Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> 1Ptr 4:7
Full Life: 1Ptr 4:7 - KESUDAHAN SEGALA SESUATU SUDAH DEKAT.
Nas : 1Pet 4:7
Kita harus memandang kehidupan kita dari sudut kedatangan Kristus
dan akhir dunia yang sudah dekat (bd. Ibr 10:25; Yak 5:8-9; 1Yoh 2...
Nas : 1Pet 4:7
Kita harus memandang kehidupan kita dari sudut kedatangan Kristus dan akhir dunia yang sudah dekat (bd. Ibr 10:25; Yak 5:8-9; 1Yoh 2:18). Bagi Petrus, kenyataan ini menuntut komitmen sebagai berikut:
- (1) berdoa kepada Allah dengan giat setiap hari
(lihat cat. --> Kis 10:9;
lihat cat. --> Kis 12:5;
lihat cat. --> Kol 4:2;
lihat cat. --> Kol 4:12);
[atau ref. Kis 10:9; 12:5; Kol 4:2; 4:12]
- (2) saling mengasihi dengan sungguh-sungguh dari hati (ayat 1Pet 4:8; bd. 1Pet 1:22; Mat 22:37-39; 1Tes 4:9-10; 2Pet 1:7);
- (3) memberi tumpangan dan bersikap ramah terhadap mereka yang membutuhkan bantuan (ayat 1Pet 4:9);
- (4) melayani sesama orang percaya dengan menggunakan karunia rohani
yang diberikan Roh (ayat 1Pet 4:10;
lihat art. KARUNIA ROHANI BAGI ORANG PERCAYA);
- (5) bersaksi tentang Kristus dan melayani Allah dengan kuasa Roh (ayat 1Pet 4:11; Kis 1:5-8);
- (6) memuji Tuhan (ayat 1Pet 4:11); dan
- (7) tetap setia kepada Kristus di tengah-tengah pencobaan (ayat 1Pet 4:12-19).
Jerusalem -> 1Ptr 4:7
Jerusalem: 1Ptr 4:7 - sudah dekat Dekatnya Kedatangan Tuhan bagi orang Kristen menjadi pendorong di bidang kesusilaan, 1Pe 1:5-7; 4:17;5:10; Mat 24:42+; 1Ko 16:22+; Yak 5:8+.
Dekatnya Kedatangan Tuhan bagi orang Kristen menjadi pendorong di bidang kesusilaan, 1Pe 1:5-7; 4:17;5:10; Mat 24:42+; 1Ko 16:22+; Yak 5:8+.
Ref. Silang FULL -> 1Ptr 4:7
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> 1Ptr 4:7-11
Matthew Henry: 1Ptr 4:7-11 - Penguasaan Diri, Ketekunan dalam Doa, dan Kasih; Pemanfaatan Karunia Penguasaan Diri, Ketekunan dalam Doa, dan Kasih; Pemanfaatan Karunia (4:7-11)
Di sini kita mendapati keyakinan atau ajaran yang menakutkan, dan kes...
Penguasaan Diri, Ketekunan dalam Doa, dan Kasih; Pemanfaatan Karunia (4:7-11)
- Di sini kita mendapati keyakinan atau ajaran yang menakutkan, dan kesimpulan yang ditarik darinya. Keyakinan itu berbicara tentang kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Keruntuhan menyedihkan jemaat dan bangsa Yahudi yang dinubuatkan oleh Juruselamat kita sudah sangat dekat. Akibatnya, masa aniaya dan penderitaan kamu akan segera terjadi. Kehidupanmu sendiri dan musuh-musuhmu akan segera mencapai akhirnya. Bahkan dunia sendiri tidak akan bertahan lama. Lautan api akan mengakhirinya, dan segala sesuatu akan ditelan ke dalam kekekalan tanpa akhir. Kesimpulan yang dapat ditarik dari hal ini terdiri atas serangkaian nasihat.
- 1. Perihal sikap tenang dan berjaga-jaga: “Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang (ay. 7). Biarlah pikiran dan akal budimu menjadi awas, tidak goyah, dan mantap. Jagalah dengan ketat agar kamu menjauhkan diri dari segala kesenangan duniawi. Jangan biarkan dirimu terperangkap oleh dosa-dosa dan godaan-godaan masa lalu (ay. 3), supaya kamu dapat berdoa. Usahakanlah agar kamu senantiasa dalam keadaan tenang dan mawas diri, sehingga layak untuk berdoa. Seringlah berdoa, kalau-kalau kesudahan ini akan menimpamu tanpa disangka-sangka” (Luk. 21:34; Mat. 26:40-41). Ketahuilah bahwa,
- (1) Pertimbangan akan kesudahan yang sudah dekat merupakan alasan kuat untuk membuat kita bersikap bijak di dalam semua urusan duniawi, dan bersungguh-sungguh dalam urusan keagamaan.
- (2) Orang-orang yang hendak berdoa dengan suatu tujuan harus tenang supaya dapat berdoa. Mereka harus menjaga roh mereka sendiri, memperhatikan setiap peluang yang cocok, dan melakukan tugas mereka dengan sebaik-baiknya.
- (3) Mengatur atau menguasai tubuh dengan benar sangat berguna untuk mengerjakan kebaikan bagi jiwa. Ketika keinginan dan kehendak tubuh dikendalikan dan dikuasai oleh firman Allah serta akal sehat, dan semua minat menyangkut tubuh tunduk kepada minat serta kebutuhan jiwa, maka tubuh itu tidak akan menjadi musuh, melainkan sahabat dan penolong bagi jiwa.
- 2. Perihal kasih: Tetapi yang terutama: kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain (ay. 8). Inilah aturan yang mulia dalam Kekristenan. Orang-orang Kristen harus saling mengasihi, yang menyiratkan rasa sayang kepada pribadi-pribadi, keinginan agar mereka sejahtera, dan upaya sepenuh hati untuk mencapainya. Kasih sayang kepada satu sama lain ini janganlah dingin, tetapi dengan sungguh-sungguh, yakni tulus, kuat, dan bertahan lama. Kasih sayang yang sungguh-sungguh semacam ini dianjurkan sebagai yang terutama melebihi segala hal, yang menunjukkan betapa pentingnya hal itu (Kol. 3:14). Kasih lebih besar daripada iman ataupun pengharapan (1Kor. 13:13). Salah satu akibat luar biasa yang dihasilkan oleh kasih adalah bahwa, ia mampu menutupi banyak sekali dosa. Ketahuilah,
- (1) Di dalam diri semua orang Kristen harus ada kasih yang lebih sungguh-sungguh terhadap satu sama lain dan terhadap orang lain: kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain. Rasul Petrus tidak berkata supaya mereka mengasihi orang tidak percaya, para penyembah berhala, atau orang-orang yang murtad, melainkan seorang akan yang lain di antara sesama orang Kristen. Peliharalah kasih persaudaraan (Ibr. 13:1). Terdapat suatu hubungan istimewa di antara semua orang Kristen yang tulus. Ada sifat yang ramah dan menyenangkan dan baik di dalam diri mereka, yang menuntut kasih sayang yang istimewa.
- (2) Tidaklah cukup bagi orang-orang Kristen untuk tidak berbuat jahat, atau saling menghormati begitu saja. Mereka harus saling mengasihi dengan sungguh dan sepenuh hati.
- (3) Sungguh merupakan ciri kasih sejati untuk menutupi banyak sekali dosa. Kasih membuat orang cenderung memaafkan dan melupakan pelanggaran yang dilakukan orang terhadap diri mereka, untuk menutupi dan menyembunyikan dosa orang lain, bukannya memperburuk dan menyebarkannya. Kasih mengajar kita untuk mengasihi mereka yang lemah dan telah melakukan banyak kejahatan sebelum mereka bertobat. Kasih juga mempersiapkan belas kasihan Allah yang telah berjanji untuk mengampuni orang-orang yang mengampuni orang lain (Mat. 6:14).
- 3. Perihal memberikan tumpangan (ay. 9). Artinya, menjamu orang asing dan pelancong dengan ramah tanpa memungut bayaran. Mereka yang paling layak menerima keramahan Kristen ini adalah sesama orang Kristen juga. Kedekatan hubungan mereka, serta gentingnya keadaan mereka dalam masa aniaya serta kesukaran ketika surat Petrus ini ditulis, mengharuskan orang-orang Kristen saling memberikan tumpangan. Adakalanya semua harta benda orang Kristen dirampas, dan mereka diusir ke negeri-negeri yang jauh demi keselamatan diri. Dalam hal ini, mereka akan mati kelaparan apabila sesama orang Kristen tidak mau menyambut mereka. Oleh sebab itu, aturan yang ditetapkan Rasul Petrus di sini sungguh bijaksana dan penting. Di ayat lain, hal ini bahkan diperintahkan (Ibr. 13:1-2; Rm. 12:13). Cara melaksanakan tugas ini adalah, harus dikerjakan dengan cara yang tenang, ramah, dan tepat, dengan tidak bersungut-sungut atau menggerutu karena pengeluaran ataupun kerepotan yang diakibatkan. Ketahuilah,
- (1) Orang-orang Kristen tidak saja harus mengasihi, tetapi juga saling memberikan tumpangan.
- (2) Apa pun yang dilakukan orang Kristen dengan kasih ataupun memberikan tumpangan, harus dilakukannya dengan sukacita, dan tanpa bersungut-sungut. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma.
- 4. Perihal memanfaatkan karunia-karunia (ay. 10).
- (1) Aturannya adalah, karunia apa pun, baik yang biasa maupun luar biasa, kekuatan, kemampuan, atau kecakapan berbuat baik apa saja yang diberikan kepada kita, harus kita gunakan untuk melayani seorang akan yang lain, tanpa menganggap diri sendiri sebagai tuan, tetapi hanya pengurus yang baik dari kasih karunia, atau berbagai karunia dari Allah. Ketahuilah,
- [1] Kemampuan apa saja yang kita miliki untuk berbuat baik, haruslah kita akui sebagai karunia atau pemberian Allah dan menyatakannya sebagai kasih karunia-Nya.
- [2] Apa pun kasih karunia yang kita terima, kita harus memandangnya sebagai sesuatu yang diterima untuk digunakan bagi kebaikan seorang akan yang lain. Janganlah kita menganggapnya sebagai milik sendiri, atau menyembunyikannya, tetapi layanilah seorang akan yang lain dengan cara sebaik mungkin.
- [3] Dalam menerima dan menggunakan berbagai karunia Allah, kita harus memandang diri sendiri sebagai pengurusnya semata, dan bertindak sesuai dengan itu. Semua karunia yang dipercayakan kepada kita merupakan milik Allah, dan harus dilaksanakan seperti yang ditunjukkan-Nya. Seorang pengurus dituntut agar ia didapati setia.
- (2) Rasul Petrus memberikan dua contoh khusus mengenai bagaimana menggunakan karunia Allah itu, yaitu dalam berbicara dan melayani. Mengenai kedua hal ini ia memberikan aturan-aturan sebagai berikut:
- [1] Jika ada orang, baik seorang hamba Tuhan di depan umum maupun orang Kristen dalam percakapan pribadi, yang berbicara atau mengajar, ia harus melakukannya sebagai orang yang menyampaikan firman Allah, yang mengarahkan jemaat kepada firman Allah yang menjadi pokok perkataan kita. Apa yang oleh orang Kristen secara pribadi, atau oleh hamba Tuhan di depan umum, diajarkan dan disampaikan, haruslah merupakan firman dan petunjuk Allah yang murni. Mengenai cara berbicara, hal itu harus dilakukan dengan sungguh, penuh hormat, dan khidmat, seperti yang seharusnya diperbuat terhadap firman yang kudus dan ilahi.
- [2] Jika ada orang yang melayani, baik sebagai diaken yang membagi-bagikan sedekah dari gereja dan mengurus kaum miskin, atau secara pribadi, melalui pemberian kasih dan sumbangan, baiklah ia melakukannya dengan kekuatan yang dianugerahkan Allah. Orang yang telah menerima banyak hal dan kemampuan dari Allah, harus banyak melayani sesuai kemampuannya. Aturan-aturan ini harus diikuti dan dilaksanakan demi tujuan ini, yakni supaya Allah dimuliakan dalam segala sesuatu, baik di dalam semua karunia, pelayanan, maupun pekerjaanmu, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga (Mat. 5:16), karena Yesus Kristus, yang telah mendapatkan dan memberikan karunia-karunia ini kepada manusia (Ef. 4:8). Hanya melalui Dia sajalah kita dan pelayanan kita diperkenan oleh Allah (Ibr. 13:15), dan kepada Dia, Yesus Kristus, yang empunya kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya! Amin. Ketahuilah,
- Pertama, bahwa merupakan kewajiban orang-orang Kristen secara pribadi, dan juga para hamba Tuhan di depan umum, untuk berbicara seorang kepada yang lain mengenai hal-hal dari Allah (Mal. 3:16; Ef. 4:29; Mzm. 145:10-12).
- Kedua, sungguh menjadi urusan semua pemberita Injil agar tetap melekat pada firman Allah, dan memperlakukan firman itu sebagaimana yang seharusnya dilakukan terhadap perkataan Allah.
- Ketiga, orang-orang Kristen jangan hanya sekadar melakukan kewajiban mereka semata, tetapi harus melaksanakannya dengan penuh semangat dan sesuai kemampuan mereka yang terbaik. Hakikat pekerjaan kristiani, yaitu kerja keras dan mulia, kebaikan hati dan kebajikan seperti Sang Guru, serta keunggulan pahalanya, semua ini menuntut agar usaha keras kita dilakukan dengan sungguh-sungguh dan penuh semangat. Juga, apa saja yang harus kita lakukan sesuai panggilan demi kehormatan Allah dan kebaikan orang lain, harus kita lakukan dengan sekuat tenaga.
- Keempat, di dalam semua kewajiban dan pelayanan hidup ini, kita harus menjadikan kemuliaan Allah sebagai tujuan utama kita. Semua pandangan lain harus mematuhi tujuan ini, sehingga dapat menguduskan tindakan dan urusan sehari-hari kita (1Kor. 10:31).
- Kelima, Allah tidak akan dipermuliakan melalui apa pun yang kita lakukan, apabila kita tidak mempersembahkannya kepada-Nya melalui perantaraan dan jasa Yesus Kristus. Allah dimuliakan dalam segala sesuatu karena Yesus Kristus, yang merupakan satu-satunya jalan kepada Bapa.
- Keenam, pemujaan Rasul Petrus kepada Yesus Kristus, dengan menaikkan pujian dan mengakui kekuasaan-Nya yang tak terbatas dan kekal, membuktikan bahwa Yesus Kristus adalah Allah Mahatinggi atas semua orang yang terberkati sampai selamanya. Amin.
SH: 1Ptr 4:7-19 - Waktunya sudah dekat (Sabtu, 17 Juli 1999) Waktunya sudah dekat
Waktu berjalan terus dan akan mengakhiri hidup manusia secara
pribadi maupun dunia saat Yesus Kristus datang kembali. Apa y...
Waktunya sudah dekat
Waktu berjalan terus dan akan mengakhiri hidup manusia secara pribadi maupun dunia saat Yesus Kristus datang kembali. Apa yang harus Kristen lakukan dalam waktu yang singkat ini? Petrus menasihatkan, agar jemaat dan para pemimpin jemaat mengisi waktu yang ada menurut kehendak Allah.
Isi dengan pelayanan dan perhatian. Pelayanan yang dilakukan Kristen bukan asal ada kemauan, asal ada kesempatan, tetapi dengan seluruh potensi, yang dikaruniakan kepada masing-masing berdasar pada kasih. Dengan demikian, baik jemaat maupun pemimpin jemaat dapat saling memberikan pelayanan dengan baik. Kasih karunia yang telah Allah berikan dalam jemaat pun dapat dipakai dengan penuh tanggung jawab.
Tantangan Kristen. Kristen yang mengikuti jejak Yesus tak akan luput dari serangan dunia ini. Serangan kepada iman Kristen harus diterima dengan sukacita dan tidak malu; sebagai penguji kemurnian iman kepada Kristus. Penindasan terhadap iman Kristen tidak seharusnya menyebabkan kehancuran; justru semakin menguatkan komitmennya kepada Tuhan. Mengisi waktu dengan bijak, melayani dengan dedikasi dan kasih, tegar menghadapi tantangan iman, adalah nasihat yang perlu Kristen hayati dan turuti.
SH: 1Ptr 4:7-11 - Semakin giat dalam melayani (Sabtu, 23 Oktober 2004) Semakin giat dalam melayani
Hidup melayani Tuhan tanpa pengharapan dalam iman adalah hidup
yang kurang bergairah. Dengan adanya pengharapan dala...
Semakin giat dalam melayani
Hidup melayani Tuhan tanpa pengharapan dalam iman adalah hidup yang kurang bergairah. Dengan adanya pengharapan dalam iman ini, kita hidup dengan tujuan yang jelas yaitu pengharapan menantikan kedatangan Kristus yang kedua kalinya.
Seruan Petrus ini mengadopsi tradisi orang Yahudi. Orang Yahudi memiliki pemahaman bahwa kesudahan dari segala sesuatu diawali dengan periode penderitaan yang hebat, dan kesengsaraan yang tiada akhir. Oleh karena itu, Petrus menasihati jemaat untuk senantiasa tenang dan berdoa (ayat 7). Petrus mendorong supaya jemaat tetap siap sedia menantikan kedatangan Tuhan. Kedatangan Tuhan kedua kali yang digambarkan "dekat" bukan berarti kita hanya tinggal menanti dan tidak melakukan kegiatan apa pun baik pelayanan maupun pekerjaan sehari-hari. Sebaliknya, justru Petrus mendorong jemaat untuk: Pertama, tetap memiliki kasih yang "bertumbuh" baik kepada Tuhan maupun kepada sesama manusia (ayat 8). Kedua, memberikan tumpangan kepada orang lain dengan tidak bersungut-sungut (ayat 9). Kedua hal ini sulit dilakukan karena memberikan tumpangan kepada orang lain bukanlah suatu hal yang lazim pada saat itu. Tumpangan hanya berlaku untuk sanak saudara saja. Demikian juga kasih secara manusiawi terbatas hanya pada orang dan dalam hubungan khusus. Namun, kasih Tuhan membuat jemaat menjadi satu keluarga sehingga bisa memberikan tumpangan kepada orang lain yang bukan saudara. Ketiga, agar jemaat saling melayani satu sama lain sesuai dengan karunia yang mereka miliki sehingga Tuhan dimuliakan (ayat 10-11).
Kesadaran atau pengharapan tentang kedatangan Tuhan Yesus kedua kali memang akan berdampak konkret pada kehidupan dan pelayanan kita. Kerinduan berjumpa Dia dalam keadaan layak mendorong kita mengusahakan yang terbaik dalam segala hal.
Renungkan: Menantikan kedatangan Tuhan yang kedua kali seharusnya membuat kita semakin giat melayani bukannya memudar.
SH: 1Ptr 4:7-11 - Supaya Allah dimuliakan (Senin, 28 November 2011) Supaya Allah dimuliakan
Sudah beberapa kali terjadi penyesatan mengenai akhir zaman sehingga ada orang yang sampai berhenti dari pekerjaannya dan men...
Supaya Allah dimuliakan
Sudah beberapa kali terjadi penyesatan mengenai akhir zaman sehingga ada orang yang sampai berhenti dari pekerjaannya dan menjual segala harta miliknya, karena ingin mempersiapkan diri menyambut hari istimewa itu. Namun di sisi lain ada orang yang sangat tidak peduli pada pengharapan ini sehingga hidupnya tidak diarahkan kepada Kristus. Lalu bagaimanakah kita, sebagai orang Kristen, harus menyikapi akhir zaman yang semakin mendekat?
Pengharapan akan kedatangan Kristus yang kedua kali merupakan hal penting bagi iman kita sebagai pengikut Kristus. Pengharapan bahwa Kristus akan datang untuk kedua kali seharusnya berdampak pada sikap dan perilaku orang beriman. Seharusnya juga memotivasi orang Kristen untuk tetap konsisten dalam kehidupan sebagai pengikut Kristus.
Petrus berbicara tentang bagaimana orang percaya seharusnya hidup, yaitu bukan hanya hidup dalam relasi pribadinya dengan Allah, tetapi juga dalam relasi dengan komunitas orang percaya, sebagai saudara seiman.
Ada tiga hal yang dikemukakan Petrus: doa, kasih, saling melayani (7-9).Untuk dapat berdoa, orang harus menguasai dirinya dan menjadi tenang (7). Lalu dalam relasi dengan saudara seiman harus ada semangat untuk saling mengasihi, artinya bukan hanya untuk menerima kasih dari orang lain, tetapi juga mau mengasihi orang lain. Kasih harus dipancarkan dengan kerinduan agar orang lain pun mengalami damai sejahtera. Kasih hendaknya bukan hanya menjadi wacana atau sebuah idealisme, tetapi harus nyata dalam setiap tindakan yang kita lakukan(9-11). Misalnya, kita dapat memberikan sesuatu yang kita miliki kepada orang yang membutuhkan. Atau dengan saling melayani di antara saudara seiman.
Kita semua tentu paham bahwa kedatangan Yesus yang kedua kali merupakan realitas. Pengharapan eskatologis ini kiranya terpancar dalam kasih yang mendasari relasi kita dengan saudara seiman, juga dalam kesetiaan kita melayani. Dan semua itu terjadi karena pemahaman dan kerinduan bahwa Allah akan dimuliakan.
SH: 1Ptr 4:7-11 - Berilah Tumpangan! (Sabtu, 18 Agustus 2018) Berilah Tumpangan!
Pada tahun 70 M, Bait Allah di Yerusalem dihancurkan oleh kekaisaran Romawi. Hidup jemaat dipenuhi dengan berbagai kesengsaraan. P...
Berilah Tumpangan!
Pada tahun 70 M, Bait Allah di Yerusalem dihancurkan oleh kekaisaran Romawi. Hidup jemaat dipenuhi dengan berbagai kesengsaraan. Petrus, yang melihat semua kejadian itu sebagai waktu kedatangan Tuhan sudah dekat, justru menasihati jemaat Kristus untuk tetap tenang dan berdoa (7).
Viktor Frankl, seorang neurolog dan psikiater yang selamat dari kamp konsentrasi Nazi di Jerman, mengamati bahwa kerohanian yang mendalam dapat muncul dalam kenyataan pada kamp konsentrasi Nazi yang mematikan. Sebab, dalam kesengsaraan yang berat Frankl mampu menyelami kondisi jiwanya lebih mendalam. Hal yang sama juga dilakukan oleh Petrus. Dia mendorong agar jemaat saling mengasihi dan melayani dengan kekuatan dari Allah, bukan ketika Gereja dalam kondisi aman dan tenteram, melainkan saat banyak kesengsaraan.
Dalam hal ini, Petrus tidak berbicara tentang kasih hanya sebatas teori belaka. Ia memberikan nasihat yang sangat konkret, yakni memberikan tumpangan (9). Dalam dunia kuno, jika seseorang memberikan tumpangan kepada orang asing, maka tindakannya dianggap sebagai kebaikan moral yang sangat tinggi. Sehingga ketika orang yang bermalam menerima perlakuan jahat seperti di Sodom (Kej. 19) atau pada suku Benyamin (Hak. 19), maka kisah itu menjadi sangat menggemparkan. Sebaliknya, kisah Rahab yang menjamu pengintai Israel (Yos. 2:1-21) atau perempuan Sunem yang menjamu Elisa (2Raj. 4:8-10) merupakan contoh kebaikan moral yang tinggi. Ibrani 13:2 mengatakan bahwa ketika memberi tumpangan bisa saja tanpa sadar orang percaya sedang menjamu malaikat.
Memang kesengsaraan dan kesusahan hidup bisa datang tiba-tiba dan di luar kontrol kita. Namun, kita dapat selalu bergantung kepada Allah untuk tetap tenang, berdoa, dan saling melayani. Saat umat Tuhan saling mengasihi, maka Allah sungguh-sungguh hadir di tengah umat-Nya.
Doa: Ajar kami Tuhan untuk menjamu orang-orang yang datang di tengah-tengah kesulitan hidup. [IM]
Baca Gali Alkitab 7
Pertobatan salah seorang dalam pasangan suami istri yang belum percaya berpotensi menghadirkan masalah serius. Mengapa? Karena panggilan untuk beriman kepada Kristus adalah panggilan untuk suatu perubahan hidup, maka bisa muncul pertanyaan: Apakah identitas baru di dalam Kristus memengaruhi hubunganku dengan pasanganku yang belum percaya? Apakah otoritasku jadi lebih tinggi karena aku telah dilahirkan baru sementara pasanganku belum percaya?
Apa saja yang Anda baca?
1. Apa makna kata "Demikian juga..." di ayat 1?
2. Apakah kesamaan makna kata "tunduk" (1) dalam bacaan ini dengan yang terdapat dalam 1Ptr. 2:13-15?
3. Mengapa istri harus tunduk kepada suami, walaupun si suami tidak taat kepada Firman? (1-2) Menurut Anda, bagaimana kondisi pada saat itu sehingga Petrus memberikan nasihat ini?
4. Menurut Petrus, terletak di manakah sesungguhnya kecantikan para perempuan pengikut Kristus? (3-5)
5. Apakah yang dapat diteladani dari Sara? (6)
6. Bagaimanakah para suami harus memperlakukan istrinya? (7)
Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Apa atau siapakah ladang misi seorang istri yang bersuamikan orang yang belum percaya? Bagaimana caranya?
2. Meski suami tidak taat pada Firman, istri harus tunduk kepada suami. Dari ketiadaan syarat tentang suami macam apa yang patut dihormati, apa yang dapat kita pelajari?
Apa respons Anda?
1. Entahkah Anda menikah atau tidak, sikap apakah yang Anda ingin bangun dalam relasi dengan lawan jenis?
2. Apa signifikansi pengajaran Petrus di masa kini?
Pokok Doa:
Agar suami isteri Kristen memahami peranan dan menyadari bahwa Kristus adalah Kepala rumah tangga.
Utley -> 1Ptr 4:7-11
Utley: 1Ptr 4:7-11 - --NASKAH NASB (UPDATED): 1Pet 4:7-117 Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa. 8 ...
NASKAH NASB (UPDATED): 1Pet 4:7-11
7 Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa. 8 etapi yang terutama: kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa. 9 Berilah tumpangan seorang akan yang lain dengan tidak bersungut-sungut. 10 Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah. 11 Jika ada orang yang berbicara, baiklah ia berbicara sebagai orang yang menyampaikan firman Allah; jika ada orang yang melayani, baiklah ia melakukannya dengan kekuatan yang dianugerahkan Allah, supaya Allah dimuliakan dalam segala sesuatu karena Yesus Kristus. Ialah yang empunya kemuliaan dan kuasa sampai selama- lamanya! Amin.
1Pet 4:7 "Kesudahan segala sesuatu sudah dekat" Ini adalah sebuah PERFECT ACTIVE INDICATIVE. Kedatangan yang Kedua adalah sebuah tema berulang dalam I Petrus (lih. 1Pet 1:5,6; 4:13,17; 5:1,10). Bumi jasmani akan hancur/disucikan oleh api pemurnian (lih. 2Pet 3:10). Pandangan kesegeraan dari Parousia juga terlihat pada Yesus (lih. Mr 1:15, Luk 21:32); Paulus (lih. Rom 13:11); Yakobus (lih. Yak 5:8), dan Yohanes (lih. Wahy 1:1,3; 3:11; 22:6,7,10,12,20).
Kedekatan dari kembalinya Yesus telah menjadi subyek dari banyak khotbah selama dua ribu tahun dan Ia masih belum kembali. Apakah ini berarti (1) bahwa Dia tidak akan datang atau (2) bahwa NT salah tentang kedatangan-Nya yang segera? Yesus tidak mengetahui waktu kedatangan-Nya (lih. Mat 24:36). Ini mengejutkan kita dan merupakan bagian dari misteri inkarnasi.
Sebuah kedatangan yang segera tampaknya merupakan perspektif para penulis PB. Apa yang terjadi? Pertama, mari kita ingat bahwa waktu hanyalah bersifat signifikan bagi mereka yang terlibat di dalamnya. Tuhan tidak lambat, tetapi juga Tuhan ada di atas waktu. Kedekatan kembalinya Yesus telah menjadi dorongan dan motivator untuk kehidupan yang saleh bagi setiap generasi orang percaya. Namun, secara teologis II Tesalonika menggambarkan suatu kedatangan kembali yang tertunda (yakni, tidak dating sampai "manusia durhaka terungkap"). Kedatangan Kedua adalah tema berulang, tapi menjadi kenyataan hanya untuk satu generasi orang percaya (lih. 2Pet 3).
- NASB "jadilah bijak dan memiliki roh yang sadar"
- NKJV "seriuslah dan waspadalah"
- NRSV "jadi seriuslah dan disiplinkan dirimu"
- TEV "kuasailah dirimu dan jadilah tenang"
- NJB "tenangkan pikiranmu dan sadar"
Ini adalah awal dari serangkaian IMPERATIVES atau PARTICIPLES yang digunakan sebagai IMPERATIVES, yang menekankan kehidupan yang saleh (lih. 1Pet 4:6c). Kedua istilah ini merujuk pada kewaspadaan mental, terutama di bidang doa. Istilah yang pertama adalah sōphroneō. Kata ini (dan bentuk yang terkait) merujuk pada pemikiran yang tenang, masuk akal, stabil, dan giat (kata ini sering digunakan dalam Surat Pastoral Paulus, lih. 1Tim 2:9,15; 3:2; 2Tim 1:7; Tit 1:8; 2:2,4,5,6,12). Istilah yang kedua adalah nēphō (dan bentuk yang terkait), yang secara harfiah berhubungan dengan kemabukan, tetapi digunakan secara kiasan tentang pemikiran yang rasional, terkendali, masuk akal, kemungkinan pengendalian diri (lih. 1Tes 5:6,8; 1Tim 3:11; Tit 2:2, dan 1Pet 1:13; 5:8).
Namun demikian, perhatikan bahwa Petrus tidak menyebutkan adanya peristiwa-peristiwa akhir zaman yang dihubungkan dengan kembalinya Kristus. Ia menggunakan kenyataan dari hal tersebut sebagai dorongan untuk hidup yang saleh. Kedua ha ini adalah AORIST IMPERATIVES. Hal ini mungkin berkaitan dengan pengalaman Getsemani dari Petrus (lih. Mat 26:40-41). Prospek langsung dari Parousia adalah dorongan nyata untuk keserupaan dengan Kristus yang hidup di setiap zaman, terutama di tengah-tengah penganiayaan berat.
□ "supaya kamu dapat berdoa" Doa adalah senjata ampuh dalam masa penganiayaan dan pencobaan (lih. Ef 6:18-19), tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi untuk orang lain (lih. 1Tes 5:17,25; Yak 5:16). Bila ay. 1Pet 4:3 menggambarkan perilaku yang tidak pantas dari orang-orang kafir yang tidak percaya, ay. 1Pet 4:7-11 menggambarkan perilaku yang diharapkan dari orang percaya.
- NASB NRSV,
- NJB "yang terutama"
- NKJV "di atas segala sesuatu"
- TEV "di atas segalanya"
Ini adalah ungkapan Yunani untuk prioritas (lih. Yak 5:12). Kasih adalah prioritas (lih. 1Pet 1:22; 3:8, Yoh 13:34; 15:12,17; 1Kor 13; 1Yoh 2:7-8; 3:11,23; 4:7-21) .
□ "kasihilah sungguh-sungguh" Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE PARTICIPLE digunakan sebagai IMPERATIVE. Ini memandatkan kasih yang terus menerus kepada orang percaya lainnya, yang merupakan suatu tema yang telah diperkenalkan I Petrus sebelumnya (lih. 1Pet 1:22; 3:8).
□ "seorang akan yang lain" Perhatikan tiga penggunaan "satu sama lain" (lih. ay. 1Pet 4:8,9,10). Kekristenan bersifat komunal. Kita saling diberikan satu dengan yang lainnya (lih. 1Kor 12:7).
□ "kasih menutupi banyak sekali dosa" Ada beberapa teori tentang kalimat ini.
- 1. merupakan kutipan PL dari Ams 10:12 (dari MT, bukan LXX) dimana kasih tidak mengingat kesalahan dilakukan terhadapnya
- 2. ini berhubungan dengan Yak 5:20 mana kasih membantu orang percaya yang lain membalikkan konsekuensi rohani dari kemurtadan
- 3. ini berhubungan dengan Mat 6:14-15 dan Mr 11:25 dimana pengampunan kita terhadap orang lain merupakan bukti bahwa kita diampuni (yaitu, Origen dan Tertullian)
- 4. ini berhubungan dengan 1Kor 13:7, kemampuan dari kasih untuk tidak melihat kelemahan yang jelas dari sesama orang Kristen yang di bawah penganiayaan
1Pet 4:9 "Berilah tumpangan seorang akan yang lain" Ini adalah istilah majemuk phileō (kasih) ditambah xenos (asing). Mengasihi orang asing ini terutama diperlukan bagi orang Kristen keliling di zaman di mana tempat penginapan adalah tempat-tempat dikenal jahat (lih. Mat 25:35 dst; Rom 12:13; 1Tim 3:2; Tit 1:8; Ibr 13:2; 2Yoh 1:5-8). Kalimat ini dalam naskah Yunaninya tidak memiliki KATA KERJA. Karena jumlah dari IMPERATIVE nya, ini mungkin juga merupakan perintah yang sedang berlangsung.
□ "dengan tidak bersungut-sungut" Sikap dari orang percaya sangatlah penting. Orang-orang percaya menyadari bahwa mereka adalah bukan pemilik dari apapun namun penjaga dari segala sesuatu. Kebijakan pintu terbuka itu tidak hanya diperlukan untuk pekerja keliling gereja, tetapi juga bagi orang percaya lokal yang telah kehilangan pekerjaan dan rumah- rumah mereka karena penganiayaan. Perintah ini, seperti yang lain, menunjukkan sifat kebersamaan dari iman Kristen.
1Pet 4:10 "sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah" Ini adalah sebuah AORIST ACTIVE INDICATIVE, yang berarti suatu tindakan selesai pada masa lalu. Istilah karunia (charisma) berasal dari akar kata untuk "kasih karunia" (charis). Karunia-karunia ini adalah pemberian kasih yang tak berdasarkan kepantasan atau prestasi untuk pelayanan. Setiap orang percaya memiliki karunia rohani, yang diberikan oleh Allah pada saat keselamatan, untuk tujuan pelayanan dan bagi Gereja (lih. Rom 12:6-8; 1Kor 12:7,11,18; Ef 4:7). Hadiah ini mungkin berupa bakat alam, tetapi jika demikian, mereka secara supranatural diperkuat untuk kemuliaan Kristus!
Aspek praktis dari kebenaran PB ini adalah bahwa setiap orang percaya adalah seorang pelayan Kristus sepenuh waktu, yang dipanggil, dan diperlengkapi (lih. Ef 4:12). Oleh karena itu, setiap orang percaya penting peranannya bagi bekerja secara efektifnya gereja lokal. Ini adalah koreksi alkitabiah terhadap model pendeta/awam yang sangat umum di gereja modern, tetapi begitu disfungsionalnya. Dunia tidak akan pernah bisa dimenangkan dan dimuridkan hanya oleh staf yang dibayar atau ditahbiskan saja!
□ "Layanilah seorang akan yang lain" Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE PARTICIPLE yang digunakan sebagai IMPERATIVE. Ini berasal dari istilah Yunani untuk hamba (diakonos). Kata ini kemudian menjadi sebutan untuk diaken (lih. Fili 1:1). Dalam keKristenan pemimpin adalah pelayan, bukan bos. Karunia rohani adalah untuk orang lain, bukan untuk diri kita sendiri (lih. 1Kor 12:7). Karunia rohani bukanlah "lencana tanda jasa" tetapi "handuk/kain lap untuk melayani."
□ "sebagai pengurus yang baik" Ini harfiahnya "manajer rumah tangga." Gereja adalah rumah tangga Allah (lih. ay. 1Pet 4:17). Orang percaya akan bertanggung jawab pada Allah dalam Kristus untuk pengelolaan mereka atas karunia rohani (lih. 1Kor 3:10-17; 2Kor 5:10).
□ "(berbagai) kasih karunia Allah" Kata "berbagai" muncul dua kali dalam I Petrus, yang berarti "beraneka ragam," seperti cahaya melalui prisma. Bagian ini mengimbangi 1Pet 1:6. Untuk setiap percobaan (lih. Yak 1:2) ada anugerah Allah yang sepadan dan Tuhan telah memilih untuk membuatnya tersedia melalui orang percaya lain. Tidak ada orang percaya yang merupakan sebuah pulau tersendiri.
1Pet 4:11 "Jika ada orang… jika ada orang" Ini adalah dua KALIMAT FIRST CLASS CONDITIONAL. Hamba Tuhan yang Dikaruniai diharapkan untuk berbicara dan melayani melalui kuasa-Nya. Jika kita berbicara itu adalah ucapan-ucapan-Nya. Jika kita melayani itu adalah dengan kekuatan-Nya.
□ "yang dianugerahkan Tuhan" Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE INDICATIVE dari sebuah kata yang digunakan untuk seseorang yang dalam bidang keuangan mendukung sebuah "paduan suara" (chorēgēo, yang merupakan majemuk dari choros dan hēgeomai). Allah terus memasok dengan limpah orang yang dikaruniai-Nya (lih. 2Kor 9:10, kata yang sama dengan kata depan epi, muncul di 2Pet 1:5,11).
Sangatlah menarik bahwa Paulus tampaknya mengatributkan karunia rohani kepada Roh (lih. Rom 12) atau Kristus (lih. Ef 4:11), tetapi Petrus mengatributkannya kepada Allah Bapa. Ini adalah contoh lain dari seluruh pribadi dari Ketuhanan terlibat dalam kegiatan kerajaan (lih. 1Kor 12:4-6).
□ "supaya Allah dimuliakan dalam segala sesuatu karena Yesus Kristus" Ini adalah klausa tujuan (hina). Karunia rohani harus memuliakan Tuhan, bukan manusia si pelaku. Karunia-karunia kita menunjuk kepada-Nya (lih. Mat 5:16; 1Kor 10:31; 1Pet 2:12).
□ "Ialah yang empunya kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya" Ini merujuk kepada Yesus dalam konteks ini (lih. 2Tim 4:18; 2Pet 3:18; Wahy 1:6). Dalam Wahy 5:13 ini digunakan baik untuk Bapa maupun Anak. Biasanya frasa ini merujuk kepada Bapa (lih. 1Pet 5:11; Rom 11:36; 16:27, Ef 3:21; Fili 4:20, 1Tim 1:17; 1Pet 5:11; Yud 1:25, Wahy 7:12). Untuk catatan pada "kemuliaan" lihat 1Pet 1:21.
□ Pujian (doxologi) adalah hal yang umum dalam PB. Para penulis PB sering berhenti dan memuji Allah (lih. Rom 11:33-36; Ef 3:20-21; 1Pet 5:11).
□ "Amin" Lihat Topik Khusus: Amin pada Mr 3:28.
Topik Teologia -> 1Ptr 4:7
Topik Teologia: 1Ptr 4:7 - -- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
Berkomunikasi dengan Allah
Eskatologi
Kedatangan Kristus Kedua Kali
Sikap Orang Per...
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Berkomunikasi dengan Allah
- Eskatologi
- Kedatangan Kristus Kedua Kali
- Sikap Orang Percaya Terhadap Kedatangan Yesus Kedua Kali
- Orang Percaya Harus Menganggapnya Segera Terjadi
TFTWMS -> 1Ptr 4:7-11
TFTWMS: 1Ptr 4:7-11 - Kesudahan Sudah Dekat KESUDAHAN SUDAH DEKAT (1 Petrus 4:7-11)
7 Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat ber...
KESUDAHAN SUDAH DEKAT (1 Petrus 4:7-11)
7 Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa. 8 Tetapi yang terutama: kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa. 9 Berilah tumpangan seorang akan yang lain dengan tidak bersungut-sungut. 10 Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah. 11 Jika ada orang yang berbicara, baiklah ia berbicara sebagai orang yang menyampaikan firman Allah; jika ada orang yang melayani, baiklah ia melakukannya dengan kekuatan yang dianugerahkan Allah, supaya Allah dimuliakan dalam segala sesuatu karena Yesus Kristus. Ialah yang empunya kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya! Amin.
Petrus telah mendesak para pembacanya untuk berpaling dari dosa-dosa yang telah menjadi ciri mereka di masa lalu. Ia telah mengingatkan mereka bahwa orang-orang yang menindas mereka akan dimintai pertanggungan jawab oleh Pribadi, yang menghakimi orang yang hidup dan yang mati. Selain itu, ia telah meyakinkan mereka bahwa, meski mereka akan mengalami kematian, Yesus akan membuat mereka hidup dalam roh. Sekarang tiba waktunya bagi dia untuk mengingatkan mereka tentang pentingnya misi mereka. Waktu bagi penyataan Kristus sudah dekat, tetapi sementara itu mereka harus hidup dengan cara yang layak bagi Kerajaan Allah. Kehidupan harus ditandai oleh pelayanan, kasih satu sama lain, dan pemuliaan Allah.
Ayat 7. Ada perbedaan yang cukup besar antara keyakinan bahwa Tuhan akan muncul kembali di masa depan yang samar-samar, tidak menentu, dengan keyakinan bahwa kedatangan-Nya sudah dekat. Bagi umat Kristen mula-mula, kedatangan Tuhan sudah dekat (1 Korintus 7:29; Filipi 4:5; Yakobus 5:8). Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Pelbagai upaya untuk merohanikan ayat itu malah menimbulkan ketidakadilan pada ayat itu. Ini bukan acuan kepada kematian yang sudah dekat bagi orang percaya. Mengatakan bahwa "kesudahan segala sesuatu sudah dekat" dan mengatakan bahwa "seseorang bisa mati kapan saja" adalah pernyataan yang sangat berbeda. Orang hidup secara berbeda ketika mereka percaya bahwa "kesudahan segala sesuatu sudah dekat."
Petrus dan para pembacanya menantikan sangkakala Allah berbunyi (1 Tesalonika 4:16). Mereka percaya saat Tuhan akan muncul sebagai pencuri di malam hari (1 Tesalonika 5:2; 2 Petrus 3:10) sudah "dekat." Beberapa orang Kristen di zaman kini tidak nyaman dengan gagasan itu karena Petrus tampaknya keliru. Dua ribu tahun telah berlalu, dan Yesus belum datang. Pemikiran seperti itu tidak menangkap maksud nas itu. Orang Kristen di setiap zaman harus hidup dalam pengharapan itu. John Murray menyatakannya dengan baik ketika ia berkata, "Perspektif eskatologis harus selalu mencirikan sikap kita terhadap hal-hal duniawi dan yang bersifat sementara."4 Mereka yang menantikan "penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus" (Titus 2:13) terinspirasi untuk menjalani hidup yang kudus. Bagaimana bisa orang percaya hidup dalam harapan tanpa keyakinan bahwa kedatangan-Nya sudah dekat? "Ia … memberi kesaksian: 'Ya, Aku datang segera' Amin, datanglah, Tuhan Yesus!" (Wahyu 22:20).
Yesus bicara kepada murid-murid-Nya tentang kedatangan-Nya kembali dalam Matius 24; 25, yang disebut "Khotbah Di Bukit Zaitun." Setelah memperingatkan bahwa spekulasi tentang waktu tepatnya adalah sia-sia (Matius 24:26), Ia mengetengahkan serangkaian perumpamaan. Salah satunya adalah tentang seorang hamba yang tuannya kembali dengan tiba-tiba. Dengan memahami kembalinya tuan itu di dalam perumpamaan itu sebagai analogi bagi kedatangan Kristus sendiri, Tuhan memperingatkan bahwa akhir segala urusan duniawi mungkin akan datang lebih cepat daripada yang diantisipasi oleh beberapa orang (Matius 24:45-51). Di sisi lain, Ia mungkin memperlambat kedatangan-Nya.
Perumpamaan berikutnya adalah tentang lima gadis yang bijaksana dan lima gadis yang bodoh. Waktu kedatangan pengantin pria tampaknya menjadi analogi bagi waktu kedatangan Kristus. Berbeda dengan perumpamaan sebelumnya, yang satu ini mengajarkan bahwa Tuhan mungkin muncul lebih lambat daripada yang diantisipasi oleh beberapa orang (Matius 25:1-13). Yesus menyimpulkan perumpamaan yang belakangan seperti yang Ia lakukan untuk perumpamaan sebelumnya: "Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya" (Matius 25:13). Tekanan antara sudah dekat dan terlambat dalam penghakiman Allah secara hati-hati dipertahankan di seluruh Alkitab. Hari Tuhan sudah dekat (Yesaya 56:1; Zefanya 1:12; Yoel 3:14), namun demikian penghakiman ditetapkan kepada masa depan pilihan Allah yang tidak pasti. Dengan mengikuti arahan Yesus, Petrus tidak memberikan spekulasi tentang kapan "kesudahan segala sesuatu" akan terjadi. Ia hanya mengatakan bahwa orang Kristen harus hidup dalam pengharapan, dengan mengantisipasi kedatangan-Nya. Doktrin gereja bukan bahwa Tuhan akan datang kembali; tetapi Tuhan akan segera datang kembali. Umat Kristen hidup di zaman terakhir. Setiap jam, mereka bisa mengantisipasi untuk melihat Yesus. Karena benar begitu, mereka menjalani kehidupan yang kudus penuh kebaikan dan kasih sayang.
Kita harus memperhatikan bahwa ketika Petrus menyebut akhir zaman, ia tidak membuat acuan kepada pemerintahan seribu tahun Yesus atas suatu kerajaan di bumi ini. Tidak ada penyebutan tentang masa kesusahan, antikristus, atau Armageddon. Pernyataan Tuhan akan menjadi waktu ketika Ia "telah siap sedia menghakimi orang yang hidup dan yang mati" (4:5). Itu akan menjadi "kesudahan segala sesuatu," yang berarti akhir alam semesta materi, atau setidaknya kehidupan manusia seperti yang kita kenal sekarang ini. Rencana Allah bagi penebusan umat manusia telah selesai sekarang karena Kristus telah muncul dalam sejarah manusia. Yang masih tersisa hanya kedatangan-Nya yang kedua dalam kemuliaan. Pada saat penyataan-Nya nanti setiap lutut akan bertelut dan setiap lidah mengaku (Filipi 2:10).
Istilah teknis untuk kajian tentang masalah akhirat (kembalinya Tuhan, penghakiman, dan kekekalan yang akan mengikuti) adalah "eskatologi." Kajian tentang waktu-waktu terakhir dalam Perjanjian Baru bukan spekulasi menarik belaka tentang apa yang terdapat di masa depan. Spekulasi seperti itu tidak layak bagi waktu kita. Sebaliknya, pemikiran tentang kembalinya Tuhan dan penghakiman yang akan mengiringi kedatangan-Nya menekankan pentingnya kehidupan yang saleh. Karena kedatangan Tuhan "sudah dekat," maka orang Kristen akan ingin [meng]uasai … diri[nya] dan [men]jadi … tenang, supaya [ia] dapat berdoa. Eskatologi dalam Perjanjian Baru selalu melayani moralitas. Ini adalah permintaan untuk hidup saleh.
"Menguasai diri" (swfrone÷w, sōphroneō) dan "[men]jadi tenang" (nh/fw, nēphō) adalah terjemahan dari dua imperatif Yunani yang artinya sama. Renungan tentang akhir zaman akan membuat orang Kristen bersikap rasional, berpikiran jernih, dan menguasai dirinya. Dalam 1 Petrus 1:13, rasul itu menulis, "Sebab itu siapkanlah akal budimu," atau lebih harfiahnya, "Persiapkanlah pikiranmu" (KJV). Di situ juga, Petrus menggunakan kata kerja "menjadi tenang." Karena "kesudahan segala sesuatu sudah dekat," maka sudah waktunya menanggalkan dosa dari kehidupan seseorang; sudah waktunya untuk membiarkan kesalehan memerintah. Sebagaimana yang rasul itu tulis di tempat lain, "Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup!" (2 Petrus 3:11).
Acuan kepada ketenangan merupakan awal kepada doa—itu adalah "supaya kamu dapat berdoa." Kata-kata Petrus itu adalah pengingat5bahwa hubungan kita dengan Allah adalah masalah serius. Menggunakan Allah hanya sebagai pintu keluar darurat sesekali ketika bencana mengancam adalah sama dengan berpura-pura agamis. Kata-kata Petrus itu adalah pengingat bahwa untuk menghampiri Allah dalam ibadah, pujian, dan doa, setidaknya, butuh perenungan dan sikap hormat. Alkitab tidak menyajikan perenungan yang sistematis tentang tujuan dan fungsi doa. Sebaliknya, Alkitab menyajikan kepada kita orang-orang yang berdoa dan doa-doa yang mereka panjatkan. Selanjutnya, Alkitab menyajikan kepada kita Allah yang mendengarkan doa dan merespon permintaan umat-Nya. "Maka sebelum mereka memanggil, Aku sudah menjawabnya; ketika mereka sedang berbicara, Aku sudah mendengarkannya" (Yesaya 65:24).
Datang ke hadapan Allah adalah masalah yang serius, waktu untuk takut, waktu untuk instropeksi. Ada pelbagai perhimpunan yang mengaku untuk kemuliaan Allah di mana "serius" bukan kata pertama yang muncul dalam pikiran. Pada abad kedua puluh satu, industri hiburan Amerika telah mengesankan dirinya ke dalam perhimpunan gereja. Dalam benak banyak orang, ibadah, seperti konser rock, harus menarik dan menyenangkan. Ibadah memang menggembirakan, tapi gembira tidak benar-benar sama dengan menyenangkan. Memang sulit untuk mendamaikan ketenangan dan penguasaan diri yang Petrus desakkan kepada umat Allah dengan band-band rock, gitar listrik, dan tepuk tangan berirama dan goyangan yang kadang-kadang menyertai pelbagai perhimpunan seperti itu. Entah bagaimana ibadah yang menyentuh masalah pertobatan, perenungan, pengingatan, dan pengucapan syukur tampaknya lebih pas untuk suasana hati yang diharapkan dapat Petrus temukan di antara umat Allah ketika ia berkata, "Kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa."
Ayat 8. . Kadang-kadang timbul sikap membela kalangan tertentu yang tepat pada waktunya. Itu bukan semua hal yang mencirikan kehidupan Kristen, tetapi itu adalah bagian darinya. Orang-orang percaya kadang-kadang berkumpul bersama untuk dukungan ketika mereka diserang dari luar. Dalam ayat 8 Petrus mengalihkan perhatiannya kepada masyarakat yang berkumpul bersama, yang saling mengasihi.
Orang-orang yang tidak percaya heran bahwa murid-murid Kristus tidak turut mencemplungkan diri bersama-sama mereka ke dalam "kubangan ketidaksenonohan" (4: 4). Memang cocok ketika orang-orang percaya kadang-kadang mengingatkan diri mereka bahwa orang-orang yang tidak percaya akan "memberi pertanggungan jawab kepada Dia, yang telah siap sedia menghakimi orang yang hidup dan yang mati" (4:5). Keadilan akan menang pada akhirnya. Pada satu sisi, orang Kristen ingin menunjukkan kebaikan dan sikap hormat kepada musuh-musuh mereka, tetapi di sisi lain, mereka menghibur diri dengan kepastian bahwa orang percaya akan menang bersama Kristus Tuhan. Kristus akan membenarkan mereka ketika Ia menyatakan diri-Nya. Tuhan akan mengusir orang-orang fasik dari hadirat-Nya. Sikap orang Kristen terhadap orang-orang yang tidak seiman mengandung banyak ambiguitas. Ia harus memisahkan dirinya dari cara hidup yang mencirikan orang-orang yang tidak seiman, tapi ia ingin mereka tahu bahwa mereka juga adalah ciptaan Allah yang kekasih.
Terhadap orang luar ada ambiguitas, tetapi tidak terhadap orang-orang yang dengan siapa orang Kristen berbagi iman. Petrus menghimbau orang-orang percaya, kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain. J. N. D. Kelly menerjemahkan perintah itu, "Di atas segalanya, jagalah kasihmu untuk satu sama lain dengan kekuatan penuh."6Kasih yang orang Kristen miliki untuk satu sama lain tumbuh dari kasih bersama mereka untuk Kristus. Dalam 1:8, rasul Petrus berkata, "Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu mengasihi-Nya." Doktrin yang benar bukan kebutuhan yang mendesak bagi para pembaca Petrus.7Mereka tahu siapa Kristus itu dan apa yang Ia telah lakukan untuk mereka (2:21-25). Mereka tahu bahwa Tuhan akan datang kembali, dan mereka tahu bagaimana mereka harus hidup sampai hari itu tiba. Bila semua itu benar, maka kerajaan Kristus telah terwujud di antara mereka. Mereka ambil bagian dalam pelbagai berkat Kristus hingga tingkatan mempraktikkan kasih setia satu sama lain. Rasa pendahuluan sorga terwujud ketika orang percaya hidup di dalam tubuh itu dengan kasih satu sama lain yang tak mati. Yesus sendirilah yang mengatakan, "Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi" (Yohanes 13:35).
Petrus menambahkan, kasih menutupi banyak sekali dosa. Arti pernyataan ini sama sekali tidak jelas. Yang Petrus maksudkan mungkin adalah bahwa kasih Allah bagi umat manusia telah menyebabkan Ia mengirim Kristus sebagai Penebus. Pada hari penghakiman, melalui penebusan pengganti dosa orang lain oleh Kristus, Allah akan menutupi banyak dosa.8Kemungkinan lainnya adalah bahwa Petrus menindaklanjuti acuannya kepada dosa di 4:1. Dahulu orang Kristen sudah cukup punya dosa; ia lalu berbalik darinya. Dalam 4:8, yang mungkin Petrus maksudkan adalah bahwa kasih seseorang untuk saudara dan saudari dalam Kristus akan memberi kekuatan yang orang Kristen butuhkan untuk meninggalkan dosa. Kasih akan menutupi banyak dosa dalam arti bahwa hal itu akan menghapus dosa dari kehidupan seseorang. Orang mungkin saja berbalik dari cara hidup yang berdosa karena kasih.9Meski kedua penafsiran ini masuk akal, namun ada yang lebih baik. Pernyataan itu datang segera setelah rasul itu selesai memperingatkan orang percaya untuk menunjukkan kasih mereka satu sama lain dalam komunitas Kristus. Cara terbaik untuk memahami ungkapan "kasih menutupi banyak sekali dosa" adalah sebagai penggambaran tentang cara kasih satu sama lain itu harus diungkapkan di antara orang-orang percaya. Besar kemungkinan bahwa para pembaca Petrus, seperti orang-orang Kristen moderen, merasakan diri mereka butuh penilaian yang murah hati seraya mereka mengamati tindakan satu sama lain.
Tidak ada cara untuk menjadi orang Kristen kecuali bergabung dengan orang Kristen lainnya. Melayani Kristus adalah suatu pengalaman bermasyarakat yang tak terpisahkan. Mungkin tidak ada tes yang lebih menunjukkan Kristus ada dalam diri kita selain kesediaan kita untuk menunjukkan kasih setia satu sama lain. Kapan saja orang hidup dalam hubungan yang erat dengan satu sama lain, mereka akan selalu menemukan sifat-sifat yang menjengkelkan mereka dalam diri satu sama lain. Bagaimanakah orang percaya menangani sifat-sifat menjengkelkan yang mereka temukan dalam diri orang-orang yang seiman dengan mereka? Jawaban Petrus adalah ini: "kasih menutupi banyak sekali dosa." Memang, jika gereja mau hidup dalam damai, harmoni, dan niat baik, kasih yang orang-orang Kristen miliki untuk satu sama lain harus menutupi "banyak dosa."
Ketika orang Kristen hidup bersama maka hampir tidak ada waktu atau kesempatan bagi seseorang untuk tersinggung. Tidak ada dalih untuk bersikap kasar, berperilaku sensitif; tetap saja ada orang-orang yang terlalu cepat tersinggung. Gereja Yesus Kristus bukan tempat bagi mereka yang ingin mengungkapkan perasaan mereka secara terbuka. Setiap orang Kristen akan, tergantung pada waktunya, menjadi orang yang menyinggung atau yang tersinggung. Orang Kristen membolehkan satu sama lain untuk mengucapkan kata-kata yang tidak dipikirkan lebih dulu tanpa membolehkan kata-kata itu menjadi hambatan. Orang Kristen yang butuh "pemeliharaan tinggi" merupakan gangguan. Mereka yang perlu orang lain untuk sibuk mengurusi kebutuhan mereka adalah cenderung tidak memaafkan dosa siapa saja. Kasih di dalam komunitas Kristus akan "menutupi banyak dosa" karena orang Kristen memiliki Tuhan yang kasih-Nya untuk mereka telah menutupi banyak dosa. Kelemahan pada orang lain tidak mengurangi kasih yang dimiliki orang Kristen dewasa untuk satu sama lain. Mereka akan menunjukkan pengampunan dan kemurahan hati yang mereka telah rasakan dari Tuhan terhadap kekurangan orang lain.
Sebagaimana pada sebagian besar arahan Tuhan bagi umat-Nya, pernyataan "kasih menutupi banyak sekali dosa" dapat disalahgunakan. Ketika Paulus mengetahui bahwa jemaat di Korintus menoleransi laki-laki yang hidup dalam perzinahan, tanpa kecaman yang jelas, ia tidak memberitahu mereka untuk mengabaikan hal itu karena kasih menutupi dosa (1 Korintus 5). Kadang-kadang kasih butuh orang Kristen untuk menghadapi seorang saudara atau saudari yang berdosa dan menuntut pertobatan. Kasih kadang-kadang butuh teguran. Seorang saudara atau saudari yang bijaksana akan menghargai teguran itu. Pernyataan Petrus itu selayaknya jangan pernah dipahami sebagai lisensi untuk berbuat dosa.
Ayat 9. Dalam dunia Mediterania kuno, tumpangan merupakan kebajikan yang sangat berharga. Itu muncul berulang kali dalam Perjanjian Baru. Mengenai orang yang berbahagia, Yesus berkata, "Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan" (Matius 25:35). Tuhan menegur Simon orang Farisi atas tumpangannya yang buruk (Lukas 7:44-47). Ia menceritakan perumpamaan tentang orang yang datang mencari tumpangan di tengah malam (Lukas 11:5-8). Paulus menasihati orang-orang percaya di Roma untuk mempraktikkan tumpangan (Roma 12:13). Penulis kitab Ibrani menambahkan, "Jangan kamu lupa memberi tumpangan kepada orang, sebab dengan berbuat demikian beberapa orang dengan tidak diketahuinya telah menjamu malaikat-malaikat" (Ibrani 13:2). Surat ketiga Yohanes berisi segala hal yang menunjukkan tumpangan. Kepada semua perkataan itu Petrus menambahkan, Berilah tumpangan seorang akan yang lain. "Seorang akan yang lain" yang rasul Petrus maksudkan adalah orang-orang percaya lainnya khususnya, tapi tumpangan itu harus diperluas kepada semua orang.
Yang mungkin ada di dalam pikiran rasul itu adalah kebaikan biasa orang Kristen yang orang-orang percaya harus tunjukkan terhadap satu sama lain di rumah tangga mereka. Ia mungkin mendorong adanya interaksi sosial di antara para pembacanya. Namun begitu, ada saatnya ketika tumpangan berkaitan dengan lebih daripada masalah sosial. Ada guru-guru dan nabi-nabi pengelana yang mengajarkan dan menyemangati gereja-gereja. Demetrius adalah salah satu dari guru-guru itu (3 Yohanes 12).-Paulus dan rekan-rekan sekerjanya adalah salah satunya. Mereka butuh sokongan dan dorongan dari gereja-gereja yang mereka layani. Ada juga nabi-nabi palsu (1 Yohanes 4:1) dan guru-guru palsu (2 Petrus 2:1). Memberi tumpangan kepada mereka adalah ikut ambil bagian dalam perbuatan jahat mereka (2 Yohanes 11).
Tumpangan lebih dibutuhkan oleh orang-orang miskin yang Petrus sapa daripada untuk budaya Barat yang makmur. Sebagaimana lebih sulit bagi janda miskin untuk memberikan dua peser (Markus 12:41-44) daripada bagi orang kaya untuk memberikan pelbagai pemberian yang mahal, begitu juga lebih sulit bagi para pembaca Petrus untuk memberikan tumpangan daripada bagi mereka yang memiliki banyak sumber daya. Namun begitu, memberi dengan hati sebal sama saja dengan tidak memberi sama sekali. Petrus memberitahu para pembacanya untuk memberi tanpa bersungut-sungut. Ketika orang Kristen memberi satu sama lain, mereka memberi kepada Allah. Allah tidak menginginkan pemberian kita ketika kita datang dengan hati sebal yang menggerutu. Dapat memberi dengan sukarela bukanlah anugerah yang disediakan untuk orang kaya saja. Bahkan orang miskin dapat memberi dengan berlimpah dan sukarela (2 Korintus 8:1, 2).
Ayat 10. Seperti Paulus (Roma 12:6-8; 1 Korintus 12:7-11; Efesus 4:11), Petrus menemukan kesempatan untuk mengingatkan orang-orang percaya tentang berbagai karunia yang mereka sudah terima dari Allah. Karunia [khusus] yang tiap-tiap orang telah peroleh disebut ca¿risma (karisma) oleh rasul itu. Paulus menggunakan kata yang sama dalam 1 Korintus 12:4, 9 untuk menamakan pelbagai karunia yang ia kaitkan dengan Roh Kudus. Orang Kristen memiliki karunia untuk menyembuhkan orang sakit, untuk melakukan berbagai macam mujizat, dan berbicara dalam bahasa-bahasa yang tidak dipelajari melalui cara-cara biasa. Tidak seperti Paulus, Petrus tidak menyebut tentang Roh Kudus. Dalam Roma 12:6, Paulus menggunakan kata yang sama tanpa mengacu kepada Roh Kudus. Beberapa karunia dalam Roma 12:6-8 tampaknya bersifat supranatural, seperti nubuatan, sementara yang lainnya tampaknya berupa karunia yang bersifat alami, seperti melayani dan mengajar. Dalam nas di hadapan kita, karunia yang orang miliki tampaknya merupakan anugerah alami yang biasa, dalam hal ini berbicara atau melayani. Dengan kata-kata sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah, rasul itu menyiratkan bahwa dua karunia yang ia sebut merupakan wakil dari beragam kemampuan yang para pembacanya miliki.
Baik Petrus atau Paulus tidak mungkin menarik sebuah perbedaan yang dengan mudahnya membedakan antara anugerah alami dan karunia supranatural yang diberikan oleh Roh. Tentu saja tidak ada perbedaan ketika tiba pada masalah tanggung jawab seseorang untuk menggunakan pelbagai karunia itu. Apapun kemampuan yang orang miliki, itu disediakan oleh Allah dan harus digunakan untuk kemuliaan Allah. Menggunakan pelbagai karunia itu untuk kemuliaan Allah adalah menggunakan mereka, kata Petrus, untuk [me]layani … seorang akan yang lain. "Sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang" maka ia harus menggunakannya. Ia harus memberi dengan cuma-cuma sebagaimana ia telah menerimanya dengan cuma-cuma juga— sama seperti yang Yesus ajarkan (Matius 10:8).
Karena kemampuan alami telah dipercayakan kepada orang-orang Kristen oleh Allah, maka Petrus mengatakan bahwa mereka harus menggunakannya sebagai pengurus yang baik. Dalam Lukas 16:1-9, Yesus menceritakan perumpamaan tentang orang kaya yang memiliki "manajer" (NASB) yang kepada dia ia telah mendelegasikan tanggung jawab yang besar. Kata Yunani oi˙kono/moß ( oikonomos ), diterjemahkan "bendahara" dalam Lukas, adalah kata yang sama yang diterjemahkan "pengurus" dalam 1 Petrus. Seorang pengurus adalah orang (biasanya seorang budak) yang ditugaskan mengurus harta orang kaya. Pengurus itu adalah orang yang mengelola, tapi kata juga menyiratkan tanggung jawab. Petrus ingin para pembacanya menjadi "pengurus yang baik." Ia ingin mereka mengelola secara bertanggung jawab hal-hal yang dipercayakan kepada mereka. Allah telah mempercayakan kepada orang Kristen pelbagai anugerah alami yang merupakan milik mereka sebagai kepercayaan. Mereka bertanggung jawab kepada Allah atas cara mereka menggunakan apa yang Allah telah percayakan kepada mereka. Rasul itu menasihati para pembacanya untuk menggunakan karunia mereka dengan bijaksana.
Memang menarik bahwa Petrus menyebut anugerah kolektif alami orang Kristen sebagai [pelbagai ragam] kasih karunia Allah. "Kasih karunia" adalah istilah umum untuk semua cara yang beragam bahwa Allah memberikan karunia-Nya yang baik kepada umat manusia. Bagi Paulus, kasih karunia adalah sarana yang dengannya keselamatan telah diwujudkan (Efesus 2:8). Petrus mengatakan bahwa penyataan Yesus Kristus adalah realisasi akhir kasih karunia Allah (1:13). Sampai Tuhan datang kembali, kasih karunia Allah diwujudkan dalam sejumlah besar berkat yang Ia gunakan untuk mendukung umat-Nya. Ketika orang mengucapkan Firman Allah atau melayani sesamanya, ia sedang mengalami dan menggunakan secara bertanggung jawab karunia Allah yang berlimpah itu. Meski Petrus tidak mengembangkan analogi gereja sebagai tubuh di mana setiap anggota bersukacita dalam pelbagai karunia yang dinikmati oleh anggota lain tubuh itu, namun itu mungkin tersirat di sini. Karunia itu memang banyak ragamnya. Tidak ada orang Kristen yang harus iri terhadap karunia yang dinikmati oleh orang lain, dan ia juga harus jangan memandang rendah karunia yang ia miliki.
Ayat 11. Ketika Petrus menulis, Jika ada orang yang berbicara, ia menyiratkan bahwa ada pelayanan khusus untuk berbicara dalam keluarga Allah. Kebanyakan orang punya kemampuan untuk bicara, tetapi tidak semua orang mampu melayani gereja dengan baik dengan kata-kata (lihat Yakobus 3:1). Dalam ayat sebelumnya, rasul itu menjelaskan bahwa karunia orang Kristen berbeda. Ketika seseorang memiliki bakat alami untuk bicara, ia harus menggunakannya. Berbicara yang mungkin ada dalam pikiran Petrus adalah pemberitaan Firman Allah di depan umum. Mungkin yang ada dalam pikirannya adalah pemberitaan di hadapan gereja ketika behimpun. Rasul itu ingin orang-orang yang berani bicara menyadari tanggung jawab yang menyertai karunia berbicara … menyampaikan firman Allah .
Kata yang diterjemahkan "menyampaikan" (lo/gia, logia) biasanya mengacu kepada perkataan dari Allah. Dalam Kisah 7:38 dan Roma 3:2, kata itu digunakan tentang Perjanjian Lama. Kata-kata yang pembicara sampaikan di hadapan gereja, tentu saja, tidak sama dalam wewenang dan kuasa dengan kata-kata di dalam Alkitab. Namun begitu, sejauh kata-kata yang diucapkan oleh para guru dan penginjil Kristen diambil dari wahyu Allah, kata-kata itu memiliki sifat-sifat perwahyuan itu sendiri. Petrus mendesak para pembicara Kristen untuk menegnali besarnya tanggung jawab mereka. Ketika mereka bicara, ia ingin mereka berhati-hati sehingga kata-kata mereka akan membangun gereja sesuai dengan pesan rasuli.
Daftar Paulus yang berisi beragam karunia yang orang Kristen gunakan untuk membangun tubuh itu adalah lebih rinci dibandingkan yang Petrus miliki. Petrus hanya menyebutkan dua judul besar, berbicara dan melayani. Namun begitu, di bawah masing-masing judul itu akan muncul banyak cara khusus pelbagai karunia itu dapat dimanifestasikan. Berbicara mungkin mencakup pengajaran, pemberitaan, dorongan, doa, dan mungkin menyanyi secara umum atau pribadi. Melayani bahkan lebih luas dalam lingkupnya daripada berbicara. Rasul itu menulis, jika ada orang yang melayani, baiklah ia melakukannya dengan kekuatan yang dianugerahkan Allah. Paulus membagi pelayanan ke dalam hal-hal seperti memberi dan menunjukkan kemurahan hati (Roma 12: 8), tapi melayani akan mencakup berbagai macam hal yang orang mungkin lakukan untuk meniru Kristus. Ketika Yesus mengetengahkan adegan penghakiman besar dalam Matius 25:31-46, Ia mengacukan mereka yang memberi makan orang lapar, mereka yang mengunjungi orang sakit, mereka yang memberi pakaian orang yang telanjang. Pelayanan bisa sama membosankannya seperti menyapu lantai atau bisa sama spektakulernya seperti mati sebagai martir.
Apapun yang orang lakukan, baik berbicara atau melayani, ia menemukan sumber pelayanannya dalam pemberian Allah yang berlimpah. Bicaranya harus sesuai dengan pesan Allah; pelayanannya harus "dengan kekuatan yang dianugerahkan Allah." Allah tidak hanya memerintahkan umat-Nya, Ia juga memberi mereka kekuatan. Allah memberi kekuatan. Di tempat lain, Paulus menulis, "Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan. Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku" (Filipi 4:12b, 13). Karunia yang dinikmati orang beriman bukan untuk kemuliaannya sendiri. Ketika orang bicara "sebagai orang yang menyampaikan firman Allah" dan ketika ia melayani "dengan kekuatan yang dianugerahkan Allah," hasilnya adalah Allah dimuliakan dalam segala sesuatu karena Yesus Kristus. Tidak ada pujian, tidak ada kemuliaan, untuk diberikan kepada Allah kecuali hal itu dilakukan melalui Anak. "Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku," kata Yesus (Yohanes 14:6; lihat Kisah 4:12).
Petrus melengkapi bagian suratnya ini dengan doksologi. Hal itu tidak biasa, tetapi bukan belum pernah terjadi sebelumnya, menemukan doksologi seperti itu di tengah-tengah sebuah surat. Doksologi umumnya singkat, ekspresi pujian resmi yang dipersembahkan kepada Allah. Seringkali pujian itu tampaknya muncul dari ledakan energi yang semi-spontan yang terbentuk oleh daya pikat saat itu. Meski doksologi membolehkan variasi yang cukup banyak, namun mereka memiliki sifat yang berfokus pada kemuliaan, kekuatan, dan kebajikan Allah. Doksologi adalah hal yang umum di dalam Mazmur, tetapi mereka ditemukan di seluruh Alkitab. Doksologi sangat sesuai untuk akhir sebuah surat, seperti tanda tangan seorang penulis (Roma 16:27; Filipi 4:20; 1 Timotius 6:15, 16; 1 Petrus 5:11; 2 Petrus 3:18; Yudas 24, 25). Namun begitu, terkadang pujian muncul dalam diri seorang penulis sebelum ia menyelesaikan suratnya (Roma 11:36; Efesus 3:21.). Bahwa Petrus harus memiliki doksologi dalam isi suratnya memang tidak diduga tapi bukan belum pernah terjadi sebelumnya. Namun begitu, penempatan doksologi di tempat khusus ini memunculkan pertanyaan lain yang sudah muncul mengenai 1 Petrus.
Seperti yang kita perhatikan dalam Pendahuluan, ada orang-orang yang percaya bahwa asal 1 Petrus adalah sesuatu yang lain yang bukan surat dari rasul itu. Beberapa orang berpendapat bahwa sebelum menjadi surat, dokumen itu adalah panduan berisi instruksi bagi mereka yang ingin dibaptis atau yang baru saja dibaptis. Argumentasinya adalah bahwa gereja abad kedua menyesuaikan pedoman pembaptisan ke dalam format surat. Mereka membubuhi nama Petrus di atasnya supaya surat itu akan lebih banyak dibaca. Beberapa orang yang telah mempertahankan posisi ini berpendapat bahwa 1 Petrus 4:12-5:14 adalah surat asli yang beberapa waktu kemudian dilampirkan pada pedoman pembaptisan. Jika benar begitu, dokumen yang kita sebut 1 Petrus awalnya adalah dua dokumen yang terpisah, yang pertama adalah dokumen berisi instruksi untuk calon baptisan yang sedikit sekali disesuaikan dengan bentuk surat (1:3-4:11), dan yang kedua adalah surat asli (4:12-5:14). Penalaran semacam ini cenderung mengabaikan pengakuan bahwa bagian apa saja dari dokumen itu ditulis oleh rasul Petrus sendiri.
Ada banyak alasan baik untuk menolak teori ini (lihat halaman 4 dalam edisi sebelumnya). Namun begitu, kehadiran doksologi pada titik ini menimbulkan pertanyaan tentang kesatuan surat itu. Selanjutnya, jelas terlihat bahwa Petrus menangani pertanyaan tentang penderitaan orang Kristen dengan urgensi yang diperbarui dalam 4:12. Rasanya tak begitu perlu untuk mendalilkan dua dokumen yang terpisah itu guna menjelaskan fitur-fitur surat itu. Petrus mungkin berhenti sejenak di tengah-tengah keahlian dorongannya untuk mempersembahkan pujian dalam bentuk doksologi. Mungkin ia kembali kepada surat itu beberapa jam atau beberapa hari kemudian dan memberikan perhatiannya lagi kepada penderitaan para pembacanya. Proses seperti ini jelas bukan di luar imajinasi.
Kita bisa mengakui bahwa ada perubahan mendadak dalam nada antara 4:11 dan 4:12 tanpa mengambil kesimpulan yang radikal bahwa 1 Petrus berasal sebagai dua dokumen yang terpisah. Pada titik ini rasul itu mungkin telah menuliskan doksologi dengan maksud untuk memberikan tanda tangan. Ia mungkin telah menyisihkan surat itu, dengan niat untuk dikirim bersama kurir yang tersedia berikutnya. Beberapa hari, mungkin beberapa minggu, telah berlalu. Sementara itu, sebelum ia punya kesempatan untuk mengirim surat itu, Petrus mungkin telah menerima informasi tambahan tentang status pergumulan para pembacanya. Secara bergantian, situasi genting umat Kristen di Roma mungkin telah berubah menjadi bertambah buruk. Andrew F. Walls menyiratkan bahwa tanda-tanda kebencian Nero terhadap umat Kristen, atau mungkin eksekusi Paulus, akan sudah memberi Petrus alasan untuk percaya bahwa penganiayaan terhadap para pembacanya akan berubah menjadi lebih buruk. Jika rasul itu belakangan duduk lagi dan menambahkan 4:12-5:14 untuk merespon informasi atau perkembangan terbaru, maka hal itu akan menjelaskan urgensi yang muncul dalam ayat-ayat berikutnya.10
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) Penulis : Petrus
Tema : Menderita bagi Kristus
Tanggal Penulisan: 60-63 M
Latar Belakang
Surat ini merupakan yang pertama dari...
Penulis : Petrus
Tema : Menderita bagi Kristus
Tanggal Penulisan: 60-63 M
Latar Belakang
Surat ini merupakan yang pertama dari dua surat PB yang ditulis oleh rasul Petrus (1Pet 1:1; 2Pet 1:1). Petrus mengakui bahwa surat pertama ini ditulis dengan bantuan Silas (Yun. _Silvanus_) sebagai juru tulisnya (1Pet 5:12). Kemahiran Silas dalam bahasa Yunani dan gaya menulis tercermin di dalam surat ini, sedangkan bahasa Petrus yang kurang halus tampak dalam surat 2 Petrus. Nada dan isi surat ini cocok dengan apa yang kita ketahui tentang Simon Petrus. Persekutuannya yang akrab dengan Tuhan Yesus selama bertahun-tahun melandasi ingatannya kembali akan kematian (1Pet 1:11,19; 1Pet 2:21-24; 1Pet 3:18; 1Pet 5:1) dan kebangkitan Yesus (1Pet 1:3,21; 1Pet 3:21); secara tidak langsung Petrus tampaknya juga menunjuk kepada penampakan diri Yesus kepadanya di Galilea setelah kebangkitan (1Pet 2:25; 1Pet 5:2a; bd. Yoh 21:15-23). Tambahan lagi, terdapat banyak persamaan di antara surat ini dengan khotbah-khotbah Petrus yang tercatat dalam Kisah Para Rasul.
Petrus mengalamatkan surat ini kepada "orang-orang pendatang yang tersebar" di seluruh propinsi Asia Kecil kekaisaran Romawi (1Pet 1:1). Beberapa di antara mereka ini mungkin adalah orang bertobat yang menanggapi khotbahnya pada hari Pentakosta dan telah kembali ke kota masing-masing dengan iman yang baru (bd. Kis 2:9-11). Orang percaya ini disebut "pendatang dan perantau" (1Pet 2:11) untuk mengingatkan mereka bahwa perziarahan mereka sebagai orang Kristen adalah di dalam dunia yang membenci Yesus Kristus dan mereka dapat mengalami penganiayaan darinya. Mungkin Petrus menulis surat ini sebagai tanggapan terhadap laporan dari orang percaya di Asia Kecil tentang peningkatan perlawanan (1Pet 4:12-16) yang belum didukung resmi oleh pemerintah (1Pet 2:12-17).
Petrus menulis dari "Babilon" (1Pet 5:13). Kata ini dapat ditafsirkan secara harfiah sebagai negara Babilon di Mesopotamia atau sebagai ungkapan kiasan untuk Roma, pusat tertinggi dari kefasikan abad pertama. Walaupun Petrus mungkin satu kali berkunjung ke tempat penampungan golongan Yahudi-ortodoks yang besar di Babilon, kita dapat lebih mudah menerangkan bahwa Petrus, Silas (1Pet 5:12), dan Markus (1Pet 5:13) sedang bersama-sama di Roma (Kol 4:10; bd. pernyataan Papias mengenai Petrus dan Markus di Roma) pada awal dasawarsa 60-an dan bukan di Babilonia. Kemungkinan besar Petrus menulis dari Roma pada tahun 60-63 M, pasti sebelum pertumpahan darah yang mengerikan oleh Nero dimulai (th. 64 M).
Tujuan
Petrus menulis surat pengharapan yang penuh dengan sukacita ini untuk memberikan kepada orang percaya pandangan yang ilahi dan abadi bagi kehidupan di bumi dan untuk memberikan bimbingan praktis kepada mereka yang mulai mengalami penderitaan yang berat sebagai orang Kristen di dalam masyarakat kafir. Petrus khawatir kalau-kalau orang percaya membangkitkan ketidaksenangan pemerintah dan menasihatkan mereka untuk mengikuti teladan Yesus dalam menderita dengan tidak bersalah, benar, dan luhur.
Survai
1 Petrus mulai dengan mengingatkan orang percaya
- (1) bahwa mereka mempunyai suatu panggilan yang mulia dan warisan sorgawi di dalam Yesus Kristus (1Pet 1:2-5);
- (2) bahwa iman dan kasih mereka di dalam hidup ini akan diuji dan dimurnikan sehingga akan mengakibatkan pujian, hormat, dan kemuliaan pada saat kedatangan Tuhan (1Pet 1:6-9);
- (3) bahwa keselamatan yang besar ini sudah dinubuatkan oleh nabi-nabi PL (1Pet 1:10-12); dan
- (4) bahwa orang percaya harus hidup kudus, jelas berbeda dari dunia yang tidak selamat di sekitar mereka (1Pet 1:13-21). Orang percaya, yang terpilih dan dikuduskan (1Pet 1:2) merupakan bayi-bayi yang bertumbuh yang memerlukan susu murni Firman Allah (1Pet 2:1-3), batu-batu hidup yang sedang dibangun menjadi suatu rumah rohani (1Pet 2:4-10), dan orang asing yang mengembara melewati negara asing (1Pet 2:11-12); mereka harus hidup dengan hormat dan rendah hati dalam hubungan mereka dengan setiap orang selama perjalanan ini (1Pet 2:13--3:12).
Amanat 1 Petrus terutama berkaitan dengan sikap patuh dan menderita karena kebenaran bagi Kristus dan menurut teladan-Nya sendiri (1Pet 2:18-24; 1Pet 3:9--5:11). Petrus meyakinkan orang percaya bahwa apabila mereka menderita karena kebenaran, maka mereka akan disenangi oleh Tuhan dan mendapat pahala. Di dalam konteks pengajaran mengenai menderita karena Kristus ini, Petrus menekankan tema-tema yang saling berhubungan dari keselamatan, pengharapan, kasih, sukacita, iman, kekudusan, kerendahan hati, takut akan Allah, ketaatan, dan ketundukan.
Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai surat ini.
- (1) Bersama dengan surat Ibrani dan kitab Wahyu, berita surat ini berkisar pada orang percaya yang menghadapi kemungkinan penganiayaan yang berat karena persatuan mereka dengan Yesus Kristus.
- (2) Surat ini memberikan pengarahan praktis bagaimana orang Kristen harus menanggapi penganiayaan dan penderitaan yang tidak adil, lebih daripada kitab lainnya dalam PB (1Pet 3:9--5:11).
- (3) Petrus menekankan kebenaran bahwa orang percaya adalah pendatang dan perantau di dunia ini (1Pet 1:1; 1Pet 2:11).
- (4) Banyak nama untuk umat Allah dari PL digunakan untuk orang percaya PB (mis. 1Pet 2:5,9-10).
- (5) Surat ini berisi ayat PB yang paling sulit ditafsirkan: kapan, di mana, dan bagaimana Yesus "memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara, ... pada waktu Nuh" (1Pet 3:19-20).
Full Life: 1 Petrus (Garis Besar) Garis Besar
Salam Kristen
(1Pet 1:1-2)
I. Hubungan Orang Percaya dengan Allah
(1Pet 1:3-2:10)
A. Keselamatan oleh...
Garis Besar
- Salam Kristen
(1Pet 1:1-2) - I. Hubungan Orang Percaya dengan Allah
(1Pet 1:3-2:10) - A. Keselamatan oleh Iman
(1Pet 1:3-12) - B. Kekudusan Karena Ketaatan
(1Pet 1:13-2:10) - II. Hubungan Orang Percaya dengan Sesamanya
(1Pet 2:11-3:12) - A. Tanggung Jawab Umum
(1Pet 2:11-17) - B. Tanggung Jawab Rumah Tangga
(1Pet 2:18-3:7) - 1. Tanggung Jawab Budak Terhadap Tuannya
(1Pet 2:18-25) - 2. Tanggung Jawab Istri Terhadap Suaminya
(1Pet 3:1-6) - 3. Tanggung Jawab Suami Terhadap Istrinya
(1Pet 3:7) - C. Ringkasan Prinsip-Prinsip yang Mengatur Hubungan Orang Percaya
dengan Sesamanya
(1Pet 3:8-12) - III.Hubungan Orang Percaya dengan Penderitaan
(1Pet 3:13-5:11) - A. Ketabahan Menghadapi Penderitaan
(1Pet 3:13-4:11) - 1. Karena Berbahagia dari Menderita dengan Tidak Adil
(1Pet 3:13-17) - 2. Karena Teladan Kristus yang Berkuasa
(1Pet 3:18-4:6) - 3. Karena Urgensi pada Akhir Zaman
(1Pet 4:7-11) - B. Bersukacita dalam Menghadapi Penderitaan
(1Pet 4:12-19) - 1. Karena Menguji Realitas Iman Kita
(1Pet 4:12) - 2. Karena Ikut Mengambil Bagian dalam Penderitaan Kristus
(1Pet 4:13,14-16) - 3. Karena Mempersiapkan Kita untuk Kemuliaan Kedatangan-Nya
(1Pet 4:13,17-19) - C. Nasihat dalam Menghadapi Penderitaan
(1Pet 5:1-11) - 1. Kepada Penatua -- Gembalakan Domba
(1Pet 5:1-4) - 2. Kepada Orang yang Lebih Muda
(1Pet 5:5-11) - Penutup
(1Pet 5:12-14)
Matthew Henry: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab)
Dua surat rasuli yang kita dapati terdaftar dalam kanon Kitab Suci ini ditulis oleh Petrus, rasul Yesus Kristus yang paling terkemuka, dan yang tab...
- Dua surat rasuli yang kita dapati terdaftar dalam kanon Kitab Suci ini ditulis oleh Petrus, rasul Yesus Kristus yang paling terkemuka, dan yang tabiatnya bersinar terang seperti digambarkan dalam keempat Injil dan Kisah Para Rasul. Namun, dalam gambaran para pemimpin gereja dan penulis tertentu, Petrus terlihat seperti orang yang luar biasa angkuh dan penuh ambisi. Berdasarkan Kitab Suci, sudah pasti bahwa Simon Petrus adalah salah seorang yang pertama-tama dipanggil Tuhan kita untuk menjadi murid dan pengikut-Nya. Bahwa ia adalah orang yang dikaruniai dengan kebaikan-kebaikan luhur, dari alam maupun anugerah, orang yang mempunyai andil besar dan cepat dalam mengeluarkan perkataan, cepat memahami dan berani melaksanakan apa saja yang dia ketahui sebagai kewajibannya. Ketika Juruselamat kita memanggil rasul-rasul-Nya, dan memberi mereka mandat, Ia pertama-tama menyebut Petrus. Dan melalui perlakuan-Nya terhadap Petrus, Ia tampak membedakan Petrus sebagai rasul istimewa di antara kedua belas rasul. Banyak contoh kasih sayang Tuhan kita kepadanya, baik selama Dia hidup maupun setelah kebangkitan-Nya, yang tercatat dalam Kitab Suci. Tetapi ada banyak hal yang secara meyakinkan ditegaskan tentang orang kudus ini jelas-jelas salah: Seperti, bahwa ia memiliki keutamaan dan kekuasaan yang lebih unggul daripada semua rasul lain, bahwa ia lebih tinggi daripada mereka, bahwa ia adalah pangeran, raja, dan penguasa mereka yang berdaulat, dan bahwa ia mempunyai kewenangan hukum atas seluruh kumpulan para rasul itu. Terlebih lagi, bahwa ia satu-satunya gembala untuk semua umat Kristen di seluruh dunia, satu-satunya wakil Kristus di bumi – bahwa selama lebih dari dua puluh tahun ia menjadi uskup Roma – dan bahwa semua ini merupakan perintah dan ketetapan Tuhan kita. Sementara Kristus tidak pernah memberinya keutamaan semacam ini, tetapi jelas-jelas melarangnya, dan justru memberikan perintah-perintah yang sebaliknya. Rasul-rasul lain tidak pernah menyetujui pengakuan-pengakuan seperti itu. Rasul Paulus menyatakan dirinya sedikit pun tidak kurang dari pada rasul-rasul yang tak ada taranya itu (2Kor. 11:5 dan 12:11). Tidak terkecuali dalam hal ini keunggulan martabat Petrus, sebab Paulus sendiri berani mempersalahkan dia, dan berterang-terang menentangnya (Gal. 2:11). Petrus sendiri tidak pernah menganggap hal-hal yang seperti itu, tetapi dengan bersahaja menyebut dirinya sebagai rasul Yesus Kristus. Dan ketika menulis kepada para penatua jemaat, dengan rendah hati ia menempatkan dirinya dalam kedudukan yang sama dengan mereka: Aku menasihatkan para penatua di antara kamu, aku sebagai teman penatua (5:1). Maksud dari surat rasuli yang pertama dari Petrus ini adalah,
- I. Untuk menjelaskan secara lebih lengkap ajaran-ajaran Kekristenan kepada orang-orang Yahudi yang baru bertobat ini.
- II. Untuk membimbing dan mengajak mereka supaya berperilaku kudus, dalam menjalankan dengan setia semua kewajiban pribadi mereka masing-masing. Dengan demikian, mereka sendiri akan tetap hidup dalam damai sejahtera dan mampu menjawab segala fitnah dan celaan dari musuh-musuh mereka.
- III. Untuk mempersiapkan mereka menghadapi penderitaan. Hal ini tampak menjadi niat utama sang Rasul, sebab ia mengatakan sesuatu tentang hal ini dalam setiap pasal. Dan, melalui berbagai macam alasan, ia betul-betul mendorong mereka supaya bersabar dan bertekun dalam iman, agar segala penganiayaan dan malapetaka yang menimpa mereka tidak sampai membuat mereka murtad dari Kristus dan Injil. Sungguh menakjubkan bahwa kita tidak menemukan satu kata pun yang menyerupai semangat dan keangkuhan seorang penguasa dalam kedua surat ini.
Jerusalem: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) SURAT-SURAT KATOLIK PENGANTAR
Di dalam Perjanjian Baru tercantum tujuh surat yang bukan karangan Rasul Paulus. Agak segera ketujuh surat ini dijadikan...
SURAT-SURAT KATOLIK PENGANTAR
Di dalam Perjanjian Baru tercantum tujuh surat yang bukan karangan Rasul Paulus. Agak segera ketujuh surat ini dijadikan suatu kelompok tersendiri meskipun asal- usulnya berbeda sekali. Ada sepucuk surat yang dikatakan karangan Yakobus, lagi karangan Yudas, dua pucuk surat karangan Petrus dan tiga karangan Yohanes. Judulnya "katolik" kiranya berasal dari kenyataan bahwa kebanyakan surat itu tidak tertuju kepada jemaat atau orang tertentu melainkan kepada orang-orang Kristen pada umumnya (katolik).
Surat Yakobus hanya lama kelamaan diterima oleh Gereja sebagai Kitab Suci. Agaknya di Mesir Yak tidak pernah diragukan sebagai Kitab Suci. Yak dikutip oleh Origenes sebagai karangan suci. Tetapi pada awal abad keempat Eusebius dari Kaisarea (Palestina) mengatakan bahwa Yak masih ditolak oleh sementara orang. Jemaat-jemaat yang berbahasa Siria baru dalam abad keempat memasukkan Yak ke dalam daftar kitab-kitab sucinya. Di Afrika utara Tertulianus dan Kiprianus ternyata tidak mengenal Yak. Daftar kitab-kitab suci yang disebut "Kanon Mommsen" (disusun sekitar th 360) belum memuat Yak. Di Roma Kanon Muratori (dikatakan susunan Hippolitus sekitar th. 200) juga tidak memuatnya. Sangat tidak pasti apakah Klemens dari Roma dan pengarang buku yang berjudul "Pastor Harmae" (lihat di bawah) mengutip Yak. Jadi baru pada akhir abad keempat surat Yakobus umum diterima sebagai Kitab Suci oleh jemaat-jemaat di Timur dan di Barat.
Mana kala surat Yakobus oleh jemaat-jemaat diterima sebagai Kitab Suci, maka pada umumnya pengarangnya disebut "Yakobus, yaitu saudara Tuhan", Mat 13:55 dsj; bdk 12:46+, yang berperan besar dalam jemaat purba di Yerusalem, Kis 12:17+; 15:13-21; 21:18-26; 1Kor 15:7; Gal 1:19; 2:9, 12. Peranannya itu diakhiri dengan kemartiran oleh tangan orang Yahudi sekitar th. 62 (Yosefus, Hagesippus). Yakobus "saudara Tuhan" itu jelas orang lain dari Yakobus anak Zebedeus, Mat 10:2 dsj, yang dalam th. 44 dibunuh oleh raja Herodes, Kis 12:2, tetapi boleh jadi ia sama dengan Yakobus lain, yaitu anak Alfeus, Mat 10:3 dsj. Sejak awal mula hingga dewasa ini kesamaan itu diperdebatkan, meskipun dewasa ini kebanyakan ahli membedakan kedua tokoh itu. Apa yang dikatakan paulus dalam Gal 1:19 diartikan dengan cara yang berbeda-beda juga. Tetapi masalah yang sesungguhnya terletak di tempat lain dan ditingkat lebih mendalam. Adakah Yak sungguh karangan "Yakobus yaitu saudara Tuhan"? Ada berbagai keberatan yang dapat dikemukakan terhadap pendapat itu. Jika Yak benar- benar dikarang oleh tokoh yang penting itu, bagaimana gerangan mungkin bahwa surat itu begitu lambat diterima oleh Gereja sebagai Kitab Suci dan, sebaliknya, begitu lama diragukan dan bahkan ditolak? Selebihnya, Yak langsung ditulis ke dalam bahasa Yunani yang bagus dan lancar, dengan perbendaharaan kata dan seni berpidato (diatribe) yang mengherankan, seandainya Yak ditulis oleh seorang yang berasal dari Galilea. Sudah barang tentu mungkin Yakobus menggunakan seorang murid yang berkebudayaan Yuanani. Tetapi hipotesa dan dugaan itu sukar dibuktikan. Akhirnya dan khususnya: Yak sangat serupa dengan beberapa karangan yang disusun pada akhir abad pertama atau pada awal abad kedua, teristimewanya dengan surat Klemens dari Roma dan buku yang berjudul "Pastor Harmae". Kerap kali dikatakan bahwa karangan-karangan itu menggunakan Yak. Tetapi dewasa ini semakin banyak sekali ahli berpendapat, bahwa kesamaan antara Yak dan karangan- karangan tersebut yang ternyata ada, disebabkan oleh sumber-sumber bersama yang dipakai. Kecuali itu Yak dan karangan-karangan lain itu mesti menghadapi masalah-masalah yang sejenis. Maka dari itu banyak ahli berkeyakinan bahwa Yak ditulis pada akhir abad pertama atau bahkan pada awal abad kedua. Memang ajaran Yak tentang Kristus memberi kesan ketuaan. Tetapi hal itu tidak membuktikan bahwa Yak ditulis pada awal mula agama Kristen. Sebab mungkin juga bahwa Yak berasal dari kalangan orang-orang Kristen keturunan Yahudi yang menjadi penerus pikiran-pikiran Yakobus, sedangkan menutup dirinya bagi perkembangan lebih lanjut dalam teologi Kristen semula.
Jika orang terus mau mempertahankan bahwa Yak benar-benar karangan "Yakobus yaitu saudara Tuhan", maka harus dikatakan bahwa Yak ditulis sebelum th. 62. Sebab dalam tahun itu Yakobus mati. Lalu dua hipotesa dapat dikemukakan, sesuai dengan pendirian orang dalam masalah hubungan antara Yak dan Gal-Roma dalam soal "pembenaran oleh iman" (lihat di bawah ini). Sementara ahli yakin bahwa Yak menentang Paulus, tegasnya mereka yang menyalah-artikan ajaran Paulus. Kalau demikian, Yakobus menulis suratnya menjelang ajalnya. Ahli-ahli lain, yang jumlahnya semakin berkurang berpendapat bahwa Paulus mau menentang pikiran Yak. Kalau demikian, Yak ditulis menjelang th 45-50. Dengan jalan itu juga dapat diterangkan mengapa ajaran Yak tentang Kristus nampaknya tua sekali. Tetapi mengingat apa yang dikatakan di muka kurang mungkin Yak sudah ditulis sekitar th. 45.
Bagaimanapun juga asal-usul Yak tulisan itu tertuju kepada "Keduabelas Suku di perantauan", 1:1, kiranya tidak lain artinya dari orang-orang Kristen keturunan Yahudi yang tersebar di dunia Yunani-Romawi, terutama di daerah-daerah yang berdekatan dengan Palestina, misalnya Siria atau Mesir. Bahwasannya orang-orang yang dituju oleh surat ini adalah orang keturunan Yahudi disarankan oleh bagian pokok surat sendiri. Pengarang terus menggunakan Kitab Suci (Perjanjian Lama) begitu rupa sehingga jelas mengandaikan bahwa para pembaca baik-baik mengenal Kitab Suci itu, apa lagi oleh karena pengarang tidak mendasar pemikirannya pada kutipan jelas dari Perjanjian Lama (seperti misalnya Paulus atau pengarang Ibr), tetapi lebih-lebih menaruh Kitab Suci sebagai latar belakang pikirannya. Pengarang Yak terutama dijiwai oleh sastera Hikmat-kebijaksanaan dan dari padanya mengambil pelbagai pengajaran mengenai akhlak pembaca.
Tetapi pengarang juga secara luas bergantung pada pengajaran Injil, sehingga suratnya jelas bukan sebuah karangan Yahudi, sebagaimana dikatakan oleh sementara ahli. Sebaliknya dalam Yak orang terus menemukan pikiran dan ungkapan sebagaimana disukai Yesus sendiri. Tetapi dalam hal inipun pengarang tidak langsung mengutip tradisi tertulis. Sebaliknya ia terutama memanfaatkan tradisi lisan. Pendek kata: pengarang Yak ialah seorang berhikmat Kristen keturunan Yahudi yang secara baru memikirkan kembali pepatah-pepatah dari hikmat Yahudi berdasarkan penyempurnaan yang diberikan Yesus kepada hikmat Yahudi itu.
Karangan Yak ini kurang sesuai dengan gaya bahasa yang lazim dalam surat-surat. Sebaliknya karangan itu lebih-lebih berupa khotbah, sebuah contoh pengajaran yang lazim pada jemaat-jemaat Kristen keturunan Yahudi di zaman itu. Disajikan sederetan ajakan praktis yang secara agak bebas dan lepas susul-menyusul; kadang-kadang pepatah-pepatah itu dikelompokkan berdasarkan pokok sama yang diuraikan; kadang-kadang juga dikelompokkan hanya berdasarkan kata yang sama yang terdapat dalam beberapa pepatah. Ada nasihat-nasihat mengenai kelakuan orang di tengah percobaan, 1:1-12; 5:7-11, mengenai asal-usul percobaan godaan, 1:13-18, tentang pengekangan lidah, 1:26; 3:1-12, tentang pentingnya hikmat, saling mengerti dan belas-kasihan, 2:8, 13; 3:13-4:2; 4:11 dst, dan mengenai kekuatan dosa, 1:5-8; 4:2 dst; 5:13-18, dll. Adapun sakramen pengurapan orang sakit ia dapat disimpulkan dari 5:14 dst (Konsili Trente).
Adapun dua pokok utama yang sangat menonjol dalam paranese yang disajikan Yak. Yang satu memuji orang miskin dan dengan keras menegur orang kaya, 1:9-11; 1:27 -2:9; 4:13-5:6; perhatian untuk orang miskin yang diutamakan oleh Allah berurat-berakar dalam suatu tradisi alkitabiah dan terutama dalam Ucapan bahagia dari Injil, Mat 5:3+. Pokok yang lain menekankan pengalaman iman, sedang memberi peringatan tentang iman yang tidak berbuah, 1:22-27; 2:10-26. Mengenai pokok terakhir ini bahkan ada sebuah diskusi yang berupa polemik, 2:14-26. Banyak ahli beranggapan bahwa polemik itu terarah kepada Paulus. Memang harus diakui bahwa ada hubungan cukup jelas antara Yak dan Gal-Rom, terutama dalam penafsiran yang berbeda sekali atas nas Kitab Suci yang sama tentang Abraham. Dan tentu saja mungkin bahwa Yakobus mau menentang bukanlah kiranya Paulus sendiri tetapi sementara orang Kristen yang dari ajaran Paulus mengambil kesimpulan yang membahayakan.
Namun demikian dua hal perlu dipertahankan. Yang pertama ialah: di belakang pertentangan pada permukaan yang disebabkan oleh keadaan yang berbeda, Paulus dan Yakobus dalam hal pokok sependapat, bdk 2:14+. Yang kedua ialah: masalah "iman dan amal" yang secara wajar ditimbulkan oleh agama Yahudi mungkin sekali suatu pokok diskusi yang tradisionil. Paulus dan Yakobus masing-masing dengan caranya sendiri kiranya membahas masalah yang sama dengan tidak bergantung satu sama lain.
Yudas, yang menyebut dirinya "saudara Yakobus", ay 1, haruslah seorang "saudara Tuhan" juga Mat 13:55 dsj. Tidak ada alasan menyamakan Yudas ini dengan rasul yang mempunyai nama yang sama, Luk 6:16; Kis 1:13; bdk Yoh 14:22. Sebab Yudas pengarang surat membedakan dirinya dengan para rasul, ay 17. Tetapi tidak ada alasan juga menyangka bahwa Yudas hanya nama samaran. Hal semacam itu sukar dimengerti bahwa Yudas adalah seorang tokoh yang sama sekali tidak menyolok.
Surat Yud ini sejak th. 200 diterima oleh kebanyakan jemaat Kristen sebagai Kitab Suci. Dahulu memang ada orang yang meragukan surat ini karena mengutip buku-buku apokrip (Henokh, ay 7, 14 dst; Pengangkatan Musa ke sorga, ay 9). Tetapi kutipan semacam itu tak perlu mengkhawatirkan orang, sebab sekali-kali tidak berarti berarti bahwa pengarang berpendapat bahwa buku-buku yang di zaman itu laku sekali di kalangan Yahudi benar-benar Kitab Suci.
Maksud tujuan Yud tidak lain kecuali membuka kedok pengajar-pengajar palsu yang membahayakan kepercayaan Kristen. Ia mengancamkan kepada mereka hubungan ialah yang sama dengan hukuman yang dalam tradisi Yahudi menimpa orang fasik, ay 5-7. Apa yang dikatakan Yud tentang pengajar-pengajar itu kiranya juga terpengaruh oleh cerita-cerita tentang zaman dahulu, ay 11. Pada umumnya keterangan Yud tentang pengajar-pengajar palsu itu agak kabur, sehingga tidak dapat dibuktikan bahwa mereka menganut "gnosis" dari abad II. Kefasikan dan kemerosotan akhlak yang dituduhkan kepada mereka oleh Yud, terutama bahwa mereka menghujat Tuhan Kristus dan malaikat-malaikat, ay 4,8-10, mungkin muncul di kalangan Kristen sendiri dalam abad I terpengaruh oleh aliran-aliran yang mencampur-adukkan agama Kristen, agama Yahudi dan paham kafir, sebagaimana ditentang oleh Kol, surat- surat pastoral dan Why. Tetapi ada beberapa keterangan dalam surat Yudas yang menyarankan bahwa ditulis pada akhir abad I. Pewartaan Injil oleh para rasul dikatakan terjadi "dahulu", ay 17. Iman dipikirkan sebagai suatu ajaran yang disampaikan sekali untuk selama-lamanya, ay 3. Rupanya surat-surat Paulus dipakai oleh pengarang. Memanglah surat kedua Petrus menggunakan Yud, tetapi nanti akan dikatakan bahwa 2Ptr mungkin ditulis sesudah Petrus meninggal dunia. Maka boleh dikatakan bahwa Yud ditulis pada akhir zaman para rasul.
Ada dua surat katolik yang dari sendiri menyatakan bahwa ditulis oleh Petrus. Surat pertama yang dalam alamatnya memuat nama ketua rasul, 1:1, sejak awal mula diterima oleh Gereja tanpa keraguan atau pertentangan. Surat ini barangkali sudah digunakan oleh Klemens dari Roma dan pasti dipakai oleh Polikarpus. Sejak Ireneus, dengan tandas dikatakan bahwa surat itu karangan rasul Petrus. Petrus menulis surat ini di Roma (Babilon, 5:13). Di sana Petrus ada bersama Markus yang disebutnya sebagai "anaknya". Meskipun kita tidak tahu banyak tentang akhir hidup Petrus, namun sebuah tradisi yang cukup dipercaya mengatakan bahwa Petrus datang ke ibu kota, lalu mengalami kemartiran selama pemerintahan Kaisar Nero (th. 64 atau 67). Surat Ptr ini dialamatkan kepada orang-orang Kristen "di perantauan", 1:1 (terj: yang tersebar) dengan menyebut nama lima propinsi yang pada pokoknya merangkum seluruh Asia-Kecil. Apa yang dikatakan tentang hidup mereka dahulu, 1:14, 18; 2:9 dst; 4:3, menyarankan bahwa mereka dahulu kafir, meskipun tetap mungkin bahwa juga ada orang Kristen keturunan Yahudi di kalangan mereka. Itulah sebabnya maka Petrus menulis suratnya dalam bahasa Yunani. Bahasa Yunaninya adalah sederhana tetapi tepat dan halus, sehingga nampak terlalu bermutu untuk dapat dipakai oleh seorang nelayan asal Galilea, tetapi kali ini kita mengenal nama murid-juru-tulis yang kiranya menolong darlam mengarang surat itu. Namanya ialah Silwanus, 5:12, yang umumnya disamakan dengan rekan Paulus yang bernama Silas, Kis 15:22+.
Maksud tujuan surat ini ialah mempertahankan iman pada mereka yang dituju dan dilanda banyak percobaan. Ada orang yang berpendapat bahwa apa yang dimaksudkan dengan pencobaan itu ialah penganiayaan dari pihak pemerintah, misalnya dari fihak Kaisar Domitianus atau bahkan Kaisar Trayanus. Kalau demikian maka surat itu ditulis setelah Petrus meninggal. Tetapi apa yang dikatakan surat itu sekali-kali tidak menyarankan bahwa ada penganiayaan dari pihak pemerintah, apa lagi dari pihak Dominitianus atau Trayanus. Apa yang dimaksudkan tidak lain kecuali gangguan-gangguan dari pihak lingkungan orang-orang Kristen itu, fitnah dan penghinaan dari pihak mereka yang merasa tersinggung oleh karena orang Kristen tidak mau ikut dalam adat istiadat dan kebejatan akhlak mereka, 2:12; 3:16; 4:4,12-16.
Terhadap keaslian 1Ptr (sebagai karangan Petrus) masih diketengahkan kesulitan lain. Kesulitan itu ialah: Rupanya 1 Ptr banyak menggunakan karangan-karangan Perjanjian Baru lain, khususnya Yak, Rom dan Efesus, sedangkan anehnya Injil hanya sedikit dipakai. Namun demikian 1Ptr sering meski secara halus meskipun menyinggung Injil. Seandainya Injil dengan lebih jelas dikutip kiranya orang berkata bahwa pengarang berbuat demikian justru dengan maksud supaya suratnya diangggap sebagai karangan Petrus. Adapun hubungan 1Ptr dengan Yak dan Paulus jangan dibesar-besarkan. Tidak ada satupun pokok utama dari surat-surat Paulus (ciri sementara hukum Taurat, Tubuh Kristus, dll) yang tampil dalam 1Ptr. Banyak pokok yang dikatakan berasal dari Paulus oleh karena terutama dibahas dalam surat-surat Paulus kiranya tidak lain dari pokok-pokok yang banyak dibahas dalam teologi Gereja Purba pada umumnya (kematian Kristus sebagai penebusan, iman dan baptisan, dll). Makin banyak ahli menerima bahwa di zaman itu ada rumusan- rumusan tertentu dalam pengajaran agama dan kumpulan-kumpulan ayat-ayat Kitab Suci dan semuanya itu mungkin dipakai oleh macam-macam karangan tanpa tergantung satu sama lain. Namun demikian ada beberapa bagian dalam 1Ptr yang dijiwai oleh Rom dan Ef. Tetapi hal itu dapat diterima walaupun tidak perlu menolak 1Ptr sebagai karangan Petrus: Petrus tidak mempunyai keunggulan di bidang teologi seperti Paulus; maka ia dapat menimba dari karangan-karangan Paulus, terutama kalau berbicara kepada kalangan orang Kristen yang meresapkan ajaran Paulus ke dalam hati. Jangan dilupakan pula bahwa juru tulis Petrus yaitu Silwanus, adalah murid Paulus juga. Perlu masih dicatat pula bahwa di samping kedekatan dengan Paulus, ada juga sementara ahli yang menemukan kesamaan antara 1Ptr dan karangan-karangan lain yang berasal dari lingkungan Petrus, yaitu injil kedua dan wejangan-wejangan Petrus yang termaktub dalam Kis.
Surat Petrus ini tentu saja mendahului kematiannya dalam th. 64 dan 67. Namun ada kemungkinan juga bahwa menurut petunjuk-petunjuk Petrus Silwanus menulis surat ini setelah Petrus meninggal dunia, lalu mengumumkannya dibawah kewibawaan Petrus. Dugaan semacam ini terutama masuk akal seandainya benar bahwa surat ini sebenarnya terdiri atas beberapa kepingan, antara lain sebuah homili yang diucapkan dalam rangka upacara baptisan. Tetapi ini hanya dugaan belaka yang tak mungkin dibuktikan.
Meskipun 1Ptr terutama berisikan nasihat-nasihat praktis, namun ajaran yang termaktub di dalamnya bermutu tinggi. Terdapat di dalamnya sebuah ikhtisar bagus dari teologi Kristen di zaman itu dan ikhtisar itu mengharukan hati justru dalam kesederhanaannya. Sebuah gagasan pokok ialah: dengan berani dan sabar orang Kristen mesti menanggung percobaan sesuai dengan teladan Kristus sendiri, 2:21- 25; 3:18; 4:1, sama seperti Kristus orang Kristen harus menderita dengan berkanjang dan merasa gembira kalau sengsaranya yang disebabkan iman dan kelakuannya yang suci, 2:19 dst; 3:14; 4:12-19; 5:9, mereka harus menentang yang jahat dengan kasih sambil mentaati pemerintah sipil, 2:13-17, dan dengan lembut dan rendah hati terhadap sekalian orang, 3:8-17; 4:7-11, 19. Ada bagian sulit dalam surat ini yang diartikan dengan berbagai cara, yakni 3:19 dst; bdk 4:6. Pemberitaan (Injil) oleh Kristus sementara ahli mengartikannya sebagai pemberitaan keselamatan atau hukuman, sedangkan "roh-roh" yang di dalam penjara, diartikan entah sebagai orang fasik yang mati di waktu air bah, entah sebagai malaikat-malaikat yang menurut tradisi alkitabiah dan apokaliptik berdosa. Tetapi bagaimanapun juga tindakan Tuhan itu ditempatkan di saat wafatNya. Dan karena itu nas menjadi dasar utama bagi ajaran tentang turunnya Kristus ke dunia orang mati (penantian kurang tepat).
Tidak dapat diragukan bahwa juga surat kedua memperkenalkan diri sebagai karangan Petrus. Rasul tidak hanya menyebut namanya dalam alamat surat, 1:1, tetapi iapun menyinggung nubuat Yesus tentang kematian Petrus, 1:14; ia mengatakan bahwa menyaksikan Yesus waktu dimuliakan di gunung, 1:16-18. Akhirnya masih menyinggung salah satu suratnya dahulu dan surat itu kiranya tidak lain kecuali 1Ptr.
Kalau untuk kedua kalinya menulis surat bagi orang yang sama, maka maksudnya rangkap dua: memperingatkan mereka terhadap pengajar-pengajar palsu, 2, dan meredakan kegelisahan mereka yang disebabkan ditundanya Parusia Tuhan, 3. Tentu saja mungkin saja bahwa pengajar-pengajar palsu semacam itu dan juga kegelisahan itu muncul di bagian terakhir hidup Petrus. Tetapi ada pertimbangan lain yang membuat orang ragu-ragu tentang keaslian 2Ptr dan menyarankan bahwa surat itu ditulis di zaman lain. Bahasa 2Ptr sangat berbeda dengan bahasa 1Ptr. Bab 2 seluruhnya hanya dengan bebas (meskipun jelas) mengulang surat Yudas. Rupanya sudah ada sebuah kumpulan surat-surat Paulus 3:15 dst. Kelompok para rasul ditempatkan di tingkat sama dengan kelompok para rasul, 3:2. Pertimbangan- pertimbangan itu membenarkan keraguan yang sejak awal mula ada mengenai 2Ptr. Dengan pasti surat ini baru dimulai dipakai oleh Gereja dalam abad III, dan waktu itu masih ada orang yang blak-blakan menolaknya, seperti dikatakan oleh Origenes, Eusebius dan Hieronimus. Pada giliriannya banyak ahli dewasa ini tidak mau menerima bahwa 2Ptr adalah karangan Petrus, dan kiranya mereka benar juga. Tetapi kalau seorang murid kemudian menggunakan kewibawaan Petrus, maka ia barangkali berhak berbuat demikian. Boleh jadi pengarang termasuk kalangan orang Kristen yang bergantung pada Petrus, atau ia mungkin menggunakan salah satu karangan dari tangan Petrus, yang disadur dan dilengkapi dengan pertolongan Yud. Kalau demikian pengarang tidak "menipu" sebab di zaman dahulu orang mempunyai pandangan lain dan kita mengenai "hak pengarang" dan boleh tidaknya menggunakan nama orang lain.
Bagi kepercayaan kita juga cukup kalau surat ini oleh Gereja umum diterima sebagai sebagian dari Kitab Suci dan karenanya menyampaikan warisan dari zaman para rasul. Maka ajaran 2Ptr terjamin kebenarannya. Dari ajaran itu boleh disebutkan: panggilan orang Kristen untuk mengambil bagian dalam kodrat ilahi, 1:4; ajaran mengenai Kitab Suci yang diinspirasikan, 1:20 dst; keyakinan mengenai Parusia Tuhan yang akan datang meskipun saatnya ditunda; Parusia itu akan terjadi setelah dunia musnah oleh api, dan dunia baru dijadikan di mana terdapat kebenaran, 3:3-13.
Kegiatan surat Yohanes dibahas dalam pengantar Injil keempat.
Ende: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) SURAT PERTAMA SANTU PETRUS
KATA PENGANTAR
Pengarang
Sedjak dari permulaan, Para Bapak Geredja sependapat bahwa St. Petruslah
penulis surat ini. Kesatu...
SURAT PERTAMA SANTU PETRUS
KATA PENGANTAR
Pengarang
Sedjak dari permulaan, Para Bapak Geredja sependapat bahwa St. Petruslah penulis surat ini. Kesatuan pendapat itu telah utuh, sampai ketika sardjana- sardjana Kitab Kudus dari djaman modern ini mengemukakan beberapa keberatan terhadapnja.
Isi surat ini sendirilah jang harus memberi putusan dan penjelesaian jang sebenarnja. Disamping setjara terang-terangan menundjukkan dirinja sebagai Petrus, "Rasul Kristus", pengarang sepintas lalu dalam bab 5:1 menjebut dirinja sebagai rekan-imam dan penjaksi kesengsaraan Kristus". Djuga Markus, jang oleh Papias disebut sebagai "djuru bahasa" Petrus di Roma, disangka ada bersama Petrus, tatkala dia menulis suratnja (5:13). Keaslian surat ini diperteguhkan lagi oleh beberapa perhubungannja dengan kehidupan dan pengadjaran Kristus .
Gaja bahasa Djunani, sekalipun kurang mutunja daripada gaja jang dipergunakan oleh St. Jakobus dalam suratnja, dahulu pernah dianggap sebagai suatu alasan untuk mengingkari Petrus sebagai pengarang surat ini. Namun sebagaimana halnja dengan Jakobus dan Judas, orang sama menjetudjui sekarang sistim pemakaian djurutulis, jang tentu djuga terdjadi pada masa Petrus.
Penulis terus terang mengatakan bahwa ia menulis "dengan perantaraan Silvanus" (5:12). Akibatnja ialah sekalipun isi pikiran itu timbul dari Petrus, tetapi bahasanja disusun oleh djurutulisnja.
Pembatja
Ajat pertama dari surat ini menundjukkan bahwa ia ditulis untuk orang serani di Asia Ketjil. Entah orang-orang serani itu terdiri dari pentobat-pentobat Jahudi atau kafir, masih dipersoalkan. Karena alasan-alasan jang diberikan belum mentjapai persetudjuan penuh, maka rasanja dapat dikatakan bahwa tak ada kelompok orang serani tertentu jang dimaksudkan. Dengan pasti ialah bahwa bagian terbesar orang serani terdiri dari pentobat-pentobat Jahudi. Tetapi tatkala surat ini ditulis, Paulus dan rekan-rekannja telah menobatkan banjak orang kafir di Asia Ketjil. Kemungkinan jang terbesar ialah bahwa surat ini ditudjukan kepada Para miskin dan hamba sahaja di Asia Ketjil (2:18).
Waktu, kesempatan dan tempat dimana surat ini ditulis
Pada kesempatan mana Petrus menulis surat ini, tidak kita ketahui. Dari isi surat hanja dapat kita simpulkan bahwa Petrus bermaksud memberanikan orang serani dalam pertjobaan, dan menghidupkan iman jang mendapat serangan sekian banjak (4:12).
Bahwa surat ini ditulis di Roma, itu tentu pasti. Dengan menjebut nama Babylon (5:13), Petrus agaknja hendak mengawaskan kota Roma jang kafir itu, jang kedjajaannja menjamai kemakmuran djasmani Babylon purba. Karena Petrus meninggal di Roma pada djaman penganiajaan Nero, dan karena ketika itu penganiajaan belum lagi meletus, maka agaknja surat ini ditulis mendjelang achir tahun 64 ses. Kristus. Kepastian waktu surat ini menundjukkan bahwa kutipan-kutipan surat St. Paulus didalam surat St. Petrus itu mungkin.
Gajabahasa
Sekalipun surat ini, sebagaimana djuga surat St. Jakobus, pada dasarnja
berisikan adjakan moril, namun dalam beberapa hal ia bukan memuat adjaran moral.
la lebih menjerupai bentuk sebuah surat dengan suatu kata pendahuluan jang
pandjang (1:1-2), lalu menjusul suatu doa sjukur (1:3-5) jang lazim kedapatan
pada banjak surat dizaman itu, dan berachir dengan suatu utjapan selamat (
Adjaran
Karena surat ini pada dasarnja berisi suatu adjakan moril, maka djangan kita harapkan suatu pementasan kebenaran dogmatis jang teratur didalamnja. Tetapi, kita bisa menemukan djuga teologi jang kaja dan dalam disitu. Kebenaran teologis jang asasi ialah bahwa orang kristen diseluruh dunia ini bersatu (5:9); dahulunja mereka pendosa (2:24) jang tak tahu suatu apapun (1:14) tetapi kini mereka telah ditebus oleh darah kudus Kristus (1:18-19) dan dipilih untuk berbakti kepadanja (1:2).
Tjaranja mereka ditebus itu diterangkan sedjelas-djelasnja. Allah Bapa, jang maharahim (1:3) dan kudus (1:15-16), sudah merentjanakan penjelamatan mereka (1:2), bahkan sebelum dunia tertjipta (1:20). Nabi-nabi Perdjandjian Lama menginsjafi rentjana tersebut dan bernubuat pula tentang rentjana itu (1:10-12). Rentjana itu dipenuhi dalam sedjarah dengan kedatangan Kristus, jang biarpun tak bersalah (1:19; 2:22), tetapi menderita sengsara (2:21; 4:1), dan wafat disalib (2:24; 3:18). Hasil daripada sengsara dan wafat Kristus ialah penjilihan dosa manusia (1:18; 3:18).
Mati untuk dosa berarti lahir kembali kesuatu hidup baru jang telah diperoleh berkat kebangkitan Kristus (1:3), dan itu kita dapat dalam Sakramen Permandian (3:12), suatu Sakramen jang telah digambarkan lebih dahulu dalam peristiwa ai bah (3:20). Oleh ketaatan kepada Kristus (1:2), dan iman terhadap ebasiat penebusanNja (1:5,7-9), orang kristen ada harapan untuk memperoleh istirahat abadi disurga (1:5; 3:22).
Akan memperoleh gandjaran kekal, orang kristen hendaknja kudus (1:15),
melawan penggodaan setan (5:8-9), meninggalkan dosa-dosa dahulu (
Biarpun kehidupan sematjam itu kelihatan sukar, toh akan lebih mudah karena diteladani oleh Kristus sendiri (2:21; 3:17; 4:1), oleh semakin mendekatinja (2: 3-4), oleh kesadaran bahwa mereka mengambil bagian dalam penderitaannja (4:13), dan oleh memikirkan kedudukan mereka jang tinggi dimata Allah "batu-hidup", didalam rumah Allah (2:5), suatu bangsa jang terpilih, imamat radjawi, umat jang kudus (2:9).
Dengan tjara hidup demikian, orang kristen dapat hidup dengan penuh kepertjajaan kepada penjelenggaraan Allah (5:7), kepada pengadilan ilahi pada achir zaman, suatu peristiwa jang dirasa Petrus sudah dewat (4:5,7,17), dan akan berachir serta diberkati oleh penampakan mulia Jesus (1:7; 5:1,4).
TFTWMS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) Masalah Sudut Pandang (1 Petrus 4:7-11)
Suatu hari seorang guru di sebuah sekolah dasar setempat pulang ke rumah dari tempat kerjanya. Ia pulang bers...
Masalah Sudut Pandang (1 Petrus 4:7-11)
Suatu hari seorang guru di sebuah sekolah dasar setempat pulang ke rumah dari tempat kerjanya. Ia pulang bersama dengan gadis kecil berusia lima tahun. Sebuah kendaraan di pinggir jalan, yang melaju dengan kecepatan tinggi, menerobos rambu stop dan menghantam seluruh sisi tubuhnya. Ia tewas seketika. Gadis kecil itu dibawa ke rumah sakit dalam kondisi kritis. Mobil yang menerobos rambu stop itu dikendarai oleh anak berusia delapan belas tahun. Ada empat orang muda di dalam mobil itu. Polisi menemukan alkohol yang banyak sekali..
Pelbagai perasaan berkecamuk di dalam sebagian besar dari kita ketika kita membaca kisah seperti itu—sedih, jengkel, bingung, tidak berdaya, geram. Kita ingin sistem keadilan memastikan bahwa mereka yang menyebabkan kematian yang tidak masuk akal atas wanita yang tidak bersalah ini, dan yang membuat yatim seorang gadis kecil—mendapatkan hukuman yang setimpal dengan perbuatan mereka. Mereka pantas dikurung untuk waktu yang lama.
Beberapa jam setelah kecelakaan ini adegan lain terjadi di suatu tempat di kota itu. Seorang ibu dan ayah mendengar ketukan di pintu. Yang mengetuk adalah polisi. Mereka diberitahu bahwa putra atau putri mereka telah menerobos rambu stop. Pelbagai akibatnya memang tragis. Alkohol terlibat. Seorang ibu muda menjadi korban.
Kecelakaan itu terlihat berbeda tergantung pada sudut pandang. Bayangkanlah bagaimana ketiga orang itu menyikapi peristiwa itu: (1) suami yang menantikan kepulangan istrinya dan gadis kecilnya, (2) orang tua yang telah memberikan kunci mobil ke anak berusia delapan belas tahun, dan (3) diri saya sendiri, orang asing yang membaca dengan penasaran kecelakaan itu di koran pagi, menggelengkan kepala tanda tak percaya. Kejadian yang sama terlihat berbeda tergantung pada bagaimana seseorang terlibat di dalamnya.
Dalam 1 Petrus 4:7-11, pesan rasul itu adalah tentang sudut pandang. Para pembaca mula-mula surat Petrus telah mengalami banyak kesulitan. Mantan teman dan tetangga telah membuat hidup mereka sengsara setelah mereka mengakui Kristus sebagai Tuhan. Teman-teman mereka tidak mengerti. Pertama, mereka dibuat marah, lalu mereka mengejek Allah baru ini yang diperkenalkan oleh orang-orang Yahudi dari Palestina. Mereka membuat hidup orang Kristen sengsara. Petrus mengatakan apa yang mereka ketahui sebagai hal yang benar: "Sebab itu mereka heran, bahwa kamu tidak turut mencemplungkan diri bersama-sama mereka di dalam kubangan ketidaksenonohan yang sama, dan mereka memfitnah kamu" (1 Petrus 4:4).
Petrus mendesak para pembacanya untuk menempatkan rasa sakit dan penolakan mereka dalam sudut pandang. Orang Kristen memandang pelbagai peristiwa dari sudut pandang orang asing. Kepedulian dan keprihatinan dunia tampak berbeda bagi orang Kristen daripada yang tampak bagi orang lain. Mereka yang mencintai dunia adalah milik zaman ini; orang Kristen hanya lewat. Mereka mengetahui apa yang tidak diketahui oleh umat manusia lainnya.
(1) Sudut pandang orang Kristen berbeda karena "kesudahan segala sesuatu sudah dekat" (1 Petrus 4:7). Rasul itu tidak menulis, "Suatu saat atau di saat lain, kita tidak tahu kapan, tapi Tuhan akan datang kembali. Itu tidak terlalu mendesak. Hendaklah jangan kita pikirkan dan kerjakan saja urusan kita."Ada perbedaan besar antara keyakinan bahwa Tuhan akan segera datang kembali dan penerimaan begitu saja bahwa Ia akan datang kembali. Rasul itu dan para pembacanya hidup dalam pengharapan. Kedatangan kembali Tuhan bukan masalah biasa yang bisa digeser ke dalam ketidaktentuan.
Bahwa kesudahan segala sesuatu sudah dekat adalah sudut pandang umum para penulis Perjanjian Baru: "Kamu juga harus bersabar dan harus meneguhkan hatimu, karena kedatangan Tuhan sudah dekat!" (Yakobus 5:8); "Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya" (Matius 25:13). Ketika orang Kristen percaya bahwa kembalinya Tuhan adalah di masa depan mereka yang tak lama lagi, maka mereka hidup secara berbeda. Itulah apa yang Petrus sedang katakan. Ada perbedaan antara percaya bahwa Tuhan akan datang kembali dan percaya bahwa Ia akan segera datang kembali.
Tidak semua orang percaya bahwa Tuhan akan datang kembali. Beberapa percaya bahwa dunia materi yang mereka kenal merupakan seluruh keberadaan. Kaum materialis percaya bahwa materi dan gerak akan tetap ada di alam semesta. Jika mereka mengikuti secara konsisten keyakinan mereka, mereka akan menemukan dua cara yang mungkin untuk merespon keberadaan mereka sendiri. (1) Beberapa orang materialis adalah mengerikan. Hidup adalah lelucon kosmik. Hidup tidak punya arti lain selain hal-hal kecil yang orang ukir untuk dirinya sendiri. (2) Yang lainnya bersikap sinis. Filosofi mereka adalah "marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati" (1 Korintus 15:32). Keberhasilan hidup diukur dengan berapa banyak kesenangan yang bisa kita miliki.
Bagi Petrus hidup adalah serius tanpa bersikap muram; itu adalah sukacita tanpa bersikap sembrono. Karena Tuhan akan datang untuk menghakimi dunia ini, rasul itu berkata "kuasailah dirimu." Kita harus berhati-hati atas apa yang kita katakan dan lakukan. Pilihan dan tindakan manusia adalah penting. Oleh karena itu, orang Kristen harus berdoa.
Baik dalam Yudaisme dan Islam ada saat-saat berdoa yang tersebar di sepanjang hari. Di negara-negara Islam, Anda akan mendengar tukang Azan memanggil orang-orang beriman untuk sembahyang. Suaranya datang lewat pengeras suara di atas menara yang tersebar di seluruh kota kecil dan kota besar. Orang berhenti beraktivitas, bersujud, dan berdoa. Orang Kristen tidak punya waktu khusus untuk berdoa. Cita-cita orang Kristen adalah berdoa setiap saat (lihat 1 Tesalonika 5:17). Sudut pandang Kristen terhadap kedatangan kembali Tuhan mengajarkan orang-orang percaya untuk berdoa. Karena hidup adalah serius, karena kesudahan segala sesuatu sudah dekat, karena Yesus memerintah di sorga, maka mereka berdoa.
(2) Karena orang-orang Kristen yang bukan dari dunia ini tahu Tuhan akan segera datang kembali, maka sudut pandang mereka memberi mereka kasih karunia untuk menerima satu sama lain dalam kasih. "Tetapi yang terutama: kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa" (1 Petrus 4:8). Petrus tidak sedang memberitahu orang Kristen bahwa mereka harus biarkan saja seorang saudara yang berselingkuh, atau yang berdusta atau mencuri. Orang Kristen bertanggung jawab satu sama lain. Kata-kata Petrus bukan undangan untuk berbuat dosa. Tidak ada saran bahwa orang Kristen harus memaafkan dengan mudahnya kata-kata dan perilaku sembrono. Tidak ada orang yang punya hak untuk mengharapkan orang lain menutupi dosa-dosanya.
Apa yang Petrus sedang katakan adalah bahwa ketika orang saling mengasihi, sudut pandang mereka tentang dosa berbeda dari orang-orang yang punya kepedulian yang egois. Saudara dan saudari dalam Kristus menolak untuk merengek satu sama lain. Sebaliknya, mereka bersatu untuk mengangkat orang berdosa dari rasa malu nya. Mereka tidak berbalik menentang dia; mereka berada di sisinya. Sudut pandang berbeda pada sisi iman ini.
Ketika Petrus berkata bahwa "kasih menutupi banyak sekali dosa," ia sedang bicara tentang sikap orang Kristen terhadap satu sama lain. Mereka ingin sekali melekatkan motif yang baik pada apa yang mereka lihat dilakukan oleh saudara atau saudari seiman. Mereka terlihat ramah terhadap kata-kata yang saudara atau saudari ucapkan, meski kata-kata yang sama yang diucapkan oleh orang lain mungkin akan menyinggung perasaan mereka. Setelah orang lain mengakui bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah, bahwa Ia telah bangkit dari antara orang mati, bahwa Ia akan datang lagi—setelah kita berbagi ikatan dalam Yesus—saya memandang dia secara berbeda. Saya akan lambat dalam menilai motifnya. Saya akan cepat untuk melihat dan memuji dia atas kebajikannya. Baik Paulus maupun Petrus tidak pernah menjadi lelah terhadap subyek: "Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman" (Galatia 6:10.) "Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; … Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri"(1 Korintus 13:4, 5).
(3) Sudut pandang orang Kristen berbeda karena orang Kristen belajar untuk saling menghormati satu sama lain atas semua perbedaan yang mereka miliki. Kita tidak semuanya sama. Allah memberikan karunia yang berbeda. Petrus menulis, Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah. Jika ada orang yang berbicara, baiklah ia berbicara sebagai orang yang menyampaikan firman Allah; jika ada orang yang melayani, baiklah ia melakukannya dengan kekuatan yang dianugerahkan Allah … (1 Petrus 4:10, 11a).
Kita semua memiliki karakter yang berbeda. Beberapa orang bertemperamen tenang; yang lain suka bicara. Beberapa mengambil keputusan dengan tergesa-gesa; yang lainnya stabil dan dapat diandalkan. Ketika orang Kristen memiliki sudut pandang yang berasal dari mengenal Tuhan mereka, mereka mengevaluasi rekan-rekan seiman mereka dengan dosis kasih yang sehat. Karena tahu seseorang adalah baik, setelah melihat buah Roh dalam hidupnya, maka murid-murid bersikap murah hati kepada satu sama lain. Itu tidak sama dengan memaafkan dosa. Itu adalah mengasihi meski ada banyak kekurangan.
Perjanjian Baru sering mendesak orang percaya untuk bersyukur atas perbedaan yang mereka temukan dalam diri satu sama lain dan menghormati orang lain yang karunianya berbeda dari yang mereka miliki (lihat 1 Korintus 12:12, 13). Kasih tidak menuntut hal yang mustahil dari kita. Kasih tidak mengharuskan bahwa kita semua menikmati pertemanan dengan orang-orang yang sama. Kita memiliki lebih banyak kesamaan dengan beberapa orang daripada dengan yang lainnya. Orang Kristen harus jangan disalahkan oleh karena beberapa orang secara khusus sayang kepada dia, tetapi Kristus meminta kita untuk menjadi lebih besar. Ia meminta kita untuk menghormati semua orang, untuk memandang dengan ramah kepada semua saudara-saudari kita, untuk tidak cepat tersinggung dan lambat dalam mengecam.
Inilah kesimpulan Petrus. Ia mengatakan bahwa kita harus ingat bahwa kemuliaan Allah adalah lebih penting daripada kemuliaan kita sendiri. Kita bisa bertahan ketika perasaan kita terluka. Kita akan bisa mengatasi hal itu. Kita bisa mengingatkan diri kita bahwa orang yang mengatakan sesuatu yang tidak kita sukai adalah laki-laki yang baik atau perempuan yang baik. Kebaikan ada dalam hidup mereka. Orang Kristen bertindak "supaya Allah dimuliakan dalam segala sesuatu karena Yesus Kristus. Ialah yang empunya kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya! Amin"(1 Petrus 4:11b).
Kesimpulan . Gereja adalah bukan tentang Anda dan saya. Itu adalah tentang Allah dan kemuliaan-Nya. Jika Yesus dapat memaafkan dosa-dosa Anda dan dosa saya demi salib, kita dapat memaafkan dosa-dosa satu sama lain. Ada beberapa hal di dalam sebagian besar hidup kita yang bisa kita perbaiki. Saling menenggang kesalahan satu sama lain tidak berarti bahwa tidak ada orang yang harus memberitahu kita tentang kesalahan kita. Jika seorang saudara menghampiri kita dalam kasih dan hormat dan memberitahu kita tentang bidang tertentu kehidupan Kristen kita yang kurang baik, kita bisa menerimanya. Kasih menutupi banyak sekali dosa tidak berarti bahwa kita harus menjadi marah setiap kali seseorang ingin membantu kita untuk mengatasi suatu kesalahan.
TFTWMS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) KETIKA ANDA MENGHADAPI NYALA API SIKSAAN (1 Petrus 4:1-19)
COY ROPER
PENDAHULUAN
Kita semua kadang-kadang mengalami masa krisis. Kita mengalami kec...
KETIKA ANDA MENGHADAPI NYALA API SIKSAAN (1 Petrus 4:1-19)
COY ROPER
PENDAHULUAN
Kita semua kadang-kadang mengalami masa krisis. Kita mengalami kecelakaan, kita mengikuti ujian akhir, kita sakit, atau orang yang kita cintai meninggal. Kita kehilangan pekerjaan, atau mungkin seorang teman atau pasangan kita ternyata tidak setia. Apakah yang kemudian kita lakukan?
Orang-orang Kristen yang Petrus surati sedang menghadapi krisis yang bahkan lebih sulit daripada semua itu. Mereka sedang dianiaya oleh karena iman mereka. Petrus menulis: "Saudara-saudara yang kekasih, janganlah kamu heran akan nyala api siksaan yang datang kepadamu sebagai ujian, seolah-olah ada sesuatu yang luar biasa terjadi atas kamu" (4:12). Perhatikanlah bentuk present tense: "… datang kepadamu." Gagasannya adalah bahwa pengadilan sedang terjadi atas mereka pada waktu itu, pada waktu Petrus sedang menulis.
Dua ayat lain dalam pasal empat itu juga menunjukkan bahwa saat krisis sudah terjadi di sana dan krisis yang lebih besar sudah di ambang pintu. Ayat 17 mengatakan, "Karena sekarang telah tiba saatnya penghakiman dimulai, dan pada rumah Allah sendiri yang harus pertama-tama dihakimi. Dan jika penghakiman itu dimulai pada kita, bagaimanakah kesudahannya dengan mereka yang tidak percaya pada Injil Allah?" Perhatikan lagi bentuk present tense: "… sekarang telah tiba saatnya." Gereja sedang "dihakimi" atau "dicobai"! Kata Yunani untuk saatnya dalam ayat 17 adalah kairos. Kata itu tidak hanya berarti waktu kronologis; kata itu berarti "waktu yang tepat." Jadi dalam ayat ini Petrus mengatakan bahwa "waktu yang tepat" untuk penghakiman telah tiba.
Ayat 7 mengatakan, "Kesudahan segala sesuatu sudah dekat." Ada kemungkinan bahwa di sini Petrus sedang bicara tentang hari kiamat, kedatangan Kristus, dan Hari Penghakiman. Jika benar, pada dasarnya ia sedang mengatakan,, "Segala sesuatu yang harus terjadi sebelum Kristus datang kembali sudah terjadi. Oleh karena itu, Ia bisa datang kapan saja." Apakah benar atau tidak bahwa ini adalah cara orang-orang Kristen awal memahami ungkapan ini, kita hari ini harus percaya bahwa bahkan sekarang—dua ribu tahun kemudian—hari kiamat sudah "dekat" dan akan terus "dekat" bahkan jika Kristus harus menunda kedatangan-Nya dua ribu tahun lagi.
Namun begitu, kemungkinan besar Petrus sedang mengacu kepada waktu "nyala api siksaan" dan kepada waktu "penghakiman" ketika ia bicara tentang "akhir dari segalanya." J. W. Roberts berkata, "Konsep Ibrani tentang 'penghakiman' menganggap semua petaka dan bencana sebagai 'hari Tuhan,' 'akhir,' 'hari terakhir,' 'penghakiman.'"1Tampaknya ada kemungkinan bahwa Petrus menggunakan konsep Yahudi ini untuk menekankan kembali pelajaran bahwa nyala api siksaan telah dimulai, pencobaan atau penghakiman orang Kristen sedang berlanjut, dan penganiayaan ini ditakdirkan semakin memburuk; oleh sebab itu, katanya, "Akhir dari segala sesuatu"— peningkatan kesulitan dan kesengsaraan dan penganiayaan dan penderitaan— "sudah dekat."
Tiga kali dalam satu pasal para pembacanya diperingatkan tentang kesulitan sekarang ini dan yang akan datang: dalam ayat 12, ketika ia bicara tentang "nyala api siksaan"; dalam ayat 17, ketika ia mengatakan bahwa "telah tiba saatnya penghakiman dimulai" terhadap gereja; dan dalam ayat 7, ketika ia mengatakan bahwa hari kiamat "sudah dekat."
Kepada waktu apakah Petrus mengacu? Umat Kristen selama bertahun-tahun tidak mengalami penganiayaan dari pemerintah Romawi. Ketika mereka dianiaya, itu umumnya dilakukan oleh orang Yahudi. Situasi berubah ketika Nero menjadi kaisar. Nero dituduh membakar kota Roma. Seorang sejarawan Romawi bernama Tacitus mencatat apa yang terjadi setelah itu:
Nero, untuk mencampakkan laporan ini, mengarahkan kesalahan dan menjatuhkan siksaan yang sangat berat kepada satu kelompok yang dibenci oleh rakyat karena kekejian mereka, yang disebut orang Kristen. Christus, dari siapa nama itu berasal, menanggung hukuman yang sangat berat pada masa pemerintahan Tiberius di tangan salah satu dari empat wali negeri itu, Pontius Pilatus, dan suatu takhayul yang sangat jahat, yang diberhentikan untuk sesaat, sekali lagi pecah tidak hanya di Yudea, sumber awal kejahatan itu, tetapi bahkan di Roma, di mana segala sesuatu yang mengerikan dan memalukan dari setiap bagian dunia menancapkan kukunya dan menjadi populer. Oleh sebab itu, penangkapan pertama kali dilaku-kan terhadap semua orang yang mengaku bersalah; lalu, berdasarkan keterangan mereka, kumpulan orang yang sangat banyak itu dinyatakan bersalah, bukan oleh karena kejahatan membakar kota, tapi karena kebencian terhadap umat manusia. Segala macam ejekan ditambahkan kepada kematian mereka. Dibalut dengan kulit binatang, mereka lalu dicabik-cabik oleh anjing dan binasa, atau dipakukan pada kayu salib, atau dihukum dengan nyala api dan dibakar, diguna-kan sebagai obor penerangan malam hari, ketika siang hari berganti petang. Nero menawarkan kebunnya sebagai tempat tontonan, dan menggelar pertunjukan di sirkus, sambil ia berbaur dengan orang-orang itu dengan mengenakan pakaian pengendara kereta tempur atau berdiri di atas sebuah kereta. Oleh karena itu, bahkan bagi para penjahat yang pantas menerima hukuman yang sangat berat dan hukuman sebagai contoh, di sana timbul perasaan belas kasihan; sebab hukuman itu bukan, seperti yang terlihat, untuk kepentingan publik, tetapi untuk memuaskan kekejaman seseorang, bahwa mereka sedang dibinasakan. (ANNALS 15:44)2
Asia Kecil, tempat orang-orang Kristen yang Petrus surati hidup, adalah jauh dari Roma. Namun begitu, penganiayaan yang diprakarsai oleh kaisar mungkin, sampai tingkatan tertentu, akan sudah diikuti oleh para pejabat Romawi di beberapa bagian lain dari kerajaan itu. Penganiayaan di Asia Kecil mungkin belum separah yang di Roma, tapi pasti cukup berat sehingga menyebabkan Petrus menulis sebuah surat kepada orang-orang Kristen itu untuk membantu mereka mengatasi penderitaan yang mereka hadapi pada zaman penganiayaan oleh Nero.
Bantuan apakah yang Petrus tawarkan kepada mereka pada hari-hari pencobaan itu? Bagaimanakah mereka sanggup menghadapi nyala api siksaan mereka? Meski kita tidak menderita karena iman kita, sebagaimana mereka; kita mungkin bisa belajar sesuatu dari nasihat Petrus yang akan membantu kita menghadapi krisis kita sendiri. Dengan kata lain, biarkan Petrus memberitahu Anda bagaimana bertindak ketika Anda menghadapi nyala api siksaan Anda.
SELALU MEMIKIRKAN YESUS (1 Petrus 4:1-6)
Nasihat pertama Petrus dalam 4:1-6 adalah "harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran yang demikian" karena Kristus "menderita penderitaan badani" (ay. 1). Memikirkan Kristus dan penderitaan-Nya akan "mempersenjatai" kita, atau mempersiapkan kita, untuk penderitaan setidaknya dalam tiga cara:
Itu akan mengingatkan kita bahwa Kristus menderita. Jika satu-satunya Pribadi yang tak pernah berdosa, Anak Allah itu sendiri, harus menderita, mengapakah kita harus terkejut bahwa kita harus menderita?
Itu akan membantu kita untuk bereaksi dengan benar ketika kita menderita. Ketika kita memikirkan penderitaan Kristus, kita ingat bahwa Ia menolak untuk berbuat dosa ketika Ia dihukum mati secara tidak adil. Mengingat hal itu akan membantu kita menerima penderitaan tanpa membalas dendam atau menggerutu terhadap para penyiksa kita.
Itu akan membantu kita hidup dengan benar meski menderita. Petrus berkata, "Jadi, karena Kristus telah menderita penderitaan badani, kamupun harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran yang demikian—karena barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa—supaya waktu yang sisa jangan kamu pergunakan menurut keinginan manusia, tetapi menurut kehendak Allah" (ay. 1, 2). Petrus tampaknya sedang mengatakan bahwa jika kita menderita dan masih tetap setia, sikap itu menguatkan kita, dan setelah itu pelbagai godaan lain untuk berbuat dosa dapat kita atasi dengan lebih baik. (Lihat Yakobus 1:2-4.)
Petrus kemudian menguraikan pemikiran ini dengan menyatakan bahwa kita harus jangan berbuat dosa seperti yang dulu kita lakukan, atau seperti yang orang non-Kristen lakukan. Ia mengatakan bahwa orang non-Kristen (non-Yahudi) menikmati perbuatan dosa mereka. Mereka menyukai "rupa-rupa hawa nafsu, keinginan, kemabukan, pesta pora, perjamuan minum dan penyembahan berhala yang terlarang" (ay. 3). Mereka menyukai pesta-pesta liar, kemabukan, dansa-dansi, penyimpangan seks, eksibisionisme—semua berkaitan dengan penyembahan berhala mereka. Mereka suka berbuat dosa, dan mereka heran ketika teman-teman mereka menolak untuk terus berbuat dosa bersama mereka setelah teman-teman itu menjadi orang Kristen. Jadi, Petrus mengatakan, "mereka memfitnah kamu" (ay. 4). Sekarang ini, mereka mungkin mengejek Anda, atau menjelek-jelekkan nama Anda.
Mungkin itu tragis, tapi ada sesuatu yang bahkan lebih tragis: Yaitu ketika orang menjadi Kristen, tetapi tidak mengubah hidupnya—ketika ia terus berpartisipasi dengan teman-temannya dalam kehidupan lama penuh dosa! Itu benar-benar tragis!
Petrus lalu mengatakan bahwa orang-orang yang menyiksa orang Kristen tidak akan luput begitu saja; sebaliknya "mereka harus memberi pertanggungan jawab kepada Dia, yang telah siap sedia menghakimi orang yang hidup dan yang mati" (ay. 5). Dengan kata lain, ia berkata, "Jangan khawatir tentang para penganiayamu; Allah akan membereskan mereka!"
Ayat berikutnya, ayat 6, adalah sulit, karena tidak mudah untuk mengerti bagaimana hal itu cocok dengan konteksnya. Ketika Petrus berkata, "itulah sebabnya maka Injil telah diberitakan juga kepada orang-orang mati," mungkin ia sedang menjelaskan mengapa adil bagi Allah untuk menghakimi semua orang, baik yang hidup maupun yang mati. Injil diberitakan kepada orang mati seperti yang diberitakan kepada mereka sewaktu mereka masih hidup. Oleh karena itu, meski mereka mungkin "sama seperti semua manusia, dihakimi secara badani," namun mereka mungkin masih "hidup [dalam roh] menurut kehendak Allah" atau diselamatkan. Jadi mereka tidak bisa berdalih, dan Allah bisa dengan adil menghukum orang jahat. Pokok pikirannya kemudian adalah ini: Injil telah diberitakan karena penghakiman akan datang, agar bisa menjadi jelas bahwa penghakiman Allah adalah adil.
Maka, mengingat Kristus akan membantu kita dalam menerima penderitaan dan—dan ini lebih penting—hidup dengan benar ketika kita menderita.
TETAP SADAR DAN TENANG (1 Petrus 4:7)
Petrus mengatakannya begini: "Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa" (4:7).
Apakah yang Petrus maksudkan? Versi lain mengatakan kita harus menjadi "manusia pendoa yang tenang, mengendalikan diri" (Phillips), atau kita harus "menunjukkan kehidupan yang teratur dan sadar, yang dipersembahkan kepada doa" (NEB). Gagasannya adalah bahwa kita harus jangan menghadapi kehidupan dengan sembrono dan kacau; kita harus jangan membuat keputusan dengan seenaknya atau tanpa memikirkan akibatnya. Seorang penyair mengatakan: "Hidup ini nyata, hidup ini sungguh-sungguh, dan kuburan bukanlah tujuannya." Hidup ini bukan piknik yang terus menerus, bukan hanya satu pesta yang panjang. Jika kita harus berhasil menangani masalah, kita harus melakukannya dengan nalar yang tenang dan penilaian yang sadar.
Tapi itu belum semuanya. Kita harus bisa "menguasai diri dan sadar" untuk doa kita. Kebutuhan untuk berpikiran sehat ditentukan oleh kebutuhan untuk berdoa. Mungkin doa—doa yang efektif, sungguh-sungguh—bahkan lebih penting daripada penilaian yang baik dan sadar ketika tiba saatnya untuk menghadapi krisis! Orang-orang Kristen itu harus menghadapi penganiayaan dengan pikiran yang sadar dan dengan doa. Begitu juga kita seharusnya.
SALING MENGASIHI (1 Petrus 4:7-12)
Menurut Petrus dalam 4:7-12, saling mengasihi adalah penting. Faktanya, ini adalah yang paling penting. Ini adalah "yang terutama." Ketika orang-orang Kristen di abad pertama mengalami pelbagai pencobaan, "yang terutama" mereka perlu tetap bersama-sama; mereka perlu saling mengasihi. Mengapa? Sebab, untuk satu hal, kasih tidak bisa direbut dari mereka. Pihak berwenang bisa saja menyita harta mereka, mematikan mata pencaharian mereka, bahkan merampok kehidupan mereka. Tapi mereka tidak bisa menghancurkan ikatan kasih yang mengikat bersama orang -orang Kristen. Selain itu, tanpa saling mengasihi, seorang Kristen bisa saja menyerahkan orang Kristen lainnya ke tangan para penganiaya. Dengan kasih, berapapun jumlah tekanan tidak bisa memaksa seseorang untuk saling mengkhianati. Pelajaran apakah yang tersedia untuk kita? Ketika siapa saja dari kita menghadapi pencobaan, ia akan lebih mungkin untuk "mengatasinya" jika kita benar-benar "saling mengasihi."
Apakah yang akan dilakukan oleh sikap saling mengasihi?
Sikap itu akan menutupi banyak dosa. Itu terjadi, pertama, ketika kita menolak untuk menyimpan dosa orang lain yang ia lakukan; kita adalah penyayang. Kedua, ketika kita menaruh belas kasihan dan memaafkan orang lain, kita diampuni.
Sikap itu akan menyebabkan kita senang menjamu. Senang menjamu pada waktu itu lebih daripada sekedar mengundang seseorang setelah ibadah untuk secangkir kopi. Sikap itu adalah memenuhi kebutuhan mereka yang miskin, atau orang -orang yang sedang bepergian; atau membolehkan gereja untuk berhimpun di rumah seseorang. Kita butuh sikap menjamu atau memberi tumpangan seperti itu saat ini; jika kita saling mengasihi, kita akan memiliki itu. "Berilah tumpangan seorang akan yang lain dengan tidak bersungut-sungut" (4:9).
Sikap itu akan menyebabkan kita menggunakan karunia kita atas nama satu sama lain. Pertama Petrus 4:10, 11 menunjukkan bahwa setiap orang Kristen memiliki karunia dari Allah; bahwa setiap orang Kristen adalah pelayan pelbagai karunia itu—dan, karena itu, bertanggung jawab kepada Allah atas bagaimana ia menggunakan pelbagai karunia itu; bahwa karunia kita berbeda, sebab berbicara dan melayani disebut secara khusus di sini, tetapi pelbagai karunia yang lain adalah mungkin; bahwa kita harus menggunakan karunia kita dengan sepenuh hati; bahwa kita harus menggunakan karunia kita untuk kemuliaan Allah; yang paling penting, demi tujuan kita, kita harus menggunakan karunia kita untuk "satu sama lain."
Anda telah diberi karunia tertentu dari Allah. Bagaimanakah Anda menggunakan karunia-karunia itu? Hanya untuk menguntungkan diri sendiri? Maka Anda gagal untuk mengerjakan tujuan yang untuknya Allah memberkati Anda dengan pelbagai karunia yang Anda miliki. Mari kita menggunakan karunia kita—apapun bentuknya— untuk kebaikan "satu sama lain."
MEMILIKI SIKAP YANG BENAR TERHADAP PENDERITAAN (1 Petrus 4:12-19)
Di sini Petrus membuat beberapa poin yang patut dicatat tentang penderitaan. Pertama, orang Kristen harus jangan heran ketika kita menderita karena iman kita. (Lihat juga 2 Timotius 3:12). Kedua, kita harus bersukacita ketika kita menderita karena iman kita. (Lihat 4:13, 14.) Jika kita menderita karena kita adalah orang Kristen, setidaknya itu berarti bahwa agama Kristen kita sedang dilihat. Ketiga, ketika kita menderita karena iman kita, kita tidak boleh malu, tapi kita harus memuliakan Allah. Dianiaya karena Tuhan merupakan hak istimewa, bukan aib. Keempat, ketika kita menderita karena iman kita, kita harus selalu berbuat baik (4:19). Kelima, ketika kita menderita karena iman kita, kita harus mempercayakan jiwa kita kepada Allah (4:18). Pada akhirnya, benar-benar pentingkah apa yang manusia bisa lakukan terhadap kita ketika Allah dapat dan akan menyelamatkan kita selamanya dan akan menegakkan keadilan terhadap para penganiaya kita?
Tapi perlu dibuat jelas bahwa penderitaan yang Petrus bicarakan adalah penderitaan karena iman. Ketika ia berkata, "Tetapi, jika ia menderita sebagai orang Kristen" (4:16), ia sedang mengatakan, "Jika seseorang menderita karena ia adalah seorang Kristen" (Lihat juga 4:19.)
Kita mungkin saja menderita oleh karena berbagai alasan: dosa kita, kesalahan penilaian kita, penyakit, atau kematian orang yang kita cintai. Petrus tidak sedang bicara tentang penderitaan yang disebabkan oleh yang mana saja dari pelbagai alasan ini. Ia sedang bicara tentang penderitaan karena kita adalah orang Kristen.
Kadang-kadang kita mungkin berpikir kita sedang menderita karena kita adalah orang Kristen, ketika nyatanya itu hanya karena reaksi buruk kita terhadap orang-orang. Orang-orang mungkin saja mengejek saya, bukan karena saya melakukan apa yang benar, tapi karena saya melakukan apa yang benar dengan cara yang salah. Seiring dengan "kebaikan" saya, bisa saja saya menampilkan sikap yang buruk yang menyebabkan orang lain tidak menyukai saya. Petrus tidak sedang bicara tentang penderitaan kita yang disebabkan oleh masalah kepribadian kita sendiri.
Setiap kali ada sesuatu yang sulit untuk dipahami, seorang wanita berkata, "Saya hanya seorang martir Kristen tak berguna yang malang; itulah diri saya." Jika hari itu adalah hari yang panas dan ia kepanasan, ia bisa duduk di teras depan, minum sirop dingin, mengipasi dirinya untuk tetap sejuk seraya keringat mengalir dari wajahnya, dan tetap saja berkata, "Saya hanya seorang martir Kristen tak berguna yang malang; itulah diri saya." Jika ia menggosongkan roti bakar dan seseorang mengeluh, jika ia kelelahan setelah sudah berjalan-jalan ke kota, atau jika ia kena flu dan harus bersin setiap beberapa menit, ia akan berkata," Saya hanya seorang martir Kristen tak berguna; itulah diri saya. "
Kita mungkin berpikir seperti itu juga. Ketika kita mengikuti ujian akhir, terkena tilang, kaki tersandung, atau kehilangan syal, kita mungkin berpikir, "Saya hanya seorang martir Kristen tak berguna yang malang; itulah diri saya. "
Tapi itu tidak selalu begitu. Petrus dalam nas ini tidak memuji kita untuk setiap jenis penderitaan apa saja, tidak juga menyarankan kita harus bersukacita terlepas dari alasan bagi penderitaan kita. Kita tidak memenuhi syarat sebagai "martir Kristen"— dengan pelbagai berkat yang tersirat—kapan saja kita menderita.
Lalu, apakah yang Petrus harus katakan kepada kita dalam situasi kita? Sebagian besar dari kita tidak menderita karena iman kita—setidaknya tidak banyak. Apakah di sini terdapat kata apa saja yang akan membantu kita ketika kita menderita karena alasan lain?
Saya percaya di sini kita bisa menggunakan sedikit logika "Betapa lebihnya lagi?" Jika kita harus jangan berbuat salah kepada mereka yang menganiaya kita, betapa lebihnya lagi kita harus menahan diri untuk tidak berbuat salah kepada mereka yang terlibat ketika kita menderita karena pelbagai alasan lain? Jika menderita sebagai orang Kristen seharusnya tidak mengejutkan kita, maka betapa lebihnya lagi seharusnya kita tidak dikejutkan ketika kita menderita dengan cara yang sama seperti manusia lain menderita? Jika kita harus bertindak benar bahkan ketika kita dianiaya, betapa lebihnya lagi kita seharusnya bertindak benar ketika kita menderita karena "sebab-sebab alamiah"? Jika kita harus mempercayakan jiwa kita kepada Allah ketika kita dianiaya karena iman, betapa lebihnya lagi kita harus percaya kepada Dia ketika kita menderita karena sakit, kecelakaan, atau melakukan kesalahan? Dan khususnya, jika kita harus jangan kehilangan iman kita ketika kita dianiaya, betapa lebihnya lagi kita seharusnya tetap setia kepada Allah ketika kita menghadapi titik-titik kehidupan yang secara relatif memiliki tekanan yang kecil?
Orang-orang Kristen yang Petrus sapa sedang menghadapi "nyala api siksaan" penganiayaan dan kematian yang sangat mungkin terjadi. Mereka harus "menyerahkan jiwanya, dengan selalu berbuat baik, kepada Pencipta yang setia." Kita mungkin saja menghadapi "nyala api siksaan" juga, tapi "nyala api siksaan" kita sulit untuk dibandingkan dengan nyala api siksaan mereka. Maka, betapa lebihnya lagi, seharusnya kita selalu "menyerahkan jiwa [kita], dengan selalu berbuat baik, kepada Pencipta yang setia."
KESIMPULAN
Kesimpulannya, mari kita perhatikan pertanyaan yang Petrus tanyakan ini: "Karena sekarang telah tiba saatnya penghakiman dimulai, dan pada rumah Allah sendiri yang harus pertama-tama dihakimi. Dan jika penghakiman itu dimulai pada kita, bagaimanakah kesudahannya dengan mereka yang tidak percaya pada Injil Allah? Dan jika orang benar hampir-hampir tidak diselamatkan, apakah yang akan terjadi dengan orang fasik dan orang berdosa?" (4:17, 18). Acuan utama Petrus di sini kemungkinan adalah penganiayaan yang datang, dan bukan penghakiman terakhir ketika orang benar dan orang jahat akan dipisahkan dan diberi upah atau hukuman selamanya. Tetapi pertanyaan yang ia tanyakan adalah cocok juga untuk penghakiman terakhir: "Apakah yang akan terjadi dengan orang fasik dan orang berdosa?"
Paulus menjawab pertanyaan itu bagi kita dalam 2 Tesalonika 1:6-9:
Sebab memang adil bagi Allah untuk membalaskan penindasan kepada mereka yang menindas kamu … pada waktu Tuhan Yesus dari dalam sorga menyatakan diri-Nya bersama-sama dengan malaikat-malaikat-Nya, dalam kuasa-Nya, di dalam api yang bernyala-nyala, dan mengadakan pembalasan terhadap mereka yang tidak mau mengenal Allah dan tidak mentaati Injil Yesus, Tuhan kita. Mereka ini akan menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatan-Nya (huruf miring oleh saya).
Bisakah apa saja lebih jelas daripada itu? Kristus akan datang "di dalam api yang bernyala-nyala, … terhadap mereka yang tidak mau mengenal Allah dan tidak mentaati Injil Yesus, Tuhan kita. Mereka ini akan menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya."
Temanku, jika Anda belum mentaati injil—jika Anda belum percaya kepada Yesus, bertobat dari dosa-dosa Anda, mengaku iman Anda, dan dibaptis untuk pengampunan dosa—maka para penulis terilham ini berkata bahwa sekarang Anda sesat, dan akan sesat selamanya kecuali Anda memilih untuk merespon Kristus dengan mentaati injil. Akankah Anda membuat keputusan itu sekarang ini?
TFTWMS: 1 Petrus (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Wayne A. Grudem, The First Epistle of Peter: An Introduction and Commentary, Tyndale New Testament Commentaries, vol. 17 (Grand Ra...
Catatan Akhir:
- 1 Wayne A. Grudem, The First Epistle of Peter: An Introduction and Commentary, Tyndale New Testament Commentaries, vol. 17 (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1988), 167.
- 2 Ahli pidato pertengahan abad kedua, Aelius Aristides, mengecam para filsuf sinis di zamannya dan kemudian mengarahkan senjatanya kepada agama yang relatif baru, Kristen. Ia berkata tentang orang-orang Sinis, "Perilaku mereka sangat mirip dengan orang-orang hina di Palestina. Mereka, juga, [yaitu, orang-orang Kristen] memanifestasikan ketiadaan rasa hormat mereka dengan ciri-ciri yang jelas bahwa mereka tidak mengakui orang-orang yang di atas mereka, dan mereka memisahkan diri dari orang-orang Yunani dan segala sesuatu yang baik" (Aelius Aristides Orasi 46.) Aristides, orang yang hampir seangkatan dengan Petrus, menumpuk penganiayaan atas orang-orang Kristen untuk alasan yang rasul itu siratkan: "Mereka pikir itu aneh bahwa Anda tidak terjun bersama mereka ke dalam kubangan ketidaksenonohan yang sama" (1 Petrus 4:4; NIV.).
- 3 Leon Morris, The Biblical Doctrine of Judgment (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1960), 72.
- 4 John Murray, Principles of Conduct: Aspects of Biblical Ethics (London: Tyndale Press, 1957), 72.
- 5 Lihat komentar tentang 1:13.
- 6 J. N. D. Kelly, A Commentary on the Epistles of Peter and of Jude, Black's New Testament Commentaries (London: Adam & Charles Black, 1969), 176.
- 7 Ini bukan untuk meremehkan dari doktrin yang benar. Doktrin yang benar adalah kebutuhan umat Kristen Galatia. Itu juga kebutuhan orang-orang percaya yang di sama dalam 2 Petrus.
- 8 Kelly mendukung pandangan ini. (Kelly, 178.)
- 9 Ini adalah cara J. Ramsey Michaels memahami nas itu. (J. Ramsey Michaels, 1 Peter, Word Biblical Commentary, vol. 49 [Waco, Tex.: Word Books, 1988], 247.)
- 10 Alan M. Stibbs and Andrew F. Walls, The First Epistle General of Peter, Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1959), 57.
Pengarang: Duane Warden
Hak Cipta © 2014 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: 1 Petrus (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 J. W. Roberts, I and II Peter and Jude, The Living Word (Austin, Tex.: R. B. Sweet, 1964), 49.
2 Ibid., 3.
Pengarang: Coy Rope...
Catatan Akhir:
- 1 J. W. Roberts, I and II Peter and Jude, The Living Word (Austin, Tex.: R. B. Sweet, 1964), 49.
- 2 Ibid., 3.
Pengarang: Coy Roper
Hak Cipta © 2014 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) SURAT PETRUS YANG PERTAMA
PENGANTAR
Surat Petrus Yang Pertama ini ditujukan kepada orang-orang Kristen yang
tersebar di seluruh bagian utara Asia Ke
SURAT PETRUS YANG PERTAMA
PENGANTAR
Surat Petrus Yang Pertama ini ditujukan kepada orang-orang Kristen yang tersebar di seluruh bagian utara Asia Kecil. Mereka disebut "umat pilihan Allah". Maksud utama surat ini ialah untuk menguatkan iman para pembacanya yang sedang mengalami tekanan dan penganiayaan karena percaya kepada Kristus. Petrus mengingatkan para pembacanya akan Kabar Baik tentang Yesus Kristus yang merupakan jaminan harapan mereka. Sebab, Yesus Kristus sudah mati, hidup kembali dan berjanji akan datang lagi. Atas dasar itu mereka hendaknya rela dan tahan menderita, sambil menyadari bahwa penderitaan mereka merupakan ujian apakah mereka betul-betul percaya kepada Kristus. Juga mereka harus yakin bahwa mereka akan dibalas oleh Tuhan pada saat Yesus Kristus kembali.
Di samping menguatkan iman para pembacanya yang sedang dalam kesukaran itu, Petrus meminta supaya mereka hidup sebagai pengikut-pengikut Kristus.
Isi
- Pendahuluan
1Pet 1:1-2 - Nasihat supaya mengingat bahwa Allah menyelamatkan manusia
1Pet 1:3-12 - Nasihat supaya hidup khusus untuk Allah
1Pet 1:13-2:10 - Kewajiban orang Kristen dalam masa penderitaan
1Pet 2:11-4:19 - Kerendahan hati dan pelayanan orang Kristen
1Pet 5:1-11 - Penutup
1Pet 5:12-14
Ajaran: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengerti isi Kitab I Petrus, orang-orang Kristen dikuatkan dalam
menghadapi penderitaan dan tetap berdiri teguh dalam imannya.
Tujuan
Supaya dengan mengerti isi Kitab I Petrus, orang-orang Kristen dikuatkan dalam menghadapi penderitaan dan tetap berdiri teguh dalam imannya.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Paulus.
Tahun : Sekitar tahun 63 Masehi.
Penerima : Orang-orang yang berlatar belakang bukan Yahudi (dan juga setiap orang percaya di seluruh dunia). Mereka tersebar dan sedang mengalami ujian dan penderitaan. Karena itu perlu dikuatkan.
Isi Kitab: I Petrus terbagi atas 5 pasal. Rasul Petrus mau menjelaskan kepada orang-orang Kristen yang sedang menderita, bahwa keselamatan kekal yang dimiliki itu menjadi sumber kekuatan dalam ketaatan. Ketaatan kepada Yesus Kristus adalah dasar yang kuat untuk dapat mengatasi penderitaan yang datang. Sedangkan penderitaan sebenarnya bagi orang Kristen adalah jalan untuk menghasilkan kematangan rohani. Tetapi perlu bagi jemaat yang sedang mengalami penderitaan ini, seorang pemimpin yang baik. Jika tidak maka jemaat akan menderita lebih hebat lagi.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab I Petrus
Pasal 1-2 (1Pet 1:1-2:10).
Dalam bagian ini dijelaskan bahwa pengharapan akan keselamatan dan kemuliaan yang pasti, adalah sumber kekuatan yang mendorong orang Kristen untuk tetap taat kepada Yesus.
Pendalaman
Bacalah pasal 1Pet 2:9. _Tanyakan_: Apakah yang perlu diberitakan orang Kristen? (lihat ayat
9; 1Pet 2:9).
Pasal 2 (1Pet 2:11-12).
Cara mengatasi penderitaan yang tidak wajar
Dalam bagian ini dijelaskan mengenai cara hidup sebagai hamba Allah dalam menghadapi atau mengatasi penderitaan, yaitu dengan hidup secara benar, dengan mengikuti teladan Tuhan Yesus di dalam penderitaan-Nya.
Pendalaman
Bacalah pasal 1Pet 2:20-23. _Tanyakan_: Apakah yang diperintahkan dalam ayat ini?
Pasal 3-5 (1Pet 3:13-5:14).
Tanggapan yang baik dalam menghadapi pencobaan
Dalam bagian ini dijelaskan bahwa tanggapan yang baik dalam menghadapi penderitaan akan menghasilkan kesaksian yang baik kepada orang lain dan akan membawa keselamatan kepada orang lain melalui pengenalannya akan Kristus.
Pendalaman
- Bacalah pasal 1Pet 4:7. _Tanyakan_: Apakah yang diperintahkan dalam ayat ini untu dilakukan?
- Bacalah pasal 1Pet 5:8-9. _Tanyakan_: Apakah yang harus dilakukan dalam menghadapi Iblis?
II. Kesimpulan
Kitab I Petrus mengajarkan kepada orang-orang Kristen bahwa mengalami penderitaan merupakan hal yang wajar, sebab melalui Penderitaan itu terbentuklah kedewasaan rohani.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab I Petrus?
- Apakah pusat pengajaran Kitab I Petrus?
- Apakah yang dihasilkan dari pengalaman penderitaan?
- Mengapakah orang Kristen harus berjaga-jaga?
Intisari: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) Surat kepada orang Kristen yang menderita
MENGAPA SURAT INI DITULIS? Petrus menulis surat ini untuk memberi semangat kepada Kristen yang bingung kare
Surat kepada orang Kristen yang menderita
MENGAPA SURAT INI DITULIS?
Petrus menulis surat ini untuk memberi semangat kepada Kristen yang bingung karena sedang mengalami penganiayaan. Ia memberikan petunjuk praktis apa yang harus mereka lakukan sekalipun penderitaan itu sebenarnya tidak seharusnya mereka terima (1Pe 3:13-17) dan mendorong mereka untuk tetap teguh. Nasihat ini didasarkan pada kekayaan pengajaran sifat keselamatan dan teladan yang diberikan oleh Juruselamat mereka.
CIRI-CIRI KHUSUS.
Surat ini lebih merupakan suatu naskah khotbah daripada sebuah karangan singkat. Surat ini hidup, penuh dengan petunjuk-petunjuk yang segar dan jelas dan ditulis dengan kesungguhan hati. Beberapa orang berpendapat bahwa Petrus mengambil suatu naskah khotbah yang biasa dipakai untuk mempersiapkan calon-calon baptisan, kemudian isinya, disesuaikan dengan keinginannya sendiri, tetapi pandangan ini meragukan. Surat ini bernafaskan suasana seseorang yang telah bergaul dekat dengan Yesus semasa Ia ada di dunia. Petunjuk-petunjuk tentang saat-saat Petrus masih menjadi murid Yesus berulang kali muncul. Ia menggambarkan kematian Yesus (1Pe 2:22-25) dengan jelas dan ia menulis tentang kepemimpinan seakan-akan menghidupkan kembali suasana pada saat perjamuan akhir (1Pe 5:5, lihat Yoh 13:1- 20) dan pertemuannya dengan Yesus sesudah kebangkitan (1Pe 5:2, lihat Yoh 21:15- 23).
PEMBACA DAN SITUASI MEREKA.
1. Pembaca: Kita tidak tahu bagaimana gereja-gereja di empat propinsi Romawi yang terletak di Asia Kecil bagian utara yang menjadi penerima surat Petrus itu didirikan - mungkin oleh beberapa orang yang hadir pada Hari Pentakosta (Kis 2:9) atau melalui Petrus atau pelayanan penginjilan Paulus. Juga tidak dapat dipastikan apakah Petrus pernah mengunjungi mereka. Petrus menyebut mereka "pendatang yang tersebar' (1Pe 1:1) bukan karena mereka adalah orang Yahudi berbahasa Yunani yang tinggal jauh dari kampung halaman, tetapi untuk mengingatkan mereka tentang posisi mereka sebagai Kristen di dunia ini. Gereja-gereja tersebut beranggotakan Yahudi dan juga bukan Yahudi.
2. Situasi mereka: mereka dikuasai oleh pikiran tentang penderitaan. Penyiksaan sudah nyata di hadapan mereka (1Pe 1:6; 3:9-22; 4:12-19), seperti halnya bagi Kristen di seluruh dunia (1Pe 5:9). Penyiksaan setempat sudah mulai terjadi, dilatarbelakangi oleh emosi massa dan disebabkan munculnya garis kebijaksanaan baru yang keras dari pemerintah Romawi terhadap Kristen.
PENULIS DAN SITUASINYA.
Rasul Petrus mengatakan bahwa ia menulis dari Babilon (1Pe 5:13) yang merupakan nama sandi untuk Roma. Ia menulis sekitar tahun 64 M. pada saat penyiksaan biadab Kaisar Nero terhadap Kristen sedang merajalela. Petrus harus kehilangan nyawanya tak lama kemudian.
Pesan
1. Allah selalu menang.Petrus terus menerus menyatakan:
o Belas kasihan dan kasih karunia Allah. 1Pe 1:3, 21; 2:9-10; 3:4; 5:10, 12
o Kuasa keadilan Allah. 1Pe 1:17; 2:12; 3:22; 4:5, 17; 5:5, 6
o Kekudusan Allah. 1Pe 1:16
o Kehendak dan maksud Allah 1Pe 2:15; 3:17
o Karunia-karunia Allah. 1Pe 4:10-11
2. Pandanglah pada Yesus.
o Juruselamat yang menderita. 1Pe 1:18-21; 2:21-25
o Gembala yang Agung. 1Pe 2:25; 5:4
o Teladan untuk Kristen. 1Pe 2:21; 3:17-18; 4:13
3. Garis pemisahnya adalah ketaatan.
Manusia dibagi berdasarkan apakah mereka taat kepada Allah atau tidak. Kristen menaati:
o Yesus. 1Pe 1:14
o Kebenaran, firman Allah atau Injil. 1Pe 1:22; 3: 1; 4:17 Orang bukan Kristen tidak taat. 1Pe 3:1; 4:17
4. Menerima keadaan Anda.
Reaksi Kristen dalam menghadapi situasi sulit adalah menerima, bukan melawan. Petrus mengatakannya dalam berbagai cara:
o Serahkan kepada Allah. 1Pe 4:19; 5:6, 7
o Tunduk atau dengan kata lain, terimalah keadaan yang Allah izinkan, tanpa
protes. 1Pe 2:13, 18; 3:1; 5:5
o Jangan membalas dendam. 1Pe 3:9
5. Kebenaran tentang gereja.
Manusia memandang gereja sebagai kelompok minoritas lemah dan rendah. Tetapi
Petrus mengemukakan pentingnya gereja. 1Pe 2:9-10
Penerapan
1. Bagi semua Kristen.o Keselamatan itu milik Anda juga! 1Pe 1:3-9
o Biarkan pengharapan masa depan bentuk masa sekarang. 1Pe 1:13
o Hiduplah secara radikal. 1Pe 1:14; 4:2-5
o Teruslah bertumbuh. 1Pe 2:2
o Dunia ini bukan rumahmu. 1Pe 2:11
o Bagaimana harus bersikap dalam masyarakat. 1Pe 2:12-17; 3:9
o Bagaimana harus bersikap dalam gereja. 1Pe 3:8; 4:7-11; 5:1-9
2. Bagi Kristen yang dianiaya.
o Bertahan dan berdirilah teguh. 1Pe 5:9
o Penderitaan mengandung maksud. 1Pe 1:7
o Pastikan bahwa Anda menderita karena suatu alasan yang benar. 1Pe 2:19, 20;3:13-17; 4:15
o Bersiaplah jika penderitaan itu datang. 1Pe 3:15
o Pikirkan apa yang akan terjadi kemudian. 1Pe 1:3-5, 13; 4:13; 5:10
o Pusatkan pikiran Anda pada Yesus. 1Pe 2:21-25; 4:1
o Alangkah istimewa hak menjadi seperti Yesus. 1Pe 4:13
3. Bagi para pemimpin Kristen.
o Inilah cara memimpin. 1Pe 5:1-4
Tema-tema Kunci
Petrus selalu mengulang beberapa kata tertentu yang meringkaskan apa yang dipikirkannya. Carilah ayat-ayat referensi yang berhubungan dan buatlah ringkasan ajarannya. Berikut ini adalah kesepuluh kata-kata Petrus yang paling penting.
1. Pengharapan.
1Pe 1:3,13,21;3:15
2. Kasih karunia dan belas kasihan.
1Pe 1:2, 3, 10, 13; 2:10; 3:7; 4:10; 5:5, 10, 12
3. Keselamatan.
1Pe 1:5, 9, 10; 2:2
4. Kasih.
1Pe 1:8, 22; 2:17; 3:8, 10;4:8; 5:14
5. Sukacita.
1Pe 1 6, 8; 4:13
6. Penguasaan diri.
1Pe 1:1 3; 4:7; 5:8
7. Takut.
1Pe 1:17; 2:16, 17; 3:14
8. Kerendahan hati.
1Pe 3:8; 5:5, 6
9. Berharga.
1Pe 1 7, 19; 2:4, 6, 7; 3:4
10. Kemuliaan.
1Pe 1:7, 11, 21, 24; 4:11, 13, 14; 5:1, 4, 10
Untuk pemahaman selanjutnya:
o Buatlah daftar tentang semua gambara yang dapat Anda temukan tentangKristen, misalnya: pendatang dan perantau (1Pe 2:11).
o Buatlah daftar dari semua perintah Petrus kepada para pembacanya. Kebanyakan
perintah itu singkat misalnya: takut kepada kepada Allah (2:17). Anda harus
mendapatkan paling sedikir 30 perintah.
Garis Besar Intisari: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) [1] ALAMAT DAN SALAM 1Pe 1:1-2
[2] KESELAMATAN KRISTEN 1Pe 1:3-2:10
1Pe 1:3-9Berkat-berkatnya masa kini
1Pe 1:10-12Penyelidik-penyelidik nu
[1] ALAMAT DAN SALAM 1Pe 1:1-2
[2] KESELAMATAN KRISTEN 1Pe 1:3-2:10
1Pe 1:3-9 | Berkat-berkatnya masa kini |
1Pe 1:10-12 | Penyelidik-penyelidik nubuatan tentangnya |
1Pe 1:13-17 | Konsekuensi-konsekuensi praktisnya - kekudusan |
1Pe 1:18-21 | Dasar jaminannya - Kristus |
1Pe 1:22-2:3 | Konsekuensi-konsekuensi praktisnya - Kristus |
1Pe 2:4-10 | Sifat kebersamaannya |
[3] HUBUNGAN-HUBUNGAN KRISTEN 1Pe 2:11-3:12
1Pe 2:11-12 | Dalam masyarakat kafir |
1Pe 2:13-17 | Dalam kehidupan politik |
1Pe 2:18-25 | - Dalam pekerjaan |
1Pe 3:1-7 | - Dalam keluarga |
1Pe 3:8-12 | - Dalam situasi yang tidak adil |
[4] PENDERITAAN KRISTEN 1Pe 3:13-4:19
1Pe 3:13-17 | Bagaimana bereaksi: bahkan pada saat diperlakukan tidak adil |
1Pe 3:18-22 | Siapa yang diikuti: pada setiap saat |
1Pe 4:1-11 | Bagaimana harus bersikap: dengan mata tertuju pada masa depan |
1Pe 4:12-19 | Sukacita menderita bagi Kristus |
[5] MASYARAKAT KRISTEN 1Pe 5:1-14
1Pe 5:1-4 | Petunjuk-petunjuk bagi para pemimpin |
1Pe 5:5-11 | Petunjuk-petunjuk bagi setiap orang |
1Pe 5:12-14 | Salam penutup |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi