Teks -- Matius 20:8 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Jerusalem -> Mat 20:1-16
Jerusalem: Mat 20:1-16 - -- Dengan mengupah sampai sore hari buruh-buruh yang menganggur dan memberinya upah sehari penuh tuan kebun anggur itu menyatakan kebaikan hati yang mele...
Dengan mengupah sampai sore hari buruh-buruh yang menganggur dan memberinya upah sehari penuh tuan kebun anggur itu menyatakan kebaikan hati yang melebihi keadilan belaka tanpa memperkosanya. Demikian sikap hati Allah yang mengizinkan masuk ke dalam KerajaanNya orang yang datang terlambat, seperti orang berdosa dan orang bukan Yahudi. Orang yang dipanggil sebagai yang pertama (orang Yahudi yang sudah menikmati perjanjian sejak Abraham) jangan menjadi marah atau berkecil hati karenanya.
Ref. Silang FULL -> Mat 20:8
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Mat 20:1-16
Matthew Henry: Mat 20:1-16 - Perumpamaan tentang Orang-orang Upahan di Kebun Anggur
Dalam pasal ini diceritakan tentang empat hal:
I. Perumpamaan tentang orang-orang upahan di kebun anggur (ay. 1-16).
II. Pemberitahuan tenta...
- Dalam pasal ini diceritakan tentang empat hal:
- I. Perumpamaan tentang orang-orang upahan di kebun anggur (ay. 1-16).
- II. Pemberitahuan tentang penderitaan Kristus yang semakin mendekat (ay. 17-19).
- III. Ditegurnya dua orang murid, karena permohonan yang disampaikan oleh ibu mereka (ay. 20-28).
- IV. Dikabulkannya permohonan dua orang buta dan dipulihkannya penglihatan mereka (ay. 29-34).
Perumpamaan tentang Orang-orang Upahan di Kebun Anggur (20:1-16)
- Perumpamaan tentang orang-orang upahan di kebun anggur ini dimaksudkan untuk:
- I. Menunjukkan Kerajaan Sorga kepada kita (ay. 1), yaitu jalan dan cara bekerjanya Injil itu. Hukum-hukum Kerajaan Sorga itu tidak dikemas dalam bentuk perumpamaan, tetapi dipaparkan dengan jelas, seperti dalam Khotbah di Bukit. Namun, rahasia Kerajaan itu disampaikan dalam bentuk perumpamaan dan sakramen, seperti halnya di sini dan pada pasal 13. Memang kewajiban-kewajiban Kekristenan lebih perlu untuk diketahui dibandingkan konsep atau pengertiannya. Namun, konsep atau pengertian yang ada dalam ajaran Kekristenan harus lebih diperjelaskan, dan itulah gunanya perumpamaan.
- II. Khususnya untuk menunjukkan kepada kita adanya kaitan antara perumpamaan ini dengan pernyataan tentang Kerajaan Sorga yang terdapat pada bagian terakhir pasal sebelumnya, yang mengatakan bahwa banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir, dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu. Kebenaran tersebut tampaknya mengandung pertentangan, sehingga perlu diberi penjelasan lebih lanjut.
- Dalam pemberitaan Injil, tidak ada kejadian yang lebih misterius daripada penolakan orang-orang Yahudi terhadap Injil dan panggilan masuk bagi orang-orang bukan-Yahudi. Mengenai ini, Rasul Paulus dalam Efesus 3:3-6 berkata bahwa orang-orang bukan-Yahudi turut menjadi ahli waris, dan tidak ada yang lebih menggusarkan orang-orang Yahudi lagi selain maksud pernyataan ini. Jadi, tampaknya hal inilah yang merupakan maksud utama perumpamaan ini, yakni untuk menunjukkan bahwa orang-orang Yahudi harus menjadi yang pertama yang dipanggil ke kebun anggur, dan seharusnya banyak yang datang memenuhi panggilan itu. Tetapi, akhirnya Injil juga harus diberitakan kepada orang-orang bukan-Yahudi, dan mereka harus menerimanya, serta menerima hak istimewa dan keuntungan yang sama dengan orang-orang Yahudi. Mereka juga harus menjadi kawan sewarga dari orang-orang kudus, yang tanpa alasan jelas terasa menjijikkan bagi orang-orang Yahudi, bahkan yang sudah percaya sekalipun.
- Namun, perumpamaan ini boleh diterapkan secara lebih umum, dan ini menunjukkan kepada kita:
- . Bahwa Allah tidak berutang kepada siapa pun. Suatu kebenaran yang luar biasa, seperti yang dimuat dalam Alkitab kita dalam lingkup perumpamaan ini.
- . Bahwa banyak orang yang mulai terakhir dan tidak banyak menjanjikan dalam hidup keagamaan mereka, adakalanya melalui berkat Allah justru mencapai lebih banyak pengetahuan, anugerah, dan kegunaan dibanding orang-orang lain yang masuk lebih awal dan lebih menjanjikan tampaknya. Walaupun Kusyi, orang Etiopia itu, berangkat lebih awal daripada Ahimaas, ternyata Ahimaas yang memilih jalan dari Lembah Yordan berhasil mendahului Kusyi. Yohanes lebih gesit daripada Petrus dan lebih dahulu sampai di kubur, tetapi Petrus lebih berani dan lebih dahulu masuk ke dalam kubur itu. Dengan demikian banyak orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu. Ada yang menganggapnya sebagai peringatan kepada para murid yang membanggakan lamanya dan semangat mereka dalam menerima Kristus. Mereka telah meninggalkan segala-galanya untuk mengikut Dia. Tetapi, alangkah baiknya jika mereka tetap berusaha memelihara semangat mereka. Biarlah mereka maju terus dan bertekun, jangan sampai awal yang baik itu nyaris tidak berguna lagi bagi mereka. Mereka yang tampaknya menjadi yang terdahulu, bisa saja menjadi yang terakhir. Adakalanya orang-orang yang bertobat belakangan malah lebih maju daripada orang-orang yang bertobat lebih dahulu. Paulus sama seperti anak yang lahir sebelum waktunya, namun tidak kurang dari pada rasul-rasul yang tak ada taranya itu. Ia mengalahkan orang-orang yang lebih dahulu menerima Kristus. Terdapat pertalian di antara perumpamaan ini dengan perumpamaan tentang anak yang hilang, yang menceritakan bahwa dia yang kembali dari pengembaraannya dikasihi ayahnya sama seperti dia yang tidak pernah meninggalkan rumah. Yang terdahulu sama dengan yang terakhir.
- . Bahwa balasan yang setimpal akan diberikan kepada orang-orang kudus, bukan menurut lamanya masa pertobatan mereka, melainkan menurut persiapannya di dunia ini melalui anugerah. Bukan menurut pengalaman dan usianya (Kej. 43:33), melainkan menurut pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus. Di awal pemberitaan Injil, Kristus telah menjanjikan kemuliaan besar pada waktu penciptaan kembali kepada para rasul yang mengikuti Dia (Mat. 19:28). Namun, sekarang Ia berkata kepada mereka, bahwa orang-orang yang hidup setia kepada-Nya, bahkan yang hanya hidup pada masa yang sangat dekat di ujung akhir zaman, juga akan menerima upah yang sama. Mereka akan duduk bersama-sama dengan Kristus, dan para rasul, di atas takhta-Nya (Why. 2:26; 3:21). Mereka yang menderita karena Kristus di zaman-zaman berikutnya akan menerima upah yang sama dengan para martir dan orang-orang percaya di zaman dahulu, meskipun yang belakangan ini lebih disanjung. Para pelayan Tuhan di zaman sekarang tidak berbeda dengan para bapa pendahulu.
- Dalam perumpamaan ini kita mendapati dua hal, yakni kesepakatan dengan para pekerja, dan perhitungan dengan mereka.
- (1) Inilah kesepakatan yang dibuat dengan orang-orang upahan itu (ay. 1-7), dan seperti biasa, inilah yang sering dipertanyakan orang,
- [1] Siapa yang mengupah mereka? Seorang tuan rumah.
- Allah adalah Tuan rumah agung yang memiliki kita dan yang kita layani. Sebagai tuan rumah, Dia mempunyai pekerjaan yang harus dilakukan dan para pelayan yang harus melaksanakannya. Ia memiliki keluarga besar, baik di sorga maupun di bumi, yang diberi nama oleh Yesus Kristus (Ef. 3:15), Sang Pemilik dan Penguasa atas mereka. Allah mengupah para pekerja, bukan karena Ia membutuhkan mereka atau tenaga mereka (sebab jikalau kita benar, apakah yang kita berikan kepada Dia?), melainkan seperti tuan rumah yang murah hati Ia mempekerjakan orang karena ingin berbuat baik kepada mereka. Ia hendak menyelamatkan mereka dari kemalasan dan kemiskinan. Oleh karena itu Ia mengupah mereka untuk pekerjaan yang sebenarnya mereka lakukan bagi diri mereka sendiri.
- Perhatikanlah:
- Pertama, jiwa manusia senantiasa siap untuk disewa mengerjakan sesuatu, karena memang ia diciptakan untuk bekerja (seperti semua makhluk ciptaan lainnya), baik sebagai hamba kecemaran maupun hamba kebenaran (Rm. 6:19). Melalui pencobaan-pencobaannya, Iblis mencari pekerja-pekerja bagi ladangnya, untuk menjaga babi. Melalui Injil-Nya, Allah mencari pekerja-pekerja untuk kebun anggurnya, untuk mengusahakan dan memeliharanya. Ini pekerjaan Taman Firdaus. Kita diberi pilihan untuk memilih, sebab kita memang harus dipekerjakan. Pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah (Yos. 24:15).
- Kedua, selama tidak melayani Allah, kita ada dalam keadaan menganggur atau tidak melakukan apa-apa. Keadaan seperti ini adalah dosa, karena, meskipun oleh Iblis ini merupakan suatu pekerjaan yang dapat dimanfaatkan oleh dia, namun bagi Allah ini merupakan suatu keadaan menganggur atau bermalas-malasan. Orang berdosa tidak melakukan apa pun, tidak memiliki tujuan yang harus dicapai, tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan tujuan mereka diutus ke dunia ini, dan tidak melakukan sesuatu yang dapat dinilai baik.
- Ketiga, panggilan Injil ditujukan kepada orang-orang yang menganggur di pasar. Pasar adalah tempat yang amat ramai, dan di sanalah Hikmat berseru nyaring (Ams. 1:20-21 TL). Ini tempat untuk bersenang-senang dan di sana anak-anak duduk bermain (11:16), sedangkan Injil memanggil kita dari kesia-siaan kepada kesungguhan. Pasar adalah tempat untuk menjalankan usaha, hiruk-pikuk dan penuh ketergesaan, dan dari tempat seperti inilah kita dipanggil untuk mengundurkan diri, "Mari, keluarlah dari pasar ini."
- [3] Mereka diupah untuk mengerjakan apa? Untuk bekerja di kebun anggur-Nya.
- Perhatikanlah:
- Pertama, jemaat Tuhan adalah kebun anggur Allah, yang harus ditanami, disirami, dan dipagari-Nya. Buah-buah yang dihasilkan dari situ haruslah bagi kehormatan dan pujian bagi-Nya.
- Kedua, kita dipanggil untuk menjadi pekerja di kebun anggur-Nya. Pekerjaan rohani adalah seperti pekerjaan di kebun anggur, yakni memangkas, mengatur, menggali, menyirami, memagari, dan menyiangi. Masing-masing kita memiliki kebun anggur yang harus kita pelihara, yakni jiwa kita, dan itu adalah milik Allah yang harus dipelihara serta diatur dengan baik bagi-Nya. Dalam melakukan pekerjaan ini janganlah kita bermalas-malasan atau berkeliaran tidak menentu, melainkan menjadi pekerja, yang bekerja dan mengerjakan keselamatan kita sendiri. Orang yang bekerja bagi Allah tidak boleh menyia-nyiakan pekerjaannya. Yang bermalas-malasan akan masuk neraka, tetapi bila ingin ke sorga harus giat bekerja.
- [4] Apa yang akan menjadi upah mereka?
- Ia menjanjikan:
- Pertama, sedinar (ay. 2). Mata uang dinar Romawi setara dengan upah sehari yang cukup untuk biaya hidup sehari. Ini membuktikan bahwa upah ketaatan kita kepada Allah tidak diperoleh dari bekerja atau sebagai utang (tidak, upah itu diperoleh karena anugerah, anugerah yang cuma-cuma, Rm. 4:4). Ini juga membuktikan bahwa tidak ada perbandingan lurus antara pelayanan kita dan kemuliaan sorga. Tidak, setelah kita melaksanakan semua tugas, kita tidak lebih daripada hamba-hamba yang tidak berguna. Semuanya ini menyatakan bahwa ada upah yang telah ditetapkan bagi kita kelak, upah yang cukup.
- Kedua, apa yang pantas (ay. 4-7). Perhatikanlah, Allah pasti tidak akan terlambat memberi upah atas pekerjaan yang kita lakukan bagi-Nya. Bekerja bagi Allah tidak akan pernah merugikan. Mahkota yang disediakan bagi kita adalah mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan oleh Hakim yang adil.
- [5] Untuk berapa lama mereka dipekerjakan? Untuk sehari.
- Yang dilakukan di sini hanyalah pekerjaan selama satu hari. Masa kehidupan adalah hari ketika kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus kita ke dalam dunia. Waktunya sangat singkat. Upahnya adalah untuk kekekalan, sedangkan pekerjaannya hanyalah untuk sehari. Dikatakan bahwa manusia adalah seperti orang upahan yang dapat menikmati harinya (Ayb. 14:6). Hal ini sudah sepatutnya mendorong kita untuk semakin giat dan tekun dalam melaksanakan pekerjaan kita, karena waktunya sangat singkat bagi kita untuk bekerja, dan akan datang malam, ketika tidak ada seorang pun yang dapat bekerja. Selain itu, jika pekerjaan kita tidak selesai ketika waktu kehidupan kita telah habis, kita akan celaka selama-lamanya. Hal ini juga seharusnya mendorong kita untuk memahami penderitaan dan kesulitan dalam pekerjaan kita, bahwa lamanya hanyalah sehari. Naungan, yang dirindukan seorang budak, akan membawa serta istirahat sekaligus upah atas pekerjaan kita (Ayb. 7:2). Bertahanlah dalam iman dan kesabaran, hanya sejenak saja.
- [6] Perhatian diberikan atas lamanya jam dalam sehari yang dipakai untuk menyewa para pekerja. Para rasul diutus pada pagi-pagi benar dan pukul sembilan pagi menurut waktu Injil. Mereka menerima misi pertama dan kedua ketika Kristus masih berjalan di dunia ini. Tugas mereka adalah pergi ke antara orang-orang Yahudi. Setelah kenaikan Kristus ke sorga, yakni kira-kira pukul dua belas dan pukul tiga petang, mereka berangkat lagi menunaikan tugas yang sama, yaitu memberitakan Injil kepada orang Yahudi saja, pertama-tama kepada mereka yang tinggal di Yudea, dan setelah itu kepada mereka yang tersebar. Namun, akhirnya, kira-kira pukul lima, mereka memanggil orang-orang bukan-Yahudi untuk menerima tugas dan hak istimewa bersama orang-orang Yahudi, dan memberi tahu mereka bahwa di dalam Kristus tidak boleh ada perbedaan antara orang Yahudi dan orang Yunani.
- Namun, hal ini memang mungkin dan biasa diterapkan pada berbagai usia orang-orang yang bertobat kepada Kristus. Panggilan untuk datang dan bekerja di kebun anggur itu ditujukan kepada siapa saja. Namun, panggilan itu baru akan terlaksana bila masing-masing orang menjawab panggilan itu secara khusus, yaitu ketika setiap orang menaati panggilan itu dengan mendatangi kebun anggur itu.
- Pertama, ada beberapa orang yang berhasil dipanggil dan mulai bekerja di kebun anggur pada usia belia. Orang-orang inilah yang diutus pagi-pagi benar. Usia mereka yang belia itu dibumbui dengan anugerah dan kenangan akan Pencipta mereka. Yohanes Pembaptis dikuduskan sejak dari kandungan, dan oleh sebab itu disebut besar (Luk. 1:15). Timotius sejak dari kecil (2Tim. 3:15). Obaja dari sejak kecil takut akan Tuhan. Orang-orang yang harus menjalani hidup seperti ini perlu melaksanakannya dengan segera, semakin cepat semakin baik.
- Kedua, ada pula yang ditempa pada usia pertengahan. Pergi jugalah kamu ke kebun anggur pada pukul sembilan pagi, pukul dua belas, dan pukul tiga petang. Kuasa anugerah ilahi dimuliakan dalam pertobatan beberapa orang, ketika mereka tengah menikmati dan mengejar kesenangan duniawi, seperti yang dialami Paulus. Allah mempunyai pekerjaan bagi orang-orang dari segala usia. Tidak ada waktu yang salah untuk berpaling kepada Allah. Tidak seorang pun dapat berkata, "Nanti saja bila saatnya sudah tepat," sebab kapan pun saat yang ditentukan bagi kita, waktu yang terbuang dalam hidup kita sudah cukup kita jalani dalam dosa. Pergi jugalah kamu ke kebun anggur. Allah tidak akan menolak siapa pun yang bersedia dipekerjakan, karena masih ada tempat.
- Ketiga, ada orang-orang yang dipekerjakan di kebun anggur pada usia lanjut, atau pada pukul lima, ketika hari telah menjelang malam, dan hanya tersisa waktu satu jam saja dari dua belas jam siang hari. Tidak seorang pun dipekerjakan sesudah itu, ketika hidup dan kesempatan telah berakhir. Tetapi "di mana ada kehidupan, di situ ada harapan."
- . Ada pengharapan bagi orang berdosa yang sudah lanjut usia, sebab bilamana mereka sungguh-sungguh berpaling kepada Allah, mereka pasti akan diterima. Bagi pertobatan sejati tidak ada kata terlambat.
- . Ada pengharapan bagi para pendosa yang sudah lanjut usia, supaya mereka dibawa kepada pertobatan sejati. Tidak ada yang terlampau sukar dilakukan melalui anugerah yang mahakuasa, yang mampu mengganti kulit orang Etiopia serta mengubah belang macan tutul, yang mampu membuat orang-orang yang terbiasa bermalas-malasan menjadi giat bekerja. Nikodemus dilahirkan kembali di usia tuanya, dan manusia lama yang menyesatkan harus ditanggalkan.
- Namun, jangan seorang pun, karena andaian ini, menunda pertobatannya sampai berusia lanjut. Memang benar bahwa para pekerja ini disuruh ke kebun anggur pada pukul lima, tetapi ini disebabkan karena tidak ada orang yang menyewa mereka atau menawarkan diri untuk menyewa mereka sebelumnya. Orang-orang bukan-Yahudi memang datang pada pukul lima, tetapi ini karena Injil belum diberitakan kepada mereka sebelumnya. Orang-orang yang telah mendengar Injil pada pukul sembilan atau pukul dua belas, dan ternyata menolak tawaran itu, tidak akan dapat membela diri pada pukul lima dengan berkata, "Tidak ada orang mengupah kami." Mereka juga tidak dapat merasa yakin begitu saja bahwa akan ada orang lagi yang akan mempekerjakan mereka pada pukul tiga atau pukul lima petang nanti. Oleh sebab itu, bukannya untuk menakut-nakuti siapa pun, melainkan untuk menyadarkan, bahwa kita harus ingat, waktu ini adalah waktu perkenanan itu. Jika kamu mendengar suara-Nya, itu adalah hari ini.
- (2) Di sini kita melihat perhitungan dengan para pekerja itu.
- Perhatikan baik-baik:
- [1] Saat ketika perhitungan dibuat, ketika hari malam. Kemudian, seperti biasa, para pekerja harian dipanggil untuk menerima upah. Perhatikanlah, malam hari adalah saat untuk membuat perhitungan. Pertanggungjawaban harus dilakukan pada akhir hidup kita, karena setelah kematian datanglah penghakiman. Para pekerja yang setia akan menerima upah ketika mereka meninggal. Upah itu ditangguhkan sampai saat itu, supaya mereka mau menanti dengan sabar. Tetapi sekarang tidak perlu lagi. Allah akan melaksanakan peraturan-Nya sendiri, Janganlah kautahan upah seorang pekerja harian sampai besok harinya (Ul. 24:15). Saat Paulus, pekerja yang setia itu meninggal dunia, ia langsung berada bersama Kristus. Upah tidak akan ditunda-tunda sampai hari kebangkitan. Namun, di penghujung hari dunia akan ada pertanggungjawaban menyeluruh, ketika setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini. Ketika waktu berakhir, bersama dengan berakhirnya dunia pekerjaan dan kesempatan, maka dimulailah pembagian pahala, disusul dengan panggilan terhadap para pekerja untuk diberi upah. Para pelayan Tuhan memanggil mereka masuk ke kebun anggur untuk bekerja. Kematian memanggil mereka keluar dari kebun anggur untuk menerima dinar mereka. Orang-orang yang membuahkan hasil dengan menerima panggilan untuk bekerja di kebun anggur itu akan bersukacita saat dipanggil keluar dari kebun anggur itu. Perhatikan baik-baik, para pekerja tidak datang untuk menerima upah sampai mereka dipanggil. Kita juga harus bersabar menantikan waktu Allah untuk beristirahat dan menerima pahala. Kita harus melangkah sesuai dengan waktu yang ditetapkan Guru kita. Sangkakala yang terakhir pada hari besar itu akan memanggil pekerja-pekerja itu (1Tes. 4:16). Pada waktu itulah Engkau akan memanggil, kata sang hamba yang baik dan setia, dan aku pun akan menyahut. Saat para pekerja dipanggil, itu dimulai dari yang masuk terakhir dan seterusnya sampai yang masuk pertama. Janganlah dia yang masuk pada pukul lima dipanggil belakangan, supaya mereka tidak berkecil hati. Pada hari besar itu, meskipun mereka yang telah mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit, mereka yang hidup, yang masih tinggal, di mana zaman akhir telah tiba (pada pukul lima), akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan. Orang-orang yang lebih dalam hal pengalaman, usia, dan sebagainya tidak akan didahulukan, tetapi setiap orang akan bangkit untuk mendapat bagiannya pada kesudahan zaman.
- [2] Pertanggungjawaban apa yang harus diberikan.
- Perhatikan baik-baik:
- Pertama, upah secara keseluruhan (ay. 9-10). Mereka menerima masing-masing satu dinar. Perhatikanlah, mereka yang dengan tekun berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan, dan ketidakbinasaan, pasti akan menerima hidup kekal (Rm. 2:7), bukan sebagai upah atas hasil pekerjaan mereka, melainkan sebagai pemberian dari Allah. Meskipun di sorga terdapat beberapa jenjang kemuliaan, hal ini akan menjadi kebahagiaan sempurna bagi semua orang. Mereka yang datang dari timur dan barat sehingga tiba terlambat, yang dijemput dari semua jalan dan lintasan, akan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub, di pesta yang sama (8:11). Di sorga, setiap piala akan penuh, walaupun besar dan isinya tidak sama. Saat sukacita dibagi-bagikan kelak, seperti halnya dengan manna, orang yang mengumpulkan banyak tidak akan berkelebihan, dan yang mengumpulkan sedikit tidak akan berkekurangan (Kel. 16:18). Orang-orang yang secara ajaib diberi makan oleh Kristus, walaupun keadaan mereka berbeda-beda, laki-laki, perempuan, dan anak-anak, semuanya makan sampai kenyang.
- Pembagian upah kerja sehari yang diberikan kepada orang-orang yang hanya bekerja selama sepersepuluh dari waktu kerja sehari menunjukkan bahwa Allah membagikan pahala-Nya melalui anugerah dan kedaulatan-Nya, bukan karena berutang. Para pekerja yang terbaik dan mereka yang memulai paling awal pun sebenarnya telah sering membuang-buang banyak kesempatan dalam hidup mereka, dan pekerjaan mereka pun sebenarnya banyak yang tidak sempurna di hadapan Allah. Karena itu dapat dikatakan bahwa mereka ini pun sebenarnya bekerja di kebun anggur itu tidak sampai satu jam dari dua belas jam hari kerja. Namun, karena kita tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia, maka bahkan pelayanan yang tidak sempurna seperti itu pun, asal dikerjakan dengan sungguh-sungguh, bukan saja akan diterima, tetapi juga diberi upah besar dengan cuma-cuma karena anugerah-Nya itu (bdk. Luk. 17:7-8 dengan Luk. 12:37).
- Kedua, permintaan orang-orang yang merasa sakit hati dengan pembagian upah yang sama rata ini. Keadaan ini dimaksudkan untuk melengkapi perumpamaan tadi, tetapi maksud umumnya cukup jelas, yakni bahwa yang terakhir akan menjadi yang terdahulu.
- Di sini diceritakan tentang:
- . Sakit hati yang dirasakan (ay. 11-12), Mereka bersungut-sungut kepada tuan itu. Ini tidak berarti bahwa di sorga akan atau bisa ada perasaan tidak puas atau bersungut-sungut, sebab keduanya tergolong kesalahan dan kesedihan. Di sorga tidak ada kedua hal ini. Namun, sementara di dunia ini orang hidup dalam pengharapan dan janji, boleh jadi dan sering kali timbul rasa tidak puas dan sikap bersungut-sungut yang berkaitan dengan sorga dan hal-hal sorgawi. Hal ini menandakan rasa iri yang timbul di antara orang Yahudi karena diizinkannya orang bukan-Yahudi masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Dalam perumpamaan tentang anak yang hilang, sang kakak sakit hati melihat sambutan yang diberikan kepada adiknya dan mengeluhkan kemurahan hati ayahnya. Orang-orang upahan ini juga bertengkar dengan majikan mereka dan mempersalahkannya, bukan karena upah yang mereka terima kurang, tetapi karena upah orang lain disamakan dengan yang mereka terima. Sama seperti kakak dari si anak hilang itu, mereka membanggakan pekerjaan mereka yang baik. Kami sehari suntuk bekerja berat dan menanggung panas terik matahari, dan hanya itulah alasan terbaik yang mampu mereka sodorkan. Dikatakan bahwa orang berdosa bersusah-susah untuk api (Hab. 2:13), sementara pelayan-pelayan Tuhan paling buruk hanya bersusah-susah di bawah panas matahari, bukan dalam panasnya dapur api, tetapi hanya di panas siang hari. Nah, mereka yang masuk terakhir hanya bekerja satu jam, itu pun ketika hari sudah sejuk, dan engkau menyamakan mereka dengan kami. Orang-orang bukan-Yahudi yang baru diajak masuk juga menerima hak istimewa Kerajaan Mesias, sama seperti yang diterima orang-orang Yahudi yang sudah begitu lama bekerja keras di kebun anggur Perjanjian Lama di bawah tekanan upacara hukum Taurat sementara menantikan Kerajaan itu. Perhatikanlah, sangat sering kita berpikir bahwa kita menerima terlampau sedikit anugerah Allah, sedangkan orang lain menerima terlampau banyak. Juga bahwa kita melakukan terlampau banyak pekerjaan Allah, dan orang lain terlampau sedikit. Besar kemungkinan kita semua menilai rendah orang lain dan menilai tinggi diri sendiri. Boleh jadi, di sini Kristus memperingatkan Petrus agar tidak terlampau menyombongkan diri, seperti yang tampaknya ia lakukan ketika berkata bahwa ia telah meninggalkan segala sesuatu untuk mengikuti Kristus, seakan-akan karena ia dan murid-murid lain telah menanggung beban pekerjaan di bawah terik matahari, maka sudah seharusnya sorga menjadi milik mereka sendiri. Sungguh sulit bagi orang-orang yang bekerja atau menderita bagi Allah lebih banyak daripada orang lain, untuk tidak meninggikan diri dan mengharapkan pujian atas jasa mereka. Paulus yang terkasih menjaga diri terhadap sikap ini, yang meskipun tidak kalah terhadap rasul-rasul yang luar biasa, menganggap dirinya tidak berarti sedikit pun, dan paling hina di antara segala orang kudus.
- . Ungkapan sakit hati itu disanggah. Ada tiga hal yang disampaikan sang tuan rumah sebagai jawaban atas prasangka penuh kedengkian ini.
- (1) Bahwa orang yang bersungut-sungut itu sama sekali tidak punya alasan untuk mengeluh bahwa ia diperlakukan tidak benar (ay. 13-14). Di sini tuan itu menegaskan sikap adilnya, Saudara, aku tidak berlaku tidak adil terhadap engkau. Tuan itu memanggilnya saudara, sebab saat bermusyawarah dengan orang lain, kita harus menggunakan kata-kata lembut, namun tegas, jika bawahan kita suka mengeluh dan menantang. Bagaimanapun, janganlah kita berkata-kata dengan kasar kepada mereka, tetapi dengan tenang.
- [1] Tidak perlu diragukan lagi bahwa Allah tidak mungkin keliru. Ini adalah hak istimewa Raja di atas segala raja. Tidak adilkah Allah? Rasul Paulus terkejut membayangkan pemikiran seperti ini. Sekali-kali tidak! (Rm. 3:5-6). Perkataan Paulus sudah sepantasnya membungkam keluhan kita, bahwa apa pun yang Allah perbuat terhadap kita atau apa pun yang Dia tahan untuk tidak diberikan kepada kita, tidak ada suatu kesalahan pun yang Dia lakukan.
- [2] Jika Allah mencurahkan anugerah kepada orang lain dan bukan kepada kita, ini adalah kebaikan yang diberikan kepada mereka, tetapi bukan ketidakadilan terhadap kita. Kelimpahan kepada orang lain itu bukan berarti ketidakadilan bagi kita. Jadi, janganlah kita mencari-cari kesalahan dalam hal ini. Karena dengan cuma-cuma anugerah diberikan kepada orang yang mempunyai, jadi janganlah ada orang menyombongkan diri. Dan dengan cuma-cuma pula anugerah ditahan dari orang yang tidak mempunyai, jadi janganlah ada orang bersungut-sungut. Demikianlah tersumbat setiap mulut, dan tidak seorang pun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah.
- Untuk meyakinkan orang yang bersungut-sungut itu bahwa dia tidak bersalah, tuan itu merujuk kepada penawaran yang telah disepakati, "Bukankah kita telah sepakat sedinar sehari? Jika engkau telah menerima jumlah yang kausepakati, tidak ada alasan untuk mempersalahkanku. Engkau harus menerima apa yang telah kita sepakati." Meskipun Allah tidak berutang kepada siapa pun, Ia dengan senang hati menjadikan diri-Nya seakan-akan berutang melalui janji-Nya itu. Melalui Kristus, orang percaya telah sepakat dengan-Nya, dan Ia akan melaksanakan bagian-Nya dalam kesepakatan itu. Perhatikanlah, adalah baik bagi kita untuk sering merenungkan apa yang telah kita sepakati dengan Allah.
- Pertama, orang-orang duniawi sepakat dengan Allah perihal kekayaan mereka di dunia ini. Mereka telah memilih bagiannya dalam hidup ini (Mzm. 17:14). Dalam hal-hal ini mereka bersedia mendapat upahnya (Mat. 6:2, 5), penghiburan mereka (Luk. 6:24), dan menerima segala yang baik (Luk. 16:25). Dengan demikian mereka akan ditolak, diputuskan dari berkat-berkat rohani yang abadi, dan dalam hal ini Allah tidak berbuat salah terhadap mereka. Mereka telah mendapatkan apa yang mereka pilih, dinar yang mereka sepakati. Begitu jugalah hukuman mereka, karena mereka sendiri telah menetapkannya.
- Kedua, orang-orang percaya yang taat kepada Allah sepakat perihal upah dinar mereka di dunia yang lain kelak, dan mereka juga harus ingat bahwa mereka telah membuat kesepakatan seperti itu. Bukankah engkau telah sepakat menerima perkataan Allah? Engkau telah sepakat, jadi apakah engkau hendak pergi dan bersepakat dengan dunia? Bukankah engkau telah sepakat menerima sorga sebagai bagianmu, sebagai segalanya, dan tidak menerima apa pun yang kurang daripada itu? Apakah engkau hendak mencari kebahagiaan dalam diri manusia, atau mengisi kekurangan kebahagiaanmu di dalam Allah dengan hal tersebut?
- Oleh karenanya, tuan itu:
- . Mengikat pekerja itu sesuai dengan kesepakatannya sendiri (ay. 14), Ambillah bagianmu dan pergilah. Bila kita menerima "bagian" kita ini sebagai utang kita yang harus dibayar atau sebagai sesuatu yang menjadi milik atau hak kita, maka alangkah mengerikannya perkataan itu. Kita semua akan binasa dengan apa yang kita sebut milik kita sendiri. Jika manusia yang adalah makhluk ciptaan tertinggi harus pergi dengan hanya membawa miliknya sendiri, ia akan punah ke dalam kehampaan. Namun, jika kita mengerti bahwa apa yang kita miliki itu adalah pemberian cuma-cuma dari Allah, kita diajar untuk mencukupkan diri dengan apa yang ada pada kita. Daripada mengeluhkan sesuatu yang tidak akan kita miliki lagi, lebih baik kita menerima apa yang ada pada kita dan mensyukurinya. Kalaupun Allah lebih baik dalam hal apa pun terhadap orang lain dibanding terhadap kita, tidak ada alasan bagi kita untuk mengeluh karena Ia begitu baik terhadap kita, melebihi yang layak kita terima. Ia memberi kita upah meskipun kita ini hamba-hamba yang tidak menghasilkan keuntungan apa-apa.
- . Tuan itu berkata bahwa orang-orang yang dicemburui itu juga harus menerima upah sebanyak yang diterimanya, "Aku mau memberikan kepada orang yang masuk terakhir ini sama seperti kepadamu. Aku memutuskan untuk melakukannya." Perhatikanlah, tujuan Allah yang tidak dapat diubah dalam memberikan karunia-Nya seharusnya membungkam keluhan kita. Jika Ia mau melakukannya, bukanlah hak kita untuk menyangkalnya, sebab Ia tidak pernah berubah -- siapa dapat menghalangi Dia, dan siapa yang dapat membelokkan-Nya? Dia juga tidak menjawab segala perkataanmu, dan Ia memang tidak perlu melakukannya.
- (2) Orang upahan itu tidak punya alasan untuk berbantah-bantah dengan tuannya, sebab apa yang diberikan tuan itu adalah kepunyaan tuannya sendiri (ay. 15). Bila sebelum ini tuan itu menegaskan perihal keadilannya, di sini ia juga menegaskan perihal kedaulatannya. Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku?
- Perhatikanlah:
- [1] Allah adalah Pemilik segala sesuatu yang baik. Kepemilikan-Nya mutlak, berdaulat, dan tanpa batas.
- [2] Oleh sebab itu, Ia boleh memberi ataupun menahan berkat-Nya sesuai kehendak-Nya. Apa yang ada pada kita, bukanlah milik kita sendiri, dan karena itu kita tidak bebas mempergunakan milik kita menurut kehendak hati kita. Tetapi, apa yang menjadi milik Allah sungguh menjadi milik-Nya, dan hal ini dibuktikan kebenarannya melalui:
- Pertama, dalam semua tindakan pemeliharaan-Nya. Bila Allah mengambil apa yang sangat kita sayangi dan yang sulit kita bagikan, haruslah kita padamkan rasa tidak senang kita. Tidakkah Ia bebas mempergunakan milik-Nya menurut kehendak-Nya? Abstulit, sed et dedit -- Dia telah mengambil, tetapi pada mulanya Ia yang telah memberi. Tidak sepantasnya kita, makhluk yang memiliki ketergantungan, berbantah-bantah dengan Dia yang berdaulat atas kita.
- Kedua, di dalam menyalurkan anugerah-Nya, Allah memberi atau menahan sarana anugerah dan Roh anugerah menurut kehendak-Nya. Bukan saja bahwa dalam setiap kehendak Allah ada hikmat khusus, tapi juga bahwa semua yang dilakukan-Nya akan tampak jelas dilakukan-Nya dengan bijak dan untuk tujuan-tujuan kudus, walaupun semuanya mungkin pada mulanya tampak seperti dilakukan dengan semena-mena. Kenyataan bahwa Allah adalah Tuhan yang berkuasa atas segala sesuatu dan bebas mempergunakan milik-Nya menurut kehendak hati-Nya, sebenarnya sudah cukup untuk membungkam semua keluhan dan keberatan. Kita berada dalam tangan-Nya, bagaikan tanah liat di tangan penjunan. Bukanlah hak kita untuk mengatur atau memaksa-Nya.
- (3) Orang upahan itu tidak punya alasan untuk merasa iri atau mendendam pada temannya, atau marah karena temannya itu tidak datang lebih awal ke kebun anggur, sebab ia memang tidak disuruh datang lebih awal. Ia tidak punya alasan untuk menjadi marah karena tuannya memberinya upah untuk sehari penuh, meskipun memang ia lebih banyak menganggur di sepanjang hari itu. Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati?
- Lihatlah di sini:
- [1] Sifat iri hati itu adalah mata yang jahat. Mata sering kali merupakan jalan masuk dan keluar bagi dosa. Ketika dilihat Saul, bahwa Daud sangat berhasil, ia selalu mendengki Daud (1Sam. 18:9,15). Mata yang jahat tidak suka melihat kehidupan orang-orang lain yang berhasil, dan ingin supaya mereka celaka. Apa lagi yang lebih jahat daripada ini? Sifat seperti ini menyusahkan diri sendiri, mendatangkan murka Allah, dan menimbulkan sakit hati pada sesama kita. Ini adalah dosa yang tidak ada kenikmatan, keuntungan, ataupun kehormatan di dalamnya. Yang ada di dalamnya hanyalah bencana demi bencana.
- [2] Iri hati yang semakin menjadi-jadi. "Itu adalah karena aku murah hati." Sifat iri bertolak belakang dengan Allah yang baik, yang berbuat kebaikan, dan yang sangat senang berbuat baik. Sifat ini benar-benar berbalikan dan berlawanan dengan Allah. Ini adalah perasaan tidak senang terhadap tindakan dan perbuatan-Nya, dan terhadap apa yang disukai-Nya. Ini adalah pelanggaran langsung atas kedua perintah agung sekaligus, yaitu terhadap kasih kepada Allah, yang terhadap-Nya kita harus tunduk dengan diam, dan kasih kepada sesama, yang harus kita syukuri kesejahteraannya. Demikianlah kejahatan manusia memanfaatkan kesempatan dari kebaikan Allah hingga semakin besarlah dosa yang dilakukannya.
- Akhirnya, inilah maksud nyata dari perumpamaan tersebut (ay. 16), yang ditujukan kepada orang-orang Yahudi yang mendorong Kristus mengatakan perumpamaan tersebut (19:30), Demikianlah orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu, dan yang terdahulu akan menjadi yang terakhir. Saat itu, ketika Kerajaan Injil pertama kali ditegakkan, sudah ada banyak orang yang mengikut Kristus. Orang-orang Yahudi yang bertobat saat itu tampaknya seperti mendahului orang lain. Namun, untuk meniadakan dan membungkam kebanggaan mereka, Kristus berkata kepada mereka:
- . Bahwa mungkin saja mereka akan didahului orang-orang percaya berikutnya, dan meskipun mereka lebih dahulu percaya kepada Allah dibanding orang lain, mereka bisa saja tertinggal dalam hal hikmat, anugerah, dan kekudusan dibandingkan dengan orang-orang lain. Jemaat orang bukan-Yahudi yang ketika itu belum terbentuk, atau dunia orang bukan-Yahudi yang ketika itu menganggur di pasar, akan menghasilkan lebih banyak orang Kristen yang lebih unggul dan lebih berguna daripada yang ditemukan di antara orang-orang Yahudi. Sebab yang ditinggalkan suaminya akan lebih unggul dari pada yang bersuami (Yes. 54:1). Siapa yang tahu kalau gereja di kemudian hari akan menjadi lebih gemuk dan subur daripada sebelum-sebelumnya, untuk menunjukkan bahwa Allah memang benar? Walaupun Kekristenan mula-mula lebih murni dan kuat daripada yang bisa ditemukan di zaman kita ini, namun siapa yang mampu mengatakan pekerja seperti apa yang akan disuruh ke kebun anggur pada kira-kira pukul lima petang pada masa jemaat Filadelfia, dan bagaimana berlimpahnya aliran Roh nantinya dibandingkan masa-masa sebelumnya?
- . Bahwa mereka punya alasan untuk merasa takut, kalau-kalau akhirnya nanti mereka akan didapati menjadi munafik, sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih. Hal yang dikatakan ini berkaitan dengan keadaan orang-orang Yahudi (22:14), dan sama seperti keadaan pada saat itu, sekarang pun tidak banyak bedanya. Banyak yang dipanggil dengan panggilan luar tetapi tidak dipilih untuk diselamatkan. Mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya, dalam kegenapan waktu (Rm. 8:30), supaya panggilan dan pilihan kita makin teguh (2Ptr. 1:10). Namun, tidak demikian halnya dengan panggilan luar, banyak yang dipanggil, namun menolaknya (Ams. 1:24). Begitulah, sama seperti mereka dipanggil kepada Allah, begitu pula mereka pergi dari Dia (Hos. 11:2, 7). Dengan demikian tampaknya mereka tidak dipilih, sebab yang terpilih telah memperolehnya (Rm. 11:7). Perhatikanlah, di antara orang yang disebut Kristen hanya ada sedikit orang yang dipilih. Oleh sebab itu, sangatlah penting bagi kita untuk membangun pengharapan kita akan sorga di atas batu pilihan abadi, dan bukan di atas pasir panggilan lahiriah. Sudah seharusnya kita takut kalau-kalau kita didapati sebagai orang Kristen semu, sehingga tidak layak, atau bahkan didapati sebagai orang Kristen yang cemar sehingga dianggap ketinggalan (Ibr. 4:1).
SH: Mat 20:1-16 - Bukan upah tetapi karunia. (Senin, 23 Maret 1998) Bukan upah tetapi karunia.
Seperti halnya para pendengar ajaran Yesus, kita bisa berpikir bahwa mengikut Yesus sekian lama membuat kita layak beroleh...
Bukan upah tetapi karunia.
Seperti halnya para pendengar ajaran Yesus, kita bisa berpikir bahwa mengikut Yesus sekian lama membuat kita layak beroleh upah. Upah itu adalah hak masuk sorga dan karunia kemuliaan sorgawi lainnya. Perumpamaan ini kembali menegaskan bahwa hak masuk sorga itu adalah karunia Allah; bukan upah dari Allah atas usaha moral atau agama yang kita lakukan. Panggilan Injil Kristus yang mencari, menemukan dan merubah kita. Orang bisa beriman, bertobat, berubah sifat, semata karena karunia Allah. Karena itu alasan untuk kita taat dan melayani Tuhan hanya satu: bersyukur dan mengasihi Tuhan yang telah lebih dulu mengasihi.
Sama di hadapan karunia Allah. Bagian firman ini menolak anggapan bahwa karunia Allah membuat orang ayal-ayalan. Sebaliknya karunia Allah mengharuskan orang menjalani hidup sebagai murid Yesus yang tulus dan tekun dalam kebaikan serta pelayanan. Namun seluruh kebaikan dan pelayanan itu adalah hasil menerima dan mensyukuri karunia Allah. Di hadapan Allah, baik Kristen asal Yahudi (lebih dulu mengenal Yesus) maupun Kristen asal kafir (kemudian mengenal Yesus), sama tidak dapat membanggakan apa pun dari dirinya.
Renungkan: Allah bukanlah manusia yang tawar menawar dan timbal balik. Allah selalu berprakarsa dan menyelesaikan rencana-Nya
SH: Mat 20:1-16 - Anugerah bukanlah upah (Sabtu, 24 Februari 2001) Anugerah bukanlah upah
Seorang anak asuh yang
biasanya malas membantu orang-tuanya, tiba-tiba
menjadi sangat rajin dan bersemangat membersihkan
ru...
Anugerah bukanlah upah
Seorang anak asuh yang biasanya malas membantu orang-tuanya, tiba-tiba menjadi sangat rajin dan bersemangat membersihkan rumah. Di akhir minggu itu ibunya menemukan secarik kertas bertuliskan jumlah jam kerja dan sejumlah upah yang seharusnya diterima anaknya. Esok harinya anaknya terkejut karena menemukan balasan surat ibunya yang berisi daftar seluruh kebutuhan hidupnya sejak ia berusia 1 tahun: susu, makan, pakaian, uang jajan, sepatu, sekolah, tas, buku, dll. Anak ini tidak menyadari bahwa kesempatan menjadi anak dalam keluarga tersebut adalah anugerah, yang tidak dapat dibandingkan dengan upah sebesar apa pun.
Perumpamaan orang-orang upahan di kebun anggur pun mengajak kita berpikir tentang anugerah yang tidak dapat diperhitungkan seperti upah. Dikisahkan bahwa tuan rumah itu mencari pekerja untuk kebun anggurnya, menjelaskan bahwa dia sebagai pemilik kebun anggur dan dia yang berinisiatif mencari pekerja-pekerja, maka berapa pun upah yang diberikan kepada para pekerja sepenuhnya berdasarkan keputusannya. Kepada sekelompok pekerja pertama yang bekerja dari pagi hingga malam, ia sepakat memberi upah sedinar sehari. Kemudian ia berulang kali mendapati orang-orang yang menganggur dan ia meminta mereka bekerja di kebunnya. Mereka pasti tidak akan mendapatkan upah bila menganggur sepanjang hari, jadi kesempatan bekerja adalah anugerah. Ketika malam tiba, tuan rumah tersebut memberikan upah kepada setiap pekerja mulai dari yang terakhir sampai yang bekerja dari pagi. Para pekerja yang bekerja dari pagi sampai malam protes atas tindakan tuan tersebut karena memberikan upah yang sama kepada semua pekerja. Tuan rumah itu mengatakan bahwa mereka telah menerima sesuai kesepakatan, jadi protes mereka tidak beralasan. Jika yang mereka permasalahkan adalah upah yang diberikan kepada para pekerja lainnya, maka sepenuhnya itu adalah hak tuan tersebut, jadi ini pun tidak beralasan.
Renungkan: Demikianlah Allah yang murah hati, yang memberikan anugerah kepada siapa Dia mau memberikannya. Tak seorang pun memiliki hak untuk mempertanyakan keadilan-Nya, karena hidup kekal yang dimilikinya pun adalah anugerah-Nya. Masih adakah upah yang layak kita minta sebagai hasil pelayanan kita, bila kita menyadari bahwa kesempatan hidup dan melayani-Nya pun adalah anugerah-Nya?
SH: Mat 20:1-16 - Semua karena anugerah Tuhan (Sabtu, 19 Februari 2005) Semua karena anugerah Tuhan
Anda tahu lirik lagu Semua Karena Anugerah-Nya? Lirik lagu ini
menekankan bahwa kita dipilih, dipanggil, dan dipakai...
Semua karena anugerah Tuhan
Anda tahu lirik lagu Semua Karena Anugerah-Nya? Lirik lagu ini menekankan bahwa kita dipilih, dipanggil, dan dipakai Tuhan bukan karena kebaikan, kepandaian, kekayaan, kecantikan, dan kegagahan melainkan karena anugerah Tuhan.
Perumpamaan di perikop ini menceritakan tentang hubungan kerja antara penggarap kebun anggur dan pemiliknya sebagai gambaran prinsip anugerah Tuhan dalam Kerajaan Surga (ayat 1). Pemilik kebun anggur menjanjikan upah satu dinar per hari bagi penggarapnya dengan hitungan waktu dari matahari terbit sampai terbenam (ayat 2). Penambahan penggarap pada jam 9 pagi, 12 siang, 3 dan 5 sore untuk bekerja di kebun anggur, kemungkinan bukan karena kebun anggur itu terlalu luas untuk ditanami melainkan disebabkan banyaknya orang yang menganggur (ayat 3-8). Belas kasihanlah yang mendasari mengapa pemilik kebun anggur memerintahkan mereka untuk bekerja di kebunnya, bukan pertimbangan kecakapan ataupun pengalaman mereka dalam bekerja. Oleh karena itu, setelah jam kerja usai upah pun dibagikan dengan sistem "pukul rata." Muncullah rasa tidak puas di antara para penggarap kebun angggur, khususnya mereka yang telah bekerja sebelum jam 9 pagi (ayat 9-12). Adilkah perbuatan pemilik kebun anggur itu? Adil! Kepada penggarap yang terdahulu sudah ada kesepakatan upah. Sedangkan kepada penggarap-penggarap yang kemudian, pemilik kebun anggur menyatakan kemurahan hatinya (ayat 13-15). Apa yang Tuhan ingin ajarkan kepada umat-Nya, melalui perumpamaan ini?
Tidak seorang pun yang layak untuk masuk ke dalam Kerajaan Surga. Hanya oleh anugerah Allah kita dihisabkan ke dalamnya. Oleh karena itu tidak pantas menuntut Allah untuk "membayar" kesetiaan, kerajinan, bahkan buah-buah pelayanan kita seakanakan kita berjasa bagi Dia.
Yang kulakukan: Aku akan menghargai anugerah keselamatan yang diberikan Tuhan itu dengan melayani Tuhan lebih sungguh lagi.
SH: Mat 20:1-16 - Kemurahan hati Bapa (Minggu, 28 Februari 2010) Kemurahan hati Bapa
Untuk memperjelas perkataan-Nya bahwa "orang yang terdahulu akan
menjadi yang terakhir, dan yang terakhir akan menjadi yang
...
Kemurahan hati Bapa
Untuk memperjelas perkataan-Nya bahwa "orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir, dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu", Yesus memberikan perumpamaan tentang orang-orang upahan di kebun anggur. Yesus ingin murid-murid punya konsep benar tentang upah yang akan mereka terima saat kedatangan-Nya kedua kali.
Dalam perumpamaan ini seorang tuan rumah membutuhkan banyak pekerja untuk bekerja menggarap ladangnya. Maka ia mencari orang-orang yang mau bekerja. Dari sekian banyak orang yang bekerja padanya, ternyata ada yang be-kerja karena mengharapkan upah yang akan mereka terima (ayat 2, 4), tetapi ada juga yang bekerja tanpa memperhitungkan hal itu (ayat 7b). Maka sesuai dengan perjanjian yang dibuat, pada akhir masa kerja masing-masing pihak menerima upahnya. Pemberian upah tersebut adil walaupun pihak yang mengharapkan upah merasa diperlakukan tidak adil. Pertama, sudah ada kesepakatan lebih dahulu mengenai upah. Kedua, karena sang tuan rumah memiliki hak untuk bermurah hati kepada siapa pun yang sudah bekerja.
Perumpamaan ini ingin mengajarkan bahwa di mata Tuhan setiap pekerja adalah sama. Sama-sama bekerja dan sama-sama mendapat upah. Namun orang yang terakhir bisa saja menjadi yang terdahulu karena ia melayani sepenuh hati dan bukan karena upah. Sementara yang terdahulu bisa menjadi yang terakhir karena melayani dengan motivasi upah. Orang yang demikian biasanya tidak setia. Mereka akan melarikan diri bila kesulitan dan penderitaan datang karena mereka adalah orang upahan (bdk. Yoh. 10:12, 13).
Kita harus melayani Tuhan dengan segenap hati dan pikiran kita, bukan karena upah. Lakukanlah dengan penuh ucapan syukur. Upah yang Tuhan akan berikan merupakan kemurahan-Nya. Janganlah menuntut, apalagi iri hati terhadap orang lain. Mari kita saling mendukung, bekerja sama dalam memperluas Kerajaan Sorga di bumi ini melalui pelayanan dan pemberitaan Injil kita.
SH: Mat 20:1-16 - Keadilan dan kemurahan Allah (Selasa, 26 Februari 2013) Keadilan dan kemurahan Allah
Orang tua yang punya anak lebih dari satu anak tahu situasi ini: salah satu anak protes dan menilai sang orangtua tidak ...
Keadilan dan kemurahan Allah
Orang tua yang punya anak lebih dari satu anak tahu situasi ini: salah satu anak protes dan menilai sang orangtua tidak adil karena merasa saudaranya menerima "lebih" dari apa yang dia terima. Entah "lebih" itu dipahami dalam arti lebih banyak, lebih bundar, lebih baru, dst. Motivasinya pun beragam. Bisa saja si anak sebenarnya merasa bosan, butuh perhatian, atau iri. Namun bisa juga si anak memang merasa diperlakukan tidak adil. Untuk kasus ini, mau tak mau orangtua mesti dengan sabar menjelaskan arti keadilan di dalam pemberian tersebut.
Perumpamaan hari ini mengandaikan Kerajaan Surga dengan tindakan seorang "tuan rumah yang pagi-pagi benar mencari pekerja-pekerja untuk kebun anggurnya" (1). Yang digarisbawahi dari tindakan sang "tuan rumah" ada dua hal. Pertama, tindakan memberikan upah harian yang sama kepada para pekerjanya, dari yang bekerja sejak pagi hingga yang baru bekerja pada jam lima sore, mengilustrasikan kemurahan hati Allah di tengah kekayaan dan kekuasaan-Nya: sang tuan rumah memberikan nafkah yang cukup untuk penghidupan sehari-hari, terlepas dari berapa lama mereka bekerja. Kedua, keluhan buruh yang bekerja sejak pagi menggarisbawahi keadilan Allah: sang tuan rumah tak melanggar hak siapapun, karena semua pekerja sama-sama mendapatkan upah yang memadai untuk sehari kerja. Artinya, di dalam komunitas yang menyatakan kehendak Allah, 'upah' orang percaya didasarkan pada kemurahan hati dan keadilan Allah, bukan atas prakarsa manusia. Karena itu perkataan Yesus di ayat 16 "yang terakhir akan menjadi yang terdahulu ..." mengulangi Mat. 19:30 dan menegaskan bahwa Kerajaan Allah akan membalikkan penilaian manusia.
Nas ini memperingatkan kita untuk tidak menerapkan prinsip penilaian dunia ke dalam kehidupan berjemaat. Di mata Allah, pendeta jemaat besar di kota tidak lebih tinggi dari guru sekolah minggu di jemaat desa. Di mata Pemilik Kerajaan Sorga, semua berharga, semua penerima anugerah kemurahan dan keadilan-Nya. Nas ini juga mengajak kita merendahkan diri di hadapan Allah dan sesama, serta tidak menganggap diri sendiri lebih tinggi dari sesama.
SH: Mat 20:1-16 - Sistem Pembagian Upah (Rabu, 8 Maret 2017) Sistem Pembagian Upah
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, adil berarti sama berat, tidak berat sebelah, tidak memihak, dan berpegang pada kebenaran. ...
Sistem Pembagian Upah
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, adil berarti sama berat, tidak berat sebelah, tidak memihak, dan berpegang pada kebenaran. Semua orang ingin diperlakukan adil. Namun, keadilan yang dimaksud oleh manusia bersifat subjektif dan terpusat pada kepentingan diri.
Sistem pembagian upah dalam perspektif Kerajaan Allah berbeda dengan konsep manusia pada umumnya. Yesus melukiskan bahwa Kerajaan Surga sebagai kebun anggur, pemilik kebun anggur adalah Allah, dan para pekerja merupakan orang-orang percaya. Yesus menceritakan bahwa Allah bekerja tanpa henti untuk mencari orang-orang berdosa untuk diselamatkan (1, 3, 5-6). Ia menawarkan Kerajaan Surga bagi mereka. Ia mengajak mereka terlibat aktif dalam pekerjaan-Nya (2, 4, 7). Semua pekerja-Nya mendapat bayaran yang sama besarnya, yaitu satu dinar. Namun, sistem pembayaran ini dirasakan oleh sebagian besar pekerja tidak berlandaskan asas perikemanusiaan. Menurut mereka, bagaimana mungkin yang bekerja 12 jam, 9 jam, 6 jam, dan 1 jam dibayar sama rata? (8-12, 14).
Para pekerja lupa akan status awal mereka sebagai pengangguran. Karena kemurahan hati tuannya, Ia mengaryakan para pekerja-Nya agar mereka berdaya guna. Itu sebabnya, tidak ada alasan bagi mereka untuk iri hati sebab hal itu adalah hak prerogatif pemilik kebun anggur (15-16; bdk. Rm. 9:15-16). Seharusnya, mereka bergembira jika keahlian dan keterampilan rekan kerjanya dapat didayagunakan. Lagi pula upah 1 dinar itu bukan keputusan sepihak, melainkan kesepakatan bersama (13).
Setiap orang percaya hidup dalam anugerah dan kemurahan Allah. Dalam melayani misi Kerajaan Allah, setiap orang wajib memberikan waktu, pikiran, tenaga, dan dana. Bukan menjadi hak kita menuntut Allah menghargai jerih lelah yang kita berikan. Sebab Ia telah mengaruniakan kehidupan abadi bagi orang-orang percaya.
Mengucap syukurlah bahwa Allah bukan saja mengampuni dosa kita, tetapi juga mau mengaryakan hidup kita bagi kebesaran dan kejayaan Kerajaan-Nya. [TG]
SH: Mat 20:1-16 - Murah Hati (Selasa, 14 September 2021) Murah Hati
Dalam pidatonya ketika menerima penghargaan Nobel, Ibu Teresa bertutur tentang seorang lelaki yang datang kepadanya meminta bantuan. Ia me...
Murah Hati
Dalam pidatonya ketika menerima penghargaan Nobel, Ibu Teresa bertutur tentang seorang lelaki yang datang kepadanya meminta bantuan. Ia memberikan beras kepada lelaki itu. Ketika lelaki itu pulang, dia melihat tetangganya yang tak punya beras, lalu membagikan beras itu. Ibu Teresa bertanya, mengapa ia membagi beras itu kepada tetangganya? Lelaki itu menjawab, sebab tetangganya tak punya beras, sementara ia punya, jadi ia berbagi. Itulah murah hati.
Melanjutkan pengajaran-Nya tentang perbuatan baik, Yesus memberikan sebuah perumpamaan tentang pekerja kebun anggur untuk menjelaskan prinsip yang berlaku di dalam Kerajaan Allah. Yesus menunjukkan keutamaan atau mutu hidup yang harus dimiliki oleh mereka yang ingin menjadi bagian dari Kerajaan Allah (2-16).
Ini bukan perkara mudah, sebab sangat terkait dengan sifat dasar setiap orang, yakni ego atau keakuan. Dalam hal ini benarlah apa yang dikatakan oleh orang-orang bijak: musuh utama dari setiap orang adalah dirinya sendiri.
Prinsip utama dari Kerajaan Allah adalah kemurahan hati. Ia adalah Allah yang murah hati, dan oleh karena itu, Ia dapat menerima siapa saja di dalam Kerajaan-Nya sesuai dengan kemurahan hati-Nya. Murah hati, pada gilirannya, harus menjadi mutu hidup dari setiap orang yang menjadi pengikut Kristus, serta sudah menerima jaminan keselamatan kekal.
Sikap murah hati ini harus dimunculkan dalam seluruh perilaku hidup keseharian umat Tuhan, bukan agar dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah; sebaliknya, justru karena sudah dijamin masuk ke dalam Kerajaan-Nya. Allah-dengan tidak memandang apa dan siapa kita-menyatakan kemurahan-Nya melalui Yesus Kristus dan Roh Kudus. Dia memberi kita keselamatan dan berbagai karunia rohani.
Ada banyak hal yang dapat kita lakukan untuk mewujudkan sikap murah hati dalam kehidupan kita saat ini. Satu di antaranya adalah kesediaan untuk menerima setiap orang apa adanya, memperlakukan mereka sebagai sesama manusia, dan memberi apa yang diperlukan. [JCP]
TFTWMS -> Mat 20:1-16
TFTWMS: Mat 20:1-16 - Perumpamaan Pekerja Di Kebun Anggur PERUMPAMAAN PEKERJA DI KEBUN ANGGUR (Matius 20:1-16)
1 "Adapun hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang tuan rumah [pemilik kebun; NASB] yang pag...
PERUMPAMAAN PEKERJA DI KEBUN ANGGUR (Matius 20:1-16)
1 "Adapun hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang tuan rumah [pemilik kebun; NASB] yang pagi-pagi benar keluar mencari pekerja-pekerja untuk kebun anggurnya. 2 Setelah ia sepakat dengan pekerja-pekerja itu mengenai upah sedinar sehari, ia menyuruh mereka ke kebun anggurnya. 3 Kira-kira pukul sembilan pagi ia keluar pula dan dilihatnya ada lagi orang-orang lain menganggur di pasar. 4 Katanya kepada mereka: Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku dan apa yang pantas akan kuberikan kepadamu. Dan merekapun pergi. 5 Kira-kira pukul dua belas dan pukul tiga petang ia keluar pula dan melakukan sama seperti tadi. 6 Kira-kira pukul lima petang ia keluar lagi dan mendapati orang-orang lain pula, lalu katanya kepada mereka: Mengapa kamu menganggur saja di sini sepanjang hari? 7 Kata mereka kepadanya: Karena tidak ada orang mengupah kami. Katanya kepada mereka: Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku. 8 Ketika hari malam tuan itu berkata kepada mandurnya: Panggillah pekerja-pekerja itu dan bayarkan upah mereka, mulai dengan mereka yang masuk terakhir hingga mereka yang masuk terdahulu. 9 Maka datanglah mereka yang mulai bekerja kira-kira pukul lima dan mereka menerima masing-masing satu dinar. 10 Kemudian datanglah mereka yang masuk terdahulu, sangkanya akan mendapat lebih banyak, tetapi merekapun menerima masing-masing satu dinar juga. 11 Ketika mereka menerimanya, mereka bersungut-sungut kepada tuan itu, 12 katanya: Mereka yang masuk terakhir ini hanya bekerja satu jam dan engkau menyamakan mereka dengan kami yang sehari suntuk bekerja berat dan menanggung panas terik matahari. 13 Tetapi tuan itu menjawab seorang dari mereka: Saudara, aku tidak berlaku tidak adil terhadap engkau. Bukankah kita telah sepakat sedinar sehari? 14 Ambillah bagianmu dan pergilah; aku mau memberikan kepada orang yang masuk terakhir ini sama seperti kepadamu. 15 Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati? 16 Demikianlah orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu dan yang terdahulu akan menjadi yang terakhir."
Sebagai latar belakang Yesus menceritakan perumpamaan ini, Petrus baru saja menanya Tuhan apa yang para rasul bisa harapkan sebagai imbalan atas pengorbanan dan pelayanan mereka (19:27). Yesus telah menjanjikan Petrus bahwa upah besar akan menjadi milik mereka secara khusus; mereka akan duduk di atas dua belas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel (19:28). Ia lebih lanjut mengatakan bahwa upah besar akan turun ke atas siapa saja yang berkorban demi nama-Nya dan karena Injil (19:29). Sebagai penutup, Ia mengumumkan, "Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir, dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu" (19:30).
Selanjutnya Yesus menyajikan perumpamaan pekerja di kebun anggur untuk mengilustrasikan kebenaran ini dalam terang yang berbeda (20:1-16). Tujuan-Nya adalah untuk memperingatkan murid-murid-Nya tentang motif yang salah dalam pelayanan. Orang harus jangan pernah melayani Allah hanya karena ia mengharapkan upah. Keselamatan adalah masalah kasih karunia; keselamatan tidak bisa diperoleh oleh perbuatan baik (Efe. 2:8-10). Orang juga harus jangan membandingkan dirinya dengan para pekerja lainnya atau iri hati terhadap berkat yang diterima oleh mereka dari Allah.
Ayat 1. Kalimat adapun hal Kerajaan Sorga sama seperti, atau kata-kata yang serupa itu, sering Yesus gunakan untuk memperkenalkan pelbagai perumpamaan yang di dalamnya kerajaan sorga diperbandingkan dengan hal-hal lain (13:24, 31, 33, 44, 45, 47; 18:23; 22:2; 25:1). Dalam konteks ini, perbandingan kerajaan sorga bukan dengan pemilik kebun anggur, tetapi dengan keadaan penyewaan para pekerja yang dibutuhkan oleh pemilik kebun anggur. Tentu saja, rahmat dan niat baik si pemilik merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pelajaran yang sedang diajarkan.
Meski "kerajaan sorga," "Kerajaan Allah," "Kerajaan-Ku," dan "kerajaan" semuanya mengacu kepada lembaga yang sama, namun konteks untuk setiap ungkapan itu harus dipertimbangkan. Kata-kata itu tidak mengacu kepada entitas tertentu yang akan datang, kekal, tetapi kepada pemerintahan Allah yang bahkan sekarang sudah ada. Yohanes Pembaptis datang untuk memberitakan, "Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!" (3:2). Yesus mengajarkan, "Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!" (Mrk. 1:15). Mereka sedang memberitakan kerajaan yang sama, dan mereka mengatakan bahwa kerajaan itu akan segera datang. Yesus menjanjikan para rasul bahwa mereka akan melihat kerajaan itu datang dengan kuasa (Mrk. 9:1). Sebelum kenaikan-Nya, ia memberitahu sebelas dari orang-orang yang sama ini—Yudas sudah tidak lagi bersama mereka—untuk menunggu di Yerusalem untuk "menantikan janji Bapa" (Kisah 1:4). Ini adalah baptisan Roh Kudus yang akan turun ke atas mereka dan memberi mereka kuasa untuk menjadi saksi Kristus "di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi" (Kisah 1:8). Janji ini digenapi pada hari Pentakosta (Kisah 2). Pada hari itu Roh Kudus turun, para rasul menerima kuasa mujizatiah, dan Kerajaan Allah/sorga datang (Kisah 2:29-41; 1 Kor. 15:20-28; Kol. 1:13; Ibr. 12:28).
Pemilik kebun (oijkodespo÷thß, oikodespotēs) adalah terjemahan dari kata majemuk yang secara harfiah berarti "tuan rumah." Seringkali, dalam perumpamaan, kata itu mengacu kepada Yesus atau Allah (10:25; 13:27; 20:1; 21:33; Luk. 13:25; 14:21). Kata itu menyiratkan orang yang kaya dan berkuasa. Dalam perumpamaan ini, "pemilik kebun" itu punya "mandur" yang mengawasi para pekerja (20:8), tapi ia sendiri juga cukup terlibat dalam melakukan perekrutan pekerja.
Kebun anggur merupakan pemandangan umum di Palestina; lahan-lahan ini menghiasi lereng-lereng bukit. Dalam Perjanjian Lama, keberhasilan di Tanah Perjanjian disamakan dengan memiliki sendiri pohon ara dan pohon zaitun serta kebun anggur (Ula. 06:11; Yos. 24:13; 1 Raja 4:25; 2 Raja 18:31; Yoel 1:12; 2:22). Selain itu, Israel kadang-kadang digambarkan sebagai buah anggur atau kebun anggur Allah (Yes. 5:1-7; Yer. 2:21; 12:10; Hos. 10:1). Dalam Perjanjian Baru, kebun anggur berfungsi sebagai latar belakang yang familiar bagi pelbagai perumpamaan Yesus (20:1; 21:28, 33; Luk. 13:6). Anggur atau kebun anggur digunakan juga untuk melambangkan gereja Kristus (Yoh. 15:1-11, 1; Kor. 9:7).
Pemilik kebun itu pagi-pagi benar keluar mencari pekerja-pekerja untuk bekerja di kebun anggurnya. Pasar adalah tempat pertemuan yang umum untuk mencari pekerja harian (20:3). Para pekerja ini, biasanya tidak berpendidikan dan tidak punya keterampilan, berada dekat bagian bawah tangga sosial ekonomi. Mereka sering dibayar sangat murah dan umumnya ditindas (Mal. 3:5; Yak. 5:4). Allah bahkan punya perintah khusus yang akan menjamin perlakuan yang adil terhadap mereka (Ima. 19:13; Ula. 24:14, 15).
Hari kerja dibagi menjadi empat bagian dengan tiga jam untuk setiap bagiannya. Itu dimulai jam 6 pagi, atau saat matahari terbit, dan berlanjut selama dua belas jam, berakhir saat matahari terbenam sekitar jam 6 sore (Maz. 104:20-23; Yoh. 11:9). Talmud mengatakan bahwa pekerja akan pergi ke ladang sesuai dengan waktu majikannya, tapi pulang ke rumah sesuai dengan waktunya sendiri.1Dalam perumpamaan ini, waktu kerja itu dimulai ketika pekerja itu disewa di pasar, dan itu berakhir saat matahari terbenam.2
Di Palestina, panen anggur biasanya dilakukan pada bulan Agustus dan September, ketika cuaca masih hangat (20:12). Pemilik kebun melakukan lima kali perjalanan ke pasar untuk menyewa pekerja pada hari ini (20:1, 3, 5, 6). Ia mungkin sedang tergesa-gesa untuk memanen anggurnya sebelum hujan mulai turun. Biasanya hujan pertama turun di penghujung bulan September, mengakhiri kekeringan musim panas yang panjang.
Ayat 2. Perjanjian pemilik kebun dengan pekerja-pekerja pertama adalah sedinar sehari. Dinar, sebuah koin perak Romawi, adalah upah yang biasa diberikan untuk pekerjaan satu hari.3Itu juga adalah jumlah yang dibayarkan kepada seorang prajurit Romawi.4Setelah membuat kesepakatan, pemilik kebun itu menyuruh para pekerja itu bekerja di kebun anggurnya.
Ayat 3. Pemilik kebun itu kembali lagi ke pasar kira-kira pukul sembilan pagi. Setelah tiba, dilihatnya ada lagi orang-orang lain menganggur, menunggu seseorang untuk mempekerjakan mereka. Orang-orang di dunia kuno sering direkrut untuk bekerja satu hari pada satu waktu, menerima upah mereka pada sore harinya. Penghasilan ini hanya akan cukup untuk kebutuhan mereka pada hari itu (6:11). Jika Mereka tidak menemukan pekerjaan, mereka tidak akan punya cukup uang untuk membeli makanan mereka sehari-hari; sehingga para pekerja seperti orang-orang di dalam perumpamaan itu tetap berada di pasar, menunggu seseorang mempekerjakan mereka.5
Ayat 4. Pemilik kebun memberitahu para calon pekerja ini, "Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku dan apa yang pantas akan kuberikan kepadamu." Dalam bahasa Yunani, "jugalah kamu" diberi penekanan. Tuan itu sedang memberitahu mereka untuk bergabung dengan orang-orang yang telah mulai bekerja tiga jam sebelumnya. Ketimbang "apa pun yang benar, Aku akan berikan kepadamu" (NASB), versi-versi lainnya menulis "aku akan membayarmu dengan upah yang layak" (TEV; NEB; REB). Para pekerja itu setuju menerima berapapun mereka dibayar dan tampaknya mempercayai pemilik kebun anggur itu untuk bersikap adil. Leon Morris beranggapan bahwa, karena para pekerja ini datang terlambat, mereka tidak bisa meminta upah sehari penuh. Mereka tampaknya memahami maksud tuan itu bahwa ia akan membayar mereka dengan porsi dinar yang tepat.6
Ayat 5. Pemilik kebun itu kira-kira pukul dua belas dan pukul tiga petang … keluar pula dan menyewa beberapa pekerja tambahan, di bawah perjanjian yang sama yang dibuat dengan orang-orang yang disewa pada jam sembilan pagi.
Ayat 6. Kira-kira pukul lima petang—hanya satu jam sebelum waktu kerja berakhir—tuan itu kembali ke pasar dan menyewa beberapa pekerja sisa yang masih menganggur. Ia menanya mereka, "Mengapa kamu menganggur saja di sini sepanjang hari?" Pertanyaan ini bisa dipahami sebagai teguran atas kemalasan mereka yang jelas terlihat atau sebagai permintaan penjelasan mengenai kemalasan mereka.
Ayat 7. Mereka menanggapi bahwa tidak ada orang [yang telah] mengupah mereka. Teks selanjutnya tidak memberi penjelasan tentang pengangguran mereka. Pemilik kebun itu memberitahu mereka," Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku." Sebagaimana dalam ayat 4, penekanannya adalah pada "Jugakah kamu." Ia ingin mereka bergabung dengan pekerja lainnya yang ia telah sewa di sepanjang hari itu. Tidak ada jumlah uang yang disebutkan pada kesempatan ini. Kemungkinan besar, para pekerja itu dengan senang hati menerima pekerjaan itu, karena percaya bahwa mereka akan dibayar dengan wajar. Mereka mungkin mengantisipas akan dibayar hanya sebagian kecil dari apa yang pekerja lainnya akan terima, meskipun mereka butuh lebih banyak uang untuk menopang leluarga mereka.
Ayat 8. Ketika hari kerja selama dua belas jam berakhir, pemilik kebun anggur memerintahan mandurnya, "Panggillah pekerja-pekerja itu dan bayarkan upah mereka, mulai dengan mereka yang masuk terakhir hingga mereka yang masuk terdahulu." Kebiasaan pada waktu itu adalah membayar pekerja di penghujung hari itu sehingga mereka tidak akan pulang dengan perut lapar (Ima. 19:13; Ula. 24:14, 15; lihat Mat. 6:11). Orang akan sudah menduga bahwa mereka yang disewa pertama kali akan juga dibayar lebih dahulu. Urutan yang terbalik menyediakan pijakan bagi dialog di sisa perumpamaan itu. Susunan ini menggambarkan prinsip yang sedang dibahas: "orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu dan yang terdahulu akan menjadi yang terakhir" (20:16; lihat 19:30). Meski yang disebut secara khusus hanya kelompok pertama dan erakhir, namun jelaslah bahwa semua lima kelompok itu dibayar.
Ayat 9. Masing-masing dari pekerja yang bekerja dari pukul lima … menerima … satu dinar. Mereka hanya bekerja seperduabelas jam, tapi menerima pembayaran untuk sehari penuh. Para pekerja ini tidak diragukan lagi bersyukur atas kemurahan hati pemilik kebun itu. Mereka yang disewa lebih dulu hadir juga di sana untuk menyaksikan pembayaran pekerja yang dipekerjakan terakhir.
Ayat 10. Mereka yang masuk [kerja] terdahulu, menghampiri mandur itu untuk menagih pembayaran, dengan harapan akan mendapat lebih banyak uang daripada sedinar yang sudah mereka sepakati tadi pagi (20:2). Yang membuat mereka kecewa, merekapun menerima masing-masing satu dinar juga. Dalam bahasa Yunani, penekanan ditempatkan pada fakta bahwa "merekapun" menerima apa yang sudah diterima oleh orang-orang sewaan lainnya.
Ayat 11. Selagi mandur itu membagi-bagikan upah, pemilik kebun itu berdiri di dekatnya, mengamati kejadian itu. Meski ia telah menepati kesepakatannya, para pekerja yang telah dipekerjakan pertama bersungut-sungut atas bayaran mereka. Kata Yunaninya di sini (dari goggu/zw, gonguzō) adalah sebuah "onomatopoeia," kata yang diucapkan untuk meniru apa yang diketengahkan. Dalam bahasa Inggris, mereka bisa katakan "mutter (memberengut)," "mumble (menggumam)," atau "murmur (menggerutu)."7Agak mengejutkan bahwa para pekerja itu menggerutu terhadap pemilik kebun yang kepadanya mereka mungkin bersandar untuk pekerjaan selanjutnya.
Ayat 12. Para pekerja ini, yang sehari suntuk bekerja berat dan menanggung panas terik matahari bersama-sama, menggerutu kepada pemilik kebun sebab ia menyamakan upah pekerja yang hanya bekerja satu jam dengan pekerja yang bekerja seharian. Mereka yang datang pada jam 6:00 pagi menuduh majikan itu membuat dua kesalahan. Pertama, mereka mengatakan bahwa ia tidak adil, karena ia tidak membedakan dua belas jam kerja dan satu jam kerja. Kedua, mereka menuduh dia tidak peka terhadap keadaan orang lain, karena ia tidak mengakui adanya perbedaan antara panas tengah hari dan dingin sore hari.8Istilah "panas terik" (kau÷swn, kausōn) bisa mengacu kepada panas matahari yang membakar. Namun begitu, itu juga dapat menandakan angin timur yang sangat panas, yang juga dikenal sebagai "sirocco." Panas terik "kadang-kadang membuat para pekerja menjauhi ladang."9
Ayat 13-15. Para pekerja itu menyapa si pemilik kebun itu tanpa sapaan kehormatan (20:12). Sebaliknya, ketika ia bicara kepada salah satu dari mereka, ia menyebut dia saudara (teman; NASB) (eJtaivroß, hetairos). Istilah ini kadang-kadang digunakan sebagai "bentuk sapaan umum kepada orang yang namanya tidak diketahui."10Istilah itu secara ironis dapat digunakan, sebagai teguran (22:12; 26:50), dan di sini kasusnya mungkin seperti itu. Kata ini harus dibedakan dari fi÷loß (philos), sebab para pekerja sewaan itu tidak akan dipandang sebagai "teman" dalam arti kesetaraan. Menurut etika tempat kerja, orang miskin tidak akan mengharapkan kebaikan apa saja seperti yang diberikan oleh pemilik kebun itu. Kaum papa akan memandang pembayaran bagi pekerjaan mereka sebagai "kemurahan hati."11
Pemilik kebun itu berkata, "Saudara, aku tidak berlaku tidak adil terhadap engkau. Bukankah kita telah sepakat sedinar sehari? Ia mengingatkan mereka tentang kesepakatan awal mereka. Ia tidak menyurangi mereka, karena mereka telah sepakat untuk bekerja dengan jumlah upah yang telah dibayarkan kepada mereka.
Orang itu melanjutkan, "Ambillah bagiamu dan pergi." Karena tidak ada ketidakadilan yang telah dilakukan terhadap para pekerja ini, maka mereka harus mengambil upah mereka dan berlapang dada. Setiap dinar yang diperoleh oleh masing-masing dari mereka akan sudah cukup untuk memberi makan keluarga mereka.
Pemilik kebun itu lalu menambahkan, "Aku mau memberikan kepada orang yang masuk terakhir ini sama seperti kepadamu." Tidak diragukan lagi ia merasa kasihan kepada orang-orang yang disewa paling akhir. Jika ia hanya membayar mereka untuk satu jam, maka orang-orang itu tidak akan punya cukup uang untuk kebutuhan keluarga mereka.
Dengan menempatkan para pekerja pertama di tempat mereka, pemilik kebun itu melontarkan pertanyaan retoris ini: "Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku?" Mengapakah ia dituduh melakukan kesalahan ketika ia melakukan kehendak hatinya itu dengan uangnya sendiri? Tentunya, ia punya hak untuk mengupahi para pekerjanya—tanpa memandang kapan mereka mulai bekerja untuk dia—dengan jumlah berapa saja yang ia ingin bayarkan kepada mereka.
Orang itu menyimpulkan, "Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati?"
Kata Yunani "iri hati" (ponhro÷ß, ponerōs) biasanya diterjemahkan "jahat" (lihat KJV). Namun begitu, memiliki "mata jahat" berarti bersikap "pelit," "serakah," atau "iri hati" (lihat komentar tentang 6:23). Kata "murah hati" (ajgaqo÷ß, agathos) sering diterjemahkan "baik" (lihat KJV). Kata itu muncul dalam pasal sebelumnya, di mana Yesus berkata bahwa "hanya Satu yang baik," Yaitu Allah (19:17). Masalahnya adalah bahwa para pekerja yang pertama itu iri hati terhadap kemurahan hati yang diberikan kepada para pekerja yang bekerja lebih singkat daripada mereka. Iri hati tidak didasarkan pada nalar; perasaan itu muncul dari keegoisan.
Ayat 16. Yesus menyimpulkan perumpamaan ini dengan mengatakan, "Demikianlah orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu dan yang terdahulu akan menjadi yang terakhir." Pernyataan ini sejajar dengan 19:30; ucapan ini berfungsi sebagai penutup bagi perumpamaan itu. Urutannya dibalik, terbentuklah chiasme:
A1: "Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir, B1: dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu" (19:30).
B2: "Demikianlah orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu, A2: dan yang terdahulu akan menjadi yang terakhir"(20:16).
Arti perumpamaan itu berkaitan dengan pertanyaan yang Petrus ajukan (19:27). Yesus sedang memberitahu dia, dan yang lainnya yang punya pikiran yang sama, untuk jangan kuatir tentang apa yang ia akan terima karena melayani di dalam kerajaan. Sebaliknya, ia harus bersyukur atas apa pun yang ia terima. Para pengikut Yesus harus jangan iri hati terhadap mereka yang akan masuk belakangan ke dalam kerajaan itu, tapi bersukacita sebab mereka bisa masuk. Mereka harus menyerahkan masalah upah kepada Pribadi yang memiliki tanggung jawab itu.12Kristus akan menjadi Hakim; Ia akan memberi upah kepada orang yang setia dan menjatuhkan hukuman ke atas orang yang tidak setia. Ketika orang masuk ke dalam kerajaan itu, upahnya itu bukan untuk pekerjaannya, tetapi upah itu diberikan kepada dia sebagai kasih karunia. Kerajaan Tuhan adalah "alam kasih karunia." Semua warga kerajaan diterima secara setara. Tidak ada orang yang ditempatkan pada tingkat yang lebih tinggi daripada yang lain. Meski Yesus mungkin saja menyinggung upah khusus di dalam kerajaan itu (5:19; 10:41-42; 19:28), namun dalam hal upah umum memasuki dan berbagi dalam kerajaan itu, semua warga negara adalah sama.13
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Matius (Pendahuluan Kitab) Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali di...
Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali ditempatkan pertama sebagai pengantar PB dan "Mesias, Anak Allah yang hidup" (Mat 16:16). Walaupun nama pengarang tidak disebutkan dalam nas Alkitab, kesaksian semua bapa gereja yang mula-mula (sejak kira-kira tahun 130 M) menyatakan bahwa Injil ini ditulis oleh Matius, salah seorang murid Yesus.
Jikalau Injil Markus ditulis untuk orang Romawi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL MARKUS" 08165) dan Injil Lukas untuk Teofilus dan semua orang percaya bukan Yahudi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL LUKAS" 08169), maka Injil Matius ditulis untuk orang percaya bangsa Yahudi. Latar Belakang Yahudi dari Injil ini tampak dalam banyak hal, termasuk
- (1) ketergantungannya pada penyataan, janji, dan nubuat PL untuk membuktikan bahwa Yesus memang Mesias yang sudah lama dinantikan;
- (2) hal merunut garis silsilah Yesus, bertolak dari Abraham (Mat 1:1-17);
- (3) pernyataannya yang berulang-ulang bahwa Yesus adalah "Anak Daud" (Mat 1:1; Mat 9:27; Mat 12:23; Mat 15:22; Mat 20:30-31; Mat 21:9,15; Mat 22:41-45);
- (4) penggunaan istilah yang khas Yahudi seperti "Kerajaan Sorga" (yang searti dengan "Kerajaan Allah") sebagai ungkapan rasa hormat orang Yahudi sehingga segan menyebut nama Allah secara langsung dan
- (5) petunjuknya kepada berbagai kebiasaan Yahudi tanpa memberikan penjelasan apa pun (berbeda dengan kitab-kitab Injil yang lain).
Sekalipun demikian, Injil ini tidak semata-mata untuk orang Yahudi. Seperti amanat Yesus sendiri, Injil Matius pada hakikatnya ditujukan kepada seluruh gereja, serta dengan saksama menyatakan lingkup universal Injil (mis. Mat 2:1-12; Mat 8:11-12; Mat 13:38; Mat 21:43; Mat 28:18-20).
Tanggal dan tempat Injil ini berasal tidak dapat dipastikan. Akan tetapi, ada alasan kuat untuk beranggapan bahwa Matius menulis sebelum tahun 70 M ketika berada di Palestina atau Antiokia di Siria. Beberapa sarjana Alkitab percaya bahwa Injil ini merupakan Injil yang pertama ditulis, sedangkan ahli yang lain beranggapan bahwa Injil yang ditulis pertama adalah Injil Markus.
Tujuan
Matius menulis Injil ini
- (1) untuk memberikan kepada sidang pembacanya kisah seorang saksi mata mengenai kehidupan Yesus,
- (2) untuk meyakinkan pembacanya bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Mesias yang dinubuatkan oleh nabi PL, yang sudah lama dinantikan, dan
- (3) untuk menunjukkan bahwa Kerajaan Allah dinyatakan di dalam dan melalui Yesus Kristus dalam cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Matius ingin sekali agar pembacanya memahami bahwa
- (1) hampir semua orang Israel menolak Yesus dan kerajaan-Nya. Mereka tidak mau percaya karena Ia datang sebagai Mesias yang rohani dan bukan sebagai Mesias yang politis.
- (2) Hanya pada akhir zaman Yesus akan datang dalam kemuliaan-Nya sebagai Raja segala raja untuk menghakimi dan memerintah semua bangsa.
Survai
Matius memperkenalkan Yesus sebagai penggenapan pengharapan Israel yang dinubuatkan. Yesus menggenapi nubuat PL dalam kelahiran-Nya (Mat 1:22-23), tempat lahir (Mat 2:5-6), peristiwa kembali dari Mesir (Mat 2:15) dan tinggal di Nazaret (Mat 2:23); Ia juga diperkenalkan sebagai Oknum yang didahului oleh perintis jalan Sang Mesias (Mat 3:1-3); dalam hubungan dengan lokasi utama dari pelayanan-Nya di depan umum (Mat 4:14-16), pelayanan penyembuhan-Nya (Mat 8:17), peranan-Nya selaku hamba Allah (Mat 12:17-21), ajaran-Nya dalam bentuk perumpamaan (Mat 13:34-35), peristiwa memasuki Yerusalem dengan jaya (Mat 21:4-5) dan penangkapan-Nya (Mat 26:56).
Pasal 5-25 (Mat 5:1--25:46) mencatat lima ajaran utama yang disampaikan oleh Yesus dan lima kisahan utama mengenai perbuatan-Nya yang besar sebagai Mesias. Lima ajaran utama itu adalah:
- (1) Khotbah di Bukit (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (2) pengarahan bagi orang yang diutus untuk berkeliling memberitakan Kerajaan itu (pasal 10; Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan tentang Kerajaan Allah (pasal 13; Mat 13:1-30);
- (4) sifat seorang murid sejati (pasal 18; Mat 18:1-35) dan
- (5) ajaran di Bukit Zaitun mengenai akhir zaman (pasal 24-25; Mat 24:1--25:46).
Lima kisah utama dalam Injil ini adalah:
- (1) Yesus mengerjakan tanda ajaib dan mukjizat, yang menegaskan tentang realitas kerajaan itu (pasal 8-9; Mat 8:1--9:38);
- (2) Yesus mempertunjukkan lebih lanjut adanya kerajaan (pasal 11-12; Mat 11:1--12:50);
- (3) Pengumuman kerajaan menimbulkan bermacam-macam krisis (pasal 14-17; Mat 14:1--17:27);
- (4) Yesus berjalan ke Yerusalem dan tinggal di situ pada minggu terakhir (Mat 19:1--26:46);
- (5) Yesus ditangkap, dihakimi, disalibkan dan bangkit dari antara orang mati (Mat 26:47--28:20). Tiga ayat yang terakhir dari kitab Injil ini mencatat "Amanat Agung" Yesus.
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai Injil ini.
- (1) Kitab ini merupakan Injil yang mencolok sifat ke-Yahudiannya.
- (2) Ajaran dan pelayanan Yesus di bidang penyembuhan dan pelepasan disajikan secara paling teratur. Karena hal ini, maka pada abad kedua gereja sudah mempergunakan Injil ini untuk membina orang yang baru bertobat.
- (3) Kelima ajaran utama berisi materi yang terluas di dalam keempat Injil yang mencatat pengajaran Yesus
- (a) selama pelayanan-Nya di Galilea dan
- (b) mengenai hal-hal terakhir (eskatologi).
- (4) Injil ini secara khusus menyebutkan peristiwa dalam kehidupan Yesus sebagai penggenapan PL jauh lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (5) Kerajaan Sorga\Kerajaan Allah disebutkan dua kali lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (6) Matius menekankan
- (a) standar-standar kebenaran dari Kerajaan Allah (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (b) kuasa kerajaan itu atas dosa, penyakit, setan-setan, dan bahkan kematian; dan
- (c) kejayaan kerajaan itu di masa depan dalam kemenangan yang mutlak pada akhir zaman.
- (7) Hanya Injil ini yang menyebutkan atau menubuatkan gereja sebagai suatu wadah yang menjadi milik Yesus di kemudian hari (Mat 16:18; Mat 18:17).
Full Life: Matius (Garis Besar) Garis Besar
I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11)
A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17)
B....
Garis Besar
- I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11) - A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17) - B. Kelahiran dan Pengungsian ke Mesir
(Mat 1:18-2:23) - C. Perintis Jalan Sang Mesias
(Mat 3:1-12) - D. Pembaptisan Sang Mesias
(Mat 3:13-17) - E. Pencobaan Sang Mesias
(Mat 4:1-11) - II. Pelayanan Mesianis Yesus di dan sekitar Galilea
(Mat 4:12-18:35) - A. Ringkasan Pelayanan yang Awal di Galilea
(Mat 4:12-25) - B. Ajaran tentang Kemuridan dalam Kerajaan
(Mat 5:1-7:29) - C. Kisahan I: Perbuatan-Perbuatan Luar Biasa dari Kerajaan
(Mat 8:1-9:38) - D. Ajaran tentang Pemberitaan Kerajaan
(Mat 10:1-42) - E. Kisahan II: Kehadiran Kerajaan
(Mat 11:1-12:50) - F. Ajaran tentang Rahasia Kerajaan
(Mat 13:1-58) - G. Kisahan III: Krisis Kerajaan
(Mat 14:1-17:27) - H. Ajaran tentang Keanggotaan dalam Kerajaan
(Mat 18:1-35) - III.Puncak Pelayanan Mesianis Yesus di Yudea/Perea dan Yerusalem
(Mat 19:1-26:46) - A. Perjalanan Yesus ke Yerusalem
(Mat 19:1-20:34) - B. Minggu Terakhir yang dilewatkan Yesus di Yerusalem
(Mat 21:1-26:46) - 1. Masuk Yerusalem dan Penyucian Bait Allah
(Mat 21:1-22) - 2. Perdebatan dengan Orang Yahudi
(Mat 21:23-22:46) - 3. Pengecaman terhadap ahli Taurat dan Orang Farisi
(Mat 23:1-39) - 4. Ajaran di Bukit Zaitun tentang Masa Depan Kerajaan
(Mat 24:1-25:46) - 5. Komplotan untuk Mengkhianati Yesus
(Mat 26:1-16) - 6. Perjamuan Terakhir
(Mat 26:17-30) - 7. Getsemani
(Mat 26:31-46) - IV. Yesus Ditangkap, Diadili dan Disalibkan
(Mat 26:47-27:66) - A. Yesus Ditangkap
(Mat 26:47-56) - B. Yesus Diadili
(Mat 26:57-27:26) - C. Yesus Disalibkan
(Mat 27:27-56) - D. Yesus Dikubur
(Mat 27:57-66) - V. Yesus Bangkit
(Mat 28:1-20) - A. Penemuan Luar Biasa Para Wanita
(Mat 28:1-10) - B. Saksi-Saksi Palsu
(Mat 28:11-15) - C. Amanat Tuhan yang Bangkit
(Mat 28:16-20)
Matthew Henry: Matius (Pendahuluan Kitab) Di hadapan kita terdapat,
I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari...
Di hadapan kita terdapat,
- I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari Alkitab kita, yang juga disebut kovenan baru, karena kata yang digunakan memiliki kedua makna tersebut. Sebenarnya, bila menyinggung tindakan dan perbuatan Kristus, sebagaimana dimaksudkan di sini, maka istilah yang paling tepat adalah wasiat (Inggris: testament), sebab Kristuslah sang Pemberi Wasiat itu, yang berlaku sah melalui kematian-Nya (Ibr. 9:16-17). Tidak seperti suatu kovenan, dalam wasiat tidak terdapat kesepakatan bersama antara pihak-pihak yang terlibat. Dalam wasiat, apa yang dijanjikan itu dianugerahkan, meskipun bersyarat, berdasarkan suatu kehendak, yakni kehendak bebas, maksud baik dari Sang Pemberi Wasiat. Seluruh anugerah yang terdapat di dalam kitab ini bersumber pada Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita. Karena itu, jika kita tidak mengakui Dia sebagai Tuhan kita, kita tidak dapat mengharapkan manfaat apa pun dari-Nya sebagai Juruselamat kita. Perjanjian ini disebut perjanjian baru, untuk membedakannya dari perjanjian yang diberikan Musa, namun bukan karena perjanjian Musa ini sudah tidak berlaku; juga untuk menyatakan bahwa perjanjian tersebut harus selalu baru, tidak menjadi usang dan ketinggalan zaman. Kitab-kitab Perjanjian Baru ini bukan saja memuat penemuan seutuhnya akan anugerah yang sudah nyata menyelamatkan semua manusia, tetapi juga merupakan sebuah sarana yang sah yang melaluinya anugerah itu disampaikan dan berdiam atas semua orang percaya. Sudah seyogyanyalah dengan cermat kita memelihara, dan dengan penuh perhatian serta sukacita kita membaca pesan dan wasiat terakhir seorang sahabat, yang melalui wasiat itu telah meninggalkan suatu warisan besar, dan bersama warisan ini pula telah mengungkapkan kasih-Nya yang mendalam kepada kita! Betapa terlebih mulianya wasiat yang diberikan Juruselamat kita yang terberkati itu, yang menjamin seluruh kekayaan-Nya yang tidak terkatakan bagi kita! Ini sungguh wasiat-Nya; meskipun wasiat itu, seperti umumnya surat wasiat, ditulis oleh orang lain (kita tidak memiliki bukti apa pun yang merupakan tulisan Kristus sendiri), namun Dia sendirilah yang menyatakannya; dan pada malam sebelum Ia mati, melalui perjamuan malam, Ia menandatangani, memeteraikan, dan mengumumkannya di hadapan dua belas orang saksi. Sebab, meskipun kitab-kitab ini baru ditulis setelah beberapa tahun kemudian, demi manfaat bagi generasi-generasi selanjutnya, in perpetuam rei memoriam – sebagai suatu peringatan abadi, Perjanjian Baru Yesus, Tuhan kita, sudah ditetapkan, dikukuhkan, dan diberitakan sejak kematian-Nya, sebagai sebuah wasiat lisan, yang tentangnya catatan-catatan dalam kitab-kitab tersebut memiliki kesamaan yang tepat. Hal-hal yang dituliskan oleh Lukas merupakan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara orang waktu itu (hal-hal yang diyakini secara pasti, KJV), dan karena itu sudah dikenal baik sebelum ia sendiri menuliskannya. Namun, ketika peristiwa-peristiwa itu dituliskan, tulisan tersebut melampaui dan menyisihkan tradisi lisan, dan tulisan-tulisan ini menjadi perbendaharaan Perjanjian Baru itu. Hal ini ditunjukkan juga dalam judul tambahan yang mengawali banyak salinan Perjanjian Baru bahasa Yunani, Tēs kainēs Diathēkēs Hapanta – Keseluruhan Perjanjian Baru, atau segenap hal mengenainya. Di dalamnya diungkapkan seluruh maksud Allah berkenaan dengan keselamatan kita (Kis. 20:27). Sama sebagaimana hukum Tuhan sempurna adanya, demikian pula halnya dengan Injil Kristus, dan tidak ada lagi yang ditambahkan kepadanya. Kita telah memiliki semuanya, dan tidak ada yang perlu dicari lagi.
- II. Di hadapan kita terdapat Keempat Injil. Injil berarti kabar baik, atau berita kesukaan; dan sejarah kedatangan Kristus ke dalam dunia untuk menyelamatkan orang berdosa ini jelas-jelas merupakan kabar terbaik yang pernah datang dari sorga ke atas bumi; malaikatlah yang memberikan sebutan kesukaan bagi berita itu (Luk. 2:10), Euangelizomai hymin – aku memberitakan kepadamu kesukaan besar; aku memberitakan Injil kepadamu. Nabi pun menubuatkannya (Yes. 52:7; 61:1). Di situ dinubuatkan bahwa pada hari kedatangan Mesias, kesukaan besar itu harus diberitakan. Kata Injil sepadan dengan kata Inggris Gospel yang berasal dari bahasa Sakson kuno [sebuah bahasa Germanik tua – pen.], yang berarti perkataan atau kata Allah (God’s spell atau God’s word); dan Allah dipanggil demikian karena Dia baik, Deus optimus – Allah yang mahabaik, dan karena itu kata Gospel bisa berarti suatu perkataan atau kata yang baik. Bila kita mengambil kata spell dalam artian yang lebih tepat, yaitu charm (carmen), “mantera,” dan memandangnya dari sisi baik, sebagai sesuatu yang menggerakkan dan memengaruhi, tepatnya lenire dolorem – untuk menenangkan hati, atau untuk mengubah hati supaya merasa takjub atau kasih, seperti hal-hal yang umum kita sebut memesonakan atau memikat hati, maka pengertian ini dapat diterapkan pada Injil; sebab di dalamnya sang pembaca mantra menyuarakan manteranya dengan bijak, sekalipun kepada ular tedung tuli (Mzm. 58:5-6). Begitu pula tidak seorang pun yang akan memikirkan adanya mantra lain yang memiliki kuasa seperti keindahan dan kasih Penebus kita. Segenap Perjanjian Baru adalah Injil atau kabar baik itu sendiri. Rasul Paulus menyebut Perjanjian Baru itu Injilnya, sebab ia adalah salah seorang pemberitanya. Alangkah indahnya jika kita juga menjadikannya sebagai Injil kita melalui sambutan hangat dan ketaatan kita terhadap Injil! Lazim keempat kitab yang memuat sejarah tentang Sang Penebus itu kita sebut keempat Injil, dan para penulisnya yang diilhami itu kita sebut pemberita Injil, atau penulis Injil; namun, sebutan ini tidaklah begitu tepat, karena sebutan pemberita Injil menunjuk kepada suatu golongan pengerja atau pelayan tertentu yang menjadi pembantu para rasul: “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun ... pemberita-pemberita Injil” (Ef. 4:11). Ajaran mengenai Kristus harus dijalin dengan, dan didasarkan pada, kisah tentang kelahiran, kehidupan, mujizat-mujizat, kematian, dan kebangkitan-Nya; sebab hanya dengan demikianlah doktrin tersebut tampak dalam terangnya yang paling jelas dan kuat. Seperti halnya dengan alam, demikian juga dalam anugerah, penemuan-penemuan yang paling membahagiakan adalah penemuan-penemuan yang timbul berdasarkan gambaran-gambaran tertentu dari halhal yang nyata. Sejarah alam merupakan filsafat terbaik; begitu pula dengan sejarah suci, baik Perjanjian Lama maupun Baru, adalah sarana kebenaran suci yang paling tepat dan mulia. Keempat Injil ini telah ada sejak awal Kekristenan dan telah diterima teguh oleh gereja mula-mula dan dibacakan dalam pertemuan-pertemuan ibadah Kristen, sebagaimana diungkapkan melalui tulisan-tulisan Justin Martyr dan Irenaeus, yang hidup satu abad lebih sedikit setelah kenaikan Kristus ke sorga; mereka menyatakan bahwa empat Injil sajalah, tidak lebih dan tidak kurang, yang diterima oleh gereja. Sekitar masa itu, keselarasan keempat pemberita Injil itu dihimpun oleh Tatian, dengan judul To dia tessarōn – Injil dari keempat Injil. Pada abad ketiga dan keempat muncul injil-injil lain yang dipalsukan oleh bermacam-macam sekte dan diterbitkan dengan menggunakan nama Petrus, ada lagi dengan nama Tomas, Filipus, dan seterusnya. Namun injil-injil ini tidak pernah diakui maupun dihargai oleh gereja, seperti dikatakan cendekiawan Dr. Whitby. Beliau mengajukan alasan tepat mengapa kita harus setia berpegang pada catatan-catatan tertulis ini, sebab tradisi, dengan pernyataan dan dalih apa pun yang terdapat di dalamnya, tidaklah mampu memelihara berbagai hal dengan pasti, dan hal ini pun telah kita ketahui dari pengalaman. Sebab, meskipun Kristus mengatakan dan melakukan banyak hal yang mengesankan, yang tidak tertulis (Yoh. 20:30;21:25), tradisi tidak menyimpan satu pun bagi kita, semuanya lenyap, kecuali apa yang tertulis [dalam keempat Injil – ed.]. Oleh karena itu, yang tertulis inilah, yang harus kita pegang; dan merupakan berkat Allah bahwa kita memilikinya untuk kita patuhi; itulah perkataan sejarah yang pasti.
- III. Di hadapan kita terdapat Injil menurut Matius. Penulisnya lahir sebagai orang Yahudi, dan bekerja sebagai seorang pemungut cukai, sampai Kristus memanggilnya, dan dia pun meninggalkan rumah cukai, untuk mengikut Dia. Dan penulis merupakan salah seorang yang menyertai-Nya, yang senantiasa datang berkumpul dengan ... Tuhan Yesus ... yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke sorga (Kis. 1:21-22). Oleh sebab itu, ia merupakan saksi yang dapat diandalkan sehubungan dengan apa yang telah dicatatnya di sini. Konon ia telah mencatat sejarah ini sekitar delapan tahun setelah kenaikan Kristus ke sorga. Banyak penulis zaman tersebut yang mengatakan bahwa ia menulisnya dalam bahasa Ibrani atau bahasa Aram; namun tradisi ini disangkal oleh Dr. Whitby secara meyakinkan. Tidak diragukan lagi Injil ini ditulis dalam bahasa Yunani, seperti halnya bagian-bagian lain dalam Perjanjian Baru. Jadi, bukan dalam bahasa yang khusus digunakan oleh orang-orang Yahudi, yang baik bait Allahnya maupun negaranya hampir berakhir pada masa itu, namun dalam bahasa yang umum bagi dunia dan yang melaluinya pengetahuan tentang Kristus akan tersiar dengan efektif kepada seluruh bangsa di dunia. Namun bisa saja ada kemungkinan terdapat edisi dalam bahasa Ibrani yang diterbitkan Matius sendiri pada saat yang sama ketika dia menulisnya dalam bahasa Yunani. Edisi bahasa Ibrani itu untuk orang Yahudi, sedangkan edisi Yunani ditulis untuk orang-orang non-Yahudi, ketika dia meninggalkan Yudea untuk memberitakan Injil kepada mereka. Marilah kita memuji Allah karena kita memiliki Injil ini, dan memilikinya dalam bahasa yang kita pahami.
Jerusalem: Matius (Pendahuluan Kitab) INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelio...
INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelion" atau "Injil"). Tiga buah kitab pertama dalam daftar Kitab-kitab Suci itu sangat serupa satu sama lain, sehingga dapat ditempatkan dalam tiga lajur yang sejalan dan dirangkum dengan sekilas pandang saja. Karena itulah ketiga kitab itu disebut : (injil-injil) sinoptik (diturunkan dari kata Yunani "sinopsis", artinya sekilas pandang).
Tradisi Gereja Kristen, yang sudah diketemukan dalam karangan-karangan yang ditulis dalam abad II, menyatakan bahwa masing-masing injil dikarang oleh Matius, Markus dan Lukas. Menurut tradisi itu Matius, seorang pemungut cukai yang termasuk dewan Kedua Belas Rasul Mat 9:9; 10:3, yang pertama menulis injilnya buat orang Kristen bekas Yahudi di Palestina. Karyanya yang ditulis dalam bahasa "Ibrani", yaitu Aram, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Yohanes Markus menyusun injilnya di Roma, sesuai dengan pengajaran agama yang diberikan Rasul Petrus. Yohanes Markus itu adalah seorang Kristen dari Yerusalem, Kis 12:12, yang membantu Paulus dalam karya kerasulannya, Kis 12:25;13:5, 13; Flm 24; 2Tim 4:11, dan juga Barnabas, Kis 15:37,39, pamannya, Kol 4:10. Sebagai "juru bicara" atau penterjemah" Markus juga membantu rasul Petrus, 1Ptr 5:13. Seorang murid lain Lukas, mengarang injil yang ketiga. Ia adalah seorang Kristen bekas kafir, Kol 4:10-14, dan dalam hal ini berbeda dengan Matius dan Markus. Ia berasal dari Antiokhia dan seorang tabib, Kol 4:14. Menurut pendapat sementara ahli Lukas menjadi teman seperjalanan Paulus waktu rasul itu menempuh perjalanannya yang kedua (Kis 16:10 dst) dan yang ketiga (Kis 20:5 dst). Iapun menyertai Paulus waktu dalam penahanan di Roma, baik untuk pertama kalinya, Kis 27:1 dst, maupun untuk kedua kalinya, 2Tim 4:11. Karena itu injil ketiga itu dapat dihubungkan dengan Paulus, bdk barangkali 2Kor 8:18, seperti injil Markus dihubungkan dengan Petrus. Lukas ini masih mengarang kitab lain lagi, yaitu Kisah Para Rasul. Baik injil kedua maupun injil ketiga langsung ditulis dalam bahasa Yunani.
Keterangan-keterangan tersebut yang diambil dari tradisi Gereja diteguhkan oleh penyelidikan masing-masing injil sendiri. Tetapi sebelum hal itu dikupas, baiklah terlebih dahulu dibahas hubungan ketiga injil itu satu sama lain ditinjau dari segi sastra. Ini lazimnya disebut sebagai "Masalah Sinoptik".
Masalah Sinoptik itu sudah dipecahkan oleh para ahli dengan macam-macam jalan. Masing-masing pemecahan yang diusulkan tidak mencukupi, tetapi semua mengandung kebenaran juga. Maka pemecahan-pemecahan yang bermacam-mecam itu dapat menolong untuk menyusun suatu keterangan menyeluruh tentang masalah itu. Mungkin sekali dan bahkan pasti bahwa ada suatu tradisi lisan bersama, yang dituliskan masing- masing penginjil dengan tidak bergantung satu sama lain, sehingga ada perbedaan- perbedaan dalam masing-masing karangan Tetapi tradisi bersama itu tidak dapat secukupnya menjelaskan mengapa ada begitu banyak kesamaan yang mengesankan antara ketiga injil itu sampai dengan hal-hal kecil dan dalam urutan bagian- bagiannya. Kesamaan semacam itu kiranya tidak mungkin kalau ketiga injil itu hanya berdasarkan ingatan saja, meski ingatan orang-orang timur di zaman dahulu sekalipun. Kesamaan yang ada itu lebih mudah diterangkan kalau ketiga injil itu berdasarkan satu atau beberapa tradisi tertulis. Tetapi kalau mau dipertahankan bahwa ketiga injil itu mengambil bahannya dari tradisi tertulis dengan tidak bergantung satu sama lain, maka sukar diterangkan mengapa kesamaan perbedaan antara ketiga injil tu memberi kesan bahwa ketiga penginjil saling mengenal, saling menuruti atau bahkan memperbaiki. Maka harus diterima bahwa ketiga injil, entah bagaimana, saling bergantung secara langsung. Jelaslah Lukas bergantung pada Markus. Tetapi kurang pasti bahwa Markus bergantung pada Matius, seperti dahulu lama sekali dianggap orang: ada banyak petunjuk bahwa ketergantungan kedua injil itu harus dibalikkan. Tidak begitu mungkin bahwa Matius langsung bergantung pada Lukas atau Lukas pada Matius. Memang ada kesamaan dan kesejajaran antara Matius dan Lukas, juga di mana kedua penginjil itu tidak menuruti Markus. Tetapi hal ini kiranya harus diterangkan dengan menerima bahwa Matius dan Lukas menggunakan satu atau beberapa sumber bersama, yang lain dari Injil kedua.
Untuk menerangkan duduknya perkara, kritik modern sudah mengajukan yang diistilahkan sebagai "teori kedua sumber". Sumber yang satu ialah Mrk; dalam bagian-bagian yang berupa cerita, Matius dan Lukas bergantung pada Markus. Sebaliknya, sabda dan wejangan (disebut sebagai "Logia") yang hanya sedikit sekali dalam Markus, oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber lain. Sumber ini tidak dikenal, tetapi dapat diandalkan; lazimnya diistilahkan sebagai "Q" (huruf pertama dari kata Jerman "Quelle" = Sumber). Meskipun nampaknya sederhana, namun secara menyeluruh teori itu tidak memuaskan, barangkali justru karena kesederhanaannya. Teori itu tidak secukupnya memperhatikan segala sesuatu yang perlu diperhatikan sehubungan dengan masalah yang mau dipecahkan. Baik Markus seperti ada sekarang, maupun sebagaimana disusun oleh pembela teori kedua sumber tersebut, tidak berhasil benar-benar memainkan peranan sebagai sumber, seperti dikatakan pendukung teori itu.
Memang jelaslah Markus kerap kali nampaknya lebih tua dari pada Matius dan Lukas, tetapi juga kebalikannya sering terjadi : Matius dan Lukas nampaknya lebih tua dari pada Markus. Ada kalanya Markus mempunyai ciri yang mencerminkan tahap perkembangan tradisi lebih jauh dari pada yang tercantum dalam Matius dan Lukas, misalnya kadang-kadang terasa pengaruh pikiran Paulus atau usaha untuk menyesuaikan tradisi asli dengan pembaca yang bukan keturunan Yahudi, sedangkan dalam Matius dan Lukas terdapat ciri ketuaan misalnya ungkapan yang berciri Yahudi atau yang mencerminkan keadaan lingkungan di dalam keadaan yang mendahului keadaannya sekarang?
Hipotesa tersebut didukung pertimbangan lain lagi. Ada kalanya Matius dan Lukas bersesuaian satu sama lain, pada hal berbeda dengan Markus dalam bagian-bagian Injil yang sejalan. Ini tidaklah mungkin, seandainya Matius dan Lukas langsung bergantung pada Markus seperti sekarang ada. Kesesuaian Matius dan Lukas satu sama lin itu kerap kali terdapat dan kadang-kadang kesesuaian itu benar-benar mengherankan. Kesesuaian Matius dan Lukas yang berlainan dari Markus itu hendak diterangkan begitu rupa, sehingga teori kedua sumber itu dapat terus dipertahankan juga. Dikatakan bahwa kesesuaian itu berasal dari penyalin- penyalin Kitab Suci, yang menyesuaikan Matius dan Lukas satu sama lain. Kalau demikian kritik teks dapat menghilangkan kesesuaian itu. Dikatakan pula bahwa penginjil-penginjil sendiri menghasilkan kesesuaian itu, dengan jalan sebagai berikut : baik Matius maupun Lukas dengan tidak saling mengenal secara sama memperbaiki teks Markus yang mereka gunakan, sebab teks itu mereka anggap kurang baik. Memanglah keterangan-keterangan semacam itu kadang-kadang berhasil menjelaskan kesesuaian antara Matius dan Lukas yang kedua-duanya menyimpang dari Markus. Tetapi pengandaian-pengandaian serupa itu itu tidak mungkin memecahkan seluruh masalah. Dengan memperhatikan segala unsur yang perlu diperhitungkan, kesesuaian antara Matius dan Lukas itu lebih mudah dapat diterangkan, dengan cara seperti yang disarankan di muka : Matius dan Lukas menggunakan injil Markus dalam keadaan lain dari yang tersedia sekarang. Agaknya injil Markus yang asli itu kemudian disadur lagi. Dan penyaduran kembali itulah yang memberi injil Markus ciri-ciri baru yang memantulkan perkembangan, tradisi lebih jauh. Inipun menyebabkan bahwa Matius dan Lukas berkesuaian satu sama lain, sedangkan berbeda dengan Markus seperti sekarang ada. Sebab Matius dan Lukas dua-duanya memaik teks Markus yang lebih tua dari pada teks saduran tersebut yang sekarang tercantum dalam Kitab Suci.
Sumber "Q" yang diandaikan oleh teori kedua sumber itu juga kurang memuaskan, sekurang-kurangnya sumber "Q" seperti disusun kembali para sumber dipulihkan dengan hasil yang sangat berbeda-beda. Maka tidak dapat diketahui dengan cukup pasti bagaimana sesungguhnya dokumen itu. Bahkan prinsip bahwa ada satu dokumen tidak pasti juga. Sebab "logia-logia" yang dikatakan berasal dari "Q" itu ditemukan dalam Matius maupun dalam Lukas, tetapi dengan cara yang begitu berbeda, sehingga orang mulai menduga adanya dua kumpulan "logia-logia", dan bukan hanya sebuah saja. Di satu pihak logia-logia yang terdapat dalam bagian tengah Luk, yang kadang-kadang disebut "Bagian Perea" (Luk 9:51 -- Luk 18:14), agaknya berasal dari satu sumber, sedangkan "logia-logia" yang ditemukan dalam bagian- bagian Lukas yang lain diambil dari sumber yang berbeda. Baik "Logia-logia" yang terkumpul dalam Lukas 9:51 -- Luk 18:14, maupun yang terdapat di bagian-bagian lain pada umumnya terdapat juga dalam Matius. Tetapi anehnya, logia-logia macam kedua ditemukan dalam Lukas dan Matius dengan urutan yang pada pokoknya sama, pada hal "logia-logia" macam pertama dalam Lukas merupakan suatu keseluruhan sedangkan dalam Matius tersebar dalam seluruh injilnya. Ada kesan bahwa logia-logia macam kedua ini oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber yang berbeda-beda. Sumber yang satu ialah sebuah kumpulan logia (yang oleh Vaganay disebut S = sources = sumber). Bagian terbesar itu oleh Lukas ditempatkan di bagian tengah injilnya (Luk 9:51 -- Luk 18:14), sedangkan oleh Matius dipisah-pisahkan sehingga "logia-logia" dari sumber itu tersebar dalam wejangan-wejangan Yesus yang disajikan Matius Sumber kedua ialah injil Matius dalam keadaan lain dari pada keadaan sekarang.
Memang sama seperti halnya dengan Markus, agaknya perlu diterima bahwa Matius dan Lukas juga pernah ada dalam keadaan lain dari pada keadaannya sekarang. Matius dan Lukas yang tercantum dalam Kitab Suci merupakan saduran dari injil- injil Matius dan Lukas yang sudah ada sebelumnya. Analisa Matius dan Lukas -- analisa itu di sini tidak dapat diadakan-membawa kepada kesimpulan bahwa sekurang-kurangnya Markus dan Matius menempuh tiga tahap perkembangan yang berturut-turut. Ada sebuah dokumen dasar, disusul redaksi pertama yang pada gilirannya disadur sampai ke redaksi yang kini tersedia. Dalam ketiga tahap itu Markus dan Matius saling berpengaruh dengan cara yang berbeda-beda, sehingga akhirnya muncul hubungan-hubungan literer, baik kesamaan maupun perbedaan, seperti sekarang ada. Redaksi Markus yang pertama agaknya terpengaruh oleh dokumen dasar Matius. Karena itu Markus mempunyai kesamaan dengan Matius, yakni di mana Markus bergantung pada dokumen dasar Matius itu: tetapi redaksi yang terakhir pada gilirannya mempengaruhi redaksi Matius yang paling akhir, sehingga redaksi Matius ini bergantung pada Markus. Pengaruh timbal-balik semacam itu nampaknya berbelit-belit dan tidak keruan. Memang demikianlah adanya, hanya begitu caranya untuk menjelaskan kenyataan yang berbelit-belit dan tidak keruan! Mustahilah secara sederhana dan mudah memecahkan masalah sinoptik.
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan sastra tersebut, dapat disusun suatu keterangan menyeluruh, yang walaupun tidak pasti namun sangat mungkin untuk menjelaskan keadaan ketiga injil pertama. Pada awal mula ada pewartaan lisan oleh para rasul yang berpusatkan pemberitaan atau Kerigma yang memberitakan wafat Yesus yang menebus dan kebangkitan Tuhan. Pewartaan yang ringkasannya terdapat dalam wejangan-wejangan Petrus, yang tercantum dalam Kis itu biasanya dibarengi cerita-cerita yang lebih terperinci. Mula-mula ada kisah sengsara yang agak segera diberi bentuk tetap, sebagaimana dibuktikan kisah sengsara yang ada dalam keempat injil, yang sangat sejalan: kemudian muncul cerita-cerita kecil mengenai riwayat hidup Yesus dengan maksud menyoroti kepribadianNya, perutusan kekuasaan dan pengajaranNya; cerita-cerita itu memuat suatu kejadian atau wejangan yang menarik, sebuah mujizat, sebuah pepatah, perumpamaan dan sebagainya. Kecuali para rasul ada juga orang lain yan gkhususnya bercerita, seperti misalnya "penginjil-penginjil" (salah satu karunia Roh Kudus khusus yang tidak hanya mengenai keempat penginjil kita; bdk Kis 21:8; Ef 4:11; 2 Tim 4:5). Orang-orang inipun menceritakan kenangan-kenangan injili dalam sebuah bentuk yang menjurus ke bentuk tetap karena terus terulang. Tidak lama kemudian, terutama waktu saksi-saksi dari permulaan mulai memikirkan penulisan tradisi itu. Kejadian-kejadian dan sebagainya yang mula-mula diceritakan tersendiri- tersendiri, cenderung menjadi kelompok, yang kadang-kadang disusun menurut urutannya dalam waktu (misalnya pada satu hari di Kapernaum, Mrk 1:16-39), kadang-kadang menurut urutan yang logis (lima pertikaian Mrk 2:1-3:6). Kelompok yang mula-mula kecil saja, kemudian dihimpun di dalam kelompok-kelompok lebih besar.
Salah seorang pengarang (dan tidak ada alasan mengapa tidak disebut rasul Matius sesuai dengan tradisi) lalu menggubah injil yang pertama. Di dalamnya terkumpul kejadian-kejadian dan perkataan-perkataan Yesus menjadi sebuah kisah terus- menerus yang merangkum seluruh karya Yesus, mulai dengan baptisanNya di sungai Yordan sampai dengan kebangkitanNya. Kemudian, sebuah kumpulan lain yang nama penyusunannya tidak kita ketahui, muncul di samping injil yang pertama itu. Di dalamnya terhimpun perkataan-perkataan Tuhan yang lain, ataupun perkataan- perkataan yang sama tapi dengan bentuk lain. Kedua karya yang tertulis dalam bahasa Aram itu, tidak lama kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani: ada berbagai terjemahan yang berbeda-beda. Dengan maksud menyesuaikannya dengan saudara-saudara beriman yang bukan keturunan Yahudi, injil pertama yang menurut hemat kami digubah oleh Matius, diberi rupa yang baru. Injil yang baru itu berupa sebuah dokumen dan menjadi titik pangkal tradisi Markus. Pada kedua bentuk injil asli yang berasal dari Matius itu boleh ditambahkan sebuah injil kuno lain. Injil itu ialah injil yang menjadi dasar bagi kisah-kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus yang tercantum dalam Lukas dan Yohanes. Dengan demikian ada empat dokumen-dasar, sebagai tahap pertama dari ketiga tahap pembentukan injil-injil sinoptik seperti disebut di atas. Keempat dokumen itu ialah : Mat Aram, Kumpulan logia-logia I (S). Mat yang baru dalam bahasa Yunani injil tentang Penderitaan dan Kebangkitan Yesus.
Dalam tahap kedua, keempat tulisan tersebut dipungut dan digabung satu sama lain dengan berbagai cara. Tradisi Mrk mengambil bahannya dari Mat pertama itu dan beberapa penyesuaian yang dialami injil itu, khususnya penyesuaian dengan orang- orang Kristen yang bukan Yahudi. Hanya pengolahan itu juga belum redaksi Mrk yang terakhir, seperti yang kita kenal. Redaksi Mrk yang pertama itulah yang dipakai Mat dan Luk dan yang mempengaruhi kedua penginjil itu. Di pihak lain tradisi Mat sudah menghasilkan redaksi baru dari Mat pertama. Di dalamnya tergabung injil Mat dan Kumpulan "logia-logia" (S). Penulis yang mengerjakan penggabungan itu bekerja dengan sangat teliti Perktaan-perkataan Yesus yang terhimpun dalam S disebarkannya dalam seluruh injilnya dan dengannya penulis menyusun wejangan-wejangan Yesus yang cukup luas. Tidak lama kemudian Lukas menangani karyanya. Dengan saksama Lukas menyelidiki segala sesuatunya yang sudah dikerjakan sebelumnya (Luk 1:1-4). Lalu dalam tahap pertama pekerjaannya - semacam pra-Luk-Lukas memanfaatkan dokumen (Mat dengan rupa baru) yang tertuju kepada orang-orang bukan Yahudi dan yang menjadi dasar bagi Mrk; di samping itu Lukas menggunakan Injil Mat yang sudah tergabung dengan S. Tetapi Lukas juga langsung mengenal Kumpulan S itu. Maka perkataan-perkataan yang terhimpun dalam S itu oleh Lukas kelompok ditempatkan di bagian tengah injilnya, sehingga tidak disusun kembali seperti yang diperbuat Mat. Terutama dalam kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus, Lukas menggunakan sebuah tulisan lain lagi, yang juga dipakai oleh injil keempat. Itu menyebabkan adanya kesamaan besar antara Luk dan Yoh dalam kisah tentang Penderitaan dan Kebangkitan, sedangkan Luk (dan Yoh) berbeda sekali dengan Mrk dan Mat. Redaksi Luk yang pertama itu (pra-Luk) belum mengenal Mrk, juga dalam redaksi Mrk yang kedua tidak. Baru kemudian Luk memanfaatlam pra-Mrk itu untuk melengkapi injilnya. Dan dengan demikian kita sampai kepada tahap penyusunan injil-injil sinoptik yang ketiga.
Dalam tahap terakhir ini injil yang berasal dari tradisi Mat secara mendalam diolah dan disadur kembali dengan pertolongan Mrk. Hanya Mrk itu bukanlah redaksi Mrk yang kita miliki, melainkan redaksi dahulu yang disebut di muka sebagai tahap kedua dalam penggubahan injil-injil sinoptik. Hanya redaksi Mrk pertama itu juga disadur dan penyadur itu memperhatikan juga redaksi Mat yang mendahului redaksi terakhir. Barangkali ia juga memanfaatkan redaksi Luk yang pertama dan pasti terpengaruh oleh Paulus. Adapun redaksi Luk yang terakhir memanfaatkan redaksi Mrk yang sudah dipergunakan Mat. Dalam rangka redaksi Luk yang pertama disisipkan beberapa bagian dari Mrk (Luk 4:31-6:19; 8:4-9:50; 18:15-21:38). Penyisipan itu benar-benar sebuah tahap dalam karya Luk yang baru kemudian ditempuh. Ini dibuktikan oleh kenyataan bahwa Luk tidak mengambil bahan dari Mrk, bila bahan yang sama, meskipun dengan bentuk lain, sudah dipungutnya dari sumber Mat atau S yang telah dipakainya. Perlu ditambah pula bahwa Lukas sama dengan Mat dan lebih dari Mat memanfaatkan sumber-sumber khusus yang ditemukannya berkat penyelidikan saksama yang diadakannya (Luk 1:3). Dari sumber-sumber khusus itu dipungutnya kisah masa muda Yesus dan beberapa mutiara yang membuat Luk menjadi sebuah injil yang tidak boleh tidak ada disamping Mrk dan Mat (Orang Samaria yang murah hati, Marta dan Maria, Perumpamaan anak yang hilang. Perumpamaan anak yang hilang, Perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai, dan lain-lain.
Pandangan mengenai kejadian ketiga injil sinoptik, seperti yang disajikan di atas, menghormati serta menggunakan keterangan-keterangam yang disampaikan oleh tradisi dengan hanya memerincikannya lebih jauh. Tetapi tak mungkin lagi menentukan dengan tegas tanggal dituliskannya masing-masing injil. Dan tradisi tidak memberikan petunjuk tegas mengenai masalah itu. Mengingat jangka waktu yang perlu untuk perkembangan tradisi lisan boleh diduga bahwa penggubahan injil paling dahulu dan baru kemudian penggubahan Kumpulan Pelengkap, mungkin terlaksana antara tahun 40 dan 50. Waktu ini bahkan pasti, seandainya dapat dibuktikan bahwa surat-surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika yang ditulis sekitar tahun 51/52 menggunakan wejangan Yesus mengenai akhir zaman yang tercantum dalam injil pertama. Markus tentunya mengarang injilnya menjelang akhir hidup Petrus (begitu dikatakan oleh Klemens dari Aleksandria) atau beberapa waktu setelah Petrus mati (begitu dikatakan oleh Irenus) Kalau demikian maka injil kedua harus dikarang sekitar tahun 64, atau paling sedikit sebelum tahun 70, sebab rupanya Mrk belum tahu tentang kemusnahan Yerusalem. Karya Mat (Yunani) dan Luk menyusul Mrk. Tetapi sukar ditentukan waktu lebih lanjut. Injil Lukas mendahului Kisah Para Rasul, Kis 1:1, tetapi waktu Kis juga kurang pasti (bdk Pengantar Kis) dan tidak memberi pegangan yang kokoh-kuat. Hanya baik Mat maupun Luk kiranya tidak tahu tentang kemusnahan Yerusalem (bahkan Luk 19:42-44; 21:20-24 tidak, sebab di sini hanya dipakai cara bicara yang lazim pada para nabi). Tetapi boleh jadi kedua injil itu mendiamkan kemusnahan Yerusalem itu untuk memberi kesan tua dan karena mau menghormati sumber-sumbernya. Kalau demikian maka waktu dituliskannya kedua injil itu boleh ditunda sampai sekitar tahun 80. Tetapi boleh jadi juga bahwa kedua penginjil itu benar-benar tidak tahu-menahu tentang kejadian itu, sehingga karya mereka harus ditempatkan sebelum tahun 70.
Tetapi bagaimanapun juga, asal-usul rasuli, entah secara langsung entah secara tak langsung, dan caranya ketiga injil sinoptik terbentuk menjamin nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historis" itu perlu dipahami. Oleh karena berasal dari perwataan lisan yang berawal pada permulaan jemaat purba, maka ketiga injil itu berdasarkan jaminan yang diberikan oleh orang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan segalanya. Sudah barang tentu baik para rasul maupun pewarta injil lain tidak pernah bermaksud menceritakan "sejarah", sebagaimana istilah itu dipahami oleh ahli ilmu sejarah. Maksud mereka bukan maksud profan melainkan teologis. Mereka berbicara untuk mengajak orang bertobat, untuk membina, menanamkan iman dalam hati dan meneranginya atau untuk membela kepercayaan Kristen terhadap para lawan. Tetapi mereka berbuat demikian berdasarkan kesaksian benar yang dapat dikontrol, sebagaimana dituntut baik oleh ketulusan hati nurani mereka sendiri maupun oleh usaha mereka supaya tidak memberi peluang pihak lawan untuk menyerang. Para penggubah injil yang kemudian mengumpulkan kesaksian-kesaksian para pewarta injil itu berbuat demikian dengan obyektivitas jujur yang sungguh menghormati sumber-sumbernya. Ini cukup terbukti oleh kesederhanaan dan ciri usia tua karya-karya mereka, di mana tidak banyak terdapat perkembangan ajaran Kristen di zaman kemudian, misalnya dari perkembangan teologi Paulus; dan sama sekali tidak terdapat dalam ketiga injil sinoptik cerita-cerita yang merupakan buah daya khayal belaka yang kurang masuk akal, sebagaimana banyak terdapat dalam injil-injil apokrip. Walaupun ketiga injil Sinoptik bukan buku "ilmu sejarah" namun maksudnya ialah memberitakan apa yang sungguh-sungguh terjadi.
Namun demikian ciri historis semacam itu belum juga berarti bahwa segala kejadian dan semua perkataan yang dipaparkan berupan sebuah laporan atau rekaman tepat mengenai apa yang dikatakan atau apa yang terjadi. Ketepatan semacam itu tidak boleh diharapkan seperti yang terjadi pada setiap kesaksian manusiawi, apa lagi kalau kesaksian itu disampaikan dari mulut ke mulut. Dan kenyataan injil sendiripun mengingatkan bahwa pendekatan semacam itu tidak tepat. Sebab kita lihat dalam injil-injil sinoptik bahwa cerita atau perkataan yang sama disampaikan dengan cara yang berbeda-beda. Dan apa yang harus dikatakan tentang masing-masing bagian, lebih lagi harus ditekankan sehubungan dengan urutan dan susunan kejadian dan perkataan dalam masing-masing injil. Urutan itu jelas berbeda dalam masing-masing injil, dan begitupun dapat dinantikan mengingat bagaimana injil-injil itu disusun. Unsur-unsurnya mula-mula diceritakan tersendiri, kemudian lama-kelamaan dikumpulkan dan dikelompokkan, didekatkan satu sama lain, atau dilepaskan yang satu dari yang lain atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang lebih memperhatikan logika dan sistematik dari pada urutan waktu. Harus diterima bahwa banyak kejadian dan perkataan dalam injil-injil sudah dilepaskan dari tempat di mana atau dikatakan terjadi dan dari rangka waktu aslinya. Salah benar orang yang secara harafiah mengartikan kata penghubung dan ungkapan seperti : kemudian, selanjutnya, lalu, pada waktu itu, dan sebagainya. Tetapi kesemuanya itu tidak merugikan sedikitpun kewibawaan kitab-kitab yang diinspirasikan itu bagi kepercayaan Kristen. Kalau ternyata Roh kudus tidak mendorong ketiga juru-bicaranya itu menjadi sejiwa dan sehati bahkan seragam dalam hal-hal terperinci, maka sebabnya ialah : Roh Kudus tidak menganggap penting bagi kepercayaan, bahwa ada keseragaman materiil semacam itu. Bahkan Roh Kudus menghendaki perbedaan-perbedaan dalam kesaksian. Heraklitus mengatakan : "Kesepakatan diam-diam lebih bernilai dari kesepakatan jelas". Sebuah kejadian yang disampaikan kepada kita melalui tradisi-tradisi yang berbeda-beda dan malah tidak berkesesuaian satu sama lain (misalnya tradisi- tradisi mengenai penampakan-penampakan Yesus yang dibangkitkan dari alam maut) pada pokoknya mendapat suatu isi dan keteguhan yang tidak dapat diberikan oleh berita-berita yang seluruhnya sama bunyinya, tetapi hanya berupa pemberitahuan dan laporan belaka. Dan kalau perbedaan dalam kesaksian tidak hanya disebabkan oleh nasib yang dialami setiap kesaksian, karena disampaikan dari mulut ke mulut, tetapi juga oleh perubahan-perubahan yang disengaja, maka hal inipun masih membawa manfaat juga. Tidak boleh diragukan, bahwa para penggubah injil dengan sengaja menyajikan berita-beritanya dengan cara yang berlain-lainan. Dan sebelum penggubah injil, tradisi lisan sudah menyampaikan bahannya sambil menafsirkannya dan menyesuaikannya dengan keperluan-keperluan kepercayaan Kristen yang hidup dan yang justru diteruskan oleh para penginjil. Tetapi turun tangan jemaat Kristen dalam bentuk tradisinya terjadi di bawah bimbingan mereka yang bertanggung-jawab. Dan hal itu tak perlu membingungkan kita, tetapi sebaliknya sangat menguntungkan kita. Sebab jemaat itu tidak lain kecuali Gereja dan orang-orang yang bertanggung-jawab tersebut merupakan "wewenang mengajar" yang pertama. Roh Kudus yang pada waktunya menginspirasikan para penginjil sudah mengetuai segenap karya pengolahan yang mendahului injil tertulis. Roh itu membimbing pengolahan itu sesuai dengan perkembangan kepercayaan dan Iapun menjamin hasil pengolahan itu dengan karunia "tidak dapat sesat", yang tidak mengenai kejadian-kejadian sebagai kejadian belaka, tetapi berita rohani yang terkandunt dalam kejadian. Dengan jalan itu Roh Kudus menyediakan makanan yang dapat dinikmati oleh kaum beriman. Dan Roh Kuduslah yang memberi kepada ketiga penginjil Sinoptik suatu karunia khusus untuk menyajikan kabar yang sama dengan cara yang merupakan milik khas masing-masing penginjil.
Injil Karangan Matius
Cahaya iman tersebut dan garis-garis besar Mrk mudah diketemukan kembali dalam injil karangan Matius. Tetapi tekanannya berbeda. Rangka Mat berlainan dari rangka Mrk dan lebih berbelit-belit. Ada lima "buku" kecil yang susul- menyusul; masing-masing terdiri atas sebuah wejangan yang didahului dan disiapkan dengan beberapa kejadian yang dipilih dengan tepat. Bersama dengan kisah masa muda Yesus dan kisah sengsara kebangkitan kelima "buku" tersebut menjadi suatu keseluruhan seimbang yang terbagi menjadi tujuh bagian. Boleh jadi kerangka susunan tersebut berasal dari injil Matius dalam bahasa Aram, sebagaimana juga masih terdapat dalam Mrk. Bagaimanapun juga kerangka itu tampil jelas dalam Mat Yunani dengan lebih lengkap menyajikan pengajaran Yesus dengan menekankan "Kerajaan Sorga" sebagai pokok utama, Mat 4:17+. Injil Mat itu boleh dikatakan sebuah "drama" tujuh bab mengenai kedatangan Kerajaan Sorga :
1) persiapannya dalam Mesias yang masih kanak-kanak, 1-;
2) pemakluman rencana Kerajaan Sorga kepada rakyat dan murid dalam "khotbah di Bukit", 3-7;
3) pewartaan Kerajaan itu oleh para utusan yang sama seperti Yesus mengerjakan mujizat-mujizat sebagai "tanda-tanda" yang meneguhkan perkataan mereka; sebuah wejangan khusus memberikan kepada para utusan itu petunjuk-petunjuk sehubungan dengan perutusan mereka, yaitu "Wejangan Perutusan", 8-1;
4) Kerajaan Sorga tidak dapat tidak menghadapi hambatan-hambatan dari pihak manusia, sesuai dengan tata laksana dalam kerendahan dan persembunyian yang dikehendaki Allah, sebagaimana diutarakan dalam "Wejangan Perumpamaan- perumpamaan", Mat 11:1-13:52;
5) permulaan Kerajaan Sorga dalam sekelompok murid yang dikepalai oleh Petrus dan yang merupakan pangkal Gereja yang tata tertibnya dibentangkan dalam "Wejangan perihal Jemaat" Mat 13:53-18:35;
6) kemelut yang menyiapkan kedatangan Kerajaan Sorga yang depinitip; kemelut itu ditimbulkan oleh perlawanan yang semakin sengit dari pihak para pemimpin Yahudi dan dinubuatkan dalam "Wejangan tentang akhir zaman". 19-2;
7) Kedatangan Kerajaan Sorga melalui sengsara dan kemenangan ialah Sengsara dan Kebangkitan Yesus, 26-28.
Kerajaan Allah (= Sorga yang harus menegakkan Pemerintahan yang berdaulat di tengah-tengah manusia yang akhirnya mengakui Allah sebagai Raja, mengabdi dan mencintaiNya itu, sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Maka Matius yang menulis di tengah-tengah orang Yahudi dan Yesus serta karyaNya Kitab Suci digenapi. Pada tiap-tiap titik balik injilnya, Matius mengutip Perjanjian Lama dengan maksud memperlihatkan bahwa Hukum Taurat dan para Nabi digenapi, artinya: tidak hanya dilaksanakan, tetapi juga dibawa ke kesempurnaan yang memahkotai dan melampauinya. Mat mengutip Perjanjian Lama sehubungan dengan Yesus sendiri untuk menyatakanNya sebagai keturunan Daud, Mat 1:1-17, yang lahir dari seorang perawan, Mat 1:23, di kota Betlehem Mat 2:6; hendak menggaris bawahi tinggalNya di negeri Mesir dan menetapkanNya di kota Kapernaum, Mat 4:14-16, serta masukNya ke Yerusalem sebagai Mesias, Mat 21:5, 16. Mat juga mengutip Kitab Suci sehubungan dengan karya Yesus : mujizat-mujizatNya dengan menyembuhkan orang sakit, Mat 11:4-5, pengajaranNya mengenai "penggenapan" hukum Taurat, Mat 5:17 yang terdiri atas peningkatan hukum Taurat, Mat 5:21-48; 19:3-9; 16:21. Tetapi Mat tidak kurang menonjolkan bahwa perendahan diri Yesus dan kegagalan karyaNya juga menggenapi Kitab Suci pula : pembunuhan atas kanak-kanak di Betlehem, Mat 2:17 dst, masa muda Yesus yang bersembunyi di Nazaret, Mat 2:23, kelembutan hati Sang Hamba yang berbelaskasih, Mat 12:17-21; bdk Mat 8:17; 11:29; 12:7; murid-murid yang meninggalkanNya, Mat 26:31, pengkhitanan demi sejumlah uang yang menertawan, Mat 27:9- 10, penahan Yesus, Mat 26:54, penguburanNya untuk jangka waktu tiga hari, Mat 12:40. Kesemuanya itu sesuai dengan rencana Allah sebagaimana terungkap dalam Kitab Suci. Demikianpun halnya dengan ketidak-percayaan orang Yahudi. Mat 13:13-15, yang lekat pada adat istiadat manusiawi, Mat 15:7-9, dan yang hanya dapat diberi pengajaran pengajaran rahasia berupa perumpamaan, Mat 13:14-15, 35; semuanya dinubuatkan dalam Kitab Suci. Tentu saja injil-injil sinoptik lainpun menggunakan Kitab Suci sebagai pembuktian, tetapi kiranya diambil dari Mat Aram, sedangkan Mat Yunani menonjolkan dan mengembangkan pembuktian alkitabiah itu begitu rupa sehingga menjadi ciri khas injilnya. Bersama dengan susunan sistematik justru ciri alkitabiah tersebut menjadikan karya Matius sebuah "Piagam" tata penyelamatan baru yang menggenapi rencana Allah melalui Kristus : Yesus adalah Anak Allah, hal mana lebih ditekankan oleh Mat dari pada oleh Mrk, 14:33; 16:16; 22:2; 27:40, 43; pengajaranNya merupakan Hukum Baru yang menggenapi yang lama; Gereja yang dilandaskanNya atas Petrus, sedangkan Ia sendiri menjadi batu sendinya yang telah dibuang oleh para pembangun, Mat 21:42, tidaklah lain dari jemaat Mesias yang melanjutkan Jemaat Perjanjian Lama sementara memperluas jemaat lama sampai merangkum bangsa manusia seluruhnya, oleh karena Allah telah mengizinkan bahwa mereka yang pertama dipanggil ditolak, Mat 23:34-38; bdk Mat 10:5-6, 23; 15:24, dengan maksud membuka jalan penyelamatan bagi sekalian bangsa, Mat 8:11-12; 21:33-46; 22:1-10; bdk 12:18, 21; 28:19. Dapat dipahami mengapa injil Mat yang lebih lengkap, lebih baik tersusun dan ditulis dalam bahasa yang lebih baik dari bahasa Mrk, walaupun kurang sedap itu, oleh Gereja semula disambut dengan lebih baik dan dipergunakan dengan lebih leluasa dari pada kedua injil sinoptik lain.
Ende: Matius (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan ...
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan sebagai tertulis oleh Rasul Mateus. Terdapat kutipan-kutipan dari padanja sudah dalam abad pertama, misalnja dalam buku ketjil peladjaran agama jang berdjudul "Didache", dalam surat Bapa Sutji Klemens dari Roma kepada umat Korintus, dan didalam surat-surat termashur Ignatius Martir, uskup Antiochia.
Mengenai pribadi dan riwajat hidup Mateus kita tahu sedikit sadja. Satu-satunja peristiwa tentangnja didalam Kitab Kudus, ialah peristiwa panggilannja, jang ditjeritakan olehnja sendiri dalam 9:9-13, oleh Markus dalam karangan Indjilnja 2:13-17 dan oleh Lukas dalam 5:27-32. Selain itu hanja disebut namanja dalam daftar nama semua rasul. Didalam tjeritera panggilannja ia sendiri menjebut dirinja Mateus, sedangkan Markus dan Lukas menamakannja Levi. Diduga bahwa nama aslinja Levi dan kemudian sebagai rasul ia disebut Mateus.
Dari ketiga tjeritera tersebut kita ketahui, bahwa bapanja Alfeus, dan sebelum dipanggil oleh Jesus ia seorang pemungut bea di Kafarnaum, agaknja sebagai pegawai Herodes. Dalam daftar nama segala rasul (10:5) ia menamakan dirinja ,Mateus, pemungut bea". Djulukan itu bukan gelaran kehormatan, melainkan sebaliknja pangkat pemungut bea sangat dipandang hina oleh orang Jahudi jang "saleh". Mereka digolongkan pada kaum pendosa dan terasa tak halal bergaul agak erat dengan mereka, misalnja makan semedja dengan mereka. Itu antara lain kita batja dalam Mt. 9:11; Mk. 2:16; Lk. 5:30. Dan memang ada alasan untuk bersikap demikian terhadap mereka. Sebab rupanja kebanjakan mereka tidak djudjur, memperkaja dirinja dengan menuntut bea lebih banjak dari pada jang ditentukan dengan resmi. Mengenai hal itu baik batjalah amanat Joanes Pemandi kepada mereka dalam Lk. 3:12-13. Rupanja Zacheuspun, dalam berita Lk. 19:3-10, termasuk golongan jang kurang djudjur itu, sebelum ia bertemu dengan Jesus. Perhatikanlah chususnja ajat Lk. 19:8. Tetapi orang Jahudi chususnja kaum parisi jang menganggap dirinja golongan jang paling saleh, terlalu menjamaratakan. Bahwa ada banjak pemungut bea, jang djudjur dan luhur hati sudah njata sekali dalam tjatatan Mk. 2:15, bahwa sedjumlah besar pemungut bea dan "orang berdosa" turut makan bersama dengan Jesus sebab banjak dari antara mereka sudah mengikuti Jesus. Tentu sadja Mateuspun termasuk golongan ini dan sebab itu sudah mengenal Jesus dan Jesus mengenal dia, sebelum ia dipanggil mendjadi rasul. Dan bahwa ia tidak lekat pada barang duniawi, dan benar-benar menaruh tuntutan pertama untuk masuk kedalam Keradjaan Allah, jaitu roh kemiskinan, terang sekali sebab ia segera bangun meninggalkan segalanja dan mengikuti Jesus. Dan bukan sedikit jang ditinggalkannja, jaitu pangkat jang ringan pekerdjaannja dan banjak penghasilannja, djuga kalau dilakukan dengan djudjur, dan lagipun ia tentu tjukup kaja, sebab mampu mengadakan suatu perdjamuan "besar" (Lk. 5:29) bagi Jesus dan para pengiringnja dan sedjumlah besar undangan-undangan lain lagi.
Tentang hidup Mateus sesudah Pentekosta kita tahu sedikit dari riwajat lisan jang dapat dipertjajai. Menurut itu ia mengadjar dahulu di Palestina dan disinipun menulis Indjilnja, lalu pergi menjebarkan Indjil kepada bangsa-bangsa bukan Jahudi. Seorang murid rasul-rasul bemama Papias telah menulis kira-kira dalam tahun 125, bahwa Mateus telah mengumpulkan setjara teratur "sabda-sabda" Jesus, dalam bahasa lbrani (Aramea), dan Esebius, seorang penulis sedjarah Geredja jang terkemuka, menulis sekitar tahun 300, bahwa Mateus pertama-tama mengadjar orang sebangsanja di Palestina, dan sebelum meninggalkan mereka untuk mengadjar bangsa-bangsa lain, ia mewariskan kepada mereka, sebagai pengganti kehadirannja sendiri, karangan Indjil tertulis dalam bahasa nenek-mojang mereka.
Karangan asli dalam bahasa Aramea itu diduga ada tertulis antara tahun 40 dan 50, dan 10 atau 20 tahun kemudian, sudah diterdjemahkan kedalam bahasa Junani. Menurut Papias beberapa "orang lain menterdjemahkannja, masing-masing sekedar kemampuannja". Djadi waktu Papias sudah ada beberapa terdjemahan, jang agak berbeda satu sama lain. Satu dari terdjemahan-terdjemahan itu kemudian diterima dengan resmi oleh Geredja purba, sebagai karangan Mateus dan sebagai termasuk Kitab Kudus. Menurut keterangan Geredja agak resmi, terdjemahan ini dalam keseluruhannja, jaitu mengenai isinja tjotjok dengan aslinja, demikian rupa sehingga Mateus harus dinamakan pengarangnja. Menurut Papias, Mateus telah mengumpulkan "logia-logia" Jesus. "Logia" itu biasa diterdjemahkan dengan "sabda", tetapi sekurang-kurangnia dewasa itu, arti kata itu lebih luas, sehingga perbuatan-perbuatan dan peristiwa-peristiwa hidup Jesus termasuk padanja djuga.
Rupa-rupanja penterdjemah agak erat mengikuti teks asli, tetapi ada sardjana jang berpendapat atau menduga, bahwa ia sana-sini mengubah susunan asli dan menambah pula bahan dari sumber-sumber jang lain. Soal-soal ilmiah itu tidak mengenai hakekat Indjil dan tidak penting bagi kita. Bagi kita tjukup kepastian, bahwa seluruh karangan Indjil jang kita punjai dalam Kitab Kudus, terdjamin kebenarannja sebagai wahju Allah dan diilham oleh Roh Kudus, oleh djabatan Geredja jang resmi.
Mengenai bahasa dan gaja bahasa, penterdjemah bekerdja dengan sangat bebas. Itu terang sebab bahasanja Junani murni sekali dan rapih teratur menurut tatabahasa Junani. Gaja-bahasapun pada umumnja tidak berbeda dengan jang lazim dewasa itu pada orang Junani. Bahasanja sederhana, tetapi barus dikatakan elok djuga.
Namun demikian masih terdapat bekas-bekas karangan asli berbabasa Aramea djuga, seperti istilah-istilah dan ungkapan-ungkapan Aramea jang tidak diterdjemahkan, lain jang diterangkan artinja dalam bahasa Junani, lain pula jang diterdjemahkan kata-demi-kata, sehingga tetap bertjorak bahasa Jahudi. Hal-hal itu mengesankan, bahwa karangan asli berbahasa Aramea benar. Tetapi jang lebih djelas membuktikan, sepandjang karangan, bahwa pengarang asli sungguh-sungguh seorang Jahudi tulen jang hidup di Palestina, ialah pengetahuannja jang teliti dan luas tentang keadaan dan suasana hidup ditanah itu. Itu misalnja mengenai hal-hal ilmu-bumi, tjorak-tjorak alam, kehidupan keagamaan dan kemasjarakatan, adat-istiadat, partai-partai dan masalah-masalah politik. Pun tentang hal-hal keuangan, dan dalam itu kita barangkali melihat seorang bekas pemungut bea.
Tentang susunan karangan
Tidak seorangpun dari pengarang-pengarang Indjil bermaksud menulis suatu buku sedjarah atau riwajat hidup Jesus. Mateus kurang lagi dari pada pengarang- pengarang jang lain. Ia memang mulai dengan kelahiran Jesus dan mengachirinja dengan wafat dan kebangkitan Jesus, tetapi selain dalam garis besar itu, ia sedikit sekali mengindahkan urutan waktu dalam menjusun pengadjaran-pengadjaran Jesus atau peristiwa-peristiwa jang ditjeritakannja. Njatalah rentjananja menulis satu buku peladjaran agama jang djelas dan mengesankan, tentu sadja sebagai ringkasan pengadjarannja sehari-hari bagi umat. Sebab itu ia mengumpulkan sabda-sabda dan adjaran-adjaran Jesus, jang agak sama isi dan tudjuannja, sehingga mendjadi satu pengadjaran (chotbah) agak pandjang. Demikian misalnja dalam 4:12-7:29; 13: 1-58;19:1-20:34.
Tak lain sikapnja terhadap mukdjizat-mukdjizat atau peristiwa-peristiwa jang lain. la menghubung dengan memandang isi dan tudjuannja. Ia mengindahkan hanja adjaran jang terkandung didalamnja dan sebab itu tjeritera-tjeriteranja pada umumnja ringkas sadja dengan menondjolkan intinja berupa adjaran itu. Haruslah kita perhatikan tjara bekerdja Mateus itu, supaja djangan kita ragu-ragu atau keliru, kalau kita menemukan bahwa tempat dan waktu peristiwa-peristiwa jang diriwajatkan Mateus tidak tjotjok dengan karangan-karangan Indjil lain. Demikian pula harus diperhatikan, bahwa kata-kata penghubung waktu, seperti misalnja "lalu", "kemudian", pada hari (masa) itu" sebenarnja tidak dimaksudkan sebagai penghubung waktu, melainkan merupakan "awal kata" sadja, jaitu unsur gaja bahasa primitip jang tidak berarti, seperti umpamanja dalam bahasa kita dahulu "arkian", "sebermula" dan lain-lain.
Tudjuan karangan Mateus
Telah ditundjuk, bahwa susunan karangan Mateus kurang bersifat sedjarah. Tetapi dalam satu hal ia lebih berwudjud sedjarah dari karangan-karangan lain, jaitu dalam menundjukkan lebih tegas, bahwa Perdjandjian Baru adalah landjutan langsung dan wadjar dari Perdjandjian Lama, malah penjelesaiannja dan bahwa kedua-duanja merupakan satu sedjarah atau djalan penjelamatan manusia, menurut rentjana Allah dari kekal.
Tudjuan chusus pula, dan boleh dikatakan jang utama seluruh karangan, ialah membuktikan, bahwa "Jesus dari Nazaret" benar-benar Mesias jang dinubuatkan sifat-sifat 2dan nasibnja dalam nubuat-nubuat para nabi. la membuktikan itu dengan kutipan-kutipan dari Kitab Kudus sendiri. Sebab itu kita bertemu dengan begitu banjak kutipan-kutipan dari Perdjandjian Lama. Itu tentu pertama-tama bagi umat-umat sendiri, untuk mejakinkan dan menginsjafkan mereka lebih tegas, guna meneguhkan imannja dan menabahkan hatinja terhadap serangan-serangan dari pihak kaum sebangsanja jang belum pertjaja. Mereka terus-menerus, diperolok- olokkan Jahudi kolot itu, diumpat-umpat malah dikutuk seolah-olah mereka telah murtad dari Allah. Tetapi disamping itu Mateus mengharap lagi dengan tulisannja dapat mejakinkan orang-orang baik jang belum sampai pertjaja dan bertobat pula, ataupun tjalon-tjalon jang masih beladjar.
Ada satu persoalan lagi, jang sudah sewadjarnja dan tentu sadja tidak sedikit mengganggu pemikiran dan ketenteraman hati umat muda, maupun tjalon-tjalon jang hendak masuk dan orang-orang lain jang berminat pula, jakni bagaimana mungkin, djustru kalangan-kalangan atasan dan jang tjendekia, seperti para ahli taurat, lagipun orang-orang parisi jang terkenal sebagai golongan jang paling saleh, tidak mengenal Jesus sebagai Mesias, malah bulat menolaknja. Bergandengan pula dengan itu, bagaimana boleh dibiarkan oleh Allah, bahwa kaum Israel, kaum terpilih jang dalam keseluruhannja diberi djandji akan mewarisi Keradjaan Mesias tidak menerimanja. Mateus memberi djawaban jang terang sepandjang seluruh karangan. Inti djawaban itu jakni: nasib mereka adalah akibat kesalahan mereka sendiri. Allah sudah dari kekal mengetahui ketegaran hati mereka, telah menjatakannja dalam nubuat-nubuat para nabi, dan memperhitungkannja dalam rentjana penjelamatan manusia. Mateus selandjutnja menggambarkan pokok dan perkembangan sikap para pemimpin dengan djelas dengan mentjeritakan peristiwa- peristiwa pertemuan mereka dengan Jesus. Pokoknja ialah iri hati mereka terhadap Jesus, sebagaimana segera djuga kentara bagi Pilatus (27:18). Dan dalam segala pertemuan tampak senjata-njatanja, betapa tinggi menondjol keunggulan sikap, keagungan djiwa dan keluhuran hati Jesus diatas kepitjikan, kelemahan dan ketakdjudjuran kaum ahli taurat dan parisi. Setiap kali mereka datang bersoal dengannja, mentjobainja, hendak menangkapnja dalam perkataannja atau menuduhnja, merekalah jang kalah semata-mata didepan orang jang hadir. Malah setjara njata pula mereka setjara moril kalah sama sekali didalam pemeriksaan mahkamah agung dan didepan Pilatus, djuga sepandjang sengsara dan dalam kematian Jesus, achirnja dengan sepenuhnja dalam kebangkitan Jesus, hal mana merekapun tidak dapat menjangkalnja dalam hati mereka. Ingatlah 28:11-15. Kekalahan-kekalahan bertubi-tubi itu, sedangkan "seluruh rakjat mengikuti Jesus", tak boleh tidak mesti menjebabkan iri hati semakin mendjelma mendjadi kebentjian, jang achirnja menghebat sampai mereka mata gelap belaka.
Tetapi selain iri hati, kebentjian dan penolakan terhadap Jesus berpokok lebih dalam lagi, jaitu dalam pertentangan tjita-tjita mereka dengan tjita-tjita Keradjaan Allah jang diandjurkan Jesus. Mereka tidak dapat menerima seorang Mesias jang tidak berminat politik terhadap pendjadjahan Romawi dan tidak pertama-tama berdjandji mendirikan keradjaan David jang baru, jang makmur dan djaja atas segala keradjaan. Sebaliknja Ia menuntut roh kemiskinan, kerendahan hati, penjangkalan diri dan kerelaan memikul salib sebagai dasar keradjaannja.
Dalam 5:20 Jesus telah memperingatkan: Djikalau kebenaranmu tidak melebihi kebenaran para ahli taurat dan orang parisi, kamu tidak akan masuk kedalam Keradjaan Surga. Kemudian Ia berkali-kali dengan setegas-tegasnja membuka kedok kemunafikan dan keburukan hati mereka. la terpaksa, supaja rakjat djelata insjaf dan djangan pertjaja serta mengikuti mereka. Mateus mengumpulkan beberapa utjapan Jesus jang tegas dan agak keras terhadap mereka dalam bab 23 karangannja. Tetapi, betapapun pentingnja menondjolkan apa jang dipaparkan diatas, untuk meneguhkan iman dan menabahkan hati umat muda bangsa Jahudi itu, namun atjara pokok dan tudjuan utama karangan Mateus djauh lebih luas dan umum, jaitu memperkenalkan Jesus seutuh-utuhnja dan merekamkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Jesus sedalam-dalamnja dalam hati umat Jahudi itu, tetapi oleh penjelenggaraan Roh Kudus, kedalam hati seluruh umat manusia untuk segala abad. Tetapi atjara-atjara dan tudjuan-tudjuan jang dibitjarakan diatas itu sebenarnja merupakan unsur-unsur penting atjara pokok dan tudjuan utama tersebut, sebab baik kepribadian Jesus sendiri, maupun kebenaran dan keluhuran adjaran dan tjita-tjita Keradjaan Allah, djustru makin menjolok dalam perlawanannja dengan salah-paham dan sikap buruk para penentang.
Tetapi untuk mendapat gambaran jang lebih utuh, perlu banjak segi-segi lain lagi disoroti. Indjil harus ditulis demikian lengkap, sehingga mendjadi tjermin segenap kebenaran dan pedoman hidup bagi semua orang menghantar mereka kepada keselamatan abadi. Untuk itu Mateus mengumpulkan adjaran-adjaran Jesus, jang diutjapkannja dimuka orang banjak dan kepada murid-murid tersendiri, dalam bentuk utjapan pendek (amsal), perumpamaan atau chotbah. Tetapi pada bentuk pengadjaran Jesus jang paling njata pula, ialah Jesus sendiri, seluruh kepribadian dan kehidupannja. Apa jang diadjarkannja, dilakukannja sendiri dengan sempurna, mendjadi tjontoh dan penundjuk djalan, bagaimana dapat dan harus kitapun mewudjudkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Indjil pada diri kita dan disekeliling kita dalam hidup kemasjarakatan dan keagamaan. Untuk itu Mateus mentjeritakan sadja peristiwa-peristiwa hidup Jesus dan perbuatan-perbuatannja. Pertama-tama untuk menjatakan bahwa Jesus benar-benar Mesias, Putera Allah jang Mahatinggi, penuh berkekuasaan Ilahi, guna membangunkan kepertjajaan jang teguh dan pasti. Dan bagi siapa sadja jang pertjaja dan selandjutnja dengan luhur hati membatja dan merenungkan Indjil, dalam tiap-tiap kalimat, Jesus menondjol sebagai manusia utama, sempurna dalam segala-galanja sehingga mempesona dan menimbulkan hasrat untuk sekedar menjamai kesempurnaan itu. Jesus menondjol sebagai satu-satunja terang dunia sedjati (Jo. 1:5 dan 9;8:12; 12:46) jang tak pernah menjembunjikan diri, melainkan menjinari semua manusia jang hendak mendekatiNja dalam membatja Kitab Kudus, supaja mereka "melihat perbuatan- perbuatannja jang baik dan memuliakan BapaNja jang ada disurga" (Mt. 5:16). Djuga supaja kita memuliakanNja, terlebih dengan mengikuti djedjak Jesus, dalam tjita-tjitaNja serba rohani-abadi, dalam tjintanja tak terhingga kepada BapaNja dan dalam tjinta-kasihNja jang mesra dan kuat kepada semua manusia, sampai mengurbankan Dirinja semata-mata, mengikuti djedjak Jesus djuga sampai berani berkurban, menjangkal diri dan tetap turut memanggul salib kita.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Matius: PENGAJARAN SANG RAJA Tentang Keutamaan 20:1-34
Motif Yang Salah
Pasal ini melanjutkan kisah pelayanan Yesus di Perea dan Yudea, yang berawal...
Matius: PENGAJARAN SANG RAJA Tentang Keutamaan 20:1-34
Motif Yang Salah
Pasal ini melanjutkan kisah pelayanan Yesus di Perea dan Yudea, yang berawal di pasal 19. Pasal ini berisi perumpamaan pekerja di kebun anggur (20:1-16), pemberitahuan ketiga tentang kematian Yesus yang mendekat (20:17-19), instruksi tentang yang terbesar dalam kerajaan sorga (20:20-28), dan Yesus menyembuhkan dua orang buta di Yerikho (20:29-34).
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Perumpamaan Pekerja Di Kebun Anggur (Matius 20:1-16)
Dalam perumpamaan pekerja di kebun anggur, Yesus menggunakan ilustrasi dari kehidupan sehari-har...
Perumpamaan Pekerja Di Kebun Anggur (Matius 20:1-16)
Dalam perumpamaan pekerja di kebun anggur, Yesus menggunakan ilustrasi dari kehidupan sehari-hari di Israel kuno untuk mengajarkan bahwa upah apa pun yang kita terima adalah diberikan oleh kasih karunia Allah. Itu merupakan hak prerogatif Allah untuk mengupahi orang sebagaimana Ia pandang cocok. Pemilik kebun itu melambangkan Allah; dan ia secara sempurna adil dalam urusannya dengan kelima kelompok pekerja itu, karena ia melakukan tepat seperti yang ia katakan akan ia lakukan kepada setiap kelompok pekerja. Demikian juga, Allah akan dengan tepat melakukan apa yang Ia telah janjikan kepada kita.
Pemilik kebun itu menyewa para pekerja untuk bekerja di kebun anggurnya. Perumpamaan itu melambangkan undangan Allah bagi semua orang untuk masuk ke dalam kerajaan-Nya, gereja; dan semua orang yang setia akan diupahi. Akankah pekerja jam pertama lebih bersyukur berada di sorga daripada pekerja jam kesebelas? Orang mungkin berpikir begitu, tapi mungkin orang yang hampir kehilangan kesempatan untuk berada di sorga akan memiliki penghargaan yang lebih besar terhadap kasih karunia Allah.
Pemilik kebun menyewa para pekerja untuk bekerja di kebun anggurnya sendiri, bukan kebun anggur tetangganya. Kerajaan sorga adalah gereja, dan gereja itu ada sekarang ini. Banyak "kebun anggur" di zaman kini bersaing untuk mencari pekerja, dan mereka tidak semuanya sama. Kebun anggur Allah diidentifikasi di dalam Kitab Suci. Mereka yang menerima undangan untuk bekerja di kebun anggur-Nya akan diupahi. Pekerja di kebun anggur yang bukan milik-Nya tidak akan diupahi. Kita harus yakin kita sedang bekerja di kebun anggur milik Tuhan.
Tidak ada orang yang bisa tawar-menawar dengan Allah. Kita harus bergantung pada firman-Nya dan karakter-Nya untuk percaya bahwa Ia akan melakukan apa yang benar (Kej. 18:25). Yesus berkata, "Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya!" (7:11; lihat Luk. 11:13). Sebuah ungkapan kunci dalam Roma 5:9-20 adalah "lebih-lebih." Allah akan mengupahi kita lebih besar daripada yang pantas kita terima. Ia itu adil, ramah dan murah hati; dan Ia akan melakukan apa yang benar bagi kita semua.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Belajar Dari Perumpamaan Kebun Anggur (Matius 20:1-16)
Ayat terakhir pasal 19 memperkenalkan perumpamaan pekerja di kebun anggur. Kita harus menafsir...
Belajar Dari Perumpamaan Kebun Anggur (Matius 20:1-16)
Ayat terakhir pasal 19 memperkenalkan perumpamaan pekerja di kebun anggur. Kita harus menafsirkan dengan tepat perumpamaan itu dan alasan perumpamaan itu diberikan.
Kisah dinyatakan. Seorang pemilik kebun menyewa pekerja untuk bekerja di kebun anggurnya pada waktu yang berbeda-beda di hari itu dan dengan perjanjian yang berbeda. Ia menyelesaikan pembayarannya dengan para pekerja di akhir hari itu.
Beberapa pelajaran dipelajari. Kita harus jangan mencoba tawar-menawar dengan Allah. Hanya Ia saja yang berhak menetapkan syarat-syarat penerimaan. Juga, kita harus menghindar dari memperbandingkan diri kita dengan pekerja lain di dalam kerajaan. Kita tidak harus meragukan motif orang lain atau iri hati terhadap berkat mereka.
Allah itu adil dan penuh rahmat.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Sikap Terhadap Pekerjaan (Matius 20:1-16)
Perumpamaan itu menunjukkan beberapa perbedaan sikap pekerja dan pelayan dalam kerajaan Allah. Mereka yang ...
Sikap Terhadap Pekerjaan (Matius 20:1-16)
Perumpamaan itu menunjukkan beberapa perbedaan sikap pekerja dan pelayan dalam kerajaan Allah. Mereka yang bekerja hanya untuk upah yang mereka terima memiliki sedikit kenikmatan atau kepuasan dalam pekerjaan mereka. Sulit untuk tidak mempertanyakan produktivitas mereka atau kualitas kerja mereka.
Pemerhati jam kerja hanya peduli dengan waktu kerja yang mereka berikan dan tidak mau melakukan lebih dari apa yang diharapkan atau diminta. Yang lainnya adalah pemerhati orang kerja. Mereka mengamati apa yang orang lain kerjakan dan membandingkan diri mereka dengan rekan kerja mereka ketimbang melakukan yang terbaik dari mereka. Jika mereka pikir pekerja lain diperlakukan lebih baik, dibayar lebih banyak, atau diberi jabatan atau kondisi kerja yang lebih baik, mereka marah.
Banyak pekerja menikmati kerja mereka dan mendapat tingkat kepuasan yang tinggi dari pekerjaannya. Mereka bangga dengan prestasi atau hasil kerja mereka. Kadang-kadang mereka berkata, "Saya akan mengerjakan ini bahkan jika saya tidak dibayar." Beberapa orang bekerja melampaui apa yang diminta dari mereka. Bagi mereka, bekerja bukan sekedar pekerjaan, tetapi juga misi. Mereka menghargai keberhasilan rekan kerja mereka dan bersukacita dengan mereka dalam pencapaian mereka.
TFTWMS: Matius (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Talmud Baba Metzia 83b.
2 Leon Morris, The Gospel according to Matthew, Pillar Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans ...
Catatan Akhir:
- 1 Talmud Baba Metzia 83b.
- 2 Leon Morris, The Gospel according to Matthew, Pillar Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1992), 499, n. 5.
- 3 Dinar Romawi setara dengan dirham Yunani. Dalam Apokrifa, satu orang dibayar satu dirham untuk upah satu hari kerja, ditambah biaya hidupnya. (Tobit 5:14, 15.)
- 4 Tacitus Annals 1.17; Pliny Natural History 33.13.
- 5 Michael J. Wilkins, "Matthew," in Zondervan Illustrated Bible Backgrounds Commentary, vol. 1, Matthew, Mark, Luke, ed. Clinton E. Arnold (Grand Rapids, Mich.: Zondervan, 2002), 121.
- 6 Morris, 500.
- 7 William Hendriksen, New Testament Commentary: Exposition of the Gospel According to Matthew (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1973), 739.
- 8 Robert H. Gundry, Matthew: A Commentary on His Literary and Theological Art (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1982), 398.
- 9 David Hill, The Gospel of Matthew, The New Century Bible Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1972), 286.
- 10 Walter Bauer, A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature, 3d ed., rev. and ed. Frederick W. Danker (Chicago: University of Chicago Press, 2000), 398.
- 11 Craig S. Keener, A Commentary on the Gospel of Matthew (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1999), 483, n. 72. Lihat Demosthenes On the Crown 51; Dionysius of Halicarnassus 6.81.3.
- 12 Sikap menggerutu menandai juga orang-orang Farisi, yang menggerutu atas pertobatan para pemungut cukai dan orang-orang berdosa (Luk. 15:1, 2). Akibatnya, Yesus memberikan perumpamaan anak yang hilang, dengan memperlihatkan keirihatian kakaknya. Belakangan, setelah pembentukan gereja, orang Kristen Yahudi bergumul dengan sikap mereka terhadap orang-orang non-Yahudi yang menjadi Kristen (Kisah15; Gal. 2).
- 13 Donald A. Hagner, Matthew 14-28, Word Biblical Commentary, vol. 33B (Dallas: Word Books, 1995), 573.
- 14 The Lord also spoke of His passion to the inner circle (Peter, James, and John) as they descended the Mount of Transfiguration (17:9-13).
- 15 Mishnah Sanhedrin 7.1.
- 16 Robert H. Mounce, Matthew, New International Biblical Commentary (Peabody, Mass.: Hendrickson Publishers, 1991), 189.
- 17 Hubungan ini akan menjelaskan sebagian mengapa Yesus mempercayakan Maria Ibu-Nya kepada rasul Yohanes, keponakannya (Yoh. 19:26, 27).
- 18 Wilkins, 123.
- 19 Josephus Antiquities 6.11.9; lihat 1 Sam. 20:25.
- 20 J. W. McGarvey, The New Testament Commentary, vol. 1, Matthew and Mark (N.p., 1875; reprint, Delight, Ark.: Gospel Light Publishing Co., n.d.), 176.
- 21 Bruce M. Metzger, A Textual Commentary on the Greek New Testament, 2d ed. (Stuttgart: German Bible Society, 1994), 42; lihat KJV; NKJV.
- 22 Pliny Natural History 4.12.69-70; Tacitus Annals 3.68; 4.30; 15.71.
- 23 Irenaeus Against Heresies 2.22.5; 3.1.1; 3.3.4; Clement of Alexandria Who Is a Rich Man 42; Eusebius Ecclesiastical History 3.13, 18, 23, 31; 4.14; 5.8, 24.
- 24 Keener, 486-87.
- 25 Yesus baru saja bernubuat bahwa bangsa-bangsa lain akan mengejek, menyambuk, dan menyalibkan Dia (20:19). Ia sendiri adalah korban ketidakadilan mereka.
- 26 Wilkins, 124.
- 27 Ibid.
- 28 F. Buchsel, " lu÷tron," in Theological Dictionary of the New Testament, ed. Gerhard Kittel, trans. and ed. Geoffrey W. Bromiley (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1967), 4:344.
- 29 Jack P. Lewis, The Gospel According to Matthew, Part 2, The Living Word Commentary (Austin, Tex.: Sweet Publishing Co., 1976), 81.
- 30 W. F. Albright and C. S. Mann, Matthew, The Anchor Bible (Garden City, N.Y.: Doubleday & Co., 1971), 242.
- 31 Wilkins, 125.
- 32 Josephus menulis, "Suhu udara di lingkungan sini juga sangat baik, sehingga penduduk negeri itu hanya berpakaian kain linen, bahkan ketika salju menutupi seluruh Yudea" (Josephus Wars 4.8.3).
- 33 Ibid., 1.18.5.
- 34 Hendriksen, 752.
Pengarang: Sellers Crain
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Matius (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja
Penyelamat yang dijanjikan
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja Penyelamat yang dijanjikan oleh Allah. Melalui Yesus itulah Allah menepati apa yang telah dijanjikan-Nya di dalam Perjanjian Lama kepada umat-Nya. Sekalipun Yesus lahir dari orang Yahudi dan hidup sebagai orang Yahudi, namun Kabar Baik itu bukanlah hanya untuk bangsa Yahudi saja melainkan untuk seluruh dunia.
Buku Matius ini disusun secara teratur; mulai dengan kelahiran Yesus, kemudian mengenai baptisan dan godaan yang dialami-Nya, lalu mengenai karya-Nya di Galilea. Di situ Ia berkhotbah, mengajar dan menyembuhkan orang. Setelah itu buku ini mengisahkan perjalanan Yesus dari Galilea ke Yerusalem, dan apa yang terjadi dengan Yesus dalam minggu terakhir hidup-Nya di dunia ini yang memuncak pada kematian dan kebangkitan-Nya.
Salah satu hal yang dititikberatkan oleh Matius ialah bahwa Yesus adalah Guru yang besar, yang mengajar bahwa Allah memerintah sebagai Raja. Yesus juga mempunyai wibawa untuk menjelaskan arti dari Hukum Allah. Kebanyakan dari ajaran-ajaran Yesus itu dikelompokkan menurut pokok-pokoknya. Ada lima kelompok:
- (1) Khotbah di Bukit yang menyangkut sikap, kewajiban, hak-hak, dan tujuan hidup para anggota umat Allah (pasal 5-7 Mat 5:1-7:28);
- (2) petunjuk-petunjuk kepada kedua belas pengikut Yesus untuk melaksanakan tugas (pasal 10 Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan-perumpamaan tentang keadaan waktu Allah memerintah sebagai Raja (pasal 13 Mat 13:1-58);
- (4) ajaran mengenai makna menjadi pengikut Yesus (pasal 18 Mat 18:1-35); dan
- (5) ajaran tentang akhir zaman dan tentang kedatangan Anak Manusia (pasal 24-25 Mat 24:1-25:46).
Isi
- Daftar asal-usul Yesus Kristus dan kelahiran-Nya
Mat 1:1-2:23 - Pekerjaan Yohanes Pembaptis
Mat 3:1-12 - Baptisan dan godaan terhadap Yesus
Mat 3:13-4:11 - Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat Galilea
Mat 4:12-18:35 - Dari Galilea ke Yerusalem
Mat 19:1-20:34 - Minggu terakhir di Yerusalem dan sekitarnya
Mat 21:1-27:66 - Kebangkitan Yesus dan penampakan diri-Nya
Mat 28:1-20
Ajaran: Matius (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti,
bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanji
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti, bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanjikan, yang diutus Allah sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Matius.
Tahun : Sekitar tahun 61 sesudah Masehi.
Penerima : Orang-orang Kristen keturunan Yahudi, (dan juga setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus).
Isi Kitab: Injil Matius terdiri dari 28 pasal. Menyatakan bahwa Yesus orang Nazaret sungguhlah Mesias (Juruselamat), Raja yang dijanjikan, sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Matius
Pasal 1-4 (Mat 1:1-4:1).
Raja (Juruselamat) yang dinantikan sudah datang
Bagian ini memaparkan keturunan Yesus, dari Abraham, Ishak, dan Yakub, dengan maksud untuk menunjukkan, bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat (Raja) yang diutus Allah sebagai penggenap nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 2:1-2, 11-12. Kalau kedatanga Tuhan Yesus disambut dengan persembahan-persembahan, apakah yang tela saudara persembahkan kepada-Nya?
- Buka dan bacalah pasal Mat 4:1-11. Berapa lamakah Tuhan Yesus berpuasa? Tuhan Yesus dicobai. Siapakah yang menang dalam pencobaan ini? Tuhan Yesus menang dalam pencobaan. Itu berart Tuhan Yesus sanggup menolong saudara dalam pencobaan kalau saudara menerima Dia sebagai Raja dalam hidup.
Pasal 4-25 (Mat 4:12-25:46).
Raja (Juruselamat) itu memberikan ajaran-ajaran
Bagian ini berisikan ajaran-ajaran dasar yang menjadi ciri hidup kerajaan-Nya. Dan juga Yesus menunjukkan kuasa-Nya atas alam semesta, atas penyakit-penyakit melalui mujizat-mujizat yang dilakukan-Nya.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 5:1-12. Siapakah yang memiliki kebahagiaan?
- Buka dan bacalah pasal Mat 7:24. Apakah yang menjadi dasar kehidupan yang kuat bag setiap pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 11:25-30. Apakah yang akan saudara dapati, kalau mau datang pada Yesu Sang Raja?
- Buka dan bacalah pasal Mat 16:24. Apakah yang menjadi syarat bagi pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 24:24-25. Tuhan Yesus menyatakan, bahwa setelah Ia kembali ke sorga, akan datan Juruselamat yang palsu, karena hanya Yesuslah Juruselamat yang asli. Saudara mau yang mana, yang asli atau yang palsu?
Pasal 26-27 (Mat 26:1-27:66).
Raja (Juruselamat) mengorbankan dirinya untuk keselamatan umat-Nya
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 26:26-28. Bagian ini menjelaskan, sebelum Raja itu mengorbankan diri-Nya, I terlebih dahulu mengajak murid-murid-Nya untuk mengadakan perjamua suci. Hal ini merupakan lambang daripada pengorbanan-Nya di kay salib. Dan Ia mengamanatkan agar perjamuan yang serupa dilakukan ole murid-murid-Nya, setelah kenaikan-Nya kesorga. Perjamuan ini disebu Perjamuan Kudus. Ini berarti setiap orang yang percaya pada Yesus harus mengikuti upacara Perjamuan Kudus tersebut. _Tanyakan_: Apakah arti Perjamuan Kudus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 27:54. Apakah pengakuan dari komandan prajurit Roma tentang Yesus? Bagaimanakah pendapat saudara, siapakah Yesus?
Pasal 28 (Mat 28:1-20).
Raja (Juruselamat) itu memperlihatkan kemenangannya atas segala kuasa di dunia dan di sorga
Bagian ini menjelaskan, bagaimana Raja yang mengorbankan diri-Nya itu berkuasa atas segala kuasa kematian karena Dialah yang mempunyai segala kuasa baik di sorga maupun di dunia.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:1-10. Bagian ini menjelaskan bahwa Yesus bangkit persis seperti apa yan telah Ia katakan tentang diri-Nya. Siapakah yang menggulingkan bat penutup kuburan, dan memberitakan tentang kebangkitan Yesus? Jad berita kebangkitan Yesus, diterima pertama kali dari manusia atau dar malaikat Allah? Kalau begitu siapakah yang lebih saudara percayai?
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:11-15. Berita bohong tentang Yesus tidak bangkit dari kematian itu, dibua oleh manusia. Jadi siapa yang percaya kepada berita itu, berart percaya kepada berita bohong dari manusia dan menjadi pengiku pembohong.
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:16-20. Menurut ayat 18 (Mat 28:18) apakah yang diberikan kepada Yesus? Menurut ayat 19 (Mat 28:19) Raja yang naik ke sorga memberikan Amanat Agung aga murid-murid-Nya pergi ke seluruh dunia, untuk menjadika semua bangsa murid-murid-Nya. Amanat Agung ini berlak untuk semua orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Apakah saudara sudah pernah bersaksi tentang Yesus Kristu kepada orang lain? Pada ayat 20, (Mat 28:20) janji apakah yang diberikan-Nya?
II. Kesimpulan
Melalui Injil Matius, jelaslah bahwa Yesus Kristus adalah Raja yang kekal, Juruselamat dan Penebus dosa yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama. Yesus Kristus adalah Raja dari segala raja, karena Dialah yang mempunyai segala kuasa, baik di sorga maupun di atas bumi.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menulis Injil Matius?
- Apakah isi singkat Injil Matius?
- Bagaimanakah Yesus membuktikan, bahwa Ia adalah raja da Juruselamat yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama?
Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) MENGAPA INJIL INI DITULIS.Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan P
MENGAPA INJIL INI DITULIS.
Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:
1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan Perjanjian Lama.
2. Untuk mencatat ajaran Kristus yang diberikan secara luas pada para murid-Nya.
3. Untuk menjelaskan sikap apa yang diharapkan Kristus dari murid-murid-Nya.
4. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh sejumlah anggota gereja, misalnya mengenai kehidupan masa muda Yesus dan kedatangan-Nya kembali.
5. Untuk menjelaskan tentang cara mengelola Gereja.
PENULISNYA.
Tidak ada pernyataan dalam Injil ini bahwa Matiuslah penulisnya, tetapi tradisi mula-mula menegaskan demikian. Sedikit saja yang kita ketahui tentang Matius, karena ia hanya disebut dalam Mat 9:9 dan Mat 10:3, yaitu bahwa ia seorang pemungut cukai yang dipanggil secara pribadi oleh Yesus. Namanya berarti "anugerah dari Tuhan". Dalam Injil lain ia dipanggil Lewi (Mar 2:14).
PEMBACA INJIL MATIUS.
Hal-hal yang diperhatikan dalam Injil Matius memberi petunjuk bahwa sebagian besar pembacanya adalah orang Yahudi. Sebagian besar dari mereka mungkin sudah menjadi Kristen, tetapi Matius boleh jadi menulis Injil ini untuk meyakinkan orang Yahudi lainnya bahwa Yesus adalah Mesias yang sudah lama dinanti-nantikan oleh bangsa Yahudi.
Namun demikian, ia sama sekali tidak mengabaikan orang-orang bukan Yahudi dan mungkin juga ia menulis dengan tujuan untuk menjawab beberapa pertanyaan mereka tentang kepercayaan mereka yang bersumber dari kepercayaan Yahudi.
KAPAN INJIL INI DITULIS?
Kita tidak dapat memastikan kapan Injil Matius ditulis. Mungkin Injil ini ditulis setelah Markus menulis Injilnya, karena isinya mirip dengan Injil Markus. Tetapi, Injil ini juga bukan yang terakhir, karena masalah-masalah sehubungan dengan orang-orang Kristen Yahudi yang diperhatikannya berangsur berkurang. Diperkirakan waktunya adalah antara tahun 50 dan 90.
CIRI-CIRI KHUSUS.
1. Injil Matius sangat teratur. Bagian-bagian tentang ajaran Yesus disisipkan di antara penjelasan-penjelasan tentang kegiatan-kegiatan-Nya.
2. Karena ingin menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias Yahudi, ia sering mengutip dari Perjanjian Lama. Ada 65 ayat dalam Matius yang mengacu ke Perjanjian Lama.
3. Matius bicara tentang Kerajaan Surga (33 kali) cocok dengan latar belakangnya sebagai orang Yahudi, sementara Injil-Injil lain bicara tentang Kerajaan Allah.
4. Dari keempat Injil, hanya Matius sendiri yang berbicara mengenai gereja. Ia menulis sebagai seorang gembala yang menangani berbagai masalah dan pertanyaan.
Pesan
1. Yesus adalah Mesias.o Dia berasal dari keturunan Yahudi Mat 1:1-17
o Dia menggenapi nubuatan Perjanjian Lama, misalnya Mat 1:23; 2:6, 18, 23; 4:15, 16 dll.
o Dia datang untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Mat 1:21
o Dia pertama-tama datang kepada bangsa Israel. Mat 15:24
o Dia melukiskan sikap-Nya terhadap Perjanjian Lama. Mat 5:17-48
o Dia menantang pemimpin-pemimpin agama yang menyesatkan umat Allah. Mat 16:5-12; 23:1-36.
o Dia kelak akan bertindak sebagai hakim. Mat 25:31-46
2. Yesus berbicara mengenai suatu kerajaan.
o Dia menjelaskan apa sebenarnya Kerajaan Allah itu: bukan suatu tempat, tetapi
Allah secara aktif memerintah dunia ini. Mat 9:35
o Dia sendiri adalah Raja. Mat 2:2, 16:28
o Dia memberitahukan persyaratan revolusioner untuk dapat masuk ke dalamnya.
Mat 5:3,10,20; 7:21; 19:14,23,24
o Kerajaan-Nya sudah hadir saat ini. Mat 12:28
o Kerajaan-Nya yang sempurna masih akan datang. Mat 16:28
o Pertumbuhan Kerajaan-Nya itu pasti, walaupun tersembunyi. Mat 3:1-23
o Kerajaan Allah layak mendapat prioritas utama manusia. Mat 6:33; 13:44-46
3. Yesus menggarisbawahi hukum Taurat.
o Dia memperkuat hukum Taurat. Mat 5:17-48
o Dia merangkum hukum Taurat. Mat 22:37-40
o Dia menafsirkan hukum Taurat. Mat 23:23
4. Yesus mengutus gereja-Nya.
o Menjadi suatu masyarakat yang bermoral tinggi. Mat 5:20
o Menjadi suatu masyarakat yang berdisiplin. Mat 18:15-18
o Menjadi suatu masyarakat yang bersedia mengampuni. Mat 18:21-22
o Menjadi suatu masyarakat yang berdoa. Mat 18:19-20
o Menjadi suatu masyarakat yang bersaksi. Mat 28:19-20
Penerapan
Berita dalam Injil Matius dapat diterapkan pada dua golongan kelompok utama:
1. Kepada orang yang belum percaya.o Orang Yahudi yang belum percaya: Injil ini menunjukkan bahwa Yesus adalah
Mesias yang telah lama mereka nantikan. Kedatangan-Nya sudah dipersiapkan
dengan saksama di sepanjang sejarah dan kini keselamatan tersedia melalui Dia.
o Bangsa bukan Yahudi yang belum percaya: pembebasan dari dosa dan segala
akibatnya juga berlaku bagi orang bukan Yahudi.
Yesus adalah Juruselamat seluruh umat manusia. Dia menyambut siapa saja yang
menyatakan iman mereka kepada-Nya.
2. Kepada orang-orang Kristen.
o Injil ini akan memperlengkapi Anda dengan ajaran dasar yang penting mengenai
kehidupan dan ucapan-ucapan Yesus.
o Injil ini akan menunjukkan kepada Anda nilai Perjanjian Lama.
o Injil ini akan menunjukkan perlunya hidup sesuai dengan hukum yang baru dan
mencapai standar moral yang tinggi.
o Injil ini juga akan memperlihatkan kepada Anda bagaimana harus hidup dengan
sesama Kristen.
o Injil ini akan mendorong Anda untuk ikut ambil bagian dalam tugas misi ke
seluruh dunia.
o Injil ini akan membangkitkan pengharapan Anda akan kedatangan Yesus kembali.
Tema-tema Kunci
Matius menekankan beberapa tema tertentu. Selidikilah berulang kali catatan-catatan berikut ini dan pakailah konkordansi agar mendapatkan referensi lain yang terkait untuk mempelajari secara lebih mendalam.
1. Allah adalah Bapa surgawi kita. Inilah sebutan bagi Allah yang paling disenangi oleh Matius: Mat 5:16,45,48; 6:1,9; 7:11,21; 10:32,33; 12:50; 16:17; 18:10,14,19.
2. Berbagai gambaran mengenai Yesus. Yesus disebut Anak Daud (Mat 1:1), Juruselamat (Mat 1:21), Raja Orang Yahudi (Mat 2:2), Orang Nazaret (Mat 2:23). Sebutan apalagi bagi Yesus yang dapat Anda temukan? 3. Kutipan-kutipan dari Perjanjian Lama. Matius sering mengatakan 'haI itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi' (Mat 2:15) atau kalimat-kalimat serupa. Carilah referensi lain dan periksalah apa yang mereka ajarkan tentang Yesus.
4. Ajaran Yesus. Lima kali Matius mengatakan 'setelah Yesus mengakhiri perkataan ini' (Mat 7:28; 11:1; 13:53; 19:1; 26:1). Setiap pernyataan itu ditulis pada akhir sekumpulan ajaran Yesus. Buatlah ringkasan dari tiap-tiap 'khotbah' itu. 5. Perumpamaan-perumpamaan Yesus. Yesus mengajar murid-murid-Nya dengan memakai perumpamaan. Tetapi ingatlah, tidak semua orang dapat mengerti makna perumpamaan-perumpamaan itu (Mat 13:10-17). Beberapa perumpamaan terdapat dalam: Mat 7:24-27; 13:3-52; 18:23-35; 20:1-16; 22:1- 14; 25:1-30. Buatlah ringkasan mengenai apa yang diajarkan dalam perumpamaan-perumpamaan di atas dan dalam perumpamaan lain.
6. Mukjizat-mukjizat yang dilakukan Yesus. Matius mencatat banyak mukjizat kesembuhan dan mukjizat-mukjizat lain yang dibuat oleh Yesus untuk menunjukkan bahwa Dia adalah Tuhan atas ciptaan. Dua puluh mukjizat dicatat dalam Injil ini: Mat 8:1-17,23-34; 9:1-8, 18-33; 12:10-13,22; 14:15-33; 15:21-39; 17:14-21; 20:29-34; 21 :18-22. Daftarkanlah semua mukjizat itu dan tulislah dalam satu kalimat tentang apa yang dinyatakan mengenai Yesus dalam tiap-tiap mukjizat.
7. Kerajaan Surga Ungkapan ini menyarikan inti yang penting dalam ajaran Yesus. Pakailah konkordansi untuk mengetahui di mana Yesus mengatakannya dan bayangkan apa yang sebenarnya ingin dikatakan oleh Yesus tentang Kerajaan Surga ini.
Garis Besar Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) [1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17Silsilah keluarga Yesus
Mat 1:18-25Kelahiran Yesus
Mat 2:1-23Kunjungan orang Majus
Mat 3:1-17Pela
[1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17 | Silsilah keluarga Yesus |
Mat 1:18-25 | Kelahiran Yesus |
Mat 2:1-23 | Kunjungan orang Majus |
Mat 3:1-17 | Pelayanan Yohanes Pembaptis |
Mat 4:1-11 | Pencobaan terhadap Yesus |
Mat 4:12-25 | Yesus mulai berkhotbah |
[2] KHOTBAH DI BUKIT Mat 5:1-7:29
Mat 5:1-12 | Ucapan bahagia |
Mat 5:13-16 | Garam dan terang |
Mat 5:17-48 | Sikap Yesus terhadap hukum Taurat |
Mat 6:1-7:29 | Yesus mendorong kehidupan agama yang benar |
[3] KHOTBAH TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 8:1-9:38
Mat 8:1-17 | Yesus berkhotbah melalui penyembuhan |
Mat 8:18-22 | Yesus berbicara tentang kemuridan |
Mat 8:23-9:8 | Yesus memperlihatkan kuasa-Nya |
Mat 9:9-13 | Yesus memanggil Matius |
Mat 9:14-17 | Yesus berbicara tentang puasa |
Mat 9:18-38 | Yesus menyembuhkan lagi |
[4] MISI DARI DUA BELAS RASUL Mat 10:1-42
Mat 10:1-15 | Tugas mereka |
Mat 10:16-42 | Masa depan mereka |
[5] TANGGAPAN ORANG BANYAK Mat 11:1-12:50
Mat 11:1-19 | Pertanyaan-pertanyaan Yohanes |
Mat 11:20-30 | Ketidakacuhan orang banyak |
Mat 12:1-50 | Pertentangan dari orang Farisi |
[6] PERUMPAMAAN-PERUMPAMAAN TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 13:1-58
[7] PENYATAAN TUHAN YESUS Mat 14:1-17:27
Mat 14:1-12 | Kematian Yohanes Pembaptis |
Mat 14:13-36 | Tuhan atas semesta alam |
Mat 15:1-20 | Sikap Yesus terhadap tradisi |
Mat 15:21-16:4 | Mukjizat dibuat dan dijelaskan |
Mat 16:5-12 | Peringatan terhadap para pemimpin agama |
Mat 16:13-28 | Pengakuan Petrus |
Mat 17:1-13 | Yesus dimuliakan |
Mat 17:14-27 | Kembali ke dunia yang berdosa |
[8] GAYA HIDUP GEREJA Mat 18:1-35
[9] JALAN MENUJU SALIB Mat 19:1-20:34
Mat 19:1-12 | Ajaran yang Yesus berikan |
Mat 19:13-30 | Orang yang Yesus temui |
Mat 20:1-16 | Perumpamaan yang Yesus ceritakan |
Mat 20:17-28 | Penderitaan yang Yesus nubuatkan |
Mat 20:29-34 | Penyembuhan yang Yesus lakukan |
[10] SAAT DI YERUSALEM Mat 21:1-23:39
Mat 21:1-11 | Masuk kota dengan penuh kemenangan |
Mat 21:12-27 | Di Bait Allah |
Mat 21:28-22:46 | Perumpamaan dan pertanyaan |
Mat 23:1-39 | Kecaman Yesus |
[11] KEADAAN MASA DEPAN Mat 24:1-25:46
[12] PUNCAK MISI KRISTUS Mat 26:1-28:20
Mat 26:1-35 | Peristiwa-peristiwa sebelum Getsemani |
Mat 26:36-27:31 | Penangkapan dan penghakiman atas Kristus |
Mat 27:32-66 | Penyaliban |
Mat 28:1-20 | Kebangkitan dan sesudah itu |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi