Teks -- Ratapan 2:9 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Rat 2:9
Full Life: Rat 2:9 - TIDAK MENERIMA LAGI WAHYU
Nas : Rat 2:9
(versi Inggris NIV -- penglihatan). Allah tidak lagi berkomunikasi
langsung dengan umat-Nya karena dosa telah menyebabkan Dia menarik...
Nas : Rat 2:9
(versi Inggris NIV -- penglihatan). Allah tidak lagi berkomunikasi langsung dengan umat-Nya karena dosa telah menyebabkan Dia menarik semua nubuat dan penglihatan. Demikian pula, di bawah perjanjian baru, Roh Kudus mungkin berhenti memanifestasikan karunia-karunia dan kuasa-kuasa ajaib-Nya melalui orang percaya (bd. pasal 1Kor 12:1-14:40) karena dosa di antara para pemimpin dan umat Allah. Hukuman semacam ini menjadi tanda yang pasti bahwa umat Allah telah meninggalkan gaya hidup yang mencari lebih dahulu Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya. Satu-satunya cara untuk mengatasi hal ini ialah berpaling dari semua kompromi dengan dosa, sungguh-sungguh mencari Allah, dan berdoa untuk pemulihan perkenan-Nya dan kuasa kerajaan-Nya
(lihat art. KARUNIA ROHANI BAGI ORANG PERCAYA).
Jerusalem: Rat 2:1-22 - -- Ratapan kedua ini terlebih dahulu berkata tentang nasib malang yang menimpa raja-raja para imam, para nabi, para tua-tua dan anak-anak Rat 1:1-12; lal...
Ratapan kedua ini terlebih dahulu berkata tentang nasib malang yang menimpa raja-raja para imam, para nabi, para tua-tua dan anak-anak Rat 1:1-12; lalu pesajak berbicara dengan Sion, Rat 1:13-17 dan mengingatkan kepadanya nubuat-nubuat dusta yang disampaikan nabi-nabi gadungan, lalu mengajak dia meratap, Rat 1:18-22.
Jerusalem: Rat 2:9 - petunjuk dari TUHAN Yang dimaksud ialah keterangan atas hukum taurat (fatwa) yang disampaikan para imam atas nama Tuhan
Yang dimaksud ialah keterangan atas hukum taurat (fatwa) yang disampaikan para imam atas nama Tuhan
Ende: Rat 2:1-22 - -- Lagu ratap jang kedua menggambarkan perendahan Jerusjalem dan terdiri atas tiga
bagian. Jang pertama (Rat 2:1-10) meratapi kebinasaan negeri Juda
(Rat...
Lagu ratap jang kedua menggambarkan perendahan Jerusjalem dan terdiri atas tiga bagian. Jang pertama (Rat 2:1-10) meratapi kebinasaan negeri Juda (Rat 2:1-5) dan chususnja Jerusjalem serta golongan masjarakatnja masing2 (Rat 2:6-10). Lalu dalam bagian kedua (Rat 2:11-12) si penjair meratapi nasib anak2 di Jerusjalem. Dalam bagian ketiga (Rat 2:13-22) si pengarang berbitjara kepada Jerusjalem tentang nabi2 palsu. Kebalikan daripada jang didjandjikan mereka terdjadi, menurut apa jang disabdakan Jahwe dengan perantaraan nabi2 jang sedjati (Rat 2:12-17). Makanja perlulah Jerusjalem berbalik kepada Jahwe dengan ratapan (Rat 2:18-19). Lalu Jerusjalem mulai berdoa (Rat 2:20-22).
Ende: Rat 2:9 - terperosok kedalam tanah bahasa penghebat. Pintugerbang, benteng ketjil,
merupakan bagian utama dari tembok kota. Bila itu direbut, lalu diratakan sama
sekali.
bahasa penghebat. Pintugerbang, benteng ketjil, merupakan bagian utama dari tembok kota. Bila itu direbut, lalu diratakan sama sekali.
Ende: Rat 2:9 - fatwa Memberikan fatwa mengenai Taurat adalah tugas imam. Djadi
maksudnja: imam tidak ada lagi. Semua pemimpin bangsa hilang.
Memberikan fatwa mengenai Taurat adalah tugas imam. Djadi maksudnja: imam tidak ada lagi. Semua pemimpin bangsa hilang.
Ref. Silang FULL -> Rat 2:9
Ref. Silang FULL: Rat 2:9 - Terbenam gapura-gapuranya // meluluhkan palang-palang // bangsa-bangsa asing // ada petunjuk // bahkan nabi-nabi // lagi wahyu · Terbenam gapura-gapuranya: Neh 1:3; Neh 1:3
· meluluhkan palang-palang: Yes 45:2; Yes 45:2; Hos 11:6
· bangsa-bangsa asing: Ul ...
· Terbenam gapura-gapuranya: Neh 1:3; [Lihat FULL. Neh 1:3]
· meluluhkan palang-palang: Yes 45:2; [Lihat FULL. Yes 45:2]; Hos 11:6
· bangsa-bangsa asing: Ul 28:36; 2Raj 24:15; [Lihat FULL. 2Raj 24:15]; Yer 16:13; Hos 3:4
· ada petunjuk: 2Taw 15:3; [Lihat FULL. 2Taw 15:3]
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Rat 2:1-9
Matthew Henry: Rat 2:1-9 - Penyebab, Luas Jangkauan,dan Kedahsyatan Murka Allah terhadap Sion
Nyanyian ratapan kedua yang disusun menurut urutan abjad ini digubah dengan nada pilu yang sama dengan nyanyian sebelumnya. Isinya juga banyak s...
- Nyanyian ratapan kedua yang disusun menurut urutan abjad ini digubah dengan nada pilu yang sama dengan nyanyian sebelumnya. Isinya juga banyak sama. Dimulai dengan kata Ecah (seruan dalam bahasa Ibrani untuk mengungkapkan rasa beban yang berat – pen.), sebagaimana dalam nyanyian sebelumnya, “Betapa sedihnya keadaan kami! Celaka bagi kami!”
- I. Inilah murka Allah Sion yang dinyatakan sebagai penyebab datangnya berbagai malapetaka itu (ay. 1-9).
- II. Inilah kesengsaraan anak-anak Sion yang dinyatakan sebagai akibat dari datangnya berbagai bencana itu (ay. 10-19),
- III. Pengaduan disampaikan kepada Allah dan perkara itu diserahkan kepada pertimbangan-Nya yang penuh belas kasihan (ay. 20-22). Tangan yang melukai harus menyembuhkan pula.
Penyebab, Luas Jangkauan,dan Kedahsyatan Murka Allah terhadap Sion (2:1-9)
- Sungguh suatu gambaran sangat menyedihkan yang diberikan mengenai jemaat Allah di sini, mengenai Yakub dan Israel, mengenai Sion dan Yerusalem. Tetapi penekanan dalam ayat-ayat ini tampaknya tertuju semuanya pada campur tangan Allah dalam segala malapetaka yang membuat mereka mengerang di bawahnya. Kesedihannya tidak seberapa dibanding dengan kenyataan bahwa Allahlah yang telah melakukan semuanya ini terhadap mereka, bahwa Dia menjadi murka kepada mereka. Dialah yang menghajar mereka, menghajar mereka dalam kemurkaan dan dalam kepanasan murka-Nya. Allah telah menjadi seteru mereka, dan berperang melawan mereka. Dan inilah yang menjadi ipuh dan racun dalam penderitaan dan kesengsaraan mereka itu.
- I. Dahulu ada masa ketika kesukaan Allah ada di dalam jemaat-Nya, dan Ia menyatakan diri, dan tampil baginya seperti seorang sahabat. Tetapi sekarang, ketidaksenangan-Nya bangkit melawannya. Ia marah terhadapnya, dan tampil serta bertindak terhadapnya seperti seorang seteru. Hal ini sering diulang-ulang di sini, dan diratapi dengan penuh kesedihan. Apa yang sudah Ia lakukan dilakukan-Nya di dalam murka-Nya. Hal ini membuat waktu-waktu sekarang ini menjadi hari yang sangat memilukan bagi kita, bahwa ini adalah hari murka-Nya (ay. 1), dan lagi (ay. 2) masa sekrang ini ada dalam murka-Nya, dan (ay. 3) ada dalam murka-Nya yang menyala-nyala, bahwa Ia mencampakkan dan mematahkan, dan dalam kegeraman murka-Nya (ay. 6). Perhatikanlah, bagi orang-orang yang tahu bagaimana menilai kebaikan hati Allah, tidak ada yang lebih mengerikan dari pada murka-Nya. Perbaikan yang dilakukan dalam kasih mudah ditanggung, tetapi hardikan dalam kasih akan menorehkan luka yang mendalam. Murka Allah itulah yang membakar Yakub laksana api yang menyala-nyala (ay. 3), dan itu api yang menghanguskan. Api itu menjilat ke sekeliling, melahap semua kehormatan jemaat dan kesenangannya. Ini adalah geram-Nya yang dimuntahkan seperti api (ay. 4), seperti hujan api dan belerang yang dicurahkan ke atas Sodom dan Gomora. Akan tetapi, dosa merekalah yang mengobarkan api ini. Allah itu seorang Bapa yang sangat lemah lembut kepada anak-anak-Nya, sehingga kita boleh merasa yakin bahwa Ia tidak akan pernah marah kepada mereka, kecuali mereka menggusarkan Dia, dan menyebabkan Ia menjadi marah. Ia tidak pernah marah kalau tidak ada alasannya. Perjanjian Allah dengan mereka adalah jika mereka sungguh-sungguh mendengarkan perkataan-Nya, Ia akan memusuhi musuh-musuh mereka (Kel. 23:22), dan Ia akan tetap berlaku seperti itu selama mereka tetap berada di dekat-Nya. Tetapi sekarang Ia menjadi musuh mereka, setidaknya menjadi seperti seorang seteru (ay. 5). Ia membidikkan panah-Nya seperti seorang seteru (ay. 4). Ia berdiri dengan mengacungkan tangan kanan-Nya terhadap mereka, dengan sebilah pedang terhunus seperti seorang lawan. Allah sungguh bukanlah musuh bagi umat-Nya, tidak, juga bukan ketika Ia sedang marah kepada mereka dan memperbaiki mereka di dalam amarah. Dapat saja kita menjadi sangat gusar terhadap sahabat-sahabat dan sanak saudara yang kita kasihi, namun sangat jauh untuk bermusuhan dengan mereka. Tetapi, kadang-kadang Ia menjadi seperti seteru bagi mereka, ketika semua tindakan penyelenggaraan-Nya bagi mereka tampak secara lahiriah seperti mau menghancurkan mereka, ketika segala sesuatu dibuat menentang mereka dan tidak ada yang baik bagi mereka. Akan tetapi, terpujilah Allah, Kristus adalah damai sejahtera kita, pembawa damai kita, yang telah melenyapkan perseteruan itu, dan di dalam Dia kita dapat berdamai dengan lawan kita, yang sudah semestinya kita lakukan, karena sia-sialah melawan Dia, dan lagi pula Ia menawarkan syarat-syarat perdamaian yang menguntungkan bagi kita.
- II. Dahulu ada masanya ketika jemaat Allah tampak sangat cemerlang, termasyhur, dan besar di antara bangsa-bangsa. Namun sekarang TUHAN menyelubungi puteri Sion dengan awan (ay. 1), awan yang gelap, yang sangat mengerikan bagi diri-Nya sendiri, dan membuat jemaat tidak dapat memandang wajah-Nya. Ini suatu awan yang tebal (begitulah makna firman itu), awan hitam, yang memudarkan semua kemuliaan jemaat dan menyembunyikan keagungannya. Ini bukanlah awan seperti yang digunakan Allah untuk menuntun mereka melintasi padang gurun, atau awan ketika Allah menahbiskan Bait Suci dan memenuhinya dengan kemuliaan-Nya. Bukan, sisi awan yang sekarang berbalik melawan mereka adalah awan yang tadinya menghadap melawan orang Mesir di Laut Merah. Keagungan Israel dilemparkan-Nya dari langit ke bumi, para pahlawan mereka (2Sam. 1:19), semua ibadah keagamaan mereka, keagungan kekudusan mereka, semua yang menimbulkan kasih sayang dan rasa hormat para tetangga mereka, dan membuat tetangga itu menjadi ramah, semua hal yang telah mengangkat mereka ke langit, sekarang menjadi layu dan sirna, sebab Allah telah menyelubunginya dengan awan. Ia telah mematahkan segala tanduk Israel (ay. 3), segala semarak dan keagungannya (Mzm. 132:17), segala kekayaan dan kelimpahan, dan semua kekuatan dan kekuasaan mereka. Mereka telah meninggikan tanduk-tanduk mereka terhadap Allah dalam keangkuhan, dan oleh karena itu, adillah bagi Allah untuk mematahkan segala tanduk mereka. Dia akan membuat mereka tidak mampu bertahan dan melawan musuh-musuh mereka, Ia menarik kembali tangan kanan-Nya, supaya mereka tidak mampu melihat arah pukulan musuh atau menghindari pukulannya. Apa yang dapat dilakukan tangan kanan mereka terhadap musuh ketika Allah menarik kembali, membuatnya menjadi lemah, seperti yang pernah Ia lakukan terhadap Yerobeam? Demikianlah keagungan Israel dilemparkan, ketika bangsa yang dahulunya termasyhur dengan keberaniannya tidak mampu lagi mempertahankan negeri mereka atau memanfaatkan kedudukan mereka.
- III. Ada masanya dahulu ketika Yerusalem dan kota-kota Yudea masih kuat dan dibentengi dengan baik, yang dipercaya oleh penduduknya dan terlebih lagi dianggap mustahil dapat ditembus oleh musuh. Tetapi sekarang, dalam murka-Nya TUHAN telah memusnahkan mereka, kota-kota itu musnah sama sekali. Benteng-benteng dan berbagai penghalang dirobohkan, dan para penyerbunya tidak menjumpai perlawanan sama sekali. Susunan-susunan bangunan yang megah yang menjadi kekuatan dan keindahan mereka, diruntuhkan menjadi puing-puing berserakan.
- 1. Dalam murka-Nya TUHAN telah melenyapkan semua pemukiman Yakub (ay. 2), baik rumah-rumah di perkotaan maupun di pedesaan. Semuanya dibakar, setidaknya dihancurkan. Benar-benar hancur, sehingga tampak seperti sudah dilenyapkan, tidak ada lagi yang tersisa. TUHAN telah melenyapkan, dan tanpa belas kasihan. Orang mungkin merasa sayang bahwa rumah-rumah yang begitu mewah dan mahal, dibangun dengan begitu baik, dilengkapi dengan berbagai perabot yang bagus, harus dihancurkan sama sekali. Orang mungkin merasa kasihan dengan penduduk-penduduknya yang sekarang menjadi miskin, tidak berumah dan terpaksa mengembara. Akan tetapi, rasa belas kasihan Allah tampaknya tidak ada lagi, Ia telah menghancurkan Israel, seperti seekor singa melahap mangsanya (ay. 5).
- 2. TUHAN tidak saja telah menghancurkan pemukiman-pemukiman rakyatnya, tetapi juga puri-purinya, segala purinya, pemukiman-pemukiman kaum bangsawan dan para pemuka (ay. 5), meskipun orang-orang itu adalah orang-orang paling mulia, kuat, kaya, dan selalu dikawal dengan ketat. Penghakiman-penghakiman Allah, ketika datang untuk melaksanakan tugas, meratakan segala puri dengan pondok-pondok, dan dengan mudah melenyapkan mereka. Jika puri-puri dicemari oleh dosa, seperti keadaan mereka saat itu, biarlah mereka menantikan datangnya kutukan yang akan memusnahkan mereka semua, baik kayunya maupun batu-batunya (Za. 5:4).
- 3. TUHAN tidak saja telah merusakkan tempat-tempat pemukiman, tetapi juga benteng-benteng, istana-istana, segala tempat perlindungan, dan kubu-kubu pertahanan. Semua ini dihancurkan dalam murka-Nya, dan semua dicampakkan ke atas muka bumi. Sebab dapatkah mereka berdiri menghalang di tengah jalan penghakiman-Nya, dan menghentikan kemajuannya? Tidak, biarlah mereka berguguran seperti daun-daun di musim gugur, biarlah mereka ditinggikan sampai ke dasar-dasar tertinggi, dan dicampakkan ke bumi (ay. 2). Dan masih ada lagi (ay. 5), Ia telah mempuingkan benteng-bentengnya, sebab kekuatan apa yang dapat mereka miliki untuk melawan Allah? Dan dengan demikian Ia memperbanyak susah dan kesah pada puteri Yehuda, sebab tidak bisa tidak mereka berada dalam kekhawatiran yang sangat mengerikan ketika melihat semua pertahanan mereka meninggalkan mereka. Hal ini ditegaskan lagi dalam ayat 7-9. Supaya dapat menghancurkan benteng-bentengnya, Allah telah menyerahkan ke dalam tangan seteru tembok puri-purinya, yang menjadi tempat perlindungan mereka, dan, ketika tembok-tembok itu dihancur-kan, dengan sendirinya puri-puri itu ikut hancur dengan segera. Tembok puri-puri itu tidak dapat melindungi mereka lagi, kecuali Allah sendiri menjadi tembok berapi di sekeliling mereka. Hal ini dilakukan Allah dalam murka-Nya, tetapi dengan penuh kesadaran. Itu adalah hasil dari rancangan sebelumnya, dan dilaksanakan oleh tindakan penyelenggaraan Allah yang bijaksana dan mantap. Sebab, Allah telah bermaksud untuk memuingkan tembok putri Sion (ay. 8). Dengan sengaja Ia membawa masuk pasukan tentara Kasdim untuk melaksanakan hukuman ini. Perhatikanlah, penghancuran apa pun yang dikerjakan Allah di dalam jemaat-Nya, semuanya sesuai dengan kebijaksanaan-Nya. Ia akan menyelesaikan apa yang ditetapkan-Nya bagi kita, bahkan hal-hal yang paling melawan kita. Namun, ketika semua sudah dikerjakan, Ia telah mengukur semuanya dengan tali pengukur, untuk melaksanakannya secara tepat dan terukur: sampai di sini penghancuran berjalan, dan tidak boleh berjalan lebih jauh lagi. Tidak ada lagi penghancuran lebih dari pada yang telah ditandai. Atau mungkin hal itu dimaksudkan sebagai ukuran kekacauan dan kehampaan (Yes. 34:11, KJV), sebuah ukuran keseimbangan, sebab Ia akan melanjutkan pekerjaan-Nya. Ia tak menahan tangan-Nya untuk menghancurkannya (ay. 8), tangan kanan yang Ia acungkan melawan umat-Nya seperti seorang lawan (ay. 4). Sejauh rancangan berjalan, pelaksanaan akan terus berjalan, dan tangan-Nya akan menyelesaikan ketetapan-Nya sampai sepenuh-penuhnya, dan tidak akan ditarik. Itulah sebabnya Ia menjadikan tembok luar dan tembok dalam, tempat orang-orang bergembira di dalam dan di atasnya, yang mungkin juga tempat mereka bersukaria, menjadi tempat untuk berkabung, dan mereka merana semuanya (ay. 8). Tembok dalam dan tembok luar, atau pelindung di atas mereka, berjatuhan semuanya, dan mereka dibiarkan berdukacita satu sama lain atas kejatuhan mereka. Gapura-gapuranya lenyap dalam waktu yang singkat, sehingga orang akan menyangka gapura-gapura itu terbenam di dalam tanah karena daya beratnya sendiri, dan Ia menghancurkan dan meluluhkan palang-palang pintunya, (ay. 9), palang-palang pintu gerbang Yerusalem yang dahulu telah diteguhkan-Nya (Mzm. 147:13). Pintu-pintu gerbang dan palang-palangnya tidak akan ada gunanya bagi kita ketika Allah telah menarik perlindungan-Nya.
- IV. Ada masanya dahulu ketika pemerintahan mereka berkembang, pemuka-pemuka mereka terkenal, kerajaan mereka menjadi besar di antara bangsa-bangsa, dan kekuasaan ada di pihak mereka. Namun sekarang keadaan sama sekali bertolak belakang: Ia telah mencemarkan kerajaan dan pemimpin-pemimpinnya (ay. 2). Pada mulanya mereka mencemarkan diri mereka sendiri dengan penyembahan-penyembahan berhala mereka, dan kemudian Allah berurusan dengan mereka seperti berurusan dengan benda-benda yang cemar. Ia melemparkan mereka ke dalam lubang kotoran, tempat paling pantas bagi mereka. Ia telah menyerahkan kemuliaan mereka, yang dipandang sebagai kudus (itulah sifat yang kita berikan kepada kekuasaan tertinggi), untuk diinjak-injak dan dicemarkan. Dan tidak mengherankan bahwa raja dan imam, yang sifatnya senantiasa dianggap terhormat dan tidak dapat diganggu gugat, dipandang rendah oleh setiap orang, ketika Allah, dalam kegeraman murka-Nya memandang rendah raja dan imam (ay. 6). Dia telah meninggalkan mereka. Ia memandang mereka tidak layak lagi menyandang kehormatan yang diberikan kepada mereka melalui perjanjian-perjanjian rajawi dan keimamatan, tetapi mereka dipandang sebagai sudah kehilangan keduanya. Dan kemudian Zedekia, sang raja, dipermainkan secara sangat hina, dan Seraya, imam kepala itu, dihukum mati layaknya seorang penjahat. Mahkota telah berguguran dari kepala-kepala mereka, sebab rajanya dan pemimpin-pemimpinnya berada di antara bangsa-bangsa asing, menjadi tawanan di antara mereka, dihina habis-habisan oleh mereka (ay. 9), dan diperlakukan tidak saja seperti orang-orang kebanyakan, tetapi juga sebagai orang-orang yang paling hina, tanpa peduli dengan latar belakang kedudukan mereka. Perhatikanlah, adil bagi Allah untuk merendahkan derajat orang-orang yang telah berbuat dosa dengan berbagai penghukuman-Nya, karena mereka telah merendahkan derajat mereka sendiri.
- V. Ada masanya dahulu ketika upacara-upacara yang ditetapkan Allah diselenggarakan di antara mereka dengan penuh kuasa dan kekudusan, dan mereka memiliki tanda-tanda hadirat Allah bersama mereka. Tetapi sekarang semuanya itu telah dirampas dari mereka. Bagian dari kepermaian Israel yang sesungguhnya merupakan kepermaian mereka yang terbesar telah hilang.
- 1. Tabut Allah adalah tumpuan kaki Allah, di bawah tutup pendamaian, dan di antara dua kerub (1Taw. 28:2; Mzm. 99:5; 132:7), di sanalah Shekinah bersemayam, dan memandang kepada Israel, bangsa yang sering dilindungi dan diselamatkan-Nya. Tetapi sekarang Ia tidak mengingat tumpuan kaki-Nya lagi (ay. 1). Tabut Allah itu sendiri tampaknya dibiarkan jatuh ke tangan orang-orang Kasdim. Allah yang sedang murka mencampakkan tabut itu, sebab barang itu tidak lagi menjadi tumpuan kaki-Nya. Bumi yang akan menjadi tumpuan kaki-Nya, sebab bumi sudah demikian adanya sebelum tabut Allah sebagai tumpuan kaki-Nya (Yes. 66:1). Betapa rendahnya nilai tanda-tanda yang menunjuk kehadiran-Nya ketika hadirat-Nya sendiri lenyap! Dan bukan untuk pertama kalinya Allah menyerahkan tabut-Nya ke dalam tawanan (Mzm. 78:61). Allah dan kerajaan-Nya dapat berdiri tanpa tumpuan kaki itu.
- 2. Orang-orang yang melayani perkara-perkara kudus telah menyenangkan mata dalam kemah puteri Sion (ay. 4). Mereka lebih bersih dari salju dan lebih putih dari susu (4:7). Tidak ada yang lebih menyenangkan di pemandangan semua orang baik selain orang-orang yang melakukan pelayanan di dalam kemah suci itu. Tetapi sekarang orang-orang ini telah dibunuh, dan darah mereka dicampurkan dengan darah korban yang mereka persembahkan. Demikianlah imam serta raja dihina. Perhatikanlah, ketika orang-orang yang menyenangkan mata dalam kemah putri Sion dibunuh, Allah pasti yang melakukan hal itu. Ia telah melakukannya, dan api yang dinyalakan TUHAN itu harus ditangisi oleh seluruh bangsa Israel, seperti peristiwa yang terjadi pada Nadab dan Abihu (Im. 10:6).
- 3. Bait Suci adalah Kemah Suci Allah (ketika Kemah Suci itu masih ada, ia disebut sebagai rumah TUHAN [Mzm. 27:4]), dan kemah ini pun diambil-Nya (ay. 6). Ia telah mencabut tiang-tiangnya dan memotong tali-talinya. Tempat itu tidak akan menjadi kemah lagi, apalagi sampai menjadi kemah suci-Nya. Ia telah melandanya, seperti seorang penjaga kebun membawa pergi sekopnya atau capingnya, ketika ia sudah menyelesaikan pekerjaannya dan tidak perlu menggunakannya lagi. Allah meruntuhkan kemah itu dengan mudah dan cepat, tanpa ragu dan sesal, seolah-olah itu hanyalah pondok di kebun anggur atau seperti gubuk di kebun mentimun (Yes. 1:8), hanya sebuah gubuk yang dibuat penjaga (Ayb. 27:18). Ketika manusia mencemarkan kemah suci Allah, maka adil bagi Allah untuk mengambil kembali kemah itu dari mereka. Dengan adil Allah menolak untuk mencium bau segala perkumpulan raya mereka (Am. 5:21, KJV). Mereka telah menyulut amarah-Nya sehinga Ia menarik diri dari mereka, dan kemudian tidak heran kalau Dia menghancurkan tempat-tempat perkumpulan raya-Nya. Apa lagi yang harus mereka lakukan dengan tempat-tempat itu ketika kebaktian mereka sudah menjadi kekejian bagi Allah? Ia telah meninggalkan tempat kudus-Nya (ay. 7), tempat itu sudah dicemarkan oleh dosa, satu-satunya hal yang sangat dibenci-Nya, dan demi hal itu pula, Ia bahkan juga membenci tempat kudus-Nya, tempat yang Ia senangi dan yang disebut sebagai tempat perhentian-Nya untuk selama-lamanya (Mzm. 132:14). Demikian jugalah yang Ia lakukan kepada Silo. Sekarang musuh-musuh membuat sorakan ramai penuh keriangan dan penghujatan di dalam Bait Allah, seperti keramaian yang biasa dilakukan dahulu dengan lagu-lagu dan musik Bait Suci pada hari perayaan jemaat (Mzm. 74:4). Beberapa orang mengartikan istilah tempat pertemuan-Nya (ay. 6) bukan saja sebagai Bait Allah, melainkan juga rumah-rumah ibadah, dan sekolah-sekolah para nabi, yang telah dibakar habis oleh musuh (Mzm. 74:8).
- 4. Perayaan-perayaan khidmat dan hari-hari Sabat telah diperingati dengan cermat, dan orang-orang senantiasa mengingat-ingat hari-hari itu, tetapi sekarang TUHAN telah menyebabkan perayaan-perayaan itu dilupakan, tidak saja di pedesaan, di antara orang-orang yang tinggal di kejauhan, tetapi bahkan juga di Sion sendiri. Sebab tidak ada seorang pun yang tertinggal untuk mengingat-ingat hari-hari itu, dan juga sudah tidak ada lagi tempat-tempat yang tersisa, tempat mereka biasa merayakan hari-hari itu. Sekarang, ketika Sion hanya tinggal reruntuhan, tidak dibedakan lagi antara hari-hari Sabat dan waktu-waktu lainnya, setiap hari adalah hari-hari ratapan, sehingga segala perayaan-perayaan khidmat itu dilupakan. Perhatikanlah, sungguh adil bagi Allah untuk mencabut manfaat dan penghiburan hari-hari Sabat dan perayaan-perayaan yang khidmat dari orang-orang yang tidak menghargai hari-hari tersebut sebagaimana mestinya, juga tidak merayakan hari-hari itu dengan bersungguh-sungguh, tetapi telah menajiskannya. Ini salah satu dosa yang sering didakwakan kepada orang-orang Yahudi. Orang-orang yang sudah melihat hari-hari Anak Manusia, dan meremehkannya, akan ingin melihat salah satu dari hari-hari itu, tetapi tidak diizinkan untuk melihatnya (Luk. 17:22).
- 5. Mezbah yang telah menguduskan persembahan-persembahan mereka sekarang sudah dibuang, sebab Allah tidak berkenan lagi menerima persembahan-persembahan mereka, juga tidak bersedia dihormati dengan korban-korban mereka (ay. 7). Mezbah itu adalah Meja Tuhan namun Allah tidak berkenan lagi berdiam di antara mereka dan memakainya. Ia juga tidak bersedia menjamu mereka, dan tidak mau merayakan perayaan-perayaan bersama mereka.
- 6. Mereka telah diberkati dengan nabi-nabi dan guru-guru hukum Taurat, tetapi hukum Taurat itu sudah tidak ada lagi (ay. 9). Kitab itu tidak pernah dibaca lagi oleh kebanyakan orang, tidak lagi dijelaskan secara terperinci oleh ahli-ahli Taurat. Kedua loh batu hukum Allah itu telah lenyap bersama Tabut Allah. Kitab Taurat sudah diambil dari antara mereka, dan orang dilarang memilikinya. Apa lagi yang harus diperbuat orang dengan Alkitab kalau tidak ada perubahan yang lebih baik dengan orang itu ketika masih memilikinya? Nabi-nabi mereka juga tidak menerima lagi wahyu dari TUHAN, Allah tidak menjawab mereka melalui para nabi dan mimpi-mimpi, yang menjadi perkara menyedihkan bagi Raja Saul (1Sam. 28:15). Mereka telah menganiaya nabi-nabi Allah dan memandang rendah penglihatan-penglihatan yang mereka terima dari TUHAN, dan oleh karena itu, adil bagi Allah untuk berfirman bahwa mereka tidak akan memiliki nabi-nabi lagi, tidak ada penglihatan-penglihatan lagi. Biarkanlah mereka datang kepada nabi-nabi yang suka menyanjung-nyanjung dan menipu mereka dengan penglihatan-penglihatan dusta yang berasal dari hati mereka sendiri, sebab mereka tidak akan lagi mendapat nabi dari Allah untuk menghibur mereka, atau untuk memberitahukan berapa lama lagi kepada mereka. Orang-orang yang menyalahgunakan nabi-nabi Allah pantas untuk kehilangan mereka.
SH: Rat 2:1-22 - Wujud janji (Minggu, 12 Desember 2010) Wujud janji
Yeremia memaparkan betapa menyeluruhnya penghajaran yang Tuhan berikan kepada umat Israel di kerajaan Yehuda. Di satu sisi, Tuhan secara ...
Wujud janji
Yeremia memaparkan betapa menyeluruhnya penghajaran yang Tuhan berikan kepada umat Israel di kerajaan Yehuda. Di satu sisi, Tuhan secara aktif menjalankan penghukuman-Nya langsung kepada pihak-pihak yang bersalah kepada-Nya (2). Ia juga menarik perlindungan-Nya dari umat-Nya hingga musuh mereka berkuasa atas mereka (3).
Ketika Tuhan memutuskan untuk bertindak melawan umat-Nya, siapa yang bisa menahan Dia? Kehancuran yang dialami Israel begitu menyeluruh sampai-sampai "Tak ada petunjuk dari Tuhan, bahkan nabi-nabi tidak menerima lagi wahyu (dari Tuhan)" (9c). Kerasnya tindakan Tuhan itu tampaknya mulai membuahkan hasil. Para pemimpin Israel menunjukkan tanda pertobatan mereka (10) bersama rakyat.
Seluruh negeri terbelalak menyaksikan kedahsyatan amarah Tuhan. Masakan Tuhan mengizinkan ibu-ibu memakan anak-anak kandung mereka? Masakan Tuhan membiarkan orang-orang pilihan-Nya dibantai di bait Allah (20)? Namun tampaknya itulah harga yang harus dibayar karena mereka telah terbiasa sehingga tidak takut lagi memanipulasi kekudusan Tuhan dan menodai kehormatan-Nya (14).
Ayat 22 membuat kontras yang menarik antara hari-hari raya dan hal-hal menakutkan yang tengah terjadi pada umat Israel. Di dalam Kitab Ulangan, Tuhan memang berulang kali menegaskan bahwa umat harus bersungguh-sungguh datang ke hadirat-Nya dengan tujuan untuk bersukaria, memuji, dan membesarkan nama-Nya beberapa kali dalam setahun (mis. Ul. 14:22-29). Di sini umat Israel diingatkan bahwa Tuhan bersungguh-sungguh dengan segala yang dikatakan-Nya dan itu berarti mencakup pula perjanjian yang mereka ikat di Ulangan 28.
Kita diingatkan bahwa apa yang dipaparkan dengan begitu mengerikan di Ratapan 2 ini tidak lain adalah perwujudnyataan dari perjanjian antara Tuhan dan umat Israel di Ul. 28:15:46, yaitu sebuah "tanda dan mujizat" bahwa mereka masih merupakan umat Tuhan.
SH: Rat 2:1-22 - Tetap berharap belas kasih (Minggu, 9 Maret 2014) Tetap berharap belas kasih
Persahabatan atau pernikahan yang dikhianati sepihak sering menimbulkan kebencian yang mendalam dari pihak yang disakiti. ...
Tetap berharap belas kasih
Persahabatan atau pernikahan yang dikhianati sepihak sering menimbulkan kebencian yang mendalam dari pihak yang disakiti. Kebencian itu kadang diungkapkan lewat kemarahan dan upaya membalas si ‘musuh’. Kadang juga dengan cara membuang jauh-jauh semua hal yang pernah menjadi kenangan manis, seperti foto berdua, pemberian tanda cinta, dst.
Murka Allah atas pengkhianatan umat-Nya memang mengerikan. Allah menghancurkan Yerusalem habis-habisan. Allah menghempaskan kemuliaan (1-2) dan melemahkan kekuatan (3) Yerusalem. Ia menjadikan umat-Nya musuh yang harus dibasmi, yaitu sebagai sasaran bidik panah-Nya (4-5). Semua simbol relasi mereka dengan Diri-Nya seperti bait Allah dan mezbah, para pemimpinnya, serta tembok kotanya dimusnahkan (6-9).
Apa yang terjadi pada Yerusalem begitu mengenaskan sehingga respons yang tersisa dari penduduknya hanyalah berkabung tanpa dapat berkata-kata (10), termasuk untuk menjawab rengekan anak-anak mereka meminta makanan (12). Tidak seorang pun dapat menghibur Yerusalem. Para nabi palsu yang dahulu menyesatkan mereka dengan nubuat palsu, sekarang bungkam (14), bahkan bangsa sekeliling justru menyoraki mereka (15-16).
Ratapan 2 ini tidak ditutup dengan perasaan putus asa yang berujung pada ‘bunuh diri’ atau perbuatan nekad lainnya.Peratap mengajak pembaca untuk membuka diri kepada Allah dengan tangis penyesalan yang mendalam sambil berharap pada belas kasih Allah (18-22). Inilah seruan iman bahwa Allah tetap mengasihi mereka.Allah memang telah bertindak keras, tetapi Ia tidak pernah menyangkal kasih setia-Nya.
Pengharapan yang diungkap si peratap terjawab tuntas dalam kematian dan kebangkitan Kristus. Murka Allah yang dicurahkan, telah ditanggung Kristus di salib. Kita yang percaya beroleh pengampunan dan pemulihan!
SH: Rat 2:1-22 - Jangan Hidup dalam Dosa (Minggu, 19 November 2017) Jangan Hidup dalam Dosa
Pasal 2 ini berisi murka Allah terhadap Sion karena pengkhianatan mereka terhadap Tuhan (1-9). Murka tersebut tidak bisa dihi...
Jangan Hidup dalam Dosa
Pasal 2 ini berisi murka Allah terhadap Sion karena pengkhianatan mereka terhadap Tuhan (1-9). Murka tersebut tidak bisa dihindari. Allah menghempaskan kemuliaan (1-2) dan melemahkan kekuatan Yerusalem (3). Semua simbol relasi antara Allah dan umat (Bait Allah dan mezbah, para pemimpin bangsa Yehuda dan tembok kota) dimusnahkan-Nya. Akibatnya penduduk Yerusalem mengalami penderitaan yang luar biasa (10-17). Mereka diserbu, dianiaya, ditindas, dan dibunuh oleh bangsa Babel.
Pengkhianatan itu terjadi karena para nabi palsu Israel telah memberikan penglihatan palsu. Mereka selama ini tidak menegur kesalahan bangsa Yehuda. Mereka tidak menggiring umat untuk bertobat, sebaliknya membiarkannya (14). Pada akhirnya Allah pun meninggalkan umat-Nya karena dosa telah menyebabkan diri-Nya menarik semua nubuat dan penglihatan (9).
Hal ini menjadi peringatan bagi kita pada zaman sekarang bahwa Roh Kudus pun bisa menghentikan manifestasi berbagai karunia dan karya ajaib-Nya dalam diri orang percaya apabila mereka tidak lagi mencari lebih dahulu Kerajaan Allah dan berkompromi dengan dosa.
Meskipun ratapan ini tidak ditutup dengan perasaan putus asa. Namun, di tengah situasi seperti itu, umat diajak untuk membuka diri dan berteriak kepada Tuhan dengan tangisan penyesalan sambil berharap pada belas kasih Allah (18-22). Walau Allah bertindak keras, tetapi Ia tidak pernah menyangkal kasih setia-Nya. Pengharapan ini terjawab tuntas dalam kematian dan kebangkitan Kristus. Murka Allah telah ditanggung oleh Kristus. Itu sebabnya dalam Kristus ada kasih, pengampunan, dan pemulihan.
Marilah kita bertekad untuk tidak berkompromi dengan dosa dan sungguh-sungguh mencari Allah. Janganlah kita jemu-jemu saling mengingatkan supaya kita tidak terjatuh dalam dosa. Namun, janganlah hal itu membuat kita takabur. Jagalah kesetiaan kepada Allah agar kita selalu terpelihara dalam kasih dan rahmat-Nya. Karena itu, tolonglah kami ya Tuhan untuk hidup dalam cinta kasih dan rahmat-Mu. [MH]
SH: Rat 2:1-9 - Kebencian Tingkat Tinggi terhadap Dosa (Jumat, 14 April 2023) Kebencian Tingkat Tinggi terhadap Dosa
Kita semua memiliki kata-kata favorit, yaitu kata-kata yang sering kita ucapkan dalam situasi tertentu, antara...
Kebencian Tingkat Tinggi terhadap Dosa
Kita semua memiliki kata-kata favorit, yaitu kata-kata yang sering kita ucapkan dalam situasi tertentu, antara lain saat kita merasa gelisah.
Bacaan hari ini penuh dengan kata "murka" dan beberapa sinonimnya. Kehancuran Yerusalem begitu menggelisahkan bagi Yeremia sehingga ia terus-menerus merujuk kepada "murka" Tuhan.
Dalam murka-Nya, Tuhan tidak menyayangkan rakyat maupun bangsawan. Ia menghancurkan seluruh kota (1-2). Ia merobohkan istana dan benteng-bentengnya yang megah (3-5). Murka Tuhan tidak setengah-setengah. Ia menelantarkan semua tempat ibadah, bahkan Bait Suci sekalipun (6-7). Ia meruntuhkan perlindungan kota mereka dan membuang mereka dari Tanah Perjanjian (8-9).
Mengapa Yeremia menyajikan gambaran hukuman Allah yang dahsyat? Tidak ada maksud lain kecuali maksud supaya kita benar-benar menyadari betapa menakutkannya murka Allah itu. Namun, lebih dari itu, Yeremia berharap agar kita memiliki kebencian tingkat tinggi terhadap dosa. Kita tidak akan dapat memahami dahsyatnya murka Allah bila kita tidak memahami betapa besar kebencian-Nya terhadap dosa.
Hal-hal mengerikan, seperti pembunuhan, bisa terjadi saat seseorang membenci sesuatu. Bagi kita, kita bisa melakukan banyak hal demi berupaya menjauhi dan melenyapkan apa yang kita benci. Terlebih Allah Yang Mahakudus, Ia sanggup melenyapkan dosa menjijikkan.
Mari kita kembangkan kebencian yang sama terhadap dosa, yaitu kebencian tingkat tinggi-yang membara dan tidak membiarkan dosa sedikit pun. Demikianlah seharusnya kita membenci dosa dan mau berkorban melakukan usaha sebaik-baiknya untuk menghindari berbuat dosa.
Maukah Anda membenci dosa? Jika "ya", Anda akan berdoa agar Roh Tuhan menguasai Anda sepenuhnya. Bila kita mempersilakan Dia untuk tinggal di dalam kita, kekudusan-Nya akan memenuhi hati kita. Hasilnya, kita bukan hanya diluputkan dari murka Tuhan, tetapi juga dilayakkan untuk tinggal di dalam kemuliaan Tuhan seumur hidup kita. [PHM]
TFTWMS -> Rat 2:1-10
TFTWMS: Rat 2:1-10 - Lima Adegan Bencana Nasional LIMA ADEGAN BENCANA NASIONAL (Ratapan 2:1-10)
Ah, betapa Tuhan menyelubungi puteri Sion Dengan awan dalam murka-Nya! Keagungan Israel dilemparkan-Nya...
LIMA ADEGAN BENCANA NASIONAL (Ratapan 2:1-10)
Ah, betapa Tuhan menyelubungi puteri Sion Dengan awan dalam murka-Nya! Keagungan Israel dilemparkan-Nya Dari langit ke bumi. Tak diingat-Nya akan tumpuan kaki-Nya Tatkala Ia murka. Tanpa belas kasihan Tuhan memusnahkan segala ladang Yakub. Ia menghancurkan dalam amarah-Nya Benteng-benteng puteri Yehuda. Ia mencampakkan ke bumi Dan mencemarkan kerajaan dan pemimpin-pemimpinnya. Dalam murka yang menyala-nyala Ia mematahkan segala tanduk Israel, Menarik kembali tangan kanan-Nya Pada waktu si seteru mendekat, Membakar Yakub laksana api yang menyala-nyala, Yang menjilat ke sekeliling (2:1-3).
Lima adegan bencana nasional "diselubungi"2dengan awan dari langit (2:1). Istilah ini menunjukkan kesuraman yang tidak diinginkan, kesusahan yang mengerikan, dan kemurungan yang berlebihan. Itu mencurahkan aib dan penghinaan yang akan menggelapkan hari apa saja dan meredam semua roh. Itu keluar dari murka Allah dan merampas Israel dari kemuliaannya.
Ungkapan bahwa Allah "Tak diingat-Nya akan tumpuan kaki-Nya"sepertinya menunjuk kepada tutup pendamaian di atas tabut perjanjian, yang di zaman dulu merupakan tempat pertemuan Allah dengan umat-Nya (Keluaran 25:17-22; 29:42-45). Pemandangan mengerikan tentang bara api yang menyala adalah kesaksian bisu bahwa tempat pertemuan Allah itu sudah lenyap dan manfaat di tempat tutup pendamaian-Nya itu dilupakan (2 Raja 25:9).
Adegan pertama adalah tentang bangsa itu, di mana "segala ladang Yakub" telah "dimusnahkan."3Benteng Yehuda—tembok-tembok sebagai perlindungan jasmani dan bait suci sebagai jaminan rohani (lihat Yeremia 7: 4, 12-14 )—telah dicampakkan. Kerajaan itu, sebagai adegan yang memalukan, telah "dicemarkan."4Segala sesuatu yang bergerak telah "ditelan,"5seperti oleh musuh yang ganas yang haus akan darah manusia. Apa pun atau siapa pun yang berharga (para pemimpin, orang-orang yang menjadi kekuatan Israel) telah dilenyapkan, atau ditelan!
Ia membidikkan panah-Nya seperti seorang seteru Dengan mengacungkan tangan kanan-Nya seperti seorang lawan; Membunuh segala yang menyenangkan mata Dalam kemah puteri Sion, Memuntahkan geram-Nya seperti api. Tuhan menjadi seperti seorang seteru; Ia menghancurkan Israel, Meremukkan segala purinya, Mempuingkan benteng-bentengnya, Memperbanyak susah dan kesah pada puteri Yehuda (2:4, 5).
Adegan berikutnya adalah tentang jiwa-jiwa yang sedih dan tempat-tempat menonjol di kota itu. Segala yang "menyenangkan," "puri-puri," dan "benteng-benteng" mengacu kepada para prajurit Yudea dan tempat-tempat yang dikenal di Yerusalem. Kiasan tentang "membidikkan panah" di ayat 4 menggambarkan musuh dalam posisi menyerang, dengan semua orang di hadapan musuh ini sedang dibunuh. Mereka yang selamat, yang melihat pembantaian itu dan pembongkaran tempat tinggal, ditinggalkan dalam keadaan "berkabung" dan "merintih." Kedua istilah ini mirip satu sama lain, berasal dari akar kata yang sama dalam bahasa Ibrani. Mereka bergabung untuk menekankan tangisan dan rintihan di atas tangisan dan rintihan. Fakta bahwa Tuhan adalah musuh dan lawan Yehuda (2:4, 5) mengintensifkan implikasi serius tragedi ini.
Ia melanda kemah-Nya seperti kebun, Menghancurkan tempat pertemuan-Nya. Di Sion TUHAN menjadikan orang lupa Akan perayaan dan sabat, Dan menolak dalam kegeraman murka-Nya raja dan imam. Tuhan membuang mezbah-Nya, Meninggalkan tempat kudus-Nya, Menyerahkan ke dalam tangan seteru Tembok puri-purinya. Teriakan ramai mereka dalam Bait Allah Seperti keramaian pada hari perayaan jemaah (2:6, 7).
Nabi itu lalu berfokus pada penghancuran kemah suci (bait suci). Adegan tentang tempat pertemuan menggambarkan bait suci sebagai taman (2:6). Serangan itu seperti waktu panen: Hasil panen yang melimpah digunduli, meninggalkan tanaman anggur yang kosong, hancur (lihat Yeremia 24:1, 2, 8-10). Tempat ini di mana orang mencari pengampunan dan jaminan (1 Raja 8:33, 34, 44, 45) sekarang tanpa ampun menjadi titik serangan oleh yang Mahakuasa! Ia telah menghancurkan tempat pertemuan-Nya, menolak mezbah-Nya, dan meninggalkan tempat kudus-Nya! Allah tidak akan lagi membiarkan umat-Nya mengikuti nabi-nabi palsu mereka (lihat Yeremia 9:6-9; 14:14-16).
Kemah suci diperlakukan "secara kasar; NASB"6; baik para pejabat pemerintah maupun para imam diserahkan ke dalam tangan musuh oleh karena pelanggaran mereka terhadap perjanjian Allah (Yeremia 34:17-22). Di mana ibadah yang suci, khusyuk seharusnya sudah dilakukan, di sana hanya akan terdengar "teriakan ramai"7(2:7; lihat Mazmur 74:3-10).
TUHAN telah memutuskan Untuk mempuingkan tembok puteri Sion. Ia mengukur semuanya dengan tali pengukur, Ia tak menahan tangan-Nya untuk menghancurkannya. Ia menjadikan berkabung tembok luar dan tembok dalam, Mereka merana semua. Terbenam gapura-gapuranya di dalam tanah; TUHAN menghancurkan dan meluluhkan palang-palang pintunya (2:8, 9a).
Adegan tentang tembok juga menunjukkan kehancuran, dengan pintu-pintu gerbangnya yang roboh ke tanah. Palang-palang pintu yang seharusnya menopang benteng yang masif semuanya hancur. Pengakuan tentang penaklukan yang menyeluruh terbukti dalam bagian akhir ayat 8, di mana tembok itu dikatakan merana. Benteng itu, didirikan sebagai bangunan pertahanan khusus, dan temboknya "merana semua." Sepertinya reruntuhan yang dihancurkan ini telah menundukkan kepala mereka yang dulunya dibentengi dengan kekalahan yang memalukan.
Rajanya dan pemimpin-pemimpinnya Berada di antara bangsa-bangsa asing. Tak ada petunjuk dari TUHAN, Bahkan nabi-nabi tidak menerima lagi wahyu dari pada-Nya. Duduklah tertegun di tanah para tua-tua puteri Sion; Mereka menabur abu di atas kepala, Dan mengenakan kain kabung. Dara-dara Yerusalem menundukkan kepalanya ke tanah (2:9b, 10).
Adegan terakhir adalah tentang para pemimpin yang dihukum. Para raja dan para pemimpin, yang seharusnya melindungi umat Allah dari bangsa lain, telah dipencarkan di antara bangsa-bangsa. Nabi-nabi-Nya tidak menerima penglihatan, dan hukum tidak ada lagi. Kaum itu tidak lagi mendengar atau menaati Firman Allah, sehingga Ia menyingkirkan firman itu dari mereka (Yeremia 7:23-28; 44:15-22, 26, 27). Para tua-tua, yang seharusnya sudah membuat kesaksian dalam Yakub (Mazmur 78:2-8), duduk membisu. Nubuat Yeremia di hadapan tua-tua seperti ini telah menjadi kenyataan (Yeremia 19:1-8). Mereka menaburkan debu ke atas kepala mereka sebagai tindakan lahiriah dari penderitaan batin yang sangat sedih (Ayub 2:12; Yehezkiel 27:30). Tindakan seperti itu bisa jadi merupakan ungkapan pertobatan (Ayub 42:6), namun tidak ada indikasi bahwa orang-orang ini telah bergerak ke arah penyesalan, kepada Pencipta mereka. Mereka memiliki kesedihan yang mirip dengan yang Yudas miliki— kesedihan yang menunjukkan penyesalan namun tidak ditindaklanjuti dengan reformasi kehidupan (lihat Matius 27:3-5).8
Dara-dara Yerusalem (2:10; lihat 1:18) juga telah menundukkan kepala mereka ke tanah. Ini adalah ungkapan lain tentang ketundukan yang paling hina, depresi berat, atau tekanan yang ekstrim (lihat Yesaya 60:14; Matius 26:38, 39; Lukas 24:5).
Lima adegan ini menawarkan gabungan pembantaian yang mengejutkan semua orang yang menyurvei kota itu. Tidak mengherankan jika penulis itu menyisipkan dampak yang ia rasakan secara pribadi ketika ia memikirkan itu lagi.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Ratapan (Pendahuluan Kitab) Penulis : Yeremia
Tema : Kesusahan yang Sekarang dan Harapan Masa Depan
Tanggal Penulisan: 586 - 585 SM
Latar Belakang
Judul k...
Penulis : Yeremia
Tema : Kesusahan yang Sekarang dan Harapan Masa Depan
Tanggal Penulisan: 586 - 585 SM
Latar Belakang
Judul kitab ini diambil dari judul tambahannya dalam naskah PL terjemahan Yunani dan Latin -- "Ratapan Yeremia." PL Ibrani memasukkan kitab ini sebagai salah satu di antara lima kitab gulungan (bersama Rut, Ester, Pengkhotbah dan Kidung Agung) dari bagian ketiga Alkitab Ibrani, yaitu bagian _Hagiographa_ ("Tulisan-tulisan Kudus"); masing-masing dari kelima kitab ini secara tradisional dibacakan pada saat tertentu dalam tahun liturgi Yahudi. Ratapan ini ditetapkan untuk dibaca pada hari kesembilan dari bulan Ab (sekitar pertengahan Juli), bilamana orang Yahudi memperingati penghancuran kota Yerusalem. Versi Septuaginta menempatkan Ratapan langsung setelah kitab Yeremia, tempatnya dalam kebanyakan Alkitab masa kini.
Sudah lama para pakar Yahudi dan Kristen menyetujui bahwa Yeremia adalah penulis kitab ini. Di antara berbagai bukti yang mendukung kesimpulan ini terdapat yang berikut:
- (1) Dari 2Taw 35:25 kita mengetahui bahwa Yeremia biasa menggubah syair ratapan; apalagi, kitab nubuat Yeremia sering kali menyebut bagaimana ia meratapi kebinasaan Yerusalem yang akan datang. (lih. Yer 7:29; Yer 8:21; Yer 9:1,10,20).
- (2) Gambaran yang hidup dalam kitab Ratapan tentang peristiwa malapetaka itu memberikan kesan bahwa ini dikisahkan oleh seorang saksi mata; Yeremia adalah satu-satunya penulis kitab PL yang diketahui telah menyaksikan langsung musibah Yerusalem pada tahun 586 SM.
- (3) Terdapat beberapa persamaan tema dan gaya bahasa di antara kitab Yeremia dengan kitab ini. Misalnya, kedua kitab ini menghubungkan penderitaan Yehuda dan kebinasaan Yerusalem karena dosa dan pemberontakan yang terus-menerus terhadap Allah. Dalam kedua kitab ini Yeremia menyebut umat Allah sebagai "anak dara" -Nya (Yer 14:17; Yer 18:13; Rat 1:15; Rat 2:13). Fakta-fakta ini, bersama dengan kesamaan di antara kedua kitab ini dalam gaya penulisan syairnya, menunjuk kepada penulis yang sama.
Ketandusan Yerusalem digambarkan demikian jelas dan hidup dalam Ratapan sehingga menunjukkan bahwa peristiwa itu baru saja dialami penulisnya. Yeremia sendiri berusia 50-an ketika kota itu jatuh; dia mengalami sepenuhnya traumanya dan dipaksa ke Mesir pada tahun 585 SM (lih Yer 41:1--44:30), di mana dia wafat (mungkin sebagai orang syahid) dalam dasawarsa kemudian. Jadi, kitab ini mungkin sekali ditulis segera setelah pembinasaan Yerusalem (586-585 SM).
Tujuan
Yeremia menulis serangkaian lima ratapan untuk mengungkapkan kesedihan yang sangat dan penderitaan emosionalnya atas kerusakan Yerusalem yang tragis, termasuk
- (1) keruntuhan yang memalukan dari kerajaan dan keturunan Daud,
- (2) pembinasaan sama sekali dari tembok-tembok kota, Bait Suci, istana raja dan kota pada umumnya, dan
- (3) pembuangan yang menyedihkan ke Babel dari kebanyakan orang yang tidak dibunuh. "Yeremia duduk sambil menangis dan meratap dengan ratapan ini
atas Yerusalem," bunyi sebuah super skripsi pada kitab ini dalam versi Septuaginta dan Vulgata Latin. Dalam kitab ini, kesedihan sang nabi menyembur keluar bagaikan kesedihan seorang peratap pada saat penguburan kerabat dekat yang mati secara tragis. Semua ratapan ini mengakui bahwa tragedi tersebut merupakan hukuman Allah atas Yehuda karena pemberontakan berabad-abad para pemimpin dan penduduknya terhadap Dia; kini hari perhitungan telah tiba dan hari itu amat dahsyat. Dalam Ratapan, Yeremia bukan hanya mengakui bahwa Allah benar dan adil dalam segala jalan-Nya, tetapi juga bahwa Dia itu murah hati dan berbelas kasihan kepada mereka yang berharap kepada-Nya (Rat 3:22-23,32). Jadi, Kitab Ratapan memungkinkan umat itu memiliki pengharapan di tengah-tengah keputusasaan mereka dan memandang lebih jauh dari hukuman pada saat itu, kepada saat Allah akan memulihkan umat-Nya kelak.
Survai
Kitab ini merupakan serangkaian lima ratapan, tiap ratapan itu dalam sendirinya lengkap. Ratapan pertama (pasal 1; Rat 1:1-22) menggambarkan kerusakan Yerusalem dan ratapan sang nabi atas kota itu ketika ia berseru kepada Allah dalam penderitaan jiwanya; kadang-kadang ratapannya melambangkan ratapan Yerusalem (Rat 1:12-22). Dalam ratapan kedua (pasal 2; Rat 2:1-22), Yeremia melukiskan penyebab kerusakan ini sebagai murka Allah atas umat pemberontak yang menolak untuk bertobat. Musuh Yehuda menjadi sarana penghukuman Allah. Syair berikutnya (pasal 3; Rat 3:1-66) mendesak bangsa itu untuk ingat kembali bahwa Allah sungguh-sungguh pemurah dan setia, dan bahwa Dia itu baik kepada mereka yang mengandalkan diri-Nya. Yang keempat (pasal 4; Rat 4:1-22) mengulang kembali tema ketiga syair sebelumnya. Di dalam syair yang terakhir (pasal 5; Rat 5:1-22), setelah pengakuan dosa dan kebutuhan Yehuda untuk pengampunan, Yeremia berdoa kepada Allah untuk mengembalikan umat itu kepada perkenan-Nya lagi.
Kelima ratapan di dalam kitab ini, yang sama dengan jumlah pasalnya, masing-masing terdiri atas 22 ayat (kecuali pasal 3; Rat 3:1-66 yang memiliki 22 kali 3, yaitu 66 ayat); nomor 22 adalah jumlah huruf dalam abjad bahasa Ibrani. Empat syair pertama merupakan akrostik abjad, yaitu setiap ayat (atau dalam pasal 3; Rat 3:1-66 setiap perangkat dari tiga ayat) dimulai dengan huruf Ibrani yang berbeda dari _Alef_ hingga _Taw_. Susunan menurut abjad ini, di samping mempermudah penghafalan, juga melaksanakan mencapai dua hal.
- (1) Susunan ini menyampaikan gagasan bahwa ratapan-ratapan ini lengkap, meliputi segala sesuatu dari A hingga Z (Ibr- _Alef_ hingga _Taw_).
- (2) Dengan menyusun semua ratapan sedemikian, sang nabi dibatasi untuk terus-menerus meratap dan menangis; semua ratapan ada akhirnya, sebagaimana halnya suatu saat pembuangan akan berakhir dan Yerusalem akan dibangun kembali.
Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai kitab Ratapan.
- (1) Sekalipun di dalam Mazmur dan kitab para nabi ada ratapan pribadi dan ratapan umum, hanya kitab ini di Alkitab yang semata-mata terdiri atas syair-syair duka.
- (2) Susunan kesusastraan kitab ini sama sekali syair; dengan empat dari kelima syair itu bersifat akrostik (lihat alinea terakhir bagian "Survai"). Sesuai dengan susunan syair kitab ini, syair kelima juga terdiri atas 22 ayat.
- (3) Sedangkan 2Raj 25:1-30 dan Yer 52:1-34 melukiskan peristiwa sejarah pembinasaan Yerusalem, hanya kitab ini yang dengan hidup menggambarkan emosi dan perasaan orang-orang yang benar-benar mengalami musibah tersebut.
- (4) Pada inti kitab ini terdapat salah satu pernyataan paling kuat tentang kesetiaan dan keselamatan dari Allah di dalam Alkitab (Rat 3:21-26). Walaupun kitab Ratapan dimulai dengan sebuah ratapan (Rat 1:1-2), secara tepat kitab itu berakhir dengan nada pertobatan dan harapan untuk pemulihan (Rat 5:16-22).
- (5) Tidak ada kutipan dari kitab ini dalam PB selain beberapa ibarat (bd. Rat 1:15 dengan Wahy 14:19; Rat 2:1 dengan Mat 5:35; Rat 3:30 dengan Mat 5:39; Rat 3:45 dengan 1Kor 4:13).
Penggenapan Dalam Perjanjian Baru
Sekalipun Ratapan tidak dikutip sama sekali dalam PB, kitab ini memiliki relevansi langsung bagi mereka yang percaya pada Kristus. Seperti halnya Rom 1:18--3:20, kelima pasal ini meminta orang percaya untuk merenungkan kehebatan dosa dan kepastian hukuman ilahi. Pada saat yang sama, kitab itu mengingatkan bahwa oleh karena belas kasihan dan kemurahan Tuhan, keselamatan tersedia bagi orang-orang yang bertobat dari dosa mereka dan berbalik kepada-Nya. Selanjutnya, air mata sang nabi mengingatkan kita tentang air mata Yesus Kristus, yang menangisi dosa-dosa Yerusalem karena mengetahui kebinasaannya yang akan datang oleh tentara Romawi (Mat 23:37-38; Luk 13:34-35; Luk 19:41-44).
Full Life: Ratapan (Garis Besar) Garis Besar
I. Penghancuran Yerusalem
(Rat 1:1-22)
A. Gambaran Kota yang Dibinasakan Itu
(Rat 1:1-7)...
Garis Besar
- I. Penghancuran Yerusalem
(Rat 1:1-22) - A. Gambaran Kota yang Dibinasakan Itu
(Rat 1:1-7) - B. Penyebab Kebinasaan Kota Itu
(Rat 1:8-11) - C. Penderitaan Penduduk Kota Itu
(Rat 1:12-22) - II. Murka Allah dan Kesedihan Yerusalem
(Rat 2:1-22) - A. Murka Allah Terhadap Sion
(Rat 2:1-9) - B. Penderitaan Berat Penduduk Yerusalem
(Rat 2:10-17) - C. Permohonan Nabi akan Belas Kasihan
(Rat 2:18-22) - III.Umat Allah yang Tersiksa dan Harapan Mereka
(Rat 3:1-66) - A. Seruan Keputusasaan
(Rat 3:1-18) - B. Pengakuan Adanya Pengharapan
(Rat 3:19-39) - C. Panggilan untuk Bertobat
(Rat 3:40-42) - D. Penderitaan Sang Nabi
(Rat 3:43-54) - E. Doa Sang Nabi
(Rat 3:55-66) - IV. Masa Lampau, Masa Kini dan Masa Depan Sion
(Rat 4:1-22) - A. Perbandingan Masa Lalu dan Masa Kini Sion
(Rat 4:1-12) - B. Penyebab Sion Dihancurkan
(Rat 4:13-20) - C. Hukuman bagi Edom dan Pemulihan Yehuda
(Rat 4:21-22) - V. Doa Memohon Pemulihan
(Rat 5:1-22) - A. Kebutuhan akan Pengampunan
(Rat 5:1-15) - B. Pengakuan Dosa
(Rat 5:16-18) - C. Permohonan untuk Pemulihan
(Rat 5:19-22)
Matthew Henry: Ratapan (Pendahuluan Kitab)
Karena apa yang dikatakan Salomo, meskipun bertentangan dengan pendapat dunia secara umum, pasti benar, bahwa bersedih lebih baik dari pada tert...
- Karena apa yang dikatakan Salomo, meskipun bertentangan dengan pendapat dunia secara umum, pasti benar, bahwa bersedih lebih baik dari pada tertawa, dan pergi ke rumah duka lebih baik dari pada pergi ke rumah pesta, maka alangkah baiknya jika kita membaca dan merenungkan pasal-pasal yang memilukan dari kitab ini, bukan hanya dengan rela hati, tetapi juga dengan harapan untuk membangun diri kita sendiri olehnya. Dan, supaya kita dapat melakukan ini, kita harus mempersiapkan diri kita supaya boleh turut bersedih dengan hati yang kudus dan ikut menangis bersama sang nabi yang menangis. Marilah kita renungkan,
- I. Judul kitab ini. Dalam bahasa Ibrani, kitab ini memiliki satu judul, tetapi disebut (seperti kitab-kitab Musa) berdasarkan kata yang pertama, Ecah GÇô Bagaimana. Tetapi para penafsir Yahudi menyebut judul tersebut, seperti orang-orang Yunani, dan kita mengikuti mereka, Kinoth GÇô Ratapan (-ratapan). Sama seperti kita mempunyai syair-syair atau nyanyian-nyanyian rohani yang mengungkapkan sukacita, demikian pula kita mempunyai sajak-sajak atau nyanyian-nyanyian rohani yang mengungkapkan ratapan. Sedemikian beragamnya cara-cara yang dipakai oleh sang Hikmat Tak Terbatas untuk bekerja pada diri kita dan menggugah perasaan-perasaan kita, supaya Ia bisa melembutkan hati kita dan menanamkan hati itu dengan kebenaran-kebenaran ilahi, seperti layaknya lilin meterai. Kami tidak hanya sudah meniup seruling bagimu, tetapi juga sudah menyanyikan kidung duka (Mat. 11:17).
- II. Penulis kitab ini. Penulisnya Yeremia sang nabi, yang di sini menjadi Yeremia sang penyair. Jadi ia nabi sekaligus penyair. Oleh karena itulah kitab ini pantas ditempatkan setelah kitab nubuatnya, dan seperti menjadi lampiran untuk nubuatnya itu. Dalam kitab nubuatnya kita sebagian besar mendapati nubuat-nubuat tentang kehancuran Yehuda dan Yerusalem, dan kemudian sejarah tentang keduanya, untuk menunjukkan betapa nubuat-nubuat itu digenapi dengan tepat, untuk meneguhkan iman kita. Sekarang dalam kitab ini kita mendapati ungkapan-ungkapan dukacita sang nabi atas peristiwa-peristiwa itu, untuk menunjukkan betapa ia sangat tulus dalam pernyataan-pernyataan yang sering kali dibuatnya bahwa ia tidak menginginkan hari celaka, tetapi bahwa, sebaliknya, penglihatan akan hari itu justru memenuhi dirinya dengan kepahitan. Ketika ia melihat malapetaka-malapetaka ini dari kejauhan, ia berharap sekiranya kepalanya penuh air dan matanya jadi pancuran air mata. Dan, ketika malapetaka-malapetaka itu datang, ia memperlihatkan bahwa ia tidak menutup-nutupi keinginan itu, dan bahwa ia sama sekali tidak membenci negerinya, yang merupakan kejahatan yang dituduhkan kepadanya oleh musuh-musuhnya. Negerinya sudah berlaku sangat jahat terhadapnya, dan kehancurannya merupakan bukti bahwa ia adalah nabi yang benar, dan sekaligus menjadi penghukuman terhadap mereka karena menganiaya dia yang dituduh sebagai nabi palsu. Bisa saja ia tergoda untuk bersorak-sorai atas kehancuran negeri itu, namun ia meratapinya dengan sedih. Dan dalam hal ini ia menunjukkan perangai yang lebih baik daripada perangai Yunus berkenaan dengan Niniwe.
- III. Terjadinya Ratapan-ratapan ini. Ratapan-ratapan ini timbul karena terjadinya kehancuran Yehuda dan Yerusalem oleh tentara Kasdim dan bubarnya pemerintahan Yahudi, baik masyarakat maupun jemaat, sebagai akibat kehancuran itu. Sebagian dari rabi-rabi beranggapan Ratapan-ratapan ini dituliskan Yeremia oleh karena kematian Yosia, yang disebutkan dalam 2 Tawarikh 35:25. Tetapi, meskipun benar bahwa kematian Yosia itu membukakan pintu bagi semua malapetaka yang mengikutinya, namun Ratapan-ratapan ini tampak dituliskan ketika Yeremia melihat langsung, dan bukan ketika ia mendapat penglihatan tentang, malapetaka-malapetaka itu. Jadi ratapan ditulis ketika malapetaka-malapetaka itu sudah datang, dan bukan ketika masih jauh. Dan dalam ratapan-ratapan ini tidak ada ditujukan sesuatu tentang Yosia, dan pujian terhadapnya, seperti yang pasti harus ada bila ratapan-ratapan itu memang untuk dia. Tidak, pemakaman Yerusalemlah yang menjadi pokok bahasan sajak ini. Sebagian rabi lain berpendapat bahwa Ratapan-ratapan ini termuat dalam gulungan kitab yang ditulis Barukh dari mulut Yeremia, dan yang dibakar Yoyakim. Dan mereka mengemukakan bahwa pada awalnya dalam kitab ini hanya ada pasal 1, 2, dan 4, tetapi bahwa dalam pasal 3 dan 5 ada banyak perkataan seperti itu yang kemudian ditambahkan. Tetapi pendapat ini hanyalah angan-angan yang tidak berdasar. Gulungan kitab itu dengan tegas dikatakan sebagai pengulangan dan ringkasan dari khotbah-khotbah sang nabi (Yer. 36:2).
- IV. Penyusunan ini. Penyusunannya tidak hanya bersifat puitis, tetapi juga menurut urutan abjad, semuanya kecuali pasal 5, seperti halnya beberapa mazmur Daud. Setiap ayat dimulai dengan huruf dalam urutan abjad Ibrani, pertama alef, kedua beth, dst. Tetapi pasal 3 adalah abjad rangkap tiga, tiga ayat pertama dimulai dengan alef, tiga ayat berikutnya dimulai dengan beth, dst. Hal ini membantu ingatan (karena lagu-lagu pendek yang memilukan ini dimaksudkan untuk dihafal) dan penulisannya elok menurut penilaian pada waktu itu, dan karena itu tidak boleh dipandang rendah sekarang. Mereka mencermati bahwa dalam pasal 2, 3, dan 4, huruf pe ditempatkan sebelum ain, yang dalam semua abjad Ibrani seharusnya ditempatkan sesudahnya. Untuk alasan itu, Dr. Lightfoot menawarkan dugaan ini, bahwa huruf ain, yang merupakan huruf bilangan untuk Septuaginta (LXX; Alkitab terjemahan bahasa Yunani GÇô pen.), dengan ditaruh di tempat yang salah seperti itu, menjadi menakjubkan, untuk mengingatkan mereka akan tujuh puluh tahun yang pada akhirnya Allah akan memulihkan pembuangan mereka.
- V. Kegunaannya. Kegunaanya sangat besar, tidak diragukan lagi, bagi orang-orang Yahudi yang saleh dalam penderitaan-penderitaan mereka. Kitab ini melengkapi mereka dengan bahasa rohani untuk mengungkapkan kesedihan alami mereka, membantu melestarikan ingatan yang tetap segar akan Sion di antara mereka, dan anak-anak mereka yang tidak pernah melihatnya, ketika mereka berada di Babel. Hal ini bisa mengarahkan air mata mereka kepada saluran yang tepat (sebab di sini mereka diajar untuk berduka atas dosa dan berduka kepada Allah). Bersamaan dengan itu, kitab ini mendorong harapan-harapan mereka bahwa Allah masih akan kembali dan berbelas kasihan terhadap mereka. Dan kitab ini berguna bagi kita, untuk membuat kita tergerak dengan dukacita menurut kehendak Allah atas malapetaka-malapetaka yang menimpa jemaat Allah, seperti yang sepatutnya dirasakan oleh orang-orang yang merupakan anggota-anggota jemaat Allah yang giat, dan yang menetapkan hati untuk ambil bagian bersama jemaat.
Jerusalem: Ratapan (Pendahuluan Kitab) RATAPAN
Kitab kecil Ratapan dalam Alkitab Ibrani termasuk Ketubim atau Hagiographa (Tulisan-tulisan). Dalam bagian Ketubim ini kitab Ratapan termasuk ...
RATAPAN
Kitab kecil Ratapan dalam Alkitab Ibrani termasuk Ketubim atau Hagiographa (Tulisan-tulisan). Dalam bagian Ketubim ini kitab Ratapan termasuk "lima gulungan" yaitu "megillot" yang dibacakan pada hari-hari Yahudi. Dalam Alkitab Yunani ddan Vulgata, kitab Ratapan menyusul kitab Yeremia dan diberi judul yang menunjukkan Yeremia sebagai pengarangnya. Tradisi yang menganggap Yeremia sebagai pengarang kitab Ratapan berlandaskan 2Taw 35;25 dan didukung isi sajak-sajak itu, yang memang bersesuaian dengan keadaan di zaman Yeremia. Namun tradisi ini tidak dapat dipertahankan. Yeremia, sejauh kita mengenalnya dari nubuat-nubuat yang pasti berasal dari padanya, tidak mungkin berkata, bahwa "nabi-nabi tidak menerima lagi wahyu", Yer 2:9. Tidak mungkin juga, bahwa Yeremia memuji Zedekia, Yer 4:20, atau mengharapkan bantuan dari Mesir, Yer 4:17. Bakat Yeremia yang sangat spontan sulit disesuaikan dengan gaya kitab Ratapan yang bercirikan bahasa kaum terpelajar. Empat sajak pertama kitab Ratapan digubah menurut abjad. Artinya: masing-masing bait mulai dengan salah satu huruf menurut urutannya dalam abjad. Bait kelima berjumlah tepat 22 ayat, yaitu sesuai dengan jumlah huruf abjad Ibrani.
Bab 1, 2 dan 4 kitab Ratapan termasuk jenis sastera lagu-lagu pengubahan. Bab 3 adalah sebuah lagu ratapan perorangan. Bab 5 adalah lagu ratapan umum. (Bab ini dalam bahasa Latin berjudul "Doa Yeremia"). Kitab Ratapan agaknya digubah di Palestina, sesudah kota Yeremia jatuh ke dalam tangan Nebukadnezar, pada thn. 587. Kitab ini kiranya seorang pengarang saja, yang mengungkapkan, rasa duka- cita kota Yerusalem serta penduduknya, dengan kota-kota yang sangat memilukan hati. Walaupun demikian sajak-sajak yang penuh kedukaan ini memancarkan suatu kepercayaan pada Allah yang tidak tergoyahkan serta rasa sesal hati yang mendalam. Kepercayaan dan rasa sesal hati itulah yang menjadikan kitab Ratapan berharga untuk segala zaman. Orang-orang Yahudi melagukan kitab Ratapan pada hari puasa (besar), yang memperingati kehancuran Bait Suci. Liturgi Gereja katolik memanfaatkan kitab ini dalam Pekan Suci yaitu di masa renungan mengenai drama yang pernah berlangsung di gunung Kalvari.
BARUKH
Kitab Barukh termasuk kitab-kitab deuterokanonika, yang tidak tercantum dalam Alkitab Ibrani. Alkitab Yunani (LXX) menempatkan kitab ini antara kitab Yeremia dan kitab Ratapan. Dalam terjemahan Latin, Vulgata, kitab Barukh menyusul kitab Ratapan. Menurut kata pendahuluan, Bar 1:1-14, kitab ini dikarang oleh Barukh, juru tulis nabi Yeremia, di Babel sesudah orang-orang Yahudi diangkat ke pembuangan Kitab ini dikirim ke kota Yerusalem untuk dibicarakan dalam upacara- upacara ibadat. Isi kitab Barukh terdiri atas: sebuah doa pengakuan dosa dan harapan Bar 1:15-3:8, sebuah sajak kebijaksanaan, Bar 3:9-4:4, di mana pengarang menyamakan Hikmat dengan hukum Taurat, dan sebuah nubuat, Bar 4:5- 5:9; dalam bagian terakhir ini Yerusalem dipribadikan dan berkata-kata kepada kaum buangan, sedangkan nabi memberi hati dengan mengingatkan zaman Mesias.
Kata pendahuluan kitab Barukh aslinya ditulis langsung dalam bahasa Yunani. Doa yang tercantum dalam Bar 1:15-3:8, yang mengembangkan doa yang terdapat dalam Dan 9:4-19, aslinya pasti dikarang dalam bahasa Ibrani. Mungkin sekali kedua bagian kitab Barukh berikut juga aslinya dikarang dalam bahasa yang sama. Seluruh kitab agaknya digubah di pertengahan abad ke-1 seb. Mas.
Dalam Alkitab Yunani (LXX) kitab Barukh dipisahkah dari kitab Surat Yeremia padahal Vulgata menyatukan Surat Yeremia dengan kitab Barukh, bab 6, dan memberi kepadanya judul tersendiri.
Surat Yeremia adalah suatu urauan yang menyerang pemujaan berhala. Dengan gaya bahasa yang dangkal pengarangnya menguraikan beberapa pokok yang sudah digarap dalam Yer 10:1-16 dan Yes 44:9-20. Pemujaan berhala yang diserang ialah yang lazim di negeri Babel di zaman agak belakangan. Surat Yeremia yang aslinya mungkin dikarang dalam bahasa Ibrani itu berasal dari zaman Yunani. Tetapi tanggal penyusunannya tidak dapat dipastikan lebih jauh. 2Mak 2:1-3 barangkali menyinggung tulisan itu.
Di Qumran ditemukan sebuah kepingan suatu naskah Yunani Surat Yeremia. Menurut ilmu paleografi kepingan itu berasal dari sekitar thn. 100 seb. Mas.
Nilai utama kumpulan tulisan-tulisan yang dihubungkan dengan Barukh itu ialah: ia memperkenalkan kepada kita kehidupan jemaat Yahudi di perantauan. Kita mendapat tahu, bahwa hidup keagamaan jemaat itu dipupuk oleh hubungan erat dengan kota Yerusalem oleh doa, rasa hormat keagamaan terhadap hukum Taurat, semangat balas dendam kepada musuh dan impian tentang zaman Mesias kelak. Bersama dengan kitab Ratapan tulisan-tulisan itu memberi kesaksian, bahwa diri Yeremia telah dikenang. Sebab kitab Ratapan dan kitab Barukh dihubungkan dengan Yeremia dan muridnya, Barukh. Diri Barukh masih lama dikenang juga. Sebab dalam abad ke-2 Mas. ada dua Apokalips yang dikatakan karangan Barukh, yang satu berbahasa Yunani dan yang lain berbahasa Siria (ada yang beberapa kepingan sebuah terjemahan Yunani).
Ende: Ratapan (Pendahuluan Kitab) RATAPAN
PENDAHULUAN
Untuk kitab sutji, jang terdjemahannja kami sadjikan ini, dipilih nama "Lagu2
Ratap", sebagai terdjemahan nama Latin "Lamentatione...
RATAPAN
PENDAHULUAN
Untuk kitab sutji, jang terdjemahannja kami sadjikan ini, dipilih nama "Lagu2 Ratap", sebagai terdjemahan nama Latin "Lamentationes" dan nama Junani "Threnoi". Dalam Kitab sutji Hibrani kitab itu tidak mempunjai nama sendiri dan disebut dengan kata permulaan teksnja, jaitu "ekah"(Aduh), seperti djuga kelima kitab Musa dinamakan menurut kata permulaannja. Namun demikianlah orang2 Jahudipun mengenal nama jang lain, jakni "Qinot", jang artinja djuga "Lagu Ratap". Tetapi nama ini kiranja dari waktu belakangan.
Namun "Lagu Ratap" itu dipilih karena dan sesuai sepenuhnja dengan isi kelima lagu, jang dikumpulkan dalam kitab tersebut. Sebab memang adalah "Lagu2 dukatjita", paling tidak dalam garis besarnja. Dewasa ini orangmembedakan 'lagu2 perkabungan' dan "lagu2 ratap". Dalam lagu perkabungan dilagukan kematian seseorang dan lagu2 matjam ini termasuk dalam upatjara penguburan. Didalamnja kebadjikan2 orang jang mati dipudji dan disesalkan kepergianja, jang dipandang sebagai achir jang definitif. Didalamnja tidak diutjapkan doa dan tidak terdengar harapan akan hidup lain yang lebih baik. Karena itu lagu2 perkabungan itu sedikit sekali atau se-kali2 tidak bertjorak keigamaan. Mula2 dimasudkan untuk orang2 tertentu, tetapi kemudian lagu2 perkabungan itu dialihkan kepada keruntuhan sesuatu bangsa atau kota, jang dengan sendirinja lalu diperorangkan. Kitab Sutji memelihara beberapa lagu perkabungan dari Israil djaman kuno (II Sjem. 1,18-17;3,33-34;JS 23,1-14;Jr 22,18). Nabi2 kadang menggunakan djenis kesusasteraan ini sebagai sindiran terhadap bangsa2 asing (Amos 5,2; Js. 14,4- 21; Jr.23,1-2; Jehesk. 26,15-16). Lagu2 ratap, entah perseorangan entah kolektif, mempunja tjorak lain. Didalam dilagukan malapetaka pribadi atau kolektif (sakit, kekalahan dalam perang dan sebagainja), dan lagu2 tersebut merupakan suatu doa kepada Allah didalam kesesakan. Dalam doa tersebut dikemukakan segala alasan, untuk mendesak Tuhan kepada belaskasihan dan pertolongan. Djadi, lagu2 tersebut mempunjai tjorak keigamaan jang lebih kuat daripada lagu2 perkabungan. Malapetaka, jang menimpa diri si penjanji (atau masjarakat), dilukiskan sedikit banjak setjara pandjang dengan rumus2 jang lazim. Karena itu sering sulitlah menentukan, dalam kesesakan mana si penjanji berada. Kitab Sutji, chususnja kitab mazmur, memelihara sedjumlah lagu2 ratap jang individuil dan kolektif. Dalam kitab "Lagu2 Ratap", kedua sastera itu bertjampur-aduk. Djelaslah, bahwa 1.2.4 adalah lagu perkabungan jangsesungguhnja tentang kehantjuran Jerusjalem, tetapi toh bertjampur dengan motif lagu ratap dan bertjorak keigamaan. Lagu 3 dan 5 lebih mirip lagu ratap, jang kolektif dalam 5 dan individuil dalam 3, walaupun dalam lagu 3 pun objeknja adalah suatu kolektivitas.
Kelima lagu kitab itu dituang dalam bentuk jang chas. Sebab semuanja lebih
kurang mengambil abdjad Hibrani sebagai dasar, walaupun masing2 agak lain
bentuknja. Lagu 1-4 adalah apa jang disebut acrosticon. Artinja sandjak itu
dibuat menurut abdjad begitu rupa, sehingga tiap2 bagian dimulai dengan huruf
berikutnja dalam abdjad. Lagu pertama dan kedua bersesuai dalam hal ini,
bahwasanja tiap2 bait terdiri atas tiga baris, dimulai dengan huruf berikutnja
dari abdjad, tetapi baris kedua dan ketiga dalam tiap2 bait dimulai dengan huruf
apapun. Perbedaan ketjil antara kedua lagu itu ialah bahwa urutan huruf abdjad
tidaklah sama, jakni 'ain-pe dan pe-'ain. Lagu keempat sama susunannja dengan
lagu kedua, tetapi dalam lagu keempat tiap2 huruf abdjad hanja mendapat dua
baris. Dalam lagu ketiga alfabetisme didjalankan palingdjauh. Sebab dalam lagu
ketiga bukan hanja tiap2 bait sadja dimulai dengan huruf berikutnja, tetapi
tiap2 baitpun mengulang huruf jang sama sampai tiga kali sebagai permulaan tiap2
baris. Dalam Kitab Sutji, chususnja dalam kitab mazmur
(9.10.25.34.37.111.112.119.145), tetapi djuga dalam kitab2 lainnja (
Dalam Kitab Sutji Hibrani Lagu2 ratap tertera dalam apa jang disebut "megillot", atau lima gulungan; jaitu tulisan2 ketjil (Rut, Ester, Pengch. Md.Ag.,Lg.Rt),jang dibatjakan pada perajaan2 tertentu didalam synagoga. Lagu2 Ratap diuntukkan hari puasa, guna memperingati djatuhnja Jerusjalem, tanggal 9 Ab (Agustus). Alasan liturgis itu agaknja alasan satu2nja jang sesungguhnja,jang menentukan tempatnja sekarang didalam kanon. Daripadanja tidak dapat ditarik kesimpulan satupun berkenaan dengan kitab itu sendiri. Dalam terdjemahan Junani dan Latin oleh karenanja djuga mendapat tempat jang berlainan sama sekali, jaitu dipertalikan dengan kitab Jeremia. Perbedaan jang tak begitu penting ialah, bahwa dalam terdjemahan Junani kitab itu terpisah dari kitab Jeremia oleh kitab Baruch, sednagkan dalam terdjemahan Latin tempatnja segera sesudah kitab Jeremia dan diikuti kitab Baruch tetapi gandingan antara Lagu2 Ratap dan Jeremia adalah begitu eratnja. sehingga pengarang2 Kristen Kuno sering mengutipnja dengan nama Jeremia sebagai sebagian dari kitabnja. Ada puloa saksi2 lama, jang mengatakan, bahwa kitab itu pada orang2 Jahudi mula2 termasuk pula dalam kitab Jeremia atau se-tidak2nja sangat erat gandingannja dengannja. Tempatnja jangsekarang didalam Kitab Sutji Hibrani agaknja bukan jang paling kuno.
Lama orang menerima begitu sadja, bahwa Jeremia adalah pengarang kitab itu. Baru
dalam abad ke 18 orang mulai menjangsikannja, kesangsian itu achirnja mendjadi
umum. Dalam naskah2 terdjemahan Junani kitab itu dengan tegas disebut dengan
nama Jeremia, sebagaimana djuga halnja dalam naskah2 terdjemahan Latin. namun
demikian, djudul kitab tersebut, walaupun dari djaman kuno dansuatu terdjemahan
dari bahasa Hibrani, tidak aseli djuga dalam terdjemahan Junani. Terdjemahan2
Kuno lainnja tidak mengenal djudul itu dan djuga dalam teks Latin Vulgata
tidaklah terdapat dalam sebuah naskah dari djaman kuno. Pengarang2 kuno umumnja
mengikuti tradisi tersebut. Tetapi tradisi itu agaknja melulu berdasarkan suatu
tafsir Jahudi mengenai IITwr. 35,25, dalam mana disebutkan, bahwa Jeremia
mengarang sebuah lagu ratap pada waktu gugurnja josjijahu dalam pertempuran di
Megido. Orang mempertalikan Lag.Rt.4,20 denganitu dan demikian timbullah
anggapan, bahwa Lagu2 Ratap ditulis oleh nabi Jeremia. Dasar anggapan tersebut
adalah sangat sempit dan pastilah tidak tjukup untuk membuktikan,bahwa Jeremia
sungguh pengarang kitab itu. Anggapan itu memang dapat dipahami Sebab Lagu2
ratap adalah sedjalan seluruhnja dengan nubuat2 Jeremia; dan apabila orng mesti
mentjari nama untuk kumpulan ta-bernama dari lagu2 sematjam itu, maka nama
Jeremia adalah serasi. Tetapi betapapun djua mudah dimengerti, namun dengan itu
bukti belumlah diberikan, dan oleh karenanja djuga tidak sedikitlah keberatan,
jangdikemukakan terhadap tradisi jang ber-abad2 lamanja itu. Ditundjukkanlah,
bahwa Kitab Sutji Hibrani tidak mengatakan kitab itu dari Jeremia asalnja, hal
mana tentunja akan terdjadji apabila ahli2 Jahudi, jang telah memberikan
urutannja jang sekarang mengetahui barang sedikit tentang hal itu. Tetapi
argumen itu tidak membuktikan banjak. Sebab djika menurut aselinja Lagu2 ratap
itu adalah sematjam lampiran pada kitab Jeremia dan baru kemudian terpisah
daripadanja karena alasan2 praktis, maka kiranja akan dipahami pula, bahwa ahli2
itu tidak memandang ahli2 itu tidak memandang perlu untuk menjebutkan dengan
tegas, bahwa lagu2 itu dari Jeremia asalnja. Mereka dapat memandang hal itu
sudah dikenal umum. Selandjutnja dikemukakan pula bahasa, jang digunakan dalam
kitab itu. bahasanja betul memperlihatkan suatu kemiripan dengan bahasa Jeremia,
tetapi sebaliknja djuga perbedaan jangmenjook dengan bahasa nabi tersebut,
diiringi dengan suatu kesamaan dengan bahasa Jeheskiel, dan menggunakan bagian
kedua Jesaja. Tambahan pula ada kesamaan dengan kitab2 lainnja dari Kitab Sutji
(3,6: Mzm 143,2-3,15: Ijob 9,19;3,17:Mam 88,15,3,37:Mzm 33,9; 1,10: Ul 23,3).
Dikemukakan pula pertentangan dalam hal gagasan antara Jeremia dan Lg.Rt.(4,20,
jang menjebutkan Sedekia tidaklah sesuai dengan pandangan Jeremia tentang radja
tersebut.Jr.22,13-38'37,17-18;dan 4,17 sukarlah ditjotjokkan dengan
Djika bukan jeremia pengarang kitab itu, siapakah gerangan pengarangnja? Ada ahli, jang mengatakan lagu2 itu dikarang oleh pelbagai pengarang jang anonim. Kata mereka, kesemunja itu dsatukan karena lagu2 itu memperbintangkan tjema jang sama, bukan karena sama pengarangnja. Argumen2 jang dikemukakan, tidak begitu mejakinkan. Karena itu ahli lain berpegang teguh pada satu pengarang. Argumen2 jangdikemukaan oleh para pendukung pendapat tersebut pada hemat kami lebih kuat daripada argumen2 dari pendapat pertama, jang mengira harus menerima panjair tersendiri untuk tiap2 lagu. Hanja mengenai lagu 1 dan lagu 5 kiranja harus diterima, bahwa itu ditulis oleh pengarang lain. Adapun sebabnja maka lagu pertama dipisahkan dari lagu2 lainnja terutama ialah bahwa dalam lagu pertama digunakan urutan lain mengenai huruf Hibrani. Lagu kelima berlainan tjorakknja dengan jang lain2 begitu rupa, sehingga sukarlah berasal dari penjair jang sama. Sebab lagu kelima lebih merupakan suatu doa liturgis daripada lagu ratap.
Oleh karena semu lagu itu dan tjaranja tehme itu diperbintjangkan, haruslah semuanja itu terdjadi sebelum achir pembuangan, sebelum th. 538. Sebab lagu2 itu mengenai kehantjuran Jerusjalem dankebinasaan baitullah; dan didalam kitab itu tidak terdapat tanda satupun, bahwa hal itu sudah lama lampau. Selandjutnja orangpun sependapat, bahwa lagu2 itu dikarang tidak lama sesudah kedjadian2 itu, djadi tidak lama sesudah 587. Hanja untuk lagu pertama oleh beberapa ahli diadakan keketjualian, sedjauh mereka berpendapat, bahwa lagu tersebut ditjiptakan sebelum perebutan Jerusjalem dalam tahun 587. Dalam lagu tersebut betul disebutkan tentang pembuangan,tapi tidak tentang kehantjuran Jerusjalem. Karena itu kata mereka lagu itu ditulis setelah deportasi setjara besar2an jang pertama dalam tahun 598 dan sebelum 587. Djuga lagu ketiga oleh beberapa ahli hendak ditanggalkan pada tahun jang lain jaitu kemudian daripada lagu 2,4 dan 5. Lagu tersebut kata mereka sangat samar2 dan umum tjoraknja, sehingga agaknja tidak mengingat kedjadian2 konkrit. Lagipula sangat tergantung dari beberapa mazmur (3,9:Mzm 142,3;3,17.55.56: Mzm 88,7.10.15'3,37: Mzm 33,9. Lagu itu baru kemudian ditambahkan kepada kumpulan lagu2 ratap jangsudah ada (lih. keterangan 3,1).
Sukarlah menentukan dimana lagu2 itu dikarang. Beberapa ahli mengira di Babel, sedangkan ahli2 lain mentjari tempat-tinggal si penjair di Mesir (Jeremia). Tetapi lebih mungkinlah tanah asal-usulnja ialah Palestina, jaitu di Jerusjalem sendiri. Sebab disitulah ibadah tetap dilangsungkan ditempat baitullah jang hantjur itu (Jr 41,5). Agaknja di Jerusjalem segera dikenal pula suatu perajaan chusu sebagai peringatan kepada djatuhnja Kota dan hantjurnja baitulah (Zak.7,3;8,17). Lagu ratap serasi sekali dengan liturgi sematjam itu, sehingga Jerusjalem paling besar kemungkinannja sebagai tempat asal-usul lagu2 itu.
Isi keigamaan Lagu2 Ratap memberikan nilainja jang chas dan tetap kepada kitab itu. Tidak dapat tidak njanjian2 jang monoton itu mengingatkan kepada bentjana jang terbesar, jang pernah menimpa umat Allah jang lama. Pemandangan jang menjuedihkan itu dilukiskan dengan pandjang lebar dan kadang2 sampai perkara ketjil jang mengerikan. Tetapi lagu2 itu tidak hanja sampai kesia sadja. Keruntuhan tersebut bukanlah pekerdjaan takdir jang tak dapat dielakkan, jang setjara buta menjerbukan diri kepada bangsa itu. Latarbelakang drama jang mengerikan itu ialah dosa, ketidak-setiaan umat kepada Allahnja (1,5.14.18;3,42;4,6;5,16). Dosa itulah jang dihukum oleh keadilan Allah, karena Allah kan "tidak dengan ichlas hati merendahkan dan merundung" (3,33). Bentjana tersebut adalah suatu pemaklum, baik dari dosa maupun dari keadilan Allah. Ia telah menaruh sedjarah akan kegunaan sifat tersebut. Bukannja salah seorang jang besar, melainkan Allah sendiri memimpin balatentara, jang membasmi Jerusjalem (1,5.12.15;2,1-8.17.22;,3,2-16.38;4,11.16;5,16.21). Bukan pula sesuatu individu sadjalah, jang membangkitkan murka Allah dengan dosanja, melainkan adalah seluruh bangsa, jang berbuat dosa(3,34-36;5,7.16). Namun demikian, malapetaka itu tidaklah dimaksudkan se-mata2 sebagai hukuman, tetapi djuga sebagai djalan untuk bertobat (3,23.40.41;5,22); dan pertobatan itu sendiri adalah suatu kurnia dari Allah jang baik (3,25), milik-pusaka Israil jang tetap (3,24). Karena itu, asal sadja ada keinsjafan telah berbuat dosa dan ada sesal, maka selalu ada harapan pada Allah jang rahim, baik dan mahakuasa. Lahu2 Ratap bukanlah tjontoh bagi keputus-asaan existensialistis, melainkan tjontoh kepertjajaan jang penuh harapan danpengharapan jang pertjaja akanhari depan (3,26-31).
Djika dibatja setjara demikianlah, maka lagu2 ratap itu tetap mempunjai artinja, djuga didalam Perdjadjian Baru. Didalam literatur Katolik lagu2 itu digunakan dalam Pekan Sutji, pada perajaan peringatan wafat Penebus. Inilah bentjana jang terbesar didalam sedjarah dunia; dan memang ada alasan untuk melambungkan lagu dukatjita karena manifestasi jang terhebat dari dosa dan pengadilan. Tetapi karena Allah jang mengadili, maka didalam bentjana terdapatlah bibit kebangkitan dan kehidupan, pendekatan antara Allah dan manusia. Dan djustru karena itulah lagu2 ratap dengan kepertjajaannja penuh harapan itu serasi sekali dengan upatjara2 peringatan akan wafatnja Penebus, jang membawa kehidupan kita. MempelaiNja (Geredja) dapat menjanjikan lagu2 sedih itu sebagai pernjataan tjintakasihnja, tetapi djuga sebagai -permakluman dosa dan pengadilan , jang djuga dikenal oleh mempelai tersebut; namun suatu pengadilan jang merupakan djalan kekebangkitan, ke Paska. djuga mempelai Kristus harus melalui derita sebagai hukuman jang adil, untuk dapat bersukatjita dalam Kehidupan itu.
TFTWMS: Ratapan (Pendahuluan Kitab) JERIT KEPRIHATINAN RATAPAN 2
Dihancurkan Oleh Sang Pencipta
Pasal kedua dibuka dengan keterkejutan "Ah …!" dan mengalir melalui beberap...
JERIT KEPRIHATINAN RATAPAN 2
Dihancurkan Oleh Sang Pencipta
Pasal kedua dibuka dengan keterkejutan "Ah …!" dan mengalir melalui beberapa adegan kesengsaraan. Dalam 2:1-10, api yang menghanguskan dan menghancurkan ini dikaitkan dengan yang Mahakuasa. Ia diacukan sebagai "Tuhan" 8 kali, bersama dengan kata ganti orang "Ia" (23 kali) dan "[milik]-Nya" (14 kali). Seperti senjata yang menembak cepat, acuan-acuan itu mengaitkan Allah dengan penderitaan dan pembantaian. Allah berulang kali diidentifikasi sebagai sumber kesusahan yang telah menimpa kota yang babak belur ini dan penduduknya. Dalam ayat-ayat ini, korban kekerasan ini (2:6) diidentifikasi sebagai "puteri Sion" (4 kali), "Sion" (sekali), "puteri Yehuda" (dua kali), "Yakub" (dua kali) , "Israel" (3 kali) atau dengan bentuk kata ganti "nya [benda]" (3 kali) dan "nya [perempuan]" (6 kali). Motivasi bagi Allah untuk mengangkat senjata terhadap umat-Nya itu secara jelas dinyatakan sebagai kemarahan, atau murka-Nya (2:1 [dua kali], 2, 3, 4, 6).1
Setelah penggambaran yang sangat jelas tentang adegan itu (2:1-10), nabi yang berduka itu menyatakan perasaannya relatif terhadap penderitaan kaum itu (2:11-13). Penyebab yang menghenyakkan penderitaan mereka diberikan dalam ayat 14, diikuti oleh adegan perayaan oleh musuh (2:15, 16). Penderitaan itu kemudian dirangkum sebagai rancang-an Tuhan (2:17). Meski penderitaan itu sudah sangat mengerikan bagi Israel, namun kebutuhan mereka yang sesungguhnya adalah berpaling kepada Allah, seperti yang dinyatakan dalam ayat 18 dan 19. Adegan penutup dalam ratapan ini diungkap ketika jiwa-jiwa yang terluka itu menjerit minta kelepasan (2:20-22).
TFTWMS: Ratapan (Pendahuluan Kitab) Belajar Dari Ratapan 2(Ratapan 2)
Pasal 2 relatif sejajar dengan komentar Paulus dalam Roma 11:22 tentang "kemurahan Allah dan juga kekerasan-Ny...
Belajar Dari Ratapan 2(Ratapan 2)
Pasal 2 relatif sejajar dengan komentar Paulus dalam Roma 11:22 tentang "kemurahan Allah dan juga kekerasan-Nya." Paulus menambahkan, "… yaitu kekerasan atas orang-orang yang telah jatuh."Apakah tingkat kekerasan Allah pernah secara lebih keras diperlihatkan selain daripada adegan-adegan yang menghenyakkan dalam Ratapan 2? Dari awan yang menutupi Sion dalam murka-Nya (2:1) hingga permohonan dalam ayat 20, pasal ini menunjukkan penderitaan dan kengerian yang mendalam atas hukuman yang ditimpakan Tuhan ke atas umat-Nya. Allah mencurahkan murka-Nya seperti api (2:4). Murka-Nya itu juga disebutkan dalam ayat 1, 2, 3, 6, 21, dan 22. Maka, tidak mengherankan bila tindakan-Nya itu dinyatakan seperti tindakan "seorang seteru" (2:4, 5).
Namun, entah bagaimana kita takut terhadap pemikiran tentang Allah sebagai musuh manusia—terutama musuh terhadap umat perjanjian-Nya sendiri. Ada banyak pelajaran serius yang harus dipelajari dalam suasana kota Sion yang membara ini, di mana kelaparan begitu parah sehingga terdapat tokoh kaum ibu yang berpesta atas daging anak mereka sendiri! Oh! Murka Tuhan adalah hal yang mengerikan! (Lihat Mazmur 88:14-16; Yesaya 2:19, 21; Zefanya 2:11; Wahyu 6:12-17; 14:9, 10.)
Beberapa kebenaran dari pasal ini bisa diterapkan kepada kehidupan kita. Pertama, meski adegan kehancuran Sion sangat mengerikan, namun tidak di mana pun disiratkan bahwa hukuman yang dijatuhkan itu harus dicap sebagai tindakan ketidakadilan! Memang, alih-alih membolehkan penderitaan ini untuk menjauhkan mereka dari Allah, kaum itu malah didesak untuk mencurahkan air mata dan hati mereka "di hadapan Tuhan" (2:19). Meski penderitaan ini pastinya menjijikkan, namun itu harus dilihat sebagai batu loncatan untuk kembali kepada Allah (lihat Mazmur 119:67, 71; 1 Petrus 1:6-9).
Kedua, kita melihat alasan Allah mencurahkan murka-Nya, membidikkan panah-Nya seperti seorang seteru dan membiarkan tempat kudus-Nya dinajiskan. Pasal ini menyerukan pesan bahwa perintah Allah, ketetapan-ketetapan-Nya, penghakiman-Nya harus dihormati di atas segalanya! Pelbagai adegan penderitaan ini—dengan tempat-tempat berharga dihancurkan dan umat Allah dibantai, kelaparan, atau dibuang ke dalam penawanan—adalah peringatan bahwa sikap tidak menghormati keputusan Tuhan adalah jalan pasti menuju bencana dan kehancuran! Apa yang Allah katakan dari awal sekali tentang hubungan perjanjian-Nya dengan kaum ini perlu dipercaya dan dipatuhi (baca dengan saksama Keluaran 19:1-8; Ulangan 28:1-65; Yeremia 7:16-34). Adegan dalam Ratapan 2 adalah bukti yang menghenyakkan bahwa Allah bersungguh-sungguh dengan apa yang Ia katakan dalam Yeremia 7.
Karena Tuhan adalah sama kemarin, hari ini, dan selamanya (Ibrani 13:8), kita sekarang ini pastinya perlu berserah kepada kuasa dan perintah-Nya untuk umat-Nya di zaman ini. (Lihat Matius 28:18-20; Kisah 2:36-47; 4:12; Ibrani 5:8, 9; Yohanes 12:48; Roma 1:16-32; 6:1-17; 2 Yohanes 9.) Karena Kristus memiliki semua kuasa di sorga dan di bumi, maka "segala pemerintah dan penguasa dan kekuasaan dan kerajaan dan tiap-tiap nama yang dapat disebut, bukan hanya di dunia ini saja, melainkan juga di dunia yang akan datang" harus tunduk kepada Dia, dengan melakukan segala perintahnya-Nya untuk mereka (Efesus 1:18-23; Kolose 1:13-20). Apakah Anda dengan setia menaati segala perintah Kristus?
Ketiga, pasal ini menekankan bahwa harga yang sangat mahal dan menghenyakkan harus dibayar untuk dosa. Bacalah Yesaya 59:1-18, pandanglah Ratapan 2 sebagai peringatan yang keras bahwa pemberontakan melawan Allah bukan jalan yang ingin Anda tempuh. Apakah ada bagian dari penderitaan yang tercakup dalam Ratapan 2 yang mau Anda undang untuk menjadi bagian hidup Anda?
Keempat, sebuah pelajaran yang menyolok bagi para penatua dan para pemimpin di dalam gereja adalah meminta mereka untuk mengekspos kejahatan dan melaksanakan disiplin Alkitab (lihat 2:14). Allah tahu bahwa di setiap zaman akan ada beberapa orang yang tidak tertib dan harus dinasihati; beberapa orang yang lemah hati dan harus didorong; serta mereka yang lemah dan butuh pertolongan dan dukungan (lihat 1 Tesalonika 5:12-18). Ada beberapa orang, yang dari mereka kita harus menjauhkan diri, atau menarik diri (2 Tesalonika 3:6, 7, 10-15; KJV). Ada beberapa orang lain yang akan harus kita tolak (Titus 3:9-11), bahkan beberapa orang kita serahkan kepada Iblis (1 Timotius 1:18-20). Yesus awalnya mengajarkan disiplin semacam itu ketika dosa berusaha untuk mengangkat kepalanya yang buruk di tengah-tengah umat Allah (Matius 18:15-17).
Kegagalan dalam menghormati perintah ilahi untuk menghentikan atau mendisiplinkan orang berdosa di tengah-tengah umat Allah (termasuk penglihatan palsu dan pengajaran salah (2:14) menimbulkan adegan menjijikkan dalam Ratapan 2. Kelalaian dan kesalahan semacam itu, yang diliput dalam satu ayat, menyebabkan longsoran berupa pembantaian nasional dan penghukuman dari Allah (Yeremia 5:30, 31). Akibat yang merusak dan menimbulkan bencana itu harus sudah cukup untuk menjauhkan kita dari kesalahan mereka! Para penatua dan para pemimpin gereja, indahkanlah peringatan itu!
TFTWMS: Ratapan (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 John Guest memberikan ringkasan atas 2:1-10 dengan kata-kata ini: "Allah adalah prajurit yang ketakutan, bukan bertempur untu...
Catatan Akhir:
- 1 John Guest memberikan ringkasan atas 2:1-10 dengan kata-kata ini: "Allah adalah prajurit yang ketakutan, bukan bertempur untuk Yerusalem saat ini, tetapi untuk melawan dia. Udara penuh dengan asap karena Ia telah membakar tembok kota itu. Kota itu bukan lagi benteng yang hebat. Kota itu terbakar; rumah-rumah terbakar, istana-istana terbakar, bahkan tempat kudus terbakar. Bayi-bayi yang kelaparan tersedak di jalanan. Sebuah tangan yang kuat telah menyapu seluruh Yerusalem, mendobrak dindingnya seperti rumah dari kardus. Puisi itu naik hingga puncak keunggulan sastra" (John Guest, Jeremiah, Lamentations, The Communicator's Commentary, ed. Lloyd J. Ogilvie [Waco, Tex.: Word Books, 1988], 351).
- 2 Ibr.: 'ub-"… menutupi dengan kegelapan; [secara kiasan] untuk mengungkapkan kehinaan, diperlakukan secara hina; Rat. 2:1" (Samuel Prideaux Tregelles, Gesenius' Hebrew and Chaldee Lexicon [Plymouth: N.p., 1857; reprint, Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1967], 609).
- 3 Ibr.: bala'-"… menelan … (gagasan tentang kecepatan, ketiba-tibaan) … menghancurkan … [kiasan] tentang keserakahan, Ayub 20:15 … kekerasan … Ams. 1:12 … tentang penghancuran oleh musuh … Yer. 51:34 … dikuasai oleh malapetaka, Maz. 69:16 … Rat. 2:16… [kiasan] tentang kebinasaan, kehancuran … Rat. 2:2, 5, 8" (Francis Brown, S. R. Driver, and Charles A. Briggs, A Hebrew and English Lexicon of the Old Testament [London: Oxford, Clarendon Press, 1972], 118).
- 4 Ibr.: chalal-"[secara harfiah] membuka, mengendurkan … menodai, melanggar … tercemar, najis, tentang tempat-tempat kudus, Yeh. 7:24; 25:3 … [Allah] menajiskan atau mencemarkan warisan-Nya dengan cara menyerahnya kepada Babel, Yes. 47:6 … melanggar kehormatan tentang … kerajaan Yehuda, Rat. 2:2" (Ibid., 320).
- 5 Ibr.: 'akal (Ibid., 37-38).
- 6 Ibr.: Chamas-"… merebut … bersikap keras, ketat, kaku, Yeh. 22:26; Yer. 22:3 … memperlakukan dengan kejam, salah … Rat. 2:6, dan telah melakukan kekerasan kepada paviliunnya seperti kepada sebuah kebun … [kiasan] tentang phon anggur … gagal memberi makan, membunuh … baik fisik maupun etika … Ams. 8:36" (Ibid., 329).
- 7 Ibr.: qol-"… menangis … tertawa, Yer. 30:19 … menangis, Kej. 21:16; Hak. 2:4 … Ezra 3:13 … kesusahan … ratapan, Yer. 9:18; Yeh. 27:30 … keriuhan perang … Yer. 51:55; Rat. 2:7" (Ibid., 876-77).
- 8 Perhatikan bahwa Roh Kudus secara tepat menggunakan kata metamelomai Yunani, yang berkaitan dengan menyesal, ketimbang metanoeo ("pertobatan"), yang menyerukan penyesalan ditambah reformasi kehidupan (C. G. Wilke and Wilibald Grimm, A Greek-English Lexicon of the New Testament, trans. and rev. Joseph H. Thayer [Edinburgh, Scotland: T. & T. Clark, 1901; reprint., Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1977], 405).
- 9 Ibr.: Kalah-"… di ujung, selesai, … menghabiskan … menyusut, kelelahan … Yes. 15:6… Maz. 102:4 … [khususnya] mata yang kelelahan kerena menangis, Rat. 2:11, tegang karena mencari [kiasan] kelegaan atau penyegaran, … gagal, merana, Rat. 4:17 … Maz.69:4" (Brown, Sopir, Briggs, 477-78).
- 10 Ibr.: Chamar (Ibid., 330).
- 11 Ibr.: 'ud-"… bersaksi … Rat. 2:13 … bersaksi … protes, menegaskan dengan sungguh-sungguh, peringatkan … menasihati dengan sungguh-sungguh … perintah … memerintahkan dengan sungguh-sungguh" (Ibid., 730).
- 12 Ibr.: sheber-kata yang sama yang diterjemahkan "hancur" dalam ayat 11.
- 13 Ibr.: shaw'-"… menjadi jahat, busuk … kehampaan, kesombongan, Yer. 2:30; 4:30; 6:29; 46:11 … omomg kosong … Yes. 59: 4 … tentang nubuat palsu (kosong) … Yeh. 12:24 … Rat. 2:14 … Yeh. 13:6, 7, 9, 23" (Ibid., 996).
- 14 Lihat Bagan "Deportasi Dari Yehuda Ke Pembuangan Di Babel" mengenai deportasi yang berbeda dari kaum itu.
- 15 Ibr.: zaman-suatu istilah yang menunjukkan niat, fokus pikiran seseorang kepada pada sesuatu yang dirancang (Ibid., 273).
- 16 Personifikasi tentang tembok yang menangis oleh nabi itu di sini menancapkan pikiran pembaca kepada struktur yang kuat, aman. Beberapa yang pertama kali membaca kitab terilham ini pasti telah menyegarkan diri mereka dalam naungannya. Di tempat itu perlindungan atau kenikmatan ditawarkan. Fakta bahwa tembok itu kini hancur menimbulkan ratapan yang meraung-raung di tengah-tengah semua orang yang melihat wilayah yang yang dicabik perang ini.
- 17 Ibr.: kalah-lihat definisi yang diberikan dalam catatan kaki 9. Ini adalah istilah yang luas yang berarti akan diselesaikan, dihabiskan, menyusut (Ibid., 477-78).
Pengarang: Dayton Keesee
Hak Cipta © 2018 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Ratapan (Pendahuluan Kitab) RATAPAN
PENGANTAR
Buku Ratapan terdiri dari lima syair yang meratapi jatuhnya Yerusalem ke
tangan tentara Babel pada tahun 586 Sebelum Masehi, dan k
RATAPAN
PENGANTAR
Buku Ratapan terdiri dari lima syair yang meratapi jatuhnya Yerusalem ke tangan tentara Babel pada tahun 586 Sebelum Masehi, dan kehancuran serta masa pembuangan sesudah itu.
Walaupun kitab ini pada umumnya bernada sedih, namun di dalamnya tampak juga segi kepercayaan kepada Allah dan harapan akan masa depan yang cerah. Syair-syair ini digunakan oleh orang Yahudi dalam ibadah mereka pada hari-hari khusus untuk berpuasa dan berkabung. Hari-hari khusus seperti itu diadakan setiap tahun untuk mengenang malapetaka yang menimpa bangsa itu pada tahun 586 Sebelum Masehi.
Isi
- Penderitaan Yerusalem
Rat 1:1-22 - Hukuman kepada Yerusalem
Rat 2:1-22 - Hukuman dan harapan
Rat 3:1-66 - Yerusalem runtuh
Rat 4:1-22 - Doa mohon belas kasihan
Rat 5:1-22
Ajaran: Ratapan (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengetahui isi Kitab Ratapan, anggota jemaat mengerti bahwa
kehancuran kota Yerusalem adalah akibat dosa-dosa bangsa Israel, se
Tujuan
Supaya dengan mengetahui isi Kitab Ratapan, anggota jemaat mengerti bahwa kehancuran kota Yerusalem adalah akibat dosa-dosa bangsa Israel, sehingga anggota jemaat juga mengetahui bahwa Allah menghukum dunia karena dosa-dosa manusia.
Pendahuluan
Penulis : Nabi Yeremia.
Isi Kitab: Kitab Ratapan terbagi atas 5 pasal. Dan bersifat seruan hati dan getaran perasaan nabi Yeremia atas kehancuran Yerusalem.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Ratapan
Pasal 1 (Rat 1:1-22).
Yeremia menangisi keadaan Yerusalem yang dihancurkan Bacalah pasal Rat 1:16-22. Apa sebab Yeremia menangis?
Pasal 2 (Rat 2:1-22).
Yeremia dalam tangisnya menyatakan bahwa kerusakan dan kesukaran Yerusalem, merupakan pernyataan daripada murka Allah
Pendalaman
Apakah sebab Yerusalem dihukum Allah? (pasal Rat 2:14).
Pasal 3 (Rat 3:1-66).
Yeremia menunjukkan perasaannya dengan menangisi segala kesukaran dan penderitaan bangsanya
Pendalaman
Apakah yang dilakukan Yeremia ketika melihat keadaan bangsanya? (pasal Rat 3:49-51).
Pasal 4 (Rat 4:1-22).
Yeremia dalam tangisnya menceritakan bahwa semua penderitaan dan kesukaran yang terjadi adalah akibat dari perbuatan-perbuatan dosa bangsa Israel
Pendalaman Apakah kesalahan bangsa Israel? (pasal Rat 4:6).
Pasal 5 (Rat 5:1-22).
Yeremia dalam tangisnya memohonkan doa pada Allah untuk memulihkan kembali keadaan bangsa Israel
Pendalaman
Bacalah pasal Rat 5:16-22.
II. Kesimpulan/penerapan
Kitab Yeremia mengajarkan bahwa Yeremia merasakan kesedihan akan keadaan bangsanya, karena dosa-dosa mereka. Hal ini juga mengajarkan agar setiap orang Kristen mempunyai beban akan bangsanya yang belum mengenal Tuhan Yesus.
Kehancuran kota Yerusalem merupakan pernyataan penghukuman Allah atas dosa bangsa Israel. Dengan demikian berarti Allah juga pasti menghukum anak-anak-Nya yang berbuat dosa.
Dalam keadaan yang penuh penderitaan Yeremia berdoa untuk memohonkan pertolongan dari Allah. Demikian pulalah hendaknya setiap orang percaya memohon pertolongan Allah, ketika mengalami penderitaan.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab Ratapan?
- Apakah isi Kitab Ratapan?
- Mengapakah Kitab ini dikatakan sebagai Kitab Ratapan?
- Pelajaran rohani apakah yang saudara dapatkan setelah mempelajari Kita Ratapan?
Intisari: Ratapan (Pendahuluan Kitab) Kota yang sedang berduka
JUDULKitab ini tidak mempunyai judul dalam kitab Perjanjian Lama Ibrani, tetapi dikenal dengan kata pertamanya, yaitu "How".
Kota yang sedang berduka
JUDUL
Kitab ini tidak mempunyai judul dalam kitab Perjanjian Lama Ibrani, tetapi dikenal dengan kata pertamanya, yaitu "How". Judul "Nyanyian pemakaman" atau "Ratapan" diberikan oleh rabi-rabi bangsa Yahudi yang mula-mula.
PENULIS
Penulisnya tidak dikenal. Kitab ini ditempatkan sesudah Yeremia dalam Septuaginta, kemungkinan besar hal ini disebabkan oleh hubungan sejarah kedua kitab tersebut. Pandangan penulis terhadap raja yang bertakhta pada masa itu (Rat 4:20) dan mengenai ketergantungan kepada bangsa-bangsa lain berbeda dari pandangan Yeremia. Tetapi, penulis dan Yeremia (yang dijuluki "nabi cengeng") mempunyai temperamen yang serupa, dan keduanya melihat penghakiman Tuhan di balik tragedi yang mereka tulis (lihat Rat 2:1-8). Jika kitab ini merupakan suatu kesatuan, sudah hampir pasti bahwa penulisnya hidup pada zaman yang sama dengan Yeremia.
WAKTU
Penentuan waktu penulisan secara tepat tergantung kepada apakah karangan ini ditulis oleh seorang atau beberapa penulis. Pendapat yang masuk akal ialah bahwa pasal Rat 1-4 ditulis oleh seorang saksi mata pada waktu jatuhnya Yerusalem dan pemulaan masa Pembuangan (yaitu tahun 587 SM), dan bahwa pasal Rat 5 ditambahkan pada tahun 550 SM waktu mereka sudah menjalani masa Pembuangan untuk beberapa waktu.
BENTUK
Kitab ini merupakan suatu koleksi puisi yang tersusun rapi, sebagian besar ditulis dalam bentuk "nyanyian pemakaman" -- kecuali pasal Rat 5. Pasal Rat 1-4 merupakan puisi "akrostik", setiap baik berikutnya dimulai dengan sebuah huruf dari alfabet Ibrani secara beraturan. (Terdapat sedikit pengecualian terhadap aturan ini dan pasal Rat 3 merupakan puisi akrostik yang lebih lengkap). Boleh jadi pola ini sebagian dimaksudkan untuk memudahkan penghafalan dalam tata ibadah.
LATAR BELAKANG DAN TUJUAN
2Ra 25:8-12 harus dibaca sebagai latar belakang kisah Kitab Ratapan. Pembuangan merupakan suatu kejadian yang luar biasa dalam sejarah kaum Yehuda, dan merupakan salah satu pengaruh terbesar dalam mengembangkan pengertian mereka tentang Allah. Kejatuhan Yerusalem yang menghancurkan dalam tahun 587 SM menuntut penjelasan dan inilah yang diberikan oleh si penulis. Sebagian besar dari tanda-tanda yang kelihatan mengenai pilihan Tuhan atas Yehuda sudah dihancurkan (kota, Bait Allah, kebaktian-kebaktian dll.). Dengan berani penulis menghadapi kenyataan pahit dari dosa orang Yeuda, dan maksud Allah yang terssembunyi daalam pemurnian melalui penghakiman. Jawaban atas pertanyaan (yang sering diajukan oleh mereka yang berada dalam pencobaan) "Di manakah Tuhan?", dijawab oleh penulis dengan tantangan yang berarti dalam, yaitu: "Cobalah untuk mengerti apa yang sedang dikerjakan oleh Tuhan".
Pesan
1. Masa lalu yang penuh kemasyhuran, masa kini yang menyedihkano Kejayaan ... kesengsaraan Rat 3:18,19
o Kekayaan ... kemiskinan Rat 4:5
o Sukacita ... kedukaan Rat 5:15
2. Penyebab kesusahan
o Pemberontakan Yehuda terhadap Tuhan. Rat 1:20; 4:6
o Pemimpin-pemimpin mereka yang tak bertanggung jawab. Rat 2:14; 4:13
o Murka Allah yang tak dapat dihindari. Rat 2:21, 22; 4:11
o Pemberontakan terhadap kebenaran Tuhan. Rat 1:18
3. Jenis kesusahan
o Kelaparan dan kematian. Rat 1:11; 2:21
o Hancurnya kota dan Bait Allah. Rat 1:4; 2:6,7
o Hilangnya raja-raja dan pangeran. Rat 4:7, 8,20
o Pecahnya hidup bermasyarakat. Rat 5:1-5
o Penghinaan dari musuh. Rat 2:15,16
o Pengucilan. Rat 1:12,16,21
o Dipisahkan dari Tuhan. Rat 2:9; 3:8,44
4. Reaksi terhadap kesusahan
o Keinginan untuk membalas. Rat 3:64-66
o Keluhan kepada Tuhan. Rat 2:13,20
o Perasaan tertekan. Rat 3:20
o Pengakuan Allah sebagai hakim. Rat 3:1-3,38
o Pengakuan dosa. Rat 1:8; 5:17
o Pembaruan doa kepada Allah. Rat 1:9,20; 5:21
o Sikap sabar dalam ketaatan. Rat 3:26-30,39
5. Dasar pengharapan
o Kendali Tuhan atas nasib manusia. Rat 2:17; 3:37
o Hukum Tuhan yang abadi. Rat 5:19
o Keengganan Tuhan untuk menghukum. Rat 3:33
o Kasih dan belas kasihan Tuhan. Rat 3:22-25
6. Berita pengharapan
o Akhir pembuangan. Rat 4:22
o Penghakiman atas musuh-musuh bangsa Yehuda. Rat 4:21,22
o Kasih Tuhan yang tak kunjung padam. Rat 3:21
Penerapan
o Musibah disebabkan oleh keinginan manusia untuk berbuat dosa, bukan karena keengganan Tuhan untuk menyelamatkan.o Musibah dapat membuat putus asa, atau memperdalam kepercayaan kepada Tuhan sehingga cukup untuk memampukan kita dalam menghadapi penderitaan.
o Manakala tembok kehidupan kita mulai menunjukkan tanda-tanda keruntuhan, kita dapat menambal keretakan itu atau menolong Allah untuk membangun kembali tembok.
o Tuhan seringkali mengangkat tanda-tanda kemurahan-Nya, sehingga iman dan kerinduan kita dapat berakar teguh di dalam Dia, tidak dalam lambang-lambang kehadiran-Nya.
o "Saya telah berdosa" boleh jadi merupakan kata-kata yang paling sukar dalam perbendaharaan kata seorang percaya; kata-kata itu juga merupakan yang paling kreatif.
o Tuhan tidak senang mendisiplin umat-Nya, tetapi disiplin untuk kebaikan merupakan satu aspek dalam hubungan orang tua dan anak.
o Kasih Tuhan akan mengalahkan semua penolakan kita kepada-Nya. Dia menunggu dan bekerja untuk mengembalikan kita kepada-Nya.
Tema-tema Kunci
1. Kejujuran dan harapan dalam penderitaan
Perhatikan bagaimana penulis secara terbuka dan jujur menggambarkan kesusahannya, kesepiannya, kesepian dan kedukaannya dll. (terutama dalam pasal Rat 3). "Pasal penghubung" antara keputusasaaan dan pengharapan terdapat pada pasal Rat 3:19-24. Cobalah untuk menafsirkan pasal ini dengan bahasa yang Anda mengerti.
2. Bagaimana penulis mengindentifikasikan dirinya dengan umat
Hal ini jelas terlihat dalam kitab ini (misalnya Rat 2:11; 3:48-51) dan merupakan ciri-ciri yang sering terlihat daalam tulisan para nabi. Lihat, misalnya Amos 7:1,2; Yesaya 6:5; Yeremia 8:21,22. Bagaimana Yesus menunjukkan keprihatinannya terhadap umat yang hidup pada zaman-Nya dan kepada kita? Lihat Matius 23:27; Markus 10:45, Filipi 2:6-8; Ibrani 2:14-18.
3. Imbauan penulis kepada Allah
Imbauannya terdapat dalam: misalnya Rat 1:9, 11,22; 2:20; 3:56,64,66; 5:1,21. Dia memohon kepada Allah untuk bertindak dalam berbagai cara. Pelajaran apa yang dapat kita tarik dari masing-masing himbauan tentang jalan pikiran dan pandangan penulis mengenai Allah?
4. Campur tangan Allah dalam mengembalikan manusia kepada-Nya
Rat 5:21 dengan jelas menunjukkan hal ini. Pelajari juga Mazmur 85:4; Yeremia 31:18; Kisah 11:8; Roma 2:4. Dapatkah Anda menemukan ayat-ayat yang menekankan tentang tanggung jawab manusia untuk bertobat dan kembali kepada Tuhan? Bandingkan ayat-ayat dalam Ratapan dengan Mazmur 119:59; Yesaya 55:6-9.
Garis Besar Intisari: Ratapan (Pendahuluan Kitab) [1] RATAPAN ORANG BERKABUNG Rat 1:1-22
Rat 1:1-7Kesunyian suasana duka
Rat 1:8-11Nasib kota yang penuh dosa
Rat 1:12-20Saat murka Allah yang besa
[1] RATAPAN ORANG BERKABUNG Rat 1:1-22
Rat 1:1-7 | Kesunyian suasana duka |
Rat 1:8-11 | Nasib kota yang penuh dosa |
Rat 1:12-20 | Saat murka Allah yang besar |
Rat 1:21-22 | Doa untuk pembalasan |
[2] ALLAH MELAWAN UMATNYA Rat 2:1-22
Rat 2:1-9 | Allah, perusak yang sedang murka |
Rat 2:10-13 | Keputusan orang yang tak berdaya |
Rat 2:14-17 | Penghinaan musuh |
Rat 2:18-22 | Permohonan pertolongan yang amat sangat |
[3] RATAPAN PRIBADI DAN DOA Rat 3:1-66
Rat 3:1-20 | Allah, penyebab penderitaan |
Rat 3:21-39 | Kepercayaan pada kebaikan Allah |
Rat 3:40-42 | Panggilan untuk bertobat |
Rat 3:43-54 | Akibat dosa |
Rat 3:55-60 | Kepercayaan pada keadilan Allah |
Rat 3:61-66 | Doa untuk pembalasan |
[4] YERUSALEM: DAHULU DAN SEKARANG Rat 4:1-22
Rat 4:1-12 | Kebesaran masa lalu, aib masa kini |
Rat 4:13-20 | Penghakiman atas para imam dan nabi |
Rat 4:21-22 | Pembalasan atas Edom |
[5] DOA TERPADU MEMOHON PERTOLONGAN Rat 5:1-22
Rat 5:1-9 | Bangsa tertindas |
Rat 5:10-14 | Tidak ada pengecualian |
Rat 5:15-18 | Sakitnya berada dalam keputusasaan |
Rat 5:19-22 | Doa untuk pemulihan |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi