Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Rat 3:21-33
Full Life: Rat 3:21-33 - OLEH SEBAB ITU AKU BERHARAP.
Nas : Rat 3:21-33
Yeremia ingin agar bangsa itu tahu bahwa masih ada harapan. Mereka
masih dapat berharap karena alasan-alasan berikut:
1) Mur...
Nas : Rat 3:21-33
Yeremia ingin agar bangsa itu tahu bahwa masih ada harapan. Mereka masih dapat berharap karena alasan-alasan berikut:
- 1) Murka Tuhan hanya berlangsung untuk sesaat, tetapi kasih-Nya yang besar tidak pernah berakhir (ayat Rat 3:22). Allah tidak menolak Yehuda selaku umat perjanjian-Nya dan Dia masih mempunyai rencana bagi mereka.
- 2) Tuhan itu baik dan pemurah kepada mereka yang menantikan Dia dalam kerendahan hati dan penyesalan (ayat Rat 3:24-27).
- 3) Tuhan ingin menunjukkan belas kasihan-Nya kepada para penderita
apabila maksud-Nya dalam menghukum mereka telah tercapai (ayat
Rat 3:28-33;
lihat cat. --> Rat 3:27 berikut).
[atau ref. Rat 3:27]
Jerusalem -> Rat 3:1-66
Jerusalem: Rat 3:1-66 - -- Ratapan ketiga ini agak berbeda dengan yang pertama dan yang kedua. Yerusalem baru disebut pada Rat 3:48. Ratapan ini mirip dengan beberapa mazmur yan...
Ratapan ketiga ini agak berbeda dengan yang pertama dan yang kedua. Yerusalem baru disebut pada Rat 3:48. Ratapan ini mirip dengan beberapa mazmur yang berupa ratapan: Lagu mulai dengan ratapan perorangan (di sini Rat 3:1-39), lalu diperluas menjadi ratapan umat (di sini Rat 3:40-47). Pikiran-pikiran cukup umum yang terungkap dalam Rat 3:22-39 serupa dengan pikiran-pikiran yang biasa dalam sastra kebijaksanaan.
Ende -> Rat 3:1-66
Ende: Rat 3:1-66 - -- Lagu ini agak berbeda dengan lagu 1(Rat 1) dan 2(Rat 2).
Jerusjalem hampir tidak muntjul (Rat 3:48-51). Bagian pertama (Rat 3:1-24)
merupakan lagu rat...
Lagu ini agak berbeda dengan lagu 1(Rat 1) dan 2(Rat 2). Jerusjalem hampir tidak muntjul (Rat 3:48-51). Bagian pertama (Rat 3:1-24) merupakan lagu ratap perorangan. Bagian kedua (Rat 3:25-39) serupa dengan lagu kebidjaksanaan,jang mengadjar sikap mana harus diambil dalam kesukaran. Bagian ketiga (Rat 3:40-47) merupakan pengakuan dosa dan lagu ratap umum. Bagian keempat (Rat 3:48-66) mendjadi lagu ratap pribadi pula (Rat 3:48-58), tetapi lalu beralih kedalam ratap umum (Rat 3:59-63). Susunan itulah mendjadi sebabnja, maka beberapa ahli berpendapat, bahwa lagu ini aselinja adalah lagu-lagu ratap tersendiri dan jang baru kemudian digabung dengan lagu-lagu ratap atas Jerusjalem. Tetapi boleh diterima djuga, bahwa si pengarang mengambil beberapa lagu, jang lalu dipersatukan serta disadurkan djustru untuk meratapi Jerusjalem. Lagi pula penjadur itu sama sadja dengan pengarang lagu-lagu lain. Lagu ketiga merupakan suatu adjakan untuk umat, supaja pertjaja pada Jahwe kendati kemalangannja.
Ref. Silang FULL -> Rat 3:26
Ref. Silang FULL: Rat 3:26 - dengan diam // pertolongan Tuhan · dengan diam: Yes 7:4; Yes 7:4
· pertolongan Tuhan: Mazm 37:7; 40:2
· dengan diam: Yes 7:4; [Lihat FULL. Yes 7:4]
· pertolongan Tuhan: Mazm 37:7; 40:2
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Rat 3:21-36
Matthew Henry: Rat 3:21-36 - Kata-kata Penghiburan bagi Israel; Manfaat Penderitaan; Penghiburan bagi Orang yang Menderita Kata-kata Penghiburan bagi Israel; Manfaat Penderitaan; Penghiburan bagi Orang yang Menderita (3:21-36)
Di sini awan-awan mulai berserak dan meng...
Kata-kata Penghiburan bagi Israel; Manfaat Penderitaan; Penghiburan bagi Orang yang Menderita (3:21-36)
- Di sini awan-awan mulai berserak dan menghilang, dan langit pun mulai cerah. Keluhan dalam bagian awal pasal ini sangat muram, namun di sini nadanya berubah dan orang-orang berkabung di Sion mulai terlihat sedikit senang. Kalau bukan karena harapan, hati bisa saja hancur. Tetapi, supaya hati jangan sampai hancur lebur, di sini ada sesuatu yang dimunculkan lagi untuk diingat, supaya ada pijakan untuk tetap berharap (ay. 21), yang menunjuk pada apa yang akan datang, bukan apa yang sudah terjadi. Aku akan kembali pada hatiku (demikian yang dikatakan dalam tafsiran yang agak luas). Apa yang ada dalam hati kita, dan kita simpan dalam hati kita, adakalanya seolah-olah sudah terhilang dan terlupakan, sampai Allah dengan anugerah-Nya mengembalikannya kepada hati kita, supaya siap untuk kita pakai, apabila kita memerlukannya. “Hal-hal inilah yang kuperhatikan, oleh sebab itu aku akan berharap, dan aku dijaga supaya tidak berputus asa sepenuhnya.” Marilah kita lihat apa hal-hal yang diingatnya ini.
- I. Bahwa, seburuk apa pun segala sesuatu, rahmat Allah bisa membuatnya tidak menjadi lebih buruk. Kami menderita sengsara disebabkan cambuk murka-Nya, tetapi tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya (ay. 22, KJV: tetapi karena rahmat Tuhanlah kami tidak dimakan habis). Ketika sedang berada dalam kesusahan, kita harus, untuk membesarkan iman dan harapan kita, mengamati apa yang dapat membantu kita maupun apa yang dapat mencelakakan kita. Segala sesuatunya memang buruk, tetapi bisa saja lebih buruk, dan karena itu ada harapan supaya semuanya menjadi lebih baik. Amatilah di sini,
- 1. Sungai-sungai rahmat diakui: Kami tidak dimakan habis. Perhatikanlah, jemaat Allah adalah seperti semak duri Musa, yang terbakar, namun tidak dimakan api. Kesukaran apa pun yang sudah dijumpainya, atau yang akan dijumpainya, jemaat akan ada di dunia sampai akhir zaman. Jemaat dianiaya oleh manusia, namun tidak ditinggalkan sendirian oleh Allah, dan karena itu walaupun jemaat dihempaskan, ia tidak binasa (2Kor. 4:9), dihajar, namun tidak dimakan habis, dimurnikan di dalam tungku seperti perak, namun tidak dimakan api seperti sanga.
- 2. Sungai-sungai ini ditelusuri sampai ke sumbernya: Sumbernya adalah kasih setia TUHAN. Di sini kasih setia ditulis dalam bentuk jamak, yang menandakan melimpah dan beragamnya kasih setia itu. Allah adalah sumber kasih setia yang tiada habisnya, Bapa yang penuh belas kasihan. Perhatikanlah, kita semua berutang pada kasih setia Allah yang menyayangi kita sehingga kita tidak dimakan habis. Orang-orang lain di sekitar kita sudah dimakan habis, dan kita sendiri akan dimakan habis, tetapi kita tidak dimakan habis. Kita sudah keluar dari kubur, keluar dari neraka. Seandainya kita diperlakukan sesuai dosa-dosa kita, pasti sudah lama kita dimakan habis. Tetapi kita diperlakukan sesuai kasih setia Allah, dan kita wajib mengakui itu bagi pujian-Nya.
- II. Bahwa bahkan di kedalaman penderitaan, mereka masih mengalami kelembutan belas kasihan ilahi dan kebenaran janji ilahi. Mereka sempat mengeluh beberapa kali bahwa Allah tidak mengasihani (2:17, 21), tetapi di sini mereka memperbaikinya, dan mengakui,
- 1. Bahwa tak habis-habisnya rahmat Allah. Belas kasihan-Nya tidak betul-betul berhenti, sekalipun di dalam murka tampak ditutup-Nya rahmat-Nya. Sungai-sungai rahmat ini mengalir penuh dan terus-menerus, tetapi tidak pernah kering. Tidak, rahmat-Nya selalu baru tiap pagi. Setiap pagi kita mendapati ungkapan-ungkapan baru dari rahmat Allah terhadap kita. Ia mengunjungi kita dengan rahmat-Nya setiap pagi (Ayb. 7:18). Pagi demi pagi Ia memberi hukum-Nya (Zef. 3:5). Sekalipun penghiburan-penghiburan kita berhenti, rahmat Allah tidak.
- 2. Bahwa besar kesetiaan-Nya. Meskipun perjanjian itu tampak dilanggar, mereka mengakui bahwa perjanjian itu masih tetap berlaku penuh. Dan, meskipun Yerusalem ada dalam reruntuhan, kesetiaan TUHAN untuk selama-lamanya. Perhatikanlah, hal-hal keras apa pun yang kita derita, kita tidak boleh berpikiran keras tentang Allah, tetapi harus tetap siap mengakui bahwa Dia baik dan juga setia.
- III. Bahwa Allah sekarang, dan akan senantiasa, menjadi kebahagiaan yang mahamencukupi bagi umat-Nya, dan mereka telah memilih Dia dan bergantung pada-Nya untuk menjadi Allah yang demikian (ay. 24): TUHAN adalah bagianku, kata jiwaku, yaitu,
- 1. “Walaupun aku telah kehilangan semua yang aku miliki di dunia, kebebasan, mata pencaharian, dan nyaris hidup itu sendiri, namun aku tidak kehilangan bagianku di dalam Allah.” Bagian-bagian di bumi adalah bagian yang akan binasa, tetapi Allah adalah bagian untuk selama-lamanya.
- 2. “Selama aku mempunyai bagian di dalam Allah, maka di dalamnya aku bekecukupan. Aku memiliki apa yang mencukupi untuk mengimbangi semua masalahku dan menggantikan semua kerugianku.” Apa pun yang dirampas dari kita, bagian kita aman.
- 3. “Inilah yang aku andalkan dan yang membuatku puas: Oleh sebab itu aku berharap kepada-Nya. Aku akan bersandar pada-Nya, dan mendorong diriku tetap di dalam Dia, ketika semua penopang dan dorongan lain gagal.” Perhatikanlah, sudah menjadi kewajiban kita untuk menjadikan Allah sebagai bagian dari jiwa kita, lalu memakai Dia sebagai bagian kita, dan mendapat penghiburan darinya di tengah-tengah ratapan-ratapan kita.
- IV. Bahwa orang-orang yang berhubungan dengan Allah akan mendapati bahwa tidak sia-sia percaya kepada-Nya, sebab,
- 1. Dia baik bagi orang-orang yang berbuat demikian (ay. 25). Dia baik kepada semua orang. Ia penuh rahmat terhadap segala yang dijadikan-Nya. Semua makhluk ciptaan-Nya mengecap kebaikan-Nya. Tetapi Dia secara khusus baik bagi orang yang berharap kepada-Nya, bagi jiwa yang mencari Dia. Perhatikanlah, selama masalah berkepanjangan, dan pembebasan ditangguhkan, kita harus bersabar menantikan Allah dan kembalinya Dia dengan penuh rahmat kepada kita. Sewaktu kita berharap kepada-Nya dengan iman, kita harus mencari Dia dengan doa: jiwa kita harus mencari Dia, kalau tidak, kita tidak akan menemukan Dia. Pencarian kita akan membantu mempertahankan harapan kita. Dan bagi orang-orang yang menantikan dan mencari seperti itu, Allah akan mencurahkan anugerah-Nya. Ia akan menunjukkan kepada mereka kasih setia-Nya yang ajaib.
- 2. Orang-orang yang berbuat demikian akan mendapati hal itu baik bagi mereka (ay. 26): Adalah baik (sudah menjadi tugas kita, dan akan menjadi penghiburan dan kepuasan kita yang tak terucapkan) menanti dengan diam pertolongan TUHAN, berharap bahwa pertolongan itu akan datang, meskipun kesulitan-kesulitan yang menghadang di jalan tampak tak teratasi, menanti sampai pertolongan itu benar-benar datang, meskipun sudah lama tertunda. Dan selama kita menanti, kita harus tenang dan berdiam diri, tidak berbantah dengan Allah atau membuat gelisah diri kita sendiri, tetapi menerima saja tindakan-tindakan ilahi. Ya Bapa-Ku, jadilah kehendak-Mu!. Jika kita mengingat hal ini, kita dapat berharap bahwa semuanya akan berakhir dengan baik pada akhirnya.
- V. Bahwa penderitaan itu benar-benar baik untuk kita, dan, jika kita menanggungnya dengan benar, itu akan mengerjakan banyak kebaikan untuk kita. Bukan hanya baik untuk berharap dan menantikan keselamatan, tetapi juga baik untuk berada di dalam masalah untuk sementara waktu (ay. 27): Adalah baik bagi seorang pria memikul kuk pada masa mudanya. Banyak pemuda dibawa ke dalam pembuangan pada waktu itu. Untuk menenangkan mereka, sang nabi memberi tahu mereka bahwa baik bagi mereka untuk memikul kuk pembuangan itu, dan mereka akan mendapatinya demikian jika mereka mau menyesuaikan diri dengan keadaan mereka, dan berupaya untuk memenuhi tujuan-tujuan Allah dalam membebankan kuk yang berat itu kepada mereka. Ini sangat dapat diterapkan pada kuk perintah-perintah Allah. Adalah baik bagi para pemuda untuk memikul kuk pada masa muda mereka. Tidak ada kata terlalu muda untuk menjadi orang saleh. Kewajiban kita akan lebih diterima Allah, dan ringan bagi diri kita sendiri, jika kita menjalankannya ketika masih muda. Tetapi di sini tampaknya yang dimaksud adalah kuk penderitaan. Banyak orang sudah mendapati bahwa memang baik memikul kuk ini pada masa muda. Hal ini sudah membuat orang rendah hati dan bersungguh-sungguh, dan mematikan cinta mereka terhadap dunia, yang jika tidak demikian mereka akan menjadi sombong dan sulit diatur, dan seperti anak lembu yang tidak terlatih. Tetapi bagaimanakah kita harus memikul kuk itu, sehingga memang baik bagi kita untuk memikulnya pada masa muda kita? Ia menjawabnya dalam ayat-ayat berikutnya,
- 1. Apabila kita sabar dan tenang di bawah penderitaan-penderitaan kita, apabila kita duduk sendirian dan berdiam diri, tidak lari ke sana kemari, ke semua teman dengan keluhan-keluhan kita, membesar-besarkan malapetaka yang menimpa kita, dan berbantah dengan tindakan-tindakan Pemeliharaan ilahi menyangkut kita. Sebaliknya, hendaklah kita menarik diri, supaya pada hari malang kita dapat mengingat, duduk sendirian, supaya kita dapat bercakap-cakap dengan Allah dan merenung dalam hati kita, membungkam semua pikiran yang tidak mau puas dan tidak mau percaya, dan mendekapkan tangan kita pada mulut kita, seperti Harun, yang ketika menghadapi ujian yang sangat berat, berdiam diri. Kita harus berdiam diri di bawah kuk itu seperti mereka yang sudah memikulnya sebelum kita, bukan dengan sengaja menariknya ke pundak kita sendiri, tetapi dengan sabar menerimanya apabila Allah meletakkannya di pundak kita. Apabila orang-orang yang menderita pada masa muda mereka menyesuaikan diri dengan penderitaan-penderitaan mereka, memantaskan pundak mereka untuk memikul kuk dan berusaha memenuhi tujuan-tujuan Allah dalam menimpakan penderitaan kepada mereka, maka mereka akan mendapati bahwa baik bagi mereka untuk memikulnya, sebab hal itu menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih seperti itu olehnya.
- 2. Apabila kita rendah hati dan bersabar di bawah penderitaan kita. Orang akan mendapat kebaikan dari kuk itu jika ia merebahkan diri dengan mukanya dalam debu. Tidak hanya mendekapkan tangannya ke mulutnya, sebagai pertanda berserah pada kehendak Allah di dalam penderitaan, tetapi juga merebahkannya dalam debu, sebagai pertanda sedih, malu, dan benci pada diri sendiri, ketika mengingat dosa. Seperti orang yang betul-betul direndahkan dan diinsyafkan, dan seperti orang yang ditaklukkan dibuat menjilat debu (Mzm. 72:9). Kita harus merendahkan diri seperti itu, jika dengan demikian mungkin ada harapan, atau (seperti dalam bahasa aslinya) barangkali ada harapan. Jika ada cara untuk memperoleh dan menggenggam harapan yang baik di dalam penderitaan-penderitaan kita, inilah caranya. Namun kita harus sangat bersahaja dalam mengharapkannya, harus menantikannya dengan kata mungkin, seperti orang yang mengakui bahwa mereka benar-benar tidak layak menerimanya. Perhatikanlah, orang yang benar-benar merendah karena dosa akan senang mendapat harapan yang baik, melalui anugerah, dengan syarat apa pun, meskipun untuk itu mereka harus merebahkan diri dengan mukanya dalam debu. Orang yang ingin memiliki harapan harus berbuat demikian, dan bersandar pada anugerah yang cuma-cuma jika mereka didorong untuk berbuat itu, yang dapat menjaga hati mereka untuk tidak tenggelam di dalam debu ketika mereka merebahkan diri dengan mukanya ke situ.
- 3. Apabila kita bersikap lemah lembut terhadap orang-orang yang dipakai sebagai alat untuk permasalahan kita, dan berjiwa pengampun (ay. 30). Orang akan mendapat kebaikan dari kuk itu jika ia memberikan pipi kepada yang menamparnya, dan lebih memilih memberi pipi kiri (Mat. 5:39) daripada membalas dengan memukul lagi. Yesus Tuhan kita telah meninggalkan kita sebuah teladan untuk ini, sebab Ia memberi punggung-Nya kepada orang-orang yang memukul Dia (Yes. 50:6). Orang akan mendapati bahwa sungguh baik untuk memikul kuk, bahwa hal itu akan mendatangkan keuntungan rohani baginya, jika ia dapat menanggung hinaan dan celaan, dan tidak membalas caci maki dengan caci maki, dan kepahitan dengan kepahitan. Dan, ketika kenyang dengan cercaan, ia menyimpannya di dalam hati, dan tidak membalas dengan pedas dan melimpahkannya kembali kepada orang-orang yang mengenyangkannya dengan cercaan itu, tetapi mencurahkannya di hadapan TUHAN (seperti yang dilakukan mereka, yang jiwanya sudah cukup kenyang dengan penghinaan orang-orang yang sombong [Mzm. 123:4]). Ringkasnya, jika kesengsaraan menimbulkan ketekunan, maka ketekunan menimbulkan tahan uji, dan tahan uji menimbulkan pengharapan yang tidak mengecewakan.
- VI. Bahwa Allah akan kembali dengan penuh rahmat kepada umat-Nya dengan penghiburan-penghiburan yang datang pada waktunya seimbang dengan hari-hari Dia menindas mereka (ay. 31-32). Itulah mengapa si penderita bertobat seperti itu, bersabar seperti itu, karena ia percaya bahwa Allah itu pengasih dan penyayang, yang merupakan dorongan besar baginya untuk melakukan pertobatan Injili maupun untuk memiliki kesabaran kristiani. Kita dapat menopang diri kita dengan ini,
- 1. Bahwa, walaupun dihajar, kita tidak dibuang. Seorang ayah yang menghajar anaknya bukan berarti merampas hak warisnya.
- 2. Bahwa meskipun kita mungkin tampak dibuang untuk sementara waktu, ketika penghiburan-penghiburan jasmani ditangguhkan dan keselamatan-keselamatan yang diinginkan ditunda, namun kita tidak benar-benar dibuang, karena tidak untuk selama-lamanya kita dikucilkan. Perseteruan dengan kita tidak akan berlangsung untuk seterusnya.
- 3. Bahwa, kesedihan apa pun yang tengah meliputi kita, itu sudah ditetapkan Allah untuk kita, dan tangan-Nya bekerja di dalamnya. Dialah yang menyebabkan kesedihan, dan karena itu kita bisa yakin bahwa itu sudah diatur dengan bijak dan penuh rahmat. Dan hanya seketika, ketika diperlukan, kita berdukacita (1Ptr. 1:6).
- 4. Bahwa Allah menyediakan belas kasihan dan penghiburan bahkan bagi orang-orang yang telah dibuat-Nya berduka. Kita sama sekali tidak boleh berpikir bahwa, walaupun Allah membuat kita berduka, dunia akan melegakan dan menolong kita. Tidak. Dia yang menyebabkan dukacita, Dia pulalah yang harus membawa kebaikan, atau kita binasa. Una eademque manus vulnus opemque tulit – Tangan yang melukai, tangan itu pula yang menyembuhkan. Dia telah menerkam, dan Dia akan menyembuhkan kita (Hos. 6:1).
- 5. Bahwa, ketika Allah kembali untuk berlaku rahmat kepada kita, itu bukan menurut jasa-jasa kita, melainkan menurut kasih setia-Nya, menurut kebesaran, kelimpahan, kasih setia-Nya. Begitu tidak layaknya kita sehingga tidak ada hal lain selain kasih setia yang melimpah yang akan menolong kita. Jadi apa lagi yang tidak bisa kita harapkan dari kasih setia yang seperti itu? Dan sekalipun Allah membuat kita berduka, itu sama sekali tidak boleh mematahkan harapan-harapan kita akan kasih setia-Nya.
- VII. Bahwa, apabila Allah betul-betul menyebabkan kesedihan, itu demi tujuan-tujuan yang bijak dan kudus, dan Ia tidak bersuka dalam malapetaka-malapetaka yang menimpa kita (ay. 33). Ia memang menindas, dan merisaukan anak-anak manusia. Semua kerisauan dan penindasan mereka datang dari Dia. Tetapi Ia tidak melakukannya dengan rela hati, tidak dari hati, demikianlah kata yang dipakai.
- 1. Ia tidak pernah menindas kita kecuali kita memberi-Nya alasan untuk melakukannya. Ia tidak menunjukkan kernyit dahi-Nya seperti Ia menunjukkan kebaikan-Nya, ex mero motu– semata-mata berdasarkan kesenangan hati. Jika Ia berbaik hati kepada kita, memang itulah yang berkenan kepada-Nya. Tetapi, jika Ia menuliskan hal-hal yang pahit melawan kita, itu memang karena kita layak mendapatkannya dan juga memerlukannya.
- 2. Ia tidak menindas dengan senang hati. Ia tidak bersuka dalam kematian orang-orang berdosa, atau kegelisahan orang-orang kudus, tetapi menghukum dengan enggan dan berat hati. Ia keluar dari tempat-Nya untuk menghukum, sebab tempat-Nya adalah tutup pendamaian. Ia tidak bersuka dalam kesengsaraan makhluk-makhluk ciptaan-Nya, tetapi, berkenaan dengan umat-Nya sendiri, Ia sama sekali tidak bersuka dalam segala penderitaan mereka sehingga Ia sendiri menderita, dan jiwa-Nya berduka atas kesengsaraan Israel.
- 3. Ia mempertahankan kebaikan-Nya terhadap umat-Nya sekalipun Ia sedang menindas mereka. Jika Ia tidak dengan rela hati merisaukan anak-anak manusia, apalagi dengan anak-anak-Nya sendiri. Apa pun itu, Allah itu baik bagi mereka (Mzm. 73:1), dan mereka dengan iman dapat melihat kasih di dalam hati-Nya bahkan sekalipun mereka melihat kernyit di dahi-Nya dan cambuk di tangan-Nya.
- VIII.Bahwa walaupun Ia memanfaatkan orang lain sebagai tangan-Nya, atau lebih tepatnya sebagai alat-alat di tangan-Nya, untuk menghajar umat-Nya, namun Ia sama sekali tidak senang dengan ketidakadilan dari perlakuan-perlakuan mereka dan kejahatan yang mereka perbuat terhadap umat-Nya (ay. 34-36). Meskipun Allah memenuhi tujuan-tujuan-Nya sendiri melalui kekerasan orang-orang fasik dan tidak berbudi, namun itu tidak lantas berarti bahwa Ia mengizinkan kekerasan itu, seperti yang adakalanya tergoda untuk dipikirkan umat-Nya yang tertindas. Mengapa Engkau memandangi orang-orang yang berbuat khianat itu? (Hab. 1:13). Dengan dua cara umat Allah dilukai dan ditindas oleh musuh-musuh mereka, dan sang nabi di sini meyakinkan kita bahwa Allah tidak menyetujui satu pun darinya:
- 1. Jika orang melukai mereka dengan kekuatan senjata, Allah tidak menyetujui itu. Ia sendiri tidak memijak-mijak dengan kaki tawanan-tawanan di dunia, sebaliknya Ia mendengarkan jeritan para tahanan. Ia juga tidak menyetujui jika manusia yang melakukannya. Bahkan, Ia sangat murka terhadap perbuatan demikian. Sungguh biadab menginjak-injak orang yang sudah jatuh, dan meremukkan orang yang terikat dan tak dapat menolong diri mereka sendiri.
- 2. Jika orang melukai mereka dengan dalih hukum, dan mengaku-ngaku sedang menjalankan keadilan, jika mereka membelokkan hak orang, sehingga ia tidak bisa tahu apa hak-haknya atau tidak dapat menuntutnya, dan hak-haknya berada di luar jangkauannya. Jika mereka memperlakukan orang tidak adil dalam perkaranya, dan menjatuhkan putusan yang salah, atau memberikan penghakiman yang salah, maka hendaklah mereka tahu,
- (1) Bahwa Allah melihat mereka. Perbuatan mereka terpampang di hadapan Yang Mahatinggi (ay. 35). Perbuatan mereka terpampang dalam pandangan-Nya, di depan mata-Nya, dan sangat membuat-Nya murka. Mereka tidak bisa tidak mengetahui bahwa memang demikian halnya, dan karena itu untuk menentang Dialah mereka melakukannya. Dia adalah Yang Mahatinggi, yang kewenangan-Nya atas mereka sudah mereka hina dengan menyalahgunakan kewenangan mereka atas bawahan-bawahan mereka, tanpa menimbang bahwa Dia yang lebih tinggi dari yang tertinggi mengawasi (Pkh. 5:7, KJV).
- (2) Bahwa Allah tidak membenarkan perbuatan mereka. Apa yang tersirat lebih daripada apa yang diungkapkan. Menyelewengkan keadilan, dan menumbangkan orang yang adil, adalah penghinaan besar terhadap Allah. Dan, walaupun Ia dapat memakai mereka untuk menghajar umat-Nya, namun cepat atau lambat Ia akan mengadakan perhitungan yang berat dengan orang-orang yang berbuat demikian. Perhatikanlah, walaupun Allah mungkin untuk sementara waktu membiarkan para pembuat kejahatan hidup sejahtera, dan memenuhi tujuan-tujuan-Nya sendiri melalui mereka, namun Ia tidak lantas menyetujui perbuatan-perbuatan jahat mereka. Jauhlah dari pada Allah untuk berbuat curang, atau menyetujui mereka yang berbuat demikian.
SH: Rat 3:21-39 - Untuk membentuk kita (Selasa, 14 Desember 2010) Untuk membentuk kita
Ada sebuah lagu yang syairnya bernuansa pengucapan syukur, yang dilandaskan dari ayat 22-23 dalam bacaan hari ini. Namun ternyat...
Untuk membentuk kita
Ada sebuah lagu yang syairnya bernuansa pengucapan syukur, yang dilandaskan dari ayat 22-23 dalam bacaan hari ini. Namun ternyata konteks aslinya adalah penderitaan yang begitu kelam.
Setelah Yeremia menggambarkan penderitaan yang terus memuncak dari stanza ke stanza sejak Ratapan 3:1, yang me-muncak dengan pahit serta getir empedu dan racun (19-20), sekonyong-konyong ia memalingkan muka dari kekelaman itu dan menyatakan bahwa kendati kekelaman melanda hidup, ada secercah harapan karena kasih setia Tuhan yang terus hadir. Dalam segala keadaan hidup Tuhan setia bersama umat-Nya. Kalau begitu, kenapa umat masih merasakan kesulitan hidup? Kenapa Tuhan tidak mengangkat saja semua penderitaan? Yeremia memberikan jawaban di ayat 26 dst.: Tuhan tidak senang melihat umat-Nya menderita, tetapi manusia membutuhkan tekanan itu bagi kehidupannya. Senada dengan 1 Petrus 1:6-7, bagian Alkitab ini pun hendak menyatakan bahwa penderitaan dan kesulitan hidup adalah bagian yang esensial dari pembentukan karakter manusia.
Ayat 26-29 menggambarkan proses pematangan yang dialami seorang muda ketika ia mengalami kesulitan hidup sedangkan ayat 32-38 menggambarkan proses "tak kasat mata" yang terjadi dari pihak Allah. Dapat dikatakan itulah pernyataan iman Yeremia yang melandasi pengharapannya di tengah kekelaman hidup. Pada akhirnya Yeremia mengingatkan kita bahwa di tengah kesulitan hidup, beriman kepada Tuhan adalah hal yang mendasar (39). Maka tugas kita bukanlah menebak-nebak apa yang terjadi di pihak Tuhan (apa rencana Tuhan, kenapa Tuhan berbuat begini, dsb.). Yang terpenting adalah jangan melumpuhkan diri dengan mengeluh tanpa henti. Sebaiknya kita berefleksi, merenungkan kembali siapa kita dan bagaimana kita hidup di hadapan Tuhan. Kita juga harus berserah kepada Tuhan sehingga Ia bisa memakai apa pun yang kita alami untuk membentuk karakter kita hingga semakin memuliakan nama-Nya.
SH: Rat 3:21-48 - Berharap kepada kasih setia Tuhan (Minggu, 23 Maret 2014) Berharap kepada kasih setia Tuhan
Hukuman yang benar mengandung dua unsur.Pertama, pembalasan. Perbuatan jahat harus mendapat balasan setimpal! Ini ...
Berharap kepada kasih setia Tuhan
Hukuman yang benar mengandung dua unsur.Pertama, pembalasan. Perbuatan jahat harus mendapat balasan setimpal! Ini penting untuk menunjukkan bahwa perbuatan jahat tidak pernah bisa dibenarkan! Juga menimbulkan efek jera bagi para pelaku kejahatan dan bagi mereka yang mau coba-coba.Kedua, disiplin. Yaitu, ‘memaksa’ pelaku kejahatan meninggalkan perilaku jahat dan belajar berperilaku baik.
Pengharapan peratap pada perikop ini didasarkan pada kasih setia (22-23, 32) dan keadilan Tuhan. Penghukuman Tuhan adil, setimpal dengan dosa-dosa umat (42). Mengakui dosa berarti bersedia menerima penghukuman-Nya (39-41), meski menyakitkan sampai harus bercucuran air mata karena merasakan penolakan Tuhan (43-48). Di sisi lain, oleh karena kasih setia-Nya maka tindakan penghukuman Tuhan atas umat-Nya juga merupakan upaya pendisiplinan karakter. Artinya penghukuman itu tidak untuk selama-lamanya, ada batasan waktunya. Akan tiba saatnya, pemulihan terjadi (26-38). Akan tiba juga saatnya umat Tuhan harus membuktikan diri sudah belajar dari kesalahan masa lalu untuk melakukan hal yang benar di kemudian hari.
Di dalam Kristus, kita tahu bahwa pengharapan peratap tidak sia-sia. Kristuslah jaminan bahwa pengampunan dan pemulihan Tuhan merupakan suatu kepastian! Namun jangan lupa, sesuai keadilan Allah, akibat-akibat perbuatan dosa kita di dunia ini pun harus siap kita terima. Sekaligus hal ini merupakan cara Tuhan mendisiplin kita. Dengan demikian kita sadar bahwa anugerah pengampunan itu tidak bersifat murahan. Bila kita sudah diampuni, tetapi kembali bermain-main dengan dosa, itu berarti kita menghina pengurbanan Kristus di salib. Maka marilah kita membuka diri untuk dibentuk Tuhan melalui kesalahan kita yang lalu, demi kehidupan yang lebih baik dan lebih memperkenan Tuhan.
SH: Rat 3:25-48 - Petik Pelajaran, Jangan Lari! (Minggu, 3 Desember 2017) Petik Pelajaran, Jangan Lari!
Ratapan 3:25-39 berisi lagu kebijaksanaan yang mengajarkan sikap mana yang harus diambil ketika dalam kesukaran. Yeremi...
Petik Pelajaran, Jangan Lari!
Ratapan 3:25-39 berisi lagu kebijaksanaan yang mengajarkan sikap mana yang harus diambil ketika dalam kesukaran. Yeremia mengajak para pendengar dan pembacanya melihat ke dalam diri sendiri untuk menyelidiki dan meneliti apakah dirinya memahami kehendak Tuhan dalam hidupnya. Selain itu, untuk memetik pelajaran yang berharga dari sebuah peristiwa yang telah dialami. Pada bagian terakhir berisi tentang pengakuan dosa (40-48).
Dalam lagu kebijaksanaan tersebut, Yeremia menyatakan keyakinannya bahwa Tuhan adalah baik bagi orang yang berharap kepada-Nya dan bagi jiwa yang mencari Dia. Atas keyakinan tersebut, para pembaca dan pendengar ratapan diajak untuk menantikan pertolongan Tuhan "dengan diam". Di sini, istilah "dengan diam" bukan berarti pasif, melainkan aktif karena dalam kerangka mencari Tuhan dan kehendak-Nya. Dalam pencarian itu, ia akan menemukan kebenaran bahwa penderitaan yang dialami dan penderitaan pada masa muda adalah sesuatu yang baik. Sering kali hal itu dipakai Allah sebagai sarana untuk menempa dan membentuk kita menjadi lebih baik dan berguna. Karena itu, Yeremia mengajak kita tidak lari dari persoalan dan kesulitan. Kita dimotivasi untuk menjalani semua itu dalam perenungan, refleksi, dan dialog dengan Tuhan (28-29).
Yeremia juga mengajak kita bersabar dalam derita karena segala sesuatu ada waktunya. Ada saatnya di mana semuanya itu akan berakhir (31). Karena itu, kita mesti yakin bahwa walau Tuhan mengizinkan kesusahan terjadi, namun Ia juga menyayangi umat-Nya menurut kebesaran kasih setia-Nya. Ia akan memberikan kekuatan dan segala yang kita butuhkan untuk tegar menghadapi semua itu.
Janganlah mengeluh karena keadaan yang ada. Periksalah hidup kita dan berpaling ke Tuhan agar kita dapat mengangkat hati dan tangan kepada Allah (89-41). Marilah kita bertekad untuk menghadapi masalah dalam penyertaan Tuhan dan memetik hikmat yang ada dari setiap peristiwa yang kita alami dengan sikap syukur. [MH]
SH: Rat 3:25-48 - Terbukalah Belas Kasihan Allah (Senin, 17 April 2023) Terbukalah Belas Kasihan Allah
Pada bagian ini, Yeremia menampilkan keyakinannya dalam belas kasihan Tuhan. Meski Tuhan marah kepada bangsa Yehuda, a...
Terbukalah Belas Kasihan Allah
Pada bagian ini, Yeremia menampilkan keyakinannya dalam belas kasihan Tuhan. Meski Tuhan marah kepada bangsa Yehuda, amarah-Nya tidak untuk selamanya (31).
Tuhan adalah Allah Yang Mahatinggi yang menghukum segala kejahatan. Ia berdaulat sehingga Ia dapat memastikan hukum-Nya diterapkan dan keadilan ditegakkan (34-37). Namun, Tuhan juga adalah Allah yang baik yang dapat menjadi sumber pertolongan (25-27). Ia selalu menyayangi umat-Nya bahkan ketika Ia menghukum mereka (32).
Sang nabi menyarankan sikap yang tepat ketika mereka harus menanggung hukuman Allah, yaitu menerimanya dengan ikhlas. Umat Allah harus tetap diam, bahkan merelakan diri untuk direndahkan (28-30). Pada waktu yang sama, mereka hendaknya memeriksa diri dan mengakui dosa-dosa mereka (40-42). Itulah tindakan yang berkenan kepada Allah.
Orang yang menyesali kejahatannya tidak akan banyak bicara selama pengadilan. Setelah vonis dijatuhkan, ia tertunduk malu. Sebaliknya, residivis yang terus mengulang kejahatannya, bisa saja ia meleter dan bersikap pongah; bagi orang seperti itu, pintu belas kasihan tidak dibukakan.
Apakah Anda sedang mengalami keadaan yang sama seperti bangsa Yehuda? Apakah Anda pernah atau tengah mengalami kesulitan yang begitu besar sehingga Anda merasa bahwa Anda sedang dihukum Tuhan dengan keras? Adakah masa-masa gelap ketika Anda merasa bahwa Tuhan tidak lagi menyertai Anda dan melupakan janji-Nya?
Bacaan hari ini meminta kita untuk kembali memandang kepada Tuhan dan merendahkan diri dalam menjalani pendisiplinan dari-Nya. Meski tidak mudah, ini adalah momen yang tepat untuk belajar memohon belas kasihan Tuhan.
Masih ada ucapan syukur yang dapat dinaikkan bahkan ketika kita menanggung hukuman dari Tuhan. Puji syukur, Dia masih menantikan pertobatan dan pengakuan kita. Selama kita hidup dan berharap kepada-Nya, pintu belas kasihan-Nya akan selalu dibukakan bagi kita, umat-Nya. [PHM]
Topik Teologia -> Rat 3:26
Topik Teologia: Rat 3:26 - -- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
Pemeliharaan Allah
Pemeliharaan dan Penderitaan
Pemeliharaan-Nya Menopang Dalam Kesengsaraan
...
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Pemeliharaan Allah
- Pemeliharaan dan Penderitaan
- Pemeliharaan-Nya Menopang Dalam Kesengsaraan
- Pengudusan
- Pengudusan: Fakta yang Tergenapi dan Proses Pertumbuhan
- Pengudusan sebagai Pertumbuhan dalam Anugerah
- Sarana Pertumbuhan
- Pertumbuhan dalam Anugerah Melalui Pencarian dan Penyerahan Kepada Allah
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Mencari Allah
- Nantikan Allah
TFTWMS -> Rat 3:19-26
TFTWMS: Rat 3:19-26 - Mengingat Mengingat (Ratapan 3:19-26)
"Ingatlah akan sengsaraku dan pengembaraanku, Akan ipuh dan racun itu." Jiwaku selalu teringat akan hal itu Dan...
Mengingat (Ratapan 3:19-26)
"Ingatlah akan sengsaraku dan pengembaraanku, Akan ipuh dan racun itu." Jiwaku selalu teringat akan hal itu Dan tertekan dalam diriku. Tetapi hal-hal inilah yang kuperhatikan, Oleh sebab itu aku akan berharap (3:19-21).
Nabi itu berkata, "Ingatlah." Ayat 19 dan 20 menawarkan ulasan tentang apa yang hampir terjadi. "Penderitaan" masa lalunya telah menimbulkan gaya hidup "pengembaraan" yang getir dan beracun. Keadaan sudah nyaris hampir membuat jiwanya "tertekan"1dan melengkung. Istilah Ibrani yang digunakan di sini menunjuk kepada jiwa yang akan tenggelam dan meleleh dalam keadaan depresi. (Lihat Mazmur 49:15; 42; 43.)
Selagi kesengsaraan tetap berada dalam ruang kenangannya yang tenang, nabi itu telah memperoleh kedalaman jiwa yang menjauhkan dia dari karakter yang kasar, dangkal yang pernah ia miliki. Betapa menggairahkan saat-saat seseorang berbalik dari tanpa harapan kepada berpengharapan! Yeremia berangkat dari depresi berakhir dengan devosi, dari menyerah berakhir dengan berani.2Transisi yang mulia itu jelas terlihat dalam ayat-ayat yang mengikuti.
Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, Tak habis-habisnya rahmat-Nya, Selalu baru tiap pagi; Besar kesetiaan-Mu! "TUHAN adalah bagianku," kata jiwaku, Oleh sebab itu aku berharap kepada-Nya (3:22-24).
Bagian ini berawal dari penderitaan yang mengumpat dalam ayat 1 sampai 18 hingga kepada pujian terhadap belas kasihan dan kebaikan Tuhan. Peralihan yang tiba-tiba itu seharusnya tidak mengejutkan kita. Yeremia 20:1-13 berisi kesamaan yang tepat—suasana hati yang berayun dari depresi yang berat hingga pujian untuk kasih setia Allah. Mungkin saja ada proses yang diperluas dalam pertumbuhan nabi itu untuk mendewasakan imannya kepada kebaikan Allah. (Dalam Kitab Yeremia hal itu tampaknya dari pasal 12 sampai 20.) Namun begitu, persepsi yang baru dinyatakan secara tiba-tiba dalam kedua kasus. Sama seperti Yeremia, yang dalam sesaat, dikeluarkan dari perigi itu (Yeremia 38:11-13), maka ia sepertinya telah melompat dalam sesaat dari lubang tuduhan ke dalam keyakinan terhadap pemeliharaan Allah!
Betapa menariknya bahwa salah satu ungkapan tentang jaminan yang paling perseptif dan sempurna dalam pemeliharaan Allah muncul di tengah-tengah kitab Ratapan! Nabi itu mengakui tiga karakteristik ilahi dalam penghormatan yang indah kepada Allah dalam ayat 22 sampai 24. (1) Ia tahu bahwa sikap Allah terhadap umat-Nya adalah—dan akan selalu berupa—sikap "kasih setia." Kasih adalah sifat dasar Allah (lihat 1 Yohanes 4:8). (2) Ia bicara tentang "belas kasihan" Allah. Pemazmur telah mengatakan, "Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia" (Mazmur 103:13). Kasih sayang yang tidak ada habisnya ini dinyatakan dalam tindakan: Ia memelihara anak-anak-Nya, menyediakan kebutuhan mereka setiap hari. Tindakan belas kasihan-Nya adalah "baru setiap pagi." Seorang komentator menulis, Ada sesuatu yang riang dalam gagasan penyair itu tentang pagi hari sebagai waktu ketika pelbagai rahmat Allah ini diperbaharui. Kemurahan Allah tidak gagal, tidak terganggu. Penekanannya adalah pada pemikiran bahwa tidak ada hari tanpa rahmat Allah yang baru, bahkan tidak juga hari malang yang paling gelap; dan selanjutnya, ada gagasan bahwa Allah tidak pernah terlambat untuk datang menolong kita. Ia tidak membuat kita terus menunggu dan letih selagi Ia bertangguh-tangguh. Ia bergegas dan cepat dengan kasih karunia-Nya. Gagasan itu dapat dibandingkan dengan janji kepada mereka yang mencari Allah "di awal hari," secara harfiah, "di pagi hari" (Amsal 8:17).3
(3) Nabi itu memikirkan "kesetiaan" Tuhan. Tuhan selalu tersedia saat anak-anak-Nya yang taat memanggil Dia. Ia telah berjanji untuk tidak pernah meninggalkan kita (Ibrani 13:5, 6). Betapa harapan yang indah yang dibangkitkan oleh penghormatan nabi itu tentang sifat kebaikan Sang Pencipta!
Lalu muncul satu kiasan yang paling menakjubkan dalam Tulisan Suci: "'TUHAN adalah bagianku,' kata jiwaku" (3:24). Sama seperti para imam telah diberikan bagian-bagian tertentu dari korban-korban bakaran ketika Tanah Perjanjian diwariskan (lihat Imamat 7:8, 9; 5:12, 13), maka di sini nabi itu meledak dengan keyakinan yang menguatkan jiwa: "TUHAN adalah bagianku!" Ia tetap menjadi bagian rohani yang mencukupi dan memuaskan bagi kita sekarang ini (2 Korintus 3:4-6; Ibrani 6:18, 19; Mazmur 145:14-16). Tidak mengherankan bahwa pemikiran ini memberi nabi itu harapan (3:21, 24). Harapan kita adalah "di dalam Dia." (Lihat Kolose 1:27; Ibrani 11:1; 1 Yohanes 3:1-3). Betapa keyakinan yang mulia, yang membangun iman: Tuhan dapat menjadi milik kita, dan kita dapat menjadi milik-Nya! (Baca Matius 28:18-20; Galatia 2:20; Yohanes 15:4, 5.)4
TUHAN adalah baik bagi orang yang berharap kepada-Nya, Bagi jiwa yang mencari Dia. Adalah baik menanti dengan diam p Pertolongan TUHAN (3:25, 26).
Persepsi nabi itu tentang bagaimana manusia harus merespons Allah terlihat dalam ayat 25. Kebaikan Tuhan dikatakan tersedia bagi "orang yang berharap kepada-Nya" (3:25) dan "bagi jiwa yang mencari Dia."5Dua ungkapan ini menghapus gagasan tentang menunggu dalam pengertian tidak berbuat apa-apa. Jalan Tuhan bukanlah jalan kita (Yesaya 55:7-9), jadi kita dapat berputar dan menggeliat ketika kita berusaha untuk memahami pikiran-Nya. Namun demikian, kata-kata ini menekankan kebenaran yang kita harus gali dengan tekun saat kita menunggu, agar kita dapat mengetahui kehendak-Nya. Betapa agungnya keterbatasan kita, yang mengharuskan kita untuk menunggu, dapat diringankan dengan penyediaan-Nya yang memadai! (Lihat 2 Korintus 3:4-6; Kisah 17:27, 28.) Usulan nabi itu di sini hampir sejajar dengan Yeremia 6:16:
Ratapan 3:25, 26 (NASB)
"Menanti" "Mencari Dia' "Menanti dengan diam" "Keselamatan Tuhan"
Yeremia 6:16 (NASB)
"Berdiri" "Mencari dan meminta" "Berjalan dalam [jalan yang baik]" "Ketenangan bagi jiwamu"
Dalam setiap kasus, mereka yang taat ditawari keselamatan dan pembebasan dari masalah. Ketenangan bagi jiwa datang bersama perasaan kecukupan yang tenang dan penuh damai dari Tuhan.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Ratapan (Pendahuluan Kitab) Penulis : Yeremia
Tema : Kesusahan yang Sekarang dan Harapan Masa Depan
Tanggal Penulisan: 586 - 585 SM
Latar Belakang
Judul k...
Penulis : Yeremia
Tema : Kesusahan yang Sekarang dan Harapan Masa Depan
Tanggal Penulisan: 586 - 585 SM
Latar Belakang
Judul kitab ini diambil dari judul tambahannya dalam naskah PL terjemahan Yunani dan Latin -- "Ratapan Yeremia." PL Ibrani memasukkan kitab ini sebagai salah satu di antara lima kitab gulungan (bersama Rut, Ester, Pengkhotbah dan Kidung Agung) dari bagian ketiga Alkitab Ibrani, yaitu bagian _Hagiographa_ ("Tulisan-tulisan Kudus"); masing-masing dari kelima kitab ini secara tradisional dibacakan pada saat tertentu dalam tahun liturgi Yahudi. Ratapan ini ditetapkan untuk dibaca pada hari kesembilan dari bulan Ab (sekitar pertengahan Juli), bilamana orang Yahudi memperingati penghancuran kota Yerusalem. Versi Septuaginta menempatkan Ratapan langsung setelah kitab Yeremia, tempatnya dalam kebanyakan Alkitab masa kini.
Sudah lama para pakar Yahudi dan Kristen menyetujui bahwa Yeremia adalah penulis kitab ini. Di antara berbagai bukti yang mendukung kesimpulan ini terdapat yang berikut:
- (1) Dari 2Taw 35:25 kita mengetahui bahwa Yeremia biasa menggubah syair ratapan; apalagi, kitab nubuat Yeremia sering kali menyebut bagaimana ia meratapi kebinasaan Yerusalem yang akan datang. (lih. Yer 7:29; Yer 8:21; Yer 9:1,10,20).
- (2) Gambaran yang hidup dalam kitab Ratapan tentang peristiwa malapetaka itu memberikan kesan bahwa ini dikisahkan oleh seorang saksi mata; Yeremia adalah satu-satunya penulis kitab PL yang diketahui telah menyaksikan langsung musibah Yerusalem pada tahun 586 SM.
- (3) Terdapat beberapa persamaan tema dan gaya bahasa di antara kitab Yeremia dengan kitab ini. Misalnya, kedua kitab ini menghubungkan penderitaan Yehuda dan kebinasaan Yerusalem karena dosa dan pemberontakan yang terus-menerus terhadap Allah. Dalam kedua kitab ini Yeremia menyebut umat Allah sebagai "anak dara" -Nya (Yer 14:17; Yer 18:13; Rat 1:15; Rat 2:13). Fakta-fakta ini, bersama dengan kesamaan di antara kedua kitab ini dalam gaya penulisan syairnya, menunjuk kepada penulis yang sama.
Ketandusan Yerusalem digambarkan demikian jelas dan hidup dalam Ratapan sehingga menunjukkan bahwa peristiwa itu baru saja dialami penulisnya. Yeremia sendiri berusia 50-an ketika kota itu jatuh; dia mengalami sepenuhnya traumanya dan dipaksa ke Mesir pada tahun 585 SM (lih Yer 41:1--44:30), di mana dia wafat (mungkin sebagai orang syahid) dalam dasawarsa kemudian. Jadi, kitab ini mungkin sekali ditulis segera setelah pembinasaan Yerusalem (586-585 SM).
Tujuan
Yeremia menulis serangkaian lima ratapan untuk mengungkapkan kesedihan yang sangat dan penderitaan emosionalnya atas kerusakan Yerusalem yang tragis, termasuk
- (1) keruntuhan yang memalukan dari kerajaan dan keturunan Daud,
- (2) pembinasaan sama sekali dari tembok-tembok kota, Bait Suci, istana raja dan kota pada umumnya, dan
- (3) pembuangan yang menyedihkan ke Babel dari kebanyakan orang yang tidak dibunuh. "Yeremia duduk sambil menangis dan meratap dengan ratapan ini
atas Yerusalem," bunyi sebuah super skripsi pada kitab ini dalam versi Septuaginta dan Vulgata Latin. Dalam kitab ini, kesedihan sang nabi menyembur keluar bagaikan kesedihan seorang peratap pada saat penguburan kerabat dekat yang mati secara tragis. Semua ratapan ini mengakui bahwa tragedi tersebut merupakan hukuman Allah atas Yehuda karena pemberontakan berabad-abad para pemimpin dan penduduknya terhadap Dia; kini hari perhitungan telah tiba dan hari itu amat dahsyat. Dalam Ratapan, Yeremia bukan hanya mengakui bahwa Allah benar dan adil dalam segala jalan-Nya, tetapi juga bahwa Dia itu murah hati dan berbelas kasihan kepada mereka yang berharap kepada-Nya (Rat 3:22-23,32). Jadi, Kitab Ratapan memungkinkan umat itu memiliki pengharapan di tengah-tengah keputusasaan mereka dan memandang lebih jauh dari hukuman pada saat itu, kepada saat Allah akan memulihkan umat-Nya kelak.
Survai
Kitab ini merupakan serangkaian lima ratapan, tiap ratapan itu dalam sendirinya lengkap. Ratapan pertama (pasal 1; Rat 1:1-22) menggambarkan kerusakan Yerusalem dan ratapan sang nabi atas kota itu ketika ia berseru kepada Allah dalam penderitaan jiwanya; kadang-kadang ratapannya melambangkan ratapan Yerusalem (Rat 1:12-22). Dalam ratapan kedua (pasal 2; Rat 2:1-22), Yeremia melukiskan penyebab kerusakan ini sebagai murka Allah atas umat pemberontak yang menolak untuk bertobat. Musuh Yehuda menjadi sarana penghukuman Allah. Syair berikutnya (pasal 3; Rat 3:1-66) mendesak bangsa itu untuk ingat kembali bahwa Allah sungguh-sungguh pemurah dan setia, dan bahwa Dia itu baik kepada mereka yang mengandalkan diri-Nya. Yang keempat (pasal 4; Rat 4:1-22) mengulang kembali tema ketiga syair sebelumnya. Di dalam syair yang terakhir (pasal 5; Rat 5:1-22), setelah pengakuan dosa dan kebutuhan Yehuda untuk pengampunan, Yeremia berdoa kepada Allah untuk mengembalikan umat itu kepada perkenan-Nya lagi.
Kelima ratapan di dalam kitab ini, yang sama dengan jumlah pasalnya, masing-masing terdiri atas 22 ayat (kecuali pasal 3; Rat 3:1-66 yang memiliki 22 kali 3, yaitu 66 ayat); nomor 22 adalah jumlah huruf dalam abjad bahasa Ibrani. Empat syair pertama merupakan akrostik abjad, yaitu setiap ayat (atau dalam pasal 3; Rat 3:1-66 setiap perangkat dari tiga ayat) dimulai dengan huruf Ibrani yang berbeda dari _Alef_ hingga _Taw_. Susunan menurut abjad ini, di samping mempermudah penghafalan, juga melaksanakan mencapai dua hal.
- (1) Susunan ini menyampaikan gagasan bahwa ratapan-ratapan ini lengkap, meliputi segala sesuatu dari A hingga Z (Ibr- _Alef_ hingga _Taw_).
- (2) Dengan menyusun semua ratapan sedemikian, sang nabi dibatasi untuk terus-menerus meratap dan menangis; semua ratapan ada akhirnya, sebagaimana halnya suatu saat pembuangan akan berakhir dan Yerusalem akan dibangun kembali.
Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai kitab Ratapan.
- (1) Sekalipun di dalam Mazmur dan kitab para nabi ada ratapan pribadi dan ratapan umum, hanya kitab ini di Alkitab yang semata-mata terdiri atas syair-syair duka.
- (2) Susunan kesusastraan kitab ini sama sekali syair; dengan empat dari kelima syair itu bersifat akrostik (lihat alinea terakhir bagian "Survai"). Sesuai dengan susunan syair kitab ini, syair kelima juga terdiri atas 22 ayat.
- (3) Sedangkan 2Raj 25:1-30 dan Yer 52:1-34 melukiskan peristiwa sejarah pembinasaan Yerusalem, hanya kitab ini yang dengan hidup menggambarkan emosi dan perasaan orang-orang yang benar-benar mengalami musibah tersebut.
- (4) Pada inti kitab ini terdapat salah satu pernyataan paling kuat tentang kesetiaan dan keselamatan dari Allah di dalam Alkitab (Rat 3:21-26). Walaupun kitab Ratapan dimulai dengan sebuah ratapan (Rat 1:1-2), secara tepat kitab itu berakhir dengan nada pertobatan dan harapan untuk pemulihan (Rat 5:16-22).
- (5) Tidak ada kutipan dari kitab ini dalam PB selain beberapa ibarat (bd. Rat 1:15 dengan Wahy 14:19; Rat 2:1 dengan Mat 5:35; Rat 3:30 dengan Mat 5:39; Rat 3:45 dengan 1Kor 4:13).
Penggenapan Dalam Perjanjian Baru
Sekalipun Ratapan tidak dikutip sama sekali dalam PB, kitab ini memiliki relevansi langsung bagi mereka yang percaya pada Kristus. Seperti halnya Rom 1:18--3:20, kelima pasal ini meminta orang percaya untuk merenungkan kehebatan dosa dan kepastian hukuman ilahi. Pada saat yang sama, kitab itu mengingatkan bahwa oleh karena belas kasihan dan kemurahan Tuhan, keselamatan tersedia bagi orang-orang yang bertobat dari dosa mereka dan berbalik kepada-Nya. Selanjutnya, air mata sang nabi mengingatkan kita tentang air mata Yesus Kristus, yang menangisi dosa-dosa Yerusalem karena mengetahui kebinasaannya yang akan datang oleh tentara Romawi (Mat 23:37-38; Luk 13:34-35; Luk 19:41-44).
Full Life: Ratapan (Garis Besar) Garis Besar
I. Penghancuran Yerusalem
(Rat 1:1-22)
A. Gambaran Kota yang Dibinasakan Itu
(Rat 1:1-7)...
Garis Besar
- I. Penghancuran Yerusalem
(Rat 1:1-22) - A. Gambaran Kota yang Dibinasakan Itu
(Rat 1:1-7) - B. Penyebab Kebinasaan Kota Itu
(Rat 1:8-11) - C. Penderitaan Penduduk Kota Itu
(Rat 1:12-22) - II. Murka Allah dan Kesedihan Yerusalem
(Rat 2:1-22) - A. Murka Allah Terhadap Sion
(Rat 2:1-9) - B. Penderitaan Berat Penduduk Yerusalem
(Rat 2:10-17) - C. Permohonan Nabi akan Belas Kasihan
(Rat 2:18-22) - III.Umat Allah yang Tersiksa dan Harapan Mereka
(Rat 3:1-66) - A. Seruan Keputusasaan
(Rat 3:1-18) - B. Pengakuan Adanya Pengharapan
(Rat 3:19-39) - C. Panggilan untuk Bertobat
(Rat 3:40-42) - D. Penderitaan Sang Nabi
(Rat 3:43-54) - E. Doa Sang Nabi
(Rat 3:55-66) - IV. Masa Lampau, Masa Kini dan Masa Depan Sion
(Rat 4:1-22) - A. Perbandingan Masa Lalu dan Masa Kini Sion
(Rat 4:1-12) - B. Penyebab Sion Dihancurkan
(Rat 4:13-20) - C. Hukuman bagi Edom dan Pemulihan Yehuda
(Rat 4:21-22) - V. Doa Memohon Pemulihan
(Rat 5:1-22) - A. Kebutuhan akan Pengampunan
(Rat 5:1-15) - B. Pengakuan Dosa
(Rat 5:16-18) - C. Permohonan untuk Pemulihan
(Rat 5:19-22)
Matthew Henry: Ratapan (Pendahuluan Kitab)
Karena apa yang dikatakan Salomo, meskipun bertentangan dengan pendapat dunia secara umum, pasti benar, bahwa bersedih lebih baik dari pada tert...
- Karena apa yang dikatakan Salomo, meskipun bertentangan dengan pendapat dunia secara umum, pasti benar, bahwa bersedih lebih baik dari pada tertawa, dan pergi ke rumah duka lebih baik dari pada pergi ke rumah pesta, maka alangkah baiknya jika kita membaca dan merenungkan pasal-pasal yang memilukan dari kitab ini, bukan hanya dengan rela hati, tetapi juga dengan harapan untuk membangun diri kita sendiri olehnya. Dan, supaya kita dapat melakukan ini, kita harus mempersiapkan diri kita supaya boleh turut bersedih dengan hati yang kudus dan ikut menangis bersama sang nabi yang menangis. Marilah kita renungkan,
- I. Judul kitab ini. Dalam bahasa Ibrani, kitab ini memiliki satu judul, tetapi disebut (seperti kitab-kitab Musa) berdasarkan kata yang pertama, Ecah GÇô Bagaimana. Tetapi para penafsir Yahudi menyebut judul tersebut, seperti orang-orang Yunani, dan kita mengikuti mereka, Kinoth GÇô Ratapan (-ratapan). Sama seperti kita mempunyai syair-syair atau nyanyian-nyanyian rohani yang mengungkapkan sukacita, demikian pula kita mempunyai sajak-sajak atau nyanyian-nyanyian rohani yang mengungkapkan ratapan. Sedemikian beragamnya cara-cara yang dipakai oleh sang Hikmat Tak Terbatas untuk bekerja pada diri kita dan menggugah perasaan-perasaan kita, supaya Ia bisa melembutkan hati kita dan menanamkan hati itu dengan kebenaran-kebenaran ilahi, seperti layaknya lilin meterai. Kami tidak hanya sudah meniup seruling bagimu, tetapi juga sudah menyanyikan kidung duka (Mat. 11:17).
- II. Penulis kitab ini. Penulisnya Yeremia sang nabi, yang di sini menjadi Yeremia sang penyair. Jadi ia nabi sekaligus penyair. Oleh karena itulah kitab ini pantas ditempatkan setelah kitab nubuatnya, dan seperti menjadi lampiran untuk nubuatnya itu. Dalam kitab nubuatnya kita sebagian besar mendapati nubuat-nubuat tentang kehancuran Yehuda dan Yerusalem, dan kemudian sejarah tentang keduanya, untuk menunjukkan betapa nubuat-nubuat itu digenapi dengan tepat, untuk meneguhkan iman kita. Sekarang dalam kitab ini kita mendapati ungkapan-ungkapan dukacita sang nabi atas peristiwa-peristiwa itu, untuk menunjukkan betapa ia sangat tulus dalam pernyataan-pernyataan yang sering kali dibuatnya bahwa ia tidak menginginkan hari celaka, tetapi bahwa, sebaliknya, penglihatan akan hari itu justru memenuhi dirinya dengan kepahitan. Ketika ia melihat malapetaka-malapetaka ini dari kejauhan, ia berharap sekiranya kepalanya penuh air dan matanya jadi pancuran air mata. Dan, ketika malapetaka-malapetaka itu datang, ia memperlihatkan bahwa ia tidak menutup-nutupi keinginan itu, dan bahwa ia sama sekali tidak membenci negerinya, yang merupakan kejahatan yang dituduhkan kepadanya oleh musuh-musuhnya. Negerinya sudah berlaku sangat jahat terhadapnya, dan kehancurannya merupakan bukti bahwa ia adalah nabi yang benar, dan sekaligus menjadi penghukuman terhadap mereka karena menganiaya dia yang dituduh sebagai nabi palsu. Bisa saja ia tergoda untuk bersorak-sorai atas kehancuran negeri itu, namun ia meratapinya dengan sedih. Dan dalam hal ini ia menunjukkan perangai yang lebih baik daripada perangai Yunus berkenaan dengan Niniwe.
- III. Terjadinya Ratapan-ratapan ini. Ratapan-ratapan ini timbul karena terjadinya kehancuran Yehuda dan Yerusalem oleh tentara Kasdim dan bubarnya pemerintahan Yahudi, baik masyarakat maupun jemaat, sebagai akibat kehancuran itu. Sebagian dari rabi-rabi beranggapan Ratapan-ratapan ini dituliskan Yeremia oleh karena kematian Yosia, yang disebutkan dalam 2 Tawarikh 35:25. Tetapi, meskipun benar bahwa kematian Yosia itu membukakan pintu bagi semua malapetaka yang mengikutinya, namun Ratapan-ratapan ini tampak dituliskan ketika Yeremia melihat langsung, dan bukan ketika ia mendapat penglihatan tentang, malapetaka-malapetaka itu. Jadi ratapan ditulis ketika malapetaka-malapetaka itu sudah datang, dan bukan ketika masih jauh. Dan dalam ratapan-ratapan ini tidak ada ditujukan sesuatu tentang Yosia, dan pujian terhadapnya, seperti yang pasti harus ada bila ratapan-ratapan itu memang untuk dia. Tidak, pemakaman Yerusalemlah yang menjadi pokok bahasan sajak ini. Sebagian rabi lain berpendapat bahwa Ratapan-ratapan ini termuat dalam gulungan kitab yang ditulis Barukh dari mulut Yeremia, dan yang dibakar Yoyakim. Dan mereka mengemukakan bahwa pada awalnya dalam kitab ini hanya ada pasal 1, 2, dan 4, tetapi bahwa dalam pasal 3 dan 5 ada banyak perkataan seperti itu yang kemudian ditambahkan. Tetapi pendapat ini hanyalah angan-angan yang tidak berdasar. Gulungan kitab itu dengan tegas dikatakan sebagai pengulangan dan ringkasan dari khotbah-khotbah sang nabi (Yer. 36:2).
- IV. Penyusunan ini. Penyusunannya tidak hanya bersifat puitis, tetapi juga menurut urutan abjad, semuanya kecuali pasal 5, seperti halnya beberapa mazmur Daud. Setiap ayat dimulai dengan huruf dalam urutan abjad Ibrani, pertama alef, kedua beth, dst. Tetapi pasal 3 adalah abjad rangkap tiga, tiga ayat pertama dimulai dengan alef, tiga ayat berikutnya dimulai dengan beth, dst. Hal ini membantu ingatan (karena lagu-lagu pendek yang memilukan ini dimaksudkan untuk dihafal) dan penulisannya elok menurut penilaian pada waktu itu, dan karena itu tidak boleh dipandang rendah sekarang. Mereka mencermati bahwa dalam pasal 2, 3, dan 4, huruf pe ditempatkan sebelum ain, yang dalam semua abjad Ibrani seharusnya ditempatkan sesudahnya. Untuk alasan itu, Dr. Lightfoot menawarkan dugaan ini, bahwa huruf ain, yang merupakan huruf bilangan untuk Septuaginta (LXX; Alkitab terjemahan bahasa Yunani GÇô pen.), dengan ditaruh di tempat yang salah seperti itu, menjadi menakjubkan, untuk mengingatkan mereka akan tujuh puluh tahun yang pada akhirnya Allah akan memulihkan pembuangan mereka.
- V. Kegunaannya. Kegunaanya sangat besar, tidak diragukan lagi, bagi orang-orang Yahudi yang saleh dalam penderitaan-penderitaan mereka. Kitab ini melengkapi mereka dengan bahasa rohani untuk mengungkapkan kesedihan alami mereka, membantu melestarikan ingatan yang tetap segar akan Sion di antara mereka, dan anak-anak mereka yang tidak pernah melihatnya, ketika mereka berada di Babel. Hal ini bisa mengarahkan air mata mereka kepada saluran yang tepat (sebab di sini mereka diajar untuk berduka atas dosa dan berduka kepada Allah). Bersamaan dengan itu, kitab ini mendorong harapan-harapan mereka bahwa Allah masih akan kembali dan berbelas kasihan terhadap mereka. Dan kitab ini berguna bagi kita, untuk membuat kita tergerak dengan dukacita menurut kehendak Allah atas malapetaka-malapetaka yang menimpa jemaat Allah, seperti yang sepatutnya dirasakan oleh orang-orang yang merupakan anggota-anggota jemaat Allah yang giat, dan yang menetapkan hati untuk ambil bagian bersama jemaat.
Jerusalem: Ratapan (Pendahuluan Kitab) RATAPAN
Kitab kecil Ratapan dalam Alkitab Ibrani termasuk Ketubim atau Hagiographa (Tulisan-tulisan). Dalam bagian Ketubim ini kitab Ratapan termasuk ...
RATAPAN
Kitab kecil Ratapan dalam Alkitab Ibrani termasuk Ketubim atau Hagiographa (Tulisan-tulisan). Dalam bagian Ketubim ini kitab Ratapan termasuk "lima gulungan" yaitu "megillot" yang dibacakan pada hari-hari Yahudi. Dalam Alkitab Yunani ddan Vulgata, kitab Ratapan menyusul kitab Yeremia dan diberi judul yang menunjukkan Yeremia sebagai pengarangnya. Tradisi yang menganggap Yeremia sebagai pengarang kitab Ratapan berlandaskan 2Taw 35;25 dan didukung isi sajak-sajak itu, yang memang bersesuaian dengan keadaan di zaman Yeremia. Namun tradisi ini tidak dapat dipertahankan. Yeremia, sejauh kita mengenalnya dari nubuat-nubuat yang pasti berasal dari padanya, tidak mungkin berkata, bahwa "nabi-nabi tidak menerima lagi wahyu", Yer 2:9. Tidak mungkin juga, bahwa Yeremia memuji Zedekia, Yer 4:20, atau mengharapkan bantuan dari Mesir, Yer 4:17. Bakat Yeremia yang sangat spontan sulit disesuaikan dengan gaya kitab Ratapan yang bercirikan bahasa kaum terpelajar. Empat sajak pertama kitab Ratapan digubah menurut abjad. Artinya: masing-masing bait mulai dengan salah satu huruf menurut urutannya dalam abjad. Bait kelima berjumlah tepat 22 ayat, yaitu sesuai dengan jumlah huruf abjad Ibrani.
Bab 1, 2 dan 4 kitab Ratapan termasuk jenis sastera lagu-lagu pengubahan. Bab 3 adalah sebuah lagu ratapan perorangan. Bab 5 adalah lagu ratapan umum. (Bab ini dalam bahasa Latin berjudul "Doa Yeremia"). Kitab Ratapan agaknya digubah di Palestina, sesudah kota Yeremia jatuh ke dalam tangan Nebukadnezar, pada thn. 587. Kitab ini kiranya seorang pengarang saja, yang mengungkapkan, rasa duka- cita kota Yerusalem serta penduduknya, dengan kota-kota yang sangat memilukan hati. Walaupun demikian sajak-sajak yang penuh kedukaan ini memancarkan suatu kepercayaan pada Allah yang tidak tergoyahkan serta rasa sesal hati yang mendalam. Kepercayaan dan rasa sesal hati itulah yang menjadikan kitab Ratapan berharga untuk segala zaman. Orang-orang Yahudi melagukan kitab Ratapan pada hari puasa (besar), yang memperingati kehancuran Bait Suci. Liturgi Gereja katolik memanfaatkan kitab ini dalam Pekan Suci yaitu di masa renungan mengenai drama yang pernah berlangsung di gunung Kalvari.
BARUKH
Kitab Barukh termasuk kitab-kitab deuterokanonika, yang tidak tercantum dalam Alkitab Ibrani. Alkitab Yunani (LXX) menempatkan kitab ini antara kitab Yeremia dan kitab Ratapan. Dalam terjemahan Latin, Vulgata, kitab Barukh menyusul kitab Ratapan. Menurut kata pendahuluan, Bar 1:1-14, kitab ini dikarang oleh Barukh, juru tulis nabi Yeremia, di Babel sesudah orang-orang Yahudi diangkat ke pembuangan Kitab ini dikirim ke kota Yerusalem untuk dibicarakan dalam upacara- upacara ibadat. Isi kitab Barukh terdiri atas: sebuah doa pengakuan dosa dan harapan Bar 1:15-3:8, sebuah sajak kebijaksanaan, Bar 3:9-4:4, di mana pengarang menyamakan Hikmat dengan hukum Taurat, dan sebuah nubuat, Bar 4:5- 5:9; dalam bagian terakhir ini Yerusalem dipribadikan dan berkata-kata kepada kaum buangan, sedangkan nabi memberi hati dengan mengingatkan zaman Mesias.
Kata pendahuluan kitab Barukh aslinya ditulis langsung dalam bahasa Yunani. Doa yang tercantum dalam Bar 1:15-3:8, yang mengembangkan doa yang terdapat dalam Dan 9:4-19, aslinya pasti dikarang dalam bahasa Ibrani. Mungkin sekali kedua bagian kitab Barukh berikut juga aslinya dikarang dalam bahasa yang sama. Seluruh kitab agaknya digubah di pertengahan abad ke-1 seb. Mas.
Dalam Alkitab Yunani (LXX) kitab Barukh dipisahkah dari kitab Surat Yeremia padahal Vulgata menyatukan Surat Yeremia dengan kitab Barukh, bab 6, dan memberi kepadanya judul tersendiri.
Surat Yeremia adalah suatu urauan yang menyerang pemujaan berhala. Dengan gaya bahasa yang dangkal pengarangnya menguraikan beberapa pokok yang sudah digarap dalam Yer 10:1-16 dan Yes 44:9-20. Pemujaan berhala yang diserang ialah yang lazim di negeri Babel di zaman agak belakangan. Surat Yeremia yang aslinya mungkin dikarang dalam bahasa Ibrani itu berasal dari zaman Yunani. Tetapi tanggal penyusunannya tidak dapat dipastikan lebih jauh. 2Mak 2:1-3 barangkali menyinggung tulisan itu.
Di Qumran ditemukan sebuah kepingan suatu naskah Yunani Surat Yeremia. Menurut ilmu paleografi kepingan itu berasal dari sekitar thn. 100 seb. Mas.
Nilai utama kumpulan tulisan-tulisan yang dihubungkan dengan Barukh itu ialah: ia memperkenalkan kepada kita kehidupan jemaat Yahudi di perantauan. Kita mendapat tahu, bahwa hidup keagamaan jemaat itu dipupuk oleh hubungan erat dengan kota Yerusalem oleh doa, rasa hormat keagamaan terhadap hukum Taurat, semangat balas dendam kepada musuh dan impian tentang zaman Mesias kelak. Bersama dengan kitab Ratapan tulisan-tulisan itu memberi kesaksian, bahwa diri Yeremia telah dikenang. Sebab kitab Ratapan dan kitab Barukh dihubungkan dengan Yeremia dan muridnya, Barukh. Diri Barukh masih lama dikenang juga. Sebab dalam abad ke-2 Mas. ada dua Apokalips yang dikatakan karangan Barukh, yang satu berbahasa Yunani dan yang lain berbahasa Siria (ada yang beberapa kepingan sebuah terjemahan Yunani).
Ende: Ratapan (Pendahuluan Kitab) RATAPAN
PENDAHULUAN
Untuk kitab sutji, jang terdjemahannja kami sadjikan ini, dipilih nama "Lagu2
Ratap", sebagai terdjemahan nama Latin "Lamentatione...
RATAPAN
PENDAHULUAN
Untuk kitab sutji, jang terdjemahannja kami sadjikan ini, dipilih nama "Lagu2 Ratap", sebagai terdjemahan nama Latin "Lamentationes" dan nama Junani "Threnoi". Dalam Kitab sutji Hibrani kitab itu tidak mempunjai nama sendiri dan disebut dengan kata permulaan teksnja, jaitu "ekah"(Aduh), seperti djuga kelima kitab Musa dinamakan menurut kata permulaannja. Namun demikianlah orang2 Jahudipun mengenal nama jang lain, jakni "Qinot", jang artinja djuga "Lagu Ratap". Tetapi nama ini kiranja dari waktu belakangan.
Namun "Lagu Ratap" itu dipilih karena dan sesuai sepenuhnja dengan isi kelima lagu, jang dikumpulkan dalam kitab tersebut. Sebab memang adalah "Lagu2 dukatjita", paling tidak dalam garis besarnja. Dewasa ini orangmembedakan 'lagu2 perkabungan' dan "lagu2 ratap". Dalam lagu perkabungan dilagukan kematian seseorang dan lagu2 matjam ini termasuk dalam upatjara penguburan. Didalamnja kebadjikan2 orang jang mati dipudji dan disesalkan kepergianja, jang dipandang sebagai achir jang definitif. Didalamnja tidak diutjapkan doa dan tidak terdengar harapan akan hidup lain yang lebih baik. Karena itu lagu2 perkabungan itu sedikit sekali atau se-kali2 tidak bertjorak keigamaan. Mula2 dimasudkan untuk orang2 tertentu, tetapi kemudian lagu2 perkabungan itu dialihkan kepada keruntuhan sesuatu bangsa atau kota, jang dengan sendirinja lalu diperorangkan. Kitab Sutji memelihara beberapa lagu perkabungan dari Israil djaman kuno (II Sjem. 1,18-17;3,33-34;JS 23,1-14;Jr 22,18). Nabi2 kadang menggunakan djenis kesusasteraan ini sebagai sindiran terhadap bangsa2 asing (Amos 5,2; Js. 14,4- 21; Jr.23,1-2; Jehesk. 26,15-16). Lagu2 ratap, entah perseorangan entah kolektif, mempunja tjorak lain. Didalam dilagukan malapetaka pribadi atau kolektif (sakit, kekalahan dalam perang dan sebagainja), dan lagu2 tersebut merupakan suatu doa kepada Allah didalam kesesakan. Dalam doa tersebut dikemukakan segala alasan, untuk mendesak Tuhan kepada belaskasihan dan pertolongan. Djadi, lagu2 tersebut mempunjai tjorak keigamaan jang lebih kuat daripada lagu2 perkabungan. Malapetaka, jang menimpa diri si penjanji (atau masjarakat), dilukiskan sedikit banjak setjara pandjang dengan rumus2 jang lazim. Karena itu sering sulitlah menentukan, dalam kesesakan mana si penjanji berada. Kitab Sutji, chususnja kitab mazmur, memelihara sedjumlah lagu2 ratap jang individuil dan kolektif. Dalam kitab "Lagu2 Ratap", kedua sastera itu bertjampur-aduk. Djelaslah, bahwa 1.2.4 adalah lagu perkabungan jangsesungguhnja tentang kehantjuran Jerusjalem, tetapi toh bertjampur dengan motif lagu ratap dan bertjorak keigamaan. Lagu 3 dan 5 lebih mirip lagu ratap, jang kolektif dalam 5 dan individuil dalam 3, walaupun dalam lagu 3 pun objeknja adalah suatu kolektivitas.
Kelima lagu kitab itu dituang dalam bentuk jang chas. Sebab semuanja lebih
kurang mengambil abdjad Hibrani sebagai dasar, walaupun masing2 agak lain
bentuknja. Lagu 1-4 adalah apa jang disebut acrosticon. Artinja sandjak itu
dibuat menurut abdjad begitu rupa, sehingga tiap2 bagian dimulai dengan huruf
berikutnja dalam abdjad. Lagu pertama dan kedua bersesuai dalam hal ini,
bahwasanja tiap2 bait terdiri atas tiga baris, dimulai dengan huruf berikutnja
dari abdjad, tetapi baris kedua dan ketiga dalam tiap2 bait dimulai dengan huruf
apapun. Perbedaan ketjil antara kedua lagu itu ialah bahwa urutan huruf abdjad
tidaklah sama, jakni 'ain-pe dan pe-'ain. Lagu keempat sama susunannja dengan
lagu kedua, tetapi dalam lagu keempat tiap2 huruf abdjad hanja mendapat dua
baris. Dalam lagu ketiga alfabetisme didjalankan palingdjauh. Sebab dalam lagu
ketiga bukan hanja tiap2 bait sadja dimulai dengan huruf berikutnja, tetapi
tiap2 baitpun mengulang huruf jang sama sampai tiga kali sebagai permulaan tiap2
baris. Dalam Kitab Sutji, chususnja dalam kitab mazmur
(9.10.25.34.37.111.112.119.145), tetapi djuga dalam kitab2 lainnja (
Dalam Kitab Sutji Hibrani Lagu2 ratap tertera dalam apa jang disebut "megillot", atau lima gulungan; jaitu tulisan2 ketjil (Rut, Ester, Pengch. Md.Ag.,Lg.Rt),jang dibatjakan pada perajaan2 tertentu didalam synagoga. Lagu2 Ratap diuntukkan hari puasa, guna memperingati djatuhnja Jerusjalem, tanggal 9 Ab (Agustus). Alasan liturgis itu agaknja alasan satu2nja jang sesungguhnja,jang menentukan tempatnja sekarang didalam kanon. Daripadanja tidak dapat ditarik kesimpulan satupun berkenaan dengan kitab itu sendiri. Dalam terdjemahan Junani dan Latin oleh karenanja djuga mendapat tempat jang berlainan sama sekali, jaitu dipertalikan dengan kitab Jeremia. Perbedaan jang tak begitu penting ialah, bahwa dalam terdjemahan Junani kitab itu terpisah dari kitab Jeremia oleh kitab Baruch, sednagkan dalam terdjemahan Latin tempatnja segera sesudah kitab Jeremia dan diikuti kitab Baruch tetapi gandingan antara Lagu2 Ratap dan Jeremia adalah begitu eratnja. sehingga pengarang2 Kristen Kuno sering mengutipnja dengan nama Jeremia sebagai sebagian dari kitabnja. Ada puloa saksi2 lama, jang mengatakan, bahwa kitab itu pada orang2 Jahudi mula2 termasuk pula dalam kitab Jeremia atau se-tidak2nja sangat erat gandingannja dengannja. Tempatnja jangsekarang didalam Kitab Sutji Hibrani agaknja bukan jang paling kuno.
Lama orang menerima begitu sadja, bahwa Jeremia adalah pengarang kitab itu. Baru
dalam abad ke 18 orang mulai menjangsikannja, kesangsian itu achirnja mendjadi
umum. Dalam naskah2 terdjemahan Junani kitab itu dengan tegas disebut dengan
nama Jeremia, sebagaimana djuga halnja dalam naskah2 terdjemahan Latin. namun
demikian, djudul kitab tersebut, walaupun dari djaman kuno dansuatu terdjemahan
dari bahasa Hibrani, tidak aseli djuga dalam terdjemahan Junani. Terdjemahan2
Kuno lainnja tidak mengenal djudul itu dan djuga dalam teks Latin Vulgata
tidaklah terdapat dalam sebuah naskah dari djaman kuno. Pengarang2 kuno umumnja
mengikuti tradisi tersebut. Tetapi tradisi itu agaknja melulu berdasarkan suatu
tafsir Jahudi mengenai IITwr. 35,25, dalam mana disebutkan, bahwa Jeremia
mengarang sebuah lagu ratap pada waktu gugurnja josjijahu dalam pertempuran di
Megido. Orang mempertalikan Lag.Rt.4,20 denganitu dan demikian timbullah
anggapan, bahwa Lagu2 Ratap ditulis oleh nabi Jeremia. Dasar anggapan tersebut
adalah sangat sempit dan pastilah tidak tjukup untuk membuktikan,bahwa Jeremia
sungguh pengarang kitab itu. Anggapan itu memang dapat dipahami Sebab Lagu2
ratap adalah sedjalan seluruhnja dengan nubuat2 Jeremia; dan apabila orng mesti
mentjari nama untuk kumpulan ta-bernama dari lagu2 sematjam itu, maka nama
Jeremia adalah serasi. Tetapi betapapun djua mudah dimengerti, namun dengan itu
bukti belumlah diberikan, dan oleh karenanja djuga tidak sedikitlah keberatan,
jangdikemukakan terhadap tradisi jang ber-abad2 lamanja itu. Ditundjukkanlah,
bahwa Kitab Sutji Hibrani tidak mengatakan kitab itu dari Jeremia asalnja, hal
mana tentunja akan terdjadji apabila ahli2 Jahudi, jang telah memberikan
urutannja jang sekarang mengetahui barang sedikit tentang hal itu. Tetapi
argumen itu tidak membuktikan banjak. Sebab djika menurut aselinja Lagu2 ratap
itu adalah sematjam lampiran pada kitab Jeremia dan baru kemudian terpisah
daripadanja karena alasan2 praktis, maka kiranja akan dipahami pula, bahwa ahli2
itu tidak memandang ahli2 itu tidak memandang perlu untuk menjebutkan dengan
tegas, bahwa lagu2 itu dari Jeremia asalnja. Mereka dapat memandang hal itu
sudah dikenal umum. Selandjutnja dikemukakan pula bahasa, jang digunakan dalam
kitab itu. bahasanja betul memperlihatkan suatu kemiripan dengan bahasa Jeremia,
tetapi sebaliknja djuga perbedaan jangmenjook dengan bahasa nabi tersebut,
diiringi dengan suatu kesamaan dengan bahasa Jeheskiel, dan menggunakan bagian
kedua Jesaja. Tambahan pula ada kesamaan dengan kitab2 lainnja dari Kitab Sutji
(3,6: Mzm 143,2-3,15: Ijob 9,19;3,17:Mam 88,15,3,37:Mzm 33,9; 1,10: Ul 23,3).
Dikemukakan pula pertentangan dalam hal gagasan antara Jeremia dan Lg.Rt.(4,20,
jang menjebutkan Sedekia tidaklah sesuai dengan pandangan Jeremia tentang radja
tersebut.Jr.22,13-38'37,17-18;dan 4,17 sukarlah ditjotjokkan dengan
Djika bukan jeremia pengarang kitab itu, siapakah gerangan pengarangnja? Ada ahli, jang mengatakan lagu2 itu dikarang oleh pelbagai pengarang jang anonim. Kata mereka, kesemunja itu dsatukan karena lagu2 itu memperbintangkan tjema jang sama, bukan karena sama pengarangnja. Argumen2 jang dikemukakan, tidak begitu mejakinkan. Karena itu ahli lain berpegang teguh pada satu pengarang. Argumen2 jangdikemukaan oleh para pendukung pendapat tersebut pada hemat kami lebih kuat daripada argumen2 dari pendapat pertama, jang mengira harus menerima panjair tersendiri untuk tiap2 lagu. Hanja mengenai lagu 1 dan lagu 5 kiranja harus diterima, bahwa itu ditulis oleh pengarang lain. Adapun sebabnja maka lagu pertama dipisahkan dari lagu2 lainnja terutama ialah bahwa dalam lagu pertama digunakan urutan lain mengenai huruf Hibrani. Lagu kelima berlainan tjorakknja dengan jang lain2 begitu rupa, sehingga sukarlah berasal dari penjair jang sama. Sebab lagu kelima lebih merupakan suatu doa liturgis daripada lagu ratap.
Oleh karena semu lagu itu dan tjaranja tehme itu diperbintjangkan, haruslah semuanja itu terdjadi sebelum achir pembuangan, sebelum th. 538. Sebab lagu2 itu mengenai kehantjuran Jerusjalem dankebinasaan baitullah; dan didalam kitab itu tidak terdapat tanda satupun, bahwa hal itu sudah lama lampau. Selandjutnja orangpun sependapat, bahwa lagu2 itu dikarang tidak lama sesudah kedjadian2 itu, djadi tidak lama sesudah 587. Hanja untuk lagu pertama oleh beberapa ahli diadakan keketjualian, sedjauh mereka berpendapat, bahwa lagu tersebut ditjiptakan sebelum perebutan Jerusjalem dalam tahun 587. Dalam lagu tersebut betul disebutkan tentang pembuangan,tapi tidak tentang kehantjuran Jerusjalem. Karena itu kata mereka lagu itu ditulis setelah deportasi setjara besar2an jang pertama dalam tahun 598 dan sebelum 587. Djuga lagu ketiga oleh beberapa ahli hendak ditanggalkan pada tahun jang lain jaitu kemudian daripada lagu 2,4 dan 5. Lagu tersebut kata mereka sangat samar2 dan umum tjoraknja, sehingga agaknja tidak mengingat kedjadian2 konkrit. Lagipula sangat tergantung dari beberapa mazmur (3,9:Mzm 142,3;3,17.55.56: Mzm 88,7.10.15'3,37: Mzm 33,9. Lagu itu baru kemudian ditambahkan kepada kumpulan lagu2 ratap jangsudah ada (lih. keterangan 3,1).
Sukarlah menentukan dimana lagu2 itu dikarang. Beberapa ahli mengira di Babel, sedangkan ahli2 lain mentjari tempat-tinggal si penjair di Mesir (Jeremia). Tetapi lebih mungkinlah tanah asal-usulnja ialah Palestina, jaitu di Jerusjalem sendiri. Sebab disitulah ibadah tetap dilangsungkan ditempat baitullah jang hantjur itu (Jr 41,5). Agaknja di Jerusjalem segera dikenal pula suatu perajaan chusu sebagai peringatan kepada djatuhnja Kota dan hantjurnja baitulah (Zak.7,3;8,17). Lagu ratap serasi sekali dengan liturgi sematjam itu, sehingga Jerusjalem paling besar kemungkinannja sebagai tempat asal-usul lagu2 itu.
Isi keigamaan Lagu2 Ratap memberikan nilainja jang chas dan tetap kepada kitab itu. Tidak dapat tidak njanjian2 jang monoton itu mengingatkan kepada bentjana jang terbesar, jang pernah menimpa umat Allah jang lama. Pemandangan jang menjuedihkan itu dilukiskan dengan pandjang lebar dan kadang2 sampai perkara ketjil jang mengerikan. Tetapi lagu2 itu tidak hanja sampai kesia sadja. Keruntuhan tersebut bukanlah pekerdjaan takdir jang tak dapat dielakkan, jang setjara buta menjerbukan diri kepada bangsa itu. Latarbelakang drama jang mengerikan itu ialah dosa, ketidak-setiaan umat kepada Allahnja (1,5.14.18;3,42;4,6;5,16). Dosa itulah jang dihukum oleh keadilan Allah, karena Allah kan "tidak dengan ichlas hati merendahkan dan merundung" (3,33). Bentjana tersebut adalah suatu pemaklum, baik dari dosa maupun dari keadilan Allah. Ia telah menaruh sedjarah akan kegunaan sifat tersebut. Bukannja salah seorang jang besar, melainkan Allah sendiri memimpin balatentara, jang membasmi Jerusjalem (1,5.12.15;2,1-8.17.22;,3,2-16.38;4,11.16;5,16.21). Bukan pula sesuatu individu sadjalah, jang membangkitkan murka Allah dengan dosanja, melainkan adalah seluruh bangsa, jang berbuat dosa(3,34-36;5,7.16). Namun demikian, malapetaka itu tidaklah dimaksudkan se-mata2 sebagai hukuman, tetapi djuga sebagai djalan untuk bertobat (3,23.40.41;5,22); dan pertobatan itu sendiri adalah suatu kurnia dari Allah jang baik (3,25), milik-pusaka Israil jang tetap (3,24). Karena itu, asal sadja ada keinsjafan telah berbuat dosa dan ada sesal, maka selalu ada harapan pada Allah jang rahim, baik dan mahakuasa. Lahu2 Ratap bukanlah tjontoh bagi keputus-asaan existensialistis, melainkan tjontoh kepertjajaan jang penuh harapan danpengharapan jang pertjaja akanhari depan (3,26-31).
Djika dibatja setjara demikianlah, maka lagu2 ratap itu tetap mempunjai artinja, djuga didalam Perdjadjian Baru. Didalam literatur Katolik lagu2 itu digunakan dalam Pekan Sutji, pada perajaan peringatan wafat Penebus. Inilah bentjana jang terbesar didalam sedjarah dunia; dan memang ada alasan untuk melambungkan lagu dukatjita karena manifestasi jang terhebat dari dosa dan pengadilan. Tetapi karena Allah jang mengadili, maka didalam bentjana terdapatlah bibit kebangkitan dan kehidupan, pendekatan antara Allah dan manusia. Dan djustru karena itulah lagu2 ratap dengan kepertjajaannja penuh harapan itu serasi sekali dengan upatjara2 peringatan akan wafatnja Penebus, jang membawa kehidupan kita. MempelaiNja (Geredja) dapat menjanjikan lagu2 sedih itu sebagai pernjataan tjintakasihnja, tetapi djuga sebagai -permakluman dosa dan pengadilan , jang djuga dikenal oleh mempelai tersebut; namun suatu pengadilan jang merupakan djalan kekebangkitan, ke Paska. djuga mempelai Kristus harus melalui derita sebagai hukuman jang adil, untuk dapat bersukatjita dalam Kehidupan itu.
TFTWMS: Ratapan (Pendahuluan Kitab) Belajar Dari Ratapan 3(Ratapan 3)
Penderitaan Dan Ucapan Syukur (Ratapan 3:1-18, 55-66)
Satu pesan dalam pasal 3 yang tidak boleh diabaikan adalah ...
Belajar Dari Ratapan 3(Ratapan 3)
Penderitaan Dan Ucapan Syukur (Ratapan 3:1-18, 55-66)
Satu pesan dalam pasal 3 yang tidak boleh diabaikan adalah presentasi nabi itu tentang apa yang Allah telah lakukan untuk dia (3:1-18), meski berakhir dengan ucapan syukur atas apa yang Allah telah lakukan untuk dia (3:55-66). Pandangan yang berubah itu muncul tidak begitu banyak dari perubahan pola Allah, tetapi dari pengertian yang lebih dalam yang nabi itu peroleh. Perubahan itu tidak dalam pemeliharaan atau kepedulian Allah. Allah menjanjikan dia pemeliharaan dan pembebasan-Nya dalam Yeremia 1:17-19, namun Yeremia tidak mengenali penggenapan janji itu selama sekitar dua puluh tahun (Lihat Yeremia 20:7-13.) Demikian juga, dalam pasal 3 nabi itu bergerak dari keluhan dan keraguan kepada keyakinan kepada Allah dan pengabdian kepada Dia.
Bagaimana pendapat Anda tentang Allah dan respons-Nya terhadap keadaan Anda? Apakah Anda lebih suka menjadi seperti nabi di awal pasal 3 atau di akhir pasal itu?15
Damai Sejahtera Kristus Kristus tidak ingin kita susah atau takut dalam hidup ini. Bacalah Yohanes 14:27: Ia memberi kita damai sejahtera. Ia sudah membuat pendamaian kita dengan Allah "oleh darah salib Kristus" (Kolose 1:20). Pendamaian ini diperoleh melalui iman (Roma 5:1, 2), pengakuan atas iman itu (Lukas 12:8, 9), pertobatan (Kisah 3:19; lihat 1 Petrus 3:10-12), dan baptisan (Kisah 2:37, 38).
TFTWMS: Ratapan (Pendahuluan Kitab) JERIT KEPRIHATINAN DALAM RATAPAN 3: 19 - 66
Jeritan Nabi Itu—Wawasannya
Seperti sesamanya orang-orang Yahudi, nabi itu bergumul untuk memahami me...
JERIT KEPRIHATINAN DALAM RATAPAN 3: 19 - 66
Jeritan Nabi Itu—Wawasannya
Seperti sesamanya orang-orang Yahudi, nabi itu bergumul untuk memahami mengapa Allah akan mendatangkan bencana ke atas umat pilihan-Nya. Ketika ia berseru minta Allah untuk mengingat situasinya, ia sendiri tiba pada satu titik untuk mengingat:
TFTWMS: Ratapan (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Heb.: shuach (Francis Brown, S. R. Driver, and Charles A. Briggs, A Hebrew and English Lexicon of the Old Testament [London: Oxfor...
Catatan Akhir:
- 1 Heb.: shuach (Francis Brown, S. R. Driver, and Charles A. Briggs, A Hebrew and English Lexicon of the Old Testament [London: Oxford, Clarendon Press, 1972], 1001).
- 2 Ingatlah kebangkitan Ayub dari kehancuran kepada sukacita. Dalam penderitaan yang sangat berat, ia belajar tentang kasih karunia, kebaikan, kebijaksanaan, dan kuasa Allah, (Ayub 19:6-12; 42:1-6, 10-17). Bahkan Yesus belajar taat oleh hal-hal yang Ia derita (Ibrani 5:5-9).
- 3 Joseph S. Exell, The Biblical Illustrator, The Lamentations of Jeremiah (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1973), 44.
- 4 Dalam The Biblical Illustrator D. Wilcox memberi sepuluh manfaat penting bagi orang yang benar-benar beralih kepada gagasan bahwa "Tuhan adalah bagianku": 1. Ketika ia memahami nilai Allah dan membutuhkan Dia, hal itu menyebabkan orang itu "tidak mampu dipuaskan tanpa Dia, atau menerima hal lain apa saja. 2. Ia "telah masuk ke dalam perjanjian dengan Dia." 3. Ia "mengasihi Dia, di atas segalanya, atau dengan kasih sayang yang luar biasa." 4. Ia "menghargai persekutuan dengan Dia lebih daripada kenikmatan apa saja yang dapat dirasakan." 5. Ia "sangat berterima kasih atas arahan dan kasih karunia yang meyakinkan dan memampukan dia untuk membuat pilihan bahagia yang sekarang tidak mau ia tukar dengan isi seluruh dunia." 6. Orang yang menyadari pentingnya Dia sebagai bagiannya akan "merasakan kesedihan yang sangat dalam saat menyadari kehilangan Dia, atau ketika dalam kegelapan ia memerlukan Dia." 7. Ia "akan, dengan doa dan permohonan, sering menghadap Dia, dan lebih bersungguh-sungguh untuk memperoleh kebaikan dan kasih karunia-Nya daripada kebaikan apa saja yang lebih rendah." 8. Ia "akan menjadikan Dia dasar kepercayaan dan kemenangannya, saat kenyamanan lahiriah mungkin saja ditarik atau ditolak (Hab. 3:17, 18)." 9. Ia akan "berhati-hati untuk menyenangkan dan melayani Dia dengan manusia batiniah, dan merasa takut untuk melanggar Dia, bahkan dalam pikiran, atau hal-hal yang tidak berada di bawah penglihatan dunia." 10. Ia akan "mengejar dunia dalam keadaan itu di mana hal itu akan memiliki kesenangan penuh dari Dia; dan sering kali, dengan senang hati, dipenuhi dengan pikiran yang percaya dan harapan akan hal itu … ketika dunia ini harus selama-lamanya ditinggalkan, dan semua kesenangan sensual yang rendah berakhir." (Ibid., 52).
- 5 Ibr.: darash-"… membaca berulang kali, belajar … mendiskusikan … mencari (artinya) … Yes. 55:2 … Ezra 10:16 … berkonsultasi, menanyakan … Yer. 21:2; 37:7 … firman Yahweh, 1 Raja 22:5 … mencari ilah dalam doa dan ibadah … Ula. 4:29 … Yer. 10:21; 29:13 … Rat. 3:25 … menyelidiki … Ula. 17:4, 9 … mencari penerapan … Maz. 111:2" (Brown, Driver, Briggs, 205).
- 6 Sungguh baik untuk memikul kuk selagi muda karena: (1) itu adalah wajar dalam rencana ilahi Allah (lihat Amsal 22:6; Mazmur 78:1-8); (2) itu terhormat (Amsal 10:1-5); (3) itu bermanfaat (1 Timotius 4:8-16; 2 Timotius 3:14-17); (4) Itu adalah cara termudah dan terbaik untuk hidup (Matius 11:28-30; Yohanes 10:10; 1 Petrus 5:5-7).
- 7 Ibr.: 'anan-"… menjadi sedih, pilu, berkabung … mengerang … karena itu, mengeluh, Rat. 3:39; dengan gagasan tambahan tentang ketidakadilan, Bil. 11:1" (Samuel Prideaux Tregelles, Gesenius' Hebrew and Chaldee Lexicon [Plymouth: N.p., 1857; reprint, Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1967], 65).
- 8 Ibr.: chaphas-"… menggali, mencari … Ams. 2:4 … Ams. 20:27 … mencari tahu … mencari … berpikir … memeriksa = tes … Rat. 3:40…1 Raja 20:6 … Amos 9:3…Maz. 77:7 (mencari jiwa untuk mengerti ...)" (Brown, Driver, Briggs, 344).
- 9 Ibr.: chaqar-"… Maz. 139:23 … mencara dengan seksama, menjelajahi … mencari tahu tentang suatu hal atau masalah … Ams. 25:2; Maz. 44:22 … tentang memeriksa secara menyeluruh … Ams. 18:17 … tentang pemeriksaan diri sendiri … Rat. 3:40" (Ibid., 350).
- 10 Ibr.: shub-lihat definisi yang diberikan dalam catatan kaki 20 dalam pelajaran "Penderitaan Dari Dosa" (Ibid., 996-1000). Dalam ayat ini yang berkaitan dengan dosa dan Allah, itu berarti "berbalik kepada Allah," "mencari dengan penyesalan."
- 11 Ibr.: pasha'-"… menjadi ketakutan … Zef. 3:11 … Yer. 3:13 … Yes. 48:8 … memberontak, menentang … melanggar Allah … Yes. 1:28 … Yes. 53:12; Hos. 14:10 … Rat. 3:42 … Maz. 37:38" (Ibid, 833).
- 12 Ibr.: patsah-"… hancur berkeping-keping … seperti dalam mengancam (seperti binatang pemangsa) … Maz. 22:14; dalam mengejek … [ungkapan, saat diikuti oleh 'l] Rat. 2:16; 3:46; dalam bicara secara gegabah" (Tregelles, 685); "buka …terpisah … mulut terbuka" (Brown, Driver, Briggs, 822).
- 13 Ibr.: pachad-"takut … mengerikan … 2 Taw. 17:10 … Maz. 119:120 … gemetar karena ketakutan akan engkau … Maz. 64: 2 … Yer. 30:5 … Ams. 1:26, 27 … suara bencana … Yer. 48:44 … suara teror" (Brown, Driver, Briggs, 808).
- 14 Mungkin ada perbedaan yang besar antara ketakutan kita dan fakta-fakta! Sebelumnya, ketika nabi itu menjerit minta tolong, ia menyatakan tentang Allah, "tak didengarkan-Nya doaku" (3:8). Ia selanjutnya menuduh bahwa Allah menutupi diri-Nya seperti awan sehingga tidak ada doa yang dapat lewat (3:44). Apa yang beda dalam konsep dan keyakinan disuarakan oleh nabi yang sama dalam 3:55-57! Siapakah yang telah berubah: Allah atau nabi itu?
- 15 Ibr.: rib-"berusaha keras, bersaing … menangis, berteriak … bertengkar dengan gaduh … Rat. 3:58 … Yer. 50:34 … mengadukan kasus, gugatan (hukum), … Yes. 3:13 … Amos 7:4 … Yer. 2:9" (Brown, Driver, Briggs, 936).
- 16 Ibr.: ga'al-"… dalam menebus dari perbudakan, Ima. 25:48, 49 … menebus, dengan pembayaran atas nilai yang diperkirakan, tentang hal-hal yang dikuduskan, oleh pemilik aslinya, Ima. 27:13, 15, 19 … menebus, dengan Allah sebagai [subjek] yang menyiratkan hubungan pribadi … individu-individu, dari kematian, Maz. 103:4; Rat. 3:58; Hos. 13:14 … Yer. 50:34" (Ibid., 145).
- 17 Ibr.: 'aph (Ibid., 60). Istilah yang penuh api ini telah berulang kali digunakan dalam kitab ini (1:12; 2:1, 3, 6, 21, 22; 3:43).
- 18 Ini bukan doktrin Calvinis bahwa Allah telah menentukan begitu banyak orang untuk dibinasakan dan begitu banyak orang untuk diselamatkan, dengan menyangkal kehendak bebas manusia itu sendiri. Allah tidak menghendaki siapa saja binasa, namun Ia memang memerintahkan manusia untuk bertobat dari cara hidup mereka yang memberontak (Yehezkiel 18:30-32; Kisah 17:30, 31; 2 Petrus 3:9). Jika seseorang dengan keras kepala menentang sikap panjang sabar dan rahmat Allah, dengan tidak mau mengembangkan kasih untuk kebenaran, maka Allah dapat mengirimkan khayalan yang kuat dan membolehkan dia untuk menghadapi pelbagai akibat dari kebodohan dan pemberontakannya (lihat 2 Tesalonika 2:9-12; Amsal 1:23-33). Dengan cara inilah Allah mengeraskan hati Firaun (Keluaran 7:3; 9:12; 10:1), tetapi secara jelas dinyatakan bahwa kedegilan Firaunlah yang mengeraskan hatinya sendiri (Keluaran 7:13, 14; 8:15, 32; 9:34). Ketika matahari menyinari lilin dan beton, yang satu melunak dan yang satunya lagi mengeras. Itu adalah sinar matahari yang sama, namun bahan-bahan dalam lilin melembutkan, sedangkan bahan-bahan dalam beton mengeraskan. Dengan cara yang sama, kebenaran Allah dapat saja melunakkan orang kepada ketaatan yang bersyukur, sementara orang lain yang menerima kebenaran yang sama menjadi keras dan memberontak.
- 19 Louisa M. R. Stead, "Kupercaya Pada Yesus," Kidung Puji-pujian Kristen, Alkitab Yuku.
Pengarang: Dayton Keesee
Hak Cipta © 2018 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang 16
BIS: Ratapan (Pendahuluan Kitab) RATAPAN
PENGANTAR
Buku Ratapan terdiri dari lima syair yang meratapi jatuhnya Yerusalem ke
tangan tentara Babel pada tahun 586 Sebelum Masehi, dan k
RATAPAN
PENGANTAR
Buku Ratapan terdiri dari lima syair yang meratapi jatuhnya Yerusalem ke tangan tentara Babel pada tahun 586 Sebelum Masehi, dan kehancuran serta masa pembuangan sesudah itu.
Walaupun kitab ini pada umumnya bernada sedih, namun di dalamnya tampak juga segi kepercayaan kepada Allah dan harapan akan masa depan yang cerah. Syair-syair ini digunakan oleh orang Yahudi dalam ibadah mereka pada hari-hari khusus untuk berpuasa dan berkabung. Hari-hari khusus seperti itu diadakan setiap tahun untuk mengenang malapetaka yang menimpa bangsa itu pada tahun 586 Sebelum Masehi.
Isi
- Penderitaan Yerusalem
Rat 1:1-22 - Hukuman kepada Yerusalem
Rat 2:1-22 - Hukuman dan harapan
Rat 3:1-66 - Yerusalem runtuh
Rat 4:1-22 - Doa mohon belas kasihan
Rat 5:1-22
Ajaran: Ratapan (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengetahui isi Kitab Ratapan, anggota jemaat mengerti bahwa
kehancuran kota Yerusalem adalah akibat dosa-dosa bangsa Israel, se
Tujuan
Supaya dengan mengetahui isi Kitab Ratapan, anggota jemaat mengerti bahwa kehancuran kota Yerusalem adalah akibat dosa-dosa bangsa Israel, sehingga anggota jemaat juga mengetahui bahwa Allah menghukum dunia karena dosa-dosa manusia.
Pendahuluan
Penulis : Nabi Yeremia.
Isi Kitab: Kitab Ratapan terbagi atas 5 pasal. Dan bersifat seruan hati dan getaran perasaan nabi Yeremia atas kehancuran Yerusalem.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Ratapan
Pasal 1 (Rat 1:1-22).
Yeremia menangisi keadaan Yerusalem yang dihancurkan Bacalah pasal Rat 1:16-22. Apa sebab Yeremia menangis?
Pasal 2 (Rat 2:1-22).
Yeremia dalam tangisnya menyatakan bahwa kerusakan dan kesukaran Yerusalem, merupakan pernyataan daripada murka Allah
Pendalaman
Apakah sebab Yerusalem dihukum Allah? (pasal Rat 2:14).
Pasal 3 (Rat 3:1-66).
Yeremia menunjukkan perasaannya dengan menangisi segala kesukaran dan penderitaan bangsanya
Pendalaman
Apakah yang dilakukan Yeremia ketika melihat keadaan bangsanya? (pasal Rat 3:49-51).
Pasal 4 (Rat 4:1-22).
Yeremia dalam tangisnya menceritakan bahwa semua penderitaan dan kesukaran yang terjadi adalah akibat dari perbuatan-perbuatan dosa bangsa Israel
Pendalaman Apakah kesalahan bangsa Israel? (pasal Rat 4:6).
Pasal 5 (Rat 5:1-22).
Yeremia dalam tangisnya memohonkan doa pada Allah untuk memulihkan kembali keadaan bangsa Israel
Pendalaman
Bacalah pasal Rat 5:16-22.
II. Kesimpulan/penerapan
Kitab Yeremia mengajarkan bahwa Yeremia merasakan kesedihan akan keadaan bangsanya, karena dosa-dosa mereka. Hal ini juga mengajarkan agar setiap orang Kristen mempunyai beban akan bangsanya yang belum mengenal Tuhan Yesus.
Kehancuran kota Yerusalem merupakan pernyataan penghukuman Allah atas dosa bangsa Israel. Dengan demikian berarti Allah juga pasti menghukum anak-anak-Nya yang berbuat dosa.
Dalam keadaan yang penuh penderitaan Yeremia berdoa untuk memohonkan pertolongan dari Allah. Demikian pulalah hendaknya setiap orang percaya memohon pertolongan Allah, ketika mengalami penderitaan.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab Ratapan?
- Apakah isi Kitab Ratapan?
- Mengapakah Kitab ini dikatakan sebagai Kitab Ratapan?
- Pelajaran rohani apakah yang saudara dapatkan setelah mempelajari Kita Ratapan?
Intisari: Ratapan (Pendahuluan Kitab) Kota yang sedang berduka
JUDULKitab ini tidak mempunyai judul dalam kitab Perjanjian Lama Ibrani, tetapi dikenal dengan kata pertamanya, yaitu "How".
Kota yang sedang berduka
JUDUL
Kitab ini tidak mempunyai judul dalam kitab Perjanjian Lama Ibrani, tetapi dikenal dengan kata pertamanya, yaitu "How". Judul "Nyanyian pemakaman" atau "Ratapan" diberikan oleh rabi-rabi bangsa Yahudi yang mula-mula.
PENULIS
Penulisnya tidak dikenal. Kitab ini ditempatkan sesudah Yeremia dalam Septuaginta, kemungkinan besar hal ini disebabkan oleh hubungan sejarah kedua kitab tersebut. Pandangan penulis terhadap raja yang bertakhta pada masa itu (Rat 4:20) dan mengenai ketergantungan kepada bangsa-bangsa lain berbeda dari pandangan Yeremia. Tetapi, penulis dan Yeremia (yang dijuluki "nabi cengeng") mempunyai temperamen yang serupa, dan keduanya melihat penghakiman Tuhan di balik tragedi yang mereka tulis (lihat Rat 2:1-8). Jika kitab ini merupakan suatu kesatuan, sudah hampir pasti bahwa penulisnya hidup pada zaman yang sama dengan Yeremia.
WAKTU
Penentuan waktu penulisan secara tepat tergantung kepada apakah karangan ini ditulis oleh seorang atau beberapa penulis. Pendapat yang masuk akal ialah bahwa pasal Rat 1-4 ditulis oleh seorang saksi mata pada waktu jatuhnya Yerusalem dan pemulaan masa Pembuangan (yaitu tahun 587 SM), dan bahwa pasal Rat 5 ditambahkan pada tahun 550 SM waktu mereka sudah menjalani masa Pembuangan untuk beberapa waktu.
BENTUK
Kitab ini merupakan suatu koleksi puisi yang tersusun rapi, sebagian besar ditulis dalam bentuk "nyanyian pemakaman" -- kecuali pasal Rat 5. Pasal Rat 1-4 merupakan puisi "akrostik", setiap baik berikutnya dimulai dengan sebuah huruf dari alfabet Ibrani secara beraturan. (Terdapat sedikit pengecualian terhadap aturan ini dan pasal Rat 3 merupakan puisi akrostik yang lebih lengkap). Boleh jadi pola ini sebagian dimaksudkan untuk memudahkan penghafalan dalam tata ibadah.
LATAR BELAKANG DAN TUJUAN
2Ra 25:8-12 harus dibaca sebagai latar belakang kisah Kitab Ratapan. Pembuangan merupakan suatu kejadian yang luar biasa dalam sejarah kaum Yehuda, dan merupakan salah satu pengaruh terbesar dalam mengembangkan pengertian mereka tentang Allah. Kejatuhan Yerusalem yang menghancurkan dalam tahun 587 SM menuntut penjelasan dan inilah yang diberikan oleh si penulis. Sebagian besar dari tanda-tanda yang kelihatan mengenai pilihan Tuhan atas Yehuda sudah dihancurkan (kota, Bait Allah, kebaktian-kebaktian dll.). Dengan berani penulis menghadapi kenyataan pahit dari dosa orang Yeuda, dan maksud Allah yang terssembunyi daalam pemurnian melalui penghakiman. Jawaban atas pertanyaan (yang sering diajukan oleh mereka yang berada dalam pencobaan) "Di manakah Tuhan?", dijawab oleh penulis dengan tantangan yang berarti dalam, yaitu: "Cobalah untuk mengerti apa yang sedang dikerjakan oleh Tuhan".
Pesan
1. Masa lalu yang penuh kemasyhuran, masa kini yang menyedihkano Kejayaan ... kesengsaraan Rat 3:18,19
o Kekayaan ... kemiskinan Rat 4:5
o Sukacita ... kedukaan Rat 5:15
2. Penyebab kesusahan
o Pemberontakan Yehuda terhadap Tuhan. Rat 1:20; 4:6
o Pemimpin-pemimpin mereka yang tak bertanggung jawab. Rat 2:14; 4:13
o Murka Allah yang tak dapat dihindari. Rat 2:21, 22; 4:11
o Pemberontakan terhadap kebenaran Tuhan. Rat 1:18
3. Jenis kesusahan
o Kelaparan dan kematian. Rat 1:11; 2:21
o Hancurnya kota dan Bait Allah. Rat 1:4; 2:6,7
o Hilangnya raja-raja dan pangeran. Rat 4:7, 8,20
o Pecahnya hidup bermasyarakat. Rat 5:1-5
o Penghinaan dari musuh. Rat 2:15,16
o Pengucilan. Rat 1:12,16,21
o Dipisahkan dari Tuhan. Rat 2:9; 3:8,44
4. Reaksi terhadap kesusahan
o Keinginan untuk membalas. Rat 3:64-66
o Keluhan kepada Tuhan. Rat 2:13,20
o Perasaan tertekan. Rat 3:20
o Pengakuan Allah sebagai hakim. Rat 3:1-3,38
o Pengakuan dosa. Rat 1:8; 5:17
o Pembaruan doa kepada Allah. Rat 1:9,20; 5:21
o Sikap sabar dalam ketaatan. Rat 3:26-30,39
5. Dasar pengharapan
o Kendali Tuhan atas nasib manusia. Rat 2:17; 3:37
o Hukum Tuhan yang abadi. Rat 5:19
o Keengganan Tuhan untuk menghukum. Rat 3:33
o Kasih dan belas kasihan Tuhan. Rat 3:22-25
6. Berita pengharapan
o Akhir pembuangan. Rat 4:22
o Penghakiman atas musuh-musuh bangsa Yehuda. Rat 4:21,22
o Kasih Tuhan yang tak kunjung padam. Rat 3:21
Penerapan
o Musibah disebabkan oleh keinginan manusia untuk berbuat dosa, bukan karena keengganan Tuhan untuk menyelamatkan.o Musibah dapat membuat putus asa, atau memperdalam kepercayaan kepada Tuhan sehingga cukup untuk memampukan kita dalam menghadapi penderitaan.
o Manakala tembok kehidupan kita mulai menunjukkan tanda-tanda keruntuhan, kita dapat menambal keretakan itu atau menolong Allah untuk membangun kembali tembok.
o Tuhan seringkali mengangkat tanda-tanda kemurahan-Nya, sehingga iman dan kerinduan kita dapat berakar teguh di dalam Dia, tidak dalam lambang-lambang kehadiran-Nya.
o "Saya telah berdosa" boleh jadi merupakan kata-kata yang paling sukar dalam perbendaharaan kata seorang percaya; kata-kata itu juga merupakan yang paling kreatif.
o Tuhan tidak senang mendisiplin umat-Nya, tetapi disiplin untuk kebaikan merupakan satu aspek dalam hubungan orang tua dan anak.
o Kasih Tuhan akan mengalahkan semua penolakan kita kepada-Nya. Dia menunggu dan bekerja untuk mengembalikan kita kepada-Nya.
Tema-tema Kunci
1. Kejujuran dan harapan dalam penderitaan
Perhatikan bagaimana penulis secara terbuka dan jujur menggambarkan kesusahannya, kesepiannya, kesepian dan kedukaannya dll. (terutama dalam pasal Rat 3). "Pasal penghubung" antara keputusasaaan dan pengharapan terdapat pada pasal Rat 3:19-24. Cobalah untuk menafsirkan pasal ini dengan bahasa yang Anda mengerti.
2. Bagaimana penulis mengindentifikasikan dirinya dengan umat
Hal ini jelas terlihat dalam kitab ini (misalnya Rat 2:11; 3:48-51) dan merupakan ciri-ciri yang sering terlihat daalam tulisan para nabi. Lihat, misalnya Amos 7:1,2; Yesaya 6:5; Yeremia 8:21,22. Bagaimana Yesus menunjukkan keprihatinannya terhadap umat yang hidup pada zaman-Nya dan kepada kita? Lihat Matius 23:27; Markus 10:45, Filipi 2:6-8; Ibrani 2:14-18.
3. Imbauan penulis kepada Allah
Imbauannya terdapat dalam: misalnya Rat 1:9, 11,22; 2:20; 3:56,64,66; 5:1,21. Dia memohon kepada Allah untuk bertindak dalam berbagai cara. Pelajaran apa yang dapat kita tarik dari masing-masing himbauan tentang jalan pikiran dan pandangan penulis mengenai Allah?
4. Campur tangan Allah dalam mengembalikan manusia kepada-Nya
Rat 5:21 dengan jelas menunjukkan hal ini. Pelajari juga Mazmur 85:4; Yeremia 31:18; Kisah 11:8; Roma 2:4. Dapatkah Anda menemukan ayat-ayat yang menekankan tentang tanggung jawab manusia untuk bertobat dan kembali kepada Tuhan? Bandingkan ayat-ayat dalam Ratapan dengan Mazmur 119:59; Yesaya 55:6-9.
Garis Besar Intisari: Ratapan (Pendahuluan Kitab) [1] RATAPAN ORANG BERKABUNG Rat 1:1-22
Rat 1:1-7Kesunyian suasana duka
Rat 1:8-11Nasib kota yang penuh dosa
Rat 1:12-20Saat murka Allah yang besa
[1] RATAPAN ORANG BERKABUNG Rat 1:1-22
Rat 1:1-7 | Kesunyian suasana duka |
Rat 1:8-11 | Nasib kota yang penuh dosa |
Rat 1:12-20 | Saat murka Allah yang besar |
Rat 1:21-22 | Doa untuk pembalasan |
[2] ALLAH MELAWAN UMATNYA Rat 2:1-22
Rat 2:1-9 | Allah, perusak yang sedang murka |
Rat 2:10-13 | Keputusan orang yang tak berdaya |
Rat 2:14-17 | Penghinaan musuh |
Rat 2:18-22 | Permohonan pertolongan yang amat sangat |
[3] RATAPAN PRIBADI DAN DOA Rat 3:1-66
Rat 3:1-20 | Allah, penyebab penderitaan |
Rat 3:21-39 | Kepercayaan pada kebaikan Allah |
Rat 3:40-42 | Panggilan untuk bertobat |
Rat 3:43-54 | Akibat dosa |
Rat 3:55-60 | Kepercayaan pada keadilan Allah |
Rat 3:61-66 | Doa untuk pembalasan |
[4] YERUSALEM: DAHULU DAN SEKARANG Rat 4:1-22
Rat 4:1-12 | Kebesaran masa lalu, aib masa kini |
Rat 4:13-20 | Penghakiman atas para imam dan nabi |
Rat 4:21-22 | Pembalasan atas Edom |
[5] DOA TERPADU MEMOHON PERTOLONGAN Rat 5:1-22
Rat 5:1-9 | Bangsa tertindas |
Rat 5:10-14 | Tidak ada pengecualian |
Rat 5:15-18 | Sakitnya berada dalam keputusasaan |
Rat 5:19-22 | Doa untuk pemulihan |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi