Teks -- Hakim-hakim 11:34 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Jerusalem -> Hak 10:6--12:7; Hak 11:29-40
Jerusalem: Hak 10:6--12:7 - -- Yefta yang riwayatnya dimuat di sini adalah seorang "Hakim kecil". Sebab tentang dia disajikan catatan sama seperti tentang "hakim-hakim kecil" lain: ...
Yefta yang riwayatnya dimuat di sini adalah seorang "Hakim kecil". Sebab tentang dia disajikan catatan sama seperti tentang "hakim-hakim kecil" lain: mengenai keluarganya, Hak 11:1-2; mengenai zaman tampilnya dan tempat kuburnya, Hak 12:7. Tetapi mengenai Yefta beredar sebuah ceritera yang menggambarkannya sebagai penyelamat yang mirip dengan "Hakim-hakim besar". Kata pendahuluan ceritera itu, Hak 10:6-18, sangat diperluas oleh penyusun kitab Hakim, sehingga serupa dengan Hak 2:6-19. Pada kisah mengenai perang pembebasan dengan orang Amon, Hak 11:1-11,29,32-33, ditambah catatan buatan penyusun kitab mengenai pesan yang disampaikan Yefta kepada raja orang Amon, Hak 11:12-28, dan juga ceritera tentang nazar Yefta, Hak 11:30-31,34-40. Akhirnya masih ditambah juga sebuah ceritera mengenai bentrokan antara suku Efraim dengan kaum Gilead, Hak 12:1-6.
Jerusalem: Hak 11:29-40 - -- Ceritera mengenai nazar Yefta, Hak 11:30-31,34-40, ini aslinya bermaksud menjelaskan asal usul sebuah pesta tahunan yang dirayakan di Gilead, Hak 11:4...
Ceritera mengenai nazar Yefta, Hak 11:30-31,34-40, ini aslinya bermaksud menjelaskan asal usul sebuah pesta tahunan yang dirayakan di Gilead, Hak 11:40; arti sebenarnya perayaan itu tidak diketahui. Isi ceritera ini jangan diperlemah: Yefta benar-benar mempersembahkan anak perempuannya sebagai korban, Hak 11:39, agar jangan mengingkari nazarnya, Hak 11:31. Umat Israel tidak pernah membenarkan korban manusia semacam itu, hal mana sudah nampak dalam Kej 22. Penulis Hakim tidak mencela kelakuan Yefta itu, tetapi sebaliknya mau menekankan bahwa orang harus menepati nazar yang diikrarkan.
Ende -> Hak 10:6--12:7
Ende: Hak 10:6--12:7 - -- Kisah mengenai Jeftah itu penuh makna. Jeftah adalah kepala gerombolan, tetapi
seorang jang setia pada agama Jahwe. Sesungguhnja ia tidak mengertinja ...
Kisah mengenai Jeftah itu penuh makna. Jeftah adalah kepala gerombolan, tetapi seorang jang setia pada agama Jahwe. Sesungguhnja ia tidak mengertinja dengan baik2. Ia mempersembahkan puterinja sebagai sebagai kurban kepada Jahwe, hal mana dilarang dengan keras oleh agama Jahudi. Tetapi Jeftah menganggap itu sebagai kewadjibannja terhadap Allah dan, betapapun beratnja, ia mau setia. Dalam kisah ini muntjullah pula suatu usaha untuk mentjiptakan suatu keradjaan. Tjeritera itu achirnja memuat tradisi2 jang kuno sekali (beberapa mungkin mengenai hal jang sama) dari marga Gile'ad, suku Gad jang daerahnja diseberang Jarden.
Endetn -> Hak 11:34
Endetn: Hak 11:34 - dia diperbaiki menurut terdjemahan Junani. Kata pengganti orang dalam naskah Hibrani menundjuk laki2.
diperbaiki menurut terdjemahan Junani. Kata pengganti orang dalam naskah Hibrani menundjuk laki2.
Ref. Silang FULL -> Hak 11:34
Ref. Silang FULL: Hak 11:34 - memukul rebana // serta menari-nari // yang tunggal · memukul rebana: Kej 31:27; Kej 31:27; Kel 15:20; Kel 15:20
· serta menari-nari: Kel 15:20; Kel 15:20
· yang tunggal: Za 12:10
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Hak 11:29-40
Matthew Henry: Hak 11:29-40 - Nazar Yefta Nazar Yefta (11:29-40)
Dalam perikop ini kita mendapati Yefta bersorak-sorak atas kemenangan gemilang yang diraihnya, tetapi, sebagai noda dari suk...
Nazar Yefta (11:29-40)
- Dalam perikop ini kita mendapati Yefta bersorak-sorak atas kemenangan gemilang yang diraihnya, tetapi, sebagai noda dari sukacitanya itu, ia dibuat susah dan berduka oleh nazar yang dengan gegabah telah diucapkannya.
- I. Kemenangan Yefta sungguh jelas, dan bersinar dengan sangat terang, baik bagi kehormatannya, dalam membela perkara yang benar, maupun bagi kehormatan Allah, dalam mengakui perkara yang benar itu.
- 1. Allah memberikan roh yang luar biasa kepada Yefta, dan Yefta pun memanfaatkannya dengan berani (ay. 29). Ketika tampak, melalui suara bulat seluruh rakyat yang memilihnya sebagai kepala mereka, bahwa Yefta mendapat panggilan yang begitu jelas untuk berperang melawan bani Amon, dan, melalui kekerasan hati raja bani Amon yang menolak untuk mendengarkan permohonan damai, bahwa Yefta mempunyai alasan yang begitu benar untuk melaksanakan perang itu, pada saat itulah Roh Tuhan hinggap atasnya, dan sungguh meningkatkan segenap kemampuan ragawi yang memang sudah dimilikinya. Roh Tuhan itu memenuhinya dengan kuasa dari atas, dan membuatnya semakin berani dan semakin bijak daripada sebelum-sebelumnya, dan semakin terbakar oleh semangat yang kudus untuk melawan musuh-musuh bangsanya. Dengan ini, Allah meneguhkan Yefta di dalam tugasnya, dan memberinya jaminan keberhasilan di dalam upayanya. Setelah digerakkan seperti itu, Yefta tidak membuang-buang waktu, dan dengan tekad yang gigih segera maju ke medan perang. Diberikan perhatian khusus tentang cara yang dipakai Yefta untuk berjalan menuju perkemahan musuh, mungkin karena dipilihnya cara itu menjadi contoh dari kebijaksanaan luar biasa yang dengannya Roh Tuhan telah memperlengkapi dia. Sebab barangsiapa hidup dengan jujur menurut Roh akan dipimpin ke jalan yang benar.
- 2. Allah memberi Yefta keberhasilan yang gemilang, dan Yefta pun memanfaatkan pemberian itu dengan gagah berani (ay. 32): TUHAN menyerahkan bani Amon ke dalam tangannya, dan dengan demikian memberikan penghakiman atas pembelaan Yefta dengan mendukung perkara yang benar, dan membuat orang-orang yang tidak mau tunduk kepada kekuatan akal budi, merasakan kekuatan perang. Sebab Dialah Hakim yang adil, yang duduk di atas takhta. Yefta tidak menyia-nyiakan keuntungan-keuntungan yang diberikan kepadanya, tetapi terus mengejar dan menuntaskan kemenangannya. Setelah mengalahkan habis-habisan pasukan bani Amon di medan perang, ia mengejar mereka hingga ke kota-kota mereka, dan di sana ia memukul dengan mata pedang semua orang yang ditemuinya bersenjata, sehingga mereka dibuat sama sekali tidak berdaya untuk mengusik Israel (ay. 33). Akan tetapi, tidak tampak bahwa ia membinasakan bani Amon sampai habis, seperti Yosua yang telah menghabisi bangsa-bangsa yang dikhususkan untuk ditumpas, atau bahwa Yefta mengajukan dirinya untuk menjadi penguasa atas negeri itu, meskipun sikap bani Amon yang mengaku-aku memiliki negeri Israel bisa saja memberinya alasan untuk bertindak demikian. Hanya saja Yefta memastikan agar bani Amon benar-benar ditundukkan. Meskipun upaya jahat orang lain kepada kita akan membenarkan kita untuk mempertahankan hak kita, namun itu tidak memberi kita wewenang untuk menjahati mereka.
- II. Nazar Yefta itu gelap, terlalu mengawang-awang dan diucapkan dengan gegabah. Pada waktu Yefta berjalan keluar dari rumahnya untuk melaksanakan tugas berbahaya ini, di dalam doanya kepada Allah untuk menyertainya, ia mengucapkan suatu sumpah atau nazar yang rahasia namun sungguh-sungguh kepada Allah. Yaitu bahwa apabila Allah dengan penuh rahmat mau membawanya kembali pulang sebagai pemenang, maka siapa pun atau apa pun yang pertama kali keluar dari rumahnya untuk menyambutnya akan diserahkan kepada Allah, dan dipersembahkan sebagai korban bakaran. Sekembalinya pulang, oleh karena berita kemenangan Yefta telah sampai ke rumahnya mendahului dia, putri tunggalnya menyongsongnya dengan ungkapan-ungkapan sukacita yang memang pada tempatnya. Ini membuat pikiran Yefta sungguh kacau, namun semuanya sudah terlambat. Setelah mengambil beberapa saat untuk meratapi kemalangannya, putri Yefta dengan senang hati tunduk kepada nazar Yefta. Nah,
- 1. Ada beberapa pelajaran berharga yang dapat diambil dari kisah ini.
- (1) Bahwa bahkan di dalam hati orang yang sungguh-sungguh percaya pun tetap ada rasa tidak percaya dan keraguan. Yefta mempunyai cukup alasan untuk yakin bahwa ia akan berhasil, terutama ketika ia mendapati bahwa Roh Tuhan menghinggapinya, namun demikian, ketika ia betul-betul akan menghadapi bani Amon, ia tampak ragu (ay. 30): Jika Engkau sungguh-sungguh menyerahkan bani Amon itu ke dalam tanganku, maka aku akan berbuat ini dan itu. Dan mungkin perangkap yang menjerat Yefta oleh nazarnya ini dirancang untuk memperbaiki kelemahan imannya, dan keangkuhan yang dimilikinya bahwa ia tidak bisa menjanjikan dirinya sendiri kemenangan kecuali ia menawarkan sesuatu yang berharga untuk diserahkan kepada Allah sebagai gantinya.
- (2) Bahwa sekalipun begitu sangatlah baik, ketika kita sedang mengejar atau mengharapkan suatu belas kasih, untuk bernazar kepada Allah bahwa kita akan melayani-Nya dengan suatu perbuatan yang dapat diterima. Bukan sebagai bayaran dari perkenanan yang kita inginkan, melainkan sebagai ungkapan rasa syukur kita kepada-Nya serta kesadaran kita yang mendalam akan kewajiban-kewajiban kita untuk memberikan balasan menurut kebaikan yang dilakukan kepada kita. Perkara yang mendasari nazar khusus seperti itu (Im. 27:2) haruslah merupakan sesuatu yang secara jelas dan langsung dapat membantu meninggikan kemuliaan Allah, serta memajukan kepentingan-kepentingan kerajaan-Nya di antara manusia, atau membuat kita lebih giat dalam melayani-Nya, dan dalam melakukan apa yang sebelumnya memang sudah menjadi kewajiban kita.
- (3) Bahwa kita harus sangat berhati-hati dan penuh pertimbangan sebelum membuat nazar-nazar seperti itu, supaya jangan sampai, karena menuruti perasaan yang sedang kita rasakan, sekalipun itu semangat yang penuh kesalehan, kita menjerat hati nurani kita sendiri, dan melibatkan diri kita dalam rupa-rupa kebingungan, serta pada akhirnya terpaksa berkata di hadapan utusan Allah bahwa kita khilaf (Pkh. 5:1-5). Suatu jerat bagi manusia ialah kalau ia tanpa berpikir dan terburu-buru mengatakan “Kudus” tanpa mempertimbangkan dengan semestinya quid valeant humeri, quid ferre recusent – apa yang mampu atau tidak mampu kita laksanakan, dan tanpa menyisipkan syarat dan ketentuan yang diperlukan, yang dapat mencegah kita terjerat, dan sesudah bernazar baru menimbang-nimbang segala sesuatu yang seharusnya sudah dipertimbangkan sebelumnya (Ams. 20:25). Biarlah kemalangan Yefta ini menjadi peringatan bagi kita dalam perkara ini (lihat Ul. 23:22).
- (4) Bahwa apa yang telah kita nazarkan dengan sungguh-sungguh kepada Allah harus kita laksanakan dengan penuh rasa tanggung jawab, apabila itu memang dapat dilakukan dan tidak melanggar hukum, meskipun itu sangat sulit dan menyusahkan bagi kita. Rasa tanggung jawab Yefta yang sungguh besar terhadap nazarnya itu haruslah senantiasa menjadi milik kita juga (ay. 35): “Aku telah membuka mulutku bernazar kepada TUHAN, dan tidak dapat aku mundur,” artinya, “Aku tidak bisa menarik nazarku sendiri, sudah terlambat, dan tidak ada kuasa apa pun di bumi yang dapat menggugurkannya, atau melepaskanku dari ikatanku.” Nazar itu milikku sendiri, dan tetap dalam kuasaku (Kis. 5:4), tetapi sekarang tidak demikian adanya. Bernazarlah dan bayarlah nazarmu itu (Mzm. 76:12). Kita menipu diri sendiri apabila kita mencoba mempermainkan Allah. Apabila kita menerapkan sikap ini pada persetujuan yang telah kita berikan dengan sungguh-sungguh, dalam nazar suci kita, terhadap kovenan anugerah yang diadakan dengan para pendosa yang malang di dalam Kristus, betapa itu akan menjadi alasan yang kuat untuk melawan segala dosa, yang melalui nazar itu kita telah mengikat diri untuk tidak melakukannya, dan betapa itu menjadi pendorong yang kuat bagi kita untuk melaksanakan kewajiban, yang melalui nazar itu kita telah mengikat diri untuk melakukannya, dan betapa itu menjadi jawaban yang siap sedia terhadap setiap godaan! “Aku telah membuka mulutku kepada TUHAN, dan tidak dapat aku mundur. Oleh karena itu, aku harus terus maju. Aku telah bernazar, dan aku harus, aku akan, melaksanakannya. Janganlah pernah aku berani mempermainkan Allah.”
- (5) Bahwa sudah sepatutnya anak-anak dengan taat dan riang hati tunduk kepada orangtua mereka di dalam Tuhan, dan khususnya patuh terhadap tekad yang penuh kesalehan dari orangtua mereka untuk menghormati Allah dan menjaga agama di dalam keluarga mereka, meskipun orangtua mereka galak dan keras. Seperti orang-orang Rekhab, yang selama sekian banyak angkatan dengan saleh mematuhi perintah Yonadab bapa leluhur mereka untuk tidak minum anggur, dan seperti putri Yefta di sini, yang demi memuaskan tuntutan hati nurani ayahnya, dan demi kehormatan Allah serta negerinya, menyerahkan dirinya sebagai seorang yang dikhususkan untuk menjadi persembahan (ay. 36): “Perbuatlah kepadaku sesuai dengan nazar yang kauucapkan itu. Aku tahu bahwa aku ini kesayanganmu, tetapi aku siap menerima bahwa Allah harus menjadi yang lebih engkau sayangi.” Seorang ayah dapat membatalkan nazar apa pun yang diucapkan putrinya (Bil. 30:5), tetapi putrinya itu tidak dapat membatalkan atau membuat tidak berlaku nazar yang diucapkan oleh sang ayah, sekalipun itu nazar yang seperti ini. Perbuatan ini mengagungkan perintah Allah yang kelima.
- (6) Bahwa kesedihan sahabat-sahabat kita haruslah menjadi kesedihan kita. Pada waktu putri Yefta pergi untuk menangisi nasibnya yang malang, teman-temannya sesama gadis ikut pergi meratap bersamanya (ay. 38). Ia biasa bergaul dengan teman-teman perempuan sebayanya, yang sudah pasti berharap bahwa, karena sekarang ayahnya seketika menjadi orang yang begitu hebat, segera setelah ayahnya itu kembali, mereka akan menari di pesta pernikahannya. Akan tetapi mereka menjadi sangat kecewa ketika mereka diajak untuk pergi ke pegunungan bersamanya dan ikut berbagi dalam kepedihannya. Orang-orang yang hanya mau bersukaria bersama kita, dan tidak mau menangis bersama kita, tidak layak disebut sebagai sahabat.
- (7) Bahwa semangat kepahlawanan demi kehormatan Allah dan Israel, meskipun dinodai oleh kelemahan dan ketidakbijaksanaan, pantas diingat sepanjang masa. Sudah sepantasnya anak-anak perempuan Israel setiap tahun merayakan kenangan yang terhormat akan putri Yefta ini, yang bahkan tidak mengindahkan nyawanya sendiri seperti seorang pahlawan yang mulia, ketika Allah telah mengadakan pembalasan terhadap musuh-musuh Israel (ay. 36). Suatu perbuatan langka dari seseorang yang lebih mengutamakan kepentingan umum daripada nyawanya sendiri seperti itu tidak pernah boleh dilupakan. Kedudukannya sebagai perempuan melarangnya untuk ikut berperang, dan dengan begitu untuk ikut meregang nyawa di medan pertempuran, sehingga sebagai gantinya, ia mempertaruhkan nyawanya lebih jauh lagi untuk menyemarakkan kemenangan ayahnya. Mungkin ia melakukannya dengan penuh kesadaran, karena ia sudah tahu sedikit banyak tentang nazar ayahnya, dan melakukannya dengan sengaja, karena ayahnya berkata kepadanya (ay. 35), engkau membuat hatiku hancur luluh. Begitu gembiranya ia dengan kemenangan yang membawa kebaikan bagi semua orang itu, sehingga ia bersedia menyerahkan dirinya untuk dipersembahkan sebagai korban syukur untuk kemenangan itu, dan akan menganggap hidupnya dikorbankan untuk hal yang baik apabila diserahkan dalam peristiwa yang begitu besar itu. Putri Yefta memandang bahwa suatu kehormatan untuk mati, bukan sebagai korban pendamaian bagi dosa orang Israel karena kehormatan itu disediakan untuk Kristus semata, melainkan sebagai korban syukur atas belas kasihan terhadap orang Israel.
- (8) Dari keprihatinan Yefta pada kesempatan ini, kita harus belajar untuk tidak menganggap aneh apabila hari-hari kemenangan kita di dunia ini, karena satu atau lain alasan, ternyata menjadi hari-hari kedukaan kita, dan karena itu kita harus senantiasa bergembira dengan gentar. Kita mengharapkan datangnya hari kemenangan pada masa mendatang yang tidak akan ternodai.
- 2. Akan tetapi, ada beberapa pertanyaan sulit yang benar-benar muncul perihal kisah ini, yang telah menjadi perbincangan di antara para cendekiawan. Saya hanya akan membahas sedikit mengenai hal ini, karena Matthew Poole (theolog Inggris abad ke-17 – pen.) telah mengupasnya dengan sangat mendalam di dalam bukunya, English Annotations on the Holy Bible.
- (1) Sulit untuk mengatakan apa yang sesungguhnya dilakukan Yefta terhadap putrinya dalam rangka memenuhi nazarnya itu.
- [1] Sebagian penafsir berpendapat bahwa Yefta hanya menetapkan putrinya menjadi seorang biarawati. Dan bahwa karena mempersembahkan putrinya sebagai korban bakaran, menurut salah satu bagian nazarnya karena mereka menganggap nazar itu bersifat pilihan, tidak diperbolehkan dalam hukum Taurat, maka menurut bagian yang lain dari nazarnya, Yefta menetapkan putrinya itu menjadi kepunyaan TUHAN. Artinya, putrinya itu sama sekali mengasingkan diri dari segala urusan duniawi, termasuk di dalamnya pernikahan, dan membaktikan diri sepenuhnya untuk melakukan segenap pekerjaan Allah seumur hidupnya. Pandangan ini muncul oleh sebab dikatakan bahwa putri Yefta itu menangisi kegadisannya (ay. 37-38), dan bahwa ia tidak pernah kenal laki-laki (ay. 39). Akan tetapi, apabila Yefta memang mempersembahkannya sebagai korban, maka cukup menjadi alasan bagi putrinya untuk meratapi. Bukan meratapi kematiannya, karena kematian itu dimaksudkan bagi kehormatan Allah, dan ia akan bersedia menjalaninya dengan penuh sukacita, melainkan keadaan yang tidak menyenangkan dari kematian itu, yang baginya lebih menyedihkan daripada perkara lain, karena ia merupakan anak tunggal ayahnya, harapan ayahnya untuk meneruskan namanya dan keluarganya. Yaitu bahwa ia tidak menikah, sehingga tidak meninggalkan keturunan untuk mewarisi kehormatan dan kekayaan ayahnya. Oleh karena itu, diberi perhatian secara khusus (ay. 34) bahwa selain dirinya, Yefta tidak memiliki anak laki-laki ataupun perempuan. Tetapi yang membuat saya berpikir bahwa Yefta tidak berlaku demikian untuk memenuhi nazarnya, atau lebih tepatnya untuk mengelak dari nazarnya, adalah bahwa kita tidak menjumpai adanya hukum, adat istiadat, atau kebiasaan, di dalam seluruh isi Perjanjian Lama, yang sedikit pun menyiratkan bahwa hidup selibat merupakan suatu bagian atau peraturan dalam agama. Atau bahwa siapa pun, laki-laki atau perempuan, dipandang lebih kudus, atau lebih menjadi kepunyaan Tuhan, atau dikhususkan bagi-Nya, apabila ia hidup tidak menikah. Hidup selibat juga bukan merupakan bagian dari hukum para imam atau orang nazir. Debora dan Hulda, keduanya nabiah, secara khusus dituliskan sebagai perempuan-perempuan yang menikah. Selain itu, seandainya putri Yefta hanya ditetapkan untuk menjalani hidup selibat, maka ia tidak perlu meminta waktu selama dua bulan ini untuk menangisi kegadisannya, karena ia mempunyai seumur hidupnya untuk melakukan itu, apabila ia melihat alasan untuk melakukannya. Dia pun tidak perlu bersedih seperti itu karena akan meninggalkan teman-temannya, karena orang-orang yang mendukung pandangan ini memahami bahwa apa yang dikatakan dalam ayat 40 itu merupakan kunjungan teman-temannya untuk berbicara dengan anak perempuan Yefta, seperti dalam tafsiran yang agak luas, empat hari dalam setahun. Oleh sebab itu,
- [2] Lebih besar kemungkinan bahwa Yefta mempersembahkan putrinya sebagai korban, persis seperti nazarnya, oleh sebab kekeliruannya memahami hukum yang berbicara tentang orang-orang yang dikhususkan untuk ditumpas oleh kutukan Allah, seakan-akan hukum itu berlaku pula bagi orang-orang yang dikhususkan untuk ditumpas oleh nazar manusia (Im. 27:29, setiap orang yang dikhususkan, yang harus ditumpas di antara manusia, tidak boleh ditebus, pastilah ia dihukum mati), dan oleh sebab kekurangtahuannya akan kuasa yang diberikan hukum Taurat kepadanya dalam perkara ini untuk menebus putrinya. Upaya Abraham untuk mempersembahkan Ishak mungkin telah mengilhami Yefta, dan membuatnya berpikir, apabila Allah tidak berkenan terhadap korban yang telah dinazarkannya ini, maka Dia pasti akan mengirim seorang malaikat untuk menghentikan tangannya, seperti yang telah diperbuat-Nya kepada Abraham. Apabila putrinya itu memang sengaja keluar untuk dijadikan korban, karena siapa tahu memang demikian adanya, mungkin Yefta berpikir bahwa hal itu akan membuat perkaranya lebih jelas. Volenti non sit injuria – Bagi orang yang setuju bahwa ia akan terkena cedera, tidak dapat dianggap bahwa ia dicederai oleh pihak lain. Yefta mungkin berpikiran bahwa apabila tidak ada kemarahan ataupun kebencian, maka tidak ada pembunuhan, dan bahwa niat baiknya akan menguduskan perbuatan keji ini. Dan, karena ia telah membuat nazar seperti itu, ia memandang lebih baik membunuh putrinya daripada melanggar nazarnya, dan menyerahkan kesalahan kepada penyelenggaraan Allah, yang telah membawa putrinya keluar untuk menyongsongnya.
- (2) Namun demikian, anggap saja bahwa Yefta betul mempersembahkan putrinya, pertanyaannya adalah apakah tindakan itu dibenarkan.
- [1] Beberapa orang membenarkan tindakannya, dan berpendapat bahwa ia telah berbuat benar, sebagai orang yang lebih mengutamakan kehormatan Allah daripada apa yang paling dikasihinya di dunia ini. Nama Yefta disebutkan di antara orang-orang percaya yang ternama, yang oleh iman telah melakukan perkara-perkara besar (Ibr. 11:32). Dan ini termasuk salah satu perkara besar yang dilakukan Yefta. Tindakan itu dilaksanakan dengan seksama, setelah melalui waktu pertimbangan dan pemikiran selama dua bulan. Yefta tidak pernah dipersalahkan atas perbuatannya itu oleh semua penulis yang diilhami Allah. Meskipun perbuatan itu sangat menjunjung wewenang orangtua, namun itu tidak membenarkan siapa pun untuk berbuat serupa. Yefta adalah seorang yang sungguh luar biasa. Roh TUHAN menghinggapi dia. Berbagai peristiwa di seputar kejadian tersebut, yang sekarang tidak kita ketahui, bisa jadi membuat tindakannya itu betul-betul luar biasa, dan membenarkannya, namun tidak sampai sedemikian rupa hingga dapat membenarkan perbuatan serupa. Sebagian cendekiawan memandang korban ini sebagai perlambang dari Kristus sang korban agung, yang sungguh suci dan murni tanpa noda, sama halnya dengan putri Yefta yang sungguh masih gadis murni. Kristus telah dikhususkan untuk mati oleh Bapa-Nya, dan dengan begitu dijadikan kutuk atau laknat bagi kita. Kristus menyerahkan diri-Nya, seperti halnya putri Yefta, kepada kehendak Bapa-Nya: Janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki. Akan tetapi,
- [2] Kebanyakan orang mengutuk Yefta. Ia telah berbuat jahat dengan bernazar begitu gegabah, dan berbuat lebih jahat lagi dengan melaksanakannya. Ia tidak dapat terikat oleh nazarnya untuk melakukan apa yang telah dilarang Allah melalui perintah-Nya yang keenam: Jangan membunuh. Allah telah melarang korban persembahan dalam wujud manusia, sehingga perbuatan Yefta itu (menurut Dr. Lightfoot) sesungguhnya merupakan persembahan terhadap Molokh. Ada kemungkinan, alasan mengapa sang penulis kitab yang mendapat ilham ilahi ini membiarkan akhir kisah ini tidak pasti apakah Yefta pada akhirnya mengorbankan putrinya atau tidak, adalah supaya orang-orang yang di kemudian hari benar-benar mengorbankan anak-anak mereka tidak memperoleh pembenaran dari peristiwa ini. Mengenai bacaan ini dan sejumlah bacaan lain yang serupa di dalam sejarah suci, yang telah meninggalkan para cendekiawan di dalam gelap, membuat mereka terbagi-bagi pendapat, dan merasa ragu, kita tidak perlu terlalu pusing memikirkannya. Apa yang penting bagi keselamatan kita, syukur kepada Allah, sudah cukup jelas.
SH: Hak 11:29-40 - Prajurit Tuhan yang perkasa (Minggu, 19 Oktober 1997) Prajurit Tuhan yang perkasa
Biasanya orang yang telah dirubah Tuhan memiliki kepribadian yang berpendirian dan sifat istimewa. Persis kata Paulus: me...
Prajurit Tuhan yang perkasa
Biasanya orang yang telah dirubah Tuhan memiliki kepribadian yang berpendirian dan sifat istimewa. Persis kata Paulus: menjadi ciptaan baru!
Roh Tuhan menjadikan perkasa. Inilah yang diperlukan setiap pahlawan iman. Roh itu menyebabkan orang gagah berani, berserah kepada Tuhan, bahkan berani bernazar kepada-Nya. Keperkasaan rohani menyebabkan orang jadi perkasa jasmani. Di medan perang, dalam usaha, dalam pelayanan, dalam perjuangan rohani, terutama dalam peperangan rohani masa kini kita perlu kuasa dari Roh Tuhan. Bukankah kita ingin berkemenangan?
Yefta bertindak konsekuen. Yefta bersikap konsekuen terhadap Allah. Dalam keadaan yang sangat mengharukan dan memilukan, ia tega bersikap ksatria. Ia membayar nazarnya. Jelas ada hal yang sulit kita pahami dalam peristiwa ini dalam konteks kita sekarang. Terutama dalam terang bahwa Allah menolak pengorbanan manusia dari manusia. Mungkinkah nazar Yefta itu harus kita anggap gegabah? Paling tidak sikap Yefta yang konsekuen yang patut kita kagumi.
Renungkan: Jangan tergesa mengucap janji atau nazar. Allah menginginkan hati yang terbuka pada kehendak-Nya bukan yang meluap-luap oleh semangat diri sendiri.
Doa: RohMu lebih besar dari roh dalam dunia ini maupun dari roh kami sendiri.
SH: Hak 11:29-40 - Jangan sembarangan bernazar (Minggu, 25 Mei 2008) Jangan sembarangan bernazar
Nama Yefta disebut juga di dalam Kitab Ibrani sebagai salah seorang
saksi iman (Ibr. 11:32). Memang kalau kita perha...
Jangan sembarangan bernazar
Nama Yefta disebut juga di dalam Kitab Ibrani sebagai salah seorang saksi iman (Ibr. 11:32). Memang kalau kita perhatikan isi negosiasinya saat memperjuangkan hak atas tanah yang diklaim bani Amon, maka kita melihat imannya kepada Allah. Tak heran bila Roh Tuhan memenuhi dirinya setelah raja bani Amon tak mau menghiraukan argumentasinya (ayat 29). Maka muncullah semangat untuk maju berperang melawan bani Amon.
Karena ia tahu bahwa kemenangan dari Tuhan jua asalnya, maka ia terlebih dulu meminta pertolongan Allah. Bahkan ia bernazar akan mempersembahkan apa saja yang kelu-ar menyambut dia sepulang dari medan perang, bila Tuhan berkenan memberikan kemenangan kepada dia (ayat 30-31). Memang nazarnya terkesan diucapkan terlalu terburu-buru, tanpa memikirkan akibatnya. Namun tak dapat dipungkiri, bahwa itu menunjukkan ketergantungannya kepada Allah.
Atas pertolongan Tuhan, Yefta berhasil memenangkan peperangan (ayat 32-33). Betapa terpukul hatinya ketika melihat anak perempuannya menyambut dia. Padahal dialah anak satu-satunya (ayat 34-35). Maka meskipun terasa berat, Yefta harus merelakan putri satu-satunya dipersembahkan kepada Tuhan. Sang putri pun merelakan dirinya dipersembahkan kepada Tuhan (ayat 36). Ini menunjukkan betapa seriusnya mereka menepati nazar yang telah terucap. Yefta yang beriman kepa-da Allah tentu tidak akan mau melakukan sesuatu yang berlawanan dengan iman dan janjinya kepada Allah.
Ketika hati dipenuhi hasrat membara untuk meraih sesuatu, memang rasanya kita akan rela membayar harga berapa saja untuk memenuhi hal itu. Rasanya bernazar apa pun tak masalah. Namun kita harus menyadari, bahwa yang terpenting adalah memahami dengan baik kehendak Allah terlebih dulu. Jangan sampai kita bernazar hanya untuk membuat Allah berpihak pada kita, seakan-akan kita mengiming-imingi Allah sesuatu agar Ia mau melakukan sesuatu untuk kita. Akan tetapi, bila nazar telah terucap, laksanakanlah!
SH: Hak 11:29-40 - Kesalahan yang tidak perlu (Rabu, 11 September 2013) Kesalahan yang tidak perlu
Di bagian awal perikop ini, dinyatakan bahwa Roh Allah ada pada diri Yefta. Ini merupakan jaminan kemenangan Ilahi dalam m...
Kesalahan yang tidak perlu
Di bagian awal perikop ini, dinyatakan bahwa Roh Allah ada pada diri Yefta. Ini merupakan jaminan kemenangan Ilahi dalam melawan tentara Amon.
Sebelum berangkat berperang, Yefta bernazar akan mempersembahkan apa saja yang keluar duluan dari rumahnya, ketika ia kembali dari medan perang (30-31). Yefta tampak tidak yakin akan kemenangannya dan mencoba bernegosiasi dengan Allah agar dia dapat menang. Nazar ini bertentangan dengan fakta bahwa Roh Allah ada pada Yefta dan menjamin kemenangannya.
Sesuai dengan rencana-Nya, Tuhan memberikan kemenangan kepada Yefta. Yefta berhasil mengalahkan Amon sehingga mereka berhenti menindas Israel (33). Tentu dengan sukacita besar Yefta kembali ke rumah. Namun apa yang terjadi? Anak gadisnya keluar menyambut dia dengan menari sambil memukul rebana (34). Tentu Yefta terkejut setengah mati karena baru saat itu ia menyadari konsekuensi nazarnya. Ia sama sekali tidak mengira bahwa anak satu-satunyalah yang akan keluar pertama kali dari rumahnya saat ia tiba di rumah.
Pengkhotbah 5:1-2, 4-6 berbicara tentang bahaya bernazar. Kisah Yefta menggambarkan dengan jelas bahwa lebh baik tidak bernazar daripada membuat nazar bodoh seperti itu. Namun bukan berarti bernazar merupakan tindakan bodoh. Maksudnya, jangan bernazar dengan maksud menyogok Allah agar memenuhi keinginan atau hasrat kita. Meskipun maksudnya jelas, tetapi nazar Yefta sebenarnya tidak diperlukan sama sekali. Nazarnya memang menyelamatkan dia, tetapi jadi mengurbankan anaknya.
Komitmen Yefta kepada Allah memang tidak dapat diragukan, tetapi pemahamannya akan Allah tidak berdasar. Akibatnya ia melakukan tindakan salah.Lagi pula sebenarnya Yefta masih dapat menebus nazarnya itu (bdk. ayat 35). Sayangnya ia tidak tahu atau lupa bahwa Tuhan telah mengatur tentang itu (Im. 27:1-8). Lagi-lagi ketidaktahuan akan firman Allah membuat Yefta tidak bertindak benar. Apa yang Yefta alami kiranya tidak terulang pada kita. Jangan sampai kita melakukan kesalahan karena tidak memahami firman Tuhan.
SH: Hak 11:29-40 - Janji bagi Tuhan (Selasa, 11 Agustus 2020) Janji bagi Tuhan
Nazar adalah janji pada diri sendiri hendak berbuat sesuatu jika maksud tercapai. Biasanya, nazar diucapkan oleh manusia kepada Tuha...
Janji bagi Tuhan
Nazar adalah janji pada diri sendiri hendak berbuat sesuatu jika maksud tercapai. Biasanya, nazar diucapkan oleh manusia kepada Tuhan. Namun, pernahkah kita membayangkan jika imbas dari nazar tersebut membuat salah satu anggota keluarga menjadi kurban persembahan untuk Allah? Memang zaman sekarang berbeda dari era para nabi dan hakim-hakim di mana memberikan kurban manusia masih lazim dilakukan.
Peristiwa seperti ini harus dialami oleh Yefta. Ia sama sekali tidak pernah membayangkan ketika mengucapkan nazar bahwa anak perempuan satu-satunya akan dipersembahkan sebagai kurban. Yefta memang bernazar kepada Allah. Jika ia menang melawan bani Amon, hal pertama yang ia temui di rumah akan dipersembahkan sebagai kurban bakaran bagi Allah (30-31).
Ia mungkin membayangkan bahwa hal pertama yang ditemuinya adalah hewan ternak, seperti, domba atau kambing. Namun, hatinya hancur, saat ia kembali ke Mizpa. Sebab, anak gadis satu-satunyalah yang menyambutnya dengan tarian dan rebana (34).
Bagi orang Israel, nazar yang telah diucapkan harus ditepati dan tidak dapat dicabut kembali. Bahkan anak gadis itu sendiri yang meminta agar Yefta tetap melakukannya (36). Dengan pengertian yang besar dari sang anak, ia hanya meminta waktu dua bulan untuk menangisi kepergiannya yang masih gadis dan belum menikah. Dua bulan kemudian, Yefta pun menepati nazarnya bagi Allah. Ia mempersembahkan putri tunggalnya sebagai kurban kepada Allah.
Allah adalah pribadi yang sungguh luar biasa baik. Ia memberikan banyak janji yang baik bagi manusia. Ia telah menepati janji keselamatan dengan mengurbankan Anak-Nya, Yesus. Oleh karena itulah, respons kita yang paling tepat adalah membalas kesetiaan-Nya dengan hidup setia untuk kemuliaan-Nya. Mari kita berlaku setia dalam tiap perkataan dan perbuatan di hadapan Tuhan. Kita mesti menyadari keberdosaan supaya bisa melakukan janji setia hidup bersih di hadapan Tuhan. [FYM]
Topik Teologia -> Hak 11:34
Topik Teologia: Hak 11:34 - -- Umat Manusia Pada Umumnya
Natur yang Terkait dari Umat Manusia
Israel sebagai Kesatuan yang Terkait
Individu Merepresentasikan Isr...
- Umat Manusia Pada Umumnya
- Natur yang Terkait dari Umat Manusia
- Israel sebagai Kesatuan yang Terkait
- Individu Merepresentasikan Israel sebagai Satu Kelompok
- Representasi di Dalam Kepemimpinan
- Otoritas Patriakh
- Umat Manusia: Wanita
- Wanita dan Peranannya Dalam Agama
- Wanita Dalam Ibadah Perjanjian Lama
- Wanita-wanita yang Memuji Karya Allah
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Tanggung Jawab Terhadap Sesama
- Tugas Terhadap Kelompok-kelompok Orang Khusus
- Tanggung Jawab Terhadap Orangtua
- Teladan Alkitab tentang Menghormati dan Menaati Orangtua
- Yefta Menghormati Orangtuanya
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Hakim-hakim (Pendahuluan Kitab) Penulis : Tidak Diketahui
Tema : Kemurtadan dan Pembebasan
Tanggal Penulisan: Sekitar tahun 1050 -- 1000 SM
Latar Belakang
Kit...
Penulis : Tidak Diketahui
Tema : Kemurtadan dan Pembebasan
Tanggal Penulisan: Sekitar tahun 1050 -- 1000 SM
Latar Belakang
Kitab Hakim-Hakim menjadi mata rantai utama sejarah di antara zaman Yosua dengan zaman raja-raja Israel. Periode para hakim mulai dari sekitar tahun 1375 sampai 1050 SM, ketika Israel masih merupakan perserikatan suku-suku. Kitab ini memperoleh namanya dari berbagai tokoh yang secara berkala dibangkitkan Allah untuk memimpin dan membebaskan orang Israel setelah mereka mundur dan ditindas oleh bangsa-bangsa tetangga. Para hakim (berjumlah 13 dalam kitab ini) datang dari berbagai suku dan berfungsi sebagai panglima perang dan pemimpin masyarakat; banyak yang pengaruhnya terbatas pada sukunya sendiri, sedangkan beberapa orang memimpin seluruh bangsa Israel. Samuel, yang pada umumnya dipandang sebagai hakim terakhir dan nabi yang pertama tidak termasuk dalam kitab ini.
Penulis kitab ini tidak jelas. Kitab ini sendiri menunjukkan kerangka waktu berikut mengenai saat penulisannya:
- (1) penulisannya terjadi setelah tabut perjanjian dipindahkan dari Silo pada masa Eli dan Samuel (Hak 18:31; Hak 20:27; bd. 1Sam 4:3-11);
- (2) penulis yang sering menyebut masa hakim-hakim sebagai "zaman itu tidak ada raja" (Hak 17:6; Hak 18:1; Hak 19:1; Hak 21:25) memberi kesan bahwa kerajaan Israel sudah berdiri ketika kitab ini ditulis;
- (3) Yerusalem belum direbut dari suku Yebus (Hak 1:21; bd. 2Sam 5:7). Ketiga petunjuk ini menunjukkan bahwa kitab ini diselesaikan sesaat sesudah Raja Saul naik takhta (sekitar 1050 SM), tetapi sebelum Raja Daud menaklukkan Yerusalem (sekitar 1000 SM). Talmud Yahudi mengaitkan asal-usul kitab ini dengan Samuel.
Yang pasti ialah: kitab ini mencatat dan menilai masa para hakim dari segi perjanjian (mis. Hak 2:1-5). Musa sudah menubuatkan bahwa penindasan oleh bangsa-bangsa asing akan menimpa bangsa Israel sebagai salah satu kutukan Allah jikalau mereka menyimpang dari perjanjian (Ul 28:25,33,48). Kitab Hakim-Hakim menggarisbawahi kenyataan nubuat tersebut dalam sejarah.
Tujuan
Dari segi sejarah, Hakim-Hakim memberikan catatan utama sejarah Israel di tanah perjanjian sejak kematian Yosua hingga masa Samuel. Dari segi teologi, kitab ini mengungkapkan kemerosotan rohani dan moral dari suku-suku Israel setelah menetap di negeri itu, serta menunjukkan dengan jelas dampak-dampak yang merugikan yang senantiasa terjadi apabila Israel melupakan perjanjian mereka dengan Allah dan mulai mengikuti berhala dan kebejatan.
Survai
Hakim-Hakim terbagi atas tiga bagian utama.
- (1) Bagian pertama (Hak 1:1--3:6) mencatat kegagalan Israel untuk menyelesaikan sepenuhnya penaklukan negeri itu dan kemerosotan mereka setelah kematian Yosua.
- (2) Bagian kedua (Hak 3:7--16:31) merupakan bagian utama kitab ini. Bagian ini mencatat enam contoh dari pengalaman Israel yang terulang pada masa hakim-hakim yang mencakup siklus kemurtadan, penindasan oleh bangsa asing, perbudakan, berseru kepada Allah di tengah kesusahan, dan pembebasan oleh Allah melalui para pemimpin yang diurapi Roh-Nya. Di antara ke-13 hakim itu (semua tercakup dalam bagian kitab ini), yang paling dikenal adalah Debora dan Barak (sebagai suatu regu), Gideon, Yefta, dan Simson (bd. Ibr 11:32).
- (3) Bagian ketiga (Hak 17:1--21:25) menutup dengan kisah-kisah yang hidup dari zaman hakim-hakim yang menggambarkan betapa dalamnya kerusakan moral dan sosial yang diakibatkan kemurtadan rohani Israel. Kitab ini mengingatkan kita bahwa satu-satunya pelajaran yang kita tarik dari sejarah ialah bahwa kita tidak belajar dari sejarah.
Ciri-ciri Khas
Enam ciri utama menandai kitab ini.
- (1) Kitab ini mencatat aneka peristiwa dari sejarah Israel yang bergolak di antara penaklukan Palestina dan permulaan zaman kerajaan.
- (2) Kitab ini menggarisbawahi tiga kebenaran yang sederhana namun mendalam:
- (a) menjadi umat Allah berarti bahwa Allah harus menjadi Raja dan Tuhan umat-Nya;
- (b) dosa selalu menghancurkan umat Allah; dan
- (c) ketika umat Allah merendahkan diri mereka, berdoa, dan berbalik dari cara hidup mereka yang jahat, Dia akan mendengar dari sorga dan memulihkan negeri mereka (bd. 2Taw 7:14).
- (3) Kitab ini menekankan bahwa setiap kali Israel kehilangan identitas sebagai umat perjanjian di bawah pemerintahan Allah, mereka berulang-ulang terjerumus ke dalam lingkaran kekacauan rohani, moral, dan sosial dengan akibat "setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri" ; bd. Hak 17:6).
- (4) Kitab ini menyatakan beberapa pola yang berulang kali terjadi dalam sejarah umat Allah di bawah kedua perjanjian:
- (a) jika umat Allah tidak mempersembahkan seluruh hati mereka kepada-Nya dalam kasih yang taat dan kewaspadaan rohani yang tekun, hati mereka menjadi keras dan tidak peka terhadap Allah, mengarah kepada kemunduran dan akhirnya kemurtadan;
- (b) Allah panjang sabar dan manakala umat-Nya berseru dalam pertobatan, Ia bermurah hati untuk memulihkan mereka dengan membangkitkan orang-orang yang diurapi dan dikuasai Roh Kudus untuk membebaskan mereka dari hukuman dosa yang menindas; dan
- (c) para pemimpin yang diurapi yang dipakai Allah untuk membebaskan umat-Nya sering kali menjadi rusak sendiri karena kekurangan yang mendasar dalam kerendahan hati, watak, atau kebenaran.
- (5) Keenam siklus utama dalam kitab ini yang meliputi kemurtadan, penindasan, penderitaan, dan pembebasan semua bermula dengan cara yang sama; "orang Israel melakukan apa yang jahat di mata Tuhan" (mis. Hak 2:11; Hak 3:7).
- (6) Kitab ini menyatakan bahwa Allah memakai bangsa-bangsa asing yang lebih jahat daripada umat-Nya sendiri untuk menghukum umat-Nya itu karena dosa-dosa mereka dan menuntun mereka kepada pertobatan dan kebangunan rohani. Hanya campur tangan Allah inilah yang melindungi bangsa Israel sehingga tidak ditelan seluruhnya oleh penyembahan berhala di sekitar mereka.
Penggenapan Dalam Perjanjian Baru
Kitab Hakim-Hakim menyatakan suatu prinsip ilahi yang abadi: ketika Allah memakai orang dengan luar biasa dalam pelayanan-Nya, Roh Tuhan turun ke atasnya (Hak 3:10; bd. Hak 6:34; Hak 11:29; Hak 14:6,19; Hak 15:14). Pada permulaan pelayanan Yesus, Roh Kudus turun keatas-Nya ketika Ia dibaptis (Mat 3:16; Luk 3:21-22). Sebelum naik kepada Bapa, Yesus memerintahkan murid-murid-Nya untuk menantikan karunia yang dijanjikan Bapa -- yaitu, Roh Kudus (Kis 1:4-5); alasan yang diberikan-Nya ialah bahwa mereka akan menerima kuasa ketika Roh Kudus turun atas mereka (Kis 1:8; bd. Hak 4:33). Di bawah kedua perjanjian, cara Allah untuk mengalahkan musuh dan memajukan kerajaan-Nya ialah dengan memakai daya, kekuatan, dan kuasa Roh Kudus yang bekerja melalui bejana-bejana manusiawi yang berserah dan taat kepada-Nya.
Full Life: Hakim-hakim (Garis Besar) Garis Besar
I. Ketidaktaatan dan Kemurtadan Israel Diperkenalkan
(Hak 1:1-3:6)
A. Israel Gagal Membersihkan Kanaan
...
Garis Besar
- I. Ketidaktaatan dan Kemurtadan Israel Diperkenalkan
(Hak 1:1-3:6) - A. Israel Gagal Membersihkan Kanaan
(Hak 1:1-2:5) - B. Israel Mengalami Kemerosotan
(Hak 2:6-3:6) - II. Sejarah Penindasan Israel dan Pembebasan oleh Hakim-Hakim
(Hak 3:7-16:31) - A. Penindasan Aram-Mesopotamia/Pembebasan oleh Otniel
(Hak 3:7-11) - B. Penindasan oleh Moab/Pembebasan oleh Ehud
(Hak 3:12-30) - C. Penindasan oleh Filistin/Pembebasan oleh Samgar
(Hak 3:31) - D. Penindasan oleh Kanaan/Pembebasan oleh Debora-Barak
(Hak 4:1-5:31) - E. Penindasan oleh Midian/Pembebasan oleh Gideon
(Hak 6:1-8:35) - F. Masa-masa Sulit di Bawah Abimelekh, Tola, dan Yair
(Hak 9:1-10:5) - G. Penindasan oleh Amon/Pembebasan oleh Yefta
(Hak 10:6-12:7) - H. Hakim-Hakim Kecil: Ebzan, Elon, dan Abdon
(Hak 12:8-15) - I. Penindasan oleh Filistin/Kehidupan Simson
(Hak 13:1-16:31) - 1. Kelahiran dan Panggilan Simson
(Hak 13:1-25) - 2. Pernikahan Simson dengan Orang Tidak Beriman
(Hak 14:1-20) - 3. Perbuatan-Perbuatan Gagah Simson
(Hak 15:1-20) - 4. Kejatuhan dan Pemulihan Simson
(Hak 16:1-31) - III.Berbagai Ilustrasi Kekacauan Rohani, Moral, dan Sosial di Israel
(Hak 17:1-21:25) - A. Penyembahan Berhala
(Hak 17:1-18:31) - 1. Contoh Penyembahan Berhala Pribadi
(Hak 17:1-13) - 2. Contoh Penyembahan Berhala Kesukuan
(Hak 18:1-31) - B. Kebejatan
(Hak 19:1-30) - 1. Contoh Kebejatan Pribadi
(Hak 19:1-9) - 2. Contoh Kebejatan Kesukuan
(Hak 19:10-30) - C. Sengketa Antara Suku
(Hak 20:1-21:25)
Matthew Henry: Hakim-hakim (Pendahuluan Kitab)
Kitab ini dalam bahasa Ibrani disebut Syefer Syoftim, yaitu Kitab Hakim-hakim, yang dalam Alkitab terjemahan bahasa Aram dan bahasa Arab lebih dipe...
- Kitab ini dalam bahasa Ibrani disebut Syefer Syoftim, yaitu Kitab Hakim-hakim, yang dalam Alkitab terjemahan bahasa Aram dan bahasa Arab lebih diperinci dan disebut sebagai Kitab Hakim-hakim dari Anak-anak Israel. Oleh karena penghakiman-penghakiman atas bangsa itu bersifat khusus, maka demikian pula dengan hakim-hakimnya, yang tugas jabatannya jauh berbeda dari tugas jabatan para hakim bangsa-bangsa lain. Septuaginta hanya memberinya judul Kritai, yang artinya Hakim-hakim. Kitab ini berisi sejarah kewargaan Israel, pada masa pemerintahan hakim-hakim mulai dari Otniel hingga Eli, sebanyak yang dipandang Allah patut untuk diteruskan kepada kita. Menurut perhitungan Dr. Lightfoot, di dalamnya termuat riwayat selama 299 tahun. Mulai dari Otniel dari suku Yehuda yang menjadi hakim selama empat puluh tahun. Lalu Ehud dari suku Benyamin selama delapan puluh tahun. Barak dari suku Naftali selama empat puluh tahun. Gideon dari suku Manasye selama empat puluh tahun. Abimelekh putra Gideon selama tiga tahun. Tola dari suku Isakhar selama dua puluh tiga tahun. Yair dari suku Manasye selama dua puluh dua tahun. Yefta dari suku Manasye selama enam tahun. Ebzan dari suku Yehuda selama tujuh tahun. Elon dari suku Zebulon selama sepuluh tahun. Abdon dari suku Efraim selama delapan tahun, hingga Samson dari suku Dan selama dua puluh tahun. Jadi, seluruhnya berjumlah 299 tahun. Mengenai tahun-tahun perhambaan Israel, mengingat Eglon dikatakan menindas mereka selama delapan belas tahun dan Yabin selama dua puluh tahun, dan begitu pula dengan beberapa raja lain, tahun-tahun perhambaan mereka itu terhitung dalam sebagian tahun kepemimpinan para hakim atau sebagian tahun yang lain. Hakim-hakim itu tampak berasal dari delapan suku yang berbeda-beda. Demikianlah kehormatan itu tersebar, sampai pada akhirnya berpusat pada Yehuda. Eli dan Samuel, dua hakim yang tidak tercantum di dalam kitab ini, berasal dari suku Lewi. Tampaknya tidak ada hakim yang berasal dari suku Ruben, Simeon, Gad, atau Asyer. Riwayat hakim-hakim ini secara berurutan dikisahkan di dalam kitab ini sampai akhir pasal 16. Kemudian dalam lima pasal terakhir, kita mendapati penjelasan tentang sejumlah peristiwa tertentu yang patut diingat, yang terjadi, seperti halnya kisah Rut (Rut 1:1), pada zaman para hakim memerintah, tetapi tidak pasti pada zaman hakim yang mana. Namun demikian, peristiwa-peristiwa tersebut dikumpulkan bersama-sama pada akhir kitab ini, agar jalannya sejarah itu secara umum tidak terputus. Nah, mengenai keadaan seluruh rakyat Israel pada masa itu,
- I. Mereka dalam kitab ini tidak terlihat mempunyai tabiat yang seagung atau sebaik seperti yang mungkin diharapkan orang untuk bangsa yang istimewa seperti itu, yang diperintah oleh hukum-hukum yang baik seperti itu dan diperkaya oleh janji-janji yang luhur seperti itu. Kita mendapati mereka menjadi bobrok secara menyedihkan, dan ditindas secara mengenaskan oleh bangsa-bangsa di sekitar mereka. Dan dalam seluruh kitab ini, entah itu dalam peperangan atau pemerintahan, sama sekali tidak dijumpai tindakan mereka yang menonjol yang sepadan dengan masuknya mereka secara gilang-gemilang ke Kanaan. Apa tanggapan kita mengenai hal ini? Allah dengan ini hendak menunjukkan kepada kita ketidaksempurnaan yang patut disesalkan dari semua orang dan segala sesuatu yang ada di bawah matahari, supaya kita dapat menantikan dengan penuh pengharapan kekudusan dan kebahagiaan yang utuh di dunia yang lain, dan bukan di dunia ini. Namun demikian,
- II. Kita dapat berharap bahwa, walaupun penulis kitab ini sebagian besar berbicara panjang lebar tentang tindakan-tindakan bangsa Israel yang menyulut murka Allah dan kesusahan-kesusahan mereka, namun wajah agama tetap terpelihara di negeri itu. Dan, meskipun ada beberapa di antara mereka yang terseret ke dalam penyembahan berhala, namun ibadah di Kemah Suci menurut hukum Musa tetap terjaga, dan ada banyak orang yang mengikutinya. Para penulis sejarah tidak banyak mencatat tentang jalannya keadilan dan perdagangan sehari-hari dalam suatu bangsa, sebab mereka menerimanya begitu saja, tetapi hanya menuliskan tentang peperangan dan kekacauan yang terjadi. Tetapi pembaca harus memberi perhatian pada jalannya keadilan dan perdagangan sehari-hari itu, untuk mengimbangi hitamnya peperangan dan kekacauan tersebut.
- III. Tampak bahwa pada masa ini tiap suku memiliki pemerintahannya masing-masing, dan bertindak sendiri-sendiri tanpa ada satu pemimpin atau badan pemerintahan bersama, sehingga timbul banyak perbedaan di antara mereka sendiri, dan membuat mereka sulit untuk menjadi atau berbuat sesuatu yang luar biasa.
- IV. Pemerintahan para hakim tidak berlangsung secara terus-menerus, melainkan hanya sekali-sekali. Ketika dikatakan bahwa setelah kemenangan Ehud amanlah tanah itu delapan puluh tahun lamanya, dan setelah kemenangan Barak empat puluh tahun lamanya, tidak jelas apakah keduanya hidup, apalagi memerintah, selama tahun-tahun tersebut. Tetapi mereka dan para hakim yang lain telah dibangkitkan dan digerakkan oleh Roh Allah untuk melaksanakan pekerjaan tertentu bagi rakyat Israel ketika ada kebutuhan untuk itu, yakni untuk membalaskan dendam Israel kepada musuhnya dan membersihkan Israel dari penyembahan berhala. Inilah dua perkara yang terutama dimaksudkan ketika dikatakan bahwa mereka memerintah sebagai hakim atas Israel. Namun demikian Deborah, sebagai seorang nabiah, sudah didatangi oleh segenap orang Israel yang hendak berhakim kepadanya, sebelum ada kebutuhan bagi keterlibatannya dalam perang (4:4).
- V. Selama masa pemerintahan para hakim, Allah menjadi raja Israel secara lebih istimewa. Demikianlah yang dikatakan Samuel kepada bangsa Israel ketika mereka menetapkan hati untuk menanggalkan bentuk pemerintahan ini (1Sam. 12:12). Allah hendak menguji apakah hukum dan ketetapan-ketetapan-Nya sendiri akan membuat bangsa Israel tetap hidup menurut aturan, dan terbukti bahwa ketika tidak ada raja di antara orang Israel, setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri. Oleh karena itu, mendekati penghujung masa ini, Allah membuat pemerintahan hakim-hakim lebih berkesinambungan dan mencakup segala sesuatu daripada waktu pertama kali, dan pada akhirnya memberi mereka Daud, seorang raja yang berkenan di hati-Nya. Pada masa pemerintahan Daud, dan tidak sebelumnya, Israel mulai berkembang pesat. Kenyataan ini harus membuat kita sangat bersyukur atas kehadiran para pemimpin, baik itu pemimpin tertinggi maupun bawahannya, karena mereka adalah hamba Allah untuk kebaikan kita. Empat dari hakim-hakim Israel dimasukkan ke dalam daftar orang-orang beriman (Ibr. 11:32), yaitu Gideon, Barak, Simson, dan Yefta. Cendekiawan Uskup Patrick berpendapat bahwa nabi Samuel adalah penulis kitab ini.
Ende: Hakim-hakim (Pendahuluan Kitab) HAKIM-HAKIM
PENDAHULUAN
Kitab “Hakim2” mendapat namanja dari tokoh2 jang memainkan peranan utama dalam
kisah jang dikumpulkan dalam kitab ini.sedj...
HAKIM-HAKIM
PENDAHULUAN
Kitab “Hakim2” mendapat namanja dari tokoh2 jang memainkan peranan utama dalam kisah jang dikumpulkan dalam kitab ini.sedjak dulu kala kata Hibrani jang menjatakan nama mereka itu, diterdjemahkan dengan kata ”hakim2”; tetapi sebutan ini tidak seluruhnja sesuai dengan fungsi jang mereka djalankan. Selain tokoh nabiah Debora (4, 4-5), “hakim2” itu tidak mempunjai tugas resmi dalam hal peradilan. Mereka adalah terutama pedjuang dan pahlawan perang dan disebut pula dengan istilah “penjelamat” (2, 16; 3, 9. 15), hal mana sesungguhnja lebih bersesuaian dengan peranan , jang dimainkan mereka. Didalam sungguhnja lebih bersesuaian dengan peranan, jang dimainkan mereka. Didalam keadaan2 darurat mereka itu dipanggil langsung oleh Allah dan diilhami serta dibimbing oleh roh dan kekuatanNja, untuk menjelamatkan Israil atau sebagian dari penindas2. Tokoh Sjimsjon jang agak gandjil itu tampilseorang diri benar2 dan sama sekali tidakdapat dinamakan pemimpin rakjatdalam arti manapun djua. Namun demikian, iapun adalah seorang “hakim” (16, 31).dari seluruh kitab itu djelaslah kiranja, bahwa tokoh2 tersebut tidak disebut “hakim” dalam arti kata jang lazim. Mereka itu terutama adalah utusan Jahwe jang berkarunia, untuk bertindak atas namaNja. Dalam banjak hal mereka sama dengan para nabi. Tetapi kalau nabi2 itu diutus untuk berbitjara atas nama Jahwe, maka “hakim2” itu diutus untuk bertindak atas namaNja. Karunia atau charisma inilah jang merupakan tjiri chasnja. Si perebut kekuasaan, Abimelek tidak disebut “hakim”, tetapi “penguasa” (9, 22). Sebaliknja, beberapa tokoh dari antara mereka itu (Gide’on, Jeftah), memperlihatkan suatu ketjondongan jang amat kuat, untuk beralih dari panggilan charismatisnja kesuatu kekuasaan jang stabil, hal mana dengan sendirinja mengandung suatu peradilan jang teratur. Tetapi unsur ini rupa2nja tidak tertjantum dalam djabatan “hakim” menurut logat kitab Hakim2. Namun demikian, “hakim” sebagai utusan Jahwe memberikan keadilan kepada umatNja, dengan membebaskannja dari penindasan, hal mana berarti “hukuman” bagi para penindas. Perhubungan2 hukum antara umat dan Jahwe serta antara Israil dan musuh2nja, jang diperkosa itu dipulihkan oleh mereka dan dalam arti demikian pengertian “hakim”tidaksamasekali asing pada fungsi charismatis mereka. Boleh djadi dengan alasan itu terpilihlah kata itu bagi mereka.
“Hakim2” itu tampil didjaman antara kematian Josjua’sampai ke Sjemuel. Tetapi tokoh Sjemuel (I Sjem.. 7, 15-17) dan djuga “Eli (I Sjem. 4, 18) termasuk djaman itu dipandang dari sudut historis dan theologis. Djuga tokoh Sjemuel pada permulaan tampilnja (I Sjem. 11, 5-11) masih kelihatan banjak persesuaiannja dengan hakim2 itu. Dalam diri Sjaul hasratakan keradjaan,jangdahulu sudah ada, mendapat perwudjudannja jang tetap, sehingga dengan itupun sesungguhnja djaman hakim2 itu berachir setjara definitif. Bagian pertamakitab Sjemuel (p. 1-12) bolehlah dari segi kesusasteraan dipandang sebagai kelandjutan langsung dari kitab Hakim2. Makanja ada ahli jang berpendapat, bahwa pasal2 permulaan Sjemuel itu memang tadinja termasuk dalam kitab Hakim2 dan baru kemudian dilepaskan daripadanja. Namun tiada bukti2 luaran bagi anggapan itu, bahwasanja kedua kitab itu dahulu pernah merupakan satu keseluruhan.
Dalam menentukan lebih landjut djaman Hakim2 setjara chronologis, sedjauh itu disebutkan dalam kitab tersebut, orang terbentur pada kesulitan2 jang tidak ketjil. Ini bergandingan pula dengan kesulitan2 sematjam itu berkenaan dengan kitab Josjua’. Kelihatannja sadja kitab itu sendiri memberikan petundjuk2 jang amat teliti, sehingga rupa2nja sangat mudahlah menentukan lamanja waktu itu dengan tepat. Djika semua keterangan dikumpulkan (3, 8. 11. 14. 30; 4, 3; 5, 31; 6, 1; 8, 28; 9, 2; 10, 2. 3. 8; 12, 7. 9. 11. 14; 13, 1; 15, 20; 16, 21) maka sampailah kedjumlah 410 tahun, hal mana dibenarkan pula oleh 11, 26. Tetapi apabila hal ini dibandingkan dengan keterangan2 lain, timbullah keberatan2 jang tak teratasi. Meurut I Rdj. 6, 1 antara keluarnja Israil dari Mesir dan pembangunan baitullah oleh Sulaiman ada djarak waktu 480 tahun. Sudah temasuk didamnja waktu empatpuluh tahun digurun – pada dirinja angka ini agak di-buat2, - djaman Josjua’, para Hakim, ‘Eli, Sjemuel, Sjaul, Dawud dan keempat tahun permulaan pemerintahan Sulaiman. Djadi tidak mungkinlah djumlah 410 tahun itu bagi djaman para Hakim. Orang boleh mentjoba petjahkan soal ini dengan menempatkan beberapa Hakim pada waktu jang sama, - hal mana mungkin djuga, - dengan menundjuk akan di-buat2nja angka2 itu, dalam mana mungkin djuga, - dengan menundjuk akan di-buat2nja angka2 itu, dalam mana angka empatpuluh (_satu angkatan), sebagian atau lipatnja, memainkan peranan jang menjolok. Tetapi melalui djalan ini orang masih belum smpai kehasil jang memuaskan. Hampir semua ahli oleh karenanja melepskan sama sekali keterangan2 kitab Hakim2, untuk lalu membuat perhitungan mereka dengan menggunakan keterangan2 lain. Dengan kemungkinan jang tjukup besar dapatlah diterima, bahwa keluarnja Israil dari Mesir terdjadi sekitar tahun 1259. Naiknja Dawud diatas tachta dapat ditanggalkan sekitar th. 1012. Djika itu dikurangi dengan empatpuluh tahun digurun, djaman Josjua’ dan Djaman ‘Eli, Sjemuel dan Sjaul, maka djaman para Hakim berlangsung dari sekitar th. 1200 sampai l.k. th. 1040, djadi 160 – 180 tahun lamanja.
Untuk melukiskan lebih landjut djaman sedjarah Israil tersebut maka diluar kitab Hakim2 itu sendiri hanja tersedialah keterangan sedikit sadja. Namun keterangan jang sedikit itu tjukuplah untuk membuat kembali suatu gambaran global jang agak teliti. Didjaman itu ditada keradjaan2 besar jang berkuasa, sehingga dalam kitab Hakim2 mereka tidak memainkan peranan sedikitpun. Israil datang dari gurun, dimana suku2 itu hidup dan susunannja sama seperti semua suku bedawi. Pada waktu tampilnja Mohammad belum banjak perubahannja dalam hal itu. Dari segi ekonomis penghidupan digurun itu sangat miskin. Palestina, jang pada hakikatnja bukannja salah satu tanah jang tersubur, bagi suku2 itu tampaknja seperti tanah susu dan madu. Adapun susunan kemasjarakatan suku2 digurun terdiri atas beberapa tingkatan dan taraf. Intipati keseluruhan dan sebetulnja satu2nja kesatuan jang kuat ialah keluarga. Keluarga terdiri atas bapak dengan isteri2 mereka. Melihat keturunan2nja sampai ke angkatan jang keepat adalah idam2an jang sangat diharapkan. Bapak keluarga adalah sungguh penguasa satu2nja jang mutlak dan kepala jang menentukan se-gala2nja. Beberapa keluarga sedemikian itu dari asal jang sama merupakan marga, jang terikat satu sama lain agak erat karena kesadaran akan asal jang sama itu. Achirnja beberapa marga karena asal jang sama merupakan suku inilah sebenarnja kestuan tertinggi, jang dikenal kalangan bedawi. Tidak djaranglah, marga2 jang sebetulnja asing, dimasukkan dalam suku lain, tetapi dalam hal itu asal jang sama lalau di-angan2kan. Proses inipun tidak djarang terdjadi pula di israil. Dengan pelbagai suku israil itu terdjadilah kenjataan jang aneh, bahwasanja mereka itu merupakan kesatuan jang lebih tinggi, bukannja berdasarkan asal-usul, melainkan agama. Mereka dipersatukan satu sama lain karena iman jang sama akan Allah jang Esa, Jahwe, dengan ibadah umum jang bersesuaian dengan itu dan tempat sutji pusat, jang sungguhpun bukan satu2nja tapi toh jang utama adanja. Digurun tempat itu ialah Kadesj. Iman jang satu dan penghajatannja itu tidak pernah membiarkan rasa persatuan fundamentil melenjap dari tengah2 Israil.
Suku2 primitif itu merembes ke Palestina didjaman Josjua’ dan djuga sesudahnja; hal mana lambat-laun mengakibatkan perombakan umum. Mereka menduduki sebagian negerr itu, baik dengan djalan damai maupun dengan djalan kekerasan, chususnja daerah2 pegunungan. Kota2 dan dataran2 untuk sebagian terbesar sementara tiu masih berada ditangan peduduk aseli. Pendahuluan pertama kitab Hakim2 menjadjikan gambaran jang agak boleh dipertjajai dari perembesan itu. Bangsa2 Kena’an, jang ada hubungan damainja dengan suku2 Israil, memiliki kebudajaan jang lebih tinggi tarafnja, hal mana njata sudah dari pemakaian besi. Mereka bukan bangsa2 pengembara, melainkan penduduk jang menetap sebagai petani, jang pusat kemasjarakatannja ialah kota dengan kebudajaan jang lebih tinggi dan kemakmuran jang agak besar. Agama mereka polytheistis, jang bersesuaian dengan penghidupan mereka sebagai petani. Dewa2 dan dewi2 mereka adalah dewa2 kesuburan, jang harus menanggung kesuburan tanah, manusia dan ternak. Pemudjaan dewa-dewi itu sangat bertjorak indriawi dan erotis. Tiap2 pusat ekonomis dan kemasjarakatan mempunjai Ba’alnja (Tuhan) sendiri dan Asjtarte (‘Asjtoret), djodohnja. Terhadap dewa2 dan dewi2 jang konkrit dengan pemudjaan jang mewah dan tjarut itu sangat menjoloklah Allah Israil, jang sungguhpun kuasa tapi toh agak abstrak dan amat susila, dan jang lebih sesuai dengan hidup keras digurun jang kersang daripada dengan hidup jang indah-sedap ditanah pertanian dan kemewahan kebudajaan-kota.
Israil harus mengikat perang lawan situasi tiu. Dari segi militer dan kebudajaan, mereka djauh terbelakang. Djarang sekali mereka berhasil menduduki kota2 dan menetap disitu. Dan djika mereka mula2 berhasil, tidak djarang mereka tak lama kemudian dipukul mundur oleh penduduk aseli. Namun demikian, dimanapun djuga ada kesempatan, suku2 Israil itu menetap disitu setelah beberapa lama mengembara. Hal itu per-tama2 membawa akibat ini, bahwasanja persatuan antara suku jang toh sudah rumit itu diperlemah lagi dan didjaman para Hakim tidak djarang berubah mendjadi persaingan, perengketaan dan peperangan antara mereka sendiri. Karena kurang kukuhnja persatuan itu, maka tidak djaranglah penduduk aseli berhasil menaklukkan salah satu suku Israil, sedangkan suku2 dari urun dapat meluaskan pendjarahannja, dengan tak banjak perlawanan, sampai ke-daerah2 jang diduduki Israil. Kesulitan2 terbesar datang dari pihak Felesjet. Orang2 Felesjet menetap di-pantai2 Kena’an, kira2 waktu Israil merembes dari timur. Dari sana mereka merembes kepedalaman dan dengan sendirinja berbentrok dengan suku2 Israil. Dalam djaman para Hakim jang belakangan orang2 Felesjet jang lebih unggul dalam bidang militer menaklukkan sebagian besar wilajah Israil. Riwajan Sjimson dan Sjemuel memberikan buktinja jang djelas. Karena kenjataan, bahwasanja Israil berubah dari suku 2 pengembara mendjadi petani2 tetap, haruslah djuga terdjadi perubahan total dalam hal susunan masjarakatnja. Tentu sadja hal ini terdjadi dalam prosed lambat-laun, tetapi proses ini toh mendapatkan suatu kemadjuan jang mentjelakakan. Israil melihat susunan jang disesuaikan dari penduduk aseli. Pusat persatuan bukannja marga, melainkan kota, tempat ber-bagai2 marga tinggal ber-sama2. Karena hubungan Israil dengan penduduk negeri lebih bertjorak damai daripada perang, maka terdjadi djuga pertjampuran antara Israil dan orang2 Kena’an, lebih2 di-kota2. Kisah Abimelek dalam kitab Hakim2 adalah gambaran jang djelas dari perubahan susunan itu. Abimelek bukanlah seorang Sjeik atas suatu marga atau suku, melainkan radja suatu kota, dimana orang2 Israil tinggal bersama dengan orang2 Kena’an.
Akan tetapi dalam bidang keigamaanlah Israil hanja dapat bertahan dengan banjak susah-pajah dan memelihara hidupnja sendiri. Agama dan ibadah bangsa2, dengan mana mereka berhubungan itu, mempunjai pengaruh jang tak terelakkan atas suku2 primitf itu. Betul mereka tak akan melepaskan Allah mereka sendiri: Jahwe tetap adalah Allah segala suku Israil. Tetapi Ba’al2 serta ‘Asjtoret2 setempat, jang telah memberkati umat mereka sendiri, tidak boleh dimurkakan, karena suku2 pengembara jang mendjadi penetap itu harus memperolah penghidupannja dari tanah jang sama djua. Budjukan, utnuk mengharapkan kesuburan dari dewa2 itu, terlalu besar. Maka menurut kenjataannja sampailah sebagian Israil pergi meudja Ba’al2 dan ‘Asjtoret2 disamping dan bersama dengan Allah mreka. Mereka mangambil-alih ibadah penduduk aseli dan malahan menirunja dalam ibadah mereka sendiri kepada jahwe. Di-mana2 timbullah pertjampur-adukan keigamaan, jang hendak memperdamaikan Ba’al dengan Jahwe. Betul, Jahwe adalah jang terbesar dari antara dewa2, jang dimintai pertolongan didalam keadaan darurat, tetapi bagi keperluan2 hidup sesehari Ba’al dan ‘Asjtoret lebih pentinglah adanja. Masih lama Jahwe harus berdjuang lawan Ba’al, sebelum Ba’al dikalahkan setjara definitif.
Ditengah syncretisme jang umum itu tidak pernahlah Jahwe kehilangan pemudja2 sedjatiNja. Mereka itu memelihara tetap berkobarnja njala-api agama jang murni, sekalipun itu sering kali tertimbun abu. Tiap2 kali keadaan darurat sampai kepuntjaknja, maka tampillah dari kalangan mereka itu orang2 jang menjelamatkan baik agama maupun bangsa dari keruntuhan. Dari tengah2 mereka itu dipanggillah para Hakim, jang selain pahlawan perang djuga senantiasa raksasa2 dalam iman jang utuh kepada Jahwe adanja. Tetapi pemudja2 Jahwe jang sedjati, seperti Gide’on, Jeftah dan Sjimson-pun tidak selalu tahu menark kesimpulan2 susila dari iman mereka.
Sebab keruntuhan keigamaan dibarengi dengan anarki susila jang tidak kurang ketjilnja. Dalam hal inipun djaman para Hakim dalam sedjarah Israil itu merupakan “abad besi” pula. Walaupun senantiasa ada suatu djarak antara iman keigamaan dan penghajatan susilanja. Namun tidak pernahlah di Israil djarak tadi sebesar dan kurang diinsjafi seperti didjaman itu. Tambahan kedua pada kitab Hakim2, jang melukiskan kebedjatan susila Gibe’on, jang dilindungi satu suku tertentu, sungguhpun suatu keterlaluan, namun menunjdjukkan suatu gedjala bagi keseluruhannja. Para Hakim sendiri bukanlah selalu tjontoh kesusilaan, hal mana bagi kita mungkin mendjadi batu sandungan. Djika sudah demikian halnja dengan pembesar2, maka dapatlah sedikit banjak dibajangkan, bagaimana keadaannja dengan rakjat djelata. Gambaran total djaman para Hakim adalah gambaran keprimitifan, kebiadaban, keliaran dan anarki jang besar, dalam mana ikatan suku2pun hanja sangat lemah adanja. Kendati demikian, arus-bawah jang kuat dari iman akan Jahwe tetap ada dan didjaman itupun tidak sampai lenjap. Dalam saat2 berkarunia arus itu sampai kepermukaan, untuk membuat Israil ttetap jakin akan kewadjiban2 susilanja maupun atas keastuan fundamentilnja dalam Allah jang kudus, Jahwe.
Dari djaman tersebut kitab Hakim2 memelihara sedjumlah petilan bgi angkatan kemudian, jakni kisah jang pandjang atau pendek sekitar keenam tokoh, jang oleh karenanja lazim disebut “Hakim2 besar”, jaitu ‘Otniel, adik Josjua’, Ehud, Barak (Debora_, Gide’on, Jeftah dan Sjimsjon. Di-tengah2nja tersisiplah tjatatan2 jang santat singkat tentang enam tokoh lainnja, “Hakim2 ketjil”, jaitu Sjamgar, Tola’ Jair, Ibsan Elon dan Abdon, hal mana sesungguhnja tidak begitu djelas, apa mereka itu menurut sedjarah termasuk dalam djaman itu. Kisah pandjang-lebar tentang Abimelek adalah kelandjutan dan sematjam timbalan terhadap kisah Gide’on. Adapun Hakim2 besar itu tidak boleh dipandang begitu sadja sebagai pahwalan2 bangsa, sebab njaris dapat dikatakan adanja suatu “bangsa”, tetapi Israil lebih merupakan suatu kumpulan suku2. Djadi, mereka itu lebih tepat dikatakan pahwalan2 suku atau marga, jang perbuatan2 kedjajaannja di-sandjung2. Lepas dari bingkai jang merangkum tokoh2 itu dalam kitab Hakim2, maka njatalah mereka itu hanja sematjam pahlawan setempat sadja. Tiba2 mereka itu tampil kedepan ditengah suku ini atau itu lawan bahaja2 jang mengantjam dari luar atau penindasan dari pihak penduduk Kena’ an. Mereka menjerukan perang pembebasan, jang kemudian mereka selesaikan dengan hasil jang gemilang. Kadang2 beberapa suku lainnja, jang menghadapi bahaja atau penindasan jang sama, menggabungkan diri dengannja. Ehud adalah pahlawan suku Binjamin; ‘Otniel melakukan tugas itu bagi beberapa marga Juda dibagian selatan negeri itu. Debora dan Barak memimpn pemberontakan suku Efraim, jang diikuti suku2 Naftali, Zebulun, Isakar, Binjamin dan Menasje, sedangkan suku2 Rubed, Gad dan Asjer tetap lepas tangan. Gide’on adalah pahlawan marga Abi’ezer dari suku Menasje, jang berhasil mengikut- sertakan suku2 Asjer, Zebulun, dan Naftali dalam perang pembebasar. Isakar mempunjai pahlawannja dalam diri Tola’, sedang Menasje dapat membaggakan Jair. Gilead (Gad) diseberang timur Jarden me-mudji2 Jeftah dan suk Dan menurunkan raksasa Sjimsjon jang terpentjil, jang meluaskan petulangan2nja sampai kewilajah Juda. Efraim mempunjai tokoh sekundernja dalam diri ‘Abdon disamping Debora dan Barak. Suku Juda sama sekali tidak diketemukan dalam kitab Hakim2, tetapi kitab Sjemuel akan mengisahkan pahlawan, jakni Dawud, jang akan mengetjilkan semua tokoh lainnja.
Kisah jang pandjang atau pendek itu merupakan bagian pokok kitab tersebut (5, 6- 16, 31). Itu didahului fua pendahuluan (1, 1-2, 5; 2, 6-3, 5) dan keseluruhannja dikuntji dengan dua tambahan jang satu tentang tempat sutji suku Dan (17) dan jang lain mengisahkan keruntuhan suku Binjamin sebagai hukuman atas kedurdjanaan kota Gibe’a (19-21). Di-tengah2 terdapat pula suatu penahuluan (10) jang mendahlui kisah2 tentang Jeftah dan Sjimsjon. Tiap2 kisah hakim selandjutnja ditempatkan dalam rangka jang serupa, jang perumusannja hanja merupakan ulangan singkat dari gagasan, jang dirumuskan dengan pandjang-lebar dalam pendahuluan adjaran jang kedua (3, 7.11; 4, 12.30; 4, 1-3.23.24; 5, 51c; 6, 1-2.7-10; 10, 6- 15; 12, 7; 13, 1; 15, 200; 16, 31b). dari itu njatalah, bahwa kisah2 tersebut gunanja untuk mendjelaskan gagasan jang dirumuskan dalam pendahuluan.
Dari ichtisar ini djelaslah sudah, bahwa kitab Hakim2 tersusun dari ber-bagai2 unsur, jang terang berbeda satu sama lain. Kisah itu diambil dari sumber2 jang lebih kuno dan baru diolah mendjadi suatu kesatuan oleh penjuun dan lagi seakan2 dibubuhi dennga beberapa tjatatan. Kisah2 itu diluar dan sebelum tersusunnja kitab tersebut sudah ada tersendiri. Kisah2 itu sudah beredar didalam tradisi suku masing2, dan ketika achirnja dimasukkan dalam kitab, maka kisah2 itu hampir2 tidak dioleh lebih landjut, tapi diambil begitu sadja sebagaimana adanja. Pastilah kisah2 itu sudah lama ada didalam tradisi lisan se-mata2, sebelum kemudian dituliskan. Tetapi sangat boleh djadi kisah2 itu bukan baru dalam kitab Hakim2 itu terdapat bentuk tulisannja. Hanja tentang tjatatan2 ketjil mengenai hakim2 ketjil bolehlah kiranja diterima, bahwa itu dirumuskan oleh penjusun kitab itu, tetapi toh berdasarkan tradisi2 jang samar2. Djuga pendahuluan pertama jang bertjorak historis itu, se-tidak2nja mengenai isinja, berasal dari tradisi. Tetapi haruslah diterima, bahwa kisah2 itu sendiri terdjadi tak lama semudah peristiwa2 jang dikisahkan itu sendiri an segera mendapat bentuknja jang kurang lebih tetap. Dapat djuga dikirakan, bahwa didalam tradisi lisan itu pelbagai kisah tentang orang jang sama dan tentang peristiwa jng sama ditjampuradukkan.
Asal kuno kisah2 jang tidak dapat disangkal ini merupakan djaminan pula bagi nilah sedjarahnja. Kalaupun dalam tradisi itu ditambahkan beberapa unsur, -pun pula unsur2 jang lebih bertjorak fokloristis, namun intipati dan perintjian2 umum kisah itu bersesuaian dengan kenjataan. Disini kita tidak bersua dengan dongengan, legenda atau mythos, melainkan dengan peristiwa2 dari masa kono Israil. Betul, kisah2 tu terlalu fragmentaris tjoraknja, untuk dapat menggambarkan kembali djaman para hakim dengan segala hal-ihwalnja jang ketjil2 tetapi bagan2 it mempunjai dasar jang sungguh2.
Pada umumnja disetudjui, bahwa kitab Hakim2 dalam bentuknja jang sekarang tidak terdjadi dan tidak tersusun sekali djadi. Kitab itu boleh dikata berkembang setjara ber-angsur2. dengan itu tidaklah dimaksudkan, bahwa kisah2 itu tadinja sudah ada sendiri2, melainkan bahwa pengumpulannja berdjalan dalam beberapa tingkatan. Tetapi dalam menentukan lebih landjut tingkatan masing2, timbullah pendapat jang ber-lain2an antara para ahli. Ada ahli, jang berpangkal pada tradisi lisan sampai kelima tingkatan. Tingatan2 itu tidak selalu redaksi jang ber-turut2, tetapi djuga kumpulan2 jang sedjadjar djalannja dan kemudian dilebur djadi suatu kesatuan. Lebih umum ialah pendapat bahwasanja tjukup dua redaksi sadja, untuk sampai kebentuknja jang sekarang. Redaksi pertapa agaknja memuat kisah2 dari 5, 12-9, 57 bersama dengan pendahuluan jang bertjorak historis, 1, 1-2, 5. redaksi kedua, jang lebih bersifat theologis, telah menambahkan jang lain2 kepada redaksi pertama itu dan memperkaja bahan2 jang sudah ada dengan keterangan2 baru. Dari pengumpul belakangan ini berasallah pendahuluan kedua (2, 6-3, 6) dan kedua tambahan (17-18; 19-21). Menurut beberapa ahli kedua tambahan itu merupakan gantinja I Sjem. 1-12, jang katanja mula2 termasuk dalam kitab Hakim2. Tetapi rupanja tiada tjukup alasan, untuk menerima hubungan dengan I Sjem itu. Selandjutnja dapat dikirakan djuga adanja imbuhan2 ketjil dikemudian hari, jang tidak dapat merubah sedikitpun pada keseluruhannja.
Djuga soal, bila kitab itu mendapat bentuknja jang definitif, djawabja sangat ber-beda2. sebagaimana halnja dengna kitab Jasjua’, demikian kitab Hakim2 oleh banjak ahli di-hubung2-kan dnegan Pentateuch (kelima kitab Musa), sedangkan dewasa ini lebih banjak ahli meng-hubung2kannja dnegan kitab Ulangtutur. Soal ini sudah dibitjarakan berkenaan dengan kitab Josjua’, dan apa jang dikatakan disana dapatlah diulang disini. Lebih baiklah kiranja dilepaskan sadja dari karja2 lainnja. Untuk menanggalkan kibtab itu melalui djalan lain. Tak seorangpun menjangkal, bahwa kitab Hakim2pun didukung oleh gagasan2 keigamaan jang sama seperti Ulangtutur, tetapi hal ini tidak berarti dengan mutlaknja, bahwasanja kitab tersebut bergantung dari padanja mengenai waktu terdjadinja. Dari sebab itu lebih baiklah penentuan waktu itu didasarkan atas keterangan2 dari kitab itu sendiri. Dari 18, 30-31 agaknja dapat disimpulan, bahwa si redaktor menjusun karjanja sesudah tahun 733 atau 722, keitik keradjaan utara Israil diangkut kepembuangan oleh Asyria. Tetapi tidak sedikitlah ahli jang menganggap ajat2 tersebut sebagai imbuhan belakangan, sendangkan ahli2 lainnja mau memperbaiki teks itu, sehingga bukan penduduk negeri itu melainkan peti Jahwelah jang diangkut ketempat lain, hal mana di-hubung2kan dengan penghantjuran tempat sutji di Silo didjaman Sjemuel oleh orang2 Felesjet. Rumus jang di-ulang2 sadja dalam bagian2 terachir: “tiada radja di Israil” (17, 6; 18, 15; 19, 1; 21, 25) sebagai pendjelasan adanja kebedjatan susila, mengandaikan pengetahuan tentang keradjaan di Israil, malahan sebagai faktor tatatertib dan kesedjahteraan. Tetapi keradjaan belakangan dalam hal itu ternjatalah bukan suatu berkah, karena ketika itu terutama dikeradjaan utara tidak djaranglah keradjaan itu mendjadi sebab musababnja keruntuhan keigamaan dan susila. Redaktor terachir, jang membuat tjatatan2 itu, mestilah hidup pada awal keradjaan, jang mengachiri kekatjauan djaman para hakim. Djadi didjman Sjaul atau Dawud, sekitar th. 1050-950. bahwasanja dalam kitab itu ada ketjondongan2 anti-radja (Gibe’on, Abimelek) dapatlah diterangkan dari sumber2 jang digunakan, dan djustru pda awal keradjaan ketjondongan2 serupa itu masih lama berpengaruh. Pun kenjataan, bahwasanja kisah2 itu dilandjutkan dengan djiwa jang sama dalam kitab Sjemuel dapatlah dipandang sebagai suatu pembenaran penanggalan tersebut diatas. Bagaimanapun djua, pendapat jang hendak menanggalkan kitab itu (dalam redaksinja jang pertama) sesudah terdjadinja Ulangtutur sekitar tahun 632 atau (dalam redaksinja jang kedua) sedudah waktu pembugann tidak mempunjai alasan tjukup, untuk diterima sebgai pasti. Untuk memebrikan penanggalan kemudian, dikemukakan pula ktjaman terhadap tempat sutji di Dan, salah satu tempat sutji dikeradjaan utara, kritik mana terselip dalam pasal 17-18. Tetapi tjelaan tersebut sudah tjukup didjelaskan dnegna kenjataan, bahwa tempat sutji tersebut didirikan oleh orang2 jang sama sekali tak berwenang dan setjara se-wenang2 dan tanpa petundjuk satupun dari pihak Jahwe. Djuga didjaman kuno sekali tjara serupa itu tidak dapat dibenarkan oleh kalangan2 agama, dan kisah itu pada dirinja menerangkan keruntukhan besar dalam bidang keigamaan didjaman para hakim. Dalam seluruh kitab itu tidak terdapat petundjuk2 adanja perpisahan atanra Juda dan keradjaan-utara, tetapi Israil malahan dipandang sebagai suatu kesatuan. Dan hal ini njatalah dapat dimengerti didjaman sebelum perpisahan. Betul dapatlah diterima, bahwa belakanganpun masih ada perubahan dan imbuhan ketjil2an, karena tiada kitab satupun dari Perdjandjian Lama dipandangn sebgai sesuatu, jang tidak boleh diubah lagi. Sikap tersebut baru dari waktu djauh belakangan.
Pada hakikatnja sukarlah, jah malahan tidak mungkinlah menjebut nama2 para penjusun kitab Hakim2. Dikalangan Jahudi dan djuga dikalangan Kristern lamalah Sjemuel dianggap sebagai pengarangnja dan itupun oleh beberapa ahli masih dianggap mungkin. Tetapi achirnja kesemuanja itu hanja bersandarikan perkiraan sadja dan tetap sukar dibuktikan. Maka itu lebih baiklah tidak menebut nama2 sadja. Satu2nja, jang dapat diketahui dari kitab itu sendiri. Ialah bahwasanja para penjususnnja adalah orang2 jang berkeigamaan, jang hidup dari gagasan2 jang djuga tampak dalam kitab Ulangtutur. Si atau para penjusun haruslah ditjari dikalangan Levita dan imam. Lebih dari itu tidak dapat.
Gagasan-pokok keigamaan, untuk mana seluruh kitab itu telah ditulis, ialah keadilan Allah jang berbelaskasihan. Semua kisah dimaksudkan, untuk memperlihatkan dalam bentuk jang konkrit, bahwa betapapun djua tidak-setianja umat kepada Jahwe, Allah toh tidak pernah melupakan umatNja. Segala kedjadian ditudjukanNja, untuk memperingatkan umat akan kesetiaan, agar dnegna itu terdjamnlah kebahagiaan dan kesedjahteraan. Bahkan terus adanja bangsa2 kafir di Kena’an adalah suatu tanda kerelaan Jahwe. Rangka jang berulang kembali dari kitab itu ialah sbb.: Umat meninggalkan Jahwe, bukannja per-tama2 karena tingkah-laku susilanja, melainkan lebih2 karena ketidak-setiaan keigamaan, jang berupa pemudjaan serta kepertjajaan pada berhala2 negeri itu. Ketidak-setiaan ini dihukum Jahwe dengna penindasan oleh pihak musuh. Tetapi hkukman itu tidak dimaksudkan untuk menolak umat, melainkan lebih untuk menginssjafkan umat agar berbalik kepada Jahwe. Apabila umat berpaling dari berhala dan berbali k kepada Jahwe, maka Jahwe segera mengutus seorang penjelaman. Si penjelamat tidak mengambil inisiatif, melainkan dipanggil oelh Allah, untuk memenuhi tugas penjelamatan atas namaNja. Bahwasanja Jahwe jang bertindak, sangatlah djelas digambarkan oelh riwajat Gide’on, jang harus mengurangi lasjkarnja sampai djumlah jang se-ketjil2nja (7, 1-8), jang maksudnja dirumuskan dengan tegas (7, 2). Kebebasan dan kesedjahteraan berlangsung selama mat tetap setia. Apabla umat kemudian tidak setia lagi, maka proses jang sama berulang kembali. Tetapi dalam kitab Hakim2 samasekali tidak dinjatakan, bahwa ketidak-setiaan, jang ber-ulang2 itu akan memuntjak djadi penolakan definitif,sebagaimana jang dinjatakan dlam kitab Radja2. Sebaliknja; kendati ketidaktetapan umat, kepertjajaan akan Jahwe dan harapan akan kerelaannNja, adalah faktor jang tetap: kerelaan Allah adalah lebih besar daripada kedurhakaan umat. Kepertjajaan ini adalah kekuatan jang menjelamatkan dan diperorangkan dalam tokoh2 para hakim. Mereka tidak ragu2 mengikuti panggilan Jahwe, karena mereka tahu, bahwa Jahwe adalah berbelaskasihan dan selalu akan mengampuni kedjahtan umat jang bersesal dan akan melepaskannja dari penindasan .itupun jang dipudji oleh surat kepada orang2 Hibrani pada tokoh2 tersebut. (Hbr. 11, 32). Dan inilah artinja jang tetap dari sedjarah para hakim, bahwasanja kepertjajan akan Allah serta kerelaanNja mendatangkan penjelamatan dalam diri Hakim jang terbesar. Penjelamat definitif dari segala penindasan dan bahkan dari akarnja, dosa, ialah: Jesus Kristus. Tetapi sedjarah para hakim adalah djuga suatu peringatan jang tetap akan sesal dan tobat, sjarat bagi penebusan dan penjelamatan.
TFTWMS: Hakim-hakim (Pendahuluan Kitab) LAWANLAH AJAKAN DUNIA
HAL APAKAH YANG TELAH HILANG?
(HAKIM-HAKIM 10; 11)
Sejalan dengan berlanjutnya Kitab Hakim-Hakim, begitu jugalah catatan kemer...
LAWANLAH AJAKAN DUNIA
HAL APAKAH YANG TELAH HILANG?
Sejalan dengan berlanjutnya Kitab Hakim-Hakim, begitu jugalah catatan kemerosotan moral Israel. Pola mereka dalam berpaling dari Allah, menghadapi penjajahan, berseru kepada Allah, dan kemudian dibebaskan, diulang lagi dalam pasal 10 dan 11.
TOLA DAN YAIR
Setelah Abimelekh mati, Israel lalu dipimpin oleh dua hakim yang tentangnya sedikit sekali kita ketahui. (Nama mereka menjadi pertanyaan besar di dalam permainan kuis Alkitab!) Yang pertama, Tola, mungkin diingat oleh pelajar Alkitab yang berbahasa Inggris sebagai dari sebuah keluarga dengan nama yang tidak menarik (Tola, bin Pua, bin Dodo). Ia memimpin Israel selama 23 tahun.
Hakim berikutnya, Yair, terkait dengan angka "30." (Ia punya 30 anak laki-laki yang mengendarai 30 ekor keledai jantan dan menguasai 30 kota.) Ia memimpin Israel selama 22 (bukan 30) tahun.
KEMEROSOTAN MORAL BERLANJUT
"Orang Israel itu melakukan pula apa yang jahat di mata TUHAN; .…" (10:6). Seperti yang sudah bisa diduga, ketika orang Israel itu mulai melayani ilah-ilah tetangga mereka, Allah pun menjadi murka terhadap mereka dan menyerahkan mereka ke dalam tangan musuh-musuh mereka, kali ini adalah bangsa Filistin dan Amon. Seperti yang sudah bisa diduga, penderitaan berat mereka membawa mereka kembali kepada Allah untuk minta pembebasan. Awalnya, Allah memberitahu mereka untuk meminta ilah-ilah baru mereka itu membebaskan mereka dari para penawan mereka. Namun begitu, umat itu mengakui keberdosaan mereka, menyingkirkan ilah-ilah mereka, dan Allah "tidak dapat lagi menahan hati-Nya melihat kesukaran mereka" (10:16).
Pada saat berikutnya bangsa Amon menghimpun pasukan mereka di Gilead, Israel telah siap untuk berperang. Mereka berkumpul di Mizpah, siap untuk memerangi penindas mereka selama 18 tahun itu—kecuali untuk satu rincian ini: Israel tidak memiliki panglima! Mereka telah mengerahkan pasukan, tetapi mereka tidak mempunyai orang yang akan memimpin mereka berperang. Para pemimpin Gilead bahkan mengeluarkan suatu rencana insentif untuk menarik calon terbaik untuk tugas itu. Mereka mengumumkan, "Siapakah orang yang berani memulai peperangan melawan bani Amon itu? Dialah yang harus menjadi kepala atas seluruh penduduk Gilead" (10:18).
MEREKRUT YEFTA
Jauh di sebelah utara pasukan Israel yang tengah berkumpul di Mizpah itu tinggallah Yefta, seorang pahlawan yang gagah perkasa dengan masa lalu yang tragis. Dulunya ia sendiri berasal dari tanah Gilead, Yefta adalah anak laki-laki dari seorang pria bernama Gilead dan seorang pelacur yang tidak pernah dikawin secara resmi oleh Gilead (11:1).
Ketika semua anak laki-laki dari isteri sah Gilead sudah dewasa, mereka melihat saudara tiri mereka itu sebagai ancaman bagi pusaka mereka dan mengusir dia ke luar dari tanah itu. Ia mengungsi ke sebuah tempat bernama Tob, dan Yefta kemudian menjadi pimpinan dari sebuah kelompok "petualang" (NIV) atau "penjahat" (NRSV).
Ketika orang Israel sadar bahwa mereka pergi berperang tanpa seorang panglima, maka pikiran mereka melayang kepada Yefta. Meskipun leluhurnya penuh skandal dan gaya hidupnya tidak terpuji, namun ia memiliki satu kualifikasi yang mereka sedang cari: Ia tahu cara untuk menggelar perang. Dengan menelan harga diri, para tua-tua Gilead menempuh perjalanan sejauh 80 kilometer menuju Tob untuk merekrut Yefta berperang melawan bani Amon.
Ketika ia disodorkan permintaan dari para tua-tua untuk kembali pulang dan memimpin pasukan Israel, Yefta, seperti yang mungkin orang sudah duga, bersikap dingin. "Bukankah kamu sendiri membenci aku dan mengusir aku dari keluargaku? Mengapa kamu datang sekarang kepadaku, pada waktu kamu terdesak?" (11:7). Tua-tua itu kemudian menawarkan Yefta sesuatu yang tidak satu orang lain pun di Israel mau menerimanya. Mereka berkata, "Memang, kami datang kembali sekarang kepadamu, ikutilah kami dan berperanglah melawan bani Amon, maka engkau akan menjadi kepala atas kami, atas seluruh penduduk Gilead" (ay. 18). Mungkin karena ia tidak percaya pada penawaran itu, atau mungkin karena ia ingin mereka mengulangi kembali perkataan itu, Yefta lalu meminta tua-tua itu untuk mengulangi penawaran mereka. Setelah ia benar-benar sudah mendengar dengan tepat tawaran itu, maka anak laki-laki dari seorang pelacur Gilead yang dulunya diusir, kembali lagi ke Mizpah sebagai panglima perang atas penduduk Gilead dan pasukan Israel.
PILIHAN DIPLOMATIK
Meskipun ia merupakan prajurit yang handal dan rela, namun Yefta lebih suka menyelesaikan perselisihan dengan bani Amon di meja perundingan. Tindakan resminya yang pertama adalah mengutus beberapa utusan kepada raja Amon untuk meminta alasan mereka menyerang Israel. Jawaban datang ke Yefta bahwa bani Amon menginginkan tanah yang Israel sudah ambil dari mereka setelah mereka keluar dari Mesir, tiga ratus tahun sebelumnya. Yefta menjawabnya dengan pembelaan yang panjang lebar (11:15-27) tentang hak Israel atas tanah Gilead itu. Ia berpendapat bahwa Israel mengambil tanah itu dari bangsa Amori, bukan Amon, dan selain itu, Tuhan Allah mereka sendiri telah memberikan tanah itu. Percakapan diplomatik itu terbukti tanpa hasil, dan perang antara bani Amon dan Israel menjadi semakin pasti.
SANG PAHLAWAN DAN NAZARNYA
Roh Tuhan hinggap pada Yefta (11:29), dan ia kemudian bergerak cepat melintasi negeri itu menuju ke bani Amon. Maka pada waktu itulah ia membuat kesalahan paling buruk di dalam hidupnya, suatu nazar mengerikan kepada Allah. Ia bernazar kepada Allah,
Jika Engkau sungguh-sungguh menyerahkan bani Amon itu ke dalam tanganku, maka apa yang keluar dari pintu rumahku untuk menemui aku, pada waktu aku kembali dengan selamat dari bani Amon, itu akan menjadi kepunyaan TUHAN, dan aku akan mempersembahkannya sebagai korban bakaran(11:30,31).
Setelah membuat perjanjian itu dengan Allah, Yefta lalu pergi ke medan perang. Operasi militernya merupakan sukses yang sangat mempesona, sebab "TUHAN menyerahkan mereka ke dalam tangannya" (11:32). Sebelum ia selesai berperang, 20 puluh kota bani Amon sudah dihancurkan, dan bani Amon sendiri ditundukkan.
Nama Yefta menjadi harum, ia menjadi pahlawan militer, dan ia baru saja dinyatakan sebagai penguasa Gilead. Hari itu seharusnya menjadi hari yang paling manis dalam kehidupan Yefta; namun sebaliknya, hari itu berubah menjadi hari yang paling pahit. Ketika ia pulang ke rumah dari penaklukannya, hal pertama yang keluar dari pintu rumahnya untuk menyambut dia—hal yang ia sudah janjikan untuk dikorbankan—tidak lain selain daripada orang yang paling berharga di dalam hidupnya, anak perempuannya, anak tunggalnya! Saat-saat termanis Yefta menjadi malamnya yang paling pekat. Ketika anak perempuannya itu keluar dari pintu sambil menari dengan sukacita, tarian kemenangan yang riang, maka untuk pertama kalinya pada hari itu Yefta merasakan empedu pahit kekalahan. Hatinya membeku ketika ingatan akan nazarnya menyobek pikirannya. Ia berteriak, "Ah, anakku, engkau membuat hatiku hancur luluh dan engkaulah yang mencelakakan aku; aku telah membuka mulutku bernazar kepada TUHAN, dan tidak dapat aku mundur" (11:35).
Mulai dari titik itu, kisah itu diceritakan secara efisien, dengan sedikit rincian untuk menggambarkan mimpi buruk seorang bapak yang terjebak di antara nazarnya yang sungguh-sungguh dengan kasihnya yang sungguh-sungguh kepada anaknya yang semata wayang. Anak perempuan Yefta itu dengan tenangnya menerima nasibnya, sebab sadar bahwa ayahnya telah bernazar kepada Allah dan berkewajiban untuk menepatinya. Satu-satunya permintaannya adalah diberi waktu selama dua bulan supaya ia bisa pergi mengembara ke pegunungan, menangis bersama teman-temannya, dan meratapi kegadisannya. Ia tidak akan pernah kawin dan memiliki anak, dan Yefta tidak akan pernah memiliki cucu. Kehidupan anak gadis itu, yang penuh dengan potensi, akan diingat selamanya sebagai penggenapan suatu nazar. Kitab Suci nyaris melindungi wajah kita dari pemandangan yang terlalu mengerikan untuk dilihat. "Setelah lewat kedua bulan itu, kembalilah ia kepada ayahnya, dan ayahnya melakukan kepadanya apa yang telah dinazarkannya itu; .…" (11:39).
Sudah tentu pahlawan Perjanjian Baru tidak akan secara fisik mengorbankan anak perempuannya sebagai "korban bakaran." Tidakkah Allah akan turun-tangan seperti ketika Abraham hampir saja mengorbankan Ishak anaknya? (Lihat Kejadian 22:1-14). Yefta bernazar akan membuat korban bakaran dari apa saja yang pertama keluar dari pintu rumahnya ketika ia pulang dalam kemenangan (Hak 11:30, 31). Dan teks itu semata-mata berkata bahwa ia "melakukan kepadanya apa yang telah dinazarkannya itu" (11:39). Ada dua kemungkinan, ia mempersembahkan anak perempuannya itu sebagai korban bakaran atau ia mendedikasikan dia kepada pelayanan seumur hidup. Memang sulit untuk menentukan secara pasti apa yang Yefta perbuat.1
Yefta telah mengalahkan pelbagai keadaan sulit yang atasnya ia tidak punya kendali untuk menjadi pemimpin besar. Bahkan di dalam malapetaka pribadi kehilangan anak perempuannya, ia membuktikan dirinya sebagai orang yang menepati janji. Ini bahkan lebih mengesankan ketika dilihat dalam terang kegagalan Israel untuk menepati perkataan mereka kepada Allah. Sebenarnya, kita bisa menemukan banyak hal untuk memuji pria ini. Dalam Ibrani 11 ia disebut sebagai seorang pahlawan iman.
BAGAIMANAKAH DENGAN KITA?
Jika orang Israel secara perlahan-lahan namun pasti memberikan diri mereka hanyut ke dalam cara berpikir orang Kanaan tentang Allah, betapa serupanya kekuatan yang mungkin sedang bekerja di dalam kehidupan orang Kristen yang hidup di tengah-tengah masyarakat penyembah berhala di zaman kini? Sikap terhadap manusia, terhadap sejarah, dan terhadap Allah yang bagaimanakah yang tanpa kita sadari telah kita ambil dari tempat kita tinggal? Kesedihan Yefta merupakan panggilan lain untuk gereja di zaman kini untuk bangkit dari Kitab Hakim-Hakim. Apakah yang kita telah lupakan tentang Allah? Kebenaran apa sajakah yang telah hilang di dalam era kita ini? Marilah kita memikirkan beberapa petunjuk berikut ini bahwa kita juga berada dalam bahaya melupakan beberapa kebenaran rohani yang penting.
Menghormati Penguasa Dalam Masyarakat Yang Tidak Santun
Saya mendengarkan mantan Wakil Presiden Amerika, Dan Quayle, berbicara di Harding University. Kesan terdalam yang ia berikan kepada saya pada malam itu adalah cara ia bicara dengan rasa hormat yang dalam tentang jabatan Presiden. Meskipun ia tidak begitu menyukai Presiden yang sekarang ini, namun ia selalu bicara tentang dia dengan rasa hormat yang dalam. Bahkan semasa pemerintahan Nero si orang gila pada abad pertama, umat Kristen diperintahkan untuk "tunduk" kepada para penguasa mereka dan untuk "menghormati raja" (1Petrus 2:13-17). Apakah ketidakhormatan kita terhadap para pimpinan pemerintah merupakan petunjuk halus bahwa kita mendapatkan nilai-nilai hidup kita bukan dari Alkitab kita tetapi dari tempat tinggal kita?
Takut Akan Allah Di Dalam Masyarakat Yang Tidak Percaya
Tidak seorang pun perlu memperingatkan kita bahwa tingkat pembicaraan di negeri kita ini (Amerika) sedang terjungkir dengan kecepatan yang mengerikan. Hormat terhadap Allah masih menjadi bagian kehendak Allah untuk kita, namun begitu kita mendapatkan diri kita dikelilingi oleh hiburan dan bahkan percakapan biasa dimana perasaan terkejut biasanya diungkapkan dengan menyebut nama Allah dengan sia-sia. Bahasa seperti itu terlalu sering terdengar di dalam rumah tangga orang Kristen ketika kita memutar video-video para penyembah berhala untuk mengisi waktu malam kita. Dalam masyar akat populer kita, "Yesus Kristus" lebih sering diucapkan sebagai kata seru daripada kata pengakuan.
Perkataan kita sendiri menghukum kita ketika kita berkata, "Saya rasa, saya benar-benar tidak memperhatikan perkataan itu." Apakah nilai-nilai masyarakat kita sedang mempengaruhi hidup kita?
Pernikahan Permanen Dalam Masyarakat Yang Tidak Mau Susah
Banyak orang di atas usia 40 tahun bisa mengingat masa ketika mereka bahkan tidak mengenal orang yang bercerai. Sekarang, kebanyakan anak-anak membutuhkan janji dari orang tua mereka bahwa orang tua itu tidak akan bercerai, sebab mereka bertumbuh dalam dunia yang sering terjadi perceraian. Tulisan, "Kami Meminjamkan Cincin Kawin" mungkin pernah dianggap lelucon, tetapi sekarang ini semua itu tidak bisa disangkal. Skandal di dalam gereja adalah bahwa tingkat perceraian orang Kristen hampir sama tingginya dengan orang lain di dalam masyarakat kita.2 Memungkiri komitmen seumur hidup sama artinya kita lebih mendengarkan pendapat dari tempat kita tinggal daripada mendengarkan Allah.
Amanat Agung Di Dalam Masyarakat Yang Egois
Seperti apakah sikap Anda sekarang ini terhadap misi ke luar negeri? Seperti apakah sikap Anda terhadap jemaat Anda? Apakah sikap itu timbul dari mempelajari Kitab Suci dengan tekun atau dari prasangka suatu masyarakat yang berteriak, "Kami dulu"?
Berakar Di Dalam Kristus Dalam Masyarakat Yang Kecanduan Hal-Hal Baru
Manusia di zaman kini tidak bisa menenggang "hal lama yang sama." Kita beranggapan bahwa segala sesuatu harus berubah. Akibatnya, beberapa diskusi gereja di zaman kini kedengarannya lebih seperti baru saja keluar dari buku pelajaran pemasaran daripada dari Alkitab. Karena menghadapi situasi yang agak serupa dengan yang ada di dalam gereja Kolose abad pertama, dimana "hal-hal baru" dan "ide-ide baru" lebih menarik daripada "kebenaran," maka Paulus lalu menulis,
"Hati-hatilah, supaya jangan ada yang menawan kamu dengan filsafatnya yang kosong dan palsu menurut ajaran turun-temurundanroh-rohdunia,tetapitidakmenurutKristus. Sebab dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhanke-Allahan,dankamutelahdipenuhididalamDia. Dialahkepalasemuapemerintahdanpenguasa."Kolose2:8-10
Daya pesona masyarakat dengan ilah-ilah dan cara-cara barunya bisa mengikis kita semua. Tanyakan saja kepada Yefta!
KESIMPULAN
Tragedi Yefta bisa memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kita di zaman kini. Tragedi itu bisa membuat kita lebih mantap daripada sebelumnya untuk menyelidiki Kitab Suci dalam mengejar pengetahuan tentang Allah. Tragedi itu bisa membuat sekolah/kelas Alkitab, yang sudah tua dan sudah umum, menjadi sama berenergi dan bermaknanya dengan kursus bertahan hidup. Tragedi itu bisa mengingatkan kita untuk menanyakan diri kita sendiri pertanyaan yang menyakitkan ini "Apa sajakah yang benar-benar saya ketahui tentang Allah, dan apa sajakah yang sudah saya terima begitu saja dari orang lain?" Tragedi itu bisa membuat kita melihat kemungkinan yang sebenarnya bahwa agama kita telah dicemari oleh asap pekat rohani yang terus-menerus bergerak mengelilingi dunia pagan kita yang sedang bertambah besar!
TFTWMS: Hakim-hakim (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 John L. Kachelman, Jr., in Studies in Judges (Abilene, Tex.: Quality Publications, 1985), merangkum pelbagai argumentasi utama yan...
Catatan Akhir:
- 1 John L. Kachelman, Jr., in Studies in Judges (Abilene, Tex.: Quality Publications, 1985), merangkum pelbagai argumentasi utama yang setuju dan yang menentang pandangan bahwa Yefta benar-benar mengorbankan anak perempuannya sebagai korban manusia. Argumentasi yang mendukung pandangan "korban manusia" adalah sebagai berikut (hl. 111): (1) Era Yefta adalah era pelanggaran hukum dan pengabaian Allah; jadi tidak akan ada rasa sesal dalam mengorbankan secara harfiah. (2) Yefta tumbuh dalam lingkungan pengaruh orang-orang penyembah berhala yang mendukung pengorbanan manusia untuk para ilah. (3) Kata Ibrani untuk "korban bakaran" dipakai dengan pengertian pembunuhan. (4) Jika Yefta sanggup membunuh 42 ribu orang Israel sesamanya dengan darah dingin, maka ia sanggup mengorbankan anak perempuannya. (5) Kata "meratapi" (ay. 40) sepertinya harus dipahami sebagai "menceritakan kembali," yang menyiratkan bahwa perbuatan berbahaya itu diceritakan kembali setiap tahunnya. (6) Teks itu berkata bahwa "[Yefta] melakukan kepadanya apa yang telah dinazarkannya itu" (ay. 39). Teks itu menunjukkan bahwa Yefta benar-benar mengorbankan anaknya itu. (7) Kepedihan Yefta yang sangat dalam menunjukkan bahwa ia akan membunuh anak perempuannya sendiri. (8) Poin penting di luar teks yang perlu dipertimbangkan adalah bahwa hingga Abad Pertengahan pada umumnya dipahami bahwa Yefta benar-benar membunuh anak perempuannya sendiri. Dengan begitu, bobot sejarawan gereja mula-mula dan pelbagai pengajaran yang lebih dekat dengan periode itu setuju dengan kesimpulan ini bahwa Yefta benar-benar mengorbankan anak perempuannya sebagai korban bakaran. Argumentasi yang mendukung pandangan bahwa Yefta mendedikasikan anak perempuannya itu kepada pelayanan seumur hidup kepada Allah adalah sebagai berikut (hl. 111-12): (1) Korban manusia berlawanan dengan hukum Allah (Imamat 18:21;20:2-5; Ulangan 12:31). (2) Meskipun kata Ibrani untuk "korban bakaran" biasanya berarti korban bakaran, namun kata itu bisa dipakai untuk menunjukkan sikap berserah yang sepenuhnya kepada Tuhan. Jadi Yefta mempersembahkan anak perempuannya untuk pelayanan selamanya di dalam Kemah Suci, dimana anak gadisnya itu tetap perawan. (3) Kombinasi dalam 11:31 bisa diterjemahkan "atau" (seperti dalam NASB), sehingga memberi arti Yefta memberi dirinya pilihan apabila yang keluar lebih dulu dari pintu rumahnya adalah manusia. Ia bisa mempersembahkan manusia untuk didedikasikan kepada Tuhan ATAU ia bisa mempersembahkan binatang untuk korban. (4) Ayat 40 dalam bahasa Ibrani bisa diterjemahkan, "Anak-anak perempuan Israel selama empat hari dalam setiap tahun pergi bicara dengan, atau bersimpati dengan, anak perempuan Yefta orang Gilead itu." (5) Taurat sendiri menyediakan "jalan ke luar" bagi nazar Yefta yang tergesa-gesa itu. Ia bisa menebus anak perempuannya itu dengan sejumlah uang, sehingga bisa membebaskan dia (lihat Imamat 27). (6) Yefta terdaftar dalam "Tempat Terkenal Untuk Iman" (Ibrani 11:32), dan keberadaan namanya di situ tidak bisa dimengerti jika ia benar-benar telah melakukan dosa besar seperti itu. Diskusi yang menyeluruh tentang pandangan "korban manusia" bisa dibaca dalam Judges in the Tyndale Old Testament Commentary series (Arthur Cundall [Downer’s Grove, Ill.: Inter-Varsity Press, 1968], 146-49) dan dalam Judges in the Pulpit Commentary series (A. C. Hervey [Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1950], 125-30). Pembahasan yang menyeluruh tentang pandangan "pelayanan seumur hidup" bisa dibaca dalam Joshua, Judges, Ruth, 1 & 2 Samuel in the Keil-Delitzsch series (C. F. Keil and F. Delitzsch. Trans. James Martin [Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., n.d.; reprint, 1978], 385- 95); dalam 1961 Teacher’s Annual Lesson Commentary (Gospel Advocate series [Nashville, Tenn.: Gospel Advocate Co., 1960], 111-14); dan dalam Encyclopedia of Bible Difficulties (Gleason L. Archer [Grand Rapids, Mich.: Zondervan, 1982], 164-65).
- 2 George Barna, The Future of the American Family (Chicago: Moody Press, 1993), 70. Barna menulis, "Yang menarik, kehidupan beragama pasangan yang menikah memiliki pengaruh langsung terhadap kemungkinan perceraian, tetapi kaitannya tidak sekuat biasanya. Faktanya, kajian paling akhir menunjukkan bahwa orang-orang denominasi yang cenderung paling giat berkampanye menentang perceraian-Aliran protestan dan evangelis-sebenarnya entah bagaimana akan mengalami perpecahan perkawinan yang lebih besar kemungkinannya dibandingkan lainnya. Penemuan yang paling mengejutkan adalah bahwa kaum evangelis mewakili 12 persen dari populasi orang dewasa tetapi 16 persen dari populasi orang yang bercerai."
Pengarang: Bruce McClarty
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Hakim-hakim (Pendahuluan Kitab) HAKIM-HAKIM
PENGANTAR
Buku Hakim-hakim berisi kisah-kisah dari suatu zaman dalam sejarah Israel
sebelum bangsa itu menjadi suatu kerajaan. Itulah za
HAKIM-HAKIM
PENGANTAR
Buku Hakim-hakim berisi kisah-kisah dari suatu zaman dalam sejarah Israel sebelum bangsa itu menjadi suatu kerajaan. Itulah zaman antara pendudukan Kanaan dan berdirinya kerajaan Israel. Kisah-kisah tersebut adalah mengenai hal-hal yang dilakukan oleh pahlawan-pahlawan bangsa. Mereka lazimnya disebut hakim, tetapi kebanyakan dari mereka sebenarnya adalah pemimpin-pemimpin militer, dan bukan hakim menurut arti yang biasa. Salah seorang dari para pahlawan itu, yang sangat terkenal, ialah Simson. Kisahnya terdapat dalam Pasal 13-16 (Hak 13:1-16:31).
Ajaran utama dari buku ini ialah bahwa hanya dengan setia kepada Tuhan, umat Israel dapat bertahan terus; tetapi bila mereka meninggalkan Tuhan, mereka selalu mendapat kesukaran besar. Namun dalam masa yang demikian pun Allah selalu bersedia menolong umat-Nya apabila mereka bertobat dari dosa-dosa mereka dan beribadat kepada Allah.
Isi
- Peristiwa-peristiwa yang terjadi sampai pada kematian Yosua
Hak 1:1-2:10 - Pemimpin-pemimpin Israel
Hak 2:11-16:31 - Berbagai-bagai peristiwa
Hak 17:1-21:25
Ajaran: Hakim-hakim (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan melihat isi kitab Hakim-hakim setiap anggota jemaat mengerti akan
kebesaran kasih Allah dalam mengampuni umat-Nya, yang hidup d
Tujuan
Supaya dengan melihat isi kitab Hakim-hakim setiap anggota jemaat mengerti akan kebesaran kasih Allah dalam mengampuni umat-Nya, yang hidup dalam perbuatan dosa. Dan sekaligus melihat keadilan Allah dalam menghukum perbuatan-perbuatan dosa.
Pendahuluan
Penulis : Penulis kitab Hakim-hakim tidak disebutkan dengan jelas, tetapi ada kemungkinan penulisnya adalah Samuel.
Isi Kitab: Kitab Hakim-hakim terdiri dari 21 pasal. Kitab Hakim-hakim menceritakan keadaan umat Allah yang hidup dengan menuruti kemauannya sendiri dan memperlihatkan keadaan umat-Nya yang melupakan Dia.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Hakim-hakim
Pasal 1-3 (Hak 1:1-3:4).
Keadaan bangsa Israel sesudah kematian Yosua Dalam bagian pertama ini terlihat suatu putaran yang terjadi dalam kehidupan bangsa ini. Mereka berbuat dosa sehingga Tuhan memberikan hukuman. Di dalam penderitaan mereka berteriak minta tolong, maka Tuhan menjawab doa mereka dengan mengutus hakim-hakim untuk memimpin dan melindungi mereka. Tetapi setelah hakim itu mati, mereka berbuat jahat lagi. Oleh karena itu Tuhan memberi hukuman lagi supaya mereka harus tetap menurut jalan yang dikehendaki oleh Tuhan.
Pendalaman
- Bacalah pasal Hak 2:6-14. Mengapakah bangsa Israel dihukum oleh Allah? Dan apakah hukumannya?
- Bacalah pasal Hak 2:16-19. Apakah maksud Tuhan dengan memberikan hakim-hakim pada umat-Nya? Dan bagaimanakah perbuatan umat Allah ini setelah Haki tersebut mati?
Pasal 3-16 (Hak 3:5-16:31).
Riwayat Hakim-hakim dan pekerjaannya
Hakim-hakim yang diutus oleh Tuhan berjumlah 12 orang. Ada 6 hakim besar yaitu yang menghasilkan banyak kemenangan. Mereka itu adalah Otniel, Ehud, Debora, Gideon, Jefta dan Simson. Ada juga 6 hakim kecil yang menghasilkan kemenangan tapi tidak banyak yang tertulis mengenai mereka. Mereka itu adalah Samgar, Tola, Yair, Ebzan, Elon dan Abdon.
Pendalaman
- Bacalah pasal Hak 6:14. Melalui panggilan Gideon ini, apakah pekerjaan yan ditugaskan oleh Allah kepada Hakim-hakim?
- Apakah persoalan yang menjadi dasar bangsa Israe menderita? (Hak 8:33-34).
Pasal 17-21 (Hak 17:1-21:25).
Dua contoh kehidupan umat Allah, dalam perbuatan yang bejat
Bagian ini menjelaskan tentang: pertama, perbuatan Mikha dengan patungannya, yang mengakibatkan bangsa Israel menyembah berhala.
Dan kedua, dosa perzinahan yang sangat keji dari suku Benyamin, yang mengakibatkan terjadi perang saudara di antara bangsa Israel.
Pendalaman
- Bacalah pasal Hak 18:24,31. Berilah pendapat saudara terhadap perkataan pemili patung dalam pasal Hak 18:24.
- Bacalah pasal Hak 20:1-11. Apakah perbuatan dosa itu? Dan apakah akibatnya?
II. Kesimpulan/penerapan
Kitab Hakim-hakim mengajarkan kegagalan umat Allah dalam mentaati perjanjiannya kepada Allah dan akibat yang harus mereka alami dari ketidaktaatan itu.
Walaupun Allah melihat umat-Nya gagal dalam berjalan mengikut Dia karena ketidaktaatan, tetapi Dia tetap mengasihi umat-Nya dengan memberi penyelamatan untuk berdiri dari kejatuhannya.
Penderitaan kadang kala merupakan cara Allah mengajar umat-Nya yang tidak mau taat kepada-Nya.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis kitab Hakim-hakim?
- Apakah isi kitab Hakim-hakim?
- Siapakah nama Hakim-hakim umat Allah?
- Pelajaran rohani apakah yang saudara dapatkan dari mempelajari kita Hakim-hakim?
Intisari: Hakim-hakim (Pendahuluan Kitab) Lingkaran Dosa
HAKIM-HAKIMHakim-hakim merupakan kitab yang penting karena memberikan gambaran mengenai hubungan antara Yosua, yang memimpin bangsa Is
Lingkaran Dosa
HAKIM-HAKIM
Hakim-hakim merupakan kitab yang penting karena memberikan gambaran mengenai hubungan antara Yosua, yang memimpin bangsa Israel masuk ke Kanaan, dengan Saul, Daud dan raja-raja Israel lainnya. Selama masa hakim-hakim, Israel lambat laun belajar untuk menjadi suatu bangsa dan bukan lagi sebagai dua belas suku yang berdiri sendiri-sendiri.
PENULISNYA
Kita tidak tahu siapa penulis kitab itu. Mungkin juga dikumpulkan dari catatan-catatan pada masa itu dan lama sesudahnya baru diterbitkan. Tiga kali dinyatakan dalam kitab itu bahwa "pada masa itu Israel tidak mempunya raja" (Hak 17:6; 18:1; 21:25), hal ini mengisyaratkan bahwa kitab itu diterbitkan beberapa waktu sesudah kerajaan dibentuk.
SIAPA HAKIM-HAKIM ITU?
Judul kitab itu agak membingungkan, karena kedua belas "hakim-hakim" itu tidak semata-mata mengurusi masalah hukum; mereka adalah para pangeran yang diilhami oleh Roh Kudus untuk memberikan semacam kepemimpinan karismatis pada saat-saat diperlukan. Ada dua belas hakim, dan yang menarik ialah bahwa Yefta menyebut Allah sebagai "Tuhan, Hakim" (Hak 11:27), memakai panggilan yang sama seperti yang diberikan kepada para hakim. Mereka menyadari bahwa mereka dipimpin oleh kuasa ilahi dan bukan semata-mata pilihan manusia.
LINGKARAN DOSA
Kitab ini terdiri dari pendahuluan (Hak 1:1-2:5) dan lampiran (Hak 17:1-21:25), dan sisanya berisi kisah dari kedua belas hakim dan enam masa penindasan. Lingkaran peristiwa yang terjadi:
1. Rakyat hidup sejahtera. Tidak ada keperluan khusus dengan Allah. Oleh karena itu, Allah ditinggalkan dan ilah-ilah dari negara tetangga yang kafir mengambil alih kedudukan Allah.
2. Penindasan. Allah meninggalkan mereka menurut kemauan mereka sendiri. Allah membiarkan mereka mengurus diri mereka sendiri! Moab dan Amon, bangsa Filistin dan orang Midian semuanya berbalik menyerang Israel.
3. Pertobatan. Israel mengakui kesalahan mereka dan berbalik kepada Allah, memohon pengampunan. Setiap kali Allah selalu bersedia mengampuni dan memulihkan mereka.
4. Pembebasan. Seorang hakim muncul untuk membebaskan umat Allah. Setiap kali jelas bahwa Allahlah yang menyelamatkan melalui hakim itu.
5. Rakyat kembali hidup sejahtera... lingkaran dosa berulang kembali.
Pesan
Lingkaran dosa digambarkan dalam Hak 6:1-8:35
1. Tujuh tahun di bawah penindasan.
Perhatikan bagaimana kondisi bangsa Israel yang merosot tajam, hidup bagaikan orang gua di gunung-gunung sebelum mereka bersedia memohon pertolongan Allah. Hak 6:1-6
2. Tugas tanpa pamrih
Para hakim mendapatkan kemuliaan sebagai penyelamat dan menerima pernyataan terima kasih dari umat Allah. Nabi yang tak bernama ini mendapat tugas tidak enak untuk menyampaikan pesan Allah tentang penghakiman. Tetapi, ia melakukan apa yang diperintahkan Allah kepadanya. Hak 6:7-10
3. Tuhan menampakkan diri kepada Gideon
Apabila Allah menyelamatkan, hal itu harus dianggap sebagai penyelamatan Allah, bukan manusia (lihat Ula 7:6-11), dan oleh karenanya Allah memilih seorang yang tidak terkenal, Gideon, seorang yang dapat dipakai-Nya, yang tidak akan memegahkan dirinya. Hak 6:11-24
4. Suatu keputusan yang amat penting
Gideon masih harus menyatakan siapa dirinya. Dia harus membuat langkah yang pantang surut: ia menantang Baal dan berpihak kepada Allah. Perhatikan bagaimana pembelaan ayahnya ketika penduduk kota akan menghukum Gideon karena telah menghancurkan altar Baal: "Jika Baal itu allah, biarlah ia berjuang membela dirinya sendiri, setelah mezbahnya dirobohkan orang!". Tetapi, ia tidak dapat melakukannya karena ia bukan Allah. Hak 6:25-32
5. Peletakan guntingan bulu domba
Tetapi, dapat dimengerti jika Gideon mempunyai keraguan. Lihatlah betapa sabar Allah terhadapnya, dan dorongan semangat yang diperlukan Gideon. Hak 6:33-40
6. Orang Midian dikalahkan
Prajurit mereka seperti belalang banyaknya (Hak 7:12). Gideon hanya mempunyai 32.000 tentara. Jumlah ini cukup besar bagi pasukan Israel. Dikurangi hingga menjadi 10.000 ketika orang-orang yang takut pulang. Dikurangi lagi sampai mencapai 300 ketika mereka yang tidak waspada dikirim pulang. Tetapi, 300 tentara disertai Allah sudah cukup. Hak 7:1-25
7. Gideon menghadapi lebih banyak masalah
Suku Efraim ingin diikutsertakan dalam kemenangan (meskipun mereka mungkin tidak terlalu bersemangat sebelum pertempuran dimulai). Catatlah bagaimana Gideon mengendalikan reaksinya terhadap provokasi langsung itu. Dan, orang Sukot tidak membantu Gideon. Mereka ingin memastikan hasil peperangan sebelum memihak kepada salah satu pasukan. Oleh karena itu, Gideon berjuang tanpa mereka. Tetapi, mereka kehilangan kesukaan berada di pihak yang menang. Hak 8:1-21
8. Gideon menjadi masalah
Tragedi: kemenangan telah memalingkan kepalanya. Ataukah emas yang telah memalingkan kepalanya; emas yang merebut kedudukan Allah? Hak 8:22-27
9. Kematian Gideon.
Rakyat kembali menyembah Baal. Hak 8:28-35
Penerapan
1. Kelemahan manusia yang tidak ditopang
Kitab Hakim-hakim meliputi suatu periode selama kurang lebih 400 tahun. Dalam jangka waktu yang relatif singkat ini dua belas orang penyelamat harus dicari untuk menyelamatkan bangsa Israel dari akibat perbuatan mereka. Mereka bukannya tidak tahu fakta sejarah. Mereka seharusnya tahu apa yang selalu terjadi apabila mereka meninggalkan Allah. Namun demikian, berkali-kali mereka menjalani rute yang sama, yaitu rute pemberontakan. "Yang kita pelajari dari sejarah ialah bahwa kita tidak pernah belajar apa pun dari sejarah". Secara rohani, hal ini rupanya benar. Manusia tanpa Allah tidak berdaya. Orang Kristen tanpa Roh Allah tidak dapat menguasai keadaan. Kitab Hakim-hakim memberikan kepada kita suatu pelajaran yang tidak dapat disangkal, yang menunjukkan betapa kita memerlukan seorang Penyelamat.
2. Anugerah Allah yang tidak layak kita terima.
Pelajaran penting kedua yang kita dapat dari Hakim-hakim ialah bahwa Allah selalu dan dengan tanpa syarat siap untuk mengampuni dan menyelamatkan orang bertobat (Yes 65:1-3). Tetapi, pelajaran kedua ini juga merupakan peringatan kepada kita bahwa kita diharapkan untuk menunjukkan kemurahan yang sama kepada sesama. Lebih dari itu jika kita tidak mengampuni orang lain, kita tidak dapat berharap untuk diampuni (Mat 6:15).
3. Para pemimpin perlu bersikap rendah hati
Pelajaran penting ketiga dari Hakim-hakim ialah bahwa Allahlah yang menghakimi dan menyelamatkan, bukan manusia. Mudah bagi para pemimpin untuk menganggap bahwa Allah memerlukan mereka, atau gereja memerlukan mereka; dan bahwa mereka sangat dibutuhkan. Perhatikan bagaimana Allah memilih Gideon, orang yang paling tidak diindahkan dalam keluarganya dan yang paling tidak dianggap dalam sukunya. Allah ditambah dengan orang tidak terkenal berarti kuasa!
Tema-tema Kunci
1. Bahaya sinkretisme
Sinkretisme berarti mencampurbaurkan segala sesuatu; yang baik dan yang jahat. Hal-hal yang berhubungan dengan Allah dengan yang manusiawi. Ketika bangsa Israel memasuki Kanaan, mereka menemukan banyak agama yang dapat mereka pilih. Tampaknya dewa-dewa orang Kanaan dapat membantu mereka untuk bertani dengan baik dan bertempur dalam peperangan. Tetapi, tata ibadah mereka sungguh-sungguh melanggar kesusilaan. Orang Kanaan tetap tinggal di situ dan bekerja pada orang Israel (Hak 1:28, 30, 33, 35). Tetapi, agama orang Kanaan lambat laun memperlemah bangsa Israel, dan merampas mereka dari Allah. Perhatikan kata-kata Tuhan Yesus: "Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon" (Mat 6:24). Pelajari pengajaran Alkitab mengenai penyelewengan (misalnya: 1Ko 5; 2Ko 6:14-18; 1Yo 2:15-17).
2. Keputusan yang amat penting.
Orang Kristen diubahkan dari suatu cara hidup yang lama kepada cara hidup yang lain. Sering kali perubahan ini menyebabkan krisis. Kita tahu bahwa setelah diubahkan tidak ada jalan untuk berbalik. Ini dapat berarti melakukan sesuatu yang baru, misalnya pergi ke gereja. Mungkin juga hal itu berarti membagi-bagikan harta. Bagi Gideon ini berarti meruntuhkan sebuah patung dewa. Tidak mungkin hanya mencoba-coba menjadi Kristen untuk melihat apakah sesuai dengan keinginan kita. Seperti halnya Gideon yang membatalkan niatnya untuk mengundurkan diri lalu menyerahkan dirinya ke dalam tangan Allah, demikian juga halnya dengan kita ketika kita datang kepada Kristus. Pelajari beberapa keputusan penting yang ada dalam Alkitab. Perhatikan para tukang sihir yang membakar buku-buku sihir mereka (Kis 19:19); Rut yang tinggal bersama ibu mertuanya (Rut 1:1-18); dan Rahab yang memutuskan untuk memberikan perlindungan kepada mata-mata Yosua (Yos 2:1-21); Yos 6:22-25). Keputusan penting apa saja yang dapat Anda pikirkan bagi orang yang menjadi Kristen dewasa ini?
3. Pertobatan
Pertobatan merupakan satu-satunya syarat bagi pembebasan bangsa Israel. Tetapi, apakah sebenarnya pertobatan? Gunakanlah konkordansi untuk mempelajari tema yang sangat penting di dalam Alkitab ini. Berikut ini beberapa ayat untuk memulai telaah Anda: Mat 21:28-32; Luk 15:3-7, 17-20; 2Sa 12:7-17; Maz 51; 1-10; Kis 8:20-22; 2Ko 7:9-11.
Garis Besar Intisari: Hakim-hakim (Pendahuluan Kitab) [1] PENDUDUKAN KANAAN Hak 1:1-2:5
Hak 1:1-21Yehuda dan Simeon merintis jalan
Hak 1:22-25Yusuf mengikuti jejak mereka
Hak 1:26-36Keberhasilan yang
[1] PENDUDUKAN KANAAN Hak 1:1-2:5
Hak 1:1-21 | Yehuda dan Simeon merintis jalan |
Hak 1:22-25 | Yusuf mengikuti jejak mereka |
Hak 1:26-36 | Keberhasilan yang terbatas: akibat kompromi |
Hak 2:1-5 | Hari depan yang terbatas: respons Tuhan terhadap kompromi |
[2] PEMERINTAHAN KEDUA BELAS HAKIM Hak 2:6-16:31
Hak 2:6-9 | Penjelasan: kematian Yosua |
Hak 2:10-23 | Lingkaran dosa dijelaskan |
Hak 3:1-6 | Lingkungan yang tidak ramah akibat kompromi |
Hak 3:7-11 | Hakim pertama, Otniel |
Hak 3:12-14 | Berada dalam penindasan selama delapan belas tahun |
Hak 3:15-25 | Hakim kedua, Ehud |
Hak 3:26-30 | Keadaan damai selama delapan puluh tahun |
Hak 3:31 | Hakim ketiga, Samgar |
Hak 4:1-3 | Berada dalam penindasan selama dua puluh tahun |
Hak 4:4, 5 | Hakim keempat, Debora |
Hak 4:6-10 | Barak di bawah perintahnya |
Hak 4:11-24 | Sisera, komandan tentara Kanaan dibunuh oleh seorang wanita |
Hak 5:1-31 | Sebuah duet |
Hak 6:1-6 | Berada dalam penindasan selama tujuh tahun |
Hak 6:7-24 | Hakim kelima, Gideon |
Hak 6:25-32 | Tantangan kepada Baal |
Hak 6:33-40 | Peletakan guntingan bulu domba |
Hak 7:1-25 | Orang Midian dikalahkan |
Hak 8:1-21 | Masalah yang dihadapi Gideon bertambah |
Hak 8:22-27 | Gideon menjadi masalah |
Hak 8:28-35 | Kematian Gideon |
Hak 9:1-57 | Anak laki-laki Gideon mengambil alih pimpinan |
Hak 10:1-2 | Hakim keenam, Tola |
Hak 10:3-5 | Hakim ketujuh, Yair |
Hak 10:16-18 | Berada dalam penindasan selama delapan belas tahun |
Hak 11:1-33 | Hakim ke delapan Yefta |
Hak 11:34-40 | Akibat yang luar biasa dari sumpah yang diucapkan dengan tergesa-gesa |
Hak 12:1-7 | Keluhan suku Efraim |
Hak 12:8-15 | Tiga hakim kecil: Ebzan, Elon dan Abdon |
Hak 13:1-25 | Hakim kedua belas, Simson |
Hak 14:1-20 | Perkawinannya, dan suatu tipu muslihat |
Hak 15:1-20 | Pembalasan Simson |
Hak 16:1-22 | Simson dan Delila |
Hak 16:23-31 | Kematian Simson |
[3] BUNGAI RAMPAI SEJARAH Hak 17:1-21:25
Hak 17:1-18:31 | Mikha dan suku Dan |
Hak 19:1-21:25 | Perang saudara |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi