Teks -- 1 Tesalonika 2:6 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Jerusalem -> 1Tes 2:6
Jerusalem: 1Tes 2:6 - kami dapat berbuat demikian Harafiah: dapat menjadi beban; atau: dapat membuat beban kami dirasakan. Rupanya ada dua maksudnya, yaitu: membebankan kita, dengan arti kiasan (mengg...
Harafiah: dapat menjadi beban; atau: dapat membuat beban kami dirasakan. Rupanya ada dua maksudnya, yaitu: membebankan kita, dengan arti kiasan (menggunakan gengsi dan kewibawaan) dan dengan arti materiil: menurut biaya sebagai upah bagi karya kerasulan, bdk 1Te 2:9; 2Te 3:8; 2Ko 11:9; menjadi beban orang lain.
Ref. Silang FULL -> 1Tes 2:6
Ref. Silang FULL: 1Tes 2:6 - dari manusia // berbuat demikian // sebagai rasul-rasul · dari manusia: Yoh 5:41,44
· berbuat demikian: 2Kor 11:7-11
· sebagai rasul-rasul: 1Kor 9:1,2
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> 1Tes 2:1-6
Matthew Henry: 1Tes 2:1-6 - Pelayan-pelayan yang Mula-mula
Dalam pasal ini Rasul Paulus mengingatkan orang-orang Tesalonika tentang cara dia memberitakan Injil di antara mereka (ay. 1-6). Kemudian tentang...
- Dalam pasal ini Rasul Paulus mengingatkan orang-orang Tesalonika tentang cara dia memberitakan Injil di antara mereka (ay. 1-6). Kemudian tentang bagaimana dia berperilaku di antara mereka (ay. 7-12). Setelah itu tentang keberhasilan pelayanannya, dengan pengaruh-pengaruhnya baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap mereka (ay. 13-16), dan kemudian meminta maaf atas ketidakhadirannya (ay. 17-20).
Pelayan-pelayan yang Mula-mula (2:1-6)
- Di sini kita mendapati uraian tentang cara Paulus memberitakan Injil, dan renungannya yang menghibur hati tentang awal kedatangannya di antara orang-orang Tesalonika. Hati nuraninya dapat bersaksi tentang ketulusannya, dan karena itu dengan yakin ia dapat berseru kepada orang-orang Tesalonika tentang betapa setianya dia, dan Silas, dan Timotius, penolong-penolongnya dalam pekerjaan Tuhan, telah melaksanakan pekerjaan mereka: Kamu sendiri pun memang tahu, saudara-saudara, ... kedatangan kami di antaramu. Perhatikanlah, sungguh hal yang sangat menghibur hati seorang pelayan Tuhan bahwa hati nuraninya sendiri dan hati nurani orang-orang lain bersaksi untuk dia, bahwa dia memulai pekerjaannya dengan baik, dengan tujuan-tujuan yang baik, dan berdasarkan prinsip-prinsip yang baik, dan bahwa pemberitaannya tidaklah sia-sia. Atau, seperti yang diartikan sebagian orang, tidak dengan terpaksa. Rasul Paulus di sini merasa terhibur karena keberhasilan pelayanannya, bahwa pelayanannya menghasilkan buah atau tidak sia-sia (menurut terjemahan kita). Atau seperti anggapan lain, dengan merenungkan ketulusan pemberitaannya, bahwa pemberitaannya itu tidak sia-sia dan percuma, atau tidak penuh tipu daya dan berbahaya. Pokok pemberitaan Rasul Paulus bukanlah dugaan-dugaan yang sia-sia dan tidak berarti tentang hal-hal menyenangkan yang tidak berguna dan pertanyaan-pertanyaan bodoh, melainkan kebenaran yang kuat dan kokoh, yang sedemikian rupa adanya sehingga dapat menguntungkan pendengar-pendengarnya. Ini adalah teladan yang baik, untuk ditiru oleh semua pelayan Injil. Lebih-lebih lagi, pemberitaan Rasul Paulus sama sekali tidak sia-sia atau penuh tipu daya. Dia dapat mengatakan kepada orang-orang Tesalonika ini apa yang dia beritahukan kepada orang-orang Korintus (2Kor. 4:2): Kami menolak segala perbuatan tersembunyi yang memalukan; kami tidak berlaku licik dan tidak memalsukan firman Allah. Dia tidak memiliki tujuan jahat atau duniawi dalam pemberitaannya. Diingatkannya mereka bahwa dia memberitakan Injil,
- I. Dengan keberanian dan ketetapan hati. Kami beroleh keberanian untuk memberitakan Injil Allah kepada kamu (ay. 2). Rasul Paulus diilhami dengan keberanian yang kudus, dan tidak menjadi tawar hati dengan segala penderitaan yang dia jumpai, atau perlawanan yang menentang dia. Dia telah mengalami perlakuan buruk di Filipi, dan ini benar-benar diketahui oleh orang-orang Tesalonika ini. Di sana dia dan Silas diperlakukan dengan hina, dengan dipasung. Namun begitu mereka dibebaskan, mereka segera pergi ke Tesalonika, dan memberitakan Injil dengan sama beraninya seperti biasa. Perhatikanlah, penderitaan demi sebuah perkara yang baik seharusnya mempertajam dan bukan menumpulkan kekuatan tekad yang kudus. Injil Kristus, ketika pertama kali muncul di dunia, berhadapan dengan banyak perlawanan. Dan orang-orang yang memberitakannya telah memberitakannya dalam perjuangan yang berat, dengan kesengsaraan yang hebat. Ini merupakan perjuangan para rasul dalam pemberitaan mereka, atau perjuangan mereka menghadapi perlawanan. Inilah penghiburan Paulus, bahwa dia tidak menjadi takut dalam pekerjaannya, maupun dihalau darinya.
- II. Dengan sangat sederhana dan dengan ketulusan yang saleh: Nasihat kami tidak lahir dari kesesatan atau dari maksud yang tidak murni dan juga tidak disertai tipu daya (ay. 3). Ini, sudah pasti, adalah hal yang paling menghibur bagi Rasul Paulus, yaitu kesadaran akan ketulusannya sendiri. Dan ini merupakan salah satu alasan keberhasilannya. Injil yang dia beritakan dan nasihatkan supaya mereka percayai dan taati adalah Injil yang murni dan tidak diubah. Tujuannya bukan untuk mendirikan sebuah golongan, untuk menarik orang-orang untuk ikut dalam suatu kelompok, melainkan untuk menggalakkan ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita. Injil yang dia beritakan tidak mengandung tipu daya, melainkan benar dan murni, tidak mengandung kesalahan, dan bukan sebuah dongeng yang direncanakan dengan licik. Injil itu juga tidak berasal dari ketidakmurnian. Injil-Nya murni dan kudus, layak bagi Penulis-nya yang kudus, dan menolak segala jenis kenajisan. Semua firman Allah adalah murni. Tidak boleh ada campuran yang cemar padanya. Dan, sebagaimana hal-hal yang dinasihatkan oleh Rasul Paulus itu benar dan murni, cara bicaranya pun tanpa tipu muslihat. Dia tidak berpura-pura mengatakan sesuatu padahal memiliki maksud yang lain. Dia percaya, dan sebab itu dia berkata-kata. Dia tidak mempunyai tujuan-tujuan dan pandangan-pandangan yang jahat dan duniawi, tetapi berlaku benar sesuai apa yang seharusnya. Rasul Paulus tidak hanya menyatakan ketulusannya, melainkan juga menyertakan alasan-alasan dan bukti-buktinya. Alasan-alasannya tercakup di dalam ayat 4.
- 1. Mereka adalah pelayan-pelayan, dan Injil dipercayakan kepada mereka, dan yang dituntut dari seorang pelayan adalah dia harus setia. Injil yang Paulus beritakan bukanlah miliknya sendiri, melainkan Injil Allah. Perhatikanlah, pelayan-pelayan Tuhan dianugerahi dengan perkenanan yang besar, diberikan kehormatan, dan dilimpahi dengan kepercayaan. Mereka tidak boleh berani merusakkan firman Allah. Mereka harus dengan rajin mempergunakan apa yang dipercayakan kepada mereka sedemikian rupa, seperti yang telah Allah izinkan dan perintahkan, dengan menyadari bahwa mereka akan dimintai pertanggungjawaban, ketika mereka harus berhenti menjadi pelayan.
- 2. Tujuan mereka adalah untuk menyenangkan hati Allah dan bukan manusia. Allah adalah Allah kebenaran, dan Dia menuntut kebenaran di dalam batin. Dan, jika tidak ada ketulusan, segala hal yang kita lakukan tidak akan dapat menyenangkan hati Allah. Injil Kristus tidak untuk disesuaikan dengan khayalan-khayalan dan hawa nafsu manusia, untuk memuaskan selera dan kegemaran mereka, melainkan justru sebaliknya, bertujuan untuk mematikan kesenangan-kesenangan yang cemar, dan membebaskan mereka dari kuasa khayalan, supaya mereka bisa dikuasai oleh kuasa iman. Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus (Gal. 1:10).
- 3. Mereka bertindak dengan kesadaran akan kemahatahuan Allah, dengan mengetahui bahwa mereka ada di dalam pandangan Dia yang menguji hati. Kita sungguh akan terdorong untuk berlaku tulus, bila kita sadar bahwa Allah bukan hanya melihat segala sesuatu yang kita lakukan, tetapi juga mengetahui pikiran-pikiran kita dari jauh, dan menyelidiki hati. Dia sangat mengetahui seluruh tujuan dan maksud-maksud kita, seperti halnya dengan tindakan-tindakan kita. Dan dari Allah yang menguji hati kita inilah kita pasti menerima upah kita. Bukti-bukti ketulusan Rasul Paulus adalah sebagai berikut:
- (1) Dia menghindari sanjungan: Kami tidak pernah bermulut manis – hal itu kamu ketahui (ay. 5). Dia dan teman-teman sekerjanya memberitakan Kristus dan Dia yang disalibkan, dan tidak bertujuan untuk memperoleh keuntungan bagi diri mereka sendiri dengan membuat orang-orang menyukai mereka, menyanjung-nyanjung, dan memuja-muja mereka. Tidak, dia sama sekali tidak melakukannya. Dan dia juga tidak menyanjung orang-orang dalam dosa mereka, dan tidak memberi tahu mereka, jika mereka mau menjadi kelompoknya, mereka boleh hidup seperti yang mereka inginkan. Dia tidak menjilat mereka dengan harapan-harapan yang muluk-muluk, dan tidak menuruti kehendak mereka dalam perbuatan atau cara jahat apa pun, dengan menjanjikan mereka tetap hidup, dan dengan demikian melapisi dengan kapur.
- (2) Dia menghindari ketamakan. Dia tidak menjadikan pelayanannya sebagai selubung, atau penutup, untuk maksud loba yang tersembunyi – Allah adalah saksi (ay. 5). Tujuannya bukanlah untuk memperkaya dirinya sendiri dengan memberitakan Injil. Sama sekali tidak, bahkan dia tidak membuat persetujuan dengan mereka untuk mendapatkan makanan. Dia tidak seperti rasul-rasul palsu, yang, karena serakahnya berusaha mencari untung dengan ceritera-ceritera isapan jempol dari orang banyak (2Ptr. 2:3).
- (3) Dia menghindari hasrat berlebihan dan kesombongan: Juga tidak pernah kami mencari pujian dari manusia, baik dari kamu, maupun dari orang-orang lain (ay. 6). Mereka tidak mengharapkan uang ataupun penghormatan dari orang, juga tidak mengharapkan diperkaya ataupun dimanjakan, dan dipuja-puja, dan dipanggil Rabi oleh mereka. Hal ini dinasihatkan oleh Rasul Paulus kepada orang-orang Galatia (Gal. 5:26), supaya janganlah kita gila hormat. Hasratnya adalah untuk memperoleh hormat yang datang dari Allah yang Esa (Yoh. 5:44). Dia memberi tahu jemaat bahwa mereka bisa saja menggunakan wewenang lebih besar sebagai rasul-rasul, dan mengharapkan penghargaan lebih besar, dan menuntut tunjangan hidup, yang mungkin bagi sebagian orang merupakan beban yang terlalu besar untuk mereka pikul.
SH: 1Tes 2:1-12 - Pelayan Tuhan teladan. (Rabu, 12 November 1997) Pelayan Tuhan teladan.
Paulus menyebutkan beberapa alasan mengapa pelayanannya di Tesalonika tidak sia-sia. Semuanya jelas karena Allah saja. Allah t...
Pelayan Tuhan teladan.
Paulus menyebutkan beberapa alasan mengapa pelayanannya di Tesalonika tidak sia-sia. Semuanya jelas karena Allah saja. Allah telah memberanikan Paulus menanggung penganiayaan (ayat 3). Allah juga melayakkan Paulus menyaksikan Injil (ayat 4). Karunia Allah yang begitu besar dalam diri Paulus juga membentuk keteladanan yang indah sekali. Paulus mewartakan Injil yang benar, bukan kesesatan (ayat 4) dengan didukung oleh motivasi yang murni (ayat 4-5), dengan kasih sayang yang besar (ayat 7-8) dan dengan pengorbanan yang besar (ayat 9). Patutlah kita mengikuti teladan pelayanan Paulus ini bila kita sungguh ingin menjadi hamba Tuhan yang layak bagi-Nya.
Kerohanian dan kegiatan. Zaman ini sangat menekankan profesionalitas. Tidak terkecuali dalam kegiatan rohani pun dituntut para hamba Tuhan yang mampu melayani secara profesional. Bila kita ingin berhasil dalam pelayanan di komisi Sekolah Minggu, kaum wanita, paduan suara, remaja, pemuda, pendidikan Kristen, dlsb., memang kita harus meningkatkan mutu keahlian kita. Bukankah melayani Tuhan harus lebih berkualitas dibandingkan melakukan kegiatan biasa? Namun keahlian saja tidak cukup. Semua pelayan Tuhan yang efektif harus melayani dari kerohanian yang segar dan yang riil.
SH: 1Tes 2:1-12 - Dianggap layak untuk memberitakan Injil. (Jumat, 24 Oktober 2003) Dianggap layak untuk memberitakan Injil.
Manusia yang penuh cacat dan aib ternyata mendapatkan kepercayaan
dan penghormatan untuk memberitakan I...
Dianggap layak untuk memberitakan Injil.
Manusia yang penuh cacat dan aib ternyata mendapatkan kepercayaan dan penghormatan untuk memberitakan Injil. Manusia yang penuh kelemahan dan kekurangan sekarang menjadi pelayan Allah (ayat 4). Nilai-nilai Injil yang terlalu dalam untuk diselami, terlalu luas untuk dijelajahi, terlalu tinggi untuk dijangkau, terlalu indah untuk dimengerti, ternyata sekarang mempergunakan manusia yang penuh kekurangan sebagai wahana (bdk. Yer. 1:10). Kalau realitas ini tidak dilihat sebagai anugerah Tuhan, maka ada sesuatu yang tidak beres dengan manusia.
Bentuk karya besar Allah yang mengagumkan dan monumental di tengah- tengah dunia ini Allah lakukan dengan mempergunakan tangan manusia. Allah bisa memberikan kepercayaan kepada orang yang kesetiaannya sudah dapat diukur. Seperti Petrus yang pernah menyangkal Yesus. Allah seakan-akan berani jatuh lagi untuk kedua kalinya pada batu yang sama. Itu berarti tidak ada manusia yang pantas untuk membanggakan diri. Itulah sebabnya yang tertinggal hanyalah segala puji dan kemuliaan bagi Tuhan saja.
Paulus menunjukkan dirinya layak dengan melayani jemaat Tesalonika sungguh-sungguh. Ia benar-benar menyampaikan firman Tuhan bukan untuk menyukakan mereka, melainkan Allah (ayat 4-6). Ia menyampaikannya dengan ramah bagaikan seorang ibu yang membagi hidupnya untuk anak-anaknya (ayat 7-8). Ia menjaga hidupnya sedemikian sehingga menjadi saksi Injil yang tiada bercacat (ayat 9-10). Dengan sikap seorang bapa ia menasihati mereka untuk setia hidup sesuai dengan kehendak Allah (ayat 11-12). Sungguh hidup Paulus menunjukkan kelayakannya untuk menjadi saksi Kristus.
Renungkan: Allah juga melayakkan kita, anak-anak-Nya untuk memberitakan Injil. Pertanyannya sekarang adalah: "Apakah kita sudah melayakkan diri di hadapan-Nya dengan meneladani pelayanan Paulus?"
SH: 1Tes 2:1-12 - Hati Seorang Hamba (Jumat, 2 Oktober 2015) Hati Seorang Hamba
Dalam memberitakan Injil, rasul Paulus sudah sering mengalami penganiayaan. Hal yang sama terjadi ketika ia pergi memberitakan Inj...
Hati Seorang Hamba
Dalam memberitakan Injil, rasul Paulus sudah sering mengalami penganiayaan. Hal yang sama terjadi ketika ia pergi memberitakan Injil di kota Tesalonika. Meskipun ada hambatan dan tantangan yang berat, dengan anugerah Tuhan. Paulus tetap berani datang memberitakan Injil ke Tesalonika. Kedatangannya tidak sia-sia (1-2) karena Injil yang diberitakannya bersemi di hati jemaat Tesalonika.
Mengapa mereka menyambut Injil yang Paulus beritakan? Karena Paulus memberitakan Injil dengan maksud yang murni, tanpa tipu daya, dan motivasi yang tersembunyi (3). Paulus menyadari bahwa Allah telah memanggil dan memercayakan tugas pelayanan kepadanya (4). Ia memberitakan Injil bukan untuk mendapatkan pujian dan mencari keuntungan, melainkan untuk menyenangkan hati Tuhan (6). Baik jemaat di Tesalonika maupun Tuhan tahu dan menjadi saksinya, bahwa Paulus memberitakan dengan motivasi yang benar (5, 10). Ia memberitakan Injil, melayani dan mengajar dengan penuh kasih dan keramahan serta rela berbagi hidup dengan jemaat di Tesalonika (7), seperti kasih seorang ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anaknya.
Dalam hal ini, Paulus telah memberikan teladan dengan berusaha dan berjerih lelah bekerja (membuat kemah) memenuhi kebutuhan hidup sendiri dan para rekan kerjanya, supaya dalam memberitakan Injil mereka tidak menjadi beban bagi jemaat (8-9). Selain itu, Paulus juga bagaikan seorang bapa yang tegas dan penuh disiplin terhadap anak-anaknya (11). Ia menasihati dan menguatkan mereka secara pribadi di dalam ajaran dan nasihat Tuhan. Ia mendorong mereka hidup sesuai kehendak Allah, yang telah memanggil mereka untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah dan kemuliaan-Nya (12).
Kita perlu menyadari
bahwa kita dapat melayani karena Tuhan telah memanggil dan memercayakan tugas pelayanan kepada kita. Oleh karena itu, kita harus melayani dengan motivasi yang benar dan bukan mencari pujian serta keuntungan sendiri. Tujuannya adalah agar selalu menjadi berkat bagi sesama kita. [CJ]
SH: 1Tes 2:1-12 - Menghargai Pejuang Injil (Sabtu, 23 April 2022) Menghargai Pejuang Injil
Semua hal yang berharga hadir melalui perjuangan. Tak ada seorang pun yang menjadi sukses jika dia tidak memperjuangkannya. ...
Menghargai Pejuang Injil
Semua hal yang berharga hadir melalui perjuangan. Tak ada seorang pun yang menjadi sukses jika dia tidak memperjuangkannya. Demikian juga Injil Tuhan. Kita bisa menerima Injil karena ada perjuangan dari para utusan Injil.
Paulus menceritakan tentang perjuangannya dalam memberitakan Injil. Perjuangan tersebut meliputi persoalan eksternal maupun internal. Persoalan eksternal yang dia hadapi berupa penganiayaan dan penghinaan yang terjadi di Filipi (1). Sedangkan persoalan internalnya adalah perlawanan terhadap kedagingan dan juga usaha untuk hidup saleh. Perjuangan tersebut dilakukan agar Paulus bisa tetap murni dalam memberikan nasihat, tidak bermulut manis sekadar untuk menyenangkan manusia, melainkan hanya menyenangkan Allah (3-5).
Selain itu, dalam pemberitaan Injil yang penuh dengan penganiayaan, Paulus bahkan dengan rela siap memberikan nyawanya (7, 9). Paulus juga berjuang menggembalakan jemaat dengan segenap hati dan pikiran, seperti seorang ibu yang merawat anak-anaknya (7). Setelah menceritakan berbagai perjuangannya, Paulus meminta dengan sangat agar jemaat Tesalonika hidup seturut dengan kehendak Allah.
Para pejuang pemberita Injil selalu hidup dalam dua tarikan yang akan memaksa mereka untuk mundur. Mereka menghadapi penderitaan, penganiayaan, penolakan, dan sebagainya. Selain itu, ada bisikan hati untuk hidup dalam kenyamanan dan menikmati dosa. Mengapa mereka harus berjuang sedemikian rupa? Karena Injil sangat berharga.
Melalui perjuangan Paulus, misionaris, dan pemberita Injil lainnya, kita bisa menerima Injil dan percaya kepada Tuhan Yesus serta menghidupi Injil. Kita yang hidup di dunia yang relatif lebih aman, barangkali sulit untuk memahaminya. Akan tetapi, pembacaan firman hari ini semestinya menggetarkan hati setiap kita mengenai betapa berharganya Injil. Semestinya, kita menghargai Injil yang telah sampai kepada kita melalui perjalanan dan perjuangan yang berat, dengan cara hidup seturut dengan Injil tersebut, dan juga memberitakannya. [YGM]
Baca Gali Alkitab 8
Siapakah manusia yang dapat menghalangi Kabar Baik yang datang dari Allah bagi keselamatan manusia? Injil adalah berita keselamatan yang diprakarsai oleh Allah; jadi sudah pasti, jika Injil diberitakan, maka Injil akan membuahkan hasil. Orang-orang akan dibawa kepada Kristus. Injil itu akan terus hidup walaupun manusia berusaha mematikannya.
Karena itulah, muncul sebuah frasa yang berbunyi: "Semakin dihambat, semakin merambat." Frasa itu ditujukan kepada Gereja atau berita Injil.
Apa saja yang Anda baca?
1. Apa yang membuat Paulus dan rekan-rekannya selalu mengucap syukur kepada Allah atas jemaat Tesalonika? (13-14)
2. Apa yang dilakukan orang-orang Yahudi kepada Yesus dan Injil-Nya? (15-16)
3. Apa kerinduan Paulus kepada jemaat Tesalonika? (17-20)
Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Mengapa makin manusia mencoba untuk menghambat berita Injil makin Injil itu berkembang?
2. Bagaimana kehidupan orang-orang yang telah menerima Injil Yesus Kristus?
Apa respons Anda?
1. Bagaimanakah seharusnya Anda menghidupi berita Injil agar makin banyak orang yang juga percaya dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat mereka?
Pokok Doa:
Mohon agar dimampukan untuk hidup selaras dengan firman-Nya dan menceritakannya kepada sebanyak mungkin orang.
TFTWMS -> 1Tes 2:1-8
TFTWMS: 1Tes 2:1-8 - Keberhasilan Pelayanannya Keberhasilan Pelayanannya (1 Tes 2:1-8)
1 Kamu sendiripun memang tahu, saudara-saudara, bahwa kedatangan kami di antaramu tidaklah sia-sia. 2 Tetapi ...
Keberhasilan Pelayanannya (1 Tes 2:1-8)
1 Kamu sendiripun memang tahu, saudara-saudara, bahwa kedatangan kami di antaramu tidaklah sia-sia. 2 Tetapi sungguhpun kami sebelumnya, seperti kamu tahu, telah dianiaya dan dihina di Filipi, namun dengan pertolongan Allah kita, kami beroleh keberanian untuk memberitakan Injil Allah kepada kamu dalam perjuangan yang berat. 3 Sebab nasihat kami tidak lahir dari kesesatan atau dari maksud yang tidak murni dan juga tidak disertai tipu daya. 4 Sebaliknya, karena Allah telah menganggap kami layak untuk mempercayakan Injil kepada kami, karena itulah kami berbicara, bukan untuk menyukakan manusia, melainkan untuk menyukakan Allah yang menguji hati kita. 5 Karena kami tidak pernah bermulut manis—hal itu kamu ketahui--dan tidak pernah mempunyai maksud loba yang tersembunyi--Allah adalah saksi—6juga tidak pernah kami mencari pujian dari manusia, baik dari kamu, maupun dari orang-orang lain, sekalipun kami dapat berbuat demikian sebagai rasul-rasul Kristus. 7 Tetapi kami berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya. 8 Demikianlah kami, dalam kasih sayang yang besar akan kamu, bukan saja rela membagi Injil Allah dengan kamu, tetapi juga hidup kami sendiri dengan kamu, karena kamu telah kami kasihi. 9 Sebab kamu masih ingat, saudara-saudara, akan usaha dan jerih lelah kami. Sementara kami bekerja siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapapun juga di antara kamu, kami memberitakan Injil Allah kepada kamu. 10 Kamu adalah saksi, demikian juga Allah, betapa saleh, adil dan tak bercacatnya kami berlaku di antara kamu, yang percaya. 11Kamu tahu, betapa kami, seperti bapa terhadap anak-anaknya, telah menasihati kamu dan menguatkan hatimu seorang demi seorang, 12dan meminta dengan sangat, supaya kamu hidup sesuai dengan kehendak Allah, yang memanggil kamu ke dalam Kerajaan dan kemuliaan-Nya.
Ayat 1. Kata Yunani untuk kedatangan, ei¶sodoß (eisodos), mengacu kepada "kunjungan" (NIV) Paulus untuk menginjil di Tesalonika. Kata yang sama diterjemahkan "menerima"(NASB, NIV) dalam 1:9. Paulus mengatakan bahwa kedatangannya kepada saudara-saudara ini menguntungkan mereka. Ia mungkin sedang lebih mengacu kepada kuasa di dalam injil yang ia beritakan ketika ia datang kepada mereka ketimbang penerimaan mereka terhadap berita dari injil itu.1Injillah yang membuat kunjungannya itu memiliki tujuan. Jemaat Tesalonika tahu lebih baik daripada orang lain mana saja bahwa kunjungan Paulus ke tengah-tengah mereka tidaklah sia-sia. Kata "sia-sia" ini diterjemahkan dari keno/ß (kenos), yang berarti "tanpa tujuan" atau "tidak berguna." Sekali lagi, ia menyebut mereka saudara-saudara.
Ungkapan "sebagaimana yang kamu ketahui jenis orang apakah yang sudah kami buktikan" dalam 1: 5 dan kamu sendiripun memang tahu telah dipahami oleh beberapa orang sebagai berarti bahwa guru-guru palsu tertentu di Tesalonika itu sedang mengajarkan bahwa Paulus menginjil demi uang (seperti yang banyak orang lakukan di zaman itu). Paulus menjawab dengan mengatakan, "Kamu tahu bagaimana aku hidup dan menginjil dibandingkan dengan apa yang mereka katakan." Bahwa penafsiran ini benar adalah suatu kemungkinan yang baik, terutama mengingat ayat-ayat berikutnya yang berkaitan dengan motif dan diskusi tentang apakah Paulus sedang mencoba untuk menipu mereka atau tidak.
Ayat 2. Sesaat sebelum pergi ke Tesalonika, Paulus telah dianiaya dan dihina di Filipi (lihat Kisah 16:16-40). Itu termasuk dicambuk dan dimasukkan ke dalam penjara dan dibelenggu (Kisah 16:23, 24). Paulus kemudian berkata, seperti kamu tahu, karena ia telah memberitahu mereka tentang semua ini—mungkin saat ia bersama mereka.
Meski sebelumnya mengalami penderitaan di Filipi, Paulus dan rekan-rekan kerjanya menunjukkan keberanian ("berani"; KJV) dalam memberitakan Injil Allah (lihat pembahasan tentang 1:5). "Keberanian" diambil dari kata Yunani parrhsia¿zomai (parrēsiazomai) yang berarti "mengekspresikan diri secara bebas."2Di Tesalonika Paulus dan yang lain-lainnya juga menghadapi perjuangan [perlawanan; NASB] yang berat.
"Perlawanan" berasal dari kata Yunani aÓgw¿n (agōn). "Agōn … menggambarkan kontes pelbagai permainan Yunani."3Kata itu digunakan mengenai "konflik lahiriah seperti Flp. 1:30 atau kecemasan batiniah ([seperti dalam] Kol. 2:1)."4Berdasarkan konteks itu, di sini Paulus mungkin sedang lebih mengacu kepada konflik lahiriah.
Penalaran Paulus adalah sebagai berikut: Jika selama ini ia dan rekan-rekan kerjanya tidak bersikap tulus, maka mereka akan sudah undur di hadapan perlawanan ini. Karena mereka tidak undur dalam penginjilan mereka, kesimpulan logisnya adalah bahwa motivasi mereka adalah tulus. Mereka sanggup untuk maju terus hanya melalui keberanian dalam Allah [mereka]. Allah membuat mungkin semuanya bagi mereka, sebagaimana yang Ia juga lakukan untuk kita (Matius 28:20. 2 Tesalonika 3:16).
Ayat 3. Paulus mulai menjawab tuduhan khusus dari apa yang mungkin merupakan tuduhan palsu yang dituduhkan kepada dia oleh beberapa guru palsu di Tesalonika (lihat pembahasan tentang ay. 1). Guru-guru ini kemungkinan besar bersalah karena "kesesatan," "maksud yang tidak murni," dan "tipu daya," sehingga mereka juga menuduh Paulus dengan hal-hal seperti itu.
Nasihat berasal dari kata Yunani para¿klhsiß (paraklēsis) dan diterjemahkan "himbauan" di Alkitab NIV. Itu adalah bentuk kata benda dari kata kerja parakale÷w (parakaleō), yang diterjemahkan "menguatkan" di 3:2. Itu mengacu kepada pesan Paulus yang diberitakan di Tesalonika. Paulus berkata, secara khusus, "himbauan yang kami buat" (NIV) tidak berasal dari kesesatan atau maksud yang tidak murni atau tipu daya Tampaknya, yang dimaksud dengan "kesesatan" adalah doktrin yang salah (2 Tesalonika 2:11). Selain itu, ia mungkin mengacu kepada ketidakmurnian moral, seperti aktivitas seksual terlarang yang menyelimuti banyak kuil orang kafir seperti kuil Aphrodite di Korintus. Orang Yahudi sering menuduh orang Kristen dimotivasi oleh hal-hal seperti itu. Paulus ingin membuat jelas bahwa pesannya tidak berasal dari "tipu daya" atau "tipu muslihat" (RSV). Kata "tipu daya" berasal dari do/loß (dolos), yang berarti mengambil" keuntungan melalui kelicikan dan cara-cara curang."5Hal-hal seperti itu merupakan karakteristik banyak pengkhotbah keliling yang hidup dari para pendengar mereka, seperti beberapa televangelis sekarang ini yang terus-menerus mengemis untuk uang.
Paulus mengatakan, "motif kami selama ini bukan ini," dan menyiratkan, "Kamu sendiripun memang tahu."
Ayat 4. Paulus dan rekan-rekannya tidak melakukan apa yang dituduhkan kepada mereka (ay. 3); sebaliknya, mereka berbicara (positif) sebagai orang-orang yang Allah telah … anggap … layak. "Layak" berasal dari kata Yunani dokima¿zw (dokimazō), sebuah "kata kerja lama" yang berarti "menguji." Keterangan waktu yang digunakan menyiratkan "keadaan komplit," yang berarti "teruji dan terbukti,"6sehingga saat ini mereka direstui oleh Allah untuk memberitakan pesan-Nya (lihat 1 Samuel 16:7). Maksud Paulus adalah bahwa pekerjaan dan pesannya telah direstui berdasarkan pemeriksaan (lihat 5:21, di mana kata itu diterjemahkan "ujian" di NIV). Ujian itu dilakukan oleh Allah, yang tidak membuat kesalahan. Motif Paulus kecil sekali tidak murni.
Allah telah mempercayakan pesan injil kepada Paulus dan orang-orang lain seperti dia (lihat Roma 1:1). Faktanya, Paulus tidak akan pernah bisa dituduh menipu, karena ia bahkan tidak berusaha untuk menyukakan manusia; sebaliknya, ia mencari restu Allah yang menguji hati kita (lihat Yer. 11:20). Paulus tidak terlalu mempedulikan tudingan yang dilontarkan ke atas dia, tapi ia siap berdiri di hadapan Allahnya (lihat 1 Korintus 4:5).
Ayat 5. Paulus membantah bahwa ia dan rekan-rekan sekerjanya bermulut manis atau melemparkan sanjungan (NASB) terhadap jemaat Tesalonika. "Sanjungan" adalah ucapan memuji sesuatu yang tidak diyakini secara tulus untuk maksud-maksud yang tidak terpuji. Beberapa pengkhotbah mungkin sudah melakukan itu supaya saudara-saudara seiman bersedia mendukung mereka, atau untuk dipuji sebagai pengkhotbah hebat. Masing-masing dari kita harus berhati-hati untuk tidak mengatakan sesuatu yang tidak seperti kita maksudkan. Ketika seorang saudara meminta pendapat Anda tentang suatu masalah yang kontroversial, apakah Anda sepakat dengan dia hanya karena Anda dekat dengan dia, walaupun pada kenyataannya pendapat Anda berbeda dari dia? Yang seperti itu adalah sanjungan. Dalam melakukan hal itu, kita tidak tulus dan merusak saudara kita.
Dalam ungkapan maksud loba, maksud atau "dalih" (NASB) berasal dari kata Yunani pro/fasiß (prophasis). "Penggunaan [kata ini] di tempat lain (Kisah 27:30; Lukas 20:47; Filipi 1:18) menyiratkan bahwa kata itu mengacu kepada tindakan memberi alasan palsu atau bentuk perilaku munafik sebagai penutup bagi motif sebenarnya."7Pau- lus membantah bahwa ia dan rekan-rekan sekerjanya datang karena keserakahan mereka, atau bahwa mereka sedang mencoba untuk menutup-nutupi dengan "kepedulian saleh" yang pura-pura.
"Maksud loba" itu sebenarnya merupakan kepanjangan dari sanjungan di mana seseorang menutupi atau menyembunyikan motifnya yang sebenarnya. Paulus sensitif terhadap tuduhan bahwa ungkapan penghargaannya yang tulus untuk jemaat Tesalonika adalah topeng untuk kelobaan. "Loba" adalah keinginan yang berlebihan untuk mendapatkan materi. Hal itu menyebabkan orang berbuat apa saja yang diperlukan untuk mendapatkannya. Paulus mengatakan bahwa keinginan ini bukan motivasi mereka ketika mereka berada di Tesalonika. Allah adalah saksi yang mendukung mereka. (Ibrani 6:18; 1 Yohanes 5:9). Semua ini adalah jelas dalam konteks beberapa orang yang menuduh Paulus atas motifnya yang tidak murni (ay. 1).
Ayat 6. Jauh dari memiliki keserakahan sebagai motifnya, Paulus berkata bahwa ia tidak mencari pujian (TB & NIV) ("kemuliaan"; NASB) dari manusia, yaitu, jemaat Tesalonika. Ia juga tidak mencarinya dari orang-orang lain, meski ia mungkin dapat memberlakukan perintah-perintah yang berat oleh karena otoritas kerasulannya. "Otoritas" berasal dari kata Yunani ba¿roß (baros). Bahasa itu sifatnya umum dan bisa berarti memberikan perintah yang berat. Beberapa orang lainnya berpendapat bahwa itu berarti "memberatkan" dalam hal menuntut bayaran (2:9). Alkitab NIV dan catatan kaki Alkitab NASB memberikan terjemahan alternatif bagi "beban" atau "memberatkan." I. Howard Marshall berpendapat bahwa kata itu mengacu kepada hak para rasul untuk memberikan perintah.8Rasul-rasul adalah jamak, digunakan dalam arti yang lebih luas "orang-orang yang diutus." Timotius dan Silas adalah "rasul" dalam artian bahwa mereka telah ditugaskan oleh Allah (bandingkan dengan Kisah 14:14).9
Ayat 7. Paulus mengatakan bahwa jemaat Tesalonika tidak pernah menjadi beban bagi dia dan rekan-rekan sekerjanya; sebaliknya, Paulus berlaku ramah [terhadap mereka] sama seperti seorang ibu [yang] mengasuh dan merawati anaknya. Kata Yunani untuk "ramah" di sini adalah nh/pioß (nēpios), dan itu berarti "pikiran yang ramah," orang yang bisa didekati.10Perkataan "ibu yang mengasuh" berasal dari trofo/ß (trophos), yang semata-mata berarti "perawat." Karena anak-anak yang dibicarakan ini adalah "anaknya [sendiri]," maka kalimat "ibu [yang] mengasuh" adalah terjemahan yang baik. "Merawat" berasal dari qa¿lpw (thalpō), menunjukkan ikatan emosi yang kuat. Di tempat lain, Paulus membandingkan dirinya dengan seorang ayah (ay. 11; 1 Korintus 4:15), tetapi di sini ia membandingkan dirinya dengan seorang ibu dengan maksud untuk menggambarkan betapa "ramah/lembutnya" ia dan rekan-rekan sekerjanya selama ini dengan tidak menuntut banyak hal. Ia menggunakan gambaran yang paling lembut yang orang bisa temukan.11
Ayat 8. Paulus membagi injil Allah (kabar baik tentang rekonsiliasi yang datang dari Allah), tetapi kasihnya untuk saudara-saudara itu cukup dalam sehingga ia dan rekan-rekan sekerjanya rela memberikan hidup mereka untuk menyelamatkan mereka, sama seperti yang ia akan lakukan untuk sesamanya orang Yahudi (Roma 9:1-3). Kata Yunani yang diterjemahkan "hidup" adalah yuch/ (psuchē). "Artinya bukan hanya `kami rela memberikan (menyerahkan) hidup kami untuk Anda' tapi `kami rela memberikan diri kami untuk Anda, siap melakukan kehendak Anda, tanpa syarat.'"12
Mereka "tidak menahan-nahan sesuatu."13Pengabdian ini akan mencakup pemberian nyawa mereka jika perlu, tapi maknanya lebih luas. Keterlibatan Paulus di sini tidak hanya bersifat teori; tapi juga emosional.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab) Penulis : Paulus
Tema : Kedatangan Kristus
Tanggal Penulisan: Sekitar 51 M
Latar Belakang
Tesalonika terletak sekitar seratus ...
Penulis : Paulus
Tema : Kedatangan Kristus
Tanggal Penulisan: Sekitar 51 M
Latar Belakang
Tesalonika terletak sekitar seratus enam puluh kilometer di sebelah barat daya Filipi; kota ini adalah ibu kota dan pelabuhan yang paling terkemuka dari Makedonia, sebuah propinsi Romawi. Di antara penduduk yang berjumlah sekitar 200.000 jiwa adalah masyarakat Yahudi yang kuat. Ketika Paulus mendirikan gereja Tesalonika pada perjalanan misionernya yang kedua, pelayanannya yang berhasil di wilayah itu dihentikan sebelum waktunya karena permusuhan kalangan Yahudi (Kis 17:1-9).
Karena terpaksa meninggalkan Tesalonika, Paulus pergi ke Berea di mana sekali lagi pelayanan singkat yang berhasil dihentikan oleh penganiayaan yang timbul karena orang Yahudi yang mengikuti dia dari Tesalonika (Kis 17:10-13). Kemudian Paulus pergi ke Atena (Kis 17:15-34), di mana Timotius bergabung dengannya. Paulus mengutus Timotius kembali ke Tesalonika untuk menyelidiki keadaan jemaat yang masih muda itu (1Tes 3:1-5) sedangkan Paulus pergi ke Korintus (Kis 18:1-17). Setelah menyelesaikan tugasnya, Timotius pergi ke Korintus untuk melaporkan pada Paulus mengenai gereja di Tesalonika (1Tes 3:6-8). Sebagai tanggapan atas laporan Timotius, Paulus menulis surat ini, mungkin tiga sampai enam bulan setelah gereja itu dimulai.
Tujuan
Karena Paulus terpaksa meninggalkan Tesalonika dengan tiba-tiba karena penganiayaan, orang yang baru bertobat itu hanya menerima sedikit pendidikan mengenai kehidupan Kristen. Ketika Paulus mengetahui dari Timotius mengenai keadaan mereka saat itu, dia menulis surat ini
- (1) untuk mengungkapkan sukacitanya tentang keteguhan iman dan ketekunan mereka di tengah-tengah penganiayaan,
- (2) untuk mengajar mereka lebih jauh tentang kekudusan dan kehidupan yang saleh, dan
- (3) untuk menerangkan beberapa kepercayaan, khususnya mengenai status orang percaya yang telah mati sebelum Kristus datang kembali.
Survai
Setelah memberi salam kepada jemaat itu (1Tes 1:1), Paulus dengan sukacita memuji jemaat Tesalonika atas semangat dan iman mereka yang tabah di tengah segala penderitaan (1Tes 1:2-10; 1Tes 2:13-16). Paulus menanggapi kecaman dengan mengingatkan mereka akan kemurnian motivasinya (1Tes 2:1-6), kesungguhan kasih dan perhatiannya terhadap mereka (1Tes 2:7-8,17-20; 1Tes 3:1-10), serta kelakuannya yang jujur di tengah mereka (1Tes 2:9-12).
Paulus menekankan perlunya dan pentingnya kekudusan dan kuasa dalam kehidupan Kristen. Orang percaya harus kudus (1Tes 3:13; 1Tes 4:1-8; 1Tes 5:23-24), dan Injil harus disertai kuasa dan penyataan Roh Kudus (1Tes 1:5). Paulus mendorong jemaat itu supaya jangan mereka memadamkan api Roh dengan meremehkan penyataan-Nya, khususnya nubuat (1Tes 5:19-20).
Tema yang menonjol adalah kedatangan Kristus untuk membebaskan umat-Nya dari murka Allah di atas muka bumi ini (1Tes 1:10; 1Tes 4:13-18; 1Tes 5:1-11). Rupanya beberapa anggota jemaat sudah meninggal sehingga menimbulkan kekhawatiran mengenai keikutsertaan mereka dalam keselamatan terakhir yang akan dinyatakan ketika Tuhan datang. Oleh karena itu, Paulus menerangkan rencana Allah bagi orang kudus yang sudah dipanggil pulang bila Kristus kembali bagi gereja-Nya (1Tes 4:13-18) dan menasihatkan mereka yang masih hidup tentang pentingnya kesiagaan ketika Kristus datang (1Tes 5:1-11). Paulus menutup surat ini dengan berdoa untuk kekudusan dan pemeliharaan mereka (1Tes 5:23-24).
Ciri-ciri Khas
Empat ciri utama menandai surat ini.
- (1) Surat ini adalah salah satu dari kitab-kitab PB yang pertama ditulis.
- (2) Itu berisi bagian-bagian penting mengenai orang-orang kudus yang sudah mati yang dibangkitkan oleh Allah ketika Kristus kembali untuk mengangkat gereja (1Tes 4:13-18) dan tentang "hari Tuhan" (1Tes 5:1-11).
- (3) Kelima pasal ini berisi petunjuk tentang kedatangan Kristus dan artinya bagi orang percaya (1Tes 1:10; 1Tes 2:19; 1Tes 3:13; 1Tes 4:13-18; 1Tes 5:1-11,23).
- (4) Surat ini memberikan wawasan yang unik
- (a) mengenai kehidupan gereja tahun 50-an yang belum dewasa tetapi penuh semangat dan
- (b) mengenai mutu pelayanan Paulus sebagai perintis pemberitaan Injil.
Full Life: 1 Tesalonika (Garis Besar) Garis Besar
Salam Kristen
(1Tes 1:1)
I. Terima Kasih Pribadi Paulus Karena Orang Tesalonika
(1Tes 1:2-3:13)
A....
Garis Besar
- Salam Kristen
(1Tes 1:1) - I. Terima Kasih Pribadi Paulus Karena Orang Tesalonika
(1Tes 1:2-3:13) - A. Bersukacita Tentang Hidup Baru Mereka di Dalam Kristus
(1Tes 1:2-10) - 1. Iman, Kasih, dan Pengharapan Mereka
(1Tes 1:2-3) - 2. Pertobatan Mereka yang Sejati
(1Tes 1:4-6) - 3. Teladan Baik Mereka kepada Orang Lain
(1Tes 1:7-10) - B. Mengenangkan Peranannya Dalam Hidup Mereka
(1Tes 2:1-3:8) - 1. Meninjau Kembali Pelayanannya
(1Tes 2:1-12) - 2. Mengingat Tanggapan Mereka
(1Tes 2:13-16) - 3. Memelihara Perhatiannya
(1Tes 2:17-3:8) - C. Mendoakan Kesempatan Kunjungan Kembali Serta Kemajuan Rohani
dan Kemantapan Mereka Dalam Kekudusan
(1Tes 3:9-13) - II. Pengarahan Praktis Paulus bagi Jemaat Tesalonika
(1Tes 4:1-5:22) - A. Mengenai Kekudusan Seksual
(1Tes 4:1-8) - B. Mengenai Kasih Persaudaraan
(1Tes 4:9-10) - C. Mengenai Kerja yang Jujur
(1Tes 4:11-12) - D. Mengenai Kedatangan Kristus
(1Tes 4:13-5:11) - 1. Keadaan Mereka yang Mati Dalam Kristus
(1Tes 4:13-18) - 2. Kesiagaan Mereka yang Hidup Dalam Kristus
(1Tes 5:1-11) - E. Mengenai Kehormatan bagi Pemimpin Rohani
(1Tes 5:12-13) - F. Mengenai Kehidupan Kristen
(1Tes 5:14-18) - G. Mengenai Pengenalan Rohani
(1Tes 5:19-22) - Penutup
(1Tes 5:23-28) - A. Doa untuk Pengudusan dan Pemeliharaan Mereka
(1Tes 5:23-24) - B. Permohonan Terakhir dan Berkat
(1Tes 5:25-28)
Matthew Henry: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab)
Tesalonika dulunya merupakan kota utama di wilayah Makedonia. Sekarang kota itu bernama Tesalonika, dan merupakan kota terpadat dan salah satu kot...
- Tesalonika dulunya merupakan kota utama di wilayah Makedonia. Sekarang kota itu bernama Tesalonika, dan merupakan kota terpadat dan salah satu kota terbaik untuk berdagang di Levant. Setelah maksudnya untuk mengunjungi wilayah-wilayah yang disebut provinsi-provinsi Asia terhalang, dan diarahkan secara luar biasa untuk memberitakan Injil di Makedonia (Kis. 16:9-10), Rasul Paulus dalam kepatuhannya terhadap panggilan Allah pergi dari Troas ke Samotrake, lalu dari sana ke Neapolis, dan dari situ ke Filipi. Di Filipi pelayanannya berhasil, tetapi ia menjumpai banyak kesulitan, karena di sana ia dilempar ke penjara bersama-sama dengan Silas, kawan sekerja dan seperjalanannya. Namun, mereka dilepaskan dari penjara secara menakjubkan, dan menghibur saudara-saudara di sana, dan setelah itu berangkat lagi dari sana. Setelah melewati Amfipolis dan Apolonia, mereka sampai di Tesalonika. Di sana Rasul Paulus menanam jemaat yang terdiri atas beberapa orang Yahudi yang percaya dan banyak orang bukan Yahudi yang sudah bertobat (Kis. 17:1-4). Tetapi karena ada kekacauan di kota itu yang ditimbulkan oleh orang-orang Yahudi yang tidak percaya, dan para penduduk setempat yang jahat dan rendah, maka demi keselamatan, Paulus dan Silas dilarikan saat malam hari ke Berea. Setelah itu Paulus diantar ke Atena, dengan meninggalkan Silas dan Timotius, tetapi memberi perintah agar mereka lekas-lekas menyusulnya. Setelah mereka berdua sampai, Timotius dikirim ke Tesalonika, untuk mencari tahu keadaan jemaat di sana dan meneguhkan iman mereka (1Tes. 3:2). Dan, setelah kembali kepada Paulus sewaktu ia tinggal di Atena, Timotius diutus lagi, bersama-sama dengan Silas, untuk mengunjungi jemaat-jemaat di Makedonia. Jadi Paulus, setelah ditinggal sendirian di Atena (1Tes. 3:1), pergi dari situ ke Korintus, di mana ia terus tinggal selama satu setengah tahun. Di sela-sela waktu itulah Silas dan Timotius kembali kepadanya dari Makedonia (Kis. 18:5). Lalu Rasul Paulus menulis surat ini kepada jemaat Kristus di Tesalonika, yang walaupun ditempatkan setelah surat-surat lain, dianggap merupakan surat yang pertama-tama ditulis Paulus, dan ditulis sekitar tahun 51 M. Maksud utama dari surat ini adalah untuk mengungkapkan betapa rasul ini bersyukur atas keberhasilannya memberitakan Injil di antara mereka, untuk meneguhkan iman mereka, dan mengajak mereka untuk berperilaku kudus.
Jerusalem: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab) SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal da...
SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal dari pada tokoh-tokoh lain dalam Perjanjian Baru. Kedua sumber, yang masing-masing berdiri sendiri ini saling menguatkan dan melengkapi, meskipun ada kelainan-kelainan dalam soal-soal kecil. Kita malahan dapat menyusun suatu kronologi riwayat hidup Paulus secara lebih kurang teliti, karena bertepatannya beberapa peristiwa dalam riwayat hidup Paulus dengan kejadian-kejadian yang kita ketahui menurut ilmu sejarah, seperti waktunya Galio menjabat prokonsul di Korintus, Kis 18:12, dan tahun Festus menggantikan Feliks, Kis 24:27-25:1, sebagai wali negeri di Palestina.
Paulus dilahirkan di Tarsus di Kilikia, Kis 9:11; 21:39; 22:3, kira-kira tahun 10 Mas. dari keluarga Yahudi suku Benyamin, Rom 11:1; Flp 3:5 dan yang telah menjadi warga negara Roma, Kis 16:37 dst; 22:25-28; 23:27. Semasa mudanya Paulus dididik di Yerusalem oleh Gamaliel yang memberinya pengajaran mendalam tentang agama Yahudi sesuai dengan ajaran mazhad agama Kristen yang baru muncul, Kis 22:4 dst; 26:9-12; Gal 1:13; Flp 3:6, dan berurusan dengan pembunuhan atas diri Stefanus, Kis 7:58; 22:20; 26:10. Tetapi kira-kira tahun 34 seluruh hidup Paulus yang sedang di perjalanan ke kota Damsyik dirubah oleh penampakan Yesus yang telah bangkit dari alam maut. Tuhan yang bangkit menyatakan kepadanya benarnya agama Kristen dan bahwa tugasnya yang khas ialah mewartakan Injil kepada orang- orang bukan Yahudi, Kis 9:3-16 dsj; Gal 1:12, 15 dst; Ef 3:2. Sejak saat itu Paulus merelakan hidupnya untuk mengabdi Kristus, yang secara pribadi telah "menangkapnya" untuk dijadikan pengikutNya, Fil 3:12. Sesudah tinggal beberapa lamanya di Arabia, Paulus kembali ke Damsyik, Gal 1:17, dan mulai mewartakan Kristus di sana, Kis 9:20.
Sesudah sebentar mengunjungi Yerusalem, Gal 1:18; Kis 9:26-29, maka dalam tahun 39 Paulus pergi ke Siria dan Kilikia, Gal 1:21; Kis 9:30, sampai Barnabas mengajaknya kembali ke Antiokhia, di mana mereka mengajar bersama, Kis11:25 dst dan lihat 9:27. Dalam perjalanannya yang pertama (th 45-49) ke Siprus, Pamfilia, Pisidia dan Likaonia, Kis 13-14, Saulus mulai menggunakan nama Yunani-Latinnya Paulus untuk mengganti nama Yahudinya, yakni Saul, Kis 13:9. Karena berkarya dengan lebih baik, maka Paulus menyisihkan Barnabas, Kis 14:12. Dalam tahun 49, jadi empat belas tahun sudah bertobat, Gal 2:1, Paulus naik ke Yerusalem untuk ikut serta dalam "Konsili Para Rasul". Sebagian karena pengaruhnya Konsili itu menyetujui bahwa hukum Yahudi tidak mengikat orang-orang bukan Yahudi yang masuk Kristen, Kis 15; Gal 2:3-6. Tugas Paulus di antara orang-orang bukan Yahudi juga secara resmi diakui, Gal 2:7-9. Kemudian ia mengadakan perjalanan-perjalanan lagi. Perjalanan kedua (Kis 15:36-18:22) dan perjalanan ketiga (Kis 18:23 - Kis 21-17) masing-masing berlangsung dalam tahun 50-52 dan 55-58. Sehubungan dengan surat-surat Paulus perjalanan-perjalanan itu akan kita bicarakan lagi, oleh karena surat-suratnya itu ditulisnya justru selama di perjalanan-perjalanan itu. Tahun 58 ditahan di Yerusalem, Kis 21:27-23:22 dan dimasukkan ke dalam penjara sampai th 60, Kis 23:23-26. Dalam musim semi th 60 wali negeri Festus mengirimkannya ke Roma dengan pengawalan ketat, Kis 27:1-28:16. Sesudah di Roma di tahan dua tahun (th 61-63) Paulus dibebaskan karena tidak terbukti salah. Kemudian ia mungkin pergi ke negeri Spanyol, seperti yang direncanakannya, Rom 15:24, 28, tetapi surat-surat Pastoral (Tim, Tit) mengandaikan bahwa Paulus masih mengadakan perjalanan-perjalanan ke Timur. Penahanan Paulus yang kedua di Roma berakhir dengan kemartiran, sebagaimana diberitakan oleh tradisi yang paling tua; ini kiranya terjadi dalam th 67.
Kepribadian Paulus
Dari Kisah Para Rasul dan dari surat-surat Paulus juga mungkin mendapat gambaran jelas mengenai kepribadian dan perangai Sang Rasul.
Paulus adalah seorang yang semangatnya berapi-api dan yang dalam mengejar cita- citanya tidak tahu lelah atau menghitung jerih-payahnya. Pada pokoknya cita-cita Paulus ialah cita-cita keagamaan. Satu-satunya yang menjadi pusat perhatiannya ialah Allah. Dalam mengabdi Allah sebagai hamba setiawan ia menolak segenap kompromis dalam bentuk manapun. Itulah sebabnya maka mula-mula Paulus mengejar mereka yang dianggapnya sebagai bida'ah dan musuh Allah 1Tim 1:13; bdk Kis 24:5, 14, tetapi kemudian mewartakan Kristus, setelah berkat wahyu mengerti bahwa Dialah satu-satunya penyelamatan. Semangat yang tak bersyarat itu terungkap dalam kehidupan yang terdiri atas penyangkalan diri yang mutlak dan pengabdian kepada Dia yang dikasihi Paulus. Kerja keras dan lelah, haus, penderitaan, kemiskinan dan bahaya maut, 1Kor 4:9-13; 2Kor 4:8 dst; 6:4-10; 11:23-27, tidak dipedulikan sama sekali mana kala Paulus menunaikan tugas yang dianggapnya sebagai tanggung jawabnya 1Kor 9:16 dst. Tidak ada sesuatupun dari semuanya itu yang mampu memisahkan Paulus dari kasih Allah dan Kristus, Rom 8:35-39. Sebaliknya, semuanya itu dianggapnya barang berharga oleh karena menyerupai dirinya dengan Gurunya yang bersengsara dan tersalib, 2Kor 4:10 dst; Flp 3:10 dst. Kesadaran akan panggilannya yang tunggal membuat Paulus memiliki gairah akan yang luhur-luhur dan besar-besar. Kalau ia merasa dirinya bertanggung jawab akan semua jemaat, 2Kor 11:28; bdk Kol 1:24, dan berkata bahwa bekerja lebih dari pada yang lain-lain, 1Kor 15:10; bdk 2Kor 11:5, dan mengajak kaum beriman untuk mencontohnya, 2Tes 3:7+, maka keterangan semacam itu bukanlah kesombongan, melainkan kebanggaan orang suci yang rendah hati. Sebab Paulus juga mengakui dirinya sebagai yang paling hina di antara sekalian orang Kudus, 1Kor 15:9; Ef 3:8, karena telah menganiaya jemaat Allah; karya-karya besar yang dilaksanakannya dianggap berasal dari Tuhan yang berkarya di dalam dirinya, 1Kor 15:10; 2Kor 4:7; Flp 4:13; Kol 1:29; Ef 3:7.
Semangat hatinya yang halus nampak dalam sikap Paulus terhadap kaum beriman. Ia mempercayai sungguh-sungguh orang-orang Filipo yang masuk Kristen, Flp 1:7 dst; 4:10-20; ia menaruh perasaan mendalam terhadap jemaat di Efesus, Kis 20:17-38; hatinya memanas, kalau orang-orang beriman di Galatia membiarkan dirinya dibujuk untuk meninggalkan kepercayaan sejati, Gal 1:6; 3:1-3, dan ia sedih terkejut karena ketidak-tetapan hati yang sombong pada orang-orang di Korintus, 2Kor 12:11-13:10. Untuk menetapkan yang lincah-lincah Paulus tahu bagaimana bersikap ironi, 1Kor 4:8; 2Kor 11:7; 12:13, dan bahkan melontarkan teguran tegas, Gal 3:1-3; 4:11; 1Kor 3:1-3; 5:1-2; 6:5; 11:17-22; 2Kor 11:3 dst. Tetapi selalu hanya demi kebaikan kaum beriman, 2Kor 7:8-13. Dan segera Paulus memperlunak tegurannya dengan kehalusan hati yang penuh kasih sampai mengharukan hati, 2Kor 11:1-2; 12:14 dst : Bukankah hanya Pauluslah bapa mereka, 1Kor 4:14 dst; 2Kor 6:13; bdk 1Tes 2:11; Flm 10, bahkan ibu mereka, 1Tes 2:7; Gal 4:19? Maka segera pulih kembali hubungan-hubungan baik seperti dahulu, Gal 4:12-20; 2Kor 7:11-13.
Sesungguhnya Paulus tidak mau pertama-tama menegur kaum beriman, tetapi para lawan yang berusaha membujuk dan menyesatkan mereka: orang-orang Yahudi yang di mana-mana melawan dan menghalangi Paulus, Kis 13:45, 50; 14:2, 19; 17:5, 13; 18:6; 19:9; 21:27, ataupun orang-orang Kristen ke-Yahudian yang ingin membebankan kuk hukum Taurat pada mereka yang oleh Paulus direbut bagi Kristus, Gal 1:7; 2:4; 6:12 dst. Terhadap golongan-golongan itu Paulus tidak kenal ampun, 1Tes 2:15 dst; Gal 5:12; Flp 3:2. Gairah mereka yang sombong dan "kedagingan" dihadapi Paulus dengan daya rohani sejati yang menyatakan diri melalui kepribadiannya yang lemah, 2Kor 10:1-12:2, dan dengan sikap jujurnya yang membuktikan Paulus tidak mencari keuntungan sendiri, Kis 18:3. Ada sementara orang yang berkata bahwa para lawan Paulus ialah para rasul di Yerusalem. Tetapi pendapat itu tidak dapat dibuktikan. Terlebih-lebih lawan Paulus itu Yalah orang-orang Yahudi yang masuk Kristen dan ingin memaksakan adat-kebiasaan sendiri kepada orang-orang lain. Mereka menyalah-gunakan nama Petrus, 1Kor 1:12, dan Yakobus, Gal 2:12 untuk menurunkan kweibawaan Paulus. Sebaliknya, Paulus sendiri selalu menghormati wewenang para rasul sejati, Gal 1:18; 2:2, walaupun mempertahankan bahwa sebagai saksi Kristus setra dengan merek, Gal 1:11 dst; 1Kor 9:1; 15:8-11. Kalaupun terjadi bahwa sehubungan dengan perkara tertentu Paulus menentang Petrus, Gal 2:11-14, namun Paulus selalu menyatakan dirinya orang yang suka berdamai, Kis 21:18-26. Dengan seksama ia mengorganisasi pengumpulan dana untuk orang-orang Kristen yang miskin di Yerusalem, Gal 2:10, karena ia beranggapan ini jaminan paling baik bagi persatuan antara orang-orang Kristen bekas kafir dengan Jemaat Induk di Yerusalem, 2Kor 8:14; 9:12-13; Rom 15:26 dst.
Paulus sebagai Pewarta Injil
Pewartaan Paulus pertama-tama kerigma rasuli, Kis 2:22+, Kerigma itu ialah: pemberitaan tentang Yesus yang telah disalibkan tapi dibangkitkan dari alam maut, sesuai dengan Kitab Suci, 1Kor 2:2; 5:3-4; Gal 3:1. Apa yang disebutkan Paulus sebagai "Injilku", Rom 2:16; 16:25, sesungguhnya bukanlah Injilnya sendiri, melainkan Injil yang umum dipercaya, Gal 1:6-9; 2:2; Kol 1:5-7, tetapi khususnya disesuaikan dengan dan diterapkan pada pertobatan orang-orang bukan Yahudi, Gal 1:16; 2:7-9, sehaluan dengan kebijaksanaan universalis yang sudah dimulai di Anthiokhia. Paulus setia pada tradisi rasuli yang ada kalanya dikutip olehnya, 1Kor 12:23-25; 15:3-7, dan selalu diandaikannya; sudah barang tentu tradisi rasuli itu sangat berjasa bagi Paulus. Meskipun kiranya tidak pernah melihat Yesus selama hidupNya di dunia ini, bdk 2Kor 5:16+, namun Paulus sangat mengenal ajaranNya, 1Tes 4:15; 1Kor 7:10 dst; Kis 20:35. Selebihnya ia juga seorang saksi langsung dan keyakinannya yang tak tergoncangkan itu berdasar sebuah pengalaman pribadi: sebab iapun "melihat" Kristus, mula-mula di dekat Damsyik, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8; dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 22:17-21, Ia telah mengalami penglihatan- penglihatan dan pernyataan-pernyataan Tuhan, 2Kor 12:1-4. Maka apa yang diterimanya dari tradisi itu sungguh-sungguh dapat dianggapnya sebagai pemberitahuan langsung oleh Tuhan, Gal 1:12; 1Kor 12:23.
Ada kalanya orang berkata bahwa pengalaman-pengalaman mistik tersebut disebabkan oleh temperamen yang berlebih-lebihan dan sakit-sakitan. Tetapi dugaan itu tidak mempunyai dasar sedikitpun. Memanglah Paulus kena penyakit di Galatia, Gal 4:13- 15, tetapi penyakit itu kiranya tidak lain kecuali serangan malaria, sedangkan "duri dalam daging", 2Kor 12:7, boleh jadi permusuhan terus menerus dari pihak orang-orang Yahudi, kaum sebangsanya "secara jasmani", Rom 9:3. Paulus ternyata tidak mempunyai daya khayal yang berlebih-lebihan mengingat sedikit-sedikitnya gambaran lazim yang ia pakai: gelanggang pertandingan, 1Kor 9:24-27; Flp 3:12- 14; 2Tim 4:7 dst, laut, Ef 4:14, pertanian, 1Kor 3:6-8, dan bangunan, 1Kor 3:10- 17; Rom 15:20; Ef 2:20-22; kedua gambar terakhir suka digabungkan serta dicampur-adukkannya, 1Kor 3:9; Kol 2:7; Ef 3:17; bdk Kol 2:19; Ef 4:16. Paulus nampaknya lebih-lebih seorang intelektuil. Hati yang berapi-api bersatu-padu dengan akal jernih dan tidak segera puas; akal yang dengan teliti membentangkan kepercayaan Kristen sesuai dengan kebutuhan para pendengar. Berkat sifat Paulus itulah kita mendapat ulasan-ulasan yang mengagumkan sekitar kerigma dan yang bersesuaian dengan keadaan nyata. Sudah barang tentu jalan pikiran Paulus itu bukanlah jalan pikiran manusia dewasa ini. Ada kalanya Paulus mengemukakan dalil-dalilnya seperti para rabi mengemukakannya dan sesuai dengan metode penafsiran yang diterima Paulus dari lingkungan serta pendidikannya (misalnya: 3:16; 4:21-31). Tetapi bakat Paulus mendobrak warisan tradisionil yang terbatas itu. Dan melalui saluran-saluran yang bagi kita kurang lebih ketinggalan zaman Paulus mengalirkan suatu pengajaran yang mendalam.
Memanglah Paulus adalah seorang Yahudi, tetapi seorang Yahudi yang memiliki bagian kebudayaan Yunani cukup besar. Mungkin ini mulai diperolehnya semasa mudanya di Tarsus dan kemudian di perkaya karena Paulus sering berjumpa dengan dunia Yunani-Romawi. Pengaruh dari kebudayaan Yunani itu tercermin baik dalam jalan pikiran Paulus maupun dalam bahasa serta gaya bahasanya. Ada kalanya Paulus mengutip penulis-penulis Yunani, 1Kor 15:33; Tit 1:12; Kis 17:28, dan ia pasti mengenal filsafat populer yang berdasar atas mazhab Stoa; dari padanya ia meminjam gagasan-gagasan (misalnya: perginya jiwa yang terpisah dari badan ke dunia ilahi 2Kor 5:6-8; "pleroma" kosmis, Kol dan Ef) dan rumus-rumus tertentu (1Kor 5:6-8; Rom 11:36; Ef 4:6). Dari mazhab Stoa yang berhaluan sinis Paulus mengambil alih apa yang disebutkan sebagai "diatribe", yalah suatu metode argumentasi yang terdiri atas pertanyaan dan jawaban pendek, Rom 3:1-9, 27-31, dan dari situpun berasal ulasan-ulasannya, di mana kata demi kata beruntun, sebagaimana lazim dalam seni pidato. Mana kala menggunakan kalimat panjang dan padat, di mana anak-anak kalimat bergelombang-gelombang desak-mendesak, Ef 1:3- 14; Kol 1:9-20, maka Paulus masih juga dapat menemukan contoh-contohnya dalam kesusasteraan keagamaan di dunia Yunani. Biasanya Paulus memakai bahasa Yunani sebagai bahasa ibu yang kedua, Kis 21:40, dan dengan mahirnya, sehingga hanya sedikit semitisme terdapat. Bahasa Yunani yang dipakai ialah bahasa Yunani yang lazim di zamannya, yakni bahasa "koine", yang baik tanpa peniruan bahasa kuno. Paulus memang tidak suka akan kehalusan yang dibuat-buat seperti lazim dalam seni pidatoo insani, sebab kekuatannya untuk meyakinkan hanya mau diambilnya dari daya Firman kepercayaan yang didukung "tanda-tanda" yang dikerjakan Roh Kudus, 1Tes 1:5; 1Kor 2:4 dst; 2Kor 11:6; Rom 15:18. Bahkan terjadi pula bahwa pengungkapannya kurang tepat dan tidak diselesaikan, 1Kor 9:15. Acuan bahasa tidak mampu menampung pemikiran yang meluap-luap dan perasaan yang terlalu hebat. Dengan kekecualian yang jarang terjadi, bdk Flm 10, Paulus biasanya mendikte surat-suratnya, Rom 16:22, sebagaimana lazim di zaman dahulu dan hanya salam terakhir ditulisnya dengan tangan sendiri, 2Tes 3:17; Gal 6:11; 1Kor 16:21; Kol 4:18. Ada bagian-bagian dalam surat-suratnya yang memberi kesan bahwa masak-masak dipikirkan (misalnya: Kol 1:15-20), tetapi kebanyakan dituliskan sekali jadi dan secara spontan tanpa dikoreksi. Kendati kekurangan-kekurangan itu, bahkan mungkin karena kekurangan-kekurangannya, gaya bahasa cekatan itu berisi secara luar-biasa. Sudah barang tentu pemikiran yang begitu mendalam dan yang terungkap dengan bahasa yang menyala itu tidak mudah dibaca (2Ptr 3:16). Namun demikian pemikiran Paulus menyajikan beberapa nas yang daya keagamaannya dan bahkan gaya sastranya barangkali tidak ada tara bandingnya dalam sejarah kesusasteraan manusia.
Surat-surat yang diwariskan Paulus itu semuanya ditulis dengan alasan khusus. Ini tak pernah boleh dilupakan. Surat-surat itu bukan risalah ilmu ketuhanan, melainkan merupakan tanggapan terhadap keadaan tertentu. Surat-surat itu sungguh-sungguh surat yang sesuai dengan surat-menyurat yang lazim di zaman itu, Rom 1:1+. Namun demikian tulisan-tulisan Paulus bukan surat pribadi belaka dan bukan pula "surat" yang hanya nampaknya surat saja, sedangkan pada kenyataannya adalah karya sastra. Surat-surat Paulus berupa uraian-uraian yang ditujukan kepada pembaca-pembaca tertentu dan melalui mereka kepada semua kaum beriman. Maka dalam surat-surat itu jangan dicari kupasan-kupasan teratur dan lengkap yang mengungkapkan seluruh pemikiran Paulus. Di belakang tulisan-tulisan itu tetap membayang perkataan yang secara lisan dibawakan dan surat-surat itu seolah-olah memberi komentar atas beberapa pokok khusus. Namun demikian, nilai surat-surat Paulus tidak teratasi, apa lagi karena isi serta perbedaan- perbedaannya memungkinkan orang menemukan apa yang pokok dalam pewartaan Paulus. Tidak peduli mengapa ia menulis atau kepada siapa ia menulis, karya Paulus berdasarkan ajaran yang pada pokoknya sama. Ajaran itu berpusatkan Kristus yang wafat dan dibangkitkan. Hanya ajaran pokok itu disesuaikan, berkembang dan menjadi semakin berisi selama kehidupan Paulus yang menjadi segala-gala untuk semua orang, 1Kor 9:19-22. Ada sementara penafsir yang mengatakan bahwa Paulus sesungguhnya seorang "peramu" yang sesuai dengan keperluan memungut pandangan- pandangan yang berlain-lainan dan ada kalanya bertentangan satu sama lain; Paulus sendiri tidak menilai pandangan-pandangan itu seolah-olah mutlak tepat dan benar; ia hanya menggunakannya saja untuk menarik hati orang kepada Kristus. Langsung bertentangan dengan pendapat dengan pendapat tersebut ada orang yang berkata tentang "kekakuan" Paulus. Menurut pendapat ini maka pemikiran Paulus sejak awal mula ditetapkan dan selanjutnya tidak mengalami perkembangan lagi. Semua sudah tetap dan selesai akibat pengalaman Paulus waktu bertobat. Kebenaran terletak di tengah kedua ujung itu : teologi Paulus memang berkembang menurut suatu garis bersinambung, tetapi sungguh ada perkembangan di bawah dorongan Roh Kudus yang membimbing karya kerasulan Paulus. Dan perkembangan benar tapi lurus akhirnya sampai kepada kepenuhan sebagaimana memuncak dalam surat-surat itu sesuai dengan urutannya dalam waktu, orang dapat mengenali tahap-tahap perkembangan pemikiran Paulus. Memanglah urutan dalam waktu itu bukanlah urutan surat-surat Paulus dalam daftar kitab-kitab Perjanjian Baru. Dalam daftar itu surat-surat itu dideretkan sesuai dengan panjangnya.
1 dan 2 Tes; th. 50-51
Surat-surat Paulus yang pertama ditujukan kepada jemaat Kristen di kota Tesalonika. Di musim panah th. 50 Paulus mewartakan Injil di kota itu waktu perjalanannya yang kedua, Kis 17:1-10. Terpaksa oleh permusuhan dari pihak orang-orang Yahudi Paulus pergi ke Berea dam daro sana ke Atena dan Korintus. Di kota terakhir inilah kiranya 1Tes ditulis selama musim dingin th 50-51. Silas dan Timotius menemani Paulus di Korintus. Timotius untuk kedua kalinya pergi ke Tesalonika dan dari situ membawa berita-berita yang menggembirakan. Ini menyebabkan peluapan hati yang terungkap dalam 1Tes 1-3. Kemudian menyusullah dalam surat ini serentetan anjuran praktis, 1Tes 4:1-12; 5:12-28. Di antara kedua bagian itu disisipkan suatu jawaban atas soal tentang nasib orang-orang yang sudah meninggal dan Parusia Kristus, 1Tes 4:13-5:11. Surat 2Tes kiranya ditulis di kota Korintus juga beberapa bulan kemudian. Surat ini berisikan beberapa petunjuk praktis, 1; 2:13-3:15, dan sebuah instruksi lagi mengenai kapan Parusia akan terjadi dan mengenai "tanda-tanda" yang mesti mendahului kedatangan Tuhan, 2:1-12.
Ditinjau dari segi sastra maka antara 2Tes dan 1Tes ada kesamaan yang menyolok, sehingga ada sejumlah ahli yang menganggap 2Tes sebagai pemalsuan oleh seseorang yang mencuri gagasan-gagasan Paulus sementara juga meniru gaya bahasanya. Tetapi sukar sekali melihat mengapa seseorang membuat pemalsuan itu. Keterangan lain lebih sederhana dan lebih masuk akal, yaitu: Paulus sendirilah yang ingin lebih jauh menjelaskan dan meluruskan pengajarannya mengenai akhir zaman, lalu menulis surat ini dnegan mengulangi beberapa keterangan dari surat pertama. Memanglah kedua tulisan itu tidak bertentangan satu sama lain, tetapi malahan saling melengkapi. Dan tradisi Gereja dahulu juga jelas mengatakan bahwa kedua surat itu ditulis oleh Paulus.
Kedua surat ini tidak hanya penting oleh karen sudah memperkenalkan pangkal beberapa pikiran Paulus yang dalam surat-surat lain diperkembangkan, tetapi terutama karena ajarannya mengenai Parusia. Ternyatalah bahwa dalam tahap permulaan karya kerasulanNya pemikiran Sang Rasul berpusatkan kebangkitan Kristus dan kedatanganNya yang mulia yang membawa keselematan bagi mereka yang percaya kepadaNya, biar sudah mati sekalipun, 1Tes 4:13-18. Kedatangan Kristus yang mulia itu dilukiskan Paulus sesuai dengan apa yang lazim dalam sastra apokaliptik Yahudi dan dalam agama Kristen purba (bdk wejangan Yesus tentang akhir zaman yang termuat dalam injil-injil sinoptik, khususnya dalam injil Mat). Sama seperti Yesus demikianpun Paulus ada kalanya menekankan dekatnya kedatangan Tuhan yang tidak mungkin diketahui kapannya dan yang menuntut bahwa orang bersiap-siaga, 1Tes 5:1-11, sehingga memberikan kesan bahwa ia sendiri serta sidang pembacanya akan mengalaminya selama masih hidup, 1Tes 4:17; tetapi ada kalanya iapun mencoba meredakan rasa cemas kaum beriman yang digelisahkan oleh pandangan semacam itu. Maka ia mengingatkan mereka bahwa Hari Tuhan belum juga tiba dan mesti didahului beberapa tanda tertentu, 2Tes 2:1-12. Bagaimana ujud tanda-tanda itu bagi kita maupun bagi para pembaca dahulu tidak jelas. Rupanya Paulus memikirkan Si Antikrist sebagai seorang pribadi yang baru akan tampil pada akhir zaman. Ungkapan "apa yang menahan dia", 2Tes 2:6, menurut sementara ahli mengenai kerajaan Romawi dan menurut sementara ahli lain pewartaan Injil, sehingga maksud keterangan itu tetap kabur juga.
1 dan 2 Kor; th. 57
Selama delapan belas bulan lebih, Kis 18:1-16, mewartakan Injil di Korintus, dari akhir th. 50 sampai pertengahan th. 52, Paulus menulis kedua suratnya kepada jemaat di Tesalonika. Sesuai dengan kebijaksanaannya yang lazim, ialah menanamkan kepercayaan Kristen di pusat-pusat besar, Paulus ingin menanamkan kepercayaan kepada Kristus di kota pelabuhan ternama yang banyak penduduknya itu juga. Dari situ kepercayaan itu dapat merambat ke seluruh Akhaia, 2Kor 1:1; 9:2. Pada kenyataannya ia berhasil mendirikan sebuah jemaat kuat di sana, terutama di kalangan masyarakat rendahan, 1Kor 1:26-28. Tetapi kota besar itu adalah sebuah sarang kebudayaan Yunani, di mana berhadap-hadapan macam-macam aliran filsafah dan agama, sedangkan kebejatan susila memberinya nama yang buruk. Perjumpaan agama Kristen dengan pusat kekafiran itu tidak dapat tidak menimbulkan banyak persoalan bagi mereka yang baru masuk Kristen. Dalam kedua surat yang dituliskannya kepada jemaat itu, Paulus berusaha memecahkan soal-soal itu.
Bagaimana kedua surat itu lahir sudah cukup jelas, kendati keraguan yang masih ada mengenai beberapa hal kecil. Sebelum surat pertama yang tercantum dalam Kitab Suci telah ada surat yang mendahului, 1Kor 5:9-13. Tetapi surat, yang waktunya ditulis tidak diketahui ini tidak tersimpan. Kemudian, menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (th. 54-57) dalam menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (54-57) dalam perjalanannya yang ketiga, Kis 19:1-20, datanglah dari Korintus suatu utusan yang menyodorkan beberapa masalah, 1Kor 16:17, dan di samping itu Paulus menerima berita mengenai jemaat di Korintus melalui Apolos, Kis 18:27 dst; 1Kor 16:12, dan beberapa orang dari keluarga Khloe, 1Kor 1:11. Maka Paulus merasa terdorong menulis sepucuk surat lagi, yakni surat 1Kor kita. Ia ditulis sekitar Paskah th. 57 (1Kor 5:7 dst; 16:5-9 dibandingkan dengan Kis 19:21). Selang beberapa waktu muncullah di Korintus semacam krisis dan terpaksa Paulus mengunjungi jemaat sebentar dan kunjungan itu tidak menyenangkan, 2Kor 1:23-2:1; 12:14; 13:1-2. Selama kunjungan itu Paulus berjanji tidak lama lagi akan kembali untuk beberapa lamanya, 2Kor 1:15-16. Tetapi terjadi sesuatu dan rupanya kewibawaan Paulus dalam diri seorang utusannya dirongrong, 2Kor 5:10; 7:12. Maka sebagai pengganti kunjungan yang dijanjikan dahulu itu Paulus mengirim sepucuk surat tajam yang ditulisnya dengan mencucurkan "banyak air mata", 2Kor 2:3 dst, 9. Surat ini membawa hasil yang menyenangkan, 2Kor 7:8-13. Kabar gembira tentang hasil itu diterimanya dari Titus, 2Kor 2:12 dst; 7:5-16 di Makedonia, setelah Paulus terpaksa meninggalkan Efesus akibat krisis hebat di sana, yang tidak kita ketahui ujudnya, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10; Kis 19:23-40. Maka menjelang akhir th. 57 ia menulis 2Kor. Kemudian ia mengadakan perjalanan kiranya melalui Korintus, Kis 20:1 dst; bdk 2Kor 9:5; 12:14; 13:1, 10, menuju Yerusalem, tempat ia ditahan dan dipenjarakan.
Ada yang berpendapat bahwa 2Kor 6:14-7:1 merupakan kepingan dari surat pertama yang hilang itu, dan 2Kor 10-13 bagian dari surat yang ditulis dengan "mencucurkan banyak air mata". Hanya sukar dibuktikan meskipun mesti diakui bahwa bagian-bagian tersebut kurang cocok dengan konteksnya sekarang, 2Kor sesungguhnya melanjutkan 6:13, sementara kesan bahwa 6:14-7:1 berupa sisipan dikuatkan oleh kesamaan menyolok antara bagian ini dengan naskah-naskah kaum Eseni yang ditemukan di Qumran. Dan juga nada keras dalam 2Kor 10-13 kurang sesuai dengan nada ramah yang meresap ke dalam sembilan bab dahulu. Akhirnya 9:1 mengherankan sedikit sesudah apa yang dikatakan dalam bab 8, sehingga orang menduga bahwa aslinya adalah dua surat kecil tersendiri mengenai pengumpulan dana. Dengan demikian tidak dikatakan bahwa bagian-bagian itu tidak berasal dari Paulus. Tetapi sangat mungkin bahwa bagian-bagian tersebut ada macam-macam asal- asulnya. Baru kemudian kiranya dikumpulkan, yakni waktu kumpulan tulisan-tulisan Paulus dibuat.
Surat-surat kepada jemaat di Korintus itu dengan bagus dan tepat menyoroti watak dan semangat Paulus, tetapi juga menyajikan suatu ajaran yang penting sekali. Di dalamnya ditemukan, khususnya dalam 1Kor, informasi dan keputusan-keputusan mengenai beberapa soal yang membingungkan jemaat Kristen purba dan tentang cara hidup jemaat itu, baik sehubungan dengan keadaan umat sendiri, seperti kemurnian akhlak. 1Kor 5:1-13; 6:12-20, perkawinan dan hidup wadat, 7:1-40, pertemuan keagamaan dan perayaan Ekaristi, 11-12, penggunaan karunia-karunia Roh Kudus (kharismata, 12:1-14:40, maupun sehubungan dengan relasi jemaat dengan dunia luar, seperti naik banding ke pengadilan negeri, 6:1-11, dan memakan makanan yang dipersembahkan kepada berhala, 8-10. Kesemuanya itu hanya berupa pemecahan soal suara hati atau pengaturan ibadat, kalau bakat Paulus tidak merobahnya menjadi kesempatan baik untuk mengemukakan pandangan mendalam mengenai kebebasan hidup Kristen, pengudusan tubuh, keunggulan kasih dan persatuan dengan Kristus. Sewaktu terpaksa membala jabatannya sebagai rasul sejati, 2Kor 10:1-13:14, Paulus mengemukakan pikiran-pikiran unggul mengenai karya kerasulan pada umumnya, 2 Kor 8-9, disinari cahaya persatuan antar-jemaat yang diidam-idamkan. Seluruh ulasan mengenai kebangkitan badan, 1Kor 15, berlatar-belakang eskatologi yang menjadi landasannya. Hanya penggambaran apokaliptis seperti terdapat dalam 1Tes dan 2Tes diganti dengan pembahasan yang lebih rasionil, yang dapat membenarkan harapan yang sukar dicernakan orang-orang Yunani itu. Penyesuaian Injil dengan dunia baru yang dimasukinya itu terutama ternyata dalam cara Paulus mempertentangkan kebodohan Salib dengan hikmat Yunani. Kepada orang-orang Korintus yang terpecah- belah menjadi kelompok yang masing-masing membanggakan gurunya serta bakat- bakatnya, Paulus mengingatkan bahwa hanya ada satu Guru saja, ialah Kristus, dan hanya satu Kabar Gembira yaitu: hanya Salib saja yang menyelamatkan; dan itulah hikmat sejati, 1Kor 1:10-4:13. Dengan jalan itu maka terpaksa oleh keadaan dan tanpa meniadakan pandangan akhir zaman, Paulus sampai menekankan hidup Kristen sekarang yang merupakan persekutuan dengan Kristus yang terwujud oleh pengetahuan sejati ialah kepercayaan. Nanti sebagai akibat krisis di Galatia dan sehubungan dengan agama Yahudi Paulus masih lebih memperdalam hidup Kristen sekarang itu.
Gal dan Rom; th 57-58
Adapun surat kepada jemaat-jemaat di Galatia dan surat kepada jemaat di Roma perlu dibicarakan bersama-sama, sebab keduanya mengupas persoalan yang sama. Surat kepada jemaat-jemaat di Galatia berupa tanggapan langsung terhadap keadaan tertentu, sedangkan surat kepada jemaat di Roma berupa sebuah risalah lebih lengkap yang dengan tenang dikarang dan mengatur gagasan-gagasan yang ditimbulkan oleh pertikaian di Galatia itu. Hubungan erat kedua surat itu adalah argumen paling kuat melawan pendapat sementara ahli yang mengemukakan bahwa surat kepada jemaat-jemaat di Galatia itu ditulis pada permulaan karya Paulus, bahkan sebelum konsili Yerusalem dalam th. 49. Menurut pendapat tersebut kunjungan kedua Paulus ke Yerusalem, yang diceritakan dalam Gal 2:1-10, adalah sama dengan kunjungan kedua yang disebut dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang di dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang dikisahkan Kis 15:2-30 (ini memang cukup berbeda dengan cerita Paulus dalam Gal). Selebihnya rupanya Paulus tidak tahu- menahu tentang keputusan Konsili Yerusalem (Kis 15:20, 29; bdk Gal 2:6), sehingga suratnya kepada jemaat-jemaat di Galatia harus sudah ditulis sebelum Konsili Yerusalem. Untuk menyetujui pendapat itu cukuplah diandaikan bahwa "orang-orang Galatia" itu tidak lain kecuali orang-orang Likaonia dan Pisidia, yang kepadanya Injil diwartakan oleh Paulus sewaktu perjalanannya yang pertama. Pergi-pulangnya Paulus dapat juga menerangkan kedua kunjungan yang kiranya diandaikan dalam Gal 4:13. Namun demikian itu kurang berdasar. Meskipun benar bahwa sejak th. 36-25 seb. Mas. daerah Likaonia dan Pisidia dalam administrasi negara tergabung dengan daerah Galatia, namun dalam bahasa sehari-hari selama abad I Mas. daerah Galatia yang sebenarnya terus disebut demikian. Daerah Galatia terletak lebih ke utara. Khususnya sukar diterima bahwa penduduk Likaonia dan Pisidia dikatakan "orang-orang Galatia", Gal 3:1. Kecuali itu pengandaian yang sukar diterima itu tidak perlu sama sekali. Kunjungan kedua yang disebut dalam Gal 2:1-10, lebih mudah dapat disamkan dengan kunjungan ketiga yang diceritakan dalam Kis 15 (memanglah ada kesamaan yang menyolok juga) dari pada dengan yang kedua, Kis 11:30; 12:25. Kunjungan yang kedua itu nampaknya begitu kurang penting, sehingga didiamkan oleh Paulus dalam argumentasinya (Gal). Dan bahkan boleh jadi bahwa sama sekali tidak ada kunjungan kedua dalam Kis. oleh karena Lukas barangkali menggarap dua sumber berbeda-beda mengenai peristiwa yang sama (bdk Kis, Pengantar dan Kis 11:30+). Maka surat kepada jemaat-jemaat di Galatia ditulis sesudah Konsili Yerusalem. Memang Paulus tidak berkata-kata tentang keputusan yang diambil Konsili itu, tetapi boleh jadi keputusan itu sesungguhnya diambil kemudian dari itu (bdk Kis 15:1+). Kalau demikian maka mudah juga dipahami sikap Petrus yang ditegur oleh Paulus menurut Gal 2:11-14. Maka orang-orang yang dialamati surat itu benar- benar penduduk daerah "Galatia" yang ditempuh Paulus dalam perjalanannya yang kedua dan yang ketiga, Kis 16:6; 18:23. Boleh jadi surat itu ditulis di kota Efesus, atau barangkali di Makedonia sekitar th. 57.
Tidak lama berselang menyusullah surat kepada jemaat di Roma. Paulus sedang berada di Korintus (musim dingin th. 57/58) dan mempersiapkan diri untuk pergi ke Yerusalem. Dari sana ia mau singgah di Roma dalam perjalanan ke Spanyol, Rom 15:22-32; bdk 1Kor 16:3-6; Kis 19:21; 20:3. Paulus tidak mendirikan jemaat di Roma dan informasi-informasi yang diperolehnya tentang jemaat itu, boleh jadi mulai orang seperti Akwila, Kis 18:2 tidak lengkap tetapi separuh-separuh saja. Dari keterangan-keterangan yang tercantum dalam surat itu hanya dapat disimpulkan bahwa jemaat itu terdiri dari orang-orang bekas Yahudi dan bekas kafir dan kedua golongan itu condong saling meremehkan. Karena demikian keadaan jemaat di Roma maka Paulus menganggap baik mempersiapkan kunjungannya dengan mengirimkan sepucuk surat melalui diakones Febe, Rom 16:1. Di dalamnya ia mengemukakan pendapatnya bagaimana mesti dipecahkan masalah hubungan antara agama Yahudi dan agama Kristen; pikirannya di bidang itu menjadi masak akibat krisis di Galatia. Dengan maksud tersebut Paulus mengatur dan memungut secara saksama dan dengan halus gagasan-gagasan yang sudah terungkap dalam Gal. Surat Gal ini berupa luapan hati, di mana pembelaan diri, 1:11-2:21, disusul sebuah pembuktian berupa ajaran, 3:1-4:31 dan peringatan-peringatan keras, 5:1 6:18. Sebaliknya, Rom berupa sebuah ulasan teratur, di mana bagian-bagiannya susul- menyusul secara tertib dengan berpedoman beberapa pokok yang terlebih dahulu diperkenalkan, lalu diuraikan.
Sama seperti halnya dengan surat-surat kepada jemaat di Korintus, demikianpun tidak ada seorangpun yang sungguh-sungguh meragukan bahwa Rom ditulis oleh Paulus. Paling-paling orang menanyakan apakah bab 15 dan 16 barangkali kemudian ditambahkan. Terutama bab 16 yang berisikan banyak salam kepada macam-macam orang barangkali aslinya sebuah surat kecil kepada jemaat di Efesus. Tetapi bab 15 tidak dapat dipisahkan dari surat Rom itu, meskipun beberapa naskah menaruh Rom 16:25-27 pada akhri bab 14 sebagai kata penutup. Ada sejumlah ahli yang mempertahankan bahwa juga bab 16 karangan Paulus yang asli. Mereka mencatat bahwa Paulus dapat berkenan dengan banyak saudara dari Roma yang dahulu diusir oleh Kaisar Klaudius, lalu kembali ke Roma. Dan bagi Sang Rasul memang penting menggaris bawahi hubungan dengan jemaat yang belum mengenal Paulus itu. Adapun doksologi dalam 16:25-27 memang mempunyai ciri-ciri khas dalam gaya bahasanya. Tetapi ini tidak cukup untuk menolak keasliannya, walaupun barangkali ditulis kemudian dari Rom.
Sedangkan surat-surat kepada jemaat di Korintus memperlawankan Kristus sebagai Hikmat Allah dengan hikmat dunia yang sia-sia, maka surat-surat kepada jemaat- jemaat di Galatia dan Roma mempertentangkan Kristus sebagai Pembenaran dari Allah dengan pembenaran yang oleh manusia dikirakan dapat diperoleh dengan usahanya sendiri. Di Korintus semangat Yunanilah yang membahayakan pendirian tepat karena terlalu membanggakan akal-budi manusia sendiri. Di Galatia orang- orang ke-Yahudian datang mengatakan bahwa kaum beriman harus bersunat dan menaklukkan diri kepada hukum Taurat, kalau mau diselamatkan. Paulus sekuat tenaga melawan propaganda dan ajaran itu oleh karena berarti mundur selangkah dan menyia-nyiakan karya Kristus, Gal 5:4. Dengan tidak menyangkal nilai tata penyelamatan lama Paulus menentukan batasnya, oleh karena hanya tahap sementara dalam seluruh rencana penyelamatan Allah. Gal 3:23-25. Hukum Musa pada dirinya baik dan suci, Rom 7:12, dan sungguh-sungguh menyatakan kehendak Allah. Tetapi hukum Taurat tidak memberi manusia daya batiniah untuk menepatinya; dengan jalan itu hukum Taurat tidak hanya membuat manusia menjadi sadar akan dosanya dan kebutuhannya akan pertolongan dari Pihak Allah, Gal 3:19-22; Rom 3:20; 7:7-13. Adapun pertolongan yang berupa karunia belaka itu dahulu dijanjikan kepada Abraham sebelum hukum Taurat diberikan, Gal 3:16-18; Rom 4, dan dianugerahkan oleh Yesus Kristus : kematian dan kebangkitanNya sudah menghancurkan kemanusiaan lama yang diracuni dosa Adam dan menciptakan kemanusiaan baru Yesus yang menjadi prototipnya, Rom 5:12-21. Setelah bergabung dengan Kristus melalui kepercayaan dan dijiwai oleh Roh Kudus, maka manusia selanjutnya dengan cuma-cuma menerima pembenaran sejati dan dapat hidup sesuai dengan kehendak Allah, Rom 8:1-4. Memanglah kepercayaan manusia harus menjadi nyata dalam pekerjaan, tetapi pekerjaan yang dilaksanakan berkat daya Roh Kudus, Gal 5:22-25; Rom 8:5-13, itu bukan lagi pekerjaan hukum Taurat yang padanya orang-orang Yahudi dengan angkuhnya menaruh kepercayaannya. Pekerjaan-pekerjaan itu dapat dilaksanakan oleh semua yang percaya kepada Kristus, meski datang dari kekafiran sekalipun, Gal 3:6-9, 14; Rom 4:11. Maka tata penyelamatan Musa yang bernilai sebagai persiapan sekarang sudah ketinggalan zaman. Orang-orang Yahudi yang mau terus berpegang padanya sesungguhnya menempatkan diri di luar keselamatan yang sebenarnya. Allah mengizinkan mereka menjadi "buta", supaya kaum kafir dapat memperoleh keselamatan. Namun demikian orang-orang Yahudi tidak untuk selama- lamanya kehilangan kepilihannya dahulu, sebab Allah memang setia; ada sementara orang-orang Yahudi, yaitu "sisa kecil" yang dinubuatkan para nabi, sudah sampai percaya: dan nanti yang lain-lainpun akan bertobat, Rom 9-11. Sementara itu semua itu kaum beriman, entah orang-orang Yahudi entah bukan Yahudi, harus menjadi satu karena kasih dan saling menolong, Rom 12:1-15:13. Demikianlah pandangan luas yang sudah dirintis dalam Gal dan dikembangkan dalam Rom. Dan berkat pandangan itulah maka kita mempunyai ulasan yang mengagumkan tentang masa lampau umat manusia yang berdosa, Rom 1:18-3:20, dan tentang pergumulan yang berlangsung dalam diri setiap orang, Rom 7:14-25; tentang keselamatan yang dengan cuma-cuma dikaruniakan, Rom 3:24 dll, daya yang terkandung dalam kematian dan kebangkitan Kristus, Rom 4:24 dst; 5:6-11, yang didalamnya orang turut serta oleh karena iman dan baptisan, Gal 3:26 dst; Rom 6:3-11; penguraian mengenai panggilan bangsa manusia menjadi anak-anak Allah, Gal 4:1-7; Rom 8:14-17, mengenai kasih Allah yang berhikmat, yang adil dan setia dalam menyelenggarakan rencana penyelamatanNya yang terlaksana tahap demi tahap, Rom 3:21-26; 8:31-39. Pandangan akhir zaman tetap tinggal; sebab kita memang diselamatkan dalam pengharapan, Rom 5:1-11; 8:24. Tetapi sama seperti dalam surat-surat kepada jemaat di Korintus, tekanan terletak pada keselamatan yang sudah dimulai sekarang; Roh yang dijanjikan sudah dimiliki sebagai "karunia-sulung, Rom 8:23, sekarang orang-orang Kristen sudah siap hidup dalam Kristus, Rom 6:11, dan Kristus hidup di dalam mereka Gal 2:20.
Dengan demikian maka surat kepada jemaat di Roma menyajikan sebuah sintesa pemikiran teologis Paulus yang mengesankan, sebuah sintesa yang ada di antara yang sangat bagus. Namun demikian sintesa itu bukanlah sintesa sempurna dan lengkap dan bukan pula seluruh ajaran Paulus. Pertikaian yang dilancarkan oleh Luther mengakibatkan bahwa surat Rom ini terlaly diutamakan, hal mana sungguh merugikan, kalau surat-surat lain lain tidak diikut-sertakan sebagai pelengkap, sehingga surat Rom ditempatkan dalam sebuah sintesa yang lebih luas.
Filipi; th. 56-57
Kota Filipi adalah sebuah kota penting di Makedonia dan didiami oleh orang-orang Roma yang merantau. Dalam perjalanannya yang kedua dalam th. 50 Paulus mewartakan Injil di situ, Kis 16:12-40. Selama perjalanannya yang ketiga, Paulus masih dua kali singgah di kota Filipi, yaitu di musim rontok th. 57, Kis 20:1-2, dan sekitar Paskah th. 58, Kis 20:3-6. Kaum beriman yang oleh Paulus direbut bagi Kristus di Filipi menyatakan kasih yang mengharukan hati kepada Rasul mereka dengan mengirimkan bantuan kepadanya di Tesalonika, Flp 4:16, dan kemudian di Korintus 2Kor 11:9. Dengan menulis surat ini kepada jemaat itu Paulus justru bermaksud mengucapkan terima kasih karena bantuan yang diterimanya melalui Epafroditus, utusan jemaat di Filipi, yang membawa sumbangan yang baru, Fil 4:10-20, Paulus yang pada umumnya takut-takut kalau memberi kesan seolah- olah mencari untungnya sendiri, Kis 8:3, dengan rela hati menyambut bantuan dari jemaat Filipi. Dengan jalan itu ia menyatakan menaruh kepercayaan luar biasa kepada jemaat itu.
Waktu menulis surat itu Paulus sedang dalam tahanan, Flp 1:7, 12-17. Lama sekali orang beranggapan bahwa ini penahanan pertama di Roma. Tetapi hubungan yang begitu mudah dan demikian kerap kelihatannya, 2:25-30, antara jemaat Filipi dan Paulus sedang Paulus ditemani Epafroditus, mengherankan, seandainya Paulus sungguh di Roma yang terlalu jauh letaknya. Seandainya Paulus berada di Roma (atau di Kaisarea di Palestina, tempat ia juga pernah ditahan sebagaimana diketahui), maka sukar dipahami bahwa bantuan berupa uang yang dikirim jemaat di Filipi melalui Epafroditus itu merupakan kesempatan pertama yang mereka peroleh untuk menolong Sang Rasul setelah mengamalkan kasihnya waktu perjalanan Paulus yang kedua, 4:10, 16. Sebab memanglah Paulus masih singgah dua kali pada mereka dalam perjalanannya yang ketiga. Hanya lebih mudah dimengerti, kalau Paulus menulis surat itu sebelum kedua kunjungan tersebut. Kiranya Paulus berada di Efesus selama th. 56/57 sementara mengharapkan dapat pergi ke Makedonia sesudah dilepaskan (bdk Flp 1:26; 2:19-24 dan Kis 19:21 dst; 20:1; 1Kor 16:5). Kenyataan bahwa Paulus berkata tentang "Pretorium" (terj.: istana) dalam Flp 1:13 dan tentang "rumah/keluarga Kaisar" (terj.: istana Kaisar) dalam 4:22, tidak perlu menjadi kesulitan. Sebab di kota-kota besar, khususnya di Efesus, ada pasukan pengawal pribadi, sama seperti di Roma sendiri yang mengawal wali negeri. Memanglah kita tahu apa-apa tentang penahanan Paulus di Efesus. Tetapi inipun tak perlu menjadi kesulitan yang tak teratasi. Sebab Lukas hanya menceritakan sedikit saja tentang ketiga tahun Paulus tinggal di kota itu, sedangkan Palus sendiri menyiratkan bahwa di sana menghadapi kesulitan berat, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10.
Kalau hipotesa tersebut diterima maka Flp perlu dipisahkan dari Kol, Ef, dan Flm dan didekatkan pada "surat-surat besar", khususnya pada 1Kor. Kedua surat ini tidak bertentangan satu sama lai, tetapi sebaliknya sangat berdekatan baik dari segi sastra maupun dari segi ajaran. Hanya Flp kurang berupa ajaran. Ini lebih- lebih berupa peluapan hati, tukar berita dan peringatan terhadap "pekerja- pekerja jahat", yang di mana-mana merongrong karya Sang Rasul, sehingga boleh jadi juga menyerang jemaat terkasih di Filipi; terutama Flp berupa seruan supaya kaum beriman bersatu dalam kerendahan hati. Seruan itulah yang bagi kita menghasilkan 2:6-11 mengenai perendahan Kristus. Boleh jadi madah yang mengharukan hati itu dikutip oleh Paulus atau merupakan ciptaan Paulus sendiri. Tetapi bagaimanapun juga lagu itu memberikan kesaksian yang berharga mengenai kepercayaan umat Kristen pruba akan kepra-adaan ilahi Yesus.
Tidak ada orang yang meragukan bahwa Flp benar-benar dikarang oleh Paulus. Hanya dapat dipersoalkan apakah surat itu barangkali penggabungan beberapa surat kecil yang aslinya tersendiri. Tetapi ini berupa dugaan belaka.
Ef, Kol, Flm; th. 61-63.
Surat kepada jemaat di Efesus, kepada jemaat di Kolose dan kepada Filemon ternyata sebuah kelompok tersendiri. Ketiga karangan itu sangat erat hubungannya; baik Kol 4:9 maupun Flm 12 berkata tentang Onesimus yang mau dikirim Paulus; Tikhikus disebut dalam Kol 4:7 dst dan dalam Ef 6:21 dst; teman- teman Paulus yang sama tampil dalam Kol 4:10-14 dan dalam Flm 23-24; ditinjau dari segi sastra dan dari segi ajaran ada banyak kesamaan antara Ef dan Kol; Paulus masih dipenjara, Flm 1:9 dst; 13, 23; Kol 4:3, 10, 18; Ef 3:1; 4:1; 6:20, dan tentu saja di Roma (antara th. 61 dan 63), dan bukan di Kaisarea atau di Efesus. Kalau di Kaisarea sukar menerangkan bahwa Markus dan Onesimus ada pada Paulus, sedangkan tentang kehadiran Lukas di Efesus bersama Paulus tidak ada berita apapun. Kecuali itu perbedaan gaya bahasa dan kemajuan dalam ajaran mengandaikan jangka waktu cukup lama antara "surat-surat besar" (Kor, Gal, Rom) dan Ef serta Kol. Dalam jangka waktu itu timbullah sebuah krisis. Dari Kolose, di mana Paulus sendiri tidak mewartakan Injil, 1:4; 2:1, datanglah wakilnya Epafras, 1:7, membawa berita yang mengkhawatirkan, Paulus menjadi prihatin dan segera menanggapi berita itu dengan sepucuk surat kepada jemaat di Kolose; surat itu dibawa ke sana oleh Tikhikus. Tetapi reaksinya terhadap bahaya yang baru itu memperdalam pikiran Sang Rasul. Sama seperti Rom dipakai untuk mengatur pikiran- pikiran yang tercetus dalam Gal, demikianpun sekarang Paulus menulis sepucuk surat lain lagi, di sana ia menyusun ajarannya dengan berpedoman sebuah titik pandangan yang dipaksakan kepadanya oleh pertikaian di Kolose. Sintesa yang mengagumkan itu tidak lain kecuali "surat kepada jemaat di Efesus". Hanya judul semacam itu (yang dalam surat sendiri tidak pasti juga, bdk Ef 1:1+) dapat menipu. Paulus sesungguhnya tidak menulis kepada orang-orang Efesus, tempat ia tinggal selama tiga tahun, melainkan kepada kaum berimann pada umumnya, bdk Ef 1:15; 3:2-4, khususnya kepada jemaat-jemaat di lembah-lembah pegunungan Lisia tempat surat itu diedarkan, Kol 4:16.
Sementara ahli pernah menolak keaslian kedua surat tersebut. Tetapi Kol dewasa ini lebih umum diterima sebagai karangan Paulus dan pendapat itu memang cukup berdasar. Gagasan-gagasan utama Paulus terdapat dalam Kol, dan kalau ada juga pikiran-pikiran baru maka halnya mudah dijelaskan dengan menunjuk kepada keadaan baru yang harus dihadapi Paulus. Hal yang sama dapat dikatakan tentang Ef juga, tetapi surat ini tetap sangat diragukan keasliannya. Namun demikian karena surat itu ternyata hasil seorang pemikir yang berbakat maka sukar diterima bahwa dikarang oleh seorang murid Paulus. Sudah barang tentu gaya bahasa Kol dan Ef yang bertutur panjang, ada kalanya berlebih-lebihan, itu berbeda sekali dengan pemikiran pendek, padat dan tegang seperti terdapat dalam surat yang dahulu. Tetapi hal itu cukup dapat diterangkan juga, oleh karena Paulus kini mengamati ufuk baru yang jauh lebih luas. Selebihnya Paulus menggunakan macam-macam gaya bahasa dan dalam 2Kor 9:8-14 atau Rom 3:23-26 dll sudah terdapat contoh-contoh gaya bahasa kontemplatip dan lebih kurang liturgis yang sepenuh-penuhnya berkembang dalam Kol dan Ef. Satu-satunya kesulitan yang sesungguhnya berasal dari kenyataan bahwa beberapa bagian dari Ef lebih kurang secara harafiah dan ada kalanya secara salah memungut pengungkapan-pengungkapan dari Kol. Hanya Paulus tidak pernah menulis surat-suratnya dengan tangannya sendiri dari awal sampai akhir. Maka gejala tersebut dapat diterangkan dengan berkata bahwa seorang murid memainkan peranan besar dalam menyusun Ef.
Adapun bahaya yang mengancam di Kolose berasal dari pemikiran berlebih-lebihan berdasarkan pandangan-pandangan Yahudi, Kol 2:16, yang bercampur-baur dengan filsafaf ke-Yunanian. Pemikiran-pemikiran berlebih-lebihan tersebut memberi kepada daya-daya sorgawi yang memimpin jalannya jagat raya sebuah peranan begitu penting sehingga menurunkan kedudukan utama Kristus. Paulus menerima saja adanya daya-daya semacam itu tanpa meragukan kegiatannya; ia bahkan menyamakannya dengan malaikat-malaikat yang terdapat dalam tradisi Yahudi, bdk 2:15. Hanya ia menerimanya untuk menempatkannya di tempatnya yang wajar dalam rencana penyelamatan Allah. Mereka telah berperan sebagai pengantara dan pengurus hukum Taurat. Tetapi kini peranannya sudah habis sama sekali. Dengan menciptakan suatu dunia baru maka Kristus Kirios sendiri menangani pemerintahan dunia semesta. PeninggianNya di sorga sudah menempatkan Kristus di atas daya-daya kosmis yang telah dilucuti kekuasaannya dahulu, 2:15. Memanglah sejak awal penciptaan Kristus sudah menguasai kekuasaan-kekuasaan itu, sebab Dialah Anak dan Gambar Bapa. Tetapi dalam ciptaan baru Kristus menguasai daya-daya itu sebagai Kepalanya dan secara depinitip, oleh karena telah mempersatukan di dalam diriNya segenap "Ple-roma", artinya kepenuhan beradanya, baik beradanya Allah maupun beradanya dunia di dalam Allah, 1:13-20. Oleh karena sudah dibebaskan dari "unsur-unsur dunia" (terj.: roh-roh dunia), 2:8, 20, berkat persatuannya dengan Kepala dan oleh karena mengambil bagian dalam KepenuhannNya, 2:10, maka orang- orang Kristen tidak perlu menaklukkan diri kepada kekuasaan lalim "unsur-unsur dunia" itu dengan menepati macam-macam aturan yang sudah ketinggalan zaman dan tidak berguna lagi, 2:16-23. Melalui baptisan mereka sudah dipersatukan dengan Kristus yang wafat dan bangkit, 2:11-13 dan menjadi anggota TubuhNya. Dan hidup baru hanya mereka terima dari Kristus yang menjadi Kepala yang menghidupkan, 2:19. Memanglah Paulus tetap menaruh minat utamanya pada keselamatan Kristen, tetapi karena pertikaian itu ia memperluas karya Kristus sampai merangkum seluruh dunia dan jagat raya. Di samping bangsa manusia yang diselamatkan itu seluruh jagat raya yang menjadi latar belakang dan rangka umat manusia dimasukkan Paulus ke dalam karya Kristus. Maka jagat raya secara tak langsung ditempatkan juga di bawah kekuasaan satu-satunya Tuhan, ialah Kristus. Pemikiran semacam itulah mengakibatkan bahwa gagasan "Tubuh Kristus" yang dirintis dahulu, 1Kor 12:12+, diperkembangkan lebih jauh dengan menekankan Kristus sebagai kepala Tubuh-Nya; bahwa karya penyelamatan diperluas sampai merangkum dunia semesta; bahwa pemandangan diperlebar sehingga Kristus terutama dilihat sebagai pemenang sorgawi, sedangkan Gereja sebagai persatuan menyeluruh dibangun menuju Kristus sorgawi; bahwa eskatologi yang sudah terujud lebih ditekankan, bdk Ef 2:6+.
Pemandangan seperti di atas terulang dalam Ef. Tetapi usaha untuk menaruh daya- daya sorgawi yang terlalu dinilai itu pada tempatnya yang wajar sudah menghasilkan buahnya, Ef 1:20-22. Maka perhatian terutama diarahkan kepada Gereja. Ia merupakan Tubuh Kristus yang meluas sampai menjadi Jagat raya baru, Kepenuhan Dia yang memenuhi semua dan segala sesuatu, 1:23+. Dalam pemandangan yang paling tinggi yang merupakan puncak segenap karyanya ini Paulus memungut beberapa pikiran dari masa dahulu untuk menempatkannya di dalam sintesa yang dicapainya. Teristimewanya ia memikirkan kembali persoalan yang dibahasnya dalam surat kepada jemaat di Roma, yang berupa puncak dalam tahap pemikirannya dahulu. Ia tidak hanya dengan sepintas lalu meningkatkan pandangannya mengenai keadaan lampau bangsa manusia yang berdosa dan keselamatan yang dengan cuma-cuma dianugerahkan melalui Kristus, 2:1-10, tetapi juga memikirkan kembali masalah hubungan antara bangsa-agama Yahudi dan jemaat Kristen yang dahulu menggelisahkannya, Rom 9-11. Dan kini persoalan itu dilihatnya dengan berlatar belakang eskatologis yang sudah terlaksana: kini kedua kelompok itu nampak baginya sebagai bersatu karena diperdamaikan di dalam satu orang Manusia baru, sehingga bersama-sama di perjalanan menuju Bapa, Ef 2:11-22. Dan justru kenyataan bahwa kaum kafir juga dapat memperoleh keselamatan Israel dalam diri Kristus itu adalah "rahasia khendak Allah", 1:9; 3:3-6, 96:19; Kol 1:27; 2:2; 4:3. Dan mengingat rahasia itulah Paulus pada akhir hidupnya dapat mengemukakan pikiran yang tidak ada tara bandingnya: mengingat Hikmat Allah tak berbatas yang menyatakan diri dalam rahasia itu, 3:9 dst; Kol. 2:3; mengenai kasih Kristus yang tak terselami, yang nampak pula dalam rahasia itu, Ef 3:18 dst; tentang dirinya sendiri, yang terhina di antara para rasul namun oleh Allah dengan cuma-cuma dipilih menjadi pelayan rahasiaNya itu, 1:3-14. Dan akhir- tujuan rahasia itu tidak lain kecuali pernikahan Kristus dengan bangsa yang selamat, ialah Gereja, 5:22-23.
Surat kepada Filemon ditulis pada waktu yang sama dengan ditulisnya Kol dan Ef. Ia dialamatkan kepada seorang Kristen yang oleh Paulus sendiri ditobatkan, ay 9. Di dalam surat kecil itu Paulus memberitahukan bahwa seorang budak bernama Onesimus yang melarikan diri dan oleh Paulus direbut bagi Kristus akan kembali kepada majikannya, ay 10. Dengan tangannya sendiri ay 19, Paulus menulis surat kecil ini yang dengan bagusnya menyoroti kehalusan hati Paulus. Ini juga penting oleh karena memberitakan kepada kita bagaimana Paulus memecahkan masalah perbudakan, Rom 6:15+; meskipun hubungan sosial antara majikan dan budak tetap sama seperti dahulu, namun seorang majikan Kristen dan seorang budak Kristen selanjutnya harus hidup sebagai bersaudara untuk mengabdi Majikan yang sama, ay 16 bdk Kol 3:22-4:1.
1Tim, Tit, 2Tim ; th 65-67
Surat-surat kepada Timotius dan surat kepada Titus sangat berdekatan satu sama lain karena isi, latar belakang historis dan bentuknya. Dua di antaranya rupanya ditulis di Makedonia: yang satu dialamatkan kepada Timotius, yang waktu di Efesus, 1Tim 1:3, di mana Paulus berharap tidak lama lagi dapat bertemu dengannya, 3:14; 4:13, sedangkan yang lain dialamatkan kepada Titus yang oleh Paulus ditinggalkan di pulau Kreta, Tit 1:5. Paulus merencanakan tinggal di Nikopolis ( di Epirus) selama musim dingin dan Titus hendaknya berkumpul dengannya di situ, Tit 3:12. Waktu menulis 2Tim Paulus sedang di penjara di Roma, 1:8, 16 dst; 2:9, setelah singgah di Troas, 4:13 dan Miletus, 4:20. Keadaan Paulus gawat sekali, 4:16, dan ia merasa bahwa ajalnya sudah dekat, 4:6- 8, 18. Ia seorang diri dan mendesak supaya Timotius secepat mungkin datang, 4:9- 16, 21. Meskipun ada kesamaan kecil namun keadaan itu tidak berkesusaian dengan penahanan Paulus di Roma selama th. 61-63 dan tidak pula dengan perjalanan yang mendahuluinya. Ada cukup banyak ahli yang mengambil kesimpulan bahwa ketiga surat itu bukan karangan Paulus, seorang lain mau menjiplak Paulus dan mengkhayalkan catatan-catatan mengenai hal-ihwal Paulus supaya karangan- karangannya nampaknya bersifat historis dan dapat disebar-luaskan dengan nama dan kewibawaan Paulus. Tetapi hipotesa semacam itu tidak perlu sama sekali. Tidak ada bukti satupun bahwa Paulus mati selama penahanannya yang pertama; sebaliknya Kis 28:30 menyarankan bahwa ia dibebaskan. Jadi Paulus dapat mengadakan perjalanan-perjalanan lain lagi, barangkali lebih dahulu di negeri Spanyol sebagaimana ia merencanakannya, Rom 15:24, 28, dan kemudian di sebelah timur, sebagaimana juga direncankan, Flm 22. Mudah saja 1Tim dan Tit ditinggalkan sekitar th. 65 selama suatu perjalanan melalui pulau Kreta, Asia Kecil, Makedonia dan Yunani. Keadaan yang tampil dalam 2Tim adalah situasi penahanan baru yang kali ini berakhir dengan sial. Surat yang merupakan nasehat Paulus ini kiranya ditulis tidak lama sebelum kemartiran Paulus dalam th. 67.
Ketiga surat tersebut dialamatkan kepada dua murid Paulus yang paling setiawan, Kis 16:1+; 2Kor 2:13+. Di dalamnya termuat sejumlah petunjuk bagaimana mengorganisasi jemaat-jemaat Kristen yang oleh Paulus dipercayakan kepada mereka. Itulah sebabnya maka sejak abad XVIII surat-surat itu biasanya disebut "Surat-surat Pastoral (Gembala)." Beberapa ahli berpendapat bahwa surat-surat itu mengandaikan tahap perkembangan dalam tata pemerintahan umat yang baru terjadi sesudah Paulus mati. Tetapi pendapat ini kurang tepat. Sebab surat-surat itu sebenarnya mengandaikan sebuah tahap perkembangan umat yang sangat mungkin sudah tercapai menjelang akhir hidup Paulus. Sebutan "episkopos" (penilik) masih searti dengan sebutan "presbiter" (terj. penatua) Tit 1:5-7, seperti juga dahulu, Kis 20:17 dan 28, sesuai dengan susunan jemaat-jemaat dahulu yang dipimpin oleh sebuah dewan penatua, Tit 1:5+. Belum ada sama sekali seorang "uskup" yang seorang diri menjadi pemimpin tertinggi jemaat. Tokoh semacam itu baru tampil dalam surat-surat Ignasius dari Anthiokia. Hanya perkembangan ke jurusan itu sudah dirintiskan : meskipun beberapa jemaat dipercayakan kepada Timotius dan Titus yang tidak terikat pada satu di antaranya, Tit 1:5, namun kedua wakil Paulus itu memegang kewibawaan rasuli, yang tidak lama lagi harus diserahkan kepada orang-orang lain oleh karena para rasul menghilang. Dan tidak lama kemudian kewibawaan rasuli itu diberi kepada ketua sebuah dewan penatua, dan ketua itu tidak lain kecuali uskup. Tahap peralihan sebagaimana tampil dalam surat-surat pastoral justru menjadi bukti bahwa surat-surat itu benar-benar karangan Paulus. Sebab dengan maksud apa seorang pemalsu dapat mengkhayalkan tahap semacam itu? Perlu diperhatikan juga bahwa "penilik" dan "penatua" itu bukan hanya pengurus harta-benda dan perkara materiil lain, tetapi juga dan terutama bertugas mengajar dan memimpin, 1Tim 3:2, 5; 5:17; Tit 1:7, 9. Dengan demikian maka "penilik" dan "penatua" itu sungguh-sungguh moyang dari uskup dan iman dalam Gereja Katolik sekarang.
Sementara ahli berpendapat bahwa desakan untuk berpegang teguh pada "ajaran sehat", 1Tim 1:10 dll, dan memelihara "depositum fidei" (terj.: apa yang dipercayakan kepadamu), 1Tim 6:20; 2Tim 1:14, tidak layak bagi Paulus, seorang pemikir teologis yang berani dan orisinil. Tetapi keterangan dan desakan semacam itu nampaknya sesuai sekali dengan Sang Rasul yang dekat pada ajalnya dan memperingati pembantu-pembantunya yang masih muda berhubung dengan pemikiran- pemikiran yang membahayakan. Sebab Paulus sudah mengamati bahwa jemaat-jemaat itu ada selara untuk pembaharuan-pembaharuan yang dapat menghancurkan iman, 1Tim 1:19. Dan ini tentu saja bukan ajaran dari gnostik dalam abad II yang mau ditentang oleh seorang pemalsu yang menyamar sebagai Paulus. "Soal-soal yang dicari-cari", 1Tim 6:4, "dongeng-dongeng dan silsilah yang tiada putus- putusnya", 1Tim 1:4, "dongeng-dongeng Yahudi", Tit 1:14 dan "percekcokan dan pertengkaran mengenai hukum Taurat", Tit 3:9, yang bercampur dengan aturan- aturan askese yang keras, 1Tim 4:3, kiranya berasal dari orang-orang Yahudi yang berkebudayaan Yunani dan suka mencampurkan segala sesuatunya. Paulus terpaksa sudah menghadapi mereka waktu krisis dalam jemaat di Kolose.
Sudah barang tentu bahasa yang dipakai dalam surat-surat ini tidak mempunyai ciri-ciri bahasa Paulus. Gaya bahasanya sangat lancar, berbeda sekali dengan gaya yang berapi-api dan yang kekayaannya melimpah-limpah, seperti yang dipakai oleh Paulus dalam surat-suratnya dahulu. Bahkan perbendaharaan katapun berbeda dengan perbendaharaan kata yang lazim pada Paulu. Ada orang yang berkata, bahwa usia lanjut Paulus dan keadaannya sebagai orang tahanan dapat menjelaskan gejala semacam itu. Tetapi antara Kol, Ef dan Tim, Tit hanya ada jangka waktu paling- paling empat-lima tahun, sedangkan 1Tim dan Tit tidak ditulis dalam penjara. Juga usaha untuk membeda-bedakan dalam surat-surat pastoral beberapa surat-surat kecil baik yang berasal dari Paulus maupun yang bukan karangannya tidak sampai meyakinkan. Dari sebab itu sebaik-baiknya diandaikan bahwa seorang murid-penulis Sang Rasul berperan dalam menyusun surat-surat pastoral, sama seperti halnya dengan Ef. Kepada penulis itu Paulus memberikan kebebasan lebih besar dari yang lazim. Memang Lukas menyertai Paulus, 2Tim 4:11, dan ada orang yang mengira dapat menemukan kesamaan khusus antara gaya bahasa Lukas dan gaya bahasa surat- surat pastoral.
Ibr ; th. 67
Berbeda dengan semua surat lain, surat kepada orang-orang Ibrani sejak dahulu diragukan keasliannya. Bahwasannya surat ini termasuk Kitab Suci jarang dipersoalkan, tetapi dalam Gereja barat sampai akhir abad IV tidak diterima sebagai karangan Paulus, namun bentuk literer surat itu dipersoalkan (Klemens dari Aleksandria, Origenes). Memanglah bahasa dan gaya bahasa surat kepada orang-orang Ibrani adalah murni dan lancar dan pasti bukan bahasa atau gaya bahasa Paulus. Caranya surat ini mengutip dan menggunakan Perjanjian Lama bukanlah cara Paulus. Alamat dan kata pembuka yang lazim dalam surat-surat Paulus tidak ada sama sekali. Ajaran yang termuat dalam karangan itu mempunyai keserupaan dengan ajaran Paulus, tetapi sekaligus ajaran itu cukup asli, sehingga sukar diterima bahwa langsung berasal dari Paulus sendiri. Maka banyak ahli katolik dan bukan katolik dewasa ini sependapat dalam mengakui bahwa surat ini bukan karangan Paulus seperti surat-surat lain adalah karangannya, walaupun secara langsung atau tidak langsung Paulus mempengaruhi Ibr. Dan pengaruh itu begitu rupa sehingga dapat dipertanggung-jawabkan bahwa secara tradisionil surat itu dikelompokkan bersama dengan surat-surat Paulus.
Tetapi perbedaan muncul kalau dipersoalkan siapa sesungguhnya penulis Ibr yang tidak bernama itu. Segala macam nama sudah dikemukakan., misalnya Barnabas, Silas, Aristion, dll. Yang kiranya paling kena ialah Apolos, seorang Yahudi dari Aleksandria, yang kefasihan, semangat kerasulan dan kemahirannya dalam Alkitab dipuji oleh Lukas, Kis 18:24-28. Bakat-bakat itu ternyata tampil jelas dalam surat kepada orang-orang Ibrani; bahasa dan pimikirannya berbau bahasa dan pemikiran Aleksandria (Filo); kefasihannya dalam membela agama Kristen meyakinkan, sedangkan seluruh argumentasinya berdasar penafsiran Perjanjian Lama.
Seperti nama pengarangnya tidak dikenal dengan pasti, demikianpun halnya dengan tempat ditulisnya surat ini dan orang-orang yang dialamati. Rupanya pengarang tinggal di Italia, 13:24, dan menulis suratnya sebelum Bait Allah di Yerusalem dihancurkan (th. 70). Sebab itu ia berkata tentang ibadat dalam Bait Allah seolah-olah sesuatu yang masih terus berlangsung, 8:4 dst, dan ia menasehati pembacanya sehubungan dengan godaan untuk kembali ke ibadat itu. Tentu saja pengarang menekankan bahwa ibadat Musa mempunyai ciri sementara saja, tetapi sama sekali tidak berkata tentang bencana yang terjadi dalam th. 70, meskipun kejadian itu memang sangat mendukung pendapatnya. Selebihnya pengarang pasti menggunakan surat-surat yang ditulis Paulus dalam penjara (Ef, Flp, Kol). Maka surat kepada orang-orang Ibrani boleh diberi bertanggal sesudah th. 63, kiranya sekitar th. 67, kalau orang menerima bahwa apa yang dikatakan tentang krisis yang mendekat, sebagaimana dapat dirasakan dalam seruannya supaya sidang pembaca berpegang teguh pada kepercayaannya, 10:25 dll, mengenai gejala yang mendahului perang Yahudi.
Meskipun judul surat ini, ialah: "Kepada orang-orang Ibrani" baru muncul selama abad II, namun sangat cocok dengan isi karangan itu. Surat ini tidak hanya mengandalkan bahwa para pembaca berkenalan baik dengan Perjanjian Lama, tetapi juga bahwa mereka bekas Yahudi. Oleh karena Ibr begitu menekankan ibadat dan liturgi, maka orang bahkan berpikir kepada bekas imam-imam Yahudi, bdk Kis 6:7. Setelah masuk Kristen imam-imam itu terpaksa meninggalkan kota suci dan mengungsi ke tempat lain, barangkali ke salah satu kota di pantai, misalnya Kaisarea atau Antiokhia. Tetapi pengasingan itu memberati mereka, sehingga dengan rindu mengenangkan ibadat bersemarak yang diselenggarakan oleh kaum Lewi dan yang merekapun melayaninya dahulu. Kepercayaannya yang baru, yang masih kurang kuat dan kurang terdidik, mengecewakan mereka, apa lagi oleh karena terganggu oleh penganiayaan akibat kepercayaan itu. Maka timbullah godaan hebat untuk mengundurkan diri.
Surat kepada orang-orang Ibrani sekuat tenaga berusaha mencegah mereka dari menjadi murtad, 10; 19:39. Untuk mengobarkan semangat kaum buangan yang menjadi lesu dan kendor itu, maka Ibr menyajikan pandangan unggul mengenai hidup Kristen, yang dipikirkan sebagai sebuah ziarah, suatu perjalanan menuju istirahat yang dijanjikan, sebuah perjalanan ke Tanah Air dengan dibimbing oleh Kristus yang melebihi Musa, 3:1-6, dan dengan disinari cahaya iman-kepercayaan yang sudah memimpin para bapa bangsanya, orang-orang Yahudi waktu keluaran dan semua orang suci dari Perjanjian Lama, 3:7-4:11; 11. Dengan imamat lama dan ibadat kaum Lewi yang dirindukan sidang pembaca, si pengarang memperlawankan diri Kristus yang menjadi Imam menurut peraturan Melkisedek dan melebihi imamat Harun,
Ende: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab) SURAT PERTAMA RASUL PAULUS KEPADA UMAT TESALONIKA
KATA PENGANTAR
Sebelum membatja surat ini baik batjalah dahulu Kis. Ras. 17:1-10, untuk
sekedar mend...
SURAT PERTAMA RASUL PAULUS KEPADA UMAT TESALONIKA
KATA PENGANTAR
Sebelum membatja surat ini baik batjalah dahulu Kis. Ras. 17:1-10, untuk sekedar mendapat gambaran latar-belakang surat ini. Dizaman Paulus, Tesalonika adalah ibu kota propinsi Romawi Masedorna. Berkat letaknja pada teluk Termai, jang djayh masuk kedarat dan sebab itu merupakan pelabuhan jang teduh sekali, lagi letaknja disebelah darat pada djalan raja "Via Egnasia", jang menghubungkan Timur dengan Eropa Barat, kota itu mendjadi kota perniagaan jang ramai dan makmur. Penduduknja sebagian terbesar orang Junani. Golongan Jahudi disitu rupanja amat besar djuga. Diantara mereka Paulus berhasil sedikit sadja. Hanja "beberapa" orang jang bertobat, sedangkan orang Junani jang bertobat djumlahnja sangat besar. Hal ini menimbulkan dengki dan bentji orang Jahudi, sampai mereka membangkitka pergolakan jang amat hebat diantara rakjat djelata, sehingga pemerintah taku terdjadi pemberontakan, dan Paulus dipaksa meninggalkan kota.
Paulus lalu pergi ke Berea, suatu kota jang 55 km djaraknja dari Tesalonika. Disitu sikap orang Jahudi terhadap Paulus dan Indjil baik sekali, sehingga banjak orang bertobat. Hasil Paulus diantara penduduk-penduduk lain, chususnja diantara orang-orang terkemuka lumajan djuga. Tetapi sesudah hal ini kedengaran oleh orang Jahudi di Tesalonika, mereka segera datang dan mengasut rakjat kota ini djuga dan berhasil mengadakan hiru-hara jang akibatnja Paulus diusir. Paulus lalu meninggalkan Silas dan Timoteus di Masedonia dan sendiri pergi ke Atena. la diantar beberapa orang Masedonia. Setiba di Atena mereka pulang dengan membawa pesan Paulus, supaja Silas dan Timoteus datang ke Atena. Mereka datang dan rupanja membawa kabar tentang umat-umat di Masedonia jang sangat mentjemaskan, chususnja tentang umat di Tesalonika. Paulus segera menjuruh Timoteus kembali kesitu untuk mengadjar dan meneguhkan iman umat, jang memang banjak mengalami gangguan karena agamanja.
Rupanja Timoteus tinggal agak lama disitu, kemudian pergi bersama dengan Silas membantu Paulus di Korintus.
Kabar jang dibawa Timoteus dalam keseluruhannja sangat menggembirakan, seperti njata sekali dalam suasana mereka jang meliputi seluruh surat irn. Tetapi ada masih kekurangan dilapangan kesusilaan djuga, lagi persoalan- persoalan jang menggelisahkan tentang kebangkitan orang mati dan kedatangan Kristus pada achir zaman. Rupanja mereka kurang atau salah mengerti pengadjaran Paulus tentang kedua. adjaran itu. Tentu sadja pengadjaran Paulus mengenai hal itu belum lengkap djuga, sebab ia tiba-tiba terpaksa memutuskan pengadjarannja. Mereka tentu mengharapkan keterangan resmi dari Paulus sendiri. Hal ini dan berita Timoteus jang lain mendjadi alasan bagi Paulus untuk segera menulis surat jang pertama kepada umat Tesalonika ini.
Surat ini pula adalah jang pertama dari segala surat Paulus jang diturunkan kepada kita, ditulis di Korintus dalam tahun 51 atau 52.
TFTWMS: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab) Dari Hati Yang Murni (1 Tes 2: 3-6)
Perbuatan baik dapat memiliki nilai bahkan jika itu timbul dari motif yang jahat. Penginjilan dapat memberkati or...
Dari Hati Yang Murni (1 Tes 2: 3-6)
Perbuatan baik dapat memiliki nilai bahkan jika itu timbul dari motif yang jahat. Penginjilan dapat memberkati orang lain, bahkan jika orang melakukannya untuk alasan yang salah. Namun, penginjilan sejati yang timbul dari keaslian adalah kekuatan Allah. Itu akan direstui oleh Tuhan dan akan menjadi berkat terbesar bagi manusia.
Paulus memberikan teladan bagi semua penginjil dalam hal motivasi. Hendaklah setiap penginjil menanya dirinya sendiri, "Jenis hati apakah yang kumiliki?"
Hati yang bebas dari kesalahan. Paulus tidak tertarik dengan kesalahan. Ia telah menemukan kebenaran dan didorong untuk memberitakan itu kepada semua orang yang mau mendengarkan. Orang-orang Kristen yang martir tidak memberikan hidup mereka untuk kebohongan yang dikemas dengan indah.
Hati yang dibersihkan dari kenajisan. Paulus tidak didorong oleh kejahatan atau disifatkan dengan kenajisan. Ia memiliki hati nurani yang bersih dan hati yang murni. Ia mengupayakan keselamatan jemaat Tesalonika dengan hasrat murni bagi orang yang sesat.
Hati yang bebas dari motif yang tidak murni. Ia tidak menginjil dengan semangat untuk menipu, juga tidak dengan tipu daya, curang, atau manipulatif. Ia berterus terang dan setia.
Ia melayani orang-orang dengan membawa mereka kepada Kristus, tapi keinginannya yang tertinggi adalah menyukakan Allahnya. Ketika ia menjadi orang Kristen, ia meninggalkan semua keinginan untuk menyukakan sesamanya orang Yahudi. Hatinya hanya mencari restu Allah. Kemuliaan pribadi dari para mualaf baru atau orang lain tidak masuk hitungannya.
Uang tidak memotivasi dia; keserakahan atau ketamakan tidak membelenggu dia. Ia adalah seorang misionaris mandiri untuk sebagian besar karir penginjilannya, dengan menggunakan keterampilannya membuat tenda untuk menopang hidupnya.
Akankan dunia terberkati jika semua penginjil memiliki motivasi semurni motivasi Paulus? Mengapakah sikap hormat terhadap penginjil merosot pada masa-masa sulit? Dapatkah itu merupakan masalah motif?
Eddie Cloer
TFTWMS: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab) Keramahan Paulus (1 Tes 2:6-8)
Dalam ayat 2 dan 3, Paulus menggambarkan dirinya sebagai berani. Dalam ayat 7a, ia berkata, "Tetapi kami berlaku ...
Keramahan Paulus (1 Tes 2:6-8)
Dalam ayat 2 dan 3, Paulus menggambarkan dirinya sebagai berani. Dalam ayat 7a, ia berkata, "Tetapi kami berlaku ramah di antara kamu." Ia berani terhadap pihak berwenang dan ramah terhadap para anggota. "Ramah" berarti orang yang mudah didekati. Faktanya, ia peduli terhadap jemaat Tesalonika sama seperti "seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya" (ay. 7b).
Paulus bisa saja "menegaskan otoritas [nya]" (ay. 6; NASB). Karena ia seorang rasul, ia punya kuasa untuk terus-terang, keras, atau bahkan memberatkan dengan meminta dukungan keuangan. Namun begitu, ia tidak mendekati jemaat dengan cara ini.
Paulus "ramah di antara [mereka]" (ay. 7). Jemaat Tesalonika itu masih muda dan belum berpengalaman. Oleh karena itu, Paulus merawat mereka sebagai anak-anak, dengan "kasih sayang yang besar" bagi mereka (ay. 8).
Paulus mendedikasikan dirinya untuk mereka (ay. 8). Ia menulis, "Bukan saja [kami] rela membagi Injil Allah dengan kamu, tetapi juga hidup kami…." Orang yang ramah, penuh kasih adalah orang yang tidak peduli dengan kata-kata saja; ia juga melakukan pengorbanan. Sebagaimana seorang ibu "peduli" terhadap anak-anaknya, Paulus memberikan injil (makanan rohani). Kata "merawat" menunjukkan ikatan emosional yang kuat. Ia akan memberikan hidupnya bagi mereka jika diperlukan (lihat Roma 9:1-3).
Sebagai orang Kristen kita harus mengikuti teladan keramahan Paulus terhadap orang lain, terutama terhadap para mualaf baru. Kita harus merawat mereka, memberi makan mereka dengan Firman Tuhan. Kita harus memberikan kepada mereka, bukan hanya injil, tetapi juga hidup kita.
Earl Edwards
TFTWMS: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab) Para Penginjil Yang Setia (1 Tes 2:2-6)
Setiap penginjil sejati berusaha untuk setia. Ia ingin menjadi jenis penginjil yang akan menerima pujian dari...
Para Penginjil Yang Setia (1 Tes 2:2-6)
Setiap penginjil sejati berusaha untuk setia. Ia ingin menjadi jenis penginjil yang akan menerima pujian dari Allah. Apa sajakah unsur-unsur penginjilan yang setia?
Berani meski ada perlawanan (2:2). Paulus beralih dari tempat penderaan ke penjara, tapi baik darah atau keringat tidak bisa menghentikan dia untuk memberitakan Firman Allah.
Jujur dalam penyampaian (2:3). Ia tidak datang ke Tesalonika dengan kesalahan. Ia memberi mereka injil yang telah dipercayakan kepada dia.
Berkomitmen untuk menyukakan Allah (2:4). Ia hanya mencari restu dari Allah-Nya. Hanya penginjil setia yang dapat bertahan menghadapi penghakiman yang terang benderang. Tidak ada orang yang pernah bercita-cita menuju panggilan yang lebih besar.
Eddie Cloer
TFTWMS: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab) PENERAPAN(1 Tes 2:1-12)
Dalam pasal 2, Paulus berbalik untuk membela dirinya sebagai seorang pengkhotbah setia. Bisa jadi beberapa pengecamnya telah ...
PENERAPAN(1 Tes 2:1-12)
Dalam pasal 2, Paulus berbalik untuk membela dirinya sebagai seorang pengkhotbah setia. Bisa jadi beberapa pengecamnya telah muncul di Tesalonika karena beberapa orang telah salah mengartikan alasan ia pergi begitu cepat. Mungkin orang-orang Yahudi, sumber utama penganiayaan terhadap jemaat Tesalonika, mengatakan bahwa Paulus adalah seorang pengecut tidak tulus dan tidak akan datang lagi untuk membantu gereja baru itu.
Namun begitu, tidak ada petunjuk dalam dua surat itu bahwa ia telah menghadapi kecaman seperti itu. Mungkin dalam nas berikutnya, Paulus tidak benar-benar membela pekerjaannya sebesar ia menggambarkannya untuk menarik perbedaan yang jelas antara keaslian pelayanannya dan upaya licik para pengkhotbah palsu waktu itu.
Ia menggunakan jemaat Tesalonika itu sendiri sebagai penegasan bagi apa yang ia katakan. Mereka akan menjadi para saksi-Nya. Mereka tahu bagaimana ia sudah hidup di tengah-tengah mereka.
Pembahasan di dalam mana ia terlibat adalah gambaran penuh makna tentang hakikat pemberitaan injil. Setiap pemberita injil harus sering membaca dan dengan hati-hati mempelajari bagian Kitab Suci ini.
TFTWMS: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab) Guru-Guru Pelayan (1 Tes 2:1-12)
Setengah dari pasal 2 berfokus pada kunjungan Paulus, Silwanus, dan Timotius. Paulus ingin sekali mengingatkan jemaa...
Guru-Guru Pelayan (1 Tes 2:1-12)
Setengah dari pasal 2 berfokus pada kunjungan Paulus, Silwanus, dan Timotius. Paulus ingin sekali mengingatkan jemaat Tesalonika tentang apa yang dapat mereka pelajari dari hubungan yang dikembangkan antara mereka sewaktu mereka tinggal bersama-sama. Karakter guru-guru ini digambarkan secara negatif (2:3-6) namun kemudian secara positif (2:7-11), sehingga orang-orang Kristen muda ini bisa mengetahui bahwa peranan setiap orang Kristen adalah memperlihatkan dan juga menjelaskan kabar baik.
Dalam 2:1-12, boleh jadi penulis ini kelihatannya hampir menyombongkan diri; namun pemeriksaan yang cermat akan menunjukkan bahwa tujuan bagian ini adalah untuk memeriksa pelbagai bentuk hubungan, sikap, dan motif. Mengapa? Ia ingin memberi umat Kristen yang muda ini dorongan dan motifasi untuk bertumbuh. Ayat-ayat ini juga menolong kita untuk memeriksa dan meningkatkan motif, sikap, dan hubungan kita sendiri.
Melayani Allah Adalah Tujuan Kita (2:1-3). Hal apakah yang membuat pergaulan dengan orang lain efektif? Ketika para pemberita injil ini pertama kali datang ke Tesalonika, mereka datang dalam keadaan sulit; namun kedatangan mereka itu terbukti menjadi berkat yang luar biasa. Kedatangan mereka tidak "sia-sia" atau "tak berguna." Ayat 1 mendorong kita untuk menganggap rumah baru sebagai kesempatan luar biasa untuk "berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman" (Galatia 6:10). Kita bisa membuat kesan yang bertahan lama jika kita memulainya secara positif, dengan wajah yang tersenyum, perkataan yang lemah-lembut, dan perbuatan yang menolong. Kedatangan kita tidak akan pernah "sia-sia" jika kita mengetahui tujuan kita—melayani Allah, apapun keadaannya.
Kita selalu bisa menemukan pelbagai alasan untuk tidak memanfaatkan kesempatan terbaik. Takut terhadap kegagalan atau terhadap perlawanan sering mencegah kita melakukan apa yang bisa kita kerjakan. Ayat 2 menjelaskan keadaan ayat 1. Guru-guru itu telah "menderita" dan "telah dianiaya" di Filipi. Kisah 16:19-23 mengungkapkan bahwa perlakuan itu mencakup juga penahanan, diseret di hadapan para penguasa, dipukuli, dan kemudian dipenjara dalam pasungan.
Sekarang ini seandainya kita bahkan diperlakukan dengan salah satu cara itu, kita tentunya berharap akan menerima banyak rasa simpati, beberapa kompensasi, dan setidaknya beberapa minggu tidak bekerja untuk istirahat dan proses penyembuhan. Kita bahkan bisa mengerti jika orang-orang yang berada di bawah keadaan seperti ini akhirnya menyerah.
Para pemberita injil ini, setelah berjalan dari Filipi ke Tesalonika melalui Amfipolis dan Apolonia, sudah mulai lagi memberitakan Kristus di dalam sinagoga (Kisah 17:1-3). Akibatnya adalah perlawanan yang semakin banyak—"banyak perlawanan"—namun mereka tetap terus memberitakan injil! Persoalan mereka itu jauh lebih banyak daripada hanya menangani beberapa lawan yang keberatan atas pemberitaan injil. Kata yang diterjemahkan "penganiayaan" dan "banyak perlawanan" (NASB), mengandung gagasan penyiksaan, pergumulan, konflik, dan bahkan kesusahan hati! Beberapa dari mereka yang sedang menganiaya umat Kristen di Tesalonika sudah bertekad bulat untuk menghancurkan umat ini sehingga mereka mengejar guru-guru jemaat Tesalonika itu hingga sejauh 100 kilometer (60 mil) ke Berea untuk menyulut kerusuhan di situ! (Lihat Kisah 17:13.)
Dalam keadaan yang sulit kita bisa menjadi frustasi dan kecut hati. Kita mungkin ingin menyerah saja. Allah ingin kita menyikapi pelbagai tantangan ini sebagai kesempatan tambahan bagi kita untuk hidup seperti yang Allah inginkan. Pelbagai tantangan itu merupakan kesempatan tambahan untuk menghormati Allah, untuk menunjukkan teladan yang baik, dan mendorong orang lain yang sedang menderita dalam cara yang sama.
Melakukan hal yang baik dengan motif yang salah adalah memungkinkan, namun Allah dapat melihat keseluruhan masalah. Jika hati kita salah, maka perbuatan kita bersifat munafik. Adalah baik bagi kita untuk memeriksa motif kita dan memberitahu orang lain tentang niat baik kita. Para pemberita injil ini sedang menyatakan bahwa maksud mereka adalah tulus dan terbuka (2:3). Mereka menghargai nama baik, sebab mereka mengetahui dengan baik kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh "kesalahan," "kenajisan," dan "kebohongan" dalam kehidupan seorang guru. Sebaliknya, mereka juga mengetahui nilai luar biasa dari teladan kehidupan yang saleh.
Allah peduli terhadap perbuatan kita, namun pertama-tama Ia peduli terhadap hati kita—sikap, motif, dan niatnya. Beberapa orang di gereja mula-mula memiliki motif yang salah dalam memberitakan injil (Filipi 1:15-17). Paulus dapat dengan jujur berkata bahwa ia tidak tertarik untuk menerima kemuliaan atau uang dari mereka yang telah mendengarkan pemberitaannya itu (2:6, 9).
Orang lain memang tidak dapat memastikan motif kita, tetapi Allah tahu. Oleh sebab itu, bagian penting dari menilai kemajuan kita sebagai orang Kristen adalah dengan memeriksa motif kita. Orang lain mungkin saja menghakimi kita dengan terlalu mudah atau terlalu kasar, tetapi Allah akan selalu membuat penilaian yang akurat.
Bagaimanakah Allah menilai alasan kita untuk hidup seperti yang saat kini kita jalankan? Menempatkan penilaian Allah pada tujuan kita memang sulit, oleh sebab adanya campur-tangan penilaian manusia. Jika tidak ada satu orang pun mengecam kita, secara alami kita percaya bahwa kita sedang melakukan pekerjaan yang baik. Jika banyak yang mengecam kita, kita menjadi tidak nyaman, Bagi beberapa orang, kecaman sama dengan kegagalan. Sebagai orang Kristen, kita harus ingat bahwa Allah mengenal diri kita dan mengetahui maksud kita.
Peranan Kita Adalah Membina Orang Kristen (2:4-11). Dua saksi bagi sifat guru-guru yang datang ke Tesalonika adalah Allah dan gereja Tesalonika. Allah sudah menunjukkan restu-Nya dengan mempercayakan injil kepada mereka (2:4). Jemaat Tesalonika sudah dapat menilai jenis orang-orang macam apakah guru-guru ini selama kunjungan awal mereka di Tesalonika (1:5).
Pertama, pembinaan tidak mencakup sanjungan (ay. 5, 6). Paulus, Silwanus, dan Timotius memberitakan injil bukan untuk menerima pujian pribadi dengan menyanjung para pendengar mereka, mereka juga tidak berusaha memperoleh uang untuk memuaskan kerakusan mereka. Paulus tidak mau para pendengar itu dibuat terkesan oleh penyajian berita itu, melainkan oleh berita itu sendiri. Bujukan seorang ahli, kefasihan pidato yang hebat, dan kosa kata yang mengesankan dapat digunakan untuk mempromosikan kesalahan maupun kebenaran. Paulus ingin memastikan bahwa yang membuat para pendengar itu terkesan hanyalah kesederhanaan dan ketepatan berita Allah.
Paulus dan rekan-rekan sekerjanya telah mengetengahkan kebenaran kepada jemaat Tesalonika semata-mata dengan tidak memberi kesan yang salah tentang para pemberitanya—tidak ada alasan untuk memuji mereka dibandingkan untuk merespon berita injil. Kita juga tidak ingin orang-orang berkata, "Betapa hebatnya pemberita injil itu!" atau "Betapa hebatnya penyajian berita itu!" tetapi sebaliknya, "Betapa hebatnya berita dari Allah itu!" Tujuan kita haruslah membuat manusia terkesan kepada Yesus. Kita harus mendorong manusia untuk merespon Yesus sang Juruselamat, bukan merespon kita!
Kedua, pembinaan mencakup keramahan (ay. 7, 8). Harus menjadi seperti apakah orang Kristen ketika ia bekerja dengan orang lain? Paulus, Silwanus, dan Timotius sudah menjadi seperti ibu kepada bayi kecilnya (2:7). Betapa suatu pelajaran hebat yang dapat dipelajari! Bayangkanlah seluruh waktu, pemeliharaan, dan perhatian yang diberikan kepada seorang anak kecil. Seorang ibu atau pengasuh selalu memberi perawatan yang terus-menerus terhadap anak bayi yang tak berdaya yang belum bisa bicara, berjalan, atau makan sendiri. Sang ibu berusaha keras memenuhi setiap kebutuhannya dengan kebaikan hati dan keramahan sehingga kebutuhan anak itu terpenuhi dan tidak sedikitpun bagian tubuhnya yang masih lemah itu terluka. Kehidupan yang Allah berikan berada dalam genggaman tangannya! Apakah seorang pemberita injil memiliki sikap seperti itu?
Apakah sekolah pelatihan penginjil kita memiliki tujuan melatih para penginjil yang memiliki sifat "cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati" (Matius 10:16)? Saya bekerja dengan sekolah pelatihan penginjil, dan seorang penginjil pernah memuji beberapa lulusan dari sekolah itu karena mereka bersikap "ramah," dengan menunjukkan bahwa ini merupakan syarat khusus bagi para penginjil (2Timotius 2:25). Sebelumnya saya tidak memikirkan hal itu dengan serius; tetapi sifat itu harus menjadi salah satu tujuan kita dalam melatih para penginjil dan guru, para penatua dan diaken. Ketika kita digoda untuk terkesan dengan kekuatan, kekuasaan, dan dominasi, ingatlah gambaran pekerjaan Yesus: "Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya, …." (Matius 12:20).
Dalam memperlakukan umat Kristen Tesalonika sebagai anggota keluarga yang masih muda, Paulus dan rekan-rekan sekerjanya merasakan adanya ikatan "orang tua" yang kuat bagi "anak-anak" mereka yang lahir baru itu. Hal ini digambarkan sebagai "kasih sayang yang besar," sebab mereka "sangat disayangi" oleh para pekerja ini (2:8; NASB).
Allah ingin sikap persahabatan keluarga ini menjadi bagian dari lingkungan umat Kristen baru itu. Ia menghendaki mereka menjadi bagian dari sebuah keluarga, sebuah persaudaraan. Pengalaman ini akan menolong orang-orang Kristen baru itu dalam menghadapi perenggangan, pengucilan, dan penganiayaan dari keluarga lahiriah mereka dan dari para anggota lain masyarakat mereka ketika mereka menolak penyembahan berhala demi melayani Allah sejati. Mereka akan mengalami sukacita dan keamanan karena menjadi bagian dari keluarga Allah.
Ketiga, pembinaan mencakup pekerjaan (ay. 9-11). Seperti orang lain mana saja, para penginjil dan guru juga bisa dicobai menjadi malas. Ayat 9 memberi kesan bahwa pergi ke negeri asing untuk memberitakan injil melibatkan pekerjaan berat—dan memang begitu faktanya! Di sini hal ini secara khusus memang benar begitu: Karena para penginjil ini juga harus mencari uang untuk hidup mereka sendiri sambil mereka mengajar, maka mereka itu sebenarnya memiliki dua pekerjaan.
Paulus mengerti bahwa Allah mendukung adanya sokongan keuangan bagi para penginjil yang terlibat dalam pemberitaan injil (1Korintus 9:6, 7; Filipi 4:15-17). Pada saat yang sama, para pemberita injil itu tidak menuntut agar jemaat-jemaat menggaji mereka. Mereka tidak mau gaji itu membebani jemaat Tesalonika yang juga sedang menghadapi pelbagai kesulitan lainnya. Ini merupakan satu cara dimana para pekerja ini memberikan hidup mereka untuk membantu menyediakan dorongan Kristiani.
Jelas sekali, orang Kristen harus menerima adanya hak gaji untuk para guru. Para guru juga harus belajar menjadi pekerja keras, baik digaji atau tidak, untuk memberitakan injil. Dalam mengajar tidak ada ruang bagi kemalasan atau sikap asal-asalan terhadap pekerjaan.
Banyak pekerjaan memerlukan pelatihan, talenta, dan kemampuan. Berapa seringkah Anda pernah melihat integritas dan kerajinan disebut sebagai persyaratan bagi suatu pekerjaan? Pastinya, pelbagai persyaratan ini akan membuat peranan saleh apa saja dalam hidup ini menjadi lebih efektif. Beberapa jemaat telah menetapkan syarat pendidikan, kepandaian bicara, dan keberhasilan dalam bisnis bagi para pekerja mereka dan mengabaikan sepenuhnya contoh-contoh Alkitab yang diberikan dalam 2:10: "… betapa saleh, adil dan tak bercacatnya kami berlaku di antara kamu, yang percaya." (Huruf miring oleh saya.) Tiga rangkai kata itu sangat serupa sehingga sulit bagi kita untuk membedakan maknanya di antara mereka. Kombinasi kata seperti itu tidak dimaksudkan untuk memiliki tiga gagasan yang berbeda, melainkan untuk menguatkan satu sama lainnya dan menekankan satu sifat yang penting.
Penting bagi para guru itu untuk mempertahankan standar prilaku yang tinggi. Pekerjaan apa saja yang mereka kerjakan diselesaikan menurut standar Allah. Ini tidak berarti bahwa mereka tidak pernah salah dalam membuat penilaian dan tidak pernah berbuat dosa. Apa yang ditunjukkan di sini adalah bahwa mereka menerapkan standar Allah kepada pekerjaan mereka sehingga situasi apa saja, baik atau buruk, dihadapi dengan menggunakan cara Allah untuk mencapai tujuan Allah. Ketika para penginjil itu pergi, jemaat Tesalonika tidak dapat berkata, "Inilah pelbagai persoalan yang tidak pernah kita bahas sebelumnya; inilah dosa-dosa yang tidak pernah kita minta untuk jangan dilakukan lagi." Tidak ada tuduhan sah yang dapat dilontarkan untuk menentang nama baik mereka.
Ayat 11 menggunakan tiga rangkai kata lain lagi dalam menceritakan prilaku guru-guru ini: "… kamu tahu, betapa kami, seperti bapa terhadap anak-anaknya, telah mendesak dan mendorong serta menghimbau hatimu seorang demi seorang." (Huruf miring oleh saya; NASB.) Seorang ayah akan menggunakan segala bentuk perintah, bujukan, dan peringatan yang memungkinkan untuk membimbing anak-anaknya menuju kedewasaan, namun pada saat yang sama ia menghindar untuk tidak mengecilkan hati atau menghina mereka (Efesus 6:4). Sebagaimana cara benar dalam membesarkan anak melibatkan pengorbanan hidup orang tua, maka cara benar dalam pemberitaan injil harus juga melibatkan pengorbanan hidup si penginjil itu sendiri sebagai suatu teladan.
Dalam cara yang sama, para guru harus menggunakan pelbagai sarana ilustrasi yang menggugah hati untuk menolong para murid menjadi dewasa. Pada kenyataannya, dalam hubungannya dengan satu sama lainnya semua orang Kristen harus mau berkorban dan mau mengajar dengan sabar. "Karena itu nasihatilah seorang akan yang lain dan saling membangunlah kamu …" (5:11). Marilah kita mengarahkan diri kita untuk menjadi pekerja yang rajin, sabar, dan tak bercacat seperti yang Allah inginkan bagi kesejahteraan umat-Nya! Kita harus berprilaku seperti orang tua yang peduli, seperti ayah yang mengasihi dan seperti ibu yang berjaga-jaga!
Tujuan Kita Adalah Memuliakan Allah (2:12). Kehidupan Kristiani harus mencerminkan Kristus. Perjanjian Baru sering menggunakan gagasan tentang menjadi orang yang "layak/sesuai." Dalam 2:12 orang Kristen diminta untuk "hidup sesuai dengan kehendak Allah, yang memanggil kamu …." Apakah artinya? Jemaat Tesalonika itu sedang didorong untuk menunjukkan bahwa Allah telah mempengaruhi hidup mereka. Orang Kristen harus berprilaku dalam cara yang bisa menunjukkan kepada orang lain seperti apakah Allah itu dan cara hidup yang bagaimanakah yang Ia harapkan dari umat-Nya.
Proses belajar mengenai seperti apakah Allah itu dan mengetahui apa yang Ia kehendaki adalah bagian dari pendewasaan. Para mualaf baru tidak diharapkan dapat mengetahui semua hal tentang Allah dan kehendak Allah bagi hidup mereka, namun mereka diharapkan untuk "berusaha mempelajari apa yang menyukakan Tuhan" (Efesus 5:10; NASB). Mempelajari dan menerapkan prinsip ini adalah basis pertumbuhan orang Kristen.
Ayat 12 tidak mengatakan bahwa kita layak mengambil bagian kerajaan dan kemuliaan Allah. Itu merupakan karunia yang tidak pernah bisa kita terima sebagai upah. Ayat itu mengajarkan bahwa tujuan kita adalah menjalani kehidupan yang saleh, yang merupakan tujuan yang layak. Kita bisa sangat bersyukur atas Allah yang bermurah hati dan yang mau dengan sukacita berbagi kerajaan dan kemuliaan-Nya dengan kita masing-masing! Ia ingin kita merespon dengan cara menjalani kehidupan yang mencerminkan sifat-Nya. Apakah orang lain dapat melihat Allah di dalam diri kita?
Kesimpulan. Betapa akan timbul suatu perbedaan yang sangat besar jika setiap guru mempelajari pelajaran-pelajaran di dalam ayat-ayat ini!
Marilah kita bertekad untuk mengikut Pemimpin kita, Yesus, dan bertekad untuk mengikuti teladan orang-orang yang mengikut Dia. Marilah kita bertekad untuk mendorong guru-guru dan para pemimpin kita untuk menolong sesama orang Kristen dengan hidup mereka maupun dengan pelajaran-pelajaran mereka dan bertekad untuk menjadi orang yang hidupnya bisa menolong orang lain untuk mengikut Yesus.
Ted Paull
TFTWMS: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab) Menyampaikan Injil (1 Tes 2:1-13)
Dalam pasal ini, Paulus melakukan pembelaan untuk menjawab serangan yang dilakukan oleh unsur-unsur Yahudi yang ber...
Menyampaikan Injil (1 Tes 2:1-13)
Dalam pasal ini, Paulus melakukan pembelaan untuk menjawab serangan yang dilakukan oleh unsur-unsur Yahudi yang bermusuhan di Tesalonika. Ia mengingatkan para pembacanya tentang bagaimana ia, Timotius, dan Silas sudah hidup, bekerja, dan menginjil di tengah-tengah mereka. Di sini kami mendapat gambaran tentang bagaimana motif, cara, dan metode kita seharusnya ketika kita menyampaikan injil. Nas ini bisa juga berfungsi sebagai buku pegangan pribadi penginjil untuk penginjilan.
Ini merupakan salah satu teks hebat Perjanjian Baru yang menegaskan pengilhaman pesan yang dikomunikasikan oleh Paulus dan rekan-rekan sekerjanya secara lisan dan tulisan.
Jika kita harus bertanya "Teks apakah dalam Perjanjian Baru yang paling dikenal dan paling banyak digunakan yang berkaitan dengan pemberitaan dan penyampaian pesan itu?" Jawabannya mungkin akan berupa 2 Timotius 4:1-4. Namun begitu, jawaban lainnya akan berupa 1 Tesalonika 2:1-13. Penggunaan nas Tesalonika ini tidak seterkenal atau sesering 2 Timotius 2:1-4; tapi setiap guru, pengkhotbah, penatua, orang tua, dan orang Kristen akan berbuat baik bila mereguk dalam-dalam sentimen nas ini, terutama karena nas itu bicara tentang motivasi dan cara menyampaikan pesan itu.
Pesannya (2:13). Beberapa penulis telah mencoba untuk menegaskan bahwa Paulus tidak pernah mengklaim bahwa pesannya itu terilham dan berkuasa. Klaim itu jelasnya tidak beralasan mengingat bukti di dalam Perjanjian Baru. Dalam korespondensi surat Tesalonika ini ditemukan banyak petunjuk tentang klaim Paulus bagi pengilhaman dan kuasa injil yang ia beritakan. Ia berkata, "Kamu tahu juga petunjuk-petunjuk mana yang telah kami berikan kepadamu.… Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu supaya kamu menjauhi percabulan" (1 Tesalonika 4:2, 3; huruf miring oleh saya). Ayat 8 mengatakan, "… siapa yang menolak ini bukanlah menolak manusia, melainkan menolak Allah yang telah memberikan juga Roh-Nya yang kudus kepada kamu." Letakkanlah dua ayat itu bersama-sama. Dua tambah dua sama dengan empat. Berapakah 2 ditambah 8? Di ayat 2 Paulus berkata, "Kamu tahu juga petunjuk-petunjuk mana yang telah kami berikan." Ayat 8 berkata, "… siapa yang menolak ini bukanlah menolak manusia, melainkan menolak Allah.…" Sekarang, apakah yang tersirat jelas di dalam dua ayat ini? Ia sedang mengatakan, "Ini adalah Firman Allah."
Motivasinya (2:1-6, 8). Hal apakah yang mendorong mereka untuk berbagi pesan itu? Manusia tidak mau menderita sangat lama untuk sesuatu yang mereka tidak benar-benar yakini. Selain itu, penderitaan punya cara untuk membuang ke luar kotoran dan membuat jelas motif yang sebenarnya. Apa yang terjadi di Filipi memberitahu kita sesuatu tentang motivasi mereka. Mereka dipukuli, namun mereka tetap memberitakan injil.
Mereka tidak dimotivasi oleh kesalahan, kenajisan, atau tipu muslihat. Paulus berkata, "Saya tidak berusaha mendapatkan pujian dan dukungan dari manusia. Saya berusaha menyukakan Allah. Hal-hal ini tidak mendorong atau memotivasi kami. Mereka tidak mencirikan pesan kami."
Mereka tidak terdorong untuk melayani dengan tujuan yang egois. Dalam ayat 5 ia mengungkapkan dorongan batinnya dan membuat jelas bahwa yang mendorong dia bukanlah motif negatif.
Paulus melakukan pekerjaan ini bukan untuk mendapatkan uang. Tesalonika adalah salah satu dari setidaknya dua jemaat yang kita kenal di dalam Perjanjian Baru yang darinya Paulus tidak menerima sokongan uang. Ia berkata bahwa ia memiliki hak untuk menerima sokongan itu dalam 1 Korintus 9, tetapi ia juga berkata bahwa ia memiliki hak untuk tidak menggunakan hak itu. Di Tesalonika dan Korintus, Paulus bekerja dengan tangannya sendiri dan menyurati jemaat Korintus, katanya, "Aku menerima tunjangan dari gereja-gereja lain" (NASB). Perhatikanlah bagaimana ia mengatakannya di 2 Korintus 11:8: "Jemaat-jemaat lain telah kurampok dengan menerima tunjangan dari mereka, supaya aku dapat melayani kamu!" Baik di Tesalonika maupun di Korintus ia melakukan pekerjaannya sebagai pembuat tenda. Ia tidak didorong oleh motif keserakahan, materialistik.
Ia tidak dimotivasi oleh pujian manusia. Bukan kemuliaan manusia yang mengipasi api ego insaninya yang mendorong tindakannya di Tesalonika. Perhatikanlah apa yang ia katakan di 2:6: "juga tidak pernah kami mencari pujian dari manusia, baik dari kamu, maupun dari orang-orang lain."
Sikap mencari kemuliaan yang berusaha untuk memuaskan jiwa manusia dapat memberikan hambatan nyata kepada iman. Dalam Yohanes 5:44, Yesus berkata, "Bagaimanakah kamu dapat percaya, kamu yang menerima hormat seorang dari yang lain dan yang tidak mencari hormat yang datang dari Allah yang Esa?" Mengapakah Paulus melayani? Ia melayani karena kasih. Jika ia tidak didorong oleh keinginan untuk pengakuan, jika ia tidak menggunakan jubah ketamakan, dan jika dia tidak menggunakan kata-kata sanjungan, lalu hal apakah yang sudah mendorong Paulus? Ia memberitahu kita di ayat 8, "Demikianlah kami, dalam kasih sayang yang besar akan kamu, bukan saja rela membagi Injil Allah dengan kamu, tetapi juga hidup kami sendiri dengan kamu, karena kamu telah kami kasihi."
Dalam penyampaian pesan itu kita tidak hanya mengeluarkan seperangkat fakta. Kami datang memberitahukan syarat-syarat pengampunan—iman yang dinyatakan dalam penyesalan, pengakuan, dan baptisan ke dalam kematian-Nya. Kami datang membawa dan memberi, tidak hanya pesan, tetapi juga diri kami sendiri. Guru, penginjil, dan pekerja pribadi yang paling efektif adalah orang yang, seperti Paulus, bisa berkata, "Aku memiliki kasih sayang yang besar untuk kamu" (ay. 8a; NASB). Ini adalah cara lain untuk mengatakan bahwa motif utama yang Paulus miliki adalah motif kasih. Ia mengasihi Tuhan, dan ia mengasihi injil. Yang secara khusus bersinar melalui nas ini adalah kebenaran agung bahwa ia mengasihi semua jiwa manusia.
Caranya (2:7, 11) . Bagaimana dengan caranya? Motif dan cara berhubungan erat.
Bahkan motif seseorang akan menentukan cara dan metodenya. Dua tokoh yang sangat menyentuh hati digunakan oleh Paulus dalam bagian ini. Salah satunya muncul dalam ayat 7. Ia berkata, "Tetapi kami berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya." Tokoh yang bahkan lebih menyentuh hati muncul dalam ayat 11, yang menunjukkan kita sesuatu tentang individu tersebut: Ia berkata, "Kamu tahu, betapa kami, seperti bapa terhadap anak-anaknya, telah menasihati kamu dan menguatkan hatimu seorang demi seorang."
Setiap anak butuh beberapa waktu bersama bapak dan ibunya. Anda tidak mengasuh anak-anak Anda secara kelompok. Dalam bagian ini ada motif kasih yang besar, dan kasih itu tumpah ke dalam cara dan metode. itu menjadi kepedulian pribadi bagi setiap mualaf Tesalonika. Itu merupakan penjangkauan yang lembut, penuh kasih sayang. Itu merupakan penyajian penuh kasih atas pesan yang otentik. Paulus siap memberikan dirinya sendiri.
Seringkali kasih dan bukan logika yang membuka hati. Bukankah benar bahwa orang tidak peduli tentang seberapa banyak Anda tahu sampai mereka tahu seberapa banyak Anda peduli?
George Santayana pada tahun 1905 menyelesaikan penulisan pertama dari karya lima buku, The Life of Reason. Lalu tak lama sebelum kematiannya ia kembali mengedit dan menulis ulang sebagian besar karya itu. Setelah berlalunya tahun-tahun itu, ia ditanya oleh beberapa orang, "Sudahkah Anda mengubah pandangan Anda? Sudahkah Anda mengubah pendapat Anda? Apakah Anda sekarang menganut prinsip yang berbeda?" Ia menjawab," Tidak! Tidak! Saya telah mengatakan banyak hal yang sama, tapi saya memang ingin mengatakannya dalam nada suara yang berbeda." Nada suara itu sangat penting. Dalam pengajaran, penginjilan, dan pekerjaan pribadi yang hebat, makna dan cara menyatu. Ketika kita memberitakan pesan kasih itu, cara kita haruslah cara yang penuh kasih.
Kesimpulan. Orang hampir tidak bisa menolak pesan yang seagung pesan injil ini ketika disajikan dalam kasih. Saya percaya bahwa banyak dari kita bisa menjadi pengaruh yang kuat terhadap orang-orang yang kita ajak bicara jika kita mau menyampaikan pesan keselamatan ini kepada mereka dan menunjukkan perhatian yang tulus untuk mereka.
Kita melihat pesannya. Itu adalah Firman Allah: "Kamu telah menerima firman Allah … sungguh-sungguh demikian—sebagai firman Allah" (1 Tesalonika 2:13). Kita melihat motifnya—motif kasih yang besar, bukan motif keserakahan, bukan motif yang berusaha mencari kemuliaan manusia. Kita melihat caranya ketika motif kasih ini membumbui cara yang dengannya Paulus menggapai mereka yang sesat—"seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya" atau mungkin bahkan secara lebih ekspresif, "seperti bapak terhadap anak-anaknya."
Avon Malone
TFTWMS: 1 Tesalonika (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 J. E. Frame, A Critical and Exegetical Commentary on the Epistles of St. Paul to the Thessalonians, The International Critical Com...
Catatan Akhir:
- 1 J. E. Frame, A Critical and Exegetical Commentary on the Epistles of St. Paul to the Thessalonians, The International Critical Commentary (New York: Charles Scribner's Sons, 1912; reprint, Edinburgh: T. & T. Clark, 1988), 92.
- 2 Walter Bauer, A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature, 3d ed., rev. and ed. Frederick William Danker (Chicago: University of Chicago Press, 2000), 782.
- 3 David J. Williams, 1 and 2 Thessalonians, New International Biblical Commentary: New Testament Series, vol. 12 (Peabody, Mass.: Hendrickson Publishers, 1992), 37.
- 4 A. T. Robertson, The Epistles of Paul, vol. 4, Word Pictures in the New Testament (Nashville: Broadman Press, 1931), 16.
- 5 Bauer, 256.
- 6 Robertson, 16.
- 7 I. Howard Marshall, 1 and 2 Thessalonians, New Century Bible Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1983), 67.
- 8 Ibid., 68-69.
- 9 Ayat 6b, "sekalipun kami dapat berbuat demikian sebagai rasul-rasul Kristus," dimasukkan sebagai ayat 7a dalam teks Yunani.
- 10 C. G. Wilke and Wilibald Grimm, A Greek-English Lexicon of the New Testament, trans. and rev. Joseph H. Thayer (Edinburgh: T. & T. Clark, 1901; reprint, Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1977), 279.
- 11 Marshall, 70-71.
- 12 F. F. Bruce, 1 & 2 Thessalonians, Word Biblical Commentary, vol. 45 (Waco, Tex.: Word Books, 1982), 32.
- 13 Robertson, 19.
- 14 Marshall, 72.
- 15 Frame, 103.
- 16 Leon Morris, The First and Second Epistles to the Thessalonians, The New International Commentary on the New Testament (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1959), 84.
- 17 Williams, 51.
- 18 Marshall, 77.
- 19 Morris, 89.
- 20 Lihat Henry Alford, The Greek Testament, rev. Everett F. Harrison (Chicago: Moody Press, 1958), 3:260-61.
- 21 Robertson, 22.
- 22 Frame, 114-15.
- 23 Robertson, 23.
- 24 Ibid., 24.
- 25 Williams, 55.
- 26 Bruce, 57.
Pengarang: Earl D. Edwards
Hak Cipta © 2015 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab) SURAT PAULUS YANG PERTAMA KEPADA JEMAAT DI TESALONIKA
PENGANTAR
Tesalonika adalah ibukota Makedonia, sebuah provinsi kerajaan Roma. Jemaat di
Tesalo
SURAT PAULUS YANG PERTAMA KEPADA JEMAAT DI TESALONIKA
PENGANTAR
Tesalonika adalah ibukota Makedonia, sebuah provinsi kerajaan Roma. Jemaat di Tesalonika didirikan oleh Paulus setelah ia meninggalkan Filipi. Tetapi tidak lama sesudah itu, orang-orang Yahudi yang iri hati kepada Paulus mulai menentang usaha Paulus untuk memberitakan ajaran Kristen kepada orang-orang bukan Yahudi yang telah menunjukkan minat terhadap agama Yahudi. Terpaksalah Paulus meninggalkan Tesalonika dan pergi ke Berea. Kemudian setelah ia tiba di Korintus, ia menerima surat dari Timotius, kawan dan rekannya, tentang keadaan jemaat di Tesalonika.
Jadi, Surat Paulus Yang Pertama Kepada Jemaat di Tesalonika ini ditulis untuk memberi dorongan dan keteguhan kepada mereka. Paulus bersyukur atas berita yang diterimanya tentang iman dan kasih mereka. Ia mengingatkan mereka mengenai kehidupannya sendiri ketika ia masih berada di tengah-tengah mereka. Setelah mengemukakan semuanya itu, Paulus menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka tentang kedatangan Kristus yang kedua kalinya. Kalau seorang Kristen meninggal sebelum Kristus datang kembali, dapatkah orang itu menerima hidup yang kekal dan sejati dari Kristus? Kapankah Kristus akan datang? Paulus menasihatkan supaya mereka terus bekerja dengan tenang sambil menantikan kedatangan Kristus dengan penuh harapan.
Isi
- Pendahuluan
1Tes 1:1 - Syukur dan pujian
1Tes 1:2-3:13 - Nasihat mengenai bagaimana seharusnya kelakuan orang Kristen
1Tes 4:1-12 - Penjelasan mengenai kedatangan Kristus yang kedua kalinya
1Tes 4:13-5:11 - Nasihat-nasihat terakhir
1Tes 5:12-22 - Penutup
1Tes 5:23-28
Ajaran: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti tentang hari kedatangan Kristus kedua kali
dan pengajaran akan cara hidup jemaat dalam menantikan hari it
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti tentang hari kedatangan Kristus kedua kali dan pengajaran akan cara hidup jemaat dalam menantikan hari itu.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Paulus.
Tahun : Sekitar tahun 57 sesudah Masehi.
Penerima : Jemaat Kristus di Tesalonika. (Dan juga semua jemaat Kristen di seluruh dunia).
Isi Kitab: Kitab I Tesalonika terbagi atas 5 pasal. Di dalamnya kita dapat melihat dengan jelas pengajaran tentang pengharapan akan kedatangan Tuhan Yesus Kristus kedua kali.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab I Tesalonika
Pasal 1-3 (1Tes 1:1-3:13).
Pengajaran tentang kehidupan pertobatan orang-orang Kristen di Tesalonika
Bagian ini menjelaskan pertobatan orang Kristen di Tesalonika yang membawa perluasan pemberitaan Injil, karena mereka menerima Injil dengan sukacita, beriman kepada Allah saja, menolak penyembahan kepada berhala-berhala dan hidup sesuai dengan Firman Allah. Pertobatan orang-orang Tesalonika kepada Injil, dikarenakan pemberitaan Rasul Paulus yang didasarkan atas hati yang suci, dan kehidupan yang benar (1Tes 2:4,9-10).
Pendalaman
- Bacalah pasal 1Tes 1:6,9. _Tanyakan_: Bagaimanakah seharusnya sikap kita dalam mendengar Firman Allah? Apakah yang dimaksudkan dengan beriman kepada Allah?
- Bacalah pasal 1Tes 3:6-13. _Tanyakan_: Apakah yang dikatakan oleh Rasul Paulus mengenai kehidupan orang Kristen di Tesalonika?
Pasal 4-5 (1Tes 4:1-5:28).
Pengajaran tentang kehidupan dalam menantikan hari kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali
Dalam bagian ini, Rasul Paulus mengajarkan bahwa orang Kristen harus selalu melakukan apa yang suci dan tidak mencemarkan diri. Kedatangan Tuhan Yesus kedua kali adalah suatu penghiburan terhadap orang percaya (Kristen) yang pernah kehilangan keluarga seiman, tetapi hari itu juga merupakan hari penghukuman bagi dunia dan orang yang tidak percaya.
Pendalaman
Bacalah pasal 1Tes 4:3-14; 5:12-22. _Tanyakan_: Apakah yang Allah kehendaki dari orang Kristen? Apakah yang diperintahkan Allah kepada orang Kristen di dalam ayat 7-8 dari pasal 5 (1Tes 5:7-8)? Bagaimanakah seharusnya sikap orang Kristen, ketika saudaranya mengalami kematian?
II. Kesimpulan
Kitab I Tesalonika mengajarkan tentang kehidupan orang Kristen di dalam cara hidup yang benar dan penuh pengharapan dalam menantikan kedatangan Yesus Kristus yang kedua kali.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menulis kitab I Tesalonika?
- Apakah pusat pengajaran Kitab I Tesalonika?
- Bagaimanakah kehidupan orang Kristen di Tesalonika?
- Bagaimanakah sikap seorang Kristen apabila ada keluarga yang suda percaya meninggal? Dan mengapa demikian?
Intisari: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab) Sepucuk surat untuk orang-orang Kristen baru
GEREJA DAN SITUASINYA.1. Tesalonika adalah ibu kota Makedonia. Kota itu makmur dan memiliki pelabuhan al
Sepucuk surat untuk orang-orang Kristen baru
GEREJA DAN SITUASINYA.
1. Tesalonika adalah ibu kota Makedonia. Kota itu makmur dan memiliki pelabuhan alam yang indah terletak di jalan raya Romawi ke arah timur. Akibatnya, kota itu menjadi kota yang multi-rasial dengan kebudayaan yang beraneka ragam dan terbuka untuk menerima segala macam kepercayaan agama.
2. Pendirian gereja: Kisah 17:1-10 mengisahkan bahwa Paulus dan Silas mendirikan gereja di Tesalonika pada perjalanan penginjilan Paulus yang kedua. Kunjungan mereka ke Tesalonika hanya berlangsung kurang dari sebulan sebelum orang Yahudi membayar segerombolan penjahat yang menyebabkan Paulus dan Silas meninggalkan kota dengan terburu-buru, dan para pendukung mereka dibelenggu untuk menjaga ketenangan.
3. Gereja yang Paulus tulisi surat: Mengingat permulaannya yang tidak menguntungkan, gereja muda ini menunjukkan kekuatan yang luar biasa. Anggotanya kebanyakan orang-orang bukan Yahudi yang bertobat dari kepercayaan kafir dan kini menghadapi lingkungan yang sangat kafir dan bermusuhan.
WAKTU DAN ALASAN PENULISAN SURAT INI.
Sejak Paulus meninggalkan Tesalonika ia sangat ingin tahu bagaimana perkembangan mereka. Timotius telah membawa kabar kepadanya (1Te 3:6) dan ia ingin mengungkapkan kepuasannya dan menguatkan mereka agar tetap bertahan dalam iman. Ia menulis surat ini tak lama sesudah ia meninggalkan mereka, yaitu ketika ia berada di Korintus, sekitar tahun 50. Karena itu, surat ini bersama dengan surat ke Galatia termasuk surat-surat Paulus terawal.
CIRI-CIRI KHUSUS.
Surat ini merupakan surat tindak lanjut sederhana yang ditujukan para petobat baru. Surat ini hanya berisi sedikit doktrin yang rumit, tetapi lebih banyak untuk menguatkan mereka. Secara khusus Paulus berbicara tentang kedatangan Yesus kedua kali (1Te 1:10; 2:19; 3:13; 4: 16-18 dan 1Te 5:23) sebagai dorongan bagi kehidupan dan pelayanan Kristen.
Bahkan ketika mengoreksi kesalahan mereka, surat ini tetap ditulis dengan bahasa yang halus dan penuh kasih.
ALASAN-ALASAN LAIN PENULISAN SURAT INI.
Di samping menulis surat yang isinya secara umum bersifat menguatkan, Paulus juga mempunyai tujuan-tujuan lain. Ia ingin:
1. Membela diri atas tuduhan palsu (1Te 2:1-12)
2. Menekankan perlunya moral Kristen yang khas (1Te 4:1-12),
3. Memperbaiki kesalahmengertian tentang kedatangan Kristus yang kedua kali (1Te 4:13-18)
4. Mendisiplin ketidakdewasaan dikalangan jemaat muda tersebut (1Te 5:12-22)
Pesan
1. Allah sedang bekerja.Hal pertama yang perlu diketahui oleh Kristen baru ini bukan mengenai mekanisme
kehidupan Kristen, melainkan tentang Allah yang telah mereka percayai. Paulus
berbicara tentang:
o panggilan Allah. 1Te 1:4; 2:12; 4:7
o firman Allah. 1Te 1:6, 8; 2:13; 4:15
o pengesahan Allah. 1Te 2:4
o ujian Allah. 1Te 2:4
o murka Allah. 1Te 2:16
o kehendak Allah. 1Te 4:3; 5:18
o ajaran Allah. 1Te 4:9
o damai sejahtera Allah. 1Te 5:23
o kesetiaan Allah. 1Te 5:24
2. Kristus akan datang kembali.
Paulus menulis beberapa paragraf yang membicarakan tentang kedatangan Yesus
kedua kali untuk mengoreksi kesalahan ajaran-ajaran palsu yang ada pada saat
itu. Pula, ia menulis sejumlah catatan singkat tentang hal itu. Kedatangan Yesus
merupakan:
o suatu inspirasi bagi Kristen baru. 1Te 1:10
o suatu dorongan bagi para pekerja Kristen. 1Te 2:19
o suatu motivasi bagi kasih persaudaraan. 1Te 3:13
o suatu penghiburan bagi Kristen yang sedang berdukacita. 1Te 4:18
o suatu pembangkit untuk kehidupan yang kudus. 1Te 5:2
3. Sifat pengalaman Kristen.
Paulus banyak berbicara tentang ciri seorang Kristen supaya mereka dapat
mengerti pengalaman apa saja yang dapat mereka harapkan. Menjadi Kristen:
o Mulai dengan suatu keputusan pertobatan yang menentukan. 1Te 1:9-10
o Meliputi kemajuan dan pertumbuhan. 1Te 2:13; 4:1
o Menuntut ketahanan yang hidup. 1Te 3:8;5:5-8
o Bertujuan untuk hidup suci. 1Te 3:13-4:8
o Bergantung kepada Roh Kudus. 1Te 4:8; 5:19
o Berarti komitmen terhadap sesama Kristen. 1Te 4:9; 5:11-22
Penerapan
Jemaat Tesalonika memperlihatkan kepada kita bahwa ada:1. Teladan untuk diikuti.
o Teladan gereja tersebut
Disebabkan karena:
- iman
- kasih
- pengharapan
- kerja keras
- sukacita dalam penderitaan
- mendengarkan Allah
- berdiri teguh dalam penderitaan
o Teladan Paulus
Sebagai seorang pekerja Kristen: - berani
- lembut dan penuh kasih
- penuh kejujuran dan dapat dipercaya - seorang panutan
- selalu ingin menyukakan Allah lebih daripada manusia
2. Petunjuk-petunjuk untuk ditaati.
o Tentang moralitas Kristen yang khas dalam masyarakat kafir dewasa itu
o Tentang hubungan dan tingkah laku dalam gereja Kristen
3. Tujuan yang harus dicapai.
o Kehidupan yang berharga
o Pikiran yang terbuka untuk firman Allah
o Iman yang tahan uji
4. Doa-doa untuk didoakan.
Ada tiga petunjuk mengenai doa dalam surat ini. Mengapa tidak membuatnya menjadi
dasar kehidupan doa Anda? Anda akan menemukannya pada 1Te 1:2,3; 3:11-13 dan 1Te 5:23, 24.
Tema-tema Kunci
1. Injil.
Kabar baik yang dikhotbahkan oleh Paulus tidak diuraikan dengan jelas dalam surat ini, tetapi Anda dapat menangkapnya dari apa yang Paulus katakan. Coba lakukan itu. Jelas bahwa ia sangat memiliki perhatian besar pada pemberitaan Injil melebihi segala sesuatu dalam hidupnya. Lihat ayat-ayat yang mengacu pada hal tersebut. 1Te 1:5; 2:2, 4, 8, 9, dan 1Te 3:2
2. Pertobatan.
1Te 1:9, 10 merupakan pernyataan yang luar biasa tentang bagaimana manusia seharusnya menanggapi Injil. Tiga aspek yang disebutkan dapat dikaitkan dengan ciri-ciri pertobatan berikut ini:
o iman
o masa lalu
o melayani
o kasih
o masa kini
o menanti
o pengharapan
o masa depan
3. Pelayanan Kristen. Paulus melukiskan beberapa gambaran mengenai hubungannya dengan jemaat di Tesalonika. Ia adalah:
o Seorang perawat yang lemah lembut 1Te 2:7o Seorang pekerja yang tekun. 1Te 2:9
o Seorang ayah yang menguatkan hati. 1Te 2:11
o Seorang pemenang yang berpengharapan. 1Te 2:19
4. Firman Allah.
Paulus menggunakan kata ini dalam beberapa kesempatan. Carilah hal-hal yang berhubungan dengan firman Allah dalam 1Te 1:6, 8; 2:13 dan 1Te 4:15 dan tulislah mengapa menurut Paulus firman Allah itu amat penting, apa yang harus dilakukan terhadap firman Allah dan tindakan apa yang seharusnya mengikuti.
5. Menyukakan hati Allah.
Secara singkat, surat ini berisi tentang bagaimana menyukakan hati Allah. Jemaat di Tesalonika telah melakukannya, tetapi didorong untuk lebih lagi melakukannya. Selidikilah surat ini kembali dan buatlah daftar Anda sendiri tentang bagaimana mereka sudah menyukakan hati Allah dan apa yang masih harus mereka lakukan untuk lebih menyukakan Dia.
Garis Besar Intisari: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab) [1] SALAM 1Te 1:1
[2] GEREJA TESALONIKA - PENYEBAB SUKACITA 1Te 1:2-10
1Te 1:2, 3Sifat mereka
1Te 1:4, 5Pemilihan mereka
1Te 1:6, 7Tanggap
[1] SALAM 1Te 1:1
[2] GEREJA TESALONIKA - PENYEBAB SUKACITA 1Te 1:2-10
1Te 1:2, 3 | Sifat mereka |
1Te 1:4, 5 | Pemilihan mereka |
1Te 1:6, 7 | Tanggapan mereka |
1Te 1:8-10 | Reputasi mereka |
[3] PERILAKU PRIBADI PAULUS - DASAR PEMBELAAN 1Te 2:1-16
1Te 2:1, 2 | Keberanian yang ditunjukkannya |
1Te 2:3, 4 | Motivasi yang dimilikinya |
1Te 2:5-7 | Cara yang dipakainya |
1Te 2:8-9 | Dukungan yang diberikannya |
1Te 2:10-12 | Teladan yang diberikannya |
1Te 2:13-16 | Akibat yang diterimanya |
[4] KEPRIHATINAN PAULUS YANG BESAR - SUATU UNGKAPAN PERASAAN 1Te 2:17-3:13
1Te 2:17, 18 | Keinginan Paulus |
1Te 2:19, 20 | Motivasi Paulus |
1Te 3:1-5 | Utusan Paulus |
1Te 3:6-10 | Kelegaan Paulus |
1Te 3:11-13 | Doa Paulus |
[5] TINGKAH LAKU SOSIAL ORANG KRISTEN - SUATU PETUNJUK 1Te 4:1-12
1Te 4:1-8 | Moralitas seksual |
1Te 4:9,10 | Kasih persaudaraan |
1Te 4:11,12 | Mencari nafkah |
[6] KEDATANGAN KRISTUS KEDUA KALI - WILAYAH YANG DIPERSOALKAN 1Te 4:13-5:11
1Te 4:13-18 | Apa yang terjadi dengan orang yang sudah mati? |
1Te 5:1-3 | Kapan itu akan terjadi? |
1Te 5:4-11 | Dengan demikian bagaimana kita harus hidup? |
[7] KEHIDUPAN GEREJA DI TESALONIKA - BIDANG YANG MEMERLUKAN PERBAIKAN 1Te 5:12-22
1Te 5:12, 13 | Mengenai para pemimpin |
1Te 5:14, 15 | Mengenai orang lain |
1Te 5:16-18 | Mengenai keadaan |
1Te 5:19-22 | Mengenai ibadat |
[8] DOA PENUTUP DAN SALAM 1Te 5:23-28
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi