Teks -- Yohanes 11:33 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Yoh 11:33
Full Life: Yoh 11:33 - MASYGULLAH HATI-NYA.
Nas : Yoh 11:33
Ayat ini menunjukkan hati dan perasaan Yesus ketika menyaksikan
dukacita dan penderitaan yang diakibatkan oleh kejahatan di dunia i...
Nas : Yoh 11:33
Ayat ini menunjukkan hati dan perasaan Yesus ketika menyaksikan dukacita dan penderitaan yang diakibatkan oleh kejahatan di dunia ini.
- 1) Kata-kata ini (Yun. _embrimaomai_) menggambarkan emosi yang sangat
dalam dan meliputi kemarahan. Yesus menjadi sedih dan geram melihat
semua penderitaan karena dosa, Iblis dan kematian. Jiwa-Nya bukan
dipenuhi ketidakpedulian tetapi penuh kemarahan terhadap kejahatan,
sementara Dia berjuang untuk keselamatan umat manusia
(lihat cat. --> Yoh 11:35;
lihat cat. --> Mat 23:13;
[atau ref. Yoh 11:35; Mat 23:13]
juga lih. Mat 21:12-13; Mr 11:15,17; Luk 19:45-46; Yoh 2:14-16). - 2) Salah satu tanda tertentu bahwa Allah bekerja dalam kehidupan kita
ialah bahwa kita mulai menyadari berapa banyak kesengsaraan, kesedihan,
dan penderitaan disebabkan oleh dosa dalam dunia ini (bd.
Kej 3:16-19; Rom 5:12). Belas kasihan untuk yang menderita dan
kebencian terhadap dosa akan tumbuh dalam hati kita bila kita
memperhatikannya. Tidak mungkin kita merasa senang dengan dosa
(lihat cat. --> Rom 1:32;
lihat cat. --> 2Tes 2:12;
lihat cat. --> Ibr 1:9).
Ref. Silang FULL -> Yoh 11:33
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per Ayat)
Hagelberg: Yoh 11:33 - -- 11:33 Ketika Yesus melihat Maria menangis dan juga orang-orang Yahudi yang datang bersama-sama dia, maka masygullah hati-Nya.855 Ia sangat terharu dan...
11:33 Ketika Yesus melihat Maria menangis dan juga orang-orang Yahudi yang datang bersama-sama dia, maka masygullah hati-Nya.855 Ia sangat terharu dan berkata:
Kata-kata yang dipakai mengenai perasaan Tuhan Yesus adalah kata-kata yang menyatakan perasaan yang sangat dalam. Menurut Carson kata ini harus diterjemahkan "marah".856 Jika Tuhan Yesus marah dalam ayat ini, Dia marah terhadap segala dosa, penyakit, dan kematian yang merusak dunia ini. Mungkin Dia juga marah karena ketidakpercayaan mereka yang meratap, karena seolah-olah mereka melupakan kebangkitan
3. Yesus marah dan berdukacita (11:28-37)
Hagelberg: Yoh 11:33 - -- 11:33 Ketika Yesus melihat Maria menangis dan juga orang-orang Yahudi yang datang bersama-sama dia, maka masygullah hati-Nya.855 Ia sangat terharu dan...
11:33 Ketika Yesus melihat Maria menangis dan juga orang-orang Yahudi yang datang bersama-sama dia, maka masygullah hati-Nya.855 Ia sangat terharu dan berkata:
Kata-kata yang dipakai mengenai perasaan Tuhan Yesus adalah kata-kata yang menyatakan perasaan yang sangat dalam. Menurut Carson kata ini harus diterjemahkan "marah".856 Jika Tuhan Yesus marah dalam ayat ini, Dia marah terhadap segala dosa, penyakit, dan kematian yang merusak dunia ini. Mungkin Dia juga marah karena ketidakpercayaan mereka yang meratap, karena seolah-olah mereka melupakan kebangkitan
Hagelberg: Yoh 11:1-44 - -- A. Kematian dan kebangkitan Lazarus (11:1-44)
Pada akhir pasal 10 keadaan Tuhan Yesus di Israel kurang jelas. Para pemimpin sudah berkali-kali berusah...
A. Kematian dan kebangkitan Lazarus (11:1-44)
Pada akhir pasal 10 keadaan Tuhan Yesus di Israel kurang jelas. Para pemimpin sudah berkali-kali berusaha untuk membunuh Dia, tetapi mereka tidak berhasil. Banyak orang percaya kepada-Nya di seberang Yordan. Namum pada akhir pasal 11 keadaan-Nya jelas. Akibat kebangkitan Lazarus, mereka bersepakat untuk membunuh Dia.829 Melalui mukjizat yang paling besar, yaitu kebangkitan orang mati, Tuhan Yesus berhasil memaksakan supaya mereka mengambil keputusan mengenai Dia. Setelah tersebar berita mengenai kebangkitan Lazarus, mereka harus melawan Dia atau memihak kepada-Nya.
Hagelberg: Yoh 11:1--12:50 - -- III. PERALIHAN: KEHIDUPAN DAN KEMATIAN, RAJA DAN HAMBA YANG MENDERITA (11:1-12:50)
III. PERALIHAN: KEHIDUPAN DAN KEMATIAN, RAJA DAN HAMBA YANG MENDERITA (11:1-12:50)
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Yoh 11:33-44
Matthew Henry: Yoh 11:33-44 - Kristus di Kubur Lazarus; Kebangkitan Lazarus Kristus di Kubur Lazarus; Kebangkitan Lazarus (11:33-44)
Di sini terdapat:
I. Rasa simpati yang lembut yang dimiliki Kristus atas teman-teman-N...
Kristus di Kubur Lazarus; Kebangkitan Lazarus (11:33-44)
- Di sini terdapat:
- I. Rasa simpati yang lembut yang dimiliki Kristus atas teman-teman-Nya yang sedang bersusah, dan bagaimana Ia turut merasakan kesedihan mereka, yang terlihat nyata melalui tiga hal:
- . Batin-Nya yang terharu dan hati-Nya yang menjadi masygul (ay. 33): Yesus melihat Maria menangis karena kehilangan saudara yang sangat dikasihinya, dan juga orang-orang Yahudi yang datang bersama-sama dia menangisi perginya seorang tetangga dan kawan yang baik hati. Saat Kristus menyaksikan betapa menyedihkannya bochim, tempat berkumpulnya para peratap itu, maka masygullah hati-Nya dan Ia sangat terharu.
- Lihatlah di sini:
- (1) Dukacita anak-anak manusia yang digambarkan oleh air mata Maria dan kawan-kawannya. Cucuran air mata mereka itu menjadi lambang yang amat tepat bagi kedukaan di dunia ini. Secara alami, kita memang telah belajar untuk meratapi kawan-kawan kita yang terkasih sewaktu mereka direnggut oleh kematian. Demikianlah, pemeliharaan Allah juga melibatkan hari-hari tangis perkabungan. Mungkin saja kekayaan Lazarus kini jatuh ke tangan saudari-saudarinya itu dan merupakan tambahan besar atas nasib baik mereka. Di zaman sekarang, dalam keadaan seperti itu, biasanya orang-orang tidak menginginkan kerabat mereka hidup kembali, sekalipun tentu saja mereka tidak mengharapkan kematian mereka (setidaknya, mereka tidak mengatakan demikian). Namun, kedua bersaudari ini sungguh-sungguh menginginkan Lazarus hidup kembali, tanpa peduli sebesar apa pun kekayaan yang akan mereka terima setelah ia mati. Agama mengajarkan kita seperti ini, untuk menangis dengan orang yang menangis, sebagaimana orang-orang Yahudi yang datang bersama-sama Maria itu juga menangis, mengingat kita ini satu tubuh dengan yang lainnya. Orang-orang yang sungguh-sungguh mengasihi kawan-kawan mereka tentu akan selalu berbagi dengan mereka dalam suka dan duka, sebab, apakah itu persahabatan selain daripada saling menunjukkan kasih sayang satu sama lainnya? (Ayb. 16:5).
- (2) Kasih karunia dan belas kasihan Anak Allah terhadap mereka yang ada dalam kesengsaraan. Ia menjadi Juruselamat mereka dalam segala kesesakan mereka (Yes. 63:9; Hak. 10:16, KJV: "Dialah yang menderita dalam segala kesesakan mereka" -- pen.).
- Saat Kristus melihat mereka semua berlinang air mata:
- [1] Masygullah hati-Nya. Ia merelakan diri-Nya untuk dicobai (seperti kita saat sedang dirundung kesesakan besar), hanya saja Ia tidak berbuat dosa. Kemasygulan hati-Nya itu merupakan ungkapan,
- Pertama, dari ketidaksenangan-Nya terhadap dukacita yang kacau balau dari orang-orang di sekeliling-Nya (seperti dalam Mrk. 5:39): "Mengapa kamu ribut dan menangis? Betapa kacaunya keadaan di sini! Beginikah sikap orang yang percaya kepada Allah, sorga dan dunia lain?" Atau,
- Kedua, dari perasaan-Nya mengenai kehidupan manusia yang penuh dengan bencana dan takluk pada kuasa maut yang telah menjatuhkan manusia berdosa. Kini, Kristus harus menyerang maut dan kubur sehingga Ia pun mempersiapkan diri untuk menghadapi pertempuran itu. Ia mengenakan pakaian pembalasan, dan kemarahan-Nya itu menguatkan Dia, sehingga semakin diteguhkan untuk mengambil bagian dalam penderitaan kita yang sangat besar, dan dalam pemulihan kita dari segala kedukaan itu. Dengan senang hati Kristus menempatkan diri-Nya untuk menanggung beban itu, sehingga hati-Nya pun menjadi masygul karenanya.
- Atau, Ketiga, sikap Kristus tersebut merupakan ungkapan dari rasa simpati terhadap teman-teman-Nya yang sedang berduka. Inilah hati yang tergerak dan kasih sayang yang sungguh-sungguh dibutuhkan oleh gereja yang sedang menderita (Yes. 63:15). Kristus tidak saja terlihat prihatin, tetapi juga menjadi masygul hati-Nya. Dia benar-benar tergugah karena kejadian itu dalam batin-Nya. Kawan-kawan palsu Daud berpura-pura tergugah untuk menyembunyikan kejahatan mereka (Mzm. 41:7), tetapi kita harus belajar dari Kristus supaya memberikan kasih sayang dan rasa simpati kita tanpa berpura-pura. Keluhan Kristus benar-benar tulus dan mendalam.
- [2] Ia menjadi sangat terharu. Ia membiarkan diri-Nya menjadi terharu, begitulah arti sebenarnya dari kalimat itu. Kristus memiliki segala perasaan dan rasa kasih yang ada dalam sifat manusia, sebab di dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudara-Nya, tetapi Kristus dapat mengendalikan semua perasaan itu, yang dapat hanya bila dan ketika Ia kehendaki. Ia tidak pernah terharu, tetapi membiarkan diri-Nya terharu, saat Ia menyaksikan perkara tertentu. Kristus sering kali membiarkan diri-Nya tergugah oleh kesesakan, tetapi tidak pernah direpotkan atau dikacaukan oleh kesesakan itu. Dengan kehendak-Nya sendiri Dia memperlihatkan perasan dan belas kasihan-Nya. Ia berkuasa meletakkan dukacita-Nya dan berkuasa pula untuk mengambilnya kembali.
- . Keprihatinan-Nya terhadap mereka, yang terlihat melalui pertanyaan-Nya yang lembut mengenai jasad almarhum kawan-Nya itu (ay. 34): Di manakah dia kamu baringkan? Dia tetap menanyakan itu walaupun Ia tahu betul di mana Lazarus dibaringkan, sebab:
- (1) Ia hendak menunjukkan diri-Nya sebagai manusia, bahkan saat Ia hendak mengadakan kuasa Allah. Karena mengambil rupa sebagai manusia, Ia pun menyesuaikan diri dengan kebiasaan dan cara anak-anak manusia: Non nescit, sed quasi nescit -- Dia bukannya tidak tahu, melainkan berbuat seolah-seolah begitu, kata Augustinus.
- (2) Dia menanyakan letak kuburan Lazarus, supaya orang-orang Yahudi yang tidak mau percaya itu tidak akan memiliki alasan untuk mencurigai bahwa Ia telah bersekongkol dengan Lazarus, seandainya Ia langsung pergi menuju kuburan yang letaknya sudah Ia ketahui melalui hikmat-Nya. Banyak para penafsir mengamati hal ini dari pendapat Krisostom (seorang bapa gereja abad keempat -- pen.).
- (3) Dengan demikian Ia hendak mengalihkan perhatian sahabat-sahabat-Nya yang sedang berdukacita itu, dengan membangkitkan harapan mereka akan sesuatu yang hebat. Seolah-olah Ia berkata, "Aku tidak datang kemari untuk berbelasungkawa dan mencucurkan air mata yang tidak bermanfaat apa-apa seperti yang kamu lakukan. Tidak, aku punya pekerjaan lain. Marilah kita pergi ke kubur dan menyelesaikan perkara ini." Perhatikan, memusatkan perhatian kita kepada pekerjaan kita merupakan obat ampuh untuk melawan kesedihan yang berlebihan.
- (4) Dengan berkata begitu Kristus hendak menegaskan kepada kita bahwa Ia selalu memperhatikan jasad para orang kudus yang terbaring di kuburan. Dia memperhatikan di mana mereka dibaringkan dan akan menjaga mereka. Tidak saja terdapat kovenan dengan debu, melainkan juga ada penjagaan terhadapnya.
- . Air mata-Nya yang berlinang. Orang-orang di sekeliling-Nya tidak memberitahu-Nya di mana jasad Lazarus dibaringkan, tetapi mereka ingin supaya Ia datang dan melihatnya sendiri. Jadi mereka pun langsung membawa-Nya ke kubur itu supaya apa yang Ia lihat dengan mata-Nya akan menggugah hati-Nya lebih dalam lagi.
- (1) Sementara berjalan ke kubur, menangislah Yesus (ay. 35), seolah-olah Ia sedang mengantar mayat itu ke sana. Ayat itu memang amat pendek, tetapi mengandung banyak petunjuk:
- [1] Bahwa Yesus Kristus itu benar-benar manusia yang serupa dengan anak-anak manusia, bukan saja dalam darah dan daging, tetapi juga dalam jiwa-Nya yang juga dapat tergugah oleh rasa sukacita, dukacita, dan perasaan-perasaan lainnya. Sebelum Ia menunjukkan bukti keilahian-Nya dalam membangkitkan Lazarus, Kristus membuktikan kemanusiaan-Nya atau jati diri-Nya sebagai manusia dalam dua pengertian, yaitu, sebagai manusia, Ia bisa menangis, dan sebagai manusia yang berbelas kasihan, Ia akan menangis.
- [2] Bahwa Ia adalah seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan, sebagaimana telah dinubuatkan sebelumnya (Yes. 53:3). Kita tidak pernah membaca bahwa Ia tertawa, tetapi lebih dari sekali kita mendapati-Nya berlinang air mata. Dengan begitu, Ia menunjukkan bahwa keadaan yang menyedihkan bukan saja beriringan dengan kasih Allah, tetapi juga barangsiapa yang menabur di dalam Roh harus juga menabur dalam cucuran air mata.
- [3] Air mata belas kasihan layak menjadi bagian dari orang Kristen, dan menjadikan mereka lebih menyerupai Kristus. Sangatlah melegakan bagi orang-orang yang berduka saat kawan-kawan mereka turut bersimpati dengan mereka, apalagi jika kawan itu adalah orang yang seperti Tuhan Yesus.
- (2) Anggapan yang berbeda-beda terhadap tangisan Kristus itu.
- [1] Beberapa orang mengartikannya baik dan tulus, dan sudah sewajarnya (ay. 36): Kata orang-orang Yahudi, lihatlah, betapa kasih-Nya kepadanya! Kelihatannya mereka heran melihat Kristus begitu mengasihi seorang yang sama sekali tidak punya hubungan saudara apa-apa dengan-Nya, dan belum begitu lama dikenal-Nya, sebab Kristus menghabiskan kebanyakan waktu-Nya di daerah Galilea yang terletak amat jauh dari Betania. Seperti yang telah diteladankan oleh Kristus, kita juga harus memperlihatkan kasih kita kepada kawan-kawan kita, baik yang masih hidup maupun yang telah berpulang. Kita harus turut berdukacita bagi saudara-saudara kita yang telah tertidur di dalam Yesus sebagaimana orang-orang yang penuh dengan kasih, meskipun tidak berarti kita telah kehilangan harapan, seperti orang-orang saleh yang menguburkan mayat Stefanus (Kis. 8:2). Air mata kita tidak membawa manfaat apa-apa bagi orang yang meninggal itu, namun tetap dapat mengawetkan kenangan kita akan mereka. Air mata itulah yang menjadi tanda kasih istimewa Kristus terhadap Lazarus, tetapi Kristus juga telah menunjukkan bukti yang tak kalah kuatnya mengenai kasih-Nya terhadap semua orang kudus, yaitu dengan mati bagi mereka. Saat Kristus hanya meneteskan air mata-Nya bagi Lazarus, mereka berkata, lihatlah, betapa kasih-Nya kepadanya! Jadi, terlebih lagi kita memiliki alasan lebih banyak untuk berkata demikian mengenai Dia yang telah menyerahkan nyawa-Nya bagi kita: lihatlah, betapa kasih-Nya kepada kita! Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seperti itu.
- [2] Beberapa orang lainnya memberikan penilaian yang keliru mengenai tangisan Kristus, seolah-olah air mata-Nya itu menandakan ketidakmampuan-Nya untuk menolong teman-Nya (ay. 37): Ia yang memelekkan mata orang buta, tidak sanggupkah Ia bertindak untuk mencegah kematian Lazarus? Di sini tersirat secara licik,
- Pertama, bahwa kematian Lazarus menjadi kedukaan yang besar bagi Kristus (seperti yang terlihat melalui air mata-Nya), karena jika Ia sanggup mencegah kematiannya, maka Ia pun pasti telah melakukannya, tetapi sekarang karena Ia tidak melakukan hal itu, maka mereka berkesimpulan bahwa Ia memang tidak mampu mencegah kematian Lazarus. Ini sama seperti yang mereka simpulkan saat Ia akan mati di kayu salib, bahwa karena Dia tidak menyelamatkan diri-Nya dengan turun dari salib itu, maka itu berarti Dia tidak sanggup menyelamatkan diri-Nya sendiri. Mereka tidak ingat bahwa kuasa ilahi selalu dikerahkan berdasarkan hikmat ilahi dan tidak semata oleh keinginan-Nya saja, tetapi berdasarkan hikmat dari kehendak-Nya itu. Kenyataan inilah yang harus kita terima. Jika kawan-kawan Kristus yang dikasihi-Nya mati, dan jika gereja yang dikasihi-Nya dianiaya dan mengalami kesukaran, kita tidak boleh lantas menyimpulkan bahwa hal itu disebabkan karena ada cacat dalam kuasa maupun kasih-Nya, tetapi harus tetap percaya bahwa semua itu terjadi karena ada maksud-Nya yang terbaik.
- Kedua, mereka masih meragu-ragukan apakah Kristus telah benar-benar mencelikkan mata orang buta. Artinya, bagi mereka itu hanya suatu rekayasa. Jika kini Ia tidak melakukan mujizat, maka mereka pikir hal itu cukup untuk meragukan mujizat yang telah Ia perbuat sebelumnya. Setidaknya, hal itu menunjukkan bahwa Ia memiliki kuasa yang terbatas, dan karena itu, bukan kuasa ilahi. Kristus pun segera meyakinkan para penyebar fitnah itu dengan membangkitkan Lazarus dari kematiannya, yang merupakan perbuatan yang lebih besar lagi. Dia bisa saja mencegah kematian Lazarus, tetapi tidak melakukannya karena Ia hendak menunjukkan kemuliaan-Nya dengan cara yang lebih gemilang.
- II. Kristus menghampiri kuburan dan mempersiapkan segala yang diperlukan sebelum Ia membuat mujizat itu.
- . Kristus sekali lagi merasa masygul, sewaktu Ia mendekati kuburan itu (ay. 38): Maka masygullah pula hati Yesus, lalu Ia pergi ke kubur itu.
- Dia merasa masygul:
- (1) Karena tidak senang melihat ketidakpercayaan orang-orang yang begitu meragukan kuasa-Nya, dan mempersalahkan-Nya karena tidak mencegah kematian Lazarus. Ia berdukacita karena kedegilan mereka. Dosa dan kebodohan manusia, terutama yang Ia dapati di Yerusalem (Mat. 23:37), membuatnya merasa masygul, lebih dari kemasygulan yang ditimbulkan oleh kesukaran atau kesengsaraan yang ditimpakan kepada-Nya.
- (2) Karena Ia begitu tergugah dengan ratapan-ratapan di sekitar-Nya, yang sepertinya keluar dari mulut kedua bersaudari itu saat mereka hampir sampai di kuburan, ratapan yang semakin lama semakin nyaring dan menyedihkan daripada sebelumnya, sehingga hati-Nya yang lembut pun tersentuh oleh tangisan mereka itu.
- (3) Beberapa orang beranggapan bahwa hati-Nya menjadi masygul karena demi memuaskan keinginan kawan-kawan-Nya itu, Ia akan membangkitkan Lazarus ke dalam dunia yang penuh dengan dosa dan masalah ini, dari peristirahatan yang baru saja ia masuki. Kebangkitannya itu memang merupakan kebaikan bagi Marta dan Maria, tetapi bagi Lazarus sendiri, hal itu seperti melemparkan kembali seseorang ke dalam lautan yang mengamuk setelah ia baru saja mendarat dengan selamat di pelabuhan yang tenang dan aman. Jika Lazarus dibiarkan di dunia lain, Kristus akan segera menyusul-Nya ke sana, tetapi kini, setelah ia dihidupkan kembali, ia malah akan ditinggalkan oleh Kristus di dunia ini.
- (4) Kristus menjadi masygul seperti seseorang yang tergugah oleh keadaan manusia yang berdosa dan celaka dan yang takluk kepada maut. Dari keadaan inilah Ia kini hendak mengangkat Lazarus keluar. Karena itulah Ia menguatkan diri untuk berpegang teguh kepada Allah melalui doa yang kini hendak Ia panjatkan, supaya Ia dapat mempersembahkan doa itu dengan ratap tangis (Ibr. 5:7). Saat diutus memberitakan Injil untuk membangkitkan jiwa-jiwa yang telah mati, para hamba Tuhan juga harus tergugah oleh keadaan menyedihkan dari orang-orang yang mereka khotbahi dan doakan itu. Hati mereka juga harus menjadi masygul saat memikirkan keadaan orang-orang itu.
- . Kuburan di mana Lazarus terbaring digambarkan demikian: Kubur itu adalah sebuah gua yang ditutup dengan batu. Kuburan orang biasa mungkin digali sebagaimana kuburan kita saat ini, tetapi orang-orang yang terhormat dimakamkan dalam sebuah ruang makam yang tertutup baik, seperti juga kita. Demikian juga Lazarus, dan kuburan tempat Kristus dikuburkan. Mungkin saja kebiasaan itu dipertahankan di antara orang-orang Yahudi untuk meniru leluhur mereka yang menguburkan jasad orang mati di dalam gua Makhpela (Kej. 23:19). Perhatian besar yang mereka tunjukkan dalam mengurusi jasad kawan-kawan mereka menegaskan pengharapan mereka akan kebangkitan. Mereka menganggap seluruh upacara penguburan selesai dilakukan bila sebuah batu besar telah digulingkan untuk menutupi kubur itu, atau seperti dalam kasus ini, diletakkan di sana, seperti batu yang diletakkan di mulut gua singa tempat Daniel dilemparkan (Dan. 6:18), supaya tidak dapat dibuat perubahan apa-apa. Hal ini menunjukkan bahwa orang mati dipisahkan dari orang hidup, dan bahwa mereka telah pergi ke tempat lain dan tidak akan kembali lagi. Batu itu mungkin saja batu nisan dengan sebuah tulisan yang terpatri di atasnya, yang disebut orang Yunani dengan mnēmeion -- sebuah peringatan, karena merupakan kenangan akan orang yang telah tiada itu, sekaligus juga peringatan bagi yang masih hidup, untuk mengingatkan mereka akan apa yang perlu diingat oleh kita semua. Orang Latin menyebut batu itu Monumentum, à monendo, sebab memberikan peringatan.
- . Perintah untuk menyingkirkan batu itu (ay. 39): Angkat batu itu! Kristus ingin supaya batu itu disingkirkan supaya semua orang yang menonton dapat melihat jasad Lazarus terbaring kaku di dalam makam, dan supaya jalan keluar dari makam itu terbuka sehingga Lazarus dapat keluar dari sana. Juga, supaya tampak bahwa yang keluar itu adalah benar-benar tubuh manusia dan bukannya hantu atau makhluk halus. Kristus ingin supaya beberapa hamba menyingkirkan batu itu sehingga mereka menjadi saksi-saksi yang mencium bau tubuhnya yang membusuk, yang menandakan bahwa tubuh itu memang benar-benar telah mati. Menyingkirkan batu merupakan sebuah langkah awal yang bagus untuk membangkitkan sebuah jiwa ke dalam kehidupan rohani, yaitu saat prasangka disingkirkan dan sirna, dan sebuah jalan terbuka untuk firman masuk ke dalam hati dan bekerja di sana serta mengatakan apa yang harus disampaikannya.
- . Marta keberatan untuk membuka kubur itu: Tuhan, ia sudah berbau, atau menjadi busuk, sebab sudah empat hari ia mati, tetartaios gar esti, quatriduanus est, telah empat hari lamanya ia ada di dunia lain, menjadi warga dan penghuni kubur selama empat hari. Mungkin saja Marta telah mencium bau busuk itu saat mereka sedang menyingkirkan batu itu, sehingga ia pun berseru begitu.
- (1) Dengan demikian, mudah saja mengamati sifat alami tubuh manusia: empat hari tidaklah begitu lama, tetapi perubahan yang terjadi terhadap tubuh manusia itu selama waktu tersebut amatlah besar, jika tubuh itu begitu lamanya tidak menyentuh makanan, apalagi jika ada begitu lama tanpa kehidupan! Menurut Dr. Hammond, mayat manusia biasanya membusuk dalam kurun waktu tujuh puluh dua jam. Orang Yahudi juga berpendapat bahwa pada hari keempat setelah kematian, mayat manusia akan sangat berubah sehingga tidak dapat dikenali lagi sebagai manusia. Begitulah pendapat Maimonides (seorang filsuf Yahudi -- pen.) yang dikutip oleh Lightfoot. Kristus bangkit pada hari ketiga karena Dia tidak akan melihat kebinasaan.
- (2) Tidak mudah menerka mengapa Marta berkata demikian.
- [1] Beberapa orang berpendapat bahwa ia mengatakan itu dengan kelembutan dan rasa hormat yang seharusnya dimiliki terhadap jasad seseorang. Karena kini jasad itu sudah mulai membusuk, Marta pun tidak mau jasad saudaranya itu dipertontonkan di hadapan orang banyak.
- [2] Yang lain lagi berpendapat bahwa Marta mengatakan itu demi kebaikan Kristus, kalau-kalau bau busuk itu akan mengganggu-Nya. Demikianlah sesuatu yang berbau busuk digambarkan dengan kubur yang menganga (Mzm. 5:10). Jika ada sesuatu yang berbau busuk, maka Marta tidak mau Sang Guru mendekatinya. Namun, Dia tidaklah halus dan rapuh sampai tidak bisa tahan terhadap bau tidak sedap. Jika Ia seperti itu, pastilah Ia tidak akan sudi datang ke dunia manusia ini, yang telah dibuat dosa menjadi tumpukan kotoran dan berbau busuk (semuanya telah menjadi bejat) (Mzm. 14:3).
- [3] Tetapi dari jawaban yang diberikan Kristus, kelihatannya perkataan Martha itu menggambarkan ketidakpercayaan dan keraguan Marta: "Tuhan, sekarang sudah terlambat untuk menolong Lazarus. Tubuhnya sudah mulai membusuk dan mustahil rasanya bahwa jasadnya yang telah bau itu dapat hidup kembali." Marta telah patah arang dan kehilangan harapan bahwa Lazarus bisa bangkit kembali, sebab belum pernah terjadi, baik belakangan ini maupun sebelumnya, ada orang yang telah mati dan membusuk bisa hidup lagi. Saat tulang-tulang kita telah menjadi kering, kita pun lantas berkata bahwa pengharapan kita sudah lenyap. Akan tetapi, ketidakpercayaan Marta itu membuat mujizat ini semakin terbukti nyata dan gemilang, sebab melalui perkataannya tadi, terbukti bahwa Lazarus memang telah benar-benar mati, dan bukannya hanya sekadar mati suri, sebab, sekalipun sosok orang mati dapat dibuat-buat, namun tidak demikian halnya dengan baunya. Anggapan Marta bahwa kebangkitan itu benar-benar mustahil untuk dilakukan lebih membawa kehormatan kepada Kristus yang melakukannya.
- . Teguran lembut yang diucapkan Kristus terhadap Marta (ay. 40), "Bukankah sudah Kukatakan kepadamu: Jikalau engkau percaya engkau akan melihat kemuliaan Allah?" Perkataan Kristus kepada Marta ini tidak dicatat sebelumnya, mungkin saja Ia telah berkata hal yang sama saat Marta menjawab (ay. 27), Ya, Tuhan, aku percaya, sehingga cukup dicatat sekali saja di sini saat Kristus mengulanginya lagi.
- Perhatikan:
- (1) Tuhan Yesus kita telah memberi jaminan penuh bahwa iman yang sejati pada akhirnya akan dikaruniai dengan penglihatan yang penuh rahmat: "Jikalau engkau percaya, engkau akan melihat kemuliaan Allah tampak padamu, baik di dunia ini maupun di dunia lain." Jika kita mempercayai firman Kristus itu dan bergantung pada kuasa dan kesetiaan-Nya, kita pun akan melihat kemuliaan Allah dan berbahagia dengan penglihatan itu.
- (2) Kita sering perlu diingatkan terus-menerus mengenai belas kasihan yang pasti ini, yang dipakai oleh Yesus Tuhan kita untuk mendorong kita. Kristus tidak memberikan jawaban langsung terhadap perkataan Marta ataupun berjanji untuk melakukan sesuatu, melainkan menyuruhnya untuk berpegang teguh pada jaminan yang telah Ia berikan secara umum: Percaya sajalah. Kita sering kali lupa tentang apa yang telah Kristus katakan sehingga kita memerlukan-Nya untuk selalu mengingatkan kita akan hal itu melalui Roh-Nya, "Bukankah sudah Kukatakan kepadamu begini begitu? Jadi masakan kini engkau berpikir bahwa Aku akan membatalkan apa yang sudah kukatakan itu?"
- . Kubur itu akhirnya dibuka juga untuk mematuhi perintah Kristus, meskipun Marta berkeberatan (ay. 41): Maka mereka mengangkat batu itu. Setelah Marta merasa yakin dan menyingkirkan keberatannya itu, mereka pun melanjutkan membuka kubur itu. Jika kita hendak melihat kemuliaan Allah, kita harus membiarkan Kristus bertindak dengan cara-Nya sendiri, dan tidak boleh memaksakan keinginan kita, melainkan berserah kepada-Nya. Mereka mengangkat batu itu, dan hanya itulah yang dapat mereka lakukan. Hanya Kristus saja yang dapat menganugerahkan kehidupan. Apa yang dapat diperbuat manusia hanyalah mempersiapkan jalan bagi Tuhan, menimbun lembah dan meratakan bukit, dan seperti di sini, mengangkat batu itu.
- III. Bagaimana mujizat itu dilakukan. Tertarik dengan diangkatnya batu itu, para penonton yang mengelilingi kuburan itu, bukan untuk menyaksikan debu kembali ke debu, tanah kembali ke tanah, melainkan untuk menyambut debu dari debu, dan tanah dari tanah lagi. Setelah harapan mereka bangkit lagi, Tuhan Yesus kita pun mulai melakukan pekerjaan-Nya.
- . Ia mengarahkan diri-Nya sendiri kepada Bapa-Nya yang hidup di sorga, demikianlah Ia memanggil-Nya (5:17), dan mengarahkan mata-Nya kepada-Nya.
- (1) Sikap tubuh yang ditunjukkan-Nya mengandung makna yang mendalam: Ia menengadah ke atas, sebuah sikap jasmani yang menunjukkan pengangkatan pikiran, untuk menunjukkan kepada semua orang di sekeliling-Nya dari mana kuasa-Nya berasal, dan juga untuk memberikan sebuah teladan bagi kita. Sikap tubuh seperti inilah yang harus kita lakukan (17:1). Orang-orang duniawi akan menertawakan hal ini, tetapi di sini yang hendak ditekankan secara khusus kepada kita adalah untuk mengangkat hati kita kepada Allah yang ada di sorga. Sebab, apakah doa itu, selain mengangkat jiwa kepada Allah dan mengarahkan kasih sayang dan perasaan kita ke sorga? Kristus menengadah ke atas, melihat ke atas, melihat jauh melampaui kubur di mana Lazarus terbaring, dan mengatasi segala kesulitan yang terbentang di hadapan-Nya, supaya dengan teguh Ia dapat mengarahkan mata-Nya kepada Kemahakuasaan ilahi. Dengan ini Ia hendak mengajari kita supaya berlaku seperti Abraham, yang imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah, dan bahwa rahim Sara telah tertutup. Abraham sama sekali tidak mempedulikan semua itu, sehingga ia pun memperoleh tingkat iman yang tinggi sampai tidak menjadi bimbang karena ketidakpercayaan (Rm. 4:20).
- (2) Kristus memalingkan hati-Nya kepada Allah dengan keyakinan dan kepercayaan yang sangat besar: Bapa, Aku mengucap syukur kepada-Mu, karena Engkau telah mendengarkan Aku.
- [1] Melalui teladan-Nya itu, di sini Ia hendak mengajarkan kita,
- Pertama, supaya memanggil Allah sebagai Bapa dalam doa kita, dan untuk menghampiri-Nya sebagaimana anak-anak menghampiri ayah mereka, dengan sikap hormat dan rendah hati, namun dengan keberanian yang kudus.
- Kedua, supaya memuji Bapa dalam doa-doa kita dan mengucap syukur kepada-Nya atas pertolongan yang telah Ia berikan kepada kita sebelumnya, saat kita datang untuk memohon belas kasihan yang lain. Pengucapan syukur yang diarahkan bagi kemuliaan Allah (dan bukannya kemuliaan untuk diri kita sendiri seperti perkataan Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, yang terlontar dari mulut orang Farisi), merupakan sarana yang layak untuk mengalaskan segala permintaan kita.
- [2] Tetapi, pengucapan syukur Sang Juruselamat kita di sini dimaksudkan untuk mengungkapkan keyakinan-Nya yang tidak tergoyahkan dalam keberhasilan mujizat yang hendak dilakukan-Nya sebentar lagi, yang diperbuat melalui kuasa-Nya dengan persetujuan Bapa-Nya: "Bapa, Aku mengucap syukur kepada-Mu, karena kehendak-Ku dan kehendak-Mu, seperti yang selalu demikian, sejalan dalam perkara ini." Elia dan Elisa juga membangkitkan orang mati, tetapi sebagai hamba-hamba Allah saja, melalui permohonan mereka yang tulus. Akan tetapi, Kristus melakukannya sebagai seorang Anak, melalui wewenang-Nya sendiri sebagai seorang yang memiliki hidup dalam diri-Nya sendiri, dan kuasa untuk membangkitkan siapa pun yang Ia kehendaki, dan Ia menyatakan ini sebagai perbuatan-Nya sendiri (ay. 11): Aku pergi ke sana untuk membangunkan dia dari tidurnya. Walaupun begitu, Ia tetap berkata seolah-olah Ia memperoleh kuasa itu melalui doa, sebab Bapa-Nya mendengarkan Dia: mungkin saja Ia telah mendoakan hal itu saat hati-Nya masygul, lagi dan lagi (ay. 33,38), melalui sebuah doa di dalam relung hati, dengan kemasygulan yang tidak terucapkan.
- Pertama, Kristus menyebut mujizat ini sebagai jawaban dari sebuah doa:
- . Untuk merendahkan diri-Nya. Meskipun Ia adalah Sang Anak, Ia tetap belajar untuk taat, untuk meminta dan menerima. Mahkota-Nya sebagai Sang Perantara dikaruniakan kepada-Nya melalui sebuah permintaan, walaupun itu adalah hak-Nya (Mzm. 2:8; Yoh. 17:5). Dia berdoa bagi kemuliaan yang telah Ia miliki sebelum dunia ada, sekalipun Dia bisa saja menuntut-Nya karena Ia tidak pernah kehilangan hak atas kemuliaan itu.
- . Oleh karena Ia berkenan untuk menghormati doa, dan menjadikannya kunci untuk membuka peti harta yang berisikan kuasa dan kasih karunia ilahi.
- Dengan demikian, Ia hendak mengajari kita untuk masuk ke dalam tempat kudus melalui doa dan penerapan iman kita yang sungguh-sungguh.
- Kedua, dengan penuh keyakinan bahwa doa-Nya telah dijawab, Kristus pun menyatakan:
- a. Pengabulan jawaban doa-Nya itu dengan penuh rasa syukur: Aku mengucap syukur kepada-Mu, karena Engkau telah mendengarkan Aku. Sekalipun mujizat itu sendiri belum dilakukan, tetapi doa itu sudah terjawab dan Kristus pun bersuka ria sebelum kemenangan-Nya terjadi. Tidak ada seorang pun yang dapat mengaku-ngaku memiliki keyakinan sebesar Kristus itu. Namun demikian, melalui iman akan janji Allah, kita pun dapat memperoleh belas kasihan sebelum hal itu benar-benar diberikan, dan bersukacita serta bersyukur kepada Allah walaupun belum memperoleh belas kasihan itu. Dalam renungan-renungan Daud, mazmur yang sama yang diawali dengan doa untuk mohon belas kasihan selalu ditutup dengan pengucapan syukur atasnya.
- Perhatikan:
- (a) Belas kasihan yang diberikan sebagai jawaban doa harus diakui dengan cara istimewa melalui pengucapan syukur. Selain belas kasihan itu sendiri, kita pun harus menghargai pengabulan doa itu sendiri sebagai sebuah kebaikan besar karena doa-doa kita yang sederhana telah didengar.
- (b) Kita harus menyambut penampakan awal atas jawaban doa kita dengan pengucapan syukur sedini mungkin. Sebagaimana Allah menjawab kita dengan belas kasihan-Nya, bahkan sebelum kita memanggil-Nya, dan mendengarkan kita bahkan ketika kita masih berbicara, begitu pula kita harus menjawab Dia dengan pujian bahkan sebelum Ia mengaruniakan belas kasihan-Nya itu, dan mengucap syukur kepada-Nya sementara Ia tengah menyampaikan kabar baik dan perkataan yang menghibur.
- b. Keyakinan-Nya yang penuh keceriaan akan jawaban atas doa-Nya di setiap waktu (ay. 42): Aku tahu, bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku. Janganlah ada orang yang berpikir bahwa ini hanyalah sebuah kebaikan luar biasa yang hendak diberikan kepada-Nya sekarang, sesuatu yang tidak pernah Ia peroleh sebelumnya, dan yang tidak akan lagi Ia miliki setelah itu. Tidak, Dia selalu memiliki kuasa ilahi yang sama, yang menyertai-Nya dalam setiap pekerjaan yang Ia lakukan, dan Ia selalu mengerjakan apa yang seturut dengan hikmat Allah. "Aku mengucap syukur" (kata-Nya) "sebab dalam perkara ini pun Engkau mendengarkan-Ku, sebab Aku yakin selalu didengar dalam segala hal."
- Lihatlah di sini:
- (a) Betapa pentingnya kedudukan Tuhan Yesus di sorga. Bapa selalu mendengar-Nya, dan Ia selalu dapat menghampiri-Nya setiap waktu, dan berhasil dalam menunaikan setiap tugas yang diemban-Nya. Dan kita juga dapat yakin bahwa kedudukan pentingnya itu tidak berkurang dengan kepergian-Nya ke sorga, dan karena itu kita dapat tetap berteguh untuk menggantungkan diri pada doa-doa syafaat-Nya dan menaruh semua permohonan kita ke dalam tangan-Nya, sebab kita yakin bahwa Bapa selalu mendengar-Nya.
- (b) Keyakinan-Nya akan kedudukan-Nya yang penting itu: Aku tahu. Ia sama sekali tidak pernah meragukan hal itu, tetapi benar-benar merasa puas dalam pikiran-Nya sendiri akan perkenanan Bapa-Nya terhadap Dia dan akan kesesuaian Bapa dengan Dia dalam segala hal. Kita tidak dapat memiliki keyakinan seteguh yang dimiliki Yesus, tetapi kita tahu bahwa Ia akan mengabulkan apa saja yang kita minta menurut kehendak-Nya (1Yoh. 5:14-15).
- Ketiga, namun, mengapa Kristus harus menunjukkan di depan khalayak ramai bahwa Ia memperoleh kuasa untuk melakukan mujizat itu melalui doa? Ia pun menambahkan, "Karena orang banyak yang berdiri di sini mengelilingi Aku, supaya mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku." Sebab, doa juga dapat dipakai untuk berkhotbah.
- . Hal itu dimaksudkan untuk menghapuskan keberatan dan tuduhan para musuh-Nya. Orang-orang Farisi dan antek-antek mereka telah menghujat Dia melakukan mujizat dengan bantuan Iblis. Sekarang, untuk membuktikan sebaliknya, kini Ia pun terang-terangan memohon kepada Allah melalui doa-doa, bukan mantera-mantera, bukan bisik-bisik dan komat-kamit seperti orang-orang yang meminta petunjuk kepada arwah dan roh-roh peramal (Yes. 8:19), tetapi dengan pandangan yang menengadah dan suara yang menyatakan hubungan dan ketergantungan-Nya pada sorga.
- . Hal itu dimaksudkan untuk meneguhkan iman orang-orang yang berpihak kepada-Nya: supaya mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku, bukan untuk membinasakan hidup manusia, melainkan untuk menyelamatkan mereka. Untuk membuktikan bahwa Allah-lah yang mengutusnya, Musa membuat tanah terbelah dan menelan orang-orang (Bil. 16:31), sedangkan Elia membuktikan dirinya diutus Allah dengan membuat api turun dari langit dan memusnahkan manusia. Demikianlah, hukum Taurat adalah tata aturan yang memberi penghukuman dan kematian, tetapi Kristus membuktikan amanat-Nya dengan membangkitkan hidup orang yang telah mati. Beberapa orang mengartikannya demikian: Seandainya Kristus secara terbuka mengumumkan bahwa mujizat-Nya itu dilakukan dengan kuasa-Nya sendiri, beberapa murid-Nya yang beriman lemah, yang belum memahami sifat keilahian-Nya, mungkin akan mengira bahwa Ia terlalu menyombongkan diri-Nya, sehingga mereka bisa saja tersandung karena itu. Bayi-bayi seperti mereka belum sanggup diberi makanan keras seperti itu, sehingga Ia pun memilih untuk menyatakan bahwa kuasa-Nya itu Ia peroleh dan terima dari Allah. Dengan begitu, Ia menyangkal diri-Nya, supaya Dia dapat berbicara dengan lebih jelas kepada kita. Non ita respexit ad swam dignitatem atque ad nostram salutem -- Dalam apa pun yang Ia katakan, Ia lebih mementingkan keselamatan kita daripada kehormatan-Nya sendiri. -- Jansenius (seorang theolog Belanda abad keenam belas -- pen.).
- . Kini Ia mengalihkan perhatian-Nya kepada kawan-Nya yang sudah terbujur kaku di dalam tanah. Berserulah Ia dengan suara keras: Lazarus, marilah ke luar!
- (1) Kristus bisa saja membangkitkan Lazarus dengan mengerahkan kuasa dan kehendak-Nya secara diam-diam, dan bekerja tanpa terlihat melalui Roh kehidupan. Namun demikian, Ia melakukannya melalui sebuah panggilan yang nyaring,
- [1] Untuk memaknai kuasa yang dikerahkan dalam membangkitkan Lazarus, bagaimana Ia menciptakan hal yang baru ini. Dia berfirman, dan hal itu pun terjadi. Ia berseru dengan suara nyaring, untuk menandakan kebesaran pekerjaan itu dan kebesaran kuasa yang digunakan, dan untuk menyemangati diri-Nya sendiri bahwa seolah-olah Ia sedang menyerang gerbang maut, bagaikan para serdadu yang menyerang sambil berseru nyaring. Untuk memanggil Lazarus, memang selayaknya dilakukan dengan seruan nyaring, sebab,
- Pertama, jiwa Lazarus yang hendak dipanggil kembali berada di tempat yang jauh. Jiwanya tidak berkeliaran di sekitar kubur sebagaimana yang dibayangkan orang-orang Yahudi, melainkan telah dipindahkan ke Hades (dunia orang mati), dunia roh. Jadi, wajar saja untuk berseru nyaring saat kita memanggil seorang yang sudah jauh.
- Kedua, tubuh Lazarus yang hendak dipanggil itu kini telah tertidur, dan kita memang biasa berseru nyaring saat hendak membangunkan seseorang dari tidurnya. Kristus berseru dengan suara nyaring supaya tergenapilah firman Allah (Yes. 45:19): Tidak pernah Aku berkata dengan sembunyi atau di tempat bumi yang gelap.
- [2] Untuk menjadikannya sebagai perlambang atau gambaran akan pekerjaan ajaib lainnya, terutama kebangkitan-kebangkitan lain yang hendak diperbuat Kristus dengan mengerahkan kuasa-Nya. Seruan nyaring itu menjadi gambaran dari,
- Pertama, panggilan Injil, yang melaluinya jiwa-jiwa yang mati dibangkitkan dari kuburan dosa. Inilah kebangkitan yang dibicarakan oleh Kristus itu (5:25), dan yang dimaksudkan oleh perkataan-Nya itu (6:63). Kini, melalui peristiwa Lazarus ini Ia pun memberikan contoh tentang kebangkitan itu. Melalui firman-Nya, Ia berkata kepada jiwa-jiwa itu, "Engkau harus hidup" (Yeh. 16:6), "Bangkitlah dari antara orang mati" (Ef. 5:14). Roh kehidupan dari Allah memasuki orang-orang yang telah mati dan kering tulang belulangnya, ketika Yehezkiel bernubuat tentang mereka (Yeh. 37:10). Orang-orang yang berkesimpulan atas dasar perintah untuk berbalik dan hidup tersebut, bahwa Dia memiliki kuasa dalam diri-Nya sendiri untuk mengubahkan dan menanamkan hidup yang baru, juga dapat menyimpulkan atas dasar panggilan terhadap Lazarus, bahwa Ia juga memiliki kuasa untuk membangkitkan diri-Nya sendiri.
- Kedua, peristiwa kebangkitan Lazarus itu merupakan gambaran dari suara sangkakala penghulu malaikat pada akhir zaman, yang membangunkan orang-orang yang sedang terlelap dalam debu dan mengumpulkan mereka ke depan pengadilan agung, saat Kristus akan turun dengan sebuah seruan, panggilan, atau perintah seperti di sini, marilah ke luar (Mzm. 50:4). Ia berseru, baik kepada langit di atas untuk memanggil jiwa-jiwa mereka, maupun kepada bumi untuk memanggil tubuh-tubuh mereka, supaya Ia dapat mengadili umat-Nya.
- (2) Seruan yang nyaring ini singkat saja, tetapi dahsyat melalui kekuatan Allah untuk mengguncangkan benteng pertahanan kubur itu.
- [1] Kristus memanggilnya dengan namanya sendiri, "Lazarus," seperti jika kita memanggil nama orang yang sedang tertidur untuk membangunkannya. Untuk menunjukkan penyertaan-Nya, Allah berkata kepada Musa, "Aku mengenal namamu." Panggilan dengan memakai nama itu menandakan bahwa orang yang sama yang sudah mati itu akan bangkit lagi di akhir zaman. Ia yang menamai bintang-bintang juga dapat membedakan nama-nama bintang-Nya yang bertaburan seperti debu jika dilihat dari bumi, dan tidak akan kehilangan satu pun dari antara mereka.
- [2] Ia memanggil Lazarus supaya keluar dari dalam kubur, berkata kepadanya seolah-olah ia telah hidup lagi dan tidak punya tugas lain selain keluar dari kuburannya itu. Kristus tidak mengatakan kepadanya, hiduplah, sebab Kristus sendirilah yang harus memberikan hidup itu. Sebaliknya, Ia berkata padanya, bergeraklah, karena kita memang wajib untuk bergerak saat kehidupan rohani kita dibangkitkan oleh kasih karunia Kristus. Kubur dosa dan dunia ini bukanlah tempat bagi orang-orang yang telah dihidupkan oleh Kristus, dan karena itulah mereka harus keluar dari sana.
- [3] Peristiwa itu berlangsung sebagaimana yang telah dimaksudkan: Orang yang telah mati itu datang ke luar (ay. 44). Kuasa mengikuti Firman Kristus untuk menyatukan jiwa dan raga Lazarus, dan ia pun datang ke luar. Mujizat tersebut digambarkan tidak dengan merincikan asal muasalnya yang tidak kelihatan supaya rasa penasaran kita terjawab, tetapi melalui hasilnya yang tampak, supaya iman kita boleh diteguhkan karenanya. Apakah ada orang yang bertanya di mana jiwa Lazarus berada selama empat hari saat terpisah dari raganya? Kita tidak diberi tahu mengenai hal itu, tetapi kita memiliki alasan kuat untuk percaya bahwa jiwanya ada di firdaus, dalam sukacita dan kegembiraan. Tetapi kini Anda mungkin ingin berkata, "Bukankah itu menjadi sebuah hal yang tidak menyenangkan bagi Lazarus karena menyebabkan jiwanya kembali lagi ke dalam penjara tubuh jasmani?" Sekalipun demikian, hal itu terjadi demi kehormatan Kristus dan kepentingan kerajaan-Nya, sehingga bagi Lazarus, hal itu pun tidak lebih dari siksaan yang harus dialami oleh Rasul Paulus yang harus terus merasakan duri dalam dagingnya saat ia tahu bahwa pergi menghadap Kristus tentunya akan jauh lebih menyenangkan. Jika ada yang bertanya kepada Lazarus setelah ia dibangkitkan, apakah ia dapat menceritakan atau menggambarkan bagaimana jiwanya keluar atau bersatu kembali dengan tubuhnya, atau apa yang dilihatnya di dunia lain, saya kira perubahan-perubahan itu tidaklah dapat dijelaskan oleh dia, sehingga ia pun akan setuju dengan pernyataan Paulus, "Entah di dalam tubuh, entah di luar tubuh, aku tidak tahu." Juga, apa yang ia lihat dan dengar, mungkin saja hal itu memang tidak diperbolehkan atau tidak mungkin diungkapkan. Dalam dunia yang penuh dengan logika, kita tidak bisa memahami gagasan-gagasan yang memadai mengenai dunia roh dan perkara yang terjadi di dalamnya, apalagi menyampaikannya kepada orang lain. Biarlah kita tidak menjadi terlalu bernafsu untuk mengetahui lebih dari apa yang telah dicatatkan bagi kita mengenai kebangkitan Lazarus, selain bahwa orang yang telah mati itu datang ke luar. Sebagian orang mengamati bahwa sekalipun kita dapat membaca kisah tentang banyak orang yang dibangkitkan dari kematian, yang tidak diragukan lagi bergaul karib dengan orang lain setelah mereka bangkit, Kitab Suci tidak mencatatkan satu pun perkataan yang mereka ucapkan setelah kejadian itu, selain yang terlontar dari mulut Tuhan Yesus sendiri.
- (3) Mujizat itu dilaksanakan:
- [1] Dengan segera. Tidak ada apa pun yang terjadi di antara seruan marilah ke luar dengan hasilnya, ia datang ke luar. Dictum factum -- segera terjadi setelah dikatakan. Biarlah kehidupan datang, dan kehidupan pun benar-benar datang. Demikianlah perubahan akibat kebangkitan itu akan terjadi dalam sekejap mata (1Kor. 15:52). Kuasa mahabesar yang sanggup melakukan hal itu sanggup juga melakukannya dalam sekejap: maka Engkau akan memanggil, dan aku pun akan menyahut. Aku akan datang saat dipanggil, sebagaimana Lazarus, ya, Tuhan.
- [2] Dengan sempurna. Tubuh Lazarus dibangkitkan secara menyeluruh sampai-sampai ia bangun dari kuburnya dalam keadaan yang sehat walafiat, seolah-olah ia baru saja bangun dari ranjangnya. Dia bukan saja kembali menjadi hidup, tetapi juga dalam keadaan bugar. Dia tidak dibangkitkan dalam keadaan sakit seperti dulu, melainkan untuk hidup sebagaimana orang-orang lainnya.
- [3] Dengan diiringi mujizat tambahan lain ini, sebagaimana yang dipikirkan beberapa orang, yaitu bahwa Lazarus keluar dari kuburnya sekalipun ia masih terbebat kain kapan, yang mengikat kaki dan tangannya, dan mukanya tertutup dengan kain peluh (sebab demikianlah cara orang Yahudi menguburkan orang mati). Lazarus pun keluar dalam balutan yang sama yang ia pakai saat ia dikuburkan, supaya nyata bahwa dia memang benar-benar Lazarus dan bukan orang lain, dan bahwa ia bukan saja hidup, tetapi juga sehat dan mampu berjalan, sekalipun ia masih terbebat kain kapan. Kain peluh yang menutupi mukanya juga membuktikan bahwa ia telah benar-benar mati, sebab jika tidak demikian, pasti ia juga tidak akan bertahan hidup karena kain itu telah membekapnya selama beberapa hari. Orang-orang yang menonton di sana membuka ikatan kain itu dan mengurusinya, dan dapat melihat bahwa itu benar-benar Lazarus, sehingga mereka pun menjadi saksi dari mujizat itu.
- Lihatlah di sini:
- Pertama, betapa sedikitnya yang kita bawa bersama-sama dengan kita saat kita meninggalkan dunia ini, hanya sehelai lilitan kain dan sebuah peti mati. Tidak perlu berganti pakaian dalam kubur, hanya perlu sehelai kain kapan saja.
- Kedua, bagaimana keadaan kita nanti di dalam kubur. Hikmat atau rupa seperti apakah yang kiranya terdapat di tempat di mana kita menutup mata, dan apalah gunanya tangan dan kaki yang terbebat? Begitulah yang akan terjadi dalam kubur, tempat yang kita tuju itu. Saat Lazarus keluar dengan tersandung-sandung dan merasa malu berada dalam balutan kain kapan itu, kita mungkin dapat membayangkan betapa takut dan terkejutnya orang-orang yang ada di sana melihat hal itu. Kita pun akan merasa demikian bila melihat seorang yang mati hidup lagi. Tetapi Kristus, untuk mencairkan suasana, menyuruh mereka untuk segera bekerja: "Bukalah kain-kain itu, longgarkan ikatan kain kapan yang membebatnya supaya ia dapat memakainya seperti pakaian biasa sampai ia tiba di rumahnya sendiri. Ia akan pergi sendiri ke sana dengan pakaian itu, tanpa harus diantar atau dituntun siapa pun." Sebagaimana dalam Perjanjian Lama, pengangkatan Henokh dan Elia merupakan penggambaran dari keadaan di masa depan yang masih kabur -- yang satu diangkat di tengah-tengah zaman nenek moyang dulu, dan yang satunya lagi semasa pemerintahan Musa, demikian pula kebangkitan Lazarus dalam Perjanjian Baru dimaksudkan untuk meneguhkan ajaran mengenai kebangkitan.
SH: Yoh 11:33-44 - Tuhan Yesus menangis (Minggu, 31 Januari 1999) Tuhan Yesus menangis
"Menangis" merupakan salah satu bentuk ungkapan wajar, sebagai
ungkapan perasaan. "Menangis" dapat mewakili perasaan gembir...
Tuhan Yesus menangis
"Menangis" merupakan salah satu bentuk ungkapan wajar, sebagai ungkapan perasaan. "Menangis" dapat mewakili perasaan gembira, sedih, haru, kecewa, dlsb. Orang-orang di sekitar Yesus berpikir ketika Yesus menangis. Ada yang berpikir bahwa Yesus menangis karena Ia sangat mengasihi Lazarus. Namun, Yesus menangis selain karena Lazarus, sahabat-Nya, juga karena melihat orang lain berduka atas kematian orang yang dikasihi. Apa yang Yesus lakukan terhadap Marta, Maria dan Lazarus, mengungkapkan kepada banyak orang bahwa sebenarnya telah terjalin hubungan yang kuat dan mendalam di antara mereka. Kenyataan ini selain memberikan penghiburan bagi Marta dan Maria, yang kehilangan Lazarus, juga menghilangkan kekecewaan perasaan mereka terhadap keterlambatan kedatangan Yesus.
Kristuslah pengharapan. Kesedihan yang dirasakan Marta dan Maria, berangsur-angsur sirna karena kehadiran Kristus di tengah-tengah mereka. Kuasa kematian yang tak pernah dapat dikalahkan manusia, ternyata harus tunduk di bawah otoritas kuasa Tuhan Yesus Kristus. Kuasa yang menghadirkan pengharapan dan membungkamkan pandangan negatif para pencemooh.
Hanya Allah yang sanggup. Tidak pernah terjadi dalam sejarah manusia bahwa orang yang sudah mati selama empat puluh hari bisa bangkit dari kuburnya. Suatu mukjizat yang hanya sanggup dilakukan oleh Allah saja. Kalau Yesus bukan Allah, siapa Dia yang berkuasa memberi hidup? Lazarus yang telah busuk itu dikaruniakan-Nya hidup kembali. Lazarus adalah saksi hidup, tak ada yang dapat menyangkal kenyataan ini. Kuasa dahsyat yang dianugerahkan-Nya bagi Lazarus dapat juga memberi kita hidup yang tidak lagi terbelenggu oleh kuasa dosa dan maut.
Renungkan: Semakin menggantungkan harap pada Yesus, semakin kuasa kehadiran dan kebangkitan-Nya memberi hidup berpengharapan.
Doa: Allah Bapa, Sang Pemberi hidup sejati, kuasa-Mu memberi harapan baru di tengah kedukaan, pergumulan, dan keputusasaan. Kami pertaruhkan pengharapan kepada-Mu.
SH: Yoh 11:28-45 - Lazarus, bangkitlah! (Jumat, 24 Februari 2006) Lazarus, bangkitlah!
Tanpa pengenalan yang benar akan Allah, hidup ini tidak
berpengharapan. Hidup yang tidak berpengharapan sama dengan hidup...
Lazarus, bangkitlah!
Tanpa pengenalan yang benar akan Allah, hidup ini tidak berpengharapan. Hidup yang tidak berpengharapan sama dengan hidup tidak beriman!
Kemarahan Tuhan Yesus yang ditunjukkan-Nya dua kali (ayat 33, 38) bukan ditujukan kepada kesedihan hati dari keluarga yang berduka karena ditinggal kekasih hati mereka, seperti yang ditunjukkan Maria dengan kesedihannya yang mendalam (ayat 32). Kemarahan Tuhan Yesus ditujukan kepada kematian (maut) yang menyebabkan begitu banyak kepedihan hati. Komentar beberapa orang di Yohanes 11:37 menunjukkan bahwa mereka tidak percaya atau tidak memahami Tuhan Yesus sebagai Allah yang berkuasa membangkitkan orang mati. Demikian juga sikap Marta yang memprotes perintah Tuhan Yesus untuk membuka pintu kubur itu (ayat 39), menunjukkan bahwa ia belum sungguh-sungguh mengerti makna Tuhan Yesus sebagai Kebangkitan dan Hidup. Oleh karena itu, Tuhan Yesus mendemonstrasikan kuasa Ilahi-Nya (ayat 42) dengan membangkitkan Lazarus (ayat 43-44). Peristiwa itu disaksikan oleh banyak orang Yahudi yang sedang melawat keluarga yang berduka tersebut sehingga mereka pun menjadi percaya kepada-Nya (ayat 45).
Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya (Yoh. 20:29b). Yohanes sengaja mencantumkan kisah kebangkitan Lazarus ini untuk menunjukkan bahwa Tuhan Yesus sungguh-sungguh Mesias yang diutus Allah untuk membangkitkan manusia yang mati menuju hidup kekal di dalam Allah. Kebangkitan Lazarus menjadi kesaksian akan kuasa kebangkitan tersebut. Kiranya kita, umat-Nya masa kini dengan bersandarkan kepada firman-Nya yang tertulis (Alkitab) dengan iman menaruh kepercayaan penuh kepada Dia yang berkuasa mengalahkan dosa dan maut. Kehadiran-Nya dalam hidup kita menghasilkan kualitas hidup yang berkemenangan.
Responsku: _________________________________________________________________ _________________________________________________________________
SH: Yoh 11:28-44 - Yesus menangis (Sabtu, 23 Februari 2008) Yesus menangis
Judul ini bukan cuma puitis. Ini kalimat bernas dengan makna
teologis. Yesus, sang Tuhan, sang Anak Allah, sang Terang yang
...
Yesus menangis
Judul ini bukan cuma puitis. Ini kalimat bernas dengan makna teologis. Yesus, sang Tuhan, sang Anak Allah, sang Terang yang datang dari Bapa, melakukan sesuatu yang sangat manusiawi. Yesus, yang menantang setiap pihak untuk merespons diri-Nya, mulai dari para pemimpin Yahudi hingga kita para pembaca Injil Yohanes masa kini, membiarkan diri-Nya "masygul" (TB 1974), "sedih" (TB2). Tampaknya yang Yesus tangisi bukanlah kematian Lazarus, tetapi kesedihan Maria dan orang-orang di sekitarnya. Artinya Yesus yang datang dengan wawasan bahwa kematian Lazarus terjadi demi kemuliaan Allah (ayat 4, 23), tetap terharu melihat kesedihan manusiawi yang dirasakan oleh orang-orang yang sedang Dia layani, yang justru akan menyaksikan tanda terhebat dalam narasi tanda-tanda Injil ini.
Dalam nas ini, ada satu hal pasti yang patut kita renungkan. Dalam pelaksanaan karya-Nya, Tuhan terlibat secara penuh dan sungguh-sungguh. Tuhan kita bukan sosok pahlawan super yang tenang, rasional, penuh perhitungan, atau yang siap pergi setelah semuanya selesai. Yesus Tuhan kita, yang adalah kebangkitan dan hidup, benar-benar peduli kepada kita dan terlibat penuh.
Di tengah panggilan kita untuk merespons kehendak dan diri Tuhan Yesus kini dan di sini, kita pun berhadapan dengan tawaran dari berbagai ilah zaman ini. Mereka bagaikan pahlawan super masa kini yang dengan dingin dan rasional memberitakan kabar baik tentang dogma keperkasaan teknologi, ekonomi, dan bahkan religi. Ilah-ilah itu tidak sudi menangis melihat penderitaan manusia, dan bahkan dengan perkasa menggerakkan roda zaman tanpa peduli siapapun yang terlindas. Namun Yesus tidak hanya menangis bersama kita, Ia pun adalah kebangkitan dan hidup kita. Ia bahkan berkuasa membangkitkan. Terbukti dengan kebangkitan Lazarus (ayat 44). Ia adalah Tuhan yang layak kita respons dengan iman, ketaatan, dan karya kita sebagai pemberita-pemberita Injil-Nya, bahwa Ia adalah kebangkitan dan hidup.
SH: Yoh 11:17-44 - Akulah kebangkitan dan hidup (Minggu, 3 Maret 2002) Akulah kebangkitan dan hidup
Lazarus telah mati selama 4 hari ketika Yesus tiba. Tentu
mayatnya sudah membusuk. Ketika Ia tiba di sana, baik Mar...
Akulah kebangkitan dan hidup
Lazarus telah mati selama 4 hari ketika Yesus tiba. Tentu mayatnya sudah membusuk. Ketika Ia tiba di sana, baik Marta maupun Maria menyayangkan keterlambatan Yesus (ayat 21,32). Marta percaya akan kebangkitan orang mati di akhir zaman (ayat 24) dan bahwa permintaan Yesus akan dikabulkan Allah (ayat 22). Namun, iman Marta tetap tidak jelas sebab kata “minta” yang dipakainya sama dengan kata yang dipakai secara umum untuk doa orang banyak, bukan kata “doa” yang dipakai Yesus dalam doa-Nya. Meski demikian, ada iman sejati dalam mereka. Yesus memimpin mereka agar memahami bahwa Ia sendirilah kebangkitan dan hidup. Ia tidak saja berbicara bahwa Ia bisa membangkitkan orang mati atau tentang kebangkitan di akhir zaman. Ia menyatakan diri-Nya sebagai pembangkit rohani dan jasmani, kini dan kelak.
Di depan kubur Lazarus, Yesus menjadi masygul. Arti kata itu secara harfiah dalam Yunaninya adalah marah. Jadi, Yesus bukan sekadar sedih seperti manusia biasa. Memang ia menangis sebab ia bersimpati dengan kesedihan Marta dan Maria. Tetapi, mengingat pusat perhatian kisah ini adalah pada hidup, arti paling tepat adalah Yesus marah terhadap “maut”, musuh hidup yang terdahsyat. Itu sebabnya Yesus marah karena maut telah mencengkeram Lazarus. Ia pun bersedih bersama mereka yang menangis karena kasih-Nya. Yang Yesus buat kemudian adalah puncak dari mukjizat-mukjizat- Nya. Dengan firman-Nya, Yesus bukan saja menghidupkan Lazarus, namun juga memulihkan jasad yang busuk itu. Ini menyatakan bahwa Ia tidak sekadar berbuat mukjizat. Ia menciptakan yang baru dari hidup yang sudah tiada.
Renungkan: Bila firman sang kebangkitan telah berseru ke dalam hidup kita, tiada lagi tanda-tanda kematian mampu bertahan dalam kita.
Bacaan untuk Minggu Sengsara 4
Lagu:
Kidung Jemaat 367
SH: Yoh 11:17-37 - Antara Kebangkitan dan Ratapan (Jumat, 31 Januari 2014) Antara Kebangkitan dan Ratapan
Kesempurnaan biasanya didefinisikan berbeda-beda.Bagi orang tertentu, manusia sempurna adalah orang yang dengan dingin...
Antara Kebangkitan dan Ratapan
Kesempurnaan biasanya didefinisikan berbeda-beda.Bagi orang tertentu, manusia sempurna adalah orang yang dengan dingin bisa merespons berbagai masalah dan kesulitan yang timbul. Kira-kira seperti Superman. Namun, bagi orang lain, yang sempurna justru orang yang merespons dengan semangat dan bergairah. Dan mungkin, ia juga akan berkata, seperti Superman! Tentu saja, kedua pemahaman ini sama-sama tidak sempurna, karena keduanya sebenarnya tidak pernah mengalami dan mengetahui, seperti apa rasanya menjadi manusia sempurna. Tidak seperti Yesus.
Kesempurnaan Sang Firman yang telah menjadi manusia ini (Yoh. 1:14) menjadi fokus utama nas ini, melalui dua faset yang digarisbawahinya. Pertama, Sang Firman kini menyatakan diri-Nya sebagai "kebangkitan dan hidup" (25). Sang Anak berkuasa memberi hidup dan membangkitkan (Yoh. 5:21, 25), dan karenanya Ia menjadi penggenapan dari pengharapan eskatologis tradisional Yahudi, seperti yang nyata di dalam kata-kata Marta (24). Namun, Yesus tidak hanya sekadar mengonfirmasi iman Marta, tetapi juga mengajaknya pada pemahaman yang lebih tepat, bahwa Yesuslah Sang Mesias, di mana segala janji tentang kebangkitan dan kehidupan kekal akan dan sedang diwujudkan. Kedua, Sang Firman yang menjadi manusia menunjukkan kemanusiaan-Nya lewat kasih dan kesedihan-Nya karena penderitaan Maria dan keluarganya (33, 35). Ia meratap bersama mereka yang akan menerima anugerah-Nya.
Di nas ini kita melihat Tuhan yang memberi hidup, mengasihi dan berempati juga pada penderitaan manusia. Sebagai manusia, tentu kita tahu betapa indah dan menyenangkannya dikasihi orang-orang yang kita kasihi, betapapun mereka tidak sempurna dan betapapun terbatasnya tindakan yang bisa mereka lakukan. Namun, Tuhan Yesus adalah pemberi hidup yang berkuasa membangkitkan, serta mengasihi dan peduli dengan penderitaan kita. Hanya satu respons tepat untuk Tuhan yang seperti ini: kita mesti percaya kepada-Nya, seperti Marta, dan menyerahkan segala dukacita dan pergumulan kita kepada-Nya, seperti Maria.
SH: Yoh 11:1-44 - Kristus Sumber Kehidupan (Senin, 8 Maret 2021) Kristus Sumber Kehidupan
Apakah percaya adalah perkara instan, semudah membalikkan telapak tangan? Atau sebuah proses pergulatan hati dan pikiran yan...
Kristus Sumber Kehidupan
Apakah percaya adalah perkara instan, semudah membalikkan telapak tangan? Atau sebuah proses pergulatan hati dan pikiran yang untuk meneguhkannya dibutuhkan perjuangan terus-menerus?
Setelah mencelikkan mata orang buta, Yesus ditolak bahkan akan ditangkap sehingga terlihat Ia menarik diri dari publik (10:39-42). Namun, pasal 11 ini memperlihatkan Yesus yang mendemonstrasikan mukjizat yang lebih spektakuler dan menggemparkan, yaitu membangkitkan Lazarus. Kristus melakukan mukjizat ini dengan beberapa tujuan bagi banyak orang. Bagi para murid, Yesus bermaksud agar mereka belajar percaya (15); bagi Maria dan Marta, agar mereka mengakui bahwa Ia adalah Mesias Anak Allah (27, 40); bagi khalayak ramai yang mengelilingi-Nya, supaya mereka percaya bahwa Kristus adalah utusan Allah (42), dan sekaligus membungkam beberapa orang Yahudi yang mempertanyakan kuasa-Nya (37).
Dalam semua tujuan tersebut, hal mendasar yang ingin diberitahukan-Nya adalah bahwa Dialah sumber kebangkitan dan hidup. Yesus menyatakan kuasa kehidupan yang hanya dapat dilakukan Allah. Melalui peristiwa ini Yesus memproklamasikan bahwa Dia adalah sumber kehidupan, dan Dia adalah Allah.
Bagaimana Allah mendidik kita untuk belajar percaya bahwa Dia adalah sumber kehidupan? Apakah kita sendiri telah melihat dan meyakini hal itu? Jika Kristus adalah sumber kehidupan kita, marilah kita hidup bagi Dia. Jalanilah proses kehidupan dengan tetap memandang kepada percikan kekuatan yang dianugerahkan-Nya dan bersumber pada-Nya. Jika Dia adalah sumber kehidupan kita saat ini dan yang akan datang, marilah kita pancarkan kasih-Nya dan kita beritakan nama-Nya melalui seluruh hidup kita, termasuk perilaku keseharian kita di tempat kerja, di tengah keluarga, dan di masyarakat. Hal ini supaya pada akhirnya banyak orang juga masuk ke dalam proses untuk belajar percaya, dengan memercayakan hidupnya kepada Yesus Kristus, Sang Sumber kehidupan bagi semua manusia. [MKD]
Utley -> Yoh 11:30-37
Utley: Yoh 11:30-37 - --NASKAH NASB (UPDATED): Yoh 11:30-3730 Tetapi waktu itu Yesus belum sampai ke dalam kampung itu. Ia masih berada di tempat Marta menjumpai Dia. 31 Keti...
NASKAH NASB (UPDATED): Yoh 11:30-37
30 Tetapi waktu itu Yesus belum sampai ke dalam kampung itu. Ia masih berada di tempat Marta menjumpai Dia. 31 Ketika orang-orang Yahudi yang bersama-sama dengan Maria di rumah itu untuk menghiburnya, melihat bahwa Maria segera bangkit dan pergi ke luar, mereka mengikutinya, karena mereka menyangka bahwa ia pergi ke kubur untuk meratap di situ. 32 Setibanya Maria di tempat Yesus berada dan melihat Dia, tersungkurlah ia di depan kaki-Nya dan berkata kepada-Nya: "Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati." 33 Ketika Yesus melihat Maria menangis dan juga orang- orang Yahudi yang datang bersama-sama dia, maka masygullah hati-Nya. Ia sangat terharu dan berkata:34 "Di manakah dia kamu baringkan?" Jawab mereka: "Tuhan, marilah dan lihatlah!" 35 Makamenangislah Yesus. 36 Kata orang-orang Yahudi: "Lihatlah, betapa kasih-Nya kepadanya!" 37 Tetapi beberapa orang di antaranya berkata: "Ia yang memelekkan mata orang buta, tidak sanggupkah Ia bertindak, sehingga orang ini tidak mati?"
Yoh 11:30 Ini adalah satu lagi rincian saksi mata dari penulis yang Rasul ini.
- NASB "Ia sangat terharu dalam roh dan masygul hatiNya"
- NKJV "Ia merintih di dalam roh dan masygul hati"
- NRSV "maka masygullah hati-Nya. Ia sangat terharu"
- TEV "hatiNya tersentuh, dan Ia sangat terharu"
- NJB "Yesus sungguh tertekan, dan dengan desahan yang dalam"
Secara hurufiah ini adalah "mendengus dalam roh." Ungkapan ini biasanya digunakan untuk kemarahan (lih. Dan 11:30 [LXX]; Mr 1:43; 14:5). Namun dalam konteks ini sebuah terjemahan yang menunjukkan perasaan yang mendalam lebih disukai (lih. ay. Yoh 11:38). Walau beberapa komentator melihat perasaan yang kuat ini, kemungkinan kemarahan, ditujukan pada kematian, Yesus sungguh memiliki perasaan kemanusiaan yang tegas (lih. ay. Yoh 11:33,35,36,38) dan menunjukkannya di sini bagi rekan-rekannya.
Yoh 11:37 Pertanyaan ini mengharapkan suatu jawaban "ya".
TFTWMS: Yoh 11:25-40 - Iman Itu Penuh Dengan Janji IMAN ITU PENUH DENGAN JANJI (Yohanes 11:25, 26, 40)
Ketika Marta menyambut Yesus di luar Betania, saudara laki-lakinya itu sudah empat hari dikubur. ...
IMAN ITU PENUH DENGAN JANJI (Yohanes 11:25, 26, 40)
Ketika Marta menyambut Yesus di luar Betania, saudara laki-lakinya itu sudah empat hari dikubur. Ia meratap bahwa seandainya saja Yesus ada di situ, saudaranya itu tidak akan mati. Dalam menjawab kesedihannya itu, Yesus berkata, "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?" (11:25, 26). Perkataan Yesus itu memberi motivasi yang sangat kuat untuk percaya kepada Dia. Iman adalah sama dengan kerja keras, dan orang yang malas adalah orang yang semata-mata tidak mau berusaha. Rasa percaya kita timbul bukan hanya karena kita mau percaya, tetapi kita tidak akan pernah percaya jika kita tidak mau percaya. Iman melibatkan dedikasi, ketaatan, pengorbanan, dan seringkali, air mata. Namun begitu, janji yang berlimpah dijanjikan kepada semua orang yang mau percaya.
Dalam hal ini, iman itu sama dengan belajar keras dalam perguruan tinggi; murid itu belajar keras oleh sebab hadiah yang dijanjikan dalam bentuk mendapat pekerjaan yang baik. Orang yang bekerja keras dalam karrinya diupahi dengan gaji yang baik atau naik pangkat. Jangan salah paham tentang hal ini: Iman tidak memberikan hadiah, tetapi janji-janji Allah merupakan apa yang memotivasi kita untuk bertekun di sepanjang jalan menuju iman yang sulit, dan kadang-kadang menjemukan.
TFTWMS: Yoh 11:27-42 - Iman Itu Berfokus Pada Yesus IMAN ITU BERFOKUS PADA YESUS (Yohanes 11:27, 42)
Iman Yohanes menggerakkan kita menuju iman kepada Yesus. Apa yang kita perlukan bukanlah iman kepada...
IMAN ITU BERFOKUS PADA YESUS (Yohanes 11:27, 42)
Iman Yohanes menggerakkan kita menuju iman kepada Yesus. Apa yang kita perlukan bukanlah iman kepada orang tua, iman kepada para rasul, iman kepada orang Kristen yang lain, iman kepada gereja, atau bahkan iman kepada iman. Sebaliknya, kita butuh iman kepada Yesus.
Dalam pernyataan Marta yang hebat tentang iman, ia memberitahu Yesus, "… aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia" (11:27; huruf miring oleh saya). Ketika Yesus, murid-murid-Nya, Marta, Maria, dan kerumunan peratap itu belakangan berkumpul di luar kubur Lazarus, Yesus berdoa kepada Bapa, kata-Nya, "Aku tahu, bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku, tetapi oleh karena orang banyak yang berdiri di sini mengelilingi Aku, Aku mengatakannya, supaya mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku" (11:42). Hal ini selaras dengan isi Injil Yohanes yang lainnya, dimana tujuannya adalah untuk menghasilkan iman "bahwa Yesus adalah Kristus, Anak Allah" (20:31).
John Paton adalah misionaris untuk Afrika yang mengajar dan membaptis banyak orang. Oleh karena ketiadaan Alkitab dalam bahasa orang-orang yang sedang ia ajar itu, Paton lalu memulai pekerjaan menerjemahkan Alkitab yang makan waktu lama dan sulit. Tugas itu berlangsung cukup lancar sampai ia mulai mencoba menerjemahkan kata "percaya." Bisa jadi hal ini terlihat aneh, namun bahasa orang-orang itu tidak memiliki kata "percaya." Bagaimana mungkin orang dapat menerjemahkan Alkitab tanpa kata "percaya"?
Lalu, suatu hari ketika Paton sedang bergumul dengan masalah linguistik ini, seorang laki-laki Kristen dari desa itu mengunjungi dia. Orang ini baru saja bekerja keras seharian dan ia sangat kelelahan. Ketika duduk di sebuah kursi, ia menarik nafas lega dan berkata, "Memang sangat enak menyandarkan seluruh berat tubuhmu pada sesuatu." Paton sadar bahwa ia telah menemukan satu ungkapan untuk "percaya": Percaya sama artinya dengan "meletakkan seluruh berat tubuhmu pada Yesus." 1Iman haruslah difokuskan pada Yesus dan tidak boleh kurang sama sekali.
TFTWMS: Yoh 11:1-44 - Yesus Menangis "YESUS MENANGIS" (Yohanes 11:1-44)
Filem "Shadowlands" pada 1993 menceritakan pahit-manis kisah cinta yang melibatkan penulis heb...
"YESUS MENANGIS" (Yohanes 11:1-44)
Filem "Shadowlands" pada 1993 menceritakan pahit-manis kisah cinta yang melibatkan penulis hebat C. S. Lewis dan Joy Gresham. Di awal filem itu, Lewis sedang mengajar dalam aula yang dipadati banyak orang tentang masalah kepedihan. Ia memberitahu mereka,
Kepedihan merupakan pengeras suara Allah untuk membangunkan dunia yang tuli … Kita ini bagaikan bongkahan-bongkahan batu yang darinya pemahat mengukir pelbagai bentuk manusia. Pukulan-pukulan pahatnya yang sangat melukai kita justru membuat kita sempurna.
Dalam perjalanan filem itu, Lewis bertemu Joy Gresham, dan Joy mulai jatuh cinta kepada dia. Lewis, seorang bujangan lapuk, pada awalnya hanya tertarik dalam persahabatan dengan Joy. Suatu hari, ketika keduanya sedang duduk menikmati teh di sore hari di apartemen Lewis, Joy meledak dalam kekecewaan kepada Lewis. Ia berteriak, Sekarang barulah kutahu—bagaimana engkau telah mengatur kehidupan untuk dirimu sendiri dimana tidak seorang pun dapat menyentuhmu. Setiap orang yang dekat denganmu adalah lebih muda darimu atau lebih lemah darimu atau di bawah kendalimu.
Perlahan-lahan Lewis akhirnya sadar bahwa Joy memang benar tentang cara ia telah mengisolasi hidupnya dari segala emosi dan kepedihan. Belakangan, ketika Joy terbaring di rumah sakit karena penyakit kanker, Lewis meminang dia; dan pada 1956 mereka menjadi suami-isteri. Empat tahun berikutnya merupakan tahun-tahun yang sangat indah bagi mereka, meskipun awan penyakit kanker itu selalu membayang-bayangi kebahagiaan mereka. Selama waktu itu mereka melakukan perjalanan bulan madu yang sudah terlambat untuk melihat lembah yang indah yang terlukis dalam lukisan di dinding rumah mereka. Hujan mulai turun ketika mereka sedang berjalan di lapangan itu, sehingga mereka mencari tempat berteduh di bawah lumbung penyimpanan jerami. Sewaktu mereka sedang duduk di situ, Joy mendesak terus untuk membicarakan kematiannya yang akan segera datang. Dengan suara yang mantap, Joy berkata, Izinkan aku mengatakan hal ini sebelum hujan ini berhenti dan kita pulang … Bahwa aku ini akan segera mati namun setelah itu aku juga ingin tetap bersamamu. Satu-satunya cara aku bisa melakukan hal itu adalah jika aku dapat berbicara denganmu sekarang ini ... Aku rasa hal itu akan lebih baik daripada hanya sekedar menangani saja. Apa yang ingin kukatakan adalah bawah dalam hal ini kepedihan itu merupakan bagian dari kebahagiaan saat ini. Begitulah jadinya.
Belakangan, ketika Joy meninggal, hati Lewis merasa hancur oleh kehilangan itu, begitu juga dengan Douglas, anak Joy yang berusia delapan tahun. Keduanya menderita dalam kebisuan sampai suatu hari Lewis naik ke atas loteng, dimana Douglas suka pergi menyendiri. Tidak yakin dengan apa yang harus ia katakan, Lewis lalu duduk di samping anak laki-laki itu. Percakapan yang terjadi kemudian merupakan saat-saat yang paling hebat di dalam filem itu. Lewis memberitahu Douglas bahwa ia juga telah kehilangan ibunya sewaktu ia masih kecil, dan mereka kemudian mulai membicarakan kematian: Douglas: Percayakah engkau sorga itu ada? Lewis: Ya, aku percaya.
Douglas: Aku tak percaya sorga itu ada. Lewis: Tidak masalah.
Douglas: Aku benar-benar ingin bertemu lagi dengan dia. Lewis: Begitu juga aku!
Lalu, keduanya mulai menangis. Lewis memeluk anak laki-laki itu, dan mereka mulai menangis bersama-sama. Di akhir filem itu, Lewis sedang berjalan melewati daerah pedesaan dan Douglas sedang berlari melewati lapangan di dekatnya bersama dengan anjingnya. Jelas sekali, mereka memiliki persahabatan dan kasih yang bertumbuh. Hubungan mereka sudah berubah selama-lamanya oleh sebab kepedihan yang pernah mereka rasakan bersama-sama.
Dalam teks istimewa yang merupakan subyek dari pelajaran ini, 11:1-44, diceritakan tentang kisah Yesus di kuburan Lazarus teman-Nya yang Ia kasihi. Ini merupakan kisah yang memperlihatkan cara "Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita" (1:14). Kisah itu memperlihatkan kepada kita bahwa Yesus rela masuk ke dalam dunia kepedihan kita, menghampiri kita pada saat-saat kita yang paling kelam, dan duduk bersama kita dalam kesedihan. Ia tidak menggurui kita tentang penyebab penderitaan atau makna kepedihan; Ia ikut meneteskan air mata-Nya bersama kita. Dalam hal ini kita menemukan penghiburan yang tak terduga dan persekutuan yang lebih dalam dengan Allah.
Yohanes 11 dapat dipelajari dalam beragam cara, dan dua pelajaran lagi dalam serial ini akan dipersembahkan untuk teks yang mengagumkan ini. Dalam perjalanan pertama melalui pasal ini, kita ingin berfokus pada pelbagai acuan terhadap pelbagai perasan dan emosi.
KASIH
Lazarus dari desa Betania jatuh sakit, dan kedua kakak perempuan dari laki-laki yang sakit itu, Maria dan Marta, menyampaikan berita itu kepada Yesus (ay. 1). Mereka berkata, "Tuhan, dia yang Engkau kasihi, sakit" (ay. 3).
Sepintas lalu bahasa ini mungkin saja terlihat aneh. Bagaimanapun, tidakkah Yesus mengasihi setiap orang? Bagaimana bisa orang tertentu digambarkan sebagai "orang yang Engkau kasihi"? Baik dahulu maupun sekarang Yesus mengasihi setiap orang di dalam dunia ini, namun itu tidak berarti bahwa Ia tidak memiliki teman-teman istimewa. Untuk memahami arti Lazarus, Maria, dan Marta bagi Yesus, tanyakanlah diri Anda sendiri satu pertanyaan sederhana. Jika Anda menghadapi keadaan darurat pada jam 2 pagi, siapakah yang akan Anda panggil? Yesus akan memanggil tiga sahabat karib ini. Ketika Yesus menerima berita itu, Ia berpaling kepada murid-murid-Nya dan meyakinkan mereka bahwa penyakit itu "tidak akan membawa kematian" (ay. 4), tetapi penyakit itu "akan menyatakan kemuliaan Allah" Komentar Yohanes selanjutnya mengingatkan kita akan perasaan khusus Yesus terhadap ketiga orang ini: "Yesus memang mengasihi Marta dan kakaknya dan Lazarus. (ay. 5).
Dua hari kemudian, Yesus memberitahu murid-murid-Nya bahwa mereka perlu berangkat ke Yudea untuk menjenguk Lazarus. Karena tahu betapa sengitnya para pemimpin Yahudi itu membenci Yesus dan ingin membunuh Dia, murid-murid itu lalu mencoba meyakinkan Dia untuk jangan pergi. Namun begitu, Yesus bersikeras untuk tetap pergi, kata-Nya, "Lazarus, saudara kita, telah tertidur, tetapi Aku pergi ke sana untuk membangunkan dia dari tidurnya" (ay. 11b). Bahasa Yesus ini sekali lagi mengingatkan hubungan khusus yang Ia miliki dengan Lazarus dan kedua kakak perempuannya. Tidur yang Yesus katakan itu sesungguhnya kematian, dan belakangan Ia secara tegas memberitahu mereka, "Lazarus sudah mati" (ay. 14). Tomas, yang sadar bahwa pergi ke Yudea dapat berarti kematian bagi mereka semua, berkata, "Marilah kita pergi juga untuk mati bersama-sama dengan Dia" (ay. 16). Dalam perkataannya itu kita dapat mendengar ketakutan dan kesetiaan yang bercampur-aduk.
KEKECEWAAN
Ketika Yesus tiba di Betania, jasad Lazarus sudah berada di dalam kubur selama empat hari. Sebelum Yesus masuk ke kota itu, Marta telah mendengar kedatangan Yesus dan ia pergi ke luar untuk menyambut Dia. Ketika ia melihat Dia ia berkata, "Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati" (ay. 21). Bahkan sekarang ini pembaca dapat "mendengar" sengat kekecewaan yang menyakitkan di dalam kata-katanya itu. Kata "sekiranya" bisa jadi merupakan perasaan paling sedih di dalam bahasa apa saja. Meskipun Lazarus mungkin sudah mati pada saat pembawa berita itu menyampaikan berita tentang penyakitnya itu kepada Yesus, namun Marta pastilah merasa tidak senang dengan keterlambatan Yesus datang ke tempat mereka. Yesus hanya berdiri di sana dan "menelan semuanya." Ia membiarkan Marta mencurahkan rasa sakitnya, kegalauannya, dan kekecewaannya.
AIR MATA
Setelah secara singkat menyapa Yesus, Marta lalu kembali ke rumahnya dan dengan diam-diam memberitahu Maria, "Guru ada di sana dan Ia memanggil engkau" (ay. 28). Tanpa menjelaskan apa yang sedang ia lakukan, Maria segera berdiri dan pergi menjumpai Yesus. Karena mengira Maria akan pergi ke kubur Lazarus untuk menangis, maka orang-orang Yahudi dari Yerusalem yang sudah tiba di Betania untuk berkabung dengan kedua perempuan itu mengikuti dia keluar rumah.
Ketika Maria sampai kepada Yesus, "tersungkurlah ia di depan kaki-Nya" (32). Maria ini berbeda dengan Marta yang lebih dapat mengendalikan diri, dan yang sudah berhadapan dan bicara dengan Yesus sebelumnya. Tersungkurnya Maria di kaki Yesus menunjukkan bahwa ia tidak peduli dengan harga diri atau penampilannya. Kepedihan di hatinya telah menenggelamkan setiap perasaan lainnya. Lalu Maria mengulangi perkataan saudaranya: "Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati" (ay. 32).
Apa yang terjadi selanjutnya dapat disebut "inti" dari kisah ini. Yohanes menulis, Ketika Yesus melihat Maria menangis dan juga orang-orang Yahudi yang datang bersama-sama dia, maka masygullah hati-Nya. Ia sangat terharu dan berkata: "Di manakah dia kamu baringkan?" Jawab mereka: "Tuhan, marilah dan lihatlah!" Maka menangislah Yesus (ay. 33-35).
Pengaruh kepedihan kedua perempuan itu terhadap Yesus digambarkan oleh Yohanes dalam beberapa kata— namun dalam cara yang tidak dapat dilupakan. Yesus "sangat terharu." Sekarang ini, kita mungkin berkata bahwa kepedihan mereka itu "memukul hati-Nya." Yesus mengizinkan apa yang mereka sedang rasakan itu masuk ke dalam hati-Nya. Menangisnya Yesus tidak persis sama seperti ratapan keras kedua perempuan itu atau seperti para peratap yang datang bersama dengan mereka. Kemungkinan besar hanya seperti isakan pelan atau, seperti yang pernah seseorang katakan, "deraian air mata yang lembut." "Air mata," tulis Gregory dari Nyssa, "adalah seperti darah di dalam luka-luka jiwa."1Hati Yesus terluka karena kesedihan keluarga itu, dan Ia ikut menangis bersama mereka.
Mereka yang melihat hal itu berkata, "Lihatlah, betapa kasih-Nya kepadanya!" (ay. 36). Beberapa orang mengira bahwa Yohanes sedang menunjukkan betapa sangat kelirunya orang banyak itu dalam memahami Yesus pada poin ini. Saya tidak setuju. Saya percaya bahwa Yohanes mengutip perkataan orang banyak itu untuk menggambarkan dengan tepat apa yang sedang terjadi. Mereka itu adalah teman-teman yang Yesus kasihi, dan kehilangan yang mereka rasakan adalah kehilangan-Nya juga.
Yesus bertanya dimanakah tubuh Lazarus dikuburkan, dan Ia pergi ke kubur itu. Yohanes mengisahkan bahwa Yesus "kembali merasa sangat terharu" (ay. 38; NASB).2 Pertanyaan yang harus kita tanyakan adalah "Apakah arti air mata Yesus itu?" Apakah Ia menangis karena Lazarus sudah mati? Tentunya Ia tahu bahwa beberapa saat lagi Ia akan menghidupkan kembali Lazarus. Dapatkah air mata itu disebabkan oleh kepedihan yang Ia lihat dalam diri orang lain? Mungkin saja. Sekali lagi, Ia pasti sudah tahu bahwa kesedihan mereka itu akan segera berubah menjadi sukacita yang paling besar yang pernah mereka alami. Beberapa orang pernah mengusulkan bahwa Yesus menangis oleh sebab Ia melihat kurangnya imam dalam diri teman-teman-Nya itu. Namun begitu, Yesus sudah melihat banyak orang yang tidak percaya dalam pelayanan-Nya, dan sudah tentu menangis bukan merupakan respon khas-Nya.
Air mata yang mengalir di pipi Yesus itu menunjukkan betapa sempurnanya Ia mengalami perubahan menjadi manusia. Dengan mengingat kisah C. S. Lewis, Anda boleh saja mengatakan bahwa Yesus datang ke dalam dunia kita, duduk bersama kita, dan menangis!
TFTWMS: Yoh 11:1-44 - Akulah Kebangkitan "AKULAH KEBANGKITAN" (Yohanes 11:1-44)
Saya tidak tahu bagaimana Yeremia melakukannya. Hampir setiap kali nabi Perjanjian Lama itu berdiri ...
"AKULAH KEBANGKITAN" (Yohanes 11:1-44)
Saya tidak tahu bagaimana Yeremia melakukannya. Hampir setiap kali nabi Perjanjian Lama itu berdiri untuk berkhotbah, jumlah jemaatnya menjadi semakin kecil. Sebab pada zaman dimana ia hidup, hampir semua kebenaran yang harus ia beritakan bersifat berita buruk. Israel sudah terlalu dalam terperosok ke dalam kejahatan, dan Allah telah memutuskan untuk mengirim mereka ke penawanan di Babel. Isi berita Yeremia bagi Israel adalah meminta mereka untuk "menerima hukuman mereka" dan dengan damai menerima pengadilan mereka. Akibatnya, umat itu membenci dia dan sangat mengharapkan kematiannya!
BERITA BURUK
Memulai pelajaran ini dari Yohanes 11 membuat pemberita injil zaman sekarang merasa sedikit seperti Yeremia. Meskipun nas ini berisi beberapa berita baik yang menakjubkan, namun nas ini meminta kita untuk pertama-tama menghadapi sesuatu yang mungkin saja tidak mau kita hadapi. Kebenaran yang menyakitkan adalah bahwa kita semua akan mati! Hidup ini membawa kematian. Tak peduli betapa muda, kuat, dan sehatnya kita pada saat ini, suatu hari nanti kita akan mati! Kematian mungkin saja terjadi hari ini atau besok atau delapan tahun dari sekarang, namun kita semua akan mati.
Kita mencoba pelbagai cara untuk menghindari kebenaran yang menakutkan ini. Kita mencoba meyakinkan diri kita bahwa jika kita cukup berolahraga, makan makanan yang baik, menggunakan sabuk pengaman, minum air yang dimurnikan, dan mengenakan krim tabir surya bila kita keluar rumah, maka kita akan terlindung dari kematian. Pada akhirnya, sama sekali tidak ada yang dapat melindungi kita dari kenyataan bahwa tingkat kematian dalam dunia ini adalah 100 persen!
Kemungkinan besar Anda berpikir, "Aku tak mau mendengar hal itu hari ini! Aku baru saja mengalami minggu yang menyusahkan, dan sekarang aku diingatkan bahwa aku akan mati!" Saya tidak akan mengetengahkan masalah yang menyakitkan, menyusahkan jika injil tidak menyediakan jawabannya. Yesus, dalam kisah yang menakjubkan dalam Yohanes 11, menyatakan kepada semua orang di sepanjang zaman, "Akulah kebangkitan dan hidup." Itu merupakan berita yang sangat bagus, namun kita perlu lebih dahulu diingatkan tentang berita buruk supaya dapat menghargai berita yang sangat bagus itu.
Yesus dan murid-murid-Nya meninggalkan konflik di Yudea itu dengan menyeberangi Sungai Yordan menuju ke daerah dimana Yohanes Pembaptis pernah berkhotbah (10:40). Suatu hari datanglah berita yang mengabarkan bahwa Lazarus dari Betania jatuh sakit (11:1). Karena Lazarus dan kedua kakak perempuannya, Maria dan Marta, merupakan teman yang Yesus kasihi, setiap orang kemungkinan besar menduga bahwa Yesus akan segera pergi ke Betania. Namun begitu, karena alasan yang hanya diketahui oleh diri-Nya sendiri pada waktu itu, Yesus tetap tinggal di tempat-Nya selama dua hari lebih. Akhirnya, karena tahu bahwa Lazarus sudah mati, Yesus memberitahu murid-murid-Nya bahwa tiba waktunya untuk pergi dan menjenguk teman-Nya yang sakit itu. Pada mulanya mereka menolak gagasan itu sebab mereka tahu bahwa penganiayaan dan kemungkinan besar kematian sedang menanti mereka semua jika mereka didapati berada lagi dekat Yerusalem, dan Betania hanya berjarak sekitar tiga kilometer dari Yerusalem (11:18). Namun begitu, ketika Yesus memberitahu mereka bahwa Lazarus sudah mati, mereka dengan berat hati setuju untuk pergi—seperti yang Tomas katakan, "mati bersama-sama dengan Dia" (11:16).
Ketika Yesus mendekati desa itu, namun sebelum Ia memasukinya (11:30), Marta telah mendengar bahwa Yesus datang dan ia bergegas menyambut Dia. Ia berkata, "Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati" (11:21). Seluruh ras manusia dapat merasakan perasaan Marta yang tidak berdaya itu di hadapan kuasa maut. Penguburan punya cara untuk mengingatkan kita bahwa upaya kita yang paling baik tidak dapat melindungi kita dari kuasa maut yang menghancurkan.
Yesus merespon Marta dengan berkata, "Saudaramu itu tentu akan bangkit lagi" (11:23; NASB). Kita tidak punya cara untuk mengetahui bagaimana pernyataan itu terdengar di telinga Marta. Apakah kedengarannya menyakitkan? Apakah kedengarannya seperti kata-kata kosong, kata-kata hampa yang sangat banyak yang kadang-kadang didengar orang di perusahaan pemakaman? Dapatkah pernyataan itu kedengarannya seperti teguran atas imannya yang kurang? Terlepas bagaimana reaksi awal Marta terhadap perkataan Yesus itu, Marta merohanikan perkataan itu dan menjawab, "Aku tahu bahwa ia akan bangkit pada waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman" (ay. 24).
BERITA BAIK
Dalam adegan ini Yesus mengucapkan beberapa perkataan yang paling mengubah dunia dari keseluruhan pelayanan-Nya. Ia berkata kepada Marta, "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya" (11:25, 26a). Pada poin ini, penting untuk diperhatikan apa yang Yesus tidak katakan.
Ia tidak berkata, "Aku akan membangkitkan Lazarus." Ia tidak berkata, "Aku akan mempraktikkan kebangkitan itu ke atas diri-Ku sendiri." Ia menyatakan jauh lebih banyak daripada gagasan-gagasan itu ketika Ia menyatakan, "Akulah kebangkitan dan hidup." Di sini kita menemukan pernyataan "Akulah" yang lain dalam Injil Yohanes. Di sini Yesus sedang membuat pengakuan lain terhadap keilahian-Nya, namun pada waktu yang sama Ia menjabarkan hubungan-Nya dengan musuh besar itu, Maut.
Dengan menyatakan diri-Nya sebagai kebangkitan, Yesus tidaklah sedang menjanjikan bahwa para pengikut-Nya tidak akan pernah menghadapi kematian jasmani, Ia juga tidak sedang menjanjikan bahwa Ia tidak akan pernah menghadapi kematian-Nya sendiri. Sebaliknya, Ia sedang mengakui bahwa karena Ia akan mati dan bangkit lagi, mematahkan kuasa maut, para pengikut-Nya tidak akan pernah lagi memiliki hubungan yang sama terhadap maut. Bagi mereka kebangkitan akan menjadi jauh lebih berharga daripada peristiwa mujizatiah yang terjadi sekali saja; kebangkitan akan menjadi kenyataan baru tentang kehidupan!
Perkataan Marta berikutnya mencerminkan iman yang hebat sekali dan pemahaman yang dalam atas hal-hal rohani. Ketika Yesus menanyakan dia apakah ia mempercayai Dia, Marta menjawab, "Ya, Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia" (11:27). Bahkan sebelum menyaksikan mujizat menakjubkan yang akan segera terjadi itu, Marta telah memperlihatkan jenis iman yang ditimbulkan oleh tulisan Injil Yohanes ini!1
Setelah Marta bertemu Yesus, ia lalu pulang ke rumahnya untuk memberitahu saudaranya tentang kedatangan Tuhan. Setelah mendengar Yesus berada di dekat situ, Maria lalu bergegas menyambut Dia. Ketika ia bertemu Yesus, ia tersungkur di kaki-Nya dan mengulangi perkataan saudaranya yang penuh kepedihan: "Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati" (11:32). Kita semua pernah mengalami kepedihan, kesedihan, dukacita, dan kekecewaan seperti yang harus Maria alami pada waktu itu. Akibatnya, kita semua siap untuk pergi dengan Yesus ke kubur Lazarus.
Oleh karena segala sesuatu yang sudah Ia lihat pada hari itu, "maka masygullah hati-Nya. Ia sangat terharu" (11:33). Ia bertanya dimanakah Lazarus dikuburkan. Seraya mereka menuju ke kubur itu, Yesus ikut menangis dengan para peratap lainnya dan Ia terlihat menangis (11:35). Orang-orang di dekat situ merasa heran. "Lihatlah, betapa kasih-Nya kepadanya!" (11:36).
Kubur Lazarus itu sebenarnya merupakan sebuah gua, yang mulutnya telah disumbat dengan batu besar (11:38). Ketika Yesus menyuruh mereka menggulingkan batu itu, Marta merasa keberatan sebab pada waktu itu Lazarus sudah dikubur di situ selama empat hari dan tubuhnya yang rusak akan berbau busuk. Yesus memberitahu Marta untuk percaya kepada Dia, dan batu itu akhirnya digulingkan (11:39-41).
Dari semua "tanda" yang dicatat dalam Injil Yohanes, tidak ada yang lebih hebat daripada apa yang terjadi di kubur Lazarus. Tiga kali dalam pasal 11 Yesus menyatakan bahwa semua peristiwa ini terjadi supaya orang-orang itu boleh melihat "kemuliaan Allah" (11:4, 15, 40). Kita telah melihat kemuliaan Allah dalam pelbagai ajaran dan mujizat Yesus dalam setiap langkah di jalan itu; namun hingga titik ini dalam Injil Yohanes, pembangkitan Lazarus merupakan tempat dimana kemuliaan Allah—kehadiran Allah dalam Kristus— bersinar paling cemerlang. Hal ini dapat disamakan dengan kalau kita sedang membaca Injil ini dengan lampu yang memiliki tombol pemutar untuk membuat cahaya lampu itu lebih terang atau lebih redup. Semakin jauh kita masuk ke dalam Injil ini semakin terang cahaya itu jadinya. Ketika kita mencapai pasal 11, cahaya itu hampir-hampir membutakan mata kita. Kita sudah melihat kemuliaan Allah dalam banyak cara; dalam beberapa ayat berikutnya kita akan melihat kemuliaan itu dalam kuasanya yang paling penuh.
Seraya para peratap yang terkejut itu berdiri di luar kubur Lazarus dan memperhatikan batu itu sedang digulingkan dari mulut gua itu, mereka melihat Yesus mengangkat pandangan-Nya ke langit dan berdoa (11:41, 42). Ketika Ia telah selesai berdoa, Yesus berseru, "Lazarus, marilah ke luar" (11:43). Kebisuan yang mencengkam pastilah timbul ketika setiap orang mengawasi mulut gua itu. Jika tidak terjadi apa-apa, mereka akan tahu bahwa mereka berada di hadapan orang gila; tetapi jika Lazarus memang keluar dari mulut gua itu, mereka akan mengerti bahwa mereka berdiri di hadapan orang yang memiliki kuasa yang lebih besar daripada yang pernah mereka lihat.
Lazarus, "orang yang telah mati itu" (11:44), berjalan ke luar dari gua itu, masih terbebat dalam kain yang menutupi jasadnya sewaktu ia dikubur. Yesus menyuruh orang-orang yang di dekat situ, "Bukalah kain-kain itu dan biarkan ia pergi" (11:44). Lazarus hidup, Yesus sekali lagi memperlihatkan diri-Nya seperti apa yang Ia katakan, dan kemuliaan Allah bercahaya dengan terangnya! Hasilnya, seperti yang sudah kita duga, banyak orang yang melihat peristiwa itu menjadi percaya kepada Yesus pada hari itu (11:45).
BERITA BAIK DAN KITA
Kisah tentang Yesus di kubur Lazarus membantu kita menghadapi rasa takut kita terhadap maut. Oleh sebab apa yang Yesus sudah perbuat pada waktu itu dan yang masih Ia lakukan sekarang ini, kita tidak harus menyangkal realitas kematian agar dapat bahagia dalam hidup ini. Sebagai orang Kristen, kita tidak berlari dari kematian; kita menghadapinya. Kita tidak berpura-pura bahwa kematian tidak akan menimpa kita; kita memberitakan kepada dunia bahwa kita memiliki jawaban bagi kematian. Sikap baru ini terlihat di dalam dua contoh berikut ini dari tulisan Paulus:
Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita (Roma 8:38, 39; huruf miring oleh saya).
Dan sesudah yang dapat binasa ini mengenakan yang tidak dapat binasa dan yang dapat mati ini mengenakan yang tidak dapat mati, maka akan genaplah firman Tuhan yang tertulis: "Maut telah ditelan dalam kemenangan. Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?" (1 Korintus 15:54, 55; huruf miring oleh saya).
Kematian merupakan realitas kehidupan. Kita dapat bersyukur bahwa agama Kristen memiliki jawaban bagi kematian. Pengetahuan bahwa Yesus adalah kebangkitan dan hidup membolehkan kita memiliki kedamaian dan sukacita dalam "dunia nyata" ini. Kita dapat memiliki sukacita sejati dalam hidup ini hanya dengan lebih dahulu menghadapi rasa takut kita terhadap maut.
John Donne, seorang penyair dan pemberita injil abad ketujuh belas, memilih waktu tidurnya dalam peti mati dengan maksud untuk mendisiplinkan pikiran dan jiwanya terhadap masalah paling besar tentang kehidupan dan kematian. Beberapa tahun yang lalu saya mengalami pengalaman yang serupa. Karena tidak menemukan waktu yang cukup untuk belajar dan berdoa yang disebabkan oleh suara bising dan aktivitas yang tak henti-hentinya di sekitar kantor saya, maka saya kemudian mengutarakan masalah saya itu kepada seorang teman baik yang mengelola perusahaan pemakaman. Tidak lama kemudian ia memberitahu saya bahwa ia telah menemukan solusi bagi dilema saya. Anda bisa bayangkan keterkejutan saya ketika ia membawa saya ke lantai dua di perusahaan pemakaman itu dan menunjukkan kepada saya dimana ia telah membuat sebuah tempat belajar yang kecil untuk saya— tempat itu berada di sudut belakang gudang peti matinya! Itu merupakan salah satu pemberian yang sangat luar biasa yang pernah saya terima, dan tempat itu menjadi satu-satunya tempat dimana saya dapat melarikan diri dari segala hal untuk belajar, merenung, dan berdoa. (Bagaimanapun juga, tidak satu orang pun yang akan mengganggu orang yang berada dalam gudang peti mati!) Sejak saat itu saya sering bertanya-tanya apakah mungkin semua pelajaran harus saya tulis di dalam perusahaan pemakaman itu, dalam bayang-bayang realitas kehidupan yang paling sulit. Oleh karena harus berjalan melewati ruangan pembalsaman mayat dan ruangan yang dipenuhi dengan banyak peti mati, maka hal itu mengingatkan saya bahwa misi utama saya adalah bukan untuk menolong manusia menuju kepada kehidupan yang lebih menyenangkan; melainkan untuk menolong manusia menemukan kehidupan nyata. Misi saya bukan untuk melenyapkan segala kedukaan dari hati mereka; melainkan untuk menunjukkan kepada mereka jalan kebangkitan bagi kedukaan yang telah lewat. Misi saya bukan hanya untuk menolong mereka menghadapi pelbagai tekanan dan ketegangan dunia; tetapi juga untuk menyiapkan mereka menghadap Allah mereka (Amos 4:12).
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Yohanes (Pendahuluan Kitab) Penulis : Yohanes
Tema : Yesus, Putra Allah
Tanggal Penulisan: 80-95 M
Latar Belakang
Injil Yohanes adalah unik di antara keem...
Penulis : Yohanes
Tema : Yesus, Putra Allah
Tanggal Penulisan: 80-95 M
Latar Belakang
Injil Yohanes adalah unik di antara keempat Injil. Injil ini mencatat banyak hal tentang pelayanan Yesus di daerah Yudea dan Yerusalem yang tidak ditulis oleh ketiga Injil yang lain, dan menyatakan dengan lebih sempurna rahasia tentang kepribadian Yesus. Penulis diidentifikasikan secara tidak langsung sebagai "murid yang dikasihi-Nya" (Yoh 13:23; Yoh 19:26; Yoh 20:2; Yoh 21:7,20). Kesaksian tradisi Kekristenan serta bukti yang terkandung dalam Injil ini sendiri menunjukkan bahwa penulisnya adalah Yohanes anak Zebedeus, salah satu di antara dua belas murid dan anggota kelompok inti Kristus (Petrus, Yohanes, dan Yakobus).
Menurut beberapa sumber kuno, Yohanes, rasul yang sudah lanjut usianya, sementara tinggal di Efesus, diminta oleh para penatua di Asia untuk menulis "Injil yang rohani" ini untuk menyangkal suatu ajaran sesat mengenai sifat, kepribadian dan keilahian Yesus yang dipimpin oleh seorang Yahudi berpengaruh bernama Cerinthus. Injil Yohanes tetap melayani gereja sebagai suatu pernyataan teologis yang sangat dalam tentang "kebenaran" yang menjelma di dalam diri Yesus Kristus.
Tujuan
Yohanes menyatakan tujuannya untuk tulisannya dalam Yoh 20:31, yaitu "supaya kamu percaya bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya." Naskah kuno Yunani dari Yohanes memakai satu dari dua bentuk waktu untuk kata Yunani yang diterjemahkan "percaya" (Yoh 20:31): yaitu _aorist subjunctive_ ("sehingga kamu dapat mulai mempercayai") dan _present subjunctive_ ("sehingga kamu dapat terus percaya"). Jikalau Yohanes bermaksud yang pertama, ia menulis untuk meyakinkan orang yang tidak percaya untuk percaya kepada Tuhan Yesus Kristus dan diselamatkan. Kalau yang kedua, Yohanes menulis untuk menguatkan dasar iman supaya orang percaya dapat terus percaya kendatipun ada ajaran palsu, dan dengan demikian masuk dalam persekutuan penuh dengan Bapa dan Anak (bd. Yoh 17:3). Walaupun kedua tujuan ini didukung dalam kitab Yohanes, isi dari Injil ini pada umumnya mendukung yang kedua sebagai tujuan utama.
Survai
Injil keempat ini menyajikan bukti-bukti yang terpilih dengan cermat bahwa Yesus adalah Mesias Israel dan Putra Allah yang menjelma dan bukan anak angkat. Bukti-bukti yang mendukung termasuk:
- (1) tujuh tanda (Yoh 2:1-11; Yoh 4:46-54; Yoh 5:2-18; Yoh 6:1-15; Yoh 6:16-21; Yoh 9:1-41; Yoh 11:1-46) dan tujuh ajaran (Yoh 3:1-21; Yoh 4:4-42; Yoh 5:19-47; Yoh 6:22-59; Yoh 7:37-44; Yoh 8:12-30; Yoh 10:1-21) sebagai penyingkapan Yesus tentang identitas-Nya yang sebenarnya;
- (2) tujuh pernyataan "Aku adalah" (Yoh 6:35; Yoh 8:12; Yoh 10:7; Yoh 10:11; Yoh 11:25; Yoh 14:6; Yoh 15:1). Dengan pernyataan ini Yesus menyatakan secara kiasan peranan-Nya dalam penebusan umat manusia.
- (3) Kebangkitan tubuh-Nya dari antara orang mati sebagai tanda terakhir dan puncak pembuktian bahwa Dia memang "Kristus, Anak Allah" (Yoh 20:31).
Injil Yohanes mempunyai dua bagian besar.
- (1) Pasal 1-12 (Yoh 1:1--12:50)yang menyajikan kisah penjelmaan dan pelayanan umum Yesus. Sekalipun tujuh tanda yang meyakinkan, tujuh ajaran yang berbobot, dan tujuh pernyataan "Aku adalah" yang menakjubkan, orang-orang Yahudi menolak Yesus sebagai Mesias mereka.
- (2) Setelah ditolak oleh umat perjanjian yang lama yaitu Israel, Yesus (pasal 13-21; Yoh 13:1--21:25) memusatkan perhatian pada murid-murid-Nya sebagai inti dari umat perjanjian yang baru (yaitu: gereja yang didirikan oleh-Nya). Pasal-pasal ini mencantumkan perjamuan terakhir (pasal 13; Yoh 13:1-20), ajaran terakhir (pasal 14-16; Yoh 14:1--16:33), dan doa-Nya yang terakhir (pasal 17; Yoh 17:1-25) untuk murid-murid-Nya dan semua orang percaya. Kemudian perjanjian baru diresmikan dan ditegakkan oleh kematian (pasal 18-19; Yoh 18:1--19:42) dan kebangkitan-Nya (pasal 20-21; Yoh 20:1--21:25).
Ciri-ciri Khas
Delapan penekanan utama menandai Injil ini.
- (1) Keilahian Yesus sebagai "Anak Allah" ditekankan. Dari prolog Yohanes dengan pernyataan yang luar biasa, "kita telah melihat kemuliaan-Nya" (Yoh 1:14) sampai akhirnya dengan pengakuan Tomas, "Ya Tuhanku dan Allahku" (Yoh 20:28), Yesus adalah Putra Allah yang menjadi manusia.
- (2) Kata "percaya" yang dipakai sebanyak 98 kali adalah sama dengan menerima Kristus (Yoh 1:12) dan meliputi tanggapan hati (bukan saja mental) yang menghasilkan suatu komitmen dari seluruh kehidupan kepada Dia.
- (3) "Hidup kekal" adalah konsep kunci dari Yohanes. Konsep ini bukan hanya menunjuk kepada suatu keberadaan tanpa akhir, tetapi lebih mengarah kepada perubahan mutu kehidupan yang datang melalui persatuan dengan Kristus. Hal ini mengakibatkan baik kebebasan dari perbudakan dosa dan setan-setan maupun pengenalan dan persekutuan yang makin bertumbuh dengan Allah.
- (4) Pertemuan pribadi dengan Yesus diutamakan dalam Injil ini (tidak kurang dari 27).
- (5) Pelayanan Roh Kudus memungkinkan orang percaya mengalami kehidupan dan kuasa Yesus secara terus-menerus setelah kematian dan kebangkitan Kristus.
- (6) Injil ini menekankan "kebenaran" -- Yesus adalah kebenaran, Roh Kudus adalah Roh Kebenaran, dan Firman Allah adalah kebenaran. Kebenaran membebaskan orang (Yoh 8:32), menyucikan mereka (Yoh 15:3) serta berlawanan dengan kegiatan dan sifat Iblis (Yoh 8:44-47,51).
- (7) Angka tujuh sangat menonjol: tujuh tanda, tujuh ajaran, dan tujuh pernyataan "Aku adalah" menegaskan siapa Yesus itu (bd. menonjolnya angka tujuh di dalam kitab Wahyu oleh penulis yang sama).
- (8) Kata-kata dan konsep lainnya yang utama dari Yohanes adalah: "firman", "terang", "daging", "kasih", "kesaksian", "tahu", "kegelapan", dan "dunia".
Full Life: Yohanes (Garis Besar) Garis Besar
Prolog tentang Logos
(Yoh 1:1-18)
I. Memperkenalkan Kristus kepada Israel
(Yoh 1:19-51)
A. Oleh Yohan...
Garis Besar
- Prolog tentang Logos
(Yoh 1:1-18) - I. Memperkenalkan Kristus kepada Israel
(Yoh 1:19-51) - A. Oleh Yohanes Pembaptis
(Yoh 1:19-36) - B. Kepada Murid-Murid Pertama
(Yoh 1:37-51) - II. Tanda-Tanda dan Ajaran-Ajaran Kristus kepada Israel dan Penolakan-Nya
(Yoh 2:1-12:50) - A. Penyataan Kristus kepada Israel
(Yoh 2:1-11:46) - 1. Tanda Pertama -- Air Menjadi Air Anggur
(Yoh 2:1-11)
Selang Waktu
(Yoh 2:12) - 2. Kesaksian Mula-Mula kepada Orang Yahudi di Yerusalem
(Yoh 2:13-25)
Hari Raya di Yerusalem (Paskah)
(Yoh 2:23-25) - 3. Ajaran Pertama: Kelahiran dan Kehidupan Baru
(Yoh 3:1-21)
Selang Waktu: Tentang Yohanes Pembaptis dan Yesus
(Yoh 3:22-4:3) - 4. Ajaran Kedua: Air Kehidupan
(Yoh 4:4-42)
Selang Waktu di Galilea
(Yoh 4:43-45) - 5. Tanda Kedua: Penyembuhan Anak Pegawai Istana
(Yoh 4:46-54)
Hari Raya di Yerusalem
(Yoh 5:1) - 6. Tanda Ketiga: Penyembuhan Orang di Betesda pada Hari Sabat
(Yoh 5:2-18) - 7. Ajaran Ketiga: Keilahian Kristus
(Yoh 5:19-47) - 8. Tanda Keempat: Memberi Makan Lima Ribu Orang
(Yoh 6:1-15) - 9. Tanda Kelima: Berjalan di Atas Air
(Yoh 6:16-21) - 10. Ajaran Keempat: Roti Hidup
(Yoh 6:22-59) - 11. Penyaringan Murid-Murid
(Yoh 6:60-71)
Selang Waktu
(Yoh 7:1) - 12. Hari Raya di Yerusalem (Pondok Daun)
(Yoh 7:2-36) - 13. Ajaran Kelima: Roh yang Memberi Hidup
(Yoh 7:37-52)
(Wanita yang Tertangkap dalam Perzinaan)
(Yoh 7:53-8:11) - 14. Ajaran Keenam: Terang Dunia
(Yoh 8:12-30) - 15. Perdebatan dengan Orang Yahudi
(Yoh 8:31-59) - 16. Tanda Keenam: Penyembuhan Orang Buta Sejak Lahirnya
(Yoh 9:1-41) - 17. Ajaran Ketujuh: Gembala yang Baik
(Yoh 10:1-21)
Hari Raya di Yerusalem (Penahbisan)
(Yoh 10:22-42) - 18. Tanda Ketujuh: Kebangkitan Lazarus
(Yoh 11:1-46) - B. Penolakan Kristus oleh Israel
(Yoh 11:47-12:50) - III.Kristus dan Permulaan Umat Perjanjian Baru
(Yoh 13:1-20:29) - A. Perjamuan Terakhir
(Yoh 13:1-14:31) - 1. Mencuci Kaki Murid-Murid dan Lanjutan Percakapan
(Yoh 13:1-38) - 2. Yesus, Jalan kepada Bapa
(Yoh 14:1-31) - B. Ajaran Tentang Pokok Anggur yang Benar dan Manfaat Persekutuan
dengan Kristus
(Yoh 15:1-16:33) - C. Doa Penyerahan bagi Diri-Nya dan Umat Perjanjian Baru
(Yoh 17:1-26) - D. Hamba yang Menderita
(Yoh 18:1-19:42) - 1. Penangkapan
(Yoh 18:1-12) - 2. Pengadilan Yahudi
(Yoh 18:13-27) - 3. Pengadilan Romawi
(Yoh 18:28-19:16) - 4. Penyaliban
(Yoh 19:17-37) - 5. Penguburan
(Yoh 19:38-42) - E. Tuhan yang Bangkit
(Yoh 20:1-29) - Pernyataan Tentang Tujuan Penulis
(Yoh 20:30-31) - Epilog
(Yoh 21:1-25)
Matthew Henry: Yohanes (Pendahuluan Kitab) Kita tidak sedang membahas kapan dan di mana Injil ini dituliskan. Kita yakin Injil ini diberikan melalui inspirasi Allah kepada Yohanes, saudara Yako...
Kita tidak sedang membahas kapan dan di mana Injil ini dituliskan. Kita yakin Injil ini diberikan melalui inspirasi Allah kepada Yohanes, saudara Yakobus, salah satu dari dua belas rasul. Yohanes dikenal sebagai murid yang dikasihi Yesus dan merupakan salah satu dari tiga murid Yesus yang diajak Yesus ketika Dia ingin menyendiri, terutama sekali ketika peristiwa transfigurasi dan saat Dia menderita di taman Getsemani. Bapa-bapa gereja mengatakan kepada kita bahwa Yohanes hidup paling lama dibandingkan kedua belas rasul yang lain. Yohanes merupakan satu-satunya rasul yang mati secara alami, rasul-rasul yang lain mati sebagai martir. Beberapa bapa gereja mengatakan bahwa Yohanes menulis Injil ini di Efesus atas permintaan beberapa pelayan gereja di Asia untuk melawan bidat di Korintus yang menyebabkan perpecahan jemaat dan kaum Ebionite yang melihat Tuhan kita sebagai manusia semata. Injil ini kemungkinan besar ditulis Yohanes sebelum dia dibuang ke Pulau Patmos, karena di sana Yohanes menulis Kitab Wahyu. Kitab Wahyu sepertinya ditulis untuk menutup kanon Alkitab, dan jika memang benar demikian maka Injil ini pasti tidak ditulis sesudah Kitab Wahyu. Oleh karena itu saya tidak sependapat dengan beberapa bapa gereja yang mengatakan bahwa Yohanes menulis Injil ini dalam masa pembuangannya, atau setelah kembali dari pembuangannya, bertahun-tahun setelah Yerusalem dihancurkan. Beberapa bapa gereja mengatakan Injil ini ditulis setelah Yohanes berumur sembilan puluh tahun, dan ada yang mengatakan setelah Yohanes berumur seratus tahun. Namun yang jelas Yohanes menulis Injil terakhir dari keempat Injil dalam Alkitab. Dengan membandingkan Injil yang ditulis Yohanes dengan ketiga Injil yang lain, kita bisa menemukan:
- . Yohanes memasukkan apa yang tidak dimasukkan Injil yang lain. Injil Yohanes berada di akhir Injil yang lain dan Injil Yohanes merupakan semacam penjaga akhir atau pengumpul akhir. Injil Yohanes mengumpulkan apa yang tidak dimasukkan oleh Injil yang lain. Demikianlah ada kumpulan akhir dari amsal Salomo (Ams. 25:1), selain dari yang telah dia ucapkan sebelumnya, 1 Raja-raja 4:32.
- . Yohanes memberi kita hal rohani sedangkan ketiga penulis Injil yang lain lebih kepada sejarah. Fakta-fakta sejarah memang perlu diluruskan terlebih dahulu, yang telah mereka lakukan dengan menulis segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus, Lukas 1:1, Kisah Para Rasul 1:1. Namun, setelah semua itu sudah dinyatakan oleh dua atau tiga saksi, Yohanes beralih kepada perkembangannya yang penuh (Ibr. 6:1), janganlah kita meletakkan lagi dasarnya, tetapi membangun di atas dasar tersebut, membawa kita masuk ke dalam selubung. Beberapa bapa gereja mengamati bahwa ketiga penulis Injil yang lain menuliskan ta sōmatika – hal-hal fisik dari Kristus, tetapi Yohanes menulis ta pneumatika – hal-hal rohani dari Injil, hidup dan jiwa Injil. Maka beberapa orang menyebut Injil Yohanes sebagai kunci bagi semua kitab Injil/Injil kunci. Di dalam Injil ini sebuah pintu telah terbuka di sorga, dan suara pertama yang kita dengar adalah Naiklah ke mari! naiklah lebih tinggi. Beberapa bapa gereja menafsirkan empat mahluk yang ada dalam penglihatan Yohanes sebagai perwakilan bagi keempat penulis Injil dan mereka menafsirkan Yohanes sebagai burung nasar yang sedang terbang. Mereka menafsirkan Yohanes telah terbang begitu tinggi sehingga dia dapat melihat segala hal rohani.
Jerusalem: Yohanes (Pendahuluan Kitab) INJIL YOHANES
PENGANTAR INJIL YOHANES DAN SURAT-SURAT YOHANES
Injil Yohanes
Kata Penutup pertama, Yoh 20:31, menyatakan termasuk jenis sastra Injil Yo...
INJIL YOHANES
PENGANTAR INJIL YOHANES DAN SURAT-SURAT YOHANES
Injil Yohanes
Kata Penutup pertama, Yoh 20:31, menyatakan termasuk jenis sastra Injil Yohanes dan begitu menempatkannya di dalam keseluruhan Perjanjian Baru. Sama seperti pewartaan yang paling tua demikianpun kitab ini tetap sebuah "Injil", artinya: pewartaan tentang Yesus sebagai Mesias dan Anak Allah. Pewartaan itu berpangkal pada "tanda-tanda" yang dikerjakan Yesus dan bermaksud mengembangkan iman akan Kristus supaya orang mendapat hidup. Meskipun ciri-cirinya menyatakan bahwa disusun di zaman agak belakangan, namun injil keempat ini berdekatan dengan pemberitaan atau "kerygma" pada awal mula agama Kristen. Tata susunan dan pokok utama injil Yohanes dan pemberitaan semula itu pada pokoknya sama: Yesus ditunjuk sebagai Mesias oleh turunnya Roh Kudus sebagaimana disaksikan Yohanes Pembaptis, 1:31-34; karya dan perkataan Yesus menyatakan "kemuliaanNya", 1:35- 12:50; menyusul kisah tentang wafat, kebangkitan dan beberapa penampakan Kristus, 13:1-20:20; akhirnya pengutusan para rasul yang diberi Roh Kudus dan kekuasaan mengampuni dosa, 20:21-29. Terlebih injil ini terjamin oleh seorang saksi tak bernama ialah "murid yang dikasihi Yesus", yang ikut serta dalam drama sengsara Yesus, 13:23; 19:26, 35; bdk 18:15 dst, melihat makam yang kosong, 20:2 dst, dan Kristus yang dibangkitkan, 21:7,20-24, ia barangkali adalah seorang dari kedua murid yang paling dahulu mengikuti Yesus, 1:35 dst. Kesemuanya itu sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan Kis 1:8+, supaya kesaksiannya itu boleh disebut "rasuli".
Namun demikian karya Yohanes mempunyai beberapa ciri yang merupakan kekhasannya dan jelas membedakannya dengan ketiga injil sinoptik. Rupanya pengarang injil keempat terpengaruh sekali oleh sebuah alam pikiran yang tersebar luas di beberapa kalangan Yahudi dan pengungkapannya baru-baru ini ditemukan dalam naskah-naskah yang berasal dari sekelompok kaum Eseni di zaman itu yang berdiam di Qumran. Dalam naskah-naskah itu diberi perhatian khusus kepada "pengetahuan", dan perbendaharaan-katanya berdekatan dengan perbendaharaan-kata yang lazim dalam aliran dan alam pikiran yang disebut "gnosis"; terdapat di dalamnya semacam perseduaan (dualisme) yang terungkap dalam pertentangan-pertentangan seperti: cahaya-kegelapan, kebenaran-kebohongan, malaikat cahaya-malaikat kegelapan (Beliar namanya); khususnya di Qumran ditekankanlah mistik persatuan dan perlunya kasih persaudaraan sementara orang melayangkan pandangan ke akhir zaman. Segala pokok tersebut ditemukan kembali dalam injil Yohanes dan merupakan milik khas lingkungan Yahudi-kristen, yang kiranya menghasilkan injil itu.
Masih ada hal lain lagi. Lebih dari injil-injil sinoptik, injil keempat ingin menonjolkan manakah makna kehidupan, perbuatan dan perkataan Yesus. Kejadian- kejadian kehidupan Yesus merupakan "tanda"; maknanya tidak segera jelas sehingga baru dipahami setelah Kristus dimuliakan, 2:22; 12:16; 13:7. Banyak perkataan Yesus mengandung makna rohani yang baru kemudian dipahami, bdk 2:19+. Roh Kudus yang berkata atas nama Yesus yang dibangkitkan bertugas memimpin para murid ke dalam seluruh kebenaran dengan mengingatkan dan mengajar mereka akan semua yang telah dikatakan Yesus kepada mereka, bdk 14:26+. Itulah tahap perwahyuan yang tercermin dalam injil Yohanes. Di lain pihak injil keempat lebih banyak terpengaruh oleh ibadat dan sakramen-sakramen Kristen dari pada injil-injil sinoptik. Kehidupan Yesus sendiri diberi kerangka ibadat Yahudi; dalam hubungan dengan hari-hari raya utama dan kerap kali dalam bait Allah Yesus mengerjakan mujizat-mujizat dan menyampaikan wejangan-wejangan yang paling penting; selanjutnya Yesuspun mengajar bahwa Ia sendiri menjadi pusat suatu agama dan ibadat baru "dalam roh dan kebenaran", 4:24; agama dan ibadat baru itu mengungkapkan dan mewujudkan dirinya melalui sakramen-sakramen. Pembicaraan Yesus dengan Nikodemus mengandung segala unsur yang cocok dengan sebuah pengajaran yang menyiapkan atau menyertai baptisan, 3:1-21; dan gagasan bahwa baptisan berupa sebuah penerangan, 9:1-39, atau kebangkitan, 5:1-14; 7:21-24, rupanya memberi latar belakang kepada cerita tentang penyembuhan orang yang lahir buta dan orang lumpuh. Sebuah ringkasan lengkap dari pengajaran mengenai Ekaristi tercantum dalam bab 6. Misteri Paskah Kristen yang mengganti Paskah lama meresap ke dalam seluruh injil itu, 1:29, 36; 2:13; 6:4; 19:36. Upacara pembasuhan Yahudi yang lazim pada perayaan Paskah, 2:6; 3:25, diganti dengan pembersihan jiwa oleh firman, 15:3, dan Roh, 20:22 dst. Dengan demikian maka kehidupan Yesus dihubungkan dengan misteri Kristen yang dihayati dalam ibadat dan sakramen-sakramen jemaat.
Jelaslah injil keempat merupakan karya yang majemuk : berdekatan dengan bentuk pewartaan Kristen yang paling dahulu, tetapi juga menjadi penyelesaian suatu usaha yang dipimpin oleh Roh Kudus untuk mencari pemahaman lebih mendalam dan lebih jernih tentang misteri Yesus.
Setiap penginjil mempunyai suatu pandangan utama mengenai Yesus serta karyaNya. Menurut pandangan Yohanes, maka Yesus adalah Firman yang telah menjadi daging untuk menyampaikan hidup kepada manusia, 1:14. Maka rahasia penjelmaan menguasai seluruh pemikiran Yohanes. Teologi tentang penjelmaan itu terungkap dengan menggunakan gagasan "pengutusan" dan "kesaksian". Yesus ialah Firman yang diutus oleh Bapa ke dunia, lalu setelah karyaNya selesai kembali kepada Allah, bdk 1:1+. Tugas itu tidak lain kecuali memaklumkan kepada manusia misteri-misteri ilahi. Yesus menjadi saksi tentang apa yang dilihat dan didengarNya pada Bapa, bdk 3:11+. Untuk mengesahkan pengutusanNya maka Allah memberi Yesus kekuasaan mengerjakan sejumlah karya ialah "tanda-tanda" yang memang melampaui apa yang mungkin bagi manusia. Maka terbuktilah Yesus benar-benar diutus oleh Allah yang berkarya dalam diri Yesus, bdk 2:11+. Tanda-tanda itu menjadi pernyataan terselubung dari kemuliaan Yesus yang penyingkapan lengkapnya dinantikan pada hari kebangkitan, bdk 1:14+. Sebab sesuai dengan nubuat Yes 52:13 (LXX), Anak Manusia harus "ditinggikan", dan melalui salib kembali kepada Bapa, bdk 12:32+. Lalu ia menemukan kembali kemuliaan yang ada pada Allah "sebelum dunia ada", 17:5+, 24. Kemuliaan itu sudah dinyatakan kepada para nabi dahulu, bdk 5:39, 46; 12:41; 19:37 serta catatan-catatannya. Penyingkapan kemuliaan itu berupa penampakan Allah yang menyempurnakan dan menggenapkan semua penampakan Allah dahulu, penampakanNya dalam penciptaan, 1:1, penampakanNya kepada Abraham, 8:56, Yakub 1:51, Musa 1:17, para nabi. Kemuliaan "Hari Yahwe", bdk, bdk Ams 5:18+, menjadi lengkap pada Hari Yesus, 8:56, khususnya pada "SaatNya", 2:4+, saat "peninggian" dan "pemuliaanNya"; pada saat itu tersingkaplah keluhuran transenden yang menjadi milik "utusan", bdk 8:24+; 10:30+, yang datang ke dunia untuk membawa hidup, bdk 3:35+, kepada mereka yang dengan kepercayaan menyambut kabar keselamatan yang disampaikan olehNya, bdk 3:11+. Dan justru oleh karena seluruh "pengutusan" Anak itu terarah kepada suatu karya keselamatan maka pengutusan itu menjadi penyingkapan kasih Bapa terhadap dunia, yang terakhir dan paling lengkap, bdk 17:6+.
Dalam injil-injil Sinoptik penyingkapan kemuliaan Kristus terutama dihubungkan dengan kembaliNya pada akhir zaman, bdk Mat 16:27 dst. Memanglah dalam injil Yohanespun unsur-unsur utama dari eskatologia tradisionil ditemukan juga: orang menantikan "hari terakhir" 6:39 dst; 11:24; 12:48, hari "kedatangan" Yesus, 14:3; 21:22 dst, dan kebangkitan orang-orang mati, 5, 28 dst; 11:24, serta penghakiman terakhir 5:29, 45; 3:36. Namun demikian mudah saja orang melihat dalam injil keempat suatu tendensi rangkap dua, yakni: mengaktualisasikan dan menginteriorisasikan eskatologia tradisionil. Kedatangan Yesus ke dunia melalui penjelmaan, peninggiannNya di salib dan kembaliNya melalui Roh Kudus dianggap sebagai "kedatangan" Anak Manusia; penghakiman sekarang sudah terjadi di dalam hati orang, hidup kekal (yang dalam injil Yohanes mengganti istilah "Kerajaan" yang digemari para Sinoptisi) sekarang sudah dimiliki oleh karena iman. Maka drama yang dipentaskan di Palestina menjadi inti drama eskatologis. Memang di belakang orang-orang Yahudi yang menolak Yesus itu tampillah sebuah kenyataan yang lebih luas, yakni "dunia", bdk 1:9-10+, atau "kegelapan" bdk 8:12+, yang dikuasai oleh Iblis, "penguasa dunia", bdk 1Yoh 2:13 dst, yang melawan Allah serta MesiasNya. Setiap orang terlibat dalam drama rohani itu: di hadapan Firman yang menjadi daging terlaksanalah "penghakiman dunia", 12:31-32, pengutukan dan kekalahannya, 16:7-11, 33. Kalau Kristus dengan rela menyerahkan nyawaNya, bdk 10:18+, dan kalau "ditinggikan" di kayu salib, maka maksudnya ialah memperoleh kemuliaanNya, bdk 12:32+, yang sejak itu menjadi nyata di hadapan sekalian orang untuk mendatangkan malu kepada dunia yang tidak percaya serta secara definitip mengalahkan Iblis. Kemenangan Allah atas yang jahat dan keselamatan dunia terwujud melalui kebangkitan yang mulia, sehingga kembaliNya Kristus di akhir zaman hanya merupakan penggenapannya.
Agak sukar juga menemukan bagan yang dituruti Yohanes dalam membentangkan misteri Kristus. Terlebih dulu perlu dicatat bahwa urutan peristiwa-peristiwa dalam injil keempat menimbulkan beberapa kesulitan: urutan bab 4, 5, 6, 7:1-24 sukar dimengerti; tidak tepat juga bahwa bab 15-17 menyusul 14:31, tepat Yesus sudah berangkat; kepingan-kepingan seperti 3:31-36 dan 12:44-50 ternyata kurang sesuai dengan konteksnya. Mungkin kekacauan itu disebabkan oleh cara Injil Yohanes digubah dan diterbitkan. Kiranya injil itu merupakan hasil perkembangan yang lambat laun sehingga di dalamnya terdapat unsur-unsur yang berasal dari masa yang berlain-lainan, penyaduran dan tambahan serta penyusunan ajaran yang sama namun dengan cara yang berbeda-beda, sedangkan keseluruhannya akhirnya diterbitkan bukanlah oleh Yohanes sendiri melainkan oleh murid-muridnya setelah Yohanes meninggal dunia, 21:24. Dengan demikian maka murid-murid itu memasukkan ke dalam kerangka injil yang asli berbagai kepingan yang berasal dari Yohanes dan yang oleh para muridnya tidak dibiarkan hilang sama sekali. Tempat kepingan- kepingan itu dalam keseluruhan belum juga ditentukan dengan saksama.
Para ahli sudah mengemukakan beberapa pembagian injil Yohanes. Semua memang mengandung sedikit kebenaran, tetapi sering kali berat sebelah, oleh karena terlalu mau mensistematisasikan injil keempat. Paling baik kiranya orang membiarkan dirinya dibimbing oleh petunjuk-petunjuk jelas yang ditemukan dalam injil sendiri. Di satu pihak jelas, bahwa injil mau menonjolkan hari-hari raya ibadat Yahudi, yang menjadi pedoman kisahnya: tiga kali ada hari raya Paskah, 2:13; 6:4; 11:55, ada sebuah perayaan yang tidak disebut namanya, 5:1, dan sekali ada perayaan Pondok Daun, 7:2, dan hari raya Pentahbisan Bait Allah, 10:22. Di lain pihak pengarang beberapa kali dengan saksama mencatat urutan hari-hari untuk membagikan riwayat hidup Yesus menjadi berkala-kala. Misalnya: minggu pertama karya Yesus di depan umum, 1:19-2:11, pekan perayaan Pondok-Daun, 7:2, 14, 37, pekan sengsara Yesus 12:1, 12; 19:31, 42, yang ditempatkan antara lambang penguburan Yesus, 12:7, dan penguburan yang sesungguhnya, 19:38 dst. Begitu pula perlu diperhatikan disebutkannya perayaan Paskah yang pertama, 4:45, yang jelas menutup bagian-bagian yang mulai dengan 2:13 -25, tempat dikatakan bahwa hari raya Paskah itu sudah dekat. Dengan mempertimbangkan kedua gejala tersebut (catatan mengenai urutan hari-hari dan hari-hari raya Yahudi) maka injil keempat dapat dibagi sebagai berikut:
Prakata, 1:1-18: "Pada mulanya............"I Karya Yesus :
1. Tata penyelamatan baru diberitakan, 1:19-4:54: Pekan pembukaan
kejadian-kejadian yang berkisar pada Perayaan Paskah yang pertama.
2. Perayaan kedua, pada suatu hari Sabat, di Yerusalem: perlawanan pertama
terhadap pernyataan, 5:1-47.
3. Di Galilea, Paskah yang kedua: perlawanan baru terhadap pernyataan,
6:1-71.
4. Perayaan Pondok-Daun: pernyataan besar tentang Mesias, yang ditolak
mentah-mentah 7:1-10:21.
5. Hari Raya Pentahbisan Bait Allah: keputusan membunuh Yesus, 10:22-
11:54.
6. Akhir karya Yesus dan persiapan untuk Paskah yang terakhir, 11:55-12:50
II Saat Yesus: Paskah Anak Domba Allah (13:1-20:31):
1. Perjamuan terakhir Yesus bersama murid-muridNya, 13:1-17:26
2. Penderitaan, 18-19
3. Cerita-cerita mengenai kebangkitan dan kebahagiaan mereka yang percaya. 20:1-29
4. Penutup injil yang pertama, 20:30-31.
III Kata penutup 21:1-25: Hidup Gereja diberitakan dan kedatangan kembali Yesus diharapkan.
Ada sebuah gagasan yang dapat ditarik dari pembagian tersebut ialah: Yesus mengakhiri lembaga-lembaga keagamaan Yahudi dengan menggenapinya.
Adakah injil keempat berupa sebuah sumber tersendiri dan asli yang menyampaikan informasi khas, di samping ketiga injil sinoptik? Kalau benar demikian, manakah nilai historis injil Yohanes? Sehubungan dengan pertanyaan pertama yang dirumuskan di muka, dengan hati-hati dapat diajukan kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut:
Dalam Injil Yohanes ditemukan banyak petunjuk yang memberi kesan bahwa Yohanes mengenal tradisi yang tercantum dalam ketiga injil lain. Khususnya perlu diperhatikan bahwa injil keempat meninggalkan beberapa hal penting yang tercantum dalam injil sinoptik. Ini hanya dapat dimengerti, kalau Yohanes mengandaikan bahwa sidang pembaca sudah tahu akan hal-hal itu ; di lain pihak ada kalanya Yohanes ternyata mau memperincikan dan melengkapi tradisi para sinoptisi. Namun demikian penyelidikan-penyelidikan modern semakin menonjolkan ciri asli tradisi Yohanes yang tidak tergantung pada tradisi sinoptik. Bahkan dalam menceritakan kejadian-kejadian yang sama Yohanes nampak begitu asli, sehingga tak mungkin ia bergantung pada sinoptisi. Pengarang injil keempat mengenal kejadian-kejadian itu melalui jalan lain dari jalan-jalan injil sinoptik. Ia pantas dianggap sebagai sumber tersendiri, saksi asli dari tradisi purba. Memanglah hubungan antara injil Yohanes dan Injil Lukas jauh lebih erat dan boleh jadi Lukas dalam menggubah injilnya mengenal dan menggunakan paling sedikit tradisi-tradisi Yohanes (teristimewanya dalam kisah sengsara dan kisah kebangkitan) yang sudah lama ada, meskipun kiranya tidak mengenal injil keempat seperti sekarang ada. sebaliknya juga mungkin bahwa penggubahan injil Yohanes yang terakhir terpengaruh oleh injil karangan Lukas.
Semakin mengakui bahwa injil keempat tidak tergantung, semakin para ahli mengakui pula nilai historisnya. Sehubungan dengan urutan peristiwa-peristiwa riwayat hidup Yesus, Yohanes kerap kali memerincikan lebih jauh apa yang dikisahkan para sinoptisi: misalnya lamanya karya Yesus dan urutan peristiwa dalam kisah sengsara dalam injil Yohanes nampaknya lebih tepat dari pada apa yang diceritakan injil-injil lain. Sehubungan dengan penyucian Bait Allah injil keempat memuat keterangan mengenai waktunya yang paling tepat di antara semua injil, 2:20, dan yang bersesuaian dengan keterangan yang tercantum dalam Luk 3:1. Demikianpun mengenai keterangan-keterangan mengenai tempat peristiwa- peristiwa terjadi dalam injil keempat lebih terperinci dari pada keterangan- keterangan yang disampaikan oleh injil-injil lain. Penggalian-penggalian modern di Palestina sudah beberapa kali membenarkan keterangan injil Yohanes (bdk kolam yang ada lima serambinya, 5:2). Seluruh injil berisikan petunjuk-petunjuk kongkrit yang terperinci, sehingga jelaslah si pengarang tahu baik-baik akan adat istiadat keagamaan Yahudi, mentalita para rabi, akan caranya para ahli Taurat menafsirkan menterapkan hukum Taurat. Akhirnya diri pribadi Yesus tetap seorang manusia sejati dengan kerendahan hati dan kesederhanaan yang mengharukan, bahkan dalam adegan-adegan yang paling "mulia" di mana Yesus yang dibangkitkan menampakkan diri kepada murid-muridNya. Dan demikian halnya, meskipun pengarang injil keempat memang menonjolkan transendensi Yesus. Selanjutnya karya Yohanes ini sama sekali tidak dapat dipahami, kalau orang menyangkal bahwa Yohanes yakin tentang kenyataan historis kejadian-kejadian yang diceritakannya.
Tetapi orang jangan keliru. Pengertian tentang "sejarah" yang diandaikan injil keempat tentunya sangat berbeda dengan pengertian seorang sejarawan modern. Apa yang paling penting bagi si penginjil ialah: menonjolkan makna sebuah sejarah yang baik ilahi maupun manusiawi; memang sebuah sejarah, tetapi juga sebuah teologi; berlangsung dalam waktu, tetapi berurat-berakar dalam kekekalan. Pengarang injil keempat dengan teliti mau menceritakan dan menyampaikan kepada kepercayaan manusia peristiwa rohani yang terjadi di dunia oleh karena kedatangan Yesus Kristus, ialah penjelmaan Firman demi keselamatan manusia. Karena itulah maka penginjil memilih dan khususnya menonjolkan kejadian-kejadian yang menurut pendapatnya dapat mengandung suatu nilai simbolis; dengan jalan itu pengarang memberi kejadian-kejadian itu suatu kedalaman dan gema baru. Maka mujizat-mujizat yang diceritakan berupa "tanda", yang menyingkapkan kemuliaan Kristus dan melambangkan karunia yang diberikanNya kepada dunia (pembasuhan yang baru, roti hidup, terang, hidup). Pengarang injil sungguh mempunyai bakat untuk menangkap makna rohani yang terkandung dalam kejadian-kejadian dan untuk menemukan di dalamnya rahasia-rahasia ilahi, juga dalam peristiwa-peristiwa yang bukan mujizat (bdk 2:19-21; 9:7; 11:51 dst; 13:30; 19:31-37, dan catatan- catatannya). Pada kejadian-kejadian nyata dan historis ia melihat sebuah dimensi rohani; Yesus ialah terang, yang datang ke dunia; perjuangan Yesus tidak lain kecuali perjuangan terang melawan kegelapan; kematian Yesus ialah penghakiman dunia; seluruh kehidupanNya tidak lain merupakan pemenuhan lambang-lambang Mesias yang terungkap dalam Perjanjian Lama: Dialah Anak Domba Allah. 1:29, Bait Allah yang baru, 2:21, ular penyelamat yang ditinggikan di padang gurun, 3:14, roti hidup yang mengganti Manna, 6:35, Gembala yang baik, 10:11, pokok anggur yang benar, 15:1, dll. Gambaran Yesus yang baik ilahi maupun manusiawi itu memberikan kepada tokoh historis itu segenap dimensinya sebagai Penyelamat dunia. Jadi sehubungan dengan Yohanes tidak bolehlah "simbolis" diperlawankan dengan "historis"; simbolismenya ialah simbolisme kejadian-kejadian sendiri; simbolisme itu berpancar pada sejarah, berurat-berakar di dalamnya serta mengungkapkan makna sejarah itu. Bagi saksi unggul Firman yang menjadi itu simbolisme itu tidak ada artinya, kecuali dengan pra-syaratnya dalam sejarah.
Soal terakhir yang perlu dikupas ialah: siapakah pengarang injil yang begitu berisi dan majemuk itu? Hampir seluruh tradisi Gereja bersehati menjawab: Rasul Yohanes bin Zebedeus. Sudah dalam pertengahan pertama abad II injil keempat dikenal dan dipergunakan oleh beberapa pujangga: Ignatius dari Antiokhia, pengarang "Ode Salomo", Papias, Yustinus; barangkali Klemens dari Roma sudah mengenal dan menggunakan Yohanes. Maka terbuktilah bahwa injil itu sudah mempunyai wibawa rasuli. Saksi pertama yang menyatakan hal itu dengan terang ialah Ireneus di sekitar th. 180. Katanya: "Selanjutnya Yohanes murid Tuhan ialah murid yang bersandar dekat kepadaNya, juga menerbitkan sebuah injil selama tinggal di Efesus". Hampir pada masa yang sama Klemens dari Aleksandria, Tertulianus, Kanon Muratorius dengan jelas menyatakan bahwa injil keempat dikarang oleh rasul Yohanes. Kalau pada peralihan dari abad II ke abad III ada sementara orang yang berpendapat lain, maka mereka mau menentang pengikut- pengikut Montanus yang menyalah-gunakan injil Yohanes untuk mendukung ajaran sendiri. Hanya pendapat lain itu tidak seberapa artinya dan oleh karena berdasarkan pertimbangan teologis tidaklah berakar dalam tradisi.
Dalam injil sendiri tidak terdapat sesuatu yang berlawanan dengan tradisi itu. Sudah dikatakan di muka, bahwa injil itu memperkenalkan diri sebagai kesaksian seorang murid yang dikasihi Tuhan, seorang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan kejadian-kejadian yang dikisahkannya. Bahasa serta gaya bahasanya menyatakan bahwa injil itu berasal dari lingkungan ke-Yahudia-an; ia baik-baik mengenal adat-istiadat Yahudi dan juga keadaan setempat di Palestina di zaman Kristus. Nampaknya ia bersahabat dengan Petrus, 13:23 dst; 18:15; 20:3-10; 21:20-23. Dan Lukas memberitahukan bahwa memanglah demikian halnya dengan Yohanes, Luk 22:8; Kis 3:1-4, 11; 4:13, 19; 8:14. Akhirnya, bagaimana dapat dijelaskan kenyataan bahwa injil keempat sama sekali mendiamkan kedua anak Zebedeus? Keterangan yang paling tepat ialah: seorang di antaranya menuliskan injil itu. "Murid yang dikasihi Yesus... dialah yang menuliskan semuanya", 21:24 ialah murid yang bersama dengan Petrus dan Yakobus diutamakan oleh Yesus, Mrk 5:37; 9:2; 13:3; 14:33. Ada sementara orang yang berkata bahwa tak mungkin rasul Yohanes menulis injil keempat. Sebab ada berita bahwa rasul Yohanes mati sahid lama sebelumnya. Jadi mustahillah ia menulis injil yang dikatakan karangannya. Dan benar juga, ada sebuah tradisi yang mengatakan bahwa Yohanes mati sahid. Hanya adakah tradisi itu lebih berwibawa dari pada tradisi lain yang menyatkaan bahwa Yohanes hidup di kota Efesus sampai usia lanjut? Dan kalau ada tradisi yang berkata tentang Yohanes sebagai martir, namun ia tidak berkata apa-apa tentang kapan itu terjadi. Dari lain pihak sebagaimana sudah dikatakan di atas, tradisi-tradisi Yohanes pasti sudah terbentuk di masa lalu, kalaupun injil baru digubah dan diterbitkan jauh kemudian dari itu dan kiranya oleh murid-murid Yohanes. Dari sebab itu tetap mungkin bahwa injil keempat benar-benar berasal dari Yohanes, juga seandainya rasul itu sendiri mengalami kemartiran.
Surat-surat Yohanes
Di samping injil masih ada tiga surat yang oleh tradisi diperkenalkan sebagia surat-surat Yohanes. Memanglah ditinjau dari segi sastra dan ajaran karangan- karangan itu sangat berdekatan dengan injil keempat, sehingga sukar memisahkannya dari injil serta pengarangnya, ialah rasul Yohanes. Surat kedua dan ketiga tentu menimbulkan kebimbangan dan keraguan, sebagaimana sudah ternyata dalam karya Origenes, Eussebius dari Kaisarea dan Hieronimus; lama sekali kedua surat itu hanya diterima oleh jemaat di Antiokhia dan jemaat-jemaat lain di Siria sebagai Kitab Suci. Tetapi karena cirinya sebagai surat-surat kecil saja yang tidak penting sama sekali untuk ajaran Kristen, maka tidak dapat dipahami bagaimana surat-surat itu akhirnya berhasil diterima, kalau bukan benar-benar karangan Yohanes.
Surat ketiga kiranya surat yang ditulis paling dahulu. Maksud surat itu ialah membereskan suatu pertikaian mengenai kewibawaan yang timbul dalam salah satu jemaat yang termasuk wewenang rasul Yohanes. Surat kedua berupa sebuah peringatan tertuju kepada jemaat lain, supaya hati-hati terhadap propaganda yang dilancarkan oleh sementara pengajar sesat yang menyangkal penjelmaan Kristus yang sesungguhnya. Adapun surat pertama adalah jauh lebih penting. Nampak sebagai macam surat edaran yang tertuju kepada jemaat-jemaat di Asia kecil yang terancam perpecahan akibat bidaah-bidaah pertama. Dalam surat itu Yohanes menyarikan unsur-unsur hakiki pengalaman keagamaan. Dengan bertitik-tolak beberapa pokok sejalan yang susul menyusul (terang, 1:5 dst, "pembenaran", 2:29 dst, kasih, 4:7-8 dst, kebenaran, 5:6 dst) ia mau memperlihatkan hubungan erat yang tidak dapat tidak terjalan antara kita sebagai anak Allah dan akhlak benar, yang tidak lain kecuali kesetiaan rangkap dua pada iman akan Kristus. Anak Allah, dan pada kasih persaudaraan (bdk catatan-catatan pada 1:3, 7). Karena gaya bahasa dan ajarannya maka surat inilah yang paling dekat dengan injil. Maka surat pertama itu dikarang pada masa yang sama, tetapi tidak lagi dapat dipastikan apakah surat mendahului injil atau sebaliknya.
Ende: Yohanes (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN JOANES
KATA PENGANTAR
Karangan Indjil ini biasa disebut "Indjil keempat". Menurut riwajat lisan
(tradisi) jang sangat pa...
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN JOANES
KATA PENGANTAR
Karangan Indjil ini biasa disebut "Indjil keempat". Menurut riwajat lisan
(tradisi) jang sangat pasti Rasul Joanes adalah pengarangnja. Rasul Joanes ini
berasal dari Betsaida, suatu dusun nelajan dipantai utara Tasik Genesaret,
letaknja disebelah timur dari tempat Jordan bermuara kedalam tasik itu. Bapanja
nelajan jang agak berada, namanja Zebedeus. lbunja jang bernama Salome, termasuk
rombongan wanita jang biasa mengikuti Jesus pada perdjalananNja berkeliling di
Galilea dan kemudian sampai di Jerusalem. Lih. Mt. 17:55-56; Mk. 15:40-41;
Joanes pertama kali bertemu dengan Jesus ditempat Joanes Pemandi mempermandikan orang di Jordan, dan "pada keesokan hari" sesudah Jesus dipermandikan disitu. Ketika Joanes Pemandi pada hari itu berdiri disitu bersama dengan dua orang muridnja, dan melihat Jesus lalu, ia berkata kepada mereka: "Lihatlah Anak-domba Allah", lalu mereka menjusul Jesus (Jo. 1:35-37). Seorang dari keduanja ialah Rasul Andreas, dan jang lain tidak dapat disangsikan, ialah pengarang sendiri. Biarpun masih kabur-kabur, namun mereka mengerti, bahwa jang dimaksudkan dengan "Anak-domba Allah", ialah Mesias. Bdl. Jo. 1:41 dan 45. Keduanja lalu bertemu dengan Simon (Petrus), Pilipus dan Natanael, dan kemudian bersama dengan mereka ini mengikuti Jesus ke Galilea.
Pada suatu hari Jesus berdjalan ditepi Tasik Genesaret di Galilea dan melihat Simon beserta saudaranja Andreas, lagi Joanes bersama kakaknja Jakobus sedang asjik melakukan pekerdjaannja sebagai nelajan. Mereka dipanggilnja untuk mengikutiNja sebagai murid. Lalu mereka meninggalkan segalanja dan mengikuti Jesus. Lih. Mt. 4:18-27; Mk. 1: 16-20; Lk. 5:1-11.
Beberapa lama kemudian keempatnja djuga dipilih mendjadi rasul untuk tetap hidup bersama dengan Jesus dan olehnja diutus untuk mengadjar orang. (Mt.10:1-5; Mk. 3:16-19; Lk. 6:13-16).
Disamping Petrus djuga Joanes rupanja tampil atau ditampilkan sebagai seorang rasul terkemuka. Demikian djuga sesudah Pentekosta, seperti Paulus menulis dalam Gal. 2:9, bahwa mereka beserta Jakobus (Muda) dipandang sebagai tiang penjangga Geredja.
Joanes tak pernah menjebut namanja dalam karangannja, tetapi jang disebut didalamnja"Murid jang lain" atau "murid jang ditjintai Jesus" tak mungkin tidak ialah pengarang sendiri.
Dan memang Joanes ditjintai Jesus dengan istimewa. Barangkali sebab minatnja jang istimewa terhadap adjaran-adjaran Jesus, sebab kesetiaannja kepadaNja, ataupun karena kegiatannja dan sebab ia bertjita-tjita tinggi sebagaimana sifat- sifat ini njata nampak dalam karangan-karangannja. Sekali-kali djangan Joanes dibajangkan sebagai seorang muda jang manis, seperti ia sering dilukis oleh para penggambar jang salah mengerti ajat Jo. 15:24. Tjatatan disitu, bahwa pada perdjamuan terachir Joanes berbaring disebelah dada Jesus, bukan berarti bahwa ia bersandar pada dada Jesus, melainkan hanja bahwa ia mendapat tempat kehormatan dimuka Jesus. Lih. tjatatan pada ajat itu dalam Indjil. Joanes bukan seorang lembut-manis; sebaliknja ia beserta kakaknja Jakobus diberi djulukan "putera guntur" olch Jesus, hal mana tentu berarti bahwa mereka bersemangat hebat.
Tentu sadja tak usah diperingatkan disini segala sesuatu jang termuat tentang
Joanes dalam Indjil maupun Kisah Rasul-rasul. Hanja jang berikut ini barangkali
agak penting. Waktu Jesus ditangkap, semua murid melarikan diri, menurut
Sesudah Pentekosta Joanes tinggal dahulu bekerdja di Jerusalem, rupanja banjak kali bersama dengan Petrus (Kis. Ras. 3:1; 4:19; 8:14). lapun ikut serta dalam sidang rasul-rasul di Jerusalem dalam tahun 49. Riwajat hidup Joanes selandjutnja kita hanja tahu sedikit dari tradisi. Beberapa buku Geredja purba memberitakan, bahwa ia lama memimpin umat-umat dipropinsi Asia, berkedudukan di Efesus. Agaknja sebagai pengganti Paulus sesudah wafatnja rasul agung ini di Roma. Waktu pemerintahan kaisar Domitianus (81-96) ia dibuang kepulau Patmos dan disitu ditulisnja karangan "Wahju". Dibawah pemerintah Nerta ia dibebaskan, lalu bekerdja terus di Efesus. Sekembalinja disana dikerdjakannja karangan Indjil dan surat-suratnja. la wafat pada permulaan pemerintahan kaisar Trajanus (98-117), djadi sekitar tahun 100.
Isi dan tjorak-tjorak Indjil keempat
Perbedaan karangan Joanes dengan ketiga karangan Indjil jang lain sangat menjolok. Atjara pokok adalah sama, jaitu rnemperkenalkan Kristus serta adjaran dan tjita-tjitaNja. Sedikitpun tidak terdapat perbedaan, apa lagi pertentangan, antara pribadi Jesus jang dilukis oleh Joanes dan jang dinjatakan dalam karangan-karangan lain, djuga tidak mengenai hakekat adjaran-adjaran. Tetapi masing-masing pengarang Indjil menindjau segalanja dari sudut jang chusus menurut pembawaan dan bakatnja dan berhubungan dengan tudjuan karangannja jang chusus, dan dalam hal ini Joanes amat sangat tersendiri. Itu terlebih njata dalam pemilihan bahan, susunan, tjara berpikir dan gaja bahasa.
Perihal pemilihan bahan
Ketiga karangan Indjil jang pertama dikatakan berisi peladjaran agama jang lazim diberikan oleh rasul-rasul dan para pembantunja kepada tjalon-tjalon dan anggota-anggota umat muda. Peladjaran dasar jang demikian dengan sendirinja harus sederhana baik isi baik bentuknja. Dapat dibajangkan bahwa rasul-rasul dalam hal itu meneladan tjara mengadjar dari Jesus kepada orang banjak. Atau agaknja lebih tepat kalau dikatakan, bahwa mereka memberitakan pengadjaran Jesus sendiri, baik jang berbentuk sabda, maupun sikap-sikap dan tjontoh-teladan, ataupun jang terkandung dalam peristiwa-peristiwa hidup Jesus, guna mendjadi buku peladjaran bagi umat-umat. Mereka meriwajatkan tanpa dengan sengadja mau memberi tafsiran. Lain sekali karangan Joanes. Ia mentjeritakan hanja sedikit, dan itu guna mendjadi pokok atau landasan pembitjaraan Jesus, Indjil Joanes semata-mata bertjorak uraian-uraian dan tafsiran. Jesus sendiri mendjelaskan dan menafsirkan, dan bila pendjelasan atau tafsiran berasal dari Joanes sendiri, maka itupun sesuai dengan adjaran Jesus dan dengan Ilham Roh Kudus.
Mengenai pemilihan bahan, dalam karangan Joanes hanja terdapat tiga mukdjizat jang djuga ditjeritakan dalam ketiga Indjil jang lain, dan lagi tiga jang penting sekali, jang tidak diriwajatkan oleh ketiganja, semua sebagai pangkal pembitjaraan jang luas. Mukdjizat-mukdjizat dinamakan Joanes "tanda", artinja pertandaan atau bukti bahwa Jesus benar berwudjud Ilahi. Joanes pula tidak memberitakan satupun perumpamaan jang termuat dalam karangan-karangan jang lain, dan djuga hampir tidak satupun utjapan Jesus jang berupa petua atau perintah untuk praktek hidup, melainkan uraian-uraian Jesus jang lebih luas dan mendalam, lebih bersifat ilmu ke-Tuhan-an. Hanja riwajat sengsara, wafat dan kebangkitan Jesus ada kesamaan dalam garis besarnja, tetapi sudut tindjauan disinipun chusus pada Joanes dan itupun sesuai dengan pemilihan bahan. Tentang adjaran Indjil mengenai kesusilaan dan praktek hidup, Joanes tidak memberi perintjian, melainkan menjimpulkan semuanja dalam istilah "kepertjajaan" dan "tjinta".
Alasan dan tudjuan Indjil keempat
Dapat diduga bahwa Joanes waktu mulai mengarang sudah mengenal ketiga karangan jang lain. Kalau itu benar, maka sudah sewadjarnja ia tidak hendak mengulangi lagi apa jang telah dimuat dalam ketiga karangan itu. Ada jang menduga, bahwa ia bermaksud melengkalpinja, tetapi dalam karangan itu sendiri tidak tedapat bekas-bekas, jang menundjukkan suatu hubungan dengan karangan- karangan tersebut, atau pengaruh dari padanja. Karangan Joanes berdiri sendiri. Namun demikian karangan ini merupakan benar-benar satu perlengkapan bagi jang lain itu dan sebab itu sedjak semula sangat dihargakan digeredja purba seperti ternjata dalam buku-buku dari para "Bapak-Geredja" dewasa itu, jang sering mengutipnja.
Alasan dan tudjuan jang benar, ialah kepentingan umat-umat. Umat-umat wilajah Joanes sudah tua dan sangat madju ketjerdasannja dalam pengetahuan agama. Umat- umat itu didirikan dan lama digembalakan oleh Paulus, dan dari surat-surat Paulus njata sekali, betapa matang mereka untuk mengerti djuga kebenaran Indjil jang mendalam. Umat-umat itu sudah lama mahir dalam adjaran-adjaran pokok seperti jang kita batja dalam ketiga karangan Indjil jang pertama. Tak usah Joanes menulis tentang hal-hal itu. Ia sendiripun tentu sudah lama memberi pengadjaran jang lebih mendalam kepada umat-umatnja, dan achirnja, merasa terdorong untuh menjuratkannja bagi mereka. Atau lebih tepat ia didorong oleh Roh Kudus untuk mengabdikannja bagi seluruh Geredja. Ada dua berita pula jang tidak terlalu pasti, bahwa "sahabat-sahabatnja" dan "uskup-uskup" mendorongnja, untuk menulis. Kalau demikian, maka mereka sendiri telah banjak mendengar pengadjaran jang mendalam itu.
Ada pula jang mengemukakan bahwa karangan ini merupakan bendungan untuk menahan aliran-aliran jang menjimpang dari kebenaran Indjil dan muntjul dewasa itu. Hal itu benar, tetapi tidak ada tanda jang njata dalam karangan sendiri, bahwa tudjuan itu dimaksudkan oleh Joanes.
Sumber-sumber Indjil keempat
Sumber pokok dan utama memang Jesus sendiri. Joanes menulis apa jang disaksikannja dengan mata dan telinganja serta jang dialaminja dalam pergaulan dengan Jesus. Sedjak pertama kali ia bertemu dengan Jesus ditepi Jordan, ia tetap mengiringiNja, malah hidup bersama denganNja. Dan seperti ternjata dalam tulisan-tulisannja, Joanes adalah seorang jang berbakat ulung dan sangat berminat untuk menangkap segala jang dilihat dan didengarNja. Nampaknja bahwa. pembitjaraan Jesus jang lebih mendalam pun sangat berkesan padanja. Dengan intuisinja jang memang masih kabur-kabur waktu itu, ia agaknja sudah merasa, bahwa ada rahasia-rahasia jang indah dan membahagiakan terkandung didalamnja. Pengertian waktu itu baru sedikit, namun apa jang disaksikan dan dialaminja dan sabda-sabda Jesus tak pernah hilang dari ingatannja. Kita ketahui dari segala karangan Indjil betapa lambatnja perkembangan pengertian semua rasul tentang makna hidup dan sabda Jesus, malah tentang hakekat pribadiNja. Ketika Jesus menjerahkan kepada mereka seluruh kuasa dan tugasNja untuk menjelesaikan penjelamatan dunia, pengertian mereka akan kuasa dan tugas itu masih djauh dari tjukup untuk menunaikannja. Dalam hal itu Joanes bukan satu ketjualian, seperti disinggungnja sendiri misalnja dalam 2:20; 12:7 dan 13:7. Banjak hal mendjadi djelas bagi mereka sesudah kebangkitan Jesus, tetapi pengertian jang tjukup sempurna baru mereka terima dari Roh Kudus pada dan sesudah Pentekosta, sebagaimana Ia didjandjikan oleh Jesus untuk memperingatkan kepada mereka segala sesuatu jang diadjarkan Jesus kepada mereka dan menghantarkan mereka kepada seluruh pengetahuan, artinja kepada segala pengertian. Ini bukan berarti bahwa Roh Kudus seolah-olah sekaligus mentjurahkan segala pengetahuan dan pengertian kedalam akal-budi dan hati sanubari mereka, melainkan sekedar dibutuhkan pada. tiap-tiap kesempatan jang penting. Dapat dibajangkan: djuga selaras dengan usaha pemikiran dan perenungan mereka sendiri. Mengingat hal ini, dapat kita mengerti bagaimana Joanes jang memang berbakat perenung pada umurtuanja mempunjai pengertian jang mendalam dan pandangan jang luas sekali atas misteri (rahasia- rahasia) kepribadian Jesus, atas makna dan maksud hidupNja, atas kekajaan dan keluhuran adjaran-adjaran serta tjita-tjitanja, lagi atas kemuliaan hidup Ilahi- abadi jang berwudjud dalam Jesus dan harus diwudjudkan oleh Indjil dalam seluruh umat manusia. Dan apa jang ditulisnja tentang kepribadian Jesus bukan sadja tentang Jesus seperti dikenalinja dalam pergaulan denganNja di Palestina, melainkan berdasarkan pengenalan itu, seperti dikenalinja pada umurtuanja sebagai basil perenungan-perenungan jang mendalam seumur hidupnja. la menggambarkan Jesus dalam kemuliaan llahiNja, sebagai Putera Allah dari kekal, setara dengan Bapa, jang diutus sebagai Sabda Allah jang "mendjadi daging", guna menjampaikan kepada semua orang jang rela pertjaja akanNja tjahaja dan hidup abadi. Lagi pula ia memberitakan peristiwa-peristiwa hidup Jesus, perbuatan- perbuatan dan sabda-sabdanja tidak dalam pengertian, sebagaimana ia menjaksikan dan mendengarnja, dari mulut Jesus, melainkan sebagaimana ia memahaminja pada achir hidupnja, dan disini pula sebagai hasil perenungan-perenungannja. Perlu kita memperhatikan hal itu, guna dapat mengerti dan tahu menilaikan Indjil keempat ini dengan sewadjarnja. Perlu pula ditjamkan, bahwa dalam perenungan- perenungannja dan dalam menulis, Roh Kuduslah jang memperingatkan segala pernjataan Jesus kepadanja dan mengantarnja kepada seluruh pengertian.
Susunan karangan Joanes
Karangan ini sebenarnja berbentuk serangkaian pembitjaraan Jesus jang berpusatkan pada suatu kedjadian atau dalil, ataupun berpangkal padanja. Ada gagasan Joanes jang tertentu jang menghubungkan pembitjaraan-pembitjaraan itu mendjadi satu kesatuan sebagai bukti, atau lebih tepat kalau dikatakan sebagai kesaksian, bahwa Jesus benarlah Mesias utusan Allah dan sendiri berwudiud Allah, jang datang memberi terang dan hidup kepada orang jang memenuhi satu-satunja sjarat, jaitu kepertjajaan padanja (20:31). Tetapi setjara lahiriah dan lebih nampak, Joanes menjusun menurut suatu garis sedjarah, jaitu djalan hidup Jesus mulai dengan asalNja jang kekal sebagai Putera Allah sampai kebangkitannja dalam kemuliaan. Boleh dikatakan pula, bahwa Joanes menjusun dengan mengikuti urutan perdjalanan-perdjalanan Jesus di Palestina. Ia gemar mentjatat dengan teliti tempat-tempat dimana kedjadian-kedjadian berlangsung dan Jesus berbitjara. Dengan demikian kita peroleh pandangan jang lebih djelas atas pekerdjaan dan perdjalanan-perdjalanan Jesus dari pada jang kelihatan dalam karangan-karangan Indjil jang lain. Mereka terlebih memberitakan tentang hidup dan kegiatan Jesus di Galilea, sedangkan meriwajatkan hanja satu perdjalanan ke Judea, ialah jang terachir. Menurut Joanes Jesus berdjalan beberapa kali ke Jerusalem. Dan bahwa berita-beritanja benar, dapat diduga dari riwajat sengsara Jesus dalam karangan-karangan Indjil jang lain, sebab sikap orang terhadap Jesus dan beberapa kedjadian tidak masuk akal, kalau Jesus tidak lebih dahulu atau berulang kali mengadjar di Jerusalem.
Djalan pikiran dan gaja bahasa Indjil keempat
Bahasa karangan Joanes sederhana sekali bentuknja, tetapi isinja gemilang. Perbendaharaan kata-kata jang digunakan sangat terbatas, tetapi tiap-tiap kata atau istilah biasanja sarat berisi pengertian baru jang menakdjubkan. Kalimat- kalimat semua pendek-pendek, dan masing-masing merumuskan salah suatu segi kebenaran Ilahi jang penting, sebagai hasil perenungan. Kalimat-kalimat pendek itu dirangkaikan tanpa pemakaian kata-kata penghubung, seperti jang lazim kita pakai untuk menjatakan sangkut-paut batiniah antara pikiran-pikiran jang - diungkapkan dalam masing-masing kalimat. Meski demikian sebenarnja hubungan antara kalimat-kalimat erat sekali. Leretan kalimat-kalimat kelihatan datar, tetapi sebenarnja adalah uraian jang mendalam dan kaja berisi. Hubungan antara kalimat-kalimat lebih psikologis dan (kedjiwaan) dari pada akali. Dalam membatja dengan perhatian turut merenung dengan Joanes, hubungan itu mendjadi terang oleh intuisi, seperti kalimat-kalimat Joanespun semua hasil intuisi. Uraian-uraian itu dalam karangan Joanes ada jang berbentuk pertjakapan ataupun soaldjawab, kebanjakan pembitjaraan agak pandjang dan sering diselingi dengan soal-djawab pula. Uraian-uraian itu seperti telah dikatakan dalam fasal lain -- semua didasarkan atau berpusat pada suatu kedjadian, biasanja suatu mukdjizat. Kedjadian-kedjadian itu ditjeritakan dengan gaja bersahadja, tetapi ada jang dipaparkan dengan pandjang-lebar serta dihidupi dengan pertjakapan silih berganti.
Tjara mengarang dengan memakai sedikit kata sadja jang banjak diulang-ulangi, dan memakai kalimat pendek-pendek, jang dirangkaikan berdjadjaran sadja, itulah tiara jang lazim pada orang Jahudi. Joanes memakai kata-kata Junani, tetapi gajabahasanja bertjorak Jahudi semata-mata, berdasarkan tjara pikir mereka.
Sudah sewadjarnja, dan dapat kita bajangkan, bahwa Jesus, jang tentu selalu sudah menjesuaikan tjara-mengadjarNja dengan daja tangkap para pendengar, bila la berbitjara dengan atau kepada orang jang agak tjerdas, seperti para ahli taurat dan pemuka-pemuka Jahudi lain, dan achirnja kepada para rasul djuga, menguraikan pengadjarannja menurut djalan pikiran orang Jahudi itu djuga.
Tjara berpikir dan menjusun pikiran-pikiran itu berlainan dengan jang lazim terdapat dalam kebudajaan Junani dan jang lazim pada kita djuga. Jang kita temui dan gunakan dalam uraian-uraian bersifat ilmiah, ialah tjara dan. djalan logika, jang dengan terang dan rapih menondjolkan hubungan pikiran satu sama lain, berdasarkan hukum sebab-akibat. Tjara itu serba akali dan mengutamakan pembuktian kebenaran. Tjara Joanes bukan demikian. Joanes sama sekali tidak hendak membuktikan kebenaran, melainkan, menurut kata jang digunakannja sendiri, memberi kesaksian akan kebenaian sebagai satu.kenjataan.
Jesus memberi kesaksian tentang kenjataan-kenjataan jang dilihatNja pada Bapa dan tentang apa jang didengarNja dari padaNja (Jo. 3:11 dan 32). Kesaksian Jesus jang sendiri Sabda Allah dengan sendirinja mutlak kebenarannja. Dan Joanes pada gilirannja memberi kesaksian tentang hal-hal jang dilihatnja pada Jesus dan didengarnja dari Jesus, maka dengan sendirinja mutlak pula. Sebab itu tak usah dan tak mungkin dibuktikan kebenarannja, melainkan harus dimaklumkan sadja dan diterima dengan kepertjajaan jang chidmat. Tetapi rasul-rasul bertugas pula mendjelaskan makna dan maksud pernjataan Ilahi serta menerangkan dan mengandjurkan tjita tjita jang terkandung didalamnja, supaja diwudjudkan, sebab perwudjudan ini adalah udjud terachir pernjataan-pernjataan itu. Oleh karena itu Joanes dengan gairahnja jang hidup dan mendalam, dengan tak henti-hentinja membahas dan memikirkan isi pernjataan itu, memang pertama-tama untuk dirinja sendiri, tetapi tak kurang dengan maksud untuk memenuhi tugas kerasulannja, jaitu menjampaikan tjahaja kehenaran dan hidup abadi kepada umat-umat jang dipertjajakan kepadanja. Dengan demikian oleh penjelenggaraan Roh Kudus dan oleh IlhamNja kepada Joanes maka kita ini mempunjai hasil kegairahan Joanes dalam karangannja. Joanes telah mengulangi renungan-renungan bagi kita dan mengupas kebenaran-kebenaran Indjil sampai pada intinja serta memaparkan kekajaannja dalam segala segi-seginja. Dan kalau kita turut mengupas mengikuti djalan penguraian Joanes, maka terbuka bagi kita kemuliaan rahasia Ilahi segi demi segi, kalimat demi kalimat, sampai ia mengantar kita kepada inti kebenaran jang mengandung seluruh keindahan dunia Allah, jang telah mendjadi dunia kita djuga. Joanes membahas bukan dengan daja otak kering, dan bukan menundjuk kepada segi- segi jang tampak sadia dengan telundjuknja sepintas lalu, melainkan sambil berbitjara bersemangat dan memperlihatkan kegemilangannja nilai-nilai jang timbul tampak itu. Bagi pembatja-pembatja jang dangkal pikirannja, kalimat- kalimat dan rangkaiannja tentu terasa datar nadanja, malah mungkin sampai membosankan, tetapi bagi pembatia-pembatja jang berminat mendalam, bahasa Joanes hidup dan menghidupkan.
Kedataran itu sebenarnja adalah ungkapan kesungguhan, chidmat seorang jang sadar akan keagungan kebenaran Ilahi jang sedang dipaparkannja. Terkandung didalamnja dan terga-mbar olehnja suasana rahasia-rahasia dunia abadi, misteri Putera Allah jang "mendjadi daging" dan "berkemah" (hidup) diantara kita, guna kita dianugerahi bagian dalam "kemuliaan"Nja "penub rahmat dan kebenaran". Joanes terpesona dan terharu oleh segala jang disaksikan dan dialaminja, dalam pergaulan dengan Jesus, dan chususnja perasaan ini jang menentukan gaja bahasanja. Didalam kalimat-kalimat dan rangkaian-rangkaian kalimat hidup kuat dan bergetar djiwa Joanes sehingga sanggup menghidupi dan menggetarkan djuga hati sanubari dan djiwa pembatja-pembatja jang berminat. Bahasa Joanes rupa- rupanja datar, tetapi bukan lemah dan lembam, melainkan bersemangat benar. Kalimat-kalimat pengungkap kebenaran jang pasti dan mutlak biasanja melangkah tetap dan kuat, penuh kejakinan, sambil bertekad dan mejakinkan kita sekuat- kuatnja dan dengan pengulang-ulangannja meresapkan kebenarn itu dalam ingatan dan hati sanubari kita sedalam-dalamnja. Semangat itu segenapnja berpokok pada tjinta jang kuat kepada Kristus dan kebenaranNja serta dihidupi olehNja, malah sampai mendjadi bentji jang hebat terhadap segala pertentangan dan rintangan dari pihak "kegelapan". Semangat itu dapat memuntjak sampai kita merasa Joanes pada umurtuanja masih berwatak "putera guntur", sebagaimana ia pernah diberi djulukan itu oleh Jesus sendiri.
Joanes tidak tahu berkompromis (tawar-menawar). Ia hanja mengenal tjahaja jang mutlak dan kegelapan jang mutlak, dan tiap manusia dapat dan harus memilih antara dua itu. Pemilihan itu merupakan atjara praktis dari karangannja dan tudjuannja mengandjurkan pemilihan jang baik. Tertjapai tidaknja tudjuan itu dan chawatiran tentangnja, itupun jang menentukan suasana perasaan Joanes dalam irama tulisannja, jaitu kegembiraan dan kesedihan, keluh kesah dan pudjian, gairah dan semangatnja pula, semuanja diliputi tjinta kepada Kristus dan kebenarannja, jang harus diwudjudkan dalam tiap-tiap manusia supaja ia diselamatkan.
Kesimpulan
Dalam bab terachir, jang merupakan satu tambahan pada karangan Joanes sendiri, kita batja tentang Joanes bahwa ,ia adalah murid jang memberi kesaksian akan segala hal itu serta menulisnja dan kami tahu bahwa kesaksiannja benar" (21:24). Dan Joanes sendiri merumuskan tudjuan kesaksiannja itu sebagai: "supaja kamu pertjaja bahwa Jesus adalah Kristus, Putera Allah, dan supaja kamu oleh karena kepertjajaan itu mempunjai hidup dalam namaNja". (20:31). Semoga tudjuan itu tertjapai pada kita setjara sempurna, jaitu bertambah-tambah memperdalam pengetahuan dan pengertian kita akan Kristus serta IndjilNja dan demikian mempergiat hidup keagamaan kita, agar kita sendiri mempunjai hidup dalam Kristus selimpah-limpahnja, tetapi djuga melandjutkan kesaksian Jesus dan Joanes disekitar kita, baik dengan berbitjara tentangnja, maupun dengan sikap dan tjara hidup kita.
Hagelberg: Yohanes (Pendahuluan Kitab) PENDAHULUAN
Prakata
Pendahuluan
Injil Yohanes dapat diumpamakan sebagai sebuah kolam yang begitu dangkal sehingga seorang anak dapat main di dalam...
PENDAHULUAN
Prakata
Pendahuluan
Injil Yohanes dapat diumpamakan sebagai sebuah kolam yang begitu dangkal sehingga seorang anak dapat main di dalamnya, dan sekaligus begitu dalam sehingga seekor gaja dapat berenang di dalamnya.1 Di seluruh dunia, orang-orang yang tidak berpendidikan memperoleh penghiburan yang dalam dari Injil Yohanes. Ribuan buku ditulis mengenai kitab yang sama, dan masih banyak lagi yang dapat dibahas.
Penulis Injil Yohanes
Masalah identitas pengarang perlu dipikirkan, karena jika Injil yang keempat dianggap karangan orang Kristen yang hidup dalam abad kedua, yang bukan saksi mata, maka bobotnya "Injil Yohanes" sedikit, sedangkan jika Injil Yohanes dikarang oleh Rasul Yohanes, seorang saksi mata, maka Injil Yohanes sungguh berbobot, dan layak diterima dan dihayati.
Sarjana bahasa Aram2 dan bahasa Yunani menjelaskan bahwa bahasa Yunani yang ada dalam Injil Yohanes mempunyai suatu "logat" Aram. Dengan kata lain, ada cukup banyak unsur dalam tata bahasa Injil Yohanes yang jarang dalam tata bahasa Yunani, namun biasa dalam tata bahasa Aram. Ini menandai bahwa bahasa Aram adalah "bahasa ibu" dari penulis Injil Yohanes, dan bahwa dia belajar bahasa Yunani pada kemudian hari.3 Oleh karena itu, maka dapat disimpulkan bahwa penulis Injil Yohanes adalah orang Yahudi yang dibesarkan di Israel.
Tampaknya Injil Yohanes ditulis tanpa nama.4 Walaupun demikian, masih ada beberapa nas dalam Injil Yohanes dan tradisi gereja yang cukup kuat yang menunjuk kepada Rasul Yohanes sebagai pengarang.
Dalam lima nas, salah satu murid Tuhan Yesus disebut "murid yang dikasihi Yesus".5 Tentang orang yang sama, pasal 21:24 berkata, "Dialah murid, yang memberi kesaksian tentang semuanya ini dan yang telah menuliskannya dan kita tahu, bahwa kesaksiannya itu benar." Jadi, ternyata pembahasan mengenai identitas penulis Injil Yohanes berpusat pada ungkapan "murid yang dikasihi Yesus". Tampaknya murid tersebut akrab sekali dengan Tuhan Yesus (pasal 13:23-25 dan 19:26-27), dan juga dengan Petrus (pasal 13:23-24; 20:2-9; dan 21:7). Dari Markus 5:37; 9:2; 13:3; dan 14:33 kita mengerti bahwa Petrus, Yakobus, dan Yohanes bertiga akrab dengan Tuhan Yesus. Petrus bukan merupakan "murid yang dikasihi Yesus" (pasal 21:20), dan Yakobus juga bukan dia (Kisah Para Rasul 12:2), maka tinggal Yohanes yang memenuhi syarat-syarat.
Kemungkinan ini didukung oleh pengamatan bahwa Rasul Yohanes, yang mempunyai peranan yang begitu penting dalam ketiga Injil yang lain, tidak disebutkan secara langsung dalam Injil yang keempat. Pengamatan ini mudah dipahami, jika Yohanes sendiri adalah penulisnya.
Juga, walaupun dalam Injil yang keempat nama orang dicatat supaya tidak dapat dibingungkan (seperti misalnya dalam pasal 14:22; 11:16; dan 6:71) Yohanes Pembaptis hanya disebut "Yohanes". Jikalau Rasul Yohanes adalah penulis, maka kekecualian ini dapat dipahami. Para pembaca yang tahu bahwa Rasul Yohanes menulis Injil Yohanes, tidak bingung dengan identitas Yohanes yang membaptiskan orang.
Ada satu masalah dengan pendapat ini, bahwa Rasul Yohanes adalah penulis, yaitu bukankah agak aneh jika orang menyebut dirinya dengan julukan "murid yang dikasihi Yesus"? Memang harus diakui bahwa hal ini luar biasa, tetapi lebih aneh lagi jika julukan tersebut dipakai mengenai orang lain! Jikalau seandainya julukan "murid yang dikasihi Yesus" menujuk kepada orang lain, bukankah ada nada iri hati di dalamnya? "Dia lebih mengasihi orang itu daripada kita!" Tetapi jika julukan itu dipakai mengganti nama penulis, ada dua kesan yang muncul. Satu, dia yang merasa dikasihi merayakan kasih itu dengan sukacita, dan dua, dengan rendah hati dia tidak mau memakai namanya sendiri. "Biarlah identitasku sebagai Yohanes hilang - aku adalah 'murid yang dikasihi Yesus!'"
Jadi dalam pembahasan identitas penulis Injil yang keempat kita menemui suatu pelajaran rohani yang sangat indah, yaitu bahwa tampaknya penulis Injil keempat rindu supaya identitasnya sebagai Yohanes anak Zebedeus tenggelam dalam suatu identitas yang jauh lebih indah, yaitu "murid yang dikasihi Yesus", suatu identitas yang mengandung pemahaman kehidupan rohani yang dewasa dan mantap.6
Dari segi pernyataan-pernyataan bapa-bapa gereja, pada tahun 180 M7 Theophilus dari Antiokhia menulis secara jelas bahwa Rasul Yohanes adalah penulis Injil yang keempat. Setelah itu, Irenius,8 Clement dari Aleksandria, dan Tertullianus mengaku Rasul Yohanes sebagai penulis. Antara bapa-bapa gereja yang awal, tidak ada yang menyangkal Yohanes sebagai penulis Injil yang keempat.
Oleh karena gaya tulisan Injil yang keempat begitu berbeda dengan kaya tulisan Kitab Wahyu, maka ada sarjana yang berpendapat bahwa penulisnya harus juga berbeda, tetapi kesimplan tersebut tidak tahan uji. Tampaknya Yohanes tidak bebas untuk ditemani oleh sahabat-sahabat di Patmos, di mana dia menerima visi yang dia tulis yang kita sebut Kitab Wahyu. Mungkin pada waktu dia menulis Injil Yohanes dia ditemani sahabat-sahabat, dan salah satu dari sahabat itu menjadi juru tulis bagi dia, sama seperti Silwanus menolong Rasul Petrus untuk menulis suratnya (lihatlah 1 Petrus 5:12, yang berkata, "Dengan perantaraan Silwanus, yang kuanggap sebagai seorang saudara yang dapat dipercayai, aku menulis dengan singkat kepada kamu...") atau seperti Tertius menolong Paulus untuk menulis Surat Roma (lihatlah Roma 16:22). Sampai sejauh mana seorang juru tulis Yunani bebas untuk memilih kata atau bentuk tata bahasa, sulit dipastikan. Singkatnya, mungkin perbedaan antara gaya tulis Injil Yohanes dan gaya tulis Kitab Wahyu dikarenakan peranan juru tulis yang membantu Rasul Yohanes.
Sebagai kesimpulan, tidak dapat dibuktikan bahwa Rasul Yohanes adalah penulis Injil yang keempat, tetapi bukti yang kuat mengarah ke pendapat itu. Juga, walaupun sarjana-sarjana tertentu menolak pengertian tersebut, tetapi pendapat mereka mengenai siapa yang menulis Injil yang keempat, kurang meyakinkan.9 Maka kami menerima Yohanes anak Zebedeus sebagai penulis Injil Yohanes.
Tahun Penulisan
Sulit sekali untuk menentukan tahun penulisan Injil Yohanes. Sebagian kecil dari sebuah naskah dari Injil Yohanes, yang disalin awal abad pertama10 sudah ditemui di Mesir. Mengingat bahwa naskah tersebut harus disalin dan dibawa ke Mesir, maka kita dapat yakin bahwa Injil Yohanes ditulis sebelum tahun 100 M.
Selain itu, sangat sulit untuk membuktikan tahun penulisan Injil Yohanes. Banyak sarjana memilih tahun 95 M, tetapi alasan mereka tidak kuat.11 Beberapa sarjana yang lain berkata bahwa Injil Yohanes ditulis sebelum Bait Allah dimusnahkan oleh pasukan Roma. Pendapat tersebut berdasarkan Yohanes 5:2, yang berkata "Di Yerusalem dekat Pintu Gerbang Domba ada sebuah kolam, yang dalam bahasa Ibrani disebut Betesda...." Pernyataan ini menjadi penting dalam pembahasan tahun penulisan Injil Yohanes, karena istilah "ada " memakai Present Tense. Hampir seolah-olah Yohanes berkata, "...saat ini, masih ada sebuah kolam...." Tetapi bukti ini juga diperdebatkan, karena Rasul Yohanes sering memakai Present Tense untuk hal yang sebenarnya sudah masa lalu.12
Mungkin mereka yang tidak menerima pemakaian Present Tense ini sebagai bukti bahwa Injil Yohanes ditulis sebelum Bait Allah dimusnahkan, belum menyadari dahsyatnya peristiwa tersebut bagi orang-orang Yahudi. Memang Present Tense itu dapat dipakai untuk hal-hal yang terjadi pada masa lalu, tetapi bukan dalam konteks Yohanes 5:2. Sama seperti Present Tense tidak mungkin dipakai mengenai ibu kita sendiri, setelah dia meninggal, demikian juga Present Tense tidak mungkin dipakai oleh seorang Yahudi mengenai sesuatu yang sudah dihancurkan oleh pasukan Roma di Yerusalem! Peristiwa tersebut terlalu pahit dan tragis; tampaknya sulit memahami bagaimana Present Tense dapat dipakai oleh orang Yahudi mengenai kolam Betesda setelah tahun 70 M.
Maka ada kemungkinan besar bahwa Injil Yohanes ditulis sebelum tahun 70 M, tetapi sebaiknya kesimpulan ini dianggap kemungkinan saja. Sebenarnya tahun penulisan Injil Yohanes tidak dapat dipastikan.
Teologi dan Sejarah dalam Injil Yohanes
"Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab ini, tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya" (Yohanes 20:30-31).
Mari kita mempertimbangkan dua pertanyaan mengenai Injil Yohanes. Apakah benar bahwa Yohanes menyusun suatu ceritera dengan maksud yang bersifat teologis (seperti dikatakan di atas), sehingga fakta-fakta tidak terlalu penting bagi dia, asal teologi yang dia sampaikan adalah benar? Ataukah dia menyusun suatu ceritera yang benar, tetapi teologinya kurang? Dua-duanya harus dijawab dengan "Tidak!" Yohanes memang mempunyai suatu maksud yang bersifat teologis, tetapi tepatnya fakta-fakta yang dia catat tidak rugi demi kepentingan Teologinya! Teologi dan sejarah tidak berlawanan. Teologi yang benar mempunyai akar dan dasar di dalam èsejarah yang benar.
Ini penting sekali pada zaman Yohanes, karena rupanya dia menghadapi suatu cenderungan yang sesat yang akan berkembang pada abad yang ke dua menjadi ajaran Docetisme. Filsafat ini berkata bahwa Allah tidak menjelma menjadi manusia, hanya kelihatannya Dia menjadi manusia, kelihatannya Dia disalibkan. Penganut Docetisme berkata bahwa tidak apa-apa Dia tidak sungguh menjelma menjadi manusia- cukuplah kalau ada roh, sesuatu yang seperti manusia, yang datang untuk melayani kita di muka bumi yang najis ini.... Tetapi Yohanes menolak cenderungan ini dengan banyak perkataan di dalam Injilnya dan suratnya. Dia berkata bahwa "Firman itu menjadi manusia" (Yohanes 1:14) dan "Apa yang telah... kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami..." (1 Yohanes 1:1). Jelas dia mau menolak ajaran yang berkata bahwa Yesus Kristus adalah sesuatu yang hanya seperti manusia saja. Dia bersaksi bahwa Kristus betul-betul menjelma menjadi manusia, dan kenyataan sejarah ini menjadi dasar iman kita. Sehingga Teologi dan sejarah tidak perlu dipisahkan.
Ini juga penting pada zaman kita, karena sarjana-sarjana liberal dan sarjana-sarjana neo-orthodoks berusaha untuk memisahkan apa yang sebenarnya terjadi dari apa yang diimani (Teologi). Mereka mau memisahkan kebenaran dari fakta-fakta. Tetapi kebenaran yang mana tidak didukung dengan fakta-fakta/kenyataan? Ini menjadi mistikal, dan ini bukan maksud dari Yohanes. Yang berikut adalah suatu contoh dari pikiran tersebut:
Kita boleh membedakan hal fakta dari hal iman. Mungkin Yesus sebenarnya turun dari Daud... tetapi seandainya tidak, Dia masih bisa menjadi Kristus... asal Dia menggenapi persyaratan-persyaratan rohani yang tepat... Tidak apa-apa kalau Dia bukan Anak Daud dalam arti jasmani... Mungkin Dia adalah anak Daud sama seperti Yohanes Pembaptis adalah Elia, dalam roh dan kuasa... Paulus bukan seorang rasul dalam arti yang picik, dia bukan salah satu dari mereka yang menyertai Yesus, tetapi dia memang adalah rasul.
Kita menolak pola pikiran ini karena iman kita mempunyai dasar dalam sejarah. Kebangkitan Kristus, misalnya, adalah suatu peristiwa yang terjadi, bukan di dalam hati pengikut-Nya, tetapi dalam kenyataan.
Semua ini mungkin menjadi lebih jelas kalau kita memikirkan satu contoh dari Injil Yohanes, daripada teori ini. Suatu contoh yang tepat terdapat di dalam Injil Yohanes 4:1-26. Perlu diamati lebih dahulu bahwa tidak ada satu petunjukpun yang memberi kesan bahwa peristiwa ini merupakan suatu perumpamaan atau mitos. Bahkan peristiwa ini ada di dalam konteks perjalanan Tuhan Yesus dari Yudea ke Galilea (Dua tempat yang nyata, bukan tempat dongeng) oleh karena masalah dengan orang-orang Farisi (Yohanes 3:25-25 dan 4:1). Ini bersifat sejarah yang nyata. Tetapi peristiwa ini juga mengandung banyak Teologi, di mana sistem agama lama dibandingkan dengan apa yang Yesus tawarkan, sifat Kristus dinyatakan, tawaran karunia dari Roh Allah digambarkan.... Ini penuh dengan Teologi. Apakah sejarah itu disesuaikan/diubahkan untuk membawa arti Teologi? Ataukah Teologi itu disesuaikan/diubahkan untuk membawa sejarah? Tidak. Kalau Allah kita benar, maka seluruh sejarah manusia menyatakan sesuatu mengenai Dia. "History is His Story." Peristiwa-peristiwa yang tertentu lebih menyatakan Dia daripada peristiwa-peristiwa yang lain. Misalnya, peristiwa tersebut dari Yohanes 4 menyatakan Dia, dan justru ini sebabnya peristiwa ini dipilih untuk masuk Injil Yohanes.
Morris13 bertanya, "Apa arti teologis dari sesuatu yang tidak pernah terjadi?" Dia juga memperbedakan perumpamaan dari peristiwa yang mengandung Teologi. "Melalui perumpamaan kita berkata, 'Kebenaran Allah adalah seperti ini.' Maka apa ceritera itu betul-betul terjadi atau tidak, ini tidak perlu dipermasalahkan. Ceritera itu adalah suatu ilustrasi. Setiap orang mengerti ini.... Tetapi kalau kita berkata, 'Kebenaran Allah dinyatakan di dalam peristiwa ini,' atau 'Anugerah Allah dinyatakan dalam peristiwa itu,' ini lain lagi. Kalau kita berkata seperti itu, tetapi peristiwa itu tidak pernah terjadi, maka kita tidak bisa berkata bahwa sebenarnya kebenaran Allah dinyatakan.... Apakah Yohanes menceriterakan pikiran dia sendiri mengenai Allah, ataukah dia menceriterakan apa yang pernah Allah lakukan? Kita tidak boleh mengecilkan bedanya di antara dua pendekatan ini, 1) 'Kebenaran Allah adalah seperti-' dan 2) 'Kebenaran Allah menjadi kelihatan di dalam.'" Morris juga menjelaskan bahwa sarjana-sarjana yang berkata bahwa yang penting bagi Yohanes adalah teologi dan bukan sejarah, bukan fakta-fakta, justru mereka yang berkata bahwa dia menghadapi melawan ajaran Docetisme, yang berkata bahwa Kristus hanya kelihatannya lahir, hanya kelihatannya ini dan itu. Tetapi dua pendapat ini yang mereka pegang saling berlawanan.
Tujuan Utama
Injil Yohanes 20:31 berkata, "... semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya." Sebaiknya kita menerima pernyataan ini dari penulis Injil Yohanes sebagai pernyataan tujuan utama Injil Yohanes. Tujuannya penginjilan. Khas ini menjadi lebih nyata lagi jika pernyataan tadi dibandingkan dengan 1 Yohanes 5:13, yang berkata, "Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal." 1 Yohanes ditulis untuk meyakinkan orang percaya bahwa mereka sungguh memiliki hidup yang kekal, sedangkan Injil Yohanes ditulis supaya orang yang belum percaya dapat percaya bahwa Yesuslah Mesias.14 Yohanes menulis Injilnya untuk meyakinkan orang bahwa Yesus adalah Mesias yang mereka rindukan. Menurut Carson,15 tata bahasa dari Yohanes 20:31 menunjukkan bahwa para pembaca pertama sudah memahami arti dari istilah "Mesias" dan istilah "Anak Allah". Yohanes mau meyakinkan mereka yang sudah merindukan kedatangan "Harapan Israel", Mesias, bahwa Yesus adalah yang sudah menggenapi dan akan menggenapi harapan tersebut. Yesus adalah Mesias yang mereka harapkan. Dengan kata lain, Injil Yohanes ditulis untuk menginjili orang Yahudi dan orang kafir yang masuk agama Yahudi.16
Ada penafsir yang tidak setuju dengan pengertian tersebut. Mereka berkata bahwa Yohanes 1:38, di mana istilah "Rabi" diterjemahkan "Guru", dan Yohanes 1:41 di mana istilah "Mesias" diterjemahkan "Kristus", menjadi bukti bahwa Injil Yohanes diperuntukkan orang bukan Yahudi, karena semua orang Yahudi sudah mengerti bahwa "Rabi" berarti "Guru", dan "Mesias" berarti "Kristus". Sebenarnya ini menjadi argumentasi yang kuat, tetapi kita harus melihat lebih dalam. Bukankah istilah Yunani, yaitu "Litostrotos" (dalam pasal 19:13) diterjemahkan bagi orang yang lebih biasa dengan bahasa Ibrani/Aram ("Gabata")? Apakah nas ini membuktikan kesimpulan yang sebaliknya? Juga, istilah "Anak Manusia", "nabi yang akan datang" (1:21), dan "Iblis" (13:2) tidak dijelaskan. Lebih dari itu, ada beberapa pemahaman yang menjadi persyaratan untuk sungguh memahami Injil Yohanes, yaitu pemahaman yang pasti dipahami oleh orang Yahudi. Misalnya, dalam Injil Yohanes ada hubungan yang erat antara hari raya orang Yahudi dan Tuhan Yesus, yang hanya ditangkap oleh orang Yahudi.17
Dapat disimpulkan bahwa Injil Yohanes ditujukan terutama untuk orang Yahudi, tetapi Yohanes menterjemahkan istilah "Rabi" dan "Mesias" supaya pembaca yang lain, yang bukan sasaran utama, tidak menjadi bingung.
Walaupun tujuan utama dari Injil Yohanes adalah untuk menginjili orang Yahudi, tetapi orang bukan Yahudi dapat diinjili melaluinya. Selain itu, orang percaya juga dapat ditolong melalui Injil Yohanes. Bukankah Titus 2:11-12 berkata, "Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata. Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini."
Injil Kristus berguna, baik untuk menyelamatkan orang yang belum percaya, maupun untuk meningkatkan kehidupan rohani orang percaya. Namun demikian, sebaiknya kita tetap ingat bahwa tujuan utama dari Injil Yohanes adalah untuk menginjili orang Yahudi.
Kepercayaan Para Pembaca Pertama
Kalau pesan yang Yohanes sampaikan akan dimengerti, kita perlu mengerti latar belakang Injil ini, untuk supaya kita bisa mengerti masalah-masalah dan kepercayaan-kepercayaan yang dihadapi Yohanes.
Filsafat Docetisme berkata bahwa Kristus sebenarnya tidak menjelma menjadi manusia, tetapi Dia hanya "kelihatannya" menjadi manusia. Dia hanya kelihatannya hidup di tanah Israel, dan hanya rupanya disalibkan. Yang mereka lihat adalah semacam roh yang mereka pikir adalah Kristus. Roh itu sepertinya makan roti dan ikan, dan sebagainya. Nama Docetisme diambil dari sebuah kata18 dalam bahasa Yunani yang berarti "rupanya", atau "kelihatannya". Bagi mereka, tidak mungkin Allah sendiri akan betul-betul menjelma menjadi manusia di dunia yang najis ini, dan tidak mungkin Allah yang Maha Suci bisa mengenakan daging manusia yang penuh dengan dosa. (Mereka memegang suatu pandangan hidup dari Plato yang berkata bahwa ide dan Allah itu suci, dan sama sekali terpisah dari daging dan bumi yang najis dan berdosa. Dualisme ini kebetulan mirip pandangan hidup Kebatinan!)
Kurang jelas kapan filsafat ini muncul, tetapi kalau kita menerima Rasul Yohanes sebagai penulis dari Injil keempat pada abad pertama, maka Injil Yohanes mendahului Docetisme sebagai suatu gerakan filsafat. Ada suatu kemungkinan bahwa Yohanes pernah dengar ajaran yang berbau Docetisme, walaupun gerakan itu belum dewasa. Seandainya Yohanes mendengar ajaran seperti itu, jelas sekali dia tidak bisa setuju. Suatu "roh" di kayu salib tidak akan mengeluarkan darah dan air (Yohanes 19:34). Suatu "roh" di sumur Yakub tidak mungkin menjadi "letih oleh perjalanan" (Yohanes 4:6). Boleh juga membandingkan Yohanes 1:14 dan 1 Yohanes 1:1 ("...yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan, dan yang telah kami raba dengan tangan kami....") Jelas ini sama sekali tidak cocok dengan ajaran Docetisme, malah rasanya menentang sekali. Yohanes tidak malu mengatakan bahwa Allahnya sudah menjelma menjadi manusia. Boleh dikatakan Yohanes merayakan inkarnasi Allah dengan sukacita.
Apakah Yohanes bermaksud untuk melawan Docetisme, atau hanya kebetulan saja Injilnya dan suratannya bertentangan dengan Docetisme? Ini boleh menjadi bahan pikiran sewaktu kita mengamati Injil Yohanes.
Filsafat Gnosticisme mirip sekali dengan Docetisme. Tokoh-tokoh Gnosticism seperti Heracleon (th. 170 M) suka mengutip dan menafsirkan Injil Yohanes. Pada umumnya orang Gnostic menganggap diri mereka sebagai orang Kristen, kecuali yang ikut Mandaisme yang mungkin mulai pada tahun 700.19 Tetapi pada abad yang ke dua sudah ada orang yang menafsirkan Alkitab Kristen secara Gnostic. Docetisme menjadi suatu kunci dalam pola pikiran mereka.
Ladd20 menceriterakan mengenai pola pikiran Yunani yang berkembang sampai titik Gnosticism. Menurut ajaran Gnosticisme kenyataan terdiri dari dua alam, yaitu ada alam atas (noumenal) yang tidak kelihatan, tidak berubah, tetapi kekal, dan lebih penting. Ada juga alam yang kelihatan, yang jasmani. Alam ini, dan tubuh manusia, tidak jahat, hanya menjadi beban pada alam atas, termasuk jiwa manusia, sehingga mereka mengatakan bahwa tubuh21 adalah kuburan atau rumah penjara22 untuk jiwa. Manusia yang berhikmat adalah dia yang menguasai keinginan-keinginan tubuhnya. Kalau mereka cukup berhasil kematian mereka menjadi keselamatan mereka, karena mereka bebas dari tubuh. Jadi keselamatan ini tergantung usaha dan pengertian (gnosis) mereka. "Hermetica" adalah suatu kumpulan karangan agamawi yang ditulis di Mesir pada abad ke dua dan ke tiga. Salah satu karangan itu berjudul "Poimandres". Karangan ini mulai dengan suatu visi dari terang yang tak terbatas. Terang itu disebut Allah. Dia ada di atas lautan kegelapan yang kacau. Logos/Anak Allah itu muncul dari terang dan memisahkan unsur-unsur yang atas dari yang bawah. Dunia diciptakan dari unsur yang bawah, yaitu tanah dan air. Dunia, tanah, air, semua ini tanpa akal, tanpa "nous", tanpa pikiran. Manusia diciptakan dari terang/nous itu, sehingga dia punya akal dan pikiran, tetapi manusia jatuh cinta dengan ciptaan itu sehingga dia jatuh dari terang dan jadi campur dengan apa yang tidak bernous, yang bawah, yang tidak punya pikiran. Akibatnya manusia bisa mati karena dia mempunyai tubuh, tetapi dia juga bisa kekal karena akalnya. Gnosticism ini cukup awal. Gnosticism yang lebih berkembang menganggap tubuh jahat. Ini boleh disebut "dualisme Yunani" karena ada dua pihak yang berlawanan, yaitu apa yang jasmani dan apa yang rohani.
Kalau Yohanes pasal 1 dibaca dengan mengingat filsafat ini banyak persamaan menjadi nyata, antara lain ada "Firman"/logos, terang, dan dunia. Sebelum Gulungan Laut Mati ditemui dan diselidiki, banyak sarjana berpendapat bahwa pasti Yohanes sangat dipengaruhi oleh dualisme tersebut, dan kepercayaan Yunani yang diceriterakan di atas. Tetapi di dalam Gulungan Laut Mati istilah-istilah ini, misalnya terang dan kegelapan, banyak dipakai, sehingga tidak bisa dikatakan lagi bahwa pemakaian istilah-istilah itu menunjuk pada suatu pengaruh Yunani, karena istilah-istilah itu dipakai dalam Gulungan Laut Mati yang sangat asli Yahudi.
Paling tidak kita bisa yakin bahwa Yohanes menulis sesuatu yang rasanya tidak asing bagi orang Yunani, walaupun apa yang dia katakan pasti baru bagi mereka, dan tidak sama dengan kepercayaan mereka. Dengan kata lain, Injil Yohanes adalah suatu contoh kontekstualisasi yang mantap. Penyampaian bebannya atau beritanya sesuai dengan kebiasaan orang Yunani, tetapi apa yang dia sampaikan tidak diubahkan dan sama sekali tidak ada sinkretisme. "Hidangannya" disesuaikan supaya bisa diterima, tetapi beritanya tetap murni.
Pada zaman Yohanes Agama Yahudi memiliki aliran-aliran dan sistem kepercayaan yang berbeda-beda. Kepercayaan dan kebiasaan Farisi, Saduki, dan Qumran jauh berbeda, dan rakyat biasa merasa jauh dari golongan-golongan ini.
Orang Saduki adalah "orang kraton" pada zaman Yohanes. Mereka dari lapisan masyarakat yang atas, dan mereka menguasai Bait Allah dengan imam-imamnya dan segala pengorbanannya. Tetapi orang-orang Saduki kehilangan markas waktu "kraton" mereka, yaitu Bait Allah, dihancurkan oleh pasukan Roma pada tahun 70, sehingga mereka tidak mewariskan apa-apa yang bisa kita pelajari untuk mengerti ajaran mereka. Ternyata mereka hanya menerima Lima Kitab Musa, dan menolak kebangkitan dari maut dan adanya malaikat. Pandangan dan peraturan mereka sangat konservatif dibandingkan dengan orang Farisi, sesuai dengan jabatan mereka dan keadaan sosial mereka. Istilah Saduki tidak dipakai dalam Injil Yohanes, mungkin karena mereka sudah tidak begitu penting dalam agama Yahudi setelah tahun 70.
Orang Farisi tidak tergantung pada Bait Allah. "Sinagoge" (rumah ibadah Yahudi) adalah markas mereka, dan memang mereka duduk di "Kursi Musa" di dalam sinagoge (Matius 23:2). Mereka adalah keturunan rohani dari orang Yahudi yang berhasil melawan Antiokhus Epifanes pada tahun 175-163 SM. Mereka menerima seluruh Perjanjian Lama sebagai Hukum yang Tertulis, dan mereka juga menerima Hukum Lisan, yaitu tradisi lisan yang menurut mereka juga berasal dari Musa. Walaupun mereka juga menderita karena Bait Allah hancur pada tahun 70, tetapi dari segi pengaruh mereka, mereka menang karena tidak dilawan lagi oleh orang Saduki. Kita tidak punya apa-apa dari karangan mereka, tetapi Mishna dan Talmud (tafsiran dari Mishna) rupanya mencerminkan ajaran mereka dengan jelas. Mishna dan Talmud ditulis oleh guru-guru (rabi-rabi) besar. Mereka tidak menekankan teologi tetapi peraturan agama, misalnya, ikatan-ikatan yang mana boleh diikat pada hari Sabat, dan sebagainya. Pola pikiran mereka sangat nyata di dalam Injil Yohanes. Seorang sarjana Yahudi modern pernah berkata bahwa di antara ke empat Injil, Injil Yohanes adalah yang paling berbau Yahudi. Banyak dari perkataan Tuhan Yesus sama dengan perkataan rabi-rabi, misalnya, Yohanes 1:39, "Marilah dan kamu akan melihatnya." Menurut Yosefus23 ada 6.000 orang Farisi pada zaman Yosefus.
Seperti disebutkan di atas, kosa kata tulisan Qumran (Gulungan Laut Mati) mirip kosa kata Yohanes, sampai ada juga sarjana yang berpendapat bahwa Yohanes sendiri adalah warga Qumran (tempat Gulungan Laut Mati) karena dia suka memakai istilah yang disukai mereka. Selain kosa kata yang mirip (dengan istilah seperti hidup kekal, terang dan kegelapan, kebenaran dan kesalahan, murka Allah, terang hidup, roh kebenaran, dan anak-anak terang) ada juga baptisan, perjamuan yang suci, dualisme baik dan jahat, dan "guru kebenaran". Tetapi sarjana itu juga sadar bahwa ada perbedaan yang penting di antara pikiran Yohanes dan pikiran Qumran, maka sarjana itu berkata bahwa Yohanes diam berberapa lama di Qumran, lalu dia keluar karena tidak sependapat dengan mereka. Menurut teori itu, persamaannya karena dia pernah ikut mereka, dan perbedaannya karena dia keluar dari sana. Tipislah, teori ini.
Perjanjian Lama merupakan suatu unsur dari latar belakang Injil Yohanes yang penting sekali. Kalau kita membaca Yohanes 1:1, "Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah" memang kita akan mengingat Kejadian 1:1, "Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi." Juga, Yohanes 1:3 berkata bahwa Allah menciptakan segala sesuatu melalui Firman itu, dan ini juga cocok dengan apa yang diceriterakan di dalam Kejadian 1:3, 6, 9, 11, 14, 20, 24, dan 26, yaitu "Berfirmanlah Allah...." Kitab Kejadian juga bersaksi bahwa Allah menciptakan segala sesuatu melalui Firman-Nya. Memang Perjanjian Lama tidak menyatakan bahwa Firman Allah itu adalah pribadi dan bukan kata saja, sehingga dapat dikatakan bahwa Injil Yohanes mempergunakan latar belakang Perjanjian Lama, dan orang Ibrani akan mengerti apa yang Yohanes katakan, tetapi dia juga memperkembangkan apa yang dijelaskan di dalam Perjanjian Lama, dengan istilah-istilah yang dapat dimengerti oleh mereka.
Injil Yohanes adalah suatu contoh kontextualisasi yang luar biasa. Dikontextualisasikan baik untuk orang Yunani maupun untuk orang Ibrani, walaupun kebudayaan mereka masing-masing sangat berbeda. Injil ini merupakan suatu mujizat kontextualisasi!
Hubungannya dengan Injil Matius, Markus dan Lukas
Membandingkan Injil Yohanes dengan Injil Sinoptik mengemukakan beberapa pengamatan yang mungkin berguna untuk mengarahkan pelajaran kita. Turner dan Mantey24 menguraikan perbedaan-perbedaan di antara Injil Yohanes dan Injil Sinoptik (yaitu Injil Matius, Markus, dan Lukas) yang cukup lengkap.
Gaya Yohanes berbeda dari Matius, Markus, dan Lukas. Dalam Injil Sinoptik itu perikopnya pada umumnya singkat, dan cepat pindah dari satu peristiwa kepada peristiwa yang lain. Ini bisa dibandingkan dengan Yohanes yang menyusun perikop yang lebih panjang, dan tidak cepat meloncat pada perikop yang berikut. Yohanes tidak menceriterakan banyak peristiwa, tetapi dia menceriterakan yang sedikit itu secara perinci. Turner berkata bahwa gaya Yohanes lebih "santai" daripada gaya Injil Sinoptik. "Perumpamaan" yang ada dalam Injil Yohanes sangat berbeda dengan perumpamaan yang ada dalam Injil Sinoptoik, dan Yohanes tidak mencatat pepatah kata yang mudah diingat seperti yang ada di dalam ketiga Injil Sinoptik.
Secara geografis Yohanes berbeda dari yang lain juga. Ke tiga Injil Sinoptik menekankan pelayanan Tuhan Yesus di Galilea, dan Perea (Lukas), dan baru pada minggu terakhir pindah ke Yerusalem. Tetapi Yohanes banyak menceriterakan mengenai apa yang terjadi di Yerusalem waktu Tuhan Yesus mengunjungi kota itu karena perayaan Hari Paskah.
Kosa kata Yohanes juga berbeda dari yang lain karena jumlah kata lebih sedikit, dan juga istilah-istilahnya sederhana dan padat dengan arti, seperti "terang, hidup, dunia, kegelapan, kebenaran, kemuliaan, percaya, mengetahui, jam" dan sebagainya.
Banyak peristiwa dan hal tidak disebut oleh Yohanes. Inilah daftar Turner: kelahiran Yesus, 30 tahun yang pertama dalam kehidupan-Nya di bumi, kelahiran dan kematian Yohanes Pembaptis, baptisan dan pencobaan Yesus, perubahan rupa-Nya di atas gunung, Perjamuan Suci yang pertama, doa-Nya di Taman Getsemeni, pengadilan di hadapan Kaiyafas, peristiwa kenaikan-Nya, pelepasan dari roh jahat, orang sakit kusta, ahli hukum, pemungut cukai, orang Saduki, daftar ke dua belas rasul, Khotbah di Bukit dan Khotbah di Daratan, panggilan orang berdosa untuk bertobat, neraka, dan semua perumpamaan. Hampir semua di daftar ini cukup penting di dalam Injil Matius, Markus, dan Lukas, tetapi sama sekali tidak disebutkan oleh Yohanes.
Perlu juga dikatakan bahwa Injil Yohanes juga berbeda dari Injil Sinoptik karena 90% dari bahannya tidak ada di dalam Injil Sinoptik. Hanya Yohanes saja yang mencatat percakapan Yesus dengan Nikodemus, panggilan lima murid-Nya, pernikahan di Kana, percakapan Yesus dengan wanita itu di sumur Yakub, mujizat di kolam Siloam dan Betesda, kebangkitan Lazarus, 14 percakapan yang mengikuti suatu pola yang sama (pertanyaan, jawaban Yesus yang sulit dimengerti, kesalah pahaman, dan keterangan Yesus), pernyataan yang memakai ungkapan "Aku adalah"25, istilah Paraklete (suatu sebutan Roh Allah) dan perwujudan Tuhan Yesus di Danau Galilea setelah Dia bangkit. Carson26 mengamati bahwa Injil Sinoptik tidak menyamakan Yesus dengan Allah secaralangsung, seperti apa yang tampak dalam Injil Yohanes pasal 1:1, 18 dan 20:28.
Perbedaan-perbedaan ini cukup mengesankan. Suatu pertanyaan muncul, yaitu, "Mengapa?" Mengapa tidak ada perumpamaan di dalam Injil Yohanes? Mengapa tidak ada orang yang dilepaskan dari kerasukan setan di dalam Injil Yohanes? Mengapa neraka tidak disebut di dalam Injil ini? Apakah jawabannya terdapat di dalam Teologi Yohanes?
Kalau perbedaan gaya dan kosa-kata dipikirkan, mudah diterima bahwa Yohanes mau menekankan sesuatu yang lain dari Injil Sinoptik, atau katakanlah dia mau melihat pelayanan Tuhan Yesus dari segi pandangan yang lain. Tetapi daftar pokok yang sama sekali tidak disebut agak mengesankan. Seolah-olah dia dengan sengaja mengambil keputusan untuk tidak menyebut anak-anak! Mengapa?
Carson menekankan bahwa ada perbedaan yang nyata, seperti apa yang dicatat di atas, tetapi ada juga kesamaan yang penting, misalnya peristiwa di mana 5000 orang diberi makan (Markus 6:32-44 dan Yohanes 6:1-15) dan di mana Dia berjalan di atas air (Markus 6:45-52 dan Yohanes 6:16-21. Juga ada kesamaan antara perkataan Tuhan Yesus: Markus 9:37-38 dan Yohanes 4:35; Markus 6:4 dan Yohanes 4:44; Matius 25:46 dan Yohanes 5:29; Matius 11:25-27 dan Yohanes 10:14-15, dst.27
Lebih penting lagi adalah nas-nas di mana Yohanes dan ketiga Injil Sinoptik saling mengisi, saling menjelaskan. Misalnya, hanya Yohanes yang menjelaskan mengapa Petrus dapat masuk ke halaman istana Imam Besar (pasal 18:15-16) tetapi Injil Markus 14:54 hanya berkata bahwa dia masuk ke situ. Kerelaan murid-murid Tuhan Yesus untuk mengikuti Dia sesaat mereka dipanggil dalam Injil Matius 4:18-22, sulit dipahami, keculi kita memahami bahwa mereka sudah mengenal Dia sebelum waktu itu (Yohanes 1:35-51). Dan sebaliknya keraguan Filipus untuk memperkenalkan orang-orang bukan Yahudi kepada Tuhan Yesus dalam Yohanes 12:21-22 sulit dipahami dalam Injil Yohanes, kecuali kita memahami Matius 10:5-6, di mana Tuhan berkata, "Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel."28
Morris29 menjelaskan kemungkinan bahwa ketiga Injil Sinoptik memberi ajaran Rabi Yesus yang dimaksudkan untuk umum, yaitu ajaran yang formal. Sesuai dengan pola rabi-rabi Israel, ajaran tersebut harus dihafal dan diteruskan kepada generasi yang berikut. Tetapi selain ajaran itu, ada juga ajaran-Nya yang dimaksudkan untuk murid-murid-Nya dan ajaran yang bersifat lebih spontan. Menurut konsep ini, ajaran yang bersifat spontan dan akrab itu ditulis dalam Injil Yohanes. Morris tidak yakin bahwa hal ini merupakan sebabnya Injil Sinoptik dan Injil Yohanes begitu berbeda, tetapi pendekatan ini menyatakan bahwa kita tidak harus menolak Injil Yohanes hanya karena Injil Yohanes berbeda dari ketiga Injil Sinoptik.
Injil Yohanes dan Kanon Alkitab
Morris30 menjelaskan bahwa Injil Yohanes sangat disukai oleh pengikut ajaran Gnostik. Oleh karena Injil Yohanes sering dikutip oleh orang Gnostik, maka pengikut Kristus yang lain, yang tidak memeluk ajaran sesat itu, mula-mula segan mengutip dari Injil Yohanes. Mereka lebih sering mengutip dari ketiga Injil Sinoptik. Lama-kelamaan mereka mengerti bahwa justru Injil Yohanes yang paling tepat untuk dikutip melawan Gnosticisme, dan Injil Yohanes menjadi sangat popular.
Walaupun Injil Yohanes sering dikutip untuk mendukung ajaran sesat, tetapi status Injil Yohanes sebagai Firman Allah tidak diragukan oleh bapa-bapa gereja. Tempatnya di dalam kanon Firman Tuhan kuat sekali.
Hagelberg: Yohanes (Garis Besar) GARIS BESAR
I. KATA PENGANTAR (1:1-18)
II. PENYATAAN YESUS DENGAN KATA DAN PERBUATAN (1:19-10:42)
A. Pengantar pada Pelayanan Y...
GARIS BESAR
- I. KATA PENGANTAR (1:1-18)
- II. PENYATAAN YESUS DENGAN KATA DAN PERBUATAN (1:19-10:42)
- A. Pengantar pada Pelayanan Yesus (1:19-51)
- 1. Hubungan antara Yohanes Pembaptis dan Yesus (1:19-28)
- 2. Kesaksian Yohanes Pembaptis mengenai Yesus (1:29-34)
- 3. Yesus mendapat murid-murid pertama (1:35-42)
- 4. Yesus mendapat dua murid lagi (1:43-51)
- B. Pelayanan yang Awal: Tanda, Perbuatan, dan Kata (2:1-4:45)
- 1. Tanda pertama: air menjadi anggur (2:1-11)
- 2. Pedagang-pedagang diusir dari Bait Allah (2:12-17)
- 3. Yesus mengganti Bait Allah (2:18-22)
- 4. Iman yang tidak memuaskan (2:23-25)
- 5. Yesus dan Nikodemus (3:1-15)
- 6. Penjelasan panjang I (3:16-21)
- 7. Kesaksian Yohanes Pembaptis mengenai Yesus diteruskan (3:22-30)
- 8. Penjelasan panjang II (3:31-36)
- 9. Yesus dan perempuan Samaria (4:1-42)
- 10. Tanda kedua: anak pegawai istana disembuhkan (4:43-54)
- C. Oposisi Timbul: tambah tanda, perbuatan, dan kata (5:1-7:52)
- 1. Penyembuhan di Kolam Betesda (5:1-15)
- 2. Tanggapan Yesus pada oposisi (5:16-47)
- 3. Lima ribu orang diberi makan (6:1-15)
- 4. Yesus berjalan di atas air (6:16-21)
- 5. Khotbah Roti Hidup (6:22-58)
- a. Yesus dicari orang banyak (6:22-26)
- b. Manna yang benar (6:27-34)
- c. Yesus sebagai Roti Hidup (6:35-48)
- d. Makan daging Anak Manusia (6:49-58)
- 6. Pendapat yang terbagi dua dan Inisiatif Ilahi (6:59-71)
- 7. Keraguan (7:1-13)
- 8. Di hari raya Pondok Daun (7:14-44)
- a. Ajaran Yesus yang berwewenang (7:14-24)
- b. Siapakah Yesus Kristus? (7:25-36)
- c. Janji Roh (7:37-44)
- 9. Ketidak percayaan para pemimpin Yahudi (7:45-52)
- D. Konfrontasi yang Radikal: puncak tanda, perbuatan, dan kata (8:12-10:42)
- 1. Di hari raya Pondok Daun II: perdebatan Yesus dengan "orang-orang Yahudi" (8:12-59)
- a. Wewenang ajaran Yesus (8:12-20)
- b. Asal-usul wewenang Yesus (8:21-30)
- c. Anak-anak Abraham (8:31-59)
- 2. Yesus menyembuhkan orang yang buta sejak lahir (9:1-41)
- a. Tanda itu sendiri (9:1-12)
- b. Penyelidikan orang-orang Farisi (9:13-34)
- i. Penyelidikan yang pertama (9:13-17)
- ii. Orangtuanya diselidiki (9:18-23)
- iii. Penyelidikan yang kedua (9:24-34)
- c. Penglihatan orang buta dan kebutaan orang yang dapat melihat (9:35-41)
- 3. Yesus sebagai Pintu dan Gembala (10:1-21)
- a. Kiasan Pintu (10:1-5)
- b. Kesalah pahaman (10:6)
- c. Kiasan dikembangkan (10:7-10)
- d. Kiasan Gembala (10:11-18)
- e. Tanggapan orang-orang Yahudi (10:19-21)
- 4. Di hari raya Pentahbisan Bait Allah: klaim-klaim Mesiani dan oposisi yang nyata (10:22-39)
- 5. Penarikan geografis dan kemajuan pelayanan (10:40-42)
- III. PERALIHAN: KEHIDUPAN DAN KEMATIAN, RAJA DAN HAMBA YANG MENDERITA (11:1-12:50)
- A. Kematian dan kebangkitan Lazarus (11:1-44)
- 1. Kematian Lazarus (11:1-16)
- 2. Yesus adalah kebangkitan dan hidup (11:17-27)
- 3. Yesus marah dan berdukacita (11:28-37)
- 4. Kebangkitan Lazarus (11:38-44)
- B. Keputusan untuk membunuh Yesus (11:45-54)
- C. Kemenangan dan kematian yang mendekat (11:55-12:36)
- 1. Lingkungannya: hari raya Paskah (11:55-57)
- 2. Yesus diurapi Maria (12:1-11)
- 3. Yesus dielu-elukan (12:12-19)
- 4. Orang kafir memicu pernyataan Yesus mengenai "saatnya" (12:20-36)
- D. Teologi ketidak percayaan (12:37-50)
- IV. PERNYATAAN YESUS DALAM SALIB-NYA DAN KEMULIAAN-NYA (13:1-20:31)
- A. Perjamuan Kudus (13:1-30)
- 1. Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya (13:1-17)
- 2. Yesus bernubuat mengenai pengkhianatan (13:18-30)
- B. Pesan Perpisahan: bagian pertama (13:31-14:31)
- 1. Yesus menubuatkan penyangkalan Petrus (13:31-38)
- 2. Janji tempat di mana Yesus akan pergi (14:1-4)
- 3. Yesus sebagai jalan kepada Bapa (14:5-14)
- 4. Yesus akan pergi, dan Roh Kebenaran akan datang (14:15-31)
- C. Pesan Perpisahan: bagian kedua (15:1-16:33)
- 1. Pokok anggur dan ranting (15:1-16)
- 2. Oposisi dari dunia (15:17-16:4a)
- 3. Pekerjaan Roh Kudus (16:4b-15)
- 4. Sukacita sesudah dukacita (16:16-33)
- D. Doa Yesus (17:1-26)
- 1. Yesus berdoa supaya dipermuliakan (17:1-5)
- 2. Yesus mendoakan murid-murid-Nya (17:6-19)
- a. Dasar doa (17:6-11a)
- b. Doa supaya murid-murid-Nya dilindungi (17:11b-16)
- c. Doa supaya murid-murid-Nya dikuduskan (17:17-19)
- 3. Yesus mendoakan semua yang akan percaya (17:20-23)
- 4. Yesus berdoa supaya setiap orang percaya disempurnakan sehinggap dapat melihat kemuliaan-Nya (17:24-26)
- E. Pemeriksaan Pengadilan dan Penderitaan Yesus (18:1-19:42)
- 1. Yesus ditangkap (18:1-11)
- 2. Yesus di hadapan Hanas (18:12-14)
- 3. Penyangkalan Petrus yang pertama (18:15-18)
- 4. Yesus diperiksa di hadapan Hanas (18:19-24)
- 5. Penyangkalan Petrus yang kedua dan ketiga (18:25-27)
- 6. Yesus diperiksa di hadapan Pilatus (18:28-19:16a)
- a. Pilatus memeriksa pendakwa (18:28-32)
- b. Pilatus memeriksa Yesus (18:33-38a)
- c. Barabas (18:38b-40)
- d. Yesus dihukum (19:1-16a)
- 7. Yesus disalibkan (19:16b-30)
- 8. Lambung Yesus ditikam (19:31-37)
- 9. Yesus dikuburkan (19:38-42)
- F. Kebangkitan Yesus (20:1-31)
- V. BAGIAN PENUTUP DARI KITAB (21:1-25)
Hagelberg: Yohanes DAFTAR PUSTAKA
Daftar Kepustakaan
Barrett, C. K., The Gospel According to St. John, an Introduction with Commentary and Notes on the Greek Text, The W...
DAFTAR PUSTAKA
Daftar Kepustakaan
Barrett, C. K., The Gospel According to St. John, an Introduction with Commentary and Notes on the Greek Text, The Westminster Press, Philadelphia, edisi kedua, 1978.
Beasley-Murray, George, John, Word Biblical Commentary, Thomas Nelson Publishers, Nashville, edisi kedua, 1999.
Bruce, F. F. New Testament History, Anchor Books, Garden City, 1969.
Carson, D.A., The Gospel According to John, Inter-Varsity Press, Leicester, England dan William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1991.
Culpepper, R. Alan, Anatomy of the Fourth Gospel: a study in literary design, Fortress Press, Philadelphia,1983.
Hendriksen, William, John, The Banner of Truth Trust, Edinburgh, 1954.
Hodges, Zane C., The Greek New Testament, Thomas Nelson Publishers, Nashville, 1982.
Hodges, Zane C., The Hungry Inherit: Whetting Your Appetite for God, Multnomah Press, Portland, 1980.
Hoskyns, Edwyn, The Fourth Gospel, Faber and Faber, London, 1947.
Ladd, George Eldon, A Theology of the New Testament, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1974.
Morris, Leon, The Gospel According to John, The New International Commentary on the New Testament, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1971.
Ryrie, Charles C., Teologi Dasar, Yayasan ANDI, Yogyakarta, 1991.
Tasker, R.V.G., The Gospel According to St. John, The Tyndale New Testament Commentaries, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1960.
Tenney, Merrill C., John: the Gospel of Belief, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1948.
Turner, George A. dan Mantey, Julius R., The Gospel of John: An Evangelical Commentary, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, tanpa tahun.
TFTWMS: Yohanes (Pendahuluan Kitab) "AKU PERCAYA" (Yohanes 11:1-57)
Kasih atau cinta selalu berawal kembali! Orang mungkin saja mengira bahwa ia mengenal kasih sebagai anak ke...
"AKU PERCAYA" (Yohanes 11:1-57)
Kasih atau cinta selalu berawal kembali! Orang mungkin saja mengira bahwa ia mengenal kasih sebagai anak kecil yang didekap dengan amannya dalam tangan ibunya. Seorang gadis muda mungkin saja mengira bahwa ia telah menemukan cinta ketika pada usia belasan tahun ia mengalami pacaran pertama. Seorang laki-laki bisa jadi merasa pasti bahwa ia telah menemukan cinta yang tertinggi ketika ia menemukan perempuan yang ingin ia nikahi. Cinta mungkin saja terlihat sempurna ketika orang tua membopong anak mereka yang baru lahir. Kita mungkin saja mengira bahwa akhirnya kita menemukan apa yang membuat kasih itu menjadi nyata ketika kita dan orang lain sama-sama mengalami penderitaan yang menyusahkan. Sepertinya, kasih atau cinta itu selalu berawal kembali!
TFTWMS: Yohanes (Pendahuluan Kitab) KESIMPULAN (YOHANES 11:1-44)
Damien de Veuster (1840-89) pada 1864 pergi ke Hawai sebagai seorang misionaris untuk menggantikan saudaranya yang terse...
KESIMPULAN (YOHANES 11:1-44)
Damien de Veuster (1840-89) pada 1864 pergi ke Hawai sebagai seorang misionaris untuk menggantikan saudaranya yang terserang penyakit demam tipus. Setelah sembilan tahun yang penuh kesulitan dalam melakukan pekerjaan misi di pulau itu, Damien lalu merelakan dirinya pergi ke pulau Molokai, tempat bagi orang-orang berpenyakit kusta yang diusir. Di situ ia melayani sebagai perawat, tukang bangunan, tukang batu, dokter, pengurus pemakaman, pembuat peti mati, dan penggali kubur. Ia bahkan mengelola dua rumah panti asuhan di pulau itu. Dalam setiap khotbahnya pada hari Minggu, ia selalu memulai khotbahnya dengan perkataan, "Kalian orang-orang berkusta tahu bahwa Allah mengasihmu." Lalu suatu hari Damien mengetahui bahwa ia juga telah tertular penyakit kusta itu. Ketika hari Minggu berikutnya ia berdiri di hadapan jemaat, ia memulainya dengan, "Kita orang-orang berkusta tahu bahwa Allah mengasihi kita."
Gambaran tentang Yesus di luar kubur Lazarus merupakan pengingat yang jelas sekali bahwa Yesus mengalami ketotalitasan manusia. Ia bukan 50 persen manusia dan 50 persen Allah; Ia itu 100 persen manusia dan 100 persen Allah. Yesus masuk ke dalam dunia kita, merasakan kepedihan kita, dan mencucurkan air mata kita, semuanya itu dengan maksud untuk menyampaikan pesan "Kita tahu bahwa Allah mengasihi kita."
TFTWMS: Yohanes (Pendahuluan Kitab) KESIMPULAN (YOHANES 11:1-44)
Pernahkah Anda membaca buku atau menonton filem yang menegangkan sehingga membuat Anda takut dan gelisah? Pernahkah Anda...
KESIMPULAN (YOHANES 11:1-44)
Pernahkah Anda membaca buku atau menonton filem yang menegangkan sehingga membuat Anda takut dan gelisah? Pernahkah Anda membaca atau menonton kembali buku atau filem yang sama itu? Bagaimanakah reaksi Anda untuk yang kedua kalinya? Ketika saya melakukan hal itu, reaksi saya yang kedua kalinya adalah santai saja dan dalam cara yang berbeda meneliti pelbagai masalah dan bahaya yang dihadapi oleh tokoh jagoannya, sebab saya yakin bahwa segala sesuatunya akan berakhir baik.
Ketika Lazarus berjalan ke luar dari gua dekat Betania itu, ia menunjukkan kepada kita bagaimana kisah kita sendiri akan berakhir. Memang benar bahwa kecuali Tuhan segera datang lagi, kita semua akan menghadapi kematian. Namun begitu, karena Yesus adalah kebangkitan dan hidup, maka kita memandang kematian dengan cara yang berbeda. Meskipun suatu hari nanti tubuh kita akan dikubur dalam kuburan, namun kita tahu bahwa suatu hari nanti kita akan bangkit dari kubur itu! Ironisnya adalah bahwa ketika kita percaya bahwa Yesus merupakan jawaban bagi masalah kematian, barulah kita benar-benar siap untuk hidup!
TFTWMS: Yohanes (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Dikutip dari Richard Foster, Prayer (San Francisco: Harper, 1992), 37.
2 Kata Yunani yang sama, embrimaomai, diterjemahkan &quo...
Catatan Akhir:
- 1 Dikutip dari Richard Foster, Prayer (San Francisco: Harper, 1992), 37.
- 2 Kata Yunani yang sama, embrimaomai, diterjemahkan "sangat terharu dan masygul" dalam ayat 33 dan 38.
Pengarang: Bruce McLarty
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Yohanes (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Sebagai catatan pinggir bagi pengakuan Marta, Leon Morris (The New International Commentary on the New Testament [Grand Rapids, Mi...
Catatan Akhir:
- 1 Sebagai catatan pinggir bagi pengakuan Marta, Leon Morris (The New International Commentary on the New Testament [Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1986], 551) menulis betapa malangnya Marta itu sebab ia lebih dikenal karena kesibukannya (Lukas 10:41) daripada pengakuannya yang luar biasa ini.
Pengarang: Bruce McLarty
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Yohanes (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 King Duncan, "Faith," Dynamic Illustrations (Knoxville, Tenn.: Seven Worlds Press, January/February 1995).
2 Dikutip ...
Catatan Akhir:
- 1 King Duncan, "Faith," Dynamic Illustrations (Knoxville, Tenn.: Seven Worlds Press, January/February 1995).
- 2 Dikutip dari Charles Swindoll, Improving Your Serve (Waco, Tex.: Word Publishing Co., 1981), 29.
Pengarang: Bruce McLarty
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Yohanes (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH YOHANES
PENGANTAR
Dalam Kabar Baik yang disampaikan oleh Yohanes ini, Yesus dikemukakan
sebagai Sabda Allah yang ab
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH YOHANES
PENGANTAR
Dalam Kabar Baik yang disampaikan oleh Yohanes ini, Yesus dikemukakan sebagai Sabda Allah yang abadi yang telah menjadi manusia dan tinggal di antara kita. Seperti yang dikatakan dalam buku ini, Kabar Baik ini ditulis dengan maksud supaya para pembacanya dapat percaya bahwa Yesuslah Raja Penyelamat yang dijanjikan -- Ia Anak Allah sendiri. Juga supaya melalui percaya kepada-Nya mereka memperoleh hidup (Yoh 20:31).
Setelah pendahuluan yang mengemukakan bahwa Sabda Allah yang abadi itu adalah Yesus, bagian pertama buku ini mengisahkan berbagai keajaiban yang dibuat oleh-Nya. Keajaiban-keajaiban itu menunjukkan bahwa Yesus adalah Raja Penyelamat yang dijanjikan, Ia Anak Allah. Masing-masing kisah mengenai keajaiban disertai oleh percakapan-percakapan antara Tuhan Yesus dengan orang-orang. Dari percakapan-percakapan itu jelaslah apa yang diungkapkan oleh keajaiban-keajaiban itu. Di dalam bagian ini dikemukakan bahwa ada orang yang percaya kepada Yesus dan menjadi pengikut-Nya, tetapi ada pula yang menentang Dia dan tidak mau percaya kepada-Nya. Pasal 13-17 (Yoh 13:1-17:26) mencatat secara panjang lebar bagaimana akrabnya Yesus dengan pengikut-pengikut-Nya pada malam ketika Ia hendak ditangkap, dan bagaimana Ia mempersiapkan serta menguatkan hati mereka pada malam itu. Pasal-pasal terakhir menguraikan tentang bagaimana Yesus ditangkap dan diadili, bagaimana Ia disalibkan, mati dan bangkit kembali, dan bagaimana Ia memperlihatkan diri-Nya kepada para pengikut-Nya setelah Ia hidup kembali.
Cerita tentang wanita yang tertangkap basah sedang berbuat zinah (\\/BIS Yoh
- 8:1-11\\), dimasukkan antara tanda kurung besar karena banyak naskah dan
terjemahan-terjemahan zaman dahulu tidak memuat cerita itu, sedangkan yang lain-lainnya memuatnya di berbagai tempat.
Dalam bukunya ini Yohanes menitikberatkan pemberian, yaitu hidup sejati dan kekal, yang diberikan Allah melalui Kristus. Pemberian itu sudah mulai di dunia, dan dapat dialami oleh orang-orang yang menerima Yesus sebagai jalan kepada Allah, sebagai yang menyatakan Allah, dan sebagai pemberi hidup. Ciri khas Yohanes ialah kiasan-kiasan yang diambilnya dari hal-hal sehari-hari untuk menunjukkan kebenaran-kebenaran rohani, misalnya: air, roti, terang, gembala dan dombanya, pohon anggur dan buahnya.
Isi
- Pendahuluan
Yoh 1:1-18 - Yohanes Pembaptis dan orang-orang yang pertama-tama menjadi pengikut
Yesus
Yoh 1:19-51 - Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat
Yoh 2:1-12:50 - Hari-hari terakhir di Yerusalem dan dekat Yerusalem
Yoh 13:1-19:42 - Kebangkitan Yesus dan penampakan diri-Nya
Yoh 20:1-31 - Penutup: suatu penampakan diri lagi di Galilea
Yoh 21:1-25
Ajaran: Yohanes (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Yohanes, orang-orang Kristen mengerti
bahwa Allah mengambil rupa manusia untuk menyelamatkan manusia.
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Yohanes, orang-orang Kristen mengerti bahwa Allah mengambil rupa manusia untuk menyelamatkan manusia. Dengan demikian diharapkan agar iman mereka semakin dikuatkan dalam mengikuti Yesus, sebagai Tuhan dan Juruselamatnya.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Yohanes.
Tahun : Sekitar tahun 91 sesudah Masehi.
Penerima : Setiap orang percaya.
Isi Kitab: Kitab Injil Yohanes ini terdiri atas 21 pasal. Di dalam Kitab ini Tuhan Yesus disaksikan sebagai Firman yang menjadi manusia, Anak Allah. Karena itu, Injil Yohanes ini langsung menantang setiap pembaca untuk segera mengambil keputusan sendiri, yakni _percaya_ kepada Tuhan Yesus untuk mendapat keselamatan, tetapi jika _menolak_ Tuhan Yesus pasti akan mendapat kebinasaan.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Yohanes
Untuk mengerti keseluruhan Kitab ini, perlu dimengerti tiga kata penting berikut ini.
Tanda Pengajaran tentang "tanda-tanda" ajaib yang dilakukan oleh Tuhan Yesus, sebagai bukti bahwa Ia adalah Allah yang menjadi manusia
Dalam Injil Yohanes, ada tujuh tanda penting yang dibuat oleh Tuhan Yesus, sebagai bukti bahwa Ia adalah Allah yang menjadi manusia.
Pendalaman
- Bacalah pasal Yoh 2:1-11. Mujizat air diubah menjadi anggur.
- Bacalah pasal Yoh 4:46-54. Tanda mujizat kedua, Tuhan Yesus menyembuhkan ana pegawai yang sakit.
- Bacalah pasal Yoh 5:1-47. Tanda mujizat ketiga, Tuhan Yesus menyembuhkan oran sakit di Bethesda.
- Bacalah pasal Yoh 6:1-14. Mujizat keempat, Tuhan Yesus memberikan makanan kepad 5010 orang dengan lima potong roti kecil dan dua ekor ikan.
- Bacalah pasal Yoh 6:15-21. Tuhan Yesus berjalan di atas air. Ini menunjukkan bahw Ia berkuasa atas alam raya.
- Bacalah pasal Yoh 9:1-14. Tuhan Yesus menyembuhkan orang buta.
- Bacalah pasal Yoh 11:1-57. Tuhan Yesus membangkitkan Lazarus dari kematian.
Kesemua tanda ajaib ini hanya bisa dilakukan oleh Allah, karena itu tanda-tanda tersebut membuktikan bahwa Yesus adalah Allah yang menjadi manusia. Jadi jika seorang menolak Tuhan Yesus, itu berarti ia menolak Allah. Demikian juga, jika seseorang menerima Tuhan Yesus, ia menjadi anggota keluarga Allah (bacaan Yoh 1:12).
Percaya Pengajaran tentang "percaya" kepada pengakuan Tuhan Yesus tentang dirinya sendiri
Pada dasarnya berita yang dibawa oleh Tuhan Yesus ialah berita tentang diri-Nya sendiri. Dalam Injil Yohanes ini, Tuhan Yesus memberikan tujuh perumpamaan tentang diri-Nya.
Pendalaman
- Bacalah pasal Yoh 6:53,41,48; 14:6. Dalam nats-nats ini Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya adalah sumber kehidupan. Ini berarti seseorang hanya dapat memiliki hidup yang kekal dan berarti kalau ia datang kepada Tuhan Yesus.
- Bacalah pasal Yoh 8:12. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Terang Dunia. Ini berarti Tuhan Yesus sajalah yang dapat memberikan penerangan dalam kehidupan manusia yang berdosa.
- Bacalah pasal Yoh 10:7,9. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Pintu. Ini berarti hanya melalui Tuhan Yesus sajalah seseorang dapat memasuki Sorga.
- Bacalah pasal Yoh 10:11,14. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Gembala. Ini berarti bahwa Tuhan Yesus sajalah yang dapat memelihara dan menjaga kehidupan seseorang.
- Bacalah pasal Yoh 11:25. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Kebangkitan. Ini berarti di dalam diri-Nya tidak ada kematian, atau seseorang yang tidak menginginkan kematian, hanya dapat memperolehnya di dalam Tuhan Yesus.
- Bacalah pasal Yoh 14:6. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Jalan, Kebenaran dan Hidup. Ini berarti seseorang yang ingin beribadah kepada Allah, hanya dapat memperoleh kalau orang itu pergi dan datang kepada Tuhan Yesus saja.
- Bacalah pasal Yoh 15:1-8. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Pokok Anggur yang benar. Ini berarti seseorang (orang percaya) dapat memberikan perbuatan dan kehidupan yang benar di hadapan Allah kalau ia tetap hidup dengan menggantungkan diri kepada Tuhan Yesus.
Hidup Pengajaran tentang "hidup" bagi setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus
Memilih Tuhan Yesus Kristus dan dimiliki oleh-Nya, berarti memiliki Allah dan hidup yang benar.
Pendalaman
- Bacalah pasal Yoh 1:14. Dimanakah hidup ini berada?
- Bacalah pasal Yoh 3:36. Apakah yang didapat orang yang percaya? Dan apakah yang didapat orang yang tidak percaya?
- Bacalah pasal Yoh 5:24. Kemanakah orang yang percaya berpindah?
- Bacalah pasal Yoh 6:40. Apa yang menjadi kehendak Allah?
- Bacalah pasal Yoh 11:25-26. Apakah akibatnya percaya kepada Tuhan Yesus?
II. Penutup
Apakah TANDA-TANDA mujizat yang dibuat oleh Tuhan Yesus, dan pengakuan tentang diri-Nya, telah membuat saudara PERCAYA, bahwa Yesuslah Mesias (juruselamat) supaya oleh imanmu (percayamu) kamu beroleh HIDUP di dalam-Nya (Yohanes 20:30-31). Kalau belum, janganlah ditunda lagi, sekarang adalah waktu yang terbaik bagi anda.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Injil Yohanes?
- Mujizat apakah yang pertama kali dilakukan oleh Tuhan Yesus?
- Berapakah pengakuan yang dinyatakan Tuhan Yesus tentang diri-Nya?
- Sudahkah saudara mengakui Tuhan Yesus sebagai Allah yang member kehidupan dan memelihara hidup saudara?
- Pelajaran rohani apakah yang saudara terima setelah mempelajari Inji Yohanes?
Intisari: Yohanes (Pendahuluan Kitab) Firman Allah terakhir kepada manusia
INJIL YANG BERBEDA.Yohanes mempunyai cara pendekatan tersendiri pada kehidupan dan pekerjaan Yesus. Dibandingkan
Firman Allah terakhir kepada manusia
INJIL YANG BERBEDA.
Yohanes mempunyai cara pendekatan tersendiri pada kehidupan dan pekerjaan Yesus. Dibandingkan dengan Injil-injil yang lain, cara penuturan yang panjang lebar tentang apa yang dikatakan Yesus membuat sebagian orang merasa bahwa Yohanes tidak teliti. Sampai beberapa waktu yang lalu banyak ahli percaya bahwa Injil Yohanes adalah yang paling akhir (sekitar tahun 100 M.) yang paling tidak bersifat Yahudi dan bahwa ia menggunakan acuan dari yang lain; ia juga bukan seorang saksi mata dan bahwa semua kata-kata yang ditulisnya bukan benar-benar perkataan Yesus. Dengan demikian, kita diwarisi sekumpulan pemikiran yang menarik tentang Yesus yang ditulis oleh seorang Kristen pada zaman Kekristenan yang mula-mula. Arkeologi telah mengubah pandangan tersebut. Banyak ahli sekarang mengatakan bahwa Yohanes tidak bergantung pada para penulis Injil lainnya, dan bahwa ia mengenal Palestina bagian selatan dengan baik pada masa Yesus, bahwa ia juga seorang saksi mata dan bahwa ia menulis Injilnya sangat awal atau paling tidak, seawal Injil lainnya.
INJIL YOHANES?
Kita tidak dapat menerka dari Injil itu sendiri siapa penulisnya, atau paling tidak siapa yang menyediakan semua bahan tulisan itu. Penulisnya ialah' murid yang dikasihi Yesus' (Yoh 21:20-24, lihat Yoh 13:23-25). Banyak orang dan gereja mula-mula yang mengatakan bahwa penulisnya adalah Yohanes, saudara Yakobus. Walaupun namanya jelas disebut dalam Injil-injil lain, tetapi tidak disebut dalam Injil ini. Lebih dari itu, boleh jadi ia mendapat tempat di sisi Yesus pada saat Perjamuan Malam. Dengan demikian, ia tentu dapat menyampaikan hal-hal yang sangat pribadi secara terperinci tentang bagaimana Yesus berbicara dan bekerja.
MENGAPA IA MENULIS INJIL ITU?
Ia sendiri mengatakan -'supaya kamu percaya bahwa Yesus itu Kristus' (Yoh 20:30, 31). Oleh karenanya, di sini kita tidak hanya mendapatkan suatu biografi, tetapi lebih mendapatkan semacam traktat Injil yang dipersiapkan dengan saksama. Ia menceritakan kepada kita bahwa ia mempunyai bukti-bukti yang dipilihnya secara khusus. Ia hanya memasukkan tujuh mukjizat Yesus, dan biasanya dilanjutkan dengan pembicaraan yang memberi kepada kita arti yang lebih dalam tentang apa yang dikerjakan Yesus. Yohanes mengetengahkan saksi mata-saksi mata satu persatu, dan pada akhirnya pembaca harus mengambil keputusan mengenai Yesus Kristus. Oleh karena inilah maka, walaupun ia mungkin pertama-tama menulis Injilnya untuk orang bukan Yahudi (ia menjelaskan banyak istilah dan adat istiadat Yahudi), semenjak itu Injil ini telah membawa banyak orang untuk percaya kepada Kristus.
TAMBAHAN PADA TAHAP AWAL.
Dalam Injil Yohanes kita membaca salah satu kisah mengenai belas kasihan Yesus kepada seorang pendosa yang paling sering diceritakan, yaitu seorang wanita yang ditangkap karena berzinah (Yoh 7:53-8:11). Anehnya, bagian kisah tadi tidak merupakan bagian dari naskah-naskah tertua dan tidak selalu muncul pada waktu itu. Namun, banyak orang setuju bahwa kisah ini merupakan kejadian yang sungguh terjadi dalam kehidupan Yesus yang diingat, ditulis dan ditambahkan pada Injil Yohanes pada tahun-tahun pertama sesudah penulisan.
Pesan
1. BuktiMenjadi saksi mata di persidangan merupakan tema kunci dalam Injil Yohanes.
Terdapat sejumlah kesaksian dari para saksi mata yang diketengahkan untuk
membuktikan kasus mengenai Yesus adalah Kristus dan Anak Allah.
o Perjanjian Lama: Yoh 1:45; 5:39, 46-47; 8:56, lihat Yoh 3:14; 6:32-35
o Yohanes Pembaptis: Yoh 1:6-8, 15, 19-36; 3:25-30; 5:33-36, lihat Yoh 10:40-42
o Orang banyak: Yoh 4:29, 39; 9:13-33, 38;11:27; 12:9, 17
o Para rasul: Yoh 1:41-46, 49; 15:27; 17:20; 20:24-25, 28, lihat Yoh 1:14; 19:35; 20:30-31; 21:24
o Allah Bapa: Yoh 5:31-32, 37; 8:18, 50, 54; 12:27-28
o Roh Kudus: Yoh 14:26; 15:26; 16:12-15
o Pekerjaan Yesus: Yoh 2:11, 23; 5:36; 9:3, 31-33; 10:25, 37-38; 11:4, 42, 45; 14:11; 20:30-31
o Yesus sendiri, kata-kata dan pernyataan Nya: Yoh 3:11, 32; 8:13-14, 38; 6:35, 48, 51; 8:12; 9:5; 10:7, 10, 14; 11:25; 14:6; 15:1, lihat Yoh 8:58 (Kel 3:14). Lihat
tema-tema kunci.
2. Keputusan.
o Mereka yang menolak Dia: Yoh 1:10-11; 3:11; 4:48; 5:43; 6:36, 64, 66; 12:37, 47-48; 15:19, 24.
Dan alasannya: Yoh 3:19-21; 5:44; 6:37, 44, 65; 8:43-47; 9:39-41; 12:37-43; 18:37.
o Mereka yang menanggapi Dia:
- Dengan melihat dan mendengarkan Dia Yoh 1:14; 6:40, 45; 10:3, 16, 27; 12:45, 47; 14:9; 18:37
- Dengan mempercayai Dia Yoh 1:7, 12; 2:11, 22; 3:16, 18; 5:24; 6:29, 47; 8:24; 9: 35-38; 11:25-27, 40; 13:19; 14:1, 11;16:27, 30; 17:8; 20:8, 29, 31
- Dengan datang untuk mengenal Dia Yoh 6:69; 7:17; 8:19; 10:14; 14;7, 9; 17:3, 25
yang berarti hidup di dalam terang Yoh 1:4- 5, 9; 3:19-21; 8:12; 9:39; 11:9; 12:35-36, 46
dan mempelajari kebenaran Yoh 1:14, 17; 4:23-24; 8:32; 14:6; 17:17; 18:37
- Dengan mengasihi Kristus dan sesama Yoh 13:34-35; 14:15, 21-24; 15:9-10, 12; 21:15-17
yang berarti tinggal di dalam Dia Yoh 15:1-10
Penerapan
1. Kristus adalah Firman Allah yang terakhir kepada umat manusia.Ia menunjukkan kepada kita:
o kebenaran Allah
o kemuliaan Allah
o kasih Allah
dengan kehidupan dan kematian-Nya. Dia adalah jalan satu-satunya untuk kembali
kepada Allah.
2. Tidak bisa tidak kita harus berespons terhadap Dia.
Buktinya adalah nyata:
o Jika kita menolak Dia, hal itu bukan disebabkan karena kita tidak dapat
percaya kepada-Nya - tetapi karena kita tidak mau!
o Jika kita menerima Dia, itu berarti penyerahan sepenuh hati dan ketaatan.
3. Kehidupan kekal dimulai di sIni dan kini. Melalui Roh Kudus Yesus menawarkan
kepada kita:
o kepuasan
o kemerdekaan dari Setan dan dosa
o kemampuan baru
o doa-doa yang dijawab
o sukacita sejati
Apa yang dimulai-Nya sekarang akan disempurnakan-Nya pada waktu Ia datang
kembali.
4. Anda harus menyaksikan iman Anda kepada orang lain.
Walaupun dunia akan membenci Anda seperti dunia telah membenci Yesus, Anda juga
harus menjadi seorang saksi dengan pertolongan Roh Kudus.
Tema-tema Kunci
1. Yesus dan Bapa.
Injil Yohanes penuh dengan hal-hal yang menyatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah. Ia terlibat dalam penciptaan, Ia datang ke dalam dunia ini dan ketika Ia naik ke surga, Ia kembali kepada kemuliaan yang adalah hakNya. Gambarkanlah arti semua ini bagi Anda sendiri: Yoh 1:1-18; 3:13, 31, 35; 5:17-23, 26-27, 30; 6:38, 46, 57; 7:16-17, 29; 8:28-29, 38, 42; 10: 15, 29-30, 38; 11:41-42; 12:44-45, 49-50; 13:3, 31-32; 14:7-11, 20, 28, 31; 15:23-24; 16:15, 28, 32; 17:1-2, 4-5, 10-11, 21-23; 20:17.
2. Kematian Kristus bagi orang berdosa.
Lebih daripada yang diceritakan dalam Injil-injil lain, Yohanes memberitahukan kepada kita mengapa Yesus harus mati dan mengenai kasih yang mendorong-Nya untuk rela melakukan itu. Lihat Yoh 1:29, 36; 2:19-22; 3:14-17; 6:51, 53-56; 8:28; 10:11, 15, 18; 11:50-52; 12:24, 27, 32-34; 15:13.
3. Roh Kudus.
o Terdapat lebih banyak uraian mengenai Roh Kudus dalam Injil ini dibandingkan dengan Injil-injil lain. Roh Kudus digambarkan sebagai Pribadi yang akan menggantikan Yesus apabila Ia pergi kepada Bapa. Yoh 1:32-33; 3:5-6, 8, 34; 4:23-24; 6:63; 7:37-39, lihat Yoh 4:13-14; 14:16-17, 25-26; 15:26; 16:7-15; 20:22.
4. Kehidupan kekal.
Inilah yang digambarkan oleh Matius, Markus dan Lukas sebagai Kerajaan Allah. Kehidupan kekal ini dihubungkan dengan kelahiran baru atau kelahiran untuk yang kedua kalinya. Lihat Yoh 1:4, 12-13; 3:3-7, 16, 36; 4:14, 36; 5:21, 24-29; 6:27, 40, 47, 54, 57-58, 68; 10:28; 11:25; 12:25, 50; 17:2-3.
5. Jadwal Allah.
Yohanes memberikan kepada kita gambaran tentang Yesus yang mengendalikan segala sesuatu dari awal sampai akhir. Yesus tahu bahwa Ia sedang mengerjakan suatu rencana induk, oleh karenanya tidak ada sesuatu apa pun, bahkan tidak juga kematian-Nya yang mengejutkan Dia. Pelajarilah ayat-ayat berikut: Yoh 2:4; 7:6-8; 12:23; 13:1; 18:4.
Garis Besar Intisari: Yohanes (Pendahuluan Kitab) [1] PENDAHULUAN Yoh 1:1-51
Yoh 1:1-5Kristus dan penciptaan
Yoh 1:6-18Allah menjadi manusia
Yoh 1:19-34Anak Domba Allah
Yoh 1:35-51Kristus
[
[1] PENDAHULUAN Yoh 1:1-51
Yoh 1:1-5 | Kristus dan penciptaan |
Yoh 1:6-18 | Allah menjadi manusia |
Yoh 1:19-34 | Anak Domba Allah |
Yoh 1:35-51 | Kristus |
[2] UTARA DAN SELATAN Yoh 2:1-4:54
Yoh 2:1-12 | Sekilas pandangan pertama tentang kemuliaan |
Yoh 2:13-25 | Tuhan atas Bait Allah |
Yoh 3:1-21 | Nikodemus menemui Yesus pada malam hari |
Yoh 3:22-36 | Seorang dari atas |
Yoh 4:1-42 | Mesias dan orang yang tersingkir |
Yoh 4:43-54 | Tanda kedua |
[3] SEORANG LUMPUH DI HARI SABAT Yoh 5:1-47
[4] LIMA RIBU ORANG DIBERI MAKAN Yoh 6:1-71
[5] PADA PERAYAAN HARI RAYA PONDOK DAUN Yoh 7:1- 9:41
Yoh 7:1-52 | Air hidup |
Yoh 7:53-8:11 | Perempuan yang berzinah ditangkap |
Yoh 8:12-59 | Terang dunia |
Yoh 9:1-41 | Pemberi penglihatan |
[6] GEMBALA YANG BAIK Yoh 10:1-42
[7] PEMULIH KEHIDUPAN Yoh 11:1-57
[8] PASKAH TERAKHIR Yoh 12:1-50
Yoh 12:1-11 | Kasih Maria |
Yoh 12:20-36 | Biji gandum |
Yoh 12:37-50 | Kesimpulan |
[9] DI RUANG ATAS Yoh 13:1-30
Yoh 13:1-20 | Yesus, hamba |
Yoh 13:21-30 | Yudas, pengkhianat |
[10] SIAP UNTUK PERGI Yoh 13:31-16:33
Yoh 13:31-14:14 | Waktu untuk meninggalkan |
Yoh 14:15-31 | Roh Kudus dijanjikan |
Yoh 15:1-17 | Pokok Anggur yang benar |
Yoh 15:18-16:11 | Kesukaran di dalam dunia |
Yoh 16:12-33 | Janji dan kebingungan |
[11] YESUS BERDOA BAGI MILIK-NYA Yoh 17:1-26
Yoh 17:1-19 | Murid-murid-Nya |
Yoh 17:20-26 | Gereja yang akan datang |
[12] PENANGKAPAN, PENGADILAN, PENYALIBAN Yoh 18:1-19:42
Yoh 18:1-11 | Kekacauan di taman Getsemani |
Yoh 18:12-27 | Menyaksikan sendiri |
Yoh 18:28-19:16 | Gubernur dan Raja |
Yoh 19:17-42 | Mati dan dikuburkan |
[13] KEBANGKITAN Yoh 20:1-21:25
Yoh 20:1-18 | Maria berada di kubur Yesus |
Yoh 20:19-23 | Minggu malam |
Yoh 20:24-31 | 'Tuhanku dan Allahku!' |
Yoh 21:1-14 | Ikan untuk sarapan |
Yoh 21:15-25 | Gembalakanlah domba-domba-Ku |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi