Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Yak 4:1-10
Matthew Henry: Yak 4:1-10 - Asal Mula Sengketa dan Pertengkaran; Melawan Kesombongan; Tunduk kepada Allah
Dalam pasal ini kita diarahkan untuk memperhatikan,
I. Beberapa penyebab pertengkaran, selain yang sudah disebutkan dalam pasal sebelumnya,...
- Dalam pasal ini kita diarahkan untuk memperhatikan,
- I. Beberapa penyebab pertengkaran, selain yang sudah disebutkan dalam pasal sebelumnya, supaya kita waspada terhadapnya (ay. 1-5).
- II. Kita diajar untuk meninggalkan persahabatan dengan dunia ini, sehingga kita berserah diri dan tunduk sepenuhnya kepada Allah (ay. 4-10).
- III. Segala fitnah dan penghakiman yang membabi buta terhadap orang lain harus dihindari dengan cermat (ay. 11-12).
- IV. Kita harus senantiasa memperhatikan, dan sepenuhnya menghormati, keputusan-keputusan tentang apa yang diizinkan terjadi dalam Pemeliharaan ilahi (ay. 13, sampai selesai).
Asal Mula Sengketa dan Pertengkaran; Melawan Kesombongan; Tunduk kepada Allah (4:1-10)
- Pasal sebelumnya berbicara tentang iri hati satu terhadap yang lain sebagai sumber utama dari sengketa dan pertengkaran. Pasal ini berbicara tentang hawa nafsu terhadap hal-hal duniawi, dan terlalu menghargai kesenangan-kesenangan duniawi dan persahabatan dengan dunia, sebagai sesuatu yang membawa perpecahan di antara jemaat menjadi hal yang sangat memalukan.
- I. Rasul Yakobus di sini menegur orang-orang Yahudi Kristen karena pertengkaran mereka, dan karena hawa nafsu mereka sebagai penyebabnya: Dari manakah datangnya sengketa dan pertengkaran di antara kamu? Bukankah datangnya dari hawa nafsumu yang saling berjuang di dalam tubuhmu? (ay. 1). Orang-orang Yahudi itu suka menghasut orang, dan karena itu sering kali menimbulkan pertikaian dengan orang-orang Romawi. Mereka suka sekali berselisih dan memecah belah, sering bertengkar di antara mereka sendiri. Dan banyak dari orang-orang Kristen yang rusak itu, yang kesalahan dan kekejiannya diperingatkan dalam surat kerasulan ini, tampak terseret ke dalam persengketaan bersama ini. Oleh sebab itulah Rasul Yakobus memberi tahu mereka bahwa penyebab dari sengketa dan pertengkaran mereka bukanlah (seperti yang mereka duga) semangat yang benar untuk membela negara dan demi kehormatan Allah, melainkan hawa nafsu mereka yang meraja-lelalah yang menjadi penyebab dari semuanya. Dari sini perhatikanlah, apa yang dibungkus dan diselimuti dengan dalih untuk membela Allah dan agama, sering kali berasal dari kesombongan, kebencian, ketamakan, ambisi, dan balas dendam manusia. Orang-orang Yahudi melewati banyak pertempuran dengan penguasa Romawi sebelum mereka dihancurkan seluruhnya. Sering kali tanpa sebab yang jelas mereka ribut-ribut sendiri, dan kemudian terpecah belah ke dalam kelompok-kelompok dan golongan-golongan karena perbedaan dalam melancarkan perang terhadap musuh mereka bersama. Maka dari itu terjadilah bahwa, sementara kepentingan mereka seharusnya untuk kebaikan, cara mereka melaksanakan dan menyiasatinya malah didasarkan pada pegangan yang buruk. Hawa nafsu mereka yang bersifat duniawi dan kedagingan menimbulkan dan mengatur perang dan pertikaian mereka. Tetapi orang akan berpikir bahwa apa yang dikatakan di sini sudah cukup untuk menaklukkan hawa nafsu mereka, sebab,
- 1. Mereka menimbulkan sengketa di dalam dan juga pertengkaran di luar. Amarah dan keinginan yang menggebu-gebu pertama-tama saling berjuang di antara sesama anggota, dan kemudian menimbulkan pertikaian dalam bangsa mereka. Ada peperangan antara hati nurani dan kebejatan, ada juga peperangan antara kebejatan yang satu dan kebejatan yang lain, dan dari peselisihan-perselisihan itu sendiri timbullah pertengkaran mereka satu dengan yang lain. Dengan menerapkan ini pada masalah-masalah pribadi, bukankah kita juga bisa berkata bahwa sengketa dan pertengkaran di antara sanak-saudara dan tetangga berasal dari hawa nafsu yang saling berjuang dalam tubuh mereka? Nafsu akan kuasa dan kekuasaan, nafsu kesenangan, nafsu akan kekayaan, satu atau lebih dari nafsu-nafsu itu menimbulkan segala macam percekcokan dan perselisihan yang ada di dunia. Dan, karena semua sengketa dan pertengkaran berasal dari kebejatan hati kita sendiri, maka cara yang benar untuk menyembuhkan pertikaian adalah dengan mencabut akarnya, dan mematikan nafsu-nafsu yang saling berjuang dalam anggota-anggota satu sama lain.
- 2. Nafsu-nafsu ini seharusnya mati jika kita memikirkan bahwa semuanya itu akan mengecewakan: “Kamu mengingini sesuatu, tetapi kamu tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh; kamu iri hati, tetapi kamu tidak mencapai tujuanmu (ay. 2). Kamu mengingini hal-hal besar bagi dirimu sendiri, dan kamu menyangka akan memperolehnya melalui kemenanganmu atas bangsa Romawi, atau dengan menekan pihak ini dan pihak itu di antara kamu sendiri. Kamu berpikir bahwa kamu akan mendapatkan kesenangan dan kebahagiaan besar bagi dirimu sendiri, dengan menggulingkan segala sesuatu yang menghalang-halangi keinginanmu yang menggebu-gebu. Tetapi sungguh malang, segala pekerjaan dan darahmu menjadi sia-sia, ketika kamu saling membunuh dengan pandangan-pandangan seperti ini.” Keinginan-keinginan yang tidak semestinya pasti akan sepenuhnya dikecewakan, atau tidak akan terpenuhi dan terpuaskan dengan memperoleh apa yang diinginkan. Kata yang di sini diartikan tidak memperoleh berarti tidak dapat mencapai kebahagiaan yang dicari. Dari sini perhatikanlah, hawa nafsu duniawi dan kedagingan adalah penyakit yang akan membuat pikiran tidak tenang dan tidak puas.
- 3. Keinginan-keinginan dan segala perasaan yang berdosa pada umumnya tidak mengikutsertakan doa, dan di dalamnya tidak ada keinginan-keinginan terhadap Allah: “Lalu kamu bertengkar dan kamu berkelahi. Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa. Kamu bertengkar, dan tidak berhasil, karena kamu tidak berdoa, karena kamu tidak bertanya kepada Allah dalam usaha-usahamu, apakah Ia akan memperbolehkannya atau tidak. Kamu tidak menyerahkan jalanmu kepada-Nya, dan memberitahukan permintaan-permintaanmu kepada-Nya, tetapi mengikuti pandangan dan kecenderunganmu sendiri yang rusak. Oleh karena itulah kamu senantiasa menemui kekecewaan.” Atau kalau tidak,
- 4. “Nafsu-nafsumu merusak doa-doamu, dan menjadikannya kekejian bagi Allah, setiap kali kamu memanjatkannya kepada Dia (ay. 3). Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu.” Seolah-olah dikatakan di sini, “Meskipun mungkin adakalanya kamu berdoa supaya berhasil melawan musuh-musuhmu, namun kamu tidak bermaksud untuk memanfaatkan keuntungan-keuntungan yang kamu peroleh untuk meningkatkan kesalehan dan agama sejati dalam dirimu sendiri atau orang lain. Sebaliknya, kesombongan, keangkuhan, kemewahan, dan nafsu kedagingan, itulah yang ingin kamu layani dengan keberhasilanmu, dan bahkan dengan doa-doamu. Kamu ingin hidup dalam kekuasaan dan kegelimangan, ingin bermewah-mewah dan memuaskan nafsu kedagingan. Dengan begitu kamu mempermalukan ibadah dan menghina Allah dengan tujuan-tujuan yang keji dan hina seperti itu. Oleh karena itulah doa-doamu ditolak.” Marilah kita belajar dari sini, dalam mengurusi semua perkara duniawi kita, dan dalam doa-doa kita kepada Allah supaya berhasil di dalamnya, untuk memastikan bahwa tujuan-tujuan kita benar. Apabila orang menjalankan urusan duniawi (misalnya sebagai pedagang atau petani), dan meminta kepada Allah supaya berhasil, tetapi tidak menerima apa yang mereka minta, itu karena mereka meminta untuk tujuan dan niat yang salah. Mereka meminta Allah untuk membuat mereka berhasil dalam panggilan hidup atau pekerjaan mereka, bukan supaya mereka dapat memuliakan Bapa mereka di sorga dan berbuat baik dengan apa yang mereka punya, tetapi supaya mereka dapat menghabiskannya untuk memuaskan hawa nafsu mereka – supaya mereka bisa makan makanan yang lebih enak, minum minuman yang lebih mahal, dan memakai pakaian yang lebih bagus, dan dengan demikian memuaskan kesombongan, keangkuhan, dan keinginan mereka untuk bermewah-mewah. Tetapi, jika kita mencari perkara-perkara dunia ini dengan cara seperti itu, maka sudah sewajarnya Allah menolaknya. Sebaliknya, jika kita mencari apa saja yang dapat kita gunakan untuk melayani Allah, maka kita dapat berharap bahwa Ia akan memberikan apa yang kita cari atau memberi kita hati untuk berpuas diri tanpa memilikinya, dan memberikan kesempatan untuk melayani dan memuliakan Dia dengan suatu cara lain. Marilah kita camkan ini, bahwa apabila doa-doa kita tidak dijawab, itu karena kita salah berdoa. Entah kita tidak meminta untuk tujuan-tujuan yang benar atau tidak dengan cara yang benar, tidak dengan iman atau tidak dengan kesungguhan hati. Keinginan yang dingin-dingin saja dan disertai ketidakpercayaan hanya mengundang penolakan. Hal ini dapat kita yakini, bahwa apabila doa-doa kita lebih merupakan bahasa hawa nafsu, dan bukan anugerah yang ada pada kita, maka doa-doa itu akan kembali dengan hampa.
- II. Kita diberi peringatan yang baik untuk menghindari segala persahabatan terlarang dengan dunia ini: Hai kamu, orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? (ay. 4). Orang-orang duniawi di sini disebut sebagai orang-orang yang tidak setia (KJV: pezinah) karena kedurhakaan mereka terhadap Allah, sementara mereka memberikan perasaan-perasaan terbaik kepada dunia. Di tempat lain ketamakan disebut sebagai penyembahan berhala, dan di sini disebut sebagai perzinahan. Perzinahan berarti meninggalkan orang yang kepadanya kita mengabdikan diri atau mengikat diri dan melekat pada yang lain. Sebutan untuk hal ini diberikan kepada pikiran yang duniawi, yang merupakan permusuhan terhadap Allah. Orang bisa saja mendapatkan hal-hal yang baik dalam hidup ini dalam jumlah yang besar, namun tetap menjaga kasihnya kepada Allah. Tetapi orang yang hatinya terpatri pada dunia, yang menempatkan kebahagiaannya pada dunia, ingin serupa dengan dunia, dan bersedia melakukan apa saja daripada kehilangan persahabatan dengan dunia, maka ia adalah musuh Allah. Kita sedang membangun pengkhianatan dan pemberontakan terhadap Allah jika kita menempatkan dunia di atas takhtaNya di dalam hati kita. Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah. Orang yang ingin bertindak berdasarkan prinsip ini, yaitu membuat dunia tetap tersenyum, dan terus menjaga persahabatan dengannya, tidak bisa tidak pasti menunjukkan dirinya, di dalam roh dan dalam perbuatan juga, sebagai musuh Allah. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon (Mat. 6:24). Oleh karena itulah timbul sengketa dan pertengkaran dari cinta terhadap dunia ini, yaitu cinta yang menyerupai perzinahan dan penyembahan berhala, dan dari perbuatan melayani dunia. Sebab adakah kedamaian di antara manusia, selama ada permusuhan terhadap Allah? Atau siapa yang dapat melawan Allah dan berhasil? “Renungkanlah dengan sungguh-sungguh apa roh dunia itu, maka kamu akan mendapati bahwa kamu tidak dapat menyesuaikan diri dengannya sebagai sahabat, tetapi pasti dunia akan membuatmu iri hati, dan penuh dengan kecenderungan jahat, sebagaimana dunia pada umumnya. Janganlah kamu menyangka, bahwa Kitab Suci tanpa alasan berkata: Roh yang ditempatkan Allah di dalam diri kita, diingini-Nya dengan cemburu!” (ay. 5). Penjelasan yang diberikan Kitab Suci tentang kodrat hati manusia adalah bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata (Kej. 6:5). Kodrat yang sudah menjadi bejat terutama menunjukkan dirinya dengan iri hati, dan selalu ada kecenderungan untuk itu. Roh yang secara alami berdiam dalam diri manusia selalu mengeluarkan suatu khayalan jahat, selalu berusaha menandingi apa yang kita lihat dan ketahui dalam diri orang lain, dan berusaha mendapatkan hal-hal yang dimiliki dan dinikmati orang lain. Nah, cara dunia ini, yang suka akan kemegahan dan kesenangan, dan bersengketa dan bertengkar demi hal-hal ini, merupakan akibat yang pasti dari persahabatan dengan dunia. Sebab tidak ada persahabatan tanpa kesatuan jiwa, dan karena itu orang-orang Kristen, untuk menghindari perselisihan, harus menghindari persahabatan dengan dunia, dan harus menunjukkan bahwa mereka digerakkan oleh kaidah-kaidah yang lebih mulia, dan bahwa roh yang lebih mulia berdiam dalam diri mereka. Sebab, jika kita milik Allah, Ia memberikan anugerah yang lebih daripada sekadar hidup dan bertindak seperti yang dilakukan dunia pada umumnya. Roh dunia mengajar manusia untuk menjadi orang kikir. Allah mengajar mereka untuk bermurah hati. Roh dunia mengajar kita untuk menimbun, atau mengeluarkan sesuatu untuk diri kita sendiri, dan untuk menuruti keinginan kita sendiri. Allah mengajar kita untuk mau memberi guna memenuhi kebutuhan dan bagi penghiburan orang lain, dan dengan demikian berbuat baik kepada semua orang di sekeliling kita, sesuai kemampuan kita. Anugerah Allah bertentangan dengan roh dunia, dan karena itu persahabatan dengan dunia harus dihindari, jika kita mengaku sebagai sahabat-sahabat Allah. Bahkan, anugerah Allah akan memperbaiki dan menyembuhkan roh yang secara alami berdiam dalam diri kita. Di mana Ia memberikan anugerah, di situ juga Ia memberikan roh lain yang berbeda dari roh dunia.
- III. Kita diajar untuk mencermati perbedaan yang dibuat Allah antara kecongkakan dan kerendahan hati. Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati (ay. 6). Ini diketengahkan sebagai bahasa Kitab Suci dalam Perjanjian Lama. Sebab demikianlah yang dinyatakan dalam Kitab Mazmur, bahwa Allah menyelamatkan bangsa yang tertindas (jika roh mereka sesuai dengan keadaan mereka), tetapi orang yang memandang dengan congkak Ia rendahkan (Mzm. 18:28). Dan dalam kitab Amsal dikatakan, apabila Ia menghadapi pencemooh, maka Ia pun mencemooh, tetapi orang yang rendah hati dikasihani-Nya (Ams. 3:34). Dua hal harus dicermati di sini:
- 1. Kehinaan yang ditimpakan ke atas orang congkak: Allah menentang mereka. Kata aslinya, antitassetai, berarti Allah menempatkan diri-Nya bagaikan sedang berperang melawan mereka. Dan kehinaan apa lagi yang lebih besar daripada ketika seseorang dinyatakan Allah sebagai pemberontak, musuh, dan pengkhianat bagi mahkota dan martabat-Nya, dan bertindak melawan Dia? Orang congkak menentang Allah. Dalam budi pekertinya ia menentang kebenaran-kebenaran Allah. Dalam kehendaknya ia menentang kebenaran-kebenaran Allah. Dalam kehendaknya ia menentang hukum-hukum Allah. Dalam keinginan-keinginannya ia menentang pemeliharaan Allah. Oleh karena itu tidak mengherankan jika Allah menempatkan diri-Nya melawan orang congkak. Hendaklah jiwa-jiwa yang congkak mendengarkan ini dan gemetar, bahwa Allah menentang mereka. Siapa yang bisa menggambarkan keadaan menyedihkan dari orang-orang yang menjadikan Allah sebagai musuh mereka? Ia pasti (cepat atau lambat) akan menimpakan aib pada wajah-wajah yang sudah memenuhi hati mereka dengan kesombongan. Oleh karena itu, kita harus menentang kecongkakan dalam hati kita, jika kita tidak mau Allah menentang kita.
- 2. Kehormatan dan pertolongan yang diberikan Allah kepada orang yang rendah hati. Anugerah, sebagai lawan dari aib, adalah kehormatan. Anugerah ini diberikan Allah kepada orang yang rendah hati. Apabila Allah memberikan anugerah kepada orang yang rendah hati, maka Ia juga akan memberikan semua anugerah lain. Juga seperti halnya dalam permulaan ayat 6 ini, Ia akan memberikan anugerah yang lebih besar. Apabila Allah memberikan anugerah sejati, Ia akan memberikannya lebih banyak lagi. Sebab setiap orang yang mempunyai, dan menggunakan dengan benar apa yang dipunyainya, kepadanya akan diberikan lebih banyak lagi. Allah terutama akan memberikan anugerah yang lebih besar lagi kepada orang yang rendah hati, karena mereka menyadari kebutuhan mereka akan anugerah itu, akan berdoa memintanya, dan bersyukur untuknya. Dan orang-orang seperti itu akan memilikinya. Oleh sebab itulah,
- IV. Kita diajar untuk tunduk sepenuhnya kepada Allah: Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu! (ay. 7). Orang-orang Kristen harus mencampakkan persahabatan dengan dunia, dan waspada terhadap iri hati dan kesombongan yang mereka lihat merajalela dalam manusia-manusia duniawi. Melalui anugerah, mereka harus belajar untuk bermegah dalam ketundukan mereka kepada Allah. “Tunduklah kepada Dia seperti warga kepada raja mereka, di dalam kewajiban, dan seperti seorang teman satu sama lain, di dalam kasih dan perhatian. Tundukkanlah budi pekertimu kepada kebenaran-kebenaran Allah. Tundukkanlah kehendakmu kepada kehendak Allah, kehendak perintah-Nya, dan kehendak pemeliharaan-Nya.” Kita adalah warga-Nya, dan karena itu kita harus tunduk, bukan saja dalam ketakutan, tetapi juga dalam kasih. Bukan saja oleh karena kemurkaan Allah, tetapi juga oleh karena suara hati kita. “Tundukkanlah dirimu kepada Allah, dengan menimbang betapa dalam banyak hal kita wajib melakukan ini, dan apa keuntungan yang akan kita peroleh darinya. Sebab Allah tidak akan mencelakakanmu dengan berkuasanya Dia atas dirimu, tetapi akan mendatangkan kebaikan bagimu.” Nah, karena tunduk dan berserah diri kepada Allah ini merupakan hal yang akan berusaha dihalang-halangi Iblis dengan teramat gigih, maka kita dengan penuh perhatian dan keteguhan hati yang besar harus berusaha melawan bujukan-bujukannya. Jika Iblis menggambarkan kerelaan berserah diri kepada kehendak dan pemeliharaan Allah sebagai hal yang akan membawa celaka dan membuat kita dihina dan sengsara, maka kita harus melawan hasutan-hasutan untuk merasa takut seperti ini. Jika Iblis menggambarkan tunduk kepada Allah sebagai halangan bagi kenyamanan lahiriah kita, atau kemajuan-kemajuan duniawi kita, kita harus melawan hasutan-hasutan untuk berlaku sombong dan malas ini. Jika Iblis ingin menggoda kita untuk menyalahkan Pemeliharaan ilahi atas segala kesengsaraan, salib, dan penderitaan kita, dengan maksud supaya kita mengikuti petunjuk-petunjuknya, dan bukan petunjuk-petunjuk Allah, supaya terhindar dari semua kesengsaraan itu, maka kita harus melawan hasutan-hasutan untuk marah seperti ini, dengan tidak marah sehingga membawa kepada kejahatan. “Jangan biarkan iblis, dalam upaya-upaya ini atau upaya-upaya sejenisnya, berhasil membujukmu. Tetapi lawanlah dia, maka ia akan lari dari padamu.” Jika kita dengan nista menyerah pada godaan-godaan, maka Iblis akan terus mengikuti kita. Tetapi jika kita mengenakan seluruh perlengkapan senjata Allah, dan berdiri teguh melawan dia, maka ia akan enyah dari kita. Tekad kuat akan membuat pintu tertutup rapat-rapat bagi godaan.
- V. Kita diajarkan bagaimana harus berlaku terhadap Allah, untuk tunduk kepada-Nya (ay. 8-10).
- 1. Mendekatlah kepada Allah. Hati yang sudah memberontak harus dibuat tersungkur di kaki Allah. Roh yang jauh dan terasing dari hidup bersekutu dan bergaul dengan Allah harus didekatkan untuk mengenal Dia: “Mendekatlah kepada Allah, dalam ibadah dan ketetapan-ketetapan-Nya, dan dalam setiap kewajiban yang dituntut-Nya darimu.”
- 2. Tahirkanlah tanganmu. Orang yang datang kepada Allah harus menahirkan tangannya. Oleh karena itulah Rasul Paulus memerintahkan untuk menadahkan tangan yang suci, tanpa marah dan tanpa perselisihan (1Tim. 2:8), tangan yang bersih dari darah, suap, dan segala sesuatu yang tidak adil atau kejam, dan bersih dari segala kecemaran dosa. Orang tidak tunduk kepada Allah jika ia menjadi hamba dosa. Tangan harus ditahirkan oleh iman, pertobatan, dan pembaharuan, atau sia-sia saja kita mendekat kepada Allah di dalam doa, atau dalam ibadah apa saja.
- 3. Hati orang yang mendua harus disucikan. Orang yang berpindah-pindah haluan antara Allah dan dunia, itulah yang dimaksudkan di sini dengan mendua hati. Menyucikan hati berarti tulus, dan bertindak berdasarkan tujuan dan pegangan yang satu ini, yaitu lebih ingin menyenangkan Allah daripada menginginkan apa saja di dunia ini. Kemunafikan adalah ketidaksucian hati. Tetapi orang yang tunduk kepada Allah dengan benar akan menyucikan hati mereka dan juga menahirkan tangan mereka.
- 4. Sadarilah kemalanganmu, berdukacita dan merataplah. “Penderitaan apa saja yang dikirimkan Allah kepadamu, terimalah itu seperti yang dikehendaki-Nya darimu, dan sadarilah ada apa sebenarnya dengan semua penderitaan itu. Sadarilah kemalanganmu apabila kemalangan ditimpakan kepadamu, dan janganlah meremehkannya. Atau ikutlah menderita dengan berbela rasa terhadap orang-orang yang menderita, dan dengan meresapi malapetaka-malapetaka yang menimpa jemaat Allah. Berdukacita dan merataplah atas dosa-dosamu sendiri dan dosa-dosa orang lain. Masa-masa perselisihan dan perpecahan adalah masa-masa untuk berdukacita, dan dosa-dosa yang menimbulkan sengketa dan pertengkaran harus diratapi. Hendaklah tertawamu kamu ganti dengan ratap dan sukacitamu dengan dukacita.” Hal ini dapat dipandang sebagai persiapan hati menyambut datangnya dukacita atau sebagai petunjuk untuk bersungguh-sungguh. Orang bisa saja tidak menyukai dukacita, tetapi Allah dapat menimpakannya atas mereka. Janganlah orang tertawa sampai terbahak-bahak, sehingga Allah mengubah tawa mereka menjadi ratapan. Dan orang-orang Kristen yang disurati Yakobus ini, yang tidak terlibat dalam perkara ini, terancam akan tertimpa masalah ini. Oleh karena itu mereka dituntun, sebelum semuanya menjadi lebih buruk, untuk menyingkirkan canda tawa mereka yang sia-sia dan kesenangan indrawi mereka, dan membenamkan diri dalam dukacita yang saleh dan air mata pertobatan.
- 5. “Rendahkanlah dirimu di hadapan Tuhan. Biarlah perasaan-perasaan di dalam batin sesuai dengan ungkapan-ungkapan kesengsaraan, penderitaan, dan dukacita lahiriah yang disebutkan sebelumnya.” Kerendahan hati dituntut di sini, seolah-olah kita menghadap Dia yang terutama melihat hati manusia. “Hendaklah kamu sepenuhnya merendah dalam meratapi segala sesuatu yang jahat. Hendaklah kamu betul-betul rendah hati dalam melakukan apa yang baik: Rendahkanlah dirimu.”
- VI. Kita diberi dorongan yang besar untuk mendekat kepada Allah: Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu (ay. 8), dan Ia akan meninggikan orang-orang yang merendahkan diri di hadapan-Nya (ay. 10). Orang yang mendekat kepada Allah dalam menjalankan kewajibannya, akan mendapati Allah mendekat kepada mereka di jalan belas kasihan. Mendekatlah kepada-Nya dalam iman, kepercayaan, dan ketaatan, maka Ia akan mendekat kepadamu untuk membebaskan kamu. Jika kita tidak mempunyai persekutuan yang erat dengan Allah, itu salah kita sendiri, dan bukan kesalahan-Nya. Ia akan meninggikan orang yang rendah hati. Itu jugalah yang dinyatakan Tuhan kita sendiri, barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan (Mat. 23:12). Jika kita benar-benar bertobat dan merendahkan diri di bawah tanda-tanda kemurkaan Allah, maka dalam waktu sebentar saja kita akan mengetahui keuntungan-keuntungan dari perkenanan-Nya. Ia akan mengangkat kita keluar dari masalah, atau akan meninggikan kita dalam roh dan penghiburan di dalam masalah. Ia akan meninggikan kita hingga kita memperoleh kehormatan dan keamanan di dunia, atau akan meninggikan kita di jalan menuju sorga, sehingga mengangkat hati dan perasaan kita mengatasi dunia. Allah menghidupkan semangat orang-orang yang rendah hati (Yes. 57:15), Ia akan mendengarkan keinginan orang-orang yang tertindas (Mzm. 10:17), dan pada akhirnya akan meninggikan mereka hingga memperoleh kemuliaan. Kerendahan hati mendahului kehormatan. Kehormatan tertinggi di sorga akan menjadi upah bagi kerendahan hati yang terdalam di bumi.
SH: Yak 4:1-10 - Bersikaplah tegas tanpa kompromi (Sabtu, 9 Juni 2001) Bersikaplah tegas tanpa kompromi
Menjadi Kristen bukan berarti segala hawa nafsu dan
keinginan kita dimatikan. Justru sebaliknya ketika kita
mengam...
Bersikaplah tegas tanpa kompromi
Menjadi Kristen bukan berarti segala hawa nafsu dan keinginan kita dimatikan. Justru sebaliknya ketika kita mengambil keputusan menjadi orang Kristen maka kita mendapatkan 2 musuh yang kuat dan tangguh: nafsu kedagingan yang semakin menentang iman kekristenan di dalam diri kita (dalam) dan hal-hal dunia yang berusaha mempengaruhi kita (luar).
Seorang yang memberikan kebebasan kepada nafsu kedagingan untuk memutuskan segala sesuatu akan mengakibatkan terjadinya berbagai kejahatan dunia, seperti: pertengkaran, pertikaian, pembunuhan,dan penghancuran (1-2). Bahkan lebih lagi, doa yang seharusnya menjadi sarana komunikasi kepada Allah dapat disalahgunakan demi kepuasan nafsu (3). Beberapa contoh berikut merupakan gambaran bagi kita: semula ingin minta uang, tetapi karena tidak terpenuhi akhirnya mata gelap kemudian membunuh; semula hanya ingin berkenalan, tetapi karena tidak ditanggapi, merasa dilecehkan, maka terjadilah perkosaan; dan masih banyak lagi contoh- contoh lainnya. Inilah dampak mengerikan yang terjadi di sekitar kita bila manusia tidak dapat mengendalikan keinginan-keinginannya. Dari sini kita mendapatkan peringatan bahwa segala keinginan yang didasari nafsu akan berakibat negatif, merugikan dan menghancurkan orang lain dan diri sendiri.
Kedua musuh di atas harus ditaklukkan. Bagaimana caranya? Pertama, kita harus menyadari bahwa nafsu kedagingan dan hal-hal dunia bertentangan dengan Allah (4). Mencintai dan memuaskan keinginan duniawi berarti menentang Allah. Kedua, Roh-Nya telah dianugerahkan-Nya di dalam diri kita untuk membekali kita menghadapi musuh (5). Dengan demikian bagaimana seharusnya sikap kita menghadapi musuh-musuh kita, baik dari dalam maupun dari luar?
Renungkan: Sejak kapan pun dan sampai kapan pun, dunia adalah musuh Allah yang tidak mungkin dikompromikan. Kedekatan kita kepada salah satunya menjadikan kita musuh bagi yang lainnya. Kitalah penentu pilihan tersebut dan kita pulalah yang menanggung risiko dari keputusan kita. Sikap manakah yang Anda pilih: cinta dunia dengan segala kenikmatan yang ditawarkan ataukah sikap tegas pada Iblis tanpa kompromi. Sikap kedualah sikap seorang sahabat Allah!
SH: Yak 4:1-10 - Orang Kristen musuh Allah? (Selasa, 7 Agustus 2007) Orang Kristen musuh Allah?
Banyak orang beranggapan bahwa musuh Tuhan adalah orang yang tidak
mengenal Tuhan. Benarkah demikian? Bacaan hari ini...
Orang Kristen musuh Allah?
Banyak orang beranggapan bahwa musuh Tuhan adalah orang yang tidak mengenal Tuhan. Benarkah demikian? Bacaan hari ini menegur kita karena di kalangan orang-orang yang mengaku diri Kristen, justru terdapat orang yang Yakobus nyatakan sebagai musuh Tuhan.
Mengapa justru orang beriman penerima surat ini yang ditegur Yakobus sedemikian keras? Karena dalam perilaku ibadah dan doa pun, mereka tidak mengusahakan kehendak Allah, yaitu damai dan kebenaran (3:18). Mereka malah memperjuangkan nafsu sendiri (4:1-2). Dalam kerohanian yang penuh semangat, tetapi salah itu berkembang rasa iri, pertengkaran, atau perkelahian yang di hadapan Allah sama dengan membunuh (2b). Sikap ibadah yang egoistis itu selain tidak berkenan kepada Allah, juga tidak bermanfaat apa pun karena Allah tidak akan merespons (3). Bila orang Kristen menjadi duniawi atau mengutamakan kenikmatan dunia dan menyukai pola hidup orang yang tidak kenal Tuhan, itu artinya telah berzina dengan dunia ini. Orang Kristen duniawi adalah musuh Allah!
Di dalam kemurahan-Nya, Allah tidak akan membiarkan umat-Nya mengalami kehidupan sesat demikian. Ia telah memperbarui roh kita dan mengingini roh kita sepenuhnya sebab Ia Allah yang cemburuan adanya. Ia menuntut agar kita merendahkan hati dan menerima pentahiran dari Allah, sungguh-sungguh bertobat serta melawan Iblis dan dunia.
Banyak orang bermerek "Kristen", tetapi hatinya bukan Kristen. Mereka biasanya adalah penentang-penentang Allah. Perilaku mereka sehari-hari justru mencemarkan kekristenan dan mempermalukan nama Allah. Tentu tak seorang pun dari kita mau disebut sebagai musuh Allah. Maka satu-satunya pilihan bagi kita adalah tunduk kepada Allah (7). Dengan menundukkan diri kepada Allah, maka tidak ada tempat lagi yang kita sediakan bagi Iblis dan diri sendiri. Tunduk kepada Allah berarti bertobat sungguh-sungguh yaitu bertobat dengan hati yang remuk di hadapan Tuhan.
SH: Yak 4:1-10 - Akar dari Iri Hati (Kamis, 19 Agustus 2021) Akar dari Iri Hati
Kehidupan yang penuh kompetisi dan perbandingan dapat menimbulkan iri hati. Sikap iri kerap tersembunyi dan tak diakui meski diala...
Akar dari Iri Hati
Kehidupan yang penuh kompetisi dan perbandingan dapat menimbulkan iri hati. Sikap iri kerap tersembunyi dan tak diakui meski dialami semua orang. Psikologi menjelaskan bahwa iri hati dialami oleh orang-orang yang rendah diri dan mengalami kegagalan.
Yakobus menunjukkan, iri hati dipandang sebagai hal yang sangat serius oleh Allah. Salah satu dampak dari dosa manusia menyebabkan manusia dikuasai iri hati. Akar dari iri hati adalah persahabatan dengan dunia dan permusuhan dengan Allah (4).
Iri hati merupakan ekspresi ketidakpuasan manusia terhadap posisinya yang telah ditetapkan Allah dalam tatanan semesta ciptaan. Segala pemberian Allah dirasakan tidak cukup. Hawa nafsu menguasai dirinya. Ia menginginkan banyak hal, namun secara tidak terkendali. Ia selalu merasa kurang sebab segala sesuatu tidak dapat memuaskannya.
Iri hati membutakan diri terhadap anugerah Allah. Iri hati tidak hanya didapati pada orang yang tidak pernah berdoa. Ada juga orang-orang yang seakan religius, namun menentang Allah. Baginya, doa bukanlah relasi dan penyandaran diri kepada Allah, melainkan sebagai sarana untuk menuntut Allah agar memuaskan hasratnya yang tak terbatas.
Hati yang dipenuhi amarah akan kehilangan sukacita. Iri hati menimbulkan perasaan tidak senang karena sesuatu yang dimiliki orang lain. Ia dapat mewujud dalam segala tindakan tanpa kasih, misalnya keinginan melihat orang lain celaka, persaingan tidak sehat, curiga, gosip yang mencederai nama baik orang lain, kritik, atau humor sarkastik.
Iri hati begitu mengerikan dan mematikan. Oleh sebab itu, pemulihannya hanya mungkin terjadi dari tindakan aktif Allah. Hanya kasih karunia Allah yang memampukan kita untuk bersikap rendah hati. Dalam terang kasih-Nya, kita disadarkan siapa sesungguhnya Allah dan kita sebagai ciptaan. Kesadaran itu seharusnya membawa kita kepada ratapan penyesalan, pengakuan, dan pertobatan yang tulus.
Mari kita datang kepada Bapa yang penuh kasih dengan jujur untuk mengakui bahwa kita merasa iri hati dan melakukan yang jahat. [MKG]
Galilah -> Yak 4:7-10
Galilah: Yak 4:7-10 - Pertobatan dari Pertengkaran Yakobus 4:7-10 Sub Tema: Pertobatan dari Pertengkaran
Jadi tunduklah kepada Allah. Harus menentang Iblis dan dia tentu melarikan diri daripada kalia...
Yakobus 4:7-10 Sub Tema: Pertobatan dari Pertengkaran
Jadi tunduklah kepada Allah. Harus menentang Iblis dan dia tentu melarikan diri daripada kalian. Mendekatlah kepada Allah dan Dia tentu mendekat kepada kalian. Tahirkanlah tanganmu hai orang-orang berdosa dan sucikanlah hatimu hai orang-orang yang berjiwa dua. Berdukalah dan merataplah dan menangislah! Hendaklah tertawamu kamu ganti dengan ratap dan sukacitamu menjadi kemuraman! Rendahkanlah dirimu di hadapan Tuhan dan Dia tentu meninggikan kalian.
Tema dari bagian ini adalah kerendahan hati di hadapan Allah, jadi mulai dengan tunduklah dan berakhir dengan rendahkanlah dan langkah-langkah di antaranya menunjukkan jalan kembali ke posisi kita yang seharusnya, yaitu di bawa otoritas Allah. Langkah-langkah tersebut menyangkut sikap kita kepada Iblis, kepada Allah dan kepada dosa. Ada 10 perintah yang bersifat urgen di ay. 7-10, dan merupakan seruan kepada para pendengar yang cukup tegas. Tunduklah, menentanglah, mendekatlah, tahirkanlah, sucikanlah, berdukalah, merataplah, menangislah, ganti & rendahkanlah, semua bersifat Aoris Imperatif,218 yang bersifat urgen/penting.
ay. 7 Tunduklah – Merupakan perintah yang urgen.219 Karena perintah tunduklah bersifat pasif, membawa arti beri diri ditaklukkan. Allah bukanlah Tuhan yang bengis. Kedaulatan Dia memberi kelegaan. (Mat 11:28-29)
Sikap kepada Iblis yang seharusnya adalah menentang. Akibat dari sikap itu adalah, dia melarikan diri. Harus menentang – Kata anthistemi tidak berarti menyerang, melainkan berdiri teguh dan jangan menyerah melawan penyerangan.220 Jadi mungkin menentanglah lebih jelas. Kata ini adalah kebalikan dari tunduklah. Perintah urgen.221
Iblis – Kata diabolos berarti pemfitnah.
Tentu melarikan diri– Kata feugo berarti melarikan diri dari bahaya.222 Sifat dari kata kerja ini menyatakan fakta,223 jadi kalau orang percaya berdiri teguh, Iblis akan lari. Kita harus sadar bahwa Iblis sangat takut kepada Allah, jadi kalau dia berupaya menggodai kita, dia melakukannya dengan gementar, karena Allah tidak mengizinkannya dengan senang hati. Lihat Rom 16:17-20 dan Yudas 1:8-10.
ay. 8 Mendekatlah…tahirkanlah…sucikanlah – Bersifat urgen,224 lihat penjelasan di ay. 7.
Sikap kita kepada Allah yang seharusnya adalah mendekat. Akibat dari sikap itu adalah Dia juga mendekat. Mendekatlah –Ada yang menganggap langkah ini sebagai pertobatan dalam arti kembali kepada Allah.225 Tetapi mungkin lebih cocok dimengerti sesuai penggunaannya di Ibrani 4:14-16, di mana kita didorong untuk mendekat kepada Dia, yang mengerti pergumulan-pergumulan kita, dan mendapatkan anugerah.226 (Bandingkan dengan Yak 4:6) Dia tentu mendekat – Sifat dari mendekat menyatakan fakta.227 Itu pasti terjadi.
Perhatikan bahwa mereka tidak menyucikan diri supaya boleh mendekat kepada Allah. Mereka mendekat kepada Allah supaya Dia menolong mereka dalam proses pertobatan ini. (Lihat Yoh 13:6-9)
Sikap kita yang seharusnya kepada dosa adalah tahirkanlah, sucikanlah, berdukalah, merataplah, menangislah, ganti tertawa dengan ratap dan sukacita dengan kemuraman. Tahirkanlah tanganmu – Walaupun dia menggunakan istilah-istilah penyucian dari Hukum Taurat di sini dan di bawah, (Kel 30:19-21, Mar 7:3, 19) tentu Yakobus bermaksud simbolis, karena jelas bahwa tangan yang bersih menjadi tidak berarti kalau dimengerti secara literal. (Mat 15:1-20) Rupanya tangan orang menggambarkan kelakuannya. Dan pentahiran menyangkut pengakuan dan juga perubahan, sehingga tangan yang dulu kotor diserahkan sebagai alat-alat kebenaran. (Rom 6:12-13)228
Sucikanlah hatimu – Sekali lagi kita lihat bahasa simbolis. Hati orang adalah sumber dari kelakuannya. (Mat 5:8, 15:19, Timotius 1:5) Jadi gambaran ini menyangkut pembaharuan hati dan bukan hanya perubahan di luar. Kata hagnizo berbentuk kata kerja dan berakar dalam kata yang sering diterjemahkan kudus. Jadi kata ini tidak hanya simbolis saja, tetapi juga mendorong orang kepada kekudusan hati yang nyata.
Berjiwa dua – Kata dipsykhos berarti dua jiwa, yaitu orang yang bimbang. Lihat Yak 1:8.
ay. 9 Berdukalah…merataplah…menangislah – Perintah tegas lagi.229 Lihat 4:7.
Ingat bahwa orang-orang ini rupanya keras hati kepada Allah, sehingga Yakobus memberi teguran yang sangat menantang supaya mereka tidak lagi menganggap enteng dosa mereka (tertawa). Walaupun kita lihat bahwa orang percaya seharusnya rasa jijik dan sedih mengenai dosa (Rom 7:24), namun jangan setiap kali orang berbuat kesalahan mereka rasa harus meratap seperti di ayat ini, karena itu dimaksudkan untuk orang yang berjiwa dua, bukanlah orang percaya yang rindu menuruti Firman Tuhan.
Hendaklah…ganti – Bentuk perintah ini sama dengan bentuk kata tunduklah tadi,230 yaitu perintah yang urgen untuk mereka supaya membiarkan sifat mereka diganti.
Kemuraman – Walaupun kata dukacita terdengar lebih halus, kata kathefeia berarti muram/depresi.
ay. 10 Rendahkanlah dirimu – Perintah ini adalah perintah tegas yang terakhir dari tantangan yang dimulai di 4:7. Rendahkanlah bersifat pasif juga,231 seperti kita lihat di ay. 7 dan 9. Maksudnya memberi diri direndahkan.
Tentu meninggikan – Sifat kata ini232 adalah sama dengan sifat ‘tentu mendekat’ tadi; kalau orang merendahkan dirinya di hadapan Allah, dia pasti ditinggikan-Nya.
Ayat ini merupakan kesimpulan dari tantangan ini dan kembali kepada isi dari 6b, bahwa Allah menentang orang sombong, tetapi meninggikan (memberi anugerah kepada) orang rendah hati, yaitu yang siap mengaku.
- Apa sikap orang yang sebenarnya kepada Allah?
- Apa sikap orang yang sebenarnya kepada Iblis? Apakah kelakuan mereka menyatakan bahwa mereka ternyata menganggap dia sebagai teman?
- Periksa hati, apakah ada rasa sedih dan jijik pada dosa. Bukan hanya karena malu, tetapi karena kesadaran bahwa dosa menyinggung Allah.
- Apakah perlu ada pertobatan yang digambarkan di atas?
Topik Teologia -> Yak 4:10
Topik Teologia: Yak 4:10 - -- Allah yang Berpribadi
Natur Allah sebagai Pribadi
Allah adalah Satu Pribadi
Allah Meresponi Permohonan dari Umat Manusia
...
- Allah yang Berpribadi
- Natur Allah sebagai Pribadi
- Allah adalah Satu Pribadi
- Allah Meresponi Permohonan dari Umat Manusia
- Keselamatan
- Panggilan
- Natur Panggilan
- Untuk Apa Allah Memanggil Manusia
- Allah Memanggil Manusia untuk Bertobat
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Berkomunikasi dengan Allah
- Berdoa kepada Allah
- Halangan-halangan pada Doa
- Kecongkakan Menghalangi Doa
- Gereja
- Misi, Pelayanan dan Aktivitas Gereja
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Yakobus (Pendahuluan Kitab) Penulis : Yakobus
Tema : Iman yang Berhasil Guna
Tanggal Penulisan: Tahun 45-49 M
Latar Belakang
Surat ini tergolong "surat-su...
Penulis : Yakobus
Tema : Iman yang Berhasil Guna
Tanggal Penulisan: Tahun 45-49 M
Latar Belakang
Surat ini tergolong "surat-surat umum" karena pada mulanya dialamatkan kepada suatu sidang pembaca yang lebih luas daripada jemaat lokal. Salam "kepada kedua belas suku di perantauan" (Yak 1:1), dan juga petunjuk-petunjuk lainnya (Yak 2:19,21) menunjukkan bahwa surat ini pada mulanya ditulis kepada orang Kristen Yahudi yang tinggal di luar Palestina. Mungkin para penerima surat ini termasuk orang-orang pertama yang bertobat di Jerusalem dan, setelah Stefanus mati syahid terserak oleh penganiayaan (Kis 8:1) sejauh Fenisia, Siprus, Antiokhia dan lebih jauh lagi (Kis 11:19). Hal ini menerangkan
- (1) mengapa pembukaan surat ini menekankan hal menanggung dengan sukacita pencobaan yang menguji iman dan menuntut ketabahan (Yak 1:2-12),
- (2) pengetahuan pribadi Yakobus tentang orang percaya yang "terserak" itu, dan
- (3) nada yang berwibawa dari surat ini. Sebagai pemimpin gereja di Yerusalem, Yakobus sedang menulis surat kepada domba-dombanya yang berserakan.
Terkenalnya pengarang ditunjukkan oleh cara ia menyebut dirinya, yaitu hanya "Yakobus" (Yak 1:1). Yakobus, saudara tiri Yesus dan pemimpin gereja di Yerusalem, pada umumnya dipandang sebagai penulis surat ini. Pidatonya dalam sidang di Yerusalem (Kis 15:13-21) dan gambaran mengenai dirinya di bagian lain dalam PB (mis. Kis 12:17; Kis 21:18; Gal 1:19; Gal 2:9,12; 1Kor 15:7) sangat cocok dengan apa yang diketahui mengenai penulis surat ini. Sangat mungkin Yakobus menulis surat ini pada dasawarsa 40-an. Tanggal yang agak dini untuk penulisan surat ini ditunjukkan oleh berbagai faktor, seperti kenyataan bahwa Yakobus menyebutkan istilah Yunani synagoge untuk menunjuk tempat pertemuan orang Kristen (Yak 2:2). Menurut keterangan sejarawan Yahudi, Yosefus, Yakobus, saudara tiri Tuhan mati syahid di Yerusalem tahun 62 M.
Tujuan
Yakobus menulis
- (1) untuk membangun semangat orang percaya Yahudi yang sedang menderita berbagai pencobaan yang menguji iman mereka,
- (2) untuk memperbaiki berbagai pengertian yang salah mengenai sifat iman yang menyelamatkan, dan
- (3) untuk menasihatkan dan membina pembacanya mengenai hasil-hasil praktis iman mereka dalam hidup yang benar dan perbuatan yang baik.
Survai
Surat ini membahas serangkaian pokok yang cukup beragam berkaitan dengan menjalankan kehidupan Kristen yang sejati. Yakobus mendorong orang percaya untuk menanggung pencobaan dengan sukacita dan menarik manfaat daripadanya (Yak 1:2-11); melawan godaan (Yak 1:12-18); menjadi pelaku Firman dan bukan hanya pendengar (Yak 1:19-27); serta menunjukkan iman yang aktif dan bukan pengakuan yang kosong (Yak 2:14-26). Yakobus dengan sungguh-sungguh mengingatkan tentang berdosanya lidah yang sukar dikendalikan (Yak 3:1-12; Yak 4:11-12), hikmat duniawi (Yak 3:13-16), kelakuan berdosa (Yak 4:1-10), kehidupan yang congkak (Yak 4:13-17) dan kekayaan yang mementingkan diri sendiri (Yak 5:1-6). Yakobus menutup dengan menekankan kesabaran, doa, dan memulihkan mereka yang sudah mundur (Yak 5:7-20).
Sepanjang kelima pasal ini, hubungan di antara iman yang benar dan kehidupan yang saleh ditekankan. Iman yang sejati adalah: - iman yang teruji (Yak 1:2-16), - aktif (Yak 1:19-27), - mengasihi sesama seperti dirinya sendiri (Yak 2:1-13), - menyatakan diri dalam perbuatan baik (Yak 2:14-26), - menguasai lidah dengan benar (Yak 3:1-12), - mencari hikmat Allah (Yak 3:13-18), - tunduk kepada Allah selaku hakim yang adil (Yak 4:1-12), - mempercayai Allah dalam kehidupan sehari-hari (Yak 4:13-17), - tidak mementingkan diri atau memuaskan keinginan sendiri (Yak 5:1-6), - sabar dalam penderitaan (Yak 5:7-12), dan - tekun dalam doa (Yak 5:13-20).
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai surat ini.
- (1) Surat ini kemungkinan besar merupakan kitab PB yang pertama-tama ditulis.
- (2) Walaupun hanya dua kali menyebut nama Kristus, surat ini lebih banyak berisi kenangan akan ajaran Yesus, termasuk setidak-tidaknya 15 petunjuk kepada Khotbah di Bukit, lebih dari semua surat PB tergabung.
- (3) Dari 108 ayatnya, lebih daripada separuhnya adalah perintah.
- (4) Dalam banyak hal, surat ini merupakan Amsal PB karena
- (a) penuh dengan hikmat ilahi dan instruksi praktis untuk menjalankan kehidupan Kristen yang sejati dan
- (b) ditulis dengan gaya penulisan yang tegas dan tepat, dengan perintah yang singkat dan analogi yang hidup.
- (5) Yakobus adalah pengamat cermat tentang cara bekerjanya alam dan tabiat manusia berdosa. Dia sering kali menarik pelajaran dari alam untuk menyingkapkan tabiat manusia berdosa (mis. Yak 3:1-12).
- (6) Surat ini lebih menekankan hubungan di antara iman dengan perbuatan daripada kitab PB lainnya (khususnya: Yak 2:14-16).
- (7) Yakobus sering kali disebut sebagai Amos PB, karena dia dengan bersemangat membahas persoalan ketidakadilan dan ketidaksetaraan sosial.
Full Life: Yakobus (Garis Besar) Garis Besar
Salam Kristen
(Yak 1:1)
I. Menghadapi Pencobaan dan Menarik Manfaatnya
(Yak 1:2-18)
A. Menerimanya Se...
Garis Besar
- Salam Kristen
(Yak 1:1) - I. Menghadapi Pencobaan dan Menarik Manfaatnya
(Yak 1:2-18) - A. Menerimanya Sebagai Sarana Pertumbuhan
(Yak 1:2-4) - B. Memohon Hikmat untuk Mengatasinya
(Yak 1:5-8) - C. Bersukacita Dalam Tindakan Penyamarataannya
(Yak 1:9-12) - D. Mengetahui Bedanya Pengujian dan Pencobaan
(Yak 1:13-18) - II. Mendengarkan Firman Allah dan Melakukannya
(Yak 1:19-27) - III.Tidak Pilih Kasih dan Menunjukkannya
(Yak 2:1-13) - IV. Mengaku Beriman dan Membuktikannya
(Yak 2:14-26) - V. Menyadari Jebakan-Jebakan dan Mengelakkannya
(Yak 3:1-5:6) - A. Lidah yang Sukar Dikendalikan
(Yak 3:1-12) - B. Hikmat yang Tidak Rohani
(Yak 3:13-18) - C. Kelakuan Berdosa
(Yak 4:1-10) - D. Memfitnah Saudara Seiman
(Yak 4:11-12) - E. Hidup dengan Congkak
(Yak 4:13-17) - F. Kekayaan yang Mementingkan Diri Sendiri
(Yak 5:1-6) - VI. Kebajikan dan Kehidupan Kristen
(Yak 5:7-20) - A. Kesabaran dan Ketekunan
(Yak 5:7-11) - B. Kejujuran yang Polos
(Yak 5:12) - C. Doa Tak Berkeputusan untuk Orang Sakit
(Yak 5:13-18) - D. Memulihkan yang Terhilang
(Yak 5:19-20)
Matthew Henry: Yakobus (Pendahuluan Kitab)
Penulis surat ini bukan Yakobus anak Zebedeus, karena ia dihukum mati oleh Herodes (Kis. 12) sebelum Kekristenan cukup berhasil ditanamkan di antar...
- Penulis surat ini bukan Yakobus anak Zebedeus, karena ia dihukum mati oleh Herodes (Kis. 12) sebelum Kekristenan cukup berhasil ditanamkan di antara orang-orang Yahudi yang ada di perantauan, seperti yang tersirat di sini. Tetapi dia adalah Yakobus lain, anak Alfeus, yang merupakan saudara sepupu Kristus, dan salah seorang dari kedua belas rasul (Mat. 10:3). Ia disebut sebagai sokoguru jemaat (Gal. 2:9), dan surat ini adalah tulisannya tidak dapat dibantah, tanpa melonggarkan satu batu dasar dalam bangunan jemaat. Surat ini disebut sebagai surat umum, karena (seperti menurut sebagian orang) tidak ditujukan kepada seseorang atau jemaat tertentu, tetapi merupakan semacam surat yang kita sebut sebagai surat edaran. Sebagian orang lain lagi berpendapat bahwa surat itu disebut umum, atau am, untuk membedakannya dari surat-surat Ignatius, Barnabas, Polikarpus dan lain-lain yang dikenal orang pada zaman mula-mula, tetapi yang pada umumnya tidak diterima di dalam jemaat. Karena alasan itu, surat-surat tersebut tidak termasuk kanon Kitab Suci, seperti surat ini. Eusebius (sejarawan gereja abad ketiga – pen.) mengatakan bahwa surat ini “pada umumnya dibacakan di dalam jemaat-jemaat bersama surat-surat am yang lain” (Eccles. hlm. 53. Ed. Val. 1678). Yakobus, penulis kita, disebut orang benar, karena kesalehannya yang tinggi. Ia merupakan contoh terkemuka dari karunia-karunia yang ditekankannya kepada orang lain. Ia begitu sangat disegani karena keadilannya, kebersahajaannya, dan pengabdiannya sehingga Yosefus, seorang sejarawan Yahudi, mencatat sebagai salah satu penyebab kehancuran Yerusalem “bahwa Rasul Yakobus menjadi martir di sana.” Hal ini disebutkan dengan harapan bahwa kita akan memberikan perhatian lebih besar pada apa yang ditulis oleh orang yang begitu suci dan luhur ini. Waktu penulisan surat ini tidaklah pasti. Maksud dan tujuannya adalah untuk menegur orang-orang Kristen atas kemerosotan mereka yang besar baik dalam iman maupun perilaku, dan untuk mencegah penyebaran ajaran-ajaran yang menolak agama, yang mengancam kehancuran segala tindakan kesalehan. Juga menjadi niat khusus dari penulis surat ini untuk menggugah bangsa Yahudi supaya sadar akan kedahsyatan dan sudah mendekatnya penghakiman-penghakiman yang akan menimpa mereka. Serta untuk mendukung semua orang Kristen yang sungguh-sungguh di jalan kewajiban mereka, di bawah segala malapetaka dan penganiayaan yang mungkin akan mereka jumpai. Kebenaran-Kebenaran yang dipaparkan di sini sangatlah penting, dan perlu dijaga. Dan pedoman-pedoman untuk bertindak, seperti yang dinyatakan di sini, adalah sedemikian rupa sehingga harus dijalankan di zaman kita seperti juga di zaman-zaman sebelumnya.
Galilah: Yakobus (Garis Besar)
Bibliografi
Bird, Anthony. Practice Makes Perfect, Publishing with a mission, 2009.
Davids, P. H. The Epistle of James: a commentary on the Gree...
Bibliografi
Bird, Anthony. Practice Makes Perfect, Publishing with a mission, 2009.
Davids, P. H. The Epistle of James: a commentary on the Greek text, Grand Rapids, MI: Eerdmans. 1982.
Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Analytical lexicon of the Greek New Testament. Grand Rapids, MI: Baker Books. 2000.
Kittel, G., Friedrich, G., & Bromiley, G. W. Theological Dictionary of the New Testament. Grand Rapids, MI: W.B. Eerdmans. 1985.
Loh, I.-J., & Hatton, H. A handbook on the Letter from James. New York: United Bible Societies. 1997.
Luther’s Works, Jil. 35, Word and Sacrament I (Philadelphia: Fortress, 1960)
MacArthur, John. The MacArthur Study Bible, Word, Nashville, 1997.
Moo, D. J. The letter of James. Pillar Commentary Series. Grand Rapids, MI; Leicester, England: Eerdmans; Apollos. 2000.
Moo, D. J. James: An Introduction and Commentary. (Tyndale) Downers Grove, IL: InterVarsity Press. 1985.
Newman Jr. Barclay M. Kamus Yunani – Indonesia Untuk Perjanjian Baru, Gunung Mulia, Jakarta. 2012.
Osborne, Grant. James, ESV Study Bible, Crossway Bibles, Wheaton Illinois, 2008.
Richardson, Jr. Kurt A. New American Standard Commentary Jil 36, James, Broadman Press Nashville, Tennessee. 1997.
Robertson. A. T. Word Pictures of the New Testament, Broadman Press, Nashville, 1930.
Tasker, R. V. G. James, Tyndale New Testament Commentaries, IVP, Leicester. 1983.
Wenham, J. W. The Elements of New Testament Greek, Cambridge University Press, Cambridge. 1965.
Zodhiates, Spiros. Th.D. The Complete Word Study Dictionary New Testament, AMG, 1993.
Apendiks
Pentingnya Bahasa Yunani
Sebagai bahasa sumber dari Perjanjian Baru, Bahasa Yunani penting dimengerti bagi seseorang yang ingin menangani Firman Tuhan dengan baik. Tidak berarti kita harus menjadi mampu membaca bahasa ini, tetapi sangat membantu kalau kita mengerti arti kata-kata dan juga tata bahasa yang menentukan arti dari kalimat, paragraf dan wacana. Bahasa ini bukan bahasa ajaib, atau luar biasa – Itu hanya bahasa – Jadi kita tidak mencari pengetahuan yang tersembunyi, melainkan hanya pengertian akan fungsinya bahasa ini dalam kaitannya dengan terjemahan-terjemahan yang ada pada kita. Diusulkan supaya Anda jarang membacakan kata Yunani dalam khotbah/pengajaran, kecuali menolong pengertian orang.
Ejaan yang Digunakan di Tafsiran ini
Huruf-huruf Yunani tidak selalu ada yang mirip dalam Bahasa Indonesia, sehingga ejaan yang dipakai di tafsiran ini berfokus pada ucapan yang mirip, bukan pada kesempurnaan. Jadi huruf η dan ε menjadi e saja dan huruf ο dan ω menjadi o saja. Huruf χ dieja kh dan tafsiran ini mengikuti kebiasaan modern untuk mengeja υ sebagai y, seperti dalam kata hyper, kecuali dipakai bersama huruf vokal lain.
Istilah- istilah tata bahasa ini terdapat di Kamus Yunani – Indonesia Untuk Perjanjian Baru.301 Biasanya ada penjelasan singkat sesudah istilah disebut, tetapi kalau saudara mau melihat logika yang mendasarinya, lihatlah lagi penjelasan berikut.
Person/Orang
Bahasa Yunani adalah bahasa yang sangat spesifik tentang pembicara dan pendengar – Ada dijelaskan juga gender daripada orang.
Singular/Tunggal
- 1. Aku/Saya
- 2. Kau/Kamu/Anda
- 3. Dia
Plural/Jamak
- 1. Kita/Kami
- 2. Kalian
- 3. Mereka
Tens
Tens menyangkut waktu dan sifat daripada kegiatan/peristiwa.
Past/Masa Lalu – Ada empat macam yang biasanya dipakai:
Aoris = Masa lalu yang sederhana yang menekankan apa yang terjadi. Mis: Kemarin dia belajar.
Imperfek = Menjelaskan sesuatu yang terus-menerus, atau sedang terjadi di masa lalu. Mis: Kemarin, sementara dia sedang belajar…
Perfek (Sempurna) = Menjelaskan peristiwa yang sudah terjadi dan sudah selesai/berhasil dengan juga menyangkut apa akibat/dampak daripada peristiwa tersebut. Mis.: Dia sudah belajar (yaitu, sudah punya kualifikasi untuk melakukan pekerjaannya)
Pluperfek = Hampir sama dengan Perfek, tetapi akibat/dampak kurang pasti.
Present/Masa Kini = Sesuatu yang terus-menerus terjadi di masa kini. Mis: Dia sedang belajar.
Future/Masa Depan = Sesuatu yang terjadi di masa depan. Mis: Dia akan/mau belajar.
Suara
Suara Menjelaskan siapa/apa yang berlaku.
Aktif = Fokus ada pada pelaku. Mis: Saya mengasihi Yesus.
Pasif = Fokus ada pada penerima/penderita. Mis: Saya dikasihi oleh Yesus.
Medium = Suara ini mirip yang Aktif tetapi lebih menekankan kelakuan pelaku. Mis: Saya yang selalu mencuci piring!
Modus
Modus menjelaskan sifat daripada kata kerja.
Indikatif menyampaikan fakta-fakta dan apa yang akan terjadi. Mis: Saya akan makan.
Imperatif adalah perintah atau permintaan. Mis: Makan!
Subjunktif menyampaikan kemauan yang kemungkinan besar akan terjadi. Sering dipakai dengan kata hina(supaya) menyatakan tujuan. Mis: Saya memasak supaya kamu bisamakan.
Optatif (Jarang dipakai) sangat mirip Subjunktif tetapi lebih diragu-ragukan. Sering digunakan dalam pemberkatan. Mis: Saya berdoa, kiranya kamu bisa makan.
Infinitif adalah kata kerja yang bersifat seperti kata benda dan bicara secara umum saja. Mis: Makan, itu baik.
Partisip
Partisip adalah kata kerja yang bersifat kata sifat benda, yaitu nomor, gender dan kasus (tidak dijelaskan di sini) sama dengan subyeknya. Pada dasarnya Partisip adalah kata kerja dan bisa diterjemahkan demikian.
Artikel
Artikel tidak ada dalam Bahasa Indonesia, tetapi artinya mirip dengan ini/itu, di mana sesuatu yang tertentu dimaksudkan. Misalnya di Kis 2 disebut dua kali bahwa orang percaya memecahkan roti, tetapi yang di ayat 42 mempunyai artikel, yang menandai pemecahan roti yang tertentu (perjamuan kudus) dan yang di ayat 46, tanpa artikel, bicara secara umum saja (makan bersama di rumah). Ada banyak contoh lain, jadi hal ini cukup penting dimengerti.
Berikut ada beberapa kombinasi tens, modus, suara yang dipakai di Perjanjian Baru.
Present Aktif Indikatif
Mis: Dia sedang menulis surat.
Present Medium Indikatif
Mis: Dia yang menulis surat itu.
Present Aktif Partisip
Mis: Dia sedang menulis…
Present Pasif Indikatif
Mis: Surat itu sedang ditulis.
Present Aktif Subjunktif
Mis: Dia memberi kertas supaya kamu boleh menulis surat. (Menyangkut harapan)
Aoris Aktif Indikatif
Mis: Tadi dia menulis surat
Perfek Aktif Indikatif
Mis: Dia sudah menulis surat itu. (Dengan berfokus pada dampak daripada kegiatan itu)
Imperfek Aktif Indikatif
Mis: Kemarin, ketika dia sedang menulis surat…
Aoris Pasif Indikatif
Mis: Itu sudah ditulis
Perfek Pasif Indikatif
Mis: Ada tertulis… (Dengan berfokus pada dampak daripada kegiatan itu)
Present Aktif Imperatif
Mis: Tolong tuliskan terus surat-surat itu. (kebiasaan yang diharapkan)
Aoris Aktif Imperatif
Mis: Tulis surat itu! (Kegiatannya penting, atau urgen)
Footnote
1 1. Luther’s Works, Jil. 35, Word and Sacrament I (Philadelphia: Fortress, 1960), Hal. 395–397.
2 Grant Osborne, James, ESV Study Bible, Crossway Bibles, Wheaton Illinois, 2008. Hal. 2387.
3 Aoris Imperatif.
4 Lihat contoh di Yak 2:1-7.
5 Contoh di 4:4, yang diterjemahkan “hai orang-orang yang tidak setia” oleh TB, secara literal berbunyi “Pezina!”
6 Loh, I.-J., & Hatton, H. A handbook on the Letter from James. New York: United Bible Societies. 1997. Hal 79.
7 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Analytical lexicon of the Greek New Testament. Grand Rapids, MI: Baker Books. 2000, Jil 4, Hal. 406.
8 Friberg, Friberg, dan Miller. Jil 4, Hal. 188.
9 Aoris Medium Imperatif
10 A. T. Robertson. Word Pictures of the New Testament, Broadman Press, Nashville, 1930. Lihat penelitian di 1:2.
11 Kurt A. Richardson, Jr. New American Standard Commentary Jil 36, James, Broadman Press Nashville, Tennessee. 1997. Hal. 58.
12 Friberg, Friberg, dan Miller. Jil 4, Hal. 309.
13 Present Aktif Partisip.
14 Present Medium Indikatif.
15 Friberg, Friberg, dan Miller. Jil 4, Hal. 392.
16 Present Aktif Imperatif.
17 Present Aktif Subjunktif.
18 Loh dan Hatton, Hal. 14.
19 Present Pasif Indikatif.
20 Loh dan Hatton, Hal. 15.
21 Friberg, Friberg, dan Miller. Jil 4, Hal. 352.
22 Present Aktif Imperatif.
23 Present Aktif Partisip.
24 Ibid, Hal. 282.
25 Present Aktif Partisip.
26 Future Pasif Indikatif.
27 Present Aktif Imperative.
28 Present Medium Partisip.
29 Perfek Aktif Indikatif.
30 Moo, D. J. The letter of James. Grand Rapids, MI; Leicester, England: Eerdmans; Apollos. 2000. (Pillar) Hal. 62.
31 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 279.
32 Present Medium Imperatif.
33 Osborne, Hal. 2391.
34 Richardson, Hal. 68-69.
35 Robertson, penjelasan di 1:6.
36 Loh dan Hatton, Hal. 19-20.
37 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 374.
38 Present Medium Imperatif.
39 Richardson, Hal. 73.
40 Future Medium Indikatif.
41 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 323.
42 Ibid. Hal. 253.
43 Ibid. Hal. 252.
44 Present Aktif Indikatif.
45 Ibid, Hal. 119.
46 Ibid, Hal. 356.
47 John MacArthur, The MacArthur Study Bible, Word, Nashville, 1997. Hal. 1927.
48 Present Aktif Partisip.
49 Present Aktif Imperatif.
50 Present Aktif Indikatif.
51 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 164.
52 Tasker, R. V. G. James, Tyndale New Testament Commentaries, IVP, Leicester. 1983. Hal. 46.
53 Present Pasif Indikatif.
54 Robertson. Lihat penelitian di 1:14.
55 Richardson, Hal. 83.
56 Present Pasif Imperatif.
57 MacArthur, Hal. 1927.
58 Present Aktif Indikatif
59 Present Aktif Partisip.
60 Loh dan Hatton. Hal. 36.
61 Osborne, Hal. 2392.
62 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 93.
63 Aoris Pasif Partisip.
64 Ibid, Hal. 68.
65 Kasus Datif sering menyangkut obyek tidak langsung dan penggunaan di ayat 18 disebut sebagai instrumental, yaitu menyangkut sarana. Wenham, J. W. The Elements of New Testament Greek, Cambridge University Press, Cambridge. 1965. Hal. 46.
66 Lihat Moo, di tafsiran Pillar, Davids, di tafsiran NIGT dan Richardson di tafsiran NAC. Ketiga tafsiran ini sangat berbobot.
67 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 277.
68 Perfek Aktif Imperatif.
69 Present Aktif Imperatif.
70 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 171.
71 Present Medium Indikatif.
72 Moo (Pillar), Hal. 83-84.
73 Aoris Medium Partisip. Attendant Circumstance Participle.
74 Suara Medium.
75 Aoris Medium Imperatif.
76 THEOLOGICAL DICTIONARY OF THE NEW TESTAMENTedited by Gerhard Kittel and Gerhard Friedrich translated by Geoffrey W. Bromiley.William B. Eerdmans Publishing Company Grand Rapids. Lihat kata prautes
77 Present Pasif Partisip.
78 Present Medium Imperatif.
79 Present Medium Partisip.
80 Present Aktif Indikatif.
81 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 220.
82 Aoris Aktif Indikatif.
83 Davids, P. H. The Epistle of James: a commentary on the Greek text, Grand Rapids, MI: Eerdmans. 1982. Hal. 98.
84 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 283.
85 Imperfek Aktif Indikatif.
86 Aoris Medium Partisip.
87 Friberg, Friberg dan Miller. Hal. 199.
88 Present Aktif Partisip.
89 Present Aktif Partisip.
90 Ibid. Hal. 254.
91 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 166.
92 Present Aktif Infinitif.
93 Present Aktif Imperatif.
94 Moo, D. J. James: An Introduction and Commentary. (Tyndale) Downers Grove, IL: InterVarsity Press. 1985. Jil. 16, Hal. 91.
95 A. T. Robertson. Lihat penjelasan di 2:2.
96 Present Aktif Indikatif.
97 Richardson, Hal. 109.
98 Aoris Aktif Subjunktif.
99 Moo (Pillar), Hal. 103.
100 Loh dan Hatton, Hal. 61.
101 Ibid, Hal. 61-62.
102 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 343.
103 Ibid, Hal. 162.
104 Loh dan Hatton, Hal. 63.
105 Berdiribersifat Aoris Aktif Imperatif. Tegas!
106 Moo (Pillar), Hal. 103.
107 Davids, Hal. 110.
108 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 110.
109 Aoris Aktif Imperatif.
110 Aoris Medium Indikatif.
111 Aoris Medium Indikatif.
112 Present Aktif Partisip.
113 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 217.
114 Present Aktif Indikatif.
115 Present Aktif Indikatif.
116 Present Aktif Indikatif.
117 Loh dan Hatton. Hal. 71
118 Aoris Pasif Partisip.
119 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 377.
120 Present Aktif Indikatif.
121 Richardson, Hal. 119-120.
122 Present Aktif Indikatif.
123 Present Aktif Indikatif.
124 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 171.
125 Present Medium Indikatif.
126 Ibid, Hal. 142.
127 Present Pasif Partisip.
128 Aoris Aktif Subjunktif.
129 Ibid, Hal. 379.
130 Ibid, Hal. 338.
131 Perfek Aktif Indikatif.
132 Lihat penjelasan di Apendiks
133 Perfek Aktif Indikatif.
134 Present Aktif Imperatif.
135 Present Aktif Partisip.
136 Ditolak (TB), sebenarnya berarti diskualifikasidan menyangkut pelayanan, jadi dia tidak takut masuk neraka, melainkan takut didapati tidak melayani sesuai persyaratan, sehingga dia kehilangan upah.
137 Richardson, Hal. 125.
138 Aoris Aktif Partisip.
139 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 218.
140 Present Medium Indikatif.
141 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 289.
142 Present Aktif Subjunktif.
143 Present Aktif Subjunktif.
144 A. T. Robertson. Lihat penjelasan di 2:14.
145 Present Aktif Subjunktif.
146 Present Medium Imperatif.
147 Present Aktif Subjunktif.
148 Present Aktif Indikatif.
149 Future Aktif Indikatif.
150 Present Aktif Indikatif.
151 Aoris Aktif Imperatif.
152 Future Aktif Indikatif.
153 Moo (Pillar), Hal. 130.
154 Present Aktif Indikatif.
155 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 228.
156 Present Aktif Indikatif.
157 Osborne, Hal. 2394.
158 Present Aktif Indikatif.
159 Imperfek Aktif Indikatif.
160 Ibid, Hal. 2394-2395.
161 Present Aktif Indikatif.
162 Richardson, Hal. 143.
163 Present Medium Imperatif.
164 Robertson. Lihat penjelasan di 3:1.
165 Davids, Hal. 136.
166 Perfek Aktif Partisip.
167 Future Medium Indikatif.
168 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 255-256.
169 Present Aktif Indikatif.
170 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 260.
171 Tasker, Hal. 74-75.
172 Richardson, Hal. 153.
173 Present Aktif Partisip.
174 Present Aktif Partisip.
175 Ibid, Hal 153.
176 Present Pasif Partisip.
177 Moo (Pillar), Hal. 160.
178 Present Aktif Indikatif.
179 Robertson. Penjelasan di 3:11.
180 Robertson, Lihat 3:13.
181 Terjemahan-terjemahan tidak menggunakan istilah yang persis sama, tetapi di LXX memang kata-kata ini yang dipakai.
182 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 353.
183 Ibid, Hal. 167.
184 Aoris Aktif Imperatif.
185 Ibid, Hal. 105.
186 Loh dan Hatton, Hal. 121.
187 Moo, Hal. 170.
188 Present Aktif Indikatif.
189 Davids, Hal. 151.
190 Present Medium Imperatif.
191 Friberg, Friberg dan Miller. Hal. 218.
192 Ibid, Hal. 414.
193 Ibid, Hal. 40.
194 Loh dan Hatton, Hal. 126.
195 Friberg, Friberg dan Miller. Hal. 33.
196 Kittel, Hal. 243.
197 Friberg, Friberg dan Miller. Hal. 180.
198 Ibid, Hal. 215-216.
199 Friberg, Friberg dan Millar, Hal. 321.
200 MacArthur, Hal. 1932.
201 Friberg, Friberg dan Millar, Hal. 189.
202 Present Medium Partisip.
203 Ibid, Hal. 257.
204 Present Aktif Indikatif.
205 Friberg, Friberg dan Millar, Hal. 185.
206 Present Aktif Indikatif.
207 Richardson, Hal. 178.
208 Perfek Aktif Indikatif.
209 Moo (Pillar), Hal. 187.
210 Present Aktif Indikatif.
211 Present Pasif Indikatif.
212 Present Aktif Indikatif.
213 Friberg, Friberg dan Millar, Hal. 166.
214 Moo (Pillar), Hal. 190.
215 Present Aktif Indikatif.
216 Present Medium Indikatif.
217 Kata eleeo yang biasanya diterjemahkan rahmat/belas kasihan. Kharis menyangkut pemberian/anugerah/kasih karunia.
218 Lihat penjelasan di Apendiks
219 Aoris Pasif Imperatif.
220 Friberg, Friberg dan Millar, Hal. 56.
221 Aoris Aktif Imperatif.
222 Ibid, Hal. 398.
223 Future Medium Indikatif.
224 Aoris Aktif Imperatif.
225 Moo, Hal. 193.
226 Tasker, Hal. 93-94
227 Future Aktif Indikatif.
228 Richardson, Hal. 186.
229 Aoris Aktif Imperatif.
230 Aoris Pasif Imperatif.
231 Aoris Pasif Imperatif.
232 Future Aktif Indikatif.
233 Friberg, Friberg dan Millar, Hal. 219.
234 Ibid, Hal. 273.
235 Present Pasif Partisip.
236 Tasker, Hal. 101.
237 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 33-34.
238 Present Aktif Partisip.
239 Lihat penjelasan di Apendiks
240 Present Medium Indikatif.
241 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 42.
242 Present Aktif Indikatif.
243 Perfek Aktif Partisip.
244 Present Aktif Partisip.
245 Aoris Aktif Indikatif.
246 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 280.
247 Present Aktif Partisip.
248 Present Medium Partisip.
249 Loh dan Hatton, Hal. 166-167.
250 Lihat penjelasan di Apendiks
251 Friberg, Friberg dan Millar, Hal. 205.
252 Spiros Zodhiates, Th.D. The CompleteWord StudyDictionaryNew Testament, AMG, 1993. Lihat kata Idou.
253 Friberg, Friberg dan Millar, Hal. 71.
254 Lihat penjelasan di Apendiks
255 Perfek Aktif Indikatif.
256 Richardson, Hal. 211.
257 Friberg, Friberg dan Millar, Hal. 353.
258 Richardson, Hal. 212-213.
259 Robertson. Penjelasan di 5:6.
260 Present Medium Indikatif.
261 Aoris Aktif Imperatif.
262 Richardson, Hal. 218.
263 Present Medium Indikatif.
264 Present Aktif Partisip.
265 Robertson. Lihat penjelasan di 5:7.
266 Aoris Aktif Imperatif.
267 Perfek Aktif Indikatif.
268 Present Aktif Imperatif.
269 Perfek Aktif Indikatif.
270 Aoris Aktif Imperatif.
271 Friberg, Friberg dan Millar, Hal. 213.
272 Ibid, Hal. 252.
273 Ibid, Hal. 322.
274 Aliran pembahasan terdapat di: Anthony Bird, Practice Makes Perfect, Publishing with a mission, 2009. Hal 200.
275 Bird, Hal 202. Lihat juga Robertson, penjelasan di 5:12.
276 Present Aktif Imperatif.
277 Present Aktif Imperatif.
278 Present Aktif Indikatif.
279 Present Medium Imperatif.
280 Present Aktif Imperatif.
281 Osbourne, Hal. 2399.
282 Aoris Medium Imperatif.
283 Aoris Medium Imperatif.
284 Aoris Aktif Partisip.
285 Future Aktif Indikatif.
286 Future Aktif Indikatif.
287 Present Aktif Subjunktif.
288 Perfek Aktif Partisip.
289 Future Pasif Indikatif.
290 Present Medium Imperatif.
291 Friberg, Friberg dan Millar, Hal. 182.
292 Present Medium Imperatif.
293 Ibid, Hal. 201.
294 Aoris Pasif Subjunktif.
295 Present Medium Partisip.
296 Aoris Pasif Subjunktif.
297 Present Aktif Imperatif.
298 MacArthur, Hal. 1935.
299 Lihat penjelasan di Apendiks
300 Richardson, Hal. 198.
301 Barclay M. Newman Jr. Kamus Yunani – Indonesia Untuk Perjanjian Baru, Gunung Mulia, Jakarta. 2012. Hal. Ix-x.