Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Ibr 13:12
Full Life: Ibr 13:12 - MENGUDUSKAN UMAT-NYA.
Nas : Ibr 13:12
Yesus menderita di luar pintu gerbang kota Yerusalem agar kita dapat
dijadikan kudus, yaitu dipisahkan dari kehidupan berdosa yang ...
Nas : Ibr 13:12
Yesus menderita di luar pintu gerbang kota Yerusalem agar kita dapat dijadikan kudus, yaitu dipisahkan dari kehidupan berdosa yang lama dan dikhususkan untuk pelayanan Allah
(lihat art. PENGUDUSAN, dan
lihat art. PEMISAHAN ROHANI ORANG PERCAYA).
Jerusalem -> Ibr 13:12
Jerusalem: Ibr 13:12 - -- Pada hari raya Pendamaian Yahudi imam besar masuk ke dalam Tempat Mahakudus dan memercikinya dengan dara korban, Ibr 9:21; tetapi bangkai binatang kor...
Pada hari raya Pendamaian Yahudi imam besar masuk ke dalam Tempat Mahakudus dan memercikinya dengan dara korban, Ibr 9:21; tetapi bangkai binatang korban dibakar di luar perkemahan, Ima 16:27, Yesus sebagai korban penghapus dosa sudah melaksanakan pralambang itu oleh karena disalibkan di luar Yerusalem, Mat 27:32 dsj. Dari situ diambil kesimpulan praktis ini: orang Kristen pada gilirannya harus keluar dari perkemahan, artinya: memutuskan segala hubungan dengan agama Yahudi dan menganggap dirinya kaum buangan di dunia, Ibr 13:14.
Ende -> Ibr 13:12
diluar kota Jerusalem.
Ref. Silang FULL -> Ibr 13:12
Ref. Silang FULL: Ibr 13:12 - pintu gerbang // untuk menguduskan // dengan darah-Nya · pintu gerbang: Yoh 19:17
· untuk menguduskan: Ef 5:26; Ef 5:26
· dengan darah-Nya: Rom 3:25; Rom 3:25
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per Ayat)
Hagelberg -> Ibr 13:7-17
Hagelberg: Ibr 13:7-17 - -- B. Perintah yang berkaitan dengan Kehidupan Beragama (13:7-17)
Dalam bagian ini para pembaca pertama disuruh setia pada iman yang dipegang oleh pemim...
B. Perintah yang berkaitan dengan Kehidupan Beragama (13:7-17)
Dalam bagian ini para pembaca pertama disuruh setia pada iman yang dipegang oleh pemimpin-pemimpin mereka.
Bagian ini dimulai dan ditutup dengan perintah yang berkaitan dengan "pemimpin-pemimpin" mereka. "Akhir hidup mereka" mungkin menunjukkan kepada upah yang mereka peroleh karena mereka setia. "Contohlah iman mereka" mirip sekali dengan apa yang dikatakan di dalam 6:12, "menjadi penurut-penurut mereka yang oleh iman dan kesabaran mendapat bagian dalam apa yang dijanjikan Allah."
Kalau para pembaca mau berpikir, "Ya, dulu kami bisa setia, dulu waktu kami masih punya pemimpin-pemimpin yang hebat, tetapi sekarang sudah tidak sama, situasi kami karena mereka sudah meninggal dan ini dan itu..." mereka harus ingat bahwa "Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin" (dulu waktu mereka setia, seperti diceritakan dalam pasal 6:10-11 dan pasal 10:32-34) "maupun hari ini" (di mana mereka perlu ketekunan) "dan sampai selama-lamanya" (di mana mereka boleh menikmati penggenapan janji-janjiNya).
Mengenai pasal 13:9, kalau Dia tidak berubah, maka "berbagai-bagai ajaran asing" tidak usah diperhatikan. Mungkin ajaran-ajaran asing itu mau menarik pengikut dengan peraturan makanan yang seolah-olah lebih suci. Atau ajaran itu seolah-olah membawa pengorbanan dan mezbah yang istimewa. Tetapi jelas "kita mempunyai suatu mezbah" (ini suatu kiasan untuk pengorbanan Kristus) dan iman-iman dari peraturan Lewi tidak boleh makan dari mezbah itu. Kita disucikan, dan kita memperoleh kasih karunia, dari mezbah itu, di mana Yesus telah dikorbankan, sehingga kita tidak usah repot dengan "pelbagai makanan." (Zaman itu sarjana-sarjana dari bangsa Yahudi menulis dan menyusun Mishna, yaitu kumpulan tradisi-tradisi mereka, yang banyak memperhatikan pelbagai makanan.)
Mungkin para pembaca pertama tertarik pada guru-guru ajaran sesat yang menganggap diri mereka sebagai imam-imam baru, dan kelompok mereka sebagai umat Israel yang sejati (seperti di Qumran, dekat Laut Mati). Kalau begitu, pasal 13:11-14 sangat tepat. Kita harus keluar dari "perkemahan," dan jangan ikut menikmati persekutuan orang yang sudah menolak Juruselamat kita, yang sudah "menderita di luar pintu gerbang," yaitu di luar lingkungan agama Yahudi. "Marilah kita pergi kepadaNya di luar perkemahan dan menanggung kehinaanNya." Kita sudah disuruh mendekati Dia, bersekutu dengan Dia, tetapi di sini sulitnya mendekati Dia lebih jelas. Tidak ada persekutuan dengan Yesus kecuali orang berani menanggung risiko, dan "pergi kepadaNya di luar perkemahan," yaitu di luar persekutuan mereka yang menolak Dia. Pengharapan kita untuk "kota yang akan datang," pahala kita, memungkinkan kita untuk pergi meninggalkan persekutuan rohani dari mereka yang menolak Tuhan Yesus.
Dalam pelayanan si penulis, dan dalam pelayanan kita, yang membawa kuasa yang dapat mengubahkan orang adalah kasih karunia, dan bukan "aturan-aturan makanan."
Pasal 13:15-17 menceritakan sedikit mengenai cara hidup orang yang mendekati Dia. "Senantiasa mempersembahkan korban syukur, berbuat baik," dan "mentaati pemimpin-pemimpin" jelas sesuai dengan cara hidup yang selalu mendekati Dia.
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Ibr 13:1-17
Matthew Henry: Ibr 13:1-17 - Berbagai-bagai Kewajiban
Rasul Paulus telah banyak membahas tentang Kristus, tentang iman, tentang anugerah yang diberikan secara cuma-cuma, tentang hak-hak istimewa Injil...
- Rasul Paulus telah banyak membahas tentang Kristus, tentang iman, tentang anugerah yang diberikan secara cuma-cuma, tentang hak-hak istimewa Injil, dan memperingatkan orang Ibrani terhadap kemurtadan. Sekarang, sebagai penutup dari semuanya itu, ia menasihatkan mereka sejumlah kewajiban yang sangat baik, sebagai buah yang benar dari iman (ay. Ibrani 13:1-17). Sesudah itu, Rasul Paulus memohon supaya mereka mendoakan dirinya, dan ia sendiri memanjatkan doa-doanya kepada Allah bagi mereka. Ia juga membangkitkan harapan mereka bahwa mereka dapat berjumpa dengan dia dan Timotius, dan sesudah itu mengakhiri suratnya dengan salam dan berkat kepada mereka semua (ay. Ibrani 13:18, sampai selesai).
Berbagai-bagai Kewajiban (13:1-17)
- Tujuan Kristus menyerahkan diri-Nya untuk kita adalah supaya Ia dapat membeli bagi diri-Nya suatu umat, kepunyaan-Nya sendiri, yang rajin berbuat baik. Nah, Rasul Paulus memanggil orang-orang Ibrani yang percaya untuk melaksanakan berbagai kewajiban yang sangat baik, karena sudah sepantasnya apabila orang Kristen unggul di dalam hal-hal tersebut.
- I. Untuk memelihara kasih persaudaraan (ay. 1). Dengan ini yang dimaksudkannya bukan hanya kasih secara umum kepada semua orang, yang secara alami adalah saudara-saudara kita, yang semuanya diciptakan dengan darah yang sama. Kasih ini juga bukan kasih dalam makna lebih terbatas yang pantas diberikan kepada mereka yang seayah seibu dengan kita, melainkan juga kasih secara rohani dan khusus yang harus hidup di tengah anak-anak Allah.
- 1. Di sini, orang-orang Ibrani dipandang telah memiliki kasih persaudaraan ini seorang kepada yang lain. Sekalipun pada masa tersebut bangsa Ibrani mengalami perpecahan dan kekacauan berat di antara mereka, baik mengenai berbagai macam persoalan keagamaan maupun dalam hidup bermasyarakat, namun masih ada kasih persaudaraan sejati yang terdapat di antara orang-orang yang percaya kepada Kristus. Ini tampak dengan sangat jelas segera sesudah Roh Kudus dicurahkan, ketika mereka menjadikan segala sesuatu kepunyaan mereka bersama, dan menjual harta milik mereka untuk mengumpulkan uang guna menopang hidup saudara-saudara mereka seiman. Semangat Kekristenan adalah semangat kasih. Iman bekerja melalui kasih. Ibadah yang sejati adalah ikatan persahabatan yang paling kuat. Jika tidak demikian, maka percuma saja mereka menyandang nama Kristen.
- 2. Kasih persaudaraan ini terancam lenyap, dan ini terjadi di masa aniaya, yang justru paling dibutuhkan pada saat-saat tersebut. Ini terjadi karena berbagai perselisihan di antara orang-orang Ibrani mengenai apakah mereka masih harus menghormati upacara-upacara di dalam hukum Musa atau tidak. Perselisihan tentang agama terlalu sering berakibat pada membusuknya kasih Kristen. Walau begitu, ini harus dicegah, dan segala cara yang pantas harus dipakai untuk memelihara kasih persaudaraan. Orang Kristen harus selalu mengasihi dan hidup sebagai saudara. Semakin mereka bertumbuh di dalam kasih yang tulus kepada Allah Bapa mereka di sorga, maka semakin pula mereka bertumbuh di dalam kasih satu dengan yang lain oleh karena Dia.
- II. Untuk saling memberi tumpangan. Jangan kamu lupa memberi tumpangan kepada orang (ay. 2). Kita harus menambahkan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang. Di sini perhatikanlah,
- 1. Tugas apa yang diwajibkan, yaitu memberi tumpangan kepada orang, baik orang di luar bangsa Israel, maupun orang yang tidak kita kenal, khususnya orang-orang yang menyadari bahwa diri mereka adalah orang asing di dunia ini dan sedang mencari negeri yang lain. Sebab itulah yang dialami oleh umat Allah, dan demikianlah yang terjadi pada zaman itu, ketika orang Yahudi yang percaya sedang dalam keadaan putus asa dan tertekan. Namun, agaknya Rasul Paulus berbicara mengenai orang dalam artian orang asing itu sendiri. Sekalipun kita tidak tahu siapa mereka, atau dari mana asal mereka, namun ketika melihat bahwa mereka tidak mempunyai tempat tinggal, kita harus memberikan tempat bagi mereka di hati kita dan di rumah kita, ketika kita memiliki kesempatan dan kemampuan untuk itu.
- 2. Maksud dari kewajiban itu. Sebab dengan berbuat demikian beberapa orang dengan tidak diketahuinya telah menjamu malaikat-malaikat. Itulah yang dialami oleh Abraham (Kej. 18) dan Lot (Kej. 19), dan salah satu yang dijamu oleh Abraham adalah Anak Allah. Sekalipun kita tidak dapat menjamin bahwa kita akan mengalaminya, namun ketika kita berbuat demikian terhadap orang asing, karena taat kepada Allah, maka Ia akan menganggap dan membalas perbuatan itu sebagai perbuatan yang dilakukan terhadap diri-Nya sendiri (Mat. 25:35). Ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan. Allah sudah sering mengaruniakan kehormatan dan perkenan kepada para hamba-Nya yang suka memberi tumpangan, melampaui segala pemikiran mereka, dengan tidak diketahui mereka.
- III. Untuk menjadi orang Kristen yang penuh berbela rasa. Ingatlah akan orang-orang hukuman (ay. 3). Di sini perhatikanlah,
- 1. Tugas yang dimaksud, yaitu mengingat akan orang-orang hukuman dan yang diperlakukan sewenang-wenang.
- (1) Allah sering mengatur sedemikian rupa supaya sementara sebagian orang Kristen dan gereja-gereja diperlakukan sewenang-wenang, yang lainnya justru menikmati kedamaian dan kebebasan. Semua orang tidak dipanggil secara bersamaan untuk bertahan sampai titik darah penghabisan.
- (2) Orang-orang yang hidup dalam kebebasan harus berbela rasa terhadap mereka yang sedang menjalani hukuman dan diperlakukan sewenang-wenang, seakan-akan mereka sendiri juga sedang dihukum bersama-sama dengan orang-orang itu. Mereka harus turut merasakan penderitaan saudara-saudara mereka.
- 2. Alasan mengapa tugas itu diberikan. Karena kamu sendiri juga masih hidup di dunia ini (KJV: juga hidup di dalam tubuh itu – pen.). Mereka tidak hanya masih ada di dalam tubuh secara jasmani, yang kemungkinannya bisa mengalami penderitaan serupa, sehingga sekarang kita harus bersimpati terhadap mereka supaya orang lain juga bersimpati terhadap kita ketika masa pencobaan kita sendiri tiba, tetapi juga ada di dalam tubuh rohani yang sama, di bawah kepala yang sama. Jika satu anggota menderita, semua anggota turut menderita (1Kor. 12:26). Tidak wajar apabila orang Kristen tidak saling bertolong-tolongan menanggung beban mereka.
- IV. Untuk hidup murni dan suci (ay. 4). Di sini disampaikan,
- 1. Suatu anjuran untuk menaati ketetapan Allah tentang perkawinan. Perkawinan adalah sesuatu yang terhormat dalam segala hal (KJV), dan harus dipandang hormat oleh semua orang, dan tidak dilarang bagi orang yang baginya Allah tidak melarang. Perkawinan adalah hal yang terhormat, sebab Allah, yang mengetahui bahwa tidak baik jika manusia itu sendirian saja, telah menetapkannya bagi manusia di Firdaus. Allah mempersatukan dan memberkati pasangan yang pertama itu, orangtua yang pertama dari umat manusia, sebagai petunjuk kepada semua orang untuk berpaling kepada Allah dalam urusan yang sangat penting ini, dan supaya mereka menikah di dalam Tuhan. Kristus menunjukkan hormat-Nya pada perkawinan melalui kehadiran-Nya dan mujizat-Nya yang pertama. Perkawinan adalah hal yang terhormat, menjadi sarana untuk menghindari ketidakmurnian dan ranjang yang tercemar. Perkawinan adalah hal yang terhormat dan membahagiakan, ketika orang-orang dipersatukan dalam keadaan murni dan suci. Perkawinan juga menjaga supaya ranjang perkawinan jangan sampai menjadi cemar, tidak saja dari hubungan yang terlarang tetapi juga dari cinta yang tidak wajar dan berlebih-lebihan.
- 2. Teguran yang menakutkan tetapi adil terhadap ketidakmurnian dan kekejian. Orang-orang sundal dan pezinah akan dihakimi Allah.
- (1) Allah tahu siapa yang bersalah atas dosa-dosa semacam itu, tidak ada kegelapan yang dapat menyembunyikan hal itu dari-Nya.
- (2) Allah akan menyebutkan dosa-dosa semacam itu apa adanya menurut namanya. Allah tidak akan menyebutnya sebagai cinta dan sikap kesatria, melainkan sebagai persundalan dan perzinahan. Sundal jika dilakukan seorang lajang, dan zinah jika dilakukan orang yang sudah menikah.
- (3) Allah akan menghukum mereka, Ia akan menghakimi mereka. Allah menghukum dengan hati nurani mereka sendiri di dunia ini, dan membawa dosa-dosa mereka ke hadapan mereka untuk mempermalukan mereka dengan amat sangat (hati nurani, ketika tersadar, akan berakibat sangat keras terhadap para pendosa yang demikian). Atau, Ia akan memperhadapkan mereka pada pengadilan-Nya ketika mereka mati, dan pada hari terakhir. Ia akan menghakimi mereka, menghukum mereka, dan membuang mereka untuk selamanya, apabila mereka mati di dalam dosa ini.
- V. Untuk menjadi orang Kristen yang mencukupkan diri apa adanya (ay. 5-6). Di sini perhatikanlah,
- 1. Dosa yang bertentangan dengan anugerah dan kewajiban ini, yaitu menjadi hamba uang. Menjadi hamba uang berarti memiliki keinginan atau nafsu yang berlebihan terhadap kekayaan dunia ini, mencemburui orang-orang yang mempunyai lebih banyak daripada kita. Kita tidak boleh memberi tempat kepada dosa ini di dalam tindak-tanduk kita, karena sekalipun ini adalah nafsu tersembunyi yang bercokol di dalam hati, apabila tidak ditaklukkan maka ia akan memasuki tindak-tanduk kita, dan muncul di dalam perkataan dan perbuatan kita. Kita harus berusaha untuk tidak saja menundukkan dosa ini, tetapi juga mencabutnya dari jiwa kita.
- 2. Kewajiban dan anugerah yang bertentangan dengan sikap memperhambakan diri terhadap uang, yaitu merasa puas dan senang dengan apa yang ada pada kita, yaitu segala sesuatu yang ada sekarang, sebab hal-hal yang sudah lalu tidak dapat dikembalikan, sedangkan hal-hal yang akan datang berada di tangan Allah. Kita harus mencukupkan diri dengan apa yang diberikan Allah kepada kita hari demi hari, sekalipun itu masih kurang baik bila dibandingkan dengan apa yang telah kita nikmati sebelumnya, dan sekalipun itu tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan untuk masa depan. Kita harus mencukupkan diri dengan bagian kita saat ini. Kita harus mengarahkan pikiran kita pada keadaan kita yang sekarang, dan inilah cara yang ampuh supaya kita merasa puas. Orang yang tidak dapat berbuat demikian tidak akan merasa puas sekalipun Allah memperbaiki keadaan mereka sesuai dengan apa yang mereka pikirkan, karena seiring dengan membaiknya keadaan mereka, maka pikiran mereka juga menghendaki lebih lagi. Haman sudah menjadi kesayangan raja, tetapi masih belum puas. Ahab sudah menduduki takhta, tetapi masih belum puas. Adam sudah hidup di Firdaus, tetapi masih belum puas. Bahkan, para malaikat sudah tinggal di sorga, tetapi masih belum puas. Namun Paulus, sekalipun dihina dan tidak punya apa-apa, telah belajar mencukupkan diri dalam setiap keadaan, dalam segala keadaan.
- 3. Mengapa orang Kristen harus mencukupkan diri dengan keadaan mereka.
- (1) Allah telah berfirman: “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau” (ay. 5-6). Ini dikatakan kepada Yosua (Yos. 1:5), tetapi perkataan ini berlaku bagi semua hamba Allah yang setia. Janji-janji di dalam Perjanjian Lama dapat diterapkan kepada orang-orang kudus zaman Perjanjian Baru. Janji ini mengandung inti dan merupakan hakikat dari semua janji Allah. Aku sekali-kali tidak akan, tidak, tidak akan membiarkan engkau, ataupun sekali-kali meninggalkan engkau. Di sini terdapat tidak kurang dari lima ungkapan negatif sekaligus, untuk menegaskan janji itu. Orang percaya yang sejati akan mengalami penyertaan Allah yang penuh dengan kemurahan semasa ia hidup, ketika ia mati, dan untuk selama-lamanya.
- (2) Dari janji yang bersifat luas dan mencakup semuanya ini, orang Kristen boleh yakin bahwa mereka beroleh pertolongan dari Allah. Sebab itu dengan yakin kita dapat berkata: “Tuhan adalah Penolongku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?” (ay. 6). Manusia tidak dapat berbuat apa-apa terhadap Allah, dan Allah dapat membuat apa saja yang dilakukan orang terhadap umat-Nya berbalik menjadi kebaikan bagi umat-Nya itu.
- VI. Untuk membalas kebaikan hamba-hamba Tuhan yang sudah melayani mereka, baik yang sudah mati maupun yang masih hidup.
- 1. Kepada para pelayan Tuhan yang sudah mati. Ingatlah akan pemimpin-pemimpin kamu (ay. 7). Di sini perhatikanlah,
- (1) Gambaran yang diberikan tentang para pelayan Tuhan ini. Mereka adalah orang-orang yang memiliki kuasa atas orang Kristen dan telah menyampaikan firman Allah kepada mereka. Tampak di sini sejauh mana kehormatan mereka, sebagai pemimpin dan penguasa atas jemaat, bukan menurut kehendak mereka sendiri, melainkan menurut kehendak dan firman Allah. Dan jabatan ini mereka penuhi dengan tugas yang sesuai. Mereka tidak memimpin dari jauh, dan memimpin melalui orang lain, tetapi mereka memimpin dengan langsung hadir dan mengajar, menurut firman Allah.
- (2) Kewajiban yang harus dilaksanakan kepada para pelayan Tuhan, sekalipun mereka sudah mati.
- [1] “Ingatlah akan mereka. Ingatlah akan pemberitaan mereka, doa mereka, nasihat yang mereka berikan secara perseorangan, dan teladan mereka.”
- [2] “Contohlah iman mereka. Tetaplah teguh di dalam pengakuan iman yang mereka beritakan kepadamu, dan bekerjalah menurut anugerah iman yang mereka pegang dengan begitu baik selama hidup ataupun ketika mati. Perhatikanlah akhir hidup mereka, betapa cepat, betapa tenang, betapa penuh sukacita, mereka menyelesaikan perjalanan mereka!” Sekarang, kewajiban untuk mencontoh iman sejati yang sama yang telah diajarkan kepada mereka, dijabarkan seluas-luasnya oleh Rasul Paulus. Ia juga sungguh-sungguh mendorong mereka untuk melakukan kewajiban tersebut, bukan hanya untuk mengenang para pembimbing setia mereka yang sudah almarhum itu, tetapi juga karena beberapa maksud yang lain.
- Pertama, karena keteguhan dan kekekalan Tuhan Yesus Kristus. Meskipun beberapa dari hamba Tuhan yang melayani mereka sudah mati, sedangkan yang lainnya akan segera mengikuti, namun kepala agung dan imam besar jemaat, pemelihara jiwa mereka, tetap hidup, dan tetap sama. Karena itu, mereka harus teguh dan tidak tergoyahkan dalam meneladani Kristus, dan harus ingat bahwa Kristus hidup selamanya untuk mengawasi dan memberikan upah atas ketaatan orang-orang yang setia kepada kebenaran-Nya, dan untuk mengawasi serta menjatuhkan hukuman atas kemurtadan penuh dosa yang mereka lakukan terhadap-Nya. Kristus tetap sama di zaman Perjanjian Lama, di zaman Injil, dan akan tetap sama bagi umat-Nya untuk selama-lamanya.
- Kedua, karena sifat dan kecenderungan ajaran-ajaran yang keliru, yang mengancam untuk menjebak mereka.
- a. Ajaran-ajaran itu memiliki berbagai rupa dan ragam (ay. 9), berbeda dengan apa yang telah mereka terima dari para pengajar mereka terdahulu yang setia. Selain itu, isi dari ajaran-ajaran itu sendiri tidak saling bersesuaian.
- b. Ajaran-ajaran tersebut adalah ajaran asing. Hal-hal yang tidak dikenal oleh gereja Injil adalah asing bagi Injil.
- c. Ajaran-ajaran itu bersifat mengguncang dan membingungkan, seperti angin yang membuat kapal terombang-ambing, terancam terseret dari tempatnya membuang sauh, terbawa arus, dan pecah menabrak batu karang. Ajaran-ajaran ini sangat bertentangan dengan kasih karunia Allah yang memantapkan dan menguatkan hati, yang merupakan sesuatu yang baik. Ajaran-ajaran asing ini membuat hati terus bergejolak dan tidak tenang.
- d. Isi dari ajaran-ajaran ini remeh dan tidak penting. Ajarannya berbicara tentang hal-hal yang lahiriah, sepele, dan tidak kekal, seperti makanan minuman, dst.
- e. Ajaran-ajaran ini tidak berfaedah. Orang-orang yang sangat terpengaruh oleh ajaran-ajaran ini, dan menjalankannya, tidak memperoleh manfaat apa-apa bagi jiwa mereka dari ajaran tersebut. Semua ajaran itu tidak membuat mereka menjadi lebih kudus, ataupun lebih rendah hati, ataupun lebih bersyukur, atau lebih saleh.
- f. Ajaran-ajaran itu akan menghalangi orang-orang yang menerimanya memperoleh hak-hak istimewa dari mezbah orang Kristen (ay. 10). Kita mempunyai suatu mezbah. Ini merupakan sebuah alasan yang amat berbobot, sehingga Rasul Paulus berbicara lebih banyak tentang hal ini. Perhatikanlah,
- (a) Gereja Kristen memiliki mezbahnya sendiri. Ada yang menuding orang Kristen mula-mula bahwa jemaat mereka tidak memiliki mezbah, tetapi ini tidak benar. Kita mempunyai suatu mezbah, bukan mezbah bendawi, melainkan berupa seorang pribadi, yaitu Kristus. Ia adalah mezbah kita, sekaligus korban persembahan kita. Ia menguduskan persembahan kita. Mezbah-mezbah di dalam Perjanjian Lama merupakan perlambang Kristus. Mezbah tembaga melambangkan korban, sedangkan mezbah emas melambangkan syafaat-Nya.
- (b) Mezbah ini menyediakan perjamuan bagi orang-orang percaya yang sejati, sebuah perjamuan dengan hidangan korban persembahan, suatu perjamuan dengan masakan yang bergemuk, kekuatan dan pertumbuhan rohani, serta kesukaan dan kenikmatan yang kudus. Meja Tuhan bukanlah mezbah kita, tetapi di atasnya disajikan hidangan dari mezbah. Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Kristus (1Kor. 5:7), yang dilanjutkan dengan ucapan, karena itu marilah kita berpesta. Perjamuan Tuhan adalah perjamuan Paskah Injil.
- (c) Barangsiapa setia terhadap ketetapan Imamat atau Kemah Suci, atau berbalik kepadanya, menghalangi diri mereka sendiri dari hak-hak istimewa mezbah ini, dari berbagai keuntungan yang telah dibeli oleh Kristus. Jika mereka melayani Kemah Suci, maka mereka telah memutuskan untuk tunduk kepada ritual dan upacara yang sudah usang, dan menolak hak mereka terhadap mezbah Kristen. Mengenai pernyataan ini, Rasul Paulus mula-mula membuktikannya terlebih dahulu, baru kemudian memanfaatkannya.
- [a] Ia membuktikan bahwa ketaatan mutlak seseorang terhadap keyahudiannya ini menjadi penghalang untuk mendapatkan hak-hak istimewa dari mezbah Injil. Alasan yang dikemukakannya adalah sebagai berikut. Di bawah hukum Yahudi, tidak ada bagian dari korban penghapus dosa yang boleh dimakan. Semuanya harus dibakar di luar perkemahan ketika mereka masih tinggal di dalam kemah, dan di luar gerbang ketika mereka tinggal di kota-kota. Nah, apabila mereka masih mau tunduk kepada hukum itu, maka mereka tidak dapat makan di mezbah Injil. Sebab, apa yang dimakan di sana dihidangkan dari Kristus, yang merupakan korban penghapus dosa yang agung. Makanan tersebut bukanlah korban penghapus dosa itu sendiri, seperti yang dikatakan oleh para pengikut dari golongan tertentu, sebab bila demikian, maka makanan itu tidak boleh dimakan, melainkan harus dibakar. Sebaliknya, perjamuan Injil merupakan buah dan hasil dari korban persembahan. Barangsiapa tidak mengakui korban itu sendiri, tidak berhak menikmati perjamuan. Selain itu, supaya tampak bahwa sesungguhnya Kristus adalah penggenapan atas korban penghapus dosa, dan sehingga, Ia dapat menguduskan atau mentahirkan umat-Nya dengan darah-Nya sendiri, maka Ia menjadikan diri-Nya serupa dengan perlambang itu, dengan menderita di luar gerbang. Ini adalah contoh yang mencengangkan tentang penghinaan-Nya, seolah-olah Ia tidak pantas baik untuk kalangan orang kudus maupun orang biasa! Ini juga menunjukkan bagaimana dosa, yang menjadi sebab mengapa Kristus menderita, merupakan penyebab hilangnya segala hak baik dalam hal kerohanian maupun dalam kehidupan sehari-hari, serta menjadikan orang yang berdosa itu sebagai penyakit dan rongrongan bagi semua orang, jika Allah keras dalam mengingat-ingat kesalahan-kesalahan. Maka, setelah menunjukkan bahwa ketaatan terhadap hukum Imamat, sekalipun dilakukan sesuai dengan peraturan hukum itu sendiri, akan menghalangi orang dari mezbah Kristen, Rasul Paulus melanjutkan,
- [b] Dengan menggunakan pendapat ini (ay. 13-15) untuk memberikan nasihat yang sesuai.
- Pertama, marilah kita pergi kepada-Nya di luar perkemahan. Pergi dari hukum upacara, dari dosa, dari dunia, dari diri kita sendiri, dari tubuh kita, ketika Dia memanggil kita.
- Kedua, Marilah kita rela menanggung kehinaan-Nya, rela dipandang terbuang dari segala sesuatu, tidak layak hidup, tidak layak mati dengan cara biasa. Ini adalah kehinaanNya, dan kita harus menerimanya. Kita mempunyai alasan yang lebih kuat untuk menerimanya, sebab entah kita pergi meninggalkan dunia ini kepada Kristus atau tidak, mau tidak mau sebentar lagi kita akan pergi melalui kematian, sebab di sini kita tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap. Dosa, orang berdosa, dan maut tidak akan memaksa kita untuk tinggal lama di dunia. Karena itu, kita harus pergi sekarang dengan iman, dan mencari di dalam Kristus perhentian dan tempat tinggal yang tidak dapat diberikan oleh dunia ini kepada kita (ay. Ibrani 13:14).
- Ketiga, Marilah kita menggunakan mezbah ini dengan semestinya, bukan hanya dengan turut ambil bagian di dalam hak-hak istimewa yang diperoleh melalui mezbah itu, tetapi juga dengan melaksanakan tugas-tugas di mezbah tersebut, seperti orang-orang yang telah dijadikan Kristus sebagai imam untuk mengurus mezbah. Marilah kita membawa korban kita ke mezbah ini, dan kepada Imam Besar kita ini, dan menghunjukkan semua itu melalui Dia (ay. Ibrani 13:15-16). Nah, sekarang korban apakah yang harus kita bawa dan persembahkan di mezbah ini, yaitu Kristus? Bukan korban penghapusan dosa, karena itu tidak perlu. Kristus telah memberikan korban penebusan yang agung. Korban kita hanyalah untuk mengakui hal tersebut, yaitu: 1. Korban syukur kepada Allah, yang harus senantiasa kita persembahkan kepada Allah. Di dalamnya termasuk segala puja-puji dan doa, begitu pula ucapan syukur. Inilah ucapan bibir kita. Kita harus memperkatakan puji-pujian bagi Allah dari bibir yang tulus, dan ini hanya boleh dipersembahkan kepada Allah, bukan kepada para malaikat, atau orang-orang kudus, atau makhluk yang mana pun, melainkan kepada nama Allah semata. Dan persembahan ini harus diberikan melalui Kristus, dengan bergantung pada penebusan dan syafaat-Nya yang terpuji. 2. Korban sedekah, dan kedermawanan Kristen. Janganlah kamu lupa berbuat baik dan memberi bantuan, sebab korban-korban yang demikianlah yang berkenan kepada Allah (ay. Ibrani 13:16). Kita harus memberi bantuan semampu kita menurut kebutuhan jiwa dan tubuh orang banyak. Kita hendaknya jangan merasa puas hanya dengan mempersembahkan korban dari bibir kita, yang hanya berupa perkataan saja, melainkan harus mempersembahkan korban berupa perbuatan baik. Semua ini haruslah kita taruh di atas mezbah, bukan karena perbuatan kita baik, melainkan oleh karena kebaikan Imam Besar kita. Dengan korban semacam ini, dengan pengagungan dan sedekah yang dipersembahkan, Allah sangat berkenan. Ia berkenan menerima persembahan itu dengan senang hati, dan menerima dan memberkati persembahan itu melalui Kristus.
- 2. Setelah memberi tahu kita tentang kewajiban yang harus dilakukan orang Kristen untuk membalas kebaikan para pelayan Tuhan yang sudah mati, yang pada dasarnya adalah dengan mencontoh iman mereka dan tidak berpaling dari iman tersebut, Rasul Paulus memberi tahu kita tentang kewajiban apa yang harus dilakukan orang untuk membalas para pelayan Tuhan yang masih hidup (ay. 17), dan alasan mengapa itu harus dilakukan.
- (1) Kewajiban apakah itu, yaitu menaati mereka, dan tunduk kepada mereka. Yang diwajibkan di sini bukanlah taat secara buta atau tunduk secara mutlak, melainkan hanya sejauh ketaatan itu masuk akal dan sesuai dengan kehendak Allah yang tersingkap di dalam firman-Nya. Namun, ketaatan dan penundukan itu haruslah tulus, dan tidak hanya kepada Allah, tetapi juga kepada kuasa pemegang jabatan dalam pelayanan, yang jelas berasal dari Allah, di dalam segala hal yang berkaitan dengan jabatan tersebut, seperti halnya orangtua atau para pemimpin masyarakat berkuasa atas segala hal di dalam ruang lingkup mereka. Orang Kristen harus mau diajar oleh para hamba Tuhan, dan tidak menganggap diri mereka sendiri terlalu bijak, terlalu baik, atau terlalu besar untuk belajar dari mereka. Ketika mereka mendapati bahwa ajaran-ajaran para hamba Tuhan itu sejalan dengan firman yang tertulis, maka mereka harus menaatinya.
- (2) Alasan mengapa kewajiban ini mesti dilakukan.
- [1] Para pelayan Tuhan memiliki kekuasaan atas jemaat. Sekalipun kedudukan mereka bukanlah sebagai pemerintah, namun mereka sungguh-sungguh memiliki wewenang. Para pelayan Tuhan bukan berkuasa untuk memerintah jemaat, melainkan untuk menuntun mereka di jalan Allah, dengan memberi tahu dan mengajar mereka, menjelaskan firman Allah kepada mereka, dan menerapkannya dalam berbagai perkara mereka. Para pelayan Tuhan tidak boleh membuat hukum sendiri, melainkan harus menafsirkan hukum Allah. Tafsiran mereka juga belum tentu harus segera diterima tanpa diuji lagi, tetapi jemaat mesti menyelidiki firman, dan selama ajaran para hamba Tuhan itu sesuai dengan peraturan firman, maka jemaat harus menerima ajaran itu, bukan sebagai perkataan manusia, tetapi – dan memang sungguh-sungguh demikian – sebagai firman Allah, yang bekerja juga di dalam mereka yang percaya.
- [2] Para pelayan Tuhan berjaga-jaga atas jiwa jemaat, bukan untuk menjebak mereka, melainkan untuk menyelamatkan mereka. Para pelayan Tuhan meyakinkan jemaat, bukan terhadap diri mereka sendiri, melainkan terhadap Kristus. Mereka membangun jemaat di dalam pengetahuan, iman, dan kekudusan. Mereka harus berjaga-jaga atas segala sesuatu yang bisa melukai jiwa-jiwa manusia, dan memperingatkan jemaat akan berbagai kekeliruan yang berbahaya, akan tipu daya Iblis, akan penghakiman yang semakin dekat. Mereka harus berjaga-jaga menanti datangnya segala kesempatan untuk membantu jiwa-jiwa manusia semakin dekat dengan sorga.
- [3] Para pelayan Tuhan harus mempertanggungjawabkan bagaimana mereka melaksanakan tugas mereka, dan apa yang terjadi dengan jiwa-jiwa yang telah dipercayakan kepada mereka, adakah yang hilang gara-gara kelalaian mereka, dan adakah di antara jemaat yang dimenangkan dan dibangun di dalam pelayanan mereka.
- [4] Para pelayan Tuhan senang jika bisa memberikan pertanggungjawaban yang baik tentang diri mereka dan para pendengar mereka. Apabila mereka dapat mempertanggungjawabkan kesetiaan dan keberhasilan mereka, maka hari itu akan menjadi hari yang penuh sukacita bagi mereka. Jiwa-jiwa yang telah dipertobatkan dan diteguhkan di dalam pelayanan mereka akan menjadi sukacita mereka, mahkota mereka, pada hari Tuhan Yesus.
- [5] Jika mereka memberikan pertanggungjawaban yang menyedihkan, maka itu akan menjadi kerugian bagi orang banyak sekaligus bagi diri mereka sendiri. Para pendengar mendapatkan manfaat apabila para pelayan Tuhan memberikan pertanggungjawaban dengan penuh sukacita, bukan dengan dukacita. Jika para pelayan yang setia tidak memperoleh keberhasilan, mereka akan berdukacita, tetapi jemaat akan menjadi rugi. Hamba-Hamba Tuhan yang setia telah menyelamatkan jiwa mereka sendiri, tetapi pada kepala mereka akan tertumpah darah dan kebinasaan jemaat yang tidak berbuah dan tidak beriman.
SH: Ibr 13:9-16 - Kurban Penghapus Dosa (Rabu, 6 September 2017) Kurban Penghapus Dosa
"Ku masuk ruang mahakudus, dengan darah anak domba. Ku masuk dengan hati tulus, menyembah yang mahakuasa." Inilah sepenggal cup...
Kurban Penghapus Dosa
"Ku masuk ruang mahakudus, dengan darah anak domba. Ku masuk dengan hati tulus, menyembah yang mahakuasa." Inilah sepenggal cuplikan lirik lagu dari Jim Cowan. Lirik lagu tersebut menunjukkan bahwa untuk bertemu Allah diperlukan kesucian dan kemurnian. Sayangnya kita berada dalam kondisi berdosa. Tiada seorang pun yang mampu membersihkan dosanya dengan usaha sendiri.
Celakanya, masih ada sekelompok orang yang berpikir bahwa pembenaran iman dan pengampunan dosa dapat diperoleh dengan jalan kesalehan. Salah satu contohnya adalah tidak makan makanan yang najis bagi Allah (9; bdk. Im. 11). Bagi penulis Kitab Ibrani hal itu menyesatkan dan tidak menambah manfaat apa pun bagi kesalehan. Sebab Kristus telah menyerahkan diri-Nya menjadi kurban penghapus dosa dan pendamaian bagi manusia berdosa sekali untuk selamanya (11-12; bdk. Ibr. 10:10-14). Melalui hal itu tidak hanya dosa manusia terhapuskan, tetapi juga memperdamaikan manusia dengan Allah. Dengan demikian, sekat antara Allah dan manusia terbelah (lih. Mat. 27:51). Karena itu, Kristus menjadi jalan keselamatan bagi manusia untuk sampai kepada Allah.
Untuk alasan itulah kita patut bersyukur kepada Allah. Rasa syukur itu harus direspons dalam tindakan konkret, antara lain: Pertama, memuliakan Allah melalui ucapan (15). Kedua, terus-menerus melakukan kebaikan terhadap sesama (16). Ketiga, menghormati dan memerhatikan pemimpin rohani di gereja (17). Keempat, mendoakan orang-orang kudus agar tetap setia dalam iman (18).
Karya keselamatan Kristus telah digenapi sehingga kurban penghapus dosa sudah tidak diperlukan lagi. Namun sebagai penerima anugerah Allah, umat Allah memiliki kewajiban untuk menghayati dan menghidupi salib Kristus dalam seluruh aspek hidup (Yoh. 1:29b).
Muliakanlah Allah dalam perkataan maupun perbuatan kepada sesama manusia. Namun, perbuatan kita akan menjadi kesia-siaan jika tidak disertai dengan ketulusan hati dan rasa syukur yang mendalam kepada Allah. [PPH]
SH: Ibr 13:7-19 - Kristen dan para pemimpinnya (Jumat, 12 Mei 2000) Kristen dan para pemimpinnya
Ingatlah pemimpinmu yang telah berhasil di dalam hidup,
pelayanan, dan mengakhiri 'perlombaan iman' dengan baik.
...
Kristen dan para pemimpinnya
Ingatlah pemimpinmu yang telah berhasil di dalam hidup, pelayanan, dan mengakhiri 'perlombaan iman' dengan baik. Kenanglah mereka namun jangan mengidolakan. Karena mereka pun pasti mengakui bahwa mereka mendapatkan semua itu dari Yesus Kristus. Mereka sudah mati, tapi Yesus tetap sama: kemarin, hari ini, maupun selama-lamanya.
Di dalam Perjanjian Lama, Allah adalah Allah Abraham, Ishak, dan Yakub yang telah menyatakan diri-Nya kepada setiap generasi. Demikian pula Tuhan Yesus Kristus. Siapa Dia bagi Paulus, bagi Luther, bagi Calvin, adalah juga siapa Dia bagi kita. Kita tidak perlu meminta kepada Allah untuk mengirim balik keindahan masa lalu. Bila kita melihat hidup mereka, melihat kemenangan akhir mereka, kita dapat bersyukur kepada-Nya, sebab kita tetap mempunyai sumber kekuatan yang tidak pernah berubah yaitu Yesus Kristus. Karena itu senantiasa datanglah langsung kepada Yesus. Janganlah terkecoh dengan ajaran-ajaran asing yang hanya akan merendahkan kemutlakan karya keselamatan Kristus seperti jemaat penerima surat Ibrani yang ingin kembali kepada Yudaisme. Mereka lupa bahwa makanan-makanan yang ada dalam upacara persembahan di altar Perjanjian Lama hanyalah simbol dari kasih karunia Allah yang menguatkan. Segala kepercayaan dan bentuk ritual yang ada di dalam Perjanjian Lama hanyalah merupakan simbol-simbol yang sudah digenapi di dalam Kristus. Kristus sudah menderita untuk menguduskan umat-Nya sekali untuk selamanya, itu sudah cukup. Apakah itu cukup? Tidak! Kita harus bersaksi tentang Allah dan karya keselamatan-Nya. Kesaksian yang hidup adalah kesaksian melalui penyembahan Allah yang benar. Penyembahan yang benar ini meliputi 2 hal. Pertama penyembahan dengan mulut-bibir. Kedua penyembahan kehidupan yang baik yaitu berkorban bagi orang lain, menghormati, bertanggung jawab, dan tunduk kepada para pemimpin rohani dan berdoa untuk para pendeta, penginjil, dan hamba Tuhan lainnya.
Renungkan: Di dalam Kekristenan semua membutuhkan semua. Para jemaat membutuhkan pemimpin sebagai teladan, pemimpin sebagai pembimbing dan penuntun. Namun pemimpin juga membutuhkan doa para jemaat. Dan semuanya membutuhkan Yesus yang selalu sama kemarin, hari ini, dan selama-lamanya.
SH: Ibr 13:7-17 - Umat yang belajar (Sabtu, 19 November 2005) Umat yang belajar
Selain mendorong para pembaca kitab Ibrani untuk menerima ajaran yang
benar, yang telah dipaparkan di tulisannya ini, penuli...
Umat yang belajar
Selain mendorong para pembaca kitab Ibrani untuk menerima ajaran yang benar, yang telah dipaparkan di tulisannya ini, penulis Ibrani juga mendorong mereka untuk menghormati dan meneladani pemimpin gereja mereka. Yaitu, pemimpin yang melayani dan melindungi mereka dari ajaran-ajaran sesat yang tidak berpusatkan Kristus (ayat 9).
Penulis Ibrani mengingatkan para pembacanya bahwa Kristus adalah persembahan kurban kepada Allah (ayat 10) yang meniadakan semua mezbah buatan manusia. Jadi, mereka seharusnya tidak lagi terjebak kepada ritual PL karena semua sudah digenapi oleh Kristus melalui pengurbanan-Nya di kayu salib (ayat 12). Oleh karena itu, setiap anak Tuhan harus setia mengiring-Nya walaupun harus menanggung risiko menderita (ayat 13). Godaan untuk balik kepada ibadah Perjanjian Lama harus ditolak. Selama mereka masih beribadah dalam kemah suci dengan menerapkan segala ritualnya, mereka masih tinggal di padang gurun dosa. Sebaliknya, orang Kristen menantikan kota Allah yang akan datang dengan menganggap hidup saat ini hanya sementara (ayat 14). Oleh karena tempat ibadah dan pola ibadah yang lama sudah tidak dipraktikkan lagi maka sebagai gantinya umat Kristen dipanggil untuk mempersembahkan kurban syukur berupa puji-pujian dan sikap hidup yang baik kepada sesama (ayat 15-16). Itulah ibadah yang berkenan kepada Allah.
Kita wajib menghormati pemimpin kita yang pengajarannya Alkitabiah dan hidupnya mempraktikkan firman Tuhan. Jangan sekadar menerima ajaran-ajaran populer yang menjerat kita dengan rupa-rupa ritual, yang pada dasarnya memuaskan keinginan daging kita karena menekankan perbuatan manusia lebih daripada karya Kristus. Karya Yesus Kristus satu-satunya yang memuaskan tuntutan Allah. Gantungkan seluruh iman dan harap Anda kepada Dia saja.
Tekadku: Aku mau belajar dari pemimpinku tentang kebenaran firman Tuhan dan bersama dengan dia mempraktikkannya agar aku bertumbuh menjadi dewasa rohani.
SH: Ibr 13:1-25 - Mendemonstrasikan Iman (Selasa, 11 Juli 2023) Mendemonstrasikan Iman
Kerap kali orang menolak kekristenan bukan karena ajarannya salah, tetapi karena pesannya tidak relevan. Mereka tidak bisa men...
Mendemonstrasikan Iman
Kerap kali orang menolak kekristenan bukan karena ajarannya salah, tetapi karena pesannya tidak relevan. Mereka tidak bisa menemukan kaitan antara doktrin dan kehidupan sehari-hari. Untuk menghindari kesalahpahaman itu, penulis Surat Ibrani mengajarkan kepada para pembacanya untuk mempraktikkan kekristenan dalam kehidupan sehari-hari.
Nasihatnya bersangkutan dengan kehidupan sosial maupun pribadi orang Kristen. Dalam relasi dengan sesama, kita perlu memelihara kasih persaudaraan, menunjukkan keramahtamahan, tidak malu terhadap orang yang dihukum karena iman, dan menjaga kesucian pernikahan (1-4).
Pada masa itu, tumpangan adalah pemberian istimewa bagi pengembara, dan kunjungan dari saudara sangat melegakan bagi seorang tawanan. Selain itu, kekudusan seksual dapat dikatakan sebagai hal yang langka. Namun, penulis Surat Ibrani menekankan tuntutan Allah atas kudusnya pernikahan yang dibentuk-Nya. Allah tidak segan menghukum umat-Nya yang tidak setia kepada pasangannya.
Dalam hidup pribadi, kita tidak boleh cinta uang, melainkan mencukupkan diri dengan apa yang ada. Ketika kita mengalami keadaan hidup yang berat, kita dapat bergantung pada Allah Sang Penolong dan berpegang pada kesaksian iman sesama orang percaya (5-7).
Iman bukan hanya gagasan. Iman adalah dasar kepercayaan yang membangkitkan kemauan untuk memberi pertolongan kepada orang lain dan mengarahkan hati kepada Allah. Iman yang dipraktikkan lewat tindakan menolong sesama dan perkataan yang memuliakan Allah adalah persembahan yang berkenan bagi-Nya.
Sebagai orang Kristen masa kini, kita harus hidup dengan cara yang berbeda dari dunia. Bukankah Yesus telah berkata, "Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia" (lih. Yoh. 17:18). Kita harus mendobrak cara hidup dunia dengan cara hidup Kristen yang lahir dari iman.
Apakah orang lain dapat melihat perbedaan itu dalam hidup kita? [JMH]
Utley -> Ibr 13:7-16
Utley: Ibr 13:7-16 - --NASKAH NASB (UPDATED): Ibr 13:7-167 Ingatlah akan pemimpin-pemimpin kamu, yang telah menyampaikan firman Allah kepadamu. Perhatikanlah akhir hidup mer...
NASKAH NASB (UPDATED): Ibr 13:7-16
7 Ingatlah akan pemimpin-pemimpin kamu, yang telah menyampaikan firman Allah kepadamu. Perhatikanlah akhir hidup mereka dan contohlah iman mereka. 8 Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya. 9 Janganlah kamu disesatkan oleh berbagai- bagai ajaran asing. Sebab yang baik ialah, bahwa hati kamu diperkuat dengan kasih karunia dan bukan dengan pelbagai makanan yang tidak memberi faedah kepada mereka yang menuruti aturan- aturan makanan macam itu. 10 Kita mempunyai suatu mezbah dan orang-orang yang melayani kemah tidak boleh makan dari apa yang di dalamnya. 11 Karena tubuh binatang-binatang yang darahnya dibawa masuk ke tempat kudus oleh Imam Besar sebagai korban penghapus dosa, dibakar di luar perkemahan. 12 Itu jugalah sebabnya Yesus telah menderita di luar pintu gerbang untuk menguduskan umat-Nya dengan darah-Nya sendiri. 13 Karena itu marilah kita pergi kepada- Nya di luar perkemahan dan menanggung kehinaan-Nya. 14 Sebab di sini kita tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap; kita mencari kota yang akan datang. 15 Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya. 16 Dan janganlah kamu lupa berbuat baik dan memberi bantuan, sebab korban-korban yang demikianlah yang berkenan kepada Allah.
Ibr 13:7 "Ingatlah" Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE IMPERATIVE. Implikasinya adalah berdoa bagi para pemimpin dan menghormati mereka! Ini adalah kata yang berbeda, namun mirip dengan kata dari ay. Ibr 13:3. Orang percaya perlu menjadi sadar akan perlunya mendoakan dan menghormati pelayanan kasih dari pemimpin mereka kepada tubuh Kristus (lih. ay. Ibr 13:3) dan para pemimpinnya (lih. ay. Ibr 13:7,17,24; 1Tes 5:12-13).
□ "pemimpin-pemimpin kamu" Ayat Ibr 13:17,24 berurusan dengan para pemimpin saat ini, sehingga ay. Ibr 13:7 pasti menunjuk pada para pemimpin yang pertama-tama memberitakan Injil, namun sekarang telah mati.
□ "yang telah menyampaikan firman Allah kepadamu" Ini adalah tugas para pemimpin Kristen. Mereka tidak mengajar atau mengkhotbahkan penemuan mereka atau pilihan-pilihan pribadi/budaya mereka, namun injil Yesus Kristus. Untuk inilah kita menghormati mereka, menghargai mereka, dan berdoa bagi mereka.
□ "Perhatikanlah akhir hidup mereka" Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE PARTICIPLE yang digunakan sebagai suatu IMPERATIVE. Para pemimpin ini, seperti mereka yang dalam panggilan kesetiaan dari pasal Ibr 11, tetap setia selama hidup sampai mati. Kehidupan mereka menyaksikan keabsahan berita mereka.
□ "dan contohlah iman mereka" Ini adalah sebauh PRESENT MIDDLE (deponent) IMPERATIVE. Penulis kita mengundang para pembacanya untuk meniru iman dari para pemimpin mereka. Paulus sering mendorong orang percaya untuk meniru imannya (lih. 1Kor 4:16; 11:1-2; Fili 3:17; 4:9; 1Tes 1:6; 2Tes 3:7,9).
Ibr 13:8 "Yesus… sama" Tokoh-tokoh PL dari pasal Ibr 11 adalah contoh yang baik; para pemimpin terdahulu dan sekarang adalah contoh yang baik; Kristus adalah contoh yang terbaik. Sifat dan kesetiaanNya tak pernah berubah (lih. Mazm 102:26-27, dikutip dalam Ibr 1:12). Pernyataan teologis yang sama dibuat mengenai YHWH dalam Mal 3:6. Sifat dan kemurahan Allah adalah tetap dan, begitu juga, sifat dan kemurahan Yesus Kristus.
Ibr 13:9 "Janganlah kamu disesatkan" Ini adalah sebuah PRESENT PASSIVE IMPERATIVE dengan suatu NEGATIVE PARTICLE yang biasanya berarti menghentikan suatu tindakan yang sedang dalam proses. Beberapa dari para pendengar sedang merenungkan untuk "mengundurkan diri" (lih. Ibr 2:1; 10:38). Bentuk PASSIVE VOICE nya mengisyaratkan aktivitas dari setan atau iblis.
□ "oleh berbagai-bagai ajaran asing" Apa tepatnya yang terjadi tidaklah pasti, namun suatu praktek kombinasi Yahudi dan kafir yang mirip dikecam dalam Kol 2:16-23.
Bagi saya sepertinya bagian dari pasal Ibr 13 adalah suatu penutup dari Paulus yang ditambahkan pada sebuah surat ke suatu sinagoga. Bagian dari pasal ini (yakni, ay. Ibr 13:4-5) cocok dengan latar belakang gereja yang bercampur, bukan suatu sinagoga.
- NASB "Sebab yang baik ialah, bahwa hati kamu diperkuat dengan kasih karunia"
- NKJV "Sebab baiklah bila hati ditetapkan oleh kasih karunia"
- NRSV "Sebab baiklah bagi hati untuk dikuatkan oleh kasih karunia"
- TEV "Baiklah untuk menerima kekuatan dari dalam dari kasih karunia Allah"
- NJB "lebih baik untuk bersandar pada kasih karunia bagi kekuatan yang dari dalam"
Ini adalah sebuah PRESENT PASSIVE INFINITIVE. Pendengar ini harus mapan, bukan atas dasar ritual, pengorbanan hewan atau hukum makanan, tapi pada kasih karunia Allah, yang tak pandang bulu, yang tidak sepantasnya ditanggung, dalam Yesus Kristus (yaitu, Injil, lih. ay. Ibr 13:7.) Mereka bimbang antara Musa dan Yesus. Yesus, Firman tidak berubah dari Bapa, jauh lebih unggul dari prosedur dan firman perjanjian yang pertama.
Memahami kasih dab karakter Allah yang tidak berubah, yang dengan begitu jelas dinyatakan dalam ajaran, hidup, dan kematian Yesus (Injil), adalah yang memberikan dorongan bagi orang beriman. Hati dan pikiran orang percaya diperkuat melalui pengetahuan tentang Injil dan hubungan pribadi dengan Gembala Agung, bukan melalui ritual dan prosedur eksternal (perjanjian lama Musa).
Penulis ini sering membahas masalah rohani dari "hati" (lihat Topik Khusus pada Ibr 3:8). Ia mengutip beberapa teks PL.
- 1. Ibr 3:8,15; 4:7, "janganlah keraskan hatimu" (Mazm 95:8)
- 2. Ibr 3:10, "tersesat di dalam hati mereka" (Mazm 95:10)
- 3. Ibr 8:10, "menuliskannya pada hati mereka" (Yer 31:33)
Ia kemudian merangkum kebenaran ini dalam Ibr 3:12; 4:12; 10:22. Hati mewakili aspek mental, emosional, dan kemauan umat manusia. Kekristenan berkaitan dengan kebutuhan internal umat manusia jatuh, sedangkan Yudaisme tidak bisa
□ "hati" Lihat Topik Khusus pada Ibr 3:8.
□ "bukan dengan pelbagai makanan yang tidak memberi faedah kepada mereka yang menuruti aturan-aturan makanan macam itu" Ini adalah rujukan yang nyata terhadap Im 11. Hukum makanan telah berlalu dalam Kristus (lih. Mat 15:11; Mr 7:18-23; Kis 10; Kol 2:16-23). Hukum-hukum ini tidak lagi mengikat orang percaya untuk keselamatan (lih. Gal 3; Kis 15), namun dalam suatu latar belakang gereja, orang percaya masih harus sadar akan "saudara-saudara yang lebih lemah" (lih. Kis 15:19-20; Rom 14:1-15:6; 1Kor 8; 10:23-33) dan untuk mencoba tidak menyinggung hatinurani mereka yang lemah.
Ibr 13:10 "Kita mempunyai suatu mezbah" Analoginya sepertinya adalah tabernakel rohani (surgawi), bukansuatu mezbah fisik dan, oleh karenanya, menunjuk pada karya pengorbanan Yesus demi orang percaya. Ini adalah penggambaran yang kuat mengenai akses kita kepada Allah melalui Kristus.
□ "tidak boleh makan" Ini adalah satu lagi singgungan kepada Im 16.
Ibr 13:11 "sebagai korban penghapus dosa, dibakar di luar perkemahan" Ini adalah satu lagi singgungan pada prosedur dari Im 16:27 — Hari Pendamaian.
Ibr 13:12 "Yesus telah menderita di luar pintu gerbang" Ini adalah permainan kata kerabian sebagaimana korban PL dilakukan diluar kemah, Yesus dikeluarkan dari kota Yerusalem untuk disalibkan.
Ibr 13:13 "Karena itu marilah kita pergi kepada-Nya" Ini adalah satu ayat kunci dalam buku ini. Ini adalah sebuah PRESENT MIDDLE (deponent) SUBJUNCTIVE, yang berbicara mengenai tindakan yang terus menerus dan ditambah dengan suatu elemen ketergantungan (ini adalah teguran dan peringatan terakhir terhadap "mengundurkan diri"). Orang percaya perlu untuk secara publik memperkenalkan diri dengan Dia dan menanggung celaanNya tak peduli apapun konsekuensinya. Ini adalah panggilan yang jelas bagi para orang percaya di sinagoga yang "terlindung’ ini untuk berpindah kepada terang Amanat Agung KeKRistenan yang sepenuh (lih. Mat 28:19-20; Kis 1:8).
Ibr 13:14 "kota" Ini adalah sebuah penggambaran untuk surga menggunakan ibukota Tanah Perjanjian Israel (lih. Ibr 11:10,16; 12:22; Yoh 14:2). Jenis penggambaran yang sama ini terlihat dalam Ibr 11:14, "suatu negara."
Ibr 13:15 "oleh Dia" Ini menunjuk pada Yesus, disebutkan namaNya dalam ay. Ibr 13:12, yang mengkuduskan umatNya oleh pengorbanan darahNya sendiri di luar gerbang yerusalem. Seluruh manfaat rohani datang melalui Dia!
□ "marilah kita,… senantiasa mempersembahkan korban syukur" Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE SUBJUNCTIVE. Sistem pengorbanan, yang diberikan kepada Israel untuk mengangkat persekutuan dengan Allah dengan berurusan dengan masalah dosa, mencakup lima jenis korban.
- 1. Dua yang wajib
- a. "korban penghapus dosa"
- b. "korban pernyataan kesalahan"
- 2. Tiga bersifat Sukarela
- a. korban bakaran seluruhnya
- b. persembahan biji/makanan
- c. persembahan persekutuan, atau perdamaian
Dalam hubungan dengan tiga yang terakhir inilah konsep pengucapan syukur dan pujian disebutkan (lih. Im 7:12). Korban-korban ini dijelaskan secara rinci dalam Im 1; 2; 3; 4; 5; 6; 7. Mazmur sering menyebutkan aspek pemujaan ini (lih. Mazm 27:6; 50:14; 69:30; 107:22; 116:17). Frasa "korban syukur" berasal dari Septuaginta (lih. Im 7:2,3,5; 2Taw 29:31; 33:16; Mazm 49:14; 106:22).
□ "ucapan bibir" Frasa ini mencerminkan Yes 57:19 dan Hos 14:3 dari Septuaginta. Ayat seperti ini digunakan oleh orang Israel di pengasingan untuk menggantikan korban binatang dengan korban lisan karena Bait Suci telah dirusak secara total dalam tahun 586 S.M. oleh Nebukadnezar II, raja neo-Babilonia. Bait Suci ini dirusak lagi oleh Roma di tahun 70 M. Tanggal penulisan kitab ini tidak pasti.
- NASB "yang memuliakan nama-Nya"
- NKJV "mengucap syukur pada nama-Nya"
- NRSV "yang mengaku nama-Nya"
- TEV "yang mengakui Dia sebagai Tuhan"
- NJB "mereka yang mengakui nama-Nya"
Bagi orang percaya, pujian kita pada Allah adalah pengakuan (homologēo) kita akan Yesus (menggunakan nama-Nya sebagaimana dalam Mat 28:19-20 atau Rom 10:9-13) sebagai Tuhan (lih. TEV, yang mencerminkan Fili 2:6-11).
Ibr 13:16 "janganlah kamu lupa berbuat baik" Ini adalah sebuah PRESENT MIDDLE IMPERATIVE dengan suatu NEGATIVE PARTICLE, yang biasanya berarti menghentikan tindakan yang sedang berjalan. Allah senang ketika anakNya saling mengasihi dan menolong satu dengan yang lain (lih. Fili 4:18).
Dalam suatu konteks Yahudi, "hal yang baik ini" (koinōnia) kemungkinan menunjuk pada sedekah (lih. Mat 6:1), suatu pemberian uang mingguan yang diberikan oleh anggota sinagoga untuk membeli makanan bagi yang memerlukan. Orang Yahudi menganggap hal ini tindakan kebenaran.
□ "memberi"
Ini menyatsakan hubungan horizontal (manusia dengan manusia) yang dihasilkan oleh hubungan vertikalnya (manusia dengan Sang Pencipta). Ini juga menekankan perlunya sukacita dari masyarakat Kristen. Bentuk KATA KERJA nya menekankan mulainya dan kelanjutan dari pengalaman masyarakat ini (lih. Ibr 1:3 [dua kali],6,7). KeKristenan adalah kebersamaan!
□ "sebab korban-korban yang demikianlah yang berkenan kepada Allah" Perhatikan dalam ay. Ibr 13:15 korban yang bisa diterima adalah iman dalam Kristus yang diakui; sekarang adalah kehidupan seperti kristus. Sudah barang tentu Injil adalah keduanya!
Topik Teologia -> Ibr 13:12
Topik Teologia: Ibr 13:12 - -- Yesus Kristus
Penghapus Dosa
Ima 4:2-3,12 Ibr 13:11-12
Yesus Menyucikan Orang-orang Percaya
...
- Yesus Kristus
- Penghapus Dosa
- Yesus Menyucikan Orang-orang Percaya
- Keselamatan
- Kematian Kristus sebagai Tindakan Penyelamatan
- Pengudusan
- Pengudusan: Fakta yang Tergenapi dan Proses Pertumbuhan
- Pengudusan sebagai Fakta yang Tergenapi
TFTWMS -> Ibr 13:10-13; Ibr 13:8-16
TFTWMS: Ibr 13:10-13 - Mezbah Yang Kekal MEZBAH YANG KEKAL (Ibrani 13:10-13)
10 Kita mempunyai suatu mezbah dan orang-orang yang melayani kemah tidak boleh makan dari apa yang di dalamnya. 1...
MEZBAH YANG KEKAL (Ibrani 13:10-13)
10 Kita mempunyai suatu mezbah dan orang-orang yang melayani kemah tidak boleh makan dari apa yang di dalamnya. 11 Karena tubuh binatang-binatang yang darahnya dibawa masuk ke tempat kudus oleh Imam Besar sebagai korban penghapus dosa, dibakar di luar perkemahan. 12 Itu jugalah sebabnya Yesus telah menderita di luar pintu gerbang untuk menguduskan umat-Nya dengan darah-Nya sendiri. 13 Karena itu marilah kita pergi kepada-Nya di luar perkemahan dan menanggung kehinaan-Nya.
"Mezbah" (ay. 10)
Mungkin, orang-orang Kristen Yahudi berada di ambang untuk ditolak haknya untuk berpartisipasi dalam pengorbanan. Hal ini secara khusus akan mempengaruhi para imam yang sudah percaya kepada Yesus sebagai Mesias (Kisah 6:7). Alih-alih merasa bahwa mereka sedang ditinggalkan, orang-orang Kristen Ibrani itu harus merasa kasihan kepada orang-orang Yahudi yang tidak percaya, yang tidak memiliki "hak untuk makan" (ay. 10) dari "meja" Tuhan atau berpartisipasi dalam pelbagai berkat yang dibeli oleh darah-Nya.
Pernyataan dalam ayat 10 berarti, pada dasarnya, "Kami memiliki mezbah yang lebih unggul daripada mezbah mana saja dalam Yudaisme, dan tidak semua orang bisa berbagi dalam mezbah itu." Mezbah apakah itu? Ayat 15 menjelaskan bahwa itu adalah mezbah rohani. Mezbah itu melambangkan Kristus sendiri (atau pengorbanan-Nya), dari siapa kita menerima pelbagai berkat makanan sejati.6Mengambil bagian pengor- banan-Nya adalah sama dengan mengambil bagian dalam Kristus itu sendiri.7Paulus menyatakan, "Perhatikanlah bangsa Israel menurut daging: bukankah mereka yang makan apa yang dipersembahkan mendapat bagian dalam pelayanan mezbah?" (1 Korintus 10:18). Dalam 1 Korintus 9:13 ia mengatakan bahwa "mereka yang melayani mezbah, mendapat bahagian mereka dari mezbah itu."
Kita secara teratur menyembah Kristus dengan mengingat kematian-Nya dalam perjamuan Tuhan mingguan.8Kita harus mengambil bagian perjamuan itu dengan sungguh-sungguh, sebagai tindakan ibadah yang sangat penting, dan tidak sembarangan atau kadang-kadang. Para imam makan dari hewan yang dikorbankan; meski demikian, kita yang berbagi dalam pelbagai manfaat pengorbanan Kristus di mezbah Allah mengambil juga bagian dari pelbagai berkat di dalam Dia. Mereka yang tetap dalam Yudaisme dan tergantung pada ritual Taurat untuk keselamatan tidak punya hak terhadap mezbah yang lebih mulia ini dan pelbagai manfaat agama Kristen. Sebagaimana orang-orang Yahudi datang ke tempat perhimpunan (kemah suci atau bait suci) untuk menerima berkat, begitu juga umat Kristen harus berhimpun bersama-sama untuk berbagi pelbagai manfaat Kristus.
Perbedaan antara perjanjian lama dan baru berlanjut di sini. Orang-orang Yahudi yang tetap bertahan mempersembahkan korban-korban Perjanjian Lama tidak bisa menerima berkat Perjanjian Baru. Fakta bahwa mereka yang berada di bawah Taurat "tidak boleh makan" menunjukkan eksklusivitas agama Kristen. Selanjutnya, itu menunjukkan bahaya lain dalam kembali kepada Yudaisme—orang akan kehilangan hak istimewa untuk berada dalam persekutuan khusus dengan Allah. Karena itu, sangat mungkin bahwa "mezbah" itu adalah gaya bahasa metonimi yang melambangkan "korban" itu, seperti kita mungkin bicara tentang "meja" yang berlimpah ketika yang kita maksudkan adalah "makanan."9Tentu saja, kita tidak memiliki mezbah lahiriah, sebab semua hal penting dalam agama Kristen adalah rohaniah. Mengatur meja, bangku, atau bar di depan auditorium gereja dan menyebutnya "mezbah" adalah keliru dan mengabaikan sifat "mezbah" Kristen kita.
"Di luar Perkemahan" (ay. 11-13).
Ayat 11 memperkenalkan gagasan hewan yang dibakar di luar perkemahan pada Hari Penebusan. Lembu jantan yang dipersembahkan untuk dosa dibawa "ke luar perkemahan" (lihat Imamat 16:27).10Gagasan tentang Yesus disalib "di luar pintu gerbang"11(lihat Yohanes 19:20) menggenapi lambang itu. Dengan menerima stigma bersalah (arti yang terlihat tentang "di luar pintu gerbang"; ay. 12), Yesus dapat menanggung dosa kita. Pergi meninggalkan "perkemahan" (ay. 13) menunjukkan putusnya hubungan dengan sinagoga dan bait suci secara total. Kita, sebagai orang buangan, mungkin harus menanggung kehinaan yang sama yang Tuhan kita tanggung. Tentu saja, kita tidak membuat pengorbanan yang sama yang Yesus lakukan; sebab pengobanan-Nya adalah "satu kali untuk selama-lamanya" (7:27), sedangkan pengorbanan kita adalah terus-menerus. Korban kita terdiri dari memuji Allah, mengakui nama-Nya di depan umum, melakukan perbuatan penuh rahmat, dan berbagi dengan orang lain (13:15, 16). Dengan kata lain, kita harus menunjukkan iman kita dalam ibadah umum, berusaha untuk merubah hidup orang lain, dan membantu orang yang kekurangan. Ini adalah korban-korban yang menyukakan Allah.
Kemuliaan Yudaisme sudah berlalu, dan orang-orang Kristen Yahudi perlu memutuskan semua hubungan dengan Taurat, pergi "ke luar perkemahan" (ay. 13). Ini merangkum himbauan terakhir dalam kitab Ibrani. Sekali lagi, nasihat dari penulis itu dimulai dengan "Marilah kita." Ia membuat sebuah argumentasi yang sangat kuat untuk meninggalkan agama yang sedang sekarat,12agama yang sekedar memiliki bentuk realitas, dan memeluk agama yang hanya tersedia di dalam Kristus Yesus. Pergi "meninggalkan perkemahan" artinya menghentikan pelbagai persembahan korban hewan dan, secara tersirat, semua yang melibatkan Yudaisme.
Sebagaimana hewan-hewan yang dipersembahakn untuk dosa "dibakar di luar perkemahan" Israel (ay. 11), demikian juga Kristus menderita "di luar pintu gerbang" (ay. 12). Dibunuh di luar Yerusalem menambahkan kehinaan kematian Kristus.13Itu adalah tempat di mana para penjahat dan penghujat dibunuh. Orang-orang Ibrani itu diminta bersedia untuk ambil bagian dalam "menanggung kehinaan-Nya" (ay. 13). Bagaimanakah mereka melakukan ini?
Menurut kitab Ibrani, orang tidak menanggung kehinaan dengan mengalah kepadanya, tapi dengan mempersembahkan pujian kepada Allah melalui Kristus: melayani komunitas Kristen dan peduli kepada orang asing, orang-orang hukuman, dan orang yang menderita, meski dimusuhi oleh orang lain.14
Orang-orang Kristen Yahudi bisa menanggung kehinaan Kristus dengan peduli kepada mereka yang kekurangan, mereka yang ditolak atau dilupakan oleh masyarakat.
Sekarang Ini Hari Keselamatan
Beberapa orang sekarang ini ingin menjadi "Yahudi Yeshua" ("Yahudi Yesus") dan masih mempertahankan pelbagai kebiasaan Yahudi. Jika mereka mempraktikkan pelbagai kebiasaan Yahudi hanya secara budaya—sehingga menjadi Yahudi bagi orang Yahudi (lihat 1 Korintus 9:20, 21), bukan sebagai sarana untuk memperoleh atau mempertahankan keselamatan—maka mungkin tidak masalah bagi mereka untuk melakukan hal-hal itu dan tetap menjadi orang Kristen. Namun begitu, semua orang yang mencari keselamatan sekarang ini harus menerima dan hanya mengikuti Kristus sebagai Juruselamat dan Tuhan mereka. Orang tidak bisa menghormati Allah dengan melakukan pelbagai aturan Perjanjian Lama. Pelbagai peraturannya itu tidak lagi diperlukan manusia untuk diselamatkan. Mengikatkan peraturan-peraturan itu adalah sama dengan bergabung bersama mereka yang sudah jatuh dari kasih karunia dengan tuntutan bahwa orang Kristen non-Yahudi harus disunat (Galatia 5:1-6). Orang Kristen dengan latar belakang etnis Yahudi mungkin saja ingin melakukan kebiasaan Paskah, tapi menganggap bayangan ini tetap menjadi bagian hukum Allah adalah menyangkal penggenapan Kristus atas Paskah itu (Matius 5:17, 18; 1 Korintus 5:7). Kristus adalah Paskah kita; Ia sudah menggenapi dan menghapus Paskah yang lama (1 Korintus 5:7).
Paulus tetap menjalankan pelbagai kebiasaan tertentu, seperti ketika ia membayar untuk penyucian dan ibadah beberapa orang muda di bait suci dan beribadah bersama mereka (Kisah 21:20-26). Ia menyunat Timotius (Kisah 16:1-3) supaya ia bisa diterima oleh orang Yahudi. Bagaimanapun, Timotius memang setengah Yahudi. Paulus menentang setiap upaya untuk mengikatkan kebiasaan itu kepada Titus, yang adalah orang non-Yahudi (Galatia 2:3). Rasul itu tahu bahwa orang Kristen diselamatkan oleh kasih karunia, bukan oleh hukum Musa. Seorang Kristen Yahudi mungkin bisa mengikuti prinsip serupa sekarang ini, tapi kita tidak bisa membawa pelbagai praktik ibadah Perjanjian Lama ke dalam gereja Perjanjian Baru.15
Ringkasan
Di zaman Perjanjian Baru, ada perbedaan yang besar antara orang Yahudi dan non-Yahudi dalam mengikuti kebiasaan atau hukum-hukum yang sebelumnya mengikat, dan perbedaan itu seharusnya diperhatikan sekarang ini. Praktik yang paling aman bagi semua orang adalah dengan "pergi ke luar perkemahan" Yudaisme. Penulis itu menasihati orang-orang Ibrani untuk memutuskan hubungan mereka dengan Yudaisme.16
TFTWMS: Ibr 13:8-16 - Jaminan Dalam Dunia Yang Berubah Jaminan Dalam Dunia Yang Berubah (Ibrani 13:8-16)
Ciri-ciri sifat keenam dan terakhir yang orang Kristen harus miliki diberikan dalam ayat 7. Penulis...
Jaminan Dalam Dunia Yang Berubah (Ibrani 13:8-16)
Ciri-ciri sifat keenam dan terakhir yang orang Kristen harus miliki diberikan dalam ayat 7. Penulis itu mendesak para pembacanya untuk menghormati dan meniru para pemimpin mereka di gereja dengan menunjukkan kepada mereka tiga perintah.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Ibrani (Pendahuluan Kitab) Penulis : Tidak Disebutkan
Tema : Perjanjian yang Lebih Baik
Tanggal Penulisan: 67-69 M (tidak dapat dipastikan)
Latar Belakang...
Penulis : Tidak Disebutkan
Tema : Perjanjian yang Lebih Baik
Tanggal Penulisan: 67-69 M (tidak dapat dipastikan)
Latar Belakang
Tidak diketahui kepada siapa surat ini dialamatkan, sekalipun Roma merupakan kemungkinan. Judul kitab ini di dalam naskah-naskah Yunani yang tertua hanyalah, "Kepada Orang Ibrani." Sekalipun demikian isi surat ini menunjukkan bahwa surat ini ditujukan kepada orang-orang Kristen Yahudi. Penggunaan Septuaginta (Alkitab PL dalam bahasa Yunani) oleh penulis ketika mengutip PL menunjukkan bahwa para penerima surat ini mungkin adalah orang-orang Yahudi berbahasa Yunani yang tinggal di luar Palestina. Kalimat "terimalah salam dari saudara-saudara di Italia" (versi Inggris NIV -- "mereka dari Italia mengirim salam" Ibr 13:24) mungkin sekali berarti bahwa penulis sedang menulis kepada orang-orang yang tinggal di Roma dan mencantumkan salam dari orang-orang percaya dari Italia yang dalam perantauan. Para penerima surat ini mungkin terdiri atas kelompok-kelompok persekutuan rumah yang merupakan bagian dari jemaat gereja yang lebih luas di Roma. Beberapa di antaranya mulai menunjukkan tanda-tanda akan meninggalkan iman mereka kepada Yesus dan kembali kepada kepercayaan Yahudi mereka sebelumnya, karena mereka dianiaya dan putus asa.
Penulis Surat Ibrani ini tidak disebutkan baik dalam judul kitab yang semula maupun sepanjang surat ini, sekalipun ia merupakan tokoh yang cukup dikenal pembacanya (Ibr 13:18-24). Oleh karena satu dan lain alasan, identitas penulis hilang sekitar akhir abad pertama. Selanjutnya dalam tradisi gerejani mula-mula (abad ke-2 sampai ke-4) muncul berbagai pendapat mengenai orang yang mungkin merupakan penulis surat ini. Pendapat bahwa Paulus menulis surat ini baru tersebar luas pada abad ke-5.
Banyak ahli PB yang berpandangan konservatif dewasa ini beranggapan bahwa Paulus tidak mungkin menulis surat ini karena gaya penulisan yang halus dan bercorak Aleksandria, ketergantungan pada Septuaginta, cara memperkenalkan kutipan-kutipan PL, cara berargumentasi dan gaya mengajar, susunan argumentasi dan hal tidak menyebutkan dirinya itu bukan merupakan gaya Paulus. Lagi pula, Paulus senantiasa menunjuk kepada penyataan yang langsung diperolehnya dari Kristus (bd. Gal 1:11-12), sedangkan penulis surat ini menempatkan dirinya di antara orang-orang Kristen angkatan kedua yang memperoleh keyakinan Injil karena kesaksian para saksi mata pelayanan Yesus (Ibr 2:3). Di antara tokoh-tokoh PB yang namanya disebut, gambaran Lukas mengenai Apolos dalam Kis 18:24-28 paling cocok dengan keadaan penulis surat ini.
Terlepas dari siapa penulis surat ini, hal ini dapat dipastikan: penulis menulis dengan kepenuhan Roh dan wawasan, penyataan dan wibawa yang rasuli. Karena dalam Surat Ibrani penghancuran Bait Suci di Yerusalem dan ibadah di bawah pimpinan para imam Lewi tidak disebut maka ada anggapan yang kuat bahwa surat ini ditulis sebelum tahun 70 M.
Tujuan
Surat Ibrani terutama ditulis kepada orang-orang Kristen Yahudi yang sedang mengalami penganiayaan dan keputusasaan. Penulis berusaha untuk memperkuat iman mereka kepada Kristus dengan menjelaskan secara teliti keunggulan dan ketegasan penyataan Allah dan penebusan di dalam Yesus Kristus. Ia menunjukkan bahwa penyediaan penebusan di bawah perjanjian yang lama sudah digenapi dan tidak terpakai lagi karena Yesus telah datang dan menetapkan suatu perjanjian yang baru oleh kematian-Nya yang mengerjakan perdamaian. Penulis menantang para pembacanya
- (1) untuk tetap mempertahankan pengakuan mereka terhadap Kristus hingga pada kesudahannya,
- (2) untuk maju terus menuju kedewasaan rohani dan
- (3) untuk tidak kembali kepada kehidupan di bawah hukuman dengan cara meninggalkan kepercayaan kepada Yesus Kristus.
Survai
Surat Ibrani ini lebih mirip dengan suatu khotbah daripada sebuah surat. Penulis menggambarkan karyanya ini sebagai "kata-kata nasihat" (Ibr 13:22). Surat ini terdiri atas tiga bagian utama.
- (1) Pertama, Yesus sebagai Putra Allah yang penuh kuasa (Ibr 1:1-3) dinyatakan sebagai penyataan Allah yang sempurna kepada umat manusia -- lebih tinggi daripada para nabi (Ibr 1:1-3), malaikat (Ibr 1:4--2:18), Musa (Ibr 3:1-6) dan Yosua (Ibr 4:1-11). Di dalam bagian ini terdapat suatu peringatan yang sungguh-sungguh mengenai berbagai akibat apabila kita secara rohani makin menjauh dari iman atau mengeraskan hati dalam ketidakpercayaan (Ibr 2:1-3; Ibr 3:7--4:2).
- (2) Bagian yang kedua menampilkan Yesus sebagai Imam Besar dengan kualifikasi (Ibr 4:14--5:10; Ibr 6:19--7:25), watak (Ibr 7:26-28), dan pelayanan (Ibr 8:1--10:18) yang sempurna dan abadi. Di bagian ini diberikan suatu peringatan yang sungguh-sungguh mengenai ketidakdewasaan rohani atau bahkan "kemurtadan" setelah mengambil bagian di dalam Kristus (Ibr 5:11--6:12).
- (3) Bagian yang terakhir (Ibr 10:19--13:17) dengan tegas mendorong orang-orang percaya agar tetap tabah dalam keselamatan, iman, penderitaan, dan kekudusan.
Ciri-ciri Khas
Delapan ciri utama menandai surat ini.
- (1) Surat ini unik di antara surat-surat PB karena bentuknya, "surat ini berawal seperti sebuah risalah, dilanjutkan bagaikan khotbah, dan diakhiri seperti surat" (Origenes).
- (2) Di antara semua kitab PB surat ini menggunakan bahasa yang paling halus, paling mendekati gaya penulisan Yunani klasik daripada penulis PB lainnya (mungkin kecuali Lukas dalam Luk 1:1-4).
- (3) Inilah satu-satunya kitab PB yang mengembangkan konsep pelayanan Yesus sebagai Imam Besar.
- (4) Ajarannya tentang Kristus ini sangat kaya variasi, dan memakai lebih daripada dua puluh nama dan gelar untuk Kristus.
- (5) Kata kuncinya adalah "lebih baik" (dipakai tiga belas kali). Yesus lebih baik daripada para malaikat dan semua tokoh perantara PL. Ia memberikan perhentian, perjanjian, pengharapan, keimaman, korban pendamaian, dan janji-janji yang lebih baik.
- (6) Surat ini berisi pasal yang paling menonjol dalam Alkitab mengenai iman (pasal 11; Ibr 11:1-40).
- (7) Kitab ini sarat dengan kutipan dan petunjuk kepada PL sehingga memberikan pengertian yang berharga mengenai penafsiran umat Kristen mula-mula terhadap sejarah dan ibadah PL, khususnya dalam bidang lambang-lambang.
- (8) Surat ini memberikan lebih banyak peringatan mengenai bahaya-bahaya kemurtadan rohani daripada kitab lainnya dalam PB.
Full Life: Ibrani (Garis Besar) Garis Besar
I. Argumentasi: Kristus dan Iman Kristen Lebih Unggul
daripada Agama Orang Yahudi
(Ibr 1:1-10:18)
...
Garis Besar
- I. Argumentasi: Kristus dan Iman Kristen Lebih Unggul
daripada Agama Orang Yahudi
(Ibr 1:1-10:18) - A. Dalam Penyataan
(Ibr 1:1-4:13)
Yesus Kristus adalah Penyataan Penuh dan Akhir dari Allah
kepada Manusia - 1. Lebih Unggul dari Para Nabi
(Ibr 1:1-3) - 2. Lebih Unggul dari Para Malaikat
(Ibr 1:4-2:18)
Peringatan: Bahaya Pengabaian
(Ibr 2:1-4) - 3. Lebih Unggul dari Musa
(Ibr 3:1-6)
Peringatan: Bahaya Ketidakpercayaan
(Ibr 3:7-19) - 4. Lebih Unggul dari Yosua
(Ibr 4:1-13) - B. Dalam Renungan
(Ibr 4:14-10:18)
Sebagai Imam Besar Kita, Yesus Jauh Melebihi Keimaman Lewi - 1. Lebih Unggul Kualifikasi-Nya
(Ibr 4:14-7:25)
Peringatan: Bahaya Ketidakdewasaan Rohani
(Ibr 5:11-6:3)
Peringatan: Bahaya Kemurtadan
(Ibr 6:4-20) - 2. Lebih Unggul Watak-Nya
(Ibr 7:26-28) - 3. Lebih Unggul Pelayanan-Nya
(Ibr 8:1-10:18) - a. Bertempat di Tempat Kudus yang Lebih Baik
(Ibr 8:1-5) - b. Berlandaskan Perjanjian yang Lebih Baik
(Ibr 8:6-13) - c. Terlaksana Melalui Pelayanan yang Lebih Baik
(Ibr 9:1-22) - d. Digenapi Melalui Korban yang Lebih Sempurna
(Ibr 9:23-10:18) - II. Penerapan: Nasihat untuk Bertekun
(Ibr 10:19-13:17) - A. Dalam Bidang Keselamatan
(Ibr 10:19-38) - B. Dalam Bidang Iman
(Ibr 10:39-11:40) - 1. Sifat-Sifat Iman
(Ibr 10:39-11:3) - 2. Teladan Iman dari Perjanjian Lama
(Ibr 11:4-38) - 3. Pembenaran Iman: Disempurnakan dalam Kristus
(Ibr 11:39-40) - C. Dalam Bidang Ketabahan
(Ibr 12:1-13) - D. Dalam Bidang Kekudusan
(Ibr 12:14-13:17) - 1. Pengutamaan Kekudusan
(Ibr 12:14-29) - 2. Pelaksanaan Kekudusan
(Ibr 13:1-17) - Penutup
(Ibr 13:18-25)
Matthew Henry: Ibrani (Pendahuluan Kitab)
Mengenai surat kerasulan ini kita harus mengadakan penyelidikan atas,
I. Otoritas ilahi dari surat ini, sebab ada beberapa orang yang memper...
- Mengenai surat kerasulan ini kita harus mengadakan penyelidikan atas,
- I. Otoritas ilahi dari surat ini, sebab ada beberapa orang yang mempertanyakannya, yaitu orang-orang yang merasa pandangan mereka terganggu karena tidak sanggup menahan terang yang terpancar dari surat tersebut, atau orang-orang yang merasa bahwa pernyataan-pernyataan mereka yang salah terbukti dapat dibantah oleh surat ini. Termasuk di dalamnya orang-orang seperti para pengikut Arianisme (diajarkan oleh Arius pada akhir abad ketiga dan awal abad keempat – pen.), yang menyangkal keilahian dan keberadaan Kristus oleh diri-Nya sendiri, dan juga kaum pengikut Socinianisme (diajarkan oleh Faustus Socinus pada abad kelima belas dan keenam belas untuk menyerang pengajaran Trinitas – pen.) yang menyangkal karya penebusan dosa oleh Kristus. Namun, bagaimanapun juga, sekalipun adanya upaya-upaya orang-orang seperti itu untuk meremehkan surat kerasulan ini, sumber keilahian dari surat ini tetap saja memancarkan cahaya yang berkas-berkas sinarnya demikian kuat dan terang sehingga dengan membaca sepintas saja orang dapat memahami bahwa surat ini merupakan bagian dari kanon kitab suci. Keilahian dari isi surat, keagungan gaya penulisan, kemuliaan rancangannya, keserasian isi surat ini dengan bagian-bagian lain kitab suci, dan penerimaan umum dari jemaat-jemaat Allah di segala abad, semua ini membuktikan adanya otoritas ilahi di dalam surat ini.
- II. Mengenai siapa yang menyalin atau menulis surat ini, kita tidak begitu pasti. Surat ini tidak mencantumkan nama siapa pun di bagian depannya, sebagaimana biasanya di dalam surat-surat kerasulan lainnya, dan ada perbedaan pendapat di antara para cendekiawan Alkitab mengenai siapa yang dapat dianggap sebagai penulisnya. Beberapa orang menunjuk kepada Clemens dari Roma, yang lain menunjuk kepada Lukas, dan banyak juga yang menunjuk kepada Barnabas, mengingat bahwa gaya dan cara pengungkapannya sangat cocok dengan temperamen Barnabas yang penuh semangat, meyakinkan, dan penuh kasih sayang, seperti yang dicatat mengenai dirinya di dalam Kitab Kisah Para Rasul. Selain itu, ada seorang bapa gereja di zaman dulu yang mengutip suatu pernyataan dari surat kerasulan ini dan menyebutnya sebagai kata-kata Barnabas. Namun, secara umum banyak yang menunjuk kepada Rasul Paulus sebagai penulis surat ini, dan beberapa salinan naskah dan terjemahan yang muncul kemudian memang mencantumkan nama Paulus pada bagian judulnya. Di zaman gereja mula-mula, pada umumnya yang dianggap sebagai penulis surat ini adalah Rasul Paulus, mengingat akan gaya penulisan dan ruang lingkupnya yang sangat cocok dengan semangatnya, yang berpikiran jernih dan berhati hangat, yang tujuan dan upaya utamanya adalah untuk memuliakan Kristus. Beberapa orang berpendapat bahwa Rasul Petrus merujuk kepada surat kerasulan ini, dan membuktikan bahwa Paulus adalah penulis surat ini, dengan memberitahukan kepada orang-orang Ibrani di dalam suratnya kepada mereka, bahwa Paulus pernah juga menulis kepada mereka (2Ptr. 3:15). Kita membaca bahwa tidak ada lagi surat kerasulan lain yang pernah Paulus tulis kepada mereka selain surat ini. Banyak pihak yang merasa keberatan mengenai hal ini, karena biasanya Rasul Paulus selalu mencantumkan namanya di dalam semua surat kerasulannya yang lain, jadi tentunya dia tidak akan menghilangkannya di dalam surat ini. Namun, ada pihak-pihak lain yang menjawab keberatan itu dengan baik, dan menyatakan bahwa karena Rasul Paulus adalah rasul bagi bangsa-bangsa lain, yang sangat dibenci oleh orang-orang Yahudi, maka akan sangat bijaksana untuk menyembunyikan namanya, supaya jangan sampai prasangka mereka kepada Rasul Paulus akan membuat mereka enggan membacanya dan tidak mau mempertimbangkan isi surat itu sebagai sesuatu yang harus mereka lakukan.
- III. Mengenai ruang lingkup dan rancangan surat kerasulan ini, sangat jelas bahwa surat ini memberitahukan dengan terus terang pemikiran-pemikiran, dan dengan yakin menegaskan pertimbangannya kepada orang-orang Ibrani mengenai keunggulan luar biasa dari Injil di atas hukum Taurat. Dan selanjutnya, untuk membebaskan mereka dari kewajiban-kewajiban upacara hukum Taurat yang begitu menambat hati mereka, dan yang begitu mereka sukai dan bahkan sayangi. Orang-orang Ibrani yang telah menjadi Kristen ternyata masih menyimpan terlampau banyak ragi lama, dan mereka perlu dibersihkan dari ragi itu. Rancangan surat kerasulan ini adalah untuk mengajak dan mendesak orang-orang Ibrani yang sudah mengaku percaya supaya tetap melekat erat kepada iman Kristen, dan tetap bertekun di dalamnya, walaupun harus menghadapi banyak penderitaan ketika menjalankan kebenaran itu. Untuk mencapai maksud itu, Rasul Paulus banyak berbicara tentang keunggulan Sang Pengarang Injil ini, yakni Yesus yang Mulia, yang kemuliaan-Nya dia tinggikan, dan dia utamakan melebihi siapa pun, dengan menunjukkan bahwa Dia menjadi segalanya, dan hal ini dilakukan dengan gaya penulisan yang menakjubkan dalam bahasa indah yang kudus. Harus diakui bahwa ada banyak hal yang sulit dimengerti di dalam surat kerasulan ini, namun kemanisan yang akan kita temukan di dalamnya akan membuat kita memperoleh ganti rugi yang berlimpah-limpah atas semua usaha yang kita lakukan untuk memahaminya. Dan sesungguhnya, jika kita membandingkan semua surat kerasulan di dalam Perjanjian Baru, kita tidak akan dapat menemukan surat lain yang lebih dilengkapi dengan pokok-pokok yang bersifat ilahi dan sorgawi dibandingkan dengan surat kepada orang-orang Ibrani ini.
Jerusalem: Ibrani (Pendahuluan Kitab) SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal da...
SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal dari pada tokoh-tokoh lain dalam Perjanjian Baru. Kedua sumber, yang masing-masing berdiri sendiri ini saling menguatkan dan melengkapi, meskipun ada kelainan-kelainan dalam soal-soal kecil. Kita malahan dapat menyusun suatu kronologi riwayat hidup Paulus secara lebih kurang teliti, karena bertepatannya beberapa peristiwa dalam riwayat hidup Paulus dengan kejadian-kejadian yang kita ketahui menurut ilmu sejarah, seperti waktunya Galio menjabat prokonsul di Korintus, Kis 18:12, dan tahun Festus menggantikan Feliks, Kis 24:27-25:1, sebagai wali negeri di Palestina.
Paulus dilahirkan di Tarsus di Kilikia, Kis 9:11; 21:39; 22:3, kira-kira tahun 10 Mas. dari keluarga Yahudi suku Benyamin, Rom 11:1; Flp 3:5 dan yang telah menjadi warga negara Roma, Kis 16:37 dst; 22:25-28; 23:27. Semasa mudanya Paulus dididik di Yerusalem oleh Gamaliel yang memberinya pengajaran mendalam tentang agama Yahudi sesuai dengan ajaran mazhad agama Kristen yang baru muncul, Kis 22:4 dst; 26:9-12; Gal 1:13; Flp 3:6, dan berurusan dengan pembunuhan atas diri Stefanus, Kis 7:58; 22:20; 26:10. Tetapi kira-kira tahun 34 seluruh hidup Paulus yang sedang di perjalanan ke kota Damsyik dirubah oleh penampakan Yesus yang telah bangkit dari alam maut. Tuhan yang bangkit menyatakan kepadanya benarnya agama Kristen dan bahwa tugasnya yang khas ialah mewartakan Injil kepada orang- orang bukan Yahudi, Kis 9:3-16 dsj; Gal 1:12, 15 dst; Ef 3:2. Sejak saat itu Paulus merelakan hidupnya untuk mengabdi Kristus, yang secara pribadi telah "menangkapnya" untuk dijadikan pengikutNya, Fil 3:12. Sesudah tinggal beberapa lamanya di Arabia, Paulus kembali ke Damsyik, Gal 1:17, dan mulai mewartakan Kristus di sana, Kis 9:20.
Sesudah sebentar mengunjungi Yerusalem, Gal 1:18; Kis 9:26-29, maka dalam tahun 39 Paulus pergi ke Siria dan Kilikia, Gal 1:21; Kis 9:30, sampai Barnabas mengajaknya kembali ke Antiokhia, di mana mereka mengajar bersama, Kis11:25 dst dan lihat 9:27. Dalam perjalanannya yang pertama (th 45-49) ke Siprus, Pamfilia, Pisidia dan Likaonia, Kis 13-14, Saulus mulai menggunakan nama Yunani-Latinnya Paulus untuk mengganti nama Yahudinya, yakni Saul, Kis 13:9. Karena berkarya dengan lebih baik, maka Paulus menyisihkan Barnabas, Kis 14:12. Dalam tahun 49, jadi empat belas tahun sudah bertobat, Gal 2:1, Paulus naik ke Yerusalem untuk ikut serta dalam "Konsili Para Rasul". Sebagian karena pengaruhnya Konsili itu menyetujui bahwa hukum Yahudi tidak mengikat orang-orang bukan Yahudi yang masuk Kristen, Kis 15; Gal 2:3-6. Tugas Paulus di antara orang-orang bukan Yahudi juga secara resmi diakui, Gal 2:7-9. Kemudian ia mengadakan perjalanan-perjalanan lagi. Perjalanan kedua (Kis 15:36-18:22) dan perjalanan ketiga (Kis 18:23 - Kis 21-17) masing-masing berlangsung dalam tahun 50-52 dan 55-58. Sehubungan dengan surat-surat Paulus perjalanan-perjalanan itu akan kita bicarakan lagi, oleh karena surat-suratnya itu ditulisnya justru selama di perjalanan-perjalanan itu. Tahun 58 ditahan di Yerusalem, Kis 21:27-23:22 dan dimasukkan ke dalam penjara sampai th 60, Kis 23:23-26. Dalam musim semi th 60 wali negeri Festus mengirimkannya ke Roma dengan pengawalan ketat, Kis 27:1-28:16. Sesudah di Roma di tahan dua tahun (th 61-63) Paulus dibebaskan karena tidak terbukti salah. Kemudian ia mungkin pergi ke negeri Spanyol, seperti yang direncanakannya, Rom 15:24, 28, tetapi surat-surat Pastoral (Tim, Tit) mengandaikan bahwa Paulus masih mengadakan perjalanan-perjalanan ke Timur. Penahanan Paulus yang kedua di Roma berakhir dengan kemartiran, sebagaimana diberitakan oleh tradisi yang paling tua; ini kiranya terjadi dalam th 67.
Kepribadian Paulus
Dari Kisah Para Rasul dan dari surat-surat Paulus juga mungkin mendapat gambaran jelas mengenai kepribadian dan perangai Sang Rasul.
Paulus adalah seorang yang semangatnya berapi-api dan yang dalam mengejar cita- citanya tidak tahu lelah atau menghitung jerih-payahnya. Pada pokoknya cita-cita Paulus ialah cita-cita keagamaan. Satu-satunya yang menjadi pusat perhatiannya ialah Allah. Dalam mengabdi Allah sebagai hamba setiawan ia menolak segenap kompromis dalam bentuk manapun. Itulah sebabnya maka mula-mula Paulus mengejar mereka yang dianggapnya sebagai bida'ah dan musuh Allah 1Tim 1:13; bdk Kis 24:5, 14, tetapi kemudian mewartakan Kristus, setelah berkat wahyu mengerti bahwa Dialah satu-satunya penyelamatan. Semangat yang tak bersyarat itu terungkap dalam kehidupan yang terdiri atas penyangkalan diri yang mutlak dan pengabdian kepada Dia yang dikasihi Paulus. Kerja keras dan lelah, haus, penderitaan, kemiskinan dan bahaya maut, 1Kor 4:9-13; 2Kor 4:8 dst; 6:4-10; 11:23-27, tidak dipedulikan sama sekali mana kala Paulus menunaikan tugas yang dianggapnya sebagai tanggung jawabnya 1Kor 9:16 dst. Tidak ada sesuatupun dari semuanya itu yang mampu memisahkan Paulus dari kasih Allah dan Kristus, Rom 8:35-39. Sebaliknya, semuanya itu dianggapnya barang berharga oleh karena menyerupai dirinya dengan Gurunya yang bersengsara dan tersalib, 2Kor 4:10 dst; Flp 3:10 dst. Kesadaran akan panggilannya yang tunggal membuat Paulus memiliki gairah akan yang luhur-luhur dan besar-besar. Kalau ia merasa dirinya bertanggung jawab akan semua jemaat, 2Kor 11:28; bdk Kol 1:24, dan berkata bahwa bekerja lebih dari pada yang lain-lain, 1Kor 15:10; bdk 2Kor 11:5, dan mengajak kaum beriman untuk mencontohnya, 2Tes 3:7+, maka keterangan semacam itu bukanlah kesombongan, melainkan kebanggaan orang suci yang rendah hati. Sebab Paulus juga mengakui dirinya sebagai yang paling hina di antara sekalian orang Kudus, 1Kor 15:9; Ef 3:8, karena telah menganiaya jemaat Allah; karya-karya besar yang dilaksanakannya dianggap berasal dari Tuhan yang berkarya di dalam dirinya, 1Kor 15:10; 2Kor 4:7; Flp 4:13; Kol 1:29; Ef 3:7.
Semangat hatinya yang halus nampak dalam sikap Paulus terhadap kaum beriman. Ia mempercayai sungguh-sungguh orang-orang Filipo yang masuk Kristen, Flp 1:7 dst; 4:10-20; ia menaruh perasaan mendalam terhadap jemaat di Efesus, Kis 20:17-38; hatinya memanas, kalau orang-orang beriman di Galatia membiarkan dirinya dibujuk untuk meninggalkan kepercayaan sejati, Gal 1:6; 3:1-3, dan ia sedih terkejut karena ketidak-tetapan hati yang sombong pada orang-orang di Korintus, 2Kor 12:11-13:10. Untuk menetapkan yang lincah-lincah Paulus tahu bagaimana bersikap ironi, 1Kor 4:8; 2Kor 11:7; 12:13, dan bahkan melontarkan teguran tegas, Gal 3:1-3; 4:11; 1Kor 3:1-3; 5:1-2; 6:5; 11:17-22; 2Kor 11:3 dst. Tetapi selalu hanya demi kebaikan kaum beriman, 2Kor 7:8-13. Dan segera Paulus memperlunak tegurannya dengan kehalusan hati yang penuh kasih sampai mengharukan hati, 2Kor 11:1-2; 12:14 dst : Bukankah hanya Pauluslah bapa mereka, 1Kor 4:14 dst; 2Kor 6:13; bdk 1Tes 2:11; Flm 10, bahkan ibu mereka, 1Tes 2:7; Gal 4:19? Maka segera pulih kembali hubungan-hubungan baik seperti dahulu, Gal 4:12-20; 2Kor 7:11-13.
Sesungguhnya Paulus tidak mau pertama-tama menegur kaum beriman, tetapi para lawan yang berusaha membujuk dan menyesatkan mereka: orang-orang Yahudi yang di mana-mana melawan dan menghalangi Paulus, Kis 13:45, 50; 14:2, 19; 17:5, 13; 18:6; 19:9; 21:27, ataupun orang-orang Kristen ke-Yahudian yang ingin membebankan kuk hukum Taurat pada mereka yang oleh Paulus direbut bagi Kristus, Gal 1:7; 2:4; 6:12 dst. Terhadap golongan-golongan itu Paulus tidak kenal ampun, 1Tes 2:15 dst; Gal 5:12; Flp 3:2. Gairah mereka yang sombong dan "kedagingan" dihadapi Paulus dengan daya rohani sejati yang menyatakan diri melalui kepribadiannya yang lemah, 2Kor 10:1-12:2, dan dengan sikap jujurnya yang membuktikan Paulus tidak mencari keuntungan sendiri, Kis 18:3. Ada sementara orang yang berkata bahwa para lawan Paulus ialah para rasul di Yerusalem. Tetapi pendapat itu tidak dapat dibuktikan. Terlebih-lebih lawan Paulus itu Yalah orang-orang Yahudi yang masuk Kristen dan ingin memaksakan adat-kebiasaan sendiri kepada orang-orang lain. Mereka menyalah-gunakan nama Petrus, 1Kor 1:12, dan Yakobus, Gal 2:12 untuk menurunkan kweibawaan Paulus. Sebaliknya, Paulus sendiri selalu menghormati wewenang para rasul sejati, Gal 1:18; 2:2, walaupun mempertahankan bahwa sebagai saksi Kristus setra dengan merek, Gal 1:11 dst; 1Kor 9:1; 15:8-11. Kalaupun terjadi bahwa sehubungan dengan perkara tertentu Paulus menentang Petrus, Gal 2:11-14, namun Paulus selalu menyatakan dirinya orang yang suka berdamai, Kis 21:18-26. Dengan seksama ia mengorganisasi pengumpulan dana untuk orang-orang Kristen yang miskin di Yerusalem, Gal 2:10, karena ia beranggapan ini jaminan paling baik bagi persatuan antara orang-orang Kristen bekas kafir dengan Jemaat Induk di Yerusalem, 2Kor 8:14; 9:12-13; Rom 15:26 dst.
Paulus sebagai Pewarta Injil
Pewartaan Paulus pertama-tama kerigma rasuli, Kis 2:22+, Kerigma itu ialah: pemberitaan tentang Yesus yang telah disalibkan tapi dibangkitkan dari alam maut, sesuai dengan Kitab Suci, 1Kor 2:2; 5:3-4; Gal 3:1. Apa yang disebutkan Paulus sebagai "Injilku", Rom 2:16; 16:25, sesungguhnya bukanlah Injilnya sendiri, melainkan Injil yang umum dipercaya, Gal 1:6-9; 2:2; Kol 1:5-7, tetapi khususnya disesuaikan dengan dan diterapkan pada pertobatan orang-orang bukan Yahudi, Gal 1:16; 2:7-9, sehaluan dengan kebijaksanaan universalis yang sudah dimulai di Anthiokhia. Paulus setia pada tradisi rasuli yang ada kalanya dikutip olehnya, 1Kor 12:23-25; 15:3-7, dan selalu diandaikannya; sudah barang tentu tradisi rasuli itu sangat berjasa bagi Paulus. Meskipun kiranya tidak pernah melihat Yesus selama hidupNya di dunia ini, bdk 2Kor 5:16+, namun Paulus sangat mengenal ajaranNya, 1Tes 4:15; 1Kor 7:10 dst; Kis 20:35. Selebihnya ia juga seorang saksi langsung dan keyakinannya yang tak tergoncangkan itu berdasar sebuah pengalaman pribadi: sebab iapun "melihat" Kristus, mula-mula di dekat Damsyik, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8; dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 22:17-21, Ia telah mengalami penglihatan- penglihatan dan pernyataan-pernyataan Tuhan, 2Kor 12:1-4. Maka apa yang diterimanya dari tradisi itu sungguh-sungguh dapat dianggapnya sebagai pemberitahuan langsung oleh Tuhan, Gal 1:12; 1Kor 12:23.
Ada kalanya orang berkata bahwa pengalaman-pengalaman mistik tersebut disebabkan oleh temperamen yang berlebih-lebihan dan sakit-sakitan. Tetapi dugaan itu tidak mempunyai dasar sedikitpun. Memanglah Paulus kena penyakit di Galatia, Gal 4:13- 15, tetapi penyakit itu kiranya tidak lain kecuali serangan malaria, sedangkan "duri dalam daging", 2Kor 12:7, boleh jadi permusuhan terus menerus dari pihak orang-orang Yahudi, kaum sebangsanya "secara jasmani", Rom 9:3. Paulus ternyata tidak mempunyai daya khayal yang berlebih-lebihan mengingat sedikit-sedikitnya gambaran lazim yang ia pakai: gelanggang pertandingan, 1Kor 9:24-27; Flp 3:12- 14; 2Tim 4:7 dst, laut, Ef 4:14, pertanian, 1Kor 3:6-8, dan bangunan, 1Kor 3:10- 17; Rom 15:20; Ef 2:20-22; kedua gambar terakhir suka digabungkan serta dicampur-adukkannya, 1Kor 3:9; Kol 2:7; Ef 3:17; bdk Kol 2:19; Ef 4:16. Paulus nampaknya lebih-lebih seorang intelektuil. Hati yang berapi-api bersatu-padu dengan akal jernih dan tidak segera puas; akal yang dengan teliti membentangkan kepercayaan Kristen sesuai dengan kebutuhan para pendengar. Berkat sifat Paulus itulah kita mendapat ulasan-ulasan yang mengagumkan sekitar kerigma dan yang bersesuaian dengan keadaan nyata. Sudah barang tentu jalan pikiran Paulus itu bukanlah jalan pikiran manusia dewasa ini. Ada kalanya Paulus mengemukakan dalil-dalilnya seperti para rabi mengemukakannya dan sesuai dengan metode penafsiran yang diterima Paulus dari lingkungan serta pendidikannya (misalnya: 3:16; 4:21-31). Tetapi bakat Paulus mendobrak warisan tradisionil yang terbatas itu. Dan melalui saluran-saluran yang bagi kita kurang lebih ketinggalan zaman Paulus mengalirkan suatu pengajaran yang mendalam.
Memanglah Paulus adalah seorang Yahudi, tetapi seorang Yahudi yang memiliki bagian kebudayaan Yunani cukup besar. Mungkin ini mulai diperolehnya semasa mudanya di Tarsus dan kemudian di perkaya karena Paulus sering berjumpa dengan dunia Yunani-Romawi. Pengaruh dari kebudayaan Yunani itu tercermin baik dalam jalan pikiran Paulus maupun dalam bahasa serta gaya bahasanya. Ada kalanya Paulus mengutip penulis-penulis Yunani, 1Kor 15:33; Tit 1:12; Kis 17:28, dan ia pasti mengenal filsafat populer yang berdasar atas mazhab Stoa; dari padanya ia meminjam gagasan-gagasan (misalnya: perginya jiwa yang terpisah dari badan ke dunia ilahi 2Kor 5:6-8; "pleroma" kosmis, Kol dan Ef) dan rumus-rumus tertentu (1Kor 5:6-8; Rom 11:36; Ef 4:6). Dari mazhab Stoa yang berhaluan sinis Paulus mengambil alih apa yang disebutkan sebagai "diatribe", yalah suatu metode argumentasi yang terdiri atas pertanyaan dan jawaban pendek, Rom 3:1-9, 27-31, dan dari situpun berasal ulasan-ulasannya, di mana kata demi kata beruntun, sebagaimana lazim dalam seni pidato. Mana kala menggunakan kalimat panjang dan padat, di mana anak-anak kalimat bergelombang-gelombang desak-mendesak, Ef 1:3- 14; Kol 1:9-20, maka Paulus masih juga dapat menemukan contoh-contohnya dalam kesusasteraan keagamaan di dunia Yunani. Biasanya Paulus memakai bahasa Yunani sebagai bahasa ibu yang kedua, Kis 21:40, dan dengan mahirnya, sehingga hanya sedikit semitisme terdapat. Bahasa Yunani yang dipakai ialah bahasa Yunani yang lazim di zamannya, yakni bahasa "koine", yang baik tanpa peniruan bahasa kuno. Paulus memang tidak suka akan kehalusan yang dibuat-buat seperti lazim dalam seni pidatoo insani, sebab kekuatannya untuk meyakinkan hanya mau diambilnya dari daya Firman kepercayaan yang didukung "tanda-tanda" yang dikerjakan Roh Kudus, 1Tes 1:5; 1Kor 2:4 dst; 2Kor 11:6; Rom 15:18. Bahkan terjadi pula bahwa pengungkapannya kurang tepat dan tidak diselesaikan, 1Kor 9:15. Acuan bahasa tidak mampu menampung pemikiran yang meluap-luap dan perasaan yang terlalu hebat. Dengan kekecualian yang jarang terjadi, bdk Flm 10, Paulus biasanya mendikte surat-suratnya, Rom 16:22, sebagaimana lazim di zaman dahulu dan hanya salam terakhir ditulisnya dengan tangan sendiri, 2Tes 3:17; Gal 6:11; 1Kor 16:21; Kol 4:18. Ada bagian-bagian dalam surat-suratnya yang memberi kesan bahwa masak-masak dipikirkan (misalnya: Kol 1:15-20), tetapi kebanyakan dituliskan sekali jadi dan secara spontan tanpa dikoreksi. Kendati kekurangan-kekurangan itu, bahkan mungkin karena kekurangan-kekurangannya, gaya bahasa cekatan itu berisi secara luar-biasa. Sudah barang tentu pemikiran yang begitu mendalam dan yang terungkap dengan bahasa yang menyala itu tidak mudah dibaca (2Ptr 3:16). Namun demikian pemikiran Paulus menyajikan beberapa nas yang daya keagamaannya dan bahkan gaya sastranya barangkali tidak ada tara bandingnya dalam sejarah kesusasteraan manusia.
Surat-surat yang diwariskan Paulus itu semuanya ditulis dengan alasan khusus. Ini tak pernah boleh dilupakan. Surat-surat itu bukan risalah ilmu ketuhanan, melainkan merupakan tanggapan terhadap keadaan tertentu. Surat-surat itu sungguh-sungguh surat yang sesuai dengan surat-menyurat yang lazim di zaman itu, Rom 1:1+. Namun demikian tulisan-tulisan Paulus bukan surat pribadi belaka dan bukan pula "surat" yang hanya nampaknya surat saja, sedangkan pada kenyataannya adalah karya sastra. Surat-surat Paulus berupa uraian-uraian yang ditujukan kepada pembaca-pembaca tertentu dan melalui mereka kepada semua kaum beriman. Maka dalam surat-surat itu jangan dicari kupasan-kupasan teratur dan lengkap yang mengungkapkan seluruh pemikiran Paulus. Di belakang tulisan-tulisan itu tetap membayang perkataan yang secara lisan dibawakan dan surat-surat itu seolah-olah memberi komentar atas beberapa pokok khusus. Namun demikian, nilai surat-surat Paulus tidak teratasi, apa lagi karena isi serta perbedaan- perbedaannya memungkinkan orang menemukan apa yang pokok dalam pewartaan Paulus. Tidak peduli mengapa ia menulis atau kepada siapa ia menulis, karya Paulus berdasarkan ajaran yang pada pokoknya sama. Ajaran itu berpusatkan Kristus yang wafat dan dibangkitkan. Hanya ajaran pokok itu disesuaikan, berkembang dan menjadi semakin berisi selama kehidupan Paulus yang menjadi segala-gala untuk semua orang, 1Kor 9:19-22. Ada sementara penafsir yang mengatakan bahwa Paulus sesungguhnya seorang "peramu" yang sesuai dengan keperluan memungut pandangan- pandangan yang berlain-lainan dan ada kalanya bertentangan satu sama lain; Paulus sendiri tidak menilai pandangan-pandangan itu seolah-olah mutlak tepat dan benar; ia hanya menggunakannya saja untuk menarik hati orang kepada Kristus. Langsung bertentangan dengan pendapat dengan pendapat tersebut ada orang yang berkata tentang "kekakuan" Paulus. Menurut pendapat ini maka pemikiran Paulus sejak awal mula ditetapkan dan selanjutnya tidak mengalami perkembangan lagi. Semua sudah tetap dan selesai akibat pengalaman Paulus waktu bertobat. Kebenaran terletak di tengah kedua ujung itu : teologi Paulus memang berkembang menurut suatu garis bersinambung, tetapi sungguh ada perkembangan di bawah dorongan Roh Kudus yang membimbing karya kerasulan Paulus. Dan perkembangan benar tapi lurus akhirnya sampai kepada kepenuhan sebagaimana memuncak dalam surat-surat itu sesuai dengan urutannya dalam waktu, orang dapat mengenali tahap-tahap perkembangan pemikiran Paulus. Memanglah urutan dalam waktu itu bukanlah urutan surat-surat Paulus dalam daftar kitab-kitab Perjanjian Baru. Dalam daftar itu surat-surat itu dideretkan sesuai dengan panjangnya.
1 dan 2 Tes; th. 50-51
Surat-surat Paulus yang pertama ditujukan kepada jemaat Kristen di kota Tesalonika. Di musim panah th. 50 Paulus mewartakan Injil di kota itu waktu perjalanannya yang kedua, Kis 17:1-10. Terpaksa oleh permusuhan dari pihak orang-orang Yahudi Paulus pergi ke Berea dam daro sana ke Atena dan Korintus. Di kota terakhir inilah kiranya 1Tes ditulis selama musim dingin th 50-51. Silas dan Timotius menemani Paulus di Korintus. Timotius untuk kedua kalinya pergi ke Tesalonika dan dari situ membawa berita-berita yang menggembirakan. Ini menyebabkan peluapan hati yang terungkap dalam 1Tes 1-3. Kemudian menyusullah dalam surat ini serentetan anjuran praktis, 1Tes 4:1-12; 5:12-28. Di antara kedua bagian itu disisipkan suatu jawaban atas soal tentang nasib orang-orang yang sudah meninggal dan Parusia Kristus, 1Tes 4:13-5:11. Surat 2Tes kiranya ditulis di kota Korintus juga beberapa bulan kemudian. Surat ini berisikan beberapa petunjuk praktis, 1; 2:13-3:15, dan sebuah instruksi lagi mengenai kapan Parusia akan terjadi dan mengenai "tanda-tanda" yang mesti mendahului kedatangan Tuhan, 2:1-12.
Ditinjau dari segi sastra maka antara 2Tes dan 1Tes ada kesamaan yang menyolok, sehingga ada sejumlah ahli yang menganggap 2Tes sebagai pemalsuan oleh seseorang yang mencuri gagasan-gagasan Paulus sementara juga meniru gaya bahasanya. Tetapi sukar sekali melihat mengapa seseorang membuat pemalsuan itu. Keterangan lain lebih sederhana dan lebih masuk akal, yaitu: Paulus sendirilah yang ingin lebih jauh menjelaskan dan meluruskan pengajarannya mengenai akhir zaman, lalu menulis surat ini dnegan mengulangi beberapa keterangan dari surat pertama. Memanglah kedua tulisan itu tidak bertentangan satu sama lain, tetapi malahan saling melengkapi. Dan tradisi Gereja dahulu juga jelas mengatakan bahwa kedua surat itu ditulis oleh Paulus.
Kedua surat ini tidak hanya penting oleh karen sudah memperkenalkan pangkal beberapa pikiran Paulus yang dalam surat-surat lain diperkembangkan, tetapi terutama karena ajarannya mengenai Parusia. Ternyatalah bahwa dalam tahap permulaan karya kerasulanNya pemikiran Sang Rasul berpusatkan kebangkitan Kristus dan kedatanganNya yang mulia yang membawa keselematan bagi mereka yang percaya kepadaNya, biar sudah mati sekalipun, 1Tes 4:13-18. Kedatangan Kristus yang mulia itu dilukiskan Paulus sesuai dengan apa yang lazim dalam sastra apokaliptik Yahudi dan dalam agama Kristen purba (bdk wejangan Yesus tentang akhir zaman yang termuat dalam injil-injil sinoptik, khususnya dalam injil Mat). Sama seperti Yesus demikianpun Paulus ada kalanya menekankan dekatnya kedatangan Tuhan yang tidak mungkin diketahui kapannya dan yang menuntut bahwa orang bersiap-siaga, 1Tes 5:1-11, sehingga memberikan kesan bahwa ia sendiri serta sidang pembacanya akan mengalaminya selama masih hidup, 1Tes 4:17; tetapi ada kalanya iapun mencoba meredakan rasa cemas kaum beriman yang digelisahkan oleh pandangan semacam itu. Maka ia mengingatkan mereka bahwa Hari Tuhan belum juga tiba dan mesti didahului beberapa tanda tertentu, 2Tes 2:1-12. Bagaimana ujud tanda-tanda itu bagi kita maupun bagi para pembaca dahulu tidak jelas. Rupanya Paulus memikirkan Si Antikrist sebagai seorang pribadi yang baru akan tampil pada akhir zaman. Ungkapan "apa yang menahan dia", 2Tes 2:6, menurut sementara ahli mengenai kerajaan Romawi dan menurut sementara ahli lain pewartaan Injil, sehingga maksud keterangan itu tetap kabur juga.
1 dan 2 Kor; th. 57
Selama delapan belas bulan lebih, Kis 18:1-16, mewartakan Injil di Korintus, dari akhir th. 50 sampai pertengahan th. 52, Paulus menulis kedua suratnya kepada jemaat di Tesalonika. Sesuai dengan kebijaksanaannya yang lazim, ialah menanamkan kepercayaan Kristen di pusat-pusat besar, Paulus ingin menanamkan kepercayaan kepada Kristus di kota pelabuhan ternama yang banyak penduduknya itu juga. Dari situ kepercayaan itu dapat merambat ke seluruh Akhaia, 2Kor 1:1; 9:2. Pada kenyataannya ia berhasil mendirikan sebuah jemaat kuat di sana, terutama di kalangan masyarakat rendahan, 1Kor 1:26-28. Tetapi kota besar itu adalah sebuah sarang kebudayaan Yunani, di mana berhadap-hadapan macam-macam aliran filsafah dan agama, sedangkan kebejatan susila memberinya nama yang buruk. Perjumpaan agama Kristen dengan pusat kekafiran itu tidak dapat tidak menimbulkan banyak persoalan bagi mereka yang baru masuk Kristen. Dalam kedua surat yang dituliskannya kepada jemaat itu, Paulus berusaha memecahkan soal-soal itu.
Bagaimana kedua surat itu lahir sudah cukup jelas, kendati keraguan yang masih ada mengenai beberapa hal kecil. Sebelum surat pertama yang tercantum dalam Kitab Suci telah ada surat yang mendahului, 1Kor 5:9-13. Tetapi surat, yang waktunya ditulis tidak diketahui ini tidak tersimpan. Kemudian, menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (th. 54-57) dalam menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (54-57) dalam perjalanannya yang ketiga, Kis 19:1-20, datanglah dari Korintus suatu utusan yang menyodorkan beberapa masalah, 1Kor 16:17, dan di samping itu Paulus menerima berita mengenai jemaat di Korintus melalui Apolos, Kis 18:27 dst; 1Kor 16:12, dan beberapa orang dari keluarga Khloe, 1Kor 1:11. Maka Paulus merasa terdorong menulis sepucuk surat lagi, yakni surat 1Kor kita. Ia ditulis sekitar Paskah th. 57 (1Kor 5:7 dst; 16:5-9 dibandingkan dengan Kis 19:21). Selang beberapa waktu muncullah di Korintus semacam krisis dan terpaksa Paulus mengunjungi jemaat sebentar dan kunjungan itu tidak menyenangkan, 2Kor 1:23-2:1; 12:14; 13:1-2. Selama kunjungan itu Paulus berjanji tidak lama lagi akan kembali untuk beberapa lamanya, 2Kor 1:15-16. Tetapi terjadi sesuatu dan rupanya kewibawaan Paulus dalam diri seorang utusannya dirongrong, 2Kor 5:10; 7:12. Maka sebagai pengganti kunjungan yang dijanjikan dahulu itu Paulus mengirim sepucuk surat tajam yang ditulisnya dengan mencucurkan "banyak air mata", 2Kor 2:3 dst, 9. Surat ini membawa hasil yang menyenangkan, 2Kor 7:8-13. Kabar gembira tentang hasil itu diterimanya dari Titus, 2Kor 2:12 dst; 7:5-16 di Makedonia, setelah Paulus terpaksa meninggalkan Efesus akibat krisis hebat di sana, yang tidak kita ketahui ujudnya, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10; Kis 19:23-40. Maka menjelang akhir th. 57 ia menulis 2Kor. Kemudian ia mengadakan perjalanan kiranya melalui Korintus, Kis 20:1 dst; bdk 2Kor 9:5; 12:14; 13:1, 10, menuju Yerusalem, tempat ia ditahan dan dipenjarakan.
Ada yang berpendapat bahwa 2Kor 6:14-7:1 merupakan kepingan dari surat pertama yang hilang itu, dan 2Kor 10-13 bagian dari surat yang ditulis dengan "mencucurkan banyak air mata". Hanya sukar dibuktikan meskipun mesti diakui bahwa bagian-bagian tersebut kurang cocok dengan konteksnya sekarang, 2Kor sesungguhnya melanjutkan 6:13, sementara kesan bahwa 6:14-7:1 berupa sisipan dikuatkan oleh kesamaan menyolok antara bagian ini dengan naskah-naskah kaum Eseni yang ditemukan di Qumran. Dan juga nada keras dalam 2Kor 10-13 kurang sesuai dengan nada ramah yang meresap ke dalam sembilan bab dahulu. Akhirnya 9:1 mengherankan sedikit sesudah apa yang dikatakan dalam bab 8, sehingga orang menduga bahwa aslinya adalah dua surat kecil tersendiri mengenai pengumpulan dana. Dengan demikian tidak dikatakan bahwa bagian-bagian itu tidak berasal dari Paulus. Tetapi sangat mungkin bahwa bagian-bagian tersebut ada macam-macam asal- asulnya. Baru kemudian kiranya dikumpulkan, yakni waktu kumpulan tulisan-tulisan Paulus dibuat.
Surat-surat kepada jemaat di Korintus itu dengan bagus dan tepat menyoroti watak dan semangat Paulus, tetapi juga menyajikan suatu ajaran yang penting sekali. Di dalamnya ditemukan, khususnya dalam 1Kor, informasi dan keputusan-keputusan mengenai beberapa soal yang membingungkan jemaat Kristen purba dan tentang cara hidup jemaat itu, baik sehubungan dengan keadaan umat sendiri, seperti kemurnian akhlak. 1Kor 5:1-13; 6:12-20, perkawinan dan hidup wadat, 7:1-40, pertemuan keagamaan dan perayaan Ekaristi, 11-12, penggunaan karunia-karunia Roh Kudus (kharismata, 12:1-14:40, maupun sehubungan dengan relasi jemaat dengan dunia luar, seperti naik banding ke pengadilan negeri, 6:1-11, dan memakan makanan yang dipersembahkan kepada berhala, 8-10. Kesemuanya itu hanya berupa pemecahan soal suara hati atau pengaturan ibadat, kalau bakat Paulus tidak merobahnya menjadi kesempatan baik untuk mengemukakan pandangan mendalam mengenai kebebasan hidup Kristen, pengudusan tubuh, keunggulan kasih dan persatuan dengan Kristus. Sewaktu terpaksa membala jabatannya sebagai rasul sejati, 2Kor 10:1-13:14, Paulus mengemukakan pikiran-pikiran unggul mengenai karya kerasulan pada umumnya, 2 Kor 8-9, disinari cahaya persatuan antar-jemaat yang diidam-idamkan. Seluruh ulasan mengenai kebangkitan badan, 1Kor 15, berlatar-belakang eskatologi yang menjadi landasannya. Hanya penggambaran apokaliptis seperti terdapat dalam 1Tes dan 2Tes diganti dengan pembahasan yang lebih rasionil, yang dapat membenarkan harapan yang sukar dicernakan orang-orang Yunani itu. Penyesuaian Injil dengan dunia baru yang dimasukinya itu terutama ternyata dalam cara Paulus mempertentangkan kebodohan Salib dengan hikmat Yunani. Kepada orang-orang Korintus yang terpecah- belah menjadi kelompok yang masing-masing membanggakan gurunya serta bakat- bakatnya, Paulus mengingatkan bahwa hanya ada satu Guru saja, ialah Kristus, dan hanya satu Kabar Gembira yaitu: hanya Salib saja yang menyelamatkan; dan itulah hikmat sejati, 1Kor 1:10-4:13. Dengan jalan itu maka terpaksa oleh keadaan dan tanpa meniadakan pandangan akhir zaman, Paulus sampai menekankan hidup Kristen sekarang yang merupakan persekutuan dengan Kristus yang terwujud oleh pengetahuan sejati ialah kepercayaan. Nanti sebagai akibat krisis di Galatia dan sehubungan dengan agama Yahudi Paulus masih lebih memperdalam hidup Kristen sekarang itu.
Gal dan Rom; th 57-58
Adapun surat kepada jemaat-jemaat di Galatia dan surat kepada jemaat di Roma perlu dibicarakan bersama-sama, sebab keduanya mengupas persoalan yang sama. Surat kepada jemaat-jemaat di Galatia berupa tanggapan langsung terhadap keadaan tertentu, sedangkan surat kepada jemaat di Roma berupa sebuah risalah lebih lengkap yang dengan tenang dikarang dan mengatur gagasan-gagasan yang ditimbulkan oleh pertikaian di Galatia itu. Hubungan erat kedua surat itu adalah argumen paling kuat melawan pendapat sementara ahli yang mengemukakan bahwa surat kepada jemaat-jemaat di Galatia itu ditulis pada permulaan karya Paulus, bahkan sebelum konsili Yerusalem dalam th. 49. Menurut pendapat tersebut kunjungan kedua Paulus ke Yerusalem, yang diceritakan dalam Gal 2:1-10, adalah sama dengan kunjungan kedua yang disebut dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang di dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang dikisahkan Kis 15:2-30 (ini memang cukup berbeda dengan cerita Paulus dalam Gal). Selebihnya rupanya Paulus tidak tahu- menahu tentang keputusan Konsili Yerusalem (Kis 15:20, 29; bdk Gal 2:6), sehingga suratnya kepada jemaat-jemaat di Galatia harus sudah ditulis sebelum Konsili Yerusalem. Untuk menyetujui pendapat itu cukuplah diandaikan bahwa "orang-orang Galatia" itu tidak lain kecuali orang-orang Likaonia dan Pisidia, yang kepadanya Injil diwartakan oleh Paulus sewaktu perjalanannya yang pertama. Pergi-pulangnya Paulus dapat juga menerangkan kedua kunjungan yang kiranya diandaikan dalam Gal 4:13. Namun demikian itu kurang berdasar. Meskipun benar bahwa sejak th. 36-25 seb. Mas. daerah Likaonia dan Pisidia dalam administrasi negara tergabung dengan daerah Galatia, namun dalam bahasa sehari-hari selama abad I Mas. daerah Galatia yang sebenarnya terus disebut demikian. Daerah Galatia terletak lebih ke utara. Khususnya sukar diterima bahwa penduduk Likaonia dan Pisidia dikatakan "orang-orang Galatia", Gal 3:1. Kecuali itu pengandaian yang sukar diterima itu tidak perlu sama sekali. Kunjungan kedua yang disebut dalam Gal 2:1-10, lebih mudah dapat disamkan dengan kunjungan ketiga yang diceritakan dalam Kis 15 (memanglah ada kesamaan yang menyolok juga) dari pada dengan yang kedua, Kis 11:30; 12:25. Kunjungan yang kedua itu nampaknya begitu kurang penting, sehingga didiamkan oleh Paulus dalam argumentasinya (Gal). Dan bahkan boleh jadi bahwa sama sekali tidak ada kunjungan kedua dalam Kis. oleh karena Lukas barangkali menggarap dua sumber berbeda-beda mengenai peristiwa yang sama (bdk Kis, Pengantar dan Kis 11:30+). Maka surat kepada jemaat-jemaat di Galatia ditulis sesudah Konsili Yerusalem. Memang Paulus tidak berkata-kata tentang keputusan yang diambil Konsili itu, tetapi boleh jadi keputusan itu sesungguhnya diambil kemudian dari itu (bdk Kis 15:1+). Kalau demikian maka mudah juga dipahami sikap Petrus yang ditegur oleh Paulus menurut Gal 2:11-14. Maka orang-orang yang dialamati surat itu benar- benar penduduk daerah "Galatia" yang ditempuh Paulus dalam perjalanannya yang kedua dan yang ketiga, Kis 16:6; 18:23. Boleh jadi surat itu ditulis di kota Efesus, atau barangkali di Makedonia sekitar th. 57.
Tidak lama berselang menyusullah surat kepada jemaat di Roma. Paulus sedang berada di Korintus (musim dingin th. 57/58) dan mempersiapkan diri untuk pergi ke Yerusalem. Dari sana ia mau singgah di Roma dalam perjalanan ke Spanyol, Rom 15:22-32; bdk 1Kor 16:3-6; Kis 19:21; 20:3. Paulus tidak mendirikan jemaat di Roma dan informasi-informasi yang diperolehnya tentang jemaat itu, boleh jadi mulai orang seperti Akwila, Kis 18:2 tidak lengkap tetapi separuh-separuh saja. Dari keterangan-keterangan yang tercantum dalam surat itu hanya dapat disimpulkan bahwa jemaat itu terdiri dari orang-orang bekas Yahudi dan bekas kafir dan kedua golongan itu condong saling meremehkan. Karena demikian keadaan jemaat di Roma maka Paulus menganggap baik mempersiapkan kunjungannya dengan mengirimkan sepucuk surat melalui diakones Febe, Rom 16:1. Di dalamnya ia mengemukakan pendapatnya bagaimana mesti dipecahkan masalah hubungan antara agama Yahudi dan agama Kristen; pikirannya di bidang itu menjadi masak akibat krisis di Galatia. Dengan maksud tersebut Paulus mengatur dan memungut secara saksama dan dengan halus gagasan-gagasan yang sudah terungkap dalam Gal. Surat Gal ini berupa luapan hati, di mana pembelaan diri, 1:11-2:21, disusul sebuah pembuktian berupa ajaran, 3:1-4:31 dan peringatan-peringatan keras, 5:1 6:18. Sebaliknya, Rom berupa sebuah ulasan teratur, di mana bagian-bagiannya susul- menyusul secara tertib dengan berpedoman beberapa pokok yang terlebih dahulu diperkenalkan, lalu diuraikan.
Sama seperti halnya dengan surat-surat kepada jemaat di Korintus, demikianpun tidak ada seorangpun yang sungguh-sungguh meragukan bahwa Rom ditulis oleh Paulus. Paling-paling orang menanyakan apakah bab 15 dan 16 barangkali kemudian ditambahkan. Terutama bab 16 yang berisikan banyak salam kepada macam-macam orang barangkali aslinya sebuah surat kecil kepada jemaat di Efesus. Tetapi bab 15 tidak dapat dipisahkan dari surat Rom itu, meskipun beberapa naskah menaruh Rom 16:25-27 pada akhri bab 14 sebagai kata penutup. Ada sejumlah ahli yang mempertahankan bahwa juga bab 16 karangan Paulus yang asli. Mereka mencatat bahwa Paulus dapat berkenan dengan banyak saudara dari Roma yang dahulu diusir oleh Kaisar Klaudius, lalu kembali ke Roma. Dan bagi Sang Rasul memang penting menggaris bawahi hubungan dengan jemaat yang belum mengenal Paulus itu. Adapun doksologi dalam 16:25-27 memang mempunyai ciri-ciri khas dalam gaya bahasanya. Tetapi ini tidak cukup untuk menolak keasliannya, walaupun barangkali ditulis kemudian dari Rom.
Sedangkan surat-surat kepada jemaat di Korintus memperlawankan Kristus sebagai Hikmat Allah dengan hikmat dunia yang sia-sia, maka surat-surat kepada jemaat- jemaat di Galatia dan Roma mempertentangkan Kristus sebagai Pembenaran dari Allah dengan pembenaran yang oleh manusia dikirakan dapat diperoleh dengan usahanya sendiri. Di Korintus semangat Yunanilah yang membahayakan pendirian tepat karena terlalu membanggakan akal-budi manusia sendiri. Di Galatia orang- orang ke-Yahudian datang mengatakan bahwa kaum beriman harus bersunat dan menaklukkan diri kepada hukum Taurat, kalau mau diselamatkan. Paulus sekuat tenaga melawan propaganda dan ajaran itu oleh karena berarti mundur selangkah dan menyia-nyiakan karya Kristus, Gal 5:4. Dengan tidak menyangkal nilai tata penyelamatan lama Paulus menentukan batasnya, oleh karena hanya tahap sementara dalam seluruh rencana penyelamatan Allah. Gal 3:23-25. Hukum Musa pada dirinya baik dan suci, Rom 7:12, dan sungguh-sungguh menyatakan kehendak Allah. Tetapi hukum Taurat tidak memberi manusia daya batiniah untuk menepatinya; dengan jalan itu hukum Taurat tidak hanya membuat manusia menjadi sadar akan dosanya dan kebutuhannya akan pertolongan dari Pihak Allah, Gal 3:19-22; Rom 3:20; 7:7-13. Adapun pertolongan yang berupa karunia belaka itu dahulu dijanjikan kepada Abraham sebelum hukum Taurat diberikan, Gal 3:16-18; Rom 4, dan dianugerahkan oleh Yesus Kristus : kematian dan kebangkitanNya sudah menghancurkan kemanusiaan lama yang diracuni dosa Adam dan menciptakan kemanusiaan baru Yesus yang menjadi prototipnya, Rom 5:12-21. Setelah bergabung dengan Kristus melalui kepercayaan dan dijiwai oleh Roh Kudus, maka manusia selanjutnya dengan cuma-cuma menerima pembenaran sejati dan dapat hidup sesuai dengan kehendak Allah, Rom 8:1-4. Memanglah kepercayaan manusia harus menjadi nyata dalam pekerjaan, tetapi pekerjaan yang dilaksanakan berkat daya Roh Kudus, Gal 5:22-25; Rom 8:5-13, itu bukan lagi pekerjaan hukum Taurat yang padanya orang-orang Yahudi dengan angkuhnya menaruh kepercayaannya. Pekerjaan-pekerjaan itu dapat dilaksanakan oleh semua yang percaya kepada Kristus, meski datang dari kekafiran sekalipun, Gal 3:6-9, 14; Rom 4:11. Maka tata penyelamatan Musa yang bernilai sebagai persiapan sekarang sudah ketinggalan zaman. Orang-orang Yahudi yang mau terus berpegang padanya sesungguhnya menempatkan diri di luar keselamatan yang sebenarnya. Allah mengizinkan mereka menjadi "buta", supaya kaum kafir dapat memperoleh keselamatan. Namun demikian orang-orang Yahudi tidak untuk selama- lamanya kehilangan kepilihannya dahulu, sebab Allah memang setia; ada sementara orang-orang Yahudi, yaitu "sisa kecil" yang dinubuatkan para nabi, sudah sampai percaya: dan nanti yang lain-lainpun akan bertobat, Rom 9-11. Sementara itu semua itu kaum beriman, entah orang-orang Yahudi entah bukan Yahudi, harus menjadi satu karena kasih dan saling menolong, Rom 12:1-15:13. Demikianlah pandangan luas yang sudah dirintis dalam Gal dan dikembangkan dalam Rom. Dan berkat pandangan itulah maka kita mempunyai ulasan yang mengagumkan tentang masa lampau umat manusia yang berdosa, Rom 1:18-3:20, dan tentang pergumulan yang berlangsung dalam diri setiap orang, Rom 7:14-25; tentang keselamatan yang dengan cuma-cuma dikaruniakan, Rom 3:24 dll, daya yang terkandung dalam kematian dan kebangkitan Kristus, Rom 4:24 dst; 5:6-11, yang didalamnya orang turut serta oleh karena iman dan baptisan, Gal 3:26 dst; Rom 6:3-11; penguraian mengenai panggilan bangsa manusia menjadi anak-anak Allah, Gal 4:1-7; Rom 8:14-17, mengenai kasih Allah yang berhikmat, yang adil dan setia dalam menyelenggarakan rencana penyelamatanNya yang terlaksana tahap demi tahap, Rom 3:21-26; 8:31-39. Pandangan akhir zaman tetap tinggal; sebab kita memang diselamatkan dalam pengharapan, Rom 5:1-11; 8:24. Tetapi sama seperti dalam surat-surat kepada jemaat di Korintus, tekanan terletak pada keselamatan yang sudah dimulai sekarang; Roh yang dijanjikan sudah dimiliki sebagai "karunia-sulung, Rom 8:23, sekarang orang-orang Kristen sudah siap hidup dalam Kristus, Rom 6:11, dan Kristus hidup di dalam mereka Gal 2:20.
Dengan demikian maka surat kepada jemaat di Roma menyajikan sebuah sintesa pemikiran teologis Paulus yang mengesankan, sebuah sintesa yang ada di antara yang sangat bagus. Namun demikian sintesa itu bukanlah sintesa sempurna dan lengkap dan bukan pula seluruh ajaran Paulus. Pertikaian yang dilancarkan oleh Luther mengakibatkan bahwa surat Rom ini terlaly diutamakan, hal mana sungguh merugikan, kalau surat-surat lain lain tidak diikut-sertakan sebagai pelengkap, sehingga surat Rom ditempatkan dalam sebuah sintesa yang lebih luas.
Filipi; th. 56-57
Kota Filipi adalah sebuah kota penting di Makedonia dan didiami oleh orang-orang Roma yang merantau. Dalam perjalanannya yang kedua dalam th. 50 Paulus mewartakan Injil di situ, Kis 16:12-40. Selama perjalanannya yang ketiga, Paulus masih dua kali singgah di kota Filipi, yaitu di musim rontok th. 57, Kis 20:1-2, dan sekitar Paskah th. 58, Kis 20:3-6. Kaum beriman yang oleh Paulus direbut bagi Kristus di Filipi menyatakan kasih yang mengharukan hati kepada Rasul mereka dengan mengirimkan bantuan kepadanya di Tesalonika, Flp 4:16, dan kemudian di Korintus 2Kor 11:9. Dengan menulis surat ini kepada jemaat itu Paulus justru bermaksud mengucapkan terima kasih karena bantuan yang diterimanya melalui Epafroditus, utusan jemaat di Filipi, yang membawa sumbangan yang baru, Fil 4:10-20, Paulus yang pada umumnya takut-takut kalau memberi kesan seolah- olah mencari untungnya sendiri, Kis 8:3, dengan rela hati menyambut bantuan dari jemaat Filipi. Dengan jalan itu ia menyatakan menaruh kepercayaan luar biasa kepada jemaat itu.
Waktu menulis surat itu Paulus sedang dalam tahanan, Flp 1:7, 12-17. Lama sekali orang beranggapan bahwa ini penahanan pertama di Roma. Tetapi hubungan yang begitu mudah dan demikian kerap kelihatannya, 2:25-30, antara jemaat Filipi dan Paulus sedang Paulus ditemani Epafroditus, mengherankan, seandainya Paulus sungguh di Roma yang terlalu jauh letaknya. Seandainya Paulus berada di Roma (atau di Kaisarea di Palestina, tempat ia juga pernah ditahan sebagaimana diketahui), maka sukar dipahami bahwa bantuan berupa uang yang dikirim jemaat di Filipi melalui Epafroditus itu merupakan kesempatan pertama yang mereka peroleh untuk menolong Sang Rasul setelah mengamalkan kasihnya waktu perjalanan Paulus yang kedua, 4:10, 16. Sebab memanglah Paulus masih singgah dua kali pada mereka dalam perjalanannya yang ketiga. Hanya lebih mudah dimengerti, kalau Paulus menulis surat itu sebelum kedua kunjungan tersebut. Kiranya Paulus berada di Efesus selama th. 56/57 sementara mengharapkan dapat pergi ke Makedonia sesudah dilepaskan (bdk Flp 1:26; 2:19-24 dan Kis 19:21 dst; 20:1; 1Kor 16:5). Kenyataan bahwa Paulus berkata tentang "Pretorium" (terj.: istana) dalam Flp 1:13 dan tentang "rumah/keluarga Kaisar" (terj.: istana Kaisar) dalam 4:22, tidak perlu menjadi kesulitan. Sebab di kota-kota besar, khususnya di Efesus, ada pasukan pengawal pribadi, sama seperti di Roma sendiri yang mengawal wali negeri. Memanglah kita tahu apa-apa tentang penahanan Paulus di Efesus. Tetapi inipun tak perlu menjadi kesulitan yang tak teratasi. Sebab Lukas hanya menceritakan sedikit saja tentang ketiga tahun Paulus tinggal di kota itu, sedangkan Palus sendiri menyiratkan bahwa di sana menghadapi kesulitan berat, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10.
Kalau hipotesa tersebut diterima maka Flp perlu dipisahkan dari Kol, Ef, dan Flm dan didekatkan pada "surat-surat besar", khususnya pada 1Kor. Kedua surat ini tidak bertentangan satu sama lai, tetapi sebaliknya sangat berdekatan baik dari segi sastra maupun dari segi ajaran. Hanya Flp kurang berupa ajaran. Ini lebih- lebih berupa peluapan hati, tukar berita dan peringatan terhadap "pekerja- pekerja jahat", yang di mana-mana merongrong karya Sang Rasul, sehingga boleh jadi juga menyerang jemaat terkasih di Filipi; terutama Flp berupa seruan supaya kaum beriman bersatu dalam kerendahan hati. Seruan itulah yang bagi kita menghasilkan 2:6-11 mengenai perendahan Kristus. Boleh jadi madah yang mengharukan hati itu dikutip oleh Paulus atau merupakan ciptaan Paulus sendiri. Tetapi bagaimanapun juga lagu itu memberikan kesaksian yang berharga mengenai kepercayaan umat Kristen pruba akan kepra-adaan ilahi Yesus.
Tidak ada orang yang meragukan bahwa Flp benar-benar dikarang oleh Paulus. Hanya dapat dipersoalkan apakah surat itu barangkali penggabungan beberapa surat kecil yang aslinya tersendiri. Tetapi ini berupa dugaan belaka.
Ef, Kol, Flm; th. 61-63.
Surat kepada jemaat di Efesus, kepada jemaat di Kolose dan kepada Filemon ternyata sebuah kelompok tersendiri. Ketiga karangan itu sangat erat hubungannya; baik Kol 4:9 maupun Flm 12 berkata tentang Onesimus yang mau dikirim Paulus; Tikhikus disebut dalam Kol 4:7 dst dan dalam Ef 6:21 dst; teman- teman Paulus yang sama tampil dalam Kol 4:10-14 dan dalam Flm 23-24; ditinjau dari segi sastra dan dari segi ajaran ada banyak kesamaan antara Ef dan Kol; Paulus masih dipenjara, Flm 1:9 dst; 13, 23; Kol 4:3, 10, 18; Ef 3:1; 4:1; 6:20, dan tentu saja di Roma (antara th. 61 dan 63), dan bukan di Kaisarea atau di Efesus. Kalau di Kaisarea sukar menerangkan bahwa Markus dan Onesimus ada pada Paulus, sedangkan tentang kehadiran Lukas di Efesus bersama Paulus tidak ada berita apapun. Kecuali itu perbedaan gaya bahasa dan kemajuan dalam ajaran mengandaikan jangka waktu cukup lama antara "surat-surat besar" (Kor, Gal, Rom) dan Ef serta Kol. Dalam jangka waktu itu timbullah sebuah krisis. Dari Kolose, di mana Paulus sendiri tidak mewartakan Injil, 1:4; 2:1, datanglah wakilnya Epafras, 1:7, membawa berita yang mengkhawatirkan, Paulus menjadi prihatin dan segera menanggapi berita itu dengan sepucuk surat kepada jemaat di Kolose; surat itu dibawa ke sana oleh Tikhikus. Tetapi reaksinya terhadap bahaya yang baru itu memperdalam pikiran Sang Rasul. Sama seperti Rom dipakai untuk mengatur pikiran- pikiran yang tercetus dalam Gal, demikianpun sekarang Paulus menulis sepucuk surat lain lagi, di sana ia menyusun ajarannya dengan berpedoman sebuah titik pandangan yang dipaksakan kepadanya oleh pertikaian di Kolose. Sintesa yang mengagumkan itu tidak lain kecuali "surat kepada jemaat di Efesus". Hanya judul semacam itu (yang dalam surat sendiri tidak pasti juga, bdk Ef 1:1+) dapat menipu. Paulus sesungguhnya tidak menulis kepada orang-orang Efesus, tempat ia tinggal selama tiga tahun, melainkan kepada kaum berimann pada umumnya, bdk Ef 1:15; 3:2-4, khususnya kepada jemaat-jemaat di lembah-lembah pegunungan Lisia tempat surat itu diedarkan, Kol 4:16.
Sementara ahli pernah menolak keaslian kedua surat tersebut. Tetapi Kol dewasa ini lebih umum diterima sebagai karangan Paulus dan pendapat itu memang cukup berdasar. Gagasan-gagasan utama Paulus terdapat dalam Kol, dan kalau ada juga pikiran-pikiran baru maka halnya mudah dijelaskan dengan menunjuk kepada keadaan baru yang harus dihadapi Paulus. Hal yang sama dapat dikatakan tentang Ef juga, tetapi surat ini tetap sangat diragukan keasliannya. Namun demikian karena surat itu ternyata hasil seorang pemikir yang berbakat maka sukar diterima bahwa dikarang oleh seorang murid Paulus. Sudah barang tentu gaya bahasa Kol dan Ef yang bertutur panjang, ada kalanya berlebih-lebihan, itu berbeda sekali dengan pemikiran pendek, padat dan tegang seperti terdapat dalam surat yang dahulu. Tetapi hal itu cukup dapat diterangkan juga, oleh karena Paulus kini mengamati ufuk baru yang jauh lebih luas. Selebihnya Paulus menggunakan macam-macam gaya bahasa dan dalam 2Kor 9:8-14 atau Rom 3:23-26 dll sudah terdapat contoh-contoh gaya bahasa kontemplatip dan lebih kurang liturgis yang sepenuh-penuhnya berkembang dalam Kol dan Ef. Satu-satunya kesulitan yang sesungguhnya berasal dari kenyataan bahwa beberapa bagian dari Ef lebih kurang secara harafiah dan ada kalanya secara salah memungut pengungkapan-pengungkapan dari Kol. Hanya Paulus tidak pernah menulis surat-suratnya dengan tangannya sendiri dari awal sampai akhir. Maka gejala tersebut dapat diterangkan dengan berkata bahwa seorang murid memainkan peranan besar dalam menyusun Ef.
Adapun bahaya yang mengancam di Kolose berasal dari pemikiran berlebih-lebihan berdasarkan pandangan-pandangan Yahudi, Kol 2:16, yang bercampur-baur dengan filsafaf ke-Yunanian. Pemikiran-pemikiran berlebih-lebihan tersebut memberi kepada daya-daya sorgawi yang memimpin jalannya jagat raya sebuah peranan begitu penting sehingga menurunkan kedudukan utama Kristus. Paulus menerima saja adanya daya-daya semacam itu tanpa meragukan kegiatannya; ia bahkan menyamakannya dengan malaikat-malaikat yang terdapat dalam tradisi Yahudi, bdk 2:15. Hanya ia menerimanya untuk menempatkannya di tempatnya yang wajar dalam rencana penyelamatan Allah. Mereka telah berperan sebagai pengantara dan pengurus hukum Taurat. Tetapi kini peranannya sudah habis sama sekali. Dengan menciptakan suatu dunia baru maka Kristus Kirios sendiri menangani pemerintahan dunia semesta. PeninggianNya di sorga sudah menempatkan Kristus di atas daya-daya kosmis yang telah dilucuti kekuasaannya dahulu, 2:15. Memanglah sejak awal penciptaan Kristus sudah menguasai kekuasaan-kekuasaan itu, sebab Dialah Anak dan Gambar Bapa. Tetapi dalam ciptaan baru Kristus menguasai daya-daya itu sebagai Kepalanya dan secara depinitip, oleh karena telah mempersatukan di dalam diriNya segenap "Ple-roma", artinya kepenuhan beradanya, baik beradanya Allah maupun beradanya dunia di dalam Allah, 1:13-20. Oleh karena sudah dibebaskan dari "unsur-unsur dunia" (terj.: roh-roh dunia), 2:8, 20, berkat persatuannya dengan Kepala dan oleh karena mengambil bagian dalam KepenuhannNya, 2:10, maka orang- orang Kristen tidak perlu menaklukkan diri kepada kekuasaan lalim "unsur-unsur dunia" itu dengan menepati macam-macam aturan yang sudah ketinggalan zaman dan tidak berguna lagi, 2:16-23. Melalui baptisan mereka sudah dipersatukan dengan Kristus yang wafat dan bangkit, 2:11-13 dan menjadi anggota TubuhNya. Dan hidup baru hanya mereka terima dari Kristus yang menjadi Kepala yang menghidupkan, 2:19. Memanglah Paulus tetap menaruh minat utamanya pada keselamatan Kristen, tetapi karena pertikaian itu ia memperluas karya Kristus sampai merangkum seluruh dunia dan jagat raya. Di samping bangsa manusia yang diselamatkan itu seluruh jagat raya yang menjadi latar belakang dan rangka umat manusia dimasukkan Paulus ke dalam karya Kristus. Maka jagat raya secara tak langsung ditempatkan juga di bawah kekuasaan satu-satunya Tuhan, ialah Kristus. Pemikiran semacam itulah mengakibatkan bahwa gagasan "Tubuh Kristus" yang dirintis dahulu, 1Kor 12:12+, diperkembangkan lebih jauh dengan menekankan Kristus sebagai kepala Tubuh-Nya; bahwa karya penyelamatan diperluas sampai merangkum dunia semesta; bahwa pemandangan diperlebar sehingga Kristus terutama dilihat sebagai pemenang sorgawi, sedangkan Gereja sebagai persatuan menyeluruh dibangun menuju Kristus sorgawi; bahwa eskatologi yang sudah terujud lebih ditekankan, bdk Ef 2:6+.
Pemandangan seperti di atas terulang dalam Ef. Tetapi usaha untuk menaruh daya- daya sorgawi yang terlalu dinilai itu pada tempatnya yang wajar sudah menghasilkan buahnya, Ef 1:20-22. Maka perhatian terutama diarahkan kepada Gereja. Ia merupakan Tubuh Kristus yang meluas sampai menjadi Jagat raya baru, Kepenuhan Dia yang memenuhi semua dan segala sesuatu, 1:23+. Dalam pemandangan yang paling tinggi yang merupakan puncak segenap karyanya ini Paulus memungut beberapa pikiran dari masa dahulu untuk menempatkannya di dalam sintesa yang dicapainya. Teristimewanya ia memikirkan kembali persoalan yang dibahasnya dalam surat kepada jemaat di Roma, yang berupa puncak dalam tahap pemikirannya dahulu. Ia tidak hanya dengan sepintas lalu meningkatkan pandangannya mengenai keadaan lampau bangsa manusia yang berdosa dan keselamatan yang dengan cuma-cuma dianugerahkan melalui Kristus, 2:1-10, tetapi juga memikirkan kembali masalah hubungan antara bangsa-agama Yahudi dan jemaat Kristen yang dahulu menggelisahkannya, Rom 9-11. Dan kini persoalan itu dilihatnya dengan berlatar belakang eskatologis yang sudah terlaksana: kini kedua kelompok itu nampak baginya sebagai bersatu karena diperdamaikan di dalam satu orang Manusia baru, sehingga bersama-sama di perjalanan menuju Bapa, Ef 2:11-22. Dan justru kenyataan bahwa kaum kafir juga dapat memperoleh keselamatan Israel dalam diri Kristus itu adalah "rahasia khendak Allah", 1:9; 3:3-6, 96:19; Kol 1:27; 2:2; 4:3. Dan mengingat rahasia itulah Paulus pada akhir hidupnya dapat mengemukakan pikiran yang tidak ada tara bandingnya: mengingat Hikmat Allah tak berbatas yang menyatakan diri dalam rahasia itu, 3:9 dst; Kol. 2:3; mengenai kasih Kristus yang tak terselami, yang nampak pula dalam rahasia itu, Ef 3:18 dst; tentang dirinya sendiri, yang terhina di antara para rasul namun oleh Allah dengan cuma-cuma dipilih menjadi pelayan rahasiaNya itu, 1:3-14. Dan akhir- tujuan rahasia itu tidak lain kecuali pernikahan Kristus dengan bangsa yang selamat, ialah Gereja, 5:22-23.
Surat kepada Filemon ditulis pada waktu yang sama dengan ditulisnya Kol dan Ef. Ia dialamatkan kepada seorang Kristen yang oleh Paulus sendiri ditobatkan, ay 9. Di dalam surat kecil itu Paulus memberitahukan bahwa seorang budak bernama Onesimus yang melarikan diri dan oleh Paulus direbut bagi Kristus akan kembali kepada majikannya, ay 10. Dengan tangannya sendiri ay 19, Paulus menulis surat kecil ini yang dengan bagusnya menyoroti kehalusan hati Paulus. Ini juga penting oleh karena memberitakan kepada kita bagaimana Paulus memecahkan masalah perbudakan, Rom 6:15+; meskipun hubungan sosial antara majikan dan budak tetap sama seperti dahulu, namun seorang majikan Kristen dan seorang budak Kristen selanjutnya harus hidup sebagai bersaudara untuk mengabdi Majikan yang sama, ay 16 bdk Kol 3:22-4:1.
1Tim, Tit, 2Tim ; th 65-67
Surat-surat kepada Timotius dan surat kepada Titus sangat berdekatan satu sama lain karena isi, latar belakang historis dan bentuknya. Dua di antaranya rupanya ditulis di Makedonia: yang satu dialamatkan kepada Timotius, yang waktu di Efesus, 1Tim 1:3, di mana Paulus berharap tidak lama lagi dapat bertemu dengannya, 3:14; 4:13, sedangkan yang lain dialamatkan kepada Titus yang oleh Paulus ditinggalkan di pulau Kreta, Tit 1:5. Paulus merencanakan tinggal di Nikopolis ( di Epirus) selama musim dingin dan Titus hendaknya berkumpul dengannya di situ, Tit 3:12. Waktu menulis 2Tim Paulus sedang di penjara di Roma, 1:8, 16 dst; 2:9, setelah singgah di Troas, 4:13 dan Miletus, 4:20. Keadaan Paulus gawat sekali, 4:16, dan ia merasa bahwa ajalnya sudah dekat, 4:6- 8, 18. Ia seorang diri dan mendesak supaya Timotius secepat mungkin datang, 4:9- 16, 21. Meskipun ada kesamaan kecil namun keadaan itu tidak berkesusaian dengan penahanan Paulus di Roma selama th. 61-63 dan tidak pula dengan perjalanan yang mendahuluinya. Ada cukup banyak ahli yang mengambil kesimpulan bahwa ketiga surat itu bukan karangan Paulus, seorang lain mau menjiplak Paulus dan mengkhayalkan catatan-catatan mengenai hal-ihwal Paulus supaya karangan- karangannya nampaknya bersifat historis dan dapat disebar-luaskan dengan nama dan kewibawaan Paulus. Tetapi hipotesa semacam itu tidak perlu sama sekali. Tidak ada bukti satupun bahwa Paulus mati selama penahanannya yang pertama; sebaliknya Kis 28:30 menyarankan bahwa ia dibebaskan. Jadi Paulus dapat mengadakan perjalanan-perjalanan lain lagi, barangkali lebih dahulu di negeri Spanyol sebagaimana ia merencanakannya, Rom 15:24, 28, dan kemudian di sebelah timur, sebagaimana juga direncankan, Flm 22. Mudah saja 1Tim dan Tit ditinggalkan sekitar th. 65 selama suatu perjalanan melalui pulau Kreta, Asia Kecil, Makedonia dan Yunani. Keadaan yang tampil dalam 2Tim adalah situasi penahanan baru yang kali ini berakhir dengan sial. Surat yang merupakan nasehat Paulus ini kiranya ditulis tidak lama sebelum kemartiran Paulus dalam th. 67.
Ketiga surat tersebut dialamatkan kepada dua murid Paulus yang paling setiawan, Kis 16:1+; 2Kor 2:13+. Di dalamnya termuat sejumlah petunjuk bagaimana mengorganisasi jemaat-jemaat Kristen yang oleh Paulus dipercayakan kepada mereka. Itulah sebabnya maka sejak abad XVIII surat-surat itu biasanya disebut "Surat-surat Pastoral (Gembala)." Beberapa ahli berpendapat bahwa surat-surat itu mengandaikan tahap perkembangan dalam tata pemerintahan umat yang baru terjadi sesudah Paulus mati. Tetapi pendapat ini kurang tepat. Sebab surat-surat itu sebenarnya mengandaikan sebuah tahap perkembangan umat yang sangat mungkin sudah tercapai menjelang akhir hidup Paulus. Sebutan "episkopos" (penilik) masih searti dengan sebutan "presbiter" (terj. penatua) Tit 1:5-7, seperti juga dahulu, Kis 20:17 dan 28, sesuai dengan susunan jemaat-jemaat dahulu yang dipimpin oleh sebuah dewan penatua, Tit 1:5+. Belum ada sama sekali seorang "uskup" yang seorang diri menjadi pemimpin tertinggi jemaat. Tokoh semacam itu baru tampil dalam surat-surat Ignasius dari Anthiokia. Hanya perkembangan ke jurusan itu sudah dirintiskan : meskipun beberapa jemaat dipercayakan kepada Timotius dan Titus yang tidak terikat pada satu di antaranya, Tit 1:5, namun kedua wakil Paulus itu memegang kewibawaan rasuli, yang tidak lama lagi harus diserahkan kepada orang-orang lain oleh karena para rasul menghilang. Dan tidak lama kemudian kewibawaan rasuli itu diberi kepada ketua sebuah dewan penatua, dan ketua itu tidak lain kecuali uskup. Tahap peralihan sebagaimana tampil dalam surat-surat pastoral justru menjadi bukti bahwa surat-surat itu benar-benar karangan Paulus. Sebab dengan maksud apa seorang pemalsu dapat mengkhayalkan tahap semacam itu? Perlu diperhatikan juga bahwa "penilik" dan "penatua" itu bukan hanya pengurus harta-benda dan perkara materiil lain, tetapi juga dan terutama bertugas mengajar dan memimpin, 1Tim 3:2, 5; 5:17; Tit 1:7, 9. Dengan demikian maka "penilik" dan "penatua" itu sungguh-sungguh moyang dari uskup dan iman dalam Gereja Katolik sekarang.
Sementara ahli berpendapat bahwa desakan untuk berpegang teguh pada "ajaran sehat", 1Tim 1:10 dll, dan memelihara "depositum fidei" (terj.: apa yang dipercayakan kepadamu), 1Tim 6:20; 2Tim 1:14, tidak layak bagi Paulus, seorang pemikir teologis yang berani dan orisinil. Tetapi keterangan dan desakan semacam itu nampaknya sesuai sekali dengan Sang Rasul yang dekat pada ajalnya dan memperingati pembantu-pembantunya yang masih muda berhubung dengan pemikiran- pemikiran yang membahayakan. Sebab Paulus sudah mengamati bahwa jemaat-jemaat itu ada selara untuk pembaharuan-pembaharuan yang dapat menghancurkan iman, 1Tim 1:19. Dan ini tentu saja bukan ajaran dari gnostik dalam abad II yang mau ditentang oleh seorang pemalsu yang menyamar sebagai Paulus. "Soal-soal yang dicari-cari", 1Tim 6:4, "dongeng-dongeng dan silsilah yang tiada putus- putusnya", 1Tim 1:4, "dongeng-dongeng Yahudi", Tit 1:14 dan "percekcokan dan pertengkaran mengenai hukum Taurat", Tit 3:9, yang bercampur dengan aturan- aturan askese yang keras, 1Tim 4:3, kiranya berasal dari orang-orang Yahudi yang berkebudayaan Yunani dan suka mencampurkan segala sesuatunya. Paulus terpaksa sudah menghadapi mereka waktu krisis dalam jemaat di Kolose.
Sudah barang tentu bahasa yang dipakai dalam surat-surat ini tidak mempunyai ciri-ciri bahasa Paulus. Gaya bahasanya sangat lancar, berbeda sekali dengan gaya yang berapi-api dan yang kekayaannya melimpah-limpah, seperti yang dipakai oleh Paulus dalam surat-suratnya dahulu. Bahkan perbendaharaan katapun berbeda dengan perbendaharaan kata yang lazim pada Paulu. Ada orang yang berkata, bahwa usia lanjut Paulus dan keadaannya sebagai orang tahanan dapat menjelaskan gejala semacam itu. Tetapi antara Kol, Ef dan Tim, Tit hanya ada jangka waktu paling- paling empat-lima tahun, sedangkan 1Tim dan Tit tidak ditulis dalam penjara. Juga usaha untuk membeda-bedakan dalam surat-surat pastoral beberapa surat-surat kecil baik yang berasal dari Paulus maupun yang bukan karangannya tidak sampai meyakinkan. Dari sebab itu sebaik-baiknya diandaikan bahwa seorang murid-penulis Sang Rasul berperan dalam menyusun surat-surat pastoral, sama seperti halnya dengan Ef. Kepada penulis itu Paulus memberikan kebebasan lebih besar dari yang lazim. Memang Lukas menyertai Paulus, 2Tim 4:11, dan ada orang yang mengira dapat menemukan kesamaan khusus antara gaya bahasa Lukas dan gaya bahasa surat- surat pastoral.
Ibr ; th. 67
Berbeda dengan semua surat lain, surat kepada orang-orang Ibrani sejak dahulu diragukan keasliannya. Bahwasannya surat ini termasuk Kitab Suci jarang dipersoalkan, tetapi dalam Gereja barat sampai akhir abad IV tidak diterima sebagai karangan Paulus, namun bentuk literer surat itu dipersoalkan (Klemens dari Aleksandria, Origenes). Memanglah bahasa dan gaya bahasa surat kepada orang-orang Ibrani adalah murni dan lancar dan pasti bukan bahasa atau gaya bahasa Paulus. Caranya surat ini mengutip dan menggunakan Perjanjian Lama bukanlah cara Paulus. Alamat dan kata pembuka yang lazim dalam surat-surat Paulus tidak ada sama sekali. Ajaran yang termuat dalam karangan itu mempunyai keserupaan dengan ajaran Paulus, tetapi sekaligus ajaran itu cukup asli, sehingga sukar diterima bahwa langsung berasal dari Paulus sendiri. Maka banyak ahli katolik dan bukan katolik dewasa ini sependapat dalam mengakui bahwa surat ini bukan karangan Paulus seperti surat-surat lain adalah karangannya, walaupun secara langsung atau tidak langsung Paulus mempengaruhi Ibr. Dan pengaruh itu begitu rupa sehingga dapat dipertanggung-jawabkan bahwa secara tradisionil surat itu dikelompokkan bersama dengan surat-surat Paulus.
Tetapi perbedaan muncul kalau dipersoalkan siapa sesungguhnya penulis Ibr yang tidak bernama itu. Segala macam nama sudah dikemukakan., misalnya Barnabas, Silas, Aristion, dll. Yang kiranya paling kena ialah Apolos, seorang Yahudi dari Aleksandria, yang kefasihan, semangat kerasulan dan kemahirannya dalam Alkitab dipuji oleh Lukas, Kis 18:24-28. Bakat-bakat itu ternyata tampil jelas dalam surat kepada orang-orang Ibrani; bahasa dan pimikirannya berbau bahasa dan pemikiran Aleksandria (Filo); kefasihannya dalam membela agama Kristen meyakinkan, sedangkan seluruh argumentasinya berdasar penafsiran Perjanjian Lama.
Seperti nama pengarangnya tidak dikenal dengan pasti, demikianpun halnya dengan tempat ditulisnya surat ini dan orang-orang yang dialamati. Rupanya pengarang tinggal di Italia, 13:24, dan menulis suratnya sebelum Bait Allah di Yerusalem dihancurkan (th. 70). Sebab itu ia berkata tentang ibadat dalam Bait Allah seolah-olah sesuatu yang masih terus berlangsung, 8:4 dst, dan ia menasehati pembacanya sehubungan dengan godaan untuk kembali ke ibadat itu. Tentu saja pengarang menekankan bahwa ibadat Musa mempunyai ciri sementara saja, tetapi sama sekali tidak berkata tentang bencana yang terjadi dalam th. 70, meskipun kejadian itu memang sangat mendukung pendapatnya. Selebihnya pengarang pasti menggunakan surat-surat yang ditulis Paulus dalam penjara (Ef, Flp, Kol). Maka surat kepada orang-orang Ibrani boleh diberi bertanggal sesudah th. 63, kiranya sekitar th. 67, kalau orang menerima bahwa apa yang dikatakan tentang krisis yang mendekat, sebagaimana dapat dirasakan dalam seruannya supaya sidang pembaca berpegang teguh pada kepercayaannya, 10:25 dll, mengenai gejala yang mendahului perang Yahudi.
Meskipun judul surat ini, ialah: "Kepada orang-orang Ibrani" baru muncul selama abad II, namun sangat cocok dengan isi karangan itu. Surat ini tidak hanya mengandalkan bahwa para pembaca berkenalan baik dengan Perjanjian Lama, tetapi juga bahwa mereka bekas Yahudi. Oleh karena Ibr begitu menekankan ibadat dan liturgi, maka orang bahkan berpikir kepada bekas imam-imam Yahudi, bdk Kis 6:7. Setelah masuk Kristen imam-imam itu terpaksa meninggalkan kota suci dan mengungsi ke tempat lain, barangkali ke salah satu kota di pantai, misalnya Kaisarea atau Antiokhia. Tetapi pengasingan itu memberati mereka, sehingga dengan rindu mengenangkan ibadat bersemarak yang diselenggarakan oleh kaum Lewi dan yang merekapun melayaninya dahulu. Kepercayaannya yang baru, yang masih kurang kuat dan kurang terdidik, mengecewakan mereka, apa lagi oleh karena terganggu oleh penganiayaan akibat kepercayaan itu. Maka timbullah godaan hebat untuk mengundurkan diri.
Surat kepada orang-orang Ibrani sekuat tenaga berusaha mencegah mereka dari menjadi murtad, 10; 19:39. Untuk mengobarkan semangat kaum buangan yang menjadi lesu dan kendor itu, maka Ibr menyajikan pandangan unggul mengenai hidup Kristen, yang dipikirkan sebagai sebuah ziarah, suatu perjalanan menuju istirahat yang dijanjikan, sebuah perjalanan ke Tanah Air dengan dibimbing oleh Kristus yang melebihi Musa, 3:1-6, dan dengan disinari cahaya iman-kepercayaan yang sudah memimpin para bapa bangsanya, orang-orang Yahudi waktu keluaran dan semua orang suci dari Perjanjian Lama, 3:7-4:11; 11. Dengan imamat lama dan ibadat kaum Lewi yang dirindukan sidang pembaca, si pengarang memperlawankan diri Kristus yang menjadi Imam menurut peraturan Melkisedek dan melebihi imamat Harun,
Ende: Ibrani (Pendahuluan Kitab) SURAT KEPADA ORANG-ORANG IBRANI
KATA PENGANTAR
Kepada siapakah surat ini ditudjukan
Djudul surat ini "Kepada orang-orang Ibrani" sudah terdapat pada n...
SURAT KEPADA ORANG-ORANG IBRANI
KATA PENGANTAR
Kepada siapakah surat ini ditudjukan
Djudul surat ini "Kepada orang-orang Ibrani" sudah terdapat pada naskah- naskah tertua, dari abad-kedua. Dewasa itu jang dinamakan orang Ibrani umumnja orang Jahudi jang menetap di Palestina untuk membedakan mereka dari orang Jahudi jang hidup dalam pertebaran diperasingan dan berbahasa serta berkebudajaan Junani. Dan memang, dalam membatja surat ini kita mendapat kesan-kesan bahwa ia. ditudjukan kepada orang-orang, golongan-golongan atau umat-umat serani bangsa Jahudi, jang hidup ditengah-tengah orang Junani kolot jang fanatik, misalnja di Jerusalem dan Judea. Terang pula, bahwa orang-orang jang dimaksudkan sebagai pembatja langsung, ialah orang-orang agak tjerdas dan mahir sekali dalam kitab Kudus, seperti ahli-ahli taurat atau bekas imam-imam, jang barangkali djuga berfungsi pemimpin dalam umat-umat atau merupakan golongan besar dan terkemuka dalam umat-umat. Mengenai imam-imam misalnja kita ketahui dari Kis. Ras. 6:7 bahwa sudah pada permulaan "banjak sekali" imam-imam bertobat. Ada ahli-ahli jang mengira-ngirakan djumlah mereka beratusan malah lebih dari seribu.
Dari surat terang pula, bahwa orang-orang jang ditudjui surat, hidup dalam banjak sengsara dan kesukaran-kesukaran berat karena agamanja, sehingga ada jang hampir putus asa. Mereka sudah lama serani (5:12) dan telah bertahan dalam penganiajaan-penganiajaan jang hebat (10:32-54). Pengadjar-pengadjar dan pemimpin-pemimpin mereka sudah banjak jang dibunuh. Tentang Jakobus, pemimpin (uskup) umat Jerusalem kita tahu bahwa ia dibunuh oleh pemberontak-pemberontak dalam tahun 62. Umat Jerusalem terpaksa mengungsi, hidup bertebaran diperasingan, tanpa penghidupan jang wadjar, dan djuga disana dihinakan dan dianiaja oleh orang-orang Jahudi kolot. Waktu pemberontakan di Jerusalem, mendjelang dan pada awal perang Jahudi-Roma umat disitu diumpat sebagai murtad dan pengchianat lagi dikedjar, sehingga mereka melarikan diri sampai keseberang Jordan. Dan menurut dugaan kira-kira waktu itu (antara 60 dan 70) surat ini ditulis.
Nasib umat-umat tersebut memang berat sekali dan kita mengerti bahwa itu mendjadi alasan untuk banjak penggodaan jang hebat, sebab djalan keluar ada, dan gampang sekali djuga, jaitu berbalik kepada agama jang lama. Rupanja ada jang sudah kehilangan semangat dan mulai mendjauhkan diri dari umat dan tidak hadir lagi pada ibadat umum. Lih. 6:11-13; 12:25; 5:11-14; 10:32-39. Kita berkesan lagi, bahwa ada, dan hal ini kita mudah mengerti kalau memang bagian besar dari umat terdiri dari bekas imam dari orang-orang bangsa Levi, jang sangat merasa tertarik kepada perajaan-perajaan ibadat jang gemilang dan meriah di Kenisah Jerusalem, dan masih terlalu tinggi menilaikan ibadat itu. Dan bahwa bahaja murtad bukan chajalan, tjukup terang dari 3:12-15; 12:25 dan 10:23-31.
Dari beberapa tjoretan diatas sudah djelas apakah maksud dan tudjuan surat ini. Penulis hendak mengingatkan dan menginsjafkan pembatja-pembatjanja akan keagungan Kristus dan nilai-nilai abadi Indjil, jang djauh melebihi tokoh-tokoh besar dari Perdjandjian Lama dan hukum taurat dengan segala upatjara ibadatnja jang sebenarnja hanja bajangan dari ibadat abadi Perdjandjian Baru. Ia menundjukkan pula, betapa buruk nasib mereka, kalau mereka murtad dari Kristus jang satu-satunja penjelamat, dan sebagai Imam agung disurga tahu dan turut merasa. sengsara mereka, dan dengan tak hentinja mempersembahkan darahnja kepada Allah BapaNja, supaja mereka bertekun dan achirnja mentjapai keselamatan mulia jang tersedia bagi mereka dalam Rumah-Allah jang abadi.
Siapa pengarang surat ini
Digeredja Timur dari semula tidak ada kesangsian, bahwa surat ini berasal dari Rasul Paulus. Tetapi menilik perbedaan bahasa dan seluruh bentuk surat ini dengan surat-surat Paulus jang lain, dewasa itu sudah ada penafsir jang menerangkan bahwa isi berasal dari Paulus, tetapi bentuk dikerdjakan oleh seorang pengarang jang lain, Digeredja Barat sampai abad keempat surat ini tidak dimasukkan kedalam daftar buku-buku Kitab Kudus, sebab tidak terang siapa pengarangnja. Mengenai isi ada banjak kesamaan surat ini dengan surat-surat Paulus (jang lain). Terdapat djuga tjukup banjak istilah-istilah dan ungkapan- ungkapan jang sama. Mengenai isi bandingkanlah misalnja Ibr. 1:1-14; dengan 11 Kor. 4:4; Kol. 1:15-16; 2:10; 3:1; Ef. 1:20-21. Kesamaan jang demikian ada lebih banjak lagi.
Jang serba baru dan belum pemah ditemukan dalam karangan-karangan Kitab Kudus jang lain, belum pernah djuga disentuh oleh Paulus dalam surat-suratnja, ialah gagasan utama surat irii jang mendjadi dasar hampir segala uraiannja, ialah bahwa Kristus adalah Imam Agung kita jang abadi, dan djuga berfungsi sebagai Imam Agung bagi kita dalam kemuliaannja disurga. Tetapi bahwa pandarigan ini tidak terdapat dalam surat-surat Paulus (jang lain), belum merupakan bukti bahwa Paulus tidak kenal akan adjaran ini, atau tak mungkin adjaran itu dalam surat ini berasal dari padanja. Tetapi mengenai hal bentuk dan bahasanja surat ini, harus dikatakan, bahwa susuannja, tatabahasa jang rapi dan elok, pemilihan kata-kata dan gaja bahasa, tidak tjotjok dengan bakat dan watak Paulus jang kita kenal. Dan sebab bentuk suatu karangan jang bermutu sastra tinggi seperti surat ini tidak dapat dipisahkan dari isi, isipun tidak mungkin datang langsung dari Paulus, dan sudah lama mendjadi darah-daging penulis. Mungkin pengarang adalah seorang murid dan kemudian pembantu Paulus, jang telah mengasimilasikan (mentjernakan) adjaran-adjaran Paulus dengan sepenuh-penuhnja. Mungkin pula bahwa gagasan-gagasan dan bahan-bahan berasal dari penulis, tetapi dibitjarakan dengan pandjang lebar dengan Paulus, lalu Paulus .setudju dan menjuruh mengolah surat ini. Ada dugaan-dugaan lain lagi, jang mentjoba menerangkan bagaimana mungkin Paulus mempunjai bagian utama dalam mengerdjakan karya ini. Tetapi bagaimanapun djuga, persoalan-persoalan tersebut tidak terlalu penting bagi kita, jang membatja surat ini untuk mengetahui, mengerti dan melaksanakan adjaran-adjaran jang disampaikan Allah dalam wahjunja kepada kita. Dan siapapun pengarang surat ini sebetulnja, kita tahu bahwa ia menulis dengan ilham Roh Kudus dan itu tjukup bagi kita.
Metodos pengarang
Sebab surat ini ditulis bagi orang-orang lbrani jang tulen, sudah sewadjarnja pengarang mendasarkan uraian-uraiannja pada dunia pemikiran mereka, jang masih berakar dalam-dalam dihati sanubarinja, dan sebagian mendjadi pokok kerusuhan pikiran-pikiran dan perasaan mereka djuga. Dunia pemikiran itu ialah dunia Perdjandjian Lama. Sebab itu tjara mejakinkan dan mengasjikkan para pembatjanja, ialah menundjukkan bagaimana dari pernjataan wahju Allah -- dalam Perdjandjian Lama terang sekali, bahwa Kristus satu-satunja Penjelamat, dan IndjilNja benar- benar landjutan dan penjelesaian jang sempurna dari Perdjandjian Lama. Dewasa itu sudah umum pandangan dalam umat-umat bahwa Perdjandjian Lama bernilai tinggi, djuga dalam arti, bahwa ia memperkenalkan Kristus dan KeradjaanNja. Dan itu bukan sadja dengan nubuat-nubuat jang langsung, melainkan djuga dalam arti bahwa tokoh-tokoh dan peristiwa-peristiwa Perdjandjian Lama dimaksudhan sebagai lambang-lambang, untuk mendjelashan dan memperdalam pengertian akan peristiwa- peristiwa, dan adjaran-adjaran Indjil. Seluruh Perdjandjian Lama dianggap sebagai bersifat atau mengandung nubuat-nubuat untuk Keradjaan Allah jang baru.
Tertindjau dari sudut itu pula penulis menundjukkan bagaimana keunggulan Kristus dan agamanja, sebagai bernilai mutlak, telah diwahjukan oleh Allah dalam Perdjandjian Lama, lagi bagaimana ketaatan kepada Kristus adalah satu-satunja djalan untuk mentjapai keselamatan abadi.
Dalam mengutip dan menafsirkan Kitab Kudus penulis ini lebih teliti dari Paulus, ]ang memang dengan insjaf menggunakan unsur Kitab Kudus lebih bebas. Penulis surat ini menggunakan teks Septuaginta.
Isi surat
Isi surat ini terdiri dari dua atjara pokok jang terdjalin satu dengan jang lain dan bersisipkan peringatan-peringatan, adjakan-adjakan dan andjuran- andjuran untuk praktek hidup.
Atjara pertama ialah: Hidup umat Allah jang baru adalah terlambang dalam perdjalanan umat Israel dari Mesir ketanah jang didjandjikan kepada mereka; dan atjara kedua: Kristus adalah Imam Agung abadi bagi kita.
Hagelberg: Ibrani (Pendahuluan Kitab) PENDAHULUAN
Pendahuluan
Latar Belakang
Selain orang-orang Yahudi yang tinggal di Israel, ada yang tersebar di mana-mana pada zaman Perjanjian Baru. M...
PENDAHULUAN
Pendahuluan
Latar Belakang
Selain orang-orang Yahudi yang tinggal di Israel, ada yang tersebar di mana-mana pada zaman Perjanjian Baru. Misalnya, di Mesir, kota-kota pantai Afrika bagian utara, Propinsi Asia Kecil, Italia, dan di pantai Eropa bagian selatan. Pada zaman dahulu orang-orang Yahudi sering ditindas dan dianiaya. Di dalam KPR 2:9-11 ada beberapa tempat yang disebut di mana ada orang-orang Yahudi. Waktu Rasul Paulus membuka jemaat di tempat yang belum pernah diinjili, dia mulai dengan menginjili orang-orang Yahudi di tempat itu, baru kemudian melanjutkan pelayanan dengan orang-orang bukan Yahudi.
Penerima Surat Ibrani
Surat ini dikirim kepada jemaat Kristen yang terdiri dari orang-orang Yahudi yang sudah percaya kepada Mesias mereka, yaitu Tuhan Yesus. Jelas surat ini ditulis untuk orang-orang Yahudi, karena hal-hal yang dibicarakan sudah biasa untuk orang-orang yang terbiasa dengan tema-tema dari Perjanjian Lama. Jelas juga bahwa surat ini ditulis untuk orang-orang percaya karena si penulis selalu beranggapan bahwa pembacanya adalah orang-orang percaya, saudara-saudara seiman. Nats-nats yang berikut mendukung pendapat bahwa surat ini dimaksudkan untuk orang-orang percaya:
2:1-3 supaya kita jangan hanyut dibawa arus
3:1 hai saudara-saudara yang kudus
5:11-14 sudah seharusnya menjadi pengajar
6:4-5 diterangi hatinya... mengecap karunia sorgawi... pernah mendapat bagian dalam Roh Kudus...
6:10 pekerjaanmu dan kasihmu... yang masih kamu lakukan sampai sekarang
6:19 sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan...
10:19 oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus
10:32 sesudah kamu menerima terang...
10:35 janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu...
10:36 memerlukan ketekunan
12:1 perlombaan yang diwajibkan bagi kita
13:1 kasih persaudaraan
13:15-16 korban syukuran... dan... bantuan
13:17 pemimpin-pemimpinmu... berjaga atas jiwamu...
Nats-nats ini membuktikan bahwa surat ini ditujukan kepada orang-orang percaya untuk menguatkan mereka, dan bukan untuk menginjili orang-orang yang belum percaya, karena perkataan-perkataan ini tidaklah sesuai kalau ditujukan kepada orang yang belum menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat.
Para pembaca pertamanya adalah orang-orang percaya, dan menurut pasal 10:32-34 dan 12:4 mereka pernah dianiaya karena iman mereka. Menurut pasal 5:11-14 diperkirakan mereka sudah agak mundur dalam iman mereka. Rupanya mereka digodai untuk meninggalkan iman mereka. Mungkin ada orang-orang di antara mereka yang berpikir bahwa mereka lebih baik kembali mengikuti agama Yahudi saja, karena lebih aman. Rupanya penulis surat ini terdorong untuk menulis kepada mereka karena keadaan rohani mereka, yaitu walaupun sudah percaya, tetapi mereka juga kemunduran, dan mau memperingatkan mereka supaya mereka tidak terlalu jauh mengalami kemunduran.
Pada masa kini terdapat banyak kesamaan antara penerima asali dari surat ini dengan mereka yang pindah dari agama suku mereka dan masuk agama Kristen. Sama seperti orang Yahudi yang percaya kepada Yesus, mereka didesak untuk kembali pada agama yang dulu pernah mereka anut.
Penulis Surat Ibrani
Identitas si penulis tidak diketahui, tetapi hampir semua tokoh gereja zaman itu sudah disebut-sebut sebagai penulisnya oleh sarjana-sarjana Alkitab. Origen pernah mengatakan bahwa Allah sajalah yang tahu identitas penulis Surat Ibrani. Ada kesan berdasarkan pasal 13:23-24 bahwa penulis sudah sangat mengenal mereka.
Tanggal Penulisan Surat Ibrani
Kemungkinan besar surat ini ditulis sebelum penghancuran Bait Allah pada tahun 70. Nats-nats yang berikut mendukung pendapat ini:
8:4 ...di sini ada orang-orang yang mempersembahkan persembahan menurut hukum Taurat
8:13 perjanjian yang telah menjadi tua... telah dekat kepada kemusnahannya
9:6-9 masa sekarang... dipersembahkan korban dan persembahan yang tidak dapat menyempurnakan...
10:1-3 korban... yang setiap tahun terus-menerus dipersembahkan...
Kalau ayat-ayat tersebut direnungkan, maka tanggal penulisan sesudah Bait Allah dimusnahkan dan kegiatan-kegiatan di sana ditiadakan sulit untuk dapat diterima.
Tafsiran Surat Ibrani
Walaupun ada beberapa pendekatan yang dapat dipergunakan untuk memahami kesulitan-kesulitan tafsiran Surat Ibrani, tetapi dalam bahasan ini penulis menawarkan pengertian yang diperolehnya dari Zane Hodges.
Hagelberg: Ibrani (Garis Besar) GARIS BESAR
ibrani
I. Pendahuluan (1:1-4)
II. Bagian Pertama: Anak Allah adalah Raja dari Allah (1:5-4:16)
A. Raja/An...
GARIS BESAR
ibrani
- I. Pendahuluan (1:1-4)
- II. Bagian Pertama: Anak Allah adalah Raja dari Allah (1:5-4:16)
- A. Raja/Anak Allah Disanjung (1:5-14)
- B. Peringatan Pertama (2:1-4)
- C. Raja/AnakAllah sebagai Perintis yang Sempurna (2:5-18)
- 1. Dialah Perintis bagi manusia yang lain (2:5-9)
- 2. Sebagai Perintis Dia menyelamatkan orang lain (2:10-18)
- D. Peringatan Kedua (pasal 3-4)
- III. Bagian Kedua: Anak Allah adalah Imam Besar dari Allah (pasal 5-10)
- A. Pendahuluan: Imam yang memenuhi persyaratan (5:1-10)
- B. Peringatan Ketiga (5:11-6:20)
- 1. Masalah Ketidak dewasaan (5:11-14)
- 2. Jalan keluarnya (6:1-3)
- 3. Kalau tidak maju.... (6:4-8)
- 4. Dorongan semangat sebagai kata akhir pada peringatan (6:9-20)
- C. Imam yang lebih baik dengan Pelayanan yang lebih baik (7:1-10:18)
- 1. Imam yang lebih baik (pasal 7)
- a. Bobotnya Melkisedek (7:1-10)
- b. Imamat yang lama diganti dengan imamat yang baru (7:11-19)
- c. Imam yang baru lebih baik dari imam yang lama (7:20-28)
- 2. Pelayanan yang lebih baik (8:1-10:18)
- D. Peringatan Keempat (10:19-39)
- IV. Bagian Ketiga: Tanggapan yang beriman (pasal 11-12)
- A. Kehidupan Iman (pasal 11)
- 1. Pendahuluan (11:1-3)
- 2. Kehidupan Iman Tokoh-tokoh PL (11:4-16)
- 3. Pengalaman Kehidupan Iman yang bermacam-macam (11:17-40)
- B. Peringatan Terakhir (pasal 12)
- V. Penutup (pasal 13)
Hagelberg: Ibrani DAFTAR PUSTAKA
ibrani
Daftar Kepustakaan
Hodges, Zane, bahan kuliah dari Greek 225, "Epistle to the Hebrews," Dallas Theological Seminary, ...
DAFTAR PUSTAKA
ibrani
Daftar Kepustakaan
Hodges, Zane, bahan kuliah dari Greek 225, "Epistle to the Hebrews," Dallas Theological Seminary, 1982.
Hodges, Zane, "Hebrews," hal. 777-813 dalam The Bible Knowledge Commentary, John F. Walvoord dan Roy B. Zuck, red., Victor Books, Wheaton, hak cipta 1983. (Hampir semua dari bahan ini merupakan terjemahan atau sintesis dari karya Zane Hodges. Ijin sudah diperoleh.)
Mauro, Philip, God's Pilgrims: Help from Hebrews, Christian Publications, Harrisburg, dicetak 1969.
Ryrie, Charles, The Ryrie Study Bible, Moody Press, Chicago, hak cipta 1978.
Wigram, George, The Englishman's Greek Concordance, London, 1844.
TFTWMS: Ibrani (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Kalimat ini berasal dari Edward Fudge, Our Man in Heaven: An Exposition of the Epistle to the Hebrews (Athens, Ala.: C. E. I. Publ...
Catatan Akhir:
- 1 Kalimat ini berasal dari Edward Fudge, Our Man in Heaven: An Exposition of the Epistle to the Hebrews (Athens, Ala.: C. E. I. Publishing Co., 1973).
- 2 Pembukaan meterai dalam Wahyu 5 dan 6 menunjukkan bahwa Anak Domba Allah sekarang mengetahui ini. Ia layak memiliki hikmat dan pengertian tentang hal-hal di masa depan (5:12).
- 3 Banyak peringatan yang sama diberikan dalam Perjanjian Baru. Lihat Roma 16:17, 18; 1 Timotius 6:20, 21; Titus 3:9-11; 2 Petrus 3:16.
- 4 "Doktrin" adalah sama dengan "ajaran." (Lihat KJV.)
- 5 Raymond Brown, The Message of Hebrews: Christ Above All, The Bible Speaks Today (Downers Grove, Ill.: Inter-Varsity Press, 1982), 257.
- 6 Keberatan umum terhadap agama Kristen abad pertama adalah bahwa agama itu tidak memiliki substansi karena tidak memiliki korban lahiriah atau mezbah. Karena orang Kristen tidak memiliki piranti yang bisa dilihat yang sangat sering dikaitkan dengan agama, maka mereka dituduh tidak memiliki ilah sama sekali-sebagai ateis. Dampak materi seperti bait suci, mezbah, korban, imam, dan ritual adalah tidak perlu di dalam gereja. Korban kita adalah lebih baik karena korban itu adalah pengorbanan Kristus sendiri.
- 7 Robert Milligan, A Commentary on the Epistle to the Hebrews, New Testament Commentaries (Cincinnati: Chase and Hall, 1876; reprint, Nashville: Gospel Advocate Co., 1975), 489.
- 8 Ayat 10 sampai 13 tidak memiliki hubungan langsung dengan Perjamuan Tuhan. Juga tidak ada hubungan literal terhadap Yohanes 6:51, 53, 54, yang bicara tentang makan Kristus, "roti hidup." Setelah Yesus membuat pernyataan itu, Ia menunjukkan bahwa "Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup" (Yohanes 6:63). Bahkan jika kita benar-benar bisa makan daging Kristus dan secara harfiah minum darah-Nya, hal itu tidak akan ada nilainya bagi kita secara rohani. Kita tidak mengambil bagian dalam Kristus dengan makan daging-Nya, tetapi dengan mengindahkan kata-kata-Nya. Itulah arti Yohanes 6:53, 54, 63. Ketika Ia bicara tentang "makan," Yesus sedang mengacukan sifat rohani dari ajaran-Nya; ajaran itu harus sepenuhnya "ditelan," "dicerna," dan menjadi bagian dari diri orang Kristen. Apa yang orang makan atau tidak makan secara lahiriah tidak akan menyelamatkan atau menyesatkan jiwanya.
- 9 F. F. Bruce, The Epistle to the Hebrews, The New International Commentary on the New Testament (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1964), 399-400.
- 10 Beberapa orang dan hewan dalam Perjanjian Lama dibawa ke luar perkemahan: mayat Nadab dan Abihu (Imamat 10: 4, 5); penghujat yang harus dirajam (Imamat 24:14, 23); Miriam, yang harus menghabiskan waktu tujuh hari di luar perkemahan sewaktu ia kena kusta (Bilangan 12:14, 15); dan kambing hitam (Imamat 16:20-22).
- 11 Dinding di sekitar kota tua itu tidak di lokasi yang sama seperti dinding abad pertama.
- 12 Mengenai sifat tentang apa yang akan segera "lenyap," lihatlah kembali komentar tentang 8:13.
- 13 Bruce, 402.
- 14 Craig R. Koester, Hebrews: A New Translation with Introduction and Commentary, The Anchor Bible, vol. 36 (New York: Doubleday, 2001), 577.
- 15 Tinjaulah kembali komentar tentang 7:12-14.
- 16 Neil R. Lightfoot, Jesus Christ Today: A Commentary on the Book of Hebrews (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1976), 252.
- 17 Julukan ini diterapkan kepada Roma, karena kota itu dan Vatikan merupakan "Gereja" bagi banyak orang. Tentu saja, gereja Tuhan adalah kekal (lihat Daniel 2:44; Matius 16:18).
- 18 Bruce, 404.
- 19 Thomas Hewitt, The Epistle to the Hebrews: An Introduction and Commentary, The Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1960), 210.
- 20 Kenneth S. Wuest, Hebrews in the Greek New Testament for the English Reader (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1951), 239. [Para] pemazmur mengenali bahwa korban-korban itu bisa berbentuk verbal (Mazmur 50:14, 23; 51:15-17; 107:22).
Pengarang: Martel Pace
Hak Cipta © 2014 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Ibrani (Pendahuluan Kitab) Garis Besar Kitab Ibrani Merinci 12:1-13:25
I. Kristus Dan Karya-Nya (1:1-10:18)
A. Kristus, Sang Anak (1:1-4:13)
B. Imamat Besar Kristus (...
Garis Besar Kitab Ibrani Merinci 12:1-13:25
- I. Kristus Dan Karya-Nya (1:1-10:18)
- A. Kristus, Sang Anak (1:1-4:13)
- B. Imamat Besar Kristus (4:14-10:18)
- II. Perjalanan Iman (10:19-13:25)
- A. Iman, "Jalan Yang Baru Dan Yang Hidup" (10:19-12:29)
- 1. Akses Superior Menuju Allah (10:19-39)
- 2. Iman Yang Bekerja (11:1-40)
- 3. Kuasa Iman Yang Luar Biasa (12:1-29)
- a. Kristus, Penyempurna Iman Kita (12:1-3)
- b. Disiplin Sebagai Anak-Anak Allah (12:4-11)
- c. Dorongan Untuk Mencari Kasih Karunia Allah Dan Menjalani Kehidupan Iman (12:12-17)
- d. Perbedaan Kemuliaan Sinai Dan Kemuliaan Sion/" Yerusalem Sorgawi" Yang Lebih Besar (12:18-24)
- e. Peringatan Terakhir: Bahaya Menolak Allah (12:25-29).
- B. Dorongan Terakhir (13:1-25)
-Meninjau Kembali Kitab Ibrani 12; 13-
Pasal 12, menyusul pelbagai teladan iman yang mulia dan visi yang jelas tentang Yesus, mendesak kita untuk bertahan dalam menghadapi konflik (ay. 1-3). Teks itu menyajikan penderitaan sebagai suatu manfaat dari Allah, yang penuh belas kasihan kepada umat-Nya (ay. 4-13). Pelbagai hak istimewa ilahiyat ditunjukkan datang bersama tanggung jawab rohani bagi gereja (ay. 14-17). Kita telah dibawa ke dalam terang injil dan perse-kutuan dengan Allah dan menjadi bagian masyarakat sorga serta gereja di bumi (ay. 18-24). Peringatan yang kelima dan yang terakhir menutup pasal ini (ay. 25-29).
Pasal 13 berisi pesan yang mirip dengan bagian-bagian surat kiriman ini sebelumnya. Surat itu sering memulai hal baru dengan gagasan yang sebelumnya sudah diperkenalkan (seperti halnya jabatan Imam Besar Yesus sudah disinggung dalam 4:14 dan kemudian mulai dijelaskan dalam 5:11). Ibadah, atau pelayanan yang menyukakan Allah, adalah tema pasal penutup ini. Topik itu disinggung dalam 12:28, 29 namun dikembangkan dalam 13:1-21. Nasihat penutup khas abad pertama ini berfokus pada merawat saudara-saudari dalam Kristus, dengan menunjukkan keramahan dan belas kasihan, tetap setia dalam perkawinan, dan menghindari keserakahan. Suatu diskusi tentang pengorbanan Kristus bagi orang lain dilanjutkan dengan nasihat bagi orang-orang Kristen untuk bertindak serupa, dengan memberikan diri mereka sebagai korban pujian dan pelayanan sebagai responnya (ay. 15, 16). Itu menawarkan kekuatan yang memampukan para pendengar untuk melaksanakan apa yang selama ini mereka didorong untuk melakukannya (ay. 21).
Himbauan penting terakhir bagi orang Kristen adalah "pergi kepada-Nya di luar perkemahan dan menanggung kehinaan-Nya" (ay. 13). Sekali lagi, penulis itu mendesak para pembaca untuk meninggalkan Yudaisme-yang dilambangkan dengan Yerusalem, yang akan segera dihancurkan (ay. 14)-dan berfokus pada "kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah" (11:10).
Jenis kesimpulan ini, dalam dunia kuno, mengimbau para pembaca untuk mematuhi pesan itu. Penulis itu mencapai ini dengan mengingat orang-orang Kristen yang menderita, para pemimpin masa lalu, dan penderitaan Kristus (ay. 3, 7, 12). Ia menyiratkan bahwa integritasnya pernah dipertanyakan secara salah (ay. 18, 19). Kesimpulan yang dirancang dengan baik itu memperingatkan adanya pelbagai bahaya di luar, seperti halnya bahaya berteman dengan orang "yang melayani kemah" tetapi tidak memiliki bagian dalam persekutuan baru sorgawi (ay. 10).
Istilah teknis untuk jenis kesimpulan ini adalah "penutup pidato," dari kata Latin peroratio.1Dalam penutup pidato, seorang penulis atau pembicara meringkas argumentasinya dan menghimbau kepada perasaan. Tidak ada alasan untuk percaya bahwa pasal ini ditambahkan oleh penulis yang belakangan.
Kita sedang menyimpulkan pelajaran yang mendebarkan tentang kitab yang penuh kuasa. Marilah kita jangan pernah "hanyut di bawa arus" (2:1), sebaliknya "berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita" (12: 1)!
Martel Pace
Catatan Akhir:
- 1 Penjelasan ini didasarkan pada Craig R. Koester, Hebrews: A New Translation with Introduction and Commentary, The Anchor Bible, vol. 36 (New York: Doubleday, 2001), 554-56, n. 453.
BIS: Ibrani (Pendahuluan Kitab) SURAT KEPADA ORANG IBRANI
PENGANTAR
Surat Kepada Orang Ibrani ini ditujukan kepada sekelompok orang Kristen,
yang karena terus-menerus mengalami tek
SURAT KEPADA ORANG IBRANI
PENGANTAR
Surat Kepada Orang Ibrani ini ditujukan kepada sekelompok orang Kristen, yang karena terus-menerus mengalami tekanan, mungkin akan murtad dari kepercayaan mereka kepada Kristus. Penulis surat ini berusaha mendorong mereka supaya tetap percaya. Untuk itu ia menunjukkan bahwa Yesus Kristus adalah pernyataan Allah yang sempurna. Tiga perkara dikemukakan oleh penulis surat ini. Pertama, Yesus adalah Anak Allah -- Anak yang kekal. Anak Allah itu menunjukkan ketaatan-Nya kepada Bapa melalui ketabahan-Nya untuk menderita. Sebagai Anak Allah, Yesus lebih tinggi dari nabi-nabi dalam Perjanjian Lama. Ia pun lebih tinggi dari malaikat atau Musa sendiri. Kedua, Allah telah menyatakan Yesus sebagai imam abadi yang lebih tinggi daripada imam-imam dalam Perjanjian Lama. Ketiga, dengan perantaraan Yesus, orang yang percaya kepada-Nya dibebaskan dari dosa dan dari ketakutan dan kematian. Sebagai Imam Agung, Yesus memberikan kepada manusia keselamatan sejati yang tidak dapat diberikan oleh upacara- upacara persembahan kurban dan upacara-upacara lainnya di dalam agama Yahudi. Upacara-upacara itu hanya dapat memberikan gambaran dari keselamatan sejati itu saja, lain tidak.
Dengan mengemukakan contoh-contoh iman dari tokoh-tokoh terkenal dalam sejarah Israel (pasal 11 Ibr 11:1-40), penulis surat ini menganjurkan para pembacanya supaya tetap setia. Di dalam pasal 12 (Ibr 12:1-29) ia mendorong mereka supaya terus setia sampai akhir, dengan hanya melihat pada Yesus. Ia mendorong mereka juga supaya tabah menderita dan tabah menanggung tekanan-tekanan dan penganiayaan terhadap diri mereka. Surat ini diakhiri dengan nasihat dan peringatan.
Isi
- Pendahuluan: Kristus adalah pernyataan Allah yang sempurna
Ibr 1:1-3 - Kristus lebih tinggi dari malaikat
Ibr 1:4-2:18 - Kristus lebih tinggi dari Musa dan Yosua
Ibr 3:1-4:13 - Keistimewaan pekerjaan Kristus sebagai imam
Ibr 4:14-7:28 - Keistimewaan perjanjian Kristus
Ibr 8:1-9:28 - Keistimewaan kurban Kristus
Ibr 10:1-39 - Pentingnya iman
Ibr 11:1-12:29 - Nasihat dan penutup
Ibr 13:1-25
Ajaran: Ibrani (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti pokok-pokok ajaran dari Kitab Ibrani, dan
mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pendahuluan
Pen
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti pokok-pokok ajaran dari Kitab Ibrani, dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pendahuluan
Penulis : Hanya Tuhan yang tahu (kemungkinan Rasul Paulus).
Tahun : Sekitar tahun 64-68 sesudah Masehi.
Penerima : Orang-orang percaya yang berlatar belakang Yahudi. Mereka sedang mengalami penganiayaan dan ejekan karena iman Kristen. (Dan juga kepada semua jemaat Kristen di dunia).
Isi Kitab: Kitab Ibrani terbagi atas 13 pasal. Di dalam Kitab ini kita dapat melihat ajaran penguatan iman Kristen bagi orang-orang yang sudah mulai mundur dari imannya, yang disebabkan oleh penganiayaan dari orang-orang yang bukan Kristen.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Ibrani
Pasal 1-6 (Ibr 1:1-6:12).
Pengajaran tentang Yesus yang memiliki kedudukan tertinggi
Dalam bagian ini dijelaskan bahwa semua yang mau kita ketahui tentang Allah dapat diketahui melalui Tuhan Yesus, karena Ia adalah Cahaya Kemuliaan Allah, Penyuci dosa. Ia adalah Pencipta, dan juga lebih tinggi dari para malaikat.
Pendalaman
- Bacalah pasal Ibr 1:2-4. Kalau Yesus lebih tinggi dari pada para malaikat dan Ia adalah Pencipta, penyuci dosa, maka hendaknya setiap orang Kristen berhati- hati dalam kehidupannya sehari-hari, karena Ia sudah mengambil keputusan untuk menerima Penebusnya.
- Bacalah pasal Ibr 5:11-14; 6:4-6. Berikanlah pendapat saudara mengenai bagian ini.
Pasal 6-10 (Ibr 6:13-10:18).
Pengajaran tentang Yesus sebagai imam besar yang paling berkuasa
Dalam bagian ini dijelaskan bahwa Yesus adalah Jalan ke tempat kudus, karena Ia telah membebaskan orang percaya dari Iblis dan maut serta ketakutan dari hukuman dosa.
Pendalaman
- Bacalah pasal Ibr 7:25-27. _Tanyakan_: Apakah yang sanggup dilakukan oleh Yesus dalam hidup saudara? Adakah imam yang memenuhi syarat dalam ayat 26; Ibr 7:26, selain Tuhan Yesus? Apakah yang membedakan Tuhan Yesus dari imam-imam yang lain? Siapakah imam saudara untuk dapat datang kepada Allah?
- Bacalah pasal Ibr 10:3-4,11-18. _Tanyakan_: Apakah darah hewan (domba) dapat menebus dosa manusia? Domba apakah yang menjadi korban orang Kristen? Apakah persembahan korban yang dilakukan oleh imam-imam dunia dapat menghapuskan dosa? Apakah yang dilakukan oleh Tuhan Yesus bagi orang Kristen (manusia)? (lihat ayat 12-18; Ibr 10:12-18)
Pasal 10-13 (Ibr 10:19-13:25).
Pengajaran yang berupa nasehat bagi orang-orang Kristen
- Peringatan untuk mengingat masa yang lalu.
Pendalaman
Bacalah pasal Ibr 10:13-39. Karena itu tetaplah setia, maka kita akan memperoleh hidup yang kekal.
- Peringatan untuk mengingat Bapa-bapa beriman pada jaman dahulu.
Pendalaman
Bacalah pasal 11; Ibr 11:1-40. Dengan mengingat Bapa-bapa beriman, diharapkan agar setiap orang Kristen dikuatkan, karena hal itu membuktikan bahwa apa yang dijanjikan Allah adalah benar.
- Peringatan untuk mengingat pengharapan iman.
Pendalaman
Bacalah pasal Ibr 12:28; 13:5. Karena ada janji yang pasti dari Allah akan jaminan masa yang akan datang dan sekarang, maka hendaknya sebagai orang-orang yang sudah ditebus dari dosa, kita jangan mundur.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab Ibrani?
- Apakah pusat pengajaran Kitab Ibrani?
- Apakah yang dimaksudkan dengan iman?
- Apakah kelebihan Tuhan Yesus dari manusia lain?
Intisari: Ibrani (Pendahuluan Kitab) Kabar baik tentang hal-hal yang lebih baik
SIAPA PENULIS SURAT IBRANI?Kita sama sekali tidak tahu siapa penulis surat Ibrani. Meskipun surat ini diak
Kabar baik tentang hal-hal yang lebih baik
SIAPA PENULIS SURAT IBRANI?
Kita sama sekali tidak tahu siapa penulis surat Ibrani. Meskipun surat ini diakhiri dengan salam hangat, tetapi tidak terdapat alamat pada awal tulisan! Secara umum orang berpendapat bahwa Paulus yang menulis surat ini, tetapi Ibrani 2:3 mengatakan bahwa penulis mendengar Injil dari orang lain yang mendengar sendiri ajaran Yesus. Paulus menyatakan dengan tegas bahwa ia tidak pernah mendengar Injil dari orang lain (Gal 1:12). Penulisnya boleh jadi orang Lewi yang bernama Barnabas (Kis 4:36) yang mengetahui seluk beluk para imam dan pekerjaan mereka. Lukas merupakan kemungkinan ketiga; gaya penulisan Ibrani mirip dengan gaya penulisan Injil Lukas dan Kisah para Rasul. Yang keempat, Apolos mengenal Timotius dengan baik (13:23). Pula, Kisah 18:24 menyatakan bahwa Apolos adalah 'seorang yang mahir dalam soal-soal Kitab Suci'. Siapa pun penulis Ibrani, ia pasti seorang yang mahir dalam soal-soal Kitab Suci! Dan masih ada banyak pendapat lain. Pada akhirnya kita harus mengatakan bahwa tidak seorang pun mengetahui siapa penulis surat ini!
SIAPA PENERIMA SURAT INI?
Karena tidak ada alamat pada surat ini, maka kita tidak tahu siapa penerimanya. Penulis menyatakan suratnya sebagai 'nasihat' (13:22). Tetapi, siapa yang ia nasihati? Mereka adalah orang-orang yang telah dianiaya (Ibr 10:32-34 ). Penulis mengenal mereka secara pribadi dan berharap untuk segera mengunjungi mereka (13:19 dan 23). Mereka mempunyai potensi untuk menjadi pemimpin, tetapi tidak mengalami kemajuan (5:12). Mereka adalah orang-orang berbahasa Yunani; surat ini ditulis mungkin dalam bahasa Yunani terbaik dari seluruh Perjanjian Baru. Oleh karena itu, hampir dapat dipastikan mereka bukanlah orang Yahudi yang tinggal di Yudea. Tetapi, sama pasti pula mereka adalah orang Yahudi. Orang bukan Yahudi tidak mungkin dapat mengerti hukum Yahudi secara rinci. Mereka mungkin hidup di Roma. Hal ini dapat menjelaskan salam yang terdapat dalam 13:24 dari orang Kristen Italia.
MENGAPA SURAT IBRANI DITULIS?
Ada dua kemungkinan. Jika kelompok penerima surat ini adalah Kristen, surat ini merupakan peringatan bagi mereka tentang bahaya kemurtadan, meninggalkan Kristus. Tetapi, mungkin kelompok ini adalah orang Yahudi yang masih belum dapat memutuskan, merasa ragu-ragu antara keputusan mengikuti Kristus atau kembali kepada cara-cara ibadat mereka yang lama.
WAKTU PENULISAN.
Clemen dari Roma mengetahui surat ini, maka surat ini pasti ditulis sebelum tahun 95 M. Dan karena Ibr 10:1-3 menyatakan bahwa korban masih dipersembahkan, maka mungkin surat ini ditulis sebelum tahun 70 M, ketika Bait Suci dihancurkan. Jika penganiayaan yang disebut dalam pasal 10 dilakukan oleh Nero, maka surat ini ditulis sesudah kebakaran di Roma, yaitu tahun 64 M.
Pesan
1. Nasihat.
Ibrani merupakan suatu imbauan yang mengingatkan bahwa kita harus maju terus, bertumbuh dan menjadi dewasa. Kristen selalu tergoda untuk bertahan dalam suatu titik, untuk memperkuat diri dan tidak berani menanggung risiko untuk lebih maju dalam kehidupan iman.
2. Peringatan.
Nasihat untuk maju terus selalu diikuti dengan suatu peringatan akan adanya akibat yang serius apabila tetap berdiam diri atau mundur. Khususnya perhatikan lima pasal yang berisi peringatan:
o Berpegang teguh! Ibr 3:7-19
o Tidak ada mundur! Ibr 6:1-20
o Tidak ada korban lain! Ibr 10:19-39
o Tidak bisa luput! Ibr 12:25-29
3. Perbandingan.
Penulis ingin sekali menunjukkan kepada kita nilai Perjanjian Lama untuk dapat memahami Perjanjian Baru. Dewasa ini banyak orang Kristen yang mengabaikan Perjanjian Lama. Ibrani menunjukkan kepada kita kesinambungan dan perbedaan antara kedua perjanjian tersebut.
4. Sebuah kemah dan bukan Bait Allah.
Walaupun Bait Suci di Yerusalem hampir dapat dipastikan masih berdiri, penulis di sini memakai istilah kemah, seperti digambarkan dalam Keluaran 25:1-27:21, sebagai gambaran penyembahan yang murni yang darinya dapat dipakai untuk memberikan gambaran penyembahan Kristen. Kemah sangat cocok untuk mereka yang berpindah-pindah, Bait Allah cocok untuk orang yang menetap. Ibrani menantang pola kehidupan kita yang menetap dan nyaman dengan corak kehidupan musafir sebagai gantinya (Ibr 11:16).
Penerapan
Ibrani memunculkan pertanyaan tentang jaminan keselamatan Kristen. Dapatkah Kristen diselamatkan hari ini dan terhilang di kemudian hari? Ayat-ayat seperti Yohanes 10:29 tampaknya mengatakan bahwa hal itu tidak mungkin. Namun demikian, kita sering menemukan orang-orang yang dahulu tampaknya Kristen, tetapi sekarang menyangkal Kristus. Pasal-pasal peringatan dalam Ibrani seolah-olah menyarankan bahwa orang Kristen masih tetap bebas untuk kembali kepada cara hidup mereka yang lama: "Karena kita telah beroleh bagian di dalam Kristus, asal saja kita teguh berpegang sampai kepada akhirnya pada keyakinan iman kita yang semula" (Ibr 3:14). "Sebab mereka yang pernah diterangi hatinya... tidak mungkin dibaharui sekali lagi sedemikian, hingga mereka bertobat..." (Ibr 6:4-6). "Sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu, tetapi yang ada ialah kematian yang mengerikan akan penghakiman" (Ibr 10:26-27). Jika surat ini dikirim kepada orang Yahudi yang telah menggabungkan diri dengan gereja Kristen, tetapi tidak mau menyerahkan diri mereka kepada Kristus, maka pengajarannya jelas: terus atau tinggalkan! Tetapi, jika surat ini ditulis kepada orang Kristen, surat ini tampaknya menegaskan bahwa sekalipun telah menjadi Kristen kita tetap diberi kesempatan untuk memilih keluar lagi. Yang terakhir ini sukar diterima sebagai ajaran Ibrani, sebab bertentangan dengan kata-kata Yesus sendiri (seperti dalam Yoh 10:29), berlawanan dengan berbagai analogi keselamatan (dapatkah seorang Kristen dibatalkan kelahiran kembalinya?) dan menentang kuasa Tuhan yang mampu menjaga keselamatan domba-domba-Nya.
Oleh karenanya, ajaran Ibrani adalah:
o Tidak ada kekristenan yang setengah-setengah. Terus atau keluar!o Iman selalu menjadi kunci dari kehidupan yang dituntut oleh Allah.
Bagaimanapun juga, iman bukanlah semata-mata percaya tentang sesuatu, tetapi
merupakan perbuatan ketaatan.
o Perjanjian Lama dapat secara sah digunakan untuk menjelaskan ajaran
Perjanjian Baru. Seluruh isi Alkitab adalah firman Allah.
Tema-tema Kunci
1. Keunggulan Kristus.
Ini adalah topik yang sangat jelas dalam bagian pertama surat Ibrani (1-10). Bacalah seluruh pasal ini dan tulislah semua haI yang menyebutkan Kristus adalah yang "tertinggi". Mulai dari Ibr 1:4 Yesus mempunyai nama yang jauh lebih indah. Apa artinya? Telusurilah makna dari "keunggulan" Kristus.
2. Melkisedek.
Melkisedek hanya disebut dalam Ibrani 5-7 dalam Perjanjian Baru, dan dalam Kejadian 14 serta Mazmur 110 dalam Perjanjian Lama. Pelajarilah pasal-pasal ini. Pakailah kamus Alkitab untuk dapat mengetahui lebih banyak tentang dia dan arti namanya. Siapakah dia? Apa yang dilakukannya? Dan, apa kepentingan Melkisedek dalam argumentasi yang dikembangkan oleh penulis bagi surat Ibrani?
3. Perjanjian Lama.
Tulislah semua kutipan langsung dari Perjanjian Lama yang Anda temui dalam Ibrani. Catat juga acuan yang tidak langsung ke Perjanjian Lama. Amatilah prinsip-prinsip yang tampaknya dipelajari dengan menggunakan Perjanjian Lama. Bagaimana hal ini menunjukkan kepada kita tentang pendekatan terhadap Perjanjian Lama?
4. Iman
Bacalah seluruh Ibrani 11. Tulislah semua perbuatan yang telah dilakukan oleh berbagai orang tersebut. Bagaimana penekanan tentang 'iman yang bekerja' sehubungan dengan definisi tentang iman dalam ayat 1? Pelajarilah ayat-ayat 32-38 tentang iman. Apa yang dilakukan oleh para pelaku iman yang namanya disebutkan dalam pasal ini? Berapa banyak perbuatan dan pengalaman yang disebut di sana yang dapat Anda hubungkan dengan peristiwa atau orang-orang yang disebut dalam Alkitab?
Garis Besar Intisari: Ibrani (Pendahuluan Kitab) [1] PUTRA ALLAH: LEBIH TINGGI DARIPADA PARA MALAIKAT Ibr 1:1-2:18
Ibr 1:1-14Suatu perbedaan
Ibr 2:1-4Suatu peringatan
Ibr 2:5-18Kerendahan hati
[1] PUTRA ALLAH: LEBIH TINGGI DARIPADA PARA MALAIKAT Ibr 1:1-2:18
Ibr 1:1-14 | Suatu perbedaan |
Ibr 2:1-4 | Suatu peringatan |
Ibr 2:5-18 | Kerendahan hati Putra Allah |
[2] PUTRA ALLAH: LEBIH TINGGI DARIPADA MUSA Ibr 3:1-19
Ibr 3:1-6 | Putra Allah dan hamba |
Ibr 3:7-19 | Peringatan |
[3] PUTRA ALLAH: LEBIH TINGGI DARIPADA YOSUA Ibr 4:1-13
[4] PUTRA ALLAH: LEBIH TINGGI DARIPADA IMAM BESAR Ibr 4:14-10:39
Ibr 4:14-5:14 | Lebih tinggi daripada Harun |
Ibr 6:1-20 | Peringatan dan imbauan |
Lebih tinggi daripada Melkisedek:
Ibr 7:1-10 | Kebesaran Melkisedek |
Ibr 7:11-19 | Keimaman yang baru |
Ibr 7:20-25 | Keimaman yang tetap |
Ibr 7:26-28 | Putra Allah yang sempurna |
Ibr 8:1-13 | Perjanjian yang unggul |
Pengorbanan yang terbaik:
Ibr 9:1-10 | Keterbatasan yang lama |
Ibr 9:11-28 | Kesempurnaan yang baru |
Ibr 10:1-18 | Tubuh Kristus |
Ibr 10:19-39 | Imbauan dan peringatan |
[5] KEHIDUPAN IMAN Ibr 11:1-13:17
Ibr 11:1-3 | Definisi iman |
Ibr 11:4-22 | Dari Habel sampai Keluaran |
Ibr 11:23-31 | Dari Mesir sampai Kanaan |
Ibr 11:32-38 | Hakim-hakim, raja-raja dan nabi-nabi |
Ibr 11:39-40 | Hari depan yang lebih baik |
Ibr 12:1-2 | Contoh: lihat pada Yesus |
Ibr 12:3-11 | Hidup sebagai keluarga Allah |
Ibr 12:25-29 | Peringatan |
Ibr 12:12-24 | Kekudusan: bukan suatu pilihan tambahan |
Ibr 13:1-6 | Kekudusan dalam praktek |
Ibr 13:7-17 | Kepemimpinan dan kemuridan |
[6] KESIMPULAN Ibr 13:18-25
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi