Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Ref. Silang FULL -> Mat 10:15
Ref. Silang FULL: Mat 10:15 - hari penghakiman // dan Gomora // kota itu · hari penghakiman: Mat 12:36; Kis 17:31; 2Pet 2:9; 3:7; 1Yoh 4:17; Yud 1:6
· dan Gomora: Kej 18:20; 19:24; 2Pet 2:6; Yud 1:7
· k...
· hari penghakiman: Mat 12:36; Kis 17:31; 2Pet 2:9; 3:7; 1Yoh 4:17; Yud 1:6
· dan Gomora: Kej 18:20; 19:24; 2Pet 2:6; Yud 1:7
· kota itu: Mat 11:22,24
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Mat 10:5-15
Matthew Henry: Mat 10:5-15 - Petunjuk-petunjuk kepada Para Rasul Petunjuk-petunjuk kepada Para Rasul (10:5-15)
Dalam perikop ini diceritakan tentang petunjuk-petunjuk Kristus kepada para murid-Nya yang disampaika...
Petunjuk-petunjuk kepada Para Rasul (10:5-15)
- Dalam perikop ini diceritakan tentang petunjuk-petunjuk Kristus kepada para murid-Nya yang disampaikan-Nya ketika Ia memberi mereka amanat. Apakah pesan-pesan ini langsung disampaikan sekaligus kepada mereka atau beberapa bagiannya diberikan pada waktu-waktu yang berbeda tidaklah penting; dalam pesan-pesan ini Ia memberikan perintah kepada mereka (dalam KJV kata "berpesan" di sini diterjemahkan dengan "memerintah"). Ketika Yakub memberkati anak-anaknya, dikatakan bahwa pesannya kepada anak-anaknya itu disebut perintah, dan dengan memberikan pesan atau perintah di sini, Kristus memerintahkan berkat. Perhatikanlah:
- I. Orang-orang yang harus didatangi para rasul menurut perintah Kristus. Duta-duta Kristus ini diberi petunjuk ke tempat-tempat mana saja mereka harus pergi.
- . Tidak kepada bangsa-bangsa bukan-Yahudi ataupun orang Samaria. Mereka tidak boleh menyimpang ke jalan bangsa lain atau pergi ke jalan-jalan di luar tanah Israel, seberapa pun tergodanya mereka. Injil jangan dulu disampaikan kepada bangsa-bangsa lain sebelum orang-orang Yahudi menolaknya terlebih dulu. Mengenai orang Samaria, yang merupakan keturunan dari berbagai bangsa yang ditempatkan di Samaria oleh raja Asyur, wilayah mereka terletak di antara Yudea dan Galilea, sehingga para rasul mau tidak mau harus melalui jalan menuju orang Samaria. Namun demikian, mereka tidak boleh masuk ke dalam kota orang Samaria. Sebelumnya Kristus menolak untuk menyatakan diri-Nya kepada bangsa-bangsa bukan-Yahudi atau orang-orang Samaria, karena itu para rasul pun tidak boleh pergi mengajar kepada mereka. Jika Injil disembunyikan dari suatu tempat, maka Kristus sendiri pun menyembunyikan diri-Nya dari tempat itu. Namun mereka diberi batasan ini hanya pada perjalanan misi mereka yang pertama, karena setelah ini mereka ditugaskan untuk pergi ke seluruh dunia dan mengajar semua bangsa.
- . Melainkan kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel. Kepada merekalah Kristus melakukan tugas pelayanan-Nya (15:24), karena Ia adalah pelayan orang-orang bersunat (Rm. 15:8). Oleh sebab itu, hanya kepada orang-orang Yahudi sajalah para rasul, yang adalah para pengikut dan pekerja-Nya, harus pergi. Keselamatan pertama-tama harus ditawarkan kepada orang-orang Yahudi (Kis. 3:26). Perhatikanlah, Kristus secara khusus sangat peduli dan sangat berbelas kasihan kepada umat Israel; mereka adalah kekasih Allah karena nenek moyang (Rm. 11:28). Dengan penuh kasih Ia memandang mereka sebagai domba-domba yang hilang, dan sebagai seorang gembala, Ia ingin membawa mereka kembali dari jalan dosa dan kesalahan yang di dalamnya mereka telah tersesat, dan jika mereka tidak kembali ke jalan yang benar, mereka akan terus berkelana tanpa tujuan (Yer. 2:6). Bangsa-bangsa bukan-Yahudi juga tersesat seperti domba yang hilang (1Ptr. 2:25). Demikianlah Kristus menggambarkan keadaan orang-orang yang kepada mereka para rasul diutus, supaya mereka merasa tergugah dan lebih giat lagi dalam bekerja. Mereka diutus kepada umat Israel (yang juga merupakan bangsa mereka sendiri), yang harus mereka kasihani dan tolong.
- II. Tugas mengajar yang Ia berikan kepada para rasul. Ia tidak mengutus mereka tanpa suatu tugas. Oh tidak, "Pergilah dan beritakanlah" (ay. 7). Mereka akan menjadi pengkhotbah-pengkhotbah keliling. Ke mana pun mereka pergi, mereka harus mengumandangkan dimulainya Injil, dengan mewartakan, Kerajaan Sorga sudah dekat. Ini tidak berarti bahwa mereka tidak boleh mengatakan hal-hal lain, melainkan bahwa perkataan ini haruslah menjadi pesan utama dalam pemberitaan mereka. Mulai dari pesan inilah mereka harus memperluas pemberitaan mereka supaya orang-orang tahu bahwa kerajaan Mesias, yang adalah Tuhan dari sorga, akan segera ditegakkan seperti yang tertulis dalam Kitab Suci. Oleh sebab itu orang harus bertobat dan meninggalkan dosa-dosa mereka supaya mereka bisa diakui untuk masuk ke dalam kerajaan itu dan menikmati hak-hak istimewanya. Dikatakan (Mrk. 6:12), mereka pergi dan memberitakan bahwa orang harus bertobat, yang sesuai dengan penerapan dari ajaran mengenai datangnya Kerajaan Sorga ini. Karena itu, sebentar lagi orang harus berharap untuk mendengar lebih banyak tentang Mesias yang sudah lama ditunggu-tunggu ini dan harus siap menerima ajaran-Nya, percaya kepada-Nya, dan mau menanggung kuk-Nya. Pemberitaan ini bagaikan cahaya pagi yang memberitahukan segera terbitnya matahari. Betapa berbedanya pemberitaan ini dengan pemberitaan Yunus, yang menyatakan bahwa kehancuran akan datang sebentar lagi! (Yun. 3:4). Kabar ini menyatakan bahwa keselamatan sudah dekat, dekat pada orang-orang yang takut akan Dia; kasih dan kesetiaan akan bertemu (Mzm. 85:10-11), maksudnya, Kerajaan Sorga sudah dekat. Ini jangan hanya diartikan sebagai kehadiran pribadi sang raja itu sendiri, janganlah kita terlalu terpaku pada hal ini saja, melainkan juga pada kerajaan rohani yang akan didirikan di dalam hati manusia, ketika Dia sudah tidak lagi hadir secara jasmani.
- Nah, berita ini sama dengan apa yang diberitakan oleh Yohanes Pembaptis dan Kristus sebelumnya. Perhatikanlah, orang perlu mendengar kebenaran yang ditekankan secara berulang-ulang kepada mereka, dan jika kebenaran itu disampaikan dan didengar dengan perasaan-perasaan kasih yang baru, maka kebenaran itu seolah-olah menjadi segar bagi kita. Kristus yang diberitakan di dalam Injil adalah sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya (Ibr. 13:8). Setelah pemberitaan ini, yaitu ketika Roh Kudus dicurahkan dan gereja Kristen terbentuk, Kerajaan Sorga sungguh telah datang, tetapi untuk sekarang kedatangan kerajaan ini diberitakan sudah dekat. Namun demikian, Kerajaan Sorga masih harus menjadi hal utama dari pemberitaan kita. Sekarang Kerajaan Sorga itu sudah datang, maka kita harus memberi tahu orang bahwa kerajaan ini akan datang kepada mereka, dan kita harus memperlihatkan kepada mereka ajaran-ajaran dan kemuliaan-kemuliaannya. Ada lagi sebuah kerajaan kemuliaan yang akan datang, yang harus kita beritakan bahwa kedatangannya sudah dekat, dan harus menggugah hati orang untuk tekun menantikannya.
- III. Kuasa yang Ia berikan kepada para rasul untuk mengadakan mujizat-mujizat untuk meneguhkan ajaran mereka (ay. 8). Ketika Ia mengutus mereka untuk menyampaikan ajaran yang sama yang sudah Ia ajarkan, Ia memberi mereka kuasa untuk meneguhkan ajaran itu, dengan kuasa-kuasa ilahi yang sama, yang tidak akan pernah berdusta. Ini tidak berarti bahwa kerajaan Allah sudah datang pada saat itu juga; mengadakan mujizat-mujizat pada waktu itu sama dengan meletakkan kembali dasar pada sebuah bangunan ketika bangunan itu didirikan. Dengan diselesaikannya permasalahan secara mudah dan dengan dibuktikannya ajaran Kristus oleh mujizat-mujizat yang diadakan Kristus dan para rasul-Nya, maka orang mungkin tergoda untuk meminta lebih banyak tanda lagi. Dalam hal ini, para rasul diperintahkan:
- . Untuk menggunakan kuasa mereka untuk berbuat baik. Bukan untuk "Pergilah dan pindahkan gunung-gunung" atau "turunkan api dari langit," melainkan untuk "sembuhkan yang sakit dan tahirkan yang kusta." Mereka diutus untuk memberkati orang banyak, untuk menunjukkan kepada dunia bahwa kasih dan kebaikan adalah semangat dan inti dari Injil yang mereka beritakan dan dari kerajaan yang akan mereka dirikan. Dengan melihat semuanya ini, tampak bahwa mereka adalah hamba-hamba Allah yang hati-Nya baik dan yang selalu berbuat baik dan yang belas kasihannya meliputi segala pekerjaan-Nya; dan bahwa maksud dari ajaran yang mereka beritakan adalah untuk menyembuhkan jiwa-jiwa yang sakit dan untuk membangkitkan mereka yang mati di dalam dosa. Karena itu, mungkin, membangkitkan orang mati disebutkan di sini, karena walaupun kita tidak melihat para rasul membangkitkan orang mati sebelum kebangkitan Kristus, mereka dipakai untuk membangkitkan banyak orang kepada kehidupan rohani.
- . Untuk berbuat baik dengan cuma-cuma. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma. Orang yang memiliki kuasa untuk menyembuhkan segala penyakit pasti mempunyai kesempatan untuk memperkaya diri sendiri; siapa yang tidak mau berobat kepada orang yang pasti bisa menyembuhkan penyakit apa pun yang mereka derita? Oleh karena itu, mereka diperingatkan untuk tidak mencari keuntungan dari kuasa yang mereka miliki untuk mengadakan mujizat-mujizat ini. Mereka harus menyembuhkan dengan cuma-cuma, untuk memperlihatkan lebih jauh sifat dan perilaku kerajaan Injil, yang bukan hanya terdiri atas anugerah saja, melainkan anugerah yang diberikan dengan cuma-cuma. Gratia gratis data -- Dengan cuma-cuma oleh anugerah-Nya (Rm. 3:24), membeli obat tanpa uang dan tanpa bayaran (Yes. 55:1). Alasannya adalah karena kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma. Kuasa mereka untuk menyembuhkan orang sakit tidak menuntut bayaran apa-apa dari mereka, karena itu mereka tidak boleh mencari keuntungan duniawi dari kuasa itu bagi diri mereka sendiri. Simon si tukang sihir itu tidak akan menawarkan uang untuk membeli karunia-karunia Roh Kudus jika dia tidak berharap untuk mendapatkan uang dengan memiliki karunia-karunia itu (Kis. 8:18). Perhatikanlah, perbuatan baik yang dilakukan Kristus kepada kita dengan cuma-cuma seharusnya membuat kita juga berbuat baik kepada orang lain dengan cuma-cuma.
- IV. Bekal-bekal yang harus mereka bawa dalam perjalanan ini. Hal ini merupakan suatu masalah yang harus dipikirkan dalam mengutus seorang duta, karena duta juga harus mengurus soal biaya dari misi yang ditugaskan kepadanya. Mengenai bekal ini:
- . Mereka tidak boleh membawa bekal sendiri (ay. 9-10). Janganlah membawa emas atau perak. Ini karena, pada satu sisi, pekerjaan mereka tidak akan menghasilkan harta kekayaan, jadi, pada sisi lain, mereka tidak akan mengeluarkan sedikit pun milik mereka untuk pekerjaan tersebut. Perintah itu hanya terbatas pada misi kali ini, dan dalam hal ini Kristus mau mengajar mereka:
- (1) Untuk bertindak sesuai dengan hikmat kebijaksanaan manusia. Mereka sekarang hanya akan melakukan perjalanan yang singkat saja, dan akan segera kembali kepada Guru mereka dan ke markas mereka lagi, karena itu mengapa mereka harus repot-repot membawa sesuatu yang tidak akan sempat mereka gunakan?
- (2) Untuk bertindak dalam kebergantungan pada pemeliharaan ilahi. Mereka harus diajar untuk hidup tanpa memikirkan cara untuk hidup itu sendiri (6:25, dst.). Perhatikanlah, orang yang ditugasi Kristus mempunyai jauh lebih banyak alasan daripada orang lain untuk percaya kepada-Nya dalam hal kebutuhan makanan. Pastilah Ia akan memperhatikan orang-orang yang bekerja untuk-Nya. Seperti halnya pekerja-pekerja Kristus mendapat perlindungan yang khusus, demikian pula mereka berhak diberi makanan yang khusus. Hamba-hamba yang dipekerjakan Kristus akan mempunyai makanan yang cukup, bahkan sampai bersisa. Selama kita setia kepada Allah dan kepada kewajiban kita dan peduli untuk melakukan pekerjaan kita dengan baik, maka kita bisa menyerahkan saja segala kekhawatiran kita kepada Allah. Dia-lah Yehovah-Jireh, biarlah Tuhan yang menyediakan bagi kita sesuai dengan apa yang pantas menurut-Nya.
- . Mereka boleh berharap bahwa orang-orang yang akan mereka kunjungi akan menyediakan apa yang mereka perlukan (ay. 10). Seorang pekerja patut mendapat upahnya. Janganlah mereka berharap akan diberi makan dengan mujizat, seperti Elia, melainkan mereka bisa bergantung pada Allah untuk menggerakkan hati orang-orang yang mereka kunjungi untuk berbuat baik kepada mereka dan menyediakan apa yang mereka perlukan. Walaupun orang-orang yang melayani dalam tempat kudus tidak boleh berharap akan menjadi kaya dari pelayanannya di tempat kudus itu, mereka boleh berharap mendapat penghidupan yang layak darinya (1Kor. 9:13-14). Pantaslah jika mereka terpelihara dari pekerjaan mereka. Pelayan-pelayan Tuhan adalah, dan harus menjadi, pekerja-pekerja keras agar dengan begitu mereka layak mendapatkan upah mereka, supaya mereka tidak terpaksa mencari penghasilan lain untuk membiayai hidup mereka. Kristus tidak ingin jika murid-murid-Nya tidak percaya kepada Allah dan juga tidak percaya kepada saudara-saudara sebangsa mereka sendiri sampai merasa ragu akan mendapatkan penyediaan yang layak jika berada di antara mereka. Jika kamu memberikan pengajaran kepada mereka dan berusaha berbuat baik kepada mereka, maka mereka pasti akan memberimu makanan dan minuman yang kamu perlukan, dan jika mereka melakukannya, janganlah kamu menginginkan makanan yang lezat-lezat dan mewah-mewah; Allah akan memberimu upah setelah ini, tetapi untuk sementara waktu kamu harus terus bekerja.
- V. Tata cara yang harus mereka ikuti ketika memasuki suatu tempat (ay. 11-15). Mereka pergi dengan tidak mengetahui tempat yang dituju, tidak diundang, tidak diharapkan kedatangannya, tidak mengenal siapa-siapa, dan tidak dikenal siapa-siapa; tanah kelahiran mereka merupakan tanah yang asing bagi mereka. Jadi, petunjuk apa yang harus mereka turuti? Jalan apa yang harus mereka tempuh? Kristus tidak akan mengutus mereka tanpa memberikan petunjuk-petunjuk yang lengkap, dan inilah petunjuk-petunjuk itu:
- . Dalam hal ini mereka diberi perintah bagaimana harus bersikap terhadap orang-orang yang tidak mereka kenal. Bagaimana bersikap:
- (1) Di suatu kota atau desa yang asing: apabila kamu masuk ke sebuah kota, carilah di situ seorang yang layak.
- [1] Orang-orang yang seperti ini sudah seharusnya ada di setiap tempat. Mereka ini lebih cenderung akan menerima Injil dan para pemberitanya daripada orang lain, sekalipun pada saat itu ada banyak penyimpangan dan kemurtadan. Perhatikanlah, dalam waktu dan tempat yang paling buruk pun kita bisa tetap berharap dengan sukacita bahwa ada sebagian orang yang tidak ikut-ikutan orang lain dan lebih baik daripada tetangga-tetangga mereka. Mereka seperti orang-orang yang berenang melawan arus atau gandum di tengah ilalang. Orang-orang kudus pun ada dalam keluarga Kaisar Nero. Carilah siapa yang layak, siapa yang takut akan Tuhan, dan yang melaksanakan ajaran-ajaran terang yang sudah mereka ketahui. Orang-orang yang terpandang belum tentu pantas menerima tawaran Injil. Namun sebagian orang akan lebih mempunyai kecenderungan daripada sebagian yang lain untuk menyambut dengan baik para rasul dan pesan yang mereka bawa, dan mereka tidak akan menginjak-injak permata ini dengan kaki mereka. Perhatikanlah, para pelayan Tuhan haruslah terutama melihat apakah orang memang sudah mempunyai kecenderungan untuk berbuat baik, dan ini harus dijadikan petunjuk dan juga dorongan bagi mereka untuk berhubungan dengan orang lain. Injil akan jauh lebih bermanfaat bagi orang yang memang sudah mempunyai kecenderungan hati kepadanya, karena mereka pasti akan dapat menerimanya; dan orang seperti ini dapat dijumpai di sana-sini.
- [2] Mereka harus mencari orang-orang seperti ini, bukan mencari-cari tempat penginapan yang paling baik; tempat penginapan umum tidaklah cocok bagi mereka karena mereka tidak membawa uang sepeser pun (ay. 9), atau berharap akan mendapat uang (ay. 8). Karena itu, mereka harus mencari tempat menginap di rumah-rumah penduduk, dengan orang-orang yang akan menyambut mereka dengan baik, yang tidak mengharapkan imbalan apa-apa kecuali upah nabi atau upah rasul, yaitu doa dan ajaran mereka. Perhatikanlah, orang yang mau menyambut Injil tidak boleh menggerutu mengenai biaya yang harus mereka keluarkan karena Injil itu atau berharap akan menerimanya kembali di dunia ini. Para rasul harus mencari-cari bukan siapa yang kaya, melainkan siapa yang layak, bukan siapa yang paling terhormat, melainkan siapa yang paling baik. Perhatikanlah, ke mana pun murid-murid Kristus pergi, mereka harus bertanya siapa orang-orang yang baik yang ada di setiap tempat yang mereka kunjungi, dan harus berusaha untuk mengenal orang-orang itu. Jika kita menerima Allah sebagai Allah kita, maka kita juga harus menerima orang-orang-Nya sebagai orang-orang kita juga, dan bersukacita di dalam kesamaan kita sebagai umat Allah. Paulus dalam perjalanan-perjalanannya di semua tempat berusaha mencari tahu kalau-kalau ada saudara-saudara dalam Kristus yang tinggal di tempat-tempat itu (Kis. 28:14). Dalam hal ini tersirat bahwa jika mereka benar-benar mencari tahu siapa yang layak, mereka akan menemukan orang-orang itu. Orang yang lebih baik daripada tetangganya pastilah diketahui banyak orang, dan siapa saja bisa memberi tahu mereka bahwa di tempat ini atau itu ada orang yang jujur, sederhana, dan baik hati; karena seperti minyak wangi, sifat baik ini menembus keluar dan mengisi ruangan dengan aroma harumnya. Setiap orang tahu di mana rumah sang pelihat (1Sam. 9:18).
- [3] Setelah mendapatkan rumah orang yang layak, mereka harus tetap tinggal di situ; ini menunjukkan bahwa mereka akan hanya tinggal sebentar saja di setiap kota, sehingga mereka tidak perlu berpindah-pindah tempat; karena itu, rumah apa pun yang pertama kali mereka tempati, di situlah mereka harus tetap tinggal sampai mereka meninggalkan kota itu. Jika mereka tidak mempunyai rencana yang baik dan selalu berpindah-pindah tempat tinggal, maka orang akan curiga kepada mereka. Perhatikanlah, murid-murid Kristus haruslah memanfaatkan tempat yang ada dengan sebaik-baiknya, diam di situ, dan tidak berpindah-pindah hanya karena merasa tidak suka atau tidak nyaman.
- (2) Di rumah-rumah yang asing. Apabila mereka sudah menemukan rumah orang yang dianggap layak, mereka harus memberi salam kepada mereka ketika akan masuk rumah. Dalam hal sopan santun, berilah salam terlebih dulu kepada orang sebagai tanda kerendahan hatimu. Janganlah mengira bahwa kamu direndahkan dengan menyalami orang atau menunggu dulu sebelum dipersilakan masuk. Berilah salam kepada keluarga itu:
- [1] Supaya bisa terus bercakap-cakap, dan dengan demikian kamu bisa menyampaikan pesan yang kamu bawa. Dari pembicaraan-pembicaraan umum, tanpa sadar kita bisa masuk ke dalam pembicaraan yang baik yang bisa membangun iman.
- [2] "Untuk mengetahui apakah kamu disambut atau tidak; kamu akan mengetahui apakah salammu diterima dengan malu-malu, dingin-dingin saja, atau langsung dibalas. Orang yang tidak menerima salammu dengan baik. juga tidak akan menerima pesan yang kamu bawa dengan baik; karena orang yang tidak benar dan tidak setia dalam perkara-perkara kecil. juga tidak akan benar dan tidak setia dalam perkara-perkara besar (Luk. 16:10).
- [3] Supaya kamu memperoleh pandangan yang baik di mata mereka. Berilah salam kepada mereka, supaya mereka melihat bahwa walaupun wajahmu tampak serius atau sungguh-sungguh, itu tidak berarti hatimu muram." Perhatikanlah, agama mengajar kita untuk berbudi dan bersikap sopan terhadap semua orang yang berhubungan dengan kita. Walaupun para rasul diutus dengan diberi wewenang dari Anak Allah sendiri, mereka tetap diberi pesan untuk tidak memberi perintah, melainkan harus memberi salam ketika hendak masuk ke rumah orang; karena mengingat kasihmu, lebih baik aku meminta, itulah cara yang digunakan Injil (Flm. 1:8-9). Jiwa-jiwa manusia dibawa kepada Kristus pertama-tama melalui tali persaudaraan, kemudian dipelihara dalam ikatan kasih (Hos. 11:4). Ketika Petrus menawarkan Injil kepada Kornelius, seorang bukan-Yahudi, Petrus disalami terlebih dulu (Kis. 10:25), karena orang bukan-Yahudi memperlakukan orang Yahudi sebagaimana mereka biasa diperlakukan.
- Setelah memberi salam kudus kepada keluarga tersebut, mereka harus menilai keluarga itu berdasarkan balasan yang diberikannya, dan bertindak lebih lanjut sesuai dengan balasan itu. Perhatikanlah, mata Allah selalu tertuju kepada kita, untuk mengawasi penghiburan apa yang kita berikan kepada orang-orang dan hamba-hamba-Nya yang baik; jika mereka layak menerimanya, salammu itu turun ke atasnya, jika tidak, salammu itu kembali kepadamu (ay. 13). Jadi tampaknya setelah mereka mencari orang yang paling layak (ay. 11), mereka mungkin saja menemukan orang yang justru tidak layak. Perhatikanlah, walaupun baik untuk mendengar pendapat dan pandangan orang banyak, pendapat dan pandangan itu tidak seluruhnya bisa diandalkan; kita harus menggunakan hikmat kebijaksanaan dan melihat dengan kedua mata kita sendiri. Mengerti jalannya sendiri adalah hikmat orang cerdik. Nah, petunjuk ini dimaksudkan:
- Pertama, untuk membantu para rasul. Salam yang biasa diucapkan adalah, "damai sejahtera bagimu." Salam ini, sebagaimana yang mereka maksudkan, mengacu kepada Injil. Maksudnya adalah damai sejahtera dari Allah, damai sejahtera dari kerajaan sorga, yang dinanti-nantikan banyak orang. Nah, supaya mereka tidak mengucapkan salam ini kepada sembarang orang, karena banyak yang memang sangat tidak layak mendapatkan salam itu, maka petunjuk ini diberikan untuk memastikan bahwa salam itu sampai kepada orang yang benar. Kristus memberi tahu mereka bahwa doa Injil ini (begitulah salam tersebut dipakai sekarang sebagai doa) harus disampaikan kepada semua orang, seperti halnya Injil ditawarkan kepada semua orang tanpa kecuali. Mereka harus menyerahkan kepada Allah, yang mengetahui isi hati dan sifat orang yang sebenarnya, untuk menentukan siapa yang sungguh layak menerimanya dan siapa yang tidak. Jika mereka layak, mereka akan mendapat berkat dari salammu itu. Jika tidak, ya tidak apa-apa, kamu tidak akan menderita kerugian karena itu; salammu itu kembali kepadamu, seperti doa-doa Daud untuk para musuhnya yang tidak tahu berterima kasih (Mzm. 35:13). Perhatikanlah, kita harus menilai semua orang dengan kasih, berdoa dengan sungguh-sungguh bagi semua, dan bersikap baik kepada semua, karena itu adalah bagian kita, kemudian kita harus menyerahkan kepada Allah untuk menentukan bagaimana pengaruh semuanya ini atas mereka, karena itu adalah bagian-Nya.
- Kedua, sebagai petunjuk bagi mereka. "Jika setelah diberi salam mereka memang terlihat layak, tinggallah bersama mereka, supaya dengan demikian jadilah salammu itu turun ke atas mereka; beritakanlah Injil dan damai sejahtera Yesus Kristus kepada mereka. Tetapi jika tidak, jika mereka bersikap kasar dan menutup pintu bagimu, salammu itu kembali kepadamu sebanyak yang ada padamu. Tariklah kembali apa yang sudah kamu katakan dan berbaliklah dari mereka; dengan menghinamu seperti ini, mereka membuat diri mereka tidak layak menerima kebaikan-kebaikanmu yang lain, dan mereka sudah kehilangan kesempatan untuk mendapatkannya." Perhatikanlah, ketika sikap dan perbuatan kita sedang diuji, sering kali pada saat itu kita kehilangan berkat-berkat yang besar hanya karena kita mengabaikan hal-hal yang tampak remeh dan tidak penting. Dengan cara itulah Esau kehilangan hak kesulungannya (Kej. 25:34), dan Saul kehilangan kerajaannya (1Sam. 13:13-14).
- . Di sini mereka diberi petunjuk tentang bagaimana membawa pesan Injil kepada orang-orang yang menolak mereka. Orang-orang demikian (ay. 14) tidak akan mau menerima mereka maupun mendengar perkataan mereka. Mungkin para rasul itu berpikir bahwa karena sekarang mereka telah mempunyai suatu ajaran yang demikian untuk diberitakan dan memiliki kuasa untuk mengadakan mujizat-mujizat untuk memperkuat ajaran itu, maka tidak diragukan lagi bahwa mereka akan diterima dan disambut dengan baik di mana-mana. Karena itulah mereka diberi tahu sebelumnya bahwa akan ada orang yang tidak mengacuhkan dan menghina mereka serta pesan yang mereka bawa. Perhatikanlah, pengabar Injil yang terbaik dan terhebat sekalipun harus sadar bahwa mereka akan menemui sebagian orang yang sama sekali tidak akan mendengarkan mereka dan juga tidak akan menunjukkan sikap hormat terhadap mereka. Banyak orang akan memalingkan telinga, bahkan dari suara yang penuh sukacita ini, dan tidak akan mendengarkan suara tukang-tukang serapah atau suara pembaca mantera yang pandai (Mzm. 58:6). Camkanlah, "Mereka tidak akan menerima kamu dan tidak akan mendengar perkataanmu." Perhatikanlah, penghinaan terhadap Injil biasanya beriringan dengan penghinaan terhadap para pengabar Injil, dan penghinaan ini selalu ditujukan sebagai penghinaan terhadap Kristus. Namun, penghinaan ini juga akan dituntut pertanggungjawabannya. Sekarang, dalam kaitannya dengan masalah tersebut, kita baca:
- (1) Pesan-pesan kepada para rasul mengenai apa yang harus mereka lakukan. Mereka harus keluar dan meninggalkan rumah atau kota itu. Perhatikanlah, Injil tidak akan tinggal lama-lama dengan orang yang tidak mau mendengarkannya. Pada waktu mereka pergi, mereka harus mengebaskan debunya dari kaki mereka:
- [1] Dengan perasaan benci terhadap kejahatan mereka. Penolakan mereka itu begitu kejinya sampai mengotori tanah yang mereka pijak, dan oleh sebab itu harus dikebaskan karena menjijikkan. Para rasul tidak boleh berhubungan atau bersekutu dengan mereka; bahkan mereka tidak boleh membiarkan debu dari kota itu menempel di kaki mereka. Perbuatan murtad aku benci, itu takkan melekat padaku (Mzm. 101:3). Seorang abdi Allah di Betel pun dulu tidak boleh makan atau minum (1Raj. 13:9).
- [2] Untuk menyatakan secara terang-terangan murka Allah terhadap mereka. Ini untuk menunjukkan bahwa mereka jahat dan hina seperti debu, dan Allah akan mengebaskan mereka. Debu-debu di kaki para rasul, yang mereka kebaskan, akan menjadi saksi yang melawan mereka dan akan diajukan sebagai bukti bahwa Injil telah diberitakan kepada mereka (Mrk. 6:11, bdk. Yak. 5:3). Lihat bagaimana ini diterapkan dalam Kisah Para Rasul 13:51 dan 18:6. Perhatikanlah, orang yang menghina Allah dan Injil-Nya akan direndahkan.
- (2) Kutukan yang akan menimpa orang-orang yang menolak Injil atas kemauan mereka sendiri (ay. 15). Pada hari penghakiman, tanah Sodom, walaupun merupakan kota yang terkenal jahatnya, akan lebih ringan tanggungannya daripada kota itu. Perhatikanlah:
- [1] Akan datang hari penghakiman di mana semua orang yang menolak Injil pasti akan dituntut pertanggungjawabannya; meskipun saat ini mereka begitu mengolok-olok Injil. Karena mereka tidak mau mendengar ajaran yang akan menyelamatkan, maka mereka pun akan dibuat mendengar perkataan yang akan menghancurkan mereka. Penghakiman mereka ditangguhkan sampai datangnya hari itu.
- [2] Ada tingkat-tingkat hukuman yang berbeda pada hari itu. Siksaan neraka semuanya memang tidak tertahankan, namun sebagian siksaan akan lebih berat daripada sebagian yang lain. Sebagian orang berdosa akan tenggelam lebih dalam dan dicambuki lebih banyak daripada sebagian yang lain di neraka.
- [3] Hukuman bagi mereka yang menolak Injil akan lebih perih dan berat daripada hukuman bagi Sodom dan Gomora. Sodom dikatakan menanggung siksaan api kekal (Yud. 7). Tetapi siksaan itu akan ditimpakan dengan lebih berat kepada mereka yang menghina keselamatan kekal. Sodom dan Gomora sangatlah jahat (Kej. 13:13), dan dosa mereka yang terbesar adalah bahwa mereka tidak menerima malaikat-malaikat yang diutus kepada mereka, dan malah melecehkan mereka (Kej. 19:4-5). Mereka tidak mendengarkan perkataan mereka (ay. 14). Tetapi tanggungan mereka akan lebih ringan daripada tanggungan orang-orang yang tidak menerima pelayan-pelayan Kristus dan tidak mau mendengarkan perkataan mereka. Murka Allah kepada mereka akan lebih menyala-nyala, dan mereka akan menyesali sedalam-dalamnya perbuatan mereka dalam menolak Injil itu. Anakku, ingatlah, Aku sungguh akan menuntut orang-orang yang telah ditawari kehidupan kekal, namun justru memilih kematian. Dosa Israel pada waktu Allah mengutus nabi-nabi-Nya kepada mereka dipandang lebih keji daripada dosa-dosa Sodom (Yeh. 16:48-49), apalagi sekarang Dia mengutus Anak-Nya sendiri, Sang Nabi Agung.
SH: Mat 10:1-15 - Duta Yesus (Rabu, 23 Januari 2013) Duta Yesus
Yesus memanggil para murid-Nya bukan berdasarkan standar umum seperti memiliki gelar, prestise, jabatan, atau profesi tertentu. Ia memilih...
Duta Yesus
Yesus memanggil para murid-Nya bukan berdasarkan standar umum seperti memiliki gelar, prestise, jabatan, atau profesi tertentu. Ia memilih berdasarkan kehendak-Nya semata. Sebagian besar murid sebelum dipanggil sudah memiliki kehidupan yang mapan. Ada juragan ikan, bendahara, pekerja bea cukai dll. Namun ketika Yesus memanggil mereka "Ikutlah Aku", segera mereka meninggalkan pekerjaan dan keluarga dan menyertai pelayanan Yesus. Mereka ditetapkan menjadi duta Injil, untuk menyampaikan keselamatan kepada dunia (5).
Yesus membekali mereka dengan otoritas (1) untuk mengusir setan dan melenyapkan segala penyakit. Ia menentukan cara pelayanan mereka, yaitu pelayanan bersama dengan orang lain, bekerja bersama-sama, dan bersama-sama bekerja. Duta tidak sembarang pergi ke mana ia mau. Sasaran yang dituju sudah ditentukan oleh Sang Pengutus (6). Perintah kerja juga dirincikan detail yaitu menyatakan kuasa kerajaan surga secara nyata (7-8). Duta melakukan pekerjaan ke segala tempat bukan dalam rangka wisata, tetapi menggenapi tuntutan tugas mulia dari Yesus yaitu menyampaikan Injil Kerajaan Sorga (7). Model pelayanan mereka persis seperti model kerja Yesus.
Selain perintah, Yesus juga memberi larangan, yaitu agar tidak merepotkan diri dengan perbekalan (9-10). Yesus, Sang Pengutuslah yang memelihara hidup mereka (10b). Yesus bisa memakai si penerima Injil untuk memelihara hidup si duta Injil (11-13). Pemberitaan Injil tidak boleh terbengkalai karena kebutuhan ekonomi.
Alangkah indahnya bila setiap berita Injil yang disampaikan duta diterima oleh semua orang. Namun Yesus sudah mengingatkan bahwa akan ada yang menolak Injil (13, 14, menolak salam). Yang menolak akan menerima penghakiman yang lebih berat daripada penghukuman Sodom dan Gomora (Kej. 19).
Menjadi duta Injil bukan pilihan juga bukan berdasarkan kerelaan sebagai relawan. Menjadi duta Injil adalah panggilan mulia, tugas setiap orang yang sudah mengalami kuasa dari Raja kerajaan surga.
SH: Mat 10:1-15 - Pengutusan Kedua Belas Rasul (Jumat, 27 Januari 2017) Pengutusan Kedua Belas Rasul
Setelah menasihati para murid untuk memohon pekerja kepada Allah Bapa (Mat. 9:38), Yesus tidak membiarkan para murid lep...
Pengutusan Kedua Belas Rasul
Setelah menasihati para murid untuk memohon pekerja kepada Allah Bapa (Mat. 9:38), Yesus tidak membiarkan para murid lepas tangan. Sang Guru mengajak para murid-Nya terlibat langsung dalam pekerjaan Allah dengan menjadi pribadi yang diutus (rasuli).
Kisah pengutusan kedua belas murid itu sangat menarik untuk disimak.
Pertama, Yesus memanggil para murid tidak hanya untuk menikmati persekutuan dengan-Nya, tetapi mau diutus (5) untuk membagikan apa yang pernah mereka rasakan saat bersama Yesus. Orang Kristen dipanggil tidak untuk menikmati sendirian saja kasih Kristus, tetapi juga memberikan kesempatan bagi orang lain untuk merasakannya.
Kedua, Yesus tidak mengutus orang sendirian saja. Perhatikan kata "kedua belas murid itu". Bahkan, Markus mencatat bahwa para rasul itu diutus berdua-dua (Mrk. 6:7). Dengan berdua-dua, mereka dapat saling mendukung, menguatkan, atau menguji jika ada suatu pendapat. Bisa jadi, Yesus hendak menghindari kecenderungan sikap sombong dalam diri para murid-Nya. Jika hanya satu orang, saat berhasil mudah bagi dia untuk mengklaim sukses tersebut sebagai karyanya sendiri. Pengutusan secara kelompok memampukan orang belajar memahami bahwa keberhasilan bukan karyanya semata, tetapi orang lain, juga Tuhan.
Ketiga, Yesus memberi kuasa-kuasa memberitakan Injil, menyembuhkan orang sakit, membangkitkan orang mati, dan mengusir setan-setan (7-8) Jelaslah bahwa utusan membawa wibawa pribadi pengutusnya. Kenyataan ini seharusnya membuat para utusan Kristus tak perlu bersikap rendah diri. Bagaimanapun, Kristus yang telah mengutus dan memberi kemampuan kepada mereka.
Keempat, Yesus melarang para murid membawa harta dan bekal (9-10). Yesus hendak mengajar para murid-Nya pasrah total kepada-Nya selaku Pengutus. Artinya, Kristus yang akan mencukupkan kebutuhan mereka melalui orang-orang yang menerima pelayanan mereka. Dan sewajarnyalah, setiap utusan berserah diri secara total kepada Pribadi yang mengutusnya [YM].
SH: Mat 10:1-15 - Memberitakan Injil dengan Ramah-tamah (Sabtu, 16 Januari 2021) Memberitakan Injil dengan Ramah-tamah
Yesus memercayakan pengusiran roh-roh jahat dan penyembuhan segala penyakit dan kelemahan kepada murid-murid-Ny...
Memberitakan Injil dengan Ramah-tamah
Yesus memercayakan pengusiran roh-roh jahat dan penyembuhan segala penyakit dan kelemahan kepada murid-murid-Nya (1). Yesus mengutus para murid untuk memberitakan bahwa Kerajaan Surga sudah dekat (7). Yesus meminta kepada para murid untuk bermurah hati ketika melakukan perintah-Nya (8).
Yesus meminta para murid untuk memberitakan Kerajaan Surga kepada orang Israel terlebih dahulu. Pemberitaan mereka disertai dengan tanda-tanda kuasa dari Yesus yang melenyapkan kekuasaan si jahat, yaitu menyembuhkan orang sakit, membangkitkan orang mati, dan mengusir setan-setan. Uniknya, Yesus meminta pemberitaan ini dilakukan dalam kesederhanaan. Pemberitaan yang sangat bergantung pada belas kasihan dan keramahtamahan orang lain (5-12).
Orang-orang yang menyambut para murid dengan belas kasihan dan memperlihatkan keramahtamahan inilah yang menerima kabar baik. Sedangkan, yang tidak menyambut mereka, akan menerima penghukuman. Yesus dengan bijak mengingatkan murid-murid bahwa ada orang-orang yang menolak dan menerima mereka.
Sebagai murid Yesus pada masa kini, kita adalah pemberita Injil Kerajaan Surga dengan konteks masa kini. Allah menghendaki agar kita menjadi orang yang sederhana. Kita membuka diri menerima belas kasih dan merasakan ramah-tamah dari orang-orang yang kita layani. Kita dilatih menjadi rendah hati dan tidak sombong. Keramahtamahan memberi ruang perjumpaan antara yang melayani dengan yang dilayani.
Di dalam ruang perjumpaan tersebut, kita tidak boleh merasa lebih tinggi dan lebih mengerti kebenaran. Kita tidak boleh menjadi sombong. Dengan rela hati menerima belas kasih, kita dapat terus belajar rendah hati dan tidak sombong.
Dengan terus belajar menyampaikan kabar baik dengan ramah-tamah, diri kita dan orang-orang yang kita layani menjadi terberkati. Mari kita memohon penyertaan Tuhan dalam setiap aktivitas pelayanan kita di mana pun. [JHN]
Baca Gali Alkitab 3
Matius menceritakan perihal Tuhan Yesus memanggil para murid-Nya untuk datang dan berkumpul bersama-Nya karena Dia hendak mengutus mereka. Ada dua konteks pengutusan para murid di dalam cerita Injil. Pertama, berhubungan dengan pengutusan 12 murid (bdk. Mrk. 6:7-13; Luk. 9:1-6). Kedua, ditujukan kepada 70 murid (bdk. Luk. 10:1-12).
Matius menyebut kumpulan murid-murid Tuhan Yesus "keduabelas murid" sebagai lambang "Israel yang baru". Mereka oleh Matius disebut rasul, yang secara harfiah artinya "yang diutus". Orang yang memperoleh sebutan ini mempunyai kuasa untuk bertindak atas nama yang mengutus dirinya. Karena para rasul diutus oleh Tuhan Yesus, maka mereka bertindak atas nama-Nya.
Apa saja yang Anda baca?
1. Apa yang dilakukan Tuhan Yesus terhadap para murid? (1)
2. Siapa sajakah nama-nama ke-12 rasul Tuhan Yesus? (2-4)
3. Wilayah mana yang tidak boleh didatangi, ke mana seharusnya mereka pergi, dan apa yang harus mereka lakukan di tempat tersebut? (5-8)
4. Barang-barang apa saja yang tidak boleh dibawa oleh para rasul dan di mana mereka boleh menginap? (9-11)
5. Dalam hal apa salam diberikan, dan bagaimana merespons terhadap penerimaan atau penolakan salam tersebut? (12-15)
Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Apa yang menjadi tugas dan panggilan Anda sebagai pengikut Tuhan Yesus?
2. Apakah Anda menikmati tugas dan panggilan Anda sebagai pengikut Tuhan Yesus pada saat ini?
Apa respons Anda?
1. Hambatan apakah yang Anda hadapi di dalam melakukan tugas dan panggilan Anda sebagai pengikut Tuhan Yesus?
2. Bagaimana Anda mengatasi hambatan tersebut?
Pokok Doa:
Permohonan penyertaan Allah untuk memperjelas panggilan hidup dan berkarya memuliakan nama-Nya.
SH: Mat 10:5-15 - Perintah dan larangan. (Jumat, 16 Januari 1998) Perintah dan larangan.
Yesus mengutus duabelas murid-Nya untuk memberitakan Kerajaan Surga sudah dekat. Ia memerintahkan mereka untuk menyembuhkan or...
Perintah dan larangan.
Yesus mengutus duabelas murid-Nya untuk memberitakan Kerajaan Surga sudah dekat. Ia memerintahkan mereka untuk menyembuhkan orang sakit, membangkitkan orang mati, mentahirkan orang kusta dan mengusir setan-setan. Dia juga membuat peraturan-peraturan yang harus ditaati, dan yang tidak boleh dilanggar, antara lain: tidak menyimpang dari ladang yang ditentukan, tidak menuntut laba, tidak merepotkan diri dengan perkara-perkara jasmani. Tuhan Yesus menjamin kehidupannya dan tidak pernah merugikan hamba-hamba-Nya. Sedemikian penting kedudukan hamba-hamba-Nya di mata Tuhan, sehingga Dia berjanji bahwa orang-orang yang menerima mereka akan diberkati, tetapi yang menolaknya dihukum berat.
Adakah alasan kita untuk tidak setia? Kepedulian Tuhan Yesus pada kehidupan dan kebutuhan hamba-hamba-Nya; penghargaan-Nya pada pelayanan mereka, juga pengertian akan tantangan yang akan dihadapi, menyadarkan betapa berharganya kita hamba-hamba-Nya di mata Tuhan. Kalau demikian halnya, tegakah kita menyakiti hati Yesus dengan memilih-milih ladang dan ribut memperebutkan kedudukan?
Renungkan: Kesaksian kita bukan saja dalam bentuk kata dan jenis pelayanan, tetapi dalam hidup seutuhnya.
Doa: Ampunilah, kedaginganku mengingkari kesetian-Mu padaku.
SH: Mat 10:5-15 - Prinsip pelayanan yang efektif (Jumat, 26 Januari 2001) Prinsip pelayanan yang efektif
Para rasul yang diutus
tidak hanya diberi kuasa namun juga dibekali
prinsip-prinsip pelayanan yang sangat mendukung
...
Prinsip pelayanan yang efektif
Para rasul yang diutus tidak hanya diberi kuasa namun juga dibekali prinsip-prinsip pelayanan yang sangat mendukung pelayanan mereka. Apa sajakah?
Target pelayanan mereka harus jelas dan spesifik (ayat 5-6). Untuk misi pertama targetnya adalah bangsa Israel seperti misi pertama Yesus. Target inilah yang menjadi prioritas utama mereka dan hal- hal lain yang tidak menjadi target harus dikesampingkan. Mereka juga dilarang untuk membawa ekstra perbekalan, baik itu uang, pakaian, ataupun perlengkapan untuk bepergian. Tujuannya supaya mereka menjauhkan diri dari kemewahan dan tidak dibebani dengan perbekalan yang banyak, yang justru akan membuat mereka sibuk untuk menjaga perbekalannya daripada melayani dan hidup bergantung kepada Allah. Mereka juga tidak boleh mempunyai motivasi untuk mendapatkan keuntungan dalam bentuk apa pun dari orang-orang yang dilayani, sebab segala kuasa dan kemampuan yang mereka miliki adalah anugerah Allah (ayat 8).
Untuk tempat bermalam, mereka harus bergantung kepada kebaikan hati orang-orang yang mau memberi tumpangan. Jika mereka mendapatkan kesempatan untuk menumpang, mereka tidak boleh sembarangan menerima kebaikan hati orang lain. Mereka harus tinggal di rumah orang yang layak hingga berangkat lagi (ayat 11). Kelayakan orang yang memberi tumpangan diukur berdasarkan mau tidaknya ia menerima mereka dan mendengarkan pengajarannya (ayat 14). Prinsip tetap tinggal hingga berangkat kembali menegaskan bahwa utusan Yesus harus menghindari kemewahan dalam arti mereka tidak boleh memilih-milih atau berpindah-pindah untuk mendapatkan tempat yang nyaman.
Renungkan: Dari prinsip-prinsip yang diajarkan Yesus, bagi pelayan Kristen masa kini mungkin yang paling mengganggu konsentrasi mereka dalam pelayanannya adalah masalah harta dan kemewahan, karena seringkali harta dan kemewahan menjadi ukuran bagi kesuksesan seorang pelayan. Bila seorang pelayan Tuhan di kota besar belum berhasil memiliki mobil pribadi maka dapat digolongkan sebagai pelayan yang belum berhasil. Benarkah demikian? Seorang pengarang Kristen dari Amerika pernah mengatakan: jika setiap pelayan Kristen menghindari kemewahan dan hanya bergantung pada pemeliharaan Allah, betapa banyak orang yang menghina Injil telah dimenangkan. Setujukah Anda?
SH: Mat 10:5-15 - Pengutusan murid (Rabu, 27 Januari 2010) Pengutusan murid
Seperti apakah pengutusan Yesus yang pertama kepada para murid-Nya?
Keseluruhan pasal 10 akan memperlihatkan misi yang Yesus
...
Pengutusan murid
Seperti apakah pengutusan Yesus yang pertama kepada para murid-Nya? Keseluruhan pasal 10 akan memperlihatkan misi yang Yesus embankan kepada para murid akan merambah ke seluruh dunia.
Di perikop ini, misi para murid dibatasi hanya pada bangsa sendiri (ayat 5). Mengapa demikian? Ini adalah masalah strategi. Sama seperti Paulus yang memiliki strategi, bangsanya dulu baru kemudian ke bangsa lain (Rm. 1:16). Lagi pula keselamatan memang datang dari Israel (Yoh. 4:22). Kelak misi para murid akan menggenapi nubuat Yesus di Kis. 1:8: dari Yerusalem, ke Yudea, ke Samaria, akhirnya mencapai ujung bumi. Berita para murid sama dengan apa yang Yesus proklamasikan dan demonstrasikan (ayat 7-8; band. Mat. 4:23)! Isi berita mereka adalah bahwa Kerajaan Surga sudah dekat. Kerajaan Surga berisikan kabar baik pengampunan dosa, disertai demonstrasi kuasa yang membebaskan orang dari belenggu dosa dan berbagai kelemahan. Bandingkan ketika Yesus menyembuhkan orang lumpuh sebagai demonstrasi otoritas-Nya untuk mengampuni dosa (Mat. 9:6-7).
Dalam menjalankan misinya, para murid diminta untuk bersandar penuh pada kuasa Tuhan (ayat 9-10), tidak mengandalkan sumber manusiawi. Tuhan tidak selalu mencukupkan para hamba-Nya dengan berkat supranatural, tetapi dengan memakai orang lain juga. Paling sedikit tersirat dari penerimaan orang di kota di mana para murid memberitakan Injil (ayat 11-13). Mereka yang menerima anugerah Injil berkewajiban mendukung pemberita Injil. Inti di bagian ini adalah, "kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma" (ayat 8b).
Yesus mengingatkan para murid dan juga kita bahwa akan ada orang yang menolak pemberitaan kita. Kabar baik yang ditolak menjadi penghukuman buat mereka yang menolak. Oleh karena itu kita tidak perlu berkecil hati, melainkan tetap setia memberitakan dan melayani mereka yang menerimanya dengan sukacita.
SH: Mat 10:5-15 - Diutus ke Dalam Dunia (Jumat, 27 Agustus 2021) Diutus ke Dalam Dunia
Tuhan Yesus telah memilih kedua belas rasul-Nya untuk memberitakan bahwa Kerajaan Surga sudah dekat (7). Para rasul diutus untu...
Diutus ke Dalam Dunia
Tuhan Yesus telah memilih kedua belas rasul-Nya untuk memberitakan bahwa Kerajaan Surga sudah dekat (7). Para rasul diutus untuk menunjukkan kehadiran Kerajaan Surga dalam kehidupan nyata manusia. Oleh sebab itu, mereka diutus untuk menyembuhkan orang sakit, membangkitkan orang mati, menyembuhkan orang kusta, dan mengusir setan-setan (8).
Para rasul harus masuk ke dalam dunia yang penuh kegelapan. Mereka diutus untuk menyembuhkan orang sakit dengan kuasa Tuhan Yesus. Mereka juga menyembuhkan orang-orang berpenyakit kusta. Perlu diketahui bahwa pada masa itu orang yang sakit kusta disingkirkan dan dipandang sebagai kelompok orang najis. Alasannya, selain sangat menular juga tidak bisa sembuh karena belum ada obatnya.
Gereja pun terpanggil untuk melaksanakan tugas pengutusan Allah di dunia. Tugas pengutusan gereja adalah seperti yang sudah dilakukan oleh para rasul. Tugas pengutusan itu antara lain meliputi 1) kepedulian terhadap masalah kesehatan manusia, 2) menumbuhkan sikap berperikemanusiaan dalam kehidupan umum, dan 3) berkontribusi positif terhadap kedamaian dunia dengan tidak melakukan kejahatan.
Hal yang menarik dari contoh para rasul adalah sikap mereka yang sangat sederhana. Mereka tidak membawa perhiasan apa pun, tidak membawa bekal dalam perjalanan, tidak membawa baju rangkap, serta tidak membawa kasut dan tongkat. Mereka hanya berbekal kuasa dari Allah.
Hal yang sama juga berlaku bagi para pengikut Kristus masa kini untuk mempraktikkan hidup sederhana, hidup apa adanya, dan apa perlunya. Kita tidak mengandalkan kekuatan sendiri tetapi hanya mengandalkan kekuatan dari Allah. Demikianlah gereja diingatkan agar tidak memegahkan diri. Gereja juga tidak boleh melupakan tugasnya untuk menyebarkan berita tentang Kerajaan Allah dengan segala berkat-Nya. Percayalah, kita selalu disertai Allah dengan kuasa-Nya yang luar biasa.
Mari kita memohon agar Allah memampukan kita mewartakan Kerajaan-Nya di mana pun kita berada. [SRH]
SH: Mat 9:35--10:15 - Ladang dan Tugasku (Minggu, 23 Januari 2005) Ladang dan Tugasku
Perjalanan Yesus berkeliling ke semua kota dan desa menghasilkan
suatu kesimpulan bahwa banyak orang yang hidup bagai domba t...
Ladang dan Tugasku
Perjalanan Yesus berkeliling ke semua kota dan desa menghasilkan suatu kesimpulan bahwa banyak orang yang hidup bagai domba tak bergembala. Hal itu membuat hati Yesus tergerak oleh belas kasihan untuk menolong mereka (ayat 35-36). Apa yang Tuhan Yesus lakukan?
Tuhan Yesus memanggil dua belas orang untuk menjadi murid-Nya dan mereka mendapat gelar rasul yang berarti "yang diutus" (ayat 1-4). Tuhan Yesus mengutus mereka dengan kuasa untuk memberitakan bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. Kedua belas rasul itu pun pergi sesuai perintah-Nya untuk menyatakan pertolongan Allah bagi orang banyak (ayat 7-8). Mereka diutus kepada orang Yahudi dan bukan kepada orang kafir (ayat 6). Apakah ini berarti keselamatan hanya untuk orang Yahudi? Tidak! Tuhan Yesus memang datang pertama-tama untuk orang Yahudi supaya janji Mesias bagi mereka tergenapi. Namun, kita melihat dengan jelas dalam Alkitab bahwa keselamatan bukan saja bagi orang Yahudi, tapi bagi semua manusia tanpa memandang suku dan bangsa.
Karena keselamatan adalah bagi semua bangsa, berarti berita bahwa Kerajaan Allah sudah dekat harus disampaikan kepada setiap orang. Siapa pun yang telah menerima kabar keselamatan ini, memiliki tugas menyampaikannya kepada orang lain agar mereka mengalami sukacita dan keselamatan dalam Kristus Yesus (ayat 8b). Untuk tugas ini, Allah memanggil mereka yang mau dan yang bersandar sepenuhnya pada Tuhan (ayat 9-11). Hati yang mau dipakai Tuhan untuk melayani tentu menyenangkan hati-Nya sebab hati sedemikian akan siap menerima tantangan apa pun dalam tugas pengutusan itu (ayat 11-14). Tuaian yang begitu banyak memerlukan penuai-penuai yang siap diutus. Tuaian itu adalah orang-orang yang haus, lelah, dan terlantar dalam kehidupan jasmani dan rohani. Kitalah para penuai itu, dan tuaian ada di sekeliling kita.
Renungkan: Hari ini yang kita butuhkan adalah hati seperti Tuhan Yesus yang penuh belas kasih pada orang-orang yang jiwanya terlantar.
Topik Teologia -> Mat 10:15
Topik Teologia: Mat 10:15 - -- Yesus Kristus
Keilahian Kristus
Maim Yesus alas Keilahian
Klaim yang Berkaitan dengan Allah
Yesus Mengklaim Otoritas All...
- Yesus Kristus
- Keilahian Kristus
- Maim Yesus alas Keilahian
- Klaim yang Berkaitan dengan Allah
- Yesus Mengklaim Otoritas Allah
- Penyataan Khusus
- Mat 5:18-20 Mat 5:21-22 Mat 5:26 Mat 5:27-28 Mat 5:31-32 Mat 5:33-35 Mat 5:38-39 Mat 5:43-44 Mat 6:2 Mat 6:25 Mat 6:29 Mat 7:22-23 Mat 8:11-12 Mat 10:15 Mat 10:23 Mat 10:42 Mat 12:6 Mat 12:36 Mat 13:17 Mat 17:12 Mat 17:20 Mat 18:3 Mat 18:13 Mat 18:18-20 Mat 19:9 Mat 19:23-24 Mat 21:31 Mat 21:43 Mat 23:36 Mat 24:2-3,34-35 Mat 25:12 Mat 25:40 Mar 3:28-29 Mar 5:41 Mar 8:12 Mar 9:1 Mar 9:41 Mar 10:15 Mar 10:29-31 Mar 11:23-25 Mar 12:43 Mar 13:30-32,37 Mar 14:9 Mar 14:18 Mar 14:25 Mar 14:30 Luk 4:24-27 Luk 6:27-28 Luk 7:28 Luk 7:47 Luk 10:24 Luk 1:19 Luk 12:4-5 Luk 12:8 Luk 12:37 Luk 12:43 Luk 13:23-24 Luk 13:35 Luk 16:9 Luk 23:43 Yoh 1:51 Yoh 3:3,5 Yoh 3:11 Yoh 5:19,24-25 Yoh 6:26 Yoh 6:32 Yoh 6:47 Yoh 6:53 Yoh 8:34 Yoh 8:51 Yoh 8:58 Yoh 10:1,7 Yoh 12:24-25 Yoh 13:16 Yoh 13:20 Yoh 13:21 Yoh 13:38 Yoh 14:12 Yoh 16:20,23 Yoh 21:18
- Wahyu Allah
- Wahyu Khusus
- Pandangan Yesus Atas Perjanjian Lama
- Kristus Menegaskan Historitas Perjanjian Lama
- Historitas dari Tempat-tempat Perjanjian Lama
- Sodom dan Gomora
- Eskatologi
- Penghakiman Akhir
- Gambaran Umum tentang Penghakiman Akhir
- Tanda-tanda Penghakiman Akhir
- Hari Penghakiman, Penghakiman
TFTWMS -> Mat 10:5-15
TFTWMS: Mat 10:5-15 - Menugaskan Dua Belas Rasul MENUGASKAN DUA BELAS RASUL (Matius 10:5-15)
5 Kedua belas murid itu diutus oleh Yesus dan Ia berpesan kepada mereka: "Janganlah kamu menyimpang ...
MENUGASKAN DUA BELAS RASUL (Matius 10:5-15)
5 Kedua belas murid itu diutus oleh Yesus dan Ia berpesan kepada mereka: "Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria, 6 melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel. 7 Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat. 8 Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma. 9 Janganlah kamu membawa emas atau perak atau tembaga dalam ikat pinggangmu. 10 Janganlah kamu membawa bekal dalam perjalanan, janganlah kamu membawa baju dua helai, kasut atau tongkat, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. 11 Apabila kamu masuk kota atau desa, carilah di situ seorang yang layak dan tinggallah padanya sampai kamu berangkat. 12 Apabila kamu masuk rumah orang, berilah salam kepada mereka. 13 Jika mereka layak menerimanya, salammu itu turun ke atasnya, jika tidak, salammu itu kembali kepadamu. 14 Dan apabila seorang tidak menerima kamu dan tidak mendengar perkataanmu, keluarlah dan tinggalkanlah rumah atau kota itu dan kebaskanlah debunya dari kakimu. 15 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya pada hari penghakiman tanah Sodom dan Gomora akan lebih ringan tanggungannya dari pada kota itu."
Setelah melaporkan bahwa Yesus memanggil rasul-rasul-Nya (10:1) dan memberikan daftar nama mereka (10:2-4), Matius lalu memasukkan instruksi khusus Yesus untuk penugasan terbatas mereka (10:5-15).
Ayat 5, 6. Tidak ada hal-hal khusus yang diberikan tentang keberangkatan, pekerjaan misi, atau kepulangan rasul-rasul itu. Matius hanya menulis kedua belas murid itu diutus oleh Yesus dan Ia berpesan kepada mereka. Kata kerja Yunani yang diterjemahkan "diutus" (ajposte÷llw, apostellō) berhubungan dengan kata benda "rasul." Markus 6:7 menunjukkan bahwa para rasul itu diutus "berpasangan." Kata kerja yang diterjemahkan "berpesan" (paragge÷llw, parangellō) muncul lebih dari tiga puluh kali dalam Perjanjian Baru dan diterjemahkan dengan berbagai cara. Kata itu digunakan sebagai istilah militer, istilah hukum, istilah etika, istilah medis, dan mengacu kepada standar atau teknik yang diterima. Kata itu mengandung gagasan kewajiban yang mengikat. Orang yang sedang diberi pesan itu ditantang untuk taat.
Yesus memerintahkan Dua Belas Rasul itu, "Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel." Pembatasan ini tidak diulang di tempat lain di injil itu. Pembatasan itu bahkan tidak diperlukan bagi Tujuh Puluh Murid. Yesus mengutus para rasul-Nya "ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya" (Luk. 10:1). Pembatasan yang Ia terapkan ke atas para rasul itu cocok dengan cara Ia menggambarkan misi-Nya sendiri. Ia berkata, "Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel" (15:24). Kiasan ini menggambarkan umat Allah seperti domba yang terpencar di pegunungan (lihat Yes. 53:6; Yer. 50:6; Yeh. 34:11-16; 1 Pet. 2:25.). Robert H. Mounce melihat "pengumpulan ini" sebagai "permulaan zaman Mesias."13
Pedoman Yesus itu membatasi Dua Belas Rasul itu untuk pergi kepada kaum Yahudi saja. William Barclay mencatat, "Mereka tidak bisa pergi ke utara ke Siria, mereka juga bahkan tidak bisa pergi ke timur ke Dekapolis, yang sebagian besar merupakan wilayah orang non-Yahudi."14Mereka juga dilarang untuk pergi ke selatan dan "masuk ke dalam kota-kota orang Samaria." "Efek dari perintah ini adalah … membatasi perjalanan pertama kedua belas rasul itu di [wilayah] Galilea saja."15Dalam 10:23, Yesus berkata bahwa mereka akan pergi "melalui kota-kota Israel," yang akan mencakup lebih daripada Galilea.
Mengapakah pembatasan ini diterapkan kepada para rasul itu? Sejumlah jawaban dapat diberikan. (1) Prasangka buruk yang ada antara orang Yahudi dan non-Yahudi dan antara orang Yahudi dan orang Samaria16adalah terlalu besar. Tentu saja, orang harus ingat bahwa misi Yesus adalah membawa keselamatan kepada semua orang. Ia akhirnya mengutus para murid-Nya kepada "semua bangsa" dan "semua makhluk" (28:19; Mrk. 16:15). (2) Orang-orang Yahudi lebih siap bagi kedatangan kerajaan. Yang paling baik adalah "pengiriman para pekerja hanya ke bagian tuaian yang siap disabit."17(3) Waktu yang rasul-rasul itu miliki adalah terbatas; mereka bahkan tidak bisa mencakup semua kota Israel pada saat ini. (4) Keselamatan adalah "kepada orang Yahudi lebih dulu dan juga untuk orang Yunani" (Roma 1:16; NASB). Injil tidak diberitakan kepada dunia non-Yahudi sampai orang Yahudi lebih dulu memiliki kesempatan untuk mendengarnya (Kisah 10).
Ayat 7. Para rasul itu bukan hanya diberi misi, tetapi juga diberi materi pemberitaan. Ketika mereka pergi untuk memberitakan, mereka harus memberitahu orang-orang, "Kerajaan Sorga sudah dekat." Meski ini adalah berita utama mereka, sudah tentu mereka juga menjelaskan artinya secara lebih rinci. Pada dasarnya ini merupakan berita yang sama yang Yohanes dan Yesus beritakan (lihat komentar tentang 3:2; 4:17). Mengatakan kerajaan itu "sudah dekat" berarti kerajaan itu belum datang, tapi sedang menghampiri dengan cepat. Dalam beberapa tahun setelah pengumuman ini, kerajaan itu benar-benar datang—dengan kuasa—sesuai dengan nubuatan Yesus (Mrk. 9:1; Kisah 1:8; 2:1-4, 29-36). Orang yang mengatakan kerajaan itu belum datang, atau mengajarkan bahwa kerajaan itu akan datang di masa depan yang masih jauh, adalah mengingkari ajaran otentik Perjanjian Baru (1 Kor. 15:24, 25; Kol. 1:13; Ibr. 12:28; Why. 1:9; lihat komentar tentang 6:10).
Ayat 8. Para rasul itu bukan hanya memberitakan, tapi mereka juga mengadakan mujizat yang akan menunjukkan belas kasihan injil dan menyediakan peneguhan bagi kebenarannya; mereka akan menyembuhkan orang sakit, membangkitkan orang mati, mentahirkan orang kusta, [dan ] mengusir setan-setan. Yesus sudah menyembuhkan orang sakit (4:23, 24; 8:5-16; 9:1-8, 20-22, 27-31, 35), membangkitkan orang mati (9:18-26), mentahirkan orang kusta (8:1-4), dan mengusir roh-roh jahat (4:24; 8:16, 28-34; 9:32-34). Para rasul akan berjalan di atas jejak Yesus.
Pelbagai mujizat ini akan berfungsi sebagai tanda untuk meneguhkan berita para rasul itu (Mrk. 16:17, 18; Ibr. 2:3, 4). Mujizat harus jangan dilakukan semata-mata untuk tujuan menunjukkan kuasa mereka. Sebaliknya, mujizat dilakukan untuk tujuan menetapkan bahwa berita mereka itu berasal dari Allah. Dari injil lainnya jelas terlihat bahwa Dua Belas Rasul itu—dan belakangan Tujuh Puluh Murid—memang mampu menyembuhkan orang sakit dan mengusir roh-roh jahat (Mrk. 6:12, 13; Luk. 9:6; 10:17). Lebih lanjut, Kitab Kisah mencatat dua contoh rasul-rasul itu membangkitkan orang mati (Kisah 9:36-43; 20:9-12).
Yesus memberitahu rasul-rasul-Nya, "Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma." Mereka telah diberi kuasa mujizatiah ini dengan cuma-cuma. Karunia itu diberikan dengan cuma-cuma, dan mereka harus memberikannya dengan cuma-cuma kepada yang butuh. Para penipu berpura-pura memiliki kuasa besar, dan mereka menggunakan tipu-daya mereka untuk keuntungan pribadi (lihat 7:15-23).Simon Magus dan Elimas (Bar-Yesus) adalah orang yang seperti itu (Kisah 8:9-13, 18-24; 13:6-12). Para penginjil layak menerima sokongan yang mereka terima (10:10; 1 Kor. 9:8-14), tetapi mereka harus jangan menjual pelayanan mereka. Orang laki-laki yang melayani sebagai penatua harus "bukan hamba uang" (1 Tim 3:3) dan harus jangan "serakah" (Titus 1:7; lihat 1 Pet. 5:2).
Ayat 9, 10. Para rasul itu tidak boleh minta bayaran atas pelayanan mereka, dan mereka juga tidak boleh mengumpulkan uang untuk membiayai kebutuhan hidup mereka sendiri. Yesus berkata, "Janganlah kamu membawa emas atau perak atau tembaga dalam ikat pinggang [uang]mu." Dalam konteks ini, "emas," "perak," dan "tembaga" mengacu kepada jenis koin yang berbeda; koin emas adalah yang paling berharga, dan tembaga adalah yang paling kecil harganya. "Ikat pinggang [uang]" mengacu kepada "kebiasaan kuno menyelipkan uang ke dalam ikat pinggang."18
Para rasul juga diperintahkan untuk jangan membawa [tas] perbekalan dalam perjalanan mereka. Kata "tas," ph/ra (pēra), bisa mengacu kepada jenis dompet apa saja yang ke dalamnya pengemis memasukkan sedekah yang mereka terima. Karena Yesus sudah menyebut sabuk uang, yang sedang Ia acukan mungkin kantong yang di dalamnya makanan umumnya dibawa.19Menurut Markus dan Lukas, Dua Belas Rasul itu tidak boleh membawa roti atau uang (Mrk. 6:8; Luk. 9:3). Jadi, mereka harus pergi dengan tidak membawa makanan dan tidak punya uang untuk membeli makanan.
Mereka harus sepenuhnya bergantung pada Allah dan pada kemurahan hati orang lain.20
Yesus memberitahu mereka untuk jangan membawa baju dua helai, kasut atau tongkat, yang menunjukkan sifat sementara misi ini. Kata "mantel (NASB)" (citw÷n, chitōn) akan lebih baik diterjemahkan "jubah" (NRSV) atau "baju" (lihat komentar tentang 5:40). Apakah Yesus mengatakan mereka seharusnya tidak membawa kasut sama sekali, tapi bertelanjang kaki? Sebaliknya, Markus 6:9 mengatakan bahwa mereka harus memakai "alas kaki." Kata-kata yang digunakan oleh Matius dan Markus berbeda. Beberapa orang mengatakan bahwa istilah Matius (uJpo÷dhma, hupodēma) mengacu kepada "sepatu," sedangkan istilah Markus (sanda÷lion, sandalion) menunjukkan "kasut."21Apa pun, idenya adalah bahwa mereka harus jangan membawa pakaian atau sepatu tambahan, tapi hanya mengenakan apa yang mereka miliki di punggung dan kaki mereka. Yesus juga memberitahu mereka untuk hanya membawa satu tongkat (Mrk. 6:8). Tongkat digunakan untuk pertahanan serta untuk berjalan; Yesus tidak mengutus mereka tanpa pertahanan. Kasut dan tongkat adalah benda penting utama untuk bepergian (Kel. 12:11).
Yesus tidak sedang mempromosikan gaya hidup petapa; melainkan Ia sedang mengajar murid-murid itu untuk bergantung pada Allah.22Belakangan, dalam persiapan untuk Amanat Agung, larangan tersebut dicabut oleh Tuhan (Luk. 22:35, 36).
Setelah memberikan petunjuk-petunjuk ini, Yesus menjelaskan, "sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya." Kata "upah," trofh÷ (trophē), bisa diterjemahkan lebih harfiah menjadi "makanan "(ASV, NKJV,NRSV). Pepatah ini juga muncul dalam Lukas di mana Yesus mengutus Tujuh Puluh Murid (Luk. 10:7). Namun begitu, yang digunakan di nas itu istilah "upah" (misqo÷ß, misthos) .
Sementara rasul-rasul itu tidak boleh mengomersilkan pelayanan, mereka itu harus disokong oleh orang-orang yang mereka layani. Mereka akan bergantung pada Allah dan umat-Nya untuk kelangsungan hidup mereka. Persyaratan ini masih berlaku, karena Paulus memberikan perintah yang sama untuk jemaat-jemaat dari gereja Tuhan (1 Kor. 9:8-14; Gal. 6:6). Penginjil abad pertama bukan hanya harus disokong, tapi para penatua yang bertugas dalam kapasitas "penuh waktu" juga dianggap "harus dihormati dua kali lipat," mereka "patut mendapat upah [mereka]" (1 Tim. 5:17, 18).
Ayat 11. Acuan kepada kota atau desa mengingatkan kita kepada pelayanan pengajaran dan penyembuhan oleh Yesus, yang berkeliling "ke semua kota dan desa" (9:35). Ketika para rasul mengunjungi tempat-tempat ini pada misi pemberitaan mereka, mereka harus mencari penginapan di tempat orang-orang terkemuka. Kata sifat layak (a¡xioß, axios), yang juga muncul dalam ayat 10, mengacu kepada orang yang cocok atau layak. Orang-orang seperti itu akan suka memberi tumpangan dan mau menerima berita dari rasul-rasul itu—yaitu, orang-orang yang memiliki karakter moral dan rohani yang tinggi. Tinggal bersama orang-orang yang berkarakter mesum bisa membahayakan misi mereka.
Begitu mereka telah menemukan orang yang layak, mereka harus tetap berada di rumahnya selama seluruh kunjungan ke kota tersebut. Alih-alih mencari akomodasi yang lebih baik—dengan "berpindah-pindah rumah" (Luk. 10:7)—mereka harus berpuas diri. Ini adalah masalah sopan santun kepada tuan rumah.
Keramahan cuma-cuma bukanlah harapan yang tidak masuk akal untuk waktu dan budaya itu.23Keramahan Kristen diperintahkan dan diilustrasikan di seluruh Perjanjian Baru (Rom. 12:13; 1 Tim. 3:2; Tit. 1:8; Ibr. 13:2; 1 Pet. 4:9; 3 Yoh. 5-8).24
Ayat 12, 13. Yesus bahkan menginstruksikan para rasul itu tentang apa yang harus dikatakan ketika mereka masuk ke dalam rumah itu. Dalam hal ini, kata sandang tentu the (Inggris) adalah penting. Mereka harus memberi salam mereka kepada "rumah itu," rumah yang baru saja dijelaskan. Salam tradisional Yahudi adalah Shalom, atau "Damai [ke atasmu]" (lihat Hak. 19:20; 1 Sam. 25:6; Maz. 122:7, 8; Yoh. 20:19, 21, 26). Istilah yang kuat ini melambangkan "kedamaian," "kesejahteraan," "kesehatan," dan "kemakmuran." Alkitab JNT menerjemahkan ayat-ayat ini dengan cara ini: "Bila kamu masuk ke dalam rumah tangga seseorang, katakanlah 'Shalom aleikhem [Damai ke atasmu]!' Jika rumah itu layak menerimanya, biarkan shalommu tinggal di situ; jika tidak, biarkan shalommu kembali kepadamu." Yesus melihat adanya dua situasi yang berbeda, yang satu adalah para rasul akan secara akurat menilai rumah itu sebagai layak dan yang satu lagi adalah mereka akan salah menilai rumah itu (rumah itu tidak layak). Dalam skenario pertama, berkat damai mereka tinggal. Dalam skenario kedua, mereka harus mengambil kembali [berkat damai itu].
Ayat 14. Kapan saja rasul-rasul itu menghadapi penolakan baik dari suatu rumah atau suatu kota, mereka harus mengebaskan debu dari kaki [mereka]. David Hill mencatat, "Tidak boleh ada bekas jejak hubungan dengan rumah atau kota itu."25Tindakan itu sendiri merupakan cara untuk mengatakan bahwa orang sedang berdiri di atas apa yang harus dianggap sebagai tanah "orang kafir."26Orang-orang Yahudi telah terbiasa mengebaskan debu dari kaki mereka ketika mereka telah melewati wilayah non-Yahudi dan pulang ke tanah air mereka, karena takut bahwa mereka akan menajiskan tanah airnya itu dengan debu yang haram (lihat Amos 7:17).27Paulus dan Barnabas pernah mengebaskan debu dari kaki mereka ketika mereka ditolak oleh orang-orang Yahudi di Antiokhia di Pisidia (Kisah 13:50, 51). Paulus pernah mengebaskan debu dari pakaiannya terhadap orang-orang Yahudi di Korintus yang telah "memusuhi dia dan menghujat," katanya, "biarlah darahmu tertumpah ke atas kepalamu sendiri; aku bersih, tidak bersalah. Mulai dari sekarang aku akan pergi kepada bangsa-bangsa lain"(Kisah 18:6). Dalam kasus sekarang ini, tindakan simbolis rasul-rasul itu akan juga berfungsi sebagai "peringatan kepada mereka" (Mrk. 6:11).
Ayat 15. Yesus berkata bahwa sesungguhnya pada hari penghakiman tanah Sodom dan Gomora akan lebih ringan tanggungannya dari pada kota itu, artinya kota apa saja yang menolak rasul-Nya (lihat komentar tentang 11:20-24). "Akan lebih ringan" adalah ungkapan yang digunakan Yesus "untuk mengungkapkan hukuman menakutkan yang akan menimpa kota-kota yang menolak Dia."28Sodom dan Gomora adalah "dua kota kejahatan yang terkenal" yang dihancurkan oleh Allah.29
Maksud utama pernyataan Yesus adalah bahwa kesempatan setara dengan tanggung jawab (lihat Luk. 12:48). Kota-kota di zaman Yesus punya kesempatan yang jauh lebih besar untuk percaya dan bertobat daripada Sodom dan Gomora; oleh sebab itu, penghakiman ke atas mereka akan lebih ketat. Bagaimanakah penghakiman Allah bisa lebih ringan untuk beberapa orang daripada untuk yang lainnya? Mereka yang menolak injil yang Yesus beritakan sudah memiliki kesempatan yang lebih besar daripada kota-kota jahat dalam Perjanjian Lama. Mengapakah Sodom dan Gomora dianggap kurang jahat daripada kota-kota dan desa-desa di mana para rasul itu memberitakan injil? Alasannya pasti kebodohan. Kota-kota pada zaman Yesus berdosa terhadap terang besar pelayanan Yesus.30
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Matius (Pendahuluan Kitab) Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali di...
Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali ditempatkan pertama sebagai pengantar PB dan "Mesias, Anak Allah yang hidup" (Mat 16:16). Walaupun nama pengarang tidak disebutkan dalam nas Alkitab, kesaksian semua bapa gereja yang mula-mula (sejak kira-kira tahun 130 M) menyatakan bahwa Injil ini ditulis oleh Matius, salah seorang murid Yesus.
Jikalau Injil Markus ditulis untuk orang Romawi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL MARKUS" 08165) dan Injil Lukas untuk Teofilus dan semua orang percaya bukan Yahudi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL LUKAS" 08169), maka Injil Matius ditulis untuk orang percaya bangsa Yahudi. Latar Belakang Yahudi dari Injil ini tampak dalam banyak hal, termasuk
- (1) ketergantungannya pada penyataan, janji, dan nubuat PL untuk membuktikan bahwa Yesus memang Mesias yang sudah lama dinantikan;
- (2) hal merunut garis silsilah Yesus, bertolak dari Abraham (Mat 1:1-17);
- (3) pernyataannya yang berulang-ulang bahwa Yesus adalah "Anak Daud" (Mat 1:1; Mat 9:27; Mat 12:23; Mat 15:22; Mat 20:30-31; Mat 21:9,15; Mat 22:41-45);
- (4) penggunaan istilah yang khas Yahudi seperti "Kerajaan Sorga" (yang searti dengan "Kerajaan Allah") sebagai ungkapan rasa hormat orang Yahudi sehingga segan menyebut nama Allah secara langsung dan
- (5) petunjuknya kepada berbagai kebiasaan Yahudi tanpa memberikan penjelasan apa pun (berbeda dengan kitab-kitab Injil yang lain).
Sekalipun demikian, Injil ini tidak semata-mata untuk orang Yahudi. Seperti amanat Yesus sendiri, Injil Matius pada hakikatnya ditujukan kepada seluruh gereja, serta dengan saksama menyatakan lingkup universal Injil (mis. Mat 2:1-12; Mat 8:11-12; Mat 13:38; Mat 21:43; Mat 28:18-20).
Tanggal dan tempat Injil ini berasal tidak dapat dipastikan. Akan tetapi, ada alasan kuat untuk beranggapan bahwa Matius menulis sebelum tahun 70 M ketika berada di Palestina atau Antiokia di Siria. Beberapa sarjana Alkitab percaya bahwa Injil ini merupakan Injil yang pertama ditulis, sedangkan ahli yang lain beranggapan bahwa Injil yang ditulis pertama adalah Injil Markus.
Tujuan
Matius menulis Injil ini
- (1) untuk memberikan kepada sidang pembacanya kisah seorang saksi mata mengenai kehidupan Yesus,
- (2) untuk meyakinkan pembacanya bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Mesias yang dinubuatkan oleh nabi PL, yang sudah lama dinantikan, dan
- (3) untuk menunjukkan bahwa Kerajaan Allah dinyatakan di dalam dan melalui Yesus Kristus dalam cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Matius ingin sekali agar pembacanya memahami bahwa
- (1) hampir semua orang Israel menolak Yesus dan kerajaan-Nya. Mereka tidak mau percaya karena Ia datang sebagai Mesias yang rohani dan bukan sebagai Mesias yang politis.
- (2) Hanya pada akhir zaman Yesus akan datang dalam kemuliaan-Nya sebagai Raja segala raja untuk menghakimi dan memerintah semua bangsa.
Survai
Matius memperkenalkan Yesus sebagai penggenapan pengharapan Israel yang dinubuatkan. Yesus menggenapi nubuat PL dalam kelahiran-Nya (Mat 1:22-23), tempat lahir (Mat 2:5-6), peristiwa kembali dari Mesir (Mat 2:15) dan tinggal di Nazaret (Mat 2:23); Ia juga diperkenalkan sebagai Oknum yang didahului oleh perintis jalan Sang Mesias (Mat 3:1-3); dalam hubungan dengan lokasi utama dari pelayanan-Nya di depan umum (Mat 4:14-16), pelayanan penyembuhan-Nya (Mat 8:17), peranan-Nya selaku hamba Allah (Mat 12:17-21), ajaran-Nya dalam bentuk perumpamaan (Mat 13:34-35), peristiwa memasuki Yerusalem dengan jaya (Mat 21:4-5) dan penangkapan-Nya (Mat 26:56).
Pasal 5-25 (Mat 5:1--25:46) mencatat lima ajaran utama yang disampaikan oleh Yesus dan lima kisahan utama mengenai perbuatan-Nya yang besar sebagai Mesias. Lima ajaran utama itu adalah:
- (1) Khotbah di Bukit (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (2) pengarahan bagi orang yang diutus untuk berkeliling memberitakan Kerajaan itu (pasal 10; Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan tentang Kerajaan Allah (pasal 13; Mat 13:1-30);
- (4) sifat seorang murid sejati (pasal 18; Mat 18:1-35) dan
- (5) ajaran di Bukit Zaitun mengenai akhir zaman (pasal 24-25; Mat 24:1--25:46).
Lima kisah utama dalam Injil ini adalah:
- (1) Yesus mengerjakan tanda ajaib dan mukjizat, yang menegaskan tentang realitas kerajaan itu (pasal 8-9; Mat 8:1--9:38);
- (2) Yesus mempertunjukkan lebih lanjut adanya kerajaan (pasal 11-12; Mat 11:1--12:50);
- (3) Pengumuman kerajaan menimbulkan bermacam-macam krisis (pasal 14-17; Mat 14:1--17:27);
- (4) Yesus berjalan ke Yerusalem dan tinggal di situ pada minggu terakhir (Mat 19:1--26:46);
- (5) Yesus ditangkap, dihakimi, disalibkan dan bangkit dari antara orang mati (Mat 26:47--28:20). Tiga ayat yang terakhir dari kitab Injil ini mencatat "Amanat Agung" Yesus.
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai Injil ini.
- (1) Kitab ini merupakan Injil yang mencolok sifat ke-Yahudiannya.
- (2) Ajaran dan pelayanan Yesus di bidang penyembuhan dan pelepasan disajikan secara paling teratur. Karena hal ini, maka pada abad kedua gereja sudah mempergunakan Injil ini untuk membina orang yang baru bertobat.
- (3) Kelima ajaran utama berisi materi yang terluas di dalam keempat Injil yang mencatat pengajaran Yesus
- (a) selama pelayanan-Nya di Galilea dan
- (b) mengenai hal-hal terakhir (eskatologi).
- (4) Injil ini secara khusus menyebutkan peristiwa dalam kehidupan Yesus sebagai penggenapan PL jauh lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (5) Kerajaan Sorga\Kerajaan Allah disebutkan dua kali lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (6) Matius menekankan
- (a) standar-standar kebenaran dari Kerajaan Allah (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (b) kuasa kerajaan itu atas dosa, penyakit, setan-setan, dan bahkan kematian; dan
- (c) kejayaan kerajaan itu di masa depan dalam kemenangan yang mutlak pada akhir zaman.
- (7) Hanya Injil ini yang menyebutkan atau menubuatkan gereja sebagai suatu wadah yang menjadi milik Yesus di kemudian hari (Mat 16:18; Mat 18:17).
Full Life: Matius (Garis Besar) Garis Besar
I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11)
A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17)
B....
Garis Besar
- I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11) - A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17) - B. Kelahiran dan Pengungsian ke Mesir
(Mat 1:18-2:23) - C. Perintis Jalan Sang Mesias
(Mat 3:1-12) - D. Pembaptisan Sang Mesias
(Mat 3:13-17) - E. Pencobaan Sang Mesias
(Mat 4:1-11) - II. Pelayanan Mesianis Yesus di dan sekitar Galilea
(Mat 4:12-18:35) - A. Ringkasan Pelayanan yang Awal di Galilea
(Mat 4:12-25) - B. Ajaran tentang Kemuridan dalam Kerajaan
(Mat 5:1-7:29) - C. Kisahan I: Perbuatan-Perbuatan Luar Biasa dari Kerajaan
(Mat 8:1-9:38) - D. Ajaran tentang Pemberitaan Kerajaan
(Mat 10:1-42) - E. Kisahan II: Kehadiran Kerajaan
(Mat 11:1-12:50) - F. Ajaran tentang Rahasia Kerajaan
(Mat 13:1-58) - G. Kisahan III: Krisis Kerajaan
(Mat 14:1-17:27) - H. Ajaran tentang Keanggotaan dalam Kerajaan
(Mat 18:1-35) - III.Puncak Pelayanan Mesianis Yesus di Yudea/Perea dan Yerusalem
(Mat 19:1-26:46) - A. Perjalanan Yesus ke Yerusalem
(Mat 19:1-20:34) - B. Minggu Terakhir yang dilewatkan Yesus di Yerusalem
(Mat 21:1-26:46) - 1. Masuk Yerusalem dan Penyucian Bait Allah
(Mat 21:1-22) - 2. Perdebatan dengan Orang Yahudi
(Mat 21:23-22:46) - 3. Pengecaman terhadap ahli Taurat dan Orang Farisi
(Mat 23:1-39) - 4. Ajaran di Bukit Zaitun tentang Masa Depan Kerajaan
(Mat 24:1-25:46) - 5. Komplotan untuk Mengkhianati Yesus
(Mat 26:1-16) - 6. Perjamuan Terakhir
(Mat 26:17-30) - 7. Getsemani
(Mat 26:31-46) - IV. Yesus Ditangkap, Diadili dan Disalibkan
(Mat 26:47-27:66) - A. Yesus Ditangkap
(Mat 26:47-56) - B. Yesus Diadili
(Mat 26:57-27:26) - C. Yesus Disalibkan
(Mat 27:27-56) - D. Yesus Dikubur
(Mat 27:57-66) - V. Yesus Bangkit
(Mat 28:1-20) - A. Penemuan Luar Biasa Para Wanita
(Mat 28:1-10) - B. Saksi-Saksi Palsu
(Mat 28:11-15) - C. Amanat Tuhan yang Bangkit
(Mat 28:16-20)
Matthew Henry: Matius (Pendahuluan Kitab) Di hadapan kita terdapat,
I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari...
Di hadapan kita terdapat,
- I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari Alkitab kita, yang juga disebut kovenan baru, karena kata yang digunakan memiliki kedua makna tersebut. Sebenarnya, bila menyinggung tindakan dan perbuatan Kristus, sebagaimana dimaksudkan di sini, maka istilah yang paling tepat adalah wasiat (Inggris: testament), sebab Kristuslah sang Pemberi Wasiat itu, yang berlaku sah melalui kematian-Nya (Ibr. 9:16-17). Tidak seperti suatu kovenan, dalam wasiat tidak terdapat kesepakatan bersama antara pihak-pihak yang terlibat. Dalam wasiat, apa yang dijanjikan itu dianugerahkan, meskipun bersyarat, berdasarkan suatu kehendak, yakni kehendak bebas, maksud baik dari Sang Pemberi Wasiat. Seluruh anugerah yang terdapat di dalam kitab ini bersumber pada Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita. Karena itu, jika kita tidak mengakui Dia sebagai Tuhan kita, kita tidak dapat mengharapkan manfaat apa pun dari-Nya sebagai Juruselamat kita. Perjanjian ini disebut perjanjian baru, untuk membedakannya dari perjanjian yang diberikan Musa, namun bukan karena perjanjian Musa ini sudah tidak berlaku; juga untuk menyatakan bahwa perjanjian tersebut harus selalu baru, tidak menjadi usang dan ketinggalan zaman. Kitab-kitab Perjanjian Baru ini bukan saja memuat penemuan seutuhnya akan anugerah yang sudah nyata menyelamatkan semua manusia, tetapi juga merupakan sebuah sarana yang sah yang melaluinya anugerah itu disampaikan dan berdiam atas semua orang percaya. Sudah seyogyanyalah dengan cermat kita memelihara, dan dengan penuh perhatian serta sukacita kita membaca pesan dan wasiat terakhir seorang sahabat, yang melalui wasiat itu telah meninggalkan suatu warisan besar, dan bersama warisan ini pula telah mengungkapkan kasih-Nya yang mendalam kepada kita! Betapa terlebih mulianya wasiat yang diberikan Juruselamat kita yang terberkati itu, yang menjamin seluruh kekayaan-Nya yang tidak terkatakan bagi kita! Ini sungguh wasiat-Nya; meskipun wasiat itu, seperti umumnya surat wasiat, ditulis oleh orang lain (kita tidak memiliki bukti apa pun yang merupakan tulisan Kristus sendiri), namun Dia sendirilah yang menyatakannya; dan pada malam sebelum Ia mati, melalui perjamuan malam, Ia menandatangani, memeteraikan, dan mengumumkannya di hadapan dua belas orang saksi. Sebab, meskipun kitab-kitab ini baru ditulis setelah beberapa tahun kemudian, demi manfaat bagi generasi-generasi selanjutnya, in perpetuam rei memoriam – sebagai suatu peringatan abadi, Perjanjian Baru Yesus, Tuhan kita, sudah ditetapkan, dikukuhkan, dan diberitakan sejak kematian-Nya, sebagai sebuah wasiat lisan, yang tentangnya catatan-catatan dalam kitab-kitab tersebut memiliki kesamaan yang tepat. Hal-hal yang dituliskan oleh Lukas merupakan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara orang waktu itu (hal-hal yang diyakini secara pasti, KJV), dan karena itu sudah dikenal baik sebelum ia sendiri menuliskannya. Namun, ketika peristiwa-peristiwa itu dituliskan, tulisan tersebut melampaui dan menyisihkan tradisi lisan, dan tulisan-tulisan ini menjadi perbendaharaan Perjanjian Baru itu. Hal ini ditunjukkan juga dalam judul tambahan yang mengawali banyak salinan Perjanjian Baru bahasa Yunani, Tēs kainēs Diathēkēs Hapanta – Keseluruhan Perjanjian Baru, atau segenap hal mengenainya. Di dalamnya diungkapkan seluruh maksud Allah berkenaan dengan keselamatan kita (Kis. 20:27). Sama sebagaimana hukum Tuhan sempurna adanya, demikian pula halnya dengan Injil Kristus, dan tidak ada lagi yang ditambahkan kepadanya. Kita telah memiliki semuanya, dan tidak ada yang perlu dicari lagi.
- II. Di hadapan kita terdapat Keempat Injil. Injil berarti kabar baik, atau berita kesukaan; dan sejarah kedatangan Kristus ke dalam dunia untuk menyelamatkan orang berdosa ini jelas-jelas merupakan kabar terbaik yang pernah datang dari sorga ke atas bumi; malaikatlah yang memberikan sebutan kesukaan bagi berita itu (Luk. 2:10), Euangelizomai hymin – aku memberitakan kepadamu kesukaan besar; aku memberitakan Injil kepadamu. Nabi pun menubuatkannya (Yes. 52:7; 61:1). Di situ dinubuatkan bahwa pada hari kedatangan Mesias, kesukaan besar itu harus diberitakan. Kata Injil sepadan dengan kata Inggris Gospel yang berasal dari bahasa Sakson kuno [sebuah bahasa Germanik tua – pen.], yang berarti perkataan atau kata Allah (God’s spell atau God’s word); dan Allah dipanggil demikian karena Dia baik, Deus optimus – Allah yang mahabaik, dan karena itu kata Gospel bisa berarti suatu perkataan atau kata yang baik. Bila kita mengambil kata spell dalam artian yang lebih tepat, yaitu charm (carmen), “mantera,” dan memandangnya dari sisi baik, sebagai sesuatu yang menggerakkan dan memengaruhi, tepatnya lenire dolorem – untuk menenangkan hati, atau untuk mengubah hati supaya merasa takjub atau kasih, seperti hal-hal yang umum kita sebut memesonakan atau memikat hati, maka pengertian ini dapat diterapkan pada Injil; sebab di dalamnya sang pembaca mantra menyuarakan manteranya dengan bijak, sekalipun kepada ular tedung tuli (Mzm. 58:5-6). Begitu pula tidak seorang pun yang akan memikirkan adanya mantra lain yang memiliki kuasa seperti keindahan dan kasih Penebus kita. Segenap Perjanjian Baru adalah Injil atau kabar baik itu sendiri. Rasul Paulus menyebut Perjanjian Baru itu Injilnya, sebab ia adalah salah seorang pemberitanya. Alangkah indahnya jika kita juga menjadikannya sebagai Injil kita melalui sambutan hangat dan ketaatan kita terhadap Injil! Lazim keempat kitab yang memuat sejarah tentang Sang Penebus itu kita sebut keempat Injil, dan para penulisnya yang diilhami itu kita sebut pemberita Injil, atau penulis Injil; namun, sebutan ini tidaklah begitu tepat, karena sebutan pemberita Injil menunjuk kepada suatu golongan pengerja atau pelayan tertentu yang menjadi pembantu para rasul: “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun ... pemberita-pemberita Injil” (Ef. 4:11). Ajaran mengenai Kristus harus dijalin dengan, dan didasarkan pada, kisah tentang kelahiran, kehidupan, mujizat-mujizat, kematian, dan kebangkitan-Nya; sebab hanya dengan demikianlah doktrin tersebut tampak dalam terangnya yang paling jelas dan kuat. Seperti halnya dengan alam, demikian juga dalam anugerah, penemuan-penemuan yang paling membahagiakan adalah penemuan-penemuan yang timbul berdasarkan gambaran-gambaran tertentu dari halhal yang nyata. Sejarah alam merupakan filsafat terbaik; begitu pula dengan sejarah suci, baik Perjanjian Lama maupun Baru, adalah sarana kebenaran suci yang paling tepat dan mulia. Keempat Injil ini telah ada sejak awal Kekristenan dan telah diterima teguh oleh gereja mula-mula dan dibacakan dalam pertemuan-pertemuan ibadah Kristen, sebagaimana diungkapkan melalui tulisan-tulisan Justin Martyr dan Irenaeus, yang hidup satu abad lebih sedikit setelah kenaikan Kristus ke sorga; mereka menyatakan bahwa empat Injil sajalah, tidak lebih dan tidak kurang, yang diterima oleh gereja. Sekitar masa itu, keselarasan keempat pemberita Injil itu dihimpun oleh Tatian, dengan judul To dia tessarōn – Injil dari keempat Injil. Pada abad ketiga dan keempat muncul injil-injil lain yang dipalsukan oleh bermacam-macam sekte dan diterbitkan dengan menggunakan nama Petrus, ada lagi dengan nama Tomas, Filipus, dan seterusnya. Namun injil-injil ini tidak pernah diakui maupun dihargai oleh gereja, seperti dikatakan cendekiawan Dr. Whitby. Beliau mengajukan alasan tepat mengapa kita harus setia berpegang pada catatan-catatan tertulis ini, sebab tradisi, dengan pernyataan dan dalih apa pun yang terdapat di dalamnya, tidaklah mampu memelihara berbagai hal dengan pasti, dan hal ini pun telah kita ketahui dari pengalaman. Sebab, meskipun Kristus mengatakan dan melakukan banyak hal yang mengesankan, yang tidak tertulis (Yoh. 20:30;21:25), tradisi tidak menyimpan satu pun bagi kita, semuanya lenyap, kecuali apa yang tertulis [dalam keempat Injil – ed.]. Oleh karena itu, yang tertulis inilah, yang harus kita pegang; dan merupakan berkat Allah bahwa kita memilikinya untuk kita patuhi; itulah perkataan sejarah yang pasti.
- III. Di hadapan kita terdapat Injil menurut Matius. Penulisnya lahir sebagai orang Yahudi, dan bekerja sebagai seorang pemungut cukai, sampai Kristus memanggilnya, dan dia pun meninggalkan rumah cukai, untuk mengikut Dia. Dan penulis merupakan salah seorang yang menyertai-Nya, yang senantiasa datang berkumpul dengan ... Tuhan Yesus ... yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke sorga (Kis. 1:21-22). Oleh sebab itu, ia merupakan saksi yang dapat diandalkan sehubungan dengan apa yang telah dicatatnya di sini. Konon ia telah mencatat sejarah ini sekitar delapan tahun setelah kenaikan Kristus ke sorga. Banyak penulis zaman tersebut yang mengatakan bahwa ia menulisnya dalam bahasa Ibrani atau bahasa Aram; namun tradisi ini disangkal oleh Dr. Whitby secara meyakinkan. Tidak diragukan lagi Injil ini ditulis dalam bahasa Yunani, seperti halnya bagian-bagian lain dalam Perjanjian Baru. Jadi, bukan dalam bahasa yang khusus digunakan oleh orang-orang Yahudi, yang baik bait Allahnya maupun negaranya hampir berakhir pada masa itu, namun dalam bahasa yang umum bagi dunia dan yang melaluinya pengetahuan tentang Kristus akan tersiar dengan efektif kepada seluruh bangsa di dunia. Namun bisa saja ada kemungkinan terdapat edisi dalam bahasa Ibrani yang diterbitkan Matius sendiri pada saat yang sama ketika dia menulisnya dalam bahasa Yunani. Edisi bahasa Ibrani itu untuk orang Yahudi, sedangkan edisi Yunani ditulis untuk orang-orang non-Yahudi, ketika dia meninggalkan Yudea untuk memberitakan Injil kepada mereka. Marilah kita memuji Allah karena kita memiliki Injil ini, dan memilikinya dalam bahasa yang kita pahami.
Jerusalem: Matius (Pendahuluan Kitab) INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelio...
INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelion" atau "Injil"). Tiga buah kitab pertama dalam daftar Kitab-kitab Suci itu sangat serupa satu sama lain, sehingga dapat ditempatkan dalam tiga lajur yang sejalan dan dirangkum dengan sekilas pandang saja. Karena itulah ketiga kitab itu disebut : (injil-injil) sinoptik (diturunkan dari kata Yunani "sinopsis", artinya sekilas pandang).
Tradisi Gereja Kristen, yang sudah diketemukan dalam karangan-karangan yang ditulis dalam abad II, menyatakan bahwa masing-masing injil dikarang oleh Matius, Markus dan Lukas. Menurut tradisi itu Matius, seorang pemungut cukai yang termasuk dewan Kedua Belas Rasul Mat 9:9; 10:3, yang pertama menulis injilnya buat orang Kristen bekas Yahudi di Palestina. Karyanya yang ditulis dalam bahasa "Ibrani", yaitu Aram, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Yohanes Markus menyusun injilnya di Roma, sesuai dengan pengajaran agama yang diberikan Rasul Petrus. Yohanes Markus itu adalah seorang Kristen dari Yerusalem, Kis 12:12, yang membantu Paulus dalam karya kerasulannya, Kis 12:25;13:5, 13; Flm 24; 2Tim 4:11, dan juga Barnabas, Kis 15:37,39, pamannya, Kol 4:10. Sebagai "juru bicara" atau penterjemah" Markus juga membantu rasul Petrus, 1Ptr 5:13. Seorang murid lain Lukas, mengarang injil yang ketiga. Ia adalah seorang Kristen bekas kafir, Kol 4:10-14, dan dalam hal ini berbeda dengan Matius dan Markus. Ia berasal dari Antiokhia dan seorang tabib, Kol 4:14. Menurut pendapat sementara ahli Lukas menjadi teman seperjalanan Paulus waktu rasul itu menempuh perjalanannya yang kedua (Kis 16:10 dst) dan yang ketiga (Kis 20:5 dst). Iapun menyertai Paulus waktu dalam penahanan di Roma, baik untuk pertama kalinya, Kis 27:1 dst, maupun untuk kedua kalinya, 2Tim 4:11. Karena itu injil ketiga itu dapat dihubungkan dengan Paulus, bdk barangkali 2Kor 8:18, seperti injil Markus dihubungkan dengan Petrus. Lukas ini masih mengarang kitab lain lagi, yaitu Kisah Para Rasul. Baik injil kedua maupun injil ketiga langsung ditulis dalam bahasa Yunani.
Keterangan-keterangan tersebut yang diambil dari tradisi Gereja diteguhkan oleh penyelidikan masing-masing injil sendiri. Tetapi sebelum hal itu dikupas, baiklah terlebih dahulu dibahas hubungan ketiga injil itu satu sama lain ditinjau dari segi sastra. Ini lazimnya disebut sebagai "Masalah Sinoptik".
Masalah Sinoptik itu sudah dipecahkan oleh para ahli dengan macam-macam jalan. Masing-masing pemecahan yang diusulkan tidak mencukupi, tetapi semua mengandung kebenaran juga. Maka pemecahan-pemecahan yang bermacam-mecam itu dapat menolong untuk menyusun suatu keterangan menyeluruh tentang masalah itu. Mungkin sekali dan bahkan pasti bahwa ada suatu tradisi lisan bersama, yang dituliskan masing- masing penginjil dengan tidak bergantung satu sama lain, sehingga ada perbedaan- perbedaan dalam masing-masing karangan Tetapi tradisi bersama itu tidak dapat secukupnya menjelaskan mengapa ada begitu banyak kesamaan yang mengesankan antara ketiga injil itu sampai dengan hal-hal kecil dan dalam urutan bagian- bagiannya. Kesamaan semacam itu kiranya tidak mungkin kalau ketiga injil itu hanya berdasarkan ingatan saja, meski ingatan orang-orang timur di zaman dahulu sekalipun. Kesamaan yang ada itu lebih mudah diterangkan kalau ketiga injil itu berdasarkan satu atau beberapa tradisi tertulis. Tetapi kalau mau dipertahankan bahwa ketiga injil itu mengambil bahannya dari tradisi tertulis dengan tidak bergantung satu sama lain, maka sukar diterangkan mengapa kesamaan perbedaan antara ketiga injil tu memberi kesan bahwa ketiga penginjil saling mengenal, saling menuruti atau bahkan memperbaiki. Maka harus diterima bahwa ketiga injil, entah bagaimana, saling bergantung secara langsung. Jelaslah Lukas bergantung pada Markus. Tetapi kurang pasti bahwa Markus bergantung pada Matius, seperti dahulu lama sekali dianggap orang: ada banyak petunjuk bahwa ketergantungan kedua injil itu harus dibalikkan. Tidak begitu mungkin bahwa Matius langsung bergantung pada Lukas atau Lukas pada Matius. Memang ada kesamaan dan kesejajaran antara Matius dan Lukas, juga di mana kedua penginjil itu tidak menuruti Markus. Tetapi hal ini kiranya harus diterangkan dengan menerima bahwa Matius dan Lukas menggunakan satu atau beberapa sumber bersama, yang lain dari Injil kedua.
Untuk menerangkan duduknya perkara, kritik modern sudah mengajukan yang diistilahkan sebagai "teori kedua sumber". Sumber yang satu ialah Mrk; dalam bagian-bagian yang berupa cerita, Matius dan Lukas bergantung pada Markus. Sebaliknya, sabda dan wejangan (disebut sebagai "Logia") yang hanya sedikit sekali dalam Markus, oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber lain. Sumber ini tidak dikenal, tetapi dapat diandalkan; lazimnya diistilahkan sebagai "Q" (huruf pertama dari kata Jerman "Quelle" = Sumber). Meskipun nampaknya sederhana, namun secara menyeluruh teori itu tidak memuaskan, barangkali justru karena kesederhanaannya. Teori itu tidak secukupnya memperhatikan segala sesuatu yang perlu diperhatikan sehubungan dengan masalah yang mau dipecahkan. Baik Markus seperti ada sekarang, maupun sebagaimana disusun oleh pembela teori kedua sumber tersebut, tidak berhasil benar-benar memainkan peranan sebagai sumber, seperti dikatakan pendukung teori itu.
Memang jelaslah Markus kerap kali nampaknya lebih tua dari pada Matius dan Lukas, tetapi juga kebalikannya sering terjadi : Matius dan Lukas nampaknya lebih tua dari pada Markus. Ada kalanya Markus mempunyai ciri yang mencerminkan tahap perkembangan tradisi lebih jauh dari pada yang tercantum dalam Matius dan Lukas, misalnya kadang-kadang terasa pengaruh pikiran Paulus atau usaha untuk menyesuaikan tradisi asli dengan pembaca yang bukan keturunan Yahudi, sedangkan dalam Matius dan Lukas terdapat ciri ketuaan misalnya ungkapan yang berciri Yahudi atau yang mencerminkan keadaan lingkungan di dalam keadaan yang mendahului keadaannya sekarang?
Hipotesa tersebut didukung pertimbangan lain lagi. Ada kalanya Matius dan Lukas bersesuaian satu sama lain, pada hal berbeda dengan Markus dalam bagian-bagian Injil yang sejalan. Ini tidaklah mungkin, seandainya Matius dan Lukas langsung bergantung pada Markus seperti sekarang ada. Kesesuaian Matius dan Lukas satu sama lin itu kerap kali terdapat dan kadang-kadang kesesuaian itu benar-benar mengherankan. Kesesuaian Matius dan Lukas yang berlainan dari Markus itu hendak diterangkan begitu rupa, sehingga teori kedua sumber itu dapat terus dipertahankan juga. Dikatakan bahwa kesesuaian itu berasal dari penyalin- penyalin Kitab Suci, yang menyesuaikan Matius dan Lukas satu sama lain. Kalau demikian kritik teks dapat menghilangkan kesesuaian itu. Dikatakan pula bahwa penginjil-penginjil sendiri menghasilkan kesesuaian itu, dengan jalan sebagai berikut : baik Matius maupun Lukas dengan tidak saling mengenal secara sama memperbaiki teks Markus yang mereka gunakan, sebab teks itu mereka anggap kurang baik. Memanglah keterangan-keterangan semacam itu kadang-kadang berhasil menjelaskan kesesuaian antara Matius dan Lukas yang kedua-duanya menyimpang dari Markus. Tetapi pengandaian-pengandaian serupa itu itu tidak mungkin memecahkan seluruh masalah. Dengan memperhatikan segala unsur yang perlu diperhitungkan, kesesuaian antara Matius dan Lukas itu lebih mudah dapat diterangkan, dengan cara seperti yang disarankan di muka : Matius dan Lukas menggunakan injil Markus dalam keadaan lain dari yang tersedia sekarang. Agaknya injil Markus yang asli itu kemudian disadur lagi. Dan penyaduran kembali itulah yang memberi injil Markus ciri-ciri baru yang memantulkan perkembangan, tradisi lebih jauh. Inipun menyebabkan bahwa Matius dan Lukas berkesuaian satu sama lain, sedangkan berbeda dengan Markus seperti sekarang ada. Sebab Matius dan Lukas dua-duanya memaik teks Markus yang lebih tua dari pada teks saduran tersebut yang sekarang tercantum dalam Kitab Suci.
Sumber "Q" yang diandaikan oleh teori kedua sumber itu juga kurang memuaskan, sekurang-kurangnya sumber "Q" seperti disusun kembali para sumber dipulihkan dengan hasil yang sangat berbeda-beda. Maka tidak dapat diketahui dengan cukup pasti bagaimana sesungguhnya dokumen itu. Bahkan prinsip bahwa ada satu dokumen tidak pasti juga. Sebab "logia-logia" yang dikatakan berasal dari "Q" itu ditemukan dalam Matius maupun dalam Lukas, tetapi dengan cara yang begitu berbeda, sehingga orang mulai menduga adanya dua kumpulan "logia-logia", dan bukan hanya sebuah saja. Di satu pihak logia-logia yang terdapat dalam bagian tengah Luk, yang kadang-kadang disebut "Bagian Perea" (Luk 9:51 -- Luk 18:14), agaknya berasal dari satu sumber, sedangkan "logia-logia" yang ditemukan dalam bagian- bagian Lukas yang lain diambil dari sumber yang berbeda. Baik "Logia-logia" yang terkumpul dalam Lukas 9:51 -- Luk 18:14, maupun yang terdapat di bagian-bagian lain pada umumnya terdapat juga dalam Matius. Tetapi anehnya, logia-logia macam kedua ditemukan dalam Lukas dan Matius dengan urutan yang pada pokoknya sama, pada hal "logia-logia" macam pertama dalam Lukas merupakan suatu keseluruhan sedangkan dalam Matius tersebar dalam seluruh injilnya. Ada kesan bahwa logia-logia macam kedua ini oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber yang berbeda-beda. Sumber yang satu ialah sebuah kumpulan logia (yang oleh Vaganay disebut S = sources = sumber). Bagian terbesar itu oleh Lukas ditempatkan di bagian tengah injilnya (Luk 9:51 -- Luk 18:14), sedangkan oleh Matius dipisah-pisahkan sehingga "logia-logia" dari sumber itu tersebar dalam wejangan-wejangan Yesus yang disajikan Matius Sumber kedua ialah injil Matius dalam keadaan lain dari pada keadaan sekarang.
Memang sama seperti halnya dengan Markus, agaknya perlu diterima bahwa Matius dan Lukas juga pernah ada dalam keadaan lain dari pada keadaannya sekarang. Matius dan Lukas yang tercantum dalam Kitab Suci merupakan saduran dari injil- injil Matius dan Lukas yang sudah ada sebelumnya. Analisa Matius dan Lukas -- analisa itu di sini tidak dapat diadakan-membawa kepada kesimpulan bahwa sekurang-kurangnya Markus dan Matius menempuh tiga tahap perkembangan yang berturut-turut. Ada sebuah dokumen dasar, disusul redaksi pertama yang pada gilirannya disadur sampai ke redaksi yang kini tersedia. Dalam ketiga tahap itu Markus dan Matius saling berpengaruh dengan cara yang berbeda-beda, sehingga akhirnya muncul hubungan-hubungan literer, baik kesamaan maupun perbedaan, seperti sekarang ada. Redaksi Markus yang pertama agaknya terpengaruh oleh dokumen dasar Matius. Karena itu Markus mempunyai kesamaan dengan Matius, yakni di mana Markus bergantung pada dokumen dasar Matius itu: tetapi redaksi yang terakhir pada gilirannya mempengaruhi redaksi Matius yang paling akhir, sehingga redaksi Matius ini bergantung pada Markus. Pengaruh timbal-balik semacam itu nampaknya berbelit-belit dan tidak keruan. Memang demikianlah adanya, hanya begitu caranya untuk menjelaskan kenyataan yang berbelit-belit dan tidak keruan! Mustahilah secara sederhana dan mudah memecahkan masalah sinoptik.
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan sastra tersebut, dapat disusun suatu keterangan menyeluruh, yang walaupun tidak pasti namun sangat mungkin untuk menjelaskan keadaan ketiga injil pertama. Pada awal mula ada pewartaan lisan oleh para rasul yang berpusatkan pemberitaan atau Kerigma yang memberitakan wafat Yesus yang menebus dan kebangkitan Tuhan. Pewartaan yang ringkasannya terdapat dalam wejangan-wejangan Petrus, yang tercantum dalam Kis itu biasanya dibarengi cerita-cerita yang lebih terperinci. Mula-mula ada kisah sengsara yang agak segera diberi bentuk tetap, sebagaimana dibuktikan kisah sengsara yang ada dalam keempat injil, yang sangat sejalan: kemudian muncul cerita-cerita kecil mengenai riwayat hidup Yesus dengan maksud menyoroti kepribadianNya, perutusan kekuasaan dan pengajaranNya; cerita-cerita itu memuat suatu kejadian atau wejangan yang menarik, sebuah mujizat, sebuah pepatah, perumpamaan dan sebagainya. Kecuali para rasul ada juga orang lain yan gkhususnya bercerita, seperti misalnya "penginjil-penginjil" (salah satu karunia Roh Kudus khusus yang tidak hanya mengenai keempat penginjil kita; bdk Kis 21:8; Ef 4:11; 2 Tim 4:5). Orang-orang inipun menceritakan kenangan-kenangan injili dalam sebuah bentuk yang menjurus ke bentuk tetap karena terus terulang. Tidak lama kemudian, terutama waktu saksi-saksi dari permulaan mulai memikirkan penulisan tradisi itu. Kejadian-kejadian dan sebagainya yang mula-mula diceritakan tersendiri- tersendiri, cenderung menjadi kelompok, yang kadang-kadang disusun menurut urutannya dalam waktu (misalnya pada satu hari di Kapernaum, Mrk 1:16-39), kadang-kadang menurut urutan yang logis (lima pertikaian Mrk 2:1-3:6). Kelompok yang mula-mula kecil saja, kemudian dihimpun di dalam kelompok-kelompok lebih besar.
Salah seorang pengarang (dan tidak ada alasan mengapa tidak disebut rasul Matius sesuai dengan tradisi) lalu menggubah injil yang pertama. Di dalamnya terkumpul kejadian-kejadian dan perkataan-perkataan Yesus menjadi sebuah kisah terus- menerus yang merangkum seluruh karya Yesus, mulai dengan baptisanNya di sungai Yordan sampai dengan kebangkitanNya. Kemudian, sebuah kumpulan lain yang nama penyusunannya tidak kita ketahui, muncul di samping injil yang pertama itu. Di dalamnya terhimpun perkataan-perkataan Tuhan yang lain, ataupun perkataan- perkataan yang sama tapi dengan bentuk lain. Kedua karya yang tertulis dalam bahasa Aram itu, tidak lama kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani: ada berbagai terjemahan yang berbeda-beda. Dengan maksud menyesuaikannya dengan saudara-saudara beriman yang bukan keturunan Yahudi, injil pertama yang menurut hemat kami digubah oleh Matius, diberi rupa yang baru. Injil yang baru itu berupa sebuah dokumen dan menjadi titik pangkal tradisi Markus. Pada kedua bentuk injil asli yang berasal dari Matius itu boleh ditambahkan sebuah injil kuno lain. Injil itu ialah injil yang menjadi dasar bagi kisah-kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus yang tercantum dalam Lukas dan Yohanes. Dengan demikian ada empat dokumen-dasar, sebagai tahap pertama dari ketiga tahap pembentukan injil-injil sinoptik seperti disebut di atas. Keempat dokumen itu ialah : Mat Aram, Kumpulan logia-logia I (S). Mat yang baru dalam bahasa Yunani injil tentang Penderitaan dan Kebangkitan Yesus.
Dalam tahap kedua, keempat tulisan tersebut dipungut dan digabung satu sama lain dengan berbagai cara. Tradisi Mrk mengambil bahannya dari Mat pertama itu dan beberapa penyesuaian yang dialami injil itu, khususnya penyesuaian dengan orang- orang Kristen yang bukan Yahudi. Hanya pengolahan itu juga belum redaksi Mrk yang terakhir, seperti yang kita kenal. Redaksi Mrk yang pertama itulah yang dipakai Mat dan Luk dan yang mempengaruhi kedua penginjil itu. Di pihak lain tradisi Mat sudah menghasilkan redaksi baru dari Mat pertama. Di dalamnya tergabung injil Mat dan Kumpulan "logia-logia" (S). Penulis yang mengerjakan penggabungan itu bekerja dengan sangat teliti Perktaan-perkataan Yesus yang terhimpun dalam S disebarkannya dalam seluruh injilnya dan dengannya penulis menyusun wejangan-wejangan Yesus yang cukup luas. Tidak lama kemudian Lukas menangani karyanya. Dengan saksama Lukas menyelidiki segala sesuatunya yang sudah dikerjakan sebelumnya (Luk 1:1-4). Lalu dalam tahap pertama pekerjaannya - semacam pra-Luk-Lukas memanfaatkan dokumen (Mat dengan rupa baru) yang tertuju kepada orang-orang bukan Yahudi dan yang menjadi dasar bagi Mrk; di samping itu Lukas menggunakan Injil Mat yang sudah tergabung dengan S. Tetapi Lukas juga langsung mengenal Kumpulan S itu. Maka perkataan-perkataan yang terhimpun dalam S itu oleh Lukas kelompok ditempatkan di bagian tengah injilnya, sehingga tidak disusun kembali seperti yang diperbuat Mat. Terutama dalam kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus, Lukas menggunakan sebuah tulisan lain lagi, yang juga dipakai oleh injil keempat. Itu menyebabkan adanya kesamaan besar antara Luk dan Yoh dalam kisah tentang Penderitaan dan Kebangkitan, sedangkan Luk (dan Yoh) berbeda sekali dengan Mrk dan Mat. Redaksi Luk yang pertama itu (pra-Luk) belum mengenal Mrk, juga dalam redaksi Mrk yang kedua tidak. Baru kemudian Luk memanfaatlam pra-Mrk itu untuk melengkapi injilnya. Dan dengan demikian kita sampai kepada tahap penyusunan injil-injil sinoptik yang ketiga.
Dalam tahap terakhir ini injil yang berasal dari tradisi Mat secara mendalam diolah dan disadur kembali dengan pertolongan Mrk. Hanya Mrk itu bukanlah redaksi Mrk yang kita miliki, melainkan redaksi dahulu yang disebut di muka sebagai tahap kedua dalam penggubahan injil-injil sinoptik. Hanya redaksi Mrk pertama itu juga disadur dan penyadur itu memperhatikan juga redaksi Mat yang mendahului redaksi terakhir. Barangkali ia juga memanfaatkan redaksi Luk yang pertama dan pasti terpengaruh oleh Paulus. Adapun redaksi Luk yang terakhir memanfaatkan redaksi Mrk yang sudah dipergunakan Mat. Dalam rangka redaksi Luk yang pertama disisipkan beberapa bagian dari Mrk (Luk 4:31-6:19; 8:4-9:50; 18:15-21:38). Penyisipan itu benar-benar sebuah tahap dalam karya Luk yang baru kemudian ditempuh. Ini dibuktikan oleh kenyataan bahwa Luk tidak mengambil bahan dari Mrk, bila bahan yang sama, meskipun dengan bentuk lain, sudah dipungutnya dari sumber Mat atau S yang telah dipakainya. Perlu ditambah pula bahwa Lukas sama dengan Mat dan lebih dari Mat memanfaatkan sumber-sumber khusus yang ditemukannya berkat penyelidikan saksama yang diadakannya (Luk 1:3). Dari sumber-sumber khusus itu dipungutnya kisah masa muda Yesus dan beberapa mutiara yang membuat Luk menjadi sebuah injil yang tidak boleh tidak ada disamping Mrk dan Mat (Orang Samaria yang murah hati, Marta dan Maria, Perumpamaan anak yang hilang. Perumpamaan anak yang hilang, Perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai, dan lain-lain.
Pandangan mengenai kejadian ketiga injil sinoptik, seperti yang disajikan di atas, menghormati serta menggunakan keterangan-keterangam yang disampaikan oleh tradisi dengan hanya memerincikannya lebih jauh. Tetapi tak mungkin lagi menentukan dengan tegas tanggal dituliskannya masing-masing injil. Dan tradisi tidak memberikan petunjuk tegas mengenai masalah itu. Mengingat jangka waktu yang perlu untuk perkembangan tradisi lisan boleh diduga bahwa penggubahan injil paling dahulu dan baru kemudian penggubahan Kumpulan Pelengkap, mungkin terlaksana antara tahun 40 dan 50. Waktu ini bahkan pasti, seandainya dapat dibuktikan bahwa surat-surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika yang ditulis sekitar tahun 51/52 menggunakan wejangan Yesus mengenai akhir zaman yang tercantum dalam injil pertama. Markus tentunya mengarang injilnya menjelang akhir hidup Petrus (begitu dikatakan oleh Klemens dari Aleksandria) atau beberapa waktu setelah Petrus mati (begitu dikatakan oleh Irenus) Kalau demikian maka injil kedua harus dikarang sekitar tahun 64, atau paling sedikit sebelum tahun 70, sebab rupanya Mrk belum tahu tentang kemusnahan Yerusalem. Karya Mat (Yunani) dan Luk menyusul Mrk. Tetapi sukar ditentukan waktu lebih lanjut. Injil Lukas mendahului Kisah Para Rasul, Kis 1:1, tetapi waktu Kis juga kurang pasti (bdk Pengantar Kis) dan tidak memberi pegangan yang kokoh-kuat. Hanya baik Mat maupun Luk kiranya tidak tahu tentang kemusnahan Yerusalem (bahkan Luk 19:42-44; 21:20-24 tidak, sebab di sini hanya dipakai cara bicara yang lazim pada para nabi). Tetapi boleh jadi kedua injil itu mendiamkan kemusnahan Yerusalem itu untuk memberi kesan tua dan karena mau menghormati sumber-sumbernya. Kalau demikian maka waktu dituliskannya kedua injil itu boleh ditunda sampai sekitar tahun 80. Tetapi boleh jadi juga bahwa kedua penginjil itu benar-benar tidak tahu-menahu tentang kejadian itu, sehingga karya mereka harus ditempatkan sebelum tahun 70.
Tetapi bagaimanapun juga, asal-usul rasuli, entah secara langsung entah secara tak langsung, dan caranya ketiga injil sinoptik terbentuk menjamin nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historis" itu perlu dipahami. Oleh karena berasal dari perwataan lisan yang berawal pada permulaan jemaat purba, maka ketiga injil itu berdasarkan jaminan yang diberikan oleh orang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan segalanya. Sudah barang tentu baik para rasul maupun pewarta injil lain tidak pernah bermaksud menceritakan "sejarah", sebagaimana istilah itu dipahami oleh ahli ilmu sejarah. Maksud mereka bukan maksud profan melainkan teologis. Mereka berbicara untuk mengajak orang bertobat, untuk membina, menanamkan iman dalam hati dan meneranginya atau untuk membela kepercayaan Kristen terhadap para lawan. Tetapi mereka berbuat demikian berdasarkan kesaksian benar yang dapat dikontrol, sebagaimana dituntut baik oleh ketulusan hati nurani mereka sendiri maupun oleh usaha mereka supaya tidak memberi peluang pihak lawan untuk menyerang. Para penggubah injil yang kemudian mengumpulkan kesaksian-kesaksian para pewarta injil itu berbuat demikian dengan obyektivitas jujur yang sungguh menghormati sumber-sumbernya. Ini cukup terbukti oleh kesederhanaan dan ciri usia tua karya-karya mereka, di mana tidak banyak terdapat perkembangan ajaran Kristen di zaman kemudian, misalnya dari perkembangan teologi Paulus; dan sama sekali tidak terdapat dalam ketiga injil sinoptik cerita-cerita yang merupakan buah daya khayal belaka yang kurang masuk akal, sebagaimana banyak terdapat dalam injil-injil apokrip. Walaupun ketiga injil Sinoptik bukan buku "ilmu sejarah" namun maksudnya ialah memberitakan apa yang sungguh-sungguh terjadi.
Namun demikian ciri historis semacam itu belum juga berarti bahwa segala kejadian dan semua perkataan yang dipaparkan berupan sebuah laporan atau rekaman tepat mengenai apa yang dikatakan atau apa yang terjadi. Ketepatan semacam itu tidak boleh diharapkan seperti yang terjadi pada setiap kesaksian manusiawi, apa lagi kalau kesaksian itu disampaikan dari mulut ke mulut. Dan kenyataan injil sendiripun mengingatkan bahwa pendekatan semacam itu tidak tepat. Sebab kita lihat dalam injil-injil sinoptik bahwa cerita atau perkataan yang sama disampaikan dengan cara yang berbeda-beda. Dan apa yang harus dikatakan tentang masing-masing bagian, lebih lagi harus ditekankan sehubungan dengan urutan dan susunan kejadian dan perkataan dalam masing-masing injil. Urutan itu jelas berbeda dalam masing-masing injil, dan begitupun dapat dinantikan mengingat bagaimana injil-injil itu disusun. Unsur-unsurnya mula-mula diceritakan tersendiri, kemudian lama-kelamaan dikumpulkan dan dikelompokkan, didekatkan satu sama lain, atau dilepaskan yang satu dari yang lain atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang lebih memperhatikan logika dan sistematik dari pada urutan waktu. Harus diterima bahwa banyak kejadian dan perkataan dalam injil-injil sudah dilepaskan dari tempat di mana atau dikatakan terjadi dan dari rangka waktu aslinya. Salah benar orang yang secara harafiah mengartikan kata penghubung dan ungkapan seperti : kemudian, selanjutnya, lalu, pada waktu itu, dan sebagainya. Tetapi kesemuanya itu tidak merugikan sedikitpun kewibawaan kitab-kitab yang diinspirasikan itu bagi kepercayaan Kristen. Kalau ternyata Roh kudus tidak mendorong ketiga juru-bicaranya itu menjadi sejiwa dan sehati bahkan seragam dalam hal-hal terperinci, maka sebabnya ialah : Roh Kudus tidak menganggap penting bagi kepercayaan, bahwa ada keseragaman materiil semacam itu. Bahkan Roh Kudus menghendaki perbedaan-perbedaan dalam kesaksian. Heraklitus mengatakan : "Kesepakatan diam-diam lebih bernilai dari kesepakatan jelas". Sebuah kejadian yang disampaikan kepada kita melalui tradisi-tradisi yang berbeda-beda dan malah tidak berkesesuaian satu sama lain (misalnya tradisi- tradisi mengenai penampakan-penampakan Yesus yang dibangkitkan dari alam maut) pada pokoknya mendapat suatu isi dan keteguhan yang tidak dapat diberikan oleh berita-berita yang seluruhnya sama bunyinya, tetapi hanya berupa pemberitahuan dan laporan belaka. Dan kalau perbedaan dalam kesaksian tidak hanya disebabkan oleh nasib yang dialami setiap kesaksian, karena disampaikan dari mulut ke mulut, tetapi juga oleh perubahan-perubahan yang disengaja, maka hal inipun masih membawa manfaat juga. Tidak boleh diragukan, bahwa para penggubah injil dengan sengaja menyajikan berita-beritanya dengan cara yang berlain-lainan. Dan sebelum penggubah injil, tradisi lisan sudah menyampaikan bahannya sambil menafsirkannya dan menyesuaikannya dengan keperluan-keperluan kepercayaan Kristen yang hidup dan yang justru diteruskan oleh para penginjil. Tetapi turun tangan jemaat Kristen dalam bentuk tradisinya terjadi di bawah bimbingan mereka yang bertanggung-jawab. Dan hal itu tak perlu membingungkan kita, tetapi sebaliknya sangat menguntungkan kita. Sebab jemaat itu tidak lain kecuali Gereja dan orang-orang yang bertanggung-jawab tersebut merupakan "wewenang mengajar" yang pertama. Roh Kudus yang pada waktunya menginspirasikan para penginjil sudah mengetuai segenap karya pengolahan yang mendahului injil tertulis. Roh itu membimbing pengolahan itu sesuai dengan perkembangan kepercayaan dan Iapun menjamin hasil pengolahan itu dengan karunia "tidak dapat sesat", yang tidak mengenai kejadian-kejadian sebagai kejadian belaka, tetapi berita rohani yang terkandunt dalam kejadian. Dengan jalan itu Roh Kudus menyediakan makanan yang dapat dinikmati oleh kaum beriman. Dan Roh Kuduslah yang memberi kepada ketiga penginjil Sinoptik suatu karunia khusus untuk menyajikan kabar yang sama dengan cara yang merupakan milik khas masing-masing penginjil.
Injil Karangan Matius
Cahaya iman tersebut dan garis-garis besar Mrk mudah diketemukan kembali dalam injil karangan Matius. Tetapi tekanannya berbeda. Rangka Mat berlainan dari rangka Mrk dan lebih berbelit-belit. Ada lima "buku" kecil yang susul- menyusul; masing-masing terdiri atas sebuah wejangan yang didahului dan disiapkan dengan beberapa kejadian yang dipilih dengan tepat. Bersama dengan kisah masa muda Yesus dan kisah sengsara kebangkitan kelima "buku" tersebut menjadi suatu keseluruhan seimbang yang terbagi menjadi tujuh bagian. Boleh jadi kerangka susunan tersebut berasal dari injil Matius dalam bahasa Aram, sebagaimana juga masih terdapat dalam Mrk. Bagaimanapun juga kerangka itu tampil jelas dalam Mat Yunani dengan lebih lengkap menyajikan pengajaran Yesus dengan menekankan "Kerajaan Sorga" sebagai pokok utama, Mat 4:17+. Injil Mat itu boleh dikatakan sebuah "drama" tujuh bab mengenai kedatangan Kerajaan Sorga :
1) persiapannya dalam Mesias yang masih kanak-kanak, 1-;
2) pemakluman rencana Kerajaan Sorga kepada rakyat dan murid dalam "khotbah di Bukit", 3-7;
3) pewartaan Kerajaan itu oleh para utusan yang sama seperti Yesus mengerjakan mujizat-mujizat sebagai "tanda-tanda" yang meneguhkan perkataan mereka; sebuah wejangan khusus memberikan kepada para utusan itu petunjuk-petunjuk sehubungan dengan perutusan mereka, yaitu "Wejangan Perutusan", 8-1;
4) Kerajaan Sorga tidak dapat tidak menghadapi hambatan-hambatan dari pihak manusia, sesuai dengan tata laksana dalam kerendahan dan persembunyian yang dikehendaki Allah, sebagaimana diutarakan dalam "Wejangan Perumpamaan- perumpamaan", Mat 11:1-13:52;
5) permulaan Kerajaan Sorga dalam sekelompok murid yang dikepalai oleh Petrus dan yang merupakan pangkal Gereja yang tata tertibnya dibentangkan dalam "Wejangan perihal Jemaat" Mat 13:53-18:35;
6) kemelut yang menyiapkan kedatangan Kerajaan Sorga yang depinitip; kemelut itu ditimbulkan oleh perlawanan yang semakin sengit dari pihak para pemimpin Yahudi dan dinubuatkan dalam "Wejangan tentang akhir zaman". 19-2;
7) Kedatangan Kerajaan Sorga melalui sengsara dan kemenangan ialah Sengsara dan Kebangkitan Yesus, 26-28.
Kerajaan Allah (= Sorga yang harus menegakkan Pemerintahan yang berdaulat di tengah-tengah manusia yang akhirnya mengakui Allah sebagai Raja, mengabdi dan mencintaiNya itu, sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Maka Matius yang menulis di tengah-tengah orang Yahudi dan Yesus serta karyaNya Kitab Suci digenapi. Pada tiap-tiap titik balik injilnya, Matius mengutip Perjanjian Lama dengan maksud memperlihatkan bahwa Hukum Taurat dan para Nabi digenapi, artinya: tidak hanya dilaksanakan, tetapi juga dibawa ke kesempurnaan yang memahkotai dan melampauinya. Mat mengutip Perjanjian Lama sehubungan dengan Yesus sendiri untuk menyatakanNya sebagai keturunan Daud, Mat 1:1-17, yang lahir dari seorang perawan, Mat 1:23, di kota Betlehem Mat 2:6; hendak menggaris bawahi tinggalNya di negeri Mesir dan menetapkanNya di kota Kapernaum, Mat 4:14-16, serta masukNya ke Yerusalem sebagai Mesias, Mat 21:5, 16. Mat juga mengutip Kitab Suci sehubungan dengan karya Yesus : mujizat-mujizatNya dengan menyembuhkan orang sakit, Mat 11:4-5, pengajaranNya mengenai "penggenapan" hukum Taurat, Mat 5:17 yang terdiri atas peningkatan hukum Taurat, Mat 5:21-48; 19:3-9; 16:21. Tetapi Mat tidak kurang menonjolkan bahwa perendahan diri Yesus dan kegagalan karyaNya juga menggenapi Kitab Suci pula : pembunuhan atas kanak-kanak di Betlehem, Mat 2:17 dst, masa muda Yesus yang bersembunyi di Nazaret, Mat 2:23, kelembutan hati Sang Hamba yang berbelaskasih, Mat 12:17-21; bdk Mat 8:17; 11:29; 12:7; murid-murid yang meninggalkanNya, Mat 26:31, pengkhitanan demi sejumlah uang yang menertawan, Mat 27:9- 10, penahan Yesus, Mat 26:54, penguburanNya untuk jangka waktu tiga hari, Mat 12:40. Kesemuanya itu sesuai dengan rencana Allah sebagaimana terungkap dalam Kitab Suci. Demikianpun halnya dengan ketidak-percayaan orang Yahudi. Mat 13:13-15, yang lekat pada adat istiadat manusiawi, Mat 15:7-9, dan yang hanya dapat diberi pengajaran pengajaran rahasia berupa perumpamaan, Mat 13:14-15, 35; semuanya dinubuatkan dalam Kitab Suci. Tentu saja injil-injil sinoptik lainpun menggunakan Kitab Suci sebagai pembuktian, tetapi kiranya diambil dari Mat Aram, sedangkan Mat Yunani menonjolkan dan mengembangkan pembuktian alkitabiah itu begitu rupa sehingga menjadi ciri khas injilnya. Bersama dengan susunan sistematik justru ciri alkitabiah tersebut menjadikan karya Matius sebuah "Piagam" tata penyelamatan baru yang menggenapi rencana Allah melalui Kristus : Yesus adalah Anak Allah, hal mana lebih ditekankan oleh Mat dari pada oleh Mrk, 14:33; 16:16; 22:2; 27:40, 43; pengajaranNya merupakan Hukum Baru yang menggenapi yang lama; Gereja yang dilandaskanNya atas Petrus, sedangkan Ia sendiri menjadi batu sendinya yang telah dibuang oleh para pembangun, Mat 21:42, tidaklah lain dari jemaat Mesias yang melanjutkan Jemaat Perjanjian Lama sementara memperluas jemaat lama sampai merangkum bangsa manusia seluruhnya, oleh karena Allah telah mengizinkan bahwa mereka yang pertama dipanggil ditolak, Mat 23:34-38; bdk Mat 10:5-6, 23; 15:24, dengan maksud membuka jalan penyelamatan bagi sekalian bangsa, Mat 8:11-12; 21:33-46; 22:1-10; bdk 12:18, 21; 28:19. Dapat dipahami mengapa injil Mat yang lebih lengkap, lebih baik tersusun dan ditulis dalam bahasa yang lebih baik dari bahasa Mrk, walaupun kurang sedap itu, oleh Gereja semula disambut dengan lebih baik dan dipergunakan dengan lebih leluasa dari pada kedua injil sinoptik lain.
Ende: Matius (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan ...
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan sebagai tertulis oleh Rasul Mateus. Terdapat kutipan-kutipan dari padanja sudah dalam abad pertama, misalnja dalam buku ketjil peladjaran agama jang berdjudul "Didache", dalam surat Bapa Sutji Klemens dari Roma kepada umat Korintus, dan didalam surat-surat termashur Ignatius Martir, uskup Antiochia.
Mengenai pribadi dan riwajat hidup Mateus kita tahu sedikit sadja. Satu-satunja peristiwa tentangnja didalam Kitab Kudus, ialah peristiwa panggilannja, jang ditjeritakan olehnja sendiri dalam 9:9-13, oleh Markus dalam karangan Indjilnja 2:13-17 dan oleh Lukas dalam 5:27-32. Selain itu hanja disebut namanja dalam daftar nama semua rasul. Didalam tjeritera panggilannja ia sendiri menjebut dirinja Mateus, sedangkan Markus dan Lukas menamakannja Levi. Diduga bahwa nama aslinja Levi dan kemudian sebagai rasul ia disebut Mateus.
Dari ketiga tjeritera tersebut kita ketahui, bahwa bapanja Alfeus, dan sebelum dipanggil oleh Jesus ia seorang pemungut bea di Kafarnaum, agaknja sebagai pegawai Herodes. Dalam daftar nama segala rasul (10:5) ia menamakan dirinja ,Mateus, pemungut bea". Djulukan itu bukan gelaran kehormatan, melainkan sebaliknja pangkat pemungut bea sangat dipandang hina oleh orang Jahudi jang "saleh". Mereka digolongkan pada kaum pendosa dan terasa tak halal bergaul agak erat dengan mereka, misalnja makan semedja dengan mereka. Itu antara lain kita batja dalam Mt. 9:11; Mk. 2:16; Lk. 5:30. Dan memang ada alasan untuk bersikap demikian terhadap mereka. Sebab rupanja kebanjakan mereka tidak djudjur, memperkaja dirinja dengan menuntut bea lebih banjak dari pada jang ditentukan dengan resmi. Mengenai hal itu baik batjalah amanat Joanes Pemandi kepada mereka dalam Lk. 3:12-13. Rupanja Zacheuspun, dalam berita Lk. 19:3-10, termasuk golongan jang kurang djudjur itu, sebelum ia bertemu dengan Jesus. Perhatikanlah chususnja ajat Lk. 19:8. Tetapi orang Jahudi chususnja kaum parisi jang menganggap dirinja golongan jang paling saleh, terlalu menjamaratakan. Bahwa ada banjak pemungut bea, jang djudjur dan luhur hati sudah njata sekali dalam tjatatan Mk. 2:15, bahwa sedjumlah besar pemungut bea dan "orang berdosa" turut makan bersama dengan Jesus sebab banjak dari antara mereka sudah mengikuti Jesus. Tentu sadja Mateuspun termasuk golongan ini dan sebab itu sudah mengenal Jesus dan Jesus mengenal dia, sebelum ia dipanggil mendjadi rasul. Dan bahwa ia tidak lekat pada barang duniawi, dan benar-benar menaruh tuntutan pertama untuk masuk kedalam Keradjaan Allah, jaitu roh kemiskinan, terang sekali sebab ia segera bangun meninggalkan segalanja dan mengikuti Jesus. Dan bukan sedikit jang ditinggalkannja, jaitu pangkat jang ringan pekerdjaannja dan banjak penghasilannja, djuga kalau dilakukan dengan djudjur, dan lagipun ia tentu tjukup kaja, sebab mampu mengadakan suatu perdjamuan "besar" (Lk. 5:29) bagi Jesus dan para pengiringnja dan sedjumlah besar undangan-undangan lain lagi.
Tentang hidup Mateus sesudah Pentekosta kita tahu sedikit dari riwajat lisan jang dapat dipertjajai. Menurut itu ia mengadjar dahulu di Palestina dan disinipun menulis Indjilnja, lalu pergi menjebarkan Indjil kepada bangsa-bangsa bukan Jahudi. Seorang murid rasul-rasul bemama Papias telah menulis kira-kira dalam tahun 125, bahwa Mateus telah mengumpulkan setjara teratur "sabda-sabda" Jesus, dalam bahasa lbrani (Aramea), dan Esebius, seorang penulis sedjarah Geredja jang terkemuka, menulis sekitar tahun 300, bahwa Mateus pertama-tama mengadjar orang sebangsanja di Palestina, dan sebelum meninggalkan mereka untuk mengadjar bangsa-bangsa lain, ia mewariskan kepada mereka, sebagai pengganti kehadirannja sendiri, karangan Indjil tertulis dalam bahasa nenek-mojang mereka.
Karangan asli dalam bahasa Aramea itu diduga ada tertulis antara tahun 40 dan 50, dan 10 atau 20 tahun kemudian, sudah diterdjemahkan kedalam bahasa Junani. Menurut Papias beberapa "orang lain menterdjemahkannja, masing-masing sekedar kemampuannja". Djadi waktu Papias sudah ada beberapa terdjemahan, jang agak berbeda satu sama lain. Satu dari terdjemahan-terdjemahan itu kemudian diterima dengan resmi oleh Geredja purba, sebagai karangan Mateus dan sebagai termasuk Kitab Kudus. Menurut keterangan Geredja agak resmi, terdjemahan ini dalam keseluruhannja, jaitu mengenai isinja tjotjok dengan aslinja, demikian rupa sehingga Mateus harus dinamakan pengarangnja. Menurut Papias, Mateus telah mengumpulkan "logia-logia" Jesus. "Logia" itu biasa diterdjemahkan dengan "sabda", tetapi sekurang-kurangnia dewasa itu, arti kata itu lebih luas, sehingga perbuatan-perbuatan dan peristiwa-peristiwa hidup Jesus termasuk padanja djuga.
Rupa-rupanja penterdjemah agak erat mengikuti teks asli, tetapi ada sardjana jang berpendapat atau menduga, bahwa ia sana-sini mengubah susunan asli dan menambah pula bahan dari sumber-sumber jang lain. Soal-soal ilmiah itu tidak mengenai hakekat Indjil dan tidak penting bagi kita. Bagi kita tjukup kepastian, bahwa seluruh karangan Indjil jang kita punjai dalam Kitab Kudus, terdjamin kebenarannja sebagai wahju Allah dan diilham oleh Roh Kudus, oleh djabatan Geredja jang resmi.
Mengenai bahasa dan gaja bahasa, penterdjemah bekerdja dengan sangat bebas. Itu terang sebab bahasanja Junani murni sekali dan rapih teratur menurut tatabahasa Junani. Gaja-bahasapun pada umumnja tidak berbeda dengan jang lazim dewasa itu pada orang Junani. Bahasanja sederhana, tetapi barus dikatakan elok djuga.
Namun demikian masih terdapat bekas-bekas karangan asli berbabasa Aramea djuga, seperti istilah-istilah dan ungkapan-ungkapan Aramea jang tidak diterdjemahkan, lain jang diterangkan artinja dalam bahasa Junani, lain pula jang diterdjemahkan kata-demi-kata, sehingga tetap bertjorak bahasa Jahudi. Hal-hal itu mengesankan, bahwa karangan asli berbahasa Aramea benar. Tetapi jang lebih djelas membuktikan, sepandjang karangan, bahwa pengarang asli sungguh-sungguh seorang Jahudi tulen jang hidup di Palestina, ialah pengetahuannja jang teliti dan luas tentang keadaan dan suasana hidup ditanah itu. Itu misalnja mengenai hal-hal ilmu-bumi, tjorak-tjorak alam, kehidupan keagamaan dan kemasjarakatan, adat-istiadat, partai-partai dan masalah-masalah politik. Pun tentang hal-hal keuangan, dan dalam itu kita barangkali melihat seorang bekas pemungut bea.
Tentang susunan karangan
Tidak seorangpun dari pengarang-pengarang Indjil bermaksud menulis suatu buku sedjarah atau riwajat hidup Jesus. Mateus kurang lagi dari pada pengarang- pengarang jang lain. Ia memang mulai dengan kelahiran Jesus dan mengachirinja dengan wafat dan kebangkitan Jesus, tetapi selain dalam garis besar itu, ia sedikit sekali mengindahkan urutan waktu dalam menjusun pengadjaran-pengadjaran Jesus atau peristiwa-peristiwa jang ditjeritakannja. Njatalah rentjananja menulis satu buku peladjaran agama jang djelas dan mengesankan, tentu sadja sebagai ringkasan pengadjarannja sehari-hari bagi umat. Sebab itu ia mengumpulkan sabda-sabda dan adjaran-adjaran Jesus, jang agak sama isi dan tudjuannja, sehingga mendjadi satu pengadjaran (chotbah) agak pandjang. Demikian misalnja dalam 4:12-7:29; 13: 1-58;19:1-20:34.
Tak lain sikapnja terhadap mukdjizat-mukdjizat atau peristiwa-peristiwa jang lain. la menghubung dengan memandang isi dan tudjuannja. Ia mengindahkan hanja adjaran jang terkandung didalamnja dan sebab itu tjeritera-tjeriteranja pada umumnja ringkas sadja dengan menondjolkan intinja berupa adjaran itu. Haruslah kita perhatikan tjara bekerdja Mateus itu, supaja djangan kita ragu-ragu atau keliru, kalau kita menemukan bahwa tempat dan waktu peristiwa-peristiwa jang diriwajatkan Mateus tidak tjotjok dengan karangan-karangan Indjil lain. Demikian pula harus diperhatikan, bahwa kata-kata penghubung waktu, seperti misalnja "lalu", "kemudian", pada hari (masa) itu" sebenarnja tidak dimaksudkan sebagai penghubung waktu, melainkan merupakan "awal kata" sadja, jaitu unsur gaja bahasa primitip jang tidak berarti, seperti umpamanja dalam bahasa kita dahulu "arkian", "sebermula" dan lain-lain.
Tudjuan karangan Mateus
Telah ditundjuk, bahwa susunan karangan Mateus kurang bersifat sedjarah. Tetapi dalam satu hal ia lebih berwudjud sedjarah dari karangan-karangan lain, jaitu dalam menundjukkan lebih tegas, bahwa Perdjandjian Baru adalah landjutan langsung dan wadjar dari Perdjandjian Lama, malah penjelesaiannja dan bahwa kedua-duanja merupakan satu sedjarah atau djalan penjelamatan manusia, menurut rentjana Allah dari kekal.
Tudjuan chusus pula, dan boleh dikatakan jang utama seluruh karangan, ialah membuktikan, bahwa "Jesus dari Nazaret" benar-benar Mesias jang dinubuatkan sifat-sifat 2dan nasibnja dalam nubuat-nubuat para nabi. la membuktikan itu dengan kutipan-kutipan dari Kitab Kudus sendiri. Sebab itu kita bertemu dengan begitu banjak kutipan-kutipan dari Perdjandjian Lama. Itu tentu pertama-tama bagi umat-umat sendiri, untuk mejakinkan dan menginsjafkan mereka lebih tegas, guna meneguhkan imannja dan menabahkan hatinja terhadap serangan-serangan dari pihak kaum sebangsanja jang belum pertjaja. Mereka terus-menerus, diperolok- olokkan Jahudi kolot itu, diumpat-umpat malah dikutuk seolah-olah mereka telah murtad dari Allah. Tetapi disamping itu Mateus mengharap lagi dengan tulisannja dapat mejakinkan orang-orang baik jang belum sampai pertjaja dan bertobat pula, ataupun tjalon-tjalon jang masih beladjar.
Ada satu persoalan lagi, jang sudah sewadjarnja dan tentu sadja tidak sedikit mengganggu pemikiran dan ketenteraman hati umat muda, maupun tjalon-tjalon jang hendak masuk dan orang-orang lain jang berminat pula, jakni bagaimana mungkin, djustru kalangan-kalangan atasan dan jang tjendekia, seperti para ahli taurat, lagipun orang-orang parisi jang terkenal sebagai golongan jang paling saleh, tidak mengenal Jesus sebagai Mesias, malah bulat menolaknja. Bergandengan pula dengan itu, bagaimana boleh dibiarkan oleh Allah, bahwa kaum Israel, kaum terpilih jang dalam keseluruhannja diberi djandji akan mewarisi Keradjaan Mesias tidak menerimanja. Mateus memberi djawaban jang terang sepandjang seluruh karangan. Inti djawaban itu jakni: nasib mereka adalah akibat kesalahan mereka sendiri. Allah sudah dari kekal mengetahui ketegaran hati mereka, telah menjatakannja dalam nubuat-nubuat para nabi, dan memperhitungkannja dalam rentjana penjelamatan manusia. Mateus selandjutnja menggambarkan pokok dan perkembangan sikap para pemimpin dengan djelas dengan mentjeritakan peristiwa- peristiwa pertemuan mereka dengan Jesus. Pokoknja ialah iri hati mereka terhadap Jesus, sebagaimana segera djuga kentara bagi Pilatus (27:18). Dan dalam segala pertemuan tampak senjata-njatanja, betapa tinggi menondjol keunggulan sikap, keagungan djiwa dan keluhuran hati Jesus diatas kepitjikan, kelemahan dan ketakdjudjuran kaum ahli taurat dan parisi. Setiap kali mereka datang bersoal dengannja, mentjobainja, hendak menangkapnja dalam perkataannja atau menuduhnja, merekalah jang kalah semata-mata didepan orang jang hadir. Malah setjara njata pula mereka setjara moril kalah sama sekali didalam pemeriksaan mahkamah agung dan didepan Pilatus, djuga sepandjang sengsara dan dalam kematian Jesus, achirnja dengan sepenuhnja dalam kebangkitan Jesus, hal mana merekapun tidak dapat menjangkalnja dalam hati mereka. Ingatlah 28:11-15. Kekalahan-kekalahan bertubi-tubi itu, sedangkan "seluruh rakjat mengikuti Jesus", tak boleh tidak mesti menjebabkan iri hati semakin mendjelma mendjadi kebentjian, jang achirnja menghebat sampai mereka mata gelap belaka.
Tetapi selain iri hati, kebentjian dan penolakan terhadap Jesus berpokok lebih dalam lagi, jaitu dalam pertentangan tjita-tjita mereka dengan tjita-tjita Keradjaan Allah jang diandjurkan Jesus. Mereka tidak dapat menerima seorang Mesias jang tidak berminat politik terhadap pendjadjahan Romawi dan tidak pertama-tama berdjandji mendirikan keradjaan David jang baru, jang makmur dan djaja atas segala keradjaan. Sebaliknja Ia menuntut roh kemiskinan, kerendahan hati, penjangkalan diri dan kerelaan memikul salib sebagai dasar keradjaannja.
Dalam 5:20 Jesus telah memperingatkan: Djikalau kebenaranmu tidak melebihi kebenaran para ahli taurat dan orang parisi, kamu tidak akan masuk kedalam Keradjaan Surga. Kemudian Ia berkali-kali dengan setegas-tegasnja membuka kedok kemunafikan dan keburukan hati mereka. la terpaksa, supaja rakjat djelata insjaf dan djangan pertjaja serta mengikuti mereka. Mateus mengumpulkan beberapa utjapan Jesus jang tegas dan agak keras terhadap mereka dalam bab 23 karangannja. Tetapi, betapapun pentingnja menondjolkan apa jang dipaparkan diatas, untuk meneguhkan iman dan menabahkan hati umat muda bangsa Jahudi itu, namun atjara pokok dan tudjuan utama karangan Mateus djauh lebih luas dan umum, jaitu memperkenalkan Jesus seutuh-utuhnja dan merekamkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Jesus sedalam-dalamnja dalam hati umat Jahudi itu, tetapi oleh penjelenggaraan Roh Kudus, kedalam hati seluruh umat manusia untuk segala abad. Tetapi atjara-atjara dan tudjuan-tudjuan jang dibitjarakan diatas itu sebenarnja merupakan unsur-unsur penting atjara pokok dan tudjuan utama tersebut, sebab baik kepribadian Jesus sendiri, maupun kebenaran dan keluhuran adjaran dan tjita-tjita Keradjaan Allah, djustru makin menjolok dalam perlawanannja dengan salah-paham dan sikap buruk para penentang.
Tetapi untuk mendapat gambaran jang lebih utuh, perlu banjak segi-segi lain lagi disoroti. Indjil harus ditulis demikian lengkap, sehingga mendjadi tjermin segenap kebenaran dan pedoman hidup bagi semua orang menghantar mereka kepada keselamatan abadi. Untuk itu Mateus mengumpulkan adjaran-adjaran Jesus, jang diutjapkannja dimuka orang banjak dan kepada murid-murid tersendiri, dalam bentuk utjapan pendek (amsal), perumpamaan atau chotbah. Tetapi pada bentuk pengadjaran Jesus jang paling njata pula, ialah Jesus sendiri, seluruh kepribadian dan kehidupannja. Apa jang diadjarkannja, dilakukannja sendiri dengan sempurna, mendjadi tjontoh dan penundjuk djalan, bagaimana dapat dan harus kitapun mewudjudkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Indjil pada diri kita dan disekeliling kita dalam hidup kemasjarakatan dan keagamaan. Untuk itu Mateus mentjeritakan sadja peristiwa-peristiwa hidup Jesus dan perbuatan-perbuatannja. Pertama-tama untuk menjatakan bahwa Jesus benar-benar Mesias, Putera Allah jang Mahatinggi, penuh berkekuasaan Ilahi, guna membangunkan kepertjajaan jang teguh dan pasti. Dan bagi siapa sadja jang pertjaja dan selandjutnja dengan luhur hati membatja dan merenungkan Indjil, dalam tiap-tiap kalimat, Jesus menondjol sebagai manusia utama, sempurna dalam segala-galanja sehingga mempesona dan menimbulkan hasrat untuk sekedar menjamai kesempurnaan itu. Jesus menondjol sebagai satu-satunja terang dunia sedjati (Jo. 1:5 dan 9;8:12; 12:46) jang tak pernah menjembunjikan diri, melainkan menjinari semua manusia jang hendak mendekatiNja dalam membatja Kitab Kudus, supaja mereka "melihat perbuatan- perbuatannja jang baik dan memuliakan BapaNja jang ada disurga" (Mt. 5:16). Djuga supaja kita memuliakanNja, terlebih dengan mengikuti djedjak Jesus, dalam tjita-tjitaNja serba rohani-abadi, dalam tjintanja tak terhingga kepada BapaNja dan dalam tjinta-kasihNja jang mesra dan kuat kepada semua manusia, sampai mengurbankan Dirinja semata-mata, mengikuti djedjak Jesus djuga sampai berani berkurban, menjangkal diri dan tetap turut memanggul salib kita.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) TINGKAT UPAH DAN HUKUMAN (Matius 10:15)
Ketika mendiskusikan mereka yang menolak rasul-rasul-Nya, Yesus mengatakan bahwa "Sodom dan Gomora akan ...
TINGKAT UPAH DAN HUKUMAN (Matius 10:15)
Ketika mendiskusikan mereka yang menolak rasul-rasul-Nya, Yesus mengatakan bahwa "Sodom dan Gomora akan lebih ringan tanggungannya dari pada kota itu" (10:15). "Lebih ringan" tidak menyiratkan hilangnya hukuman. Yesus bahkan juga tidak mengisyaratkan ada gagasan seperti itu. Artinya yang paling jelas adalah bahwa, karena Sodom dan Gomora tidak memiliki pengetahuan atau kesempatan yang sama dengan kota-kota yang Yesus dan murid-muridNya kunjungi, maka penduduk Sodom dan Gomora itu tidak akan menanggung hukuman berat bagi penolakan mereka atas berita Allah. Dengan kata lain, orang-orang yang punya kesempatan yang lebih besar memiliki tanggung jawab yang lebih besar pula (lihat Ibr. 10:26-30). Gagasan tentang adanya berbagai tingkat hukuman ditemukan di nas-na lain juga (11:20-24; Luk. 12:41-48; 20:47).
Perjanjian Baru juga menunjukkan bahwa akan ada berbagai tingkat upah (5:19; 6:19-21; 18:4; Luk. 19:17-19; 1 Kor. 3:12-15; 2 Kor. 9:6; Yak. 3:1). Keselamatan adalah oleh kasih karunia Allah yang dimanifestasikan dalam Kristus (Efe. 2:8-10); tidak ada orang yang bisa mengupayakan sendiri jalannya menuju sorga (Roma 6:23). Namun begitu, ini tidak meniadakan fakta bahwa orang Kristen akan dinilai oleh Allah dan bahwa masing-masing akan menerima upah pribadi. Paulus menulis, "Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat" (2 Kor. 5:10; lihat Rom. 2:5-11; 14:10-12; 1 Kor. 4:5; Why. 20:11-15). Penilaian Allah atas perbuatan orang Kristen menentukan kualitas upahnya.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Matius: KUASA SANG RAJA 10:1-23
Misi Dua Belas Rasul
Kesimpulan pasal sebelumnya berfungsi juga sebagai pengantar pasal 10: "Karena itu mintal...
Matius: KUASA SANG RAJA 10:1-23
Misi Dua Belas Rasul
Kesimpulan pasal sebelumnya berfungsi juga sebagai pengantar pasal 10: "Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu" (9:38). Yesus mengutus Dua Belas Rasul untuk melakukan tugas terbatas kepada kaum Yahudi. Mereka harus memberitakan kerajaan yang hampir datang dan meneguhkan berita mereka itu dengan menyembuhkan orang sakit dan mengusir roh-roh jahat. Penugasan dari Yesus dalam pasal 10 membentuk ceramah utama yang kedua dalam catatan Matius.
Secara umum, instruksi Yesus dalam pasal ini dibatasi pada misi terbatas Dua Belas Rasul yang dilakukan di Israel (10:5-15, 23). Namun begitu, beberapa dari arahan-Nya itu lebih bersifat umum (10:18, 22, 26, 28, 32). Arahan itu mengantisipasi Amanat Agung, yang memerintahkan kabar baik tentang Kristus dibagikan kepada semua bangsa (28:18-20; Mrk. 16:15, 16; Luk. 24:46, 47). Dalam hal ini, pasal 10 membahas misi Dua Belas Rasul serta, pada tingkat tertentu, misi gereja.1
Minat utama Matius, tampaknya, lebih kepada instruksi Yesus daripada penugasan terbatas itu sendiri. Tidak ada laporan aktual yang dibuat mengenai keberangkatan, pekerjaan, dan kepulangan rasul-rasul itu (lihat Mrk. 6:12, 13, 30; Luk. 9:6, 10). Setelah ceramah itu, Matius mengatakan bahwa Yesus "[pergi] dari sana untuk mengajar dan memberitakan injil di dalam kota-kota mereka" (11:1).2
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) PENUGASAN TERBATAS (Matius 10)
Sebuah pelajaran dapat dikembangkan di seluruh pasal itu dengan pembagian sebagai berikut: (1) Yesus memanggil para ra...
PENUGASAN TERBATAS (Matius 10)
Sebuah pelajaran dapat dikembangkan di seluruh pasal itu dengan pembagian sebagai berikut: (1) Yesus memanggil para rasul (10:1-4); (2) Yesus menugaskan para rasul (10:5-15); (3) Yesus memperingatkan para rasul (10:16-23); dan (4) Yesus mengajar para rasul (10:24-42).
David Stewart
TFTWMS: Matius (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Donald A. Hagner, Matthew 1-13, Word Biblical Commentary, vol. 33A (Dallas: Word Books, 1993), 262.
2 Douglas R. A. Hare, Matthe...
Catatan Akhir:
- 1 Donald A. Hagner, Matthew 1-13, Word Biblical Commentary, vol. 33A (Dallas: Word Books, 1993), 262.
- 2 Douglas R. A. Hare, Matthew, Interpretation (Louisville: John Knox Press, 1993), 113.
- 3 Walter Bauer, A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature, 3d ed., rev. and ed. Frederick W. Danker (Chicago: University of Chicago Press, 2000), 881.
- 4 See Jack P. Lewis, The Gospel According to Matthew, Part 1, The Living Word Commentary (Austin, Tex.: Sweet Publishing Co., 1976), 145; and R. T. France, The Gospel According to Matthew, The Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1985), 176.
- 5 Michael J. Wilkins, "Matthew," in Zondervan Illustrated Bible Backgrounds Commentary, vol. 1, Matthew, Mark, Luke, ed. Clinton E. Arnold (Grand Rapids, Mich.: Zondervan, 2002), 67.
- 6 Yesus memberi murid-muridNya "otoritas" atau "kekuasaan" seperti yang Ia telah tunjukkan dalam pasal-pasal sebelumnya (lihat komentar tentang 7:28, 29; 8:9).
- 7 Beberapa naskah kuno tidak memuat kata apostolos dalam Markus 3:14.
- 8 Istilah "rasul" sering digunakan untuk menggambarkan Paulus, yang secara unik dipilih dan ditugaskan oleh Tuhan (1 Kor. 15:8-10). Selain itu, kata ini juga digunakan dengan makna yang lebih luas untuk menunjukkan orang yang diutus oleh jemaat (Kisah 14:4, 14; 2 Kor 8:23; Fil. 2:25; 1 Tes. 1:1; 2:6).
- 9 Lihat W. F. Albright and C. S. Mann, Matthew, The Anchor Bible (Garden City, N.Y.: Doubleday & Co., 1971), 117.
- 10 Lewis, 147.
- 11 Kota lain bernama "Keriot" terletak di Moab (Yer. 48:24; Amos 2:2).
- 12 Hagner, 266; see George Wesley Buchanan, "Judas Iscariot," in The International Standard Bible Encyclopedia, rev. ed., ed. Geoffrey W. Bromiley (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1982), 2:1151-52.
- 13 Robert H. Mounce, Matthew, New International Biblical Commentary (Peabody, Mass.: Hendrickson Publishers, 1991), 92.
- 14 William Barclay, The Gospel of Matthew, vol. 1, 2d ed., The Daily Study Bible (Philadelphia: Westminster Press, 1958), 1:373.
- 15 Ibid.
- 16 Orang Samaria hanya disebut sekali dalam Matius (10:5). Orang campuran ini berasal dari orang-orang asing yang didatangkan yang lalu kawin campur dengan orang Israel setelah penawanan Asyur pada tahun 722 S. M. (2 Raja 17:24; Lihat Neh. 13:23, 24). Awal konflik mereka dengan orang-orang Yahudi terjadi pada periode pascapembuangan (Ezra 4:1-24).
- 17 J. W. McGarvey, The New Testament Commentary, vol. 1, Matthew and Mark (N.p., 1875; reprint, Delight, Ark.: Gospel Light Publishing Co., n.d.), 89.
- 18 Mounce, 92.
- 19 Lihat Bauer, 811.
- 20 Satu persamaan dapat dibuat dengan kelompok Essene, yang sangat ramah terhadap anggota sekte mereka sendiri. Josephus melaporkan: "Untuk alasan mana mereka itu tidak membawa apa-apa ketika melakukan perjalanan ke tempat-tempat pelosok, meskipun mereka tetap membawa senjata mereka, karena takut pencuri" (Josephus Wars 2.8.4).
- 21 Lihat John Lightfoot, A Commentary on the New Testament from the Talmud and Hebraica: Matthew-1 Corinthians, vol. 2, Matthew-Mark (Oxford: Oxford University Press, 1859; reprint, Grand Rapids, Mich.: Baker, 1979), 183-85.
- 22 David Hill, The Gospel of Matthew, The New Century Bible Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1972), 186.
- 23 France, 181.
- 24 Untuk contoh tumpangan di Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, lihat William Hendriksen, New Testament Commentary: Exposition of the Gospel According to Matthew (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1973), 459.
- 25 Hill, 187.
- 26 Mounce, 93.
- 27 Lihat Talmud Nedarim 53b; Sanhedrin 12a.
- 28 H. Leo Boles, A Commentary on the Gospel According to Matthew (Nashville: Gospel Advocate Co., 1936), 226.
- 29 Kej. 13:13; 19:24, 25; Ula. 32:32; Is. 1:10; Yeh. 16:46, 48, 49; Mat. 11:22, 24; Luk. 10:12; 17:29; Rom. 9:29; 2 Pet. 2:6; Yudas 7.
- 30 James Burton Coffman, Commentary on Matthew (Austin, Tex.: Firm Foundation Publishing House, 1977), 136.
- 31 Wilkins, 69.
- 32 Rabbah Song of Songs 2.14.1.
- 33 Gerhard F. Hasel, "Dove," in The International Standard Bible Encyclopedia, rev. ed., ed. Geoffrey W. Bromiley (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1979), 1:988.
- 34 Mishnah Sanhedrin 1.2.
- 35 Wilkins, 69.
- 36 Pengadilan Yesus merupakan bukti prinsip ini bekerja. Ia pertama kali diadili di Yerusalem oleh Sanhedrin, tetapi Ia juga diperiksa oleh Herodes dan akhirnya dihukum mati oleh prokurator Romawi Pontius Pilatus (Luk 22:54-23:25).
- 37 Tacitus Annals 15.44.
- 38 Coffman, 137.
- 39 Talmud Sanhedrin 97a.
- 40 Wilkins, 69.
- 41 Lewis, 152.
- 42 Albert Barnes, Notes on the New Testament: Matthew and Mark, ed. Robert Frew (Philadelphia: N.p., 1832; reprint, Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1974), 113.
- 43 Hare, 112.28
- 44 Mounce, 94.
Pengarang: Sellers Crain
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Matius (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja
Penyelamat yang dijanjikan
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja Penyelamat yang dijanjikan oleh Allah. Melalui Yesus itulah Allah menepati apa yang telah dijanjikan-Nya di dalam Perjanjian Lama kepada umat-Nya. Sekalipun Yesus lahir dari orang Yahudi dan hidup sebagai orang Yahudi, namun Kabar Baik itu bukanlah hanya untuk bangsa Yahudi saja melainkan untuk seluruh dunia.
Buku Matius ini disusun secara teratur; mulai dengan kelahiran Yesus, kemudian mengenai baptisan dan godaan yang dialami-Nya, lalu mengenai karya-Nya di Galilea. Di situ Ia berkhotbah, mengajar dan menyembuhkan orang. Setelah itu buku ini mengisahkan perjalanan Yesus dari Galilea ke Yerusalem, dan apa yang terjadi dengan Yesus dalam minggu terakhir hidup-Nya di dunia ini yang memuncak pada kematian dan kebangkitan-Nya.
Salah satu hal yang dititikberatkan oleh Matius ialah bahwa Yesus adalah Guru yang besar, yang mengajar bahwa Allah memerintah sebagai Raja. Yesus juga mempunyai wibawa untuk menjelaskan arti dari Hukum Allah. Kebanyakan dari ajaran-ajaran Yesus itu dikelompokkan menurut pokok-pokoknya. Ada lima kelompok:
- (1) Khotbah di Bukit yang menyangkut sikap, kewajiban, hak-hak, dan tujuan hidup para anggota umat Allah (pasal 5-7 Mat 5:1-7:28);
- (2) petunjuk-petunjuk kepada kedua belas pengikut Yesus untuk melaksanakan tugas (pasal 10 Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan-perumpamaan tentang keadaan waktu Allah memerintah sebagai Raja (pasal 13 Mat 13:1-58);
- (4) ajaran mengenai makna menjadi pengikut Yesus (pasal 18 Mat 18:1-35); dan
- (5) ajaran tentang akhir zaman dan tentang kedatangan Anak Manusia (pasal 24-25 Mat 24:1-25:46).
Isi
- Daftar asal-usul Yesus Kristus dan kelahiran-Nya
Mat 1:1-2:23 - Pekerjaan Yohanes Pembaptis
Mat 3:1-12 - Baptisan dan godaan terhadap Yesus
Mat 3:13-4:11 - Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat Galilea
Mat 4:12-18:35 - Dari Galilea ke Yerusalem
Mat 19:1-20:34 - Minggu terakhir di Yerusalem dan sekitarnya
Mat 21:1-27:66 - Kebangkitan Yesus dan penampakan diri-Nya
Mat 28:1-20
Ajaran: Matius (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti,
bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanji
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti, bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanjikan, yang diutus Allah sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Matius.
Tahun : Sekitar tahun 61 sesudah Masehi.
Penerima : Orang-orang Kristen keturunan Yahudi, (dan juga setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus).
Isi Kitab: Injil Matius terdiri dari 28 pasal. Menyatakan bahwa Yesus orang Nazaret sungguhlah Mesias (Juruselamat), Raja yang dijanjikan, sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Matius
Pasal 1-4 (Mat 1:1-4:1).
Raja (Juruselamat) yang dinantikan sudah datang
Bagian ini memaparkan keturunan Yesus, dari Abraham, Ishak, dan Yakub, dengan maksud untuk menunjukkan, bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat (Raja) yang diutus Allah sebagai penggenap nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 2:1-2, 11-12. Kalau kedatanga Tuhan Yesus disambut dengan persembahan-persembahan, apakah yang tela saudara persembahkan kepada-Nya?
- Buka dan bacalah pasal Mat 4:1-11. Berapa lamakah Tuhan Yesus berpuasa? Tuhan Yesus dicobai. Siapakah yang menang dalam pencobaan ini? Tuhan Yesus menang dalam pencobaan. Itu berart Tuhan Yesus sanggup menolong saudara dalam pencobaan kalau saudara menerima Dia sebagai Raja dalam hidup.
Pasal 4-25 (Mat 4:12-25:46).
Raja (Juruselamat) itu memberikan ajaran-ajaran
Bagian ini berisikan ajaran-ajaran dasar yang menjadi ciri hidup kerajaan-Nya. Dan juga Yesus menunjukkan kuasa-Nya atas alam semesta, atas penyakit-penyakit melalui mujizat-mujizat yang dilakukan-Nya.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 5:1-12. Siapakah yang memiliki kebahagiaan?
- Buka dan bacalah pasal Mat 7:24. Apakah yang menjadi dasar kehidupan yang kuat bag setiap pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 11:25-30. Apakah yang akan saudara dapati, kalau mau datang pada Yesu Sang Raja?
- Buka dan bacalah pasal Mat 16:24. Apakah yang menjadi syarat bagi pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 24:24-25. Tuhan Yesus menyatakan, bahwa setelah Ia kembali ke sorga, akan datan Juruselamat yang palsu, karena hanya Yesuslah Juruselamat yang asli. Saudara mau yang mana, yang asli atau yang palsu?
Pasal 26-27 (Mat 26:1-27:66).
Raja (Juruselamat) mengorbankan dirinya untuk keselamatan umat-Nya
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 26:26-28. Bagian ini menjelaskan, sebelum Raja itu mengorbankan diri-Nya, I terlebih dahulu mengajak murid-murid-Nya untuk mengadakan perjamua suci. Hal ini merupakan lambang daripada pengorbanan-Nya di kay salib. Dan Ia mengamanatkan agar perjamuan yang serupa dilakukan ole murid-murid-Nya, setelah kenaikan-Nya kesorga. Perjamuan ini disebu Perjamuan Kudus. Ini berarti setiap orang yang percaya pada Yesus harus mengikuti upacara Perjamuan Kudus tersebut. _Tanyakan_: Apakah arti Perjamuan Kudus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 27:54. Apakah pengakuan dari komandan prajurit Roma tentang Yesus? Bagaimanakah pendapat saudara, siapakah Yesus?
Pasal 28 (Mat 28:1-20).
Raja (Juruselamat) itu memperlihatkan kemenangannya atas segala kuasa di dunia dan di sorga
Bagian ini menjelaskan, bagaimana Raja yang mengorbankan diri-Nya itu berkuasa atas segala kuasa kematian karena Dialah yang mempunyai segala kuasa baik di sorga maupun di dunia.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:1-10. Bagian ini menjelaskan bahwa Yesus bangkit persis seperti apa yan telah Ia katakan tentang diri-Nya. Siapakah yang menggulingkan bat penutup kuburan, dan memberitakan tentang kebangkitan Yesus? Jad berita kebangkitan Yesus, diterima pertama kali dari manusia atau dar malaikat Allah? Kalau begitu siapakah yang lebih saudara percayai?
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:11-15. Berita bohong tentang Yesus tidak bangkit dari kematian itu, dibua oleh manusia. Jadi siapa yang percaya kepada berita itu, berart percaya kepada berita bohong dari manusia dan menjadi pengiku pembohong.
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:16-20. Menurut ayat 18 (Mat 28:18) apakah yang diberikan kepada Yesus? Menurut ayat 19 (Mat 28:19) Raja yang naik ke sorga memberikan Amanat Agung aga murid-murid-Nya pergi ke seluruh dunia, untuk menjadika semua bangsa murid-murid-Nya. Amanat Agung ini berlak untuk semua orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Apakah saudara sudah pernah bersaksi tentang Yesus Kristu kepada orang lain? Pada ayat 20, (Mat 28:20) janji apakah yang diberikan-Nya?
II. Kesimpulan
Melalui Injil Matius, jelaslah bahwa Yesus Kristus adalah Raja yang kekal, Juruselamat dan Penebus dosa yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama. Yesus Kristus adalah Raja dari segala raja, karena Dialah yang mempunyai segala kuasa, baik di sorga maupun di atas bumi.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menulis Injil Matius?
- Apakah isi singkat Injil Matius?
- Bagaimanakah Yesus membuktikan, bahwa Ia adalah raja da Juruselamat yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama?
Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) MENGAPA INJIL INI DITULIS.Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan P
MENGAPA INJIL INI DITULIS.
Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:
1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan Perjanjian Lama.
2. Untuk mencatat ajaran Kristus yang diberikan secara luas pada para murid-Nya.
3. Untuk menjelaskan sikap apa yang diharapkan Kristus dari murid-murid-Nya.
4. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh sejumlah anggota gereja, misalnya mengenai kehidupan masa muda Yesus dan kedatangan-Nya kembali.
5. Untuk menjelaskan tentang cara mengelola Gereja.
PENULISNYA.
Tidak ada pernyataan dalam Injil ini bahwa Matiuslah penulisnya, tetapi tradisi mula-mula menegaskan demikian. Sedikit saja yang kita ketahui tentang Matius, karena ia hanya disebut dalam Mat 9:9 dan Mat 10:3, yaitu bahwa ia seorang pemungut cukai yang dipanggil secara pribadi oleh Yesus. Namanya berarti "anugerah dari Tuhan". Dalam Injil lain ia dipanggil Lewi (Mar 2:14).
PEMBACA INJIL MATIUS.
Hal-hal yang diperhatikan dalam Injil Matius memberi petunjuk bahwa sebagian besar pembacanya adalah orang Yahudi. Sebagian besar dari mereka mungkin sudah menjadi Kristen, tetapi Matius boleh jadi menulis Injil ini untuk meyakinkan orang Yahudi lainnya bahwa Yesus adalah Mesias yang sudah lama dinanti-nantikan oleh bangsa Yahudi.
Namun demikian, ia sama sekali tidak mengabaikan orang-orang bukan Yahudi dan mungkin juga ia menulis dengan tujuan untuk menjawab beberapa pertanyaan mereka tentang kepercayaan mereka yang bersumber dari kepercayaan Yahudi.
KAPAN INJIL INI DITULIS?
Kita tidak dapat memastikan kapan Injil Matius ditulis. Mungkin Injil ini ditulis setelah Markus menulis Injilnya, karena isinya mirip dengan Injil Markus. Tetapi, Injil ini juga bukan yang terakhir, karena masalah-masalah sehubungan dengan orang-orang Kristen Yahudi yang diperhatikannya berangsur berkurang. Diperkirakan waktunya adalah antara tahun 50 dan 90.
CIRI-CIRI KHUSUS.
1. Injil Matius sangat teratur. Bagian-bagian tentang ajaran Yesus disisipkan di antara penjelasan-penjelasan tentang kegiatan-kegiatan-Nya.
2. Karena ingin menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias Yahudi, ia sering mengutip dari Perjanjian Lama. Ada 65 ayat dalam Matius yang mengacu ke Perjanjian Lama.
3. Matius bicara tentang Kerajaan Surga (33 kali) cocok dengan latar belakangnya sebagai orang Yahudi, sementara Injil-Injil lain bicara tentang Kerajaan Allah.
4. Dari keempat Injil, hanya Matius sendiri yang berbicara mengenai gereja. Ia menulis sebagai seorang gembala yang menangani berbagai masalah dan pertanyaan.
Pesan
1. Yesus adalah Mesias.o Dia berasal dari keturunan Yahudi Mat 1:1-17
o Dia menggenapi nubuatan Perjanjian Lama, misalnya Mat 1:23; 2:6, 18, 23; 4:15, 16 dll.
o Dia datang untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Mat 1:21
o Dia pertama-tama datang kepada bangsa Israel. Mat 15:24
o Dia melukiskan sikap-Nya terhadap Perjanjian Lama. Mat 5:17-48
o Dia menantang pemimpin-pemimpin agama yang menyesatkan umat Allah. Mat 16:5-12; 23:1-36.
o Dia kelak akan bertindak sebagai hakim. Mat 25:31-46
2. Yesus berbicara mengenai suatu kerajaan.
o Dia menjelaskan apa sebenarnya Kerajaan Allah itu: bukan suatu tempat, tetapi
Allah secara aktif memerintah dunia ini. Mat 9:35
o Dia sendiri adalah Raja. Mat 2:2, 16:28
o Dia memberitahukan persyaratan revolusioner untuk dapat masuk ke dalamnya.
Mat 5:3,10,20; 7:21; 19:14,23,24
o Kerajaan-Nya sudah hadir saat ini. Mat 12:28
o Kerajaan-Nya yang sempurna masih akan datang. Mat 16:28
o Pertumbuhan Kerajaan-Nya itu pasti, walaupun tersembunyi. Mat 3:1-23
o Kerajaan Allah layak mendapat prioritas utama manusia. Mat 6:33; 13:44-46
3. Yesus menggarisbawahi hukum Taurat.
o Dia memperkuat hukum Taurat. Mat 5:17-48
o Dia merangkum hukum Taurat. Mat 22:37-40
o Dia menafsirkan hukum Taurat. Mat 23:23
4. Yesus mengutus gereja-Nya.
o Menjadi suatu masyarakat yang bermoral tinggi. Mat 5:20
o Menjadi suatu masyarakat yang berdisiplin. Mat 18:15-18
o Menjadi suatu masyarakat yang bersedia mengampuni. Mat 18:21-22
o Menjadi suatu masyarakat yang berdoa. Mat 18:19-20
o Menjadi suatu masyarakat yang bersaksi. Mat 28:19-20
Penerapan
Berita dalam Injil Matius dapat diterapkan pada dua golongan kelompok utama:
1. Kepada orang yang belum percaya.o Orang Yahudi yang belum percaya: Injil ini menunjukkan bahwa Yesus adalah
Mesias yang telah lama mereka nantikan. Kedatangan-Nya sudah dipersiapkan
dengan saksama di sepanjang sejarah dan kini keselamatan tersedia melalui Dia.
o Bangsa bukan Yahudi yang belum percaya: pembebasan dari dosa dan segala
akibatnya juga berlaku bagi orang bukan Yahudi.
Yesus adalah Juruselamat seluruh umat manusia. Dia menyambut siapa saja yang
menyatakan iman mereka kepada-Nya.
2. Kepada orang-orang Kristen.
o Injil ini akan memperlengkapi Anda dengan ajaran dasar yang penting mengenai
kehidupan dan ucapan-ucapan Yesus.
o Injil ini akan menunjukkan kepada Anda nilai Perjanjian Lama.
o Injil ini akan menunjukkan perlunya hidup sesuai dengan hukum yang baru dan
mencapai standar moral yang tinggi.
o Injil ini juga akan memperlihatkan kepada Anda bagaimana harus hidup dengan
sesama Kristen.
o Injil ini akan mendorong Anda untuk ikut ambil bagian dalam tugas misi ke
seluruh dunia.
o Injil ini akan membangkitkan pengharapan Anda akan kedatangan Yesus kembali.
Tema-tema Kunci
Matius menekankan beberapa tema tertentu. Selidikilah berulang kali catatan-catatan berikut ini dan pakailah konkordansi agar mendapatkan referensi lain yang terkait untuk mempelajari secara lebih mendalam.
1. Allah adalah Bapa surgawi kita. Inilah sebutan bagi Allah yang paling disenangi oleh Matius: Mat 5:16,45,48; 6:1,9; 7:11,21; 10:32,33; 12:50; 16:17; 18:10,14,19.
2. Berbagai gambaran mengenai Yesus. Yesus disebut Anak Daud (Mat 1:1), Juruselamat (Mat 1:21), Raja Orang Yahudi (Mat 2:2), Orang Nazaret (Mat 2:23). Sebutan apalagi bagi Yesus yang dapat Anda temukan? 3. Kutipan-kutipan dari Perjanjian Lama. Matius sering mengatakan 'haI itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi' (Mat 2:15) atau kalimat-kalimat serupa. Carilah referensi lain dan periksalah apa yang mereka ajarkan tentang Yesus.
4. Ajaran Yesus. Lima kali Matius mengatakan 'setelah Yesus mengakhiri perkataan ini' (Mat 7:28; 11:1; 13:53; 19:1; 26:1). Setiap pernyataan itu ditulis pada akhir sekumpulan ajaran Yesus. Buatlah ringkasan dari tiap-tiap 'khotbah' itu. 5. Perumpamaan-perumpamaan Yesus. Yesus mengajar murid-murid-Nya dengan memakai perumpamaan. Tetapi ingatlah, tidak semua orang dapat mengerti makna perumpamaan-perumpamaan itu (Mat 13:10-17). Beberapa perumpamaan terdapat dalam: Mat 7:24-27; 13:3-52; 18:23-35; 20:1-16; 22:1- 14; 25:1-30. Buatlah ringkasan mengenai apa yang diajarkan dalam perumpamaan-perumpamaan di atas dan dalam perumpamaan lain.
6. Mukjizat-mukjizat yang dilakukan Yesus. Matius mencatat banyak mukjizat kesembuhan dan mukjizat-mukjizat lain yang dibuat oleh Yesus untuk menunjukkan bahwa Dia adalah Tuhan atas ciptaan. Dua puluh mukjizat dicatat dalam Injil ini: Mat 8:1-17,23-34; 9:1-8, 18-33; 12:10-13,22; 14:15-33; 15:21-39; 17:14-21; 20:29-34; 21 :18-22. Daftarkanlah semua mukjizat itu dan tulislah dalam satu kalimat tentang apa yang dinyatakan mengenai Yesus dalam tiap-tiap mukjizat.
7. Kerajaan Surga Ungkapan ini menyarikan inti yang penting dalam ajaran Yesus. Pakailah konkordansi untuk mengetahui di mana Yesus mengatakannya dan bayangkan apa yang sebenarnya ingin dikatakan oleh Yesus tentang Kerajaan Surga ini.
Garis Besar Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) [1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17Silsilah keluarga Yesus
Mat 1:18-25Kelahiran Yesus
Mat 2:1-23Kunjungan orang Majus
Mat 3:1-17Pela
[1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17 | Silsilah keluarga Yesus |
Mat 1:18-25 | Kelahiran Yesus |
Mat 2:1-23 | Kunjungan orang Majus |
Mat 3:1-17 | Pelayanan Yohanes Pembaptis |
Mat 4:1-11 | Pencobaan terhadap Yesus |
Mat 4:12-25 | Yesus mulai berkhotbah |
[2] KHOTBAH DI BUKIT Mat 5:1-7:29
Mat 5:1-12 | Ucapan bahagia |
Mat 5:13-16 | Garam dan terang |
Mat 5:17-48 | Sikap Yesus terhadap hukum Taurat |
Mat 6:1-7:29 | Yesus mendorong kehidupan agama yang benar |
[3] KHOTBAH TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 8:1-9:38
Mat 8:1-17 | Yesus berkhotbah melalui penyembuhan |
Mat 8:18-22 | Yesus berbicara tentang kemuridan |
Mat 8:23-9:8 | Yesus memperlihatkan kuasa-Nya |
Mat 9:9-13 | Yesus memanggil Matius |
Mat 9:14-17 | Yesus berbicara tentang puasa |
Mat 9:18-38 | Yesus menyembuhkan lagi |
[4] MISI DARI DUA BELAS RASUL Mat 10:1-42
Mat 10:1-15 | Tugas mereka |
Mat 10:16-42 | Masa depan mereka |
[5] TANGGAPAN ORANG BANYAK Mat 11:1-12:50
Mat 11:1-19 | Pertanyaan-pertanyaan Yohanes |
Mat 11:20-30 | Ketidakacuhan orang banyak |
Mat 12:1-50 | Pertentangan dari orang Farisi |
[6] PERUMPAMAAN-PERUMPAMAAN TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 13:1-58
[7] PENYATAAN TUHAN YESUS Mat 14:1-17:27
Mat 14:1-12 | Kematian Yohanes Pembaptis |
Mat 14:13-36 | Tuhan atas semesta alam |
Mat 15:1-20 | Sikap Yesus terhadap tradisi |
Mat 15:21-16:4 | Mukjizat dibuat dan dijelaskan |
Mat 16:5-12 | Peringatan terhadap para pemimpin agama |
Mat 16:13-28 | Pengakuan Petrus |
Mat 17:1-13 | Yesus dimuliakan |
Mat 17:14-27 | Kembali ke dunia yang berdosa |
[8] GAYA HIDUP GEREJA Mat 18:1-35
[9] JALAN MENUJU SALIB Mat 19:1-20:34
Mat 19:1-12 | Ajaran yang Yesus berikan |
Mat 19:13-30 | Orang yang Yesus temui |
Mat 20:1-16 | Perumpamaan yang Yesus ceritakan |
Mat 20:17-28 | Penderitaan yang Yesus nubuatkan |
Mat 20:29-34 | Penyembuhan yang Yesus lakukan |
[10] SAAT DI YERUSALEM Mat 21:1-23:39
Mat 21:1-11 | Masuk kota dengan penuh kemenangan |
Mat 21:12-27 | Di Bait Allah |
Mat 21:28-22:46 | Perumpamaan dan pertanyaan |
Mat 23:1-39 | Kecaman Yesus |
[11] KEADAAN MASA DEPAN Mat 24:1-25:46
[12] PUNCAK MISI KRISTUS Mat 26:1-28:20
Mat 26:1-35 | Peristiwa-peristiwa sebelum Getsemani |
Mat 26:36-27:31 | Penangkapan dan penghakiman atas Kristus |
Mat 27:32-66 | Penyaliban |
Mat 28:1-20 | Kebangkitan dan sesudah itu |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi