Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Jerusalem -> Ams 6:31
Jerusalem: Ams 6:31 - tujuh kali lipat Bdk Kej 22:1-8. Menurut nas Keluaran ini pencuri mesti membayar dua kali lipat. Tujuh kali lipat dalam Ams 6:31 ini hanya bermaksud menekankan betapa ...
Bdk Kej 22:1-8. Menurut nas Keluaran ini pencuri mesti membayar dua kali lipat. Tujuh kali lipat dalam Ams 6:31 ini hanya bermaksud menekankan betapa penting bahwa pencuri membayar kembali, meskipun mencuri karena lapar.
Ende -> Ams 6:30-31
Ende: Ams 6:30-31 - -- Seorang jang terpaksa mentjuri tiada ternista karenanja, biarpun kena hukuman
menurut hukum. Tetapi seorang jang berdjinah baik dihukum maupun dinista...
Seorang jang terpaksa mentjuri tiada ternista karenanja, biarpun kena hukuman menurut hukum. Tetapi seorang jang berdjinah baik dihukum maupun dinistakan karenanja.
Ref. Silang FULL -> Ams 6:31
· kali lipat: Kel 22:1-14
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Ams 6:20-35
Matthew Henry: Ams 6:20-35 - --Peringatan-peringatan Orangtua; Peringatan-peringatan terhadap Kecemaran (6:20-35)
Di sini terdapat,
I. Nasihat umum untuk mematuhi firman Allah ...
Peringatan-peringatan Orangtua; Peringatan-peringatan terhadap Kecemaran (6:20-35)
- Di sini terdapat,
- I. Nasihat umum untuk mematuhi firman Allah dengan setia dan menjadikannya sebagai panduan kita dalam segala tindakan kita.
- 1. Kita harus melihat firman Allah baik sebagai cahaya (ay. 23) maupun sebagai hukum atau ajaran (ay. 20-23).
- (1) Menurut peringatan-peringatannya, firman itu adalah cahaya, yang kepadanya pengertian-pengertian kita harus tunduk. Firman itu pelita bagi mata kita untuk menyingkapkan segala sesuatu, dan dengan demikian bagi kaki kita untuk mencari arah. Firman Allah menyingkapkan kepada kita kebenaran-kebenaran yang pasti dan kekal, dan dibangun di atas akal sehat yang terluhur. Terang firman adalah terang yang pasti.
- (2) Menurut kewenangannya, firman itu adalah hukum, yang kepadanya kehendak-kehendak kita harus patuh. Seperti halnya tidak pernah ada cahaya seperti itu yang bersinar dari aliran-aliran filsafat mana pun, demikian pula tidak pernah ada hukum seperti itu yang keluar dari takhta raja mana pun, karena hukum tersebut begitu tertata dengan baik dan begitu mengikat. Hukum itu seperti pelita dan cahaya, sebab ia membawa di dalam dirinya sendiri bukti akan kebaikannya.
- 2. Kita harus menerimanya sebagai perintah ayah kita dan ajaran ibu kita (ay. 20). Itu adalah perintah Allah dan hukum-Nya. Tetapi,
- (1) Orangtua kita mengarahkan kita kepadanya, menaruhnya di dalam tangan kita, mendidik kita dalam pengetahuan dan pelaksanaannya, karena asal usul dan kewajibannya adalah yang paling sakral. Memang kita percaya bukan karena perkataan mereka, sebab kita telah mengujinya sendiri dan mendapatinya sebagai firman yang berasal dari Allah. Tetapi kita berutang budi kepada mereka karena telah menyarankannya kepada kita, dan kita melihat semua alasan untuk tetap berpegang pada kebenaran yang telah kita terima, dengan selalu mengingat orang yang telah mengajarkannya kepada kita.
- (2) Peringatan-peringatan, nasihat-nasihat, dan perintah-perintah yang diberikan orangtua kita kepada kita itu sesuai dengan firman Allah, dan oleh sebab itu kita harus berpegang teguh padanya. Anak-anak, ketika tumbuh dewasa, harus ingat ajaran dari ibu yang baik, dan juga perintah dari ayah yang baik (Sir. 3:2). Tuhan telah memuliakan bapa pada anak-anaknya, dan hak ibu atas para anaknya diteguhkan-Nya.
- 3. Kita harus memegang firman Allah dan didikan-didikan baik yang telah diberikan orangtua kita kepada kita berdasarkan firman itu.
- (1) Kita sekali-kali tidak boleh membuangnya, tidak boleh menganggapnya sebagai prestasi yang amat besar (sebagaimana sebagian orang menganggapnya) apabila kita berhasil melepaskan diri dari kekangan-kekangan pendidikan yang baik: “Peliharalah perintah ayahmu, tetaplah memeliharanya, dan janganlah pernah meninggalkannya.”
- (2) Kita sekali-kali tidak boleh mengesampingkannya, jangan, sekejap pun jangan (ay. 21): tambatkanlah senantiasa semuanya itu bukan hanya pada tanganmu (sebagaimana yang sudah diperintahkan Musa, Ul. 6:8) melainkan juga pada hatimu. Tali sembahyang yang diikatkan pada tangan tidaklah bernilai sama sekali jika tidak menimbulkan pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan yang saleh di dalam hati. Di sanalah firman harus tertulis, di sanalah firman harus tersembunyi, dan diletakkan dekat dengan hati nurani. Kalungkanlah itu pada lehermu, sebagai perhiasan, sebagai gelang, atau kalung emas, pada tenggorokanmu (begitu arti kata itu). Biarlah firman itu menjadi penjaga di jalan tenggorokan itu. Kalungkanlah itu pada tenggorokanmu, agar tidak ada buah terlarang yang boleh masuk atau kata-kata jahat apa pun yang boleh keluar melalui tenggorokan itu. Dan dengan demikian engkau akan mencegah banyak dosa. Biarlah firman Allah selalu siap sedia bagi kita, dan biarlah kita merasakan pengaruh-pengaruhnya yang tertanam pada kita, seperti sesuatu yang diikatkan pada hati dan pada leher kita.
- 4. Kita harus memanfaatkan firman Allah dan keuntungan yang dirancangkan untuk kita melalui firman itu. Jika kita senantiasa mengikatnya pada hati kita,
- (1) Firman Allah akan menjadi pembimbing kita, dan kita harus mengikuti arahannya. “Jikalau engkau berjalan, engkau akan dipimpinnya (ay. 22). Ia akan memimpinmu ke dalam, dan memimpinmu di dalam, jalan yang baik dan benar. Ia akan memimpinmu keluar, dan memimpinmu dari setiap jalan yang berdosa dan berbahaya. Firman itu akan berkata kepadamu, ketika kamu siap untuk menyimpang, inilah jalannya, berjalanlah di dalamnya. Firman itu akan menjadi bagimu seperti tiang awan dan tiang api bagi Israel di padang gurun. Berilah dirimu dipimpin olehnya, biarlah ia menjadi aturanmu, maka kamu akan dipimpin oleh Roh. Ia akan menjadi pemantau dan penyokongmu.”
- (2) Firman itu akan menjadi penjaga kita, dan kita harus menempatkan diri kita di bawah perlindungannya: “Jikalau engkau berbaring, dan menjadi rentan untuk diserang oleh kuasa-kuasa gelap yang amat jahat, engkau akan dijaganya. Engkau akan aman dan merasakan demikian.” Jika kita mengatur diri kita dengan perintah-perintah dari firman Allah sepanjang hari, dan dengan penuh kesadaran hati nurani menjalankan kewajiban yang telah diperintahkan Allah kepada kita, maka kita dapat berlindung di bawah janji-janji firman itu pada malam hari, dan mendapat penghiburan dari kelepasan-kelepasan yang dikerjakan Allah dan yang akan diperintahkan-Nya bagi kita.
- (3) Firman itu akan menjadi teman pengiring kita, dan kita harus bercakap-cakap dengannya: “Jikalau engkau bangun pada malam hari, dan tidak tahu bagaimana harus mengisi waktu terjagamu, jika engkau membuka diri, engkau akan disapanya, dan akan dihibur dengan renungan-renungan yang menyenangkan pada malam engkau terjaga. Jikalau engkau bangun pada pagi hari, dan merencanakan pekerjaan untuk hari itu, engkau akan disapanya dengan perbincangan mengenai pekerjaan itu, dan akan dibantu untuk menyusun rencana yang terbaik (Mzm. 1:2). Firman Allah selalu mempunyai sesuatu untuk dikatakan kepada kita dalam segala kesempatan, jika saja kita membuka diri untuk berbincang-bincang dengannya, mau bertanya apa yang hendak dikatakannya, dan bersedia untuk mendengarkannya. Kita akan sangat terbantu untuk berjalan dengan dekat dan nyaman bersama Allah sepanjang hari jika kita mau memulai dengan Dia pada waktu pagi, dan membiarkan firman-Nya menjadi isi pikiran yang pertama-tama kita pikirkan.Apabila aku bangun, masih saja aku bersama-sama Engkau. Kita masih bersama-sama dengan-Nya jika firman-Nya masih bersama-sama dengan kita.
- (4) Firman itu akan menjadi hidup kita. Sebab, sama seperti hukum adalah cahaya dan pelita untuk saat ini, demikian pula teguran yang mendidik itu adalah jalan kehidupan. Teguran-teguran dari firman tidak hanya menunjukkan kesalahan-kesalahan kita tetapi juga mendidik kita bagaimana berbuat dengan lebih baik. Itu adalah jalan yang menuju pada kehidupan, kehidupan kekal. Oleh sebab itu, jangan sampai teguran-teguran yang senantiasa diberikan itu, yang mempunyai kuasa begitu langsung untuk membuat kita bahagia, membuat kita tidak tenang.
- II. Di sini ada peringatan khusus terhadap dosa kenajisan.
- 1. Apabila kita mempertimbangkan betapa pelanggaran ini sangat banyak dilakukan, betapa kejinya sifat dari pelanggaran itu, betapa berbahayanya akibat yang ditimbulkannya, dan betapa pastinya kerusakan yang diakibatkannya bagi semua benih kehidupan rohani di dalam jiwa, maka kita tidak akan terheran-heran bahwa peringatan-peringatan terhadapnya begitu sering diulang-ulang dan ditanamkan dengan sangat.
- (1) Satu kebaikan besar yang dirancangkan Allah bagi manusia, dalam memberi mereka hukum-Nya, adalah untuk menjaga mereka dari dosa ini (ay. 24). “Teguran-teguran yang mendidik adalah jalan kehidupan bagimu, karena teguran-teguran itu dirancang untuk melindungi engkau terhadap perempuan jahat. Perempuan itu pasti akan mendatangkan kematian kepadamu, dengan tergoda oleh kelicikan lidah perempuan asing, yang berpura-pura mencintaimu, tetapi sebenarnya bermaksud menghancurkanmu.” Orang-orang yang mudah termakan oleh rayuan menjadikan diri mereka sendiri sebagai mangsa yang sangat empuk bagi si penggoda. Sebaliknya, barangsiapa mau menghindari jerat itu, ia harus menerima teguran-teguran yang sangat mendidik sebagai kebaikan besar, dan berterima kasih kepada orang-orang yang mau mendidik mereka dengan maksud baik (Ams. 27:5-6).
- (2) Kebaikan terbesar yang dapat kita lakukan sendiri adalah menjauhkan diri dari dosa ini, dan melihatnya dengan rasa takut dan kebencian yang teramat sangat (ay. 25): “Janganlah kiranya engkau menginginkan keelokan perempuan itu bahkan di dalam hatimu, sebab, jika engkau menginginkannya, engkau sudah berzinah dengannya di dalam hatimu. Janganlah membicarakan pesona-pesona wajahnya, atau terpana dengan lirikan-lirikannya yang menawan. Semua itu jerat dan perangkap. Janganlah terpikat oleh bulu matanya. Penampilannya adalah panah-panah api. Penampilannya itu melukai, membunuh, dalam arti lain daripada yang diartikan oleh sepasang kekasih. Mereka menyebutnya sebagai sesuatu yang menawan, namun itu adalah penawan yang menghancurkan, yang lebih buruk daripada perbudakan di Mesir.”
- 2. Berbagai macam alasan yang dikemukakan Salomo di sini untuk meneguhkan peringatan terhadap dosa persundalan.
- (1) Persundalan adalah dosa yang memiskinkan orang, menghabiskan harta milik mereka, dan membuat mereka jatuh miskin (ay. 26, kjv): karena seorang perempuan sundal, seorang laki-laki harus mengemis sepotong roti. Ini sudah terjadi pada banyak orang, yang telah menghancurkan tubuh dan jiwanya dengan mengorbankan kekayaannya. Anak yang hilang menghabiskan harta bendanya dengan pelacur-pelacur, sampai membuatnya menjadi salah satu kawanan babi. Kemiskinan yang dibawa sendiri oleh kebodohan manusia sudah tentu menekan dengan amat berat (Ayb. 31:12).
- (2) Persundalan mendatangkan kematian. Persundalan membunuh manusia: perempuan yang berzinah akan memburu nyawa yang berharga (ay. 26, kjv), mungkin dengan sengaja, seperti Delilah yang memburu nyawa Simson. Setidak-tidaknya, pada akhirnya, dosa persundalan akan menghantam nyawa. Perzinahan ditetapkan oleh hukum Musa sebagai kejahatan yang pantas mendapat hukuman mati.Baik laki-laki maupun perempuan yang berzinah pasti keduanya akan dihukum mati. Semua orang pada waktu itu tahu ini. Oleh sebab itu, orang-orang yang, demi memuaskan hawa nafsu rendah, membuat diri sendiri terancam oleh hukum Taurat itu, dianggap sama saja dengan bunuh diri.
- (3) Persundalan mendatangkan rasa bersalah pada hati nurani dan merusakkannya. Orang yang menghampiri istri sesamanya, dengan maksud bejat, tidak akan luput dari hukuman (ay. 29).
- [1] Ia sedang terancam bahaya perzinahan, seperti orang yang membawa api dalam gelumbung baju, atau yang berjalan di atas bara, terancam bahaya terbakar. Jalan dosa ini adalah jalan yang menurun, dan orang-orang yang berani coba-coba menghadapi godaan-godaannya hampir tidak akan terhindar dari dosa itu sendiri. Lalat dengan bodohnya bertaruh nyawa dengan bermain-main di atas api. Perzinahan adalah jurang yang dalam, dan sungguh gila orang yang berani coba-coba mendekati tepiannya. Barangsiapa berteman dengan orang-orang yang terkenal bobrok, yang masuk bersama-sama dengan mereka, dan menghampiri mereka, tidak lama lagi akan kehilangan kemurniannya. Ia menjebloskan dirinya ke dalam godaan, dan dengan demikian melemparkan dirinya keluar dari perlindungan Allah.
- [2] Barangsiapa berbuat zinah berada di jalan yang mudah untuk menuju kebinasaan. Orang berdosa yang lancang berkata, “Aku berani mencoba-coba dosa perzinahan, namun tetap terhindar dari hukumannya. Aku akan mendapatkan kedamaian meskipun aku terus melakukannya.” Ini sama saja dengan berkata, aku akan membawa api dalam gelumbung baju, namun pakaianku tidak akan terbakar, atau berjalan di atas bara, namun kakiku tidak akan hangus. Orang yang menghampiri istri sesamanya, bagaimanapun ia memandang dirinya sendiri, tidak akan dipandang tidak berdosa oleh Allah. Api hawa nafsu mengobarkan api neraka.
- (4) Persundalan menghancurkan nama baik dan membuatnya selama-lamanya buruk. Persundalan itu adalah dosa yang jauh lebih memalukan daripada mencuri (ay. 30-33). Mungkin tidak demikian halnya dalam pandangan manusia, setidak-tidaknya tidak di zaman kita ini. Seorang pencuri akan dipukuli, dimasukkan ke dalam penjara, dibawa ke tiang gantungan, sementara seorang pezinah yang kotor dibiarkan pergi tanpa dihukum, bahkan, pada banyak orang, tanpa mendapat cela. Ia berani bermegah dalam kejahatan-kejahatannya, dan semua itu hanya dijadikan bahan lelucon belaka. Tetapi, dalam pandangan Allah dan hukum-Nya, perzinahan adalah kejahatan yang jauh lebih besar. Jika Allah adalah sumber kehormatan, maka firman-Nya haruslah menjadi ukuran bagi kehormatan itu.
- [1] Adapun dosa mencuri, jika seseorang sampai melakukannya dengan alasan kebutuhan yang amat mendesak, jika ia mencuri makanan untuk memuaskan nafsunya karena lapar, walaupun itu tidak akan meluputkannya dari kesalahan, namun karena orang tidak mau membesar-besarkannya maka ia tidak akan dihina, tidak akan diperlihatkan aibnya, tetapi akan dikasihani. Jika orang sudah lapar, maka menerobos dinding batu pun ia mau, dan yang akan dipersalahkan adalah orang-orang yang menjadikannya miskin, atau yang tidak memberinya kelegaan. Bahkan, meskipun ia tidak bisa berdalih apa-apa, kalau ia tertangkap mencuri, dan buktinya sudah begitu jelas mengarah pada dia, ia hanya harus membayar kembali tujuh kali lipat. Hukum Musa menetapkan bahwa orang yang mencuri seekor domba harus membayar kembali empat kali lipat, dan yang mencuri lembu lima kali lipat (Kel. 22:1). Berdasarkan hukum itulah Daud membuat keputusan (2Sam. 12:6). Tetapi kita dapat menduga bahwa dalam kasus-kasus yang tidak mempunyai ketetapan hukum, para hakim memutuskan hukuman-hukuman yang sepadan dengan kejahatan-kejahatan, sesuai dengan keadilan hukum. Nah, jika orang yang mencuri seekor lembu dari ladang seseorang harus membayar kembali lima kali lipat, maka wajar kalau orang yang mencuri harta benda seseorang dari rumahnya harus membayar kembali tujuh kali lipat. Sebab tidak ada hukum yang dapat menghukum mati dia, seperti yang ada pada kita, untuk kejahatan mencuri dan merampok di tengah jalan. Mengenai jenis pencurian yang terburuk inilah Salomo berbicara di sini. Hukuman yang terbesar adalah jika orang dipaksa untuk menyerahkan segenap harta isi rumahnya untuk memenuhi tuntutan hukum, dan darahnya halal untuk ditumpahkan. Akan tetapi,
- [2] Berbuat zinah adalah kejahatan yang lebih jahat. Ayub menyebutnya demikian, dan merupakan kejahatan yang patut dihukum oleh hakim (Ayb. 31:11). Ketika Natan hendak mempersalahkan Daud atas kejahatan perzinahannya, dia melakukannya melalui perumpamaan tentang kasus pencurian yang teramat dibesar-besarkan, yang, menurut Daud, pantas mendapat hukuman mati (2Sam. 12:5). Lalu Natan menunjukkan kepada Daud bahwa dosanya jauh lebih berat daripada kasus pencurian itu. Pertama, perzinahan merupakan penghinaan yang jauh lebih besar terhadap akal budi manusia, sebab ia tidak dapat berdalih untuknya, sebagaimana yang dapat dilakukan pencuri, dengan berkata bahwa ia mencuri demi memuaskan rasa laparnya. Tetapi orang yang berzinah harus mengaku bahwa ia melakukannya untuk memuaskan hawa nafsu kebinatangan yang mau menghancurkan belenggu hukum Allah, bukan karena kebutuhan, melainkan karena kejalangan. Oleh sebab itu, siapa melakukan zinah tidak berakal budi, dan pantas direndahkan sebagai orang yang keterlaluan bodoh. Kedua, perzinahan dihukum dengan lebih berat oleh hukum Allah. Seorang pencuri cuma harus membayar uang denda, tetapi seorang pezinah harus menanggung hukuman mati. Pencuri mencuri untuk memuaskan nafsunya (kjv: memuaskan jiwanya – pen.), tetapi pezinah merusak diri (kjv: menghancurkan jiwanya sendiri – pen.) dan jatuh sebagai korban yang tidak dikasihani baik oleh keadilan Allah maupun manusia. “Hai orang berdosa, engkau telah menghancurkan dirimu sendiri.” Hal ini bisa diterapkan pada kematian rohani dan kekal, yang merupakan akibat dosa. Orang yang berbuat demikian melukai hati nuraninya, merusak kekuatan akal budinya, memadamkan semua percikan api kehidupan rohani, dan membuat dirinya terbuka terhadap murka Allah selama-lamanya, dan dengan demikian menghancurkan jiwanya sendiri. Ketiga, aib perzinahan tidak akan terhapuskan (ay. 33). Perzinahan akan menggoreskan luka pada nama baiknya, kecemaran pada keluarganya, dan, walaupun kesalahannya dapat dihapuskan melalui pertobatan, celanya tidak akan pernah bisa, tetapi akan melekat pada ingatan tentang dia setelah dia tiada. Dosa Daud dalam perkara yang menyangkut Uria tidak hanya menjadi noda yang terus menempel pada sifatnya sendiri, tetapi juga memberikan kesempatan bagi musuh-musuh Tuhan untuk mencela namanya.
- (5) Perzinahan membuat si pezinah berhadapan dengan amukan suami yang cemburu, yang kehormatannya telah ia hina (ay. 34-35). Orang yang menyentuh istri sesamanya dan menjadi akrab dengannya, memberikan alasan bagi suaminya untuk cemburu, apalagi kalau istrinya itu diperlakukan dengan tidak senonoh. Sekalipun disembunyikan rapat-rapat, perzinahan itu dapat diketahui dengan air pahit yang mendatangkan kutuk (Bil. 5:12). “Apabila ketahuan, maka akan lebih baik jika engkau bertemu dengan seekor beruang yang kehilangan anak-anaknya daripada dengan seorang suami yang terhina, yang, dalam masalah perzinahan, ingin membalas dengan cara kejam demi kehormatannya sendiri seperti yang ingin dilakukan orang dalam perkara pembunuhan untuk membalaskan darah saudaranya. Jika engkau tidak takut pada murka Allah, takutlah pada geram seorang laki-laki. Seperti itulah kecemburuan. Ia kuat seperti maut, dan gigih seperti dunia orang mati. Pada hari pembalasan dendam, ketika si pezinah diadili atas kehidupannya, sang penuntut tidak akan berpayah-payah dalam menjatuhkan tuntutannya, tidak akan berbelas kasihan kepadamu, sebagaimana yang mungkin akan dirasakannya terhadap orang yang sudah merampoknya. Ia tidak akan setuju dengan pemberian pengurangan hukuman. Ia tidak akan mau menerima tebusan apa pun. Meskipun engkau menawarkan suap kepadanya, dan memberinya banyak pemberian untuk menenangkannya, ia akan tetap bersikeras dan tidak akan puas dengan apa pun sampai hukum dijalankan. Engkau harus dirajam sampai mati. Jika orang harus menyerahkan segenap harta isi rumahnya, itu bisa menebus pencurian (ay. 31), tetapi tidak untuk perzinahan. Dalam kasus perzinahan, harta itu akan dianggap hina sama sekali. Oleh karena itu, biarlah kamu marah, tetapi jangan berbuat dosa. Janganlah membiarkan dirimu terbuka terhadap semua kesengsaraan ini demi kenikmatan mesum yang hanya sesaat, yang pada akhirnya akan menjadi kepahitan.”?
SH: Ams 6:20-35 - Godaan berzinah (Jumat, 30 Juli 1999) Godaan berzinah
Amsal memaparkan sebuah realita kehidupan manusia yang mudah
tergoda dalam dosa perzinahan, yang sering tidak berpikir panjang
...
Godaan berzinah
Amsal memaparkan sebuah realita kehidupan manusia yang mudah tergoda dalam dosa perzinahan, yang sering tidak berpikir panjang akan akibat-akibat yang dialaminya karena perbuatan tersebut. Daya tarik godaan seks sering meninabobokan manusia yang tidak berakal budi, yang hanya mencari kenikmatan lahiriah walaupun hanya bersifat sesaat.
Nikmat sesaat, malu selamanya! Akibat melakukan perbuatan zinah, secara fisik tubuhnya akan mengalami kerusakan, dan secara psikologis akan menjadi bahan cemoohan masyarakat; dan malunya pun tak akan terhapuskan. Betapa merugikan dosa perzinahan bagi orang yang melakukannya!
Sikap bertahan menghadapi godaan perzinahan. Sesungguhnya kita sendiri tidak akan mampu menghadapi/melawan godaan tersebut, karena kedagingan kita yang lemah. Lalu bagaimana caranya? Amsal menasihatkan agar kita memelihara hikmat dan menyimpannya dalam hati. Hikmat akan memimpin dan menjaga langkah kita serta melindungi dari godaan perzinahan. Betapapun dahsyat dan manisnya godaan di sekeliling kita, apabila hikmat yang memimpin pikiran dan hati kita, maka segala pikiran dan pertimbangan yang tak berakal budi, tidak akan mendominasi kehidupan kita.
SH: Ams 6:20-35 - Sikapi serius masalah perzinahan (Selasa, 25 November 2003) Sikapi serius masalah perzinahan
Tidak dapat dipungkiri bahwa manusia memang mudah tergoda dalam
dosa perzinahan. Ketika melakukan perzinahan in...
Sikapi serius masalah perzinahan
Tidak dapat dipungkiri bahwa manusia memang mudah tergoda dalam dosa perzinahan. Ketika melakukan perzinahan ini manusia seringkali tidak berpikir panjang terhadap dampak dari perbuatan tersebut. Padahal baik fisik maupun mental, orang tersebut akan mengalami kehancuran. Belum lagi cemoohan masyarakat di sekitarnya.Jujur harus kita akui bahwa untuk melawan godaan tersebut, kita sendiri tidak memiliki kesanggupan, karena kedagingan kita yang lemah. Oleh karena itu Amsal menasihatkan agar kita memelihara hikmat dan menyimpannya dalam hati. Hikmat akan memimpin dan menjaga langkah kita serta melindungi dari godaan perzinahan. Betapapun dahsyat dan manisnya godaan di sekeliling kita, apabila hikmat yang memimpin pikiran dan hati kita, maka segala pikiran dan pertimbangan yang tak berakal budi, tidak akan mendominasi kehidupan kita.Firman Tuhan memperingatkan kita untuk menyikapi serius masalah perzinahan. Firman Tuhan adalah pelita yang memancarkan cahaya (ayat 23) agar kita dapat melihat dengan jelas dan tidak terantuk. Ketahuilah bahwa orang yang berzinah adalah orang yang bodoh. Meskipun ia melihat dengan jelas rambu peringatan, ia tetap memilih untuk mengabaikannya. Firman Tuhan menyimpulkan bahwa, “Siapa melakukan zinah tidak berakal budi; orang yang berbuat demikian merusak diri” (ayat 32).
Berzinah adalah dosa yang tidak hanya menghancurkan diri kita sendiri, tetapi juga keluarga kita, anak-anak kita, dan orang di sekitar kita. Apakah Anda rela mengorbankan kebahagiaan, keharmonisan keluarga Anda hanya karena Anda tidak mampu melawan godaan dan tidak sanggup mengendalikan keinginan diri sendiri?
Renungkan: Orang Kristen harus mengetahui bahwa perzinahan mendatangkan kenikmatan sesaat, yang menghasilkan kehancuran mental setiap orang yang melakukannya.
SH: Ams 6:20-35 - Jangan berzina! (Selasa, 20 September 2011) Jangan berzina!
Dalam nas hari ini sang ayah memberi nasihat agar si anak menghindari perzinaan. Kata yang dipakai bukanlah nasihat, tetapi "perintah...
Jangan berzina!
Dalam nas hari ini sang ayah memberi nasihat agar si anak menghindari perzinaan. Kata yang dipakai bukanlah nasihat, tetapi "perintah" dan "ajaran" (torah, 2). Ini menunjukkan bahwa bagian itu merupakan hukum Allah yang berotoritas (bnd. Kel. 20:14). Menaati perintah ini akan membawa orang pada jalan kehidupan (23) yang akan melindungi sang anak dari perempuan jahat (24).
Kita dapat melihat bahwa dalam dunia kuno ada dua kelas wanita yang berbahaya: wanita sundal dan istri yang berselingkuh. Melakukan hubungan dengan salah seorang dari mereka jelas salah, walaupun ada perbedaan di antara keduanya. Akibat berhubungan dengan istri orang lain jauh lebih berbahaya (26). Jika hubungan dengan wanita sundal akan menghabiskan harta, hubungan dengan isteri orang lain akan menghilangkan nyawa (bnd. 34-35). Tidak mungkin hubungan itu dirahasiakan. Sama mustahilnya dengan membawa api dalam gelembung baju, tetapi bajunya tidak boleh terbakar (27). Atau berjalan di atas bara api tanpa mengalami kaki hangus (28). Bila orang mencuri dan ketahuan, ia harus membayar kembali tujuh kali lipat, yaitu seluruh denda yang dibebankan (30-31). Begitulah orang yang menghampiri istri orang, pasti ketahuan dan dihukum. Orang yang berzina tidak perlu dikasihani karena tidak berakal budi dan merusak diri (32).
Ketika hubungan dengan isteri orang ketahuan, seseorang bukan saja akan mendapat cemooh dan malu (33), tetapi jauh lebih parah dari itu ia akan mendapat hukuman mati. Suami yang cemburu tidak akan bersedia menerima tebusan untuk menggantikan nyawa pasangan yang berselingkuh, dan karenanya kematian yang akan menjadi hukuman (34-35).
Walau sekarang pezina tidak dihukum mati, tetapi mari sadari bahwa perzinaan melanggar perintah Allah dan berakibat mengerikan. Melakukan perzinahan dengan wanita sundal merupakan dosa besar dan merusak keluarga sendiri. Namun melakukan perzinaan dengan isteri orang lebih parah lagi karena merusak dua keluarga. Keduanya harus dihindari dengan segala cara.
SH: Ams 6:20-35 - Jangan Sok Kuat (Minggu, 7 Agustus 2022) Jangan Sok Kuat
Ada ungkapan, "Lelaki lemah terhadap tiga hal, yaitu harta, takhta, dan wanita." Di antara ketiganya, jelas wanita merupakan kelemaha...
Jangan Sok Kuat
Ada ungkapan, "Lelaki lemah terhadap tiga hal, yaitu harta, takhta, dan wanita." Di antara ketiganya, jelas wanita merupakan kelemahan pria yang paling besar. Bahkan, tak jarang kita mendengar tokoh-tokoh besar, termasuk pendeta, jatuh ke dalam jerat dosa perzinaan. Dengan kata lain, tak ada seorang pun yang kebal terhadap godaan perzinaan.
Penulis Amsal menggambarkan godaan tersebut dengan personifikasi perempuan jahat, perempuan asing, perempuan sundal, dan perempuan zina yang merupakan istri sesama. Perempuan-perempuan itu menjerat laki-laki muda untuk kepentingan perutnya sendiri (26). Namun, di balik pesona yang memikat, dosa perzinaan memiliki konsekuensi yang sangat serius. Konsekuensinya adalah tidak akan luput dari hukuman, membayar tujuh kali lipat dan harta seisi rumahnya harus diserahkan, merusak diri sendiri, mendapatkan siksa dan cemooh, serta malu yang tidak terhapuskan (29-34).
Selain adanya berbagai konsekuensi tersebut, penulis Amsal juga memberikan nasihat agar memelihara perintah ayah dan tidak menyia-nyiakan ajaran ibu (20). Ketaatan terhadap orang tua tidak dapat diabaikan, bahkan harus diingat dalam segala aspek kehidupan. Pasalnya, perintah dan ajaran orang tua ibarat lampu dan cahaya yang menerangi, memimpin, melindungi, dan menjaga anak-anak muda dari jeratan dosa perzinaan (21-23).
Dosa perzinaan begitu memikat dan tidak pandang bulu. Siapa pun bisa terjerat olehnya. Karena itu, penting bagi kita untuk memikirkan konsekuensi yang harus terjadi. Selain itu, seperti nasihat Amsal, kita harus menyimpan dan mengingat perintah Tuhan. Pasalnya, Iblis menggunakan berbagai trik untuk membuat kita jatuh. Dengan demikian, firman Tuhan adalah satu-satunya perisai kita.
Kita harus belajar dari seorang tokoh Alkitab, yaitu Yusuf, yang melarikan diri dari godaan dosa perzinaan ketika dihadapkan pada istri Potifar. Mari kita belajar dari penulis Amsal dan Yusuf; tak seorang pun kuat terhadap godaan zina. Karena itu, jangan sok kuat! [YGM]
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Amsal (Pendahuluan Kitab) Penulis : Salomo dan Orang Lain
Tema : Hikmat untuk Hidup dengan Benar
Tanggal Penulisan: Sekitar 970-700 SM
Latar Belakang
PL...
Penulis : Salomo dan Orang Lain
Tema : Hikmat untuk Hidup dengan Benar
Tanggal Penulisan: Sekitar 970-700 SM
Latar Belakang
PL Ibrani secara khusus terbagi atas tiga bagian: Hukum, Kitab Para Nabi, dan Tulisan-Tulisan (bd. Luk 24:44). Termasuk dalam bagian ketiga ialah kitab-kitab Syair dan Hikmat seperti Ayub, Mazmur, Amsal, dan Pengkhotbah. Demikian pula, Israel kuno mempunyai tiga golongan hamba Tuhan: para imam, para nabi, dan para bijak ("orang berhikmat"). Kelompok orang bijak khususnya dikaruniai hikmat dan nasihat ilahi mengenai masalah-masalah kehidupan yang praktis dan filosofis. Amsal merupakan hikmat para bijak yang terilhamkan.
Istilah Ibrani _mashal_, yang diterjemahkan "amsal", bisa berarti "ucapan" orang bijak, "perumpamaan", atau "peribahasa berhikmat". Karena itu ada beberapa ajaran (ucapan orang bijak) yang agak panjang dalam kitab ini (mis. Ams 1:20-33; Ams 2:1-22; Ams 5:1-14), dan juga aneka pernyataan ringkas yang menggugah berisi hikmat untuk hidup dengan bijaksana dan benar. Sedangkan kitab Amsal menyajikan suatu bentuk pengajaran berupa amsal yang umum dipakai di Timur Dekat zaman dahulu, hikmatnya itu khusus karena disajikan dalam konteks Allah dan semua standar kebenaran-Nya bagi umat perjanjian Allah. Alasan-alasan popularitas pengajaran berupa amsal pada zaman kuno ialah kejelasannya dan sifat mudah dihafalkan dan disampaikan kepada angkatan berikutnya.
Sebagaimana Daud menjadi sumber tradisi bermazmur di Israel, demikian Salomo menjadi sumber tradisi hikmat (lih. Ams 1:1; Ams 10:1; Ams 25:1). Menurut 1Raj 4:32, Salomo menghasilkan 3000 amsal dan 1005 kidung semasa hidupnya. Penulis lain yang disebutkan dalam Amsal adalah Agur (Ams 30:1-33) dan Raja Lemuel (Ams 31:1-9), keduanya tidak kita kenal. Penulis-penulis lain disebut secara tak langsung dalam Ams 22:17 dan Ams 24:23. Sekalipun sebagian besar Amsal ini digubah pada abad ke-10 SM, waktu terdini yang mungkin bagi selesainya penyusunan kitab ini adalah masa pemerintahan Hizkia (yaitu sekitar 700 SM). Keterlibatan para pegawai Hizkia dalam menyusun amsal-amsal Salomo (Ams 25:1--29:27) dapat diberi tanggal tahun 715-686 SM sementara masa kebangunan rohani yang dipimpin raja yang takut akan Allah ini. Sangat mungkin amsal-amsal gubahan Agur, Lemuel, dan "amsal-amsal dari orang bijak" lainnya terkumpul juga pada waktu itu.
Tujuan
Tujuan kitab ini dinyatakan dengan jelas dalam Ams 1:2-7: memberi hikmat dan pengertian mengenai perilaku yang bijak, kebenaran, keadilan, dan kejujuran (Ams 1:2-3) sehingga
- (1) orang yang tidak berpengalaman dapat menjadi orang bijak (Ams 1:4),
- (2) kaum muda dapat memperoleh pengetahuan dan kebijaksanaan (Ams 1:4), dan
- (3) orang bijak bisa menjadi lebih bijak lagi (Ams 1:5-6).
Sekalipun Amsal pada hakikatnya adalah buku pedoman hikmat untuk hidup dengan benar dan bijaksana, landasan yang diperlukan oleh hikmat tersebut dinyatakan dengan jelas sebagai "takut akan Tuhan" (Ams 1:7).
Survai
Tema yang mempersatukan kitab ini ialah "hikmat untuk hidup dengan benar", sebuah hikmat yang berawal dari tunduk dengan rendah hati kepada Allah dan kemudian mengalir kepada semua bidang kehidupan. Hikmat dalam Amsal ini
- (1) memberi nasihat mengenai keluarga, kaum muda, kemurnian seksual, kesetiaan hubungan pernikahan, kejujuran, kerja keras, kemurahan, persahabatan, keadilan, kebenaran, dan disiplin;
- (2) memperingatkan mengenai bodohnya dosa, pertengkaran, bahaya lidah, kebebalan, minuman keras, kerakusan, nafsu, kebejatan, kebohongan, kemalasan, teman-teman yang tidak baik;
- (3) membandingkan kebijaksanaan dengan kebodohan, orang benar dengan orang fasik, kesombongan dengan kerendahan hati, kemalasan dengan kerajinan, kemiskinan dan kekayaan, kasih dan hawa nafsu, benar dan salah, serta kematian dan kehidupan.
Walaupun kitab ini, seperti Mazmur, tidak dapat diringkas dengan mudah seperti kitab lainnya dalam Alkitab, terdapat struktur yang jelas (lih. Garis Besar); secara khusus hal ini berlaku dalam pasal 1-9 (Ams 1:1--9:18) yang berisi 13 ajaran sebagaimana akan diberikan oleh seorang ayah kepada putranya bila memasuki usia remaja. Terkecuali tiga ajaran (lih. Ams 1:30; Ams 8:1; Ams 9:1), masing-masing diawali dengan "hai, anakku" atau "hai, anak-anakku." Ke-13 ajaran ini berisi banyak titah hikmat yang penting bagi kaum muda. Mulai dengan pasal 10 (Ams 10:1-32) Amsal berisi pengarahan penting mengenai hubungan keluarga (mis. Ams 10:1; Ams 12:4; Ams 17:21,25; Ams 18:22; Ams 19:14,26; Ams 20:7; Ams 21:9,19; Ams 22:6,28; Ams 23:13-14,22,24-25; Ams 25:24; Ams 27:15-16; Ams 29:15-17; Ams 30:11; Ams 31:10-31). Sekalipun Amsal adalah kitab yang isinya sangat praktis, kitab ini juga berisi pandangan yang dalam tentang Allah. Allah adalah perwujudan hikmat (mis. Ams 8:22-31) dan Pencipta (mis. Ams 3:19-20; Ams 8:22-31; Ams 14:31; Ams 22:2); Allah digambarkan sebagai mahatahu (mis. Ams 5:21; Ams 15:3,11; Ams 21:2), adil (mis. Ams 11:1; Ams 15:25-27,29; Ams 19:17; Ams 21:2-3), dan berdaulat (mis Ams 16:9,33; Ams 19:21; Ams 21:1). Amsal ditutup dengan sebuah pujian mengesankan bagi seorang istri yang berbudi luhur (Ams 31:10-31).
Ciri-ciri Khas
Delapan ciri utama menandai kitab ini.
- (1) Hikmat, bukannya dikaitkan dengan kepandaian atau pengetahuan yang luas, tetapi dihubungkan langsung dengan "takut akan Tuhan" (Ams 1:7); jadi orang berhikmat adalah mereka yang mengenal Allah dan menaati perintah-perintah-Nya. Takut akan Tuhan ditekankan berulang-ulang dalam kitab ini (Ams 1:7,29; Ams 2:5; Ams 3:7; Ams 8:13; Ams 9:10; Ams 10:27; Ams 14:26-27; Ams 15:16,33; Ams 16:6; Ams 19:23; Ams 22:4; Ams 23:17; Ams 24:21).
- (2) Sebagian besar nasihat bijaksana dalam Amsal ini adalah dalam bentuk nasihat seorang ayah yang saleh kepada anak atau anak-anaknya.
- (3) Inilah kitab yang paling praktis dalam PL karena menyentuh lingkup prinsip-prinsip dasar yang luas untuk hubungan dan perilaku hidup sehari-hari yang benar -- prinsip-prinsip yang dapat diterapkan kepada semua angkatan dan kebudayaan.
- (4) Hikmat praktis, ajaran saleh, dan prinsip-prinsip hidup mendasar disajikan dalam bentuk pernyataan singkat dan mengesankan yang mudah dihafalkan dan diingat oleh kaum muda sebagai garis pedoman bagi hidup mereka.
- (5) Keluarga menduduki tempat penting yang menentukan dalam Amsal, bahkan seperti dalam perjanjian Allah dengan Israel (bd. Kel 20:12,14,17; Ul 6:1-9). Dosa-dosa yang melanggar maksud Allah bagi keluarga disingkapan secara khusus dan diberi peringatan.
- (6) Ciri sastra yang menonjol dalam amsal-amsal ialah banyak menggunakan bahasa kiasan yang hidup (mis. simile dan metafora), perbandingan dan perbedaan, ajaran singkat, dan pengulangan.
- (7) Istri dan ibu bijaksana yang digambarkan pada akhir kitab (pasal 31; Ams 31:1-31) adalah unik dalam sastra kuno karena
pandangannya yang tinggi dan mulia tentang seorang wanita bijak.
- (8) Nasihat berhikmat dalam Amsal merupakan pendahulu PL bagi banyak nasihat praktis yang terdapat dalam surat-surat PB.
Penggenapan Dalam Perjanjian Baru
Hikmat diwujudkan dalam pasal 8 (Ams 8:1-36) dengan cara yang mirip dengan perwujudan _logos_ ("Firman") dalam kitab Yohanes (Yoh 1:1-18). Hikmat itu
- (1) ikut terlibat dalam penciptaan (Ams 3:19-20; Ams 8:22-31),
- (2) terkait dengan asal-usul kehidupan biologis dan rohani (Ams 3:19; Ams 8:35),
- (3) dapat diterapkan pada hidup yang benar dan bermoral (Ams 8:8-9), dan
- (4) tersedia bagi mereka yang mencarinya (Ams 2:1-10; Ams 3:13-18; Ams 4:7-9; Ams 8:35-36). Hikmat Amsal diungkapkan dengan sempurna dalam Yesus Kristus, yang "lebih daripada Salomo" (Luk 11:31), yang "telah menjadi hikmat bagi kita" (1Kor 1:30) dan yang "di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan" (Kol 2:3).
Full Life: Amsal (Garis Besar) Garis Besar
I. Prolog: Maksud dan Tema-Tema Amsal
(Ams 1:1-7)
II. Tiga Belas Ajaran Hikmat bagi Kaum Muda
(Ams 1...
Garis Besar
- I. Prolog: Maksud dan Tema-Tema Amsal
(Ams 1:1-7) - II. Tiga Belas Ajaran Hikmat bagi Kaum Muda
(Ams 1:8-9:18) - A. Hormatilah Orang-Tua dan Perhatikan Nasihat Mereka
(Ams 1:8-9) - B. Katakan "Tidak" kepada Semua Bujukan Orang Berdosa
(Ams 1:10-19) - C. Tunduklah pada Hikmat dan Takut akan Tuhan
(Ams 1:20-33) - D. Carilah Hikmat dengan Pengertian dan Kebajikannya
(Ams 2:1-22) - E. Ciri-Ciri Khas dan Manfaat Hikmat Sejati
(Ams 3:1-35) - F. Hikmat Sebagai Harta Keluarga
(Ams 4:1-13,20-27) - G. Hikmat dan Dua Jalan Hidup Ini
(Ams 4:14-19) - H. Bujukan dan Kebodohan Kebejatan Seksual
(Ams 5:1-14) - I. Nasihat Mengenai Kesetiaan Dalam Pernikahan
(Ams 5:15-23) - J. Hindari Tanggungan Utang Orang Lain, Kemalasan dan Penipuan
(Ams 6:1-19) - K. Kebodohan yang Sangat dari Semua Bentuk Kebejatan Seksual
(Ams 6:20-7:27) - L. Imbauan Hikmat
(Ams 8:1-36) - M. Hikmat dan Kebebalan Diperbandingkan
(Ams 9:1-18) - III.Himpunan Utama Amsal-Amsal Salomo
(Ams 10:1-22:16) - A. Amsal-Amsal yang Membandingkan Orang Benar dengan Orang Fasik
(Ams 10:1-15:33) - B. Amsal-Amsal yang Mendorong Hidup Benar
(Ams 16:1-22:16) - IV. Perkataan Tambahan Orang Bijak
(Ams 22:17-24:34) - V. Amsal-Amsal Salomo yang Dikumpulkan Para Pegawai Hizkia
(Ams 25:1-29:27) - A. Amsal-Amsal Tentang Bermacam-Macam Orang
(Ams 25:1-26:28) - B. Amsal-Amsal Tentang Berbagai Kegiatan
(Ams 27:1-29:27) - VI. Kata-Kata Hikmat Terakhir
(Ams 30:1-31:31) - A. Oleh Agur
(Ams 30:1-33) - B. Oleh Lemuel
(Ams 31:1-9) - C. Mengenai Istri yang Bersifat Mulia
(Ams 31:10-31)
Matthew Henry: Amsal (Pendahuluan Kitab)
Di hadapan kita sekarang kita dapati,
I. Seorang penulis baru, atau lebih tepatnya seorang juru tulis, atau sebuah pena (kalau Anda mau mengataka...
- Di hadapan kita sekarang kita dapati,
- I. Seorang penulis baru, atau lebih tepatnya seorang juru tulis, atau sebuah pena (kalau Anda mau mengatakan demikian) yang dipakai oleh Roh Kudus untuk mengungkapkan pikiran Allah kepada kita, yang menulis sebagaimana ia digerakkan oleh tangan Allah (begitulah Roh Allah disebut). Orang ini adalah Salomo. Melalui tangannya jadilah kitab suci ini dan dua kitab yang mengikutinya, Pengkhotbah dan Kidung Agung, sebuah khotbah dan sebuah kidung. Menurut pendapat sebagian orang, Salomo menulis Kidung Agung ketika masih sangat muda, Amsal ketika paruh baya, dan Pengkhotbah ketika sudah tua. Dalam judul Kidung Agungnya, ia hanya menyebut dirinya sebagai Salomo, mungkin karena ia menulisnya sebelum naik takhta, ketika dipenuhi oleh Roh Kudus pada waktu muda. Dalam judul Amsalnya, ia menyebut dirinya sebagai Salomo bin Daud, raja Israel, sebab pada waktu itu ia memerintah atas seluruh Israel. Dalam judul Pengkhotbahnya, ia menyebut dirinya sebagai anak Daud, raja di Yerusalem, karena mungkin pada waktu itu pengaruhnya atas suku-suku yang jauh sudah berkurang, dan pemerintahannya terbatas di sekitar Yerusalem. Mengenai penulis ini, kita dapat mengamati,
- 1. Bahwa ia adalah seorang raja, dan anak raja. Sebagian besar penulis kitab suci, sampai sejauh ini, merupakan orang-orang yang berkedudukan tinggi di dunia, seperti Musa dan Yosua, Samuel dan Daud, dan sekarang Salomo. Namun, sesudahnya, penulis-penulis yang penuh ilham pada umumnya adalah nabi-nabi yang miskin, orang-orang yang tidak terpandang di dunia, karena pembabakan baru yang kian mendekat. Dalam pembabakan ini Allah akan memilih apa yang lemah dan bodoh bagi dunia untuk memalukan orang-orang yang berhikmat dan yang kuat, dan orang miskin harus dipekerjakan untuk memberitakan Injil. Salomo adalah seorang raja yang kaya raya, dan kekuasaannya sangatlah luas, raja nomor wahid. Namun demikian, ia bergemar dalam mempelajari perkara-perkara ilahi, dan merupakan seorang nabi dan anak nabi. Bukanlah suatu penghinaan bagi raja-raja dan penguasa-penguasa besar di dunia untuk mengajarkan agama dan hukum-hukumnya kepada orang-orang di sekitar mereka.
- 2. Bahwa ia adalah seorang yang dikaruniai Allah dengan hikmat dan pengetahuan yang luar biasa, sebagai jawaban atas doa-doanya pada waktu ia naik takhta. Doanya itu patut dicontoh: “Berilah aku hikmat dan pengertian.” Jawaban untuk doa itu membesarkan hati: ia mendapatkan apa yang diinginkanya dan semua hal lain ditambahkan kepadanya. Sekarang di sini kita mendapati bagaimana ia memanfaatkan dengan baik hikmat yang telah diberikan Allah kepadanya. Ia tidak hanya mengatur dirinya sendiri dan kerajaannya dengan hikmat itu, tetapi memberikan aturan-aturan hikmat kepada orang lain juga, dan meneruskannya kepada angkatan berikutnya. Demikian pulalah kita harus mengembangkan talenta-talenta yang dipercayakan kepada kita, sesuai dengan apa talenta-talenta itu.
- 3. Bahwa ia adalah orang yang tidak luput dari kesalahan, dan menjelang akhir hidupnya berpaling dari jalan-jalan Allah yang baik itu, yang kepadanya dia mengarahkan orang lain dalam kitab ini. Kita bisa membaca kisahnya dalam 1 Raja-raja 11, dan sungguh merupakan kisah yang sedih, bahwa penulis kitab seperti ini sampai murtad seperti yang diperbuatnya. Janganlah kabarkan itu di Gat. Tetapi biarlah dari sini orang-orang penting yang tersohor berjaga-jaga agar tidak sombong atau merasa aman-aman. Biarlah kita semua belajar untuk tidak menganggap buruk ajaran-ajaran yang baik meskipun kita mendapatkannya dari orang-orang yang hidupnya tidak sepenuhnya sesuai dengan apa yang mereka ajarkan sendiri.
- II. Cara menulis yang baru, yang di dalamnya hikmat ilahi diajarkan kepada kita melalui amsal-amsal, atau kalimat-kalimat pendek, yang memuat seluruh maknanya secara sendiri-sendiri dalam setiap kalimat dan tidak berhubungan satu sama lain. Sebelumnya kita sudah mendapati hukum-hukum, sejarah-sejarah, dan nyanyian-nyanyian ilahi, dan sekarang amsal-amsal ilahi. Seperti itulah beragam cara yang telah dipakai oleh Hikmat Tak Terbatas untuk mengajar kita, supaya, karena tidak satu pun batu yang tidak dibalik untuk membawa kebaikan bagi kita, kita tidak dapat berdalih jika kita binasa dalam kebodohan kita. Mengajar dengan amsal merupakan,
- 1. Cara mengajar di zaman kuno. Ini merupakan cara yang paling kuno di antara orang-orang Yunani. Setiap orang dari tujuh orang bijak Yunani mempunyai semacam satu pepatah yang di dalamnya terkandung nilai mengenai dirinya sendiri, dan yang membuatnya tersohor. Pepatah-pepatah itu digoreskan pada tiang-tiang, dan dipuja-puja dengan begitu rupa sampai orang mengatakannya turun dari sorga. A cœlo descendit, Gnothi seauton – Kenalilah dirimu sendiri adalah perintah yang turun dari sorga.
- 2. Cara mengajar yang jelas dan mudah, yang tidak membutuhkan banyak usaha besar dari guru maupun murid, dan juga tidak memeras otak serta ingatan mereka. Ungkapan-ungkapan yang panjang dan argumentasi-argumentasi yang sukar harus menguras pikiran yang menyusunnya maupun yang harus memahaminya, sedangkan sebuah amsal, yang menyampaikan pengertian sekaligus buktinya dalam kalimat singkat, cepat ditangkap dan diikuti, dan mudah diingat. Baik ibadah-ibadah Daud maupun ajaran-ajaran Salomo singkat tetapi padat. Cara pengungkapan seperti ini dapat dicontoh oleh orang-orang yang melayani perkara-perkara kudus, baik dalam berdoa maupun berkhotbah.
- 3. Cara mengajar yang bermanfaat, dan secara menakjubkan memenuhi apa yang ingin dicapai. Kata mashal, yang di sini digunakan untuk amsal, berasal dari kata yang berarti memerintah atau mempunyai kekuasaan, karena kekuatan dan pengaruh yang berkuasa yang dimiliki pepatah-pepatah bijak dan berbobot atas anak-anak manusia. Barangsiapa mengajar dengan peribahasa berarti dominatur in concionibus – menguasai para pendengarnya. Mudah untuk mengamati bagaimana dunia diatur oleh amsal. Perkataan seperti peribahasa orang tua-tua (1Sam. 24:14), atau (sebagaimana yang biasa kita katakan) seperti kata pepatah, amat berpengaruh dalam membentuk gagasan-gagasan kebanyakan orang dan membulatkan tekad-tekad mereka. Banyak dari hikmat orang-orang zaman dulu diteruskan kepada keturunan mereka melalui amsal. Sebagian orang berpendapat bahwa kita bisa menilai sifat dan tabiat sebuah bangsa melalui ciri-ciri peribahasa rakyatnya. Amsal dalam percakapan adalah seperti aksioma (pernyataan yang dianggap benar – pen.) dalam filsafat, seperti maksim (kebenaran umum – pen.) dalam hukum, dan dalil dalam matematika, yang tidak dibantah siapa pun, tetapi yang berusaha diuraikan semua orang agar hal-hal tersebut berpihak kepada mereka. Namun, ada banyak amsal yang bobrok, yang cenderung merusak pikiran manusia dan mengeraskan mereka di dalam dosa. Iblis mempunyai pepatah-pepatahnya sendiri, dan dunia serta kedagingan juga mempunyai pepatah-pepatah mereka sendiri, yang mencerminkan penghinaan terhadap Allah dan agama (seperti dalam Yehezkiel 12:22; 18:2). Agar kita waspada terhadap pengaruh-pengaruh jahatnya, Allah juga mempunyai pepatah-pepatah-Nya sendiri, yang kesemuanya bijak dan baik, dan bertujuan menjadikan kita demikian. Amsal-amsal Salomo ini bukanlah sekadar kumpulan kata-kata bijak yang sudah disampaikan sebelumnya, sebagaimana sebagian orang menyangkanya, melainkan apa yang diungkapkan oleh Roh Allah kepada Salomo. Yang pertama-tama dari amsal ini (1:7) selaras dengan apa yang sudah difirmankan Allah kepada manusia pada mulanya (Ayb. 28:28, sesungguhnya, takut akan Tuhan, itulah hikmat). Karena itu, walaupun Salomo orang besar, dan namanya merupakan jaminan mutu bagi tulisan-tulisannya seperti nama orang-orang besar lain, namun, sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Salomo. Allahlah, melalui Salomo, yang di sini berbicara kepada kita. Saya katakan, kepada kita. Sebab amsal-amsal ini ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, dan, ketika Salomo berbicara kepada anaknya, nasihat itu dikatakan berbicara kepada kita seperti kepada anak-anak (Ibr. 12:5). Sama seperti tidak ada kitab yang begitu bermanfaat bagi ibadah-ibadah kita seperti mazmur-mazmur Daud, demikian pula tidak ada kitab yang begitu bermanfaat untuk mengatur segala perilaku kita dengan benar seperti amsal-amsal Salomo. Seperti yang dikatakan Daud tentang perintah-perintah Allah, amsal-amsal Salomo itu teramat sangat luas. Dalam kalimat-kalimat pendek, amsal-amsalnya berisi kumpulan lengkap perkara-perkara ilahi yang berkaitan dengan etika, politik, dan ekonomi, dengan menyingkapkan setiap kejahatan, memuji setiap kebaikan, dan menyarankan pedoman-pedoman untuk mengatur diri kita dalam setiap hubungan dan keadaan, dan dalam setiap alur pembicaraan. Uskup Hall, seorang cendekiawan, menarik sebuah ajaran filsafat moral dari Amsal dan Pengkhotbah Salomo ini. Sembilan pasal pertama dari kitab Amsal ini dianggap sebagai pendahuluan, yang menasihati kita agar mempelajari dan melaksanakan aturan-aturan hikmat, dan memperingatkan kita terhadap perkara-perkara yang akan menghalang-halangi kita dalam melakukannya. Jadi, di sini kita mendapati jilid pertama dari amsal-amsal Salomo dalam pasal Amsal 10-24. Setelah itu jilid kedua, pasal 25-29. Kemudian nubuatan Agur, pasal 30, dan nubuatan Lemuel, pasal 31. Maksud dari kesemuanya ini satu dan sama, untuk mengarahkan kita agar mengatur perilaku hidup kita dengan baik sehingga pada akhirnya kita dapat melihat keselamatan yang datang dari Tuhan. Komentar terbaik untuk aturan-aturan ini adalah dengan diatur olehnya.