Teks -- 2 Tawarikh 20:34 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Jerusalem -> 2Taw 20:31-37
Jerusalem: 2Taw 20:31-37 - -- Si Muwarikh ceritera 1Ra 22:41-51. Menurut si Muwarikh kegagalan usaha Yosafat dikarenakan persekutuannya dengan raja Israel. Nabi Eliezer, 2Ta 20:37,...
Si Muwarikh ceritera 1Ra 22:41-51. Menurut si Muwarikh kegagalan usaha Yosafat dikarenakan persekutuannya dengan raja Israel. Nabi Eliezer, 2Ta 20:37, tidak disebut lagi dalam Alkitab.
Ref. Silang FULL -> 2Taw 20:34
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> 2Taw 20:31-37
Matthew Henry: 2Taw 20:31-37 - Kapal Yosafat Pecah Kapal Yosafat Pecah (20:31-37)
I. Rakyat masih tetap mempertahankan sebagian bukit-bukit pengorbanan (ay. 33). Bukit-bukit pengorbanan ...
Kapal Yosafat Pecah (20:31-37)
- I. Rakyat masih tetap mempertahankan sebagian bukit-bukit pengorbanan (ay. 33). Bukit-bukit pengorbanan yang didirikan untuk kehormatan allah-allah asing dijauhkannya (17:6). Tetapi bukit-bukit di mana Allah yang sejati disembah, karena kurang dianggap bersalah, tetap diizinkan, dan Yosafat merasa enggan untuk mengecewakan mereka selama ini untuk menjauhkan bukit-bukit tersebut, karena mereka belum menyiapkan hati untuk melayani Allah nenek moyang mereka. Mereka tunduk dengan pembaruan yang dikerjakan Yosafat, karena mereka tentu saja merasa malu untuk berbuat sebaliknya, tetapi mereka tidak melakukannya dengan segenap hati. Mereka tidak mengarahkan hati kepada Allah dalam melakukannya, tidak dengan dasar hati yang benar, tidak dengan semangat atau ketetapan hati. Dan para pejabat yang terbaik sekalipun tidak akan dapat mewujudkan apa yang mereka inginkan dalam pembaharuan, jika rakyat masih saja bersikap dingin di dalamnya.
- II. Yosafat sendiri masih mempertahankan hubungan dengan keluarga Ahab, sebab dia telah menikahkan putranya dengan salah satu putri dari keluarga tersebut, kendati dengan tegas ia telah ditegur karena hal itu, dan telah merasakan akibatnya. Ia melihat dan tahu bahwa Ahazia, putra Ahab, berbuat kejahatan, dan karenanya tidak dapat berharap akan berhasil dalam hidupnya. Namun, tetap saja Yosafat mau bersekutu dengannya, bukan di dalam perang, seperti ayahnya, tetapi di dalam perdagangan, menjadi rekannya dalam pelayaran ke India Timur menuju Ofir (ay. 35-36). Ada penekanan yang diberikan mengenai kejadian tersebut, yaitu kemudian, setelah Allah melakukan hal-hal yang besar bagi dia, memberikannya tidak hanya kemenangan, tetapi juga kekayaan, namun kemudian dia pergi dan bersekutu dengan seorang raja jahat. Tindakannya ini menggambarkan dirinya sungguh tidak tahu berterima kasih. Setelah Allah memberi dia kelepasan sedemikian rupa, masakan ia melanggar kembali perintah Allah, dan mengikat hubungan keluarga dengan orang-orang keji itu? Apakah yang dapat dia harapkan selain bahwa Allah akan murka kepadanya? (Ezr. 9:13-14). Walaupun demikian, Allah mengutus orang kepadanya, untuk menunjukkan kesalahannya dan membawanya kembali kepada pertobatan,
- 1. Melalui seorang nabi, yang memberitahukan kegagalan proyeknya (ay. 37). Dan,
- 2. Melalui suatu badai, yang memecahkan kapal-kapal di pelabuhan sebelum kapal-kapal tersebut berlayar, yang melaluinya dia diperingatkan untuk memutuskan hubungannya dengan Ahazia. Dan tampaknya dia memperhatikan peringatan tersebut, sebab, ketika Ahazia menekan dia untuk bergabung dengannya, dia tidak mau (1Raj. 22:49). Lihatlah betapa jahat keadaannya untuk bergabung dalam persahabatan dan pergaulan dengan pembuat kejahatan. Memang sulit untuk memutuskan diri darinya. Lebih mudah untuk menjaga diri tidak terjatuh ke dalam perangkap daripada memulihkan diri keluar darinya.
SH: 2Taw 20:20--21:1 - Libatkan Tuhan (Jumat, 19 November 2010) Libatkan Tuhan
Bicara soal iman, seolah kita sedang membicarakan sebuah bentuk kekuatan yang kokoh teguh, tak tergoyahkan. Namun kalau kita perhatika...
Libatkan Tuhan
Bicara soal iman, seolah kita sedang membicarakan sebuah bentuk kekuatan yang kokoh teguh, tak tergoyahkan. Namun kalau kita perhatikan kehidupan raja-raja Yehuda, iman seolah benang tipis yang begitu rapuh. Benarkah demikian, ataukah manusianya yang rapuh?
Firman Tuhan yang disampaikan oleh Yahaziel kepada Yosafat dan rakyatnya membangkitkan semangat dan iman mereka. Maka meski masih pagi mereka sudah siap berangkat menuju medan perang (20). Lalu mereka melakukan sesuatu yang tidak biasa dilakukan oleh pasukan perang, yang mungkin malah merugikan pasukan bila dilakukan dalam kondisi biasa, yaitu bernyanyi. Ya, orang-orang yang dipilih menyanyikan puji-pujian bagi Tuhan (21). Lalu secara ajaib Tuhan sendiri yang berperang melawan Amon dan Moab, sehingga ketika Yosafat dan bala tentaranya tiba di medan perang, mereka hanya menemukan mayat-mayat berhamparan (24). Ajaib bukan? Ketika Yosafat dan rakyat Yehuda menyadari ketidakmampuan mereka dan menyerahkan masalah mereka kepada Allah, pada saat itulah Allah bertindak!
Sayangnya ada kisah yang menodai perjalanan iman Yosafat. Entah karena alasan apa, Yosafat bersekutu dengan Ahazia, yang fasik perbuatannya (35). Apakah mungkin Yosafat menganggap hal ini tidak ada kaitannya dengan kehidupan imannya sehingga dia tidak mempertimbangkan kehendak Allah? Yosafat rupanya tidak belajar dari pengalaman sebelumnya pada waktu firman Tuhan menegur dia ketika bersekutu dengan Ahab (2Taw. 19:1-3). Akibatnya Tuhan pun mengacaukan apa yang mereka kerjakan (37).
Hidup beriman adalah hidup yang melibatkan Tuhan dalam seluruh aspeknya. Kita membutuhkan Tuhan bukan hanya ketika kita terdesak, tertindas, terancam, dan butuh pertolongan. Dalam pekerjaan kita sehari-hari pun, kita perlu melibatkan Dia. Ingatlah juga bahwa segala sesuatu yang bertentangan dengan kehendak Tuhan dan memungkinkan kita beralih dari Tuhan, tidak diperkenan Tuhan.
SH: 2Taw 20:1--21:1 - Ketakutan yang Berakhir Sukacita (Senin, 5 Juni 2017) Ketakutan yang Berakhir Sukacita
Saat musuh bersekutu dan kekuatan besar siap menyerbu, biasanya rasa takut akan muncul dan hal itu wajar. Ketakutan ...
Ketakutan yang Berakhir Sukacita
Saat musuh bersekutu dan kekuatan besar siap menyerbu, biasanya rasa takut akan muncul dan hal itu wajar. Ketakutan Yosafat membawanya datang kepada Tuhan. Karya ajaib Tuhan mengubah ketakutan menjadi sukacita.
Kekuatan perang Yosafat yang semakin besar mendorong bangsa Moab bersekutu dengan Amon, ditambah lagi pasukan orang Meunim yang menyerang kerajaannya (1, bdk. Ul. 23:3-6; 1Sam. 11:1-2; Yeh. 25:1-11). Armada perang musuh yang besar menggentarkan Yosafat (2). Rasa takut membuat Yosafat memerintahkan seluruh bangsa mencari pertolongan Tuhan dengan cara berpuasa dan berdoa bersama-sama (3-13). Yahaziel seorang penyanyi dari bani Asaf dihinggapi Roh Tuhan dan menyerukan bahwa Tuhan yang akan berperang untuk mereka (14-17). Yosafat memimpin pasukannya ke medan perang. Namun barisan depan bukanlah pasukan berkuda, pemanah, atau pun bertombak, melainkan kaum Lewi yang menyanyikan puji-pujian (19, 21, 22). Nyanyian syukur dan puji-pujian yang nyaring disuarakan. Tuhan menghadang musuh, dan terjadilah kekacauan, mereka malah saling membunuh satu sama lain (22-24). Musuh sudah kalah. Yosafat tampil sebagai sebagai pemenang dengan diiringi sukacita dan nyanyian pujian.
Pujian adalah cara berdoa yang paling efektif. Nyanyian syukur dan pujian mengajak umat mengarahkan diri kepada Tuhan. Persekutuan dengan Tuhan mengubah rasa takut menjadi keyakinan bahwa Tuhan pasti menyertai umat-Nya. Keberanian dan ketaatan Yosafat maju berperang menjadi sarana karya Tuhan yang mengalahkan musuh dinyatakan. Karena itu, medan perang lalu dinamai menjadi Lembah Pujian (26). Tuhanlah yang berperang melawan musuh-musuh Israel dan menjadikan kerajaan negeri lain dihinggapi perasaan takut.
Takut akan ancaman musuh, atau karena beban persoalan hidup semestinya mendorong kita datang merendahkan diri dan memuji Tuhan. Hasilnya adalah pertolongan Tuhan. Takut adalah tanda tidak percaya. Mengapa takut? [YTP]
SH: 2Taw 20:1--21:1 - Mencari Tuhan dalam Kesesakan (Sabtu, 16 Desember 2023) Mencari Tuhan dalam Kesesakan
Ketenteraman tidak selalu dimiliki oleh bangsa Yehuda sekalipun mereka telah berjanji setia kepada Tuhan. Serangan dari...
Mencari Tuhan dalam Kesesakan
Ketenteraman tidak selalu dimiliki oleh bangsa Yehuda sekalipun mereka telah berjanji setia kepada Tuhan. Serangan dari musuh terkadang datang.
Pada satu masa mereka harus menghadapi pasukan yang sangat besar, sebab Amon, Moab, dan Meunim bekerja sama menyerang Yehuda. Serangan yang sangat besar ini membuat Yosafat ketakutan. Dalam keadaan terdesak, Yosafat memilih untuk mencari Tuhan. Ia memerintahkan rakyatnya bersama-sama mencari Tuhan dan berpuasa. Mereka berseru memohon pertolongan Tuhan (20:3-4).
Yosafat mengakui kebesaran Tuhan dan menyatakan tekadnya untuk terus menanti pertolongan Tuhan (20:5-11). Mereka tidak tahu apa yang harus mereka perbuat untuk melawan laskar yang besar itu, tetapi mereka berjanji untuk terus mengarahkan pandangan mereka kepada Tuhan (20:12).
Karena keteguhan hatinya, Tuhan menjawab doanya. Ia memakai Yahaziel untuk menyampaikan firman-Nya. Tuhan berjanji bahwa Ia akan menolong mereka, bahkan mereka tidak perlu bersusah-susah menyerang musuh sebab Tuhanlah yang akan berperang bagi mereka (20:14-17).
Yosafat merespons dengan bersujud di hadapan Tuhan dan menyembah Dia. Demikian juga rakyat Yehuda yang menyanyikan puji-pujian kepada Tuhan (20:18-19). Yosafat juga meneguhkan hati mereka sebelum berangkat berperang agar tetap percaya kepada Tuhan (20:20). Hasilnya, mereka memenangkan pertempuran tanpa berperang sekalipun, seperti yang Tuhan janjikan kepada mereka.
Dalam keseharian kita, tekanan dari berbagai sisi bisa terjadi atas kita. Hidup setia di hadapan Tuhan bukan berarti bebas dari segala persoalan kehidupan. Berbagai situasi dan perilaku orang lain bisa menekan dan menyulitkan kita sehingga hati kita menjadi ciut. Namun, jangan biarkan kesulitan itu membuat kita melupakan dan meninggalkan Tuhan.
Tetaplah mencari Tuhan dan berseru memohon pertolongan-Nya seperti Yosafat. Tetaplah percaya kepada-Nya. Ia akan memberikan pertolongan serta kekuatan yang kita butuhkan tepat pada waktu-Nya. [STG]
Baca Gali Alkitab 6
"Hidup menurut kelakuan raja-raja Israel seperti yang dilakukan keluarga Ahab." Frasa ini dituliskan dua kali atas dua pribadi yang berbeda, yaitu Raja Yoram dan Raja Ahazia. Ayah dan anak ini begitu terikat dengan cara hidup keluarga Ahab yang jahat di mata Tuhan. Karena mereka telah tercemar dengan kejahatan keluarga Ahab, Tuhan pun membinasakan mereka.
Apa saja yang Anda baca?
1. Siapa saja anak-anak Yosafat, dan apa saja yang mereka dapatkan? (21:2-3)
2. Apa yang dilakukan Yoram ketika ia menjadi raja? (21:4-6)
3. Mengapa Tuhan tidak memusnahkan keluarga Daud? (21:7)
4. Siapa yang memberontak terhadap Yoram? (21:8-11)
5. Apa hukuman yang Tuhan berikan kepada Yoram? (21:12-20)
6. Mengapa penduduk Yerusalem mengangkat Ahazia menjadi raja? (22:1)
7. Bagaimana Ahazia hidup di hadapan Tuhan? (22:2-4)
8. Apa yang dilakukan Ahazia? Apa penghukuman yang Tuhan tetapkan terhadap Ahazia? (22:5-9)
Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Apa saja yang dapat terjadi jika seseorang mengikuti cara hidup yang penuh kejahatan dan kesombongan?
2. Peringatan apa yang Tuhan berikan kepada Anda tentang bahaya pengaruh buruk dalam keluarga?
Apa respons Anda?
1. Apa tekad yang mau Anda lakukan untuk menjauhkan diri dari pengaruh buruk yang mungkin ada dalam keluarga Anda?
2. Apa yang akan Anda lakukan untuk memutuskan pengaruh buruk dalam keluarga Anda?
Pokok Doa:
Mintalah keberanian kepada Tuhan untuk memutuskan perilaku dosa dan pengaruhnya dalam keluarga Anda.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: 2 Tawarikh (Pendahuluan Kitab) Penulis : Ezra (?)
Tema : Ibadah, Kebangunan Rohani, dan Pembaharuan Sejati
Tanggal Penulisan: 450-420 SM
Latar Belakang
Karen...
Penulis : Ezra (?)
Tema : Ibadah, Kebangunan Rohani, dan Pembaharuan Sejati
Tanggal Penulisan: 450-420 SM
Latar Belakang
Karena 1 dan 2 Tawarikh mula merupakan satu kitab dalam PL Ibrani, latar belakang 2 Tawarikh dibahas dengan lebih terinci dalam "Pendahuluan 1 Tawarikh" (Lihat "PENDAHULUAN 1TAWARIKH" 08053).
2 Tawarikh meliput kurun sejarah yang sama dengan 1 dan 2 Raja-Raja -- yaitu, pemerintahan Salomo (971-931 SM) dan kerajaan terpecah (930-586 SM). Berbeda dengan 1 dan 2 Raja-Raja, yang merunut sejarah kedua belahan kerajaan itu, 2 Tawarikh hanya berfokus pada nasib Yehuda. Penulis memandang kerajaan Yehuda di selatan sebagai aliran utama dari "sejarah penebusan" Israel karena
- (1) bait suci di Yerusalem tetap menjadi pusat penyembahan yang benar kepada Allah,
- (2) raja-raja Yehuda adalah keturunan Daud, dan
- (3) Yehuda adalah suku yang terkemuka di antara orang-orang Yahudi yang kembali untuk membangun Yerusalem dan bait suci kembali.
2 Tawarikh ditulis dari perspektif seorang imam pada parohan kedua abad ke-5 SM ketika bait suci, keimaman, dan perjanjian Daud kembali menjadi hal yang sangat penting.
Tujuan
Seperti 1 Tawarikh, 2 Tawarikh ditulis untuk kaum sisa Yahudi yang kembali dan berhadapan dengan kebutuhan mendesak untuk menemukan kembali warisan rohani mereka. Daripada menekankan sisi gelap dari sejarah Israel, kitab ini menekankan kebangunan rohani, pembaharuan, dan kebangkitan kembali iman bagi para buangan yang patah semangat, yang mencari masa depan dan pengharapan penebusan di tanah perjanjian.
Survai
Sejarah dalam 2 Tawarikh terbagi menjadi dua bagian utama.
- (1) Pasal 1-9 (2Taw 1:1--9:31) menceritakan masa pemerintahan Salomo, yang menjadi masa keemasan Israel dalam damai sejahtera, kuasa, kemakmuran, dan kehormatan. Sekalipun demikian, sesuai dengan tujuan utama seluruh Tawarikh, dua pertiga bagian dari sembilan pasal ini berfokus pada pembangunan dan penahbisan bait suci sebagai pusat penyembahan Israel yang sejati kepada Allah (pasal 2-7; 2Taw 2:1--7:23).
- (2) Pasal 10-36 (2Taw 10:1--36:23) merupakan kisah yang sangat terpilih perihal para raja Yehuda setelah kematian Salomo dan perpecahan kerajaan itu. Di tengah-tengah kemerosotan rohani dan kemurtadan Yehuda, 2 Tawarikh menonjolkan raja-raja tertentu yang patut dipuji: - Asa (pasal 14-15; 2Taw 14:1--15:19), - Yosafat (pasal 17, 19-20; 2Taw 17:1-19; 2Taw 19:1--20:37), - Yoas (pasal 24; 2Taw 24:1-27), - Hizkia (pasal 29-32; 2Taw 29:1--32:33), dan - Yosia (pasal 34-35; 2Taw 34:1--35:26), yang masing-masing memulaikan dan memimpin masa kebangunan dan pembaharuan rohani.
Sebanyak 70% dari pasal 10-36 (2Taw 10:1--36:23) berfokus pada para raja yang bertanggung jawab atas terjadinya kebangunan dan pembaharuan rohani ini, sedangkan hanya 30% yang membahas para raja yang bertanggung jawab untuk pencemaran dan kehancuran kerajaan. Kitab ini berakhir dengan keputusan Raja Koresy dari Persia yang mengizinkan para buangan Yahudi kembali dan membangun kembali bait suci mereka di Yerusalem (2Taw 36:22-23).
Ciri-ciri Khas
Empat ciri utama menandai kitab ini.
- (1) Cakupan sejarahnya pada hakikatnya sama dengan kerangka waktu dalam 1 dan 2 Raja-Raja.
- (2) Fokusnya pada bait suci di Yerusalem sangat mungkin menerangkan mengapa kitab-kitab Tawarikh dimasukkan dalam bagian kitab bukan nubuat dalam PL Ibrani, dan dengan demikian terpisah dari Samuel dan Raja-Raja yang terdapat di bagian nubuat.
- (3) Kitab ini menampilkan lima kebangunan rohani nasional, termasuk:
- (a) kisah kebangunan rohani yang menakjubkan dalam PL di bawah pimpinan Hizkia (pasal 29-32; 2Taw 29:1--32:33) dan
- (b) kebangunan rohani yang menakjubkan di bawah pimpinan Yosia, ketika "Kitab Hukum" ditemukan dan dibacakan di hadapan umum, yang mengakibatkan pembaharuan perjanjian dan perayaan Paskah (pasal 34-35; 2Taw 34:1--35:19).
- (4) Nasihat kunci kitab ini ialah mencari Tuhan; penulis berkali-kali menekankan pentingnya mencari Tuhan dengan tekun dan dengan segenap hati (mis. 2Taw 1:6-13; 2Taw 6:14; 2Taw 7:14; 2Taw 12:14; 2Taw 15:1-2,12-15; 2Taw 16:9,12; 2Taw 17:4; 2Taw 19:3; 2Taw 20:3-4,20; 2Taw 31:21; 2Taw 32:20-22; 2Taw 34:26-28).
Penggenapan Dalam Perjanjian Baru
Sekalipun kerajaan Daud telah dihancurkan, keturunan Daud tetap hidup dan menemukan penggenapannya di dalam diri Yesus Kristus (lih. silsilah dalam Mat 1:1-17 dan Luk 3:23-38). Bait Suci di Yerualem juga mempunyai makna kenabian yang berkaitan dengan Yesus yang menyatakan, "Di sini ada yang melebihi Bait Allah" (Mat 12:6). Yesus juga membandingkan tubuh-Nya dengan bait suci, "Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali" (Yoh 2:19). Akhirnya, di Yerusalem baru, Allah dan Anak Domba akan menggantikan Bait Suci: "Dan aku tidak melihat Bait Suci di dalamnya; sebab Allah, Tuhan Yang Mahakuasa, adalah Bait Sucinya, demikian juga Anak Domba itu" (Wahy 21:22).
Full Life: 2 Tawarikh (Garis Besar) Garis Besar
I. Salomo: Sumbangan-Sumbangan Penting Masa Pemerintahannya
(2Taw 1:1-9:31)
A. Penegakan Kepemimpinan Sal...
Garis Besar
- I. Salomo: Sumbangan-Sumbangan Penting Masa Pemerintahannya
(2Taw 1:1-9:31) - A. Penegakan Kepemimpinan Salomo
(2Taw 1:1-17) - B. Membangun Bait Suci
(2Taw 2:1-5:1) - C. Penahbisan Bait Suci
(2Taw 5:2-7:22) - 1. Menempatkan Tabut Perjanjian
(2Taw 5:2-14) - 2. Sambutan Penahbisan oleh Salomo
(2Taw 6:1-11) - 3. Doa Penahbisan oleh Salomo dan Kemuliaan Allah
(2Taw 6:12-7:3) - 4. Korban-korban dan Perayaan Penahbisan
(2Taw 7:4-11) - 5. Janji dan Peringatan Allah
(2Taw 7:12-22) - D. Kemasyhuran Salomo
(2Taw 8:1-9:28) - 1. Keberhasilan, Milik, dan Kebijakan
(2Taw 8:1-18) - 2. Pujian Ratu Syeba
(2Taw 9:1-12) - 3. Kekayaan Salomo
(2Taw 9:13-28) - E. Kematian Salomo
(2Taw 9:29-31) - II. Raja-Raja Yehuda dari Rehabeam Sampai Pembuangan
(2Taw 10:1-36:23) - A. Perpecahan dan Masa Pemerintahan Rehabeam
(2Taw 10:1-12:16) - B. Masa Pemerintahan Abia dan Asa
(2Taw 13:1-16:14) - C. Masa Pemerintahan Yosafat
(2Taw 17:1-20:37) - D. Masa Pemerintahan Yoram, Ahazia, dan Atalya
(2Taw 21:1-23:15) - E. Masa Pemerintahan Yoas
(2Taw 23:16-24:27) - F. Masa Pemerintahan Amazia, Uzia, dan Yotam
(2Taw 25:1-27:9) - G. Masa Pemerintahan Ahas
(2Taw 28:1-27) - H. Masa Pemerintahan dan Pembaharuan Hizkia
(2Taw 29:1-32:33) - I. Masa Pemerintahan Manasye dan Amon
(2Taw 33:1-25) - J. Masa Pemerintahan dan Pembaharuan Yosia
(2Taw 34:1-35:27) - K. Penerus Yosia dan Pembuangan
(2Taw 36:1-21) - L. Titah Koresy
(2Taw 36:22-23)
Matthew Henry: 2 Tawarikh (Pendahuluan Kitab)
Kitab ini diawali dengan pemerintahan Salomo dan pembangunan Bait Suci, kemudian berlanjut dengan sejarah raja-raja Yehuda sejak masa itu sampai ke...
- Kitab ini diawali dengan pemerintahan Salomo dan pembangunan Bait Suci, kemudian berlanjut dengan sejarah raja-raja Yehuda sejak masa itu sampai ke masa pembuangan. Dengan demikian kitab ini diakhiri dengan kejatuhan kerajaan termasyhur itu serta penghancuran Bait Suci. Kerajaan keluarga Daud ini, seperti halnya muncul lebih dahulu, demikian juga ia jauh lebih unggul dalam nilai dan martabat dibandingkan dengan keempat kerajaan ternama yang muncul dalam mimpi Nebukadnezar. Menurut perkiraan saya, kerajaan Babel diawali dengan Nebukadnezar sendiri – tuankulah kepala yang dari emas itu, dan hanya bertahan selama sekitar tujuh puluh tahun. Kerajaan Persia bertahan sekitar seratus tiga puluh tahun dalam beberapa keluarga. Kekaisaran Yunani bertahan sekitar tiga ratus tahun, terbagi dalam beberapa bagian, sedangkan kekaisaran Romawi bertahan tiga ratus tahun. Namun, menurut saya, Daud merupakan pahlawan yang lebih hebat daripada para pendiri kerajaan-kerajaan tadi, dan Salomo merupakan raja yang lebih agung daripada semua raja besar semua kerajaan itu. Selain itu, pergantian tampuk pemerintahan kerajaan keluarga Daud tetap terpelihara menurut garis keturunan di sepanjang sejarah kerajaan itu, yang berlangsung selama empat ratus hingga lima ratus tahun. Dan sesudah meredup cukup lama, pemerintahan itu kembali bersinar di dalam kerajaan Sang Mesias, di mana besar kekuasaannya, dan damai sejahteranya tidak akan berkesudahan. Selain lebih asli, sejarah kerajaan Yahudi ini juga lebih menghibur dan mengandung pelajaran, dibanding sejarah-sejarah semua kerajaan lain. Sebelum ini kita sudah membaca kisah tentang keluarga Daud di dalam Kitab Raja-raja pertama dan kedua, yang berselang-seling dengan kisah raja-raja Israel, yang memakan tempat lebih banyak daripada kisah raja-raja Yehuda. Namun, di dalam Kitab 2 Tawarikh ini kita memiliki kisah tentang raja-raja Yehuda seluruhnya. Di sini cukup banyak hal yang sudah pernah kita baca, diulang kembali. Namun, banyak bagian kisah yang ditulis lebih lengkap, dan banyak cerita lain ditambahkan, yang sebelum ini tidak kita dapati, terutama yang berhubungan dengan urusan agama. Sebab, Kitab ini merupakan sejarah jemaat dan ditulis sebagai pembelajaran bagi kita, agar bangsa-bangsa dan keluarga-keluarga tahu, bahwa mereka dapat berharap akan berhasil dan sejahtera hanya dan hanya apabila mereka tetap berada di jalan kewajiban mereka terhadap Allah. Sebab, sudah sejak dahulu kala raja-raja yang baiklah yang berjaya, sedangkan raja-raja jahat menderita. Kita mendapati pemerintahan Salomo yang penuh kedamaian (ps. 1-9), kemudian pemerintahan Rehabeam yang bernoda (ps. 10-12), pemerintahan Abia yang singkat namun sibuk (ps. 13), pemerintahan Asa yang cukup panjang dan bahagia (ps. 14-16), pemerintahan Yosafat yang saleh dan makmur (ps. 17-20), pemerintahan Yoram dan Ahazia yang durhaka dan hina (ps. 21-22), pemerintahan Yoas dan Amazia yang goncang (ps. 24-25), pemerintahan Uzia yang panjang dan penuh keberhasilan (ps. 26), pemerintahan Yotam yang biasa-biasa saja (ps. 27), pemerintahan Ahas yang penuh kecemaran dan lalim (ps. 28), pemerintahan Hizkia yang penuh mulia dan gemilang (ps. 29-32), pemerintahan lalim Manasye dan Amon (ps. 33), pemerintahan Yosia yang membawa pembaharuan hidup (ps. 34-35), serta pemerintahan anak-anaknya yang membawa kehancuran (ps. 36). Bila semua digabungkan, kebenaran firman Allah akan tampak, bahwa Siapa yang menghormati Aku, akan Kuhormati, tetapi siapa yang menghina Aku, akan dipandang rendah. Di dalam pengurutan waktunya, cendekiawan Whiston memperkirakan bahwa kitab-kitab yang berisi sejarah yang ditulis sesudah pembuangan umat Israel (yaitu kedua Kitab Tawarikh, Kitab Ezra, dan Kitab Nehemia) mengandung lebih banyak kesalahan dalam hal nama serta angka, dibandingkan dengan semua kitab Perjanjian Lama lainnya, akibat kecerobohan para juru tulisnya. Namun, meskipun hal itu masih bisa dimaafkan, kesalahan-kesalahan itu begitu kecil sehingga kita boleh meyakini bahwa bagaimanapun juga, dasar yang diletakkan Allah itu teguh.
Jerusalem: 2 Tawarikh (Pendahuluan Kitab) KITAB-KITAB TAWARIKH, EZRA DAN NEHEMIA
PENGANTAR
Di samping karya sejarah dari tradisi Ulangan yang merangkum kitab Hakim-hakim, Samuel dan Raja-raja,...
KITAB-KITAB TAWARIKH, EZRA DAN NEHEMIA
PENGANTAR
Di samping karya sejarah dari tradisi Ulangan yang merangkum kitab Hakim-hakim, Samuel dan Raja-raja, masih ada sekelompok kitab-kitab sejarah lain dalam Perjanjian Lama. Bagian besar kitab-kitab ini mengulang sejarah yang termaktub dalam kitab-kitab sejarah yang dahulu, sedangkan sebagiannya melanjutkan sejarah itu. Termasuk ke dalam kelompok kitab-kitab sejarah yang lain itu kitab-kitab Tawarikh, kitab Ezra dan (menurut pendapat umum) kitab Nehemia. Kedua kitab Tawarikh aslinya hanya satu kitab saja. Kitab Ezra dan Nehemia tidak lain kecuali lanjutan dari kitab Tawarikh itu dan dikerjakan oleh pengarang yang sama. Sebab dalam kitab Ezra Nehemia tidak hanya ditemukan gaya bahasa dan gagasan-gagasan pokok yang sama, tetapi Ezr1 hanya mengulang akhir 2Taw 36. Ini cukup membuktikan, bahwa kitab Tawarikh dan kitab Ezra-Nehemia sejak awal mula dumaksudkan sebagai suatu kesatuan.
Maka Kitab-kitab Tawarikh (judul ini menterjemahkan judul Ibrani, dalam terjemahan Yunani, Septuaginta, dan dalam terjemahan Latin, Vulgata, diberi judul: Paralipomena, artinya: [kitab-kitab yang memuat] apa yang terlupa atau dilewatkan) adalah sebuah karya yang berasal dari agama Yahudi di zaman belakangan, dari zaman sesudah pembuangan. Di zaman itu bangsa Israel tidak lagi mempunyai kemerdekaan politik, namun menikmati semacam otonomi yang diakui oleh para penguasa di kawasan timur. Bangsa yahudi langsung dipimpin oleh para imam dan hidupnya diatur oleh hukum agamanya sendiri. Hidup kebangsan berpusatkan Bait Allah serta upacara-upacara ibadatnya. tetapi kehidupan yang bertumpu pada hukum agama dan upacara itu dijiwai kesalehan pribadi, ajaran hikmat, kenangan- kenangan akan kejayaan dan kesalahan di masa yang lampau serta kepercayaan pada janji-janji yang disampikan para nabi dahulu.
Pengarang kitab Tawarikh (dan Ezra-Nehemia) adalah seorang dari kaum Lewi diYerusalem dan berlatar-belakang suasana dan lingkungan tsb. Ia menyusun kitabnya agak lama sesudah zaman Ezra dan Nehemia, sebab dengan caranya sendiri ia dapat menggabungkan sumber-sumber yang mengenai kedua tokoh itu. Dengan paling tepat kiranya karyanya dapat ditanggalkan pada awal zaman Yunani, sebelum thn 300 seb. Mas. Kemudian kitab Tawarikh masih diperluas dengan beberapa tambahan yang disisipkan oleh satu atau beberapa orang: silsilah-silsilah yang termaktub dalam @1Taw 2-9 diperluas; ditambah beberapa daftar nama, seperti mungkin sekali daftar nama pendukung raja Daud, 1Taw 12, yang sudah tua usianya, dan lagi daftar-daftar para imam dan kaum Lewi, 1Taw 15; akhirnya disisipkan juga tambahan panjang, 1Taw 23:3-27:34, yang menyebut para pejabat serta petugas ibadat dan administrasi kerajaan Daud.
Bagian-bagian tambahan itu memang sejalan dengan pikiran dan selera si Muwarikh dan boleh jadi diambil dari dokumen-dokumen yang bermutu.
Pengarang kitab Tawarikh khususnya memberi perhatian kepada Bait Allah. Dalam kitabnya kaum rohaniawan berperan utama. Ke dalam kalangan kaum rohaniawan itu tidak hanya termasuk para imam dan kaum Lewi, seperti halnya dalam kitab Ulangan dan dalam bagian-bagian Pentateuk yang berasal dari kalangan para imam, tetapi juga pejabat dan petugas ibadat yang lebih rendah kedudukannya, seperti para penunggu pintu Bait Allah dan para penyanyi. Sejak zaman Tawarikh mereka disamakan dengan Kaum Lewi. Pengudusan para rohaniawan merangkum juga awam. Mereka juga ikut serta dalam persembahan korban penghapusan dosa yang nilainya dahulu dipulihkan dalam Tawarikh. Persekutuan suci itu tidak hanya merangkum orang-orang Yahudi melulu. Dengan melewati kerajaan Israel yang murtad dan yang sesedikit mungkin dibicarakan, si Muwarikh kembali kepada kedua belas suku sebagaimana dipersatukanoleh raja Daud. Dan dengan melewati masa sekarang ia menantikan saatnya semua bani Israel bersatu kembali. bahkan orang-orang bukan Yahudi turut didoakan dalam ibadat Bait Allah. "Israel" dalam pandangan si Muwarikh ialah seluruh umat yang setia, yang dengannya Allah pernah mengikat perjanjian. Dan dalam diri Daud, allah membaharui perjanjian dengan umatnya itu. Justru di zaman pemerintahan Daud itulah syarat-syarat bagi pemerintahan Allah, ialah teokrasi, menjadi tewujud dengan cara yang paling sempurna. Maka jemaat harus hidup sesuai dengan semangat Daud dan senantiasa berusaha memnaharui dirinya dengan kembali kepada adat-istiadat zaman itu, agar supaya Allah tetap merelai umatNya dan menepati janjiNya.
Dalam kisah sejarah panjang yang termaktub dalam kitab si Muwarikh, perhatian seluruhnya berpusatkan Bait Allah di Yerusalem serta ibadatnya, mulai dengan persiapan-persiapan di zaman Daud sampai dengan pemulihannya yang dikerjakan oleh jemaat Israel yang kembali dari pembuangan.
Cita-cita penyusun kitab Tawarikh itupun menentukan susunan karyanya. Bab-bab pertama, 1Taw 1-9 menyajikan sejumlah silsilah yang secara khusus mengenai suku Yehuda, keturunan Daud, suku Lewi dan penduduk kota Yerusalem. Bagian ini merupakan [endahuluan bagi kisah mengenai Daud yang merangkum bagian terakhir 1Taw (10-29). Pertikaian-pertikaian Daud dengan raja Saud dengan raja Saul tidak disinggung sama sekali. Demikianpun dosa Daud dengan Batsyeba dan hal- ihwal keluarga Daud serta pemberontak-pemberontak yang harus dihadapinya tidak sampai disebut-sebut. Sebaiknyam nubuat natan, 1Taw 17, ditonjolkan dan perhatian khusus diberikan kepada lembaga-lembaga keagamaan: Tabut Perjanjian yang dipindahkan ke Yerusalem dan pengaturan ibadat di sana, 1Taw 13, 15-16, serta persiapan-persiapan bagi pembangunan Bait Allah, 1Taw 21-29. Daud sendiri sudah merencanakan pembangunan itu, mengumpulkan bahan dan sampai dengan hal-hal kecil mengatur tugas para pejabat ibadat. Pelaksanaan rencana itu dipercayakan kepada putera Daud, Salomo. Bagian terbesar dari kisah tentang raja Salomo, 2Taw 1-9, mengenai pembangunan Bait Allah, doa yang diucapkan raja pada hari pentahbisan Bait Allah dan janji-janji Allah yang merupakan balasan atas usaha Salomo. Setelah sejarah sampai kepada perpecahan dalam umat Israel, pengarang Tawarikh hanya berbicara tentang kerajaan Yehuda dan keturunan Daud saja. Para raja dinilai olehnya sesuai dengan kesetiaan atau ketidaksetiaan mereka pada syarat-syarat perjanjian dan sesuai dengan caranya mereka mendekati atau menjauhi contoh dan teladan mereka ialah Daud, 2Taw 10-36. Sepanjang sejarah itu masa kemerosotan dan masa pembaharuan silih berganti. Pembaharuan yang paling mendalam diusahakan oleh raja Hizkia dan raja Yosia. Para raja fasik yang mengganti Yosia hanya mempercepat kehancuran. Namun demikian kitab Tawarikh ditutup dengan berita mengenai izin yang diberikan oleh raja Persia, Koresy, diberikan untuk membangun kembali Bait Allah di Yerusalem. Lanjutan kisah kitab Tawarikh ditemukan dalam kitab Ezra dan Nehemia.
Dalam menyusun karyanya di Muwarikh memanfaatkan terutama kitab-kitab yang sekarang termasuk Kitab Suci. Kitab Kejadian dan Bilangan dipergunakan untuk menyusun silsilah-silsilah dalam bagian pertama 1Tawarikh. untuk sejarah selanjutnya terutama dipakai kitab Samuel dan kitab Raja-raja. Hanya kitab-kitab itu dipergunakan dengan bebas sekali. Pengarang memilih bahan sesuai dengan pandangan dan maksudnya sendiri dan iapun menambah bahan atau menghilangkan apa yang dianggap tidak sesuai. Akan tetapi pengarang Tawarikh tidak pernah menyebut kitab-kitab yang dapat kita selidiki. Sebaliknya, ia menyebut sejumlah karya lain sebagai sumber-sumbernya yaitu: Kitab Raja-raja Isarel, 1Taw 9:1; Kitab Raja-raja Yehuda dan Israel, 2Taw 16:11; Tafsiran (midrasy) Kitab Raja-raja, 2Taw 24:17; iapun menyebut Riwayat Samuel, Pelihat, dan Riwayat nabi Natan serta Riwayat Gad, Pelihat, 1Taw 29:29 dan lagi disebarkan Riwayat Semaya, nabi itu, dan Ido, Pelihat itu, 2Taw 12:15, Kitab Sejarah Nabi Ido, Pelihat itu, 2Taw 12:15, Kitab Sejarah Nabi Ido, 2Taw 13:22, dll. Semua tulisan itu tidak kita kenal dan isi serta hubungan tulisan-tulisan itu satu sama lain dan dengan kitab-kitab yang kita kenal, menjadi pokok perbedaan pendapat para ahli Kitab. Tulisan-tulisan itu barangkali memberi laporan tentang pemerintahan beberapa raja dalam sorotan nabi-nabi yang tampil di zaman mereka. Dapat disangsikan apakah pengarang Tawarik juga memanfaatkan tradisi lisan.
Oleh karena penyusun Tawarikh, mempunyai sumber-sumber yang tidak kita kenal dan yang mungkin dapat dipercayai, maka tidak perlu mengambil sikap yang pada pokoknya mencurigai segala yang oleh penyusun ditambahkan pada berita-berita yang tercantum dalam kitab-kitab yang kita kenal, yaitu yang tercantum dalam Alkitab sendiri. Tiap-tiap tambahan dan perubahan perlu diselidiki satu demi satu. Penyelidikan-penyelidikan yang terbaru dalam banyak hal membenarkan pengarang Tawarikh dan membelanya terhadap keraguan dan rasa curiga yang terdapat pada sejumlah besar ahli Kitab. Tetapi jelas pulalah, bahwa Tawarikh kadang-kadang memberi informasi yang tidak dapat disesuaikan dengan apa yang disajikan dalam Kitab Samuel dan kitab Raja-raja. Pengarang juga kadang-kadang dengan sengaja merubah apa yang dikisahkan dalam kitab-kitab tsb. Sudah barang tentu cara kerja semacam itu tidak dapat dibenarkan pada seorang ahli ilmu sejarah modern yang wajib menceriterakan peristiwa-peristiwa sambil menjelaskan hubungan timbal-balik antara peristiwa-peristiwa itu. Namun mengingat tujuan pengarang Tawarikh, cara kerjanya dapat diterima. Sebab ia bukan ahli ilmu sejarah tetapi ahli ilmy ketuhanan. Dalam cahaya pengalaman-pengalaman masa yang lampau, khususnya pengalaman di zaman Daud, pengarang memikirkan manakah syarat- syarat bagi sebuah kerajaan idiil. Ia menggabungkan masa yang lampau, masa sekarang dan masa depan menjadi suatu sintesa: seluruh ibadah yang rapih teratur sebagaimana dilihatnya di zamannya sendiri dibuatnya berasal dari raja Daud: segala sesuatu yang dapat merugikan gambaran pahlawannya itu dihilangkan. Meskipun dalam kitabnya ada informasi yang kebenarannya dapat diperiksa, namun karya si Muwarikh lebih berharga sebagai suatu gambaran tentang keadilan dan pikiran di zamannya sendiri dari pada sbagai rekonstruksi historis dari masa yang lampau.
Memanglah si Muwarikh menulis karyanya guna orang-orang sezamannya. Ia mengingatkan kepada mereka, bahwa eksistensi bangsa tergantung pada kesetiaannya kepada Allah dan bahwa kesetiaan itu menyatakan diri dalam ketaatan kepada hukum Taurat dan dalam ibadat yang secara teratur dijalankan dengan dijiwai kesalehan sejati. Ia ingin, bahwa bangsanya menjadi sebuah jemaat yang kudus, sehingga baginya janji-janji yang diberikan kepada Daud digenapi. Orang-orang Yahudi saleh yang hidup di zaman Kristus dijiwai semangat si Muwarikh, walaupun ada kalanya dengan penyelewengan-penyelewengan yang tidak diinginkan pengarang Tawarikh. Ajaran Tawarikh memang berharga dan bermutu bagi segala zaman. Ia mengajar, bahwa hidup rohani perlu diutamakan dan bahwa Allah membimbing segala kejadian di dunia. Malahan ajarannya itu khususnya perlu direnungkan di masa kini. Sebab rasa-rasanya dewasa ini semangat keduniaan menangguhkan ditegakkannya Pemerintahan Allah untuk waktu yang tidak tentu.
Kitab Ezra dan Kitab Nehemia dalam Alkitab Ibrani dan Yunani (Septuaginta) hanya satu kitab saja. Kitab itu berjudul: Kitab Ezra. Septuaginta juga memuat sebuah kitab Ezra apokrip. Kitab itu ditempatkan sebelum kitab Ezra-Nehemia dan karenanya disebut kitab 1Ezra, sedangkan kitab Ezra-Nehemia kita disebut Kitab 2 Ezra. Di zaman Kristen barulah kitab Ezra yang satu itu dibagi menjadi dua kitab Ezra. Pembagian itu dituruti dalam terjemahan Latin, Vulgata, juga. Kitab 1 Ezra ialah kitab Ezra dan kitab 2 Ezra ialah Kitab Nehemi. Kitab Ezra yang apokrip itu dalam Vulgata disebut kitab 3 Ezra. Adat menyebutkan kitab-kitab itu menurut nama tokoh utamanya, yakni Ezra dan Nehemia, berasal dari zaman kemudian. Dalam terbitab tercetak Alkitab Ibrani kedua nama itu juga dipakai.
Kitab Erza-Nehemia merupakan lanjutan kitab tawarikh, sebagaimana dikatakan di muka. Sesudah lima puluh tahun pembuangan di Babel yang tidak tersinggung sama sekali, kitab Ezra-Nehemia menyambung kisah tawarikh dengan memberitahu tentang maklumat raja Koresy yang dalam thn 538 seb. Mas. mengizinkan orang-orang Yahudi kembali ke Yerusalem guna membangun Bait Allah. Orang-orang Yahudi yang kembali segera mulai membangun Bait Allah, tetapi pekerjaan itu terpaksa dihentikan akibat perlawanan dari pihak orang-orang Samaria. Pekerjaan baru diteruskan di zaman pemerintahan raja Darius I. Pembangunan Bait Allah diselesaikan pada thn 515 seb. mas. Usaha membangun tembok-tembok kota Yerusalem selama setengah abad berikut diperlambat juga oleh orang-orang Samaria, Ezra 1-6. Di zaman pemerintahan Artahsasta pulanglah ke Yerusalem Ezra disertai serombongan kaum buangan yang baru. Ezra itu adalah seorang pejabat-penulis dan ahli Kitab yang di istana raja Persia menangani urusan bangsa Yahudi. Ia diberi surat kuasa raja untuk mewajibkan jemaat Yahudi mematuhi hukum Taurat yang diakui sebagai hukum negara. Terpaksa Ezra bertindak keras terhadap orang-orang Yahudi yang telah menikah dengan perempuan bangsa lain, Ezra 7-10. Kemudian Nehemia yang menjabat juru minuman di istana raja Astahsasta meminta, supaya diutus ke Yerusalem untuk mendirikan tembok kota. Dalam waktu singkat pekerjaan itu selesai, kendati perlawanan para musuh; lalu kota dihuni kembali, Neh 1:1-7:72a. Dalam pada itu Nehemia diangkat menjadi bupati di Palestina. Adapun Ezra mengadakan pembacaan hukum Taurat secara meriah, lalu Hari raya Pondok Daun dirayakan. Pada kesempatan itu umat mengadakan pengakuan dosa umum dan berjanji akan melaksanakan hukum Taurat yang dibacakan, Neh 7:72a-10:40. Kemudian masih menyusul beberapa daftar nama orang, beberapa tindakan pelengkap yang diambil Nehemia dan peresmian tembok Yerusalem, Neh 11;1-13:3. Lalu Nehemia sebantar kembali ke Persia, tetapi untuk kedua kalinya diutus ke Palestina untuk membereskan kekacauan yang merambat dalam jemaat Yahudi, Neh 13:4-31.
Melihat ringkasan tsb. jelaslah sudah betapa penting kitab Ezra-Nehemia itu guna mengenal sejarah pemulihan bangsa Yahudi di zaman sesudah pembuangan. Bab-bab pertama kitab itu melengkapi keterangan-keterangan yang dapat diambil dari kitab Hagai, kitab Zakharia dan kitab Maleakhi. Tetapi kitab Ezra-Nehemia merupakan satu-satunya sumber mengenai karya Ezra dan Nehemia. Kitab Ezra-Nehemia dikarang sebelum Tawarikh disusun dan menggunakan serta mengutip secara harafiah beberapa dokumen yang sezaman dengan peristiwa-peristiwa, yakni: daftar-daftar orang yang pulang dari pembuangan, daftar-daftar penduduk Yerusalem, keputusan dan penetapan raja-raja Persia, dan khususnya laporan yang dibuat Ezra mengenai pelaksanaan tugasnya serta Riwayat Nehemia yang ditulisnya dengan tangan sendiri.
Meskipun sumbernya banyak, namun penafsiran kitab Ezra-Nehemia mengalami banyak kesulitan. Sebab dokumen-dokumen yang dipakai tersusun secara tidak keruan. Daftar nama para imigran sampai dua kali ditemukan, Ezra 2 dan Nehemiah 7. Dalam bagian kitab Ezra yang ditulis dengan bahasa Aram, Ezr 4:6-6:18, peristiwa- peristiwa yang terjadi di zaman raja Darius diceriterakan segera sesudah peristiwa di zaman raja Koresy dan Artahsasta, meskipun terjadi lima puluh tahun sesudahnya. Dokumen-dokumen yang berasal dari Ezra dan Nehemia sendiri diuraikan dahulu, lalu dicampur-adukkan dan dipersatukan kembali. Dengan memanfaatkan petunjuk-petunjuk jelas yang terdapat di dalamnya maka laporan Ezra dapat direkonstruksikan sbb: Ezr 7:1-8:36; Neh 7:72b-8:18; Ezr 9:1-10:44; Neh 9:1-37.
Tetapi dokumen Ezra itu oleh penyusun kitab diolah. Bagian-bagian tertentu menjadi pemberitahuan tentang Ezra seolah-olah dia itu seorang lain dari penulis; ditambahkan daftar nama orang-orang yang bersalah, Ezr 10; 18, 20-44, doa-doa yang terdapat dalam Ezr 9:6-15, dan Neh 9:6-37. Riwayat Nehemia terdapat dalam Neh 1-2; 3:33-7:5; 12:27-13:31. Penyusun kitab menyusupkan ke dalamnya sebuah dokumen tentang pembangunan tembok kota, Ezr 3:1-32; daftar nama orang-orang yang kembali dari pembuangan, Neh 7;6-72a, diambil dari Ezra 2. bab 10 adalah sebuah dokumen lain yang berasal dari arsip dan yang mengesahkan keputusan yang diambil jemaat di mana jabatan Nehemia yang kedua, Nehemia 13. Kerangka bab 11 merupakan buah pena penyusun kitab sendiri, tetapi ditambahkan daftar penduduk Yerusalem dan Yehuda serta, dalam bab 12, daftar nama para imam dan kaum Lewi.
Jelaskan bahwa si Muwarikh bermaksud menyusun kitabnya sedemikian rupa sehingga memberikan suatu gambaran menyeluruh tentang salah satu persoalan. Dalam Ezr 1-6 perhatian dipusatkan pada pembangunan Bait Allah di zaman raja Darius. Oleh karenanya pengarang mengumpulkan di situ berita-berita mengenai kaum buangan yang berturut-turut kembali; ia mengaburkan peranan Sesbazar guna menampilkan peranan Zerubabel dan mengumpulkan apa saja yang bernada melawan orang-orang Samaria. Dalam bagan-bagian kitab yang berikut pengarang menonjolkan Ezra dan Nehemia sebagai dua tokoh yang bekerja sama dalam menangani usaha yang sama.
Cara kerja yang sedemikian itu menghadapkan para ahli ilmu sejarah pada persoalan-persoalan yang sukar dipecahkan. Soal yang paling ruwet dan paling diperdebatkan ialah urutan peristiwa-peristiwa dalam waktu. Menurut urutan yang dipaparkan dalam kitab Ezra-Nehemia sendiri, maka Ezra datang ke Yerusalem pada thn 458 seb. Mas., yaitu dalam tahun kerujuh pemerintah Artahsasta !, Ezr 7:8. Nehemia menyusulnya dalam thn 445, yaitu dalam tahun kedua puluh pemerintahan raja yang sama, Neh 2:1 Nehemia tinggal di Yerusalem selama dua belas tahun, Neh 13:6, jadi sampai thn. 433. Lalu ia kembali ke Persia untuk waktu yang tidak pasti lamanya. Kemudian ia datang lagi ke Yerusalem untuk kedua kalinya, masih juga di masa pemerintahan Artahsasta I, yang baru meninggal dunia dalam thn 424 seb. Mas. Urutan tradisionil ini tetap dipertahankan oleh sejumlah ahli Kitab yang ternama. hanya mereka membatasi lamanya tugas Ezra menjadi satu tahun saja, sesuai dengan petunjuk-petunjuk jelas yang terjumpai dalam kitab itu sendiri. Mereka berpendapat, bahwa Ezra kembali ke Persia sebelum Nehemia datang ke Yerusalem. Ahli-ahli lain membalikkan urutan tradisionil itu. Mereka berpendapat, bahwa karya Ezra mengandaikan, bahwa karya Nehemia sudah selesai waktu Ezra datang ke Yerusalem. Tanggal-tanggal yang dalam kitab Ezra-Nehemia dihubungkan dengan Ezra sebenarnya tidak mengenal masa pemerintahan Artahsatra I, sebagaimana halnya dengan maa jabatan Nehemia, tetapi masa pemerintahan Artahsasta II. Ezra baru datang ke Yerusalem dalam thn 398 seb. Mas. Dengan menyetujui pendapat, bahwa Ezra datang ke Yerusalem sesudah Nehemia tetapi dengan menolak pendapat, bahwa ada penggantian raja di Persia (yang sekali-kali tidak tersinggung dalam Ezra-Nehemia), beberapa ahli baru-baru in menempatkan kedatangan Ezra ke Yerusalem antara kedua masa jabatan Nehemia. Untuk mempertahankan pendapat itu mereka terpaksa merubah Ezr 7:8 begitu rupa, sehingga Ezra tidak datang ke Yerusalem dalam tahun ketujuh pemerintahan Artahsasta I, tetapi dalam tahun ketiga puluh tujuh pemerintahannya, jadi dalam thn 428 seb. Mas.
Masing-masing pendapat dapat mengemukakan bukti-bukti yang masuk akan, walaupun tidak satupun pendapat terluput dari kesulitan. Maka masalahnya tetap terbuka. Hanya satu hal yang pasti, yakni: Nehemia berkarya di Yerusalem antara thn 445 dan 433 seb. Mas.
Kalau ditanyakan, mana makna keagamaan kitab Ezra-Nehemia, maka masalah-masalah seperti yang di atas hanya merupakan masalah sampingan saja. Sesuai dengan maksud penyusun, maka kitab Ezra-Nehemia menyajikan sebuah sintesa, suatu gambaran menyeluruh, tetapi tidak menipu mengenai pemulihan bangsa Yahudi sesudah masa pembuangan. untuk memahami pemulihan itu, maka gagasan dan cita- cita yangmenjiwainya lebih penting dari pada urutan peristiwa-peristiwa yang tepat. Berkat politik liberal yang dianut wangsa Akhimedes dalam wilayah kekuasaannya, amak orang-orang Yahudi dapat kembali ke Tanah yang dijanjikan. Mereka dapat memulihkan ibadat, membangun kembali Bait Allah dan mendirikan tembok Yerusalem. Mereka dapat hidup bermasyarakat dengan dipimpin oleh orang- orang sebangsanya dan sesuai dengan hukum Musa. Tentu saja mereka harus setia pada raja Persia. Tetapi kesetiaan itu tidak menjadi soal bagi mereka. Sebab pemerintah pusat tidak mengganggu adat-istiadat mereka sendiri. Semuanya itu merupakan suatu kejadian yang penting sekali, sebab ini tidak lain kecuali lahirnya agama Yahudi yang disiapkan melalui renungan-renungan di masa pembuangan yang lama dan didorong oleh usaha beberapa tokoh yang tampil tepat pada waktunya.
Zerubabel membangun kembali Bait Allah. Tokoh ini oleh pengarang Ezra-Nehemia tidak dianggap sebagai semacam Mesias, seperti dipandang oleh nabi Hagai dan Zakharia, Hag 2:23; Za 6:12. Kemudian Ezra dan Nehemia menjadi perintais pemulihan tsb. Bapa agama yahudi yang sebenarnya ialah Ezra oleh karena tiga gagasan pokok yang ditanamkannya dalam umat Yahudi, yaitu: Mereka adalah suatu bangsa terpilih: Bait Allah menjadi pusatnya: hukum Taurat menjadi pengaturannya. Ezra bersikap keras yang tidak kenal kompromi dalam melaksanakan pembaharuan dan ia memupuk partikularisme yang dibebankan olehnya kepada bangsanya. Hanya sikap itu dapat dipahami juga mengingat imannya yang hangat serta tugasnya menjaga kemurnian masyarakat yang baru dipulihkan. Ezralah yang merupakan moyang para ahli Kitab dan peranannya dalam tradisi Yahudi semakin meningkat. Nehemia mengapdikan diri kepada cita-cita yang sama, tetapi karyanya di bidang lain. Di Yerusalem yang dibangun kembali olehnya lalu dihuni kembali, Nehemia menciptakan syarat-syarat hidup bernegara dan memberi bangsanya semangat kebangsaan. melalui riwayatnya yang lebih pribadi dari pada laporan Ezra kita mengenal kepribadian Nehemia sebagai seseorang yang halus perasaannya dan berperikemanusiaan, sebagai seseorang yang tidak segan mengorbankan diri yang bijaksana dan teliti serta mengandalkan Allah sambil sering berdoa kepadaNya. Lama sekali tokoh ini dikenang dan Bin Sirakh mengangkat lagu pujian mengenai "dia yang membangun kembali tembok-tembok yang roboh" (Sir 49:13).
Tidak mengherankan, bahwa penyusun Ezra-Nehemia melihat cita-cita dipuji-pujinya dalam kitab Tawarikh terwujud dalam jemaat yang berpusatkan Bait Allah dan dipimpin oleh hukum Taurat. Sudah barang tentu si Muwarikh insaf, bahwa perwujudan itu kurang sempurna, sehingga masih perlu juga orang menantikan sesuatu yang lain. Tetapi lebih dari pada dalam kitab Tawarikh, si Muwarikh dalam kitab Ezra-Nehemia terikat pada dikumen-dokumen yang dipergunakannya. Maka ia mempertahankan nada pertikularisme yang dibenarkan oleh keadaan konkrit dan yang terdapat dalam dokumen-dokumen itu. Sesuai dengan dokumen-dokumen itupun ia tidak berbicara mengenai pengharapan akan Mesias, kelak yang tidak disuarakan oleh dokumen-dokumen itu oleh karena penulis-penulis merasa setia terhadap raja- raja Persia.
Pengarang Ezra-Nehemia menyusun karyanya itu dipertengahan abad ke 3-4 seb. Mas. Masa itu kita sangat kurang mengenalnya. Tetapi justru di zaman itu Yerusalem diam-diam membangun dirinya serta memperdalam kerohaniannya dalam suasana terpencil.
Ende: 2 Tawarikh (Pendahuluan Kitab) KITAB TAWARICH
PENDAHULUAN
Sebagai pengutji daftar kitab2 sutji tradisi Jahudi di Palestina -- menjimpang
dari tradisi Babel dan terdjemahan2 kuno, --...
KITAB TAWARICH
PENDAHULUAN
Sebagai pengutji daftar kitab2 sutji tradisi Jahudi di Palestina -- menjimpang dari tradisi Babel dan terdjemahan2 kuno, -- terteralah suatu kitab jang mempunyai tjorak chas dan tersendiri.
Kechasannya ialah, bahwa kitab tsb, merupakan sebangsa ulangan dari kitab2 sedjarah lainnya jang lebih kuno, terutama dari kitab2 Sjemuel danRadja2. Tetapi sebaliknya bukanlah suatu salinan atau sebangsa ichtisar daripadanya, melainkan adlah karya jang chas dan aseli seluruhnya. Malahan menurut aselinya satu karya besar. Betul, kini dibagi mendjadi dua kitab, teapi pembagian itu bukan dari si pengarang sendiri. Dalam hal ini terdjadilah jang sama pula dengan kita Sjemuel dan Radja2. Pembagian itu dari masa belakangan dan per-tama2 muntjul dalam terdjemahan Junani dan kemudian beralih keteks Hibrani itu sendiri.
Teks Hibrani memakai djudul, jang kira2 dapat diterdjemahkan sbb: "Kitab kedjadian2 hari2 itu", dalam mana "hari2 itu" lebih kurang artinya "Sedjarah". S. Hieronimus memberi nama jang lebih tepat: "Chronikon". Dimasanja nama itu tidak laku. Tetapi ketika nama itu dipakai lagi oleh Luther dalam terdjemahannja dalam bahasa Djerman, nama tsb. lalu mendjadi populer dan dapat bertahan hingga sekarang. Orang2 modern lebih suka menggunakan nama "Kitab Kronik". Meskipun terhadap nama tsb. dapat dikemukakan pula beberapa keberatan, namun dalam terdjeamhan kami ini nama tsb. kami pakai pula, jakni "Kitab Tawarich". Nama lain, jang melalui Latin berasal dari terdjemahan Junani dan lebih disukai Geredja Latin ialah: "Paralipomenon". Artinya jang tepat tidak begitu djelas. Sedjak sediakala orang menganggap, bahwa kata itu maknanya: "apa jang diliwati dalam kitab2 Sjemuel dan Radja2", berdasarkan kata Junani itu sendiri. Dan memang benar djuga, bahwa kitab tsb. muat berita2 jang tidak sedikit djumlahnya, jang satupun tidak terdapat didalam kitab2 lainnya, sehingga kitab ialah, apa kitab itu ditulis dengan maksud tsb. Tetapi kata "Paralipomenon" itu diberi tafsiran lain djuga dan menurut tafsiran itu kira2 maknanya: "Kitab2, jang diliwati dalam terdjemahan Junani jang pertama", karena isinja sudah tertjantum dalam kitab2 lainnya. Baru kemudian orang menterdjemahkan kitab tsb. Itu terdjadi dalam th. 157 seb. Mas.
Meskipun kitab Tawarich untuk sebagian sebenarnya merupakan ulangan dari pendahulu2nja, namun ditulis djuga suatu karya baru. si pengarang bermaksud mengisahkan sedjarah jang sama, tetapi dari segi lain sekali, dengan pejorotan jang lain dan dengan berpedoman asas2 jang lain pula. Bukannja untuk mengoreksi atau menggantikan jang tua2. Melainkan ia mau memberikan tjara pemandangan jang lain, dalil mana memberikan tafsiran jang lebih mendalam tentang sedjarah jang sama dari umat Allah itu. Sedjarah itu sendiri tetap sama djua, tetapi pengertian theologis tentang sedjarah itu diperdalam, bersandarkan perkembangan kemudian dan lebih landjut dari wahju, seperti jang dimaklumi si muwarich.
Berdasarkan suatu tradisi Jahudi hingga dewasa ini orang menjebut Esra sebagai penulis kitab Tawarich itu. Itupun karena kitab tsb. dahulu dan sekarang masih dilihat sebagai satu dengan kitab2 Esr-Neh. Bagaimana hubungan dan dan dingannja kedua kitab itu, akan dibitjarakan setjara ringkas dalam pendahuluan kitab Esr- Neh. Tjukuplah kiranja disini mentjatat, bahwa sekarang ini hanja sedikitlah jang masih mempertahankan Esra sebagai penulis kitab Tawarich. Tetapi sebaliknya tidak djuga menjebutkan nama lain, sehingga pengarangnja, sebagaimana halnja dengan kebanjakan pengarang Perdjandjian Lama, tetap tinggal didalam kabut anonimita. Watak serta kedudukannja dapat disimpulkan dari karya itu sendiri. Karena perhatiannja jang chusus terhadap baitullah dan liturgi, tempat diduduki para Levita, lebih2 para penjanji, maka lebih dari hanja mungkin sadja, pengarangnja mesti ditjari dikalangan rohaniwan Jerusjalem, bukannja dikalangan rohaniwan tinggi, para imam, melainkan lebih dikalangan pendjabat rendahan, jakni, chususnja para penjanji.
Berpangkal pada keterangan2 didalam kitab itu sendiri, - meskipun itu disana- sini tidak luput dari keragu-raguan, - orang toh agak dapat mengira-ngirakan masa si pengarang hidup dan bekerdja. Disebutnja radja Cyrus (538-539) dalam kitab itu (II 36, 22-23) dan keradjaan Parsi, pun kalau diterima, bahwa petikan itu diambil-alih dari kitab Esr-Neh, jang kira2 dapat diberi bertanggal sama; nama "dirham" (I,29,7) untuk mata uang jang ditjiptakan Darius I (521-486), jang arti aselinja tidak diketahui lagi oleh sipengarang; kata Parsi untuk puri (dalam teks tsb. dipakai untuk baitulah)(I 29,19); silsilah Dawud (I 3, 1-24), sampai angaktan keenam sesudah Zerubabel (538); bahasa kitab jang sangat dipengaruhi bahasa Aram; kenjataan bahwa kitab tsb. baru agak belakangan ditjantumkan dalam daftar kitab2 sutji orang2 Jahudi, dan itupun bukan tanpa tentangan; ketjaman pedas jang dilemparkan kepada orang2 Samaria, hal mana mengandaikan, bahwa mereka merupakan antjaman njata terhadap Jahudi; semua keterangan itu memberi alasan, untuk menempatkan terdjadinja kitab Tawarich djauh kebelakang, lama sesudah orang2 Jahudi kembali dapatlah dikirakan dengan kemungkinan jang besar, bahwa kitab Tawarich ditulis antara th. 300 dan 200 seb. Mas., dan pastilah tidak dapat diundur sampai sesudah th. 157, ketika kitab itu diterdjemahkan dalam bahasa Junani dan malahan tidak sampai sesudah kitab itu diterjemahkan dalam bahasa Junani dan malahan tidak sampai sesudah th. 180, karena Jesus Sirah rupa2nja sudah mengenal kitab Tawarich dengan menggunakannja didalam gambarnja mengenai Dawud (47,1-11)
Djadi si pengarang hidup lama sesudah pembuangan (539) dan oleh karenanja berada didalam masa terachir Perdjandjian Lama, hal mana sangat penting artinja untuk memahami kitabnja, serta asas2 jang mendjadi dasarnja. Kemerdekaan beragama di Israil sudah dipulihkan, tetapi sekali-kali tidak dibarengi dengan kemerdekaan politik. Juda adalah bagian dari keradjaan Parsi, Mesir dan Junani. Didalam baitullah jang sudah dibangun kembali itu liturgi dirajakan dengan semarak jang tjukup meriah. Satu2nja kewibawaan jang njata di Israil ialah imamagung dengan penasehat2nja. Tetapi keimaman itu tidak selalu sesuai dengan kesutjian djabatannja, dan sebaliknja para rohaniwan rendahan menonjolkan kebadjikannja. Dari itulah si pengarang mengemukakan ketjamannja jang halus terhadap para imam (II. 29,34;30,3), sedangkan para rohaniwan rendahan senantiasa dipudjinja. Bangsa Jahudi kembali dari pembuangan dengan membawa sertanja segala adjaran serta pengalaman dari masa lampaunja, jang ditjatat dalam kitab-kitab sutji atau disimpan dalam tradisi lisan. Sipengarang kitab Tawarich, orang jang dalam rasa keigamaannja, mentjamkan dan mengolah kesemuanja itu. Ia mengenal seluruh Kitab Sutji. Ia dipengaruhi kitab-kitab Musa serta perundang-undangan, baik jang lebih bertjorak rituil seperti Peng., Tj Dj., dan Lv. maupun Ul., jang lebih bertjorak moril. Ia mengenai nabi-nabi sebelum masa pembuangan, terutama Jeremia, Jeheskiel, nabinja masa pembuangan, dan lagi nabi-nabi, jang dengan charismanja memadjukan pemulihan itu. Tetapi dimasa charisma itu sudah padam. Iapun mengenai aliran lain ditengah-tengah bangsa Jahudi, jang memuntjulkan Jahudi, jang memuntjulkan kitab-kitab kebidjaksanaan dengan tjorak pribadinja, batiniah serta perseorangannja jang lebih ketara daripada perundang-undangan rituil dari masa jang lebih kuno. Kesemuanja itu diresapkan kedalam hatinja oleh sipengarang kitab Tawarich, dengan rasa keigamaannja jang mendalam serta imamnja jang teguh akan Allah dan perdjandjianNja dan ia mengumpulkan dalam dirinja segala kekajaan Israil dimasa lampau. Dan dengan pengetahuan ini, jang disertai dengan pengalamannja sendiri, ia lalu mengarahkan pandangannja jang luas kepada masa jang lampau, dimana ia menemukan segi-segi jang tak begitu terkenal. Berdasarkan masa lampu itu ia lalu berpaling kepada masa jang akan datang, kepada masa akan datang jang mulia, jang akan menjelesaikan sedjarah dan memenuhi djandji Allah. Tuhan sedjarah kan sudah bersabda.
Si muwarich menaruh gagasan-gagasannja sendiri pertama-tama atas tabiat bangsa Jahudi itu sendiri, bukannja dari sudut ethnologis, melainkan dari sudut keigamaan. Ia menerima begitu sadja, bahwa bangsa itu adalah umat pilihan Jahwe. Sedjak para bapa-bangsa bangsa itu telah dipanggil olehNja dan diperpautkan denganNja didalam suatu perdjandjian. Suatu perdjandjian jang mendjadikan berkah dari pihak Jahwe dan menuntut kesetiaan dari pihak bangsa itu. Kedua sagi itu bergantung satu sama lain. Namun ia memasukkan suatu perkembangan halus jang sangat penting. Djika dahulu umat Jahwe itu dipikirkan bukan hanja kategori- kategori keigamaan, tetapi djuga dalam kategori-kategori politik, sehingga kedaulatan politik agaknja mendjadi suatu sjarat mutlak bagi agama bangsa itu, maka sipenarang mempunjai gaasa-gagasannja sendiri perihal itu. Sedjarah jang dibimbing Jahwe, telah mengadjarkan jang lain dan pengalaman pribadi si muwarichpun dapat membenarkannja sadja. Djuga tanpa kedaulatan politik umat Allah itu menurut hakikatnja dapat ada dan terus ada sepenuhnja. Karena itu umat perdjandjian tidak lagi dilihatnja sebagai suatu kesatuan politik, tetapi lebih- lebih sebagai suatu persekutuan kultus, jang menghampiri Allah di dalam ibadah jang dikehendakiNja, untuk menikmati berkah2 perdjadjian itu dalam dan karena ibadah itu, sebagai balas djasa atas kesetiaannja. Para nabinja, tanpa menghukum hal2 jang lahiriah, sudah menitikberatkan hal2 jang rohaniah, perasaan hati, jang harus mengiringi ritus2 itu dan jang pada dirinja djauh lebih penting adanja. Inipun diterima si pengarang dan dapat diolahnja. Ia mengukuhi kurban dan ibadah lahiriah sebagai unsur hakiki bagi umat Allah, tetapi itu mesti dibarengi dengan rasa keigamaan jang benar, jang mendapat pernjatan halusnja dalam njanjian liturgis. Maka itu baginja para penjanji memainkan peranan jang se-kurang2nja sama penting di dalam ibadah seperti peranan para imam dengan kurban mereka. apabila kurban lahiriah dan perasaan hati itu bersesuaian, maka liturgi mendjadi suatu peristiwa keselamatan, dalam mana Allah dan manusia saling bertemu, dan perdjandjian itu terwudjudkan. Tetapi dengan menitikberatkan jang rohaniah itu, dengan sendirinjapun unsur pribadi dan perseorangan lebih tampil kedepan. Djalan pikiran kolektivistis sangat diperlemah oleh para nabi, chususnja oleh Jeheskiel, dan diperkembangkan kedjurusan pribadi, dan keuntungan sedjarah itupun diterima pula oleh si muwarich. Hal itu teristimewanja ternjata dalam adjaran pembalasan jang keras. baginja djelaslah, bahwa ketidaksetiaan pribadi kepada perdjandjian itu djuga dihukum setjara pribadi dengan kemutlakan jang tak terelakkan. Didalam kitabnja hal itu digambarkannja dengan tjara jang mejakinkan dengan mengemukakan tjontoh radja2. djuga mereka, jang mendjalankan banjak kebaikan, tetap adakalanja bersalah atau melupakan kedudukannja, toh dihukum djuga dengan tak kenal maaf.
Bahwasanja umat Allah per-tama2 adalah djemaah kultur, bukanlah hasil dari perkembangan sedjarah, melainkan termasuk inti-hakikatnja. Meski pengetahuan tentang it berkembang djua, namun kenjataan itu sendiri selalu adalah benar dan tetap benar djuga selamanja. Djemaah tsb. sudah sedjak permulaan mewudjudkan dirinja didalam sedjarah, tetaoi perwudjudan2 itu, oleh sebab unsur insaninja, tidaklah sempurna, dan dimasa si pengarangpun idam2an itu tidak tertjapai pula. Ia sendiri malahan mengharapkan perwudjudan jang lebih landjut dan lebih sempurna dimasa jang akan datang, dimasa akan datang dari umat Allah sebagai pengibadah Jahwe. Idam2an dimasa jang akan datang itu senantiasa terbajang didepan mata si muwarich dan itupun mendjadi pangkalnja pula. Djemaah kultus Israil, jang sudah ada sedjak permulaan, semakin menjempurnakan dirinja didalam rentetan pembaharuan2 jang terus-menerus sampai kepembaharuan Esr-Neh, bahkan lebih djauh lagi kemasa depan.
Djaminan bagi masa mulia jang akan datang itu ialah djandji Allah. Djandji itu diberika, ketika djemaah kultus Israil mendapat bentuk organisatorisnja didalam monarchi. Bukan tanpa pilihan serta lindungan Allah, maka Dawudlah jang mendirikan monarchi itu, meskipun bukannja Dawud serta pengganti2nja, melainkan Jahwe sendirilah radja jang sesungguhnja. Keradjaan Israil adalah keradjaan Allah. Radja2 hanjalah wakilNja jang kelihatan. Para nabi telah memperpautkan djandji lama perjandjian itu dengan Dawud serta keturunannja; dan gagasan ini diambil-alih si pengarang Tawarich dengan senang hati. Maka itu baginja perdjandjian Sinai itu mundur kelatarbelakang, sedang djandji kepada Dawud, jang dilihat sebagai suatu perdjandjian, baginja merupakan intipati segala sesuatu, dan keabadian wangsa Dawud itu baginja merupakan pembawa djemaah kultus Israil. Teapi dalam hal itupun sedjarah telah mengadjarkan pula, bahwa kategori2 politik bukanlah pendjelmaan jang sekadar dari maksud2 Jahwe. Didjaman si pengarang Tawarich wangsa Dawud tidak diperbintjangkan lagi. Mula2 keradjaan Allah betul diwudjudkan dalam bentuk2 politis, dan si muwarichpun sukar dapat melepaska dirinja seluruhnja daripadanja; tetapi sebaliknja ia sangat merasa, bahwa itu bukan merupakan inti-hakikatnja. Dawud serta keturunannja oleh karenanja baginja bukanlah melulu dan bukan per-tama2 radja politis, melainkan adalah pemimpin2 djemaah kultus itu, dalam mana djabatan liturgis didjalankan oleh keturunan2 jang dipanggil dan terpilih dari Levi dan Harun. Dan oleh karena dengan djalan itu djandji, jang diberikan kepada Dawud, sesungguhnja dilepaskan dari keradjaan politis, maka djandji tsb. dapat terus ada dan mewudjudkan dirinja semakin baik dan pula tanpa dilingkungi susunan kenegaraan. Apabila dahulu negara dan agama itu kira2 sama adanja, maka didalam pandangan si muwarich itu sesungguhnja otonomi kedua2nja sudah tertjakup.
Gagasan terachir, jangdjuga diwaris dari pada nabi, jang senantiasa terbajang didepan mata si penulis Tawarich, ialah gagasan universalistis. Ia tidak melahirkan gagasan itu dengan rumusan jang djelas, tetapi ia menjisipkannja dalam kitabnja. Keturunan Ibrahim dibawah pimpinan keturunan Dawud baginja adalah dan tetaplah satu2nja bangsa jang terpilih; dan terhadap kaum kafir, jang dimasanja merupakan antjaman pula, ia menaruh sedikit pengharapan jang positif. Tetapi bangsa jang terpilih itu terbuka dan tjakap pula untuk meleburkan orang2 luaran kedalam dirinja dan mengikut sertakan mereka dalam anugerah2 djemaah Jahwe. Ini tidak hanja berlaku bagi bagian Israil jang murtad, jang dimasanja diorganisir dalam bangsa Samaria, tetapi djuga bagi kaum kafir biasa. Didalam silsilah2 jang disadjikannja pada permulaan karyanja, sering kentaralah, bagaimana suku2 kafir diterima kedalam umat Jahwe, bagaimana kaum kafir dapat bergabung dengan umat Jahwe sebagai "penumpang" dan ambil bagian dalam ibadah umat. Tidak djarang didalam kitabnja disebutkan, bahwa orang2 perantau itu ambil bagian dalam perbuatan2 kultus besar (II,6,32-33;II 2,1-17) dan dibimbing oleh Jahwe (II 35,21-23).
Dengan landasan gagasan2 jang besar itu si muwarich menulis kembali dan mentafsirkan sedjarah bangsanja. Dengan sendirinja sedjarah tsb. tidak ditulis demi untuk sedjarah, kurangan daripada halnja dengan pengarang2 lainnja dari Perdjandjian Lama. Sedjarah ditulis untuk mengabdi gagasan2 tertentu. Pengarang2 jang dahulu telah mendjadikan peristiwa2 dan melihat Jahwe bekerdja di dalam peristiwa2 itu. Kesemuanja itu diakui si pengarang Tawarich, tetapi ia lebih2 hendak menundjukkan, bagaimana sedjarah itu memperlihatkan suatu arah, dan berkembang menudju tjita2 itu, jang terbajang didepan matanja dan jang sesungguhnja disimpulkan pula dari sedjarah itu sendiri. Dengan sadar sedjarah itu diabdikannja lagi kepada tjita2 itu, jang ditjiptakan Allah dan diwudjudkan oleh sedjarah. Realisasi itu djalannja sesunggunja sangat insani dan adalah suatu proses jang madjemuk dan berseluk-beluk, jang garis2nja tidak begitu djelas. Tetapi memperlihatkan garis2 itu adalah djustru jang dimaksudkan oleh si muwarich. Dan untuk menitikberatkan garis2 itu ia menjederhanakan peristiwa2 dan agak melalaikan kemadjemukan insani dan faktor2 insani, untuk lebih menjoroti jang ilahi. Sebaliknja ia mengakui dan menerima kenjataan, sebagaimana itu adanja, karena djalan pikirannja terlekat pada kenjataan historis itu, jang sungguhpun baginja per-tama2 adalah sedjarah keselamatan, tetapi untuk mendjadi sedjarah keselamatan toh harus tetap djua sedjarah jang benar adanja. Menurut pandangannja hal jang ketjil2 dan urut2an choronologis itu hanya djatuh nomor dua, dan ia tidak merasa terikat padanja. Sebaliknja, tentang hal itu ia menggunakan kebebasan2, jang oleh seorang ahli sedjarah modern, meski ahli sedjarah keselamatan sekaligus, tak dapat dimengerti. Tetapi si pengarang Tawarich tidak menundjukkan dirinja sebagai ahli sedjarah, bahkan tidak pula sebagai ahli sedjarah keigamaan. Ia adalah seorang ahli Tuhanan, jang berenung tentang sedjarah. Tetapi kebebasan2nja itu tidak sampai membudjuknja, untuk mengchajalkan sedjarah menurut konsepnja sendiri. Ia tidak melepaskan diri dari peristiwa2 jang njata, untuk menggantikannja dengan dongengan. Lebih dari siapapun djua ia sadar, bahwa teologinja tegak atau runtuh dengan peristiwa2 itu sendiri.
apabila kita mengingat pandangan si pengarang Tawarich, maka akan kita insafi pula, bahwa djawaban jang sangat pelik meski diberikan kepada pertanjaan mengenai nilai sedjarah kitan Tawarich itu. Dua keterlaluan harus dihindarkan, untuk berlaku adil terhadap si penulis. Keterlaluan jang pertama ialah: dengan begitu sadja dan sekaligus menolak segala kelurusan historis, ketjuali kalau pengamatan dari kesaksian lain itu mungkin diadakan. Dengan itu si penulis akan didjadikan seorang theolog jang spekulatif, padahal tidak demikian adanja dan mengingat keadaannja djuga tidak mungkin menjadi demikian. Keterlaluan jang lain ialah: menerima semuanja begitu sadja hal jang ketjil2, sebaaimana tertulis. Lalu si penulis didjadikan ahli sedjarah dari abad ke-20, padahal bukan demikian pula adanja dan djuga tidak mungkin mendjadi demikian. Kebenarannja lebih terletak di-tengah2. si penulis tahu, bahwa ia terikat pada djalannja sedjarah, tetapi tidak merasa bertanggungdjawab atas proses konkritnja, dalam mana peristiwa2 itu berlangsung, atau atas urut atas urut2an historis dari peristiwa2 itu. Baginja jang penting ialah garis2 besar dan peristiwa2 itu sendiri. Dari peristiwa2 itu ia memberikan tafsirannja sendiri, jang kadang2 dirumuskan setjara theoretis, tetapi sama, bahkan lebih sering diolahnja dan diungkapkannja dalam menjadjikan peristiwa2 itu, dalam urut2an penjusun kisahnja dan urut2an peristiwa itu satu sama lain, janglebih mentjerminkan pertimbangan2 theologis daripada historis. apabila mengenai hal2 serupa itu, maka djangalah kita menuntut dari si pengarang ketelitian, jang ia tidak pernah mau memberikannja, dan djangan mengukur dia dengan ukuran, jang tidak dipergunakan sendiri. Djanganlah ia dituduh membuat chajalan theologis, dimana ia tidak berchajal, tetapi menafsirkan kenjataan dengan dajaupaja, jang ada padanja, dan memberinja berbentuk. Banjak persoalan, jang dikemukakan orang, lalu akan lenjap, apabila kita menjelami pandangan si pengarang, jang dapat dipertanggungdjawabkan sepenuhnja.
Lalu kita dapat menerima, bahwa ia memprojektir kembali idam2an djemaah kultus Jahwe, jang didalam sedjarah itu, kemasa jang lampau, untuk menandaskan, bahwa umat Allah pada hakikatnja tak lain tak bukan itulah adanja. Maka ia dapat mempertalikan dengan Dawud serta masanja apa jang njatanja dalam sedjarah lainlah tempat dan masanja. Liturgi tidak dirajakan dan disusun dimasa Dawud seperti jang digambarkan si muwarich, namun demikian disitulah letaknja asal dan asas bagi perkembangan2 dikemudian hari. Apabila selandjutnja organisasi jang ideal dari djemaah kultus itu dipergandingkannja dengan beberapa radja, maka ia menjatakan dengan garis2 jang kentara, apa jang sesungguhnja ada didalamnja, meski tersembunji sekalipun. Apabila dari gambaran tentang Dawud dan Sulaiman didjauhkannja segala sesuatu, jang dapat memburukkan nama tokoh2 tsb., dan segala sesuatu jang menjangkut hidup perseorangannja, sehingga timbul suatu gambaran ideal,- jang sedjauh itu tidak mendjadi kenjataan dalam diri mereka, - maka si pengarang Tawarich mengetengahkan satu segi sadja dari tokoh2 tsb., jakni segi theologis, tempat jang sesungguhnja mereka duduki didalam rentjana keselamatan. Maka jang dilukiskannja bukannja radja jang njata didalam sedjarah, melainkan radja sebagaimana ia sesungguhnja ada didalam fungsinja. Radja2 jang saleh dibitjarakan dan dikisahkannja dengan pandjang-lebar, sebagai pembaharuan dan pemimpin djemaah kultus, meskipun mereka sesungguhnja sedikit banjak djuga mendjadi radja jang berhasil dalam bidang politik. Tetapi dengan menjadjikannja setjara demikian, si pengarang tidak menjangkal jang lain dapat diketahui para pembatjanja dari sumber lain, dan iapun tidak memburukkan bentuk gambaran mereka, tetapi menjoroti segi jang njata dari tokoh2 itu. Apabila setjara sistematis dalam keadaan2 tertentu nabi2 diketengahkan, mungkin ber-lebih2an atau lain daripada jang sesungguhnja terdjadi, maka dengan itu ia hendak hanja mengatakan, bahwa Jahwe dengan sesungguhnja telah bertjampurtangan didalam sedjarah, entah bagaimana itu terdjadinja in concreto. Keradjaan utara setjara sistematis didiamkan oleh si pengarang,k sesudah keradjaan itu murtad dari Jahwe. Bukannja karena keradjaan tsb. tidak penting lagi dan tidak lagi diberkati dan dibimbing Jahwe; tetapi si muwarich tahu, bahwa keradjaan tsb. achirnja tidak termasuk lagi djemaah Israil. dan dipandang dari sudut itu sungguh tidak penting adanja. Inilah jang dinjatakan; dan didalam keseluruhan sedjarah adalah ini suatu kebenaran, jang permulaannja terletak dalam perpisahan keradjaan kesepuluh sukubangsa itu. Melalui djalan jang sama djua dapat dimengertilah banjak hal lainnja, jang terdapat dalam kitab Tawarich dan jang merupakan suatu persoalan bagi manusia abad keduapuluh jang berhaluan hististoris itu.
Rasa historis si pengarang Tawarich tampak dalam kenjataan, bahwa ia mendasarkan kisahnja pada sumber2 jang berdokumentasi, kemana ia senantiasa menundjuk para pembatjanja. Inipun dilakukan oleh pengarang kitab Sjemuel dan Radja2; dan si muwarich mengambil-alihnja dari mereka. Tetapi ia melangkah lebih djauh dan menjebutkan sedjumlah besar sumber2, jang tidak terdapat didalam kitab2 lainnja. Ia memberi kesan, bahwa baginja tersedialah perpustakaan jang luas. Ia agaknja tidak takut historis dan pengawasan.
Sedjumlah besar djudul dikutip dalam kitabnja. Kisah Radja Dawud (I.27,24); Kitab radja2 Israil (I. 9,1;II. 20,34); Kisah radja2 Israil (II. 27,7;35,27;38,8,16,11;25,26;28,26;32,32); Hikajat Kitab radja2 (II. 24,27); Kisah Sjemuel, si pelihat (I. 29,29); Nubuat Ahia dari Sjilo (I. 9,20); Kisah Gad, si pelihat (I. 29,29); Penglihatan Jedo, si pelihat (II. 12,15); Hikayat nabi 'Ido (II. 13,12); Kisah Jehu bin Hanani (II. 20,34); Kisah 'Uzijahu jang ditulis oleh Jesaja (II. 26,22); Penglihatan Jesaja (II. 32,32); Kisah Hozai (II. 33,19); Lagu Ratap Jeremia (II. 35, 25). Apa jang presisnja dimaksudkan dengan djudul2 itu adalah djauh dari djelas. Bahkan tidak djelaslah apa itu sungguh mengenai beberapa dokumen tertulis atau mengenai kitab jang satu dan sama djua. Umumnja diterima, bahwa pastilah itu tidak mengenai kitab2 sutji kita (Sjamuel, Radja2), apabila disebutkannja kitab Radja2, kisah radja2 Israil dan Juda, teapi lebih mengenai sumber2, jang disebutkan didalam kitab2 itu sendiri djuga. Sebaliknja dokumen2 itu, djika sungguh dokumen2 adanja, sudah hilang semuanja. Tetapi ada pendapat lain, jang mengira dapat mempertahankan, bahwa djustru itu mengenai kitab2 sutji kita, Sjemuel dan Radja2. Kisah2 nabi tsb. kiranja menundjuk bagian kitab2 sutji kita, Sjemuel dan Radja2 dimana nabi2 tsb. memainkan peranan mereka. Tetapi tidak djarang terdjadilah, bahwa si pengarang mengatakan, telh menemukan berita tertentu didalam sumber itu, padahal didalam Sjemuel dan Radja2 tak terdapat djedjak satupun. Bahwasanja kutipan2 itu hanja soal bentuk kesusasteraan sadja, kiranja tidaklah mungkin, karena tidak dapat disangsikan djuga, bahwa si penulis menggunakan sumber2 jang banjak djumlahnja, sehingga karyanja untuk sebagian besar mirip sekumpulan dokumen, kendati tidak begitu djelas seperti Esr-Neh.
Bagaimanapun djuga pendapat orang tentang sumber2 jang dikutip si muwarich, namun pastilah sudah, bahwa ia menggunakan dengan leluasa kitab2 sutji jang kita kenal, jakni Sjemuel dan Radja2. Tidak djarang diturunkan hampir menurut huruf dan bahkan sedemikian rupa, hingga sukarlah diterima, bahwa itu hanja mengenai sumber bersama sadja. Didalam terdjemahan kami tiap2 kali kami tundjukkan ajat2 jang paralel dan didalam terdjemahan kami sendiri sedapat mungkin kami pelihara perbedaan maupun persamaannja. Perbedaan itu memang ada dan sering halus tjoraknja. Dalam memperbandingkan ke-dua2nja, dapatlah kita, dengan berpangkal pada gagasan2 besar si pengarang Tawarich serta maksudnja, amat sering menangkap sebab-musababnja perubahan2 itu, dan tidak perlulah mengandaikan adanja sumber bersama. Didalam memperbandingkan itu, kita dapat jduga merabakan rasa historis asasi si muwarich, dan kita mendapatkan dajaupaja pula, untuk mengetahui, bagaimana si penulis memperlakukan dan mengolah sumber2 lainnja.
Sebab disamping Sjemuel dan Radja2 itu, si penulis djuga menggunakan bahan2 lainnja. Mengenai silsilah2 itu ia bergatung dari teks2 kuno Perdjadjian Lama, jakni Kedjadian, pengungsian, Tjatjah Djiwa, dan Jesjua. Selanjutnja baginja tersedia pula dokumen2 silsilah jang bukan kitab sutji; itu disalinnja, tanpa kita ketahui asalnja. Pastilah sudah, bahwa bangsa2 rumpun2 Semit itu pada umunja dan bangsa Jahudi sesudah pembuangan pada chususnja sangat gemar akan silsilah mereka, jang sering agak di-buat2. Dapat pula dikirakan, bahwa si penulis Tawarich, dengan memakai bahan2 jang tersedia baginja, menjusun sendiri silsilah2 itu. Djuga daftar2 para levita, penjanji, pedjabat, jang banjak terdapat didalam kitabnja itu kiranja dikutip dari dokumen2 (arsip baitullah?) meskipun tidak mustahil pula, bahwa daftar2 itu kadang2 disusun si penulis Tawarich sendiri. Achirnja si Pengarang dapat menggunakan pula tradisi lisan, pun dari masa sebelum pembuangan dan jang dibawa pulang serta tjeritakan oleh orang2 jang pulang kenegerinja itu. Pada hakikatnja tradisi lisan sedemikian itu lebih sukar diperintji daripada dokumen2 tertulis.
Dengan adanja bahan jang bermacam-ragam itu dan dengan dibimbing asas2nja sendiri, si pengarang Tawarich menggubah suatu karya jang sama sekali baru. Karya tsb. menunjukkan kesatuan kedalam jang besar dalam hal djalan pikiran dan susunan umumnja. Karena itu tiada artinja, untuk bitjara tentara beberapa pengarang atau tentang redaksi jang ber-turut2. Banjaknja kedjanggalan didalam teks mengenai tatabahasa dan gajabahasa dan pemberitaan peristiwa2, jang kadang2 sukar ditjotjokkan satu sama lain, kesemuanja itu tjukup diterangkan oleh sumber2, jang dipakai si penulis tanpa banjak menghiraukan gandingannja satu sama lain dan keseimbangan antaranja. Meskipun boleh diperkirakan, bahwa belakangan disana sini disisipkan tambahan2, namun hal itu tidak dapat mengganggu kesatuan fundamental karya tsb.
Susunan karya itu lalu dalam garis besarnja agak terang dan harmonis. Pasal2 permulaan (I, 2 s/d 9) adalah sekumpulan silsilah dan nama2, jang tiadabanjak maknanja lagi bagi kita. Didalam daftar2 diberitakan ichtisar seluruh sedjarah mulai dari Adam sampai Dawud, dengan disana sini tjatatan anekdotis sadja. Bagan jang sama sudah digunakan pula dalam kitab Kedjadian (5-11) dan malahan dalam Perdjandjian Baru kita dapati pula dalam Indjil Mateus, jang dimulai dengan silsilah Kristus dan dalam Indjil Lukas (3,23-38), jang menempatkan sebuah silsilah, mulai dari Kristus naik sampai kepada Adam, sebelum hidup Kristus didepan umum. Didalam silsilah2 jang disadjikan si muwarich, kita diperkenalkan dengan bangsa terpilih, dalam mana para imam dan levita memainkan peranan jang amat penting, djustru karena djemaah kultus adanja. Daftar2 mana itu membawa kepada tokoh utama, jang mendjadi pusat seluruh kitab tsb., jakni Dawud.
Didalam pasal2 berikutnja (I, 10 s/d 29) dibitjarakan dengan pandjang-lebar tentang radja idam2an, Dawud, chususnja sebagai pendasar keradjaan theokratis, keradjaan Allah didunia serta djemaah kultus Jahwe. Sebagai wakil pemimpin Dawudlah jang memilih tempat bagi baitullah dna menjiapkan segala sesuatu untuk bangunan itu. Lagi ia mengorganisir peribadatan dengan segala segala sesuatu untuk bangunan itu. Lagi ia mengorganisir peribadatan dengan segala kemungkinannja. Puntjak bagian itu terletak dalam djandji Natan (17).
Bagian ketiga (II, 1s/d9) mengenai pelaksanaan rentjana itu oleh keturunan Dawud, Sulaiman, jang untuk itu mendapat kebidjaksanaan ilahi. Dengan dibangunnja dan ditahbiskannja baitullah itu, maka theokrasi mendapat pusatnja jang tetap dan djemaah itu mendapat susunannja jang lengkap. Berkah dan kesedjahteraan tidak tangguh lagi turunnja, malahan sudah dalam pemerintahan Sulaiman sendiri.
Kemudian dilukiskan sedjarah, keradjaan itu serta hal-ichwalnja, jang tiap-tiap kali mentjapai titik-puntjaknja didalam serentetan pembaharuan2 ibadat, jang dilaksanakan oleh radja2 jang terbaik dengan perkembangan jang semakin madju.
Baru dalam bagian keempat kitabnja (II, 10 s/d 27) datanglah keruntuhan karena terpetjahnja keradjaan mendjadi dua hal mana menjebabkan kesepuluh sukubangsa itu karena murtd lenjap dari perhatian. Beberapa radja Juda mengadakan tindakan2 pembaharuan, tetapi karena kesalahan2 mereka, mereka diserahkan kepada hukuman pembalasan menjeret djuga seluruh bangsa. Patut ditjatat, bahwa pemerintahan Rehabe'am (II. 1,10-12), Abia (13), Asa (14,16) dan Josjafat (17-20) sedjadjar djalannja. Mereka itu berdjasa bagi kultus dan baitullah, tetapi merekapun semua tidak berhasil mewudjudkan tjita2 itu. Kemudian datanglah keruntuhan besar dibawah pemerintahan Joram, Ahazjahu,'Ataljahu, jang pemerintahannja dilukiskan sangat singkat (II. 21-22). Setelah itu timbullah reaksi, jang disemangati oleh iman Jojada' dan dipimpin oleh muridnja, radja Joasj (23-24). Dibawh pemerintahan Amas-ja, 'Uzijahu dan Jotam masjarakat itu mengalami masa kesetengah2an (25-28).
Bagian kelima (II, 28 -36) chusus mengenai keruntuhan besar didalam pemerintahan Ahaz (28) dan pembaharuan besar dibawah pimpinan Hizkia (29-32), jangmeliputi segala lembaga jang penting dan mentjapai puntjaknja dalam perajaan Paska setjara meriah oleh segenap umat Jahwe. Ini berarti suatu kemadjuan jang besar dan njata bagi djemaah kultus itu. Kesalehan itu menjelamatkan radja dan rakjat dari Asjur jang datang menjerbu. Tetapi kemuliaan tsb. hanja berlangsung sebentar sadja. Dibawah Menasje dan Amon (33) masjarakat merosot menjadi kekafiran jang njaris lengkap, sehingga pemulihan tidak mungkin lagi. Usaha Josjijahu, jang sangat mirip Hizkia, betapapun baiklah maksudnja dan betapa tjemerlangnja lahirnja (34-35), tidak dapat menangkis mala-petaka itu. Dengan singkatan dilukiskannja achir tragis dibawah radja2 terachir, Jojakin dan Sedekia. Nada2 penutup, jang mungkin dikutip dari Esra-Nehemia, dalam mana dilukiskan suatu pembaharuan dan pemulihan lebih landjut, membuka harapan baru bagi masa jang akan datang seterusnja. Runtuhnja Juda tidak berarti ditariknja kembali djandji Jahwe dan bukan pula achir sedjarah.
Pesan tetap, jang disampaikan kitab Tawarich, terletak didalam gagasan2 besar, jang membimbing si pengarang. Ia pertjaja akan djandji Allah, jang diberikan kepada Dawud, dan pendapatnja tentang tjiri sebenarnja umat Allah sebagai djemaah kultus, menjadi penghantar sampai keambang pintu Perdjandjian Baru. si muwarich telah membangunkan pengharapan jang tak gojah akan masa jang akan datang, dan ia tidak diketjewakan. Seorang keturunan Dawud, Jesus Kristus, telah mendirikan djemaah kultus jang tetap, GeredjaNja, jang tetap hidup sampai achir djaman dan akan mentjapai kegenapan pada achir djaman itu. Nampak sadja keradjaan Allah sepandjang masa jang lama terikat pada bentuk-bentuk politis, tetapi sesungguhnja tidaklah demikian halnja, sebagaimana sudah dirasakan si pengarang Tawarich dan dirumuskan serta diwudjudkan oleh Jesus. Rentjana keselamatan Jahwe jang besar tentang umatNja, jang ditampirkan si pengarang dari sedjarah, tidak sia2 adanja, tetapi malahan mendjadi kenjataan jang belum pernah diduganja. Rentjama itu patut dihargakan dan mendesak manusia untuk bersjukur. si penulis Tawarich sungguh malahan meninggalkan peladjaran jang berharga kepada umat Kristen.
BIS: 2 Tawarikh (Pendahuluan Kitab) II TAWARIKH
PENGANTAR
Buku II Tawarikh merupakan lanjutan buku I Tawarikh. Buku ini mulai
dengan kisah pemerintahan Raja Salomo sampai wafatnya. Set
II TAWARIKH
PENGANTAR
Buku II Tawarikh merupakan lanjutan buku I Tawarikh. Buku ini mulai dengan kisah pemerintahan Raja Salomo sampai wafatnya. Setelah mengemukakan kisah pemberontakan suku-suku utara di bawah pimpinan Yerobeam melawan Raja Rehabeam, buku ini hanya mengemukakan sejarah Yehuda, yaitu kerajaan selatan, sampai jatuhnya Yerusalem pada tahun 586 Sebelum Masehi.
Isi
- Pemerintahan Salomo
2Taw 1:1-9:31 - a. Tahun-tahun pertama
2Taw 1:1-17 - b. Pembangunan Rumah TUHAN
2Taw 2:1-7:10 - c. Tahun-tahun kemudian
2Taw 7:11-9:31 - Pemberontakan suku-suku utara
2Taw 10:1-19 - Raja-raja Yehuda
2Taw 11:1-36:12 - Jatuhnya Yerusalem
2Taw 36:13-23
Intisari: 2 Tawarikh (Pendahuluan Kitab) Pelajaran mengenai Kesetiaan
ISI II TAWARIKH II Tawarikh menceritakan kisah umat Allah dengan pemeritahan Raja Salomo. Kitab itu menelusuri berbagai
Pelajaran mengenai Kesetiaan
ISI II TAWARIKH
II Tawarikh menceritakan kisah umat Allah dengan pemeritahan Raja Salomo. Kitab itu menelusuri berbagai kejadian yang menimpa Yehuda selama hampir empat ratus tahun sampai akhirnya negeri itu hancur, rakyatnya dibuang dan ibukotanya dihancurkan (587 SM). Kisah kehancuran ini bukan merupakan kata akhir Tawarikh. Kalimat-kalimat terakhir dari kitab ini menunjuk kepada masa depan yang penuh harapan ketika bangsa ini dipulihkan melalui maklumat raja Kores (2Ta 36:23).
MENGAPA KITAB INI DITULIS
Si penyusun mempunyai tiga alasan untuk menyusun kitab ini:
1. Untuk menafsirkan jalannya sejarah. Ia menerangkan mengapa beberapa raja memerintah dengan damai dan sejahtera sedangkan yang lain memerintah dalam pergolakan. Rahasia keberhasilan itu terletak pada kesetiaan kepada Allah.
2. Untuk mengajar. Si penyusun tidak puas hanya dengan menguraikan masa lalu dalam tulisannya. Ia ingin menghimbau umat Allah untuk belajar dari kesalahan-kesalahan yang terjadi sepanjang sejarah, dan setia kepada-Nya sekarang.
3. Untuk menggugah iman. Banyak orang Yahudi merasa Allah telah meninggalkan mereka. Dengan menjelaskan sebab-sebab dari penderitaan mereka, si penyusun mendorong mereka untuk kembali percaya kepada Allah yang besar dan berkuasa. Untuk komentar terinci mengenai mengapa 2 Tawarikh ditulis bacalah komentar mengenai 1 Tawarikh.
CIRI KHUSUS
1. Si penyusun setia kepada keluarga Daud dan memperlihatkan bagaimana Allah tetap setia memenuhi janji-Nya bahwa takta Daud akan tetap aman (2Ta 21:7) kendati Ia mempunyai alasan untuk tidak melakukannya.
2. Kerajaan Israel Utara dianggap melakukan kesalahan, karena memisahkan diri dari takta Daud (2Ta 13:1-12). Dalam seluruh kitab tindakan bangsa israel dianggap jahat (misalnya 2Ta 21:6,13). Sejarah bangsa Israel diabaikan kecuali kisah yang dapat dipakai sebagai peringatan untuk tidak melakukan kesalahan.
3. Peristiwa dalam sejarah dipakai sedemikian rupa sehingga arti kerohaniannya dapat ditonjolkan. Si penyusun tidak mengada-ada maupun memutarbalikkan sejarah; ia juga bukannya tidak teliti. 1 dan 2 Raja-raja memberikan gambaran sejarah yang lebih lengkap tentang kisah bangsa Israel dan Yehuda, tetapi kedua kitab itu tidak menunjukkan motivasi yang sama untuk menggunakan sejarah guna mengajar masalah rohani.
Pesan
1. Pentingnya perjanjian
Pesan utama II Tawarikh terletak dalam 2Ta 15:2: Tuhan beserta dengan kamu bilamana kamu berserta dengan Dia. Bilamana kamu mencari-Nya. Ia berkenan ditemui olehmu, tetapi bilamana kamu meninggalkannya, kamu akan ditinggalkan-Nya. Hubungan Allah dengan umat-Nya diatur oleh suatu perjanjian, yang didalamnya Allah akan memberkati mereka sepanjang mereka taat kepada-Nya. Kitab ini dengan jelas memberi gambaran mengenai penerapan dari prinsip ini dalam sejarah bangsa Yehuda. Taat pada perjanjian membawa kemakmuran; menyalahi perjanjian membawa kehancuran.
o Allah itu besar. 2Ta 2:6; 6:18
o Allah itu baik. 2Ta 5:13
o Allah itu adil. 2Ta 12:6
o Allah itu berkuasa. 2Ta 13:12
o Allah memakmurkan mereka yang percaya kepada-Nya. 2Ta 13:18; 17:5,6; 20:20; 25:7-9; 27:6
o Allah menolong yang lemah. 2Ta 14:11; 20:12, 15-17
o Allah itu panjang sabar. 2Ta 21:7
3. Hukum Allah dalam perjanjian
o Hukum Allah mengemukkan apa yang harus dilakukan oleh manusia untuk dapat menerima kepenuhan berkat Allah. 2Ta 6:16; 33:8
o Mengabaikan hukum Allah akan membawa bencana. 2Ta 12:1,2
o Kebangunan rohani akan menyebarluaskan hukum Allah. 2Ta 17:9
o Hukum Allah menyangkut masalah manusia. 2Ta 19:10
o Hukum Allah menyangkut penyembahan yang benar. 2Ta 23:18; 29:15
o Ketaatan mambawa kemakmuran. 2Ta 31:12
o Oleh karena dosa, manusia sering perlu bertobat dan memperbarui penghayatannya terhadap hukum Allah. 2Ta 14:2-5; 17:6; 24:1-14; 29:1-31:21; 34:1-35:27
4. Manusia perjanjian
o Mereka harus tetap taat sampai pada akhirnya. 2Ta 16:1-14; 24:17-27; 26:16-23
o Mereka harus menyadari bahaya kesombongan. 2Ta 32:24-31
o Mereka harus peka terhadap suara Tuhan. 2Ta 19:2,3; 20:35-37; 35:20-26
o Mereka harus menanggung segala akibat dosa. 2Ta 35:20-25
o Mereka dapat cepat tanggap terhadap berita gembira pengampunan. 2Ta 33:10-20
Penerapan
1. Bagi pemerintahan duniao Allah mengatur urusan semua bangsa.
o Allah mengharapkan ketaatan dari semua bangsa.
o Allah memakai nasib setiap bangsa untuk melaksanakan kehendak-Nya.
o Allah lebih kaya dari kekayaan segala bangsa.
2. Bagi orang-orang Kristen yang percaya
o Sebagai pelaku ibadah:
- Ibadah harus berpusat pada kebesaran Allah
- Ibadah memerlukan ketaatan yang sungguh-sungguh
- Ibadah harus dijaga kekudusannya
- Ibadah berarti menaikkan pujian dengan penuh kegembiraan
- Ibadah menyangkut hal memberi dengan suka cita
o Sebagai pekerja:
- Pelayanan atas dasar kemauan
- Pelayanan harus tepat
- Pelayanan harus ditujukan bagi Allah
o Sebagai murid:
- Kita harus sering memperbarui janji kita.
- Kita harus selalu siap menghadapi pencobaan setiap hari.
- Kita harus mendengarkan suara Tuhan dengan hati-hati.
- Kita harus bertekad untuk menjadi murid yang teguh.
Tema-tema Kunci
1. Kebijaksanaan
Pelajarilah permohonan Salomo, dan perhatikan mengapa Allah berkenan atas permohonan itu dan apa yang kemudian terjadi (2Ta 1:7-17). Apakah kita memasukkan kebijaksanaan dalam doa kita?
2. Rumah Tuhan
Tulislah pelajaran apa saja yang dapat dipelajari dari cara Salomo membangun Rumah Tuhan; hal-hal yang dikatakannya kepada Allah dan apa yang dikatakan Allah kepadanya (2Ta 2:1-7:22).
3. Dukungan rohani
Apa yang dapat kita pelajari dari pengalaman beberapa raja (2Ta 22:3; 24:17-19; 26:5) tentang berkat dan bahaya dari persekutuan dengan orang-orang Kristen yang lebih dewasa?
4. Penderitaan
Penderitaan dapat merupakan pembawa pesan dari Tuhan (2Ta 16:12; 32:24,25; 33:10-13); masalah yang penting ialah bagaimana reaksi kita terhadap penderitaan. Dengan cara apa lagi Allah berbicara pada kita dewasa ini?
5. Perubahan
Kitab ini berisi banyak contoh mengenai raja-raja yang berubah menjadi jahat dan seorang raja yang menjadi baik. Siapakah mereka? Bahaya apa yang diperlihatkan oleh mereka yang tidak setia? Apakah Injil kita mengizinkan adanya perubahan drastis (2Ta 33:1-20)?
6. Pujian
Pelajarilah ajaran yang beguna tentang memuji Allah (2Ta 5:11-14; 6:14-42; 20:15-30). Apa yang dapat dipelajari oleh Gereja dewasa ini mengenai dasar dan isi penyembahan kita?
7. Bimbingan
Kesalahan apa yang terdapat pada cara yang dipakai oleh Ahab dalam mencari bimbingan (2Ta 18:1-34)? Sampai dimana kita membuat kesalahan dalam hal ini?
8. Memberi
Pelajaran penting apa yang diajarkan dalam 2 Tawarikh mengenai memberi (2Ta 24:10; 31:2-21)? Carilah pengajaran serupa dalam Perjanjian Baru.
9. Iman
Tulislah segi apa dalam kehidupan Anda yang memerlukan latihan iman Anda, seperti yang dilakukan oleh Yosafat (2Ta 20:20).
Garis Besar Intisari: 2 Tawarikh (Pendahuluan Kitab) [1] PEMERINTAHAN RAJA SALOMO 2Ta 1:1-9:31
2Ta 1:1-17 Raja Salomo: kebijaksanaan dan kekayaannya
2Ta 2:1-8Persiapan pembuatan Rumah Tuhan
[1] PEMERINTAHAN RAJA SALOMO 2Ta 1:1-9:31
2Ta 1:1-1 | 7 Raja Salomo: kebijaksanaan dan kekayaannya |
2Ta 2:1-8 | Persiapan pembuatan Rumah Tuhan |
2Ta 3:1-17 | Pembangunan Rumah Tuhan |
2Ta 4:1-5:1 | Memperlengkapi Rumah Tuhan |
2Ta 5:2-14 | Tabut Perjanjian dibawa ke Rumah Tuhan |
2Ta 6:1-42 | Pidato dan doa Raja Salomo |
2Ta 7:1-1 | 0 Raja Salomo meresmikan Rumah Tuhan |
2Ta 7:1-22 | Tuhan berbicara kepada Salomo |
2Ta 8:1-18 | Jasa-jasa Salomo yang lain |
2Ta 9:1-12 | Kunjungan Ratu negeri Syeba |
2Ta 9:13-28 | Kekayaan Raja Salomo |
2Ta 9:29-31 | Kematian Raja Salomo |
[2] MASA PEMERINTAHAN PARA PENGGANTI SALOMO 2Ta 10:1-36:23
2Ta 10:1-19 | Kerajaan terpecah |
2Ta 11:1-12:16 | Rehobeam: kebaikan yang dilakukannya |
2Ta 13:1-14:1 | Abia: bersandar kepada Tuhan |
2Ta 14:2-16:14 | Asa: pada mulanya sangat taat kepada Tuhan |
2Ta 17:1-21:3 | Yosafat: bangga melayani Tuhan |
2Ta 21:4-20 | Yehoram: tidak seorang pun meratapi kematiannya |
2Ta 22:1-9 | Ahazia: dibujuk untuk melakukan kejahatan |
2Ta 22:10-24:16 | Yoas: raja muda yang menjadi pembaharu |
2Ta 24:17-27 | Yoas: tidak patuh kepada Tuhan |
2Ta 25:1-28 | Amazia: pengikut Tuhan yang setengah-setengah |
2Ta 26:1-23 | Uzia: kesombongan menyebabkan kejatuhannya |
2Ta 27:1-9 | Yotam: berjalan dengan teguh mengikuti Tuhan |
2Ta 28:1-27 | Ahas: menyebarkan kejahatan |
2Ta 29:1-32:33 | Hizkia: berhasil dalam setiap usahanya |
2Ta 33:1-20 | Manasye: dalam kekalutan ia mencari Tuhan |
2Ta 33:21-25 | Amon: bertambah-tambah dosanya |
2Ta 34:1-35:27 | Yosia: bertindak sesuai dengan undang-undang |
2Ta 36:1-14 | Yoahas: pemerintahan yang singkat |
2Ta 36:5-8 | Yoyakim: melakukan hal-hal yang dibenci Tuhan |
2Ta 36:9,10 | Yoyakim: melakukan kejahatan di mata Tuhan |
2Ta 36:11-14 | Zedekia: tidak mau berpaling kepada Tuhan |
2Ta 36:15-22 | Jatuhnya Yerusalem |
2Ta 36:23 | Pengharapan untuk masa depan |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi