidak ada perempuan tanpa laki-laki dan tidak ada laki-laki tanpa perempuan. Mereka diciptakan untuk satu sama lain. Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja (Kej. 2:18), dan karena itu diciptakanlah perempuan, dan diciptakan untuk laki-laki. Laki-laki dimaksudkan sebagai penghibur, penolong, dan pembela perempuan, meskipun ia tidak secara langsung diciptakan untuk perempuan demi keperluan-keperluan itu. Mereka diciptakan untuk saling menghibur dan memberkati, bukan yang satu menjadi budak dan yang lain menjadi tuan lalim. Keduanya menjadi satu daging (Kej. 2:24), ini supaya bangsa manusia beranak cucu. Mereka adalah alat bagi satu sama lain untuk memberi keturunan bagi satu sama lain. Ketika perempuan pertama-tama dibentuk dari laki-laki, maka sejak itu pula laki-laki dilahirkan oleh perempuan (ay. 12), dan semuanya oleh hikmat dan kuasa dari Sang Penyebab Utama yang menetapkannya demikian. Wewenang dan kepatuhan tidak boleh melebihi apa yang pantas bagi keduanya dalam hubungan timbal balik yang sedemikian dekat dan persatuan yang erat seperti itu. Perhatikanlah, sebagaimana sudah menjadi kehendak Allah supaya perempuan tahu tempatnya, demikian pula sudah menjadi kehendak-Nya supaya laki-laki tidak menyalahgunakan kekuasaannya.
- VI. Paulus memperkuat alasannya berdasarkan tudung atau penutup kepala alami yang disediakan bagi perempuan (ay. 13-15): “Pertimbangkanlah sendiri – tanyakan akal sehatmu, dengarlah apa yang dikatakan alam – patutkah perempuan berdoa kepada Allah dengan kepala yang tidak bertudung? Bukankah sudah seharusnya ada perbedaan yang dipertahankan di antara dua jenis kelamin dalam mengenakan rambut, karena alam sendiri sudah membuat perbedaan? Bukankah perbedaan itu sudah dipertahankan oleh alam di antara semua bangsa beradab? Rambut perempuan adalah tudung kepala alami. Memanjangkan rambut adalah kehormatan bagi perempuan. Tetapi apabila laki-laki berambut panjang, atau merawatnya, maka itu suatu pertanda bahwa ia lembek dan kewanita-wanitaan.” Perhatikanlah, harus menjadi perhatian kita, terutama dalam perkumpulan-perkumpulan ibadah dan jemaat Kristen, untuk tidak melanggar apa yang secara alami dipandang sebagai aturan-aturan kesopanan.
- VII. Paulus merangkum semuanya dengan mengajak mereka yang membantah supaya melihat adat kebiasaan jemaat-jemaat (ay. 16). Adat kebiasaan banyak berperan dalam membentuk aturan kesopanan. Dan kebiasaan jemaatlah yang akan mengatur mereka. Paulus tidak membungkam orang-orang yang membantah hanya dengan menunjukkan wewenang, tetapi juga memberitahukan bahwa mereka akan tampak aneh dan ganjil di mata dunia jika mereka mempertahankan kebiasaan yang betul-betul asing bagi jemaat-jemaat Kristus pada waktu itu, atau melawan kebiasaan yang sudah mereka sepakati semua, dan itu berdasarkan apa yang secara alami dipandang sebagai kesopanan. Sudah biasa bagi jemaat Kristen masa itu bahwa kaum perempuan yang tampil di tengah-tengah kumpulan jemaat dan ikut beribadah bersama, perlu memakai tudung kepala. Dan jelas-jelas sopan jika mereka melakukan itu. Kalau ada orang yang membantah hal ini, atau mengesampingkannya, maka mereka memang sungguh pembangkang.
SH: 1Kor 10:23--11:1 - Hidup untuk Allah atau diri sendiri? (Jumat, 19 September 2003) Hidup untuk Allah atau diri sendiri?
Memang banyak daging yang diperjualbelikan di pasar di kota
Korintus adalah daging yang telah dipersembahka...
Hidup untuk Allah atau diri sendiri?
Memang banyak daging yang diperjualbelikan di pasar di kota Korintus adalah daging yang telah dipersembahkan kepada berhala. Namun, ada juga daging yang tidak dipersembahkan kepada berhala. Meskipun orang-orang Yahudi yang ada di Korintus mempunyai pasar sendiri untuk menghindari daging yang telah dipersembahkan kepada berhala.
Di tengah maraknya orang memilih makanan yang boleh dan tidak boleh di makan, Paulus memberitakan kabar sukacita yaitu bahwa semua makanan di dunia ini boleh dimakan termasuk yang telah dipersembahkan kepada berhala (ayat 26). Namun, Paulus juga memberitahukan kepada orang-orang di Korintus, kalau ada orang yang memberitahu bahwa makanan itu telah dipersembahkan kepada berhala, janganlah memakan makanan itu. Karena itu akan menjadi batu sandungan bagi orang yang ada di sekitarnya (ayat 28,32). Paulus mengajak orang Kristen di Korintus, untuk tidak mementingkan diri sendiri, tetapi melihat kepentingan orang lain juga. Terlebih lagi Paulus mengajak jemaat Korintus agar dalam melakukan segala sesuatu bagi kemuliaan Allah, supaya setiap orang yang berada di sekitarnya, beroleh selamat (ayat 31,32).
Peringatan Paulus ini juga harus mendapatkan perhatian kita, orang- orang Kristen masa kini. Artinya, ada saat di mana kita melakukan sesuatu untuk kepentingan kita, tetapi ada pula saat di mana kita harus mengorbankan kepentingan diri kita untuk kepentingan bersama dengan sikap penuh hormat. Hidup seperti demikianlah yang Paulus inginkan dilakukan jemaat Tuhan di Korintus sehingga menjadi berkat bagi banyak orang. Saat ini, kita tidak di tengah- tengah beragam agama, dan budaya. Karena itu janganlah hidup untuk diri sendiri.
Renungkan: Hendaklah hidup Anda saat ini dan selama-lamanya selalu terarah hanya demi dan untuk kemuliaan Allah.
SH: 1Kor 11:1 - Iman Selaras dengan Sikap Hidup (Selasa, 23 April 2019) Iman Selaras dengan Sikap Hidup
Aktif dalam kegiatan gereja memang tidak menjamin adanya pertumbuhan rohani yang baik. Banyak orang Kristen terlibat ...
Iman Selaras dengan Sikap Hidup
Aktif dalam kegiatan gereja memang tidak menjamin adanya pertumbuhan rohani yang baik. Banyak orang Kristen terlibat dalam banyak pelayanan di gereja, namun kehidupan rohaninya tidak bertumbuh. Karakter dan sifatnya masih sama saja. Sungguh menyedihkan jika kita melihat kesenjangan antara perilaku dengan aktivitas rohani yang dijalani.
Demikian juga dengan kehidupan orang Israel pada masa pengembaraan. Mereka mengalami banyak pengalaman rohani bersama Tuhan. Mereka hidup di bawah perlindungan awan kala terik matahari menikam ganas. Mereka melihat laut terbelah menjadi dua. Mereka memakan manna yang turun dari langit. Akan tetapi, mereka tetap hidup dalam dosa dan kejahatan (1-4).
Dalam bagian ini, Paulus mengingatkan jemaat di Korintus agar tidak meniru nenek moyang mereka. Mereka tidak menghormati Tuhan. Mereka melakukan penyembahan berhala, percabulan, mencobai Tuhan, melawan kehendak-Nya, dan bersungut-sungut (7-10). Akibatnya, sebagian besar dari mereka ditewaskan Tuhan di padang gurun (5). Peristiwa-peristiwa itu dicatat dengan maksud tertentu. Tujuannya untuk menjadi pengingat agar jemaat tidak mengulangi perbuatan-perbuatan jahat itu (6, 11).
Tulisan Paulus juga masih relevan bagi kita di zaman ini. Kita jangan sampai mengulangi kesalahan nenek moyang Israel. Oleh sebab itu, mari kita mengevaluasi kehidupan rohani kita. Seiring waktu, apakah kita makin bertumbuh atau makin jauh dari kebenaran firman-Nya?
Kiranya pengalaman berjalan bersama Tuhan selama ini menolong kita untuk makin menghormati-Nya. Kita semakin membenci dosa dan taat pada firman-Nya. Biarlah pengalaman-pengalaman rohani membuat kita makin mengenal Tuhan, bersyukur, dan berharap kepada-Nya. Biarlah pengalaman rohani membuat kita semakin percaya, berserah, taat, dan bergaul karib dengan-Nya.
Doa: Tuhan, tuntunlah setiap langkah kami agar hidup selaras firman-Mu dan seturut kehendak-Mu. [STG]
SH: 1Kor 10:14--11:1 - Tidak bisa ikut menyembah berhala. (Selasa, 2 September 1997) Tidak bisa ikut menyembah berhala.
Salah satu masalah yang dihadapi Gereja di Korintus ialah penyembahan berhala. Waktu itu kota Korintus terkenal de...
Tidak bisa ikut menyembah berhala.
Salah satu masalah yang dihadapi Gereja di Korintus ialah penyembahan berhala. Waktu itu kota Korintus terkenal dengan kuil-kuil penyembahan berhala. Untuk orang bukan Kristen, menyembah berhala adalah lumrah. Tetapi tidak untuk pengikut Kristus. Allah yang hidup itu dulu telah menyatakan "Jangan ada padamu ilah lain di hadapan-Ku" (
Sikap Kristen dalam masyarakat kafir. Dengan melarang Kristen menyembah berhala, Paulus bukan sedang mengakui bahwa berhala sungguh hidup. Percaya kepada berhala adalah sia-sia dan mengundang murka Allah sebab berhala hanya patung yang mati yang diperalat roh-roh jahat untuk mengalihkan iman manusia yang seharusnya ditujukan kepada Allah. Itu sebabnya, Kristen boleh membeli daging bekas persembahan yang dijual di pasar. Hal itu lain dari ikut serta menyembah berhala. Tetapi bila orang lain terganggu nuraninya, lebih baik tidak.
Renungkan: Lakukan apa saja asal membangun iman.
SH: 1Kor 10:14--11:1 - Jangan mendua hati (Selasa, 7 Mei 2013) Jangan mendua hati
Bagaimana perasaan kita ketika orang yang sangat kita cintai tiba-tiba berselingkuh? Pasti perasaan sakit hati, cemburu, marah, ke...
Jangan mendua hati
Bagaimana perasaan kita ketika orang yang sangat kita cintai tiba-tiba berselingkuh? Pasti perasaan sakit hati, cemburu, marah, kecewa, dsb., bercampur aduk dalam hidup kita. Lalu, bagaimana perasaan Tuhan ketika kita menduakan diri-Nya? Dalam teks ini, Paulus menegaskan bahwa Tuhan marah dan cemburu (22). Karena sejak awal Dia tidak ingin ada allah lain dalam hidup kita (bdk. Kel. 20:3).
Di satu sisi, jemaat Korintus percaya kepada Kristus. Di sisi lain lingkungan yang penuh penyembahan berhala menyebabkan situasi yang sulit. Dengan tegas Paulus menasihati jemaat Korintus untuk menjauhi penyembahan berhala (14). Jemaat Korintus sudah disatukan kepada Kristus melalui perjamuan kudus sebagai lambang penebusan Kristus (16-17). Mereka tidak perlu lagi mengikuti perjamuan para penyembah berhala. Mereka dapat belajar dari nenek moyang Israel yang mendua hati dengan menyembah Allah sekaligus berhala, yang mengakibatkan Allah murka dan menghukum mereka (18-22).
Jika demikian, apakah orang yang percaya kepada Kristus boleh menikmati makanan yang sudah dipersembahkan kepada berhala? Jawaban Paulus bersifat dialektis. Jikalau makanan tersebut benar-benar sebagai alat untuk penyembahan berhala, maka Paulus melarang keras untuk menikmatinya karena sama saja dengan mengakui keberadaan roh jahat di balik berhala (19-20; 28-29a)). Akan tetapi, jikalau makanan tersebut tidak berkaitan dengan penyembahan berhala maka dapat dimakan untuk kebutuhan jasmani (25-27). Prinsip ini yang Paulus gunakan dalam menghadapi 'dilema' seperti itu: pertama, selalu menguji hati nurani agar tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain (29, 32); kedua, mengucap syukur kepada Tuhan (30); ketiga, semuanya dipergunakan hanya untuk kemuliaan Tuhan (31). Paulus kemudian mengajak mereka melihat dirinya sebagai teladan sebagaimana ia sendiri meneladani Kristus (10:33-11:1). Prinsip Paulus tetap sama dengan pasal 8, yaitu ujung dari semua perbuatan kita haruslah demi kemuliaan Tuhan dan demi kebaikan orang lain.
SH: 1Kor 10:1--11:1 - Waspada dalam pergaulan (Sabtu, 10 Oktober 2009) Waspada dalam pergaulan
Hal yang berharga bagi kehidupan bisa juga mengandung bahaya yang
besar. Pisau kecil meski cukup untuk melukai, tetapi t...
Waspada dalam pergaulan
Hal yang berharga bagi kehidupan bisa juga mengandung bahaya yang besar. Pisau kecil meski cukup untuk melukai, tetapi tidak sebahaya belati atau kapak. Demikian halnya dengan pergaulan. Pergaulan adalah salah satu karunia mulia untuk hidup manusia. Pergaulan membuat kita mengenal diri, bertumbuh dalam relasi, mengembangkan berbagai fungsi sosial, dan aspek kemanusiaan lainnya. Namun selain merusak diri sendiri, pergaulan yang buruk dapat menyebarkan infeksi kejahatan lebih jauh lagi dalam masyarakat.
Kota Korintus, tempat orang Kristen penerima surat ini tinggal, merupakan kota metropolitan yang terkenal dengan gaya hidup yang bebas. Selain godaan kemakmuran (materialitis), berhala dan percabulan juga luar biasa dahsyatnya di sana. Beberapa dari orang Kristen di Korintus sudah terjerat oleh gaya hidup cemar yang melawan kekudusan Tuhan, rupanya karena tidak berhati-hati dalam pergaulan. Maka Paulus mengingatkan jemaat Tuhan agar belajar dari kegagalan umat Israel zaman Keluaran. Waktu itu semua sudah mengalami karya penyelamatan Allah melalui kepemimpinan Musa. Mereka telah menyeberangi batas dan sudah siap memasuki tanah perjanjian; mereka menerima pimpinan Allah, dipelihara Allah melalui manna dari surga, dan banyak lagi berkat Ilahi lain. Namun tidak satu pun dari mereka yang akhirnya diizinkan masuk tanah perjanjian. Berbagai sifat jahat membuat mereka didiskualifikasi Allah!
Kita semua sedang melintasi dunia menuju surga mulia. Dalam dunia ini kita harus bergaul, sebab itu merupakan hakikat sosial kita, juga merupakan panggilan misi. Untuk menjaga kekudusan, jalan paling mudah adalah langsung masuk surga, alias mati secepatnya. Namun Allah menjadikan padang gurun kehidupan dunia bagai sekolah untuk memurnikan kita. Melaluinya kita mengalami penyertaan dan kuasa Allah yang memelihara serta menguduskan. Maka pergaulan dengan orang dunia adalah suatu keharusan. Orang Kristen harus belajar bergaul dengan memancarkan terang Allah sehingga pergaulan itu bukan merusak diri, tetapi membawa kemungkinan terjadinya dampak anugerah kepada yang belum mengalami.
SH: 1Kor 11:2-16 - Sukacita pelayan Kristus. (Rabu, 3 September 1997) Sukacita pelayan Kristus.
Bagaikan petani yang bersukacita melihat tanamannya mengeluarkan hasil, demikian pun Paulus. Paulus bersukacita karena meng...
Sukacita pelayan Kristus.
Bagaikan petani yang bersukacita melihat tanamannya mengeluarkan hasil, demikian pun Paulus. Paulus bersukacita karena mengetahui bahwa jemaat Korintus tetap mengingat dirinya. Sekian lama Paulus melayani pewartaan Injil di tempat itu sampai tumbuh Gereja Tuhan. Bahwa jemaat yang kita layani tetap mengingat, adalah sukacita yang membuat hamba Tuhan membesarkan Tuhan.
Jaga kehormatan. Di Korintus wanita sangat direndahkan. Terutama dalam kuil penyembahan dewi kesuburan, disediakan para pelacur bakti untuk menarik orang menyembah berhala. Tentu saja mereka akan memakai berbagai cara untuk dapat menarik orang berbakti di kuil tersebut, salah satunya ialah daya tarik tubuh. Ibadah yang benar dan berkenan di hadapan Allah ialah ibadah yang mempermuliakan Allah. Ibadah demikian pasti akan menjaga kehormatan tubuh dan penampilannya, menghormati perbedaan pria dan wanita seperti yang telah Allah atur dalam ciptaan, sambil berporoskan kepemimpinan Kristus sebagai Kepala Gereja.
Renungkan: Ibadah yang benar terungkap dalam bahasa tubuh.
Doa: Tuhan, tolong kami menghormati Engkau dalam segala tindakan, sikap dan ungkapan tubuh kami.
SH: 1Kor 11:2-16 - Kebebasan (Sabtu, 20 September 2003) Kebebasan
"Wanita dijajah pria sejak dulu ...." Syair lagu ini
menggambarkan bahwa perempuan hidup dalam bayang-bayang kekuasaan
laki-laki....
Kebebasan
"Wanita dijajah pria sejak dulu ...." Syair lagu ini menggambarkan bahwa perempuan hidup dalam bayang-bayang kekuasaan laki-laki. Baik budaya yang berlaku dalam masyarakat Yahudi maupun masyarakat di Korintus, status perempuan sangat direndahkan. Dalam masyarakat Yahudi, hanya laki-laki yang diperkenankan memimpin doa dalam sinagoge, sedangkan di Korintus, khususnya dalam penyembahan kepada dewi kesuburan di kuil-kuil penyembahan, para perempuan dijadikan pelacur bakti untuk menarik orang kepada penyembahan berhala. Dalam tradisi orang Yahudi pun, perempuan tidak memiliki hak dan kebebasan yang sama dengan laki- laki.
Namun, dalam perikop ini, Paulus memberikan kebebasan kepada perempuan di dalam gereja. Hal ini tampak dari diperbolehkannya mereka melayani -- berdoa dan bernubuat -- dalam gereja. Namun, di samping kebebasan itu, Paulus memberikan persyaratan yaitu bahwa dalam kebebasan untuk melayani, perempuan harus mengenakan tudung (ayat 7). Mengapa? Pertama, rambut perempuan menjadi pusat dari nafsu laki-laki pada dunia kuno Mediterania. Bagi mereka yang sudah menikah, jika tidak menudungi kepalanya itu menandakan ketidaksetiaannya kepada suaminya, dan sedang mencari laki-laki lain. Mereka akan menjadi sama para perempuan tunasusila yang memang sedang mencari laki-laki. Kedua, dalam dunia Yunani dan Yahudi suami adalah kepala dari isteri (ayat 3,8). Sehingga ketika istri tidak menudungi kepalanya, ia menghina suaminya. Itulah sebabnya Paulus menginginkan suatu perbedaan yang sangat hakiki bagi perempuan yang melayani, yaitu bahwa dia adalah perempuan yang setia terhadap suami, dan menghormati suaminya.
Renungkan: Pengajaran Paulus mengingatkan kita bahwa kebebasan yang Allah berikan kepada kita untuk melayani, haruslah digunakan untuk menyinarkan kemuliaan kepala kita, yaitu Allah.
SH: 1Kor 11:2-16 - Perhatikanlah konteks! (Rabu, 8 Mei 2013) Perhatikanlah konteks!
Perempuan dengan rambut digerai dan acak-acakan serta laki-laki dengan kepala botak biasa terdapat dalam ibadah ekstatik terha...
Perhatikanlah konteks!
Perempuan dengan rambut digerai dan acak-acakan serta laki-laki dengan kepala botak biasa terdapat dalam ibadah ekstatik terhadap dewa-dewa Timur. Ini kontras dengan perempuan Yahudi yang menutup kepala dengan tudung.
Kehidupan baru dalam Roh membawa kemerdekaan dan kesederajatan bagi laki-laki dan perempuan untuk sama-sama berpartisipasi aktif dalam komunitas Kristen mula-mula. Namun, dalam rangka pemberitaan Injil, Paulus menganjurkan perempuan supaya tidak sama dengan perempuan dalam ibadah ekstatik yang memberi kesan kegilaan dan kemabukan. Tujuan Paulus ialah ketertiban dan sifat misioner komunitas Kristen.
Paulus menyoroti soal rambut di kepala perempuan bukan karena persoalan gender atau karena peraturan Kristen, tetapi untuk kepentingan pekabaran Injil oleh gereja mula-mula. Ibadah Kristen harus berlangsung dengan tertib dan teratur supaya tidak menjadi sumber penolakan bagi orang Yahudi terhadap Injil Kristus. Untuk mempertegas tentang rambut perempuan supaya sungguh-sungguh mendapat perhatian, Paulus memakai contoh hubungan Allah-Kristus, dan laki-laki-perempuan. Allah dan Kristus berada dalam hubungan setara, demikian pula laki-laki dan perempuan. Keduanya saling memberi kemuliaan oleh yang satu kepada yang lain (2-10, 13-16). Laki-laki dan perempuan sama-sama diciptakan menurut gambar Allah dan keduanya berasal dari Allah (11-12).
Nas ini bukan ditujukan hanya kepada para perempuan, tetapi kepada semua orang Kristen. Konteks zaman itu berbeda dengan konteks sekarang. Waktu itu rambut perempuan dapat menjadi masalah dan batu sandungan. Perhatikanlah konteks sekarang! Apa sajakah hal-hal di sekitar kita yang dapat mengganggu ketertiban dalam ibadah serta dapat menjadi sumber penolakan orang kepada Kristus? Kesaksian kita merupakan bagian penting dari ibadah. Kesaksian iman kita dapat menjadi sandungan bila jatuh menjadi kesombongan iman. Maka berhati-hatilah, jangan sampai menghalangi orang datang kepada Kristus!
SH: 1Kor 11:2-16 - Kesatuan gereja (Rabu, 24 April 2019) Kesatuan gereja
Perbedaan adalah indah jika kita melihatnya sebagai sebuah kesatuan yang saling melengkapi. Namun, jika dilihat dari sudut pandang ne...
Kesatuan gereja
Perbedaan adalah indah jika kita melihatnya sebagai sebuah kesatuan yang saling melengkapi. Namun, jika dilihat dari sudut pandang negatif, perbedaan hanya akan menimbulkan petaka. Perbedaan menyebabkan timbulnya iri hati dan saling menyalahkan. Ujung yang tersisa hanyalah perpecahan.
Hal ini terjadi dalam kehidupan jemaat di Korintus. Saat itu, mereka terdiri dari orang Yahudi dan Yunani. Muncul perbedaan pendapat di antara mereka mengenai hal penutup kepala pada perempuan saat beribadah. Golongan Yahudi mewajibkan seorang perempuan saleh wajib memakai penutup kepala. Sementara, jemaat dari golongan Yunani berpikiran sebaliknya (4-7). Ada perbedaan latar belakang budaya. Akibatnya, gereja mengalami keretakan.
Melalui suratnya, Paulus hendak berbicara mengenai apa yang pantas dan tidak pantas dalam ibadah. Namun melampaui segala perkara itu, ia menekankan pentingnya masing-masing anggota menjalankan kewajiban masing-masing. Tujuannya supaya tercipta kesatuan dalam gereja. Sekalipun ada banyak perbedaan, Paulus meminta agar jemaat hidup saling menghormati, mengasihi dan menghargai.
Perselisihan dan perpecahan tidak hanya terjadi pada zaman itu, namun juga saat ini. Mungkin perselisihan tersebut dipicu oleh adanya perbedaan budaya, latar belakang, gaya kepemimpinan ataupun lainnya. Firman Tuhan mengingatkan kita agar belajar menerima perbedaan. Keragaman bisa saja merupakan cara Tuhan untuk memperkaya kehidupan gereja. Kita tidak dapat menghilangkan perbedaan dan permasalahan yang timbul karenanya. Namun, kita bisa menjaga kesatuan gereja dengan belajar saling mengasihi dan menghormati segala perbedaan. Perbedaan tidak seharusnya memecah belah gereja. Sebaliknya, itu seharusnya semakin melengkapi dan mempercepat akselerasi pertumbuhan gereja.
Doa: Tuhan, tolong kami untuk belajar mengasihi lebih sungguh saudara seiman kami dengan segala perbedaan yang ada. [STG]
Utley -> 1Kor 10:31--11:1; 1Kor 11:2-16
Utley: 1Kor 10:31--11:1 - --NASKAH NASB (UPDATED): 1Kor 10:31-11:131 Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukan...
NASKAH NASB (UPDATED): 1Kor 10:31-11:1
31 Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah. 32 Janganlah kamu menimbulkan syak dalam hati orang, baik orang Yahudi atau orang Yunani, maupun Jemaat Allah. 33 Sama seperti aku juga berusaha menyenangkan hati semua orang dalam segala hal, bukan untuk kepentingan diriku, tetapi untuk kepentingan orang banyak, supaya mereka beroleh selamat. 1 Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus.
1Kor 10:31 "lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah" Ini adalah prinsip universal yang berlaku dalam setiap area kehidupan orang percaya (lih. Ef 6:7; Kol 3:17,23; 1Pet 4:11). Lihat Topik Khusus: Kemuliaan di 1Kor 2:7.
1Kor 10:32 "Janganlah kamu menimbulkan syak dalam hati orang, baik orang Yahudi atau orang Yunani, maupun Jemaat Allah." Ini tampaknya menunjuk pada tiga kelompok. Dua yang pertama berkaitan dengan penginjilan, Kelompok yang terakhir dengan persekutuan di gereja.
Istilah "gereja" jelas digunakan dalam arti yang universal sebagaimana dalam Mat 16:18. Istilah ini digunakan dalam PB dalam
- 1. pengertian lokal (kejadian yang paling sering)
- 2. pengertian regional (lih. Kis 9:31; Gal 1:2)
- 3. pengertian universal (lih. Fili 3:6; Ibr 12:23.)
- 4. pengertian kosmik dari semua orang kudus dari segala jaman hidup dan mati (lih. Ef 1:22; 5:23,24,25,27,29,32; Kol 1:18,24)
□ "jemaat" Lihat Topik Khusus: Gereja di 1Kor 1:2.
1Kor 10:33 "Sama seperti aku juga berusaha menyenangkan hati semua orang dalam segala hal… supaya mereka beroleh selamat" Penginjilan, bukan hak-hak diri sendiri, adalah prioritas dari orang percaya dewasa (lih. 1Kor 9:19-22).
□ "orang banyak" Dalam bahasa Inggris ini bisa dipahami sebagai bagian besar dari seluruh kelompok. Namun, dalam pemikiran Ibrani ini hanyalah sekedar variasi sastra dari "semua." Paralelisme ini bisa dilihat dalam
- 1. Yes 53:11, "banyak orang" Yes 53:12, "banyak orang" Yes 53:6, "kita sekalian"
- 2. Rom 5:18, "semua orang… semua orang" Rom 5:19, "semua orang… semua orang"
- 3. Di 1Kor 10:17, "kita, sekalipun banyak" (di sini Paulus menggunakan "banyak" untuk merujuk kepada seluruh kelompok orang percaya)
□ "sehingga mereka dapat diselamatkan" Ini adalah tujuan dari pemberitaan Injil dan kehidupan Kristen (lih. 1Kor 9:19-22). Janji Allah dari Kej 3:15; 12:3 sekarang telah terpenuhi. Persekutuan yang rusak (yaitu, gambar Allah dalam manusia yang rusak) telah dipulihkan melalui Kristus. "Siapapun yang mau" boleh datang (lih. Yeh 18:23,32; Yoh 1:12; 3:16; 1Tim 2:4; 2Pet 3:9).
1Kor 11:01 Ayat ini tampaknya merupakan bagian dari pasal 1Kor 10, bukan 11. Motif dan tindakan penginjilan Paulus berparalel dengan kehidupan dan ajaran Yesus. Sebagaimana Paulus meniru Dia, orang-orang percaya di Korintus harus berfokus pada (1) kebaikan dari tubuh (gereja) dan (2) keselamatan dari dunia yang tidak percaya.
Utley: 1Kor 11:2-16 - --NASKAH NASB (UPDATED): 1Kor 11:2-162 Aku harus memuji kamu, sebab dalam segala sesuatu kamu tetap mengingat akan aku dan teguh berpegang pada ajaran y...
NASKAH NASB (UPDATED): 1Kor 11:2-16
2 Aku harus memuji kamu, sebab dalam segala sesuatu kamu tetap mengingat akan aku dan teguh berpegang pada ajaran yang kuteruskan kepadamu. 3 Tetapi aku mau, supaya kamu mengetahui hal ini, yaitu Kepala dari tiap-tiap laki-laki ialah Kristus, kepala dari perempuan ialah laki-laki dan Kepala dari Kristus ialah Allah. 4 Tiap-tiap laki-laki yang berdoa atau bernubuat dengan kepala yang bertudung, menghina kepalanya. 5 Tetapi tiap-tiap perempuan yang berdoa atau bernubuat dengan kepala yang tidak bertudung, menghina kepalanya, sebab ia sama dengan perempuan yang dicukur rambutnya. 6 Sebab jika perempuan tidak mau menudungi kepalanya, maka haruslah ia juga menggunting rambutnya. Tetapi jika bagi perempuan adalah penghinaan, bahwa rambutnya digunting atau dicukur, maka haruslah ia menudungi kepalanya. 7 Sebab laki-laki tidak perlu menudungi kepalanya: ia menyinarkan gambaran dan kemuliaan Allah. Tetapi perempuan menyinarkan kemuliaan laki-laki. 8 Sebab laki-laki tidak berasal dari perempuan, tetapi perempuan berasal dari laki-laki. 9 Dan laki-laki tidak diciptakan karena perempuan, tetapi perempuan diciptakan karena laki-laki. 10 Sebab itu, perempuan harus memakai tanda wibawa di kepalanya oleh karena para malaikat. 11 Namun demikian, dalam Tuhan tidak ada perempuan tanpa laki- laki dan tidak ada laki-laki tanpa perempuan. 12 Sebab sama seperti perempuan berasal dari laki-laki, demikian pula laki-laki dilahirkan oleh perempuan; dan segala sesuatu berasal dari Allah. 13 Pertimbangkanlah sendiri: Patutkah perempuan berdoa kepada Allah dengan kepala yang tidak bertudung? 14 Bukankah alam sendiri menyatakan kepadamu, bahwa adalah kehinaan bagi laki-laki, jika ia berambut panjang, 15 tetapi bahwa adalah kehormatan bagi perempuan, jika ia berambut panjang? Sebab rambut diberikan kepada perempuan untuk menjadi penudung. 16 Tetapi jika ada orang yang mau membantah, kami maupun Jemaat-jemaat Allah tidak mempunyai kebiasaan yang demikian.
1Kor 11:2 Dalam terang pasal-pasal sebelumnya, orang akan bertanya-tanya apakah ayat ini adalah sebuah ironi atau sarkasme. Gereja ini tidak mengingat kata-kata Paulus dan tidak mengikuti ajarannya (lih. 1Kor 11:17,22). Ada kemungkinan bahwa ini adalah pertanyaan lain yang dituliskan dan dikirimkan oleh gereja kepada Paulus.
- NASB, "berpegang teguh kepada tradisi"
- NKJV "menjaga tradisi"
- NRSV "mempertahankan tradisi"
- TEV "teguh berpegang pada ajaran"
- NJB "mempertahankan tradisi"
Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE INDICATIVE. Orang-orang percaya harus terus berpegang teguh pada kebenaran yang diberitakan Paulus (lih. 2Tes 2:15). Ini adalah keseimbangan perjanjian terhadap pemilihan.
Istilah "tradisi" (pardosis) digunakan dalam beberapa pengertian:
- 1. dalam 1Kor 11:2,23; 15:3 untuk kebenaran Injil
- 2. dalam Mat 15:6; 23:1 dst; Mr 7:8; Gal 1:14 tentang tradisi Yahudi
- 3. dalam Kol 2:6-8 tentang spekulasi Gnostik
- 4. Katolik Roma (Ortodoks Timur dan Rusia) menggunakan ayat ini sebagai suatu comotan naskah alkitabiah untuk mendasari kesetaraan wewenang dari Kitab Suci dan tradisi gereja
- 5. dalam konteks ini kata ini mengacu pada kebenaran Rasuli, baik lisan atau tertulis (lih. 2Tes 3:6)
□ "ajaran" Kebanyakan informasi tentang Yesus diteruskan secara lisan dari individu ke individu sampai hal tersebut ditulis sekitar 30 sampai 60 tahun setelah kematian-Nya.
□ "yang kuteruskan kepadamu" Ada sebuah permainan kata Yunani antara "tradisi" (paradoseis) dan "disampaikan" (paredōka), yang keduanya adalah bentuk-bentuk dari paradidōmi. Paulus bukanlah sumbernya, tetapi hanya sekedar sebuah mata rantai dalam rantai perwahyuan. Istilah "tradisi" digunakan untuk kebenaran Kristen yang disampaikan dari satu orang ke orang lain (lih. 1Kor 11:23; 15:3).
Paulus menerima informasi tentang Injil dari beberapa sumber.
- 1. Khotbah-khotbah Stefanus (lih. Kis 7)
- 2. Orang-orang Kristen yang ia aniaya (lih. Kis 8:1-3; 9:1-2; 22:4,19)
- 3. Ananias (lih. Kis 9:10-18)
- 4. Saat di Arabia bersama dengan Kristus (lih. Gal 1:11-17)
- 5. Saat di Yerusalem bersama dengan Petrus dan Yakobus (lih. Gal 1:18-19) 6. Barnabas (lih. Kis 9:20-27; 11:25-26)
1Kor 11:3 " kepala… adalah Kristus" Dalam komentarinya 1 Kis 2 Korintus, hal 103, F. F. Bruce menegaskan bahwa dalam konteks ini kephalē mengikuti kata bahasa Ibrani rosh dalam pengertian asal atau sumber. Arti dari kephalē tidak didokumentasikan dalam kamus Yunani oleh:
- 1. Bauer, Arndt, Gingrich, Danker
- 2. Moulton, Milligan
- 3. Louw, Nida
- 4. Moulton
Ini menunjukkan bagaimana konteksnyalah (yaitu, 1Kor 11) yang menentukan definisinya, bukan kamus. Dalam konteks ini "sumber" atau "asal" adalah yang paling cocok dalam ay. 1Kor 11:3 dalam kaitannya dengan Kej 1:26-27; 2:18 (lih. Kaiser, Davids, Bruce, dan Brauch, Kata-kata Keras Alkitab, hal 599-602).
Yesus adalah pelaku Bapa dalam penciptaan (lih. Yoh 1:3,10; 1Kor 8:6; Kol 1:16; Ibr 1:2). Manusia, laki-laki dan perempuan, diciptakan oleh-Nya, menurut gambar-Nya. Namun demikian, Allah Anak tunduk kepada Bapa (lih. 1Kor 3:23; 11:2; 15:28). Penyerahan yang tepat ini juga berlaku bagi pria dan wanita. Mereka diciptakan dalam gambar Allah (lih. Kej 1:26-27), tetapi ada urutannya, laki-laki dahulu, baru seorang permepuan (lih. Kej 2:18) yang terkait dengan fungsi (setidaknya dalam sistem patriarkal), tetapi bukan dalam ketidaksetaraan! Lihat Topik Khusus berikut. (lih. Kamus Teologia Perjanjian Baru, vol 2. pp 156-163)
□ "kepala dari perempuan ialah laki-laki" Istilah "laki-laki" dan "perempuan" dapat berarti suami dan istri (lih. NRSV, TEV). Dalam konteks ini hal ini bukanlah penekanan yang dimaksudkan, tetapi urutan penciptaan yang tercermin dalam Kej 2.
□ "Kepala dari Kristus ialah Allah." Ini adalah suatu kebenaran yang berulang dalam I Korintus (lih. 1Kor 3:23; 11:3; 15:28). Urutan dalam Trinitas tidak ada hubungannya dengan ketidaksetaraan, tetapi merupakan sebuah pembagian fungsi. Kebenaran ini juga bisa diterapkan dari pembahasan tentang laki-laki dan perempuan. Mutualitas adalah tentulah merupakan modelnya sebelum Kejatuhan dalam Kej 3. Mutualitas ini ditegakkan kembali dalam hubungan orang percaya yang telah dipulihkan dengan Bapa melalui Anak (yaitu, Yesus telah memulihkan gambar di dalam orang percaya baik laki-laki dan perempuan).
- NASB "Tiap-tiap laki-laki yang memakai sesuatu di kepalanya sambil berdoa... mempermalukan kepalanya. "
- KJV"Tiap-tiap laki-laki yang berdoa atau bernubuat, dengan kepala yang bertudung, tidak menghormati kepalanya"
- NRSV "Setiap orang yang berdoa atau bernubuat dengan sesuatu di kepalanya mempermalukan kepalanya"
- TEV "Jadi seorang pria yang berdoa atau menyatakan berita Tuhan dalam ibadah umum dengan kepala yang tertutup mempermalukan Kristus"
- NJB "Tiap-tiap laki-laki yang berdoa atau bernubuat dengan kepala yang bertudung, menghina kepalanya"
Ini adalah permainan kata pada "kepala." Penggunaan kedua dari kata "kepala" menunjuk kepada Kristus (lih. TEV). Paulus sedang berhadapan dengan budaya Romawi yang bentuk-bentuk dan symbol-simbolnya adalah persis kebalikan dari budaya Yahudi (misalnya, laki-laki yang menudungi kepala mereka). Masalah sebenarnya bukanlah tentang siapa yang menudungi kepala siapa, tetapi simbol dari (1) asal atau (2) penyerahan, yang keduanya secara teologis signifikan.
Telah disarankan sebelumnya bahwa situasi historis di Korintus:
- 1. para pemimpin sosial, politik, dan keuangan memimpin ibadah dengan kepala bertudung untuk membedakan diri mereka dari orang biasa
- 2. bahwa orang Yahudi di sinagoga di Korintus mengharuskan perempuan memakai cadar dan orang Yahudi percaya mengharapkan hal yang sama di gereja
Ada ketegangan teologis antara ayat ini, yang tampaknya menegaskan perempuan dalam peran kepemimpinan dalam ibadah publik dengan tudung yang diterima secara sosial dibandingkan dengan 1Kor 14:34-35, di mana perempuan (atau setidaknya "istri," ay. 35) dilarang berbicara di dalam gereja.
Beberapa kelompok mencomot naskah pasal 1Kor 11, sementara yang lain menggunakan pasal 1Kor 14. Haruslah diakui bahwa kunci untuk bagian ini adalah latar belakang budaya abad pertama di Korintus, tetapi yang aspek tertentu yang mana tidaklah jelas kepada kita hari ini. Gereja abad pertama mengetahui kepemimpinan perempuan di PL dan menyadari penggunaan perempuan oleh Paulus dalam pelayanan-Nya (lih. Rom 16). Mereka memahami masalah di Korintus dan budaya Romawi seperti yang tidak kita ketahui. Dogmatisme tidaklah tepat!
Sebuah buku baru-baru ini, Setelah Paulus Meninggalkan Korintus: Pengaruh Etika Sekuler dan Perubahan Sosial, oleh Bruce W. Winter, hlm 121-141, menawarkan beberapa wawasan yang sangat membantu dari literatur dan seni Romawi. Artikel ini dan yang lainnya (yaitu, E. Fantham, "Wanita Baru: Representasi dan Realitas," dalam Perempuan di Dunia Klasik, bab 10, dan P. W. J. Gill, "Pentingnya potret Romawi untuk Penutup Kepala dalam 1Kor 11:2-16," TynB 41,2 (1990): hal 245-260 dan "Pencarian Elite Sosial di Gereja Korintus," TynB 44,2 (1993): hal 323-337), menunjukkan pada para penafsir modern bagaimana abad pertama Korintus adalah Romawi, bukan Yunani, dalam budaya.
Dengan wawasan dari abad pertama Romawi Korintus yang baru didokumentasikan ini, mungkinlah untuk mulai melihat masalah-masalah budaya yang dihadapi Paulus dalam buku ini.
- 1. Paulus tidak menangani budaya Yahudi maupun kebudayaan Yunani sama sekali dalam konteks ini.
- 2. Paulus menangani dua kelompok dengan status sosial elit.
- a. Orang-orang percaya laki-laki yang kaya, elit sosial, yang memamerkan posisi mereka dengan menutup kepala mereka saat memimpin ibadah umum, sebagaimana adat untuk kelas social ini, saat memimpin ibadah masyarakat Yunani-Romawi. Mereka memamerkan diri mereka sendiri.
- b. Para istri yang kaya, elit yang sedang membuka kerudung syarat adat istiadat mereka untuk memamerkan kesetaraan mereka, tidak hanya di dalam Kristus, tetapi juga sebagai pernyataan sosial, seperti juga perempuan Romawi lainnya di masa itu.
- c. Warga Korintus Romawi, yang ingin tahu tentang iman Kristen dan praktek ibadahnya, akan mengirim "utusan" (yaitu, malaikat ay. 1Kor 11:10 mungkin menunjuk kepada hamba atau perwakilan yang dikirim atas nama tuan-tuan) untuk memeriksa pertemuan tersebut.
Informasi sejarah / budaya / sosial ini membuat naskah yang sangat sulit dan diperdebatkan menjadi masuk akal. Hal ini juga sesuai dengan naskah-naskah lain dalam I Korintus, yang jelas mencerminkan sebuah latar belakang Korintus abad pertama yang unik!
1Kor 11:5 "Tetapi tiap-tiap perempuan yang berdoa atau bernubuat dengan kepala yang tidak bertudung" Ini secara kuat menyiratkan bahwa dengan kepala tertutup ia boleh berdoa dan bernubuat dalam pertemuan-pertemuan publik. Kata "bernubuat" dalam buku ini berarti "berbagi Injil" atau "berkhotbah di depan umum" (lih. 1Kor 14:39). Ayat 1Kor 11:4,5 adalah paralel yang berkaitan dengan apa yang dilakukan pria dan wanita saat turut berpartisipasi dalam ibadah bersama. Lihat Topik Khusus: Nubuat Perjanjian Baru di 1Kor 14:1.
□ "menghina kepalanya" Korintus adalah sebuah jajahan Romawi dan mencerminkan kebudayaan Romawi. Perempuan Romawi bisa dinikahi di awal remaja mereka. Cadar merupakan aspek budaya dari ibadah pernikahan. Cadar ini diharapkan untuk dipakai di luar rumah oleh perempuan Romawi. Ketiadaannyaakan dilihat sebagai
- 1. Seorang wanita yang memalukan
- 2. Seorang pelacur
- 3. Seorang pasangan lesbian yang dominan
- 4. Seorang wanita "baru" (yaitu, sebuah gerakan sosial kesetaraan dan kebebasan yang aktif di antara masyarakat Romawi di abad pertama)
Seorang wanita yang memamerkan dirinya dengan cara ini akan secara terbuka telah mempermalukan suaminya dan memberi kesan yang salah tentang gereja untuk para pengunjung dan masyarakat. Kristus membuat laki-laki dan perempuan merdeka, tetapi masing-masing memiliki kewajiban untuk membatasi kebebasan demi Kristus. Perempuan dan laki-laki, istri dan suami yang adalah orang percaya dipanggil untuk hidup untuk kesehatan dan pertumbuhan Kerajaan! Ini adalah tema dari 1Kor 8; 9; 10 dan dilanjutkan dalam pasal 1Kor 11.
□ "ia sama dengan perempuan yang dicukur rambutnya" Ini adalah sebuah PERFECT PASSIVE PARTICIPLE. Ada beberapa kemungkinan untuk memahami kalimat ini.
- 1. Ini menunjuk pada pakaian umum dari pelacur lokal
- 2. Ini adalah suatu tindakan budaya dari seorang wanita berzinah yang mempermalukan publik
- 3. Ini menunjukkan bahwa perempuan yang dipermalukan adalah ciri khas dunia Mediterania untuk para pengikut "Agama Misteri"
- 4. Ini menunjuk pada tindakan budaya tak terduga dari wanita Kristen yang memotong rambut mereka sampai begitu pendeknya untuk menunjukkan kebebasan baru mereka (yaitu, suatu kecenderungan budaya di Roma abad pertama dan koloni-koloninya)
Dalam banyak komentari pilihan # 1 ditekankan. Ditegaskan bahwa hal ini pasti merujuk pada pelacur dari kuil Diana. Namun demikian, kuil di Acropolis ini telah dihancurkan oleh gempa bumi 150 tahun sebelum zaman Paulus dan tidak ada bukti sejarah bahwa kuil tersebut masih berfungsi. Tidak ada juga bukti bahwa pelacur di Yunani mencukur kepala mereka.
Pertanyaan kuncinya adalah "Apa topik yang sedang ditangai Paulus?"
- 1. Pakaian dan tindakan ibadah yang pantas atau sesuai dengan budaya
- 2. penyalahgunaan kebebasan pribadi
- 3. hubungan yang sesuai antara
- a. pria dan wanita
- b. suami dan istri
- c. malaikat-malaikat dan perempuan (ay. 1Kor 11:10)
- d. budaya dan perempuan (ay. 1Kor 11:13)
Saya memahami # 1 sebagai pilihan terbaik, menangani baik suami dan istri yang tidak dipimpin oleh kebebasan baru mereka dalam Kristus, tetapi oleh penolakan tegas mereka untuk mengesampingkan hak-hak istimewa budaya mereka dan bekerja ke arah kesatuan dan pertumbuhan gereja.
1Kor 11:6 "jika… jika" Ada dua frasa FIRST CLASS CONDITIONAL dalam ayat ini yang dianggap benar dari sudut pandang penulis atau untuk tujuan sastranya. Ada wanita Kristen di gereja yang menolak untuk menutupi kepala mereka, tetapi tetap menginginkan untuk aktif dalam ibadah bersama. Ini secara sosial tak dapat diterima. Orang percaya harus membatasi kebebasan baru mereka dalam Kristus untuk
- 1. orang yang lebih lemah di dalam gereja (lih. Rom 14:1-15:13)
- 2. tuntutan budaya dari masyarakat yang berusaha untuk diinjili dan dicakup oleh gereja
- NASB, "tidak mau menudungi kepalanya"
- NKJV "tidak tertudungi"
- NRSV "tidak mau menudungi dirinya sendiri"
- TEV "tidak mau menutupi kepalanya"
- NJB "pergi tanpa kerudung"
Data historis pada penggunaan penutup wajah (yaitu, cadar) atau penutup kepala sebatas bahu oleh orang- orang Mediterania kuno sangatlah membantu. Saya telah mendokumentasikan bukti terbarunya dalam catatan di 1Kor 11:4. Perempuan Romawi yang sudah menikah, bukan janda, dan bukan pelacur, secara kultural diharapkan untuk mengenakan cadar di depan umum sebagai tanda bahwa mereka menikah. Ada sangat sedikit wanita lajang di dunia Mediterania kuno.
Dalam budaya Yahudi cadar digunakan sebagai tanda
- 1. lepra, Im 13:45
- 2. berkabung untuk orang mati, Yeh 24:17,22
- 3. malu, Mi 3:7
- 4. pernikahan, Kej 24:65
- 5. prostitusi, Kej 38:14-15
Namun demikian, ingat Paulus tidak merujuk pada budaya Yahudi sama sekali karena dalam budaya tersebut laki- laki menutup kepala mereka dalam ibadah.
□ "haruslah ia juga menggunting rambutnya" Ini merupakan sebuah AORIST MIDDLE IMPERATIVE. Ini tidak dimaksudkan untuk dipahami secara harfiah. Paulus tidak menganjurkan untuk mempermalukan wanita Kristen di depan umum, tapi dia sedang menegaskan konsekuensi budaya bagi kegiatan yang tidak pantas!
□ "haruslah ia menudungi kepalanya" Ini adalah sebuah PRESENT MIDDLE IMPERATIVE. Wanita Kristen demi Kristus menyesuaikan diri dengan tuntutan budaya supaya bisa menjangkau orang-orang untuk keselamatan dan keanggotaan gereja. Bentuk-bentuknya akan berubah dari budaya ke budaya dan zaman ke zaman! Tujuannya tetap sama (lih. Mat 28:18-20; Luk 24:47; Kis 1:8).
1Kor 11:7 "ia menyinarkan gambaran dan kemuliaan Allah" Ini menunjuk pada Kej 1:26-27, namun dalam konteks ayat ini Kej 1:26 kata "manusia" adalah generik. Secara teologis tidaklah pasti merujuk pada apakah persisnya "gambar dan rupa" dalam Kej 1:26-27tersebut. Kebanyakan sarjana akan menghubungkannya dengan kepribadian, kesadaran diri, perspektif moral, kemampuan untuk memilih, kemampuan untuk berhubungan dengan "diri" orang lain. Ada suatu mutualitas yang jelas antara pria dan wanita baik di Kej 1:26-27 maupun Kej 2:18. Masalahnya muncul dalam Kej 3:16! Lihat Topik Khusus: Kemuliaan di 1Kor 2:7.
- NASB "Sebab laki-laki tidak berasal dari perempuan, tetapi perempuan berasal dari laki-laki."
- NKJV "Sebab laki-laki bukanlah dari perempuan, tetapi perempuan dari laki-laki."
- NRSV "Sesungguhnya, laki-laki tidak dibuat dari wanita, tetapi perempuan dari laki-laki"
- TEV "sebab laki-laki tidak diciptakan dari wanita, tapi wanita dari laki-laki"
- NJB "sebab laki-laki tidak berasal dari perempuan; tak ada wanita yang berasal dari laki-laki"
Istilah "berasal" tidak ada dalam naskah Yunaninya. Hanya KATA DEPANnya ek(yaitu, keluar dari) sajalah yang ada, seperti juga ayat 1Kor 11:12. Paulus sedang menegaskan urutan penciptaan dalam ay. 1Kor 11:7,9 dari Kej 2 (yaitu, Adam yang pertama, kemudian Hawa). Namun demikian dalam ay. 1Kor 11:8-9,11, Paulus menegaskan ketergantungan timbal balik mereka (yang menyinggung Kej 1:27; 2:18).
1Kor 11:9 "laki-laki tidak diciptakan karena perempuan" Kita harus ingat bahwa pernyataan Paulus dalam Gal 3:28 pada kesetaraan perempuan tidak meminimalkan perbedaan yang diciptakan antara kedua jenis kelamin ini, setidaknya di zaman ini. Kesetaraan penuh pria dan wanita di dalam Kristus tidak secara otomatis menghapus semua tuntutan peran budaya / tradisional. Orang beriman (laki-laki dan perempuan) tidak boleh memamerkan kebebasan pribadi, yang dapat merusak reputasi gereja di antara budaya yang tidak percaya. Orang percaya dewasa membatasi kebebasan mereka dalam Kristus demi Kerajaan-Nya. Orang percaya memiliki tanggung jawab bersama bagi (1) tubuh Kristus dan (2) masyarakat tidak percaya!
1Kor 11:10 "Sebab itu, perempuan harus memakai tanda wibawa di kepalanya" Naskah ini, seperti juga naskah lainnya dalam konteks ini, dapat dipahami dalam beberapa cara. Isu kuncinya adalah mewakili apakah kata "otoritas" (yaitu, exousia) ini?
Pertama, perlulah dicatat bahwa exousia sering berhubungan dengan dunamis. Otto Betz memiliki sebuah artikel menarik tentang exousia dalam Kamus Teologi Perjanjian Baru Internasional Baru, vol. 2, hal. 606-611. Berikut adalah lima contoh.
"Ini adalah khas untuk PB bahwa exousia dan dunamis keduanya berhubungan dengan karya Kristus, urutan baru akibat dari struktur kekuasaan-kosmis dan pemberdayaan orang percaya" (hal. 609).
"Exousia dari orang percaya. Otoritas seorang Kristen yang percaya didirikan atas aturan Kristus dan pelucutan dari semua kekuatan. Itu menyiratkan baik kebebasan dan layanan" (hal. 611).
"Dia bebas untuk melakukan apapun (1Kor 6:12; 10:23 exestin), penegasan ini, yang awalnya dibuat oleh para penggemar sektarian di Korintus, dibawa oleh Paulus yang mengakuinyasebagai benar" (hal. 611).
"Dalam prakteknya, namun demikian, kebebasan yang secara teoritis tidak dibatasi ini diatur oleh pertimbangan apa yang membantu orang Kristen individu lain dan jemaat secara keseluruhan mengingat fakta bahwa penebusan yang lengkap masih akan datang (1Kor 6:12; 10:23)" (hal. 611).
"'Segala sesuatu boleh [exestin] bagiku,' tetapi tidak semuanya berguna. 'Segala sesuatu adalah halal [exestin], tapi tidak semuanya membangun.' Jangan ada yang mencari kebaikan dirinya sendiri, tetapi kebaikan sesamanya "(1Kor 10:23 dst). Kutipan dalam kutipan tersebut mungkin adalah slogan dari kaum Libertini di Korintus. Paulus menangkal mereka dengan mengakui kebenaran mereka, tetapi dengan menunjukkan bahwa hal itu bukan kebenaran yang menyeluruh" (hal. 611).
Paulus menggunakan dua istilah ini sering kali dalam surat-suratnya kepada jemaat di Korintus.
- 1. exousia, 1Kor 7:37; 9:4,5,6,12 (dua kali), 18; 11:10; 2Kor 13:10
- 2. dunamis, 1Kor 1:18; 2:4,5; 4:19,20; 5:4; 15:24,43; 2Kor 4:7; 6:7; 8:3 (dua kali); 1Kor 12:9; 13:4 (dua kali)
Hak dan kekuasaan merupakan isu utama baik bagi kaum legalis dan libertini. Paulus mencoba untuk menjalani garis tipis di antara kedua ekstrem tersebut. Dalam konteks ini perempuan Kristen didorong untuk menerima urutan penciptaan yang diberikan Tuhan (yaitu, Kristus-pria-wanita) untuk tujuan kemajuan Kerajaan. Paulus menegaskan mutualitas aslinya (lih. Kej 1:26-27; 2:18) dalam ayat 1Kor 11:11-12. Sangatlah berbahaya secara teologis untuk
- 1. mengisolasi satu ayat dalam konteks ini
- 2. menerapkan kisi-kisi denominasional sistematis yang kaku tentang masalah hubungan pria dan wanita / suami dan istri dari abad pertama untuk setiap budaya di setiap abad
- 3. kehilangan keseimbangan Paulus antara kebebasan dan tanggung jawab perjanjian bersama orang Kristen
Dimana wanita Kristen mendapatkan kebebasan untuk berpartisipasi sebagai pemimpin dalam ibadah bersama (misalnya, rumah-gereja)? Tentunya bukan dari sinagoga. Apakah itu kecenderungan budaya dari masyarakat Romawi abad pertama? Ini tentu saja mungkin dan menurut saya membantu menjelaskan banyak aspek dari pasal ini. Namun demikian, ada kemungkinan juga bahwa kuasa Injil, yaitu pemulihan "gambar Allah" yang asli yang hilang di saat Kejatuhan, adalah sumbernya. Ada kesetaraan baru yang mengejutkan dalam semua bidang kehidupan manusia dan masyarakat. Tetapi kesetaraan ini dapat berubah menjadi surat ijin untuk penyalahgunaan pribadi. Perluasan yang tidak sepantasnya inilah yang ditangani oleh Paulus.
F. F. Bruce, Jawaban untuk Pertanyaan, telah benar-benar membantu saya mempertimbangkan secara seksama banyak isu-isu kontroversial yang berkaitan dengan tradisi gereja dari keKristenan Barat modern. Sebagai eksegetor saya selalu berpikir bahwa penggunaan tudung bagi perempuan dimaksudkan untuk menunjukkan karunia Allah (atau sama-sama setara dari Kej 1:26,27), bukanlah otoritas suaminya. Namun demikian, saya tidak bisa menemukan penafsiran ini di antara sumber-sumber Alkitab yang saya gunakan, oleh karena itu, saya enggan untuk meletakkannya di komentari atau mengkhotbahkan / mengajarkan-nya Saya masih ingat kegembiraan dan kebebasan yang saya rasakan ketika F. F. Bruce memikirkan hal yang sama (lihat Jawaban untuk Pertanyaan, hal 95). Saya pikir semua orang percaya adalah pelayan Kristus yang dipanggil, penuh-waktu, dan dikaruniai!
□ "karena para malaikat" Ada tiga baris interpretasi dari ayat ini yang berhubungan dengan malaikat.
- 1. bahwa rujukannya adalah untuk malaikat sebagai wakil Allah yang hadir dalam kebaktian kita sebagai pengamat 1Kor 4:9; 1Tim 5:21; Mazm 138:1, dan juga Gulungan Kitab Laut Mati
- 2. bahwa ini adalah malaikat-malaikat jahat dengan keinginan seksual yang mirip dengan malaikat dalam Kej 6:2; 2Pet 2:4; dan Yud 1:6; malaikat sering disebutkan dalam I Korintus (lih. 1Kor 4:9; 6:3; 11:10; 13:1)
- 3. menerjemahkan aňgelous sebagai "utusan" bukannya "malaikat"
Istilah untuk utusan dan malaikat adalah sama baik di dalam bahasa Ibrani (yaitu, malak) dan Yunani (yaitu, aňgelos). Teori ini didasarkan pada kebiasaan sosial abad pertama (lih. Bruce W. Winter, Setelah Paulus meninggalkan Korintus, hal. 133-138). Seseorang berstatus tidak akan mengunjungi sebuah gereja rumah tanpa terlebih dahulu mengirim seseorang untuk memeriksa pertemuan tersebut. Hal ini lebih masuk akal daripada mencoba untuk menghubungkan ay. 1Kor 11:10 dengan malaikat yang penuh nafsu atau malaikat yang peduli dengan sopan santun yang pantas (lih. Mazm 138:1.) dalam ibadah bersama.
1Kor 11:11-12 "dalam Tuhan tidak ada perempuan tanpa laki-laki dan tidak ada laki-laki tanpa perempuan"
Ayat-ayat ini menekankan kebersamaan antara laki-laki dan perempuan (lih. Kej 1:26-27; 2:18; Gal 3:26-29).
Kebebasan ini (yaitu, kembali ke model penciptaan awal dari Kej 1:26-27) harus dinyatakan dalam cara yang tepat dalam budaya jatuh seseorang. Tidaklah diragukan bahwa penegasan Paulus tentang penebusan Yesus benar- benar telah mengubah status setiap orang percaya! Kita semua satu di dalam Kristus. Tujuan kita sekarang adalah membantu sesama dan warga kita jatuh untuk menemukan penebusan yang sama. Masihlah ada isu-isu sosial dalam setiap budaya. Karena orang percaya dapat, tidak berarti orang percaya harus!
Penggunaan kata "dari" (yaitu, ek, yang secara harfiah adalah "berasal dari") dalam konteks ini (dua kali) tampaknya memperkuat penggunaan "kepala" sebagai "asal." Wanita adalah berasal dari pria; pria adalah berasal dari Allah. Narasi Kejadian juga menyediakan dasar untuk "kepala" sebagai suatu urutan yang tepat dari penciptaan. Baik kebebasan dalam Kristus dan penyerahan diri (lih. Ef 5:21) adalah pantas ketika kebaikan dari gereja adalah tujuan akhirnya.
1Kor 11:13-15 Paulus menggunakan pendekatan yang sama di 1Kor 10:15 di mana ini bisa bersifat sarkastis, yang didasarkan pada penggunaan kata "orang bijak" (lih. 1Kor 4:10; 2Kor 11:10), tetapi di sini kata ini tidak tampak sarkastis namun dalam pengertian "berpikir sesuai budaya." Paulus menggunakan etiket Korintus / Yunani-Romawi / abad pertama.
- 1. Perempuan yang sudah menikah harus bercadar di depan umum atau dalam tindakan ibadah (ay. 1Kor 11:13).
- 2. Pria muda di Korintus memotong rambut panjang mereka saat transisi ke kedewasaan (yaitu, sepuluh tahun). Menjaga rambut panjang adalah tanda budaya bagi feminitas atau homoseksualitas (ay. 1Kor 11:14).
- 3. Wanita dengan rambut pendek bisa diidentifikasi sebagai
- 1. seorang yang telah secara terbuka dipermalukan
- 2. pelacur (ay. 1Kor 11:15).
Ini bukanlah wawasan rohani ataupun wawasan alkitabiah (yaitu, hal-hal ini tidak cocok dengan adat Yahudi), tetapi adalah wawasan budaya.
1Kor 11:13 "sendiri" Ini bersifat TEGAS.
1Kor 11:14-15 "jika... jika "Keduanya adalah KALIMAT THIRD CLASS CONDITIONAL, yang berbicara tentang tindakan yang potensial.
Terjemahan bahasa Inggris yang berbeda menekankan ayat-ayat ini sebagai pertanyaan (yaitu, NRSV, NJB); pernyataan (yaitu, NASB, TEV), atau satu pertanyaan dan satu pernyataan (yaitu, NKJV). PARTIKEL yang menandakan suatu pertanyaan dalam ay. 1Kor 11:14 menunjukkan sebuah pertanyaan yang mengharapkan jawaban "ya".
1Kor 11:16 "jika" Ini adalah sebuah FIRST CLASS CONDITIONAL yang dianggap benar dari sudut pandang penulis atau untuk tujuan sastranya. Ada orang Kristen yang suka berdebat dalam gereja di Korintus.
- NASB, "seseorang cenderung menjadi suka berdebat"
- NKJV "ada orang yang sepertinya suka berdebat"
- NRSV "ada orang yang cenderung suka berdebat"
- TEV "ada orang yang mau membantah"
- NJB "ada orang yang ingin jadi suka berdebat"
KATA KERJA ini adalah sebuah ACTIVE PRESENT INDICATIVE, yang menyiratkan tindakan yang terus-menerus. Kesukaan berdebat ini adalah sikap yang terus-menerus bagi mereka. Mereka menyukai perselisihan dan pertengkaran!
Istilah "suka berdebat" ini merupakan gabungan dari philos(yakni, kasih) dan veikos(yaitu, perselisihan). Hal ini digunakan untuk dari Rasul pada Perjamuan Terakhir dalam Luk 22:24.
□ "kami maupun Jemaat-jemaat Allah tidak mempunyai kebiasaan yang demikian." (lih. ay. 1Kor 4:17). Paulus tidak memberi mereka sesuatu yang khusus (lih. 1Kor 4:17; 7:17; 11:16; 14:33). Gereja ini berbangga dalam kebijaksanaan dan kebebasan mereka. Mereka mengira mereka memiliki hak untuk hidup berbeda dari gereja- gereja Kristen lainnya. Paulus menegaskan bahwa mereka tidak!
□ "jemaat" Lihat Topik Khusus: Gereja (ekklesia) di 1Kor 1:2.
Topik Teologia -> 1Kor 11:1
Topik Teologia: 1Kor 11:1 - -- Pengudusan
Pengudusan: Sasaran dan Hambatan
Sasaran Pengudusan
Penyerupaan dengan Kristus Sang Anak
Kita Harus Menjadi P...
- Pengudusan
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Menaati Allah
- Ikut Allah
- Teladan dari Orang-orang yang Mengikut Kristus
- Paulus Mengikut Kristus
- Gereja
- Langkah-langkah Korektif yang Dilakukan Gereja
- Gereja Menghubungkan Teologi dengan Kehidupan
- Orang Kristen Berusaha Meniru Orang Percaya yang Setia
TFTWMS: 1Kor 11:1-16 - Pasal 11 Petunjuk Tentang Tudung Kepala Dan Perjamuan Tuhan Tudung Kepala PASAL 11 PETUNJUK TENTANG TUDUNG KEPALA DAN PERJAMUAN TUHAN TUDUNG KEPALA (1 Korintus 11:1-16)
Ada beberapa nas di dalam Perjanjian Baru yang lebih m...
PASAL 11 PETUNJUK TENTANG TUDUNG KEPALA DAN PERJAMUAN TUHAN TUDUNG KEPALA (1 Korintus 11:1-16)
Ada beberapa nas di dalam Perjanjian Baru yang lebih membingungkan daripada petunjuk Paulus di pasal 11 tentang tudung kepala. Masalahnya, tampaknya, khusus tentang masalah budaya dan iklim keagamaan di Korintus. Pertanyaan-perta-nyaan ini tidak muncul di tempat lain di dalam Perjanjian Baru. Kehidupan sehari-hari bagi gereja Korintus melibatkan pelbagai praktik dan kebiasaan yang sulit untuk dikonstruksi ulang setelah dua ribu tahun berlalu. Korintus adalah kota internasional. Awal berdirinya kota itu oleh para pemukim Romawi yang terjadi hampir seratus tahun sebelum era Paulus memberi cap tersendiri bagi kota itu. Orang Yunani menyelusup ke dalam pasar-pasar dan pelbagai lingkungan, dan kehadiran orang Yahudi cukup terlihat.
Gereja telah mengambil dari sinagoga untuk berbagai ajarannya dan para mualafnya, tetapi gereja juga memiliki komponen non-Yahudi yang sehat. Dewa-dewa Yunani dan Romawi bersaing dengan Allah Israel untuk disembah oleh para penyembah. Yang juga populer adalah tempat-tempat sakral dan kuil-kuil untuk menyembah para anggota keluarga kaisar yang belum lama meninggal. Keyakinan agama yang beragam itu menimbulkan ketegangan sosial, tetapi itu bukan satu-satunya sumber perselisihan. Korintus adalah kota kosmopolitan dengan kesenjangan yang lebar antara orang kaya dan orang miskin. Nasihat Paulus tentang tudung kepala harus dibaca dengan latar belakang budaya yang bercampur dan rumit.
Konteks itu penting untuk menafsirkan nas apa saja yang sulit; tetapi dalam kasus tudung kepala di Korintus, konteks itu lebih penting dari biasanya. Apakah pasal 11 harus dipahami sebagai perluasan dari pertanyaan tentang penyembahan berhala yang dimulai di 8:1, atau apakah pasal itu memperkenalkan pertanyaan baru tentang cara kerja internal dan ibadah gereja yang dimulai di 12:1? Rumus "sekarang tentang" tidak muncul antara 8:1 dan 12:1, tapi Anthony C. Thiselton berpendapat bahwa surat itu mengambil arah baru dengan kata-kata "[Sekarang] aku harus memuji kamu…" di 11:2.
Gambarannya adalah sebagai berikut: "tema pemersatu di belakang [8:1-11:1] adalah tentang kesabaran dalam kasih kepada saudara yang dianggap lebih lemah; di [11:2— 14:40] adalah tentang perilaku dalam konteks komunitas yang berhimpun untuk menyembah."1
Orang boleh saja merespons, dalam ketidaksepakatan dengan Thiselton, bahwa tema pemersatu dari 8:1-11:1 adalah respons Kristen yang tepat terhadap penyembahan berhala dan bahwa 11:2-34 membawa tema itu ke pelbagai bidang lain yang juga mencakup perhimpunan dan ibadah. Kepedulian kepada saudara yang lebih lemah tampaknya menjadi satu-satunya pertimbangan dalam larangan rasul itu terhadap makan daging di kuil berhala. Bahkan tudung kepala mungkin memiliki sesuatu yang berkaitan dengan penyembahan berhala.
Richard E. Oster, Jr., menyajikan penelitian yang cukup untuk menyatakan bahwa pertanyaan tentang tudung kepala timbul dari iklim agama tertentu di Korintus. Ia menyimpulkan bahwa nasihat Paulus tentang tudung kepala dan Perjamuan Tuhan berfungsi sebagai transisi yang cocok antara pertanyaan tentang daging yang dipersembahkan kepada berhala di dalam pasal 8 sampai 10 dan perilaku di dalam perhimpunan itu di dalam pasal 12 sampai 14.2
TFTWMS: 1Kor 11:1 - Teladan Paulus Teladan Paulus (1 Korintus 11:1)
1 Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus.
Ayat 1. Berdasarkan kesepakatan bersama, para...
Teladan Paulus (1 Korintus 11:1)
1 Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus.
Ayat 1. Berdasarkan kesepakatan bersama, para ekspositor Alkitab telah menyimpulkan bahwa ayat ini cocoknya berada di akhir pasal 10. Setelah rasul itu menegur gereja tentang makan daging yang dipersembahkan kepada berhala di kuil-kuil berhala, ia mendesak umat Kristen di Korintus untuk menjadi pengikut dia dalam memberikan kemuliaan kepada Allah dan tidak melukai perasaan orang Yahudi atau orang bukan Yahudi (lihat 4:16). Ia meminta jemaat di Filipi dan Tesalonika untuk berbuat seperti yang ia perbuat (Flp. 3:17; 4:9; 1 Tes. 1:6; 2 Tes. 3:9).
TFTWMS: 1Kor 11:1-16 - Orang Kristen Dan Kebiasaan Orang Kristen Dan Kebiasaan (1 Korintus 11:1-16)
Pertanyaan tentang tudung kepala berhubungan dengan pendengar khusus pada waktu dan tempat tertentu....
Orang Kristen Dan Kebiasaan (1 Korintus 11:1-16)
Pertanyaan tentang tudung kepala berhubungan dengan pendengar khusus pada waktu dan tempat tertentu. Bagi gereja Korintus, tudung kepala adalah suatu simbol. Penggunaan tudung kepala oleh mereka akhirnya menandakan suatu masalah yang lebih penting. Rasul Paulus mengharapkan kaum laki-laki mengambil peran kepemimpinan dalam ibadah dan kehidupan gereja. Ketika seorang perempuan tidak menudungi kepalanya atau seorang laki-laki menudungi kepalanya, praktik itu mengungkapkan pengabaian terhadap rencana Allah bagi kepemimpinan gereja. Sebagai komplikasi tambahan, penyembahan berhala mungkin telah meminta kaum laki-laki untuk mengenakan tudung kepala. Paulus menerima baik kebiasaan yang melambangkan kepemimpinan laki-laki; ia menolak kebiasaan yang memiliki sepertinya membiarkan praktik penyembahan berhala.
Nasihat Paulus untuk gereja Korintus mengajarkan umat Kristen modern hal-hal berikut ini: (1) Ketika suatu kebiasaan bersifat netral secara moral, orang percaya tidak salah dalam menghormati kebiasaan itu. (2) Kebiasaan sosial tidak dapat dipisahkan dari konteks yang dinyatakan yang di dalamnya kebiasaan itu diungkapkan. Sikap hormat atau kurangnya sikap hormat orang Kristen terhadap kebiasaan harus memperhitungkan pelbagai implikasi kebiasaan itu secara moral atau agama. (3) Kebiasaan sosial selalu memiliki nilai simbolik yang memperkuat dunia yang sopan, tertib di mana ajaran Kristus dapat berakar dan berkembang. (4) Sebagai orang Kristen, kita harus membela masalah moral dan agama yang penting. Menolak kebiasaan sosial untuk menunjukkan sikap pribadi atau untuk menegaskan kemandirian seseorang, dalam situasi yang terbaik, adalah tidak bijaksana dan dapat membahayakan kepentingan Kristus.
TFTWMS: 1Kor 11:2-3 - Kata Pengantar Paulus Kata Pengantar Paulus (1 Korintus 11:2, 3)
2 Aku harus memuji kamu, sebab dalam segala sesuatu kamu tetap mengingat akan aku dan teguh berpegang pada...
Kata Pengantar Paulus (1 Korintus 11:2, 3)
2 Aku harus memuji kamu, sebab dalam segala sesuatu kamu tetap mengingat akan aku dan teguh berpegang pada ajaran yang kuteruskan kepadamu. 3 Tetapi aku mau, supaya kamu mengetahui hal ini, yaitu Kepala dari tiap -tiap laki-laki ialah Kristus, kepala dari perempuan ialah laki-laki dan Kepala dari Kristus ialah Allah.
Ada dua fakta yang patut diperhatikan mengenai awal diskusi Paulus di dalam 11:2-16. Pertama, rasul itu pasti sedang membahas situasi khusus bagi gereja di Korintus, sebab tudung kepala tidak disebut di tempat lain di dalam Perjanjian Baru. Kedua, godaan bagi orang Kristen untuk berpegang teguh pada unsur-unsur berhala tertentu dalam budaya itu telah menjadi subjek surat itu, dimulai dengan 8:1. Sepertinya, tudung kepala itu ada hubungannya dengan cara orang Kristen di Korintus berhubungan dengan kebiasaan pagan.
Unsur-unsur lain dari kehidupan Korintus mungkin saja ikut menyumbangkan kebingungan tentang tudung kepala. Penting untuk memperhatikan lebih dulu bahwa yang menang dalam kehidupan sosial Korintus adalah moralitas bangsa Romawi, bukan bangsa Yunani. Pertimbangan lainnya adalah bahwa kaum laki-laki dan kaum perempuan Romawi mempraktikkan pemakaian sejenis kerudung di atas kepala ketika memuja para dewa. Selain itu, di kalangan Yahudi pemakaian kerudung di atas kepala memiliki konotasi ketundukan. Masih pertimbangan lainnya adalah bahwa suami/ ayah memiliki otoritas mutlak dalam keluarga dalam masalah yang berkaitan dengan agama. Akhirnya, kita harus ingat bahwa kaum laki-laki dan kaum perempuan biasanya tidak berbaur di dalam pertemuan umum keagamaan atau lainnya.
Dalam perhimpunan gereja, bagaimanapun, perempuan dan laki-laki berbaur bersama-sama, seperti yang pasal 14 jelaskan. Selain itu, mereka berhimpun di rumah-rumah pribadi, suatu pengaturan yang cocok bagi informalitas. Umat Kristen mengalami kebingungan dan pertikaian di dalam pelbagai perhimpunan gereja di Korintus mengenai penerapan norma-norma sosial yang pantas, khususnya adat istiadat yang mengatur perilaku terhormat kaum laki-laki dan kaum perempuan dalam lingkungan sosial yang bercampur. Penerapan iman Kristen menimbulkan ketegangan ketika kaum laki-laki dan kaum perempuan mencoba untuk menerapkan kebiasaan sosial saat itu terhadap persekutuan mereka sewaktu mereka menyembah Allah. Pertanyaan-pertanyaan itu memang sensitif dan melibatkan pendapat yang kuat.
Ayat 2. Ketika rasul Paulus mempersiapkan gereja Korintus untuk apa yang akan segera ia katakan, ia tahu bahwa kata-katanya tidak akan menyenangkan semua orang.
Ia mendekati subjek itu dengan hal-hal mendasar, dengan menyatakan pujian dan penghargaan untuk sikap hormat yang gereja itu telah tunjukkan kepada dirinya. Pertanyaan tentang tudung kepala telah muncul sebelumnya, dan sekarang umat Kristen di Korintus dapat mengingat apa yang Paulus telah ajarkan kepada mereka. Mereka sangat ingin mengikuti ajaran yang Paulus telah teruskan kepada mereka. Kata teguran apa saja yang mengikuti atau ajaran apa saja yang mereka tidak setuju akan dianggap ringan dalam terang penghargaannya kepada mereka.
Paulus tidak memperkenalkan pembahasannya tentang tudung kepala dengan kebiasaan "Sekarang tentang," tetapi dengan [Sekarang] aku memuji kamu. Oleh karena itu, petunjuk ini tampaknya masuk ke dalam kategori umum yang sama yang diperkenalkan di 8:1: "… tentang daging persembahan berhala." Meski tudung kepala tidak terkait langsung dengan pengorbanan kepada berhala, namun hal itu terkait dengan hidup sebagai orang Kristen di dalam budaya yang cenderung kepada penyembahan berhala. Orang Kristen perlu tahu cara berperilaku dalam keadaan ini. Mungkin tiga orang yang telah menyampaikan surat Korintus (16:17) telah juga mengungkapkan kepada Paulus masalah tudung kepala.
Ayat 3. Apa yang tepatnya Paulus maksudkan dengan kepala adalah masalah utama dalam membahas ayat ini. Pertama, dalam bahasa Inggris/Indonesia modern, "kepala" umumnya mengacu kepada kuasa atau otoritas pengendali: "Kepala" suatu perusahaan mungkin saja sebuah dewan direktur. Kedua, beberapa orang mengatakan bahwa kata itu tidak digunakan seperti itu di dunia kuno. "Kepala," menurut mereka, digunakan dalam pengertian suatu sumber, seperti "kepala sungai," atau kedudukan yang menonjol, seperti "kepala kelas." Dalam hal ini, yang dipertanyakan bukan otoritas Allah atas Kristus, juga bukan otoritas laki-laki atas perempuan. Sebaliknya, itu berkaitan dengan pentingnya kedudukan tertentu. Misalnya, penciptaan laki-laki muncul lebih dulu, disusul oleh penciptaan perempuan. Menurut pandangan ini, subjek Paulus itu lebih terkait dengan menutupi kepala sebagai tanda pentingnya laki-laki dalam penciptaan daripada pentingnya otoritas laki-laki atau ketundukan perempuan.
Oster berpendapat bahwa penggunaan khas Paulus atas kata "kepala" (kefalh, kephalē) dalam bagian ini menunjukkan bahwa ia menciptakan terminologi itu untuk membahas situasi di Korintus. Ia melanjutkan perkataannya,
Secara khusus, tidak di tempat lain manapun Paulus menggunakan istilah "kep ala" (kephalē) ini untuk menunjukkan hubungan antara Kristus dan setiap laki-lak i. Juga di tempat lain tidak ada bukti yang menguatkan penggunaan kata itu oleh Paulus untuk menggambarkan hubungan antara kaum laki-laki dan kaum perem-puan.3
Ia menambahkan dalam catatan kaki bahwa Efesus 5:21-33 adalah tentang suami dan istri, bukan hubungan yang lebih umum antara laki-laki dan perempuan. Namun begitu, orang mungkin bertanya-tanya, apakah hubungan suami dan istri dapat secara tepat dipisahkan dari hubungan laki-laki dan perempuan. Begitu hubungan laki-laki dan perempuan itu diklarifikasi, kesimpulan pastinya akan berlaku bagi laki-laki dan perempuan yang menikah dengan satu sama lain.
Klaim bahwa "kepala" tidak mengandung konotasi otoritas telah dengan penuh semangat diperdebatkan. Beberapa sarjana menawarkan bukti bahwa dunia Yunani-Romawi biasanya menggunakan "kepala" untuk mengatakan tentang orang yang berkuasa, misalnya, kepala pemerintahan. Joseph A. Fitzmyer memeriksa bukti-bukti dari LXX, tulisan-tulisan Philo dan Josephus, dan sumber-sumber lainnya. Ia menyimpulkan bahwa "seorang penulis Yahudi Helenistik seperti Paulus dari Tarsus bisa dengan tepatnya memaksudkan bahwa kefalh dalam 1 Kor. 11.3 dipahami sebagai 'kepala' dalam pengertian otoritas atau supremasi atas orang lain."4Orang boleh saja berpendapat bahwa kephalē dalam konteks tersebut mengacu kepada kedudukan yang menonjol dan tetap mempertahankan bahwa kadang-kadang itu berarti otoritas.
Interaksi sosial antara laki-laki dan perempuan dalam budaya Yunani jarang terjadi,5sehingga berada bersama-sama di dalam perhimpunan gereja mungkin terasa aneh bagi mereka (lihat 14:34). Tentunya timbul pertanyaan tentang peran mereka. Pertanyaan otoritas dan ketundukan terjalin dengan pertanyaan tentang bagaimana setiap anggota harus membantu mengasuh dan mengajar di gereja.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab) Penulis : Paulus
Tema : Masalah-Masalah Jemaat dan Pemecahannya
Tanggal Penulisan: Tahun 55/56
Latar Belakang
Korintus, sebuah...
Penulis : Paulus
Tema : Masalah-Masalah Jemaat dan Pemecahannya
Tanggal Penulisan: Tahun 55/56
Latar Belakang
Korintus, sebuah kota kuno di Yunani, dalam banyak hal merupakan kota metropolitan Yunani yang terkemuka pada zaman Paulus. Seperti halnya banyak kota yang makmur pada masa kini, Korintus menjadi kota yang angkuh secara intelek, kaya secara materi, dan bejat secara moral. Segala macam dosa merajalela di kota ini yang terkenal karena perbuatan cabul dan hawa nafsu.
Bersama dengan Priskila dan Akwila (1Kor 16:19) dan rombongan rasulinya sendiri (Kis 18:5), Paulus mendirikan jemaat Korintus itu selama delapan belas bulan pelayanannya di Korintus pada masa perjalanan misinya yang kedua (Kis 18:1-17). Jemaat di Korintus terdiri dari beberapa orang Yahudi tetapi kebanyakan adalah orang bukan Yahudi yang dahulu menyembah berhala. Setelah Paulus meninggalkan Korintus, berbagai macam masalah timbul dalam gereja yang masih muda itu, yang memerlukan wewenang dan pengajaran rasulinya melalui surat-menyurat dan kunjungan pribadi.
Surat 1 Korintus ditulis selama tiga tahun pelayanannya di Efesus (Kis 20:31) pada waktu perjalanan misinya yang ketiga (Kis 18:23--21:16). Berita mengenai masalah-masalah jemaat di Korintus terdengar oleh Paulus di Efesus (1Kor 1:11); setelah itu utusan dari jemaat Korintus (1Kor 16:17) menyampaikan sepucuk surat kepada Paulus yang memohon petunjuknya atas berbagai persoalan (1Kor 7:1; bd. 1Kor 8:1; 1Kor 12:1; 1Kor 16:1). Sebagai tanggapan atas berita dan surat yang diterimanya dari Korintus, Paulus menulis surat ini.
Tujuan
Paulus memiliki dua alasan pokok dalam pikirannya ketika ia menulis surat ini:
- (1) Untuk membetulkan masalah yang serius dalam jemaat di Korintus yang telah diberitahukan kepadanya. Hal-hal ini meliputi pelanggaran yang dianggap remeh oleh orang Korintus, tetapi dianggap oleh Paulus sebagai dosa serius.
- (2) Untuk memberikan bimbingan dan instruksi atas berbagai pertanyaan yang telah ditulis oleh orang Korintus. Hal-hal ini meliputi soal doktrin dan juga perilaku dan kemurnian sebagai perorangan dan sebagai jemaat.
Survai
Surat kiriman ini menangani macam persoalan yang dialami oleh gereja yang para anggotanya tetap hidup "duniawi" (1Kor 3:1-3) dan tidak secara tegas memisahkan diri dari masyarakat di sekelilingnya yang menyembah berhala (2Kor 6:17) - masalah seperti sifat memecah belah (1Kor 1:10-13; 1Kor 11:17-22), toleransi terhadap dosa seperti perzinaan (1Kor 5:1-13), kebejatan seksual pada umumnya (1Kor 6:12-20), perkara hukum sekular antara orang Kristen (1Kor 6:1-11), pikiran manusiawi tentang kebenaran rasuli (pasal 15; 1Kor 15:1-58) dan perselisihan mengenai "kemerdekaan Kristen" (pasal 8, 10; 1Kor 8:1-13; 1Kor 10:1-33). Paulus juga menasihati orang Korintus tentang perkara yang berkaitan dengan hal membujang dan perkawinan (pasal 7; 1Kor 7:1-40), ibadah bersama, termasuk Perjamuan Kudus (pasal 11-14; 1Kor 11:1--14:40), dan pengumpulan uang bagi orang-orang kudus di Yerusalem (1Kor 16:1-4).
Antara berbagai kebenaran yang paling penting dari surat 1 Korintus terdapat pengajaran Paulus mengenai manifestasi karunia Roh Kudus dalam konteks ibadah bersama (pasal 12-14; 1Kor 12:1--14:40). Lebih dari lain tempat dalam PB, pasal-pasal ini memberikan pemahaman terhadap sifat dan unsur-unsur ibadah dalam gereja mula-mula (bd. 1Kor 14:26-33). Paulus menunjukkan bahwa maksud Allah bagi gereja meliputi berbagai manifestasi Roh yang terjadi melalui orang percaya yang setia (1Kor 12:4-10) dan orang-orang yang dipanggil untuk pelayanan-pelayanan tertentu (1Kor 12:28-30) -- keanekaragaman dalam kesatuan yang disamakan dengan banyaknya fungsi dari tubuh manusia (1Kor 12:12-27). Ketika memberikan pedoman bagi fungsi bersama karunia rohani, Paulus membuat suatu perbedaan yang penting antara hal membangun pribadi dan hal membangun segenap anggota (1Kor 14:2-6,12,16-19,26), dengan menegaskan bahwa semua manifestasi dan karunia yang bersifat umum harus mengalir keluar dari kasih (pasal 13; 1Kor 13:1-13) dan berada demi pembangunan orang percaya yang sedang berhimpun (1Kor 12:7; 1Kor 14:4-6,26).
Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai surat ini:
- (1) Surat ini paling berpusat pada persoalan dibandingkan dengan kitab lain dalam PB. Dalam menangani berbagai masalah dan perkara di Korintus, Paulus memberikan prinsip rohani yang jelas dan kekal (lih. Garis Besar), di mana setiap prinsip itu dapat diterapkan secara menyeluruh dalam seluruh jemaat (mis. 1Kor 1:10; 1Kor 6:17,20; 1Kor 7:7; 1Kor 9:24-27; 1Kor 10:31-32; 1Kor 14:1-10; 1Kor 15:22-23).
- (2) Secara menyeluruh ditekankan kesatuan jemaat lokal sebagai tubuh Kristus, suatu fokus yang ada dalam pembahasan tentang perpecahan, Perjamuan Kudus, dan karunia-karunia rohani.
- (3) Surat ini berisi pengajaran PB yang paling luas mengenai berbagai pokok penting seperti pembujangan, perkawinan dan nikah ulang (pasal 7; 1Kor 7:1-40); Perjamuan Kudus (1Kor 10:16-21; 1Kor 11:17-34); berkata-kata dengan bahasa Roh, nubuat, dan karunia rohani dalam perhimpunan bersama (pasal 12, 14; 1Kor 12:1-31; 1Kor 14:1-40); kasih agape (pasal 13; 1Kor 13:1-13); dan kebangkitan tubuh (pasal 15; 1Kor 15:1-58).
- (4) Surat ini memberikan hikmat yang tak ternilai untuk pengawasan para gembala sidang berhubungan dengan disiplin gereja (pasal 5; 1Kor 5:1-13).
- (5) Surat ini menekankan adanya kemungkinan untuk undur dari iman oleh mereka yang berkanjang dalam perilaku yang tidak benar dan tidak berpegang kepada Kristus dengan sungguh-sungguh (1Kor 6:9-10; 1Kor 9:24-27; 1Kor 10:5-12,20-21; 1Kor 15:1-2).
Full Life: 1 Korintus (Garis Besar) Garis Besar
Pendahuluan
(1Kor 1:1-9)
I. Pembahasan Masalah-Masalah yang Telah Diberitahukan kepada Paulus
(1Kor 1:10-6:20)
...
Garis Besar
- Pendahuluan
(1Kor 1:1-9) - I. Pembahasan Masalah-Masalah yang Telah Diberitahukan kepada Paulus
(1Kor 1:10-6:20) - A. Perpecahan dalam Jemaat
(1Kor 1:10-4:21) - 1. Empat Golongan
(1Kor 1:10-17) - 2. Penyebab Perpecahan
(1Kor 1:18-4:5) - a. Suatu Pandangan yang Salah Mengenai Hikmat
(1Kor 1:18-3:4) - b. Suatu Pandangan yang Salah Mengenai Pelayanan Kristen
(1Kor 3:5-4:5) - 3. Imbauan untuk Berdamai
(1Kor 4:6-21)
Prinsip: Jemaat sebagai tubuh Kristus (bd. 1Kor 12:12-20) tidak
boleh terpecah-belah menjadi bagian-bagian yang terpisah
(1Kor 1:10,13) - B. Masalah-Masalah Moral dalam Jemaat
(1Kor 5:1-6:20) - 1. Masalah Perzinaan dan Disiplin Gereja
(1Kor 5:1-13) - 2. Masalah Perkara-Perkara Hukum Sekular di Antara Orang-Orang Kristen
(1Kor 6:1-11) - 3. Masalah Kebejatan Seksual
(1Kor 6:12-20)
Prinsip: Kamu yang telah dipersatukan dengan Tuhan, hendaknya
berperilaku baik supaya membawa hormat bagi Dia
(1Kor 6:17,20) - II. Jawaban Terhadap Pertanyaan yang Ditulis Dalam Surat dari Jemaat Korintus
(1Kor 7:1-16:9) - A. Pertanyaan Mengenai Perkawinan
(1Kor 7:1-40) - 1. Perkawinan dan Hal Hidup Membujang
(1Kor 7:1-9) - 2. Tanggung Jawab Kristen dalam Perkawinan
(1Kor 7:10-16) - 3. Prinsip Kepuasan Hati
(1Kor 7:17-24) - 4. Nasihat kepada Orang yang Tidak Menikah
(1Kor 7:25-38) - 5. Pengarahan Tentang Nikah Ulang
(1Kor 7:39-40)
Prinsip: Allah memberikan sebagian orang karunia menjadi seorang
suami atau istri; kepada orang lainnya, Ia berikan karunia
untuk tinggal membujang demi kepentingan kerajaan-Nya
(1Kor 7:7,32) - B. Pertanyaan Mengenai Penggunaan Kemerdekaan Kristen
(1Kor 8:1-11:1) - 1. Masalah Makanan yang Dipersembahkan kepada Berhala
(1Kor 8:1-13) - 2. Disiplin Paulus dalam Menggunakan Kemerdekaannya
(1Kor 9:1-27) - 3. Peringatan Terhadap Percaya Diri yang Berlebih-lebihan
(1Kor 10:1-13) - 4. Ketidaksesuaian Pesta Penyembahan Berhala dengan Meja Tuhan
(1Kor 10:14-23) - 5. Beberapa Prinsip Umum dan Nasihat Praktis
(1Kor 10:24-11:1)
Prinsip: Lakukan segala sesuatu untuk membawa kemuliaan kepada
Allah; jangan melakukan sesuatupun yang bisa menyebabkan
orang lain tersandung (1Kor 10:31-32) atau mungkin saudara
didiskualifikasi dari pertandingan (1Kor 9:24-27) - C. Pertanyaan Mengenai Ibadah Bersama
(1Kor 11:2-14:40) - 1. Tudung Kepala Wanita dalam Jemaat
(1Kor 11:2-16) - 2. Sikap dalam Mengikuti Perjamuan Tuhan
(1Kor 11:17-34) - 3. Karunia-Karunia Rohani
(1Kor 12:1-14:40)
Prinsip: Segala sesuatu harus dilakukan secara sopan dan teratur
(1Kor 14:40) - D. Pertanyaan Mengenai Kebangkitan
(1Kor 15:1-58) - 1. P. Bagaimana Mungkin Ada Orang yang Mengatakan Bahwa Tidak Ada
Kebangkitan Orang Mati? (1Kor 15:12) - J. Kepastian Kebangkitan
(1Kor 15:1-34) - 2. P. Bagaimanakah Orang Mati Dibangkitkan? Dan dengan Tubuh Apakah
Mereka Akan Datang Kembali? (1Kor 15:35) - J. Sifat Tubuh Kebangkitan
(1Kor 15:35-57) - 3. Kesimpulan Terhadap Pertanyaan Itu
(1Kor 15:58)
Prinsip: Kebangkitan Kristus dari kematian menjamin kebangkitan
mereka yang menjadi milik Kristus ketika Ia datang kembali
(1Kor 15:22-23) - E. Pertanyaan Mengenai Pengumpulan Uang bagi Orang Kudus
(1Kor 16:1-9) - Pengarahan-Pengarahan Akhir
(1Kor 16:10-24)
Matthew Henry: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab)
Korintus adalah sebuah kota Yunani yang terpenting di bagian wilayah khusus Yunani yang disebut Akhaya. Kota ini terletak di atas sebuah daratan me...
- Korintus adalah sebuah kota Yunani yang terpenting di bagian wilayah khusus Yunani yang disebut Akhaya. Kota ini terletak di atas sebuah daratan memanjang sempit yang menghubungkan wilayah semenanjung Peloponesus dengan wilayah Yunani lainnya di bagian Selatan. Kota ini memiliki dua pelabuhan yang berhubungan. Pelabuhan yang pertama terletak di bagian bawah Teluk Korintus yang dinamakan Lekheum, tidak jauh dari pusat kota, dari tempat itu mereka berniaga sampai ke Italia dan negeri-negeri di sebelah Barat lainnya. Pelabuhan satunya terletak di bagian bawah Sinus Saronikus, yang disebut Kengkrea, yang letaknya sedikit lebih jauh, dari tempat itu mereka berdagang ke arah Asia. Melihat keadaan ini, tidak heran kalau Korintus berkembang menjadi sebuah kota perniagaan yang besar dan sangat makmur. Karena kayanya, kota ini cenderung menghasilkan barang-barang mewah dari berbagai jenis, dan tidak heran jika tempat yang begitu terkenal akan kekayaan dan seni itu juga menjadi terkenal akan kebejatannya. Secara khusus kota ini terkenal karena percabulannya. Begitu terkenalnya percabulan di kota itu, sehingga perkataan perempuan Korintus diartikan dalam sebuah pepatah sebagai “pelacur.” Kata korinthiazein, korinthiasesthai, yaitu mempermainkan orang Korintus, maksudnya melacur atau bersundal. Namun, di dalam kota yang cabul inilah Rasul Paulus, oleh berkat Allah atas pekerjaan-pekerjaannya, menanam dan mendirikan sebuah jemaat Kristen, khususnya di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi. Melihat sejarahnya, mungkin sekali ini yang dikisahkan dalam Kisah Para Rasul 18:1-18. Bandingkan dengan beberapa bagian dari surat kerasulan ini, khususnya pasal 12:2, di mana Rasul Paulus berkata kepada mereka, Kamu tahu, bahwa pada waktu kamu belum mengenal Allah, kamu tanpa berpikir ditarik kepada berhala-berhala yang bisu, walaupun sangat mungkin banyak juga orang-orang Yahudi yang bertobat dan percaya kepada Injil ada di antara mereka, sebab kita tahu bahwa Krispus, kepala rumah ibadat itu, menjadi percaya kepada Tuhan bersama-sama dengan seisi rumahnya (Kis. 18:8). Selanjutnya rasul Paulus masih tinggal di kota ini sampai hampir dua tahun lamanya, sebagaimana dijelaskan di dalam Kisah Para Rasul 18:11 dan kemudian bandingkan dengan ayat 18. Pekerjaannya sangat berhasil karena dikuatkan dengan suatu penglihatan ilahi yang meyakinkan dia bahwa Allah memiliki banyak umat di kota ini (Kis. 18:9-10). Ia juga tidak biasa tinggal lama di suatu tempat di mana pelayanannya tidak diterima dan tidak berhasil.
- Beberapa waktu kemudian, setelah ia meninggalkan mereka, ia menulis surat kerasulan ini kepada mereka. Dengan surat tersebut ia hendak mengairi apa yang telah ia tanam dan memperbaiki beberapa kekacauan besar yang terjadi selama ia tidak berada di sana. Kekacauan itu sebagian ditimbulkan oleh kepentingan sejumlah pengajar palsu yang ada di antara mereka, dan sebagian lagi karena pengaruh lama dari perilaku dan pengajaran lama mereka yang sebenarnya belum tersingkir sepenuhnya oleh asas-asas Kristen yang mereka pegang. Dari beberapa kesalahan yang ditegur oleh Rasul Paulus, sangat jelas kelihatan bagaimana kemakmuran mereka berperan dalam menghancurkan akhlak mereka. Kesombongan, ketamakan, kemewahan, dan hawa nafsu (turunan alamiah dari pikiran duniawi dan rusak), semuanya disuburkan dan didorong oleh kekayaan jasmaniah. Dengan semua ini seluruh jemaat atau beberapa orang tertentu di antara mereka ditegur oleh Rasul Paulus. Kesombongan mereka terungkap dengan sendirinya di dalam pesta-pesta dan kelompok-kelompok mereka, serta ketidaktertiban mereka yang terkenal buruk di dalam menggunakan karunia-karunia rohaniah mereka. Kebejatan ini tidak sepenuhnya disuburkan oleh kemakmuran mereka, tetapi juga oleh pikiran mereka yang dipengaruhi oleh pengajaran dan filsafat Yunani. Beberapa naskah kuno menunjukkan kepada kita bahwa kota ini dipenuhi oleh orang-orang ahli pidato dan ahli-ahli filsafat. Orang-orang ini dari sifat pembawaannya itu sudah melakukan kesia-siaan, penuh dengan kesombongan diri, dan suka me rendahkan ajaran Injil yang sudah sangat jelas, karena dianggap tidak dapat memuaskan rasa ingin tahu dan watak mereka yang suka berbantah, serta tidak dapat menyenangkan telinga mereka dengan pidato-pidato yang berseni disertai aliran kata-kata yang indah. Keserakahan mereka diwujudkan di dalam berbagai gugatan hukum dan tuntutan perkara tentang meum – hakku, dan tuum – hakmu, di hadapan hakim-hakim yang tidak mengenal Allah. Kemewahan mereka tampak dalam berbagai hal, di dalam pakaian-pakaian mereka, di dalam pesta makan minum mereka yang berlebihan, bahkan juga di dalam perjamuan Tuhan yang mereka selenggarakan, karena orang-orang kaya, yang lemah dalam perkara ini, juga bersalah, sebab dengan berbuat begitu mereka dengan angkuh telah menghina dan berbuat jahat terhadap saudara-saudara mereka yang miskin. Hawa nafsu mereka bahkan merebak di dalam perbuatan yang paling mencolok dan keji, yang belum pernah disebut-sebut di antara bangsa-bangsa lain, tidak pernah dibicarakan tanpa diikuti oleh rasa kebencian, yaitu bahwa ada seorang laki-laki yang hidup dengan istri ayahnya, sebagai istrinya, atau melakukan perbuatan cabul dengan perempuan itu. Tampaknya hal ini memang merupakan kesalahan dari satu orang tertentu, namun jemaat secara keseluruhan disalahkan karena tidak menunjukkan rasa kebencian yang mendalam terhadap perbuatan itu, sehingga jemaat membiarkan begitu saja kejahatan akhlak yang sangat rusak dan perilaku yang begitu memalukan di antara mereka. Keterlibatan mereka di dalam dosa orang ini akan menjadi semakin besar, seperti yang dituliskan di dalam beberapa naskah kuno, jika mereka berbangga diri dengan pengajaran dan kefasihan orang yang melakukan percabulan dengan anggota keluarga sendiri itu. Tampak jelas dari bagian-bagian lain surat kerasulan ini bahwa mereka tidak sepenuhnya bebas dari kecenderungan lama mereka untuk berbuat cabul, sehingga merasa tidak perlu terlampau ketat untuk berjaga-jaga dan menegur percabulan itu dengan keras (lihat 6:9-20). Kesombongan atas pengetahuan mereka juga membawa banyak orang di antara mereka untuk menjadi tidak percaya dan membantah pengajaran mengenai kebangkitan. Sangat mungkin bahwa mereka memperlakukan pertanyaan ini sebagai suatu bahan perdebatan, seperti yang banyak mereka lakukan dalam berfilsafat, dan menguji keterampilan mereka dengan memperdebatkannya untuk mendukung dan menentang.
- Dari banyak hal yang dinyatakan di sini, tampak bahwa ada banyak hal yang memang pantas untuk dicela dan perlu diperbaiki di dalam jemaat ini. Di bawah tuntunan dan pengaruh Roh Kudus, Rasul Paulus menempatkan dirinya untuk melakukan kedua hal itu dengan kebijaksanaan dan kesetiaan sepenuhnya, serta dengan campuran kelemahlembutan dan kewenangan yang semestinya, seperti layaknya seorang yang begitu ditinggikan dan menduduki kedudukan yang penting di dalam jemaat. Setelah pendahuluan yang singkat di bagian permulaan surat kerasulan ini, pertama-tama Rasul Paulus menegur adanya perselisihan dan perpecahan di antara mereka, menjelaskan asal-usul dan sumbernya, menunjukkan kepada mereka betapa sombong dan sia-sianya kebohongan ilmu dan pengetahuan serta kefasihan lidah dari rayuan pengajar-pengajar palsu yang turut menimbulkan perpecahan yang memalukan itu. Ia juga meminta perlunya kepatuhan kepada perintah-perintah ilahi, pengajaran Allah melalui Roh-Nya, baik melalui pewahyuan dari luar maupun pencerahan dari dalam sebagai penangkal terhadap kejahatan yang memenuhi mereka. Paulus menunjukkan kesia-siaan dari ilmu pengetahuan dan kefasihan mereka dalam banyak hal. Ini ia lakukan melalui empat pasal pertama. Pada pasal yang kelima, ia membicarakan perkara orang yang berbuat cabul dengan anggota keluarganya, dan memerintahkan supaya orang itu dijauhkan dari antara mereka. Seperti yang dikatakan berbagai catatan kuno, sangatlah mungkin bahwa orang yang berbuat cabul ini adalah seorang pembesar dan menjadi kepala dari salah satu kelompok yang setidaknya ada di antara mereka. Tampaknya Rasul Paulus menuduh mereka merasa bangga dengan perbuatan orang ini (ay. 2). Di dalam pasal yang keenam Rasul Paulus menyalahkan tindakan mereka yang membawa tuntutan-tuntutan hukum ke hadapan hakim-hakim yang tidak mengenal Allah, sementara perselisihan mereka mengenai harta milik sebenarnya dapat diputuskan dengan baik di antara mereka sendiri. Di dalam bagian penutup pasal ini ia memperingatkan mereka akan dosa percabulan, dan ia mendesakkan peringatan-peringatannya dengan berbagai pesan. Di dalam pasal yang ketujuh, ia memberikan nasihat atas sebuah perkara yang menyangkut hati nurani, yang pernah ditanyakan oleh beberapa orang dari jemaat itu di dalam sebuah surat, yaitu mengenai perkawinan. Ia menunjukkan bahwa perkawinan telah ditentukan oleh Allah sebagai penangkal terhadap percabulan, bahwa ikatan perkawinan itu tidak boleh dibatalkan, walaupun seorang suami atau istri tetap menjadi orang yang tidak percaya kepada Allah, sementara pasangannya telah menjadi seorang Kristen. Singkatnya, Kekristenan tidak melakukan perubahan atas keadaan dan hubungan hak perseorangan. Di sini ia juga memberikan beberapa petunjuk mengenai para gadis, sebagai jawaban atas pertanya-an-pertanyaan orang Korintus. Di dalam pasal yang kedelapan ia mengatur mereka tentang daging yang dipersembahkan kepada berhala, dan memperingatkan mereka supaya tidak menyalahgunakan kebebasan Kristen mereka. Dari hal ini ia juga mengambil kesempatan untuk sedikit membicarakan pengaturannya sendiri atas pokok bahasan mengenai kebebasan ini. Sebab, walaupun ia dapat menuntut biaya hidup dari jemaat-jemaat yang ia layani, ia melepaskan haknya atas tuntutan ini, supaya ia boleh memberitakan Injil tanpa upah, dan di samping itu mematuhi dan menyesuaikan diri dengan perasaan dan keadaan orang-orang yang ia layani, demi kebaikan mereka. Pada pasal yang kesepuluh, sesuai dengan contoh yang diambil dari orang-orang Yahudi, ia melarang mereka supaya jangan menjalin persekutuan dengan para penyembah berhala dengan cara memakan persembahan-persembahan mereka. Sebab pada waktu yang bersamaan mereka tidak dapat memperoleh bagian dalam perjamuan Tuhan dan sekaligus juga dalam perjamuan roh-roh jahat. Memang mereka tidak perlu mempersoalkan daging yang dijual di pasar daging, atau atas segala sesuatu yang dihidangkan di hadapan mereka dalam pesta yang diadakan oleh orang-orang yang tidak percaya, apakah makanan itu merupakan bagian dari persembahan kepada berhala atau tidak, mereka bebas untuk makan tanpa bertanya mengenai itu. Di dalam pasal yang kesebelas ia memberi petunjuk mengenai kebiasaan mereka di dalam kebaktian umum, menyalahkan ketidakteraturan dan kekacauan mereka yang memalukan dalam menerima perjamuan Tuhan. Dengan sungguh-sungguh ia memperingatkan mereka akan penyalahgunaan ketetapan yang sangat kudus ini. Di dalam pasal kedua belas ia membahas karunia-karunia Roh, yang dicurahkan dengan limpah kepada jemaat ini, di mana tidak sedikit mereka merasa ditinggikan. Di dalam pasal ini ia memberi tahu mereka bahwa semua karunia berasal dari sumber yang sama, dan semuanya ditujukan kepada maksud yang sama. Karunia-karunia itu datang dari Roh yang satu dan dimaksudkan untuk mendatangkan kebaikan bagi jemaat, dan jika tidak dipakai untuk melayani sesuai dengan tujuan ini, berarti karunia itu telah disalahgunakan. Pada bagian penutup pasal ini ia memberitahukan mereka bahwa karunia-karunia itu memang sesungguhnya adalah karunia yang sangat berharga, namun ia menunjukkan kepada mereka sesuatu yang jauh lebih utama lagi, yang ia uraikan di dalam pasal ketiga belas, untuk memuji dan menghargai perbuatan kasih. Dan kemudian, di dalam pasal keempat belas ia mengajarkan kepada mereka bagaimana menjaga kesopanan dan ketertiban di dalam jemaat di dalam menggunakan karunia-karunia Roh mereka, yang tampaknya telah menjadi sangat kacau karena kesombongan mereka atas karunia-karunia itu dan kesia-siaan yang mereka lakukan dengan cara memamerkan semua karunia itu. Pasal kelima belas digunakan untuk menegaskan dan menjelaskan pengajaran yang agung mengenai kebangkitan. Pasal terakhir terdiri atas beberapa nasihat khusus dan salam, dan dengan demikian surat kerasulan ini ditutup.
Jerusalem: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab) SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal da...
SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal dari pada tokoh-tokoh lain dalam Perjanjian Baru. Kedua sumber, yang masing-masing berdiri sendiri ini saling menguatkan dan melengkapi, meskipun ada kelainan-kelainan dalam soal-soal kecil. Kita malahan dapat menyusun suatu kronologi riwayat hidup Paulus secara lebih kurang teliti, karena bertepatannya beberapa peristiwa dalam riwayat hidup Paulus dengan kejadian-kejadian yang kita ketahui menurut ilmu sejarah, seperti waktunya Galio menjabat prokonsul di Korintus, Kis 18:12, dan tahun Festus menggantikan Feliks, Kis 24:27-25:1, sebagai wali negeri di Palestina.
Paulus dilahirkan di Tarsus di Kilikia, Kis 9:11; 21:39; 22:3, kira-kira tahun 10 Mas. dari keluarga Yahudi suku Benyamin, Rom 11:1; Flp 3:5 dan yang telah menjadi warga negara Roma, Kis 16:37 dst; 22:25-28; 23:27. Semasa mudanya Paulus dididik di Yerusalem oleh Gamaliel yang memberinya pengajaran mendalam tentang agama Yahudi sesuai dengan ajaran mazhad agama Kristen yang baru muncul, Kis 22:4 dst; 26:9-12; Gal 1:13; Flp 3:6, dan berurusan dengan pembunuhan atas diri Stefanus, Kis 7:58; 22:20; 26:10. Tetapi kira-kira tahun 34 seluruh hidup Paulus yang sedang di perjalanan ke kota Damsyik dirubah oleh penampakan Yesus yang telah bangkit dari alam maut. Tuhan yang bangkit menyatakan kepadanya benarnya agama Kristen dan bahwa tugasnya yang khas ialah mewartakan Injil kepada orang- orang bukan Yahudi, Kis 9:3-16 dsj; Gal 1:12, 15 dst; Ef 3:2. Sejak saat itu Paulus merelakan hidupnya untuk mengabdi Kristus, yang secara pribadi telah "menangkapnya" untuk dijadikan pengikutNya, Fil 3:12. Sesudah tinggal beberapa lamanya di Arabia, Paulus kembali ke Damsyik, Gal 1:17, dan mulai mewartakan Kristus di sana, Kis 9:20.
Sesudah sebentar mengunjungi Yerusalem, Gal 1:18; Kis 9:26-29, maka dalam tahun 39 Paulus pergi ke Siria dan Kilikia, Gal 1:21; Kis 9:30, sampai Barnabas mengajaknya kembali ke Antiokhia, di mana mereka mengajar bersama, Kis11:25 dst dan lihat 9:27. Dalam perjalanannya yang pertama (th 45-49) ke Siprus, Pamfilia, Pisidia dan Likaonia, Kis 13-14, Saulus mulai menggunakan nama Yunani-Latinnya Paulus untuk mengganti nama Yahudinya, yakni Saul, Kis 13:9. Karena berkarya dengan lebih baik, maka Paulus menyisihkan Barnabas, Kis 14:12. Dalam tahun 49, jadi empat belas tahun sudah bertobat, Gal 2:1, Paulus naik ke Yerusalem untuk ikut serta dalam "Konsili Para Rasul". Sebagian karena pengaruhnya Konsili itu menyetujui bahwa hukum Yahudi tidak mengikat orang-orang bukan Yahudi yang masuk Kristen, Kis 15; Gal 2:3-6. Tugas Paulus di antara orang-orang bukan Yahudi juga secara resmi diakui, Gal 2:7-9. Kemudian ia mengadakan perjalanan-perjalanan lagi. Perjalanan kedua (Kis 15:36-18:22) dan perjalanan ketiga (Kis 18:23 - Kis 21-17) masing-masing berlangsung dalam tahun 50-52 dan 55-58. Sehubungan dengan surat-surat Paulus perjalanan-perjalanan itu akan kita bicarakan lagi, oleh karena surat-suratnya itu ditulisnya justru selama di perjalanan-perjalanan itu. Tahun 58 ditahan di Yerusalem, Kis 21:27-23:22 dan dimasukkan ke dalam penjara sampai th 60, Kis 23:23-26. Dalam musim semi th 60 wali negeri Festus mengirimkannya ke Roma dengan pengawalan ketat, Kis 27:1-28:16. Sesudah di Roma di tahan dua tahun (th 61-63) Paulus dibebaskan karena tidak terbukti salah. Kemudian ia mungkin pergi ke negeri Spanyol, seperti yang direncanakannya, Rom 15:24, 28, tetapi surat-surat Pastoral (Tim, Tit) mengandaikan bahwa Paulus masih mengadakan perjalanan-perjalanan ke Timur. Penahanan Paulus yang kedua di Roma berakhir dengan kemartiran, sebagaimana diberitakan oleh tradisi yang paling tua; ini kiranya terjadi dalam th 67.
Kepribadian Paulus
Dari Kisah Para Rasul dan dari surat-surat Paulus juga mungkin mendapat gambaran jelas mengenai kepribadian dan perangai Sang Rasul.
Paulus adalah seorang yang semangatnya berapi-api dan yang dalam mengejar cita- citanya tidak tahu lelah atau menghitung jerih-payahnya. Pada pokoknya cita-cita Paulus ialah cita-cita keagamaan. Satu-satunya yang menjadi pusat perhatiannya ialah Allah. Dalam mengabdi Allah sebagai hamba setiawan ia menolak segenap kompromis dalam bentuk manapun. Itulah sebabnya maka mula-mula Paulus mengejar mereka yang dianggapnya sebagai bida'ah dan musuh Allah 1Tim 1:13; bdk Kis 24:5, 14, tetapi kemudian mewartakan Kristus, setelah berkat wahyu mengerti bahwa Dialah satu-satunya penyelamatan. Semangat yang tak bersyarat itu terungkap dalam kehidupan yang terdiri atas penyangkalan diri yang mutlak dan pengabdian kepada Dia yang dikasihi Paulus. Kerja keras dan lelah, haus, penderitaan, kemiskinan dan bahaya maut, 1Kor 4:9-13; 2Kor 4:8 dst; 6:4-10; 11:23-27, tidak dipedulikan sama sekali mana kala Paulus menunaikan tugas yang dianggapnya sebagai tanggung jawabnya 1Kor 9:16 dst. Tidak ada sesuatupun dari semuanya itu yang mampu memisahkan Paulus dari kasih Allah dan Kristus, Rom 8:35-39. Sebaliknya, semuanya itu dianggapnya barang berharga oleh karena menyerupai dirinya dengan Gurunya yang bersengsara dan tersalib, 2Kor 4:10 dst; Flp 3:10 dst. Kesadaran akan panggilannya yang tunggal membuat Paulus memiliki gairah akan yang luhur-luhur dan besar-besar. Kalau ia merasa dirinya bertanggung jawab akan semua jemaat, 2Kor 11:28; bdk Kol 1:24, dan berkata bahwa bekerja lebih dari pada yang lain-lain, 1Kor 15:10; bdk 2Kor 11:5, dan mengajak kaum beriman untuk mencontohnya, 2Tes 3:7+, maka keterangan semacam itu bukanlah kesombongan, melainkan kebanggaan orang suci yang rendah hati. Sebab Paulus juga mengakui dirinya sebagai yang paling hina di antara sekalian orang Kudus, 1Kor 15:9; Ef 3:8, karena telah menganiaya jemaat Allah; karya-karya besar yang dilaksanakannya dianggap berasal dari Tuhan yang berkarya di dalam dirinya, 1Kor 15:10; 2Kor 4:7; Flp 4:13; Kol 1:29; Ef 3:7.
Semangat hatinya yang halus nampak dalam sikap Paulus terhadap kaum beriman. Ia mempercayai sungguh-sungguh orang-orang Filipo yang masuk Kristen, Flp 1:7 dst; 4:10-20; ia menaruh perasaan mendalam terhadap jemaat di Efesus, Kis 20:17-38; hatinya memanas, kalau orang-orang beriman di Galatia membiarkan dirinya dibujuk untuk meninggalkan kepercayaan sejati, Gal 1:6; 3:1-3, dan ia sedih terkejut karena ketidak-tetapan hati yang sombong pada orang-orang di Korintus, 2Kor 12:11-13:10. Untuk menetapkan yang lincah-lincah Paulus tahu bagaimana bersikap ironi, 1Kor 4:8; 2Kor 11:7; 12:13, dan bahkan melontarkan teguran tegas, Gal 3:1-3; 4:11; 1Kor 3:1-3; 5:1-2; 6:5; 11:17-22; 2Kor 11:3 dst. Tetapi selalu hanya demi kebaikan kaum beriman, 2Kor 7:8-13. Dan segera Paulus memperlunak tegurannya dengan kehalusan hati yang penuh kasih sampai mengharukan hati, 2Kor 11:1-2; 12:14 dst : Bukankah hanya Pauluslah bapa mereka, 1Kor 4:14 dst; 2Kor 6:13; bdk 1Tes 2:11; Flm 10, bahkan ibu mereka, 1Tes 2:7; Gal 4:19? Maka segera pulih kembali hubungan-hubungan baik seperti dahulu, Gal 4:12-20; 2Kor 7:11-13.
Sesungguhnya Paulus tidak mau pertama-tama menegur kaum beriman, tetapi para lawan yang berusaha membujuk dan menyesatkan mereka: orang-orang Yahudi yang di mana-mana melawan dan menghalangi Paulus, Kis 13:45, 50; 14:2, 19; 17:5, 13; 18:6; 19:9; 21:27, ataupun orang-orang Kristen ke-Yahudian yang ingin membebankan kuk hukum Taurat pada mereka yang oleh Paulus direbut bagi Kristus, Gal 1:7; 2:4; 6:12 dst. Terhadap golongan-golongan itu Paulus tidak kenal ampun, 1Tes 2:15 dst; Gal 5:12; Flp 3:2. Gairah mereka yang sombong dan "kedagingan" dihadapi Paulus dengan daya rohani sejati yang menyatakan diri melalui kepribadiannya yang lemah, 2Kor 10:1-12:2, dan dengan sikap jujurnya yang membuktikan Paulus tidak mencari keuntungan sendiri, Kis 18:3. Ada sementara orang yang berkata bahwa para lawan Paulus ialah para rasul di Yerusalem. Tetapi pendapat itu tidak dapat dibuktikan. Terlebih-lebih lawan Paulus itu Yalah orang-orang Yahudi yang masuk Kristen dan ingin memaksakan adat-kebiasaan sendiri kepada orang-orang lain. Mereka menyalah-gunakan nama Petrus, 1Kor 1:12, dan Yakobus, Gal 2:12 untuk menurunkan kweibawaan Paulus. Sebaliknya, Paulus sendiri selalu menghormati wewenang para rasul sejati, Gal 1:18; 2:2, walaupun mempertahankan bahwa sebagai saksi Kristus setra dengan merek, Gal 1:11 dst; 1Kor 9:1; 15:8-11. Kalaupun terjadi bahwa sehubungan dengan perkara tertentu Paulus menentang Petrus, Gal 2:11-14, namun Paulus selalu menyatakan dirinya orang yang suka berdamai, Kis 21:18-26. Dengan seksama ia mengorganisasi pengumpulan dana untuk orang-orang Kristen yang miskin di Yerusalem, Gal 2:10, karena ia beranggapan ini jaminan paling baik bagi persatuan antara orang-orang Kristen bekas kafir dengan Jemaat Induk di Yerusalem, 2Kor 8:14; 9:12-13; Rom 15:26 dst.
Paulus sebagai Pewarta Injil
Pewartaan Paulus pertama-tama kerigma rasuli, Kis 2:22+, Kerigma itu ialah: pemberitaan tentang Yesus yang telah disalibkan tapi dibangkitkan dari alam maut, sesuai dengan Kitab Suci, 1Kor 2:2; 5:3-4; Gal 3:1. Apa yang disebutkan Paulus sebagai "Injilku", Rom 2:16; 16:25, sesungguhnya bukanlah Injilnya sendiri, melainkan Injil yang umum dipercaya, Gal 1:6-9; 2:2; Kol 1:5-7, tetapi khususnya disesuaikan dengan dan diterapkan pada pertobatan orang-orang bukan Yahudi, Gal 1:16; 2:7-9, sehaluan dengan kebijaksanaan universalis yang sudah dimulai di Anthiokhia. Paulus setia pada tradisi rasuli yang ada kalanya dikutip olehnya, 1Kor 12:23-25; 15:3-7, dan selalu diandaikannya; sudah barang tentu tradisi rasuli itu sangat berjasa bagi Paulus. Meskipun kiranya tidak pernah melihat Yesus selama hidupNya di dunia ini, bdk 2Kor 5:16+, namun Paulus sangat mengenal ajaranNya, 1Tes 4:15; 1Kor 7:10 dst; Kis 20:35. Selebihnya ia juga seorang saksi langsung dan keyakinannya yang tak tergoncangkan itu berdasar sebuah pengalaman pribadi: sebab iapun "melihat" Kristus, mula-mula di dekat Damsyik, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8; dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 22:17-21, Ia telah mengalami penglihatan- penglihatan dan pernyataan-pernyataan Tuhan, 2Kor 12:1-4. Maka apa yang diterimanya dari tradisi itu sungguh-sungguh dapat dianggapnya sebagai pemberitahuan langsung oleh Tuhan, Gal 1:12; 1Kor 12:23.
Ada kalanya orang berkata bahwa pengalaman-pengalaman mistik tersebut disebabkan oleh temperamen yang berlebih-lebihan dan sakit-sakitan. Tetapi dugaan itu tidak mempunyai dasar sedikitpun. Memanglah Paulus kena penyakit di Galatia, Gal 4:13- 15, tetapi penyakit itu kiranya tidak lain kecuali serangan malaria, sedangkan "duri dalam daging", 2Kor 12:7, boleh jadi permusuhan terus menerus dari pihak orang-orang Yahudi, kaum sebangsanya "secara jasmani", Rom 9:3. Paulus ternyata tidak mempunyai daya khayal yang berlebih-lebihan mengingat sedikit-sedikitnya gambaran lazim yang ia pakai: gelanggang pertandingan, 1Kor 9:24-27; Flp 3:12- 14; 2Tim 4:7 dst, laut, Ef 4:14, pertanian, 1Kor 3:6-8, dan bangunan, 1Kor 3:10- 17; Rom 15:20; Ef 2:20-22; kedua gambar terakhir suka digabungkan serta dicampur-adukkannya, 1Kor 3:9; Kol 2:7; Ef 3:17; bdk Kol 2:19; Ef 4:16. Paulus nampaknya lebih-lebih seorang intelektuil. Hati yang berapi-api bersatu-padu dengan akal jernih dan tidak segera puas; akal yang dengan teliti membentangkan kepercayaan Kristen sesuai dengan kebutuhan para pendengar. Berkat sifat Paulus itulah kita mendapat ulasan-ulasan yang mengagumkan sekitar kerigma dan yang bersesuaian dengan keadaan nyata. Sudah barang tentu jalan pikiran Paulus itu bukanlah jalan pikiran manusia dewasa ini. Ada kalanya Paulus mengemukakan dalil-dalilnya seperti para rabi mengemukakannya dan sesuai dengan metode penafsiran yang diterima Paulus dari lingkungan serta pendidikannya (misalnya: 3:16; 4:21-31). Tetapi bakat Paulus mendobrak warisan tradisionil yang terbatas itu. Dan melalui saluran-saluran yang bagi kita kurang lebih ketinggalan zaman Paulus mengalirkan suatu pengajaran yang mendalam.
Memanglah Paulus adalah seorang Yahudi, tetapi seorang Yahudi yang memiliki bagian kebudayaan Yunani cukup besar. Mungkin ini mulai diperolehnya semasa mudanya di Tarsus dan kemudian di perkaya karena Paulus sering berjumpa dengan dunia Yunani-Romawi. Pengaruh dari kebudayaan Yunani itu tercermin baik dalam jalan pikiran Paulus maupun dalam bahasa serta gaya bahasanya. Ada kalanya Paulus mengutip penulis-penulis Yunani, 1Kor 15:33; Tit 1:12; Kis 17:28, dan ia pasti mengenal filsafat populer yang berdasar atas mazhab Stoa; dari padanya ia meminjam gagasan-gagasan (misalnya: perginya jiwa yang terpisah dari badan ke dunia ilahi 2Kor 5:6-8; "pleroma" kosmis, Kol dan Ef) dan rumus-rumus tertentu (1Kor 5:6-8; Rom 11:36; Ef 4:6). Dari mazhab Stoa yang berhaluan sinis Paulus mengambil alih apa yang disebutkan sebagai "diatribe", yalah suatu metode argumentasi yang terdiri atas pertanyaan dan jawaban pendek, Rom 3:1-9, 27-31, dan dari situpun berasal ulasan-ulasannya, di mana kata demi kata beruntun, sebagaimana lazim dalam seni pidato. Mana kala menggunakan kalimat panjang dan padat, di mana anak-anak kalimat bergelombang-gelombang desak-mendesak, Ef 1:3- 14; Kol 1:9-20, maka Paulus masih juga dapat menemukan contoh-contohnya dalam kesusasteraan keagamaan di dunia Yunani. Biasanya Paulus memakai bahasa Yunani sebagai bahasa ibu yang kedua, Kis 21:40, dan dengan mahirnya, sehingga hanya sedikit semitisme terdapat. Bahasa Yunani yang dipakai ialah bahasa Yunani yang lazim di zamannya, yakni bahasa "koine", yang baik tanpa peniruan bahasa kuno. Paulus memang tidak suka akan kehalusan yang dibuat-buat seperti lazim dalam seni pidatoo insani, sebab kekuatannya untuk meyakinkan hanya mau diambilnya dari daya Firman kepercayaan yang didukung "tanda-tanda" yang dikerjakan Roh Kudus, 1Tes 1:5; 1Kor 2:4 dst; 2Kor 11:6; Rom 15:18. Bahkan terjadi pula bahwa pengungkapannya kurang tepat dan tidak diselesaikan, 1Kor 9:15. Acuan bahasa tidak mampu menampung pemikiran yang meluap-luap dan perasaan yang terlalu hebat. Dengan kekecualian yang jarang terjadi, bdk Flm 10, Paulus biasanya mendikte surat-suratnya, Rom 16:22, sebagaimana lazim di zaman dahulu dan hanya salam terakhir ditulisnya dengan tangan sendiri, 2Tes 3:17; Gal 6:11; 1Kor 16:21; Kol 4:18. Ada bagian-bagian dalam surat-suratnya yang memberi kesan bahwa masak-masak dipikirkan (misalnya: Kol 1:15-20), tetapi kebanyakan dituliskan sekali jadi dan secara spontan tanpa dikoreksi. Kendati kekurangan-kekurangan itu, bahkan mungkin karena kekurangan-kekurangannya, gaya bahasa cekatan itu berisi secara luar-biasa. Sudah barang tentu pemikiran yang begitu mendalam dan yang terungkap dengan bahasa yang menyala itu tidak mudah dibaca (2Ptr 3:16). Namun demikian pemikiran Paulus menyajikan beberapa nas yang daya keagamaannya dan bahkan gaya sastranya barangkali tidak ada tara bandingnya dalam sejarah kesusasteraan manusia.
Surat-surat yang diwariskan Paulus itu semuanya ditulis dengan alasan khusus. Ini tak pernah boleh dilupakan. Surat-surat itu bukan risalah ilmu ketuhanan, melainkan merupakan tanggapan terhadap keadaan tertentu. Surat-surat itu sungguh-sungguh surat yang sesuai dengan surat-menyurat yang lazim di zaman itu, Rom 1:1+. Namun demikian tulisan-tulisan Paulus bukan surat pribadi belaka dan bukan pula "surat" yang hanya nampaknya surat saja, sedangkan pada kenyataannya adalah karya sastra. Surat-surat Paulus berupa uraian-uraian yang ditujukan kepada pembaca-pembaca tertentu dan melalui mereka kepada semua kaum beriman. Maka dalam surat-surat itu jangan dicari kupasan-kupasan teratur dan lengkap yang mengungkapkan seluruh pemikiran Paulus. Di belakang tulisan-tulisan itu tetap membayang perkataan yang secara lisan dibawakan dan surat-surat itu seolah-olah memberi komentar atas beberapa pokok khusus. Namun demikian, nilai surat-surat Paulus tidak teratasi, apa lagi karena isi serta perbedaan- perbedaannya memungkinkan orang menemukan apa yang pokok dalam pewartaan Paulus. Tidak peduli mengapa ia menulis atau kepada siapa ia menulis, karya Paulus berdasarkan ajaran yang pada pokoknya sama. Ajaran itu berpusatkan Kristus yang wafat dan dibangkitkan. Hanya ajaran pokok itu disesuaikan, berkembang dan menjadi semakin berisi selama kehidupan Paulus yang menjadi segala-gala untuk semua orang, 1Kor 9:19-22. Ada sementara penafsir yang mengatakan bahwa Paulus sesungguhnya seorang "peramu" yang sesuai dengan keperluan memungut pandangan- pandangan yang berlain-lainan dan ada kalanya bertentangan satu sama lain; Paulus sendiri tidak menilai pandangan-pandangan itu seolah-olah mutlak tepat dan benar; ia hanya menggunakannya saja untuk menarik hati orang kepada Kristus. Langsung bertentangan dengan pendapat dengan pendapat tersebut ada orang yang berkata tentang "kekakuan" Paulus. Menurut pendapat ini maka pemikiran Paulus sejak awal mula ditetapkan dan selanjutnya tidak mengalami perkembangan lagi. Semua sudah tetap dan selesai akibat pengalaman Paulus waktu bertobat. Kebenaran terletak di tengah kedua ujung itu : teologi Paulus memang berkembang menurut suatu garis bersinambung, tetapi sungguh ada perkembangan di bawah dorongan Roh Kudus yang membimbing karya kerasulan Paulus. Dan perkembangan benar tapi lurus akhirnya sampai kepada kepenuhan sebagaimana memuncak dalam surat-surat itu sesuai dengan urutannya dalam waktu, orang dapat mengenali tahap-tahap perkembangan pemikiran Paulus. Memanglah urutan dalam waktu itu bukanlah urutan surat-surat Paulus dalam daftar kitab-kitab Perjanjian Baru. Dalam daftar itu surat-surat itu dideretkan sesuai dengan panjangnya.
1 dan 2 Tes; th. 50-51
Surat-surat Paulus yang pertama ditujukan kepada jemaat Kristen di kota Tesalonika. Di musim panah th. 50 Paulus mewartakan Injil di kota itu waktu perjalanannya yang kedua, Kis 17:1-10. Terpaksa oleh permusuhan dari pihak orang-orang Yahudi Paulus pergi ke Berea dam daro sana ke Atena dan Korintus. Di kota terakhir inilah kiranya 1Tes ditulis selama musim dingin th 50-51. Silas dan Timotius menemani Paulus di Korintus. Timotius untuk kedua kalinya pergi ke Tesalonika dan dari situ membawa berita-berita yang menggembirakan. Ini menyebabkan peluapan hati yang terungkap dalam 1Tes 1-3. Kemudian menyusullah dalam surat ini serentetan anjuran praktis, 1Tes 4:1-12; 5:12-28. Di antara kedua bagian itu disisipkan suatu jawaban atas soal tentang nasib orang-orang yang sudah meninggal dan Parusia Kristus, 1Tes 4:13-5:11. Surat 2Tes kiranya ditulis di kota Korintus juga beberapa bulan kemudian. Surat ini berisikan beberapa petunjuk praktis, 1; 2:13-3:15, dan sebuah instruksi lagi mengenai kapan Parusia akan terjadi dan mengenai "tanda-tanda" yang mesti mendahului kedatangan Tuhan, 2:1-12.
Ditinjau dari segi sastra maka antara 2Tes dan 1Tes ada kesamaan yang menyolok, sehingga ada sejumlah ahli yang menganggap 2Tes sebagai pemalsuan oleh seseorang yang mencuri gagasan-gagasan Paulus sementara juga meniru gaya bahasanya. Tetapi sukar sekali melihat mengapa seseorang membuat pemalsuan itu. Keterangan lain lebih sederhana dan lebih masuk akal, yaitu: Paulus sendirilah yang ingin lebih jauh menjelaskan dan meluruskan pengajarannya mengenai akhir zaman, lalu menulis surat ini dnegan mengulangi beberapa keterangan dari surat pertama. Memanglah kedua tulisan itu tidak bertentangan satu sama lain, tetapi malahan saling melengkapi. Dan tradisi Gereja dahulu juga jelas mengatakan bahwa kedua surat itu ditulis oleh Paulus.
Kedua surat ini tidak hanya penting oleh karen sudah memperkenalkan pangkal beberapa pikiran Paulus yang dalam surat-surat lain diperkembangkan, tetapi terutama karena ajarannya mengenai Parusia. Ternyatalah bahwa dalam tahap permulaan karya kerasulanNya pemikiran Sang Rasul berpusatkan kebangkitan Kristus dan kedatanganNya yang mulia yang membawa keselematan bagi mereka yang percaya kepadaNya, biar sudah mati sekalipun, 1Tes 4:13-18. Kedatangan Kristus yang mulia itu dilukiskan Paulus sesuai dengan apa yang lazim dalam sastra apokaliptik Yahudi dan dalam agama Kristen purba (bdk wejangan Yesus tentang akhir zaman yang termuat dalam injil-injil sinoptik, khususnya dalam injil Mat). Sama seperti Yesus demikianpun Paulus ada kalanya menekankan dekatnya kedatangan Tuhan yang tidak mungkin diketahui kapannya dan yang menuntut bahwa orang bersiap-siaga, 1Tes 5:1-11, sehingga memberikan kesan bahwa ia sendiri serta sidang pembacanya akan mengalaminya selama masih hidup, 1Tes 4:17; tetapi ada kalanya iapun mencoba meredakan rasa cemas kaum beriman yang digelisahkan oleh pandangan semacam itu. Maka ia mengingatkan mereka bahwa Hari Tuhan belum juga tiba dan mesti didahului beberapa tanda tertentu, 2Tes 2:1-12. Bagaimana ujud tanda-tanda itu bagi kita maupun bagi para pembaca dahulu tidak jelas. Rupanya Paulus memikirkan Si Antikrist sebagai seorang pribadi yang baru akan tampil pada akhir zaman. Ungkapan "apa yang menahan dia", 2Tes 2:6, menurut sementara ahli mengenai kerajaan Romawi dan menurut sementara ahli lain pewartaan Injil, sehingga maksud keterangan itu tetap kabur juga.
1 dan 2 Kor; th. 57
Selama delapan belas bulan lebih, Kis 18:1-16, mewartakan Injil di Korintus, dari akhir th. 50 sampai pertengahan th. 52, Paulus menulis kedua suratnya kepada jemaat di Tesalonika. Sesuai dengan kebijaksanaannya yang lazim, ialah menanamkan kepercayaan Kristen di pusat-pusat besar, Paulus ingin menanamkan kepercayaan kepada Kristus di kota pelabuhan ternama yang banyak penduduknya itu juga. Dari situ kepercayaan itu dapat merambat ke seluruh Akhaia, 2Kor 1:1; 9:2. Pada kenyataannya ia berhasil mendirikan sebuah jemaat kuat di sana, terutama di kalangan masyarakat rendahan, 1Kor 1:26-28. Tetapi kota besar itu adalah sebuah sarang kebudayaan Yunani, di mana berhadap-hadapan macam-macam aliran filsafah dan agama, sedangkan kebejatan susila memberinya nama yang buruk. Perjumpaan agama Kristen dengan pusat kekafiran itu tidak dapat tidak menimbulkan banyak persoalan bagi mereka yang baru masuk Kristen. Dalam kedua surat yang dituliskannya kepada jemaat itu, Paulus berusaha memecahkan soal-soal itu.
Bagaimana kedua surat itu lahir sudah cukup jelas, kendati keraguan yang masih ada mengenai beberapa hal kecil. Sebelum surat pertama yang tercantum dalam Kitab Suci telah ada surat yang mendahului, 1Kor 5:9-13. Tetapi surat, yang waktunya ditulis tidak diketahui ini tidak tersimpan. Kemudian, menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (th. 54-57) dalam menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (54-57) dalam perjalanannya yang ketiga, Kis 19:1-20, datanglah dari Korintus suatu utusan yang menyodorkan beberapa masalah, 1Kor 16:17, dan di samping itu Paulus menerima berita mengenai jemaat di Korintus melalui Apolos, Kis 18:27 dst; 1Kor 16:12, dan beberapa orang dari keluarga Khloe, 1Kor 1:11. Maka Paulus merasa terdorong menulis sepucuk surat lagi, yakni surat 1Kor kita. Ia ditulis sekitar Paskah th. 57 (1Kor 5:7 dst; 16:5-9 dibandingkan dengan Kis 19:21). Selang beberapa waktu muncullah di Korintus semacam krisis dan terpaksa Paulus mengunjungi jemaat sebentar dan kunjungan itu tidak menyenangkan, 2Kor 1:23-2:1; 12:14; 13:1-2. Selama kunjungan itu Paulus berjanji tidak lama lagi akan kembali untuk beberapa lamanya, 2Kor 1:15-16. Tetapi terjadi sesuatu dan rupanya kewibawaan Paulus dalam diri seorang utusannya dirongrong, 2Kor 5:10; 7:12. Maka sebagai pengganti kunjungan yang dijanjikan dahulu itu Paulus mengirim sepucuk surat tajam yang ditulisnya dengan mencucurkan "banyak air mata", 2Kor 2:3 dst, 9. Surat ini membawa hasil yang menyenangkan, 2Kor 7:8-13. Kabar gembira tentang hasil itu diterimanya dari Titus, 2Kor 2:12 dst; 7:5-16 di Makedonia, setelah Paulus terpaksa meninggalkan Efesus akibat krisis hebat di sana, yang tidak kita ketahui ujudnya, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10; Kis 19:23-40. Maka menjelang akhir th. 57 ia menulis 2Kor. Kemudian ia mengadakan perjalanan kiranya melalui Korintus, Kis 20:1 dst; bdk 2Kor 9:5; 12:14; 13:1, 10, menuju Yerusalem, tempat ia ditahan dan dipenjarakan.
Ada yang berpendapat bahwa 2Kor 6:14-7:1 merupakan kepingan dari surat pertama yang hilang itu, dan 2Kor 10-13 bagian dari surat yang ditulis dengan "mencucurkan banyak air mata". Hanya sukar dibuktikan meskipun mesti diakui bahwa bagian-bagian tersebut kurang cocok dengan konteksnya sekarang, 2Kor sesungguhnya melanjutkan 6:13, sementara kesan bahwa 6:14-7:1 berupa sisipan dikuatkan oleh kesamaan menyolok antara bagian ini dengan naskah-naskah kaum Eseni yang ditemukan di Qumran. Dan juga nada keras dalam 2Kor 10-13 kurang sesuai dengan nada ramah yang meresap ke dalam sembilan bab dahulu. Akhirnya 9:1 mengherankan sedikit sesudah apa yang dikatakan dalam bab 8, sehingga orang menduga bahwa aslinya adalah dua surat kecil tersendiri mengenai pengumpulan dana. Dengan demikian tidak dikatakan bahwa bagian-bagian itu tidak berasal dari Paulus. Tetapi sangat mungkin bahwa bagian-bagian tersebut ada macam-macam asal- asulnya. Baru kemudian kiranya dikumpulkan, yakni waktu kumpulan tulisan-tulisan Paulus dibuat.
Surat-surat kepada jemaat di Korintus itu dengan bagus dan tepat menyoroti watak dan semangat Paulus, tetapi juga menyajikan suatu ajaran yang penting sekali. Di dalamnya ditemukan, khususnya dalam 1Kor, informasi dan keputusan-keputusan mengenai beberapa soal yang membingungkan jemaat Kristen purba dan tentang cara hidup jemaat itu, baik sehubungan dengan keadaan umat sendiri, seperti kemurnian akhlak. 1Kor 5:1-13; 6:12-20, perkawinan dan hidup wadat, 7:1-40, pertemuan keagamaan dan perayaan Ekaristi, 11-12, penggunaan karunia-karunia Roh Kudus (kharismata, 12:1-14:40, maupun sehubungan dengan relasi jemaat dengan dunia luar, seperti naik banding ke pengadilan negeri, 6:1-11, dan memakan makanan yang dipersembahkan kepada berhala, 8-10. Kesemuanya itu hanya berupa pemecahan soal suara hati atau pengaturan ibadat, kalau bakat Paulus tidak merobahnya menjadi kesempatan baik untuk mengemukakan pandangan mendalam mengenai kebebasan hidup Kristen, pengudusan tubuh, keunggulan kasih dan persatuan dengan Kristus. Sewaktu terpaksa membala jabatannya sebagai rasul sejati, 2Kor 10:1-13:14, Paulus mengemukakan pikiran-pikiran unggul mengenai karya kerasulan pada umumnya, 2 Kor 8-9, disinari cahaya persatuan antar-jemaat yang diidam-idamkan. Seluruh ulasan mengenai kebangkitan badan, 1Kor 15, berlatar-belakang eskatologi yang menjadi landasannya. Hanya penggambaran apokaliptis seperti terdapat dalam 1Tes dan 2Tes diganti dengan pembahasan yang lebih rasionil, yang dapat membenarkan harapan yang sukar dicernakan orang-orang Yunani itu. Penyesuaian Injil dengan dunia baru yang dimasukinya itu terutama ternyata dalam cara Paulus mempertentangkan kebodohan Salib dengan hikmat Yunani. Kepada orang-orang Korintus yang terpecah- belah menjadi kelompok yang masing-masing membanggakan gurunya serta bakat- bakatnya, Paulus mengingatkan bahwa hanya ada satu Guru saja, ialah Kristus, dan hanya satu Kabar Gembira yaitu: hanya Salib saja yang menyelamatkan; dan itulah hikmat sejati, 1Kor 1:10-4:13. Dengan jalan itu maka terpaksa oleh keadaan dan tanpa meniadakan pandangan akhir zaman, Paulus sampai menekankan hidup Kristen sekarang yang merupakan persekutuan dengan Kristus yang terwujud oleh pengetahuan sejati ialah kepercayaan. Nanti sebagai akibat krisis di Galatia dan sehubungan dengan agama Yahudi Paulus masih lebih memperdalam hidup Kristen sekarang itu.
Gal dan Rom; th 57-58
Adapun surat kepada jemaat-jemaat di Galatia dan surat kepada jemaat di Roma perlu dibicarakan bersama-sama, sebab keduanya mengupas persoalan yang sama. Surat kepada jemaat-jemaat di Galatia berupa tanggapan langsung terhadap keadaan tertentu, sedangkan surat kepada jemaat di Roma berupa sebuah risalah lebih lengkap yang dengan tenang dikarang dan mengatur gagasan-gagasan yang ditimbulkan oleh pertikaian di Galatia itu. Hubungan erat kedua surat itu adalah argumen paling kuat melawan pendapat sementara ahli yang mengemukakan bahwa surat kepada jemaat-jemaat di Galatia itu ditulis pada permulaan karya Paulus, bahkan sebelum konsili Yerusalem dalam th. 49. Menurut pendapat tersebut kunjungan kedua Paulus ke Yerusalem, yang diceritakan dalam Gal 2:1-10, adalah sama dengan kunjungan kedua yang disebut dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang di dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang dikisahkan Kis 15:2-30 (ini memang cukup berbeda dengan cerita Paulus dalam Gal). Selebihnya rupanya Paulus tidak tahu- menahu tentang keputusan Konsili Yerusalem (Kis 15:20, 29; bdk Gal 2:6), sehingga suratnya kepada jemaat-jemaat di Galatia harus sudah ditulis sebelum Konsili Yerusalem. Untuk menyetujui pendapat itu cukuplah diandaikan bahwa "orang-orang Galatia" itu tidak lain kecuali orang-orang Likaonia dan Pisidia, yang kepadanya Injil diwartakan oleh Paulus sewaktu perjalanannya yang pertama. Pergi-pulangnya Paulus dapat juga menerangkan kedua kunjungan yang kiranya diandaikan dalam Gal 4:13. Namun demikian itu kurang berdasar. Meskipun benar bahwa sejak th. 36-25 seb. Mas. daerah Likaonia dan Pisidia dalam administrasi negara tergabung dengan daerah Galatia, namun dalam bahasa sehari-hari selama abad I Mas. daerah Galatia yang sebenarnya terus disebut demikian. Daerah Galatia terletak lebih ke utara. Khususnya sukar diterima bahwa penduduk Likaonia dan Pisidia dikatakan "orang-orang Galatia", Gal 3:1. Kecuali itu pengandaian yang sukar diterima itu tidak perlu sama sekali. Kunjungan kedua yang disebut dalam Gal 2:1-10, lebih mudah dapat disamkan dengan kunjungan ketiga yang diceritakan dalam Kis 15 (memanglah ada kesamaan yang menyolok juga) dari pada dengan yang kedua, Kis 11:30; 12:25. Kunjungan yang kedua itu nampaknya begitu kurang penting, sehingga didiamkan oleh Paulus dalam argumentasinya (Gal). Dan bahkan boleh jadi bahwa sama sekali tidak ada kunjungan kedua dalam Kis. oleh karena Lukas barangkali menggarap dua sumber berbeda-beda mengenai peristiwa yang sama (bdk Kis, Pengantar dan Kis 11:30+). Maka surat kepada jemaat-jemaat di Galatia ditulis sesudah Konsili Yerusalem. Memang Paulus tidak berkata-kata tentang keputusan yang diambil Konsili itu, tetapi boleh jadi keputusan itu sesungguhnya diambil kemudian dari itu (bdk Kis 15:1+). Kalau demikian maka mudah juga dipahami sikap Petrus yang ditegur oleh Paulus menurut Gal 2:11-14. Maka orang-orang yang dialamati surat itu benar- benar penduduk daerah "Galatia" yang ditempuh Paulus dalam perjalanannya yang kedua dan yang ketiga, Kis 16:6; 18:23. Boleh jadi surat itu ditulis di kota Efesus, atau barangkali di Makedonia sekitar th. 57.
Tidak lama berselang menyusullah surat kepada jemaat di Roma. Paulus sedang berada di Korintus (musim dingin th. 57/58) dan mempersiapkan diri untuk pergi ke Yerusalem. Dari sana ia mau singgah di Roma dalam perjalanan ke Spanyol, Rom 15:22-32; bdk 1Kor 16:3-6; Kis 19:21; 20:3. Paulus tidak mendirikan jemaat di Roma dan informasi-informasi yang diperolehnya tentang jemaat itu, boleh jadi mulai orang seperti Akwila, Kis 18:2 tidak lengkap tetapi separuh-separuh saja. Dari keterangan-keterangan yang tercantum dalam surat itu hanya dapat disimpulkan bahwa jemaat itu terdiri dari orang-orang bekas Yahudi dan bekas kafir dan kedua golongan itu condong saling meremehkan. Karena demikian keadaan jemaat di Roma maka Paulus menganggap baik mempersiapkan kunjungannya dengan mengirimkan sepucuk surat melalui diakones Febe, Rom 16:1. Di dalamnya ia mengemukakan pendapatnya bagaimana mesti dipecahkan masalah hubungan antara agama Yahudi dan agama Kristen; pikirannya di bidang itu menjadi masak akibat krisis di Galatia. Dengan maksud tersebut Paulus mengatur dan memungut secara saksama dan dengan halus gagasan-gagasan yang sudah terungkap dalam Gal. Surat Gal ini berupa luapan hati, di mana pembelaan diri, 1:11-2:21, disusul sebuah pembuktian berupa ajaran, 3:1-4:31 dan peringatan-peringatan keras, 5:1 6:18. Sebaliknya, Rom berupa sebuah ulasan teratur, di mana bagian-bagiannya susul- menyusul secara tertib dengan berpedoman beberapa pokok yang terlebih dahulu diperkenalkan, lalu diuraikan.
Sama seperti halnya dengan surat-surat kepada jemaat di Korintus, demikianpun tidak ada seorangpun yang sungguh-sungguh meragukan bahwa Rom ditulis oleh Paulus. Paling-paling orang menanyakan apakah bab 15 dan 16 barangkali kemudian ditambahkan. Terutama bab 16 yang berisikan banyak salam kepada macam-macam orang barangkali aslinya sebuah surat kecil kepada jemaat di Efesus. Tetapi bab 15 tidak dapat dipisahkan dari surat Rom itu, meskipun beberapa naskah menaruh Rom 16:25-27 pada akhri bab 14 sebagai kata penutup. Ada sejumlah ahli yang mempertahankan bahwa juga bab 16 karangan Paulus yang asli. Mereka mencatat bahwa Paulus dapat berkenan dengan banyak saudara dari Roma yang dahulu diusir oleh Kaisar Klaudius, lalu kembali ke Roma. Dan bagi Sang Rasul memang penting menggaris bawahi hubungan dengan jemaat yang belum mengenal Paulus itu. Adapun doksologi dalam 16:25-27 memang mempunyai ciri-ciri khas dalam gaya bahasanya. Tetapi ini tidak cukup untuk menolak keasliannya, walaupun barangkali ditulis kemudian dari Rom.
Sedangkan surat-surat kepada jemaat di Korintus memperlawankan Kristus sebagai Hikmat Allah dengan hikmat dunia yang sia-sia, maka surat-surat kepada jemaat- jemaat di Galatia dan Roma mempertentangkan Kristus sebagai Pembenaran dari Allah dengan pembenaran yang oleh manusia dikirakan dapat diperoleh dengan usahanya sendiri. Di Korintus semangat Yunanilah yang membahayakan pendirian tepat karena terlalu membanggakan akal-budi manusia sendiri. Di Galatia orang- orang ke-Yahudian datang mengatakan bahwa kaum beriman harus bersunat dan menaklukkan diri kepada hukum Taurat, kalau mau diselamatkan. Paulus sekuat tenaga melawan propaganda dan ajaran itu oleh karena berarti mundur selangkah dan menyia-nyiakan karya Kristus, Gal 5:4. Dengan tidak menyangkal nilai tata penyelamatan lama Paulus menentukan batasnya, oleh karena hanya tahap sementara dalam seluruh rencana penyelamatan Allah. Gal 3:23-25. Hukum Musa pada dirinya baik dan suci, Rom 7:12, dan sungguh-sungguh menyatakan kehendak Allah. Tetapi hukum Taurat tidak memberi manusia daya batiniah untuk menepatinya; dengan jalan itu hukum Taurat tidak hanya membuat manusia menjadi sadar akan dosanya dan kebutuhannya akan pertolongan dari Pihak Allah, Gal 3:19-22; Rom 3:20; 7:7-13. Adapun pertolongan yang berupa karunia belaka itu dahulu dijanjikan kepada Abraham sebelum hukum Taurat diberikan, Gal 3:16-18; Rom 4, dan dianugerahkan oleh Yesus Kristus : kematian dan kebangkitanNya sudah menghancurkan kemanusiaan lama yang diracuni dosa Adam dan menciptakan kemanusiaan baru Yesus yang menjadi prototipnya, Rom 5:12-21. Setelah bergabung dengan Kristus melalui kepercayaan dan dijiwai oleh Roh Kudus, maka manusia selanjutnya dengan cuma-cuma menerima pembenaran sejati dan dapat hidup sesuai dengan kehendak Allah, Rom 8:1-4. Memanglah kepercayaan manusia harus menjadi nyata dalam pekerjaan, tetapi pekerjaan yang dilaksanakan berkat daya Roh Kudus, Gal 5:22-25; Rom 8:5-13, itu bukan lagi pekerjaan hukum Taurat yang padanya orang-orang Yahudi dengan angkuhnya menaruh kepercayaannya. Pekerjaan-pekerjaan itu dapat dilaksanakan oleh semua yang percaya kepada Kristus, meski datang dari kekafiran sekalipun, Gal 3:6-9, 14; Rom 4:11. Maka tata penyelamatan Musa yang bernilai sebagai persiapan sekarang sudah ketinggalan zaman. Orang-orang Yahudi yang mau terus berpegang padanya sesungguhnya menempatkan diri di luar keselamatan yang sebenarnya. Allah mengizinkan mereka menjadi "buta", supaya kaum kafir dapat memperoleh keselamatan. Namun demikian orang-orang Yahudi tidak untuk selama- lamanya kehilangan kepilihannya dahulu, sebab Allah memang setia; ada sementara orang-orang Yahudi, yaitu "sisa kecil" yang dinubuatkan para nabi, sudah sampai percaya: dan nanti yang lain-lainpun akan bertobat, Rom 9-11. Sementara itu semua itu kaum beriman, entah orang-orang Yahudi entah bukan Yahudi, harus menjadi satu karena kasih dan saling menolong, Rom 12:1-15:13. Demikianlah pandangan luas yang sudah dirintis dalam Gal dan dikembangkan dalam Rom. Dan berkat pandangan itulah maka kita mempunyai ulasan yang mengagumkan tentang masa lampau umat manusia yang berdosa, Rom 1:18-3:20, dan tentang pergumulan yang berlangsung dalam diri setiap orang, Rom 7:14-25; tentang keselamatan yang dengan cuma-cuma dikaruniakan, Rom 3:24 dll, daya yang terkandung dalam kematian dan kebangkitan Kristus, Rom 4:24 dst; 5:6-11, yang didalamnya orang turut serta oleh karena iman dan baptisan, Gal 3:26 dst; Rom 6:3-11; penguraian mengenai panggilan bangsa manusia menjadi anak-anak Allah, Gal 4:1-7; Rom 8:14-17, mengenai kasih Allah yang berhikmat, yang adil dan setia dalam menyelenggarakan rencana penyelamatanNya yang terlaksana tahap demi tahap, Rom 3:21-26; 8:31-39. Pandangan akhir zaman tetap tinggal; sebab kita memang diselamatkan dalam pengharapan, Rom 5:1-11; 8:24. Tetapi sama seperti dalam surat-surat kepada jemaat di Korintus, tekanan terletak pada keselamatan yang sudah dimulai sekarang; Roh yang dijanjikan sudah dimiliki sebagai "karunia-sulung, Rom 8:23, sekarang orang-orang Kristen sudah siap hidup dalam Kristus, Rom 6:11, dan Kristus hidup di dalam mereka Gal 2:20.
Dengan demikian maka surat kepada jemaat di Roma menyajikan sebuah sintesa pemikiran teologis Paulus yang mengesankan, sebuah sintesa yang ada di antara yang sangat bagus. Namun demikian sintesa itu bukanlah sintesa sempurna dan lengkap dan bukan pula seluruh ajaran Paulus. Pertikaian yang dilancarkan oleh Luther mengakibatkan bahwa surat Rom ini terlaly diutamakan, hal mana sungguh merugikan, kalau surat-surat lain lain tidak diikut-sertakan sebagai pelengkap, sehingga surat Rom ditempatkan dalam sebuah sintesa yang lebih luas.
Filipi; th. 56-57
Kota Filipi adalah sebuah kota penting di Makedonia dan didiami oleh orang-orang Roma yang merantau. Dalam perjalanannya yang kedua dalam th. 50 Paulus mewartakan Injil di situ, Kis 16:12-40. Selama perjalanannya yang ketiga, Paulus masih dua kali singgah di kota Filipi, yaitu di musim rontok th. 57, Kis 20:1-2, dan sekitar Paskah th. 58, Kis 20:3-6. Kaum beriman yang oleh Paulus direbut bagi Kristus di Filipi menyatakan kasih yang mengharukan hati kepada Rasul mereka dengan mengirimkan bantuan kepadanya di Tesalonika, Flp 4:16, dan kemudian di Korintus 2Kor 11:9. Dengan menulis surat ini kepada jemaat itu Paulus justru bermaksud mengucapkan terima kasih karena bantuan yang diterimanya melalui Epafroditus, utusan jemaat di Filipi, yang membawa sumbangan yang baru, Fil 4:10-20, Paulus yang pada umumnya takut-takut kalau memberi kesan seolah- olah mencari untungnya sendiri, Kis 8:3, dengan rela hati menyambut bantuan dari jemaat Filipi. Dengan jalan itu ia menyatakan menaruh kepercayaan luar biasa kepada jemaat itu.
Waktu menulis surat itu Paulus sedang dalam tahanan, Flp 1:7, 12-17. Lama sekali orang beranggapan bahwa ini penahanan pertama di Roma. Tetapi hubungan yang begitu mudah dan demikian kerap kelihatannya, 2:25-30, antara jemaat Filipi dan Paulus sedang Paulus ditemani Epafroditus, mengherankan, seandainya Paulus sungguh di Roma yang terlalu jauh letaknya. Seandainya Paulus berada di Roma (atau di Kaisarea di Palestina, tempat ia juga pernah ditahan sebagaimana diketahui), maka sukar dipahami bahwa bantuan berupa uang yang dikirim jemaat di Filipi melalui Epafroditus itu merupakan kesempatan pertama yang mereka peroleh untuk menolong Sang Rasul setelah mengamalkan kasihnya waktu perjalanan Paulus yang kedua, 4:10, 16. Sebab memanglah Paulus masih singgah dua kali pada mereka dalam perjalanannya yang ketiga. Hanya lebih mudah dimengerti, kalau Paulus menulis surat itu sebelum kedua kunjungan tersebut. Kiranya Paulus berada di Efesus selama th. 56/57 sementara mengharapkan dapat pergi ke Makedonia sesudah dilepaskan (bdk Flp 1:26; 2:19-24 dan Kis 19:21 dst; 20:1; 1Kor 16:5). Kenyataan bahwa Paulus berkata tentang "Pretorium" (terj.: istana) dalam Flp 1:13 dan tentang "rumah/keluarga Kaisar" (terj.: istana Kaisar) dalam 4:22, tidak perlu menjadi kesulitan. Sebab di kota-kota besar, khususnya di Efesus, ada pasukan pengawal pribadi, sama seperti di Roma sendiri yang mengawal wali negeri. Memanglah kita tahu apa-apa tentang penahanan Paulus di Efesus. Tetapi inipun tak perlu menjadi kesulitan yang tak teratasi. Sebab Lukas hanya menceritakan sedikit saja tentang ketiga tahun Paulus tinggal di kota itu, sedangkan Palus sendiri menyiratkan bahwa di sana menghadapi kesulitan berat, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10.
Kalau hipotesa tersebut diterima maka Flp perlu dipisahkan dari Kol, Ef, dan Flm dan didekatkan pada "surat-surat besar", khususnya pada 1Kor. Kedua surat ini tidak bertentangan satu sama lai, tetapi sebaliknya sangat berdekatan baik dari segi sastra maupun dari segi ajaran. Hanya Flp kurang berupa ajaran. Ini lebih- lebih berupa peluapan hati, tukar berita dan peringatan terhadap "pekerja- pekerja jahat", yang di mana-mana merongrong karya Sang Rasul, sehingga boleh jadi juga menyerang jemaat terkasih di Filipi; terutama Flp berupa seruan supaya kaum beriman bersatu dalam kerendahan hati. Seruan itulah yang bagi kita menghasilkan 2:6-11 mengenai perendahan Kristus. Boleh jadi madah yang mengharukan hati itu dikutip oleh Paulus atau merupakan ciptaan Paulus sendiri. Tetapi bagaimanapun juga lagu itu memberikan kesaksian yang berharga mengenai kepercayaan umat Kristen pruba akan kepra-adaan ilahi Yesus.
Tidak ada orang yang meragukan bahwa Flp benar-benar dikarang oleh Paulus. Hanya dapat dipersoalkan apakah surat itu barangkali penggabungan beberapa surat kecil yang aslinya tersendiri. Tetapi ini berupa dugaan belaka.
Ef, Kol, Flm; th. 61-63.
Surat kepada jemaat di Efesus, kepada jemaat di Kolose dan kepada Filemon ternyata sebuah kelompok tersendiri. Ketiga karangan itu sangat erat hubungannya; baik Kol 4:9 maupun Flm 12 berkata tentang Onesimus yang mau dikirim Paulus; Tikhikus disebut dalam Kol 4:7 dst dan dalam Ef 6:21 dst; teman- teman Paulus yang sama tampil dalam Kol 4:10-14 dan dalam Flm 23-24; ditinjau dari segi sastra dan dari segi ajaran ada banyak kesamaan antara Ef dan Kol; Paulus masih dipenjara, Flm 1:9 dst; 13, 23; Kol 4:3, 10, 18; Ef 3:1; 4:1; 6:20, dan tentu saja di Roma (antara th. 61 dan 63), dan bukan di Kaisarea atau di Efesus. Kalau di Kaisarea sukar menerangkan bahwa Markus dan Onesimus ada pada Paulus, sedangkan tentang kehadiran Lukas di Efesus bersama Paulus tidak ada berita apapun. Kecuali itu perbedaan gaya bahasa dan kemajuan dalam ajaran mengandaikan jangka waktu cukup lama antara "surat-surat besar" (Kor, Gal, Rom) dan Ef serta Kol. Dalam jangka waktu itu timbullah sebuah krisis. Dari Kolose, di mana Paulus sendiri tidak mewartakan Injil, 1:4; 2:1, datanglah wakilnya Epafras, 1:7, membawa berita yang mengkhawatirkan, Paulus menjadi prihatin dan segera menanggapi berita itu dengan sepucuk surat kepada jemaat di Kolose; surat itu dibawa ke sana oleh Tikhikus. Tetapi reaksinya terhadap bahaya yang baru itu memperdalam pikiran Sang Rasul. Sama seperti Rom dipakai untuk mengatur pikiran- pikiran yang tercetus dalam Gal, demikianpun sekarang Paulus menulis sepucuk surat lain lagi, di sana ia menyusun ajarannya dengan berpedoman sebuah titik pandangan yang dipaksakan kepadanya oleh pertikaian di Kolose. Sintesa yang mengagumkan itu tidak lain kecuali "surat kepada jemaat di Efesus". Hanya judul semacam itu (yang dalam surat sendiri tidak pasti juga, bdk Ef 1:1+) dapat menipu. Paulus sesungguhnya tidak menulis kepada orang-orang Efesus, tempat ia tinggal selama tiga tahun, melainkan kepada kaum berimann pada umumnya, bdk Ef 1:15; 3:2-4, khususnya kepada jemaat-jemaat di lembah-lembah pegunungan Lisia tempat surat itu diedarkan, Kol 4:16.
Sementara ahli pernah menolak keaslian kedua surat tersebut. Tetapi Kol dewasa ini lebih umum diterima sebagai karangan Paulus dan pendapat itu memang cukup berdasar. Gagasan-gagasan utama Paulus terdapat dalam Kol, dan kalau ada juga pikiran-pikiran baru maka halnya mudah dijelaskan dengan menunjuk kepada keadaan baru yang harus dihadapi Paulus. Hal yang sama dapat dikatakan tentang Ef juga, tetapi surat ini tetap sangat diragukan keasliannya. Namun demikian karena surat itu ternyata hasil seorang pemikir yang berbakat maka sukar diterima bahwa dikarang oleh seorang murid Paulus. Sudah barang tentu gaya bahasa Kol dan Ef yang bertutur panjang, ada kalanya berlebih-lebihan, itu berbeda sekali dengan pemikiran pendek, padat dan tegang seperti terdapat dalam surat yang dahulu. Tetapi hal itu cukup dapat diterangkan juga, oleh karena Paulus kini mengamati ufuk baru yang jauh lebih luas. Selebihnya Paulus menggunakan macam-macam gaya bahasa dan dalam 2Kor 9:8-14 atau Rom 3:23-26 dll sudah terdapat contoh-contoh gaya bahasa kontemplatip dan lebih kurang liturgis yang sepenuh-penuhnya berkembang dalam Kol dan Ef. Satu-satunya kesulitan yang sesungguhnya berasal dari kenyataan bahwa beberapa bagian dari Ef lebih kurang secara harafiah dan ada kalanya secara salah memungut pengungkapan-pengungkapan dari Kol. Hanya Paulus tidak pernah menulis surat-suratnya dengan tangannya sendiri dari awal sampai akhir. Maka gejala tersebut dapat diterangkan dengan berkata bahwa seorang murid memainkan peranan besar dalam menyusun Ef.
Adapun bahaya yang mengancam di Kolose berasal dari pemikiran berlebih-lebihan berdasarkan pandangan-pandangan Yahudi, Kol 2:16, yang bercampur-baur dengan filsafaf ke-Yunanian. Pemikiran-pemikiran berlebih-lebihan tersebut memberi kepada daya-daya sorgawi yang memimpin jalannya jagat raya sebuah peranan begitu penting sehingga menurunkan kedudukan utama Kristus. Paulus menerima saja adanya daya-daya semacam itu tanpa meragukan kegiatannya; ia bahkan menyamakannya dengan malaikat-malaikat yang terdapat dalam tradisi Yahudi, bdk 2:15. Hanya ia menerimanya untuk menempatkannya di tempatnya yang wajar dalam rencana penyelamatan Allah. Mereka telah berperan sebagai pengantara dan pengurus hukum Taurat. Tetapi kini peranannya sudah habis sama sekali. Dengan menciptakan suatu dunia baru maka Kristus Kirios sendiri menangani pemerintahan dunia semesta. PeninggianNya di sorga sudah menempatkan Kristus di atas daya-daya kosmis yang telah dilucuti kekuasaannya dahulu, 2:15. Memanglah sejak awal penciptaan Kristus sudah menguasai kekuasaan-kekuasaan itu, sebab Dialah Anak dan Gambar Bapa. Tetapi dalam ciptaan baru Kristus menguasai daya-daya itu sebagai Kepalanya dan secara depinitip, oleh karena telah mempersatukan di dalam diriNya segenap "Ple-roma", artinya kepenuhan beradanya, baik beradanya Allah maupun beradanya dunia di dalam Allah, 1:13-20. Oleh karena sudah dibebaskan dari "unsur-unsur dunia" (terj.: roh-roh dunia), 2:8, 20, berkat persatuannya dengan Kepala dan oleh karena mengambil bagian dalam KepenuhannNya, 2:10, maka orang- orang Kristen tidak perlu menaklukkan diri kepada kekuasaan lalim "unsur-unsur dunia" itu dengan menepati macam-macam aturan yang sudah ketinggalan zaman dan tidak berguna lagi, 2:16-23. Melalui baptisan mereka sudah dipersatukan dengan Kristus yang wafat dan bangkit, 2:11-13 dan menjadi anggota TubuhNya. Dan hidup baru hanya mereka terima dari Kristus yang menjadi Kepala yang menghidupkan, 2:19. Memanglah Paulus tetap menaruh minat utamanya pada keselamatan Kristen, tetapi karena pertikaian itu ia memperluas karya Kristus sampai merangkum seluruh dunia dan jagat raya. Di samping bangsa manusia yang diselamatkan itu seluruh jagat raya yang menjadi latar belakang dan rangka umat manusia dimasukkan Paulus ke dalam karya Kristus. Maka jagat raya secara tak langsung ditempatkan juga di bawah kekuasaan satu-satunya Tuhan, ialah Kristus. Pemikiran semacam itulah mengakibatkan bahwa gagasan "Tubuh Kristus" yang dirintis dahulu, 1Kor 12:12+, diperkembangkan lebih jauh dengan menekankan Kristus sebagai kepala Tubuh-Nya; bahwa karya penyelamatan diperluas sampai merangkum dunia semesta; bahwa pemandangan diperlebar sehingga Kristus terutama dilihat sebagai pemenang sorgawi, sedangkan Gereja sebagai persatuan menyeluruh dibangun menuju Kristus sorgawi; bahwa eskatologi yang sudah terujud lebih ditekankan, bdk Ef 2:6+.
Pemandangan seperti di atas terulang dalam Ef. Tetapi usaha untuk menaruh daya- daya sorgawi yang terlalu dinilai itu pada tempatnya yang wajar sudah menghasilkan buahnya, Ef 1:20-22. Maka perhatian terutama diarahkan kepada Gereja. Ia merupakan Tubuh Kristus yang meluas sampai menjadi Jagat raya baru, Kepenuhan Dia yang memenuhi semua dan segala sesuatu, 1:23+. Dalam pemandangan yang paling tinggi yang merupakan puncak segenap karyanya ini Paulus memungut beberapa pikiran dari masa dahulu untuk menempatkannya di dalam sintesa yang dicapainya. Teristimewanya ia memikirkan kembali persoalan yang dibahasnya dalam surat kepada jemaat di Roma, yang berupa puncak dalam tahap pemikirannya dahulu. Ia tidak hanya dengan sepintas lalu meningkatkan pandangannya mengenai keadaan lampau bangsa manusia yang berdosa dan keselamatan yang dengan cuma-cuma dianugerahkan melalui Kristus, 2:1-10, tetapi juga memikirkan kembali masalah hubungan antara bangsa-agama Yahudi dan jemaat Kristen yang dahulu menggelisahkannya, Rom 9-11. Dan kini persoalan itu dilihatnya dengan berlatar belakang eskatologis yang sudah terlaksana: kini kedua kelompok itu nampak baginya sebagai bersatu karena diperdamaikan di dalam satu orang Manusia baru, sehingga bersama-sama di perjalanan menuju Bapa, Ef 2:11-22. Dan justru kenyataan bahwa kaum kafir juga dapat memperoleh keselamatan Israel dalam diri Kristus itu adalah "rahasia khendak Allah", 1:9; 3:3-6, 96:19; Kol 1:27; 2:2; 4:3. Dan mengingat rahasia itulah Paulus pada akhir hidupnya dapat mengemukakan pikiran yang tidak ada tara bandingnya: mengingat Hikmat Allah tak berbatas yang menyatakan diri dalam rahasia itu, 3:9 dst; Kol. 2:3; mengenai kasih Kristus yang tak terselami, yang nampak pula dalam rahasia itu, Ef 3:18 dst; tentang dirinya sendiri, yang terhina di antara para rasul namun oleh Allah dengan cuma-cuma dipilih menjadi pelayan rahasiaNya itu, 1:3-14. Dan akhir- tujuan rahasia itu tidak lain kecuali pernikahan Kristus dengan bangsa yang selamat, ialah Gereja, 5:22-23.
Surat kepada Filemon ditulis pada waktu yang sama dengan ditulisnya Kol dan Ef. Ia dialamatkan kepada seorang Kristen yang oleh Paulus sendiri ditobatkan, ay 9. Di dalam surat kecil itu Paulus memberitahukan bahwa seorang budak bernama Onesimus yang melarikan diri dan oleh Paulus direbut bagi Kristus akan kembali kepada majikannya, ay 10. Dengan tangannya sendiri ay 19, Paulus menulis surat kecil ini yang dengan bagusnya menyoroti kehalusan hati Paulus. Ini juga penting oleh karena memberitakan kepada kita bagaimana Paulus memecahkan masalah perbudakan, Rom 6:15+; meskipun hubungan sosial antara majikan dan budak tetap sama seperti dahulu, namun seorang majikan Kristen dan seorang budak Kristen selanjutnya harus hidup sebagai bersaudara untuk mengabdi Majikan yang sama, ay 16 bdk Kol 3:22-4:1.
1Tim, Tit, 2Tim ; th 65-67
Surat-surat kepada Timotius dan surat kepada Titus sangat berdekatan satu sama lain karena isi, latar belakang historis dan bentuknya. Dua di antaranya rupanya ditulis di Makedonia: yang satu dialamatkan kepada Timotius, yang waktu di Efesus, 1Tim 1:3, di mana Paulus berharap tidak lama lagi dapat bertemu dengannya, 3:14; 4:13, sedangkan yang lain dialamatkan kepada Titus yang oleh Paulus ditinggalkan di pulau Kreta, Tit 1:5. Paulus merencanakan tinggal di Nikopolis ( di Epirus) selama musim dingin dan Titus hendaknya berkumpul dengannya di situ, Tit 3:12. Waktu menulis 2Tim Paulus sedang di penjara di Roma, 1:8, 16 dst; 2:9, setelah singgah di Troas, 4:13 dan Miletus, 4:20. Keadaan Paulus gawat sekali, 4:16, dan ia merasa bahwa ajalnya sudah dekat, 4:6- 8, 18. Ia seorang diri dan mendesak supaya Timotius secepat mungkin datang, 4:9- 16, 21. Meskipun ada kesamaan kecil namun keadaan itu tidak berkesusaian dengan penahanan Paulus di Roma selama th. 61-63 dan tidak pula dengan perjalanan yang mendahuluinya. Ada cukup banyak ahli yang mengambil kesimpulan bahwa ketiga surat itu bukan karangan Paulus, seorang lain mau menjiplak Paulus dan mengkhayalkan catatan-catatan mengenai hal-ihwal Paulus supaya karangan- karangannya nampaknya bersifat historis dan dapat disebar-luaskan dengan nama dan kewibawaan Paulus. Tetapi hipotesa semacam itu tidak perlu sama sekali. Tidak ada bukti satupun bahwa Paulus mati selama penahanannya yang pertama; sebaliknya Kis 28:30 menyarankan bahwa ia dibebaskan. Jadi Paulus dapat mengadakan perjalanan-perjalanan lain lagi, barangkali lebih dahulu di negeri Spanyol sebagaimana ia merencanakannya, Rom 15:24, 28, dan kemudian di sebelah timur, sebagaimana juga direncankan, Flm 22. Mudah saja 1Tim dan Tit ditinggalkan sekitar th. 65 selama suatu perjalanan melalui pulau Kreta, Asia Kecil, Makedonia dan Yunani. Keadaan yang tampil dalam 2Tim adalah situasi penahanan baru yang kali ini berakhir dengan sial. Surat yang merupakan nasehat Paulus ini kiranya ditulis tidak lama sebelum kemartiran Paulus dalam th. 67.
Ketiga surat tersebut dialamatkan kepada dua murid Paulus yang paling setiawan, Kis 16:1+; 2Kor 2:13+. Di dalamnya termuat sejumlah petunjuk bagaimana mengorganisasi jemaat-jemaat Kristen yang oleh Paulus dipercayakan kepada mereka. Itulah sebabnya maka sejak abad XVIII surat-surat itu biasanya disebut "Surat-surat Pastoral (Gembala)." Beberapa ahli berpendapat bahwa surat-surat itu mengandaikan tahap perkembangan dalam tata pemerintahan umat yang baru terjadi sesudah Paulus mati. Tetapi pendapat ini kurang tepat. Sebab surat-surat itu sebenarnya mengandaikan sebuah tahap perkembangan umat yang sangat mungkin sudah tercapai menjelang akhir hidup Paulus. Sebutan "episkopos" (penilik) masih searti dengan sebutan "presbiter" (terj. penatua) Tit 1:5-7, seperti juga dahulu, Kis 20:17 dan 28, sesuai dengan susunan jemaat-jemaat dahulu yang dipimpin oleh sebuah dewan penatua, Tit 1:5+. Belum ada sama sekali seorang "uskup" yang seorang diri menjadi pemimpin tertinggi jemaat. Tokoh semacam itu baru tampil dalam surat-surat Ignasius dari Anthiokia. Hanya perkembangan ke jurusan itu sudah dirintiskan : meskipun beberapa jemaat dipercayakan kepada Timotius dan Titus yang tidak terikat pada satu di antaranya, Tit 1:5, namun kedua wakil Paulus itu memegang kewibawaan rasuli, yang tidak lama lagi harus diserahkan kepada orang-orang lain oleh karena para rasul menghilang. Dan tidak lama kemudian kewibawaan rasuli itu diberi kepada ketua sebuah dewan penatua, dan ketua itu tidak lain kecuali uskup. Tahap peralihan sebagaimana tampil dalam surat-surat pastoral justru menjadi bukti bahwa surat-surat itu benar-benar karangan Paulus. Sebab dengan maksud apa seorang pemalsu dapat mengkhayalkan tahap semacam itu? Perlu diperhatikan juga bahwa "penilik" dan "penatua" itu bukan hanya pengurus harta-benda dan perkara materiil lain, tetapi juga dan terutama bertugas mengajar dan memimpin, 1Tim 3:2, 5; 5:17; Tit 1:7, 9. Dengan demikian maka "penilik" dan "penatua" itu sungguh-sungguh moyang dari uskup dan iman dalam Gereja Katolik sekarang.
Sementara ahli berpendapat bahwa desakan untuk berpegang teguh pada "ajaran sehat", 1Tim 1:10 dll, dan memelihara "depositum fidei" (terj.: apa yang dipercayakan kepadamu), 1Tim 6:20; 2Tim 1:14, tidak layak bagi Paulus, seorang pemikir teologis yang berani dan orisinil. Tetapi keterangan dan desakan semacam itu nampaknya sesuai sekali dengan Sang Rasul yang dekat pada ajalnya dan memperingati pembantu-pembantunya yang masih muda berhubung dengan pemikiran- pemikiran yang membahayakan. Sebab Paulus sudah mengamati bahwa jemaat-jemaat itu ada selara untuk pembaharuan-pembaharuan yang dapat menghancurkan iman, 1Tim 1:19. Dan ini tentu saja bukan ajaran dari gnostik dalam abad II yang mau ditentang oleh seorang pemalsu yang menyamar sebagai Paulus. "Soal-soal yang dicari-cari", 1Tim 6:4, "dongeng-dongeng dan silsilah yang tiada putus- putusnya", 1Tim 1:4, "dongeng-dongeng Yahudi", Tit 1:14 dan "percekcokan dan pertengkaran mengenai hukum Taurat", Tit 3:9, yang bercampur dengan aturan- aturan askese yang keras, 1Tim 4:3, kiranya berasal dari orang-orang Yahudi yang berkebudayaan Yunani dan suka mencampurkan segala sesuatunya. Paulus terpaksa sudah menghadapi mereka waktu krisis dalam jemaat di Kolose.
Sudah barang tentu bahasa yang dipakai dalam surat-surat ini tidak mempunyai ciri-ciri bahasa Paulus. Gaya bahasanya sangat lancar, berbeda sekali dengan gaya yang berapi-api dan yang kekayaannya melimpah-limpah, seperti yang dipakai oleh Paulus dalam surat-suratnya dahulu. Bahkan perbendaharaan katapun berbeda dengan perbendaharaan kata yang lazim pada Paulu. Ada orang yang berkata, bahwa usia lanjut Paulus dan keadaannya sebagai orang tahanan dapat menjelaskan gejala semacam itu. Tetapi antara Kol, Ef dan Tim, Tit hanya ada jangka waktu paling- paling empat-lima tahun, sedangkan 1Tim dan Tit tidak ditulis dalam penjara. Juga usaha untuk membeda-bedakan dalam surat-surat pastoral beberapa surat-surat kecil baik yang berasal dari Paulus maupun yang bukan karangannya tidak sampai meyakinkan. Dari sebab itu sebaik-baiknya diandaikan bahwa seorang murid-penulis Sang Rasul berperan dalam menyusun surat-surat pastoral, sama seperti halnya dengan Ef. Kepada penulis itu Paulus memberikan kebebasan lebih besar dari yang lazim. Memang Lukas menyertai Paulus, 2Tim 4:11, dan ada orang yang mengira dapat menemukan kesamaan khusus antara gaya bahasa Lukas dan gaya bahasa surat- surat pastoral.
Ibr ; th. 67
Berbeda dengan semua surat lain, surat kepada orang-orang Ibrani sejak dahulu diragukan keasliannya. Bahwasannya surat ini termasuk Kitab Suci jarang dipersoalkan, tetapi dalam Gereja barat sampai akhir abad IV tidak diterima sebagai karangan Paulus, namun bentuk literer surat itu dipersoalkan (Klemens dari Aleksandria, Origenes). Memanglah bahasa dan gaya bahasa surat kepada orang-orang Ibrani adalah murni dan lancar dan pasti bukan bahasa atau gaya bahasa Paulus. Caranya surat ini mengutip dan menggunakan Perjanjian Lama bukanlah cara Paulus. Alamat dan kata pembuka yang lazim dalam surat-surat Paulus tidak ada sama sekali. Ajaran yang termuat dalam karangan itu mempunyai keserupaan dengan ajaran Paulus, tetapi sekaligus ajaran itu cukup asli, sehingga sukar diterima bahwa langsung berasal dari Paulus sendiri. Maka banyak ahli katolik dan bukan katolik dewasa ini sependapat dalam mengakui bahwa surat ini bukan karangan Paulus seperti surat-surat lain adalah karangannya, walaupun secara langsung atau tidak langsung Paulus mempengaruhi Ibr. Dan pengaruh itu begitu rupa sehingga dapat dipertanggung-jawabkan bahwa secara tradisionil surat itu dikelompokkan bersama dengan surat-surat Paulus.
Tetapi perbedaan muncul kalau dipersoalkan siapa sesungguhnya penulis Ibr yang tidak bernama itu. Segala macam nama sudah dikemukakan., misalnya Barnabas, Silas, Aristion, dll. Yang kiranya paling kena ialah Apolos, seorang Yahudi dari Aleksandria, yang kefasihan, semangat kerasulan dan kemahirannya dalam Alkitab dipuji oleh Lukas, Kis 18:24-28. Bakat-bakat itu ternyata tampil jelas dalam surat kepada orang-orang Ibrani; bahasa dan pimikirannya berbau bahasa dan pemikiran Aleksandria (Filo); kefasihannya dalam membela agama Kristen meyakinkan, sedangkan seluruh argumentasinya berdasar penafsiran Perjanjian Lama.
Seperti nama pengarangnya tidak dikenal dengan pasti, demikianpun halnya dengan tempat ditulisnya surat ini dan orang-orang yang dialamati. Rupanya pengarang tinggal di Italia, 13:24, dan menulis suratnya sebelum Bait Allah di Yerusalem dihancurkan (th. 70). Sebab itu ia berkata tentang ibadat dalam Bait Allah seolah-olah sesuatu yang masih terus berlangsung, 8:4 dst, dan ia menasehati pembacanya sehubungan dengan godaan untuk kembali ke ibadat itu. Tentu saja pengarang menekankan bahwa ibadat Musa mempunyai ciri sementara saja, tetapi sama sekali tidak berkata tentang bencana yang terjadi dalam th. 70, meskipun kejadian itu memang sangat mendukung pendapatnya. Selebihnya pengarang pasti menggunakan surat-surat yang ditulis Paulus dalam penjara (Ef, Flp, Kol). Maka surat kepada orang-orang Ibrani boleh diberi bertanggal sesudah th. 63, kiranya sekitar th. 67, kalau orang menerima bahwa apa yang dikatakan tentang krisis yang mendekat, sebagaimana dapat dirasakan dalam seruannya supaya sidang pembaca berpegang teguh pada kepercayaannya, 10:25 dll, mengenai gejala yang mendahului perang Yahudi.
Meskipun judul surat ini, ialah: "Kepada orang-orang Ibrani" baru muncul selama abad II, namun sangat cocok dengan isi karangan itu. Surat ini tidak hanya mengandalkan bahwa para pembaca berkenalan baik dengan Perjanjian Lama, tetapi juga bahwa mereka bekas Yahudi. Oleh karena Ibr begitu menekankan ibadat dan liturgi, maka orang bahkan berpikir kepada bekas imam-imam Yahudi, bdk Kis 6:7. Setelah masuk Kristen imam-imam itu terpaksa meninggalkan kota suci dan mengungsi ke tempat lain, barangkali ke salah satu kota di pantai, misalnya Kaisarea atau Antiokhia. Tetapi pengasingan itu memberati mereka, sehingga dengan rindu mengenangkan ibadat bersemarak yang diselenggarakan oleh kaum Lewi dan yang merekapun melayaninya dahulu. Kepercayaannya yang baru, yang masih kurang kuat dan kurang terdidik, mengecewakan mereka, apa lagi oleh karena terganggu oleh penganiayaan akibat kepercayaan itu. Maka timbullah godaan hebat untuk mengundurkan diri.
Surat kepada orang-orang Ibrani sekuat tenaga berusaha mencegah mereka dari menjadi murtad, 10; 19:39. Untuk mengobarkan semangat kaum buangan yang menjadi lesu dan kendor itu, maka Ibr menyajikan pandangan unggul mengenai hidup Kristen, yang dipikirkan sebagai sebuah ziarah, suatu perjalanan menuju istirahat yang dijanjikan, sebuah perjalanan ke Tanah Air dengan dibimbing oleh Kristus yang melebihi Musa, 3:1-6, dan dengan disinari cahaya iman-kepercayaan yang sudah memimpin para bapa bangsanya, orang-orang Yahudi waktu keluaran dan semua orang suci dari Perjanjian Lama, 3:7-4:11; 11. Dengan imamat lama dan ibadat kaum Lewi yang dirindukan sidang pembaca, si pengarang memperlawankan diri Kristus yang menjadi Imam menurut peraturan Melkisedek dan melebihi imamat Harun,
Ende: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab) SURAT PERTAMA RASUL PAULUS KEPADA UMAT KORINTUS
KATA PENGANTAR
Kota Korintus jang termasjhur dalam sedjarah Junani kuno, musna dari bumi
dalam perang ...
SURAT PERTAMA RASUL PAULUS KEPADA UMAT KORINTUS
KATA PENGANTAR
Kota Korintus jang termasjhur dalam sedjarah Junani kuno, musna dari bumi dalam perang dengan orang Roma, dalam tahun 146 seb. Kr. Dalam tahun 44 ia dilahirkan kembali oleh kaisar Sesar sebagai suatu kolonisasi Romawi, tempat menampung para bekas pradjurit.
Letaknja pada genting tanah, hanja 8 km lebarnja, jang menghubung Semenandjung Peloponesus dengan daratan Junani, dengan pelabuhan jang baik disebelah-menjebelah genting tanah itu, membuat kota itu mendjadi pusat lalu- lintas Laut-Tengah dan kota dagang jang ramai. Pemerintahan Roma mengangkatnja mendjadi ibu kota propinsi Achaja. Dizaman Paulus penduduknja kira-kira 600.000 orang, sebagian besar terdiri dari orang-orang Romawi dan Junani, tetapi terdapat golongan-golongan dari hampir segala bangsa keliling Laut-Tengah. Golongan Jahudi rupanja sangat besar djuga. Tidak ada penduduk asli, melainkan semua pendatang, sehingga segenap penduduk merupakan suatu tjampuran pelbagai bangsa dan persatuan kemasjarakatan longgar sadja. Tiap-tiap golongan ada agamanja dan memelihara kebudajaannja sendiri.
Susunan sosialpun aneh. Dua pertiga dari penduduk terdiri dari budak-belian atau bekas budak-belian. Rakjat djelata jang lain umumnja miskin pula. Djumlah orang-orang kaja tidak besar.
Kota ini dewasa itu terkenal djuga dimana-mana sebagai jang paling buruk achlaknja dalam segala bidang. Perajaan ibadat kepada Afrodite, dewi agung kota itu, jang tiap-tiap hari dilakukan, setjara resmi bergandengan dengan pertjabulan umum. Dapat dimengerti bahwa Paulus, ketika ia tiba disitu dalam tahun 50 atau 51, lalu dari dekat mengenal kerendahan taraf kesusilaan itu, harapannja akan berhasil disini sangat ketjil. Rupanja perlu Kristus sendiri menabahkannja. Pada suatu malam Tuhan menampakkan diri kepadanja serta berkata: djangan engkau takut-takut; berbitjaralah dan djangan mendiamkan diri; Aku tetap sertamu; tak seorangpun jang akan berhasil berbuat djahat padamu; sebab kaum milikku dikota ini djumlahnja banjak sekali (Kis. Ras. 18:9). Lalu Paulus tinggal kira-kira 18 bulan. Pada golongan Jahudi ia berhasil sedikit sekali, tetapi dari golongan-golongan lain, chususnja dari orang Junani "banjak jang pertjaja dan dipermandikan" (Kis. Ras.18:8). Umat berkembang pesat dan kegiatan serta semangat iman nampak baik sekali. Paulus dibantu oleh Silas dan Timoteus.
Tentang perkundjungan Paulus jang pertama kepada Korintus dan terdirinja umat disitu batjalah Kis. Ras. 18:1-17. Perkembangan umat selandjutnja dan chususnja perkembangan batiniah, kita akan saksikan dalam membatja kedua surat kepada umat itu, jang ditulis 6 dan 7 tahun sesudah umat mulai didirikan.
Sesudah Paulus meninggalkan Korintus, datang disitu seorang bernama Apolos sebagai pengadjar Indjil. Ia seorang Jahudi jang lahir dan dididik di Aleksandria, berpendidikan tinggi, pandai berpidato dan mahir dalam Kitab Kudus. la sudah tahu banjak tentang Kristus dan Indjil, tetapi hanja dipermandikan dengan permandian Joanes Pemandi. Ia tiba di Efesus ketika Paulus tidak ada disitu, tetapi mempeladjari Indjil lebih luas dan dalam pada Priskila dan Akuila, dan dipermandikan disitu. Lalu ia pergi mengadjar ke Korintus. Batja Kis. Ras. 18: 23-28.
Karena kemahirannja dan keindahan gaja bitjaranja, orang-orang Korintus merasa amat tertarik kepadanja. Ia berhasil mejakinkan baik orang Jahudi maupun penduduk-penduduk lain, sampai banjak bertobat.
Sementara itu Paulus memulai perdjalanannja jang ketiga dalam tahun 54. Kira- kira dalam tahun 55 ia sampai ke Efesus dan menetap disitu 2 atau 3 tahun. Apolos pergi bertemu dengan dia disitu, tentu untuk memberi laporan tentang pekerdjaannja dan keadaan umat di Korintus. Dari I Kor. 5:9-13 dapat diduga, bahwa waktu itu Paulus sudah menulis satu surat kepada umat itu, jang tidak tersimpan.
Kemudian, dalam tahun 56 atau permulaan 57, datang suatu utusan dari umat Korintus ke Efesus untuk memperbintjangkan kesulitan-kesulitan dalam umat dan mengantar suatu surat dengan persoalan-persoalan untuk dipetjahkan dengan resmi oleh Paulus. Hal itu mendjadi alasan bagi Paulus untuk menulis surat jang berdjudul "Surat pertama R.P. kepada umat Korintus", singkatnja: I Kor. Surat ini kaja berisi dan penting sekali, karena didalamnja beberapa misteri pokok dibitjarakan setjara luas dan mendalam. Paulus berbitjara sebagai "gembala sedjati" atas nama Kristus kepada umat Kristus, karena tjintanja kepada Kristus dan umat. Djiwa Kristus jang telah mendjadi djiwa Paulus mendjiwai seluruh surat, dan tak boleh tidah mendjiwai tiap pembatja jang berminat.
Surat ini mendjadi pedoman tak ternilai bagi pimpinan Geredja untuk segala abad, dan bagi masing-masing pribadi mendjadi sumber pengetahuan dan pengertian jang mendalam, lagi dorongan untuk menghajati Indjil dalam tjinta murni kepada Allah, Kristus dan sesama manusia. Seperti Paulus didorong oleh tjinta Kristus, demikian pembatja merasa terdorong oleh tjinta Kristus jang hidup dalam Paulus. Tidak mengherankan bahwa umat jang begitu pesat tumbuhnja menundjukkan lagi tjiri-tjiri kekanak-kanakan dan keremadjaan. Tak mungkin matang dalam keseluruhannja dalam kira-kira 5 tahun.
Biarpun Roh Kudus melimpah-limpahkan kurnia-kurnia jang istimewa kepada umat ini, adjaran-adjaran dan tjita-tjita Indjil tidak segera meresap dalam-dalam sampai segala tjara berpikir, perasaan dan kebiasaan kafir melenjap sampai dengan akarnja. Kita akan menjaksikan itu dalam membatja surat, dan tentu dengan banjak faedah bagi diri kita sendiri, setjara meluas dan memperdalam pandangan kita, untuk mengetahui bagaimana patut dan dapat kita mewudjudkan tjita-tjita Indjil dengan sempurna.
Tidak perlu kami memaparkan disini hal-hal itu dalam perintjian- perintjiannja.
TFTWMS: 1 Korintus (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Anthony C. Thiselton, "Realized Eschatologyat Corinth," New Testament Studies 24 ( July 1978 ): 521.
2 Richard E. Ost...
Catatan Akhir:
- 1 Anthony C. Thiselton, "Realized Eschatologyat Corinth," New Testament Studies 24 ( July 1978 ): 521.
- 2 Richard E. Oster, Jr., 1 Corinthians, The College Press NIV Commentary( Joplin, Mo.: College Press Publishing Co.,1995),253-75; Richard Oster," When Men Wore Veilsto Worship: The Historical Contextof 1 Corinthians 11:4, " New Testament Studies 34 ( October 1988 ): 481-505.
- 3 Oster,1 Corinthians, 258.
- 4 oseph A. Fitzmyer, "Another Lookat KEFALH in 1 Corinthians 11:3," New Testament Studies 35 ( October 1989): 510. Diskusi yang baik tersedia dalam Wayne Grudem," Does Kefalh ('Head') Mean 'Source'or 'Authority Over' in Greek Literature? A Survey of 2,336 Examples," Trinity Journal, newseries 6( Spring 1985): 38-59.
- 5 Walter K. Lacey mengulas bahwa kaum perempuan kelas menengah dan bawah "hampir semuanya tinggal di rumah mereka"( Walter K. Lacey, "Women, Positionof," in The Oxford Classical Dictionary, 2nded. [ Oxford: Clarendon Press, 1970], 1139).
- 6 Jack P. Lewis memiliki sudut pandang yang berbeda. Ia berargumen bahwa perhimpunan itu bukan masalah ketika Paulus membahas tudung kepala dalam 1 Korintus 11:4-16 dan bahwa perhimpunan gereja tidak muncul sampai 11:17,18..( Jack P. Lewis, "The Roleof Womeninthe Assembly: Epistlesof Paul," in These Things Are Written: Bible Lectures Presentedat Harding from 1952 to 2012 [ Searcy, Ark.: Truthfor Today World Mission School,2013], 700-2.)
- 7 Ben Witherington III, Conflictand Communityin Corinth: A Socio-Rhetorical Commentary on 1 and 2 Corinthians( Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1995), 232.
- 8 Oster, "When Men Wore Veils,"493-97. Gordon D. Fee keliru ketika ia mengatakan kurang bukti bagi tudung kepala dalam budaya Yunani, Romawi,dan Yahudi.( Gordon D. Fee, The First Epistletothe Corinthians, The New International Commentaryonthe New Testament[ Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co.,1987],507-8.)
- 9 Oster, "When Men Wore Veils,"504. Kasus Oster akan lebih kuat jika ia telah menunjukkan bahwa tudung kepala baik dalam konteks Yahudi Palestina atau diaspora menyiratkan ketundukan perempuan. Karena Efesus 5:23 bisa saja memiliki implikasi untuk pertanyaan yang lebih luas tentang hubungan laki-laki dan perempuan, maka sungguh mengherankan bahwa Oster ingin menghapus ayat itu dari pertimbangan.
- 10 Everett Ferguson," Of Veilsand Virgins: Greek, Roman, Jewish,and Early Christian Practice," Restoration Quarterly 56 (Fourth Quarter 2014): 241.
- 11 Ibid.
- 12 William F. Orrand James Arthur Walther,1 Corinthians, The Anchor Bible (Garden City, N. Y.: Doubleday & Company, 1976), 260.
- 13 Hans Conzelmann, 1 Corinthians, trans. J. W. Leitch, Hermeneia( Philadelphia: Fortress Press, 1975), 185.
- 14 David E. Garland, 1 Corinthians, Baker Exegetical Commentaryonthe New Testament (Grand Rapids, Mich.: Baker Academic, 2003), 520.
- 15 Garland, 529.
- 16 Herodotus Persian Wars 1.82.7.
- 17 Garland, 534-35.
- 18 Gerd Theissen, The Social Settingof Pauline Christianity: Essayson Corinth, trans. and ed. John H. Schütz ( Philadelphia: Fortress Press, 1982 ), 148-49.
- 19 Menurut Raymond C. Kelcy, gereja Korintus mengambil bagian dari makanan bersama "sebelum Perjamuan Tuhan" ( Raymond C. Kelcy, First Corinthians, The Living Word Series ( Austin, Tex.: R. B. Sweet Co., 1967 ), 51-52. Bahwa susunannya adalah Perjamuan Tuhan di ikuti oleh makanan bersama merupakan implikasi dari 11:33:"…jika kamu berkumpul untuk makan [makanan bersama], nantikanlah olehmu seorang akan yang lain."
- 20 Informasi tentang kata itu dalam periode patristik diberikan di dalam G. W. H. Lampe, A Patristic Greek Lexicon( Oxford: Clarendon Press, 1961 ), 785-86.
- 21 Mungkin makanan bersama di Korintus harus disamakan dengan "perjamuan kasih" dalam Yudas 12 dan 2 Petrus 2:13.( Perjamuan ini dibahas di dalam Duane Warden, 1&2 Peterand Jude, Truthfor Today Commentary [Searcy, Ark.: Resource Publications, 2009], 385-87.)
- 22 Wayne A. Meeks, The First Urban Christians: The Social Worldofthe Apostle Paul, 2nd ed.( New Haven, Conn.: Yale University Press, 2003 ), 68.
- 23 " Ekaristi," istilah yang beberapa kelompok agama gunakan untuk mengacu kepada Perjamuan Tuhan,merupakan adaptasi bahasa Inggris dari kata Yunani untuk "terimakasih"atau "ucapan syukur."
- 24 Augustine Confessions 7.10.16.
- 25 Fee,557.
Pengarang: Duane Warden
Hak Cipta © 2017 pada Truth for Today
Hak Cipta Oilindungi Undang-Undang 35
BIS: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab) SURAT PAULUS YANG PERTAMA KEPADA JEMAAT DI KORINTUS
PENGANTAR
Surat Paulus Yang Pertama Kepada Jemaat di Korintus ditulis untuk membahas
persoalan-p
SURAT PAULUS YANG PERTAMA KEPADA JEMAAT DI KORINTUS
PENGANTAR
Surat Paulus Yang Pertama Kepada Jemaat di Korintus ditulis untuk membahas persoalan-persoalan yang timbul di dalam jemaat yang telah didirikan oleh Paulus di Korintus itu. Persoalan-persoalan tersebut adalah mengenai kehidupan dan kepercayaan Kristen. Pada waktu itu Korintus adalah sebuah kota Yunani, ibukota provinsi Akhaya yang termasuk wilayah pemerintahan Roma. Kota ini, yang penduduknya terdiri dari banyak macam bangsa, terkenal karena kemajuannya dalam perdagangan, kebudayaannya yang tinggi, tetapi juga karena keadaan susilanya yang rendah dan karena adanya bermacam-macam agama di situ.
Yang terutama menjadi pikiran Rasul Paulus ialah persoalan tentang perpecahan dan kebejatan di dalam jemaat, dan tentang persoalan-persoalan seks dan perkawinan, persoalan hati nurani, tata tertib dalam jemaat, karunia-karunia Roh Allah, dan tentang bangkitnya orang mati. Dengan pandangan yang dalam, Paulus menunjukkan bagaimana Kabar Baik dari Allah itu menyoroti persoalan-persoalan tersebut.
Pasal 13 (1Kor 13:1-13) melukiskan ciri-ciri kasih yang sejati. Pasal ini mungkin merupakan pasal yang paling terkenal di antara semua pasal lainnya di buku ini.
Isi
- Pendahuluan
1Kor 1:1-9 - Keretakan dalam gereja
1Kor 1:10-4:21 - Soal seks dan kehidupan keluarga
1Kor 5:1-7:40 - Orang Kristen dan orang yang tidak menyembah Allah
1Kor 8:1-11:1 - Kehidupan jemaat dan ibadah
1Kor 11:2-14:40 - Perihal bangkitnya Kristus dan orang-orang Kristen dari kematian
1Kor 15:1-58 - Sumbangan untuk orang-orang Kristen di Yudea
1Kor 16:1-4 - Hal-hal pribadi dan penutup
1Kor 16:5-24
Ajaran: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran utama dalam Kitab I Korintus,
dan melakukannya di dalam kehidupan mereka.
Pendahuluan
Pen
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran utama dalam Kitab I Korintus, dan melakukannya di dalam kehidupan mereka.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Paulus.
Tahun : Sekitar tahun 56 sesudah Masehi.
Penerima : Orang-orang Kristen di kota Korintus. (Dan juga orang-orang Kristen di seluruh dunia).
Isi Kitab: Kitab I Korintus terbagi atas 16 pasal. Di dalamnya kita dapat melihat ajaran tentang cara-cara kehidupan anggota gereja.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab I Korintus
Pasal 1-4 (1Kor 1:1-4:21).
Pengajaran tentang kenyataan bahwa setiap orang Kristen hanyalah milik Tuhan Yesus
Dalam bagian ini Rasul Paulus menegur orang-orang Kristen karena adanya perpecahan dan iri hati atau pertengkaran.
Pendalaman
- Bacalah pasal 1Kor 1:10. _Tanyakan_: Apakah sebabnya terjadi perpecahan di antara jemaat Korintus? Dan apakah yang dikatakan Rasul Paulus tentang perpecahan itu?
- Bacalah pasal 1Kor 3:3. _Tanyakan_: Apakah yang menunjukkan seseorang masih hidup secara duniawi?
- Bacalah pasal 1Kor 4:6. _Tanyakan_: Apakah yang dikatakan Rasul Paulus tentang kesombongan?
Pasal 5-6 (1Kor 5:1-6:20).
Pengajaran tentang kehidupan moral di dalam jemaat
Di dalam bagian ini, Rasul Paulus menjelaskan persoalan yang timbul dalam jemaat karena percabulan dan mencari keadilan pada orang-orang yang tidak beriman.
Pendalaman
- Bacalah pasal 1Kor 5:11-13. _Tanyakan_: Apakah yang diperintahkan Allah kepada orang Kristen?
- Bacalah pasal 1Kor 6:6-11. _Tanyakan_: Bagaimanakah perintah Allah?
- Bacalah pasal 1Kor 6:12-20. _Tanyakan_: Mengapakah Rasul Paulus melarang percabulan? Siapakah yang empunya tubuh orang Kristen?
Pasal 7-16 (1Kor 7:1-16:24).
Pengajaran tentang kemerdekaan orang Kristen dan kehidupan dalam ibadah
Di bagian ini, Rasul Paulus menjawab pertanyaan dari jemaat tentang kemerdekaan orang Kristen, sikap dalam kebaktian dan mengenai karunia-karunia Roh, juga tentang kebangkitan orang-orang percaya.
Pendalaman
- Bacalah pasal 1Kor 7:8-13. _Tanyakan_: Bagaimanakah perintah Allah tentang pernikahan? Mengapakah orang Kristen tidak boleh bercerai?
- Bacalah pasal 1Kor 8:8-9. _Tanyakan_: "Apakah makanan membawa seseorang lebih dekat kepada Allah?"
- Bacalah pasal 1Kor 15:12-19. _Tanyakan_: Mengapakah pengakuan akan kebangkitan orang percaya itu penting?
- Bacalah pasal 1Kor 15:57-58. _Tanyakan_: Apakah jerih payah dalam melayani Tuhan Yesus itu sia-sia?
II. Kesimpulan
Melalui Kitab I Korintus, Allah mengajarkan arti kehidupan menjadi murid Tuhan Yesus dan bagaimana kehidupan sebagai orang-orang yang sudah diselamatkan (orang Kristen).
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menulis Kitab I Korintus?
- Apakah tujuan Kitab I Korintus?
- Apakah arti kebangkitan orang percaya dalam iman Kristen?
- Bagaimanakah seharusnya kehidupan orang yang sudah diselamatkan?
Intisari: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab) Surat kepada gereja yang terpecah belah
BAGAIMANA GEREJA DI KORINTUS DIMULAI.Paulus pertama kali mengunjungi Korintus pada perjalanan misionarisnya y
Surat kepada gereja yang terpecah belah
BAGAIMANA GEREJA DI KORINTUS DIMULAI.
Paulus pertama kali mengunjungi Korintus pada perjalanan misionarisnya yang kedua (Kis. 18:1). Sejumlah orang Yahudi, termasuk Krispus yang menjadi kepala rumah ibadat, dan banyak orang bukan Yahudi menjadi Kristen. Paulus memulai sebuah sekolah Alkitab untuk mereka, yang letaknya strategis dan mencolok karena berdampingan dengan rumah ibadat (Kis. 18:1-18). Ia tinggal di sana selama delapan belas bulan dan digantikan oleh Apolos sebagai guru Alkitab.
BAGAIMANA BERITA TENTANG GEREJA DI KORINTUS SAMPAI KEPADA PAULUS.
Paulus sedang berada di suatu tempat di Asia (1 Kor. 16:19), mungkin di Efesus (16:8), pada akhir masa perjalanan misionarisnya yang kedua, ketika Stefanus dan dua orang kawannya datang dengan membawa sepucuk surat dari jemaat di Korintus (16:17 dan 7:1).
SEBUAH GEREJA YANG TERPECAH BELAH.
1. Mereka terpecah karena soal kepemimpinan (1:12).
2. Mereka terpecah karena standar moral (5:1-8).
3. Mereka terpecah karena kasus pendakwa dan terdakwa (6:1-8).
4. Mereka terpecah karena kasus orang Kristen yang lemah dan yang kuat (8:7-12).
5. Mereka terpecah antara yang kaya dan yang miskin (11:17-22).
6. Bahkan karunia Roh menjadikan mereka terpecah belah (12:12-26 ).
EMPAT PUCUK SURAT UNTUK JEMAAT KORINTUS?
Rupanya Paulus menulis empat pucuk surat kepada jemaat di Korintus: kita hanya memiliki surat kedua dan yang terakhir.
1. Surat pertama disebut dalam 5:9; "Dalam suratku telah kutuliskan kepadamu". Akan tetapi tidak ada lagi yang dapat kita ketahui mengenai surat itu.
2. Suratnya yang kedua adalah Surat I Korintus kita ini.
3. Surat yang ketiga tampaknya disebut-sebut dalam I I Korintus 2:3, 4 dan seringkali disebut "surat yang sangat menyedihkan". Surat ini boleh jadi I Korintus, tetapi surat itu tidak benar-benar cocok dengan apa yang disebut oleh Paulus sebagai "surat yang sangat menyedihkan".
4. Surat yang keempat adalah Surat 11 Korintus.
PERTANYAAN-PERTANYAAN ANDA TERJAWAB.
I Korintus sangat besar nilainya, karena surat itu menjawab banyak pertanyaan yang banyak ditanyakan dewasa ini:
o Bagaimana sikap yang benar terhadap para pemimpin kita?
o Di mana letak pendidikan dalam kehidupan Kristen?
o Bagaimana tentang disiplin gerejawi?
o Bolehkah Kristen membawa Kristen lain ke pengadilan?
o Bagaimana seharusnya sikap kita terhadap agama-agama lain?
o Apa yang dimaksud dengan kebebasan?
o Bolehkah wanita berdoa di gereja?
o Apa karunia-karunia Roh itu?
o Karunia Roh mana yang paling penting?
o Apa yang terjadi setelah kematian?
Mempelajari surat ini dengan saksama akan mengungkapkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas dan banyak pertanyaan lainnya.
Pesan
Surat ini disusun bagaikan elips dengan dua "titik pusat",bukannya satu.1. Skandal gereja yang terpecah (pasal 1-4) Gereja terpecah ke dalam empat
golongan dengan "nama" yang berbeda-beda:
o Saya golongan Paulus
o Saya golongan Petrus
o Saya golongan Apolos
o Saya golongan Kristus
Bagian mengenai kelemahan dalam pasal 1 mungkin ditujukan kepada apa yang
dikatakan oleh para pengritik tentang Paulus (lihat 2Kor 10:10)
dan bagian tentang hikmat dalam pasal yang sama mungkin ditujukan kepada Apolos
dan pendidikannya (Kis. Kis 18:24). Paulus menggunakan lima sebutan
yang mencolok bagi dirinya dan para pemimpin gereja lainnya untuk menunjukkan
bagaimana seharusnya sikap kita:
o Sebagai pelayan (diakonia). 1Ko 3:5
o Sebagai kawan sekerja. 1Ko 3:9
o Sebagai ahli bangunan. 1Ko 3:10
o Sebagai hamba, pembantu. 1Ko 4:1
o Sebagai orang yang dipercaya. 1Ko 4:1
2. Kebingungan mengenai kebebasan (pasal 8-10)
o Orang Kristen 'yang kuat' berpendapat bahwa mereka bebas memakan makanan dalam
rumah-rumah berhala di Korintus, sekalipun orang Kristen 'yang lemah'
dibingungkan dan dilemahkan oleh perbuatan mereka.
o Wanita-wanita 'yang bebas' merasa boleh menanggalkan kerudung walaupun
sebagian pria Kristen tradisional berpikir bahwa mereka terlalu maju.
Paulus memarahi hal-hal tersebut. Ia mengambil contoh sederhana: haknya untuk
menerima upah bagi pekerjaannya sebagai seorang pengkhotbah.
Ia membuat tujuh argumentasi yang mendukung prinsip membayar pengkhotbah:
o Contoh dari para rasul. 1Ko 9:5
o Ilustrasi tentang seorang prajurit. 1Ko 9:7
o Ilustrasi tentang seorang tukang kebun. 1Ko 9:7
o Ilustrasi tentang seorang gembala. 1Ko 9:7
o Ajaran hukum Taurat. 1Ko 9:8
o Contoh dari para imam di Bait Allah. 1Ko 9:13
o Pengajaran dari Yesus sendiri. 1Ko 9:14
Dan setelah membuktikan haknya atas upah, ia menolak untuk dibayar
(1Ko 9:15). Maksudnya jelas: Walau aku mempunyai hak, tidak berarti
bahwa aku harus menggunakannya.
Dan inilah prinsipnya: 'Sungguhpun aku bebas terhadap semua orang, aku
menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak
mungkin orang'. (1Ko 9:19)
Penerapan
1. Kepandaian manusia pasti bertentangan dengan hikmat Allah.
2. Orang Kristen yang mengidolakan pemimpin mereka:
o memecah belah gereja o menipu pemimpin mereka o meremehkan Allah
3. Disiplin gereja, yang kini banyak dilupakan:
o memulihkan para pemberontak o memperingatkan mereka yang tidak mantap o menjadi saksi bagi dunia o memuliakan Allah
4. Orang Kristen dibebaskan:
o bukan untuk menyenangkan diri sendiri o tetapi supaya dapat melayani Allah o dan dapat memenangkan orang lain
5. Kebangkitan merupakan hakikat kekristenan.
o kebangkitan BUKAN sebagai pilihan tambahan
Tema-tema Kunci
o Bacalah dengan saksama 1Ko 1:17 sampai 1Ko 2:13, dancatatlah hal-hal yang berhubungan dengan hikmat, kuasa, kebodohan atau
kelemahan. Paulus menggunakan masing-masing ini dalam dua cara: sebagaimana
dilihat oleh manusia dan sebagaimana Allah melihatnya. Coba jelaskan semua
pokok ini.
o Dalam pasal 5 dan 6 Paulus mulai mengajukan tujuh pertanyaan dengan 'Tidak tahukah kamu?':
- sedikit ragi mengkhamiri seluruh adonan. 1Ko 5:6
- orang kudus akan menghakimi dunia. 1Ko 6:2
- kita akan menghakimi malaikat-malaikat. 1Ko 6:3
- orang-orang yang tidak benar tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. 1Ko 6:9
- tubuhmu adalah anggota Kristus. 1Ko 6:15
- siapa yang mengikatkan dirinya dengan pelacur, menjadi satu tubuh dengan dia. 1Ko 6:16
- tubuhmu adalah bait Roh Kudus. 1Ko 6:19
Atas dasar apa Paulus berharap agar orang Kristen di Korintus mengetahui
ketujuh prinsip ini? Jika kita tahu ketujuh prinsip ini, apa pengaruhnya atas
tingkah laku kita?
o Empat dasar injil. Dalam 1Ko 15:3-5 Paulus mempersingkat Injil menjadi empat dasar pengajaran.
1. Kristus mati untuk dosa-dosa kita sesuai dengan apa yang tertulis dalam kitab suci.
2. Ia dikuburkan.
3. Ia dibangkitkan pada hari ketiga sesuai dengan apa yang tertulis dalam kitab suci.
4. Ia menampakkan diri...
Selidikilah dalam seluruh Perjanjian Lama dan tunjukkan bahwa Kristus mati
untuk dosa-dosa kita sesuai dengan kitab suci dan bahwa Kristus dibangkitkan
pada hari ketiga sesuai dengan kitab suci.
o Pasal 15 mengenai kebangkitan. Apa konsekuensi dari kepercayaan yang tidak
mengakui adanya kebangkitan (ayat 12-19)?
Perhatikan tiga pasangan yang mencolok yang ditunjukkan oleh Paulus dalam ayat
45-49:
1. Adam pertama dan Adam terakhir.
2. Manusia pertama dan Manusia kedua.
3. Manusia dari debu dan Manusia dari surga.
Mengapa Yesus dikatakan Adam terakhir, tetapi Manusia kedua? (Pelajarilah
dengan saksama Rom 5:6-21 untuk lebih mendalami hal yang sangat
kontras antara Adam dan Kristus).
Garis Besar Intisari: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab) [1] PENGANTAR 1Ko 1:1-9
1Ko 1:1-3Salam
1Ko 1:4-9Beberapa komentar yang mengejutkan
[2] SKANDAL GEREJA YANG TERPECAH 1Ko 1:10-4:21
1Ko 1:
[1] PENGANTAR 1Ko 1:1-9
1Ko 1:1-3 | Salam |
1Ko 1:4-9 | Beberapa komentar yang mengejutkan |
[2] SKANDAL GEREJA YANG TERPECAH 1Ko 1:10-4:21
1Ko 1:10-31 | Manusia dipermuliakan: Kristus disalibkan |
1Ko 2:1-3:4 | Hikmat rohani |
1Ko 3:5-4:5 | Pikirkan tentang para pemimpin seperti ini |
1Ko 4:6-21 | Kesombongan luar biasa, kemiskinan dan kuasa |
[3] SKANDAL IMORALITAS 1Ko 5:1-6:20
1Ko 5:1-13 | Skandal seksual yang memalukan |
1Ko 6:1-8 | Skandal peradilan |
1Ko 6:9-20 | Kesucian bagi Bait Roh Kudus |
[4] PERTANYAAN-PERTANYAAN TENTANG PERKAWINAN 1Ko 7:1-40
1Ko 7:1-9 | Tentang hak dan kewajiban |
1Ko 7:10-24 | Tentang perceraian |
1Ko 7:25-38 | Bagaimana tentang orang-orang yang melajang? |
1Ko 7:39-40 | Ringkasan |
[5] DIBEBASKAN... TETAPI SEBERAPA BEBAS? 1Ko 8:1-11:1
1Ko 8:1-13 | Dibebaskan dari penyembahan berhala, tetapi... |
1Ko 9:1-27 | Bebas dari pengaruh masyarakat, tetapi... |
1Ko 10:1-13 | Bebas karena anugerah Allah, tetapi... |
1Ko 10:14-11:1 | Bebas untuk melayani manusia dan menyukakan Allah |
[6] KEKACAUAN DALAM IBADAH DI GEREJA 1Ko 11:2-14:40
1Ko 11:2-16 | Rambut panjang, topi dan kerudung |
1Ko 11:17-34 | Perjamuan Kudus: dalam gereja yang terpecah? |
1Ko 12:1-31 | Karunia-karunia Roh |
1Ko 13:1-13 | Karunia yang terbesar |
1Ko 14:1-40 | Bahasa lidah dan nubuatan |
[7] KEBANGKITAN 1Ko 15:1-58
1Ko 15:1-11 | Inilah kabar baik |
1Ko 15:12-19 | Jika Kristus tidak bangkit... |
1Ko 15:20-34 | Tetapi Ia telah bangkit dan kita pun akan dibangkitkan |
1Ko 15:35-50 | Apa arti kebangkitan |
1Ko 15:51-58 | Kemuliaan kebangkitan |
[8] KESIMPULAN 1Ko 16:1-24
1Ko 16:1-9 | Rencana-rencana Paulus |
1Ko 16:10-20 | Beberapa orang penting |
1Ko 16:21-24 | Salam pribadi |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi