Teks -- Ratapan 2:13 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Jerusalem: Rat 2:1-22 - -- Ratapan kedua ini terlebih dahulu berkata tentang nasib malang yang menimpa raja-raja para imam, para nabi, para tua-tua dan anak-anak Rat 1:1-12; lal...
Ratapan kedua ini terlebih dahulu berkata tentang nasib malang yang menimpa raja-raja para imam, para nabi, para tua-tua dan anak-anak Rat 1:1-12; lalu pesajak berbicara dengan Sion, Rat 1:13-17 dan mengingatkan kepadanya nubuat-nubuat dusta yang disampaikan nabi-nabi gadungan, lalu mengajak dia meratap, Rat 1:18-22.
Jerusalem: Rat 2:13 - Dengan apa... untuk dihibur Dalam terjemahan Yunani terbaca: Siapa kiranya dapat menyelamatkan dan menghibur engkau
Dalam terjemahan Yunani terbaca: Siapa kiranya dapat menyelamatkan dan menghibur engkau
Ende -> Rat 2:1-22; Rat 2:13
Ende: Rat 2:1-22 - -- Lagu ratap jang kedua menggambarkan perendahan Jerusjalem dan terdiri atas tiga
bagian. Jang pertama (Rat 2:1-10) meratapi kebinasaan negeri Juda
(Rat...
Lagu ratap jang kedua menggambarkan perendahan Jerusjalem dan terdiri atas tiga bagian. Jang pertama (Rat 2:1-10) meratapi kebinasaan negeri Juda (Rat 2:1-5) dan chususnja Jerusjalem serta golongan masjarakatnja masing2 (Rat 2:6-10). Lalu dalam bagian kedua (Rat 2:11-12) si penjair meratapi nasib anak2 di Jerusjalem. Dalam bagian ketiga (Rat 2:13-22) si pengarang berbitjara kepada Jerusjalem tentang nabi2 palsu. Kebalikan daripada jang didjandjikan mereka terdjadi, menurut apa jang disabdakan Jahwe dengan perantaraan nabi2 jang sedjati (Rat 2:12-17). Makanja perlulah Jerusjalem berbalik kepada Jahwe dengan ratapan (Rat 2:18-19). Lalu Jerusjalem mulai berdoa (Rat 2:20-22).
Ende: Rat 2:13 - akan hiburan Bilamana orang-orang lain djuga kena nasib jang sama, maka
seorang jang menderita mendapat sedikit hiburan. Bagi Jerusjalem hiburan itupun
tidak ada. ...
Bilamana orang-orang lain djuga kena nasib jang sama, maka seorang jang menderita mendapat sedikit hiburan. Bagi Jerusjalem hiburan itupun tidak ada. Laut merupakan ibarat: tak terukur.
Diambil dari terdjemahan Latin (Vlg.).
Endetn: Rat 2:13 - -- Tertulis: "bagaimana aku akan menegakkan dikau, atau: Apa aku dapat naik saksi demi untukmu".
Tertulis: "bagaimana aku akan menegakkan dikau, atau: Apa aku dapat naik saksi demi untukmu".
Ref. Silang FULL -> Rat 2:13
Ref. Silang FULL: Rat 2:13 - kunyatakan kepadamu // ya puteri // puteri Sion // bagaikan laut · kunyatakan kepadamu: Yes 1:6; Yes 1:6
· ya puteri: 2Raj 19:21; 2Raj 19:21
· puteri Sion: Yes 37:22
· bagaikan laut: Yer ...
· kunyatakan kepadamu: Yes 1:6; [Lihat FULL. Yes 1:6]
· ya puteri: 2Raj 19:21; [Lihat FULL. 2Raj 19:21]
· puteri Sion: Yes 37:22
· bagaikan laut: Yer 14:17; 30:12-15; Rat 1:12
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Rat 2:10-22
Matthew Henry: Rat 2:10-22 - Penderitaan-penderitaan yang Rumit Penderitaan-penderitaan yang Rumit (2:10-22)
Pantaslah kalau nyanyian-nyanyian ini disebut Ratapan, dan nyanyian-nyanyian itu sangat menyedihkan,...
Penderitaan-penderitaan yang Rumit (2:10-22)
- Pantaslah kalau nyanyian-nyanyian ini disebut Ratapan, dan nyanyian-nyanyian itu sangat menyedihkan, pengungkapan kesedihan yang sempurna, meratap dan berduka, tidak ada yang lain lagi, sama seperti isi gulungan Kitab Yehezkiel (Yeh. 2:10)
- I. Salinan-salinan dari ratapan-ratapan itu disajikan di sini dan dilukiskan untuk kehidupan kita.
- 1. Hakim-hakim dan para pemuka yang biasa tampil mengenakan jubah-jubah kebesaran, kini telah menanggalkannya, atau lebih tepatnya dirampas dari mereka, dan mengenakan kebiasaan para peratap (ay. 10). Sekarang para tua-tua tidak duduk di kursi-kursi pengadilan lagi, kursi-kursi milik keluarga raja Daud, tetapi duduk tertegun di atas tanah, karena tidak memiliki tempat duduk untuk beristirahat, atau sebagai tanda kesengsaraan yang besar, seperti sahabat-sahabat Ayub, duduk bersama-sama dia di tanah (Ayb. 2:13). Mereka tidak membuka mulut di depan pintu gerbang seperti biasanya untuk menyatakan pendapat mereka, tetapi semua tinggal diam, hanyut oleh oleh kesedihan, tidak tahu apa yang harus dikatakan. Mereka telah menabur abu di atas kepala, dan mengenakan kain kabung (ay. 10), seperti yang biasa dilakukan oleh peratap-peratap dalam kepedihan. Mereka telah kehilangan kekuasaan dan kekayaan mereka, dan hal itu sungguh membuat mereka menderita. Ploratur lachrymis amissa pecunia veris – murnilah air mata yang ditumpahkan atas harta benda yang terhilang.
- 2. Perempuan-perempuan muda yang biasanya berpakaian begitu mewah, dan berjalan dengan jenjang leher (Yes. 3:16), sekarang merendahkan diri. Dara-dara Yerusalem menundukkan kepalanya ke tanah. Orang-orang yang sebelumnya menentang kesengsaraan dan selalu ingin bersukaria, kini dibuat mengenal kesengsaraan.
- 3. Nabi itu sendiri menjadi contoh bagi para peratap itu (ay. 11). Matanya kusam dengan air mata, ia telah menangis sampai ia tidak dapat menangis lagi, menangis sampai matanya hampir keluar, menangis sampai ia sendiri tidak dapat melihat. Kesan-kesan batiniah karena kesedihan tidak kalah hebatnya dengan ungkapan luarnya. Dada-dadanya menggeliat sakit ketika ia melihat bencana-bencana ini datang (Yer. 4:19-20), yang mungkin membuat orang mengira sekarang ia dapat diampuni. Tetapi bahkan sang nabi sendiri yang tidak merasa heran lagi dengan bencana-bencana ini, tetap saja merasakan kesedihan yang tak tertahankan, sampai membuat hatinya tercurah ke tanah. Ia sendiri merasakan tubuhnya mengering habis-habisan, semua isi tubuh bagian dalamnya berlelehan dan melarut, sebagaimana dinyatakan dalam 15. Yeremia sendiri telah diperlakukan secara lebih baik dari pada para tetangganya, jauh lebih baik dari pada perlakuan saudara sebangsanya, bahkan kehancuran mereka merupakan pembebasan baginya, penawanan mereka menjadi kelegaannya. Orang-orang yang sama yang menawan saudara sebangsanya, sangat menyayanginya. Walaupun begitu, kepentingan pribadinya tenggelam dalam kepeduliannya terhadap masyarakat umum, dan ia meratapi keruntuhan puteri bangsanya seolah-olah ia sendiri menjadi orang yang paling menderita dalam malapetaka yang menimpa semua orang itu. Perhatikanlah, segala penghakiman Allah atas negeri dan bangsa harus kita ratapi meskipun kita sendiri mempunyai kesempatan yang baik untuk melarikan diri.
- II. Seruan untuk meratap diberikan di sini: Berteriaklah kepada TUHAN dengan nyaring (ay. 18). Sebagian orang mengkhawatirkan bahwa seruan itu hanyalah merupakan tangisan belaka, bukan karena pertobatan sejati, melainkan keluhan kepahitan. Hati mereka penuh kepedihan yang tak tertahankan, dan mereka melampiaskan hal itu dalam jeritan-jeritan dan teriakan-teriakan muram, dengan memakai nama Allah. Namun, dengan hati yang baik ada bagusnya kita menduga bahwa banyak di antara mereka melakukan semua ini dengan seruan yang tulus dan bersungguh-sungguh kepada Allah untuk memperoleh belas kasihan dalam kesesakan mereka, dan sang nabi menganjurkan supaya mereka terus melakukan seperti itu: “Wai pagar tembok puteri Sion! Kamu yang berdiri di atas tembok, juga kamu, pengintai-pengintai yang ditempatkan di atas tembok-tembok (Yes. 62:6), ketika kamu melihat musuh-musuh berkemah di sekitar tembok dan bergerak semakin mendekat, atau karena tembok-tembok itu (yang menjadi sasaran ratapan mereka), karena penghancuran tembok-tembok itu (yang tidak dilakukan sampai sekitar satu bulan sesudah kota itu direbut), karena bencana yang berlanjut ini, biarlah putri Sion terus meratap.” Inilah yang diratapi oleh Nehemia jauh di kemudian hari (Neh. 1:3-4). “Cucurkanlah air mata bagaikan sungai siang dan malam, menangis tanpa henti, janganlah kauberikan dirimu istirahat, janganlah matamu tenang.” Hal ini menunjukkan,
- 1. Bahwa bencana-bencana ini akan berlangsung terus, dan penyebab-penyebab kesedihan itu akan sering berulang, dan kesempatan baru senantiasa diberikan kepada mereka setiap hari dan malam untuk meratapi diri mereka sendiri.
- 2. Bahwa secara perlahan-lahan mereka akan cenderung menjadi tidak peka dan bodoh di bawah tindihan tangan Allah, dan masih perlu diminta untuk lebih dan lebih lagi menekan jiwa mereka, sampai hati mereka yang sombong dan keras direndahkan dan dilembutkan sepenuhnya.
- III. Penyebab-penyebab ratapan disebutkan di sini, dan bencana-bencana yang diratapi digambarkan secara sangat khusus dan menyedihkan.
- 1. Banyak orang binasa oleh kelaparan, suatu hukuman yang sangat menyakitkan, dan kasihanlah orang-orang yang jatuh di bawah hukuman itu. Allah telah menegur mereka dengan kelangkaan bahan pangan melalui musim kering beberapa waktu sebelumnya (Yer. 14:1), dan mereka tidak dibawa kepada pertobatan oleh penghukuman yang tergolong ringan ini, dan oleh karena itu, sekarang melalui pengepungan yang menyesakkan itu Allah mendatangkan hukuman yang paling keras atas mereka, karena,
- (1) Anak-anak mati akibat kelaparan dalam pelukan ibu-ibu mereka: anak-anak dan bayi-bayi, yang tidak bersalah dan tidak berdaya sehingga seharusnya berhak untuk dibantu secepat mungkin, jatuh pingsan di lapangan-lapangan kota (ay. 11) seperti orang yang gugur (ay. 12), karena tidak ada makanan yang bisa didapat bagi mereka. Mereka yang kelaparan pasti mati seperti orang-orang yang ditikam. Anak-anak terbaring dan berteriak menangis meminta ibu-ibu mereka yang malang mencari makanan untuk memberi makan mereka dan anggur untuk menyegarkan mereka, sebab mereka telah dibesarkan sedemikian rupa dengan air anggur, maka sekarang mereka menginginkannya. Namun tidak ada setetes anggur pun bagi mereka, sehingga pada akhirnya mereka menumpahkan jiwa mereka ke dalam pangkuan ibu-ibu mereka (ay. 12), dan di sanalah mereka mengembuskan nafas terakhir. Hal ini disebutkan kembali dalam ayat 19, mereka jatuh pingsan karena lapar di ujung-ujung jalan. Tetapi hal ini bukanlah yang terburuk.
- (2) Ada beberapa anak kecil yang dibunuh oleh tangan ibu-ibu mereka sendiri dan kemudian memakannya (ay. 20). Tampaknya kelangkaan bahan pangan membuat para perempuan itu tega memakan buah kandungan mereka sendiri, bahkan anak-anak kandung mereka sendiri ketika mereka masih dalam buaian, sesuai dengan ancaman (Ul. 28:53). Hal serupa juga pernah terjadi saat pengepungan Samaria (2Raj. 6:29). Keadaan yang luar biasa parah itu, bahkan yang sangat biadab itu, mereka alami karena kelaparan yang dahsyat. Marilah kita, dalam kelimpahan kita, bersyukur kepada Allah bahwa kita memiliki makanan yang lebih dari cukup, tidak saja bagi kebutuhan kita sendiri, tetapi juga bagi anak-anak kita.
- 2. Banyak orang rebah oleh pedang, yang menelan satu demi satu, khususnya ketika pedang itu berada di tangan musuh yang sedemikan kejamnya seperti orang-orang Kasdim itu.
- (1) Mereka tidak mengecualikan para tokoh, tidak, termasuk orang-orang yang paling dimuliakan. Bahkan imam dan nabi (ay. 20), yang dibandingkan semua orang lainnya, dianggap dapat mengharapkan perlindungan dari sorga dan penghormatan di dunia, juga dibunuh, bukan di medan perang saat mereka berada di luar tempat tinggal mereka, seperti Hofni dan Pinehas, melainkan di dalam tempat kudus TUHAN, tempat mereka melayani dan yang mereka harapkan dapat menjadi perlindungan mereka.
- (2) Mereka tidak mengecualikan umur, tidak, termasuk mereka yang sudah renta karena usia, tidak dikecualikan dari pedang, sebab bahkan mereka pun gugur oleh pedang. “Orang-orang muda, yang belum cakap menyandang pedang, dan orang-orang tua yang sudah melepaskan pedang mereka, terbaring di di atas debu tanah, terbunuh di jalan-jalan, sampai ada orang yang berbaik hati menguburkan mereka.”
- (3) Mereka tidak mengecualikan jenis kelamin: dara-daraku dan teruna-terunaku gugur oleh pedang (ay. 21). Dalam serbuan pasukan paling biadab (lihat Bil. 31:18 dan Hak. 5:30), anak-anak dara diselamatkan dan dijadikan bagian dari jarahan, tetapi di sini anak-anak dara pun dibunuh dengan pedang, sama seperti teruna-teruna.
- (4) Ini adalah perbuatan TUHAN. Ia membiarkan pedang orang Kasdim membinasakan mereka tanpa memandang bulu: Engkau membunuh mereka tatkala Engkau murka (ay. 21), sebab Allah-lah yang mematikan dan menghidupkan, dan membiarkan hidup sebagaimana dikehendaki-Nya. Namun, kalimat berikutnya sangatlah keras: Tanpa belas kasihan engkau menyembelih mereka, karena hati-Nya tidak dapat tahan lagi melihat kesukaran Israel. Musuh-musuh yang memperlakukan mereka dengan demikian bengis seolah-olah sudah dikumpulkan dan dipanggil-Nya (ay. 22): “Seolah-olah pada hari perayaan Engkau telah mengundang semua yang kutakuti dari sekeliling, yaitu orang-orang Kasdim itu, orang-orang yang sangat kutakuti.” Musuh-musuh berdesak-desakan memasuki Yerusalem, sama padatnya seperti yang biasa terjadi ketika orang-orang datang beribadah pada hari perayaan. Mereka luar biasa kuatnya dalam hal jumlah, dan tidak ada seorang pun yang dapat melarikan diri atau tetap selamat. Yerusalem telah dijadikan sebagai rumah jagal yang sempurna. Hati ibu-ibu tercabik melihat anak-anak yang telah mereka jaga dan pelihara dengan susah payah dan penuh kasih sayang diperlakukan dengan demikian keji, tiba-tiba dibinasakan, padahal baru saja bertumbuh: “Mereka yang kubuai dan kubesarkan dibinasakan seteruku,” Seolah-olah mereka dibesarkan untuk para pembunuh itu, seperti domba-domba bagi tukang jagal (Hos. 9:13). Sion, yang menjadi ibu bagi mereka semua, meratap melihat mereka yang dibesarkan di dalam istana-istananya, dan di bawah bimbingan orang-orang bijaksananya, dijadikan mangsa dengan cara seperti itu.
- 3. Nabi-nabi palsu mereka telah menyesatkan mereka (ay. 14). Hal inilah yang telah ditangisi oleh Yeremia jauh-jauh hari, dan telah diamatinya dengan penuh kecemasan (Yer. 14:13): Aduh! TUHAN Allah, bukankah para nabi telah berkata kepada mereka: Kamu tidak akan mengalami perang. Dan di sini Yeremia menyisipkan di antara ratapan-ratapannya: Nabi-nabimu melihat bagimu penglihatan yang dusta dan hampa, mereka mengaku-ngaku telah mengetahui pikiran dan kehendak Allah bagimu, dan kemudian menyatakannya kepadamu. Mereka mengaku-ngaku melihat penglihatan dari yang Mahakuasa dan kemudian memperkatakan firman-firman-Nya. Tetapi semuanya dusta dan bodoh belaka. Penglihatan-penglihatan mereka semua hanyalah khayalan mereka sendiri, dan jika mereka mengira memiliki sesuatu, itu hanyalah hasil kepala yang menjadi gila atau angan-angan yang memanas, seperti yang tampak dari hal-hal yang mereka sampaikan, yang semuanya tidak jelas dan tidak keruan. Bahkan besar kemungkinan mereka sendiri tahu bahwa penglihatan yang mereka aku-aku itu adalah palsu. Semuanya hanya tipuan saja, yang dibuat-buat untuk membungkus apa yang sengaja mereka bebankan kepada rakyat, supaya dengan demikian mereka dapat mengeruk keuntungan bagi diri sendiri. Mereka adalah nabi-nabimu, bukan nabi-nabi Allah. Ia tidak pernah mengutus mereka, juga bukan gembala-gembala yang sesuai dengan hati-Nya, tetapi rakyatlah yang mengangkat mereka, menyuruh mereka mengatakan apa yang harus mereka katakan, jadi mereka adalah nabi-nabi yang mengikuti hati rakyat.
- (1) Nabi-nabi harus memberitahukan kesalahan-kesalahan rakyat, harus menunjukkan dosa-dosa mereka, supaya mereka bisa dibawa kepada pertobatan, dan dengan demikian mencegah kehancuran mereka. Tetapi nabi-nabi palsu ini tahu bahwa jika mereka berbuat seperti itu, mereka akan kehilangan kasih sayang dan sumbangan rakyat. Mereka juga tahu bahwa mereka tidak dapat menegur pendengar-pendengar mereka tanpa membuka aib mereka sendiri pada waktu yang sama, dan karena itu mereka tidak menyatakan kesalahanmu (ay. 14). Mereka sendiri tidak bisa melihat kesalahan itu, ataupun kalau mereka bisa lihat, mereka tidak melihat ada yang jahat di situ atau ada bahaya yang akan ditimbulkan, sehingga karena itulah mereka tidak mau memberitahukan umat tentang kesalahan mereka, walaupun hal itu dapat menjadi sebuah jalan, bahwa dengan melenyapkan kedurjanaan mereka, pembuangan mereka dapat dicegah.
- (2) Nabi-nabi harus memperingatkan umat akan penghakiman Allah yang datang atas mereka, namun nabi-nabi palsu ini mengeluarkan bagimu ramalan-ramalan yang dusta. Pesan-pesan yang mereka klaim berasal dari Allah, sudah mereka ketahui bahwa sebenarnya palsu, dan dengan penuh kebohongan mengatakan berasal dari Allah. Dengan cara menenangkan hati umat bahwa mereka aman-aman saja, mereka menyebabkan datangnya pembuangan itu, yang sebenarnya dapat mereka hindari dengan berlaku jujur.
- 4. Tetangga-tetangga mereka menertawakan mereka: Sekalian orang yang lewat bertepuk tangan karena engkau (ay. 15). Yerusalem telah menjadi kota yang agung, memiliki nama besar, dan kekuasaan besar di antara bangsa-bangsa. Hal ini mendatangkan kedengkian dan kengerian bagi negeri-negeri di sekitarnya. Karena itu ketika kota tersebut merosot, semua bangsa itu (seperti yang cenderung dilakukan orang dalam kejadian semacam itu) bergembira atas kejatuhannya. Mereka bersuit-suit dan menggelengkan kepalanya, menyenangkan diri saat melihat betapa kota itu telah jatuh dari kemegahannya semula. Inikah kota itu (kata mereka) yang disebut orang sebagai puncak keindahan? (Mzm. 50:2). Bagaimana sekarang dapat menjadi puncak kecacatan! Di manakah sekarang semua keindahannya? Inikah kota yang disebut orang kota kegirangan bagi seluruh bumi (Mzm. 48:3), yang bersukacita dalam berbagai karunia kebajikan dan rahmat Allah melebihi tempat-tempat lain mana pun, dan menjadi sukacita seluruh bumi? Di manakah sekarang semua kegembiraan dan kebanggaannya? Sungguh merupakan dosa yang besar untuk mengolok-olok kesengsaraan orang lain dan menambahkan banyak penderitaan lagi bagi orang yang sedang menderita itu.
- 5. Musuh-musuh mereka bergembira atas mereka (ay. 16). Orang-orang yang mengharapkan hal-hal yang buruk terhadap Yerusalem dan kedamaiannya sekarang melampiaskan dendam dan kedengkian mereka, perasaan yang sebelumnya mereka sembunyikan. Sekarang mereka membuka mulut, bahkan lebih lebar lagi, mereka bersuit-suit dan menggertakkan gigi dalam caci maki dan kegeraman mereka. Mereka bergembira atas keberhasilan mereka terhadap Yerusalem, dan jarahan banyak yang mereka peroleh dengan menjadi penguasa-penguasa atas Yerusalem: “Kami telah memusnahkannya, kami yang melakukannya, untunglah kami. Semuanya menjadi milik kami sekarang. Yerusalem tidak akan pernah lagi dirayu-rayu atau ditakuti orang seperti sebelumnya. Tentu saja hari ini adalah hari yang sudah lama kami nanti-nantikan, kami telah menemukannya, kami telah melihatnya, syukur, itulah keinginan kami.” Perhatikanlah, musuh-musuh jemaat cenderung menggunakan guncangan-guncangan yang terjadi pada jemaat untuk menghancurkannya, dan mereka bergembira oleh karenanya. Namun, mereka akan mendapati diri tertipu, sebab alam maut tidak akan menguasai jemaat Allah.
- 6. Allah mereka, dalam segala yang terjadi ini, tampak menentang mereka: TUHAN telah menjalankan yang dirancangkan-Nya (ay. 17). Perusak-perusak Yerusalem tidak akan memiliki kuasa melawan kota itu jikalau kuasa itu tidak diberikan kepada mereka dari atas. Mereka hanyalah pedang di tangan Allah. Dialah yang merusak tanpa belas kasihan. “Dalam pertentangan-Nya dengan kita ini, kita tidak mendapat belas kasihan-Nya seperti yang selalu dilakukan-Nya kepada kita.” Ia yang membuat musuhmu bersukacita atas kamu (lihat Ayb. 30:11). Ia meninggikan tanduk lawan-lawanmu (ay. 17), telah memberikan kuasa dan harta benda kepada mereka untuk berbangga. Ini sungguh merupakan kesukaran yang sehebat-hebatnya, bahwa Allah menjadi musuh mereka. Namun, hal ini seharusnya juga menjadi alasan paling kuat untuk bersabar di bawah keadaan seperti itu. Kita terikat untuk tunduk kepada segala sesuatu yang diperbuat Allah, karena,
- (1) Itu adalah penyelenggaraan yang telah dirancang-Nya: TUHAN telah menjalankan yang dirancangkan-Nya, dilaksanakan dengan bijaksana dan dengan pertimbangan yang mendalam, tidak tergesa-gesa, atau berdasarkan ketetapan yang tiba-tiba. Itu adalah malapetaka yang telah disiapkan-Nya (Yer. 18:11), dan kita dapat meyakini bahwa malapetaka itu telah dipersiapkan dengan begitu cermat untuk menjawab maksud-Nya. Apa yang dirancang Allah terhadap umat-Nya dimaksudkan untuk kebaikan mereka, dan demikianlah yang akan didapati.
- (2) Itu adalah penggenapan dari semua nubuat-Nya, pemenuhan kitab suci. Ia melaksanakan firman-Nya yang telah diperintahkan pada dahulu kala (ay. 17). Ketika Ia memberikan hukum Taurat-Nya melalui Musa, Ia memberitahukan kepada umat-Nya itu hukuman apa saja yang pasti akan dijatuhkan atas mereka jika mereka melanggar hukum itu. Dan sekarang ketika mereka sudah bersalah atas pelanggaran hukum ini maka Ia melaksanakan hukuman itu sesuai dengan yang tertulis dalam 16 dan seterusnya, dan Ulangan 28:15. Perhatikanlah, dalam segala penyelenggaraan Allah atas jemaat-Nya, baik sekali untuk memperhatikan penggenapan firman-Nya. Sebab, ada kesesuaian yang pasti antara hukuman tangan Allah dan hukuman-hukuman yang berasal dari firman-Nya, dan jika dibandingkan, keduanya akan saling menjelaskan dan menegaskan satu sama lain.
- IV. Penghiburan untuk menyembuhkan ratapan-ratapan dicari dan ditetapkan di sini,
- 1. Penghiburan-penghiburan itu dicari dan diselidiki (ay. 13). Sang nabi berusaha menemukan kata-kata yang tepat dan dapat diterima untuk disampaikan kepada bangsa ini mengenai perkara mereka ini: Dengan apa aku dapat membandingkan engkau untuk dihibur, ya dara, puteri Sion? Perhatikanlah, kita harus berusaha menghibur orang-orang yang melapetakanya kita tangisi. Hati kita tertekan oleh malapetaka mereka, tetapi dengan hikmat kita harus mengatasinya, dan berbuat yang terbaik. Kita harus berusaha agar bela rasa kita terhadap sahabat-sahabat kita yang tengah dirundung malang itu bisa menjadi penghiburan bagi mereka. Sekarang dua pokok pembicaraan paling umum yang bisa membawa penghiburan dibahas di sini, tetapi keduanya diabaikan karena tidak berhasil. Umumnya kita berusaha menghibur sahabat-sahabat kita dengan cara memberitahukan kepada mereka,
- (1) Bahwa perkara mereka bukan satu-satunya yang pernah terjadi. Ada banyak orang yang mengalami masalah yang lebih besar dan lebih berat menindih mereka. Akan tetapi perkara Yerusalem tidak cocok dengan alasan seperti ini: “Dengan apa aku dapat menyamakan engkau, atau dengan apa aku dapat membandingkan engkau supaya aku dapat menghiburmu? (ay. 13). Kota apa, negeri apa, yang perkaranya setara dengan perkaramu? Kesaksian apa yang akan kubuat untuk membuktikan bahwa perkara kota lain setara dengan malapetakamu saat ini? Aduh! Tidak ada satu pun, tidak ada kesengsaraan seperti sengsaramu, karena tidak ada yang memiliki kehormatan seperti kehormatanmu.”
- (2) Kita memberitahukan kepada mereka bahwa keadaan mereka bukanlah keadaan yang tanpa harapan, melainkan dapat dipulihkan dengan mudah. Akan tetapi, penghiburan ini pun tidak bisa diterima, menurut kemungkinan pandangan manusia, karena reruntuhanmu luas bagaikan laut (ay. 13), seperti reruntuhan yang kadang-kadang dilakukan oleh ombak laut atas daratan, yang tidak dapat dipulihkan, malah menjadi semakin lebar. Engkau sudah terluka, dan siapakah yang akan memulihkan engkau? Tidak ada hikmat ataupun kuasa manusia dapat memperbaiki kehancuran sebuah negeri yang hancur lebur seperti itu. Oleh karena itu, tidak ada gunanya menawarkan kata-kata penghiburan yang umum dipakai ini. Oleh karena itu,
- 2. Cara pemulihan yang sudah ditetapkan adalah berseru sendiri kepada Allah, dan melalui doa tobat menyerahkan perkara mereka kepada Dia, dan gigih serta bertekun dalam menaikkan doa seperti itu (ay. 19): “Bangkitlah dari debumu, dari kesedihanmu, menangis dan berserulah pada malam hari, berjagalah dalam doa. Ketika orang-orang lain sedang tidur nyenyak, berlututlah kamu, bersungguh-sungguh mohon belas kasihan kepada Allah. Pada permulaan giliran jaga malam dari setiap empat waktu giliran jaga malam hari (biarlah matamu mendahului waktu-waktu jaga malam itu [Mzm. 119:148]), lalu curahkanlah isi hatimu bagaikan air di hadapan TUHAN, dengan bebas dan sepenuh-penuhnya, dengan tulus hati dan bersungguh-sungguhlah di dalam doa, bukalah pikiranmu, beberkan perkaramu di hadapan TUHAN. Angkatlah tanganmu kepada-Nya dalam hasrat yang kudus dan pengharapan. Bermohonlah demi hidup anak-anakmu. Domba-domba yang malang ini, apakah yang telah mereka lakukan? (2Sam. 24:17). Siapkan perkataanmu, ucapkan kata-kata ini (ay. 20), Lihatlah, TUHAN, dan tiliklah, kepada siapakah Engkau telah berbuat ini, dengan siapakah Engkau telah berurusan dengan begitu rupa seperti ini. Apakah mereka bukan milik-Mu sendiri, keturunan Abraham, sahabat-Mu, dan Yakub, orang pilihan-Mu? TUHAN, bawalah perkara mereka ke dalam pertimbangan-Mu yang penuh belas kasihan!” Perhatikanlah, doa adalah obat bagi semua rasa sakit, bahkan yang paling sakit sekalipun, penawar bagi setiap penyakit, bahkan yang paling menyedihkan. Dan bagian kita di dalam doa adalah tidak untuk menetapkan sesuatu, tetapi untuk tunduk pada hikmat dan kehendak Allah. Juga, untuk menghadapkan perkara kita kepada-Nya, dan menyerahkannya kepada Dia. TUHAN, lihatlah dan pertimbangkanlah, dan kehendak-Mu jadilah.
SH: Rat 2:10-22 - Lukisan yang Menyayat Hati (Sabtu, 15 April 2023) Lukisan yang Menyayat Hati
Di sebuah hotel di New York pada 1944, orang-orang mendapati Ernest Hemingway, seorang novelis yang terkenal maskulin, sed...
Lukisan yang Menyayat Hati
Di sebuah hotel di New York pada 1944, orang-orang mendapati Ernest Hemingway, seorang novelis yang terkenal maskulin, sedang menangis tersedu-sedu. Apa sebabnya? Rupanya ia menangis karena beberapa lukisan dinding (mural) yang dipajang di sana telah menyayat hatinya.
Penderitaan yang dirasakan penduduk Yerusalem sangat tragis. Seperti itulah lukisan yang dibentangkan oleh Nabi Yeremia, yang akan menyayat hati orang-orang yang peka.
Penduduk Yerusalem berkabung (10-11). Seorang ibu hanya bisa pasrah terhadap kematian anaknya (12). Pengepungan telah menimbulkan kelaparan yang hebat hingga sang ibu terpaksa memakan anaknya. Kehancuran yang terjadi begitu besar hingga imam-imam dibunuh di tempat ibadah (20). Mayat banyak orang, tua maupun muda, bergelimpangan di jalan (21).
Di samping itu, sang nabi menyertakan sebuah catatan penjelasan. Di bawah murka Tuhan pun, mereka terus disesatkan oleh nabi-nabi palsu. Nabi-nabi palsu itu memberikan penglihatan dan nubuat palsu yang tidak menegur dosa mereka (14).
Perhatikanlah kekristenan pada zaman sekarang! Adakah Anda melihat kemiripan dengan catatan Yeremia? Pernahkah Anda bertemu dengan pengajar yang memopulerkan penafsiran "mutakhir" yang melenceng dari firman Tuhan?
Tidaklah berlebihan bila kita senantiasa diingatkan akan bahaya penyesatan, terutama pada zaman media sosial ini. Penyesatan selalu membuahkan penghakiman Allah (Gal. 1:9). Maka, mari kita berjaga-jaga dan saling mengingatkan (Kis. 20:31).
Kita tidak menginginkan munculnya lukisan kehancuran yang baru pada zaman kita. Karena itu, berdoalah agar Tuhan membangkitkan dan menguatkan para pengajar Kristen yang sejati-yakni orang-orang yang berani memberitakan kebenaran dan menegur dosa.
Inilah yang menjadi tekad kita, yaitu agar orang-orang Kristen disadarkan dari mulut-mulut manis yang menyesatkan. Kritik yang pedas lebih baik daripada dusta yang manis. [PHM]
Baca Gali Alkitab 7
Siapakah yang dapat menahan murka Tuhan? Bangsa Yehuda, umat pilihan-Nya, dan Yerusalem, kota kediaman-Nya sekalipun, tidak sanggup menahan murka Tuhan karena dosa-dosa yang mereka lakukan. Tuhan menunggangbalikkan kota yang mereka banggakan. Kota yang seharusnya menjadi tempat di mana nama-Nya dimuliakan malah menjadi kota yang penuh dengan kenajisan.
Penulis Kitab Ratapan menyaksikan kehancuran kota dan kesedihan penduduknya yang tidak terkatakan.
Apa saja yang Anda baca?
1. Bagaimana kesedihan para penduduk Yerusalem diekspresikan? (10-11)
2. Apa akibat dari kelaparan dan kehancuran yang terjadi? (12-13)
3. Apa protes penulis kepada penduduk kota tentang nabi-nabi di Yerusalem? (14)
4. Bagaimana respons dari musuh-musuh Yerusalem? (15-16)
5. Siapakah yang menjatuhkan kehancuran ini? (17)
6. Respons apa yang seharusnya mereka perbuat? (18-19)
7. Apa seruan penulis kepada Tuhan? (20-22)
Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Apa yang Tuhan nyatakan kepada Anda tentang dosa dan penghakiman?
2. Bagaimana seharusnya sikap Anda ketika Tuhan memberikan peringatan dan teguran?
3. Saat keadaan Anda penuh masalah, peringatan apa yang Allah mau sampaikan melalui semua itu?
Apa respons Anda?
1. Apa yang harus segera Anda lakukan saat ini jika Anda menerima teguran dari Tuhan lewat firman-Nya?
2. Apa yang dapat Anda lakukan jika Anda melihat saudara atau teman Anda sedang berbuat dosa? Maukah Anda menegur dan memperingatkannya?
Pokok Doa:
Bersyukur jika hari ini Tuhan masih memberikan peringatan dan teguran atas dosa yang saya perbuat.
SH: Rat 2:1-22 - Wujud janji (Minggu, 12 Desember 2010) Wujud janji
Yeremia memaparkan betapa menyeluruhnya penghajaran yang Tuhan berikan kepada umat Israel di kerajaan Yehuda. Di satu sisi, Tuhan secara ...
Wujud janji
Yeremia memaparkan betapa menyeluruhnya penghajaran yang Tuhan berikan kepada umat Israel di kerajaan Yehuda. Di satu sisi, Tuhan secara aktif menjalankan penghukuman-Nya langsung kepada pihak-pihak yang bersalah kepada-Nya (2). Ia juga menarik perlindungan-Nya dari umat-Nya hingga musuh mereka berkuasa atas mereka (3).
Ketika Tuhan memutuskan untuk bertindak melawan umat-Nya, siapa yang bisa menahan Dia? Kehancuran yang dialami Israel begitu menyeluruh sampai-sampai "Tak ada petunjuk dari Tuhan, bahkan nabi-nabi tidak menerima lagi wahyu (dari Tuhan)" (9c). Kerasnya tindakan Tuhan itu tampaknya mulai membuahkan hasil. Para pemimpin Israel menunjukkan tanda pertobatan mereka (10) bersama rakyat.
Seluruh negeri terbelalak menyaksikan kedahsyatan amarah Tuhan. Masakan Tuhan mengizinkan ibu-ibu memakan anak-anak kandung mereka? Masakan Tuhan membiarkan orang-orang pilihan-Nya dibantai di bait Allah (20)? Namun tampaknya itulah harga yang harus dibayar karena mereka telah terbiasa sehingga tidak takut lagi memanipulasi kekudusan Tuhan dan menodai kehormatan-Nya (14).
Ayat 22 membuat kontras yang menarik antara hari-hari raya dan hal-hal menakutkan yang tengah terjadi pada umat Israel. Di dalam Kitab Ulangan, Tuhan memang berulang kali menegaskan bahwa umat harus bersungguh-sungguh datang ke hadirat-Nya dengan tujuan untuk bersukaria, memuji, dan membesarkan nama-Nya beberapa kali dalam setahun (mis. Ul. 14:22-29). Di sini umat Israel diingatkan bahwa Tuhan bersungguh-sungguh dengan segala yang dikatakan-Nya dan itu berarti mencakup pula perjanjian yang mereka ikat di Ulangan 28.
Kita diingatkan bahwa apa yang dipaparkan dengan begitu mengerikan di Ratapan 2 ini tidak lain adalah perwujudnyataan dari perjanjian antara Tuhan dan umat Israel di Ul. 28:15:46, yaitu sebuah "tanda dan mujizat" bahwa mereka masih merupakan umat Tuhan.
SH: Rat 2:1-22 - Tetap berharap belas kasih (Minggu, 9 Maret 2014) Tetap berharap belas kasih
Persahabatan atau pernikahan yang dikhianati sepihak sering menimbulkan kebencian yang mendalam dari pihak yang disakiti. ...
Tetap berharap belas kasih
Persahabatan atau pernikahan yang dikhianati sepihak sering menimbulkan kebencian yang mendalam dari pihak yang disakiti. Kebencian itu kadang diungkapkan lewat kemarahan dan upaya membalas si ‘musuh’. Kadang juga dengan cara membuang jauh-jauh semua hal yang pernah menjadi kenangan manis, seperti foto berdua, pemberian tanda cinta, dst.
Murka Allah atas pengkhianatan umat-Nya memang mengerikan. Allah menghancurkan Yerusalem habis-habisan. Allah menghempaskan kemuliaan (1-2) dan melemahkan kekuatan (3) Yerusalem. Ia menjadikan umat-Nya musuh yang harus dibasmi, yaitu sebagai sasaran bidik panah-Nya (4-5). Semua simbol relasi mereka dengan Diri-Nya seperti bait Allah dan mezbah, para pemimpinnya, serta tembok kotanya dimusnahkan (6-9).
Apa yang terjadi pada Yerusalem begitu mengenaskan sehingga respons yang tersisa dari penduduknya hanyalah berkabung tanpa dapat berkata-kata (10), termasuk untuk menjawab rengekan anak-anak mereka meminta makanan (12). Tidak seorang pun dapat menghibur Yerusalem. Para nabi palsu yang dahulu menyesatkan mereka dengan nubuat palsu, sekarang bungkam (14), bahkan bangsa sekeliling justru menyoraki mereka (15-16).
Ratapan 2 ini tidak ditutup dengan perasaan putus asa yang berujung pada ‘bunuh diri’ atau perbuatan nekad lainnya.Peratap mengajak pembaca untuk membuka diri kepada Allah dengan tangis penyesalan yang mendalam sambil berharap pada belas kasih Allah (18-22). Inilah seruan iman bahwa Allah tetap mengasihi mereka.Allah memang telah bertindak keras, tetapi Ia tidak pernah menyangkal kasih setia-Nya.
Pengharapan yang diungkap si peratap terjawab tuntas dalam kematian dan kebangkitan Kristus. Murka Allah yang dicurahkan, telah ditanggung Kristus di salib. Kita yang percaya beroleh pengampunan dan pemulihan!
SH: Rat 2:1-22 - Jangan Hidup dalam Dosa (Minggu, 19 November 2017) Jangan Hidup dalam Dosa
Pasal 2 ini berisi murka Allah terhadap Sion karena pengkhianatan mereka terhadap Tuhan (1-9). Murka tersebut tidak bisa dihi...
Jangan Hidup dalam Dosa
Pasal 2 ini berisi murka Allah terhadap Sion karena pengkhianatan mereka terhadap Tuhan (1-9). Murka tersebut tidak bisa dihindari. Allah menghempaskan kemuliaan (1-2) dan melemahkan kekuatan Yerusalem (3). Semua simbol relasi antara Allah dan umat (Bait Allah dan mezbah, para pemimpin bangsa Yehuda dan tembok kota) dimusnahkan-Nya. Akibatnya penduduk Yerusalem mengalami penderitaan yang luar biasa (10-17). Mereka diserbu, dianiaya, ditindas, dan dibunuh oleh bangsa Babel.
Pengkhianatan itu terjadi karena para nabi palsu Israel telah memberikan penglihatan palsu. Mereka selama ini tidak menegur kesalahan bangsa Yehuda. Mereka tidak menggiring umat untuk bertobat, sebaliknya membiarkannya (14). Pada akhirnya Allah pun meninggalkan umat-Nya karena dosa telah menyebabkan diri-Nya menarik semua nubuat dan penglihatan (9).
Hal ini menjadi peringatan bagi kita pada zaman sekarang bahwa Roh Kudus pun bisa menghentikan manifestasi berbagai karunia dan karya ajaib-Nya dalam diri orang percaya apabila mereka tidak lagi mencari lebih dahulu Kerajaan Allah dan berkompromi dengan dosa.
Meskipun ratapan ini tidak ditutup dengan perasaan putus asa. Namun, di tengah situasi seperti itu, umat diajak untuk membuka diri dan berteriak kepada Tuhan dengan tangisan penyesalan sambil berharap pada belas kasih Allah (18-22). Walau Allah bertindak keras, tetapi Ia tidak pernah menyangkal kasih setia-Nya. Pengharapan ini terjawab tuntas dalam kematian dan kebangkitan Kristus. Murka Allah telah ditanggung oleh Kristus. Itu sebabnya dalam Kristus ada kasih, pengampunan, dan pemulihan.
Marilah kita bertekad untuk tidak berkompromi dengan dosa dan sungguh-sungguh mencari Allah. Janganlah kita jemu-jemu saling mengingatkan supaya kita tidak terjatuh dalam dosa. Namun, janganlah hal itu membuat kita takabur. Jagalah kesetiaan kepada Allah agar kita selalu terpelihara dalam kasih dan rahmat-Nya. Karena itu, tolonglah kami ya Tuhan untuk hidup dalam cinta kasih dan rahmat-Mu. [MH]
TFTWMS -> Rat 2:11-13
TFTWMS: Rat 2:11-13 - Pandangan Duka Nabi Itu Dan Permohonan Umat Itu PANDANGAN DUKA NABI ITU DAN PERMOHONAN UMAT ITU (Ratapan 2:11-13)
Mataku kusam dengan air mata, Remuk redam hatiku; Hancur habis hatiku karena kerunt...
PANDANGAN DUKA NABI ITU DAN PERMOHONAN UMAT ITU (Ratapan 2:11-13)
Mataku kusam dengan air mata, Remuk redam hatiku; Hancur habis hatiku karena keruntuhan puteri bangsaku, Sebab jatuh pingsan kanak-kanak dan bayi Di lapangan-lapangan kota. Kepada ibunya mereka bertanya: "Mana roti dan anggur?" Sedang mereka jatuh pingsan seperti orang yang gugur Di lapangan-lapangan kota, Ketika menghembuskan nafas di pangkuan ibunya. Apa yang dapat kunyatakan kepadamu, Dengan apa aku dapat menyamakan engkau, Ya puteri Yerusalem? Dengan apa aku dapat membandingkan engkau untuk dihibur, Ya dara, puteri Sion? Karena luas bagaikan laut reruntuhanmu; Siapa yang akan memulihkan engkau? (2:11-13).
Penderitaan nabi itu sendiri muncul dalam bagian ini, yang menggunakan kata ganti pribadi "[milik]ku" 4 kali dalam 2:11. Matanya "kusam,"9dan hatinya "remuk redam,"10istilah yang pada dasarnya berarti "mendidih atau berbusa." Penulis disini menunjukkan hati yang gelisah, terganggu, pikiran yang bingung, yang menyala dengan emosi dan tingkat kesengsaraan yang multipel. Hatinya "hancur habis." Ia dipenuhi dengan luka, tapi ia tidak berdaya; tidak ada penghiburan bagi penderitaannya. Beban yang sangat berat yang sedang menimpa dia karena kehancuran kaumnya, digambarkan sebagai puteri Yerusalem atau Sion.
Keadaan buruk kaum itu sepenuhnya membenarkan air matanya dan traumanya. Ia sedang menantap puncak penderitaan, yang ditegaskan oleh pemandangan tentang "kanak-kanak dan bayi." Beberapa anak sudah cukup besar untuk bicara, namun semuanya "pingsan" ("tidak sadar"; KJV; Ibr.: ataph). Istilah itu ditemukan dalam ayat 11, 12, dan 19, menunjukkan bahwa mereka itu lemah dan sedang binasa karena kelaparan. Entah itu kecelakaan mobil, ledakan, reruntuhan karena badai, dibuang ke laut, atau kelaparan karena tidak ada makanan, penderitaan yang menusuk itu masuk lebih dalam saat kita melihat anak-anak kecil sangat menderita! Penderitaan itu bahkan lebih parah lagi ketika seorang ibu mendengar jeritan itu dan matanya melihat saat-saat anaknya sendiri sekarat, dengan perasaan pilu memeluk erat-erat anak itu (2:12).
Pemandangan itu di luar pemahaman (2:13). Anak-anak kecil ini ikut merasakan akibat kelaparan yang mengerikan. Kesusahan itu menekan semua orang, tapi anak-anak kecil itu bukan penyebab pembantaian ini!
Nabi itu bertanya, "Bagaimanakah Aku harus menegur11engkau? (NASB)." Ungkapan ini tidak secara benar mengungkapkan bahasa aslinya "Mendorong dengan sungguh-sungguh" mungkin lebih mendekati gagasannya. Penulis itu diliputi oleh pemandangan yang menyedihkan dan meneriakkan ketidakmampuannya untuk menyampaikan tontonan penderitaan ini. "Kehancuran"12itu tak ada batasnya dan tak dapat diduga seperti samudra itu sendiri. Siapakah yang dapat melihat tepi samudra yang luas, atau siapakah yang dapat melihat kedalamannya? Inilah gambaran yang digunakan untuk menggambarkan penderitaan yang menghenyakkan nabi itu.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Ratapan (Pendahuluan Kitab) Penulis : Yeremia
Tema : Kesusahan yang Sekarang dan Harapan Masa Depan
Tanggal Penulisan: 586 - 585 SM
Latar Belakang
Judul k...
Penulis : Yeremia
Tema : Kesusahan yang Sekarang dan Harapan Masa Depan
Tanggal Penulisan: 586 - 585 SM
Latar Belakang
Judul kitab ini diambil dari judul tambahannya dalam naskah PL terjemahan Yunani dan Latin -- "Ratapan Yeremia." PL Ibrani memasukkan kitab ini sebagai salah satu di antara lima kitab gulungan (bersama Rut, Ester, Pengkhotbah dan Kidung Agung) dari bagian ketiga Alkitab Ibrani, yaitu bagian _Hagiographa_ ("Tulisan-tulisan Kudus"); masing-masing dari kelima kitab ini secara tradisional dibacakan pada saat tertentu dalam tahun liturgi Yahudi. Ratapan ini ditetapkan untuk dibaca pada hari kesembilan dari bulan Ab (sekitar pertengahan Juli), bilamana orang Yahudi memperingati penghancuran kota Yerusalem. Versi Septuaginta menempatkan Ratapan langsung setelah kitab Yeremia, tempatnya dalam kebanyakan Alkitab masa kini.
Sudah lama para pakar Yahudi dan Kristen menyetujui bahwa Yeremia adalah penulis kitab ini. Di antara berbagai bukti yang mendukung kesimpulan ini terdapat yang berikut:
- (1) Dari 2Taw 35:25 kita mengetahui bahwa Yeremia biasa menggubah syair ratapan; apalagi, kitab nubuat Yeremia sering kali menyebut bagaimana ia meratapi kebinasaan Yerusalem yang akan datang. (lih. Yer 7:29; Yer 8:21; Yer 9:1,10,20).
- (2) Gambaran yang hidup dalam kitab Ratapan tentang peristiwa malapetaka itu memberikan kesan bahwa ini dikisahkan oleh seorang saksi mata; Yeremia adalah satu-satunya penulis kitab PL yang diketahui telah menyaksikan langsung musibah Yerusalem pada tahun 586 SM.
- (3) Terdapat beberapa persamaan tema dan gaya bahasa di antara kitab Yeremia dengan kitab ini. Misalnya, kedua kitab ini menghubungkan penderitaan Yehuda dan kebinasaan Yerusalem karena dosa dan pemberontakan yang terus-menerus terhadap Allah. Dalam kedua kitab ini Yeremia menyebut umat Allah sebagai "anak dara" -Nya (Yer 14:17; Yer 18:13; Rat 1:15; Rat 2:13). Fakta-fakta ini, bersama dengan kesamaan di antara kedua kitab ini dalam gaya penulisan syairnya, menunjuk kepada penulis yang sama.
Ketandusan Yerusalem digambarkan demikian jelas dan hidup dalam Ratapan sehingga menunjukkan bahwa peristiwa itu baru saja dialami penulisnya. Yeremia sendiri berusia 50-an ketika kota itu jatuh; dia mengalami sepenuhnya traumanya dan dipaksa ke Mesir pada tahun 585 SM (lih Yer 41:1--44:30), di mana dia wafat (mungkin sebagai orang syahid) dalam dasawarsa kemudian. Jadi, kitab ini mungkin sekali ditulis segera setelah pembinasaan Yerusalem (586-585 SM).
Tujuan
Yeremia menulis serangkaian lima ratapan untuk mengungkapkan kesedihan yang sangat dan penderitaan emosionalnya atas kerusakan Yerusalem yang tragis, termasuk
- (1) keruntuhan yang memalukan dari kerajaan dan keturunan Daud,
- (2) pembinasaan sama sekali dari tembok-tembok kota, Bait Suci, istana raja dan kota pada umumnya, dan
- (3) pembuangan yang menyedihkan ke Babel dari kebanyakan orang yang tidak dibunuh. "Yeremia duduk sambil menangis dan meratap dengan ratapan ini
atas Yerusalem," bunyi sebuah super skripsi pada kitab ini dalam versi Septuaginta dan Vulgata Latin. Dalam kitab ini, kesedihan sang nabi menyembur keluar bagaikan kesedihan seorang peratap pada saat penguburan kerabat dekat yang mati secara tragis. Semua ratapan ini mengakui bahwa tragedi tersebut merupakan hukuman Allah atas Yehuda karena pemberontakan berabad-abad para pemimpin dan penduduknya terhadap Dia; kini hari perhitungan telah tiba dan hari itu amat dahsyat. Dalam Ratapan, Yeremia bukan hanya mengakui bahwa Allah benar dan adil dalam segala jalan-Nya, tetapi juga bahwa Dia itu murah hati dan berbelas kasihan kepada mereka yang berharap kepada-Nya (Rat 3:22-23,32). Jadi, Kitab Ratapan memungkinkan umat itu memiliki pengharapan di tengah-tengah keputusasaan mereka dan memandang lebih jauh dari hukuman pada saat itu, kepada saat Allah akan memulihkan umat-Nya kelak.
Survai
Kitab ini merupakan serangkaian lima ratapan, tiap ratapan itu dalam sendirinya lengkap. Ratapan pertama (pasal 1; Rat 1:1-22) menggambarkan kerusakan Yerusalem dan ratapan sang nabi atas kota itu ketika ia berseru kepada Allah dalam penderitaan jiwanya; kadang-kadang ratapannya melambangkan ratapan Yerusalem (Rat 1:12-22). Dalam ratapan kedua (pasal 2; Rat 2:1-22), Yeremia melukiskan penyebab kerusakan ini sebagai murka Allah atas umat pemberontak yang menolak untuk bertobat. Musuh Yehuda menjadi sarana penghukuman Allah. Syair berikutnya (pasal 3; Rat 3:1-66) mendesak bangsa itu untuk ingat kembali bahwa Allah sungguh-sungguh pemurah dan setia, dan bahwa Dia itu baik kepada mereka yang mengandalkan diri-Nya. Yang keempat (pasal 4; Rat 4:1-22) mengulang kembali tema ketiga syair sebelumnya. Di dalam syair yang terakhir (pasal 5; Rat 5:1-22), setelah pengakuan dosa dan kebutuhan Yehuda untuk pengampunan, Yeremia berdoa kepada Allah untuk mengembalikan umat itu kepada perkenan-Nya lagi.
Kelima ratapan di dalam kitab ini, yang sama dengan jumlah pasalnya, masing-masing terdiri atas 22 ayat (kecuali pasal 3; Rat 3:1-66 yang memiliki 22 kali 3, yaitu 66 ayat); nomor 22 adalah jumlah huruf dalam abjad bahasa Ibrani. Empat syair pertama merupakan akrostik abjad, yaitu setiap ayat (atau dalam pasal 3; Rat 3:1-66 setiap perangkat dari tiga ayat) dimulai dengan huruf Ibrani yang berbeda dari _Alef_ hingga _Taw_. Susunan menurut abjad ini, di samping mempermudah penghafalan, juga melaksanakan mencapai dua hal.
- (1) Susunan ini menyampaikan gagasan bahwa ratapan-ratapan ini lengkap, meliputi segala sesuatu dari A hingga Z (Ibr- _Alef_ hingga _Taw_).
- (2) Dengan menyusun semua ratapan sedemikian, sang nabi dibatasi untuk terus-menerus meratap dan menangis; semua ratapan ada akhirnya, sebagaimana halnya suatu saat pembuangan akan berakhir dan Yerusalem akan dibangun kembali.
Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai kitab Ratapan.
- (1) Sekalipun di dalam Mazmur dan kitab para nabi ada ratapan pribadi dan ratapan umum, hanya kitab ini di Alkitab yang semata-mata terdiri atas syair-syair duka.
- (2) Susunan kesusastraan kitab ini sama sekali syair; dengan empat dari kelima syair itu bersifat akrostik (lihat alinea terakhir bagian "Survai"). Sesuai dengan susunan syair kitab ini, syair kelima juga terdiri atas 22 ayat.
- (3) Sedangkan 2Raj 25:1-30 dan Yer 52:1-34 melukiskan peristiwa sejarah pembinasaan Yerusalem, hanya kitab ini yang dengan hidup menggambarkan emosi dan perasaan orang-orang yang benar-benar mengalami musibah tersebut.
- (4) Pada inti kitab ini terdapat salah satu pernyataan paling kuat tentang kesetiaan dan keselamatan dari Allah di dalam Alkitab (Rat 3:21-26). Walaupun kitab Ratapan dimulai dengan sebuah ratapan (Rat 1:1-2), secara tepat kitab itu berakhir dengan nada pertobatan dan harapan untuk pemulihan (Rat 5:16-22).
- (5) Tidak ada kutipan dari kitab ini dalam PB selain beberapa ibarat (bd. Rat 1:15 dengan Wahy 14:19; Rat 2:1 dengan Mat 5:35; Rat 3:30 dengan Mat 5:39; Rat 3:45 dengan 1Kor 4:13).
Penggenapan Dalam Perjanjian Baru
Sekalipun Ratapan tidak dikutip sama sekali dalam PB, kitab ini memiliki relevansi langsung bagi mereka yang percaya pada Kristus. Seperti halnya Rom 1:18--3:20, kelima pasal ini meminta orang percaya untuk merenungkan kehebatan dosa dan kepastian hukuman ilahi. Pada saat yang sama, kitab itu mengingatkan bahwa oleh karena belas kasihan dan kemurahan Tuhan, keselamatan tersedia bagi orang-orang yang bertobat dari dosa mereka dan berbalik kepada-Nya. Selanjutnya, air mata sang nabi mengingatkan kita tentang air mata Yesus Kristus, yang menangisi dosa-dosa Yerusalem karena mengetahui kebinasaannya yang akan datang oleh tentara Romawi (Mat 23:37-38; Luk 13:34-35; Luk 19:41-44).
Full Life: Ratapan (Garis Besar) Garis Besar
I. Penghancuran Yerusalem
(Rat 1:1-22)
A. Gambaran Kota yang Dibinasakan Itu
(Rat 1:1-7)...
Garis Besar
- I. Penghancuran Yerusalem
(Rat 1:1-22) - A. Gambaran Kota yang Dibinasakan Itu
(Rat 1:1-7) - B. Penyebab Kebinasaan Kota Itu
(Rat 1:8-11) - C. Penderitaan Penduduk Kota Itu
(Rat 1:12-22) - II. Murka Allah dan Kesedihan Yerusalem
(Rat 2:1-22) - A. Murka Allah Terhadap Sion
(Rat 2:1-9) - B. Penderitaan Berat Penduduk Yerusalem
(Rat 2:10-17) - C. Permohonan Nabi akan Belas Kasihan
(Rat 2:18-22) - III.Umat Allah yang Tersiksa dan Harapan Mereka
(Rat 3:1-66) - A. Seruan Keputusasaan
(Rat 3:1-18) - B. Pengakuan Adanya Pengharapan
(Rat 3:19-39) - C. Panggilan untuk Bertobat
(Rat 3:40-42) - D. Penderitaan Sang Nabi
(Rat 3:43-54) - E. Doa Sang Nabi
(Rat 3:55-66) - IV. Masa Lampau, Masa Kini dan Masa Depan Sion
(Rat 4:1-22) - A. Perbandingan Masa Lalu dan Masa Kini Sion
(Rat 4:1-12) - B. Penyebab Sion Dihancurkan
(Rat 4:13-20) - C. Hukuman bagi Edom dan Pemulihan Yehuda
(Rat 4:21-22) - V. Doa Memohon Pemulihan
(Rat 5:1-22) - A. Kebutuhan akan Pengampunan
(Rat 5:1-15) - B. Pengakuan Dosa
(Rat 5:16-18) - C. Permohonan untuk Pemulihan
(Rat 5:19-22)
Matthew Henry: Ratapan (Pendahuluan Kitab)
Karena apa yang dikatakan Salomo, meskipun bertentangan dengan pendapat dunia secara umum, pasti benar, bahwa bersedih lebih baik dari pada tert...
- Karena apa yang dikatakan Salomo, meskipun bertentangan dengan pendapat dunia secara umum, pasti benar, bahwa bersedih lebih baik dari pada tertawa, dan pergi ke rumah duka lebih baik dari pada pergi ke rumah pesta, maka alangkah baiknya jika kita membaca dan merenungkan pasal-pasal yang memilukan dari kitab ini, bukan hanya dengan rela hati, tetapi juga dengan harapan untuk membangun diri kita sendiri olehnya. Dan, supaya kita dapat melakukan ini, kita harus mempersiapkan diri kita supaya boleh turut bersedih dengan hati yang kudus dan ikut menangis bersama sang nabi yang menangis. Marilah kita renungkan,
- I. Judul kitab ini. Dalam bahasa Ibrani, kitab ini memiliki satu judul, tetapi disebut (seperti kitab-kitab Musa) berdasarkan kata yang pertama, Ecah GÇô Bagaimana. Tetapi para penafsir Yahudi menyebut judul tersebut, seperti orang-orang Yunani, dan kita mengikuti mereka, Kinoth GÇô Ratapan (-ratapan). Sama seperti kita mempunyai syair-syair atau nyanyian-nyanyian rohani yang mengungkapkan sukacita, demikian pula kita mempunyai sajak-sajak atau nyanyian-nyanyian rohani yang mengungkapkan ratapan. Sedemikian beragamnya cara-cara yang dipakai oleh sang Hikmat Tak Terbatas untuk bekerja pada diri kita dan menggugah perasaan-perasaan kita, supaya Ia bisa melembutkan hati kita dan menanamkan hati itu dengan kebenaran-kebenaran ilahi, seperti layaknya lilin meterai. Kami tidak hanya sudah meniup seruling bagimu, tetapi juga sudah menyanyikan kidung duka (Mat. 11:17).
- II. Penulis kitab ini. Penulisnya Yeremia sang nabi, yang di sini menjadi Yeremia sang penyair. Jadi ia nabi sekaligus penyair. Oleh karena itulah kitab ini pantas ditempatkan setelah kitab nubuatnya, dan seperti menjadi lampiran untuk nubuatnya itu. Dalam kitab nubuatnya kita sebagian besar mendapati nubuat-nubuat tentang kehancuran Yehuda dan Yerusalem, dan kemudian sejarah tentang keduanya, untuk menunjukkan betapa nubuat-nubuat itu digenapi dengan tepat, untuk meneguhkan iman kita. Sekarang dalam kitab ini kita mendapati ungkapan-ungkapan dukacita sang nabi atas peristiwa-peristiwa itu, untuk menunjukkan betapa ia sangat tulus dalam pernyataan-pernyataan yang sering kali dibuatnya bahwa ia tidak menginginkan hari celaka, tetapi bahwa, sebaliknya, penglihatan akan hari itu justru memenuhi dirinya dengan kepahitan. Ketika ia melihat malapetaka-malapetaka ini dari kejauhan, ia berharap sekiranya kepalanya penuh air dan matanya jadi pancuran air mata. Dan, ketika malapetaka-malapetaka itu datang, ia memperlihatkan bahwa ia tidak menutup-nutupi keinginan itu, dan bahwa ia sama sekali tidak membenci negerinya, yang merupakan kejahatan yang dituduhkan kepadanya oleh musuh-musuhnya. Negerinya sudah berlaku sangat jahat terhadapnya, dan kehancurannya merupakan bukti bahwa ia adalah nabi yang benar, dan sekaligus menjadi penghukuman terhadap mereka karena menganiaya dia yang dituduh sebagai nabi palsu. Bisa saja ia tergoda untuk bersorak-sorai atas kehancuran negeri itu, namun ia meratapinya dengan sedih. Dan dalam hal ini ia menunjukkan perangai yang lebih baik daripada perangai Yunus berkenaan dengan Niniwe.
- III. Terjadinya Ratapan-ratapan ini. Ratapan-ratapan ini timbul karena terjadinya kehancuran Yehuda dan Yerusalem oleh tentara Kasdim dan bubarnya pemerintahan Yahudi, baik masyarakat maupun jemaat, sebagai akibat kehancuran itu. Sebagian dari rabi-rabi beranggapan Ratapan-ratapan ini dituliskan Yeremia oleh karena kematian Yosia, yang disebutkan dalam 2 Tawarikh 35:25. Tetapi, meskipun benar bahwa kematian Yosia itu membukakan pintu bagi semua malapetaka yang mengikutinya, namun Ratapan-ratapan ini tampak dituliskan ketika Yeremia melihat langsung, dan bukan ketika ia mendapat penglihatan tentang, malapetaka-malapetaka itu. Jadi ratapan ditulis ketika malapetaka-malapetaka itu sudah datang, dan bukan ketika masih jauh. Dan dalam ratapan-ratapan ini tidak ada ditujukan sesuatu tentang Yosia, dan pujian terhadapnya, seperti yang pasti harus ada bila ratapan-ratapan itu memang untuk dia. Tidak, pemakaman Yerusalemlah yang menjadi pokok bahasan sajak ini. Sebagian rabi lain berpendapat bahwa Ratapan-ratapan ini termuat dalam gulungan kitab yang ditulis Barukh dari mulut Yeremia, dan yang dibakar Yoyakim. Dan mereka mengemukakan bahwa pada awalnya dalam kitab ini hanya ada pasal 1, 2, dan 4, tetapi bahwa dalam pasal 3 dan 5 ada banyak perkataan seperti itu yang kemudian ditambahkan. Tetapi pendapat ini hanyalah angan-angan yang tidak berdasar. Gulungan kitab itu dengan tegas dikatakan sebagai pengulangan dan ringkasan dari khotbah-khotbah sang nabi (Yer. 36:2).
- IV. Penyusunan ini. Penyusunannya tidak hanya bersifat puitis, tetapi juga menurut urutan abjad, semuanya kecuali pasal 5, seperti halnya beberapa mazmur Daud. Setiap ayat dimulai dengan huruf dalam urutan abjad Ibrani, pertama alef, kedua beth, dst. Tetapi pasal 3 adalah abjad rangkap tiga, tiga ayat pertama dimulai dengan alef, tiga ayat berikutnya dimulai dengan beth, dst. Hal ini membantu ingatan (karena lagu-lagu pendek yang memilukan ini dimaksudkan untuk dihafal) dan penulisannya elok menurut penilaian pada waktu itu, dan karena itu tidak boleh dipandang rendah sekarang. Mereka mencermati bahwa dalam pasal 2, 3, dan 4, huruf pe ditempatkan sebelum ain, yang dalam semua abjad Ibrani seharusnya ditempatkan sesudahnya. Untuk alasan itu, Dr. Lightfoot menawarkan dugaan ini, bahwa huruf ain, yang merupakan huruf bilangan untuk Septuaginta (LXX; Alkitab terjemahan bahasa Yunani GÇô pen.), dengan ditaruh di tempat yang salah seperti itu, menjadi menakjubkan, untuk mengingatkan mereka akan tujuh puluh tahun yang pada akhirnya Allah akan memulihkan pembuangan mereka.
- V. Kegunaannya. Kegunaanya sangat besar, tidak diragukan lagi, bagi orang-orang Yahudi yang saleh dalam penderitaan-penderitaan mereka. Kitab ini melengkapi mereka dengan bahasa rohani untuk mengungkapkan kesedihan alami mereka, membantu melestarikan ingatan yang tetap segar akan Sion di antara mereka, dan anak-anak mereka yang tidak pernah melihatnya, ketika mereka berada di Babel. Hal ini bisa mengarahkan air mata mereka kepada saluran yang tepat (sebab di sini mereka diajar untuk berduka atas dosa dan berduka kepada Allah). Bersamaan dengan itu, kitab ini mendorong harapan-harapan mereka bahwa Allah masih akan kembali dan berbelas kasihan terhadap mereka. Dan kitab ini berguna bagi kita, untuk membuat kita tergerak dengan dukacita menurut kehendak Allah atas malapetaka-malapetaka yang menimpa jemaat Allah, seperti yang sepatutnya dirasakan oleh orang-orang yang merupakan anggota-anggota jemaat Allah yang giat, dan yang menetapkan hati untuk ambil bagian bersama jemaat.
Jerusalem: Ratapan (Pendahuluan Kitab) RATAPAN
Kitab kecil Ratapan dalam Alkitab Ibrani termasuk Ketubim atau Hagiographa (Tulisan-tulisan). Dalam bagian Ketubim ini kitab Ratapan termasuk ...
RATAPAN
Kitab kecil Ratapan dalam Alkitab Ibrani termasuk Ketubim atau Hagiographa (Tulisan-tulisan). Dalam bagian Ketubim ini kitab Ratapan termasuk "lima gulungan" yaitu "megillot" yang dibacakan pada hari-hari Yahudi. Dalam Alkitab Yunani ddan Vulgata, kitab Ratapan menyusul kitab Yeremia dan diberi judul yang menunjukkan Yeremia sebagai pengarangnya. Tradisi yang menganggap Yeremia sebagai pengarang kitab Ratapan berlandaskan 2Taw 35;25 dan didukung isi sajak-sajak itu, yang memang bersesuaian dengan keadaan di zaman Yeremia. Namun tradisi ini tidak dapat dipertahankan. Yeremia, sejauh kita mengenalnya dari nubuat-nubuat yang pasti berasal dari padanya, tidak mungkin berkata, bahwa "nabi-nabi tidak menerima lagi wahyu", Yer 2:9. Tidak mungkin juga, bahwa Yeremia memuji Zedekia, Yer 4:20, atau mengharapkan bantuan dari Mesir, Yer 4:17. Bakat Yeremia yang sangat spontan sulit disesuaikan dengan gaya kitab Ratapan yang bercirikan bahasa kaum terpelajar. Empat sajak pertama kitab Ratapan digubah menurut abjad. Artinya: masing-masing bait mulai dengan salah satu huruf menurut urutannya dalam abjad. Bait kelima berjumlah tepat 22 ayat, yaitu sesuai dengan jumlah huruf abjad Ibrani.
Bab 1, 2 dan 4 kitab Ratapan termasuk jenis sastera lagu-lagu pengubahan. Bab 3 adalah sebuah lagu ratapan perorangan. Bab 5 adalah lagu ratapan umum. (Bab ini dalam bahasa Latin berjudul "Doa Yeremia"). Kitab Ratapan agaknya digubah di Palestina, sesudah kota Yeremia jatuh ke dalam tangan Nebukadnezar, pada thn. 587. Kitab ini kiranya seorang pengarang saja, yang mengungkapkan, rasa duka- cita kota Yerusalem serta penduduknya, dengan kota-kota yang sangat memilukan hati. Walaupun demikian sajak-sajak yang penuh kedukaan ini memancarkan suatu kepercayaan pada Allah yang tidak tergoyahkan serta rasa sesal hati yang mendalam. Kepercayaan dan rasa sesal hati itulah yang menjadikan kitab Ratapan berharga untuk segala zaman. Orang-orang Yahudi melagukan kitab Ratapan pada hari puasa (besar), yang memperingati kehancuran Bait Suci. Liturgi Gereja katolik memanfaatkan kitab ini dalam Pekan Suci yaitu di masa renungan mengenai drama yang pernah berlangsung di gunung Kalvari.
BARUKH
Kitab Barukh termasuk kitab-kitab deuterokanonika, yang tidak tercantum dalam Alkitab Ibrani. Alkitab Yunani (LXX) menempatkan kitab ini antara kitab Yeremia dan kitab Ratapan. Dalam terjemahan Latin, Vulgata, kitab Barukh menyusul kitab Ratapan. Menurut kata pendahuluan, Bar 1:1-14, kitab ini dikarang oleh Barukh, juru tulis nabi Yeremia, di Babel sesudah orang-orang Yahudi diangkat ke pembuangan Kitab ini dikirim ke kota Yerusalem untuk dibicarakan dalam upacara- upacara ibadat. Isi kitab Barukh terdiri atas: sebuah doa pengakuan dosa dan harapan Bar 1:15-3:8, sebuah sajak kebijaksanaan, Bar 3:9-4:4, di mana pengarang menyamakan Hikmat dengan hukum Taurat, dan sebuah nubuat, Bar 4:5- 5:9; dalam bagian terakhir ini Yerusalem dipribadikan dan berkata-kata kepada kaum buangan, sedangkan nabi memberi hati dengan mengingatkan zaman Mesias.
Kata pendahuluan kitab Barukh aslinya ditulis langsung dalam bahasa Yunani. Doa yang tercantum dalam Bar 1:15-3:8, yang mengembangkan doa yang terdapat dalam Dan 9:4-19, aslinya pasti dikarang dalam bahasa Ibrani. Mungkin sekali kedua bagian kitab Barukh berikut juga aslinya dikarang dalam bahasa yang sama. Seluruh kitab agaknya digubah di pertengahan abad ke-1 seb. Mas.
Dalam Alkitab Yunani (LXX) kitab Barukh dipisahkah dari kitab Surat Yeremia padahal Vulgata menyatukan Surat Yeremia dengan kitab Barukh, bab 6, dan memberi kepadanya judul tersendiri.
Surat Yeremia adalah suatu urauan yang menyerang pemujaan berhala. Dengan gaya bahasa yang dangkal pengarangnya menguraikan beberapa pokok yang sudah digarap dalam Yer 10:1-16 dan Yes 44:9-20. Pemujaan berhala yang diserang ialah yang lazim di negeri Babel di zaman agak belakangan. Surat Yeremia yang aslinya mungkin dikarang dalam bahasa Ibrani itu berasal dari zaman Yunani. Tetapi tanggal penyusunannya tidak dapat dipastikan lebih jauh. 2Mak 2:1-3 barangkali menyinggung tulisan itu.
Di Qumran ditemukan sebuah kepingan suatu naskah Yunani Surat Yeremia. Menurut ilmu paleografi kepingan itu berasal dari sekitar thn. 100 seb. Mas.
Nilai utama kumpulan tulisan-tulisan yang dihubungkan dengan Barukh itu ialah: ia memperkenalkan kepada kita kehidupan jemaat Yahudi di perantauan. Kita mendapat tahu, bahwa hidup keagamaan jemaat itu dipupuk oleh hubungan erat dengan kota Yerusalem oleh doa, rasa hormat keagamaan terhadap hukum Taurat, semangat balas dendam kepada musuh dan impian tentang zaman Mesias kelak. Bersama dengan kitab Ratapan tulisan-tulisan itu memberi kesaksian, bahwa diri Yeremia telah dikenang. Sebab kitab Ratapan dan kitab Barukh dihubungkan dengan Yeremia dan muridnya, Barukh. Diri Barukh masih lama dikenang juga. Sebab dalam abad ke-2 Mas. ada dua Apokalips yang dikatakan karangan Barukh, yang satu berbahasa Yunani dan yang lain berbahasa Siria (ada yang beberapa kepingan sebuah terjemahan Yunani).
Ende: Ratapan (Pendahuluan Kitab) RATAPAN
PENDAHULUAN
Untuk kitab sutji, jang terdjemahannja kami sadjikan ini, dipilih nama "Lagu2
Ratap", sebagai terdjemahan nama Latin "Lamentatione...
RATAPAN
PENDAHULUAN
Untuk kitab sutji, jang terdjemahannja kami sadjikan ini, dipilih nama "Lagu2 Ratap", sebagai terdjemahan nama Latin "Lamentationes" dan nama Junani "Threnoi". Dalam Kitab sutji Hibrani kitab itu tidak mempunjai nama sendiri dan disebut dengan kata permulaan teksnja, jaitu "ekah"(Aduh), seperti djuga kelima kitab Musa dinamakan menurut kata permulaannja. Namun demikianlah orang2 Jahudipun mengenal nama jang lain, jakni "Qinot", jang artinja djuga "Lagu Ratap". Tetapi nama ini kiranja dari waktu belakangan.
Namun "Lagu Ratap" itu dipilih karena dan sesuai sepenuhnja dengan isi kelima lagu, jang dikumpulkan dalam kitab tersebut. Sebab memang adalah "Lagu2 dukatjita", paling tidak dalam garis besarnja. Dewasa ini orangmembedakan 'lagu2 perkabungan' dan "lagu2 ratap". Dalam lagu perkabungan dilagukan kematian seseorang dan lagu2 matjam ini termasuk dalam upatjara penguburan. Didalamnja kebadjikan2 orang jang mati dipudji dan disesalkan kepergianja, jang dipandang sebagai achir jang definitif. Didalamnja tidak diutjapkan doa dan tidak terdengar harapan akan hidup lain yang lebih baik. Karena itu lagu2 perkabungan itu sedikit sekali atau se-kali2 tidak bertjorak keigamaan. Mula2 dimasudkan untuk orang2 tertentu, tetapi kemudian lagu2 perkabungan itu dialihkan kepada keruntuhan sesuatu bangsa atau kota, jang dengan sendirinja lalu diperorangkan. Kitab Sutji memelihara beberapa lagu perkabungan dari Israil djaman kuno (II Sjem. 1,18-17;3,33-34;JS 23,1-14;Jr 22,18). Nabi2 kadang menggunakan djenis kesusasteraan ini sebagai sindiran terhadap bangsa2 asing (Amos 5,2; Js. 14,4- 21; Jr.23,1-2; Jehesk. 26,15-16). Lagu2 ratap, entah perseorangan entah kolektif, mempunja tjorak lain. Didalam dilagukan malapetaka pribadi atau kolektif (sakit, kekalahan dalam perang dan sebagainja), dan lagu2 tersebut merupakan suatu doa kepada Allah didalam kesesakan. Dalam doa tersebut dikemukakan segala alasan, untuk mendesak Tuhan kepada belaskasihan dan pertolongan. Djadi, lagu2 tersebut mempunjai tjorak keigamaan jang lebih kuat daripada lagu2 perkabungan. Malapetaka, jang menimpa diri si penjanji (atau masjarakat), dilukiskan sedikit banjak setjara pandjang dengan rumus2 jang lazim. Karena itu sering sulitlah menentukan, dalam kesesakan mana si penjanji berada. Kitab Sutji, chususnja kitab mazmur, memelihara sedjumlah lagu2 ratap jang individuil dan kolektif. Dalam kitab "Lagu2 Ratap", kedua sastera itu bertjampur-aduk. Djelaslah, bahwa 1.2.4 adalah lagu perkabungan jangsesungguhnja tentang kehantjuran Jerusjalem, tetapi toh bertjampur dengan motif lagu ratap dan bertjorak keigamaan. Lagu 3 dan 5 lebih mirip lagu ratap, jang kolektif dalam 5 dan individuil dalam 3, walaupun dalam lagu 3 pun objeknja adalah suatu kolektivitas.
Kelima lagu kitab itu dituang dalam bentuk jang chas. Sebab semuanja lebih
kurang mengambil abdjad Hibrani sebagai dasar, walaupun masing2 agak lain
bentuknja. Lagu 1-4 adalah apa jang disebut acrosticon. Artinja sandjak itu
dibuat menurut abdjad begitu rupa, sehingga tiap2 bagian dimulai dengan huruf
berikutnja dalam abdjad. Lagu pertama dan kedua bersesuai dalam hal ini,
bahwasanja tiap2 bait terdiri atas tiga baris, dimulai dengan huruf berikutnja
dari abdjad, tetapi baris kedua dan ketiga dalam tiap2 bait dimulai dengan huruf
apapun. Perbedaan ketjil antara kedua lagu itu ialah bahwa urutan huruf abdjad
tidaklah sama, jakni 'ain-pe dan pe-'ain. Lagu keempat sama susunannja dengan
lagu kedua, tetapi dalam lagu keempat tiap2 huruf abdjad hanja mendapat dua
baris. Dalam lagu ketiga alfabetisme didjalankan palingdjauh. Sebab dalam lagu
ketiga bukan hanja tiap2 bait sadja dimulai dengan huruf berikutnja, tetapi
tiap2 baitpun mengulang huruf jang sama sampai tiga kali sebagai permulaan tiap2
baris. Dalam Kitab Sutji, chususnja dalam kitab mazmur
(9.10.25.34.37.111.112.119.145), tetapi djuga dalam kitab2 lainnja (
Dalam Kitab Sutji Hibrani Lagu2 ratap tertera dalam apa jang disebut "megillot", atau lima gulungan; jaitu tulisan2 ketjil (Rut, Ester, Pengch. Md.Ag.,Lg.Rt),jang dibatjakan pada perajaan2 tertentu didalam synagoga. Lagu2 Ratap diuntukkan hari puasa, guna memperingati djatuhnja Jerusjalem, tanggal 9 Ab (Agustus). Alasan liturgis itu agaknja alasan satu2nja jang sesungguhnja,jang menentukan tempatnja sekarang didalam kanon. Daripadanja tidak dapat ditarik kesimpulan satupun berkenaan dengan kitab itu sendiri. Dalam terdjemahan Junani dan Latin oleh karenanja djuga mendapat tempat jang berlainan sama sekali, jaitu dipertalikan dengan kitab Jeremia. Perbedaan jang tak begitu penting ialah, bahwa dalam terdjemahan Junani kitab itu terpisah dari kitab Jeremia oleh kitab Baruch, sednagkan dalam terdjemahan Latin tempatnja segera sesudah kitab Jeremia dan diikuti kitab Baruch tetapi gandingan antara Lagu2 Ratap dan Jeremia adalah begitu eratnja. sehingga pengarang2 Kristen Kuno sering mengutipnja dengan nama Jeremia sebagai sebagian dari kitabnja. Ada puloa saksi2 lama, jang mengatakan, bahwa kitab itu pada orang2 Jahudi mula2 termasuk pula dalam kitab Jeremia atau se-tidak2nja sangat erat gandingannja dengannja. Tempatnja jangsekarang didalam Kitab Sutji Hibrani agaknja bukan jang paling kuno.
Lama orang menerima begitu sadja, bahwa Jeremia adalah pengarang kitab itu. Baru
dalam abad ke 18 orang mulai menjangsikannja, kesangsian itu achirnja mendjadi
umum. Dalam naskah2 terdjemahan Junani kitab itu dengan tegas disebut dengan
nama Jeremia, sebagaimana djuga halnja dalam naskah2 terdjemahan Latin. namun
demikian, djudul kitab tersebut, walaupun dari djaman kuno dansuatu terdjemahan
dari bahasa Hibrani, tidak aseli djuga dalam terdjemahan Junani. Terdjemahan2
Kuno lainnja tidak mengenal djudul itu dan djuga dalam teks Latin Vulgata
tidaklah terdapat dalam sebuah naskah dari djaman kuno. Pengarang2 kuno umumnja
mengikuti tradisi tersebut. Tetapi tradisi itu agaknja melulu berdasarkan suatu
tafsir Jahudi mengenai IITwr. 35,25, dalam mana disebutkan, bahwa Jeremia
mengarang sebuah lagu ratap pada waktu gugurnja josjijahu dalam pertempuran di
Megido. Orang mempertalikan Lag.Rt.4,20 denganitu dan demikian timbullah
anggapan, bahwa Lagu2 Ratap ditulis oleh nabi Jeremia. Dasar anggapan tersebut
adalah sangat sempit dan pastilah tidak tjukup untuk membuktikan,bahwa Jeremia
sungguh pengarang kitab itu. Anggapan itu memang dapat dipahami Sebab Lagu2
ratap adalah sedjalan seluruhnja dengan nubuat2 Jeremia; dan apabila orng mesti
mentjari nama untuk kumpulan ta-bernama dari lagu2 sematjam itu, maka nama
Jeremia adalah serasi. Tetapi betapapun djua mudah dimengerti, namun dengan itu
bukti belumlah diberikan, dan oleh karenanja djuga tidak sedikitlah keberatan,
jangdikemukakan terhadap tradisi jang ber-abad2 lamanja itu. Ditundjukkanlah,
bahwa Kitab Sutji Hibrani tidak mengatakan kitab itu dari Jeremia asalnja, hal
mana tentunja akan terdjadji apabila ahli2 Jahudi, jang telah memberikan
urutannja jang sekarang mengetahui barang sedikit tentang hal itu. Tetapi
argumen itu tidak membuktikan banjak. Sebab djika menurut aselinja Lagu2 ratap
itu adalah sematjam lampiran pada kitab Jeremia dan baru kemudian terpisah
daripadanja karena alasan2 praktis, maka kiranja akan dipahami pula, bahwa ahli2
itu tidak memandang ahli2 itu tidak memandang perlu untuk menjebutkan dengan
tegas, bahwa lagu2 itu dari Jeremia asalnja. Mereka dapat memandang hal itu
sudah dikenal umum. Selandjutnja dikemukakan pula bahasa, jang digunakan dalam
kitab itu. bahasanja betul memperlihatkan suatu kemiripan dengan bahasa Jeremia,
tetapi sebaliknja djuga perbedaan jangmenjook dengan bahasa nabi tersebut,
diiringi dengan suatu kesamaan dengan bahasa Jeheskiel, dan menggunakan bagian
kedua Jesaja. Tambahan pula ada kesamaan dengan kitab2 lainnja dari Kitab Sutji
(3,6: Mzm 143,2-3,15: Ijob 9,19;3,17:Mam 88,15,3,37:Mzm 33,9; 1,10: Ul 23,3).
Dikemukakan pula pertentangan dalam hal gagasan antara Jeremia dan Lg.Rt.(4,20,
jang menjebutkan Sedekia tidaklah sesuai dengan pandangan Jeremia tentang radja
tersebut.Jr.22,13-38'37,17-18;dan 4,17 sukarlah ditjotjokkan dengan
Djika bukan jeremia pengarang kitab itu, siapakah gerangan pengarangnja? Ada ahli, jang mengatakan lagu2 itu dikarang oleh pelbagai pengarang jang anonim. Kata mereka, kesemunja itu dsatukan karena lagu2 itu memperbintangkan tjema jang sama, bukan karena sama pengarangnja. Argumen2 jang dikemukakan, tidak begitu mejakinkan. Karena itu ahli lain berpegang teguh pada satu pengarang. Argumen2 jangdikemukaan oleh para pendukung pendapat tersebut pada hemat kami lebih kuat daripada argumen2 dari pendapat pertama, jang mengira harus menerima panjair tersendiri untuk tiap2 lagu. Hanja mengenai lagu 1 dan lagu 5 kiranja harus diterima, bahwa itu ditulis oleh pengarang lain. Adapun sebabnja maka lagu pertama dipisahkan dari lagu2 lainnja terutama ialah bahwa dalam lagu pertama digunakan urutan lain mengenai huruf Hibrani. Lagu kelima berlainan tjorakknja dengan jang lain2 begitu rupa, sehingga sukarlah berasal dari penjair jang sama. Sebab lagu kelima lebih merupakan suatu doa liturgis daripada lagu ratap.
Oleh karena semu lagu itu dan tjaranja tehme itu diperbintjangkan, haruslah semuanja itu terdjadi sebelum achir pembuangan, sebelum th. 538. Sebab lagu2 itu mengenai kehantjuran Jerusjalem dankebinasaan baitullah; dan didalam kitab itu tidak terdapat tanda satupun, bahwa hal itu sudah lama lampau. Selandjutnja orangpun sependapat, bahwa lagu2 itu dikarang tidak lama sesudah kedjadian2 itu, djadi tidak lama sesudah 587. Hanja untuk lagu pertama oleh beberapa ahli diadakan keketjualian, sedjauh mereka berpendapat, bahwa lagu tersebut ditjiptakan sebelum perebutan Jerusjalem dalam tahun 587. Dalam lagu tersebut betul disebutkan tentang pembuangan,tapi tidak tentang kehantjuran Jerusjalem. Karena itu kata mereka lagu itu ditulis setelah deportasi setjara besar2an jang pertama dalam tahun 598 dan sebelum 587. Djuga lagu ketiga oleh beberapa ahli hendak ditanggalkan pada tahun jang lain jaitu kemudian daripada lagu 2,4 dan 5. Lagu tersebut kata mereka sangat samar2 dan umum tjoraknja, sehingga agaknja tidak mengingat kedjadian2 konkrit. Lagipula sangat tergantung dari beberapa mazmur (3,9:Mzm 142,3;3,17.55.56: Mzm 88,7.10.15'3,37: Mzm 33,9. Lagu itu baru kemudian ditambahkan kepada kumpulan lagu2 ratap jangsudah ada (lih. keterangan 3,1).
Sukarlah menentukan dimana lagu2 itu dikarang. Beberapa ahli mengira di Babel, sedangkan ahli2 lain mentjari tempat-tinggal si penjair di Mesir (Jeremia). Tetapi lebih mungkinlah tanah asal-usulnja ialah Palestina, jaitu di Jerusjalem sendiri. Sebab disitulah ibadah tetap dilangsungkan ditempat baitullah jang hantjur itu (Jr 41,5). Agaknja di Jerusjalem segera dikenal pula suatu perajaan chusu sebagai peringatan kepada djatuhnja Kota dan hantjurnja baitulah (Zak.7,3;8,17). Lagu ratap serasi sekali dengan liturgi sematjam itu, sehingga Jerusjalem paling besar kemungkinannja sebagai tempat asal-usul lagu2 itu.
Isi keigamaan Lagu2 Ratap memberikan nilainja jang chas dan tetap kepada kitab itu. Tidak dapat tidak njanjian2 jang monoton itu mengingatkan kepada bentjana jang terbesar, jang pernah menimpa umat Allah jang lama. Pemandangan jang menjuedihkan itu dilukiskan dengan pandjang lebar dan kadang2 sampai perkara ketjil jang mengerikan. Tetapi lagu2 itu tidak hanja sampai kesia sadja. Keruntuhan tersebut bukanlah pekerdjaan takdir jang tak dapat dielakkan, jang setjara buta menjerbukan diri kepada bangsa itu. Latarbelakang drama jang mengerikan itu ialah dosa, ketidak-setiaan umat kepada Allahnja (1,5.14.18;3,42;4,6;5,16). Dosa itulah jang dihukum oleh keadilan Allah, karena Allah kan "tidak dengan ichlas hati merendahkan dan merundung" (3,33). Bentjana tersebut adalah suatu pemaklum, baik dari dosa maupun dari keadilan Allah. Ia telah menaruh sedjarah akan kegunaan sifat tersebut. Bukannja salah seorang jang besar, melainkan Allah sendiri memimpin balatentara, jang membasmi Jerusjalem (1,5.12.15;2,1-8.17.22;,3,2-16.38;4,11.16;5,16.21). Bukan pula sesuatu individu sadjalah, jang membangkitkan murka Allah dengan dosanja, melainkan adalah seluruh bangsa, jang berbuat dosa(3,34-36;5,7.16). Namun demikian, malapetaka itu tidaklah dimaksudkan se-mata2 sebagai hukuman, tetapi djuga sebagai djalan untuk bertobat (3,23.40.41;5,22); dan pertobatan itu sendiri adalah suatu kurnia dari Allah jang baik (3,25), milik-pusaka Israil jang tetap (3,24). Karena itu, asal sadja ada keinsjafan telah berbuat dosa dan ada sesal, maka selalu ada harapan pada Allah jang rahim, baik dan mahakuasa. Lahu2 Ratap bukanlah tjontoh bagi keputus-asaan existensialistis, melainkan tjontoh kepertjajaan jang penuh harapan danpengharapan jang pertjaja akanhari depan (3,26-31).
Djika dibatja setjara demikianlah, maka lagu2 ratap itu tetap mempunjai artinja, djuga didalam Perdjadjian Baru. Didalam literatur Katolik lagu2 itu digunakan dalam Pekan Sutji, pada perajaan peringatan wafat Penebus. Inilah bentjana jang terbesar didalam sedjarah dunia; dan memang ada alasan untuk melambungkan lagu dukatjita karena manifestasi jang terhebat dari dosa dan pengadilan. Tetapi karena Allah jang mengadili, maka didalam bentjana terdapatlah bibit kebangkitan dan kehidupan, pendekatan antara Allah dan manusia. Dan djustru karena itulah lagu2 ratap dengan kepertjajaannja penuh harapan itu serasi sekali dengan upatjara2 peringatan akan wafatnja Penebus, jang membawa kehidupan kita. MempelaiNja (Geredja) dapat menjanjikan lagu2 sedih itu sebagai pernjataan tjintakasihnja, tetapi djuga sebagai -permakluman dosa dan pengadilan , jang djuga dikenal oleh mempelai tersebut; namun suatu pengadilan jang merupakan djalan kekebangkitan, ke Paska. djuga mempelai Kristus harus melalui derita sebagai hukuman jang adil, untuk dapat bersukatjita dalam Kehidupan itu.
TFTWMS: Ratapan (Pendahuluan Kitab) JERIT KEPRIHATINAN RATAPAN 2
Dihancurkan Oleh Sang Pencipta
Pasal kedua dibuka dengan keterkejutan "Ah …!" dan mengalir melalui beberap...
JERIT KEPRIHATINAN RATAPAN 2
Dihancurkan Oleh Sang Pencipta
Pasal kedua dibuka dengan keterkejutan "Ah …!" dan mengalir melalui beberapa adegan kesengsaraan. Dalam 2:1-10, api yang menghanguskan dan menghancurkan ini dikaitkan dengan yang Mahakuasa. Ia diacukan sebagai "Tuhan" 8 kali, bersama dengan kata ganti orang "Ia" (23 kali) dan "[milik]-Nya" (14 kali). Seperti senjata yang menembak cepat, acuan-acuan itu mengaitkan Allah dengan penderitaan dan pembantaian. Allah berulang kali diidentifikasi sebagai sumber kesusahan yang telah menimpa kota yang babak belur ini dan penduduknya. Dalam ayat-ayat ini, korban kekerasan ini (2:6) diidentifikasi sebagai "puteri Sion" (4 kali), "Sion" (sekali), "puteri Yehuda" (dua kali), "Yakub" (dua kali) , "Israel" (3 kali) atau dengan bentuk kata ganti "nya [benda]" (3 kali) dan "nya [perempuan]" (6 kali). Motivasi bagi Allah untuk mengangkat senjata terhadap umat-Nya itu secara jelas dinyatakan sebagai kemarahan, atau murka-Nya (2:1 [dua kali], 2, 3, 4, 6).1
Setelah penggambaran yang sangat jelas tentang adegan itu (2:1-10), nabi yang berduka itu menyatakan perasaannya relatif terhadap penderitaan kaum itu (2:11-13). Penyebab yang menghenyakkan penderitaan mereka diberikan dalam ayat 14, diikuti oleh adegan perayaan oleh musuh (2:15, 16). Penderitaan itu kemudian dirangkum sebagai rancang-an Tuhan (2:17). Meski penderitaan itu sudah sangat mengerikan bagi Israel, namun kebutuhan mereka yang sesungguhnya adalah berpaling kepada Allah, seperti yang dinyatakan dalam ayat 18 dan 19. Adegan penutup dalam ratapan ini diungkap ketika jiwa-jiwa yang terluka itu menjerit minta kelepasan (2:20-22).
TFTWMS: Ratapan (Pendahuluan Kitab) Belajar Dari Ratapan 2(Ratapan 2)
Pasal 2 relatif sejajar dengan komentar Paulus dalam Roma 11:22 tentang "kemurahan Allah dan juga kekerasan-Ny...
Belajar Dari Ratapan 2(Ratapan 2)
Pasal 2 relatif sejajar dengan komentar Paulus dalam Roma 11:22 tentang "kemurahan Allah dan juga kekerasan-Nya." Paulus menambahkan, "… yaitu kekerasan atas orang-orang yang telah jatuh."Apakah tingkat kekerasan Allah pernah secara lebih keras diperlihatkan selain daripada adegan-adegan yang menghenyakkan dalam Ratapan 2? Dari awan yang menutupi Sion dalam murka-Nya (2:1) hingga permohonan dalam ayat 20, pasal ini menunjukkan penderitaan dan kengerian yang mendalam atas hukuman yang ditimpakan Tuhan ke atas umat-Nya. Allah mencurahkan murka-Nya seperti api (2:4). Murka-Nya itu juga disebutkan dalam ayat 1, 2, 3, 6, 21, dan 22. Maka, tidak mengherankan bila tindakan-Nya itu dinyatakan seperti tindakan "seorang seteru" (2:4, 5).
Namun, entah bagaimana kita takut terhadap pemikiran tentang Allah sebagai musuh manusia—terutama musuh terhadap umat perjanjian-Nya sendiri. Ada banyak pelajaran serius yang harus dipelajari dalam suasana kota Sion yang membara ini, di mana kelaparan begitu parah sehingga terdapat tokoh kaum ibu yang berpesta atas daging anak mereka sendiri! Oh! Murka Tuhan adalah hal yang mengerikan! (Lihat Mazmur 88:14-16; Yesaya 2:19, 21; Zefanya 2:11; Wahyu 6:12-17; 14:9, 10.)
Beberapa kebenaran dari pasal ini bisa diterapkan kepada kehidupan kita. Pertama, meski adegan kehancuran Sion sangat mengerikan, namun tidak di mana pun disiratkan bahwa hukuman yang dijatuhkan itu harus dicap sebagai tindakan ketidakadilan! Memang, alih-alih membolehkan penderitaan ini untuk menjauhkan mereka dari Allah, kaum itu malah didesak untuk mencurahkan air mata dan hati mereka "di hadapan Tuhan" (2:19). Meski penderitaan ini pastinya menjijikkan, namun itu harus dilihat sebagai batu loncatan untuk kembali kepada Allah (lihat Mazmur 119:67, 71; 1 Petrus 1:6-9).
Kedua, kita melihat alasan Allah mencurahkan murka-Nya, membidikkan panah-Nya seperti seorang seteru dan membiarkan tempat kudus-Nya dinajiskan. Pasal ini menyerukan pesan bahwa perintah Allah, ketetapan-ketetapan-Nya, penghakiman-Nya harus dihormati di atas segalanya! Pelbagai adegan penderitaan ini—dengan tempat-tempat berharga dihancurkan dan umat Allah dibantai, kelaparan, atau dibuang ke dalam penawanan—adalah peringatan bahwa sikap tidak menghormati keputusan Tuhan adalah jalan pasti menuju bencana dan kehancuran! Apa yang Allah katakan dari awal sekali tentang hubungan perjanjian-Nya dengan kaum ini perlu dipercaya dan dipatuhi (baca dengan saksama Keluaran 19:1-8; Ulangan 28:1-65; Yeremia 7:16-34). Adegan dalam Ratapan 2 adalah bukti yang menghenyakkan bahwa Allah bersungguh-sungguh dengan apa yang Ia katakan dalam Yeremia 7.
Karena Tuhan adalah sama kemarin, hari ini, dan selamanya (Ibrani 13:8), kita sekarang ini pastinya perlu berserah kepada kuasa dan perintah-Nya untuk umat-Nya di zaman ini. (Lihat Matius 28:18-20; Kisah 2:36-47; 4:12; Ibrani 5:8, 9; Yohanes 12:48; Roma 1:16-32; 6:1-17; 2 Yohanes 9.) Karena Kristus memiliki semua kuasa di sorga dan di bumi, maka "segala pemerintah dan penguasa dan kekuasaan dan kerajaan dan tiap-tiap nama yang dapat disebut, bukan hanya di dunia ini saja, melainkan juga di dunia yang akan datang" harus tunduk kepada Dia, dengan melakukan segala perintahnya-Nya untuk mereka (Efesus 1:18-23; Kolose 1:13-20). Apakah Anda dengan setia menaati segala perintah Kristus?
Ketiga, pasal ini menekankan bahwa harga yang sangat mahal dan menghenyakkan harus dibayar untuk dosa. Bacalah Yesaya 59:1-18, pandanglah Ratapan 2 sebagai peringatan yang keras bahwa pemberontakan melawan Allah bukan jalan yang ingin Anda tempuh. Apakah ada bagian dari penderitaan yang tercakup dalam Ratapan 2 yang mau Anda undang untuk menjadi bagian hidup Anda?
Keempat, sebuah pelajaran yang menyolok bagi para penatua dan para pemimpin di dalam gereja adalah meminta mereka untuk mengekspos kejahatan dan melaksanakan disiplin Alkitab (lihat 2:14). Allah tahu bahwa di setiap zaman akan ada beberapa orang yang tidak tertib dan harus dinasihati; beberapa orang yang lemah hati dan harus didorong; serta mereka yang lemah dan butuh pertolongan dan dukungan (lihat 1 Tesalonika 5:12-18). Ada beberapa orang, yang dari mereka kita harus menjauhkan diri, atau menarik diri (2 Tesalonika 3:6, 7, 10-15; KJV). Ada beberapa orang lain yang akan harus kita tolak (Titus 3:9-11), bahkan beberapa orang kita serahkan kepada Iblis (1 Timotius 1:18-20). Yesus awalnya mengajarkan disiplin semacam itu ketika dosa berusaha untuk mengangkat kepalanya yang buruk di tengah-tengah umat Allah (Matius 18:15-17).
Kegagalan dalam menghormati perintah ilahi untuk menghentikan atau mendisiplinkan orang berdosa di tengah-tengah umat Allah (termasuk penglihatan palsu dan pengajaran salah (2:14) menimbulkan adegan menjijikkan dalam Ratapan 2. Kelalaian dan kesalahan semacam itu, yang diliput dalam satu ayat, menyebabkan longsoran berupa pembantaian nasional dan penghukuman dari Allah (Yeremia 5:30, 31). Akibat yang merusak dan menimbulkan bencana itu harus sudah cukup untuk menjauhkan kita dari kesalahan mereka! Para penatua dan para pemimpin gereja, indahkanlah peringatan itu!
TFTWMS: Ratapan (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 John Guest memberikan ringkasan atas 2:1-10 dengan kata-kata ini: "Allah adalah prajurit yang ketakutan, bukan bertempur untu...
Catatan Akhir:
- 1 John Guest memberikan ringkasan atas 2:1-10 dengan kata-kata ini: "Allah adalah prajurit yang ketakutan, bukan bertempur untuk Yerusalem saat ini, tetapi untuk melawan dia. Udara penuh dengan asap karena Ia telah membakar tembok kota itu. Kota itu bukan lagi benteng yang hebat. Kota itu terbakar; rumah-rumah terbakar, istana-istana terbakar, bahkan tempat kudus terbakar. Bayi-bayi yang kelaparan tersedak di jalanan. Sebuah tangan yang kuat telah menyapu seluruh Yerusalem, mendobrak dindingnya seperti rumah dari kardus. Puisi itu naik hingga puncak keunggulan sastra" (John Guest, Jeremiah, Lamentations, The Communicator's Commentary, ed. Lloyd J. Ogilvie [Waco, Tex.: Word Books, 1988], 351).
- 2 Ibr.: 'ub-"… menutupi dengan kegelapan; [secara kiasan] untuk mengungkapkan kehinaan, diperlakukan secara hina; Rat. 2:1" (Samuel Prideaux Tregelles, Gesenius' Hebrew and Chaldee Lexicon [Plymouth: N.p., 1857; reprint, Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1967], 609).
- 3 Ibr.: bala'-"… menelan … (gagasan tentang kecepatan, ketiba-tibaan) … menghancurkan … [kiasan] tentang keserakahan, Ayub 20:15 … kekerasan … Ams. 1:12 … tentang penghancuran oleh musuh … Yer. 51:34 … dikuasai oleh malapetaka, Maz. 69:16 … Rat. 2:16… [kiasan] tentang kebinasaan, kehancuran … Rat. 2:2, 5, 8" (Francis Brown, S. R. Driver, and Charles A. Briggs, A Hebrew and English Lexicon of the Old Testament [London: Oxford, Clarendon Press, 1972], 118).
- 4 Ibr.: chalal-"[secara harfiah] membuka, mengendurkan … menodai, melanggar … tercemar, najis, tentang tempat-tempat kudus, Yeh. 7:24; 25:3 … [Allah] menajiskan atau mencemarkan warisan-Nya dengan cara menyerahnya kepada Babel, Yes. 47:6 … melanggar kehormatan tentang … kerajaan Yehuda, Rat. 2:2" (Ibid., 320).
- 5 Ibr.: 'akal (Ibid., 37-38).
- 6 Ibr.: Chamas-"… merebut … bersikap keras, ketat, kaku, Yeh. 22:26; Yer. 22:3 … memperlakukan dengan kejam, salah … Rat. 2:6, dan telah melakukan kekerasan kepada paviliunnya seperti kepada sebuah kebun … [kiasan] tentang phon anggur … gagal memberi makan, membunuh … baik fisik maupun etika … Ams. 8:36" (Ibid., 329).
- 7 Ibr.: qol-"… menangis … tertawa, Yer. 30:19 … menangis, Kej. 21:16; Hak. 2:4 … Ezra 3:13 … kesusahan … ratapan, Yer. 9:18; Yeh. 27:30 … keriuhan perang … Yer. 51:55; Rat. 2:7" (Ibid., 876-77).
- 8 Perhatikan bahwa Roh Kudus secara tepat menggunakan kata metamelomai Yunani, yang berkaitan dengan menyesal, ketimbang metanoeo ("pertobatan"), yang menyerukan penyesalan ditambah reformasi kehidupan (C. G. Wilke and Wilibald Grimm, A Greek-English Lexicon of the New Testament, trans. and rev. Joseph H. Thayer [Edinburgh, Scotland: T. & T. Clark, 1901; reprint., Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1977], 405).
- 9 Ibr.: Kalah-"… di ujung, selesai, … menghabiskan … menyusut, kelelahan … Yes. 15:6… Maz. 102:4 … [khususnya] mata yang kelelahan kerena menangis, Rat. 2:11, tegang karena mencari [kiasan] kelegaan atau penyegaran, … gagal, merana, Rat. 4:17 … Maz.69:4" (Brown, Sopir, Briggs, 477-78).
- 10 Ibr.: Chamar (Ibid., 330).
- 11 Ibr.: 'ud-"… bersaksi … Rat. 2:13 … bersaksi … protes, menegaskan dengan sungguh-sungguh, peringatkan … menasihati dengan sungguh-sungguh … perintah … memerintahkan dengan sungguh-sungguh" (Ibid., 730).
- 12 Ibr.: sheber-kata yang sama yang diterjemahkan "hancur" dalam ayat 11.
- 13 Ibr.: shaw'-"… menjadi jahat, busuk … kehampaan, kesombongan, Yer. 2:30; 4:30; 6:29; 46:11 … omomg kosong … Yes. 59: 4 … tentang nubuat palsu (kosong) … Yeh. 12:24 … Rat. 2:14 … Yeh. 13:6, 7, 9, 23" (Ibid., 996).
- 14 Lihat Bagan "Deportasi Dari Yehuda Ke Pembuangan Di Babel" mengenai deportasi yang berbeda dari kaum itu.
- 15 Ibr.: zaman-suatu istilah yang menunjukkan niat, fokus pikiran seseorang kepada pada sesuatu yang dirancang (Ibid., 273).
- 16 Personifikasi tentang tembok yang menangis oleh nabi itu di sini menancapkan pikiran pembaca kepada struktur yang kuat, aman. Beberapa yang pertama kali membaca kitab terilham ini pasti telah menyegarkan diri mereka dalam naungannya. Di tempat itu perlindungan atau kenikmatan ditawarkan. Fakta bahwa tembok itu kini hancur menimbulkan ratapan yang meraung-raung di tengah-tengah semua orang yang melihat wilayah yang yang dicabik perang ini.
- 17 Ibr.: kalah-lihat definisi yang diberikan dalam catatan kaki 9. Ini adalah istilah yang luas yang berarti akan diselesaikan, dihabiskan, menyusut (Ibid., 477-78).
Pengarang: Dayton Keesee
Hak Cipta © 2018 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Ratapan (Pendahuluan Kitab) RATAPAN
PENGANTAR
Buku Ratapan terdiri dari lima syair yang meratapi jatuhnya Yerusalem ke
tangan tentara Babel pada tahun 586 Sebelum Masehi, dan k
RATAPAN
PENGANTAR
Buku Ratapan terdiri dari lima syair yang meratapi jatuhnya Yerusalem ke tangan tentara Babel pada tahun 586 Sebelum Masehi, dan kehancuran serta masa pembuangan sesudah itu.
Walaupun kitab ini pada umumnya bernada sedih, namun di dalamnya tampak juga segi kepercayaan kepada Allah dan harapan akan masa depan yang cerah. Syair-syair ini digunakan oleh orang Yahudi dalam ibadah mereka pada hari-hari khusus untuk berpuasa dan berkabung. Hari-hari khusus seperti itu diadakan setiap tahun untuk mengenang malapetaka yang menimpa bangsa itu pada tahun 586 Sebelum Masehi.
Isi
- Penderitaan Yerusalem
Rat 1:1-22 - Hukuman kepada Yerusalem
Rat 2:1-22 - Hukuman dan harapan
Rat 3:1-66 - Yerusalem runtuh
Rat 4:1-22 - Doa mohon belas kasihan
Rat 5:1-22
Ajaran: Ratapan (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengetahui isi Kitab Ratapan, anggota jemaat mengerti bahwa
kehancuran kota Yerusalem adalah akibat dosa-dosa bangsa Israel, se
Tujuan
Supaya dengan mengetahui isi Kitab Ratapan, anggota jemaat mengerti bahwa kehancuran kota Yerusalem adalah akibat dosa-dosa bangsa Israel, sehingga anggota jemaat juga mengetahui bahwa Allah menghukum dunia karena dosa-dosa manusia.
Pendahuluan
Penulis : Nabi Yeremia.
Isi Kitab: Kitab Ratapan terbagi atas 5 pasal. Dan bersifat seruan hati dan getaran perasaan nabi Yeremia atas kehancuran Yerusalem.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Ratapan
Pasal 1 (Rat 1:1-22).
Yeremia menangisi keadaan Yerusalem yang dihancurkan Bacalah pasal Rat 1:16-22. Apa sebab Yeremia menangis?
Pasal 2 (Rat 2:1-22).
Yeremia dalam tangisnya menyatakan bahwa kerusakan dan kesukaran Yerusalem, merupakan pernyataan daripada murka Allah
Pendalaman
Apakah sebab Yerusalem dihukum Allah? (pasal Rat 2:14).
Pasal 3 (Rat 3:1-66).
Yeremia menunjukkan perasaannya dengan menangisi segala kesukaran dan penderitaan bangsanya
Pendalaman
Apakah yang dilakukan Yeremia ketika melihat keadaan bangsanya? (pasal Rat 3:49-51).
Pasal 4 (Rat 4:1-22).
Yeremia dalam tangisnya menceritakan bahwa semua penderitaan dan kesukaran yang terjadi adalah akibat dari perbuatan-perbuatan dosa bangsa Israel
Pendalaman Apakah kesalahan bangsa Israel? (pasal Rat 4:6).
Pasal 5 (Rat 5:1-22).
Yeremia dalam tangisnya memohonkan doa pada Allah untuk memulihkan kembali keadaan bangsa Israel
Pendalaman
Bacalah pasal Rat 5:16-22.
II. Kesimpulan/penerapan
Kitab Yeremia mengajarkan bahwa Yeremia merasakan kesedihan akan keadaan bangsanya, karena dosa-dosa mereka. Hal ini juga mengajarkan agar setiap orang Kristen mempunyai beban akan bangsanya yang belum mengenal Tuhan Yesus.
Kehancuran kota Yerusalem merupakan pernyataan penghukuman Allah atas dosa bangsa Israel. Dengan demikian berarti Allah juga pasti menghukum anak-anak-Nya yang berbuat dosa.
Dalam keadaan yang penuh penderitaan Yeremia berdoa untuk memohonkan pertolongan dari Allah. Demikian pulalah hendaknya setiap orang percaya memohon pertolongan Allah, ketika mengalami penderitaan.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab Ratapan?
- Apakah isi Kitab Ratapan?
- Mengapakah Kitab ini dikatakan sebagai Kitab Ratapan?
- Pelajaran rohani apakah yang saudara dapatkan setelah mempelajari Kita Ratapan?
Intisari: Ratapan (Pendahuluan Kitab) Kota yang sedang berduka
JUDULKitab ini tidak mempunyai judul dalam kitab Perjanjian Lama Ibrani, tetapi dikenal dengan kata pertamanya, yaitu "How".
Kota yang sedang berduka
JUDUL
Kitab ini tidak mempunyai judul dalam kitab Perjanjian Lama Ibrani, tetapi dikenal dengan kata pertamanya, yaitu "How". Judul "Nyanyian pemakaman" atau "Ratapan" diberikan oleh rabi-rabi bangsa Yahudi yang mula-mula.
PENULIS
Penulisnya tidak dikenal. Kitab ini ditempatkan sesudah Yeremia dalam Septuaginta, kemungkinan besar hal ini disebabkan oleh hubungan sejarah kedua kitab tersebut. Pandangan penulis terhadap raja yang bertakhta pada masa itu (Rat 4:20) dan mengenai ketergantungan kepada bangsa-bangsa lain berbeda dari pandangan Yeremia. Tetapi, penulis dan Yeremia (yang dijuluki "nabi cengeng") mempunyai temperamen yang serupa, dan keduanya melihat penghakiman Tuhan di balik tragedi yang mereka tulis (lihat Rat 2:1-8). Jika kitab ini merupakan suatu kesatuan, sudah hampir pasti bahwa penulisnya hidup pada zaman yang sama dengan Yeremia.
WAKTU
Penentuan waktu penulisan secara tepat tergantung kepada apakah karangan ini ditulis oleh seorang atau beberapa penulis. Pendapat yang masuk akal ialah bahwa pasal Rat 1-4 ditulis oleh seorang saksi mata pada waktu jatuhnya Yerusalem dan pemulaan masa Pembuangan (yaitu tahun 587 SM), dan bahwa pasal Rat 5 ditambahkan pada tahun 550 SM waktu mereka sudah menjalani masa Pembuangan untuk beberapa waktu.
BENTUK
Kitab ini merupakan suatu koleksi puisi yang tersusun rapi, sebagian besar ditulis dalam bentuk "nyanyian pemakaman" -- kecuali pasal Rat 5. Pasal Rat 1-4 merupakan puisi "akrostik", setiap baik berikutnya dimulai dengan sebuah huruf dari alfabet Ibrani secara beraturan. (Terdapat sedikit pengecualian terhadap aturan ini dan pasal Rat 3 merupakan puisi akrostik yang lebih lengkap). Boleh jadi pola ini sebagian dimaksudkan untuk memudahkan penghafalan dalam tata ibadah.
LATAR BELAKANG DAN TUJUAN
2Ra 25:8-12 harus dibaca sebagai latar belakang kisah Kitab Ratapan. Pembuangan merupakan suatu kejadian yang luar biasa dalam sejarah kaum Yehuda, dan merupakan salah satu pengaruh terbesar dalam mengembangkan pengertian mereka tentang Allah. Kejatuhan Yerusalem yang menghancurkan dalam tahun 587 SM menuntut penjelasan dan inilah yang diberikan oleh si penulis. Sebagian besar dari tanda-tanda yang kelihatan mengenai pilihan Tuhan atas Yehuda sudah dihancurkan (kota, Bait Allah, kebaktian-kebaktian dll.). Dengan berani penulis menghadapi kenyataan pahit dari dosa orang Yeuda, dan maksud Allah yang terssembunyi daalam pemurnian melalui penghakiman. Jawaban atas pertanyaan (yang sering diajukan oleh mereka yang berada dalam pencobaan) "Di manakah Tuhan?", dijawab oleh penulis dengan tantangan yang berarti dalam, yaitu: "Cobalah untuk mengerti apa yang sedang dikerjakan oleh Tuhan".
Pesan
1. Masa lalu yang penuh kemasyhuran, masa kini yang menyedihkano Kejayaan ... kesengsaraan Rat 3:18,19
o Kekayaan ... kemiskinan Rat 4:5
o Sukacita ... kedukaan Rat 5:15
2. Penyebab kesusahan
o Pemberontakan Yehuda terhadap Tuhan. Rat 1:20; 4:6
o Pemimpin-pemimpin mereka yang tak bertanggung jawab. Rat 2:14; 4:13
o Murka Allah yang tak dapat dihindari. Rat 2:21, 22; 4:11
o Pemberontakan terhadap kebenaran Tuhan. Rat 1:18
3. Jenis kesusahan
o Kelaparan dan kematian. Rat 1:11; 2:21
o Hancurnya kota dan Bait Allah. Rat 1:4; 2:6,7
o Hilangnya raja-raja dan pangeran. Rat 4:7, 8,20
o Pecahnya hidup bermasyarakat. Rat 5:1-5
o Penghinaan dari musuh. Rat 2:15,16
o Pengucilan. Rat 1:12,16,21
o Dipisahkan dari Tuhan. Rat 2:9; 3:8,44
4. Reaksi terhadap kesusahan
o Keinginan untuk membalas. Rat 3:64-66
o Keluhan kepada Tuhan. Rat 2:13,20
o Perasaan tertekan. Rat 3:20
o Pengakuan Allah sebagai hakim. Rat 3:1-3,38
o Pengakuan dosa. Rat 1:8; 5:17
o Pembaruan doa kepada Allah. Rat 1:9,20; 5:21
o Sikap sabar dalam ketaatan. Rat 3:26-30,39
5. Dasar pengharapan
o Kendali Tuhan atas nasib manusia. Rat 2:17; 3:37
o Hukum Tuhan yang abadi. Rat 5:19
o Keengganan Tuhan untuk menghukum. Rat 3:33
o Kasih dan belas kasihan Tuhan. Rat 3:22-25
6. Berita pengharapan
o Akhir pembuangan. Rat 4:22
o Penghakiman atas musuh-musuh bangsa Yehuda. Rat 4:21,22
o Kasih Tuhan yang tak kunjung padam. Rat 3:21
Penerapan
o Musibah disebabkan oleh keinginan manusia untuk berbuat dosa, bukan karena keengganan Tuhan untuk menyelamatkan.o Musibah dapat membuat putus asa, atau memperdalam kepercayaan kepada Tuhan sehingga cukup untuk memampukan kita dalam menghadapi penderitaan.
o Manakala tembok kehidupan kita mulai menunjukkan tanda-tanda keruntuhan, kita dapat menambal keretakan itu atau menolong Allah untuk membangun kembali tembok.
o Tuhan seringkali mengangkat tanda-tanda kemurahan-Nya, sehingga iman dan kerinduan kita dapat berakar teguh di dalam Dia, tidak dalam lambang-lambang kehadiran-Nya.
o "Saya telah berdosa" boleh jadi merupakan kata-kata yang paling sukar dalam perbendaharaan kata seorang percaya; kata-kata itu juga merupakan yang paling kreatif.
o Tuhan tidak senang mendisiplin umat-Nya, tetapi disiplin untuk kebaikan merupakan satu aspek dalam hubungan orang tua dan anak.
o Kasih Tuhan akan mengalahkan semua penolakan kita kepada-Nya. Dia menunggu dan bekerja untuk mengembalikan kita kepada-Nya.
Tema-tema Kunci
1. Kejujuran dan harapan dalam penderitaan
Perhatikan bagaimana penulis secara terbuka dan jujur menggambarkan kesusahannya, kesepiannya, kesepian dan kedukaannya dll. (terutama dalam pasal Rat 3). "Pasal penghubung" antara keputusasaaan dan pengharapan terdapat pada pasal Rat 3:19-24. Cobalah untuk menafsirkan pasal ini dengan bahasa yang Anda mengerti.
2. Bagaimana penulis mengindentifikasikan dirinya dengan umat
Hal ini jelas terlihat dalam kitab ini (misalnya Rat 2:11; 3:48-51) dan merupakan ciri-ciri yang sering terlihat daalam tulisan para nabi. Lihat, misalnya Amos 7:1,2; Yesaya 6:5; Yeremia 8:21,22. Bagaimana Yesus menunjukkan keprihatinannya terhadap umat yang hidup pada zaman-Nya dan kepada kita? Lihat Matius 23:27; Markus 10:45, Filipi 2:6-8; Ibrani 2:14-18.
3. Imbauan penulis kepada Allah
Imbauannya terdapat dalam: misalnya Rat 1:9, 11,22; 2:20; 3:56,64,66; 5:1,21. Dia memohon kepada Allah untuk bertindak dalam berbagai cara. Pelajaran apa yang dapat kita tarik dari masing-masing himbauan tentang jalan pikiran dan pandangan penulis mengenai Allah?
4. Campur tangan Allah dalam mengembalikan manusia kepada-Nya
Rat 5:21 dengan jelas menunjukkan hal ini. Pelajari juga Mazmur 85:4; Yeremia 31:18; Kisah 11:8; Roma 2:4. Dapatkah Anda menemukan ayat-ayat yang menekankan tentang tanggung jawab manusia untuk bertobat dan kembali kepada Tuhan? Bandingkan ayat-ayat dalam Ratapan dengan Mazmur 119:59; Yesaya 55:6-9.
Garis Besar Intisari: Ratapan (Pendahuluan Kitab) [1] RATAPAN ORANG BERKABUNG Rat 1:1-22
Rat 1:1-7Kesunyian suasana duka
Rat 1:8-11Nasib kota yang penuh dosa
Rat 1:12-20Saat murka Allah yang besa
[1] RATAPAN ORANG BERKABUNG Rat 1:1-22
Rat 1:1-7 | Kesunyian suasana duka |
Rat 1:8-11 | Nasib kota yang penuh dosa |
Rat 1:12-20 | Saat murka Allah yang besar |
Rat 1:21-22 | Doa untuk pembalasan |
[2] ALLAH MELAWAN UMATNYA Rat 2:1-22
Rat 2:1-9 | Allah, perusak yang sedang murka |
Rat 2:10-13 | Keputusan orang yang tak berdaya |
Rat 2:14-17 | Penghinaan musuh |
Rat 2:18-22 | Permohonan pertolongan yang amat sangat |
[3] RATAPAN PRIBADI DAN DOA Rat 3:1-66
Rat 3:1-20 | Allah, penyebab penderitaan |
Rat 3:21-39 | Kepercayaan pada kebaikan Allah |
Rat 3:40-42 | Panggilan untuk bertobat |
Rat 3:43-54 | Akibat dosa |
Rat 3:55-60 | Kepercayaan pada keadilan Allah |
Rat 3:61-66 | Doa untuk pembalasan |
[4] YERUSALEM: DAHULU DAN SEKARANG Rat 4:1-22
Rat 4:1-12 | Kebesaran masa lalu, aib masa kini |
Rat 4:13-20 | Penghakiman atas para imam dan nabi |
Rat 4:21-22 | Pembalasan atas Edom |
[5] DOA TERPADU MEMOHON PERTOLONGAN Rat 5:1-22
Rat 5:1-9 | Bangsa tertindas |
Rat 5:10-14 | Tidak ada pengecualian |
Rat 5:15-18 | Sakitnya berada dalam keputusasaan |
Rat 5:19-22 | Doa untuk pemulihan |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi