Teks -- Roma 1:32 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Rm 1:32
Full Life: Rm 1:32 - MEREKA JUGA SETUJU DENGAN MEREKA YANG MELAKUKANNYA.
Nas : Rom 1:32
Kata akhir rasul Paulus mengenai dosa manusia adalah kecaman Allah
atas keadaan yang lebih terkutuk dari tindakan dosa itu sendiri, ...
Nas : Rom 1:32
Kata akhir rasul Paulus mengenai dosa manusia adalah kecaman Allah atas keadaan yang lebih terkutuk dari tindakan dosa itu sendiri, yaitu mendukungnya dan mendorongnya dengan merasa senang akan perbuatan dursila orang lain. Inilah puncak kemerosotan akhlak -- menikmati seolah mengalami sendiri dosa dan kejahatan yang dilakukan orang lain. Dosa kini menjadi hiburan.
- 1) Kata "setuju" (Yun. _suneudokeo_) berarti "setuju dengan", atau "menyetujui" menunjuk kepada penikmatan sembarangan dosa yang dilakukan oleh orang lain di dalam masyarakat.
- 2) Dewasa ini kita sudah mengetahui kerusakan besar yang diakibatkan oleh pemeranan perbuatan dursila yang menguasai media hiburan; namun banyak orang menikmati dan bahkan menyetujuinya. Dihibur dengan melihat orang lain berbuat dosa, sekalipun tidak terlibat di dalamnya, membawa orang di bawah kutukan ilahi yang sama dengan mereka yang melakukannya. Dosa makin meningkat dalam suatu masyarakat di mana tidak ada pencegahan dari mereka yang tidak menyetujuinya.
- 3) Mereka (dan khususnya mereka yang mengaku percaya kepada Kristus) yang mempergunakan perbuatan dursila orang lain sebagai sarana hiburan dan kenikmatan secara langsung menyumbang kepada pendapat umum yang menyetujui kedursilaan dan dengan demikian kepada kerusakan dan hukuman kekal atas banyak orang lain yang tidak terhitung jumlahnya. Dosa semacam ini layak dihukum mati dan akan tersingkap dan dihukum pada hari hukuman terakhir (2Tes 2:12).
Jerusalem -> Rm 1:18--3:20
Jerusalem: Rm 1:18--3:20 - -- Uraian mengenai Kebenaran Allah yang menyatakan diri melalui Injil, yang nanti akan dilanjutkan dalam Rom 3:21 dst, disusul suatu uraian tentang kebal...
Uraian mengenai Kebenaran Allah yang menyatakan diri melalui Injil, yang nanti akan dilanjutkan dalam Rom 3:21 dst, disusul suatu uraian tentang kebalikannya ialah: di luar Injil hanya "kemurkaan Allah" yang menampakkan diri, baik dalam dunia orang-orang kafir, Rom 1:18-32, maupun dalam bangsa Yahudi, Rom 2:1-3:10. Kemurkaan itu pertama-tama menyatakan dirinya dalam diperbanyaknya dosa manusia. Dalam penghakiman terakhir akan disingkapkan seluruhnya, Rom 2:6+; Mat 3:7+.
Ref. Silang FULL -> Rm 1:32
Ref. Silang FULL: Rm 1:32 - dihukum mati // juga setuju · dihukum mati: Rom 6:23; Rom 6:23
· juga setuju: Mazm 50:18; Luk 11:48; Kis 8:1; 22:20
· dihukum mati: Rom 6:23; [Lihat FULL. Rom 6:23]
· juga setuju: Mazm 50:18; Luk 11:48; Kis 8:1; 22:20
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per Ayat)
Hagelberg: Rm 1:32 - -- 1:32 Sebab walaupun mereka mengetahui tuntutan-tuntutan hukum Allah, yaitu bahwa setiap orang yang melakukan hal-hal demikian, patut dihukum mati, me...
1:32 Sebab walaupun mereka mengetahui tuntutan-tuntutan hukum Allah, yaitu bahwa setiap orang yang melakukan hal-hal demikian, patut dihukum mati, mereka bukan saja melakukannya sendiri, tetapi mereka juga setuju dengan mereka yang melakukannya.
Dengan kata-kata ini Paulus membawa kita kembali pada batu loncatan dari diskusi ini, yaitu bahwa manusia layak dihukum dan dimurkai karena walaupun manusia sudah tahu, dia masih saja melakukan semuanya itu.
Manusia sudah mau melepaskan dirinya dari segala pikiran mengenai Allah (1:28), tetapi mereka masih tahu arti dosa dan hukuman yang layak untuk orang berdosa, yaitu hukuman mati.
...mereka juga setuju dengan mereka yang melakukannya.
Terjemahan ini tepat, tetapi bisa juga mengandung unsur di mana orang ini bukan saja setuju tetapi juga senang melihat orang lain berdosa. Mungkin senang karena kalau orang lain berdosa, maka kita boleh bangga bahwa kita lebih baik dari mereka. Pada umumnya manusia suka membicarakan kelemahan dan kekurangan orang lain. Manusia suka menghakimi orang lain.
Menurut Nygren,81 ayat-ayat ini menguraikan usaha manusia untuk melepaskan diri dari Tuhan Allah, suatu usaha yang mencampakkan manusia ke dalam empat kuasa yang membinasakan, yaitu: Murka Allah, Dosa manusia, Hukum Allah, dan Maut (1:32). Murka, Dosa, Hukum Taurat, dan Maut adalah "empat kuasa yang mengerikan, yang berkuasa atas manusia dalam aiwn/aion lama."82 Dalam aiwn/aion baru manusia memiliki suatu hubungan baru dengan keempat kuasa tersebut, dan hubungan baru tersebut menjadi pokok utama dari pasal 5-8.83
Sebagai salah satu penerapan dari bagian ini, jangan kita memandang dosa yang berkelimpahan di dunia ini dan berpikir, "Manakah Allahku?", tetapi "Wah, lihatlah murka Allahku dan hukumanNya di dalam kehidupan orang-orang ini!"
Sudah dibuktikan dengan jelas bahwa layaklah kalau Allah memurkai manusia, karena manusia menindas kebenaranNya dengan segala macam dosa. Dan juga sudah nyata bahwa Allah memang sedang menyatakan murka itu dengan melepaskan manusia untuk menjatuhkan dirinya ke dalam dosa yang semakin mengerikan. Oleh karena tipu daya dosa, maka manusia dalam Adam merasa bebas, dia tidak sadar bahwa dia perlu dilepaskan dari kuasa Murka, Dosa, Hukum, dan Maut. Pelepasan harus datang dari Tuhan.
a. Murka Allah Dinyatakan melawan Manusia yang tanpa Kebenaran 1:18-1:32
Hagelberg: Rm 1:32 - -- 1:32 Sebab walaupun mereka mengetahui tuntutan-tuntutan hukum Allah, yaitu bahwa setiap orang yang melakukan hal-hal demikian, patut dihukum mati, me...
1:32 Sebab walaupun mereka mengetahui tuntutan-tuntutan hukum Allah, yaitu bahwa setiap orang yang melakukan hal-hal demikian, patut dihukum mati, mereka bukan saja melakukannya sendiri, tetapi mereka juga setuju dengan mereka yang melakukannya.
Dengan kata-kata ini Paulus membawa kita kembali pada batu loncatan dari diskusi ini, yaitu bahwa manusia layak dihukum dan dimurkai karena walaupun manusia sudah tahu, dia masih saja melakukan semuanya itu.
Manusia sudah mau melepaskan dirinya dari segala pikiran mengenai Allah (1:28), tetapi mereka masih tahu arti dosa dan hukuman yang layak untuk orang berdosa, yaitu hukuman mati.
...mereka juga setuju dengan mereka yang melakukannya.
Terjemahan ini tepat, tetapi bisa juga mengandung unsur di mana orang ini bukan saja setuju tetapi juga senang melihat orang lain berdosa. Mungkin senang karena kalau orang lain berdosa, maka kita boleh bangga bahwa kita lebih baik dari mereka. Pada umumnya manusia suka membicarakan kelemahan dan kekurangan orang lain. Manusia suka menghakimi orang lain.
Menurut Nygren,81 ayat-ayat ini menguraikan usaha manusia untuk melepaskan diri dari Tuhan Allah, suatu usaha yang mencampakkan manusia ke dalam empat kuasa yang membinasakan, yaitu: Murka Allah, Dosa manusia, Hukum Allah, dan Maut (1:32). Murka, Dosa, Hukum Taurat, dan Maut adalah "empat kuasa yang mengerikan, yang berkuasa atas manusia dalam aiwn/aion lama."82 Dalam aiwn/aion baru manusia memiliki suatu hubungan baru dengan keempat kuasa tersebut, dan hubungan baru tersebut menjadi pokok utama dari pasal 5-8.83
Sebagai salah satu penerapan dari bagian ini, jangan kita memandang dosa yang berkelimpahan di dunia ini dan berpikir, "Manakah Allahku?", tetapi "Wah, lihatlah murka Allahku dan hukumanNya di dalam kehidupan orang-orang ini!"
Sudah dibuktikan dengan jelas bahwa layaklah kalau Allah memurkai manusia, karena manusia menindas kebenaranNya dengan segala macam dosa. Dan juga sudah nyata bahwa Allah memang sedang menyatakan murka itu dengan melepaskan manusia untuk menjatuhkan dirinya ke dalam dosa yang semakin mengerikan. Oleh karena tipu daya dosa, maka manusia dalam Adam merasa bebas, dia tidak sadar bahwa dia perlu dilepaskan dari kuasa Murka, Dosa, Hukum, dan Maut. Pelepasan harus datang dari Tuhan.
Hagelberg: Rm 1:18--3:20 - -- 1. Murka Allah Dinyatakan melawan... 1:18-3:20
(aiwn/aion kematian)
Dalam bagian ini Paulus membuktikan bahwa murka dari Allah menimpa setiap orang ...
1. Murka Allah Dinyatakan melawan... 1:18-3:20
(aiwn/aion kematian)
Dalam bagian ini Paulus membuktikan bahwa murka dari Allah menimpa setiap orang yang tidak mencari kebenaran dan setiap orang yang mencari kebenaran berdasarkan Taurat.
Nygren67 menjelaskan bahwa bagi kita garis besar yang masuk akal adalah seperti berikut:
1. Kebenaran dari Manusia
a) kefasikan manusia
b) kebenaran manusia melalui Taurat
2. Kebenaran dari Allah
Tetapi garis besar tersebut bukanlah garis besar yang dipakai oleh Rasul Paulus. Oleh karena Paulus selalu berpikir secara theosentris, maka garis besar yang dia pakai adalah seperti yang berikut:
1. Murka Allah...
a) ...melawan kefasikan
b) ...melawan kebenaran manusia yang berdasarkan Taurat
2. Kebenaran Allah
Maka dalam bagian ini (1:18-3:20) Paulus menguraikan apa yang dapat diharapkan dari aiwn/aion kematian yang berada di dunia ini. Aiwn/aion Adam harus dimengerti lebih dahulu, kemudian baru aiwn/aion Kristus dapat dimengerti. Paulus menegaskan bahwa sikap Allah terhadap segala sesuatu dari aiwn/aion ini dapat diringkaskan dengan satu kata, yaitu murka. Dia mulai dengan menguraikan sikap Allah terhadap manusia yang tidak berusaha untuk menjadi benar.
Hagelberg: Rm 1:18--4:25 - -- A. Orang yang Dibenarkan karena Iman 1:18-4:25
Allah memurkai setiap orang, baik orang bukan Yahudi yang tidak benar, maupun orang Yahudi yang mengej...
A. Orang yang Dibenarkan karena Iman 1:18-4:25
Allah memurkai setiap orang, baik orang bukan Yahudi yang tidak benar, maupun orang Yahudi yang mengejar kebenaran dengan Taurat Musa. Yang dibenarkan hanyalah mereka yang percaya kepada Kristus.
Mulai di sini sampai dengan pasal 8 Paulus menguraikan tema yang dikemukakan di dalam pasal 1:16-17. Untuk menguraikan bagaimana kebenaran Allah dinyatakan dalam Injil yang menyelamatkan, dia harus lebih dahulu menyatakan bahwa murka Allah sedang dinyatakan atas dosa segala manusia. Dia harus membuktikan perlunya keselamatan itu. Kebenaran Allah adalah kebenaran yang satu-satunya, dan kebenaran itu hanya dinyatakan "dari iman kepada iman."
Di sini layak dicatat bahwa di dalam bagian ini bukanlah Paulus yang menghakimi angkatan itu, tetapi Injil Kristus yang menghakimi semua manusia. Bukan berarti angkatan itu lebih buruk dari pada angkatan-angkatan yang terdahulu, atau yang kemudian, tetapi mengingat kebenaran Allah semua manusia buruk.
Hagelberg: Rm 1:18--15:13 - -- II. Injil 1:18-15:13
Cranfield,65 setelah menyelidiki seluruh bagian ini, menyatakan bahwa Paulus "membiarkan Injil berbicara sendiri... untuk menen...
II. Injil 1:18-15:13
Cranfield,65 setelah menyelidiki seluruh bagian ini, menyatakan bahwa Paulus "membiarkan Injil berbicara sendiri... untuk menentukan bentuk dan isi bagian utama dari suratnya." Perkataan ini tepat. Paulus tidak menyusun bagian ini (1:18-15:13) untuk menangani suatu situasi tertentu di kota Roma, tetapi bagian ini terbentuk sesuai dengan suatu "akal intern" dari Injil Kristus sendiri. Bukan tidak ada pengaruh sama sekali dari situasi di Roma. Mungkin rencana Paulus untuk mengadakan perjalanan ke Spanyol mempengaruhi beberapa perincian dalam surat ini, tetapi secara keseluruhan, bentuk dan isi bagian ini, 1:18-15:13, ditentukan dari logisnya Injil Kristus saja.
Dalam bagian utama ini isi dan akibat kebenaran dari Allah bagi manusia diuraikan.66
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Rm 1:19-32
Matthew Henry: Rm 1:19-32 - Keunggulan Injil Keunggulan Injil (Roma 1:19-32)
Dalam bagian terakhir dari pasal ini, Rasul Paulus menerapkan apa yang secara khusus sudah dikatakannya kepada ban...
Keunggulan Injil (Roma 1:19-32)
- Dalam bagian terakhir dari pasal ini, Rasul Paulus menerapkan apa yang secara khusus sudah dikatakannya kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi, yang di dalamnya kita dapat mengamati,
- I. Sarana dan bantuan yang mereka miliki untuk mengetahui Allah. Walaupun mereka tidak mengenal hukum-Nya seperti Yakub dan Israel (Mzm. 147:20), namun bagi mereka Ia bukan tidak menyatakan diri-Nya (Kis. 14:17): Karena apa yang dapat mereka ketahui, dst. (ay. 19-20). Amatilah,
- 1. Apa yang mereka temukan: Apa yang dapat mereka ketahui tentang Allah nyata, en autois – bagi mereka, maksudnya, bahkan ada beberapa orang di antara mereka yang mengetahui Allah, yakin akan keberadaan satu Numen (kekuatan roh – pen.) yang maha-agung. Filsafat Pitagoras, Plato, dan kaum Stoa banyak mengungkapkan pengetahuan tentang Allah, seperti yang tampak dari begitu banyaknya kesaksian yang mereka tinggalkan. Apa yang dapat diketahui, yang menyiratkan bahwa ada banyak yang mungkin tidak diketahui. Keberadaan Allah bisa ditangkap, tetapi tidak bisa dipahami. Kita tidak dapat memahami hakikat Allah dengan menyelami kedalamannya (Ayb. 11:7-9). Pengertian yang terbatas tidak bisa sepenuhnya mengenal Keberadaan yang tak terbatas. Akan tetapi, terpujilah Allah, ada yang bisa diketahui, yang cukup untuk membawa kita pada tujuan utama kita, yaitu memuliakan dan menikmati Dia. Hal-hal yang dinyatakan ini ialah bagi kita dan bagi anak-anak kita, sementara hal-hal yang tersembunyi tidak boleh diutak-atik (Ul. 29:29).
- 2. Dari mana mereka mendapat temuan-temuan ini: Allah telah menyatakannya kepada mereka. Gagasan-gagasan umum yang mereka miliki tentang Allah ditanamkan dalam hati mereka oleh Allah penguasa alam sendiri, yang adalah Bapa segala terang. Kesadaran akan Yang Ilahi ini, dan kepedulian terhadap Yang Ilahi itu, sudah begitu melekat pada kodrat manusia sehingga menurut sebagian orang, kita harus lebih membedakan manusia dari binatang berdasarkan kesadaran dan kepedulian itu, daripada berdasarkan akal budi.
- 3. Dengan jalan dan sarana apa temuan-temuan dan pemberitahuan-pemberitahuan yang ada pada mereka ini diteguhkan dan dikembangkan. Itu dilakukan melalui karya ciptaan (ay. 20), Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya, dst.
- (1) Amatilah apa yang mereka ketahui: Apa yang tidak nampak dari pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya. Meskipun Allah tidak tampak oleh alat indra kita, namun Ia telah menyingkapkan dan menyatakan diri-Nya melalui apa yang bisa ditangkap oleh indra kita. Kuasa dan ke-Allah-an (atau sifat-sifat Allah) dari Allah adalah dua hal yang tidak tampak, tetapi dengan jelas bisa dilihat dari apa yang dihasilkan oleh keduanya. Ia bekerja secara tersembunyi (Ayb. 23:8-9; Mzm. 139:15; Pkh. 11:5), tetapi wujud dari hasil pekerjaan-Nya ditunjukkan-Nya dan di dalamnya kekuatan dan ke-Allah-an-Nya itu tampak. Juga kelihatan sifat-sifat-Nya yang lain, yang ditangkap oleh terang alam dalam bentuk gagasan umum tentang Allah. Dengan terang alam, mereka tidak bisa mengetahui tiga pribadi dalam ke-Allah-an Allah (meskipun sebagian orang berkhayal telah menemukan jejak-jejak pemikiran itu dalam tulisan-tulisan Plato), tetapi mereka betul-betul sampai pada pengetahuan akan ke-Allah-an-Nya, setidak-tidaknya cukup untuk menjauhkan mereka dari penyembahan berhala. Inilah kebenaran yang mereka tindas dengan kelaliman.
- (2) Bagaimana mereka mengetahuinya: Dari karya-Nya, yang tidak tercipta dengan sendirinya, atau tertata dalam susunan yang begitu tepat dan selaras hanya karena kebetulan. Oleh sebab itu, karya-Nya pasti dihasilkan oleh suatu Penyebab utama atau Pelaku yang mempunyai kemampuan berpikir. Penyebab utama ini tidak lain dan tidak bukan adalah Allah yang berkuasa dan kekal itu sendiri. Lihat Mazmur 19:2, Yesaya 40:26, dan Kisah Para Rasul 17:24. Pekerja dikenal melalui hasil karyanya. Karya-karya ciptaan yang begitu beragam, berlimpah, teratur, indah, selaras, berbeda-beda sifatnya, dirancang secara luar biasa hebat, diarahkan pada suatu tujuan, dan semua bagian bekerja sama demi kebaikan dan keindahan keseluruhan, dengan amat kuat membuktikan keberadaan Sang Pencipta dan kuasa serta ke-Allah-an-Nya yang kekal. Demikianlah, terang bersinar dalam kegelapan. Dan ini terjadi sejak dunia diciptakan. Kita bisa memahami perkataan itu entah,
- [1] Sebagai pokok pikiran yang darinya pengetahuan tentang karya ciptaan disimpulkan. Untuk menunjukkan kebenaran ini, kita bisa kembali melihat karya agung penciptaan. Dan menurut sebagian orang, ktisis kosmou ini, makhluk ciptaan dunia ini (begitu kita bisa membacanya), harus dipahami sebagai manusia, ktisis kat exochen – ciptaan yang paling menakjubkan dari dunia bawah, disebut ktisis dalam Markus 16:15. Kerangka dan susunan tubuh manusia, terutama segala kekuatan, kecakapan, dan kemampuan jiwa manusia, betul-betul membuktikan dengan teramat kuat bahwa ada Pencipta, dan bahwa Ia adalah Allah. Atau,
- [2] Sebagai keterangan waktu ditemukannya gagasan itu. Gagasan tentang adanya Tuhan sudah setua penciptaan dunia. Dalam pengertian inilah apo ktiseōs paling sering digunakan dalam Kitab Suci. Pengetahuan-pengetahuan tentang Allah bukanlah temuan baru, yang baru belakangan ini disadari, melainkan sudah dari zaman dulu kala, dari awal mula. Jalan yang mengakui Allah adalah sebuah jalan baik yang sudah lama ditempuh. Jalan itu sudah ada sejak dari awalnya. Kebenaran mendahului kekeliruan.
- II. Penyembahan berhala mereka yang mencolok, kendati Allah sudah menyingkapkan diri-Nya kepada mereka, yang digambarkan di sini dalam ayat 21-23, 25. Penyingkapan-penyingkapan alamiah tentang keberadaan Allah ini tidak mencegah penyembahan bangsa-bangsa bukan Yahudi dari penyembahan berhala. Tetapi kita tidak akan begitu terheran-heran dengan hal ini, jika kita ingat bahwa bahkan orang-orang Yahudi sendiri, yang mempunyai terang Kitab Suci untuk memandu mereka, juga condong hatinya untuk melakukan penyembahan berhala. Betapa menyedihkannya anak-anak manusia yang sudah merosot ini, terperosok ke dalam kubangan panca indra. Amatilah,
- 1. Penyebab batiniah dari penyembahan berhala mereka (ay. 21-22). Mereka tidak dapat berdalih, sebab mereka mengetahui Allah, dan dari apa yang mereka ketahui, mereka bisa dengan mudah menyimpulkan bahwa sudah menjadi kewajiban merekalah untuk menyembah Dia, dan hanya Dia. Meskipun sebagian orang mempunyai terang dan sarana pengetahuan yang lebih besar daripada sebagian yang lain, namun yang mereka punyai itu cukup sehingga mereka tidak bisa berdalih. Tetapi yang menjadi kejahatan mereka adalah,
- (1) Mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah. Perasaan-perasaan, penghormatan, dan pemujaan mereka terhadap-Nya tidak sejalan dengan pengetahuan mereka. Memuliakan Dia sebagai Allah berarti memuliakan Dia saja. Sebab hanya ada satu yang tak terbatas. Tetapi mereka tidak memuliakan Dia seperti itu, sebab mereka meninggikan banyak ilah lain. Memuliakan Dia sebagai Allah berarti menyembah Dia secara rohani. Tetapi mereka menggambar-Nya dalam patung-patung. Tidak memuliakan Allah sebagai Allah pada akhirnya sama saja dengan tidak memuliakan-Nya sama sekali. Menghormati-Nya sebagai makhluk ciptaan berarti tidak memuliakan-Nya, melainkan menghina Dia.
- (2) Atau mengucap syukur kepada-Nya. Mereka tidak mengucap syukur atas kebaikan-kebaikan yang pada umumnya mereka terima dari Allah (tidak peka terhadap belas kasihan Allah merupakan penyebab mengapa kita berbuat dosa dengan meninggalkan Dia). Mereka tidak mengucap syukur secara khusus bahwa Allah sudah berkenan menyingkapkan diri-Nya kepada mereka. Orang yang tidak memanfaatkan sarana pengetahuan dan anugerah sudah sewajarnya dianggap sebagai orang yang tidak tahu bersyukur untuk itu.
- (3) Sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia, en tois dialogismois – dalam segala pemikiran mereka, dalam pedoman hidup mereka sehari-hari. Mereka tahu banyak tentang kebenaran-kebenaran umum (ay. 19), tetapi tidak bijak untuk menerapkannya pada masalah-masalah khusus. Atau, gagasan-gagasan mereka tentang Allah, penciptaan dunia, asal-usul umat manusia, dan kebaikan yang utama menjadi sia-sia. Dalam hal-hal ini, setelah meninggalkan kebenaran yang nyata-nyata tampak, mereka segera berdebat di kalangan mereka sendiri sampai menghasilkan seribu macam khayalan yang sia-sia dan bodoh. Beberapa pendapat dan pandangan dari berbagai macam aliran filsuf mengenai hal-hal ini merupakan pikiran yang sia-sia. Apabila kebenaran ditinggalkan, kesalahan berlipat ganda in infinitum– secara tak terhingga.
- (4) Dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap. Kebodohan dan kefasikan hati untuk berbuat jahat menutupi dan mengge lapkan kekuatan serta kemampuan berpikir. Tidak ada yang lebih membutakan dan mencemarkan pengertian daripada rusak dan bobroknya kehendak dan perasaaan.
- (5) Mereka berbuat seolah-olah mereka penuh hikmat, tetapi mereka telah menjadi bodoh (ay. 22). Ini merupakan celaan terhadap para filsuf, yang berpura-pura mencari hikmat dan mengaku diri sebagai orang berhikmat. Orang yang mempunyai khayalan paling tinggi dalam membentuk gagasan tentang Allah, jatuh ke dalam kecongkakan yang paling mencolok dan ganjil. Dan itu hukuman yang adil bagi kesombongan dan keangkuhan diri mereka. Sudah terbukti bahwa bangsa-bangsa yang paling beradab, yang paling banyak memperlihatkan hikmat, merupakan bangsa yang luar biasa bodoh dalam hal agama. Orang-orang biadab memuja matahari dan bulan, yang paling masuk akal, walaupun salah. Sementara orang-orang Mesir yang terpelajar menyembah lembu dan bawang. Orang-orang Yunani, yang melebihi mereka dalam hikmat, memuja penyakit dan hawa nafsu manusia. Orang-orang Romawi, yang paling berhikmat dari semuanya, menyembah amarah. Dan sampai pada hari ini, suku asli Amerika yang malang menyembah guruh, sementara orang Cina asli memuja setan. Demikianlah, dunia tidak mengenal Allah oleh hikmatnya (1Kor. 1:21). Seperti halnya mengaku berhikmat menambah kebodohan, demikian pula bermegah dalam hikmat menyebabkan banyak kebodohan. Oleh sebab itulah kita hanya membaca sedikit filsuf yang bertobat masuk Kristen. Pemberitaan Paulus tidak ditertawakan dan diolok-olok sedemikian rupa seperti di antara orang-orang Atena yang terpelajar (Kis. 17:18-32). Phaskontes einai – menyombongkan diri sebagai orang berhikmat. Kebenaran yang jelas tentang keberadaaan Allah tidak akan membuat mereka puas. mereka menganggap diri lebih tinggi dari itu, dan dengan demikian jatuh ke dalam kesalahan-kesalahan yang paling besar.
- 2. Apa yang secara lahiriah mereka perbuat dalam menyembah berhala (ay. 23-25).
- (1) Membuat patung-patung Allah (ay. 23), yang dengannya, sejauh yang bisa dikandung dalam patung-patung itu, mereka menggantikan kemuliaan Allah yang tidak fana. Bandingkan Mazmur 106:20 dan Yeremia 2:11. Mereka menganggap makhluk-makhluk yang paling hina sebagai allah, dan dengannya mereka menggambarkan Allah. Merupakan suatu kehormatan terbesar yang diberikan Allah kepada manusia bahwa Ia menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Allah. Tetapi merupakan penghinaan terbesar yang telah diperbuat manusia terhadap Allah bahwa ia menjadikan Allah menurut gambar dan rupa manusia. Inilah yang dengan keras diperingatkan Allah atas bangsa Yahudi (Ul. 4:15, dst.). Kebodohan dari perbuatan ini ditunjukkan oleh Rasul Paulus dalam khotbahnya di Atena (Kis. 17:29.) Lihat Yesaya 40:18, dst. dan Yes. 44:10, dst. Ini disebut (ay. 25) menggantikan kebenaran Allah dengan dusta. Selain menghina kemuliaan-Nya, penyembahan berhala juga salah menggambarkan keberadaan-Nya. Berhala-berhala disebut dusta, sebab mereka mengingkari Allah, seolah-olah Ia mempunyai tubuh, padahal Ia adalah Roh (Yer. 23:14; Hos. 7:1). Mereka adalah pengajar-pengajar dusta (Hab. 2:18).
- (2) Memberikan kehormatan ilahi kepada makhluk: Memuja dan menyembah makhluk, para ton ktisavta – di samping Penciptanya. Mereka memang mengakui satu Numen yang maha-agung, tetapi dengan menyembah makhluk, itu sama saja berarti mereka tidak mengakui Dia, sebab Allah mengatasi semuanya atau tidak sama sekali. Atau, mengatasi Penciptanya. Mereka lebih memuja ilah-ilah yang lebih rendah, bintang-bintang, pahlawan-pahlawan, karena berpikir bahwa Allah yang maha-agung tidak bisa didekati, atau tidak dapat dicapai melalui penyembahan mereka. Menyembah makhluk itu sendiri adalah dosa. Tetapi yang lebih memperberat dosa itu adalah bahwa mereka menyembah makhluk lebih daripada Sang Pencipta. Ini adalah kefasikan umum yang ditemukan di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi, dan yang sudah merasuki segenap hukum dan pemerintahan mereka. Dalam menuruti hukum dan pemerintahan itu, bahkan orang-orang berhikmat di antara mereka, yang mengetahui dan mengakui Allah yang maha-agung dan yakin betapa tidak masuk akal dan ganjilnya penyembahan berhala dan dewa-dewa mereka, tetap melakukan seperti apa yang dilakukan oleh semua tetangga mereka yang lain. Seneca, dalam bukunya De Superstitione, sebagaimana dikutip oleh Agustinus dalam bukunya De Civit Dei (Kota Allah), lib. 6, cap. 10 (karena buku Seneca itu sendiri sudah hilang), setelah menunjukkan dengan panjang lebar betapa bodoh dan cemarnya agama rakyat jelata, dalam berbagai contohnya, tetap saja menyimpulkan, Quæ omnia sapiens servabit tanquam legibus jussa, non tanquam diis grata – Semuanya itu akan dijalankan oleh orang berhikmat sebagai suatu ketetapan hukum, dengan tidak menganggap bahwa semua itu menyenangkan para dewa. Dan setelah itu, Omnem istam ignobilem deorum turbam, quam longo ævo longa superstitio congessit, sic adorabimus, ut meminerimus cultum ejus magis ad morem quam ad rem pertinere – Semua kumpulan dewa murahan yang kacau balau ini, yang sudah ditumpuk oleh takhayul zaman dulu melalui ketetapan yang sekian lama dijalankan, akan kami puja, dengan mengingat bahwa dengan memuja mereka kami hanya ingin mengikuti kebiasaan, dan bukan karena kami percaya pada ajarannya. Untuk itu Agustinus menanggapi, Coleb at quod reprehendebat, agebat quod arguebat, quod culpabat adorabat – Ia menyembah apa yang dicelanya, melakukan apa yang sudah dibuktikannya salah, dan memuja apa yang sudah dia temukan salahnya. Saya menyebutkan ini secara panjang lebar seperti itu karena tampak bagi saya bahwa itu sepenuhnya menjelaskan apa yang dikatakan oleh Rasul Paulus di sini (ay. 18): Yang menindas kebenaran dengan kelaliman. Di sini kita dapat mengamati bahwa, setelah disebutkan penghinaan yang dilakukan terhadap Allah oleh penyembahan berhala bangsa-bangsa kafir, Rasul Paulus, di tengah-tengah penjelasannya, mengungkapkan pemujaannya yang penuh hormat terhadap Allah: Yang harus dipuji selama-lamanya, amin. Apabila kita melihat atau mendengar penghinaan apa saja yang ditujukan terhadap Allah atau nama-Nya, kita harus mengambil kesempatan dari situ untuk meninggikan dan menghormati-Nya dalam pikiran dan perkataan kita. Dalam hal ini, sama seperti dalam hal-hal lain, semakin buruk orang lain, semakin baik seharusnya kita. Dipuji selama-lamanya, kendati dengan segala penghinaan yang diperbuat terhadap nama-Nya ini. Meskipun ada orang yang tidak memuliakan Dia, Dia tetap dimuliakan, dan akan dimuliakan sampai selama-lamanya.
- III. Penghakiman-penghakiman Allah atas mereka karena penyembahan berhala ini. Bukan penghakiman-penghakiman lahiriah (bangsa-bangsa penyembah berhala adalah bangsa penakluk dan pemimpin dunia), melainkan penghakiman-penghakiman rohani, dengan menyerahkan mereka pada hawa nafsu yang teramat bejat dan tidak wajar. Paredōken autous – Ia menyerahkan mereka. Perkataan itu diulangi sebanyak tiga kali di sini (ay. 24, 26, 28). Penghakiman-penghakiman rohani, dari semua penghakiman, adalah penghakiman yang paling pedih, dan yang harus paling ditakuti. Amatilah,
- 1. Oleh siapa mereka diserahkan. Allah-lah yang menyerahkan mereka, menurut penghakiman yang benar, sebagai hukuman yang adil atas penyembahan berhala mereka. Ia melepaskan tali kekang anugerah, sehingga membiarkan mereka berbuat semau mereka, membiarkan mereka sendiri. Karena anugerah-Nya adalah milik-Nya sendiri, Ia tidak berutang pada siapa pun. Ia bebas memberi atau menahan anugerah-Nya sesuai kehendak-Nya. Apakah penyerahan ini merupakan perbuatan Allah yang mengandung maksud tertentu atau tidak, kita serahkan kepada para ahli untuk membicarakannya. Tetapi ini kita yakin, bahwa bukan hal baru bagi Allah untuk menyerahkan manusia kepada hawa nafsu mereka sendiri, membiarkan mereka dalam khayalan-khayalan tak tertahankan, membiarkan Iblis merasuki mereka, dan bahkan, meletakkan batu sandungan di depan mereka. Namun, Allah bukanlah Pencipta dosa, sebaliknya, dalam hal ini Ia adil dan kudus secara tak terhingga. Sebab, meskipun penyerahan ini mengakibatkan kefasikan terbesar, namun yang harus dipersalahkan adalah hati pendosa yang fasik. Jika pasien keras kepala, dan tidak mau meminum obat sesuai resep, tetapi dengan sengaja makan dan melakukan apa yang berbahaya bagi kesehatannya, maka bukan salah dokter jika ia angkat tangan terhadap pasien itu dan membiarkannya tak tersembuhkan lagi. Dan semua gejala penyakit mematikan yang diakibatkannya bukanlah karena ulah si dokter, melainkan karena penyakit itu sendiri, dan kebodohan serta kekerasan hati pasien.
- 2. Kepada apa mereka diserahkan.
- (1) Kepada kecemaran dan hawa nafsu yang memalukan (ay. 24, 26-27). Orang yang tidak mau menerima tanda-tanda yang lebih murni dan halus dari terang alam, yang berfungsi menjaga kehormatan Allah, sudah sewajarnya kehilangan perasaan-perasaan yang terang dan jelas, yang berfungsi menjaga kehormatan kodrat manusia. Manusia, yang dengan segala kegemilangannya menolak untuk memahami Allah yang menjadikan dia, boleh disamakan dengan hewan yang dibinasakan (Mzm. 49:21). Dengan demikian, satu orang, atas seizin ilahi, menjadi hukuman bagi orang lain. Akan tetapi (seperti yang dikatakan di sini), itu terjadi karena keinginan hati mereka. Di situlah letak semua kesalahannya. Orang yang menghina Allah diserahkan untuk menghina dirinya sendiri. Tidak ada perbudakan yang lebih besar yang kepadanya orang bisa diserahkan selain perbudakan terhadap hawa nafsunya sendiri. Orang seperti itu diserahkan, seperti orang-orang Mesir (Yes. 19:4), kepada tangan tuan yang kejam. Contoh-contoh khusus dari kenajisan dan kecemaran mereka adalah hawa nafsu yang tidak wajar. Banyak dari orang-orang kafir, termasuk mereka yang dianggap sebagai orang-orang bijak, seperti Solon dan Zeno, terkenal melakukan ini, melawan tuntutan-tuntutan terang alam yang teramat terang dan jelas. Pelanggaran Sodom dan Gomora yang naik sampai ke langit, yang untuk itu Allah menurunkan hujan api dari sana ke atas mereka, tidak saja menjadi biasa dilakukan, tetapi juga diakui secara terang-terangan, di antara bangsa-bangsa kafir. Mungkin Rasul Paulus terutama merujuk pada segala kenistaan yang mereka lakukan dalam menyembah dewa-dewa mereka, yang di dalamnya kenajisan terburuk diharuskan untuk menghormati dewa-dewa mereka itu. Itulah ibadah sampah untuk dewa-dewa sampah. Roh-roh najis suka dengan penyembahan-penyembahan seperti itu. Di gereja tertentu, di mana penyembahan berhala kafir dihidupkan kembali, patung-patung disembah, dan orang-orang kudus menggantikan setan-setan, kita mendengar tentang kenistaan-kenistaan yang sama ini dilakuan secara terang-terangan (lihat Acts and Monuments, oleh Fox, jld. 1, hlm. 808). Dan ini bukan hanya dilaksanakan oleh kalangan awam, tetapi juga dibenarkan dan dibela oleh sebagian pemimpin mereka. Itulah tulah-tulah rohani yang sama untuk kefasikan-kefasikan rohani yang sama. Lihatlah kefasikan apa yang terdapat pada kodrat manusia. Betapa menjijikkan dan kotornya manusia itu! Ya TUHAN, apakah manusia itu,? kata Daud. Betapa ia makhluk yang hina jika dibiarkan semaunya sendiri! Betapa kita berutang budi pada tali kekang anugerah Allah yang sudah menjaga kehormatan dan kebaikan apa saja yang ada pada kodrat manusia! Sebab, seandainya bukan karena tali kekang ini, manusia, yang dijadikan sedikit lebih rendah dari malaikat, akan mau menjadikan dirinya jauh lebih rendah dari setan. Ini dikatakan sebagai balasan yang setimpal untuk kesesatan mereka. Hakim atas seluruh bumi bertindak dengan benar, dan memperhatikan setimpalnya hukuman dengan dosa.
- (2) Kepada pikiran-pikiran terkutuk dalam melakukan kekejian-kekejian ini (ay. 28).
- [1] Mereka tidak merasa perlu untuk mengakui Allah. Butanya pengertian mereka disebabkan oleh keengganan mereka dalam berkehendak dan merasa. Mereka tidak merasa perlu untuk mengakui Allah, karena mereka tidak menyukainya. Mereka tidak mau tahu atau berbuat apa saja kecuali untuk menyenangkan diri sendiri. Memang seperti itu sifat hati duniawi. Menyenangkan diri adalah tujuan utama mereka. Ada banyak orang yang tahu Allah, mereka tidak bisa menghindarinya, sebab terang bercahaya begitu penuh dalam wajah mereka. Tetapi mereka tidak mau mengakui-Nya. Mereka berkata kepada Yang Mahakuasa: Pergilah dari kami! (Ayb. 21:14), dan mereka tidak mau mengakui Allah sebab itu mematikan dan menentang hawa nafsu mereka. Mereka tidak menyukainya. Dalam pengetahuan mereka (KJV: Mereka tidak menyimpan Allah dalam penge tahuan mereka – pen.) – en epignosei. Ada perbedaan antara gnosis dan epignosis, pengetahuan dan pengakuan akan Allah. Orang kafir tahu Allah, tetapi tidak, dan tidak akan mau, mengakui-Nya.
- [2] Karena mereka sengaja menolak kebenaran, Allah menyerahkan mereka pada kemauan terhadap dosa-dosa yang paling kotor, yang di sini disebut sebagai pikiran yang terkutuk – eis adokimon noun, pikiran yang kosong dari segala pengertian dan penilaian untuk membedakan segala sesuatu, sehingga mereka tidak bisa membedakan mana tangan kanan dan mana tangan kiri dalam hal-hal rohani. Lihatlah ke mana jalan dosa menuntun, dan ke lobang apa dosa menjerumuskan pendosa pada akhirnya. Ke sinilah nafsu daging langsung membawa manusia. Mata yang penuh nafsu zinah tidak pernah jemu berbuat dosa (2Ptr. 2:14). Pikiran yang terkutuk ini adalah hati nurani yang buta dan takut, perasaan yang telah tumpul (Ef. 4:19). Apabila hukuman dibuat setimpal dengan dosa, maka si pendosa pasti terjerumus ke dalam pinggiran neraka. Pertama-tama Firaun mengeraskan hatinya, tetapi setelah itu Allah mengeraskan hati Firaun. Demikianlah, kekerasan yang disengaja sudah sewajarnya dihukum oleh kerasnya penghakiman. Sehingga mereka melakukan apa yang tidak pantas. Ungkapan ini mungkin tampak berbicara tentang suatu kejahatan yang kecil, tetapi sebenarnya yang dibicarakan di sini adalah kejahatan besar yang paling menjijikkan. Yang dibicarakan itu adalah hal-hal yang tidak pantas bagi manusia, yang menentang terang dan hukum alam itu sendiri. Dan di sini ia menambahkan daftar hitam tentang hal-hal tidak pantas yang dilakukan bangsa-bangsa kafir, karena mereka sudah diserahkan kepada pikiran yang terkutuk. Kefasikan apa saja yang begitu keji, begitu berlawanan dengan terang alam, dengan hukum bangsa-bangsa, dan dengan semua kepentingan umat manusia, itu akan dilakukan oleh pikiran yang terkutuk. Menurut sejarah pada masa itu, terutama laporan yang kita terima tentang kecenderungan hati dan perbuatan sebagian besar bangsa Romawi, setelah kebajikan yang dulu ada di negara persemakmuran itu menjadi sedemikian merosot, tampak bahwa dosa-dosa yang disebutkan di sini merupakan dosa-dosa yang paling banyak dilakukan oleh bangsa itu pada waktu itu. Tidak kurang dari dua puluh tiga jenis dosa dan pendosa disebutkan di sini (ay. 29-31). Di sinilah Iblis bertakhta. Namanya adalah legion, sebab mereka banyak. Memang sudah waktunya Injil diberitakan di antara mereka, sebab dunia memerlukan pembaharuan.
- Pertama, dosa-dosa melawan perintah-perintah dalam loh batu yang pertama: Pembenci Allah. Inilah Iblis tampil dalam warna aslinya, dosa menampakkan diri sebagai dosa. Bisakah dibayangkan bahwa makhluk yang berakal budi membenci kebaikan yang utama, dan makhluk yang bergantung membenci Sumber keberadaan mereka? Namun, itulah yang terjadi. Dalam setiap dosa, terkandung kebencian terhadap Allah. Tetapi sebagian pendosa secara lebih terbuka dan terang-terangan memusuhi Allah dibandingkan yang lain (Za. 11:8). Orang yang congkak dan sombong bertempur melawan Allah sendiri, dan mengenakan di kepala mereka sendiri mahkota-mahkota yang seharusnya di lemparkan di hadapan takhta-Nya.
- Kedua, dosa-dosa melawan perintah-perintah dalam loh batu kedua. Ini terutama disebutkan sebab dalam hal-hal ini mereka mempunyai terang yang lebih jelas. Secara umum, yang dikecam di sini adalah kelaliman. Ini disebutkan di awal karena setiap dosa adalah kelaliman. Kelaliman berarti menahan apa yang seharusnya diberikan, menyerongkan apa yang benar. Kelaliman terutama ditempatkan di antara dosa-dosa melawan loh batu kedua, yaitu berbuat seperti kita tidak mau orang lain berbuat kepada kita. Melawan perintah kelima: Tidak taat kepada orang tua,dan tidak penyayang– astorgous,maksudnya, orangtua yang tidak baik dan kejam terhadap anak-anak mereka. Demikianlah, apabila kewajiban tidak terlaksana oleh satu pihak, biasanya gagal dijalankan oleh pihak lain. Anak-anak yang tidak taat sudah sewajarnya dihukum dengan orangtua yang tidak penyayang. Dan, sebaliknya, orangtua yang tidak penyayang dihukum dengan anak-anak yang tidak taat. Melawan perintah keenam: Kejahatan (melakukan kejahatan demi kejahatan itu sendiri), kebusukan, penuh dengan dengki, pembunuhan, perselisihan (eridos – pertengkaran), tipu muslihat dan kefasikan, tidak mengenal belas kasihan. Ini semua merupakan ungkapan kebencian terhadap saudara kita, yang sama saja berarti membunuh di dalam hati. Melawan perintah ketujuh: Perzinahan. Paulus tidak menyebutkan ini lagi, karena sudah membicarakannya sebelumnya dalam kenajisan yang lain. Melawan perintah kedelapan: Kelaliman dan keserakahan. Melawan perintah kesembilan: Tipu muslihat, pengumpat, pemfitnah, tidak setia, berbohong dan bergunjing. Ada juga dua dosa umum yang tidak disebutkan sebelumnya – pandai dalam kejahatan, tidak berakal. Pintar berbuat jahat, dan tidak tahu bagaimana berbuat baik. Semakin sengaja dan lihai pendosa dalam berbuat kejahatan, semakin besarlah dosanya. Kalau berbuat dosa mereka begitu cepat, tetapi kalau menyangkut perkara-perkara tentang Allah mereka tidak mengerti (benar-benar dungu). Semua ini seharusnya sudah cukup untuk merendahkan kita semua dalam menyadari kebobrokan asali kita. Sebab setiap hati secara alami mengandung benih dan bibit dari semua dosa ini. Dalam bagian penutup, ia menyebutkan apa yang membuat dosa-dosa itu semakin berat (ay. 32).
- 1. Mereka mengetahui tuntutan-tuntutan hukum Allah, maksudnya,
- (1) Mereka mengetahui hukum. Penghakiman Allah adalah apa yang dituntut oleh keadilan-Nya, dan, karena adil, Ia akan memberikan hukuman yang setimpal.
- (2) Mereka tahu hukumannya. Beginilah yang dijelaskan di sini: Mereka tahu bahwa setiap orang yang melakukan hal-hal demikian, patut dihukum mati, mati kekal. Hati nurani mereka sendiri tidak bisa tidak pasti mengatakan ini kepada mereka, namun mereka tetap berani melakukannya. Dosa menjadi semakin berat apabila dilakukan secara sadar (Yak. 4:17), terutama jika sadar akan penghakiman Allah. Sungguh bodoh jika kita berlari-lari di atas ujung tombak. Itu hanya menunjukkan bahwa hati sudah amat mengeras, dan berkemauan keras untuk berdosa.
- 2. Mereka bukan saja melakukannya sendiri, tetapi mereka juga setuju dengan mereka yang melakukannya. Kuatnya godaan saat ini bisa membuat orang terbujuk untuk melakukan dosa-dosa seperti itu, untuk memuaskan hawa nafsunya yang rendah. Tetapi senang dengan dosa-dosa orang lain berarti mencintai dosa demi dosa itu sendiri. Itu berarti menggabungkan diri dan bersekutu dengan kerajaan dan kepentingan Iblis. Syneudokousi: mereka tidak hanya berbuat dosa, tetapi juga membela dan membenarkannya, dan mendorong orang lain untuk berbuat serupa. Dosa-dosa kita sendiri jauh lebih berat jika kita mendukung dan puas menyaksikan dosa-dosa orang lain.
- Nah, jika semuanya ini digabungkan, coba katakan apakah bangsa-bangsa kafir, yang terhampar dalam kesalahan dan kebobrokkan yang begitu besar, bisa dibenarkan di hadapan Allah oleh perbuatanperbuatan mereka sendiri.
SH: Rm 1:24-32 - Menggantikan atau Menyerahkan? (Selasa, 11 Oktober 2016) Menggantikan atau Menyerahkan?
Sering kali kita membayangkan murka Allah berbentuk api dari langit yang jatuh membakar bumi atau gempa besar yang men...
Menggantikan atau Menyerahkan?
Sering kali kita membayangkan murka Allah berbentuk api dari langit yang jatuh membakar bumi atau gempa besar yang menimpa dunia. Atau, kita berpikir bahwa murka Allah baru akan terlaksana pada akhir zaman. Pada bacaan hari ini, Paulus memperlihatkan bagaimana murka Allah itu sudah nyata di tengah manusia.
Kata kunci untuk memahami perikop ini adalah "menggantikan" dan "menyerahkan". Ketika manusia menggantikan kemuliaan Allah yang kekal dengan gambaran yang fana (23), maka Allah menyerahkan mereka kepada keinginan hatinya yang cemar (24). Saat manusia menggantikan kebenaran Allah dengan dusta dan melupakan Penciptanya (25), Allah menyerahkan mereka kepada hawa nafsu yang memalukan (26-27). Jika manusia mengganti hormat mereka pada Allah dengan tidak mengakui-Nya (28), maka Allah menyerahkan mereka kepada pikiran-pikiran yang terkutuk sehingga mereka melakukan hal-hal yang menjijikan dan tidak pantas (29-31). Di sini terlihat Allah menyatakan murka-Nya, yakni dengan membiarkan manusia mengikuti keinginan hatinya dan mengizinkan dosa memperlihatkan sifat alaminya - menjerumuskan manusia ke dalam maut.
Jika pada masa kini kita menyaksikan kejahatan merajalela, penyimpangan seksual makin marak, pembunuhan, kesombongan, dan pelbagai kebejatan lainnya, semua itu bukan karena Allah tidak peduli. Ia peduli dan berulang kali menyatakan kebenaran dan kasih-Nya kepada manusia. Namun, manusia terus-menerus menolak-Nya dan menindas kebenaran-Nya (18, 32). Konsekuensi logisnya adalah murka Allah turun atas manusia.
Pertanyaannya, adakah hati kita gentar dan menyadari murka Allah yang sedemikian dahsyat atas umat manusia? Tetapi, syukur kepada Allah bahwa Ia telah menunjukkan kasih-Nya melalui pengorbanan Kristus sehingga orang yang percaya kepada-Nya akan dibenarkan-Nya dan diselamatkan dari murka-Nya (Rm. 5:8-9).[MFS]
SH: Rm 1:18-32 - Kefasikan manusia. (Senin, 11 Mei 1998) Kefasikan manusia.
Pada dasarnya orang yang hidup dalam dosa menganggap remeh Tuhan. Orang yang sungguh serius menerima Tuhan Allah Penciptanya sebag...
Kefasikan manusia.
Pada dasarnya orang yang hidup dalam dosa menganggap remeh Tuhan. Orang yang sungguh serius menerima Tuhan Allah Penciptanya sebagai Yang Kudus dan Adil, tak mungkin berbuat dosa seenaknya tanpa merasa bersalah. Itu sebabnya kondisi meremehkan Tuhan itu disebut fasik. Dalam bagian ini Paulus bahkan menelanjangi dosa sebagai pemberontakan terhadap Allah. Mungkin Anda menganggap bahwa Paulus sedang menelanjangi dosa-dosa orang Romawi. Ada benarnya. Tetapi dosa-dosa yang Paulus paparkan di sini dilakukan orang dari zaman ke zaman tanpa memandang suku, agama, kedudukan.
Hidup fasik menuju kebinasaan. Dosa adalah kondisi yang melahirkan berbagai perbuatan jahat. Yang terakhir ini punya nama: menyembah berhala, zinah, benci, kehidupan seks menyimpang, kelaliman, keserakahan, dlsb. Semakin berdosa semakin orang mematikan kesadaran akan kebenaran Allah di dalam hatinya. Akibatnya, ia makin jahat. Lebih buruk lagi, Allah lepas tangan. Itulah jalan kebinasaan. Orang yang hidup dalam dosa adalah orang yang sedang menanggung dan menyongsong murka Allah.
Renungkan: Namai dosa dan kelemahan Anda. Keluarlah dari jalan kebinasaan itu dan hiduplah dalam Yesus.
Doa: Ya Tuhan, pimpinlah kami menurut kehendak-Mu dan hindarkan kami dari jalan kebinasaan. Amin.
SH: Rm 1:18-32 - Perbudakan dosa (Kamis, 25 Mei 2006) Perbudakan dosa
Banyak orang menganggap dosa hanya semata-mata masalah kurang
kemauan, pengetahuan, atau kemampuan. Mereka menganggap bahwa kalau
...
Perbudakan dosa
Banyak orang menganggap dosa hanya semata-mata masalah kurang kemauan, pengetahuan, atau kemampuan. Mereka menganggap bahwa kalau motivasi digugah bahwa dosa itu menyakitkan hati Allah dan sesama, serta pengetahuan tentang hal yang benar diajarkan dan dilatihkan, pasti masalah dosa bisa teratasi.
Paulus menyatakan bahwa dosa adalah menindas kebenaran yang sudah dinyatakan Allah dan dengan sengaja melakukan kejahatan (ayat 18-23). Manusia tidak dapat berdalih karena Allah telah menyatakan kebenaran-Nya lewat hati nuraninya. Karena itu, sengaja berbuat kejahatan berarti sengaja melawan Allah. Sangat pantaslah murka Tuhan dinya-takan. Bagaimana Tuhan menghukum orang yang sengaja berbuat dosa? Pertama, Tuhan menyerahkan mereka kepada motivasi yang berdosa (ayat 24-27). Hawa nafsulah yang menguasai mereka bukan keinginan mulia. Itu sebabnya mereka tidak puas dengan hal-hal yang normal melainkan menikmati hal-hal yang melampaui kewajaran seperti penyembahan berhala, perilaku homoseksual, dan berbagai perbuatan mesum lainnya.
Kedua, Tuhan menyerahkan pikiran-pikiran mereka dibelenggu hal-hal yang tidak pantas (ayat 28-30). Pikiran berdosa sedemikian membelenggu mereka sehingga mereka tidak memiliki akal sehat untuk melihat bahwa tindakan mereka menjijikkan, jahat, dan merusak. Sebaliknya, mereka menganggap semua orang yang melakukan hal-hal itu sedang melakukan hal yang benar. Itulah perbudakan dosa!
Tidak ada orang yang bisa melepaskan diri dari belenggu dosa sedahsyat itu. Hanya Tuhan Yesus yang sanggup memerdekakannya. Kita sendiri harus memeriksa diri apakah sudah dimerdekakan oleh Tuhan Yesus. Bila belum, sekaranglah waktunya untuk sujud memohon belas kasih-Nya menghancurkan belenggu dosa dan mengampuni kita.
Responsku: _________________________________________________
SH: Rm 1:18-32 - Tidak percaya berakhir binasa (Selasa, 5 Mei 2009) Tidak percaya berakhir binasa
Berdusta, mencuri, menipu, sering kita sebut sebagai dosa. Namun
apakah makna dosa yang sesungguhnya? Dosa adalah ...
Tidak percaya berakhir binasa
Berdusta, mencuri, menipu, sering kita sebut sebagai dosa. Namun apakah makna dosa yang sesungguhnya? Dosa adalah ketidakpercayaan kepada Allah. Mengapa orang tidak percaya kepada Allah? Apakah karena Allah tidak me-nyatakan diri kepada mereka?
Sesungguhnya tidak ada alasan bagi manusia untuk tidak mengetahui bahwa Allah ada. Bentangan langit dan alam semesta merupakan penyataan keberadaan Allah. Seperti kita dapat mengenal seorang penulis melalui tulisannya, atau seorang pelukis melalui lukisannya, begitu pula kita dapat mengenal Allah melalui karya cipta-Nya. Siapakah yang tidak kagum melihat Danau Toba atau keindahan dunia bawah laut di Bunaken, tetapi tidak takjub pada kuasa Pribadi yang menciptakan semua itu? Seharusnya manusia merespons Allah yang berkuasa itu dengan pujian dan penyembahan (ayat 21). Namun apa yang terjadi? Tindak tanduk manusia malah menunjukkan perlawanan pada Allah. Segala perbuatan manusia seolah-olah memperlihatkan anggapan bahwa Allah tidak ada: menindas kebenaran dengan kelaliman (ayat 18), menyembah berhala (ayat 23, 25), dan mengganti hubungan yang wajar dengan suami/istri dengan sesuatu yang menjijikkan yaitu hubungan sesama jenis/homoseksual (ayat 26-27). Penolakan terhadap Allah mengarahkan orang pada penyembahan berhala dan kemudian berlanjut pada kehidupan amoral. Maka Allah akan menghukum mereka. Bukan hanya nanti, tetapi juga kini. Mereka dihukum dengan mendapatkan apa yang mereka inginkan (ayat 24, 27 b). Terdengar enak? Tidak juga. Ketidakpercayaan pada Allah akan mengarahkan orang pada kehidupan tanpa Allah. Berbuat semaunya tanpa kendali dari Allah hanya akan membawa manusia pada kebinasaan kekal.
Betapa mengerikan dampak dosa bagi manusia. Bermula dari ketidakpercayaan dan berakhir pada kebinasaan. Anda tentu tidak ingin binasa, begitu pula dengan orang-orang di sekitar Anda. Karena itu bicarakan hal ini dengan mereka juga agar mereka percaya kepada Allah dan tidak binasa.
SH: Rm 1:18-32 - Jangan tekan hati nurani Anda! (Kamis, 12 April 2012) Jangan tekan hati nurani Anda!
Setelah melihat kegemilangan kekuatan Injil Allah yang berkuasa untuk menyelamatkan, hari ini kita disodorkan kenyataa...
Jangan tekan hati nurani Anda!
Setelah melihat kegemilangan kekuatan Injil Allah yang berkuasa untuk menyelamatkan, hari ini kita disodorkan kenyataan hidup di dunia ini. Perikop ini memberikan latar belakang dan konteks bagi dunia tempat Allah memanggil kita dan memercayakan Injil-Nya kepada kita. Allah begitu jelas menyatakan diri-Nya baik melalui Alkitab maupun alam ciptaan-Nya. Tetap saja ada manusia yang menolak percaya, dan bertindak bertentangan dengan rencana Allah.
Kontras dengan Hab. 2:4 (TB2), "Orang yang dibenarkan karena imannya, akan hidup", bacaan kita hari ini menyatakan bahwa orang yang memalingkan wajahnya dari Allah justru diserahkan Allah kepada kebinasaan. Tiga kali disebutkan "Allah menyerahkan mereka" (24, 26, 28). Mereka begitu keras berontak dan memalingkan wajah dari penyataan Allah yang begitu gamblang sehingga Allah seolah-olah mengolok-olok mereka dengan melepaskan dan membiarkan mereka menjebloskan diri ke dalam lubang yang mereka gali sendiri.
Alinea pertama (18-23) memaparkan pemberontakan mereka yang menggantikan Allah dengan hal-hal semu (23, kemuliaan vs. gambaran). Alinea berikutnya memaparkan tiga ranah tempat Allah membiarkan mereka: keinginan hati (24-25), hawa nafsu (26-27) dan pikiran-pikiran terkutuk (28-29). Mereka menjadi orang-orang yang bukan saja secara pribadi menikmati kubangan, tetapi secara aktif mempromosikan kebejatan mereka kepada orang banyak (30-32). Paulus berupaya mengabarkan Injil, tetapi rupanya orang-orang yang membenci Allah pun aktif "menginjili" orang-orang lain agar menjadi bagian dari mereka.
Tiliklah hidup Anda: masih adakah sensitivitas terhadap hal-hal rohani? Jangan biasakan membius hati nurani dan sensitivitas Anda sehingga lama kelamaan Anda terlena dan tanpa disadari sudah jauh dari Allah dan tidak lagi memiliki kepekaan terhadap dosa. Kita hidup di tengah peperangan antara dua kekuatan yang aktif sama-sama "menginjili"; di pihak mana Anda ikut berperang?
SH: Rm 1:18-32 - Menolak Kebenaran Allah (Senin, 20 Juni 2022) Menolak Kebenaran Allah
Sekalipun manusia sudah jatuh ke dalam dosa, jauh di dalam dirinya manusia sadar, Allah itu ada. Permasalahan muncul ketika m...
Menolak Kebenaran Allah
Sekalipun manusia sudah jatuh ke dalam dosa, jauh di dalam dirinya manusia sadar, Allah itu ada. Permasalahan muncul ketika manusia memilih untuk mengabaikan Allah. Sebab, ia bukan hanya menolak kebenaran, melainkan juga Allah Sang Kebenaran.
Manusia tahu tentang Allah, tetapi mereka menolaknya. Manusia menindas kebenaran dengan kelaliman (18). Artinya, mereka tahu kebenaran tentang Allah, tetapi mereka sengaja menekan dan meniadakannya supaya mereka dapat hidup menurut cara mereka sendiri.
Karena manusia memilih untuk hidup dalam dosa, Allah membiarkan mereka terpuruk dalam dosa mereka dan menanggung akibatnya (24-29). Mereka hidup sama seperti binatang sebab mereka dikuasai hawa nafsu, bahkan mereka mendorong orang lain untuk berbuat dosa juga.
Manusia diciptakan lebih mulia dari semua ciptaan yang ada. Namun, akhirnya mereka lebih rendah daripada ciptaan lainnya. Sekalipun pada akhirnya mereka merasakan penderitaan akibat dosa, mereka tetap tidak mau bertobat sehingga mereka tidak bisa lagi membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik.
Betapa menderitanya mereka yang menolak Allah dan betapa mengerikannya konsekuensi yang ditanggung. Karena itu, tidak mengherankan jika mereka yang jahat akan makin jahat. Hidup mereka tersesat sejak mereka menolak kebenaran yang sejati itu.
Lalu, bagaimana dengan kita sendiri? Ketika kebenaran datang menyapa, bagaimana reaksi kita? Apakah kita marah dan merasa diri benar? Ataukah, kita dengan rendah hati menerima teguran itu dan kembali melakukan kebenaran? Mungkin teguran itu datang dari firman Tuhan yang kita baca atau dari orang-orang di sekitar kita. Mari kita belajar meresponsnya dengan benar.
Evaluasilah diri kita. Jika hidup kita memang telah menyimpang dari Tuhan, akuilah di hadapan-Nya dan berubahlah. Dalam perjalanan mengikut Tuhan, mari kita terus memohon belas kasihan dan pertolongan-Nya untuk menjaga hati kita supaya senantiasa berkenan kepada Allah, Sang Kebenaran. [STG]
Utley -> Rm 1:28-32
Utley: Rm 1:28-32 - --NASKAH NASB (UPDATED): Rom 1:28-3228 Dan karena mereka tidak merasa perlu untuk mengakui Allah, maka Allah menyerahkan mereka kepada pikiran-pikiran y...
NASKAH NASB (UPDATED): Rom 1:28-32
28 Dan karena mereka tidak merasa perlu untuk mengakui Allah, maka Allah menyerahkan mereka kepada pikiran-pikiran yang terkutuk, sehingga mereka melakukan apa yang tidak pantas: 29 penuh dengan rupa-rupa kelaliman, kejahatan, keserakahan dan kebusukan, penuh dengan dengki, pembunuhan, perselisihan, tipu muslihat dan kefasikan. 30 Mereka adalah pengumpat, pemfitnah, pembenci Allah, kurang ajar, congkak, sombong, pandai dalam kejahatan, tidak taat kepada orang tua, 31 tidak berakal, tidak setia, tidak penyayang, tidak mengenal belas kasihan. 32 Sebab walaupun mereka mengetahui tuntutan-tuntutan hukum Allah, yaitu bahwa setiap orang yang melakukan hal-hal demikian, patut dihukum mati, mereka bukan saja melakukannya sendiri, tetapi mereka juga setuju dengan mereka yang melakukannya.
Rom 1:28-31 Dalam bahasa Yunani ayat-ayat ini adalah satu kalimat. Melukiskan sifat memberontak, kejatuhan, independensi manusia (lih. Rom 13:13; 1Kor 5:11; 6:9; Gal 5:19-21; Ef 5:5; 1Tim 1:10; Wahy 21:8).
Dosa umat manusia adalah bahwa mereka memilih untuk berada terpisah dari Allah. Neraka adalah bentuk permanent dari keterpisahan ini. Independensi adalah suatu tragedi! Manusia perlu Allah, mereka tersesat, tidak memenuhi syarat dan tidak penuh bila terpisah denganNya. Bagian terburuk dari neraka abadi adalah tidak adanya hubungan dengan Allah!
Rom 1:29 "pikiran terkutuk" Apa yang dilihat sebagai kebebasan oleh manusia yang telah jatuh ialah penyembahan diri: "Apapun dan semua adalah bagiku!" pelaku utama dari PASSIVE VOICE ini dinyatakan sebagai Allah dalam Rom 1:24,26,28 namun dalam hubungan konteks dengan Kej 1; 2; 3 adalah pilihan pengetahuan dan diri manusialah penyebab masalahnya. Allah mengijinkan ciptaanNya untuk menanggung konsekuensi akibat pilihan mereka sendiri, kemerdekaan mereka sendiri.
"dipenuhi dengan" Ini adalah bentuk PERFECT PASIVE PARTICIPLE. Manusia dipenuhi dan digambarkan dengan apa yang mereka diami. Para rabi mungkin berkata bahwa dalam tiap hati manusia terdapat seekor anjing hitam (yetzer yang jahat) dan seekor anjing putih (yetzer yang baik). Mana yang diberi makan lebih banyak akan menjadi yang lebih besar.
Rom 1:29-31 Berikut ini adalah hasil-hasil dan gejala-gejala dari kehidupan tanpa Allah. Hal-hal ini mewarnai pribadi-pribadi dan masyarakat yang memilih untuk menolak Allah dari Alkitab. Ini adalah satu dari beberapa daftar dosa yang diberikan oleh Paulus (lih. 1Kor 5:11; 6:9; 2Kor 12:20; Gal 5:19-21; Ef 4:31; 5:3-4; Kol 3:5-9).
Rom 1:30 "congkak" Lihat Topik Khusus di bawah ini:
Rom 1:32 "orang yang melakukan hal-hal demikian, patut dihukum mati" Pernyataan ini mencerminkan Hukum Musa. Yang di ringkas di Rom 6:16,21,23; 8:6,13. Kematian adalah lawan dari kehendak Allah dan kehidupan Allah (Yeh 18:32; 1Tim 2:4; 2Pet 3:9).
□ "tetapi mereka juga setuju dengan mereka yang melakukannya" Penderitaan suka mencari kawan. Manusia yang jatuh menggunakan dosa orang lain sebagai suatu dalih, "semua orang berbuat demikian." Kebudayaan digambarkan dengan dosa-dosa khas mereka!
Topik Teologia -> Rm 1:32
Topik Teologia: Rm 1:32 - -- Allah yang Berpribadi
Pribadi Allah
Allah itu Adil
Kel 34:6-7 Ula 32:4 2Ta 12:6 Neh 9:33 Ayu 34:17-30 Maz 33:5,13-15 Maz 36:7 M...
- Allah yang Berpribadi
- Wahyu Allah
- Wahyu Umum
- Dosa
- Dosa adalah Kecenderungan Moral pada Kejahatan
- Kej 6:5 Kej 8:21 Ayu 14:4 Ayu 15:14-16 Maz 5:10 Maz 14:1-3 Maz 51:7,9-10,12 Maz 94:11 Maz 143:2 Pengk 7:20,29 Pengk 9:3 Yes 1:5-6 Yes 64:6 Yer 13:23 Yer 17:9 Yeh 36:25-27 Mik 7:2-4 Mat 7:17-19 Mat 15:17-19 Luk 6:45 Yoh 3:19 Rom 1:21-32 Rom 5:12-14 Rom 6:12-14 Rom 7:14-26 Rom 8:5-8 1Ko 2:14 Gal 3:10 Efe 2:1-2 Efe 4:17-24 Efe 5:8 Kol 2:13 Tit 1:15-16 Yak 1:14-15 Yak 2:10 1Pe 2:9 1Yo 1:8 1Yo 5:19
- Dosa Menyebabkan Kebutaan Moral dan Spiritual
- Ayu 21:14 Maz 82:5 Ams 4:19 Ams 14:12 Ams 30:20 Yes 6:9-10 Yes 44:18-20 Yer 9:3-6 Yeh 12:2 Dan 12:10 Amo 9:10 Mik 4:12 Zef 3:5 Mat 13:22 Yoh 1:5,10 Yoh 8:12 Kis 26:17-18 Rom 1:21-32 2Ko 3:14-15 Efe 4:18-19 2Te 2:9-10 1Ti 4:2 2Ti 3:13 Tit 1:15 Ibr 11:25 2Pe 1:5,8-9 2Pe 2:19 1Yo 1:6,8 1Yo 2:11 1Yo 3:6-7
- Para Pendosa Menyukai Dosa-dosa Orang Lain
- Membenci Allah
- Keselamatan
- Pertobatan
- Natur Pertobatan
- Pertobatan Bukan Hanya Kesadaran akan Dosa
- Orang Fasik dan Pertobatan
- Eskatologi
- Penghakiman Akhir
- Saat Penghakiman
- Penghakiman Kini
- Menghukum Orang Fasik
TFTWMS -> Rm 1:28-32; Rm 1:18-32
TFTWMS: Rm 1:28-32 - Menolak Allah Melalui Daftar Dosa Menolak Allah Melalui Daftar Dosa (Roma 1:28-32)
28 Dan karena mereka tidak merasa perlu untuk mengakui Allah, maka Allah menyerahkan mereka kepada p...
Menolak Allah Melalui Daftar Dosa (Roma 1:28-32)
28 Dan karena mereka tidak merasa perlu untuk mengakui Allah, maka Allah menyerahkan mereka kepada pikiran-pikiran yang terkutuk, sehingga mereka melakukan apa yang tidak pantas: 29 penuh dengan rupa-rupa kelaliman, kejahatan, keserakahan dan kebusukan, penuh dengan dengki, pembunuhan, perselisihan, tipu muslihat dan kefasikan. 30 Mereka adalah pengumpat, pemfitnah, pembenci Allah, kurang ajar, congkak, sombong, pandai dalam kejahatan, tidak taat kepada orang tua, 31 tidak berakal, tidak setia, tidak penyayang, tidak mengenal belas kasihan. 32 Sebab walaupun mereka mengetahui tuntutan-tuntutan hukum Allah, yaitu bahwa setiap orang yang melakukan hal-hal demikian, patut dihukum mati, mereka bukan saja melakukannya sendiri, tetapi mereka juga setuju dengan mereka yang melakukannya.
Dalam 1:28-32, Paulus melanjutkan tuduhannya terhadap dunia bukan Yahudi, dengan menambahkan dosa penyembahan berhala dan kemesuman seksual (termasuk homoseksualitas). Ayat-ayat ini mengandung apa yang Donald Barnhouse sebut "daftar dosa paling berat yang dapat ditemukan dalam Firman Allah."95Telah dikatakan bahwa nas itu adalah inventarisasi tentang "tanda-tanda peradaban yang membusuk."96Sayangnya, itu juga menggambarkan dunia di mana kita hidup saat ini.
Ayat 28. Paulus menggunakan pernyataan lain tentang "Allah menyerahkan mereka" untuk memperkenalkan daftar itu: Dan karena mereka tidak merasa perlu untuk mengakui Allah, maka Allah menyerahkan mereka kepada pikiran-pikiran yang terkutuk, sehingga mereka melakukan apa yang tidak pantas. Pernyataan ini penting, karena itu setiap frasa harus dipertimbangkan dengan hati-hati.
"Mereka tidak merasa perlu untuk mengakui Allah." Ketidakpercayaan mereka adalah tindakan yang disengaja dan diperhitungkan. "Manusia duduk untuk menilai Allah untuk memutuskan apakah ia cocok dengan kualifikasi sosok Allah yang akan sesuai dengan keinginan mereka; mereka memutuskan ia tidak memenuhi kualifikasi tersebut dan membuang dia dari kehidupan mereka."97Jim McGuiggan menyatakan seperti ini: "Mereka menimbang-nimbang Allah ini dalam timbangan canggih mereka; mereka menguji dia dengan pikiran bijaksana mereka; mereka mencicipi dia, membaui dia, mencubit dia, mempelajari dia dan kemudian ia dicampakkan sebagai tidak layak bagi mereka!"98Betapa bodohnya; betapa tragisnya! Ketika manusia menolak Allah, Ia "menyerahkan mereka." Ia tidak meninggalkan mereka sampai mereka meninggalkan Dia.
Allah menyerahkan mereka "kepada pikiran-pikiran yang terkutuk." Kata yang diterjemahkan "terkutuk" (ajdo÷kimoß, adokimos) menggabungkan kata "disetujui" (do÷kimoß, dokimos) dengan awalan negatif (a, a). Hal ini mengacu kepada apa yang tidak disetujui, apa yang tidak lulus uji.99Ada permainan kata dalam teks Yunani: Adokimos ("terkutuk") adalah bentuk negatif dari kata yang diterjemahkan "tidak merasa perlu" (ejdoki/masan, edokimasan) pada bagian pertama ayat itu. Stott memberikan terjemahan ini: "Karena mereka menganggap tidak tepat untuk mempertahankan pengetahuan tentang Allah, Ia menyerahkan mereka kepada pikiran yang tidak tepat."100Morris mengusulkan, "Mereka tidak 'setuju' untuk mengenal Allah dan [dengan demikian] mereka akhirnya memiliki 'pikiran yang tidak disetujui.'"101
Pikiran orang-orang yang menolak Allah menjadi tidak mampu membuat penilaian moral yang dapat dipercaya;102mereka tidak bisa lagi membedakan mana yang benar dari yang salah. Sedikit mengherankan bahwa mereka yang di dunia tidak dapat memahami kekhawatiran kita tentang standar moral yang menurun dan kadang-kadang mencap kita "gila." Menurut Paulus, pikiran mereka kacau!
Fyodor Dostoyevsky (1821-1881) pernah menulis, "Jika Allah tidak ada, maka tidak ada yang salah secara moral."103Ketika umat manusia "tidak merasa perlu untuk mengakui Allah," tidak ada kekang bagi kefasikannya, tidak ada batasan bagi kebobrokannya.
Sebuah keputusan yang salah ("tidak merasa perlu lagi untuk mengakui Allah") menuntun kepada pemikiran yang salah ("pikiran terkutuk") yang, pada gilirannya, menimbulkan kehidupan yang salah: Mereka mulai "melakukan hal-hal yang tidak pantas" "Pantas" diterjemahkan dari kata majemuk (kaqh÷kw, kathēkō) yang berarti "cocok."104"Pantas" adalah terjemahan yang akurat, tetapi istilah yang lebih kuat adalah "senonoh". Bagaimanapun, melakukan apa yang "pantas" sering dikaitkan dengan perilaku daripada moral. Kepedulian di sini adalah dengan moralitas—apa yang "pantas" atau "cocok" di mata Allah. "Hal-hal yang tidak pantas" adalah "kekejian atau kejijikan" bagi Allah.105Jenis hal-hal yang "keji" dan "menjijikan" yang ada di dalam pikiran ditemukan dalam ayat-ayat yang mengikutinya.
Ayat 29. Paulus mengilustrasikan kebobrokan manusia dengan katalog yang berisi lebih dari dua puluh dosa (1:29-31). Ia tidak menyantumkan setiap dosa pada zamannya, tapi ia menyantumkan daftar dosa-dosa yang khas. Di zaman Paulus tidak semua orang bersalah atas setiap dosa yang disebutkan di sini, tetapi masing-masing bersalah karena salah satu atau lebih dari dosa-dosa itu.
Pelbagai upaya telah dilakukan untuk mengatur daftar Paulus itu ke dalam urutan yang logis, tetapi tujuannya bukan menempatkan dosa dalam kategori yang rapi. Tujuannya adalah untuk menunjukkan bahwa umat manusia sudah merosot setelah "Allah menyerahkan mereka." Dibimbing oleh Roh, rasul itu menumpuk dosa-dosa menjadi satu tumpukan yang memuakkan.
Paulus memulai daftarnya itu dengan mengatakan bahwa bangsa-bangsa bukan Yahudi penuh dengan rupa-rupa kelaliman. "Kelaliman" (ajdiki÷a, adikia) adalah bentuk negatif dari kata "kebenaran." Satu arti "kebenaran" adalah "hidup benar." Di sini, "kelaliman" adalah istilah umum untuk "hidup salah"—apapun jenisnya. "Semua kelaliman" adalah ungkapan yang komprehensif yang mencakup dosa-dosa dalam teks itu ditambah semua dosa lainnya. Paulus mengatakan bahwa mereka "penuh dengan rupa-rupa kelaliman" (huruf miring oleh saya). Mereka tidak punya dosa kecil dalam hidup mereka; mereka dipenuhi dengan dosa. Alkitab AB menulis "mereka dipenuhi (diresapi dan dijenuhi) dengan segala macam kelaliman."
Setelah "kelaliman," Paulus menyantumkan kejahatan.106"Kejahatan" (ponhri÷a, ponēria) adalah istilah umum lain yang mengacu kepada segala sesuatu yang jahat dan berbahaya.107
Paulus selanjutnya menyebut keserakahan (pleonexi÷a, pleonexia), yang merupakan keinginan menggebu-gebu untuk memiliki lebih banyak … dan lebih banyak … dan lebih banyak lagi. J. W. McGarvey menyebut keserakahan "keinginan yang banyak sekali untuk menumpuk kekayaan tanpa menghiraukan hak-hak orang lain." Ia mencatat bahwa dosa keserakahan tidak dikutuk oleh hukum negara mana pun, tetapi merupakan sumber kerusuhan universal di semua bangsa.108
Kata yang diterjemahkan kejahatan (kaki÷a, kakia) mungkin merupakan kata Yunani yang paling umum untuk keburukan, kejahatan, kebejatan. Kata ini berkaitan dengan hati.109Kebusukan di dalam hati menghasilkan kelaliman dan kejahatan.
Setelah ini, Paulus menekankan bahwa bangsa-bangsa bukan Yahudi penuh dengan dengki. W. J. Conybeare memberikan terjemahan ini: "[Hati] mereka meluap dengan dengki."110"Dengki" (fqo÷noß, phthonos) adalah perasaan benci terhadap nasib baik orang lain. Menurut Morris, kata "dengki" "mengingatkan kita bahwa para pelaku kejahatan bukan sekedar satu ikatan saudara-saudara yang bahagia. Ada perpecahan mengenai kejahatan yang membuat orang terpecah satu sama lain."111Dalam puisi alegorisnya Divine Comedy , Dante (sekitar 1265-1321) menggambarkan orang yang dengki sebagai orang yang menjahit rapat kelopak matanya. Ini adalah cara ia mengatakan bahwa rasa dengki menutup mata seseorang terhadap semua yang indah dan berharga.112Halford E. Luccock mengatakan bahwa "orang yang memandang kehidupan dengan mata dengki adalah seperti orang yang memandangi pemandangan alam sementara ia terserang sakit gigi yang menyiksa."113
Seberapa jauhkah orang-orang ini bersedia melangkah untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan? Bahkan sampai dengan pembunuhan (fo÷noß, phonos)! Mereka tidak akan membiarkan apa saja merintangi jalan mereka!
Paulus juga menuduh bangsa-bangsa bukan Yahudi itu berusaha menimbulkan perselisihan (e¡riß, eris). Kata lain untuk "perselisihan" adalah "pertikaian," yang meliputi pertengkaran, perbantahan (CEV), "perkelahian" (NCV), dan "perdebatan" (KJV).
Kata yang diterjemahkan tipu muslihat (do÷loß, dolos) secara harfiah berarti "umpan,"114seperti umpan yang digunakan untuk menangkap ikan atau hewan. Kata itu digunakan untuk "rencana licik apa saja" untuk menjebak atau menipu orang lain.115Mereka yang digambarkan oleh Paulus adalah para pembohong, orang-orang curang, dan para penipu.
Kata yang diterjemahkan kefasikan (kakoh÷qeia, kakoētheia) menggabukankan kata "buruk" (kako÷ß, kakos) dengan kata "perilaku" atau "karakter" (e¡qoß, etos).116
Macknight menyebut kakoētheia" kebiasaan sifat yang buruk."117Vine mendefinisikan kata itu sebagai "'sifat jahat' yang cenderung memiliki pikiran terburuk pada segala sesuatu."118
Kata yang diterjemahkan pengumpat (bentuk jamak dari yiquristh÷ß, psithuristēs) secara harfiah berarti "pembisik" (lihat KJV). Moses E. Lard menyifatkan tindakan tercela mereka seperti ini:
Para pembisik … selalu membuat diri mereka sangat tak bersalah, dan dengan penuh penyesalan menceritakan kisah menyakitkan yang mereka alami. Setelah selesai, mereka tentu saja melarang Anda untuk jangan menceritakan hal itu kepada orang lain supaya hal itu jangan mencelakakan.119
Ayat 30. Baik "pengumpat" dan pemfitnah (bentuk jamak dari kata kata÷laloß, katalalos) adalah pembunuh karakter; tapi para pembisik melakukannya di balik pintu tertutup, sementara para pemfitnah melakukannya secara terbuka. Mengenai dosa ini, Lard juga menulis, Pemfitnah … mengetahui setiap hal yang seharusnya tidak mereka ketahui, dan memberitahukan setiap hal yang seharusnya tidak mereka beritahukan … [M]ereka tidak pernah menceritakan rahasia, tapi hanya hal-hal buruk yang sudah menjadi kebenaran umum! Karena itu mereka selalu meminta seseorang dalam kerumunan orang untuk memverifikasi kebohongan mereka.120
Paulus mengatakan bangsa-bangsa bukan Yahudi adalah pembenci Allah, dengan menggunakan kata majemuk (qeostugh÷ß, theostugē) yang menggabungkan kata "Allah" (qeo÷ß, theos) dengan kata "benci" (stuge÷w, stugeō). Ini bisa berarti "dibenci Allah" ("orang-orang yang Allah benci") atau "para pembenci Allah" ("orang-orang yang membenci Allah").121Karena, dalam konteks ini, "semua kata mengacu kepada aktivitas manusia dan bukan ilahi,"122sebagian besar setuju bahwa yang ada di dalam pikiran Paulus adalah "para pembenci Allah." Mereka membenci Allah karena Ia murni dan mereka tidak murni. Mereka membenci Allah karena Ia suci dan mereka tidak suci. Mereka membenci Allah karena Ia baik dan mereka jahat. Allah sudah selalu menjadi penghalang antara mereka dan kesenangan mereka, rantai yang telah mencegah mereka untuk melakukan apa yang mereka inginkan.123Dengan demikian mereka membenci Dia.
Kata yang diterjemahkan kurang ajar (uJbristh÷ß, hubristēs) pada dasarnya berarti menjijikkan. Kata itu mengacu kepada orang yang "suka memaksa" dan "garang secara serampangan."124Barclay menulis bahwa " hubris … adalah sadisme yang senang menyakiti orang lain hanya demi menyakiti mereka."125
Congkak (uJperh÷fanoß, huperēphanos) adalah dari preposisi yang artinya "atas" (uJpe÷r, huper) dan kata "muncul" (fai÷nomai, phainomai). Itu berarti "menempatkan diri di atas orang lain." Seorang penulis Yunani kuno mendefinisikan kata itu sebagai "semua orang pastinya hina kecuali diri sendiri."126
Salah satu ungkapan kecongkakan adalah sombong. Kata yang diterjemahkan sombong (ajlazw÷n, alazōn) berasal dari kata "pengembara" (a¡lh, alē)127dan memiliki sejarah yang menarik.128Kata itu digunakan untuk mengacukan para pedagang yang ke sana ke mari menjual obat "ajaib" atau yang menawarkan barang-barang yang nilainya meragukan. Pernyataan mereka berbunga-bunga, tidak berdasar, dan sering sepenuhnya tidak benar. Alazōn akhirnya berarti congkak dan berlebihan dalam memuji diri sendiri. Hal ini masih berlaku di zaman kini ini bahwa "Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan" (Amsal 16:18).
Mereka pandai dalam kejahatan [penemu kejahatan; NASB] . "Penemu" adalah dari kata majemuk Yunani (ejfeureth÷ß, epheuretē). "Kejahatan" (kako÷ß, kakos) berkaitan dengan kata "kejahatan" dalam ayat 29. Orang-orang seperti itu tidak puas hanya dengan menjadi jahat; mereka harus menemukan cara-cara baru kejahatan! Mereka menciptakan cara-cara baru untuk "memuaskan" keserakahan mereka, cara-cara baru untuk memenuhi hawa nafsu mereka, cara-cara baru untuk "membenarkan" kefasikan mereka. Jim Townsend mencap mereka "para Edison kejahatan."129
Daftar ini menggambarkan fakta bahwa, meski dosa menjanjikan banyak hal, pada akhirnya dosa tidak memenuhi janjinya; dosa hanya menimbulkan ketidakpuas- an. Untuk mendapatkan "sensasi" yang sama dari dosa, orang berdosa harus menjadi semakin berdosa. Ia bahkan harus menemukan cara-cara baru untuk berbuat dosa!
Pelanggaran yang dicantumkan berikutnya adalah begitu biasa sehingga beberapa orang akan menyerangnya sebagai tidak pada tempatnya di tengah-tengah dosa-dosa mengerikan yang disebutkan: Paulus menyebut tentang tidak taat kepada orang tua. Kata yang diterjemahkan "tidak taat" (ajpeiqh÷ß, apeithēs) menambahkan negatif (a, a) pada kata "membujuk" (pei÷qw, peitho). Artinya "tidak mau dibujuk, … tidak taat."130
Alkitab mengajarkan bahwa kita harus menghormati, meninggikan, dan mematuhi orang tua kita (Efe. 6:1-3), dan merawat mereka ketika mereka sudah tua (1 Tim 5:4, 8). Di bawah Perjanjian Lama, anak durhaka harus dirajam sampai mati (Ula. 21:18-21).
Mengapakah Alkitab menekankan anak-anak untuk menghormati dan menaati orang tua mereka? Mengapakan ketidaktaatan kepada orang tua masuk ke dalam daftar Paulus? Karena orang yang tidak belajar untuk hormat dan taat di rumah kemungkinan akan menjadi teror di sekolah, tidak dapat diandalkan di tempat kerja, egois dalam pergaulan, dan (ini tiba di inti permasalahan) tidak mau tunduk kepada Allah. Mereka yang Paulus sebut mungkin tidak "merasa cocok" untuk menghormati Allah karena, di rumah mereka, mereka tidak "merasa cocok" untuk menghormati orang tua mereka.
Ayat 31. Paulus lebih lanjut mengatakan bahwa mereka tidak berakal, dengan menggunakan kata yang sama yang diterjemahkan "bodoh" dalam ayat 21 (ajsu÷netoß, asunetos). Ini artinya "tanpa kecerdasan."131Dalam konteksnya, itu tidak mengacu kepada kepandaian atau pendidikan. Sebaliknya, itu mengacu kepada kegagalan untuk memakai dengan benar otak yang Allah telah berikan kepada kita masing-masing. Memisahkan diri dari Allah tidak hanya jahat; tapi juga bodoh (lihat CEV).
Kata yang diterjemahkan tidak setia [tidak dapat dipercaya; NASB] (ajsu÷nqetoß, asunthetos) menambahkan kata negatif (a, a) untuk kata majemuk yang artinya "setuju dengan" atau "membuat perjanjian dengan" (su÷n, sun ["dengan" atau "bersama-sama"] ditambah kata kerja ti÷qhmi, tithēmi ["menempatkan"]).132Itu mengacu kepada orang yang "melanggar perjanjian atau kesepakatan" (lihat KJV). Dengan kata lain, itu menggambarkan orang yang tidak menepati janjinya, yang tidak melakukan apa yang ia katakan akan ia lakukan. Jadi Alkitab NASB menulis "tidak dapat dipercaya," sedangkan Alkitab CEV menulis "tidak bisa diandalkan." Kata untuk tidak penyayang (a¡storgoß, astorgos) adalah kata yang sangat menyedihkan. Astorgos adalah bentuk negatif dari istilah khusus untuk "kasih": storgh (storgē). Storgē mengacu kepada "kasih keluarga," "kasih yang mengikat orang-orang" bersama-sama.133Kata itu digunakan "terutama tentang [kasih] orang tua kepada anak-anak dan [kasih] anak-anak kepada orang tua."134Jenis kasih ini haruslah alami; jadi Alkitab KJV menulis "tanpa kasih sayang alami." Apakah mungkin siapa saja bisa kehilangan "kasih sayang alami" ini? Sejarah menjawab ya. Barclay mengetengahkan kasus sejarah:
… ini adalah zaman di mana kasih keluarga sedang sekarat. Dahulu kehidupan anak tidak pernah berbahaya seperti saat ini. Anak-anak dianggap pembawa sial. Ketika seorang anak lahir, ia diambil dan diletakkan di kaki si ayah. Jika ayah itu mengangkat dia itu berarti ia mengakui anak itu. Jika ia berbalik dan meninggalkan dia, anak itu secara harfiah dibuang. Tidak pernah ada malam tanpa tiga atau empat puluh anak ditelantarkan di alun-alun Romawi.…135
Kata akhir dalam daftar itu adalah tidak mengenal belas kasihan.136"Tidak mengenal belas kasihan" (ajneleh÷mwn, aneleēmōn) adalah kata untuk "belas kasihan" (ejleh÷mwn, eleēmōn) didahului dengan huruf negatif (a[n], a[n]). Weymouth mengatakan mereka itu "tanpa belas kasihan." Alkitab RSV menulis "kejam." Barclay menggambarkannya seperti ini:
Tidak pernah ada zaman lain ketika nyawa manusia dianggap sangat tidak berharga. Seorang budak bisa dibunuh atau disiksa oleh tuannya, karena ia hanyalah barang dan hukum memberi tuannya itu kekuasaan tak terbatas atas dirinya.… Itu adalah zaman yang kejam dalam pelbagai bentuk kesenangannya, karena itu adalah zaman hebat pertanding-an gladiator di mana orang-orang menemukan kegembiraan mereka dalam melihat manusia saling membunuh.137
Dalam teks Yunani, empat kata terakhir dalam daftar Paulus itu semuanya dimulai dengan awalan negatif a. Alkitab NASB mengungkapkan ini dalam tiga kata terakhir yang masing-masing dimulai dengan "un" [tidak]: "untrustworthy [tidak dapat dipercaya], unloving [tidak penyayang], unmerciful [tidak berbelas kasihan]." Alkitab NIV menangkap ini dalam empat kata yang semuanya masing-masing diakhiri dengan kata "less" [kurang/tidak]: "senseless [tidak berpengertian], faithless [tidak punya iman], heartless [tidak berperasaan], ruthless [tidak kasihan/kejam]."
Demikianlah Paulus mengetengahkan katalognya yang berisi dosa-dosa khas di zamannya. Ini adalah daftar memilukan yang menggambarkan "kerusakan komunitas manusia, ketika standar lenyap dan masyarakat hancur."138Dengan asumsi bahwa Paulus sedang menulis dari Korintus, ia hanya perlu melihat ke luar jendela untuk melihat contoh dari setiap kejahatan yang ia sebutkan. Charles Hodge mengingatkan kita bahwa, "meski gambar yang digambarkan di sini gelap, tapi tidak segelap seperti yang disajikan oleh para penulis Yunani dan Latin yang paling terkenal tentang bangsa mereka sendiri."139
Ayat 32. Daftar itu selesai, tapi Paulus masih membuat dua komentar lagi sebelum ia menyelesaikan bagian suratnya ini. Pertama, ia menuliskan kata-kata yang mengejutkan ini: Mereka mengetahui tuntutan-tuntutan hukum Allah, yaitu bahwa setiap orang yang melakukan hal-hal demikian, patut dihukum mati. "Tuntutan" (dikai÷wma, dikaiōma) adalah salah satu dari kata-kata "kebenaran"; di sini kata itu digunakan sebagai "istilah hukum"140untuk mengacukan "apa yang Allah telah nyatakan sebagai benar." Paulus sedang kembali kepada pokok pikiran bahwa orang-orang berdosa ini tidak bertindak dari ketidaktahuan mereka. Pelaku kejahatan mungkin saja tidak memahami semua implikasi kesalahan yang mereka lakukan; tapi, jauh di dalam hati mereka, mereka tahu bahwa apa yang mereka sedang lakukan adalah tidak benar.141
Apakah arti ayat itu ketika mengatakan bahwa "mereka mengetahui … bahwa setiap orang yang melakukan hal-hal demikian, patut dihukum mati"? Apakah ini berarti mereka mengerti bahwa, oleh karena dosa-dosa yang telah mereka lakukan (seperti pembunuhan), mereka pantas menerima hukuman mati (seperti yang tersirat dalam 13:4)? Apakah ini berarti mereka tahu bahwa dosa-dosa mereka memisahkan mereka dari Allah (di "kematian" rohani, seperti yang digunakan dalam 6:23)? Hodge mungkin benar ketika ia menulis bahwa "kematian di sini, seperti yang sering terjadi, berarti hukuman, dalam arti umum kata itu."142Dengan kata lain, mereka tahu bahwa apa yang mereka sedang lakukan adalah salah dan pantas mendapat hukuman—entah sementara atau kekal.
Itu bukan puncak pemberontakan mereka. Paulus menyimpulkan, Mereka bukan saja melakukannya sendiri, tetapi mereka juga setuju dengan mereka yang melakukannya. "Setuju dengan" adalah terjemahan dari suneudoke÷w (suneudokeō), yang menggabungkan preposisi su÷n (sun , "dengan"), awalan eu (eu , "baik"), dan doke÷w (dokeō, "berpikir"). Kombinasi itu secara harfiah berarti "memikirkan dengan baik" (yaitu, "menyetujui"), tetapi kata itu memiliki implikasi yang lebih kuat. Alkitab NASB menulis "memberikan persetujuan sepenuh hati," sedangkan Alkitab AB menulis "menyetujui dan bertepuk tangan."
Perjalanan merosot mereka selesai. Pertama, mereka tidak ingin mengenal Allah. Jadi pikiran mereka bobrok, dan kehidupan mereka menjadi penuh dengan segala kejahatan. Mereka menjadi begitu keras hati sehingga mereka acuh tak acuh terhadap peringatan Allah. Akhirnya, yang paling menyedihkan dari semuanya, mereka tidak hanya berdosa, tetapi juga mendorong orang lain untuk melakukan hal yang sama. Briscoe mengatakannya seperti ini:
Bukan hanya tidak adanya pertobatan yang menyusahkan Rasul itu, tapi keberadaan perayaan itu. Jauh dari diliputi oleh perasaan gagal dan tanggung jawab, hawa karnaval berupa kenikmatan sepintas lalu itu malah menang.… Alih-alih bertindak sebagai penjaga masing-masing jiwa orang lain, manusia cenderung berfungsi sebagai pendorong kehancuran masing-masing. Di mana perkabungan mungkin diduga ada, sukacita harus diperlihatkan; alih-alih menolak dosa secara jujur, yang ada malah dukungan kelaliman secara besar-besaran.143
Dakwaan Paulus terhadap dunia bukan Yahudi sungguh sangat efektif. R. C. Bell berpendapat bahwa "dari semua agama, hanya agama Kristen, karena ia memiliki [obat] khusus untuk dosa, yang tidak mengecilkan dosa."144Orang mana saja yang berpikir jujur harus sepakat bahwa Paulus telah menegakkan maksudnya: Semua orang bukan Yahudi bersalah atas dosa; semuanya sangat membutuhkan kebenaran Allah.
UNTUK KAJIAN LEBIH LANJUT: KAJIAN TENTANG KATA "PERCAYA/IMAN" (PISTIS)
Kata yang diterjemahkan "percaya" adalah pisteu÷w (pisteuō). Kata yang diterjemahkan "iman" dalam ayat 17 adalah pi÷stiß (pistis).145Hubungan antara dua kata itu mungkin akan lebih jelas jika teks bahasa Inggris menulis "kepercayaan" ketimbang "iman." (Kadang-kadang orang mencoba untuk membedakan antara "kepercayaan" dan "iman," namun keduanya diterjemahkan dari pistis). Untuk alasan terbaik yang mereka ketahui, para penerjemah menggunakan istilah "iman" untuk menerjemahkan pistis dan "ketidakpercayaan" untuk menerjemahkan bentuk negatif dari kata yang sama (aΔpisti÷a, apistia) (lihat 3:3; 4:20; 11:20, 23).146
Iman yang menyelamatkan melibatkan pikiran, hati, dan kehendak.147Pertama, iman melibatkan pikiran karena iman didasarkan pada pengetahuan yang diperoleh melalui kesaksian. Paulus bicara tentang "firman iman" yang ia sedang beritakan (10:8), dan kemudian berkata, "Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus" (10:17). Iman yang menyelamatkan berasal dari mempelajari Yesus.
Kedua, iman melibatkan hati karena orang percaya menerima apa yang ia dengar dan siap untuk bersandar padanya. W. E. Vine menulis bahwa, dalam Perjanjian Baru, "percaya" berarti "menempatkan keyakinan pada, percaya, [dan] menandakan … ketergantungan pada."148Dalam 1:16, Alkitab AB mengatakan bahwa Injil adalah kekuatan Allah untuk keselamatan "kepada semua orang yang percaya dengan kepercayaan pribadi dan penyerahan diri yang yakin dan ketergantungan yang kokoh." Ketika kita benar-benar percaya kepada Yesus, kita bergantung pada apa yang Ia telah lakukan ketimbang mengandalkan pada apa saja yang kita telah lakukan. Alih-alih percaya kepada diri kita sendiri, kita percaya kepada Dia.
Akhirnya, iman yang menyelamatkan melibatkan kehendak. Sebuah aspek penting tentang bersandar pada Yesus ketimbang pada diri sendiri adalah komitmen untuk mengutamakan kehendak-Nya daripada kehendak sendiri. Dengan menggunakan terminologi Paulus, orang percaya harus "takluk kepada kebenaran Allah" (10:3). Sederhananya, iman yang menyelamatkan mencakup ketaatan dari hati (lihat 6:17). Bahkan, iman itu bukan iman yang menyelamatkan kecuali orang percaya bersedia untuk taat. Meski penekanan Paulus dalam Roma adalah tentang iman, namun ia tidak mengabaikan masalah ketaatan (lihat 1:5; 2:8; 5:19; 6:16, 17; 15:18; 16:19, 26).
Dalam Theological Dictionary of the New Testament, Rudolf Bultmann menekankan bahwa salah satu arti pisteuō adalah "menaati." Dalam elaborasinya tentang kebenaran ini, ia berkata, "Ibr[ani] 11 menekankan bahwa percaya sama dengan taat, seperti dalam [Perjanjian Lama]. Paulus … menunjukkan juga bahwa percaya berarti menaati." Menurut Bultmann, pistis "mencakup mempercayai, menaati, meyakini, mengharapkan, dan setia," dan menambahkan bahwa iman "memerlukan ketaatan sebagai penerimaan tindakan ilahi berupa kasih karunia dan penghakiman di kayu salib."149
Hubungan erat antara kata "percaya" dan "taat" dapat dilihat pada fakta bahwa kadang-kadang kedua istilah itu bisa saling dipertukarkan dalam penggunaannya. Beberapa contoh dapat dikutip,150tetapi dua contoh dari Roma akan cukup. Dalam 1:8, Paulus berkata bahwa iman orang Kristen di Roma sudah dikenal di seluruh dunia, sementara dalam 16:19 ia berkata bahwa yang terkenal itu adalah ketaatan mereka. Dalam 10:16, ia menunjukkan bahwa tidak semua orang telah menerima berita baik itu. Alkitab NASB menulis "mengindahkan," diterjemahkan dari uJpakou÷w (hupakouō), yang berarti "taat" (lihat KJV). Ia menekankan bahwa ini adalah penggenapan bagi pernyataan Yesaya bahwa banyak orang tidak akan percaya kepada pemberitaan itu.
Iman yang menyelamatkan mencakup pikiran, hati, dan kehendak. Dalam teks tertentu, penekanannya akan ada pada satu atau lebih dari tiga unsur itu. Konteksnya menentukan aspek(-aspek) apa dari iman yang sedang diutarakan dalam nas tertentu itu.151
Setelah menguraikan tiga unsur iman yang menyelamatkan, beberapa pokok pikiran tambahan harus dipahami. (1) Meski kata "iman" bisa digunakan dalam teks-teks yang berbeda dengan berbagai penekanan, namun itu adalah iman yang pertama, terakhir, dan selamanya. Setelah menyebutkan bahwa pistis "mencakup mempercayai, menaati, meyakini, mengharapkan, dan setia," Bultmann juga mengatakan, "tetapi yang terutama adalah iman kepada Kristus."152(2) Oleh karena itu, fokus iman yang menyelamatkan tidak pada orang yang memiliki iman, juga bukan pada keterangan yang menghasilkan iman. Sebaliknya, fokusnya adalah pada Yesus. Iman "bertumpu pada pesan tersebut, tetapi sebagai iman kepada pemberitaan [maka] iman itu adalah iman kepada pribadi yang diperantarai oleh pemberitaan itu."153
UNTUK KAJIAN LEBIH LANJUT KAJIAN TENTANG KATA "KEBENARAN" (DIKAIOSUNĒ)
Apakah yang Paulus maksudkan dengan "kebenaran Allah"? Karena Paulus menggunakan "kebenaran" dan kata-kata yang berkaitan hampir tujuh puluh kali dalam surat itu, maka penting untuk mendefinisikan istilah-istilah ini. Dalam keluarga kata ini, ada bentuk kata bendanya yang paling sering ditemukan (dikaiosu÷nh, dikaiosunē), serta bentuk kata benda yang terkait (dikai÷wma, dikaiōma); kedua kata ini berarti "kebenaran." Ada bentuk kata kerja (dikaio÷w, dikaioō), yang bisa berarti "menyatakan benar." Kemudian ada satu bentuk yang dapat menjadi kata sifat (dikai÷oß, dikaios) atau kata keterangan (dikai÷wß, dikaiōs), yang berarti "benar" atau "secara benar." Di antara bentuk-bentuk lainnya adalah bentuk negatif (aΔdiki÷a, adikia), yang artinya "kelaliman." Semua istilah ini berasal dari di÷kh (dikē), salah satu artinya adalah "benar."154
Kata-kata Yunani ini sering diterjemahkan "adil," "membenarkan," "secara adil," atau "keadilan." A. W. Tozer mencatat kesulitan dalam penerjemahan kata-kata ini, dengan mengatakan: "Kata yang sama dalam bahasa aslinya menjadi keadilan atau kebenaran dalam bahasa Inggris,"dan kata dia ini terjadi, "hampir, orang akan duga, atas kehendak hati penerjemah itu."155Misalnya, setelah Alkitab KJV menyebutkan "kebenaran Allah," ia lalu mengatakan, "Orang benar akan hidup oleh iman" (Roma 1:17; huruf miring oleh saya). Misalnya, Alkitab NASB dalam Roma 3 menulis "benar" enam kali, "tidak benar" sekali, "adil" sekali, "membenarkan" sekali, "dibenarkan" empat kali, dan "pembenar" sekali. Semua kata ini berasal dari akar kata Yunani yang sama.
Mungkin berguna untuk mengingat kata "benar." Kata "kebenaran" kadang-kadang digunakan dalam membicarakan karakter Allah (3:25, 26). Bila diterapkan kepada Allah, kata "kebenaran" mengacu kepada wujud benar. Ini adalah kebenaran mutlak. Allah itu sepenuhnya dan seluruhnya benar dalam segala hal tentang diri-Nya dan perbuatan-Nya. Kebenarannya adalah ungkapan kekudusan-Nya. Karena Ia kudus, maka Ia tidak bisa mengabaikan dosa atau menganggap ringan dosa.156Sifat benar-Nya menuntut dosa untuk dihukum.
Kata "kebenaran" juga dapat diterapkan kepada manusia dalam salah satu dari dua pengertian. Cara pertama istilah itu dapat digunakan dalam pengertian hidup benar. Pertama 1Yohanes 2:29 dan 3:7, 10 bicara tentang melakukan kebenaran, sementara Wahyu 19:8 mengacukan "perbuatan benar orang-orang kudus." Jadi, dalam satu pengertian, mereka yang bergumul untuk hidup benar dapat disebut orang "benar."157
Namun begitu, karena tidak ada orang yang bisa hidup sempurna, maka "kebenaran" ini adalah kebenaran relatif. Bahkan ketika kita melakukan yang terbaik, kita masih berdosa dan "jatuh dari kemuliaan Allah" (3:23). Dalam kata-kata Paulus, "Tidak ada yang benar [dalam arti mutlak], seorangpun tidak" (3:10).
Perbedaan antara kebenaran Allah dan kelaliman umat manusia menyediakan penekanan pada pesan utama kitab Roma. Penekanan ini bisa dinyatakan dalam ungkapan 3:26: Bagaimana Allah bisa "adil" (benar) dan, pada saat yang sama, menjadi "pembenar" orang-orang yang tidak benar (yaitu, memperlakukan mereka seolah-olah mereka itu benar)?
Pemecahan masalah ini tercermin dalam cara kedua kata "kebenaran" dapat diterapkan pada manusia. Ini adalah penggunaan paling penting kata "kebenaran" dalam kitab Roma. Ketika digunakan dalam pengertian ini, kata itu mengacu kepada berdiri benar dengan Tuhan. Arti ini adalah konsep yang diungkapkan dalam 1:17.
Meski seseorang tidak benar, Allah menganggap dia benar ketika ia percaya. Sebuah contoh utama ditemukan dalam 4:3: "Lalu percayalah Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran" (huruf miring oleh saya). Ketika Abraham percaya kepada Allah, meski ia tidak sepenuhnya benar, Allah kemudian memperlakukan dia seolah-olah ia adalah orang benar. Alkitab NASB menggunakan "dikreditkan" atau "mengkreditkan" (4:4-6, 9, 10, 22-24), sedangkan Alkitab KJV menulis "dihitung" (4: 3, 5), "diperhitungkan" (4:9, 10), dan "dikaitkan" (4:6, 22-24). "Kebenaran" ini sering para penulis sebut sebagai kebenaran yang dikaitkan.
TFTWMS: Rm 1:18-32 - Orang-orang Bukan Yahudi Berada Di Bawah Murka Allah ORANG-ORANG BUKAN YAHUDI BERADA DI BAWAH MURKA ALLAH (Roma 1:18-32)
Setelah pernyataan tesis Paulus lalu menekankan berita baik tentang keselamatan (...
ORANG-ORANG BUKAN YAHUDI BERADA DI BAWAH MURKA ALLAH (Roma 1:18-32)
Setelah pernyataan tesis Paulus lalu menekankan berita baik tentang keselamatan (1:16, 17), orang mungkin mengharapkan Paulus untuk menceritakan kasih Allah. Sebaliknya, ia mengalihkan perhatiannya kepada murka Allah (1:18-32). Dalam ayat 16, Paulus telah menekankan sifat universal penyediaan penuh kasih dari Allah ( "kepada setiap orang"); sekarang ia perlu menegakkan kebutuhan universal terhadap penyediaan itu. Selanjutnya, Paulus telah menyatakan bahwa keselamatan itu adalah untuk orang-orang Yahudi dan bukan Yahudi. Sekarang, ia ingin membuat jelas bahwa "baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, … semua ada di bawah kuasa dosa" (3:9). Apa yang terutama ada di dalam pikiran Paulus adalah bangsa-bangsa bukan Yahudi dalam 1:18-32, Yahudi dalam 2:1-3:8, dan semua umat manusia dalam 3:9-20.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Roma (Pendahuluan Kitab) Penulis : Paulus
Tema : Kebenaran Allah telah Dinyatakan
Tanggal Penulisan: Sekitar tahun 57
Latar Belakang
Surat Roma ini mer...
Penulis : Paulus
Tema : Kebenaran Allah telah Dinyatakan
Tanggal Penulisan: Sekitar tahun 57
Latar Belakang
Surat Roma ini merupakan surat Paulus yang paling panjang, paling teologis, dan paling berpengaruh. Mungkin karena alasan-alasan itulah surat ini diletakkan di depan ketiga belas suratnya yang lain. Paulus menulis surat ini dalam rangka pelayanan rasulinya kepada dunia bukan Yahudi. Bertentangan dengan tradisi gereja Katolik-Roma, jemaat di Roma tidak didirikan oleh Petrus atau rasul yang lain. Jemaat di Roma ini mungkin didirikan oleh orang dari Makedonia dan Asia yang bertobat di bawah pelayanan Paulus, mungkin juga oleh orang-orang Yahudi yang bertobat pada hari Pentakosta (Kis 2:10). Paulus tidak memandang Roma sebagai wilayah khusus dari rasul lain (Rom 15:20).
Di surat Roma Paulus meyakinkan orang percaya di Roma bahwa dia sudah berkali-kali merencanakan untuk memberitakan Injil kepada mereka, namun hingga saat itu kedatangannya masih dihalangi (Rom 1:13-15; Rom 15:22). Dia menegaskan kerinduan yang sungguh untuk mengunjungi mereka sehingga menyatakan rencananya untuk datang dengan segera (Rom 15:23-32).
Ketika menulis surat ini, menjelang akhir perjalanan misioner yang ketiga (bd. Rom 15:25-26; Kis 20:2-3; 1Kor 16:5-6), Paulus berada di Korintus di rumah Gayus (Rom 16:23; 1Kor 1:14). Sementara menulis surat ini melalui pembantunya Tertius (Rom 16:22), dia sedang merencanakan kembali keYerusalem untuk hari Pentakosta (Kis 20:16; sekitar musim semi tahun 57 atau 58) untuk menyampaikan secara pribadi persembahan dari gereja-gereja non-Yahudi kepada orang-orang kudus yang miskin di Yerusalem (Rom 15:25-27). Segera setelah itu, Paulus mengharapkan dapat pergi ke Spanyol untuk menginjil dan mengunjungi gereja di Roma pada perjalanannya untuk memperoleh bantuan dari mereka bila makin ke barat (Rom 15:24,28).
Tujuan
Paulus menulis surat ini untuk mempersiapkan jalan bagi pelayanannya di Roma serta rencana pelayanan ke Spanyol. Tujuannya lipat dua.
- (1) Karena jemaat Roma rupanya mendengar kabar angin yang diputarbalikkan mengenai berita dan ajaran Paulus (mis. Rom 3:8; Rom 6:1-2,15), Paulus merasa perlu untuk menulis Injil yang telah diberitakannya selama dua puluh lima tahun.
- (2) Dia berusaha untuk memperbaiki beberapa persoalan yang terjadi di dalam gereja karena sikap salah orang Yahudi terhadap mereka yang bukan Yahudi (mis. Rom 2:1-29; Rom 3:1,9) dan orang bukan Yahudi terhadap orang Yahudi (mis. Rom 11:11-36).
Survai
Tema Surat Roma diketengahkan dalam Rom 1:16-17, yaitu bahwa di dalam Tuhan Yesus dinyatakan kebenaran Allah sebagai jawaban terhadap murka-Nya kepada dosa. Kemudian Paulus menguraikan kebenaran-kebenaran dasar dari Injil. Pertama, Paulus menekankan bahwa persoalan dosa dan kebutuhan manusia akan kebenaran adalah umum (Rom 1:18--3:20). Karena baik orang Yahudi maupun orang bukan Yahudi berada di bawah dosa dan karena itu di bawah murka Allah, tidak ada seorang pun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah terlepas dari karunia kebenaran melalui iman kepada Yesus Kristus (Rom 3:21--4:25).
Setelah dibenarkan secara cuma-cuma oleh kasih karunia melalui iman dan setelah mendapatkan keyakinan akan keselamatan kita (pasal 5; Rom 5:1-21), karunia kebenaran Allah itu dinyatakan dalam kematian kita bagi dosa dengan Kristus (pasal 6; Rom 6:1-23), pembebasan kita dari pergumulan untuk mencapai kebenaran menurut hukum Taurat (pasal 7; Rom 7:1-26), pengangkatan kita sebagai anak-anak Allah dan hidup baru kita "melalui Roh" yang menuntun kita kepada kemuliaan (pasal 8; Rom 8:1-39). Allah sedang mengerjakan rencana penebusan-Nya kendatipun ketidakpercayaan Israel (pasal 9-11; Rom 9:1--11:36).
Akhirnya, Paulus menyatakan bahwa kehidupan yang diubah dalam Kristus mengakibatkan penerapan kebenaran dan kasih pada semua bidang kelakuan -- sosial, sipil, dan moral (pasal 12-14; Rom 12:1--14:23). Paulus mengakhiri Surat Roma dengan keterangan tentang rencananya pribadi (pasal 15; Rom 15:1-33) dan ucapan salam pribadi yang panjang, nasihat terakhir, dan sebuah kidung pujian (pasal 16; Rom 16:1-27).
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai surat ini.
- (1) Surat Roma merupakan surat Paulus yang paling sistematis, surat teologis yang paling hebat dalam PB.
- (2) Paulus menulis dengan gaya tanya-jawab atau gaya diskusi (mis. Rom 3:1,4-6,9,31).
- (3) Paulus memakai PL secara luas sebagai kekuasaan alkitabiah dalam menyampaikan sifat sesungguhnya dari Injil.
- (4) Paulus menyampaikan "kebenaran Allah" sebagai inti penyataan Injil (Rom 1:16-17): Allah membereskan segala sesuatu di dalam dan melalui Yesus Kristus.
- (5) Paulus memusatkan perhatian kepada sifat rangkap dari dosa bersama dengan persediaan Allah di dalam Kristus untuk masing-masing aspek:
- (a) dosa sebagai pelanggaran pribadi (Rom 1:1--5:11), dan
- (b) prinsip "dosa" (Yun. _he hamartia_), yaitu kecenderungan bawaan yang alami untuk berbuat dosa yang tinggal dalam hati setiap orang sejak kejatuhan Adam (Rom 5:12--8:39).
- (6) Roma 8 (Rom 8:1-39) adalah uraian yang paling luas dalam Alkitab mengenai peranan Roh Kudus dalam kehidupan orang percaya.
- (7) Surat Roma berisi pembahasan yang paling berbobot mengenai penolakan Kristus oleh orang Yahudi (terkecuali suatu golongan sisa), dan tentang rencana penebusan Allah yang bermula dari Israel dan akhirnya menuju kembali kepada Israel (pasal 9-11; Rom 9:1--11:36).
Full Life: Roma (Garis Besar) Garis Besar
Pendahuluan
(Rom 1:1-17)
I. Kebutuhan Mendesak Manusia Akan Kebenaran
(Rom 1:18-3:20)
A. Kebutuhan Or...
Garis Besar
- Pendahuluan
(Rom 1:1-17) - I. Kebutuhan Mendesak Manusia Akan Kebenaran
(Rom 1:18-3:20) - A. Kebutuhan Orang Bukan Yahudi
(Rom 1:18-32) - B. Kebutuhan Orang Yahudi
(Rom 2:1-3:8) - C. Kebutuhan Semua Orang
(Rom 3:9-20) - II. Penyediaan Kebenaran yang Mulia oleh Allah
(Rom 3:21-5:21) - A. Pembenaran oleh Iman Diringkaskan
(Rom 3:21-31) - B. Pembenaran oleh Iman Digambarkan Dalam Abraham
(Rom 4:1-25) - C. Berkat dan Keyakinan yang Menyertai Pembenaran
(Rom 5:1-11) - D. Adam dan Kristus Dibandingkan
(Rom 5:12-21) - 1. Adam/Dosa/Penjatuhan Hukuman/Kematian
- 2. Kristus/Kasih Karunia/Pembenaran/Hidup
- III.Kebenaran Berkarya Melalui Iman
(Rom 6:1-8:39) - A. Kebebasan dari Perbudakan Dosa
(Rom 6:1-23) - 1. Mati Bersama Kristus terhadap Dosa
(Rom 6:1-14) - 2. Hidup Bersama Kristus sebagai Hamba Kebenaran
(Rom 6:15-23) - B. Kebebasan dari Pertentangan di Bawah Hukum Taurat
(Rom 7:1-25) - C. Kebebasan Melalui Hukum Roh Kehidupan
(Rom 8:1-39) - IV. Kebenaran oleh Iman Berkaitan dengan Israel
(Rom 9:1-11:36) - A. Persoalan Penolakan Israel
(Rom 9:1-10:21) - B. Kemenangan Rencana Allah
(Rom 11:1-36) - V. Penerapan Praktis dari Kebenaran oleh Iman
(Rom 12:1-15:13) - A. Orang Percaya dan Penyerahan Diri
(Rom 12:1-2) - B. Orang Percaya dan Masyarakat
(Rom 12:3-21) - C. Orang Percaya dan Pemerintah
(Rom 13:1-7) - D. Orang Percaya dan Hukum Kasih
(Rom 13:8-15:13) - Penutup
(Rom 15:14-16:27)
Matthew Henry: Roma (Pendahuluan Kitab)
Jika kita boleh membandingkan satu kitab dengan kitab lainnya dan meminta pendapat dari beberapa orang beriman dan saleh, akan disimpulk...
- Jika kita boleh membandingkan satu kitab dengan kitab lainnya dan meminta pendapat dari beberapa orang beriman dan saleh, akan disimpulkan bahwa mazmur-mazmur Daud di dalam Perjanjian Lama dan surat-surat penggembalaan Rasul Paulus di dalam Perjanjian Baru merupakan bintang-bintang yang paling terang, yang berbeda dari bintang-bintang lainnya di dalam kemuliaan. Kitab Suci secara keseluruhan memang merupakan surat penggembalaan dari sorga kepada dunia ini, tetapi di dalamnya ada penjelasan atas beberapa surat kerasulan tertentu. Di dalamnya terdapat lebih banyak surat-surat Paulus dibandingkan dengan surat rasul-rasul lainnya, sebab ia adalah rasul utama dari antara mereka. Ia bekerja lebih keras dibandingkan mereka semua. Tidak diragukan lagi, bakat alamiahnya sangat luar biasa. Pengertiannya akan suatu hal cepat dan tajam, ungkapan-ungkapannya lancar dan kaya. Ke mana pun ia pergi, kasih sayangnya sangat hangat dan bersemangat, dan keteguhan hatinya sangat tegas dan berani. Hal ini membuat ia menjadi seorang penganiaya yang sangat keras dan sengit sebelum ia bertobat. Namun ketika orang kuat yang bersenjata lengkap ini dilucuti, dan orang yang lebih kuat dari padanya datang menyerang dan mengalahkannya, maka orang itu akan membagi-bagikan rampasannya dan menguduskan kecakapan-kecakapan ini, ia pun menjadi pemberita firman yang paling mahir dan bersemangat. Tidak ada yang lebih baik dari padanya untuk memenangkan jiwa, dan juga tidak ada yang lebih berhasil dari padanya. Empat belas surat penggembalaannya terdapat di dalam kanon Kitab Suci kita. Besar kemungkinan masih ada lebih banyak lagi surat yang ia tulis selama masa pelayanannya, yang mungkin cukup baik untuk mengajar, menegur, dan seterusnya tetapi karena surat-surat itu tidak diilhami oleh Allah, maka surat-surat tersebut tidak diterima sebagai kitab kanonik, dan juga tidak diturunkan kepada kita. Beberapa penulis kuno mengatakan bahwa ada enam pucuk surat ditulis oleh Paulus kepada Seneca (ahli filsafat dan negarawan Romawi abad pertama – pen.), dan delapan surat dari Seneca kepadanya [Sixt. Senens. Biblioth. Sanct. lib.2], dan yang masih ada sampai sekarang ini. Namun, sekali pandang saja tampaknya naskah-naskah itu tidak asli dan palsu.
- Surat penggembalaan kepada jemaat Roma ini ditempatkan sebagai surat yang pertama, bukan karena urutan waktu penulisannya yang lebih awal, melainkan karena keunggulannya yang tinggi. Surat ini adalah surat yang terpanjang dan terlengkap dibandingkan surat-surat penggembalaan lainnya, dan mungkin juga karena kewibawaan dari tempat yang menjadi tujuan surat ini ditulis. Dikatakan bahwa Krisostom, salah seorang bapa gereja, meminta supaya surat ini dibacakan untuknya dua kali dalam seminggu. Surat ini merupakan kumpulan dari beberapa bagian tulisan dari surat tersebut yang ditulis pada tahun 56 Masehi, dari kota Korintus, ketika Paulus tinggal di situ sebentar dalam perjalanannya menuju Troas (Kis. 20:5-6). Ia menitipkan surat ini kepada Febe, orang Romawi itu, seorang pelayan jemaat di Kengkrea (pasal 16), yang berada di wilayah Korintus. Di dalam surat itu ia menyebut Gayus sebagai tuan rumahnya, atau orang yang memberi tumpangan kepadanya (16:23). Gayus yang dimaksud adalah orang Korintus, berbeda dengan Gayus dari Derbe, yang disebut di dalam Kisah Para Rasul 20. Pada saat itu, Rasul Paulus sedang dalam perjalanan menuju Yerusalem dengan membawa uang yang akan diberikan kepada orang-orang kudus miskin yang ada di sana. Hal itu ia sebutkan di dalam Roma 15:26. Rahasia-rahasia besar perlu dibahas di dalam surat ini, seperti juga dalam tulisan-tulisan Rasul Paulus lainnya, karena banyak hal masih gelap dan sukar dipahami (2Ptr. 3:16). Cara penulisan surat ini (sama seperti beberapa surat penggembalaan lainnya) dapat diamati. Bagian terdepan berisikan pengajaran, yaitu di dalam sebelas pasal pertama. Bagian terakhir adalah bagian penerapan, yaitu di dalam lima pasal terakhir, yang memberitahukan tentang penghakiman dan cara memperbaiki hidup. Cara terbaik untuk memahami kebenaran-kebenaran yang dijelaskan di bagian awal adalah dengan menaati dan melakukan kewajiban-kewajiban yang diuraikan di bagian akhir. Sebab, barangsiapa mau melakukan kehendak-Nya, ia akan mengetahui pengajaran itu (Yoh. 7:17).
- I. Bagian pengajaran dari surat kerasulan itu mengajarkan kepada kita,
- 1. Mengenai jalan keselamatan,
- (1) Dasar keselamatan itu adalah pembenaran oleh Allah, dan bukan karena perbuatan manusia (pasal 1). Juga bukan karena melakukan hukum Taurat bangsa Yahudi (pasal 2-3), sebab baik orang Yahudi maupun bangsa-bangsa lain harus bertanggung jawab terhadap kutuk itu. Sebaliknya, keselamatan itu hanya diperoleh melalui iman di dalam Yesus Kristus (Roma 3:21 dan seterusnya; pasal 4).
- (2) Langkah-langkah menuju keselamatan ini adalah,
- 2. Mengenai orang-orang yang diselamatkan, seperti halnya mereka yang masuk menurut pilihan kasih karunia (pasal 9), bangsa-bangsa lain dan bangsa Yahudi (pasal 10-11). Dari sini tampak bahwa pokok yang ia bicarakan adalah kebenaran-kebenaran yang sebenarnya telah diketahui, seperti yang dikatakan oleh Rasul Petrus (2Ptr. 1:12). Dua hal yang menjadi batu sandungan bagi bangsa Yahudi, yaitu pembenaran oleh iman tanpa melakukan hukum Taurat, dan penerimaan bangsa-bangsa lain ke dalam jemaat. Itulah sebabnya Rasul Paulus berusaha menjelaskan dan membereskan kedua hal ini.
- II. Bagian penerapan yang mengikuti, yang di dalamnya kita temukan,
- 1. Beberapa nasihat umum yang cocok bagi semua orang Kristen (pasal 12).
- 2. Petunjuk-petunjuk bagaimana kita berperilaku sebagai anggota masyarakat yang beradab (pasal 13).
- 3. Aturan-aturan yang mengatur tingkah laku orang-orang Kristen satu sama lain, sebagai sesama anggota jemaat Kristen (pasal 14 dan pasal 15:1-14).
- III. Ketika mendekati bagian penutup, Rasul Paulus menjelaskan dasar-dasar tulisannya kepada mereka (15:14-16), memberikan penjelasan mengenai dirinya sendiri dan urusan-urusannya (ay. 17-21), berjanji untuk mengunjungi mereka (ay. 22-29), meminta dukungan doa mereka (ay. 30-32), mengirimkan salam khusus kepada banyak sahabat di sana (Roma 16:1-16), memperingatkan mereka terhadap orang-orang yang menimbulkan perpecahan (ay. 17-20), menambahkan salam dari sahabat-sahabat yang ada bersamanya (ay. 21-23), dan mengakhirinya dengan sebuah doa berkat dan pujian kepada Allah (ay. 24-27).
Jerusalem: Roma (Pendahuluan Kitab) SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal da...
SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal dari pada tokoh-tokoh lain dalam Perjanjian Baru. Kedua sumber, yang masing-masing berdiri sendiri ini saling menguatkan dan melengkapi, meskipun ada kelainan-kelainan dalam soal-soal kecil. Kita malahan dapat menyusun suatu kronologi riwayat hidup Paulus secara lebih kurang teliti, karena bertepatannya beberapa peristiwa dalam riwayat hidup Paulus dengan kejadian-kejadian yang kita ketahui menurut ilmu sejarah, seperti waktunya Galio menjabat prokonsul di Korintus, Kis 18:12, dan tahun Festus menggantikan Feliks, Kis 24:27-25:1, sebagai wali negeri di Palestina.
Paulus dilahirkan di Tarsus di Kilikia, Kis 9:11; 21:39; 22:3, kira-kira tahun 10 Mas. dari keluarga Yahudi suku Benyamin, Rom 11:1; Flp 3:5 dan yang telah menjadi warga negara Roma, Kis 16:37 dst; 22:25-28; 23:27. Semasa mudanya Paulus dididik di Yerusalem oleh Gamaliel yang memberinya pengajaran mendalam tentang agama Yahudi sesuai dengan ajaran mazhad agama Kristen yang baru muncul, Kis 22:4 dst; 26:9-12; Gal 1:13; Flp 3:6, dan berurusan dengan pembunuhan atas diri Stefanus, Kis 7:58; 22:20; 26:10. Tetapi kira-kira tahun 34 seluruh hidup Paulus yang sedang di perjalanan ke kota Damsyik dirubah oleh penampakan Yesus yang telah bangkit dari alam maut. Tuhan yang bangkit menyatakan kepadanya benarnya agama Kristen dan bahwa tugasnya yang khas ialah mewartakan Injil kepada orang- orang bukan Yahudi, Kis 9:3-16 dsj; Gal 1:12, 15 dst; Ef 3:2. Sejak saat itu Paulus merelakan hidupnya untuk mengabdi Kristus, yang secara pribadi telah "menangkapnya" untuk dijadikan pengikutNya, Fil 3:12. Sesudah tinggal beberapa lamanya di Arabia, Paulus kembali ke Damsyik, Gal 1:17, dan mulai mewartakan Kristus di sana, Kis 9:20.
Sesudah sebentar mengunjungi Yerusalem, Gal 1:18; Kis 9:26-29, maka dalam tahun 39 Paulus pergi ke Siria dan Kilikia, Gal 1:21; Kis 9:30, sampai Barnabas mengajaknya kembali ke Antiokhia, di mana mereka mengajar bersama, Kis11:25 dst dan lihat 9:27. Dalam perjalanannya yang pertama (th 45-49) ke Siprus, Pamfilia, Pisidia dan Likaonia, Kis 13-14, Saulus mulai menggunakan nama Yunani-Latinnya Paulus untuk mengganti nama Yahudinya, yakni Saul, Kis 13:9. Karena berkarya dengan lebih baik, maka Paulus menyisihkan Barnabas, Kis 14:12. Dalam tahun 49, jadi empat belas tahun sudah bertobat, Gal 2:1, Paulus naik ke Yerusalem untuk ikut serta dalam "Konsili Para Rasul". Sebagian karena pengaruhnya Konsili itu menyetujui bahwa hukum Yahudi tidak mengikat orang-orang bukan Yahudi yang masuk Kristen, Kis 15; Gal 2:3-6. Tugas Paulus di antara orang-orang bukan Yahudi juga secara resmi diakui, Gal 2:7-9. Kemudian ia mengadakan perjalanan-perjalanan lagi. Perjalanan kedua (Kis 15:36-18:22) dan perjalanan ketiga (Kis 18:23 - Kis 21-17) masing-masing berlangsung dalam tahun 50-52 dan 55-58. Sehubungan dengan surat-surat Paulus perjalanan-perjalanan itu akan kita bicarakan lagi, oleh karena surat-suratnya itu ditulisnya justru selama di perjalanan-perjalanan itu. Tahun 58 ditahan di Yerusalem, Kis 21:27-23:22 dan dimasukkan ke dalam penjara sampai th 60, Kis 23:23-26. Dalam musim semi th 60 wali negeri Festus mengirimkannya ke Roma dengan pengawalan ketat, Kis 27:1-28:16. Sesudah di Roma di tahan dua tahun (th 61-63) Paulus dibebaskan karena tidak terbukti salah. Kemudian ia mungkin pergi ke negeri Spanyol, seperti yang direncanakannya, Rom 15:24, 28, tetapi surat-surat Pastoral (Tim, Tit) mengandaikan bahwa Paulus masih mengadakan perjalanan-perjalanan ke Timur. Penahanan Paulus yang kedua di Roma berakhir dengan kemartiran, sebagaimana diberitakan oleh tradisi yang paling tua; ini kiranya terjadi dalam th 67.
Kepribadian Paulus
Dari Kisah Para Rasul dan dari surat-surat Paulus juga mungkin mendapat gambaran jelas mengenai kepribadian dan perangai Sang Rasul.
Paulus adalah seorang yang semangatnya berapi-api dan yang dalam mengejar cita- citanya tidak tahu lelah atau menghitung jerih-payahnya. Pada pokoknya cita-cita Paulus ialah cita-cita keagamaan. Satu-satunya yang menjadi pusat perhatiannya ialah Allah. Dalam mengabdi Allah sebagai hamba setiawan ia menolak segenap kompromis dalam bentuk manapun. Itulah sebabnya maka mula-mula Paulus mengejar mereka yang dianggapnya sebagai bida'ah dan musuh Allah 1Tim 1:13; bdk Kis 24:5, 14, tetapi kemudian mewartakan Kristus, setelah berkat wahyu mengerti bahwa Dialah satu-satunya penyelamatan. Semangat yang tak bersyarat itu terungkap dalam kehidupan yang terdiri atas penyangkalan diri yang mutlak dan pengabdian kepada Dia yang dikasihi Paulus. Kerja keras dan lelah, haus, penderitaan, kemiskinan dan bahaya maut, 1Kor 4:9-13; 2Kor 4:8 dst; 6:4-10; 11:23-27, tidak dipedulikan sama sekali mana kala Paulus menunaikan tugas yang dianggapnya sebagai tanggung jawabnya 1Kor 9:16 dst. Tidak ada sesuatupun dari semuanya itu yang mampu memisahkan Paulus dari kasih Allah dan Kristus, Rom 8:35-39. Sebaliknya, semuanya itu dianggapnya barang berharga oleh karena menyerupai dirinya dengan Gurunya yang bersengsara dan tersalib, 2Kor 4:10 dst; Flp 3:10 dst. Kesadaran akan panggilannya yang tunggal membuat Paulus memiliki gairah akan yang luhur-luhur dan besar-besar. Kalau ia merasa dirinya bertanggung jawab akan semua jemaat, 2Kor 11:28; bdk Kol 1:24, dan berkata bahwa bekerja lebih dari pada yang lain-lain, 1Kor 15:10; bdk 2Kor 11:5, dan mengajak kaum beriman untuk mencontohnya, 2Tes 3:7+, maka keterangan semacam itu bukanlah kesombongan, melainkan kebanggaan orang suci yang rendah hati. Sebab Paulus juga mengakui dirinya sebagai yang paling hina di antara sekalian orang Kudus, 1Kor 15:9; Ef 3:8, karena telah menganiaya jemaat Allah; karya-karya besar yang dilaksanakannya dianggap berasal dari Tuhan yang berkarya di dalam dirinya, 1Kor 15:10; 2Kor 4:7; Flp 4:13; Kol 1:29; Ef 3:7.
Semangat hatinya yang halus nampak dalam sikap Paulus terhadap kaum beriman. Ia mempercayai sungguh-sungguh orang-orang Filipo yang masuk Kristen, Flp 1:7 dst; 4:10-20; ia menaruh perasaan mendalam terhadap jemaat di Efesus, Kis 20:17-38; hatinya memanas, kalau orang-orang beriman di Galatia membiarkan dirinya dibujuk untuk meninggalkan kepercayaan sejati, Gal 1:6; 3:1-3, dan ia sedih terkejut karena ketidak-tetapan hati yang sombong pada orang-orang di Korintus, 2Kor 12:11-13:10. Untuk menetapkan yang lincah-lincah Paulus tahu bagaimana bersikap ironi, 1Kor 4:8; 2Kor 11:7; 12:13, dan bahkan melontarkan teguran tegas, Gal 3:1-3; 4:11; 1Kor 3:1-3; 5:1-2; 6:5; 11:17-22; 2Kor 11:3 dst. Tetapi selalu hanya demi kebaikan kaum beriman, 2Kor 7:8-13. Dan segera Paulus memperlunak tegurannya dengan kehalusan hati yang penuh kasih sampai mengharukan hati, 2Kor 11:1-2; 12:14 dst : Bukankah hanya Pauluslah bapa mereka, 1Kor 4:14 dst; 2Kor 6:13; bdk 1Tes 2:11; Flm 10, bahkan ibu mereka, 1Tes 2:7; Gal 4:19? Maka segera pulih kembali hubungan-hubungan baik seperti dahulu, Gal 4:12-20; 2Kor 7:11-13.
Sesungguhnya Paulus tidak mau pertama-tama menegur kaum beriman, tetapi para lawan yang berusaha membujuk dan menyesatkan mereka: orang-orang Yahudi yang di mana-mana melawan dan menghalangi Paulus, Kis 13:45, 50; 14:2, 19; 17:5, 13; 18:6; 19:9; 21:27, ataupun orang-orang Kristen ke-Yahudian yang ingin membebankan kuk hukum Taurat pada mereka yang oleh Paulus direbut bagi Kristus, Gal 1:7; 2:4; 6:12 dst. Terhadap golongan-golongan itu Paulus tidak kenal ampun, 1Tes 2:15 dst; Gal 5:12; Flp 3:2. Gairah mereka yang sombong dan "kedagingan" dihadapi Paulus dengan daya rohani sejati yang menyatakan diri melalui kepribadiannya yang lemah, 2Kor 10:1-12:2, dan dengan sikap jujurnya yang membuktikan Paulus tidak mencari keuntungan sendiri, Kis 18:3. Ada sementara orang yang berkata bahwa para lawan Paulus ialah para rasul di Yerusalem. Tetapi pendapat itu tidak dapat dibuktikan. Terlebih-lebih lawan Paulus itu Yalah orang-orang Yahudi yang masuk Kristen dan ingin memaksakan adat-kebiasaan sendiri kepada orang-orang lain. Mereka menyalah-gunakan nama Petrus, 1Kor 1:12, dan Yakobus, Gal 2:12 untuk menurunkan kweibawaan Paulus. Sebaliknya, Paulus sendiri selalu menghormati wewenang para rasul sejati, Gal 1:18; 2:2, walaupun mempertahankan bahwa sebagai saksi Kristus setra dengan merek, Gal 1:11 dst; 1Kor 9:1; 15:8-11. Kalaupun terjadi bahwa sehubungan dengan perkara tertentu Paulus menentang Petrus, Gal 2:11-14, namun Paulus selalu menyatakan dirinya orang yang suka berdamai, Kis 21:18-26. Dengan seksama ia mengorganisasi pengumpulan dana untuk orang-orang Kristen yang miskin di Yerusalem, Gal 2:10, karena ia beranggapan ini jaminan paling baik bagi persatuan antara orang-orang Kristen bekas kafir dengan Jemaat Induk di Yerusalem, 2Kor 8:14; 9:12-13; Rom 15:26 dst.
Paulus sebagai Pewarta Injil
Pewartaan Paulus pertama-tama kerigma rasuli, Kis 2:22+, Kerigma itu ialah: pemberitaan tentang Yesus yang telah disalibkan tapi dibangkitkan dari alam maut, sesuai dengan Kitab Suci, 1Kor 2:2; 5:3-4; Gal 3:1. Apa yang disebutkan Paulus sebagai "Injilku", Rom 2:16; 16:25, sesungguhnya bukanlah Injilnya sendiri, melainkan Injil yang umum dipercaya, Gal 1:6-9; 2:2; Kol 1:5-7, tetapi khususnya disesuaikan dengan dan diterapkan pada pertobatan orang-orang bukan Yahudi, Gal 1:16; 2:7-9, sehaluan dengan kebijaksanaan universalis yang sudah dimulai di Anthiokhia. Paulus setia pada tradisi rasuli yang ada kalanya dikutip olehnya, 1Kor 12:23-25; 15:3-7, dan selalu diandaikannya; sudah barang tentu tradisi rasuli itu sangat berjasa bagi Paulus. Meskipun kiranya tidak pernah melihat Yesus selama hidupNya di dunia ini, bdk 2Kor 5:16+, namun Paulus sangat mengenal ajaranNya, 1Tes 4:15; 1Kor 7:10 dst; Kis 20:35. Selebihnya ia juga seorang saksi langsung dan keyakinannya yang tak tergoncangkan itu berdasar sebuah pengalaman pribadi: sebab iapun "melihat" Kristus, mula-mula di dekat Damsyik, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8; dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 22:17-21, Ia telah mengalami penglihatan- penglihatan dan pernyataan-pernyataan Tuhan, 2Kor 12:1-4. Maka apa yang diterimanya dari tradisi itu sungguh-sungguh dapat dianggapnya sebagai pemberitahuan langsung oleh Tuhan, Gal 1:12; 1Kor 12:23.
Ada kalanya orang berkata bahwa pengalaman-pengalaman mistik tersebut disebabkan oleh temperamen yang berlebih-lebihan dan sakit-sakitan. Tetapi dugaan itu tidak mempunyai dasar sedikitpun. Memanglah Paulus kena penyakit di Galatia, Gal 4:13- 15, tetapi penyakit itu kiranya tidak lain kecuali serangan malaria, sedangkan "duri dalam daging", 2Kor 12:7, boleh jadi permusuhan terus menerus dari pihak orang-orang Yahudi, kaum sebangsanya "secara jasmani", Rom 9:3. Paulus ternyata tidak mempunyai daya khayal yang berlebih-lebihan mengingat sedikit-sedikitnya gambaran lazim yang ia pakai: gelanggang pertandingan, 1Kor 9:24-27; Flp 3:12- 14; 2Tim 4:7 dst, laut, Ef 4:14, pertanian, 1Kor 3:6-8, dan bangunan, 1Kor 3:10- 17; Rom 15:20; Ef 2:20-22; kedua gambar terakhir suka digabungkan serta dicampur-adukkannya, 1Kor 3:9; Kol 2:7; Ef 3:17; bdk Kol 2:19; Ef 4:16. Paulus nampaknya lebih-lebih seorang intelektuil. Hati yang berapi-api bersatu-padu dengan akal jernih dan tidak segera puas; akal yang dengan teliti membentangkan kepercayaan Kristen sesuai dengan kebutuhan para pendengar. Berkat sifat Paulus itulah kita mendapat ulasan-ulasan yang mengagumkan sekitar kerigma dan yang bersesuaian dengan keadaan nyata. Sudah barang tentu jalan pikiran Paulus itu bukanlah jalan pikiran manusia dewasa ini. Ada kalanya Paulus mengemukakan dalil-dalilnya seperti para rabi mengemukakannya dan sesuai dengan metode penafsiran yang diterima Paulus dari lingkungan serta pendidikannya (misalnya: 3:16; 4:21-31). Tetapi bakat Paulus mendobrak warisan tradisionil yang terbatas itu. Dan melalui saluran-saluran yang bagi kita kurang lebih ketinggalan zaman Paulus mengalirkan suatu pengajaran yang mendalam.
Memanglah Paulus adalah seorang Yahudi, tetapi seorang Yahudi yang memiliki bagian kebudayaan Yunani cukup besar. Mungkin ini mulai diperolehnya semasa mudanya di Tarsus dan kemudian di perkaya karena Paulus sering berjumpa dengan dunia Yunani-Romawi. Pengaruh dari kebudayaan Yunani itu tercermin baik dalam jalan pikiran Paulus maupun dalam bahasa serta gaya bahasanya. Ada kalanya Paulus mengutip penulis-penulis Yunani, 1Kor 15:33; Tit 1:12; Kis 17:28, dan ia pasti mengenal filsafat populer yang berdasar atas mazhab Stoa; dari padanya ia meminjam gagasan-gagasan (misalnya: perginya jiwa yang terpisah dari badan ke dunia ilahi 2Kor 5:6-8; "pleroma" kosmis, Kol dan Ef) dan rumus-rumus tertentu (1Kor 5:6-8; Rom 11:36; Ef 4:6). Dari mazhab Stoa yang berhaluan sinis Paulus mengambil alih apa yang disebutkan sebagai "diatribe", yalah suatu metode argumentasi yang terdiri atas pertanyaan dan jawaban pendek, Rom 3:1-9, 27-31, dan dari situpun berasal ulasan-ulasannya, di mana kata demi kata beruntun, sebagaimana lazim dalam seni pidato. Mana kala menggunakan kalimat panjang dan padat, di mana anak-anak kalimat bergelombang-gelombang desak-mendesak, Ef 1:3- 14; Kol 1:9-20, maka Paulus masih juga dapat menemukan contoh-contohnya dalam kesusasteraan keagamaan di dunia Yunani. Biasanya Paulus memakai bahasa Yunani sebagai bahasa ibu yang kedua, Kis 21:40, dan dengan mahirnya, sehingga hanya sedikit semitisme terdapat. Bahasa Yunani yang dipakai ialah bahasa Yunani yang lazim di zamannya, yakni bahasa "koine", yang baik tanpa peniruan bahasa kuno. Paulus memang tidak suka akan kehalusan yang dibuat-buat seperti lazim dalam seni pidatoo insani, sebab kekuatannya untuk meyakinkan hanya mau diambilnya dari daya Firman kepercayaan yang didukung "tanda-tanda" yang dikerjakan Roh Kudus, 1Tes 1:5; 1Kor 2:4 dst; 2Kor 11:6; Rom 15:18. Bahkan terjadi pula bahwa pengungkapannya kurang tepat dan tidak diselesaikan, 1Kor 9:15. Acuan bahasa tidak mampu menampung pemikiran yang meluap-luap dan perasaan yang terlalu hebat. Dengan kekecualian yang jarang terjadi, bdk Flm 10, Paulus biasanya mendikte surat-suratnya, Rom 16:22, sebagaimana lazim di zaman dahulu dan hanya salam terakhir ditulisnya dengan tangan sendiri, 2Tes 3:17; Gal 6:11; 1Kor 16:21; Kol 4:18. Ada bagian-bagian dalam surat-suratnya yang memberi kesan bahwa masak-masak dipikirkan (misalnya: Kol 1:15-20), tetapi kebanyakan dituliskan sekali jadi dan secara spontan tanpa dikoreksi. Kendati kekurangan-kekurangan itu, bahkan mungkin karena kekurangan-kekurangannya, gaya bahasa cekatan itu berisi secara luar-biasa. Sudah barang tentu pemikiran yang begitu mendalam dan yang terungkap dengan bahasa yang menyala itu tidak mudah dibaca (2Ptr 3:16). Namun demikian pemikiran Paulus menyajikan beberapa nas yang daya keagamaannya dan bahkan gaya sastranya barangkali tidak ada tara bandingnya dalam sejarah kesusasteraan manusia.
Surat-surat yang diwariskan Paulus itu semuanya ditulis dengan alasan khusus. Ini tak pernah boleh dilupakan. Surat-surat itu bukan risalah ilmu ketuhanan, melainkan merupakan tanggapan terhadap keadaan tertentu. Surat-surat itu sungguh-sungguh surat yang sesuai dengan surat-menyurat yang lazim di zaman itu, Rom 1:1+. Namun demikian tulisan-tulisan Paulus bukan surat pribadi belaka dan bukan pula "surat" yang hanya nampaknya surat saja, sedangkan pada kenyataannya adalah karya sastra. Surat-surat Paulus berupa uraian-uraian yang ditujukan kepada pembaca-pembaca tertentu dan melalui mereka kepada semua kaum beriman. Maka dalam surat-surat itu jangan dicari kupasan-kupasan teratur dan lengkap yang mengungkapkan seluruh pemikiran Paulus. Di belakang tulisan-tulisan itu tetap membayang perkataan yang secara lisan dibawakan dan surat-surat itu seolah-olah memberi komentar atas beberapa pokok khusus. Namun demikian, nilai surat-surat Paulus tidak teratasi, apa lagi karena isi serta perbedaan- perbedaannya memungkinkan orang menemukan apa yang pokok dalam pewartaan Paulus. Tidak peduli mengapa ia menulis atau kepada siapa ia menulis, karya Paulus berdasarkan ajaran yang pada pokoknya sama. Ajaran itu berpusatkan Kristus yang wafat dan dibangkitkan. Hanya ajaran pokok itu disesuaikan, berkembang dan menjadi semakin berisi selama kehidupan Paulus yang menjadi segala-gala untuk semua orang, 1Kor 9:19-22. Ada sementara penafsir yang mengatakan bahwa Paulus sesungguhnya seorang "peramu" yang sesuai dengan keperluan memungut pandangan- pandangan yang berlain-lainan dan ada kalanya bertentangan satu sama lain; Paulus sendiri tidak menilai pandangan-pandangan itu seolah-olah mutlak tepat dan benar; ia hanya menggunakannya saja untuk menarik hati orang kepada Kristus. Langsung bertentangan dengan pendapat dengan pendapat tersebut ada orang yang berkata tentang "kekakuan" Paulus. Menurut pendapat ini maka pemikiran Paulus sejak awal mula ditetapkan dan selanjutnya tidak mengalami perkembangan lagi. Semua sudah tetap dan selesai akibat pengalaman Paulus waktu bertobat. Kebenaran terletak di tengah kedua ujung itu : teologi Paulus memang berkembang menurut suatu garis bersinambung, tetapi sungguh ada perkembangan di bawah dorongan Roh Kudus yang membimbing karya kerasulan Paulus. Dan perkembangan benar tapi lurus akhirnya sampai kepada kepenuhan sebagaimana memuncak dalam surat-surat itu sesuai dengan urutannya dalam waktu, orang dapat mengenali tahap-tahap perkembangan pemikiran Paulus. Memanglah urutan dalam waktu itu bukanlah urutan surat-surat Paulus dalam daftar kitab-kitab Perjanjian Baru. Dalam daftar itu surat-surat itu dideretkan sesuai dengan panjangnya.
1 dan 2 Tes; th. 50-51
Surat-surat Paulus yang pertama ditujukan kepada jemaat Kristen di kota Tesalonika. Di musim panah th. 50 Paulus mewartakan Injil di kota itu waktu perjalanannya yang kedua, Kis 17:1-10. Terpaksa oleh permusuhan dari pihak orang-orang Yahudi Paulus pergi ke Berea dam daro sana ke Atena dan Korintus. Di kota terakhir inilah kiranya 1Tes ditulis selama musim dingin th 50-51. Silas dan Timotius menemani Paulus di Korintus. Timotius untuk kedua kalinya pergi ke Tesalonika dan dari situ membawa berita-berita yang menggembirakan. Ini menyebabkan peluapan hati yang terungkap dalam 1Tes 1-3. Kemudian menyusullah dalam surat ini serentetan anjuran praktis, 1Tes 4:1-12; 5:12-28. Di antara kedua bagian itu disisipkan suatu jawaban atas soal tentang nasib orang-orang yang sudah meninggal dan Parusia Kristus, 1Tes 4:13-5:11. Surat 2Tes kiranya ditulis di kota Korintus juga beberapa bulan kemudian. Surat ini berisikan beberapa petunjuk praktis, 1; 2:13-3:15, dan sebuah instruksi lagi mengenai kapan Parusia akan terjadi dan mengenai "tanda-tanda" yang mesti mendahului kedatangan Tuhan, 2:1-12.
Ditinjau dari segi sastra maka antara 2Tes dan 1Tes ada kesamaan yang menyolok, sehingga ada sejumlah ahli yang menganggap 2Tes sebagai pemalsuan oleh seseorang yang mencuri gagasan-gagasan Paulus sementara juga meniru gaya bahasanya. Tetapi sukar sekali melihat mengapa seseorang membuat pemalsuan itu. Keterangan lain lebih sederhana dan lebih masuk akal, yaitu: Paulus sendirilah yang ingin lebih jauh menjelaskan dan meluruskan pengajarannya mengenai akhir zaman, lalu menulis surat ini dnegan mengulangi beberapa keterangan dari surat pertama. Memanglah kedua tulisan itu tidak bertentangan satu sama lain, tetapi malahan saling melengkapi. Dan tradisi Gereja dahulu juga jelas mengatakan bahwa kedua surat itu ditulis oleh Paulus.
Kedua surat ini tidak hanya penting oleh karen sudah memperkenalkan pangkal beberapa pikiran Paulus yang dalam surat-surat lain diperkembangkan, tetapi terutama karena ajarannya mengenai Parusia. Ternyatalah bahwa dalam tahap permulaan karya kerasulanNya pemikiran Sang Rasul berpusatkan kebangkitan Kristus dan kedatanganNya yang mulia yang membawa keselematan bagi mereka yang percaya kepadaNya, biar sudah mati sekalipun, 1Tes 4:13-18. Kedatangan Kristus yang mulia itu dilukiskan Paulus sesuai dengan apa yang lazim dalam sastra apokaliptik Yahudi dan dalam agama Kristen purba (bdk wejangan Yesus tentang akhir zaman yang termuat dalam injil-injil sinoptik, khususnya dalam injil Mat). Sama seperti Yesus demikianpun Paulus ada kalanya menekankan dekatnya kedatangan Tuhan yang tidak mungkin diketahui kapannya dan yang menuntut bahwa orang bersiap-siaga, 1Tes 5:1-11, sehingga memberikan kesan bahwa ia sendiri serta sidang pembacanya akan mengalaminya selama masih hidup, 1Tes 4:17; tetapi ada kalanya iapun mencoba meredakan rasa cemas kaum beriman yang digelisahkan oleh pandangan semacam itu. Maka ia mengingatkan mereka bahwa Hari Tuhan belum juga tiba dan mesti didahului beberapa tanda tertentu, 2Tes 2:1-12. Bagaimana ujud tanda-tanda itu bagi kita maupun bagi para pembaca dahulu tidak jelas. Rupanya Paulus memikirkan Si Antikrist sebagai seorang pribadi yang baru akan tampil pada akhir zaman. Ungkapan "apa yang menahan dia", 2Tes 2:6, menurut sementara ahli mengenai kerajaan Romawi dan menurut sementara ahli lain pewartaan Injil, sehingga maksud keterangan itu tetap kabur juga.
1 dan 2 Kor; th. 57
Selama delapan belas bulan lebih, Kis 18:1-16, mewartakan Injil di Korintus, dari akhir th. 50 sampai pertengahan th. 52, Paulus menulis kedua suratnya kepada jemaat di Tesalonika. Sesuai dengan kebijaksanaannya yang lazim, ialah menanamkan kepercayaan Kristen di pusat-pusat besar, Paulus ingin menanamkan kepercayaan kepada Kristus di kota pelabuhan ternama yang banyak penduduknya itu juga. Dari situ kepercayaan itu dapat merambat ke seluruh Akhaia, 2Kor 1:1; 9:2. Pada kenyataannya ia berhasil mendirikan sebuah jemaat kuat di sana, terutama di kalangan masyarakat rendahan, 1Kor 1:26-28. Tetapi kota besar itu adalah sebuah sarang kebudayaan Yunani, di mana berhadap-hadapan macam-macam aliran filsafah dan agama, sedangkan kebejatan susila memberinya nama yang buruk. Perjumpaan agama Kristen dengan pusat kekafiran itu tidak dapat tidak menimbulkan banyak persoalan bagi mereka yang baru masuk Kristen. Dalam kedua surat yang dituliskannya kepada jemaat itu, Paulus berusaha memecahkan soal-soal itu.
Bagaimana kedua surat itu lahir sudah cukup jelas, kendati keraguan yang masih ada mengenai beberapa hal kecil. Sebelum surat pertama yang tercantum dalam Kitab Suci telah ada surat yang mendahului, 1Kor 5:9-13. Tetapi surat, yang waktunya ditulis tidak diketahui ini tidak tersimpan. Kemudian, menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (th. 54-57) dalam menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (54-57) dalam perjalanannya yang ketiga, Kis 19:1-20, datanglah dari Korintus suatu utusan yang menyodorkan beberapa masalah, 1Kor 16:17, dan di samping itu Paulus menerima berita mengenai jemaat di Korintus melalui Apolos, Kis 18:27 dst; 1Kor 16:12, dan beberapa orang dari keluarga Khloe, 1Kor 1:11. Maka Paulus merasa terdorong menulis sepucuk surat lagi, yakni surat 1Kor kita. Ia ditulis sekitar Paskah th. 57 (1Kor 5:7 dst; 16:5-9 dibandingkan dengan Kis 19:21). Selang beberapa waktu muncullah di Korintus semacam krisis dan terpaksa Paulus mengunjungi jemaat sebentar dan kunjungan itu tidak menyenangkan, 2Kor 1:23-2:1; 12:14; 13:1-2. Selama kunjungan itu Paulus berjanji tidak lama lagi akan kembali untuk beberapa lamanya, 2Kor 1:15-16. Tetapi terjadi sesuatu dan rupanya kewibawaan Paulus dalam diri seorang utusannya dirongrong, 2Kor 5:10; 7:12. Maka sebagai pengganti kunjungan yang dijanjikan dahulu itu Paulus mengirim sepucuk surat tajam yang ditulisnya dengan mencucurkan "banyak air mata", 2Kor 2:3 dst, 9. Surat ini membawa hasil yang menyenangkan, 2Kor 7:8-13. Kabar gembira tentang hasil itu diterimanya dari Titus, 2Kor 2:12 dst; 7:5-16 di Makedonia, setelah Paulus terpaksa meninggalkan Efesus akibat krisis hebat di sana, yang tidak kita ketahui ujudnya, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10; Kis 19:23-40. Maka menjelang akhir th. 57 ia menulis 2Kor. Kemudian ia mengadakan perjalanan kiranya melalui Korintus, Kis 20:1 dst; bdk 2Kor 9:5; 12:14; 13:1, 10, menuju Yerusalem, tempat ia ditahan dan dipenjarakan.
Ada yang berpendapat bahwa 2Kor 6:14-7:1 merupakan kepingan dari surat pertama yang hilang itu, dan 2Kor 10-13 bagian dari surat yang ditulis dengan "mencucurkan banyak air mata". Hanya sukar dibuktikan meskipun mesti diakui bahwa bagian-bagian tersebut kurang cocok dengan konteksnya sekarang, 2Kor sesungguhnya melanjutkan 6:13, sementara kesan bahwa 6:14-7:1 berupa sisipan dikuatkan oleh kesamaan menyolok antara bagian ini dengan naskah-naskah kaum Eseni yang ditemukan di Qumran. Dan juga nada keras dalam 2Kor 10-13 kurang sesuai dengan nada ramah yang meresap ke dalam sembilan bab dahulu. Akhirnya 9:1 mengherankan sedikit sesudah apa yang dikatakan dalam bab 8, sehingga orang menduga bahwa aslinya adalah dua surat kecil tersendiri mengenai pengumpulan dana. Dengan demikian tidak dikatakan bahwa bagian-bagian itu tidak berasal dari Paulus. Tetapi sangat mungkin bahwa bagian-bagian tersebut ada macam-macam asal- asulnya. Baru kemudian kiranya dikumpulkan, yakni waktu kumpulan tulisan-tulisan Paulus dibuat.
Surat-surat kepada jemaat di Korintus itu dengan bagus dan tepat menyoroti watak dan semangat Paulus, tetapi juga menyajikan suatu ajaran yang penting sekali. Di dalamnya ditemukan, khususnya dalam 1Kor, informasi dan keputusan-keputusan mengenai beberapa soal yang membingungkan jemaat Kristen purba dan tentang cara hidup jemaat itu, baik sehubungan dengan keadaan umat sendiri, seperti kemurnian akhlak. 1Kor 5:1-13; 6:12-20, perkawinan dan hidup wadat, 7:1-40, pertemuan keagamaan dan perayaan Ekaristi, 11-12, penggunaan karunia-karunia Roh Kudus (kharismata, 12:1-14:40, maupun sehubungan dengan relasi jemaat dengan dunia luar, seperti naik banding ke pengadilan negeri, 6:1-11, dan memakan makanan yang dipersembahkan kepada berhala, 8-10. Kesemuanya itu hanya berupa pemecahan soal suara hati atau pengaturan ibadat, kalau bakat Paulus tidak merobahnya menjadi kesempatan baik untuk mengemukakan pandangan mendalam mengenai kebebasan hidup Kristen, pengudusan tubuh, keunggulan kasih dan persatuan dengan Kristus. Sewaktu terpaksa membala jabatannya sebagai rasul sejati, 2Kor 10:1-13:14, Paulus mengemukakan pikiran-pikiran unggul mengenai karya kerasulan pada umumnya, 2 Kor 8-9, disinari cahaya persatuan antar-jemaat yang diidam-idamkan. Seluruh ulasan mengenai kebangkitan badan, 1Kor 15, berlatar-belakang eskatologi yang menjadi landasannya. Hanya penggambaran apokaliptis seperti terdapat dalam 1Tes dan 2Tes diganti dengan pembahasan yang lebih rasionil, yang dapat membenarkan harapan yang sukar dicernakan orang-orang Yunani itu. Penyesuaian Injil dengan dunia baru yang dimasukinya itu terutama ternyata dalam cara Paulus mempertentangkan kebodohan Salib dengan hikmat Yunani. Kepada orang-orang Korintus yang terpecah- belah menjadi kelompok yang masing-masing membanggakan gurunya serta bakat- bakatnya, Paulus mengingatkan bahwa hanya ada satu Guru saja, ialah Kristus, dan hanya satu Kabar Gembira yaitu: hanya Salib saja yang menyelamatkan; dan itulah hikmat sejati, 1Kor 1:10-4:13. Dengan jalan itu maka terpaksa oleh keadaan dan tanpa meniadakan pandangan akhir zaman, Paulus sampai menekankan hidup Kristen sekarang yang merupakan persekutuan dengan Kristus yang terwujud oleh pengetahuan sejati ialah kepercayaan. Nanti sebagai akibat krisis di Galatia dan sehubungan dengan agama Yahudi Paulus masih lebih memperdalam hidup Kristen sekarang itu.
Gal dan Rom; th 57-58
Adapun surat kepada jemaat-jemaat di Galatia dan surat kepada jemaat di Roma perlu dibicarakan bersama-sama, sebab keduanya mengupas persoalan yang sama. Surat kepada jemaat-jemaat di Galatia berupa tanggapan langsung terhadap keadaan tertentu, sedangkan surat kepada jemaat di Roma berupa sebuah risalah lebih lengkap yang dengan tenang dikarang dan mengatur gagasan-gagasan yang ditimbulkan oleh pertikaian di Galatia itu. Hubungan erat kedua surat itu adalah argumen paling kuat melawan pendapat sementara ahli yang mengemukakan bahwa surat kepada jemaat-jemaat di Galatia itu ditulis pada permulaan karya Paulus, bahkan sebelum konsili Yerusalem dalam th. 49. Menurut pendapat tersebut kunjungan kedua Paulus ke Yerusalem, yang diceritakan dalam Gal 2:1-10, adalah sama dengan kunjungan kedua yang disebut dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang di dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang dikisahkan Kis 15:2-30 (ini memang cukup berbeda dengan cerita Paulus dalam Gal). Selebihnya rupanya Paulus tidak tahu- menahu tentang keputusan Konsili Yerusalem (Kis 15:20, 29; bdk Gal 2:6), sehingga suratnya kepada jemaat-jemaat di Galatia harus sudah ditulis sebelum Konsili Yerusalem. Untuk menyetujui pendapat itu cukuplah diandaikan bahwa "orang-orang Galatia" itu tidak lain kecuali orang-orang Likaonia dan Pisidia, yang kepadanya Injil diwartakan oleh Paulus sewaktu perjalanannya yang pertama. Pergi-pulangnya Paulus dapat juga menerangkan kedua kunjungan yang kiranya diandaikan dalam Gal 4:13. Namun demikian itu kurang berdasar. Meskipun benar bahwa sejak th. 36-25 seb. Mas. daerah Likaonia dan Pisidia dalam administrasi negara tergabung dengan daerah Galatia, namun dalam bahasa sehari-hari selama abad I Mas. daerah Galatia yang sebenarnya terus disebut demikian. Daerah Galatia terletak lebih ke utara. Khususnya sukar diterima bahwa penduduk Likaonia dan Pisidia dikatakan "orang-orang Galatia", Gal 3:1. Kecuali itu pengandaian yang sukar diterima itu tidak perlu sama sekali. Kunjungan kedua yang disebut dalam Gal 2:1-10, lebih mudah dapat disamkan dengan kunjungan ketiga yang diceritakan dalam Kis 15 (memanglah ada kesamaan yang menyolok juga) dari pada dengan yang kedua, Kis 11:30; 12:25. Kunjungan yang kedua itu nampaknya begitu kurang penting, sehingga didiamkan oleh Paulus dalam argumentasinya (Gal). Dan bahkan boleh jadi bahwa sama sekali tidak ada kunjungan kedua dalam Kis. oleh karena Lukas barangkali menggarap dua sumber berbeda-beda mengenai peristiwa yang sama (bdk Kis, Pengantar dan Kis 11:30+). Maka surat kepada jemaat-jemaat di Galatia ditulis sesudah Konsili Yerusalem. Memang Paulus tidak berkata-kata tentang keputusan yang diambil Konsili itu, tetapi boleh jadi keputusan itu sesungguhnya diambil kemudian dari itu (bdk Kis 15:1+). Kalau demikian maka mudah juga dipahami sikap Petrus yang ditegur oleh Paulus menurut Gal 2:11-14. Maka orang-orang yang dialamati surat itu benar- benar penduduk daerah "Galatia" yang ditempuh Paulus dalam perjalanannya yang kedua dan yang ketiga, Kis 16:6; 18:23. Boleh jadi surat itu ditulis di kota Efesus, atau barangkali di Makedonia sekitar th. 57.
Tidak lama berselang menyusullah surat kepada jemaat di Roma. Paulus sedang berada di Korintus (musim dingin th. 57/58) dan mempersiapkan diri untuk pergi ke Yerusalem. Dari sana ia mau singgah di Roma dalam perjalanan ke Spanyol, Rom 15:22-32; bdk 1Kor 16:3-6; Kis 19:21; 20:3. Paulus tidak mendirikan jemaat di Roma dan informasi-informasi yang diperolehnya tentang jemaat itu, boleh jadi mulai orang seperti Akwila, Kis 18:2 tidak lengkap tetapi separuh-separuh saja. Dari keterangan-keterangan yang tercantum dalam surat itu hanya dapat disimpulkan bahwa jemaat itu terdiri dari orang-orang bekas Yahudi dan bekas kafir dan kedua golongan itu condong saling meremehkan. Karena demikian keadaan jemaat di Roma maka Paulus menganggap baik mempersiapkan kunjungannya dengan mengirimkan sepucuk surat melalui diakones Febe, Rom 16:1. Di dalamnya ia mengemukakan pendapatnya bagaimana mesti dipecahkan masalah hubungan antara agama Yahudi dan agama Kristen; pikirannya di bidang itu menjadi masak akibat krisis di Galatia. Dengan maksud tersebut Paulus mengatur dan memungut secara saksama dan dengan halus gagasan-gagasan yang sudah terungkap dalam Gal. Surat Gal ini berupa luapan hati, di mana pembelaan diri, 1:11-2:21, disusul sebuah pembuktian berupa ajaran, 3:1-4:31 dan peringatan-peringatan keras, 5:1 6:18. Sebaliknya, Rom berupa sebuah ulasan teratur, di mana bagian-bagiannya susul- menyusul secara tertib dengan berpedoman beberapa pokok yang terlebih dahulu diperkenalkan, lalu diuraikan.
Sama seperti halnya dengan surat-surat kepada jemaat di Korintus, demikianpun tidak ada seorangpun yang sungguh-sungguh meragukan bahwa Rom ditulis oleh Paulus. Paling-paling orang menanyakan apakah bab 15 dan 16 barangkali kemudian ditambahkan. Terutama bab 16 yang berisikan banyak salam kepada macam-macam orang barangkali aslinya sebuah surat kecil kepada jemaat di Efesus. Tetapi bab 15 tidak dapat dipisahkan dari surat Rom itu, meskipun beberapa naskah menaruh Rom 16:25-27 pada akhri bab 14 sebagai kata penutup. Ada sejumlah ahli yang mempertahankan bahwa juga bab 16 karangan Paulus yang asli. Mereka mencatat bahwa Paulus dapat berkenan dengan banyak saudara dari Roma yang dahulu diusir oleh Kaisar Klaudius, lalu kembali ke Roma. Dan bagi Sang Rasul memang penting menggaris bawahi hubungan dengan jemaat yang belum mengenal Paulus itu. Adapun doksologi dalam 16:25-27 memang mempunyai ciri-ciri khas dalam gaya bahasanya. Tetapi ini tidak cukup untuk menolak keasliannya, walaupun barangkali ditulis kemudian dari Rom.
Sedangkan surat-surat kepada jemaat di Korintus memperlawankan Kristus sebagai Hikmat Allah dengan hikmat dunia yang sia-sia, maka surat-surat kepada jemaat- jemaat di Galatia dan Roma mempertentangkan Kristus sebagai Pembenaran dari Allah dengan pembenaran yang oleh manusia dikirakan dapat diperoleh dengan usahanya sendiri. Di Korintus semangat Yunanilah yang membahayakan pendirian tepat karena terlalu membanggakan akal-budi manusia sendiri. Di Galatia orang- orang ke-Yahudian datang mengatakan bahwa kaum beriman harus bersunat dan menaklukkan diri kepada hukum Taurat, kalau mau diselamatkan. Paulus sekuat tenaga melawan propaganda dan ajaran itu oleh karena berarti mundur selangkah dan menyia-nyiakan karya Kristus, Gal 5:4. Dengan tidak menyangkal nilai tata penyelamatan lama Paulus menentukan batasnya, oleh karena hanya tahap sementara dalam seluruh rencana penyelamatan Allah. Gal 3:23-25. Hukum Musa pada dirinya baik dan suci, Rom 7:12, dan sungguh-sungguh menyatakan kehendak Allah. Tetapi hukum Taurat tidak memberi manusia daya batiniah untuk menepatinya; dengan jalan itu hukum Taurat tidak hanya membuat manusia menjadi sadar akan dosanya dan kebutuhannya akan pertolongan dari Pihak Allah, Gal 3:19-22; Rom 3:20; 7:7-13. Adapun pertolongan yang berupa karunia belaka itu dahulu dijanjikan kepada Abraham sebelum hukum Taurat diberikan, Gal 3:16-18; Rom 4, dan dianugerahkan oleh Yesus Kristus : kematian dan kebangkitanNya sudah menghancurkan kemanusiaan lama yang diracuni dosa Adam dan menciptakan kemanusiaan baru Yesus yang menjadi prototipnya, Rom 5:12-21. Setelah bergabung dengan Kristus melalui kepercayaan dan dijiwai oleh Roh Kudus, maka manusia selanjutnya dengan cuma-cuma menerima pembenaran sejati dan dapat hidup sesuai dengan kehendak Allah, Rom 8:1-4. Memanglah kepercayaan manusia harus menjadi nyata dalam pekerjaan, tetapi pekerjaan yang dilaksanakan berkat daya Roh Kudus, Gal 5:22-25; Rom 8:5-13, itu bukan lagi pekerjaan hukum Taurat yang padanya orang-orang Yahudi dengan angkuhnya menaruh kepercayaannya. Pekerjaan-pekerjaan itu dapat dilaksanakan oleh semua yang percaya kepada Kristus, meski datang dari kekafiran sekalipun, Gal 3:6-9, 14; Rom 4:11. Maka tata penyelamatan Musa yang bernilai sebagai persiapan sekarang sudah ketinggalan zaman. Orang-orang Yahudi yang mau terus berpegang padanya sesungguhnya menempatkan diri di luar keselamatan yang sebenarnya. Allah mengizinkan mereka menjadi "buta", supaya kaum kafir dapat memperoleh keselamatan. Namun demikian orang-orang Yahudi tidak untuk selama- lamanya kehilangan kepilihannya dahulu, sebab Allah memang setia; ada sementara orang-orang Yahudi, yaitu "sisa kecil" yang dinubuatkan para nabi, sudah sampai percaya: dan nanti yang lain-lainpun akan bertobat, Rom 9-11. Sementara itu semua itu kaum beriman, entah orang-orang Yahudi entah bukan Yahudi, harus menjadi satu karena kasih dan saling menolong, Rom 12:1-15:13. Demikianlah pandangan luas yang sudah dirintis dalam Gal dan dikembangkan dalam Rom. Dan berkat pandangan itulah maka kita mempunyai ulasan yang mengagumkan tentang masa lampau umat manusia yang berdosa, Rom 1:18-3:20, dan tentang pergumulan yang berlangsung dalam diri setiap orang, Rom 7:14-25; tentang keselamatan yang dengan cuma-cuma dikaruniakan, Rom 3:24 dll, daya yang terkandung dalam kematian dan kebangkitan Kristus, Rom 4:24 dst; 5:6-11, yang didalamnya orang turut serta oleh karena iman dan baptisan, Gal 3:26 dst; Rom 6:3-11; penguraian mengenai panggilan bangsa manusia menjadi anak-anak Allah, Gal 4:1-7; Rom 8:14-17, mengenai kasih Allah yang berhikmat, yang adil dan setia dalam menyelenggarakan rencana penyelamatanNya yang terlaksana tahap demi tahap, Rom 3:21-26; 8:31-39. Pandangan akhir zaman tetap tinggal; sebab kita memang diselamatkan dalam pengharapan, Rom 5:1-11; 8:24. Tetapi sama seperti dalam surat-surat kepada jemaat di Korintus, tekanan terletak pada keselamatan yang sudah dimulai sekarang; Roh yang dijanjikan sudah dimiliki sebagai "karunia-sulung, Rom 8:23, sekarang orang-orang Kristen sudah siap hidup dalam Kristus, Rom 6:11, dan Kristus hidup di dalam mereka Gal 2:20.
Dengan demikian maka surat kepada jemaat di Roma menyajikan sebuah sintesa pemikiran teologis Paulus yang mengesankan, sebuah sintesa yang ada di antara yang sangat bagus. Namun demikian sintesa itu bukanlah sintesa sempurna dan lengkap dan bukan pula seluruh ajaran Paulus. Pertikaian yang dilancarkan oleh Luther mengakibatkan bahwa surat Rom ini terlaly diutamakan, hal mana sungguh merugikan, kalau surat-surat lain lain tidak diikut-sertakan sebagai pelengkap, sehingga surat Rom ditempatkan dalam sebuah sintesa yang lebih luas.
Filipi; th. 56-57
Kota Filipi adalah sebuah kota penting di Makedonia dan didiami oleh orang-orang Roma yang merantau. Dalam perjalanannya yang kedua dalam th. 50 Paulus mewartakan Injil di situ, Kis 16:12-40. Selama perjalanannya yang ketiga, Paulus masih dua kali singgah di kota Filipi, yaitu di musim rontok th. 57, Kis 20:1-2, dan sekitar Paskah th. 58, Kis 20:3-6. Kaum beriman yang oleh Paulus direbut bagi Kristus di Filipi menyatakan kasih yang mengharukan hati kepada Rasul mereka dengan mengirimkan bantuan kepadanya di Tesalonika, Flp 4:16, dan kemudian di Korintus 2Kor 11:9. Dengan menulis surat ini kepada jemaat itu Paulus justru bermaksud mengucapkan terima kasih karena bantuan yang diterimanya melalui Epafroditus, utusan jemaat di Filipi, yang membawa sumbangan yang baru, Fil 4:10-20, Paulus yang pada umumnya takut-takut kalau memberi kesan seolah- olah mencari untungnya sendiri, Kis 8:3, dengan rela hati menyambut bantuan dari jemaat Filipi. Dengan jalan itu ia menyatakan menaruh kepercayaan luar biasa kepada jemaat itu.
Waktu menulis surat itu Paulus sedang dalam tahanan, Flp 1:7, 12-17. Lama sekali orang beranggapan bahwa ini penahanan pertama di Roma. Tetapi hubungan yang begitu mudah dan demikian kerap kelihatannya, 2:25-30, antara jemaat Filipi dan Paulus sedang Paulus ditemani Epafroditus, mengherankan, seandainya Paulus sungguh di Roma yang terlalu jauh letaknya. Seandainya Paulus berada di Roma (atau di Kaisarea di Palestina, tempat ia juga pernah ditahan sebagaimana diketahui), maka sukar dipahami bahwa bantuan berupa uang yang dikirim jemaat di Filipi melalui Epafroditus itu merupakan kesempatan pertama yang mereka peroleh untuk menolong Sang Rasul setelah mengamalkan kasihnya waktu perjalanan Paulus yang kedua, 4:10, 16. Sebab memanglah Paulus masih singgah dua kali pada mereka dalam perjalanannya yang ketiga. Hanya lebih mudah dimengerti, kalau Paulus menulis surat itu sebelum kedua kunjungan tersebut. Kiranya Paulus berada di Efesus selama th. 56/57 sementara mengharapkan dapat pergi ke Makedonia sesudah dilepaskan (bdk Flp 1:26; 2:19-24 dan Kis 19:21 dst; 20:1; 1Kor 16:5). Kenyataan bahwa Paulus berkata tentang "Pretorium" (terj.: istana) dalam Flp 1:13 dan tentang "rumah/keluarga Kaisar" (terj.: istana Kaisar) dalam 4:22, tidak perlu menjadi kesulitan. Sebab di kota-kota besar, khususnya di Efesus, ada pasukan pengawal pribadi, sama seperti di Roma sendiri yang mengawal wali negeri. Memanglah kita tahu apa-apa tentang penahanan Paulus di Efesus. Tetapi inipun tak perlu menjadi kesulitan yang tak teratasi. Sebab Lukas hanya menceritakan sedikit saja tentang ketiga tahun Paulus tinggal di kota itu, sedangkan Palus sendiri menyiratkan bahwa di sana menghadapi kesulitan berat, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10.
Kalau hipotesa tersebut diterima maka Flp perlu dipisahkan dari Kol, Ef, dan Flm dan didekatkan pada "surat-surat besar", khususnya pada 1Kor. Kedua surat ini tidak bertentangan satu sama lai, tetapi sebaliknya sangat berdekatan baik dari segi sastra maupun dari segi ajaran. Hanya Flp kurang berupa ajaran. Ini lebih- lebih berupa peluapan hati, tukar berita dan peringatan terhadap "pekerja- pekerja jahat", yang di mana-mana merongrong karya Sang Rasul, sehingga boleh jadi juga menyerang jemaat terkasih di Filipi; terutama Flp berupa seruan supaya kaum beriman bersatu dalam kerendahan hati. Seruan itulah yang bagi kita menghasilkan 2:6-11 mengenai perendahan Kristus. Boleh jadi madah yang mengharukan hati itu dikutip oleh Paulus atau merupakan ciptaan Paulus sendiri. Tetapi bagaimanapun juga lagu itu memberikan kesaksian yang berharga mengenai kepercayaan umat Kristen pruba akan kepra-adaan ilahi Yesus.
Tidak ada orang yang meragukan bahwa Flp benar-benar dikarang oleh Paulus. Hanya dapat dipersoalkan apakah surat itu barangkali penggabungan beberapa surat kecil yang aslinya tersendiri. Tetapi ini berupa dugaan belaka.
Ef, Kol, Flm; th. 61-63.
Surat kepada jemaat di Efesus, kepada jemaat di Kolose dan kepada Filemon ternyata sebuah kelompok tersendiri. Ketiga karangan itu sangat erat hubungannya; baik Kol 4:9 maupun Flm 12 berkata tentang Onesimus yang mau dikirim Paulus; Tikhikus disebut dalam Kol 4:7 dst dan dalam Ef 6:21 dst; teman- teman Paulus yang sama tampil dalam Kol 4:10-14 dan dalam Flm 23-24; ditinjau dari segi sastra dan dari segi ajaran ada banyak kesamaan antara Ef dan Kol; Paulus masih dipenjara, Flm 1:9 dst; 13, 23; Kol 4:3, 10, 18; Ef 3:1; 4:1; 6:20, dan tentu saja di Roma (antara th. 61 dan 63), dan bukan di Kaisarea atau di Efesus. Kalau di Kaisarea sukar menerangkan bahwa Markus dan Onesimus ada pada Paulus, sedangkan tentang kehadiran Lukas di Efesus bersama Paulus tidak ada berita apapun. Kecuali itu perbedaan gaya bahasa dan kemajuan dalam ajaran mengandaikan jangka waktu cukup lama antara "surat-surat besar" (Kor, Gal, Rom) dan Ef serta Kol. Dalam jangka waktu itu timbullah sebuah krisis. Dari Kolose, di mana Paulus sendiri tidak mewartakan Injil, 1:4; 2:1, datanglah wakilnya Epafras, 1:7, membawa berita yang mengkhawatirkan, Paulus menjadi prihatin dan segera menanggapi berita itu dengan sepucuk surat kepada jemaat di Kolose; surat itu dibawa ke sana oleh Tikhikus. Tetapi reaksinya terhadap bahaya yang baru itu memperdalam pikiran Sang Rasul. Sama seperti Rom dipakai untuk mengatur pikiran- pikiran yang tercetus dalam Gal, demikianpun sekarang Paulus menulis sepucuk surat lain lagi, di sana ia menyusun ajarannya dengan berpedoman sebuah titik pandangan yang dipaksakan kepadanya oleh pertikaian di Kolose. Sintesa yang mengagumkan itu tidak lain kecuali "surat kepada jemaat di Efesus". Hanya judul semacam itu (yang dalam surat sendiri tidak pasti juga, bdk Ef 1:1+) dapat menipu. Paulus sesungguhnya tidak menulis kepada orang-orang Efesus, tempat ia tinggal selama tiga tahun, melainkan kepada kaum berimann pada umumnya, bdk Ef 1:15; 3:2-4, khususnya kepada jemaat-jemaat di lembah-lembah pegunungan Lisia tempat surat itu diedarkan, Kol 4:16.
Sementara ahli pernah menolak keaslian kedua surat tersebut. Tetapi Kol dewasa ini lebih umum diterima sebagai karangan Paulus dan pendapat itu memang cukup berdasar. Gagasan-gagasan utama Paulus terdapat dalam Kol, dan kalau ada juga pikiran-pikiran baru maka halnya mudah dijelaskan dengan menunjuk kepada keadaan baru yang harus dihadapi Paulus. Hal yang sama dapat dikatakan tentang Ef juga, tetapi surat ini tetap sangat diragukan keasliannya. Namun demikian karena surat itu ternyata hasil seorang pemikir yang berbakat maka sukar diterima bahwa dikarang oleh seorang murid Paulus. Sudah barang tentu gaya bahasa Kol dan Ef yang bertutur panjang, ada kalanya berlebih-lebihan, itu berbeda sekali dengan pemikiran pendek, padat dan tegang seperti terdapat dalam surat yang dahulu. Tetapi hal itu cukup dapat diterangkan juga, oleh karena Paulus kini mengamati ufuk baru yang jauh lebih luas. Selebihnya Paulus menggunakan macam-macam gaya bahasa dan dalam 2Kor 9:8-14 atau Rom 3:23-26 dll sudah terdapat contoh-contoh gaya bahasa kontemplatip dan lebih kurang liturgis yang sepenuh-penuhnya berkembang dalam Kol dan Ef. Satu-satunya kesulitan yang sesungguhnya berasal dari kenyataan bahwa beberapa bagian dari Ef lebih kurang secara harafiah dan ada kalanya secara salah memungut pengungkapan-pengungkapan dari Kol. Hanya Paulus tidak pernah menulis surat-suratnya dengan tangannya sendiri dari awal sampai akhir. Maka gejala tersebut dapat diterangkan dengan berkata bahwa seorang murid memainkan peranan besar dalam menyusun Ef.
Adapun bahaya yang mengancam di Kolose berasal dari pemikiran berlebih-lebihan berdasarkan pandangan-pandangan Yahudi, Kol 2:16, yang bercampur-baur dengan filsafaf ke-Yunanian. Pemikiran-pemikiran berlebih-lebihan tersebut memberi kepada daya-daya sorgawi yang memimpin jalannya jagat raya sebuah peranan begitu penting sehingga menurunkan kedudukan utama Kristus. Paulus menerima saja adanya daya-daya semacam itu tanpa meragukan kegiatannya; ia bahkan menyamakannya dengan malaikat-malaikat yang terdapat dalam tradisi Yahudi, bdk 2:15. Hanya ia menerimanya untuk menempatkannya di tempatnya yang wajar dalam rencana penyelamatan Allah. Mereka telah berperan sebagai pengantara dan pengurus hukum Taurat. Tetapi kini peranannya sudah habis sama sekali. Dengan menciptakan suatu dunia baru maka Kristus Kirios sendiri menangani pemerintahan dunia semesta. PeninggianNya di sorga sudah menempatkan Kristus di atas daya-daya kosmis yang telah dilucuti kekuasaannya dahulu, 2:15. Memanglah sejak awal penciptaan Kristus sudah menguasai kekuasaan-kekuasaan itu, sebab Dialah Anak dan Gambar Bapa. Tetapi dalam ciptaan baru Kristus menguasai daya-daya itu sebagai Kepalanya dan secara depinitip, oleh karena telah mempersatukan di dalam diriNya segenap "Ple-roma", artinya kepenuhan beradanya, baik beradanya Allah maupun beradanya dunia di dalam Allah, 1:13-20. Oleh karena sudah dibebaskan dari "unsur-unsur dunia" (terj.: roh-roh dunia), 2:8, 20, berkat persatuannya dengan Kepala dan oleh karena mengambil bagian dalam KepenuhannNya, 2:10, maka orang- orang Kristen tidak perlu menaklukkan diri kepada kekuasaan lalim "unsur-unsur dunia" itu dengan menepati macam-macam aturan yang sudah ketinggalan zaman dan tidak berguna lagi, 2:16-23. Melalui baptisan mereka sudah dipersatukan dengan Kristus yang wafat dan bangkit, 2:11-13 dan menjadi anggota TubuhNya. Dan hidup baru hanya mereka terima dari Kristus yang menjadi Kepala yang menghidupkan, 2:19. Memanglah Paulus tetap menaruh minat utamanya pada keselamatan Kristen, tetapi karena pertikaian itu ia memperluas karya Kristus sampai merangkum seluruh dunia dan jagat raya. Di samping bangsa manusia yang diselamatkan itu seluruh jagat raya yang menjadi latar belakang dan rangka umat manusia dimasukkan Paulus ke dalam karya Kristus. Maka jagat raya secara tak langsung ditempatkan juga di bawah kekuasaan satu-satunya Tuhan, ialah Kristus. Pemikiran semacam itulah mengakibatkan bahwa gagasan "Tubuh Kristus" yang dirintis dahulu, 1Kor 12:12+, diperkembangkan lebih jauh dengan menekankan Kristus sebagai kepala Tubuh-Nya; bahwa karya penyelamatan diperluas sampai merangkum dunia semesta; bahwa pemandangan diperlebar sehingga Kristus terutama dilihat sebagai pemenang sorgawi, sedangkan Gereja sebagai persatuan menyeluruh dibangun menuju Kristus sorgawi; bahwa eskatologi yang sudah terujud lebih ditekankan, bdk Ef 2:6+.
Pemandangan seperti di atas terulang dalam Ef. Tetapi usaha untuk menaruh daya- daya sorgawi yang terlalu dinilai itu pada tempatnya yang wajar sudah menghasilkan buahnya, Ef 1:20-22. Maka perhatian terutama diarahkan kepada Gereja. Ia merupakan Tubuh Kristus yang meluas sampai menjadi Jagat raya baru, Kepenuhan Dia yang memenuhi semua dan segala sesuatu, 1:23+. Dalam pemandangan yang paling tinggi yang merupakan puncak segenap karyanya ini Paulus memungut beberapa pikiran dari masa dahulu untuk menempatkannya di dalam sintesa yang dicapainya. Teristimewanya ia memikirkan kembali persoalan yang dibahasnya dalam surat kepada jemaat di Roma, yang berupa puncak dalam tahap pemikirannya dahulu. Ia tidak hanya dengan sepintas lalu meningkatkan pandangannya mengenai keadaan lampau bangsa manusia yang berdosa dan keselamatan yang dengan cuma-cuma dianugerahkan melalui Kristus, 2:1-10, tetapi juga memikirkan kembali masalah hubungan antara bangsa-agama Yahudi dan jemaat Kristen yang dahulu menggelisahkannya, Rom 9-11. Dan kini persoalan itu dilihatnya dengan berlatar belakang eskatologis yang sudah terlaksana: kini kedua kelompok itu nampak baginya sebagai bersatu karena diperdamaikan di dalam satu orang Manusia baru, sehingga bersama-sama di perjalanan menuju Bapa, Ef 2:11-22. Dan justru kenyataan bahwa kaum kafir juga dapat memperoleh keselamatan Israel dalam diri Kristus itu adalah "rahasia khendak Allah", 1:9; 3:3-6, 96:19; Kol 1:27; 2:2; 4:3. Dan mengingat rahasia itulah Paulus pada akhir hidupnya dapat mengemukakan pikiran yang tidak ada tara bandingnya: mengingat Hikmat Allah tak berbatas yang menyatakan diri dalam rahasia itu, 3:9 dst; Kol. 2:3; mengenai kasih Kristus yang tak terselami, yang nampak pula dalam rahasia itu, Ef 3:18 dst; tentang dirinya sendiri, yang terhina di antara para rasul namun oleh Allah dengan cuma-cuma dipilih menjadi pelayan rahasiaNya itu, 1:3-14. Dan akhir- tujuan rahasia itu tidak lain kecuali pernikahan Kristus dengan bangsa yang selamat, ialah Gereja, 5:22-23.
Surat kepada Filemon ditulis pada waktu yang sama dengan ditulisnya Kol dan Ef. Ia dialamatkan kepada seorang Kristen yang oleh Paulus sendiri ditobatkan, ay 9. Di dalam surat kecil itu Paulus memberitahukan bahwa seorang budak bernama Onesimus yang melarikan diri dan oleh Paulus direbut bagi Kristus akan kembali kepada majikannya, ay 10. Dengan tangannya sendiri ay 19, Paulus menulis surat kecil ini yang dengan bagusnya menyoroti kehalusan hati Paulus. Ini juga penting oleh karena memberitakan kepada kita bagaimana Paulus memecahkan masalah perbudakan, Rom 6:15+; meskipun hubungan sosial antara majikan dan budak tetap sama seperti dahulu, namun seorang majikan Kristen dan seorang budak Kristen selanjutnya harus hidup sebagai bersaudara untuk mengabdi Majikan yang sama, ay 16 bdk Kol 3:22-4:1.
1Tim, Tit, 2Tim ; th 65-67
Surat-surat kepada Timotius dan surat kepada Titus sangat berdekatan satu sama lain karena isi, latar belakang historis dan bentuknya. Dua di antaranya rupanya ditulis di Makedonia: yang satu dialamatkan kepada Timotius, yang waktu di Efesus, 1Tim 1:3, di mana Paulus berharap tidak lama lagi dapat bertemu dengannya, 3:14; 4:13, sedangkan yang lain dialamatkan kepada Titus yang oleh Paulus ditinggalkan di pulau Kreta, Tit 1:5. Paulus merencanakan tinggal di Nikopolis ( di Epirus) selama musim dingin dan Titus hendaknya berkumpul dengannya di situ, Tit 3:12. Waktu menulis 2Tim Paulus sedang di penjara di Roma, 1:8, 16 dst; 2:9, setelah singgah di Troas, 4:13 dan Miletus, 4:20. Keadaan Paulus gawat sekali, 4:16, dan ia merasa bahwa ajalnya sudah dekat, 4:6- 8, 18. Ia seorang diri dan mendesak supaya Timotius secepat mungkin datang, 4:9- 16, 21. Meskipun ada kesamaan kecil namun keadaan itu tidak berkesusaian dengan penahanan Paulus di Roma selama th. 61-63 dan tidak pula dengan perjalanan yang mendahuluinya. Ada cukup banyak ahli yang mengambil kesimpulan bahwa ketiga surat itu bukan karangan Paulus, seorang lain mau menjiplak Paulus dan mengkhayalkan catatan-catatan mengenai hal-ihwal Paulus supaya karangan- karangannya nampaknya bersifat historis dan dapat disebar-luaskan dengan nama dan kewibawaan Paulus. Tetapi hipotesa semacam itu tidak perlu sama sekali. Tidak ada bukti satupun bahwa Paulus mati selama penahanannya yang pertama; sebaliknya Kis 28:30 menyarankan bahwa ia dibebaskan. Jadi Paulus dapat mengadakan perjalanan-perjalanan lain lagi, barangkali lebih dahulu di negeri Spanyol sebagaimana ia merencanakannya, Rom 15:24, 28, dan kemudian di sebelah timur, sebagaimana juga direncankan, Flm 22. Mudah saja 1Tim dan Tit ditinggalkan sekitar th. 65 selama suatu perjalanan melalui pulau Kreta, Asia Kecil, Makedonia dan Yunani. Keadaan yang tampil dalam 2Tim adalah situasi penahanan baru yang kali ini berakhir dengan sial. Surat yang merupakan nasehat Paulus ini kiranya ditulis tidak lama sebelum kemartiran Paulus dalam th. 67.
Ketiga surat tersebut dialamatkan kepada dua murid Paulus yang paling setiawan, Kis 16:1+; 2Kor 2:13+. Di dalamnya termuat sejumlah petunjuk bagaimana mengorganisasi jemaat-jemaat Kristen yang oleh Paulus dipercayakan kepada mereka. Itulah sebabnya maka sejak abad XVIII surat-surat itu biasanya disebut "Surat-surat Pastoral (Gembala)." Beberapa ahli berpendapat bahwa surat-surat itu mengandaikan tahap perkembangan dalam tata pemerintahan umat yang baru terjadi sesudah Paulus mati. Tetapi pendapat ini kurang tepat. Sebab surat-surat itu sebenarnya mengandaikan sebuah tahap perkembangan umat yang sangat mungkin sudah tercapai menjelang akhir hidup Paulus. Sebutan "episkopos" (penilik) masih searti dengan sebutan "presbiter" (terj. penatua) Tit 1:5-7, seperti juga dahulu, Kis 20:17 dan 28, sesuai dengan susunan jemaat-jemaat dahulu yang dipimpin oleh sebuah dewan penatua, Tit 1:5+. Belum ada sama sekali seorang "uskup" yang seorang diri menjadi pemimpin tertinggi jemaat. Tokoh semacam itu baru tampil dalam surat-surat Ignasius dari Anthiokia. Hanya perkembangan ke jurusan itu sudah dirintiskan : meskipun beberapa jemaat dipercayakan kepada Timotius dan Titus yang tidak terikat pada satu di antaranya, Tit 1:5, namun kedua wakil Paulus itu memegang kewibawaan rasuli, yang tidak lama lagi harus diserahkan kepada orang-orang lain oleh karena para rasul menghilang. Dan tidak lama kemudian kewibawaan rasuli itu diberi kepada ketua sebuah dewan penatua, dan ketua itu tidak lain kecuali uskup. Tahap peralihan sebagaimana tampil dalam surat-surat pastoral justru menjadi bukti bahwa surat-surat itu benar-benar karangan Paulus. Sebab dengan maksud apa seorang pemalsu dapat mengkhayalkan tahap semacam itu? Perlu diperhatikan juga bahwa "penilik" dan "penatua" itu bukan hanya pengurus harta-benda dan perkara materiil lain, tetapi juga dan terutama bertugas mengajar dan memimpin, 1Tim 3:2, 5; 5:17; Tit 1:7, 9. Dengan demikian maka "penilik" dan "penatua" itu sungguh-sungguh moyang dari uskup dan iman dalam Gereja Katolik sekarang.
Sementara ahli berpendapat bahwa desakan untuk berpegang teguh pada "ajaran sehat", 1Tim 1:10 dll, dan memelihara "depositum fidei" (terj.: apa yang dipercayakan kepadamu), 1Tim 6:20; 2Tim 1:14, tidak layak bagi Paulus, seorang pemikir teologis yang berani dan orisinil. Tetapi keterangan dan desakan semacam itu nampaknya sesuai sekali dengan Sang Rasul yang dekat pada ajalnya dan memperingati pembantu-pembantunya yang masih muda berhubung dengan pemikiran- pemikiran yang membahayakan. Sebab Paulus sudah mengamati bahwa jemaat-jemaat itu ada selara untuk pembaharuan-pembaharuan yang dapat menghancurkan iman, 1Tim 1:19. Dan ini tentu saja bukan ajaran dari gnostik dalam abad II yang mau ditentang oleh seorang pemalsu yang menyamar sebagai Paulus. "Soal-soal yang dicari-cari", 1Tim 6:4, "dongeng-dongeng dan silsilah yang tiada putus- putusnya", 1Tim 1:4, "dongeng-dongeng Yahudi", Tit 1:14 dan "percekcokan dan pertengkaran mengenai hukum Taurat", Tit 3:9, yang bercampur dengan aturan- aturan askese yang keras, 1Tim 4:3, kiranya berasal dari orang-orang Yahudi yang berkebudayaan Yunani dan suka mencampurkan segala sesuatunya. Paulus terpaksa sudah menghadapi mereka waktu krisis dalam jemaat di Kolose.
Sudah barang tentu bahasa yang dipakai dalam surat-surat ini tidak mempunyai ciri-ciri bahasa Paulus. Gaya bahasanya sangat lancar, berbeda sekali dengan gaya yang berapi-api dan yang kekayaannya melimpah-limpah, seperti yang dipakai oleh Paulus dalam surat-suratnya dahulu. Bahkan perbendaharaan katapun berbeda dengan perbendaharaan kata yang lazim pada Paulu. Ada orang yang berkata, bahwa usia lanjut Paulus dan keadaannya sebagai orang tahanan dapat menjelaskan gejala semacam itu. Tetapi antara Kol, Ef dan Tim, Tit hanya ada jangka waktu paling- paling empat-lima tahun, sedangkan 1Tim dan Tit tidak ditulis dalam penjara. Juga usaha untuk membeda-bedakan dalam surat-surat pastoral beberapa surat-surat kecil baik yang berasal dari Paulus maupun yang bukan karangannya tidak sampai meyakinkan. Dari sebab itu sebaik-baiknya diandaikan bahwa seorang murid-penulis Sang Rasul berperan dalam menyusun surat-surat pastoral, sama seperti halnya dengan Ef. Kepada penulis itu Paulus memberikan kebebasan lebih besar dari yang lazim. Memang Lukas menyertai Paulus, 2Tim 4:11, dan ada orang yang mengira dapat menemukan kesamaan khusus antara gaya bahasa Lukas dan gaya bahasa surat- surat pastoral.
Ibr ; th. 67
Berbeda dengan semua surat lain, surat kepada orang-orang Ibrani sejak dahulu diragukan keasliannya. Bahwasannya surat ini termasuk Kitab Suci jarang dipersoalkan, tetapi dalam Gereja barat sampai akhir abad IV tidak diterima sebagai karangan Paulus, namun bentuk literer surat itu dipersoalkan (Klemens dari Aleksandria, Origenes). Memanglah bahasa dan gaya bahasa surat kepada orang-orang Ibrani adalah murni dan lancar dan pasti bukan bahasa atau gaya bahasa Paulus. Caranya surat ini mengutip dan menggunakan Perjanjian Lama bukanlah cara Paulus. Alamat dan kata pembuka yang lazim dalam surat-surat Paulus tidak ada sama sekali. Ajaran yang termuat dalam karangan itu mempunyai keserupaan dengan ajaran Paulus, tetapi sekaligus ajaran itu cukup asli, sehingga sukar diterima bahwa langsung berasal dari Paulus sendiri. Maka banyak ahli katolik dan bukan katolik dewasa ini sependapat dalam mengakui bahwa surat ini bukan karangan Paulus seperti surat-surat lain adalah karangannya, walaupun secara langsung atau tidak langsung Paulus mempengaruhi Ibr. Dan pengaruh itu begitu rupa sehingga dapat dipertanggung-jawabkan bahwa secara tradisionil surat itu dikelompokkan bersama dengan surat-surat Paulus.
Tetapi perbedaan muncul kalau dipersoalkan siapa sesungguhnya penulis Ibr yang tidak bernama itu. Segala macam nama sudah dikemukakan., misalnya Barnabas, Silas, Aristion, dll. Yang kiranya paling kena ialah Apolos, seorang Yahudi dari Aleksandria, yang kefasihan, semangat kerasulan dan kemahirannya dalam Alkitab dipuji oleh Lukas, Kis 18:24-28. Bakat-bakat itu ternyata tampil jelas dalam surat kepada orang-orang Ibrani; bahasa dan pimikirannya berbau bahasa dan pemikiran Aleksandria (Filo); kefasihannya dalam membela agama Kristen meyakinkan, sedangkan seluruh argumentasinya berdasar penafsiran Perjanjian Lama.
Seperti nama pengarangnya tidak dikenal dengan pasti, demikianpun halnya dengan tempat ditulisnya surat ini dan orang-orang yang dialamati. Rupanya pengarang tinggal di Italia, 13:24, dan menulis suratnya sebelum Bait Allah di Yerusalem dihancurkan (th. 70). Sebab itu ia berkata tentang ibadat dalam Bait Allah seolah-olah sesuatu yang masih terus berlangsung, 8:4 dst, dan ia menasehati pembacanya sehubungan dengan godaan untuk kembali ke ibadat itu. Tentu saja pengarang menekankan bahwa ibadat Musa mempunyai ciri sementara saja, tetapi sama sekali tidak berkata tentang bencana yang terjadi dalam th. 70, meskipun kejadian itu memang sangat mendukung pendapatnya. Selebihnya pengarang pasti menggunakan surat-surat yang ditulis Paulus dalam penjara (Ef, Flp, Kol). Maka surat kepada orang-orang Ibrani boleh diberi bertanggal sesudah th. 63, kiranya sekitar th. 67, kalau orang menerima bahwa apa yang dikatakan tentang krisis yang mendekat, sebagaimana dapat dirasakan dalam seruannya supaya sidang pembaca berpegang teguh pada kepercayaannya, 10:25 dll, mengenai gejala yang mendahului perang Yahudi.
Meskipun judul surat ini, ialah: "Kepada orang-orang Ibrani" baru muncul selama abad II, namun sangat cocok dengan isi karangan itu. Surat ini tidak hanya mengandalkan bahwa para pembaca berkenalan baik dengan Perjanjian Lama, tetapi juga bahwa mereka bekas Yahudi. Oleh karena Ibr begitu menekankan ibadat dan liturgi, maka orang bahkan berpikir kepada bekas imam-imam Yahudi, bdk Kis 6:7. Setelah masuk Kristen imam-imam itu terpaksa meninggalkan kota suci dan mengungsi ke tempat lain, barangkali ke salah satu kota di pantai, misalnya Kaisarea atau Antiokhia. Tetapi pengasingan itu memberati mereka, sehingga dengan rindu mengenangkan ibadat bersemarak yang diselenggarakan oleh kaum Lewi dan yang merekapun melayaninya dahulu. Kepercayaannya yang baru, yang masih kurang kuat dan kurang terdidik, mengecewakan mereka, apa lagi oleh karena terganggu oleh penganiayaan akibat kepercayaan itu. Maka timbullah godaan hebat untuk mengundurkan diri.
Surat kepada orang-orang Ibrani sekuat tenaga berusaha mencegah mereka dari menjadi murtad, 10; 19:39. Untuk mengobarkan semangat kaum buangan yang menjadi lesu dan kendor itu, maka Ibr menyajikan pandangan unggul mengenai hidup Kristen, yang dipikirkan sebagai sebuah ziarah, suatu perjalanan menuju istirahat yang dijanjikan, sebuah perjalanan ke Tanah Air dengan dibimbing oleh Kristus yang melebihi Musa, 3:1-6, dan dengan disinari cahaya iman-kepercayaan yang sudah memimpin para bapa bangsanya, orang-orang Yahudi waktu keluaran dan semua orang suci dari Perjanjian Lama, 3:7-4:11; 11. Dengan imamat lama dan ibadat kaum Lewi yang dirindukan sidang pembaca, si pengarang memperlawankan diri Kristus yang menjadi Imam menurut peraturan Melkisedek dan melebihi imamat Harun,
Ende: Roma (Pendahuluan Kitab) SURAT RASUL PAULUS KEPADA UMAT ROMA
KATA PENGANTAR
Menurut pendapat paling umum, surat kepada umat Roma ini ditulis oleh Paulus.
di Korintus pada awal...
SURAT RASUL PAULUS KEPADA UMAT ROMA
KATA PENGANTAR
Menurut pendapat paling umum, surat kepada umat Roma ini ditulis oleh Paulus. di Korintus pada awal tahun 58, mendjelang berangkatnja ke Jerusalem, guna menjampaikan hasil pendermaan dari umat-umat di Achaja dan Masedonia, bagi orang-orang miskin didalam umat induk disitu. Ia bermaksud, segera sesudah penjerahan resmi derma-derma tersebut, pergi ke Barat pula dan meluaskan wilajah kerajanja sampai ke Spanjol. Pada perdjalanan ke Spanjol itu ia bermaksud singgah di Roma dan hal ini mendjadi alasan tertulisnja surat ini. Ia hendak memberitahukan niatnja itu dan memperkenalkan diri dan maksud kundjungannja terlebih dahulu, sebab ia masih agak asing bagi umat itu, belum pernah berhubungan denganja, ketjuali dengan beberapa tokoh, jang dahulu mendjadi pembantu, kawan atau muridnja dilain-lain tempat. Bdl. 16:3-16. Umat itu dewasa itu sudah sangat besar dan menurut perkataan Paulus sendiri dalam 1:8 semangat imannja terkenal "diseluruh dunia". Lagi pula kedudukan umat ini teristimewa penting sebagai umat ibu-kota seluruh kekaiseran Roma, pusat pemerintahan dan kebudajaan Romawi. Sudah sewadjarnja semua itu menarik minat seorang rasul seperti Paulus. dan sebab itu sudah lama menimbulkan kerinduan untuk berkenalan dengan umat itu. Malahan ia merasa bertugas terhadapnja djuga. Umat itu bagian terbesar terdiri dari orang Romawi asli bekas penjembah dewa-dewa, dan bukankah ia. chususnja bertugas sebagai rasul terhadap segala bangsa-bangsa "kafir"? Untuk itu ia ditetapkan langsung oleh Kristus sendiri (Kis. Ras. 9:15), dan dengan resmi pula oleh umat Antiochia atas ilham Roh Kudus (Kis. Ras. 13:2-3), dan achirnja oleh persetudjuan dengan "tiang-tiang agung" Geredja, ialah Petrus, Joanes dan Jakobus (Gal. 2:7-10). Oleh sebab itu ia tidak mau datang dengan tangan kosong, melainkan dengan kepenuhan berkat Kristus (15:29), dan sekedar membagikan iman mereka (1-11). Namun demikian ia tidak mau membangunkan. diatas dasar jang diletakkan oleh orang lain (15:20-22), artinja ia tidak mau tjampur- tangan dalam urusan-urusan umat. Dan memang dasar umat itu sudah teguh berdiri. Siapakah jang meletakkan dasar itu tidak terang. Ada hanja beberapa berita bersifat riwajat lisan jang sebagian amat kabur. Mungkin pangkal mula umat ialah orang-orang jang didalam Kis. Ras. 2.10 disebut "orang Jahudi dan proselit dari Roma", jang turut menjaksikan peristiwa Pentekosta di Jerusalem. Tetapi perkembangan pesat dan keteguhan iman membuktikan, bahwa pendiri dan pemimpin umat itu tentu seorang rasul unggul dan ada hal-hal dan berita-berita jang menundjuk kepada Petrus. Menurut berita-berita purba jang agak kabur, Petrus sudah bekerdja disitu waktu pemerintahan kaiser Klaudius antara. 42 dan 49, dan datang kesana langsung atau tak langsung, sesudah ,pergi kesuatu tempat lain" (Kis. Ras. 12:17). Memang diwaktu itu umat sudah besar, tentu terutama diantara orang Jahudi, jang golongannja di Roma dewasa itu beberapa ribu orang. Hal itu terkesan oleh berita Suetonius, periwajat hidup Klaudius, jang menulis, bahwa dimasa itu terdjadi suatu pergolakan diantara orang-orang Jahudi, disebabkan oleh seorang bernama Chrestos dan mengakibatkan Klaudius mengusir semua orang Jahudi dari Roma. Bdl. Kis. Ras. 18:2. Berita-berita bahwa Petrus kemudian bekerdja di Roma dan mati sebagai martir disitu tidak dapat disangkal kebenarannja. Diantaranja misalnja berita, bahwa Markus menulis Indjilnja di Roma, berdasarkan pengadjaran Petrus disitu dan atas permintaan orang Roma. la dinamakan djuru-bahasa Petrus.
Bahwa diwaktu Paulus menulis surat ini, dan datang, sebagai tahanan ke Roma, umat disitu besar dan teguh imanja, njata dibuktikan beberapa tahun kemudian, dalam pengedjaran Nero terhadap mereka. Penulis sedjarah Romawi, Tasitus, menulis, bahwa orang-orang jang disebut "Chrestiani", sedjumlah teramat besar (ingens multitudo) ditangkap dan disiksakan (dibunuh) sebengis-bengisnja oleh kaisar Nero, bukannja seolah-olah mereka bersalah, sebagaimana tertuduh, melainkan karena kebentjian rakjat terhadap mereka dan kekedjaman satu orang (Nero).
Paulus hendak mengundjungi umat Roma sebab bertugas sebagai rasul bagi bangsa-bangsa penjembah dewa-dewa. Demikian menurut 1:5-7. Dan dalam membatja surat ini kita memang mendapat kesan-kesan, bahwa surat ini chususnja ditudjukan kepada orang-orang bekas penjembah dewa-dewa. Tentu sadja ada segolongan bangsa Jahudi djuga dalam umat Roma, jang tidak diabaikan oleh Paulus. Tetapi kalau ia didalam surat, misalnja dalam bab 2, langsung menjapa orang Jahudi, hal itu bukan berarti, bahwa uraian bersangkutan chusus ditudjukan kepada mereka. Isinja sama penting bagi segala anggota umat. Metodos Paulus disini, memberi pengertian djelas dengan mempertahankan kebenaran Indjil dengan salah paham Jahudi. Dan kalau dalam pada itu menjapa orang Jahudi, itu dapat dan harus ditafsirkan sebagai akal suatu gajabahasa setperti terdapat dalam Rom. 7,7-25. Mengenai tudjuan surat untuk menjatakan niat mengundjungi umat dan memperkenalkan diri serta maksud kedatangannja, tentu sadja tjukup suatu surat pendek, jang misalnja meliputi isi 1:1-15 dan 15:22-29. Tetapi dalam kegiatan kerasulannja Paulus tidak dapat mentjukupkan diri dengan suatu berita pendek itu. Disini sudah ia tidak mau datang dengan tangan kosong. Dan sjukurlah bagi seluruh Geredja untuk segala abad, ia mendapat ilham dalam menulis surat ini untuk terdahulu memaparkan isi "Indjil"nja, jang akan dibitjarakan setjara lisan pada perkundjungannja. Kita sudah tahu apakah arti "Indjil"nja itu, jaitu Indjil Kristus dengan menondjolkan apa jang chususnja mendjadi kabar gembira bagi bangsa-bangsa bukan Jahudi, jaitu bahwa Kristus sebagai Penebus telah datang untuk menjelamatkan seluruh bangsa manusia, baik Jahudi, maupun bangsa-bangsa jang masih disebut "kafir". Paulus menerangkan djalan, sjarat-sjarat dan hakekat penjelamatan itu. Djalan pikiran Paulus dalam surat ini dalam garis-garis besarnja adalah seperti berikut:
Seluruh umat manusia, turunan Adam meringkuk dalam perhambaan kepada dosa. Dosa itu pada hakekatnja terletak dalam terputusnja hubungan tjinta dengan Allah dan disebut djuga "murka" Allah. Akibatnja keruntuhan achlak jang mengerikan dan achirnja kebinasaan abadi. Tak seorang manusiapun mampu membebaskan diri dari perhambaan itu, dan dari sendirinja mendekati Allah.
Dalam kerahimanNja Allah dari kekal sudah merentjanakan menjelamatkan manusia dari keadaan itu. PenjelenggaraanNja telah didjandjikanNja kepada Abraham dan para turunannja dan makin lama makin djelas disediakanNja didalam Perdjandjian Lama.
Rentjana dan djandji itu sudah dilaksanakan oleh dan dalam Kristus. Ia telah menebus dosa manusia dengan darahnja dan memperdamaikan bangsa manusia dengan Allah Pula.
Keadaan manusia tertebus dinamakan Paulus "dikaiosine", artinja kebenaran.Manusia 'jang "pertjaja akan Kristus", "dibenarkan" oleh Allah, artinja dosanja dihapus dan Allah memberinja suatu hidup baru, jang berwudjud mempunjai bagian dalam hidup Allah sendiri dan diangkat mendjadi anak Allah sedjati dan ahliwaris kemuliaanNja. Dengan setegas-tegasnja Paulus menekankan, bahwa kebenaran itu diberikan sebagai anugerah, melulu berdasarkan kerahiman Allah dan tjintaNja jang semata-mata bebas, Manusia sendiri tidak mampu memperolehnja dengan djasanja sendiri, seperti dengan mengamalkan hukum taurat menurut salah paham orang Jahudi. Jang dituntut dari si manusia, ialah hanja kepertjajaan akan Kristus. Mengenai pengertian "kepertjajaan" dalam bahasa Paulus, batjalah kata pendahuluan II, hal. 538 (tjetakan V 1968).
Dalam menekankan, bahwa pengamalan hukum taurat samasekali tidak diperhitungkan Allah dalam membedakan manusia, Paulus tiba Pula ditengah-tengah perdjuangan dengan salah paham orang Jahudi tersebut, jang sudah kita kenal dari suratnja kepada umat-umat di Galatia. Tetapi apa jang dipergunakan Paulus dengan semangat dalam surat itu, didalam surat ini diuraikannja dengan tenang dan lebih landjut dan mendalam.
Itu memberi pula kepadanja suatu kesempatan, untuk mendjelaskan pokok sikap kaum Jahudi, dan nasibnja jang diperhitungkan Allah dalam rentjana penjelenggaraannja. Achirnja mereka akan insjaf, sehingga djandji Allah kepada Abraham dan bangsa Jahudi umumnja, dapat ditepati oleh Allah bagi bangsa Israel dalam keseluruhannja. Mulai bab 12 Paulus memberi pengadjaran praktis, bagaimana umat harus hidup sesuai dengan martabat baru dalam kesusilaan sempurna chususnja dengan mengamalkan tjinta-kasih.
Hagelberg: Roma (Pendahuluan Kitab) PENDAHULUAN
Pendahuluan
Keunikan Surat Roma
Surat Roma adalah satu-satunya surat yang ditulis oleh Paulus kepada jemaat yang belum dikenalnya. Oleh k...
PENDAHULUAN
Pendahuluan
Keunikan Surat Roma
Surat Roma adalah satu-satunya surat yang ditulis oleh Paulus kepada jemaat yang belum dikenalnya. Oleh karena itu, Surat Roma tidak banyak dipengaruhi dengan situasi dan kondisi jemaat Roma, sehingga surat ini lebih bersifat obyektif. Sifat Injil Kristus diuraikan secara lengkap dan teratur.1
Kata-Kata Kunci dalam Surat Roma
Ada beberapa kata yang menonjol sebagai kata kunci untuk memahami Surat Roma secara tepat. Kata-kata yang berikut ini layak dipelajari:
aiwn/aion
"Sampai aiwn lepas aiwn" diterjemahkan "selama-lamanya," dan aiwn sendiri diterjemahkan "dunia," karena istilah ini mengandung unsur "zaman" dan juga "dunia."
Roma 1:25, 9:5, 11:36, 12:2, 16:27
aiwniov/aionios
"kekal," "abadi," "berabad-abad"
Roma 2:7, 5:21, 6:22, 6:23, 16:25, 16:26
dikaiov/dikaios
Istilah ini berarti "benar," atau "adil."
Roma 1:17, 2:13, 3:10, 3:26, 5:7, 5:19, dan 7:12.
dikaiosunh/dikaiosune
Istilah ini berarti "kebenaran," atau "keadilan."
Roma 1:17, 3:5, 3:21, 3:25, 3:26, 4:3, 4:5, 4:6, 4:9, 4:11, dst.
pisteuw/pisteuo
Roma 1:16, 3:2, 3:22, 4:3, 4:5, 4:11, 4:17, 4:18, 4:24, 6:8, 9:33, dst.
Kata kerja ini berarti "percaya."
pistiv/pistis
Roma 1:5, 1:8, 1:12, 1:17, 1:17, 3:3, 3:22, 3:25, 3:26, 3:27, 3:28, dst.
Istilah ini berarti "iman."2
Penulis Surat Roma
Memang pernah ada perdebatan mengenai identitas penulis Surat Roma. Sarjana liberal berusaha untuk meyakinkan pendapat mereka bahwa Paulus tidak menulis Surat Roma. Tetapi perdebatan tersebut sudah dapat diatasi, dan hampir semua mengakui Rasul Paulus sebagai penulis Surat Roma. Paulus disebut sebagai penulis di dalam pasal 1:1, dan banyak yang dikatakan oleh penulis surat ini cocok dengan apa yang dikatakan mengenai Rasul Paulus di dalam KPR dan surat-surat lain. Bandingkanlah Roma 15:25-27 dengan KPR 19:21, 20:1-5, 21:15-19, I Korintus 16:1-5, II Korintus 8:1-12, dan 9:1-5 mengenai perjalanan Paulus ke Yerusalem dengan persembahan dari Makedonia. Menurut Roma 11:1 dan Filipi 3:5 dia berasal dari suku Benyamin. Menurut Roma 16:3 dan KPR 18:2-3, 18-19 dia mengenal Priska dan Akwila. Menurut Roma 1:10-15, 15:22-32, dan KPR 19:21 Paulus rindu mengunjungi mereka di Roma. Kesamaan-kesamaan ini menjadi bukti yang kuat pada apa yang telah dinyatakan oleh Roma 1:1, yaitu bahwa Rasul Paulus adalah pengarang dari surat ini!
Penerima Surat Roma
Asal-usul dari jemaat pembaca pertama ini tidak diketahui dengan pasti. Mungkin jemaat pertama di Roma didirikan oleh "pendatang-pendatang dari Roma" yang percaya kepada Kristus di Bait Allah pada Hari Pentakosta (KPR 2:10), setelah mereka pulang ke Roma. Mungkin juga orang-orang yang diinjili oleh Pauluslah yang mendirikan jemaat-jemaat Roma. Paulus menyebut 24 orang di Roma, termasuk orang-orang yang memimpin jemaat di rumah mereka masing-masing.
Menurut tradisi Katolik, jemaat Roma didirikan oleh Petrus pada tahun 42. Tetapi menurut KPR 15, Petrus berada di Yerusalem pada waktu Sidang Yerusalem diadakan (tahun 49), dan menurut konteks itu setelah sidang itu dia menetap di Yerusalem. Juga, kalau seandainya Petrus berada di Roma, aneh sekali bahwa dia tidak disebut-sebut oleh Paulus, apa lagi kalau di dalam II Petrus 3:15 Petrus menyebut Paulus sebagai "saudara kita yang kekasih." Karena Petrus tidak disebut-sebut dalam surat-surat Paulus yang ditulis di Roma, adalah janggal, jikalau Petrus ada di Roma.
Dalam jemaat-jemaat di Roma ada orang Yahudi. Menurut KPR 18:2 Akwila, yang disebut dalam Roma 16:5, adalah orang Yahudi, dan menurut Roma 16:7 dan 11 Andronikus, Yunias, dan Herodion adalah "temanku sebangsa." Selain itu, kita tahu bahwa di Roma ada orang-orang Yahudi yang diusir dari Roma waktu "kaisar Klaudius memerintahkan, supaya semua orang Yahudi meninggalkan Roma" (KPR 18:2). Rupanya orang-orang Yahudi sudah diperbolehkan untuk datang kembali sebelum Surat Roma ditulis. Kota Roma adalah ibu kota dari Kekaisaran Romawi, sehingga banyak orang dari seluruh daerah kekaisaran berminat untuk pindah ke sana.
Kalau diamati kelihatan bahwa Surat Roma dimaksudkan untuk orang Yahudi (2:17 dan 4:1) dan juga untuk orang yang bukan Yahudi (11:13 "Aku berkata kepada kamu, hai bangsa-bangsa bukan Yahudi"). Bahkan pasal-pasal 1:5-6, 1:13, 11:17-31, dan 15:14-16 memberi kesan bahwa banyak dari para pembacanya adalah orang bukan Yahudi. Cranfield3 menegaskan bahwapara pembacanya tidak bisa dikatakan mayoritas Yahudi, atau mayoritas bukan Yahudi. Singkatnya, ada banyak orang bukan Yahudi dan Yahudi di dalam jemaat-jemaat Kristen di Roma.
Tempat dan Tahun Penulisan Surat Roma
Dari Roma 15:25 kita tahu bahwa waktu surat ini ditulis, Paulus "sedang dalam perjalanan ke Yerusalem untuk mengantarkan bantuan kepada orang-orang kudus." Saat itu dia mau mengakhiri salah satu dari ketiga perjalanannya.
Dari Roma 15:23 kita tahu bahwa dia "tidak lagi mempunyai tempat kerja di daerah ini," dan dari pasal 15:19 kita mengerti bahwa maksudnya dengan "daerah ini" adalah "dari Yerusalem sampai ke Ilirikum." Ini berarti bahwa perjalanan yang diakhiri adalah perjalanan yang ketiga, karena sebelum perjalanannya yang ketiga dia tidak akan menyatakan bahwa pelayanannya sudah selesai.
Dalam Roma 16:1-2, "Aku meminta perhatianmu terhadap Febe, saudara kita yang melayani jemaat di Kengkrea... sebab ia sendiri telah memberikan bantuan kepada banyak orang, juga kepadaku sendiri" Surat Roma dikaitkan dengan "Kengkrea", yaitu pelabuhan sebelah barat dari kota Korintus.
Ada satu kaitan lagi dengan kota Korintus dalam pasal 16:23, di mana Gayus, "yang memberi tumpangan kepadaku," memberi salam kepada mereka di Roma. Mungkin Gayus ini adalah orang Korintus yang disebut di dalam I Korintus 1:14.
Menurut KPR 20:3 Paulus berada di tanah Yunani selama tiga bulan. Barangkali pada waktu itu dia di Korintus (ibu kota propinsi) atau Kengkrea, dan di situ dia menyusun Surat Roma.
Tahun penulisannya masih agak sulit ditentukan. Menurut Cranfield,4 surat ini pasti ditulis di antara akhir tahun 54 sampai awal tahun 59, dan kemungkinan besar di antara akhir tahun 55 sampai awal tahun 57.
Kesatuan Surat Roma
Beberapa naskah kuno dari Surat Roma tidak memuat pasal 15-16, dan beberapa bapa-bapa gereja tidak mengutip dari Roma 15-16. Juga, dalam beberapa naskah kuno, pujian yang mengakhiri Surat Roma, yaitu 16:25-27, diletakkan pada akhir pasal 14, atau pada akhir pasal 15, atau pada akhir pasal 14 dan pasal 16. Dua naskah tidak menyebut kata "Roma" di dalam 1:7 dan 1:15, sehingga kota Roma sama sekali tidak disebut di dalam dua naskah itu.
Walaupun hanya beberapa naskah yang memiliki perbedaan tersebut, tetapi perbedaan-perbedaan itu sempat menjadi bahan pemikiran dan dialog para sarjana. Mengapa terjadi demikian, sehingga ada naskah surat yang seolah-olah tidak dikirim ke Roma? Jawabannya banyak.
Ada sarjana yang berkata bahwa Paulus lebih dahulu menulis 1:1-14:23 sebagai surat edaran bagi jemaat-jemaat lain, kemudian menambahkan pasal 15-16 pada surat edaran itu.
Ada sarjana lain yang berkata bahwa Paulus lebih dahulu menulis 1:1-15:33 kepada jemaat-jemaat Roma, lalu setelah itu, dia mengirimkan surat itu dengan suatu tambahan (pasal 15-16) kepada jemaat lain.
Tetapi setelah Cranfield5 mempertimbangkan semua ini, dia mengambil kesimpulan bahwa seluruh surat ini, pasal 1 sampai dengan pasal 16, dikirim oleh Paulus kepada jemaat-jemaat Roma, dan perbedaan-perbedaan antara naskah muncul karena surat ini disalin di Roma, dan pasal 15 dan pasal 16 tidak selalu disalin karena dianggap ditujukan khusus untuk mereka di kota Roma.
Surat Roma memiliki kesatuan. Beberapa naskah kuno yang tidak lengkap tidak menyangkal kesatuan itu.
Maksud dan Tujuan Surat Roma
Maksud tujuan pertama dari Surat Roma sudah jelas dari pasal 15:22-25 di mana Paulus memberitahu kepada mereka bahwa dia mau mengunjungi mereka di Roma. 15:24 menceritakan satu maksud tujuan yang lain lagi. Dia mau mendapatkan pertolongan dari mereka. Dia mau melayani di Spanyol, dan dia berharap mereka akan memperlancar perjalanannya. Dia akan mencari dukungan bagi pelayanannya di sana. Pasal 15:30-32 menjelaskan bahwa dia juga minta dukungan doa mereka untuk perjalanannya ke Yerusalem, di mana dia akan menghadapi bahaya dari orang-orang Yahudi yang tidak percaya, dan di mana dia akan menyerahkan suatu persembahan.
Untuk memperoleh hasil yang telah disebut di atas, maka Rasul Paulus mau menguraikan Injil Kristus, karena dengan sungguh mengerti baik murka Allah yang mengancam manusia maupun kebenaran Allah yang dianugerahkan guna penyelamatan setiap orang yang percaya, mereka di Roma diharapkan menjadi terbeban untuk menolong dan mendukung Paulus serta ikut terlibat dengan kerinduan Paulus untuk menjangkau orang Spanyol dengan Injil Kristus.
Pola Berpikir Surat Roma6
Dalam Surat Roma Rasul Paulus menyatakan suatu pola berpikir yang penting bagi tafsiran surat ini. Bagi dia, eksistensi manusia dibagi dua. Ada dua aion/aion bagi manusia. Satu aion/aion yang dikepalai Adam, dan satu yang dikepalai Kristus. Orang yang tidak memiliki kebenaran Allah berada dalam aion/aion Adam di mana Maut berkuasa. Tetapi Kristus telah membawa aion/aion Kehidupan Kekal yang boleh dialami oleh setiap orang yang berada dalam Kristus. Perlu dimengerti juga bahwa istilah aion/aion itu lain daripada kata zaman. Aion/Aion Kehidupan sudah muncul, tetapi aion/aion Maut masih ada juga. Masa kini ada hubungan yang erat antara aion/aion Kristus dan Kerajaan Allah. Dua-duanya sudah ada, dan masih akan datang dengan segala kepenuhannya. Kerajaan Allah dilawan dengan kerajaan Iblis, dan aion/aion Kristus dilawan dengan aion/aion Adam. Baik aion/aion Kristus maupun Kerajaan Allah hanya dapat dialami oleh orang yang benar, yaitu orang yang memiliki kebenaran Kristus.
Pentingnya hal aion/aion baru dan aion/aion lama menjadi nyata kalau garis besar Surat Roma diselidiki. Hidup orang yang sudah dibenarkan karena iman adalah tema Surat Roma, sedangkan dua aion/aion tersebut di atas mewarnai kerangka Surat Roma.
Hagelberg: Roma (Garis Besar) GARIS BESAR
roma
I. Pendahuluan 1:1-1:17
A. Salam 1:1-1:7
B. Perkenalan 1:8-1:15
C. Tema Surat 1:16...
GARIS BESAR
roma
- I. Pendahuluan 1:1-1:17
- A. Salam 1:1-1:7
- B. Perkenalan 1:8-1:15
- C. Tema Surat 1:16-1:17
- II. Injil 1:18-15:13
- A. Orang yang Dibenarkan karena Iman 1:18-4:25
- 1. Murka Allah Dinyatakan melawan... 1:18-3:20 (aion/aion kematian)
- a. ...Manusia tanpa Kebenaran 1:18-1:32
- b. ...Manusia yang Mengusahakan Kebenaran dari Hukum Taurat 2:1-3:8
- c. ...Semua Manusia 3:9-20
- 2. Kebenaran Allah Dinyatakan 3:21-4:25 (aion/aion hidup)
- a. Kebenaran Allah Dinyatakan melalui Kristus 3:21-3:31
- b. Kebenaran Allah Disaksikan melalui Kehidupan Abraham 4:1-4:25
- B. Dia yang Dibenarkan karena Iman akan Hidup 5:1-8:39
- 1. Dia akan Hidup Bebas dari Murka 5:1-5:11
- a. Kita memiliki damai terhadap Allah 5:1-4
- b. Keadaan kita berdasarkan kasih Allah 5:5-8
- c. Kasih Allah meluputkan kita dari murkaNya 5:9-11
- 2. Dia akan Hidup Bebas dari Dosa 6:1-6:23
- a. Melalui Baptisan Rohani Kita Bebas dari Dosa 6:1-14
- b. Kita yang Dibebaskan, Menjadi Hamba Kebenaran 6:15-23
- 3. Dia akan Hidup Bebas dari Hukum Taurat 7:1-7:25
- a. Dalam Kristus Kita Mati Terhadap Hukum Taurat 7:1-6
- b. Hukum Taurat Dapat Membangkitkan Dosa 7:7-13
- c. Hukum Taurat Tidak Dapat Membangkitkan Yang Baik 7:14-25
- 4. Dia akan Hidup Bebas dari Maut 8:1-8:39
- a. Melalui Roh Allah Kita Dapat Mengenal Kristus dan Kuasa KebangkitanNya, Sehingga Kita Bebas 8:1-8:13
- b. Kita Dapat Mengenal Kristus dan Persekutuan dalam PenderitaanNya, Sehingga Kita Bebas 8:14-8:30
- c. Kesimpulan dari Pasal 5-8: Kita Dapat Menang dalam Kesusahan 8:31-8:39
- C. Pembenaran karena Iman tidak Meniadakan Janji Allah kepada Israel 9-11
- 1. Israel, yang Diberkati Allah, Merupakan Beban yang Berat bagi Paulus 9:1-5
- 2. Allah yang Berdaulat Telah Memberi Janji Hanya kepada Mereka yang Percaya 9:6-29
- 3. Israel Sendiri Bertanggung Jawab atas Penolakannya 9:30-10:21
- a. Ringkasan Bagian Ini: Batu Sandungan, Batu Sentuhan 9:30-33
- b. Israel Rajin tapi Keliru, karena tidak Mencari Kristus yang adalah Tujuan Hukum Taurat 10:1-4
- c. Melalui Iman, Kebenaran dan Pertolongan Dekat, Tidak Jauh Seperti Melalui Hukum Taurat 10:5-13
- d. Firman Iman Sudah Diberitakan kepada Israel, tapi Israel Melanggar dan Menyangkal 10:14-21
- 4. Israel Tidak Ditolak untuk Selama-lamanya 11:1-36
- D. Perilaku Orang yang Dibenarkan karena Iman 12:1-15:13
- 1. Penyesuaian pada Aion/Aion Baru 12:1-13:14
- a. Ringkasan dari pasal 5-8, 12:1-2
- b. Supaya Cita-Cita yang Layak Ditentukan 12:3-8
- c. Supaya mengasihi 12:9-21
- d. Supaya Tunduk pada Kuasa Pemerintah 13:1-7
- e. Sikap Kasih 13:8-10
- f. Waktunya Mendesak 13:11-14
- 2. Penerapan Khusus: yang Lemah dan yang Kuat 14:1-15:13
- a. Masalah yang Dihadapi: Tantangan bagi "yang Lemah" 14:1-12
- b. Tanggung Jawab bagi "yang Kuat" 14:13-23
- c. Kristus Sebagai Teladan 15:1-6
- d. Ringkasan: Yahudi dan Bukan Yahudi Sehati Sepikir Memuji Tuhan 15:7-12
- e. Berkat yang Meringkas Seluruh Surat Roma 15:13
- III. Penutup 15:14-16:27
- A. Paulus Menulis Surat Roma Karena Dia Rasul Kepada Bangsa-Bangsa Bukan Yahudi 15:14-21
- B. Rencana Paulus untuk Mengunjungi Mereka 15:22-33
- C. Salam kepada Individu dan Kelompok yang Tertentu 16:1-16
- D. Peringatan mengenai Orang yang Menimbulkan Perpecahan 16:17-20
- E. Salam dari Saudara-saudara Seiman 16:21-24
- F. Pujian 16:25-27
Hagelberg: Roma DAFTAR PUSTAKA
roma
Daftar Kepustakaan
Barclay, William, Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Roma, PT BPK Gunung Mulia, Jakarta, hak cipta 1983.
Bruce, F....
DAFTAR PUSTAKA
roma
Daftar Kepustakaan
Barclay, William, Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Roma, PT BPK Gunung Mulia, Jakarta, hak cipta 1983.
Bruce, F. F., The Epistle of Paul to the Romans, Tyndale New Testament Commentaries, Wm. B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1963.
Cranfield, C.E.B., A Critical and Exegetical Commentary on The Epistle to the Romans, The International Critical Commentary, T. & T. Clark Limited, Edinburgh, 1975.
Dunn, James D. G., Word Biblical Commentary Volume 38A: Romans 1-8, Word Books, Dallas, hak cipta 1988.
Dunn, James D. G., Word Biblical Commentary Volume 38B: Romans 9-16, Word Books, Dallas, hak cipta 1988.
Hodge, Charles, Commentary on the Epistle to the Romans, Wm. B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1886.
Hodges, Zane, Absolutely Free!, Academie Books, Zondervan Publishing House, Grand Rapids, 1989.
Hodges, Zane, catatan dari Surat Roma, tanpa tahun.
Hoehner, Harold, bahan kuliah dari 206 Eksegesis Roma, Dallas Theological Seminary, 1981.
Liddell, Henry George dan Scott, Robert, A Greek-English Lexicon, Oxford University Press, Oxford, edisi ke 9, 1940.
Moulton, James Hope dan Milligan, George, The Vocabulary of the Greek New Testament, Wm. B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, hak cipta 1930.
Murray, John, The Epistle to the Romans, The New International Commentary on the New Testament, Wm. B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, hak cipta 1959, edisi dalam satu jilid 1968.
Newell, William R., Romans Verse by Verse, Word Bible Publishers Inc., Iowa Falls, hak cipta 1938.
Nygren, Anders, Commentary on Romans, Fortress Press, Philadelphia, hak cipta 1949.
Wigram, George, The Englishman's Greek Concordance, London, 1844.
Witmer, John A. "Romans," dalam The Bible Knowledge Commentary. Wheaton: Victor Books, 1983.
Lyall, Francis, Slaves, Citizens, Sons, Zondervan Publishing House, Grand Rapids, 1984.
Lightfoot, John, A Commentary on the New Testament from the Talmud and Hebraica: Matthew- 1 Corinthians, vol. 4, Hendrickson Publishers, 1989.
Denny, James, "Saint Paul's Epistle to the Romans", dalam The Expositor's Greek Testament, 2, halaman 555-725. Robertson Nicoll, redaksi, Wm. B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids.
Guthrie, Donald, New Testament Introduction, Intervarsity Press, Downers Grove, 1970.
Knox, John, dan Cragg, Gerald R., "The Epistle to the Romans", dalam The Interpreter's Bible, vol. 9, Abington-Cokesbury Press, New York, hak cipta 1954.
Stifler, James, The Epistle to the Romans, Moody Press, Chicago, hak cipta 1960.
TFTWMS: Roma (Pendahuluan Kitab) Tragedi Menolak Allah (Roma 1:24-32)
Akibat dari menolak Allah (1:18-23), tragedi telah menguasai bangsa-bangsa lain (1:24-32). Tidak ada orang yang ...
Tragedi Menolak Allah (Roma 1:24-32)
Akibat dari menolak Allah (1:18-23), tragedi telah menguasai bangsa-bangsa lain (1:24-32). Tidak ada orang yang bisa menolak Pembuatnya tanpa menanggung pelbagai konsekuensi berat terlepas apakah ia itu orang Yahudi atau bukan Yahudi. Daftar milik Paulus yang berisi pelbagai dosa yang sedang dilakukan di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi harus mengingatkan kita lagi tentang tragedi dari meninggalkan Allah:
Kenyataan Tragis : Kehidupan Tak Terkendali (1:24, 26, 28). Akibat Tragis : Hawa Nafsu Tak Alami (1: 24-27). Catatan Tragis : Daftar Tak Menyenangkan (1:28-32).
TFTWMS: Roma (Pendahuluan Kitab) Pidato Paulus Tentang "Keadaan Dunia" (Roma 1:28-32)
Setiap tahun, Presiden Amerika Serikat menyampaikan pidato "Kenegaraan." Hal...
Pidato Paulus Tentang "Keadaan Dunia" (Roma 1:28-32)
Setiap tahun, Presiden Amerika Serikat menyampaikan pidato "Kenegaraan." Hal serupa juga terjadi bagi gubernur negara bagian untuk menyampaikan pidato tahunan "Negara bagian." Dalam nas ini, kita memiliki pesan abad pertama Paulus tentang "Keadaan Dunia."
Dalam pesannya itu, Paulus mencatat gambaran suram dunia bukan Yahudi yang telah menolak Allah dan telah diserahkan kepada dosa (1:28). Ia menumpuk kejahatan demi kejatan untuk menekankan bahwa bangsa-bangsa bukan Yahudi sangat membutuhkan kebenaran dari Allah (1:29-31). Pengaturannya atas dosa-dosa ini muncul secara acak bagi sebagian besar pembaca moderen. Demi kenyamanan, dosa-dosa itu bisa dibagi menjadi enam kelompok:
Terminologi Yang Komprehensif—"kelaliman," "kejahatan," "kebusukan," dan "pembenci Allah."
Sikap Dan Tindakan Yang Egois—keserakahan," "dengki," "pembunuhan," "perse-lisihan," dan "tipu muslihat."
Kehancuran Hubungan—"kefasikan," "pengumpat," dan "pemfitnah."
Egoisme Yang Diungkapkan—"kurang ajar," "congkak," dan "sombong."
Duet Yang Mematikan—"pandai dalam kejahatan" dan "tidak taat kepada orang tua."
Empat Hal Terakhir—"tidak berakal," "tidak setia," "tidak penyayang," dan "tidak mengenal belas kasihan."
Sayangnya, semua bahasa ini bisa digunakan untuk menggambarkan dunia kita saat ini. Masih ada orang-orang jahat yang membenci Allah; beberapa orang bahkan menyangkal keberadaan-Nya. Ada orang-orang yang mementingkan diri sendiri; mereka berbohong, menipu, mencuri, dan bahkan membunuh untuk mencapai tujuan mereka. Beberapa orang fasik; mereka menyebarkan gosip dan memfitnah musuh-musuh mereka. Lainnya mementingkan diri sendiri, membualkan prestasi mereka sendiri saja. Alih-alih menggunakan energi mereka dan talenta yang diberikan oleh Allah untuk pelbagai tujuan yang mulia, ada orang-orang yang menghabiskan waktu mereka untuk merencanakan kejahatan. Kita juga hidup dalam zaman ketika ketidaktaatan kepada orang tua adalah hal biasa, jika bukan hal yang diharapkan.
Oleh karena luasnya penipuan, kita sering bertanya-tanya siapakah yang bisa kita percaya. Para saudagar dan pedagang berbohong tentang dagangan dan jasa mereka; pasangan yang menikah tidak menjaga janji pernikahan mereka; yang lain berjanji tanpa pernah menepati. Di masa lalu, perkataan seseorang dan jabat tangan bisa mengikat kesepakatan; sekarang kita perlu selusin pengacara dan tiga rim kertas kerja untuk mencapai hal yang sama.
Kita juga hidup di zaman ketika beberapa orang tidak mengasihi, tidak memiliki rasa kasih sayang alami. Aborsi, pengabaian anak, dan kekerasan terhadap anak merajalela di zaman kita. Selanjutnya, kurangnya belas kasihan terlihat dalam fakta bahwa beberapa orang menginginkan lebih banyak kekerasan dalam "hiburan." Kita juga membaca tentang "tindakan kekerasan secara acak." Mungkin kita tidak tertinggal jauh di belakang dunia Paulus.
Seraya Paulus mengakhiri pesannya, ia menekankan kesalahan dan penghukuman "orang-orang yang melakukan demikian" (1:32). Sangat mudah untuk membaca pidato "Kenegaraan" Paulus dan menunjuk orang lain. Namun begitu, kita juga harus mempertimbangkan kehidupan kita sendiri. Kita mungkin tidak menganggap diri kita sebagai "jahat," tetapi pernahkah kita iri terhadap orang lain? Kita mungkin mencoba untuk menghindari perselisihan, tapi apakah kita bergumul dengan kesombongan? Mungkin kita tidak pernah membunuh siapa pun, tetapi sudahkah kita bersalah karena mengumpat?
Paulus juga menyatakan bersalah orang-orang yang "setuju" dengan perbuatan jahat seperti itu (1:32). Apakah mungkin bahwa kita telah bersalah karena mendorong kejahatan? Apakah kita membaca buku, menonton film dan program TV, dan mendengarkan lagu-lagu yang memuliakan praktik-praktik berdosa? Apakah kita mengidolakan tokoh-tokoh yang hidup dengan gaya hidup berdosa? Tidak ada yang mengipasi kobaran api dosa secara lebih efektif selain tepukan tangan.
Apakah Anda sudah menjatuhkan diri Anda pada belas kasihan Allah dengan percaya kepada Yesus dan mengungkapkan iman Anda dalam ketaatan penuh kasih (Yoh. 14:15; Mat. 7:21; Mrk. 16:16)? Anda memiliki pilihan. Jika Anda "menyerahkan diri Anda kepada" dosa, Allah akan "menyerahkan Anda" kepada pelbagai konsekuensi dosa Anda. Namun, jika Anda menyerahkan diri kepada Allah, Ia akan memberikan kepada Anda karunia kasih-Nya (6:23).
TFTWMS: Roma (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Beberapa terjemahan moderen membagi kalimat itu menjadi beberapa kalimat pendek, tapi dalam teks Yunani itu merupakan satu kalimat...
Catatan Akhir:
- 1 Beberapa terjemahan moderen membagi kalimat itu menjadi beberapa kalimat pendek, tapi dalam teks Yunani itu merupakan satu kalimat.
- 2 W. E. Vine, Merrill F. Unger, and William White, Jr., Vine's Complete Expository Dictionary of Old and New Testament Words (Nashville: Thomas Nelson Publishers, 1985), 30.
- 3 John R. W. Stott, The Message of Romans: God's Good News for the World, The Bible Speaks Today (Downers Grove, Ill.: Inter-Varsity Press, 1994), 47.
- 4 Anders Nygren, Commentary on Romans (Philadelphia: Fortress Press, 1949), 45-46.
- 5 Douglas J. Moo, Romans, The NIV Application Commentary (Grand Rapids, Mich.: Zondervan Publishing House, 2000), 36.
- 6 Larry Deason, "The Righteousness of God": An In-depth Study of Romans, rev. ed. (Clifton Park, N.Y.: Life Communications, 1989), 40, n. 2.
- 7 James Burton Coffman, Commentary on Romans (Austin, Tex.: Firm Foundation Publishing House, 1973), 7.
- 8 Teks Yunaninya secara harfiah bermakna "kebangkitan (orang-orang) mati." Karena itu beberapa orang berpikir bahwa nas itu mengacu kepada Yesus membangkitkan orang mati sebagai bukti bahwa Ia adalah ilahi. Namun begitu, bahasa yang sama digunakan dalam Kisah 26:23, di mana konteksnya menunjukkan bahwa kebangkitan Yesus sendirilah yang sedang dipikirkan. Selanjutnya, penekanan di seluruh kitab Roma adalah pada kebangkitan Yesus sendiri (lihat 6:4, 5, 9; 7:4; 8:11, 34; 10:9).
- 9 F. F. Bruce, The Letter of Paul to the Romans, 2d ed., The Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1985), 69.
- 10 D. Stuart Briscoe, Romans, The Communicator's Commentary (Waco, Tex.: Word Books, 1982), 26.
- 11 The Analytical Greek Lexicon (London: Samuel Bagster & Sons, 1971), 414.
- 12 Moo, Romans, 38.
- 13 Briscoe, 27.
- 14 Moo, Romans, 42.
- 15 Leslie C. Allen, "Romans," in New International Bible Commentary, ed. F. F. Bruce (Grand Rapids, Mich.: Zondervan Publishing House, 1979), 1317.
- 16 Charles R. Swindoll, Coming to Terms with Sin: A Study of Romans 1-5 (Anaheim, Calif.: Insight for Living, 1999), 11.
- 17 William Barclay, The Letter to the Romans, rev. ed., The Daily Study Bible (Philadelphia: Westminster Press, 1975), 15.
- 18 Walter Bauer, A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature, 3d ed., rev. and ed. Frederick W. Danker (Chicago: University of Chicago Press, 2000), 410.
- 19 Stott, 56.
- 20 Vine, 376.
- 21 Jack Cottrell, Romans, vol. 1, College Press NIV Commentary (Joplin, Mo.: College Press Publishing Co., 1996), 93.
- 22 Leon Morris, The Epistle to the Romans (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1988), 60.
- 23 Cottrell, 93.
- 24 Charles Hodge, Romans, The Crossway Classic Commentaries (Wheaton, Ill.: Crossway Books, 1993), 25.
- 25 John Murray, The Epistle to the Romans, vol. 1, The New International Commentary on the New Testament (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1968), 22.
- 26 Douglas J. Moo, The Epistle to the Romans, The New International Commentary on the New Testament (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1996), 59. Dalam Alkitab-Alkitab bahasa Inggris, ungkapan "karunia-karunia rohani" ditemukan dalam 1 Korintus 12:1; 14:1, tetapi kata "karunia=karunia" diberi huruf miring. "Karunia-karunia" tidak terdapat dalam teks Yunani; kata itu dipasok oleh para penerjemah.
- 27 John MacArthur, Jr., Romans 1-8, The MacArthur New Testament Commentary (Chicago: Moody Press, 1991), 43.
- 28 Stott, 57.
- 29 Vine, 206.
- 30 James Macknight, A New Literal Translation, from the Original Greek of All the Apostolical Epistles with a Commentary and Notes (N.p.: n.d.; reprint, Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1984), 57.
- 31 Stott, 57.
- 32 Ibid.
- 33 Bruce, 73.
- 34 Vine, 150.
- 35 Ibid., 508.
- 36 Briscoe, 34.
- 37 Warren W. Wiersbe, The Bible Exposition Commentary, vol. 1 (Wheaton, Ill.: Victor Books, 1989), 516.
- 38 Everett Ferguson, Backgrounds of Early Christianity, 2d ed. (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1993), 559-61.
- 39 Gerhard Friedrich, "euangelízomai," in Theological Dictionary of the New Testament, ed. Gerhard Kittel and Gerhard Friedrich, trans. and abr. Geoffrey W. Bromiley (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1985), 269 - 70.
- 40 Robert H. Mounce, "Gospel," in Evangelical Dictionary of Theology, ed. Walter A. Elwell (Grand Rapids, Mich.: Baker Books, 1984), 472.
- 41 Bruce Barton, David Veerman, and Neil Wilson, Romans, Life Application Bible Commentary (Wheaton, Ill.: Tyndale House Publishers, 1992), xxiii.
- 42 Chris Bullard, "Romans: How God Accepts People Like Us" (N.p., n.d.), kaset.
- 43 Coy Roper, "The Gospel," pelajaran yang dikhotbahkan di Walnut Grove church of Christ, Savannah, Tennessee, 13 August 2000.
- 44 W. J. Deane, "Habakkuk," in The Pulpit Commentary, vol. 14, Amos to Malachi, ed. H. D. M. Spence and Joseph S. Exell (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1950), 23.
- 45 Nygren, 88.
- 46 Stott, 69.
- 47 Vine, 651.
- 48 Ibid., 653.
- 49 Ada yang namanya "marah benar" melawan dosa, namun sebagian besar marah kita sifatnya egois.
- 50 Bauer, 582.
- 51 Dave Miller, "The Meaning of Romans (3)," pelajaran yang disajikan pada program televisi Truth in Love, Fort Worth, Texas, 16 January 2002.
- 52 Morris, 76.
- 53 Briscoe, 40.
- 54 Stott, 72.
- 55 Teks itu mengatakan bahwa "Allah membuat jelas hal itu." Penekanan Paulus adalah pada fakta bahwa Allah menyatakan diri-Nya sendiri, bukan bahwa manusia "menemukan" Allah dengan melihat kepada alam (seperti yang diasumsikan oleh "teologi natural").
- 56 Coffman, 32-38.
- 57 Halford E. Luccock, Preaching Values in the Epistles of Paul, vol. 1, Romans and First Corinthians (New York: Harper & Brothers, 1959), 23. Beberapa orang percaya bahwa Paulus sedang mengatakan bahwa, meski bangsa -bangsa bukan Yahudi "memegang" kebenaran itu, mereka tidak hidup dengan kebenaran itu, dan dengan begitu tidak konsisten. Namun begitu, penekanan dalam konteks itu adalah tentang kebodohan (kebodohan yang disengaja) ketimbang tentang ketidakkonsistenan.
- 58 The Analytical Greek Lexicon , 208.
- 59 Morris, 82.
- 60 Vine, 178-79. Theiotēs harus dibedakan dari qeo÷thß (theotēs), yang ditemukan dalam Kolose 2:9. Dalam Roma 1 dan Kolose 2, Alkitab KJV menerjemahkan kedua kata itu sebagai "ke-Allahan"; tapi kata yang pertama mengacu kepada sifat-sifat ilah, sementara kata yang kedua mengacu kepada esensi ilah. "Ke-Allahan/Godhead" berasal dari kata Inggris Kuno yang artinya "God-hood atau karakter/kondisi ilahi."
- 61 Barton, Veerman, and Wilson, 28.
- 62 Vine, 657. Alkitab KJV menulis "sia-sia," yang aslinya bermakna "kosong" atau "tidak berguna."
- 63 Ibid., 246.
- 64 Dalam bahasa Latin, homo artinya "manusia," dan sapiens artinya "bijak."
- 65 Coffman, 41.
- 66 Chester Warren Quimby, The Great Redemption (New York: Macmillan Co., 1950), 45-46.
- 67 F. Buschel, "dídōmi," in Theological Dictionary of the New Testament, 166.
- 68 The Analytical Greek Lexicon , 302.
- 69 Contoh, banyak penulis menekankan fakta bahwa Allah tidak pasif dalam "menyerahkan mereka," tetapi aktif.
- 70 Briscoe, 48.
- 71 J. D. Thomas, Class Notes, Romans, Abilene Christian College (1955).
- 72 Richard Rogers, Paid in Full: A Commentary on Romans (Lubbock, Tex.: Sunset Institute Press, 2002), 33.
- 73 Barton, Veerman, and Wilson, 31.
- 74 C. S. Lewis, The Problem of Pain (Oxford: N.p., 1940; reprint, New York: Macmillan Co., 1962), 127-28.
- 75 Vine, 384.
- 76 Beragam penggunaan dijelaskan dalam Friedrich Hauck, "katharós," dalam Theological Dictionary of the New Testament , 381-82.
- 77 Istilah "perkawinan yang direstui Allah" dan "perkawinan yang Alkitabiah" telah digunakan untuk menekankan bahwa beberapa perkawinan tidak direstui oleh Allah (lihat Mrk. 10:11).
- 78 Alkitab NASB menulis "berhubungan dengan," tetapi "bersetubuh" adalah terjemahan harfiah.
- 79 "Percabulan" dan "perzinahan" kadang-kadang digunakan sebagai istilah yang komprehensif untuk semua dosa seks. Ketika digunakan dalam konteks yang sama, "percabulan" umumnya mengacu kepada hubungan seks antara orang-orang yang belum menikah, sementara "perzinahan" melibatkan setidaknya satu orang yang menikah.
- 80 J. W. McGarvey and Philip Y. Pendleton, Thessalonians, Corinthians, Galatians and Romans, The Standard Bible Commentary (Cincinnati: Standard Publishing, n.d.), 305.
- 81 Vine, 16.
- 82 Ibid., 660, 567.
- 83 Teks Yunani menggunakan bentuk tunggal di sini, artinya "perempuan," tapi itu jelas bahwa "perempuan" itu mengacu kepada kaum wanita sebagai satu grup. Oleh sebab itu, sebagian besar terjemahan menulis "perempuan-perempuan" secara jamak.
- 84 Morris, 92.
- 85 The Analytical Greek Lexicon , 62.
- 86 J. Schneider, "schḗma," in Theological Dictionary of the New Testament, 1129.
- 87 Vine, 205.
- 88 Moo, Romans, 66-67.
- 89 Ibid., 62.
- 90 Stott, 78.
- 91 Barclay, 25.
- 92 Charles Swindoll, "Sinnerama in Panorama" (Part 2) (Anaheim, Calif.: Insight for Living, 1976), cassette.
- 93 F. LaGard Smith, "The Gay-is-Good Sales Pitch Is a Rip-Off," Gospel Advocate (2 March 1978): 132.
- 94 Barton, Veerman, and Wilson, 36.
- 95 Dikutip dalam Jim Townsend, Romans: Let Justice Roll Down (Elgin, Ill.: David C. Cook Publishing Co., 1988), 16.
- 96 Swindoll, "Sinnerama in Panorama," cassette.
- 97 Barton, Veerman, and Wilson, 36.
- 98 Jim McGuiggan, The Book of Romans, Looking Into The Bible Series (Lubbock, Tex.: Montex Publishing Co., 1982), 88.
- 99 Vine, 526-27.
- 100 Stott, 78 (huruf miring ditambahkan).
- 101 Morris, 94.
- 102 Ibid.
- 103 Fyodor Dostoevsky, The Brothers Karamazov; as quoted in Jeff Hood, "What About Homosexuality?" (tract) (Oklahoma City: By the author, n.d.), 2.
- 104 The Analytical Greek Lexicon , 186, 207.
- 105 Ibid., 207.
- 106 Berdasarkan variasi teks dalam beberapa naskah kuno Yunani, Alkitab KJV menyisipkan "percabulan" antara "kelaliman" dan "kejahatan." Sebagian besar "daftar kejahatan" Perjanjian Baru berawal dengan "percabulan" (kemesuman seksual). Contoh, lihat Galatia 5:19-21. Namun begitu, dalam kasus ini, Paulus sudah meliput kemesuman seksual (1:24-27).
- 107 Vine, 675; G. Harder, "pone¯rós," in Theological Dictionary of the New Testament, 913.
- 108 McGarvey and Pendleton, 305-6.
- 109 The Analytical Greek Lexicon , 210.
- 110 W. J. Conybeare and J. S. Howson, The Life and Epistles of St. Paul (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1980), 501.
- 111 Morris, 96.
- 112 Luccock, 27.
- 113 Ibid., 28.
- 114 The Analytical Greek Lexicon , 105.
- 115 Morris, 96.
- 116 Vine, 388.
- 117 Macknight, 60.
- 118 Vine, 388.
- 119 Moses E. Lard, Commentary on Paul's Letter to Romans (Lexington, Ky.: N.p., 1875; reprint, Delight, Ark.: Gospel Light Publishing Co., n.d.), 64-65.
- 120 Ibid., 65.
- 121 The Analytical Greek Lexicon , 193.
- 122 Morris, 97.
- 123 Barclay, 37.
- 124 The Analytical Greek Lexicon , 412.
- 125 Barclay, 37.
- 126 Theophrastus; quoted in Barclay, 37.
- 127 Vine, 71.
- 128 Morris, 98; Barclay, 38.
- 129 Townsend, 17. Thomas Alva Edison (1847-1931) telah dijuluki sebagai penemu terbesar dalam sejarah. Ia mematenkan lebih dari 1.100 penemuan dalam enam puluh tahun.
- 130 Vine, 173.
- 131 Ibid., 246.
- 132 The Analytical Greek Lexicon , 57, 404.
- 133 Morris, 99, n. 313.
- 134 Vine, 16.
- 135 Barclay, 39.
- 136 Berdasarkan variasi teks, Alkitab KJV menyisipkan "tidak pengampun" antara "tidak penyayang" dan "tidak berbelas kasihan." Kegagalan mengampuni adalah cerminan dari tidak penyayang dan tidak berbelas kasihan, dan dengan begitu tercakup dalam istilah-istilah itu.
- 137 Barclay, 39.
- 138 Stott, 78.
- 139 Hodge, 41.
- 140 Morris, 99.
- 141 Ibid.
- 142 Hodge, 42.
- 143 Briscoe, 52.
- 144 R. C. Bell, Studies in Romans (Austin, Tex.: Firm Foundation Publishing House, 1957), 16.
- 145 Pistis adalah kata benda, pisteu ō adalah kata kerja, dan pistos adalah kata sifat.
- 146 Perlu dicatat bahwa pistis kadang-kadang diterjemahkan "kesetiaan" (lihat komentar tentang 3:3). Selanjutnya, pistis kadang-kadang mengacu kepada isi pengajaran yang berpusat pada iman kepada Yesus Kristus. Ketika ini terjadi, pistis sering didahului oleh sebuah kata sandang pasti ("the " dalam bahasa Inggris). Tidak ada contoh yang jelas tentang penggunaan pistis ini dalam kitab Roma.
- 147 Meski mereka tidak menggunakan terminologi yang sama, penulis lain mengenali sifat lipat tiga iman yang menyelamatkan. Lihat Vine, 222; Swindoll, Coming to Terms with Sin, xiii.
- 148 Vine, 61.
- 149 Rudolf Bultmann, " pisteúō," dalam Theological Dictionary of the New Testament, 854-55.
- 150 Misalnya, Yohanes 3:36 mengatakan, "Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya." (huruf miring oleh saya). Juga, bandingkan Ibrani 3:19 dan 4:6.
- 151 Vine, 222.
- 152 Bultmann, 854.
- 153 Ibid.
- 154 The Analytical Greek Lexicon, 102.
- 155 A. W. Tozer, The Knowledge of the Holy (San Francisco: Harper & Row, 1961), 86.
- 156 Vine, 535.
- 157 Kalimat ini mengacu kepada orang yang punya hubungan yang benar dengan Allah. Alkitab tidak akan pernah mengacukan orang ti dak percaya sebagai orang "benar," tidak peduli berapa tinggi standar moral orang itu.
- 158 Beberapa orang percaya bahwa Yesus hanya mengetuk pintu dan seseorang menyilakan Dia masuk. Cara masuk biasa seperti itu tidak akan menimbulkan reaksi yang disebutkan dalam Lukas 24:36, 37.
- 159 Bauer, 546.
- 160 Homer Hailey, That You May Believe: Studies in the Gospel of John (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1973), 145.
- 161 John Franklin Carter, A Layman's Harmony of the Gospels (Nashville: Broadman Press, 1961), 341.
- 162 Ibid.
- 163 Ibid.
- 164 "Eskatologi" adalah "pelajaran tentang akhirat"- yaitu, pelajaran tentang akhir dunia, penghakiman, sorga dan neraka, dan sebagainya. Tubuh "eskatologis" adalah jenis tubuh yang kita akan terima "pada akhirnya," ketika Kristus datang kembali.
- 165 Robert Duncan Culver, The Life of Christ (Grand Rapids, Mich .: Baker Book House, 1976), 267.
- 166 Carter, 341.
- 167 Rupanya, roh kita perlu diberi "pakaian" dengan tubuh rohani untuk berfungsi sepenuhnya dan untuk memenuhi tujuan kekal mereka.
- 168 Lukas 24:39 dalam Alkitab LB berbunyi, "Sentuhlah Aku dan pastikan bahwa Aku bukan hantu! Sebab hantu tidak memiliki tubuh, seperti yang kamu lihat Aku miliki!"
- 169 Ketika Yesus menetapkan Perjamuan Tuhan, Ia menekankan bahwa perjamuan itu memberitakan kematian-Nya (1 Kor. 11:23 -26); tetapi ada juga hubungan yang erat antara Perjamuan Tuhan dan kebangkitan. Karena Yesus bangkit pada hari pertama pada minggu itu (Mat. 28:1 -6), gereja berhimpun pada hari pertama itu -khususnya untuk tujuan perayaan Perjamuan Tuhan (Kisah 20:7; lihat 1 Kor. 16:1, 2).
- 170 Orang yang bersama Petrus diidentifikasi sebagai "murid yang dikasihi Yesus" (Yoh. 20:2), yang sebagian besar orang percaya bahwa itu adalah cara Yohanes menyebut dirinya sendiri (lihat Yoh. 13:23; 19:26; 21:7, 20).
- 171 "Melihat" diterjemahkan dari bentuk oJra÷w (hora ō). Kata Yunani ini menunjukkan lebih daripada sekedar melihat; ini menunjukkan pemahaman.
- 172 172 Beberapa orang telah membuat klaim ini (Mat. 28:11 -15; Yoh. 20:2).
- 173 Salah satu cara Kitab Suci menunjukkan hal ini adalah dengan kata yang tidak familiar bagi banyak orang: "pendamaian" (1 Yoh. 2:2; 4:10). Istilah ini berarti "yang memenuhi keadilan Allah."
- 174 Baik hari Sabat maupun hari pertama disucikan oleh peristiwa yang dimulai dengan "res ": Hari Sabat disucikan oleh Allah yang res ting [beristirahat] pada hari ketujuh. Hari pertama disucikan oleh res urrection [kebangkitan] Yesus.
- 175 Ilustrasi ini diadaptasi dari Dick Marcear, Dick Marcear, "It's Time to Take a Stand," Hilltop Reflections, bulletin of the Central church of Christ in Amarillo, Texas, 13 April 1986.
- 176 Alasan-alasan ini disadur dari Deason, 51-52.
- 177 Dikutip dalam David F. Burgess, comp., Encyclopedia of Sermon Illustrations (Saint Louis: Concordia Publishing House, 1988), 67.
- 178 Disadur dari Roger Lovette, in Illustrating Paul's Letter to the Romans, comp. James E. Hightower (Nashville: Broadman Press, 1984), 10.
- 179 Disadur dari Ray F. Chester, "The Powerful Gospel," Abilene Christian College Annual Bible Lectures (1959), 41 -42.
- 1 Wiersbe, 516-17.
- 2 James Meadows, Class Notes, Romans, East Tennessee School of Preaching and Missions, Knoxville (2003), 5.
- 3 Disadur dari Brian Harbour, in Illustrating Paul's Letter to the Romans,12.
- 4 Coy Roper (khotbah).
- 5 Ibid. (huruf miring ditambahkan).
- 6 Richard C. Halverson, No Greater Power. Quoted in The Answer edition of the New Century Version (Dallas: Word Bibles, 1993), 1248.
- 7 Untuk menekankan bahwa kita diselamatkan oleh injil dan bukan oleh "merasa lebih baik dirasakan daripada dikatakan," para pengkhotbah kadang-kadang menempatkan penekanan pada kata sandang "the [Ind.: satu-satunya]": "Itu [injil itu] adalah satu-satunya kuasa Allah untuk keselamatan." Nas ini sungguh mengajarkan bahwa sekarang ini injil adalah sarana Allah untuk menyelamatkan jiwa manusia (dan karena itu" operasi langsung "Roh Kudus tidak diperlukan), tetapi tidak dengan memberi penekanan pada kata "the [Ind.: satu-satunya]." Seperti disebutkan di atas, kata "the" tidak terdapat dalam teks aslinya.
- 8 Misalnya, sungguh kabar baik bahwa kerajaan/gereja "sudah dekat" (Mrk. 1:14, 15) dan bahwa ketentuan Allah itu untuk semua orang (Mat. 11:5).
- 9 Kadang-kadang pengkhotbah berkata, "Mujizat terbesar yang terjadi pada hari Pentakosta adalah bukan … tapai …." Kebanyakan orang yang mengatakan gagasan itu dengan cara ini menggunakan "mujizat" dalam pengertian akomodatif dengan makna "manifestasi ilahi yang luar biasa." Sebagai orang yang telah sering membahas pertanyaan apakah sekarang ini kita masih memiliki mukjizat atau tidak, keyakinan saya adalah bahwa lebih baik jangan menggunakan kata "mujizat" dalam pengertian ini.
- 10 Diadaptasi dari berbagai sumber, termasuk Morris, 73; dan Swindoll, Coming to Terms with Sin, 16.
- 11 Diadaptasi dari Alton H. McEachern, dalam Illustrating Paul's Letter to the Romans, 20-21.
- 12 Diadaptasi dari Bill Bruster, dalam Illustrating Paul's Letter to the Romans, 20.
- 13 McGuiggan menunjukkan bahwa kita bahkan tidak dapat membuktikan monoteisme dari alam saja. (McGuiggan, 76-77). Hanya ada satu Allah, tetapi di sini Paulus sedang membahas masalah lain.
- 14 Dikutip dalam Townsend, 14.
- 15 Dunia kita pada dasarnya adalah dunia yang Teratur dan Terancang. Sementara orang percaya harus berurusan dengan "masalah kejahatan," orang tidak percaya memiliki tantangan yang lebih berat: menjelaskan "masalah kebaikan."
- 16 Saya sadar bahwa ada teori "siklus" tentang alam semesta yang secara berkala memperbaharui dirinya, tetapi pada saat ini itu masih merupakan teori yang tidak ada dasarnya yang bertentangan dengan fakta-fakta ilmu pengetahuan yang diketahui.
- 17 Salah satu penulis di The Evidence of God menulis bahwa pengertian kita bahwa segala sesuatu harus dibuat adalah alami, bukan dipelajari. Setiap anak bertanya, "Dari manakah itu datangnya? Siapa yang membuatnya?"
- 18 Sebuah program televisi pernah menunjukkan suatu perangkat seharga ratusan ribu dolar. Diperlukan banyak pelatihan dan keahlian untuk mengoperasikannya. Perangkat itu memiliki satu tujuan: untuk mengambil dan memindahkan kontainer-kontainer rapuh yang berisi material yang mengandung radio aktif. Dengan kata lain, perangkat itu bisa melakukan salah satu kemampuan tangan manusia.
- 19 Alkitab memberitahu kita bahwa dunia ini adalah tempat perhentian dalam perjalanan menuju kekekalan; tapi kenyataannya tidak berubah bahwa selagi kita di sini, Alkitab memberi kita "hidup yang berkelimpahan."
- 20 Di banyak negara-negara ini, Alkitab tidak lagi memiliki banyak pengaruh. Namun begitu, karena Alkitab sudah berpengaruh di zaman-zaman sebelumnya, ketika filosofi-filosofi kehidupan dibentuk dan arah kebangsaan ditetapkan, pernyataan itu tetap benar.
- 21 Pertimbangkanlah orang-orang yang menempatkan makanan dan barang-barang lainnya di kuburan untuk digunakan oleh orang mati dalam kehidupan berikutnya.
- 22 Glen Pace, pelajaran yang dikhotbahkan di gereja Kristus Judsonia, Judsonia, Arkansas, 5 Januari 2003.
- 23 Diadaptasi dari David Roper, "The Day Christ Came (Again)" and Other Sermons (Dallas: Christian Publishing Co., n.d.), 64-65.
- 24 Ide "tidak menghormati tubuh" mungkin memiliki penerapan khusus mengenai homoseksualitas, yang dibahas Paulus berikutnya (1:26, 27). Namun, beberapa komentar umum tentang bagaimana hubungan seks yang tidak Alkitabiah tidak menghormati tubuh adalah tepat.
- 25 "Morality and Homosexuality," Wall Street Journal (24 February 1994): A18.
- 26 Bobby Dockery, "Homosexuality" (tract) (N.p.: Gospel Tracts International, n.d.).
- 27 Swindoll, Coming to Terms with Sin, 26.
- 28 Ibid., 6.
- 29 Barton, Veerman, and Wilson, 36.
Pengarang: David Roper
Hak Cipta © 2016 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Roma (Pendahuluan Kitab) Berita Buruk Lebih Dulu (Roma 1:18-3:20)
Pada suatu kesempatan, seseorang berkata kepada saya, "Saya punya berita baik dan berita buruk. Yang ma...
Berita Buruk Lebih Dulu (Roma 1:18-3:20)
Pada suatu kesempatan, seseorang berkata kepada saya, "Saya punya berita baik dan berita buruk. Yang mana yang Anda inginkan lebih dulu?" Paulus memiliki "berita baik" dan "berita buruk" bagi para pembacanya. Kabar baiknya adalah bahwa mereka bisa diselamatkan oleh kasih karunia melalui iman. Pertama, bagaimanapun, ia memberi mereka berita buruk: Tanpa Allah, mereka ditakdirkan untuk tenggelam lebih dalam dan lebih dalam ke dalam dosa, tanpa harapan penebusan. Kebenaran ini sangat penting sehingga ia menyita dua pasal lebih untuk membangun kebenaran itu (1:18-3:20).
Mengapakah Paulus tidak sekedar berkata, "Kita semua adalah orang berdosa," dan kemudian memberikan berita baik? Karena kebanyakan orang tidak menyadari bahwa mereka adalah orang-orang berdosa.
Kebanyakan orang merasa bahwa mereka, secara keseluruhan, adalah orang yang cukup layak. Mereka mungkin tidak sempurna, tapi mereka tidak melakukan kesalahan besar. Mereka tidak membunuh siapa saja atau merampok bank apa saja. Mereka tidak berselingkuh atau mengasari anak-anak mereka. Mereka jujur dan pekerja keras, dan mereka mencoba untuk menjadi tetangga yang baik. Karena mereka sadar tidak memiliki dosa yang benar-benar mendatangkan bencana, mereka mengira hubungan mereka dengan Allah pasti benar. Mereka tidak menyadari bahwa mereka mungkin telah memenuhi standar mereka sendiri, tetapi mereka belum memenuhi standar Allah.10
Bayangkanlah seseorang pergi ke dokter karena sakit kepala, mengharapkan untuk diberikan pil untuk meredakan rasa sakitnya. Sebaliknya, dokter memberitahu dia bahwa ia perlu dioperasi—dengan segera. Setelah orang itu pulih dari keterkejutannya, ia mungkin akan bersikeras agar dokter itu menjelaskan mengapa operasi diperlukan. Paulus ingin para pembacanya memahami bahwa "penyakit" rohani manusia begitu berat sehingga tidak ada obat "moralis" sederhana (seperti "menjalani kehidupan yang lebih baik" atau "melakukan pekerjaan yang lebih baik") akan menyembuhkan masalah itu. Tanpa "operasi radikal rohani" (kasih karunia Allah sebagaimana diungkapkan dalam Yesus), umat manusia berada di bawah hukuman.
TFTWMS: Roma (Pendahuluan Kitab) Bersalah Seperti Yang Dituduhkan! (Roma 1:18-32)
Suatu hari yang cerah di Chicago, seorang pria dengan wajah serius berdiri di persimpangan jalan yan...
Bersalah Seperti Yang Dituduhkan! (Roma 1:18-32)
Suatu hari yang cerah di Chicago, seorang pria dengan wajah serius berdiri di persimpangan jalan yang sibuk. Ketika para pejalan kaki bergegas, ia menunjuk masing-masing dari mereka dan mengatakan dengan suara keras, "Bersalah!" Banyak orang berhenti untuk menatap dia. Mereka kemudian membuang pandangan mereka dan melanjutkan perjalanan mereka. Satu orang terdengar bicara kepada temannya, "Bagaimana ia tahu?"11
Kita mungkin tidak dihadapkan dengan wajah yang keras dan jari yang menunjuk-nunjuk; tetapi jika kita jujur pada diri kita seraya kita mempelajari Roma 1:18-32, kita akan menyimpulkan bahwa kita, juga, bersalah. Kita tidak selalu menaati kebenaran yang Allah telah berikan kepada kita. Kita kadang-kadang membuang Allah dari pikiran kita dan mengeluarkan Dia dari kehidupan kita. Kita telah menempatkan diri sendiri di hadapan Pencipta kita. Kita, juga, "bersalah seperti yang dituduhkan!"
Hal ini benar di zaman kini seperti halnya seribu sembilan ratus tahun yang lalu bahwa "murka Allah nyata dari sorga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia, yang menindas kebenaran dengan kelaliman" (1:18). Hal ini masih benar bahwa "ngeri benar, kalau jatuh ke dalam tangan Allah yang hidup" (Ibr. 10:31). Jika Anda mengakui kebutuhan Anda akan kasih karunia Allah, berpalinglah kepada Dia sekarng ini juga dalam kasih, percaya, iman yang taat (Kisah 2:36-38).
BIS: Roma (Pendahuluan Kitab) SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT DI ROMA
PENGANTAR
Surat Paulus Kepada Jemaat di Roma ditulis untuk mempersiapkan mereka
terhadap kunjungannya kepada mere
SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT DI ROMA
PENGANTAR
Surat Paulus Kepada Jemaat di Roma ditulis untuk mempersiapkan mereka terhadap kunjungannya kepada mereka. Menurut rencana, Paulus akan bekerja sementara waktu di antara orang-orang Kristen di sana, kemudian dengan bantuan mereka, ia ingin pergi ke Spanyol. Paulus menulis surat ini untuk menjelaskan pengertiannya tentang agama Kristen dan tuntutan-tuntutannya yang praktis untuk kehidupan orang-orang Kristen.
Setelah menyampaikan salamnya kepada orang-orang dalam jemaat di Roma, dan memberitahukan kepada mereka tentang doanya bagi mereka, Paulus mengemukakan tema suratnya ini: "Dengan Kabar Baik itu Allah menunjukkan bagaimana caranya hubungan manusia dengan Allah menjadi baik kembali; caranya ialah dengan percaya kepada Allah, dari mula sampai akhir" (Rom 1:17).
Setelah itu Paulus menguraikan temanya itu. Semua orang --baik Yahudi maupun bukan Yahudi -- perlu diperbaiki hubungannya dengan Allah, sebab semuanya sama-sama berada dalam kekuasaan dosa. Hubungan manusia dengan Allah menjadi baik kembali kalau manusia percaya kepada Yesus Kristus. Kemudian Paulus menguraikan tentang hidup baru yang dialami oleh manusia kalau bersatu dengan Kristus. Hidup baru itu tumbuh karena adanya hubungan yang baru dengan Allah. Orang yang sudah percaya kepada Yesus, hidup damai dengan Allah, dan Roh Allah membebaskan dia dari kekuasaan dosa dan kematian. Dalam pasal 5-8 (Rom 5:1-8:39) Paulus menjelaskan juga tujuan Hukum-hukum Allah dan kuasa Roh Allah di dalam kehidupan orang percaya. Kemudian Paulus menjelaskan bahwa orang Yahudi dan bukan Yahudi termasuk dalam rencana Allah untuk umat manusia. Paulus menyimpulkan bahwa penolakan Yesus oleh orang Yahudi sudah termasuk dalam rencana Allah untuk menolong manusia berdasarkan rahmat-Nya melalui Yesus Kristus. Paulus yakin bahwa orang Yahudi tidak selalu akan menolak Yesus. Akhirnya Paulus menulis tentang bagaimana orang harus hidup sebagai orang Kristen, terutama sekali tentang caranya mempraktekkan kasih dalam hubungan dengan orang-orang lain. Untuk itu Paulus memilih pokok-pokok seperti berikut ini: melayani Allah, kewajiban orang Kristen terhadap negara dan sesama orang Kristen, dan berbagai-bagai persoalan yang menyangkut hati nurani. Paulus menutup suratnya ini dengan pesan-pesan pribadi dan puji-pujian kepada Allah.
Isi
- Pendahuluan dan tema
Roma 1:1-17 - Kebutuhan manusia akan keselamatan
Roma 1:18-3:20 - Jalan keselamatan dari Allah
Roma 3:21-4:25 - Hidup baru karena bersatu dengan Kristus
Roma 5:1-8:39 - Israel dalam rencana Allah
Roma 9:1-11:36 - Kelakuan Kristen
Roma 12:1-15:13 - Penutup dan salam pribadi
Roma 15:14-16:27
Ajaran: Roma (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran utama Kitab Roma dan yakin
bahwa manusia diselamatkan hanya oleh iman kepada Tuhan Yesus Kr
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran utama Kitab Roma dan yakin bahwa manusia diselamatkan hanya oleh iman kepada Tuhan Yesus Kristus.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Paulus (Rom 1:1).
Tahun : Sekitar tahun 58 sesudah Masehi, dari kota Korintus.
Penerima : Orang-orang Kristen di kota Roma (dan juga setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus).
Isi Kitab: Kitab Roma terbagi atas 16 pasal. Dalam kitab ini Rasul Paulus menjelaskan tentang cara manusia yang berdosa diselamatkan, yaitu melalui iman saja kepada Tuhan Yesus. Dan juga tentang cara hidup orang-orang yang telah diselamatkan tersebut.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Roma
Pasal 1-11 (Rom 1:1-11:36).
Pengajaran tentang Injil merupakan kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap manusia
Pada bagian ini dijelaskan bahwa semua manusia telah berbuat dosa dan sudah tidak mengenal Allah. Karena itu manusia berdosa sudah berada dalam penghukuman Allah, yaitu kematian. Keselamatan dari kematian akibat dosa tidak dapat diperoleh melalui usaha manusia atau melalui melakukan Hukum Taurat. Keselamatan itu hanya dapat diperoleh dalam anugerah Allah yang ada pada Tuhan Yesus. Ini berarti keselamatan manusia hanya dapat diperoleh melalui iman kepada anugerah Allah yang ada di dalam Tuhan Yesus.
Pendalaman
- Berdasarkan pasal Rom 1:21-25,28-31. Apakah yang dilakukan manusia di dunia?
- Bacalah pasal Rom 3:23; 6:23. _Tanyakan_: Berapa banyakkah manusia yang berdosa? Apakah akibat dari dosa?
- Bacalah pasal Rom 10:9-13. _Tanyakan_: Bagaimanakah caranya manusia diselamatkan?
Pasal 12-16 (Rom 12:1-16:27).
Pengajaran tentang kehidupan orang Kristen setiap hari
Pada bagian ini, dijelaskan bagaimana seharusnya kehidupan dari setiap orang yang sudah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat-Nya.
Pendalaman
- Bacalah pasal Rom 12:1-2. _Tanyakan_: Apakah ibadah orang Kristen yang sejati dan berkena di hadapan Allah?
- Bacalah pasal Rom 12:6-8. _Tanyakan_: Bagaimanakah sikap kehidupan seorang pelayan Firma Allah?
- Bacalah pasal Rom 12:9-21. _Tanyakan_: Bagaimanakah cara hidup orang percaya/Kristen dala masyarakat?
- Bacalah pasal Rom 13:1. _Tanyakan_: Bagaimanakah sikap orang Kristen terhadap pemerintah?
- Bacalah pasal Rom 15:1. _Tanyakan_: Bagaimanakah sikap orang Kristen terhadap orang yan lemah?
- Bacalah pasal Rom 16:17-18. _Tanyakan_: Apakah peringatan Rasul Paulus terhadap orang percaya?
II. Kesimpulan
Melalui Kitab Roma jelaslah bahwa Allah mengatakan bahwa semua orang telah berbuat dosa, dan mengalami penghukuman, yaitu kematian. Allah juga dengan tegas menyatakan bahwa semua usaha manusia untuk menyelamatkan diri dari kematian itu sia-sia. Allah menyatakan bahwa manusia memperoleh keselamatan hanya melalui iman kepada Tuhan Yesus Kristus.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab Roma?
- Mengapakah semua manusia berada dalam penghukuman Allah?
- Mengapakah orang Kristen perlu menguduskan diri?
- Bagaimanakah cara hidup orang Kristen?
Intisari: Roma (Pendahuluan Kitab) Inti InjilMENGAPA ROMA?Dalam Kisah para Rasul kita saksikan Paulus memulai gereja-gereja di tempat-tempat yang sekarang kita kenal sebagai Turki dan Y
Inti Injil
MENGAPA ROMA?
Dalam Kisah para Rasul kita saksikan Paulus memulai gereja-gereja di tempat-tempat yang sekarang kita kenal sebagai Turki dan Yunani. Tetapi, ia mempunyai suatu rencana jangka panjang untuk menginjili lebih jauh ke barat, yaitu ke Roma dan kemudian lebih jauh lagi. Namun demikian ada hal-hal lain yang perlu dikerjakan terlebih dahulu. Ia harus kembali ke Yerusalem untuk mengambil bantuan yang telah dikumpulkan oleh orang-orang Kristen bukan Yahudi bagi orang-orang miskin yang percaya di sana. Setelah itu ia dapat dengan leluasa mencurahkan perhatiannya ke ibu kota tersebut, dan setelah itu ia mengarahkan pandangannya ke Spanyol (15:22-29). Alasan Paulus ialah ia selalu ingin merintis daerah baru dan memberitakan Injil di tempat Injil belum pernah didengar. Ini sedikit menjelaskan mengapa surat ini ditulis - sebuah gereja sudah dibangun di Roma, karena itu Paulus tidak menganggap kunjungan ke Roma sebagai prioritas utama (15:18-21). Kita tidak tahu kapan gereja itu didirikan, tetapi jika kita melihat daftar para peziarah di Hari Pentakosta, kita akan melihat bahwa di antara mereka terdapat orang-orang Roma (Kis. 2: 10). Dari nama-nama pada akhir surat ini, rupa-rupanya Paulus sudah mengenal sejumlah besar anggota jemaat di sana (16:3-15), hal ini dapat dimengerti karena banyak jalan menuju Roma. Banyak orang melakukan perjalanan di daerah kekaisaran Roma terutama para pedagang, dan banyak dari mereka akhirnya menetap di ibu kota.
MENGAPA SURAT INI DITULIS?
Tampaknya Paulus sedang mempersiapkan kunjungannya dengan menjelaskan Injil bagi mereka. Mungkin ada orang yang mengritik ajarannya dan ia ingin meluruskan hal itu. Pada waktu yang bersamaan penulisan surat ke Roma merupakan kesempatan untuk menulis intisari kabar baik tentang Kristus secara lebih terinci dibandingkan dengan yang terdapat dalam kitab Perjanjian Baru yang lain. Surat Roma merupakan salah satu tulisan Paulus yang paling teratur, oleh karenanya surat ini telah menjadi buku sumber bagi orang Kristen sejak ia mendiktekannya kepada kawannya, Tertius, di Korintus sekitar tahun 57.
PAULUS DI ROMA.
Rencana Paulus tidak berjalan sesuai dengan apa yang diinginkannya. Kita tahu dari Kisah para Rasul bahwa ketika tiba di Yerusalem ia ditangkap, dan setelah beberapa saat di penjara, ia memohon, seperti lazimnya warga negara Romawi, supaya kasusnya dapat didengar oleh Kaisar. Oleh karena itu, ia dibawa ke Roma sebagai tawanan. Rupa-rupanya ia dibebaskan dan melanjutkan pekerjaan pelayanannya sebelum akhirnya dibunuh di Roma.
ORANG ROMAWI DAN GEREJA.
Ketika orang Kristen menemukan kembali surat-surat seperti surat Roma pada waktu Reformasi, hal ini mengubah gereja secara besar-besaran. Mereka menyadari bahwa mereka tidak dapat memperoleh keselamatan dari apa yang mereka lakukan. Allah telah melakukan keselamatan itu bagi mereka, dalam cara yang memungkinkan Ia dapat membenarkan orang-orang berdosa. Rahasianya tentu terdapat pada salib.
Pesan
1. Kita semua perlu dibenarkan di hadapan Allah (pasal 1-3)o Bagi orang bukan Yahudi, cukup banyak yang dapat diketahui tentang Dia
- dalam alam semesta. Rom 1:19-20
- dalam kenyataan kita sebagai ciptaan. Rom 2:14-15
o Untuk orang Yahudi, lebih dari cukup - dalam firman-Nya. Rom 2:12, 17-24;3:1-2
o Semua orang jatuh di dalam dosa. Rom 3:9-20, 23
o Tidak seorang pun
- boleh menghakimi orang lain. Rom 2:1-3
- boleh bermegah diri. Rom 3:27
- dapat berdalih. Rom 1:20; 2:1; 3:19
- dapat menyelamatkan dirinya sendiri. Rom 3:20, 23
2. Allah melakukan semua itu (pasal 3-5)
o Kematian Kristus membayar semua hutang
- Ia mati menggantikan kita. Rom 3:24-25
- pada waktu kita masih berdosa. Rom 5:6-8
- kita dapat dibenarkan. Rom 3:24
o Abraham mempercayai firman Allah
- kita pun harus beriman. Rom 3:25; 4:16-25; 5:1
o Adam melakukan sesuatu yang berakibat pada kita sampai sekarang
- demikian pula apa yang dilakukan Kristus di kayu salib. Rom 5:12-19
3. Cara hidup yang berbeda (pasal 6-8)
o Masalahnya ialah sifat dosa manusia
- yang tidak dapat menjadi baik. Rom 7:18
- yang berseteru terhadap Allah. Rom 8:7
- yang tidak memperkenan Allah. Rom 8:8
o Kuasa datang dari Roh Kudus
- yang diam di dalam kita. Rom 8:9-11
- yang menimbulkan pertentangan. Rom 7:13-23
- yang menyediakan kemenangan. Rom 7:24-25
o Kita harus bekerja sama dengan Dia
- menolak dosa. Rom 6:13, 16, 19; 8:13
- menaati Kristus. Rom 6:13, 16-19, lihat Rom 12:1
o Kita bisa
- memperoleh kemenangan. Rom 6:14
- menerima kehidupan. Rom 8:11
- menjadi anak-anak Allah. Rom 8:14-17
- mengalami pertolongan-Nya. Rom 8:26-27
- menjadi seperti Kristus. Rom 8:28-30, lihat Rom 12:2
- merasa pasti bahwa kita adalah milikNya. Rom 8:31-39
4. Allah tahu apa yang sedang dilakukanNya (pasal 9-11)
o Allah tahu bagaimana mengendalikan umat-Nya
- terhadap orang Yahudi yang tidak taat sekalipun. Rom 9:1-33
- Ia mempunyai rencana induk. Rom 11:1-32
o Kita tetap harus memberikan tanggapan
- dalam iman yang taat. Rom 10:5-21
5. Kita diselamatkan bersama (pasal 12-1)
o Kita adalah anggota dari satu tubuh
- saling memiliki. Rom 12:3-8
- saling mengasihi. Rom 12:9-21; 13:8-10
- saling menerima. Rom 14:1-15:7
- saling menghayati gaya hidup yang baru. Rom 13:1-7, 11-14
Penerapan
1. Tawaran itu cuma-cuma(untuk dibenarkan di hadapan Allah)
o Karena keberadaan kita, itu harus terjadi
o Itu dapat terjadi karena Kristus telah
melakukannya
o Ini berarti
- kita tidak dapat memperolehnya sendiri
- kita harus menerimanya dengan iman
2. Kuasa itu ada
(untuk hidup sebagai orang Kristen)
o Oleh karena kita tidak mampu melakukannya sendiri
o Oleh karena Roh Kudus hidup di dalam kita
o Ini berarti
- membuang sifat-sifat dosa kita
- menaati Yesus Kristus
3. Persekutuan Itu milik kita
(bersama dengan sesama Kristen)
o Oleh karena kita saling memiliki
o Oleh karena kita sekarang tahu bagai
mana mengasihi
o Ini berarti
- kita harus menumbuhkan dan menghargainya
- kita tidak boleh menyalahgunakan atau memandang enteng persekutuan Kristen
Tema-tema Kunci
1. Anugerah.
Kebenaran yang berkali-kali ditanamkan ialah bahwa jika kita dapat menjadi Kristen, Allah yang harus melakukannya. Anugerah Allah itu diberikan dengan cuma-cuma, kita tidak dapat melakukan sendiri. Namun demikian, kita tidak boleh juga menganggap hal itu sepele. Telusurilah tema ini dalam seluruh surat Roma: Rom 1:7; 2:4; 3:24, 27; 4:16; 5:15, 17, 21; 6:1, 15; 11: 5-6.
2. Iman.
Kita mendapat anugerah cuma-cuma dari Allah oleh iman kepada Kristus. Pada saat yang sama, tidak berarti kita hanya semata-mata percaya tentang Dia, tetapi menerima firman Allah, menaati-Nya dan mengakui Kristus. Perhatikan bagaimana Paulus menekankan tentang iman dalam surat ini, dan juga bagaimana ia mendefinisikannya. Apakah iman kita cukup besar? 1:5 (lihat 15:18); Rom 1:16-17; 3:22, 26-31; 4:1-25; 5:1; 10:8-11; 10:17.
3. Pembebasan (atau Pembenaran).
Kata di atas diambil dari istilah yang ada dalam sidang pengadilan. Allah membebaskan - atau 'membenarkan' - pendosa, menyatakannya'benar', oleh karena apa yang telah Yesus lakukan sebagai penggantinya. Lihat bagaimana Paulus mengaitkan ini dalam kematian Kristus dan iman: Rom 1:17; 3:21-26; 4:1-25; 5:8-11, 15-21; 10:1-10.
4. Kebersamaan.
Perhatikan apa yang Paulus katakan bahwa kita semua berdosa dan kita diselamatkan bersama-sama. Ia menggunakan gambaran tentang tubuh ketika ia ingin menunjukkan bagaimana kita harus bekerja sama satu dengan yang lain. Walaupun hal-hal yang mengganggu dan memecah belah Kristen pada zaman Paulus berbeda dengan masa kini, apakah ia memberikan pedoman yang dapat kita terapkan saat ini? Khususnya lihat 14:1-15:7.
5. Allah adalah Raja.
Kita mendapat kesan yang jelas bahwa walaupun manusia tidak percaya, Allah tetap mengendalikan dunia, sebagaimana Ia mengatur kehidupan Kristen. Hal ini menjadi jaminan yang sangat berarti bagi mereka yang percaya, walaupun kita tidak dapat mengerti bagaimana Ia melakukannya. Bacalah seluruh pasal 9 dan 10 sekali lagi. Bagaimana keduanya saling mengisi?
Garis Besar Intisari: Roma (Pendahuluan Kitab) [1] 'MENGAPA SAYA MENULIS...' Rom 1:1-7
Rom 1:1-17Semua tentang Yesus Kristus
Rom 1:8-15Saya mempunyai sesuatu untuk dibagikan
Rom 1:16-17Berit
[1] 'MENGAPA SAYA MENULIS...' Rom 1:1-7
Rom 1:1-17 | Semua tentang Yesus Kristus |
Rom 1:8-15 | Saya mempunyai sesuatu untuk dibagikan |
Rom 1:16-17 | Berita secara ringkas |
[2] 'KITA SEMUA ADALAH ORANG BERDOSA' Rom 1:18-3:20
Rom 1:18-32 | Mereka yang tidak memiliki Alkitab |
Rom 2:1-11 | Menghakimi orang lain? |
Rom 2:12-16 | Allah akan menghakimi kita semua |
Rom 2:17-3:20 | Lebih baikkah orang Yahudi? |
[3] 'ALLAH MEMPUNYAI JALAN' Rom 3:21-5:21
Rom 3:21-26 | Apa yang dilakukan oleh salib |
Rom 3:27-31 | Siapa yang boleh bermegah? |
Rom 4:1-25 | Abraham percaya lebih dulu |
Rom 5:1-5 | Sukacita - walaupun dalam kesusahan |
Rom 5:6-11 | Ketika kita tidak berdaya |
Rom 5:12-21 | Kristus dan Adam |
[4] 'HIDUP BARU' Rom 6:1-8:39
Rom 6:1-14 | Dosa dapat dikalahkan |
Rom 6:15-23 | Pergantian pemilik |
Rom 7:1-6 | Pergantian pasangan |
Rom 7:7-25 | Peperangan dalam hati |
Rom 8:1-11 | Roh memberi hidup |
Rom 8:12-17 | Anak-anak Allah! |
Rom 8:18-25 | Dan banyak lagi yang lain |
Rom 8:26-27 | Doa |
Rom 8:28-30 | Tujuan |
Rom 8:31-39 | Apa lagi yang dapat saya katakan? |
[5] 'TETAPI BAGAIMANA HALNYA DENGAN ORANG YAHUDI?' Rom 9:1-11:36
Rom 9:1-5 | Hak-hak istimewa mereka |
Rom 9:6-33 | Maksud Allah |
Rom 10:1-21 | Iman menyelamatkan |
Rom 11:1-36 | Rencana yang aneh |
[6] 'HAYATILAH!' Rom 12:1-15:13
Rom 12:1-2 | Kehidupan yang dipersembahkan |
Rom 12:3-21 | Kehidupan di dalam satu tubuh |
Rom 13:1-7 | Hidup dalam masyarakat |
Rom 13:8-10 | Hidup dalam kasih |
Rom 13:11-14 | Bangun dan hiduplah! |
Rom 14:1-15:13 | Hidup bersama dengan sesama |
[7] 'RENCANA HARI DEPANKU' Rom 15:14-33
Rom 15:14-21 | Pelayanan saya |
Rom 15:22-33 | Ambisi saya |
[8] 'SANGAT BANYAK KAWAN DI ROMA' Rom 16:1-27
Allah memberkati kalian semuaBank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi