Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Yak 3:13-18
Matthew Henry: Yak 3:13-18 - Ciri-ciri Hikmat Ciri-ciri Hikmat (3:13-18)
Seperti halnya dosa-dosa yang dikecam sebelumnya timbul dari anggapan diri lebih bijak dan lebih berbudi dari orang lain...
Ciri-ciri Hikmat (3:13-18)
- Seperti halnya dosa-dosa yang dikecam sebelumnya timbul dari anggapan diri lebih bijak dan lebih berbudi dari orang lain, demikian pula Rasul Yakobus dalam ayat-ayat di atas ini menunjukkan perbedaan antara orang yang berlagak bijak dan orang yang benar-benar bijak, antara hikmat yang datang dari bawah (dari dunia atau neraka) dan hikmat yang datang dari atas.
- I. Kita mendapati uraian tentang hikmat yang sejati, beserta ciri-ciri khas dan buah-buahnya: Siapakah di antara kamu yang bijak dan berbudi? Baiklah ia dengan cara hidup yang baik menyatakan perbuatannya oleh hikmat yang lahir dari kelemahlembutan (ay. 13). Orang yang benar-benar bijak adalah orang yang sangat berbudi. Ia tidak ingin membangun nama baik sebagai orang bijak tanpa mengumpulkan harta pengetahuan yang baik. Ia tidak akan menilai tinggi dirinya hanya karena mengetahui berbagai hal, kalau ia tidak memiliki hikmat untuk menerapkan dan memanfaatkan apa yang diketahuinya itu dengan benar. Bijak dan berbudi ini harus dipadukan bersama-sama untuk mendapatkan gambaran tentang hikmat sejati. Siapa yang bijak dan berbudi? Nah, berbahagialah orang yang memiliki keduanya, yaitu bila tampak hal-hal berikut ini di dalam dirinya:
- 1. Perilaku yang baik. Jika kita lebih bijak dari orang lain, ini semestinya terbukti dengan perilaku kita yang baik, bukan dengan perilaku yang kasar atau angkuh. Perkataan yang memberitahukan pengetahuan, yang menyembuhkan, dan yang melakukan kebaikan, adalah tanda-tanda hikmat. Bukan perkataan yang tampak hebat, yang merusak, dan yang menimbulkan kejahatan, entah dalam diri kita sendiri atau orang lain.
- 2. Hikmat sejati dapat diketahui melalui perbuatan-perbuatannya. Perilaku di sini tidak hanya merujuk pada perkataan, tetapi juga tindakan orang secara keseluruhan. Karena itulah dikatakan, baiklah ia dengan cara hidup yang baik menyatakan perbuatannya. Hikmat sejati tidak terdapat pada gagasan-gagasan atau rekaan-rekaan yang bagus, tetapi lebih pada perbuatan-perbuatan yang baik dan berguna. Bukan orang yang berpikir dengan baik, atau berbicara dengan baik, yang dalam pengertian Kitab Suci dipandang bijak, kalau orang itu tidak hidup dan berbuat baik.
- 3. Hikmat sejati dapat diketahui dari kelemahlembutan roh dan sikap: Baiklah ia menyatakan kelemahlembutan, dst. Merupakan suatu contoh yang agung dari hikmat jika kita dengan bijak mengendalikan amarah kita sendiri, dan dengan sabar menghadapi amarah orang lain. Seperti halnya hikmat akan terbukti dengan sendirinya dalam kelemahlembutan, demikian pula kelemahlembutan akan menjadi sahabat yang baik bagi hikmat. Sebab tidak ada hal lain selain amarah yang dapat menghalang-halangi pemahaman yang semestinya, penilaian yang teguh, dan pikiran yang tidak memihak, yang niscaya memampukan kita untuk bertindak dengan bijak. Apabila kita bersikap lembut dan tenang, maka kita benar-benar mampu untuk mendengarkan alasan dan mengutarakannya. Hikmat membuahkan kelemahlembutan, dan kelemahlembutan meningkatkan hikmat.
- II. Kita mendapati di sini bahwa orang-orang yang mempunyai sifat yang berlawanan dari apa yang baru saja disebutkan tidak boleh bermegah, dan apa yang mereka sangka sebagai hikmat ditelanjangi dalam segala hal yang dimegahkannya dan buah-buah yang dihasilkannya: “Jika kamu menaruh perasaan iri hati dan kamu mementingkan diri sendiri, janganlah kamu memegahkan diri, dst. (ay. 14-16). Kamu boleh berlagak seperti yang kamu mau, dan menganggap dirimu begitu bijak, namun kamu mempunyai segudang alasan untuk berhenti bermegah, jika kamu merendahkan kasih dan perdamaian, dan membuka jalan pada iri hati dan perselisihan. Semangatmu akan kebenaran atau ajaran yang benar, dan rasa bangga lebih berbudi daripada orang lain, jika kamu pergunakan hanya untuk membuat orang lain dibenci, dan untuk menunjukkan kedengkianmu sendiri dan kemarahanmu yang membara terhadap mereka, maka itu hanya mendatangkan aib bagi pengakuan iman Kristenmu, dan jelas-jelas bertentangan dengannya. Janganlah berdusta seperti itu terhadap kebenaran.” Perhatikanlah,
- 1. Iri hati dan perselisihan dipertentangkan dengan kelemahlembutan hikmat. Hati adalah tempat kediaman bagi keduanya. Tetapi iri hati dan hikmat tidak bisa berdiam bersama-sama di dalam hati yang sama. Semangat yang kudus dan iri hati itu dua hal yang berbeda, seperti halnya cahaya para Serafim dan api neraka.
- 2. Urutan perbuatan-perbuatan ini dipaparkan di sini. pertama-tama timbul iri hati, lalu iri hati memicu timbulnya perselisihan. Perselisihan berusaha mencari-cari alasan untuk mem benarkan diri dengan bermegah dan berdusta. Kemudian (ay. 16) dari situ timbullah kekacauan dan segala macam perbuatan jahat. Orang yang hidup dalam kebencian, iri hati, dan pertikaian, hidup dalam kekacauan, dan mudah terpancing serta cepat melakukan perbuatan-perbuatan jahat. Kekacauan seperti itu menimbulkan banyak godaan, memperkuat godaan-godaan, dan melibatkan orang dalam kesalahan yang besar. Satu dosa melahirkan dosa lain, dan tidak bisa dibayangkan berapa banyak kerusakan yang akan ditimbulkan: di situlah ada segala macam kejahatan. Apakah hikmat yang menghasilkan dampak-dampak seperti itu harus dimegahkan? Tidak mungkin demikian, sebab kalau begitu maka Kekristenan akan menjadi suatu kebohongan, dan mengajarkan bahwa yang dimaksud dengan hikmat adalah apa yang bertentangan dengannya. Sebab amatilah,
- 3. Dari mana hikmat seperti itu datang: Itu bukanlah hikmat yang datang dari atas, tetapi muncul dari bawah. Dan terus terang saja, hikmat itu dari dunia, dari nafsu manusia, dari setan-setan (ay. 15). Hikmat itu muncul dari kaidah-kaidah duniawi, bertindak berdasarkan dorongan-dorongan hati yang duniawi, dan berniat untuk memenuhi tujuan-tujuan duniawi. Hikmat itu adalah nafsu manusia yang ingin memanjakan daging, dan merawat tubuh untuk memuaskan nafsu dan keinginannya. Atau, dalam bahasa aslinya, psychikē, sifat kebinatangan dari manusia – pekerjaan akal alami semata, tanpa terang adikodrati. Hikmat seperti itu jahat, sebab hikmat seperti itu adalah hikmat setan-setan (untuk menggelisahkan dan menyakiti). Hikmat seperti itu terilhami oleh setan-setan, yang dihukum karena kesombongan (1Tim. 3:6), dan yang di tempat-tempat lain dalam Kitab Suci ditunjukkan kemurkaan mereka dan perbuatan mereka yang mendakwa saudara-saudara kita. Oleh karena itu, orang-orang yang diangkat dengan hikmat seperti itu pasti jatuh ke dalam kutukan Iblis.
- III. Kita mendapati gambaran yang indah tentang hikmat yang datang dari atas, yang diuraikan secara lebih penuh, dan dipertentangkan dengan hikmat yang datang dari bawah: Tetapi hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, dst. (ay. 17-18). Perhatikanlah di sini, hikmat sejati adalah karunia Allah. Hikmat sejati tidak diperoleh dengan cara bergaul dengan manusia, juga bukan melalui pengetahuan tentang dunia (seperti yang dipikirkan dan dikatakan sebagian orang), tetapi datang dari atas. Hikmat sejati terdiri atas hal-hal berikut ini:
- 1. Hikmat sejati itu murni, tanpa bercampur dengan berbagai kaidah atau tujuan yang akan merendahkannya. Hikmat sejati itu bebas dari pelanggaran dan kecemaran, tidak memperbolehkan apa saja yang diketahui sebagai dosa, tetapi mengusahakan kekudusan baik di dalam hati maupun hidup.
- 2. Hikmat yang dari atas itu pendamai. Kedamaian mengikuti kemurnian, dan bergantung padanya. Orang yang betul-betul bijak melakukan apa yang mereka bisa untuk menjaga perdamaian, supaya tidak dirusakkan. Mereka berusaha mengadakan perdamaian, supaya apa yang hilang dapat dipulihkan. Dalam negara, dalam keluarga, dalam jemaat, dalam semua masyarakat, dan dalam semua perbincangan dan hubungan, hikmat sorgawi membuat orang menjadi pendamai.
- 3. Hikmat sejati itu peramah, tidak mati-matian menuntut hak milik. Tidak mengatakan atau melakukan kekerasan apa saja dalam menegur. Tidak geram terhadap pendapat-pendapat orang lain, tidak mendesakkan pendapat-pendapat sendiri melebihi bobotnya, tidak pula mendesakkan pendapat-pendapat orang yang menentang kita melebihi apa yang mereka niatkan. Tidak bersikap kasar dan suka menguasai dalam pergaulan, tidak pula ketus dan kejam dalam bersikap. Dengan demikian, keramahan dapat dipertentangkan dengan semuanya ini.
- 4. Hikmat sorgawi itu penurut, eupeithēs, sangat mudah diyakinkan terhadap apa yang baik atau dijauhkan dari apa yang buruk. Ada juga sikap penurut yang lemah dan salah. Tetapi sikap penurut yang menyerahkan diri pada ajakan-ajakan firman Allah dan pada semua nasihat atau permintaan yang benar dan masuk akal dari sesama kita, tidaklah dapat dipersalahkan. Bahkan terlebih lagi bila sikap penurut itu dilakukan untuk menyudahi perselisihan, kalau tampak ada alasan yang baik untuk itu, dan apabila ada akhir yang baik akibat sikap itu.
- 5. Hikmat sorgawi itu penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, batinnya condong pada apa saja yang baik dan luhur, baik untuk meringankan mereka yang berkekurangan maupun untuk mengampuni mereka yang melanggar, dan benar-benar melakukan hal tersebut setiap kali ada kesempatan.
- 6. Hikmat sorgawi itu tidak memihak. Kata aslinya, adiakritos, yang artinya tanpa kecurigaan, atau bebas dari penghakiman, tidak berprasangka secara tidak semestinya, atau tidak membeda-bedakan dalam memperlakukan seseorang lebih daripada yang lain. Tafsiran lebih luasnya, tanpa perselisihan, tidak bertindak seperti pengikut bidah, dan bertikai hanya demi suatu golongan. Tidak pula mencela orang lain hanya karena mereka berbeda dari kita. Orang-orang terbijak paling kecil kemungkinannya untuk menjadi pencela.
- 7. Hikmat yang dari atas itu tidak munafik. Hikmat ini tidak menyamarkan apa-apa, tidak pula ada tipu daya di dalamnya. Hikmat ini tidak mungkin jatuh ke dalam cara-cara yang dianggap bijak oleh dunia, yaitu yang bersifat licik dan penuh tipu muslihat. Sebaliknya, hikmat ini tulus dan terbuka, tidak goyah dan tidak berubah-ubah, dan setia dengan dirinya sendiri. Oh semoga saja kita semua selalu dibimbing oleh hikmat seperti ini! Dengan begitu, bersama-sama Rasul Paulus kita dapat berkata, hidup kami di dunia ini dikuasai oleh ketulusan dan kemurnian dari Allah bukan oleh hikmat duniawi, tetapi oleh kekuatan kasih karunia Allah. Lalu, yang terakhir, hikmat sejati akan terus menaburkan buah-buah kebenaran dalam damai, dan dengan demikian, sekiranya mungkin, akan menciptakan perdamaian di dunia (ay. 18). Apa yang ditaburkan dalam damai akan menghasilkan panen sukacita. Biar saja orang lain menuai buah-buah dari perselisihan dan semua keuntungan yang dapat mereka peroleh bagi diri mereka sendiri melaluinya. Tetapi marilah kita terus dengan damai menaburkan benih-benih kebenaran, dan kita dapat mengandalkan diri dengan itu bahwa jerih payah kita tidak akan sia-sia. Terang sudah terbit bagi orang benar, dan sukacita bagi orang-orang yang tulus hati. Di mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran ialah ketenangan dan ketenteraman untuk selama-lamanya.
SH: Yak 3:13-18 - Hikmat Allah, bukan hikmat dunia (Jumat, 8 Juni 2001) Hikmat Allah, bukan hikmat dunia
Beberapa waktu yang lalu, belum sempat hilang ketakutan
dan kecemasan kita terhadap peristiwa yang terjadi di
Kali...
Hikmat Allah, bukan hikmat dunia
Beberapa waktu yang lalu, belum sempat hilang ketakutan dan kecemasan kita terhadap peristiwa yang terjadi di Kalimantan Barat, kita tersentak oleh peristiwa yang kembali terjadi di Kalimantan Tengah. Apa sebenarnya yang menyebabkan terjadinya pertikaian antaretnis tersebut? Semuanya berawal dari kesombongan, iri hati, dengki, mementingkan diri sendiri, masing-masing menganggap diri paling benar, dan paling berhak. Bila hal-hal ini telah bermuara dalam hati manusia maka dapat dipastikan bahwa di sana akan terjadi kekacauan dan segala macam perbuatan jahat! Ditambah lagi dengan campur tangan pihak luar yang bertopeng orang berhikmat, bukannya mendamaikan tetapi justru memperkeruh suasana. Kita dapat menilai, hikmat seperti apa yang berlaku di tengah-tengah kekacauan itu.
Dalam perikop ini Yakobus memaparkan tentang dua macam hikmat, (1) hikmat yang berasal dari dunia, dan (2) hikmat yang berasal dari Allah. Melalui pemaparan ini, Yakobus mengingatkan bahwa orang yang berhikmat tidak akan mendatangkan kekacauan apalagi menciptakan perselisihan dan pertikaan di tengah-tengah masyarakat. Mereka hidup dalam kedamaian, jauh dari perselisihan, karena masing-masing menjalankan kehidupan sehari- harinya dengan sikap lemah lembut. Sebaliknya, orang- orang yang menyepelekan hikmat Allah dan berpegang pada hikmat dunia adalah orang-orang yang jiwanya dipenuhi kesombongan, iri hati, dengki, bertindak seolah-olah membela kebenaran, tetapi sebenarnya memanipulasi kebenaran! Tidak hanya itu, mereka juga hidup dalam perselisihan, seluruh hidupnya dipenuhi oleh keinginan- keinginan untuk berbuat jahat. Hikmat Allah menuntun seseorang untuk memiliki kemurnian hati, menyadari akan kebaikan-kebaikan Allah dalam hidupnya, menjadi pelaku firman-Nya, dan menjaga hidupnya benar kehendak-Nya.
Renungkan: Mintalah dan milikilah hikmat yang berasal dari Allah. Hikmat-Nya bersifat murni, pendamai, peramah, penurut, dan penuh belaskasihan. Hikmat ini pula yang akan menuntun kita untuk memiliki cara hidup yang baik dan dapat menyatakan perbuatan hikmat yang lahir dari kelemahlembutan. Dengan demikian kita dimampukan menjadi seorang juru damai pembawa kebenaran di dalam lingkungan keluarga, kantor, kampus, dan dimana pun kita berada.
SH: Yak 3:13-18 - Hikmat dalam perbuatan (Senin, 6 Agustus 2007) Hikmat dalam perbuatan
Masa kini, kecerdasan intelektual dianggap tidak cukup. Agar hidup
sukses, orang perlu memiliki kecerdasan emosional dan ...
Hikmat dalam perbuatan
Masa kini, kecerdasan intelektual dianggap tidak cukup. Agar hidup sukses, orang perlu memiliki kecerdasan emosional dan spiritual. Mungkin yang dimaksud dengan kecerdasan emosional atau spiritual itu ada kesamaan dengan hikmat. Namun, menganggap diri sudah berhikmat pun tidak menjamin bahwa kita memiliki hikmat surgawi.
Perbedaan hikmat surgawi dan hikmat duniawi terletak pada sumber dan hasilnya (band. Mat. 7:17-18). Perbedaan sumber mengakibatkan perbedaan motivasi. Motivasi hikmat surgawi adalah kelemahlembutan (13). Motivasi hikmat duniawi adalah iri hati, mementingkan diri, memegahkan diri dan dusta melawan kebenaran (14). Hikmat duniawi berasal dari nafsu manusia dan setan-setan (15). Dampaknya adalah kekacauan dan segala perbuatan jahat. Sedangkan hikmat surgawi ditandai dengan kemurnian hati, yang terdiri dari tujuh sifat dan perbuatan, yaitu pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik (17). Ada kemungkinan angka tujuh dipakai Yakobus untuk melambangkan sifat yang menciptakan kesempurnaan. Hikmat surgawi bersumber dari Tuhan Yesus sebagai Kebenaran (18; Yoh. 14:6), dampaknya adalah damai bagi mereka yang mengadakan damai (18).
Dari penjelasan di atas, tidak sukar untuk menilai apakah perbuatan seseorang berasal dari hikmat Allah atau hikmat duniawi. Banyak pribadi atau keluarga berantakan disebabkan tindakan yang tidak berdasarkan hikmat surgawi, misalnya mementingkan diri sendiri. Kendati demikian tidak sedikit orang Kristen yang meremehkan dosa seperti 'mementingkan diri sendiri' sebagai hal sepele. Padahal bila melihat dampak yang ditimbulkannya, yakni kekacauan dan segala perbuatan jahat, sudah seharusnya orang Kristen menjauhi dosa ini. Oleh karena itu, bila orang ingin dipenuhi damai surgawi, perbuatannya pun harus berasal dari hikmat surgawi, yakni hikmat yang bersumber dari karya pembaruan Tuhan Yesus dan teladan hidup-Nya.
SH: Yak 3:13-18 - Ketakutan Pembawa Kekacauan (Rabu, 18 Agustus 2021) Ketakutan Pembawa Kekacauan
Kehidupan anak-anak Allah yang berhikmat ditunjukkan dengan cara hidup yang baik (13). Mereka suka damai, lembut, penurut...
Ketakutan Pembawa Kekacauan
Kehidupan anak-anak Allah yang berhikmat ditunjukkan dengan cara hidup yang baik (13). Mereka suka damai, lembut, penurut, penuh belas kasihan, menghasilkan buah-buah yang baik, tidak memihak, dan tidak munafik (17). Buah kebenaran pun diberikan kepada mereka yang mengadakan damai (18).
Kondisi jemaat Kristen dalam surat Yakobus sedang dalam keadaan miskin dan teraniaya. Mereka sulit mencukupi kebutuhan dasarnya. Ketika kebutuhan dasar sulit diperoleh, maka kesulitan itu menjadi ujian bagi jemaat.
Ketakutan karena kurang tercukupi kebutuhan fisiknya bisa mengakibatkan seseorang menjadi egois. Bahkan, ada yang berani melakukan kejahatan dan kekacauan. Ketakutan tidak hanya dialami oleh orang miskin. Orang kaya pun bisa merasa ketakutan apabila terlalu mengandalkan harta miliknya. Oleh sebab itu, manusia menggunakan berbagai strategi licik untuk mendapatkan keuntungan bagi dirinya sendiri.
Tak jarang terjadi, relasi yang terlihat baik di dalam komunitas orang percaya ternyata dilandasi kemunafikan. Keramahtamahan dan kedamaian semu dijalani demi meraup keuntungan finansial. Namun, ketika topeng kemunafikan dibuka, terjadilah luka. Selanjutnya, relasi antara saudara seiman menjadi rusak sehingga timbul kekacauan.
Kontras dengan kondisi di atas, manusia yang berhikmat digerakkan oleh hati yang lemah lembut. Kelemahlembutan menunjukkan sebuah sikap hati, yaitu hati yang penuh dengan kasih Allah. Sikap itu akan membuat diri orang memahami bahwa Allah berdaulat dan memeliharanya. Di sinilah kasih Allah menghilangkan ketakutan.
Orang yang dipenuhi kasih ilahi berfokus mengerjakan kasih kepada sesamanya. Ia menjadi pribadi yang tulus dan berbelas kasihan. Ia mengejar kedamaian sejati. Ia berani berbagi waktu, tenaga, dan harta kepada sesama meski berada di tengah situasi yang sulit. Kebaikan-kebaikannya bukan politis, bukan pula penuh taktik untuk mendapatkan keuntungan. Ia membangun relasi berdasarkan kasih dan kepedulian.
Kesimpulannya: Marilah kita bawa seluruh ketakutan material kita kepada Tuhan. [MKG]
Galilah -> Yak 3:17-18
Galilah: Yak 3:17-18 - Ciri khas Hikmat dari Allah Yakobus 3:17-18 Sub Tema: Ciri khas Hikmat dari Allah
Tetapi hikmat yang dari Atas adalah pertama-tama suci, selanjutnya pendamai, lemah lembut, dap...
Yakobus 3:17-18 Sub Tema: Ciri khas Hikmat dari Allah
Tetapi hikmat yang dari Atas adalah pertama-tama suci, selanjutnya pendamai, lemah lembut, dapat menerima masukan, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik. Dan tuaian kebenaran ditaburkan dalam damai oleh mereka yang mengadakan damai
ay. 17 Pertama-tama – Yakobus tidak hanya memaksudkan bahwa kesucian ini adalah hal yang pertama dalam daftar urutan, melainkan bahwa kesucian/kekudusan adalah tanda utama untuk kita perhatikan kalau ingin tahu apakah hikmat orang memang berasal dari Allah. (Lihat Yes 6:3, Wah 4:8, Mat 5:8 dan jangan kita lupa Yak 1:13) Sebenarnya kalau kita melihat daftaran ini, semua sifat dari hikmat ini terdapat di dalam diri Kristus, kecuali dapat menerima masukan, karena memang Dia tidak perlu.
Suci – Kata hagnos kalau bicara mengenai barang, berarti murni, dan kalau bicara mengenai orang, berarti tak bercacat, yaitu ada unsur moral. Jadi mungkin di sini lebih baik diterjemahkan suci, atau tak bercacat karena dipakai dalam bidang moral.195
Pendamai– Orang ini digambarkan di ay. 18, tetapi jelas bahwa sifat ini diberkati (Mat 5:9) dan juga meneladani Kristus (Yes 9:6).
Lemah-lembut – Kata epieikes berarti lemah-lembut dengan unsur sabar terhadap orang. Orang kadang-kadang menganggap bahwa orang seperti ini adalah lemah, tetapi memang tidak begitu, karena kata epieikes membawa arti kelemahlembutan dari yang berkuasa atau berposisi tinggi.196 Jadi kita lihat kata ini dipakai untuk menggambarkan sikap Kristus (2 Kor 10:1) dan menarik juga bahwa itu dipakai untuk menggambarkan sikap orang percaya, yang, walaupun bisa bersikap kasar, atau saling melukai, dianjurkan untuk bertindak dengan lemah-lembut.
Dapat menerima masukan – Kata eupethes berarti pemimpin ini tidak keras kepala, melainkan bisa diyakinkan, bisa menerima pendapat orang lain dan siap berubah.197 Sikap ini menjadi tanda apakah dia melayani Allah atau dirinya sendiri. Itu juga tanda kerendahan hati. Menarik melihat sikap ini pada Paulus. Dia sering menerima masukan, bahkan dari orang yang baru percaya. (Kis 9:30, 11:25, 15:2-3, 16:39-40, dll.)
Penuh belas kasihan – Orang ini digerakkan oleh belas kasihan, sehingga dia menunjukkannya kepada orang lain. Yakobus sering bicarakan hal ini. (Yak 2:8, 13, 14-16). Lihat juga Mat 9:36, 14:14, 15:32, 20:34, dll.
Buah-buah yang baik – Menyangkut kesalehan secara umum (Fili 1:10-11). Sepertinya Yakobus ingin katakan “dan lain-lain”, jadi frase ini berbicara secara umum saja.
Tidak memihak – Dalam kata lain, dia tidak membedakan. Kita melihat satu contoh di Yak 2:1-7, tetapi orang ini mempunyai sikap yang sama terhadap semua orang. Menarik bahwa Paulus melarang Timotius memihak kalau ada seorang penatua yang perlu ditegur di muka umum. (1 Tim 5:17-21)
Tidak munafik – Kata ini berarti tulus dan tidak berpura-pura.
ay. 18 Tuaian – Kata karpos berarti buah, tetapi juga sering diterjemahkan tuaian, jadi lebih baik tuaian di sini karena dalam konteks penaburan.198
Kebenaran – Kata dikaiosyne berarti kebenarandalam artisaleh.
Ayat ini sedikit sulit diterjemahkan dengan jelas, tetapi kalau kita melihat penuai, penuaian dan tuaian, lebih mudah ditangkap maksudnya. Ada dua kemungkinan:
- (1)Kalau menyangkut pemimpin:
- Penuai adalah pemimpin yang mengadakan damai, bukan seperti orang yang digambarkan di 14-16.
- Penuaian adalah pemberitaan Firman, yang dilakukan dalam suasana damai, yaitu kebalikan dari apa yang dilihat di 14-16.
- Tuaian adalah kesalehan di jemaat, yaitu kebalikan dari hasil di ay. 16.
Jadi maksudnya begini: Kalau pelayan di gereja adalah orang yang penuh dengan hikmat dari atas, jemaat tidak terganggu oleh kemunafikan, sehingga mereka bebas mendengarkan Firman yang disampaikan dengan dorongan murni. Kalau begitu, jemaat pasti menjadi makin lama, makin saleh dan dewasa.
- (2)Kalau menyangkut jemaat:
- Penuaiadalah orang percaya yang mengadakan damai di jemaat.
- Penuaian adalah benih-benih damai yang dia taburkan di jemaat.
- Tuaian adalah kesalehan yang menjadi hasil dari pendamaian itu.
Jadi maksudnya sedikit mirip tetapi fokusnya lain. Kesimpulan dari kedua-duanya adalah kesalehan paling banyak bertumbuh dalam suasana damai.
- Pikirkan ciri-ciri khas dari hikmat di ay. 17, satu per satu. Apakah kalau melihat ke belakang, saudara bisa melihat pertumbuhan dalam hal-hal tersebut? Biasa kalau ada orang lebih kuat dalam satu, atau dua sifat dibandingkan dengan yang lain. Menolong juga kalau ada teman yang bisa membantu kita dalam penilaian ini, supaya kita bisa saling mengikis dan menguatkan. Sering kali manusia kurang seimbang, sehingga menganggap diri terlalu buruk, atau terlalu baik. Seorang teman bisa menolong kita dalam hal ini.
- Ingat bahwa kunci dari pertumbuhan ini adalah hati yang terbuka pada pembentukan dari Allah. Mau dibentuk? Mohon supaya Dia terus membentuk karakter saudara. (Maz 139:23-24)
- Kalau ada yang rasa hancur karena ternyata mereka tidak mempunyai sifat-sifat tersebut, puji Tuhan bahwa Dia membuka hati mereka mengerti hal ini! Jelaskan bahwa mereka perlu mengaku jujur kepada Allah, yang siap mengorbankan Anak-Nya bagi dosa itu dan rindu mengampuni mereka. Lalu tunjukkan jalan pengudusan kepada mereka, seperti yang terdapat di Efesus 4:17-32 dan Kolose 3:1-17. Harus jelas bahwa pengampunan adalah cuma-cuma dan proses pengudusan menyangkut kondisi kita dan bukan posisi. (Lihat hal ini di pembahasan di halaman 8.)
- Kalau ternyata mereka belum mengerti Injil, sediakan kesempatan untuk mereka belajar.
- Gambaran mana yang paling jelas menggambarkan gereja saudara: ay. 16 atau ay. 18?
Topik Teologia -> Yak 3:17
Topik Teologia: Yak 3:17 - -- Allah yang Berpribadi
Atribut-Atribut Allah
Umat Manusia Pada Umumnya
Manusia Diciptakan sebagai Makhluk Moral
Manusia Mengekspres...
- Allah yang Berpribadi
- Atribut-Atribut Allah
- Umat Manusia Pada Umumnya
- Manusia Diciptakan sebagai Makhluk Moral
- Manusia Mengekspresikan Moral Kasih Sayang
- Mereka Mengekspresikan Kelemahlembutan
- Pengudusan
- Pengudusan: Sasaran dan Hambatan
- Sasaran Pengudusan
- Kehidupan yang Penuh Perbuatan-perbuatan Baik
- Kehidupan yang Penuh Perbuatan Baik Telah Diperintahkan
- Yakobus Memerintahkan untuk Hidup Berbuat Kebaikan
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Hidup dalam Damai dengan Sesama
- Hikmat
- Mat 37:30; Rom 16:19 1Ko 3:18 Efe 5:15 Yak 3:13-17
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Yakobus (Pendahuluan Kitab) Penulis : Yakobus
Tema : Iman yang Berhasil Guna
Tanggal Penulisan: Tahun 45-49 M
Latar Belakang
Surat ini tergolong "surat-su...
Penulis : Yakobus
Tema : Iman yang Berhasil Guna
Tanggal Penulisan: Tahun 45-49 M
Latar Belakang
Surat ini tergolong "surat-surat umum" karena pada mulanya dialamatkan kepada suatu sidang pembaca yang lebih luas daripada jemaat lokal. Salam "kepada kedua belas suku di perantauan" (Yak 1:1), dan juga petunjuk-petunjuk lainnya (Yak 2:19,21) menunjukkan bahwa surat ini pada mulanya ditulis kepada orang Kristen Yahudi yang tinggal di luar Palestina. Mungkin para penerima surat ini termasuk orang-orang pertama yang bertobat di Jerusalem dan, setelah Stefanus mati syahid terserak oleh penganiayaan (Kis 8:1) sejauh Fenisia, Siprus, Antiokhia dan lebih jauh lagi (Kis 11:19). Hal ini menerangkan
- (1) mengapa pembukaan surat ini menekankan hal menanggung dengan sukacita pencobaan yang menguji iman dan menuntut ketabahan (Yak 1:2-12),
- (2) pengetahuan pribadi Yakobus tentang orang percaya yang "terserak" itu, dan
- (3) nada yang berwibawa dari surat ini. Sebagai pemimpin gereja di Yerusalem, Yakobus sedang menulis surat kepada domba-dombanya yang berserakan.
Terkenalnya pengarang ditunjukkan oleh cara ia menyebut dirinya, yaitu hanya "Yakobus" (Yak 1:1). Yakobus, saudara tiri Yesus dan pemimpin gereja di Yerusalem, pada umumnya dipandang sebagai penulis surat ini. Pidatonya dalam sidang di Yerusalem (Kis 15:13-21) dan gambaran mengenai dirinya di bagian lain dalam PB (mis. Kis 12:17; Kis 21:18; Gal 1:19; Gal 2:9,12; 1Kor 15:7) sangat cocok dengan apa yang diketahui mengenai penulis surat ini. Sangat mungkin Yakobus menulis surat ini pada dasawarsa 40-an. Tanggal yang agak dini untuk penulisan surat ini ditunjukkan oleh berbagai faktor, seperti kenyataan bahwa Yakobus menyebutkan istilah Yunani synagoge untuk menunjuk tempat pertemuan orang Kristen (Yak 2:2). Menurut keterangan sejarawan Yahudi, Yosefus, Yakobus, saudara tiri Tuhan mati syahid di Yerusalem tahun 62 M.
Tujuan
Yakobus menulis
- (1) untuk membangun semangat orang percaya Yahudi yang sedang menderita berbagai pencobaan yang menguji iman mereka,
- (2) untuk memperbaiki berbagai pengertian yang salah mengenai sifat iman yang menyelamatkan, dan
- (3) untuk menasihatkan dan membina pembacanya mengenai hasil-hasil praktis iman mereka dalam hidup yang benar dan perbuatan yang baik.
Survai
Surat ini membahas serangkaian pokok yang cukup beragam berkaitan dengan menjalankan kehidupan Kristen yang sejati. Yakobus mendorong orang percaya untuk menanggung pencobaan dengan sukacita dan menarik manfaat daripadanya (Yak 1:2-11); melawan godaan (Yak 1:12-18); menjadi pelaku Firman dan bukan hanya pendengar (Yak 1:19-27); serta menunjukkan iman yang aktif dan bukan pengakuan yang kosong (Yak 2:14-26). Yakobus dengan sungguh-sungguh mengingatkan tentang berdosanya lidah yang sukar dikendalikan (Yak 3:1-12; Yak 4:11-12), hikmat duniawi (Yak 3:13-16), kelakuan berdosa (Yak 4:1-10), kehidupan yang congkak (Yak 4:13-17) dan kekayaan yang mementingkan diri sendiri (Yak 5:1-6). Yakobus menutup dengan menekankan kesabaran, doa, dan memulihkan mereka yang sudah mundur (Yak 5:7-20).
Sepanjang kelima pasal ini, hubungan di antara iman yang benar dan kehidupan yang saleh ditekankan. Iman yang sejati adalah: - iman yang teruji (Yak 1:2-16), - aktif (Yak 1:19-27), - mengasihi sesama seperti dirinya sendiri (Yak 2:1-13), - menyatakan diri dalam perbuatan baik (Yak 2:14-26), - menguasai lidah dengan benar (Yak 3:1-12), - mencari hikmat Allah (Yak 3:13-18), - tunduk kepada Allah selaku hakim yang adil (Yak 4:1-12), - mempercayai Allah dalam kehidupan sehari-hari (Yak 4:13-17), - tidak mementingkan diri atau memuaskan keinginan sendiri (Yak 5:1-6), - sabar dalam penderitaan (Yak 5:7-12), dan - tekun dalam doa (Yak 5:13-20).
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai surat ini.
- (1) Surat ini kemungkinan besar merupakan kitab PB yang pertama-tama ditulis.
- (2) Walaupun hanya dua kali menyebut nama Kristus, surat ini lebih banyak berisi kenangan akan ajaran Yesus, termasuk setidak-tidaknya 15 petunjuk kepada Khotbah di Bukit, lebih dari semua surat PB tergabung.
- (3) Dari 108 ayatnya, lebih daripada separuhnya adalah perintah.
- (4) Dalam banyak hal, surat ini merupakan Amsal PB karena
- (a) penuh dengan hikmat ilahi dan instruksi praktis untuk menjalankan kehidupan Kristen yang sejati dan
- (b) ditulis dengan gaya penulisan yang tegas dan tepat, dengan perintah yang singkat dan analogi yang hidup.
- (5) Yakobus adalah pengamat cermat tentang cara bekerjanya alam dan tabiat manusia berdosa. Dia sering kali menarik pelajaran dari alam untuk menyingkapkan tabiat manusia berdosa (mis. Yak 3:1-12).
- (6) Surat ini lebih menekankan hubungan di antara iman dengan perbuatan daripada kitab PB lainnya (khususnya: Yak 2:14-16).
- (7) Yakobus sering kali disebut sebagai Amos PB, karena dia dengan bersemangat membahas persoalan ketidakadilan dan ketidaksetaraan sosial.
Full Life: Yakobus (Garis Besar) Garis Besar
Salam Kristen
(Yak 1:1)
I. Menghadapi Pencobaan dan Menarik Manfaatnya
(Yak 1:2-18)
A. Menerimanya Se...
Garis Besar
- Salam Kristen
(Yak 1:1) - I. Menghadapi Pencobaan dan Menarik Manfaatnya
(Yak 1:2-18) - A. Menerimanya Sebagai Sarana Pertumbuhan
(Yak 1:2-4) - B. Memohon Hikmat untuk Mengatasinya
(Yak 1:5-8) - C. Bersukacita Dalam Tindakan Penyamarataannya
(Yak 1:9-12) - D. Mengetahui Bedanya Pengujian dan Pencobaan
(Yak 1:13-18) - II. Mendengarkan Firman Allah dan Melakukannya
(Yak 1:19-27) - III.Tidak Pilih Kasih dan Menunjukkannya
(Yak 2:1-13) - IV. Mengaku Beriman dan Membuktikannya
(Yak 2:14-26) - V. Menyadari Jebakan-Jebakan dan Mengelakkannya
(Yak 3:1-5:6) - A. Lidah yang Sukar Dikendalikan
(Yak 3:1-12) - B. Hikmat yang Tidak Rohani
(Yak 3:13-18) - C. Kelakuan Berdosa
(Yak 4:1-10) - D. Memfitnah Saudara Seiman
(Yak 4:11-12) - E. Hidup dengan Congkak
(Yak 4:13-17) - F. Kekayaan yang Mementingkan Diri Sendiri
(Yak 5:1-6) - VI. Kebajikan dan Kehidupan Kristen
(Yak 5:7-20) - A. Kesabaran dan Ketekunan
(Yak 5:7-11) - B. Kejujuran yang Polos
(Yak 5:12) - C. Doa Tak Berkeputusan untuk Orang Sakit
(Yak 5:13-18) - D. Memulihkan yang Terhilang
(Yak 5:19-20)
Matthew Henry: Yakobus (Pendahuluan Kitab)
Penulis surat ini bukan Yakobus anak Zebedeus, karena ia dihukum mati oleh Herodes (Kis. 12) sebelum Kekristenan cukup berhasil ditanamkan di antar...
- Penulis surat ini bukan Yakobus anak Zebedeus, karena ia dihukum mati oleh Herodes (Kis. 12) sebelum Kekristenan cukup berhasil ditanamkan di antara orang-orang Yahudi yang ada di perantauan, seperti yang tersirat di sini. Tetapi dia adalah Yakobus lain, anak Alfeus, yang merupakan saudara sepupu Kristus, dan salah seorang dari kedua belas rasul (Mat. 10:3). Ia disebut sebagai sokoguru jemaat (Gal. 2:9), dan surat ini adalah tulisannya tidak dapat dibantah, tanpa melonggarkan satu batu dasar dalam bangunan jemaat. Surat ini disebut sebagai surat umum, karena (seperti menurut sebagian orang) tidak ditujukan kepada seseorang atau jemaat tertentu, tetapi merupakan semacam surat yang kita sebut sebagai surat edaran. Sebagian orang lain lagi berpendapat bahwa surat itu disebut umum, atau am, untuk membedakannya dari surat-surat Ignatius, Barnabas, Polikarpus dan lain-lain yang dikenal orang pada zaman mula-mula, tetapi yang pada umumnya tidak diterima di dalam jemaat. Karena alasan itu, surat-surat tersebut tidak termasuk kanon Kitab Suci, seperti surat ini. Eusebius (sejarawan gereja abad ketiga – pen.) mengatakan bahwa surat ini “pada umumnya dibacakan di dalam jemaat-jemaat bersama surat-surat am yang lain” (Eccles. hlm. 53. Ed. Val. 1678). Yakobus, penulis kita, disebut orang benar, karena kesalehannya yang tinggi. Ia merupakan contoh terkemuka dari karunia-karunia yang ditekankannya kepada orang lain. Ia begitu sangat disegani karena keadilannya, kebersahajaannya, dan pengabdiannya sehingga Yosefus, seorang sejarawan Yahudi, mencatat sebagai salah satu penyebab kehancuran Yerusalem “bahwa Rasul Yakobus menjadi martir di sana.” Hal ini disebutkan dengan harapan bahwa kita akan memberikan perhatian lebih besar pada apa yang ditulis oleh orang yang begitu suci dan luhur ini. Waktu penulisan surat ini tidaklah pasti. Maksud dan tujuannya adalah untuk menegur orang-orang Kristen atas kemerosotan mereka yang besar baik dalam iman maupun perilaku, dan untuk mencegah penyebaran ajaran-ajaran yang menolak agama, yang mengancam kehancuran segala tindakan kesalehan. Juga menjadi niat khusus dari penulis surat ini untuk menggugah bangsa Yahudi supaya sadar akan kedahsyatan dan sudah mendekatnya penghakiman-penghakiman yang akan menimpa mereka. Serta untuk mendukung semua orang Kristen yang sungguh-sungguh di jalan kewajiban mereka, di bawah segala malapetaka dan penganiayaan yang mungkin akan mereka jumpai. Kebenaran-Kebenaran yang dipaparkan di sini sangatlah penting, dan perlu dijaga. Dan pedoman-pedoman untuk bertindak, seperti yang dinyatakan di sini, adalah sedemikian rupa sehingga harus dijalankan di zaman kita seperti juga di zaman-zaman sebelumnya.
Galilah: Yakobus (Garis Besar)
Bibliografi
Bird, Anthony. Practice Makes Perfect, Publishing with a mission, 2009.
Davids, P. H. The Epistle of James: a commentary on the Gree...
Bibliografi
Bird, Anthony. Practice Makes Perfect, Publishing with a mission, 2009.
Davids, P. H. The Epistle of James: a commentary on the Greek text, Grand Rapids, MI: Eerdmans. 1982.
Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Analytical lexicon of the Greek New Testament. Grand Rapids, MI: Baker Books. 2000.
Kittel, G., Friedrich, G., & Bromiley, G. W. Theological Dictionary of the New Testament. Grand Rapids, MI: W.B. Eerdmans. 1985.
Loh, I.-J., & Hatton, H. A handbook on the Letter from James. New York: United Bible Societies. 1997.
Luther’s Works, Jil. 35, Word and Sacrament I (Philadelphia: Fortress, 1960)
MacArthur, John. The MacArthur Study Bible, Word, Nashville, 1997.
Moo, D. J. The letter of James. Pillar Commentary Series. Grand Rapids, MI; Leicester, England: Eerdmans; Apollos. 2000.
Moo, D. J. James: An Introduction and Commentary. (Tyndale) Downers Grove, IL: InterVarsity Press. 1985.
Newman Jr. Barclay M. Kamus Yunani – Indonesia Untuk Perjanjian Baru, Gunung Mulia, Jakarta. 2012.
Osborne, Grant. James, ESV Study Bible, Crossway Bibles, Wheaton Illinois, 2008.
Richardson, Jr. Kurt A. New American Standard Commentary Jil 36, James, Broadman Press Nashville, Tennessee. 1997.
Robertson. A. T. Word Pictures of the New Testament, Broadman Press, Nashville, 1930.
Tasker, R. V. G. James, Tyndale New Testament Commentaries, IVP, Leicester. 1983.
Wenham, J. W. The Elements of New Testament Greek, Cambridge University Press, Cambridge. 1965.
Zodhiates, Spiros. Th.D. The Complete Word Study Dictionary New Testament, AMG, 1993.
Apendiks
Pentingnya Bahasa Yunani
Sebagai bahasa sumber dari Perjanjian Baru, Bahasa Yunani penting dimengerti bagi seseorang yang ingin menangani Firman Tuhan dengan baik. Tidak berarti kita harus menjadi mampu membaca bahasa ini, tetapi sangat membantu kalau kita mengerti arti kata-kata dan juga tata bahasa yang menentukan arti dari kalimat, paragraf dan wacana. Bahasa ini bukan bahasa ajaib, atau luar biasa – Itu hanya bahasa – Jadi kita tidak mencari pengetahuan yang tersembunyi, melainkan hanya pengertian akan fungsinya bahasa ini dalam kaitannya dengan terjemahan-terjemahan yang ada pada kita. Diusulkan supaya Anda jarang membacakan kata Yunani dalam khotbah/pengajaran, kecuali menolong pengertian orang.
Ejaan yang Digunakan di Tafsiran ini
Huruf-huruf Yunani tidak selalu ada yang mirip dalam Bahasa Indonesia, sehingga ejaan yang dipakai di tafsiran ini berfokus pada ucapan yang mirip, bukan pada kesempurnaan. Jadi huruf η dan ε menjadi e saja dan huruf ο dan ω menjadi o saja. Huruf χ dieja kh dan tafsiran ini mengikuti kebiasaan modern untuk mengeja υ sebagai y, seperti dalam kata hyper, kecuali dipakai bersama huruf vokal lain.
Istilah- istilah tata bahasa ini terdapat di Kamus Yunani – Indonesia Untuk Perjanjian Baru.301 Biasanya ada penjelasan singkat sesudah istilah disebut, tetapi kalau saudara mau melihat logika yang mendasarinya, lihatlah lagi penjelasan berikut.
Person/Orang
Bahasa Yunani adalah bahasa yang sangat spesifik tentang pembicara dan pendengar – Ada dijelaskan juga gender daripada orang.
Singular/Tunggal
- 1. Aku/Saya
- 2. Kau/Kamu/Anda
- 3. Dia
Plural/Jamak
- 1. Kita/Kami
- 2. Kalian
- 3. Mereka
Tens
Tens menyangkut waktu dan sifat daripada kegiatan/peristiwa.
Past/Masa Lalu – Ada empat macam yang biasanya dipakai:
Aoris = Masa lalu yang sederhana yang menekankan apa yang terjadi. Mis: Kemarin dia belajar.
Imperfek = Menjelaskan sesuatu yang terus-menerus, atau sedang terjadi di masa lalu. Mis: Kemarin, sementara dia sedang belajar…
Perfek (Sempurna) = Menjelaskan peristiwa yang sudah terjadi dan sudah selesai/berhasil dengan juga menyangkut apa akibat/dampak daripada peristiwa tersebut. Mis.: Dia sudah belajar (yaitu, sudah punya kualifikasi untuk melakukan pekerjaannya)
Pluperfek = Hampir sama dengan Perfek, tetapi akibat/dampak kurang pasti.
Present/Masa Kini = Sesuatu yang terus-menerus terjadi di masa kini. Mis: Dia sedang belajar.
Future/Masa Depan = Sesuatu yang terjadi di masa depan. Mis: Dia akan/mau belajar.
Suara
Suara Menjelaskan siapa/apa yang berlaku.
Aktif = Fokus ada pada pelaku. Mis: Saya mengasihi Yesus.
Pasif = Fokus ada pada penerima/penderita. Mis: Saya dikasihi oleh Yesus.
Medium = Suara ini mirip yang Aktif tetapi lebih menekankan kelakuan pelaku. Mis: Saya yang selalu mencuci piring!
Modus
Modus menjelaskan sifat daripada kata kerja.
Indikatif menyampaikan fakta-fakta dan apa yang akan terjadi. Mis: Saya akan makan.
Imperatif adalah perintah atau permintaan. Mis: Makan!
Subjunktif menyampaikan kemauan yang kemungkinan besar akan terjadi. Sering dipakai dengan kata hina(supaya) menyatakan tujuan. Mis: Saya memasak supaya kamu bisamakan.
Optatif (Jarang dipakai) sangat mirip Subjunktif tetapi lebih diragu-ragukan. Sering digunakan dalam pemberkatan. Mis: Saya berdoa, kiranya kamu bisa makan.
Infinitif adalah kata kerja yang bersifat seperti kata benda dan bicara secara umum saja. Mis: Makan, itu baik.
Partisip
Partisip adalah kata kerja yang bersifat kata sifat benda, yaitu nomor, gender dan kasus (tidak dijelaskan di sini) sama dengan subyeknya. Pada dasarnya Partisip adalah kata kerja dan bisa diterjemahkan demikian.
Artikel
Artikel tidak ada dalam Bahasa Indonesia, tetapi artinya mirip dengan ini/itu, di mana sesuatu yang tertentu dimaksudkan. Misalnya di Kis 2 disebut dua kali bahwa orang percaya memecahkan roti, tetapi yang di ayat 42 mempunyai artikel, yang menandai pemecahan roti yang tertentu (perjamuan kudus) dan yang di ayat 46, tanpa artikel, bicara secara umum saja (makan bersama di rumah). Ada banyak contoh lain, jadi hal ini cukup penting dimengerti.
Berikut ada beberapa kombinasi tens, modus, suara yang dipakai di Perjanjian Baru.
Present Aktif Indikatif
Mis: Dia sedang menulis surat.
Present Medium Indikatif
Mis: Dia yang menulis surat itu.
Present Aktif Partisip
Mis: Dia sedang menulis…
Present Pasif Indikatif
Mis: Surat itu sedang ditulis.
Present Aktif Subjunktif
Mis: Dia memberi kertas supaya kamu boleh menulis surat. (Menyangkut harapan)
Aoris Aktif Indikatif
Mis: Tadi dia menulis surat
Perfek Aktif Indikatif
Mis: Dia sudah menulis surat itu. (Dengan berfokus pada dampak daripada kegiatan itu)
Imperfek Aktif Indikatif
Mis: Kemarin, ketika dia sedang menulis surat…
Aoris Pasif Indikatif
Mis: Itu sudah ditulis
Perfek Pasif Indikatif
Mis: Ada tertulis… (Dengan berfokus pada dampak daripada kegiatan itu)
Present Aktif Imperatif
Mis: Tolong tuliskan terus surat-surat itu. (kebiasaan yang diharapkan)
Aoris Aktif Imperatif
Mis: Tulis surat itu! (Kegiatannya penting, atau urgen)
Footnote
1 1. Luther’s Works, Jil. 35, Word and Sacrament I (Philadelphia: Fortress, 1960), Hal. 395–397.
2 Grant Osborne, James, ESV Study Bible, Crossway Bibles, Wheaton Illinois, 2008. Hal. 2387.
3 Aoris Imperatif.
4 Lihat contoh di Yak 2:1-7.
5 Contoh di 4:4, yang diterjemahkan “hai orang-orang yang tidak setia” oleh TB, secara literal berbunyi “Pezina!”
6 Loh, I.-J., & Hatton, H. A handbook on the Letter from James. New York: United Bible Societies. 1997. Hal 79.
7 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Analytical lexicon of the Greek New Testament. Grand Rapids, MI: Baker Books. 2000, Jil 4, Hal. 406.
8 Friberg, Friberg, dan Miller. Jil 4, Hal. 188.
9 Aoris Medium Imperatif
10 A. T. Robertson. Word Pictures of the New Testament, Broadman Press, Nashville, 1930. Lihat penelitian di 1:2.
11 Kurt A. Richardson, Jr. New American Standard Commentary Jil 36, James, Broadman Press Nashville, Tennessee. 1997. Hal. 58.
12 Friberg, Friberg, dan Miller. Jil 4, Hal. 309.
13 Present Aktif Partisip.
14 Present Medium Indikatif.
15 Friberg, Friberg, dan Miller. Jil 4, Hal. 392.
16 Present Aktif Imperatif.
17 Present Aktif Subjunktif.
18 Loh dan Hatton, Hal. 14.
19 Present Pasif Indikatif.
20 Loh dan Hatton, Hal. 15.
21 Friberg, Friberg, dan Miller. Jil 4, Hal. 352.
22 Present Aktif Imperatif.
23 Present Aktif Partisip.
24 Ibid, Hal. 282.
25 Present Aktif Partisip.
26 Future Pasif Indikatif.
27 Present Aktif Imperative.
28 Present Medium Partisip.
29 Perfek Aktif Indikatif.
30 Moo, D. J. The letter of James. Grand Rapids, MI; Leicester, England: Eerdmans; Apollos. 2000. (Pillar) Hal. 62.
31 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 279.
32 Present Medium Imperatif.
33 Osborne, Hal. 2391.
34 Richardson, Hal. 68-69.
35 Robertson, penjelasan di 1:6.
36 Loh dan Hatton, Hal. 19-20.
37 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 374.
38 Present Medium Imperatif.
39 Richardson, Hal. 73.
40 Future Medium Indikatif.
41 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 323.
42 Ibid. Hal. 253.
43 Ibid. Hal. 252.
44 Present Aktif Indikatif.
45 Ibid, Hal. 119.
46 Ibid, Hal. 356.
47 John MacArthur, The MacArthur Study Bible, Word, Nashville, 1997. Hal. 1927.
48 Present Aktif Partisip.
49 Present Aktif Imperatif.
50 Present Aktif Indikatif.
51 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 164.
52 Tasker, R. V. G. James, Tyndale New Testament Commentaries, IVP, Leicester. 1983. Hal. 46.
53 Present Pasif Indikatif.
54 Robertson. Lihat penelitian di 1:14.
55 Richardson, Hal. 83.
56 Present Pasif Imperatif.
57 MacArthur, Hal. 1927.
58 Present Aktif Indikatif
59 Present Aktif Partisip.
60 Loh dan Hatton. Hal. 36.
61 Osborne, Hal. 2392.
62 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 93.
63 Aoris Pasif Partisip.
64 Ibid, Hal. 68.
65 Kasus Datif sering menyangkut obyek tidak langsung dan penggunaan di ayat 18 disebut sebagai instrumental, yaitu menyangkut sarana. Wenham, J. W. The Elements of New Testament Greek, Cambridge University Press, Cambridge. 1965. Hal. 46.
66 Lihat Moo, di tafsiran Pillar, Davids, di tafsiran NIGT dan Richardson di tafsiran NAC. Ketiga tafsiran ini sangat berbobot.
67 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 277.
68 Perfek Aktif Imperatif.
69 Present Aktif Imperatif.
70 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 171.
71 Present Medium Indikatif.
72 Moo (Pillar), Hal. 83-84.
73 Aoris Medium Partisip. Attendant Circumstance Participle.
74 Suara Medium.
75 Aoris Medium Imperatif.
76 THEOLOGICAL DICTIONARY OF THE NEW TESTAMENTedited by Gerhard Kittel and Gerhard Friedrich translated by Geoffrey W. Bromiley.William B. Eerdmans Publishing Company Grand Rapids. Lihat kata prautes
77 Present Pasif Partisip.
78 Present Medium Imperatif.
79 Present Medium Partisip.
80 Present Aktif Indikatif.
81 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 220.
82 Aoris Aktif Indikatif.
83 Davids, P. H. The Epistle of James: a commentary on the Greek text, Grand Rapids, MI: Eerdmans. 1982. Hal. 98.
84 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 283.
85 Imperfek Aktif Indikatif.
86 Aoris Medium Partisip.
87 Friberg, Friberg dan Miller. Hal. 199.
88 Present Aktif Partisip.
89 Present Aktif Partisip.
90 Ibid. Hal. 254.
91 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 166.
92 Present Aktif Infinitif.
93 Present Aktif Imperatif.
94 Moo, D. J. James: An Introduction and Commentary. (Tyndale) Downers Grove, IL: InterVarsity Press. 1985. Jil. 16, Hal. 91.
95 A. T. Robertson. Lihat penjelasan di 2:2.
96 Present Aktif Indikatif.
97 Richardson, Hal. 109.
98 Aoris Aktif Subjunktif.
99 Moo (Pillar), Hal. 103.
100 Loh dan Hatton, Hal. 61.
101 Ibid, Hal. 61-62.
102 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 343.
103 Ibid, Hal. 162.
104 Loh dan Hatton, Hal. 63.
105 Berdiribersifat Aoris Aktif Imperatif. Tegas!
106 Moo (Pillar), Hal. 103.
107 Davids, Hal. 110.
108 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 110.
109 Aoris Aktif Imperatif.
110 Aoris Medium Indikatif.
111 Aoris Medium Indikatif.
112 Present Aktif Partisip.
113 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 217.
114 Present Aktif Indikatif.
115 Present Aktif Indikatif.
116 Present Aktif Indikatif.
117 Loh dan Hatton. Hal. 71
118 Aoris Pasif Partisip.
119 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 377.
120 Present Aktif Indikatif.
121 Richardson, Hal. 119-120.
122 Present Aktif Indikatif.
123 Present Aktif Indikatif.
124 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 171.
125 Present Medium Indikatif.
126 Ibid, Hal. 142.
127 Present Pasif Partisip.
128 Aoris Aktif Subjunktif.
129 Ibid, Hal. 379.
130 Ibid, Hal. 338.
131 Perfek Aktif Indikatif.
132 Lihat penjelasan di Apendiks
133 Perfek Aktif Indikatif.
134 Present Aktif Imperatif.
135 Present Aktif Partisip.
136 Ditolak (TB), sebenarnya berarti diskualifikasidan menyangkut pelayanan, jadi dia tidak takut masuk neraka, melainkan takut didapati tidak melayani sesuai persyaratan, sehingga dia kehilangan upah.
137 Richardson, Hal. 125.
138 Aoris Aktif Partisip.
139 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 218.
140 Present Medium Indikatif.
141 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 289.
142 Present Aktif Subjunktif.
143 Present Aktif Subjunktif.
144 A. T. Robertson. Lihat penjelasan di 2:14.
145 Present Aktif Subjunktif.
146 Present Medium Imperatif.
147 Present Aktif Subjunktif.
148 Present Aktif Indikatif.
149 Future Aktif Indikatif.
150 Present Aktif Indikatif.
151 Aoris Aktif Imperatif.
152 Future Aktif Indikatif.
153 Moo (Pillar), Hal. 130.
154 Present Aktif Indikatif.
155 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 228.
156 Present Aktif Indikatif.
157 Osborne, Hal. 2394.
158 Present Aktif Indikatif.
159 Imperfek Aktif Indikatif.
160 Ibid, Hal. 2394-2395.
161 Present Aktif Indikatif.
162 Richardson, Hal. 143.
163 Present Medium Imperatif.
164 Robertson. Lihat penjelasan di 3:1.
165 Davids, Hal. 136.
166 Perfek Aktif Partisip.
167 Future Medium Indikatif.
168 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 255-256.
169 Present Aktif Indikatif.
170 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 260.
171 Tasker, Hal. 74-75.
172 Richardson, Hal. 153.
173 Present Aktif Partisip.
174 Present Aktif Partisip.
175 Ibid, Hal 153.
176 Present Pasif Partisip.
177 Moo (Pillar), Hal. 160.
178 Present Aktif Indikatif.
179 Robertson. Penjelasan di 3:11.
180 Robertson, Lihat 3:13.
181 Terjemahan-terjemahan tidak menggunakan istilah yang persis sama, tetapi di LXX memang kata-kata ini yang dipakai.
182 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 353.
183 Ibid, Hal. 167.
184 Aoris Aktif Imperatif.
185 Ibid, Hal. 105.
186 Loh dan Hatton, Hal. 121.
187 Moo, Hal. 170.
188 Present Aktif Indikatif.
189 Davids, Hal. 151.
190 Present Medium Imperatif.
191 Friberg, Friberg dan Miller. Hal. 218.
192 Ibid, Hal. 414.
193 Ibid, Hal. 40.
194 Loh dan Hatton, Hal. 126.
195 Friberg, Friberg dan Miller. Hal. 33.
196 Kittel, Hal. 243.
197 Friberg, Friberg dan Miller. Hal. 180.
198 Ibid, Hal. 215-216.
199 Friberg, Friberg dan Millar, Hal. 321.
200 MacArthur, Hal. 1932.
201 Friberg, Friberg dan Millar, Hal. 189.
202 Present Medium Partisip.
203 Ibid, Hal. 257.
204 Present Aktif Indikatif.
205 Friberg, Friberg dan Millar, Hal. 185.
206 Present Aktif Indikatif.
207 Richardson, Hal. 178.
208 Perfek Aktif Indikatif.
209 Moo (Pillar), Hal. 187.
210 Present Aktif Indikatif.
211 Present Pasif Indikatif.
212 Present Aktif Indikatif.
213 Friberg, Friberg dan Millar, Hal. 166.
214 Moo (Pillar), Hal. 190.
215 Present Aktif Indikatif.
216 Present Medium Indikatif.
217 Kata eleeo yang biasanya diterjemahkan rahmat/belas kasihan. Kharis menyangkut pemberian/anugerah/kasih karunia.
218 Lihat penjelasan di Apendiks
219 Aoris Pasif Imperatif.
220 Friberg, Friberg dan Millar, Hal. 56.
221 Aoris Aktif Imperatif.
222 Ibid, Hal. 398.
223 Future Medium Indikatif.
224 Aoris Aktif Imperatif.
225 Moo, Hal. 193.
226 Tasker, Hal. 93-94
227 Future Aktif Indikatif.
228 Richardson, Hal. 186.
229 Aoris Aktif Imperatif.
230 Aoris Pasif Imperatif.
231 Aoris Pasif Imperatif.
232 Future Aktif Indikatif.
233 Friberg, Friberg dan Millar, Hal. 219.
234 Ibid, Hal. 273.
235 Present Pasif Partisip.
236 Tasker, Hal. 101.
237 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 33-34.
238 Present Aktif Partisip.
239 Lihat penjelasan di Apendiks
240 Present Medium Indikatif.
241 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 42.
242 Present Aktif Indikatif.
243 Perfek Aktif Partisip.
244 Present Aktif Partisip.
245 Aoris Aktif Indikatif.
246 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 280.
247 Present Aktif Partisip.
248 Present Medium Partisip.
249 Loh dan Hatton, Hal. 166-167.
250 Lihat penjelasan di Apendiks
251 Friberg, Friberg dan Millar, Hal. 205.
252 Spiros Zodhiates, Th.D. The CompleteWord StudyDictionaryNew Testament, AMG, 1993. Lihat kata Idou.
253 Friberg, Friberg dan Millar, Hal. 71.
254 Lihat penjelasan di Apendiks
255 Perfek Aktif Indikatif.
256 Richardson, Hal. 211.
257 Friberg, Friberg dan Millar, Hal. 353.
258 Richardson, Hal. 212-213.
259 Robertson. Penjelasan di 5:6.
260 Present Medium Indikatif.
261 Aoris Aktif Imperatif.
262 Richardson, Hal. 218.
263 Present Medium Indikatif.
264 Present Aktif Partisip.
265 Robertson. Lihat penjelasan di 5:7.
266 Aoris Aktif Imperatif.
267 Perfek Aktif Indikatif.
268 Present Aktif Imperatif.
269 Perfek Aktif Indikatif.
270 Aoris Aktif Imperatif.
271 Friberg, Friberg dan Millar, Hal. 213.
272 Ibid, Hal. 252.
273 Ibid, Hal. 322.
274 Aliran pembahasan terdapat di: Anthony Bird, Practice Makes Perfect, Publishing with a mission, 2009. Hal 200.
275 Bird, Hal 202. Lihat juga Robertson, penjelasan di 5:12.
276 Present Aktif Imperatif.
277 Present Aktif Imperatif.
278 Present Aktif Indikatif.
279 Present Medium Imperatif.
280 Present Aktif Imperatif.
281 Osbourne, Hal. 2399.
282 Aoris Medium Imperatif.
283 Aoris Medium Imperatif.
284 Aoris Aktif Partisip.
285 Future Aktif Indikatif.
286 Future Aktif Indikatif.
287 Present Aktif Subjunktif.
288 Perfek Aktif Partisip.
289 Future Pasif Indikatif.
290 Present Medium Imperatif.
291 Friberg, Friberg dan Millar, Hal. 182.
292 Present Medium Imperatif.
293 Ibid, Hal. 201.
294 Aoris Pasif Subjunktif.
295 Present Medium Partisip.
296 Aoris Pasif Subjunktif.
297 Present Aktif Imperatif.
298 MacArthur, Hal. 1935.
299 Lihat penjelasan di Apendiks
300 Richardson, Hal. 198.
301 Barclay M. Newman Jr. Kamus Yunani – Indonesia Untuk Perjanjian Baru, Gunung Mulia, Jakarta. 2012. Hal. Ix-x.