Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Tit 2:1-10
Matthew Henry: Tit 2:1-10 - Kewajiban-kewajiban Setiap Orang
Di sini Rasul Paulus memberikan petunjuk umum kepada Titus untuk menjalankan tugasnya dengan setia (ay. 1), dan secara khusus berkenaan dengan be...
- Di sini Rasul Paulus memberikan petunjuk umum kepada Titus untuk menjalankan tugasnya dengan setia (ay. 1), dan secara khusus berkenaan dengan beberapa macam orang (ay. 2-10). Rasul Paulus juga menyertakan alasan-alasan untuk petunjuk-petunjuknya itu, serta alasan untuk petunjuk-petunjuk lain berikutnya (ay. 11- 14), dan diakhiri dengan sebuah petunjuk yang mengandung ringkasan dari semua petunjuknya (ay. 15).
Kewajiban-kewajiban Setiap Orang (2:1-10)
- Inilah hal ketiga yang menjadi pokok pembahasan surat ini. Dalam pasal sebelumnya, Rasul Paulus sudah memberi petunjuk kepada Titus mengenai soal-soal pengaturan, dan supaya dia mengatur hal-hal yang masih perlu diatur dalam jemaat-jemaat. Sekarang, di sini dia menasihati Titus,
- I. Secara umum, supaya dia melaksanakan tugasnya sendiri dengan setia. Walaupun dia sudah menahbiskan beberapa orang lain untuk berkhotbah, namun hal itu tidak akan membebaskan dia dari tugasnya untuk berkhotbah. Dia juga tidak boleh hanya mengurus hamba-hamba Tuhan dan penatua-penatua saja, tetapi juga harus mengajar orang-orang Kristen secara pribadi dalam hal kewajiban-kewajiban mereka. Kata penghubung tetapi di sini menunjuk kembali kepada guru-guru sesat, yang menyemburkan dongeng-dongeng, hal-hal yang sia-sia dan tidak bermanfaat. Berlawanan dengan mereka, katanya, “Tetapi engkau, beritakanlah apa yang sesuai dengan ajaran yang sehat, yang sesuai dengan firman, yang murni dan tidak bercela, yang menyehatkan dan menguatkan bagi kehidupan kekal.” Perhatikanlah,
- 1. Ajaran yang benar dari Injil adalah ajaran yang sehat, isinya baik dan berguna. Ajaran-ajaran itu sendiri baik dan kudus, dan membuat orang-orang yang mempercayainya baik dan kudus juga. Ajaran-ajaran itu membuat mereka layak dan bersemangat melayani Allah.
- 2. Hamba-hamba Tuhan harus berhati-hati supaya hanya mengajarkan kebenaran-kebenaran yang demikian. Jika percakapan biasa orang Kristen saja harus tidak kotor, baik untuk membangun, supaya mereka yang mendengarnya beroleh kasih karunia (Ef. 4:29), terlebih lagi khotbah hamba-hamba Tuhan haruslah seperti itu. Demikianlah Rasul Paulus menasihati Titus secara umum, dan lalu,
- II. Secara khusus dan rinci dia menyuruh Titus supaya menggunakan ajaran yang sehat ini untuk secara khusus mengajari beberapa macam orang, dari ayat 2-10. Hamba-hamba Tuhan tidak boleh membicarakan hal-hal hanya secara umum, tetapi harus membagi-bagikan ajaran itu kepada setiap orang sesuai bagiannya, yang sesuai dengan umurnya, atau tempatnya, atau keadaan hidupnya. Pengajaran mereka harus rinci dan mudah dilaksanakan. Mereka harus mengajar orang-orang tentang kewajiban mereka, dan harus mengajar semua dan setiap orang tentang kewajibannya. Inilah sebuah petunjuk kristiani yang sangat unggul, sesuai untuk orang tua dan orang muda, untuk laki-laki dan perempuan, untuk si pengkhotbah sendiri dan untuk hamba-hamba Tuhan.
- 1. Untuk laki-laki yang tua. Sebagian orang mengartikan laki-laki yang tua sebagai para penatua berdasarkan jabatannya, termasuk diaken-diaken, dan sebagainya. Tetapi ini lebih tepat diartikan sebagai tua dalam hal umur. Murid-murid Kristus yang tua harus menjaga tingkah laku mereka dalam segala hal sesuai dengan ajaran kristiani. Laki-laki yang tua hendaklah hidup sederhana, janganlah berpikir bahwa kemerosotan tubuh jasmani, yang mereka rasakan di usia tua, bisa memberi mereka alasan untuk berbuat melewati batas dan tidak perlu sabar, padahal hal-hal demikian perlu mereka atasi. Mereka harus menjaga batas-batas dalam berbagai hal, baik untuk kesehatan maupun kepantasan, untuk nasihat dan teladan bagi orang-orang yang lebih muda. Terhormat, sikap sembrono atau main-main tidak pantas bagi siapa pun, tetapi terutama bagi orang-orang yang tua. Mereka seharusnya sabar dan tenang, terhormat dalam kebiasaan, perkataan, dan tingkah laku. Terlalu menyolok dalam berpakaian, ceroboh dan sombong dalam bertingkah laku, betapa tidak pantasnya pada umur mereka! Bijaksana (KJV: dapat mengendalikan diri), tenang dan hati-hati, orang yang mengendalikan dengan baik keinginan dan kesenangan-kesenangannya, sehingga tidak mudah terdorong olah hal-hal tersebut untuk melakukan apa pun yang jahat atau tidak pantas. Sehat dalam iman, tulus dan setia, tetap berpegang kepada kebenaran Injil, tidak tergila-gila pada hal-hal baru, ataupun mudah bergabung dengan pandangan-pandangan atau kelompok-kelompok yang rusak, ataupun dialihkan oleh dongeng-dongeng atau adat istiadat Yahudi atau kepikunan rabi mereka. Orang-orang yang berumur banyak seharusnya memiliki banyak kemurahan hati dan kebaikan, batinnya semakin diperbaharui dan lebih diperbaharui lagi sementara tubuhnya mengalami kemerosotan. Dalam kebaikan kepada sesama. Ini cocok digabungkan dengan iman, yang bekerja dengan kasih, dan harus terlihat dalam kasih, yaitu kasih kepada Allah dan manusia, serta sehat di dalamnya. Kasih itu harus merupakan kasih yang tulus, tanpa kepura-puraan, yaitu kasih kepada Allah karena diri-Nya sendiri, dan kepada manusia demi Allah. Kewajiban-kewajiban dari loh batu kedua harus dilakukan berdasarkan kewajiban-kewajiban dari loh batu pertama. Kasih kepada manusia sebagai umat manusia, dan kepada orang-orang kudus sebagai orang-orang yang sangat unggul di bumi, yang atas mereka kita harus bersukacita. Dan kasih itu harus setiap saat, dalam kesengsaraan maupun kemakmuran. Jadi harus ada sikap yang sehat di dalam kebaikan atau kasih. Dan dalam ketekunan (KJV: kesabaran). Orang-orang yang sudah tua cenderung rewel, banyak mengeluh, dan mudah marah, dan oleh karena itu perlu waspada terhadap kelemahan-kelemahan dan godaan-godaan seperti itu. Iman, kasih, dan kesabaran adalah tiga anugerah kristiani yang utama, dan menjadi sehat di dalam hal-hal ini merupakan kesempurnaan Injil. Ada kesabaran dalam bertekun dan kesabaran dalam menunggu, keduanya harus dipelihara. Sabar menghadapi perbuatan-perbuatan jahat dengan cara yang pantas, dan dengan puas mengharapkan yang baik sampai kita layak untuk mendapatkannya, dan sampai itu diberikan kepada kita, dengan menjadi penurut-penurut mereka yang oleh iman dan kesabaran mendapat bagian dalam apa yang dijanjikan Allah. Demikianlah mengenai laki-laki yang tua.
- 2. Untuk perempuan-perempuan yang tua. Mereka ini juga harus diajarkan dan diperingatkan. Sebagian orang mengartikan perempuan-perempuan yang tua ini sebagai diaken-diaken perempuan, yang kebanyakan ditugaskan untuk mengurus orang miskin dan merawat orang sakit, tetapi lebih baik diartikan (sebagaimana kami menerjemahkannya) sebagai semua perempuan tua pemeluk iman Kristen. Mereka harus hidup sebagai orang-orang beribadah: baik laki-laki maupun perempuan harus menyelaraskan tingkah laku mereka dengan pengakuan iman mereka. Kebajikan-kebajikan yang disebutkan sebelumnya itu (kesederhanaan, perilaku terhormat, kebijaksanaan, sehat dalam iman, kasih kepada sesama, dan ketekunan), yang dianjurkan kepada laki-laki yang tua, tidak hanya pantas untuk mereka saja, tetapi juga dapat diterapkan kepada kedua jenis kelamin, dan harus diperhatikan oleh perempuan-perempuan tua seperti halnya laki-laki. Kaum perempuan harus mendengarkan dan mempelajari kewajiban mereka dari firman, seperti halnya laki-laki. Tidak ada satu jalan keselamatan untuk satu jenis kelamin atau semacamnya, dan satu jalan keselamatan lainnya untuk jenis kelamin yang lainnya, melainkan keduanya harus mempelajari dan menerapkan hal-hal yang sama, baik sebagai orang-orang yang tua maupun sebagai orang Kristen. Kebajikan-kebajikan dan kewajiban-kewajiban tersebut bersifat umum. Demikian juga (seperti halnya laki-laki) perempuan-perempuan yang tua, hendaklah mereka hidup sebagai orang-orang beribadah. Atau seperti yang sepantasnya dan layak untuk orang-orang kudus, seperti yang mereka akui mengenai diri mereka dan seperti yang seharusnya, dengan menjaga kelakukan yang baik dan saleh dan kepantasan dalam berpakaian dan bersikap, dalam penampilan dan perkataan, dan seluruh tingkah laku mereka. Dan ini bermula dari pegangan dan kebiasaan kudus di dalam batin, yang mempengaruhi dan mengatur perilaku lahiriah setiap saat. Perhatikanlah, walaupun ayat Alkitab yang jelas tidak ditemukan, atau tidak dapat diajukan, untuk setiap perkataan, atau penampilan, atau kebiasaan secara khusus, namun ada ketentuan-ketentuan umum yang mana segala sesuatu harus diatur sesuai dengannya, seperti 1 Korintus 10:31, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah. Dan Filipi 4:8, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu. Dan di sini, segala sesuatu apa pun yang sesuai atau tidak sesuai dengan kekudusan membentuk suatu ukuran dan aturan tingkah laku yang harus diperhatikan. Jangan memfitnah, mē diabolous, Jangan menjadi pemfitnah atau penabur perselisihan, dengan mencemarkan nama baik dan menjelekjelekkan sesama mereka. Ini suatu kesalahan yang besar dan terlalu umum terjadi. Bukan hanya senang bicara, namun membicarakan hal-hal buruk, mengenai orang-orang, dan memecah-belah teman-teman akrab. Seorang pemfitnah adalah orang yang lidahnya dinyalakan oleh api neraka. Begitu banyak, dan begitu segera, orang-orang ini melakukan pekerjaan Iblis, sehingga karenanya nama Iblis diberikan kepada orang-orang seperti itu. Ini adalah dosa yang bertentangan dengan kewajiban-kewajiban agung, yaitu kasih, keadilan, dan persamaan hak antara satu sama lain. Dosa ini sering kali lahir dari kedengkian dan kebencian, atau iri hati, dan alasan-alasan jahat semacam itu, yang harus dihindari juga seperti akibatnya. Jangan menjadi hamba anggur. Kata tersebut menunjukkan kecanduan sedemikian rupa sehingga berada di bawah kekuatan dan kekuasaan anggur atau minuman keras. Ini tidak pantas dan buruk sekali pada siapa pun, tetapi terutama pada jenis kelamin dan usia ini, dan terlalu banyak ditemui di antara orang-orang Yunani di masa dan tempat itu. Betapa tidak sopan dan memalukannya, merusak dan menghancurkan kemurnian tubuh dan pikiran! Sungguh teladan dan kecenderungan yang sangat buruk, tidak pantas untuk hal yang sudah pasti merupakan tugas ibu-ibu yang sudah tua, yaitu cakap mengajarkan hal-hal yang baik! Bukan menjadi pengkhotbah-pengkhotbah di hadapan orang banyak, yang dilarang (1Kor. 14:34, Perempuan-perempuan harus berdiam diri dalam pertemuan-pertemuan jemaat sebab mereka tidak diperbolehkan untuk berbicara), tetapi sebaliknya mereka boleh dan seharusnya mengajar, yaitu, melalui teladan dan hidup yang baik. Karena itu perhatikanlah, orang-orang yang tindakan-tindakan dan tingkah lakunya kudus dengan sendirinya merupakan guru-guru akan hal-hal yang baik. Dan selain ini, mereka boleh dan seharusnya juga mengajar dengan memberi ajaran-ajaran agama di rumah, dan secara pribadi. Inilah perkataan Lemuel, raja Masa, yang diajarkan ibunya kepadanya. Perempuan seperti itu dipuji, Ia membuka mulutnya dengan hikmat, pengajaran yang lemah lembut ada di lidahnya (Ams. 31:1, 26). Cakap mengajarkan hal-hal yang baik berlawanan dengan mengajarkan hal-hal yang buruk, atau hal yang tidak berharga dan sia-sia, tidak berguna atau tidak memiliki kecenderungan yang baik, dongeng-dongeng nenek-nenek tua atau perkataan-perkataan dan pandangan-pandangan yang takhayul. Berlawanan dengan hal-hal ini, peran mereka adalah menjadi guru akan hal-hal yang baik, dan mereka boleh ditugaskan untuk itu.
- 3. Ada pelajaran-pelajaran untuk perempuan-perempuan muda juga, yang harus diajarkan oleh perempuan-perempuan tua, dengan memberi petunjuk dan menasihati mereka dalam kewajiban-kewajiban agama sesuai dengan umur mereka. Untuk mengajarkan hal-hal seperti itu, perempuan-perempuan yang tua sering memiliki kesempatan yang lebih baik daripada laki-laki, bahkan daripada hamba-hamba Tuhan. Oleh karena itu mereka harus lebih baik dalam memberikan petunjuk kepada perempuan-perempuan muda, terutama perempuan-perempuan muda yang sudah menikah, karena Rasul Paulus berbicara tentang tugas-tugas mereka kepada suami dan anak-anak mereka. Perempuan-perempuan muda ini harus diajar oleh perempuan-perempuan yang lebih tua,
- (1) Supaya memiliki sifat pribadi yang baik: Sederhana (KJV) dan hidup bijaksana, berlawanan dengan kesia-siaan dan kecerobohan yang mengancam perempuan-perempuan yang lebih muda. Mereka harus bijaksana dalam pertimbangan-pertimbangan mereka dan sederhana dalam kegemaran-kegemaran dan tingkah laku mereka. Bijaksana dan suci selaras satu sama lain. Ada banyak orang yang membuka diri mereka terhadap godaan-godaan yang membinasakan karena sesuatu yang pada mulanya mungkin hanya tidak bijaksana. Amsal 2:11, Kebijaksanaan akan memelihara engkau, kepandaian akan menjaga engkau. Suci juga selaras dengan rajin mengatur rumah tangganya. Dina, ketika dia pergi mengunjungi perempuan-perempuan di negeri itu, kehilangan kesuciannya. Orang-orang yang menganggap rumahnya sebagai penjara, dikhawatirkan, merasa bahwa kesucian mereka adalah belenggu bagi mereka. Tentu saja ada, dan akan ada, keperluan-keperluan untuk pergi meninggalkan rumah. Tetapi sifat suka berkeluyuran untuk bersenang-senang dan berkumpul dengan teman-teman, dengan mengabaikan urusan-urusan rumah tangga, atau karena tidak betah berada di rumahnya sendiri, adalah kejahatan yang disengaja, yang biasanya disertai dengan kejahatan lain, atau menyebabkan kejahatan lain sesudah itu. 1 Timotius 5:13-14, Lagipula dengan keluar masuk rumah orang, mereka membiasakan diri bermalas-malas dan bukan hanya bermalas-malas saja, tetapi juga meleter dan mencampuri soal orang lain dan mengatakan hal-hal yang tidak pantas. Urusan mereka adalah memimpin rumah tangganya, dan mereka seharusnya tidak memberi kesempatan kepada musuh untuk menjelek-jelekkan mereka. Baik hati, secara umum, berlawanan dengan semua kejahatan, dan terutama, tahu menempatkan diri, baik, suka menolong, dan murah hati. Seperti Dorkas, banyak sekali berbuat baik dan memberi sedekah. Kata itu dapat juga, seperti anggapan sebagian orang, memiliki arti yang lebih khusus. Yaitu seseorang yang memiliki jiwa dan sifat yang lembut tetapi periang, tidak cemberut atau sengit, tidak mencela, tidak cerewet dan menyakiti hati siapa pun, tidak memiliki watak yang menyusahkan atau membuat resah, gelisah dengan dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya. Sebaliknya, dia memiliki sifat yang baik dan perilaku yang menyenangkan, dan juga suka menolong dengan nasihat dan jerih-payahnya. Dengan cara demikian dia mendirikan rumahnya, dan ia berbuat baik kepada suaminya dan tidak berbuat jahat sepanjang umurnya. Demikianlah sifat pribadi mereka sederhana, bijaksana, suci, rajin mengatur rumah tangganya, dan baik hati. Dan,
- (2) Tugas mereka dalam hubungan dengan orang lain: mengasihi suami, dan taat kepada suaminya, dan di mana ada cinta sejati, di situ tidak ada perintah yang sulit. Allah, pada hakikatnya, dan menurut kehendak-Nya, telah menetapkan kepatuhan ini: Aku tidak mengizinkan perempuan mengajar dan juga tidak mengizinkannya memerintah laki-laki (1Tim. 2:12). Dan alasannya ditambahkan: Karena Adam yang pertama dijadikan, kemudian barulah Hawa. Lagipula bukan Adam yang tergoda, melainkan perempuan itulah yang tergoda dan jatuh ke dalam dosa (ay. 13-14). Dia terjatuh terlebih dahulu, dan menjadi sarana untuk menggoda suaminya. Dia diberikan untuk menjadi seorang penolong, tetapi terbukti sebagai seorang penghalang yang paling menyedihkan, bahkan menjadi alat kejatuhan dan kehancuran Adam. Berdasarkan hal inilah ikatan penaklukan tersebut ditegaskan, dan diikatkan lebih erat pada Hawa (Kej. 3:16): Engkau akan berahi kepada suamimu dan ia akan berkuasa atasmu. Ini bisa saja tidak semudah sebelumnya. Oleh karena itu hal tersebut diperintahkan dua kali. Pertama dalam keadaan tidak berdosa, ketika kepatuhan ditetapkan karena hakikat, Adam diciptakan terlebih dahulu dan kemudian Hawa, dan si perempuan diambil dari si laki-laki. Dan lalu karena kejatuhan ke dalam dosa, si perempuan adalah yang pertama melakukan pelanggaran, dan menggoda si laki-laki. Nah, sejak itulah menjadi yang harus tunduk itu tidak begitu mudah dan nyaman, karena menjadi bagian dari hukuman dalam perkaranya itu. Namun meskipun demikian, melalui Kristus hal ini merupakan suatu keadaan yang dikuduskan. 22-23, Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, yang sama saja seperti mengakui kekuasaan Tuhan dalam diri mereka, yang citra-Nya mereka kenakan, karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. Allah menghendaki supaya wewenang Kristus atas jemaat ditunjukkan dalam wewenang suami atas isteri. Kristus adalah kepala jemaat, yang harus melindungi dan menyelamatkan jemaat, menyediakan segala yang baik baginya, dan melindungi atau melepaskannya dari yang jahat. Demikian pula halnya suami atas isteri, harus menjaganya dari perlakuan-perlakuan buruk, dan menyediakan segala sesuatu yang dia butuhkan sepantasnya, sesuai kemampuan. Oleh karena itu, sama seperti jemaat tunduk kepada Kristus, demikian pula hendaknya isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan (Kol. 3:18), seperti yang sesuai dengan hukum Kristus, dan untuk kemuliaan Dia dan Bapa. Namun, yang dituntut itu bukanlah ketundukan yang mutlak, atau tidak terbatas, atau ketundukan seperti seorang budak, melainkan ketundukan yang penuh kasih, untuk menghindari kekacauan atau kebingungan, dan untuk memajukan seluruh tujuan hubungan tersebut. Jadi, berkenaan dengan suami, istri-istri harus diberi petunjuk dalam hal kewajiban-kewajiban mereka akan kasih dan ketundukan kepada suami mereka. Dan mengasihi anak-anaknya, bukan dengan suatu kasih sayang alami saja, melainkan suatu kasih sayang yang rohani, suatu kasih yang memancar dari hati yang kudus, yang dikuduskan dan diatur oleh firman. Bukan suatu kasih yang bodoh, yang menuruti mereka dalam hal yang jahat, lalai menegur dan memperbaiki kesalahan sebagaimana seharusnya ketika dibutuhkan, melainkan suatu kasih kristiani yang mengikuti aturan, yang tampak dengan mendidik mereka agar saleh, membentuk hidup dan tingkah laku mereka supaya benar, memelihara jiwa-jiwa mereka seperti halnya tubuh-tubuh mereka, memelihara kesejahteraan rohani mereka seperti halnya kesejahteraan duniawi mereka, dan yang terutama dan paling penting adalah yang rohani. Alasannya ditambahkan: agar firman Allah jangan dihujat orang. Kegagalan-kegagalan dalam kewajiban-kewajiban seperti itu akan sangat mendatangkan celaan bagi Kekristenan. “Apakah hal-hal seperti ini lebih baik menurut agama baru mereka ini?” Pertanyaan ini akan siap dilontarkan oleh orang-orang yang tidak percaya. Firman Allah dan Injil Kristus itu sendiri murni, unggul, dan mulia. Dan keunggulannya itu harus dinyatakan dan terlihat dalam kehidupan dan perilaku orang-orang yang mengaku mempercayainya, terutama dalam hal kewajiban-kewajiban mereka dalam hubungan dengan orang lain. Kegagalan-kegagalan dalam hal ini mendatangkan aib. Roma 2:24, Sebab oleh karena kamulah nama Allah dihujat di antara bangsa-bangsa lain. Mereka akan segera mengatakan, “Nilailah Allah seperti apa Dia itu, berdasarkan hamba-hamba-Nya ini, dan seperti apa firman, dan ajaran, dan agama-Nya, berdasarkan pengikut-pengikut-Nya ini.” Dengan cara demikian Kristus akan mendapat luka di rumah sahabat-sahabat-Nya. Demikianlah mengenai kewajiban perempuan-perempuan muda.
- 4. Inilah kewajiban orang-orang muda. Mereka cenderung tidak sabar dan mudah marah, kurang pertimbangan dan tergesa-gesa. Oleh karena itu mereka harus benar-benar dituntut dan dinasihati supaya penuh pertimbangan, tidak gegabah. Mereka harus dengar-dengaran dan patuh, tidak keras hati dan keras kepala, rendah hati dan lemah lembut, tidak sombong dan angkuh. Sebab, ada banyak orang muda yang jatuh lebih karena keangkuhan daripada karena dosa lain mana pun. Orang muda harus berperilaku terhormat dan bijaksana dalam sikap dan tingkah laku mereka, dengan menggabungkan kesungguhan orang tua dengan semangat dan kekuatan remaja. Ini akan membuat tahun-tahun masa lebih muda pun berhasil mencapai tujuan yang baik, dan menghasilkan bahan renungan yang menghibur ketika hari-hari buruk datang. Itu akan mencegah banyak dosa dan kesedihan, dan meletakkan dasar untuk melakukan dan menikmati banyak hal yang baik. Orang-orang seperti itu tidak akan mengeluh pada akhirnya, melainkan mendapatkan kedamaian dan penghiburan dalam kematian, dan setelah kematian itu, mahkota kehidupan yang mulia.
- 5. Dengan petunjuk-petunjuk kepada Titus ini, mengenai apa yang harus dia ajarkan kepada orang lain, laki-laki dan perempuan yang tua, dan laki-laki dan perempuan yang lebih muda (Titus sendiri pada saat itu mungkin adalah seorang laki-laki muda juga), Rasul Paulus menyisipkan beberapa petunjuk untuk Titus sendiri. Dia tidak dapat mengharapkan betul-betul berhasil mengajar orang lain, jika dia sendiri tidak memiliki sikap yang baik, baik dalam perilaku maupun dalam pengajaran.
- (1) Inilah petunjuk untuk perilakunya: Jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik (ay. 7). Tanpa ini, dia akan meruntuhkan dengan tangan yang satu apa yang dia bangun dengan tangan lainnya. Perhatikanlah, orang-orang yang mengkhotbahkan perbuatan baik harus menjadi teladan perbuatan baik juga. Pengajaran yang baik harus diiringi dengan hidup yang baik. Jadi, bagaimanakah engkau yang mengajar orang lain, tidakkah engkau mengajar dirimu sendiri? Kekurangan dalam hal ini merupakan noda dan rintangan yang sangat besar. Dalam segala hal. Beberapa orang mengartikannya melebihi segala hal, atau melebihi semua orang. Memberi petunjuk kepada orang lain dalam hal-hal khusus mengenai kewajiban mereka itu perlu, dan, melebihi segala sesuatu, perlu ada teladan, terutama yang berasal dari sang guru itu sendiri. Dengan demikian baik pengajaran maupun pengaruh lebih dapat berjalan selaras. “Perlihatkanlah kepada mereka gambaran yang hidup tentang kebajikan dan kemurahan hati dalam hidupmu yang harus ada dalam hidup mereka. Teladan dapat mengajarkan dan juga menekankan pentingnya hal-hal yang diajarkan. Ketika mereka melihat kemurnian dan kehormatan, kesederhanaan dan hidup yang seluruhnya baik, pada dirimu, maka mereka dapat lebih mudah dimenangkan dan diajak menerapkannya sendiri. Mereka dapat menjadi saleh dan kudus, bijaksana dan berbudi, seperti kamu.” Hamba-hamba Tuhan harus menjadi teladan untuk anggota-anggota jemaatnya, dan orang-orang yang mengikuti mereka, seperti mereka mengikuti Kristus. Dan inilah petunjuk,
- (2) Untuk pengajaran dan ajarannya, dan juga untuk hidupnya: Hendaklah engkau jujur dan bersungguh-sungguh dalam pengajaranmu, sehat dan tidak bercela dalam pemberitaanmu sehingga lawan menjadi malu, karena tidak ada hal-hal buruk yang dapat mereka sebarkan tentang kita (ay. 7-8). Mereka harus menunjukkan bahwa tujuan pengajaran mereka adalah semata-mata untuk memuliakan Allah, memajukan kepentingan Kristus dan kerajaan-Nya, serta meningkatkan kesejahteraan dan kebahagiaan jiwa-jiwa. Juga bahwa jabatan ini tidak diterima ataupun dijalankan dengan pandangan-pandangan duniawi, bukan karena ambisi ataupun ketamakan, melainkan dengan suatu sasaran yang murni untuk tujuan-tujuan rohani. Oleh karena itu, dalam pemberitaan mereka, pameran kecerdasan atau peranan, atau pengetahuan atau kefasihan berpidato manusia, tidak boleh diandalkan. Tetapi perkataan yang sehat harus digunakan, yaitu yang tidak bercela. Bahasa Alkitab, sejauh dan sebaik mungkin, digunakan dalam menyatakan kebenaran-kebenaran Alkitab. Inilah pemberitaan yang sehat, yang tidak bercela. Kita mendapati lebih dari sekali kewajiban-kewajiban seorang hamba Tuhan ini diberikan bersama-sama. 16, Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu, dan ayat 12 dari pasal yang sama, Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu. Dalam perkataanmu, sebagai seorang Kristen, yang terhormat, sungguh-sungguh, dan berguna untuk mendatangkan perbaikan. Dan dalam pemberitaanmu, supaya merupakan firman Allah yang murni, atau sesuai dengannya atau berdasarkan itu. Demikianlah hal menjadi teladan dalam perkataan. Dan dalam tingkah laku, hiduplah sesuai dengan ajaran. Dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau. Dalam 2 Timotius 3:10, Tetapi engkau telah mengikuti ajaranku, cara hidupku (kata rasul yang sama), betapa sesuai satu sama lain. Dan seharusnya demikian pula yang lain, pengajaran mereka harus sesuai dengan firman, dan hidup mereka sesuai dengan pengajaran mereka. Inilah hamba Tuhan yang sejati dan baik. 1 Tesalonika 2:9-10. Sementara kami bekerja siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapa pun juga di antara kamu, kami memberitakan Injil Allah kepada kamu. Kamu adalah saksi, demikian juga Allah, betapa saleh, adil dan tak bercacatnya kami berlaku di antara kamu, yang percaya. Ini harus diperhatikan, seperti yang ditunjukkan kata-kata selanjutnya, yang merupakan,
- (3) Alasan, baik untuk hidup hamba Tuhan yang sempurna maupun pemberitaannya yang penting dan sehat: Sehingga lawan menjadi malu, karena tidak ada hal-hal buruk yang dapat mereka sebarkan tentang kita. Lawan akan mencari kesempatan untuk mencela, dan akan berusaha supaya mereka dapat menemukan apa pun yang salah pada ajaran atau hidupnya. Tetapi, jika keduanya benar dan baik, maka hamba-hamba Tuhan yang seperti itu dapat melawan fitnah itu sendiri. Musuh-musuh itu tidak akan dapat mengatakan hal buruk apa pun yang mengena, dan dengan demikian menjadi malu dengan perlawanan mereka. Perhatikanlah, hamba-hamba Tuhan yang setia akan mempunyai musuh-musuh yang menunggu mereka ragu-ragu, yang akan berusaha keras menemukan atau menggali kekurangan dalam pengajaran atau perilaku mereka. Oleh karena itulah mereka perlu lebih berhati-hati, supaya tidak ada alasan yang tepat yang dapat ditemukan untuk melawan mereka. Perlawanan dan fitnah mungkin tidak dapat dihindari. Orang-orang dengan pikiran yang rusak akan menolak kebenaran, dan sering mencela para pemberita dan pemeluk kebenaran itu. Tetapi biarlah para pemberita dan pemeluk kebenaran itu melihat supaya dengan berbuat baik mereka membungkamkan kepicikan orang-orang yang bodoh; supaya mereka, yang memfitnah mereka karena hidup mereka yang saleh dalam Kristus, menjadi malu karena fitnahan mereka itu. Ini adalah petunjuk untuk Titus sendiri, dan juga mengenai kewajiban-kewajiban dari orang-orang merdeka, laki-laki dan perempuan, tua dan muda. Lalu selanjutnya,
- 6. Petunjuk yang berkaitan dengan hamba-hamba. Hamba-hamba tidak boleh berpikir bahwa keadaan mereka yang hina dan rendah membuat mereka tidak mendapatkan perhatian Allah atau bebas dari kewajiban-kewajiban dari hukum-hukum-Nya. Atau bahwa, karena mereka adalah hamba manusia, maka mereka dibebaskan dari tugas melayani Allah. Tidak. Hamba-hamba harus mengetahui dan melakukan kewajiban mereka kepada tuan-tuan mereka di bumi, namun dengan mata tertuju kepada Tuan mereka di sorga. Dan Titus tidak boleh hanya mengajar dan memperingatkan tuan-tuan di bumi tentang kewajiban-kewajiban mereka, melainkan juga hamba-hamba tentang kewajiban-kewajiban mereka, baik dalam pengajarannya di depan umum maupun dalam nasihat-nasihatnya secara pribadi. Hamba-hamba harus mengikuti ketetapan-ketetapan Allah untuk mendapatkan pengajaran dan penghiburan, seperti halnya tuan-tuan sendiri. Dalam petunjuk untuk Titus ini terdapat kewajiban-kewajiban itu sendiri, yang harus dia nasihatkan kepada hamba-hamba, dan sebuah pertimbangan yang sangat penting yang dengannya dia harus mendesak supaya kewajiban-kewajiban itu dilaksanakan.
- (1) Kewajiban-kewajiban itu sendiri adalah ini:
- [1] Taat kepada tuannya (ay. 9). Ini adalah kewajiban utama, yang dengannya mereka digambarkan. 16, Kamu adalah hamba orang itu, yang harus kamu taati. Harus ada ketundukan di dalam batin serta rasa hormat dan takzim yang penuh ketaatan dalam akal dan pikiran. “Jika Aku ini tuan, di manakah takut yang kepada-Ku itu, kasih sayang penuh ketaatan yang engkau tunjukkan kepada-Ku, dengan perwujudan-perwujudan dan pernyataan-pernyataan yang sepantasnya secara lahiriah, dalam melakukan apa yang Kuperintahkan kepadamu?” Ini harus ada dalam diri hamba-hamba. Kehendak mereka harus tunduk kepada kehendak tuan mereka, dan waktu dan usaha mereka harus tunduk kepada pengaturan dan perintah tuan mereka. 18, Hai kamu, hamba-hamba, tunduklah dengan penuh ketakutan kepada tuanmu, bukan saja kepada yang baik dan peramah, tetapi juga kepada yang bengis. Kewajiban tersebut berasal dari kehendak Allah, dan dari hubungan yang di dalamnya Dia telah menempatkan kewajiban tersebut menurut pemeliharaan-Nya, dan bukan karena sifat orangnya. Jika dia adalah seorang tuan, maka kewajiban-kewajiban seorang hamba harus dilakukan untuk dia sebagai tuan. Oleh karena itu hamba-hamba harus dinasihati supaya patuh kepada tuan mereka sendiri. Dan,
- [2] Dalam segala hal dan berkenan kepada mereka (KJV: sungguh-sungguh menyenangkan hati mereka dalam segala hal), dalam segala hal yang sesuai hukum, dan yang pantas untuk mereka perintahkan, atau setidaknya yang tidak bertentangan dengan kehendak Tuhan mereka yang agung dan lebih tinggi. Kita tidak boleh mengartikannya sebagai perintah untuk menaati atau menyenangkan hati mereka secara mutlak, tanpa batas apa pun, melainkan selalu dengan suatu sikap yang hati-hati terhadap hak Allah, yang sama sekali tidak boleh dilanggar. Jika perintah-Nya dan perintah tuan di bumi bersaing atau bertentangan, maka kita diajarkan untuk lebih taat kepada Allah daripada manusia. Namun hamba-hamba harus memiliki alasan-alasan yang baik dalam hal ini, bahwa memang ada suatu ketidaksesuaian dari perintah tuan mereka, jika tidak maka mereka tidak dapat dibenarkan. Dan bukan hanya kehendak Allah saja yang harus menjadi ukuran untuk ketaatan seorang hamba, melainkan untuk alasannya juga. Semuanya harus dikerjakan dengan rasa hormat kepada-Nya, karena wewenang-Nya, dan terutama dan terpenting untuk menyenangkan hati-Nya (Kol. 3:22- 24). Dengan melayani tuan di bumi menurut kehendak Kristus, Dia dilayani, dan yang demikian itu akan diberi-Nya imbalan yang sesuai. Namun bagaimana caranya hamba-hamba menyenangkan tuan mereka dalam segala hal dengan tidak menjadi orang yang menyenangkan manusia saja? Jawaban, Orang yang menyenangkan manusia saja, dalam pengertian yang salah, adalah orang yang hanya, atau terutama, memperhatikan manusia saja, dalam mengerjakan apa yang mereka kerjakan, dengan mengabaikan Allah, atau menempatkan Allah lebih rendah daripada manusia. Ketika kehendak manusia tetap dijalankan, walaupun bertentangan dengan kehendak Allah, atau kesenangan manusia lebih diperhatikan daripada kesenangan-Nya, ketika hal ini dapat memuaskan mereka, bahwa tuan di bumi dibuat senang, walaupun Allah dibuat tidak senang, atau ketika lebih banyak kepedulian, atau lebih banyak kepuasan, diperoleh jika manusia dibuat senang daripada jika Allah yang dibuat senang, ini berarti menyenangkan manusia dengan berbuat dosa. Hal ini harus diwaspadai oleh semua orang. Efesus 6:5-7, “Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia dengan takut dan gentar, dan dengan tulus hati, sama seperti kamu taat kepada Kristus, jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan hati orang (yaitu hanya mencari perkenanan manusia atau takut akan kemarahannya), tetapi sebagai hamba-hamba Kristus yang dengan segenap hati melakukan kehendak Allah, dan yang dengan rela menjalankan pelayanannya seperti orang-orang yang melayani Tuhan dan bukan manusia.” Bukan terutama untuk manusia, melainkan untuk Kristus, yang menghendaki, dan akan memberikan upah bagi setiap kebaikan yang dilakukan, baik dalam keadaan terbelenggu maupun dalam keadaan bebas. Oleh karena itu perhatikanlah, kemerdekaan Kristen tidak bertentangan dengan menjadi hamba dan tunduk kepada manusia. Orang-orang boleh melayani manusia, namun menjadi hamba-hamba Kristus. Hal-hal ini tidak bertentangan, namun bersifat lebih rendah, sejauh melayani manusia itu seturut dengan kehendak Kristus dan untuk kepentingan-Nya. Kristus datang bukan untuk menghancurkan atau merugikan tatanan dan perbedaan-perbedaan dalam masyarakat. Adakah engkau hamba waktu engkau dipanggil? Itu tidak apa-apa! (1Kor. 7:21). Janganlah hal ini menggelisahkanmu, seolah-olah itu adalah suatu keadaan yang tidak pantas bagi seorang Kristen, atau seolah-olah orang yang dipanggil dalam keadaan demikian kurang berkenan kepada Allah. Sebab seorang hamba yang dipanggil oleh Tuhan dalam pelayanan-Nya adalah orang bebas, milik Tuhan. Bukan bebas dari pelayanan itu, melainkan bebas di dalamnya, bebas secara rohani, walaupun tidak dalam kewajiban di dalam masyarakat. Demikian pula orang bebas yang dipanggil Kristus, adalah hamba-Nya. Dia terikat kepada-Nya, walaupun dia tidak tunduk kepada manusia mana pun. Oleh karena itu maka, hamba atau orang merdeka, semua adalah satu di dalam Kristus Yesus. Karena itu hamba-hamba tidak boleh menyesali atau merasa terganggu dengan keadaan mereka, melainkan setia dan gembira di tempat di mana Allah telah menempatkan mereka, dengan berjuang untuk berkenan kepada tuan-tuan mereka dalam segala hal. Mungkin sulit jika berada di bawah Nabal yang kasar, tetapi hal itu harus diusahakan sebisa mungkin.
- [3] Jangan membantah. Jangan melawan mereka, atau berselisih dengan mereka. Jangan berkata-kata kepada mereka dengan bahasa yang tidak sopan atau memancing amarah. Ayub mengeluh tentang budaknya, bahwa kalau dia memanggil budaknya, ia tidak menyahut. Itu adalah kesalahan dengan cara yang lain: Non respondere pro convitio est – Sikap diam seperti itu adalah penghinaan. Tetapi di sini sikap diam itu merupakan sikap hormat, lebih suka menerima omelan atau teguran dengan sikap diam yang rendah hati, tidak memberi jawaban yang penuh percaya diri atau berani. Ketika sadar akan suatu kesalahan, meremehkan atau membenarkannya berarti menggandakan kesalahan tersebut. Namun sikap tidak membantah ini tidak mencakup meredakan kegeraman dengan jawaban yang lemah lembut ketika waktu dan keadaan mengizinkan. Tuan-tuan yang baik dan bijaksana akan siap mendengarkan dan melakukan yang benar. Tetapi menjawab dengan tidak pada tempatnya, atau dengan sikap yang tidak pantas, atau, menjawab ketika perkaranya tidak memperbolehkan adanya alasan, sikap bebas atau penuh percaya diri, menunjukkan kurangnya kerendahan hati dan kelemahlembutan, yang harus ada dalam hubungan seperti itu.
- [4] Jangan curang tetapi hendaklah selalu tulus dan setia. Ini adalah suatu sifat dasar luar biasa lain lagi dari hamba-hamba yang baik, yaitu jujur. Mereka tidak pernah mengambil milik tuan mereka untuk mereka pergunakan sendiri, atau memboroskan barang-barang yang dipercayakan kepada mereka, artinya berbuat curang (KJV: mencuri). Mereka harus adil dan benar, dan melakukan untuk tuan-tuan mereka seperti yang mereka mau, dan seperti yang seharusnya dilakukan untuk diri mereka sendiri. Amsal 28:24, Siapa merampasi ayah dan ibunya dan menyangka bahwa itu bukan suatu pelanggaran, ia sendiri adalah kawan si perusak. Dia akan siap bergabung dengan si perusak itu. Jadi memiliki pikiran-pikiran seperti itu, yang meremehkan perbuatan mengambil apa yang bukan hak, walaupun itu dari orangtua atau tuan, kemungkinan besar akan mengeraskan hati nurani sehingga bertindak lebih jauh lagi. Itu jahat, dan cenderung bertambah jahat. Anggap saja, bahwa si tuan keras dan ketat, hampir tidak mengadakan persediaan yang cukup untuk hamba-hamba. Namun mereka tidak boleh membenarkan diri sendiri lalu mengambil sendiri bagian mereka. Mereka harus menanggung nasib mereka, dengan mempercayakan perkara mereka kepada Allah supaya membenarkan dan menyediakan kebutuhan mereka. Saya tidak berbicara tentang perkara-perkara yang melampaui batas, misalnya terpaksa mencuri untuk mempertahankan hidup, untuk mendapatkan kebutuhan-kebutuhan dasar yang berhak dimiliki si hamba. Jangan curang tetapi hendaklah selalu tulus dan setia. Bukan hanya tidak boleh mencuri atau memboroskan, malahan harus berusaha melipatgandakan harta benda tuannya, dan meningkatkan kemakmuran dan perkembangannya, dengan segenap kemampuan. Barangsiapa tidak meningkatkan talenta tuannya dituduh tidak setia, walaupun dia tidak pernah menggelapkan atau menghilangkannya. Kesetiaan dalam diri seorang hamba terletak pada kesiapan, ketepatan waktu, dan ketelitian dalam melaksanakan perintah-perintah tuannya. Dia menjaga rahasia-rahasia tuannya dan menuruti nasihat-nasihatnya, mengatur urusan-urusannya dengan baik, dan mengelola dengan cermat, dan mendapatkan sebanyak mungkin keuntungan yang adil bagi tuannya sejauh dia mampu. Dia memperhatikan dengan baik hal-hal yang dipercayakan tuannya kepadanya, dan mencegah, sejauh dia mampu, segala perampasan, kerugian, atau kerusakan. Ini adalah suatu cara untuk membawa berkat kepada dirinya sendiri, sedangkan cara yang sebaliknya sering membawa kejatuhan menyeluruh. Dan jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu? (Luk. 16:12). Demikianlah mengenai kewajiban-kewajiban itu sendiri, yang harus dinasihatkan kepada hamba-hamba. Kemudian,
- (2) Inilah pertimbangan yang harus dipakai Titus untuk menegakkan kewajiban-kewajiban itu: Supaya dengan demikian mereka dalam segala hal memuliakan ajaran Allah, Juruselamat kita. Artinya, supaya mereka dapat membuat Injil dan agama kudus Kristus dipandang baik oleh orang-orang di luar jemaat, dengan kelemahlembutan, kerendahan hati, ketaatan, dan kesetiaan mereka dalam segala hal. Bahkan hamba-hamba sekalipun, walaupun mereka pikir orang-orang seperti mereka tidak ada apa-apanya, hina dina, tidak ada yang bisa mereka perbuat untuk dapat membawa nama baik bagi Kekristenan, atau memuliakan ajaran Kristus, dan menampilkan keunggulan-keunggulan kebenaran dan jalan-jalan-Nya, Namun, jika mereka melakukan kewajiban mereka dengan hati-hati, itu akan membawa kemuliaan bagi Allah dan pujian bagi agama. Tuan-tuan yang tidak percaya Kristus akan berpikiran baik tentang jalan Kristen yang dihina itu, yang dicela di mana-mana, ketika mereka menemukan bahwa hamba-hamba mereka yang Kristen lebih baik daripada hamba-hamba mereka yang lain, lebih taat dan tunduk, berlaku benar dan setia, dan lebih rajin dalam bekerja. Agama sejati merupakan kehormatan bagi orang-orang yang memeluknya, dan mereka harus menjaga supaya mereka tidak melakukan apa pun yang mempermalukannya, melainkan lebih memuliakannya dalam segala sesuatu yang mereka sanggup kerjakan. Terang kita harus bersinar di antara manusia, supaya mereka, karena melihat perbuatan-perbuatan baik kita, dapat memuliakan Bapa kita yang ada di sorga. Dan demikianlah petunjuk-petunjuk Rasul Paulus kepada Titus, mengenai pelaksanaan jabatannya, berkaitan dengan beberapa macam orang.
SH: Tit 2:1-10 - Dampak positif ajaran dan teladan (Jumat, 28 September 2001) Dampak positif ajaran dan teladan
Tahukah Anda bahwa ajaran sangat mempengaruhi tingkah laku
manusia? Ajaran yang baik dan benar kemungkinan akan me...
Dampak positif ajaran dan teladan
Tahukah Anda bahwa ajaran sangat mempengaruhi tingkah laku manusia? Ajaran yang baik dan benar kemungkinan akan membentuk pribadi yang baik, tetapi ajaran yang salah mempunyai peluang terbesar untuk menciptakan pribadi yang bermasalah.
Dalam perikop ini Paulus mengingatkan Titus agar memberitakan apa yang sesuai dengan ajaran yang sehat (ayat 1). Ada dua sasaran utama: pertama, membentuk kepribadian Kristiani yang dewasa. Kemauan untuk mengajar dan memberi teladan serta kerelaan untuk diajar dan meneladani, menjadikan ajaran Allah akan dipermuliakan (ayat 10). Hubungan interaktif antara 'memberi' -- 'menerima' ajaran dan teladan adalah proses yang sangat penting untuk menjadikan orang Kristen bertumbuh menjadi dewasa. Terampil mengajar tetapi tidak memberikan teladan menjadikan ajaran tersebut pada akhirnya mandul. Sebaliknya memberi teladan tetapi tidak mengajar menjadikan teladan menjadi bisu.
Kedua, kepentingan ajaran itu sendiri. Secara eksplisit ada 4 hal yang akan dicapai, yakni: [1] Pola hidup yang sesuai dengan ajaran sehat akan menghasilkan teladan hidup (ayat 4); [2] Supaya firman Allah tidak dihujat orang (ayat 5). Ini adalah konsekuensi logis dari ajaran Kristen, bahwa ajaran mereka berasal dari Allah dan mempunyai kuasa untuk mengubah karakter seeorang. Apabila orang Kristen tidak berhasil memberikan konfirmasi, maka dengan sangat terpaksa firman Allah ditertawakan oleh dunia; [3] Supaya lawan menjadi malu (ayat 8). Dalam pelayanan Titus, mereka sering menghadapi penyesat-penyesat yang senantiasa ingin menjatuhkan mereka. Jika Titus dan jemaat mengikuti pola hidup dari ajaran yang sehat, maka tidak mungkin ditemukan adanya aib yang dapat disebarluaskan oleh para penyesat. Sebaliknya justru para penyesat menjadi malu atas perbuatan mereka sendiri; [4] Memuliakan ajaran Allah (ayat 10). Paulus mengingatkan para hamba untuk menerapkan ajaran yang sehat (ayat 9) berbeda dengan hamba lainnya. Maka tuan-tuan mereka akan melihat dengan jelas apa yang istimewa dari hamba Kristiani, sehingga melalui mulut tuan-tuan mereka, ajaran Allah akan dipermuliakan.
Renungkan: Apakah ajaran dari Allah sudah membentuk pribadi Anda? Sudahkah ajaran Allah dipermuliakan melalui kehidupan Anda? Jadikan ini bentuk aplikasi yang digumuli dengan serius!
SH: Tit 2:1-10 - Jadilah saksi Kristus (Selasa 9 September 2008) Jadilah saksi Kristus
Keluarga merupakan bagian inti dari masyarakat. Keluarga-keluarga
yang hidup benar akan membentuk masyarakat yang benar pu...
Jadilah saksi Kristus
Keluarga merupakan bagian inti dari masyarakat. Keluarga-keluarga
yang hidup benar akan membentuk masyarakat yang benar pula.
Mungkin hal ini disadari oleh para pengajar sesat sehingga mereka
menjadikan keluarga sebagai sasaran penyesatan mereka (
Di dalam stuktur sosial, laki-laki yang lebih tua akan dihormati dan disegani. Perjalanan waktu yang telah mereka lalui seharusnya membuat mereka dewasa, berhikmat, serta memiliki iman yang sehat (ayat 2). Perempuan-perempuan yang tua mempunyai peranan penting dalam jemaat. Mereka harus menjadi teladan bagi perempuan-perempuan muda dalam hal mengasihi keluarga dan mengatur rumah tangga (ayat 3-5). Perempuan-perempuan muda perlu tahu bahwa mereka mendapatkan posisi strategis dari Tuhan untuk memberi pengaruh bagi anak-anak dan menjadi penolong bagi suami. Orang-orang muda pun harus pandai menguasai diri (ayat 6). Kaum pekerja juga harus bersikap benar dengan bekerja rajin dan menunjukkan ketaatan kepada tuan mereka (ayat 9-10). Firman Tuhan yang telah mereka dengar harus nyata dalam perilaku mereka. Itu akan memperlihatkan kuasa Injil yang telah mengubah mereka. Meski masih muda, Titus sendiri harus bisa menjadi teladan bagi jemaat dalam segala hal (ayat 7-8). Sebagai duta Kristus, ia memiliki tanggung jawab untuk membuat kebenaran Kristus menjadi menarik, dengan hidup sesuai kuasa firman. Karena itu perilakunya harus sesuai dengan pengajarannya. Bila tidak, tentu orang lain tidak akan menghiraukan dia.
Meski tidak setiap orang dipanggil untuk menjadi pengabar Injil secara khusus, setiap orang dipanggil untuk menjadi saksi Kristus melalui tutur kata dan perilaku hidup sehari-hari. Bersaksi bukan tugas terbatas untuk golongan usia dan jenis kelamin tertentu. Semua yang tinggal dalam Yesus, hidupnya pasti memberikan kesaksian tentang Dia!
SH: Tit 2:1-10 - Pemimpin dan Jemaat yang Menyehatkan (Jumat, 21 Juli 2017) Pemimpin dan Jemaat yang Menyehatkan
Rasul Paulus menugasi Titus untuk menghadapi masalah ajaran yang tidak sehat dalam jemaat Kreta (1:5). Ajaran it...
Pemimpin dan Jemaat yang Menyehatkan
Rasul Paulus menugasi Titus untuk menghadapi masalah ajaran yang tidak sehat dalam jemaat Kreta (1:5). Ajaran itu berdampak pada kekacauan. Lagi pula jemaat Allah sangat rentan terhadap penipu (1:11). Dalam pasal 2 Paulus memberitahu Titus apa yang harus diajarkannya untuk menanggapi ajaran yang tidak sehat itu.
Nasihat Paulus dalam perikop ini menguraikan gambaran tentang kehidupan sehat yang diperkenan Allah, antara lain: laki-laki yang tua (2); perempuan yang tua (3-4a); perempuan yang muda (4b-5); pemuda (6); dan hamba (9-10). Nasihat mendasar yang diberikan Paulus adalah hidup sederhana (bukan seperti peminum yang tidak dapat mengendalikan diri), terhormat (karena kebaikannya), bijaksana, dan akhirnya sehat dalam iman, kasih, dan ketekunan. Yang terakhir ini menunjukkan bahwa sifat yang diharapkan dan diutamakan oleh Paulus adalah manusia baru dalam Kristus. Jadi, Titus harus menanggapi ajaran sesat dengan pengajaran mengenai hidup yang diperkenan Allah.
Agaknya Paulus menyasar semua golongan. Ia ingin menunjukkan jika jemaat mau mewujudkan firman Allah secara nyata bagi masyarakat, maka pelayan harus menjadi kesaksian Allah bagi sesamanya (7-10). Pertanyaannya adalah apa relevansi nasihat Paulus bagi para pelayan, hamba, dan warga jemaat biasa? Pertama, semua orang patut menjadi teladan dan memelihara ajaran yang menyehatkan. Dengan demikian, orang muda tidak berhak menuntut teladan dari orang tua saja, malahan ia semestinya menjadi teladan bagi lingkungannya. Kedua, orang tua wajib melayani dalam rumah tangga. Kita semua dapat menjadi pelayan bagi teman-teman atau orang-orang di sekeliling kita.
Cara efektif menghadapi ajaran yang tidak sehat adalah pemimpin yang sehat memberitakan ajaran yang benar dan menyehatkan supaya pola pikir jemaat menjadi sehat dan perilaku mereka membawa kemuliaan bagi Allah di masyarakat. Sudahkah kita menciptakan suasana yang sejuk dan menyehatkan di gereja kita? [ETY]
SH: Tit 2:1-10 - Integritas Setiap Anggota Keluarga (Senin, 6 Desember 2021) Integritas Setiap Anggota Keluarga
Orang-orang dalam sebuah keluarga beriman memiliki kewajiban yang harus dilakukan agar mencerminkan integritas seb...
Integritas Setiap Anggota Keluarga
Orang-orang dalam sebuah keluarga beriman memiliki kewajiban yang harus dilakukan agar mencerminkan integritas sebagai hamba Tuhan. Sifat dan sikap baik apa sajakah itu? Bagian perikop ini membahasnya.
Seorang ayah sebagai suami dan kepala rumah tangga diminta untuk memiliki cara hidup yang sederhana, terhormat, dan bijaksana, juga sehat dalam iman, kasih, dan ketekunan (2). Dengan demikian, ia diharapkan dapat memimpin keluarganya dalam kebenaran dan kasih Allah.
Seorang ibu sebagai istri dan ibu rumah tangga diminta untuk menjalani hidup sebagai orang yang beribadah, tidak memfitnah, tidak menjadi pemabuk, dan cakap mengajarkan kebaikan (3-4). Ia adalah orang yang bijaksana dan suci, rajin mengatur rumah tangga, baik hati, dan taat kepada suaminya. Melalui hidupnya, firman Allah disaksikan kepada semua orang (5).
Seorang muda dinasihati untuk menguasai diri (6). Untuk itu, Titus sendiri dinasihati untuk menjadi teladan dengan cara hidup jujur, mengajar dengan sungguh-sungguh, dan membawakan pemberitaan firman secara sehat dan tidak bercela (7-8).
Seorang hamba diminta untuk taat dan berkenan kepada tuannya, tidak membantah, tidak berbuat curang, selalu tulus dan setia. Dengan demikian, dalam ibadah maupun pekerjaan, mereka memuliakan ajaran Allah (9-10).
Semua ini menunjukkan bahwa seluruh anggota keluarga Kristen sebagai keluarga dari orang-orang beriman haruslah menata diri dengan sebaik-baiknya. Setiap anggota, dari kepala keluarga sampai hamba, harus mengusahakan diri untuk memiliki integritas yang baik dan berkenan kepada Tuhan. Jadi, melalui kebaikan yang diajarkan dan melalui keharmonisan hubungan antaranggota yang diperlihatkan, keluarga Kristen dapat menunjukkan adanya Kristus di tengah keluarga dan menjadi terang bagi masyarakat di sekitarnya.
Integritas kristiani keluarga Kristen harus kita wujudkan dalam setiap tindakan dalam kehidupan kita di kala kita menanti-nantikan kedatangan Tuhan Yesus Kristus. Kita tetap mengingat posisi kita sebagai anggota keluarga dan kita tidak melupakan kewajiban iman kita, sambil terus menjaga kualitas iman yang indah bagi kemuliaan Tuhan. [SRH]
Utley -> Tit 2:1-3
Utley: Tit 2:1-3 - --NASKAH TERJEMAHAN BARU: Tit 2:1-31 Tetapi engkau, beritakanlah apa yang sesuai dengan ajaran yang sehat: 2 Laki-laki yang tua hendaklah hidup sederhan...
NASKAH TERJEMAHAN BARU: Tit 2:1-3
1 Tetapi engkau, beritakanlah apa yang sesuai dengan ajaran yang sehat: 2 Laki-laki yang tua hendaklah hidup sederhana, terhormat, bijaksana, sehat dalam iman, dalam kasih dan dalam ketekunan. 3 Demikian juga perempuan-perempuan yang tua, hendaklah mereka hidup sebagai orang-orang beribadah, jangan memfitnah, jangan menjadi hamba anggur, tetapi cakap mengajarkan hal-hal yang baik
Tit 2:1 "Tetapi engkau" KATA GANTI TUNGGAL "engkau" ini sifatnya tegas. Ini menunjukkan perbedaan besar antara guru-guru palsu dan Titus, seorang pemimpin / guru sejati (lih. 1Tim 6:11; 2Tim 3:1,14).
□ "beritakanlah" Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE IMPERATIVE (lih. 1Tim 4:13; 2Tim 4:2). Injil dan implikasinya harus diartikulasikan.
□ "apa yang sesuai dengan ajaran yang sehat" Ajaran yang baik (pengajaran yang sehat) adalah tema yang berulang (lih. Tit 1:9,13; 2:1,2,8; 1Tim 1:10; 2Tim 1:13; 4:3). Perhatikan bahwa dalam konteks ini ajaran yang sehat tidaklah bersifat doktrinal, tapi gaya hidup praktis, keserupaan dengan Kristus yang berpusat pada umat.
Kita tidak boleh memisahkan pembenaran dari pengudusan!
Tit 2:2 "Laki-laki yang tua" Ini adalah kata yang sama yang diterjemahkan sebagai "tua-tua" dalam Tit 1:5 dan 1Tim 5:1,17, namun konteks ini menuntut terjemahan yang berbeda (lih. Filem 1:9). Dalam budaya ini, kata ini merujuk pada pria berusia di atas 60 tahun. Lihat TOPIK KHUSUS: PENATUA di 1Tim 5:1.
- NASB, NRSV "hendaklah hidup sederhana"
- NKJV, TEV "sadar"
- NJB "bersifat terkendali"
Ini secara harfiah adalah "sadar," yang bisa merujuk pada keracunan (lihat Tit 1:6,7). Istilah ini juga digunakan secara metaforis untuk kewaspadaan mental atau berjaga (lih. 1Tim 3:2,11).
□ "bijaksana" Istilah ini digunakan dalam Tit 2:2,4,5,6,12. Lihat catatan pada "hati-hati" di 1Tim 3:2.
- NASB, NJB "terhormat"
- NKJV "serius"
- NRSV "masuk akal"
- TEV "bermartabat"
Istilah ini digunakan beberapa kali dalam Surat-surat Pastoral (bandingkan Tit 2:2,7; 1Tim 2:2; 3:4,8,11; dan satu bentuk istilah dalam 2Tim 2:2; 3:4). Menurut leksikon tulisan Bauer, Arndt, Gingrich, dan Danker, ini dapat diterjemahkan sebagai "penghormatan, martabat, keseriusan, rasa hormat, kesucian, atau kejujuran" (lihat halaman 47).
Istilah ini terkait dengan bahasa Latin "Augustus" (lih. Kis 25:21,25; 27:11). Ini merujuk pada pemujaan atau penyembahan terhadap seseorang, sang Kaisar, dan kemudian menjelaskan bagaimana seseorang harus bertindak atau merasa di hadapannya.
□ "sehat" Ini adalah penggunaan metafora berulang dari Tit 2:1, "sehat." Orang Kristen harus sehat dan stabil dalam iman mereka, dalam kasih mereka, dan dalam ketekunan mereka (lih. 1Tim 6:11; 2Tim 3:10), dan juga dalam doktrin mereka. Bagi Paulus, percaya dan hidup tidak dapat dipisahkan – pokoknya kebalikan dari guru-guru palsu.
□ "ketekunan" Lihat Topik Khusus pada 1Tim 4:16 dan dalam bentuk yang berbeda dalam 2Tim 2:11.
Topik Teologia -> Tit 2:1
Topik Teologia: Tit 2:1 - -- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
Beriman kepada Allah
Percaya kepada Allah dan Percayailah Dia
Bukti akan Iman yang ...
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Beriman kepada Allah
- Percaya kepada Allah dan Percayailah Dia
- Bukti akan Iman yang Murni
- Hidup Sesuai dengan Iman adalah Bukti Iman
- Gereja
- Orang Kristen Berusaha Mengajarkan Doktrin yang Benar
- Kualifikasi Pemimpin
- Ima 10:3-11 Ima 21:5-6 Yos 1:8 1Sa 2:35 2Ta 6:41 Ezr 7:10 Yes 52:11 Yer 1:7-8 Yer 3:14-15 Yer 20:8-9 Mal 2:6-7 Mat 10:16-25 Mat 20:25-28 Mat 23:8-11 Luk 12:42-44 Luk 24:49 Yoh 10:2-5,11-16 Yoh 13:13-17 Yoh 17:15-20 Kis 4:8,31 Rom 2:21-23 1Ko 2:2 1Ko 3:5-9 1Ko 4:1-2,10-13 1Ko 9:16-23 2Ko 2:15-17 2Ko 4:1-11 2Ko 6:3-10 Gal 6:17 1Te 2:3-12 1Ti 6:11-14 2Ti 1:13-14 2Ti 2:1-7,15,20-26 2Ti 3:14 Tit 2:1,7-8 Yak 3:13 1Pe 4:10-11
TFTWMS -> Tit 2:1-10; Tit 2:1
TFTWMS: Tit 2:1-10 - Memuliakan Ajaran Allah MEMULIAKAN AJARAN ALLAH (Titus 2:1-10)
Titus 2:1-10 mengingatkan kita akan 1 Timotius 5:1, 2, di mana Paulus memberitahu Timotius cara berhubungan de...
MEMULIAKAN AJARAN ALLAH (Titus 2:1-10)
Titus 2:1-10 mengingatkan kita akan 1 Timotius 5:1, 2, di mana Paulus memberitahu Timotius cara berhubungan dengan berbagai kelompok umur yang berbeda. Di sini, Paulus merinci bagaimana orang-orang dalam masing-masing kelompok umur itu harus berperilaku. Para mualaf Kristen yang baru itu dulunya tumbuh dalam budaya egoisme, berbohong, dan tidak tahu malu; tantangan terbesar mereka adalah menjalani kehidupan Kristen yang murni, saleh, dan penuh kasih.
Mengapa penting bagi pelbagai kelompok umur yang berbeda dalam gereja itu untuk hidup sebagaimana harusnya? Paulus menaruh perhatian kepada kehidupan mereka yang berdampak pada orang lain. Mari kita pertimbangkan ayat-ayat ini:
"… agar Firman Allah jangan dihujat orang" (2:5). "… sehingga lawan menjadi malu" (2:8)
"… supaya … mereka dalam segala hal memuliakan ajaran Allah, Juruselamat kita" (2:10)
Mengenai 2:10, kita telah menerapkan ungkapan itu kepada semua orang yang sedang diperintah dalam 2:1-10. Tiga nas yang dicantumkan itu dapat diringkas seperti ini: "sehingga orang-orang tidak menganggap buruk injil, tetapi akan ditarik kepada injil." Apakah kita sadar atau tidak, cara kita hidup dapat membuat orang lain menampik injil atau menarik mereka kepada injil.
TFTWMS: Tit 2:1 - Pengantar Pengantar (Titus 2:1)
1 Tetapi engkau, beritakanlah apa yang sesuai dengan ajaran yang sehat.
Ayat 1. Setelah mengecam guru-guru palsu di pulau Kret...
Pengantar (Titus 2:1)
1 Tetapi engkau, beritakanlah apa yang sesuai dengan ajaran yang sehat.
Ayat 1. Setelah mengecam guru-guru palsu di pulau Kreta, Paulus memerintahkan Titus, Tetapi engkau, beritakanlah apa yang sesuai dengan ajaran yang sehat. "Engkau" dalam ayat itu sifatnya tegas. Orang lain telah mengajarkan ajaran yang tidak benar, namun Titus harus mengatakan hal-hal yang "sesuai dengan ajaran yang sehat." Kita telah sering melihat ungkapan "ajaran yang sehat."2Itu adalah "pengajaran yang menghasilkan orang Kristen yang sehat dan seimbang yang menerima dan hidup sesuai dengan ajaran Kristus."3
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Titus (Pendahuluan Kitab) Penulis : Paulus
Tema : Ajaran yang Benar dan Kebajikan
Tanggal Penulisan: Sekitar 65-66 M
Latar Belakang
Seperti halnya 1 dan...
Penulis : Paulus
Tema : Ajaran yang Benar dan Kebajikan
Tanggal Penulisan: Sekitar 65-66 M
Latar Belakang
Seperti halnya 1 dan 2 Timotius, Titus adalah surat pribadi dari Paulus kepada salah seorang pembantu mudanya. Surat ini disebut "Surat Penggembalaan" karena membahas masalah yang berkaitan dengan peraturan gereja dan pelayanannya. Titus, seorang bertobat bukan Yahudi (Gal 2:3), menjadi pendamping dekat Paulus dalam pelayanan rasuli. Walaupun namanya tidak disebutkan dalam Kisah Para Rasul (mungkin karena ia saudara Lukas) hubungan erat dengan Paulus ditunjukkan dengan
- (1) disebutnya Titus sebanyak 13 kali dalam surat-surat Paulus,
- (2) dia adalah orang yang bertobat dalam pelayanan Paulus dan anak rohaninya (Tit 1:4) dan seperti Timotius menjadi teman sekerja Paulus yang terpercaya dalam pelayanan (2Kor 8:23),
- (3) dijadikannya wakil Paulus setidaknya untuk satu tugas penting ke Korintus selama perjalanan misi ketiga Paulus (2Kor 2:12-13; 2Kor 7:6-15; 2Kor 8:6,16-24), dan
- (4) pelayanannya sebagai teman sekerja Paulus di Kreta (Tit 1:5).
Paulus dan Titus bekerja bersama-sama dalam waktu singkat di Kreta (barat daya Asia Kecil di Laut Tengah) antara pemenjaraan Paulus yang pertama dengan yang kedua (Lihat "PENDAHULUAN SURAT 1TIMOTIUS" 08217).
Paulus menugaskan Titus untuk melanjutkan pelayanannya di antara orang Kreta (Tit 1:5), sedangkan dia sendiri melanjutkan perjalanan ke Makedonia (bd. 1Tim 1:3). Tidak lama sesudah peristiwa itu, Paulus menulis surat ini kepada Titus, menginstruksikan dia untuk menyelesaikan pekerjaan yang telah mereka awali bersama. Mungkin surat ini dititipkan kepada Zenas dan Apolos yang akan melewati Kreta (Tit 3:13).
Dalam surat ini Paulus meyampaikan rencananya untuk mengirim Artemas atau Tikhikus dengan segera untuk menggantikan Titus, karena setelah itu Titus harus ikut serta dengan Paulus di Nikopolis (Yunani), tempat yang direncanakan menjadi tempat tinggal Paulus selama musim dingin (Tit 3:12). Kita mengetahui bahwa rencana ini terlaksana (bd. 2Tim 4:10) karena Paulus kemudian menugaskan Titus di Dalmatia (Yugoslavia sebelum pecah).
Tujuan
Paulus menulis surat ini kepada Titus terutama untuk menugaskan Titus
- (1) menata apa yang ditinggalkan Paulus di Kreta, termasuk penetapan penatua (Tit 1:5);
- (2) membantu jemaat tumbuh dalam iman, pengetahuan akan kebenaran, dan kesalehan (Tit 1:1);
- (3) membungkam guru-guru palsu (Tit 1:11); dan
- (4) datang kepada Paulus setelah ia diganti oleh Artemas atau Tikhikus (Tit 3:12).
Survai
Paulus membahas empat pokok utama di dalam surat ini.
- (1) Dia menginstruksikan Titus mengenai tabiat dan syarat rohani yang diperlukan mereka yang akan dipilih menjadi penatua (penilik jemaat) di dalam gereja. Penatua haruslah orang saleh yang sifatnya terbukti, berhasil menuntun keluarganya sendiri (Tit 1:5-9).
- (2) Paulus menyuruh Titus mengajarkan doktrin yang benar serta membungkam dan menegur para guru palsu (Tit 1:10--2:1). Di dalam surat ini Paulus memberikan dua rangkuman tentang ajaran yang sehat (Tit 2:11-14; Tit 3:4-7).
- (3) Paulus menggambarkan untuk Titus (bd. 1Tim 5:1--6:2) peranan yang patut untuk laki-laki yang sudah lanjut usia (Tit 2:1-2), wanita yang sudah tua (Tit 2:3-4), wanita yang masih muda (Tit 2:4-5), para pemuda (Tit 2:6-8), dan para budak (Tit 2:9-10).
- (4) Akhirnya, Paulus menekankan bahwa kebajikan dan kehidupan yang benar adalah buah yang perlu dari iman yang sejati (Tit 1:16; Tit 2:7,14; Tit 3:1,8,14; bd. Yak 2:14-26).
Ciri-ciri Khas
Tiga ciri utama menandai surat ini.
- (1) Surat ini berisi dua ringkasan klasik mengenai sifat sesungguhnya dari keselamatan dalam Kristus Yesus (Tit 2:11-14; Tit 3:4-7).
- (2) Surat ini menekankan bahwa gereja dan pelayanannya harus dibangun di atas landasan rohani, teologis dan etis yang sangat kuat.
- (3) Surat ini berisi salah satu dari dua daftar panjang yang menyebutkan syarat yang harus dipenuhi pemimpin dalam pelayanan gerejani (Tit 1:5-9; bd. 1Tim 3:1-13).
Full Life: Titus (Garis Besar) Garis Besar
Pendahuluan
(Tit 1:1-4)
I. Pengarahan Mengenai Penugasan Penatua
(Tit 1:5-9)
A. Tetapkan Penatua di T...
Garis Besar
- Pendahuluan
(Tit 1:1-4) - I. Pengarahan Mengenai Penugasan Penatua
(Tit 1:5-9) - A. Tetapkan Penatua di Tiap Kota
(Tit 1:5) - B. Berbagai Syarat bagi Penatua
(Tit 1:6-9) - 1. Pribadi
- a. Tak Bercacat
(Tit 1:6) - b. Pelayan yang Dapat Dipercayai
(Tit 1:7) - c. Tidak Angkuh
(Tit 1:7) - d. Bukan Pemberang
(Tit 1:7) - e. Bukan Peminum
(Tit 1:7) - f. Bukan Pemarah
(Tit 1:7) - g. Tidak Serakah
(Tit 1:7) - h. Suka Memberi Tumpangan
(Tit 1:8) - i. Suka Akan yang Baik
(Tit 1:8) - j. Bijaksana
(Tit 1:8) - k. Adil
(Tit 1:8) - l. Saleh
(Tit 1:8) - m. Berpegang Kepada Perkataan yang Benar
(Tit 1:9) - n. Sanggup Menasihati berdasarkan Ajaran
(Tit 1:9) - o. Sanggup Meyakinkan Para Penentang
(Tit 1:9) - 2. Keluarga
- II. Pengarahan Mengenai Guru Palsu
(Tit 1:10-16) - A. Tabiat Mereka
(Tit 1:10) - B. Kelakuan Mereka
(Tit 1:11-12) - C. Penegoran Mereka
(Tit 1:13-16) - III.Pengarahan Mengenai Aneka Kelompok Dalam Gereja
(Tit 2:1-15) - A. Lingkup Pengarahan
(Tit 2:1-10) - B. Dasar Pengarahan
(Tit 2:11-14) - C. Tanggung Jawab Titus
(Tit 2:15) - IV. Nasihat Tentang Kebajikan
(Tit 3:1-11) - A. Kelakuan Terhadap Sesama
(Tit 3:1-2) - B. Kemurahan Allah Kepada Kita
(Tit 3:3-7) - C. Membedakan yang Berguna dan Mana yang Tidak
(Tit 3:8-11) - Penutup
(Tit 3:12-15)
Matthew Henry: Titus (Pendahuluan Kitab)
Surat Paulus kepada Titus ini pada sifatnya sangat menyerupai surat-surat yang ditujukan kepada Timotius. Kedua orang ini sama-sama dipertobatka...
- Surat Paulus kepada Titus ini pada sifatnya sangat menyerupai surat-surat yang ditujukan kepada Timotius. Kedua orang ini sama-sama dipertobatkan oleh Paulus, dan turut menyertai Paulus di dalam pekerjaan maupun di tengah penderitaan. Keduanya memiliki jawatan sebagai penginjil, yang tugasnya adalah menyirami jemaat-jemaat yang ditanam oleh para rasul, dan mengatur segala sesuatu yang masih perlu dikerjakan di dalam jemaat-jemaat itu. Mereka adalah wakil rasul, karena tugas mereka adalah mengerjakan pekerjaan Tuhan, sama seperti para rasul. Selain itu, sebagian besar pekerjaan tersebut dilaksanakan atas petunjuk para rasul, sekalipun bukan dengan tangan besi dan sewenang-wenang, melainkan dengan kesadaran dan penilaian mereka sendiri, mereka menyetujuinya (1Kor. 16:10, 12). Kita banyak membaca tentang Titus ini di berbagai bagian Kitab Suci, tentang jabatannya, wataknya, serta bagaimana ia melakukan tindakan-tindakan yang berguna. Ia adalah seorang Yunani (Gal. 2:3). Paulus menyebutnya sebagai anaknya (Tit. 1:4), saudaranya (2Kor. 2:13), temannya yang bekerja bersama-sama dengan dia (2Kor. 8:23), dan orang yang hidup menurut roh dan berlaku menurut cara yang sama dengan dirinya. Bersama para rasul, ia turut pergi kepada jemaat di Yerusalem (Gal. 2:1). Ia sangat dekat dengan jemaat Korintus, di mana ia memiliki kesungguhan untuk membantu (2Kor. 8:16). Surat Paulus yang kedua kepada jemaat Korintus, dan juga barangkali yang pertama, dikirim melalui perantaraannya (2Kor. 8:16-18, 23; 9:2-4; 12:18). Ia turut menyertai Rasul Paulus di Roma, dan dari sana pergi ke Dalmatia (2Tim. 4:10), dan setelah itu, di dalam Kitab Suci tidak diceritakan apa-apa lagi tentang dirinya. Oleh karena itu, berdasarkan hal tersebut, tampak bahwa ia bukanlah seorang penilik jemaat yang tetap. Seandainya ia seorang penilik jemaat tetap, apalagi pada masa-masa itu, tentu jemaat Korintus telah menganugerahinya dengan gelar tertinggi, karena ia paling banyak berjerih payah di situ. Di Kreta (sekarang disebut Candia, sebelumnya Hecatompolis, yang dinamai demikian karena seratus kota yang ada di dalamnya), sebuah pulau besar yang terletak di pintu masuk Laut Aegea, Injil mendapatkan sedikit tempat berpijak. Di sinilah Paulus dan Titus, dalam salah satu perjalanan mereka, menggarap jemaat yang tertanam. Namun, karena harus mengurus semua jemaat yang ada, rasul untuk bangsa-bangsa bukan Yahudi ini sendiri tidak dapat tinggal lama di tempat ini. Maka, ia meninggalkan Titus untuk beberapa lama di situ, supaya melanjutkan pekerjaan yang telah dimulai. Barangkali karena di situ Titus mendapati lebih banyak kesulitan daripada yang biasa, maka Paulus menulis surat ini kepadanya. Selain itu, terlebih demi kepentingan jemaat daripada dirinya sendiri, jerih payah Titus akan dapat menjadi lebih bermakna dan menghasilkan buah di tengah-tengah mereka apabila ditopang oleh nasihat dan kuasa rasuli. Paulus harus memastikan agar semua kota diperlengkapi dengan gembala-gembala yang baik, menolak dan mencegah masuknya hal-hal yang tidak benar dan tidak pantas, serta mengajarkan ajaran yang sehat. Ia juga harus memberikan berbagai macam petunjuk kepada gembala-gembala di dalam tugas mereka, menyatakan kasih karunia yang diberikan Allah secara cuma-cuma untuk keselamatan manusia melalui Kristus, dan bersama itu menunjukkan perlunya memelihara pekerjaan baik oleh orang-orang yang telah percaya kepada Allah dan mengharapkan keselamatan kekal dari-Nya.
Jerusalem: Titus (Pendahuluan Kitab) SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal da...
SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal dari pada tokoh-tokoh lain dalam Perjanjian Baru. Kedua sumber, yang masing-masing berdiri sendiri ini saling menguatkan dan melengkapi, meskipun ada kelainan-kelainan dalam soal-soal kecil. Kita malahan dapat menyusun suatu kronologi riwayat hidup Paulus secara lebih kurang teliti, karena bertepatannya beberapa peristiwa dalam riwayat hidup Paulus dengan kejadian-kejadian yang kita ketahui menurut ilmu sejarah, seperti waktunya Galio menjabat prokonsul di Korintus, Kis 18:12, dan tahun Festus menggantikan Feliks, Kis 24:27-25:1, sebagai wali negeri di Palestina.
Paulus dilahirkan di Tarsus di Kilikia, Kis 9:11; 21:39; 22:3, kira-kira tahun 10 Mas. dari keluarga Yahudi suku Benyamin, Rom 11:1; Flp 3:5 dan yang telah menjadi warga negara Roma, Kis 16:37 dst; 22:25-28; 23:27. Semasa mudanya Paulus dididik di Yerusalem oleh Gamaliel yang memberinya pengajaran mendalam tentang agama Yahudi sesuai dengan ajaran mazhad agama Kristen yang baru muncul, Kis 22:4 dst; 26:9-12; Gal 1:13; Flp 3:6, dan berurusan dengan pembunuhan atas diri Stefanus, Kis 7:58; 22:20; 26:10. Tetapi kira-kira tahun 34 seluruh hidup Paulus yang sedang di perjalanan ke kota Damsyik dirubah oleh penampakan Yesus yang telah bangkit dari alam maut. Tuhan yang bangkit menyatakan kepadanya benarnya agama Kristen dan bahwa tugasnya yang khas ialah mewartakan Injil kepada orang- orang bukan Yahudi, Kis 9:3-16 dsj; Gal 1:12, 15 dst; Ef 3:2. Sejak saat itu Paulus merelakan hidupnya untuk mengabdi Kristus, yang secara pribadi telah "menangkapnya" untuk dijadikan pengikutNya, Fil 3:12. Sesudah tinggal beberapa lamanya di Arabia, Paulus kembali ke Damsyik, Gal 1:17, dan mulai mewartakan Kristus di sana, Kis 9:20.
Sesudah sebentar mengunjungi Yerusalem, Gal 1:18; Kis 9:26-29, maka dalam tahun 39 Paulus pergi ke Siria dan Kilikia, Gal 1:21; Kis 9:30, sampai Barnabas mengajaknya kembali ke Antiokhia, di mana mereka mengajar bersama, Kis11:25 dst dan lihat 9:27. Dalam perjalanannya yang pertama (th 45-49) ke Siprus, Pamfilia, Pisidia dan Likaonia, Kis 13-14, Saulus mulai menggunakan nama Yunani-Latinnya Paulus untuk mengganti nama Yahudinya, yakni Saul, Kis 13:9. Karena berkarya dengan lebih baik, maka Paulus menyisihkan Barnabas, Kis 14:12. Dalam tahun 49, jadi empat belas tahun sudah bertobat, Gal 2:1, Paulus naik ke Yerusalem untuk ikut serta dalam "Konsili Para Rasul". Sebagian karena pengaruhnya Konsili itu menyetujui bahwa hukum Yahudi tidak mengikat orang-orang bukan Yahudi yang masuk Kristen, Kis 15; Gal 2:3-6. Tugas Paulus di antara orang-orang bukan Yahudi juga secara resmi diakui, Gal 2:7-9. Kemudian ia mengadakan perjalanan-perjalanan lagi. Perjalanan kedua (Kis 15:36-18:22) dan perjalanan ketiga (Kis 18:23 - Kis 21-17) masing-masing berlangsung dalam tahun 50-52 dan 55-58. Sehubungan dengan surat-surat Paulus perjalanan-perjalanan itu akan kita bicarakan lagi, oleh karena surat-suratnya itu ditulisnya justru selama di perjalanan-perjalanan itu. Tahun 58 ditahan di Yerusalem, Kis 21:27-23:22 dan dimasukkan ke dalam penjara sampai th 60, Kis 23:23-26. Dalam musim semi th 60 wali negeri Festus mengirimkannya ke Roma dengan pengawalan ketat, Kis 27:1-28:16. Sesudah di Roma di tahan dua tahun (th 61-63) Paulus dibebaskan karena tidak terbukti salah. Kemudian ia mungkin pergi ke negeri Spanyol, seperti yang direncanakannya, Rom 15:24, 28, tetapi surat-surat Pastoral (Tim, Tit) mengandaikan bahwa Paulus masih mengadakan perjalanan-perjalanan ke Timur. Penahanan Paulus yang kedua di Roma berakhir dengan kemartiran, sebagaimana diberitakan oleh tradisi yang paling tua; ini kiranya terjadi dalam th 67.
Kepribadian Paulus
Dari Kisah Para Rasul dan dari surat-surat Paulus juga mungkin mendapat gambaran jelas mengenai kepribadian dan perangai Sang Rasul.
Paulus adalah seorang yang semangatnya berapi-api dan yang dalam mengejar cita- citanya tidak tahu lelah atau menghitung jerih-payahnya. Pada pokoknya cita-cita Paulus ialah cita-cita keagamaan. Satu-satunya yang menjadi pusat perhatiannya ialah Allah. Dalam mengabdi Allah sebagai hamba setiawan ia menolak segenap kompromis dalam bentuk manapun. Itulah sebabnya maka mula-mula Paulus mengejar mereka yang dianggapnya sebagai bida'ah dan musuh Allah 1Tim 1:13; bdk Kis 24:5, 14, tetapi kemudian mewartakan Kristus, setelah berkat wahyu mengerti bahwa Dialah satu-satunya penyelamatan. Semangat yang tak bersyarat itu terungkap dalam kehidupan yang terdiri atas penyangkalan diri yang mutlak dan pengabdian kepada Dia yang dikasihi Paulus. Kerja keras dan lelah, haus, penderitaan, kemiskinan dan bahaya maut, 1Kor 4:9-13; 2Kor 4:8 dst; 6:4-10; 11:23-27, tidak dipedulikan sama sekali mana kala Paulus menunaikan tugas yang dianggapnya sebagai tanggung jawabnya 1Kor 9:16 dst. Tidak ada sesuatupun dari semuanya itu yang mampu memisahkan Paulus dari kasih Allah dan Kristus, Rom 8:35-39. Sebaliknya, semuanya itu dianggapnya barang berharga oleh karena menyerupai dirinya dengan Gurunya yang bersengsara dan tersalib, 2Kor 4:10 dst; Flp 3:10 dst. Kesadaran akan panggilannya yang tunggal membuat Paulus memiliki gairah akan yang luhur-luhur dan besar-besar. Kalau ia merasa dirinya bertanggung jawab akan semua jemaat, 2Kor 11:28; bdk Kol 1:24, dan berkata bahwa bekerja lebih dari pada yang lain-lain, 1Kor 15:10; bdk 2Kor 11:5, dan mengajak kaum beriman untuk mencontohnya, 2Tes 3:7+, maka keterangan semacam itu bukanlah kesombongan, melainkan kebanggaan orang suci yang rendah hati. Sebab Paulus juga mengakui dirinya sebagai yang paling hina di antara sekalian orang Kudus, 1Kor 15:9; Ef 3:8, karena telah menganiaya jemaat Allah; karya-karya besar yang dilaksanakannya dianggap berasal dari Tuhan yang berkarya di dalam dirinya, 1Kor 15:10; 2Kor 4:7; Flp 4:13; Kol 1:29; Ef 3:7.
Semangat hatinya yang halus nampak dalam sikap Paulus terhadap kaum beriman. Ia mempercayai sungguh-sungguh orang-orang Filipo yang masuk Kristen, Flp 1:7 dst; 4:10-20; ia menaruh perasaan mendalam terhadap jemaat di Efesus, Kis 20:17-38; hatinya memanas, kalau orang-orang beriman di Galatia membiarkan dirinya dibujuk untuk meninggalkan kepercayaan sejati, Gal 1:6; 3:1-3, dan ia sedih terkejut karena ketidak-tetapan hati yang sombong pada orang-orang di Korintus, 2Kor 12:11-13:10. Untuk menetapkan yang lincah-lincah Paulus tahu bagaimana bersikap ironi, 1Kor 4:8; 2Kor 11:7; 12:13, dan bahkan melontarkan teguran tegas, Gal 3:1-3; 4:11; 1Kor 3:1-3; 5:1-2; 6:5; 11:17-22; 2Kor 11:3 dst. Tetapi selalu hanya demi kebaikan kaum beriman, 2Kor 7:8-13. Dan segera Paulus memperlunak tegurannya dengan kehalusan hati yang penuh kasih sampai mengharukan hati, 2Kor 11:1-2; 12:14 dst : Bukankah hanya Pauluslah bapa mereka, 1Kor 4:14 dst; 2Kor 6:13; bdk 1Tes 2:11; Flm 10, bahkan ibu mereka, 1Tes 2:7; Gal 4:19? Maka segera pulih kembali hubungan-hubungan baik seperti dahulu, Gal 4:12-20; 2Kor 7:11-13.
Sesungguhnya Paulus tidak mau pertama-tama menegur kaum beriman, tetapi para lawan yang berusaha membujuk dan menyesatkan mereka: orang-orang Yahudi yang di mana-mana melawan dan menghalangi Paulus, Kis 13:45, 50; 14:2, 19; 17:5, 13; 18:6; 19:9; 21:27, ataupun orang-orang Kristen ke-Yahudian yang ingin membebankan kuk hukum Taurat pada mereka yang oleh Paulus direbut bagi Kristus, Gal 1:7; 2:4; 6:12 dst. Terhadap golongan-golongan itu Paulus tidak kenal ampun, 1Tes 2:15 dst; Gal 5:12; Flp 3:2. Gairah mereka yang sombong dan "kedagingan" dihadapi Paulus dengan daya rohani sejati yang menyatakan diri melalui kepribadiannya yang lemah, 2Kor 10:1-12:2, dan dengan sikap jujurnya yang membuktikan Paulus tidak mencari keuntungan sendiri, Kis 18:3. Ada sementara orang yang berkata bahwa para lawan Paulus ialah para rasul di Yerusalem. Tetapi pendapat itu tidak dapat dibuktikan. Terlebih-lebih lawan Paulus itu Yalah orang-orang Yahudi yang masuk Kristen dan ingin memaksakan adat-kebiasaan sendiri kepada orang-orang lain. Mereka menyalah-gunakan nama Petrus, 1Kor 1:12, dan Yakobus, Gal 2:12 untuk menurunkan kweibawaan Paulus. Sebaliknya, Paulus sendiri selalu menghormati wewenang para rasul sejati, Gal 1:18; 2:2, walaupun mempertahankan bahwa sebagai saksi Kristus setra dengan merek, Gal 1:11 dst; 1Kor 9:1; 15:8-11. Kalaupun terjadi bahwa sehubungan dengan perkara tertentu Paulus menentang Petrus, Gal 2:11-14, namun Paulus selalu menyatakan dirinya orang yang suka berdamai, Kis 21:18-26. Dengan seksama ia mengorganisasi pengumpulan dana untuk orang-orang Kristen yang miskin di Yerusalem, Gal 2:10, karena ia beranggapan ini jaminan paling baik bagi persatuan antara orang-orang Kristen bekas kafir dengan Jemaat Induk di Yerusalem, 2Kor 8:14; 9:12-13; Rom 15:26 dst.
Paulus sebagai Pewarta Injil
Pewartaan Paulus pertama-tama kerigma rasuli, Kis 2:22+, Kerigma itu ialah: pemberitaan tentang Yesus yang telah disalibkan tapi dibangkitkan dari alam maut, sesuai dengan Kitab Suci, 1Kor 2:2; 5:3-4; Gal 3:1. Apa yang disebutkan Paulus sebagai "Injilku", Rom 2:16; 16:25, sesungguhnya bukanlah Injilnya sendiri, melainkan Injil yang umum dipercaya, Gal 1:6-9; 2:2; Kol 1:5-7, tetapi khususnya disesuaikan dengan dan diterapkan pada pertobatan orang-orang bukan Yahudi, Gal 1:16; 2:7-9, sehaluan dengan kebijaksanaan universalis yang sudah dimulai di Anthiokhia. Paulus setia pada tradisi rasuli yang ada kalanya dikutip olehnya, 1Kor 12:23-25; 15:3-7, dan selalu diandaikannya; sudah barang tentu tradisi rasuli itu sangat berjasa bagi Paulus. Meskipun kiranya tidak pernah melihat Yesus selama hidupNya di dunia ini, bdk 2Kor 5:16+, namun Paulus sangat mengenal ajaranNya, 1Tes 4:15; 1Kor 7:10 dst; Kis 20:35. Selebihnya ia juga seorang saksi langsung dan keyakinannya yang tak tergoncangkan itu berdasar sebuah pengalaman pribadi: sebab iapun "melihat" Kristus, mula-mula di dekat Damsyik, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8; dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 22:17-21, Ia telah mengalami penglihatan- penglihatan dan pernyataan-pernyataan Tuhan, 2Kor 12:1-4. Maka apa yang diterimanya dari tradisi itu sungguh-sungguh dapat dianggapnya sebagai pemberitahuan langsung oleh Tuhan, Gal 1:12; 1Kor 12:23.
Ada kalanya orang berkata bahwa pengalaman-pengalaman mistik tersebut disebabkan oleh temperamen yang berlebih-lebihan dan sakit-sakitan. Tetapi dugaan itu tidak mempunyai dasar sedikitpun. Memanglah Paulus kena penyakit di Galatia, Gal 4:13- 15, tetapi penyakit itu kiranya tidak lain kecuali serangan malaria, sedangkan "duri dalam daging", 2Kor 12:7, boleh jadi permusuhan terus menerus dari pihak orang-orang Yahudi, kaum sebangsanya "secara jasmani", Rom 9:3. Paulus ternyata tidak mempunyai daya khayal yang berlebih-lebihan mengingat sedikit-sedikitnya gambaran lazim yang ia pakai: gelanggang pertandingan, 1Kor 9:24-27; Flp 3:12- 14; 2Tim 4:7 dst, laut, Ef 4:14, pertanian, 1Kor 3:6-8, dan bangunan, 1Kor 3:10- 17; Rom 15:20; Ef 2:20-22; kedua gambar terakhir suka digabungkan serta dicampur-adukkannya, 1Kor 3:9; Kol 2:7; Ef 3:17; bdk Kol 2:19; Ef 4:16. Paulus nampaknya lebih-lebih seorang intelektuil. Hati yang berapi-api bersatu-padu dengan akal jernih dan tidak segera puas; akal yang dengan teliti membentangkan kepercayaan Kristen sesuai dengan kebutuhan para pendengar. Berkat sifat Paulus itulah kita mendapat ulasan-ulasan yang mengagumkan sekitar kerigma dan yang bersesuaian dengan keadaan nyata. Sudah barang tentu jalan pikiran Paulus itu bukanlah jalan pikiran manusia dewasa ini. Ada kalanya Paulus mengemukakan dalil-dalilnya seperti para rabi mengemukakannya dan sesuai dengan metode penafsiran yang diterima Paulus dari lingkungan serta pendidikannya (misalnya: 3:16; 4:21-31). Tetapi bakat Paulus mendobrak warisan tradisionil yang terbatas itu. Dan melalui saluran-saluran yang bagi kita kurang lebih ketinggalan zaman Paulus mengalirkan suatu pengajaran yang mendalam.
Memanglah Paulus adalah seorang Yahudi, tetapi seorang Yahudi yang memiliki bagian kebudayaan Yunani cukup besar. Mungkin ini mulai diperolehnya semasa mudanya di Tarsus dan kemudian di perkaya karena Paulus sering berjumpa dengan dunia Yunani-Romawi. Pengaruh dari kebudayaan Yunani itu tercermin baik dalam jalan pikiran Paulus maupun dalam bahasa serta gaya bahasanya. Ada kalanya Paulus mengutip penulis-penulis Yunani, 1Kor 15:33; Tit 1:12; Kis 17:28, dan ia pasti mengenal filsafat populer yang berdasar atas mazhab Stoa; dari padanya ia meminjam gagasan-gagasan (misalnya: perginya jiwa yang terpisah dari badan ke dunia ilahi 2Kor 5:6-8; "pleroma" kosmis, Kol dan Ef) dan rumus-rumus tertentu (1Kor 5:6-8; Rom 11:36; Ef 4:6). Dari mazhab Stoa yang berhaluan sinis Paulus mengambil alih apa yang disebutkan sebagai "diatribe", yalah suatu metode argumentasi yang terdiri atas pertanyaan dan jawaban pendek, Rom 3:1-9, 27-31, dan dari situpun berasal ulasan-ulasannya, di mana kata demi kata beruntun, sebagaimana lazim dalam seni pidato. Mana kala menggunakan kalimat panjang dan padat, di mana anak-anak kalimat bergelombang-gelombang desak-mendesak, Ef 1:3- 14; Kol 1:9-20, maka Paulus masih juga dapat menemukan contoh-contohnya dalam kesusasteraan keagamaan di dunia Yunani. Biasanya Paulus memakai bahasa Yunani sebagai bahasa ibu yang kedua, Kis 21:40, dan dengan mahirnya, sehingga hanya sedikit semitisme terdapat. Bahasa Yunani yang dipakai ialah bahasa Yunani yang lazim di zamannya, yakni bahasa "koine", yang baik tanpa peniruan bahasa kuno. Paulus memang tidak suka akan kehalusan yang dibuat-buat seperti lazim dalam seni pidatoo insani, sebab kekuatannya untuk meyakinkan hanya mau diambilnya dari daya Firman kepercayaan yang didukung "tanda-tanda" yang dikerjakan Roh Kudus, 1Tes 1:5; 1Kor 2:4 dst; 2Kor 11:6; Rom 15:18. Bahkan terjadi pula bahwa pengungkapannya kurang tepat dan tidak diselesaikan, 1Kor 9:15. Acuan bahasa tidak mampu menampung pemikiran yang meluap-luap dan perasaan yang terlalu hebat. Dengan kekecualian yang jarang terjadi, bdk Flm 10, Paulus biasanya mendikte surat-suratnya, Rom 16:22, sebagaimana lazim di zaman dahulu dan hanya salam terakhir ditulisnya dengan tangan sendiri, 2Tes 3:17; Gal 6:11; 1Kor 16:21; Kol 4:18. Ada bagian-bagian dalam surat-suratnya yang memberi kesan bahwa masak-masak dipikirkan (misalnya: Kol 1:15-20), tetapi kebanyakan dituliskan sekali jadi dan secara spontan tanpa dikoreksi. Kendati kekurangan-kekurangan itu, bahkan mungkin karena kekurangan-kekurangannya, gaya bahasa cekatan itu berisi secara luar-biasa. Sudah barang tentu pemikiran yang begitu mendalam dan yang terungkap dengan bahasa yang menyala itu tidak mudah dibaca (2Ptr 3:16). Namun demikian pemikiran Paulus menyajikan beberapa nas yang daya keagamaannya dan bahkan gaya sastranya barangkali tidak ada tara bandingnya dalam sejarah kesusasteraan manusia.
Surat-surat yang diwariskan Paulus itu semuanya ditulis dengan alasan khusus. Ini tak pernah boleh dilupakan. Surat-surat itu bukan risalah ilmu ketuhanan, melainkan merupakan tanggapan terhadap keadaan tertentu. Surat-surat itu sungguh-sungguh surat yang sesuai dengan surat-menyurat yang lazim di zaman itu, Rom 1:1+. Namun demikian tulisan-tulisan Paulus bukan surat pribadi belaka dan bukan pula "surat" yang hanya nampaknya surat saja, sedangkan pada kenyataannya adalah karya sastra. Surat-surat Paulus berupa uraian-uraian yang ditujukan kepada pembaca-pembaca tertentu dan melalui mereka kepada semua kaum beriman. Maka dalam surat-surat itu jangan dicari kupasan-kupasan teratur dan lengkap yang mengungkapkan seluruh pemikiran Paulus. Di belakang tulisan-tulisan itu tetap membayang perkataan yang secara lisan dibawakan dan surat-surat itu seolah-olah memberi komentar atas beberapa pokok khusus. Namun demikian, nilai surat-surat Paulus tidak teratasi, apa lagi karena isi serta perbedaan- perbedaannya memungkinkan orang menemukan apa yang pokok dalam pewartaan Paulus. Tidak peduli mengapa ia menulis atau kepada siapa ia menulis, karya Paulus berdasarkan ajaran yang pada pokoknya sama. Ajaran itu berpusatkan Kristus yang wafat dan dibangkitkan. Hanya ajaran pokok itu disesuaikan, berkembang dan menjadi semakin berisi selama kehidupan Paulus yang menjadi segala-gala untuk semua orang, 1Kor 9:19-22. Ada sementara penafsir yang mengatakan bahwa Paulus sesungguhnya seorang "peramu" yang sesuai dengan keperluan memungut pandangan- pandangan yang berlain-lainan dan ada kalanya bertentangan satu sama lain; Paulus sendiri tidak menilai pandangan-pandangan itu seolah-olah mutlak tepat dan benar; ia hanya menggunakannya saja untuk menarik hati orang kepada Kristus. Langsung bertentangan dengan pendapat dengan pendapat tersebut ada orang yang berkata tentang "kekakuan" Paulus. Menurut pendapat ini maka pemikiran Paulus sejak awal mula ditetapkan dan selanjutnya tidak mengalami perkembangan lagi. Semua sudah tetap dan selesai akibat pengalaman Paulus waktu bertobat. Kebenaran terletak di tengah kedua ujung itu : teologi Paulus memang berkembang menurut suatu garis bersinambung, tetapi sungguh ada perkembangan di bawah dorongan Roh Kudus yang membimbing karya kerasulan Paulus. Dan perkembangan benar tapi lurus akhirnya sampai kepada kepenuhan sebagaimana memuncak dalam surat-surat itu sesuai dengan urutannya dalam waktu, orang dapat mengenali tahap-tahap perkembangan pemikiran Paulus. Memanglah urutan dalam waktu itu bukanlah urutan surat-surat Paulus dalam daftar kitab-kitab Perjanjian Baru. Dalam daftar itu surat-surat itu dideretkan sesuai dengan panjangnya.
1 dan 2 Tes; th. 50-51
Surat-surat Paulus yang pertama ditujukan kepada jemaat Kristen di kota Tesalonika. Di musim panah th. 50 Paulus mewartakan Injil di kota itu waktu perjalanannya yang kedua, Kis 17:1-10. Terpaksa oleh permusuhan dari pihak orang-orang Yahudi Paulus pergi ke Berea dam daro sana ke Atena dan Korintus. Di kota terakhir inilah kiranya 1Tes ditulis selama musim dingin th 50-51. Silas dan Timotius menemani Paulus di Korintus. Timotius untuk kedua kalinya pergi ke Tesalonika dan dari situ membawa berita-berita yang menggembirakan. Ini menyebabkan peluapan hati yang terungkap dalam 1Tes 1-3. Kemudian menyusullah dalam surat ini serentetan anjuran praktis, 1Tes 4:1-12; 5:12-28. Di antara kedua bagian itu disisipkan suatu jawaban atas soal tentang nasib orang-orang yang sudah meninggal dan Parusia Kristus, 1Tes 4:13-5:11. Surat 2Tes kiranya ditulis di kota Korintus juga beberapa bulan kemudian. Surat ini berisikan beberapa petunjuk praktis, 1; 2:13-3:15, dan sebuah instruksi lagi mengenai kapan Parusia akan terjadi dan mengenai "tanda-tanda" yang mesti mendahului kedatangan Tuhan, 2:1-12.
Ditinjau dari segi sastra maka antara 2Tes dan 1Tes ada kesamaan yang menyolok, sehingga ada sejumlah ahli yang menganggap 2Tes sebagai pemalsuan oleh seseorang yang mencuri gagasan-gagasan Paulus sementara juga meniru gaya bahasanya. Tetapi sukar sekali melihat mengapa seseorang membuat pemalsuan itu. Keterangan lain lebih sederhana dan lebih masuk akal, yaitu: Paulus sendirilah yang ingin lebih jauh menjelaskan dan meluruskan pengajarannya mengenai akhir zaman, lalu menulis surat ini dnegan mengulangi beberapa keterangan dari surat pertama. Memanglah kedua tulisan itu tidak bertentangan satu sama lain, tetapi malahan saling melengkapi. Dan tradisi Gereja dahulu juga jelas mengatakan bahwa kedua surat itu ditulis oleh Paulus.
Kedua surat ini tidak hanya penting oleh karen sudah memperkenalkan pangkal beberapa pikiran Paulus yang dalam surat-surat lain diperkembangkan, tetapi terutama karena ajarannya mengenai Parusia. Ternyatalah bahwa dalam tahap permulaan karya kerasulanNya pemikiran Sang Rasul berpusatkan kebangkitan Kristus dan kedatanganNya yang mulia yang membawa keselematan bagi mereka yang percaya kepadaNya, biar sudah mati sekalipun, 1Tes 4:13-18. Kedatangan Kristus yang mulia itu dilukiskan Paulus sesuai dengan apa yang lazim dalam sastra apokaliptik Yahudi dan dalam agama Kristen purba (bdk wejangan Yesus tentang akhir zaman yang termuat dalam injil-injil sinoptik, khususnya dalam injil Mat). Sama seperti Yesus demikianpun Paulus ada kalanya menekankan dekatnya kedatangan Tuhan yang tidak mungkin diketahui kapannya dan yang menuntut bahwa orang bersiap-siaga, 1Tes 5:1-11, sehingga memberikan kesan bahwa ia sendiri serta sidang pembacanya akan mengalaminya selama masih hidup, 1Tes 4:17; tetapi ada kalanya iapun mencoba meredakan rasa cemas kaum beriman yang digelisahkan oleh pandangan semacam itu. Maka ia mengingatkan mereka bahwa Hari Tuhan belum juga tiba dan mesti didahului beberapa tanda tertentu, 2Tes 2:1-12. Bagaimana ujud tanda-tanda itu bagi kita maupun bagi para pembaca dahulu tidak jelas. Rupanya Paulus memikirkan Si Antikrist sebagai seorang pribadi yang baru akan tampil pada akhir zaman. Ungkapan "apa yang menahan dia", 2Tes 2:6, menurut sementara ahli mengenai kerajaan Romawi dan menurut sementara ahli lain pewartaan Injil, sehingga maksud keterangan itu tetap kabur juga.
1 dan 2 Kor; th. 57
Selama delapan belas bulan lebih, Kis 18:1-16, mewartakan Injil di Korintus, dari akhir th. 50 sampai pertengahan th. 52, Paulus menulis kedua suratnya kepada jemaat di Tesalonika. Sesuai dengan kebijaksanaannya yang lazim, ialah menanamkan kepercayaan Kristen di pusat-pusat besar, Paulus ingin menanamkan kepercayaan kepada Kristus di kota pelabuhan ternama yang banyak penduduknya itu juga. Dari situ kepercayaan itu dapat merambat ke seluruh Akhaia, 2Kor 1:1; 9:2. Pada kenyataannya ia berhasil mendirikan sebuah jemaat kuat di sana, terutama di kalangan masyarakat rendahan, 1Kor 1:26-28. Tetapi kota besar itu adalah sebuah sarang kebudayaan Yunani, di mana berhadap-hadapan macam-macam aliran filsafah dan agama, sedangkan kebejatan susila memberinya nama yang buruk. Perjumpaan agama Kristen dengan pusat kekafiran itu tidak dapat tidak menimbulkan banyak persoalan bagi mereka yang baru masuk Kristen. Dalam kedua surat yang dituliskannya kepada jemaat itu, Paulus berusaha memecahkan soal-soal itu.
Bagaimana kedua surat itu lahir sudah cukup jelas, kendati keraguan yang masih ada mengenai beberapa hal kecil. Sebelum surat pertama yang tercantum dalam Kitab Suci telah ada surat yang mendahului, 1Kor 5:9-13. Tetapi surat, yang waktunya ditulis tidak diketahui ini tidak tersimpan. Kemudian, menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (th. 54-57) dalam menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (54-57) dalam perjalanannya yang ketiga, Kis 19:1-20, datanglah dari Korintus suatu utusan yang menyodorkan beberapa masalah, 1Kor 16:17, dan di samping itu Paulus menerima berita mengenai jemaat di Korintus melalui Apolos, Kis 18:27 dst; 1Kor 16:12, dan beberapa orang dari keluarga Khloe, 1Kor 1:11. Maka Paulus merasa terdorong menulis sepucuk surat lagi, yakni surat 1Kor kita. Ia ditulis sekitar Paskah th. 57 (1Kor 5:7 dst; 16:5-9 dibandingkan dengan Kis 19:21). Selang beberapa waktu muncullah di Korintus semacam krisis dan terpaksa Paulus mengunjungi jemaat sebentar dan kunjungan itu tidak menyenangkan, 2Kor 1:23-2:1; 12:14; 13:1-2. Selama kunjungan itu Paulus berjanji tidak lama lagi akan kembali untuk beberapa lamanya, 2Kor 1:15-16. Tetapi terjadi sesuatu dan rupanya kewibawaan Paulus dalam diri seorang utusannya dirongrong, 2Kor 5:10; 7:12. Maka sebagai pengganti kunjungan yang dijanjikan dahulu itu Paulus mengirim sepucuk surat tajam yang ditulisnya dengan mencucurkan "banyak air mata", 2Kor 2:3 dst, 9. Surat ini membawa hasil yang menyenangkan, 2Kor 7:8-13. Kabar gembira tentang hasil itu diterimanya dari Titus, 2Kor 2:12 dst; 7:5-16 di Makedonia, setelah Paulus terpaksa meninggalkan Efesus akibat krisis hebat di sana, yang tidak kita ketahui ujudnya, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10; Kis 19:23-40. Maka menjelang akhir th. 57 ia menulis 2Kor. Kemudian ia mengadakan perjalanan kiranya melalui Korintus, Kis 20:1 dst; bdk 2Kor 9:5; 12:14; 13:1, 10, menuju Yerusalem, tempat ia ditahan dan dipenjarakan.
Ada yang berpendapat bahwa 2Kor 6:14-7:1 merupakan kepingan dari surat pertama yang hilang itu, dan 2Kor 10-13 bagian dari surat yang ditulis dengan "mencucurkan banyak air mata". Hanya sukar dibuktikan meskipun mesti diakui bahwa bagian-bagian tersebut kurang cocok dengan konteksnya sekarang, 2Kor sesungguhnya melanjutkan 6:13, sementara kesan bahwa 6:14-7:1 berupa sisipan dikuatkan oleh kesamaan menyolok antara bagian ini dengan naskah-naskah kaum Eseni yang ditemukan di Qumran. Dan juga nada keras dalam 2Kor 10-13 kurang sesuai dengan nada ramah yang meresap ke dalam sembilan bab dahulu. Akhirnya 9:1 mengherankan sedikit sesudah apa yang dikatakan dalam bab 8, sehingga orang menduga bahwa aslinya adalah dua surat kecil tersendiri mengenai pengumpulan dana. Dengan demikian tidak dikatakan bahwa bagian-bagian itu tidak berasal dari Paulus. Tetapi sangat mungkin bahwa bagian-bagian tersebut ada macam-macam asal- asulnya. Baru kemudian kiranya dikumpulkan, yakni waktu kumpulan tulisan-tulisan Paulus dibuat.
Surat-surat kepada jemaat di Korintus itu dengan bagus dan tepat menyoroti watak dan semangat Paulus, tetapi juga menyajikan suatu ajaran yang penting sekali. Di dalamnya ditemukan, khususnya dalam 1Kor, informasi dan keputusan-keputusan mengenai beberapa soal yang membingungkan jemaat Kristen purba dan tentang cara hidup jemaat itu, baik sehubungan dengan keadaan umat sendiri, seperti kemurnian akhlak. 1Kor 5:1-13; 6:12-20, perkawinan dan hidup wadat, 7:1-40, pertemuan keagamaan dan perayaan Ekaristi, 11-12, penggunaan karunia-karunia Roh Kudus (kharismata, 12:1-14:40, maupun sehubungan dengan relasi jemaat dengan dunia luar, seperti naik banding ke pengadilan negeri, 6:1-11, dan memakan makanan yang dipersembahkan kepada berhala, 8-10. Kesemuanya itu hanya berupa pemecahan soal suara hati atau pengaturan ibadat, kalau bakat Paulus tidak merobahnya menjadi kesempatan baik untuk mengemukakan pandangan mendalam mengenai kebebasan hidup Kristen, pengudusan tubuh, keunggulan kasih dan persatuan dengan Kristus. Sewaktu terpaksa membala jabatannya sebagai rasul sejati, 2Kor 10:1-13:14, Paulus mengemukakan pikiran-pikiran unggul mengenai karya kerasulan pada umumnya, 2 Kor 8-9, disinari cahaya persatuan antar-jemaat yang diidam-idamkan. Seluruh ulasan mengenai kebangkitan badan, 1Kor 15, berlatar-belakang eskatologi yang menjadi landasannya. Hanya penggambaran apokaliptis seperti terdapat dalam 1Tes dan 2Tes diganti dengan pembahasan yang lebih rasionil, yang dapat membenarkan harapan yang sukar dicernakan orang-orang Yunani itu. Penyesuaian Injil dengan dunia baru yang dimasukinya itu terutama ternyata dalam cara Paulus mempertentangkan kebodohan Salib dengan hikmat Yunani. Kepada orang-orang Korintus yang terpecah- belah menjadi kelompok yang masing-masing membanggakan gurunya serta bakat- bakatnya, Paulus mengingatkan bahwa hanya ada satu Guru saja, ialah Kristus, dan hanya satu Kabar Gembira yaitu: hanya Salib saja yang menyelamatkan; dan itulah hikmat sejati, 1Kor 1:10-4:13. Dengan jalan itu maka terpaksa oleh keadaan dan tanpa meniadakan pandangan akhir zaman, Paulus sampai menekankan hidup Kristen sekarang yang merupakan persekutuan dengan Kristus yang terwujud oleh pengetahuan sejati ialah kepercayaan. Nanti sebagai akibat krisis di Galatia dan sehubungan dengan agama Yahudi Paulus masih lebih memperdalam hidup Kristen sekarang itu.
Gal dan Rom; th 57-58
Adapun surat kepada jemaat-jemaat di Galatia dan surat kepada jemaat di Roma perlu dibicarakan bersama-sama, sebab keduanya mengupas persoalan yang sama. Surat kepada jemaat-jemaat di Galatia berupa tanggapan langsung terhadap keadaan tertentu, sedangkan surat kepada jemaat di Roma berupa sebuah risalah lebih lengkap yang dengan tenang dikarang dan mengatur gagasan-gagasan yang ditimbulkan oleh pertikaian di Galatia itu. Hubungan erat kedua surat itu adalah argumen paling kuat melawan pendapat sementara ahli yang mengemukakan bahwa surat kepada jemaat-jemaat di Galatia itu ditulis pada permulaan karya Paulus, bahkan sebelum konsili Yerusalem dalam th. 49. Menurut pendapat tersebut kunjungan kedua Paulus ke Yerusalem, yang diceritakan dalam Gal 2:1-10, adalah sama dengan kunjungan kedua yang disebut dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang di dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang dikisahkan Kis 15:2-30 (ini memang cukup berbeda dengan cerita Paulus dalam Gal). Selebihnya rupanya Paulus tidak tahu- menahu tentang keputusan Konsili Yerusalem (Kis 15:20, 29; bdk Gal 2:6), sehingga suratnya kepada jemaat-jemaat di Galatia harus sudah ditulis sebelum Konsili Yerusalem. Untuk menyetujui pendapat itu cukuplah diandaikan bahwa "orang-orang Galatia" itu tidak lain kecuali orang-orang Likaonia dan Pisidia, yang kepadanya Injil diwartakan oleh Paulus sewaktu perjalanannya yang pertama. Pergi-pulangnya Paulus dapat juga menerangkan kedua kunjungan yang kiranya diandaikan dalam Gal 4:13. Namun demikian itu kurang berdasar. Meskipun benar bahwa sejak th. 36-25 seb. Mas. daerah Likaonia dan Pisidia dalam administrasi negara tergabung dengan daerah Galatia, namun dalam bahasa sehari-hari selama abad I Mas. daerah Galatia yang sebenarnya terus disebut demikian. Daerah Galatia terletak lebih ke utara. Khususnya sukar diterima bahwa penduduk Likaonia dan Pisidia dikatakan "orang-orang Galatia", Gal 3:1. Kecuali itu pengandaian yang sukar diterima itu tidak perlu sama sekali. Kunjungan kedua yang disebut dalam Gal 2:1-10, lebih mudah dapat disamkan dengan kunjungan ketiga yang diceritakan dalam Kis 15 (memanglah ada kesamaan yang menyolok juga) dari pada dengan yang kedua, Kis 11:30; 12:25. Kunjungan yang kedua itu nampaknya begitu kurang penting, sehingga didiamkan oleh Paulus dalam argumentasinya (Gal). Dan bahkan boleh jadi bahwa sama sekali tidak ada kunjungan kedua dalam Kis. oleh karena Lukas barangkali menggarap dua sumber berbeda-beda mengenai peristiwa yang sama (bdk Kis, Pengantar dan Kis 11:30+). Maka surat kepada jemaat-jemaat di Galatia ditulis sesudah Konsili Yerusalem. Memang Paulus tidak berkata-kata tentang keputusan yang diambil Konsili itu, tetapi boleh jadi keputusan itu sesungguhnya diambil kemudian dari itu (bdk Kis 15:1+). Kalau demikian maka mudah juga dipahami sikap Petrus yang ditegur oleh Paulus menurut Gal 2:11-14. Maka orang-orang yang dialamati surat itu benar- benar penduduk daerah "Galatia" yang ditempuh Paulus dalam perjalanannya yang kedua dan yang ketiga, Kis 16:6; 18:23. Boleh jadi surat itu ditulis di kota Efesus, atau barangkali di Makedonia sekitar th. 57.
Tidak lama berselang menyusullah surat kepada jemaat di Roma. Paulus sedang berada di Korintus (musim dingin th. 57/58) dan mempersiapkan diri untuk pergi ke Yerusalem. Dari sana ia mau singgah di Roma dalam perjalanan ke Spanyol, Rom 15:22-32; bdk 1Kor 16:3-6; Kis 19:21; 20:3. Paulus tidak mendirikan jemaat di Roma dan informasi-informasi yang diperolehnya tentang jemaat itu, boleh jadi mulai orang seperti Akwila, Kis 18:2 tidak lengkap tetapi separuh-separuh saja. Dari keterangan-keterangan yang tercantum dalam surat itu hanya dapat disimpulkan bahwa jemaat itu terdiri dari orang-orang bekas Yahudi dan bekas kafir dan kedua golongan itu condong saling meremehkan. Karena demikian keadaan jemaat di Roma maka Paulus menganggap baik mempersiapkan kunjungannya dengan mengirimkan sepucuk surat melalui diakones Febe, Rom 16:1. Di dalamnya ia mengemukakan pendapatnya bagaimana mesti dipecahkan masalah hubungan antara agama Yahudi dan agama Kristen; pikirannya di bidang itu menjadi masak akibat krisis di Galatia. Dengan maksud tersebut Paulus mengatur dan memungut secara saksama dan dengan halus gagasan-gagasan yang sudah terungkap dalam Gal. Surat Gal ini berupa luapan hati, di mana pembelaan diri, 1:11-2:21, disusul sebuah pembuktian berupa ajaran, 3:1-4:31 dan peringatan-peringatan keras, 5:1 6:18. Sebaliknya, Rom berupa sebuah ulasan teratur, di mana bagian-bagiannya susul- menyusul secara tertib dengan berpedoman beberapa pokok yang terlebih dahulu diperkenalkan, lalu diuraikan.
Sama seperti halnya dengan surat-surat kepada jemaat di Korintus, demikianpun tidak ada seorangpun yang sungguh-sungguh meragukan bahwa Rom ditulis oleh Paulus. Paling-paling orang menanyakan apakah bab 15 dan 16 barangkali kemudian ditambahkan. Terutama bab 16 yang berisikan banyak salam kepada macam-macam orang barangkali aslinya sebuah surat kecil kepada jemaat di Efesus. Tetapi bab 15 tidak dapat dipisahkan dari surat Rom itu, meskipun beberapa naskah menaruh Rom 16:25-27 pada akhri bab 14 sebagai kata penutup. Ada sejumlah ahli yang mempertahankan bahwa juga bab 16 karangan Paulus yang asli. Mereka mencatat bahwa Paulus dapat berkenan dengan banyak saudara dari Roma yang dahulu diusir oleh Kaisar Klaudius, lalu kembali ke Roma. Dan bagi Sang Rasul memang penting menggaris bawahi hubungan dengan jemaat yang belum mengenal Paulus itu. Adapun doksologi dalam 16:25-27 memang mempunyai ciri-ciri khas dalam gaya bahasanya. Tetapi ini tidak cukup untuk menolak keasliannya, walaupun barangkali ditulis kemudian dari Rom.
Sedangkan surat-surat kepada jemaat di Korintus memperlawankan Kristus sebagai Hikmat Allah dengan hikmat dunia yang sia-sia, maka surat-surat kepada jemaat- jemaat di Galatia dan Roma mempertentangkan Kristus sebagai Pembenaran dari Allah dengan pembenaran yang oleh manusia dikirakan dapat diperoleh dengan usahanya sendiri. Di Korintus semangat Yunanilah yang membahayakan pendirian tepat karena terlalu membanggakan akal-budi manusia sendiri. Di Galatia orang- orang ke-Yahudian datang mengatakan bahwa kaum beriman harus bersunat dan menaklukkan diri kepada hukum Taurat, kalau mau diselamatkan. Paulus sekuat tenaga melawan propaganda dan ajaran itu oleh karena berarti mundur selangkah dan menyia-nyiakan karya Kristus, Gal 5:4. Dengan tidak menyangkal nilai tata penyelamatan lama Paulus menentukan batasnya, oleh karena hanya tahap sementara dalam seluruh rencana penyelamatan Allah. Gal 3:23-25. Hukum Musa pada dirinya baik dan suci, Rom 7:12, dan sungguh-sungguh menyatakan kehendak Allah. Tetapi hukum Taurat tidak memberi manusia daya batiniah untuk menepatinya; dengan jalan itu hukum Taurat tidak hanya membuat manusia menjadi sadar akan dosanya dan kebutuhannya akan pertolongan dari Pihak Allah, Gal 3:19-22; Rom 3:20; 7:7-13. Adapun pertolongan yang berupa karunia belaka itu dahulu dijanjikan kepada Abraham sebelum hukum Taurat diberikan, Gal 3:16-18; Rom 4, dan dianugerahkan oleh Yesus Kristus : kematian dan kebangkitanNya sudah menghancurkan kemanusiaan lama yang diracuni dosa Adam dan menciptakan kemanusiaan baru Yesus yang menjadi prototipnya, Rom 5:12-21. Setelah bergabung dengan Kristus melalui kepercayaan dan dijiwai oleh Roh Kudus, maka manusia selanjutnya dengan cuma-cuma menerima pembenaran sejati dan dapat hidup sesuai dengan kehendak Allah, Rom 8:1-4. Memanglah kepercayaan manusia harus menjadi nyata dalam pekerjaan, tetapi pekerjaan yang dilaksanakan berkat daya Roh Kudus, Gal 5:22-25; Rom 8:5-13, itu bukan lagi pekerjaan hukum Taurat yang padanya orang-orang Yahudi dengan angkuhnya menaruh kepercayaannya. Pekerjaan-pekerjaan itu dapat dilaksanakan oleh semua yang percaya kepada Kristus, meski datang dari kekafiran sekalipun, Gal 3:6-9, 14; Rom 4:11. Maka tata penyelamatan Musa yang bernilai sebagai persiapan sekarang sudah ketinggalan zaman. Orang-orang Yahudi yang mau terus berpegang padanya sesungguhnya menempatkan diri di luar keselamatan yang sebenarnya. Allah mengizinkan mereka menjadi "buta", supaya kaum kafir dapat memperoleh keselamatan. Namun demikian orang-orang Yahudi tidak untuk selama- lamanya kehilangan kepilihannya dahulu, sebab Allah memang setia; ada sementara orang-orang Yahudi, yaitu "sisa kecil" yang dinubuatkan para nabi, sudah sampai percaya: dan nanti yang lain-lainpun akan bertobat, Rom 9-11. Sementara itu semua itu kaum beriman, entah orang-orang Yahudi entah bukan Yahudi, harus menjadi satu karena kasih dan saling menolong, Rom 12:1-15:13. Demikianlah pandangan luas yang sudah dirintis dalam Gal dan dikembangkan dalam Rom. Dan berkat pandangan itulah maka kita mempunyai ulasan yang mengagumkan tentang masa lampau umat manusia yang berdosa, Rom 1:18-3:20, dan tentang pergumulan yang berlangsung dalam diri setiap orang, Rom 7:14-25; tentang keselamatan yang dengan cuma-cuma dikaruniakan, Rom 3:24 dll, daya yang terkandung dalam kematian dan kebangkitan Kristus, Rom 4:24 dst; 5:6-11, yang didalamnya orang turut serta oleh karena iman dan baptisan, Gal 3:26 dst; Rom 6:3-11; penguraian mengenai panggilan bangsa manusia menjadi anak-anak Allah, Gal 4:1-7; Rom 8:14-17, mengenai kasih Allah yang berhikmat, yang adil dan setia dalam menyelenggarakan rencana penyelamatanNya yang terlaksana tahap demi tahap, Rom 3:21-26; 8:31-39. Pandangan akhir zaman tetap tinggal; sebab kita memang diselamatkan dalam pengharapan, Rom 5:1-11; 8:24. Tetapi sama seperti dalam surat-surat kepada jemaat di Korintus, tekanan terletak pada keselamatan yang sudah dimulai sekarang; Roh yang dijanjikan sudah dimiliki sebagai "karunia-sulung, Rom 8:23, sekarang orang-orang Kristen sudah siap hidup dalam Kristus, Rom 6:11, dan Kristus hidup di dalam mereka Gal 2:20.
Dengan demikian maka surat kepada jemaat di Roma menyajikan sebuah sintesa pemikiran teologis Paulus yang mengesankan, sebuah sintesa yang ada di antara yang sangat bagus. Namun demikian sintesa itu bukanlah sintesa sempurna dan lengkap dan bukan pula seluruh ajaran Paulus. Pertikaian yang dilancarkan oleh Luther mengakibatkan bahwa surat Rom ini terlaly diutamakan, hal mana sungguh merugikan, kalau surat-surat lain lain tidak diikut-sertakan sebagai pelengkap, sehingga surat Rom ditempatkan dalam sebuah sintesa yang lebih luas.
Filipi; th. 56-57
Kota Filipi adalah sebuah kota penting di Makedonia dan didiami oleh orang-orang Roma yang merantau. Dalam perjalanannya yang kedua dalam th. 50 Paulus mewartakan Injil di situ, Kis 16:12-40. Selama perjalanannya yang ketiga, Paulus masih dua kali singgah di kota Filipi, yaitu di musim rontok th. 57, Kis 20:1-2, dan sekitar Paskah th. 58, Kis 20:3-6. Kaum beriman yang oleh Paulus direbut bagi Kristus di Filipi menyatakan kasih yang mengharukan hati kepada Rasul mereka dengan mengirimkan bantuan kepadanya di Tesalonika, Flp 4:16, dan kemudian di Korintus 2Kor 11:9. Dengan menulis surat ini kepada jemaat itu Paulus justru bermaksud mengucapkan terima kasih karena bantuan yang diterimanya melalui Epafroditus, utusan jemaat di Filipi, yang membawa sumbangan yang baru, Fil 4:10-20, Paulus yang pada umumnya takut-takut kalau memberi kesan seolah- olah mencari untungnya sendiri, Kis 8:3, dengan rela hati menyambut bantuan dari jemaat Filipi. Dengan jalan itu ia menyatakan menaruh kepercayaan luar biasa kepada jemaat itu.
Waktu menulis surat itu Paulus sedang dalam tahanan, Flp 1:7, 12-17. Lama sekali orang beranggapan bahwa ini penahanan pertama di Roma. Tetapi hubungan yang begitu mudah dan demikian kerap kelihatannya, 2:25-30, antara jemaat Filipi dan Paulus sedang Paulus ditemani Epafroditus, mengherankan, seandainya Paulus sungguh di Roma yang terlalu jauh letaknya. Seandainya Paulus berada di Roma (atau di Kaisarea di Palestina, tempat ia juga pernah ditahan sebagaimana diketahui), maka sukar dipahami bahwa bantuan berupa uang yang dikirim jemaat di Filipi melalui Epafroditus itu merupakan kesempatan pertama yang mereka peroleh untuk menolong Sang Rasul setelah mengamalkan kasihnya waktu perjalanan Paulus yang kedua, 4:10, 16. Sebab memanglah Paulus masih singgah dua kali pada mereka dalam perjalanannya yang ketiga. Hanya lebih mudah dimengerti, kalau Paulus menulis surat itu sebelum kedua kunjungan tersebut. Kiranya Paulus berada di Efesus selama th. 56/57 sementara mengharapkan dapat pergi ke Makedonia sesudah dilepaskan (bdk Flp 1:26; 2:19-24 dan Kis 19:21 dst; 20:1; 1Kor 16:5). Kenyataan bahwa Paulus berkata tentang "Pretorium" (terj.: istana) dalam Flp 1:13 dan tentang "rumah/keluarga Kaisar" (terj.: istana Kaisar) dalam 4:22, tidak perlu menjadi kesulitan. Sebab di kota-kota besar, khususnya di Efesus, ada pasukan pengawal pribadi, sama seperti di Roma sendiri yang mengawal wali negeri. Memanglah kita tahu apa-apa tentang penahanan Paulus di Efesus. Tetapi inipun tak perlu menjadi kesulitan yang tak teratasi. Sebab Lukas hanya menceritakan sedikit saja tentang ketiga tahun Paulus tinggal di kota itu, sedangkan Palus sendiri menyiratkan bahwa di sana menghadapi kesulitan berat, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10.
Kalau hipotesa tersebut diterima maka Flp perlu dipisahkan dari Kol, Ef, dan Flm dan didekatkan pada "surat-surat besar", khususnya pada 1Kor. Kedua surat ini tidak bertentangan satu sama lai, tetapi sebaliknya sangat berdekatan baik dari segi sastra maupun dari segi ajaran. Hanya Flp kurang berupa ajaran. Ini lebih- lebih berupa peluapan hati, tukar berita dan peringatan terhadap "pekerja- pekerja jahat", yang di mana-mana merongrong karya Sang Rasul, sehingga boleh jadi juga menyerang jemaat terkasih di Filipi; terutama Flp berupa seruan supaya kaum beriman bersatu dalam kerendahan hati. Seruan itulah yang bagi kita menghasilkan 2:6-11 mengenai perendahan Kristus. Boleh jadi madah yang mengharukan hati itu dikutip oleh Paulus atau merupakan ciptaan Paulus sendiri. Tetapi bagaimanapun juga lagu itu memberikan kesaksian yang berharga mengenai kepercayaan umat Kristen pruba akan kepra-adaan ilahi Yesus.
Tidak ada orang yang meragukan bahwa Flp benar-benar dikarang oleh Paulus. Hanya dapat dipersoalkan apakah surat itu barangkali penggabungan beberapa surat kecil yang aslinya tersendiri. Tetapi ini berupa dugaan belaka.
Ef, Kol, Flm; th. 61-63.
Surat kepada jemaat di Efesus, kepada jemaat di Kolose dan kepada Filemon ternyata sebuah kelompok tersendiri. Ketiga karangan itu sangat erat hubungannya; baik Kol 4:9 maupun Flm 12 berkata tentang Onesimus yang mau dikirim Paulus; Tikhikus disebut dalam Kol 4:7 dst dan dalam Ef 6:21 dst; teman- teman Paulus yang sama tampil dalam Kol 4:10-14 dan dalam Flm 23-24; ditinjau dari segi sastra dan dari segi ajaran ada banyak kesamaan antara Ef dan Kol; Paulus masih dipenjara, Flm 1:9 dst; 13, 23; Kol 4:3, 10, 18; Ef 3:1; 4:1; 6:20, dan tentu saja di Roma (antara th. 61 dan 63), dan bukan di Kaisarea atau di Efesus. Kalau di Kaisarea sukar menerangkan bahwa Markus dan Onesimus ada pada Paulus, sedangkan tentang kehadiran Lukas di Efesus bersama Paulus tidak ada berita apapun. Kecuali itu perbedaan gaya bahasa dan kemajuan dalam ajaran mengandaikan jangka waktu cukup lama antara "surat-surat besar" (Kor, Gal, Rom) dan Ef serta Kol. Dalam jangka waktu itu timbullah sebuah krisis. Dari Kolose, di mana Paulus sendiri tidak mewartakan Injil, 1:4; 2:1, datanglah wakilnya Epafras, 1:7, membawa berita yang mengkhawatirkan, Paulus menjadi prihatin dan segera menanggapi berita itu dengan sepucuk surat kepada jemaat di Kolose; surat itu dibawa ke sana oleh Tikhikus. Tetapi reaksinya terhadap bahaya yang baru itu memperdalam pikiran Sang Rasul. Sama seperti Rom dipakai untuk mengatur pikiran- pikiran yang tercetus dalam Gal, demikianpun sekarang Paulus menulis sepucuk surat lain lagi, di sana ia menyusun ajarannya dengan berpedoman sebuah titik pandangan yang dipaksakan kepadanya oleh pertikaian di Kolose. Sintesa yang mengagumkan itu tidak lain kecuali "surat kepada jemaat di Efesus". Hanya judul semacam itu (yang dalam surat sendiri tidak pasti juga, bdk Ef 1:1+) dapat menipu. Paulus sesungguhnya tidak menulis kepada orang-orang Efesus, tempat ia tinggal selama tiga tahun, melainkan kepada kaum berimann pada umumnya, bdk Ef 1:15; 3:2-4, khususnya kepada jemaat-jemaat di lembah-lembah pegunungan Lisia tempat surat itu diedarkan, Kol 4:16.
Sementara ahli pernah menolak keaslian kedua surat tersebut. Tetapi Kol dewasa ini lebih umum diterima sebagai karangan Paulus dan pendapat itu memang cukup berdasar. Gagasan-gagasan utama Paulus terdapat dalam Kol, dan kalau ada juga pikiran-pikiran baru maka halnya mudah dijelaskan dengan menunjuk kepada keadaan baru yang harus dihadapi Paulus. Hal yang sama dapat dikatakan tentang Ef juga, tetapi surat ini tetap sangat diragukan keasliannya. Namun demikian karena surat itu ternyata hasil seorang pemikir yang berbakat maka sukar diterima bahwa dikarang oleh seorang murid Paulus. Sudah barang tentu gaya bahasa Kol dan Ef yang bertutur panjang, ada kalanya berlebih-lebihan, itu berbeda sekali dengan pemikiran pendek, padat dan tegang seperti terdapat dalam surat yang dahulu. Tetapi hal itu cukup dapat diterangkan juga, oleh karena Paulus kini mengamati ufuk baru yang jauh lebih luas. Selebihnya Paulus menggunakan macam-macam gaya bahasa dan dalam 2Kor 9:8-14 atau Rom 3:23-26 dll sudah terdapat contoh-contoh gaya bahasa kontemplatip dan lebih kurang liturgis yang sepenuh-penuhnya berkembang dalam Kol dan Ef. Satu-satunya kesulitan yang sesungguhnya berasal dari kenyataan bahwa beberapa bagian dari Ef lebih kurang secara harafiah dan ada kalanya secara salah memungut pengungkapan-pengungkapan dari Kol. Hanya Paulus tidak pernah menulis surat-suratnya dengan tangannya sendiri dari awal sampai akhir. Maka gejala tersebut dapat diterangkan dengan berkata bahwa seorang murid memainkan peranan besar dalam menyusun Ef.
Adapun bahaya yang mengancam di Kolose berasal dari pemikiran berlebih-lebihan berdasarkan pandangan-pandangan Yahudi, Kol 2:16, yang bercampur-baur dengan filsafaf ke-Yunanian. Pemikiran-pemikiran berlebih-lebihan tersebut memberi kepada daya-daya sorgawi yang memimpin jalannya jagat raya sebuah peranan begitu penting sehingga menurunkan kedudukan utama Kristus. Paulus menerima saja adanya daya-daya semacam itu tanpa meragukan kegiatannya; ia bahkan menyamakannya dengan malaikat-malaikat yang terdapat dalam tradisi Yahudi, bdk 2:15. Hanya ia menerimanya untuk menempatkannya di tempatnya yang wajar dalam rencana penyelamatan Allah. Mereka telah berperan sebagai pengantara dan pengurus hukum Taurat. Tetapi kini peranannya sudah habis sama sekali. Dengan menciptakan suatu dunia baru maka Kristus Kirios sendiri menangani pemerintahan dunia semesta. PeninggianNya di sorga sudah menempatkan Kristus di atas daya-daya kosmis yang telah dilucuti kekuasaannya dahulu, 2:15. Memanglah sejak awal penciptaan Kristus sudah menguasai kekuasaan-kekuasaan itu, sebab Dialah Anak dan Gambar Bapa. Tetapi dalam ciptaan baru Kristus menguasai daya-daya itu sebagai Kepalanya dan secara depinitip, oleh karena telah mempersatukan di dalam diriNya segenap "Ple-roma", artinya kepenuhan beradanya, baik beradanya Allah maupun beradanya dunia di dalam Allah, 1:13-20. Oleh karena sudah dibebaskan dari "unsur-unsur dunia" (terj.: roh-roh dunia), 2:8, 20, berkat persatuannya dengan Kepala dan oleh karena mengambil bagian dalam KepenuhannNya, 2:10, maka orang- orang Kristen tidak perlu menaklukkan diri kepada kekuasaan lalim "unsur-unsur dunia" itu dengan menepati macam-macam aturan yang sudah ketinggalan zaman dan tidak berguna lagi, 2:16-23. Melalui baptisan mereka sudah dipersatukan dengan Kristus yang wafat dan bangkit, 2:11-13 dan menjadi anggota TubuhNya. Dan hidup baru hanya mereka terima dari Kristus yang menjadi Kepala yang menghidupkan, 2:19. Memanglah Paulus tetap menaruh minat utamanya pada keselamatan Kristen, tetapi karena pertikaian itu ia memperluas karya Kristus sampai merangkum seluruh dunia dan jagat raya. Di samping bangsa manusia yang diselamatkan itu seluruh jagat raya yang menjadi latar belakang dan rangka umat manusia dimasukkan Paulus ke dalam karya Kristus. Maka jagat raya secara tak langsung ditempatkan juga di bawah kekuasaan satu-satunya Tuhan, ialah Kristus. Pemikiran semacam itulah mengakibatkan bahwa gagasan "Tubuh Kristus" yang dirintis dahulu, 1Kor 12:12+, diperkembangkan lebih jauh dengan menekankan Kristus sebagai kepala Tubuh-Nya; bahwa karya penyelamatan diperluas sampai merangkum dunia semesta; bahwa pemandangan diperlebar sehingga Kristus terutama dilihat sebagai pemenang sorgawi, sedangkan Gereja sebagai persatuan menyeluruh dibangun menuju Kristus sorgawi; bahwa eskatologi yang sudah terujud lebih ditekankan, bdk Ef 2:6+.
Pemandangan seperti di atas terulang dalam Ef. Tetapi usaha untuk menaruh daya- daya sorgawi yang terlalu dinilai itu pada tempatnya yang wajar sudah menghasilkan buahnya, Ef 1:20-22. Maka perhatian terutama diarahkan kepada Gereja. Ia merupakan Tubuh Kristus yang meluas sampai menjadi Jagat raya baru, Kepenuhan Dia yang memenuhi semua dan segala sesuatu, 1:23+. Dalam pemandangan yang paling tinggi yang merupakan puncak segenap karyanya ini Paulus memungut beberapa pikiran dari masa dahulu untuk menempatkannya di dalam sintesa yang dicapainya. Teristimewanya ia memikirkan kembali persoalan yang dibahasnya dalam surat kepada jemaat di Roma, yang berupa puncak dalam tahap pemikirannya dahulu. Ia tidak hanya dengan sepintas lalu meningkatkan pandangannya mengenai keadaan lampau bangsa manusia yang berdosa dan keselamatan yang dengan cuma-cuma dianugerahkan melalui Kristus, 2:1-10, tetapi juga memikirkan kembali masalah hubungan antara bangsa-agama Yahudi dan jemaat Kristen yang dahulu menggelisahkannya, Rom 9-11. Dan kini persoalan itu dilihatnya dengan berlatar belakang eskatologis yang sudah terlaksana: kini kedua kelompok itu nampak baginya sebagai bersatu karena diperdamaikan di dalam satu orang Manusia baru, sehingga bersama-sama di perjalanan menuju Bapa, Ef 2:11-22. Dan justru kenyataan bahwa kaum kafir juga dapat memperoleh keselamatan Israel dalam diri Kristus itu adalah "rahasia khendak Allah", 1:9; 3:3-6, 96:19; Kol 1:27; 2:2; 4:3. Dan mengingat rahasia itulah Paulus pada akhir hidupnya dapat mengemukakan pikiran yang tidak ada tara bandingnya: mengingat Hikmat Allah tak berbatas yang menyatakan diri dalam rahasia itu, 3:9 dst; Kol. 2:3; mengenai kasih Kristus yang tak terselami, yang nampak pula dalam rahasia itu, Ef 3:18 dst; tentang dirinya sendiri, yang terhina di antara para rasul namun oleh Allah dengan cuma-cuma dipilih menjadi pelayan rahasiaNya itu, 1:3-14. Dan akhir- tujuan rahasia itu tidak lain kecuali pernikahan Kristus dengan bangsa yang selamat, ialah Gereja, 5:22-23.
Surat kepada Filemon ditulis pada waktu yang sama dengan ditulisnya Kol dan Ef. Ia dialamatkan kepada seorang Kristen yang oleh Paulus sendiri ditobatkan, ay 9. Di dalam surat kecil itu Paulus memberitahukan bahwa seorang budak bernama Onesimus yang melarikan diri dan oleh Paulus direbut bagi Kristus akan kembali kepada majikannya, ay 10. Dengan tangannya sendiri ay 19, Paulus menulis surat kecil ini yang dengan bagusnya menyoroti kehalusan hati Paulus. Ini juga penting oleh karena memberitakan kepada kita bagaimana Paulus memecahkan masalah perbudakan, Rom 6:15+; meskipun hubungan sosial antara majikan dan budak tetap sama seperti dahulu, namun seorang majikan Kristen dan seorang budak Kristen selanjutnya harus hidup sebagai bersaudara untuk mengabdi Majikan yang sama, ay 16 bdk Kol 3:22-4:1.
1Tim, Tit, 2Tim ; th 65-67
Surat-surat kepada Timotius dan surat kepada Titus sangat berdekatan satu sama lain karena isi, latar belakang historis dan bentuknya. Dua di antaranya rupanya ditulis di Makedonia: yang satu dialamatkan kepada Timotius, yang waktu di Efesus, 1Tim 1:3, di mana Paulus berharap tidak lama lagi dapat bertemu dengannya, 3:14; 4:13, sedangkan yang lain dialamatkan kepada Titus yang oleh Paulus ditinggalkan di pulau Kreta, Tit 1:5. Paulus merencanakan tinggal di Nikopolis ( di Epirus) selama musim dingin dan Titus hendaknya berkumpul dengannya di situ, Tit 3:12. Waktu menulis 2Tim Paulus sedang di penjara di Roma, 1:8, 16 dst; 2:9, setelah singgah di Troas, 4:13 dan Miletus, 4:20. Keadaan Paulus gawat sekali, 4:16, dan ia merasa bahwa ajalnya sudah dekat, 4:6- 8, 18. Ia seorang diri dan mendesak supaya Timotius secepat mungkin datang, 4:9- 16, 21. Meskipun ada kesamaan kecil namun keadaan itu tidak berkesusaian dengan penahanan Paulus di Roma selama th. 61-63 dan tidak pula dengan perjalanan yang mendahuluinya. Ada cukup banyak ahli yang mengambil kesimpulan bahwa ketiga surat itu bukan karangan Paulus, seorang lain mau menjiplak Paulus dan mengkhayalkan catatan-catatan mengenai hal-ihwal Paulus supaya karangan- karangannya nampaknya bersifat historis dan dapat disebar-luaskan dengan nama dan kewibawaan Paulus. Tetapi hipotesa semacam itu tidak perlu sama sekali. Tidak ada bukti satupun bahwa Paulus mati selama penahanannya yang pertama; sebaliknya Kis 28:30 menyarankan bahwa ia dibebaskan. Jadi Paulus dapat mengadakan perjalanan-perjalanan lain lagi, barangkali lebih dahulu di negeri Spanyol sebagaimana ia merencanakannya, Rom 15:24, 28, dan kemudian di sebelah timur, sebagaimana juga direncankan, Flm 22. Mudah saja 1Tim dan Tit ditinggalkan sekitar th. 65 selama suatu perjalanan melalui pulau Kreta, Asia Kecil, Makedonia dan Yunani. Keadaan yang tampil dalam 2Tim adalah situasi penahanan baru yang kali ini berakhir dengan sial. Surat yang merupakan nasehat Paulus ini kiranya ditulis tidak lama sebelum kemartiran Paulus dalam th. 67.
Ketiga surat tersebut dialamatkan kepada dua murid Paulus yang paling setiawan, Kis 16:1+; 2Kor 2:13+. Di dalamnya termuat sejumlah petunjuk bagaimana mengorganisasi jemaat-jemaat Kristen yang oleh Paulus dipercayakan kepada mereka. Itulah sebabnya maka sejak abad XVIII surat-surat itu biasanya disebut "Surat-surat Pastoral (Gembala)." Beberapa ahli berpendapat bahwa surat-surat itu mengandaikan tahap perkembangan dalam tata pemerintahan umat yang baru terjadi sesudah Paulus mati. Tetapi pendapat ini kurang tepat. Sebab surat-surat itu sebenarnya mengandaikan sebuah tahap perkembangan umat yang sangat mungkin sudah tercapai menjelang akhir hidup Paulus. Sebutan "episkopos" (penilik) masih searti dengan sebutan "presbiter" (terj. penatua) Tit 1:5-7, seperti juga dahulu, Kis 20:17 dan 28, sesuai dengan susunan jemaat-jemaat dahulu yang dipimpin oleh sebuah dewan penatua, Tit 1:5+. Belum ada sama sekali seorang "uskup" yang seorang diri menjadi pemimpin tertinggi jemaat. Tokoh semacam itu baru tampil dalam surat-surat Ignasius dari Anthiokia. Hanya perkembangan ke jurusan itu sudah dirintiskan : meskipun beberapa jemaat dipercayakan kepada Timotius dan Titus yang tidak terikat pada satu di antaranya, Tit 1:5, namun kedua wakil Paulus itu memegang kewibawaan rasuli, yang tidak lama lagi harus diserahkan kepada orang-orang lain oleh karena para rasul menghilang. Dan tidak lama kemudian kewibawaan rasuli itu diberi kepada ketua sebuah dewan penatua, dan ketua itu tidak lain kecuali uskup. Tahap peralihan sebagaimana tampil dalam surat-surat pastoral justru menjadi bukti bahwa surat-surat itu benar-benar karangan Paulus. Sebab dengan maksud apa seorang pemalsu dapat mengkhayalkan tahap semacam itu? Perlu diperhatikan juga bahwa "penilik" dan "penatua" itu bukan hanya pengurus harta-benda dan perkara materiil lain, tetapi juga dan terutama bertugas mengajar dan memimpin, 1Tim 3:2, 5; 5:17; Tit 1:7, 9. Dengan demikian maka "penilik" dan "penatua" itu sungguh-sungguh moyang dari uskup dan iman dalam Gereja Katolik sekarang.
Sementara ahli berpendapat bahwa desakan untuk berpegang teguh pada "ajaran sehat", 1Tim 1:10 dll, dan memelihara "depositum fidei" (terj.: apa yang dipercayakan kepadamu), 1Tim 6:20; 2Tim 1:14, tidak layak bagi Paulus, seorang pemikir teologis yang berani dan orisinil. Tetapi keterangan dan desakan semacam itu nampaknya sesuai sekali dengan Sang Rasul yang dekat pada ajalnya dan memperingati pembantu-pembantunya yang masih muda berhubung dengan pemikiran- pemikiran yang membahayakan. Sebab Paulus sudah mengamati bahwa jemaat-jemaat itu ada selara untuk pembaharuan-pembaharuan yang dapat menghancurkan iman, 1Tim 1:19. Dan ini tentu saja bukan ajaran dari gnostik dalam abad II yang mau ditentang oleh seorang pemalsu yang menyamar sebagai Paulus. "Soal-soal yang dicari-cari", 1Tim 6:4, "dongeng-dongeng dan silsilah yang tiada putus- putusnya", 1Tim 1:4, "dongeng-dongeng Yahudi", Tit 1:14 dan "percekcokan dan pertengkaran mengenai hukum Taurat", Tit 3:9, yang bercampur dengan aturan- aturan askese yang keras, 1Tim 4:3, kiranya berasal dari orang-orang Yahudi yang berkebudayaan Yunani dan suka mencampurkan segala sesuatunya. Paulus terpaksa sudah menghadapi mereka waktu krisis dalam jemaat di Kolose.
Sudah barang tentu bahasa yang dipakai dalam surat-surat ini tidak mempunyai ciri-ciri bahasa Paulus. Gaya bahasanya sangat lancar, berbeda sekali dengan gaya yang berapi-api dan yang kekayaannya melimpah-limpah, seperti yang dipakai oleh Paulus dalam surat-suratnya dahulu. Bahkan perbendaharaan katapun berbeda dengan perbendaharaan kata yang lazim pada Paulu. Ada orang yang berkata, bahwa usia lanjut Paulus dan keadaannya sebagai orang tahanan dapat menjelaskan gejala semacam itu. Tetapi antara Kol, Ef dan Tim, Tit hanya ada jangka waktu paling- paling empat-lima tahun, sedangkan 1Tim dan Tit tidak ditulis dalam penjara. Juga usaha untuk membeda-bedakan dalam surat-surat pastoral beberapa surat-surat kecil baik yang berasal dari Paulus maupun yang bukan karangannya tidak sampai meyakinkan. Dari sebab itu sebaik-baiknya diandaikan bahwa seorang murid-penulis Sang Rasul berperan dalam menyusun surat-surat pastoral, sama seperti halnya dengan Ef. Kepada penulis itu Paulus memberikan kebebasan lebih besar dari yang lazim. Memang Lukas menyertai Paulus, 2Tim 4:11, dan ada orang yang mengira dapat menemukan kesamaan khusus antara gaya bahasa Lukas dan gaya bahasa surat- surat pastoral.
Ibr ; th. 67
Berbeda dengan semua surat lain, surat kepada orang-orang Ibrani sejak dahulu diragukan keasliannya. Bahwasannya surat ini termasuk Kitab Suci jarang dipersoalkan, tetapi dalam Gereja barat sampai akhir abad IV tidak diterima sebagai karangan Paulus, namun bentuk literer surat itu dipersoalkan (Klemens dari Aleksandria, Origenes). Memanglah bahasa dan gaya bahasa surat kepada orang-orang Ibrani adalah murni dan lancar dan pasti bukan bahasa atau gaya bahasa Paulus. Caranya surat ini mengutip dan menggunakan Perjanjian Lama bukanlah cara Paulus. Alamat dan kata pembuka yang lazim dalam surat-surat Paulus tidak ada sama sekali. Ajaran yang termuat dalam karangan itu mempunyai keserupaan dengan ajaran Paulus, tetapi sekaligus ajaran itu cukup asli, sehingga sukar diterima bahwa langsung berasal dari Paulus sendiri. Maka banyak ahli katolik dan bukan katolik dewasa ini sependapat dalam mengakui bahwa surat ini bukan karangan Paulus seperti surat-surat lain adalah karangannya, walaupun secara langsung atau tidak langsung Paulus mempengaruhi Ibr. Dan pengaruh itu begitu rupa sehingga dapat dipertanggung-jawabkan bahwa secara tradisionil surat itu dikelompokkan bersama dengan surat-surat Paulus.
Tetapi perbedaan muncul kalau dipersoalkan siapa sesungguhnya penulis Ibr yang tidak bernama itu. Segala macam nama sudah dikemukakan., misalnya Barnabas, Silas, Aristion, dll. Yang kiranya paling kena ialah Apolos, seorang Yahudi dari Aleksandria, yang kefasihan, semangat kerasulan dan kemahirannya dalam Alkitab dipuji oleh Lukas, Kis 18:24-28. Bakat-bakat itu ternyata tampil jelas dalam surat kepada orang-orang Ibrani; bahasa dan pimikirannya berbau bahasa dan pemikiran Aleksandria (Filo); kefasihannya dalam membela agama Kristen meyakinkan, sedangkan seluruh argumentasinya berdasar penafsiran Perjanjian Lama.
Seperti nama pengarangnya tidak dikenal dengan pasti, demikianpun halnya dengan tempat ditulisnya surat ini dan orang-orang yang dialamati. Rupanya pengarang tinggal di Italia, 13:24, dan menulis suratnya sebelum Bait Allah di Yerusalem dihancurkan (th. 70). Sebab itu ia berkata tentang ibadat dalam Bait Allah seolah-olah sesuatu yang masih terus berlangsung, 8:4 dst, dan ia menasehati pembacanya sehubungan dengan godaan untuk kembali ke ibadat itu. Tentu saja pengarang menekankan bahwa ibadat Musa mempunyai ciri sementara saja, tetapi sama sekali tidak berkata tentang bencana yang terjadi dalam th. 70, meskipun kejadian itu memang sangat mendukung pendapatnya. Selebihnya pengarang pasti menggunakan surat-surat yang ditulis Paulus dalam penjara (Ef, Flp, Kol). Maka surat kepada orang-orang Ibrani boleh diberi bertanggal sesudah th. 63, kiranya sekitar th. 67, kalau orang menerima bahwa apa yang dikatakan tentang krisis yang mendekat, sebagaimana dapat dirasakan dalam seruannya supaya sidang pembaca berpegang teguh pada kepercayaannya, 10:25 dll, mengenai gejala yang mendahului perang Yahudi.
Meskipun judul surat ini, ialah: "Kepada orang-orang Ibrani" baru muncul selama abad II, namun sangat cocok dengan isi karangan itu. Surat ini tidak hanya mengandalkan bahwa para pembaca berkenalan baik dengan Perjanjian Lama, tetapi juga bahwa mereka bekas Yahudi. Oleh karena Ibr begitu menekankan ibadat dan liturgi, maka orang bahkan berpikir kepada bekas imam-imam Yahudi, bdk Kis 6:7. Setelah masuk Kristen imam-imam itu terpaksa meninggalkan kota suci dan mengungsi ke tempat lain, barangkali ke salah satu kota di pantai, misalnya Kaisarea atau Antiokhia. Tetapi pengasingan itu memberati mereka, sehingga dengan rindu mengenangkan ibadat bersemarak yang diselenggarakan oleh kaum Lewi dan yang merekapun melayaninya dahulu. Kepercayaannya yang baru, yang masih kurang kuat dan kurang terdidik, mengecewakan mereka, apa lagi oleh karena terganggu oleh penganiayaan akibat kepercayaan itu. Maka timbullah godaan hebat untuk mengundurkan diri.
Surat kepada orang-orang Ibrani sekuat tenaga berusaha mencegah mereka dari menjadi murtad, 10; 19:39. Untuk mengobarkan semangat kaum buangan yang menjadi lesu dan kendor itu, maka Ibr menyajikan pandangan unggul mengenai hidup Kristen, yang dipikirkan sebagai sebuah ziarah, suatu perjalanan menuju istirahat yang dijanjikan, sebuah perjalanan ke Tanah Air dengan dibimbing oleh Kristus yang melebihi Musa, 3:1-6, dan dengan disinari cahaya iman-kepercayaan yang sudah memimpin para bapa bangsanya, orang-orang Yahudi waktu keluaran dan semua orang suci dari Perjanjian Lama, 3:7-4:11; 11. Dengan imamat lama dan ibadat kaum Lewi yang dirindukan sidang pembaca, si pengarang memperlawankan diri Kristus yang menjadi Imam menurut peraturan Melkisedek dan melebihi imamat Harun,
Ende: Titus (Pendahuluan Kitab) SURAT RASUL PAULUS KEPADA TITUS
KATA PENGANTAR
Tentang pribadi Titus
Titus tidak banjak kita bertemu namanja dalam Kitab Kudus, dan hanja dalam
surat-...
SURAT RASUL PAULUS KEPADA TITUS
KATA PENGANTAR
Tentang pribadi Titus
Titus tidak banjak kita bertemu namanja dalam Kitab Kudus, dan hanja dalam surat-surat Paulus. Menurut Gal. 2:3 ia bukan Jahudi dan dapat diduga bahwa ia seorang Antiochia jang dipermandikan oleh Paulus disitu. (Tit. 1:4). Ia dibawa serta oleh Barnabas dan Paulus untuk mengantar derma umat Antiochia ke Jerusalem dan tidak dituntut disitu supaja ia disunat (Gal. 2:2-5).
Pada perdjalanan jang ketiga ia membantu Paulus di Efesus dan dari situ diutus ke Korintus dengan tugas jang penting dan berat sekali, jaitu untuk meredakan perselisihan dan kerusuhan didalam umat disitu (II Kor. 12:1-18). Karena tugas itu dipertjajakan kepadanja dapat diduga, bahwa ia bukan sadja seorang pembantu jang tjakap dan terkemuka, melainkan djuga, bahwa ia sudah berkenalan dengan umat itu. Tentu sadja ia telah membantu Paulus dalam mendirikan umat itu, atau melandjutkan pekerdjaan Paulus, sesudah Paulus berangkat untuk menjelesaikan perdjalanannja jang kedua. Usaha Titus berhasil. Ketenteraman dalam umat terpulih kembali, dan ketaatan serta tjinta umat terhadap "Rasul"nja baik kembali (11 Kor. 7:7; 8:16).
Titus bertemu dengan Paulus di Masedonia untuk melaporkan segalanja kepadanja. Segalanja menggembirakan. Hanja pengaruh pengadjar-pengadjar palsu jang memfitnah dan menentang Paulus masih hidup dan membahajakan. lrnlah chususja alasan untuk segera menulis 11 Kor. la menjuruh Titus kembali ke Korintus dengan mengantar surat itu, dan dengan tugas lagi untuk menjelesaikan pendermaan umat itu bagi umat induk di Jerusalem. Tugas itu diterima Titus dengan gembira.
Sesudah itu tidak terdapat berita tentang Titus lagi, sampai ia sesudah pembebasan Paulus dari tahanan di Roma, mengikutinja ke Kreta dan ditinggalkan disitu sebagai wakil Paulus untuk sementara. Surat kepada Titus ditulis barangkali di Korintus dan diantar oleh Zenas dan Apolos. Dalam surat ini dia diminta datang kepada Paulus di Nikopolis, dan di Kreta ia diganti oleh Artemas atau Tichikus (Tit. 3:12). Titus tentu menemani Paulus ke Roma, sebab dari situ ia dikirim ke Dalmatia (11 Tim. 4:10).
TFTWMS: Titus (Pendahuluan Kitab) TUJUAN KRISTUS MENJANGKAU SEMUA ORANG (TITUS 2)
"… supaya dengan demikian mereka dalam segala hal memuliakan ajaran Allah, Juruselamat kita&qu...
TUJUAN KRISTUS MENJANGKAU SEMUA ORANG (TITUS 2)
"… supaya dengan demikian mereka dalam segala hal memuliakan ajaran Allah, Juruselamat kita" (Titus 2:10).
Berbeda dengan orang-orang yang membiarkan diri mereka menjadi menjijikkan, tidak taat, dan bajingan, Paulus ingin Titus mengalahkan kebobrokan itu dengan memberitakan "ajaran yang sehat"1(2:1). Orang yang cemar bisa menjadi suci jika disaring melalui kebenaran!
Paulus memberi dasar bagi aplikasi praktis untuk ajaran yang sehat itu ketika ia membahas prilaku benar sehari-hari semua orang Kristen (2:1-10). Dasar prilaku semua orang Kristen, katanya, adalah kasih karunia Allah (2:11-15). Dalam terang reputasi orang Kreta, ia menekankan bahwa semua orang bisa diselamatkan melalui kasih karunia Allah—dan semua orang seharusnya merangkul kesempatan untuk menjadi bagian dari rencana ilahi-Nya.
PELAJARAN 3: PRILAKU SEMUA ORANG KRISTEN (Titus 2:1-10)
Penekanan dalam pasal 2 bukan hanya untuk menyatakan kuasa pengajaran yang murni, tetapi untuk meneguhkan bahwa penekanan itu bisa diterapkan untuk menolong manusia di segala zaman. Di sini, "mengatur" yang Paulus minta Titus lakukan dalam 1:5 terkait kepada beberapa kelompok orang tertentu, termasuk laki-laki yang tua (2:2), perempuan yang tua dan muda (2:3-5), orang-orang muda (2:6-8), dan hamba-hamba (2:9, 10). Tujuan "mengatur" ini bisa dicapai melalui ajaran yang sehat.
LAKI-LAKI YANG TUA (AY. 2)
Allah selalu bergantung pada laki-laki yang lebih tua untuk memimpin (lihat Bilangan 11:16, 17; Yeremia 19:1, 2). Paulus meminta laki-laki yang tua untuk hidup "sederhana"2 (2:2). Istilah ini secara khusus memperlihatkan seorang laki-laki yang memperhatikan apa yang ia terima atau apa yang terserap ke dalam kehidupan dan pergaulannya.
Laki-laki yang lebih tua harus hidup "terhormat."3Ia harus dikenal sebagai penegak pedoman. Betapa pentingnya orang seperti itu dalam mendorong masyarakat untuk berprilaku benar!
Ia harus "bijaksana." 4Pola pengendalian diri ini sangatlah penting bagi orang yang perlu berurusan dengan kelemahan dan ketidakpatuhan orang lain.
Ia harus "sehat dalam iman." Di sini Paulus memakai kata yang sama yang ia terapkan kepada ajaran dalam ayat 1 (Yun.: hugiaino), kali ini kata itu dikaitkan dengan iman seseorang. Karena iman adalah kemenangan yang dengannya kita mengalahkan dunia ini (1Yohanes 5:4), betapa pentingnya iman itu untuk menolong Titus dalam memalingkan orang Kreta dari cara-cara duniawi (lihat Roma 4:20; 1Korintus 16:13; Kolose 2:7).
Ia harus sehat dalam "kasih" (Yun.: agape). Istilah ini mencakup banyak segi kehidupan dalam cara yang positif. Gunakanlah nama Anda sendiri (atau kata "Kristen") pada gambaran kasih dalam 1Korintus 13:1-8. Kasih sudah tentu merupakan demonstrasi dalam memenuhi kesejahteraan orang lain. Ini merupakan kata yang indah seperti yang diberikan dalam Kitab Suci, namun di dalam penerapan dan penggunaannya, kata itu merupakan kata yang paling disalahgunakan dalam bahasa zaman kini.
Ia harus sehat dalam "ketekunan." Laki-laki yang teguh ini akan membantu orang lain ketika mereka harus melewati pelbagai pencobaan untuk mencapai kedewasaan.
PEREMPUAN-PEREMPUAN YANG TUA DAN MUDA (AY. 3-5)
Meskipun kaum perempuan harus tunduk kepada kaum laki-laki dalam situasi pengajaran,5namun kaum perempuan yang lebih tua bisa menjadi berkat yang besar bagi kaum perempuan yang lebih muda melalui kebenaran yang mereka pelajari dan bagikan. Perempuan seperti Hana (Lukas 2:36-38) dan Lois (2Timotius 1:5) dan Priskila (Kisah 18:24-26) adalah benar-benar berguna dalam mendewasakan jiwa-jiwa untuk Juruselamat. Kaum perempuan yang saleh, Tuhan sudah tahu, bisa membantu menyebarkan kerajaan seperti ragi yang tersebar di dalam adonan (Lukas 13:21; Galatia 5:9).
Perempuan-Perempuan Yang Tua (2:3, 4a)
- 1. Perempuan yang tua haruslah "dihormati"6dalam prilakunya. Ini menjamin suatu kedekatan dengan pencipta mereka (lihat Yakobus 4:8; Amsal 31:30).
- 2. Perempuan yang tua jangan memberikan waktu atau diri mereka untuk "gosip yang jahat." Perempuan yang tua memiliki lebih banyak waktu untuk menjadi dogmatis dan mungkin memiliki lebih banyak waktu untuk berbicara. Paulus menjauhkan kedua kemungkinan itu dengan melarang adanya semangat menggosip.
- 3. Perempuan yang tua tidak boleh menjadi "hamba anggur." Penghambaan itu menyiratkan bahwa minumanlah yang mengendalikan manusia bukannya manusia yang mengendalikan minuman (Amsal 20:1; 23:29-35). Keadaan orang yang mabuk sangatlah melanggar ayat ini. Anggur itu sendiri punya kegunaan normal dan medis dalam dunia abad pertama (1Timotius 5:23 ). Sekarang ini, pengaruh orang Kristen harus sungguh-sungguh dipertimbangkan dalam pemakaian anggur dalam bentuk apa saja (Roma 14:21).
- 4. Perempuan yang tua harus "mengajarkan hal-hal yang baik." (Pertimbangkan Lukas 2:36-38; Kisah 21:8, 9; Filipi 4:2, 3; Ibrani 5:11-14.) Di awal bagian ini Paulus memperkenalkan beberapa wanita sebagai guru-guru yang paling hebat. Setiap masyarakat dan jemaat harus dengan cermat mempelajari keterampilan yang dimiliki para wanita yang saleh dan lingkungan dimana Allah ingin mereka mempraktikkan keterampilan tersebut. Yang tercakup di dalam penugasan Paulus di sini adalah lebih daripada pengajaran di depan umum.
- 5. Perempuan yang tua harus "mendidik"7(2:4). Kata ini menyiratkan suatu pola yang "diikuti" untuk melihat bahwa apa saja yang diarahkan oleh kebenaran akan dilakukan. Pemolaan dan pembentukan karakter serta prilaku perempuan yang muda ini adalah penting dalam membangun keluarga yang kuat, bahagia. Dalam bagian berikutnya Paulus mencantumkan rincian dari pelatihan itu.
Perempuan-Perempuan Yang Muda (2:4b, 5)
1. Perempuan-perempuan yang muda harus "mengasihi"8suami dan anak-anak mereka. Seorang isteri dan ibu harus juga menjadi seorang sahabat. Ia harus dengan sungguh-sungguh bersukacita pada saat-saat kebersamaan dengan suami dan anak-anaknya. Keluarga akan berbahagia ketika segala perbuatan yang dilakukan untuk suami dan anak-anak dilakukan dengan hati yang senang.
2. Perempuan yang muda harus bersikap "bijaksana" (2:5). Istilah ini mencakup sikap sehat di dalam pengertiannya, maupun mengekang pelbagai keinginan dan gejolak hati.
3. Perempuan yang muda harus "suci."9Pada saat ini di negara ini [Amerika], ketika sekitar 1 dari 7 perempuan yang dinikahkan sudah hamil lebih dulu dan ketika lebih dari jutaan aborsi terjadi setiap tahunnya, sangatlah penting perempuan yang lebih tua memberi nasihat menentang sifat kedagingan. Mereka harus menolong kaum perempuan yang muda supaya tergugah mempraktikkan kesucian hidup. Nas-nas seperti Amsal 5:1-23; 6:20-35; 7:1-27; 9:13-18; 1Timotius 5:5-15; 1Tesalonika 4:3-7; dan Wahyu 2:20-23 perlu secara hati-hati dipelajari dan dibagi dengan perempuan muda zaman kini sebelum mereka menikah.
4. Perempuan yang muda harus "rajin mengatur rumah tangganya." Ini menyiratkan pekerjaan dan pengaturan yang harus dilakukan. Perempuan yang kehilangan perasaan untuk mengatur keadaan rumahtangganya telah menjadi perempuan yang terlalu berorientasi kepada karir. Meskipun Amsal 31:10-31 membuat jelas bahwa kaum perempuan milik Allah boleh saja terlibat kegiatan di luar rumah, namun penting bagi mereka untuk mengingat peranan yang ditetapkan bagi mereka di dalam rumah tangga.
Segala hal yang Allah rancang, termasuk rumah tangga dan posisi perempuan di dalamnya, adalah untuk kebaikan dan kebahagian kita. Hal ini harus dipercayai dan dihormati oleh kaum perempuan, muda atau tua. Tidak ada cara lain kaum perempuan bisa memperoleh hidup yang berkelimpahan yang telah dimungkinkan oleh kedatangan Yesus.
5. Perempuan yang lebih muda harus bersikap "baik hati." Beberapa isteri dan ibu di zaman kini menganggap diri mereka tidak pantas untuk mengatur rumah, membersihkan lantai, memasak makanan, mencuci pakaian, atau membesarkan anak-anak! Perintah Paulus untuk bersikap baik hati, yang datang langsung setelah perintah untuk menjadi pekerja di dalam rumah tangga, meminta adanya sikap yang riang di dalam melakukan pekerjaan tersebut.
6. Perempuan yang muda harus "taat"10kepada suaminya. Dalam Efesus 5:22-24 Paulus menulis, "Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat … Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu."11
Paulus memberi peringatan tambahan. Jika pengajaran, pelatihan dan praktik perempuan-perempuan ini tidak sejalan dengan pengarahannya, maka Firman Allah akan "dihujat"12orang. (Simaklah 1Petrus 3:1-6; 2:11, 12.)
Beberapa perempuan di zaman kini menyatakan bahwa prinsip-prinsip tersebut sudah ketinggalan zaman atau Paulus itu memang "anti perempuan." Mereka mungkin tanpa disadari mengucapkan Firman Allah itu dengan penuh celaan. Menghujat Firman Allah bukanlah masalah sepele! Juga, ketika kaum perempuan meninggalkan instruksi terilham ini, mereka mungkin akan membayar harganya dalam bentuk pertikaian keluarga, kekerasan dalam rumah tangga, dan patah hati dalam rumah tangga.
ORANG-ORANG MUDA (AY. 6-8)
Daftar Paulus untuk orang-orang muda sama menantangnya. Ada beberapa penekanan yang tumpang-tindih. Tiga kali (2:2, 5, 6), para hamba Allah ini diminta untuk bersikap "bijaksana"! Ini menyuarakan nilai pengendalian diri, sifat yang diperlukan oleh setiap kelompok umur (lihat Galatia 5:22).
Titus adalah orang muda. Oleh sebab itu, Paulus memakai kata tunggal orang kedua—"Jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan." Penginjil muda mana saja yang mencoba membuat tuntutan terhadap orang lain tanpa ia sendiri memperlihatkan pedoman yang sama, tidak bisa mengharapkan banyak rasa hormat atau kerjasama dari para pendengarnya (simaklah Roma 2:17-24).
Ada tiga hal yang terlibat di dalam pernyataan awal ini yang Paulus buat untuk orang-orang muda. Ayat 7 mendesak, "Jadikanlah [perlihatkanlah] dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik."
- 1. Kata "jadikanlah [perlihatkanlah]" 13adalah penting. Seorang penginjil haruslah berada di tengah-tengah manusia, dan ia harus punya sesuatu untuk diberitakan dan diperlihatkan kepada mereka. Ada perbedaan yang besar antara memberitakan sesuatu dengan punya sesuatu untuk diberitakan. Paulus berkata bahwa inilah "waktu untuk memperlihatkan dan memberitakan."
- 2. Para penginjil harus memperlihatkan suatu teladan. Orang akan berhasil bila mengikuti langkah-langkahnya. Simaklah dengan cermat nas-nas ini: 1Petrus 2:21-24; 1Korintus 11:1; 1Timotius 4:12-16.
- 3. Orang akan melihat "perbuatannya yang baik" (Matius 5;16; Efesus 2:10; Galatia 6:9, 10). Di dalam epistle ini Paulus tidak pernah bergerak jauh dari gagasan "perbuatan yang baik" (2:14; 3:1, 8, 14).
Doktrin itu harus diajarkan dalam "kemurnian." Kebenaran tidak akan pernah pudar, menjadi usang, hancur, atau lenyap (Matius 24:35; Yohanes 12:48). Mengapa kita tidak mau mengajarkan apa saja kecuali kebenaran? Sebab dunia ini dan segala prinsip keduniawiannya akan lenyap, namun orang yang melakukan kehendak Allah akan hidup selama-lamanya (1Yohanes 2:17). Orang yang dengan tekun mau melakukan pekerjaan yang baik dan secara konsisten mengetengahkan ajaran yang sehat (berbeda dengan ajaran yang bobrok) akan "dihargai."
Semua sifat-sifat itu dipadukan untuk membangun saudara yang akan menjadi "sehat dan tidak bercela dalam pemberitaan[nya]." Paulus memulai dengan ajaran yang sehat sebagai suatu hal yang sangat penting (2:1) dan diakhiri dengan penekanan yang sama, dengan menambahkan cara hidup dan perkataan yang penting yang berhubungan dengan doktrin itu.
William Barclay meringkas peranan penginjil dalam mengajarkan kebenaran:
(i) Haruslah jelas bahwa motif ini mutlak murni. Guru dan penginjil Kristen selalu dihadapkan dengan pelbagai pencobaan yang pasti. Selalu ada bahaya untuk menonjolkan diri. Selalu ada godaan untuk memperlihatkan kepandaian dan pengetahuan serta hikmat sendiri. Selalu ada godaan untuk berusaha menarik perhatian untuk diri sendiri daripada untuk berita Allah. Selalu ada godaan kepada kekuasaan. Guru, pemberita injil, … pelayan selalu dhadapkan dengan godaan untuk menjadi seorang diktator. Ia harus menjadi pemimpin, tetapi jangan pernah menjadi diktator.…
(ii) Ia harus memiliki martabat. Martabat bukanlah bersikap dingin, atau angkuh, atau sombong. Martabat adalah kesadaran memiliki tanggung jawab yang berat sekali sebagai duta Kristus. Orang lain mungkin membungkuk terhadap kepicikan; namun ia harus berada di atas itu … Yang lain mungkin merasa tersinggung, atau bersikap sensitif mengenai kedudukan dan gengsi mereka; namun penginjil harus memiliki kerendahan hati yang lupa bahwa kerendahan hati memiliki tempat.…
(iii) Ia harus memiliki berita yang sehat. Guru dan penginjil Kristen harus bersikap pasti dalam menyebarkan kebenaran injil dan bukan gagasannya sendiri. Tidak ada yang lebih mudah bagi seorang penginjil atau guru selain meluangkan waktunya untuk hal-hal yang tidak berguna … Begitu seseorang menjadi propagandis baik untuk gagasannya sendiri atau untuk beberapa kepentingan terbatas, maka ia berhenti menjadi seorang pemberita injil atau guru firman Allah yang efektif. Kewajiban yang dibebankan kepada Timotius adalah tugas yang dahsyat sekali, bukan untuk bicara tentang Kristus kepada manusia, tetapi memperlihatkan Kristus kepada manusia.… Pujian terbesar yang bisa diberikan kepada seorang guru adalah dengan perkataan tentang dia: "Pertama-tama ia menempa [dirinya], baru kemudian ia mengajar."14
Seorang penginjil pertama-tama harus memberi teladan kepada orang banyak, lalu penjelasan yang sebenarnya akan menjadi penjelasan tentang kebenaran.
PARA HAMBA (AY. 9, 10)
Rencana keselamatan Allah bisa diterapkan di dalam pola sosial apa saja, memola dan membentuknya ke dalam suatu hubungan yang harmonis dan penuh hormat lewat prilaku Kristiani pada beberapa atau segala tingkatan. Matius 20:26-28 dan Galatia 3:26-28 mengetengahkan beberapa praktik dasar yang bisa menyatukan manusia dan bahkan mengarahkan mereka untuk saling mengasihi (Yohanes 13:34, 35). Ayat 9 dan 10 mendesak semua hamba Kristen untuk melaksanakan tugas mereka secara terhormat.
Para hamba itu harus "tunduk" kepada tuan mereka. Ini merupakan sikap yang sama yang diminta dalam Titus 2:5. Secara khusus hal ini bisa berlaku di dalam hubungan ini, sebab seorang hamba harus mendengarkan teguran dan nasihat tuannya. Suatu cerita yang diceritakan turuntemurun di dalam keluarga saya adalah kisah tentang kakek buyut saya, yang waktu itu sedang mencari seorang pekerja untuk ladangnya. Ia akan meminta pria calonpekerja untuk melontarkan batu-batu melewati atas pagar. Ketika tugas itu sudah selesai, kakek buyut saya itu akan memberitahu pria itu bahwa ia berubah pikiran dan meminta dia untuk melontarkan kembali batu-batu itu ke tempatnya semula. Pola merubah pikiran ini dilakukan sebanyak tiga kali. Kebanyakan pria yang melamar perkejaan itu akan menjadi gusar atau memberitahu kakek buyut saya untuk memperbaiki pikirannya. Seorang pria dengan taatnya mulai melontarkan kembali batu-batu itu ke tempatnya semula untuk yang keempat kalinya. Ketika ditanya mengapa ia tidak berkomentar sama sekali, pria itu menjawab, "Tuan Keesee, batu-batu itu kepunyaan tuan. Jika tuan menghendaki saya untuk bolak-balik melontarkan batu-batu itu selama satu minggu, saya pikir itu merupakan urusan tuan dan itulah pekerjaan saya." Kakek buyut saya mempekerjakan pria itu, sebab pria itu mengetahui makna ketaatan.
Para hamba haruslah bersikap "menyenangkan." Mereka harus melayani tuan mereka dengan sukacita dan rela dengan cara yang menyenangkan "dalam segala sesuatu." Ciri-ciri ini bisa juga diterapkan terhadap hubungan majikan/pegawai. Para pegawai harus menghilangkan praktik bersikap menyenangkan di hadapan bos tetapi bersikap kurang ajar di belakang bos. Paulus tidak memberi ruang untuk prilaku munafik seperti itu. Itu merupakan penekanan dia berikutnya: Para hamba tidak boleh bersikap "membantah."
Pola lain yang penting bagi hamba (atau pekerja) adalah jangan bersikap "curang."15Sikap itu kemungkinan seperti ini "Ia itu kaya [atau perusahaan ini besar]. Tidak akan rugi jika aku ambil sedikit!" Cukup banyak orang yang beranggapan seperti itu sehingga penjahat Jesse dan Frank James menjadi "pahlawan Amerika" dan bisnis penggelapan uang jutaan dollar di negara kita [Amerika] menjadi etika bisnis yang kacau-balau dan bobrok.
Berbeda dengan kebodohan itu, seorang hamba (atau pekerja) yang Paulus gambarkan haruslah memperlihatkan "iman yang baik" (NASB; Yun.: agathos). Ini merupakan kata Yunani yang sama yang diterjemahkan "baik hati" dalam 2:5. Robinson menjabarkan kata itu sebagai seseorang yang "dibedakan atas karakternya yang baik dan terkenal … jujur … berguna … menguntungkan."16
Mereka yang mengikuti pola prilaku ini menjalankan peranan mereka dalam menjaga doktrin itu tetap sehat ketika mereka "memuliakan" 17doktrin itu. Manusia dapat hidup sedemikan rupa untuk membuat indah ajaran Alkitab. Ketetapan ilahi tidak pernah lebih menggairahkan daripada ketika dilihat di dalam kehidupan seorang prajurit salib yang suci (lihat 2Korintus 3:2-6).
PELAJARAN 4: DASAR BAGI PRILAKU SEMUA ORANG KRISTEN (Titus 2:11-15)
Setelah menggambarkan beberapa kelompok manusia yang berbeda dengan kebutuhan yang beragam, Paulus menyatakan bahwa "semua manusia" bisa diselamatkan! Paulus meringkas instruksinya yang praktis dan terilham itu dengan pujian klimaks terhadap rencana Allah bagi "semua manusia," yang dibuka dengan preposisi kausal "karena" (2:11).
KASIH KARUNIA ALLAH (AY. 11-14)
Dalam 2:11-14 Paulus menyatakan,
Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata. Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keingina duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus, yang telah menyerahkan diri-Nya bagi kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk menguduskan bagi diri-Nya suatu umat, kepunyaan-Nya sendiri, yang rajin berbuat baik.
Kemungkinannya (ay. 11)
Kasih karunia Allah telah "nyata [nampak]." Apa yang diperlihatkan telah diketahui selama berabad-abad di dalam pikiran Allah dan merupakan rahasia bagi manusia (simak Roma 16:25-27; 1Petrus 1:9-12; Galatia 4:4; 1Yohanes 4:14; Efesus 3:3-11).
Prosedurnya (ay. 12)
Semua manusia perlu disucikan dari dosa-dosa mereka supaya bisa diselamatkan (Roma 5:12). Untuk meleyapkan dosa seseorang, pria atau wanita itu harus meninggalkan "kefasikan"18dan "keinginan-keinginan duniawi"19dan menjadi benar di hadapan Allah (2:12). Pada waktu itu, begitu banyaknya orang Kreta yang pelahap menganut pelbagai nafsu itu; dan begitu banyaknya orang zaman kini yang melakukan hal yang sama. Kasih Allah tidak bisa tumbuh di dalam diri orang yang mencintai dunia (1Yohanes 2:15-17). Orang Kristen, meskipun hidup dalam dunia ini, harus jangan menjadi bagian dari dunia ini (Yohanes 17:11-16).
Pola untuk kehidupan Kristiani adalah lipat tiga. Pertama, masing-masing orang harus hidup "dengan bijaksana." Akar kata yang sama muncul empat kali dalam Titus (2:2, 5, 6, 12), menyerukan pengendalian diri. Hal ini cocok dengan gagasan "jujur terhadap diri sendiri" dan "mengendalikan diri sendiri." Kelakuan ini akan membuat orang jujur dengan dirinya sendiri, sanggup hidup sepenuhnya dengan hati nurani yang murni. Kedua, Paulus meminta orang Kristen untuk hidup "bijaksana." Jangkauan konsep ini melampaui diri sendiri untuk memperlihatkan prilaku yang benar di hadapan orang lain. Ketiga, Paulus meminta kita untuk mengarah kepada kehidupan yang "beribadah [saleh]."20Pernyataan singkat ini secara penuh mencakup kebutuhan manusia! Dengan ini kita diperintahkan untuk membangun kehidupan yang benar untuk diri sendiri, bersama orang lain, dan di hadapan Allah. Di sini Paulus meliput segala bentuk hubungan itu.
Janjinya (ay. 13)
Kasih karunia Allah bukan hanya nyata (ay. 11), tetapi juga membuka pintu bagi kita untuk menantika "penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus" (2:13). Tidak ada cara dimana kemuliaan Juruselamat yang agung atau pernyataan-Nya yang mulia itu bisa dipahami atau ditulis oleh manusia fana (lihat Matius 17:1-5; Yohanes 1:18; 14:8, 9; 17:1, 5, 24), tetapi betapa suatu "harapan yang berbahagia" dan betapa suatu pengaruh yang sangat kuat bagi keteguhan saat kini (1Yohanes 3:1-3).
Sesungguhnya, Yesus adalah Allah. Sistem keagamaan apa saja yang menolak fakta terilham ini sungguh-sungguh merupakan sikap anti Kristus (lihat 1Yohanes 4:1-6). Suatu hari nanti, ketika Ia Yang Ilahi itu datang, setiap mata akan memandang Dia (Wahyu 1:7).
Harganya (ay. 14a)
Harapan kita dapat diandalkan sebab Ia "menyerahkan diri-Nya bagi kita." Dalam Roma 5:1-11 Paulus menulis:
… kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus. Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini. Di dalam kasih karunia ini kita berdiri…Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka pada waktu yang ditentukan oleh Allah. Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar—tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati. Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darah-Nya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah. Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya! Dan bukan hanya itu saja! Kita malah bermegah dalam Allah oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, sebab oleh Dia kita telah menerima pendamaian itu.
Karena Yesus cukup mengasihi gereja sehingga Ia menyerahkan diri-Nya untuk menyucikan gereja itu, maka Paulus bersukacita di dalam segala penderitaannya untuk gereja itu (lihat Efesus 5:25-27; Kolose 1:24-27).
Maksudnya (ay. 14b)
Pertama, Kristus menyerahkan diri-Nya supaya Ia bisa "membebaskan [menebus]" 21umat manusia. Ia benar-benar bisa menebus kita dari "segala kejahatan"! Ia sanggup menyelamatkan sepenuhnya orang-orang yang datang kepada Allah melalui Dia (Ibrani 7:25; 5:8, 9). Ia mati bukan untuk dosa-dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia (1Yohanes 2:1, 2; 2Korintus 5:14, 15).
Kedua, agar kita bisa ditebus sebagai orang berdosa di hadapan Allah yang adil, Yesus datang untuk "menguduskan" 22kita. Beberapa orang yang sudah dimerdekakan dari dosa ada yang masih hidup di bawah bayang-bayang kesalahan, dengan tidak mengetahui bahwa mereka sudah menjadi ciptaan baru (Roma 6:3-18; 2Korintus 5:17). Pengorbanan Yesus adalah untuk "menguduskan bagi diri-Nya suatu umat" (lihat 2Korintus 6:16b-18). Sekarang ini kita kepunyaan Dia (1Korintus 6:19, 20), dan itulah suatu hal yang penuh kemuliaan!
Ketiga, tujuan-Nya adalah memiliki suatu umat yang "rajin berbuat baik." Seberapa banyakkah umat-Nya yang telah melihat pedoman pasal 2 itu telah memutuskan dan kemudian terbakar oleh keinginan untuk hidup selaras dengan pedoman itu? Dimanakah Anda berada di dalam jalinan maksud Allah ini?
PERINTAH PAULUS (AY. 15)
Paulus memberitahu Titus, "Beritakanlah semuanya itu, nasihatilah dan yakinkanlah orang dengan segala kewibawaanmu.…" (2:15). Kebenaran vital, penetapanpedoman, dan pemberian-harapan ini harus diberitakan23kepada mereka yang belum pernah mendengarnya. Gagasannya adalah untuk memastikan agar orang lain bisa mengetahui. Pada suatu kesempatan, atau kepada orang lain, pembicara perlu untuk "menasihati."24Jika perlu, seorang penginjil harus siap "meyakinkan" 25orang lain. Semua itu harus dilakukan dengan segala kewibawaan (lihat Matius 28:18, 19). Yang perlu ditelanjangi adalah siapa saja yang berani menyangkal kasih karunia Allah dan pelbagai kebaikan yang Allah sediakan untuk semua manusia melalui penderitaan dan pengorbanan Anak-Nya!
Secara singkat, perintah Paulus itu meminta penginjil untuk memberitakan semuanya, menasihati beberapa orang, dan menelanjangi kesalahan beberapa yang lainnya. Seorang penginjil harus "jangan membiarkan siapa saja menganggap rendah" dia. Tidak ada penginjil yang bila bicara, mengajar, dan memberitakan seperti yang Paulus tentukan akan mendapatkan separuh pendengarnya terkantuk-kantuk selagi ia mengajarkan kebenaran itu. Definisi dan bentuk tata bahasa di sini, yang bersifat present imperative, menyuarakan bahwa seorang penginjil harus (1) bicara, (2) terus bicara, (3) mengajar dengan beragam cara untuk memenuhi pelbagai kebutuhan yang berbeda, dan (4) mengajar sedemikian rupa sehingga tidak seorang pun mengabaikan pentingnya kasih karunia Allah untuk setiap orang!
TFTWMS: Titus (Pendahuluan Kitab) TITUS 2
AJARAN YANG SEHAT DAN KEHIDUPAN YANG SALEH
Titus 2 telah disebut sebagai "salah satu permata dari keseluruhan Perjanjian Baru."1P...
TITUS 2
AJARAN YANG SEHAT DAN KEHIDUPAN YANG SALEH
Titus 2 telah disebut sebagai "salah satu permata dari keseluruhan Perjanjian Baru."1Pada bagian pertama pasal ini, Paulus memberikan perintah-perintah kepada berbagai kelompok di dalam gereja. Ia memberikan alasan ini untuk arahannya itu: sehingga orang-orang Kristen akan "memuliakan ajaran Allah" (2:1-10). Pada bagian kedua pasal ini, ia memberikan dasar teologis untuk kehidupan yang saleh (2:11-15).
TFTWMS: Titus (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Sehat (Yun.: hugiaino)-menjadi "sehat, bagus … menjadi baik, bebas dari kesalahan … teguh, murni, benar, dalam kaitannya ...
Catatan Akhir:
- 1 Sehat (Yun.: hugiaino)-menjadi "sehat, bagus … menjadi baik, bebas dari kesalahan … teguh, murni, benar, dalam kaitannya dengan doktrin dan ajaran Kristen, Tit. 1:13; 2:2 … ajaran yang seha t… benar, murni, tidak tercemar, 1Tim. 1:10; 6:3; 2Tim. 1:13; 4:3; Tit. 1:9; 2:1" (Edward Robinson, A Greek & English Lexicon of the New Testament [New York: Harper & Brothers, 1863], 736).
- 2 Sederhana (Yun.: hephalios )-"tidak mabuk … [khususnya] dalam kaitannya dengan anggur … Berpikiran bijaksana, waspada, sangat berhati-hati" (Robinson, 480).
- 3 Terhormat (Yun.: semnos)-"Penuh kebesaran, yang patut dimuliakan, yang terhormat, dihormati karena karakternya, yang mulia … 1Tim. 3:8, 11; Tit. 2:2 … Fil. 4:8" (C. G. Wilke and Wilibald Grimm, A Greek-English Lexicon of the New Testament, trans. and rev. Joseph H. Thayer [Edinburgh, Scotland: T. & T. Clark, 1901; reprinted., Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1977], 573).
- 4 Bijaksana (Yun.: sophron )-"Waras dalam pikiran … mengekang keinginan dan gejolak … Tit. 1:8; 2:2, 5" (Thayer, 613); "… ketenangan pikiran, keinginan, nafsu, prilaku yang terkendali" (Robinson, 707).
- 5 Lihatlah pelbagai cara dimana kaum wanita bisa mengajar, termasuk mengajar kaum pria, dalam catatan tentang 1Timotius 2:11-15 pada pelajaran "1, 2Timotius & Titus" ini.
- 6 Dihormati (Yun.: hieroprepes)-kelakuan "yang cocok dengan tempat atau orang yang suci … kudus, terhormat, Tit. 2:3 … memperindah pernyataan iman Kristen" (Robinson, 346).
- 7 Mendidik (Yun.: sophronizo)-"memulihkan pikiran seseorang, mengendalikan, mengekang, mendisiplinkan, melaksanakan tugasnya … Tit. 2:4" (Thayer, 613).
- 8 Mengasihi (Yun.: philandros)-"mengasihi suaminya: Tit. 2:4." Akar kata, phileo, artinya "… mengasihi, bersahabat dengan seseorang … menikmati, rindu akan … berkaitan dengan kesenangan … mencium … dengan baik hati cenderung kepada seseorang; philein memperlihatkan kecenderungan yang digerakkan oleh pengertian dan perasaan" (Thayer, 653).
- 9 Suci (Yun.: hagnos)-"penghormatan yang bergairah, patut dimuliakan, sakral … murni tanpa kedagingan, … sopan, Tit. 2:5" (Thayer, 8); "… tidak bersalah, tanpa noda … Fil. 4:8; 1Tim. 5:22 … 1Petrus. 3:2" (Robinson, 9).
- 10 Taat (Yun.: hupotasso)-"mengatur di bawah .… Menundukkan diri seseorang, menaati: tunduk kepada pengendalian seseorang; mendengarkan tegoran dan nasihat seseorang" (Thayer, 645).
- 11 Lihat pembahasan tentang ketaatan dalam kaitannya dengan 1Timotius 2:9-15 pada pelajaran "1, 2Timotius & Titus" ini.
- 12 Dihujat (Yun.: blasphemeo)- "bicara dengan menghina, mencerca, memaki-maki … dikatakan jahat … Tentang mereka yang dengan omongannya yang semberono dengan sengaja tidak menghormati Allah atau hal-hal yang suci" (Thayer, 102).
- 13 Perlihatkanlah (Yun.: parecho)-"menjangkau, menawarkan, menunjukkan, menghasilkan, memasok … menyebabkan seseorang memiliki: memberi, membawa, menyebabkan sesuatu kepada seseorang, … mengetengahkan diri sendiri" (Thayer, 488).
- 14 William Barclay, The Letters to Timothy, Titus and Philemon, The Daily Study Bible Series, rev. ed. (Philadelphia: Westminster Press, 1960), 289-90.
- 15 Curang (Yun.: nosphizo )-"menyisihkan, memisahkan, membagi … memisahkan diri sendiri … menggelapkan" (Thayer, 429).
- 16 Robinson, 3-4.
- 17 Memuliakan (Yun.: kosmos)-"suatu pengaturan yang tepat dan harmonis … perintah … ornamen, dekorasi" (Thayer, 356).
- 18 Kefasikan (Yun.: asebeia)-"menghendaki kehormatan Allah, dosa … Rom. 1:18; 2Tim. 2:16; Tit. 2:12 … pekerjaan kefasikan" (Thayer, 79).
- 19 Keinginan (Yun.: epithumia)-"keinginan, idaman, rindu, menginginkan apa yang dilarang " (Thayer, 238-9).
- 20 Beribadah (Yun.: eusebos)-"dengan saleh, dengan setia … 2Tim. 3:12; Tit. 2:12" (Robinson, 307).
- 21 Menebus (Yun.: lutroo ) "membebaskan berdasarkan diterimanya tebusan … membebaskan dengan pembayaran tebusan … melepaskan … dari kejahatan" (Thayer, 348).
- 22 Menguduskan (Yun.: katharizo)-"membersihkan … dalam pengertian mora l… Membebaskan dari kecemaran dosa … menyucikan dari kejahatan … membebaskan dari kesalahan dosa, menguduskan" (Thayer, 312).
- 23 Diberitakan (Yun.: laleo)-kebalikan dari memiliki kedamaian; "jangan membisu … memberitahukan … menyatakan akal seseorang dan menyingkapkan pikiran seseorang"
- 24 Menasihati (Yun.: parakaleo)-"meminta, memohon, memohon dengan sangat, menenangkan, menghibur, dll." (Thayer, 482-83).
- 25 Meyakinkan (Yun.: elegcho )-"menyalahkan, menyangkal, membantah, menelanjangi kesalahan, dll." (Thayer, 202-3). Lihatlah catatan tentang 1:9 pada pelajaran "1, 2Timotius & Titus" ini.
Pengarang: Dayton Keesee
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Titus (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Gary W. Demarest, 1, 2 Thessalonians, 1, 2 Timothy, Titus, The Communicator's Commentary, vol. 9 (Waco, Tex.: Word Books, 198...
Catatan Akhir:
- 1 Gary W. Demarest, 1, 2 Thessalonians, 1, 2 Timothy, Titus, The Communicator's Commentary, vol. 9 (Waco, Tex.: Word Books, 1984), 311.
- 2 Paulus juga berfokus pada "ajaran sehat" dalam 1 Timotius 4:6; 2 Timotius 4:3; dan Titus 1:9.
- 3 J. W. Roberts, Titus, Philemon and James, The Living Word (Austin, Tex.: R. B. Sweet Co., 1963), 14.
- 4 John R. W. Stott, Guard the Truth: The Message of 1 imothy & Titus, The Bible Speaks Today (Downers Grove, Ill.: InterVarsity Press, 1996), 185.
- 5 Walter L. Liefeld, 1 & 2 Timothy, Titus, The NIV Application Commentary (Grand Rapids, Mich.: Zondervan, 1999), 333.
- 6 Walter Bauer, A Greek -English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature , 3rd ed., rev. and ed. Frederick William Danker (Chicago: University of Chicago Press, 2000), 919.
- 7 Ibid., 987.
- 8 Dalam teks Yunani, masing-masing kata untuk "iman," "kasih," dan "ketekunan" didahului oleh sebuah kata sandang pasti, yang William Hendriksen terjemahkan sebagai "milik mereka" (William Hendriksen, Exposition of The Pastoral Epistles, New Testament Commentary [Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1965], 363).
- 9 Ini adalah jenis "kasih" yang sama seperti yang dibahas mengenai 1 Timotius 1:5.
- 10 Bauer, 1039. "Ketekunan" ada hubungannya dengan kesulitan yang bertahan lama. (Lihat 1 Tim. 6:11).
- 11 W. E. Vine, Merrill F. Unger, and William White, Jr., Vine's Complete Expository Dictionary of Old and New Testament Words (Nashville: Thomas Nelson Publishers, 1985), 532.
- 12 Bauer, 470.
- 13 Alih-alih "terhormat dalam perilaku mereka," William Barclay menerjemahkan kalimat itu, "… berperilakukah sedemikian rupa yang sesuai dengan [perilaku] orang-orang yang terlibat dalam hal-hal yang sakral" (William Barclay, The Letters to Timothy, Titus, and Philemon, rev. ed., The Daily Study Bible [Philadelphia: Westminster Press, 1975], 248).
- 14 "Meleter" dan "mencampuri soal orang lain" disebutkan dalam 1 Timotius 5:13. Paulus mengatakan dalam 1 Timotius 3:11 bahwa kaum perempuan tidak boleh "memfitnah."
- 15 Vine, Unger, and White, 619; Bauer, 504.
- 16 Bauer, 504.
- 17 Liefeld, 328.
- 18 Bauer, 986.
- 19 Mengenai kasih sayang suami kepada istrinya, lihat Efe. 5:25, 28.
- 20 Vine, Unger, and White, 100.
- 21 Kata aJgnei÷a (hagneia) yang terkait muncul dalam 1 Timotius 4:12, di mana Paulus mendesak Timotius untuk menjadi teladan dalam "kemurnian".
- 22 Vine, Unger, and White, 309. Satu bacaan alternatif dengan sedikit dukungan naskah oijkouro֧ (oikouros), yang memberikan penegrtian tentang menjadi "pengawas rumah tangga" atau "penjaga rumah tangga" (lihat KJV). (Bruce M. Metzger, A Textual Commentary on the Greek New Testament, 2nd ed. [Stuttgart, Germany: German Bible Society, 1994], 584.)
- 23 Bauer, 700.
- 24 Perempuan yang bekerja di luar rumah dibahas sehubungan dengan 1 Timotius 5:14.
- 25 Vine, Unger, and White, 273; Bauer, 3-4.
- 26 Kata "sendiri" ( i¡dioß, idios ) dapat menjelaskan pertanyaan apakah Alkitab mengajarkan atau tidak bahwa semua perempuan harus tunduk kepada semua orang laki-laki. Perempuan memang harus tidak berkuasa atas laki-laki dalam konteks ibadah dan perhimpunan. Di luar itu, istri-istri yang muda itu hanya diminta untuk tunduk kepada suami mereka sendiri. (Lihat 1 Kor. 11:3; 1 Tim. 2:11, 12.)
- 27 Vine, Unger, and White, 606; Bauer, 1042.
- 28 Ketundukan dibahas sehubungan dengan 1 Timotius 2:11, 12, di mana kata benda uJpotagh (hupotagē ) yang terkait digunakan.
- 29 Bauer, 178.
- 30 Archibald Thomas Robertson, Word Pictures in the New Testament, vol. 4, The Epistles of Paul (New York: Harper & Brothers Publishers, 1931), 603.
- 31 Stott, 189.
- 32 Bruce B. Barton, David R. Veerman, and Neil Wilson, 1 Timothy, 2 Timothy, Titus, Life Application Bible Commentary (Wheaton, Ill.: Tyndale House Publishers, 1993), 272.
- 33 Paulus mendesak Timotius untuk menjadi "teladan" (tupos) dalam 1 Timotius 4:12.
- 34 Vine, Unger, and White, 274. Kata sifat yang sama digunakan untuk menggambarkan hukum Taurat dalam 1 Timotius 1:8.
- 35 Ibid., 131; Bauer, 156.
- 36 "Martabat" ditekankan dalam 1 Timotius 2:2; 3:4.
- 37 Vine, Unger, and White, 118-19; Bauer, 35.
- 38 Kata untuk "menjadi malu" (ejntre÷pw, entrepō) berbeda dari kata yang diterjemahkan "malu" dalam 2 Timotius 1:8, 12, dan 16. Entrepō mengacu kepada "'rasa malu' yang sehat yang melibatkan perubahan perilaku" (Vine, Unger, and White, 39).
- 39 Alkitab KJV menulis "kamu," yang sepertinya berlaku untuk Titus; tapi dalam KJV kata "kamu" berbentuk orang kedua jamak.
- 40 Gene A. Getz, A Profile for a Christian Life Style: A Study of Titus (Grand Rapids, Mich.: Zondervan Publishing House, 1978), 128.
- 41 Kata "hendaklah" ditambahkan oleh penerjemah.
- 42 "Tuan" dibahas dalam hubungannya dengan 1 Timotius 6:1.
- 43 Vine, Unger, and White, 474.
- 44 Bauer, 403.
- 45 Donald Guthrie, The Pastoral Epistles, rev. ed., The Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1990), 208.
- 46 Antilegō diterjemahkan "bertentangan" dalam 1:9.
- 47 Vine, Unger, dan White, 341; Bauer, 679.
- 48 Onesimus yang budak mungkin mencuri dari Philemon tuannya (Filem. 18).
- 49 Bauer, 818.
- 50 Ungkapan "Allah Juruselamat kita" dibahas dalam komentar tentang 1 Timotius 2:3.
- 51 Bauer, 560.
- 52 Demarest, 311.
- 53 Carl Spain, The Letters of Paul to Timothy and Titus, The Living Word Commentary (Austin, Tex.: R. B. Sweet Co., 1970), 181.
- 54 Gordon D. Fee, 1 and 2 Timothy, Titus, A Good News Commentary (San Francisco: Harper & Row, 1984), 147.
- 55 Hendriksen, 370.
- 56 Lihat Luk. 1:79; 2 Tim. 1:10; Tit. 2:11; 3:4.
- 57 Lihat 2 Tes. 2:8; 1 Tim. 6:14; 2 Tim. 4:1, 8; Tit. 2:13.
- 58 Vine, Unger, and White, 31.
- 59 Dale Hartman, khotbah ini dikhotbahkan di gereja Kristus Eastside, Midwest City, Oklahoma, 21 Agustus 2013.
- 60 Kaum universalis lebih memilih bacaan "membawa keselamatan kepada semua orang" dan menyimpulkan bahwa ayat tersebut mengajarkan keselamatan universal. Namun, Alkitab tidak mengajarkan universalisme (lihat komentar tentang 1 Timotius 4:10). Ayat 11 adalah tentang tawaran dan kesempatan universal.
- 61 Liefeld, 339.
- 62 Bauer, 749.
- 63 Satu bentuk kata yang sama, ajrne÷omai (arneomai), diterjemahkan "murtad" dalam 1 Timotius 5:8.
- 64 Getz, 143.
- 65 Bauer, 560-61; Vine, Unger, and White, 685.
- 66 Bauer, 372. Lihat komentar tentang 1 Tim. 6:9.
- 67 Guthrie, 210.
- 68 Vine, Unger, and White, 583; Bauer, 987.
- 69 Bauer, 250. Sebuah kata benda di÷kaioß (dikaios) yang terkait diterjemahkan "orang benar" dalam 1 Timotius 1:9.
- 70 Vine, Unger, and White, 272.
- 71 Ibid., 7, 378; Bauer, 877. Alkitab NIV menulis "sementara kita menunggu harapan yang berbahagia itu."
- 72 Bauer, 611. Ini adalah kata yang sama yang muncul dalam Ucapan Bahagia dalam Matius 5.
- 73 Ibid., 319.
- 74 Beberapa naskah kuno memuat "Yesus Kristus" (lihat KJV). Urutan kata-kata itu tidak mempengaruhi arti kalimat itu.
- 75 Penampakan Kristus dibahas sehubungan dengan 2 Timotius 4:1, 8.
- 76 Walter Lock, A Critical and Exegetical Commentary on the Pastoral Epistles, The International Critical Commentary (Edinburgh: T. & T. Clark, 1952), 145.
- 77 Robertson, 604.
- 78 Perbedaan dalam penggunaan ini disinggung oleh Guthrie, 212.
- 79 Liefeld, 341.
- 80 James Burton Coffman, Commentary on 1 & 2 Thessalonians, 1 & 2 Timothy, Titus & Philemon (Austin, Tex.: Firm Foundation Publishing House, 1978), 338.
- 81 Bauer, 606; Vine, Unger, and White, 515.
- 82 Kata majemuk ajnti÷lutron (antilutron) diintensifkan tapi tetap diterjemahkan "tebusan" dalam 1 Timotius 2:6.
- 83 Bauer, 85.
- 84 Satu kata yang terkait, kaqaro֧ (katharos, "murni"), digunakan dalam 1:15.
- 85 Bauer, 802. Alkitab KJV menulis "khas," yang "aslinya berarti 'apa yang orang miliki'" (Roberts, 19).
- 86 Septuaginta (LXX) adalah terjemahan Perjanjian Lama dalam bahasa Yunani.
- 87 Bauer, 427.
- 88 Tema "perbuatan baik" diperkenalkan dalam 2:7.
- 89 Bauer, 582-83; Vine, Unger, and White, 549.
- 90 Satu bentuk parakaleo diterjemahkan "himbau" dalam 1 Timotius 5:1 (NASB).
- 91 "Tegur" adalah terjemahan yang digunakan untuk kata ini dalam 1 Timotius 5:20.
- 92 Bauer, 808. Bandingkan periphroneō dengan istilah yang diterjemahkan "menganggap rendah" dalam 1 Timotius
Pengarang: David Roper
Hak Cipta © 2018 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Titus (Pendahuluan Kitab) SURAT PAULUS KEPADA TITUS
PENGANTAR
Titus adalah seorang bukan Yahudi yang sudah masuk agama Kristen lalu menjadi
teman sekerja dan pembantu Paulus
SURAT PAULUS KEPADA TITUS
PENGANTAR
Titus adalah seorang bukan Yahudi yang sudah masuk agama Kristen lalu menjadi teman sekerja dan pembantu Paulus dalam pekerjaannya. Surat ini ditujukan kepada Titus yang pada waktu itu berada di Kreta karena telah ditinggalkan di sana oleh Paulus untuk mengurus jemaat di sana. Ada tiga hal yang dikemukakan di dalam surat ini.
Pertama, Titus diingatkan mengenai sifat-sifat orang yang boleh menjadi pemimpin jemaat. Hal itu dikemukakan terutama karena kelakuan orang-orang di Kreta banyak yang jahat. Kedua, Titus dinasihati mengenai bagaimana seharusnya ia mengajar setiap golongan orang yang menjadi anggota jemaat itu, yaitu golongan laki-laki dan wanita yang sudah tua (yang seharusnya mengajar pula orang-orang yang lebih muda dari mereka), golongan orang-orang muda, dan golongan hamba-hamba. Akhirnya Titus diajar mengenai bagaimana seharusnya kelakuan orang Kristen. Yang paling penting ialah bahwa orang Kristen harus peramah dan suka damai, jangan membenci orang, jangan suka bertengkar atau menimbulkan perpecahan.
Isi
- Pendahuluan
Tit 1:1-4 - Pemimpin-pemimpin jemaat
Tit 1:5-16 - Kewajiban pelbagai golongan orang di dalam jemaat
Tit 2:1-15 - Nasihat dan peringatan
Tit 3:1-11 - Penutup
Tit 3:12-15
Ajaran: Titus (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti arti dan isi pengajaran Kitab Titus,
sehingga mereka melakukannya di dalam kehidupan sehari-hari.
Pendah
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti arti dan isi pengajaran Kitab Titus, sehingga mereka melakukannya di dalam kehidupan sehari-hari.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Paulus.
Tahun : Sekitar tahun 65 Masehi.
Penerima : Titus (Tit 1:4). (Dan juga setiap orang Kristen). Di daerah Kreta ini, perkembangan Injil terancam oleh orang-orang yang tidak tertib hidupnya. Dengan omongan-omongan yang sia-sia mereka mau menyesatkan pikiran orang Kristen (Tit 1:10), yaitu dengan ajaran-ajaran tentang penyunatan, yang sebenarnya tidak ada artinya sedikitpun di dalam keselamatan.
Isi Kitab: Kitab Titus terbagi atas 3 pasal. Di dalam Kitab ini kita dapat melihat pengajaran Rasul Paulus dalam memperbaiki kehidupan jemaat, yang terancam termakan oleh kehidupan yang tidak baik, omongan kosong, yang semuanya itu tidak sesuai dengan kehidupan sebagai orang Kristen.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Titus
Pasal 1 (Tit 1:1-16).
Pengajaran tentang persyaratan pekerja gereja
Dalam bagian ini, Rasul Paulus menyebut Titus sebagai anak rohaninya dan ia meminta Titus agar tetap setia melayani di pulau Kreta. Kemudian ia mengajarkan tentang syarat-syarat kehidupan seorang pekerja Gereja.
Pendalaman
- Bacalah pasal Tit 1:5-6,7. _Tanyakan_:\ - Sebutkanlah syarat-syarat seorang pekerja Gereja - Mengapakah persyaratan itu penting bagi seorang pekerja Gereja? (lihat ayat 7-10; Tit 1:7-10).
- Bacalah pasal Tit 1:16. _Tanyakan_:\ - Apakah yang membuktikan seorang tidak mengenal Allah?
Pasal 2-3 (Tit 2:1-3:15).
Pengajaran tentang kewajiban orang-orang Kristen
Dalam bagian ini dijelaskan bahwa seorang Kristen baik ia seorang tua, muda, kaya atau miskin hendaklah hidup dengan benar.
Pendalaman
- Bacalah pasal Tit 2:1-10. _Tanyakan_:\ - Bagaimanakah kehidupan laki-laki yang tua? (lihat ayat 2; Tit 2:2). - Bagaimanakah cara hidup seorang wanita tua? (lihat ayat 3-5; Tit 2:3-5). - Bagaimanakah cara hidup seorang muda? (lihat ayat 7-8; Tit 2:7-8). - Bagaimanakah cara hidup seorang pekerja/pegawai? (lihat ayat 9-10; Tit 2:9-10).
- Bacalah pasal Tit 2:11. _Tanyakan_:\ - Dengan apakah semua orang diselamatkan?
II. Kesimpulan
Dalam Kitab Titus jelas diketahui tentang kehidupan sebagai pekerja gereja, hamba Tuhan maupun kehidupan dari setiap orang Kristen.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menulis Kitab Titus?
- Mengapakah setiap orang percaya harus hidup saling menghormati? (Pasa Tit 2:10).
Intisari: Titus (Pendahuluan Kitab) Panggilan untuk kehidupan Kristen yang praktisSIAPAKAH TITUS?Surat ini mungkin ditulis pada waktu dan tempat yang hampir sama dengan surat I Timotius.
Panggilan untuk kehidupan Kristen yang praktis
SIAPAKAH TITUS?
Surat ini mungkin ditulis pada waktu dan tempat yang hampir sama dengan surat I Timotius. Seperti Timotius, Titus adalah salah satu anak rohani Paulus (Tit 1:4). Tidak dapat diragukan bahwa Titus bertobat pada awal pelayanan Paulus. Ia diajak Paulus dan Barnabas ke Yerusalem, kota yang dikunjungi Paulus tujuh belas tahun setelah pertobatannya. (Gal 2:1). Paulus memberi Titus tugas yang sulit, yaitu mencoba menyelesaikan masalah yang timbul dalam gereja di Korintus, dan dalam suratnya yang kedua kepada gereja itu kita mengetahui bagaimana ia diterima dengan baik di sana (2Kor 7:6, 7). Jelaslah bahwa Paulus menaruh kepercayaan penuh pada kemampuan Titus, sebab kemudian ia ditinggalkan di Kreta untuk memegang peranan penting dalam kepemimpinan gereja di sana (Tit 1:5). Orang-orang Kreta pada umumnya terkenal sebagai orang- orang yang suka bergolak dan sukar dikendalikan. Tidak seperti Timotius, Titus bukan orang Yahudi asli dan ia tidak disunat (Gal 2:3). Ia digambarkan sebagai 'tokoh yang sangat mengundang tanda tanya dalam sejarah kekristenan mula-mula'. Ia juga dijuluki sebagai 'sepotong kain merah lusuh bagi orang-orang Yahudi, tetapi merupakan bendera kebebasan bagi orang bukan Yahudi'. Dalam istilah modern kita dapat menggambarkan Titus sebagai seorang pendobrak' - orang yang mampu menghadapi keadaan yang rawan. Ia sudah pasti merupakan sumber yang membesarkan hati Rasul Paulus.
NASIHAT PRAKTIS.
Ketika Paulus mendengar bahwa Apolos segera akan berangkat ke Kreta, ia memanfaatkan kesempatan ini untuk mengirimkan sepucuk surat pada Titus. Surat ini penuh dengan nasihat praktis dan peringatan terhadap ajaran sesat. Orang menangkap kesan bahwa karakter Titus lebih kuat daripada Timotius, karena itu Paulus tidak terlalu kuatir tentang dia dan bagaimana orang lain memperlakukannya. Surat ini berisi dua pernyataan yang sangat lengkap tentang Injil dalam Perjanjian Baru - Tit 2:11-14 dan Tit 3:4-7. Seringkali ada perdebatan yang mengatakan bahwa pada saat-saat akhir hidupnya, Rasul Paulus kurang mempedulikan kedatangan Kristus, tetapi kita melihat dari surat ini bahwa itu tidak benar (Tit 2:13).
Pesan dan Penerapan
1. Pentingnya kepemimpinan rohanI (Tit 1:5-16 )
Titus ditugaskan untuk mengangkat penatua-penatua di Kreta. Untuk itu ia diberikan petunjuk-petunjuk secara terperinci mengenai syarat-syarat yang harus mereka miliki. Selain itu, Titus tidak diberi gambaran mengenai masalah-masalah yang mungkin dihadapinya di antara orang Kreta. Kepemimpinan rohani sejati merupakan hal penting dan utama dalam kehidupan gereja dan kriteria yang. ditentukan oleh Paulus masih berlaku sampai sekarang.
2. Kehidupan Kristen dalam kenyataan (Tit 2:1-10 )
Mungkin saja apa yang disampaikan dalam bentuk kata-kata atau tulisan secara umum, pesannya tidak diterapkan pada setiap orang. Paulus membagi-bagi kelompok umur dengan masalah mereka masing-masing dan memberikan kepada setiap kelompok nasihat praktis hakiki yang harus diterapkan dalam tingkah laku mereka.
3. Berita Injil secara singkat (Tit 2:11-14 )
Dalam satu kalimat yang panjang Paulus menyampaikan berbagai aspek pesan Kristen. Allah telah mengambil inisiatif. Kita perlu memperhatikan bahwa hanya anugerah Allah yang dapat membawa keselamatan dan semua ini diwujudkan dalam seorang pribadi, yaitu Yesus Kristus Tuhan. Lebih dari itu, pesan ini ditujukan kepada semua orang di mana pun mereka berada. Diselamatkan, bukanlah semata-mata pengalaman mistis, keselamatan mempunyai arti praktis yang penting. Secara negatif berarti berbalik dari cara hidup yang lama; secara positif berarti menghayati hidup yang benar. Kristen mempunyai pengharapan yang mulia, yaitu datangnya kembali Tuhan dan Juruselamat mereka dalam tubuh kemuliaan. Pengharapan ini menjadi pendorong untuk hidup dalam kekudusan. Pula, ini berdampak kuat mempengaruhi sifat dan kelakuan Kristen.
4. Terdapat segala macam...! (Tit 3:8-15 )
Gereja Kristen mempunyai masalah baik dalam jemaatnya maupun pada para pekerja kuncinya. Di Kreta terdapat banyak orang yang suka berdebat dan bertengkar, dan ada pula yang pengajarannya sangat sesat. Di pihak lain, terdapat orang-orang yang setia, berani dan tegas seperti Artemas, Tikhikus, Zenas dan Apolos. Mereka bukan hanya orang yang sangat dikenal dalam gereja mula-mula, tetapi mereka adalah orang-orang yang dapat dipercaya. Orang-orang seperti itulah yang sangat diperlukan dalam gereja untuk memegang posisi penting dan bukan semata-mata pribadi-pribadi yang berkuasa, yang mungkin berhasrat menjadi primadona.
Tema-tema Kunci
1. Pentingnya kehidupan keluarga.
Perlu diperhatikan bahwa dalam daftar syarat-syarat bagi para penatua terdapat kalimat-kalimat yang berhubungan dengan kehidupan keluarga. Seorang penatua haruslah 'seorang suami dari satu istri'. Anak-anaknya harus memberikan dukungan penuh pada jabatan gerejawinya. Ia harus seorang yang 'senang memberi tumpangan'. Kesaksian dari keluarga Kristen pada dunia purba sangat penting, dan para pemimpin Kristen harus memperlihatkan cara hidup itu pada mereka. Ini juga tetap penting untuk masa kini. Perhatikan syarat-syarat bagi istri-istri para penatua gereja (1 Tim. 3:11). Seberapa jauh gereja masa kini memberlakukan syarat-syarat ini dengan serius agar para pemimpin gereja yang dipilih adalah mereka yang memiliki keluarga yang bahagia.
2. Tingkah laku yang sepadan.
Fakta bahwa keyakinan dan sikap, pengakuan iman dan tingkah laku, tidak selalu berjalan selaras, adalah topik yang sering dimunculkan Alkitab. Ini merupakan dasar pertentangan Tuhan kita dengan orang Farisi (lihat Mat. Tit 23:1- 39 ). Yakobus membuat pernyataan yang serupa ketika ia menekankan bahwa iman tanpa perbuatan pada hakikatnya adalah mati (Yak. Tit 2:14-26 ). Dalam suratnya, Paulus sering menunjukkan pendapat yang sama. Dalam Titus 1: 16, Paulus berkata tentang mereka 'yang mengaku mengenal Allah, tetapi dengan perbuatan mereka, mereka menyangkal Dia'. Tuhan kita berkata: 'dari buahnyalah kamu akan mengenali mereka' (Mat. 7:20). Pengakuan iman dan kelakuan harus serasi, jika tidak demikian maka kita layak dicap, digolongkan orang munafik. Dengan cara bagaimana mereka yang mengaku mengenal Allah menyangkal Dia dalam hidup mereka? Coba kumpulkan fakta yang menunjukkan bahwa pengakuan iman Kristen dan tingkah laku Kristen seringkali tampak terpisah jauh satu dengan yang lain. Coba pelajari Matius 23, temukan beberapa kegagalan total orang Farisi.
3. Pentingnya doktrin yang benar.
Dengan membaca Perjanjian Baru jelaslah bahwa dalam gereja mula-mula, mereka tahu apa yang dimaksud dengan 'iman'. Mereka dapat menyimpulkan apa yang bagi mereka merupakan unsur-unsur dasar dari pengakuan iman mereka. Paulus menjelaskannya dengan sangat baik dalam Titus Tit 2:11-14. Di sini kita berjumpa dengan suatu pernyataan terjelas mengenai anugerah Allah dalam Perjanjian Baru. Gereja yang sehat dibangun di atas dasar doktrin yang benar. Iman Kristen kita bukan hanya bersangkutan dengan karya-karya Allah pada masa tertentu dalam sejarah, tetapi juga dengan yang sedang Ia lakukan dalam kehidupan umat-Nya dan yang akan Ia lakukan di masa yang akan datang. Harapan orang percaya ialah kedatangan Kristus kembali secara pribadi dan ia hidup di bawah terang pengharapan kedatangan-Nya itu. Maksud dari kasih karunia Allah di dalam Kristus ialah 'untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk menguduskan bagi diri-Nya suatu umat, kepunyaan-Nya sendiri, yang rajin berbuat baik' (Tit 2:14). Seberapa jauh Kristen dewasa ini melihat diri mereka di bawah terang firman ini? Apa makna menjadi 'umat kepunyaan Allah' bagi kita? (Lihat 1Pet 2:9; 1Kor 6:19).
Garis Besar Intisari: Titus (Pendahuluan Kitab) [1] TITUS DALAM TUGAS Tit 1:1-16
Tit 1:1-4Pengantar
Tit 1:5-9Kepemimpinan rohani dalam gereja
Tit 1:10-16Masalah-masalah dalam gereja
[2] K
[1] TITUS DALAM TUGAS Tit 1:1-16
Tit 1:1-4 | Pengantar |
Tit 1:5-9 | Kepemimpinan rohani dalam gereja |
Tit 1:10-16 | Masalah-masalah dalam gereja |
[2] KEKRISTENAN PRAKTIS Tit 2:1-15
Tit 2:2 | Laki-laki yang lebih tua |
Tit 2:3 | Wanita-wanita yang lebih tua |
Tit 2:4, 5 | Wanita wanita muda |
Tit 2:6-8 | Laki-laki muda |
Tit 2:9-10 | Hamba-hamba |
Tit 2:11-14 | Kebenaran-kebenaran Injil |
Tit 2:15 | Panggilan untuk memberitakan kebenaran |
[3] KEWAJIBAN SOSIAL Tit 3:1-15
Tit 3:1 | Ketaatan kepada penguasa |
Tit 3:2-7 | Keramahtamahan terhadap semua orang |
Tit 3:8-11 | Perbuatan baik daripada perdebatan tidak berguna |
Tit 3:12-15 | Permohonan akhir |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi