Teks -- Roma 15:4 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Rm 15:4
Full Life: Rm 15:4 - SEGALA SESUATU YANG DITULIS DAHULU.
Nas : Rom 15:4
PL sangat penting bagi kehidupan rohani orang Kristen. Hukum
kebijaksanaan dan moral Allah mengenai setiap aspek kehidupan, dan juga...
Nas : Rom 15:4
PL sangat penting bagi kehidupan rohani orang Kristen. Hukum kebijaksanaan dan moral Allah mengenai setiap aspek kehidupan, dan juga penyataan tentang diri-Nya, keselamatan, dan kedatangan Kristus, mempunyai nilai permanen (2Tim 3:16;
lihat cat. --> Mat 5:17;
[atau ref. Mat 5:17]
lihat art. HUKUM PERJANJIAN LAMA).
Ref. Silang FULL -> Rm 15:4
· bagi kita: Rom 4:23,24; [Lihat FULL. Rom 4:23]; [Lihat FULL. Rom 4:24]
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per Ayat)
Hagelberg: Rm 15:4 - -- 15:4 Sebab segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, supaya melalui ketekunan dan melalui penghiburan yang...
15:4 Sebab segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, supaya melalui ketekunan dan melalui penghiburan yang diperoleh dari Kitab Suci, kita dapat memperoleh pengharapan.
Paulus mengutip dari Kitab Mazmur karena dari situlah kita memperoleh ketekunan, penghiburan, dan akhirnya pengharapan yang sangat diperlukan untuk supaya kita dapat mengutamakan kepentingan mereka yang masih terikat dengan peraturan-peraturan yang sebenarnya tidak berlaku lagi.
Dari segala pergumulan yang kita alami, mungkin tidak ada satupun yang tidak dapat diatasi jika kita memiliki ketekunan, penghiburan, dan pengharapan yang disediakan bagi kita dalam Kitab Suci.
Hagelberg: Rm 15:1-6 - -- c. Kristus Sebagai Teladan 15:1-6
Bahasan bagian ini berpusat pada keteladanan Tuhan Yesus sendiri.
c. Kristus Sebagai Teladan 15:1-6
Bahasan bagian ini berpusat pada keteladanan Tuhan Yesus sendiri.
Hagelberg: Rm 15:4 - -- 15:4 Sebab segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, supaya melalui ketekunan dan melalui penghiburan yang...
15:4 Sebab segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, supaya melalui ketekunan dan melalui penghiburan yang diperoleh dari Kitab Suci, kita dapat memperoleh pengharapan.
Paulus mengutip dari Kitab Mazmur karena dari situlah kita memperoleh ketekunan, penghiburan, dan akhirnya pengharapan yang sangat diperlukan untuk supaya kita dapat mengutamakan kepentingan mereka yang masih terikat dengan peraturan-peraturan yang sebenarnya tidak berlaku lagi.
Dari segala pergumulan yang kita alami, mungkin tidak ada satupun yang tidak dapat diatasi jika kita memiliki ketekunan, penghiburan, dan pengharapan yang disediakan bagi kita dalam Kitab Suci.
Hagelberg: Rm 14:1--15:13 - -- 2. Penerapan Khusus: yang Lemah dan yang Kuat 14:1-15:13
Setiap orang, apa dia lemah ataupun kuat dalam iman, harus memikul bagiannya supaya seluruh...
2. Penerapan Khusus: yang Lemah dan yang Kuat 14:1-15:13
Setiap orang, apa dia lemah ataupun kuat dalam iman, harus memikul bagiannya supaya seluruh jemaat, baik orang Yahudi maupun orang bukan Yahudi, dapat memuji Tuhan bersama-sama.
Masalah tafsiran yang paling besar dalam bagian ini adalah identitas mereka yang "lemah imannya" dan mereka yang "kuat". Dalam bagian ini mereka yang "kuat" lebih ditegur daripada mereka yang "lemah", dan ada kesan bahwa mayoritas dari jemaat disebut "kuat", sedangkan minoritas dari jemaat disebut "lemah". Dunn810 mengamati bahwa Paulus menganggap dirinya sebagai orang yang kuat imannya dalam pasal 14:14, 20, dan 15:1.
Cranfield membahas masalah identitas mereka.811 Menurut dia enam kemungkinan layak dipertimbangkan, tetapi setelah bahasan yang cukup panjang dia mengatakan bahwa mereka yang "lemah imannya" adalah orang Yahudi yang percaya kepada Tuhan Yesus tetapi masih menuruti peraturan-peraturan hukum Taurat dan adat-istiadat Yahudi, bukan sebagai cara untuk dibenarkan di hadapan Allah, tetapi hanya karena mereka betah dengan peraturan lama tersebut.
Dunn812 mendukung dan mengembangkan pengertian Cranfield mengenai identitas mereka. Ternyata pada tahun 49 orang-orang Yahudi dikeluarkan dari Roma karena titah Kaisar Claudius. Pada tahun 54 Claudius meninggal, dan titahnya tidak berlaku lagi, sehingga orang-orang Yahudi, baik yang tidak percaya kepada Yesus maupun yang percaya kepadaNya, mulai kembali ke kota Roma untuk hidup di sana. Jadi selama beberapa tahun tidak ada orang Yahudi di dalam jemaat-jemaat di Roma, tetapi pada waktu Surat Roma dikirim sudah ada minoritas jemaat yang berlatar belakang Yahudi. Sebagian dari mereka tidak berani melepaskan diri mereka dari peraturan-peraturan hukum Taurat tertentu karena iman mereka kurang kuat. Kita harus mengingat bahwa identitas mereka sebagai orang Yahudi sangat penting bagi pribadi mereka, dan identitas tersebut berkaitan dengan kebiasaan mereka mengenai pantang makan jenis makanan tertentu dan hari raya mereka, sehingga pembahasan Paulus menyentuh masalah yang amat peka dan penting bagi orang Yahudi di Roma yang percaya kepada Tuhan Yesus.
Sebaiknya kita mengingat bahwa pengertian mengenai identitas mereka yang lemah imannya tidak sepenting pengertian mengenai prinsip-prinsip yang diuraikan Paulus dalam pasal 14-15. Dengan kata lain, mudah-mudahan kita dapat menentukan identitas mereka, tetapi kita harus mengerti dan menerapkan pola pikiran Paulus dalam bagian ini.
Dari pasal 1:16 sampai pasal 13:14 apa yang dikatakan tidak berkaitan dengan keadaan orang percaya di Roma secara khusus, tetapi nampaknya bagian ini, pasal 14:1-15:13, berhubungan erat dengan suatu masalah atau kecerderungan di Roma. Rupanya bagi Rasul Paulus masalah tersebut sungguh perlu dibereskan, maka dia mempergunakan begitu banyak kata untuk mengatasinya. Sikap menghina dan menghakimi yang dibahas sungguh bertentangan dengan kasih karunia Allah yang diuraikan dalam Surat Roma. Selama orang yang telah dibenarkan oleh karena kasih karunia Allah mengambil sikap menghina dan menghakimi, maka pengertian mereka mengenai kasih karunia masih dangkal. Sikap tersebut sangat berbahaya, maka Paulus memperingatkan kita dengan satu nats yang sangat panjang.
Hagelberg: Rm 12:1--15:13 - -- D. Perilaku Orang yang Dibenarkan karena Iman 12:1-15:13
Oleh karena orang yang dibenarkan karena iman mau melakukan kehendak Allah, maka langkah-lang...
D. Perilaku Orang yang Dibenarkan karena Iman 12:1-15:13
Oleh karena orang yang dibenarkan karena iman mau melakukan kehendak Allah, maka langkah-langkah kehendak Allah diuraikan secara khusus.
Dalam pasal 11:32 kita membaca bahwa tujuan Allah adalah "supaya Ia dapat menunjukkan kemurahanNya atas mereka semua". Maka "kemurahan" tersebut menjadi batu loncatan bagi Paulus supaya dia dapat menguraikan bagaimana orang percaya dapat melaksanakan kehendak Allah. Dalam pasal 6-8 prinsip-prinsip kehidupan yang sesuai dengan Aiwn/Aion Baru dan kehadiran Roh Allah diuraikan. Dalam bagian ini prinsip-prinsip tersebut diterapkan secara khusus dalam hidup kita. Jadi, bagian ini menguraikan secara nyata arti dari karya Roh Allah yang baru dikemukakan dalam pasal 8.
Hagelberg: Rm 1:18--15:13 - -- II. Injil 1:18-15:13
Cranfield,65 setelah menyelidiki seluruh bagian ini, menyatakan bahwa Paulus "membiarkan Injil berbicara sendiri... untuk menen...
II. Injil 1:18-15:13
Cranfield,65 setelah menyelidiki seluruh bagian ini, menyatakan bahwa Paulus "membiarkan Injil berbicara sendiri... untuk menentukan bentuk dan isi bagian utama dari suratnya." Perkataan ini tepat. Paulus tidak menyusun bagian ini (1:18-15:13) untuk menangani suatu situasi tertentu di kota Roma, tetapi bagian ini terbentuk sesuai dengan suatu "akal intern" dari Injil Kristus sendiri. Bukan tidak ada pengaruh sama sekali dari situasi di Roma. Mungkin rencana Paulus untuk mengadakan perjalanan ke Spanyol mempengaruhi beberapa perincian dalam surat ini, tetapi secara keseluruhan, bentuk dan isi bagian ini, 1:18-15:13, ditentukan dari logisnya Injil Kristus saja.
Dalam bagian utama ini isi dan akibat kebenaran dari Allah bagi manusia diuraikan.66
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Rm 15:1-4
Matthew Henry: Rm 15:1-4 - Perendahan dan Penyangkalan Diri; Kelembutan dan Kemurahan Hati
Dalam pasal ini, Rasul Paulus melanjutkan pembicaraan pasal sebelumnya tentang kewajiban orang-orang percaya untuk saling menanggung dalam berbaga...
- Dalam pasal ini, Rasul Paulus melanjutkan pembicaraan pasal sebelumnya tentang kewajiban orang-orang percaya untuk saling menanggung dalam berbagai hal, dan dengan ini ia akan segera sampai pada penutup surat. Karena di antara orang-orang Kristen terdapat perbedaan-perbedaan pemahaman yang begitu rupa, dan oleh sebab itu kasih di antara mereka juga bertambah jauh, maka diperlukan perintah demi perintah dan ajaran demi ajaran, untuk mendinginkan panas hati, dan melahirkan perilaku yang lebih baik. Rasul Paulus, karena ingin mematok paku hingga tertancap kokoh pada tempatnya, terus mengikuti ketukan palunya, tidak mau meninggalkan topik pembicaraan ini sampai ada harapan baginya untuk menang. Untuk itulah ia menyusun perkara di hadapan mereka dan memenuhi mulutnya dengan alasan-alasan yang teramat meyakinkan. Kita dapat mengamati, dalam pasal ini,
- I. Perintah-perintahnya kepada mereka.
- II. Doa-doanya untuk mereka.
- III. Pembelaannya dalam menulis kepada mereka.
- IV. Penjelasannya tentang dirinya sendiri dan perkara-perkaranya.
- V. Pernyataannya tentang tujuannya untuk datang menemui mereka.
- VI. Keinginannya untuk didoakan oleh mereka.
Perendahan dan Penyangkalan Diri; Kelembutan dan Kemurahan Hati (Roma 15:1-4)
- Dalam perikop ini Rasul Paulus memaparkan dua aturan, beserta alasan-alasan untuk menguatkannya, yang menunjukkan kewajiban orang Kristen yang kuat untuk peduli dan merendah bagi mereka yang paling lemah.
- I. Kita harus menanggung kelemahan orang yang tidak kuat (ay. 1). Kita semua mempunyai kelemahan. Tetapi orang yang lemah lebih dikuasai oleh kelemahan itu daripada orang lain. Mereka itu orang yang lemah dalam hal pengetahuan atau karunia, buluh yang patah terkulai dan sumbu yang pudar nyalanya. Kita harus peduli dengan orang-orang ini. Jangan menginjak-injak mereka, tetapi doronglah mereka, dan bersabarlah menghadapi kelemahan mereka. Jika karena kelemahan, mereka menghakimi dan mencela kita, dan mengatakan yang jahat tentang kita, kita harus bersabar menghadapi mereka, mengasihani mereka, dan tidak menjauhkan kasih sayang kita terhadap mereka. Malang nian mereka! Itu kelemahan mereka, mereka tidak bisa menghindarinya. Demikian pula halnya Kristus menanggung murid-murid-Nya yang lemah, dan memaafkan mereka. Tetapi lebih dari itu, kita juga harus menanggung kelemahan mereka dengan berbela rasa dengan mereka, memberi perhatian terhadap mereka, dan membantu menguatkan mereka, sebagaimana ada kesempatan. Inilah yang dinamakan saling menanggung beban.
- II. Kita tidak boleh mencari kesenangan kita sendiri, tetapi harus mencari kesenangan sesama kita (ay. 1-2). Kita tidak boleh memanjakan diri sendiri, dengan menimbang kelemahan dan kerapuhan saudara-saudara kita.
- 1. Orang-orang Kristen tidak boleh mencari kesenangan sendiri. Kepedulian kita tidak boleh hanya memuaskan segala keinginan yang sepele dari hati kita sendiri. Baiklah jika sekali-kali kita menahan diri, supaya kita bisa lebih baik menghadapi orang lain yang menghalangi jalan kita. Kita akan manja (seperti Adonia) jika keinginan kita selalu dituruti. Pelajaran pertama yang harus kita pelajari adalah menyangkal diri (Mat. 16:24).
- 2. Orang Kristen harus mencari kesenangan sesamanya. Kekristenan dimaksudkan untuk menghaluskan dan melembutkan roh, untuk mengajarkan kepada kita hati yang mau berbuat baik dan menyenangkan orang lain. Tidak untuk menjadi hamba hawa nafsu apa saja, tetapi menjadi hamba bagi kebutuhan dan kelemahan sesama kita. Untuk bersedia melakukan sebaik mungkin dengan kesadaran hati nurani apa saya yang kita patut lakukan. Orang Kristen harus berusaha untuk menyenangkan hati. Sebagaimana kita tidak boleh mencari kesenangan kita sendiri dalam menggunakan kebebasan kita sebagai orang Kristen, demikian pula kita harus mencari kesenangan sesama kita. Kebebasan Kristen kita itu diperbolehkan bagi kita bukan demi kesenangan kita sendiri, melainkan demi kemuliaan Allah dan demi kebaikan bagi orang lain serta untuk membangunnya. Betapa jemaat Kristus akan menjadi kumpulan yang menyenangkan dan menghibur jika orang-orang Kristen berusaha mencari kesenangan satu sama lain, bukan seperti yang biasa kita lihat sekarang, giat berselisih, saling menghalang-halangi, dan saling menentang! Mencari kesenangan sesama, bukan dalam segala hal, sebab ini bukan aturan tanpa batas, melankan demi kebaikannya, terutama demi kebaikan jiwanya. Bukan untuk menyenangkan hatinya dengan melayani kehendak-kehendaknya yang fasik, dan menghibur dia dengan cara yang berdosa, atau memenuhi godaan-godaannya, atau berbuat dosa karena dia. Ini cara yang rendah untuk mencari kesenangan sesama kita yang membawanya kepada kebinasaan jiwanya. Jika mencari kesenangan orang dengan cara seperti itu, kita bukanlah hamba-hamba Kristus. Tetapi carilah kesenangannya demi kebaikan dia. Bukan demi kebaikan duniawi kita sendiri, atau untuk menjadikan dia mangsa, melainkan demi kebaikan rohaninya. Untuk membangunnya, maksudnya, bukan hanya demi kebaikannya, melainkan juga demi kebaikan orang lain, untuk membangun tubuh Kristus, dengan berusaha saling berbuat baik. Semakin rapat batu-batu dipasang, dan semakin pas satu sama lain, semakin kokohlah bangunannya. Sekarang perhatikanlah alasan mengapa orang-orang Kristen harus mencari kesenangan satu sama lain: Karena Kristus juga tidak mencari kesenangan-Nya sendiri. Penyangkalan diri Yesus Tuhan kita adalah alasan terbaik melawan sikap orang-orang Kristen yang mementingkan diri. Perhatikanlah,
- (1) Bahwa Kristus tidak mencari kesenangan-Nya sendiri. Ia tidak mencari pujian, kenyamanan, keamanan, ataupun kesenangan duniawi-Nya sendiri. Ia tidak mempunyai tempat untuk membaringkan kepala-Nya. Ia hidup dari amal, tidak mau dijadikan raja. Tidak ada saran lain yang paling dibenci-Nya selain, Guru, sayangilah diri-Mu. Ia tidak menuruti kehendak-Nya sendiri (Yoh. 5:30). Ia membasuh kaki murid-murid-Nya, tekun menanggung bantahan terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa. Ia menyusahkan diri (Yoh. 11:33, KJV), tidak mencari kehormatan-Nya sendiri, dan singkatnya, mengosongkan diri-Nya, menjadikan diri-Nya tidak berharga. Dan semua ini demi kita, untuk membawakan kebenaran bagi kita, dan untuk memberi kita suatu teladan. Seluruh hidup-Nya hanyalah untuk menyangkal diri, dan tidak mencari kesenangan diri. Ia menanggung kelemahan-kelemahan orang yang tidak kuat (Ibr. 4:15).
- (2) Bahwa dalam hal ini Kitab Suci digenapi: Seperti ada tertulis: Kata-kata cercaan mereka, yang mencerca Engkau, telah mengenai aku. Ini dikutip dari Mazmur 69:10, yang bagian awalnya diterapkan kepada Kristus (Yoh. 2:17), cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku, dan bagian akhirnya diterapkan di sini. Sebab Daud adalah perlambang Kristus, dan penderitaan-penderitaannya adalah perlambang dari penderitaan-penderitaan Kristus. Mazmur ini dikutip untuk menunjukkan bahwa Kristus sama sekali tidak mencari kesenangan-Nya sendiri, malah Ia justru dalam tingkat tertinggi betul-betul mencari ketidaksenangan-Nya sendiri. Bukan berarti seolah-olah pekerjaan-Nya, secara keseluruhan, terasa sebagai beban dan kesedihan bagi-Nya, sebab Ia menjalankannya dengan sangat rela dan gembira. Tetapi dalam perendahan-Nya, Ia menyingkirkan dan menolak segala hal yang membawa kepuasan pada kecenderungan sifat alamiah. Ia lebih mengutamakan kebaikan kita daripada kenyamanan dan kesenangan-Nya sendiri.Rasul Paulus memilih mengungkapkan masalah ini dalam bahasa Kitab Suci. Sebab dengan cara apa lagi perkara-perkara yang menyangkut Roh Allah dibicarakan dengan lebih baik selain dengan kata-kata dari Roh itu sendiri? Dan nas Kitab Suci ini ditegaskannya, kata-kata cercaan mereka, yang mencerca Engkau, telah mengenai aku.
- [1] Aib dari celaan-celaan yang ditanggung Kristus. Penghinaan apa saja yang diperbuat terhadap Allah membuat sedih Tuhan Yesus. Ia berduka oleh kerasnya hati orang banyak, dan memandang tempat yang penuh dosa dengan kesedihan dan air mata. Ketika orang-orang kudus dianiaya, Kristus sama sekali tidak mencari kesenangan-Nya sendiri, sampai-sampai Ia turut merasakan apa yang diperbuat terhadap mereka sebagai dilakukan terhadap diri-Nya sendiri: Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku? Kristus sendiri telah menanggung segala penghinaan hebat. Ada banyak cela dalam penderitaan-penderitaan-Nya.
- [2] Dosa dari celaan-celaan itu, yang ditanggung Kristus untuk memuaskan tuntutan hukum. Begitulah banyak orang memahaminya. Setiap dosa adalah semacam celaan bagi Allah, terutama dosa-dosa yang diperbuat dengan berani. Nah, kesalahan dari semuanya ini ditimpakan kepada Kristus, ketika Ia dijadikan dosa, yaitu, dijadikan persembahan, korban penghapus dosa bagi kita. Ketika Tuhan menimpakan kepada-Nya kesalahan kita semua, dan Ia menanggung dosa-dosa kita dalam tubuh-Nya sendiri di atas kayu salib, kesalahan-kesalahan kita ditimpakan kepada-Nya sebagai ganti jaminan bagi kebebasan kita. Akulah yang menanggung kutuk itu. Ini contoh terbesar bagaimana orang mau menggantikan orang lain dengan dirinya sendiri untuk menanggung kesalahan orang lain. Kalau kita merenungkan kemurnian dan kekudusan-Nya yang tak terhingga dan tak bercacat cela, kasih Bapa kepada-Nya yang tak terbatas, dan kepedulian-Nya yang kekal akan kemuliaan Bapa-Nya, maka tidak ada hal lain yang lebih bertentangan dengan Dia, atau lebih melawan Dia, daripada bahwa Dia dijadikan dosa dan kutuk bagi kita, dan ditimpa murka Allah. Terutama lagi kalau kita melihat untuk siapa saja Ia mencari ketidaksenangan diri seperti itu, yaitu untuk orang-orang asing, musuh-musuh, dan para pengkhianat. Yang benar untuk orang-orang yang tidak benar (1Ptr. 3:18). Ini tampak patut dijadikan alasan mengapa kita harus menanggung kelemahan orang yang tidak kuat. Kita tidak boleh mencari kesenangan kita sendiri, sebab Kristus tidak mencari kesenangan-Nya sendiri. Kita harus menanggung kelemahan orang yang tidak kuat, sebab Kristus menanggung celaan orang-orang yang mencela Allah. Ia menanggung kesalahan dosa dan kutuk dosa. Kita hanya dipanggil untuk sedikit menanggung masalah dosa. Ia menanggung dosa-dosa yang diperbuat dengan berani oleh orang fasik. Kita hanya dipanggil untuk menanggung kelemahan orang yang tidak kuat. Karena Kristus juga, kai gar ho Christos – bahkan Kristus sekalipun. Bahkan Dia sekalipun yang secara tak terhingga bahagia dalam menikmati diri-Nya, yang tidak memerlukan pelayanan kita. Bahkan Dia sekalipun yang tidak menganggap kesetaraan dengan Allah sebagai milik yang harus dipertahankan, yang mempunyai alasan yang baik untuk mencari kesenangan-Nya sendiri, dan tidak mempunyai alasan untuk peduli terhadap kita, apalagi disalibkan untuk kita. Bahkan Dia sekalipun tidak mencari kesenangan-Nya sendiri, bahkan Dia sekalipun menanggung dosa-dosa kita. Jadi, bukankah seharusnya kita bersikap rendah hati, menyangkal diri, dan bersedia peduli satu sama lain, sebagai sesama anggota jemaat?
- (3) Bahwa oleh karena itu kita harus bangkit dan berbuat hal serupa: Sebab segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita.
- [1] Bahwa apa yang ditulis tentang Kristus, mengenai penyangkalan diri dan penderitaan-penderitaan-Nya, ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita. Ia telah meninggalkan bagi kita suatu teladan. Jika Kristus menyangkal diri, kita juga pasti harus menyangkal diri, atas dasar ketulusan dan rasa syukur, dan terutama seturut de ngan gambar-Nya. Teladan Kristus, dalam apa yang dilakukan dan dikatakan-Nya, dicatat untuk kita tiru.
- [2] Apa yang dicatat dalam Kitab Suci Perjanjian Lama secara umum ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita. Apa yang sudah dikatakan Daud untuk dirinya, diterapkan Paulus tadi pada Kristus. Nah, supaya ini tidak terlihat seperti memaksakan pengertian Kitab Suci, Paulus memberi kita pedoman umum yang baik ini, bahwa semua nas kitab Perjanjian Lama (terlebih jauh lagi nas Perjanjian Baru) ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, dan tidak bisa dipandang sebagai tafsiran pribadinya sendiri. Apa yang terjadi pada orang-orang kudus dalam Perjanjian Lama terjadi pada mereka untuk dijadikan contoh. Dan banyak nas Perjanjian Lama sudah digenapi. Kitab Suci ditinggalkan sebagai pedoman yang abadi bagi kita. Kitab Suci ditulis, supaya tetap kita gunakan dan demi kebaikan kita. Pertama, untuk menjadi pelajaran bagi kita. Ada banyak hal yang bisa dipelajari dari Kitab Suci, dan pelajaran itu pelajaran terbaik yang bisa ditimba dari sumber air ini. Orang yang paling berpengetahuan adalah orang yang paling mengenal Kitab Suci. Oleh sebab itu, kita tidak saja harus berusaha memahami arti sebenarnya dari Kitab Suci, tetapi juga mempelajari darinya apa yang bermanfaat bagi kita. Oleh sebab itu, kita memerlukan bantuan tidak saja untuk menggulingkan batu, tetapi juga untuk menimba air, sebab sumurnya dalam di banyak tempat. Mengamalkan Kitab Suci dalam kehidupan sehari-hari itu lebih penting daripada mengupasnya secara mendalam. Kedua, supaya kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci. Pengharapan yang menjadikan hidup kekal sebagai tujuan itu disodorkan di sini sebagai tujuan belajar Kitab Suci. Kitab Suci ditulis supaya kita tahu apa yang bisa diharapkan dari Allah, atas dasar apa, dan dengan cara apa. Ini haruslah membuat Kitab Suci tampak baik di mata kita, sebab Kitab Suci adalah teman istimewa bagi pengharapan orang Kristen. Nah, cara untuk mencapai harapan ini adalah oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci. Ketekunan dan penghiburan mengandaikan adanya kesulitan dan kesedihan. Seperti itulah nasib orang-orang kudus di dunia ini. Lagi pula, seandainya tidak demikian, kita tidak akan mendapat kesempatan untuk bersabar dan terhibur. Tetapi ketekunan dan penghiburan adalah teman bagi pengharapan, yang merupakan hidup dari jiwa kita. Ketekunan menimbulkan tahan uji, tahan uji menimbulkan pengharapan, dan pengharapan tidak mengecewakan (5:3-5). Semakin besar ketekunan yang kita tunjukkan di bawah kesulitan, semakin besar harapan kita untuk mengatasi kesulitan kita. Tidak ada yang lebih merusak pengharapan selain ketidaksabaran. Dan penghiburan dari Kitab Suci,penghiburan yang timbul dari firman Allah (itulah penghiburan yang paling pasti dan paling manis) juga merupakan penopang yang teguh bagi pengharapan, sebab penghiburan adalah jaminan yang ada di tangan akan kebaikan yang diharapkan. Roh, sebagai Penghibur, adalah jaminan dari warisan kita.
SH: Rm 15:1-13 - Kewajiban yang kuat terhadap yang lemah. (Sabtu, 01 Agustus 1998) Kewajiban yang kuat terhadap yang lemah.
Orang Kristen-Yahudi di Roma merasa diri lebih kuat dari orang Kristen non-Yahudi. Sikap ini melahirkan tind...
Kewajiban yang kuat terhadap yang lemah.
Orang Kristen-Yahudi di Roma merasa diri lebih kuat dari orang Kristen non-Yahudi. Sikap ini melahirkan tindakan yang menimbulkan perpecahan. Paulus mengajak mereka untuk memanfaatkan kelebihan atau kekuatan mereka secara positif. Bagaimana caranya? Pertama, mereka seharusnya membantu yang lemah (ayat 1a); kedua, tidak mencari kesenangan sendiri (ayat 1b); melainkan ketiga, berusaha untuk saling membangun (ayat 2), memakai kekuatan atau kelebihan untuk membangun orang lain (ayat 2). Bukankah kekuatan dan kelebihan Tuhan karuniakan agar kita membantu kelemahan orang lain, bukan menghambatnya?
Kristus dasar kebersamaan jemaat. Sulit untuk tidak egois. Untuk bisa memenuhi panggilan Kristen kita, kita harus mengikuti teladan hidup Kristus (ayat 3-4) dan memohon kekuatan dari Allah sendiri (ayat 5). Dengan berdasarkan kedua hal ini, bertindaklah sesuai kehendak Kristus (ayat 5-6). Bukankah Kristus tidak pernah mencari kepentingan-Nya sendiri melainkan menaati kehendak Allah untuk kepentingan umat tebusan-Nya? Saling menerima adalah sikap yang serasi dengan sikap Kristus yang menerima kita tanpa memandang siapa kita. Jika kita Kristo-sentris bukan ego-sentris, pastilah tidak sulit memelihara persatuan gereja.
SH: Rm 15:1-7 - Dampak bertemu Tuhan (Kamis, 31 Agustus 2006) Dampak bertemu Tuhan
Tidak selalu mudah bagi kita untuk menemukan realisasi makna
“kerukunan”, bahkan dalam hidup berjemaat. Padahal gereja y...
Dampak bertemu Tuhan
Tidak selalu mudah bagi kita untuk menemukan realisasi makna “kerukunan”, bahkan dalam hidup berjemaat. Padahal gereja yang sehat adalah gereja yang jemaatnya hidup dalam kerukunan, yaitu situasi saat seluruh anggota bersatu hati dan bersuara memuliakan Tuhan (6).
Paulus melanjutkan pengajarannya kepada jemaat di Roma mengenai kehidupan berjemaat. Sebelumnya ia telah mengingatkan jemaat di Roma untuk tidak saling menghakimi (14:1-13a) dan tidak menjadi batu sandungan bagi sesama (14:13b-23). Kini Paulus meminta jemaat Roma untuk aktif menciptakan kerukunan. Dasar dari pengajaran dan tuntutan kerukunan ini adalah hidup Kristus sendiri (15:3, 7).
Tindakan aktif pertama yang dapat dilakukan adalah menanggung beban sesama kita (1). Pepatah mengatakan, “Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing.” Golongan kuat kemungkinan besar adalah kaum berada, sebaliknya golongan lemah adalah kaum miskin. Saling menolong dan menanggung beban bahkan akan meruntuhkan batas-batas di antara umat manusia yang saling bermusuhan. Kedua, orientasi hidup orang Kristen seharusnya tidak berpusat pada apa yang menguntungkan dirinya sendiri, tetapi apa yang membawa kebaikan dan membangun orang lain (2). Semakin dewasa iman kita, semakin kita memikirkan kebaikan dan kemajuan orang lain yang ada di sekitar kita. Ketiga, kerukunan terjadi pada saat kita merelakan diri menerima orang lain dengan kelebihan dan kekurangannya (7).
Kristus adalah sumber iman Kristen yang memberikan contoh bahwa hidup-Nya bukanlah untuk menyenangkan diri-Nya sendiri. Kristus bahkan menerima cercaan dan hinaan demi keselamatan kita semua (3). Ingatlah, Kristus menerima kita bukan karena kita hebat dan memiliki kelebihan, tetapi justru pada saat kita najis oleh dosa.
Doa: Tuhan, pakailah aku menjadi alat-Mu dalam menciptakan kerukunan di tengah-tengah keluarga, gereja dan lingkungan sekitarku.
SH: Rm 15:1-13 - Meniru Kristus, memuliakan Allah (Selasa, 27 April 2010) Meniru Kristus, memuliakan Allah
Adakah praktik dan tindakan dalam gereja Anda yang terkesan aneh
untuk orang kebanyakan? Adakah sikap dan gaya ...
Meniru Kristus, memuliakan Allah
Adakah praktik dan tindakan dalam gereja Anda yang terkesan aneh untuk orang kebanyakan? Adakah sikap dan gaya hidup Anda yang bisa dinilai tidak lazim? Jika tidak ada, jangan-jangan gereja Anda dan hidup Anda belum sungguh memberlakukan sikap hidup Kristus!
Sedemikian pentingnya menerapkan sikap dan perilaku Kristus, sampai di tengah nasihatnya Paulus menaikkan doa kepada Allah (ayat 5-6). Tidak ada hal lebih penting untuk gereja praktikkan daripada meniru sikap Kristus yang beranugerah, yang mempersatukan jemaat dan mempertajam daya kejut kehadiran Kristen di tengah dunia. Jika kita tidak memiliki keberanian untuk radikal dan revolusioner ala Yesus Kristus, kita tidak memiliki daya kejut itu! Karena nasihatnya tidak mudah untuk dilakukan, maka Paulus menyebut dua sifat Allah: sumber ketekunan dan penghiburan!
Meniru Kristus dalam sikap dan perilaku bergereja membawa dampak radikal. Namun mengusahakan secara konsis-ten dan benar bukan hal mudah. Itu sebabnya Paulus berdoa kepada Allah yang tekun dan menghibur. Jika kita senada dengan kasih Allah dan pengorbanan Kristus dalam inkarnasi serta penderitaan-Nya demi menghasilkan perubahan dalam hidup manusia, maka akan terjadi hal yang radikal. Agar kita peka, mari renungkan: kehidupan Kristen dan kondisi gereja macam apa yang tidak menerapkan sikap Yesus? Bila gereja tidak peduli pada kaum terpinggir; bila keanggotaan gereja atau kelompok persekutuan kita homogen (ras, tingkat pendidikan, kelompok ekonomi, dlsb.); bila pelayanan dan tata krama gereja disesuaikan dengan zona nyaman orang yang menganggap diri paling tahu dan rohani ketimbang oleh kebutuhan orang yang sering diabaikan; inilah ciri gereja yang tidak seradikal sikap Yesus yang limpah anugerah!
Yesus mengurbankan kepentingan diri-Nya, merangkul yang lemah, terkulai, dan tak berdaya supaya kemuliaan Allah meraih mereka dan menciptakan umat yang hidup-mati hanya untuk meniru Ia dan memuliakan Allah saja!
SH: Rm 15:1-13 - Kuat dan lemah (Rabu, 10 April 2013) Kuat dan lemah
Paulus meminta kita untuk meneladani Yesus dalam hal lebih memperhatikan sesama dibandingkan memperhatikan diri sendiri (3). Permintaa...
Kuat dan lemah
Paulus meminta kita untuk meneladani Yesus dalam hal lebih memperhatikan sesama dibandingkan memperhatikan diri sendiri (3). Permintaan Paulus ini berkenaan dengan kewajiban kita sebagai orang yang dianggap kuat (1). Kita diminta untuk menanggung kelemahan orang yang lemah dengan cara memperhatikan mereka dan mendukung mereka agar tidak jatuh ke dalam pencobaan. Kita yang kuat diharuskan untuk memperhatikan dan menerima mereka yang lemah agar iman mereka dibangun.
Paulus menggunakan istilah "kuat" dan "lemah" untuk menggambarkan keadaan rohani orang percaya. Istilah "kuat" menunjuk pada iman orang yang telah dewasa dalam Kristus sehingga peka terhadap masalah orang lain. Orang yang "kuat" adalah orang yang memahami kebebasan rohani mereka di dalam Kristus dan tidak mau lagi diperbudak aturan hukum Taurat. Mereka yang kuat adalah mereka yang peka pada hati nurani yang telah diterangi oleh firman Allah, lebih dari ketaatan mereka akan ritual dan tradisi hukum Taurat.
Istilah "lemah" mengacu pada orang percaya yang imannya belum dewasa, yaitu yang masih percaya pada ritual dan tradisi hukum Taurat. Mereka merasa berkewajiban untuk mematuhi aturan dan tradisi hukum Taurat tentang apa yang boleh mereka makan dan minum dan kapan mereka harus beribadah. Mereka yang lemah iman berkeyakinan bahwa orang Kristen yang dewasa rohani menghidupi kekristenannya dengan cara mengikuti aturan ketat dan seringkali menghakimi sesama yang tidak sejalan dengan pandangan mereka.
Nasihat ini mengingatkan kita yang merasa kuat iman agar peka terhadap pergumulan saudara seiman kita yang lemah. Kita harus membantu mereka, misalnya dengan cara mendampingi atau mendoakan ketika mereka jatuh atau dalam pencobaan. Hendaknya kita menjadi panutan, bukan celaan bagi mereka yang lemah! Tentu kita berkerinduan agar orang yang lemah iman suatu saat menjadi kuat juga. Maka marilah kita belajar peka serta memberi perhatian dan dukungan kepada saudara-saudara seiman kita.
SH: Rm 15:1-13 - Si kuat dan Si lemah (Sabtu, 19 November 2016) Si kuat dan Si lemah
Ada pepatah Jawa: "Asu gedhe menang kerahe", yang artinya 'anjing besar menang dalam perkelahian'. Anak kecil pun pasti tahu aka...
Si kuat dan Si lemah
Ada pepatah Jawa: "Asu gedhe menang kerahe", yang artinya 'anjing besar menang dalam perkelahian'. Anak kecil pun pasti tahu akan hal ini. Namun, bacaan hari ini justru sebaliknya: "Kita, yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat" (1). Itu berarti kita yang sungguh-sungguh yakin akan apa yang kita percayai, haruslah bersabar terhadap keberatan-keberatan orang yang tidak terlalu yakin dengan apa yang dipercayainya.
Paulus melarang kita untuk menyenangkan diri sendiri. Sebaliknya, Sang Rasul menasihati warga jemaat di Roma untuk menyenangkan hati orang lain. Tentu saja bukan hanya menyenangkannya, tetapi alasan yang paling mendasar adalah demi kebaikan orang itu sendiri agar semakin dibangun dalam imannya. Alasan Paulus-mengutip Mazmur 69:10-adalah sebagai pengikut Kristus semestinya kita meneladani Dia yang tidak mencari kesenangan-Nya sendiri.
Memang bukan persoalan mudah sehingga kita mesti meminta pertolongan Allah agar Dia memberikan karunia kerukunan kepada umat-Nya, yang berujung pada kemuliaan Allah! Menarik disimak bahwa kerukunan umat Allah tidak dimaksudkan untuk kemuliaan sendiri, tetapi dimaksudkan untuk kemuliaan Allah.
Karena itu, Paulus melanjutkan: "terimalah satu akan yang lain, sama seperti Kristus juga telah menerima kita, untuk kemuliaan Allah" (7). Inilah cara untuk mencapai kesatuan di antara umat Allah-yang kuat menerima yang lemah sama halnya dengan Kristus yang telah menerima baik yang kuat maupun yang lemah imannya. Dengan kalimat yang lain, Barret menyatakan: "Aku mengatakan kepadamu, orang Kristen yang kuat, agar kamu bersabar memikul keanehan orang yang lemah, sama seperti sikap Kristus: Ia menjadi pelayan dari bangsa yang paling aneh dalam keagamaan, yaitu bangsa Yahudi."
Kebenaran yang ditekankan Paulus bukan suatu "kekecualian" karena sudah ada contohnya-yakni Kristus sendiri. Itulah yang harus kita perhatikan sebagai pelajaran! Memang tidak mudah. Karena itulah kita bertekun! [CC]
Baca Gali Alkitab 3
Hidup rukun dalam kasih merupakan ciri khas komunitas umat percaya. Melalui kebersamaan, tenggang rasa, dan kesatuan, nama Allah dipermuliakan di antara bangsa-bangsa. Hal itu dapat terjadi apabila setiap orang percaya tidak egois, memikirkan untuk kebaikan bersama, menguatkan serta membangun satu sama lain dalam iman dan pengharapan.
Apa saja yang Anda baca?
1. Apa kewajiban setiap orang percaya dalam komunitasnya (1-2)?
2. Apa landasan yang patut dihayati oleh komunitas Kristiani (3-4)?
3. Apa harapan Paulus terhadap orang-orang percaya di Roma (5-7)?
4. Apa artinya menerima satu akan yang lain dalam Kristus (8)?
5. Apa tujuan hidup dalam kebenaran Allah (9)?
6. Apa imbauan Paulus terhadap orang-orang non-Yahudi (10-13)?
Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Mengapa kesatuan dalam Kristus sangat penting bagi Paulus?
2. Apa yang terjadi jika kebersamaan terwujud dalam diri orang-orang percaya?
Apa respons Anda?
1. Apa yang akan Anda lakukan untuk memuliakan Allah? Apa komitmen Anda?
Pokok Doa:
Umat Tuhan seharusnya bersyukur memiliki Allah yang kekal dan perkasa dalam setiap tindakan-Nya.
SH: Rm 15:1-13 - Belajar Peduli (Selasa, 19 Juli 2022) Belajar Peduli
Kita semua punya kelemahan. Banyak orang yang lemah butuh pertolongan dari orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka atau untuk...
Belajar Peduli
Kita semua punya kelemahan. Banyak orang yang lemah butuh pertolongan dari orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka atau untuk mengatasi persoalan yang mereka hadapi. Rasul Paulus mengingatkan: kita yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat (1). Janganlah kita berdiam diri, sementara di sekitar kita ada orang yang membutuhkan uluran tangan kita.
Oleh Rasul Paulus, kita diajar untuk tidak mencari kesenangan diri sendiri, tetapi mementingkan kepentingan sesama kita. Motivasi kita dalam menolong sesama adalah demi kebaikannya (2). Kita diharapkan saling membangun dan makin bertumbuh di dalam iman, bukan karena pujian atas apa yang kita lakukan, melainkan karena Yesus yang telah menjadi teladan buat kita.
Yesus hidup menuruti kehendak Bapa. Ia menyuarakan firman Allah, melakukan mukjizat, dan menolong orang-orang yang lemah. Meskipun Ia layak diagungkan, Yesus tidak memegahkan diri. Yesus bahkan mau merendahkan diri-Nya dengan membasuh kaki murid-murid-Nya. Ingat, membasuh kaki biasa dilakukan oleh pelayan atau budak pada zaman itu. Ia menanggung cercaan dan tetap tekun menyampaikan firman Allah (3-6). Semua itu dilakukannya untuk membawa kebenaran dan keteladanan agar para murid-Nya melakukan hal yang sama.
Saat ini, manusia berlomba-lomba untuk mencapai posisi tinggi, saling sikut demi mencapai keinginannya yang fana. Banyak orang tidak lagi peka terhadap sesama. Rasa peduli perlahan pudar dan pertengkaran sering terjadi. Banyak orang tidak dapat hidup rukun. Banyak orang enggan membantu sesamanya.
Sebagai anak Allah, kita harus hidup dengan cara yang diajarkan Tuhan Yesus. Meski kebaikan kita tidak dihargai dan sering disalahartikan, Allah ingin kita tetap peduli. Kiranya Allah sumber pengharapan memenuhi kita semua dengan segala sukacita dan damai sejahtera, memberikan kepada kita kekuatan untuk saling bertekun dan berlomba-lomba untuk berbuat baik. Mari kita belajar peduli dan tetap setia sampai akhirnya nanti. [SLM]
Utley -> Rm 15:1-6
Utley: Rm 15:1-6 - --NASKAH NASB (UPDATED): Rom 15:1-61 Kita, yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan kita mencari kesenangan kita sendiri. ...
NASKAH NASB (UPDATED): Rom 15:1-6
1 Kita, yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan kita mencari kesenangan kita sendiri. 2 Setiap orang di antara kita harus mencari kesenangan sesama kita demi kebaikannya untuk membangunnya. 3 Karena Kristus juga tidak mencari kesenangan-Nya sendiri, tetapi seperti ada tertulis: "Kata-kata cercaan mereka, yang mencerca Engkau, telah mengenai aku." 4 Sebab segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, supaya kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci. 5 Semoga Allah, yang adalah sumber ketekunan dan penghiburan, mengaruniakan kerukunan kepada kamu, sesuai dengan kehendak Kristus Yesus, 6 sehingga dengan satu hati dan satu suara kamu memuliakan Allah dan Bapa Tuhan kita, Yesus Kristus.
- NASB "Kita, yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat"
- NKJV "Kita yang kuat seharusnya menanggung keberatan dari yang lemah"
- NRSV "Kita yang kuat seharusnya bersabar dengan kegagalan yang lemah"
- TEV "Kita yang kuat dalam iman seharusnya menolong yang lemah memikul bebannya"
- JB "Kita yang kuat mempunyai tugas untuk bersabar dengan keragu-raguan dari yang lemah"
Ini adalah dua PRESENT INFINITIVE yang digunakan dalam pengertian IMPERATIVE. Penyebutan dari yang kuat dan yang lemah menunjukkan bahwa pasal Rom 15 melanjutkan diskusi yang dimulai dari Rom 14:1. Nampaknya hal ini mencerminkan ketegangan di dalam gereja Roma, dan semua gereja, dalam cara orang Kristen hidup dalam bidang-bidang yang secara alkitabiah mendua. Paulus lagi-lagi memasukkan dirinya dalam kelpmpok "yang kuat".
Bagi pembaca Bahasa Inggris moderen, untuk mencap ke dua sudut pandang sebagai "kuat" dan "lemah" adalah berprasangka terhadap kelompok-kelompok tersebut. Ini bukan maksud Paulus. Kelompok yang kuat merujuk pada mereka yang telah dimerdekakan dari suatu aturan atau kehidupan yang berorientasi pada ritual agamawi. Hubungan mereka dengan Allah tidak secara berbahaya bergantung pada melakukan suatau tugas tertentu atau menghindari hal–hal tertentu yang secara agamawi tabu. Kelompok yang lain ialah orang yang juga sepenuhnya Kristen, dan sepenuhnya diterima, dan merupakan kelompok anggota yang mempunyai komitmen yang penuh. Hanya saja, mereka memandang iman mereka melalui gagasan-gagasan agamawi dari pengalaman masa lampau mereka. Oranorang percaya Yahudi cenderung untuk berpegang pada praktek-praktek Yudaisme Perjanjian Lama. Orang kafir yang bertobat cenderung untuk mempertahankan beberapa praktek-praktek dan gagasan dari agama lama (kafir) mereka. Tetapi perhatikan bahwa Paulus tidak menyebut pola pikir diantara orang percaya ini sebagai "dosa". Hanya jika ketika mereka melanggar hati nurani mereka, maka ini menjadi dosa. (lih. ay. Rom 15:23).
Istilah "yang lemah" (adunates , tanpa kekuatan, lih. Rom 8:3) berbeda dengan kata astheneō dalam Rom 14:1,21 (lih. 1Kor 8:7,10,11,12; 9:22), yang juga berarti tanpa kekuatan.
Naskah ini mengisyaratkan bahwa orang Kristen tidak semestinya mentolerir sesama Kristen dengan menggerutu, namun harus dengan kasih saling "peduli" dan "bekerja sama" satu sama lain. Istilah, "menanggung" digunakan juga dalam istilah Yesus "memikul salib" dalam Yoh 19:17 dan Luk 14:27. Paulus mengetahui ketegangan yang bisa muncul di antara umat beragama. Ia telah dilatih di bawah Gamaliel, yang adalah seorang rabi dari kelompok liberal Hillel.
□ "jangan kita mencari kesenangan kita sendiri" Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE IMPERATIVE dengan NEGATIVE PARTICLE, yang biasanya berarti menghentikan suatu tindakan dalam proses. Keberpusatan pada diri sendiri adalah tanda yang pasti dari ketidak dewasaan; mengikuti teladan Kristus (lih. ay. Rom 15:3; Fili 2:1-11) adalah tanda kedewasaan. Lagi, hal ini ditujukan bagai kelompok kuat (lih. Rom 14:1,14,16,21). Ini bukan untuk mencerminkan bahwa mereka bertanggungjawab sepenuhnya dalam memelihara persekutuan. Kelompok lemah dibahas dalam Rom 14:3,20,23; 15:5-6,7.
Rom 15:2 "Setiap orang di antara kita harus mencari kesenangan sesama kita" Ini adalah "sesama" yang digunakan dalam pengertian rekan Kristen. Ini tidak mengisyaratkan pengompromian keyakinan secara pribadi, namun bahwa seseorang tidak boleh memaksakan pilihan atau pendapatnya dalam bidang-bodang yang mendua. Kesatuan dan pertumbuhan tubuh Kristus, bukan kemerdekaan pribadi, adalah yang terpenting. (lih. 1Kor 9:19-23; 10:24-33; Ef 4:1-16).
- NASB "bagi kemajuannya"
- NKJV "membawa pada kemajuan"
- NRSV "demi kebaikannya untuk membangunnya"
- TEV "supaya membangunnya dalam iman"
- JB "menolong mereka menjadi orang Kristen yang lebih kuat"
Inilah tema utama pasal Rom 14 (lih. Rom 14:16,19). Ini juga merupakan slah satu ujian bagi karunia rohani yang didapati dalam 1Kor 10:23; 12:7; 14:26; Ef 4:29.
Dalam konteks hal ini menunjuk pada orang percaya yang lebih kuat membatasi kemerdekaannya dalam kasih untuk maksud menolong rekan sesama Kristen bertubuh dalam iman. Joseph A. Fitzmyer dan Raymond E. Brown, ed., dalam Komentari Alkitab Jerome , vol. 2, mempunyai komentar yang menarik pada ayat ini.
"Frasa ini seringkali diambil untuk diartikan sebagai ‘membangun dia’ (sesama), yang merujuk pada pembangunan kepribadian dari sesama Kristen. Namun mengingat bahwa Paulus sering menggunakan penggambaran bangunan dalam surat-suratnya dalam suatu pengertian kebersamaan, maka di sini frasa ini tidak diragukan memiliki arti sosial, kebersamaan pula. (lih. 1Kor 14:12; Ef 4:12; Rom 14:19)" (hal. 328).
Rom 15:3 "Karena Kristus juga" Kristus adalah pola dan teladan kita. Kebenaran ini juga ditekankan dalam ay. Rom 15:5; Fili 2:1-11; 1Pet 2:21; 1Yoh 3:16.
□ "ada tertulis" ini adalah sebuah PRESENT PASSIVE INDICATIVE, yang merupakan suatu ungkapan bagi Kitab Suci PL. Ini adalah kutipan dari Mazm 69:9,7. Dengan merujuk pada teladan Kristus (tidak menyenangkan diriNya sendiri, lih. Fili 2:5-8) sebagai tambahan terhadap suatu kutipan PL, Paulus menggunakan dua sumber otoritas yang terpenting dalam gereja mula-mula (lih. Newman dan Nida, Buku Panduan Penterjemah bagi Surat Paulus kepada Roma , hal. 271). Kristus yang dengan tidak mementingkan diri, menanggung seluruh dosa dunia adalah teladan kita (lih. 1Yoh 3:16).
Rom 15:4 "sebab segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita" PL telah ditulis bagi orang percaya PB juga (lih. Rom 4:23-24; 15:4; 1Kor 9:10; 10:6,11). PL relevan bagi orang-orang percaya perjanjian baru. (lih. 2Tim 2:15; 3:16-17). Ada kelanjutannya, namun juga ada keterpisahan antara Perjanjian Lama dan Baru.
□ "oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci" Perhatikan bagaimana kebenaran Firman Allah dan tanggapan gaya hidup orang percaya terhadapnya digabungkan. Iman dan perbuatan terikat bersama-sama (lih. ay. Rom 15:5). Hal ini menghasilkan keyakinan dalam kehidupan, kematian, dan pada pengharapan kembalinya Kristus yang dijanjikan.
□ "kita teguh berpegang pada pengharapan" Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE SUBJUNCTIVE, yang mengisyaratkan bahwa pengharapan kita tergantung dari tindakan-tindakan yang disebutkan lebih lanjut dalam ay. Rom 15:4. Dalam PB "pengharapan" sering merujuk pada Kedatangan Kedua pada saat mana keselamatan kita akan disempurnakan (lih. Rom 8:30; 1Yoh 3:2). Istilah Yunani ini tidak memiliki konotasi ketidak pastian seperti istilah bahasa Inggrisnya. Kedatangan Kedua adalah peristiwa yang pasti terjadi hanya waktunya saja yang tidak pasti. Paulus seringkali menggunakan istilah ini dalam beberapa pengertian yang terkait namun berbeda. Seringkali hal ini dihubungkan dengan penyempurnaan atas iman orang percaya. Ini bisa dinyatakan sebagai kemuliaan, hidup kekal, keselamatan tertinggi, Kedtangan Kedua, dll. Penyempurnaan tersebut pasti terjadi namun elemen waktunya adalah di masa depan dan tidak diketahui. Hal ini juga sering dihubungkan dengan "iman" dan "kasih" (lih. 1Kor 13:13; 1Tes 1:3; 2Tes 2:16). Suatu daftar sebagian dari penggunaan-penggunaan Paulus adalah:
- 1. Kedatangan Kedua, Gal 5:5; Ef 1:18; 4:4; Tit 2:13
- 2. Yesus adalah pengharapan kita, 1Tim 1:1
- 3. Kepercayaan pada Injil, Kol 1:23
- 4. Keselamatan tertinggi, Kol 1:5; 1Tes 4:13; 5:8
- 5. Kemuliaan Allah, Rom 5:2, 2Kor 3:12; Kol 1:27
- 6. Jaminan Keselamatan, 1Tes 5:8
- 7. Hidup kekal, Tit 1:2; 3:7
- 8. Penebusan segala makhluk, Rom 8:20
- 9. Iman, Rom 8:23-25; 15:4
- 10. Gelar Allah, Rom 15:13
- 11. Kerinduan Paulus akan orang-orang percaya, 2Kor 1:7
Rom 15:5 "semoga Allah. . .mengaruniakan" Ini adalah sebuah AORIST ACTIVE OPTATIVE yang langka, yang menyatakan suatu pengharapan atau doa. Doa Paulus, ay. Rom 15:5-6, memiliki dua permohonan (1) menjadi sepikir (lih. Rom 12:16; 2Kor 13:11; Fili 2:2) dan (2) menjadi satu suara pujian (lih. ay. Rom 15:6,7,9).
"Allah, yang adalah sumber ketekunan dan penghiburan" Ini hampir merupakan gelar diskriptif Allah (lih. Rom 15:13; 1Kor 1:3). Sifat-sifat Allah ini datang pada orang percaya melalui Kitab Suci (lih. ay. Rom 15:4). Lihat Topik Khusus: Perlunya Ketekunan pada Rom 8:25.
Rom 15:6 "Allah dan Bapa Tuhan kita, Yesus Kristus" Ini adalah gelar PB yang lengkap dari Tuhan (lih. 2Kor 1:3; Ef 1:3; 1Pet 1:3). Ini bukan Allah tuntutan filsafat, tetapi perwahyuan. Perhatikan ke dua gelar Allah dalam doa Paulus dalam ay. Rom 15:5-6 (1) Allah sumber ketekunan dan penghiburan; dan (2) Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus. Lihat Topik Khusus: Ketekunan pada Rom 8:25 dan Bapa pada Rom 1:7.
Topik Teologia -> Rm 15:4
Topik Teologia: Rm 15:4 - -- Wahyu Allah
Wahyu Melalui Kitab Suci
Maz 1:1-3 Maz 19:7-11 Maz 119:1-4 Maz 119:13-16 Maz 119:27,29-32 Maz 119:57 Maz 119:75 Maz 119...
- Wahyu Allah
- Wahyu Melalui Kitab Suci
- Maz 1:1-3 Maz 19:7-11 Maz 119:1-4 Maz 119:13-16 Maz 119:27,29-32 Maz 119:57 Maz 119:75 Maz 119:89-93,96 Maz 119:105 Maz 119:137-138 Maz 119:151-152 Maz 119:160 Maz 119:161-168 Yes 30:8 Dan 9:2 Mat 22:43-44 Luk 24:27 Luk 24:44-45 Yoh 5:39-40,46 Yoh 10:34-35 Kis 1:16 Kis 17:2-3 Kis 18:28 Kis 28:23,25-27 Rom 1:1-3 Rom 15:4 1Ko 15:1-4 Gal 3:22 2Ti 3:15-17 Ibr 3:7-11 Ibr 10:15-17 Yak 2:8 2Pe 1:19-21
- Wahyu Khusus
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Menikmati Allah
- Memperoleh Penghiburan dalam Allah
- Mendapatkan Penghiburan dalam Kitab Suci
TFTWMS -> Rm 15:1-13; Rm 15:1-6
TFTWMS: Rm 15:1-13 - Menerima Satu Sama Lain Dalam Kesatuan MENERIMA SATU SAMA LAIN DALAM KESATUAN (Roma 15:1-13)
Penekanan pada bagian ini adalah tentang kesatuan dalam gereja, yang mendatangkan kemuliaan dan...
MENERIMA SATU SAMA LAIN DALAM KESATUAN (Roma 15:1-13)
Penekanan pada bagian ini adalah tentang kesatuan dalam gereja, yang mendatangkan kemuliaan dan kehormatan kepada Allah. Kesatuan ini hanya dicapai dengan berjalan dalam jejak langkah Yesus.
TFTWMS: Rm 15:1-6 - Memiliki Pikiran Yang Sama Memiliki Pikiran Yang Sama (Roma 15:1-6)
1[Sekarang] kita, yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan kita mencari kesena...
Memiliki Pikiran Yang Sama (Roma 15:1-6)
1[Sekarang] kita, yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan kita mencari kesenangan kita sendiri. 2 Setiap orang di antara kita harus mencari kesenangan sesama kita demi kebaikannya untuk membangunnya. 3 Karena Kristus juga tidak mencari kesenangan-Nya sendiri, tetapi seperti ada tertulis: "Kata-kata cercaan mereka, yang mencerca Engkau, telah mengenai aku." 4 Sebab segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, supaya kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci. 5 Semoga Allah, yang adalah sumber ketekunan dan penghiburan, mengarunia-kan kerukunan kepada kamu, sesuai dengan kehendak Kristus Yesus, 6 sehingga dengan satu hati dan satu suara kamu memuliakan Allah dan Bapa Tuhan kita, Yesus Kristus.
Ayat 1. Pasal ini dibuka dengan Sekarang (NASB), menunjukkan bahwa Paulus sedang melanjutkan pokok pikirannya dari pasal 14 mengenai masalah pendapat. Ia berkata, Kita, yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat. Yang "kuat" adalah mereka yang mengerti bahwa makan daging dapat diterima, dan Paulus memasukkan dirinya ke dalam kelompok: "kita yang kuat."
Seperti telah disebut sebelumnya, Paulus menempatkan tanggung jawab yang lebih berat ke atas orang yang "kuat." Mungkin ia melakukan ini karena lebih mudah bagi orang yang "kuat" untuk berubah tanpa melanggar hati nuraninya daripada bagi orang yang "lemah." Kata "wajib" diterjemahkan dari ojfei÷lw (opheilō), yang berarti "berutang."80Itu mengacu kepada apa yang diutang, utang. Alkitab NASB menerjemahkan kata benda yang terkait ojfeile÷thß (opheiletēs) sebagai "di bawah kewajiban" dalam 1:14 dan 8:12, sedangkan Alkitab KJV menulis "pengutang" dalam nas-nas itu. Paulus sedang menekankan bahwa tanggung jawab yang ia sedang uraikan bukan bersifat pilihan. Jika saudara yang "kuat" ingin menaati Tuhan, mereka harus sudah melakukan apa yang ia sudah katakan.
Utang apakah yang dimiliki oleh saudara yang "kuat" terhadap saudara yang "lemah"? Pertama, "menanggung kelemahan orang yang tidak kuat." Dalam konteks, "menanggung" (dari basta÷zw, bastazō) tidak berarti "menenggang" (mentolerir), tapi menanggung "dalam arti 'membawa, mendukung'"81(lihat Gal. 6:2). Itu seperti seorang ayah yang memegang tangan anaknya, mengajari dia berjalan menuruni tangga dan memastikan ia tidak jatuh. Ilustrasi lain adalah tentang anak-anak yang sudah dewasa yang memegang lengan orang tua mereka yang sudah uzur, membantu mereka masuk ke dalam gedung gereja. Itulah yang dilakukan oleh saudara yang kuat kepada saudara yang lemah, bukan hanya menyukakan diri mereka sendiri.
Beberapa orang yang menganggap diri mereka "kuat" menjadi tidak sabar dengan orang-orang yang mereka kelompokkan sebagai "lemah." Mereka merasa orang yang "lemah" membebani mereka, memperlambat mereka. Mereka yang benar-benar kuat mengerti bahwa Allah memberi mereka kekuatan untuk menolong orang-orang yang tidak kuat. Mereka menyesuaikan langkah mereka dengan langkah saudara-saudara mereka yang lebih lemah.
Saudara yang "kuat" memiliki utang lain kepada saudara yang "lemah." Paulus berkata bahwa mereka yang "kuat" harus tidak hanya menyukakan diri mereka sendiri. Salah satu ciri-ciri manusia yang paling kuat adalah keinginan untuk menyukakan dirinya sendiri—memakan apa yang orang ingin makan, pergi ke mana orang ingin pergi, melakukan apa yang orang ingin lakukan.Tujuan orang yang berpikiran duniawi mungkin melakukan apa saja yang menyukakan mereka, tapi itu harus jangan menjadi tujuan orang-orang yang Paulus cap sebagai orang yang "kuat." Orang yang kuat kadang-kadang harus melupakan kesenangan pribadi demi kebaikan orang lain. Seorang bayi menangis di tengah malam. Apakah orang tua mengabaikan tangisan itu dan tidur kembali? Tidak, jika mereka adalah orang tua yang baik. Mereka mengesampingkan kesenangan mereka sendiri (tidur malam yang nyenyak) dan bangun untuk mengurus kebutuhan bayi itu. Itulah yang dilakukan oleh saudara yang kuat untuk saudara yang lemah.
Apakah ini berarti bahwa kita tidak pernah melakukan apa saja yang menyukakan kita secara pribadi? Tidak. Sebaliknya, itu berarti bahwa kita harus jangan berkeras melakukan apa yang kita inginkan tanpa mempertimbangkan kebutuhan orang lain. Itu berarti kita akan bertanya, "Bagaimanakah tindakan saya dalam mencari kesenangan pribadi akan mempengaruhi orang lain?"
Ayat 2. Paulus mengatakannya seperti ini: Setiap orang di antara kita harus mencari kesenangan sesama kita. Dalam nas ini, "sesama" mengacu kepada saudara yang "lemah."82Hasil apakah yang diinginkan? "Setiap orang di antara kita harus mencari kesenangan sesama kita" untuk kebaikannya, bagi pendidikannya (NASB). "Kebaikan" (ajgaqo÷ß, agathos) memiliki acuan kepada kebaikan rohani. "Pendidikan" adalah dari kata yang diterjemahkan "membangun" dalam 14:19: oijkodomh (oikodomē). Kita harus jangan egois dan harus peduli kepada kesejahteraan sesama kita orang Kristen. Alkitab AB mengungkapkan gagasan mendidik seorang saudara seperti ini: "menguatkan dan membangun dia secara rohani." Alkitab JB berkata bahwa kita harus "membantu mereka [yang 'lemah'] untuk menjadi orang Kristen yang lebih kuat."83
Kita harus catat bahwa ada perbedaan antara "menyukakan orang lain" dan menjadi "orang yang mencari kesukaan manusia." Paulus ingin semua orang mengerti bahwa ia bukan orang yang mencari kesukaan manusia. Ia menyurati umat Kristen di Galatia, "Jadi bagaimana sekarang: adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus" (Gal. 1:10). Pada saat yang sama, ia berusaha untuk menyukakan orang lain. Ia menulis, "Sama seperti aku juga berusaha menyenangkan hati semua orang dalam segala hal, bukan untuk kepentingan diriku, tetapi untuk kepentingan orang banyak, supaya mereka beroleh selamat" (1 Kor. 10:33). Apakah perbedaan antara keduanya? Orang yang "mencari kesukaan manusia" adalah orang yang tujuan utamanya adalah mendapat dukungan dari orang lain—bahkan jika itu memerlukan sanjungan dan kompromi dengan kesalahan. Sebaliknya, "menyukakan manusia" adalah menomorduakan kesukaan pribadi kita demi kebutuhan rohani orang lain, selama kita dapat melakukannya tanpa mengompromikan kebenaran.
Ayat 3. Mengapa kita harus jangan egois? Karena Yesus: juga tidak mencari kesenangan-Nya sendiri. Tujuan utama Kristus adalah menyukakan Bapa-Nya. Ia berkata, "Aku senantiasa berbuat apa yang berkenan kepada-Nya" (Yoh. 8:29). Namun begitu, terkait erat dengan hal itu adalah kerelaan-Nya untuk mengesampingkan kenyamanan dan kesenangan pribadi-Nya demi kebaikan dan pendidikan umat manusia (lihat Filipi 2:6-8).
Seperti yang Paulus sering lakukan, ia menyisipkan nas Perjanjian Lama yang sesuai ke dalam diskusi itu: Seperti ada tertulis: "Kata-kata cercaan mereka, yang mencerca Engkau, telah mengenai aku." Kutipan ini dari Mazmur 69:9. Dalam Mazmur itu, Daud mengingat penganiayaan yang menimpa dia karena ia mengikut Tuhan: "Kata-kata cercaan ['penghinaan'; NIV] mereka, yang mencerca Engkau [Allah], telah mengenai aku [Daud]." Para guru dan pengkhotbah Kristen yang terilham melihat dalam mazmur itu bayangan Yesus, "Anak Daud" (Mat. 1:1).84Paulus menggunakan nas itu ini untuk menunjukkan bahwa Mesias akan dianiaya ketika Ia datang ke dunia untuk melakukan kehendak Allah. Alkitab MSG menangkap pokok pikiran itu: Ketika Yesus datang, Ia "memikul masalah orang yang bermasalah." Implikasinya adalah bahwa kita harus melakukan hal yang sama. Kristus adalah model kita dan motivasi kita.85
Ayat 4. Paulus berhenti sejenak untuk membela penggunaannya atas Perjanjian Lama. Dalam Kitab Roma, Paulus sering mengutip ayat-ayat Perjanjian Lama untuk menegaskan, meneguhkan, atau menggambarkan ajarannya. Dalam 15:1-13, Paulus tidak hanya mengutip dari Mazmur 69 tetapi juga mengacukan empat nas lain Perjanjian Lama. Ayat 4 menekankan bahwa ia benar dalam melakukan hal ini: Sebab segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, supaya kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci.
"Segala sesuatu yang ditulis dahulu" mengacu kepada apa yang kita sebut Perjanjian Lama. Dalam 7:6, Paulus berkata bahwa "kita telah dibebaskan dari hukum Taurat, sebab kita telah mati bagi dia, yang mengurung kita." Bagaimanapun, ini tidak berarti Perjanjian Lama tidak memiliki nilai bagi orang Kristen. Menurut Paulus, Perjanjian Lama "ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita," instruksi bagi kita. Untuk memahami dan menghargai Perjanjian Baru, kita perlu mengenal baik Perjanjian Lama.
Satu pelajaran yang kita pelajari dari Perjanjian Lama adalah nilai "ketekunan" ("daya tahan"; NIV). Kitab Suci memberitahukan "bagaimana orang-orang yang tidak menyerah ditolong oleh Allah" (JB). Kita dapat membaca tentang Allah yang memberkati oang yang setia dan menerima "penghiburan." Akibatnya, apa pun yang terjadi, kita dapat melihat ke masa depan dengan percaya diri dan "harapan."
Ayat 5. Dalam ayat ini dan berikutnya, Paulus menyisipkan doa yang sungguh-sungguh untuk kesatuan. Doa itu dimulai dengan acuan kepada Allah, yang adalah sumber ketekunan dan penghiburan.86Allah membantu kita untuk bertekun dan menghibur kita dalam berbagai cara; namun, dalam konteksnya, Paulus sedang mengacu kepada Allah yang membangun ketekunan dan penghiburan dalam diri kita melalui Kitab Suci.
Paulus berdoa bahwa Allah, yang telah memberkati para pembacanya, akan mengaruniakan kerukunan kepada [mereka]. Alkitab NIV menulis "Semoga … Allah … memberi engkau roh kesatuan di antara kamu sendiri." Alkitab RSV menulis "Semoga … Allah … mengaruniakan engkau untuk hidup dalam keharmonisan87yang sedemian rupa dengan satu sama lain. "Allah ingin bahwa kita harus menjadi sehati dan sepikir.
Sebenarnya apakah yang Paulus maksudkan ketika ia berkata "kerukunan"? Ungkapan itu dapat mengacu kepada mempercayai dan mengajarkan hal yang sama, yang merupakan upaya yang penting (lihat Efe. 4:4-6). Namun begitu, kita harus ingat bahwa Paulus masih sedang mendiskusikan masalah pendapat. Dalam nas ini, rasul itu mendesak orang Kristen untuk "sepikir dengan satu sama lain" (NASB) terlepas dari ketidaksepakatan terhadap isu-isu yang tidak penting. Inilah pelajaran yang kita perlu pelajari: "Kita tidak harus setuju atas segala sesuatu untuk "menjadi sepikir."
Kenyataannya, kesatuan akan tidak mungkin terjadi jika kita harus setuju atas segala sesuatu. (Saya belum pernah melihat satu kelompok orang yang tidak punya perbedaan pendapat.)
Bagaimanakah kita dapat "rukun dengan satu sama lain" (KJV)? Dengan berjalan dalam jejak kaki Yesus. Ayat 5 berakhir dengan kata-kata sesuai dengan kehendak Kristus Yesus. Frasa ini dapat memiliki berbagai arti, termasuk "menurut [ajaran] Yesus Kristus" atau "menurut [keinginan] Yesus Kristus" (Yoh. 17:20-23). Namun demikian, itu mungkin seharusnya dipahami sebagai berarti "menurut [teladan] Yesus Kristus." Cara untuk "menjadi sepikir" adalah dengan kita semua mengikuti teladan Yesus, yang lebih peduli tentang menyukakan orang lain daripada menyukakan diri-Nya sendiri.
Ayat 6. Mengapakah menjadi "sepikir" adalah penting? Sehingga dengan satu hati dan satu suara kamu memuliakan Allah dan Bapa Tuhan kita, Yesus Kristus. Alkitab NEB menulis "supaya dengan satu pikiran dan satu suara engkau dapat memuji Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus." Menjadi sepikir adalah penting agar kita dapat menyembah sebagaimana seharusnya. Tidak ada yang menghancurkan ibadah sebagaimana antagonisme di hati para penyembah. Kesatuan Untuk Kemuliaan Allah (15:7-13)
7 Sebab itu terimalah satu akan yang lain, sama seperti Kristus juga telah menerima kita, untuk kemuliaan Allah. 8 Yang aku maksudkan ialah, bahwa oleh karena kebenaran Allah Kristus telah menjadi pelayan orang-orang bersunat untuk mengokohkan janji yang telah diberikan-Nya kepada nenek moyang kita, 9 dan untuk memungkinkan bangsa-bangsa, supaya mereka memuliakan Allah karena rahmat-Nya, seperti ada tertulis: "Sebab itu aku akan memuliakan Engkau di antara bangsa-bangsa dan menyanyikan mazmur bagi nama-Mu." 10 Dan selanjutnya: "Bersukacitalah, hai bangsa-bangsa, dengan umat-Nya." 11 Dan lagi: "Pujilah Tuhan, hai kamu semua bangsa-bangsa, dan biarlah segala suku bangsa memuji Dia." 12 Dan selanjutnya kata Yesaya: "Taruk dari pangkal Isai akan terbit, dan Ia akan bangkit untuk memerintah bangsa-bangsa, dan kepada-Nyalah bangsa-bangsa akan menaruh harapan." 13 Semoga Allah, sumber pengharapan, memenuhi kamu dengan segala sukacita dan damai sejahtera dalam iman kamu, supaya oleh kekuatan Roh Kudus kamu berlimpah-limpah dalam pengharapan.
Ayat 7. Di awal diskusi ini, Paulus memberitahu saudara yang "kuat" untuk "terimalah orang yang lemah imannya" (14:1). Di sini, ia mendesak semua orang Kristen untuk terimalah satu akan yang lain. Sebagaimana dicatat sebelumnya, "menerima" menganjurkan "penerimaan sepenuh hati"88—jenis sambutan yang bapak itu berikan kepada anak laki-lakinya dalam Lukas 15. (Bagaimana jika anak pemboros itu lebih dulu bertemu dengan kakaknya di tengah jalan sebelum bertemu dengan ayahnya? Ia mungkin akan sudah berbalik dan kembali lagi ke kandang babi itu. Apakah kita pernah bersalah dalam memberikan "sambutan saudara tua" kepada sesama kita orang Kristen?)
Belajar menerima orang lain adalah bagian penting dari berjalan dalam langkah kaki Yesus. Paulus berkata, "Terimalah satu akan yang lain," sama seperti Kristus juga telah menerima kita.89Yesus menerima kita dengan kelemahan dan kekurangan kita. Ia melakukannya untuk kemuliaan Allah, menunjukkan betapa penuh rahmat Allah kita itu (lihat 15:9). Begitu juga halnya, ketika kita menerima satu akan yang lain, itu adalah untuk kemuliaan Allah. Pertimbangkanlah kesimpulan yang tersirat: Jika kita tidak menerima satu akan yang lain, Allah tidak dimuliakan.
Ayat 8. Ketika Paulus berkata, "Kristus juga telah menerima kita," ia sedang bicara tentang penerimaan orang-orang Yahudi dan bukan Yahudi. Dalam pembahasannya yang berkelanjutan tentang menerima satu sama lain, Paulus tidak lagi mengacu kepada saudara yang "kuat" dan yang "lemah"; sebaliknya ia bicara tentang orang Yahudi dan bukan Yahudi. Terlepas dari kelompok mana yang "kuat" dan yang "lemah" pada persoalan tertentu, ia ingin mereka belajar untuk saling menerima. Dalam ayat 8 sampai 11, ia menetapkan bahwa Allah menghendaki mereka untuk melakukan hal itu.
Paulus pertama-tama bicara tentang penerimaan orang Yahudi: Yang aku maksudkan ialah … Kristus telah menjadi pelayan orang-orang bersunat. "Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani" (Mat. 20:28). Pelayanan (tugas)-Nya di bumi difokuskan pada sesama-Nya orang Yahudi (Mat. 10:5, 6). Pelayanan ini adalah atas nama [uJpe÷r, huper] kebenaran Allah (NASB)—yaitu, "untuk menunjukkan bahwa janji-janji Allah adalah benar."90Yesus datang untuk mengokohkan janji yang telah diberikan-Nya kepada nenek moyang kita (Abraham, Ishak, dan Yakub) dengan menggenapi janji-janji itu.
Ayat 9. Selanjutnya, Paulus beralih kepada penerimaan orang bukan Yahudi. Tujuan lain kedatangan Yesus ke dunia adalah untuk memungkinkan bangsa-bangsa [lain], supaya mereka memuliakan Allah karena rahmat-Nya. Bangsa-bangsa lain tidak diberi janji-janti tertulis sebagaimana yang orang-orang Yahudi miliki; namun demikian, Allah memasukkan mereka dalam pengaturan-Nya yang penuh kasih karunia. Mereka punya banyak alasan "untuk memuliakan Allah karena rahmat-Nya."
Paulus mengutip empat teks Perjanjian Lama91untuk menunjukkan bahwa keinginan Allah selama ini adalah bahwa suatu hari nanti orang Yahudi dan bukan Yahudi akan bersama-sama mengangkat "satu suara" dan "memuliakan Allah." Ia memulai dengan mengutip Mazmur 18:49,92yang menggambarkan seorang Israel memuji Allah di tengah-tengah bangsa-bangsa lain: Seperti ada tertulis, "Sebab itu aku akan memuliakan Engkau di antara bangsa-bangsa dan menyanyikan93mazmur bagi nama-Mu."
Ayat 10. Paulus lalu mengutip Ulangan 32:43, di mana Musa menggambarkan bangsa-bangsa lain bersukacita bersama orang-orang Israel: Dan selanjutnya, "Bersukacitalah, hai bangsa-bangsa, dengan umat-Nya."
Ayat 11. Nas berikutnya yang rasul itu kutip adalah Mazmur 117:1, yang mendesak semua manusia—Israel dan bangsa-bangsa lain—memuji Allah: Dan lagi: "Pujilah Tuhan, hai kamu semua bangsa-bangsa, dan biarlah segala suku bangsa memuji94Dia."
Ayat 12. Kutipan terakhir diambil dari Yesaya 11:10, yang bicara tentang seorang Israel yang memerintah dan memberkati bangsa-bangsa lain: Dan selanjutnya kata Yesaya: "Taruk dari pangkal Isai akan terbit, dan Ia akan bangkit untuk memerintah bangsa-bangsa, dan kepada-Nyalah bangsa-bangsa akan menaruh harapan." Seperti yang digunakan oleh Yesaya dan Paulus, frasa" taruk Isai "mengacu kepada "orang yang berasal dari Isai, orang sumbernya dari Isai."95Isai adalah ayah Raja Daud (1 Sam. 16: 5-13; Mat. 1:6), nenek moyang Israel Yesus (Mat. 1:1; 21:9). Yesus adalah Tuhan bagi orang bukan Yahudi yang percaya serta Mesias bagi orang Yahudi yang percaya. Di dalam Kristuslah kita memiliki harapan.
"Paulus memandang Kitab Suci sebagai akhir dari semua argumen."96Orang Yahudi mengatur Kitab Suci mereka dalam tiga divisi: Hukum (Taurat), Para Nabi, dan Tulisan-tulisan. Salah satu dari kutipan Paulus adalah dari hukum Taurat (Ula. 32), yang satu dari para Nabi (Yes. 11), dan dua lagi dari Tulisan-tulisan (Maz. 18; 117). Dengan menggunakan berbagai sumber ini, rasul itu menekankan bahwa semua Kitab Suci meneguhkan penerimaan Allah atas orang Yahudi maupun bukan Yahudi. Oleh karena itu orang Kristen Yahudi harus menerima orang Kristen bukan Yahudi, dan oleh karena itu orang Kristen bukan Yahudi harus menerima orang Kristen Yahudi.
Diskusi itu diakhiri dengan permohonan doa. Paulus mengakhiri kutipannya dari Yesaya dengan kata-kata "kepada-Nyalah bangsa-bangsa akan menaruh harapan."
Ayat 13. Lalu, dengan mengambil kata "harapan," ia berkata, Semoga Allah, [yang adalah sumber] sumber pengharapan, memenuhi kamu dengan segala sukacita dan damai sejahtera dalam iman kamu, supaya oleh kekuatan Roh Kudus. Dalam 14:17, Paulus telah mendesak para pembacanya untuk membuat prioritas mereka. Ia telah mengatakan bahwa "Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus" (huruf miring ditambahkan). Banyak dari kata-kata penting dalam 4:17 disuarakan kembali dalam 15:13: "Semoga Allah, … memenuhi kamu dengan segala sukacita dan damai sejahtera dalam iman kamu, supaya oleh kekuatan Roh Kudus kamu berlimpah-limpah dalam pengharapan" (huruf miring ditambahkan). Paulus tidak berdoa agar pembacanya bersedia menyelesaikan setiap perbedaan pendapat, tetapi semoga mereka diberkati dengan cara yang lebih penting: dengan sukacita, damai sejahtera, dan harapan.
Selanjutnya, Paulus berdoa semoga mereka akan "berlimpah-limpah dalam pengharapan." Kata yang diterjemahkan "berlimpah-limpah" adalah dari perisseu÷w (perisseuō), yang berarti "menjadi berkelimpahan," "menjadi sangat kaya sekali," atau "meluap."97Alkitab AB menulis "Semoga … engkau … berlimpah dan meluap (menggelegak) dengan harapan."
Sekali lagi, Paulus menekankan sisi ilahi dan manusia. Ia menunjukkan bahwa doanya akan dijawab melalui kuasa Allah yang sesuai dengan iman. Ia menyebutkan iman lebih dulu: "Semoga … Allah … memenuhi engkau dengan segala sukacita dan damai sejahtera dalam percaya." Alkitab TEV menulis " Semoga Allah … memenuhi engkau dengan segala sukacita dan damai sejahtera melalui imanmu kepada Dia" (huruf miring ditambahkan). R. C. Bell meringkas sebagai berikut: "Semua bergantung pada 'percaya,' tonjolan yang dalam, sangat kokoh yang di atasnya sisi insani agama Kristen bersandar.' Segala sesuatu adalah mungkin bagi dia yang percaya "[Mrk. 9:23; KJV], tapi tidak satu hal pun … memungkinkan sampai ia percaya."98
Paulus lalu menutup dengan penekanan tentang Allah: "oleh kekuatan Roh Kudus"—yaitu, oleh Roh Allah yang menetap di dalam diri orang Kristen dan memampukan mereka (8:9, 26). Dengan pertolongan Allah, kita dapat memiliki sukacita dan damai sejahtera dalam kehidupan ini dan harapan untuk esok hari.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Roma (Pendahuluan Kitab) Penulis : Paulus
Tema : Kebenaran Allah telah Dinyatakan
Tanggal Penulisan: Sekitar tahun 57
Latar Belakang
Surat Roma ini mer...
Penulis : Paulus
Tema : Kebenaran Allah telah Dinyatakan
Tanggal Penulisan: Sekitar tahun 57
Latar Belakang
Surat Roma ini merupakan surat Paulus yang paling panjang, paling teologis, dan paling berpengaruh. Mungkin karena alasan-alasan itulah surat ini diletakkan di depan ketiga belas suratnya yang lain. Paulus menulis surat ini dalam rangka pelayanan rasulinya kepada dunia bukan Yahudi. Bertentangan dengan tradisi gereja Katolik-Roma, jemaat di Roma tidak didirikan oleh Petrus atau rasul yang lain. Jemaat di Roma ini mungkin didirikan oleh orang dari Makedonia dan Asia yang bertobat di bawah pelayanan Paulus, mungkin juga oleh orang-orang Yahudi yang bertobat pada hari Pentakosta (Kis 2:10). Paulus tidak memandang Roma sebagai wilayah khusus dari rasul lain (Rom 15:20).
Di surat Roma Paulus meyakinkan orang percaya di Roma bahwa dia sudah berkali-kali merencanakan untuk memberitakan Injil kepada mereka, namun hingga saat itu kedatangannya masih dihalangi (Rom 1:13-15; Rom 15:22). Dia menegaskan kerinduan yang sungguh untuk mengunjungi mereka sehingga menyatakan rencananya untuk datang dengan segera (Rom 15:23-32).
Ketika menulis surat ini, menjelang akhir perjalanan misioner yang ketiga (bd. Rom 15:25-26; Kis 20:2-3; 1Kor 16:5-6), Paulus berada di Korintus di rumah Gayus (Rom 16:23; 1Kor 1:14). Sementara menulis surat ini melalui pembantunya Tertius (Rom 16:22), dia sedang merencanakan kembali keYerusalem untuk hari Pentakosta (Kis 20:16; sekitar musim semi tahun 57 atau 58) untuk menyampaikan secara pribadi persembahan dari gereja-gereja non-Yahudi kepada orang-orang kudus yang miskin di Yerusalem (Rom 15:25-27). Segera setelah itu, Paulus mengharapkan dapat pergi ke Spanyol untuk menginjil dan mengunjungi gereja di Roma pada perjalanannya untuk memperoleh bantuan dari mereka bila makin ke barat (Rom 15:24,28).
Tujuan
Paulus menulis surat ini untuk mempersiapkan jalan bagi pelayanannya di Roma serta rencana pelayanan ke Spanyol. Tujuannya lipat dua.
- (1) Karena jemaat Roma rupanya mendengar kabar angin yang diputarbalikkan mengenai berita dan ajaran Paulus (mis. Rom 3:8; Rom 6:1-2,15), Paulus merasa perlu untuk menulis Injil yang telah diberitakannya selama dua puluh lima tahun.
- (2) Dia berusaha untuk memperbaiki beberapa persoalan yang terjadi di dalam gereja karena sikap salah orang Yahudi terhadap mereka yang bukan Yahudi (mis. Rom 2:1-29; Rom 3:1,9) dan orang bukan Yahudi terhadap orang Yahudi (mis. Rom 11:11-36).
Survai
Tema Surat Roma diketengahkan dalam Rom 1:16-17, yaitu bahwa di dalam Tuhan Yesus dinyatakan kebenaran Allah sebagai jawaban terhadap murka-Nya kepada dosa. Kemudian Paulus menguraikan kebenaran-kebenaran dasar dari Injil. Pertama, Paulus menekankan bahwa persoalan dosa dan kebutuhan manusia akan kebenaran adalah umum (Rom 1:18--3:20). Karena baik orang Yahudi maupun orang bukan Yahudi berada di bawah dosa dan karena itu di bawah murka Allah, tidak ada seorang pun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah terlepas dari karunia kebenaran melalui iman kepada Yesus Kristus (Rom 3:21--4:25).
Setelah dibenarkan secara cuma-cuma oleh kasih karunia melalui iman dan setelah mendapatkan keyakinan akan keselamatan kita (pasal 5; Rom 5:1-21), karunia kebenaran Allah itu dinyatakan dalam kematian kita bagi dosa dengan Kristus (pasal 6; Rom 6:1-23), pembebasan kita dari pergumulan untuk mencapai kebenaran menurut hukum Taurat (pasal 7; Rom 7:1-26), pengangkatan kita sebagai anak-anak Allah dan hidup baru kita "melalui Roh" yang menuntun kita kepada kemuliaan (pasal 8; Rom 8:1-39). Allah sedang mengerjakan rencana penebusan-Nya kendatipun ketidakpercayaan Israel (pasal 9-11; Rom 9:1--11:36).
Akhirnya, Paulus menyatakan bahwa kehidupan yang diubah dalam Kristus mengakibatkan penerapan kebenaran dan kasih pada semua bidang kelakuan -- sosial, sipil, dan moral (pasal 12-14; Rom 12:1--14:23). Paulus mengakhiri Surat Roma dengan keterangan tentang rencananya pribadi (pasal 15; Rom 15:1-33) dan ucapan salam pribadi yang panjang, nasihat terakhir, dan sebuah kidung pujian (pasal 16; Rom 16:1-27).
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai surat ini.
- (1) Surat Roma merupakan surat Paulus yang paling sistematis, surat teologis yang paling hebat dalam PB.
- (2) Paulus menulis dengan gaya tanya-jawab atau gaya diskusi (mis. Rom 3:1,4-6,9,31).
- (3) Paulus memakai PL secara luas sebagai kekuasaan alkitabiah dalam menyampaikan sifat sesungguhnya dari Injil.
- (4) Paulus menyampaikan "kebenaran Allah" sebagai inti penyataan Injil (Rom 1:16-17): Allah membereskan segala sesuatu di dalam dan melalui Yesus Kristus.
- (5) Paulus memusatkan perhatian kepada sifat rangkap dari dosa bersama dengan persediaan Allah di dalam Kristus untuk masing-masing aspek:
- (a) dosa sebagai pelanggaran pribadi (Rom 1:1--5:11), dan
- (b) prinsip "dosa" (Yun. _he hamartia_), yaitu kecenderungan bawaan yang alami untuk berbuat dosa yang tinggal dalam hati setiap orang sejak kejatuhan Adam (Rom 5:12--8:39).
- (6) Roma 8 (Rom 8:1-39) adalah uraian yang paling luas dalam Alkitab mengenai peranan Roh Kudus dalam kehidupan orang percaya.
- (7) Surat Roma berisi pembahasan yang paling berbobot mengenai penolakan Kristus oleh orang Yahudi (terkecuali suatu golongan sisa), dan tentang rencana penebusan Allah yang bermula dari Israel dan akhirnya menuju kembali kepada Israel (pasal 9-11; Rom 9:1--11:36).
Full Life: Roma (Garis Besar) Garis Besar
Pendahuluan
(Rom 1:1-17)
I. Kebutuhan Mendesak Manusia Akan Kebenaran
(Rom 1:18-3:20)
A. Kebutuhan Or...
Garis Besar
- Pendahuluan
(Rom 1:1-17) - I. Kebutuhan Mendesak Manusia Akan Kebenaran
(Rom 1:18-3:20) - A. Kebutuhan Orang Bukan Yahudi
(Rom 1:18-32) - B. Kebutuhan Orang Yahudi
(Rom 2:1-3:8) - C. Kebutuhan Semua Orang
(Rom 3:9-20) - II. Penyediaan Kebenaran yang Mulia oleh Allah
(Rom 3:21-5:21) - A. Pembenaran oleh Iman Diringkaskan
(Rom 3:21-31) - B. Pembenaran oleh Iman Digambarkan Dalam Abraham
(Rom 4:1-25) - C. Berkat dan Keyakinan yang Menyertai Pembenaran
(Rom 5:1-11) - D. Adam dan Kristus Dibandingkan
(Rom 5:12-21) - 1. Adam/Dosa/Penjatuhan Hukuman/Kematian
- 2. Kristus/Kasih Karunia/Pembenaran/Hidup
- III.Kebenaran Berkarya Melalui Iman
(Rom 6:1-8:39) - A. Kebebasan dari Perbudakan Dosa
(Rom 6:1-23) - 1. Mati Bersama Kristus terhadap Dosa
(Rom 6:1-14) - 2. Hidup Bersama Kristus sebagai Hamba Kebenaran
(Rom 6:15-23) - B. Kebebasan dari Pertentangan di Bawah Hukum Taurat
(Rom 7:1-25) - C. Kebebasan Melalui Hukum Roh Kehidupan
(Rom 8:1-39) - IV. Kebenaran oleh Iman Berkaitan dengan Israel
(Rom 9:1-11:36) - A. Persoalan Penolakan Israel
(Rom 9:1-10:21) - B. Kemenangan Rencana Allah
(Rom 11:1-36) - V. Penerapan Praktis dari Kebenaran oleh Iman
(Rom 12:1-15:13) - A. Orang Percaya dan Penyerahan Diri
(Rom 12:1-2) - B. Orang Percaya dan Masyarakat
(Rom 12:3-21) - C. Orang Percaya dan Pemerintah
(Rom 13:1-7) - D. Orang Percaya dan Hukum Kasih
(Rom 13:8-15:13) - Penutup
(Rom 15:14-16:27)
Matthew Henry: Roma (Pendahuluan Kitab)
Jika kita boleh membandingkan satu kitab dengan kitab lainnya dan meminta pendapat dari beberapa orang beriman dan saleh, akan disimpulk...
- Jika kita boleh membandingkan satu kitab dengan kitab lainnya dan meminta pendapat dari beberapa orang beriman dan saleh, akan disimpulkan bahwa mazmur-mazmur Daud di dalam Perjanjian Lama dan surat-surat penggembalaan Rasul Paulus di dalam Perjanjian Baru merupakan bintang-bintang yang paling terang, yang berbeda dari bintang-bintang lainnya di dalam kemuliaan. Kitab Suci secara keseluruhan memang merupakan surat penggembalaan dari sorga kepada dunia ini, tetapi di dalamnya ada penjelasan atas beberapa surat kerasulan tertentu. Di dalamnya terdapat lebih banyak surat-surat Paulus dibandingkan dengan surat rasul-rasul lainnya, sebab ia adalah rasul utama dari antara mereka. Ia bekerja lebih keras dibandingkan mereka semua. Tidak diragukan lagi, bakat alamiahnya sangat luar biasa. Pengertiannya akan suatu hal cepat dan tajam, ungkapan-ungkapannya lancar dan kaya. Ke mana pun ia pergi, kasih sayangnya sangat hangat dan bersemangat, dan keteguhan hatinya sangat tegas dan berani. Hal ini membuat ia menjadi seorang penganiaya yang sangat keras dan sengit sebelum ia bertobat. Namun ketika orang kuat yang bersenjata lengkap ini dilucuti, dan orang yang lebih kuat dari padanya datang menyerang dan mengalahkannya, maka orang itu akan membagi-bagikan rampasannya dan menguduskan kecakapan-kecakapan ini, ia pun menjadi pemberita firman yang paling mahir dan bersemangat. Tidak ada yang lebih baik dari padanya untuk memenangkan jiwa, dan juga tidak ada yang lebih berhasil dari padanya. Empat belas surat penggembalaannya terdapat di dalam kanon Kitab Suci kita. Besar kemungkinan masih ada lebih banyak lagi surat yang ia tulis selama masa pelayanannya, yang mungkin cukup baik untuk mengajar, menegur, dan seterusnya tetapi karena surat-surat itu tidak diilhami oleh Allah, maka surat-surat tersebut tidak diterima sebagai kitab kanonik, dan juga tidak diturunkan kepada kita. Beberapa penulis kuno mengatakan bahwa ada enam pucuk surat ditulis oleh Paulus kepada Seneca (ahli filsafat dan negarawan Romawi abad pertama – pen.), dan delapan surat dari Seneca kepadanya [Sixt. Senens. Biblioth. Sanct. lib.2], dan yang masih ada sampai sekarang ini. Namun, sekali pandang saja tampaknya naskah-naskah itu tidak asli dan palsu.
- Surat penggembalaan kepada jemaat Roma ini ditempatkan sebagai surat yang pertama, bukan karena urutan waktu penulisannya yang lebih awal, melainkan karena keunggulannya yang tinggi. Surat ini adalah surat yang terpanjang dan terlengkap dibandingkan surat-surat penggembalaan lainnya, dan mungkin juga karena kewibawaan dari tempat yang menjadi tujuan surat ini ditulis. Dikatakan bahwa Krisostom, salah seorang bapa gereja, meminta supaya surat ini dibacakan untuknya dua kali dalam seminggu. Surat ini merupakan kumpulan dari beberapa bagian tulisan dari surat tersebut yang ditulis pada tahun 56 Masehi, dari kota Korintus, ketika Paulus tinggal di situ sebentar dalam perjalanannya menuju Troas (Kis. 20:5-6). Ia menitipkan surat ini kepada Febe, orang Romawi itu, seorang pelayan jemaat di Kengkrea (pasal 16), yang berada di wilayah Korintus. Di dalam surat itu ia menyebut Gayus sebagai tuan rumahnya, atau orang yang memberi tumpangan kepadanya (16:23). Gayus yang dimaksud adalah orang Korintus, berbeda dengan Gayus dari Derbe, yang disebut di dalam Kisah Para Rasul 20. Pada saat itu, Rasul Paulus sedang dalam perjalanan menuju Yerusalem dengan membawa uang yang akan diberikan kepada orang-orang kudus miskin yang ada di sana. Hal itu ia sebutkan di dalam Roma 15:26. Rahasia-rahasia besar perlu dibahas di dalam surat ini, seperti juga dalam tulisan-tulisan Rasul Paulus lainnya, karena banyak hal masih gelap dan sukar dipahami (2Ptr. 3:16). Cara penulisan surat ini (sama seperti beberapa surat penggembalaan lainnya) dapat diamati. Bagian terdepan berisikan pengajaran, yaitu di dalam sebelas pasal pertama. Bagian terakhir adalah bagian penerapan, yaitu di dalam lima pasal terakhir, yang memberitahukan tentang penghakiman dan cara memperbaiki hidup. Cara terbaik untuk memahami kebenaran-kebenaran yang dijelaskan di bagian awal adalah dengan menaati dan melakukan kewajiban-kewajiban yang diuraikan di bagian akhir. Sebab, barangsiapa mau melakukan kehendak-Nya, ia akan mengetahui pengajaran itu (Yoh. 7:17).
- I. Bagian pengajaran dari surat kerasulan itu mengajarkan kepada kita,
- 1. Mengenai jalan keselamatan,
- (1) Dasar keselamatan itu adalah pembenaran oleh Allah, dan bukan karena perbuatan manusia (pasal 1). Juga bukan karena melakukan hukum Taurat bangsa Yahudi (pasal 2-3), sebab baik orang Yahudi maupun bangsa-bangsa lain harus bertanggung jawab terhadap kutuk itu. Sebaliknya, keselamatan itu hanya diperoleh melalui iman di dalam Yesus Kristus (Roma 3:21 dan seterusnya; pasal 4).
- (2) Langkah-langkah menuju keselamatan ini adalah,
- 2. Mengenai orang-orang yang diselamatkan, seperti halnya mereka yang masuk menurut pilihan kasih karunia (pasal 9), bangsa-bangsa lain dan bangsa Yahudi (pasal 10-11). Dari sini tampak bahwa pokok yang ia bicarakan adalah kebenaran-kebenaran yang sebenarnya telah diketahui, seperti yang dikatakan oleh Rasul Petrus (2Ptr. 1:12). Dua hal yang menjadi batu sandungan bagi bangsa Yahudi, yaitu pembenaran oleh iman tanpa melakukan hukum Taurat, dan penerimaan bangsa-bangsa lain ke dalam jemaat. Itulah sebabnya Rasul Paulus berusaha menjelaskan dan membereskan kedua hal ini.
- II. Bagian penerapan yang mengikuti, yang di dalamnya kita temukan,
- 1. Beberapa nasihat umum yang cocok bagi semua orang Kristen (pasal 12).
- 2. Petunjuk-petunjuk bagaimana kita berperilaku sebagai anggota masyarakat yang beradab (pasal 13).
- 3. Aturan-aturan yang mengatur tingkah laku orang-orang Kristen satu sama lain, sebagai sesama anggota jemaat Kristen (pasal 14 dan pasal 15:1-14).
- III. Ketika mendekati bagian penutup, Rasul Paulus menjelaskan dasar-dasar tulisannya kepada mereka (15:14-16), memberikan penjelasan mengenai dirinya sendiri dan urusan-urusannya (ay. 17-21), berjanji untuk mengunjungi mereka (ay. 22-29), meminta dukungan doa mereka (ay. 30-32), mengirimkan salam khusus kepada banyak sahabat di sana (Roma 16:1-16), memperingatkan mereka terhadap orang-orang yang menimbulkan perpecahan (ay. 17-20), menambahkan salam dari sahabat-sahabat yang ada bersamanya (ay. 21-23), dan mengakhirinya dengan sebuah doa berkat dan pujian kepada Allah (ay. 24-27).
Jerusalem: Roma (Pendahuluan Kitab) SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal da...
SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal dari pada tokoh-tokoh lain dalam Perjanjian Baru. Kedua sumber, yang masing-masing berdiri sendiri ini saling menguatkan dan melengkapi, meskipun ada kelainan-kelainan dalam soal-soal kecil. Kita malahan dapat menyusun suatu kronologi riwayat hidup Paulus secara lebih kurang teliti, karena bertepatannya beberapa peristiwa dalam riwayat hidup Paulus dengan kejadian-kejadian yang kita ketahui menurut ilmu sejarah, seperti waktunya Galio menjabat prokonsul di Korintus, Kis 18:12, dan tahun Festus menggantikan Feliks, Kis 24:27-25:1, sebagai wali negeri di Palestina.
Paulus dilahirkan di Tarsus di Kilikia, Kis 9:11; 21:39; 22:3, kira-kira tahun 10 Mas. dari keluarga Yahudi suku Benyamin, Rom 11:1; Flp 3:5 dan yang telah menjadi warga negara Roma, Kis 16:37 dst; 22:25-28; 23:27. Semasa mudanya Paulus dididik di Yerusalem oleh Gamaliel yang memberinya pengajaran mendalam tentang agama Yahudi sesuai dengan ajaran mazhad agama Kristen yang baru muncul, Kis 22:4 dst; 26:9-12; Gal 1:13; Flp 3:6, dan berurusan dengan pembunuhan atas diri Stefanus, Kis 7:58; 22:20; 26:10. Tetapi kira-kira tahun 34 seluruh hidup Paulus yang sedang di perjalanan ke kota Damsyik dirubah oleh penampakan Yesus yang telah bangkit dari alam maut. Tuhan yang bangkit menyatakan kepadanya benarnya agama Kristen dan bahwa tugasnya yang khas ialah mewartakan Injil kepada orang- orang bukan Yahudi, Kis 9:3-16 dsj; Gal 1:12, 15 dst; Ef 3:2. Sejak saat itu Paulus merelakan hidupnya untuk mengabdi Kristus, yang secara pribadi telah "menangkapnya" untuk dijadikan pengikutNya, Fil 3:12. Sesudah tinggal beberapa lamanya di Arabia, Paulus kembali ke Damsyik, Gal 1:17, dan mulai mewartakan Kristus di sana, Kis 9:20.
Sesudah sebentar mengunjungi Yerusalem, Gal 1:18; Kis 9:26-29, maka dalam tahun 39 Paulus pergi ke Siria dan Kilikia, Gal 1:21; Kis 9:30, sampai Barnabas mengajaknya kembali ke Antiokhia, di mana mereka mengajar bersama, Kis11:25 dst dan lihat 9:27. Dalam perjalanannya yang pertama (th 45-49) ke Siprus, Pamfilia, Pisidia dan Likaonia, Kis 13-14, Saulus mulai menggunakan nama Yunani-Latinnya Paulus untuk mengganti nama Yahudinya, yakni Saul, Kis 13:9. Karena berkarya dengan lebih baik, maka Paulus menyisihkan Barnabas, Kis 14:12. Dalam tahun 49, jadi empat belas tahun sudah bertobat, Gal 2:1, Paulus naik ke Yerusalem untuk ikut serta dalam "Konsili Para Rasul". Sebagian karena pengaruhnya Konsili itu menyetujui bahwa hukum Yahudi tidak mengikat orang-orang bukan Yahudi yang masuk Kristen, Kis 15; Gal 2:3-6. Tugas Paulus di antara orang-orang bukan Yahudi juga secara resmi diakui, Gal 2:7-9. Kemudian ia mengadakan perjalanan-perjalanan lagi. Perjalanan kedua (Kis 15:36-18:22) dan perjalanan ketiga (Kis 18:23 - Kis 21-17) masing-masing berlangsung dalam tahun 50-52 dan 55-58. Sehubungan dengan surat-surat Paulus perjalanan-perjalanan itu akan kita bicarakan lagi, oleh karena surat-suratnya itu ditulisnya justru selama di perjalanan-perjalanan itu. Tahun 58 ditahan di Yerusalem, Kis 21:27-23:22 dan dimasukkan ke dalam penjara sampai th 60, Kis 23:23-26. Dalam musim semi th 60 wali negeri Festus mengirimkannya ke Roma dengan pengawalan ketat, Kis 27:1-28:16. Sesudah di Roma di tahan dua tahun (th 61-63) Paulus dibebaskan karena tidak terbukti salah. Kemudian ia mungkin pergi ke negeri Spanyol, seperti yang direncanakannya, Rom 15:24, 28, tetapi surat-surat Pastoral (Tim, Tit) mengandaikan bahwa Paulus masih mengadakan perjalanan-perjalanan ke Timur. Penahanan Paulus yang kedua di Roma berakhir dengan kemartiran, sebagaimana diberitakan oleh tradisi yang paling tua; ini kiranya terjadi dalam th 67.
Kepribadian Paulus
Dari Kisah Para Rasul dan dari surat-surat Paulus juga mungkin mendapat gambaran jelas mengenai kepribadian dan perangai Sang Rasul.
Paulus adalah seorang yang semangatnya berapi-api dan yang dalam mengejar cita- citanya tidak tahu lelah atau menghitung jerih-payahnya. Pada pokoknya cita-cita Paulus ialah cita-cita keagamaan. Satu-satunya yang menjadi pusat perhatiannya ialah Allah. Dalam mengabdi Allah sebagai hamba setiawan ia menolak segenap kompromis dalam bentuk manapun. Itulah sebabnya maka mula-mula Paulus mengejar mereka yang dianggapnya sebagai bida'ah dan musuh Allah 1Tim 1:13; bdk Kis 24:5, 14, tetapi kemudian mewartakan Kristus, setelah berkat wahyu mengerti bahwa Dialah satu-satunya penyelamatan. Semangat yang tak bersyarat itu terungkap dalam kehidupan yang terdiri atas penyangkalan diri yang mutlak dan pengabdian kepada Dia yang dikasihi Paulus. Kerja keras dan lelah, haus, penderitaan, kemiskinan dan bahaya maut, 1Kor 4:9-13; 2Kor 4:8 dst; 6:4-10; 11:23-27, tidak dipedulikan sama sekali mana kala Paulus menunaikan tugas yang dianggapnya sebagai tanggung jawabnya 1Kor 9:16 dst. Tidak ada sesuatupun dari semuanya itu yang mampu memisahkan Paulus dari kasih Allah dan Kristus, Rom 8:35-39. Sebaliknya, semuanya itu dianggapnya barang berharga oleh karena menyerupai dirinya dengan Gurunya yang bersengsara dan tersalib, 2Kor 4:10 dst; Flp 3:10 dst. Kesadaran akan panggilannya yang tunggal membuat Paulus memiliki gairah akan yang luhur-luhur dan besar-besar. Kalau ia merasa dirinya bertanggung jawab akan semua jemaat, 2Kor 11:28; bdk Kol 1:24, dan berkata bahwa bekerja lebih dari pada yang lain-lain, 1Kor 15:10; bdk 2Kor 11:5, dan mengajak kaum beriman untuk mencontohnya, 2Tes 3:7+, maka keterangan semacam itu bukanlah kesombongan, melainkan kebanggaan orang suci yang rendah hati. Sebab Paulus juga mengakui dirinya sebagai yang paling hina di antara sekalian orang Kudus, 1Kor 15:9; Ef 3:8, karena telah menganiaya jemaat Allah; karya-karya besar yang dilaksanakannya dianggap berasal dari Tuhan yang berkarya di dalam dirinya, 1Kor 15:10; 2Kor 4:7; Flp 4:13; Kol 1:29; Ef 3:7.
Semangat hatinya yang halus nampak dalam sikap Paulus terhadap kaum beriman. Ia mempercayai sungguh-sungguh orang-orang Filipo yang masuk Kristen, Flp 1:7 dst; 4:10-20; ia menaruh perasaan mendalam terhadap jemaat di Efesus, Kis 20:17-38; hatinya memanas, kalau orang-orang beriman di Galatia membiarkan dirinya dibujuk untuk meninggalkan kepercayaan sejati, Gal 1:6; 3:1-3, dan ia sedih terkejut karena ketidak-tetapan hati yang sombong pada orang-orang di Korintus, 2Kor 12:11-13:10. Untuk menetapkan yang lincah-lincah Paulus tahu bagaimana bersikap ironi, 1Kor 4:8; 2Kor 11:7; 12:13, dan bahkan melontarkan teguran tegas, Gal 3:1-3; 4:11; 1Kor 3:1-3; 5:1-2; 6:5; 11:17-22; 2Kor 11:3 dst. Tetapi selalu hanya demi kebaikan kaum beriman, 2Kor 7:8-13. Dan segera Paulus memperlunak tegurannya dengan kehalusan hati yang penuh kasih sampai mengharukan hati, 2Kor 11:1-2; 12:14 dst : Bukankah hanya Pauluslah bapa mereka, 1Kor 4:14 dst; 2Kor 6:13; bdk 1Tes 2:11; Flm 10, bahkan ibu mereka, 1Tes 2:7; Gal 4:19? Maka segera pulih kembali hubungan-hubungan baik seperti dahulu, Gal 4:12-20; 2Kor 7:11-13.
Sesungguhnya Paulus tidak mau pertama-tama menegur kaum beriman, tetapi para lawan yang berusaha membujuk dan menyesatkan mereka: orang-orang Yahudi yang di mana-mana melawan dan menghalangi Paulus, Kis 13:45, 50; 14:2, 19; 17:5, 13; 18:6; 19:9; 21:27, ataupun orang-orang Kristen ke-Yahudian yang ingin membebankan kuk hukum Taurat pada mereka yang oleh Paulus direbut bagi Kristus, Gal 1:7; 2:4; 6:12 dst. Terhadap golongan-golongan itu Paulus tidak kenal ampun, 1Tes 2:15 dst; Gal 5:12; Flp 3:2. Gairah mereka yang sombong dan "kedagingan" dihadapi Paulus dengan daya rohani sejati yang menyatakan diri melalui kepribadiannya yang lemah, 2Kor 10:1-12:2, dan dengan sikap jujurnya yang membuktikan Paulus tidak mencari keuntungan sendiri, Kis 18:3. Ada sementara orang yang berkata bahwa para lawan Paulus ialah para rasul di Yerusalem. Tetapi pendapat itu tidak dapat dibuktikan. Terlebih-lebih lawan Paulus itu Yalah orang-orang Yahudi yang masuk Kristen dan ingin memaksakan adat-kebiasaan sendiri kepada orang-orang lain. Mereka menyalah-gunakan nama Petrus, 1Kor 1:12, dan Yakobus, Gal 2:12 untuk menurunkan kweibawaan Paulus. Sebaliknya, Paulus sendiri selalu menghormati wewenang para rasul sejati, Gal 1:18; 2:2, walaupun mempertahankan bahwa sebagai saksi Kristus setra dengan merek, Gal 1:11 dst; 1Kor 9:1; 15:8-11. Kalaupun terjadi bahwa sehubungan dengan perkara tertentu Paulus menentang Petrus, Gal 2:11-14, namun Paulus selalu menyatakan dirinya orang yang suka berdamai, Kis 21:18-26. Dengan seksama ia mengorganisasi pengumpulan dana untuk orang-orang Kristen yang miskin di Yerusalem, Gal 2:10, karena ia beranggapan ini jaminan paling baik bagi persatuan antara orang-orang Kristen bekas kafir dengan Jemaat Induk di Yerusalem, 2Kor 8:14; 9:12-13; Rom 15:26 dst.
Paulus sebagai Pewarta Injil
Pewartaan Paulus pertama-tama kerigma rasuli, Kis 2:22+, Kerigma itu ialah: pemberitaan tentang Yesus yang telah disalibkan tapi dibangkitkan dari alam maut, sesuai dengan Kitab Suci, 1Kor 2:2; 5:3-4; Gal 3:1. Apa yang disebutkan Paulus sebagai "Injilku", Rom 2:16; 16:25, sesungguhnya bukanlah Injilnya sendiri, melainkan Injil yang umum dipercaya, Gal 1:6-9; 2:2; Kol 1:5-7, tetapi khususnya disesuaikan dengan dan diterapkan pada pertobatan orang-orang bukan Yahudi, Gal 1:16; 2:7-9, sehaluan dengan kebijaksanaan universalis yang sudah dimulai di Anthiokhia. Paulus setia pada tradisi rasuli yang ada kalanya dikutip olehnya, 1Kor 12:23-25; 15:3-7, dan selalu diandaikannya; sudah barang tentu tradisi rasuli itu sangat berjasa bagi Paulus. Meskipun kiranya tidak pernah melihat Yesus selama hidupNya di dunia ini, bdk 2Kor 5:16+, namun Paulus sangat mengenal ajaranNya, 1Tes 4:15; 1Kor 7:10 dst; Kis 20:35. Selebihnya ia juga seorang saksi langsung dan keyakinannya yang tak tergoncangkan itu berdasar sebuah pengalaman pribadi: sebab iapun "melihat" Kristus, mula-mula di dekat Damsyik, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8; dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 22:17-21, Ia telah mengalami penglihatan- penglihatan dan pernyataan-pernyataan Tuhan, 2Kor 12:1-4. Maka apa yang diterimanya dari tradisi itu sungguh-sungguh dapat dianggapnya sebagai pemberitahuan langsung oleh Tuhan, Gal 1:12; 1Kor 12:23.
Ada kalanya orang berkata bahwa pengalaman-pengalaman mistik tersebut disebabkan oleh temperamen yang berlebih-lebihan dan sakit-sakitan. Tetapi dugaan itu tidak mempunyai dasar sedikitpun. Memanglah Paulus kena penyakit di Galatia, Gal 4:13- 15, tetapi penyakit itu kiranya tidak lain kecuali serangan malaria, sedangkan "duri dalam daging", 2Kor 12:7, boleh jadi permusuhan terus menerus dari pihak orang-orang Yahudi, kaum sebangsanya "secara jasmani", Rom 9:3. Paulus ternyata tidak mempunyai daya khayal yang berlebih-lebihan mengingat sedikit-sedikitnya gambaran lazim yang ia pakai: gelanggang pertandingan, 1Kor 9:24-27; Flp 3:12- 14; 2Tim 4:7 dst, laut, Ef 4:14, pertanian, 1Kor 3:6-8, dan bangunan, 1Kor 3:10- 17; Rom 15:20; Ef 2:20-22; kedua gambar terakhir suka digabungkan serta dicampur-adukkannya, 1Kor 3:9; Kol 2:7; Ef 3:17; bdk Kol 2:19; Ef 4:16. Paulus nampaknya lebih-lebih seorang intelektuil. Hati yang berapi-api bersatu-padu dengan akal jernih dan tidak segera puas; akal yang dengan teliti membentangkan kepercayaan Kristen sesuai dengan kebutuhan para pendengar. Berkat sifat Paulus itulah kita mendapat ulasan-ulasan yang mengagumkan sekitar kerigma dan yang bersesuaian dengan keadaan nyata. Sudah barang tentu jalan pikiran Paulus itu bukanlah jalan pikiran manusia dewasa ini. Ada kalanya Paulus mengemukakan dalil-dalilnya seperti para rabi mengemukakannya dan sesuai dengan metode penafsiran yang diterima Paulus dari lingkungan serta pendidikannya (misalnya: 3:16; 4:21-31). Tetapi bakat Paulus mendobrak warisan tradisionil yang terbatas itu. Dan melalui saluran-saluran yang bagi kita kurang lebih ketinggalan zaman Paulus mengalirkan suatu pengajaran yang mendalam.
Memanglah Paulus adalah seorang Yahudi, tetapi seorang Yahudi yang memiliki bagian kebudayaan Yunani cukup besar. Mungkin ini mulai diperolehnya semasa mudanya di Tarsus dan kemudian di perkaya karena Paulus sering berjumpa dengan dunia Yunani-Romawi. Pengaruh dari kebudayaan Yunani itu tercermin baik dalam jalan pikiran Paulus maupun dalam bahasa serta gaya bahasanya. Ada kalanya Paulus mengutip penulis-penulis Yunani, 1Kor 15:33; Tit 1:12; Kis 17:28, dan ia pasti mengenal filsafat populer yang berdasar atas mazhab Stoa; dari padanya ia meminjam gagasan-gagasan (misalnya: perginya jiwa yang terpisah dari badan ke dunia ilahi 2Kor 5:6-8; "pleroma" kosmis, Kol dan Ef) dan rumus-rumus tertentu (1Kor 5:6-8; Rom 11:36; Ef 4:6). Dari mazhab Stoa yang berhaluan sinis Paulus mengambil alih apa yang disebutkan sebagai "diatribe", yalah suatu metode argumentasi yang terdiri atas pertanyaan dan jawaban pendek, Rom 3:1-9, 27-31, dan dari situpun berasal ulasan-ulasannya, di mana kata demi kata beruntun, sebagaimana lazim dalam seni pidato. Mana kala menggunakan kalimat panjang dan padat, di mana anak-anak kalimat bergelombang-gelombang desak-mendesak, Ef 1:3- 14; Kol 1:9-20, maka Paulus masih juga dapat menemukan contoh-contohnya dalam kesusasteraan keagamaan di dunia Yunani. Biasanya Paulus memakai bahasa Yunani sebagai bahasa ibu yang kedua, Kis 21:40, dan dengan mahirnya, sehingga hanya sedikit semitisme terdapat. Bahasa Yunani yang dipakai ialah bahasa Yunani yang lazim di zamannya, yakni bahasa "koine", yang baik tanpa peniruan bahasa kuno. Paulus memang tidak suka akan kehalusan yang dibuat-buat seperti lazim dalam seni pidatoo insani, sebab kekuatannya untuk meyakinkan hanya mau diambilnya dari daya Firman kepercayaan yang didukung "tanda-tanda" yang dikerjakan Roh Kudus, 1Tes 1:5; 1Kor 2:4 dst; 2Kor 11:6; Rom 15:18. Bahkan terjadi pula bahwa pengungkapannya kurang tepat dan tidak diselesaikan, 1Kor 9:15. Acuan bahasa tidak mampu menampung pemikiran yang meluap-luap dan perasaan yang terlalu hebat. Dengan kekecualian yang jarang terjadi, bdk Flm 10, Paulus biasanya mendikte surat-suratnya, Rom 16:22, sebagaimana lazim di zaman dahulu dan hanya salam terakhir ditulisnya dengan tangan sendiri, 2Tes 3:17; Gal 6:11; 1Kor 16:21; Kol 4:18. Ada bagian-bagian dalam surat-suratnya yang memberi kesan bahwa masak-masak dipikirkan (misalnya: Kol 1:15-20), tetapi kebanyakan dituliskan sekali jadi dan secara spontan tanpa dikoreksi. Kendati kekurangan-kekurangan itu, bahkan mungkin karena kekurangan-kekurangannya, gaya bahasa cekatan itu berisi secara luar-biasa. Sudah barang tentu pemikiran yang begitu mendalam dan yang terungkap dengan bahasa yang menyala itu tidak mudah dibaca (2Ptr 3:16). Namun demikian pemikiran Paulus menyajikan beberapa nas yang daya keagamaannya dan bahkan gaya sastranya barangkali tidak ada tara bandingnya dalam sejarah kesusasteraan manusia.
Surat-surat yang diwariskan Paulus itu semuanya ditulis dengan alasan khusus. Ini tak pernah boleh dilupakan. Surat-surat itu bukan risalah ilmu ketuhanan, melainkan merupakan tanggapan terhadap keadaan tertentu. Surat-surat itu sungguh-sungguh surat yang sesuai dengan surat-menyurat yang lazim di zaman itu, Rom 1:1+. Namun demikian tulisan-tulisan Paulus bukan surat pribadi belaka dan bukan pula "surat" yang hanya nampaknya surat saja, sedangkan pada kenyataannya adalah karya sastra. Surat-surat Paulus berupa uraian-uraian yang ditujukan kepada pembaca-pembaca tertentu dan melalui mereka kepada semua kaum beriman. Maka dalam surat-surat itu jangan dicari kupasan-kupasan teratur dan lengkap yang mengungkapkan seluruh pemikiran Paulus. Di belakang tulisan-tulisan itu tetap membayang perkataan yang secara lisan dibawakan dan surat-surat itu seolah-olah memberi komentar atas beberapa pokok khusus. Namun demikian, nilai surat-surat Paulus tidak teratasi, apa lagi karena isi serta perbedaan- perbedaannya memungkinkan orang menemukan apa yang pokok dalam pewartaan Paulus. Tidak peduli mengapa ia menulis atau kepada siapa ia menulis, karya Paulus berdasarkan ajaran yang pada pokoknya sama. Ajaran itu berpusatkan Kristus yang wafat dan dibangkitkan. Hanya ajaran pokok itu disesuaikan, berkembang dan menjadi semakin berisi selama kehidupan Paulus yang menjadi segala-gala untuk semua orang, 1Kor 9:19-22. Ada sementara penafsir yang mengatakan bahwa Paulus sesungguhnya seorang "peramu" yang sesuai dengan keperluan memungut pandangan- pandangan yang berlain-lainan dan ada kalanya bertentangan satu sama lain; Paulus sendiri tidak menilai pandangan-pandangan itu seolah-olah mutlak tepat dan benar; ia hanya menggunakannya saja untuk menarik hati orang kepada Kristus. Langsung bertentangan dengan pendapat dengan pendapat tersebut ada orang yang berkata tentang "kekakuan" Paulus. Menurut pendapat ini maka pemikiran Paulus sejak awal mula ditetapkan dan selanjutnya tidak mengalami perkembangan lagi. Semua sudah tetap dan selesai akibat pengalaman Paulus waktu bertobat. Kebenaran terletak di tengah kedua ujung itu : teologi Paulus memang berkembang menurut suatu garis bersinambung, tetapi sungguh ada perkembangan di bawah dorongan Roh Kudus yang membimbing karya kerasulan Paulus. Dan perkembangan benar tapi lurus akhirnya sampai kepada kepenuhan sebagaimana memuncak dalam surat-surat itu sesuai dengan urutannya dalam waktu, orang dapat mengenali tahap-tahap perkembangan pemikiran Paulus. Memanglah urutan dalam waktu itu bukanlah urutan surat-surat Paulus dalam daftar kitab-kitab Perjanjian Baru. Dalam daftar itu surat-surat itu dideretkan sesuai dengan panjangnya.
1 dan 2 Tes; th. 50-51
Surat-surat Paulus yang pertama ditujukan kepada jemaat Kristen di kota Tesalonika. Di musim panah th. 50 Paulus mewartakan Injil di kota itu waktu perjalanannya yang kedua, Kis 17:1-10. Terpaksa oleh permusuhan dari pihak orang-orang Yahudi Paulus pergi ke Berea dam daro sana ke Atena dan Korintus. Di kota terakhir inilah kiranya 1Tes ditulis selama musim dingin th 50-51. Silas dan Timotius menemani Paulus di Korintus. Timotius untuk kedua kalinya pergi ke Tesalonika dan dari situ membawa berita-berita yang menggembirakan. Ini menyebabkan peluapan hati yang terungkap dalam 1Tes 1-3. Kemudian menyusullah dalam surat ini serentetan anjuran praktis, 1Tes 4:1-12; 5:12-28. Di antara kedua bagian itu disisipkan suatu jawaban atas soal tentang nasib orang-orang yang sudah meninggal dan Parusia Kristus, 1Tes 4:13-5:11. Surat 2Tes kiranya ditulis di kota Korintus juga beberapa bulan kemudian. Surat ini berisikan beberapa petunjuk praktis, 1; 2:13-3:15, dan sebuah instruksi lagi mengenai kapan Parusia akan terjadi dan mengenai "tanda-tanda" yang mesti mendahului kedatangan Tuhan, 2:1-12.
Ditinjau dari segi sastra maka antara 2Tes dan 1Tes ada kesamaan yang menyolok, sehingga ada sejumlah ahli yang menganggap 2Tes sebagai pemalsuan oleh seseorang yang mencuri gagasan-gagasan Paulus sementara juga meniru gaya bahasanya. Tetapi sukar sekali melihat mengapa seseorang membuat pemalsuan itu. Keterangan lain lebih sederhana dan lebih masuk akal, yaitu: Paulus sendirilah yang ingin lebih jauh menjelaskan dan meluruskan pengajarannya mengenai akhir zaman, lalu menulis surat ini dnegan mengulangi beberapa keterangan dari surat pertama. Memanglah kedua tulisan itu tidak bertentangan satu sama lain, tetapi malahan saling melengkapi. Dan tradisi Gereja dahulu juga jelas mengatakan bahwa kedua surat itu ditulis oleh Paulus.
Kedua surat ini tidak hanya penting oleh karen sudah memperkenalkan pangkal beberapa pikiran Paulus yang dalam surat-surat lain diperkembangkan, tetapi terutama karena ajarannya mengenai Parusia. Ternyatalah bahwa dalam tahap permulaan karya kerasulanNya pemikiran Sang Rasul berpusatkan kebangkitan Kristus dan kedatanganNya yang mulia yang membawa keselematan bagi mereka yang percaya kepadaNya, biar sudah mati sekalipun, 1Tes 4:13-18. Kedatangan Kristus yang mulia itu dilukiskan Paulus sesuai dengan apa yang lazim dalam sastra apokaliptik Yahudi dan dalam agama Kristen purba (bdk wejangan Yesus tentang akhir zaman yang termuat dalam injil-injil sinoptik, khususnya dalam injil Mat). Sama seperti Yesus demikianpun Paulus ada kalanya menekankan dekatnya kedatangan Tuhan yang tidak mungkin diketahui kapannya dan yang menuntut bahwa orang bersiap-siaga, 1Tes 5:1-11, sehingga memberikan kesan bahwa ia sendiri serta sidang pembacanya akan mengalaminya selama masih hidup, 1Tes 4:17; tetapi ada kalanya iapun mencoba meredakan rasa cemas kaum beriman yang digelisahkan oleh pandangan semacam itu. Maka ia mengingatkan mereka bahwa Hari Tuhan belum juga tiba dan mesti didahului beberapa tanda tertentu, 2Tes 2:1-12. Bagaimana ujud tanda-tanda itu bagi kita maupun bagi para pembaca dahulu tidak jelas. Rupanya Paulus memikirkan Si Antikrist sebagai seorang pribadi yang baru akan tampil pada akhir zaman. Ungkapan "apa yang menahan dia", 2Tes 2:6, menurut sementara ahli mengenai kerajaan Romawi dan menurut sementara ahli lain pewartaan Injil, sehingga maksud keterangan itu tetap kabur juga.
1 dan 2 Kor; th. 57
Selama delapan belas bulan lebih, Kis 18:1-16, mewartakan Injil di Korintus, dari akhir th. 50 sampai pertengahan th. 52, Paulus menulis kedua suratnya kepada jemaat di Tesalonika. Sesuai dengan kebijaksanaannya yang lazim, ialah menanamkan kepercayaan Kristen di pusat-pusat besar, Paulus ingin menanamkan kepercayaan kepada Kristus di kota pelabuhan ternama yang banyak penduduknya itu juga. Dari situ kepercayaan itu dapat merambat ke seluruh Akhaia, 2Kor 1:1; 9:2. Pada kenyataannya ia berhasil mendirikan sebuah jemaat kuat di sana, terutama di kalangan masyarakat rendahan, 1Kor 1:26-28. Tetapi kota besar itu adalah sebuah sarang kebudayaan Yunani, di mana berhadap-hadapan macam-macam aliran filsafah dan agama, sedangkan kebejatan susila memberinya nama yang buruk. Perjumpaan agama Kristen dengan pusat kekafiran itu tidak dapat tidak menimbulkan banyak persoalan bagi mereka yang baru masuk Kristen. Dalam kedua surat yang dituliskannya kepada jemaat itu, Paulus berusaha memecahkan soal-soal itu.
Bagaimana kedua surat itu lahir sudah cukup jelas, kendati keraguan yang masih ada mengenai beberapa hal kecil. Sebelum surat pertama yang tercantum dalam Kitab Suci telah ada surat yang mendahului, 1Kor 5:9-13. Tetapi surat, yang waktunya ditulis tidak diketahui ini tidak tersimpan. Kemudian, menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (th. 54-57) dalam menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (54-57) dalam perjalanannya yang ketiga, Kis 19:1-20, datanglah dari Korintus suatu utusan yang menyodorkan beberapa masalah, 1Kor 16:17, dan di samping itu Paulus menerima berita mengenai jemaat di Korintus melalui Apolos, Kis 18:27 dst; 1Kor 16:12, dan beberapa orang dari keluarga Khloe, 1Kor 1:11. Maka Paulus merasa terdorong menulis sepucuk surat lagi, yakni surat 1Kor kita. Ia ditulis sekitar Paskah th. 57 (1Kor 5:7 dst; 16:5-9 dibandingkan dengan Kis 19:21). Selang beberapa waktu muncullah di Korintus semacam krisis dan terpaksa Paulus mengunjungi jemaat sebentar dan kunjungan itu tidak menyenangkan, 2Kor 1:23-2:1; 12:14; 13:1-2. Selama kunjungan itu Paulus berjanji tidak lama lagi akan kembali untuk beberapa lamanya, 2Kor 1:15-16. Tetapi terjadi sesuatu dan rupanya kewibawaan Paulus dalam diri seorang utusannya dirongrong, 2Kor 5:10; 7:12. Maka sebagai pengganti kunjungan yang dijanjikan dahulu itu Paulus mengirim sepucuk surat tajam yang ditulisnya dengan mencucurkan "banyak air mata", 2Kor 2:3 dst, 9. Surat ini membawa hasil yang menyenangkan, 2Kor 7:8-13. Kabar gembira tentang hasil itu diterimanya dari Titus, 2Kor 2:12 dst; 7:5-16 di Makedonia, setelah Paulus terpaksa meninggalkan Efesus akibat krisis hebat di sana, yang tidak kita ketahui ujudnya, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10; Kis 19:23-40. Maka menjelang akhir th. 57 ia menulis 2Kor. Kemudian ia mengadakan perjalanan kiranya melalui Korintus, Kis 20:1 dst; bdk 2Kor 9:5; 12:14; 13:1, 10, menuju Yerusalem, tempat ia ditahan dan dipenjarakan.
Ada yang berpendapat bahwa 2Kor 6:14-7:1 merupakan kepingan dari surat pertama yang hilang itu, dan 2Kor 10-13 bagian dari surat yang ditulis dengan "mencucurkan banyak air mata". Hanya sukar dibuktikan meskipun mesti diakui bahwa bagian-bagian tersebut kurang cocok dengan konteksnya sekarang, 2Kor sesungguhnya melanjutkan 6:13, sementara kesan bahwa 6:14-7:1 berupa sisipan dikuatkan oleh kesamaan menyolok antara bagian ini dengan naskah-naskah kaum Eseni yang ditemukan di Qumran. Dan juga nada keras dalam 2Kor 10-13 kurang sesuai dengan nada ramah yang meresap ke dalam sembilan bab dahulu. Akhirnya 9:1 mengherankan sedikit sesudah apa yang dikatakan dalam bab 8, sehingga orang menduga bahwa aslinya adalah dua surat kecil tersendiri mengenai pengumpulan dana. Dengan demikian tidak dikatakan bahwa bagian-bagian itu tidak berasal dari Paulus. Tetapi sangat mungkin bahwa bagian-bagian tersebut ada macam-macam asal- asulnya. Baru kemudian kiranya dikumpulkan, yakni waktu kumpulan tulisan-tulisan Paulus dibuat.
Surat-surat kepada jemaat di Korintus itu dengan bagus dan tepat menyoroti watak dan semangat Paulus, tetapi juga menyajikan suatu ajaran yang penting sekali. Di dalamnya ditemukan, khususnya dalam 1Kor, informasi dan keputusan-keputusan mengenai beberapa soal yang membingungkan jemaat Kristen purba dan tentang cara hidup jemaat itu, baik sehubungan dengan keadaan umat sendiri, seperti kemurnian akhlak. 1Kor 5:1-13; 6:12-20, perkawinan dan hidup wadat, 7:1-40, pertemuan keagamaan dan perayaan Ekaristi, 11-12, penggunaan karunia-karunia Roh Kudus (kharismata, 12:1-14:40, maupun sehubungan dengan relasi jemaat dengan dunia luar, seperti naik banding ke pengadilan negeri, 6:1-11, dan memakan makanan yang dipersembahkan kepada berhala, 8-10. Kesemuanya itu hanya berupa pemecahan soal suara hati atau pengaturan ibadat, kalau bakat Paulus tidak merobahnya menjadi kesempatan baik untuk mengemukakan pandangan mendalam mengenai kebebasan hidup Kristen, pengudusan tubuh, keunggulan kasih dan persatuan dengan Kristus. Sewaktu terpaksa membala jabatannya sebagai rasul sejati, 2Kor 10:1-13:14, Paulus mengemukakan pikiran-pikiran unggul mengenai karya kerasulan pada umumnya, 2 Kor 8-9, disinari cahaya persatuan antar-jemaat yang diidam-idamkan. Seluruh ulasan mengenai kebangkitan badan, 1Kor 15, berlatar-belakang eskatologi yang menjadi landasannya. Hanya penggambaran apokaliptis seperti terdapat dalam 1Tes dan 2Tes diganti dengan pembahasan yang lebih rasionil, yang dapat membenarkan harapan yang sukar dicernakan orang-orang Yunani itu. Penyesuaian Injil dengan dunia baru yang dimasukinya itu terutama ternyata dalam cara Paulus mempertentangkan kebodohan Salib dengan hikmat Yunani. Kepada orang-orang Korintus yang terpecah- belah menjadi kelompok yang masing-masing membanggakan gurunya serta bakat- bakatnya, Paulus mengingatkan bahwa hanya ada satu Guru saja, ialah Kristus, dan hanya satu Kabar Gembira yaitu: hanya Salib saja yang menyelamatkan; dan itulah hikmat sejati, 1Kor 1:10-4:13. Dengan jalan itu maka terpaksa oleh keadaan dan tanpa meniadakan pandangan akhir zaman, Paulus sampai menekankan hidup Kristen sekarang yang merupakan persekutuan dengan Kristus yang terwujud oleh pengetahuan sejati ialah kepercayaan. Nanti sebagai akibat krisis di Galatia dan sehubungan dengan agama Yahudi Paulus masih lebih memperdalam hidup Kristen sekarang itu.
Gal dan Rom; th 57-58
Adapun surat kepada jemaat-jemaat di Galatia dan surat kepada jemaat di Roma perlu dibicarakan bersama-sama, sebab keduanya mengupas persoalan yang sama. Surat kepada jemaat-jemaat di Galatia berupa tanggapan langsung terhadap keadaan tertentu, sedangkan surat kepada jemaat di Roma berupa sebuah risalah lebih lengkap yang dengan tenang dikarang dan mengatur gagasan-gagasan yang ditimbulkan oleh pertikaian di Galatia itu. Hubungan erat kedua surat itu adalah argumen paling kuat melawan pendapat sementara ahli yang mengemukakan bahwa surat kepada jemaat-jemaat di Galatia itu ditulis pada permulaan karya Paulus, bahkan sebelum konsili Yerusalem dalam th. 49. Menurut pendapat tersebut kunjungan kedua Paulus ke Yerusalem, yang diceritakan dalam Gal 2:1-10, adalah sama dengan kunjungan kedua yang disebut dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang di dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang dikisahkan Kis 15:2-30 (ini memang cukup berbeda dengan cerita Paulus dalam Gal). Selebihnya rupanya Paulus tidak tahu- menahu tentang keputusan Konsili Yerusalem (Kis 15:20, 29; bdk Gal 2:6), sehingga suratnya kepada jemaat-jemaat di Galatia harus sudah ditulis sebelum Konsili Yerusalem. Untuk menyetujui pendapat itu cukuplah diandaikan bahwa "orang-orang Galatia" itu tidak lain kecuali orang-orang Likaonia dan Pisidia, yang kepadanya Injil diwartakan oleh Paulus sewaktu perjalanannya yang pertama. Pergi-pulangnya Paulus dapat juga menerangkan kedua kunjungan yang kiranya diandaikan dalam Gal 4:13. Namun demikian itu kurang berdasar. Meskipun benar bahwa sejak th. 36-25 seb. Mas. daerah Likaonia dan Pisidia dalam administrasi negara tergabung dengan daerah Galatia, namun dalam bahasa sehari-hari selama abad I Mas. daerah Galatia yang sebenarnya terus disebut demikian. Daerah Galatia terletak lebih ke utara. Khususnya sukar diterima bahwa penduduk Likaonia dan Pisidia dikatakan "orang-orang Galatia", Gal 3:1. Kecuali itu pengandaian yang sukar diterima itu tidak perlu sama sekali. Kunjungan kedua yang disebut dalam Gal 2:1-10, lebih mudah dapat disamkan dengan kunjungan ketiga yang diceritakan dalam Kis 15 (memanglah ada kesamaan yang menyolok juga) dari pada dengan yang kedua, Kis 11:30; 12:25. Kunjungan yang kedua itu nampaknya begitu kurang penting, sehingga didiamkan oleh Paulus dalam argumentasinya (Gal). Dan bahkan boleh jadi bahwa sama sekali tidak ada kunjungan kedua dalam Kis. oleh karena Lukas barangkali menggarap dua sumber berbeda-beda mengenai peristiwa yang sama (bdk Kis, Pengantar dan Kis 11:30+). Maka surat kepada jemaat-jemaat di Galatia ditulis sesudah Konsili Yerusalem. Memang Paulus tidak berkata-kata tentang keputusan yang diambil Konsili itu, tetapi boleh jadi keputusan itu sesungguhnya diambil kemudian dari itu (bdk Kis 15:1+). Kalau demikian maka mudah juga dipahami sikap Petrus yang ditegur oleh Paulus menurut Gal 2:11-14. Maka orang-orang yang dialamati surat itu benar- benar penduduk daerah "Galatia" yang ditempuh Paulus dalam perjalanannya yang kedua dan yang ketiga, Kis 16:6; 18:23. Boleh jadi surat itu ditulis di kota Efesus, atau barangkali di Makedonia sekitar th. 57.
Tidak lama berselang menyusullah surat kepada jemaat di Roma. Paulus sedang berada di Korintus (musim dingin th. 57/58) dan mempersiapkan diri untuk pergi ke Yerusalem. Dari sana ia mau singgah di Roma dalam perjalanan ke Spanyol, Rom 15:22-32; bdk 1Kor 16:3-6; Kis 19:21; 20:3. Paulus tidak mendirikan jemaat di Roma dan informasi-informasi yang diperolehnya tentang jemaat itu, boleh jadi mulai orang seperti Akwila, Kis 18:2 tidak lengkap tetapi separuh-separuh saja. Dari keterangan-keterangan yang tercantum dalam surat itu hanya dapat disimpulkan bahwa jemaat itu terdiri dari orang-orang bekas Yahudi dan bekas kafir dan kedua golongan itu condong saling meremehkan. Karena demikian keadaan jemaat di Roma maka Paulus menganggap baik mempersiapkan kunjungannya dengan mengirimkan sepucuk surat melalui diakones Febe, Rom 16:1. Di dalamnya ia mengemukakan pendapatnya bagaimana mesti dipecahkan masalah hubungan antara agama Yahudi dan agama Kristen; pikirannya di bidang itu menjadi masak akibat krisis di Galatia. Dengan maksud tersebut Paulus mengatur dan memungut secara saksama dan dengan halus gagasan-gagasan yang sudah terungkap dalam Gal. Surat Gal ini berupa luapan hati, di mana pembelaan diri, 1:11-2:21, disusul sebuah pembuktian berupa ajaran, 3:1-4:31 dan peringatan-peringatan keras, 5:1 6:18. Sebaliknya, Rom berupa sebuah ulasan teratur, di mana bagian-bagiannya susul- menyusul secara tertib dengan berpedoman beberapa pokok yang terlebih dahulu diperkenalkan, lalu diuraikan.
Sama seperti halnya dengan surat-surat kepada jemaat di Korintus, demikianpun tidak ada seorangpun yang sungguh-sungguh meragukan bahwa Rom ditulis oleh Paulus. Paling-paling orang menanyakan apakah bab 15 dan 16 barangkali kemudian ditambahkan. Terutama bab 16 yang berisikan banyak salam kepada macam-macam orang barangkali aslinya sebuah surat kecil kepada jemaat di Efesus. Tetapi bab 15 tidak dapat dipisahkan dari surat Rom itu, meskipun beberapa naskah menaruh Rom 16:25-27 pada akhri bab 14 sebagai kata penutup. Ada sejumlah ahli yang mempertahankan bahwa juga bab 16 karangan Paulus yang asli. Mereka mencatat bahwa Paulus dapat berkenan dengan banyak saudara dari Roma yang dahulu diusir oleh Kaisar Klaudius, lalu kembali ke Roma. Dan bagi Sang Rasul memang penting menggaris bawahi hubungan dengan jemaat yang belum mengenal Paulus itu. Adapun doksologi dalam 16:25-27 memang mempunyai ciri-ciri khas dalam gaya bahasanya. Tetapi ini tidak cukup untuk menolak keasliannya, walaupun barangkali ditulis kemudian dari Rom.
Sedangkan surat-surat kepada jemaat di Korintus memperlawankan Kristus sebagai Hikmat Allah dengan hikmat dunia yang sia-sia, maka surat-surat kepada jemaat- jemaat di Galatia dan Roma mempertentangkan Kristus sebagai Pembenaran dari Allah dengan pembenaran yang oleh manusia dikirakan dapat diperoleh dengan usahanya sendiri. Di Korintus semangat Yunanilah yang membahayakan pendirian tepat karena terlalu membanggakan akal-budi manusia sendiri. Di Galatia orang- orang ke-Yahudian datang mengatakan bahwa kaum beriman harus bersunat dan menaklukkan diri kepada hukum Taurat, kalau mau diselamatkan. Paulus sekuat tenaga melawan propaganda dan ajaran itu oleh karena berarti mundur selangkah dan menyia-nyiakan karya Kristus, Gal 5:4. Dengan tidak menyangkal nilai tata penyelamatan lama Paulus menentukan batasnya, oleh karena hanya tahap sementara dalam seluruh rencana penyelamatan Allah. Gal 3:23-25. Hukum Musa pada dirinya baik dan suci, Rom 7:12, dan sungguh-sungguh menyatakan kehendak Allah. Tetapi hukum Taurat tidak memberi manusia daya batiniah untuk menepatinya; dengan jalan itu hukum Taurat tidak hanya membuat manusia menjadi sadar akan dosanya dan kebutuhannya akan pertolongan dari Pihak Allah, Gal 3:19-22; Rom 3:20; 7:7-13. Adapun pertolongan yang berupa karunia belaka itu dahulu dijanjikan kepada Abraham sebelum hukum Taurat diberikan, Gal 3:16-18; Rom 4, dan dianugerahkan oleh Yesus Kristus : kematian dan kebangkitanNya sudah menghancurkan kemanusiaan lama yang diracuni dosa Adam dan menciptakan kemanusiaan baru Yesus yang menjadi prototipnya, Rom 5:12-21. Setelah bergabung dengan Kristus melalui kepercayaan dan dijiwai oleh Roh Kudus, maka manusia selanjutnya dengan cuma-cuma menerima pembenaran sejati dan dapat hidup sesuai dengan kehendak Allah, Rom 8:1-4. Memanglah kepercayaan manusia harus menjadi nyata dalam pekerjaan, tetapi pekerjaan yang dilaksanakan berkat daya Roh Kudus, Gal 5:22-25; Rom 8:5-13, itu bukan lagi pekerjaan hukum Taurat yang padanya orang-orang Yahudi dengan angkuhnya menaruh kepercayaannya. Pekerjaan-pekerjaan itu dapat dilaksanakan oleh semua yang percaya kepada Kristus, meski datang dari kekafiran sekalipun, Gal 3:6-9, 14; Rom 4:11. Maka tata penyelamatan Musa yang bernilai sebagai persiapan sekarang sudah ketinggalan zaman. Orang-orang Yahudi yang mau terus berpegang padanya sesungguhnya menempatkan diri di luar keselamatan yang sebenarnya. Allah mengizinkan mereka menjadi "buta", supaya kaum kafir dapat memperoleh keselamatan. Namun demikian orang-orang Yahudi tidak untuk selama- lamanya kehilangan kepilihannya dahulu, sebab Allah memang setia; ada sementara orang-orang Yahudi, yaitu "sisa kecil" yang dinubuatkan para nabi, sudah sampai percaya: dan nanti yang lain-lainpun akan bertobat, Rom 9-11. Sementara itu semua itu kaum beriman, entah orang-orang Yahudi entah bukan Yahudi, harus menjadi satu karena kasih dan saling menolong, Rom 12:1-15:13. Demikianlah pandangan luas yang sudah dirintis dalam Gal dan dikembangkan dalam Rom. Dan berkat pandangan itulah maka kita mempunyai ulasan yang mengagumkan tentang masa lampau umat manusia yang berdosa, Rom 1:18-3:20, dan tentang pergumulan yang berlangsung dalam diri setiap orang, Rom 7:14-25; tentang keselamatan yang dengan cuma-cuma dikaruniakan, Rom 3:24 dll, daya yang terkandung dalam kematian dan kebangkitan Kristus, Rom 4:24 dst; 5:6-11, yang didalamnya orang turut serta oleh karena iman dan baptisan, Gal 3:26 dst; Rom 6:3-11; penguraian mengenai panggilan bangsa manusia menjadi anak-anak Allah, Gal 4:1-7; Rom 8:14-17, mengenai kasih Allah yang berhikmat, yang adil dan setia dalam menyelenggarakan rencana penyelamatanNya yang terlaksana tahap demi tahap, Rom 3:21-26; 8:31-39. Pandangan akhir zaman tetap tinggal; sebab kita memang diselamatkan dalam pengharapan, Rom 5:1-11; 8:24. Tetapi sama seperti dalam surat-surat kepada jemaat di Korintus, tekanan terletak pada keselamatan yang sudah dimulai sekarang; Roh yang dijanjikan sudah dimiliki sebagai "karunia-sulung, Rom 8:23, sekarang orang-orang Kristen sudah siap hidup dalam Kristus, Rom 6:11, dan Kristus hidup di dalam mereka Gal 2:20.
Dengan demikian maka surat kepada jemaat di Roma menyajikan sebuah sintesa pemikiran teologis Paulus yang mengesankan, sebuah sintesa yang ada di antara yang sangat bagus. Namun demikian sintesa itu bukanlah sintesa sempurna dan lengkap dan bukan pula seluruh ajaran Paulus. Pertikaian yang dilancarkan oleh Luther mengakibatkan bahwa surat Rom ini terlaly diutamakan, hal mana sungguh merugikan, kalau surat-surat lain lain tidak diikut-sertakan sebagai pelengkap, sehingga surat Rom ditempatkan dalam sebuah sintesa yang lebih luas.
Filipi; th. 56-57
Kota Filipi adalah sebuah kota penting di Makedonia dan didiami oleh orang-orang Roma yang merantau. Dalam perjalanannya yang kedua dalam th. 50 Paulus mewartakan Injil di situ, Kis 16:12-40. Selama perjalanannya yang ketiga, Paulus masih dua kali singgah di kota Filipi, yaitu di musim rontok th. 57, Kis 20:1-2, dan sekitar Paskah th. 58, Kis 20:3-6. Kaum beriman yang oleh Paulus direbut bagi Kristus di Filipi menyatakan kasih yang mengharukan hati kepada Rasul mereka dengan mengirimkan bantuan kepadanya di Tesalonika, Flp 4:16, dan kemudian di Korintus 2Kor 11:9. Dengan menulis surat ini kepada jemaat itu Paulus justru bermaksud mengucapkan terima kasih karena bantuan yang diterimanya melalui Epafroditus, utusan jemaat di Filipi, yang membawa sumbangan yang baru, Fil 4:10-20, Paulus yang pada umumnya takut-takut kalau memberi kesan seolah- olah mencari untungnya sendiri, Kis 8:3, dengan rela hati menyambut bantuan dari jemaat Filipi. Dengan jalan itu ia menyatakan menaruh kepercayaan luar biasa kepada jemaat itu.
Waktu menulis surat itu Paulus sedang dalam tahanan, Flp 1:7, 12-17. Lama sekali orang beranggapan bahwa ini penahanan pertama di Roma. Tetapi hubungan yang begitu mudah dan demikian kerap kelihatannya, 2:25-30, antara jemaat Filipi dan Paulus sedang Paulus ditemani Epafroditus, mengherankan, seandainya Paulus sungguh di Roma yang terlalu jauh letaknya. Seandainya Paulus berada di Roma (atau di Kaisarea di Palestina, tempat ia juga pernah ditahan sebagaimana diketahui), maka sukar dipahami bahwa bantuan berupa uang yang dikirim jemaat di Filipi melalui Epafroditus itu merupakan kesempatan pertama yang mereka peroleh untuk menolong Sang Rasul setelah mengamalkan kasihnya waktu perjalanan Paulus yang kedua, 4:10, 16. Sebab memanglah Paulus masih singgah dua kali pada mereka dalam perjalanannya yang ketiga. Hanya lebih mudah dimengerti, kalau Paulus menulis surat itu sebelum kedua kunjungan tersebut. Kiranya Paulus berada di Efesus selama th. 56/57 sementara mengharapkan dapat pergi ke Makedonia sesudah dilepaskan (bdk Flp 1:26; 2:19-24 dan Kis 19:21 dst; 20:1; 1Kor 16:5). Kenyataan bahwa Paulus berkata tentang "Pretorium" (terj.: istana) dalam Flp 1:13 dan tentang "rumah/keluarga Kaisar" (terj.: istana Kaisar) dalam 4:22, tidak perlu menjadi kesulitan. Sebab di kota-kota besar, khususnya di Efesus, ada pasukan pengawal pribadi, sama seperti di Roma sendiri yang mengawal wali negeri. Memanglah kita tahu apa-apa tentang penahanan Paulus di Efesus. Tetapi inipun tak perlu menjadi kesulitan yang tak teratasi. Sebab Lukas hanya menceritakan sedikit saja tentang ketiga tahun Paulus tinggal di kota itu, sedangkan Palus sendiri menyiratkan bahwa di sana menghadapi kesulitan berat, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10.
Kalau hipotesa tersebut diterima maka Flp perlu dipisahkan dari Kol, Ef, dan Flm dan didekatkan pada "surat-surat besar", khususnya pada 1Kor. Kedua surat ini tidak bertentangan satu sama lai, tetapi sebaliknya sangat berdekatan baik dari segi sastra maupun dari segi ajaran. Hanya Flp kurang berupa ajaran. Ini lebih- lebih berupa peluapan hati, tukar berita dan peringatan terhadap "pekerja- pekerja jahat", yang di mana-mana merongrong karya Sang Rasul, sehingga boleh jadi juga menyerang jemaat terkasih di Filipi; terutama Flp berupa seruan supaya kaum beriman bersatu dalam kerendahan hati. Seruan itulah yang bagi kita menghasilkan 2:6-11 mengenai perendahan Kristus. Boleh jadi madah yang mengharukan hati itu dikutip oleh Paulus atau merupakan ciptaan Paulus sendiri. Tetapi bagaimanapun juga lagu itu memberikan kesaksian yang berharga mengenai kepercayaan umat Kristen pruba akan kepra-adaan ilahi Yesus.
Tidak ada orang yang meragukan bahwa Flp benar-benar dikarang oleh Paulus. Hanya dapat dipersoalkan apakah surat itu barangkali penggabungan beberapa surat kecil yang aslinya tersendiri. Tetapi ini berupa dugaan belaka.
Ef, Kol, Flm; th. 61-63.
Surat kepada jemaat di Efesus, kepada jemaat di Kolose dan kepada Filemon ternyata sebuah kelompok tersendiri. Ketiga karangan itu sangat erat hubungannya; baik Kol 4:9 maupun Flm 12 berkata tentang Onesimus yang mau dikirim Paulus; Tikhikus disebut dalam Kol 4:7 dst dan dalam Ef 6:21 dst; teman- teman Paulus yang sama tampil dalam Kol 4:10-14 dan dalam Flm 23-24; ditinjau dari segi sastra dan dari segi ajaran ada banyak kesamaan antara Ef dan Kol; Paulus masih dipenjara, Flm 1:9 dst; 13, 23; Kol 4:3, 10, 18; Ef 3:1; 4:1; 6:20, dan tentu saja di Roma (antara th. 61 dan 63), dan bukan di Kaisarea atau di Efesus. Kalau di Kaisarea sukar menerangkan bahwa Markus dan Onesimus ada pada Paulus, sedangkan tentang kehadiran Lukas di Efesus bersama Paulus tidak ada berita apapun. Kecuali itu perbedaan gaya bahasa dan kemajuan dalam ajaran mengandaikan jangka waktu cukup lama antara "surat-surat besar" (Kor, Gal, Rom) dan Ef serta Kol. Dalam jangka waktu itu timbullah sebuah krisis. Dari Kolose, di mana Paulus sendiri tidak mewartakan Injil, 1:4; 2:1, datanglah wakilnya Epafras, 1:7, membawa berita yang mengkhawatirkan, Paulus menjadi prihatin dan segera menanggapi berita itu dengan sepucuk surat kepada jemaat di Kolose; surat itu dibawa ke sana oleh Tikhikus. Tetapi reaksinya terhadap bahaya yang baru itu memperdalam pikiran Sang Rasul. Sama seperti Rom dipakai untuk mengatur pikiran- pikiran yang tercetus dalam Gal, demikianpun sekarang Paulus menulis sepucuk surat lain lagi, di sana ia menyusun ajarannya dengan berpedoman sebuah titik pandangan yang dipaksakan kepadanya oleh pertikaian di Kolose. Sintesa yang mengagumkan itu tidak lain kecuali "surat kepada jemaat di Efesus". Hanya judul semacam itu (yang dalam surat sendiri tidak pasti juga, bdk Ef 1:1+) dapat menipu. Paulus sesungguhnya tidak menulis kepada orang-orang Efesus, tempat ia tinggal selama tiga tahun, melainkan kepada kaum berimann pada umumnya, bdk Ef 1:15; 3:2-4, khususnya kepada jemaat-jemaat di lembah-lembah pegunungan Lisia tempat surat itu diedarkan, Kol 4:16.
Sementara ahli pernah menolak keaslian kedua surat tersebut. Tetapi Kol dewasa ini lebih umum diterima sebagai karangan Paulus dan pendapat itu memang cukup berdasar. Gagasan-gagasan utama Paulus terdapat dalam Kol, dan kalau ada juga pikiran-pikiran baru maka halnya mudah dijelaskan dengan menunjuk kepada keadaan baru yang harus dihadapi Paulus. Hal yang sama dapat dikatakan tentang Ef juga, tetapi surat ini tetap sangat diragukan keasliannya. Namun demikian karena surat itu ternyata hasil seorang pemikir yang berbakat maka sukar diterima bahwa dikarang oleh seorang murid Paulus. Sudah barang tentu gaya bahasa Kol dan Ef yang bertutur panjang, ada kalanya berlebih-lebihan, itu berbeda sekali dengan pemikiran pendek, padat dan tegang seperti terdapat dalam surat yang dahulu. Tetapi hal itu cukup dapat diterangkan juga, oleh karena Paulus kini mengamati ufuk baru yang jauh lebih luas. Selebihnya Paulus menggunakan macam-macam gaya bahasa dan dalam 2Kor 9:8-14 atau Rom 3:23-26 dll sudah terdapat contoh-contoh gaya bahasa kontemplatip dan lebih kurang liturgis yang sepenuh-penuhnya berkembang dalam Kol dan Ef. Satu-satunya kesulitan yang sesungguhnya berasal dari kenyataan bahwa beberapa bagian dari Ef lebih kurang secara harafiah dan ada kalanya secara salah memungut pengungkapan-pengungkapan dari Kol. Hanya Paulus tidak pernah menulis surat-suratnya dengan tangannya sendiri dari awal sampai akhir. Maka gejala tersebut dapat diterangkan dengan berkata bahwa seorang murid memainkan peranan besar dalam menyusun Ef.
Adapun bahaya yang mengancam di Kolose berasal dari pemikiran berlebih-lebihan berdasarkan pandangan-pandangan Yahudi, Kol 2:16, yang bercampur-baur dengan filsafaf ke-Yunanian. Pemikiran-pemikiran berlebih-lebihan tersebut memberi kepada daya-daya sorgawi yang memimpin jalannya jagat raya sebuah peranan begitu penting sehingga menurunkan kedudukan utama Kristus. Paulus menerima saja adanya daya-daya semacam itu tanpa meragukan kegiatannya; ia bahkan menyamakannya dengan malaikat-malaikat yang terdapat dalam tradisi Yahudi, bdk 2:15. Hanya ia menerimanya untuk menempatkannya di tempatnya yang wajar dalam rencana penyelamatan Allah. Mereka telah berperan sebagai pengantara dan pengurus hukum Taurat. Tetapi kini peranannya sudah habis sama sekali. Dengan menciptakan suatu dunia baru maka Kristus Kirios sendiri menangani pemerintahan dunia semesta. PeninggianNya di sorga sudah menempatkan Kristus di atas daya-daya kosmis yang telah dilucuti kekuasaannya dahulu, 2:15. Memanglah sejak awal penciptaan Kristus sudah menguasai kekuasaan-kekuasaan itu, sebab Dialah Anak dan Gambar Bapa. Tetapi dalam ciptaan baru Kristus menguasai daya-daya itu sebagai Kepalanya dan secara depinitip, oleh karena telah mempersatukan di dalam diriNya segenap "Ple-roma", artinya kepenuhan beradanya, baik beradanya Allah maupun beradanya dunia di dalam Allah, 1:13-20. Oleh karena sudah dibebaskan dari "unsur-unsur dunia" (terj.: roh-roh dunia), 2:8, 20, berkat persatuannya dengan Kepala dan oleh karena mengambil bagian dalam KepenuhannNya, 2:10, maka orang- orang Kristen tidak perlu menaklukkan diri kepada kekuasaan lalim "unsur-unsur dunia" itu dengan menepati macam-macam aturan yang sudah ketinggalan zaman dan tidak berguna lagi, 2:16-23. Melalui baptisan mereka sudah dipersatukan dengan Kristus yang wafat dan bangkit, 2:11-13 dan menjadi anggota TubuhNya. Dan hidup baru hanya mereka terima dari Kristus yang menjadi Kepala yang menghidupkan, 2:19. Memanglah Paulus tetap menaruh minat utamanya pada keselamatan Kristen, tetapi karena pertikaian itu ia memperluas karya Kristus sampai merangkum seluruh dunia dan jagat raya. Di samping bangsa manusia yang diselamatkan itu seluruh jagat raya yang menjadi latar belakang dan rangka umat manusia dimasukkan Paulus ke dalam karya Kristus. Maka jagat raya secara tak langsung ditempatkan juga di bawah kekuasaan satu-satunya Tuhan, ialah Kristus. Pemikiran semacam itulah mengakibatkan bahwa gagasan "Tubuh Kristus" yang dirintis dahulu, 1Kor 12:12+, diperkembangkan lebih jauh dengan menekankan Kristus sebagai kepala Tubuh-Nya; bahwa karya penyelamatan diperluas sampai merangkum dunia semesta; bahwa pemandangan diperlebar sehingga Kristus terutama dilihat sebagai pemenang sorgawi, sedangkan Gereja sebagai persatuan menyeluruh dibangun menuju Kristus sorgawi; bahwa eskatologi yang sudah terujud lebih ditekankan, bdk Ef 2:6+.
Pemandangan seperti di atas terulang dalam Ef. Tetapi usaha untuk menaruh daya- daya sorgawi yang terlalu dinilai itu pada tempatnya yang wajar sudah menghasilkan buahnya, Ef 1:20-22. Maka perhatian terutama diarahkan kepada Gereja. Ia merupakan Tubuh Kristus yang meluas sampai menjadi Jagat raya baru, Kepenuhan Dia yang memenuhi semua dan segala sesuatu, 1:23+. Dalam pemandangan yang paling tinggi yang merupakan puncak segenap karyanya ini Paulus memungut beberapa pikiran dari masa dahulu untuk menempatkannya di dalam sintesa yang dicapainya. Teristimewanya ia memikirkan kembali persoalan yang dibahasnya dalam surat kepada jemaat di Roma, yang berupa puncak dalam tahap pemikirannya dahulu. Ia tidak hanya dengan sepintas lalu meningkatkan pandangannya mengenai keadaan lampau bangsa manusia yang berdosa dan keselamatan yang dengan cuma-cuma dianugerahkan melalui Kristus, 2:1-10, tetapi juga memikirkan kembali masalah hubungan antara bangsa-agama Yahudi dan jemaat Kristen yang dahulu menggelisahkannya, Rom 9-11. Dan kini persoalan itu dilihatnya dengan berlatar belakang eskatologis yang sudah terlaksana: kini kedua kelompok itu nampak baginya sebagai bersatu karena diperdamaikan di dalam satu orang Manusia baru, sehingga bersama-sama di perjalanan menuju Bapa, Ef 2:11-22. Dan justru kenyataan bahwa kaum kafir juga dapat memperoleh keselamatan Israel dalam diri Kristus itu adalah "rahasia khendak Allah", 1:9; 3:3-6, 96:19; Kol 1:27; 2:2; 4:3. Dan mengingat rahasia itulah Paulus pada akhir hidupnya dapat mengemukakan pikiran yang tidak ada tara bandingnya: mengingat Hikmat Allah tak berbatas yang menyatakan diri dalam rahasia itu, 3:9 dst; Kol. 2:3; mengenai kasih Kristus yang tak terselami, yang nampak pula dalam rahasia itu, Ef 3:18 dst; tentang dirinya sendiri, yang terhina di antara para rasul namun oleh Allah dengan cuma-cuma dipilih menjadi pelayan rahasiaNya itu, 1:3-14. Dan akhir- tujuan rahasia itu tidak lain kecuali pernikahan Kristus dengan bangsa yang selamat, ialah Gereja, 5:22-23.
Surat kepada Filemon ditulis pada waktu yang sama dengan ditulisnya Kol dan Ef. Ia dialamatkan kepada seorang Kristen yang oleh Paulus sendiri ditobatkan, ay 9. Di dalam surat kecil itu Paulus memberitahukan bahwa seorang budak bernama Onesimus yang melarikan diri dan oleh Paulus direbut bagi Kristus akan kembali kepada majikannya, ay 10. Dengan tangannya sendiri ay 19, Paulus menulis surat kecil ini yang dengan bagusnya menyoroti kehalusan hati Paulus. Ini juga penting oleh karena memberitakan kepada kita bagaimana Paulus memecahkan masalah perbudakan, Rom 6:15+; meskipun hubungan sosial antara majikan dan budak tetap sama seperti dahulu, namun seorang majikan Kristen dan seorang budak Kristen selanjutnya harus hidup sebagai bersaudara untuk mengabdi Majikan yang sama, ay 16 bdk Kol 3:22-4:1.
1Tim, Tit, 2Tim ; th 65-67
Surat-surat kepada Timotius dan surat kepada Titus sangat berdekatan satu sama lain karena isi, latar belakang historis dan bentuknya. Dua di antaranya rupanya ditulis di Makedonia: yang satu dialamatkan kepada Timotius, yang waktu di Efesus, 1Tim 1:3, di mana Paulus berharap tidak lama lagi dapat bertemu dengannya, 3:14; 4:13, sedangkan yang lain dialamatkan kepada Titus yang oleh Paulus ditinggalkan di pulau Kreta, Tit 1:5. Paulus merencanakan tinggal di Nikopolis ( di Epirus) selama musim dingin dan Titus hendaknya berkumpul dengannya di situ, Tit 3:12. Waktu menulis 2Tim Paulus sedang di penjara di Roma, 1:8, 16 dst; 2:9, setelah singgah di Troas, 4:13 dan Miletus, 4:20. Keadaan Paulus gawat sekali, 4:16, dan ia merasa bahwa ajalnya sudah dekat, 4:6- 8, 18. Ia seorang diri dan mendesak supaya Timotius secepat mungkin datang, 4:9- 16, 21. Meskipun ada kesamaan kecil namun keadaan itu tidak berkesusaian dengan penahanan Paulus di Roma selama th. 61-63 dan tidak pula dengan perjalanan yang mendahuluinya. Ada cukup banyak ahli yang mengambil kesimpulan bahwa ketiga surat itu bukan karangan Paulus, seorang lain mau menjiplak Paulus dan mengkhayalkan catatan-catatan mengenai hal-ihwal Paulus supaya karangan- karangannya nampaknya bersifat historis dan dapat disebar-luaskan dengan nama dan kewibawaan Paulus. Tetapi hipotesa semacam itu tidak perlu sama sekali. Tidak ada bukti satupun bahwa Paulus mati selama penahanannya yang pertama; sebaliknya Kis 28:30 menyarankan bahwa ia dibebaskan. Jadi Paulus dapat mengadakan perjalanan-perjalanan lain lagi, barangkali lebih dahulu di negeri Spanyol sebagaimana ia merencanakannya, Rom 15:24, 28, dan kemudian di sebelah timur, sebagaimana juga direncankan, Flm 22. Mudah saja 1Tim dan Tit ditinggalkan sekitar th. 65 selama suatu perjalanan melalui pulau Kreta, Asia Kecil, Makedonia dan Yunani. Keadaan yang tampil dalam 2Tim adalah situasi penahanan baru yang kali ini berakhir dengan sial. Surat yang merupakan nasehat Paulus ini kiranya ditulis tidak lama sebelum kemartiran Paulus dalam th. 67.
Ketiga surat tersebut dialamatkan kepada dua murid Paulus yang paling setiawan, Kis 16:1+; 2Kor 2:13+. Di dalamnya termuat sejumlah petunjuk bagaimana mengorganisasi jemaat-jemaat Kristen yang oleh Paulus dipercayakan kepada mereka. Itulah sebabnya maka sejak abad XVIII surat-surat itu biasanya disebut "Surat-surat Pastoral (Gembala)." Beberapa ahli berpendapat bahwa surat-surat itu mengandaikan tahap perkembangan dalam tata pemerintahan umat yang baru terjadi sesudah Paulus mati. Tetapi pendapat ini kurang tepat. Sebab surat-surat itu sebenarnya mengandaikan sebuah tahap perkembangan umat yang sangat mungkin sudah tercapai menjelang akhir hidup Paulus. Sebutan "episkopos" (penilik) masih searti dengan sebutan "presbiter" (terj. penatua) Tit 1:5-7, seperti juga dahulu, Kis 20:17 dan 28, sesuai dengan susunan jemaat-jemaat dahulu yang dipimpin oleh sebuah dewan penatua, Tit 1:5+. Belum ada sama sekali seorang "uskup" yang seorang diri menjadi pemimpin tertinggi jemaat. Tokoh semacam itu baru tampil dalam surat-surat Ignasius dari Anthiokia. Hanya perkembangan ke jurusan itu sudah dirintiskan : meskipun beberapa jemaat dipercayakan kepada Timotius dan Titus yang tidak terikat pada satu di antaranya, Tit 1:5, namun kedua wakil Paulus itu memegang kewibawaan rasuli, yang tidak lama lagi harus diserahkan kepada orang-orang lain oleh karena para rasul menghilang. Dan tidak lama kemudian kewibawaan rasuli itu diberi kepada ketua sebuah dewan penatua, dan ketua itu tidak lain kecuali uskup. Tahap peralihan sebagaimana tampil dalam surat-surat pastoral justru menjadi bukti bahwa surat-surat itu benar-benar karangan Paulus. Sebab dengan maksud apa seorang pemalsu dapat mengkhayalkan tahap semacam itu? Perlu diperhatikan juga bahwa "penilik" dan "penatua" itu bukan hanya pengurus harta-benda dan perkara materiil lain, tetapi juga dan terutama bertugas mengajar dan memimpin, 1Tim 3:2, 5; 5:17; Tit 1:7, 9. Dengan demikian maka "penilik" dan "penatua" itu sungguh-sungguh moyang dari uskup dan iman dalam Gereja Katolik sekarang.
Sementara ahli berpendapat bahwa desakan untuk berpegang teguh pada "ajaran sehat", 1Tim 1:10 dll, dan memelihara "depositum fidei" (terj.: apa yang dipercayakan kepadamu), 1Tim 6:20; 2Tim 1:14, tidak layak bagi Paulus, seorang pemikir teologis yang berani dan orisinil. Tetapi keterangan dan desakan semacam itu nampaknya sesuai sekali dengan Sang Rasul yang dekat pada ajalnya dan memperingati pembantu-pembantunya yang masih muda berhubung dengan pemikiran- pemikiran yang membahayakan. Sebab Paulus sudah mengamati bahwa jemaat-jemaat itu ada selara untuk pembaharuan-pembaharuan yang dapat menghancurkan iman, 1Tim 1:19. Dan ini tentu saja bukan ajaran dari gnostik dalam abad II yang mau ditentang oleh seorang pemalsu yang menyamar sebagai Paulus. "Soal-soal yang dicari-cari", 1Tim 6:4, "dongeng-dongeng dan silsilah yang tiada putus- putusnya", 1Tim 1:4, "dongeng-dongeng Yahudi", Tit 1:14 dan "percekcokan dan pertengkaran mengenai hukum Taurat", Tit 3:9, yang bercampur dengan aturan- aturan askese yang keras, 1Tim 4:3, kiranya berasal dari orang-orang Yahudi yang berkebudayaan Yunani dan suka mencampurkan segala sesuatunya. Paulus terpaksa sudah menghadapi mereka waktu krisis dalam jemaat di Kolose.
Sudah barang tentu bahasa yang dipakai dalam surat-surat ini tidak mempunyai ciri-ciri bahasa Paulus. Gaya bahasanya sangat lancar, berbeda sekali dengan gaya yang berapi-api dan yang kekayaannya melimpah-limpah, seperti yang dipakai oleh Paulus dalam surat-suratnya dahulu. Bahkan perbendaharaan katapun berbeda dengan perbendaharaan kata yang lazim pada Paulu. Ada orang yang berkata, bahwa usia lanjut Paulus dan keadaannya sebagai orang tahanan dapat menjelaskan gejala semacam itu. Tetapi antara Kol, Ef dan Tim, Tit hanya ada jangka waktu paling- paling empat-lima tahun, sedangkan 1Tim dan Tit tidak ditulis dalam penjara. Juga usaha untuk membeda-bedakan dalam surat-surat pastoral beberapa surat-surat kecil baik yang berasal dari Paulus maupun yang bukan karangannya tidak sampai meyakinkan. Dari sebab itu sebaik-baiknya diandaikan bahwa seorang murid-penulis Sang Rasul berperan dalam menyusun surat-surat pastoral, sama seperti halnya dengan Ef. Kepada penulis itu Paulus memberikan kebebasan lebih besar dari yang lazim. Memang Lukas menyertai Paulus, 2Tim 4:11, dan ada orang yang mengira dapat menemukan kesamaan khusus antara gaya bahasa Lukas dan gaya bahasa surat- surat pastoral.
Ibr ; th. 67
Berbeda dengan semua surat lain, surat kepada orang-orang Ibrani sejak dahulu diragukan keasliannya. Bahwasannya surat ini termasuk Kitab Suci jarang dipersoalkan, tetapi dalam Gereja barat sampai akhir abad IV tidak diterima sebagai karangan Paulus, namun bentuk literer surat itu dipersoalkan (Klemens dari Aleksandria, Origenes). Memanglah bahasa dan gaya bahasa surat kepada orang-orang Ibrani adalah murni dan lancar dan pasti bukan bahasa atau gaya bahasa Paulus. Caranya surat ini mengutip dan menggunakan Perjanjian Lama bukanlah cara Paulus. Alamat dan kata pembuka yang lazim dalam surat-surat Paulus tidak ada sama sekali. Ajaran yang termuat dalam karangan itu mempunyai keserupaan dengan ajaran Paulus, tetapi sekaligus ajaran itu cukup asli, sehingga sukar diterima bahwa langsung berasal dari Paulus sendiri. Maka banyak ahli katolik dan bukan katolik dewasa ini sependapat dalam mengakui bahwa surat ini bukan karangan Paulus seperti surat-surat lain adalah karangannya, walaupun secara langsung atau tidak langsung Paulus mempengaruhi Ibr. Dan pengaruh itu begitu rupa sehingga dapat dipertanggung-jawabkan bahwa secara tradisionil surat itu dikelompokkan bersama dengan surat-surat Paulus.
Tetapi perbedaan muncul kalau dipersoalkan siapa sesungguhnya penulis Ibr yang tidak bernama itu. Segala macam nama sudah dikemukakan., misalnya Barnabas, Silas, Aristion, dll. Yang kiranya paling kena ialah Apolos, seorang Yahudi dari Aleksandria, yang kefasihan, semangat kerasulan dan kemahirannya dalam Alkitab dipuji oleh Lukas, Kis 18:24-28. Bakat-bakat itu ternyata tampil jelas dalam surat kepada orang-orang Ibrani; bahasa dan pimikirannya berbau bahasa dan pemikiran Aleksandria (Filo); kefasihannya dalam membela agama Kristen meyakinkan, sedangkan seluruh argumentasinya berdasar penafsiran Perjanjian Lama.
Seperti nama pengarangnya tidak dikenal dengan pasti, demikianpun halnya dengan tempat ditulisnya surat ini dan orang-orang yang dialamati. Rupanya pengarang tinggal di Italia, 13:24, dan menulis suratnya sebelum Bait Allah di Yerusalem dihancurkan (th. 70). Sebab itu ia berkata tentang ibadat dalam Bait Allah seolah-olah sesuatu yang masih terus berlangsung, 8:4 dst, dan ia menasehati pembacanya sehubungan dengan godaan untuk kembali ke ibadat itu. Tentu saja pengarang menekankan bahwa ibadat Musa mempunyai ciri sementara saja, tetapi sama sekali tidak berkata tentang bencana yang terjadi dalam th. 70, meskipun kejadian itu memang sangat mendukung pendapatnya. Selebihnya pengarang pasti menggunakan surat-surat yang ditulis Paulus dalam penjara (Ef, Flp, Kol). Maka surat kepada orang-orang Ibrani boleh diberi bertanggal sesudah th. 63, kiranya sekitar th. 67, kalau orang menerima bahwa apa yang dikatakan tentang krisis yang mendekat, sebagaimana dapat dirasakan dalam seruannya supaya sidang pembaca berpegang teguh pada kepercayaannya, 10:25 dll, mengenai gejala yang mendahului perang Yahudi.
Meskipun judul surat ini, ialah: "Kepada orang-orang Ibrani" baru muncul selama abad II, namun sangat cocok dengan isi karangan itu. Surat ini tidak hanya mengandalkan bahwa para pembaca berkenalan baik dengan Perjanjian Lama, tetapi juga bahwa mereka bekas Yahudi. Oleh karena Ibr begitu menekankan ibadat dan liturgi, maka orang bahkan berpikir kepada bekas imam-imam Yahudi, bdk Kis 6:7. Setelah masuk Kristen imam-imam itu terpaksa meninggalkan kota suci dan mengungsi ke tempat lain, barangkali ke salah satu kota di pantai, misalnya Kaisarea atau Antiokhia. Tetapi pengasingan itu memberati mereka, sehingga dengan rindu mengenangkan ibadat bersemarak yang diselenggarakan oleh kaum Lewi dan yang merekapun melayaninya dahulu. Kepercayaannya yang baru, yang masih kurang kuat dan kurang terdidik, mengecewakan mereka, apa lagi oleh karena terganggu oleh penganiayaan akibat kepercayaan itu. Maka timbullah godaan hebat untuk mengundurkan diri.
Surat kepada orang-orang Ibrani sekuat tenaga berusaha mencegah mereka dari menjadi murtad, 10; 19:39. Untuk mengobarkan semangat kaum buangan yang menjadi lesu dan kendor itu, maka Ibr menyajikan pandangan unggul mengenai hidup Kristen, yang dipikirkan sebagai sebuah ziarah, suatu perjalanan menuju istirahat yang dijanjikan, sebuah perjalanan ke Tanah Air dengan dibimbing oleh Kristus yang melebihi Musa, 3:1-6, dan dengan disinari cahaya iman-kepercayaan yang sudah memimpin para bapa bangsanya, orang-orang Yahudi waktu keluaran dan semua orang suci dari Perjanjian Lama, 3:7-4:11; 11. Dengan imamat lama dan ibadat kaum Lewi yang dirindukan sidang pembaca, si pengarang memperlawankan diri Kristus yang menjadi Imam menurut peraturan Melkisedek dan melebihi imamat Harun,
Ende: Roma (Pendahuluan Kitab) SURAT RASUL PAULUS KEPADA UMAT ROMA
KATA PENGANTAR
Menurut pendapat paling umum, surat kepada umat Roma ini ditulis oleh Paulus.
di Korintus pada awal...
SURAT RASUL PAULUS KEPADA UMAT ROMA
KATA PENGANTAR
Menurut pendapat paling umum, surat kepada umat Roma ini ditulis oleh Paulus. di Korintus pada awal tahun 58, mendjelang berangkatnja ke Jerusalem, guna menjampaikan hasil pendermaan dari umat-umat di Achaja dan Masedonia, bagi orang-orang miskin didalam umat induk disitu. Ia bermaksud, segera sesudah penjerahan resmi derma-derma tersebut, pergi ke Barat pula dan meluaskan wilajah kerajanja sampai ke Spanjol. Pada perdjalanan ke Spanjol itu ia bermaksud singgah di Roma dan hal ini mendjadi alasan tertulisnja surat ini. Ia hendak memberitahukan niatnja itu dan memperkenalkan diri dan maksud kundjungannja terlebih dahulu, sebab ia masih agak asing bagi umat itu, belum pernah berhubungan denganja, ketjuali dengan beberapa tokoh, jang dahulu mendjadi pembantu, kawan atau muridnja dilain-lain tempat. Bdl. 16:3-16. Umat itu dewasa itu sudah sangat besar dan menurut perkataan Paulus sendiri dalam 1:8 semangat imannja terkenal "diseluruh dunia". Lagi pula kedudukan umat ini teristimewa penting sebagai umat ibu-kota seluruh kekaiseran Roma, pusat pemerintahan dan kebudajaan Romawi. Sudah sewadjarnja semua itu menarik minat seorang rasul seperti Paulus. dan sebab itu sudah lama menimbulkan kerinduan untuk berkenalan dengan umat itu. Malahan ia merasa bertugas terhadapnja djuga. Umat itu bagian terbesar terdiri dari orang Romawi asli bekas penjembah dewa-dewa, dan bukankah ia. chususnja bertugas sebagai rasul terhadap segala bangsa-bangsa "kafir"? Untuk itu ia ditetapkan langsung oleh Kristus sendiri (Kis. Ras. 9:15), dan dengan resmi pula oleh umat Antiochia atas ilham Roh Kudus (Kis. Ras. 13:2-3), dan achirnja oleh persetudjuan dengan "tiang-tiang agung" Geredja, ialah Petrus, Joanes dan Jakobus (Gal. 2:7-10). Oleh sebab itu ia tidak mau datang dengan tangan kosong, melainkan dengan kepenuhan berkat Kristus (15:29), dan sekedar membagikan iman mereka (1-11). Namun demikian ia tidak mau membangunkan. diatas dasar jang diletakkan oleh orang lain (15:20-22), artinja ia tidak mau tjampur- tangan dalam urusan-urusan umat. Dan memang dasar umat itu sudah teguh berdiri. Siapakah jang meletakkan dasar itu tidak terang. Ada hanja beberapa berita bersifat riwajat lisan jang sebagian amat kabur. Mungkin pangkal mula umat ialah orang-orang jang didalam Kis. Ras. 2.10 disebut "orang Jahudi dan proselit dari Roma", jang turut menjaksikan peristiwa Pentekosta di Jerusalem. Tetapi perkembangan pesat dan keteguhan iman membuktikan, bahwa pendiri dan pemimpin umat itu tentu seorang rasul unggul dan ada hal-hal dan berita-berita jang menundjuk kepada Petrus. Menurut berita-berita purba jang agak kabur, Petrus sudah bekerdja disitu waktu pemerintahan kaiser Klaudius antara. 42 dan 49, dan datang kesana langsung atau tak langsung, sesudah ,pergi kesuatu tempat lain" (Kis. Ras. 12:17). Memang diwaktu itu umat sudah besar, tentu terutama diantara orang Jahudi, jang golongannja di Roma dewasa itu beberapa ribu orang. Hal itu terkesan oleh berita Suetonius, periwajat hidup Klaudius, jang menulis, bahwa dimasa itu terdjadi suatu pergolakan diantara orang-orang Jahudi, disebabkan oleh seorang bernama Chrestos dan mengakibatkan Klaudius mengusir semua orang Jahudi dari Roma. Bdl. Kis. Ras. 18:2. Berita-berita bahwa Petrus kemudian bekerdja di Roma dan mati sebagai martir disitu tidak dapat disangkal kebenarannja. Diantaranja misalnja berita, bahwa Markus menulis Indjilnja di Roma, berdasarkan pengadjaran Petrus disitu dan atas permintaan orang Roma. la dinamakan djuru-bahasa Petrus.
Bahwa diwaktu Paulus menulis surat ini, dan datang, sebagai tahanan ke Roma, umat disitu besar dan teguh imanja, njata dibuktikan beberapa tahun kemudian, dalam pengedjaran Nero terhadap mereka. Penulis sedjarah Romawi, Tasitus, menulis, bahwa orang-orang jang disebut "Chrestiani", sedjumlah teramat besar (ingens multitudo) ditangkap dan disiksakan (dibunuh) sebengis-bengisnja oleh kaisar Nero, bukannja seolah-olah mereka bersalah, sebagaimana tertuduh, melainkan karena kebentjian rakjat terhadap mereka dan kekedjaman satu orang (Nero).
Paulus hendak mengundjungi umat Roma sebab bertugas sebagai rasul bagi bangsa-bangsa penjembah dewa-dewa. Demikian menurut 1:5-7. Dan dalam membatja surat ini kita memang mendapat kesan-kesan, bahwa surat ini chususnja ditudjukan kepada orang-orang bekas penjembah dewa-dewa. Tentu sadja ada segolongan bangsa Jahudi djuga dalam umat Roma, jang tidak diabaikan oleh Paulus. Tetapi kalau ia didalam surat, misalnja dalam bab 2, langsung menjapa orang Jahudi, hal itu bukan berarti, bahwa uraian bersangkutan chusus ditudjukan kepada mereka. Isinja sama penting bagi segala anggota umat. Metodos Paulus disini, memberi pengertian djelas dengan mempertahankan kebenaran Indjil dengan salah paham Jahudi. Dan kalau dalam pada itu menjapa orang Jahudi, itu dapat dan harus ditafsirkan sebagai akal suatu gajabahasa setperti terdapat dalam Rom. 7,7-25. Mengenai tudjuan surat untuk menjatakan niat mengundjungi umat dan memperkenalkan diri serta maksud kedatangannja, tentu sadja tjukup suatu surat pendek, jang misalnja meliputi isi 1:1-15 dan 15:22-29. Tetapi dalam kegiatan kerasulannja Paulus tidak dapat mentjukupkan diri dengan suatu berita pendek itu. Disini sudah ia tidak mau datang dengan tangan kosong. Dan sjukurlah bagi seluruh Geredja untuk segala abad, ia mendapat ilham dalam menulis surat ini untuk terdahulu memaparkan isi "Indjil"nja, jang akan dibitjarakan setjara lisan pada perkundjungannja. Kita sudah tahu apakah arti "Indjil"nja itu, jaitu Indjil Kristus dengan menondjolkan apa jang chususnja mendjadi kabar gembira bagi bangsa-bangsa bukan Jahudi, jaitu bahwa Kristus sebagai Penebus telah datang untuk menjelamatkan seluruh bangsa manusia, baik Jahudi, maupun bangsa-bangsa jang masih disebut "kafir". Paulus menerangkan djalan, sjarat-sjarat dan hakekat penjelamatan itu. Djalan pikiran Paulus dalam surat ini dalam garis-garis besarnja adalah seperti berikut:
Seluruh umat manusia, turunan Adam meringkuk dalam perhambaan kepada dosa. Dosa itu pada hakekatnja terletak dalam terputusnja hubungan tjinta dengan Allah dan disebut djuga "murka" Allah. Akibatnja keruntuhan achlak jang mengerikan dan achirnja kebinasaan abadi. Tak seorang manusiapun mampu membebaskan diri dari perhambaan itu, dan dari sendirinja mendekati Allah.
Dalam kerahimanNja Allah dari kekal sudah merentjanakan menjelamatkan manusia dari keadaan itu. PenjelenggaraanNja telah didjandjikanNja kepada Abraham dan para turunannja dan makin lama makin djelas disediakanNja didalam Perdjandjian Lama.
Rentjana dan djandji itu sudah dilaksanakan oleh dan dalam Kristus. Ia telah menebus dosa manusia dengan darahnja dan memperdamaikan bangsa manusia dengan Allah Pula.
Keadaan manusia tertebus dinamakan Paulus "dikaiosine", artinja kebenaran.Manusia 'jang "pertjaja akan Kristus", "dibenarkan" oleh Allah, artinja dosanja dihapus dan Allah memberinja suatu hidup baru, jang berwudjud mempunjai bagian dalam hidup Allah sendiri dan diangkat mendjadi anak Allah sedjati dan ahliwaris kemuliaanNja. Dengan setegas-tegasnja Paulus menekankan, bahwa kebenaran itu diberikan sebagai anugerah, melulu berdasarkan kerahiman Allah dan tjintaNja jang semata-mata bebas, Manusia sendiri tidak mampu memperolehnja dengan djasanja sendiri, seperti dengan mengamalkan hukum taurat menurut salah paham orang Jahudi. Jang dituntut dari si manusia, ialah hanja kepertjajaan akan Kristus. Mengenai pengertian "kepertjajaan" dalam bahasa Paulus, batjalah kata pendahuluan II, hal. 538 (tjetakan V 1968).
Dalam menekankan, bahwa pengamalan hukum taurat samasekali tidak diperhitungkan Allah dalam membedakan manusia, Paulus tiba Pula ditengah-tengah perdjuangan dengan salah paham orang Jahudi tersebut, jang sudah kita kenal dari suratnja kepada umat-umat di Galatia. Tetapi apa jang dipergunakan Paulus dengan semangat dalam surat itu, didalam surat ini diuraikannja dengan tenang dan lebih landjut dan mendalam.
Itu memberi pula kepadanja suatu kesempatan, untuk mendjelaskan pokok sikap kaum Jahudi, dan nasibnja jang diperhitungkan Allah dalam rentjana penjelenggaraannja. Achirnja mereka akan insjaf, sehingga djandji Allah kepada Abraham dan bangsa Jahudi umumnja, dapat ditepati oleh Allah bagi bangsa Israel dalam keseluruhannja. Mulai bab 12 Paulus memberi pengadjaran praktis, bagaimana umat harus hidup sesuai dengan martabat baru dalam kesusilaan sempurna chususnja dengan mengamalkan tjinta-kasih.
Hagelberg: Roma (Pendahuluan Kitab) PENDAHULUAN
Pendahuluan
Keunikan Surat Roma
Surat Roma adalah satu-satunya surat yang ditulis oleh Paulus kepada jemaat yang belum dikenalnya. Oleh k...
PENDAHULUAN
Pendahuluan
Keunikan Surat Roma
Surat Roma adalah satu-satunya surat yang ditulis oleh Paulus kepada jemaat yang belum dikenalnya. Oleh karena itu, Surat Roma tidak banyak dipengaruhi dengan situasi dan kondisi jemaat Roma, sehingga surat ini lebih bersifat obyektif. Sifat Injil Kristus diuraikan secara lengkap dan teratur.1
Kata-Kata Kunci dalam Surat Roma
Ada beberapa kata yang menonjol sebagai kata kunci untuk memahami Surat Roma secara tepat. Kata-kata yang berikut ini layak dipelajari:
aiwn/aion
"Sampai aiwn lepas aiwn" diterjemahkan "selama-lamanya," dan aiwn sendiri diterjemahkan "dunia," karena istilah ini mengandung unsur "zaman" dan juga "dunia."
Roma 1:25, 9:5, 11:36, 12:2, 16:27
aiwniov/aionios
"kekal," "abadi," "berabad-abad"
Roma 2:7, 5:21, 6:22, 6:23, 16:25, 16:26
dikaiov/dikaios
Istilah ini berarti "benar," atau "adil."
Roma 1:17, 2:13, 3:10, 3:26, 5:7, 5:19, dan 7:12.
dikaiosunh/dikaiosune
Istilah ini berarti "kebenaran," atau "keadilan."
Roma 1:17, 3:5, 3:21, 3:25, 3:26, 4:3, 4:5, 4:6, 4:9, 4:11, dst.
pisteuw/pisteuo
Roma 1:16, 3:2, 3:22, 4:3, 4:5, 4:11, 4:17, 4:18, 4:24, 6:8, 9:33, dst.
Kata kerja ini berarti "percaya."
pistiv/pistis
Roma 1:5, 1:8, 1:12, 1:17, 1:17, 3:3, 3:22, 3:25, 3:26, 3:27, 3:28, dst.
Istilah ini berarti "iman."2
Penulis Surat Roma
Memang pernah ada perdebatan mengenai identitas penulis Surat Roma. Sarjana liberal berusaha untuk meyakinkan pendapat mereka bahwa Paulus tidak menulis Surat Roma. Tetapi perdebatan tersebut sudah dapat diatasi, dan hampir semua mengakui Rasul Paulus sebagai penulis Surat Roma. Paulus disebut sebagai penulis di dalam pasal 1:1, dan banyak yang dikatakan oleh penulis surat ini cocok dengan apa yang dikatakan mengenai Rasul Paulus di dalam KPR dan surat-surat lain. Bandingkanlah Roma 15:25-27 dengan KPR 19:21, 20:1-5, 21:15-19, I Korintus 16:1-5, II Korintus 8:1-12, dan 9:1-5 mengenai perjalanan Paulus ke Yerusalem dengan persembahan dari Makedonia. Menurut Roma 11:1 dan Filipi 3:5 dia berasal dari suku Benyamin. Menurut Roma 16:3 dan KPR 18:2-3, 18-19 dia mengenal Priska dan Akwila. Menurut Roma 1:10-15, 15:22-32, dan KPR 19:21 Paulus rindu mengunjungi mereka di Roma. Kesamaan-kesamaan ini menjadi bukti yang kuat pada apa yang telah dinyatakan oleh Roma 1:1, yaitu bahwa Rasul Paulus adalah pengarang dari surat ini!
Penerima Surat Roma
Asal-usul dari jemaat pembaca pertama ini tidak diketahui dengan pasti. Mungkin jemaat pertama di Roma didirikan oleh "pendatang-pendatang dari Roma" yang percaya kepada Kristus di Bait Allah pada Hari Pentakosta (KPR 2:10), setelah mereka pulang ke Roma. Mungkin juga orang-orang yang diinjili oleh Pauluslah yang mendirikan jemaat-jemaat Roma. Paulus menyebut 24 orang di Roma, termasuk orang-orang yang memimpin jemaat di rumah mereka masing-masing.
Menurut tradisi Katolik, jemaat Roma didirikan oleh Petrus pada tahun 42. Tetapi menurut KPR 15, Petrus berada di Yerusalem pada waktu Sidang Yerusalem diadakan (tahun 49), dan menurut konteks itu setelah sidang itu dia menetap di Yerusalem. Juga, kalau seandainya Petrus berada di Roma, aneh sekali bahwa dia tidak disebut-sebut oleh Paulus, apa lagi kalau di dalam II Petrus 3:15 Petrus menyebut Paulus sebagai "saudara kita yang kekasih." Karena Petrus tidak disebut-sebut dalam surat-surat Paulus yang ditulis di Roma, adalah janggal, jikalau Petrus ada di Roma.
Dalam jemaat-jemaat di Roma ada orang Yahudi. Menurut KPR 18:2 Akwila, yang disebut dalam Roma 16:5, adalah orang Yahudi, dan menurut Roma 16:7 dan 11 Andronikus, Yunias, dan Herodion adalah "temanku sebangsa." Selain itu, kita tahu bahwa di Roma ada orang-orang Yahudi yang diusir dari Roma waktu "kaisar Klaudius memerintahkan, supaya semua orang Yahudi meninggalkan Roma" (KPR 18:2). Rupanya orang-orang Yahudi sudah diperbolehkan untuk datang kembali sebelum Surat Roma ditulis. Kota Roma adalah ibu kota dari Kekaisaran Romawi, sehingga banyak orang dari seluruh daerah kekaisaran berminat untuk pindah ke sana.
Kalau diamati kelihatan bahwa Surat Roma dimaksudkan untuk orang Yahudi (2:17 dan 4:1) dan juga untuk orang yang bukan Yahudi (11:13 "Aku berkata kepada kamu, hai bangsa-bangsa bukan Yahudi"). Bahkan pasal-pasal 1:5-6, 1:13, 11:17-31, dan 15:14-16 memberi kesan bahwa banyak dari para pembacanya adalah orang bukan Yahudi. Cranfield3 menegaskan bahwapara pembacanya tidak bisa dikatakan mayoritas Yahudi, atau mayoritas bukan Yahudi. Singkatnya, ada banyak orang bukan Yahudi dan Yahudi di dalam jemaat-jemaat Kristen di Roma.
Tempat dan Tahun Penulisan Surat Roma
Dari Roma 15:25 kita tahu bahwa waktu surat ini ditulis, Paulus "sedang dalam perjalanan ke Yerusalem untuk mengantarkan bantuan kepada orang-orang kudus." Saat itu dia mau mengakhiri salah satu dari ketiga perjalanannya.
Dari Roma 15:23 kita tahu bahwa dia "tidak lagi mempunyai tempat kerja di daerah ini," dan dari pasal 15:19 kita mengerti bahwa maksudnya dengan "daerah ini" adalah "dari Yerusalem sampai ke Ilirikum." Ini berarti bahwa perjalanan yang diakhiri adalah perjalanan yang ketiga, karena sebelum perjalanannya yang ketiga dia tidak akan menyatakan bahwa pelayanannya sudah selesai.
Dalam Roma 16:1-2, "Aku meminta perhatianmu terhadap Febe, saudara kita yang melayani jemaat di Kengkrea... sebab ia sendiri telah memberikan bantuan kepada banyak orang, juga kepadaku sendiri" Surat Roma dikaitkan dengan "Kengkrea", yaitu pelabuhan sebelah barat dari kota Korintus.
Ada satu kaitan lagi dengan kota Korintus dalam pasal 16:23, di mana Gayus, "yang memberi tumpangan kepadaku," memberi salam kepada mereka di Roma. Mungkin Gayus ini adalah orang Korintus yang disebut di dalam I Korintus 1:14.
Menurut KPR 20:3 Paulus berada di tanah Yunani selama tiga bulan. Barangkali pada waktu itu dia di Korintus (ibu kota propinsi) atau Kengkrea, dan di situ dia menyusun Surat Roma.
Tahun penulisannya masih agak sulit ditentukan. Menurut Cranfield,4 surat ini pasti ditulis di antara akhir tahun 54 sampai awal tahun 59, dan kemungkinan besar di antara akhir tahun 55 sampai awal tahun 57.
Kesatuan Surat Roma
Beberapa naskah kuno dari Surat Roma tidak memuat pasal 15-16, dan beberapa bapa-bapa gereja tidak mengutip dari Roma 15-16. Juga, dalam beberapa naskah kuno, pujian yang mengakhiri Surat Roma, yaitu 16:25-27, diletakkan pada akhir pasal 14, atau pada akhir pasal 15, atau pada akhir pasal 14 dan pasal 16. Dua naskah tidak menyebut kata "Roma" di dalam 1:7 dan 1:15, sehingga kota Roma sama sekali tidak disebut di dalam dua naskah itu.
Walaupun hanya beberapa naskah yang memiliki perbedaan tersebut, tetapi perbedaan-perbedaan itu sempat menjadi bahan pemikiran dan dialog para sarjana. Mengapa terjadi demikian, sehingga ada naskah surat yang seolah-olah tidak dikirim ke Roma? Jawabannya banyak.
Ada sarjana yang berkata bahwa Paulus lebih dahulu menulis 1:1-14:23 sebagai surat edaran bagi jemaat-jemaat lain, kemudian menambahkan pasal 15-16 pada surat edaran itu.
Ada sarjana lain yang berkata bahwa Paulus lebih dahulu menulis 1:1-15:33 kepada jemaat-jemaat Roma, lalu setelah itu, dia mengirimkan surat itu dengan suatu tambahan (pasal 15-16) kepada jemaat lain.
Tetapi setelah Cranfield5 mempertimbangkan semua ini, dia mengambil kesimpulan bahwa seluruh surat ini, pasal 1 sampai dengan pasal 16, dikirim oleh Paulus kepada jemaat-jemaat Roma, dan perbedaan-perbedaan antara naskah muncul karena surat ini disalin di Roma, dan pasal 15 dan pasal 16 tidak selalu disalin karena dianggap ditujukan khusus untuk mereka di kota Roma.
Surat Roma memiliki kesatuan. Beberapa naskah kuno yang tidak lengkap tidak menyangkal kesatuan itu.
Maksud dan Tujuan Surat Roma
Maksud tujuan pertama dari Surat Roma sudah jelas dari pasal 15:22-25 di mana Paulus memberitahu kepada mereka bahwa dia mau mengunjungi mereka di Roma. 15:24 menceritakan satu maksud tujuan yang lain lagi. Dia mau mendapatkan pertolongan dari mereka. Dia mau melayani di Spanyol, dan dia berharap mereka akan memperlancar perjalanannya. Dia akan mencari dukungan bagi pelayanannya di sana. Pasal 15:30-32 menjelaskan bahwa dia juga minta dukungan doa mereka untuk perjalanannya ke Yerusalem, di mana dia akan menghadapi bahaya dari orang-orang Yahudi yang tidak percaya, dan di mana dia akan menyerahkan suatu persembahan.
Untuk memperoleh hasil yang telah disebut di atas, maka Rasul Paulus mau menguraikan Injil Kristus, karena dengan sungguh mengerti baik murka Allah yang mengancam manusia maupun kebenaran Allah yang dianugerahkan guna penyelamatan setiap orang yang percaya, mereka di Roma diharapkan menjadi terbeban untuk menolong dan mendukung Paulus serta ikut terlibat dengan kerinduan Paulus untuk menjangkau orang Spanyol dengan Injil Kristus.
Pola Berpikir Surat Roma6
Dalam Surat Roma Rasul Paulus menyatakan suatu pola berpikir yang penting bagi tafsiran surat ini. Bagi dia, eksistensi manusia dibagi dua. Ada dua aion/aion bagi manusia. Satu aion/aion yang dikepalai Adam, dan satu yang dikepalai Kristus. Orang yang tidak memiliki kebenaran Allah berada dalam aion/aion Adam di mana Maut berkuasa. Tetapi Kristus telah membawa aion/aion Kehidupan Kekal yang boleh dialami oleh setiap orang yang berada dalam Kristus. Perlu dimengerti juga bahwa istilah aion/aion itu lain daripada kata zaman. Aion/Aion Kehidupan sudah muncul, tetapi aion/aion Maut masih ada juga. Masa kini ada hubungan yang erat antara aion/aion Kristus dan Kerajaan Allah. Dua-duanya sudah ada, dan masih akan datang dengan segala kepenuhannya. Kerajaan Allah dilawan dengan kerajaan Iblis, dan aion/aion Kristus dilawan dengan aion/aion Adam. Baik aion/aion Kristus maupun Kerajaan Allah hanya dapat dialami oleh orang yang benar, yaitu orang yang memiliki kebenaran Kristus.
Pentingnya hal aion/aion baru dan aion/aion lama menjadi nyata kalau garis besar Surat Roma diselidiki. Hidup orang yang sudah dibenarkan karena iman adalah tema Surat Roma, sedangkan dua aion/aion tersebut di atas mewarnai kerangka Surat Roma.
Hagelberg: Roma (Garis Besar) GARIS BESAR
roma
I. Pendahuluan 1:1-1:17
A. Salam 1:1-1:7
B. Perkenalan 1:8-1:15
C. Tema Surat 1:16...
GARIS BESAR
roma
- I. Pendahuluan 1:1-1:17
- A. Salam 1:1-1:7
- B. Perkenalan 1:8-1:15
- C. Tema Surat 1:16-1:17
- II. Injil 1:18-15:13
- A. Orang yang Dibenarkan karena Iman 1:18-4:25
- 1. Murka Allah Dinyatakan melawan... 1:18-3:20 (aion/aion kematian)
- a. ...Manusia tanpa Kebenaran 1:18-1:32
- b. ...Manusia yang Mengusahakan Kebenaran dari Hukum Taurat 2:1-3:8
- c. ...Semua Manusia 3:9-20
- 2. Kebenaran Allah Dinyatakan 3:21-4:25 (aion/aion hidup)
- a. Kebenaran Allah Dinyatakan melalui Kristus 3:21-3:31
- b. Kebenaran Allah Disaksikan melalui Kehidupan Abraham 4:1-4:25
- B. Dia yang Dibenarkan karena Iman akan Hidup 5:1-8:39
- 1. Dia akan Hidup Bebas dari Murka 5:1-5:11
- a. Kita memiliki damai terhadap Allah 5:1-4
- b. Keadaan kita berdasarkan kasih Allah 5:5-8
- c. Kasih Allah meluputkan kita dari murkaNya 5:9-11
- 2. Dia akan Hidup Bebas dari Dosa 6:1-6:23
- a. Melalui Baptisan Rohani Kita Bebas dari Dosa 6:1-14
- b. Kita yang Dibebaskan, Menjadi Hamba Kebenaran 6:15-23
- 3. Dia akan Hidup Bebas dari Hukum Taurat 7:1-7:25
- a. Dalam Kristus Kita Mati Terhadap Hukum Taurat 7:1-6
- b. Hukum Taurat Dapat Membangkitkan Dosa 7:7-13
- c. Hukum Taurat Tidak Dapat Membangkitkan Yang Baik 7:14-25
- 4. Dia akan Hidup Bebas dari Maut 8:1-8:39
- a. Melalui Roh Allah Kita Dapat Mengenal Kristus dan Kuasa KebangkitanNya, Sehingga Kita Bebas 8:1-8:13
- b. Kita Dapat Mengenal Kristus dan Persekutuan dalam PenderitaanNya, Sehingga Kita Bebas 8:14-8:30
- c. Kesimpulan dari Pasal 5-8: Kita Dapat Menang dalam Kesusahan 8:31-8:39
- C. Pembenaran karena Iman tidak Meniadakan Janji Allah kepada Israel 9-11
- 1. Israel, yang Diberkati Allah, Merupakan Beban yang Berat bagi Paulus 9:1-5
- 2. Allah yang Berdaulat Telah Memberi Janji Hanya kepada Mereka yang Percaya 9:6-29
- 3. Israel Sendiri Bertanggung Jawab atas Penolakannya 9:30-10:21
- a. Ringkasan Bagian Ini: Batu Sandungan, Batu Sentuhan 9:30-33
- b. Israel Rajin tapi Keliru, karena tidak Mencari Kristus yang adalah Tujuan Hukum Taurat 10:1-4
- c. Melalui Iman, Kebenaran dan Pertolongan Dekat, Tidak Jauh Seperti Melalui Hukum Taurat 10:5-13
- d. Firman Iman Sudah Diberitakan kepada Israel, tapi Israel Melanggar dan Menyangkal 10:14-21
- 4. Israel Tidak Ditolak untuk Selama-lamanya 11:1-36
- D. Perilaku Orang yang Dibenarkan karena Iman 12:1-15:13
- 1. Penyesuaian pada Aion/Aion Baru 12:1-13:14
- a. Ringkasan dari pasal 5-8, 12:1-2
- b. Supaya Cita-Cita yang Layak Ditentukan 12:3-8
- c. Supaya mengasihi 12:9-21
- d. Supaya Tunduk pada Kuasa Pemerintah 13:1-7
- e. Sikap Kasih 13:8-10
- f. Waktunya Mendesak 13:11-14
- 2. Penerapan Khusus: yang Lemah dan yang Kuat 14:1-15:13
- a. Masalah yang Dihadapi: Tantangan bagi "yang Lemah" 14:1-12
- b. Tanggung Jawab bagi "yang Kuat" 14:13-23
- c. Kristus Sebagai Teladan 15:1-6
- d. Ringkasan: Yahudi dan Bukan Yahudi Sehati Sepikir Memuji Tuhan 15:7-12
- e. Berkat yang Meringkas Seluruh Surat Roma 15:13
- III. Penutup 15:14-16:27
- A. Paulus Menulis Surat Roma Karena Dia Rasul Kepada Bangsa-Bangsa Bukan Yahudi 15:14-21
- B. Rencana Paulus untuk Mengunjungi Mereka 15:22-33
- C. Salam kepada Individu dan Kelompok yang Tertentu 16:1-16
- D. Peringatan mengenai Orang yang Menimbulkan Perpecahan 16:17-20
- E. Salam dari Saudara-saudara Seiman 16:21-24
- F. Pujian 16:25-27
Hagelberg: Roma DAFTAR PUSTAKA
roma
Daftar Kepustakaan
Barclay, William, Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Roma, PT BPK Gunung Mulia, Jakarta, hak cipta 1983.
Bruce, F....
DAFTAR PUSTAKA
roma
Daftar Kepustakaan
Barclay, William, Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Roma, PT BPK Gunung Mulia, Jakarta, hak cipta 1983.
Bruce, F. F., The Epistle of Paul to the Romans, Tyndale New Testament Commentaries, Wm. B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1963.
Cranfield, C.E.B., A Critical and Exegetical Commentary on The Epistle to the Romans, The International Critical Commentary, T. & T. Clark Limited, Edinburgh, 1975.
Dunn, James D. G., Word Biblical Commentary Volume 38A: Romans 1-8, Word Books, Dallas, hak cipta 1988.
Dunn, James D. G., Word Biblical Commentary Volume 38B: Romans 9-16, Word Books, Dallas, hak cipta 1988.
Hodge, Charles, Commentary on the Epistle to the Romans, Wm. B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1886.
Hodges, Zane, Absolutely Free!, Academie Books, Zondervan Publishing House, Grand Rapids, 1989.
Hodges, Zane, catatan dari Surat Roma, tanpa tahun.
Hoehner, Harold, bahan kuliah dari 206 Eksegesis Roma, Dallas Theological Seminary, 1981.
Liddell, Henry George dan Scott, Robert, A Greek-English Lexicon, Oxford University Press, Oxford, edisi ke 9, 1940.
Moulton, James Hope dan Milligan, George, The Vocabulary of the Greek New Testament, Wm. B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, hak cipta 1930.
Murray, John, The Epistle to the Romans, The New International Commentary on the New Testament, Wm. B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, hak cipta 1959, edisi dalam satu jilid 1968.
Newell, William R., Romans Verse by Verse, Word Bible Publishers Inc., Iowa Falls, hak cipta 1938.
Nygren, Anders, Commentary on Romans, Fortress Press, Philadelphia, hak cipta 1949.
Wigram, George, The Englishman's Greek Concordance, London, 1844.
Witmer, John A. "Romans," dalam The Bible Knowledge Commentary. Wheaton: Victor Books, 1983.
Lyall, Francis, Slaves, Citizens, Sons, Zondervan Publishing House, Grand Rapids, 1984.
Lightfoot, John, A Commentary on the New Testament from the Talmud and Hebraica: Matthew- 1 Corinthians, vol. 4, Hendrickson Publishers, 1989.
Denny, James, "Saint Paul's Epistle to the Romans", dalam The Expositor's Greek Testament, 2, halaman 555-725. Robertson Nicoll, redaksi, Wm. B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids.
Guthrie, Donald, New Testament Introduction, Intervarsity Press, Downers Grove, 1970.
Knox, John, dan Cragg, Gerald R., "The Epistle to the Romans", dalam The Interpreter's Bible, vol. 9, Abington-Cokesbury Press, New York, hak cipta 1954.
Stifler, James, The Epistle to the Romans, Moody Press, Chicago, hak cipta 1960.
TFTWMS: Roma (Pendahuluan Kitab) Penggunaan Perjanjian Lama Oleh Orang Kristen (Roma 15:4)
Dalam Roma 15:4, Paulus berkata, "Sebab segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditu...
Penggunaan Perjanjian Lama Oleh Orang Kristen (Roma 15:4)
Dalam Roma 15:4, Paulus berkata, "Sebab segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, supaya kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci." Ungkapan "segala sesuatu yang ditulis dahulu" dan "Kitab Suci" mengacu kepada apa yang kita sebut Perjanjian Lama.73Kitab-kitab di dalam Perjanjian Baru disebut juga "Kitab Suci" (lihat 2 Pet. 3:15, 16), tetapi selama bertahun-tahun satu-satunya Kitab Suci yang orang Kristen mula-mula miliki adalah kitab-kitab Perjanjian Lama. (Butuh waktu bagi orang- orang terilham untuk menulis kitab-kitab Perjanjian Baru, untuk menyalin kitab-kitab itu, untuk mengedarkan kitab-kitab itu di antara gereja-gereja, dan akhirnya untuk mengumpulkan mereka menjadi satu kitab.)
Pelajaran dari Text kita. Banyak pelajaran dapat dipetik dari Roma 15:4. Berikut ini adalah beberapa kebenaran yang dinyatakan atau disiratkan dalam teks ini.
- 1. Pentingnya Firman Tertulis. Beberapa orang mengurangi pentingnya Firman tertulis. Paulus, bagaimanapun, memiliki iman yang besar kepada "segala sesuatu yang ditulis dahulu." Berkali-kali dalam Roma, ia berkata, "Ada tertulis" (1:17; 3:4, 10; 4:17; 8:36; 9:13, 33; 10:15; 11:8, 26; 12:19; 14:11; 15:3, 9, 21; lihat 4:23; 15:4). Firman tertulis masih sangat penting sekarang ini. Melalui apa yang tertulis, kita datang untuk beriman kepada Yesus (Yoh. 20:30, 31).
- 2. Pengilhaman Firman Tertulis. Kata "Kitab Suci" adalah dari bentuk jamak grafh÷ (graphē, "tulisan-tulisan"). Pada zaman Perjanjian Baru, graphē, digunakan oleh orang-orang Yahudi untuk mengacu kepada tulisan yang diilhami (lihat Mat. 21:42; 22:29; 2 Tim 3:16, 17). Sebelumnya dalam kitab Roma, Paulus bicara tentang "Kitab Suci" (1:2; huruf miring ditambahkan). Dalam teks kita, setelah Paulus bicara tentang penghiburan yang datang melalui Kitab Suci (15:4), ia mengatakan bahwa Allahlah yang memberi kita penghiburan (15:5). Kita menyimpulkan bahwa Allahlah yang memberi kita Kitab Suci yang menghibur kita. Paulus mengemas suratnya kepada jemaat Roma dengan pelbagai acuan Perjanjian Lama karena ia percaya acuan-acuan itu datang dari Tuhan.
- 3. Firman Tertulis Itu Tidak Dapat Dihancurkan. Kaum skeptis mengklaim bahwa teks asli Kitab Suci telah begitu rusak selama bertahun-tahun sehingga kita tidak memiliki cara untuk mengetahui apa yang dikatakan teks aslinya. Paulus tidak percaya kasusnya seperti itu . Jim McGuiggan menulis, Paulus menerima begitu saja bahwa Kitab Suci telah diturunkan kepada kita dengan sangat akurat sehingga kita dapat mengandalkan apa yang kita baca. Bagaimanakah seandainya Alkitab sudah rusak sama sekali? Para penulis Perjanjian Baru tentu tidak dapat dengan begitu mudah mengutip nas-nas itu dan meminta kita untuk memperhatikan nas-nas itu.74 Allah berjanji untuk melindungi Firman-Nya, dan Ia sudah melakukannya. Firman-Nya itu tidak dapat dihancurkan (Mat. 24:35; 1 Pet. 1:23).
- 4. Instruksi dari Firman Tertulis. Tujuan utama Paulus dalam Roma 15:4 adalah untuk mengatakan bahwa Kitab Suci Perjanjian Lama tidak hanya ditulis untuk orang-orang Yahudi, tetapi juga ditulis untuk mengajar umat Kristen. Paulus membuat maksud yang sama ketika ia menyurati jemaat di Korintus. Setelah memberikan ilustrasi yang panjang tentang bangsa Israel di padang gurun, ia berkata, "Semuanya ini [yang] telah menimpa mereka [bangsa Israel] … dituliskan untuk menjadi peringatan bagi kita [umat Kristen] … di mana zaman akhir telah tiba"(1 Kor. 10:11). Moo menulis, Perjanjian Lama, meski bukan lagi sumber langsung bagi instruksi moral (lihat 6:14, 15; 7:4-6), terus memainkan peran penting dalam membantu orang-orang percaya untuk memahami sejarah keselamatan dan tanggung jawab mereka sebagai umat perjanjian baru Allah.75
Sikap "tidak" Paulus bagi keberlanjutan otoritas langsung hukum Taurat dikombinasikan dengan sikap "ya" yang tegas bagi keberlanjutan nilai Perjanjian Lama.…76
Salah satu orang yang bersama Paulus ketika ia menulis surat Roma adalah Timotius (16:21). Paulus belakangan menuliskan kata-kata ini kepada pengkhotbah muda itu:
… dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci [Perjanjian Lama] yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus. Segala tulisan [Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian baru] yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik (2 Tim. 3:15-17).
Pelajaran dari Perjanjian Lama. Perjanjian Lama disalahgunakan pada abad pertama (1 Tim. 1:3-7), dan itu disalahgunakan di zaman kita—dalam upaya untuk membenarkan perayaan Sabat (hari ketujuh) di zaman kini, musik instrumental dalam ibadah, dan pelbagai praktik Perjanjian Lama lainnya. Namun demikian, setidaknya ada enam penggunaan yang sah atas Perjanjian Lama di zaman kini.
- 1. Untuk Menjawab Pertanyaan Tentang Asal-Usul. Dari manakah asal alam semesta? Perjanjian Baru menunjuk kepada Perjanjian Lama untuk "awal penciptaan" (Mrk. 10:6). Bagaimanakah manusia muncul di dunia? Yesus berkata, "Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan?" (Mat. 19:4; lihat Kej. 1:27). Paulus mengatakan bahwa "Seperti ada tertulis: 'Manusia pertama, Adam menjadi makhluk yang hidup'" (1 Kor. 15:45; lihat Kej. 2:7). Untuk menjawab pertanyaan asal-usul, orang Kristen kembali kepada kitab Kejadian dan tahu ia berada di atas dasar yang aman karena Yesus dan Paulus melakukan hal yang sama.
- 2. Untuk Membuktikan Ke-Ilahan Yesus. Banyak bukti menyebabkan kita percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah, termasuk ajaran-ajaran-Nya yang luar biasa (Yoh. 7:46), ketidakberdosaan-Nya (Yoh. 8:46), mujizat-mujizat-Nya (Yoh. 10:25), pengaruh-Nya yang masih berlanjut (Kisah 4:13), dan kasih pengorbanan-Nya yang tak tertandingi (Yoh. 10:11). Namun begitu, bukti yang paling banyak diambil oleh para pembicara dan penulis Perjanjian Baru adalah bukti dari Perjanjian Lama. Sewaktu Yesus berada di bumi, Ia memulai "dengan kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi" dan menunjukkan kepada murid-murid-Nya "apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci" (Luk 24:27; huruf miring ditambahkan). Chris Bullard mengatakan, "Jika Anda membaca Perjanjian Lama dan gagal untuk melihat Yesus berdiri di suatu tempat dalam bayang-bayang, sebaiknya Anda baca lagi."77 Setelah pendirian gereja, para pembicara terilham secara terus-menerus mengacu kepada Perjanjian Lama untuk meninggikan Kristus (lihat khotbah-khotbah dalam Kisah 2; 3; 4; 7; 8; 10; 13).
- 3. Membangun Iman Dengan Mempelajari Tipe. Perjanjian Lama dipenuhi dengan tipe dan bayangan dari realitas Perjanjian Baru (lihat Ibr. 10:1). Beberapa bagian Perjanjian Baru (seperti Kitab Ibrani) tidak dapat sepenuhnya dipahami tanpa pengetahuan tentang Perjanjian Lama. Perjanjian Lama memiliki tipe dan bayangan yang menggambarkan kedatangan Mesias (Kristus). Salah satunya adalah anak domba Paskah (Kel. 12:21; Yoh. 1:29; 1 Pet. 1:19). Yang lainnya adalah tangga Yakub (Kej. 28:12; Yoh. 1:51), ular tembaga di padang gurun. (Bil. 21:8, 9; Yoh. 3:14), dan imam besar Yahudi (Hag. 1:14; Ibr. 4:14). Sekali lagi, banyak ajaran Perjanjian Baru telah digambarkan dalam Perjanjian Lama. Ketika umat Kristen membaca tentang air bah di zaman Nuh (Kej. 6-9), kita diingatkan tentang ajaran Perjanjian Baru tentang baptisan (1 Pet. 3:20, 21) dan akhir dunia (2 Pet. 3:3-7). Contoh-contoh itu dapat digandakan (lihat 1 Kor. 10:1-12; Gal. 4:21-31).
- 4. Untuk Melihat Pelbagai Persamaan Perjanjian. Tidak ada orang yang dapat membaca Perjanjian Lama dan Baru tanpa dibuat terkesan dengan banyaknya kesamaan di antara dua perjanjian itu. Beberapa prinsip dasarnya tidak berubah. Masih benar bahwa manusia tidak dapat hidup hanya oleh roti saja, jangan mencobai Allah, dan sembahlah Allah saja (Ula. 8:3; 6:16, 13; Mat. 4:4, 7, 10). Allah masih tidak menginginkan manusia "memuliakan [Dia] dengan bibirnya" (Yes. 29:13; Mrk. 7:6), dan masih ada "dua perintah utama" (Ula. 6:5; Ima. 19:18; Mat. 22:37-39). Kita dapat pergi kepada Perjanjian Lama untuk membentengi ajaran Perjanjian Baru. Paulus melakukan ini mengenai sokongan bagi pemberita injil (1 Kor. 9:9, 10, 14; Ula. 25:4). Yakobus melakukan ini ketika ia mengajarkan tentang dosa dalam menunjukkan pilih kasih (Yak. 2:1-11; Ima. 19:18; Kel. 20:13, 14).
- 5. Untuk Melihat Perbedaan Perjanjian. Tentu saja, ada juga perbedaan antara dua perjanjian itu. Prinsip-prinsip baru kerajaan Kristus terlihat sangat menonjol jika dilihat dengan latar belakang hukum-hukum Perjanjian Lama yang telah dibatalkan. Dalam Khotbah di Bukit, Yesus berulang kali mengatakan, "Kamu telah mendengar apa yang difirmankan" (atau setara itu), diikuti dengan "tapi Aku berkata kepadamu" (Mat. 5:21, 22, 27, 28, 31, 32, 33, 34, 38, 39, 43, 44). Banyak contoh dapat dikutip. Penulis kitab Ibrani mengatakan bahwa Imam Besar kita, Kristus, "tidak seperti imam-imam besar lain [di zaman Perjanjian Lama], yang setiap hari harus mempersembahkan korban untuk dosanya sendiri dan sesudah itu barulah untuk dosa umatnya, sebab hal itu telah dilakukan-Nya satu kali untuk selama-lamanya, ketika Ia mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagai korban" (Ibr. 7:27). Dalam Roma 12:1, Paulus berkata (secara tersirat) bahwa kita tidak lagi mempersembahkan korban binatang yang mati; sebaliknya, kita harus "mempersembahkan tubuh [kita] sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadah [kita] yang sejati."
- 6. Untuk Dihibur Oleh Contoh-Contoh. Dalam Roma 15:4, Paulus secara khusus menekankan penghiburan yang Kitab Suci Perjanjian Lama dapat berikan kepada kita. Yesus terus-menerus menggunakan contoh-contoh Perjanjian Lama untuk mengajar dan menasihati. Ia bicara tentang Nuh (Mat 24:37, 38; Kej. 6-9); Lot dan istrinya (Luk. 17:28, 29, 32; Kej. 19); Solomo dan Ratu Sheba ( "Selatan") (Mat. 12:42; Luk. 11:31; 2 Taw. 9:1-12); Elia dan janda (Luk. 4:26; 1 Raja 17); dan Elisa dan Naaman (Luk. 4:27; 2 Raja 5).
Salah satu nilai Perjanjian Lama adalah bahwa perjanjian itu menunjukkan hasil akhir dari menaati Allah atau tidak menaati Dia. Perjanjian Baru ditulis selama periode sekitar empat puluh atau lima puluh tahun. Upah dijanjikan dan peringatan diberikan, tetapi Perjanjian Baru memiliki hanya segelintir contoh tentang nasib akhir dari orang-orang yang taat atau tidak taat (lihat Kisah 5:1-11). Di sisi lain, Perjanjian Lama ditulis selama lebih dari seribu tahun. Perjanjian itu dipenuhi dengan contoh-contoh tentang orang-orang yang mengindahkan Firman Allah dan orang-orang yang gagal melakukannya—dan kebenaran tentang apa yang terjadi atas mereka. Dari Perjanjian Lama, kita belajar bahwa Allah memberkati orang-orang yang taat kepada Dia (Ibr. 11). Kita juga belajar bahwa bencana menimpa mereka yang tidak taat (1 Kor. 10:1-12).
Kesimpulan. Sekarang ini, kita tunduk kepada perjanjian (wasiat) baru dari Yesus, tetapi itu tidak berarti bahwa perjanjian (wasiat) lama tidak memiliki nilai bagi kita. Kita masih perlu membaca dan mempelajarinya. "Sebab segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, supaya kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci" (15:4).
TFTWMS: Roma (Pendahuluan Kitab) PASAL 15
KESATUAN ORANG KRISTEN DAN PELAYANAN PAULUS KEPADA BANGSA-BANGSA LAIN
Bagian pertama pasal ini (15:1-13) melanjutkan pembahasan dalam pasal...
TFTWMS: Roma (Pendahuluan Kitab) Mengikuti Jejak Yesus (Roma 15:1-13)
Pada 1896, Charles Sheldon menulis sebuah novel keagamaan yang menjadi klasik: In His Steps.57Judul buku itu dia...
Mengikuti Jejak Yesus (Roma 15:1-13)
Pada 1896, Charles Sheldon menulis sebuah novel keagamaan yang menjadi klasik: In His Steps.57Judul buku itu diambil dari 1 Petrus 2:21: "Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya" (huruf miring ditambahkan). Buku itu bercerita tentang janji yang dibuat oleh semua anggota jemaat untuk bertanya, "Apa yang akan Yesus lakukan?" sebelum membuat keputusan apa saja.58
Ada gunanya untuk bertanya, "Apakah yang akan Yesus lakukan?" ketika kita menghadapi kesulitan—tapi kita tidak dapat memastikan apa yang Yesus akan lakukan dalam setiap situasi. Dalam pertanyaan tentang makan daging di Roma 15:1-13, kita dapat mengetahui. Dalam nas itu, Paulus memberitahu kita apa yang akan Yesus lakukan. Amatilah seberapa sering acuan dibuat kepada Yesus dalam teks itu. Ia disebut hampir dalam setiap ayat, dan perhatian khusus diberikan kepada teladan-Nya Perhatikan, misalnya, ayat 3 dan 7: "Kristus juga tidak mencari kesenangan-Nya sendiri"; "terimalah satu akan yang lain, sama seperti Kristus juga telah menerima kita." Paulus, pada dasarnya, mengatakan, "Dalam hal ini, ikutilah jejak langkah Yesus." Tanyakanlah diri Anda sendiri, "Dalam hubungan saya dengan orang Kristen lainnya, apakah saya mengikuti jejak Yesus?"
Tidak selalu mudah untuk mengikuti jejak Yesus. Dalam pikiran saya, saya membayangkan seorang anak kecil mengikuti ayahnya melalui salju yang tebal, meregangkan kakinya ketika ia mencoba untuk menempatkan kakinya dalam jejak ayahnya. Jika kita berusaha dan meregangkan kaki untuk mengikuti jejak kaki Yesus, kita akan menjadi lebih baik dalam melakukan itu. Orang-orang di sekitar kita akan menjadi lebih baik dalam melakukan itu, dan gereja Tuhan akan menjadi lebih baik dalam melakukan itu.
Ketika Budaya Bertentangan (Roma 15:1-13)
Sebuah jurang yang dalam memisahkan orang Yahudi dan orang bukan Yahudi pada abad pertama. Meski orang-orang dari kedua kelompok itu tinggal di Roma, latar belakang mereka sangat berbeda: Nilai-nilai hidup mereka tidak sama; sudut pandang mereka berjauhan. Ketika orang-orang Yahudi dan orang-orang bukan Yahudi menjadi Kristen, mereka datang ke dalam gereja dengan membawa "yang boleh" dan "yang tidak boleh" dari masa kecil mereka. Seiring waktu, banyak dari semua ini akan matang dalam pemahaman mereka tentang kehendak Allah; tapi, sementara itu, bagaimana mungkin mereka dapat akur di dalam jemaat yang sama? Itu adalah masalah yang dibahas oleh Paulus dalam Roma 15:1-13.
Di zaman kini, kita masih memiliki perbedaan budaya di dalam gereja. Setiap jemaat dari berbagai ukuran memiliki anggota dari berbagai latar belakang:
Yang berpendidikan dan yang tidak berpendidikan. Orang kaya, orang miskin, dan orang-orang di antara kaya dan miskin. Orang-orang dari ras yang berbeda dan negara yang berbeda. Liberal secara politik dan konservatif secara politik. Orang muda yang hanya mengenal dunia zaman kini dan orang tua yang tumbuh di waktu yang berbeda. Mereka yang dibesarkan dengan nilai-nilai Kristen dan mereka yang dibesarkan dalam lingkungan yang sepenuhnya sekuler. Mereka yang tahu tentang Firman Allah, mereka yang tidak tahu, dan mereka yang mendapat informasi yang salah.
Pesan dari Roma 15:1-13 masih sama relevannya di zaman kini dengan di zaman Paulus: "Saling menerima"; "saling membangun"; "saling menyukakan."
Kebutuhan terhadap pesan ini di zaman kini menjadi fokus yang tajam ketika seorang misionaris dari satu budaya mulai bekerja dalam budaya lain. Misionaris harus sangat menyadari pelbagai kebiasaan dan larangan dari lingkungan barunya. Ia tidak boleh melakukan apa saja yang akan menyebabkan kebaikannya "difitnah" (14:16). Ketika keluarga saya pindah ke Australia, kami dengan cepat mengetahui untuk tidak menggunakan kata-kata dan kalimat tertentu. Misalnya, di AS, berada "di bawah cuaca" berarti seseorang sedang tidak enak badan atau sakit. Di Australia, itu berarti ia merasa sakit setelah semalam mabuk.
Selama bertahun-tahun, saya mendengar misionaris memberitahukan bagaimana mereka tanpa disadari melanggar hal-hal tabu setempat ketika mereka pertama kali pindah ke suatu daerah. Saya ingat seseorang memberitahu saya bahwa, di tempat ia bekerja, menawarkan sesuatu kepada seseorang dengan tangan kiri adalah suatu penghinaan. Ia juga mengatakan bahwa ia telah belajar untuk tidak memuji harta milik orang lain. Dalam masyarakat itu, suatu pujian mewajibkan orang yang dipuji memberikan hartanya kepada orang yang memuji dia.
Gereja adalah unik dalam kapasitasnya untuk menggabungkan orang-orang dari setiap cara kehidupan, dari setiap perbedaan kelas, dan dari setiap latar belakang budaya (lihat Gal. 3:26-28). Bagaimanapun, kita tidak harus menganggap ini akan terjadi secara otomatis. Kita harus peka mengenai bagaimana orang lain melihat pelbagai hal dan belajar untuk bersikap mengasihi dan mendukung. Kita menjadi satu keluarga Allah ketika kita menghayati Roma 15:1-13—ketika kita melaksanakan prinsip-prinsipnya yang menantang.
Kristus dan Kitab Suci (Roma 15:4)59
Pernahkah Anda mencoba untuk membungkus sebuah paket dengan selembar kertas yang terlalu kecil? Itulah tantangan dalam mencoba untuk meliput topik "Kristus dan Kitab Suci." Sebuah rahasia, jika bukan sang rahasia, tentang kehidupan dan pribadi Yesus akan ditemukan dalam hubungan-Nya dengan tulisan-tulisan suci.
Kata yang diterjemahkan "Kitab Suci" berasal dari kata Yunani grafh÷ (graphē), yang berarti "tulisan." Kata Yunani itu ditemukan lima puluh satu kali dalam Perjanjian Baru.60Dalam Alkitab NASB, kata itu selalu diterjemahkan sebagai "Kitab Suci" atau "Kitab-kitab Suci."61Pada zaman Perjanjian Baru, kata Yunani itu telah memiliki konotasi "tulisan-tulisan suci."
Ketika kita bicara tentang "Kristus dan Kitab Suci," kita akan memperhatikan hubungan-Nya dengan tulisan-tulisan Perjanjian Lama, sebab itu adalah kehendak Allah yang berlaku pada saat Yesus hidup dan mengajar. Galatia 4:4 menyatakan bahwa "Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat" (huruf miring ditambahkan). Namun begitu, sikap (dan tindakan-tindakan berikutnya) yang akan kita bicarakan nanti juga berlaku kepada Kitab Suci Perjanjian Baru (lihat 2 Pet. 3:15, 16), perjanjian tentang Yesus sendiri.
Orang-orang Yahudi dan Kitab Suci. Untuk memahami hubungan Kristus dengan Kitab Suci, pertama-tama kita harus memahami sikap yang orang lain miliki terhadap Kitab Suci pada zaman Yesus—khususnya, sikap yang banyak orang Yahudi miliki.
Survei singkat kita dimulai dengan karya Ezra (Ezra 7:6), yang umumnya dianggap sebagai yang pertama dari para penafsir Yahudi. Bekerja dengan dia adalah sekelompok orang yang bertugas untuk menjelaskan arti dasar Kitab Suci (Neh. 8:3, 7). Orang Yahudi menganggap ini sebagai awal dari karya para ahli Taurat. Seiring berlalunya waktu, sikap hormat diarahkan kepada wadah Kitab Suci (gulungan), tetapi sikap terhadap isinya malah memburuk.
Perlahan-lahan, tradisi lisan diberi bobot yang sama dengan Kitab Suci. Awalnya, ada keengganan untuk menuliskan pelbagai tradisi lisan ini, namun pada abad kedua Masehi, tradisi-tradisi itu mulai dikumpulkan dan ditulis dalam rangka untuk melestarikan mereka. Ada dua jenis tradisi: Haggadah, yang berisi materi non-hukum; dan Halakah, yang membahas materi hukum. Kutipan berikut tentang Halakah banyak memberitahu kita tentang sikap orang Yahudi terhadap Kitab Suci pada zaman Yesus:
[Halakah] memiliki wewenang yang sama dengan yang hukum Musa miliki. Oleh karena sifatnya yang menerangkan, [Halakah] kadang-kadang bahkan lebih sangat dihormati. Sumber Halakah tidak terbatas pada Kitab Suci. Tradisi atau kebiasaan dapat memberikan tekanan Halakah kepada ajaran apa saja.62
Yesus menantang orang-orang Farisi yang legalismenya berdasarkan tradisi menggambarkan pendekatan ini. Mereka membuat hukum di mana Allah tidak membuatnya. Mereka memberi penekanan pada hal-hal sepele, sementara mengabaikan hal-hal yang lebih berbobot (Mat. 23:23, 24).
Beberapa orang Yahudi mengabaikan Kitab Suci karena mereka menganggap Kitab Suci tidak ada relevansinya dengan zaman mereka. Mereka ini secara khas adalah orang-orang Saduki, yang melihat diri mereka sebagai "orang-orang yang tercerahkan." Orang-orang Yahudi lainnya baru mulai dipengaruhi oleh metode alegoris Aleksandria.63Metode ini berasal dari orang Yunani dan diambil oleh beberapa orang Yahudi untuk "membela" iman mereka dalam melawan orang-orang Yunani berpendidikan dari kota itu.64Pendekatan ini mendiskreditkan Kitab Suci.
Ketika Yesus memulai ajaran dan pemberitaan-Nya, orang-orang Yahudi mengaku mengikuti Firman Allah; namun, dalam kenyataannya, tulisan-tulisan suci sedang diabaikan, disalahgunakan, dan diputarbalikkan. Dengan latar belakang yang suram ini, hubungan Kristus dengan Kitab Suci bersinar dengan cemerlang.
Kristus dan Kitab Suci. Mari kita pertimbangkan lima kebenaran tentang hubungan Kristus dengan Kitab Suci.
1. Ia percaya kepada Kitab Suci. Berbeda dengan ketidakpercayaan orang-orang Saduki, Yesus percaya kepada Kitab Suci. Ia percaya kitab suci itu unik, karena berasal dari Allah. Hal itu tersirat dalam pernyataan-Nya dalam Matius 5:18: "Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi." Hal ini juga tersirat dalam Yohanes 5:39, di mana Ia mengatakan, "Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, … Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku." Dalam Markus 7:9, 10, Yesus berkata bahwa pada dasarnya Allah bicara melalui Musa: "Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat istiadatmu sendiri. Karena Musa telah berkata: Hormatilah ayahmu dan ibumu!" (huruf miring ditambahkan). Dalam Markus 12:36, maksud yang sama dibuat mengenai tulisan-tulisan Daud: "Daud sendiri oleh pimpinan Roh Kudus berkata: Tuhan telah berfirman kepada Tuanku: duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai musuh-musuh-Mu Kutaruh di bawah kaki-Mu" (huruf miring ditambahkan).
Karena Yesus percaya bahwa Kitab Suci berasal dari Allah, Ia percaya Kitab Suci itu adalah benar dan akurat. "Firman-Mu adalah kebenaran," katanya kepada Bapa-Nya (Yoh. 17:17). Ia percaya doktrin-doktrinnya benar; Ia percaya pelbagai kisah itu secara historis adalah sah. Ia sering mendasarkan ajaran-Nya pada pelbagai peristiwa Perjanjian Lama, termasuk peristwa-peristiwa yang paling sering diserang oleh para pengecam di zaman kini sebagai mitos belaka. Kristus membicarakan pelbagai peristiwa seperti berikut ini:
Penciptaan dan pasangan pertama, dalam Matius 19:1-9 (lihat Kej. 1; 2). Nuh dan air bah, dalam Matius 24:37-39 (lihat Kej. 6-9).
Sodom dan Gomora, yang telah dihancurkan, dalam Matius 10:15; 11:23, 24; Lukas 10:12 (lihat Kej. 18:20-19:29).
Sepuluh Perintah Allah, yang telah diberikan oleh Allah, dalam Matius 19:17; Yohanes 15:10 (lihat Kel. 20:1-22).
Mujizat roti manna, dalam Yohanes 6:49 (lihat Kel. 16:14-21).
Yunus ditelan oleh ikan besar, dalam Matius 12:39-41 (lihat Yoh. 1:17-2:10). Elia membantu janda dari Sarfat, dalam Lukas 4:25, 26 (lihat 1 Raja 17:8-24). Penyembuhan Naaman secara mujizatiah, dalam Lukas 4:27 (lihat 2 Raja 5:1-14).
Tragisnya, beberapa orang di zaman kini mengaku percaya kepada Yesus sementara ia menyangkal apa yang Yesus tegaskan.
Karena Yesus percaya bahwa Kitab Suci berasal dari Allah dan benar, maka Ia percaya Kitab Suci itu harus menjadi sang penguasa bagi umat Allah pada zaman-Nya. Halakah dan tradisi adalah bukan kuasa-Nya. Kuasa-Nya adalah "demikianlah firman Tuhan." Mungkin tida ada nas yang menggambarkan dengan lebih baik sikap Yesus terhadap Firman yang tertulis dibandingkan dengan Matius 15:1-9:
Kemudian datanglah beberapa orang Farisi dan ahli Taurat dari Yerusalem kepada Yesus dan berkata: "Mengapa murid-murid-Mu melanggar adat istiadat nenek moyang kita? Mereka tidak membasuh tangan sebelum makan." Tetapi jawab Yesus kepada mereka: "Mengapa kamupun melanggar perintah Allah demi adat istiadat nenek moyangmu? Sebab Allah berfirman: Hormatilah ayahmu dan ibumu; dan lagi: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya pasti dihukum mati. Tetapi kamu berkata: Barangsiapa berkata kepada bapanya atau kepada ibunya: Apa yang ada padaku yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk persembahan kepada Allah, orang itu tidak wajib lagi menghormati bapanya atau ibunya. Dengan demikian firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadatmu sendiri. Hai orang-orang munafik! Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia."
Ada dua kalimat yang terus-menerus Yesus ucapkan: "Ada tertulis" dan "Belum pernahkah kamu baca?" Yang pertama ditemukan tujuh belas kali dalam Empat Catatan Injil ketika Yesus bicara, dan yang kedua muncul lima kali. Pada banyak kesempatan, ketika orang-orang datang kepada Yesus dengan mengajukan pertanyaan, Ia mengarahkan mereka kepada Firman tertulis (Mrk 10:3). Penguasa yang kaya, muda diberitahu, "Turutilah segala perintah itu" (Mat. 19:17; lihat Mrk. 10:19; Luk. 18:20). Orang kusta yang telah ditahirkan diperintahkan, "Persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan, yang diperintahkan oleh Musa" (Mrk. 1:44). Ketika seorang ahli kitab mencoba untuk menjebak Dia, Yesus menjawab, "Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?" (Luk. 10:26).
Satu nas yang menggambarkan sikap hormat Yesus bagi tulisan-tulisan terilham ditemukan dalam kisah orang kaya dan Lazarus dalam Lukas 16. Setelah orang kaya itu mendesak Abraham untuk mengirim Lazarus guna memperingatkan kelima saudaranya …
"… kata Abraham: Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu. Jawab orang itu: Tidak, bapa Abraham, tetapi jika ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada mereka, mereka akan bertobat. Kata Abraham kepadanya: Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati" (Luk. 16:29-31).
Yesus percaya bahwa Firman Allah yang tertulis adalah penuh kuasa.
Betapa kita perlu percaya kepada Kitab Suci di zaman kini! Alkitab diserang baik oleh mereka yang mengaku musuh dan oleh beberapa orang yang mengaku teman-temannya. Beberapa orang mengatakan bahwa Alkitab itu jika bukan sekedar produk khayalan manusia maka itu hanyalah catatan sekuler tentang manusia yang berusaha keras untuk menemukan Allah. Lalu kita dibuat bingung oleh pelbagai tradisi dari dunia keagamaan pada umumnya, termasuk "wahyu-wahyu" tambahan dan teori-teori premilenialisme yang spekulatif. Kita harus kembali kepada iman kepada Yesus!
Allah telah bicara melalui Firman-Nya yang tertulis. Oleh karena itu, Firman itu adalah benar, dan berkuasa. Mari kita biarkan seperti itu!
Kebutuhan setiap bangsa dapat digambarkan dengan sebuah monumen yang menghadap ke Teluk Plymouth65di Massachusetts: sebuah patung yang sangat besar yang terbuat dari granit. Empat sudut dasarnya mewakili empat faktor besar kehidupan nasional: hukum, moralitas, kebebasan, dan pendidikan. Di atas keempat ini terdapat sosok wanita yang mewakili iman. Dengan satu tangan, Iman mencengkeram Alkitab; dengan tangan yang lain, ia menunjuk kepada Allah. Iman kepada Allah dan Firman-Nya harus mendominasi di setiap bangsa.
2. Ia tahu isi Kitab Suci. Yesus tidak hanya percaya kepada Kitab Suci; Ia juga tahu Kitab Suci. Sewaktu di Australia, saya belajar selama berbulan-bulan dengan seorang pria yang tahu sedikit tentang Firman Allah. Setelah beberapa saat, ia memberitahu saya bahwa ia pernah belajar di seminari teologi selama beberapa tahun, berniat untuk menjadi seorang pelayan di Gereja Inggris. Saya menanya dia hal apa saja yang ia telah pelajari selama tahun-tahun itu. Ia menjawab bahwa ia dan rekan-rekan-nya telah belajar bagaimana melakukan pelbagai upacara dari denominasi mereka. Ia tahu tentang pelbagai upacara, tapi tidak tahu tentang Firman Allah. Begitu juga halnya, banyak orang di zaman Kristus tahu tentang tradisi, tetapi tidak tahu tentang Kitab Suci. Yesus tahu tentang Kitab Suci.
Misalnya, Ia tahu bagaimana mencari acuan dalam Firman Allah. Kita membaca pada suatu kesempatan ketika ia kembali ke rumah-Nya kota Nazaret:
… dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab. Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka-Nya, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis: "Roh Tuhan ada pada-Ku, … " (Luk. 4:16-18).
Gulungan kitab suci itu besar dan rumit; mereka harus digulung dan dibuka untuk menemukan nas acuan. Tidak ada pembagian pasal atau ayat. Nas yang Yesus temukan terdapat hampir di akhir Kitab Yesaya (Yes. 61:1, 2). Tampaknya, Yesus menemukan acuan itu tanpa kesulitan, yang merupakan prestasi besar.
Kristus tidak hanya tahu bagaimana menemukan teks dalam gulungan itu; Ia juga dapat mengutip ayat-ayat dari ingatan-Nya. Ketika Iblis mencobai Dia di padang gurun, Yesus tidak menandai Alkitab di dalam tas-Nya, tidak ada konkordansi Alkitab yang tersedia. Namun demikian, setiap pencobaan dilawan dengan "Ada tertulis," ketika Kristus mengutip dari Ulangan 8:3; 6:16; dan 6:13 (Mat. 4:1-11). Ketika Yesus ditanya tentang hukum yang terutama, Ia mengutip Ulangan 6:5 dan Imamat 19:18 (Mat. 22:37-40). Selama pelayanan-Nya, ia mengutip dari Daud, Yesaya, Hosea, dan lain-lainnya.
Pengetahuan-Nya tentang Firman terilham itu bukannya bersifat selektif atau dangkal. Setelah kebangkitan-Nya, Ia bicara dengan beberapa murid di jalan menuju Emaus. "Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi" (Luk. 24:27; huruf miring ditambahkan). Tidak heran orang-orang yang mendengarkan Dia merasa takjub atas pengertian dan ajaran-Nya (Mat. 7:28, 29).
Bagaimanakah Yesus mendapatkan pengetahuan Firman Allah? Apakah Ia menerima pengetahuan itu secara supranatural? Pengaruh ilahi mungkin memastikan bahwa Yesus selalu mengatakan kebenaran, tapi pengetahuan dasar-Nya tentang Perjanjian Lama secara jelas datang dengan cara yang sama yang dilakukan oleh pengetahuan kita tentang Alkitab—melalui keinginan, belajar, dan kerja keras.
Lukas 2:52 menunjukkan bahwa, sebagai seorang anak, Yesus berkembang secara alami: "Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia." Kita melihat minatnya dalam belajar ketika Ia pergi dengan Maria dan Yusuf ke perayaan itu pada usia dua belas tahun: "… mereka menemukan Dia dalam Bait Allah; Ia sedang duduk di tengah-tengah alim ulama, sambil mendengarkan mereka dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka. Dan semua orang yang mendengar Dia sangat heran akan kecerdasan-Nya dan segala jawab yang diberikan-Nya" (Luk. 2:46, 47).
Anak-anak lelaki Yahudi harus mempelajari Kitab Suci dan belajar berdagang. Jelas terlihat bahwa Yesus melakukan keduanya dan melakukannya dengan baik. "Kebiasaan"-Nya adalah pergi secara teratur ke sinagoga untuk mengkaji dan mempelajari (Luk. 4:16). Dalam Khotbah di Bukit, Yesus menyampaikan bahwa "Orang yang lapar dan haus [yang memiliki keinginan yang kuat] akan kebenaran, … akan dipuaskan" (Mat. 5:6). Ia sendiri memiliki keinginan semacam itu.
Ketika Yesus mengajar pada perayaan itu, "… heranlah orang-orang Yahudi dan berkata: 'Bagaimanakah orang ini mempunyai pengetahuan demikian tanpa belajar!'" (Yoh. 7:15) "Tanpa belajar" berarti Kristus sebagai orang dewasa tidak menerima pendidikan formal, bahwa Ia tidak pernah belajar di sekolah rabi. Namun demikian, Ia tahu isi Kitab Suci. Jelas sekali, keinginan, belajar, dan kerja keras-Nya merupakan hal sangat penting bagi pemaham-Nya.
Kualitas yang sama itu diperlukan di zaman kini. Kualitas itu diperlukan oleh banyak orang yang mengaku sebagai orang Kristen. Dalam sebuah jajak pendapat, 80 persen orang yang disurvei mengatakan bahwa mereka percaya Alkitab diilhami oleh Allah, sementara hanya 50 persen yang dapat menyebutkan empat Catatan Injil. Kita juga memerlukan kualitas ini dalam diri semua orang yang mencoba untuk berkhotbah. Beberapa pengkhotbah tampaknya mengutip hal lain apa saja, dan mengetahui hal lain apa saja, kecuali apa yang ada di dalam Alkitab.
Mari kita membuat penerapan pribadi: Seberapa baikkah kita mengetahui isi Alkitab? Saya suka cara Yohanes 5:39 diterjemahkan dalam Alkitab KJV: "Selidikilah kitab suci;66karena di dalamnya engkau menganggap dirimu memiliki hidup yang kekal: dan kitab suci itu bersaksi tentang Aku." Bagi "orang-orang yang dicerahkan" pada zaman-Nya, Yesus berkata, "Kamu sesat, sebab kamu tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa Allah!"( Mat. 22:29; lihat Mrk. 12:24).
3. Ia menghormati Kitab Suci. Sikap umum Yesus terhadap Firman Allah terlihat dalam Lukas 4:16. Ketika Ia membacanya, Ia berdiri untuk menghormatinya. Namun begitu, penekanan yang kita perlu lihat ada hubungannya dengan cara Yesus menangani Kitab Suci—bagaimana Ia menafsirkan dan menerapkan Kitab Suci.
Yesus percaya Alkitab sebagai wahyu dari Allah—pengungkapan, bukan penyembunyian; komunikasi dari yang Mahakuasa. Kita telah mencatat sikap tidak hormat orang lain terhadap tulisan-tulisan terilham. Mereka mengabaikan pesan asli dari para penulis, mereka mencari "makna yang lebih dalam," dan mereka mengkiaskan dan kalau tidak menyalahgunakan tulisan-tulisan suci itu. Sikap Kristus sangat berbeda dengan sikap mereka:
[Ajaran Kristus] sepenuhnya bebas dari kesalahan ekstrem penafsiran rabi dan hanya menyeru kepada arti jelas dari Kitab Suci.…
Dalam setiap contoh yang dicatat, penafsirannya adalah sederhana dan praktis dan menggunakan arti harfiah yang terletak pada permukaan polos Kitab Suci. Dalam terang pelbagai metode penafsiran yang berlaku pada zaman-Nya, penafsiran ini sungguh luar biasa.67
Saya menyebut pendekatan-Nya kepada Kitab Suci sebagai pendekatan "alami"— menangani Kitab Suci secara alami, seperti yang kita lakukan terhadap literatur pada umumnya. Dalam pendekatan ini, arti yang alami, normal selalu lebih disukai, memberi ruang bagi simile, metafora, dan gaya bahasa lainnya yang jelas.
Ini bukan pelajaran tentang hermeneutika,68tapi banyak yang dapat dipelajari dari penggunaan Kitab Suci oleh Yesus:
Ia menekankan perlunya mendekati Firman Allah dengan sikap yang benar (Mat. 13; Mrk. 4:9, 12; Luk. 8:18).
Ia mengenal baik bahasa asli Perjanjian Lama (Ibrani dan Aram) dan dengan pelbagai terjemahan (khususnya LXX).
Ia menetapkan prinsip-prinsip tentang mengumpulkan semua hal tentang suatu subjek, selalu melihat konteks suatu nas, dan membiarkan Alkitab menafsirkan dirinya sendiri, ketika ia berkata kepada Iblis, "Ada pula tertulis … "(Mat. 4:7).
Pentingnya mencatat keadaan di sekitar teks itu diakui ketika Yesus sering memberitahu siapa yang menulis nas itu, untuk siapa itu ditulis, dan mengapa itu ditulis.
Dalam semua penanganan-Nya atas Kitab Suci, Ia mengulas dengan sederhana dan alami dasar "peraturan" bahasa manusia.
Pendekatan Kristus secara akal sehat terhadap Alkitab diperlukan di zaman kini. Kita hidup di zaman spekulasi liar. Kadang-kadang tampaknya semakin liar spekulasi itu, semakin mudah mengumpulkan pengikut. Untuk jujur dengan diri kita sendiri, kita harus akui bahwa kita juga, kadang-kadang harus diingatkan tentang perlunya bersikap benar terhadap pelajaran Alkitab. Amos R. Wells menulis kata-kata ini:
Anda yang suka memainkan Alkitab, Mencelup dan mencoba sana-sini, Tepat sebelum Anda berlutut kelelahan, Dan mengeluarkan doa yang tergesa-gesa; Anda yang memperlakukan Mahkota Tulisan Tidak seperti Anda memperlakukan kitab lainnya—
Hanya satu paragraf yang diputus, Hanya pandangan tidak sabar yang kasar.…69
Bukankah benar bahwa manusia sering memperlakukan Alkitab tidak seperti mereka memperlakukan kitab lain? Seseorang pernah membawa buku cerita pendek yang dibungkus kertas kado untuk seorang teman di rumah sakit. Ia memberitahu temannya, "Engkau akan menyukai buku ini. Engkau dapat memilih isinya dan mulai membaca dari mana saja." Temannya menjawab," Oh, aku sudah memiliki Alkitab." "Sayangnya, beberapa orang menganggap Alkitab sebagai buku yang mereka dapat pilih isinya untuk dibaca beberapa ayat di sana-sini, dengan sedikit perhatian tentang "Siapa?"; "Apa?"; "Kapan?"; atau "Di mana?" tentang nas itu. Semoga Allah membantu kita untuk menghormati Kitab Suci dalam cara kita memperlakukannya.
4. Ia menaati Kitab Suci. Ada banyak lagi untuk ditekankan tentang hubungan Kristus dengan Kitab Suci. Selain percaya, mengetahui, dan menghormati Kitab Suci, Ia menaati Kitab Suci.
Untuk membantu kita memahami pernyataan ini secara lebih lengkap, kita perlu menyegarkan ingatan kita tentang beberapa fakta. Pertama, Yesus datang dengan kuasa dan wewenang. Setelah baptisan dan pencobaan-Nya, Yesus "kembali ke Galilea dalam kuasa Roh" (Luk. 4:14; NASB). Orang-orang itu mengatakan, "Dengan penuh wibawa dan kuasa Ia memberi perintah kepada roh-roh jahat dan merekapun keluar" (Luk. 4:36). Yesus sendiri menyatakan "di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa" (Luk. 5:24). Kedua, pada saat Kristus lahir, hukum Perjanjian Lama sudah berusia hampir 1.500 tahun. Itu sudah tua! Orang-orang Saduki berpendapat bahwa apa saja yang sudah tua pastinya sudah ketinggalan model dan ketinggalan zaman. Ketiga, Tuhan datang untuk tujuan tertentu membawa cara yang baru dan yang lebih baik. "Hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus" (Yoh. 1:17). Yesus secara terus-menerus mengatakan, "Kamu telah mendengar firman.… Tetapi Aku berkata kepadamu" (Mat. 5:38, 39; lihat Mat. 5:21, 22, 27, 28, 31-34, 43, 44). Seriuslah memikirkan tiga fakta ini, dan saya percaya Anda akan setuju bahwa jika ada orang yang pernah dibenarkan dalam melaksanakan hukum Taurat, orang itu adalah Tuhan.
Namun demikian, Yesus menaati Kitab Suci. Ia melaksanakan hukum Taurat. Beberapa waktu yang lalu, saya bicara dengan putri bungsu saya, Angi, tentang penghormatan yang diberikan kepada Vincent van Gogh70dan orang-orang berbakat lainnya dari masa lalu. Kami menyimpulkan bahwa konsep umumnya adalah bahwa jenius tidak selalu harus "bermain sesuai aturan." Sebaliknya, kita melihat bahwa Yesus—Orang terhebat yang pernah hidup, yang paling bijaksana dan paling berbakat—hidup "sesuai aturan. "
Seperti telah disebutkan sebelumnya, Ia "lahir di bawah hukum Taurat " (Gal. 4:4). Ia hidup dan mati di bawah hukum Musa—dan Ia telah melaksanakan hukum Taurat. Sikapnya terhadap Perjanjian Lama dinyatakan dalam Matius 5:17-20:
Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.71Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga.
Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
Ketika seorang wanita mengatakan berbahagialah ibu Yesus, Ia menjawab, "Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya" (Luk. 11:28). Dia juga mengatakan, "Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku" (Mrk. 3:35). Kecaman-Nya yang terbesar adalah kepada para ahli Taurat dan orang-orang Farisi, "Karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya" (Mat. 23:3).72
Ketika kita katakan bahwa Yesus menaati Kitab Suci, kita tidak bermaksud bahwa Ia melaksanakan sejumlah perintah tertentu. Kita bermaksud bahwa Ia benar-benar menyerahkan hidup-Nya, segenap diri-Nya, kepada kehendak Bapa. Ingatlah bahwa Kitab-kitab Suci itu tidak hanya bicara tentang Dia; tetapi juga meramalkan kematian-Nya. Yesus berkata bahwa "haruslah digenapi yang tertulis dalam Kitab Suci" (Mrk. 14:49; KJV; huruf miring ditambahkan), dan Ia memberikan segenap diri-Nya sampai akhir. Berkali-kali, Injil Yohanes menulis bahwa, seraya waktu kematian Kristus semakin mendekat, setiap peristiwa terjadi "agar Kitab Suci boleh digenapi" (Yoh. 13:18; NASB; lihat Yoh 15:25; 17:12; 19:36, 37).
Saya bersyukur kepada Allah bahwa Yesus percaya kepada penaatan Kitab Suci! Andaikan sebaliknya, Ia tidak akan pernah melaksanakan Perjanjian Lama secara sempurna sehingga perjanjian itu boleh dikesampingkan sebagai kesepakatan yang telah digenapi (Mat. 5:17; Yoh. 19:28, 30; Kol. 2:14). Andaikan sebaliknya, Ia tidak akan sudah menuju salib untuk menggenapi Kitab Suci, sehingga Perjanjian Baru boleh diberlakukan (Ibr. 9:16, 17)—sehingga Anda dan saya akan memiliki harapan hidup yang kekal !
Semoga dunia kita—yang begitu ceroboh dalam responsnya terhadap Alkitab— melihat kepada Yesus, yang menaati sampai sekecil-kecilnya. Semoga individu yang percaya bahwa ia mendapat pengecualian dari perintah Allah belajar dari Yesus, yang, pada dasarnya, berkata, "Bahkan Aku bukan pengecualiaan." Ketika Yohanes tidak mau membaptis Dia, Kristus berkata, "Biarlah hal itu terjadi, … [untuk] menggenapkan seluruh kehendak Allah" (Mat. 3:15). Semoga Allah membantu kita semua untuk belajar menaati tulisan-tulisan suci tanpa pertanyaan.
5. Ia berbagi Kitab Suci. Kita akan melihat satu kebenaran terakhir mengenai Kristus dan Kitab Suci: Ia berbagi Kitab Suci. Akan ada sesuatu yang kurang dalam sikap Yesus terhadap Firman Allah jika Ia tidak punya keinginan untuk berbagi firman itu dengan orang lain. Dengan mengacu kepada perintah-perintah Allah, Ia berkata bahwa "siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga (Mat. 5:19; huruf miring ditambahkan).
Yesus berbagi tulisan-tulisan terilham secara terbuka ketika Ia bicara kepada orang banyak. Ia berbagi Kitab Suci secara pribadi ketia Ia bicara kepada individu-individu (Luk. 10:38, 39). Ketika Ia berbagi Kitab Suci, Ia mengajar orang banyak apa yang Kitab Suci katakan (Luk. 24:27), menerapkan Firman itu kepada hidup mereka (Mat. 19:18, 19), dan mengoreksi kesalahpahaman mereka tentang tulisan-tulisan itu (Mat. 19: 7 , 8).
Sebagai bagian dari berbagi-Nya, Ia merekrut orang lain untuk melakukan hal yang sama. Bagi seorang calon murid, Ia berkata, "Biarlah orang mati menguburkan orang mati; tetapi engkau, pergilah dan beritakanlah Kerajaan Allah di mana-mana" (Luk. 9:60).
Inilah ujian bagi kasih kita untuk Kitab Suci: Apakah kita percaya kepada Kitab Suci? Bila benar kita akan memberitahu orang lain. Apakah kita tahu isi Kitab Suci? Bila benar kita harus berkeinginan untuk berbagi pengetahuan itu. Apakah kita menghormati Kitab Suci? Bila benar mari kita membantu orang lain untuk menangani Kitab Suci dengan benar (2 Tim. 2:15). Apakah kita peduli tentang menaati Kitab Suci? Bila benar kita harus menjawab tantangan Yesus untuk "Pergilah … beritakanlah Injil kepada segala makhluk" (Mrk. 16:15). Seseorang telah berkata, "Setiap hati yang bersama Kristus adalah seorang misionaris; setiap hati yang tanpa Kristus adalah ladang misi." Kata-kata Yesus masih mengiang-ngiang menghantui kita: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit"(Luk. 10:2).
Kesimpulan. Kristus dan Kitab Suci: Ia percaya kepada Kiatb Suci, mengetahui isi Kitab Suci, menghormati Kitab Suci, menaati Kitab Suci, dan berbagi Kitab Suci. Hubungannya dengan Firman Allah dapat diringkas dengan lima kata:
Kristus…
mengakui Kitab Suci sebagai Firman Allah. menetapkan Kitab Suci ke dalam ingatan. mengizinkan Kitab Suci untuk berbicara sendiri.
menyerahkan hidup-Nya kepada prinsip-prinsip Allah yang ditemukan di dalam Kitab Suci.
menyampaikan pesan dari Kitab Suci kepada orang lain.
Bagaimanakah pandangan kita tentang Kitab Suci? Suatu kali seorang pria yang tulus tapi buta huruf memimpin doa. Ia bermaksud untuk mengatakan "Pulihkan kami kembali" Sebaliknya ia mengatakan, "Alkitabkanlah kami kembali" Ketika kita mencoba menemukan dalam diri kita adanya ketidaktahuan dan ketidakpedulian tentang Firman Allah, doa ini tampaknya tepat: "Ya Tuhan, Alkitabkanlah kami kembali!" Semoga Allah membantu kita untuk memiliki sikap Yesus terhadap Kitab Suci.
TFTWMS: Roma (Garis Besar) Catatan Akhir:
80 W. E. Vine, Merrill F. Unger, and William White, Jr., Vine's Complete Expository Dictionary of Old and New Testament Words (...
Catatan Akhir:
- 80 W. E. Vine, Merrill F. Unger, and William White, Jr., Vine's Complete Expository Dictionary of Old and New Testament Words (Nashville: Thomas Nelson Publishers, 1985), 455.
- 81 Ibid., 52.
- 82 Mungkin Paulus menggunakan umum "sesama" untuk menunjukkan bahwa prinsip-prinsip di sini dapat memiliki penerapan yang lebih luas daripada sekedar untuk persoalan yang sedang dibahas.
- 83 Paulus tidak menjelaskan di sini bagaimana "mendidik" (membangun) saudara yang "lemah." Salah satu yang penting adalah memberi dia perintah yang penuh kesabaran, penuh kasih seraya pemahamannya bertumbuh.
- 84 Umat Kristen mula-mula menganggap Mazmur 69 sebagai mazmur mesianik. Mazmur itu dikutip dalam beberapa nas lainnya (Yoh. 2:17; 15:25; Kisah 1:20; Rom. 11:9, 10).
- 85 Diadaptasi dari Charles Hodge, Romans, The Crossway Classic Commentaries (Wheaton, Ill.: Crossway Books, 1993), 378.
- 86 Teks Yunaninya hanya menulis "Allah ketekunan dan penghiburan." Ini dapat mengacu kepada karakteristik Allah (Allah yang bertekun dan menghibur), tapi konteksnya lebih sesuai dengan gagasan bahwa ini adalah segala berkat yang Allah berikan kepada kita.
- 87 Alkitab AB dan MSG juga menggunakan kata "harmoni" dalam ayat 5.
- 88 Leon Morris, The Epistle to the Romans (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1988), 502.
- 89 Banyak terjemahan menulis "kamu" ketimbang "kita." Bruce M. Metzger menulis, "Bacaan uJmavß [humas, bentuk jamak "kamu"], yang memiliki dukungan yang unggul dan lebih beragam daripada bacaan hJmavß [hēmas,"kita" ], selaras dengan contoh-contoh lain dari bentuk jamak orang kedua dalam konteks itu (ayat 5-7)" (Bruce M. Metzger, A Textual Commentary on the Greek New Testament, 2d ed. [New York: United Bible Societies, 1994], 473). Arti nas itu pada dasarnya adalah sama apakah yang digunakan adalah "kita" atau "kamu."
- 90 Walter Bauer, A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature, 3d ed., rev. and ed. Frederick W. Danker (Chicago: University of Chicago Press, 2000), 1030.
- 91 Untuk sebagian besar bagian, nas-nas itu adalah dari terjemahan Yunani Perjanjian Lama (LXX).
- 92 Lihat 2 Sam. 22:50.
- 93 "Menyanyikan" adalah dari ya÷llw (psallo), yang dalam Perjanjian Baru berarti "menyanyikan pujian" (The Analytical Greek Lexicon [London: Samuel Bagster & Sons, 1971], 441.
- 94 Alih-alih "pujian," beberapa terjemahan menulis "menyanyikan pujian" atau yang serupa itu(BIS; JB; NCV).
- 95 Morris, 506.
- 96 Jim McGuiggan, The Book of Romans, Looking Into The Bible Series (Lubbock, Tex.: Montex Publishing Co., 1982), 419.
- 97 Bauer, 805.
- 98 R. C. Bell, Studies in Romans (Austin, Tex.: Firm Foundation Publishing House, 1957), 176.
- 20 G. Fitzer, "tolmaō," in Theological Dictionary of the New Testament, ed. Gerhard Kittel and Gerhard Friedrich, trans. and abr. Geoffrey W. Bromiley (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1985), 1183-84.
- 21 Mengingatkan adalah bagian penting dari pekerjaan seorang pengkhotbah atau guru, tetapi juga penting untuk membuat si pengingat itu segar dan relevan. Orang harus jangan mencoba mengatakan hal yang sama dengan cara yang sama berkali-kali.
- 22 Paulus melakukan banyak mujizat (Kisah 13:6-12; 14:3, 8-10; 16:16-18; 19:11, 12).
- 23 Vine, 682.
- 24 Wilayah provinsi Ilirikum kira-kira mencakup Serbia dan Montenegro (sebelumnya keduanya adalah bagian dari Yugoslavia) dan sebagian Albania.
- 25 Vine, 21.
- 26 Sejak 1966, serial Star Trek telah menyajikan cerita fiksi ilmiah tentang perjalanan ruang angkasa pada suatu misi "berani pergi ke tempat yang tidak ada seorangpun pernah pergi ke tempat itu sebelumnya."
- 27 Reuel Lemmons, "111,400,000 People and One Preacher," Firm Foundation (3 July 1956): 426.
- 28 John R. W. Stott, The Message of Romans: God's Good News for the World, The Bible Speaks Today (Downers Grove, Ill.: Inter-Varsity Press, 1994), 385.
- 29 Bauer, 873.
- 30 "Tapi sekarang, aku dalam" menunjukkan bahwa kepergiannya sudah dekat.
- 31 "Sumbangan" adalah dari koinwni÷a (koinōnia). Memberikan uang adalah salah satu cara kita berbagi dalam mendukung pekerjaan Tuhan (lihat komentar tentang 12:13).
- 32 Bruce Barton, David Veerman, and Neil Wilson, Romans, Life Application Bible Commentary (Wheaton, Ill.: Tyndale House Publishers, 1992), 283.
- 33 Makedonia dan Akhaya adalah provinsi-provinsi di utara dan di selatan Yunani. Filipi dan Tesalonika adalah kota-kota di Makedonia; Korintus adalah kota di Akhaya.
- 34 Di antara mereka yang menemani Paulus ketika ia membawa pemberian itu ke Yerusalem adalah dua orang dari provinsi Asia (Kisah 20:4). Salah satunya adalah dari Efesus (Kisah 21:29).
- 35 Mungkin Paulus sedang mengacu kepada fakta bahwa bangsa-bangsa lain diizinkan untuk berbagi dalam berkat-berkat yang dijanjikan kepada orang-orang Yahudi. Penolakan orang Yahudi atas injil mengakibatkan injil itu dibawa kepada bangsa-bangsa lain (lihat komentar tentang 11:17, 30, 31).
- 36 Douglas J. Moo, Romans, The NIV Application Commentary (Grand Rapids, Mich.: Zondervan Publishing House, 2000), 497.
- 37 Menggunakan ungkapan umum, Paulus ingin "menyegel kesepakatan."
- 38 F. F. Bruce, The Letter of Paul to the Romans, 2d ed., The Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1985), 14.
- 39 Moo, 495. Acuan terkenal kepada Tarsis adalah Yunus 1:3.
- 40 William Barclay, The Letter to the Romans, rev. ed., The Daily Study Bible (Philadelphia: Westminster Press, 1975), 3.
- 41 Merrill C. Tenney, New Testament Survey (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1961), 308.
- 42 "Kepenuhan" adalah dari plh÷rwma (pleroma). Sekali lagi, istilah ini mengandung gagasan "jumlah yang penuh" (lihat komentar tentang 11:25, 26a).
- 43 Alkitab KJV dan NKJV menulis "injil Kristus."
- 44 Paulus sering meminta para pembacanya untuk mendoakan dia (2 Kor. 1:11; Efe. 6:19; Kol. 4:3; 1 Tes. 5:25; 2 Tes.
- 45 Ini adalah salah satu dari banyak ayat di dalam Perjanjian Baru yang mengacu kepada semua tiga anggota keAllahan: Allah, Kristus, dan Roh Kudus (lihat Mat. 3:16, 17; 28:19; Rom. 8:9, 11; 1 Kor. 12:4-7; 2 Kor. 13:14; Efe. 2:18; 4:4-6; 1 Pet. 1:2; Yudas 20, 21).
- 46 Diadaptasi dari Moo, 490.
- 47 Barton, Veerman, dan Wilson, 284.
- 48 Lukas tidak banyak berkata tentang sumbangan dalam cerita perjalanan dan kegiatan Paulus di dalam kitab Kisah Para Rasul.
- 49 Saran ini memiliki bahaya jasmani dan rohani; tetapi Paulus, yang ingin sekali menjadi "segala-galanya bagi semua orang" (1 Kor. 9:22; NASB), setuju dengan saran itu. Penjelasan lebih lengkap tentang kejadian ini diberikan dalam David L. Roper, Acts 15-28, Truth for Today Commentary (Searcy, Ark.: Resource Publications, 2001), 283-89.
- 50 Alih-alih "tidak taat," beberapa terjemahan menulis "tidak percaya" atau yang sama dengan itu; tapi kata Yunani ajpeiqe÷w (apeitheō) berarti "tidak taat." Sekali lagi, Paulus menunjukkan pentingnya memiliki iman yang taat.
- 51 Bell, 183.
- 52 Vine, 157.
- 53 Lihat pembahasan kewarganegaraan dalam David L. Roper, dalam seri pelajaran ini.
- 54 Hodge, 387.
- 55 1 Clement 5.7.
- 56 Pada perjalanan misinya yang kedua, Paulus ingin pergi ke provinsi Asia, tetapi Roh melarang dia (Kisah 16:6). Belakangan, pada akhir perjalanan itu, Paulus secara singkat mengunjungi Efesus di Asia (Kisah 18:19-21). Ia kembali ke Efesus pada perjalanan ketiga dan bekerja di sana selama beberapa tahun (Kisah 19:1, 10).
- 57 Charles Sheldon, In His Steps (N.p., 1896; reprint, Nashville: Broadman Press, 1935).
- 58 Pada 1990-an, pertanyaan "Apakah Yang Akan Yesus Lakukan?" (What Would Jesus Do? Disingkat WWJD) menjadi populer di kalangan remaja agamis di AS. Namun begitu, sebagian besar tahu sedikit atau tidak tahu sama sekali tentang buku Sheldon.
- 59 Pelajaran ini didasarkan pada ceramah yang saya sajikan pada Sixth Annual Fort Worth Lectures in 1983.
- 60 Graphē adalah bentuk kata benda. Bentuk kata kerja gra÷fw (graphō) ditemukan lebih dari 190 kali di dalam Perjanjian Baru dan umumnya diterjemahkan sebagai "menulis" atau sesuatu yang serupa.
- 61 Hal ini juga berlaku dalam KJV.
- 62 H. E. Dana and R. E. Glaze, Jr., Interpreting the New Testament (Nashville: Broadman Press, 1961), 22.
- 63 Dalam metode ini, maksud asli penulis diabaikan. Pesan dari dokumen itu diubah menjadi "alegori" yang menyampaikan beberapa pesan lainnya. Metode ini lebih banyak berkata tentang pemikiran penafsir, tapi sedikit bicara tentang maksud dari penulis aslinya.
- 64 Beberapa orang Yahudi merasa malu oleh unsur-unsur mujizatiah Perjanjian Lama. Mereka "mengkiaskan" unsur-unsur itu dan menjadikan mereka "mitos," dengan demikian berharap untuk membuat Firman Allah "lebih cocok" untuk mendidik orang Yunani. Beberapa orang sekarang ini masih mencoba untuk "mengecilkan arti" mujizat-mujizat Alkitab.
- 65 Plymouth, sebuah kota di tenggara Massachusetts di Amerika Serikat, terletak di Teluk Plymouth. Ini adalah situs pemukiman permanen Eropa yang pertama di New England.
- 66 Dalam teks aslinya, kalimat yang diterjemahkan "Menyelidiki kitab suci" dalam KJV dapat diterjemahkan sebagai imperatif ("Carilah Kitab Suci") atau indikatif ("Engkau menyelidiki Kitab Suci"). Sebelumnya dalam pelajaran ini, saya menggunakan nas ini dalam bentuk mood indikatif (mengutip dari NASB); di sini saya menggunakannya dalam mood imperatif (mengutip dari KJV).
- 67 Dana dan Glaze, 38.
- 68 "Hermeneutika" mengacu kepada seni dan ilmu menafsirkan Alkitab.
- 69 Eleanor L. Doan, "Read It Through," in The Speaker's Sourcebook (Grand Rapids, Mich.: Zondervan, 1962), 35.
- 70 Pelukis Belanda Vincent van Gogh adalah seorang impresionis. Seorang "impresionis" melukis impresinya atas suatu subjek daripada rupa sebenarnya subjek itu.
- 71 Ketika Yesus mati di kayu salib, "semua" sudah "diselesaikan," dan Hukum Lama sudah dihapuskan (Kol. 2:14). Sampai pada titik itu, Yesus menekankan bahwa tidak orang yang memiliki hak untuk melanggar yang mana saja dari ajaran-ajaran hukum Taurat itu-tidak juga diri-Nya sendiri.
- 72 Orang-orang Farisi mengajarkan ajaran agama dari hukum Taurat, tetapi mereka tidak hidup sesuai dengan ajaran mereka sendiri. Alkitab NIV menulis "mereka tidak mempraktikkan apa yang mereka khotbahkan."
- 73 Penulis kitab Ibrani membedakan dua perjanjian (wasiat) sebagai perjanjian yang pertama dan perjanjian yang kedua (Ibr. 8:7). Perjanjian yang kedua, ia sebut "perjanjian baru" (Ibr. 8:13.) Atau "wasiat" (Ibr. 9:15;. KJV), menunjukkan bahwa "perjanjian yang pertama" sudah tua (Ibr. 8:13).
- 74 McGuiggan, 412.
- 75 Moo, 471.
- 76 Ibid., 474.
- 77 Chris Bullard, "A Man with a Mission," khotbah ini dikhotbahkan di Overland Park church of Christ, Overland Park, Kansas, 13 January 1991, cassette.
- 78 Dale Hartman, khotbah tentang resolusi konflik yang dikhotbahkan di Eastside church of Christ, Midwest City, Oklahoma, 28 March 2004.
- 79 Donn Pearce and Frank Pierson, Cool Hand Luke, directed by Stuart Rosenberg (Warner Brothers-Seven Arts, 1967).
- 80 Stott, 379-81.
- 81 Pat Alger, Larry Bastian, and Garth Brooks, "Unanswered Prayers" (1990).
- 82 Allah selalu menjawab doa anak-anak-Nya, tetapi tidak ada janji seperti itu bagi mereka yang bukan anak-anak-Nya. kehendak Allah kepada kehendak kita, melainkan untuk menyelaraskan kehendak kita dengan kehendak-Nya."
- 83 Para penulis "Unanswered Prayers" mungkin tidak menggunakan ungkapan yang tepat, tapi mereka punya gagasan dasar yang benar. Beberapa dari berkat Allah yang terbesar diberikan ketika Ia menjawab doa kita, "Tidak"-atau bahkan "Ya, tapi.…"
- 83 Stott, 389.
TFTWMS: Roma (Pendahuluan Kitab) "Terimalah Satu Sama Lain" (Roma 14:1; 15:7)
Saudara yang "kuat" diberitahu untuk menerima saudara yang "lemah" dan tid...
"Terimalah Satu Sama Lain" (Roma 14:1; 15:7)
Saudara yang "kuat" diberitahu untuk menerima saudara yang "lemah" dan tidak boleh memandang rendah dia. Paulus juga menunjukkan bahwa saudara yang "lemah" harus menerima saudara yang "kuat" (lihat 15:7) dan harus jangan menghakimi saudara-saudara mereka. Seseorang mungkin bertanya, "Bagaimanakah saya tahu bahwa saya adalah saudara yang kuat atau yang lemah?" Sebagian besar orang yang berpikiran kuat menganggap diri mereka sebagai saudara "yang kuat." (Saya hanya ingat satu kesempatan ketika saya mendengar seorang Kristen menyebut dirinya sebagai "saudara yang lemah.") Mengenai sikap saling menerima, pada sebagian besar masalah hal itu tidak begitu penting apakah Anda adalah saudara yang "kuat" atau yang "lemah." (Jika Anda berkeras bahwa Anda adalah saudara yang "kuat," itu tidak apa-apa. Pada kenyataannya, saudara yang "kuat" memiliki tanggung jawab yang lebih besar.) Apakah "kuat" atau "lemah," pesan untuk setiap orang Kristen adalah sama: "Terimalah satu sama lain" (15:7)!
BIS: Roma (Pendahuluan Kitab) SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT DI ROMA
PENGANTAR
Surat Paulus Kepada Jemaat di Roma ditulis untuk mempersiapkan mereka
terhadap kunjungannya kepada mere
SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT DI ROMA
PENGANTAR
Surat Paulus Kepada Jemaat di Roma ditulis untuk mempersiapkan mereka terhadap kunjungannya kepada mereka. Menurut rencana, Paulus akan bekerja sementara waktu di antara orang-orang Kristen di sana, kemudian dengan bantuan mereka, ia ingin pergi ke Spanyol. Paulus menulis surat ini untuk menjelaskan pengertiannya tentang agama Kristen dan tuntutan-tuntutannya yang praktis untuk kehidupan orang-orang Kristen.
Setelah menyampaikan salamnya kepada orang-orang dalam jemaat di Roma, dan memberitahukan kepada mereka tentang doanya bagi mereka, Paulus mengemukakan tema suratnya ini: "Dengan Kabar Baik itu Allah menunjukkan bagaimana caranya hubungan manusia dengan Allah menjadi baik kembali; caranya ialah dengan percaya kepada Allah, dari mula sampai akhir" (Rom 1:17).
Setelah itu Paulus menguraikan temanya itu. Semua orang --baik Yahudi maupun bukan Yahudi -- perlu diperbaiki hubungannya dengan Allah, sebab semuanya sama-sama berada dalam kekuasaan dosa. Hubungan manusia dengan Allah menjadi baik kembali kalau manusia percaya kepada Yesus Kristus. Kemudian Paulus menguraikan tentang hidup baru yang dialami oleh manusia kalau bersatu dengan Kristus. Hidup baru itu tumbuh karena adanya hubungan yang baru dengan Allah. Orang yang sudah percaya kepada Yesus, hidup damai dengan Allah, dan Roh Allah membebaskan dia dari kekuasaan dosa dan kematian. Dalam pasal 5-8 (Rom 5:1-8:39) Paulus menjelaskan juga tujuan Hukum-hukum Allah dan kuasa Roh Allah di dalam kehidupan orang percaya. Kemudian Paulus menjelaskan bahwa orang Yahudi dan bukan Yahudi termasuk dalam rencana Allah untuk umat manusia. Paulus menyimpulkan bahwa penolakan Yesus oleh orang Yahudi sudah termasuk dalam rencana Allah untuk menolong manusia berdasarkan rahmat-Nya melalui Yesus Kristus. Paulus yakin bahwa orang Yahudi tidak selalu akan menolak Yesus. Akhirnya Paulus menulis tentang bagaimana orang harus hidup sebagai orang Kristen, terutama sekali tentang caranya mempraktekkan kasih dalam hubungan dengan orang-orang lain. Untuk itu Paulus memilih pokok-pokok seperti berikut ini: melayani Allah, kewajiban orang Kristen terhadap negara dan sesama orang Kristen, dan berbagai-bagai persoalan yang menyangkut hati nurani. Paulus menutup suratnya ini dengan pesan-pesan pribadi dan puji-pujian kepada Allah.
Isi
- Pendahuluan dan tema
Roma 1:1-17 - Kebutuhan manusia akan keselamatan
Roma 1:18-3:20 - Jalan keselamatan dari Allah
Roma 3:21-4:25 - Hidup baru karena bersatu dengan Kristus
Roma 5:1-8:39 - Israel dalam rencana Allah
Roma 9:1-11:36 - Kelakuan Kristen
Roma 12:1-15:13 - Penutup dan salam pribadi
Roma 15:14-16:27
Ajaran: Roma (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran utama Kitab Roma dan yakin
bahwa manusia diselamatkan hanya oleh iman kepada Tuhan Yesus Kr
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran utama Kitab Roma dan yakin bahwa manusia diselamatkan hanya oleh iman kepada Tuhan Yesus Kristus.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Paulus (Rom 1:1).
Tahun : Sekitar tahun 58 sesudah Masehi, dari kota Korintus.
Penerima : Orang-orang Kristen di kota Roma (dan juga setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus).
Isi Kitab: Kitab Roma terbagi atas 16 pasal. Dalam kitab ini Rasul Paulus menjelaskan tentang cara manusia yang berdosa diselamatkan, yaitu melalui iman saja kepada Tuhan Yesus. Dan juga tentang cara hidup orang-orang yang telah diselamatkan tersebut.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Roma
Pasal 1-11 (Rom 1:1-11:36).
Pengajaran tentang Injil merupakan kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap manusia
Pada bagian ini dijelaskan bahwa semua manusia telah berbuat dosa dan sudah tidak mengenal Allah. Karena itu manusia berdosa sudah berada dalam penghukuman Allah, yaitu kematian. Keselamatan dari kematian akibat dosa tidak dapat diperoleh melalui usaha manusia atau melalui melakukan Hukum Taurat. Keselamatan itu hanya dapat diperoleh dalam anugerah Allah yang ada pada Tuhan Yesus. Ini berarti keselamatan manusia hanya dapat diperoleh melalui iman kepada anugerah Allah yang ada di dalam Tuhan Yesus.
Pendalaman
- Berdasarkan pasal Rom 1:21-25,28-31. Apakah yang dilakukan manusia di dunia?
- Bacalah pasal Rom 3:23; 6:23. _Tanyakan_: Berapa banyakkah manusia yang berdosa? Apakah akibat dari dosa?
- Bacalah pasal Rom 10:9-13. _Tanyakan_: Bagaimanakah caranya manusia diselamatkan?
Pasal 12-16 (Rom 12:1-16:27).
Pengajaran tentang kehidupan orang Kristen setiap hari
Pada bagian ini, dijelaskan bagaimana seharusnya kehidupan dari setiap orang yang sudah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat-Nya.
Pendalaman
- Bacalah pasal Rom 12:1-2. _Tanyakan_: Apakah ibadah orang Kristen yang sejati dan berkena di hadapan Allah?
- Bacalah pasal Rom 12:6-8. _Tanyakan_: Bagaimanakah sikap kehidupan seorang pelayan Firma Allah?
- Bacalah pasal Rom 12:9-21. _Tanyakan_: Bagaimanakah cara hidup orang percaya/Kristen dala masyarakat?
- Bacalah pasal Rom 13:1. _Tanyakan_: Bagaimanakah sikap orang Kristen terhadap pemerintah?
- Bacalah pasal Rom 15:1. _Tanyakan_: Bagaimanakah sikap orang Kristen terhadap orang yan lemah?
- Bacalah pasal Rom 16:17-18. _Tanyakan_: Apakah peringatan Rasul Paulus terhadap orang percaya?
II. Kesimpulan
Melalui Kitab Roma jelaslah bahwa Allah mengatakan bahwa semua orang telah berbuat dosa, dan mengalami penghukuman, yaitu kematian. Allah juga dengan tegas menyatakan bahwa semua usaha manusia untuk menyelamatkan diri dari kematian itu sia-sia. Allah menyatakan bahwa manusia memperoleh keselamatan hanya melalui iman kepada Tuhan Yesus Kristus.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab Roma?
- Mengapakah semua manusia berada dalam penghukuman Allah?
- Mengapakah orang Kristen perlu menguduskan diri?
- Bagaimanakah cara hidup orang Kristen?
Intisari: Roma (Pendahuluan Kitab) Inti InjilMENGAPA ROMA?Dalam Kisah para Rasul kita saksikan Paulus memulai gereja-gereja di tempat-tempat yang sekarang kita kenal sebagai Turki dan Y
Inti Injil
MENGAPA ROMA?
Dalam Kisah para Rasul kita saksikan Paulus memulai gereja-gereja di tempat-tempat yang sekarang kita kenal sebagai Turki dan Yunani. Tetapi, ia mempunyai suatu rencana jangka panjang untuk menginjili lebih jauh ke barat, yaitu ke Roma dan kemudian lebih jauh lagi. Namun demikian ada hal-hal lain yang perlu dikerjakan terlebih dahulu. Ia harus kembali ke Yerusalem untuk mengambil bantuan yang telah dikumpulkan oleh orang-orang Kristen bukan Yahudi bagi orang-orang miskin yang percaya di sana. Setelah itu ia dapat dengan leluasa mencurahkan perhatiannya ke ibu kota tersebut, dan setelah itu ia mengarahkan pandangannya ke Spanyol (15:22-29). Alasan Paulus ialah ia selalu ingin merintis daerah baru dan memberitakan Injil di tempat Injil belum pernah didengar. Ini sedikit menjelaskan mengapa surat ini ditulis - sebuah gereja sudah dibangun di Roma, karena itu Paulus tidak menganggap kunjungan ke Roma sebagai prioritas utama (15:18-21). Kita tidak tahu kapan gereja itu didirikan, tetapi jika kita melihat daftar para peziarah di Hari Pentakosta, kita akan melihat bahwa di antara mereka terdapat orang-orang Roma (Kis. 2: 10). Dari nama-nama pada akhir surat ini, rupa-rupanya Paulus sudah mengenal sejumlah besar anggota jemaat di sana (16:3-15), hal ini dapat dimengerti karena banyak jalan menuju Roma. Banyak orang melakukan perjalanan di daerah kekaisaran Roma terutama para pedagang, dan banyak dari mereka akhirnya menetap di ibu kota.
MENGAPA SURAT INI DITULIS?
Tampaknya Paulus sedang mempersiapkan kunjungannya dengan menjelaskan Injil bagi mereka. Mungkin ada orang yang mengritik ajarannya dan ia ingin meluruskan hal itu. Pada waktu yang bersamaan penulisan surat ke Roma merupakan kesempatan untuk menulis intisari kabar baik tentang Kristus secara lebih terinci dibandingkan dengan yang terdapat dalam kitab Perjanjian Baru yang lain. Surat Roma merupakan salah satu tulisan Paulus yang paling teratur, oleh karenanya surat ini telah menjadi buku sumber bagi orang Kristen sejak ia mendiktekannya kepada kawannya, Tertius, di Korintus sekitar tahun 57.
PAULUS DI ROMA.
Rencana Paulus tidak berjalan sesuai dengan apa yang diinginkannya. Kita tahu dari Kisah para Rasul bahwa ketika tiba di Yerusalem ia ditangkap, dan setelah beberapa saat di penjara, ia memohon, seperti lazimnya warga negara Romawi, supaya kasusnya dapat didengar oleh Kaisar. Oleh karena itu, ia dibawa ke Roma sebagai tawanan. Rupa-rupanya ia dibebaskan dan melanjutkan pekerjaan pelayanannya sebelum akhirnya dibunuh di Roma.
ORANG ROMAWI DAN GEREJA.
Ketika orang Kristen menemukan kembali surat-surat seperti surat Roma pada waktu Reformasi, hal ini mengubah gereja secara besar-besaran. Mereka menyadari bahwa mereka tidak dapat memperoleh keselamatan dari apa yang mereka lakukan. Allah telah melakukan keselamatan itu bagi mereka, dalam cara yang memungkinkan Ia dapat membenarkan orang-orang berdosa. Rahasianya tentu terdapat pada salib.
Pesan
1. Kita semua perlu dibenarkan di hadapan Allah (pasal 1-3)o Bagi orang bukan Yahudi, cukup banyak yang dapat diketahui tentang Dia
- dalam alam semesta. Rom 1:19-20
- dalam kenyataan kita sebagai ciptaan. Rom 2:14-15
o Untuk orang Yahudi, lebih dari cukup - dalam firman-Nya. Rom 2:12, 17-24;3:1-2
o Semua orang jatuh di dalam dosa. Rom 3:9-20, 23
o Tidak seorang pun
- boleh menghakimi orang lain. Rom 2:1-3
- boleh bermegah diri. Rom 3:27
- dapat berdalih. Rom 1:20; 2:1; 3:19
- dapat menyelamatkan dirinya sendiri. Rom 3:20, 23
2. Allah melakukan semua itu (pasal 3-5)
o Kematian Kristus membayar semua hutang
- Ia mati menggantikan kita. Rom 3:24-25
- pada waktu kita masih berdosa. Rom 5:6-8
- kita dapat dibenarkan. Rom 3:24
o Abraham mempercayai firman Allah
- kita pun harus beriman. Rom 3:25; 4:16-25; 5:1
o Adam melakukan sesuatu yang berakibat pada kita sampai sekarang
- demikian pula apa yang dilakukan Kristus di kayu salib. Rom 5:12-19
3. Cara hidup yang berbeda (pasal 6-8)
o Masalahnya ialah sifat dosa manusia
- yang tidak dapat menjadi baik. Rom 7:18
- yang berseteru terhadap Allah. Rom 8:7
- yang tidak memperkenan Allah. Rom 8:8
o Kuasa datang dari Roh Kudus
- yang diam di dalam kita. Rom 8:9-11
- yang menimbulkan pertentangan. Rom 7:13-23
- yang menyediakan kemenangan. Rom 7:24-25
o Kita harus bekerja sama dengan Dia
- menolak dosa. Rom 6:13, 16, 19; 8:13
- menaati Kristus. Rom 6:13, 16-19, lihat Rom 12:1
o Kita bisa
- memperoleh kemenangan. Rom 6:14
- menerima kehidupan. Rom 8:11
- menjadi anak-anak Allah. Rom 8:14-17
- mengalami pertolongan-Nya. Rom 8:26-27
- menjadi seperti Kristus. Rom 8:28-30, lihat Rom 12:2
- merasa pasti bahwa kita adalah milikNya. Rom 8:31-39
4. Allah tahu apa yang sedang dilakukanNya (pasal 9-11)
o Allah tahu bagaimana mengendalikan umat-Nya
- terhadap orang Yahudi yang tidak taat sekalipun. Rom 9:1-33
- Ia mempunyai rencana induk. Rom 11:1-32
o Kita tetap harus memberikan tanggapan
- dalam iman yang taat. Rom 10:5-21
5. Kita diselamatkan bersama (pasal 12-1)
o Kita adalah anggota dari satu tubuh
- saling memiliki. Rom 12:3-8
- saling mengasihi. Rom 12:9-21; 13:8-10
- saling menerima. Rom 14:1-15:7
- saling menghayati gaya hidup yang baru. Rom 13:1-7, 11-14
Penerapan
1. Tawaran itu cuma-cuma(untuk dibenarkan di hadapan Allah)
o Karena keberadaan kita, itu harus terjadi
o Itu dapat terjadi karena Kristus telah
melakukannya
o Ini berarti
- kita tidak dapat memperolehnya sendiri
- kita harus menerimanya dengan iman
2. Kuasa itu ada
(untuk hidup sebagai orang Kristen)
o Oleh karena kita tidak mampu melakukannya sendiri
o Oleh karena Roh Kudus hidup di dalam kita
o Ini berarti
- membuang sifat-sifat dosa kita
- menaati Yesus Kristus
3. Persekutuan Itu milik kita
(bersama dengan sesama Kristen)
o Oleh karena kita saling memiliki
o Oleh karena kita sekarang tahu bagai
mana mengasihi
o Ini berarti
- kita harus menumbuhkan dan menghargainya
- kita tidak boleh menyalahgunakan atau memandang enteng persekutuan Kristen
Tema-tema Kunci
1. Anugerah.
Kebenaran yang berkali-kali ditanamkan ialah bahwa jika kita dapat menjadi Kristen, Allah yang harus melakukannya. Anugerah Allah itu diberikan dengan cuma-cuma, kita tidak dapat melakukan sendiri. Namun demikian, kita tidak boleh juga menganggap hal itu sepele. Telusurilah tema ini dalam seluruh surat Roma: Rom 1:7; 2:4; 3:24, 27; 4:16; 5:15, 17, 21; 6:1, 15; 11: 5-6.
2. Iman.
Kita mendapat anugerah cuma-cuma dari Allah oleh iman kepada Kristus. Pada saat yang sama, tidak berarti kita hanya semata-mata percaya tentang Dia, tetapi menerima firman Allah, menaati-Nya dan mengakui Kristus. Perhatikan bagaimana Paulus menekankan tentang iman dalam surat ini, dan juga bagaimana ia mendefinisikannya. Apakah iman kita cukup besar? 1:5 (lihat 15:18); Rom 1:16-17; 3:22, 26-31; 4:1-25; 5:1; 10:8-11; 10:17.
3. Pembebasan (atau Pembenaran).
Kata di atas diambil dari istilah yang ada dalam sidang pengadilan. Allah membebaskan - atau 'membenarkan' - pendosa, menyatakannya'benar', oleh karena apa yang telah Yesus lakukan sebagai penggantinya. Lihat bagaimana Paulus mengaitkan ini dalam kematian Kristus dan iman: Rom 1:17; 3:21-26; 4:1-25; 5:8-11, 15-21; 10:1-10.
4. Kebersamaan.
Perhatikan apa yang Paulus katakan bahwa kita semua berdosa dan kita diselamatkan bersama-sama. Ia menggunakan gambaran tentang tubuh ketika ia ingin menunjukkan bagaimana kita harus bekerja sama satu dengan yang lain. Walaupun hal-hal yang mengganggu dan memecah belah Kristen pada zaman Paulus berbeda dengan masa kini, apakah ia memberikan pedoman yang dapat kita terapkan saat ini? Khususnya lihat 14:1-15:7.
5. Allah adalah Raja.
Kita mendapat kesan yang jelas bahwa walaupun manusia tidak percaya, Allah tetap mengendalikan dunia, sebagaimana Ia mengatur kehidupan Kristen. Hal ini menjadi jaminan yang sangat berarti bagi mereka yang percaya, walaupun kita tidak dapat mengerti bagaimana Ia melakukannya. Bacalah seluruh pasal 9 dan 10 sekali lagi. Bagaimana keduanya saling mengisi?
Garis Besar Intisari: Roma (Pendahuluan Kitab) [1] 'MENGAPA SAYA MENULIS...' Rom 1:1-7
Rom 1:1-17Semua tentang Yesus Kristus
Rom 1:8-15Saya mempunyai sesuatu untuk dibagikan
Rom 1:16-17Berit
[1] 'MENGAPA SAYA MENULIS...' Rom 1:1-7
Rom 1:1-17 | Semua tentang Yesus Kristus |
Rom 1:8-15 | Saya mempunyai sesuatu untuk dibagikan |
Rom 1:16-17 | Berita secara ringkas |
[2] 'KITA SEMUA ADALAH ORANG BERDOSA' Rom 1:18-3:20
Rom 1:18-32 | Mereka yang tidak memiliki Alkitab |
Rom 2:1-11 | Menghakimi orang lain? |
Rom 2:12-16 | Allah akan menghakimi kita semua |
Rom 2:17-3:20 | Lebih baikkah orang Yahudi? |
[3] 'ALLAH MEMPUNYAI JALAN' Rom 3:21-5:21
Rom 3:21-26 | Apa yang dilakukan oleh salib |
Rom 3:27-31 | Siapa yang boleh bermegah? |
Rom 4:1-25 | Abraham percaya lebih dulu |
Rom 5:1-5 | Sukacita - walaupun dalam kesusahan |
Rom 5:6-11 | Ketika kita tidak berdaya |
Rom 5:12-21 | Kristus dan Adam |
[4] 'HIDUP BARU' Rom 6:1-8:39
Rom 6:1-14 | Dosa dapat dikalahkan |
Rom 6:15-23 | Pergantian pemilik |
Rom 7:1-6 | Pergantian pasangan |
Rom 7:7-25 | Peperangan dalam hati |
Rom 8:1-11 | Roh memberi hidup |
Rom 8:12-17 | Anak-anak Allah! |
Rom 8:18-25 | Dan banyak lagi yang lain |
Rom 8:26-27 | Doa |
Rom 8:28-30 | Tujuan |
Rom 8:31-39 | Apa lagi yang dapat saya katakan? |
[5] 'TETAPI BAGAIMANA HALNYA DENGAN ORANG YAHUDI?' Rom 9:1-11:36
Rom 9:1-5 | Hak-hak istimewa mereka |
Rom 9:6-33 | Maksud Allah |
Rom 10:1-21 | Iman menyelamatkan |
Rom 11:1-36 | Rencana yang aneh |
[6] 'HAYATILAH!' Rom 12:1-15:13
Rom 12:1-2 | Kehidupan yang dipersembahkan |
Rom 12:3-21 | Kehidupan di dalam satu tubuh |
Rom 13:1-7 | Hidup dalam masyarakat |
Rom 13:8-10 | Hidup dalam kasih |
Rom 13:11-14 | Bangun dan hiduplah! |
Rom 14:1-15:13 | Hidup bersama dengan sesama |
[7] 'RENCANA HARI DEPANKU' Rom 15:14-33
Rom 15:14-21 | Pelayanan saya |
Rom 15:22-33 | Ambisi saya |
[8] 'SANGAT BANYAK KAWAN DI ROMA' Rom 16:1-27
Allah memberkati kalian semuaBank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi