Teks -- 1 Petrus 1:14 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> 1Ptr 1:14
Jerusalem -> 1Ptr 1:14
Jerusalem: 1Ptr 1:14 - kebodohanmu Ialah "ketidak-tahuanmu". para pembaca sudah pindah dari kejahilan kepada pengetahuan tentang Allah, Maz 78:6; Yer 10:25; 1Te 4:5; dll, lalu kelakuan ...
Ialah "ketidak-tahuanmu". para pembaca sudah pindah dari kejahilan kepada pengetahuan tentang Allah, Maz 78:6; Yer 10:25; 1Te 4:5; dll, lalu kelakuan mereka berubah sama sekali, 1Pe 1:18; Efe 4:17-19.
Ende -> 1Ptr 1:14
Ende: 1Ptr 1:14 - Belum berpengetahuan Waktu belum mengenal iman jang benar, manusia itu
mendjalankan praktek-praktek orang kafir.
Waktu belum mengenal iman jang benar, manusia itu mendjalankan praktek-praktek orang kafir.
Ref. Silang FULL -> 1Ptr 1:14
Ref. Silang FULL: 1Ptr 1:14 - yang taat // jangan turuti // waktu kebodohanmu · yang taat: 1Pet 1:2,22
· jangan turuti: Rom 12:2
· waktu kebodohanmu: Ef 4:18
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> 1Ptr 1:13-23
Matthew Henry: 1Ptr 1:13-23 - Kewaspadaan dan Kekudusan; Nasihat untuk Menjalin Kasih Persaudaraan Kewaspadaan dan Kekudusan; Nasihat untuk Menjalin Kasih Persaudaraan (1:13-23)
Di sini Rasul Petrus memulai dengan nasihat-nasihatnya kepada orang-...
Kewaspadaan dan Kekudusan; Nasihat untuk Menjalin Kasih Persaudaraan (1:13-23)
- Di sini Rasul Petrus memulai dengan nasihat-nasihatnya kepada orang-orang yang disuratinya itu, yang sebelumnya ia gambarkan berada dalam keadaan mulia. Dengan begitu, ia mengajar kita bahwa Kekristenan adalah ajaran yang sesuai dengan kesalehan, yang dirancang untuk membuat kita bukan hanya lebih bijak, melainkan juga lebih baik.
- I. Ia menasihati mereka untuk waspada dan hidup kudus.
- 1. Sebab itu siapkanlah akal budimu, dst. (ay. 13). Seolah-olah ia berkata, “Sebab itu, karena kamu demikian dihormati dan dibedakan, seperti yang sudah dijelaskan di atas, siapkanlah akal budimu. Ada perjalanan yang harus kamu tempuh, pertandingan yang harus kamu ikuti, peperangan yang harus kamu menangkan, dan pekerjaan besar yang harus kamu lakukan. Seperti halnya pelancong, petanding, prajurit, dan pekerja mempersiapkan diri dan mengencangkan pakaian mereka yang panjang dan longgar, supaya mereka lebih siap, cepat, dan sigap dalam urusan mereka, demikian pula halnya dengan pikiranmu, manusia batinmu, dan perasaan-perasaan yang berdiam di sana: Siapkanlah semuanya itu, bereskan itu, jangan biarkan menggantung longgar dan terabaikan. Kencangkan apa yang longgar, dan hendaklah ikat pinggang atau kekuatan dan daya pikiranmu kamu kerahkan untuk menjalankan kewajibanmu. Lepaskanlah dirimu dari semua yang akan menghambat kamu, dan teruslah bertekad untuk taat. Waspadalah, waspada terhadap semua bahaya dan musuh rohanimu, dan jangan berlebih-lebihan dalam makan, minum, berpakaian, berlibur, bekerja, dan dalam seluruh perilakumu. Waspadalah juga dalam berpendapat, dan dalam berbuat, dan rendah hatilah dalam menilai dirimu sendiri.” Dan letakkanlah pengharapanmu seluruhnya atas kasih karunia yang dianugerahkan kepadamu pada waktu penyataan Yesus Kristus. Sebagian orang merujuk hal ini pada penghakiman terakhir, seakan-akan Rasul Petrus mengarahkan harapan mereka pada penyataan terakhir dari Yesus Kristus. Tetapi tampaknya lebih wajar mengartikannya, seperti yang dapat diartikan dari sini, “Berharaplah dengan sempurna, atau seluruhnya, atas kasih karunia yang dianugerahkan kepadamu di dalam atau oleh penyataan Yesus Kristus. Yaitu oleh Injil, yang telah mematahkan kuasa maut dan mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa. Berharaplah dengan sempurna, percayalah tanpa ragu pada kasih karunia yang sekarang ditawarkan kepadamu oleh Injil.” Amatilah,
- (1) Pekerjaan utama orang Kristen terletak pada mengatur dengan benar hati dan pikirannya. Anjuran pertama dari Rasul Petrus adalah mempersiapkan akal budi.
- (2) Orang-orang Kristen yang terbaik sekalipun perlu dinasihati supaya waspada atau menahan diri. Orang-orang Kristen yang unggul ini diingatkan akan hal itu. Menahan diri dituntut dari seorang penilik jemaat (1Tim. 3:2), dari kaum laki-laki yang tua (Tit. 2:2), dan perempuan-perempuan muda harus diajari untuk menahan diri, dan orang-orang muda juga diperintahkan untuk menguasai diri (Tit. 2:4, 6).
- (3) Pekerjaan orang Kristen belum selesai segera setelah ia ada dalam keadaan penuh anugerah. Ia masih harus berharap dan berusaha memperoleh anugerah yang lebih banyak lagi. Sesudah memasuki gerbang yang sempit, ia masih harus berjalan di jalan yang sempit, dan mempersiapkan akal budinya untuk memperoleh anugerah yang lebih banyak lagi.
- (4) Kepercayaan yang kuat dan sempurna pada anugerah Allah betul-betul selaras dengan daya upaya terbaik kita dalam menjalankan kewajiban kita. Kita harus berharap dengan sempurna, namun juga mempersiapkan akal budi kita, dan mengerahkan segenap kekuatan untuk melakukan pekerjaan yang harus kita lakukan, dengan mendorong diri kita sendiri berdasarkan anugerah Yesus Kristus.
- 2. Sebagai anak-anak yang taat, dst. (ay. 14). Perkataan ini dapat dipandang sebagai pedoman hidup kudus, baik yang bersifat menegaskan, yakni “Kamu harus hidup sebagai anak-anak yang taat, seperti orang-orang yang sudah diangkat Allah menjadi anggota keluarga-Nya, dan diperbaharui oleh anugerahNya,” maupun bersifat melarang, yakni “Kamu tidak boleh menuruti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu.” Atau perkataan itu dapat dipandang sebagai alasan untuk mendesak mereka supaya hidup kudus dengan menimbang siapa mereka sekarang, yaitu anak-anak yang taat, dan siapa mereka pada waktu mereka hidup menuruti hawa nafsu dan kebodohan. Amatilah,
- (1) Anak-anak Allah harus membuktikan diri sebagai anak-anak yang taat dengan menaati Allah, dengan taat sekarang, seterusnya, dan sepenuhnya.
- (2) Yang terbaik dari anak-anak Allah pun pernah hidup menuruti hawa nafsu dan kebodohan. Itu terjadi saat seluruh kerangka hidup mereka, jalan dan cara mereka, hanya untuk memenuhi dan memuaskan segala keinginan mereka yang terlarang dan nafsu mereka yang keji, karena mereka sama sekali tidak mengenal Allah dan diri mereka sendiri, Kristus dan Injil.
- (3) Manusia, apabila bertobat, menjadi sangat berbeda dari siapa mereka di waktu dulu. Mereka menjadi orang-orang yang mengikuti cara dan jalan yang berbeda daripada sebelumnya. Sifat batin mereka, tingkah laku, ucapan, dan perilaku hidup mereka banyak berubah dibandingkan di masa-masa lalu.
- (4) Segala hawa nafsu dan apa saja yang berlebihan pada para pendosa merupakan buah-buah dan tanda-tanda dari kebodohan mereka.
- 3. Tetapi sama seperti Dia yang telah memanggil kamu, dst. (ay. 15-16). Di sini ada pedoman luhur yang ditegaskan dengan alasan-alasan yang kuat: Hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu. Siapa yang sanggup melakukan ini? Namun itu dituntut dengan keras, dan ditegaskan dengan tiga alasan, berdasarkan anugerah Allah dalam memanggil kita, berdasarkan perintah-Nya, ada tertulis, dan berdasarkan teladan-Nya. Kuduslah kamu, sebab Aku kudus. Amatilah,
- (1) Anugerah Allah dalam memanggil orang berdosa merupakan ajakan yang kuat untuk hidup kudus. Sungguh suatu perkenanan yang besar jika kita berhasil dipanggil oleh anugerah ilahi untuk keluar dari keadaan dosa dan kesengsaraan ke dalam keadaan di mana kita memiliki semua berkat dari perjanjian baru. Dan perkenanan yang besar berarti kewajiban yang kuat. Perkenanan yang besar memampukan dan juga mewajibkan kita untuk hidup kudus.
- (2) Kekudusan yang utuh adalah keinginan dan kewajiban setiap orang Kristen. Inilah pedoman kekudusan yang bersifat ganda:
- [1] Kekudusan itu, dalam jangkauannya, harus mencakup semuanya. Kita harus kudus, dan harus begitu di dalam seluruh hidup kita. Dalam semua perkara kemasyarakatan dan agama, dalam setiap keadaan, sejahtera atau sengsara. Kudus terhadap semua orang, kawan ataupun lawan. Dalam segala hubungan dan pekerjaan, kita harus tetap kudus.
- [2] Kudus dengan mengikuti teladan. Kita harus kudus, sama seperti Allah itu kudus: kita harus meniru Dia, meskipun kita tidak pernah dapat menyamai-Nya. Allah itu kudus secara sempurna, tak berubah, dan kekal, dan kita harus bercita-cita untuk mencapai keadaan seperti itu. Merenungkan kekudusan Allah haruslah mewajibkan kita untuk mencapai kekudusan tingkat tertinggi yang dapat kita capai.
- (3) Firman Allah yang tertulis adalah pedoman hidup yang paling pasti untuk orang Kristen, dan dengan pedoman ini kita diperintahkan untuk kudus dalam segala hal.
- (4) Perintah-perintah dalam Perjanjian Lama harus dipelajari dan dipatuhi di zaman Perjanjian Baru. Rasul Petrus, berdasarkan perintah yang disampaikan beberapa kali oleh Musa, menuntut kekudusan dari semua orang Kristen.
- 4. Jika kamu menyebut-Nya Bapa, dst. (ay. 17). Di sini Rasul Petrus sama sekali tidak bermaksud meragukan apakah orang-orang Kristen ini menyebut Allah itu Bapa atau tidak. Ia tahu mereka pasti memanggil-Nya Bapa, dan oleh karena itu ia menasihati mereka untuk hidup dalam ketakutan selama mereka menumpang di dunia ini: “Jika kamu mengakui Allah yang Mahabesar sebagai Bapa dan Hakim, maka kamu harus hidup dalam takut akan Dia selama kamu menumpang di dunia ini.” Amatilah,
- (1) Semua orang Kristen yang baik memandang diri mereka sebagai peziarah dan orang asing di dunia ini, orang asing di negeri yang jauh, yang lewat di situ menuju negeri lain, yang pantas bagi mereka (Mzm. 39:13; Ibr. 11:13).
- (2) Seluruh waktu kita menumpang di sini harus dilewati dengan takut akan Allah.
- (3) Merenungkan Allah sebagai Hakim bukanlah sesuatu yang tidak pantas bagi mereka yang betul-betul dapat memanggil-Nya Bapa. Keyakinan yang kudus kepada Allah sebagai Bapa, takut dan hormat kepada-Nya sebagai Hakim, adalah dua hal yang sangat selaras. Memandang Allah sebagai Hakim adalah satu sarana untuk menumbuhkan rasa sayang kita kepada Dia sebagai Bapa.
- (4) Penghakiman Allah tidak akan membeda-bedakan orang: Menurut perbuatan setiap orang. Hubungan lahiriah apa saja dengan-Nya tidak dapat melindungi siapa pun. Orang Yahudi boleh saja memanggil Allah Bapa dan Abraham bapa, tetapi Allah tidak membeda-bedakan orang, juga tidak mendukung kepentingan mereka, berdasarkan pertimbangan-pertimbangan pribadi, tetapi menghakimi mereka menurut perbuatan mereka. Perbuatan-perbuatan orang akan menyingkapkan siapa mereka sesungguhnya pada hari penghakiman. Allah akan membuat seluruh dunia tahu siapa kepunyaan-Nya melalui perbuatan-perbuatan mereka. Kita wajib hidup beriman, kudus, dan taat, dan perbuatan-perbuatan kita akan menjadi bukti apakah kita sudah memenuhi kewajiban kita atau tidak.
- 5. Setelah menasihati mereka untuk hidup dalam takut akan Allah selama mereka menumpang di dunia ini berdasarkan pertimbangan bahwa mereka menyebut-Nya Bapa, ia menambahkan (ay. 18) alasan kedua: Karena atau mengingat bahwa kamu telah ditebus bukan dengan barang yang fana, dst. Dalam hal ini ia mengingatkan mereka,
- (1) Bahwa mereka telah ditebus, atau dibeli kembali, dengan tebusan yang dibayarkan kepada Bapa.
- (2) Harga yang dibayar untuk menebus mereka adalah: Bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus.
- (3) Dari apa mereka ditebus: Dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu.
- (4) Mereka sudah mengetahui hal ini: Sebab kamu tahu, dan tidak bisa berpura-pura tidak mengetahui perkara besar ini. Amatilah,
- [1] Permenungan akan penebusan kita haruslah menjadi dorongan yang kuat dan terus-menerus untuk hidup kudus dan takut akan Allah.
- [2] Allah mengharapkan agar orang Kristen hidup sesuai dengan apa yang ia ketahui, dan karena itu kita sangat perlu diingatkan akan apa yang sudah kita ketahui (Mzm. 39:5).
- [3] Bukan perak atau emas, bukan pula barang yang fana di dunia ini, yang dapat menebus bahkan satu jiwa saja. Barang-barang itu sering kali menjadi jerat, godaan, dan hambatan bagi keselamatan manusia, tetapi sama sekali tidak dapat membeli atau memperolehnya. Barang-barang itu fana, dapat rusak, dan karena itu tidak bisa menebus jiwa yang tidak fana dan abadi.
- [4] Darah Yesus Kristus adalah satu-satunya harga penebusan manusia. Penebusan manusia itu nyata, bukan kiasan. Kita dibeli dengan harga, dan harga itu sepadan dengan pembeliannya, sebab itu adalah darah Kristus yang mulia. Darah itu adalah darah orang yang tidak bersalah, Anak Domba yang tak bernoda dan tak bercacat, yang diperlambangkan dengan Domba Paskah. Dan darah itu adalah darah seorang Pribadi yang tak terhingga nilainya, sebab Ia adalah Anak Allah, dan karena itu disebut darah Anak Allah (Kis. 20:28).
- [5] Rancangan Kristus dalam menumpahkan darah-Nya yang paling berharga adalah untuk menebus kita, bukan hanya dari kesengsaraan kekal di akhirat, melainkan juga dari perilaku atau hidup yang sia-sia di dunia ini. Perilaku yang sia-sia itu adalah perilaku yang kosong, sembrono, membuang-buang waktu, dan tidak mendatangkan kehormatan bagi Allah dan nama baik agama, tidak menginsyafkan orang-orang kafir, dan tidak menghibur serta memuaskan hati nurani manusia sendiri. Bukan hanya kefasikan secara terang-terangan, melainkan juga sia-sia dan tidak bermanfaatnya perilaku kita merupakan hal yang sangat berbahaya.
- [6] Perilaku orang bisa saja menampakkan diri dalam bentuk ibadah, dan mengatas-namakan kebiasaan dan tradisi yang sudah ada sejak dahulu kala, namun pada akhirnya perilaku itu hanya sia-sia. Orang-orang Yahudi dapat mengatakan banyak hal tentang ini, dengan segala ibadah lahiriah mereka. Namun perilaku mereka begitu sia-sia sehingga hanya darah Kristus yang dapat menebus mereka darinya. Sudah adanya sesuatu sejak dahulu kala bukanlah merupakan pedoman kebenaran yang pasti, bukan pula keputusan yang bijak, “Aku akan hidup dan mati dengan cara seperti ini, sebab nenek-moyangku juga begitu.”
- 6. Setelah menyebutkan harga penebusan, Rasul Petrus melanjutkan dengan berbicara tentang beberapa hal yang berkaitan baik dengan Sang Penebus maupun yang ditebus (ay. 20-21).
- (1) Sang Penebus digambarkan lebih jauh bukan hanya sebagai Anak Domba yang tak bercacat cela, melainkan juga sebagai,
- [1] Yang telah dipilih sebelum dunia dijadikan, telah dipilih atau ditetapkan, yang sudah diketahui. Apabila Allah dikatakan sudah mengetahui segala sesuatu sebelumnya, itu menyiratkan lebih daripada sekadar kemungkinan atau dugaan. Itu berarti suatu kehendak, keputusan bahwa apa yang akan terjadi pasti terjadi (Kis. 2:23). Allah tidak saja sudah mengetahui sebelumnya, tetapi juga menentukan dan menetapkan, bahwa AnakNya harus mati bagi manusia, dan ketetapan ini sudah ada sebelum dunia dijadikan. Waktu dan dunia dimulai bersama-sama, sebelum waktu dimulai, tidak ada apa-apa selain kekekalan.
- [2] Yang karena mereka, baru menyatakan diri-Nya pada zaman akhir. Ia dinyatakan atau diperlihatkan sebagai Penebus yang telah dipilih Allah. Ia dinyatakan melalui kelahiran-Nya, melalui kesaksian Bapa-Nya, dan melalui pekerjaan-pekerjaan-Nya sendiri, terutama melalui kebangkitan-Nya dari antara orang mati (Rm. 1:4). “Ini terjadi pada zaman akhir Perjanjian Baru dan Injil, untuk kamu, kamu orang-orang Yahudi, kamu orang-orang berdosa, kamu orang-orang yang menderita. Kamu diberi penghiburan dengan penyataan dan penampakan Kristus, jika kamu percaya kepada-Nya.”
- [3] Yang dibangkitkan dari antara orang mati oleh Bapa, yang memberi-Nya kemuliaan. Kebangkitan Kristus, yang dipandang sebagai tindakan kekuasaan, bersifat umum untuk ketiga Pribadi Tritunggal itu, tetapi sebagai tindakan penghakiman, itu khusus menjadi tugas Sang Bapa, yang sebagai Hakim membebaskan Kristus, membangkitkan Dia dari kubur, dan memberi-Nya kemuliaan. Bapa menyatakan Dia kepada seluruh dunia sebagai Anak-Nya melalui kebangkitan-Nya dari antara orang mati, mengangkat-Nya ke sorga, memahkotai-Nya dengan kemuliaan dan kehormatan, menyerahkan kepadaNya segala kuasa di sorga dan bumi, dan memuliakan Dia dengan kemuliaan yang Dia miliki di hadirat Allah sebelum dunia ada.
- (2) Umat yang ditebus juga di sini digambarkan dengan iman dan harapan mereka, yang ditimbulkan oleh Yesus Kristus: “Oleh Dialah kamu percaya kepada Allah, oleh Dia sebagai Pemimpin, Pendorong, Penopang, dan Penyempurna imanmu. Sekarang kamu dapat beriman dan berharap kepada Allah, yang sudah diperdamaikan dengan kamu oleh Kristus Sang Pengantara.”
- (3) Dari semuanya ini kita dapat memetik pelajaran,
- [1] Ketetapan Allah untuk mengutus Kristus sebagai Pengantara sudah ada sejak dari kekekalan, dan merupakan ketetapan yang adil dan penuh rahmat, namun sama sekali tidak mengabaikan dosa manusia dalam menyalibkan Dia (Kis. 2:23). Sejak kekekalan itu Allah telah mempunyai tujuan-tujuan dalam bentuk perkenanan khusus kepada umat-Nya jauh sebelum Ia memberikan penyataan-penyataan apa saja tentang anugerah itu kepada mereka.
- [2] Besarlah kebahagiaan pada zaman akhir dibandingkan dengan apa yang dinikmati pada zaman-zaman sebelumnya di dunia. Terang yang cerah, penopang-penopang iman, ketetapan-ketetapan ibadah yang membuahkan hasil, dan penghiburan yang besar, semuanya ini jauh lebih besar sejak Kristus menyatakan diri daripada sebelum-sebelumnya. Rasa syukur dan pelayanan kita haruslah sepadan dengan perkenanan-perkenanan itu.
- [3] Penebusan Kristus bukan milik siapa-siapa selain orang-orang yang sungguh-sungguh percaya. Penebusan yang bersifat umum ditegaskan oleh sebagian orang, dan disangkal oleh sebagian yang lain, tetapi tidak ada yang menyatakan bahwa kematian Kristus diterapkan secara umum demi keselamatan semua orang. Orang-orang munafik dan kafir tetap akan binasa selama-lamanya, kendati dengan kematian Kristus.
- [4] Allah di dalam Kristus adalah yang terutama diimani oleh orang Kristen, iman yang dengan kuat ditopang oleh kebangkitan Kristus dan kemuliaan yang betul-betul mengikuti sesudahnya.
- II. Rasul Petrus menasihati mereka supaya menjalin kasih persaudaraan.
- 1. Ia menganggap bahwa Injil sudah memiliki dampak yang sedemikian rupa atas mereka sehingga memurnikan jiwa mereka sementara mereka mematuhinya melalui Roh, dan bahwa Injil telah menghasilkan setidak-tidaknya kasih persaudaraan yang tulus ikhlas. Karena itu ia mengajak mereka untuk melanjutkan ke tingkat perasaan yang lebih tinggi, yaitu untuk sungguh-sungguh mengasihi satu sama lain dengan hati yang murni (ay. 22). Amatilah,
- (1) Tidak diragukan bahwa setiap orang Kristen yang tulus memurnikan jiwanya. Rasul Petrus menganggap hal ini memang harus demikian adanya: Karena kamu telah, dst. Memurnikan jiwa mengandaikan adanya sesuatu yang sangat najis dan kotor yang telah mencemarkannya, dan bahwa kotoran ini dihilangkan. Baik pemurnian imamat Lewi di bawah hukum Taurat maupun pemurnian manusia lahiriah seperti orang munafik tidak dapat menghasilkan hal ini.
- (2) Firman Allah adalah sarana agung untuk memurnikan orang berdosa: Karena kamu telah menyucikan dirimu oleh ketaatan kepada kebenaran. Injil disebut kebenaran, sebagai lawan dari perlambang dan bayangan, kesalahan dan kepalsuan. Kebenaran ini dapat memurnikan jiwa dengan berhasil, jika dipatuhi (Yoh. 17:17). Banyak orang mendengar kebenaran, tetapi tidak pernah dimurnikan olehnya, karena mereka tidak mau berserah diri padanya atau mematuhinya.
- (3) Roh Allah adalah pelaku agung dalam memurnikan jiwa manusia. Roh meyakinkan jiwa akan ketidakmurniannya, dan melengkapinya dengan kebajikan-kebajikan dan anugerah yang menghiasi dan memurnikannya, seperti iman (Kis. 15:9), pengharapan (1Yoh. 3:3), takut akan TUHAN (Mzm. 34:10), dan kasih terhadap Yesus Kristus. Roh memicu upaya-upaya kita, dan membuatnya berhasil. Pertolongan Roh tidak menggantikan usaha kita sendiri. Orang-Orang ini memurnikan jiwa mereka sendiri, tetapi itu melalui Roh.
- (4) Jiwa-jiwa orang Kristen harus dimurnikan sebelum mereka sama sekali bisa mengasihi satu sama lain dengan tulus ikhlas. Ada hawa nafsu dan keberpihakan dalam kodrat manusia, sehingga tanpa anugerah ilahi kita tidak bisa mengasihi Allah atau satu sama lain seperti yang seharusnya. Tidak ada kasih selain yang keluar dari hati yang murni.
- (5) Merupakan kewajiban semua orang Kristen untuk mengasihi satu sama lain dengan tulus dan sungguh-sungguh. Kasih sayang kita satu terhadap yang lain haruslah tulus dan nyata, dan harus sungguh-sungguh, terus-menerus, dan luas.
- 2. Rasul Petrus lebih jauh mendesakkan kepada orang-orang Kristen kewajiban untuk sungguh-sungguh mengasihi satu sama lain dengan hati yang murni dengan menimbang hubungan rohani mereka. Mereka semua telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana, dst. Dari sini kita dapat memetik pelajaran,
- (1) Bahwa semua orang Kristen telah dilahirkan kembali. Rasul Petrus membicarakan perkara ini sebagai hal yang umum bagi semua orang Kristen yang sungguh-sungguh, dan melalui kelahiran kembali ini mereka dibawa ke dalam suatu hubungan yang baru dan dekat satu sama lain. Mereka menjadi bersaudara melalui kelahiran baru mereka.
- (2) Firman Allah adalah sarana agung bagi pembaharuan diri atau kelahiran kembali (Yak. 1:18). Anugerah pembaharuan disampaikan oleh Injil.
- (3) Kelahiran yang baru dan kedua ini jauh lebih diinginkan dan luhur daripada kelahiran pertama. Hal ini diajarkan oleh Rasul Petrus dengan lebih memilih benih yang tidak fana daripada benih yang fana. Oleh benih yang fana kita menjadi anak-anak manusia, sedangkan oleh benih yang tidak fana kita menjadi putra dan putri Yang Mahatinggi. Firman Allah yang dibandingkan dengan benih mengajar kita bahwa meskipun terlihat kecil, namun pekerjaannya menakjubkan, meskipun tersembunyi selama beberapa waktu, namun ia tumbuh dan menghasilkan buah-buah yang baik pada akhirnya.
- (4) Mereka yang sudah diperbaharui harus sungguh-sungguh saling mengasihi dengan hati yang murni. Orang-orang yang bersaudara secara jasmani wajib saling mengasihi. Tetapi kewajiban itu berlipat ganda apabila ada hubungan rohani: mereka berada di bawah pemerintahan yang sama, ambil bagian dalam hak-hak istimewa yang sama, dan sekarang sudah memiliki kepentingan yang sama.
- (5) Firman Allah itu hidup dan kekal. Firman ini adalah firman yang hidup, atau firman yang kuat (Ibr. 4:12). Firman ini adalah sarana kehidupan rohani, untuk memulai kehidupan rohani itu dan bertekun di dalamnya, menghidupkan dan menggerakkan kita dalam menjalankan kewajiban, sampai ia membawa kita pada kehidupan kekal. Dan firman itu kekal, tetap benar secara abadi, dan tetap berdiam dalam hati orang-orang yang diperbaharui untuk selama-lamanya.
SH: 1Ptr 1:13-25 - Hidup dalam kekudusan (Jumat, 9 Juli 1999) Hidup dalam kekudusan
Inilah perintah Allah yang mengatakan: "kuduslah kamu, sebab Aku
kudus". Kristen adalah umat tebusan Allah yang telah dila...
Hidup dalam kekudusan
Inilah perintah Allah yang mengatakan: "kuduslah kamu, sebab Aku kudus". Kristen adalah umat tebusan Allah yang telah dilahirkan kembali karena pengorbanan Kristus yang telah mati di kayu salib. Inilah penebusan yang mahal, yang tidak mungkin dibayar dengan apa pun juga, selain dengan darah Yesus, Sang Putra Allah. Setelah ditebus, Kristen terpanggil menjadi umat-Nya yang kudus, yang menjaga hidupnya berkenan kepada-Nya. Kecenderungan berbuat dosa dan menyukakan diri ditinggalkan dan termotivasi untuk hidup sesuai dengan firman-Nya, hari demi hari menikmati pengudusan-Nya, semakin serupa dengan Kristus.
Kasih persaudaraan. Suatu bentuk manifestasi (perwujudan) dari orang yang telah dipanggil adalah kasih persaudaraan. Orang yang sudah dipanggil menjadi Gereja harus memanifestasikan komunitas (persekutuan) ilahi, yakni komunitas Allah yang lahir dari Firman yang hidup. Kasih Kristus yang telah mengalir dalam hidupnya akan mengalir pula dalam manifestasi yang nyata sehari-hari, saling mengasihi satu dengan yang lain dengan kasih yang tulus ikhlas dan segenap hati. Kasih persaudaraan sebagai pengikat komunitas ilahi walau berbeda latar belakang, suku bangsa, tingkat sosial, tingkat pendidikan, dll.
Doa: Tuhan, jadikan kami komunitas ilahi yang memiliki kasih persaudaraan.
SH: 1Ptr 1:13-21 - Hidup kudus demi Tuhan (Kamis, 14 Oktober 2004) Hidup kudus demi Tuhan
Ada orang-orang tertentu yang hidup kudus demi mengejar
keselamatan. Arti keselamatan baginya adalah kelepasan dari
...
Hidup kudus demi Tuhan
Ada orang-orang tertentu yang hidup kudus demi mengejar keselamatan. Arti keselamatan baginya adalah kelepasan dari belenggu kedagingan. Itulah sebabnya, ia berupaya menahan diri dari berbagai hawa nafsu kedagingan (misalnya: seks bebas, kerakusan, dll.), bahkan bisa secara ekstrim mengekang dirinya dari hal-hal yang wajar (misalnya: pernikahan, makanan sehat, dll.). Tujuan ia melakukan tindakan pengekangan diri itu adalah untuk mendapatkan kelepasan dari belenggu kedagingan itu sehingga ia akan memperoleh keselamatan. Bagaimana dengan kita? Apakah tujuan orang Kristen hidup kudus? Apakah untuk mengejar hal yang sama?
Orang Kristen hidup kudus bukan untuk mendapatkan keselamatan! Keselamatan adalah anugerah Tuhan. Tuhan memberikan keselamatan kepada setiap orang yang percaya kepada-Nya. Maka, Petrus menasihatkan umat Tuhan dalam suratnya ini agar mereka hidup kudus dengan menyadari status mereka yang telah memperoleh keselamatan sebagai umat dari Tuhan yang kudus (ayat 15-16). Umat Tuhan hidup kudus karena mereka telah ditebus dari cara hidup masa lampau yang sia-sia, yaitu hidup dalam penyembahan berhala sebagaimana dulu nenek moyang mereka melakukannya (ayat 18). Mereka sadar harga tebusan itu melampaui nilai perak atau emas, yaitu darah anak domba Allah, Yesus Kristus sendiri (ayat 19). Tuhan menyelamatkan umat-Nya dari belenggu kedagingan dan hidup penuh kesia-siaan yang hanya akan membawa mereka kepada kebinasaan.
Jadi, tujuan orang Kristen hidup kudus karena ia tidak mau menyia-nyiakan penebusan Kristus yang sudah dianugerahkan kepadanya. Kita sudah dibebaskan dari belenggu perbudakan dosa, mengapa sekarang kita mau menyerahkan diri lagi kepada perhambaan dosa itu? Kalau kita masih hidup sembarangan dalam dosa maka sama saja dengan kita menghina dan menyangkali karya Kristus di kayu salib.
Camkanlah: Hidup kudus bukan pilihan bagi orang Kristen. Hidup kudus adalah cara hidup orang-orang Kristen yang telah mengalami anugerah penebusan Kristus.
SH: 1Ptr 1:13-25 - Dalam kebenaran dan kasih persaudaraan (Sabtu, 19 November 2011) Dalam kebenaran dan kasih persaudaraan
Dengan dasar iman, pengharapan, dan kasih, Petrus menasihati para pembaca untuk hidup dalam kebenaran dan kasi...
Dalam kebenaran dan kasih persaudaraan
Dengan dasar iman, pengharapan, dan kasih, Petrus menasihati para pembaca untuk hidup dalam kebenaran dan kasih persaudaraan. Mereka harus mengendalikan pikiran, waspada terhadap segala sesuatu, dan meletakkan pengharapan pada masa yang akan datang. Pengharapan akan kemuliaan harus mendorong mereka untuk hidup dalam ketaatan kepada Tuhan dengan tidak lagi membiarkan hawa nafsu yang bejat menguasai mereka seperti saat mereka hidup dalam kegelapan dosa. Mereka mesti hidup kudus sebagaimana Allah adalah kudus, dan itu dapat mereka lakukan dengan menjauhi segala kejahatan, kecemaran, hawa nafsu, dan dosa moral lainnya.
Orang percaya perlu tahu bahwa Allah Bapa adalah Hakim yang adil dan benar, sehingga tidak ada satu orang pun yang terluput dari penghakiman-Nya. Maka kita harus hidup takut akan Tuhan karena Dia telah menebus kita dari dosa dan cara hidup yang lama. Allah menebus kita bukan dengan barang yang fana, tetapi dengan darah Anak-Nya yang mahal dan tanpa cacat dan cela (18-19). Hal ini sesuai dengan rencana Bapa yang telah memilih dan mengutus Anak-Nya datang ke dalam dunia dan mati untuk menebus dosa manusia sehingga setiap kita yang percaya boleh dilahirkan dari benih firman Tuhan yang kekal. Kita juga dapat memiliki pengharapan yang teguh kepada Allah yang telah membangkitkan Anak-Nya. Iman dan pengharapan ini harus terwujud dalam perbuatan kita. Di antara saudara seiman harus saling mengasihi dengan kasih yang tulus ikhlas. Kasih demikian akan menjauhi kita dari kepura-puraan, manipulasi, keegoisan, dan kepentingan diri. Kasih demikian juga membuat kita rela berkurban dan mengasihi tanpa pamrih demi kebaikan orang lain.
Kita yang sudah mendapatkan anugerah keselamatan yang begitu luar biasa dari Tuhan sudah sewajarnya menghargai dan membalas kasih Tuhan itu. Untuk itu, kita mesti hidup dalam kebenaran dan mewujudkan iman kita dengan hidup saling mengasihi termasuk mengasihi mereka yang belum percaya agar suatu hari mereka juga mengalami kasih Kristus.
SH: 1Ptr 1:13-25 - Mengamalkan Kasih Persaudaraan (Senin, 16 April 2018) Mengamalkan Kasih Persaudaraan
Konon ada seorang budak sulit dikendalikan karena dia selalu merusak apa pun dan mencaci maki. Di sebuah pasar jual be...
Mengamalkan Kasih Persaudaraan
Konon ada seorang budak sulit dikendalikan karena dia selalu merusak apa pun dan mencaci maki. Di sebuah pasar jual beli budak, orang silih berganti melihatnya. Namun, tak ada satu pun yang tertarik untuk membelinya. Di ujung penutupan jual beli tersebut, ada seorang tuan yang tertarik untuk membelinya. Sampai di rumah Si Tuan, budak tersebut tetap melakukan keonaran meski terus dihukum. Suatu kali Si Tuan memanggilnya dan memberikan sebuah surat. Betapa terkejutnya budak itu sebab surat itu berisi pembebasan atas dirinya. Dengan berlutut akhirnya budak itu menyerahkan dirinya dan menjadikan orang yang baik hati menjadi tuannya.
Manusia selama ini telah menjadi budak dosa. Hidupnya dikuasai oleh kegelapan. Karena kasih Tuhan Yesus, manusia telah ditebus. Penebusan yang dilakukan bukan dengan emas, perak, dan uang, tetapi melalui darah Tuhan Yesus di Bukit Kalvari. Karena itu, kehidupan orang Kristen juga diharapkan mencerminkan diri sebagai orang tebusan yang telah dimerdekakan. Wujud dari ucapan syukur atas karya penebusan, yaitu menjaga kekudusan hidup. Sebagaimana Allah adalah kudus, hendaknya kita juga kudus. Artinya berjuang dengan tak putus-putusnya menjaga mulut, pikiran, dan tindakan kita dari hal-hal yang tidak berkenan di hadapan Allah.
Selain itu, panggilan hidup kita adalah menjalankan hidup persaudaraan dengan tulus iklas. Membangun hidup persaudaraan pada masa kini menjadi hal yang sangat mendesak. Adanya kaum radikalisme telah merobek kain persahabatan kita. Kepentingan ekonomi dan politik menggunakan kendaraan agama, suku, dan etnis untuk keuntungan. Tidak peduli akan ancaman perang saudara. Sementara itu berbagai bencana silih berganti menimpa bangsa tercinta. Sementara kemiskinan, ketidakadilan, korupsi, kekerasan terhadap perempuan dan anak menjadi pekerjaan besar bagi kita. Sebagai orang yang telah ditebus, kita dipanggil untuk memerdekakan setiap manusia sebagaimana harkat dan martabatnya. Marilah kita mengamalkan kasih secara nyata saat ini. [AHH]
Utley -> 1Ptr 1:13-16
Utley: 1Ptr 1:13-16 - --NASKAH NASB (UPDATED): 1Pet 1:13-1613 Sebab itu siapkanlah akal budimu, waspadalah dan letakkanlah pengharapanmu seluruhnya atas kasih karunia yang di...
NASKAH NASB (UPDATED): 1Pet 1:13-16
13 Sebab itu siapkanlah akal budimu, waspadalah dan letakkanlah pengharapanmu seluruhnya atas kasih karunia yang dianugerahkan kepadamu pada waktu penyataan Yesus Kristus. 14 Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu, 15 tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, 16 sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.
1Pet 1:13 "Sebab itu" Ini (dio, lih. 2Pet 1:10,12; 3:14) menunjukkan bahwa desakan yang mengikuti tersebut merupakan hasil dari pembahasan sebelumnya.
- NASB "siapkanlah akal budimu"
- NKJV "ikatlah pinggang dari pikiranmu"
- NRSV "persiapkan pikiranmu untuk tindakan"
- TEV "siapkan pikiranmu untuk beraksi"
- NJB "pikiran Anda. . . siap beraksi "
Ini adalah sebuah AORIST MIDDLE PARTICIPLE yang digunakan sebagai suatu IMPERATIVE. Bentuknya menunjukkan bahwa sebuah tindakan pilihan pribadi yang menentukan dituntut. Ini adalah ungkapan Ibrani, yang secara harfiah "ikatlah pinggang pikiranmu." Di Timur Dekat Kuno baik pria maupun wanita mengenakan jubah. Dengan mencapai melalui selangkangan kaki dan menarik bagian belakang jubah ke depan dan menyelipkannya ke ikat pinggang, jubah akan menjadi celana, yang memungkinkan suatu tindakan berat. Peringatan serupa tentang persiapan untuk kegiatan mental ditemukan dalam Rom 12:2; Ef 4:17,23.
□ "waspadalah (dalam roh)" Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE PARTICIPLE dalam serangkaian dan PARTICIPLES yang digunakan dengan kekuatan yang bersifat IMPERATIVE. Ini bukan seuran untuk kewarasan, tetapi sebuah metafora untuk kewaspadaan mental dan tingkat kesadaran yang logis (lih. 1Pet 4:7; 5:8; 1Tes 5:6,8; 2Tim 4:5).
□ "letakkanlah pengharapanmu seluruhnya" Ini adalah sebuah AORIST ACTIVE IMPERATIVE yang berarti membuat pilihan yang menentukan untuk percaya sepenuhnya pada kedatangan Kristus. "Harapan" dalam PB sering merujuk pada Kedatangan yang Kedua (lih. Tit 2:13). Pengharapan kita adalah berdasarkan atas karakter yang telah ditetapkan dan pasti dan tindakan dari Allah Tritunggal (lih. ay. 1Pet 1:2,3-5).
□ "atas kasih karunia yang dianugerahkan kepadamu pada waktu penyataan Yesus Kristus" Ini adalah anugerah yang sama yang telah diteliti secara seksama oleh para nabi PL (lih. ay. 1Pet 1:10). Hal ini dengan jelas menunjukkan bahwa
pengharapan orang percaya ada di dalam karakter dan tindakan Allah Tritunggal (lih. 1Pet 1:2,3-5) dan bahwa anugerah-Nya akan sepenuhnya dinyatakan pada saat kembalinya Yesus (lih. 1Yoh 3:2). Keselamatan dijabarkankan dengan semua TENSES KATA KERJA Yunani. Lihat Topik Khusus pada 1Pet 1:5.
1Pet 1:14 "anak-anak yang taat" Ini adalah ungkapan Ibrani tentang hubungan kekeluargaan kita dengan Allah Bapa dan Yesus sang Anak (ekspresi negatifnya ditemukan di Ef 2:2; 5:6). Orang-orang percaya menjadi sesama ahli waris melalui Dia (lih. Rom 8:15-17). Hebatnya, orang berdosa menjadi bagian dari keluarga Allah atas undangan-Nya dan pengorbanan Yesus.
- NASB, NRSV "jangan menjadi serupa"
- NKJV "jangan turuti"
- TEV "jangan biarkan hidupmu dibentuk"
- NJB "jangan biarkan dirimu dibentuk"
Ini adalah sebuah PRESENT MIDDLE atau PASSIVE PARTICIPLE yang digunakan sebagai sebuah IMPERATIVE. Seperti yang begitu sering di PB orang percaya digambarkan sebagai ditpengaruhi oleh Allah atau Roh (PASSIVE VOICE), tetapi ada kemungkinan ketata-bahasaan bahwa orang percaya dipanggil untuk dengan jelas menjalani hubungan baru mereka dengan Allah melalui kuasa Roh-Nya (MIDDLE VOICE).
Sebagaimana keselamatan adalah sebuah perjanjian bersyarat, yang diprakarsai oleh Tuhan tetapi dengan tanggapan yang dimandatkan, demikian juga, hidup keKristenan. Hidup kekal memiliki karakteristik yang bisa diamati (lih. ay. 1Pet 1:15). Banyak terminologi Petrus berasal dari surat-surat Paulus, di sini Rom 12:2.
□ "hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu" Ini merujuk pada masa lalu kekafiran yang tidak bermoral dan tidak berTuhan dari orang-orang percaya bukan Yahudi (lih. 1Pet 4:2-3; Ef 4:17-19).
- NASB "sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu"
- NKJV "tetapi sebagaimana Dia yang memanggil kamu yang adalah kudus"
- NRSV "sebaliknya, sama dengan dia yang memanggil kamu yang adalah kudus"
- TEV "sebagai gantinya… sama seperti Allah yang memanggil kamu yang adalah kudus ". NJB "seperti teladan dari Yang Mahakudus yang memanggil kita"
Ini adalah penekanan pada karakter dan pilihan berdaulat dari Allah (lih. 1Pet 2:9; 5:10). Tak seorang pun bisa datang kepada Allah kecuali Roh menarik mereka (lih. Yoh 6:44,65). Ini merupakan cara teologis lain untuk menyangkal penerimaan Illahi melalui kinerja manusia (lih. Ef 2:8-9). Judul khotbah saya akan naskah ini adalah "orang-orang kudus dari Yang Kudus."
□ "hendaklah kamu menjadi kudus" Ini adalah sebuah AORIST PASSIVE (deponent) IMPERATIVE. Orang-orang percaya diserukan untuk kekudusan. Kehendak Allah sejak semula adalah bahwa anak-anak-Nya mencerminkan karakter-Nya (lih. Tit 2:14). Sasaran dari kekristenan bukanlah surga hanya ketika kita mati, tetapi keserupaan dengan Kristus sekarang (lih. Rom 8:29-30; 2Kor 3:18; 7:1, Gal 4:19; Ef 1:4; 2:10; 4:13; 1Tes 3:13; 4:3,7; 5:23). Tugas Yesus bukan hanya pengampunan dosa, tetapi pemulihan gambar Allah dalam manusia yang telah jatuh. Kita harus selalu curiga terhadap suatu jaminan keselamatan yang tidak memiliki keserupaan dengan Kristus! Injil adalah (1) seseorang untuk diterima; (2) kebenaran tentang orang tersebut untuk percayai, dan (3) kehidupan meniru orang tersebut untuk dihidupi (lih. Ef 4:1; 5:1-2,15; 1Yoh 1:7; 2:4-6). Ingat kata-kata mengejutkan Yesus dalam Mat 5:20,48! Selalu berhati-hatilah terhadap keKristenan "Apa yang ada bagi saya". Kita diselamatkan untuk melayani. Kita dipanggil untuk kekudusan dengan tegas. Tuhan berkemurahan terhadap suatu gereja barat yang terperangkap oleh khotnah (1) kemakmurann; (2) materialisme; dan (3) kesehatan/kekayaan!
□ "di dalam seluruh hidupmu" Perhatikan penekanannya pada "seluruh." Tantangannya bukanlah kebenaran yang dipilih, tetapi kesucian yang menjalar (lih. 1Yoh 3:3).
1Pet 1:16 "sebab ada tertulis: KUDUSLAH KAMU, SEBAB AKU KUDUS" "Tertulis" adalah sebuah PERFECT PASSIVE INDICATIVE, yang merupakan ungkapan untuk Alkitab yang begitu sering digunakan oleh Yesus, tetapi hanya di sini di dalam Petrus. Ini adalah kutipan dari Im 11:44-45; 19:2; 20:7,26. Ini bukan persyaratan yang baru, tetapi persyaratan yang berulang (lih. Mat 5:48). Kesucian dalam pengertian PL bukanlah ketidakberdosaan, tetapi sebuah keselarasan dengan/ketundukan terhadap persyaratan perjanjian dari Allah (yaitu, Kel 19:6; 22:31, Ul 14:2,21; 26:19). PB juga memiliki persyaratan perjanjian yang menerbitkan keserupaan dengan Kristus (lih. Rom 8:28-29; 2Kor 3:18; 7:1, Gal 4:19; Ef 1:4; 4:13; 1Tes 3:13; 4:3,7; 5:23). Lihat Topik Khusus di bawah ini.
Topik Teologia -> 1Ptr 1:14
Topik Teologia: 1Ptr 1:14 - -- Dosa
Pengabaian Hukum Allah
Yeh 45:20 Kis 3:17 Rom 5:14 Efe 4:18 1Ti 1:13 Ibr 9:7 1Pe 1:14
Para Pendosa Dikendalikan Ha...
- Dosa
- Keselamatan
- Adopsi
- Orang Percaya sebagai Anak Allah
- Kita adalah Anak-anak Allah
- Pengudusan
- Pertumbuhan dalam Anugerah Melalui Penuntutan Kesucian
- Ayu 28:28 Maz 19:14 Maz 24:3-6 Maz 37:27-28 Maz 97:10 Maz 119:1-3 Ams 16:17 Yes 51:1 Mat 5:6,8 Kis 24:16 Rom 6:1-23 Rom 13:12-14 Rom 16:19 1Ko 3:16-17 1Ko 5:6-8 1Ko 9:24-27 2Ko 7:1 2Ko 11:2 Gal 5:22-25 Efe 4:1 Efe 5:8-11 Fili 2:14-16 Fili 3:12-14 Fili 4:8 1Te 4:3-4,7 1Te 5:22 1Ti 5:22 1Ti 6:11-12 2Ti 2:19-22 Ibr 12:1-2 Ibr 12:14-15 Yak 1:21,27 1Pe 1:14-16 1Pe 2:9-12 1Pe 3:10-11 1Pe 4:1-2 2Pe 3:11-13 1Yo 2:1,29 1Yo 3:2-3 1Yo 5:21 3Yo 1:11 Wah 14:4-5
- Pengudusan: Sasaran dan Hambatan
- Orang Benar adalah Anak yang Taat
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Menaati Allah
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Gereja
- Langkah-langkah Korektif yang Dilakukan Gereja
- Gereja Menghubungkan Teologi dengan Kehidupan
- Orang Kristen Berusaha untuk Menjadi Kudus
- Eskatologi
- Kedatangan Kristus Kedua Kali
- Sikap Orang Percaya Terhadap Kedatangan Yesus Kedua Kali
- Orang Percaya Harus Termotivasi untuk Hidup Saleh
TFTWMS -> 1Ptr 1:13-16
TFTWMS: 1Ptr 1:13-16 - Umat Yang Kudus UMAT YANG KUDUS (1 Petrus 1:13-16)
13 Sebab itu siapkanlah akal budimu, waspadalah dan letakkanlah pengharapanmu seluruhnya atas kasih karunia yang d...
UMAT YANG KUDUS (1 Petrus 1:13-16)
13 Sebab itu siapkanlah akal budimu, waspadalah dan letakkanlah pengharapanmu seluruhnya atas kasih karunia yang dianugerahkan kepadamu pada waktu penyataan Yesus Kristus. 14 Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu, 15 tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, 16 sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.
Di sepanjang Perjanjian Baru, kembalinya Tuhan dan penghakiman Allah atas dunia ini berfungsi sebagai daya tarik bagi perilaku etis yang jujur. Hal itu tidak kurang benarnya dalam 1 Petrus daripada di tempat lain. Di hadapan pelbagai pencobaan, orang Kristen harus "meletakkan pengharapan [mereka] seluruhnya atas …penyataan Yesus Kristus."
Ayat 13. Rasul itu mengingatkan para pembacanya tentang panggilan mereka dan harapan yang mereka miliki terhadap warisan yang tak tercemar. Selanjutnya, ia telah mengetahui dan menjelaskan alasan bagi pencobaan yang saat ini sedang mereka hadapi. Dari semua orang, orang Kristen adalah yang paling diberkati, paling dikagumi. Semua itu terjadi karena kasih karunia Allah yang diungkapkan kepada mereka dalam injil yang mereka telah dengar. Setelah semua itu, muncul kata sebab itu. Sebagai konsekuensi yang diharapkan dari kasih karunia yang mereka telah terima, rasul itu menghimbau para pembacanya untuk menyiapkan pikiran [mereka] untuk bertindak. Himbauan itu berlanjut untuk mengingatkan para pembacanya tentang akar mereka dalam sejarah Israel, meski pengingat itu sifatnya halus. Alkitab NASB telah menerjemahkan pikiran ini ke dalam ungkapan Inggris moderen. Alkitab KJV telah mempertahankan ungkapan kunonya dengan lebih akurat ketika ungkapan itu terbaca, "ikatlah pikiranmu." Gambarannya adalah tentang orang yang mengenakan pakaian yang longgar, berkibar yang dirancang untuk melindungi mereka dari angin dan panas dari iklim yang kering dan tandus. Pakaian itu sangat baik untuk santai, kegiatan sehari-hari, tetapi pakaian itu menjadi penghalang ketika orang harus bergerak cepat. Untuk pekerjaan serius atau perjalanan yang cepat, mereka yang mengenakan pakaian longgar harus "mengikat," yaitu, membungkus atau menggulung pakaian itu. Orang yang tinggal di Timur Dekat kuno, yang mengalami panas kering dari belahan dunia itu, tahu bagaimana rasanya mengenakan dan mencoba untuk bekerja dengan pakaian yang longgar (Keluaran 12:11; 1 Raja 18:46; 2 Raja 4:29; 9:1; Ayub 38:3; Lukas 17:8).
Petrus memakai bahasa kiasan untuk menghimbau para pembacanya untuk bertindak. Menjadi orang Kristen adalah lebih daripada sekedar menikmati hidup dalam harapan akan menerima warisan kekal; itu lebih daripada sekedar merenungkan karunia berlimpah yang Allah telah berikan kepada mereka. Harapan yang mereka bagi adalah rangsangan, yang memotivasi mereka untuk menjalani hidup yang mulia, saleh, kudus yang kepada hidup itu mereka telah dipanggil. Untuk itu mereka menjalani kehidupan yang Tuhan sarankan atas mereka, hingga sampai kepada tingkatan mereka mau berbagi berkat warisan yang akan segera diwujudkan dalam kepenuhannya.
Terjemahan Alkitab NASB menggambarkan kesulitan untuk menghadirkan bahasa kiasan itu melewati waktu, budaya, dan bahasa. Para penerjemah harus memutuskan seberapa jauh mereka mau melangkah untuk menjaga cita rasa dokumen asli. Mereka yang menerjemahkan nas itu ini secara harfiah, "siapkanlah pikiranmu," pembaca hari ini perlu membiasakan dirinya dengan pelbagai kebiasaan dunia kuno. Jika tidak, bahasa kiasan itu akan tidak berarti apa-apa. Mereka yang menerjemahkan "siapkanlah pikiranmu untuk bertindak" atau semacamnya bersedia untuk menerjemahkan ungkapan itu ke dalam cara para pembaca moderen akan mengekspresikan dirinya. Dalam hal ini pembaca perlu melakukan sedikit usaha untuk memahami kebiasaan pakaian kuno. Sebuah contoh dapat dibuat untuk kedua filosofi terjemahan itu.
Untuk menikmati status orang Kristen yang butuh kejernihan pikiran, kebulatan dedikasi, maka, orang percaya diminta tetap sungguh-sungguh dalam roh (NASB). Arti harfiah kata kerja itu nhvfw ( nēphō), "sungguh-sungguh," dalam bahasa Inggris maupun bahasa Yunani berarti "bebas dari kemabukan." Namun begitu, dalam kedua bahasa itu, kata itu memiliki arti kiasan, yaitu, untuk "melakukan pengendalian diri," menjadi "seimbang dan serius." Petrus menggunakan kata itu untuk mengingatkan para pembacanya bahwa kehidupan manusia, bagaimanapun, adalah masalah serius. Kehidupan tidaklah mengerikan, tapi memang serius. Bagi orang yang tidak percaya yang menyikapi ketidakpercayaan dengan serius, kehidupan memang tidak serius. Kehidupan mungkin saja tragis atau lucu tapi tidak serius. Jika tidak ada makna tertinggi bagi kehidupan, maka tidak ada alasan untuk menyikapi kehidupan dengan serius, tidak ada alasan untuk bersungguh-sungguh.20Dunia Yunani-Romawi di mana Petrus dan para pembacanya hidup tidaklah asing bagi pendekatan yang sinis, fatalistik terhadap kehidupan yang dengan baiknya dinyatakan dalam ungkapan Latin carpe diem, "merebut hari." Menikmati hari, bahkan jika itu dengan mengorbankan orang tak berdaya. Tidak ada apa-apa selain hari untuk direbut. Di luar hari itu ada kegelapan kubur yang kekal. Dalam dunia pikiran seperti itu, himbauan untuk tenang bisa berlebihan atau lucu.
Iman dan ketenangan menuntun Petrus untuk menasihati saudara-saudara seiman untuk [me]letakkan… pengharapan [mereka] seluruhnya atas kasih karunia yang dianugerahkan kepada [mereka] pada waktu penyataan Yesus Kristus. Ini adalah yang pertama dalam rangkaian perintah.21Ia akan menambahkan, "menjadi kudus" (1:15), "hidup dalam ketakutan" (1:17), dan "saling mengasihi" (1:22). Di sini dan di tempat lain dalam Perjanjian Baru, "harapan" setara dengan harapan yang pasti, bukan keinginan yang samar-samar. Harapan itu menetapkan jalan untuk kehidupan yang ditentukan oleh hal yang diharapkan. Harapan adalah dasar yang di atasnya hidup yang kudus dibangun.
Semua harapan Kristen menyatu pada ekspektasi penyataan Kristus. Dalam konteks tertentu "pernyataan Yesus Kristus" menunjukkan pesan dari Kristus (Galatia 1:12; Wahyu 1:1); tapi di sini berarti, seperti arti dalam 1:7, penampakan Yesus Kristus pada akhir zaman. Ia kemudian akan diungkapkan dalam segala kemuliaan-Nya. Tiga kata penting dari kalimat ini adalah "pengharapan," "kasih karunia," dan "pernyataan." Ketiganya itu menegaskan bahwa sejarah pergi ke suatu tempat. Sebagaimana Allah adalah sumber penciptaan, maka Ia menentukan kemanakah urutan ciptaan akan pergi. Karena tahu bahwa sejarah manusia akan berakhir dengan penampilan Tuhan yang anggun, harapan orang Kristen. Pernyataan Yesus Kristus adalah sama dengan kasih karunia yang atasnya orang Kristen dengan percaya diri meletakkan harapannya. Harapan akan terwujud ketika Allah menyatakan diri-Nya dalam penghakiman bersama kedatangan Yesus Kristus. Pernyataan itu sendiri merupakan kasih karunia Allah, yaitu, tindakan-Nya yang penuh rahmat.
Ayat 14. Pesan Petrus dan Yakobus adalah sama. Yakobus ingin para pembacanya mengerti bahwa iman, berdasarkan sifatnya, perlu perbuatan. Seperti halnya anak-anak yang taat, Petrus ingin orang Kristen tahu bahwa pengudusan, berdasarkan sifatnya, perlu ketaatan. Secara jelas, kita bisa mengetengahkannya seperti ini:
IMAN: PERBUATAN :: PENGKUDUSAN: KETAATAN
(Atau "Iman" perlu "Perbuatan" sebagaimana "Pengudusan" perlu "Ketaatan.")
Dalam 1:2, 1:14, dan 1:22, ketaatan dan pengudusan berasal dari goresan pena yang sama. Secara harfiah, Petrus menyebut para pembacanya "anak-anak ketaatan," karena ketaatan harus menjadi sifat mereka.22
Selama mereka adalah "anak-anak ketaatan," para pembaca 1 Petrus tidak akan turuti hawa nafsu. Bahwa pengikut Kristus harus berpaling dari keinginan daging yang menguasai perilaku dunia adalah tema yang rasul itu akan bahas kembali di 4:2. Kata yang diterjemahkan "nafsu" baik di sini dan di 4:2 (e˙piqumi÷a, epithumia) bisa digunakan untuk keinginan yang baik dan yang buruk. Petrus secara konsisten menggunakan kata benda itu untuk mengacukan keinginan jahat. Kata itu bagaimanapun juga tidak terbatas pada hasrat seksual saja. Bentuk kata kerja dari kata itu digunakan secara positif dalam 1:12 untuk keinginan para malaikat.
Acuan kepada cara hidup lama mereka menunjukkan bahwa sebagian besar para pembaca Petrus adalah mualaf non-Yahudi. Hampir tak mungkin Petrus, seorang Yahudi, akan menyurati orang-orang Yahudi lainnya tentang kebodohan hawa nafsu mereka sebelumnya. Bagaimanapun, orang-orang Yahudi telah dipercayakan dengan "firman Allah" (Roma 3:2). Hidup mereka tentu bukan hidup dalam kebodohan.
Ketika Petrus mengatakan bahwa para pembacanya harus jangan "menuruti," ia menggunakan kata suschmati÷zomai (suschēmatizomai),23yang hanya muncul di sini dan di Roma 12:2 dalam Perjanjian Baru. Baik di sini dan di 2:1 terdapat kesamaan lisan antara 1 Petrus dan Roma 12:1, 2. Memang memungkinkan, bahkan sangat mungkin, bahwa Petrus telah membaca kitab Roma dan telah memasukkan beberapa ungkapan Paulus ke dalam suratnya sendiri. Kata-kata Petrus itu memberikan makna bahwa orang percaya tidak membiarkan pelbagai keinginan daging (lihat 4:2) menarik mereka kembali ke jalan hidup lama mereka. Ia menyantumkan beberapa hal yang menyifatkan pelbagai keinginan itu 4:3 (lihat Galatia 5:19-21). Michaels menerjemahkan kalimat itu dengan, "Jangan menyerah pada keinginan yang pernah mendorong kamu."24Seandainya mereka melakukan itu, mereka akan menemukan diri mereka dibentuk atau dicetak ke dalam cara hidup yang sebelumnya menyifatkan mereka dan yang terus menyifatkan orang-orang sezaman mereka. Lebih buruk lagi, mereka akan menemukan diri mereka terpisah dari Tuhan, yang kepada-Nya mereka telah menaruh harapan mereka.
Patut dicatat bahwa Petrus mengaitkan keinginan jahat sebelumnya dari para pembacanya itu dengan "kebodohan" mereka sebelumnya. Karena gagal mengenal Allah, dunia non-Yahudi menggelepar dalam dosa. Meski memang salah untuk menyamakan dosa dengan kebodohan, tapi juga benar bahwa pikiran yang dicerahkan akan mengerti bahwa konsekuensi dosa menimbulkan kehidupan yang hancur, penderitaan, dan terpisah dari Allah. Dosa dan kebodohan adalah teman seranjang yang alami. Para pembaca Petrus tidak lagi dalam kebodohan. Injil telah diberitakan kepada mereka (1:12). Mengikuti keinginan sifat kedagingan mereka akan menjadi dukungan kepada kebodohan.
Ayat 15. Dengan menggunakan kata penghubung yang berlawanan dan dengan menekankan kata ganti, yang berbeda dengan kebodohan mereka sebelumnya, Petrus menasihati, tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu. Yang penting bagi pengudusan adalah ketaatan kepada Allah. Seruan untuk bertaat dalam ayat 14 sama dengan himbauan pengudusan dalam ayat 15. Menjadi anak-anak yang taat adalah sama dengan menjadi "kudus." Allah adalah standar kekudusan. Kesempurnaan-Nya adalah tujuan kehidupan orang Kristen. Yesus berkata, "Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna" (Matius 5:48). Kekudusan dan kesempurnaan Allah dinyatakan secara lahiriah dalam pribadi Kristus. Oleh karena itu hidup-Nya adalah model bagi orang percaya, "telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya" (1 Petrus 2:21). Orang Kristen tidak punya hak untuk membenarkan dosa-dosanya dengan ungkapan seperti "Aku hanya manusia." Hal yang luar biasa tentang injil adalah bahwa Allah mengakui bahwa kita adalah manusia. Ia mengakui kebobrokan manusia, tetapi, oleh kasih karunia-Nya, tetap mengutus seorang Juruselamat. Melalui kasih karunia ada keselamatan, tetapi kasih karunia Allah harus jangan diremehkan. Tujuan hidup manusia adalah kekudusan. Yang pasti menarik orang-orang Kristen kepada kasih karunia adalah kegagalan untuk mencapai kekudusan melalui usaha sendiri.
Rasul Petrus mengingatkan umat Kristen bahwa mereka menikmati pelbagai berkat keselamatan dan pengharapan sebab Allah atas inisiatif-Nya "memanggil" mereka. Petrus membuka suratnya dengan mengingatkan para pembacanya bahwa mereka adalah umat pilihan Allah. Namun begitu, ini bukan berarti bahwa mereka dipanggil melalui tindakan Allah, yang terlepas dari kehendak mereka sendiri. Panggilan yang mereka terima adalah ketika injil diberitakan kepada mereka (1:12). Jika seorang anak sedang bermain di luar dan ibunya memanggil dia untuk makan, anak itu bisa saja mengabaikan panggilan itu (seperti yang kadang-kadang dilakukan anak-anak), atau ia bisa juga masuk ke dalam rumah dan duduk di meja makan dengan keluarganya. Selama anak itu terus bermain ia tidak akan menjadi salah seorang yang dipanggil. Jika ia masuk ke dalam dan duduk untuk makan, maka ia akan menjadi salah seorang yang dipanggil. Respon, ketaatan yang penuh arti, diminta dari orang-orang yang mendengar jika mereka mau menjadi bagian dari orang-orang yang Allah panggil.
Definisi anak sekolahan tentang "kudus" "dipisahkan untuk Allah" adalah sangat membantu. Namun begitu, ketidakcukupan definisi itu adalah jelas sebab Allah itu kudus. Tentu sangat tidak membantu untuk mengatakan bahwa Allah dipisahkan untuk Allah. Kekudusan Allah dinyatakan oleh keunikan-Nya yang transenden dan oleh keagungan-Nya yang mengagumkan; tetapi dalam konteks ini, Petrus secara khusus memberikan acuan kepada kesempurnaan moral Allah. Kekudusan-Nya adalah antitesis dari kebodohan sebelumnya yang para pembaca Petrus pernah hidup di dalamnya (1:14). Allah tidak pernah berperilaku seperti yang sering orang-orang lakukan, yang menganggap orang lain sebagai benda untuk digunakan bagi kenyamanan mereka. Allah tidak pernah bertindak dengan niat jahat atau tipu daya. Yang Ia cari hanyalah kesejahteraan ciptaan-Nya. Itulah sebabnya dalam semua perilaku [mereka] orang Kristen harus kudus. Yohanes mengakui kekudusan Allah ketika ia menulis, "Inilah tandanya, bahwa kita mengasihi anak-anak Allah, yaitu apabila kita mengasihi Allah serta melakukan perintah-perintah-Nya. Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti perintah-perintah-Nya. Perintah-perintah-Nya itu tidak berat" (1 Yohanes 5:2, 3). Grudem mengatakan bahwa kekudusan adalah "mempertahankan kegembiraan naluriah dalam Allah dan kekudusan-Nya sebagai arus terpendam dari hati dan pikiran."25
Ayat 16. Rasul Petrus mengacu kepada Imamat 11:44, 45. Tanpa kekudusan Allah, tidak ada cara untuk memahami, apalagi menjabarkan, konsep-konsep seperti baik dan buruk, benar dan salah. Ketika Petrus mendesak orang Kristen untuk menjadi kudus sebagaimana Allah itu kudus, ia menegaskan bahwa dasar etika dan moral adalah kekudusan Allah.26Alasan utama untuk menjadi baik adalah bahwa Allah itu baik. Kekudusan bagi orang percaya berarti memisahkan diri dari kemesuman dan cita-cita dunia. Kekudusan itu merupakan dedikasi yang lengkap dan menyeluruh bagi orang yang memberikan kasih sayang dan perilakunya untuk kemuliaan Allah.27
Ada hubungan antara panggilan kepada ketenangan dalam 1:13, panggilan kepada kekudusan dalam 1:16, dan panggilan untuk takut dalam 1:17. Ketiga konsep itu menemukan dasar nalar mereka dalam keberadaan Allah. Mengatakan Allah itu kudus berarti Ia itu sama sekali bebas dari jenis perilaku yang meremehkan dan memalukan orang berdosa. Ia adalah kebenaran, cinta, kebaikan dan sejumlah sifat lain seperti itu tanpa kompromi. Kekudusan-Nya adalah inspirasi dan pola bagi kekudusan murid-murid Kristus. Orang Kristen pertama-tama harus mengenal Allah. Kemudian, karena ia mengenal Allah, ia tahu bagaimana dirinya harus bersikap. Etika mengalir dari teologi.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) Penulis : Petrus
Tema : Menderita bagi Kristus
Tanggal Penulisan: 60-63 M
Latar Belakang
Surat ini merupakan yang pertama dari...
Penulis : Petrus
Tema : Menderita bagi Kristus
Tanggal Penulisan: 60-63 M
Latar Belakang
Surat ini merupakan yang pertama dari dua surat PB yang ditulis oleh rasul Petrus (1Pet 1:1; 2Pet 1:1). Petrus mengakui bahwa surat pertama ini ditulis dengan bantuan Silas (Yun. _Silvanus_) sebagai juru tulisnya (1Pet 5:12). Kemahiran Silas dalam bahasa Yunani dan gaya menulis tercermin di dalam surat ini, sedangkan bahasa Petrus yang kurang halus tampak dalam surat 2 Petrus. Nada dan isi surat ini cocok dengan apa yang kita ketahui tentang Simon Petrus. Persekutuannya yang akrab dengan Tuhan Yesus selama bertahun-tahun melandasi ingatannya kembali akan kematian (1Pet 1:11,19; 1Pet 2:21-24; 1Pet 3:18; 1Pet 5:1) dan kebangkitan Yesus (1Pet 1:3,21; 1Pet 3:21); secara tidak langsung Petrus tampaknya juga menunjuk kepada penampakan diri Yesus kepadanya di Galilea setelah kebangkitan (1Pet 2:25; 1Pet 5:2a; bd. Yoh 21:15-23). Tambahan lagi, terdapat banyak persamaan di antara surat ini dengan khotbah-khotbah Petrus yang tercatat dalam Kisah Para Rasul.
Petrus mengalamatkan surat ini kepada "orang-orang pendatang yang tersebar" di seluruh propinsi Asia Kecil kekaisaran Romawi (1Pet 1:1). Beberapa di antara mereka ini mungkin adalah orang bertobat yang menanggapi khotbahnya pada hari Pentakosta dan telah kembali ke kota masing-masing dengan iman yang baru (bd. Kis 2:9-11). Orang percaya ini disebut "pendatang dan perantau" (1Pet 2:11) untuk mengingatkan mereka bahwa perziarahan mereka sebagai orang Kristen adalah di dalam dunia yang membenci Yesus Kristus dan mereka dapat mengalami penganiayaan darinya. Mungkin Petrus menulis surat ini sebagai tanggapan terhadap laporan dari orang percaya di Asia Kecil tentang peningkatan perlawanan (1Pet 4:12-16) yang belum didukung resmi oleh pemerintah (1Pet 2:12-17).
Petrus menulis dari "Babilon" (1Pet 5:13). Kata ini dapat ditafsirkan secara harfiah sebagai negara Babilon di Mesopotamia atau sebagai ungkapan kiasan untuk Roma, pusat tertinggi dari kefasikan abad pertama. Walaupun Petrus mungkin satu kali berkunjung ke tempat penampungan golongan Yahudi-ortodoks yang besar di Babilon, kita dapat lebih mudah menerangkan bahwa Petrus, Silas (1Pet 5:12), dan Markus (1Pet 5:13) sedang bersama-sama di Roma (Kol 4:10; bd. pernyataan Papias mengenai Petrus dan Markus di Roma) pada awal dasawarsa 60-an dan bukan di Babilonia. Kemungkinan besar Petrus menulis dari Roma pada tahun 60-63 M, pasti sebelum pertumpahan darah yang mengerikan oleh Nero dimulai (th. 64 M).
Tujuan
Petrus menulis surat pengharapan yang penuh dengan sukacita ini untuk memberikan kepada orang percaya pandangan yang ilahi dan abadi bagi kehidupan di bumi dan untuk memberikan bimbingan praktis kepada mereka yang mulai mengalami penderitaan yang berat sebagai orang Kristen di dalam masyarakat kafir. Petrus khawatir kalau-kalau orang percaya membangkitkan ketidaksenangan pemerintah dan menasihatkan mereka untuk mengikuti teladan Yesus dalam menderita dengan tidak bersalah, benar, dan luhur.
Survai
1 Petrus mulai dengan mengingatkan orang percaya
- (1) bahwa mereka mempunyai suatu panggilan yang mulia dan warisan sorgawi di dalam Yesus Kristus (1Pet 1:2-5);
- (2) bahwa iman dan kasih mereka di dalam hidup ini akan diuji dan dimurnikan sehingga akan mengakibatkan pujian, hormat, dan kemuliaan pada saat kedatangan Tuhan (1Pet 1:6-9);
- (3) bahwa keselamatan yang besar ini sudah dinubuatkan oleh nabi-nabi PL (1Pet 1:10-12); dan
- (4) bahwa orang percaya harus hidup kudus, jelas berbeda dari dunia yang tidak selamat di sekitar mereka (1Pet 1:13-21). Orang percaya, yang terpilih dan dikuduskan (1Pet 1:2) merupakan bayi-bayi yang bertumbuh yang memerlukan susu murni Firman Allah (1Pet 2:1-3), batu-batu hidup yang sedang dibangun menjadi suatu rumah rohani (1Pet 2:4-10), dan orang asing yang mengembara melewati negara asing (1Pet 2:11-12); mereka harus hidup dengan hormat dan rendah hati dalam hubungan mereka dengan setiap orang selama perjalanan ini (1Pet 2:13--3:12).
Amanat 1 Petrus terutama berkaitan dengan sikap patuh dan menderita karena kebenaran bagi Kristus dan menurut teladan-Nya sendiri (1Pet 2:18-24; 1Pet 3:9--5:11). Petrus meyakinkan orang percaya bahwa apabila mereka menderita karena kebenaran, maka mereka akan disenangi oleh Tuhan dan mendapat pahala. Di dalam konteks pengajaran mengenai menderita karena Kristus ini, Petrus menekankan tema-tema yang saling berhubungan dari keselamatan, pengharapan, kasih, sukacita, iman, kekudusan, kerendahan hati, takut akan Allah, ketaatan, dan ketundukan.
Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai surat ini.
- (1) Bersama dengan surat Ibrani dan kitab Wahyu, berita surat ini berkisar pada orang percaya yang menghadapi kemungkinan penganiayaan yang berat karena persatuan mereka dengan Yesus Kristus.
- (2) Surat ini memberikan pengarahan praktis bagaimana orang Kristen harus menanggapi penganiayaan dan penderitaan yang tidak adil, lebih daripada kitab lainnya dalam PB (1Pet 3:9--5:11).
- (3) Petrus menekankan kebenaran bahwa orang percaya adalah pendatang dan perantau di dunia ini (1Pet 1:1; 1Pet 2:11).
- (4) Banyak nama untuk umat Allah dari PL digunakan untuk orang percaya PB (mis. 1Pet 2:5,9-10).
- (5) Surat ini berisi ayat PB yang paling sulit ditafsirkan: kapan, di mana, dan bagaimana Yesus "memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara, ... pada waktu Nuh" (1Pet 3:19-20).
Full Life: 1 Petrus (Garis Besar) Garis Besar
Salam Kristen
(1Pet 1:1-2)
I. Hubungan Orang Percaya dengan Allah
(1Pet 1:3-2:10)
A. Keselamatan oleh...
Garis Besar
- Salam Kristen
(1Pet 1:1-2) - I. Hubungan Orang Percaya dengan Allah
(1Pet 1:3-2:10) - A. Keselamatan oleh Iman
(1Pet 1:3-12) - B. Kekudusan Karena Ketaatan
(1Pet 1:13-2:10) - II. Hubungan Orang Percaya dengan Sesamanya
(1Pet 2:11-3:12) - A. Tanggung Jawab Umum
(1Pet 2:11-17) - B. Tanggung Jawab Rumah Tangga
(1Pet 2:18-3:7) - 1. Tanggung Jawab Budak Terhadap Tuannya
(1Pet 2:18-25) - 2. Tanggung Jawab Istri Terhadap Suaminya
(1Pet 3:1-6) - 3. Tanggung Jawab Suami Terhadap Istrinya
(1Pet 3:7) - C. Ringkasan Prinsip-Prinsip yang Mengatur Hubungan Orang Percaya
dengan Sesamanya
(1Pet 3:8-12) - III.Hubungan Orang Percaya dengan Penderitaan
(1Pet 3:13-5:11) - A. Ketabahan Menghadapi Penderitaan
(1Pet 3:13-4:11) - 1. Karena Berbahagia dari Menderita dengan Tidak Adil
(1Pet 3:13-17) - 2. Karena Teladan Kristus yang Berkuasa
(1Pet 3:18-4:6) - 3. Karena Urgensi pada Akhir Zaman
(1Pet 4:7-11) - B. Bersukacita dalam Menghadapi Penderitaan
(1Pet 4:12-19) - 1. Karena Menguji Realitas Iman Kita
(1Pet 4:12) - 2. Karena Ikut Mengambil Bagian dalam Penderitaan Kristus
(1Pet 4:13,14-16) - 3. Karena Mempersiapkan Kita untuk Kemuliaan Kedatangan-Nya
(1Pet 4:13,17-19) - C. Nasihat dalam Menghadapi Penderitaan
(1Pet 5:1-11) - 1. Kepada Penatua -- Gembalakan Domba
(1Pet 5:1-4) - 2. Kepada Orang yang Lebih Muda
(1Pet 5:5-11) - Penutup
(1Pet 5:12-14)
Matthew Henry: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab)
Dua surat rasuli yang kita dapati terdaftar dalam kanon Kitab Suci ini ditulis oleh Petrus, rasul Yesus Kristus yang paling terkemuka, dan yang tab...
- Dua surat rasuli yang kita dapati terdaftar dalam kanon Kitab Suci ini ditulis oleh Petrus, rasul Yesus Kristus yang paling terkemuka, dan yang tabiatnya bersinar terang seperti digambarkan dalam keempat Injil dan Kisah Para Rasul. Namun, dalam gambaran para pemimpin gereja dan penulis tertentu, Petrus terlihat seperti orang yang luar biasa angkuh dan penuh ambisi. Berdasarkan Kitab Suci, sudah pasti bahwa Simon Petrus adalah salah seorang yang pertama-tama dipanggil Tuhan kita untuk menjadi murid dan pengikut-Nya. Bahwa ia adalah orang yang dikaruniai dengan kebaikan-kebaikan luhur, dari alam maupun anugerah, orang yang mempunyai andil besar dan cepat dalam mengeluarkan perkataan, cepat memahami dan berani melaksanakan apa saja yang dia ketahui sebagai kewajibannya. Ketika Juruselamat kita memanggil rasul-rasul-Nya, dan memberi mereka mandat, Ia pertama-tama menyebut Petrus. Dan melalui perlakuan-Nya terhadap Petrus, Ia tampak membedakan Petrus sebagai rasul istimewa di antara kedua belas rasul. Banyak contoh kasih sayang Tuhan kita kepadanya, baik selama Dia hidup maupun setelah kebangkitan-Nya, yang tercatat dalam Kitab Suci. Tetapi ada banyak hal yang secara meyakinkan ditegaskan tentang orang kudus ini jelas-jelas salah: Seperti, bahwa ia memiliki keutamaan dan kekuasaan yang lebih unggul daripada semua rasul lain, bahwa ia lebih tinggi daripada mereka, bahwa ia adalah pangeran, raja, dan penguasa mereka yang berdaulat, dan bahwa ia mempunyai kewenangan hukum atas seluruh kumpulan para rasul itu. Terlebih lagi, bahwa ia satu-satunya gembala untuk semua umat Kristen di seluruh dunia, satu-satunya wakil Kristus di bumi – bahwa selama lebih dari dua puluh tahun ia menjadi uskup Roma – dan bahwa semua ini merupakan perintah dan ketetapan Tuhan kita. Sementara Kristus tidak pernah memberinya keutamaan semacam ini, tetapi jelas-jelas melarangnya, dan justru memberikan perintah-perintah yang sebaliknya. Rasul-rasul lain tidak pernah menyetujui pengakuan-pengakuan seperti itu. Rasul Paulus menyatakan dirinya sedikit pun tidak kurang dari pada rasul-rasul yang tak ada taranya itu (2Kor. 11:5 dan 12:11). Tidak terkecuali dalam hal ini keunggulan martabat Petrus, sebab Paulus sendiri berani mempersalahkan dia, dan berterang-terang menentangnya (Gal. 2:11). Petrus sendiri tidak pernah menganggap hal-hal yang seperti itu, tetapi dengan bersahaja menyebut dirinya sebagai rasul Yesus Kristus. Dan ketika menulis kepada para penatua jemaat, dengan rendah hati ia menempatkan dirinya dalam kedudukan yang sama dengan mereka: Aku menasihatkan para penatua di antara kamu, aku sebagai teman penatua (5:1). Maksud dari surat rasuli yang pertama dari Petrus ini adalah,
- I. Untuk menjelaskan secara lebih lengkap ajaran-ajaran Kekristenan kepada orang-orang Yahudi yang baru bertobat ini.
- II. Untuk membimbing dan mengajak mereka supaya berperilaku kudus, dalam menjalankan dengan setia semua kewajiban pribadi mereka masing-masing. Dengan demikian, mereka sendiri akan tetap hidup dalam damai sejahtera dan mampu menjawab segala fitnah dan celaan dari musuh-musuh mereka.
- III. Untuk mempersiapkan mereka menghadapi penderitaan. Hal ini tampak menjadi niat utama sang Rasul, sebab ia mengatakan sesuatu tentang hal ini dalam setiap pasal. Dan, melalui berbagai macam alasan, ia betul-betul mendorong mereka supaya bersabar dan bertekun dalam iman, agar segala penganiayaan dan malapetaka yang menimpa mereka tidak sampai membuat mereka murtad dari Kristus dan Injil. Sungguh menakjubkan bahwa kita tidak menemukan satu kata pun yang menyerupai semangat dan keangkuhan seorang penguasa dalam kedua surat ini.
Jerusalem: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) SURAT-SURAT KATOLIK PENGANTAR
Di dalam Perjanjian Baru tercantum tujuh surat yang bukan karangan Rasul Paulus. Agak segera ketujuh surat ini dijadikan...
SURAT-SURAT KATOLIK PENGANTAR
Di dalam Perjanjian Baru tercantum tujuh surat yang bukan karangan Rasul Paulus. Agak segera ketujuh surat ini dijadikan suatu kelompok tersendiri meskipun asal- usulnya berbeda sekali. Ada sepucuk surat yang dikatakan karangan Yakobus, lagi karangan Yudas, dua pucuk surat karangan Petrus dan tiga karangan Yohanes. Judulnya "katolik" kiranya berasal dari kenyataan bahwa kebanyakan surat itu tidak tertuju kepada jemaat atau orang tertentu melainkan kepada orang-orang Kristen pada umumnya (katolik).
Surat Yakobus hanya lama kelamaan diterima oleh Gereja sebagai Kitab Suci. Agaknya di Mesir Yak tidak pernah diragukan sebagai Kitab Suci. Yak dikutip oleh Origenes sebagai karangan suci. Tetapi pada awal abad keempat Eusebius dari Kaisarea (Palestina) mengatakan bahwa Yak masih ditolak oleh sementara orang. Jemaat-jemaat yang berbahasa Siria baru dalam abad keempat memasukkan Yak ke dalam daftar kitab-kitab sucinya. Di Afrika utara Tertulianus dan Kiprianus ternyata tidak mengenal Yak. Daftar kitab-kitab suci yang disebut "Kanon Mommsen" (disusun sekitar th 360) belum memuat Yak. Di Roma Kanon Muratori (dikatakan susunan Hippolitus sekitar th. 200) juga tidak memuatnya. Sangat tidak pasti apakah Klemens dari Roma dan pengarang buku yang berjudul "Pastor Harmae" (lihat di bawah) mengutip Yak. Jadi baru pada akhir abad keempat surat Yakobus umum diterima sebagai Kitab Suci oleh jemaat-jemaat di Timur dan di Barat.
Mana kala surat Yakobus oleh jemaat-jemaat diterima sebagai Kitab Suci, maka pada umumnya pengarangnya disebut "Yakobus, yaitu saudara Tuhan", Mat 13:55 dsj; bdk 12:46+, yang berperan besar dalam jemaat purba di Yerusalem, Kis 12:17+; 15:13-21; 21:18-26; 1Kor 15:7; Gal 1:19; 2:9, 12. Peranannya itu diakhiri dengan kemartiran oleh tangan orang Yahudi sekitar th. 62 (Yosefus, Hagesippus). Yakobus "saudara Tuhan" itu jelas orang lain dari Yakobus anak Zebedeus, Mat 10:2 dsj, yang dalam th. 44 dibunuh oleh raja Herodes, Kis 12:2, tetapi boleh jadi ia sama dengan Yakobus lain, yaitu anak Alfeus, Mat 10:3 dsj. Sejak awal mula hingga dewasa ini kesamaan itu diperdebatkan, meskipun dewasa ini kebanyakan ahli membedakan kedua tokoh itu. Apa yang dikatakan paulus dalam Gal 1:19 diartikan dengan cara yang berbeda-beda juga. Tetapi masalah yang sesungguhnya terletak di tempat lain dan ditingkat lebih mendalam. Adakah Yak sungguh karangan "Yakobus yaitu saudara Tuhan"? Ada berbagai keberatan yang dapat dikemukakan terhadap pendapat itu. Jika Yak benar- benar dikarang oleh tokoh yang penting itu, bagaimana gerangan mungkin bahwa surat itu begitu lambat diterima oleh Gereja sebagai Kitab Suci dan, sebaliknya, begitu lama diragukan dan bahkan ditolak? Selebihnya, Yak langsung ditulis ke dalam bahasa Yunani yang bagus dan lancar, dengan perbendaharaan kata dan seni berpidato (diatribe) yang mengherankan, seandainya Yak ditulis oleh seorang yang berasal dari Galilea. Sudah barang tentu mungkin Yakobus menggunakan seorang murid yang berkebudayaan Yuanani. Tetapi hipotesa dan dugaan itu sukar dibuktikan. Akhirnya dan khususnya: Yak sangat serupa dengan beberapa karangan yang disusun pada akhir abad pertama atau pada awal abad kedua, teristimewanya dengan surat Klemens dari Roma dan buku yang berjudul "Pastor Harmae". Kerap kali dikatakan bahwa karangan-karangan itu menggunakan Yak. Tetapi dewasa ini semakin banyak sekali ahli berpendapat, bahwa kesamaan antara Yak dan karangan- karangan tersebut yang ternyata ada, disebabkan oleh sumber-sumber bersama yang dipakai. Kecuali itu Yak dan karangan-karangan lain itu mesti menghadapi masalah-masalah yang sejenis. Maka dari itu banyak ahli berkeyakinan bahwa Yak ditulis pada akhir abad pertama atau bahkan pada awal abad kedua. Memang ajaran Yak tentang Kristus memberi kesan ketuaan. Tetapi hal itu tidak membuktikan bahwa Yak ditulis pada awal mula agama Kristen. Sebab mungkin juga bahwa Yak berasal dari kalangan orang-orang Kristen keturunan Yahudi yang menjadi penerus pikiran-pikiran Yakobus, sedangkan menutup dirinya bagi perkembangan lebih lanjut dalam teologi Kristen semula.
Jika orang terus mau mempertahankan bahwa Yak benar-benar karangan "Yakobus yaitu saudara Tuhan", maka harus dikatakan bahwa Yak ditulis sebelum th. 62. Sebab dalam tahun itu Yakobus mati. Lalu dua hipotesa dapat dikemukakan, sesuai dengan pendirian orang dalam masalah hubungan antara Yak dan Gal-Roma dalam soal "pembenaran oleh iman" (lihat di bawah ini). Sementara ahli yakin bahwa Yak menentang Paulus, tegasnya mereka yang menyalah-artikan ajaran Paulus. Kalau demikian, Yakobus menulis suratnya menjelang ajalnya. Ahli-ahli lain, yang jumlahnya semakin berkurang berpendapat bahwa Paulus mau menentang pikiran Yak. Kalau demikian, Yak ditulis menjelang th 45-50. Dengan jalan itu juga dapat diterangkan mengapa ajaran Yak tentang Kristus nampaknya tua sekali. Tetapi mengingat apa yang dikatakan di muka kurang mungkin Yak sudah ditulis sekitar th. 45.
Bagaimanapun juga asal-usul Yak tulisan itu tertuju kepada "Keduabelas Suku di perantauan", 1:1, kiranya tidak lain artinya dari orang-orang Kristen keturunan Yahudi yang tersebar di dunia Yunani-Romawi, terutama di daerah-daerah yang berdekatan dengan Palestina, misalnya Siria atau Mesir. Bahwasannya orang-orang yang dituju oleh surat ini adalah orang keturunan Yahudi disarankan oleh bagian pokok surat sendiri. Pengarang terus menggunakan Kitab Suci (Perjanjian Lama) begitu rupa sehingga jelas mengandaikan bahwa para pembaca baik-baik mengenal Kitab Suci itu, apa lagi oleh karena pengarang tidak mendasar pemikirannya pada kutipan jelas dari Perjanjian Lama (seperti misalnya Paulus atau pengarang Ibr), tetapi lebih-lebih menaruh Kitab Suci sebagai latar belakang pikirannya. Pengarang Yak terutama dijiwai oleh sastera Hikmat-kebijaksanaan dan dari padanya mengambil pelbagai pengajaran mengenai akhlak pembaca.
Tetapi pengarang juga secara luas bergantung pada pengajaran Injil, sehingga suratnya jelas bukan sebuah karangan Yahudi, sebagaimana dikatakan oleh sementara ahli. Sebaliknya dalam Yak orang terus menemukan pikiran dan ungkapan sebagaimana disukai Yesus sendiri. Tetapi dalam hal inipun pengarang tidak langsung mengutip tradisi tertulis. Sebaliknya ia terutama memanfaatkan tradisi lisan. Pendek kata: pengarang Yak ialah seorang berhikmat Kristen keturunan Yahudi yang secara baru memikirkan kembali pepatah-pepatah dari hikmat Yahudi berdasarkan penyempurnaan yang diberikan Yesus kepada hikmat Yahudi itu.
Karangan Yak ini kurang sesuai dengan gaya bahasa yang lazim dalam surat-surat. Sebaliknya karangan itu lebih-lebih berupa khotbah, sebuah contoh pengajaran yang lazim pada jemaat-jemaat Kristen keturunan Yahudi di zaman itu. Disajikan sederetan ajakan praktis yang secara agak bebas dan lepas susul-menyusul; kadang-kadang pepatah-pepatah itu dikelompokkan berdasarkan pokok sama yang diuraikan; kadang-kadang juga dikelompokkan hanya berdasarkan kata yang sama yang terdapat dalam beberapa pepatah. Ada nasihat-nasihat mengenai kelakuan orang di tengah percobaan, 1:1-12; 5:7-11, mengenai asal-usul percobaan godaan, 1:13-18, tentang pengekangan lidah, 1:26; 3:1-12, tentang pentingnya hikmat, saling mengerti dan belas-kasihan, 2:8, 13; 3:13-4:2; 4:11 dst, dan mengenai kekuatan dosa, 1:5-8; 4:2 dst; 5:13-18, dll. Adapun sakramen pengurapan orang sakit ia dapat disimpulkan dari 5:14 dst (Konsili Trente).
Adapun dua pokok utama yang sangat menonjol dalam paranese yang disajikan Yak. Yang satu memuji orang miskin dan dengan keras menegur orang kaya, 1:9-11; 1:27 -2:9; 4:13-5:6; perhatian untuk orang miskin yang diutamakan oleh Allah berurat-berakar dalam suatu tradisi alkitabiah dan terutama dalam Ucapan bahagia dari Injil, Mat 5:3+. Pokok yang lain menekankan pengalaman iman, sedang memberi peringatan tentang iman yang tidak berbuah, 1:22-27; 2:10-26. Mengenai pokok terakhir ini bahkan ada sebuah diskusi yang berupa polemik, 2:14-26. Banyak ahli beranggapan bahwa polemik itu terarah kepada Paulus. Memang harus diakui bahwa ada hubungan cukup jelas antara Yak dan Gal-Rom, terutama dalam penafsiran yang berbeda sekali atas nas Kitab Suci yang sama tentang Abraham. Dan tentu saja mungkin bahwa Yakobus mau menentang bukanlah kiranya Paulus sendiri tetapi sementara orang Kristen yang dari ajaran Paulus mengambil kesimpulan yang membahayakan.
Namun demikian dua hal perlu dipertahankan. Yang pertama ialah: di belakang pertentangan pada permukaan yang disebabkan oleh keadaan yang berbeda, Paulus dan Yakobus dalam hal pokok sependapat, bdk 2:14+. Yang kedua ialah: masalah "iman dan amal" yang secara wajar ditimbulkan oleh agama Yahudi mungkin sekali suatu pokok diskusi yang tradisionil. Paulus dan Yakobus masing-masing dengan caranya sendiri kiranya membahas masalah yang sama dengan tidak bergantung satu sama lain.
Yudas, yang menyebut dirinya "saudara Yakobus", ay 1, haruslah seorang "saudara Tuhan" juga Mat 13:55 dsj. Tidak ada alasan menyamakan Yudas ini dengan rasul yang mempunyai nama yang sama, Luk 6:16; Kis 1:13; bdk Yoh 14:22. Sebab Yudas pengarang surat membedakan dirinya dengan para rasul, ay 17. Tetapi tidak ada alasan juga menyangka bahwa Yudas hanya nama samaran. Hal semacam itu sukar dimengerti bahwa Yudas adalah seorang tokoh yang sama sekali tidak menyolok.
Surat Yud ini sejak th. 200 diterima oleh kebanyakan jemaat Kristen sebagai Kitab Suci. Dahulu memang ada orang yang meragukan surat ini karena mengutip buku-buku apokrip (Henokh, ay 7, 14 dst; Pengangkatan Musa ke sorga, ay 9). Tetapi kutipan semacam itu tak perlu mengkhawatirkan orang, sebab sekali-kali tidak berarti berarti bahwa pengarang berpendapat bahwa buku-buku yang di zaman itu laku sekali di kalangan Yahudi benar-benar Kitab Suci.
Maksud tujuan Yud tidak lain kecuali membuka kedok pengajar-pengajar palsu yang membahayakan kepercayaan Kristen. Ia mengancamkan kepada mereka hubungan ialah yang sama dengan hukuman yang dalam tradisi Yahudi menimpa orang fasik, ay 5-7. Apa yang dikatakan Yud tentang pengajar-pengajar itu kiranya juga terpengaruh oleh cerita-cerita tentang zaman dahulu, ay 11. Pada umumnya keterangan Yud tentang pengajar-pengajar palsu itu agak kabur, sehingga tidak dapat dibuktikan bahwa mereka menganut "gnosis" dari abad II. Kefasikan dan kemerosotan akhlak yang dituduhkan kepada mereka oleh Yud, terutama bahwa mereka menghujat Tuhan Kristus dan malaikat-malaikat, ay 4,8-10, mungkin muncul di kalangan Kristen sendiri dalam abad I terpengaruh oleh aliran-aliran yang mencampur-adukkan agama Kristen, agama Yahudi dan paham kafir, sebagaimana ditentang oleh Kol, surat- surat pastoral dan Why. Tetapi ada beberapa keterangan dalam surat Yudas yang menyarankan bahwa ditulis pada akhir abad I. Pewartaan Injil oleh para rasul dikatakan terjadi "dahulu", ay 17. Iman dipikirkan sebagai suatu ajaran yang disampaikan sekali untuk selama-lamanya, ay 3. Rupanya surat-surat Paulus dipakai oleh pengarang. Memanglah surat kedua Petrus menggunakan Yud, tetapi nanti akan dikatakan bahwa 2Ptr mungkin ditulis sesudah Petrus meninggal dunia. Maka boleh dikatakan bahwa Yud ditulis pada akhir zaman para rasul.
Ada dua surat katolik yang dari sendiri menyatakan bahwa ditulis oleh Petrus. Surat pertama yang dalam alamatnya memuat nama ketua rasul, 1:1, sejak awal mula diterima oleh Gereja tanpa keraguan atau pertentangan. Surat ini barangkali sudah digunakan oleh Klemens dari Roma dan pasti dipakai oleh Polikarpus. Sejak Ireneus, dengan tandas dikatakan bahwa surat itu karangan rasul Petrus. Petrus menulis surat ini di Roma (Babilon, 5:13). Di sana Petrus ada bersama Markus yang disebutnya sebagai "anaknya". Meskipun kita tidak tahu banyak tentang akhir hidup Petrus, namun sebuah tradisi yang cukup dipercaya mengatakan bahwa Petrus datang ke ibu kota, lalu mengalami kemartiran selama pemerintahan Kaisar Nero (th. 64 atau 67). Surat Ptr ini dialamatkan kepada orang-orang Kristen "di perantauan", 1:1 (terj: yang tersebar) dengan menyebut nama lima propinsi yang pada pokoknya merangkum seluruh Asia-Kecil. Apa yang dikatakan tentang hidup mereka dahulu, 1:14, 18; 2:9 dst; 4:3, menyarankan bahwa mereka dahulu kafir, meskipun tetap mungkin bahwa juga ada orang Kristen keturunan Yahudi di kalangan mereka. Itulah sebabnya maka Petrus menulis suratnya dalam bahasa Yunani. Bahasa Yunaninya adalah sederhana tetapi tepat dan halus, sehingga nampak terlalu bermutu untuk dapat dipakai oleh seorang nelayan asal Galilea, tetapi kali ini kita mengenal nama murid-juru-tulis yang kiranya menolong darlam mengarang surat itu. Namanya ialah Silwanus, 5:12, yang umumnya disamakan dengan rekan Paulus yang bernama Silas, Kis 15:22+.
Maksud tujuan surat ini ialah mempertahankan iman pada mereka yang dituju dan dilanda banyak percobaan. Ada orang yang berpendapat bahwa apa yang dimaksudkan dengan pencobaan itu ialah penganiayaan dari pihak pemerintah, misalnya dari fihak Kaisar Domitianus atau bahkan Kaisar Trayanus. Kalau demikian maka surat itu ditulis setelah Petrus meninggal. Tetapi apa yang dikatakan surat itu sekali-kali tidak menyarankan bahwa ada penganiayaan dari pihak pemerintah, apa lagi dari pihak Dominitianus atau Trayanus. Apa yang dimaksudkan tidak lain kecuali gangguan-gangguan dari pihak lingkungan orang-orang Kristen itu, fitnah dan penghinaan dari pihak mereka yang merasa tersinggung oleh karena orang Kristen tidak mau ikut dalam adat istiadat dan kebejatan akhlak mereka, 2:12; 3:16; 4:4,12-16.
Terhadap keaslian 1Ptr (sebagai karangan Petrus) masih diketengahkan kesulitan lain. Kesulitan itu ialah: Rupanya 1 Ptr banyak menggunakan karangan-karangan Perjanjian Baru lain, khususnya Yak, Rom dan Efesus, sedangkan anehnya Injil hanya sedikit dipakai. Namun demikian 1Ptr sering meski secara halus meskipun menyinggung Injil. Seandainya Injil dengan lebih jelas dikutip kiranya orang berkata bahwa pengarang berbuat demikian justru dengan maksud supaya suratnya diangggap sebagai karangan Petrus. Adapun hubungan 1Ptr dengan Yak dan Paulus jangan dibesar-besarkan. Tidak ada satupun pokok utama dari surat-surat Paulus (ciri sementara hukum Taurat, Tubuh Kristus, dll) yang tampil dalam 1Ptr. Banyak pokok yang dikatakan berasal dari Paulus oleh karena terutama dibahas dalam surat-surat Paulus kiranya tidak lain dari pokok-pokok yang banyak dibahas dalam teologi Gereja Purba pada umumnya (kematian Kristus sebagai penebusan, iman dan baptisan, dll). Makin banyak ahli menerima bahwa di zaman itu ada rumusan- rumusan tertentu dalam pengajaran agama dan kumpulan-kumpulan ayat-ayat Kitab Suci dan semuanya itu mungkin dipakai oleh macam-macam karangan tanpa tergantung satu sama lain. Namun demikian ada beberapa bagian dalam 1Ptr yang dijiwai oleh Rom dan Ef. Tetapi hal itu dapat diterima walaupun tidak perlu menolak 1Ptr sebagai karangan Petrus: Petrus tidak mempunyai keunggulan di bidang teologi seperti Paulus; maka ia dapat menimba dari karangan-karangan Paulus, terutama kalau berbicara kepada kalangan orang Kristen yang meresapkan ajaran Paulus ke dalam hati. Jangan dilupakan pula bahwa juru tulis Petrus yaitu Silwanus, adalah murid Paulus juga. Perlu masih dicatat pula bahwa di samping kedekatan dengan Paulus, ada juga sementara ahli yang menemukan kesamaan antara 1Ptr dan karangan-karangan lain yang berasal dari lingkungan Petrus, yaitu injil kedua dan wejangan-wejangan Petrus yang termaktub dalam Kis.
Surat Petrus ini tentu saja mendahului kematiannya dalam th. 64 dan 67. Namun ada kemungkinan juga bahwa menurut petunjuk-petunjuk Petrus Silwanus menulis surat ini setelah Petrus meninggal dunia, lalu mengumumkannya dibawah kewibawaan Petrus. Dugaan semacam ini terutama masuk akal seandainya benar bahwa surat ini sebenarnya terdiri atas beberapa kepingan, antara lain sebuah homili yang diucapkan dalam rangka upacara baptisan. Tetapi ini hanya dugaan belaka yang tak mungkin dibuktikan.
Meskipun 1Ptr terutama berisikan nasihat-nasihat praktis, namun ajaran yang termaktub di dalamnya bermutu tinggi. Terdapat di dalamnya sebuah ikhtisar bagus dari teologi Kristen di zaman itu dan ikhtisar itu mengharukan hati justru dalam kesederhanaannya. Sebuah gagasan pokok ialah: dengan berani dan sabar orang Kristen mesti menanggung percobaan sesuai dengan teladan Kristus sendiri, 2:21- 25; 3:18; 4:1, sama seperti Kristus orang Kristen harus menderita dengan berkanjang dan merasa gembira kalau sengsaranya yang disebabkan iman dan kelakuannya yang suci, 2:19 dst; 3:14; 4:12-19; 5:9, mereka harus menentang yang jahat dengan kasih sambil mentaati pemerintah sipil, 2:13-17, dan dengan lembut dan rendah hati terhadap sekalian orang, 3:8-17; 4:7-11, 19. Ada bagian sulit dalam surat ini yang diartikan dengan berbagai cara, yakni 3:19 dst; bdk 4:6. Pemberitaan (Injil) oleh Kristus sementara ahli mengartikannya sebagai pemberitaan keselamatan atau hukuman, sedangkan "roh-roh" yang di dalam penjara, diartikan entah sebagai orang fasik yang mati di waktu air bah, entah sebagai malaikat-malaikat yang menurut tradisi alkitabiah dan apokaliptik berdosa. Tetapi bagaimanapun juga tindakan Tuhan itu ditempatkan di saat wafatNya. Dan karena itu nas menjadi dasar utama bagi ajaran tentang turunnya Kristus ke dunia orang mati (penantian kurang tepat).
Tidak dapat diragukan bahwa juga surat kedua memperkenalkan diri sebagai karangan Petrus. Rasul tidak hanya menyebut namanya dalam alamat surat, 1:1, tetapi iapun menyinggung nubuat Yesus tentang kematian Petrus, 1:14; ia mengatakan bahwa menyaksikan Yesus waktu dimuliakan di gunung, 1:16-18. Akhirnya masih menyinggung salah satu suratnya dahulu dan surat itu kiranya tidak lain kecuali 1Ptr.
Kalau untuk kedua kalinya menulis surat bagi orang yang sama, maka maksudnya rangkap dua: memperingatkan mereka terhadap pengajar-pengajar palsu, 2, dan meredakan kegelisahan mereka yang disebabkan ditundanya Parusia Tuhan, 3. Tentu saja mungkin saja bahwa pengajar-pengajar palsu semacam itu dan juga kegelisahan itu muncul di bagian terakhir hidup Petrus. Tetapi ada pertimbangan lain yang membuat orang ragu-ragu tentang keaslian 2Ptr dan menyarankan bahwa surat itu ditulis di zaman lain. Bahasa 2Ptr sangat berbeda dengan bahasa 1Ptr. Bab 2 seluruhnya hanya dengan bebas (meskipun jelas) mengulang surat Yudas. Rupanya sudah ada sebuah kumpulan surat-surat Paulus 3:15 dst. Kelompok para rasul ditempatkan di tingkat sama dengan kelompok para rasul, 3:2. Pertimbangan- pertimbangan itu membenarkan keraguan yang sejak awal mula ada mengenai 2Ptr. Dengan pasti surat ini baru dimulai dipakai oleh Gereja dalam abad III, dan waktu itu masih ada orang yang blak-blakan menolaknya, seperti dikatakan oleh Origenes, Eusebius dan Hieronimus. Pada giliriannya banyak ahli dewasa ini tidak mau menerima bahwa 2Ptr adalah karangan Petrus, dan kiranya mereka benar juga. Tetapi kalau seorang murid kemudian menggunakan kewibawaan Petrus, maka ia barangkali berhak berbuat demikian. Boleh jadi pengarang termasuk kalangan orang Kristen yang bergantung pada Petrus, atau ia mungkin menggunakan salah satu karangan dari tangan Petrus, yang disadur dan dilengkapi dengan pertolongan Yud. Kalau demikian pengarang tidak "menipu" sebab di zaman dahulu orang mempunyai pandangan lain dan kita mengenai "hak pengarang" dan boleh tidaknya menggunakan nama orang lain.
Bagi kepercayaan kita juga cukup kalau surat ini oleh Gereja umum diterima sebagai sebagian dari Kitab Suci dan karenanya menyampaikan warisan dari zaman para rasul. Maka ajaran 2Ptr terjamin kebenarannya. Dari ajaran itu boleh disebutkan: panggilan orang Kristen untuk mengambil bagian dalam kodrat ilahi, 1:4; ajaran mengenai Kitab Suci yang diinspirasikan, 1:20 dst; keyakinan mengenai Parusia Tuhan yang akan datang meskipun saatnya ditunda; Parusia itu akan terjadi setelah dunia musnah oleh api, dan dunia baru dijadikan di mana terdapat kebenaran, 3:3-13.
Kegiatan surat Yohanes dibahas dalam pengantar Injil keempat.
Ende: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) SURAT PERTAMA SANTU PETRUS
KATA PENGANTAR
Pengarang
Sedjak dari permulaan, Para Bapak Geredja sependapat bahwa St. Petruslah
penulis surat ini. Kesatu...
SURAT PERTAMA SANTU PETRUS
KATA PENGANTAR
Pengarang
Sedjak dari permulaan, Para Bapak Geredja sependapat bahwa St. Petruslah penulis surat ini. Kesatuan pendapat itu telah utuh, sampai ketika sardjana- sardjana Kitab Kudus dari djaman modern ini mengemukakan beberapa keberatan terhadapnja.
Isi surat ini sendirilah jang harus memberi putusan dan penjelesaian jang sebenarnja. Disamping setjara terang-terangan menundjukkan dirinja sebagai Petrus, "Rasul Kristus", pengarang sepintas lalu dalam bab 5:1 menjebut dirinja sebagai rekan-imam dan penjaksi kesengsaraan Kristus". Djuga Markus, jang oleh Papias disebut sebagai "djuru bahasa" Petrus di Roma, disangka ada bersama Petrus, tatkala dia menulis suratnja (5:13). Keaslian surat ini diperteguhkan lagi oleh beberapa perhubungannja dengan kehidupan dan pengadjaran Kristus .
Gaja bahasa Djunani, sekalipun kurang mutunja daripada gaja jang dipergunakan oleh St. Jakobus dalam suratnja, dahulu pernah dianggap sebagai suatu alasan untuk mengingkari Petrus sebagai pengarang surat ini. Namun sebagaimana halnja dengan Jakobus dan Judas, orang sama menjetudjui sekarang sistim pemakaian djurutulis, jang tentu djuga terdjadi pada masa Petrus.
Penulis terus terang mengatakan bahwa ia menulis "dengan perantaraan Silvanus" (5:12). Akibatnja ialah sekalipun isi pikiran itu timbul dari Petrus, tetapi bahasanja disusun oleh djurutulisnja.
Pembatja
Ajat pertama dari surat ini menundjukkan bahwa ia ditulis untuk orang serani di Asia Ketjil. Entah orang-orang serani itu terdiri dari pentobat-pentobat Jahudi atau kafir, masih dipersoalkan. Karena alasan-alasan jang diberikan belum mentjapai persetudjuan penuh, maka rasanja dapat dikatakan bahwa tak ada kelompok orang serani tertentu jang dimaksudkan. Dengan pasti ialah bahwa bagian terbesar orang serani terdiri dari pentobat-pentobat Jahudi. Tetapi tatkala surat ini ditulis, Paulus dan rekan-rekannja telah menobatkan banjak orang kafir di Asia Ketjil. Kemungkinan jang terbesar ialah bahwa surat ini ditudjukan kepada Para miskin dan hamba sahaja di Asia Ketjil (2:18).
Waktu, kesempatan dan tempat dimana surat ini ditulis
Pada kesempatan mana Petrus menulis surat ini, tidak kita ketahui. Dari isi surat hanja dapat kita simpulkan bahwa Petrus bermaksud memberanikan orang serani dalam pertjobaan, dan menghidupkan iman jang mendapat serangan sekian banjak (4:12).
Bahwa surat ini ditulis di Roma, itu tentu pasti. Dengan menjebut nama Babylon (5:13), Petrus agaknja hendak mengawaskan kota Roma jang kafir itu, jang kedjajaannja menjamai kemakmuran djasmani Babylon purba. Karena Petrus meninggal di Roma pada djaman penganiajaan Nero, dan karena ketika itu penganiajaan belum lagi meletus, maka agaknja surat ini ditulis mendjelang achir tahun 64 ses. Kristus. Kepastian waktu surat ini menundjukkan bahwa kutipan-kutipan surat St. Paulus didalam surat St. Petrus itu mungkin.
Gajabahasa
Sekalipun surat ini, sebagaimana djuga surat St. Jakobus, pada dasarnja
berisikan adjakan moril, namun dalam beberapa hal ia bukan memuat adjaran moral.
la lebih menjerupai bentuk sebuah surat dengan suatu kata pendahuluan jang
pandjang (1:1-2), lalu menjusul suatu doa sjukur (1:3-5) jang lazim kedapatan
pada banjak surat dizaman itu, dan berachir dengan suatu utjapan selamat (
Adjaran
Karena surat ini pada dasarnja berisi suatu adjakan moril, maka djangan kita harapkan suatu pementasan kebenaran dogmatis jang teratur didalamnja. Tetapi, kita bisa menemukan djuga teologi jang kaja dan dalam disitu. Kebenaran teologis jang asasi ialah bahwa orang kristen diseluruh dunia ini bersatu (5:9); dahulunja mereka pendosa (2:24) jang tak tahu suatu apapun (1:14) tetapi kini mereka telah ditebus oleh darah kudus Kristus (1:18-19) dan dipilih untuk berbakti kepadanja (1:2).
Tjaranja mereka ditebus itu diterangkan sedjelas-djelasnja. Allah Bapa, jang maharahim (1:3) dan kudus (1:15-16), sudah merentjanakan penjelamatan mereka (1:2), bahkan sebelum dunia tertjipta (1:20). Nabi-nabi Perdjandjian Lama menginsjafi rentjana tersebut dan bernubuat pula tentang rentjana itu (1:10-12). Rentjana itu dipenuhi dalam sedjarah dengan kedatangan Kristus, jang biarpun tak bersalah (1:19; 2:22), tetapi menderita sengsara (2:21; 4:1), dan wafat disalib (2:24; 3:18). Hasil daripada sengsara dan wafat Kristus ialah penjilihan dosa manusia (1:18; 3:18).
Mati untuk dosa berarti lahir kembali kesuatu hidup baru jang telah diperoleh berkat kebangkitan Kristus (1:3), dan itu kita dapat dalam Sakramen Permandian (3:12), suatu Sakramen jang telah digambarkan lebih dahulu dalam peristiwa ai bah (3:20). Oleh ketaatan kepada Kristus (1:2), dan iman terhadap ebasiat penebusanNja (1:5,7-9), orang kristen ada harapan untuk memperoleh istirahat abadi disurga (1:5; 3:22).
Akan memperoleh gandjaran kekal, orang kristen hendaknja kudus (1:15),
melawan penggodaan setan (5:8-9), meninggalkan dosa-dosa dahulu (
Biarpun kehidupan sematjam itu kelihatan sukar, toh akan lebih mudah karena diteladani oleh Kristus sendiri (2:21; 3:17; 4:1), oleh semakin mendekatinja (2: 3-4), oleh kesadaran bahwa mereka mengambil bagian dalam penderitaannja (4:13), dan oleh memikirkan kedudukan mereka jang tinggi dimata Allah "batu-hidup", didalam rumah Allah (2:5), suatu bangsa jang terpilih, imamat radjawi, umat jang kudus (2:9).
Dengan tjara hidup demikian, orang kristen dapat hidup dengan penuh kepertjajaan kepada penjelenggaraan Allah (5:7), kepada pengadilan ilahi pada achir zaman, suatu peristiwa jang dirasa Petrus sudah dewat (4:5,7,17), dan akan berachir serta diberkati oleh penampakan mulia Jesus (1:7; 5:1,4).
TFTWMS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) 1 Petrus 1:3-25
Keselamatan: Hasil Iman (Bagian 1)
Dari ayat-ayat pembukaan jelas terlihat bahwa Petrus menganggap para pembacanya berada dalam rangk...
1 Petrus 1:3-25
Keselamatan: Hasil Iman (Bagian 1)
Dari ayat-ayat pembukaan jelas terlihat bahwa Petrus menganggap para pembacanya berada dalam rangkaian langsung terhadap Israel. Mereka adalah umat Allah yang "dipilih." Meski baik orang Yahudi maupun non-Yahudi mungkin termasuk di antara para pembacanya, keduanya adalah pilihan Allah berdasarkan hubungan mereka kepada Dia dalam Yesus Kristus. Perkataan rasul itu masuk jauh ke dalam pemahaman Perjanjian Lama tentang umat Allah, tetapi konsep-konsep Perjanjian Lama itu akan segera tidak memadai. Bagaimanapun, para pembacanya itu telah mengalami kelahiran baru. Harapan hidup milik mereka didasarkan pada kebangkitan Yesus Kristus. Warisan mereka adalah warisan yang kekal, tersimpan di sorga. Melalui iman, mereka mencari keselamatan yang akan diungkapkan di zaman akhir.
TFTWMS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) Kekudusan Dan Baptisan (1 Petrus 1:3-25)
Meski kata "baptisan" hanya muncul sekali dalam 1 Petrus (3:21), siswa Alkitab yang hati-hati tela...
Kekudusan Dan Baptisan (1 Petrus 1:3-25)
Meski kata "baptisan" hanya muncul sekali dalam 1 Petrus (3:21), siswa Alkitab yang hati-hati telah lama mengakui bahwa baptisan adalah tema dominan dalam surat kiriman itu. Meski baptisan dan kelahiran baru tidak untuk disamakan, namun hubungan mereka yang erat juga tidak boleh diabaikan. Ketika orang percaya dibaptis, kelahiran barunya terjadi. Paulus menggunakan bahasa kiasan satu langkah lebih maju ketika ia mengatakan bahwa orang percaya keluar dari baptisan untuk berjalan dalam "hidup yang baru" (Roma 6:4). Tidak mungkin ada keraguan bahwa Petrus mengacukan baptisan Kristen dalam 1 Petrus 1:3 dan 1:23 ketika ia menggunakan kata-kata "dilahirkan kembali." Itu adalah kelahiran "bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak dapat binasa."
Orang Kristen hidup di dunia di mana kepuasan instan adalah kekuatan pendorong bagi kapitalisme moderen, dan di dunia yang seperti itulah mereka harus menjadi kudus. Bagi para pembaca Petrus tidak ada batas kabur antara kehidupan kudus yang mereka kenal sebagai orang Kristen dan kehidupan lama mereka yang kotor, hidup dalam ketidakpercayaan. Pada titik ini, mungkin, ada perbedaan antara dunia moderen dan dunia di zaman Petrus. Dalam dunia moderen garis antara yang kudus dan cemar sering menjadi kabur. Orang Kristen kadang-kadang berkontribusi kepada batas yang kabur. Ketika dunia memanggil, beberapa orang berkata, "Tentunya kita tidak harus menjauhkan semua kesenangan, bukan? Mari kita jangan memahami hal kekudusan ini terlalu jauh." Ada orang Kristen yang tampaknya takut bahwa dunia mungkin akan menggantungkan pada lehernya julukan moderen yang paling ditakuti dari semua julukan: "fanatik." Seseorang mungkin beranggapan bahwa kita sungguh-sungguh dalam menjadi anak-anak sang Raja.
Yang membuat sedih dan menghambat sebagian besar orang percaya adalah melihat daya pikat yang merajalela terhadap sensualitas di dunia kita. Saya bertanya-tanya apakah perkataan Yosua kepada bangsa Israel kuno mungkin tidak cocok untuk gereja moderen: "Tidaklah kamu sanggup beribadah kepada TUHAN, sebab Dialah Allah yang kudus, Dialah Allah yang cemburu …" (Yosua 24:19). Apakah kita mampu menghadapi tantangan kekudusan? Saya tidak yakin bagaimana kita akan menjawab pertanyaan itu. Musa menjawabnya seperti ini: "Sebab perintah ini, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, tidaklah terlalu sukar bagimu dan tidak pula terlalu jauh.… Tetapi firman ini sangat dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu, untuk dilakukan"(Ulangan 30:11,14).
Petrus menawarkan dua sumber dari mana orang percaya bisa menarik penyegaran saat ia bergumul berat untuk menjadi kudus dalam dunia yang cemar. Pertama, kekudusan mendapatkan dukungan dalam memberi dan menerima kasih persaudaraan dari sesama peziarah seiring jalan menuju kota suci. Petrus tahu bahwa kemurnian dan ketaatan para pembacanya telah menghasilkan kasih yang tulus, tapi ia menasihati mereka lebih lanjut, "hendaklah kamu bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap hatimu" (1 Petrus 1:22).
Kedua, kekudusan adalah kekal; kehormatan dan selera dunia bersifat sementara. Petrus berkata bahwa orang percaya telah dilahirkan dari benih yang tidak dapat binasa. Semua kemuliaan manusia, semua yang ia dapatkan dengan segenap hidupnya, semua kekayaannya, semua pembelajarannya, semua saat-saat indahnya—semuanya itu akan gugur seperti bunga rumput. Firman Allah tetap selama-lamanya. "Inilah firman yang disampaikan injil kepada kamu" (1:25).
Petrus tidak menawarkan kepada para pembacanya kelegaan dari penganiayaan jasmani dan emosi. Sebaliknya, ia mengatakan bahwa hal-hal itu bisa bertambah buruk. Apapun yang akan terjadi, rasul itu ingin para pembacanya mengetahui bahwa mereka adalah umat Allah, dan umat Allah adalah kudus. Tidak ada kebutuhan yang lebih besar di dunia abad kedua puluh satu ini selain kehidupan yang kudus pada pihak mereka yang memiliki nama Tuhan. Tidak ada ruang untuk kompromi atau berdalih. Sekarang ini dosa menimang kita dalam pelukannya dan memberitahu kita bahwa bagaimanapun kita adalah manusia. Kita tidak bisa berharap terlalu banyak dari diri kita sendiri. Akibatnya, orang Kristen sekarang ini sering tidak pernah benar-benar menganggap kekudusan sebagai pilihan untuk kehidupan. Sungguh tenang untuk menyadari bahwa Allah telah menebus sebuah umat yang kudus.
TFTWMS: 1 Petrus (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 [Dalam Alkitab bahasa Inggris] kata kerja "be" atau "is" dalam 1 Petrus 1:3 maupun dalam Matius 21:9 harus dip...
Catatan Akhir:
- 1 [Dalam Alkitab bahasa Inggris] kata kerja "be" atau "is" dalam 1 Petrus 1:3 maupun dalam Matius 21:9 harus dipasok. Bentuk perfect participle eujloghme÷noß (eulogēmenos) diterjemahkan "diberkatilah" dalam Matius 21:9, sedangkan Petrus menggunakan kata sifat eujloghtoß (eulogētos). Partisip adalah ajektif kata kerja. Perbedaan antara pernyataan "Berbahagialah …" dan bentuk perintah "Diberkatilah …"adalah kecil.
- 2 Meski para rabi terkadang membandingkan seorang mualaf dengan anak yang baru lahir, mereka hampir tidak bisa memahami pembaruan moral dan spiritual secara radikal yang melekat pada pelbagai acuan Perjanjian Baru kepada kelahiran baru. Setelah memeriksa bukti-bukti, G. R. Beasley-Murray menyimpulkan, "… penerapan konsep regenerasi kepada kehidupan rohani individu adalah tidak umum dalam Yudaisme dan dalam dunia sinkretisme Helenistik sebelum kedatangan agama Kristen." (G. R. Beasley-Murray, Baptism in the New Testament [Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1962], 227.)
- 3 Ibid., 228.
- 4 George Eldon Ladd hanya benar sebagian ketika ia menulis, "Paulus menganggap orang percaya sebagai anak-anak Allah, tetapi melalui adopsi ketimbang melalui kelahiran baru (Roma 8:15)." (George Eldon Ladd, A Theology of the New Testament, 2d ed. [Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1993], 664.) Paulus menggunakan kiasan baik untuk adopsi maupun kelahiran kembali, seperti yang Titus 3:5 jelaskan. Dengan menggunakan kiasan adopsi di Roma 8:15, 16, Paulus meyakinkan orang percaya tentang kokohnya hubungan mereka dengan Allah melalui Kristus. Dalam Roma 6:1-4 dan Titus 3:5, subyeknya adalah perubahan radikal yang terjadi ketika seseorang menjadi Kristen. Di satu sisi, itu berarti mati terhadap manusia lama dan, di sisi lain, itu berarti dilahirkan kembali.
- 5 J. N. D. Kelly, A Commentary on the Epistles of Peter and of Jude, Black's New Testament Commentaries (London: Adam & Charles Black, 1969), 46.
- 6 David Ewert, And Then Comes the End (Scottsdale, Pa.: Herald Press, 1980), 173.
- 7 F. J. A. Hort, The First Epistle of St. Peter I.1-II.17: The Greek Text with Introductory Lecture, Commentary, and Additional Notes (New York: Macmillan Co., 1898), 38.
- 8 Kelly, 46.
- 9 Lihat 9See J. Ramsey Michaels, 1 Peter, Word Biblical Commentary, vol. 49 (Waco, Tex.: Word Books, 1988), 29.
- 10 Nasihat Petrus mengenai pemerintah tidak boleh diabaikan sebagai meniru peraturan rumah tangga Perjanjian Baru. Peraturan itu ditemukan dalam Efesus 5; 6 dan dalam Kolose 3; 4 tidak mengandung acuan kepada pemerintah. Petrus mengadaptasi bentuk sastra peraturan rumah tangga itu sehingga itu memenuhi kebutuhan dan keprihatinan para pembacanya.
- 11 Kelly, 46.
- 12 John Stott, The Contemporary Christian (Leicester, U.K.: Inter-Varsity Press, 1992), 157.
- 13 Partisip itu mungkin juga mengandung kekuatan perintah, terutama bila digunakan dalam rangkaian perintah.
- 14 Edward Gordon Selwyn, The First Epistle of St. Peter: The Greek Text, with Introduction, Notes, and Essays, Thornapple Commentaries, 2d ed. (London: Macmillian & Co., 1947; reprint, Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1981), 131.
- 15 Ibid, 260 Lihat juga Duane Warden, "The Prophets of 1 Peter 1:10-12," Restoration Quarterly 31 (First Quarter 1989): 1-12. Kebanyakan komentar mengacu kepada Selwyn ketika mereka menyapa para nabi dalam nas ini, bahkan jika mereka melakukannya hanya untuk menyangkal dia. Apakah mereka itu berhasil atau tidak adalah terbuka untuk ditanyakan. Masalahnya tidak terpecahkan, seperti yang tampaknya Michaels pikir, dengan merujuk kepada ei˙ß uJma◊ß (eis humas) di 1:10. (Michaels, 44.) Kasih karunia dalam 1:10 adalah untuk kepentingan umat Kristen, sebagaimana penderitaan dalam 1:11 adalah untuk Kristus.
- 16 Banyak dari karya pakar telah membahas pertanyaan tentang apakah para nabi Perjanjian Baru adalah anggota tetap gereja atau bukan (seperti yang mungkin ditunjukkan dalam 1 Korintus 12) atau pengembara (seperti yang disiratkan dalam surat kiriman Yohanes dan Didache). Untuk kajian lebih lanjut, berkonsultasilah dengan David Hill, New Testament Prophecy (Atlanta: John Knox Press, 1979), 104-9.
- 17 Kelly, 59.
- 18 Hort menulis, "Kebaikan dan penerimaan secara khusus berarti harus menjadi kebaikan yang ditampilkan dalam penerimaan bangsa-bangsa lain ke dalam perjanjian." (Hort, 49.)
- 19 Untuk pandangan sebaliknya lihat Wayne A. Grudem, The First Epistle of Peter: An Introduction and Commentary, Tyndale New Testament Commentaries, vol. 17 (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1988), 69 - 71. Penanganan paksa oleh Grudem atas tata bahasa nas itu adalah menyakitkan untuk dibaca. Perlakuannya yang lemah atas pertanyaan itu merupakan argumentasi yang sangat kuat bahwa Selwyn telah memahami nas itu dengan benar.
- 20 Hal yang menarik tentang seorang penulis seperti Albert Camus adalah kerinduannya terhadap kesopanan dalam tidak adanya kepercayaan kepada Allah. Dalam "The Myth of Sisyphus" Camus menegaskan, "Bahwa alasan, praktik atau etika universal, bahwa determinisme itu, kategori-kategori yang menjelaskan semuanya cukup untuk membuat orang awam tertawa." (Albert Camus, The Myth of Sisyphus, and Other Essays, trans. Justin O'Brien [New York: Vintage Books, 1955], 16.) Berbeda dengan ateisme kaum hedonis yang kasual, Camus memiliki keberanian untuk melihat kehidupan secara langsung dan mengingkari Allah. Ia menemukan kehidupan manusia sebagai tidak masuk akal, penuh dengan putus asa, dan tanpa harapan.
- 21 Selain itu, konteksnya menunjukkan bahwa partisip Yunani "siapkanlah akal budimu" (1:13) dan "jangan menjadi serupa" (1:14) digunakan dengan kekuatan yang mengandung perintah.
- 22 Untuk ungkapan kaum Semit lihat 2 Samuel 7:10, di mana "orang-orang lalim" Ibrani berada di belakang terjemahan bahasa Inggris "jahat" (bandingkan Matius 8:12, "anak-anak kerajaan," dan Efesus 2:3, "anak-anak murka").
- 23 Teks itu menulis suschmatizo/menoi (suschēmatizomenoi), yang secara teknis berupa partisip tetapi digunakan di sini dengan dorongan sebuah perintah.
- 24 Michaels, 51.
- 25 Grudem, 79.
- 26 Ibid, 80.
- 27 Ladd, 564.
- 28 Ernest Best, 1 Peter, The New Century Bible Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1971), 87.
- 29 John H. Elliott, Home for the Homeless: A Sociological Exegesis of 1 Peter, Its Situation and Strategy (Philadelphia: Fortress Press, 1973), 42.
- 30 Best berpendapat bahwa kata itu seperti yang Petrus gunakan mengacu kepada pembebasan, bukan kepada harga tebusan. (Best, 89.)
- 31 Francis Wright Beare menawarkan diskusi yang tuntas tentang kata "keluarga" lutroomai baik dalam Perjanjian Lama maupun dalam dunia pagan. (Francis Wright Beare, The First Epistle of Peter: The Greek Text with Introduction and Notes, 3d ed. [Oxford: Basil Blackwell, 1970], 103-5.)
- 32 Alkitab NASB tidak menggunakan kata "pengampunan dosa" dalam Perjanjian Baru. Alkitab KJV menuliskannya sekali dalam Roma 5:11. Alkitab NRSV menggunakan kata itu dalam Roma 3:25; Ibrani 2:17. Alkitab NIV menuliskannya dalam Roma 3:25; Ibrani 2:17; 9:5.
- 33 Michaels, 66-67.
- 34 Robert H. Gundry, "'Verba Christi' in 1 Peter; Their Implications Concerning the Authorship of 1 Peter and the Authenticity of the Gospel Tradition," New Testament Studies 13 (July 1967): 339-40.
- 35 Raymond C. Kelcy, The Letters of Peter and Jude, The Living Word Commentary, vol. 17 (Austin, Tex.: R. B. Sweet Co., 1972), 38.
- 36 Kelly, 78.
- 37 Alkitab NASB menerjemahkan aorist passive imperative Kisah 2:40 secara harfiah, "Selamatkanlah dirimu dari angkatan yang jahat ini." Timbul pertanyaan, "Bagaimanakah orang dengan penuh arti memerintahkan orang lain untuk melakukan hal yang mana pendengar itu sepenuhnya pasif?" Bentuk passive imperatives, "didengar," "diterima," dan semacamnya, pada kenyataannya, memiliki dorongan kata kerja yang mengandung perintah, "Biarkanlah dirimu didengar," atau "Biarkanlah dirimu diterima." Itulah yang Petrus maksudkan dalam Kisah 2:40. Ia bermaksud para pendengarnya membolehkan diri mereka untuk diselamatkan. Karena kasusnya seperti itu, Petrus memerintahkan mereka untuk melakukan sesuatu yang kepadanya keputusan mereka sendiri harus berkontribusi. Dalam pengertian itulah para pendengar Petrus harus "menyelamatkan diri mereka."
- 38 Michaels, 75.
Pengarang: Duane Warden
Hak Cipta © 2014 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) PENYEBAB KESELAMATAN (1 Petrus 1:1-2:3)
COY ROPER
PENDAHULUAN
Jika Anda mengalami penganiayaan karena menjadi orang Kristen, hal apakah yang pertam...
PENYEBAB KESELAMATAN (1 Petrus 1:1-2:3)
COY ROPER
PENDAHULUAN
Jika Anda mengalami penganiayaan karena menjadi orang Kristen, hal apakah yang pertama kali Anda ingin ingat? Rekening bank Anda? Kekuatan Anda? Popularitas Anda? Atau keselamatan Anda?
Orang-orang Kristen yang kepada siapa Petrus menuliskan suratnya yang pertama sedang mengalami penganiayaan atau baru akan menderita karena iman mereka. Perhatikankah apa yang Petrus katakan. Mereka telah "berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan" (1:6). Yang lainnya akan "memfitnah [mereka] sebagai orang durjana" (2:12). Mereka akan "berbuat baik dan karena itu … harus menderita" (2:20). Mereka tidak boleh "membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki" (3:9). (Ini menyiratkan bahwa mereka akan menanggung kejahatan dan caci maki.) Mereka mungkin akan "menderita juga karena kebenaran" (3:14). Beberapa orang akan "memfitnah [mereka] karena hidup [mereka] yang saleh dalam Kristus" (3:16). Mereka akan "menderita karena berbuat baik" (3:17). Mereka harus jangan heran terhadap "nyala api siksaan yang datang kepada [mereka] sebagai ujian" (4:12). Mereka diberitahu, "Sebaliknya, bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang [mereka] dapat dalam penderitaan Kristus" (4:13). Mereka mungkin akan "dinista karena nama Kristus" (4:14). "Tetapi, jika ia menderita sebagai orang Kristen, maka janganlah ia malu, melainkan hendaklah ia memuliakan Allah dalam nama Kristus itu" (4:16). Beberapa orang akan "menderita karena kehendak Allah" (4:19). Mereka diberitahu bahwa "semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama" (5:9). Mereka akan menderita "seketika lamanya" (5:10). Petrus menulis surat ini untuk membantu orang-orang Kristen ini dalam masa penganiayaan mereka. Hal apakah yang pertama kali ia ingin mereka ingat?
Jelas, Petrus tidak berpikir bahwa mengingatkan para pembacanya tentang kemakmuran materi mereka akan berguna bagi mereka. Sebaliknya, ia percaya mereka perlu diingatkan tentang keselamatan mereka "yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir" (1: 5) dan yang di dalamnya mereka bisa "bergembira …, sekalipun sekarang ini [mereka] seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan" (1:6). Oleh karena itu, dalam bagian suratnya ini, Petrus bicara tentang pelbagai penyebab dan akibat keselamatan. Dalam pelajaran ini kita akan membahas pelbagai penyebab keselamatan—dan apa arti semua itu bagi kita sekarang ini.
APA SAJAKAH PENYEBABNYA?
Dalam 1 Petrus 1, Petrus menyebutkan sedikitnya delapan hal yang berkontribusi terhadap keselamatan kita.
Petrus mengatakan bahwa Allah adalah penyebab keselamatan kita. Ia memulai kitab itu dengan mengatakan:. "Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan" (1:3). Sebelumnya, ia sudah mengatakan bahwa orang-orang yang ia surati telah "dipilih dan ditetapkan oleh Allah Bapa" (1:2; RSV). Dan menjelang akhir suratnya ia menulis: "Oleh Dialah kamu percaya kepada Allah, yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati dan yang telah memuliakan-Nya, sehingga imanmu dan pengharapanmu tertuju kepada Allah" (ay. 21). Di sini keselamatan digambarkan sebagai dipilih; orang yang diselamatkan adalah orang-orang pilihan, yang dipilih oleh Allah.
Petrus juga mengatakan bahwa rahmat, atau kasih karunia, merupakan penyebab keselamatan kita. Ia mengatakan, "Dengan rahmat-Nya yang besar kita telah dilahirkan kembali" (1:3; RSV). Selain itu, para pembaca diberitahu untuk "letakkanlah pengharapan [mereka] seluruhnya atas kasih karunia yang dianugerahkan kepada [mereka] pada waktu penyataan Yesus Kristus" (1:13). Mengatakan bahwa kita diselamatkan oleh kasih karunia dan rahmat adalah mengatakan bahwa kita tidak layak untuk diselamatkan.
Selain itu, Petrus mengatakan bahwa Yesus Kristus adalah penyebab keselamatan kita. Dalam 1:2 ia bicara tentang "[pengudusan] oleh Roh, supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darah-Nya." Dalam 1:3 ia berkata bahwa kita telah "[dilahirkan] kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan." Pada bagian akhir pasal itu Petrus bicara tentang Kristus yang "telah dipilih sebelum dunia dijadikan, tetapi karena kamu baru menyatakan diri-Nya pada zaman akhir" (1:20) dan mengatakan bahwa "oleh Dialah kamu percaya kepada Allah, yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati" (1:21). Kita diselamatkan oleh Kristus! Selain Dia, tidak ada harapan keselamatan.
Lebih lanjut, Petrus mengatakan bahwa darah merupakan penyebab keselamatan kita. Ia bicara tentang diperciki dengan darah Kristus dalam 1:2, dan kemudian menyajikan gambaran keselamatan yang indah ini dalam 1:18, 19: "Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat." Di sini keselamatan digambarkan sebagai ditebus. Ketika kita berada dalam dosa, kita berada dalam perbudakan; kita adalah budak. Kita perlu dibeli dari perbudakan itu. Harga yang dibayar untuk kebebasan kita adalah darah Kristus. Keselamatan terdapat dalam darah!
Penyebab lain keselamatan kita, menurut Petrus, adalah Roh Kudus. Dalam 1:2 Petrus berkata bahwa orang Kristen memiliki "pengudusan oleh Roh" (ESV). Ada beberapa orang yang mengaitkan Roh Kudus dengan hal-hal yang Ia tidak lakukan untuk manusia. Kita seharusnya tidak membuat kesalahan itu. Tapi kita juga harus jangan tidak mengaitkan kepada Roh Kudus bagian dalam keselamatan kita. Hal itu ditegaskan di sini dan di tempat lain dalam Perjanjian Baru. (Lihat, misalnya, Yohanes 3:5 dan Titus 3:5) Di sini keselamatan digambarkan sebagai disucikan—atau dikhususkan untuk tujuan Allah.
Selain itu, Petrus mengatakan bahwa Firman Tuhan adalah penyebab keselamatan. Dengarkanlah 1 Ptr. 1:22-25:
Karena kamu telah menyucikan dirimu oleh ketaatan kepada kebenaran, sehingga kamu dapat mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas, hendaklah kamu bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap hatimu. Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana, oleh firman Allah, yang hidup dan yang kekal. Sebab: "Semua yang hidup adalah seperti rumput dan segala kemuliaannya seperti bunga rumput, rumput menjadi kering, dan bunga gugur, tetapi firman Tuhan tetap untuk selama-lamanya." Inilah firman yang disampaikan Injil kepada kamu.
Betapa suatu pujian yang indah bagi Firman itu! Itu digambarkan sebagai: (1) kebenaran, (2) tidak fana—yang hidup dan yang kekal, (3) dari Allah, (4) kabar baik ("firman"), (5) yang diberitakan. Namun, yang terpenting bagi tujuan kita, itu adalah sarana yang dengannya para pembaca telah "dilahirkan kembali" (1:23). Sekarang ini manusia tidak dapat diselamatkan tanpa Firman Allah.
Namun begitu, Petrus juga menggambarkan manusia itu sendiri sebagai penyebab keselamatannya. Ia berkata kepada para pembacanya. "Karena kamu telah menyucikan dirimu oleh ketaatan kepada kebenaran" (1:22). Dengan demikian, diri mereka sendiri memiliki kaitan dengan keselamatan mereka. Keselamatan tidak diragukan lagi oleh kasih karunia; itu bukan oleh amal perbuatan. Itu adalah pekerjaan Allah, bukan produksi manusia. Namun begitu ada pengertian tertentu yang mana manusia menimbulkan, atau menyebabkan, keselamatannya sendiri—yang mana ia bahkan bisa dikatakan menyelamatkan dirinya sendiri. (Lihat, misalnya, Kisah 2:40 dan 1 Timotius 4:16). Manusia setidaknya harus setuju terhadap keselamatan yang Allah sediakan melalui kasih karunia.
Petrus mengatakan bahwa ketaatan adalah penyebab keselamatan. Para pembaca itu telah menyucikan jiwa mereka dengan "ketaatan kepada kebenaran" (1:22). Dengan demikian, jika kita tanya bagaimana seseorang menyetujui keselamatannya sendiri, atau peranan apa yang ia mainkan dalam keselamatannya, Petrus memiliki jawabannya: Ketaatan! Dengan menaati perintah Tuhan—pelbagai perintah, misalnya, percaya kepada Yesus (Kisah 16:31), bertobat dari dosa-dosa kita (Kisah 17:30), bersedia mengakui iman kita (Roma 10:9), dan dibaptis (Kisah 2:38)—kita mengiyakan kasih karunia Allah; kita menerima karunia keselamatan. Perhatikanlah juga, bahwa di sini keselamatan digambarkan sebagai disucikan. Dosa itu buruk dan kotor; dosa menghitamkan jiwa kita. Ketika kita menjadi orang Kristen dengan ketaatan, darah Yesus membasuh dosa dan menyucikan jiwa kita. Kita disucikan.
Selain itu, keselamatan digambarkan sebagai dilahirkan kembali, atau dilahirkan baru. Dosa membunuh. Keselamatan menghidupkan kembali orang berdosa. Mereka hidup baru; mereka dilahirkan kembali! Dan itu benar bagi setiap orang Kristen, bagi setiap orang yang diselamatkan! Kadang-kadang orang bicara tentang "orang Kristen lahir baru." Di zaman Perjanjian Baru tidak ada jenis lain orang Kristen!
Dengan demikian, dalam 1 Petrus 1, gambaran keselamatan mencakup keadaan dipilih, ditebus, dikuduskan, disucikan, dan dilahirkan kembali; dan itu dikatakan sebagai disebabkan oleh Allah, oleh rahmat, oleh Kristus, oleh darah, oleh Roh Kudus, oleh Firman, oleh manusia itu sendiri, dan oleh ketaatan. Kita diselamatkan oleh banyak hal!
APAKAH PENTINGNYA SEGALA PENYEBAB INI?
Pertama, mengakui fakta ini seharusnya membantu kita untuk lebih menghargai keselamatan. Pikirkanlah apa artinya itu bagi orang Kristen yang menderita yang diingatkan bahwa mereka telah "dipilih dan ditetapkan oleh Allah" dan "dikuduskan oleh Roh" (1:2; RSV) dan "kepada suatu hidup yang penuh pengharapan" (1:3); bahwa mereka menerima "suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu" (1:4); dan bahwa pada akhirnya mereka akan "mencapai … keselamatan" jiwa mereka (1:9). Dan demikian pula halnya dengan kita: Hidup itu kadang-kadang memang sulit. Mengingat bahwa kita telah diselamatkan, dikuduskan, disucikan, ditebus, dipilih, ditetapkan, dan dilahirkan kembali akan bisa menolong. Tetapi yang juga bisa menolong adalah mengingat bagaimana kita telah diselamatkan. Orang yang memahami bagian-bagian onderdil mobil, televisi, atau proses politik lebih menghargai hal itu dibandingkan dengan orang yang tidak memahami. Jika kita memahami semua hal yang terlibat dalam keselamatan kita, maka mau tidak mau kita lebih menghargai hal itu.
Kedua, mengakui fakta ini seharusnya melindungi kita dari kesalahan "satu penyebab" G. W. Allison membuktikan kesalahan itu dalam sebuah khotbah yang saya dengar ketika saya masih di kelas sepuluh. Ia menunjukkan bagaimana pengkhotbah-pengkhotbah yang berbeda membalik-balik halaman Alkitab mereka, meletakkan jari mereka pada satu ayat yang dipilih hampir secara acak—dan menyatakan, "Ini dia!" Yang satu menemukan sebuah ayat yang mengatakan bahwa iman menyelamatkan kita. Ia mengatakan, "Ini dia! Kita diselamatkan oleh iman saja!" Yang lain menemukan sebuah ayat yang mengatakan bahwa kasih karunia menyelamatkan kita dan dengan keras menyatakan," Ini dia! Kita diselamatkan oleh kasih karunia saja!" Yang lain lagi menemukan sebuah ayat yang mengatakan bahwa harapan menyelamatkan! "Ini dia! Kita diselamatkan oleh harapan saja!" Bahkan mungkin seseorang bisa saja menemukan sebuah ayat yang mengatakan bahwa baptisan menyelamatkan kita (3:21). "Ini dia! Kita diselamatkan oleh baptisan saja!" Yang lainnya menemukan sebuah nas yang mengatakan bahwa kita diselamatkan oleh Roh Kudus dan kemudian menyatakan, "Ini dia! Kita diselamatkan oleh Roh Kudus, dan Roh Kudus saja, demikianlah dan habis perkara!"
Tentu saja, saudara Allison melanjutkan untuk memperlihatkan kesalahan jenis penalaran itu. Ia menunjukkan bahwa semua itu tidak sepenuhnya benar, tapi sepenuhnya salah. Kita, pada kenyataannya, diselamatkan oleh kasih karunia, oleh harapan, oleh iman, oleh baptisan, oleh Roh Kudus, dan lain-lainnya, tapi tidak oleh salah satu saja dari semua hal itu. Kesalahan yang dibuat oleh para pengkhotbah itu adalah bahwa mereka mengaitkan keselamatan kepada satu penyebab, sedangkan Alkitab - mengaitkannya kepada banyak penyebab. Kita tidak bisa benar terhadap injil—kita tidak bisa memberitakan "seluruh maksud Allah" (Kisah 20:27; ESV)—jika kita memilih hanya satu penyebab saja dan berkata, "Ini dia penyebabnya!"
Daripada mencari satu penyebab keselamatan dan mengabaikan semua penyebab lainnya, kita perlu mencoba untuk melihat rencana keselamatan secara keseluruhan dan dengan demikian menemukan peranan apakah yang masing-masing penyebab itu mainkan dalam menghasilkan penebusan kita. Sebagai faktanya, semua penyebab yang disebutkan dalam pelajaran ini cocok semuanya ke dalam skema yang elegan dan teratur. Pertimbangkanlah hal-hal berikut ini:
- (A) Allah (penyebab 1) oleh rahmat-Nya, atau kasih karunia (penyebab 2), telah memilih atau menetapkan kita untuk diselamatkan.
- (B) Karena rahmat-Nya, Allah mengutus Kristus (penyebab 3) untuk menjadi Juruselamat kita.
- (C) Kristus menyelamatkan kita dengan darah-Nya (penyebab 4), yang telah menebus atau membeli kita dari belenggu dosa.
- (D) Kristus mengutus Roh Kudus (penyebab 5).
- (E) Roh Kudus menyelamatkan kita melalui Firman (penyebab 6) yang Ia telah ilhamkan, dan melalui Firman itulah kita dikuduskan.
- (F) Firman itu diberikan kepada manusia (penyebab 7) untuk menjadi sarana langsung keselamatan manusia.
- (G) Manusia merespon Firman itu dan dengan begitu menyelamatkan dirinya oleh ketaatan-Nya (penyebab 8) kepada Firman itu. Lalu, manusia disucikan.
- (H) Hasil keseluruhan rencana itu adalah bahwa kita dilahirkan kembali!
Betapa suatu rencana yang indah! Kita perlu memuji Allah setiap hari karena menyediakan itu agar kita bisa diselamatkan!
Ketiga, dengan mengakui bahwa kita diselamatkan oleh banyak hal, kita akan mengerti ada sesuatu untuk kita lakukan agar diselamatkan. Kita dapat bersukacita bahwa Allah oleh kasih karunia-Nya membuat keselamatan tersedia, bahwa Kristus dengan mencurahkan darah-Nya membuat keselamatan menjadi mungkin, bahwa Roh Kudus dengan mengilhami Firman membuat keselamatan dapat diakses, bahwa, pada kenyataannya, ke-Allahan dan semua penghuni sorga telah bekerja sama untuk membawa keselamatan kepada kita. Tapi semua itu adalah sia-sia jika kita tidak menerima karunia keselamatan dengan mematuhi Firman! Izinkan saya menekankan bahwa saya adalah penyebab keselamatan saya dan Anda adalah penyebab keselamatan Anda! Allah sudah, dalam satu pengertian, melakukan itu semua; Ia menyediakan Kristus untuk membayar harga dosa. Kematian Kristus adalah pembayaran yang lunas! Dalam pengertian lain, masih ada sesuatu bagi saya untuk dilakukan: Saya harus mengatakan ya kepada tawaran keselamatan dari Allah. Dan saya melakukan itu ketika saya percaya kepada Yesus, bertobat dari dosa-dosa saya, dan saya dibaptis ke dalam Kristus.
KESIMPULAN
Pertama Petrus 1 memiliki pesan untuk orang Kristen dan non-Kristen. Untuk orang Kristen pesan itu berbunyi: "Kamu mungkin mengalami masa-masa pencobaan, masa-masa penganiayaan dan penderitaan. Namun demikian, kamu dapat bersukacita karena kamu telah diselamatkan, disucikan, ditebus, dilahirkan kembali, melalui rencana yang rumit dan efektif. Ingatlah selalu pada fakta itu bahwa sesungguhnya kamu telah diselamatkan, dan kamu dapat bersukacita bahkan di tengah-tengah pencobaan." Untuk non-Kristen pesan itu berbunyi: "Keselamatan memiliki banyak penyebab. Keselamatan ini tersedia untuk Anda melalui kasih karunia Allah, darah Kristus, Firman yang diilhamkan oleh Roh Kudus. Tapi Anda bisa menerima itu hanya jika Anda berpaling kepada Tuhan dalam ketaatan."
Ketika seseorang bermain halma atau catur, ia kadang-kadang dalam bermain, berpaling kepada lawannya, dan berkata, "Sekarang giliranmu melangkah." Itu, pada dasarnya, adalah apa yang sekarang Allah katakan kepada Anda "Aku telah memberi engkau kesempatan untuk diselamatkan; Kristus telah mati untuk menyelamatkanmu; Roh Kudus telah mengungkapkan kepadamu apa yang harus engkau lakukan untuk diselamatkan. Sekarang, giliran engkau melangkah! Sudah tiba saatnya bagimu untuk berbuat sesuatu terhadap tawaran itu." Sekarang giliran engkau melangkah. Akankah Anda merespon undangan yang penuh kemurahan dari Allah itu dengan datang kepada Dia?
Pengarang: Coy Roper
Hak Cipta © 2014 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) KONSEKUENSI KESELAMATAN (1 Petrus 1:1-2:3)
COY ROPER
PENDAHULUAN
Ketika kita berpikir tentang keselamatan yang kita nikmati sebagai orang Kristen, ...
KONSEKUENSI KESELAMATAN (1 Petrus 1:1-2:3)
COY ROPER
PENDAHULUAN
Ketika kita berpikir tentang keselamatan yang kita nikmati sebagai orang Kristen, kita takjub atas keagungannya! (Lihat Ibrani 2:3). Itu adalah hal teragung yang pernah terjadi atau yang bisa pernah terjadi pada kita.
Diselamatkan berarti dipilih atau ditetapkan oleh Allah (1 Ptr. 1:2). Diselamatkan berarti dikuduskan, atau dipisahkan, atau dijadikan suci (1:2). Diselamatkan berarti dilahirkan kembali (1:3, 23). Diselamatkan berarti ditebus, dibeli kembali oleh darah Kristus (1:18, 19). Diselamatkan berarti dikuduskan, semua dosamu disucikan (1:22). Kita telah dipilih, dikuduskan, dilahirkan kembali, ditebus, disucikan! Kita memiliki sesuatu untuk disukacitakan, sesuatu untuk dinyanyikan!
Keajaiban keselamatan kita dibicarakan oleh Petrus dalam 1 Petrus 1:10-12
Keselamatan itulah yang diselidiki dan diteliti oleh nabi-nabi, yang telah bernubuat tentang kasih karunia yang diuntukkan bagimu. Dan mereka meneliti saat yang mana dan yang bagaimana yang dimaksudkan oleh Roh Kristus, yang ada di dalam mereka, yaitu Roh yang sebelumnya memberi kesaksian tentang segala penderitaan yang akan menimpa Kristus dan tentang segala kemuliaan yang menyusul sesudah itu. Kepada mereka telah dinyatakan, bahwa mereka bukan melayani diri mereka sendiri, tetapi melayani kamu dengan segala sesuatu yang telah diberitakan sekarang kepada kamu dengan perantaraan mereka, yang oleh Roh Kudus, yang diutus dari sorga, menyampaikan berita Injil kepada kamu, yaitu hal-hal yang ingin diketahui oleh malaikat-malaikat.
Keselamatan kita adalah luar biasa, kata Petrus, karena keselamatan itu merupakan sesuatu yang menjadi perhatian para nabi. Perhatikanlah apa yang Petrus katakan tentang nubuatan mereka: (1) Mereka bernubuat lewat pengilhaman; (2) mereka bicara tentang masa depan; (3) mereka bicara untuk kepentingan kita; (4) mereka tidak sepenuhnya memahami pesan nubuatan mereka sendiri; mereka "meneliti [dengan seksama]" keselamatan ini; (5) apa yang mereka tidak pahami telah diberitahukan kepada kita. Kita bisa memahami itu karena wahyu Allah sekarang lengkap. Sungguh luar biasa ketika kita merenungkan bahwa kita tahu lebih banyak tentang rencana dan tujuan Allah mengenai keselamatan dibandingkan dengan Yesaya, Yeremia, Elia, Musa, Yoel, Amos, atau manusia fana mana saja yang hidup sebelum gereja didirikan!
Selain itu, keselamatan kita memang mengagumkan sebab para malaikat tertarik terhadap hal itu. Para makhluk sorgawi yang tinggal di mana Allah berdiam selama ini telah memperhatikan dengan penuh minat seraya rencana Allah diungkapkan. Mereka memperhatikan ketika Nuh diselamatkan dari air bah; mereka ada di sana ketika Allah memanggil Abraham; mereka tertarik ketika Musa memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir; mereka mendengar janji-janji yang dibuat kepada Daud; mereka sangat ingin tahu tentang bagaimana semua itu akan menjadi kenyataan kelak. Tidak diragukan lagi mereka bersukacita ketika Yesus dibangkitkan dari antara orang mati! Tidak diragukan lagi mereka senang melihat gereja didirikan! Tidak diragukan lagi mereka senang ketika ribuan orang mentaati injil! Bahkan sekarang ini, kita dapat percaya bahwa para malaikat tertarik terhadap keselamatan kita. Ini adalah "hal-hal yang ingin diketahui oleh malaikat-malaikat"—hal-hal yang membuat para malaikat tertarik. Betapa keselamatan yang luar biasa yang kita nikmati!
Keselamatan seperti itu sudah sepatutnya menimbulkan pelbagai konsekuensi dalam hidup kita. Itu memang benar! Dalam 1 Petrus 1:1-2:3 kita mengetahui bahwa di antara pelbagai konsekuensi itu terdapat baik upah maupun tanggung jawab.
KITA PUNYA TANGGUNG JAWAB TERTENTU
Memang wajar, tentu saja, bahwa keselamatan kita harus memiliki pelbagai tanggung jawab tertentu. Ketika Anda mencapai status baru, menerima sebuah hubungan yang baru, atau bergabung dengan sebuah organisasi, tanggung jawab selalu menemani situasi baru Anda itu. Kita sudah seharusnya mengantisipasi bahwa status baru kita sebagai orang Kristen memerlukan pelbagai tanggung jawab baru.
Buatlah diri kita siap secara mental. Petrus mengatakan dalam 1:13. "Sebab itu siapkanlah pikiranmu, sadarlah dan letakkanlah pengharapanmu seluruhnya pada kasih karunia yang akan datang kepadamu pada waktu penyataan Yesus Kristus" (RSV). "Menyiapkan" pikiran berarti bersiap-siap untuk bertindak. Pakaian yang longgar, yang berkibar-kibar yang kaum laki-laki kenakan pada abad pertama menjadi penghalang ketika mereka secara fisik menjadi sangat aktif—saat mereka berlari, atau bertempur, atau bekerja keras. Pada waktu itu, mereka akan mengikat ujung pakaian mereka dan memasukkannya ke dalam korset, atau ikat pinggang mereka, dan barulah mereka siap beraksi. Jadi "menyiapkan pikiranmu" berarti waspada secara mental, terjaga, siap untuk beraksi! Apakah yang dibutuhkan untuk siap secara mental? Antara lain, itu mengharuskan kita "sadar." Menjadi sadar berarti tidak mabuk; tetapi itu juga berarti menjadi stabil, berwatak sadar, berkepala dingin, mungkin mengendalikan diri. Selanjutnya, untuk siap secara mental, kita perlu memiliki harapan yang sepenuhnya diletakkan "pada kasih karunia yang akan datang kepadamu." Jadi tanggung jawab utama kita sebagai orang Kristen adalah membuat pikiran kita disetel kepada panjang gelombang radio yang tepat: untuk waspada secara rohani, terjaga, siap; menjadi stabil, berkepala dingin, serius tentang keselamatan kita; meletakkan sepenuhnya pengharapan kita pada keselamatan kekal kita yang akan datang; menjadi sangat tertarik, dan sangat peduli, untuk pergi ke sorga.
Menjadi kudus. Dengarkan 1Petrus 1:14-17
Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu, tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.
Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa, yaitu Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya, maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini.
Menjadi "kudus" adalah dikuduskan, dipisahkan, didedikasikan untuk pelayanan Allah. "Kudus" sekarang ini, bagi kebanyakan orang, memiliki konotasi negatif. Kita hampir tidak pernah menggunakan kata itu kecuali dalam arti yang buruk. Kita bicara tentang orang-orang yang "anggap dirinya lebih suci daripada orang lain." Kita tidak akan berpikir untuk memuji seseorang dengan mengatakan bahwa ia adalah orang yang "kudus." Namun demikian, kita harus menjadi kudus! Dan nas ini memberitahu kita bagaimana dan mengapa. "Bagaimana"nya ditemukan dalam ayat 1 Petrus 1:14 dan 1 Petrus 1:17 : (1) Untuk menjadi kudus, pisahkanlah dirimu dari kenajisan dunia, "jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu" (2) Untuk menjadi kudus, milikilah sikap hormat—pemahaman bahwa Allah selalu hadir yang membuat Anda menghormati nama-Nya dan pribadi-Nya. Ini mungkin apa yang Petrus maksudkan ketika ia mengatakan, "hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini." Dan nas itu juga memberitahu kita tentang mengapa. Karena kita adalah anak-anak Allah! Kita adalah "anak-anak yang taat!" Kita taat untuk menjadi anak-anak (1:22); sekarang kita harus terus taat. Selain itu, kita, sebagai anak-anak, harus mencoba menjadi seperti Bapa kita. Karena Ia adalah kudus, maka kita harus menjadi kudus. Dan sebagaimana anak-anak takut, hormat, atau menghormati ayah mereka, maka kita menghormati Dia. Jadi tanggung jawab pertama kita adalah membuat diri kita siap secara mental; yang kedua adalah menyucikan diri kita dari kenajisan dunia.
Mengasihi. Untuk persyaratan ini, lihat 1:22. "Karena kamu telah menyucikan dirimu oleh ketaatan kepada kebenaran, sehingga kamu dapat mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas, hendaklah kamu bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap hatimu." Perhatikankah bahwa kita sudah diselamatkan "untuk kasih persaudaraan yang tulus ikhlas"; itu adalah maksud dan tujuan perubahan hidup kita. Oleh karena itu, kita harus memastikan bahwa kita hidup sesuai dengan panggilan yang luhur itu; kita harus saling mengasihi—bukan separuh hati, tetapi dengan sungguh-sungguh; bukan hanya di mulut saja, tapi "dari hati."
Saya menduga bahwa ayat pertama dari pasal kedua harus juga dibahas di bawah tanggung jawab untuk "mengasihi satu sama lain." Itu terkait dengan dilahirkan kembali dan mengikuti pembahasan 1:22-25, di mana kita menemukan perintah "saling mengasihi dengan segenap hatimu." Selanjutnya, perintahnya itu peduli dengan bagaimana kita memperlakukan satu sama lain, dan itu adalah kepedulian perintah untuk mengasihi. Dengarkanlah kemudian 2:1: "Karena itu buanglah segala kejahatan, segala tipu muslihat dan segala macam kemunafikan, kedengkian dan fitnah." Ini bisa membantu kita untuk memahami apa artinya "saling mengasihi." Jika kita saling mengasihi, kita tidak akan memendam kedengkian dalam hati kita; kita tidak akan menipu atau berbohong; kita tidak akan munafik; kita tidak akan iri atau dengki terhadap orang lain; dan kita tidak akan memfitnah mereka.
Apa sajakah tanggung jawab kita sebagai orang Kristen? Pertama, menyiapkan mental; kedua, menyingkirkan keduniawian; dan ketiga, mengasihi. Tanpa bersikap mengasihi, tidak ada cara kita bisa benar-benar menjadi orang Kristen.
Merasa lapar untuk tumbuh sebagai orang Kristen. Perhatikanlah 2:2, 3: "Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan, jika kamu benar-benar telah mengecap kebaikan Tuhan." Allah tidak mengharapkan kita untuk sepenuhnya dewasa saat kita baru menjadi orang Kristen, tetapi Ia memang mengharapkan kita untuk tumbuh setelah kita dilahirkan kembali. Beberapa orang Kristen sangat mirip sekali seperti anak kecil yang ditanya mengapa ia jatuh dari tempat tidur pada suatu malam. Ia menjawab, "Saya kira saya tidur terlalu dekat dengan tepi tempat tidur." Beberapa orang Kristen tinggal dekat dengan tempat mereka masuk ke dalam gereja. Mereka tidak tumbuh.
Tapi bagaimana kita bertumbuh? Petrus memberitahu kita. Kita bertumbuh dengan mengembangkan rasa lapar rohani! Jika seorang anak lapar, maka anak itu makan, dan ia tumbuh. Jika kita lapar secara rohani , maka kita akan makan, dan kita akan tumbuh! Jenis rasa lapar apakah itu? Itu adalah rasa lapar terhadap Firman Allah. Itu adalah rasa lapar terhadap makanan rohani. Itu adalah rasa lapar yang mendalam dan sungguh-sungguh, seperti rasa lapar yang dirasakan oleh bayi yang baru lahir yang merindukan susu ibunya. Dan itu adalah rasa lapar yang timbul dari rasa kebaikan Allah sebelumnya. Karena kita telah dilahirkan kembali oleh Firman Allah, kita harus ingin sekali mempelajari Firman-Nya sehingga kita bisa terus diberkati olehnya.
Dan kita ingin menekankan bahwa jika kita lapar, kita akan makan—kita akan mempelajari Firman—dan kita akan tumbuh. Oleh karena itu, jika Anda tidak tumbuh, itu bukan kesalahan pengkhotbah, penatua, diaken, atau guru kelas Alkitab. Ini kesalahan Anda sendiri—Anda tidak cukup lapar! Hal itu digambarkan kepada saya oleh sepasang orang Kristen di Australia—Val dan Graeme Wicks. Kami membaptis Val ketika ia seorang juru masak di sebuah kamp peternakan, sekitar 97 kilometer jauhnya dari perkampungan petani di sebuah fasilitas (peternakan) dan sekitar 483 kilometer di sebelah utara Alice Springs. Dengan kata lain, ia tinggal di tengah pedalaman, yang berkilo-kilometer jauhnya dari mana saja. Tiga minggu kemudian suaminya dibaptis. Selama beberapa tahun, sementara mereka menetap dan bekerja di fasilitas peternakan di tengah-tengah Australia, mereka hampir tidak memiliki persekutuan dengan orang-orang Kristen lainnya, tidak ada kesempatan untuk beribadah di sebuah jemaat yang mapan. Namun ketika kami mendapat kesempatan untuk mengunjungi mereka dua atau tiga tahun kemudian, kami menemukan bahwa mereka telah tumbuh jauh lebih pesat daripada orang-orang Kristen yang disuapi yang dengan siapa kami sedang bekerja di Sydney. Bagaimana bisa mereka tumbuh sepesat ini? Mereka tidak punya pengkhotbah, tidak punya sistem sekolah Alkitab. Mereka punya Alkitab! Mereka lapar! Jadi mereka membaca, mempelajari, dan tumbuh. Jika mereka bisa tumbuh tanpa bantuan orang lain, maka orang Kristen yang punya kesempatan istimewa untuk mendatangi jemaat-jemaat yang memiliki program pendidikan yang baik dapat tumbuh—jika mereka mau! Itu tergantung pada apakah Anda lapar atau tidak.
Jadi salah satu konsekuensi menjadi orang Kristen adalah bahwa Anda harus punya pikiran yang siap, Anda harus mencoba untuk menjadi kudus, Anda harus saling mengasihi, dan Anda harus mengembangkan rasa lapar yang kuat terhadap Firman Allah. Apakah itu perintah yang sulit? Mengapa ada orang yang peduli? Jawabannya adalah: karena adanya upah dan janji-janji yang disediakan kepada anak-anak Allah.
KITA MEMILIKI UPAH YANG PASTI
Kita menerima perlindungan dari Allah. Petrus mengatakan, "[Kamu] dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu sementara kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir" (1:5). Kita memiliki musuh besar, setan (5:8). Kita tidak dijanjikan mendapat perlindungan dari pencobaan atau penganiayaan, tapi kita dijanjikan bahwa tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah (Roma 8:35-39). Kita dijanjikan bahwa Roh akan menguatkan kita (Efesus 3:16). Kita dijanjikan bahwa Firman Allah dapat membangun kita (Kisah 20:32). Terutama, kita dijanjikan bahwa Allah tidak akan membiarkan kita dicobai melampaui apa yang dapat kita tanggung (1 Korintus 10:13). Iman kita sendiri, yang berasal dari Allah melalui Firman-Nya, adalah perlindungan kita (1:5; Efesus 6:16).
Kita memiliki harapan yang hidup. Petrus berkata: "Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan" (1:3). Kita semua butuh harapan untuk hidup. Di dalam Kristus, kita memiliki harapan—bukan hanya bahwa segala hal mungkin bertambah baik dalam hidup ini, tetapi bahwa kita akan pasti hidup selamanya dengan Allah. Itulah harapan kita yang hidup!
Kita memiliki warisan yang tidak dapat binasa. Dengarkanlah Petrus: "Rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan, untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kamu" (1:3, 4). Misalkan Anda memiliki ayah jutawan dan mewariskan hartanya kepada Anda. Kita memiliki lebih daripada itu: Allah semesta adalah Bapa kita. Dan dari Dia kita memiliki warisan yang lebih besar daripada satu miliar rupiah. Apa saja yang bersifat duniawi yang Anda terima sebagai warisan adalah fana, cemar, dan pada akhirnya akan memudar. Tapi kita memiliki warisan yang "yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu"! Siapakah yang sanggup meminta lebih banyak lagi?
Dengan menyimpulkan semuanya, kita menerima keselamatan kita yang tertinggi. Dalam 1:5. Petrus mengatakan kita "dipelihara … [untuk] keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir."
Dan dalam 1:9, 10, kita membaca: "Karena kamu telah mencapai tujuan imanmu, yaitu keselamatan jiwamu. Keselamatan itulah yang diselidiki dan diteliti oleh nabi-nabi, yang telah bernubuat tentang kasih karunia yang diuntukkan bagimu." "Keselamatan" apakah ini yang kita belum dapatkan? Di satu sisi, kita telah diselamatkan. Tapi keselamatan kita sekarang hanyalah pendahuluan, contoh, dari apa yang nanti kita akan terima. Jadi keselamatan adalah masa depan, dan juga masa kini. Upah terakhir, oleh karena itu, adalah keselamatan kekal—rumah di sorga selama-lamanya!
Mari kita perhatikan bahwa dalam 1 Petrus, upah yang disebut berada dalam kehidupan di luar kehidupan ini. Petrus tidak menjanjikan kenyamanan, kekayaan besar, atau tidak adanya masalah dalam hidup ini. Ia memang menjanjikan kepada orang Kristen yang teraniaya bahwa, apa pun yang terjadi dalam hidup ini, pada akhirnya nanti ada upah sedangkan semua masalah duniawi memudar menjadi tidak penting. Ia tahu bahwa orang-orang Kristen ini mungkin akan terus dianiaya dan bahkan mungkin mati karena iman; tapi mereka bisa melihat kepada kekekalan untuk upah yang akan membuat semua itu berharga. Jadi bisa kita!
KESIMPULAN
Orang Kristen, apakah Anda sadar betapa besarnya kehormatan yang Bapa telah limpahkan kepada Anda? Anda telah dibeli dengan harga yang mahal. Anda sedang mengalami keselamatan yang besar. Anda punya harapan yang besar. Dan Anda juga punya tanggung jawab yang besar dan janji-janji yang besar. Apakah Anda hidup sesuai dengan tanggung jawab itu? Apakah Anda bersukacita dalam janji-janji itu?
Temanku, jika Anda bukan orang Kristen, mengapa tidak menjadi orang Kristen? Tanggung jawab mungkin membuat Anda ragu, tapi pertimbangkanlah upahnya. Apakah Anda ingin keselamatan tertinggi—sorga? Saya percaya Anda bersedia mematuhi Tuhan dan hidup sesuai dengan tanggung jawab orang Kristen sehingga Anda bisa memiliki janji-janji itu. Anda tidak dapat memiliki upah itu tanpa melaksanakan tanggung jawab itu.
Pengarang: Coy Roper
Hak Cipta © 2014 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) 1 Petrus: Kata Pengantar
Mau tidak mau seorang penulis mencerminkan waktu di mana ia hidup. Bahkan jika ia menawarkan kebenaran yang kekal, ia menaw...
1 Petrus: Kata Pengantar
Mau tidak mau seorang penulis mencerminkan waktu di mana ia hidup. Bahkan jika ia menawarkan kebenaran yang kekal, ia menawarkannya dalam konteks dunia di mana ia hidup. Semua hal yang seorang penulis tulis pada tingkatan tertentu akan mencerminkan dunianya, tetapi jika dokumen yang ia hasilkan merupakan sebuah surat, harapan meningkat bahwa kata-kata penulis itu akan mencerminkan dunia di mana ia dan para pembaca awalnya hidup. Dalam sebuah surat, orang biasanya mengharapkan seorang penulis dan penerima surat yang ia kirimkan berbagi pengalaman dan kebiasaan yang sama, mengenal tempat dan orang-orang yang sama. Oleh karena itu, para pembaca yang pertama tidak akan perlu, atau setidaknya hanya perlu sedikit, merefleksikan dunia dan pengalaman penulis itu. Namun begitu, untuk para pembaca berikutnya-para pembaca yang kedua yang tidak mengenal baik penulis maupun penerima pertama surat itu secara pribadi -masalahnya akan berbeda.
Semakin jauh para pembaca yang kedua terpisah dalam waktu dan ruang dari lingkungan yang menghasilkan surat itu, semakin pasti mereka perlu membuat upaya secara sadar untuk memahami dunia yang penulis dan para pembaca pertamanya itu hidup bersama. Itu berlaku terhadap surat apa saja, kuno atau moderen, terilham atau tidak terilham. Ketika para pembaca moderen mendekati 1 Petrus, mereka membacanya dalam lintasan akumulasi waktu berabad-abad dan batas-batas budaya yang tak bisa dihindari. Oleh karena itu, pemahaman kita tentang surat itu akan diperkaya ketika kita mengenal penulisnya, kapan ia hidup, dan apa yang menggerakkan dia untuk menghasilkan dokumen yang ada di tangan kita.
Kita melontarkan pertanyaan-pertanyaan seperti ini kepada teks 1 Petrus: Jenis hubungan apakah yang penulis ini miliki dengan para pembaca yang pertama yang ia harapkan untuk membaca kata-katanya? Keadaan apakah yang menyebabkan penulis itu menyurati orang-orang tertentu ini pada waktu tertentu ini? Keyakinan agama apakah yang menonjol dari penulis itu, para pembaca yang pertama, dan budaya sekitarnya? Hal-hal apakah yang menonjol dalam latar belakang sosial dan kebiasaan masyarakat itu? Bahasa apakah yang penulis itu dan para pembacanya komunikasikan?
Bagaimanakah orang-orang dari dunia mereka mencari nafkah? Di bawah pemerintah apakah mereka hidup? Jenis lembaga sosial apakah yang mereka berbagi? Masing-masing pertanyaan ini menimbulkan segudang masalah yang sama.
Jika kita harus memahami dokumen apa saja yang datang kepada kita dari waktu dan tempat yang sangat jauh, maka perlu untuk menyelidiki jenis informasi ini. Oleh karena sifatnya yang personal, penyelidikan itu secara khusus sangat penting ketika dokumen itu adalah sebuah surat. Meski 1 Petrus bersifat lebih formal, dikarang dengan lebih hati-hati daripada yang kita harapkan dari sebuah surat biasa, bagaimanapun itu adalah tetap surat. Sampai tahapan itu kita sepenuhnya terlibat dengan dunia yang penulis 1 Petrus dan orang-orang yang ia surati itu berbagi-hingga pada tingkatan kita akan dapat memahami apa yang Petrus ingin mereka pahami. Ketika kita sudah memahami apa yang diharapkan dari mereka untuk dipahami, kita akan sudah mengambil langkah penting untuk menilai cara-cara yang dalam mana surat itu ditujukan untuk mengajar orang-orang Kristen sekarang ini.
SEBUAH SURAT
Pertama Petrus adalah sebuah surat, meski beberapa orang berpendapat sebaliknya. Beberapa sarjana berpendapat bahwa bagian-bagian penting dokumen itu awalnya ditulis, bukan sebagai sebuah surat, tetapi sebagai buku pedoman instruksi. Buku itu, menurut teori itu, ditulis di Roma untuk kepentingan para mualaf baru Kristen. Pertama Petrus, dikatakan, pada awalnya adalah dokumen yang menjelaskan apa artinya menjadi orang Kristen. Beberapa orang berpendapat bahwa 1 Petrus awalnya ditulis sebagai panduan bagi para mualaf baru yang mengarah kepada upacara pembaptisan.1Belakangan, menurut teori itu, beberapa orang Kristen yang saleh menyadur dokumen itu ke dalam bentuk surat, menempatkan nama rasul Petrus pada surat itu, dan mendistribusikannya kepada khalayak luas. Terus terang saja, teori itu tidak pernah mendapat dukungan di antara para sarjana konservatif Alkitab. Sejalan dengan waktu, kebanyakan sarjana liberal menolak teori itu juga. Alasannya tidaklah sulit untuk ditemukan.
Bila pertanyaan tentang pengilhaman dikesampingkan, maka sulit untuk membayangkan apa yang akan sudah memotivasi orang mana saja untuk menyamarkan sebuah dokumen yang berisi perintah atau upacara baptisan yang berasal di Roma sebagai surat dari Petrus, dan kemudian mengirimkannya kepada gereja-gereja yang tersebar di seluruh Asia Kecil. Jika orang yang mengirimkan 1 Petrus menghendaki para pembaca yang pertama menggunakan surat itu sebagai panduan untuk upacara baptisan, maka orang bertanya-tanya mengapa ia menyamarkan panduan itu sebagai sepucuk surat. Bagaimana orang atau orang-orang yang mengirim surat itu mengharapkan para pembaca yang pertama mengenali bahwa apa yang tampaknya sebagai surat, pada kenyataannya, adalah upacara baptisan yang disamarkan? Mereka yang sudah mengedepankan teori itu tidak menyediakan penjelasan yang memuaskan.
Salam, dorongan, dan kata-kata hiburan, pengingat, dan kesimpulan dari 1 Petrus semuanya adalah bentuk yang umum ditemukan di dalam surat-surat kuno. Selain itu, tradisi kuno gereja tidak tahu apa-apa tentang 1 Petrus kecuali dalam bentuk surat yang mana surat itu telah sampai kepada kita. Tidak ada alasan untuk percaya 1 Petrus pernah terlihat menjadi apa saja selain surat. Namun begitu, siapa saja yang menduga 1 Petrus berasal sebagai dokumen pembaptisan atau katekisasi telah mencetuskan buah tertentu yang tak terduga. Hal itu telah menarik perhatian kepada pentingnya baptisan dalam kesadaran pemahaman diri orang Kristen.
Memang benar bahwa ketika umat Kristen mula-mula diingatkan tentang pengalaman perubahan hidup mereka, baptisan mereka khususnya, hal itu menawarkan mereka sumber dorongan dan motivasi yang terus-menerus untuk kehidupan yang setia, saleh. "Permandian kelahiran kembali," dengan menggunakan kata-kata Paulus (Titus 3: 5), memiliki kaitan yang jauh lebih besar dengan pesan Petrus daripada yang umumnya diakui oleh para penafsir moderen. Itu memang benar bahkan jika tidak ada bukti dokumen bahwa awalnya itu adalah panduan untuk upacara baptisan. Sudah bisa diduga bahwa Petrus tentunya membuat beberapa acuan kepada perubahan hidup/baptisan para pembacanya (1:3, 23; 2:1, 2; 3:21). Petrus atau para pembaca awalnya sudah tentu memikirkan perubahan hidup mereka kepada Kristus dengan memikirkan juga baptisan mereka.
KESATUAN SURAT ITU
Penting untuk bertanya apakah 1 Petrus merupakan dokumen terpadu atau bukan, yaitu, apakah dokumen itu ditulis oleh seorang penulis untuk suatu kesempatan atau bukan. Pelbagai pertanyaan yang diajukan tentang kesatuan kitab itu biasanya berkisar pada 1 Petrus 4:12. Pertama Petrus 4:11 adalah doksologi, pernyataan pujian, seperti yang biasa terjadi pada akhir sebuah surat, atau setidaknya hampir di akhirnya. Selain itu, gambaran tentang penderitaan para pembaca di dalam 4:12-19 adalah lebih panjang dan mungkin lebih kuat daripada yang ditemukan di tempat lain di dalam kitab itu. Beberapa orang bersikeras bahwa satu-satunya bagian 1 Petrus yang dimulai sebagai surat asli adalah 4:12-5:14. Beberapa waktu kemudian, menurut pendapat itu, seseorang melampirkan 4:12-5:14 kepada dokumen baptisan yang didalilkan yang digambarkan sebelumnya dan mengirimkannya atas nama rasul Petrus.
Kasus bahwa 1 Petrus dimulai sebagai fragmen-fragmen dan potongan-potongan adalah tidak benar ketika diteliti dengan seksama. Pertama, tidak ada aturan bahwa doksologi hanya dapat terjadi di akhir sebuah dokumen. Paulus menulis salah satu doksologinya yang paling indah dalam 1 Timotius 6:15, 16, dan kemudian melanjutkan suratnya. Di pertengahann kitab Efesus, Paulus berhenti sejenak untuk mempersembahkan sebuah doksologi pujian (Efesus 3:20, 21).Selanjutnya, meski gambaran tentang penderitaan dalam 1 Petrus 4:12-19 memang sangat kuat, sebelumnya dalam surat itu rasul itu menyinggung penderitaan yang sangat berat ketika ia menulis bahwa iman para pembacanya telah "diuji oleh api" (1:7).
Anggapan bahwa 1 Petrus asalnya sebagai dua dokumen atau lebih yang dilebur bersama untuk memiliki tampilan satu surat adalah didasarkan pada argumentasi yang subjektif. Tidak ada alasan yang kuat untuk menerimanya sebagai benar. Ada kemungkinan bahwa Petrus menambahkan 4:12-5:14 kepada suratnya setelah ia mengetahui terjadinya penderitaan baru di antara para penerima suratnya, tapi bahkan itu juga tidak pasti. Jika 4:12-5:14 ditambahkan oleh rasul itu pada pembahasan kedua ketika ia menerima informasi baru, hal itu hampir tidak mengurangi kesatuan karya itu.
WAKTU SURAT ITU
Untuk memahami sebuah surat hampir tidak ada faktor yang lebih penting selain memiliki pengertian mengapa penulis menulis surat itu. Mengapakah Petrus menulis surat itu? Kondisi menonjol apakah yang terdapat di tengah-tengah para pembaca pertamanya yang mendorong dia untuk menulis? Pembacaan yang cermat atas teks 1 Petrus, ditambah dengan informasi sejarah dari luar Alkitab, dapat membantu kita menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Pembacaan yang seksama atas lima pasal yang pendek itu mengarah kepada pengamatan yang penting: Penderitaan para pembacanya memiliki banyak kaitan dengan alasan rasul itu menulis. Penderitaan, pada kenyataannya, mengalir seperti benang kirmizi di sepanjang surat itu.
Kita akan lebih mengeksplorasi tanggal penulisan 1 Petrus setelah ini, tetapi untuk sekarang ini kita akan katakan bahwa Petrus mungkin menulis surat ini pada pertengahan tahun 60an di abad pertama. Bila itu benar, ada kemungkinan bahwa beberapa dari para pembacanya telah menjadi orang Kristen selama satu dekade atau lebih. Seiring waktu mereka telah melihat beberapa dari kelompok mereka berpaling dari Kristus. Selain itu, mereka yang tetap setia tidak bernasib baik. Beberapa orang menjadi berkecil hati; iman mereka goyah. Petrus menulis untuk membantu para pembacanya menyatukan penderitaan ke dalam pengalaman Kristen mereka. Kita tidak punya penjelasan yang mudah untuk penderitaan yang mereka hadapi, tapi penting bagi mereka untuk menyadari bahwa Allah sedang melakukan kehendak-Nya di dunia ini. Rasul itu cukup berani untuk menyarankan bahwa, dalam beberapa kasus, penderitaan telah terbukti menjadi sekutu bagi kerohanian. Seperti logam mulia, para pembacanya itu telah diuji oleh api dan telah keluar dengan murni dan sempurna (1:7).
Rasul itu khawatir karena saudara-saudari Kristennya sedang membayar harga yang tinggi untuk mengakui Yesus sebagai Tuhan. Tidak ada keraguan dalam pikirannya tentang kemampuan Allah untuk mencegah penderitaan. Mengapa Allah tidak mencegahnya adalah tersembunyi dalam misteri Allah melakukan kehendak-Nya. Meski Allah tidak menyebabkan penderitaan, Ia sanggup melaksanakan pelbagai maksud-Nya melalui penderitaan. Allah mampu menguasai pemberontakan manusia dan dosa, bahkan sampai pada titik bahwa penderitaan di tengah-tengah orang saleh mengerjakan pelbagai maksud ilahi. Penderitaan Yesus telah memberi contoh (2:21; 3:17, 18; 4:13). Karena Tuhan menderita, siapakah yang akan berpikir aneh bahwa umat-Nya juga harus menderita?
Empat kali dalam perjalanan surat itu, Petrus secara langsung menyinggung penderitaan para pembacanya (1:6-9; 3:13-17; 4:12-19; 5:9, 10). Kata-kata itu tampaknya tidak menunjukkan bahwa orang-orang percaya sedang dipenjarakan dan disiksa. Sebaliknya, mereka tampaknya sedang dilukai di bawah kebencian yang tak diduga, intoleransi, dan fitnah dari para tetangga non-Kristen, atau mungkin dari dalam keluarga mereka sendiri. Petrus tidak pernah menyebutkan sifat penderitaan yang sedang dialami oleh para pembacanya, tetapi ada beberapa petunjuk. Dalam 2:12 dan 3:16, ia mendesak mereka untuk menjalani kehidupan yang terhormat, jujur sehingga ketika mereka difitnah maka para penuduh mereka itu akan menjadi malu. Yang tersirat adalah bahwa sebagian penderitaan mereka adalah fitnah yang mereka terima dari orang-orang yang tidak percaya. Dalam 4:4, ia mengatakan bahwa para tetangga mereka yang bukan orang percaya terkejut karena orang Kristen telah berpaling dari perilaku kafir mereka. Oleh karena ini, para tetangga mereka itu memfitnah mereka.
Penderitaan langsung para pembaca Petrus itu tampaknya tidak sampai mengancam nyawa, tampaknya juga tidak berasal dari penguasa resmi, sipil. Namun, ada beberapa petunjuk dalam surat itu bahwa penganiayaan dari pejabat pemerintah sudah di ambang pintu. Ketika Petrus mendesak para pembacanya untuk menghormati penguasa (2:13-17), ia mungkin sedang membahas masalah nyata. Beberapa orang Kristen mungkin sudah bersikap menghina kekuasaan Romawi. Agama Kristen adalah baru. Para penguasa mungkin sedang memeriksa orang-orang percaya dan menyalahkan mereka atas setiap kemalangan atau kejahatan yang terjadi. Pada zaman kuno, seperti dalam dunia moderen, agama baru sangat mungkin dipandang dengan kecurigaan.
Tidak ada bukti yang banyak bahwa pada waktu mula-mula ini birokrasi resmi di Roma banyak memperhatikan agama Kristen. Dalam tingkatan apapun penganiayaan atas orang Kristen datang dari para pejabat pemerintah, mereka kemungkinan besar adalah para hakim kota setempat, bukan kaisar atau wali negeri. Para pejabat lokal mungkin mempersulit orang Kristen untuk menjual produk mereka di pasar atau untuk berpartisipasi dalam pelbagai kegiatan sipil. Hukuman ekonomi dan sensor sosial sudah cukup untuk menjadikan orang Kristen sebagai pusat perhatian. Mereka yang memakai nama-Nya tahu bahwa ada harga yang harus dibayar. Petrus menulis untuk memberikan orang Kristen sumber daya rohani yang mereka butuhkan untuk menangani perlakuan memalukan yang mereka sedang alami. Ia menulis untuk menyiapkan mereka bagi pelbagai pencobaan yang bahkan lebih sulit yang mereka bisa hadapi di masa depan.
Selain penderitaan Kristen, pembacaan dengan cermat 1 Petrus mengungkapkan tema lain yang tidak pernah jauh dari pikiran penulis itu. Itu adalah tema yang terkait dengan penganiayaan dan penderitaan, tema yang bergema di seluruh Perjanjian Baru. Rasul itu menghimbau kepada iman para pembacanya bahwa kedatangan Tuhan dan pemuliaan mereka sudah dekat (1:5, 7, 13; 2:12; 4:7, 13; 5:1, 4, 10). Kejahatan apapun yang mereka alami akan dibalaskan. Tuhan akan datang kembali sebagai Hakim di dunia dan sebagai Pembela mereka. Petrus menulis untuk memperbaharui harapan para pembacanya (1:13). Keyakinan kepada kedatangan Tuhan harus menjadi sumber kekuatan yang mereka butuhkan untuk menghadapi kesukaran yang menyertai iman mereka (3:14). Dua tema yang menyatu dari 1 Petrus adalah penderitaan para pembaca yang pertama dan kedatangan Tuhan yang diantisipasi. Ketika Tuhan kembali, harapan akan terwujud dan sukacita menjadi sempurna (1:6-9).
Alasan mengapa Petrus menulis dapat disimpulkan sebagai berikut: Ia ingin meyakinkan kembali orang Kristen bahwa mereka diberkati ketika mereka mampu untuk berbagi dalam penderitaan Kristus (4:14, 16). Penderitaan harus diantisipasi.
Mereka bisa bertahan karena mereka mengetahui sesuatu yang dunia tidak ketahui; yaitu, Yesus akan datang lagi sebagai Tuhan dan Hakim (lihat 1:17; 4:17). Ketika Ia kembali mereka akan berbagi segala berkat dengan orang-orang yang ditebus. Petrus meyakinkan para pembacanya bahwa, "sebagai hasil iman [mereka]," mereka akan mendapat "keselamatan jiwa [mereka]" (1:9). Seperti Paulus, bagi Petrus, "penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita" (Roma 8:18).
Berkembang dari dua tema utama ini, Petrus menyinggung hal-hal lain yang sangat penting bagi kehidupan orang Kristen. Ia khawatir penderitaan bisa menelurkan sinisme. Sinisme, pada gilirannya, bisa mengarahkan orang Kristen untuk memperlakukan dunia dengan cara yang sama dunia memperlakukan mereka. Rasul itu secara berulang kembali lagi kepada nasihat bahwa mereka harus menjalani kehidupan yang kudus dan baik, jangan pernah menyerah kepada perilaku jahat (2:12; 3:8, 9, 17, 4:3, 15). Orang Kristen menghadapi kebohongan dan penipuan dengan kejujuran secara terbuka. Mereka harus menjawab kebencian dan ejekan dengan kelembutan dan kebaikan (3:9). Jika penderitaan harus datang, Petrus mendorong, semoga itu tidak pernah terjadi oleh karena orang Kristen berbuat tidak adil (3:17; 4:15). Kebaikan, ketundukan, dan pelayanan adalah sifat-sifat yang mereka harus miliki sehingga kebencian dan intoleransi dunia harus jangan menghilangan sifat-sifat itu dari kehidupan mereka. Rasul itu ingin para pembacanya mengingat bahwa mereka adalah orang-orang kudus (1:14-16; 2:9), batu hidup dalam bait Allah, (2:5). Kekudusan adalah ukuran keberha-silan mereka dalam meniru kehidupan yang Yesus pernah jalani. Yesus adalah pola, uJpogrammo/ß (hupogrammos), dalam segala masalah kehidupan. Tidak ada dosa di bibir-Nya; ketika manusia mencaci Dia, Ia tidak mencaci balik (2:21-23). Harus tidak boleh ada dosa di bibir orang percaya; ketika orang-orang mencaci mereka, mereka tidak boleh mencaci balik.
PENULIS SURAT ITU
Dalam kitab-kitab Injil, Simon Petrus terlihat menonjol. Tak satu pun dari para rasul lainnya itu, bahkan juga tidak "murid yang dikasihi Yesus" (Yohanes 21:7), memiliki tempat yang bisa dibandingkan dengan Petrus dalam kisah Yesus. Nama "Petrus" itu sendiri muncul sekitar tujuh puluh kali dalam kitab-kitab Injil. Dalam 26 tempat tambahan , terutama dalam Injil Yohanes, nama "Simon" dan "Petrus" muncul bersama. Tujuh belas kali rasul itu hanya disebut Simon, dan sekali dalam Injil ia disebut Kefas (Yohanes 1:42). Sebaliknya, nama rasul Yohanes hanya disebut sekitar dua puluh kali. Tidak ada orang di luar Yesus sendiri yang memiliki peran besar dalam Injil seperti yang Petrus miliki.
Orang Kristen tidak pernah bosan menceritakan kisah tentang dirinya yang dicatat dalam kitab-kitab Injil, tentang nasihat buruknya yang diucapkan dengan tergesa-gesa, tentang imannya yang goyah, tentang kemanusiaannya yang sederhana, tentang kepercayaannya yang disesali. Adalah Petrus yang mulai berjalan menuju Tuhan di atas air, tetapi dengan iman yang goyah (Matius 14:28-33). Di Kaisarea Filipi, Petrus punya keberanian untuk mengakui, "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup" (Matius 16:16), meski ia menerima teguran keras tak lama kemudian (Matius 16:23). Petrus ada di sana ketika mereka mengadili Tuhan. Ketika diberi kesempatan untuk mengakui Tuhannya, ia menyangkal bahwa ia pernah mengenal Yesus dari Nazaret (Matius 26:69-75). Cerita-cerita tentang Petrus menginspirasi orang-orang percaya sekarang ini seperti halnya pada abad-abad yang lalu.
Kita belum selesai dengan Petrus ketika kitab-kitab Injil telah selesai ditulis. Dalam pasal-pasal awal kitab Kisah, kita menemukan seorang rasul yang sudah berubah yang membuka jalan pada Hari Pentakosta. Ia memberitakan khotbah injil yang pertama yang tercatat dalam kitab ini, membuka pintu-pintu kerajaan bagi orang-orang Yahudi (Kisah 2:14-36; lihat Matius 16:19). Di luar ini, ia yang pertama kali membuka pintu iman bagi bangsa-bangsa non-Yahudi dengan berkhotbah kepada seluruh isi rumah tangga Kornelius (Kisah 10; 11). Kemenonjolannya dalam gereja mula-mula, integritas kesaksiannya, dan konfrontasinya yang berani dengan lawan-lawan Yahudi mengingatkan kita kepada kuasa yang Yesus berikan ke atas kehidupan murid-murid-Nya. Dalam kitab Kisah kita melihat hikmat Yesus dalam menamakan orang ini "Petrus" atau "Kefas" (Yohanes 1:42), kata-kata dalam bahasa Yunani dan bahasa Aram yang masing-masing berarti "Batu Karang." Selama rentang waktu sekitar tiga tahun Yesus telah mengubah seorang nelayan yang terombang-ambing menjadi menara kekuatan. Itu bukan hanya terdapat dalam kisah Yesus tetapi juga dalam kisah-kisah dari gereja mula-mula yang dicatat dalam kitab Kisah bahwa pribadi Simon Petrus mendominasi cerita itu.
Dengan mengingat pentingnya Petrus dalam kitab-kitab Injil dan kitab Kisah, maka aneh bahwa dua surat rasul itu kadang-kadang dikesampingkan, hampir dilupakan di antara dokumen-dokumen Perjanjian Baru.2Diapit antara kitab Ibrani dan kitab Wahyu, Surat-Surat Kiriman Umum (Surat-Surat Umum, sebagai sebutan alternatif kita) Yakobus, Petrus, Yohanes, dan Yudas cenderung hilang. Mungkin kekuatan surat-surat Paulus dan peran besar yang surat-surat itu mainkan dalam mendefinisikan doktrin Kristen yang membuat surat-surat Petrus relatif diabaikan. Apapun alasan pengabaian itu, 1 Petrus merupakan bagian penting dari warisan Kristen kita. Mempelajari surat ini dengan penuh doa tidak akan pernah gagal untuk memperkaya iman Kristen. Pesan surat itu melampaui dunia abad pertama yang menghasilkannya.
Kata-kata pembukaan surat itu mengidentifikasi penulis itu sejelas yang bisa kita harapkan. Surat itu dari "Petrus, rasul Yesus Kristus." Atas dasar kesaksian ini dan saksi umum gereja abad kedua, hanya sedikit yang meragukan bahwa Petrus yang sama yang kita jumpai dalam kitab-kitab Injil dan dalam kitab Kisah adalah penulis surat itu yang menyandang namanya.3Seperti yang diharapkan, ada orang-orang yang meragukan, namun bukti yang mendukung pernyataan bahwa Simon Petrus adalah penulis surat itu lebih banyak lagi.
Mereka yang meragukan kepengarangan Petrus atas surat itu berpendapat bahwa kualitas sastranya yang sangat baik adalah lebih baik daripada yang kita akan harapkan dari seorang nelayan Galilea. Mereka selanjutnya menyatakan bahwa surat itu mencerminkan keadaan perkembangan di dalam gereja setelah pertengahan tahun 60an ketika Petrus mati di Roma.4Selain itu, beberapa orang berpendapat bahwa jika rasul Petrus adalah penulisnya maka ia pasti telah menyelingi himbaunnya itu dengan pelbagai acuan kepada hubungan pribadinya dengan Tuhan.
Memang benar bahwa naskah Yunani untuk 1 Petrus merupakan beberapa yang terbaik dalam Perjanjian Baru. Namun begitu, kita seharusnya jangan mengabaikan fakta bahwa Petrus mengakui Silwanus/Silas sebagai juru tulisnya atau amanuensis (5:12). Silas pertama kali diperkenalkan dalam Kisah 15:22. Meski ia adalah seorang Kristen Yahudi, namun namanya benar-benar berbau Yunani-Romawi. Peran Silas dalam menyampaikan surat yang sensitif itu dari gereja Yerusalem kepada orang-orang percaya non-Yahudi (Kisah 15) dan fakta bahwa ia bergabung dengan Paulus dalam penulisan dua surat Tesalonika (1 Tesalonika 1:1; 2 Tesalonika 1:1) menyiratkan bahwa ia seorang Kristen yang terpelajar, fasih bicara. Atas dasar itu, peranannya dalam penulisan 1 Petrus dapat menjelaskan gaya Yunani luar biasa surat itu.5Jika Silas bertindak sebagai juru tulis bagi Petrus, meski ia meredaksi kembali kalimat Petrus menjadi prosa Yunani yang indah, bagaimanapun tindakan itu tetap membuat surat itu sebagai karya Petrus. Karena Silas adalah seorang nabi (Kisah 15:32), maka menegaskan pengilhaman 1 Petrus tidak mengharuskan orang untuk beranggapan bahwa Petrus telah menuliskan setiap kata itu secara pribadi.
Mengenai keberatan lain bagi kepengarangan Petrus, kita tidak cukup tahu tentang perkembangan gereja mula-mula di wilayah Asia Kecil selama abad pertama untuk menyatakan bahwa 1 Petrus mencerminkan periode setelah pertengahan tahun 60an. Tentang mengapa rasul itu tidak membuat acuan kepada hubungan pribadinya dengan Tuhan, kita tidak bisa bilang apa-apa. Bagaimanapun, kita mencatat bahwa ia menyebut dirinya sebagai "saksi penderitaan Kristus" (5:1; lihat 2:22, 23). Itu cukup. Dengan bukti yang kita miliki di tangan, tidak ada alasan untuk meragukan bahwa surat itu ditulis oleh rasul Petrus.6
TEMPAT TINGGAL PARA PENERIMANYA
Di luar acuan singkat Paulus kepada Petrus dalam Galatia dan 1 Korintus, acuan terakhir kepada Petrus dalam Perjanjian Baru adalah dalam Kisah 15.7Rasul itu bicara dalam apa yang disebut sidang Yerusalem, sekitar 50 Masehi. Kita tidak mendengar apa-apa lagi tentang dirinya dalam kitab Kisah. Apakah yang rasul itu lakukan selama tujuh belas tahun antara tahun 50 dan 67 M., perkiraan waktu kematiannya? Ada acuan yang sangat menarik kepada Petrus dalam surat pertama Paulus kepada jemaat Korintus. Di antara golongan-golongan di Korintus terdapat pihak yang mengaku "dari Kefas" (1 Korintus 1:12). Apakah Petrus pernah berada di Korintus? Paulus tidak sepenuhnya mengatakan bahwa Petrus pernah di sana. Golongan Kefas mungkin diimpor ke Korintus dari Yerusalem atau tempat lain. Kita mengamati bahwa ada juga golongan di Korintus yang mengaku "golongan Kristus." Yesus jelas tidak pernah ke kota itu, setidaknya bukan secara lahiriah. Tidak pasti apakah Petrus pernah ke Korintus secara pribadi atau tidak, tetapi acuan Paulus itu menunjukkan bahwa Petrus telah aktif bekerja di luar batas-batas Palestina. Pertama Korintus 9:5 menyediakan bukti lebih lanjut bahwa Petrus, seperti halnya Paulus, menjadi misionaris yang berpergian.
Kita dapat katakan dengan yakin bahwa Petrus pernah menghabiskan waktu di Asia Kecil. Ia mengalamatkan suratnya kepada empat provinsi besar Romawi yang secara keseluruhan membentuk sebagian besar bangsa Turki moderen. Meski nama Pontus dan Bitinia ditulis secara terpisah di 1 Petrus 1:1, namun dua wilayah itu telah digabungkan menjadi satu provinsi Romawi pada pertengahan abad pertama S. M. ketika Pompey selesai membenahi wilayah itu. Masuk akal untuk menduga bahwa Petrus menyurati gereja-gereja yang tersebar di wilayah ini karena ia mengenal baik mereka secara langsung. Mungkin perjalanan misi Petrus sedang berlangsung pada saat yang sama seperti perjalanan misi Paulus. Jika Petrus dan rekan-rekan kerjanya telah mendirikan gereja-gereja di wilayah yang luas di Asia Kecil, hal itu akan menjelaskan alasan ia mengalamatkan suratnya itu kepada mereka "yang tersebar di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia, dan Bitinia" (1:1).
Urutan di mana provinsi-provinsi itu ditulis mungkin penting. Entah Silwanus/ Silas (5:12) atau beberapa utusan Kristen lainnya mungkin pernah berlayar ke kota Yunani Sinope, yang terletak di pantai Laut Hitam di pusat utara Pontus. Ia mungkin telah melakukan perjalanan ke selatan melintasi provinsi itu menuju Galatia, dari sana ke tenggara menuju Kapadokia, balik lagi ke arah barat menuju Asia, dan kemudian ke arah utara menuju Bitinia di mana ia berlayar kembali dari satu pelabuhan di wilayah itu. (Lihat peta di halaman berikut.) Kemana pun utusan itu pergi, ia akan sudah menemukan orang-orang percaya yang kepada siapa ia akan membacakan surat Petrus itu. Sungguh luar biasa bahwa tampaknya terdapat kantong-kantong orang Kristen yang tersebar di seluruh Asia Kecil pada waktu mula-mula ini.
Provinsi-provinsi yang disebut oleh Petrus mencakup wilayah geografis yang luas. Penduduknya berasal dari beragam kelompok sosial, etnis, dan bahasa. Di hadapan kekuasaan Romawi yang bergerak maju, provinsi-provinsi barat, Asia dan Bitinia, telah diwariskan kepada Roma oleh para raja terakhir mereka bertahun-tahun sebelum kedatangan agama Kristen. Pontus, Galatia, Kapadokia telah ditambahkan kepada kekaisaran itu melalui penaklukan.
Untuk beberapa dekade pertama setelah Roma menambahkan Asia pada tahun 133 S. M., provinsi itu sangat menderita di tangan para penagih pajak Romawi yang rakus. Ketika muncul kesempatan untuk melawan kekuasaan Romawi, penduduk provinsi itu memanfaatkannya. Untuk sekitar dua dekade setelah 88 S. M., Mithridates VI, raja Pontus, melibatkan wilayah itu ke dalam peperangan. Sebagian besar kota di Asia memihak raja Pontic melawan Roma. Pada tahun 60an S. M., Senat Romawi menugaskan Pompey untuk secara tegas menangani Mithridates. Jenderal Romawi itu mengusir raja Pontic, memadamkan kantong-kantong bajak laut di sepanjang pantai selatan Asia, dan mengatur sub-benua itu kira-kira di sepanjang garis provinsi yang sama ketika Petrus menulis suratnya itu. Roma menangani dengan tegas kota-kota yang telah mendukung penaklukan Mithridates. Pada 75 S. M. raja terakhir Bitinia mewariskan kerajaannya kepada Senat dan bangsa Romawi.
Kota-kota di Asia Kecil merindukan kedamaian setelah Mithridates, tetapi mereka tidak menemukan jeda. Perang saudara Romawi mulai berkobar setelah pembunuhan Caesar pada 44 S. M. Para jenderal dan negarawan Romawi menarik pajak tanpa kenal ampun atas kota-kota Asia untuk membiayai bala tentara mereka. Ketika pertempuran sudah berakhir, Augustus muncul sebagai kaisar pada 27 S. M. Ia adalah orang yang menutup pintu-pintu kuil dewa perang Roma Janus dan menetapkan Pax Romana (Kedamaian Roma). Augustus menghentikan pelanggaran pajak yang sangat parah dan membantu kota-kota Asia dan Bitinia dalam membangun pemerintahan yang stabil. Penduduk Asia memuji dia sebagai ilahi. Selama seratus tahun waktu jeda itu dari supremasi Augustus sampai penulisan 1 Petrus, Asia telah mendapatkan kembali kemakmurannya. Asia adalah salah satu permata kekaisaran itu.
Para gubernur Romawi di Asia dan Bitinia/Pontus ditunjuk oleh Senat. Mereka disebut prokonsul/wali negeri karena mereka bertindak sebagai konsul, kantor administrasi utama di Roma. Prokonsul memiliki masa jabatan satu tahun. Mereka berharap menjadi, dan kenyataannya mereka telah menjadi, kaya selama waktu mereka menduduki jabatan itu. Dua prokonsul disebutkan dalam Kisah Para Rasul, Sergius Paulus (13:7) dan Galio (18:12). Provinsi-provinsi yang lebih tua, damai seperti Asia dan Bitinia/Pontus disebut Provinsi Senator karena mereka berada di bawah pemerintahan Senat Romawi. Di dalam kedua provinsi itu terdapat banyak kota berbahasa Yunani. Pada abad pertama, tidak ada hadiah yang lebih tinggi bagi Senat Romawi selain penghargaan menjadi prokonsul Asia.
Untuk waktu yang tak lama Galatia dan Kapadokia pernah diperintah oleh raja-raja yang didukung Romawi, sebagaimana Herodes Yang Agung pernah menjadi raja seperti itu di Palestina. Pada 25 S. M., Galatia telah diatur mejadi provinsi Romawi. Nasib yang sama menimpa Kapadokia pada 17 M. Kedua provinsi itu, Galatia dan Kapadokia, berada di bawah pemerintahan langsung kaisar. Karena kedua provinsi itu lebih dekat dengan perbatasan kekaisaran, maka beberapa legiun Romawi cenderung ditempatkan di atau dekat kedua provinsi itu. Loyalitas legiun adalah kepada kaisar, bukan kepada Senat. Kaisar mengirim utusan pribadi untuk mengatur provinsi-provinsi seperti Galatia dan Kapadokia. Provinsi-provinsi itu disebut Provinsi Kerajaan.
Galatia mendapatkan namanya dari suku-suku Galia yang telah menetap di bagian utara provinsi itu selama abad kedua S. M. Di bagian selatan provinsi itu, ada kota-kota seperti Antiokhia dan Listra yang pemerintahan dan bahasanya menandai mereka sebagai Yunani-Romawi. Kapadokia adalah daerah terpencil. Di provinsi itu tidak ada kota-kota Yunani-Romawi yang penting. Sebagian besar penduduk Kapadokia tinggal di desa-desa kecil yang diatur menurut keturunan suku.
Biasanya gubernur Romawi, apakah prokonsul atau wakil kaisar, tidak berperan banyak dalam masalah sehari-hari penduduk biasa di kekaisaran itu. Kota-kota mempertahankan bangunan-bangunan umum milik mereka, mengawaki satuan polisi, dan memeras pajak untuk pekerjaan umum dan upeti bagi Roma. Mereka diawasi oleh berbagai komite, yang satu untuk pekerjaan umum, yang satu lagi untuk pengawasan perdagangan, dan sebagainya. Kota-kota diharapkan dan menerima sedikit gangguan atau bantuan dari Roma, asalkan ada kedamaian dan pajak dibayarkan. Di provinsi-provinsi yang makmur seperti Asia dan Bitinia/Pontus, tepat di dalam batas-batas kekaisaran, tidak ada legiun yang ditempatkan dan ada sedikit tentara Romawi. Pengetahuan bahwa Roma memiliki kekuatan dan tidak akan ragu-ragu untuk digunakannya adalah cukup untuk membuat para warga segera menyetujui tuntutan Romawi. Kata-kata Petrus dalam 2:13-17 ditulis dengan latar belakang sistem pemerintahan yang multi berjenjang. Beberapa pejabat pemerintahan itu adalah orang Romawi, dan beberapa lagi orang setempat.
Budaya, agama, dan ekonomi provinsi-provinsi itu yang disinggung dalam ayat pembukaan 1 Petrus adalah beragam. Di kota-kota itu terdapat kantong-kantong kebudayaan Yunani. Kota-kota di seluruh Asia dan di sepanjang pantai Bitinia dan Pontus sangatlah banyak dan makmur. Sedangkan di permukiman Galatia dan Kapadokia kota-kotanya sedikit dan kecil. Masuk akal untuk menduga bahwa Petrus, seperti Paulus, mengarahkan upaya pertamanya untuk memberitakan Kristus di kota-kota itu. Kota-kota yang terletak di sepanjang rute perdagangan cenderung memiliki sinagoga di mana injil akan diperdengarkan untuk pertama kalinya. Meski para mualaf pertama kepada Kristus sering berasal dari sinagoga, mereka disusul oleh bangsa-bangsa non-Yahudi yang saleh, yang dalam beberapa kasus, telah menghormati cara hidup orang Yahudi dan sering mengunjungi sinagoga sebelum guru-guru Kristen muncul di tempat itu. Kata-kata Petrus membuat jelas bahwa setidaknya beberapa dari pembacanya yang berlatar belakang kafir telah datang kepada Kristus (1:14, 18).
Sebagian besar orang yang di antaranya para pembaca Petrus menyembah banyak ilah. Beberapa dari mereka adalah ilah-ilah dari dewa Yunani, tetapi yang lainnya memiliki nama-nama aneh seperti Ma, Men, atau Sibele yang berakar pada tempat awalnya. Pada beberapa titik pelbagai praktik keagamaan memudar menjadi sihir dan takhayul. Banyak bukti dari dunia kuno yang masih bertahan yang menunjukkan bahwa takhayul sangat berlimpah di antara penduduk asli yang disapa oleh Petrus. Di mana-mana terdapat mata air suci, semak belukar keramat, dan tempat-tempat yang sering dikunjungi oleh roh-roh jahat dan roh-roh gentayangan. Beberapa tempat dianggap sebagai tempat di mana orang bisa disembuhkan dari penyakit. Di tempat lain, orang bisa menuliskan kutukan terhadap seorang musuh pada batu tulis, menguburnya di dalam tanah, dan kemudian mengharapkan roh-roh supranatural melakukan perintahnya. Para siswa Perjanjian Baru akan ingat bahwa penduduk Efesus, di bawah pengaruh pemberitaan Paulus, membawa sejumlah besar buku sihir dan membakarnya (Kisah 19:19).
Penyembahan ilah-ilah itu terjalin dalam kehidupan masyarakat di seluruh Asia Kecil. Menjauhkan diri dari korban-korban, perayaan-perayaan, atau permainan-permainan yang didedikasikan untuk para ilah adalah pelanggaran publik. Orang Kristen berkonflik langsung dengan masyarakat penyembah berhala ketika mereka menolak berpartisipasi dalam ritus pesta-pora atau upacara-upacara pengorbanan. Penjualan hasil pertanian di pasar-pasar umum atau menjalankan bisnis kecil seperti penyamakan kulit atau toko tembikar bisa menjadi sulit dilakukan oleh orang Kristen.
Waktu itu agama Kristen adalah baru dan asing di dunia yang Petrus kenal. Dicoba sebisanya, orang-orang percaya mengalami kesulitan untuk menjauhkan tatapan orang banyak dari mereka. Setiap kali terjadi beberapa pencurian yang tak bisa dijelaskan atau kematian di wilayah itu, masyarakat penyembah berhala cenderung menyalahkan agama baru di kota itu. Orang Kristen, tidak diragukan lagi, adalah penyebabnya, mereka berkesimpulan. Ketika terjadi gempa bumi atau bencana kelaparan, sangat mudah untuk menyalahkan orang Kristen karena mengabaikan ritual yang dipersembahkan kepada para ilah. Penderitaan orang percaya, tema utama bagi 1 Petrus, memang dinapasi kehidupan ketika dilihat dalam konteks dunia di mana orang-orang percaya itu hidup.
TANGGAL DAN TEMPAT PENULISAN
Satu-satunya petunjuk yang surat itu berikan tentang kemungkinan keberadaan Petrus ketika ia menulis surat itu adalah dalam 5:13, di mana ia berkata, "Salam kepada kamu sekalian dari "yang di Babilon."Cara alami untuk memahami pernyataan itu adalah bahwa Petrus berada di tempat yang ia sebut Babilon. Artinya tampaknya adalah bawah rekan Petrus di lokasi itu mengirimkan salam mereka (lihat komentar tentang 5:13). Babilon adalah nama sebuah kota yang terkenal di Sungai Efrat, pusat kerajaan yang menghancurkan Yeru salem pada tahun 587 S. M. dan membawa orang-orang Yahudi ke dalam penawanan. Kecenderungan awal adalah memahami kata "Babilon" itu sebagai acuan kepada kota yang terkenal itu. Namun begitu, ada masalah dalam memahami secara harfiah nama itu.
Pertama, tradisi gereja mula-mula adalah seragam dalam mengaitkan Petrus dengan bagian barat Kekaisaran Romawi, bukan dengan Timur. Babilon terletak di Timur Jauh. Selain itu, meski bukti dari dunia kuno memang langka, tampaknya Babilon tidak lebih daripada sebuah desa yang tidak penting pada saat Petrus menulis surat itu.8Ketika kita mempertimbangkan lebih jauh bahwa dalam Wahyu 18:2 rasul Yohanes menggunakan sebutan Babilon ketika mengacukan jatuhnya Roma, kita menjadi kurang yakin bahwa acuan kepada Babilon dalam 1 Petrus itu harus dipahami secara harfiah. Oleh karena keakraban mereka dengan Perjanjian Lama, bagi orang Kristen Babilon adalah simbol permusuhan, kefasikan, sensualitas, dan penindasan.9 Seperti Yohanes dalam Wahyu, Petrus tampaknya mendapatkan Roma sebagai setara secara moral dan spiritual dengan Babilon. Sangat mungkin bahwa para pembaca Petrus akan sudah mengenali Babilon sebagai Roma semudah kita mengenali Dodol sebagai Kota Garut.
Sambil berjalan kita mungkin melihat bahwa dalam periode Reformasi ada orang-orang yang, dalam ketidaksukaan mereka yang sengit terhadap Katholikisme Roma, berusaha untuk mendiskreditkan pengakuan bahwa Petrus adalah paus pertama dengan menyatakan bahwa ia belum pernah berkunjung ke Roma. Beberapa orang dalam periode Reformasi mengambil kata "Babel" dalam 1 Petrus 5:13 secara harfiah, dengan mempertahankan bahwa Petrus menulis suratnya yang pertama dari bagian timur dunia abad pertama. Pandangan ini berlanjut terus dalam beberapa kalangan hingga zaman moderen. Namun begitu, bukti yang ada menentang pendapat itu. Antara lain kita melihat bahwa Silas dan Markus (5:12, 13) adalah nama-nama yang terkait dengan gereja Barat. Kesaksian umum para penulis dalam empat abad pertama gereja, ketika mereka menyinggung sedikit kematian Petrus, adalah bahwa rasul itu mati di Roma.
Sejarawan gereja Eusebius pada abad keempat mengerti bahwa baik Petrus dan Paulus telah menjadi martir pada waktu yang sama saat Nero menjabat kaisar. Nero bunuh diri pada tahun 68 M. Meski mustahil mengetahui berapa lama Petrus berada di Roma, namun tentunya penting bagi dia untuk berada di sana selama beberapa waktu untuk menerima informasi tentang penderitaan yang sedang dialami oleh umat Kristen di Asia. Jelasnya beberapa waktu telah berlalu sejak para pembacanya menjadi orang Kristen, cukup lama bagi penganiayaan itu untuk mulai menelan korban. Tidak ada petunjuk bahwa penganiayaan itu dicetuskan dari Roma; tidak ada penganiayaan di seluruh kekaisaran pada waktu awal ini. Namun begitu, umat Kristen tentunya mulai merasakan adanya pengucilan dan tekanan keuangan yang timbul dari intoleransi lokal terhadap agama baru itu. Akhirnya, butuh beberapa waktu bagi gereja-gereja yang disapa oleh Petrus untuk dewasa hingga ke titik memilih para penatua (lihat 5:1). Meski kita tidak bisa memastikan tanggalnya, namun terkaan terbaiknya adalah bahwa 1 Petrus ditulis menjelang tahun 65 Masehi.
SUSUNAN SURATNYA
Setelah sapaan pembukaan (1:1, 2), Petrus mengikatkan pikirannya sendiri dan pikiran para pembacanya kepada penebusan, pengharapan, dan janji yang selama ini menopang mereka melalui pelbagai kesulitan saat itu. Kalimat demi kalimat membawa para pembaca itu untuk merenungkan akhir zaman, saat-saat terakhir ketika harapan akan terwujud: "lahir kembali kepada harapan yang hidup" (1:3; NASB), "bagian yang tidak dapat binasa"(1:4), "siap untuk dinyatakan pada zaman akhir" (1:5; NASB), "keselamatan jiwamu" (1:9), "keselamatan itulah" (1:10), "penyataan Yesus Kristus" (1:13), "selama kamu menumpang di dunia ini" (1:17), "kamu telah ditebus"bukan dengan barang yang fana" (1:18), "zaman akhir" (1:20), "imanmu dan pengharapanmu tertuju kepada Allah"(1:21).
Bagian besar pertama surat itu adalah 1:3-2:10. Petrus ingin para pembacanya mengetahui apa artinya menjadi umat yang telah memeluk Kristus. Sebelum mereka mengenal Dia, mereka hidup dalam kebodohan, menuruti hawa nafsu kedagingan (1:14). Dalam Kristus mereka telah menjadi bangsa pilihan, umat milik Allah sendiri (1:1, 2; 2:9, 10). Karena mereka telah dilahirkan kembali, hidup memiliki misi, tujuan, dan akhir. Setelah dibebaskan dari kehidupan lama mereka yang sia-sia, mereka mengantisipasi kesatuan dengan Tuhan.
Setelah mengingatkan para pembacanya tentang harapan mereka kepada kedatangan Tuhan, Petrus mengalihkan perhatiannya kepada pelbagai nasihat yang akan memandu para pembacanya kepada kehidupan Kristen yang lebih lengkap. Bagian dari surat itu, 2:11-4:11, diisi dengan pelbagai perintah, hampir sesering surat Yakobus: "Milikilah cara hidup yang baik" (2:12); "Tuduklah karena Allah" (2:13);
"Hiduplah sebagai orang merdeka" (2:16); "Hormatilah semua orang" (2:17); dan lain sebagainya. Hal ini bukan seolah-olah kedatangan Tuhan terlupakan dalam bagian ini (2:12; 4:7). Kembalinya Tuhan adalah dasar yang darinya Petrus menyampaikan pelbagai nasihatnya. Juga bukan seolah-olah Petrus mengabaikan penderitaan para pembacanya (3:13, 14). Penderitaan adalah dasar bagi seruan pembaharuan kepada kesetiaan (3:15).
Pada bagian akhir surat itu, 4:12-5:11, Petrus kembali kepada tema yang ia bahas dalam 1:3-2:10. Penderitaan muncul kembali dengan intensitas baru. Karena 4:11 berakhir dengan doksologi yang biasa ditemukan pada akhir sebuah dokumen, dan karena bahasa 4:12-5:11 menunjukkan penderitaan yang ekstrim, beberapa orang berpendapat bahwa Petrus bermaksud untuk menyelesaikan suratnya di 4:11. Seorang pakar memeprtahankan bahwa ada dua versi 1 Petrus. Versi yang pertama adalah untuk orang-orang Kristen yang mengalami penganiayaan yang relatif ringan. Orang-orang percaya itu menerima 1 Petrus 1:1-4:11. Versi yang kedua adalah untuk orang-orang Kristen yang mengalami penganiayaan berat. Mereka menerima 1 Petrus 1:1, 2 dan 1 Petrus 4:12-5:14.10Beberapa orang lainnya menyatakan bahwa setelah Petrus menyelesaikan surat itu, ia menerima informasi tambahan tentang pecahnya penderitaan baru yang mengerikan yang menimpa para pembacanya. Dengan informasi baru itu menulis kembali dan menambahkan 4:12-5:11 sebagai lampiran.11Meski kedua usulan itu layak untuk dipertimbangkan, namun pengetahuan kita tentang keadaan di bawah mana Petrus menulis adalah sangat terbatas untuk mencapai kesimpulan yang meyakinkan. Jelas bahwa 1 Petrus 4:12-5:11 menyajikan penderitaan para pembaca Petrus di hadapan kita dengan intensitas yang tidak kelihatan di awal surat itu.
Petrus meyakinkan para pembacanya bahwa jangan satu pun dari mereka yang harus malu untuk menderita sebagai orang Kristen (4:16). Itu adalah salah satu dari tiga kemunculan kata "Kristen" di dalam Perjanjian Baru (lihat Kisah 11:26; 26:28). Bagaimanakah orang Kristen harus bersikap di hadapan tekanan eksternal seperti itu? Dengan mempercayakan "jiwa mereka kepada Pencipta yang setia dalam melakukan apa yang benar" (4:19; NASB). Rasul itu menyisipkan kata-kata arahan yang bermanfaat untuk para penatua (5:1-4), mendorong para pembacanya untuk hidup dengan rendah hati dan tenang (5:5-11), dan kemudian mengakhiri suratnya (5:12-14).
Garis besar berikut ini akan berguna dalam menganalisa surat itu.
GARIS BESAR
I. SALAM: KEPADA ORANG-ORANG YANG DIKUDUSKAN OLEH ROH (1: 1, 2)
II. KESELAMATAN, HASIL IMAN (1:3-2:10)
- A. "Lahir kembali kepada harapan yang hidup" (1:3-5; NASB)
- B. "Dianiaya oleh pelbagai pencobaan" (1:6-9; NASB)
- C. Dilayani oleh para nabi (1:10-12)
- D. Umat yang kudus (1:13-16)
- E. Hendaklah kamu hidup dalam ketakutan (1:17-21)
- F. Lahir dari benih yang tak dapat binasa (1:22-25)
- G. "Sama seperti bayi yang baru lahir" (2:1-3)
- H. Kristus, batu yang hidup; orang Kristen, rumah rohani (2:4-8)
- I. Dipanggil keluar dari kegelapan kepada terang (2:9, 10)
III. BERPERILAKU SEBAGAI UMAT ALLAH YANG MENDERITA (2:11-4:11)
- A. "Pendatang dan perantau" (2:11, 12)
- B. Ketundukan: bagian penting kehidupan Kristen (2:13-3:7)
- 1. Tunduk kepada penguasa yang memerintah (2:13-17)
- 2. Tunduk kepada tuan (2:18-20)
- 3. Ketundukan Yesus di kayu salib (2:21-25)
- 4. Ketundukan kaum istri kepada suami mereka (3:1-6)
- 5. Pengormatan kaum istri oleh suami mereka (3:7)
- C. Berkat pada mereka yang menderita untuk kebenaran (3: 8-17)
- D. Kematian Kristus bagi dosa-dosa kita (3:18-22)
- E. Persenjatailah dirimu untuk melawan keinginan daging (4:1-3)
- F. Pertanggungjawaban kaum penyembah berhala (4:4-6)
- G. Kesudahannya sudah dekat (4:7-11)
IV. BERBAGI DALAM PENDERITAAN KRISTUS (4 12-5:11)
- A. Berbagi dalam penderitaan Kristus (4:12-16)
- B. Mempercayakan jiwa kepada Pencipta yang setia (4:17-19)
- C. Dorongan untuk para penatua (5:1-4)
- D. Kenakanlah kerendahan hati (5:5-8)
- E. Persaudaraanmu di seluruh dunia (5:9-11)
V. KATA-KATA PENUTUP (5:12-14)
PENERAPAN
Orang Kristen ingin tahu bagaimana pesan 1 Petrus menyentuh kehidupan mereka, bagaimana pesan itu berkontribusi bagi iman mereka, dan bagaimana pesan itu memotivasi mereka untuk berpaling dari dosa dan kepada hidup yang benar. Jenis-jenis pelajaran ini mengalir keluar dari teks 1 Petrus ayat demi ayat, dan sesungguhnya, kata demi kata. Namun begitu, beberapa pelajaran dari 1 Petrus berasal dari penelitian surat itu secara keseluruhan.
Kembalinya Tuhan
Tak satu pun dari para penulis Perjanjian Baru membuat penjelasan yang rinci tentang peristiwa yang akan mengiringi kedatangan Tuhan. Sebaliknya, Petrus dan yang lain-lainnya mendesak orang Kristen untuk mempertimbangkan dengan bijaksana dan sungguh-sungguh pelbagai implikasi kedatangan-Nya kembali.
(1) Karena Tuhan akan kembali, perasaan frustrasi, peduli, dan kekecewaan hidup lebih mudah dipikul. Ketika tubuh menjadi tua, ketika dosa sulit disisihkan, ketika ada terlalu banyak kebencian dan kepahitan di dalam dunia, semua itu akan berakhir. Pelbagai cobaan hidup hanya untuk sementara waktu. Keabadian ada di hadapan orang-orang yang beriman kepada Kristus (1:6).
(2) Karena Tuhan akan kembali, maka apakah orang membantu sesamanya yang kekurangan atau tidak adalah penting. Apakah orang mengatakan kebenaran dan bersikap adil dengan orang lain atau tidak adalah penting. Kehidupan memiliki arti dan arah karena kehidupan mengarah kepada suatu tujuan.
(3) Karena Tuhan akan kembali, orang Kristen memiliki kepastian bahwa Allah terlibat secara langsung dalam masalah dunia ini. Ia tidak akan membiarkan atau meninggalkan anak-anak-Nya (5:7). Orang Kristen hidup dalam rentang waktu kedatangan Kristus yang pertama dan kedatangan yang kedua. Mereka sekarang memiliki kerajaan, namun ada satu kerajaan yang akan diungkapan.
Penderitaan Dan Sukacita
Baik 1 Petrus maupun kitab-kitab lain dalam Alkitab tidak memberikan penjelasan yang lengkap tentang mengapa orang yang tidak bersalah kadang-kadang menderita. Pertama Petrus menyajikan kepada orang Kristen poin-poin untuk dipertimbangkan.
(1) Orang baik menderita bukan melalui kesalahan mereka sendiri karena dunia berada di bawah pengaruh Iblis. Setan berusaha untuk menelan jiwa manusia (5:8). Sejumlah besar orang dunia terjebak di bawah mantra setan. Seharusnya tidak mengejutkan bahwa mereka yang telah menyerah kepada iblis menentang dan menganiaya orang-orang yang telah menyerahkan hidup mereka bagi kebaikan Kristus. (2) Beberapa penderitaan merupakan akibat langsung dari dosa. Ketika itu terjadi, orang Kristen harus bertobat. Allah yang kaya dengan rahmat, akan mengampuni. Dalam beberapa kasus penderitaan dalam hidup ini akan diangkat oleh Allah ketika anak-anak-Nya bertobat dan berbalik kepada Dia. Petrus mendesak para pembacanya untuk hidup sedemikian rupa sehingga mereka tidak akan menderita oleh karena melakukan kesalahan (2:11, 12; 4:15, 16).
(3) Ketika orang Kristen menderita, mereka mengikuti teladan Yesus. Yesus menderita demi dunia (2:24). Ada pengertian di mana para pengikut-Nya harus berbagi dalam penderitaan-Nya sehingga orang dapat datang kepada iman.
KISAH KHAYALAN TENTANG PETRUS
Ada cerita tentang seorang Kristen yang mengalami mimpi. Dalam mimpi itu ia melihat dirinya sedang diajak di sorga oleh malaikat. Saat ia berjalan sambil mengagumi pemandangan dan menaikkan pujiannya kepada Allah, ia melihat sekelompok orang berkumpul di sebelah kanannya. Ia menanya malaikat pemandunya, "Siapakah orang-orang itu, dan siapakah orang yang mereka kelilingi?" Malaikat itu menjawab, "Orang yang engkau lihat sedang bicara adalah rasul Paulus. Ia sedang menjelaskan kasih karunia Allah yang luar biasa yang diperkenalkan melalui Yesus Kristus. Orang itu itu berkata kepada dirinya sendiri, "Kerumunan ini terlalu terpelajar dan salah bagi saya. Tempat saya bukan di sana."
Mereka berjalan sedikit lebih jauh, dan di sebelah kiri ia melihat satu kelompok lain berkumpul mengelilingi seorang guru. Ia menanya lagi pemandunya, "Siapakah orang-orang ini?" Malaikat itu berkata, "Orang yang sedang bicara itu adalah rasul Yohanes. Ia sedang mengenang malam ketika ia bersandar pada dada Tuhan. Ia sedang memberitahu orang-orang itu tentang kasih yang Allah miliki bagi setiap umat-Nya." Orang itu melanjutkan langkahnya. Orang-orang ini adalah saleh dan baik. Ia merasa bukan bagian orang-orang itu.
Saat mereka berjalan ia melihat kelompok ketiga yang sedang berkumpul. Ia mengajukan pertanyaan yang sama, "Siapakah orang-orang ini?" Pemandu itu berkata, "Orang itu adalah rasul Petrus. Ia sedang memberitahu orang-orang ini tentang malam ketika ia mengkhianati Tuhan." Orang itu berkata kepada dirinya sendiri, "Saya pikir saya akan berhenti di sini. Saya bisa mengaitkan diri dengan apa yang Petrus sedang katakan." Cerita itu adalah khayalan, tetapi cerita itu menjelaskan daya tarik tertentu bahwa orang Kristen memiliki iman dan keraguan, semangat dan kelemahan yang rasul Petrus miliki.
Catatan Akhir:
- 1 Cara menafsirkan 1 Petrus ini dikedepankan, antara lain, oleh Frank L. Cross, 1 Peter: A Pascal Liturgy (London: A. R. Mowbray & Co. Ltd., 1954). Ia memiliki sejumlah pengikut.
- 2 John H. Elliott, "The Rehabilitation of an Exegetical Step-Child: 1 Peter in Recent Research," Journal of Biblical Literature 95 (June 1976): 243-54. Beberapa komentari yang sangat baik tentang surat itu dihasilkan setelah 1976.
- 3 Untuk kesaksian gereja mula-mula, lihat J. Ramsey Michaels, 1 Peter, Word Biblical Commentary, vol. 49 (Waco, Tex.: Word Books, 1988), xxxii.
- 4 Bukti bahwa Petrus mati di Roma adalah dari abad-abad permulaan pergerakan agama Kristen dan kuat. Clement dari Roma menyiratkan bahwa Petrus menjadi martir di kota itu (1 Clement 5.4). Ignatius menunjukkan hal yang sama (Ignatius Romans 4.2). Eusebius mengutip Gayus dari Roma dan Dionysius dari Korintus untuk hal yang sama (Eusebius Ecclesiastical History 2.25).
- 5 Wayne A. Grudem membuat argumentasi yang kuat bahwa Silas adalah pembawa surat itu, bukan juru tulis yang membawanya. (Wayne A. Grudem, The First Epistle of Peter: An Introduction and Commentary, Tyndale New Testament Commentaries, vol. 17 [Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1988], 23-24; lihat juga E. Randolph Richards, "Silvanus Was Not Peter's Secretary: Theological Bias in Interpreting dia Silouanou "e¡graya in 1 Peter 5:12," Journal of the Evangelical Theological Society 43 [September 2000]: 417-32.) Edward Gordon Selwyn telah mendebat dengan meyakinkan bahwa Silas adalah juru tulis yang membawa surat itu. Pelbagai kesamaan 1 Petrus dengan gaya Yunani Koine tinggi secara mendasar menunjukkan bahwa rasul itu memiliki akses kepada seorang juru tulis, apakah Silas atau orang lain. Sepertinya tidak mungkin seorang nelayan Galilea bisa menemukan waktu atau sumber daya untuk menguasai bahasa itu yang terbukti dalam 1 Petrus. (Edward Gordon Selwyn, The First Epistle of St. Peter: The Greek Text, with Introduction, Notes, and Essays, Thornapple Commentaries, 2d ed. [London: Macmillan & Co., 1947; reprint Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1981], 11-16.)
- 6 Memang menarik bahwa para pengecam mengambil acuan Petrus kepada transfigurasi dalam 2 Petrus 1:16-18 sebagai bukti bahwa Petrus tidak bisa menjadi penulisnya. Mereka berpendapat bahwa rasul itu tidak akan secara palsu menyisipkan insiden semacam itu dari kitab-kitab Injil. Para pengecam tidak dapat memiliki keduanya.
- 7 Karena Paulus tampaknya telah menulis lebih dulu daripada penulis kitab Kisah, dalam satu pengertian kitab Kisah adalah acuan terakhir kepada Petrus dalam Perjanjian Baru. Namun, dalam hal penyampaian cerita Kisah Para Rasul, titik waktu ketika Paulus mengacukan Petrus dalam surat-suratnya adalah lebih belakangan daripada latar belakang cerita dalam Kisah Para Rasul 15.
- 8 Strabo Geografi 16.1.5.
- 9 Dalam Zakharia 5:5-11, "Kefasikan" ditempatkan dalam sebuah gantang dan dibawa oleh dua perempuan bersayap ke "tanah Sinear." Tanah Sinear, yaitu Babel, adalah tempat bagi semua kefasikan dilenyapkan dari Israel.
- 10 C. F. D. Moule, "The Nature and Purpose of 1 Peter," New Testament Studies 3 (November 1956): 10.
- 11 Lihat, misalnya, J. W. C. Wand, The General Epistles of St. Peter and St. Jude (London: Methuen & Co., Ltd., 1934), 13.
Pengarang: Duane Warden
Hak Cipta © 2014 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) SURAT PETRUS YANG PERTAMA
PENGANTAR
Surat Petrus Yang Pertama ini ditujukan kepada orang-orang Kristen yang
tersebar di seluruh bagian utara Asia Ke
SURAT PETRUS YANG PERTAMA
PENGANTAR
Surat Petrus Yang Pertama ini ditujukan kepada orang-orang Kristen yang tersebar di seluruh bagian utara Asia Kecil. Mereka disebut "umat pilihan Allah". Maksud utama surat ini ialah untuk menguatkan iman para pembacanya yang sedang mengalami tekanan dan penganiayaan karena percaya kepada Kristus. Petrus mengingatkan para pembacanya akan Kabar Baik tentang Yesus Kristus yang merupakan jaminan harapan mereka. Sebab, Yesus Kristus sudah mati, hidup kembali dan berjanji akan datang lagi. Atas dasar itu mereka hendaknya rela dan tahan menderita, sambil menyadari bahwa penderitaan mereka merupakan ujian apakah mereka betul-betul percaya kepada Kristus. Juga mereka harus yakin bahwa mereka akan dibalas oleh Tuhan pada saat Yesus Kristus kembali.
Di samping menguatkan iman para pembacanya yang sedang dalam kesukaran itu, Petrus meminta supaya mereka hidup sebagai pengikut-pengikut Kristus.
Isi
- Pendahuluan
1Pet 1:1-2 - Nasihat supaya mengingat bahwa Allah menyelamatkan manusia
1Pet 1:3-12 - Nasihat supaya hidup khusus untuk Allah
1Pet 1:13-2:10 - Kewajiban orang Kristen dalam masa penderitaan
1Pet 2:11-4:19 - Kerendahan hati dan pelayanan orang Kristen
1Pet 5:1-11 - Penutup
1Pet 5:12-14
Ajaran: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengerti isi Kitab I Petrus, orang-orang Kristen dikuatkan dalam
menghadapi penderitaan dan tetap berdiri teguh dalam imannya.
Tujuan
Supaya dengan mengerti isi Kitab I Petrus, orang-orang Kristen dikuatkan dalam menghadapi penderitaan dan tetap berdiri teguh dalam imannya.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Paulus.
Tahun : Sekitar tahun 63 Masehi.
Penerima : Orang-orang yang berlatar belakang bukan Yahudi (dan juga setiap orang percaya di seluruh dunia). Mereka tersebar dan sedang mengalami ujian dan penderitaan. Karena itu perlu dikuatkan.
Isi Kitab: I Petrus terbagi atas 5 pasal. Rasul Petrus mau menjelaskan kepada orang-orang Kristen yang sedang menderita, bahwa keselamatan kekal yang dimiliki itu menjadi sumber kekuatan dalam ketaatan. Ketaatan kepada Yesus Kristus adalah dasar yang kuat untuk dapat mengatasi penderitaan yang datang. Sedangkan penderitaan sebenarnya bagi orang Kristen adalah jalan untuk menghasilkan kematangan rohani. Tetapi perlu bagi jemaat yang sedang mengalami penderitaan ini, seorang pemimpin yang baik. Jika tidak maka jemaat akan menderita lebih hebat lagi.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab I Petrus
Pasal 1-2 (1Pet 1:1-2:10).
Dalam bagian ini dijelaskan bahwa pengharapan akan keselamatan dan kemuliaan yang pasti, adalah sumber kekuatan yang mendorong orang Kristen untuk tetap taat kepada Yesus.
Pendalaman
Bacalah pasal 1Pet 2:9. _Tanyakan_: Apakah yang perlu diberitakan orang Kristen? (lihat ayat
9; 1Pet 2:9).
Pasal 2 (1Pet 2:11-12).
Cara mengatasi penderitaan yang tidak wajar
Dalam bagian ini dijelaskan mengenai cara hidup sebagai hamba Allah dalam menghadapi atau mengatasi penderitaan, yaitu dengan hidup secara benar, dengan mengikuti teladan Tuhan Yesus di dalam penderitaan-Nya.
Pendalaman
Bacalah pasal 1Pet 2:20-23. _Tanyakan_: Apakah yang diperintahkan dalam ayat ini?
Pasal 3-5 (1Pet 3:13-5:14).
Tanggapan yang baik dalam menghadapi pencobaan
Dalam bagian ini dijelaskan bahwa tanggapan yang baik dalam menghadapi penderitaan akan menghasilkan kesaksian yang baik kepada orang lain dan akan membawa keselamatan kepada orang lain melalui pengenalannya akan Kristus.
Pendalaman
- Bacalah pasal 1Pet 4:7. _Tanyakan_: Apakah yang diperintahkan dalam ayat ini untu dilakukan?
- Bacalah pasal 1Pet 5:8-9. _Tanyakan_: Apakah yang harus dilakukan dalam menghadapi Iblis?
II. Kesimpulan
Kitab I Petrus mengajarkan kepada orang-orang Kristen bahwa mengalami penderitaan merupakan hal yang wajar, sebab melalui Penderitaan itu terbentuklah kedewasaan rohani.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab I Petrus?
- Apakah pusat pengajaran Kitab I Petrus?
- Apakah yang dihasilkan dari pengalaman penderitaan?
- Mengapakah orang Kristen harus berjaga-jaga?
Intisari: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) Surat kepada orang Kristen yang menderita
MENGAPA SURAT INI DITULIS? Petrus menulis surat ini untuk memberi semangat kepada Kristen yang bingung kare
Surat kepada orang Kristen yang menderita
MENGAPA SURAT INI DITULIS?
Petrus menulis surat ini untuk memberi semangat kepada Kristen yang bingung karena sedang mengalami penganiayaan. Ia memberikan petunjuk praktis apa yang harus mereka lakukan sekalipun penderitaan itu sebenarnya tidak seharusnya mereka terima (1Pe 3:13-17) dan mendorong mereka untuk tetap teguh. Nasihat ini didasarkan pada kekayaan pengajaran sifat keselamatan dan teladan yang diberikan oleh Juruselamat mereka.
CIRI-CIRI KHUSUS.
Surat ini lebih merupakan suatu naskah khotbah daripada sebuah karangan singkat. Surat ini hidup, penuh dengan petunjuk-petunjuk yang segar dan jelas dan ditulis dengan kesungguhan hati. Beberapa orang berpendapat bahwa Petrus mengambil suatu naskah khotbah yang biasa dipakai untuk mempersiapkan calon-calon baptisan, kemudian isinya, disesuaikan dengan keinginannya sendiri, tetapi pandangan ini meragukan. Surat ini bernafaskan suasana seseorang yang telah bergaul dekat dengan Yesus semasa Ia ada di dunia. Petunjuk-petunjuk tentang saat-saat Petrus masih menjadi murid Yesus berulang kali muncul. Ia menggambarkan kematian Yesus (1Pe 2:22-25) dengan jelas dan ia menulis tentang kepemimpinan seakan-akan menghidupkan kembali suasana pada saat perjamuan akhir (1Pe 5:5, lihat Yoh 13:1- 20) dan pertemuannya dengan Yesus sesudah kebangkitan (1Pe 5:2, lihat Yoh 21:15- 23).
PEMBACA DAN SITUASI MEREKA.
1. Pembaca: Kita tidak tahu bagaimana gereja-gereja di empat propinsi Romawi yang terletak di Asia Kecil bagian utara yang menjadi penerima surat Petrus itu didirikan - mungkin oleh beberapa orang yang hadir pada Hari Pentakosta (Kis 2:9) atau melalui Petrus atau pelayanan penginjilan Paulus. Juga tidak dapat dipastikan apakah Petrus pernah mengunjungi mereka. Petrus menyebut mereka "pendatang yang tersebar' (1Pe 1:1) bukan karena mereka adalah orang Yahudi berbahasa Yunani yang tinggal jauh dari kampung halaman, tetapi untuk mengingatkan mereka tentang posisi mereka sebagai Kristen di dunia ini. Gereja-gereja tersebut beranggotakan Yahudi dan juga bukan Yahudi.
2. Situasi mereka: mereka dikuasai oleh pikiran tentang penderitaan. Penyiksaan sudah nyata di hadapan mereka (1Pe 1:6; 3:9-22; 4:12-19), seperti halnya bagi Kristen di seluruh dunia (1Pe 5:9). Penyiksaan setempat sudah mulai terjadi, dilatarbelakangi oleh emosi massa dan disebabkan munculnya garis kebijaksanaan baru yang keras dari pemerintah Romawi terhadap Kristen.
PENULIS DAN SITUASINYA.
Rasul Petrus mengatakan bahwa ia menulis dari Babilon (1Pe 5:13) yang merupakan nama sandi untuk Roma. Ia menulis sekitar tahun 64 M. pada saat penyiksaan biadab Kaisar Nero terhadap Kristen sedang merajalela. Petrus harus kehilangan nyawanya tak lama kemudian.
Pesan
1. Allah selalu menang.Petrus terus menerus menyatakan:
o Belas kasihan dan kasih karunia Allah. 1Pe 1:3, 21; 2:9-10; 3:4; 5:10, 12
o Kuasa keadilan Allah. 1Pe 1:17; 2:12; 3:22; 4:5, 17; 5:5, 6
o Kekudusan Allah. 1Pe 1:16
o Kehendak dan maksud Allah 1Pe 2:15; 3:17
o Karunia-karunia Allah. 1Pe 4:10-11
2. Pandanglah pada Yesus.
o Juruselamat yang menderita. 1Pe 1:18-21; 2:21-25
o Gembala yang Agung. 1Pe 2:25; 5:4
o Teladan untuk Kristen. 1Pe 2:21; 3:17-18; 4:13
3. Garis pemisahnya adalah ketaatan.
Manusia dibagi berdasarkan apakah mereka taat kepada Allah atau tidak. Kristen menaati:
o Yesus. 1Pe 1:14
o Kebenaran, firman Allah atau Injil. 1Pe 1:22; 3: 1; 4:17 Orang bukan Kristen tidak taat. 1Pe 3:1; 4:17
4. Menerima keadaan Anda.
Reaksi Kristen dalam menghadapi situasi sulit adalah menerima, bukan melawan. Petrus mengatakannya dalam berbagai cara:
o Serahkan kepada Allah. 1Pe 4:19; 5:6, 7
o Tunduk atau dengan kata lain, terimalah keadaan yang Allah izinkan, tanpa
protes. 1Pe 2:13, 18; 3:1; 5:5
o Jangan membalas dendam. 1Pe 3:9
5. Kebenaran tentang gereja.
Manusia memandang gereja sebagai kelompok minoritas lemah dan rendah. Tetapi
Petrus mengemukakan pentingnya gereja. 1Pe 2:9-10
Penerapan
1. Bagi semua Kristen.o Keselamatan itu milik Anda juga! 1Pe 1:3-9
o Biarkan pengharapan masa depan bentuk masa sekarang. 1Pe 1:13
o Hiduplah secara radikal. 1Pe 1:14; 4:2-5
o Teruslah bertumbuh. 1Pe 2:2
o Dunia ini bukan rumahmu. 1Pe 2:11
o Bagaimana harus bersikap dalam masyarakat. 1Pe 2:12-17; 3:9
o Bagaimana harus bersikap dalam gereja. 1Pe 3:8; 4:7-11; 5:1-9
2. Bagi Kristen yang dianiaya.
o Bertahan dan berdirilah teguh. 1Pe 5:9
o Penderitaan mengandung maksud. 1Pe 1:7
o Pastikan bahwa Anda menderita karena suatu alasan yang benar. 1Pe 2:19, 20;3:13-17; 4:15
o Bersiaplah jika penderitaan itu datang. 1Pe 3:15
o Pikirkan apa yang akan terjadi kemudian. 1Pe 1:3-5, 13; 4:13; 5:10
o Pusatkan pikiran Anda pada Yesus. 1Pe 2:21-25; 4:1
o Alangkah istimewa hak menjadi seperti Yesus. 1Pe 4:13
3. Bagi para pemimpin Kristen.
o Inilah cara memimpin. 1Pe 5:1-4
Tema-tema Kunci
Petrus selalu mengulang beberapa kata tertentu yang meringkaskan apa yang dipikirkannya. Carilah ayat-ayat referensi yang berhubungan dan buatlah ringkasan ajarannya. Berikut ini adalah kesepuluh kata-kata Petrus yang paling penting.
1. Pengharapan.
1Pe 1:3,13,21;3:15
2. Kasih karunia dan belas kasihan.
1Pe 1:2, 3, 10, 13; 2:10; 3:7; 4:10; 5:5, 10, 12
3. Keselamatan.
1Pe 1:5, 9, 10; 2:2
4. Kasih.
1Pe 1:8, 22; 2:17; 3:8, 10;4:8; 5:14
5. Sukacita.
1Pe 1 6, 8; 4:13
6. Penguasaan diri.
1Pe 1:1 3; 4:7; 5:8
7. Takut.
1Pe 1:17; 2:16, 17; 3:14
8. Kerendahan hati.
1Pe 3:8; 5:5, 6
9. Berharga.
1Pe 1 7, 19; 2:4, 6, 7; 3:4
10. Kemuliaan.
1Pe 1:7, 11, 21, 24; 4:11, 13, 14; 5:1, 4, 10
Untuk pemahaman selanjutnya:
o Buatlah daftar tentang semua gambara yang dapat Anda temukan tentangKristen, misalnya: pendatang dan perantau (1Pe 2:11).
o Buatlah daftar dari semua perintah Petrus kepada para pembacanya. Kebanyakan
perintah itu singkat misalnya: takut kepada kepada Allah (2:17). Anda harus
mendapatkan paling sedikir 30 perintah.
Garis Besar Intisari: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) [1] ALAMAT DAN SALAM 1Pe 1:1-2
[2] KESELAMATAN KRISTEN 1Pe 1:3-2:10
1Pe 1:3-9Berkat-berkatnya masa kini
1Pe 1:10-12Penyelidik-penyelidik nu
[1] ALAMAT DAN SALAM 1Pe 1:1-2
[2] KESELAMATAN KRISTEN 1Pe 1:3-2:10
1Pe 1:3-9 | Berkat-berkatnya masa kini |
1Pe 1:10-12 | Penyelidik-penyelidik nubuatan tentangnya |
1Pe 1:13-17 | Konsekuensi-konsekuensi praktisnya - kekudusan |
1Pe 1:18-21 | Dasar jaminannya - Kristus |
1Pe 1:22-2:3 | Konsekuensi-konsekuensi praktisnya - Kristus |
1Pe 2:4-10 | Sifat kebersamaannya |
[3] HUBUNGAN-HUBUNGAN KRISTEN 1Pe 2:11-3:12
1Pe 2:11-12 | Dalam masyarakat kafir |
1Pe 2:13-17 | Dalam kehidupan politik |
1Pe 2:18-25 | - Dalam pekerjaan |
1Pe 3:1-7 | - Dalam keluarga |
1Pe 3:8-12 | - Dalam situasi yang tidak adil |
[4] PENDERITAAN KRISTEN 1Pe 3:13-4:19
1Pe 3:13-17 | Bagaimana bereaksi: bahkan pada saat diperlakukan tidak adil |
1Pe 3:18-22 | Siapa yang diikuti: pada setiap saat |
1Pe 4:1-11 | Bagaimana harus bersikap: dengan mata tertuju pada masa depan |
1Pe 4:12-19 | Sukacita menderita bagi Kristus |
[5] MASYARAKAT KRISTEN 1Pe 5:1-14
1Pe 5:1-4 | Petunjuk-petunjuk bagi para pemimpin |
1Pe 5:5-11 | Petunjuk-petunjuk bagi setiap orang |
1Pe 5:12-14 | Salam penutup |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi