Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Jerusalem -> Ef 5:26
Jerusalem: Ef 5:26 - dan firman Baptisan tidak ada gunanya kalau tidak disertai pemberitaan Firman yang terungkap dalam pengajaran yang diberikan oleh pejabat yang menerimakan baptis...
Ende -> Ef 5:26-27
Ende: Ef 5:26-27 - -- Untuk mengerti kiasan kedua ajat ini, baik diketahui, bahwa dewasa itu termasuk
upatjara perkawinan, mempelai wanita dimandikan dan dihias oleh teman-...
Untuk mengerti kiasan kedua ajat ini, baik diketahui, bahwa dewasa itu termasuk upatjara perkawinan, mempelai wanita dimandikan dan dihias oleh teman-temannja, lalu barulah dengan resmi dihadapkan kepada bakal suami. Kristus sendiri "memandikan" dan "menghias" mempelainja, jaitu umatNja, lalu "menghadapkannja" kepada Dirinja sendiri.
Ref. Silang FULL -> Ef 5:26
Ref. Silang FULL: Ef 5:26 - untuk menguduskannya // dengan memandikannya · untuk menguduskannya: Yoh 17:19; Ibr 2:11; 10:10,14; 13:12
· dengan memandikannya: Kis 22:16; Kis 22:16
· untuk menguduskannya: Yoh 17:19; Ibr 2:11; 10:10,14; 13:12
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Ef 5:21-33
Matthew Henry: Ef 5:21-33 - Kewajiban-kewajiban Suami dan Istri Kewajiban-kewajiban Suami dan Istri (5:21-33)
Di sini Rasul Paulus mulai memberikan nasihat-nasihatnya mengenai kewajiban-kewajiban dalam hubungan ...
Kewajiban-kewajiban Suami dan Istri (5:21-33)
- Di sini Rasul Paulus mulai memberikan nasihat-nasihatnya mengenai kewajiban-kewajiban dalam hubungan satu sama lain. Sebagai dasar umum untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban ini, ia menyatakan peraturan itu (ay. 21). Orang-orang Kristen berutang untuk saling merendahkan diri, merendahkan hati untuk saling menanggung beban, tidak meninggikan diri di atas orang lain, juga tidak saling ingin menguasai. Rasul Paulus menjadikan dirinya sebagai teladan watak seorang Kristen yang sejati, sebab ia telah menjadi segala-galanya bagi semua orang. Kita harus memiliki roh yang tunduk dan rendah hati, dan siap menjalankan semua tugas sesuai tempat dan tugas masing-masing yang telah ditetapkan Allah bagi kita di dalam dunia ini. Di dalam takut akan Allah, yaitu, sepanjang itu selaras dengan takut akan Allah demi kepentingan-Nya, dan dengan kesadaran hati nurani kepada-Nya. Dengan ini kita dapat membuktikan bahwa kita sungguh-sungguh takut kepada-Nya. Di mana ada kerendahan hati dan rasa tunduk satu terhadap yang lain, maka semua kewajiban dari segala hubungan dengan sesama akan dapat dilaksanakan dengan lebih baik. Dari ayat 22 sampai ayat terakhir Rasul Paulus berbicara mengenai kewajiban suami dan istri. Ia membicarakan hal ini sesuai dengan tata aturan Kristen, dengan menempatkan jemaat sebagai contoh ketaatan istri, dan Kristus sebagai teladan kasih bagi suami.
- I. Kewajiban yang ditentukan bagi kaum istri adalah tunduk kepada suami mereka masing-masing di dalam Tuhan (ay. 22). Ketundukan istri termasuk menghormati dan menaati suami, yang didasarkan atas kasih kepadanya. Mereka harus melakukan hal ini sebagai ketaatan kepada kekuasaan Allah, yang memerintahkannya, supaya mereka melakukannya seperti kepada Tuhan. Hal itu juga dapat dipahami sebagai suatu kiasan perbandingan dan persamaan, sehingga pengertiannya dapat menjadi, “Sebab dengan beribadah kepada Allah, engkau menundukkan diri kepada suami.” Dari pengertian yang pertama, kita dapat melihat bahwa dengan melaksanakan segala kewajiban kita dengan sungguh-sungguh kepada sesama makhluk ciptaan, maka itu berarti kita mematuhi dan menyenangkan hati Allah. Dari pengertian kedua, kita melihat bahwa Allah tidak saja menghendaki dan menuntut kewajiban yang dapat mendatangkan kehormatan secara langsung kepada-Nya, tetapi juga mendatangkan rasa hormat kepada sesama kita. Rasul Paulus memberikan alasan mengapa kaum istri harus tunduk kepada suami: Karena suami adalah kepala istri (ay. 23). Kiasan ini diambil dari kepala tubuh jasmani manusia, yang menjadi tempat dari berbagai alasan, hikmat, dan pengetahuan, serta sumber dari segala macam pengertian dan gerakan, serta merupakan anggota tubuh yang lebih unggul dibandingkan dengan anggota tubuh selebihnya. Melalui penciptaan, Allah telah menganugerahkan keunggulan dan hak untuk mengatur dan menguasai, dan di dalam hukum hubungan dengan sesama yang mula-mula dikatakan bahwa, engkau akan berahi kepada suamimu dan ia akan berkuasa atasmu. Ketidaknyamanan apa pun yang timbul akibat hukum ini merupakan akibat dari dosa yang masuk ke dalam dunia ini. Lagi pula, pada umumnya laki-laki (yang seharusnya demikian) memiliki keunggulan dalam hal hikmat dan pengetahuan. Itulah sebabnya mengapa ia menjadi kepala, sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Terdapat kemiripan dari kekuasaan Kristus atas jemaat dalam hal keunggulan dengan kepemimpinan yang telah ditetapkan Allah bagi suami. Rasul Paulus menambahkan bahwa, Dialah yang menyelamatkan tubuh. Kekuasaan Kristus digunakan atas jemaat untuk menyelamatkannya dari yang jahat, dan untuk memenuhinya dengan semua yang baik. Sama dengan itu, suami harus menjadi tempat perlindungan dan penghiburan bagi pasangannya. Dan itulah sebabnya mengapa istri harus menundukkan diri dengan lebih riang gembira kepada suaminya. Begitulah yang dikatakan berikutnya, Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus (ay. 24), dengan penuh sukacita, dengan kesetiaan, dan dengan kerendahan hati, demikian jugalah istri tunduk kepada suami dalam segala sesuatu, dalam segala sesuatu sejauh jangkauan batas kekuasaan mereka yang pantas, dalam segala sesuatu yang diperbolehkan dan sesuai dengan kewajiban kepada Allah.
- II. Di lain pihak, kewajiban suami adalah mengasihi istri (ay. 25). Sebab tanpa ini mereka akan menyalahgunakan keunggulan dan kepemimpinan mereka, dan hal ini harus dilakukan sebagaimana seharusnya, karena akan mempengaruhi kewajiban-kewajiban lainnya dalam hubungan suami-istri, sebab perasaan kasih tersebut memang sangat khusus dan istimewa yang dikehendaki bagi sang istri. Kasih Kristus kepada jemaat dikemukakan sebagai teladan untuk hal ini, di mana kasih-Nya merupakan kasih sayang yang tulus, murni, bergairah, dan tetap, walaupun adakalanya jemaat bersalah karena ketidaksempurnaan dan kegagalan mereka. Kebesaran kasih-Nya terhadap jemaat tampak ketika Ia memberikan diri-Nya sampai mati. Perhatikan baik-baik, sebagaimana ketundukan kasih jemaat kepada Kristus dikemukakan sebagai hal yang patut dicontoh oleh para istri, begitu jugalah kasih Kristus kepada jemaat dikemukakan sebagai teladan bagi para suami. Sementara contoh-contoh tersebut diberikan kepada suami dan istri, dan begitu banyak yang dituntut dari masing-masing pihak, tidak ada alasan untuk mengeluhkan keputusan ilahi itu. Kasih yang dituntut Allah dari pihak suami untuk kepentingan istrinya, akan mendatangkan ketundukan yang Ia tuntut dari sang istri kepada suaminya. Dan sebaliknya, ketundukan dari sang istri akan mendatangkan balasan yang berlimpah dari kasih sang suami yang ditetapkan Allah sebagai hak sang istri. Setelah Rasul Paulus menyebutkan kasih Kristus kepada jemaat dan membicarakannya secara panjang lebar, ia memberikan alasan mengapa Kristus menyerahkan diri-Nya bagi jemaat, yaitu supaya Ia dapat menguduskannya di dalam dunia ini, dan mempermuliakannya kelak di dalam sorga: Untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman (ay. 26), yaitu supaya Ia dapat memberkati seluruh umat-Nya dengan dasar kekudusan serta melepaskan mereka dari kesalahan, pencemaran, dan kekuasaan dosa. Alat-alat pembantu yang terpengaruh dengan hal itu adalah sakramen-sakramen yang dilembagakan, khususnya permandian melalui baptisan dan pemberitaan serta penerimaan Injil. Supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya, dan seterusnya (ay. 27). Dr. Lightfoot (pujangga gereja di Inggris abad ketujuh belas – pen.) berpendapat bahwa Rasul Paulus di sini menyinggung kecermatan luar biasa pada orang-orang Yahudi dalam hal pembasuhan untuk pentahiran. Mereka begitu berhati-hati hingga menjaga agar kerut pun jangan sampai menghalangi tubuh dari air, dan supaya tidak ada cacat dan kotoran yang tidak terbasuh seluruhnya. Sebagian orang lain berpendapat bahwa Rasul Paulus menyinggung tentang sepotong jubah yang baru diterima dari seorang tukang binatu. Jubah itu dibersihkan dari segala cacat, diregangkan dari segala kerut. Yang pertama adalah cacat karena baru berkerut, dan yang berikutnya kerut karena rentang waktu yang panjang dan kebiasaan. Supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya, supaya Ia dapat mempersatukan jemaat dengan diri-Nya secara sempurna pada hari yang mulia itu, sebuah jemaat yang cemerlang, sempurna dalam pengetahuan dan kekudusan, tanpa cacat atau kerut, atau yang serupa dengan itu, tanpa ada kelainan bentuk atau pencemaran yang tertinggal, tetapi seluruhnya indah dan menyenangkan di pemandangan-Nya, kudus dan tidak bercela, bebas dari sisa-sisa dosa sekecil apa pun. Jemaat pada umumnya dan orang-orang percaya pada khususnya, tidak akan tanpa cacat atau kerut sampai mereka tiba pada kemuliaan. Secara bersama-sama, dari ayat ini dan ayat yang sebelumnya, kita dapat memperhatikan bahwa pemuliaan jemaat ada di dalam pengudusannya, dan bahwa mereka, dan hanya mereka saja yang dikuduskan sekarang, yang akan dimuliakan dalam kehidupan yang akan datang. Demikian juga suami harus mengasihi istrinya sama seperti tubuhnya sendiri, dan seterusnya (ay. 28). Istri menjadi satu dengan suaminya (bukan secara daging, tetapi secara hukum dan dalam hubungan), inilah alasan mengapa suami harus mengasihi istrinya di dalam kasih sayang yang sebaik dan sehangat mungkin, sebagaimana ia mengasihi dirinya sendiri. Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri (ay. 29) – (tidak ada orang yang berpikiran sehat akan membenci dirinya sendiri, betapa pun cacatnya, atau betapa tidak sempurnanya dia). Sama sekali bertentangan dengan itu, ia mengasuhnya dan merawatinya. Ia memperlakukan dirinya dengan penuh perhatian dan kelembutan, dan dengan rajin ia mencukupi dirinya dengan semua hal yang menyenangkan atau baik baginya, dengan makanan dan pakaian, dan sebagainya. Sama seperti Kristus terhadap jemaat, artinya, sama seperti Tuhan mengasuh dan merawat jemaat-Nya, di mana Ia melengkapinya dengan semua hal yang Ia pandang berguna atau baik baginya, dengan segala sesuatu yang penting bagi kebahagiaan dan kesejahteraan kekalnya. Rasul Paulus menambahkan, karena kita adalah anggota tubuh-Nya, dari daging dan tulang-Nya (ay. 30, KJV). Ia menunjukkan hal ini sebagai alasan mengapa Kristus mengasuh dan merawat jemaat-Nya, yaitu karena semua yang ada di dalam jemaat adalah anggota dari tubuh-Nya, yakni anggota dari tubuh rohani-Nya. Atau, kita ini adalah anggota yang adalah bagian dari tubuh-Nya. Segala kasih karunia dan kemuliaan yang dimiliki jemaat berasal dari Kristus, sama seperti Hawa yang diciptakan dari laki-laki itu. Namun, ada yang berpendapat bahwa, perkataan ini merupakan suatu cara dalam tulisan-tulisan suci untuk mengungkapkan tubuh yang rumit dengan cara menyebutkan beberapa bagian anggotanya, seperti halnya orang menyebut langit dan bumi untuk menggambarkan dunia, petang dan pagi untuk menggambarkan hari. Jadi, di sini, yang dimaksud dengan tubuh, daging, dan tulang, dapat kita artikan dengan Tuhan sendiri, sehingga arti dari ayat itu adalah bahwa kita adalah anggota-anggota tubuh Kristus. Sebab itu (karena mereka satu, sama seperti Kristus adalah satu dengan jemaat-Nya) laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya. Rasul Paulus menunjuk kepada kata-kata Adam, ketika Hawa diberikan kepadanya sebagai penolong yang sepadan (Kej. 2:24). Kita tidak boleh mengartikan bahwa dengan perkawinan ini, maka kewajiban seorang laki-laki untuk hubungan-hubungan dengan sesama lainnya menjadi batal. Sebaliknya, yang dimaksud adalah bahwa hubungan ini lebih diutamakan daripada semua hubungan lainnya, karena di dalamnya ada persatuan yang lebih akrab antara kedua pribadi ini daripada dengan orang lain, sehingga laki-laki lebih rela memilih meninggalkan orang lain daripada meninggalkan istrinya. Sehingga keduanya itu menjadi satu daging, artinya, berdasarkan atas ikatan perkawinan itu. Rahasia ini besar (ay. 32). Kata-kata Adam yang baru disebut oleh Rasul Paulus, dikatakan secara harfiah mengenai sebuah perkawinan, namun juga mengandung arti rohani yang tersembunyi, yaitu berkaitan dengan persatuan antara Kristus dan jemaat-Nya, yang dilambangkan oleh persatuan melalui perkawinan antara Adam dan ibu dari kita semua. Walaupun tidak dilembagakan atau ditetapkan oleh Allah untuk makna ini, namun ini merupakan sesuatu perlambang yang bersifat wajar dan memiliki kemiripan di dalamnya, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat. Sesudah semua ini, Rasul Paulus menutup bagian pembicaraannya ini dengan sebuah ringkasan pendek mengenai kewajiban suami dan istri (ay. 33). “Bagaimanapun juga (walaupun ada arti rohani yang bersifat rahasia, namun arti harfiahnya jelas berkaitan dengan kamu semua), bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah istrimu seperti dirimu sendiri, dengan kasih sayang yang tulus, istimewa, luar biasa, dan kukuh, seperti yang kamu perbuat bagi dirimu sendiri. Dan istri hendaklah menghormati suaminya.” Menghormati mengandung rasa kasih dan rasa hormat, yang menghasilkan keinginan untuk menyenangkan dan juga rasa takut, yang membangkitkan sebuah peringatan supaya jangan sampai menyakiti hati. Bahwa istri menghormati suaminya merupakan kehendak Allah dan hukum dari hubungan suami dan istri.
SH: Ef 5:21-33 - Relasi suami-isteri = relasi Kristus dengan umat (Rabu, 12 November 2003) Relasi suami-isteri = relasi Kristus dengan umat
Zaman di mana jemaat Efesus hidup adalah zaman yang sangat
meninggikan kedudukan laki-laki. Aki...
Relasi suami-isteri = relasi Kristus dengan umat
Zaman di mana jemaat Efesus hidup adalah zaman yang sangat meninggikan kedudukan laki-laki. Akibatnya, para suami bebas bertindak sewenang-wenang terhadap isteri karena tidak ada hukum yang akan menjeratnya. Akan tetapi, keluarga Kristen tidak menganut sistem ini, karena sangat bertentangan dengan prinsip-prinsip kebenaran yang diyakini. Untuk mengantisipasi keadaan ini, Paulus memberikan dasar hubungan bagi suamiâ€â€isteri, yaitu: pertama, suami isteri harus saling merendahkan diri (ayat 21). Kedua, isteri harus tunduk dan taat terhadap suami, karena suami adalah kepala (ayat 22-23). Hubungan suami isteri ini Paulus jadikan analogi untuk menjelaskan tentang hubungan Kristus dengan jemaat. Sebagai Kepala, Kristus tidak bertindak sewenang-wenang terhadap tubuh-Nya, tetapi justru memelihara dan memberikan pertumbuhan hingga menjadi dewasa. Ketiga, Suami, sebagai kepala haruslah mengasihi isteri (ayat 25). Oleh karena kasih-Nya kepada mempelai-Nya, Kristus rela mengurbankan diri-Nya.
Dari penjelasan ini, kita menemukan hal menarik, yaitu bahwa Paulus tidak berbicara masalah otoritas atau kekuasaan tetapi berbicara tentang cinta kasih suami terhadap isteri. Paulus tetap mengarahkan para suami untuk menjadikan salib Kristus sebagai patokan untuk bertindak; dan bagi para isteri Paulus mengingatkan untuk tunduk dan hormat pada suami yang mengasihinya. Jika setiap pasangan suami isteri Kristen memberlakukan prinsip ini dalam rumah tangganya, dapat dipastikan bahwa tidak ada suami yang menindas isteri dan tidak ada isteri yang tidak tunduk dan tidak hormat kepada suami, karena mereka saling memperlakukan dengan penuh kasih sayang dan hormat.
Renungkan: Pernikahan Anda menggambarkan relasi Anda dengan Kristus. Jadikanlah nasihat Paulus ini sebagai pedoman dalam rumah tangga Anda.
SH: Ef 5:22-33 - Relasi umat Allah sebagai istri dan suami (Kamis, 17 Oktober 2002) Relasi umat Allah sebagai istri dan suami
Relasi gender lain dari relasi fungsi. Perempuan sering direndahkan dan dilecehkan oleh laki-laki. Relasi p...
Relasi umat Allah sebagai istri dan suami
Relasi gender lain dari relasi fungsi. Perempuan sering direndahkan dan dilecehkan oleh laki-laki. Relasi perempuan dan laki-laki yang demikian tidak benar. Di hadapan Allah, laki-laki dan perempuan sama kedudukan dan haknya. Perempuan dan laki-laki memiliki relasi yang setara dan sederajat. Namun, relasi istri dan suami bukan relasi gender melainkan relasi fungsi. Di dalam keluarga, perempuan berfungsi sebagai istri, sementara laki-laki berfungsi sebagai suami. Kata kunci yang mengatur relasi fungsi suami-istri adalah kata ‘tunduk’. Istri tunduk kepada suami, sementara suami tunduk pada istri (ayat 21). Istri tunduk denganmenerima prinsip penciptaan bahwa suami adalah kepala istri. Juga seperti Kristus adalah kepala jemaat, demikian juga suami adalah kepala istri (ayat 23). Istilah ‘sama seperti’ penting artinya (ayat 22-25; 28,29,33). Istri tunduk pada suami bukan karena adat-istiadat, melainkan karena relasi Kristus-jemaat.
Bentuk tunduk suami kepada istri diwujudkan dengan kasih. Sama seperti Kristus mengasihi jemaat demikian juga suami mengasihi istri (ayat 25). Tiga kali Paulus menekankan kasih suami kepada istri (ayat 25,28,33). Paulus harus mengulanginya berkali-kali karena mudah sekali suami menyalahgunakan fungsinya sebagai kepala istri. Model kasih suami tidak bersumber dari kasih yang berlaku dalam suatu budaya masyarakat, bukan kasih sentimental yang murahan seperti banyak didendangkan dalam lagu-lagu pop. Kasih suami kepada istri sama seperti kasih Kristus kepada jemaat. Kristus mengasihi jemaat, menyerahkan diri untuk jemaat (ayat 25). Kristus berkorban untuk jemaat karena jemaat begitu berharga di mata Kristus. Dalam kehidupan praktis, bagaimana kasih suami kepada istri terungkap? Suami memelihara dan merawat istri seperti ia mengasihinya. Artinya, jika suami tidak mengasihi, maka istri tidak perlu tundik kepada suami.
Renungkan: Tunduk dan kasih, dalam Kristus serasi adanya. Tunduk adalah karena kasih, kasih yang memimpin terekspresi dalam bentuk tunduk yang berkorban.
SH: Ef 5:22-33 - Tunduk dan mengasihi (Sabtu, 12 November 2011) Tunduk dan mengasihi
Merendahkan diri terhadap orang lain bukan perkara mudah, karena itu berarti mengikis ego dan gengsi. Paulus menganjurkan jemaat...
Tunduk dan mengasihi
Merendahkan diri terhadap orang lain bukan perkara mudah, karena itu berarti mengikis ego dan gengsi. Paulus menganjurkan jemaat Efesus agar hidup merendahkan diri, seorang kepada yang lain (Ef. 5:21). Bukan karena takut kepada orang yang derajat atau pangkatnya lebih tinggi, karena bila demikian kita tidak akan melakukannya terhadap orang yang kita sebut berstatus lebih rendah. Sebab itu kondisi yang Paulus anjurkan adalah kondisi ‘di dalam takut akan Kristus’.
Paulus kemudian mengambil konteks pernikahan untuk memberikan contoh situasi bagaimana orang percaya harus merendahkan diri satu sama lain. Pernikahan Kristen memiliki komitmen, kewajiban, dan tugas bagi dua pihak yang terikat dalam lembaga itu. Lembaga pernikahan sebenarnya merupakan perlambang dari hubungan antara Kristus dan gereja-Nya. Seorang istri harus tunduk kepada suaminya sebagai kepala dalam pernikahan mereka. Artinya, ia harus menempatkan diri di bawah kepemimpinan suaminya. Gambaran tentang tunduknya istri kepada suami adalah tunduknya gereja kepada Yesus, yang adalah Kepala gereja. Maka sang suami harus menggambarkan kepemimpinan Kristus atas gereja dengan menunjukkan kasih dan pengurbanan diri (25). Kita tahu bahwa Kristus mengurbankan diri-Nya di salib bagi keselamatan dan pengudusan umat, yaitu gereja (26-27).
Maka Paulus menyebutkan bahwa kasih suami kepada istri harus sama seperti kasihnya kepada tubuhnya sendiri (28). Paulus menegaskan bahwa kasih suami terhadap istri seharusnya merefleksikan kesatuan Kristus dan gereja-Nya. Karena itu kepemimpinan suami harus bersifat melayani, bukan otoriter atas nama statusnya sebagai pemimpin.
Maka suami dan istri harus merendahkan diri satu sama lain dalam takut akan Tuhan. Suami dan istri harus melihat keberadaan mereka bukan dari sudut pandang yang individualistis, tetapi sebagai satu kesatuan. Kiranya Tuhan menolong setiap suami dan istri dalam rumah tangga Kristen untuk berperan dengan penuh kasih dan tanggung jawab.
SH: Ef 5:22-33 - Rahasia Hidup Suami Istri (Sabtu, 21 Desember 2019) Rahasia Hidup Suami Istri
Keharmonisan hidup suami istri dalam rumah tangga menjadi suatu hal yang sangat langka, mengingat maraknya perceraian di ma...
Rahasia Hidup Suami Istri
Keharmonisan hidup suami istri dalam rumah tangga menjadi suatu hal yang sangat langka, mengingat maraknya perceraian di mana-mana. Alkitab mengungkapkan kunci dalam memelihara keharmonisan rumah tangga ini.
Suami istri yang harmonis sangat ditentukan oleh bagaimana pasangan itu mendasarkan perkawinannya dalam kasih Tuhan. Dalam perkawinan, suami adalah kepala bagi istrinya. Karena itu, istri harus tunduk kepada suaminya, seperti kepada Tuhan (22). Mengapa istri harus tunduk kepada suami? Dalam ayat selanjutnya dikatakan bahwa karena suami adalah kepala istri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat (23).
Hal yang setara dengan itu, suami tidak boleh semena-mena terhadap istrinya. Suami harus mengasihi istrinya sebagaimana Kristus mengasihi jemaat (25-27). Suami pun harus mengasihi istrinya sama seperti tubuhnya sendiri. Artinya, tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri (28-29).
Wujud kasih seorang suami terhadap istrinya bukan hanya menyediakan kebutuhan materi saja, tetapi juga menuntun dan membimbing istri dalam kehidupan rohaninya agar taat dalam beribadah kepada Tuhan.
Sebagai orang percaya, mari kita membina rumah tangga atas dasar kasih Kristus agar berkat Tuhan berupa kebahagiaan dan keharmonisan yang penuh dengan damai sejahtera. Paulus menyebut hal itu sebagai rahasia yang besar. Ini menunjukkan, kunci kebahagiaan setiap keluarga Kristen ada dalam prinsip yang diuraikan Paulus di atas.
Hal ini tampak sederhana, tetapi untuk menjalankannya tidaklah mudah. Kekuatan dan sukacita Allahlah yang akan meneguhkan setiap keluarga.
Berkat di balik rahasia ini juga besar, yaitu keindahan tertinggi dalam hidup adalah keluarga yang berbahagia dalam Tuhan. Inilah kunci keharmonisan keluarga Kristen. Adakah engkau bahagia dan puas dengan keluargamu? Sudahkah rahasia besar ini terbentuk dan hadir dalam keluargamu?
Doa: Tuhan, berkati rumah tangga kami oleh kasih-Mu yang memberi bahagia. [MT]
Baca Gali Alkitab 8
Relasi adalah karunia Allah. Allah menghargainya. Allah menciptakan manusia sejak awal untuk menikmati relasi, baik dengan diri-Nya atau pun dengan sesama. Akan tetapi, relasi ini telah dirusak oleh dosa. Allah hendak membawa tujuan dan dasar relasi ini pada yang seharusnya. Di sanalah keindahan dan kebahagiaan sejati hadir.
Ada beberapa relasi yang sangat fundamental dalam hidup manusia, yaitu relasi suami dan istri; orang tua dan anak; tuan dan hamba. Semua relasi ini berkaitan dengan relasi antara manusia dan Allah. Jadi, betapa pentingnya relasi suami istri. Sebab, Allah memberikan porsi dalam Perjanjian Baru. Melalui para rasul-Nya, Allah membangun dasar relasi suami istri Kristen.
Apa saja yang Anda baca?
1. Apa yang Allah ingin seorang istri lakukan (22-24)?
2. Apa yang Allah ingin seorang suami lakukan (25-30)?
3. Apakah yang menjadi rahasia besar hubungan suami dan istri (31-33)?
Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Apakah Anda mengasihi dan menghormati pasangan Anda seturut rencana Allah dan firman-Nya?
2. Bagaimanakah Anda dapat mengaitkan keluarga Anda dengan Kristus?
3. Mengapa Anda perlu melibatkan kehadiran Allah dalam kehidupan pernikahan Anda?
Apa respons Anda?
1. Sudahkah Anda menghadirkan Kristus dalam keluarga Anda?
2. Bagaimana Anda mempertahankan keluarga yang diperkenan Allah?
Pokok Doa:
Kiranya Allah senantiasa memberkati keluarga Kristen dalam kebenaran dan karunia-Nya.
Utley -> Ef 5:25--6:3
Utley: Ef 5:25--6:3 - --NASKAH NASB (UPDATED): Ef 5:25-6:325 Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya 2...
NASKAH NASB (UPDATED): Ef 5:25-6:3
25 Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya 26 untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, 27 supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela. 28 Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri. 29 Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat, 30 karena kita adalah anggota tubuh-Nya. 31S EBAB ITU LAKI- LAKI AKAN MENINGGALKAN AYAHNYA DAN IBUNYA DAN BERSATU DENGAN ISTERINYA, SEHINGGA KEDUANYA ITU MENJADI SATU DAGING. 32 Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat. 33 Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya. 1 Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian. 2 HORMATILAH AYAHMU DAN IBUMU — ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini: 3 SUPAYA KAMU BERBAHAGIA DAN PANJANG UMURMU DI BUMI.
Ef 5:25 "Hai suami, kasihilah isterimu" Ini adalah PRESENT ACTIVE IMPERATIVE yang merupakan satu-satunya IMPERATIVE dalam paragraph ini. Suami harus menetapkan suasana rohani di rumah dengan terus mengasihi istrinya seperti Kristus mengasihi gereja. Ini adalah pernyataan yang secara radikal positif dalam jamannya, tetapi di zaman kita seluruh bagian ini tampaknya negatif karena ini mencerminkan konsep teologis tentang kepemimpinan laki-laki di rumah (lih. Kej 3:16; 1Kor 11:3; 2Tim 2:13). Namun demikian, suami Kristen adalah pemimpin hamba, bukan para bos.
□ "menyerahkan diriNya baginya" K ATA DEPAN Yunani huper ini berarti "atas nama." Ini menunjuk pada penebusan penggantian, perwakilan Kristus. Ini juga merupakan jenis kasih yang memberi diri yang dituntut dari para suami.
Ef 5:26 "untuk menguduskannya" Kedua KATA KERJA utama dalam Ef 5:26,27 berbentuk AORIST ACTIVE SUBJUNCTIVE (lih. Yoh 17:17-19; Tit 2:14; Ibr 10:10,14,29; 13:12). Kata menguduskan berasal dari akar "suci." Tujuan dari pembenaran adalah pengudusan (lih. Ef 1:4; Rom 8:29-20). S UBJUNCTIVE MOODnya menambahkan suatu catatan ketergantungan. Sebagaimana gereja harus bekerja sama, demikian juga, istri.
- NASB "setelah menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman."
- NKJV "menyucikannya dengan memandikannya dengan air oleh firman"
- NRSV "dengan menyucikannya dengan memandikannya dengan air oleh firman"
- TEV "oleh firman-Nya, setelah menyucikannya dengan memandikannya dalam air"
- NJB "Ia menyucikannya dengan memandikannya di air dengan sebentuk firman"
Ini mungkin adalah sebuah metafora PL untuk penyucian (lih. Yoh 15:3; Tit 3:5). Ini mungkin merujuk kepada
- 1. liturgi baptisan (lih. Mat 28:19-20; Kis 2:38; Tit 3:5)
- 2. pengakuan iman kepada publik pada saat baptisan (lih. Kis 22:16; 1Kor 6:11)
- 3. kelanjutan dari citra perkawinan, suatu pemandian ritual pengantin sebelum upacara, sebagai simbol budaya kemurnian
"Firman" ini mungkin tidak merujuk pada Alkitab, tetapi untuk kata-kata dari penyelenggara baptisan atau pengakuan iman calon yang akan dibaptis.
Ef 5:27 "Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya" Ini adalah satu lagi AORIST ACTIVE SUBJUNCTIVE, yang menyajikan unsur ketergantungan. Hal ini tampaknya merujuk pada Perjamuan Kawin Anak Domba (lih. Wahy 19:6-9). Sama seperti kasih Yesus bagi gereja yang merevolusi gereja, demikian juga, kasih suami untuk istrinya harus menstabilkan dan memberkati keluarga Kristen.
□ "cacat" Ini secara harfiah adalah "tanpa ketidak-murnian."
□ "kerut" Secara harfiah ini berarti "tidak ada tanda-tanda penuaan."
□ "kudus" Ini berasal dari akar yang sama dengan "pengudusan" dalam ay. Ef 5:26 (lih. Ef 1:4). Lihat Topik Khusus: Kudus pada Ef 1:4.
□ "tidak bercela" Ini adalah istilah korban Perjanjian Lama (lih. 1Pet 1:19). Konsep yang sama disebutkan sebagai kehendak Allah bagi gereja di Ef 1:4. Lihat Topik Khusus: Tak Bercacat pada Kol 1:22.
Bobot kumulatif dari semua istilah ini adalah bahwa Tuhan menginginkan kesucian yang lengkap dari umat- Nya (Ef 1:4). Sasaran dari keKristenan adalah keserupaan dengan Kristus (lih. Rom 8:28-29; Gal 4:14). Gambar Allah dalam manusia akan dipulihkan!
Ef 5:28 "seperti tubuhnya sendiri:" Ketika suami Kristen mengasihi istri Kristen mereka, mereka mencintai diri sendiri karena dalam Kristus mereka adalah "satu daging" (lih. Kej 2:24). Karena Gereja merupakan perpanjangan dari Kristus, suami dan istri merupakan perpanjangan dari satu sama lain.
Ef 5:29 "mengasuh" Ini adalah metafora burung yang berarti "memberi makan hingga dewasa." Ini digunakan untuk membesarkan anak-anak di Ef 6:4.
□ "merawati" Ini adalah satu lagi metafora burung, "untuk menghangatkan." Kedua istilah ini harus memotivasi tindakan setiap suami Kristen yang dewasa terhadap istrinya. Suami adalah pengelola atas karunia dari istri (dan anak-anak) mereka sama seperti milik mereka sendiri! Pemimpin rohani dari rumah tangga harus mencari kedewasaan setiap anggota keluarga di dalam Kristus.
Ef 5:30 "kita adalah anggota tubuh-Nya" Gereja sebagai suatu tubuh fisik adalah salah satu metafora kebersamaan Paulus yang menekankan kesatuan di tengah-tengah keanekaragaman (lih. 1Kor 12:12-27).
Ef 5:31 Ini adalah kutipan dari Septuaginta (LXX) dari Kej 2:24. Sebagaimana keluarga Kristen merupakan sebuah unit organik, demikian pula gereja dan Kristus. Keluarga harus menjadi satu unit yang tak terpisahkan, sama seperti gereja dan Tuhannya yang adalah (lih. Yoh 17:11,21-22) satu tubuh (lih. 1Kor 12). Kebenaran ini menolak eksklusivisme dari guru-guru palsu pada zaman itu dan setiap hari.
Ef 5:32 "rahasia" Terjemahan Vulgata Latin menuliskan "sakramen," tapi ini adalah sebuah penyisipan naskah mengikuti sakramentalisme Katolik Romawi. Paulus menggunakan istilah "rahasia" beberapa kali mungkin karena itu adalah istilah favorit dari guru-guru palsu Gnostik. Paulus menggunakannya dalam beberapa cara. Di sini berkaitan dengan perbandingan metaforis antara suami dan istri / Kristus dan gereja. Untuk diskusi lengkapnya lihat Ef 1:9; 3:3.
Ef 5:33 "kasihilah... menghormati" Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE IMPERATIVE dan PRESENT MIDDLE (deponent) SUBJUNCTIVE. Suami diperintahkan untuk terus mengasihi istrinya seperti dirinya sendiri (satu daging, ay. Ef 5:31) dan istri dipanggil untuk tunduk pada dan menghormati suami mereka, yang akan meningkatkan dan memperkuat ikatan kasih di antara mereka. Ini adalah pernyataan ringkasan dari seluruh bagian (ay. Ef 5:21-33).
Topik Teologia -> Ef 5:26
Topik Teologia: Ef 5:26 - -- Yesus Kristus
Bejana Tembaga
Kel 30:18-20 Zak 13:1 Efe 5:26-27
Yesus Menyucikan Orang-orang Percaya
...
- Yesus Kristus
- Bejana Tembaga
- Yesus Menyucikan Orang-orang Percaya
- Wahyu Allah
- Wahyu Khusus
- Umat Manusia Pada Umumnya
- Natur yang Terkait dari Umat Manusia
- Kesatuan Orang Percaya di Dalam Kristus
- Orang Percaya sebagai Pengantin Wanita Kristus
- Umat Manusia: Wanita
- Wanita sebagai Anggota Masyarakat
- Wanita Dalam Pernikahan
- Istri Harus Dikasihi oleh Suaminya
- Pengudusan
- Pengudusan: Fakta yang Tergenapi dan Proses Pertumbuhan
- Kesempurnaan Moral Secara Total
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Tanggung Jawab Terhadap Sesama
- Tugas Terhadap Kelompok-kelompok Orang Khusus
- Tanggung Jawab Para Suami Terhadap Para lstri
- Suami Harus Mencintai Istri
- Gereja
- Maz 118:22-23 Mat 12:6,8 Mat 16:18-19 Mat 18:19-20 Mat 21:42-44 Mat 23:8,10 Yoh 13:13-16 Yoh 15:1-16 Kis 2:36 Rom 8:29 Rom 9:5 1Ko 3:11 1Ko 11:3 1Ko 12:5 Efe 1:9-10,20-23 Efe 2:19-22 Efe 4:15 Efe 5:22-32 Kol 1:18 Kol 2:10 Kol 2:19 Kol 3:11 Ibr 3:3-6 1Pe 2:4-8 Wah 1:12-13 Wah 2:1-2 Wah 2:8-9 Wah 2:12-13 Wah 2:18-19 Wah 3:1 Wah 3:7-8 Wah 3:14-15 Wah 5:6-10 Wah 21:22-23 Wah 22:16
- Eskatologi
- Surga
- Manfaat Surga bagi Orang Percaya
- Keserupaan dengan Kristus
TFTWMS: Ef 5:26 - Untuk Kajian Lebih Lanjut: Pengudusan Gereja UNTUK KAJIAN LEBIH LANJUT: PENGUDUSAN GEREJA (Efesus 5:26)
"Kuduskanlah," di dalam Efesus 5:26, adalah tindakan Kristus. Itu bukan tindakan...
UNTUK KAJIAN LEBIH LANJUT: PENGUDUSAN GEREJA (Efesus 5:26)
"Kuduskanlah," di dalam Efesus 5:26, adalah tindakan Kristus. Itu bukan tindakan yang terus-menerus atau diulang-ulang. Meski orang Kristen terus tumbuh dalam kekudusan, namun Paulus menekankan bahwa kita adalah umat yang sudah kudus, atau dikuduskan.
Kristus menguduskan gereja ketika Ia "menyucikan dia dengan memandikan dia dengan air dan firman." Pada waktu tertentu di masa lalu, Kristus menguduskan gereja dengan memandikan dia. (Ini adalah makna dari bentuk kata kerja yang diterjemahkan "sudah disucikan.") Tidak ada alasan untuk menyimpulkan bahwa Paulus sedang berpikir secara kiasan ketika ia menulis, "… dengan memandikan dia dengan air dan firman." Aturan yang benar dalam mempelajari Alkitab adalah memahami suatu teks secara harfiah kecuali ada alasan yang jelas untuk menganggap itu secara kiasan, simbolis, atau metafora. Kristus menyucikan gereja melalui suatu "pemandian" yang melibatkan air dan "firman." "Air" harfiah yang ditemukan di seluruh Kitab Suci sebagai bagian dari rencana Allah bagi umat-Nya.
Misalnya, Yohanes Pembaptis mempersiapkan kedatangan Kristus dengan membaptis orang di sungai Yordan (Matius 3:6). Yesus dibaptis oleh Yohanes dan keluar dari air (Matius 3:16). Yohanes membaptis di "Ainon, dekat Salim, sebab di situ banyak air" (Yohanes 3:23). Yesus bicara tentang kelahiran "dari air dan Roh" sebagai syarat untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah (Yohanes 3:5). Setelah mendengar pesan Yesus, orang Etiopia itu berkata kepada Filipus, "Lihat, di situ ada air; apakah halangannya, jika aku dibaptis?" (Kisah 8:36). Setelah membuat pengakuan tentang imannya, orang Etiopia bersama Filipus turun "ke dalam air, … dan Filipus membaptis dia" (Kisah 8:38). Ketika Petrus memberitakan injil kepada Kornelius, yang non-Yahudi, ia berkata, "Bolehkah orang mencegah untuk membaptis orang-orang ini dengan air?" (Kisah 10:47).
Di dalam Titus 3: 5, Paulus mengatakan bahwa Allah telah menyelamatkan kita "karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus," yang merupakan komentari yang baik tentang ayat 26. Tindakan Kristus yang "menyucikan [gereja] dengan memandikannya dengan air dan firman" adalah sama dengan tindakan Allah yang telah menyelamatkan kita "oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus." Konteks dalam Titus 3 menunjukkan bahwa manusia tidak diselamatkan "karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya … supaya kita, sebagai orang yang dibenarkan oleh kasih karunia-Nya, berhak menerima hidup yang kekal, sesuai dengan pengharapan kita" (3:5-7). Dengan rahmat dan karunia Allah, Ia memunculkan kemungkinan keselamatan manusia, dan keselamatan ini menjadi milik sebenarnya bagi orang yang tidak layak untuk menerimanya "oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus."
Alexander Campbell menegaskan bahwa "permandian kelahiran kembali" (2 Korintus 5:17) adalah langkah terakhir untuk menjadi orang Kristen.35Ia mengutip sejarawan Eusebius untuk menunjukkan bahwa bapak-bapak gereja Yunani mula-mula memahami tindakan ini sebagai baptisan.36Sebagian besar ekspositor sepakat dengan hal ini. Campbell selanjutnya menegaskan bahwa "permandian kelahiran kembali" adalah sama dengan "… tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni" (Ibrani 10:22) atau "dilahirkan dari air" (Yohanes 3:5) dan bahwa, seperti Nuh diselamatkan oleh air, "baptisan sekarang menyelamatkan [kita]"(1 Petrus 3:21; NASB). Campbell juga menyatakan bahwa "pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus" adalah sama dengan "disucikan … oleh firman" di Efesus 5:26 "karena Roh Kudus yang menguduskan atau menyucikan melalui firman"37(Yohanes 15:3; NASB).
Di dalam 1 Korintus 6:11, Paulus mengatakan bahwa jemaat Korintus telah "disucikan" dan "dikuduskan," seperti jemaat Efesus telah dikuduskan, disucikan, dan dimandikan. Kedua acuan itu, tidak diragukan lagi, adalah kepada baptisan dalam air "untuk pengampunan dosamu" (Kisah 2:38), untuk masuk "ke dalam Kristus" (Roma 6:3; Galatia 3:27), dan untuk masuk "ke dalam satu tubuh "(1 Korintus 12:13). Pada titik tertentu di dalam sejarah, Kristus menyerahkan diri-Nya dalam kematian untuk gereja. Setiap anggota gereja-Nya harus mati terhadap dosa dan diri sendiri dan, pada titik tertentu, menyerahkan dirinya kepada Kristus dalam baptisan. Kemudian ia dibangkitkan kepada hidup yang baru (lihat Roma 6:4). Sebagaimana setiap orang disucikan secara individual, begitu juga gereja, tubuh dari banyak anggota, disucikan.
TFTWMS: Ef 5:25-33 - Suami: Kasihilah Suami: "Kasihilah" (Efesus 5:25-33)
25 Hai suami, kasihilah isterimu, sebagaimana Kristus telah mengasihi gereja dan menyerahkan diri-Nya b...
Suami: "Kasihilah" (Efesus 5:25-33)
25 Hai suami, kasihilah isterimu, sebagaimana Kristus telah mengasihi gereja dan menyerahkan diri-Nya bagi dia, 26supaya Ia boleh menguduskan dia, sesudah Ia menyucikan dia dengan memandikan dia dengan air dan firman, 27supaya Ia boleh menghadirkan gereja itu kepada diri-Nya sendiri dalam segala kemuliaannya, tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu; tetapi supaya ia menjadi kudus dan tak bercacat. 28Demikian juga suami harus mengasihi isterinya seperti tubuhnya sendiri: Orang yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri; 29sebab tidak ada orang yang pernah membenci tubuhnya sendiri, melainkan memupuk dan merawatinya, seperti yang Kristus perbuat terhadap gereja, 30karena kita adalah anggota tubuh-Nya. 31Oleh sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan harus bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu tubuh. 32Misteri ini besar; tetapi aku sedang bicara dengan mengacu kepada Kristus dan gereja. 33Namun demikian, masing-masing di antara kamu juga harus mengasihi istrinya seperti ia mengasihi dirinya sendiri, dan istri harus memastikan hal itu sehingga ia menghormati suaminya (NASB).
Ayat 25a. Dengan mengubah fokusnya dari istri kepada suami, Paulus menulis, suami, kasihilah isterimu. Perintah bagi ketundukan istri kepada suaminya diseimbangkan dengan tanggung jawab suami kepada istrinya di dalam ayat 25 sampai 32. Bagian ini terbagi sendiri menjadi dua bagian. Bagian pertama mendorong suami untuk mengasihi istrinya. Paulus menunjukkan bagaimana ini harus dilakukan dengan mengetengahkan potret kasih Kristus bagi gereja (5:25-27). Bagian kedua memperluas kasih suami untuk istrinya. Di sini, Paulus menunjukkan bahwa suami harus memperlakukan istrinya sebagaimana ia akan memperlakukan dirinya sendiri, sama seperti Kristus peduli terhadap gereja (5:28-32).
Kasih bukanlah konsep baru di dalam surat ini. Paulus sebelumnya menyinggung kasih Allah (2:4) dan kasih Kristus (3:19; 5:22). Belakangan, ia bicara lagi tentang kasih jemaat Efesus, serta kasih Allah dan Kristus (6:23, 24). Di dalam nas yang sedang dibahas ini, Paulus sedang bicara tentang kasih suami untuk istrinya dalam konteks kasih Kristus untuk gereja.
Perintah "Hai suami, kasihilah isterimu" bisa saja disalahpahami sebagai kasih romantis atau kasih emosional semata. Namun begitu, Paulus menjelaskan jenis kasih yang ada di dalam pikirannya dengan menggunakan bentuk aÓgapa¿w (agapaō, "kasih, niat baik") di seluruh bagian ini (lihat 5:1, 2). Kasih yang suami harus miliki untuk istrinya adalah hasil dari keputusan untuk mencari yang terbaik bagi dia. Ini adalah keputusan untuk membantu dan bukan untuk menyakiti, untuk membangun dan bukan untuk meruntuhkan, untuk membesarkan hati dan bukan untuk mengecilkan hati.
Ayat 25b. Kasih suami untuk istri harus mencontoh kasih Kristus untuk gereja: Sebagaimana Kristus telah mengasihi gereja dan menyerahkan diri-Nya bagi dia. Kasih suami bukan hanya harus menjadi keputusan, tetapi harus menjadi pengorbanan diri. Ketika Kristus menyerahkan diri-Nya di kayu salib untuk dosa dunia, Ia membeli gereja dengan darah-Nya (lihat Kisah 20:28). Pengorbanan kematian-Nya adalah sikap ketundukan terbesar yang dunia pernah ketahui. Untuk mewujudkan gereja, untuk memelihara pertumbuhannya, dan akhirnya untuk membawanya ke sorga, Yesus "menyerahkan diri-Nya bagi dia." Analogi ini menggambarkan gereja sebagai mempelai perempuan Kristus, dan tidak ada yang Kristus tidak akan korbankan untuk kesejahteraan mempelai perempuan-Nya. Dengan cara yang sama, suami yang menyerahkan dirinya untuk istrinya. Saling menghormati antara suami dan istri membuat hubungan mereka selaras dengan rencana Allah bagi keluarga. Dalam visi Paulus tentang perkawinan, istri memberikan "ketundukan yang sepenuhnya kepada kasih yang sepenuhnya"22yang diterima dari suaminya. Kenneth S. Wuest menambahkan catatan penting bagi ayat 25:
Suami memiliki tiga jenis kasih yang lain untuk istrinya, kasih gairah (eros), kasih kecukupan dan kepuasan (stergo), dan kesukaan atau kasih sayang (phileo). Semua ini dijenuhkan dengan kasih agapao dari suami yang dipenuhi dengan Roh, yang dimurnikan dan dijadikan sorgawi dalam karakternya.23
Ayat 26. Di dalam ayat 26 dan 27, Paulus selanjutnya menjelaskan tiga alasan mengapa Kristus menyerahkan diri-Nya dalam kasih pengorbanan untuk gereja. Setiap alasan yang diberikan dimulai dengan iºna (hina), yang berarti "supaya."
Pertama, Kristus menyerahkan diri-Nya untuk gereja supaya Ia boleh mengudus-
kan dia, sesudah Ia menyucikan dia dengan memandikan dia dengan air dan firman.
"Menguduskan" (bentuk kata kerja dari a'gioß [hagios, "kudus"]) artinya "dipisahkan untuk penggunaan yang sakral."24Kata ini digunakan secara berbeda dengan kata Yunani lainnya, koino/ß (koinos), yang tidak digunakan di dalam konteks ini, tetapi berarti "najis, umum, cemar."25Supaya bisa dikuduskan, orang harus menarik diri atau memisahkan diri dari apa yang najis—yaitu, dunia—dan dipisahkan untuk maksud kudus Allah. Gereja terdiri dari orang-orang yang jiwanya dimurnikan oleh darah Kristus (1 Petrus 1:22) dan yang adalah "umat kepunyaan Allah sendiri … yang telah memanggil [mereka] keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib"(1 Petrus 2:9). Gereja sudah dipanggil keluar dari dunia dan dikhususkan untuk maksud kudus Allah. Kekudusan umat Allah sering ditekankan di dalam surat ini. Paulus bicara tentang orang-orang Kristen sebagai "orang-orang kudus," atau "suci" (lihat 1:1, 4, 15, 18; 2:19; 3:18; 4:12; 5:3). "Orang-orang kudus" adalah terjemahan dari istilah Yunani hagios. (Lihat "Untuk Kajian Lebih Lanjut: Pengudusan Gereja [5:26]" yang dimulai di halaman 40.)
"Dengan firman" adalah terjemahan dari e˙n rJh/mati (en rhēmati), secara harfiah "dalam kata." Pemandian gereja itu dicapai melalui air baptisan "dengan firman." "Firman" bisa mengacu kepada firman injil yang diberitakan dan yang mengarahkan orang-orang kepada baptisan untuk penyucian. Hal ini mengingatkan kita kepada kata-kata yang diucapkan pada saat pembaptisan, misalnya, "Dengan kuasa Kristus saya membaptis saudara dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus untuk pengampunan dosa dan supaya saudara dapat menerima karunia Kudus Roh"(lihat Matius 28:18, 19; Kisah 2:38). Mungkin itu juga mencakup janji keselamatan yang terkait dengan baptisan (Markus 16:16). Di dalam 6:17, "firman" itu adalah "firman Allah" dan "pedang Roh" yang harus diberitakan (lihat Roma 10:8, 17; Ibrani 6:5; 1 Petrus 1:25). Firman-Nya memiliki kuasa penyucian dan pemurnian (lihat Yohanes 15:3; 17:17), sehingga pengudusan gereja harus sudah terjadi ketika Kristus menyucikan dia dengan baptisan bersama dengan Firman. Air dan Firman terlibat.
Ayat 27. Penggunaan kedua iºna (hina) dan tujuan kedua yang untuknya Kristus menyerahkan diri-Nya untuk gereja ditemukan di dalam ayat 27a: Supaya Ia boleh menghadirkan gereja itu kepada diri-Nya sendiri dalam segala kemuliaannya, tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu. Kristus menghadirkan gereja kepada diri-Nya sendiri sebagai mempelai perempuan-Nya yang murni. Di dalam 2 Korintus 11:2, Paulus bicara tentang dirinya sendiri sebagai ayah dari mempelai perempuan atau teman dari mempelai laki-laki yang akan menghadirkan gereja Korintus kepada Kristus sebagai mempelai perempuan yang murni. Namun begitu, di dalam teks Efesus, Kristus dikatakan menghadirkan gereja itu kepada diri-Nya sendiri "dalam segala kemuliaannya." "Kemuliaan," terjemahan dari e¶ndoxoß (endoxos), adalah istilah yang digunakan dalam mengacukan gereja di tempat lain di dalam surat ini, yang mengandung "kemegahan."26Gereja memiliki warisan yang mulia (1:18), dan gereja mendatangkan kemuliaan bagi Allah (3:21). Di dalam ayat 27, "kemuliaan" menambahkan gambaran gereja sebagai mempelai perempuan Kristus yang murni yang berpakaian "kesempurnaan moral."27
"Tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu," dibedakan dengan "kemuliaan" dalam kalimat sebelumnya, menekankan bahwa mempelai perempuan Kristus adalah tanpa cela moral, kecemaran, atau kecacatan. Sesuai dengan praktik perkawinan kuno, mempelai laki-laki akan datang ke rumah mempelai perempuan, membayar mas kawin, dan kembali ke rumahnya dengan maksud datang lagi untuk dinikahkan dengan mempelai perempuannya yang tanpa cela. Dengan cara yang sama, Kristus sudah datang dan "menyerahkan diri-Nya" (5:25) sebagai mahar, kembali ke sorga, dan akan datang kembali untuk mempelai perempuan-Nya yang tanpa cela. Penghadiran gereja kepada diri-Nya sendiri akan terjadi pada akhir zaman. Ini setuju dengan kata-kata Paulus di dalam 2 Korintus 11:2 dan dengan gambaran perjamuan kawin di dalam Wahyu 19.
Tetapi supaya ia menjadi kudus dan tak bercacat. Ini adalah penggunaan ketiga iºna (hina) dan alasan ketiga Kristus "menyerahkan diri-Nya" bagi gereja. "Kudus dan tak bercacat" digunakan sebelumnya oleh Paulus (1:4) untuk menunjukkan maksud Allah dalam memilih jemaat Efesus di dalam Kristus "sebelum dunia dijadikan." Ia ingin mereka menjadi "kudus dan tak bercacat di hadapan Dia." Kecemaran dan cela adalah ciri-ciri dari orang-orang yang tidak mengenal Allah, tapi kekudusan dan tanpa cela menjadi sifat gereja. Sekarang gereja "kudus dan tak bercacat" oleh karena penyucian yang dimungkinkan oleh darah Kristus yang ditumpahkan di kayu salib ketika Ia "menyerahkan diri-Nya untuk dia." Gereja terus-menerus "kudus dan tak bercacat" dengan hidup di dalam Terang dan disucikan oleh darah yang sama (1 Yohanes 1:7). Ketika Kristus datang kembali, Ia akan menghadirkan mempelai perempuan yang murni kepada diri-Nya. Karena gereja telah disucikan oleh darah, maka gereja dapat dilihat sebagai "kudus dan tak bercacat." Sebagai anggota gereja Kristus—tubuh-Nya dan mempelai perempuan-Nya—kita harus hidup berdasarkan pelbagai nasihat yang Paulus sajikan di dalam surat ini.
Ayat 28a. Ketika Paulus memperkenalkan kewajiban suami terhadap istrinya, ia menggunakan kasih Kristus bagi gereja sebagai ilustrasi tentang bagaimana suami harus merawat istrinya. Ia berkata, Demikian juga suami harus mengasihi isterinya seperti tubuhnya sendiri. "Demikian juga" adalah terjemahan dari ou¢twß (houtōs) dan menunjukkan bahwa apa yang muncul kemudian berkaitan dengan fakta bahwa suami harus mengasihi istrinya "sebagaimana Kristus telah mengasihi gereja dan menyerahkan diri-Nya bagi dia" (5:25). "Harus" adalah terjemahan dari ojfei÷lw (opheilō), kata yang berarti "berutang berdasarkan kewajiban moral atau pribadi"28(lihat Yohanes 13:14). "Seperti tubuhnya sendiri" (5:28) berarti bahwa suami harus "mengasihi istrinya seperti ia mengasihi dirinya sendiri" (5:33). S. D. F Salmond berkomentar, Ini harus jangan dikecilkan menjadi "seperti diri mereka" …; kata wJß [hōs, "secara"] di sini juga tidak semata-mata berarti "seperti," seolah-olah semua yang dimaksudkan adalah bahwa kasih suami untuk istrinya harus serupa dengan kasihnya untuk tubuhnya sendiri. Kata wJß memiliki kekuatan kualitatifnya, = "seakan-akan," "sebagaimana." Kristus dan suami masing-masing adalah kepala, seperti yang sudah Paulus katakan, dan sebagaimana Gereja adalah tubuh-Nya dalam kaitannya dengan Kristus, begitu juga istri dalam kaitannya dengan suami. Karena itu, suami, sang kepala, harus mengasihi istrinya sebagaimana tubuhnya, bahkan seperti Kristus mengasihi Gereja yang merupakan tubuh-Nya. Gagasan tentang suami dan istri sebagai satu tubuh mungkin juga dalam dalam pertimbangan.29
Ayat 28b, 29. Alam menunjukkan bahwa, sebagai aturan umum, manusia tidak membenci daging atau tubuhnya sendiri. Oleh karena itu, alam harus memberitahu suami untuk mengasihi istrinya, karena ia menjadi bagian penting dari suaminya. Suami adalah kepala istrinya seperti Kristus adalah kepala tubuh-Nya, gereja. Dengan memperhatikan kesamaan ini, Paulus menyiratkan bahwa suami mempertahankan kepemimpinan atas istrinya. Dengan begitu, suami dalam mengasihi istrinya, mengasihi juga dirinya sendiri. Sebagaimana suami memupuk dan merawat tubuhnya, ia harus "memupuk dan merawat" istrinya, seperti yang Kristus perbuat terhadap gereja.
"Memupuk" adalah terjemahan dari e˙ktre÷fw (ektrephō), kata majemuk yang terdiri dari e˙k (ek , "dari") dan tre÷fw (trephō, "untuk membuat tebal, atau gemuk, dengan memberi makan; dengan begitu, memberi makan, merawat, memupuk").30
Akar kata yang sama diterjemahkan di dalam 6: 4 sebagai "mendidik mereka," di mana itu berada dalam konteks melatih anak-anak. Sebagaimana Kristus telah menyediakan pengudusan dan pemandian gereja melalui baptisan dan Firman (lihat 5:26), dan sebagaimana Ia telah menyediakan untuk membawa gereja kepada kedewasaan (4:11-16), begitu juga para suami harus menolong membantu istri mereka dalam perkembangan mereka.
"Merawat" (qa¿lpw, thalpō) berkaitan dengan panas atau kehangatan.31Kata yang sama digunakan di dalam 1 Tesalonika 2:7 untuk mengatakan tentang ibu menyusui yang merawat anak-anaknya sendiri. "Memupuk" menggambarkan kelembutan Kristus dalam merawat gereja dan mengingatkan kaum suami bahwa mereka harus dengan lembut dan penuh kasih sayang meningkatkan pertumbuhan dan kesejahteraan istri mereka.
Ayat 30. Karena kita adalah anggota tubuh-Nya mengacu kepada fakta bahwa orang Kristen memiliki hubungan kasih sayang dengan kepala mereka, Yesus Kristus, yang memelihara mereka dan memberi mereka apa yang mereka butuhkan sebagai tubuh-Nya. Selain itu, Kristus memelihara gereja seperti suami yang penyayang dan pengasuh menyediakan kebutuhan istrinya. Setiap anggota adalah bagian penting dari tubuh Kristus, yang Tuhan kita "… peroleh … dengan darah Anak-Nya sendiri" (Kisah 20:28). Tubuh itu sangat berharga bagi Kristus dan merupakan bagian dari Kristus. Ia secara tak terpisahkan menyatu dengan tubuh itu dan dengan demikian memenuhi pelbagai kebutuhan tubuh itu. Dengan cara yang sama, para suami harus menghargai istri mereka dan berbuat sebisanya untuk memelihara dan menghormati mereka dengan penuh kasih sayang.
Ayat 31. Oleh sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan harus bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu tubuh. Kutipan dari kitab Kejadian 2:24 ini berfungsi sebagai pengingat terakhir bagi orang Kristen mengenai kesatuan antara suami dan istri. Paulus bicara tentang suami yang mengasihi istrinya "seperti tubuhnya sendiri" dan tentang suami yang mengasihi istrinya seperti ia mengasihi "dirinya sendiri" (5:28). Juga, Paulus berkata bahwa "tidak ada orang yang pernah membenci tubuhnya sendiri" (5:29). Pernyataan dari kitab Kejadian itu menekankan bahwa suami dan istri, pada kenyataannya, "satu tubuh."
Ayat 32. Paulus menyimpulkan bagian ini dengan mengingatkan bahwa ia sedang bicara secara kiasan. Melalui misteri perkawinan, Allah menjadikan suami dan istri "satu tubuh." Kesatuan yang misterius ini membantu kita untuk memahami gereja. Allah menjadikan Kristus kepala gereja, mempelai laki-laki dari mempelai perempuan. Orang Kristen adalah tubuh Kristus dan mempelai perempuan Kristus.
Ayat 33. Misteri hubungan Kristus dengan gereja memiliki arti praktis dalam hubungan suami/istri. Ketika Paulus menulis, Namun demikian (plh/n, plēn ), ia pada dasarnya sedang mengatakan, "Izinkan saya kembali kepada maksud yang saya sampaikan tentang suami dan istri." Lalu ia menekankan kebenaran bahwa tidak ada suami yang dikecualikan dari pedoman ini. Rasul itu mengatakan, masing-masing … harus mengasihi istrinya. Demikian juga, setiap istri tercakup di dalam perintah istri harus memastikan bahwa ia menghormati suaminya. "Menghormati" adalah terjemahan dari kata kerja Yunani fobe÷w (phobeō). Meski artinya adalah "takut,"32namun itu bukan takut seorang budak tapi "takut karena hormat"33yang merupakan "respon [yang tepat] terhadap kepemimpinan suaminya yang dilakukan dalam kasih yang mengorbankan diri."34
TFTWMS: Ef 5:25-33 - Menjadi Seorang Suami MENJADI SEORANG SUAMI (Efesus 5:25-33)
Setelah memerintahkan para isteri untuk tunduk kepada suami mereka (5:22), Paulus lalu menyapa para suami, men...
MENJADI SEORANG SUAMI (Efesus 5:25-33)
Setelah memerintahkan para isteri untuk tunduk kepada suami mereka (5:22), Paulus lalu menyapa para suami, mendorong mereka untuk mengasihi isteri mereka dan mencukupi kebutuhan mereka. Sebenarnya apakah yang seorang isteri perlukan? Pikirkanlah jawaban ini:
Hal apakah yang diinginkan oleh sebagian besar kaum wanita dalam hubungan mereka dengan kaum pria? Peluang yang sama di tempat kerja? Martabat di dalam rumah tangga? Pada akhir abad dua puluh, siapa saja di dunia barat hampir tidak akan mengatakan bahwa yang seharusnya adalah sebaliknya … Namun begitu bagi banyak wanita, semakin kuat benteng hak-hak dan kesempatan mereka semakin banyak keinginan mereka terhadap pencapaian di tempat kerja dan di dalam rumah tangga yang tidak tercapai. Karir sering tidak bisa memuaskan. Perkawinan dan kehidupan rumah tangga tidak berjalan sebagaimana diharapkan. Apapun juga bentuk hubungan sehari-hari mereka dengan kaum pria, banyak wanita merasakan bahwa sesuatu yang penting, sesuatu yang mendasar, sedang hilang dalam kehidupan mereka.
Jika ditanya, sedikit wanita—sebenarnya, sedikit pria— yang bisa menunjukkan persoalannya. Kita semua begitu sangat bebasnya dalam tahun 90an—dan begitu sangat sekularnya dalam pemikiran kita ... Siapakah yang akan pernah menebak bahwa apa yang sebagian besar wanita inginkan, tetapi hanya sedikit wanita yang menemukannya, adalah kepemimpinan rohani laki-laki?1
Efesus 5:25-33 tidak berisi perkataan khusus tentang "kepemimpinan rohani laki-laki," namun itu merupakan apa yang Paulus sedang singgung di dalam nas ini. Seraya isteri memperlihatkan sikap tunduknya kepada Tuhan dengan menuruti kepemimpinan suaminya, suami itu menunjukkan sikap tunduk juga kepada Tuhan ketika ia menjalankan kepemimpinannya secara benar dan tepat.
Seorang suami memimpin dengan benar ketika ia dengan sungguh-sungguh menerima perintah ini: "Hai suami, kasihilah isterimu" (5:25a). Perintah ini menjabarkan kepemimpinan rohani laki-laki. Hal itu terkait dengan pelayanan yang penuh kasih dan perhatian yang lemahlembut daripada hanya ingin menjadi "majikan."
Bacalah perintah Paulus kepada para suami:
Hai suami, kasihilah isterimu sepenuh-penuhnya, seperti Kristus telah mati bagi gereja-Nya—kasih yang ditandai dengan memberi, bukan mengambil. Kasih Kristus membuat gereja menjadi sempurna. Perkataan-Nya mengingatkan kita akan keindahan gereja-Nya. Segala sesuatu yang Ia lakukan dan katakan dirancang untuk memperlihatkan yang terbaik dari gereja-Nya, untuk mengenakan sutera putih yang menakjubkan ke atas gereja-Nya, yang memancarkan cahaya kekudusan. Dan begitulah seharusnya cara suami mengasihi isteri mereka. Mereka benar-benar melakukan kebaikan untuk diri sendiri—karena mereka sudah menjadi "satu" dalam perkawinan.
Tidak seorang pun merusak tubuhnya sendiri, bukan? Benar, ia memberi makan dan memanjakan tubuhnya. Begitulah Kristus memperlakukan kita, gereja-Nya, karena kita merupakan bagian dari tubuh-Nya. Dan itulah sebabnya laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan menyukakan isterinya. Bukan lagi dua orang, mereka sudah menjadi "satu daging." Ini merupakan rahasia yang sangat besar, dan aku tidak berpura-pura bisa memahami semua rahasia itu. Tetapi apa yang paling jelas bagiku adalah cara Kristus memperlakukan gereja-Nya. Dan itu memberikan gambaran yang baik tentang bagaimana setiap suami harus memperlakukan isterinya, mengasihi dirinya sendiri dengan mengasihi dia, dan bagaimana setiap isteri harus menghormati suaminya (5:25-33; TM).
Perkataan Paulus tersebut mengajarkan kebenaran mendasar ini: Seorang suami menunjukkan kesungguhannya menerima Kristus ketika ia menggunakan kepemimpinannya untuk memelihara isterinya dengan lemah-lembut.
MENYAKSIKAN PEMELIHARAAN YANG LEMAH-LEMBUT
Apakah arti menjadi seorang suami? Artinya menjadi pemimpin yang penuh kasih. Ayat 25 berkata, "Hai suami, kasihilah isterimu, .…" Kedengarannya sederhana, bukan? Apa yang membuat masalahnya rumit adalah cara kita menyalahgunakan kata "kasih" di zaman kini. "Kasih" sering datang dengan syarat: Bagi beberapa orang, kasih adalah memperlakukan isteri dengan baik selama isteri itu baik kepada Anda, bersikap ramah kepada isteri demi untuk anak-anak, atau mencukupi kebutuhan isteri sebagai balasan atas jerih-payahnya membereskan rumah dan membesarkan anak-anak.
Paulus tidak memberi kita ruang untuk menyantumkan definisi apapun juga yang kita sukai terhadap konsep kasih itu. Paulus menawarkan dua analogi untuk membantu kita memahami apa yang ada dalam pikirannya.
Perbandingan pertama yang Paulus buat secara jelas mengatakan, "Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya" (5:25). Contoh utama bagi hubungan yang harus dimiliki para suami dan para isteri terdapat di dalam Kristus dan gereja-Nya. Itu merupakan perbandingan yang sangat kuat! Di sepanjang kitab Efesus, Paulus menekankan kesatuan yang sangat penting antara Kristus dan gereja-Nya. Kristus adalah kepala gereja yang dimuliakan (1:22; 4:15). Kristus mengasihi dan sudah menyerahkan diri-Nya sendiri bagi gereja-Nya (3:19; 5:2). Kristus mendatangkan keselamatan gereja-Nya dengan kematian-Nya sendiri (1:7, 13; 2:5, 6; 2:14-18). Ia memperhatikan segala kebutuhan dan pertumbuhan gereja-Nya (4:11-16), dan Ia menetap di dalam hati orang-orang yang menjadi milik gereja-Nya (3:17). Kristus juga menyediakan pertumbuhan dan kesejahteraan bagi gereja-Nya (4:15, 16).
Paulus sudah mengatakan semua itu. Sekarang, dalam pasal 5, Paulus memperlihatkan hubungan yang luar biasa antara Kristus dan gereja-Nya sebagai contoh bagi kualitas kasih yang seorang suami harus miliki untuk isterinya. Bahwa Paulus berani menggunakan perbandingan seperti itu menunjukkan betapa seriusnya ia terhadap cara saya berhubungan dengan istri saya dan bagaimana Anda melihat hubungan Anda dengan isteri Anda.
Dalam Pasal 5 Paulus menyajikan pengungkapan tahap demi tahap dari komitmen kasih Kristus bagi gereja-Nya. Ini memberi kita rasa simpati terhadap keseluruhan kasih Kristus.
Pertama, Kristus mengasihi gereja-Nya. Ini membawa kita ke belakang kepada kekekalan masa lalu. Sebelum penciptaan, Kristus sudah mengasihi gereja-Nya. Bahkan ketika gereja itu hanya baru berupa gagasan di dalam pikiran Allah, Kristus sudah mengasihinya.
Kedua, Kristus menyerahkan diri-Nya untuk gereja-Nya. Ia meninggalkan sorga, datang ke dunia, menjadi manusia, dan mati untuk membuat gereja itu menjadi kenyataan. Tidak ada yang Ia sembunyikan. Ia memberikan semua milik-Nya.
Ketiga, Kristus menyediakan penyucian bagi gereja-Nya dengan air pembasuh melalui Firman. Paulus sudah mengetahui hal ini sejak pengalaman yang ia rasakan sendiri. Sebagai orang berdosa yang belum menjadi milik gereja Kristus, ia sudah diberitahu apa yang perlu ia lakukan untuk diselamatkan dan ditambahkan kepada gereja itu. Ia sudah mendengar perkataan ini: "Bangunlah, berilah dirimu dibaptis dan dosa-dosamu disucikan sambil berseru kepada nama Tuhan!" (Kisah 22:16). Bagian dari apa yang membuat gereja-gereja Kristus terpisah dari banyak denominasi adalah kepercayaan ini: Seraya orang datang dengan iman kepada Firman Allah untuk dibaptis dalam air, orang itu secara rohani telah disucikan, bukan oleh air lahiriah, tetapi oleh kuasa Kristus. Kristuslah yang menyucikan gereja-Nya.
Keempat, Kristus memperlihatkan kasih-Nya bagi gereja-Nya di dalam upaya-Nya untuk membuat gereja itu kudus. Keterangan waktu dari kata kerja ini meringkas segala hal yang Kristus sedang coba lakukan. Ia ingin membuat gereja-Nya itu kudus dalam sifat dan prilakunya: "Segala sesuatu yang Ia lakukan dan katakan dirancang untuk memperlihatkan yang terbaik dari gereja-Nya" (5:27; TM).
Akhirnya, Kristus mengasihi gereja-Nya, dan di akhir zaman nanti Ia akan mengambil sendiri gereja itu sebagai gereja yang berkilauan. Kata Yunani yang diterjemahkan "berkilauan," endoxos, secara harfiah artinya "mulia." "Kemuliaan" di dalam Kitab Suci mengacu kepada karakter Allah yang bercahaya, berkilauan yang terlihat mata. Suatu hari nanti kasih Kristus akan membawa gereja-Nya itu kepada titik kemilauan, keindahan yang saleh. Yohanes, seorang rasul yang lain, memberi kita pandangan sekilas tentang akan seperti apakah gereja itu nantinya:
Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan lautpun tidak ada lagi. Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya (Wahyu 21:1, 2).
Berusaha memahami kasih Kristus bagi gereja-Nya memang di luar kemampuan kita. Akan lebih mudah bagi kita menghitung dengan tepat jumlah butir-butir pasir di semua pantai di seluruh dunia daripada kita mengukur kasih sejati yang Kristus miliki untuk gereja-Nya. Kasih-Nya itu merentang dari kekekalan masa lalu hingga sekarang, dan berlanjut terus hingga kekekalan yang akan datang.
Apakah yang bisa kita lakukan dengan kasih yang tidak terselami ini? Hai suami-suami, kita harus membiarkan kasih itu membuat kita berlutut. Kita harus membiarkan kasih itu melenyapkan keangkuhan buruk yang membuat perkawinan kita tidak berjalan seperti yang Allah kehendaki. Kita harus membiarkan kasih itu mengakhiri keegoisan yang membuat kita tidak mau menjadi pelayan isteri kita.
Kristus menunjukkan kepada saya bahwa apa yang isteri saya perlukan adalah seorang pemimpin yang mau melayani. Ia memerlukan seorang suami yang mengasihi dia, yang mau memberi daripada yang selalu mau mengambil, yang selalu memperlihatkan yang terbaik dalam dirinya, dan yang ingin dia itu menjadi apa yang ada di dalam pikiran Allah sebagai anak-Nya.
MENGALAMI PEMELIHARAAN YANG LEMAH-LEMBUT
Paulus memberikan analogi kedua untuk membantu kita memahami kasih yang harus kita miliki untuk isteri kita. Analogi itu berasal dari pengalaman pribadi kita sendiri: "Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri. Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya" (5:28, 29a). Jika ada sesuatu yang saya pahami, maka itu adalah memelihara diri saya sendiri. Sewaktu saya lapar, saya memberi makan diri saya. Sewaktu saya kelelahan, saya istirahat. Sewaktu saya terluka, saya berbuat sebisanya untuk mengurangi rasa sakit itu.
Perkawinan itu menakjubkan sebab—karena kita berdua adalah satu daging—sebagaimana saya mengasihi isteri saya, saya juga memperlihatkan kasih itu kepada diri saya. Pemeliharaan saya untuk dia adalah pemeliharaan saya untuk diri saya juga.
Lalu, apakah yang seharusnya kita perbuat untuk isteri kita? Daftar di bawah ini bisa membuat kita memulainya. Para suami harus melakukan hal-hal berikut ini:
Berikanlah waktu Anda … isteri Anda adalah prioritas nomor satu; Berikanlah kehadiran Anda … baik kehadiran fisik maupun emosi Anda; Berikanlah kebenaran … jalankanlah kepemimpinan rohani di dalam rumah tangga, pastikanlah isteri dan keluarga Anda mempelajari kebenaran itu;Berikanlah kasih Anda … untuk mencukupi kebutuhannya; Berikanlah doa Anda … kepada Bapa atas pemeliharaannya yang lemah-lembut; Berikanlah pengampunan Anda … untuk memulihkan hubungan; Berikanlah kepemimpinan Anda … untuk rumah tangga dan keluarga; Berikanlah harta Anda … berbagi dengan dia semua yang Anda miliki.2
MEMPRAKTIKKAN PEMELIHARAAN YANG LEMAH-LEMBUT
Pesan Allah kepada para isteri adalah "tunduklah" (5:22). Pesan Allah kepada para suami adalah "kasihilah" (5:25). Teman, izinkan saya membuat hal ini menjadi praktis. Renungkanlah kasih yang engkau miliki untuk isterimu. Nilailah dirimu sendiri dari 1 sampai 10, dimana angka 1 artinya "aku sangat lemah dalam mengasihi isteriku" dan angka 10 artinya "aku sangat kuat bila tiba pada masalah mengasihi isteriku."
"Aku tidak pernah meninggalkan isteriku."
"Aku lebih memperdulikan isteriku daripada diriku sendiri."
"Aku tidak pernah mengharap lebih banyak darinya daripada apa yang sanggup ia berikan."
"Aku tidak pernah menuntut untuk menjadi 'boss' di dalam rumah tanggaku."
"Harga diriku tidak pernah menimbulkan persoalan di dalam perkawinanku."
"Aku tidak pernah memaksa dia untuk melakukan segala hal dengan caraku."
"Aku tidak pernah meminta dia untuk 'utamakan aku.'"
"Aku tidak pernah marah besar terhadap dia."
"Aku tidak menghitung-hitung kesalahannya."
"Aku memaafkan dia bila ia berbuat salah."
"Aku sangat senang melihat dia bertumbuh secara rohani."
"Aku akan bersabar terhadap dia dalam hal apa saja."
"Aku akan mengikuti rencana Allah bagi hidupnya."
"Aku akan selalu memikirkan yang terbaik tentang dirinya."
"Aku tidak akan pernah menyesali komitmen yang kubuat untuk dia."
"Aku akan menjaga komitmenku untuk membantu dia menjadi wanita yang Allah kehendaki."
"Cintaku untuk dia tidak akan pernah mati."
KESIMPULAN
Hai suami, Allah tidak mengharapkan Anda untuk menjadi sempurna, namun Ia memang mengharapkan Anda untuk memberikan semua milik Anda untuk menunjukkan kasih dan pemeliharaan yang lemahlembut yang isteri Anda butuhkan dari Anda.
Lihatlah kepada Yesus. Ia siap untuk menolong Anda. Mengapa tidak meluangkan waktu sejenak dan memberikan kembali diri Anda menjadi suami yang Allah kehendaki? Allah akan menepati janji-Nya untuk menguatkan dan menolong Anda.
"Hai suami, kasihilah isterimu …."
TFTWMS: Ef 5:22-33 - Menghormati Hubungan Sebagai Suami Dan Istri MENGHORMATI HUBUNGAN SEBAGAI SUAMI DAN ISTRI (Efesus 5:22-33)
Di Efesus 5, seperti yang ia lakukan di Kolose 3, Paulus bicara tentang hubungan antara...
MENGHORMATI HUBUNGAN SEBAGAI SUAMI DAN ISTRI (Efesus 5:22-33)
Di Efesus 5, seperti yang ia lakukan di Kolose 3, Paulus bicara tentang hubungan antara suami dan istri di dalam gereja. Ia memulai dan mengakhiri instruksi ini dengan bicara kepada kaum istri, tetapi sebagian besar dari apa yang ia katakan diarahkan kepada kaum suami. Penekanan ini dibalik di dalam 1 Petrus 3:1-7.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Efesus (Pendahuluan Kitab) Penulis : Paulus
Tema : Kristus dan Gereja
Tanggal Penulisan: Sekitar 62 M
Latar Belakang
Surat Efesus merupakan salah satu pu...
Penulis : Paulus
Tema : Kristus dan Gereja
Tanggal Penulisan: Sekitar 62 M
Latar Belakang
Surat Efesus merupakan salah satu puncak dalam penyataan alkitabiah dan menduduki tempat yang unik di antara surat-surat Paulus. Surat ini tidak ditulis sebagai jawaban terhadap suatu kontroversi doktrinal atau persoalan pastoral seperti banyak surat lain, sebaliknya Efesus memberikan kesan akan luapan penyataan yang melimpah sebagai hasil dari kehidupan doa pribadi Paulus. Paulus menulis surat ini ketika dipenjara karena Kristus (Ef 3:1; Ef 4:1; Ef 6:20), kemungkinan besar di Roma. Ada banyak persamaan di antara surat ini dengan surat Kolose dan mungkin ditulis tidak lama sesudah surat Kolose. Kedua surat ini mungkin dibawa secara serentak ke tujuannya oleh seorang kawan sekerja Paulus yang bernama Tikhikus (Ef 6:21; bd. Kol 4:7).
Kepercayaan umum ialah bahwa Paulus menulis surat ini dengan maksud agar sidang pembaca akan lebih luas daripada jemaat di Efesus saja -- mungkin surat ini ditulisnya sebagai surat edaran untuk gereja-gereja di seluruh propinsi Asia. Pada mulanya mungkin setiap jemaat di Asia Kecil menyisipkan namanya sendiri di Ef 1:1, sebagai bukti relevansi amanatnya yang mendalam bagi semua gereja Yesus Kristus yang sejati. Banyak orang mengira surat Efesus ini adalah surat kepada jemaat di Laodikea yang disebut Paulus dalam Kol 4:16.
Tujuan
Tujuan Paulus dalam menulis surat ini tersirat dalam Ef 1:15-17. Dengan tekun ia berdoa sambil merindukan agar para pembacanya bertumbuh dalam iman, kasih, hikmat, dan penyataan Bapa yang mulia. Dia sungguh-sungguh menginginkan agar hidup mereka layak di hadapan Tuhan Yesus Kristus (mis. Ef 4:1-3; Ef 5:1-2). Oleh karena itu, Paulus berusaha untuk menguatkan iman dan dasar rohani mereka dengan menyatakan kepenuhan maksud kekal Allah dari penebusan "dalam Kristus"(Ef 1:3-14; Ef 3:10-12) untuk gereja (Ef 1:22-23; Ef 2:11-22; Ef 3:21; Ef 4:11-16; Ef 5:25-27) dan untuk setiap orang (Ef 1:15-21; Ef 2:1-10; Ef 3:16-20; Ef 4:1-3,17-32; Ef 5:1--6:20).
Survai
Secara paling sederhana PB terdiri atas dua tema dasar:
- (1) bagaimana kita ditebus oleh Allah, dan
- (2) bagaimana kita harus hidup sebagai umat tertebus itu.
Pasal 1-3 (Ef 1:1--3:21) secara umum membahas tema yang pertama, sedangkan pasal 4-6 (Ef 4:1--6:24) difokuskan pada yang kedua.
- (1) Pasal 1-3 (Ef 1:1--3:21) dimulai dengan suatu paragraf pembukaan yang merupakan salah satu nas yang paling dalam di Alkitab (Ef 1:3-14). Kidung penebusan yang sangat indah ini menaikkan pujian karena Bapa telah memilih, menentukan dan mengangkat kita sebagai anak-anak-Nya (Ef 1:3-6), karena Putra yang menebus kita dengan darah-Nya (Ef 1:7-12), dan karena Roh Kudus sebagai meterai dan jaminan warisan kita (Ef 1:13-14). Di bagian ini Paulus menekankan bahwa dalam penebusan karena kasih karunia oleh iman, Allah memperdamaikan kita dengan diri-Nya (Ef 2:1-10) dan dengan sesama umat tertebus (Ef 2:11-15), dan sedang mempersatukan kita di dalam Kristus dalam satu tubuh, yaitu gereja (Ef 2:16-22). Tujuan penebusan adalah "mempersatukan di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu baik yang di sorga maupun yang di bumi," (Ef 1:10).
- (2) Pasal 4-6 (Ef 4:1--6:24) pada umumnya terdiri atas arahan-arahan praktis bagi gereja mengenai tuntutan penebusan di dalam Kristus atas kehidupan pribadi dan kehidupan bersama kita.
Di antara 35 pengarahan yang diberikan dalam surat ini mengenai bagaimana seorang tertebus harus hidup, ditekankan tiga kategori luas.
- (1) Orang percaya dipanggil kepada suatu kehidupan baru yang murni dan terpisah dari dunia. Mereka dipanggil untuk "kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya" (Ef 1:4), "menjadi bait Allah yang kudus" (Ef 2:21), "hidup ... berpadanan dengan panggilan (mereka) itu" (Ef 4:1), "mencapai ... kedewasaan penuh" (Ef 4:13), hidup "di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya" (Ef 4:24), "hiduplah di dalam kasih" (Ef 5:2; bd. Ef 3:17-19), dan menjadi kudus "dengan ... firman" (Ef 5:26) agar Kristus bisa memperoleh "jemaat ... tanpa cacat atau kerut ... kudus dan tidak bercela" (Ef 5:27).
- (2) Orang percaya dipanggil kepada suatu cara hidup baru dalam hubungan keluarga dan kerja (Ef 5:22--6:9). Semua hubungan ini hendaknya dikuasai oleh prinsip-prinsip yang menandai orang percaya berbeda sekali dari masyarakat sekular di mana mereka hidup.
- (3) Akhirnya, orang percaya dipanggil untuk tetap berdiri teguh terhadap semua rencana jahat Iblis dan terhadap "roh-roh jahat di udara" yang hebat sekali (Ef 6:10-20).
Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai surat ini.
- (1) Penyingkapan kebenaran teologis akbar dalam pasal 1-3 (Ef 1:1--3:21) dihentikan sejenak oleh dua doa rasuli yang paling berkuasa dalam PB: yang pertama memohon hikmat dan wahyu dalam pengenalan akan Allah (Ef 1:15-23); yang kedua berfokus pada mengenali kasih, kuasa, dan kemuliaan Allah (Ef 3:14-21).
- (2) "Di dalam Kristus", sebuah istilah Paulus yang sangat berbobot (dipakai 160 kali dalam surat-surat Paulus) secara khusus menonjol dalam surat ini (sekitar 36 kali). "Setiap berkat rohani" dan setiap persoalan praktis dalam hidup ini berhubungan dengan perihal berada "di dalam Kristus".
- (3) Maksud dan tujuan abadi Allah bagi gereja ditekankan dalam surat Efesus.
- (4) Beraneka segi dari peranan Roh Kudus di dalam kehidupan Kristen ditekankan (Ef 1:13-14,17; Ef 2:18; Ef 3:5,16,20; Ef 4:3-4,30; Ef 5:18; Ef 6:17-18).
- (5) Surat Efesus kadang-kadang dianggap sebagai "surat kembar" dengan Kolose, karena persamaan dalam isi dan ditulis kira-kira pada waktu yang sama (bd. Garis Besar kedua surat itu).
Full Life: Efesus (Garis Besar) Garis Besar
Salam Kristen
(Ef 1:1-2)
I. Ajaran yang Penuh Kuasa -- Penebusan Orang Percaya
(Ef 1:3-3:21)
A. Keuta...
Garis Besar
- Salam Kristen
(Ef 1:1-2) - I. Ajaran yang Penuh Kuasa -- Penebusan Orang Percaya
(Ef 1:3-3:21) - A. Keutamaan Kristus dalam Penebusan
(Ef 1:3-14) - 1. Keutamaan-Nya Dalam Rencana Bapa
(Ef 1:3-6) - 2. Keutamaan-Nya Dalam Partisipasi Orang Percaya
(Ef 1:7-12) - 3. Keutamaan-Nya Dalam Penerapan Roh Kudus
(Ef 1:13-14)
Doa: Agar Orang Percaya Memperoleh Penerangan Rohani
(Ef 1:15-23) - B. Hasil-Hasil Penebusan Dalam Kristus
(Ef 2:1-3:21) - 1. Membebaskan Kita dari Dosa dan Kematian kepada Hidup Baru
di Dalam Kristus
(Ef 2:1-10) - 2. Memperdamaikan Kita dengan Orang Lain yang Sedang Diselamatkan
(Ef 2:11-15) - 3. Mempersatukan Kita Dalam Kristus di Dalam Satu Rumah Tangga
(Ef 2:16-22) - 4. Menyatakan Hikmat Allah Melalui Gereja
(Ef 3:1-13)
Doa: Agar Orang Percaya Memperoleh Kepuasan Rohani
(Ef 3:14-21) - II. Pengarahan-Pengarahan Praktis -- Kehidupan Orang Percaya
(Ef 4:1-6:20) - A. Hidup Baru Orang Percaya
(Ef 4:1-5:21) - 1. Selaras dengan Maksud Allah bagi Gereja
(Ef 4:1-16) - 2. Hidup Baru yang Kudus
(Ef 4:17-5:7) - 3. Hidup Sebagai Anak-Anak Terang
(Ef 5:8-14) - 4. Hati-Hati dan Penuh dengan Roh
(Ef 5:15-21) - B. Hubungan Rumah Tangga Orang Percaya
(Ef 5:22-6:9) - 1. Suami dan Istri
(Ef 5:22-33) - 2. Anak-Anak dan Orang-Tua
(Ef 6:1-4) - 3. Hamba dan Tuan
(Ef 6:5-9) - C. Peperangan Rohani Orang Percaya
(Ef 6:10-20) - 1. Sekutu Kita -- Allah
(Ef 6:10-11a) - 2. Musuh Kita -- Iblis dan Pasukannya
(Ef 6:11-12) - 3. Perlengkapan Kita -- Senjata Allah
(Ef 6:13-20) - Penutup
(Ef 6:21-24)
Matthew Henry: Efesus (Pendahuluan Kitab)
Beberapa orang berpendapat bahwa sebenarnya surat kepada jemaat di Efesus ini merupakan surat edaran yang dikirim kepada beberapa jemaat, dan kar...
- Beberapa orang berpendapat bahwa sebenarnya surat kepada jemaat di Efesus ini merupakan surat edaran yang dikirim kepada beberapa jemaat, dan karena suatu hal salinan yang dikirimkan kepada jemaat Efesus diambil untuk dimasukkan ke dalam kanon, dan karena itu surat ini akhirnya dipandang sebagai suatu tulisan khusus. Pendapat ini dibuat berdasarkan kesimpulan bahwa surat ini merupakan satu-satunya surat dari semua surat kerasulan Paulus yang tidak menyinggung secara khusus keadaan atau masalah yang terjadi di jemaat Efesus. Sebaliknya, surat ini banyak memuat kepentingan yang bersifat umum bagi semua orang Kristen, khususnya bagi semua orang yang dahulu berasal dari bangsa-bangsa lain dan kemudian bertobat memeluk agama Kristen. Namun, di lain pihak, dapat pula diamati bahwa dalam surat kerasulan ini tertulis dengan jelas, kepada orang-orang kudus di Efesus (1:1), dan di bagian penutupnya, Rasul Paulus memberi tahu orang-orang kudus tersebut bahwa ia telah mengutus Tikhikus kepada mereka, yang dikatakan di dalam surat 2 Timotius 4:12, bahwa ia telah mengutusnya ke Efesus. Surat ini adalah sepucuk surat kerasulan yang ditulis dari dalam penjara. Beberapa orang memperhatikan bahwa apa yang ditulis oleh Rasul Paulus dari dalam penjara ketika ia masih menjadi orang tahanan ini mengandung perasaan senang dan sukacita dalam perkara-perkara Allah. Ketika kesesakannya bertambah-tambah, penghiburannya pun lebih melimpah lagi. Dari situ kita dapat mengamati bahwa cobaan-cobaan yang dialami umat Allah, dan khususnya oleh para pelayan-Nya, sering kali malah mendatangkan kebaikan bagi orang lain, di samping bagi kebaikan mereka sendiri. Tujuan Rasul Paulus menulis surat ini adalah untuk membangun kehidupan anggota jemaat di Efesus di dalam kebenaran, dan untuk itu, membawa mereka mengenal rahasia Injil lebih jauh. Di bagian awal surat ini, ia menunjukkan hak istimewa agung yang dimiliki oleh para anggota jemaat di Efesus, yaitu mereka yang di masa lampau adalah penyembah-penyembah berhala, namun sekarang mereka telah memeluk Kekristenan dan diterima dalam kovenan bersama Allah. Hal ini ia gambarkan dari sudut pandang keadaan kehidupan mereka yang tercela sebelum pertobatan mereka (pasal 1-3). Di bagian terakhir (yang dapat kita baca di dalam pasal keempat, kelima, dan keenam), ia mengajarkan kewajiban-kewajiban utama beribadah, baik yang sifatnya pribadi maupun keluarga. Ia juga menasihati dan menyemangati mereka supaya menjalankan kewajiban-kewajiban itu dengan setia. Zanchy (tokoh reformasi abad keenam belas dari Italia – pen.), mengamati bahwa di dalam surat ini kita memiliki sebuah ringkasan dari seluruh ajaran Kristen, serta dari hampir semua pokokpokok utama mengenai keilahian.
Jerusalem: Efesus (Pendahuluan Kitab) SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal da...
SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal dari pada tokoh-tokoh lain dalam Perjanjian Baru. Kedua sumber, yang masing-masing berdiri sendiri ini saling menguatkan dan melengkapi, meskipun ada kelainan-kelainan dalam soal-soal kecil. Kita malahan dapat menyusun suatu kronologi riwayat hidup Paulus secara lebih kurang teliti, karena bertepatannya beberapa peristiwa dalam riwayat hidup Paulus dengan kejadian-kejadian yang kita ketahui menurut ilmu sejarah, seperti waktunya Galio menjabat prokonsul di Korintus, Kis 18:12, dan tahun Festus menggantikan Feliks, Kis 24:27-25:1, sebagai wali negeri di Palestina.
Paulus dilahirkan di Tarsus di Kilikia, Kis 9:11; 21:39; 22:3, kira-kira tahun 10 Mas. dari keluarga Yahudi suku Benyamin, Rom 11:1; Flp 3:5 dan yang telah menjadi warga negara Roma, Kis 16:37 dst; 22:25-28; 23:27. Semasa mudanya Paulus dididik di Yerusalem oleh Gamaliel yang memberinya pengajaran mendalam tentang agama Yahudi sesuai dengan ajaran mazhad agama Kristen yang baru muncul, Kis 22:4 dst; 26:9-12; Gal 1:13; Flp 3:6, dan berurusan dengan pembunuhan atas diri Stefanus, Kis 7:58; 22:20; 26:10. Tetapi kira-kira tahun 34 seluruh hidup Paulus yang sedang di perjalanan ke kota Damsyik dirubah oleh penampakan Yesus yang telah bangkit dari alam maut. Tuhan yang bangkit menyatakan kepadanya benarnya agama Kristen dan bahwa tugasnya yang khas ialah mewartakan Injil kepada orang- orang bukan Yahudi, Kis 9:3-16 dsj; Gal 1:12, 15 dst; Ef 3:2. Sejak saat itu Paulus merelakan hidupnya untuk mengabdi Kristus, yang secara pribadi telah "menangkapnya" untuk dijadikan pengikutNya, Fil 3:12. Sesudah tinggal beberapa lamanya di Arabia, Paulus kembali ke Damsyik, Gal 1:17, dan mulai mewartakan Kristus di sana, Kis 9:20.
Sesudah sebentar mengunjungi Yerusalem, Gal 1:18; Kis 9:26-29, maka dalam tahun 39 Paulus pergi ke Siria dan Kilikia, Gal 1:21; Kis 9:30, sampai Barnabas mengajaknya kembali ke Antiokhia, di mana mereka mengajar bersama, Kis11:25 dst dan lihat 9:27. Dalam perjalanannya yang pertama (th 45-49) ke Siprus, Pamfilia, Pisidia dan Likaonia, Kis 13-14, Saulus mulai menggunakan nama Yunani-Latinnya Paulus untuk mengganti nama Yahudinya, yakni Saul, Kis 13:9. Karena berkarya dengan lebih baik, maka Paulus menyisihkan Barnabas, Kis 14:12. Dalam tahun 49, jadi empat belas tahun sudah bertobat, Gal 2:1, Paulus naik ke Yerusalem untuk ikut serta dalam "Konsili Para Rasul". Sebagian karena pengaruhnya Konsili itu menyetujui bahwa hukum Yahudi tidak mengikat orang-orang bukan Yahudi yang masuk Kristen, Kis 15; Gal 2:3-6. Tugas Paulus di antara orang-orang bukan Yahudi juga secara resmi diakui, Gal 2:7-9. Kemudian ia mengadakan perjalanan-perjalanan lagi. Perjalanan kedua (Kis 15:36-18:22) dan perjalanan ketiga (Kis 18:23 - Kis 21-17) masing-masing berlangsung dalam tahun 50-52 dan 55-58. Sehubungan dengan surat-surat Paulus perjalanan-perjalanan itu akan kita bicarakan lagi, oleh karena surat-suratnya itu ditulisnya justru selama di perjalanan-perjalanan itu. Tahun 58 ditahan di Yerusalem, Kis 21:27-23:22 dan dimasukkan ke dalam penjara sampai th 60, Kis 23:23-26. Dalam musim semi th 60 wali negeri Festus mengirimkannya ke Roma dengan pengawalan ketat, Kis 27:1-28:16. Sesudah di Roma di tahan dua tahun (th 61-63) Paulus dibebaskan karena tidak terbukti salah. Kemudian ia mungkin pergi ke negeri Spanyol, seperti yang direncanakannya, Rom 15:24, 28, tetapi surat-surat Pastoral (Tim, Tit) mengandaikan bahwa Paulus masih mengadakan perjalanan-perjalanan ke Timur. Penahanan Paulus yang kedua di Roma berakhir dengan kemartiran, sebagaimana diberitakan oleh tradisi yang paling tua; ini kiranya terjadi dalam th 67.
Kepribadian Paulus
Dari Kisah Para Rasul dan dari surat-surat Paulus juga mungkin mendapat gambaran jelas mengenai kepribadian dan perangai Sang Rasul.
Paulus adalah seorang yang semangatnya berapi-api dan yang dalam mengejar cita- citanya tidak tahu lelah atau menghitung jerih-payahnya. Pada pokoknya cita-cita Paulus ialah cita-cita keagamaan. Satu-satunya yang menjadi pusat perhatiannya ialah Allah. Dalam mengabdi Allah sebagai hamba setiawan ia menolak segenap kompromis dalam bentuk manapun. Itulah sebabnya maka mula-mula Paulus mengejar mereka yang dianggapnya sebagai bida'ah dan musuh Allah 1Tim 1:13; bdk Kis 24:5, 14, tetapi kemudian mewartakan Kristus, setelah berkat wahyu mengerti bahwa Dialah satu-satunya penyelamatan. Semangat yang tak bersyarat itu terungkap dalam kehidupan yang terdiri atas penyangkalan diri yang mutlak dan pengabdian kepada Dia yang dikasihi Paulus. Kerja keras dan lelah, haus, penderitaan, kemiskinan dan bahaya maut, 1Kor 4:9-13; 2Kor 4:8 dst; 6:4-10; 11:23-27, tidak dipedulikan sama sekali mana kala Paulus menunaikan tugas yang dianggapnya sebagai tanggung jawabnya 1Kor 9:16 dst. Tidak ada sesuatupun dari semuanya itu yang mampu memisahkan Paulus dari kasih Allah dan Kristus, Rom 8:35-39. Sebaliknya, semuanya itu dianggapnya barang berharga oleh karena menyerupai dirinya dengan Gurunya yang bersengsara dan tersalib, 2Kor 4:10 dst; Flp 3:10 dst. Kesadaran akan panggilannya yang tunggal membuat Paulus memiliki gairah akan yang luhur-luhur dan besar-besar. Kalau ia merasa dirinya bertanggung jawab akan semua jemaat, 2Kor 11:28; bdk Kol 1:24, dan berkata bahwa bekerja lebih dari pada yang lain-lain, 1Kor 15:10; bdk 2Kor 11:5, dan mengajak kaum beriman untuk mencontohnya, 2Tes 3:7+, maka keterangan semacam itu bukanlah kesombongan, melainkan kebanggaan orang suci yang rendah hati. Sebab Paulus juga mengakui dirinya sebagai yang paling hina di antara sekalian orang Kudus, 1Kor 15:9; Ef 3:8, karena telah menganiaya jemaat Allah; karya-karya besar yang dilaksanakannya dianggap berasal dari Tuhan yang berkarya di dalam dirinya, 1Kor 15:10; 2Kor 4:7; Flp 4:13; Kol 1:29; Ef 3:7.
Semangat hatinya yang halus nampak dalam sikap Paulus terhadap kaum beriman. Ia mempercayai sungguh-sungguh orang-orang Filipo yang masuk Kristen, Flp 1:7 dst; 4:10-20; ia menaruh perasaan mendalam terhadap jemaat di Efesus, Kis 20:17-38; hatinya memanas, kalau orang-orang beriman di Galatia membiarkan dirinya dibujuk untuk meninggalkan kepercayaan sejati, Gal 1:6; 3:1-3, dan ia sedih terkejut karena ketidak-tetapan hati yang sombong pada orang-orang di Korintus, 2Kor 12:11-13:10. Untuk menetapkan yang lincah-lincah Paulus tahu bagaimana bersikap ironi, 1Kor 4:8; 2Kor 11:7; 12:13, dan bahkan melontarkan teguran tegas, Gal 3:1-3; 4:11; 1Kor 3:1-3; 5:1-2; 6:5; 11:17-22; 2Kor 11:3 dst. Tetapi selalu hanya demi kebaikan kaum beriman, 2Kor 7:8-13. Dan segera Paulus memperlunak tegurannya dengan kehalusan hati yang penuh kasih sampai mengharukan hati, 2Kor 11:1-2; 12:14 dst : Bukankah hanya Pauluslah bapa mereka, 1Kor 4:14 dst; 2Kor 6:13; bdk 1Tes 2:11; Flm 10, bahkan ibu mereka, 1Tes 2:7; Gal 4:19? Maka segera pulih kembali hubungan-hubungan baik seperti dahulu, Gal 4:12-20; 2Kor 7:11-13.
Sesungguhnya Paulus tidak mau pertama-tama menegur kaum beriman, tetapi para lawan yang berusaha membujuk dan menyesatkan mereka: orang-orang Yahudi yang di mana-mana melawan dan menghalangi Paulus, Kis 13:45, 50; 14:2, 19; 17:5, 13; 18:6; 19:9; 21:27, ataupun orang-orang Kristen ke-Yahudian yang ingin membebankan kuk hukum Taurat pada mereka yang oleh Paulus direbut bagi Kristus, Gal 1:7; 2:4; 6:12 dst. Terhadap golongan-golongan itu Paulus tidak kenal ampun, 1Tes 2:15 dst; Gal 5:12; Flp 3:2. Gairah mereka yang sombong dan "kedagingan" dihadapi Paulus dengan daya rohani sejati yang menyatakan diri melalui kepribadiannya yang lemah, 2Kor 10:1-12:2, dan dengan sikap jujurnya yang membuktikan Paulus tidak mencari keuntungan sendiri, Kis 18:3. Ada sementara orang yang berkata bahwa para lawan Paulus ialah para rasul di Yerusalem. Tetapi pendapat itu tidak dapat dibuktikan. Terlebih-lebih lawan Paulus itu Yalah orang-orang Yahudi yang masuk Kristen dan ingin memaksakan adat-kebiasaan sendiri kepada orang-orang lain. Mereka menyalah-gunakan nama Petrus, 1Kor 1:12, dan Yakobus, Gal 2:12 untuk menurunkan kweibawaan Paulus. Sebaliknya, Paulus sendiri selalu menghormati wewenang para rasul sejati, Gal 1:18; 2:2, walaupun mempertahankan bahwa sebagai saksi Kristus setra dengan merek, Gal 1:11 dst; 1Kor 9:1; 15:8-11. Kalaupun terjadi bahwa sehubungan dengan perkara tertentu Paulus menentang Petrus, Gal 2:11-14, namun Paulus selalu menyatakan dirinya orang yang suka berdamai, Kis 21:18-26. Dengan seksama ia mengorganisasi pengumpulan dana untuk orang-orang Kristen yang miskin di Yerusalem, Gal 2:10, karena ia beranggapan ini jaminan paling baik bagi persatuan antara orang-orang Kristen bekas kafir dengan Jemaat Induk di Yerusalem, 2Kor 8:14; 9:12-13; Rom 15:26 dst.
Paulus sebagai Pewarta Injil
Pewartaan Paulus pertama-tama kerigma rasuli, Kis 2:22+, Kerigma itu ialah: pemberitaan tentang Yesus yang telah disalibkan tapi dibangkitkan dari alam maut, sesuai dengan Kitab Suci, 1Kor 2:2; 5:3-4; Gal 3:1. Apa yang disebutkan Paulus sebagai "Injilku", Rom 2:16; 16:25, sesungguhnya bukanlah Injilnya sendiri, melainkan Injil yang umum dipercaya, Gal 1:6-9; 2:2; Kol 1:5-7, tetapi khususnya disesuaikan dengan dan diterapkan pada pertobatan orang-orang bukan Yahudi, Gal 1:16; 2:7-9, sehaluan dengan kebijaksanaan universalis yang sudah dimulai di Anthiokhia. Paulus setia pada tradisi rasuli yang ada kalanya dikutip olehnya, 1Kor 12:23-25; 15:3-7, dan selalu diandaikannya; sudah barang tentu tradisi rasuli itu sangat berjasa bagi Paulus. Meskipun kiranya tidak pernah melihat Yesus selama hidupNya di dunia ini, bdk 2Kor 5:16+, namun Paulus sangat mengenal ajaranNya, 1Tes 4:15; 1Kor 7:10 dst; Kis 20:35. Selebihnya ia juga seorang saksi langsung dan keyakinannya yang tak tergoncangkan itu berdasar sebuah pengalaman pribadi: sebab iapun "melihat" Kristus, mula-mula di dekat Damsyik, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8; dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 22:17-21, Ia telah mengalami penglihatan- penglihatan dan pernyataan-pernyataan Tuhan, 2Kor 12:1-4. Maka apa yang diterimanya dari tradisi itu sungguh-sungguh dapat dianggapnya sebagai pemberitahuan langsung oleh Tuhan, Gal 1:12; 1Kor 12:23.
Ada kalanya orang berkata bahwa pengalaman-pengalaman mistik tersebut disebabkan oleh temperamen yang berlebih-lebihan dan sakit-sakitan. Tetapi dugaan itu tidak mempunyai dasar sedikitpun. Memanglah Paulus kena penyakit di Galatia, Gal 4:13- 15, tetapi penyakit itu kiranya tidak lain kecuali serangan malaria, sedangkan "duri dalam daging", 2Kor 12:7, boleh jadi permusuhan terus menerus dari pihak orang-orang Yahudi, kaum sebangsanya "secara jasmani", Rom 9:3. Paulus ternyata tidak mempunyai daya khayal yang berlebih-lebihan mengingat sedikit-sedikitnya gambaran lazim yang ia pakai: gelanggang pertandingan, 1Kor 9:24-27; Flp 3:12- 14; 2Tim 4:7 dst, laut, Ef 4:14, pertanian, 1Kor 3:6-8, dan bangunan, 1Kor 3:10- 17; Rom 15:20; Ef 2:20-22; kedua gambar terakhir suka digabungkan serta dicampur-adukkannya, 1Kor 3:9; Kol 2:7; Ef 3:17; bdk Kol 2:19; Ef 4:16. Paulus nampaknya lebih-lebih seorang intelektuil. Hati yang berapi-api bersatu-padu dengan akal jernih dan tidak segera puas; akal yang dengan teliti membentangkan kepercayaan Kristen sesuai dengan kebutuhan para pendengar. Berkat sifat Paulus itulah kita mendapat ulasan-ulasan yang mengagumkan sekitar kerigma dan yang bersesuaian dengan keadaan nyata. Sudah barang tentu jalan pikiran Paulus itu bukanlah jalan pikiran manusia dewasa ini. Ada kalanya Paulus mengemukakan dalil-dalilnya seperti para rabi mengemukakannya dan sesuai dengan metode penafsiran yang diterima Paulus dari lingkungan serta pendidikannya (misalnya: 3:16; 4:21-31). Tetapi bakat Paulus mendobrak warisan tradisionil yang terbatas itu. Dan melalui saluran-saluran yang bagi kita kurang lebih ketinggalan zaman Paulus mengalirkan suatu pengajaran yang mendalam.
Memanglah Paulus adalah seorang Yahudi, tetapi seorang Yahudi yang memiliki bagian kebudayaan Yunani cukup besar. Mungkin ini mulai diperolehnya semasa mudanya di Tarsus dan kemudian di perkaya karena Paulus sering berjumpa dengan dunia Yunani-Romawi. Pengaruh dari kebudayaan Yunani itu tercermin baik dalam jalan pikiran Paulus maupun dalam bahasa serta gaya bahasanya. Ada kalanya Paulus mengutip penulis-penulis Yunani, 1Kor 15:33; Tit 1:12; Kis 17:28, dan ia pasti mengenal filsafat populer yang berdasar atas mazhab Stoa; dari padanya ia meminjam gagasan-gagasan (misalnya: perginya jiwa yang terpisah dari badan ke dunia ilahi 2Kor 5:6-8; "pleroma" kosmis, Kol dan Ef) dan rumus-rumus tertentu (1Kor 5:6-8; Rom 11:36; Ef 4:6). Dari mazhab Stoa yang berhaluan sinis Paulus mengambil alih apa yang disebutkan sebagai "diatribe", yalah suatu metode argumentasi yang terdiri atas pertanyaan dan jawaban pendek, Rom 3:1-9, 27-31, dan dari situpun berasal ulasan-ulasannya, di mana kata demi kata beruntun, sebagaimana lazim dalam seni pidato. Mana kala menggunakan kalimat panjang dan padat, di mana anak-anak kalimat bergelombang-gelombang desak-mendesak, Ef 1:3- 14; Kol 1:9-20, maka Paulus masih juga dapat menemukan contoh-contohnya dalam kesusasteraan keagamaan di dunia Yunani. Biasanya Paulus memakai bahasa Yunani sebagai bahasa ibu yang kedua, Kis 21:40, dan dengan mahirnya, sehingga hanya sedikit semitisme terdapat. Bahasa Yunani yang dipakai ialah bahasa Yunani yang lazim di zamannya, yakni bahasa "koine", yang baik tanpa peniruan bahasa kuno. Paulus memang tidak suka akan kehalusan yang dibuat-buat seperti lazim dalam seni pidatoo insani, sebab kekuatannya untuk meyakinkan hanya mau diambilnya dari daya Firman kepercayaan yang didukung "tanda-tanda" yang dikerjakan Roh Kudus, 1Tes 1:5; 1Kor 2:4 dst; 2Kor 11:6; Rom 15:18. Bahkan terjadi pula bahwa pengungkapannya kurang tepat dan tidak diselesaikan, 1Kor 9:15. Acuan bahasa tidak mampu menampung pemikiran yang meluap-luap dan perasaan yang terlalu hebat. Dengan kekecualian yang jarang terjadi, bdk Flm 10, Paulus biasanya mendikte surat-suratnya, Rom 16:22, sebagaimana lazim di zaman dahulu dan hanya salam terakhir ditulisnya dengan tangan sendiri, 2Tes 3:17; Gal 6:11; 1Kor 16:21; Kol 4:18. Ada bagian-bagian dalam surat-suratnya yang memberi kesan bahwa masak-masak dipikirkan (misalnya: Kol 1:15-20), tetapi kebanyakan dituliskan sekali jadi dan secara spontan tanpa dikoreksi. Kendati kekurangan-kekurangan itu, bahkan mungkin karena kekurangan-kekurangannya, gaya bahasa cekatan itu berisi secara luar-biasa. Sudah barang tentu pemikiran yang begitu mendalam dan yang terungkap dengan bahasa yang menyala itu tidak mudah dibaca (2Ptr 3:16). Namun demikian pemikiran Paulus menyajikan beberapa nas yang daya keagamaannya dan bahkan gaya sastranya barangkali tidak ada tara bandingnya dalam sejarah kesusasteraan manusia.
Surat-surat yang diwariskan Paulus itu semuanya ditulis dengan alasan khusus. Ini tak pernah boleh dilupakan. Surat-surat itu bukan risalah ilmu ketuhanan, melainkan merupakan tanggapan terhadap keadaan tertentu. Surat-surat itu sungguh-sungguh surat yang sesuai dengan surat-menyurat yang lazim di zaman itu, Rom 1:1+. Namun demikian tulisan-tulisan Paulus bukan surat pribadi belaka dan bukan pula "surat" yang hanya nampaknya surat saja, sedangkan pada kenyataannya adalah karya sastra. Surat-surat Paulus berupa uraian-uraian yang ditujukan kepada pembaca-pembaca tertentu dan melalui mereka kepada semua kaum beriman. Maka dalam surat-surat itu jangan dicari kupasan-kupasan teratur dan lengkap yang mengungkapkan seluruh pemikiran Paulus. Di belakang tulisan-tulisan itu tetap membayang perkataan yang secara lisan dibawakan dan surat-surat itu seolah-olah memberi komentar atas beberapa pokok khusus. Namun demikian, nilai surat-surat Paulus tidak teratasi, apa lagi karena isi serta perbedaan- perbedaannya memungkinkan orang menemukan apa yang pokok dalam pewartaan Paulus. Tidak peduli mengapa ia menulis atau kepada siapa ia menulis, karya Paulus berdasarkan ajaran yang pada pokoknya sama. Ajaran itu berpusatkan Kristus yang wafat dan dibangkitkan. Hanya ajaran pokok itu disesuaikan, berkembang dan menjadi semakin berisi selama kehidupan Paulus yang menjadi segala-gala untuk semua orang, 1Kor 9:19-22. Ada sementara penafsir yang mengatakan bahwa Paulus sesungguhnya seorang "peramu" yang sesuai dengan keperluan memungut pandangan- pandangan yang berlain-lainan dan ada kalanya bertentangan satu sama lain; Paulus sendiri tidak menilai pandangan-pandangan itu seolah-olah mutlak tepat dan benar; ia hanya menggunakannya saja untuk menarik hati orang kepada Kristus. Langsung bertentangan dengan pendapat dengan pendapat tersebut ada orang yang berkata tentang "kekakuan" Paulus. Menurut pendapat ini maka pemikiran Paulus sejak awal mula ditetapkan dan selanjutnya tidak mengalami perkembangan lagi. Semua sudah tetap dan selesai akibat pengalaman Paulus waktu bertobat. Kebenaran terletak di tengah kedua ujung itu : teologi Paulus memang berkembang menurut suatu garis bersinambung, tetapi sungguh ada perkembangan di bawah dorongan Roh Kudus yang membimbing karya kerasulan Paulus. Dan perkembangan benar tapi lurus akhirnya sampai kepada kepenuhan sebagaimana memuncak dalam surat-surat itu sesuai dengan urutannya dalam waktu, orang dapat mengenali tahap-tahap perkembangan pemikiran Paulus. Memanglah urutan dalam waktu itu bukanlah urutan surat-surat Paulus dalam daftar kitab-kitab Perjanjian Baru. Dalam daftar itu surat-surat itu dideretkan sesuai dengan panjangnya.
1 dan 2 Tes; th. 50-51
Surat-surat Paulus yang pertama ditujukan kepada jemaat Kristen di kota Tesalonika. Di musim panah th. 50 Paulus mewartakan Injil di kota itu waktu perjalanannya yang kedua, Kis 17:1-10. Terpaksa oleh permusuhan dari pihak orang-orang Yahudi Paulus pergi ke Berea dam daro sana ke Atena dan Korintus. Di kota terakhir inilah kiranya 1Tes ditulis selama musim dingin th 50-51. Silas dan Timotius menemani Paulus di Korintus. Timotius untuk kedua kalinya pergi ke Tesalonika dan dari situ membawa berita-berita yang menggembirakan. Ini menyebabkan peluapan hati yang terungkap dalam 1Tes 1-3. Kemudian menyusullah dalam surat ini serentetan anjuran praktis, 1Tes 4:1-12; 5:12-28. Di antara kedua bagian itu disisipkan suatu jawaban atas soal tentang nasib orang-orang yang sudah meninggal dan Parusia Kristus, 1Tes 4:13-5:11. Surat 2Tes kiranya ditulis di kota Korintus juga beberapa bulan kemudian. Surat ini berisikan beberapa petunjuk praktis, 1; 2:13-3:15, dan sebuah instruksi lagi mengenai kapan Parusia akan terjadi dan mengenai "tanda-tanda" yang mesti mendahului kedatangan Tuhan, 2:1-12.
Ditinjau dari segi sastra maka antara 2Tes dan 1Tes ada kesamaan yang menyolok, sehingga ada sejumlah ahli yang menganggap 2Tes sebagai pemalsuan oleh seseorang yang mencuri gagasan-gagasan Paulus sementara juga meniru gaya bahasanya. Tetapi sukar sekali melihat mengapa seseorang membuat pemalsuan itu. Keterangan lain lebih sederhana dan lebih masuk akal, yaitu: Paulus sendirilah yang ingin lebih jauh menjelaskan dan meluruskan pengajarannya mengenai akhir zaman, lalu menulis surat ini dnegan mengulangi beberapa keterangan dari surat pertama. Memanglah kedua tulisan itu tidak bertentangan satu sama lain, tetapi malahan saling melengkapi. Dan tradisi Gereja dahulu juga jelas mengatakan bahwa kedua surat itu ditulis oleh Paulus.
Kedua surat ini tidak hanya penting oleh karen sudah memperkenalkan pangkal beberapa pikiran Paulus yang dalam surat-surat lain diperkembangkan, tetapi terutama karena ajarannya mengenai Parusia. Ternyatalah bahwa dalam tahap permulaan karya kerasulanNya pemikiran Sang Rasul berpusatkan kebangkitan Kristus dan kedatanganNya yang mulia yang membawa keselematan bagi mereka yang percaya kepadaNya, biar sudah mati sekalipun, 1Tes 4:13-18. Kedatangan Kristus yang mulia itu dilukiskan Paulus sesuai dengan apa yang lazim dalam sastra apokaliptik Yahudi dan dalam agama Kristen purba (bdk wejangan Yesus tentang akhir zaman yang termuat dalam injil-injil sinoptik, khususnya dalam injil Mat). Sama seperti Yesus demikianpun Paulus ada kalanya menekankan dekatnya kedatangan Tuhan yang tidak mungkin diketahui kapannya dan yang menuntut bahwa orang bersiap-siaga, 1Tes 5:1-11, sehingga memberikan kesan bahwa ia sendiri serta sidang pembacanya akan mengalaminya selama masih hidup, 1Tes 4:17; tetapi ada kalanya iapun mencoba meredakan rasa cemas kaum beriman yang digelisahkan oleh pandangan semacam itu. Maka ia mengingatkan mereka bahwa Hari Tuhan belum juga tiba dan mesti didahului beberapa tanda tertentu, 2Tes 2:1-12. Bagaimana ujud tanda-tanda itu bagi kita maupun bagi para pembaca dahulu tidak jelas. Rupanya Paulus memikirkan Si Antikrist sebagai seorang pribadi yang baru akan tampil pada akhir zaman. Ungkapan "apa yang menahan dia", 2Tes 2:6, menurut sementara ahli mengenai kerajaan Romawi dan menurut sementara ahli lain pewartaan Injil, sehingga maksud keterangan itu tetap kabur juga.
1 dan 2 Kor; th. 57
Selama delapan belas bulan lebih, Kis 18:1-16, mewartakan Injil di Korintus, dari akhir th. 50 sampai pertengahan th. 52, Paulus menulis kedua suratnya kepada jemaat di Tesalonika. Sesuai dengan kebijaksanaannya yang lazim, ialah menanamkan kepercayaan Kristen di pusat-pusat besar, Paulus ingin menanamkan kepercayaan kepada Kristus di kota pelabuhan ternama yang banyak penduduknya itu juga. Dari situ kepercayaan itu dapat merambat ke seluruh Akhaia, 2Kor 1:1; 9:2. Pada kenyataannya ia berhasil mendirikan sebuah jemaat kuat di sana, terutama di kalangan masyarakat rendahan, 1Kor 1:26-28. Tetapi kota besar itu adalah sebuah sarang kebudayaan Yunani, di mana berhadap-hadapan macam-macam aliran filsafah dan agama, sedangkan kebejatan susila memberinya nama yang buruk. Perjumpaan agama Kristen dengan pusat kekafiran itu tidak dapat tidak menimbulkan banyak persoalan bagi mereka yang baru masuk Kristen. Dalam kedua surat yang dituliskannya kepada jemaat itu, Paulus berusaha memecahkan soal-soal itu.
Bagaimana kedua surat itu lahir sudah cukup jelas, kendati keraguan yang masih ada mengenai beberapa hal kecil. Sebelum surat pertama yang tercantum dalam Kitab Suci telah ada surat yang mendahului, 1Kor 5:9-13. Tetapi surat, yang waktunya ditulis tidak diketahui ini tidak tersimpan. Kemudian, menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (th. 54-57) dalam menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (54-57) dalam perjalanannya yang ketiga, Kis 19:1-20, datanglah dari Korintus suatu utusan yang menyodorkan beberapa masalah, 1Kor 16:17, dan di samping itu Paulus menerima berita mengenai jemaat di Korintus melalui Apolos, Kis 18:27 dst; 1Kor 16:12, dan beberapa orang dari keluarga Khloe, 1Kor 1:11. Maka Paulus merasa terdorong menulis sepucuk surat lagi, yakni surat 1Kor kita. Ia ditulis sekitar Paskah th. 57 (1Kor 5:7 dst; 16:5-9 dibandingkan dengan Kis 19:21). Selang beberapa waktu muncullah di Korintus semacam krisis dan terpaksa Paulus mengunjungi jemaat sebentar dan kunjungan itu tidak menyenangkan, 2Kor 1:23-2:1; 12:14; 13:1-2. Selama kunjungan itu Paulus berjanji tidak lama lagi akan kembali untuk beberapa lamanya, 2Kor 1:15-16. Tetapi terjadi sesuatu dan rupanya kewibawaan Paulus dalam diri seorang utusannya dirongrong, 2Kor 5:10; 7:12. Maka sebagai pengganti kunjungan yang dijanjikan dahulu itu Paulus mengirim sepucuk surat tajam yang ditulisnya dengan mencucurkan "banyak air mata", 2Kor 2:3 dst, 9. Surat ini membawa hasil yang menyenangkan, 2Kor 7:8-13. Kabar gembira tentang hasil itu diterimanya dari Titus, 2Kor 2:12 dst; 7:5-16 di Makedonia, setelah Paulus terpaksa meninggalkan Efesus akibat krisis hebat di sana, yang tidak kita ketahui ujudnya, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10; Kis 19:23-40. Maka menjelang akhir th. 57 ia menulis 2Kor. Kemudian ia mengadakan perjalanan kiranya melalui Korintus, Kis 20:1 dst; bdk 2Kor 9:5; 12:14; 13:1, 10, menuju Yerusalem, tempat ia ditahan dan dipenjarakan.
Ada yang berpendapat bahwa 2Kor 6:14-7:1 merupakan kepingan dari surat pertama yang hilang itu, dan 2Kor 10-13 bagian dari surat yang ditulis dengan "mencucurkan banyak air mata". Hanya sukar dibuktikan meskipun mesti diakui bahwa bagian-bagian tersebut kurang cocok dengan konteksnya sekarang, 2Kor sesungguhnya melanjutkan 6:13, sementara kesan bahwa 6:14-7:1 berupa sisipan dikuatkan oleh kesamaan menyolok antara bagian ini dengan naskah-naskah kaum Eseni yang ditemukan di Qumran. Dan juga nada keras dalam 2Kor 10-13 kurang sesuai dengan nada ramah yang meresap ke dalam sembilan bab dahulu. Akhirnya 9:1 mengherankan sedikit sesudah apa yang dikatakan dalam bab 8, sehingga orang menduga bahwa aslinya adalah dua surat kecil tersendiri mengenai pengumpulan dana. Dengan demikian tidak dikatakan bahwa bagian-bagian itu tidak berasal dari Paulus. Tetapi sangat mungkin bahwa bagian-bagian tersebut ada macam-macam asal- asulnya. Baru kemudian kiranya dikumpulkan, yakni waktu kumpulan tulisan-tulisan Paulus dibuat.
Surat-surat kepada jemaat di Korintus itu dengan bagus dan tepat menyoroti watak dan semangat Paulus, tetapi juga menyajikan suatu ajaran yang penting sekali. Di dalamnya ditemukan, khususnya dalam 1Kor, informasi dan keputusan-keputusan mengenai beberapa soal yang membingungkan jemaat Kristen purba dan tentang cara hidup jemaat itu, baik sehubungan dengan keadaan umat sendiri, seperti kemurnian akhlak. 1Kor 5:1-13; 6:12-20, perkawinan dan hidup wadat, 7:1-40, pertemuan keagamaan dan perayaan Ekaristi, 11-12, penggunaan karunia-karunia Roh Kudus (kharismata, 12:1-14:40, maupun sehubungan dengan relasi jemaat dengan dunia luar, seperti naik banding ke pengadilan negeri, 6:1-11, dan memakan makanan yang dipersembahkan kepada berhala, 8-10. Kesemuanya itu hanya berupa pemecahan soal suara hati atau pengaturan ibadat, kalau bakat Paulus tidak merobahnya menjadi kesempatan baik untuk mengemukakan pandangan mendalam mengenai kebebasan hidup Kristen, pengudusan tubuh, keunggulan kasih dan persatuan dengan Kristus. Sewaktu terpaksa membala jabatannya sebagai rasul sejati, 2Kor 10:1-13:14, Paulus mengemukakan pikiran-pikiran unggul mengenai karya kerasulan pada umumnya, 2 Kor 8-9, disinari cahaya persatuan antar-jemaat yang diidam-idamkan. Seluruh ulasan mengenai kebangkitan badan, 1Kor 15, berlatar-belakang eskatologi yang menjadi landasannya. Hanya penggambaran apokaliptis seperti terdapat dalam 1Tes dan 2Tes diganti dengan pembahasan yang lebih rasionil, yang dapat membenarkan harapan yang sukar dicernakan orang-orang Yunani itu. Penyesuaian Injil dengan dunia baru yang dimasukinya itu terutama ternyata dalam cara Paulus mempertentangkan kebodohan Salib dengan hikmat Yunani. Kepada orang-orang Korintus yang terpecah- belah menjadi kelompok yang masing-masing membanggakan gurunya serta bakat- bakatnya, Paulus mengingatkan bahwa hanya ada satu Guru saja, ialah Kristus, dan hanya satu Kabar Gembira yaitu: hanya Salib saja yang menyelamatkan; dan itulah hikmat sejati, 1Kor 1:10-4:13. Dengan jalan itu maka terpaksa oleh keadaan dan tanpa meniadakan pandangan akhir zaman, Paulus sampai menekankan hidup Kristen sekarang yang merupakan persekutuan dengan Kristus yang terwujud oleh pengetahuan sejati ialah kepercayaan. Nanti sebagai akibat krisis di Galatia dan sehubungan dengan agama Yahudi Paulus masih lebih memperdalam hidup Kristen sekarang itu.
Gal dan Rom; th 57-58
Adapun surat kepada jemaat-jemaat di Galatia dan surat kepada jemaat di Roma perlu dibicarakan bersama-sama, sebab keduanya mengupas persoalan yang sama. Surat kepada jemaat-jemaat di Galatia berupa tanggapan langsung terhadap keadaan tertentu, sedangkan surat kepada jemaat di Roma berupa sebuah risalah lebih lengkap yang dengan tenang dikarang dan mengatur gagasan-gagasan yang ditimbulkan oleh pertikaian di Galatia itu. Hubungan erat kedua surat itu adalah argumen paling kuat melawan pendapat sementara ahli yang mengemukakan bahwa surat kepada jemaat-jemaat di Galatia itu ditulis pada permulaan karya Paulus, bahkan sebelum konsili Yerusalem dalam th. 49. Menurut pendapat tersebut kunjungan kedua Paulus ke Yerusalem, yang diceritakan dalam Gal 2:1-10, adalah sama dengan kunjungan kedua yang disebut dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang di dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang dikisahkan Kis 15:2-30 (ini memang cukup berbeda dengan cerita Paulus dalam Gal). Selebihnya rupanya Paulus tidak tahu- menahu tentang keputusan Konsili Yerusalem (Kis 15:20, 29; bdk Gal 2:6), sehingga suratnya kepada jemaat-jemaat di Galatia harus sudah ditulis sebelum Konsili Yerusalem. Untuk menyetujui pendapat itu cukuplah diandaikan bahwa "orang-orang Galatia" itu tidak lain kecuali orang-orang Likaonia dan Pisidia, yang kepadanya Injil diwartakan oleh Paulus sewaktu perjalanannya yang pertama. Pergi-pulangnya Paulus dapat juga menerangkan kedua kunjungan yang kiranya diandaikan dalam Gal 4:13. Namun demikian itu kurang berdasar. Meskipun benar bahwa sejak th. 36-25 seb. Mas. daerah Likaonia dan Pisidia dalam administrasi negara tergabung dengan daerah Galatia, namun dalam bahasa sehari-hari selama abad I Mas. daerah Galatia yang sebenarnya terus disebut demikian. Daerah Galatia terletak lebih ke utara. Khususnya sukar diterima bahwa penduduk Likaonia dan Pisidia dikatakan "orang-orang Galatia", Gal 3:1. Kecuali itu pengandaian yang sukar diterima itu tidak perlu sama sekali. Kunjungan kedua yang disebut dalam Gal 2:1-10, lebih mudah dapat disamkan dengan kunjungan ketiga yang diceritakan dalam Kis 15 (memanglah ada kesamaan yang menyolok juga) dari pada dengan yang kedua, Kis 11:30; 12:25. Kunjungan yang kedua itu nampaknya begitu kurang penting, sehingga didiamkan oleh Paulus dalam argumentasinya (Gal). Dan bahkan boleh jadi bahwa sama sekali tidak ada kunjungan kedua dalam Kis. oleh karena Lukas barangkali menggarap dua sumber berbeda-beda mengenai peristiwa yang sama (bdk Kis, Pengantar dan Kis 11:30+). Maka surat kepada jemaat-jemaat di Galatia ditulis sesudah Konsili Yerusalem. Memang Paulus tidak berkata-kata tentang keputusan yang diambil Konsili itu, tetapi boleh jadi keputusan itu sesungguhnya diambil kemudian dari itu (bdk Kis 15:1+). Kalau demikian maka mudah juga dipahami sikap Petrus yang ditegur oleh Paulus menurut Gal 2:11-14. Maka orang-orang yang dialamati surat itu benar- benar penduduk daerah "Galatia" yang ditempuh Paulus dalam perjalanannya yang kedua dan yang ketiga, Kis 16:6; 18:23. Boleh jadi surat itu ditulis di kota Efesus, atau barangkali di Makedonia sekitar th. 57.
Tidak lama berselang menyusullah surat kepada jemaat di Roma. Paulus sedang berada di Korintus (musim dingin th. 57/58) dan mempersiapkan diri untuk pergi ke Yerusalem. Dari sana ia mau singgah di Roma dalam perjalanan ke Spanyol, Rom 15:22-32; bdk 1Kor 16:3-6; Kis 19:21; 20:3. Paulus tidak mendirikan jemaat di Roma dan informasi-informasi yang diperolehnya tentang jemaat itu, boleh jadi mulai orang seperti Akwila, Kis 18:2 tidak lengkap tetapi separuh-separuh saja. Dari keterangan-keterangan yang tercantum dalam surat itu hanya dapat disimpulkan bahwa jemaat itu terdiri dari orang-orang bekas Yahudi dan bekas kafir dan kedua golongan itu condong saling meremehkan. Karena demikian keadaan jemaat di Roma maka Paulus menganggap baik mempersiapkan kunjungannya dengan mengirimkan sepucuk surat melalui diakones Febe, Rom 16:1. Di dalamnya ia mengemukakan pendapatnya bagaimana mesti dipecahkan masalah hubungan antara agama Yahudi dan agama Kristen; pikirannya di bidang itu menjadi masak akibat krisis di Galatia. Dengan maksud tersebut Paulus mengatur dan memungut secara saksama dan dengan halus gagasan-gagasan yang sudah terungkap dalam Gal. Surat Gal ini berupa luapan hati, di mana pembelaan diri, 1:11-2:21, disusul sebuah pembuktian berupa ajaran, 3:1-4:31 dan peringatan-peringatan keras, 5:1 6:18. Sebaliknya, Rom berupa sebuah ulasan teratur, di mana bagian-bagiannya susul- menyusul secara tertib dengan berpedoman beberapa pokok yang terlebih dahulu diperkenalkan, lalu diuraikan.
Sama seperti halnya dengan surat-surat kepada jemaat di Korintus, demikianpun tidak ada seorangpun yang sungguh-sungguh meragukan bahwa Rom ditulis oleh Paulus. Paling-paling orang menanyakan apakah bab 15 dan 16 barangkali kemudian ditambahkan. Terutama bab 16 yang berisikan banyak salam kepada macam-macam orang barangkali aslinya sebuah surat kecil kepada jemaat di Efesus. Tetapi bab 15 tidak dapat dipisahkan dari surat Rom itu, meskipun beberapa naskah menaruh Rom 16:25-27 pada akhri bab 14 sebagai kata penutup. Ada sejumlah ahli yang mempertahankan bahwa juga bab 16 karangan Paulus yang asli. Mereka mencatat bahwa Paulus dapat berkenan dengan banyak saudara dari Roma yang dahulu diusir oleh Kaisar Klaudius, lalu kembali ke Roma. Dan bagi Sang Rasul memang penting menggaris bawahi hubungan dengan jemaat yang belum mengenal Paulus itu. Adapun doksologi dalam 16:25-27 memang mempunyai ciri-ciri khas dalam gaya bahasanya. Tetapi ini tidak cukup untuk menolak keasliannya, walaupun barangkali ditulis kemudian dari Rom.
Sedangkan surat-surat kepada jemaat di Korintus memperlawankan Kristus sebagai Hikmat Allah dengan hikmat dunia yang sia-sia, maka surat-surat kepada jemaat- jemaat di Galatia dan Roma mempertentangkan Kristus sebagai Pembenaran dari Allah dengan pembenaran yang oleh manusia dikirakan dapat diperoleh dengan usahanya sendiri. Di Korintus semangat Yunanilah yang membahayakan pendirian tepat karena terlalu membanggakan akal-budi manusia sendiri. Di Galatia orang- orang ke-Yahudian datang mengatakan bahwa kaum beriman harus bersunat dan menaklukkan diri kepada hukum Taurat, kalau mau diselamatkan. Paulus sekuat tenaga melawan propaganda dan ajaran itu oleh karena berarti mundur selangkah dan menyia-nyiakan karya Kristus, Gal 5:4. Dengan tidak menyangkal nilai tata penyelamatan lama Paulus menentukan batasnya, oleh karena hanya tahap sementara dalam seluruh rencana penyelamatan Allah. Gal 3:23-25. Hukum Musa pada dirinya baik dan suci, Rom 7:12, dan sungguh-sungguh menyatakan kehendak Allah. Tetapi hukum Taurat tidak memberi manusia daya batiniah untuk menepatinya; dengan jalan itu hukum Taurat tidak hanya membuat manusia menjadi sadar akan dosanya dan kebutuhannya akan pertolongan dari Pihak Allah, Gal 3:19-22; Rom 3:20; 7:7-13. Adapun pertolongan yang berupa karunia belaka itu dahulu dijanjikan kepada Abraham sebelum hukum Taurat diberikan, Gal 3:16-18; Rom 4, dan dianugerahkan oleh Yesus Kristus : kematian dan kebangkitanNya sudah menghancurkan kemanusiaan lama yang diracuni dosa Adam dan menciptakan kemanusiaan baru Yesus yang menjadi prototipnya, Rom 5:12-21. Setelah bergabung dengan Kristus melalui kepercayaan dan dijiwai oleh Roh Kudus, maka manusia selanjutnya dengan cuma-cuma menerima pembenaran sejati dan dapat hidup sesuai dengan kehendak Allah, Rom 8:1-4. Memanglah kepercayaan manusia harus menjadi nyata dalam pekerjaan, tetapi pekerjaan yang dilaksanakan berkat daya Roh Kudus, Gal 5:22-25; Rom 8:5-13, itu bukan lagi pekerjaan hukum Taurat yang padanya orang-orang Yahudi dengan angkuhnya menaruh kepercayaannya. Pekerjaan-pekerjaan itu dapat dilaksanakan oleh semua yang percaya kepada Kristus, meski datang dari kekafiran sekalipun, Gal 3:6-9, 14; Rom 4:11. Maka tata penyelamatan Musa yang bernilai sebagai persiapan sekarang sudah ketinggalan zaman. Orang-orang Yahudi yang mau terus berpegang padanya sesungguhnya menempatkan diri di luar keselamatan yang sebenarnya. Allah mengizinkan mereka menjadi "buta", supaya kaum kafir dapat memperoleh keselamatan. Namun demikian orang-orang Yahudi tidak untuk selama- lamanya kehilangan kepilihannya dahulu, sebab Allah memang setia; ada sementara orang-orang Yahudi, yaitu "sisa kecil" yang dinubuatkan para nabi, sudah sampai percaya: dan nanti yang lain-lainpun akan bertobat, Rom 9-11. Sementara itu semua itu kaum beriman, entah orang-orang Yahudi entah bukan Yahudi, harus menjadi satu karena kasih dan saling menolong, Rom 12:1-15:13. Demikianlah pandangan luas yang sudah dirintis dalam Gal dan dikembangkan dalam Rom. Dan berkat pandangan itulah maka kita mempunyai ulasan yang mengagumkan tentang masa lampau umat manusia yang berdosa, Rom 1:18-3:20, dan tentang pergumulan yang berlangsung dalam diri setiap orang, Rom 7:14-25; tentang keselamatan yang dengan cuma-cuma dikaruniakan, Rom 3:24 dll, daya yang terkandung dalam kematian dan kebangkitan Kristus, Rom 4:24 dst; 5:6-11, yang didalamnya orang turut serta oleh karena iman dan baptisan, Gal 3:26 dst; Rom 6:3-11; penguraian mengenai panggilan bangsa manusia menjadi anak-anak Allah, Gal 4:1-7; Rom 8:14-17, mengenai kasih Allah yang berhikmat, yang adil dan setia dalam menyelenggarakan rencana penyelamatanNya yang terlaksana tahap demi tahap, Rom 3:21-26; 8:31-39. Pandangan akhir zaman tetap tinggal; sebab kita memang diselamatkan dalam pengharapan, Rom 5:1-11; 8:24. Tetapi sama seperti dalam surat-surat kepada jemaat di Korintus, tekanan terletak pada keselamatan yang sudah dimulai sekarang; Roh yang dijanjikan sudah dimiliki sebagai "karunia-sulung, Rom 8:23, sekarang orang-orang Kristen sudah siap hidup dalam Kristus, Rom 6:11, dan Kristus hidup di dalam mereka Gal 2:20.
Dengan demikian maka surat kepada jemaat di Roma menyajikan sebuah sintesa pemikiran teologis Paulus yang mengesankan, sebuah sintesa yang ada di antara yang sangat bagus. Namun demikian sintesa itu bukanlah sintesa sempurna dan lengkap dan bukan pula seluruh ajaran Paulus. Pertikaian yang dilancarkan oleh Luther mengakibatkan bahwa surat Rom ini terlaly diutamakan, hal mana sungguh merugikan, kalau surat-surat lain lain tidak diikut-sertakan sebagai pelengkap, sehingga surat Rom ditempatkan dalam sebuah sintesa yang lebih luas.
Filipi; th. 56-57
Kota Filipi adalah sebuah kota penting di Makedonia dan didiami oleh orang-orang Roma yang merantau. Dalam perjalanannya yang kedua dalam th. 50 Paulus mewartakan Injil di situ, Kis 16:12-40. Selama perjalanannya yang ketiga, Paulus masih dua kali singgah di kota Filipi, yaitu di musim rontok th. 57, Kis 20:1-2, dan sekitar Paskah th. 58, Kis 20:3-6. Kaum beriman yang oleh Paulus direbut bagi Kristus di Filipi menyatakan kasih yang mengharukan hati kepada Rasul mereka dengan mengirimkan bantuan kepadanya di Tesalonika, Flp 4:16, dan kemudian di Korintus 2Kor 11:9. Dengan menulis surat ini kepada jemaat itu Paulus justru bermaksud mengucapkan terima kasih karena bantuan yang diterimanya melalui Epafroditus, utusan jemaat di Filipi, yang membawa sumbangan yang baru, Fil 4:10-20, Paulus yang pada umumnya takut-takut kalau memberi kesan seolah- olah mencari untungnya sendiri, Kis 8:3, dengan rela hati menyambut bantuan dari jemaat Filipi. Dengan jalan itu ia menyatakan menaruh kepercayaan luar biasa kepada jemaat itu.
Waktu menulis surat itu Paulus sedang dalam tahanan, Flp 1:7, 12-17. Lama sekali orang beranggapan bahwa ini penahanan pertama di Roma. Tetapi hubungan yang begitu mudah dan demikian kerap kelihatannya, 2:25-30, antara jemaat Filipi dan Paulus sedang Paulus ditemani Epafroditus, mengherankan, seandainya Paulus sungguh di Roma yang terlalu jauh letaknya. Seandainya Paulus berada di Roma (atau di Kaisarea di Palestina, tempat ia juga pernah ditahan sebagaimana diketahui), maka sukar dipahami bahwa bantuan berupa uang yang dikirim jemaat di Filipi melalui Epafroditus itu merupakan kesempatan pertama yang mereka peroleh untuk menolong Sang Rasul setelah mengamalkan kasihnya waktu perjalanan Paulus yang kedua, 4:10, 16. Sebab memanglah Paulus masih singgah dua kali pada mereka dalam perjalanannya yang ketiga. Hanya lebih mudah dimengerti, kalau Paulus menulis surat itu sebelum kedua kunjungan tersebut. Kiranya Paulus berada di Efesus selama th. 56/57 sementara mengharapkan dapat pergi ke Makedonia sesudah dilepaskan (bdk Flp 1:26; 2:19-24 dan Kis 19:21 dst; 20:1; 1Kor 16:5). Kenyataan bahwa Paulus berkata tentang "Pretorium" (terj.: istana) dalam Flp 1:13 dan tentang "rumah/keluarga Kaisar" (terj.: istana Kaisar) dalam 4:22, tidak perlu menjadi kesulitan. Sebab di kota-kota besar, khususnya di Efesus, ada pasukan pengawal pribadi, sama seperti di Roma sendiri yang mengawal wali negeri. Memanglah kita tahu apa-apa tentang penahanan Paulus di Efesus. Tetapi inipun tak perlu menjadi kesulitan yang tak teratasi. Sebab Lukas hanya menceritakan sedikit saja tentang ketiga tahun Paulus tinggal di kota itu, sedangkan Palus sendiri menyiratkan bahwa di sana menghadapi kesulitan berat, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10.
Kalau hipotesa tersebut diterima maka Flp perlu dipisahkan dari Kol, Ef, dan Flm dan didekatkan pada "surat-surat besar", khususnya pada 1Kor. Kedua surat ini tidak bertentangan satu sama lai, tetapi sebaliknya sangat berdekatan baik dari segi sastra maupun dari segi ajaran. Hanya Flp kurang berupa ajaran. Ini lebih- lebih berupa peluapan hati, tukar berita dan peringatan terhadap "pekerja- pekerja jahat", yang di mana-mana merongrong karya Sang Rasul, sehingga boleh jadi juga menyerang jemaat terkasih di Filipi; terutama Flp berupa seruan supaya kaum beriman bersatu dalam kerendahan hati. Seruan itulah yang bagi kita menghasilkan 2:6-11 mengenai perendahan Kristus. Boleh jadi madah yang mengharukan hati itu dikutip oleh Paulus atau merupakan ciptaan Paulus sendiri. Tetapi bagaimanapun juga lagu itu memberikan kesaksian yang berharga mengenai kepercayaan umat Kristen pruba akan kepra-adaan ilahi Yesus.
Tidak ada orang yang meragukan bahwa Flp benar-benar dikarang oleh Paulus. Hanya dapat dipersoalkan apakah surat itu barangkali penggabungan beberapa surat kecil yang aslinya tersendiri. Tetapi ini berupa dugaan belaka.
Ef, Kol, Flm; th. 61-63.
Surat kepada jemaat di Efesus, kepada jemaat di Kolose dan kepada Filemon ternyata sebuah kelompok tersendiri. Ketiga karangan itu sangat erat hubungannya; baik Kol 4:9 maupun Flm 12 berkata tentang Onesimus yang mau dikirim Paulus; Tikhikus disebut dalam Kol 4:7 dst dan dalam Ef 6:21 dst; teman- teman Paulus yang sama tampil dalam Kol 4:10-14 dan dalam Flm 23-24; ditinjau dari segi sastra dan dari segi ajaran ada banyak kesamaan antara Ef dan Kol; Paulus masih dipenjara, Flm 1:9 dst; 13, 23; Kol 4:3, 10, 18; Ef 3:1; 4:1; 6:20, dan tentu saja di Roma (antara th. 61 dan 63), dan bukan di Kaisarea atau di Efesus. Kalau di Kaisarea sukar menerangkan bahwa Markus dan Onesimus ada pada Paulus, sedangkan tentang kehadiran Lukas di Efesus bersama Paulus tidak ada berita apapun. Kecuali itu perbedaan gaya bahasa dan kemajuan dalam ajaran mengandaikan jangka waktu cukup lama antara "surat-surat besar" (Kor, Gal, Rom) dan Ef serta Kol. Dalam jangka waktu itu timbullah sebuah krisis. Dari Kolose, di mana Paulus sendiri tidak mewartakan Injil, 1:4; 2:1, datanglah wakilnya Epafras, 1:7, membawa berita yang mengkhawatirkan, Paulus menjadi prihatin dan segera menanggapi berita itu dengan sepucuk surat kepada jemaat di Kolose; surat itu dibawa ke sana oleh Tikhikus. Tetapi reaksinya terhadap bahaya yang baru itu memperdalam pikiran Sang Rasul. Sama seperti Rom dipakai untuk mengatur pikiran- pikiran yang tercetus dalam Gal, demikianpun sekarang Paulus menulis sepucuk surat lain lagi, di sana ia menyusun ajarannya dengan berpedoman sebuah titik pandangan yang dipaksakan kepadanya oleh pertikaian di Kolose. Sintesa yang mengagumkan itu tidak lain kecuali "surat kepada jemaat di Efesus". Hanya judul semacam itu (yang dalam surat sendiri tidak pasti juga, bdk Ef 1:1+) dapat menipu. Paulus sesungguhnya tidak menulis kepada orang-orang Efesus, tempat ia tinggal selama tiga tahun, melainkan kepada kaum berimann pada umumnya, bdk Ef 1:15; 3:2-4, khususnya kepada jemaat-jemaat di lembah-lembah pegunungan Lisia tempat surat itu diedarkan, Kol 4:16.
Sementara ahli pernah menolak keaslian kedua surat tersebut. Tetapi Kol dewasa ini lebih umum diterima sebagai karangan Paulus dan pendapat itu memang cukup berdasar. Gagasan-gagasan utama Paulus terdapat dalam Kol, dan kalau ada juga pikiran-pikiran baru maka halnya mudah dijelaskan dengan menunjuk kepada keadaan baru yang harus dihadapi Paulus. Hal yang sama dapat dikatakan tentang Ef juga, tetapi surat ini tetap sangat diragukan keasliannya. Namun demikian karena surat itu ternyata hasil seorang pemikir yang berbakat maka sukar diterima bahwa dikarang oleh seorang murid Paulus. Sudah barang tentu gaya bahasa Kol dan Ef yang bertutur panjang, ada kalanya berlebih-lebihan, itu berbeda sekali dengan pemikiran pendek, padat dan tegang seperti terdapat dalam surat yang dahulu. Tetapi hal itu cukup dapat diterangkan juga, oleh karena Paulus kini mengamati ufuk baru yang jauh lebih luas. Selebihnya Paulus menggunakan macam-macam gaya bahasa dan dalam 2Kor 9:8-14 atau Rom 3:23-26 dll sudah terdapat contoh-contoh gaya bahasa kontemplatip dan lebih kurang liturgis yang sepenuh-penuhnya berkembang dalam Kol dan Ef. Satu-satunya kesulitan yang sesungguhnya berasal dari kenyataan bahwa beberapa bagian dari Ef lebih kurang secara harafiah dan ada kalanya secara salah memungut pengungkapan-pengungkapan dari Kol. Hanya Paulus tidak pernah menulis surat-suratnya dengan tangannya sendiri dari awal sampai akhir. Maka gejala tersebut dapat diterangkan dengan berkata bahwa seorang murid memainkan peranan besar dalam menyusun Ef.
Adapun bahaya yang mengancam di Kolose berasal dari pemikiran berlebih-lebihan berdasarkan pandangan-pandangan Yahudi, Kol 2:16, yang bercampur-baur dengan filsafaf ke-Yunanian. Pemikiran-pemikiran berlebih-lebihan tersebut memberi kepada daya-daya sorgawi yang memimpin jalannya jagat raya sebuah peranan begitu penting sehingga menurunkan kedudukan utama Kristus. Paulus menerima saja adanya daya-daya semacam itu tanpa meragukan kegiatannya; ia bahkan menyamakannya dengan malaikat-malaikat yang terdapat dalam tradisi Yahudi, bdk 2:15. Hanya ia menerimanya untuk menempatkannya di tempatnya yang wajar dalam rencana penyelamatan Allah. Mereka telah berperan sebagai pengantara dan pengurus hukum Taurat. Tetapi kini peranannya sudah habis sama sekali. Dengan menciptakan suatu dunia baru maka Kristus Kirios sendiri menangani pemerintahan dunia semesta. PeninggianNya di sorga sudah menempatkan Kristus di atas daya-daya kosmis yang telah dilucuti kekuasaannya dahulu, 2:15. Memanglah sejak awal penciptaan Kristus sudah menguasai kekuasaan-kekuasaan itu, sebab Dialah Anak dan Gambar Bapa. Tetapi dalam ciptaan baru Kristus menguasai daya-daya itu sebagai Kepalanya dan secara depinitip, oleh karena telah mempersatukan di dalam diriNya segenap "Ple-roma", artinya kepenuhan beradanya, baik beradanya Allah maupun beradanya dunia di dalam Allah, 1:13-20. Oleh karena sudah dibebaskan dari "unsur-unsur dunia" (terj.: roh-roh dunia), 2:8, 20, berkat persatuannya dengan Kepala dan oleh karena mengambil bagian dalam KepenuhannNya, 2:10, maka orang- orang Kristen tidak perlu menaklukkan diri kepada kekuasaan lalim "unsur-unsur dunia" itu dengan menepati macam-macam aturan yang sudah ketinggalan zaman dan tidak berguna lagi, 2:16-23. Melalui baptisan mereka sudah dipersatukan dengan Kristus yang wafat dan bangkit, 2:11-13 dan menjadi anggota TubuhNya. Dan hidup baru hanya mereka terima dari Kristus yang menjadi Kepala yang menghidupkan, 2:19. Memanglah Paulus tetap menaruh minat utamanya pada keselamatan Kristen, tetapi karena pertikaian itu ia memperluas karya Kristus sampai merangkum seluruh dunia dan jagat raya. Di samping bangsa manusia yang diselamatkan itu seluruh jagat raya yang menjadi latar belakang dan rangka umat manusia dimasukkan Paulus ke dalam karya Kristus. Maka jagat raya secara tak langsung ditempatkan juga di bawah kekuasaan satu-satunya Tuhan, ialah Kristus. Pemikiran semacam itulah mengakibatkan bahwa gagasan "Tubuh Kristus" yang dirintis dahulu, 1Kor 12:12+, diperkembangkan lebih jauh dengan menekankan Kristus sebagai kepala Tubuh-Nya; bahwa karya penyelamatan diperluas sampai merangkum dunia semesta; bahwa pemandangan diperlebar sehingga Kristus terutama dilihat sebagai pemenang sorgawi, sedangkan Gereja sebagai persatuan menyeluruh dibangun menuju Kristus sorgawi; bahwa eskatologi yang sudah terujud lebih ditekankan, bdk Ef 2:6+.
Pemandangan seperti di atas terulang dalam Ef. Tetapi usaha untuk menaruh daya- daya sorgawi yang terlalu dinilai itu pada tempatnya yang wajar sudah menghasilkan buahnya, Ef 1:20-22. Maka perhatian terutama diarahkan kepada Gereja. Ia merupakan Tubuh Kristus yang meluas sampai menjadi Jagat raya baru, Kepenuhan Dia yang memenuhi semua dan segala sesuatu, 1:23+. Dalam pemandangan yang paling tinggi yang merupakan puncak segenap karyanya ini Paulus memungut beberapa pikiran dari masa dahulu untuk menempatkannya di dalam sintesa yang dicapainya. Teristimewanya ia memikirkan kembali persoalan yang dibahasnya dalam surat kepada jemaat di Roma, yang berupa puncak dalam tahap pemikirannya dahulu. Ia tidak hanya dengan sepintas lalu meningkatkan pandangannya mengenai keadaan lampau bangsa manusia yang berdosa dan keselamatan yang dengan cuma-cuma dianugerahkan melalui Kristus, 2:1-10, tetapi juga memikirkan kembali masalah hubungan antara bangsa-agama Yahudi dan jemaat Kristen yang dahulu menggelisahkannya, Rom 9-11. Dan kini persoalan itu dilihatnya dengan berlatar belakang eskatologis yang sudah terlaksana: kini kedua kelompok itu nampak baginya sebagai bersatu karena diperdamaikan di dalam satu orang Manusia baru, sehingga bersama-sama di perjalanan menuju Bapa, Ef 2:11-22. Dan justru kenyataan bahwa kaum kafir juga dapat memperoleh keselamatan Israel dalam diri Kristus itu adalah "rahasia khendak Allah", 1:9; 3:3-6, 96:19; Kol 1:27; 2:2; 4:3. Dan mengingat rahasia itulah Paulus pada akhir hidupnya dapat mengemukakan pikiran yang tidak ada tara bandingnya: mengingat Hikmat Allah tak berbatas yang menyatakan diri dalam rahasia itu, 3:9 dst; Kol. 2:3; mengenai kasih Kristus yang tak terselami, yang nampak pula dalam rahasia itu, Ef 3:18 dst; tentang dirinya sendiri, yang terhina di antara para rasul namun oleh Allah dengan cuma-cuma dipilih menjadi pelayan rahasiaNya itu, 1:3-14. Dan akhir- tujuan rahasia itu tidak lain kecuali pernikahan Kristus dengan bangsa yang selamat, ialah Gereja, 5:22-23.
Surat kepada Filemon ditulis pada waktu yang sama dengan ditulisnya Kol dan Ef. Ia dialamatkan kepada seorang Kristen yang oleh Paulus sendiri ditobatkan, ay 9. Di dalam surat kecil itu Paulus memberitahukan bahwa seorang budak bernama Onesimus yang melarikan diri dan oleh Paulus direbut bagi Kristus akan kembali kepada majikannya, ay 10. Dengan tangannya sendiri ay 19, Paulus menulis surat kecil ini yang dengan bagusnya menyoroti kehalusan hati Paulus. Ini juga penting oleh karena memberitakan kepada kita bagaimana Paulus memecahkan masalah perbudakan, Rom 6:15+; meskipun hubungan sosial antara majikan dan budak tetap sama seperti dahulu, namun seorang majikan Kristen dan seorang budak Kristen selanjutnya harus hidup sebagai bersaudara untuk mengabdi Majikan yang sama, ay 16 bdk Kol 3:22-4:1.
1Tim, Tit, 2Tim ; th 65-67
Surat-surat kepada Timotius dan surat kepada Titus sangat berdekatan satu sama lain karena isi, latar belakang historis dan bentuknya. Dua di antaranya rupanya ditulis di Makedonia: yang satu dialamatkan kepada Timotius, yang waktu di Efesus, 1Tim 1:3, di mana Paulus berharap tidak lama lagi dapat bertemu dengannya, 3:14; 4:13, sedangkan yang lain dialamatkan kepada Titus yang oleh Paulus ditinggalkan di pulau Kreta, Tit 1:5. Paulus merencanakan tinggal di Nikopolis ( di Epirus) selama musim dingin dan Titus hendaknya berkumpul dengannya di situ, Tit 3:12. Waktu menulis 2Tim Paulus sedang di penjara di Roma, 1:8, 16 dst; 2:9, setelah singgah di Troas, 4:13 dan Miletus, 4:20. Keadaan Paulus gawat sekali, 4:16, dan ia merasa bahwa ajalnya sudah dekat, 4:6- 8, 18. Ia seorang diri dan mendesak supaya Timotius secepat mungkin datang, 4:9- 16, 21. Meskipun ada kesamaan kecil namun keadaan itu tidak berkesusaian dengan penahanan Paulus di Roma selama th. 61-63 dan tidak pula dengan perjalanan yang mendahuluinya. Ada cukup banyak ahli yang mengambil kesimpulan bahwa ketiga surat itu bukan karangan Paulus, seorang lain mau menjiplak Paulus dan mengkhayalkan catatan-catatan mengenai hal-ihwal Paulus supaya karangan- karangannya nampaknya bersifat historis dan dapat disebar-luaskan dengan nama dan kewibawaan Paulus. Tetapi hipotesa semacam itu tidak perlu sama sekali. Tidak ada bukti satupun bahwa Paulus mati selama penahanannya yang pertama; sebaliknya Kis 28:30 menyarankan bahwa ia dibebaskan. Jadi Paulus dapat mengadakan perjalanan-perjalanan lain lagi, barangkali lebih dahulu di negeri Spanyol sebagaimana ia merencanakannya, Rom 15:24, 28, dan kemudian di sebelah timur, sebagaimana juga direncankan, Flm 22. Mudah saja 1Tim dan Tit ditinggalkan sekitar th. 65 selama suatu perjalanan melalui pulau Kreta, Asia Kecil, Makedonia dan Yunani. Keadaan yang tampil dalam 2Tim adalah situasi penahanan baru yang kali ini berakhir dengan sial. Surat yang merupakan nasehat Paulus ini kiranya ditulis tidak lama sebelum kemartiran Paulus dalam th. 67.
Ketiga surat tersebut dialamatkan kepada dua murid Paulus yang paling setiawan, Kis 16:1+; 2Kor 2:13+. Di dalamnya termuat sejumlah petunjuk bagaimana mengorganisasi jemaat-jemaat Kristen yang oleh Paulus dipercayakan kepada mereka. Itulah sebabnya maka sejak abad XVIII surat-surat itu biasanya disebut "Surat-surat Pastoral (Gembala)." Beberapa ahli berpendapat bahwa surat-surat itu mengandaikan tahap perkembangan dalam tata pemerintahan umat yang baru terjadi sesudah Paulus mati. Tetapi pendapat ini kurang tepat. Sebab surat-surat itu sebenarnya mengandaikan sebuah tahap perkembangan umat yang sangat mungkin sudah tercapai menjelang akhir hidup Paulus. Sebutan "episkopos" (penilik) masih searti dengan sebutan "presbiter" (terj. penatua) Tit 1:5-7, seperti juga dahulu, Kis 20:17 dan 28, sesuai dengan susunan jemaat-jemaat dahulu yang dipimpin oleh sebuah dewan penatua, Tit 1:5+. Belum ada sama sekali seorang "uskup" yang seorang diri menjadi pemimpin tertinggi jemaat. Tokoh semacam itu baru tampil dalam surat-surat Ignasius dari Anthiokia. Hanya perkembangan ke jurusan itu sudah dirintiskan : meskipun beberapa jemaat dipercayakan kepada Timotius dan Titus yang tidak terikat pada satu di antaranya, Tit 1:5, namun kedua wakil Paulus itu memegang kewibawaan rasuli, yang tidak lama lagi harus diserahkan kepada orang-orang lain oleh karena para rasul menghilang. Dan tidak lama kemudian kewibawaan rasuli itu diberi kepada ketua sebuah dewan penatua, dan ketua itu tidak lain kecuali uskup. Tahap peralihan sebagaimana tampil dalam surat-surat pastoral justru menjadi bukti bahwa surat-surat itu benar-benar karangan Paulus. Sebab dengan maksud apa seorang pemalsu dapat mengkhayalkan tahap semacam itu? Perlu diperhatikan juga bahwa "penilik" dan "penatua" itu bukan hanya pengurus harta-benda dan perkara materiil lain, tetapi juga dan terutama bertugas mengajar dan memimpin, 1Tim 3:2, 5; 5:17; Tit 1:7, 9. Dengan demikian maka "penilik" dan "penatua" itu sungguh-sungguh moyang dari uskup dan iman dalam Gereja Katolik sekarang.
Sementara ahli berpendapat bahwa desakan untuk berpegang teguh pada "ajaran sehat", 1Tim 1:10 dll, dan memelihara "depositum fidei" (terj.: apa yang dipercayakan kepadamu), 1Tim 6:20; 2Tim 1:14, tidak layak bagi Paulus, seorang pemikir teologis yang berani dan orisinil. Tetapi keterangan dan desakan semacam itu nampaknya sesuai sekali dengan Sang Rasul yang dekat pada ajalnya dan memperingati pembantu-pembantunya yang masih muda berhubung dengan pemikiran- pemikiran yang membahayakan. Sebab Paulus sudah mengamati bahwa jemaat-jemaat itu ada selara untuk pembaharuan-pembaharuan yang dapat menghancurkan iman, 1Tim 1:19. Dan ini tentu saja bukan ajaran dari gnostik dalam abad II yang mau ditentang oleh seorang pemalsu yang menyamar sebagai Paulus. "Soal-soal yang dicari-cari", 1Tim 6:4, "dongeng-dongeng dan silsilah yang tiada putus- putusnya", 1Tim 1:4, "dongeng-dongeng Yahudi", Tit 1:14 dan "percekcokan dan pertengkaran mengenai hukum Taurat", Tit 3:9, yang bercampur dengan aturan- aturan askese yang keras, 1Tim 4:3, kiranya berasal dari orang-orang Yahudi yang berkebudayaan Yunani dan suka mencampurkan segala sesuatunya. Paulus terpaksa sudah menghadapi mereka waktu krisis dalam jemaat di Kolose.
Sudah barang tentu bahasa yang dipakai dalam surat-surat ini tidak mempunyai ciri-ciri bahasa Paulus. Gaya bahasanya sangat lancar, berbeda sekali dengan gaya yang berapi-api dan yang kekayaannya melimpah-limpah, seperti yang dipakai oleh Paulus dalam surat-suratnya dahulu. Bahkan perbendaharaan katapun berbeda dengan perbendaharaan kata yang lazim pada Paulu. Ada orang yang berkata, bahwa usia lanjut Paulus dan keadaannya sebagai orang tahanan dapat menjelaskan gejala semacam itu. Tetapi antara Kol, Ef dan Tim, Tit hanya ada jangka waktu paling- paling empat-lima tahun, sedangkan 1Tim dan Tit tidak ditulis dalam penjara. Juga usaha untuk membeda-bedakan dalam surat-surat pastoral beberapa surat-surat kecil baik yang berasal dari Paulus maupun yang bukan karangannya tidak sampai meyakinkan. Dari sebab itu sebaik-baiknya diandaikan bahwa seorang murid-penulis Sang Rasul berperan dalam menyusun surat-surat pastoral, sama seperti halnya dengan Ef. Kepada penulis itu Paulus memberikan kebebasan lebih besar dari yang lazim. Memang Lukas menyertai Paulus, 2Tim 4:11, dan ada orang yang mengira dapat menemukan kesamaan khusus antara gaya bahasa Lukas dan gaya bahasa surat- surat pastoral.
Ibr ; th. 67
Berbeda dengan semua surat lain, surat kepada orang-orang Ibrani sejak dahulu diragukan keasliannya. Bahwasannya surat ini termasuk Kitab Suci jarang dipersoalkan, tetapi dalam Gereja barat sampai akhir abad IV tidak diterima sebagai karangan Paulus, namun bentuk literer surat itu dipersoalkan (Klemens dari Aleksandria, Origenes). Memanglah bahasa dan gaya bahasa surat kepada orang-orang Ibrani adalah murni dan lancar dan pasti bukan bahasa atau gaya bahasa Paulus. Caranya surat ini mengutip dan menggunakan Perjanjian Lama bukanlah cara Paulus. Alamat dan kata pembuka yang lazim dalam surat-surat Paulus tidak ada sama sekali. Ajaran yang termuat dalam karangan itu mempunyai keserupaan dengan ajaran Paulus, tetapi sekaligus ajaran itu cukup asli, sehingga sukar diterima bahwa langsung berasal dari Paulus sendiri. Maka banyak ahli katolik dan bukan katolik dewasa ini sependapat dalam mengakui bahwa surat ini bukan karangan Paulus seperti surat-surat lain adalah karangannya, walaupun secara langsung atau tidak langsung Paulus mempengaruhi Ibr. Dan pengaruh itu begitu rupa sehingga dapat dipertanggung-jawabkan bahwa secara tradisionil surat itu dikelompokkan bersama dengan surat-surat Paulus.
Tetapi perbedaan muncul kalau dipersoalkan siapa sesungguhnya penulis Ibr yang tidak bernama itu. Segala macam nama sudah dikemukakan., misalnya Barnabas, Silas, Aristion, dll. Yang kiranya paling kena ialah Apolos, seorang Yahudi dari Aleksandria, yang kefasihan, semangat kerasulan dan kemahirannya dalam Alkitab dipuji oleh Lukas, Kis 18:24-28. Bakat-bakat itu ternyata tampil jelas dalam surat kepada orang-orang Ibrani; bahasa dan pimikirannya berbau bahasa dan pemikiran Aleksandria (Filo); kefasihannya dalam membela agama Kristen meyakinkan, sedangkan seluruh argumentasinya berdasar penafsiran Perjanjian Lama.
Seperti nama pengarangnya tidak dikenal dengan pasti, demikianpun halnya dengan tempat ditulisnya surat ini dan orang-orang yang dialamati. Rupanya pengarang tinggal di Italia, 13:24, dan menulis suratnya sebelum Bait Allah di Yerusalem dihancurkan (th. 70). Sebab itu ia berkata tentang ibadat dalam Bait Allah seolah-olah sesuatu yang masih terus berlangsung, 8:4 dst, dan ia menasehati pembacanya sehubungan dengan godaan untuk kembali ke ibadat itu. Tentu saja pengarang menekankan bahwa ibadat Musa mempunyai ciri sementara saja, tetapi sama sekali tidak berkata tentang bencana yang terjadi dalam th. 70, meskipun kejadian itu memang sangat mendukung pendapatnya. Selebihnya pengarang pasti menggunakan surat-surat yang ditulis Paulus dalam penjara (Ef, Flp, Kol). Maka surat kepada orang-orang Ibrani boleh diberi bertanggal sesudah th. 63, kiranya sekitar th. 67, kalau orang menerima bahwa apa yang dikatakan tentang krisis yang mendekat, sebagaimana dapat dirasakan dalam seruannya supaya sidang pembaca berpegang teguh pada kepercayaannya, 10:25 dll, mengenai gejala yang mendahului perang Yahudi.
Meskipun judul surat ini, ialah: "Kepada orang-orang Ibrani" baru muncul selama abad II, namun sangat cocok dengan isi karangan itu. Surat ini tidak hanya mengandalkan bahwa para pembaca berkenalan baik dengan Perjanjian Lama, tetapi juga bahwa mereka bekas Yahudi. Oleh karena Ibr begitu menekankan ibadat dan liturgi, maka orang bahkan berpikir kepada bekas imam-imam Yahudi, bdk Kis 6:7. Setelah masuk Kristen imam-imam itu terpaksa meninggalkan kota suci dan mengungsi ke tempat lain, barangkali ke salah satu kota di pantai, misalnya Kaisarea atau Antiokhia. Tetapi pengasingan itu memberati mereka, sehingga dengan rindu mengenangkan ibadat bersemarak yang diselenggarakan oleh kaum Lewi dan yang merekapun melayaninya dahulu. Kepercayaannya yang baru, yang masih kurang kuat dan kurang terdidik, mengecewakan mereka, apa lagi oleh karena terganggu oleh penganiayaan akibat kepercayaan itu. Maka timbullah godaan hebat untuk mengundurkan diri.
Surat kepada orang-orang Ibrani sekuat tenaga berusaha mencegah mereka dari menjadi murtad, 10; 19:39. Untuk mengobarkan semangat kaum buangan yang menjadi lesu dan kendor itu, maka Ibr menyajikan pandangan unggul mengenai hidup Kristen, yang dipikirkan sebagai sebuah ziarah, suatu perjalanan menuju istirahat yang dijanjikan, sebuah perjalanan ke Tanah Air dengan dibimbing oleh Kristus yang melebihi Musa, 3:1-6, dan dengan disinari cahaya iman-kepercayaan yang sudah memimpin para bapa bangsanya, orang-orang Yahudi waktu keluaran dan semua orang suci dari Perjanjian Lama, 3:7-4:11; 11. Dengan imamat lama dan ibadat kaum Lewi yang dirindukan sidang pembaca, si pengarang memperlawankan diri Kristus yang menjadi Imam menurut peraturan Melkisedek dan melebihi imamat Harun,
Ende: Efesus (Pendahuluan Kitab) SURAT RASUL PAULUS KEPADA UMAT EFESUS
KATA PENGANTAR
Djudul "kepada orang-orang kudus di Efesus" sudah diberikan kepada surat ini
di Geredja purba, te...
SURAT RASUL PAULUS KEPADA UMAT EFESUS
KATA PENGANTAR
Djudul "kepada orang-orang kudus di Efesus" sudah diberikan kepada surat ini di Geredja purba, tetapi tidak terdapat pada segala surat naskah tertua jang ditemukan. Menilik isi dan tjoraknja sangat disangsikan bahwa surat ini chususnja ditudjukan kepada umat itu. Ia lebih bersifat surat edaran umum, bagi umat-umat muda jang baru-baru bertobat dan tidak didirikan oleh Paulus sendiri, seperti umat Kolose. Ada sardjana-sardjana jang berpendapat bahwa surat inilah dimaksudkan dalam Kol. 4:16, sebagai "surat dari Laodisea" jang harus dibatjakan di Kolose djuga. Bagaimanapun djuga, soal itu bagi kita tidak begitu penting untuk dibitjarakan lebih landjut disini.
Kesamaan surat ini dengan surat kepada umat Kolose menjolok, baik mengenai atjara pokok, isi umum, maupun gajanja. Kita beroleh kesan-kesan bahwa ia merupakan suatu landjutan dan pelengkapan dari surat kepada orang-orang Kolose itu. la rupanja ditulis dalam waktu jang hampir sama, lagi diantar oleh tokoh jang sama, ialah Tichikus. Atjara pokok kedua surat ialah Misteri Kristus dan misteri rentjana penjelamatan seluruh bangsa manusia dalam Kristus. Surat kepada umat Kolose lebih menggambarkan dan menondjolhan martabat dan kedudukan Kristus diatas segala machluk, termasuk para Malaekat, sebagai Putera Allah jang setara dengan Allah dalam segalanja, turut mentjiptakan segala machluk dan berkuasa mutlak atasnja. Pernjataan-pernjataan itu merupakan dasar segala uraian dalam Ef. djuga, tetapi tidak diuraikan lagi, harus disentuh dan itu sering dengan memperlihatkan segi-segi baru jang indah dan penting. Chususnja ia membitjarakan misteri penjelamatan kita, jang disorotinja dari pelbagai sudut dan puntjaknja ialah adjaran tentang umat sebagai Tubuh Mistik Kristus. Kedua surat mulai dengan madah-pudjian jang padat dan dalam isinja, indah gajanja dan bernada tinggi. Nada tinggi itu dipertahankan sepandjang seluruh surat, djuga dalam bagian jang merupakan peringatan-peringatan jang agak sungguh-sungguh, malah sampai bertjorak tuduhan. Kol. jang berlandasan pada salah paham dan bahaja- bahaja jang mengantjam dalam umat, masih bertjorak surat perdjuangan, tetapi Ef. semata-mata bersuasana kegembiraan atas kerahiman dan tjinta Allah, dalam merentjanakan dan melaksanakan penjelamatan segala bangsa manusia dalam Kristus. Mengenai alasan untuk menulis surat ini kita mendapat kesan-kesan atau dapat kita bajangkan, bahwa Paulus sesudah menjelesaikan suratnja kepada umat Kolose tidak merasa puas. Barangkali ia hemudian teringat bahwa umat Kolose dan umat- umat lainpun jang belum pernah dikundjunginja, tentu belum mendapat peladjaran jang agak luas dan mendalam tentang adjaran-adjaran jang hanja dengan ringkas diuraikan ataupun disentuhnja sadja dalam surat pendek kepada orang-orang Kolose itu. Sedangkan djustru adjaran-adjaran itu merupakan adjaran-adjaran dasar dan inti hakekat Indjil, mengenai tudjuannja dan kemuliaan martabat para beriman serta hubungan erat-mesra mereka dengan Kristus. Kalau itu benar djalan pemikiran Paulus, maka kita dapat mengerti bagaimana perasaan tak puas mendorongnja untuk memberi pengadjaran tulisan jang lebih luas kepada umat-umat tersebut. Dan karena kegembiraan hatinja, bahwa umat-umat itu dipanggil oleh Allah dan menerima Indjil, dan telah dipenuhi dengan segala rahmat dan berkat surgawi (Ef. 1:3-6), dan kepertjajaan umat-umat serta tjinta kasihnja dapat dipudji (1:15), maka seluruh surat diliputi suasana kegembiraan berdasarkan sjukur dan pudjian kepada Allah.
TFTWMS: Efesus (Pendahuluan Kitab) PERANAN SUAMI (5:23-31)
Menurut 5:23-31, suami menunjukkan sikap hormat dan penghargaan yang benar untuk istrinya dalam tiga cara: Ia harus memberika...
PERANAN SUAMI (5:23-31)
Menurut 5:23-31, suami menunjukkan sikap hormat dan penghargaan yang benar untuk istrinya dalam tiga cara: Ia harus memberikan kepemimpinan rohani bagi istrinya (5:23). Fakta bahwa suami adalah "kepala" istrinya berarti ia adalah pemimpin dan harus menerima peranannya sebagai pemimpin rohani.
Ia harus mengasihi isterinya (5:25) dengan kasih yang mengorbankan diri, "sebagaimana Kristus telah mengasihi gereja dan menyerahkan diri-Nya bagi dia." Ia harus lebih peduli tentang kebutuhan istrinya dibandingkan dengan kebutuhannya sendiri.
Kasih ini adalah kasih yang abadi (5:26, 27). Suami harus membangun dan menyemangati istrinya. Sama seperti anggota gereja bisa tumbuh karena kasih Kristus, begitu juga istri menjadi orang yang lebih baik dibandingkan apa yang akan sudah terjadi pada dia bila tanpa suaminya.
Kasih ini adalah kasih yang memupuk dan menghargai (5:28-30). Kata "menghargai" bicara tentang nilai dan perasaan hangat (lihat 1 Tesalonika 2:7). "Memupuk" bicara tentang perawatan yang terlibat dalam membuat sebuah taman bertumbuh. Sebagaimana tukang taman, menanam, menyuburkan, dan menyirami tamannya, begitu juga suami harus menyuburkan kesejahteraan istrinya. Ketika suami memupuk dan merawat istrinya, maka istri itu berusaha untuk memahami suami dan menghormati dia (lihat 1 Petrus 3:7). Suami harus menemukan cara untuk menunjukkan kepada istrinya betapa penting istrinya itu.
Suami harus setia kepada istrinya (5:31). Suami dan istri sudah menjadi "satu tubuh."
Kesetiaan mereka adalah kepada satu sama lain seumur hidup mereka.
TFTWMS: Efesus (Pendahuluan Kitab) "Hidup Dalam Hikmat," 1 (Efesus 5:15-33)
Di dalam bagian besar terakhir kitab Efesus (5:15—6:20), rasul Paulus menyajikan pelbagai rencan...
"Hidup Dalam Hikmat," 1 (Efesus 5:15-33)
Di dalam bagian besar terakhir kitab Efesus (5:15—6:20), rasul Paulus menyajikan pelbagai rencana khusus untuk mempertahankan hubungan Kristen yang baik dan untuk berdiri teguh dalam pertempuran melawan kejahatan. Perintah keempat dan terakhir surat ini untuk "hidup" dengan cara tertentu diberikan di dalam 5:15.
TFTWMS: Efesus (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Spiros Zodhiates, ed., The Complete Word Study New Testament, 2d ed. (Chattanooga, Tenn.: AMG Publishers, 1991), 869.
2 Kenneth ...
Catatan Akhir:
- 1 Spiros Zodhiates, ed., The Complete Word Study New Testament, 2d ed. (Chattanooga, Tenn.: AMG Publishers, 1991), 869.
- 2 Kenneth S. Wuest, Wuest's Word Studies from the Greek New Testament for the English Reader: Ephesians and Colossians (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1953), 126.
- 3 Ethelbert W. Bullinger, A Critical Lexicon and Concordance to the English and Greek New Testament (London: Samuel Bagster and Sons, n.d.; reprint, Grand Rapids, Mich.: Zondervan Publishing House, Regency Reference Library, 1975), 154.
- 4 Wuest, 126.
- 5 C. G. Wilke and Wilibald Grimm, A Greek-English Lexicon of the New Testament, trans. and rev. Joseph Henry Thayer (Edinburgh: T. & T. Clark, 1901; reprint, Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1977), 220.
- 6 Walter Bauer, A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature, 3d ed., rev. and ed. Frederick William Danker (Chicago: University of Chicago Press, 2000), 982.
- 7 Wuest, 127.
- 8 Zodhiates, 948.
- 9 Andrew T. Lincoln, Ephesians, Word Biblical Commentary, vol. 42 (Dallas: Word Books, 1990), 346.
- 10 Josephus Antiquities 7.12.3.
- 11 Bullinger, 761.
- 12 Wuest, 227.
- 13 M. C. Kurfees, Instrumental Music in the Worship (Nashville: Gospel Advocate Co., 1950), 16. Studies of singing written by Owen D. Olbricht, Hugo McCord, and Jack P. Lewis are included in "Worship," Truth for Today (March 2003): 27-31 and "The Question of Instrumental Music," Truth for Today (March 2008).
- 14 Kurfees, 48.
- 15 Zodhiates, 964.
- 16 Wuest, 129.
- 17 Lincoln, 365.17
- 18 Wuest, 130.
- 19 Zodhiates, 942.
- 20 Lincoln, 368.
- 21 Ibid., 372.
- 22 Ibid., 373.
- 23 Wuest, 131.
- 24 Ibid., 132.
- 25 Zodhiates, 928.
- 26 Lincoln, 377.
- 27 Ibid.
- 28 Zodhiates, 942.
- 29 S. D. F. Salmond, "The Epistle to the Ephesians," in The Expositor's Greek Testament, ed. W. Robertson Nicoll (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1967), 3:370-71.
- 30 Bullinger, 537.
- 31 Ibid., 146.
- 32 Ibid., 279.
- 33 J. A. Robinson, St. Paul's Epistle to the Ephesians, 2d ed. (London: Macmillan & Co., 1904), 127.
- 34 Lincoln, 385.
- 35 Alexander Campbell, The Christian System (St. Louis: Christian Publishing Co., 1835), 231.
- 36 Eusebius Pamphilus The Life of the Blessed Emperor Constantine 4.62.
- 37 Campbell, 232.
- 38 William Shakespeare Much Ado About Nothing 3.5.
Pengarang: Jay Lockhart
Hak Cipta © 2015 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Efesus (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 F. LaGard Smith, What Most Women Want: What FewWomen Find (Eugene, Oreg.: Harvest House Publishers, 1992), 7-8.
2 Max Anders, T...
Catatan Akhir:
- 1 F. LaGard Smith, What Most Women Want: What FewWomen Find (Eugene, Oreg.: Harvest House Publishers, 1992), 7-8.
- 2 Max Anders, The Good Life: Living With Meaning in a"Never-Enough" World (Dallas: Word Publishing, 1993), 191.
Pengarang: Rusty Peterman
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Efesus (Pendahuluan Kitab) SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT DI EFESUS
PENGANTAR
Dalam Surat Paulus Kepada Jemaat di Efesus, penulis menekankan Rencana Allah
agar "Seluruh alam, baik
SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT DI EFESUS
PENGANTAR
Dalam Surat Paulus Kepada Jemaat di Efesus, penulis menekankan Rencana Allah agar "Seluruh alam, baik yang di surga maupun yang di bumi, menjadi satu dengan Kristus sebagai kepala" (Ef 1:10). Surat ini merupakan juga seruan kepada umat Allah supaya mereka menghayati makna rencana agung dari Allah itu untuk mempersatukan seluruh umat manusia melalui Yesus Kristus.
Di dalam bagian pertama surat Efesus ini dikemukakan bagaimana penyatuan itu terjadi. Untuk menjelaskan hal itu ia menceritakan bagaimana Allah Bapa telah memilih umat-Nya, bagaimana Allah melalui Yesus Kristus, Anak-Nya, mengampuni dan membebaskan umat-Nya dari dosa, dan bagaimana janji Allah itu dijamin oleh Roh Allah. Di dalam bagian kedua, diserukan kepada para pembacanya supaya mereka hidup rukun agar kesatuan mereka sebagai umat yang percaya kepada Kristus dapat terlaksana.
Untuk menunjukkan bahwa umat Allah sudah menjadi satu karena bersatu dengan Kristus, penulis memakai beberapa kiasan. Jemaat adalah seperti tubuh dengan Kristus sebagai kepalanya, atau seperti sebuah bangunan yang batu sendinya ialah Kristus, atau seperti seorang istri dengan Kristus sebagai suaminya. Penulis sangat terharu ketika mengingat akan rahmat Allah melalui Kristus, sehingga ungkapan-ungkapan yang dipakainya dalam suratnya menunjukkan bahwa hatinya makin meluap dengan perasaan syukur dan pujian kepada Tuhan. Segala sesuatu ditinjaunya dari segi kasih Kristus, dari segi pengurbanan-Nya, pengampunan-Nya, kebaikan hati-Nya dan kesucian-Nya.
Isi
- Pendahuluan
Ef 1:1-2 - Kristus dengan gereja-Nya
Ef 1:3-3:21 - Kehidupan yang baru sebagai orang Kristen
Ef 4:1-6:20 - Penutup
Ef 6:21-24
Ajaran: Efesus (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang Kristen mengerti bahwa yang dimaksudkan dengan Gereja adalah Tubuh
Kristus. Ini berarti Gereja adalah Tubuh Kristus. Ini berarti
Tujuan
Supaya orang Kristen mengerti bahwa yang dimaksudkan dengan Gereja adalah Tubuh Kristus. Ini berarti Gereja adalah Tubuh Kristus. Ini berarti Gereja adalah orang-orang pilihan Allah, atau kelompok orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Juruselamatnya.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Paulus.
Tahun : Sekitar tahun 61 sesudah Masehi.
Penerima : Jemaat Kristen di kota Efesus. (Dan juga jemaat-jemaat Kristen di seluruh dunia).
Isi Kitab: Kitab Efesus terbagi atas 6 pasal. Di dalamnya kita dapat melihat dengan jelas uraian tentang arti Gereja yang benar.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Efesus
Pasal 1-3 (Ef 1:1-3:21).
Pengajaran tentang keselamatan orang-orang percaya
Dalam bagian ini dijelaskan bahwa keselamatan orang-orang percaya sudah berada dalam rencana Allah, yaitu terhadap orang-orang yang dipilih-Nya dan orang-orang yang mau menerima anugerah-Nya di dalam Kristus dengan iman.
Pendalaman
Pasal 4-6 (Ef 4:6-6:9).
Pengajaran tentang kesatuan orang percaya dan cara-cara kehidupan sebagai orang percaya
Dalam bagian ini Rasul Paulus menjelaskan bahwa setiap orang percaya sudah menjadi saudara karena dipersatukan di dalam Tuhan Yesus. Juga Paulus menjelaskan bagaimana orang-orang Kristen harus hidup di dalam gereja, keluarga dan masyarakat.
Pendalaman
- Bacalah pasal Ef 4:2-3,25-26,28-29,31-32. _Tanyakan_: Apakah yang harus dilakukan oleh orang percaya menurut nats ini?
- Bacalah pasal Ef 5:8-21. _Tanyakan_: Apakah yang membuktikan bahwa saudara anak-anak terang?
Pasal 6 (Ef 6:10-24). Pengajaran tentang perlengkapan rohani orang Kristen dalam mengikut Yesus
Pendalaman
- Mengapakah orang Kristen perlu menggunakan perlengkapan rohani yan Allah berikan?
- Siapakah musuh-musuh orang Kristen?
II. Kesimpulan
Melalui Kitab Efesus, jelaslah kita lihat bahwa orang-orang percaya adalah Gereja yang disebut juga Tubuh Kristus. Dan melalui Kitab ini juga dijelaskan tentang cara-cara kehidupan Gereja itu.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menjadi penulis Kitab Efesus?
- Siapakah yang dikatakan sebagai orang-orang percaya?
- Mengapakah orang (manusia) tidak bisa menyelamatkan dirinya dengan usah atau perbuatannya?
Intisari: Efesus (Pendahuluan Kitab) Sebuah surat edaran?
UNTUK SIAPA SURAT INI DITULIS?Banyak orang berpendapat bahwa surat ini dimaksudkan untuk diedarkan secara luas, bukan hanya untu
Sebuah surat edaran?
UNTUK SIAPA SURAT INI DITULIS?
Banyak orang berpendapat bahwa surat ini dimaksudkan untuk diedarkan secara luas, bukan hanya untuk gereja di Efesus saja. Surat ini mungkin semacam surat edaran yang ditulis untuk digunakan oleh berbagai kelompok Kristen di daerah Efesus dan sekitamya. Apa yang ditulis Paulus dalam surat ini dapat diterapkan oleh umat Allah pada umumnya dan tidak ditujukan untuk suatu gereja tertentu. Tidak ada salam pribadi. Mungkin surat ini sebenarnya yang dimaksud oleh Rasul Paulus dalam Kolose 4:16 sebagai 'surat dari Laodikia'. Tikhikus dipercayakan untuk menyampaikan surat ini kepada alamat yang dituju. (Efe 6:21, 22). Surat ini, seperti surat-surat Rasul Paulus kepada jemaat di Filipi dan Kolose, ditulis dari dalam penjara dan tema utamanya ialah sifat, ciri-ciri dan tujuan dari gereja Kristen, yaitu terciptanya apa yang disebut 'masyarakat Allah yang baru'.
GEREJA DI EFESUS.
Paulus tinggal di Efesus selama 3 tahun (Kis 19:8, 10; 20:31). Efesus merupakan suatu kota yang banyak menyediakan sarana untuk penyembahan berhala. Kuil Dewi Diana (Artemis) terletak di kota itu. Di sana banyak terdapat orang-orang yang mempraktekkan ilmu sihir. Namun, waktu kita membaca surat ini kita tidak perlu mengetahui latar belakang gereja yang menjadi tujuan surat ini, karena isinya bersifat umum.
PESAN.
Surat ini tidak berhubungan dengan masalah-masalah yang khusus, tetapi tujuannya adalah untuk meninggikan nama Yesus Kristus dan untuk menunjukkan pentingnya gereja Kristen sebagai alat Allah di dunia ini. Seperti halnya dengan surat-surat Paulus lainnya, doktrin yang diberikan disusul dengan penerapan praktis. Iman Kristen dan kehidupan Kristen harus berjalan secara seimbang. Surat ini ditutup dengan peringatan bahwa Kristen selalu berada dalam konflik yang terus-menerus dengan setan dan kuasa kejahatan, tetapi Allah telah memberikan senjata yang diperlukan untuk memampukan Kristen bertahan dalam menghadapi semua serangan musuh.
Pesan
1. Warisan kekayaan untuk dinikmati.o Tiga Pribadi Keallahan yang berperan dalam penyelamatan kita:
- Allah Bapa. Efe 1:4-6
- Allah Putra. Efe 1:7-12
- Allah Roh Kudus. 1: 13, 14
o Perhatikan permohonan doa Paulus bagi orang-orang Efesus
- untuk penerangan guna mengetahui sampai seberapa luas warisan kita. Efe 1:17-19
- untuk kuasa guna mengetahui sampai seberapa besar keagungan Allah. Efe 1:19-21
2. Kasih karunia dan damai sejahtera untuk dialami.
o Dari keadaan apa kita diselamatkan. Efe 2:1-3, 11, 12
o Oleh siapa kita diselamatkan. Efe 2:4-9, 13-18
o Untuk apa kita diselamatkan. 2:10, 19-22
3. Sumber-sumber rohani untuk dijajaki.
o Kekayaan yang tidak dapat dicari. Efe 3:8-13
o Kekuatan Ilahi. Efe 3:14-21
4. Persatuan rohani yang harus dipelihara.
o Sikap yang benar itu penting. Efe 4:1-3
o Dasar yang sama itu penting. Efe 4:4-6
o Persatuan dalam keanekaragaman harus dihadapi. 4:11
o Kedewasaan Kristen diharapkan. 4:13
5. Hubungan harmonis yang harus diusahakan.
o Terang sebagai ganti kegelapan. Efe 5:3-6
o Hikmat sebagai ganti kebodohan. Efe 5:15-17
o Kerohanian sebagai ganti hawa nafsu.Efe 5:18-20
o Kepatuhan sebagai ganti perdebatan.Efe 5:21-33
6. Senjata rohani untuk dipakai.
o Musuh yang kita hadapi. Efe 6:10-12
o Perlengkapan senjata yang kita punyai.Efe 6:13-20
Penerapan
Efesus mengajar kita tentang:
1. Betapa murah hati Allah
o dalam memberi kita seorang Penyelamat
o dalam mengirim kepada kita Roh Kudus
o dalam memberi jaminan kepada kita rumah surgawi
2. Betapa besar hak kita
untuk menjadi anggota keluarga Allah untuk mendapat bagian dalam Kerajaan Allah
3. Betapa kita perlu tenggang rasa
o dalam sikap kita terhadap orang lain
o dalam hubungan kita dengan orang lain
4. Betapa praktisnya kekristenan dalam hal
o perkawinan
o kedudukan sebagai orang-tua
o pekerjaan
5. Betapa nyatanya setan dalam
o pengaruhnya
o kegiatannya
6. Bagaimana kita perlu bersiap-siap
o dengan perlengkapan senjata Allah
o dengan doa
Tema-tema Kunci
1. Kasih karunia.
Kasih karunia merupakan kata kunci dalam Alkitab, sebab hal itu memperlihatkan sifat Allah yang memungkinkan adanya keselamatan bagi kita. Oleh karena dosa manusia, jika tidak ada kasih karunia, tidak akan ada pengharapan. Kasih karunia berarti hadiah yang diberikan cuma-cuma. Respons manusia terhadap kasih karunia ialah iman, tetapi ini pun diberikan oleh Allah kepada kita. Lihatlah khususnya Efe 2:1-10. Perhatikan bahwa kasih karunia selalu dipertentangkan dengan hukum Taurat (Rom 6:14). Pembenaran dimungkinkan oleh dua alasan, yaitu kasih karunia Allah (Rom 3:24) dan kematian Kristus (Rom 5:9).
2. Keesaan.
Paulus telah menjelaskan bahwa umat Allah di bawah perjanjian baru mengikutsertakan baik orang Yahudi maupun bukan Yahudi, dan sekarang ia menekankan perlunya kita memelihara keesaan sejati ini. Sebagai Kristen kita tidak dapat menciptakan keesaan oleh karena hal ini adalah pekerjaan Roh Kudus, tetapi kita diminta untuk memeliharanya. Kesatuan yang kita punyai tidaklah sama dengan keseragaman. Ada keanekaragaman karunia di antara umat Allah, tetapi hanya ada satu dasar kesatuan. Lihat juga pada perikop lain yang terbaik yang menekankan pentingnya kesatuan - Yohanes pasal 17.
3. Hubungan.
Kita tidak hidup di dalam suatu ruangan hampa, tetapi di dalam serentetan hubungan - di dalam rumah, dalam pekerjaan, di dalam gereja dan di dalam masyarakat pada umumnya. Iman Kristen kita terutama menyangkut hubungan-hubungan tersebut. Kita sering menemukan bahwa pada suatu saat, standar kehidupan menurut ajaran Alkitab bertentangan dengan standar kehidupan yang sementara ini diterima dalam masyarakat. Dalam kasus seperti itu kita harus lebih menaati Allah daripada manusia. Bandingkan perikop dalam Efesus tentang masalah ini dengan ayat-ayat yang serupa dalam Kolose. Juga perhatikan bagaimana dalam memilih pemimpin Kristen, masalah hubungan kekeluargaan sangat mendapat perhatian (1Tim 3:1-5; Tit 1:6-8).
4. Konflik.
Paulus menyebut seorang Kristen sebagai prajurit (2 Tim. 2:3, 4). Baginya selalu berlangsung peperangan, dan Kristen benar-benar terlibat di dalamnya. Alkitab tidak pernah meragukan keberadaan setan. Setan begitu nyata dalam pengalaman Tuhan Yesus,dan nyata juga bagi para murid.Dalam Efesus Paulus mengingatkan kita tentang kecerdikan musuh itu.Kita tidak dapat menghadapinya tanpa senjata atau tanpa perlindungan. Carilah hal-hal yang berhubungan dengan Iblis yang ditunjukkan oleh Kristus - Matius 4:1-11; 12:24; 13:39; 25:41; Lukas 8:12; 10:18; Yohanes 8:44.
Garis Besar Intisari: Efesus (Pendahuluan Kitab) [1] SEBUAH PESAN UNTUK ORANG-ORANG KUDUS YANG SETIA DALAM YESUS KRISTUS DI
EFESUS Efe 1:1, 2
[2] WARISAN KITA SEBAGAI ORANG KRISTEN Efe 1:3-2:
[1] SEBUAH PESAN UNTUK ORANG-ORANG KUDUS YANG SETIA DALAM YESUS KRISTUS DI
EFESUS Efe 1:1, 2[2] WARISAN KITA SEBAGAI ORANG KRISTEN Efe 1:3-2:22
Efe 1:3-6 | Dipilih untuk suatu maksud |
Efe 1:7-14 | Diselamatkan untuk suatu maksud |
Efe 1:15-23 | Diterangi untuk suatu maksud |
Efe 2:1-10 | Dihidupkan untuk suatu maksud |
Efe 2:11-22 | Didamaikan untuk suatu maksud |
[3] SUATU MISTERI YANG DISINGKAPKAN Efe 3:1-21
Efe 3:1-6 | Orang-orang yang bukan Yahudi juga diikutsertakan |
Efe 3:7-12 | Pelayanan Paulus yang strategis |
Efe 3:13-21 | Pengertian penuh sangat penting |
[4] SIFAT GEREJA Efe 4:1-32
Efe 4:1-6 | Dipersatukan di dalam Roh |
Efe 4:7-12 | Diberkati dengan karunia-karunia Roh |
Efe 4:13-16 | Diperlengkapi untuk bertumbuh |
Efe 4:17-24 | Diperbarui ciri-cirinya |
Efe 4:25-32 | Diubahkan penampilannya |
[5] CIRI-CIRI, TINGKAH LAKU DAN KONFLIK KRISTEN Efe 5:1-6:24
Efe 5:1-20 | Mengikut Kristus |
Efe 5:21-6:9 | Hidup dengan sesama |
Efe 6:10-24 | Menghadapi musuh |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi