Teks -- Hakim-hakim 1:1-2 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Hak 1:1
Full Life: Hak 1:1 - SESUDAH YOSUA MATI.
Nas : Hak 1:1
Peristiwa-peristiwa yang tercatat di kitab ini mencakup waktu di
antara sekitar 1375 SM hingga 1050 SM, ketika Saul ditahbiskan menja...
Nas : Hak 1:1
Peristiwa-peristiwa yang tercatat di kitab ini mencakup waktu di antara sekitar 1375 SM hingga 1050 SM, ketika Saul ditahbiskan menjadi raja. Pada umumnya tiga belas hakim dihubungkan dengan kitab ini. Mereka itu adalah Otniel (Hak 3:7-11), Ehud (Hak 3:12-30), Samgar (Hak 3:31), Debora dan Barak (Hak 4:1-5:31), Gideon (Hak 6:1-8:35), Tola (Hak 10:1-2), Yair (Hak 10:3-5), Yefta (Hak 10:6-12:7), Ebzan (Hak 12:8-10), Elon (Hak 12:11-12), Abdon (Hak 12:13-15), dan Simson (Hak 13:1-16:31). Mereka terutama memimpin satu suku atau satu daerah dan bukan seluruh bangsa itu. Pelayanan beberapa hakim bertumpang tindih (bd. Hak 3:30-4:1).
Jerusalem -> Hak 1:1--2:5
Jerusalem: Hak 1:1--2:5 - -- Bagian pertama Hakim-hakim ini mengumpulkan beberapa catatan yang menghasilkan sebuah gambar menyeluruh tentang perebutan Tanah Suci. Tetapi gambar it...
Bagian pertama Hakim-hakim ini mengumpulkan beberapa catatan yang menghasilkan sebuah gambar menyeluruh tentang perebutan Tanah Suci. Tetapi gambar itu berbeda sekali dengan kesan yang diberikan kitab Yos 1-12. Menurut Hak 1 Tanah Suci direbut melalui berbagai serbuan yang dilontarkan masing-masing suku atau kelompok orang Israel tersendiri dan terlepas satu sama lain. Dan perebutan itu akhirnya jauh dari lengkap. Catatan-Catatan Hakim mengenai caranya orang Israel menetap di bagian selatan negeri Kanaan jauh lebih dekat dengan kenyataan historis dari pada apa yang dikatakan Yos 10. Dalam Hakim 1 terkumpul tradisi-tradisi Yahwista yang menonjolkan peranan suku Yehuda, bdk Hak 9 dan Hak 17. Tradisi-tradisi itu tidak dimanfaatkan waktu kitab Yosua disusun untuk pertama kalinya, oleh karena kurang sesuai dengan bagan kitab Yosua dan tidak cocok dengan maksud teologis penyusun. Beberapa dari tradisi-tradisi yang mula-mula disingkirkan, kemudian disisipkan ke dalam kitab Yosua waktu untuk kedua kalinya diterbitkan, misalnya Yos 14:6-15; 15:13-19. Penyusun hakim yang berhaluan tradisi Ulangan menyisipkan tradisi-tradisi tsb ke dalam kitabnya pula. Tetapi supaya jangan bertentangan dengan kitab Yosua penyusun Hakim berkata bahwa peristiwa-peristiwa itu terjadi setelah Yosua meninggal, Hak 1:1.
Ende -> Hak 1:1-36
Ende: Hak 1:1-36 - -- Meskipun dikatakan (Hak 1:1: sebangsa djudul), bahwa jang berikut ini
terdjadi setelah Josjua' wafat, namun pandangan sedjarah, jang membuka kitab
Hak...
Meskipun dikatakan (Hak 1:1: sebangsa djudul), bahwa jang berikut ini terdjadi setelah Josjua' wafat, namun pandangan sedjarah, jang membuka kitab Hakim2 ini, untuk sebagian memuat peristiwa dari djaman jang diuraikan kitab Josjua'. Nampaklah pendudukan Kena'an tidak terdjadi sekaligus dan oleh seluruh bangsa Israil, melainkan ber-angsur2 sadja dan oleh masing2 suku, malah kadang2 oleh masing2 marga. Kentara pula pendudukan ini tidak mengenjahkan atau membinasakan bangsa2 aseli, melainkan daerah tertentu sadja diduduki suku2 Israil, sedangkan bangsa2 aseli tetap memiliki daerahnja dan chususnja dataran dan kota2 (Hak 1:17,27-36). Bagian ini diambil si penjusun dari suatu dokumen lebih tua, jang telah dipakai kitab Josjua' (Hak 1:10-15 = Yos 15:13-19; 21 = Yos 15:63; 1:17 Yos 17:11-13).
Ref. Silang FULL: Hak 1:1 - Yosua mati // lebih dahulu // orang Kanaan · Yosua mati: Yos 24:29
· lebih dahulu: Bil 2:3-9; Bil 2:3 s/d 9; Hak 20:18; 1Raj 20:14
· orang Kanaan: Hak 1:27; Kej 10:18; Kej ...
Ref. Silang FULL: Hak 1:2 - Suku Yehudalah // dalam tangannya · Suku Yehudalah: Kej 49:10; Kej 49:10
· dalam tangannya: Hak 1:4; Hak 3:28; 4:7,14; 7:9
· Suku Yehudalah: Kej 49:10; [Lihat FULL. Kej 49:10]
· dalam tangannya: Hak 1:4; Hak 3:28; 4:7,14; 7:9
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Hak 1:1-8
Matthew Henry: Hak 1:1-8 - Suku Yehuda Menyerang Orang Kanaan; Penghukuman bagi Adoni-Bezek
Pasal ini memberi kita penjelasan terperinci tentang kemajuan yang dibuat oleh sejumlah suku Israel untuk menaklukkan Kanaan setelah kematian Yosua...
- Pasal ini memberi kita penjelasan terperinci tentang kemajuan yang dibuat oleh sejumlah suku Israel untuk menaklukkan Kanaan setelah kematian Yosua. Yosua, seperti kita katakan, benar-benar telah menyingkirkan hambatan terbesar dari pekerjaan yang agung itu, dan mendudukkan keadaannya dengan begitu rupa hingga bangsa Israel dapat dengan mudah menyempurnakan pekerjaan itu pada waktu yang semestinya, andai saja mereka sendiri tidak menjadi lemah. Apa yang mereka lakukan untuk mencapai semua itu, dan bagaimana mereka gagal mencapainya, dikisahkan kepada kita di sini.
- I. Gabungan antara suku Yehuda dan suku Simeon bertindak dengan gagah berani.
- 1. Allah menetapkan suku Yehuda untuk memulai peperangan (ay. 1-2).
- 2. Suku Yehuda mengajak suku Simeon untuk maju berperang bersamanya (ay. 3).
- 3. Mereka berhasil dalam upaya-upaya mereka menaklukkan Bezek (ay. 4-7), Yerusalem (ay. 8), Hebron dan Debir (ay. 9-15), Horma, Gaza, dan tempat-tempat lainnya (ay. 17-19).
- 4. Namun demikian, di tempat yang penduduknya mempunyai kereta-kereta besi, hati mereka menjadi kecut (ay. 19). Disebutkan pula mengenai orang Keni yang diam di antara mereka (ay. 16).
- II. Suku-suku lainnya, dibandingkan dengan kedua suku ini, bertindak seperti sekumpulan pengecut.
- 1. Suku Benyamin gagal (ay. 21).
- 2. Keturunan Yusuf berhasil mengatasi Betel (ay. 22-26), tetapi di tempat-tempat lain mereka tidak dapat memanfaatkan keuntungan-keuntungan yang mereka miliki, baik itu Manasye (ay. 27-28) maupun Efraim (ay. 29).
- 3. Suku Zebulon membiarkan orang Kanaan tetap hidup (ay. 30).
- 4. Suku Asyer membungkuk-bungkuk kepada orang Kanaan dengan lebih parah daripada suku-suku yang lain (ay. 31, 32).
- 5. Suku Naftali tidak dapat menduduki sepenuhnya sejumlah kota kepunyaannya (ay. 33).
- 6. Suku Dan didesak oleh orang Amori (ay. 34). Tidak ada penjelasan yang diberikan tentang suku Isakhar, ataupun tentang dua setengah suku yang lain di sisi timur sungai Yordan.
Suku Yehuda Menyerang Orang Kanaan; Penghukuman bagi Adoni-Bezek (1:1-8)
- Dalam perikop ini kita mendapati,
- I. Orang Israel meminta petunjuk kepada firman Allah tentang yang mana dari semua suku yang harus maju pertama kali untuk membersihkan negeri mereka dari orang Kanaan, dan untuk menggerakkan serta menyemangati suku-suku yang lain. Hal ini diperbuat sesudah Yosua mati. Semasa hidupnya, Yosualah yang mengarahkan mereka, dan semua suku mematuhinya, tetapi ketika ia mati, ia tidak meninggalkan penerus yang mempunyai wewenang yang sama seperti yang dimilikinya. Maka dari itu, orang Israel harus meminta petunjuk dari tutup dada pernyataan keputusan, dan menerima perintah dari situ. Sebab sama seperti Allah sendiri adalah Raja mereka, demikian pula Dia adalah Panglima balatentara mereka. Pertanyaan yang mereka ajukan adalah, siapakah yang harus lebih dahulu maju? (ay. 1). Pada masa ini, dapat kita duga, jumlah mereka sudah bertambah berkali-kali lipat hingga daerah-daerah yang mereka duduki mulai terlalu sempit bagi mereka, dan mereka harus mendesak seteru mereka keluar untuk memperoleh ruang. Sekarang mereka menanyakan tentang siapa yang harus pertama kali mengangkat senjata. Tidak tampak di sini apakah tiap-tiap suku berhasrat untuk menjadi yang pertama, dan dengan begitu berusaha mendapatkan kehormatan itu, ataukah mereka takut menjadi yang pertama, dan dengan begitu berusaha menolaknya. Akan tetapi, melalui kesepakatan bersama, perkara itu diajukan kepada Allah sendiri, yang merupakan pihak yang paling pantas untuk memberikan kehormatan dan juga menentukan pekerjaan.
- II. Allah menetapkan bahwa suku Yehuda harus maju terlebih dahulu, dan Allah menjanjikannya keberhasilan (ay. 2): “Telah Kuserahkan negeri itu ke dalam tangannya untuk diduduki, dan karena itu akan Kuserahkan musuh ke dalam tangannya, yang mencegahnya menduduki negeri itu, untuk dibinasakan.” Mengapa suku Yehuda harus menjadi yang pertama melaksanakan pekerjaan ini?
- 1. Yehuda merupakan suku yang terbesar dan terkuat, dan karena itu biarlah Yehuda memberanikan diri untuk maju pertama kali. Perhatikanlah, Allah menetapkan pekerjaan sesuai dengan kekuatan yang telah diberikan-Nya. Dari orang-orang yang paling mampulah sebagian besar pekerjaan diharapkan akan diselesaikan.
- 2. Yehuda merupakan suku yang terutama dalam kehormatan, sehingga harus menjadi yang terdepan dalam menjalankan tugas. Yehudalah yang harus dipuji oleh saudara-saudaranya, dan karena itu dialah yang harus menjadi pemimpin dalam pekerjaan-pekerjaan yang membahayakan. Biarlah beban kehormatan dan beban pekerjaan berjalan beriringan.
- 3. Yehuda merupakan suku yang pertama kali dilayani. Bagian undi pertama-tama keluar untuk Yehuda, dan karena itu Yehuda harus menjadi yang pertama kali bertempur.
- 4. Yehuda merupakan suku yang darinya Tuhan kita akan muncul, sehingga di dalam diri Yehuda, Kristus, yang adalah Singa dari suku Yehuda, berjalan di depan orang Israel. Kristus menjadi yang pertama kali bertempur melawan kuasa-kuasa kegelapan, dan mengalahkan mereka. Kenyataan ini akan menyemangati kita dalam setiap pertempuran kita. Dan di dalam Dialah kita lebih dari pada orang-orang yang menang. Amatilah, pekerjaan dan keberhasilan ditempatkan bersama-sama: “Suku Yehudalah yang harus maju. Biarkan ia melakukan bagiannya, maka ia akan mendapati bahwa telah Kuserahkan negeri itu ke dalam tangannya.” Pekerjaannya tidak akan berhasil kecuali Allah memberinya keberhasilan itu. Tetapi Allah tidak akan memberinya keberhasilan kecuali ia berjuang keras untuk melaksanakan pekerjaan itu.
- III. Sesudah itu, suku Yehuda bersiap untuk maju berperang, tetapi ia memohon kepada saudara dan tetangganya, yakni suku Simeon, yang bagian undinya jatuh di dalam bagian undi Yehuda, dan memang ditetapkan dari sana, untuk bergabung bersamanya (ay. 3). Cermatilah di sini,
- 1. Bahwa pihak yang paling kuat tidak boleh merendahkan, tetapi harus menginginkan bantuan bahkan dari pihak yang lebih lemah. Yehuda adalah suku yang terbesar dari semua suku Israel, sementara Simeon merupakan suku yang terkecil, namun demikian Yehuda memohonkan persahabatan Simeon, dan meminta pertolongannya. Kepala tidak dapat berkata kepada kaki, aku tidak membutuhkan engkau, karena kita semua adalah anggota yang seorang terhadap yang lain.
- 2. Orang yang memohonkan bantuan harus siap pula memberikan bantuan: Majulah bersama-sama dengan aku ke bagian yang telah diundikan kepadaku, maka aku pun akan maju bersama-sama dengan engkau ke bagian yang telah diundikan kepadamu. Sudah sepatutnya orang-orang Israel menolong satu sama lain melawan orang Kanaan. Dan segenap orang Kristen, bahkan yang berasal dari suku yang berbeda-beda, harus menguatkan satu sama lain untuk sama-sama melawan kepentingan-kepentingan kerajaan Iblis. Orang-orang yang saling membantu di dalam kasih seperti itu dapat berharap bahwa Allah dengan penuh rahmat akan membantu mereka semua.
- IV. Pasukan gabungan suku Yehuda dan suku Simeon maju ke medan perang: Majulah suku Yehuda (ay. 4), dan suku Simeon bersamanya (ay. 3). Kaleb, ada kemungkinan, menjadi panglima dalam serangan ini. Sebab siapakah yang sepantas Kaleb, yang mempunyai hikmat orang tua dan kekuatan orang muda, serta pengalaman usia tua dan keperkasaan usia muda (Yos. 14:10-11). Tampak juga, dari apa yang dikatakan selanjutnya (ay. 10-11), bahwa suku Yehuda belum menduduki bagian yang menjadi kepunyaannya. Berbahagialah mereka yang memiliki pemimpin seperti Kaleb, yang, sesuai namanya, berjuang dengan sepenuh hati. Sebagian penafsir berpendapat bahwa segenap orang Kanaan telah bergabung menjadi satu balatentara, balatentara yang menakutkan, ketika Israel meminta petunjuk kepada Allah tentang siapa yang harus maju dan berperang melawan mereka. Dan bahwa orang Kanaan mulai bergerak ketika mereka mendengar tentang kematian Yosua, yang namanya sudah begitu mengerikan bagi mereka. Akan tetapi, jika memang demikian, terbukti bahwa mereka hanya mengambil tindakan yang menghancurkan diri mereka sendiri.
- V. Allah memberi mereka keberhasilan yang luar biasa. Entah orang Israel yang menyerang seteru mereka, atau seteru mereka yang terlebih dahulu menyerbu mereka, TUHAN menyerahkan seteru mereka ke dalam tangan mereka (ay. 4). Meskipun balatentara Yehuda kuat dan pemberani, namun kemenangan itu dipandang berasal dari Allah: Dia menyerahkan orang Kanaan ke dalam tangan mereka. Setelah melimpahkan wewenang kepada suku Yehuda, Allah di sini melimpahkan kepada mereka kemampuan untuk menghancurkan seteru mereka. Ia memberi mereka kekuasaan, dan dengan demikian menguji ketaatan mereka kepada perintah-Nya, yakni untuk menumpas mereka sama sekali. Uskup Patrick mencermati dalam hal ini bahwa kita tidak menjumpai ungkapan-ungkapan keagamaan seperti itu pada para penulis yang tidak mengenal Allah, mengenai keberhasilan tentara mereka, seperti yang kita dapati di sini dan di bagian lain dalam sejarah suci ini. Saya harap pengakuan-pengakuan yang penuh kesalehan akan penyelenggaraan ilahi seperti itu tidak pudar pada masa ini dari banyak orang yang menyebut diri sebagai orang Kristen. Sekarang,
- 1. Dikisahkan bagaimana tentara Kanaan dipukul kalah di medan perang, di Bezek atau di dekatnya, tempat mereka membentuk barisan, yang di kemudian hari dijadikan Saul sebagai tempat berkumpulnya barisan Israel (1Sam. 11:8). Orang Israel menumpas sepuluh ribu orang Kanaan, dan hantaman ini, jika diteruskan, tidak bisa tidak pasti sangat melemahkan orang-orang yang memang sudah dibuat jatuh dengan sedemikian rendah.
- 2. Dikisahkan bagaimana raja mereka ditangkap dan dipermalukan. Nama raja itu adalah Adoni-Bezek, yang artinya tuan atas Bezek. Ada orang-orang yang menamai negeri kekuasaan mereka dengan nama mereka sendiri (Mzm. 49:12, KJV), tetapi di sini ada seorang raja dan sudah ada banyak raja lain, yang menyebut dirinya sendiri menurut nama negerinya. Adoni-Bezek ditangkap setelah peperangan usai, dan kepada kita dikisahkan bagaimana suku Yehuda memperlakukannya. Mereka memotong ibu jari tangannya, agar ia tidak bisa melawan, dan ibu jari kakinya, agar ia tidak bisa melarikan diri (ay. 6). Sesungguhnya, bersorak-sorak di atas orang yang sedang menderita, dan yang sepenuhnya berada dalam kekuasaan mereka seperti itu merupakan perbuatan yang biadab. Tetapi Adoni-Bezek adalah seorang yang dikhususkan untuk ditumpas, dan seorang yang dengan cara serupa telah berbuat semena-mena kepada orang lain, yang mungkin terdengar ke telinga suku Yehuda. Yosefus berkata, “Mereka memotong tangan dan kakinya,” karena ia mungkin menduga bahwa tindakan itu lebih mengakibatkan luka yang mematikan daripada sekadar memotong ibu jari tangan dan ibu jari kakinya. Akan tetapi, penghinaan yang ditimpakan suku Yehuda kepada Adoni-Bezek ini memaksanya mengakui kebenaran Allah (ay. 7). Di sini amatilah,
- (1) Betapa hebatnya sosok Adoni-Bezek ini dulu, betapa perkasanya ia di medan perang, di mana balatentara musuh lari dari hadapannya, dan betapa agungnya ia di tempat kediamannya, di mana para raja ditempatkan bersama-sama dengan anjing penjaga kambing dombanya. Sekalipun demikian, sekarang ia sendiri menjadi seorang tahanan, dan direndahkan sampai sedemikian hina dan tercela. Lihatlah betapa dunia ini sarat perubahan, dan betapa licinnya tempat-tempat yang tinggi di dalamnya. Janganlah orang-orang yang berada di tempat tertinggi merasa sombong, ataupun orang-orang yang terkuat merasa aman, karena mereka tidak tahu seberapa rendah mereka dapat jatuh sebelum ajal mereka tiba.
- (2) Betapa parahnya kehancuran-kehancuran yang telah ditimbulkannya di antara negeri-negeri tetangganya. Adoni-Bezek telah sepenuhnya menaklukkan tujuh puluh raja, dengan sedemikian rupa sehingga ia menjadikan mereka tahanannya. Pada waktu itu, orang yang menjadi pemimpin utama di suatu kota disebut seorang raja, dan tingginya gelar mereka hanya memperparah kehinaan mereka, dan mengobarkan kesombongan orang yang menjatuhkan penghinaan atas mereka. Kita tidak dapat menduga bahwa Adoni-Bezek menjadikan ketujuh puluh dari para pemimpin kecil-kecilan ini sebagai budaknya dalam waktu bersamaan. Tetapi pada intinya, di dalam masa pemerintahannya, ia telah menggulingkan dan melecehkan begitu banyak raja seperti itu, dan banyak di antaranya mungkin adalah para raja dari kota-kota yang sama yang telah menentang dia secara berturut-turut. Mereka telah diperlakukannya seperti itu untuk memuaskan khayalannya sendiri yang biadab dan sok berkuasa, dan untuk mendatangkan kengerian bagi raja-raja lain. Tampaknya orang Kanaan telah dilemahkan oleh banyak perang saudara, yang memakan begitu banyak korban jiwa di antara mereka sendiri, sehingga ini sangat memudahkan mereka untuk ditaklukkan bangsa Israel. “Yehuda,” menurut Dr. Lightfoot, “dengan menaklukkan Adoni-Bezek, sesungguhnya telah menaklukkan tujuh puluh raja.”
- (3) Betapa Adoni-Bezek dengan adil diperlakukan sama seperti ia telah memperlakukan orang lain. Demikianlah Allah yang maha benar ada kalanya, di dalam penyelenggaraan-Nya, membuat hukuman yang sesuai dengan dosanya, dan memperhatikan keseimbangan dalam penghakiman-penghakiman-Nya. Sang perusak akan dirusak, dan sang penggarong akan digarong (Yes. 33:1). Dan jika orang tidak berbelas kasihan, maka tidak akan ada belas kasihan untuk mereka (Yak. 2:13 dan Why. 13:10; 18:6).
- (4) Betapa dengan jujur Adoni-Bezek mengakui kebenaran Allah dalam hal ini. Sesuai dengan yang kulakukan itu, demikianlah dibalaskan Allah kepadaku. Lihatlah kuasa hati nurani, ketika Allah menggugahnya melalui penghakiman-penghakiman-Nya, bagaimana hati nurani mengingatkan orang akan dosa, dan mengakui keadilan Allah. Adoni-Bezek, yang dalam kesombongannya telah menentang Allah, sekarang tunduk kepada-Nya, dan mengingat raja-raja yang pernah berada di bawah mejanya dengan rasa sesal yang besar, sebesar rasa puas hatinya ketika ia menonton mereka di sana. Ia tampak mengakui bahwa ia diperlakukan dengan lebih baik daripada ia telah memperlakukan para tahanannya, karena meskipun orang Israel membuatnya cacat yaitu menurut hukum balas dendam, mata ganti mata, dan dengan begitu ibu jari ganti ibu jari, namun mereka tidak menempatkannya di bawah meja untuk diberi makan dari remah-remah makanan di sana. Sebab, walaupun membalas dendam bisa saja dipandang sebagai tindakan yang adil, namun menempatkan orang di bawah meja hanya menunjukkan kesombongan dan keangkuhan yang tidak patut dilakukan orang Israel.
- VI. Perhatian khusus diberikan tentang penaklukan Yerusalem (ay. 8). Para penerjemah Alkitab kita (dalam bahasa Inggris – pen.) menilai bahwa peristiwa yang dibicarakan dalam ayat ini mengacu kepada apa telah diperbuat sebelumnya pada masa kepemimpinan Yosua, dan hanya dituliskan kembali di sini karena Adoni-Bezek mati di sana. Oleh sebab itu, mereka membacanya sebagai berikut, “mereka telah berperang melawan Yerusalem,” dan menuliskan ayat ini sebagai sisipan. Akan tetapi, dalam bahasa aslinya, peristiwa tersebut dikatakan sebagai sesuatu yang terjadi pada saat ini, dan tampaknya inilah yang paling tepat karena dikatakan bahwa penaklukan itu dilakukan oleh bani Yehuda secara khusus, bukan oleh seluruh Israel secara umum, yang diperintah oleh Yosua. Yosua memang menaklukkan dan membunuh Adoni-Zedek, raja Yerusalem (Yos. 10), tetapi kita tidak membaca pada pasal tersebut bahwa Yosua merebut kota Yerusalem. Ada kemungkinan, pada waktu Yosua sedang melancarkan upaya-upaya penaklukannya di tempat lain, Adoni-Bezek ini, seorang pemimpin di negeri tetangga, datang dan menduduki Yerusalem. Setelah Israel menaklukkan Adoni-Bezek di medan perang, kota itu pun jatuh ke tangan mereka. Mereka menumpas penduduknya, kecuali orang-orang yang mundur ke dalam benteng pertahanan dan bertahan di sana sampai masa kepemimpinan Daud. Bani Yehuda memusnahkan kota itu dengan api, sebagai tanda kejijikan mereka terhadap penyembahan berhala yang sudah benar-benar menjangkiti kota itu. Namun ada kemungkinan bahwa mereka tidak memusnahkan Yerusalem sampai sehabis-habisnya, tetapi meninggalkan tempat-tempat kediaman yang nyaman untuk sebanyak mungkin orang yang harus mereka tempatkan untuk mendudukinya.
SH: Hak 1:1-36 - Teruskan perjuangan. (Rabu, 1 Oktober 1997) Teruskan perjuangan.
Yosua sudah mati, namun rencana Allah tidak boleh terhenti. Allah menegaskan kepada suku Yehuda bahwa mereka harus maju memerang...
Teruskan perjuangan.
Yosua sudah mati, namun rencana Allah tidak boleh terhenti. Allah menegaskan kepada suku Yehuda bahwa mereka harus maju memerangi orang Kanaan. Memang Tuhan menjanjikan kemenangan (ayat 2), tetapi janji itu tidak didapat dengan bersantai-santai. Janji kemenangan itu harus mereka sambut dengan cara meraihnya dalam perjuangan. Iman tidak membuang upaya, tetapi membangkitkan dan bejalan bersama. Iman yang diiringi dengan ketaatan menghasilkan kemenangan yang menakjubkan.
Mau enaknya saja. Beberapa suku Israel lainnya tidak mengikuti teladan Yehuda dan Simeon. Mereka tidak menghalau penduduk kota-kota Kanaan. Mereka mau menerima pemberian Allah (tanah Kanaan), tetapi tidak bersedia menaati kehendak-Nya. Padahal firman Allah itu bertujuan untuk melindungi dan menyelamatkan mereka agar sebagai umat pilihan Allah mereka tidak berbaur dengan para penyembah berhala. Di dalam Kristus Allah telah memberikan kita janji-janji kekal melalui korban-Nya di kayu salib. Hanya kepatuhan membuat kita mantap bahwa kita ada di dalam jalan kehendak Allah.
Renungkan: Iman kepada janji Allah akan mendorong kita aktif bertindak dalam ketaatan.
Doa: Ajar kami menyambut berkat-Mu dalam iman dan ketaatan.
SH: Hak 1:1-20 - Strategi peperangan (Selasa, 15 April 2008) Strategi peperangan
Didalam peperangan, diperlukan suatu strategi agar kemenangan dapat
diraih. Baik perang jasmani, apalagi perang rohani. Isra...
Strategi peperangan
Didalam peperangan, diperlukan suatu strategi agar kemenangan dapat diraih. Baik perang jasmani, apalagi perang rohani. Israel menghadapi tugas berperang yang bukan hanya jasmani semata, tetapi juga rohani. Oleh karena itu mereka memerlukan juga penyertaan Tuhan.
Israel memulai dengan baik. Mereka mencari pimpinan Tuhan dan Tuhan menjanjikan penyertaan-Nya (ayat 1-2). Israel berperang dengan strategi. Suku Yehuda yang lebih dahulu diperintahkan Tuhan untuk berperang, mengajak suku Simeon untuk bekerja sama (ayat 3). Bahkan kita melihat kaum Keni, dari keturunan ipar Musa, ikut membantu peperangan (ayat 16). Ini merupakan strategi perang yang baik sekali. Dengan bekerja sama maka pekerjaan berat menjadi ringan. Alangkah indahnya kalau anak-anak Tuhan ketika harus menghadapi tantangan iman, tidak berjuang sendirian tetapi bersama dengan saudara seiman saling menguatkan dan menopang.
Strategi kedua yang dijalankan suku Yehuda adalah dengan memercayakan peperangan pada pemimpin yang tangguh dan berdedikasi. Yehuda memiliki Kaleb, tokoh tua sepantar almarhum Yosua. Ia masih gagah untuk memimpin Yehuda menduduki wilayah demi wilayah yang menjadi hak Yehuda. Yehuda juga memiliki tokoh muda, seperti Otniel, keponakan Kaleb. Dengan keperkasaannya, sebagian wilayah musuh pun ditaklukkan. Inilah strategi yang baik, menggunakan secara tepat kemampuan yang dimiliki orang-orang tertentu.
Wilayah pegunungan sudah tuntas ditaklukkan. Namun ternyata di wilayah lembah masih ada musuh yang bertahan (ayat 19). Ini mengingatkan kita bahwa peperangan rohani itu tidak boleh berhenti sebelum tuntas. Tuhan pasti menyertai, strategi baik pasti membantu, tetapi ketekunan dan kerja keras tetap menjadi tanggung jawab setiap anak Tuhan dalam peperangan rohaninya. Oleh karena itu, setiap anak Tuhan harus memanfaatkan maksimal karunia dan talenta untuk pekerjaan Tuhan.
SH: Hak 1:1-36 - Tetap bersandar pada Tuhan (Kamis, 15 Agustus 2013) Tetap bersandar pada Tuhan
Bersandar pada Tuhan adalah kunci kemenangan di dalam hidup. Formula ini berlaku sepanjang masa, baik pada masa sekarang j...
Tetap bersandar pada Tuhan
Bersandar pada Tuhan adalah kunci kemenangan di dalam hidup. Formula ini berlaku sepanjang masa, baik pada masa sekarang juga masa lalu.
Bangsa Israel pernah dipimpin Musa, seorang pemimpin besar yang hidupnya bersandar pada Tuhan. Musa digantikan Yosua, yang juga hidup bersandar pada pimpinan Tuhan. Dengan matinya Yosua, bangsa Israel harus belajar bersandar pada Tuhan tanpa diperantarai seorang pemimpin, seperti Musa atau Yosua.
Bangsa Israel memang mengikuti teladan Musa dan Yosua dalam hal bertanya kepada Tuhan (1), tetapi mereka kurang setia dalam menaati perintah-Nya. Sehingga keberhasilan Israel memasuki tanah perjanjian, tidak diiringi keberhasilan memusnahkan bangsa Kanaan seperti yang Tuhan inginkan (Kel. 23:23, 24; Ul. 12:2). Ketika bertemu Adoni Bezek, mereka tidak membunuh dia, melainkan hanya memotong ibu jari tangan dan kakinya saja (4-6). Ketidaktaatan yang seakan remeh ini kemudian menjadi semacam pola bagi upaya pembasmian bangsa Kanaan di daerah lain.
Satu demi satu suku Israel gagal memenuhi perintah Tuhan untuk memusnahkan bangsa Kanaan yang merupakan pemuja berhala. Malah ada suku Israel yang memanfaatkan orang Kanaan untuk keuntungan mereka (28), ada pula yang hidup bersama-sama dengan orang Kanaan itu (29, 32, 33). Semangat penaklukan yang dulu dibawa oleh Yosua kini telah jauh melunak dan bangsa Israel pun tampaknya sudah melupakan perintah Tuhan yang dinyatakan kepada Abraham untuk memiliki tanah Kanaan. Kitab Hakim-hakim ini kemudian memberi kesaksian bahwa kegagalan bangsa Israel kemudian membawa berbagai kesulitan bagi mereka sendiri.
Ada kalanya kita pun memiliki semangat mula-mula yang begitu besar untuk mengasihi Allah dan taat pada-Nya. Namun seiring dengan perjalanan kehidupan yang penuh tantangan dan cobaan, kita sering kali jadi terlalu takut atau menjadi terlalu tertarik pada cobaan yang ada di depan kita. Kitab Hakim-hakim mengajar kita tentang pentingnya selalu bersandar pada Tuhan dalam segala situasi.
SH: Hak 1:1-36 - Memerangi Musuh Kehidupan (Selasa, 14 Juli 2020) Memerangi Musuh Kehidupan
Usia permusuhan dan konflik mungkin sudah setua keberadaan manusia. Bentuknya pun beragam, mulai dari perang terbuka dan me...
Memerangi Musuh Kehidupan
Usia permusuhan dan konflik mungkin sudah setua keberadaan manusia. Bentuknya pun beragam, mulai dari perang terbuka dan memakan banyak korban sampai perang dingin yang saling melempar propaganda demi kepentingan tertentu. Sebenarnya, dua bentuk konflik ini, baik langsung atau tidak, pasti pernah kita alami.
Bangsa Israel adalah bangsa yang dipilih dan diberkati Allah. Walaupun begitu, bukan berarti hidup mereka enak dan lancar-lancar saja. Mereka pun masih harus berhadapan dengan musuh-musuh, salah satunya adalah bangsa Kanaan yang merasa terancam atas kehadiran mereka. Pada masa itu, Israel adalah bangsa yang belum memiliki tempat tinggal tetap. Inilah sebabnya, mereka harus berjuang dan berperang agar mempunyai tanah untuk ditempati. Situasi kian pelik karena Yosua, sang pemimpin mereka, sudah tiada.
Akan tetapi, mereka tidak larut dalam dukacita. Mereka tidak hilang semangat dan putus asa dalam perjuangan yang belum selesai. Dalam situasi itu, mereka bertanya kepada Sang Pemimpin Agung, yakni Allah. Akhirnya, dengan pimpinan Tuhan, mereka maju berperang. Satu demi satu suku yang menempati tanah perjanjian dihalau. Setapak demi setapak tanah yang diperjuangkan bisa diduduki.
Kendala kehidupan tidak selalu berupa ancaman fisik belaka. Akan tetapi, banyak hal dalam kehidupan ini yang dapat mematikan kehidupan rohani, melemahkan batin, menghilangkan damai sejahtera, dan membatasi kemerdekaan kita. Bisa saja masalah itu muncul dalam rupa persoalan ekonomi, pekerjaan, relasi, kesehatan, pendidikan dan hal-hal lain. Dalam situasi seperti itu, kita bisa meminta tolong kepada orang lain, seperti orang tua, pendeta, dan lainnya. Namun, mereka bukan jaminan bahwa jawaban akan segera tersedia.
Walaupun begitu, kita tidak sendirian. Kita mempunyai Pemimpin Agung, yakni Allah. Ia adalah tempat penguatan kita yang sempurna. Apa pun persoalan yang muncul, kita mampu menghadapinya dengan kuat karena Tuhan yang senantiasa memimpin kita. [KAP]
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Hakim-hakim (Pendahuluan Kitab) Penulis : Tidak Diketahui
Tema : Kemurtadan dan Pembebasan
Tanggal Penulisan: Sekitar tahun 1050 -- 1000 SM
Latar Belakang
Kit...
Penulis : Tidak Diketahui
Tema : Kemurtadan dan Pembebasan
Tanggal Penulisan: Sekitar tahun 1050 -- 1000 SM
Latar Belakang
Kitab Hakim-Hakim menjadi mata rantai utama sejarah di antara zaman Yosua dengan zaman raja-raja Israel. Periode para hakim mulai dari sekitar tahun 1375 sampai 1050 SM, ketika Israel masih merupakan perserikatan suku-suku. Kitab ini memperoleh namanya dari berbagai tokoh yang secara berkala dibangkitkan Allah untuk memimpin dan membebaskan orang Israel setelah mereka mundur dan ditindas oleh bangsa-bangsa tetangga. Para hakim (berjumlah 13 dalam kitab ini) datang dari berbagai suku dan berfungsi sebagai panglima perang dan pemimpin masyarakat; banyak yang pengaruhnya terbatas pada sukunya sendiri, sedangkan beberapa orang memimpin seluruh bangsa Israel. Samuel, yang pada umumnya dipandang sebagai hakim terakhir dan nabi yang pertama tidak termasuk dalam kitab ini.
Penulis kitab ini tidak jelas. Kitab ini sendiri menunjukkan kerangka waktu berikut mengenai saat penulisannya:
- (1) penulisannya terjadi setelah tabut perjanjian dipindahkan dari Silo pada masa Eli dan Samuel (Hak 18:31; Hak 20:27; bd. 1Sam 4:3-11);
- (2) penulis yang sering menyebut masa hakim-hakim sebagai "zaman itu tidak ada raja" (Hak 17:6; Hak 18:1; Hak 19:1; Hak 21:25) memberi kesan bahwa kerajaan Israel sudah berdiri ketika kitab ini ditulis;
- (3) Yerusalem belum direbut dari suku Yebus (Hak 1:21; bd. 2Sam 5:7). Ketiga petunjuk ini menunjukkan bahwa kitab ini diselesaikan sesaat sesudah Raja Saul naik takhta (sekitar 1050 SM), tetapi sebelum Raja Daud menaklukkan Yerusalem (sekitar 1000 SM). Talmud Yahudi mengaitkan asal-usul kitab ini dengan Samuel.
Yang pasti ialah: kitab ini mencatat dan menilai masa para hakim dari segi perjanjian (mis. Hak 2:1-5). Musa sudah menubuatkan bahwa penindasan oleh bangsa-bangsa asing akan menimpa bangsa Israel sebagai salah satu kutukan Allah jikalau mereka menyimpang dari perjanjian (Ul 28:25,33,48). Kitab Hakim-Hakim menggarisbawahi kenyataan nubuat tersebut dalam sejarah.
Tujuan
Dari segi sejarah, Hakim-Hakim memberikan catatan utama sejarah Israel di tanah perjanjian sejak kematian Yosua hingga masa Samuel. Dari segi teologi, kitab ini mengungkapkan kemerosotan rohani dan moral dari suku-suku Israel setelah menetap di negeri itu, serta menunjukkan dengan jelas dampak-dampak yang merugikan yang senantiasa terjadi apabila Israel melupakan perjanjian mereka dengan Allah dan mulai mengikuti berhala dan kebejatan.
Survai
Hakim-Hakim terbagi atas tiga bagian utama.
- (1) Bagian pertama (Hak 1:1--3:6) mencatat kegagalan Israel untuk menyelesaikan sepenuhnya penaklukan negeri itu dan kemerosotan mereka setelah kematian Yosua.
- (2) Bagian kedua (Hak 3:7--16:31) merupakan bagian utama kitab ini. Bagian ini mencatat enam contoh dari pengalaman Israel yang terulang pada masa hakim-hakim yang mencakup siklus kemurtadan, penindasan oleh bangsa asing, perbudakan, berseru kepada Allah di tengah kesusahan, dan pembebasan oleh Allah melalui para pemimpin yang diurapi Roh-Nya. Di antara ke-13 hakim itu (semua tercakup dalam bagian kitab ini), yang paling dikenal adalah Debora dan Barak (sebagai suatu regu), Gideon, Yefta, dan Simson (bd. Ibr 11:32).
- (3) Bagian ketiga (Hak 17:1--21:25) menutup dengan kisah-kisah yang hidup dari zaman hakim-hakim yang menggambarkan betapa dalamnya kerusakan moral dan sosial yang diakibatkan kemurtadan rohani Israel. Kitab ini mengingatkan kita bahwa satu-satunya pelajaran yang kita tarik dari sejarah ialah bahwa kita tidak belajar dari sejarah.
Ciri-ciri Khas
Enam ciri utama menandai kitab ini.
- (1) Kitab ini mencatat aneka peristiwa dari sejarah Israel yang bergolak di antara penaklukan Palestina dan permulaan zaman kerajaan.
- (2) Kitab ini menggarisbawahi tiga kebenaran yang sederhana namun mendalam:
- (a) menjadi umat Allah berarti bahwa Allah harus menjadi Raja dan Tuhan umat-Nya;
- (b) dosa selalu menghancurkan umat Allah; dan
- (c) ketika umat Allah merendahkan diri mereka, berdoa, dan berbalik dari cara hidup mereka yang jahat, Dia akan mendengar dari sorga dan memulihkan negeri mereka (bd. 2Taw 7:14).
- (3) Kitab ini menekankan bahwa setiap kali Israel kehilangan identitas sebagai umat perjanjian di bawah pemerintahan Allah, mereka berulang-ulang terjerumus ke dalam lingkaran kekacauan rohani, moral, dan sosial dengan akibat "setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri" ; bd. Hak 17:6).
- (4) Kitab ini menyatakan beberapa pola yang berulang kali terjadi dalam sejarah umat Allah di bawah kedua perjanjian:
- (a) jika umat Allah tidak mempersembahkan seluruh hati mereka kepada-Nya dalam kasih yang taat dan kewaspadaan rohani yang tekun, hati mereka menjadi keras dan tidak peka terhadap Allah, mengarah kepada kemunduran dan akhirnya kemurtadan;
- (b) Allah panjang sabar dan manakala umat-Nya berseru dalam pertobatan, Ia bermurah hati untuk memulihkan mereka dengan membangkitkan orang-orang yang diurapi dan dikuasai Roh Kudus untuk membebaskan mereka dari hukuman dosa yang menindas; dan
- (c) para pemimpin yang diurapi yang dipakai Allah untuk membebaskan umat-Nya sering kali menjadi rusak sendiri karena kekurangan yang mendasar dalam kerendahan hati, watak, atau kebenaran.
- (5) Keenam siklus utama dalam kitab ini yang meliputi kemurtadan, penindasan, penderitaan, dan pembebasan semua bermula dengan cara yang sama; "orang Israel melakukan apa yang jahat di mata Tuhan" (mis. Hak 2:11; Hak 3:7).
- (6) Kitab ini menyatakan bahwa Allah memakai bangsa-bangsa asing yang lebih jahat daripada umat-Nya sendiri untuk menghukum umat-Nya itu karena dosa-dosa mereka dan menuntun mereka kepada pertobatan dan kebangunan rohani. Hanya campur tangan Allah inilah yang melindungi bangsa Israel sehingga tidak ditelan seluruhnya oleh penyembahan berhala di sekitar mereka.
Penggenapan Dalam Perjanjian Baru
Kitab Hakim-Hakim menyatakan suatu prinsip ilahi yang abadi: ketika Allah memakai orang dengan luar biasa dalam pelayanan-Nya, Roh Tuhan turun ke atasnya (Hak 3:10; bd. Hak 6:34; Hak 11:29; Hak 14:6,19; Hak 15:14). Pada permulaan pelayanan Yesus, Roh Kudus turun keatas-Nya ketika Ia dibaptis (Mat 3:16; Luk 3:21-22). Sebelum naik kepada Bapa, Yesus memerintahkan murid-murid-Nya untuk menantikan karunia yang dijanjikan Bapa -- yaitu, Roh Kudus (Kis 1:4-5); alasan yang diberikan-Nya ialah bahwa mereka akan menerima kuasa ketika Roh Kudus turun atas mereka (Kis 1:8; bd. Hak 4:33). Di bawah kedua perjanjian, cara Allah untuk mengalahkan musuh dan memajukan kerajaan-Nya ialah dengan memakai daya, kekuatan, dan kuasa Roh Kudus yang bekerja melalui bejana-bejana manusiawi yang berserah dan taat kepada-Nya.
Full Life: Hakim-hakim (Garis Besar) Garis Besar
I. Ketidaktaatan dan Kemurtadan Israel Diperkenalkan
(Hak 1:1-3:6)
A. Israel Gagal Membersihkan Kanaan
...
Garis Besar
- I. Ketidaktaatan dan Kemurtadan Israel Diperkenalkan
(Hak 1:1-3:6) - A. Israel Gagal Membersihkan Kanaan
(Hak 1:1-2:5) - B. Israel Mengalami Kemerosotan
(Hak 2:6-3:6) - II. Sejarah Penindasan Israel dan Pembebasan oleh Hakim-Hakim
(Hak 3:7-16:31) - A. Penindasan Aram-Mesopotamia/Pembebasan oleh Otniel
(Hak 3:7-11) - B. Penindasan oleh Moab/Pembebasan oleh Ehud
(Hak 3:12-30) - C. Penindasan oleh Filistin/Pembebasan oleh Samgar
(Hak 3:31) - D. Penindasan oleh Kanaan/Pembebasan oleh Debora-Barak
(Hak 4:1-5:31) - E. Penindasan oleh Midian/Pembebasan oleh Gideon
(Hak 6:1-8:35) - F. Masa-masa Sulit di Bawah Abimelekh, Tola, dan Yair
(Hak 9:1-10:5) - G. Penindasan oleh Amon/Pembebasan oleh Yefta
(Hak 10:6-12:7) - H. Hakim-Hakim Kecil: Ebzan, Elon, dan Abdon
(Hak 12:8-15) - I. Penindasan oleh Filistin/Kehidupan Simson
(Hak 13:1-16:31) - 1. Kelahiran dan Panggilan Simson
(Hak 13:1-25) - 2. Pernikahan Simson dengan Orang Tidak Beriman
(Hak 14:1-20) - 3. Perbuatan-Perbuatan Gagah Simson
(Hak 15:1-20) - 4. Kejatuhan dan Pemulihan Simson
(Hak 16:1-31) - III.Berbagai Ilustrasi Kekacauan Rohani, Moral, dan Sosial di Israel
(Hak 17:1-21:25) - A. Penyembahan Berhala
(Hak 17:1-18:31) - 1. Contoh Penyembahan Berhala Pribadi
(Hak 17:1-13) - 2. Contoh Penyembahan Berhala Kesukuan
(Hak 18:1-31) - B. Kebejatan
(Hak 19:1-30) - 1. Contoh Kebejatan Pribadi
(Hak 19:1-9) - 2. Contoh Kebejatan Kesukuan
(Hak 19:10-30) - C. Sengketa Antara Suku
(Hak 20:1-21:25)
Matthew Henry: Hakim-hakim (Pendahuluan Kitab)
Kitab ini dalam bahasa Ibrani disebut Syefer Syoftim, yaitu Kitab Hakim-hakim, yang dalam Alkitab terjemahan bahasa Aram dan bahasa Arab lebih dipe...
- Kitab ini dalam bahasa Ibrani disebut Syefer Syoftim, yaitu Kitab Hakim-hakim, yang dalam Alkitab terjemahan bahasa Aram dan bahasa Arab lebih diperinci dan disebut sebagai Kitab Hakim-hakim dari Anak-anak Israel. Oleh karena penghakiman-penghakiman atas bangsa itu bersifat khusus, maka demikian pula dengan hakim-hakimnya, yang tugas jabatannya jauh berbeda dari tugas jabatan para hakim bangsa-bangsa lain. Septuaginta hanya memberinya judul Kritai, yang artinya Hakim-hakim. Kitab ini berisi sejarah kewargaan Israel, pada masa pemerintahan hakim-hakim mulai dari Otniel hingga Eli, sebanyak yang dipandang Allah patut untuk diteruskan kepada kita. Menurut perhitungan Dr. Lightfoot, di dalamnya termuat riwayat selama 299 tahun. Mulai dari Otniel dari suku Yehuda yang menjadi hakim selama empat puluh tahun. Lalu Ehud dari suku Benyamin selama delapan puluh tahun. Barak dari suku Naftali selama empat puluh tahun. Gideon dari suku Manasye selama empat puluh tahun. Abimelekh putra Gideon selama tiga tahun. Tola dari suku Isakhar selama dua puluh tiga tahun. Yair dari suku Manasye selama dua puluh dua tahun. Yefta dari suku Manasye selama enam tahun. Ebzan dari suku Yehuda selama tujuh tahun. Elon dari suku Zebulon selama sepuluh tahun. Abdon dari suku Efraim selama delapan tahun, hingga Samson dari suku Dan selama dua puluh tahun. Jadi, seluruhnya berjumlah 299 tahun. Mengenai tahun-tahun perhambaan Israel, mengingat Eglon dikatakan menindas mereka selama delapan belas tahun dan Yabin selama dua puluh tahun, dan begitu pula dengan beberapa raja lain, tahun-tahun perhambaan mereka itu terhitung dalam sebagian tahun kepemimpinan para hakim atau sebagian tahun yang lain. Hakim-hakim itu tampak berasal dari delapan suku yang berbeda-beda. Demikianlah kehormatan itu tersebar, sampai pada akhirnya berpusat pada Yehuda. Eli dan Samuel, dua hakim yang tidak tercantum di dalam kitab ini, berasal dari suku Lewi. Tampaknya tidak ada hakim yang berasal dari suku Ruben, Simeon, Gad, atau Asyer. Riwayat hakim-hakim ini secara berurutan dikisahkan di dalam kitab ini sampai akhir pasal 16. Kemudian dalam lima pasal terakhir, kita mendapati penjelasan tentang sejumlah peristiwa tertentu yang patut diingat, yang terjadi, seperti halnya kisah Rut (Rut 1:1), pada zaman para hakim memerintah, tetapi tidak pasti pada zaman hakim yang mana. Namun demikian, peristiwa-peristiwa tersebut dikumpulkan bersama-sama pada akhir kitab ini, agar jalannya sejarah itu secara umum tidak terputus. Nah, mengenai keadaan seluruh rakyat Israel pada masa itu,
- I. Mereka dalam kitab ini tidak terlihat mempunyai tabiat yang seagung atau sebaik seperti yang mungkin diharapkan orang untuk bangsa yang istimewa seperti itu, yang diperintah oleh hukum-hukum yang baik seperti itu dan diperkaya oleh janji-janji yang luhur seperti itu. Kita mendapati mereka menjadi bobrok secara menyedihkan, dan ditindas secara mengenaskan oleh bangsa-bangsa di sekitar mereka. Dan dalam seluruh kitab ini, entah itu dalam peperangan atau pemerintahan, sama sekali tidak dijumpai tindakan mereka yang menonjol yang sepadan dengan masuknya mereka secara gilang-gemilang ke Kanaan. Apa tanggapan kita mengenai hal ini? Allah dengan ini hendak menunjukkan kepada kita ketidaksempurnaan yang patut disesalkan dari semua orang dan segala sesuatu yang ada di bawah matahari, supaya kita dapat menantikan dengan penuh pengharapan kekudusan dan kebahagiaan yang utuh di dunia yang lain, dan bukan di dunia ini. Namun demikian,
- II. Kita dapat berharap bahwa, walaupun penulis kitab ini sebagian besar berbicara panjang lebar tentang tindakan-tindakan bangsa Israel yang menyulut murka Allah dan kesusahan-kesusahan mereka, namun wajah agama tetap terpelihara di negeri itu. Dan, meskipun ada beberapa di antara mereka yang terseret ke dalam penyembahan berhala, namun ibadah di Kemah Suci menurut hukum Musa tetap terjaga, dan ada banyak orang yang mengikutinya. Para penulis sejarah tidak banyak mencatat tentang jalannya keadilan dan perdagangan sehari-hari dalam suatu bangsa, sebab mereka menerimanya begitu saja, tetapi hanya menuliskan tentang peperangan dan kekacauan yang terjadi. Tetapi pembaca harus memberi perhatian pada jalannya keadilan dan perdagangan sehari-hari itu, untuk mengimbangi hitamnya peperangan dan kekacauan tersebut.
- III. Tampak bahwa pada masa ini tiap suku memiliki pemerintahannya masing-masing, dan bertindak sendiri-sendiri tanpa ada satu pemimpin atau badan pemerintahan bersama, sehingga timbul banyak perbedaan di antara mereka sendiri, dan membuat mereka sulit untuk menjadi atau berbuat sesuatu yang luar biasa.
- IV. Pemerintahan para hakim tidak berlangsung secara terus-menerus, melainkan hanya sekali-sekali. Ketika dikatakan bahwa setelah kemenangan Ehud amanlah tanah itu delapan puluh tahun lamanya, dan setelah kemenangan Barak empat puluh tahun lamanya, tidak jelas apakah keduanya hidup, apalagi memerintah, selama tahun-tahun tersebut. Tetapi mereka dan para hakim yang lain telah dibangkitkan dan digerakkan oleh Roh Allah untuk melaksanakan pekerjaan tertentu bagi rakyat Israel ketika ada kebutuhan untuk itu, yakni untuk membalaskan dendam Israel kepada musuhnya dan membersihkan Israel dari penyembahan berhala. Inilah dua perkara yang terutama dimaksudkan ketika dikatakan bahwa mereka memerintah sebagai hakim atas Israel. Namun demikian Deborah, sebagai seorang nabiah, sudah didatangi oleh segenap orang Israel yang hendak berhakim kepadanya, sebelum ada kebutuhan bagi keterlibatannya dalam perang (4:4).
- V. Selama masa pemerintahan para hakim, Allah menjadi raja Israel secara lebih istimewa. Demikianlah yang dikatakan Samuel kepada bangsa Israel ketika mereka menetapkan hati untuk menanggalkan bentuk pemerintahan ini (1Sam. 12:12). Allah hendak menguji apakah hukum dan ketetapan-ketetapan-Nya sendiri akan membuat bangsa Israel tetap hidup menurut aturan, dan terbukti bahwa ketika tidak ada raja di antara orang Israel, setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri. Oleh karena itu, mendekati penghujung masa ini, Allah membuat pemerintahan hakim-hakim lebih berkesinambungan dan mencakup segala sesuatu daripada waktu pertama kali, dan pada akhirnya memberi mereka Daud, seorang raja yang berkenan di hati-Nya. Pada masa pemerintahan Daud, dan tidak sebelumnya, Israel mulai berkembang pesat. Kenyataan ini harus membuat kita sangat bersyukur atas kehadiran para pemimpin, baik itu pemimpin tertinggi maupun bawahannya, karena mereka adalah hamba Allah untuk kebaikan kita. Empat dari hakim-hakim Israel dimasukkan ke dalam daftar orang-orang beriman (Ibr. 11:32), yaitu Gideon, Barak, Simson, dan Yefta. Cendekiawan Uskup Patrick berpendapat bahwa nabi Samuel adalah penulis kitab ini.
Ende: Hakim-hakim (Pendahuluan Kitab) HAKIM-HAKIM
PENDAHULUAN
Kitab “Hakim2” mendapat namanja dari tokoh2 jang memainkan peranan utama dalam
kisah jang dikumpulkan dalam kitab ini.sedj...
HAKIM-HAKIM
PENDAHULUAN
Kitab “Hakim2” mendapat namanja dari tokoh2 jang memainkan peranan utama dalam kisah jang dikumpulkan dalam kitab ini.sedjak dulu kala kata Hibrani jang menjatakan nama mereka itu, diterdjemahkan dengan kata ”hakim2”; tetapi sebutan ini tidak seluruhnja sesuai dengan fungsi jang mereka djalankan. Selain tokoh nabiah Debora (4, 4-5), “hakim2” itu tidak mempunjai tugas resmi dalam hal peradilan. Mereka adalah terutama pedjuang dan pahlawan perang dan disebut pula dengan istilah “penjelamat” (2, 16; 3, 9. 15), hal mana sesungguhnja lebih bersesuaian dengan peranan , jang dimainkan mereka. Didalam sungguhnja lebih bersesuaian dengan peranan, jang dimainkan mereka. Didalam keadaan2 darurat mereka itu dipanggil langsung oleh Allah dan diilhami serta dibimbing oleh roh dan kekuatanNja, untuk menjelamatkan Israil atau sebagian dari penindas2. Tokoh Sjimsjon jang agak gandjil itu tampilseorang diri benar2 dan sama sekali tidakdapat dinamakan pemimpin rakjatdalam arti manapun djua. Namun demikian, iapun adalah seorang “hakim” (16, 31).dari seluruh kitab itu djelaslah kiranja, bahwa tokoh2 tersebut tidak disebut “hakim” dalam arti kata jang lazim. Mereka itu terutama adalah utusan Jahwe jang berkarunia, untuk bertindak atas namaNja. Dalam banjak hal mereka sama dengan para nabi. Tetapi kalau nabi2 itu diutus untuk berbitjara atas nama Jahwe, maka “hakim2” itu diutus untuk bertindak atas namaNja. Karunia atau charisma inilah jang merupakan tjiri chasnja. Si perebut kekuasaan, Abimelek tidak disebut “hakim”, tetapi “penguasa” (9, 22). Sebaliknja, beberapa tokoh dari antara mereka itu (Gide’on, Jeftah), memperlihatkan suatu ketjondongan jang amat kuat, untuk beralih dari panggilan charismatisnja kesuatu kekuasaan jang stabil, hal mana dengan sendirinja mengandung suatu peradilan jang teratur. Tetapi unsur ini rupa2nja tidak tertjantum dalam djabatan “hakim” menurut logat kitab Hakim2. Namun demikian, “hakim” sebagai utusan Jahwe memberikan keadilan kepada umatNja, dengan membebaskannja dari penindasan, hal mana berarti “hukuman” bagi para penindas. Perhubungan2 hukum antara umat dan Jahwe serta antara Israil dan musuh2nja, jang diperkosa itu dipulihkan oleh mereka dan dalam arti demikian pengertian “hakim”tidaksamasekali asing pada fungsi charismatis mereka. Boleh djadi dengan alasan itu terpilihlah kata itu bagi mereka.
“Hakim2” itu tampil didjaman antara kematian Josjua’sampai ke Sjemuel. Tetapi tokoh Sjemuel (I Sjem.. 7, 15-17) dan djuga “Eli (I Sjem. 4, 18) termasuk djaman itu dipandang dari sudut historis dan theologis. Djuga tokoh Sjemuel pada permulaan tampilnja (I Sjem. 11, 5-11) masih kelihatan banjak persesuaiannja dengan hakim2 itu. Dalam diri Sjaul hasratakan keradjaan,jangdahulu sudah ada, mendapat perwudjudannja jang tetap, sehingga dengan itupun sesungguhnja djaman hakim2 itu berachir setjara definitif. Bagian pertamakitab Sjemuel (p. 1-12) bolehlah dari segi kesusasteraan dipandang sebagai kelandjutan langsung dari kitab Hakim2. Makanja ada ahli jang berpendapat, bahwa pasal2 permulaan Sjemuel itu memang tadinja termasuk dalam kitab Hakim2 dan baru kemudian dilepaskan daripadanja. Namun tiada bukti2 luaran bagi anggapan itu, bahwasanja kedua kitab itu dahulu pernah merupakan satu keseluruhan.
Dalam menentukan lebih landjut djaman Hakim2 setjara chronologis, sedjauh itu disebutkan dalam kitab tersebut, orang terbentur pada kesulitan2 jang tidak ketjil. Ini bergandingan pula dengan kesulitan2 sematjam itu berkenaan dengan kitab Josjua’. Kelihatannja sadja kitab itu sendiri memberikan petundjuk2 jang amat teliti, sehingga rupa2nja sangat mudahlah menentukan lamanja waktu itu dengan tepat. Djika semua keterangan dikumpulkan (3, 8. 11. 14. 30; 4, 3; 5, 31; 6, 1; 8, 28; 9, 2; 10, 2. 3. 8; 12, 7. 9. 11. 14; 13, 1; 15, 20; 16, 21) maka sampailah kedjumlah 410 tahun, hal mana dibenarkan pula oleh 11, 26. Tetapi apabila hal ini dibandingkan dengan keterangan2 lain, timbullah keberatan2 jang tak teratasi. Meurut I Rdj. 6, 1 antara keluarnja Israil dari Mesir dan pembangunan baitullah oleh Sulaiman ada djarak waktu 480 tahun. Sudah temasuk didamnja waktu empatpuluh tahun digurun – pada dirinja angka ini agak di-buat2, - djaman Josjua’, para Hakim, ‘Eli, Sjemuel, Sjaul, Dawud dan keempat tahun permulaan pemerintahan Sulaiman. Djadi tidak mungkinlah djumlah 410 tahun itu bagi djaman para Hakim. Orang boleh mentjoba petjahkan soal ini dengan menempatkan beberapa Hakim pada waktu jang sama, - hal mana mungkin djuga, - dengan menundjuk akan di-buat2nja angka2 itu, dalam mana mungkin djuga, - dengan menundjuk akan di-buat2nja angka2 itu, dalam mana angka empatpuluh (_satu angkatan), sebagian atau lipatnja, memainkan peranan jang menjolok. Tetapi melalui djalan ini orang masih belum smpai kehasil jang memuaskan. Hampir semua ahli oleh karenanja melepskan sama sekali keterangan2 kitab Hakim2, untuk lalu membuat perhitungan mereka dengan menggunakan keterangan2 lain. Dengan kemungkinan jang tjukup besar dapatlah diterima, bahwa keluarnja Israil dari Mesir terdjadi sekitar tahun 1259. Naiknja Dawud diatas tachta dapat ditanggalkan sekitar th. 1012. Djika itu dikurangi dengan empatpuluh tahun digurun, djaman Josjua’ dan Djaman ‘Eli, Sjemuel dan Sjaul, maka djaman para Hakim berlangsung dari sekitar th. 1200 sampai l.k. th. 1040, djadi 160 – 180 tahun lamanja.
Untuk melukiskan lebih landjut djaman sedjarah Israil tersebut maka diluar kitab Hakim2 itu sendiri hanja tersedialah keterangan sedikit sadja. Namun keterangan jang sedikit itu tjukuplah untuk membuat kembali suatu gambaran global jang agak teliti. Didjaman itu ditada keradjaan2 besar jang berkuasa, sehingga dalam kitab Hakim2 mereka tidak memainkan peranan sedikitpun. Israil datang dari gurun, dimana suku2 itu hidup dan susunannja sama seperti semua suku bedawi. Pada waktu tampilnja Mohammad belum banjak perubahannja dalam hal itu. Dari segi ekonomis penghidupan digurun itu sangat miskin. Palestina, jang pada hakikatnja bukannja salah satu tanah jang tersubur, bagi suku2 itu tampaknja seperti tanah susu dan madu. Adapun susunan kemasjarakatan suku2 digurun terdiri atas beberapa tingkatan dan taraf. Intipati keseluruhan dan sebetulnja satu2nja kesatuan jang kuat ialah keluarga. Keluarga terdiri atas bapak dengan isteri2 mereka. Melihat keturunan2nja sampai ke angkatan jang keepat adalah idam2an jang sangat diharapkan. Bapak keluarga adalah sungguh penguasa satu2nja jang mutlak dan kepala jang menentukan se-gala2nja. Beberapa keluarga sedemikian itu dari asal jang sama merupakan marga, jang terikat satu sama lain agak erat karena kesadaran akan asal jang sama itu. Achirnja beberapa marga karena asal jang sama merupakan suku inilah sebenarnja kestuan tertinggi, jang dikenal kalangan bedawi. Tidak djaranglah, marga2 jang sebetulnja asing, dimasukkan dalam suku lain, tetapi dalam hal itu asal jang sama lalau di-angan2kan. Proses inipun tidak djarang terdjadi pula di israil. Dengan pelbagai suku israil itu terdjadilah kenjataan jang aneh, bahwasanja mereka itu merupakan kesatuan jang lebih tinggi, bukannja berdasarkan asal-usul, melainkan agama. Mereka dipersatukan satu sama lain karena iman jang sama akan Allah jang Esa, Jahwe, dengan ibadah umum jang bersesuaian dengan itu dan tempat sutji pusat, jang sungguhpun bukan satu2nja tapi toh jang utama adanja. Digurun tempat itu ialah Kadesj. Iman jang satu dan penghajatannja itu tidak pernah membiarkan rasa persatuan fundamentil melenjap dari tengah2 Israil.
Suku2 primitif itu merembes ke Palestina didjaman Josjua’ dan djuga sesudahnja; hal mana lambat-laun mengakibatkan perombakan umum. Mereka menduduki sebagian negerr itu, baik dengan djalan damai maupun dengan djalan kekerasan, chususnja daerah2 pegunungan. Kota2 dan dataran2 untuk sebagian terbesar sementara tiu masih berada ditangan peduduk aseli. Pendahuluan pertama kitab Hakim2 menjadjikan gambaran jang agak boleh dipertjajai dari perembesan itu. Bangsa2 Kena’an, jang ada hubungan damainja dengan suku2 Israil, memiliki kebudajaan jang lebih tinggi tarafnja, hal mana njata sudah dari pemakaian besi. Mereka bukan bangsa2 pengembara, melainkan penduduk jang menetap sebagai petani, jang pusat kemasjarakatannja ialah kota dengan kebudajaan jang lebih tinggi dan kemakmuran jang agak besar. Agama mereka polytheistis, jang bersesuaian dengan penghidupan mereka sebagai petani. Dewa2 dan dewi2 mereka adalah dewa2 kesuburan, jang harus menanggung kesuburan tanah, manusia dan ternak. Pemudjaan dewa-dewi itu sangat bertjorak indriawi dan erotis. Tiap2 pusat ekonomis dan kemasjarakatan mempunjai Ba’alnja (Tuhan) sendiri dan Asjtarte (‘Asjtoret), djodohnja. Terhadap dewa2 dan dewi2 jang konkrit dengan pemudjaan jang mewah dan tjarut itu sangat menjoloklah Allah Israil, jang sungguhpun kuasa tapi toh agak abstrak dan amat susila, dan jang lebih sesuai dengan hidup keras digurun jang kersang daripada dengan hidup jang indah-sedap ditanah pertanian dan kemewahan kebudajaan-kota.
Israil harus mengikat perang lawan situasi tiu. Dari segi militer dan kebudajaan, mereka djauh terbelakang. Djarang sekali mereka berhasil menduduki kota2 dan menetap disitu. Dan djika mereka mula2 berhasil, tidak djarang mereka tak lama kemudian dipukul mundur oleh penduduk aseli. Namun demikian, dimanapun djuga ada kesempatan, suku2 Israil itu menetap disitu setelah beberapa lama mengembara. Hal itu per-tama2 membawa akibat ini, bahwasanja persatuan antara suku jang toh sudah rumit itu diperlemah lagi dan didjaman para Hakim tidak djarang berubah mendjadi persaingan, perengketaan dan peperangan antara mereka sendiri. Karena kurang kukuhnja persatuan itu, maka tidak djaranglah penduduk aseli berhasil menaklukkan salah satu suku Israil, sedangkan suku2 dari urun dapat meluaskan pendjarahannja, dengan tak banjak perlawanan, sampai ke-daerah2 jang diduduki Israil. Kesulitan2 terbesar datang dari pihak Felesjet. Orang2 Felesjet menetap di-pantai2 Kena’an, kira2 waktu Israil merembes dari timur. Dari sana mereka merembes kepedalaman dan dengan sendirinja berbentrok dengan suku2 Israil. Dalam djaman para Hakim jang belakangan orang2 Felesjet jang lebih unggul dalam bidang militer menaklukkan sebagian besar wilajah Israil. Riwajan Sjimson dan Sjemuel memberikan buktinja jang djelas. Karena kenjataan, bahwasanja Israil berubah dari suku 2 pengembara mendjadi petani2 tetap, haruslah djuga terdjadi perubahan total dalam hal susunan masjarakatnja. Tentu sadja hal ini terdjadi dalam prosed lambat-laun, tetapi proses ini toh mendapatkan suatu kemadjuan jang mentjelakakan. Israil melihat susunan jang disesuaikan dari penduduk aseli. Pusat persatuan bukannja marga, melainkan kota, tempat ber-bagai2 marga tinggal ber-sama2. Karena hubungan Israil dengan penduduk negeri lebih bertjorak damai daripada perang, maka terdjadi djuga pertjampuran antara Israil dan orang2 Kena’an, lebih2 di-kota2. Kisah Abimelek dalam kitab Hakim2 adalah gambaran jang djelas dari perubahan susunan itu. Abimelek bukanlah seorang Sjeik atas suatu marga atau suku, melainkan radja suatu kota, dimana orang2 Israil tinggal bersama dengan orang2 Kena’an.
Akan tetapi dalam bidang keigamaanlah Israil hanja dapat bertahan dengan banjak susah-pajah dan memelihara hidupnja sendiri. Agama dan ibadah bangsa2, dengan mana mereka berhubungan itu, mempunjai pengaruh jang tak terelakkan atas suku2 primitf itu. Betul mereka tak akan melepaskan Allah mereka sendiri: Jahwe tetap adalah Allah segala suku Israil. Tetapi Ba’al2 serta ‘Asjtoret2 setempat, jang telah memberkati umat mereka sendiri, tidak boleh dimurkakan, karena suku2 pengembara jang mendjadi penetap itu harus memperolah penghidupannja dari tanah jang sama djua. Budjukan, utnuk mengharapkan kesuburan dari dewa2 itu, terlalu besar. Maka menurut kenjataannja sampailah sebagian Israil pergi meudja Ba’al2 dan ‘Asjtoret2 disamping dan bersama dengan Allah mreka. Mereka mangambil-alih ibadah penduduk aseli dan malahan menirunja dalam ibadah mereka sendiri kepada jahwe. Di-mana2 timbullah pertjampur-adukan keigamaan, jang hendak memperdamaikan Ba’al dengan Jahwe. Betul, Jahwe adalah jang terbesar dari antara dewa2, jang dimintai pertolongan didalam keadaan darurat, tetapi bagi keperluan2 hidup sesehari Ba’al dan ‘Asjtoret lebih pentinglah adanja. Masih lama Jahwe harus berdjuang lawan Ba’al, sebelum Ba’al dikalahkan setjara definitif.
Ditengah syncretisme jang umum itu tidak pernahlah Jahwe kehilangan pemudja2 sedjatiNja. Mereka itu memelihara tetap berkobarnja njala-api agama jang murni, sekalipun itu sering kali tertimbun abu. Tiap2 kali keadaan darurat sampai kepuntjaknja, maka tampillah dari kalangan mereka itu orang2 jang menjelamatkan baik agama maupun bangsa dari keruntuhan. Dari tengah2 mereka itu dipanggillah para Hakim, jang selain pahlawan perang djuga senantiasa raksasa2 dalam iman jang utuh kepada Jahwe adanja. Tetapi pemudja2 Jahwe jang sedjati, seperti Gide’on, Jeftah dan Sjimson-pun tidak selalu tahu menark kesimpulan2 susila dari iman mereka.
Sebab keruntuhan keigamaan dibarengi dengan anarki susila jang tidak kurang ketjilnja. Dalam hal inipun djaman para Hakim dalam sedjarah Israil itu merupakan “abad besi” pula. Walaupun senantiasa ada suatu djarak antara iman keigamaan dan penghajatan susilanja. Namun tidak pernahlah di Israil djarak tadi sebesar dan kurang diinsjafi seperti didjaman itu. Tambahan kedua pada kitab Hakim2, jang melukiskan kebedjatan susila Gibe’on, jang dilindungi satu suku tertentu, sungguhpun suatu keterlaluan, namun menunjdjukkan suatu gedjala bagi keseluruhannja. Para Hakim sendiri bukanlah selalu tjontoh kesusilaan, hal mana bagi kita mungkin mendjadi batu sandungan. Djika sudah demikian halnja dengan pembesar2, maka dapatlah sedikit banjak dibajangkan, bagaimana keadaannja dengan rakjat djelata. Gambaran total djaman para Hakim adalah gambaran keprimitifan, kebiadaban, keliaran dan anarki jang besar, dalam mana ikatan suku2pun hanja sangat lemah adanja. Kendati demikian, arus-bawah jang kuat dari iman akan Jahwe tetap ada dan didjaman itupun tidak sampai lenjap. Dalam saat2 berkarunia arus itu sampai kepermukaan, untuk membuat Israil ttetap jakin akan kewadjiban2 susilanja maupun atas keastuan fundamentilnja dalam Allah jang kudus, Jahwe.
Dari djaman tersebut kitab Hakim2 memelihara sedjumlah petilan bgi angkatan kemudian, jakni kisah jang pandjang atau pendek sekitar keenam tokoh, jang oleh karenanja lazim disebut “Hakim2 besar”, jaitu ‘Otniel, adik Josjua’, Ehud, Barak (Debora_, Gide’on, Jeftah dan Sjimsjon. Di-tengah2nja tersisiplah tjatatan2 jang santat singkat tentang enam tokoh lainnja, “Hakim2 ketjil”, jaitu Sjamgar, Tola’ Jair, Ibsan Elon dan Abdon, hal mana sesungguhnja tidak begitu djelas, apa mereka itu menurut sedjarah termasuk dalam djaman itu. Kisah pandjang-lebar tentang Abimelek adalah kelandjutan dan sematjam timbalan terhadap kisah Gide’on. Adapun Hakim2 besar itu tidak boleh dipandang begitu sadja sebagai pahwalan2 bangsa, sebab njaris dapat dikatakan adanja suatu “bangsa”, tetapi Israil lebih merupakan suatu kumpulan suku2. Djadi, mereka itu lebih tepat dikatakan pahwalan2 suku atau marga, jang perbuatan2 kedjajaannja di-sandjung2. Lepas dari bingkai jang merangkum tokoh2 itu dalam kitab Hakim2, maka njatalah mereka itu hanja sematjam pahlawan setempat sadja. Tiba2 mereka itu tampil kedepan ditengah suku ini atau itu lawan bahaja2 jang mengantjam dari luar atau penindasan dari pihak penduduk Kena’ an. Mereka menjerukan perang pembebasan, jang kemudian mereka selesaikan dengan hasil jang gemilang. Kadang2 beberapa suku lainnja, jang menghadapi bahaja atau penindasan jang sama, menggabungkan diri dengannja. Ehud adalah pahlawan suku Binjamin; ‘Otniel melakukan tugas itu bagi beberapa marga Juda dibagian selatan negeri itu. Debora dan Barak memimpn pemberontakan suku Efraim, jang diikuti suku2 Naftali, Zebulun, Isakar, Binjamin dan Menasje, sedangkan suku2 Rubed, Gad dan Asjer tetap lepas tangan. Gide’on adalah pahlawan marga Abi’ezer dari suku Menasje, jang berhasil mengikut- sertakan suku2 Asjer, Zebulun, dan Naftali dalam perang pembebasar. Isakar mempunjai pahlawannja dalam diri Tola’, sedang Menasje dapat membaggakan Jair. Gilead (Gad) diseberang timur Jarden me-mudji2 Jeftah dan suk Dan menurunkan raksasa Sjimsjon jang terpentjil, jang meluaskan petulangan2nja sampai kewilajah Juda. Efraim mempunjai tokoh sekundernja dalam diri ‘Abdon disamping Debora dan Barak. Suku Juda sama sekali tidak diketemukan dalam kitab Hakim2, tetapi kitab Sjemuel akan mengisahkan pahlawan, jakni Dawud, jang akan mengetjilkan semua tokoh lainnja.
Kisah jang pandjang atau pendek itu merupakan bagian pokok kitab tersebut (5, 6- 16, 31). Itu didahului fua pendahuluan (1, 1-2, 5; 2, 6-3, 5) dan keseluruhannja dikuntji dengan dua tambahan jang satu tentang tempat sutji suku Dan (17) dan jang lain mengisahkan keruntuhan suku Binjamin sebagai hukuman atas kedurdjanaan kota Gibe’a (19-21). Di-tengah2 terdapat pula suatu penahuluan (10) jang mendahlui kisah2 tentang Jeftah dan Sjimsjon. Tiap2 kisah hakim selandjutnja ditempatkan dalam rangka jang serupa, jang perumusannja hanja merupakan ulangan singkat dari gagasan, jang dirumuskan dengan pandjang-lebar dalam pendahuluan adjaran jang kedua (3, 7.11; 4, 12.30; 4, 1-3.23.24; 5, 51c; 6, 1-2.7-10; 10, 6- 15; 12, 7; 13, 1; 15, 200; 16, 31b). dari itu njatalah, bahwa kisah2 tersebut gunanja untuk mendjelaskan gagasan jang dirumuskan dalam pendahuluan.
Dari ichtisar ini djelaslah sudah, bahwa kitab Hakim2 tersusun dari ber-bagai2 unsur, jang terang berbeda satu sama lain. Kisah itu diambil dari sumber2 jang lebih kuno dan baru diolah mendjadi suatu kesatuan oleh penjuun dan lagi seakan2 dibubuhi dennga beberapa tjatatan. Kisah2 itu diluar dan sebelum tersusunnja kitab tersebut sudah ada tersendiri. Kisah2 itu sudah beredar didalam tradisi suku masing2, dan ketika achirnja dimasukkan dalam kitab, maka kisah2 itu hampir2 tidak dioleh lebih landjut, tapi diambil begitu sadja sebagaimana adanja. Pastilah kisah2 itu sudah lama ada didalam tradisi lisan se-mata2, sebelum kemudian dituliskan. Tetapi sangat boleh djadi kisah2 itu bukan baru dalam kitab Hakim2 itu terdapat bentuk tulisannja. Hanja tentang tjatatan2 ketjil mengenai hakim2 ketjil bolehlah kiranja diterima, bahwa itu dirumuskan oleh penjusun kitab itu, tetapi toh berdasarkan tradisi2 jang samar2. Djuga pendahuluan pertama jang bertjorak historis itu, se-tidak2nja mengenai isinja, berasal dari tradisi. Tetapi haruslah diterima, bahwa kisah2 itu sendiri terdjadi tak lama semudah peristiwa2 jang dikisahkan itu sendiri an segera mendapat bentuknja jang kurang lebih tetap. Dapat djuga dikirakan, bahwa didalam tradisi lisan itu pelbagai kisah tentang orang jang sama dan tentang peristiwa jng sama ditjampuradukkan.
Asal kuno kisah2 jang tidak dapat disangkal ini merupakan djaminan pula bagi nilah sedjarahnja. Kalaupun dalam tradisi itu ditambahkan beberapa unsur, -pun pula unsur2 jang lebih bertjorak fokloristis, namun intipati dan perintjian2 umum kisah itu bersesuaian dengan kenjataan. Disini kita tidak bersua dengan dongengan, legenda atau mythos, melainkan dengan peristiwa2 dari masa kono Israil. Betul, kisah2 tu terlalu fragmentaris tjoraknja, untuk dapat menggambarkan kembali djaman para hakim dengan segala hal-ihwalnja jang ketjil2 tetapi bagan2 it mempunjai dasar jang sungguh2.
Pada umumnja disetudjui, bahwa kitab Hakim2 dalam bentuknja jang sekarang tidak terdjadi dan tidak tersusun sekali djadi. Kitab itu boleh dikata berkembang setjara ber-angsur2. dengan itu tidaklah dimaksudkan, bahwa kisah2 itu tadinja sudah ada sendiri2, melainkan bahwa pengumpulannja berdjalan dalam beberapa tingkatan. Tetapi dalam menentukan lebih landjut tingkatan masing2, timbullah pendapat jang ber-lain2an antara para ahli. Ada ahli, jang berpangkal pada tradisi lisan sampai kelima tingkatan. Tingatan2 itu tidak selalu redaksi jang ber-turut2, tetapi djuga kumpulan2 jang sedjadjar djalannja dan kemudian dilebur djadi suatu kesatuan. Lebih umum ialah pendapat bahwasanja tjukup dua redaksi sadja, untuk sampai kebentuknja jang sekarang. Redaksi pertapa agaknja memuat kisah2 dari 5, 12-9, 57 bersama dengan pendahuluan jang bertjorak historis, 1, 1-2, 5. redaksi kedua, jang lebih bersifat theologis, telah menambahkan jang lain2 kepada redaksi pertama itu dan memperkaja bahan2 jang sudah ada dengan keterangan2 baru. Dari pengumpul belakangan ini berasallah pendahuluan kedua (2, 6-3, 6) dan kedua tambahan (17-18; 19-21). Menurut beberapa ahli kedua tambahan itu merupakan gantinja I Sjem. 1-12, jang katanja mula2 termasuk dalam kitab Hakim2. Tetapi rupanja tiada tjukup alasan, untuk menerima hubungan dengan I Sjem itu. Selandjutnja dapat dikirakan djuga adanja imbuhan2 ketjil dikemudian hari, jang tidak dapat merubah sedikitpun pada keseluruhannja.
Djuga soal, bila kitab itu mendapat bentuknja jang definitif, djawabja sangat ber-beda2. sebagaimana halnja dengna kitab Jasjua’, demikian kitab Hakim2 oleh banjak ahli di-hubung2-kan dnegan Pentateuch (kelima kitab Musa), sedangkan dewasa ini lebih banjak ahli meng-hubung2kannja dnegan kitab Ulangtutur. Soal ini sudah dibitjarakan berkenaan dengan kitab Josjua’, dan apa jang dikatakan disana dapatlah diulang disini. Lebih baiklah kiranja dilepaskan sadja dari karja2 lainnja. Untuk menanggalkan kibtab itu melalui djalan lain. Tak seorangpun menjangkal, bahwa kitab Hakim2pun didukung oleh gagasan2 keigamaan jang sama seperti Ulangtutur, tetapi hal ini tidak berarti dengan mutlaknja, bahwasanja kitab tersebut bergantung dari padanja mengenai waktu terdjadinja. Dari sebab itu lebih baiklah penentuan waktu itu didasarkan atas keterangan2 dari kitab itu sendiri. Dari 18, 30-31 agaknja dapat disimpulan, bahwa si redaktor menjusun karjanja sesudah tahun 733 atau 722, keitik keradjaan utara Israil diangkut kepembuangan oleh Asyria. Tetapi tidak sedikitlah ahli jang menganggap ajat2 tersebut sebagai imbuhan belakangan, sendangkan ahli2 lainnja mau memperbaiki teks itu, sehingga bukan penduduk negeri itu melainkan peti Jahwelah jang diangkut ketempat lain, hal mana di-hubung2kan dengan penghantjuran tempat sutji di Silo didjaman Sjemuel oleh orang2 Felesjet. Rumus jang di-ulang2 sadja dalam bagian2 terachir: “tiada radja di Israil” (17, 6; 18, 15; 19, 1; 21, 25) sebagai pendjelasan adanja kebedjatan susila, mengandaikan pengetahuan tentang keradjaan di Israil, malahan sebagai faktor tatatertib dan kesedjahteraan. Tetapi keradjaan belakangan dalam hal itu ternjatalah bukan suatu berkah, karena ketika itu terutama dikeradjaan utara tidak djaranglah keradjaan itu mendjadi sebab musababnja keruntuhan keigamaan dan susila. Redaktor terachir, jang membuat tjatatan2 itu, mestilah hidup pada awal keradjaan, jang mengachiri kekatjauan djaman para hakim. Djadi didjman Sjaul atau Dawud, sekitar th. 1050-950. bahwasanja dalam kitab itu ada ketjondongan2 anti-radja (Gibe’on, Abimelek) dapatlah diterangkan dari sumber2 jang digunakan, dan djustru pda awal keradjaan ketjondongan2 serupa itu masih lama berpengaruh. Pun kenjataan, bahwasanja kisah2 itu dilandjutkan dengan djiwa jang sama dalam kitab Sjemuel dapatlah dipandang sebagai suatu pembenaran penanggalan tersebut diatas. Bagaimanapun djua, pendapat jang hendak menanggalkan kitab itu (dalam redaksinja jang pertama) sesudah terdjadinja Ulangtutur sekitar tahun 632 atau (dalam redaksinja jang kedua) sedudah waktu pembugann tidak mempunjai alasan tjukup, untuk diterima sebgai pasti. Untuk memebrikan penanggalan kemudian, dikemukakan pula ktjaman terhadap tempat sutji di Dan, salah satu tempat sutji dikeradjaan utara, kritik mana terselip dalam pasal 17-18. Tetapi tjelaan tersebut sudah tjukup didjelaskan dnegna kenjataan, bahwa tempat sutji tersebut didirikan oleh orang2 jang sama sekali tak berwenang dan setjara se-wenang2 dan tanpa petundjuk satupun dari pihak Jahwe. Djuga didjaman kuno sekali tjara serupa itu tidak dapat dibenarkan oleh kalangan2 agama, dan kisah itu pada dirinja menerangkan keruntukhan besar dalam bidang keigamaan didjaman para hakim. Dalam seluruh kitab itu tidak terdapat petundjuk2 adanja perpisahan atanra Juda dan keradjaan-utara, tetapi Israil malahan dipandang sebagai suatu kesatuan. Dan hal ini njatalah dapat dimengerti didjaman sebelum perpisahan. Betul dapatlah diterima, bahwa belakanganpun masih ada perubahan dan imbuhan ketjil2an, karena tiada kitab satupun dari Perdjandjian Lama dipandangn sebgai sesuatu, jang tidak boleh diubah lagi. Sikap tersebut baru dari waktu djauh belakangan.
Pada hakikatnja sukarlah, jah malahan tidak mungkinlah menjebut nama2 para penjusun kitab Hakim2. Dikalangan Jahudi dan djuga dikalangan Kristern lamalah Sjemuel dianggap sebagai pengarangnja dan itupun oleh beberapa ahli masih dianggap mungkin. Tetapi achirnja kesemuanja itu hanja bersandarikan perkiraan sadja dan tetap sukar dibuktikan. Maka itu lebih baiklah tidak menebut nama2 sadja. Satu2nja, jang dapat diketahui dari kitab itu sendiri. Ialah bahwasanja para penjususnnja adalah orang2 jang berkeigamaan, jang hidup dari gagasan2 jang djuga tampak dalam kitab Ulangtutur. Si atau para penjusun haruslah ditjari dikalangan Levita dan imam. Lebih dari itu tidak dapat.
Gagasan-pokok keigamaan, untuk mana seluruh kitab itu telah ditulis, ialah keadilan Allah jang berbelaskasihan. Semua kisah dimaksudkan, untuk memperlihatkan dalam bentuk jang konkrit, bahwa betapapun djua tidak-setianja umat kepada Jahwe, Allah toh tidak pernah melupakan umatNja. Segala kedjadian ditudjukanNja, untuk memperingatkan umat akan kesetiaan, agar dnegna itu terdjamnlah kebahagiaan dan kesedjahteraan. Bahkan terus adanja bangsa2 kafir di Kena’an adalah suatu tanda kerelaan Jahwe. Rangka jang berulang kembali dari kitab itu ialah sbb.: Umat meninggalkan Jahwe, bukannja per-tama2 karena tingkah-laku susilanja, melainkan lebih2 karena ketidak-setiaan keigamaan, jang berupa pemudjaan serta kepertjajaan pada berhala2 negeri itu. Ketidak-setiaan ini dihukum Jahwe dengna penindasan oleh pihak musuh. Tetapi hkukman itu tidak dimaksudkan untuk menolak umat, melainkan lebih untuk menginssjafkan umat agar berbalik kepada Jahwe. Apabila umat berpaling dari berhala dan berbali k kepada Jahwe, maka Jahwe segera mengutus seorang penjelaman. Si penjelamat tidak mengambil inisiatif, melainkan dipanggil oelh Allah, untuk memenuhi tugas penjelamatan atas namaNja. Bahwasanja Jahwe jang bertindak, sangatlah djelas digambarkan oelh riwajat Gide’on, jang harus mengurangi lasjkarnja sampai djumlah jang se-ketjil2nja (7, 1-8), jang maksudnja dirumuskan dengan tegas (7, 2). Kebebasan dan kesedjahteraan berlangsung selama mat tetap setia. Apabla umat kemudian tidak setia lagi, maka proses jang sama berulang kembali. Tetapi dalam kitab Hakim2 samasekali tidak dinjatakan, bahwa ketidak-setiaan, jang ber-ulang2 itu akan memuntjak djadi penolakan definitif,sebagaimana jang dinjatakan dlam kitab Radja2. Sebaliknja; kendati ketidaktetapan umat, kepertjajaan akan Jahwe dan harapan akan kerelaannNja, adalah faktor jang tetap: kerelaan Allah adalah lebih besar daripada kedurhakaan umat. Kepertjajaan ini adalah kekuatan jang menjelamatkan dan diperorangkan dalam tokoh2 para hakim. Mereka tidak ragu2 mengikuti panggilan Jahwe, karena mereka tahu, bahwa Jahwe adalah berbelaskasihan dan selalu akan mengampuni kedjahtan umat jang bersesal dan akan melepaskannja dari penindasan .itupun jang dipudji oleh surat kepada orang2 Hibrani pada tokoh2 tersebut. (Hbr. 11, 32). Dan inilah artinja jang tetap dari sedjarah para hakim, bahwasanja kepertjajan akan Allah serta kerelaanNja mendatangkan penjelamatan dalam diri Hakim jang terbesar. Penjelamat definitif dari segala penindasan dan bahkan dari akarnja, dosa, ialah: Jesus Kristus. Tetapi sedjarah para hakim adalah djuga suatu peringatan jang tetap akan sesal dan tobat, sjarat bagi penebusan dan penjelamatan.
TFTWMS: Hakim-hakim (Pendahuluan Kitab) WASPADALAH JANGAN MENJADI SEPERTI ORANG LAIN
HIDUP DI TEMPAT YANG BERBAHAYA
(HAKIM-HAKIM 1)
Ada sinagoga dan gereja yang letaknya saling berhadap-had...
WASPADALAH JANGAN MENJADI SEPERTI ORANG LAIN
HIDUP DI TEMPAT YANG BERBAHAYA
(HAKIM-HAKIM 1)
Ada sinagoga dan gereja yang letaknya saling berhadap-hadapan, sehingga rabi dan pemberita injilnya biasanya sering berkumpul untuk minum kopi dan bercakap-cakap tentang pelbagai tantangan dari dunia mereka masing-masing. Suatu hari rabi itu berkata,
Menjadi orang Yahudi sangatlah berat. Kami selalu memberitahukananak-anakkami,"Halitumemangbaikuntuk setiaporanglain,tetapitidakbaikuntukmu.Kamuituistimewa. Kamu itu beda. Kamu itu orang Yahudi. Kamu punya riwayat yangberbeda.Seperangkatnilai-nilaikehidupanyangberbeda."
Respon si pemberita injil itu mengejutkan sahabatnya yang sedang tertekan itu,
Rabi, engkau mungkin tidak akan percaya, tetapi saya mendengarpernyataanyangsangatserupayangdinyatakandi sini di dalam kelas sekolah gereja untuk pasangan muda pada hari yang lalu.1
Orang tua Kristen yang tinggal di Amerika pada zaman kini mendapatkan diri mereka terus-menerus berkata kepada anak-anak mereka (dan kepada diri mereka sendiri!), "Itu tidak baik untukmu. Kamu itu istimewa. Kamu itu beda. Kamu itu orang Kristen. Kamu punya riwayat yang berbeda, seperangkat nilai-nilai kehidupan yang berbeda."
PERSOALAN YANG TIDAK SELESAI
Kitab Yosua berakhir dengan baik. Ketika Yosua yang sudah lanjut usia itu mengumpulkan bangsa Israel dan menghadapkan mereka dengan pilihan antara Tuhan dan para ilah bangsa-bangsa yang sudah mereka jumpai, umat itu sangatlah tegas dalam komitmen mereka:
Lalu bangsa itu menjawab: "Jauhlah dari pada kami meninggalkan TUHAN untuk beribadah kepada allah lain! SebabTUHAN,Allahkita,Dialahyangtelahmenuntunkitadan nenek moyang kita dari tanah Mesir, dari rumah perbudakan, dan yang telah melakukan tanda-tanda mujizat yang besar ini di depan mata kita sendiri, dan yang telah melindungi kita sepanjang jalan yang kita tempuh, dan di antara semua bangsa yang kita lalui, TUHAN menghalau semua bangsa dan orang Amori, penduduk negeri ini, dari depan kita. Kamipun akan beribadah kepada TUHAN, sebab Dialah Allah kita" (Yosua 24:16-18).
Seandainya adegan itu sebuah filem, mungkin itulah saatnya untuk mengakhiri cerita dan hidup bahagia selama-lamanya. Kitab Yosua benar-benar berakhir dengan baik.
Namun begitu, bagian selanjutnya dalam riwayat bangsa Israel, Kitab Hakim-Hakim, tidak berawal dengan nada optimistik yang sama. Sebaliknya, kitab itu segera memperlihatkan bahwa persoalan telah melanda negeri itu. Di awal kitab Hakim-Hakim, Israel bersikap memberontak, tidak aman, dan menyongsong bencana.
TUJUH KALI DAKWAAN
Allah telah memberi Israel perintah dan pasokan yang diperlukan untuk mengusir bangsa Kanaan dari tanah mereka, namun begitu Israel gagal menguasai Tanah Terjanji itu secara keseluruhan. Dalam pasal satu terdapat tujuh kali perkataan mengerikan "tidak menghalau ke luar" (NRSV) yang mencerminkan ketidaktaatan bangsa Israel terhadap perintah Allah. Dengan menggunakan peta Palestina, kita bisa mengikuti kegagalan Israel dari selatan sampai utara:
Suku Manasye tidak menghalau penduduk Bet-Sean dan penduduk segala anak kotanya, .… (Hakim-hakim 1:27). … setelah orang Israel menjadi kuat, mereka membuat orang Kanaan itu menjadi orang rodi dan tidak menghalau mereka sama sekali (1:28). Suku Efraimpun tidak menghalau orang Kanaan .…(1:29). Suku Zebulon tidak menghalau penduduk .…(1:30). Suku Asyer tidak menghalau penduduk .…(1:31). Sehingga orang Asyer itu diam di tengah-tengah orang Kanaan,pendudukaslidinegeriitu,sebaborang-orangitutidak dihalaunya (1:32). Suku Naftali tidak menghalau penduduk .…(1:33).
Mengapakah toleransi bangsa Israel terhadap bangsa Kanaan sangat dipersoalkan? Selain itu, bukankah yang sangat disukai oleh tujuan internasional di zaman kita ini adalah hidup berdampingan dengan damai? Tidakkah kita merindukan pelbagai kelompok di Afrika Selatan, Rwanda, bekas Yugoslavia, dan Timur Tengah untuk "bersikap toleran"? Mengapakah Israel dibedakan dalam hal ini?
Kunci untuk memahami alasan mengapa toleransi Israel dipandang oleh Allah bukan sebagai suatu kebajikan tetapi suatu ketidaksetiaan yang sangat menyolok mata terdapat dalam pemilihan Allah terhadap keturunan Abraham untuk menjadi "harta kesayangan-Ku … kerajaan imam dan bangsa yang kudus" milik-Nya (Keluaran 19:5, 6a). Kanaan sudah menjadi tempat yang jahat dan kejam. Jika diberi waktu, bangsa penyembah berhala itu tentunya bisa menyeret masuk Israel ke dalam tingkatan mereka.
Ketika Israel memasuki Tanah Terjanji itu, masyarakat Kanaan sepenuhnya dalam kemerosotan moral. Karena lebih bersifat suatu masyarakat daripada suatu bangsa, maka secara politik dan militer Kanaan diatur di sekitar beberapa negara-kota yang sangat kuat. Benang pengikat mereka bersama adalah agama mereka—penyembahan El, Baal, dan Asyera. Ilah-ilah ini berkelamin laki-laki dan wanita; mereka itu suka berperang dan sensual. Ibadah mereka melibatkan pelacuran dan korban manusia. Oleh sebab itu, menghalau ke luar semua bangsa Kanaan merupakan persoalan kelanjutan rohani untuk Israel. Pada waktu itu, mengizinkan bangsa Kanaan tetap tinggal akan menjadikan mereka penindas Israel. Yang lebih penting lagi, mereka akan selalu menjadi penggoda Israel. 2 Namun bangsa Israel "tidak menghalau mereka ke luar," dan kegagalan ini mementaskan tragedi bagi Perjanjian Lama yang kita kenal sebagai Kitab Hakim-Hakim.
HIDUP BERDAMPINGAN DENGAN DAMAI DI ZAMAN KINI
Di zaman kini, orang Kristen jelas sekali diberi perintah bertindak yang agak sedikit berbeda. Kita tidak diminta untuk menghalau mereka yang tidak mengenal Allah, kita juga tidak boleh mengisolasi diri kita dari semua pengaruh luar (1Korintus 5:9, 10). Namun begitu, di tempat kita tinggal kita menghadapi persoalan hidup yang bisa mengaburkan pandangan rohani kita, melemahkan semangat rohani kita. Yang paling menakutkan dari semuanya itu, kita hidup di tempat yang bisa mencuri hati anak-anak kita dan memalingkan mereka untuk menjauhi Allah. Kisah Israel berfungsi sebagai sebuah peringatan yang sangat tegas; jika kamu tidak menguasai tempat itu, maka tempat itu akan menguasaimu!
Israel kemungkinan tidak pernah secara sadar memutuskan untuk meninggalkan Allah dan melayani Baal; umat itu semata-mata membiarkan diri mereka terapung-apung di sepanjang arus masyarakat di zaman mereka. Seperti gerakan jarum jam yang tidak kelihatan pada jam, seperti penghancuran diam-diam suatu rumah oleh rayap-rayap kecil, atau seperti erosi Grand Canyon yang tidak kelihatan oleh Sungai Colorado, cara hidup di tempat itu bisa merubah manusia dengan sangat perlahan-lahan sehingga mereka tidak pernah menyadari apa yang sedang terjadi terhadap diri mereka. Lalu suatu hari mereka mendapatkan diri mereka menjadi seperti orang-orang di tempat itu. Dahulu mereka mengasihi Allah, tetapi sekarang hal itu tampaknya tidak lagi begitu penting. Dahulu mereka punya keyakinan yang kuat, tetapi kini mereka tidak bisa ingat untuk apa semuanya itu. Dahulu anak-anak mereka menyanyikan, "Aku Berada Dalam Tentara Tuhan!" tetapi kesetiaan mereka sekarang adalah untuk para ilah kepemilikan, kesenangan, dan kekuasaan. Bagaimanakah hal itu terjadi? Kitab Hakim-Hakim menjawab, "Jika kamu tidak menguasai tempat itu, maka tempat itu akan menguasaimu!"
AGAMA KRISTEN YANG MEMBATASI DIRI
Bujukan terus-menerus dari tempat kita tinggal di zaman kini bisa digambarkan sebagai godaan untuk memprak-tikkan "agama Kristen yang membatasi diri." Kita bertambah nyaman dengan tingkat penyesuaian diri tertentu terhadap masyarakat kita. Namun begitu, kita masih sadar bahwa kita perlu menjauhkan sikap toleran diri. Lalu apakah yang terjadi ketika masyarakat bergerak semakin jauh menuju kejahatan? Agama Kristen yang membatasi diri tidak bisa melihat tempat pijakan kakinya; satu-satunya kepedulian-nya adalah mempertahankan jaraknya dari dunia ini. Selama agama itu tetap membatasi diri dari kebiasaan masyarakat, agama itu merasa aman. Setiap kali masyarakat bergerak, orang Kristen pun ikut bergerak. Tidak lama kemudian orang Kristen yang membatasi diri itu akan berdiri di mana masyarakat "jahat" baru saja berdiri sebelumnya. Normanorma masyarakat selalu bergerak menjauhi Allah, dan orang Kristen yang membatasi diri itu akan terus bergerak, tanpa disadari, masuk ke liang kubur.
Bukti-bukti agama Kristen yang membatasi diri ada di sekitar kita. Inilah beberapanya:
Perkataan Yang Bisa Diterima. Bahasa di tempat kita tinggal sedang merosot tajam. Apakah bahasa kita murni atau hanya agak kurang kasar daripada bahasa di tempat kita tinggal?
Cara Berpakaian. Saya baru berusia belasan tahun pada waktu terjadi kegilaan cara berpakaian di awal 1970an. Saya tidak pernah berpikir gaya rok-mini akan pernah muncul lagi, tetapi sayangnya, gaya itu muncul lagi. Pakaian orang dunia dirancang untuk terlihat "seksi." Apakah pakaian kita terlihat sopan (Kapankah kali terakhir Anda memuji seorang wanita dengan mengatakan bahwa pakainnya itu membuat dia terlihat manis?) atau hanya agak sedikit mesum dibandingkan pakaian orang dunia?
Hiburan. Kita telah kehilangan banyak rasa malu kita sejak Rhet Butler menghenyakkan khayalak penonton filem di akhir adegan filem Gone With the Wind. Sekarang banyak keluarga Kristen merasa nyaman dalam menonton video di ruang keluarga mereka dimana nama Allah mereka dihujat dan keyakinan mereka dicemooh. Apakah kita mengkonsumsi "semua yang suci, .…" (Filipi 4:8) atau hanya hal-hal yang tidak sebegitu parah di tempat kita?
Bahkan yang lebih menyedihkan adalah kita mengambil beberapa nilai-nilai kehidupan yang tak kentara dari tempat kita tinggal. Bagaimanakah dengan pendapat bahwa tujuan kehidupan adalah untuk bahagia? Saya pernah mendengar keyakinan ini yang dinyatakan oleh beberapa orang Kristen dalam diskusi yang merentang dari perkawinan sampai pekerjaan misi. Ucapan "saya tahu Allah ingin saya bahagia" dikutip dengan keyakinan yang penuh terhadap Kitab Suci. Hal itu bukan hanya sedikit tidak tepat; hal itu merupakan akar segala dosa! Ya, Yesus datang untuk memberikan kita kehidupan yang berkelimpahan, dan kata "berbahagia-lah" dalam Khotbah Di Bukit bisa diterjemahkan "menyenangkan"—namun kebahagian bagi orang Kristen ditemukan tidak dalam mencari kebahagian itu sendiri, tetapi dalam mencari Allah. Bila kita dibiarkan dengan cara kita sendiri maka kita setiap saat akan berakhir dalam kesengsaraan. (Ingatkah Kitab Pengkhotbah?) Dari manakah kita mendapat gagasan bahwa isi kehidupan adalah kebahagian? Apakah hal itu berasal dari Allah, atau apakah kita memungutnya seperti kuman jahat dari udara masyarakat yang kita hirup?
MASALAH DENGAN LINGKUNGAN
James Michener, dalam suatu karyanya tentang fiksi sejarah yang berjudul The Source, menjalin bersama sejarah perkembangan Israel di sepanjang sejarahnya. Dalam suatu pasal, "Laki-Laki Tua dan Allahnya," Michener menceritakan kisah seorang patriakh Ibrani bernama Zadok yang memindahkan seluruh keluarganya yang sangat besar dari padang gurun untuk menetap dekat kota Makor milik bangsa Kanaan.3Lelaki tua itu punya keragu-raguan yang buruk sekali tentang bahayanya kota itu, tetapi ia percaya bahwa adalah kehendak Allah bahwa ia dan orang-orangnya harus hidup dan bekerja di luar tembok Makor. Untuk menenangkan rasa takut para anak laki-lakinya ketika mereka tiba di rumah baru mereka, Zadok meyakinkan mereka, "Kita akan hidup dalam damai di tengah-tengah bangsa Kanaan, mereka mengurusi ladang mereka, dan kita mengurusi ladang kita, mereka hidup dengan ilah-ilah mereka dan kita hidup dengan Allah kita." Persoalah terbesar bagi bangsa Ibrani adalah bahwa satu-satunya sumber air yang bisa diminum berada di dalam dinding kota. Rakyat di situ memang bersahabat dan menyambut para wanita dari keluarga Zadok untuk datang dan menimba air untuk kebutuhan mereka sehari-hari. Namun demikian, begitu berada di dalam tembok itu, orang-orang yang dulunya pengembara itu mulai menyaksikan praktik ibadah agama bangsa Kanaan yang menggiurkan hati. Awalnya memang tidak bisa dipercaya; lalu berubah menjadi menakjubkan, akhirnya, praktik ibadah itu terbukti sangat menarik.
Laki-laki tua itu pernah merasa takut bahwa orang-orangnya akan menjadi seperti penduduk negeri itu, tetapi ia sama sekali tidak mempersiapkan diri untuk apa yang ia lihat pada hari ia naik ke suatu bukit dimana bangsa Kanaan menyembah Baal. Di situ ia berharap akan melihat batu besar yang didirikan untuk menghormati Baal. Namun apa yang ia tidak bisa percaya adalah bahwa anak-anak dan cucu-cucunya telah juga mendirikan batu tandingan untuk menghormati Allah! Hal ini tidak terbayangkan oleh laki-laki tua itu. Tidakkah mereka memahami sifat kerohanian Allah dan kebersikerasan-Nya yang mutlak untuk jangan membuat berhala yang dibuat untuk Dia? Bagaimana bisa mereka telah melakukan hal seperti itu? Tidakkah mereka tahu siapa diri mereka? Tidakkah mereka tahu bahwa mereka itu beda? Zadok, sambil mengerahkan seluruh tenaganya untuk menggulingkan batu itu ke bawah bukit, tentunya akan sudah mengerti makna pasal pertama dari kitab Hakim-Hakim.
Sesungguhnya, kitab Hakim-Hakim merupakan suatu peringatan kepada siapa saja yang tinggal di suatu tempat yang bisa mencuri jiwa mereka. Beberapa abad setelah hakim-hakim hidup, Paulus memberikan peringatan yang pada dasarnya sama bagi semua orang Kristen yang tinggal di ibu kota Kekaisaran Romawi yang penuh kuasa, menggiurkan, dan berpengaruh, ketika ia berkata,
"Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna."Roma 12:2
Masih beberapa abad kemudian, pergumulan hidup di dalam tempat yang berbahaya diungkapkan dalam pujian yang indah ini:
O Yesus, aku telah berikrar Untuk melayani-Mu sampai akhir hidupku; Biarlah Engkau di dekatku selama-lamanya, Tuanku dan Sahabatku: Aku tidak akan takut pada pertempuran Jika Engkau ada di sisiku, Tidak juga menyimpang dari jalan Jika Engkau mau jadi Panduku O biarlah kurasakan Engkau dekat denganku: Dunia ini selalu dekat; Aku melihat pemandangan yang mempesona, Aku mendengar suara yang menggoda; Musuh-musuhkuselaludekatdenganku, Di dalam dan di sekelilingku; Tetapi, Yesus, lebih mendekatlah Engkau, Dan lindungilah jiwaku dari dosa.4
KESIMPULAN
Di zaman kita, kuasa yang menggoda iman dari tempat kita tinggal adalah selalu besar. Pasal pertama kitab Hakim-Hakim merupakan panggilan dari Allah yang membangunkan gereja untuk menyadari bahaya tersebut. Inilah waktunya— bahkan sudah lewat waktunya—bagi orang Kristen untuk melemparkan selimut nyaman penyesuaian diri dengan masyarakat dimana kita sudah terlalu lama tertidur. Inilah waktunya untuk mengajar anak-anak kita dan menyatakan kepada lingkungan kita, "Kami ini beda! Kami ini orang Kristen! Kami punya riwayat yang berbeda, perangkat nilai-nilai hidup yang berbeda!" Inilah waktunya untuk menguasai tempat kita tinggal; sebab jika tidak, tempat itu sudah pasti akan menguasai kita!
TFTWMS: Hakim-hakim (Pendahuluan Kitab) BELAJAR DARI MASA LALU
HAKIM-HAKIM: MENGARAH KE ATAS DITENGAH-TENGAH KEMEROSOTAN MORAL
Dalam dunia kita sekarang ini ada perasaan gelisah yang menye...
BELAJAR DARI MASA LALU
HAKIM-HAKIM: MENGARAH KE ATAS DITENGAH-TENGAH KEMEROSOTAN MORAL
Dalam dunia kita sekarang ini ada perasaan gelisah yang menyebar luas. Mungkin tidak kita tunjukkan secara khusus, tetapi banyak orang di planet kita ini memiliki perasaan bahwa dunia kita sedang jatuh berantakan. Meskipun banyak berita baik bisa dilaporkan di zaman kini, namun manusia di pelbagai tempat akan memberitahu Anda bahwa ada sesuatu yang salah dengan dunia kita ini. Begitulah keadaannya di kampung halaman saya, Amerika Serikat!
William Bennett, Menteri Pendidikan Amerika dari 1985 sampai 1988, menulis sebuah artikel dalam The Wall Street Journal dimana ia berusaha menjawab pertanyaan "Apakah masyarakat kita sedang merosot moralnya?"1Dengan mengumpulkan data dari beragam gejala sosial, Bennett membuat "Indeks Indikator Utama Masyarakat." Bahwa statistik itu menunjukkan kemerosotan moral tidaklah mengejutkan. Apa yang mengejutkan, menurut Bennett, adalah "betapa cepatnya kehidupan moral orang Amerika merosot tajam dalam jangka waktu tiga puluh tahun yang lewat, meskipun ada upaya yang sangat besar dari pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat." Ia meringkas penemuannya itu dalam sebuah paragraf pendek yang dilaporkan secara luas dan sangat efektif:
[Sejak 1960] ada peningkatan tindak kejahatan dengan kekerasan sebanyak 560%; kelahiran di luar nikah naik 419%; tingkat perceraian naik empat kali lipat; persentase anak-anak yanghidupdalamrumahtanggadenganorangtuatunggalnaik tiga kali lipat; tingkat bunuh diri anak-anak belasan tahun naik lebih dari 200%; .…2
Riset Bennett itu membuat dia sejalan dengan perkataan John Updike: "Fakta bahwa kita masih hidup dengan baik, dibandingkan dengan penduduk dari [beberapa negara], tidak bisa meredakan perasaan pedih bahwa kita tidak lagi hidup dengan moral yang mulia." Kita hidup dalam era yang menyedihkan, dan kita punya segudang alasan untuk merasa sangat risau terhadap masa depan dunia kita.
Ketika Fokus Pelayanan Keluarga milik James Dobson membuka beberapa tempat praktik baru di Colorado Springs, Chuck Colson diundang untuk berbicara pada acara peresmiannya. Colson, konspirator kasus Watergate yang dinyatakan bersalah, yang mendirikan Persekutuan Penjara dan yang telah menjadi jurubicara dalam masalah moral dan spiritual di zaman kita, memulai pidatonya dengan membuat daftar beberapa tindak kejahatan yang sangat keji pada tahun-tahun belakangan ini. Ia lalu berkomentar,
Di Amerika ada wajah baru kejahatan. Kejahatan tanpa alasan, kejahatan tanpa penyesalan. Kejahatan biasanya memiliki motif-serakah, ketamakan, kemarahan atau hawa nafsu. Sekarang ini, kejahatan merupakan olahraga, merupakan kesenangan. Di Amerika ini kita sedang menyaksikan hal yang sangat mengerikan yang bisa menimpa suatu masyarakat- kematian hati nurani.3
Meskipun begitu, kejahatan bukanlah satu-satunya petunjuk bahwa suatu kesalahan yang mengerikan sedang terjadi di negeri kita. Kita juga sedang menyaksikan lenyapnya konsensus moral di Amerika. Pandangan hidup populer "benar adalah apa yang kamu rasakan benar" mulai meminta korbannya yang mengerikan pada masyarakat Amerika. Colson melanjutkan,
Sejarawan Will Durant berkata tidak ada masyarakat beradab yang tanpa memiliki tatanan moral yang kuat pernah mampu bertahanhidupdalamsejarahumatmanusia.Iamenambahkan, juga tidak pernah ada tatanan moral yang tidak dibentuk oleh agama.4
Perkataan Colson yang paling menakutkan terdapat dalam ramalannya tentang masa depan:
Ketika rasa takut mulai merajalela, seseorang akan datang dengan menunggang kuda putih dan berkata, "Aku akan memberi kalian ketenteraman."Itulah yang terjadi pada bangsa Jerman pada tahun 1930an ketika Hitler sedang sangat populer. Ia berkata, "Aku akan memberi ketenteraman kepada masyarakat kalian." [Mungkin] lima tahun lagi akan ada kekacauan di Amerika dan seseorang yang menunggang kuda putih akan menawarkan diri untuk memberi ketenteraman atas kekacauan itu. Jika itu terjadi, akibatnya akan berupa tirani.5
Meskipun semuanya itu sangat meresahkan, namun masalah itu tidaklah baru. Di dalam Kitab Suci, kita menemukan sebuah kitab yang menceritakan dengan terinci masyarakat lain pada zaman lain ketika kekacauan melanda negeri itu. Pondasi masyarakat itu ambruk, dan pelbagai tindak kejahatan yang tak terbayangkan menjadi hal yang biasa. Seperti yang tampaknya benar di dalam beberapa masyarakat pada zaman kini, tidak ada kekuatan yang mampu memerintah dalam kemerosotan sosial yang tidak terkendali. Kisah tentang zaman dan tempat pada masa lalu itu yang dengannya kita memiliki begitu banyak kesamaan adalah Kitab Hakim-Hakim dalam Perjanjian Lama.
Kitab Hakim-hakim menceritakan sebuah kisah yang menyedihkan. Meskipun Anda mungkin mengaitkannya dengan "beberapa pahlawan" seperti Gideon dan Simson, namun sedikit saja yang bisa dipuji dari "Zaman Kegelapan" sejarah Israel itu. Pada akhirnya itu merupakan kisah tentang kegagalan. Apa yang pada mulanya seperti visi teokrasi yang mulia (bangsa yang diperintah oleh Allah) pada akhirnya tidak pernah terjadi. Ketika Allah memimpin Israel keluar dari Mesir, Ia memanggil mereka untuk menjadi sesuatu yang istimewa, sesuatu yang dunia belum pernah lihat sebelumnya.
Pada waktu Musa menghadap Allah di G. Sinai, Allah memanggil dia dari gunung itu dan berkata,
"Beginilah kaukatakan kepada keturunan Yakub dan kauberitakan kepada orang Israel: Kamu sendiri telah melihat apa yang Kulakukan kepada orang Mesir, dan bagaimana Aku telah mendukung kamu di atas sayap rajawali dan membawa kamu kepada-Ku. Jadi sekarang, jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan firman-Ku dan berpegang pada perjanjian-Ku, maka kamu akan menjadi harta kesayangan-Ku sendiri dari antara segala bangsa, sebab Akulah yang empunya seluruh bumi. Kamu akan menjadi bagi-Ku kerajaan imam dan bangsa yang kudus." (Keluaran 19:3b-6a).
Namun begitu, impian yang bagus sekali itu hancur di dalam kekacauan moral, rohani, dan sosial yang terjadi beberapa tahun setelah kematian Yosua. Oleh karena kegagalan yang tragis itu, seorang penulis pernah menggambarkan kitab Hakim-Hakim sebagai "siklus kemerosotan moral orang tak beriman di Tanah Terjanji."6
Kisah bangsa Israel itu menjadi begitu mudah diterka sehingga Kitab Hakim-Hakim bisa diuraikan sebagai sebuah siklus yang suram:
- 1. Israel melupakan Allah dan melakukan apa yang jahat.
- 2. Allah menyerahkan Israel ke tangan penindasnya.
- 3. Israel berseru kepada Allah.
- 4. Allah membangkitkan seorang pembebas.
- 5. Sang musuh ditaklukkan.
- 6. Negeri itu mengenyam kedamaian.
- 7. Israel melupakan Allah lagi dan melakukan apa yang jahat, awal dari siklus itu lagi.
Bagi Israel, seperti halnya dengan orang-orang yang kecanduan minuman keras dan narkoba di zaman kini, setiap kegagalan membawa mereka ke tempat yang lebih rendah daripada sebelumnya. Di akhir kitab Hakim-Hakim terdengar ratapan tersendiri yang diulang sebanyak empat kali:
Pada zaman itu tidak ada raja di antara orang Israel; setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri (17:6). Pada zaman itu tidak ada raja di antara orang Israel (18:1a). "pada zaman itu, ketika tidak ada raja di Israel, ."(19:1). Pada zaman itu tidak ada raja di antara orang Israel;setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri(21:25).
Ketentraman telah lenyap dari negeri itu. Hukum diabaikan, dan Allah dilupakan. Kebenaran lenyap, ketertiban sosial larut ke dalam anarkisme, dan kekerasan menjadi cara hidup. Keadaan itu sudah cukup untuk memasukkan Israel ke dalam istilah Colson "seseorang yang menunggang kuda putih." Akhirnya, ketika mereka meminta Samuel untuk mengurapi seorang raja bagi mereka, Allah memberitahu dia untuk memberitahukan peringatan terakhir kepada Israel:
Inilah yang menjadi hak raja yang akan memerintah kamu itu: anak-anakmu laki-laki akan diambilnya dan dipekerjakannya pada keretanya dan pada kudanya, dan mereka akan berlari di depan keretanya; ia akan menjadikan mereka kepala pasukan seribudankepalapasukanlimapuluh;merekaakanmembajak ladangnya dan mengerjakan penuaian baginya; senjata-senjatanya dan perkakas keretanya akan dibuat mereka. Anak-anakmu perempuan akan diambilnya sebagai juru campur rempah-rempah, juru masak dan juru makanan. Selanjutnya dari ladangmu, kebun anggurmu dan kebun zaitunmu akan diambilnya yang paling baik dan akan diberikannya kepada pegawai-pegawainya dari gandummu dan hasil kebun anggurmuakandiambilnyasepersepuluhdanakandiberikannya kepada pegawai-pegawai istananya dan kepada pegawai-pegawainya yang lain. Budak-budakmu laki-laki dan budak-budakmu perempuan, ternakmu yang terbaik dan keledai-keledaimu akan diambilnya dan dipakainya untuk pekerjaannya. Dari kambing dombamu akan diambilnya sepersepuluh, dan kamu sendiri akan menjadi budaknya. Pada waktu itu kamu akan berteriak karena rajamu yang kamu pilih itu, tetapi TUHAN tidak akan menjawab kamu pada waktu itu (1Samuel 8:11-18; huruf miring oleh saya).
Begitu perkataan Samuel yang penuh peringatan itu terdengar, Israel yang hiruk-pikuk lebih memilih seorang raja. Demikianlah, secara sejarah, kitab Hakim-Hakim berdiri sebagai jembatan antara penaklukkan oleh Yosua dan permulaan kerajaan di Israel. Hal itu menjawab pertanyaan mengapa, jika Allah sangat tidak menginginkan seorang raja, Israel malah memilihnya.
Kitab Hakim-Hakim berbicara lebih banyak daripada sekedar mengetengahkan siklus ketidaktaatan dan menjelaskan jatuhnya Israel menuju kerajaan; kitab itu membicarakan pelbagai persoalan hidup yang paling penting di dalam dunia kita zaman kini. Kitab itu meminta kita untuk meneliti ulang sikap kita yang hampir secara total menerima budaya/kebiasaan masyarakat kini. Kitab itu memperlihatkan kecenderungan kita untuk melupakan Allah ketika ada kedamaian di tempat kita dan "beragama" hanya ketika kita dalam kesusahan. Kitab itu dengan hidupnya menggambarkan pelbagai persoalan dan kepedihan yang timbul dari dosa, dan kitab itu berkali-kali mengingatkan kita bahwa Allah itu penuh kasih karunia dan rahmat. Semua tradisi, nama, dan bangsa memang telah berubah; namun dalam banyak hal masalah intinya tetaplah sama seperti di zaman kita sekarang. Mungkin tidak ada bagian lain dari Kitab Suci yang bicara dengan begitu penuh kuasanya terhadap pelbagai tantangan kehidupan yang bersifat khusus seperti halnya ketika umat Allah berada dalam masyarakat yang semakin memusuhi dan di luar kendali.
Kita bisa banyak belajar dari pengalaman Israel. Paulus mengatakannya dengan sangat baik sekali:
"Sebab segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, supaya kita teguh berpegang pada pengharapanolehketekunandanpenghiburandariKitabSuci." Roma 15:4
Maka, ini bukanlah kajian untuk orang-orang gugup yang berputus asa yang hanya ingin tetap mengkaji kemerosotan moral Israel kuno atau dunia zaman kini. Dengan memakai perkataan Paulus, hal ini terutama sekali merupakan kajian tentang "pengajaran," "ketekunan," "penghiburan," dan "pengharapan." Kabar buruknya adalah bahwa masyarakat itu sedang dalam kemerosotan moral. Kabar baiknya adalah bahwa Anda dan saya bisa setia kepada Allah, berani dalam iman kita dan percaya diri dalam hal masa depan kita, bahkan seandainya bangsa kita sedang merosot moralnya. Kita tidak perlu berjalan ke arah masyarakat kita berjalan. Dengan kata lain, kita bisa mengarah/melangkah ke atas, meskipun dalam kemerosotan moral!
Selamat datang di penjelajahan Kitab Hakim-Hakim. Perjalanan ini tidak akan mudah. Anda akan melihat pelbagai hal yang akan menggoncang diri Anda, melukai hati Anda, membuat Anda sakit, dan menghukum Anda. Dalam satu menit orang-orang itu akan mematahkan semangat Anda dan pada menit berikutnya akan membuat Anda sangat muak. Anda akan mengingat pelbagai kisah itu untuk seumur hidup Anda, meskipun Anda ingin melupakan beberapa kisah itu. Di dalam setiap pelajaran ini kita akan mempelajari ketrampilan bertahan hidup, seperti dalam pelajaran pertama dimana kita sudah melihat betapa pentingnya untuk "belajar dari masa lalu." Dari pelajaran ini kita semua bisa keluar dengan persiapan diri yang lebih baik untuk hidup sebagai orang yang beriman dalam zaman kita yang kacau ini. Itulah pencarian kita!
Catatan Akhir:
- 1 William Bennett, "Quantifying America’s Decline," Wall Street Journal (15 March 1993): A 12. Artikel ini belakangan dikembangkan menjadi buku, William J. Bennett, The Index of Leading Cultural Indicators (New York: Simon and Schuster, 1994).
- 2 Ibid.
- 3 Chuck Colson, "Where Did Our Conscience Go?" Focus on the Family (January 1994): 12.
- 4 Ibid., 13.
- 5 Ibid., 14.
- 6 E. John Hamlin, Judges: At Risk in the Promised Land (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1990), 13.
Pengarang: Bruce McClarty
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Hakim-hakim (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Episode ini diceritakan dalam Stanley Hauerwas and William H. Willimon, Resident Aliens (Nashville: Abingdon Press, 1989), 18.
...
Catatan Akhir:
- 1 Episode ini diceritakan dalam Stanley Hauerwas and William H. Willimon, Resident Aliens (Nashville: Abingdon Press, 1989), 18.
- 2 Lihat Hakim-Hakim 2:8-13; 3:7; 10:6.
- 3 James Michener, The Source (New York: Fawcett Crest, 1965), 173-240.
- 4 John E. Bode, "O Jesus, I Have Promised."
Pengarang: Bruce McClarty
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Hakim-hakim (Pendahuluan Kitab) HAKIM-HAKIM
PENGANTAR
Buku Hakim-hakim berisi kisah-kisah dari suatu zaman dalam sejarah Israel
sebelum bangsa itu menjadi suatu kerajaan. Itulah za
HAKIM-HAKIM
PENGANTAR
Buku Hakim-hakim berisi kisah-kisah dari suatu zaman dalam sejarah Israel sebelum bangsa itu menjadi suatu kerajaan. Itulah zaman antara pendudukan Kanaan dan berdirinya kerajaan Israel. Kisah-kisah tersebut adalah mengenai hal-hal yang dilakukan oleh pahlawan-pahlawan bangsa. Mereka lazimnya disebut hakim, tetapi kebanyakan dari mereka sebenarnya adalah pemimpin-pemimpin militer, dan bukan hakim menurut arti yang biasa. Salah seorang dari para pahlawan itu, yang sangat terkenal, ialah Simson. Kisahnya terdapat dalam Pasal 13-16 (Hak 13:1-16:31).
Ajaran utama dari buku ini ialah bahwa hanya dengan setia kepada Tuhan, umat Israel dapat bertahan terus; tetapi bila mereka meninggalkan Tuhan, mereka selalu mendapat kesukaran besar. Namun dalam masa yang demikian pun Allah selalu bersedia menolong umat-Nya apabila mereka bertobat dari dosa-dosa mereka dan beribadat kepada Allah.
Isi
- Peristiwa-peristiwa yang terjadi sampai pada kematian Yosua
Hak 1:1-2:10 - Pemimpin-pemimpin Israel
Hak 2:11-16:31 - Berbagai-bagai peristiwa
Hak 17:1-21:25
Ajaran: Hakim-hakim (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan melihat isi kitab Hakim-hakim setiap anggota jemaat mengerti akan
kebesaran kasih Allah dalam mengampuni umat-Nya, yang hidup d
Tujuan
Supaya dengan melihat isi kitab Hakim-hakim setiap anggota jemaat mengerti akan kebesaran kasih Allah dalam mengampuni umat-Nya, yang hidup dalam perbuatan dosa. Dan sekaligus melihat keadilan Allah dalam menghukum perbuatan-perbuatan dosa.
Pendahuluan
Penulis : Penulis kitab Hakim-hakim tidak disebutkan dengan jelas, tetapi ada kemungkinan penulisnya adalah Samuel.
Isi Kitab: Kitab Hakim-hakim terdiri dari 21 pasal. Kitab Hakim-hakim menceritakan keadaan umat Allah yang hidup dengan menuruti kemauannya sendiri dan memperlihatkan keadaan umat-Nya yang melupakan Dia.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Hakim-hakim
Pasal 1-3 (Hak 1:1-3:4).
Keadaan bangsa Israel sesudah kematian Yosua Dalam bagian pertama ini terlihat suatu putaran yang terjadi dalam kehidupan bangsa ini. Mereka berbuat dosa sehingga Tuhan memberikan hukuman. Di dalam penderitaan mereka berteriak minta tolong, maka Tuhan menjawab doa mereka dengan mengutus hakim-hakim untuk memimpin dan melindungi mereka. Tetapi setelah hakim itu mati, mereka berbuat jahat lagi. Oleh karena itu Tuhan memberi hukuman lagi supaya mereka harus tetap menurut jalan yang dikehendaki oleh Tuhan.
Pendalaman
- Bacalah pasal Hak 2:6-14. Mengapakah bangsa Israel dihukum oleh Allah? Dan apakah hukumannya?
- Bacalah pasal Hak 2:16-19. Apakah maksud Tuhan dengan memberikan hakim-hakim pada umat-Nya? Dan bagaimanakah perbuatan umat Allah ini setelah Haki tersebut mati?
Pasal 3-16 (Hak 3:5-16:31).
Riwayat Hakim-hakim dan pekerjaannya
Hakim-hakim yang diutus oleh Tuhan berjumlah 12 orang. Ada 6 hakim besar yaitu yang menghasilkan banyak kemenangan. Mereka itu adalah Otniel, Ehud, Debora, Gideon, Jefta dan Simson. Ada juga 6 hakim kecil yang menghasilkan kemenangan tapi tidak banyak yang tertulis mengenai mereka. Mereka itu adalah Samgar, Tola, Yair, Ebzan, Elon dan Abdon.
Pendalaman
- Bacalah pasal Hak 6:14. Melalui panggilan Gideon ini, apakah pekerjaan yan ditugaskan oleh Allah kepada Hakim-hakim?
- Apakah persoalan yang menjadi dasar bangsa Israe menderita? (Hak 8:33-34).
Pasal 17-21 (Hak 17:1-21:25).
Dua contoh kehidupan umat Allah, dalam perbuatan yang bejat
Bagian ini menjelaskan tentang: pertama, perbuatan Mikha dengan patungannya, yang mengakibatkan bangsa Israel menyembah berhala.
Dan kedua, dosa perzinahan yang sangat keji dari suku Benyamin, yang mengakibatkan terjadi perang saudara di antara bangsa Israel.
Pendalaman
- Bacalah pasal Hak 18:24,31. Berilah pendapat saudara terhadap perkataan pemili patung dalam pasal Hak 18:24.
- Bacalah pasal Hak 20:1-11. Apakah perbuatan dosa itu? Dan apakah akibatnya?
II. Kesimpulan/penerapan
Kitab Hakim-hakim mengajarkan kegagalan umat Allah dalam mentaati perjanjiannya kepada Allah dan akibat yang harus mereka alami dari ketidaktaatan itu.
Walaupun Allah melihat umat-Nya gagal dalam berjalan mengikut Dia karena ketidaktaatan, tetapi Dia tetap mengasihi umat-Nya dengan memberi penyelamatan untuk berdiri dari kejatuhannya.
Penderitaan kadang kala merupakan cara Allah mengajar umat-Nya yang tidak mau taat kepada-Nya.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis kitab Hakim-hakim?
- Apakah isi kitab Hakim-hakim?
- Siapakah nama Hakim-hakim umat Allah?
- Pelajaran rohani apakah yang saudara dapatkan dari mempelajari kita Hakim-hakim?
Intisari: Hakim-hakim (Pendahuluan Kitab) Lingkaran Dosa
HAKIM-HAKIMHakim-hakim merupakan kitab yang penting karena memberikan gambaran mengenai hubungan antara Yosua, yang memimpin bangsa Is
Lingkaran Dosa
HAKIM-HAKIM
Hakim-hakim merupakan kitab yang penting karena memberikan gambaran mengenai hubungan antara Yosua, yang memimpin bangsa Israel masuk ke Kanaan, dengan Saul, Daud dan raja-raja Israel lainnya. Selama masa hakim-hakim, Israel lambat laun belajar untuk menjadi suatu bangsa dan bukan lagi sebagai dua belas suku yang berdiri sendiri-sendiri.
PENULISNYA
Kita tidak tahu siapa penulis kitab itu. Mungkin juga dikumpulkan dari catatan-catatan pada masa itu dan lama sesudahnya baru diterbitkan. Tiga kali dinyatakan dalam kitab itu bahwa "pada masa itu Israel tidak mempunya raja" (Hak 17:6; 18:1; 21:25), hal ini mengisyaratkan bahwa kitab itu diterbitkan beberapa waktu sesudah kerajaan dibentuk.
SIAPA HAKIM-HAKIM ITU?
Judul kitab itu agak membingungkan, karena kedua belas "hakim-hakim" itu tidak semata-mata mengurusi masalah hukum; mereka adalah para pangeran yang diilhami oleh Roh Kudus untuk memberikan semacam kepemimpinan karismatis pada saat-saat diperlukan. Ada dua belas hakim, dan yang menarik ialah bahwa Yefta menyebut Allah sebagai "Tuhan, Hakim" (Hak 11:27), memakai panggilan yang sama seperti yang diberikan kepada para hakim. Mereka menyadari bahwa mereka dipimpin oleh kuasa ilahi dan bukan semata-mata pilihan manusia.
LINGKARAN DOSA
Kitab ini terdiri dari pendahuluan (Hak 1:1-2:5) dan lampiran (Hak 17:1-21:25), dan sisanya berisi kisah dari kedua belas hakim dan enam masa penindasan. Lingkaran peristiwa yang terjadi:
1. Rakyat hidup sejahtera. Tidak ada keperluan khusus dengan Allah. Oleh karena itu, Allah ditinggalkan dan ilah-ilah dari negara tetangga yang kafir mengambil alih kedudukan Allah.
2. Penindasan. Allah meninggalkan mereka menurut kemauan mereka sendiri. Allah membiarkan mereka mengurus diri mereka sendiri! Moab dan Amon, bangsa Filistin dan orang Midian semuanya berbalik menyerang Israel.
3. Pertobatan. Israel mengakui kesalahan mereka dan berbalik kepada Allah, memohon pengampunan. Setiap kali Allah selalu bersedia mengampuni dan memulihkan mereka.
4. Pembebasan. Seorang hakim muncul untuk membebaskan umat Allah. Setiap kali jelas bahwa Allahlah yang menyelamatkan melalui hakim itu.
5. Rakyat kembali hidup sejahtera... lingkaran dosa berulang kembali.
Pesan
Lingkaran dosa digambarkan dalam Hak 6:1-8:35
1. Tujuh tahun di bawah penindasan.
Perhatikan bagaimana kondisi bangsa Israel yang merosot tajam, hidup bagaikan orang gua di gunung-gunung sebelum mereka bersedia memohon pertolongan Allah. Hak 6:1-6
2. Tugas tanpa pamrih
Para hakim mendapatkan kemuliaan sebagai penyelamat dan menerima pernyataan terima kasih dari umat Allah. Nabi yang tak bernama ini mendapat tugas tidak enak untuk menyampaikan pesan Allah tentang penghakiman. Tetapi, ia melakukan apa yang diperintahkan Allah kepadanya. Hak 6:7-10
3. Tuhan menampakkan diri kepada Gideon
Apabila Allah menyelamatkan, hal itu harus dianggap sebagai penyelamatan Allah, bukan manusia (lihat Ula 7:6-11), dan oleh karenanya Allah memilih seorang yang tidak terkenal, Gideon, seorang yang dapat dipakai-Nya, yang tidak akan memegahkan dirinya. Hak 6:11-24
4. Suatu keputusan yang amat penting
Gideon masih harus menyatakan siapa dirinya. Dia harus membuat langkah yang pantang surut: ia menantang Baal dan berpihak kepada Allah. Perhatikan bagaimana pembelaan ayahnya ketika penduduk kota akan menghukum Gideon karena telah menghancurkan altar Baal: "Jika Baal itu allah, biarlah ia berjuang membela dirinya sendiri, setelah mezbahnya dirobohkan orang!". Tetapi, ia tidak dapat melakukannya karena ia bukan Allah. Hak 6:25-32
5. Peletakan guntingan bulu domba
Tetapi, dapat dimengerti jika Gideon mempunyai keraguan. Lihatlah betapa sabar Allah terhadapnya, dan dorongan semangat yang diperlukan Gideon. Hak 6:33-40
6. Orang Midian dikalahkan
Prajurit mereka seperti belalang banyaknya (Hak 7:12). Gideon hanya mempunyai 32.000 tentara. Jumlah ini cukup besar bagi pasukan Israel. Dikurangi hingga menjadi 10.000 ketika orang-orang yang takut pulang. Dikurangi lagi sampai mencapai 300 ketika mereka yang tidak waspada dikirim pulang. Tetapi, 300 tentara disertai Allah sudah cukup. Hak 7:1-25
7. Gideon menghadapi lebih banyak masalah
Suku Efraim ingin diikutsertakan dalam kemenangan (meskipun mereka mungkin tidak terlalu bersemangat sebelum pertempuran dimulai). Catatlah bagaimana Gideon mengendalikan reaksinya terhadap provokasi langsung itu. Dan, orang Sukot tidak membantu Gideon. Mereka ingin memastikan hasil peperangan sebelum memihak kepada salah satu pasukan. Oleh karena itu, Gideon berjuang tanpa mereka. Tetapi, mereka kehilangan kesukaan berada di pihak yang menang. Hak 8:1-21
8. Gideon menjadi masalah
Tragedi: kemenangan telah memalingkan kepalanya. Ataukah emas yang telah memalingkan kepalanya; emas yang merebut kedudukan Allah? Hak 8:22-27
9. Kematian Gideon.
Rakyat kembali menyembah Baal. Hak 8:28-35
Penerapan
1. Kelemahan manusia yang tidak ditopang
Kitab Hakim-hakim meliputi suatu periode selama kurang lebih 400 tahun. Dalam jangka waktu yang relatif singkat ini dua belas orang penyelamat harus dicari untuk menyelamatkan bangsa Israel dari akibat perbuatan mereka. Mereka bukannya tidak tahu fakta sejarah. Mereka seharusnya tahu apa yang selalu terjadi apabila mereka meninggalkan Allah. Namun demikian, berkali-kali mereka menjalani rute yang sama, yaitu rute pemberontakan. "Yang kita pelajari dari sejarah ialah bahwa kita tidak pernah belajar apa pun dari sejarah". Secara rohani, hal ini rupanya benar. Manusia tanpa Allah tidak berdaya. Orang Kristen tanpa Roh Allah tidak dapat menguasai keadaan. Kitab Hakim-hakim memberikan kepada kita suatu pelajaran yang tidak dapat disangkal, yang menunjukkan betapa kita memerlukan seorang Penyelamat.
2. Anugerah Allah yang tidak layak kita terima.
Pelajaran penting kedua yang kita dapat dari Hakim-hakim ialah bahwa Allah selalu dan dengan tanpa syarat siap untuk mengampuni dan menyelamatkan orang bertobat (Yes 65:1-3). Tetapi, pelajaran kedua ini juga merupakan peringatan kepada kita bahwa kita diharapkan untuk menunjukkan kemurahan yang sama kepada sesama. Lebih dari itu jika kita tidak mengampuni orang lain, kita tidak dapat berharap untuk diampuni (Mat 6:15).
3. Para pemimpin perlu bersikap rendah hati
Pelajaran penting ketiga dari Hakim-hakim ialah bahwa Allahlah yang menghakimi dan menyelamatkan, bukan manusia. Mudah bagi para pemimpin untuk menganggap bahwa Allah memerlukan mereka, atau gereja memerlukan mereka; dan bahwa mereka sangat dibutuhkan. Perhatikan bagaimana Allah memilih Gideon, orang yang paling tidak diindahkan dalam keluarganya dan yang paling tidak dianggap dalam sukunya. Allah ditambah dengan orang tidak terkenal berarti kuasa!
Tema-tema Kunci
1. Bahaya sinkretisme
Sinkretisme berarti mencampurbaurkan segala sesuatu; yang baik dan yang jahat. Hal-hal yang berhubungan dengan Allah dengan yang manusiawi. Ketika bangsa Israel memasuki Kanaan, mereka menemukan banyak agama yang dapat mereka pilih. Tampaknya dewa-dewa orang Kanaan dapat membantu mereka untuk bertani dengan baik dan bertempur dalam peperangan. Tetapi, tata ibadah mereka sungguh-sungguh melanggar kesusilaan. Orang Kanaan tetap tinggal di situ dan bekerja pada orang Israel (Hak 1:28, 30, 33, 35). Tetapi, agama orang Kanaan lambat laun memperlemah bangsa Israel, dan merampas mereka dari Allah. Perhatikan kata-kata Tuhan Yesus: "Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon" (Mat 6:24). Pelajari pengajaran Alkitab mengenai penyelewengan (misalnya: 1Ko 5; 2Ko 6:14-18; 1Yo 2:15-17).
2. Keputusan yang amat penting.
Orang Kristen diubahkan dari suatu cara hidup yang lama kepada cara hidup yang lain. Sering kali perubahan ini menyebabkan krisis. Kita tahu bahwa setelah diubahkan tidak ada jalan untuk berbalik. Ini dapat berarti melakukan sesuatu yang baru, misalnya pergi ke gereja. Mungkin juga hal itu berarti membagi-bagikan harta. Bagi Gideon ini berarti meruntuhkan sebuah patung dewa. Tidak mungkin hanya mencoba-coba menjadi Kristen untuk melihat apakah sesuai dengan keinginan kita. Seperti halnya Gideon yang membatalkan niatnya untuk mengundurkan diri lalu menyerahkan dirinya ke dalam tangan Allah, demikian juga halnya dengan kita ketika kita datang kepada Kristus. Pelajari beberapa keputusan penting yang ada dalam Alkitab. Perhatikan para tukang sihir yang membakar buku-buku sihir mereka (Kis 19:19); Rut yang tinggal bersama ibu mertuanya (Rut 1:1-18); dan Rahab yang memutuskan untuk memberikan perlindungan kepada mata-mata Yosua (Yos 2:1-21); Yos 6:22-25). Keputusan penting apa saja yang dapat Anda pikirkan bagi orang yang menjadi Kristen dewasa ini?
3. Pertobatan
Pertobatan merupakan satu-satunya syarat bagi pembebasan bangsa Israel. Tetapi, apakah sebenarnya pertobatan? Gunakanlah konkordansi untuk mempelajari tema yang sangat penting di dalam Alkitab ini. Berikut ini beberapa ayat untuk memulai telaah Anda: Mat 21:28-32; Luk 15:3-7, 17-20; 2Sa 12:7-17; Maz 51; 1-10; Kis 8:20-22; 2Ko 7:9-11.
Garis Besar Intisari: Hakim-hakim (Pendahuluan Kitab) [1] PENDUDUKAN KANAAN Hak 1:1-2:5
Hak 1:1-21Yehuda dan Simeon merintis jalan
Hak 1:22-25Yusuf mengikuti jejak mereka
Hak 1:26-36Keberhasilan yang
[1] PENDUDUKAN KANAAN Hak 1:1-2:5
Hak 1:1-21 | Yehuda dan Simeon merintis jalan |
Hak 1:22-25 | Yusuf mengikuti jejak mereka |
Hak 1:26-36 | Keberhasilan yang terbatas: akibat kompromi |
Hak 2:1-5 | Hari depan yang terbatas: respons Tuhan terhadap kompromi |
[2] PEMERINTAHAN KEDUA BELAS HAKIM Hak 2:6-16:31
Hak 2:6-9 | Penjelasan: kematian Yosua |
Hak 2:10-23 | Lingkaran dosa dijelaskan |
Hak 3:1-6 | Lingkungan yang tidak ramah akibat kompromi |
Hak 3:7-11 | Hakim pertama, Otniel |
Hak 3:12-14 | Berada dalam penindasan selama delapan belas tahun |
Hak 3:15-25 | Hakim kedua, Ehud |
Hak 3:26-30 | Keadaan damai selama delapan puluh tahun |
Hak 3:31 | Hakim ketiga, Samgar |
Hak 4:1-3 | Berada dalam penindasan selama dua puluh tahun |
Hak 4:4, 5 | Hakim keempat, Debora |
Hak 4:6-10 | Barak di bawah perintahnya |
Hak 4:11-24 | Sisera, komandan tentara Kanaan dibunuh oleh seorang wanita |
Hak 5:1-31 | Sebuah duet |
Hak 6:1-6 | Berada dalam penindasan selama tujuh tahun |
Hak 6:7-24 | Hakim kelima, Gideon |
Hak 6:25-32 | Tantangan kepada Baal |
Hak 6:33-40 | Peletakan guntingan bulu domba |
Hak 7:1-25 | Orang Midian dikalahkan |
Hak 8:1-21 | Masalah yang dihadapi Gideon bertambah |
Hak 8:22-27 | Gideon menjadi masalah |
Hak 8:28-35 | Kematian Gideon |
Hak 9:1-57 | Anak laki-laki Gideon mengambil alih pimpinan |
Hak 10:1-2 | Hakim keenam, Tola |
Hak 10:3-5 | Hakim ketujuh, Yair |
Hak 10:16-18 | Berada dalam penindasan selama delapan belas tahun |
Hak 11:1-33 | Hakim ke delapan Yefta |
Hak 11:34-40 | Akibat yang luar biasa dari sumpah yang diucapkan dengan tergesa-gesa |
Hak 12:1-7 | Keluhan suku Efraim |
Hak 12:8-15 | Tiga hakim kecil: Ebzan, Elon dan Abdon |
Hak 13:1-25 | Hakim kedua belas, Simson |
Hak 14:1-20 | Perkawinannya, dan suatu tipu muslihat |
Hak 15:1-20 | Pembalasan Simson |
Hak 16:1-22 | Simson dan Delila |
Hak 16:23-31 | Kematian Simson |
[3] BUNGAI RAMPAI SEJARAH Hak 17:1-21:25
Hak 17:1-18:31 | Mikha dan suku Dan |
Hak 19:1-21:25 | Perang saudara |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi