Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Yoh 5:18-24
Full Life: Yoh 5:18-24 - MENYAMAKAN DIRI-NYA DENGAN ALLAH.
Nas : Yoh 5:18-24
Di dalam nas ini Yesus membuat beberapa pernyataan yang mengejutkan:
1) Allah adalah Bapa-Nya dalam cara yang unik;
2) ...
Nas : Yoh 5:18-24
Di dalam nas ini Yesus membuat beberapa pernyataan yang mengejutkan:
- 1) Allah adalah Bapa-Nya dalam cara yang unik;
- 2) Yesus memelihara kesatuan, hubungan, dan kekuasaan bersama-sama dengan Allah (ayat Yoh 5:19-20);
- 3) Dia memiliki kuasa untuk memberi hidup dan membangkitkan orang mati (ayat Yoh 5:21);
- 4) Dia berhak menghakimi semua orang (ayat Yoh 5:22);
- 5) Dia berhak menerima kehormatan ilahi (ayat Yoh 5:23);
- 6) Dia berkuasa untuk memberikan hidup yang kekal (ayat Yoh 5:24).
Jerusalem -> Yoh 5:19-46
Jerusalem: Yoh 5:19-46 - -- Dalam wejangan ini diutarakan dua pokok:
1). Bapa telah menyerahkan kepada Anak kekuasaan untuk memberi hidup Yoh 19:30.
2). Bapa memberi kesaks...
Dalam wejangan ini diutarakan dua pokok:
1). Bapa telah menyerahkan kepada Anak kekuasaan untuk memberi hidup
Ref. Silang FULL -> Yoh 5:23
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per Ayat)
Hagelberg: Yoh 5:23 - -- 5:23 supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa. Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yan...
5:23 supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa. Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia.
Allah Bapa memberi segala penghakiman kepada Anak dengan suatu tujuan yang tertentu, yaitu supaya Tuhan Yesus dihormati. Hubungannya antara Anak dan Bapa begitu erat, sehingga jika Anak tidak dihormati, Bapa juga tidak dihormati.506 Dalam Filipi 2:9-11 ditulis, "...dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit... dan segala lidah mengaku: 'Yesus Kristus adalah Tuhan,' bagi kemuliaan Allah, Bapa!" Jika Tuhan Yesus dipermuliakan, Allah Bapa dipermuliakan.
Carson507 menegaskan, bahwa pernyataan ini hanya dapat menimbulkan dua kemungkinan: Dia yang mengucapkannya harus disembah, atau dianggap gila. Demikian juga, penulis ayat ini harus diterima sebagai saksi yang setia, atau disepelehkan sebagai saksi yang sangat ditipu. Dua kemungkinan tersebut memang ekstrim, tetapi hanya dua sikap itu masuk akal. Sikap yang moderat, antara dua ekstrim itu, tidak masuk akal.
Hagelberg: Yoh 5:16-30 - -- a. Hubungan Yesus dan Bapa-Nya (5:16-30)
Sebagai tanggapan kepada mereka yang mau menganiaya Dia, Tuhan Yesus menguraikan hubungan-Nya dengan Allah Ba...
a. Hubungan Yesus dan Bapa-Nya (5:16-30)
Sebagai tanggapan kepada mereka yang mau menganiaya Dia, Tuhan Yesus menguraikan hubungan-Nya dengan Allah Bapa. Uraian ini, yang pertama dalam Injil Yohanes, mendasar, mengejutkan, dan nekat.
Uraian-Nya tidak memadamkan sikap mereka. Tuhan Yesus mengerti bahwa sikap-Nya memaksakan mereka untuk menyerah dan menerima Dia atau menolak dan melawan Dia.
Hagelberg: Yoh 5:23 - -- 5:23 supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa. Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yan...
5:23 supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa. Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia.
Allah Bapa memberi segala penghakiman kepada Anak dengan suatu tujuan yang tertentu, yaitu supaya Tuhan Yesus dihormati. Hubungannya antara Anak dan Bapa begitu erat, sehingga jika Anak tidak dihormati, Bapa juga tidak dihormati.506 Dalam Filipi 2:9-11 ditulis, "...dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit... dan segala lidah mengaku: 'Yesus Kristus adalah Tuhan,' bagi kemuliaan Allah, Bapa!" Jika Tuhan Yesus dipermuliakan, Allah Bapa dipermuliakan.
Carson507 menegaskan, bahwa pernyataan ini hanya dapat menimbulkan dua kemungkinan: Dia yang mengucapkannya harus disembah, atau dianggap gila. Demikian juga, penulis ayat ini harus diterima sebagai saksi yang setia, atau disepelehkan sebagai saksi yang sangat ditipu. Dua kemungkinan tersebut memang ekstrim, tetapi hanya dua sikap itu masuk akal. Sikap yang moderat, antara dua ekstrim itu, tidak masuk akal.
Hagelberg: Yoh 5:16-47 - -- 2. Tanggapan Yesus pada oposisi (5:16-47)
Dalam bagian ini, oposisi yang disebutkan secara sepintas dalam pasal 1:10-11490 sudah berkembang sampai mer...
Hagelberg: Yoh 5:1--7:52 - -- C. Oposisi Timbul: tambah tanda, perbuatan, dan kata (5:1-7:52)
Dalam bagian ini pertentangan antara Tuhan Yesus dan pemimpin-pemimpin orang Yahudi ti...
II. PENYATAAN YESUS DENGAN KATA DAN PERBUATAN (1:19-10:42)
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Yoh 5:17-30
Matthew Henry: Yoh 5:17-30 - Percakapan Kristus dengan Orang-orang Yahudi; Seluruh Penghakiman Diserahkan kepada Kristus; Inti Ke Percakapan Kristus dengan Orang-orang Yahudi; Seluruh Penghakiman Diserahkan kepada Kristus; Inti Kekristenan (5:17-30)
Di sini kita dapati perkata...
Percakapan Kristus dengan Orang-orang Yahudi; Seluruh Penghakiman Diserahkan kepada Kristus; Inti Kekristenan (5:17-30)
- Di sini kita dapati perkataan Kristus ketika Ia dituduh merusak hari Sabat (ay. 17), dan sepertinya ini merupakan usaha-Nya untuk membela diri di hadapan Mahkamah Agama, ketika Ia didakwa di depan mereka. Apakah hal ini terjadi pada hari yang sama, dua hari, atau tiga hari kemudian, tidak disebutkan, tetapi mungkin juga pada hari yang sama.
- Perhatikanlah:
- I. Ajaran yang diletakkan-Nya untuk membenarkan hal yang dikerjakan-Nya pada hari Sabat (ay. 17): Ia berkata kepada mereka. Hal ini menunjukkan bahwa Ia berusaha menjawab tuduhan yang didakwakan kepada-Nya, yang diajukan anggota-anggota dewan itu satu sama lain dalam usaha mereka untuk menganiaya Dia (ay. 16). Ia tahu, dan menjawab, Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga. Pada kesempatan-kesempatan lain, sebagai jawaban atas tuduhan serupa, Ia mengemukakan contoh perihal Daud yang memakan roti sajian (roti kudus), para imam yang menyembelih korban bakaran, dan tentang orang memberi minum ternak mereka pada hari Sabat. Namun, di sini Ia merujuk pada contoh yang lebih mulia dan mengemukakan contoh mengenai Bapa-Nya dan kewenangan ilahi-Nya. Sambil mengesampingkan semua pembelaan-Nya yang lain-lain itu, Ia berpegang hanya pada satu pembelaan, yaitu yang instar omnium -- setara dengan keseluruhan (yang mencakup segalanya), dan mematuhinya, sesuai dengan yang pernah dikatakan-Nya (Mat. 12:8). Karena Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat. Namun, di sini Ia lebih menjelaskannya.
- . Ia mengaku bahwa Ia adalah Anak Allah, dan hal ini jelas tampak ketika Ia menyebut Allah sebagai Bapa-Nya. Kalau begitu, kesucian-Nya tidak dapat dipertanyakan lagi dan kedaulatan-Nya tidak perlu diragukan lagi. Ia berhak mengubah hukum ilahi sesuai kehendak-Nya. Sudah barang tentu mereka akan menghormati Anak, pewaris segala sesuatu.
- . Bahwa Ia bekerja sama seperti Allah juga bekerja.
- (1) Bapa-Ku bekerja sampai sekarang. Teladan yang diberikan Allah dengan beristirahat dari semua pekerjaan-Nya pada hari ketujuh, yang tercantum dalam perintah keempat, menjadi dasar bagi kita untuk juga melaksanakan teladan-Nya itu sebagai hari Sabat atau hari perhentian. Allah hanya beristirahat dari pekerjaan yang telah dilakukan-Nya pada enam hari itu. Lain dari itu, Ia masih terus bekerja sampai sekarang ini. Ia bekerja setiap hari, baik pada hari Sabat maupun pada hari-hari biasa, untuk menopang dan mengatur semua makhluk ciptaan serta menyelaraskan seluruh gerakan dan kerja alam melalui pemeliharaan-Nya secara umum, untuk kemuliaan-Nya sendiri. Oleh sebab itu, meskipun kita ditentukan untuk beristirahat pada hari Sabat, kita tidak dilarang melakukan hal yang langsung berhubungan dengan kemuliaan Allah, seperti orang yang mengangkat tilamnya itu.
- (2) Aku pun bekerja, bukan saja supaya dengan begitu Aku bisa bekerja, seperti Dia, dalam melakukan perbuatan baik pada hari Sabat dan hari-hari lainnya, tetapi juga karena Aku ini bekerja bersama-Nya. Sama seperti Allah menciptakan segala sesuatu melalui Kristus, Ia juga menopang dan mengendalikan semuanya itu melalui Kristus (Ibr. 1:3). Hal ini menempatkan apa yang dilakukan-Nya di atas segala hal tanpa kecuali. Dia yang merupakan pekerja yang melakukan pekerjaan yang sehebat itu tentu saja harus juga merupakan seorang penguasa yang tidak dikendalikan oleh siapa pun. Dia yang mampu melakukan segala sesuatu adalah Tuhan atas segala sesuatu, dan oleh karena itu juga Tuhan atas hari Sabat. Hari Sabat ini termasuk dalam salah satu bagian yang menjadi kewenangan-Nya yang hendak ditegaskan-Nya sekarang ini, sebab tak lama sesudah itu Ia akan menyatakan-Nya lebih lanjut, dengan mengubah hari ketujuh itu menjadi hari pertama.
- II. Perlawanan terhadap pengajaran-Nya (ay. 18): Orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuh-Nya. Pembelaan yang dikemukakan-Nya dijadikan alasan untuk mendakwa-Nya, seolah-olah dengan membenarkan diri, Ia justru semakin memperparah keadaan. Perhatikanlah, orang-orang yang tidak mau menerima pencerahan melalui perkataan Kristus akan menjadi marah dan kesal karenanya, dan tidak ada hal yang lebih menjengkelkan musuh-musuh Kristus daripada perkataan-Nya yang menegaskan kewenangan-Nya (lih. Mzm. 2:3-5). Mereka berusaha keras untuk membunuh-Nya,
- . Karena Ia telah melanggar hari Sabat. Tidak peduli apa pun yang dikatakan-Nya untuk membela diri, tetap saja mereka telah bulat hati, benar atau salah, menyatakan-Nya bersalah telah melanggar hari Sabat. Ketika rasa dengki dan iri hati menguasai persidangan, akal sehat dan keadilan pun dibungkamnya, tak peduli seberapa benarnya akal sehat dan keadilan itu.
- . Bukan saja karena telah melanggar hari Sabat, tetapi juga karena Ia berkata bahwa Allah adalah Bapa-Nya. Sekarang mereka berpura-pura merasa kesal demi kehormatan Allah, seperti demi hari Sabat sebelumnya. Mereka mendakwa Kristus dengan tuduhan itu sebagai kejahatan yang teramat keji karena menyamakan diri-Nya dengan Allah. Seandainya Dia memang bukan begitu, ini memang merupakan kejahatan yang keji. Ini adalah dosa yang dilakukan Lucifer, Aku hendak menyamai Yang Mahatinggi.
- Nah:
- (1) Sungguh tepat apa yang disimpulkan dari perkataan-Nya itu, bahwa Dia adalah Anak Allah, dan bahwa Allah adalah Bapa-Nya, patera idion -- Bapa-Nya sendiri, bukan Bapa orang lain. Kristus mengatakan bahwa Ia bekerja bersama Bapa-Nya, dengan wewenang dan kuasa yang sama, dan dengan itu Ia menyamakan diri dengan Allah. Ecce intelligunt Judæi, quod non intelligunt Ariani -- Sesungguhnya orang Yahudi memahami apa yang tidak dipahami para penganut Arius (Dia menyakini bahwa Anak berlainan hakikat dari Bapa -- pen.).
- (2) Walaupun begitu, secara tidak adil Ia dituduh melakukan kejahatan karena menyamakan diri dengan Allah. Padahal, Dia memang Allah, setara dengan Bapa (Flp. 2:6). Karena Ia memang Allah, maka dalam menanggapi tuduhan ini, Ia tidak merasa terpancing atau tersudut, melainkan menyatakan dengan tegas dan membuktikan bahwa Dia memang setara dengan Allah dalam kuasa dan kemuliaan.
- III. Perkataan Kristus tentang kejadian ini, yang terus berlanjut tanpa jeda sampai akhir bab ini. Dalam ayat-ayat tersebut Ia menjelaskan, dan sesudah itu menegaskan penugasan-Nya sebagai Pengantara yang berkuasa penuh dalam perjanjian antara Allah dan manusia. Selain itu, sama seperti kehormatan yang diterima-Nya melalui hal ini begitu besar hingga tidak layak diterima makhluk ciptaan lainnya, begitu pula tugas yang dipercayakan kepada-Nya tidak akan mungkin dilaksanakan siapa pun. Oleh karena itu, Dia memang sungguh Allah, setara dengan Bapa.
- . Secara umum. Dia satu dengan Bapa dalam segala hal yang dilakukan-Nya sebagai Pengantara, dan di antara mereka terdapat saling pengertian yang sempurna dalam hal tersebut. Hal ini disampaikan dengan kata-kata pendahuluan yang khidmat (ay. 19), Aku berkata kepadamu, sesungguhnya, Aku yang adalah Amin, Sang Amin, mengatakannya. Hal ini menyiratkan bahwa hal-hal yang dinyatakan itu adalah,
- (1) Sangat luar biasa dan begitu agung hingga menuntut perhatian penuh.
- (2) Sangat pasti, sedemikian pastinya hingga menuntut persetujuan seutuhnya yang tidak dibuat-buat.
- (3) Bahwa semua pernyataan-Nya itu benar-benar merupakan penyataan ilahi. Ini termasuk semua yang dikatakan Kristus kepada kita dan yang tidak mungkin kita ketahui tanpa Dia. Ada dua hal yang dikatakan-Nya secara umum menyangkut kesatuan Anak dengan Bapa dalam melaksanakan pekerjaan:
- [1] Bahwa Anak selaras dengan Bapa (ay. 19): Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak. Sebagai Pengantara, Tuhan Yesus,
- Pertama, Taat kepada kehendak Bapa-Nya, begitu taatnya hingga Ia tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, dengan pengertian yang sama seperti yang dikatakan, bahwa Allah tidak berdusta, tidak dapat menyangkal diri-Nya, yang mengungkapkan kesempurnaan kebenaran-Nya, bukan ketidaksempurnaan dalam kekuatan-Nya. Jadi di sini Kristus begitu mengabdikan diri kepada kehendak Bapa-Nya hingga mustahil bagi-Nya untuk bertindak terpisah dalam hal apa saja.
- Kedua, Ia taat pada kebijaksanaan Bapa-Nya. Dia mampu dan hanya bersedia melakukan apa yang dilihat-Nya dikerjakan Bapa. Tidak seorang pun dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah, kecuali Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan-Nya, yang melihat apa yang dilakukan-Nya, mengenal tujuan-tujuan-Nya dengan baik, dan memiliki rencana mereka. Apa yang dilakukan-Nya sebagai Pengantara dalam semua perbuatan-Nya, merupakan salinan atau duplikat yang persis sama dengan apa yang dilakukan Bapa, yaitu segala sesuatu yang dirancang-Nya saat membentuk rencana penebusan kita dalam kebijaksanaan-Nya yang kekal, dan saat menetapkan langkah-langkahnya yang tidak akan pernah bisa dilanggar ataupun perlu diubah. Ini adalah salinan rencana agung itu. Inilah kesetiaan Kristus, seperti Musa sebelumnya, yang melakukan segala sesuatu menurut contoh yang telah ditunjukkan kepadanya di atas gunung itu. Perkataan Kristus itu diucapkan dalam bentuk sekarang, Ia melihat Bapa mengerjakannya (sekarang ini). Pemikiran ini sama seperti ketika ada di bumi ini, Ia dikatakan juga pada saat yang sama ada di sorga (3:13), dan ada di pangkuan Bapa (1:18). Karena ketika itu Dia berada di sorga oleh sebab hakikat ilahi-Nya itu, maka segala sesuatu yang dilakukan di sorga juga diketahui oleh-Nya. Apa yang dikerjakan Bapa dalam kebijaksanaan-Nya, senantiasa dan masih tetap terlihat oleh Anak-Nya, seperti yang dikatakan Daud dalam roh mengenai Dia, Aku senantiasa memandang kepada TUHAN (Mzm. 16:8).
- Ketiga, Ia setara dengan Bapa dalam hal bekerja, karena apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak. Ia melakukan hal-hal yang sama, bukan hal-hal yang serupa, melainkan tauta, hal-hal yang sama. Ia juga melakukannya dengan cara yang sama, homoiōs, juga, dengan wewenang, kebebasan, hikmat, kekuatan, dan kuasa yang sama. Apakah Bapa membuat, membatalkan, dan mengubah hukum-hukum positif? Apakah Ia menguasai dan mengendalikan hukum alam, mengenal hati manusia? Begitu pula halnya dengan Anak. Kuasa Sang Pengantara merupakan kuasa ilahi.
- [2] Bahwa Bapa berkomunikasi atau berhubungan dengan Anak (ay. 20). Perhatikanlah:
- Pertama, Alasan yang menjadi pendorong bagi hubungan di antara keduanya: Bapa mengasihi Anak. Ia menyatakan, Inilah Anak-Ku yang Kukasihi. Bapa bukan saja mendukung apa yang dilakukan-Nya, tetapi juga sangat puas dengan sang pelaku yang melakukan perbuatan itu. Sekarang Kristus dibenci manusia, yang dijijikkan bangsa-bangsa (Yes. 49:7), tetapi Kristus menghibur diri dengan ini, bahwa Bapa mengasihi-Nya.
- Kedua, contoh-contoh mengenai kasih Bapa kepada-Nya.
- Ia menunjukkannya:
- . Dalam apa yang sungguh disampaikan Bapa kepada-Nya: Ia menunjukkan kepada-Nya segala sesuatu yang dikerjakan-Nya sendiri. Langkah-langkah yang digunakan Bapa dalam menciptakan dan mengatur dunia ditunjukkan-Nya kepada Anak, supaya Ia juga bisa menggunakan langkah-langkah yang sama dalam mendirikan dan memimpin Gereja, dan pekerjaan ini sendiri merupakan salinan atau duplikat karya penciptaan dan pemeliharaan Allah, sehingga gereja yang dibentuk itu disebut dunia yang akan datang. Bapa menunjukkan segala sesuatu kepada-Nya, ha autos poiei -- yang dilakukan-Nya, yaitu apa yang dilakukan Anak, begitulah yang bisa ditafsirkan. Semua hal yang dilakukan Anak, dikerjakan dengan petunjuk Bapa. Ia menunjukkan kepada-Nya.
- . Dalam apa yang bersedia disampaikan-Nya. Bapa akan menunjukkan kepada-Nya, yaitu, akan mengangkat dan mengarahkan Dia untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar lagi daripada pekerjaan-pekerjaan itu.
- (1) Pekerjaan yang membutuhkan kuasa yang lebih besar daripada kuasa menyembuhkan orang sakit, sebab Ia harus membangkitkan orang mati, dan Dia sendiri juga harus bangkit dari antara orang mati. Dengan kekuatan alami, dengan menggunakan berbagai sarana, suatu penyakit bisa saja sembuh pada waktunya. Namun, dengan berbagai sarana, alam tidak akan pernah mampu membangkitkan orang mati sampai kapan pun.
- (2) Pekerjaan dengan wewenang yang lebih besar daripada memberi perintah kepada orang itu untuk mengangkat tilamnya pada hari Sabat. Orang-orang Yahudi menganggap tindakan ini sebagai upaya yang sangat berani. Namun, tindakan-Nya ini tidaklah ada apa-apanya dibandingkan dengan tindakan-Nya untuk membatalkan seluruh hukum upacara (seremonial) dan menetapkan ketetapan-ketetapan baru yang tidak lama kemudian dilakukan-Nya, "sehingga kamu menjadi heran." Sekarang mereka memandang pekerjaan-Nya dengan perasaan jijik dan murka, tetapi tidak lama lagi Ia akan melakukan sesuatu yang membuat mereka takjub (Luk. 7:16). Banyak orang dibuat takjub dengan perbuatan-perbuatan Kristus, dan perbuatan-perbuatan-Nya ini mendatangkan kehormatan bagi Dia. Namun, orang-orang yang takjub ini tidak juga mau percaya kepada Dia, padahal dengan kepercayaan ini mereka bisa menerima manfaat dari semua perbuatan-Nya itu.
- . Secara khusus. Ia membuktikan kesetaraan-Nya dengan Bapa dengan menyebut beberapa pekerjaan khusus yang dilakukan-Nya yang hanya bisa dikerjakan oleh Allah saja. Hal ini lebih diperjelas lagi dalam ayat 21-30. Dia melakukan dan akan melakukan pekerjaan-pekerjaan istimewa yang hanya merupakan kedaulatan Allah -- yakni menghakimi dan melaksanakan penghukuman (ay. 22-24, 27). Kedua hal ini saling berkaitan dan berhubungan, dan hal yang pernah diucapkan itu diulang dan ditanamkan. Gabungkanlah kedua hal itu, maka akan terbukti bahwa perkataan Kristus tidaklah keliru ketika Ia menyamakan diri-Nya dengan Allah.
- (1) Perhatikanlah apa yang dikatakan di sini mengenai kuasa Pengantara untuk membangkitkan orang mati dan menghidupkannya.
- Lihatlah:
- [1] Wewenang-Nya untuk melakukan hal itu (ay. 21): Sama seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati dan menghidupkannya, demikian juga Anak menghidupkan barangsiapa yang dikehendaki-Nya.
- Pertama, Adalah hak istimewa Allah untuk membangkitkan orang mati dan memberikan kehidupan, bahkan Dia-lah yang pertama kali mengembuskan nafas hidup ke dalam hidung manusia, dan menjadikannya makhluk yang hidup (lih. Ul. 32:30; 1Sam. 2:6; Mzm. 68:21; Rm. 4:17). Hal ini telah dilakukan Allah melalui Nabi Elia dan Elisa, dan ini merupakan penegasan atas pengutusan mereka. Kebangkitan dari orang mati belum pernah terjadi secara alami, dan tidak pernah terpikirkan oleh orang-orang yang hanya mempelajari kekuatan alam, seperti yang tampak dari salah satu aksioma yang menentang kebangkitan itu: A privatione ad habitum non datur regressus -- Keberadaan, begitu dimusnahkan, tidak dapat dikembalikan lagi. Itulah sebabnya hal ini diejek di Athena sebagai sesuatu yang tidak masuk akal (Kis. 17:32). Ini adalah murni pekerjaan kuasa ilahi, dan pengetahuan tentang hal ini murni berkat penyataan atau wahyu ilahi. Mengenai hal ini, orang-orang Yahudi mau mengakuinya.
- Kedua, Sang Pengantara diberi hak istimewa ini: Ia menghidupkan barangsiapa yang dikehendaki-Nya, menghidupkan kembali siapa saja yang dikehendaki-Nya, kapan pun Dia berkenan. Ia tidak menghidupkan makhluk-makhluk karena keperluan alami, seperti cara kerja matahari yang sinarnya berulang mengikuti cara yang sudah tertentu. Sebaliknya, Dia bertindak sebagai pelaku yang bebas, mengendalikan sendiri penyaluran kuasa-Nya, dan tidak pernah dibatasi atau ditahan untuk menggunakannya. Sama seperti Ia memiliki kuasa, begitu pula Ia memiliki hikmat dan kedaulatan sebagaimana Allah adanya. Ia memegang segala kunci maut dan kerajaan maut (Why. 1:18), bukan sebagai hamba yang membuka dan menutup seperti yang diperintahkan, sebab Dia memegang kunci Daud, sebagai tuan (Why. 3:7). Hal ini menggambarkan seorang raja yang berkuasa penuh (Dan. 5:19): dibunuhnya siapa yang dikehendakinya dan dibiarkannya hidup siapa yang dikehendakinya. Semuanya ini benar adanya mengenai Kristus, tanpa ada yang dilebih-lebihkan.
- [2] Kemampuan-Nya untuk melakukan hal itu. Karena itu Ia mempunyai kuasa untuk menghidupkan barangsiapa yang dikehendaki-Nya, sama seperti Bapa, karena Ia mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri, sama seperti Bapa (ay. 26).
- Pertama, pastilah bahwa Bapa mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri. Dia bukan saja suatu Keberadaan yang ada dengan sendirinya, yang tidak berasal dari atau bergantung pada apa pun (Kel. 3:14), tetapi juga pemberi kehidupan yang berdaulat. Dia memiliki kehidupan di dalam diri-Nya sendiri, dan juga segala sesuatu yang baik (sebab demikianlah kehidupan itu adakalanya diartikan). Semuanya ini berasal dari-Nya dan bergantung pada-Nya. Bagi semua makhluk ciptaan-Nya, Dia adalah sumber kehidupan dan segala sesuatu yang baik, pencipta keberadaan dan kesejahteraan mereka, Allah yang hidup, dan Allah dari semua yang hidup.
- Kedua, Sama pastinya juga bahwa Ia telah memberikan Anak untuk mempunyai hidup di dalam diri-Nya sendiri. Sama seperti Bapa adalah sumber semua kehidupan alami dan segala sesuatu yang baik, sebagai Sang Pencipta yang Agung, demikian pula Anak, sebagai Penebus, adalah sumber semua kehidupan dan segala sesuatu yang baik secara rohani (lih. 1Kor. 8:6; Kol. 1:19). Demikianlah Ia adanya bagi jemaat, seperti halnya Bapa bagi dunia. Kerajaan kasih karunia dan seluruh kehidupan di dalam kerajaan itu sepenuhnya berada di dalam tangan Sang Penebus, seperti halnya kerajaan pemeliharaan yang menjaga alam ini berada di tangan Sang Pencipta. Sama seperti Allah yang memberikan keberadaan kepada segala sesuatu memiliki keberadaan-Nya dari diri-Nya sendiri, begitu pula Kristus, yang memberikan kehidupan, membangkitkan diri-Nya sendiri dengan kuasa-Nya sendiri (10:18).
- [3] Tindakan-Nya sesuai wewenang dan kemampuan-Nya itu. Dengan memiliki hidup dalam diri-Nya sendiri, dan dengan menerima wewenang untuk menghidupkan barangsiapa yang dikehendaki-Nya, maka berdasarkan hal ini, terdapat dua kebangkitan yang terjadi karena perkataan-Nya yang penuh kuasa, dan keduanya disebutkan di sini:
- Pertama, kebangkitan yang terjadi sekarang (ay. 29), kebangkitan dari kematian dosa menuju hidup dalam kebenaran, melalui kuasa kasih karunia Kristus. Sebab saatnya akan tiba dan sudah tiba. Kebangkitan ini sudah dimulai dan akan berlangsung terus, ketika orang-orang mati akan mendengar suara Anak Allah. Hal ini dengan jelas dibedakan dengan kebangkitan yang disebutkan dalam ayat 28 yang berbicara tentang kebangkitan di akhir zaman. Kebangkitan ini tidak menyebutkan tentang orang mati dalam kuburan, tentang mereka semua, dan bagaimana mereka keluar seperti dalam kebangkitan yang disebut terakhir itu.
- . Ada yang berpendapat bahwa kebangkitan ini sudah digenapi dalam diri orang-orang yang telah dibangkitkan-Nya dengan cara ajaib, seperti misalnya anak perempuan Yairus, anak laki-laki si janda, dan Lazarus. Dapat dilihat bahwa semua orang ini dibangkitkan Kristus itu melalui perkataan, seperti, Hai anak, bangunlah; Hai anak muda, bangunlah; Lazarus, marilah keluar, sedangkan orang-orang yang dibangkitkan di bawah Perjanjian Lama bukan dibangkitkan melalui perkataan, melainkan melalui cara-cara lain (1Raj. 17:21; 2Raj. 4:34; 13:21). Sebagian orang lagi berpendapat bahwa yang dimaksudkan adalah orang-orang kudus yang bangkit bersama Kristus, tetapi kita tidak membaca tentang suara Anak Allah yang memanggil mereka. Namun,
- . Saya lebih cenderung memahaminya sebagai kuasa pengajaran Kristus, guna memulihkan dan membangkitkan orang-orang yang mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosa (Ef. 2:1). Saatnya sudah tiba ketika jiwa-jiwa orang yang mati harus dihidupkan kembali melalui pemberitaan Injil dan suatu roh kehidupan dari Allah yang menyertai jiwa itu: bahkan hal itu sudah terjadi sementara Kristus masih ada di bumi ini. Hal ini bisa juga terutama mengacu kepada panggilan terhadap bangsa-bangsa lain yang disebut hidup dari antara orang mati, dan yang, menurut sebagian orang, telah digambarkan melalui penglihatan Yehezkiel (Yeh. 37:1), dan dinubuatkan dalam Yesaya 26:19. Orang-orang-Mu yang mati akan hidup pula. Namun, hal ini harus diterapkan pada keberhasilan Injil yang luar biasa di antara orang-orang Yahudi dan bangsa-bangsa lain, dan waktu untuk ini masih dan akan terus terjadi, sampai semua orang yang terpilih berhasil dipanggil.
- Perhatikanlah:
- (1) Secara rohani, orang-orang berdosa sudah mati. Mereka miskin dalam kehidupan, indra, kekuatan, dan pergerakan rohani. Mereka mati dalam hubungan dengan Allah, sengsara, namun tidak menyadari kesengsaraan mereka dan tidak mampu menolong diri sendiri untuk bisa keluar dari situ.
- (2) Pertobatan seseorang kepada Allah merupakan kebangkitan dari kematian kepada kehidupan. Setelah itu, jiwanya mulai hidup saat ia mulai hidup bagi Allah, bernafas dengan-Nya, dan bergerak menuju Dia.
- (3) Melalui suara Anak Allah sajalah jiwa-jiwa dibangkitkan untuk mengalami kehidupan rohani. Hal ini terjadi melalui kuasa-Nya, dan kuasa itu disampaikan melalui perkataan-Nya: Orang-orang mati akan mendengar, akan dibuat supaya bisa mendengar, mengerti, menerima, dan mempercayai suara Anak Allah, untuk mendengar suara itu sebagai suara-Nya sendiri. Setelah itu Roh memberinya hidup, sebab (hukum) yang tertulis mematikan.
- (4) Suara Kristus harus didengar oleh kita supaya kita bisa hidup olehnya. Mereka yang mendengar dan memperhatikan apa yang mereka dengar, akan hidup. Dengarkanlah, maka kamu akan hidup (Yes. 55:3).
- Kedua, Kebangkitan yang masih akan tiba. Hal ini dibicarakan di dalam ayat 28-29 dan didahului dengan kata-kata, "Janganlah kamu heran akan apa yang Kukatakan tentang kebangkitan pertama, janganlah kamu menolaknya sebagai sesuatu yang tidak masuk akal dan bodoh, sebab pada akhir zaman nanti kamu akan melihat bukti yang bisa kamu saksikan sendiri dan menakjubkan tentang kuasa dan wewenang Anak Manusia." Sama seperti kebangkitan-Nya sendiri dicadangkan untuk menjadi bukti yang mengakhiri dan menutup penugasan pribadi-Nya, begitu juga kebangkitan semua orang dicadangkan supaya menjadi bukti penugasan-Nya untuk dilaksanakan melalui Roh-Nya.
- Sekarang perhatikanlah di sini:
- a. Kapan kebangkitan ini akan terjadi: Saatnya akan tiba. Saat bagi kebangkitan ini telah ditetapkan, penunjukannya sangatlah pasti dalam hal waktu. Hari penghakiman itu tidak ditangguhkan sine die -- ke masa yang belum ditentukan. Tidak, Ia telah menetapkan suatu hari. Saatnya akan tiba.
- (a) Hari itu belum tiba. Waktunya bukanlah seperti yang disebutkan dalam ayat 25, tetapi akan tiba dan sudah (mulai) tiba (sekarang). Orang-orang yang berkata bahwa kebangkitan telah berlangsung, melakukan kesalahan yang berbahaya (2Tim. 2:18). Namun,
- (b) saat itu pasti akan tiba, sedang mendekat setiap hari, dan sudah diambang pintu. Kita tidak tahu masih berapa lama lagi, tetapi kita tahu bahwa hal ini sudah dirancang dengan sempurna serta diputuskan dan tidak dapat diubah lagi.
- b. Siapa yang akan dibangkitkan: semua orang yang di dalam kuburan, yakni semua orang yang telah mati sejak awal zaman, dan semua orang yang akan mati sampai akhir zaman. Telah dikatakan (Dan. 12:2), bahwa banyak yang akan bangun (bangkit). Di sini Kristus mengatakan kepada kita bahwa orang banyak yang dimaksudkan itu adalah semua orang. Mereka semua harus berdiri di hadapan Hakim, dan oleh karena itu semua orang harus dibangkitkan. Tiap orang secara utuh. Setiap jiwa akan kembali ke raganya, dan setiap tulang itu bertemu satu sama lain. Kuburan adalah penjara bagi jasad-jasad yang telah mati, tempat mereka ditawan, sedangkan dapur api menjadi tempat tulang-tulang itu dihabiskan (Ayb. 24:19). Namun, dengan melihat bahwa mereka akan dibangkitkan, kita bisa menyebut kuburan itu sebagai tempat tidur mereka, di mana jasad-jasad itu tidur untuk dibangunkan kembali. Atau, itu adalah tempat perbendaharaan mereka, di mana mereka disimpan untuk digunakan kembali. Bahkan orang-orang yang tidak dimakamkan di dalam kuburan pun akan dibangkitkan. Namun, berhubung kebanyakan orang dimakamkan di dalam kubur, Kristus menggunakan istilah semua orang yang di dalam kuburan. Orang Yahudi menggunakan istilah sheol untuk kuburan, yang artinya menunjuk pada keadaan orang mati. Semua yang berada dalam keadaan itu akan mendengar.
- c. Bagaimana mereka akan dibangkitkan. Di sini kita diberi tahu tentang dua hal:
- (a) Akibat dari kebangkitan ini: Mereka akan mendengar suara-Nya. Artinya, Ia akan membuat mereka bisa mendengarnya, seperti Lazarus dibuat bisa mendengar perkataan, Marilah keluar. Kuasa ilahi akan menyertai suara itu untuk memberikan kehidupan di dalam jasad-jasad itu dan memampukan mereka menaati suara itu. Ketika Kristus bangkit, tidak ada suara yang terdengar, tidak ada kata yang diucapkan, sebab Ia bangkit oleh kuasa-Nya sendiri. Namun, pada kebangkitan anak-anak manusia, kita mendapati tiga jenis suara yang diucapkan (1Tes. 4:16). Tuhan akan turun dengan diiringi suara berseru, seruan raja dengan suara penghulu malaikat. Ini bisa berarti Kristus sendiri, raja penghulu para malaikat, atau panglima tertinggi atas seluruh penghuni sorga yang berada di bawah-Nya. Selain itu, juga dengan sangkakala Allah: yakni sangkakala prajurit yang membunyikan aba-aba perang, sangkakala hakim yang mengumumkan dimulainya pengadilan.
- (b) Akibat dari suara panggilan itu: Mereka akan keluar dari kuburan mereka, sebagai tawanan yang keluar dari penjara. Mereka akan keluar dan bangkit dari debu dan mengebaskan debu itu dari mereka (lih. Yes. 52:1-2, 11). Namun, ini belumlah semuanya. Mereka akan menyatakan diri di hadapan pengadilan Kristus, serta akan keluar dan bangkit sebagai orang-orang yang hendak diadili, keluar dan bangkit menuju pengadilan untuk menerima penghakiman di depan umum.
- d. Untuk apa mereka akan dibangkitkan: menuju keadaan yang berbahagia atau sengsara, sesuai dengan perilaku masing-masing yang berbeda-beda, sesuai dengan perbuatan mereka selama menjalani masa percobaan (ketika hidup di dunia ini -- pen.).
- (a) Mereka yang telah berbuat baik akan keluar untuk menjalani kebangunan kembali kehidupan mereka. Mereka akan hidup kembali, hidup selamanya.
- Perhatikanlah:
- [a] Tak peduli apa pun nama seseorang atau pengakuan iman macam apa yang dibuatnya, pada hari penghakiman agung itu hanya orang-orang yang telah berbuat baik sajalah yang baik keadaannya, yang telah melakukan apa yang menyenangkan hati Allah dan bermanfaat bagi orang lain.
- [b] Kebangkitan tubuh akan menjadi kebangkitan hidup hanya bagi semua orang yang dahulu bersungguh-sungguh dan senantiasa berbuat baik. Mereka bukan saja akan dibebaskan, seperti seorang penjahat yang telah diampuni menerima hidupnya, tetapi juga akan diterima di hadirat Allah. Itulah yang namanya kehidupan, lebih baik daripada kehidupan. Mereka akan selalu dipenuhi dengan penghiburan sempurna. Hidup berarti merasa bahagia, dan mereka akan dibawa naik melampaui rasa takut akan kebinasaan. Itulah hidup, di mana yang fana itu telah ditelan selamanya.
- (b) Mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum. Mereka akan hidup kembali untuk mati selamanya. Orang-orang Farisi menyangka bahwa kebangkitan hanya terjadi dengan orang-orang benar, tetapi Kristus meluruskan kekeliruan itu.
- Perhatikanlah:
- [a] Pada hari penghakiman itu, para pembuat kejahatan, tak peduli seperti apa pun mereka berpura-pura, akan diperlakukan sebagai orang jahat.
- [b] Kebangkitan itu juga akan berlaku bagi para penjahat yang tidak bertobat untuk membereskan kesalahan mereka. Kebangkitan mereka adalah kebangkitan untuk dihukum. Mereka akan bangkit dan keluar untuk dijatuhi hukuman di depan umum karena memberontak terhadap Allah, dan dijatuhi hukuman kekal di depan. Saat itu juga mereka langsung dijatuhi hukuman dan langsung menjalaninya tanpa ditunda-tunda. Seperti itulah kebangkitan itu nantinya.
- (2) Perhatikanlah apa yang dikatakan di sini tentang kuasa Sang Pengantara untuk menghakimi (ay. 22-24, 27). Sama seperti Ia memiliki kuasa di atas segalanya, demikian juga Ia memiliki hak hukum tertinggi. Siapakah yang layak mengendalikan peristiwa-peristiwa agung di kehidupan mendatang kalau bukan Dia yang menjadi Bapa dan sumber segala kehidupan?
- Di sini tampak:
- [1] Pemberian kuasa kepada Kristus untuk melakukan tugas seorang hakim, yang di sini disebutkan dua kali (ay. 22): Bapa telah menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak, dan kemudian (ay. 27): Ia telah memberikan kuasa kepada-Nya untuk menghakimi.
- Pertama,
- . Bapa tidak menghakimi siapa pun. Bukan berarti bahwa Bapa telah berhenti memerintah, tetapi senang memerintah melalui Yesus Kristus, supaya manusia tidak langsung berada di bawah ancaman berhadapan langsung dengan Allah, tetapi dapat menghampiri-Nya dengan aman melalui Sang Pengantara. Karena telah menciptakan kita, Ia berhak memperlakukan kita sesuai kehendak-Nya, seperti penjunan dengan tanah liat. Namun, Ia tidak mencari keuntungan-Nya sendiri dari hal ini, melainkan menarik kita dengan tali kesetiaan.
- . Ia tidak menentukan persyaratan kehidupan kekal lewat kovenan untuk hidup tanpa cela maupun memakai kesempatan untuk melawan kita karena kita telah melanggar kovenan itu. Karena, setelah Sang Pengantara itu melakukan usaha penebusan, maka segala urusan ini pun diserahkan kepada-Nya, dan Allah bersedia menyepakati sebuah perjanjian baru, yang tidak berada di bawah hukum Sang Pencipta, tetapi di bawah kasih karunia Sang Penebus itu.
- Kedua, Ia telah menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak, dan telah menetapkan-Nya sebagai Tuhan dari semua orang (Kis. 10:36; Rm. 14:9), seperti Yusuf di Mesir (Kej. 41:40). Hal ini juga telah dinubuatkan sebelumnya (Mzm. 72:1; Yes. 11:3-4; Yer. 23:5; Mi. 4:14 - 5:1-3; Mzm. 67:5; Mzm. 96:13; Mzm. 98:9). Seluruh penghakiman diserahkan kepada Yesus Tuhan kita, karena:
- . Kepada-Nya telah dipercayakan pengelolaan kerajaan Allah, dan Ia dijadikan Kepala segala sesuatu (Ef. 1:10), kepala dari tiap-tiap laki-laki (1Kor. 11:3). Segala sesuatu ada di dalam Dia (Kol. 1:17).
- . Ia diberi kuasa untuk segera menetapkan hukum guna mengikat hati nurani. Perkataan Aku berkata kepadamu sekarang merupakan bentuk yang menggambarkan jalannya kerajaan sorga. Dijalanilah kerajaan itu oleh Tuhan Yesus, dan oleh wewenang-Nya Semua hukum dan peraturan sekarang terhubung dengan tongkat pemerintahan-Nya.
- . Ia diberi kuasa untuk menentukan dan menetapkan persyaratan kovenan baru itu, dan untuk menyusun pasal-pasal perdamaian di antara Allah dan manusia. Allah di dalam Kristuslah yang telah memperdamaikan dunia, dan kepada-Nya telah diberikan kuasa untuk memberikan hidup kekal. Kitab kehidupan adalah Kitab Anak Domba. Oleh putusan hukuman-Nyalah kita akan berdiri atau jatuh.
- . Ia ditugaskan untuk melanjutkan dan menuntaskan peperangan melawan kuasa-kuasa kegelapan, untuk mengusir dan menjatuhkan penghakiman atas penguasa dunia ini (12:31). Ia bukan saja ditugaskan untuk menghakimi, tetapi juga untuk berperang (Why. 19:11). Semua orang yang hendak berperang bagi Allah melawan Iblis harus mendaftarkan diri di bawah panji-Nya.
- . Ia ditetapkan sebagai pengatur tunggal untuk menghakimi pada hari penghakiman itu. Para penulis kuno umumnya memahami kata-kata ini sebagai hak khusus yang hanya dimiliki oleh-Nya, yaitu bahwa hanya Dialah yang empunya kuasa untuk menghakimi. Penghakiman terakhir dan berlaku umum atas segala umat manusia ini diberikan kepada Anak Manusia. Pengadilan itu adalah milik-Nya. Itu adalah kursi pengadilan Kristus. Para pelayan yang menyertai-Nya adalah milik-Nya, yaitu malaikat-malaikat-Nya yang perkasa. Dia akan mengadili perkara-perkara dan menjatuhkan hukuman (Kis. 17:31).
- Ketiga, Ia telah memberikan kuasa kepada-Nya untuk menghakimi (ay. 27).
- Perhatikanlah:
- . Kuasa atau wewenang apa yang diberikan kepada Penebus kita: kuasa untuk menghakimi. Ia bukan saja memiliki kuasa untuk membuat undang-undang dan hukum, tetapi juga kuasa untuk menjalankannya. Kalimat yang digunakan di sini khusus dimaksudkan bagi penghakiman untuk menjatuhkan hukuman (Yud. 15). Poiēsai krisin -- untuk menjatuhkan hukuman atas semua orang, yang sama dengan mengadakan pembalasan (2Tes. 1:8). Kehancuran orang berdosa yang tidak mau bertobat muncul dari tangan Kristus. Dia yang menjatuhkan hukuman atas mereka, juga adalah Dia yang akan mewujudkan keselamatan bagi mereka. Karena itu, hukuman yang dijatuhkan tidak akan pandang bulu. Tidak ada keluputan dari hukuman yang dijatuhkan oleh Penebus itu. Keselamatan itu sendiri tidak dapat menyelamatkan orang-orang yang telah dihukum oleh Juruselamat itu dan ini membuat kehancuran itu tidak ada obatnya lagi.
- . Dari mana Ia memperoleh kuasa itu: Bapa memberikan kuasa itu kepada-Nya. Kuasa Kristus sebagai Pengantara itu diserahkan oleh dan diperoleh dari suatu pihak. Kristus bertindak sebagai Wakil Bapa, sebagai Yang Diurapi Tuhan, sebagai Kristus Tuhan. Semuanya ini sangat berpengaruh pada kehormatan Kristus, membebaskan-Nya dari dosa hujatan karena menyamakan diri-Nya dengan Allah. Hal ini sekaligus menjadi penghiburan besar bagi semua orang percaya, sehingga mereka dapat mempercayakan diri sepenuhnya ke dalam tangan yang memiliki wewenang yang demikian.
- [2] Di sini terdapat alasan-alasan (alasan karena keadaan) mengapa penugasan itu diberikan kepada-Nya. Kuasa untuk menghakimi itu diberikan kepada-Nya karena dua alasan:
- Pertama, Karena Dia adalah Anak Manusia. Sebutan ini menunjukkan tiga hal:
- . Perendahan martabat-Nya dan perendahan diri-Nya. Manusia itu hanyalah ulat, anak manusia itu ulat. Sekalipun demikian, hakikat dan sifat inilah yang dikenakan Sang Penebus dalam menjalankan semua rencana kasih-Nya. Hingga ke tingkat yang sangat hina inilah Ia mau merendah dan menyerah kepada semua aib yang bersangkutan dengannya, karena ini adalah kehendak Bapa-Nya. Sebagai imbalan atas ketaatan yang luar biasa inilah, Allah sungguh mengangkat derajat-Nya. Karena Ia merendahkan diri menjadi Anak Manusia, Bapa-Nya menjadikan Dia Tuhan dari semua orang (Flp. 2:8-9).
- . Pertalian dan persekutuan-Nya dengan kita. Bapa telah menyerahkan penguasaan atas anak-anak manusia kepada-Nya, karena sebagai Anak Manusia, ia memiliki sifat yang sama dengan orang-orang yang ada di bawah penguasaan-Nya itu, dan karena itu pula sangatlah sesuai bila Ia yang menjadi Hakim atas mereka. Orang yang berkuasa atas mereka akan bangkit dari tengah-tengah mereka (Yer. 30:21). Mengenai hal ini, hukum berikut ini sudah memberi gambarannya, dari tengah-tengah saudara-saudaramu haruslah engkau mengangkat seorang raja atasmu (Ul. 17:15).
- . Telah dijanjikan bahwa Ia akan menjadi Mesias. Di dalam penglihatan yang terkenal mengenai kerajaan dan kemuliaan-Nya itu (Dan. 7:13-14), Dia disebut Anak manusia, demikian juga dalam Mazmur 8:5-7. Engkau telah membuat anak manusia berkuasa atas buatan tangan-Mu. Dia adalah Mesias, dan oleh karena itu Ia diberikan semua kuasa ini. Orang Yahudi biasanya menyebut Kristus Anak Daud, tetapi Kristus biasanya menyebut diri-Nya Anak Manusia, yang merupakan gelar yang lebih rendah, yang berbicara mengenai Dia sebagai seorang raja dan Juruselamat, bukan hanya bagi bangsa Yahudi, tetapi bagi seluruh umat manusia.
- Kedua, Supaya semua orang menghormati Anak (ay. 23). Di sini, penghormatan kepada Yesus Kristus disebut sebagai rencana agung Allah (Anak bertujuan mempermuliakan Bapa, dan oleh karena itu Bapa bertujuan mempermuliakan Anak [12:32]), dan kewajiban besar manusia untuk patuh pada rencana Allah tersebut. Jika Allah berkehendak supaya Anak itu dihormati, sudah menjadi kewajiban semua orang kepada siapa Ia diperkenalkan, untuk menghormati-Nya.
- Perhatikanlah di sini:
- . Hormat yang harus diberikan kepada Yesus Tuhan kita: Kita harus menghormati Anak, harus memandang-Nya sebagai Dia yang harus dihormati, baik karena keunggulan dan kesempurnaan-Nya yang melebihi segala sesuatu, maupun karena apa yang dilakukan-Nya, yaitu menjadi tebusan bagi kita. Kita harus berusaha keras untuk memberi-Nya hormat yang sepadan. Kita harus mengakui Dia sebagai Tuhan dan menyembah-Nya. Kita harus menghormati Dia yang dipermalukan karena kita.
- . Tingkatan penghormatan itu: sama seperti mereka menghormati Bapa. Pernyataan ini dengan sendirinya berarti bahwa kita berkewajiban penuh untuk menghormati Bapa. Agama wahyu didirikan di atas agama natural (yang bukan agama wahyu, tetapi berdasarkan pengetahuan manusia akan Allah -- pen.), dan agama ini mengarahkan kita untuk menghormati Anak, untuk mengormati Dia dengan hormat ilahi. Kita harus menghormati Sang Penebus itu dengan penghormatan yang sama yang kita berikan kepada Sang Pencipta. Sama sekali bukanlah suatu tindakan menghujat bila Ia menyamakan diri-Nya dengan Allah. Karena itu, sungguh kita melakukan suatu kesalahan sangat besar jika menganggap-Nya berbuat hujat. Kebenaran dan hukum-hukum yang berlaku dalam agama Kristen, sejauh yang terungkapkan selama ini, sama kudus dan terhormatnya seperti kebenaran dan hukum-hukum agama natural, dan setara nilainya. Kita mempunyai kewajiban yang sama terhadap Kristus, Sang Pencipta keberadaan kita, dan sangat bergantung pada kasih karunia Sang Penebus, sama seperti kita bergantung pada pemeliharaan Sang Pencipta. Alasan ini sudah cukup memberi dasar bagi hukum ini -- untuk menghormati Anak sama seperti kita menghormati Bapa. Untuk menguatkan hukum ini, ditambahkan kata-kata barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa yang mengutus Dia. Sebagian orang pura-pura menghormati Sang Pencipta dan berbicara penuh hormat tentang Dia, namun, di pihak lain mereka meremehkan Sang Penebus itu dan berbicara dengan sikap menghina tentang Dia. Namun, biarlah orang-orang seperti ini tahu bahwa kehormatan serta kepentingan Bapa dan Anak begitu terjalin tak terpisahkan hingga Bapa tidak pernah menganggap diri-Nya dihormati oleh siapa pun yang tidak menghormati Anak.
- Perhatikanlah:
- (1) Penghinaan yang dilontarkan kepada Tuhan Yesus akan terpantul kepada Allah sendiri serta akan ditafsirkan dan diperhitungkan demikian di pengadilan sorgawi nanti. Sejauh ini Anak telah mendukung kehormatan Bapa dengan mengambil sendiri kata-kata cercaan yang mencerca Bapa (Rm. 15:3). Bapa juga berbuat sama untuk mendukung kehormatan Anak, dan merasa diri-Nya sendiri yang dihajar bila Anak diperlakukan demikian.
- (2) Alasannya adalah karena Anak itu diutus dan ditugaskan oleh Bapa. Bapalah yang mengutus Dia. Penghinaan terhadap seorang utusan dibenci oleh raja yang mengutusnya. Dengan aturan ini, orang-orang yang benar-benar menghormati Anak, juga menghormati Bapa (Flp. 2:11).
- [3] Di sini terdapat peraturan yang diikuti Anak dalam melaksanakan tugas-Nya, sehingga kata-kata itu menjadi sesuai (ay. 24): Barangsiapa mendengar dan percaya mempunyai hidup yang kekal. Di sini kita melihat inti seluruh Injil. Kata-kata pendahuluannya menuntut perhatian pada hal yang sangat penting, dan membenarkan hal yang sangat pasti: "Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, Aku, yang diserahi kuasa untuk menghakimi itu, Aku, yang di bibir-Nya ada perkataan ilahi, terimalah dari-Ku watak dan ketetapan Kristen itu."
- Pertama, watak orang Kristen: Barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku. Menjadi orang Kristen berarti,
- . Mau mendengar perkataan Kristus. Belumlah cukup untuk sekadar mendengar, tetapi juga menyimak, seperti pelajar menyimak pelajaran yang diberikan guru mereka, dan mengerjakannya, seperti pelayan mengerjakan perintah tuan mereka. Kita harus mendengar dan menaatinya, harus patuh pada Injil Kristus sebagai aturan tetap bagi iman dan perbuatan kita.
- . Untuk percaya kepada Dia yang mengutus Kristus, karena rancangan Kristus adalah untuk membawa kita kepada Allah. Sama seperti Dia adalah sumber pertama anugerah, Dia juga sasaran terakhir iman. Kristus adalah jalan kita, dan Allah adalah perhentian kita. Kita harus percaya kepada Allah sebagai Dia yang mengutus Yesus Kristus. Kita harus percaya kepada Dia yang telah mengajak kita untuk beriman kepada Dia dan mengasihi Dia. Ajakan-Nya ini Dia lakukan dengan menyatakan kemuliaan-Nya dalam wajah Kristus (2Kor. 4:6), sebagai Bapa-Nya dan Bapa kita.
- Kedua, ketetapan orang Kristen, yang membawa ketertarikan bagi semua orang Kristen. Lihatlah apa yang kita peroleh melalui Kristus.
- . Ketetapan perihal pengampunan: ia tidak turut dihukum. Anugerah Injil adalah pembebasan sepenuhnya dari kutuk hukum Taurat. Orang percaya bukan saja tidak akan berada di bawah hukuman selamanya, tetapi juga tidak turut dihukum sekarang ini, dan tidak terancam olehnya (Rm. 8:1), ia tidak akan turut dihukum, maupun dikenai dakwaan.
- . Ketetapan akan hak-hak istimewa: Ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup, dikaruniakan kebahagiaan masa sekarang dalam kehidupan rohani dan berhak atas kebahagiaan masa depan dalam hidup kekal. Inti kovenan pertama adalah, lakukan ini, maka kamu akan hidup. Orang yang melakukannya akan hidup di dalamnya. Ini membuktikan bahwa Kristus setara dengan Bapa karena Ia memiliki kuasa untuk menawarkan keuntungan yang sama kepada semua orang yang mendengar perkataan-Nya, yang telah ditawarkan kepada orang-orang yang memelihara hukum lama, yakni hidup: Dengarlah dan hidup, percayalah dan hidup. Inilah yang bisa kita lakukan bagi jiwa kita, bila kita merasa tidak mampu untuk berbuat dan hidup (lih. ps. 17:2).
- [4] Di sini dijelaskan kebenaran tindakan-Nya dalam menjalankan tugas-Nya (ay. 30). Karena seluruh hak menghakimi telah diberikan kepada-Nya, mau tidak mau kita bertanya bagaimana Ia melakukannya. Jawabannya adalah, penghakiman-Ku adil. Seluruh tindakan pemerintahan Kristus, baik dari segi undang-undang maupun hukum, sangat sesuai dengan kaidah-kaidah keadilan (lih. Ams. 8:8). Tidak bisa ada pengecualian terhadap setiap ketentuan Sang Penebus, dan oleh karena itu, sama seperti tidak boleh ada pencabutan undang-undang yang dibuat-Nya, tidak bisa diajukan permohonan pengampunan atas hukuman yang telah dijatuhkan-Nya. Penghakiman-Nya pasti adil, sebab dipimpin:
- Pertama, oleh hikmat Bapa: Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri, tidak dapat berbuat apa pun tanpa Bapa, tetapi Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, seperti yang telah dikatakan-Nya sebelumnya (ay. 19), Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya. Jadi, di sini yang ada hanyalah apa yang didengar-Nya dari apa yang dikatakan Bapa: Apa yang Aku dengar.
- . Sesuai dengan kebijaksanaan abadi Bapa yang dirahasiakan oleh-Nya itulah Aku menghakimi. Maukah kita mengetahui apa yang harus kita perbuat dalam hubungan kita dengan Allah? Dengarlah perkataan Kristus. Kita tidak perlu berusaha menyelami segala kebijaksanaan ilahi. Hal-hal itu dirahasiakan dan bukan hak kita untuk mengetahuinya. Kita hanya perlu menyimak ketentuan-ketentuan yang diungkapkan perihal pemerintahan dan penghakiman Kristus, dan ini akan memberi kita petunjuk yang tidak mungkin keliru. Sebab apa yang telah diputuskan Kristus merupakan salinan atau duplikat dari apa yang telah ditetapkan oleh Bapa.
- . Dari catatan-catatan Perjanjian Lama yang diterbitkan. Kristus, dalam melaksanakan pekerjaan-Nya, selalu mengarahkan mata-Nya pada Kitab Suci dan berjalan sesuainya dan menggenapi apa yang ada di sana: Seperti ada tertulis dalam gulungan kitab. Demikianlah Ia mengajar kita untuk tidak berbuat apa-apa dari diri sendiri, melainkan berdasarkan apa yang kita dengar dari firman Allah, supaya kita menghakimi dan bertindak sesuai dengan firman-Nya itu.
- Kedua, sesuai dengan kehendak Bapa: Penghakiman-Ku adil, dan tidak bisa sebaliknya, sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku. Ini bukan berarti seolah-olah kehendak Kristus berlawanan dengan kehendak Bapa, seperti kehendak daging berlawanan dengan kehendak roh dalam diri kita, melainkan,
- . Sebagai manusia, Kristus memiliki segala perasaan dan kecenderungan alami yang biasa ada dalam diri manusia (yang bukan merupakan dosa), seperti rasa sakit dan kesenangan, kecenderungan pada hidup, dan kengganan terhadap kematian: namun Ia tidak mencari kesenangan-Nya sendiri, tidak mempertimbangkan atau berpikir tentang hal-hal ini saat hendak melakukan pekerjaan-Nya, melainkan sepenuhnya menyetujui kehendak Bapa-Nya.
- . Apa yang dilakukan-Nya sebagai Pengantara bukanlah merupakan hasil dari tujuan dan rancangan-Nya sendiri. Dia tidak punya maksud-maksud tertentu atau khusus. Apa yang benar-benar ingin dilakukan-Nya bukanlah demi pikiran-Nya sendiri, melainkan dipimpin oleh kehendak Bapa-Nya dan tujuan yang telah direncanakan Sang Bapa bagi diri-Nya sendiri. Dalam segala kesempatan, kepada Bapa-Nya inilah Juruselamat kita menyerahkan dan menundukkan diri-Nya sendiri.
- Dengan demikian maka Yesus Tuhan kita telah menyatakan tugas-Nya (apakah untuk meyakinkan musuh-Nya atau tidak) bagi kehormatan diri-Nya dan penghiburan kekal semua pengikut-Nya, yang melihat Dia mampu menyelamatkan sampai kepada kekekalan.
SH: Yoh 5:19-29 - Kesaksian Diri dalam perbuatan-Nya (Kamis, 7 Januari 1999) Kesaksian Diri dalam perbuatan-Nya
Keberadaan diri seseorang dapat dikenali melalui perbuatannya.
Demikian halnya Kristus. Orang banyak sebenarn...
Kesaksian Diri dalam perbuatan-Nya
Keberadaan diri seseorang dapat dikenali melalui perbuatannya. Demikian halnya Kristus. Orang banyak sebenarnya telah mengenal keberadaan-Nya melalui perbuatan-Nya menyembuhkan seseorang yang selama tiga puluh delapan tahun menderita lumpuh. Meskipun mereka mengenali perbuatan-Nya yang ajaib, hati mereka tidak tergugah oleh pengenalan itu untuk menerima kehadiran-Nya. Padahal, tidak ada yang patut diragukan dalam diri Tuhan Yesus. Bukankah dalam kesaksian-Nya ditekankan bahwa apa yang dilakukan-Nya juga adalah perbuatan Bapa-Nya? Karena Bapa-Nya mampu, maka Ia sebagai putra Allah pun mampu melakukan pekerjaan Ilahi-Nya.
Hidup di dalam Kristus. Apa tanda bahwa seseorang itu hidup dalam Kristus? Ia hidup, tidak lagi mati secara rohani. Rohaninya hidup karena Allah Bapa bersama Putra telah menyatakan diri kepadanya. Sekarang Ia mengenal Allah yang benar. Bapa telah memberikan kuasa kepada Putra-Nya untuk memilih siapa yang hidup dan siapa yang mati secara rohani (27). Yang jelas orang ini bercirikan pembaruan iman percaya kepada Yesus Kristus, Putra Allah.
Doa: Tuhan, terima kasih atas hidup yang telah Engkau berikan kepada kami. Baharuilah hidup rohani kami demi nama-Mu!
SH: Yoh 5:19-29 - Aksi kesaksian (Minggu, 6 Januari 2002) Aksi kesaksian
Kepada pemimpin-pemimpin agama yang ingin menganiaya (ayat 16)
bahkan membunuh-Nya, Yesus tidak membalas dengan perbuatan yang
...
Aksi kesaksian
Kepada pemimpin-pemimpin agama yang ingin menganiaya (ayat 16) bahkan membunuh-Nya, Yesus tidak membalas dengan perbuatan yang sama. Ia mendorong mereka untuk menyelidiki kesaksian Yohanes, pekerjaan-pekerjaan-Nya, dan Kitab Suci. Semuanya itu bersaksi tentang-Nya. Dengan perkataan lain, Tuhan Yesus membalas kejahatan dengan kesaksian akan kebenaran. Di sini Tuhan Yesus memberikan sebuah teladan. Satukan kasih dan kesaksian akan kebenaran dalam reaksi kita terhadap aksi-aksi kejahatan orang.
Yesus mengatakan bahwa pekerjaan-pekerjaan-Nya merupakan kesaksian bahwa Ia diutus Bapa. Bagaimanakah bentuk pekerjaan-Nya? Pekerjaan-Nya tidak hanya bersumber dari Bapa, melainkan juga pekerjaan yang dilakukan Bapa (ayat 19). Pekerjaan-Nya didorong oleh dan dilingkupi dalam suasana kasih (ayat 20). Sama seperti Bapa adalah pemberi hidup demikian juga pekerjaan Tuhan Yesus (ayat 21,24-26). Penghakiman juga adalah pekerjaan-Nya (ayat 22,27). Secara khusus Tuhan Yesus menyebutkan dua bentuk pekerjaan-Nya yang menimbulkan keheranan pemimpin-pemimpin agama. Pekerjaan tersebut adalah membangkitkan orang mati dan menghakimi seluruh manusia. Kedua bentuk pekerjaan ini adalah pekerjaan yang hanya berhak dan mungkin dilakukan Allah. Pemimpin-pemimpin agama terkejut karena dengan menyatakan bahwa Ia melakukan kedua pekerjaan ini, Yesus bersaksi bahwa Ia adalah Allah. Kedua bentuk pekerjaan ini pun sedang terjadi saat ini (ayat 21,24-25,27) dan juga akan terjadi pada masa akan datang (ayat 28-30) sebab Yesus Allah fungsinya dan adanya.
Renungkan: Jangan membalas kejahatan dengan kejahatan. Balaslah kejahatan dengan kesaksian bahwa Yesus adalah Mesias.
SH: Yoh 5:19-29 - Otoritas dari Bapa (Senin, 9 Januari 2006) Otoritas dari Bapa
Yohanes memulai injilnya dengan topik hubungan Bapa dengan Putra. Pada
nas ini Yesus memulai khotbah pengajaran-Nya yang pe...
Otoritas dari Bapa
Yohanes memulai injilnya dengan topik hubungan Bapa dengan Putra. Pada nas ini Yesus memulai khotbah pengajaran-Nya yang pertama juga dengan tema yang sama.
Tuhan Yesus menegaskan adanya perbedaan dan kesatuan diri-Nya dengan Allah Bapa. Ia menyebut diri sebagai Anak dari Bapa, yaitu Allah sendiri. Namun, antara Ia dan Bapa terdapat kesatuan dalam tindakan, yaitu apa yang Bapa kerjakan, itu juga yang Anak kerjakan (ayat 19). Tuhan Yesus tidak bertindak terpisah apalagi menyimpang dari Allah Bapa. Kesatuan dalam tindakan ini diikat oleh kasih. Karena Allah Bapa mengasihi Anak maka Anak akan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan Bapa bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar lagi (ayat 20), yaitu tindakan penyelamatan (ayat 21) dan penghakiman (ayat 22). Oleh karena kesatuan ini maka menghormati Anak sama dengan menghormati Bapa, melawan Anak sama dengan melawan Bapa. Oleh sebab itu, orang yang melawan Anak tidak akan luput dari penghukuman kekal (ayat 23). Sebaliknya, orang yang percaya kepada pemberitaan Anak memperoleh pengampunan Bapa dan mendapatkan keselamatan kekal (ayat 24). Sekarang Tuhan Yesus menjadi sumber hidup yang berkuasa untuk menghidupkan orang-orang yang mati dalam dosa (ayat 25-26). Pada akhir zaman, Tuhan Yesus akan menghakimi semua manusia untuk mendapatkan ganjaran masing-masing.
Tuhan Yesus lebih daripada nabi. Dia adalah Anak Manusia (ayat 27) yang diutus Allah Bapa, datang ke dalam dunia ini untuk menyatakan kehendak Allah bagi keselamatan manusia dan menggenapinya melalui karya penyelamatan-Nya di kayu salib. Hanya Tuhan Yesus yang memiliki otoritas Allah untuk menghakimi dan menyelamatkan. Tugas kita adalah memberitakan kabar baik ini, agar manusia memilih untuk bertobat sehingga ia tidak dihakimi melainkan diselamatkan.
Renungkan: Kuasa-Nya membangkitkan orang mati kepada hidup kekal. Karena itu, pergi dan beritakan kabar baik ini!
SH: Yoh 5:19-29 - Anak dan Bapa (Rabu, 30 Januari 2008) Anak dan Bapa
Yesus sudah dianggap bersalah karena melanggar hukum Sabat. Akan
tetapi, Ia masih menyuruh si lumpuh untuk menggotong tempat
...
Anak dan Bapa
Yesus sudah dianggap bersalah karena melanggar hukum Sabat. Akan tetapi, Ia masih menyuruh si lumpuh untuk menggotong tempat tidurnya. "Pembelaan-Nya" di hadapan orang Yahudi ternyata malah memperberat "kesalahan-Nya", karena Ia menyatakan bahwa diri-Nya setara Allah. Kemarahan mereka terhadap Yesus pun semakin memuncak.
Penjelasan Yesus menegaskan hal-hal penting. Ia yang adalah Anak dari Bapa memiliki otoritas dan mengemban misi Bapa untuk manusia. Ini mengungkapkan ketergantungan dan ketaatan sempurna kepada Allah Bapa (ayat 19, 20). Itulah gambaran ideal seorang anak dalam tradisi Yahudi. Ia tidak punya otonomi atas dirinya sendiri. Namun Yesus bukan sekadar anak ideal. Ia adalah Anak Tunggal Bapa (Yoh. 1:14). Ia melakukan segala sesuatu yang Bapa lakukan. Penyembuhan yang Dia lakukan pada hari Sabat dan berbagai karya-Nya yang lain mengagumkan orang banyak. Namun Bapa akan menunjukkan perkara yang lebih besar lagi (ayat 20). Bapa telah meletakkan segala sesuatu di tangan Anak (ayat 3:35), termasuk kuasa untuk memberi hidup pada manusia (ayat 21), yaitu pada orang yang mendengar firman-Nya dan percaya kepada Bapa (ayat 24). Otoritas untuk menghakimi juga telah diserahkan Bapa kepada Anak (ayat 22). Sebab itu Anak punya hak yang sama untuk disembah, sama seperti Bapa (ayat 23).
Penolakan terhadap keilahian Yesus terus terjadi dari zaman ke zaman. Baik yang terang-terangan menghujat Dia atau bidat yang dengan halus menyimpangkan kebenaran bahwa Yesus adalah Tuhan. Bahkan ada yang giat berkeliling dari rumah ke rumah dan mengajarkan kesesatan itu. Kesesatan ini harus kita tolak dengan tegas. Akan tetapi, kebenaran tentang kemanusiaan Yesus pun kadang kita abaikan. Padahal kemanusiaan Yesus merupakan prinsip teologis yang penting. Sebagai manusia sejati, Ia telah menjadi wakil umat manusia sekaligus teladan tentang hidup yang Allah inginkan dari kita. Mari kita tegakkan iman baik dengan mengimani Dia maupun dengan mengikuti teladan-Nya!
SH: Yoh 5:19-29 - Percaya Yesus = menghormati Bapa (Rabu, 8 Januari 2014) Percaya Yesus = menghormati Bapa
Penyembuhan orang lumpuh di kolam Betesda berakhir pada kemarahan para pemuka Yahudi. Pertama, karena Yesus menyembu...
Percaya Yesus = menghormati Bapa
Penyembuhan orang lumpuh di kolam Betesda berakhir pada kemarahan para pemuka Yahudi. Pertama, karena Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat. Ini berlawanan dengan hukum Sabat. Kedua, karena Yesus menyamakan diri-Nya dengan Allah (Yoh. 5:18).
Yesus menjelaskan bahwa pekerjaan-pekerjaan yang Dia lakukan adalah pekerjaan Bapa (19), yang diajarkan Bapa kepada-Nya karena Bapa mengasihi Dia (20). Jadi semua pekerjaan itu bukan datang dari diri-Nya sendiri melainkan karena Ia tunduk dan tergantung kepada Bapa. Jadi Yesus menerima otoritas dari Bapa, belajar dari Bapa, guna melakukan kehendak Bapa. Penyembuhan si lumpuh sebenarnya merupakan penyataan kecil saja dari kuasa-Nya, akan ada pekerjaan yang lebih ajaib yang akan ditunjukkan Bapa kepada Anak.
Sama seperti Bapa, Anak juga berkuasa memberi hidup (21), tetapi Bapa menyerahkan kuasa untuk menghakimi kepada Anak (22, 27). Alasan pendelegasian ini adalah supaya semua orang menghormati Anak sama seperti menghormati Bapa. Karena itu kegagalan untuk menghormati Sang Anak berarti gagal menghormati Bapa. Sebaliknya, orang yang menghormati Anak berarti menghormati Bapa. Berarti, orang yang menolak ke-Tuhan-an Yesus berarti menolak Bapa.
Pengajaran yang tidak mengakui Yesus sebagai Anak Allah masih terus beredar hingga kini, Yesus hanya dipandang sebagai manusia yang memiliki kesalehan tinggi. Itu berarti mereka tidak menghormati Bapa sama sekali. Orang-orang yang tidak mau mendengar perkataan Yesus dan percaya kepada Bapa yang mengutus Yesus, yaitu mereka yang berbuat jahat, niscaya akan menerima hukuman kekal (29). Sebaliknya, mereka yang percaya kepada Yesus dan melakukan perbuatan baik, niscaya tidak akan mendapat hukuman melainkan menerima kehidupan kekal.
Kita harus bersikap kritis terhadap ajaran-ajaran palsu yang menolak ke-Tuhan-an Yesus dan tidak mau mengakui bahwa Yesus adalah Anak Allah. Tularkan juga kekritisan itu kepada sesama umat.
SH: Yoh 5:19-47 - Dari Maut ke Hidup (Senin, 6 Januari 2020) Dari Maut ke Hidup
Konflik antara orang Yahudi dan Yesus muncul pertama kali ketika Yesus merayakan Paskah di Yerusalem (2:18). Pada hari raya itu, k...
Dari Maut ke Hidup
Konflik antara orang Yahudi dan Yesus muncul pertama kali ketika Yesus merayakan Paskah di Yerusalem (2:18). Pada hari raya itu, kehadiran Yesus memunculkan konflik yang menegangkan. Konflik itu memicu mereka untuk membunuh-Nya (5:18).
Konflik memanas karena Yesus mengajarkan tentang siapakah Dia yang berkuasa “merombak” di Bait Allah (2:13-25). Kini, Ia “menyamakan diri-Nya” dengan Allah. Yesus menyebut diri-Nya Anak (Inggris: The Son, artikel “the” menunjukkan satu-satunya, tidak ada yang lain). Status Anak Allah ini menyatakan kesatuan Allah Bapa dan Yesus. Bapa memercayai Anak dan menyerahkan penghakiman atas manusia berdosa kepada-Nya. Posisi Anak ini seharusnya membuat mereka menghormati-Nya, sebagaimana mereka menghormati Bapa. Kesamaan dengan Bapa ditunjukkan Anak dengan mengerjakan pekerjaan Bapa-Nya.
Tanda-tanda datangnya Mesias yang sudah dinubuatkan para nabi digenapi oleh Yesus yang disebut Anak Manusia. Segala kuasa ada pada-Nya (Dan. 7:13-14). Ia berkuasa menyembuhkan orang sakit dan membangkitkan orang mati (Yes. 35:5; Ul. 32:39; 1Sam. 2:6). Tidak hanya memberikan hidup dalam kesementaraan dan kefanaan, Anak Manusia juga mempunyai hidup dalam diri-Nya. Ia menjamin akan memberikan hidup kekal kepada mereka yang mendengar perkataan-Nya dan percaya kepada Bapa yang mengutus-Nya.
Ia mengatakan ada kesaksian manusia tentang diri-Nya, yaitu Yohanes, Musa, dan Kitab Suci. Tetapi, kesaksian-kesaksian itu terbatas dan tidak dapat membawa manusia yang mendengar mempunyai hidup kekal. Hidup kekal yang disaksikan oleh Yohanes, Musa maupun Kitab Suci harus direspons dengan mendengar kebenaran dan perkataan yang disampaikan serta percaya pada Yesus, Anak Manusia, yang telah dijanjikan berabad-abad lamanya. Ia adalah Mesias itu.
Doa: Tolong kami bukan hanya menjadi penyelidik Kitab Suci, tetapi juga datang dan memercayakan diri kepada Kristus. [IKS]
Utley -> Yoh 5:19-23
Utley: Yoh 5:19-23 - --NASKAH NASB (UPDATED): Yoh 5:19-23= 19Maka Yesus menjawab mereka, kata-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu d...
NASKAH NASB (UPDATED): Yoh 5:19-23= 19Maka Yesus menjawab mereka, kata-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak. 20Sebab Bapa mengasihi Anak dan Ia menunjukkan kepada-Nya segala sesuatu yang dikerjakan-Nya sendiri, bahkan Ia akan menunjukkan kepada-Nya pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar lagi dari pada pekerjaan-pekerjaan itu, sehingga kamu menjadi heran. 21Sebab sama seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati dan menghidupkannya, demikian juga Anak menghidupkan barangsiapa yang dikehendaki-Nya. 22Bapa tidak menghakimi siapapun, melainkan telah menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak, 23supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa. Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia.
Yoh 5:19,24,25 "Sesungguh(-sungguh)nya" Secara hurufiah ini adalah "Amin, amin." Istilah "Amin" adalah suatu transliterasi dari bahasa Ibrani. Aslinya kata ini berarti kebisadipercayaan. Digunakan untuk meneguhkan suatu kebenaran. Yesus adalah satu-satunya orang yang kita ketahui menggunakannya diawal dari suatu pernyataan. Ia menggunakannya untuk mengantar suatu pernyataan penting. Yohanes adalah satu-satunya yang mencatat penggandaan kata ini. Lihat Topik Khusus: Amin pada Yoh 1:51.
Yoh 5:19 "Anak" Ada pengulangan kata "Anak" dalam beberapa ayat-ayat berikut yang secara teologis sangat penting. Kata ini digunakan delapan kali dalam konteks yang singkat ini. Kata ini menunjkan pemahaman Yesus yang unik akan hubunganNya dengan Bapa dan mencerminkan gelar "Anak Manusia" dan "Anak Allah".
□ "Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri" Sebagaimana sering merupakan kebenaran, PB menyajikan Yesus dalam pernyataan yang bersifat paradoks. Dalam beberapa naskah Ia adalah satu dengan Bapa (lih. Yoh 1:1; 5:18; 10:30,34-38; 14:9-10; 20:28); dalam naskah lain Ia terpisah dengan Bapa (lih. Yoh 1:2,14,18; 5:19-23; 8:28; 10:25,29; 14:10,11,12,13,16; 17:1-2), kadang-kadang bahkan sangat-sangat menghomati Bapa (lih. Yoh 5:20,30; 8:28; 12:49; 14:28; 15:10,19-24; 17:8). Ini baeangkali untuk menunjukkan bahwa Yesus adalah sepenuhnya Illahi, namun merupakan suatu pribadi penjelmaan Tuhan yang terpisah dan berbeda. Dalam komentari yang disunting oleh John Raymond E. Brown, Komentari Alkitab Jerome, ada pandangan yang bagus: "Implikasi kepatuhan di sini tidak boleh dihapuskan oleh pemberlakuan kata-kata Yesus hanya untuk menunjuk pada sifat kemanusiaanNya. . .Ini akan juga kehilangan suatu titik penting dari Kristologi versi Yohanes. Melainkan, Yesus sedang mendesakkan suatu keselarasan aktivitas yang absolut antara Bapa dan Anak, yang tentu saja, secara radikal menuntut suatu identitas dari sifat tersebut; proses yang sama digunakan dalam Yoh 16:12ff. untuk menghubungkan Roh Kudus dengan Anak. Namun dikeseluruhan Injil ini kita tidak pernah menemukan Trinitas yang diperlakukan sebagai suatu tesis dari teologia yang abstrak; Hal ini selalu didekati dari titik sudut relevansinya terhadap soteriologi" (hal. 434).
□ "jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya" Umat manusia belum pernah melihat Bapa (lih. ay. Yoh 5:37; 1:18), namun Anak mengklaim suatu pengenalan secara intim, pribadi, dan ada saat ini akan Dia (lih. Yoh 1:1-3).
□ "sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak." Dalam tindakan dan pengajaran Yesus manusia dengan jelas melihat Allah yang tak terlihat (lih. Kol 1:15; Ibr 1:3).
Yoh 5:20 "Sebab Bapa mengasihi Anak dan Ia menunjukkan kepada-Nya segala sesuatu yang dikerjakan-Nya sendiri" Kedua hal ini adalah PRESENT ACTIVE INDICATIVE yang berbicara mengenai suatu tindakan yang sedang berlangsung. Ini adalah kata Yunani untuk kasih, phileō. Orang akan mengharpkan kata agapeō seperti dalam Yoh 3:35. Kedua kata untuk kasih ini bersinonim dalam Bahasa Yunani Koine.
□ "pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar" Dalam konteks ini menunjuk pada membangkitkan orang mati (ay. Yoh 5:21,25-26) dan melaksanakan penghakiman (ay. Yoh 5:22,27).
Yoh 5:21 "Bapa membangkitkan orang-orang mati… demikian juga Anak" Dalam Perjanjian Lama YHWH adalah satu-satunya yang dapat memberikan kehidupan (lih. Ul 32:39). Fakta bahwa Yesus dapat membangkitkan orang mati sama dengan suatu pernyataan kesejajaran dengan YHWH (lih. ay. Yoh 5:26).
Yesus memberikan kehidupan kekal sekarang (lih. 2Kor 5:17; Kol 1:13) yang dikaitkan pada perwujudan fisik dari kehidupan dalam jaman baru dalam ay. Yoh 5:26 (lih. 1Tes 4:13-18). Nampaknya pertemuan Yohanes yang panjang dengan Yesus adalah atas suatu dasar individual, sementara masih ada peristiwa kebersamaan di kemudian hari (baik penghakiman dan keselamatan).
Yoh 5:22 DOUBLE NEGATIVE yang kuat dan KATA KERJA BENTUK PERFECT menekankan pada fakta bahwa penghakiman telah ditugaskan pada Anak (lih. Yoh 5:27; 9:39. Kis 10:42; 17:31; 2Tim 4:1; 1Pet 4:5). Paradoks yang nampak antara ayat ini dengan Yoh 13:17 diterangkan oleh fakta bahwa Yesus, selama "hari-hari terakhir" ini, tidak menghukum siapapun, namun manusia menghakimi diri mereka sendiri oleh tanggapan mereka kepada Yesus Kristus. Penghakiman eskatologis Yesus (bagi orang tidak percaya) didasarkan pada penerimaan atau penolakan orang tersebut akan Dia.
Yoh 5:23 "supaya semua orang menghormati Anak" Kata yang mencakup semua "semua orang" ini bisa menunjuk pada suatu skenario penghakiman eskatologis (lih. Fili 2:9-11).
□ "Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia" Pernyataan ini sangat mirip dengan 1Yoh 5:12. Tak satupun dapat mengenal Allah tanpa mengenal Anak, dan sebaliknya tak satupun bisa menghormati dan memuji Bapa jika tidak menghormati dan memuji Anak!
Topik Teologia -> Yoh 5:23
Topik Teologia: Yoh 5:23 - -- Allah yang Berpribadi
Allah sebagai Bapa Yesus Kristus
Mat 3:17 Mat 11:27 Mar 9:7 Mar 14:36 Luk 2:49 Luk 23:46 Yoh 1:14 Yoh 5:1...
- Allah yang Berpribadi
- Yesus Kristus
- Keilahian Kristus
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Memuliakan Allah
- Menghormati Allah
- Kewajiban Menghormati Allah
- Kita Berhutang untuk Menghormati Kristus
TFTWMS -> Yoh 5:19-23
TFTWMS: Yoh 5:19-23 - Pernyataan Menjadi Satu Dengan Bapa PERNYATAAN MENJADI SATU DENGAN BAPA (Yohanes 5:19-23)
Diri saya ini banyak menyerupai ayah saya, khususnya dalam nada suara saya. Pada suatu Hari Uca...
PERNYATAAN MENJADI SATU DENGAN BAPA (Yohanes 5:19-23)
Diri saya ini banyak menyerupai ayah saya, khususnya dalam nada suara saya. Pada suatu Hari Ucapan Syukur, beberapa teman baik menelepon rumah saya, berharap dapat berbicara dengan orang tua saya yang sedang berkunjung untuk liburan. Waktu saya menjawab telepon itu, orang yang menelepon itu bertanya, "Durley?" (nama ayah saya). Saya bilang, "Bukan, saya Bruce." Sudah dapat ditebak, orang itu menjawab, "Bruce, suaramu mirip suara ayahmu!"
Bukan saja suara kami banyak kesamaannya, namun belakangan terlihat bahwa apa yang sebenarnya kami ucapkan kedengarannya semakin mirip. Baru-baru ini, ibu saya tinggal selama satu minggu bersama kami ketika ayah saya ke luar kota untuk berburu. Saya tidak dapat menghitung berapa kali dalam satu minggu itu, menyusul beberapa perkataan yang saya ucapkan, isteri saya dan ibu saya akan saling berpandangan dan berkata, "Suaranya benar-benar seperti suara ayahnya!" Hal ini biasanya diikuti dengan jawaban, "Tidakkah hal itu menakutkan?.
Meskipun saya dan ayah saya banyak kesamaannya, namun kami juga berbeda. Ayah saya seorang insinyur, sedangkan saya seorang penginjil. Berikanlah kami berdua waktu luang di sore hari, maka Anda kemungkinan besar akan menemukan dia sedang memperbaiki atau membuat sesuatu, sementara saya di tempat lain sedang membaca buku. Kami memang mirip, tetapi kami juga berbeda. Hubungan yang Yesus bicarakan antara diri-Nya dan Bapa-Nya memiliki semua kesamaan yang dimiliki oleh hubungan ayah dan anak yang dekat, tanpa pelbagi perbedaan yang biasanya kita harapkan.
Ketika Yesus bicara tentang Allah sebagai Bapa-Nya, Ia sedang membuat pernyataan tentang diri-Nya yang membuat marah para pemimpin Yahudi. Menyusul penyembuhan orang lumpuh itu, ketika lawan-lawan Yesus ingin membunuh Dia, kemarahan mereka itu "bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya sendiri dan dengan demikian menyamakan diri-Nya dengan Allah" (5:18). Boleh jadi pernyataan itu pernyataan yang membangkitkan amarah, tetapi pernyataan itu juga merupakan inti berita dan maksud Yesus.
Allah disapa sebagai "Bapa" tidak kurang dari 122 kali dalam Injil Yohanes. Bagi Yesus, menjadi Anak Allah artinya adalah bahwa "apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak" (5:19). Sewaktu Yesus berada di dunia ini, hubungan-Nya dengan Allah adalah erat, didasarkan pada kasih, dan melibatkan komunikasi yang penuh. Meskipun ayah saya dan saya memiliki beberapa perbedaan yang kentara, namun Bapa dan Anak sama sekali tidak memiliki perbedaan. Meskipun mereka memiliki fungsi yang berbeda di dalam Trinitas, namun mereka satu dalam karakter, pendirian, misi, dan hati. Dengan kata lain, tidak ada kesenjangan generasi antara Bapa ini dan Anak!
Yesus berkata bahwa Bapa dan Anak adalah sama dalam apa yang mereka perbuat (5:19, 20), dalam kemampuan mereka memberi hidup (5:21), dan dalam kelayakan mereka menerima kehormatan (5:23). Pernyataan-pernyataan seperti itu dianggap bersifat menghujat oleh para pemimpin Yahudi dan merupakan pernyataan yang akhirnya akan memakukan Yesus pada kayu salib. Dalam membuat pelbagai pernyataan itu, Yesus sudah menduga bahwa Ia sedang menyatakan perang rohani melawan musuh-musuh-Nya.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Yohanes (Pendahuluan Kitab) Penulis : Yohanes
Tema : Yesus, Putra Allah
Tanggal Penulisan: 80-95 M
Latar Belakang
Injil Yohanes adalah unik di antara keem...
Penulis : Yohanes
Tema : Yesus, Putra Allah
Tanggal Penulisan: 80-95 M
Latar Belakang
Injil Yohanes adalah unik di antara keempat Injil. Injil ini mencatat banyak hal tentang pelayanan Yesus di daerah Yudea dan Yerusalem yang tidak ditulis oleh ketiga Injil yang lain, dan menyatakan dengan lebih sempurna rahasia tentang kepribadian Yesus. Penulis diidentifikasikan secara tidak langsung sebagai "murid yang dikasihi-Nya" (Yoh 13:23; Yoh 19:26; Yoh 20:2; Yoh 21:7,20). Kesaksian tradisi Kekristenan serta bukti yang terkandung dalam Injil ini sendiri menunjukkan bahwa penulisnya adalah Yohanes anak Zebedeus, salah satu di antara dua belas murid dan anggota kelompok inti Kristus (Petrus, Yohanes, dan Yakobus).
Menurut beberapa sumber kuno, Yohanes, rasul yang sudah lanjut usianya, sementara tinggal di Efesus, diminta oleh para penatua di Asia untuk menulis "Injil yang rohani" ini untuk menyangkal suatu ajaran sesat mengenai sifat, kepribadian dan keilahian Yesus yang dipimpin oleh seorang Yahudi berpengaruh bernama Cerinthus. Injil Yohanes tetap melayani gereja sebagai suatu pernyataan teologis yang sangat dalam tentang "kebenaran" yang menjelma di dalam diri Yesus Kristus.
Tujuan
Yohanes menyatakan tujuannya untuk tulisannya dalam Yoh 20:31, yaitu "supaya kamu percaya bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya." Naskah kuno Yunani dari Yohanes memakai satu dari dua bentuk waktu untuk kata Yunani yang diterjemahkan "percaya" (Yoh 20:31): yaitu _aorist subjunctive_ ("sehingga kamu dapat mulai mempercayai") dan _present subjunctive_ ("sehingga kamu dapat terus percaya"). Jikalau Yohanes bermaksud yang pertama, ia menulis untuk meyakinkan orang yang tidak percaya untuk percaya kepada Tuhan Yesus Kristus dan diselamatkan. Kalau yang kedua, Yohanes menulis untuk menguatkan dasar iman supaya orang percaya dapat terus percaya kendatipun ada ajaran palsu, dan dengan demikian masuk dalam persekutuan penuh dengan Bapa dan Anak (bd. Yoh 17:3). Walaupun kedua tujuan ini didukung dalam kitab Yohanes, isi dari Injil ini pada umumnya mendukung yang kedua sebagai tujuan utama.
Survai
Injil keempat ini menyajikan bukti-bukti yang terpilih dengan cermat bahwa Yesus adalah Mesias Israel dan Putra Allah yang menjelma dan bukan anak angkat. Bukti-bukti yang mendukung termasuk:
- (1) tujuh tanda (Yoh 2:1-11; Yoh 4:46-54; Yoh 5:2-18; Yoh 6:1-15; Yoh 6:16-21; Yoh 9:1-41; Yoh 11:1-46) dan tujuh ajaran (Yoh 3:1-21; Yoh 4:4-42; Yoh 5:19-47; Yoh 6:22-59; Yoh 7:37-44; Yoh 8:12-30; Yoh 10:1-21) sebagai penyingkapan Yesus tentang identitas-Nya yang sebenarnya;
- (2) tujuh pernyataan "Aku adalah" (Yoh 6:35; Yoh 8:12; Yoh 10:7; Yoh 10:11; Yoh 11:25; Yoh 14:6; Yoh 15:1). Dengan pernyataan ini Yesus menyatakan secara kiasan peranan-Nya dalam penebusan umat manusia.
- (3) Kebangkitan tubuh-Nya dari antara orang mati sebagai tanda terakhir dan puncak pembuktian bahwa Dia memang "Kristus, Anak Allah" (Yoh 20:31).
Injil Yohanes mempunyai dua bagian besar.
- (1) Pasal 1-12 (Yoh 1:1--12:50)yang menyajikan kisah penjelmaan dan pelayanan umum Yesus. Sekalipun tujuh tanda yang meyakinkan, tujuh ajaran yang berbobot, dan tujuh pernyataan "Aku adalah" yang menakjubkan, orang-orang Yahudi menolak Yesus sebagai Mesias mereka.
- (2) Setelah ditolak oleh umat perjanjian yang lama yaitu Israel, Yesus (pasal 13-21; Yoh 13:1--21:25) memusatkan perhatian pada murid-murid-Nya sebagai inti dari umat perjanjian yang baru (yaitu: gereja yang didirikan oleh-Nya). Pasal-pasal ini mencantumkan perjamuan terakhir (pasal 13; Yoh 13:1-20), ajaran terakhir (pasal 14-16; Yoh 14:1--16:33), dan doa-Nya yang terakhir (pasal 17; Yoh 17:1-25) untuk murid-murid-Nya dan semua orang percaya. Kemudian perjanjian baru diresmikan dan ditegakkan oleh kematian (pasal 18-19; Yoh 18:1--19:42) dan kebangkitan-Nya (pasal 20-21; Yoh 20:1--21:25).
Ciri-ciri Khas
Delapan penekanan utama menandai Injil ini.
- (1) Keilahian Yesus sebagai "Anak Allah" ditekankan. Dari prolog Yohanes dengan pernyataan yang luar biasa, "kita telah melihat kemuliaan-Nya" (Yoh 1:14) sampai akhirnya dengan pengakuan Tomas, "Ya Tuhanku dan Allahku" (Yoh 20:28), Yesus adalah Putra Allah yang menjadi manusia.
- (2) Kata "percaya" yang dipakai sebanyak 98 kali adalah sama dengan menerima Kristus (Yoh 1:12) dan meliputi tanggapan hati (bukan saja mental) yang menghasilkan suatu komitmen dari seluruh kehidupan kepada Dia.
- (3) "Hidup kekal" adalah konsep kunci dari Yohanes. Konsep ini bukan hanya menunjuk kepada suatu keberadaan tanpa akhir, tetapi lebih mengarah kepada perubahan mutu kehidupan yang datang melalui persatuan dengan Kristus. Hal ini mengakibatkan baik kebebasan dari perbudakan dosa dan setan-setan maupun pengenalan dan persekutuan yang makin bertumbuh dengan Allah.
- (4) Pertemuan pribadi dengan Yesus diutamakan dalam Injil ini (tidak kurang dari 27).
- (5) Pelayanan Roh Kudus memungkinkan orang percaya mengalami kehidupan dan kuasa Yesus secara terus-menerus setelah kematian dan kebangkitan Kristus.
- (6) Injil ini menekankan "kebenaran" -- Yesus adalah kebenaran, Roh Kudus adalah Roh Kebenaran, dan Firman Allah adalah kebenaran. Kebenaran membebaskan orang (Yoh 8:32), menyucikan mereka (Yoh 15:3) serta berlawanan dengan kegiatan dan sifat Iblis (Yoh 8:44-47,51).
- (7) Angka tujuh sangat menonjol: tujuh tanda, tujuh ajaran, dan tujuh pernyataan "Aku adalah" menegaskan siapa Yesus itu (bd. menonjolnya angka tujuh di dalam kitab Wahyu oleh penulis yang sama).
- (8) Kata-kata dan konsep lainnya yang utama dari Yohanes adalah: "firman", "terang", "daging", "kasih", "kesaksian", "tahu", "kegelapan", dan "dunia".
Full Life: Yohanes (Garis Besar) Garis Besar
Prolog tentang Logos
(Yoh 1:1-18)
I. Memperkenalkan Kristus kepada Israel
(Yoh 1:19-51)
A. Oleh Yohan...
Garis Besar
- Prolog tentang Logos
(Yoh 1:1-18) - I. Memperkenalkan Kristus kepada Israel
(Yoh 1:19-51) - A. Oleh Yohanes Pembaptis
(Yoh 1:19-36) - B. Kepada Murid-Murid Pertama
(Yoh 1:37-51) - II. Tanda-Tanda dan Ajaran-Ajaran Kristus kepada Israel dan Penolakan-Nya
(Yoh 2:1-12:50) - A. Penyataan Kristus kepada Israel
(Yoh 2:1-11:46) - 1. Tanda Pertama -- Air Menjadi Air Anggur
(Yoh 2:1-11)
Selang Waktu
(Yoh 2:12) - 2. Kesaksian Mula-Mula kepada Orang Yahudi di Yerusalem
(Yoh 2:13-25)
Hari Raya di Yerusalem (Paskah)
(Yoh 2:23-25) - 3. Ajaran Pertama: Kelahiran dan Kehidupan Baru
(Yoh 3:1-21)
Selang Waktu: Tentang Yohanes Pembaptis dan Yesus
(Yoh 3:22-4:3) - 4. Ajaran Kedua: Air Kehidupan
(Yoh 4:4-42)
Selang Waktu di Galilea
(Yoh 4:43-45) - 5. Tanda Kedua: Penyembuhan Anak Pegawai Istana
(Yoh 4:46-54)
Hari Raya di Yerusalem
(Yoh 5:1) - 6. Tanda Ketiga: Penyembuhan Orang di Betesda pada Hari Sabat
(Yoh 5:2-18) - 7. Ajaran Ketiga: Keilahian Kristus
(Yoh 5:19-47) - 8. Tanda Keempat: Memberi Makan Lima Ribu Orang
(Yoh 6:1-15) - 9. Tanda Kelima: Berjalan di Atas Air
(Yoh 6:16-21) - 10. Ajaran Keempat: Roti Hidup
(Yoh 6:22-59) - 11. Penyaringan Murid-Murid
(Yoh 6:60-71)
Selang Waktu
(Yoh 7:1) - 12. Hari Raya di Yerusalem (Pondok Daun)
(Yoh 7:2-36) - 13. Ajaran Kelima: Roh yang Memberi Hidup
(Yoh 7:37-52)
(Wanita yang Tertangkap dalam Perzinaan)
(Yoh 7:53-8:11) - 14. Ajaran Keenam: Terang Dunia
(Yoh 8:12-30) - 15. Perdebatan dengan Orang Yahudi
(Yoh 8:31-59) - 16. Tanda Keenam: Penyembuhan Orang Buta Sejak Lahirnya
(Yoh 9:1-41) - 17. Ajaran Ketujuh: Gembala yang Baik
(Yoh 10:1-21)
Hari Raya di Yerusalem (Penahbisan)
(Yoh 10:22-42) - 18. Tanda Ketujuh: Kebangkitan Lazarus
(Yoh 11:1-46) - B. Penolakan Kristus oleh Israel
(Yoh 11:47-12:50) - III.Kristus dan Permulaan Umat Perjanjian Baru
(Yoh 13:1-20:29) - A. Perjamuan Terakhir
(Yoh 13:1-14:31) - 1. Mencuci Kaki Murid-Murid dan Lanjutan Percakapan
(Yoh 13:1-38) - 2. Yesus, Jalan kepada Bapa
(Yoh 14:1-31) - B. Ajaran Tentang Pokok Anggur yang Benar dan Manfaat Persekutuan
dengan Kristus
(Yoh 15:1-16:33) - C. Doa Penyerahan bagi Diri-Nya dan Umat Perjanjian Baru
(Yoh 17:1-26) - D. Hamba yang Menderita
(Yoh 18:1-19:42) - 1. Penangkapan
(Yoh 18:1-12) - 2. Pengadilan Yahudi
(Yoh 18:13-27) - 3. Pengadilan Romawi
(Yoh 18:28-19:16) - 4. Penyaliban
(Yoh 19:17-37) - 5. Penguburan
(Yoh 19:38-42) - E. Tuhan yang Bangkit
(Yoh 20:1-29) - Pernyataan Tentang Tujuan Penulis
(Yoh 20:30-31) - Epilog
(Yoh 21:1-25)
Matthew Henry: Yohanes (Pendahuluan Kitab) Kita tidak sedang membahas kapan dan di mana Injil ini dituliskan. Kita yakin Injil ini diberikan melalui inspirasi Allah kepada Yohanes, saudara Yako...
Kita tidak sedang membahas kapan dan di mana Injil ini dituliskan. Kita yakin Injil ini diberikan melalui inspirasi Allah kepada Yohanes, saudara Yakobus, salah satu dari dua belas rasul. Yohanes dikenal sebagai murid yang dikasihi Yesus dan merupakan salah satu dari tiga murid Yesus yang diajak Yesus ketika Dia ingin menyendiri, terutama sekali ketika peristiwa transfigurasi dan saat Dia menderita di taman Getsemani. Bapa-bapa gereja mengatakan kepada kita bahwa Yohanes hidup paling lama dibandingkan kedua belas rasul yang lain. Yohanes merupakan satu-satunya rasul yang mati secara alami, rasul-rasul yang lain mati sebagai martir. Beberapa bapa gereja mengatakan bahwa Yohanes menulis Injil ini di Efesus atas permintaan beberapa pelayan gereja di Asia untuk melawan bidat di Korintus yang menyebabkan perpecahan jemaat dan kaum Ebionite yang melihat Tuhan kita sebagai manusia semata. Injil ini kemungkinan besar ditulis Yohanes sebelum dia dibuang ke Pulau Patmos, karena di sana Yohanes menulis Kitab Wahyu. Kitab Wahyu sepertinya ditulis untuk menutup kanon Alkitab, dan jika memang benar demikian maka Injil ini pasti tidak ditulis sesudah Kitab Wahyu. Oleh karena itu saya tidak sependapat dengan beberapa bapa gereja yang mengatakan bahwa Yohanes menulis Injil ini dalam masa pembuangannya, atau setelah kembali dari pembuangannya, bertahun-tahun setelah Yerusalem dihancurkan. Beberapa bapa gereja mengatakan Injil ini ditulis setelah Yohanes berumur sembilan puluh tahun, dan ada yang mengatakan setelah Yohanes berumur seratus tahun. Namun yang jelas Yohanes menulis Injil terakhir dari keempat Injil dalam Alkitab. Dengan membandingkan Injil yang ditulis Yohanes dengan ketiga Injil yang lain, kita bisa menemukan:
- . Yohanes memasukkan apa yang tidak dimasukkan Injil yang lain. Injil Yohanes berada di akhir Injil yang lain dan Injil Yohanes merupakan semacam penjaga akhir atau pengumpul akhir. Injil Yohanes mengumpulkan apa yang tidak dimasukkan oleh Injil yang lain. Demikianlah ada kumpulan akhir dari amsal Salomo (Ams. 25:1), selain dari yang telah dia ucapkan sebelumnya, 1 Raja-raja 4:32.
- . Yohanes memberi kita hal rohani sedangkan ketiga penulis Injil yang lain lebih kepada sejarah. Fakta-fakta sejarah memang perlu diluruskan terlebih dahulu, yang telah mereka lakukan dengan menulis segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus, Lukas 1:1, Kisah Para Rasul 1:1. Namun, setelah semua itu sudah dinyatakan oleh dua atau tiga saksi, Yohanes beralih kepada perkembangannya yang penuh (Ibr. 6:1), janganlah kita meletakkan lagi dasarnya, tetapi membangun di atas dasar tersebut, membawa kita masuk ke dalam selubung. Beberapa bapa gereja mengamati bahwa ketiga penulis Injil yang lain menuliskan ta sōmatika – hal-hal fisik dari Kristus, tetapi Yohanes menulis ta pneumatika – hal-hal rohani dari Injil, hidup dan jiwa Injil. Maka beberapa orang menyebut Injil Yohanes sebagai kunci bagi semua kitab Injil/Injil kunci. Di dalam Injil ini sebuah pintu telah terbuka di sorga, dan suara pertama yang kita dengar adalah Naiklah ke mari! naiklah lebih tinggi. Beberapa bapa gereja menafsirkan empat mahluk yang ada dalam penglihatan Yohanes sebagai perwakilan bagi keempat penulis Injil dan mereka menafsirkan Yohanes sebagai burung nasar yang sedang terbang. Mereka menafsirkan Yohanes telah terbang begitu tinggi sehingga dia dapat melihat segala hal rohani.
Jerusalem: Yohanes (Pendahuluan Kitab) INJIL YOHANES
PENGANTAR INJIL YOHANES DAN SURAT-SURAT YOHANES
Injil Yohanes
Kata Penutup pertama, Yoh 20:31, menyatakan termasuk jenis sastra Injil Yo...
INJIL YOHANES
PENGANTAR INJIL YOHANES DAN SURAT-SURAT YOHANES
Injil Yohanes
Kata Penutup pertama, Yoh 20:31, menyatakan termasuk jenis sastra Injil Yohanes dan begitu menempatkannya di dalam keseluruhan Perjanjian Baru. Sama seperti pewartaan yang paling tua demikianpun kitab ini tetap sebuah "Injil", artinya: pewartaan tentang Yesus sebagai Mesias dan Anak Allah. Pewartaan itu berpangkal pada "tanda-tanda" yang dikerjakan Yesus dan bermaksud mengembangkan iman akan Kristus supaya orang mendapat hidup. Meskipun ciri-cirinya menyatakan bahwa disusun di zaman agak belakangan, namun injil keempat ini berdekatan dengan pemberitaan atau "kerygma" pada awal mula agama Kristen. Tata susunan dan pokok utama injil Yohanes dan pemberitaan semula itu pada pokoknya sama: Yesus ditunjuk sebagai Mesias oleh turunnya Roh Kudus sebagaimana disaksikan Yohanes Pembaptis, 1:31-34; karya dan perkataan Yesus menyatakan "kemuliaanNya", 1:35- 12:50; menyusul kisah tentang wafat, kebangkitan dan beberapa penampakan Kristus, 13:1-20:20; akhirnya pengutusan para rasul yang diberi Roh Kudus dan kekuasaan mengampuni dosa, 20:21-29. Terlebih injil ini terjamin oleh seorang saksi tak bernama ialah "murid yang dikasihi Yesus", yang ikut serta dalam drama sengsara Yesus, 13:23; 19:26, 35; bdk 18:15 dst, melihat makam yang kosong, 20:2 dst, dan Kristus yang dibangkitkan, 21:7,20-24, ia barangkali adalah seorang dari kedua murid yang paling dahulu mengikuti Yesus, 1:35 dst. Kesemuanya itu sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan Kis 1:8+, supaya kesaksiannya itu boleh disebut "rasuli".
Namun demikian karya Yohanes mempunyai beberapa ciri yang merupakan kekhasannya dan jelas membedakannya dengan ketiga injil sinoptik. Rupanya pengarang injil keempat terpengaruh sekali oleh sebuah alam pikiran yang tersebar luas di beberapa kalangan Yahudi dan pengungkapannya baru-baru ini ditemukan dalam naskah-naskah yang berasal dari sekelompok kaum Eseni di zaman itu yang berdiam di Qumran. Dalam naskah-naskah itu diberi perhatian khusus kepada "pengetahuan", dan perbendaharaan-katanya berdekatan dengan perbendaharaan-kata yang lazim dalam aliran dan alam pikiran yang disebut "gnosis"; terdapat di dalamnya semacam perseduaan (dualisme) yang terungkap dalam pertentangan-pertentangan seperti: cahaya-kegelapan, kebenaran-kebohongan, malaikat cahaya-malaikat kegelapan (Beliar namanya); khususnya di Qumran ditekankanlah mistik persatuan dan perlunya kasih persaudaraan sementara orang melayangkan pandangan ke akhir zaman. Segala pokok tersebut ditemukan kembali dalam injil Yohanes dan merupakan milik khas lingkungan Yahudi-kristen, yang kiranya menghasilkan injil itu.
Masih ada hal lain lagi. Lebih dari injil-injil sinoptik, injil keempat ingin menonjolkan manakah makna kehidupan, perbuatan dan perkataan Yesus. Kejadian- kejadian kehidupan Yesus merupakan "tanda"; maknanya tidak segera jelas sehingga baru dipahami setelah Kristus dimuliakan, 2:22; 12:16; 13:7. Banyak perkataan Yesus mengandung makna rohani yang baru kemudian dipahami, bdk 2:19+. Roh Kudus yang berkata atas nama Yesus yang dibangkitkan bertugas memimpin para murid ke dalam seluruh kebenaran dengan mengingatkan dan mengajar mereka akan semua yang telah dikatakan Yesus kepada mereka, bdk 14:26+. Itulah tahap perwahyuan yang tercermin dalam injil Yohanes. Di lain pihak injil keempat lebih banyak terpengaruh oleh ibadat dan sakramen-sakramen Kristen dari pada injil-injil sinoptik. Kehidupan Yesus sendiri diberi kerangka ibadat Yahudi; dalam hubungan dengan hari-hari raya utama dan kerap kali dalam bait Allah Yesus mengerjakan mujizat-mujizat dan menyampaikan wejangan-wejangan yang paling penting; selanjutnya Yesuspun mengajar bahwa Ia sendiri menjadi pusat suatu agama dan ibadat baru "dalam roh dan kebenaran", 4:24; agama dan ibadat baru itu mengungkapkan dan mewujudkan dirinya melalui sakramen-sakramen. Pembicaraan Yesus dengan Nikodemus mengandung segala unsur yang cocok dengan sebuah pengajaran yang menyiapkan atau menyertai baptisan, 3:1-21; dan gagasan bahwa baptisan berupa sebuah penerangan, 9:1-39, atau kebangkitan, 5:1-14; 7:21-24, rupanya memberi latar belakang kepada cerita tentang penyembuhan orang yang lahir buta dan orang lumpuh. Sebuah ringkasan lengkap dari pengajaran mengenai Ekaristi tercantum dalam bab 6. Misteri Paskah Kristen yang mengganti Paskah lama meresap ke dalam seluruh injil itu, 1:29, 36; 2:13; 6:4; 19:36. Upacara pembasuhan Yahudi yang lazim pada perayaan Paskah, 2:6; 3:25, diganti dengan pembersihan jiwa oleh firman, 15:3, dan Roh, 20:22 dst. Dengan demikian maka kehidupan Yesus dihubungkan dengan misteri Kristen yang dihayati dalam ibadat dan sakramen-sakramen jemaat.
Jelaslah injil keempat merupakan karya yang majemuk : berdekatan dengan bentuk pewartaan Kristen yang paling dahulu, tetapi juga menjadi penyelesaian suatu usaha yang dipimpin oleh Roh Kudus untuk mencari pemahaman lebih mendalam dan lebih jernih tentang misteri Yesus.
Setiap penginjil mempunyai suatu pandangan utama mengenai Yesus serta karyaNya. Menurut pandangan Yohanes, maka Yesus adalah Firman yang telah menjadi daging untuk menyampaikan hidup kepada manusia, 1:14. Maka rahasia penjelmaan menguasai seluruh pemikiran Yohanes. Teologi tentang penjelmaan itu terungkap dengan menggunakan gagasan "pengutusan" dan "kesaksian". Yesus ialah Firman yang diutus oleh Bapa ke dunia, lalu setelah karyaNya selesai kembali kepada Allah, bdk 1:1+. Tugas itu tidak lain kecuali memaklumkan kepada manusia misteri-misteri ilahi. Yesus menjadi saksi tentang apa yang dilihat dan didengarNya pada Bapa, bdk 3:11+. Untuk mengesahkan pengutusanNya maka Allah memberi Yesus kekuasaan mengerjakan sejumlah karya ialah "tanda-tanda" yang memang melampaui apa yang mungkin bagi manusia. Maka terbuktilah Yesus benar-benar diutus oleh Allah yang berkarya dalam diri Yesus, bdk 2:11+. Tanda-tanda itu menjadi pernyataan terselubung dari kemuliaan Yesus yang penyingkapan lengkapnya dinantikan pada hari kebangkitan, bdk 1:14+. Sebab sesuai dengan nubuat Yes 52:13 (LXX), Anak Manusia harus "ditinggikan", dan melalui salib kembali kepada Bapa, bdk 12:32+. Lalu ia menemukan kembali kemuliaan yang ada pada Allah "sebelum dunia ada", 17:5+, 24. Kemuliaan itu sudah dinyatakan kepada para nabi dahulu, bdk 5:39, 46; 12:41; 19:37 serta catatan-catatannya. Penyingkapan kemuliaan itu berupa penampakan Allah yang menyempurnakan dan menggenapkan semua penampakan Allah dahulu, penampakanNya dalam penciptaan, 1:1, penampakanNya kepada Abraham, 8:56, Yakub 1:51, Musa 1:17, para nabi. Kemuliaan "Hari Yahwe", bdk, bdk Ams 5:18+, menjadi lengkap pada Hari Yesus, 8:56, khususnya pada "SaatNya", 2:4+, saat "peninggian" dan "pemuliaanNya"; pada saat itu tersingkaplah keluhuran transenden yang menjadi milik "utusan", bdk 8:24+; 10:30+, yang datang ke dunia untuk membawa hidup, bdk 3:35+, kepada mereka yang dengan kepercayaan menyambut kabar keselamatan yang disampaikan olehNya, bdk 3:11+. Dan justru oleh karena seluruh "pengutusan" Anak itu terarah kepada suatu karya keselamatan maka pengutusan itu menjadi penyingkapan kasih Bapa terhadap dunia, yang terakhir dan paling lengkap, bdk 17:6+.
Dalam injil-injil Sinoptik penyingkapan kemuliaan Kristus terutama dihubungkan dengan kembaliNya pada akhir zaman, bdk Mat 16:27 dst. Memanglah dalam injil Yohanespun unsur-unsur utama dari eskatologia tradisionil ditemukan juga: orang menantikan "hari terakhir" 6:39 dst; 11:24; 12:48, hari "kedatangan" Yesus, 14:3; 21:22 dst, dan kebangkitan orang-orang mati, 5, 28 dst; 11:24, serta penghakiman terakhir 5:29, 45; 3:36. Namun demikian mudah saja orang melihat dalam injil keempat suatu tendensi rangkap dua, yakni: mengaktualisasikan dan menginteriorisasikan eskatologia tradisionil. Kedatangan Yesus ke dunia melalui penjelmaan, peninggiannNya di salib dan kembaliNya melalui Roh Kudus dianggap sebagai "kedatangan" Anak Manusia; penghakiman sekarang sudah terjadi di dalam hati orang, hidup kekal (yang dalam injil Yohanes mengganti istilah "Kerajaan" yang digemari para Sinoptisi) sekarang sudah dimiliki oleh karena iman. Maka drama yang dipentaskan di Palestina menjadi inti drama eskatologis. Memang di belakang orang-orang Yahudi yang menolak Yesus itu tampillah sebuah kenyataan yang lebih luas, yakni "dunia", bdk 1:9-10+, atau "kegelapan" bdk 8:12+, yang dikuasai oleh Iblis, "penguasa dunia", bdk 1Yoh 2:13 dst, yang melawan Allah serta MesiasNya. Setiap orang terlibat dalam drama rohani itu: di hadapan Firman yang menjadi daging terlaksanalah "penghakiman dunia", 12:31-32, pengutukan dan kekalahannya, 16:7-11, 33. Kalau Kristus dengan rela menyerahkan nyawaNya, bdk 10:18+, dan kalau "ditinggikan" di kayu salib, maka maksudnya ialah memperoleh kemuliaanNya, bdk 12:32+, yang sejak itu menjadi nyata di hadapan sekalian orang untuk mendatangkan malu kepada dunia yang tidak percaya serta secara definitip mengalahkan Iblis. Kemenangan Allah atas yang jahat dan keselamatan dunia terwujud melalui kebangkitan yang mulia, sehingga kembaliNya Kristus di akhir zaman hanya merupakan penggenapannya.
Agak sukar juga menemukan bagan yang dituruti Yohanes dalam membentangkan misteri Kristus. Terlebih dulu perlu dicatat bahwa urutan peristiwa-peristiwa dalam injil keempat menimbulkan beberapa kesulitan: urutan bab 4, 5, 6, 7:1-24 sukar dimengerti; tidak tepat juga bahwa bab 15-17 menyusul 14:31, tepat Yesus sudah berangkat; kepingan-kepingan seperti 3:31-36 dan 12:44-50 ternyata kurang sesuai dengan konteksnya. Mungkin kekacauan itu disebabkan oleh cara Injil Yohanes digubah dan diterbitkan. Kiranya injil itu merupakan hasil perkembangan yang lambat laun sehingga di dalamnya terdapat unsur-unsur yang berasal dari masa yang berlain-lainan, penyaduran dan tambahan serta penyusunan ajaran yang sama namun dengan cara yang berbeda-beda, sedangkan keseluruhannya akhirnya diterbitkan bukanlah oleh Yohanes sendiri melainkan oleh murid-muridnya setelah Yohanes meninggal dunia, 21:24. Dengan demikian maka murid-murid itu memasukkan ke dalam kerangka injil yang asli berbagai kepingan yang berasal dari Yohanes dan yang oleh para muridnya tidak dibiarkan hilang sama sekali. Tempat kepingan- kepingan itu dalam keseluruhan belum juga ditentukan dengan saksama.
Para ahli sudah mengemukakan beberapa pembagian injil Yohanes. Semua memang mengandung sedikit kebenaran, tetapi sering kali berat sebelah, oleh karena terlalu mau mensistematisasikan injil keempat. Paling baik kiranya orang membiarkan dirinya dibimbing oleh petunjuk-petunjuk jelas yang ditemukan dalam injil sendiri. Di satu pihak jelas, bahwa injil mau menonjolkan hari-hari raya ibadat Yahudi, yang menjadi pedoman kisahnya: tiga kali ada hari raya Paskah, 2:13; 6:4; 11:55, ada sebuah perayaan yang tidak disebut namanya, 5:1, dan sekali ada perayaan Pondok Daun, 7:2, dan hari raya Pentahbisan Bait Allah, 10:22. Di lain pihak pengarang beberapa kali dengan saksama mencatat urutan hari-hari untuk membagikan riwayat hidup Yesus menjadi berkala-kala. Misalnya: minggu pertama karya Yesus di depan umum, 1:19-2:11, pekan perayaan Pondok-Daun, 7:2, 14, 37, pekan sengsara Yesus 12:1, 12; 19:31, 42, yang ditempatkan antara lambang penguburan Yesus, 12:7, dan penguburan yang sesungguhnya, 19:38 dst. Begitu pula perlu diperhatikan disebutkannya perayaan Paskah yang pertama, 4:45, yang jelas menutup bagian-bagian yang mulai dengan 2:13 -25, tempat dikatakan bahwa hari raya Paskah itu sudah dekat. Dengan mempertimbangkan kedua gejala tersebut (catatan mengenai urutan hari-hari dan hari-hari raya Yahudi) maka injil keempat dapat dibagi sebagai berikut:
Prakata, 1:1-18: "Pada mulanya............"I Karya Yesus :
1. Tata penyelamatan baru diberitakan, 1:19-4:54: Pekan pembukaan
kejadian-kejadian yang berkisar pada Perayaan Paskah yang pertama.
2. Perayaan kedua, pada suatu hari Sabat, di Yerusalem: perlawanan pertama
terhadap pernyataan, 5:1-47.
3. Di Galilea, Paskah yang kedua: perlawanan baru terhadap pernyataan,
6:1-71.
4. Perayaan Pondok-Daun: pernyataan besar tentang Mesias, yang ditolak
mentah-mentah 7:1-10:21.
5. Hari Raya Pentahbisan Bait Allah: keputusan membunuh Yesus, 10:22-
11:54.
6. Akhir karya Yesus dan persiapan untuk Paskah yang terakhir, 11:55-12:50
II Saat Yesus: Paskah Anak Domba Allah (13:1-20:31):
1. Perjamuan terakhir Yesus bersama murid-muridNya, 13:1-17:26
2. Penderitaan, 18-19
3. Cerita-cerita mengenai kebangkitan dan kebahagiaan mereka yang percaya. 20:1-29
4. Penutup injil yang pertama, 20:30-31.
III Kata penutup 21:1-25: Hidup Gereja diberitakan dan kedatangan kembali Yesus diharapkan.
Ada sebuah gagasan yang dapat ditarik dari pembagian tersebut ialah: Yesus mengakhiri lembaga-lembaga keagamaan Yahudi dengan menggenapinya.
Adakah injil keempat berupa sebuah sumber tersendiri dan asli yang menyampaikan informasi khas, di samping ketiga injil sinoptik? Kalau benar demikian, manakah nilai historis injil Yohanes? Sehubungan dengan pertanyaan pertama yang dirumuskan di muka, dengan hati-hati dapat diajukan kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut:
Dalam Injil Yohanes ditemukan banyak petunjuk yang memberi kesan bahwa Yohanes mengenal tradisi yang tercantum dalam ketiga injil lain. Khususnya perlu diperhatikan bahwa injil keempat meninggalkan beberapa hal penting yang tercantum dalam injil sinoptik. Ini hanya dapat dimengerti, kalau Yohanes mengandaikan bahwa sidang pembaca sudah tahu akan hal-hal itu ; di lain pihak ada kalanya Yohanes ternyata mau memperincikan dan melengkapi tradisi para sinoptisi. Namun demikian penyelidikan-penyelidikan modern semakin menonjolkan ciri asli tradisi Yohanes yang tidak tergantung pada tradisi sinoptik. Bahkan dalam menceritakan kejadian-kejadian yang sama Yohanes nampak begitu asli, sehingga tak mungkin ia bergantung pada sinoptisi. Pengarang injil keempat mengenal kejadian-kejadian itu melalui jalan lain dari jalan-jalan injil sinoptik. Ia pantas dianggap sebagai sumber tersendiri, saksi asli dari tradisi purba. Memanglah hubungan antara injil Yohanes dan Injil Lukas jauh lebih erat dan boleh jadi Lukas dalam menggubah injilnya mengenal dan menggunakan paling sedikit tradisi-tradisi Yohanes (teristimewanya dalam kisah sengsara dan kisah kebangkitan) yang sudah lama ada, meskipun kiranya tidak mengenal injil keempat seperti sekarang ada. sebaliknya juga mungkin bahwa penggubahan injil Yohanes yang terakhir terpengaruh oleh injil karangan Lukas.
Semakin mengakui bahwa injil keempat tidak tergantung, semakin para ahli mengakui pula nilai historisnya. Sehubungan dengan urutan peristiwa-peristiwa riwayat hidup Yesus, Yohanes kerap kali memerincikan lebih jauh apa yang dikisahkan para sinoptisi: misalnya lamanya karya Yesus dan urutan peristiwa dalam kisah sengsara dalam injil Yohanes nampaknya lebih tepat dari pada apa yang diceritakan injil-injil lain. Sehubungan dengan penyucian Bait Allah injil keempat memuat keterangan mengenai waktunya yang paling tepat di antara semua injil, 2:20, dan yang bersesuaian dengan keterangan yang tercantum dalam Luk 3:1. Demikianpun mengenai keterangan-keterangan mengenai tempat peristiwa- peristiwa terjadi dalam injil keempat lebih terperinci dari pada keterangan- keterangan yang disampaikan oleh injil-injil lain. Penggalian-penggalian modern di Palestina sudah beberapa kali membenarkan keterangan injil Yohanes (bdk kolam yang ada lima serambinya, 5:2). Seluruh injil berisikan petunjuk-petunjuk kongkrit yang terperinci, sehingga jelaslah si pengarang tahu baik-baik akan adat istiadat keagamaan Yahudi, mentalita para rabi, akan caranya para ahli Taurat menafsirkan menterapkan hukum Taurat. Akhirnya diri pribadi Yesus tetap seorang manusia sejati dengan kerendahan hati dan kesederhanaan yang mengharukan, bahkan dalam adegan-adegan yang paling "mulia" di mana Yesus yang dibangkitkan menampakkan diri kepada murid-muridNya. Dan demikian halnya, meskipun pengarang injil keempat memang menonjolkan transendensi Yesus. Selanjutnya karya Yohanes ini sama sekali tidak dapat dipahami, kalau orang menyangkal bahwa Yohanes yakin tentang kenyataan historis kejadian-kejadian yang diceritakannya.
Tetapi orang jangan keliru. Pengertian tentang "sejarah" yang diandaikan injil keempat tentunya sangat berbeda dengan pengertian seorang sejarawan modern. Apa yang paling penting bagi si penginjil ialah: menonjolkan makna sebuah sejarah yang baik ilahi maupun manusiawi; memang sebuah sejarah, tetapi juga sebuah teologi; berlangsung dalam waktu, tetapi berurat-berakar dalam kekekalan. Pengarang injil keempat dengan teliti mau menceritakan dan menyampaikan kepada kepercayaan manusia peristiwa rohani yang terjadi di dunia oleh karena kedatangan Yesus Kristus, ialah penjelmaan Firman demi keselamatan manusia. Karena itulah maka penginjil memilih dan khususnya menonjolkan kejadian-kejadian yang menurut pendapatnya dapat mengandung suatu nilai simbolis; dengan jalan itu pengarang memberi kejadian-kejadian itu suatu kedalaman dan gema baru. Maka mujizat-mujizat yang diceritakan berupa "tanda", yang menyingkapkan kemuliaan Kristus dan melambangkan karunia yang diberikanNya kepada dunia (pembasuhan yang baru, roti hidup, terang, hidup). Pengarang injil sungguh mempunyai bakat untuk menangkap makna rohani yang terkandung dalam kejadian-kejadian dan untuk menemukan di dalamnya rahasia-rahasia ilahi, juga dalam peristiwa-peristiwa yang bukan mujizat (bdk 2:19-21; 9:7; 11:51 dst; 13:30; 19:31-37, dan catatan- catatannya). Pada kejadian-kejadian nyata dan historis ia melihat sebuah dimensi rohani; Yesus ialah terang, yang datang ke dunia; perjuangan Yesus tidak lain kecuali perjuangan terang melawan kegelapan; kematian Yesus ialah penghakiman dunia; seluruh kehidupanNya tidak lain merupakan pemenuhan lambang-lambang Mesias yang terungkap dalam Perjanjian Lama: Dialah Anak Domba Allah. 1:29, Bait Allah yang baru, 2:21, ular penyelamat yang ditinggikan di padang gurun, 3:14, roti hidup yang mengganti Manna, 6:35, Gembala yang baik, 10:11, pokok anggur yang benar, 15:1, dll. Gambaran Yesus yang baik ilahi maupun manusiawi itu memberikan kepada tokoh historis itu segenap dimensinya sebagai Penyelamat dunia. Jadi sehubungan dengan Yohanes tidak bolehlah "simbolis" diperlawankan dengan "historis"; simbolismenya ialah simbolisme kejadian-kejadian sendiri; simbolisme itu berpancar pada sejarah, berurat-berakar di dalamnya serta mengungkapkan makna sejarah itu. Bagi saksi unggul Firman yang menjadi itu simbolisme itu tidak ada artinya, kecuali dengan pra-syaratnya dalam sejarah.
Soal terakhir yang perlu dikupas ialah: siapakah pengarang injil yang begitu berisi dan majemuk itu? Hampir seluruh tradisi Gereja bersehati menjawab: Rasul Yohanes bin Zebedeus. Sudah dalam pertengahan pertama abad II injil keempat dikenal dan dipergunakan oleh beberapa pujangga: Ignatius dari Antiokhia, pengarang "Ode Salomo", Papias, Yustinus; barangkali Klemens dari Roma sudah mengenal dan menggunakan Yohanes. Maka terbuktilah bahwa injil itu sudah mempunyai wibawa rasuli. Saksi pertama yang menyatakan hal itu dengan terang ialah Ireneus di sekitar th. 180. Katanya: "Selanjutnya Yohanes murid Tuhan ialah murid yang bersandar dekat kepadaNya, juga menerbitkan sebuah injil selama tinggal di Efesus". Hampir pada masa yang sama Klemens dari Aleksandria, Tertulianus, Kanon Muratorius dengan jelas menyatakan bahwa injil keempat dikarang oleh rasul Yohanes. Kalau pada peralihan dari abad II ke abad III ada sementara orang yang berpendapat lain, maka mereka mau menentang pengikut- pengikut Montanus yang menyalah-gunakan injil Yohanes untuk mendukung ajaran sendiri. Hanya pendapat lain itu tidak seberapa artinya dan oleh karena berdasarkan pertimbangan teologis tidaklah berakar dalam tradisi.
Dalam injil sendiri tidak terdapat sesuatu yang berlawanan dengan tradisi itu. Sudah dikatakan di muka, bahwa injil itu memperkenalkan diri sebagai kesaksian seorang murid yang dikasihi Tuhan, seorang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan kejadian-kejadian yang dikisahkannya. Bahasa serta gaya bahasanya menyatakan bahwa injil itu berasal dari lingkungan ke-Yahudia-an; ia baik-baik mengenal adat-istiadat Yahudi dan juga keadaan setempat di Palestina di zaman Kristus. Nampaknya ia bersahabat dengan Petrus, 13:23 dst; 18:15; 20:3-10; 21:20-23. Dan Lukas memberitahukan bahwa memanglah demikian halnya dengan Yohanes, Luk 22:8; Kis 3:1-4, 11; 4:13, 19; 8:14. Akhirnya, bagaimana dapat dijelaskan kenyataan bahwa injil keempat sama sekali mendiamkan kedua anak Zebedeus? Keterangan yang paling tepat ialah: seorang di antaranya menuliskan injil itu. "Murid yang dikasihi Yesus... dialah yang menuliskan semuanya", 21:24 ialah murid yang bersama dengan Petrus dan Yakobus diutamakan oleh Yesus, Mrk 5:37; 9:2; 13:3; 14:33. Ada sementara orang yang berkata bahwa tak mungkin rasul Yohanes menulis injil keempat. Sebab ada berita bahwa rasul Yohanes mati sahid lama sebelumnya. Jadi mustahillah ia menulis injil yang dikatakan karangannya. Dan benar juga, ada sebuah tradisi yang mengatakan bahwa Yohanes mati sahid. Hanya adakah tradisi itu lebih berwibawa dari pada tradisi lain yang menyatkaan bahwa Yohanes hidup di kota Efesus sampai usia lanjut? Dan kalau ada tradisi yang berkata tentang Yohanes sebagai martir, namun ia tidak berkata apa-apa tentang kapan itu terjadi. Dari lain pihak sebagaimana sudah dikatakan di atas, tradisi-tradisi Yohanes pasti sudah terbentuk di masa lalu, kalaupun injil baru digubah dan diterbitkan jauh kemudian dari itu dan kiranya oleh murid-murid Yohanes. Dari sebab itu tetap mungkin bahwa injil keempat benar-benar berasal dari Yohanes, juga seandainya rasul itu sendiri mengalami kemartiran.
Surat-surat Yohanes
Di samping injil masih ada tiga surat yang oleh tradisi diperkenalkan sebagia surat-surat Yohanes. Memanglah ditinjau dari segi sastra dan ajaran karangan- karangan itu sangat berdekatan dengan injil keempat, sehingga sukar memisahkannya dari injil serta pengarangnya, ialah rasul Yohanes. Surat kedua dan ketiga tentu menimbulkan kebimbangan dan keraguan, sebagaimana sudah ternyata dalam karya Origenes, Eussebius dari Kaisarea dan Hieronimus; lama sekali kedua surat itu hanya diterima oleh jemaat di Antiokhia dan jemaat-jemaat lain di Siria sebagai Kitab Suci. Tetapi karena cirinya sebagai surat-surat kecil saja yang tidak penting sama sekali untuk ajaran Kristen, maka tidak dapat dipahami bagaimana surat-surat itu akhirnya berhasil diterima, kalau bukan benar-benar karangan Yohanes.
Surat ketiga kiranya surat yang ditulis paling dahulu. Maksud surat itu ialah membereskan suatu pertikaian mengenai kewibawaan yang timbul dalam salah satu jemaat yang termasuk wewenang rasul Yohanes. Surat kedua berupa sebuah peringatan tertuju kepada jemaat lain, supaya hati-hati terhadap propaganda yang dilancarkan oleh sementara pengajar sesat yang menyangkal penjelmaan Kristus yang sesungguhnya. Adapun surat pertama adalah jauh lebih penting. Nampak sebagai macam surat edaran yang tertuju kepada jemaat-jemaat di Asia kecil yang terancam perpecahan akibat bidaah-bidaah pertama. Dalam surat itu Yohanes menyarikan unsur-unsur hakiki pengalaman keagamaan. Dengan bertitik-tolak beberapa pokok sejalan yang susul menyusul (terang, 1:5 dst, "pembenaran", 2:29 dst, kasih, 4:7-8 dst, kebenaran, 5:6 dst) ia mau memperlihatkan hubungan erat yang tidak dapat tidak terjalan antara kita sebagai anak Allah dan akhlak benar, yang tidak lain kecuali kesetiaan rangkap dua pada iman akan Kristus. Anak Allah, dan pada kasih persaudaraan (bdk catatan-catatan pada 1:3, 7). Karena gaya bahasa dan ajarannya maka surat inilah yang paling dekat dengan injil. Maka surat pertama itu dikarang pada masa yang sama, tetapi tidak lagi dapat dipastikan apakah surat mendahului injil atau sebaliknya.
Ende: Yohanes (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN JOANES
KATA PENGANTAR
Karangan Indjil ini biasa disebut "Indjil keempat". Menurut riwajat lisan
(tradisi) jang sangat pa...
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN JOANES
KATA PENGANTAR
Karangan Indjil ini biasa disebut "Indjil keempat". Menurut riwajat lisan
(tradisi) jang sangat pasti Rasul Joanes adalah pengarangnja. Rasul Joanes ini
berasal dari Betsaida, suatu dusun nelajan dipantai utara Tasik Genesaret,
letaknja disebelah timur dari tempat Jordan bermuara kedalam tasik itu. Bapanja
nelajan jang agak berada, namanja Zebedeus. lbunja jang bernama Salome, termasuk
rombongan wanita jang biasa mengikuti Jesus pada perdjalananNja berkeliling di
Galilea dan kemudian sampai di Jerusalem. Lih. Mt. 17:55-56; Mk. 15:40-41;
Joanes pertama kali bertemu dengan Jesus ditempat Joanes Pemandi mempermandikan orang di Jordan, dan "pada keesokan hari" sesudah Jesus dipermandikan disitu. Ketika Joanes Pemandi pada hari itu berdiri disitu bersama dengan dua orang muridnja, dan melihat Jesus lalu, ia berkata kepada mereka: "Lihatlah Anak-domba Allah", lalu mereka menjusul Jesus (Jo. 1:35-37). Seorang dari keduanja ialah Rasul Andreas, dan jang lain tidak dapat disangsikan, ialah pengarang sendiri. Biarpun masih kabur-kabur, namun mereka mengerti, bahwa jang dimaksudkan dengan "Anak-domba Allah", ialah Mesias. Bdl. Jo. 1:41 dan 45. Keduanja lalu bertemu dengan Simon (Petrus), Pilipus dan Natanael, dan kemudian bersama dengan mereka ini mengikuti Jesus ke Galilea.
Pada suatu hari Jesus berdjalan ditepi Tasik Genesaret di Galilea dan melihat Simon beserta saudaranja Andreas, lagi Joanes bersama kakaknja Jakobus sedang asjik melakukan pekerdjaannja sebagai nelajan. Mereka dipanggilnja untuk mengikutiNja sebagai murid. Lalu mereka meninggalkan segalanja dan mengikuti Jesus. Lih. Mt. 4:18-27; Mk. 1: 16-20; Lk. 5:1-11.
Beberapa lama kemudian keempatnja djuga dipilih mendjadi rasul untuk tetap hidup bersama dengan Jesus dan olehnja diutus untuk mengadjar orang. (Mt.10:1-5; Mk. 3:16-19; Lk. 6:13-16).
Disamping Petrus djuga Joanes rupanja tampil atau ditampilkan sebagai seorang rasul terkemuka. Demikian djuga sesudah Pentekosta, seperti Paulus menulis dalam Gal. 2:9, bahwa mereka beserta Jakobus (Muda) dipandang sebagai tiang penjangga Geredja.
Joanes tak pernah menjebut namanja dalam karangannja, tetapi jang disebut didalamnja"Murid jang lain" atau "murid jang ditjintai Jesus" tak mungkin tidak ialah pengarang sendiri.
Dan memang Joanes ditjintai Jesus dengan istimewa. Barangkali sebab minatnja jang istimewa terhadap adjaran-adjaran Jesus, sebab kesetiaannja kepadaNja, ataupun karena kegiatannja dan sebab ia bertjita-tjita tinggi sebagaimana sifat- sifat ini njata nampak dalam karangan-karangannja. Sekali-kali djangan Joanes dibajangkan sebagai seorang muda jang manis, seperti ia sering dilukis oleh para penggambar jang salah mengerti ajat Jo. 15:24. Tjatatan disitu, bahwa pada perdjamuan terachir Joanes berbaring disebelah dada Jesus, bukan berarti bahwa ia bersandar pada dada Jesus, melainkan hanja bahwa ia mendapat tempat kehormatan dimuka Jesus. Lih. tjatatan pada ajat itu dalam Indjil. Joanes bukan seorang lembut-manis; sebaliknja ia beserta kakaknja Jakobus diberi djulukan "putera guntur" olch Jesus, hal mana tentu berarti bahwa mereka bersemangat hebat.
Tentu sadja tak usah diperingatkan disini segala sesuatu jang termuat tentang
Joanes dalam Indjil maupun Kisah Rasul-rasul. Hanja jang berikut ini barangkali
agak penting. Waktu Jesus ditangkap, semua murid melarikan diri, menurut
Sesudah Pentekosta Joanes tinggal dahulu bekerdja di Jerusalem, rupanja banjak kali bersama dengan Petrus (Kis. Ras. 3:1; 4:19; 8:14). lapun ikut serta dalam sidang rasul-rasul di Jerusalem dalam tahun 49. Riwajat hidup Joanes selandjutnja kita hanja tahu sedikit dari tradisi. Beberapa buku Geredja purba memberitakan, bahwa ia lama memimpin umat-umat dipropinsi Asia, berkedudukan di Efesus. Agaknja sebagai pengganti Paulus sesudah wafatnja rasul agung ini di Roma. Waktu pemerintahan kaisar Domitianus (81-96) ia dibuang kepulau Patmos dan disitu ditulisnja karangan "Wahju". Dibawah pemerintah Nerta ia dibebaskan, lalu bekerdja terus di Efesus. Sekembalinja disana dikerdjakannja karangan Indjil dan surat-suratnja. la wafat pada permulaan pemerintahan kaisar Trajanus (98-117), djadi sekitar tahun 100.
Isi dan tjorak-tjorak Indjil keempat
Perbedaan karangan Joanes dengan ketiga karangan Indjil jang lain sangat menjolok. Atjara pokok adalah sama, jaitu rnemperkenalkan Kristus serta adjaran dan tjita-tjitaNja. Sedikitpun tidak terdapat perbedaan, apa lagi pertentangan, antara pribadi Jesus jang dilukis oleh Joanes dan jang dinjatakan dalam karangan-karangan lain, djuga tidak mengenai hakekat adjaran-adjaran. Tetapi masing-masing pengarang Indjil menindjau segalanja dari sudut jang chusus menurut pembawaan dan bakatnja dan berhubungan dengan tudjuan karangannja jang chusus, dan dalam hal ini Joanes amat sangat tersendiri. Itu terlebih njata dalam pemilihan bahan, susunan, tjara berpikir dan gaja bahasa.
Perihal pemilihan bahan
Ketiga karangan Indjil jang pertama dikatakan berisi peladjaran agama jang lazim diberikan oleh rasul-rasul dan para pembantunja kepada tjalon-tjalon dan anggota-anggota umat muda. Peladjaran dasar jang demikian dengan sendirinja harus sederhana baik isi baik bentuknja. Dapat dibajangkan bahwa rasul-rasul dalam hal itu meneladan tjara mengadjar dari Jesus kepada orang banjak. Atau agaknja lebih tepat kalau dikatakan, bahwa mereka memberitakan pengadjaran Jesus sendiri, baik jang berbentuk sabda, maupun sikap-sikap dan tjontoh-teladan, ataupun jang terkandung dalam peristiwa-peristiwa hidup Jesus, guna mendjadi buku peladjaran bagi umat-umat. Mereka meriwajatkan tanpa dengan sengadja mau memberi tafsiran. Lain sekali karangan Joanes. Ia mentjeritakan hanja sedikit, dan itu guna mendjadi pokok atau landasan pembitjaraan Jesus, Indjil Joanes semata-mata bertjorak uraian-uraian dan tafsiran. Jesus sendiri mendjelaskan dan menafsirkan, dan bila pendjelasan atau tafsiran berasal dari Joanes sendiri, maka itupun sesuai dengan adjaran Jesus dan dengan Ilham Roh Kudus.
Mengenai pemilihan bahan, dalam karangan Joanes hanja terdapat tiga mukdjizat jang djuga ditjeritakan dalam ketiga Indjil jang lain, dan lagi tiga jang penting sekali, jang tidak diriwajatkan oleh ketiganja, semua sebagai pangkal pembitjaraan jang luas. Mukdjizat-mukdjizat dinamakan Joanes "tanda", artinja pertandaan atau bukti bahwa Jesus benar berwudjud Ilahi. Joanes pula tidak memberitakan satupun perumpamaan jang termuat dalam karangan-karangan jang lain, dan djuga hampir tidak satupun utjapan Jesus jang berupa petua atau perintah untuk praktek hidup, melainkan uraian-uraian Jesus jang lebih luas dan mendalam, lebih bersifat ilmu ke-Tuhan-an. Hanja riwajat sengsara, wafat dan kebangkitan Jesus ada kesamaan dalam garis besarnja, tetapi sudut tindjauan disinipun chusus pada Joanes dan itupun sesuai dengan pemilihan bahan. Tentang adjaran Indjil mengenai kesusilaan dan praktek hidup, Joanes tidak memberi perintjian, melainkan menjimpulkan semuanja dalam istilah "kepertjajaan" dan "tjinta".
Alasan dan tudjuan Indjil keempat
Dapat diduga bahwa Joanes waktu mulai mengarang sudah mengenal ketiga karangan jang lain. Kalau itu benar, maka sudah sewadjarnja ia tidak hendak mengulangi lagi apa jang telah dimuat dalam ketiga karangan itu. Ada jang menduga, bahwa ia bermaksud melengkalpinja, tetapi dalam karangan itu sendiri tidak tedapat bekas-bekas, jang menundjukkan suatu hubungan dengan karangan- karangan tersebut, atau pengaruh dari padanja. Karangan Joanes berdiri sendiri. Namun demikian karangan ini merupakan benar-benar satu perlengkapan bagi jang lain itu dan sebab itu sedjak semula sangat dihargakan digeredja purba seperti ternjata dalam buku-buku dari para "Bapak-Geredja" dewasa itu, jang sering mengutipnja.
Alasan dan tudjuan jang benar, ialah kepentingan umat-umat. Umat-umat wilajah Joanes sudah tua dan sangat madju ketjerdasannja dalam pengetahuan agama. Umat- umat itu didirikan dan lama digembalakan oleh Paulus, dan dari surat-surat Paulus njata sekali, betapa matang mereka untuk mengerti djuga kebenaran Indjil jang mendalam. Umat-umat itu sudah lama mahir dalam adjaran-adjaran pokok seperti jang kita batja dalam ketiga karangan Indjil jang pertama. Tak usah Joanes menulis tentang hal-hal itu. Ia sendiripun tentu sudah lama memberi pengadjaran jang lebih mendalam kepada umat-umatnja, dan achirnja, merasa terdorong untuh menjuratkannja bagi mereka. Atau lebih tepat ia didorong oleh Roh Kudus untuk mengabdikannja bagi seluruh Geredja. Ada dua berita pula jang tidak terlalu pasti, bahwa "sahabat-sahabatnja" dan "uskup-uskup" mendorongnja, untuk menulis. Kalau demikian, maka mereka sendiri telah banjak mendengar pengadjaran jang mendalam itu.
Ada pula jang mengemukakan bahwa karangan ini merupakan bendungan untuk menahan aliran-aliran jang menjimpang dari kebenaran Indjil dan muntjul dewasa itu. Hal itu benar, tetapi tidak ada tanda jang njata dalam karangan sendiri, bahwa tudjuan itu dimaksudkan oleh Joanes.
Sumber-sumber Indjil keempat
Sumber pokok dan utama memang Jesus sendiri. Joanes menulis apa jang disaksikannja dengan mata dan telinganja serta jang dialaminja dalam pergaulan dengan Jesus. Sedjak pertama kali ia bertemu dengan Jesus ditepi Jordan, ia tetap mengiringiNja, malah hidup bersama denganNja. Dan seperti ternjata dalam tulisan-tulisannja, Joanes adalah seorang jang berbakat ulung dan sangat berminat untuk menangkap segala jang dilihat dan didengarNja. Nampaknja bahwa. pembitjaraan Jesus jang lebih mendalam pun sangat berkesan padanja. Dengan intuisinja jang memang masih kabur-kabur waktu itu, ia agaknja sudah merasa, bahwa ada rahasia-rahasia jang indah dan membahagiakan terkandung didalamnja. Pengertian waktu itu baru sedikit, namun apa jang disaksikan dan dialaminja dan sabda-sabda Jesus tak pernah hilang dari ingatannja. Kita ketahui dari segala karangan Indjil betapa lambatnja perkembangan pengertian semua rasul tentang makna hidup dan sabda Jesus, malah tentang hakekat pribadiNja. Ketika Jesus menjerahkan kepada mereka seluruh kuasa dan tugasNja untuk menjelesaikan penjelamatan dunia, pengertian mereka akan kuasa dan tugas itu masih djauh dari tjukup untuk menunaikannja. Dalam hal itu Joanes bukan satu ketjualian, seperti disinggungnja sendiri misalnja dalam 2:20; 12:7 dan 13:7. Banjak hal mendjadi djelas bagi mereka sesudah kebangkitan Jesus, tetapi pengertian jang tjukup sempurna baru mereka terima dari Roh Kudus pada dan sesudah Pentekosta, sebagaimana Ia didjandjikan oleh Jesus untuk memperingatkan kepada mereka segala sesuatu jang diadjarkan Jesus kepada mereka dan menghantarkan mereka kepada seluruh pengetahuan, artinja kepada segala pengertian. Ini bukan berarti bahwa Roh Kudus seolah-olah sekaligus mentjurahkan segala pengetahuan dan pengertian kedalam akal-budi dan hati sanubari mereka, melainkan sekedar dibutuhkan pada. tiap-tiap kesempatan jang penting. Dapat dibajangkan: djuga selaras dengan usaha pemikiran dan perenungan mereka sendiri. Mengingat hal ini, dapat kita mengerti bagaimana Joanes jang memang berbakat perenung pada umurtuanja mempunjai pengertian jang mendalam dan pandangan jang luas sekali atas misteri (rahasia- rahasia) kepribadian Jesus, atas makna dan maksud hidupNja, atas kekajaan dan keluhuran adjaran-adjaran serta tjita-tjitanja, lagi atas kemuliaan hidup Ilahi- abadi jang berwudjud dalam Jesus dan harus diwudjudkan oleh Indjil dalam seluruh umat manusia. Dan apa jang ditulisnja tentang kepribadian Jesus bukan sadja tentang Jesus seperti dikenalinja dalam pergaulan denganNja di Palestina, melainkan berdasarkan pengenalan itu, seperti dikenalinja pada umurtuanja sebagai basil perenungan-perenungan jang mendalam seumur hidupnja. la menggambarkan Jesus dalam kemuliaan llahiNja, sebagai Putera Allah dari kekal, setara dengan Bapa, jang diutus sebagai Sabda Allah jang "mendjadi daging", guna menjampaikan kepada semua orang jang rela pertjaja akanNja tjahaja dan hidup abadi. Lagi pula ia memberitakan peristiwa-peristiwa hidup Jesus, perbuatan- perbuatan dan sabda-sabdanja tidak dalam pengertian, sebagaimana ia menjaksikan dan mendengarnja, dari mulut Jesus, melainkan sebagaimana ia memahaminja pada achir hidupnja, dan disini pula sebagai hasil perenungan-perenungannja. Perlu kita memperhatikan hal itu, guna dapat mengerti dan tahu menilaikan Indjil keempat ini dengan sewadjarnja. Perlu pula ditjamkan, bahwa dalam perenungan- perenungannja dan dalam menulis, Roh Kuduslah jang memperingatkan segala pernjataan Jesus kepadanja dan mengantarnja kepada seluruh pengertian.
Susunan karangan Joanes
Karangan ini sebenarnja berbentuk serangkaian pembitjaraan Jesus jang berpusatkan pada suatu kedjadian atau dalil, ataupun berpangkal padanja. Ada gagasan Joanes jang tertentu jang menghubungkan pembitjaraan-pembitjaraan itu mendjadi satu kesatuan sebagai bukti, atau lebih tepat kalau dikatakan sebagai kesaksian, bahwa Jesus benarlah Mesias utusan Allah dan sendiri berwudiud Allah, jang datang memberi terang dan hidup kepada orang jang memenuhi satu-satunja sjarat, jaitu kepertjajaan padanja (20:31). Tetapi setjara lahiriah dan lebih nampak, Joanes menjusun menurut suatu garis sedjarah, jaitu djalan hidup Jesus mulai dengan asalNja jang kekal sebagai Putera Allah sampai kebangkitannja dalam kemuliaan. Boleh dikatakan pula, bahwa Joanes menjusun dengan mengikuti urutan perdjalanan-perdjalanan Jesus di Palestina. Ia gemar mentjatat dengan teliti tempat-tempat dimana kedjadian-kedjadian berlangsung dan Jesus berbitjara. Dengan demikian kita peroleh pandangan jang lebih djelas atas pekerdjaan dan perdjalanan-perdjalanan Jesus dari pada jang kelihatan dalam karangan-karangan Indjil jang lain. Mereka terlebih memberitakan tentang hidup dan kegiatan Jesus di Galilea, sedangkan meriwajatkan hanja satu perdjalanan ke Judea, ialah jang terachir. Menurut Joanes Jesus berdjalan beberapa kali ke Jerusalem. Dan bahwa berita-beritanja benar, dapat diduga dari riwajat sengsara Jesus dalam karangan-karangan Indjil jang lain, sebab sikap orang terhadap Jesus dan beberapa kedjadian tidak masuk akal, kalau Jesus tidak lebih dahulu atau berulang kali mengadjar di Jerusalem.
Djalan pikiran dan gaja bahasa Indjil keempat
Bahasa karangan Joanes sederhana sekali bentuknja, tetapi isinja gemilang. Perbendaharaan kata-kata jang digunakan sangat terbatas, tetapi tiap-tiap kata atau istilah biasanja sarat berisi pengertian baru jang menakdjubkan. Kalimat- kalimat semua pendek-pendek, dan masing-masing merumuskan salah suatu segi kebenaran Ilahi jang penting, sebagai hasil perenungan. Kalimat-kalimat pendek itu dirangkaikan tanpa pemakaian kata-kata penghubung, seperti jang lazim kita pakai untuk menjatakan sangkut-paut batiniah antara pikiran-pikiran jang - diungkapkan dalam masing-masing kalimat. Meski demikian sebenarnja hubungan antara kalimat-kalimat erat sekali. Leretan kalimat-kalimat kelihatan datar, tetapi sebenarnja adalah uraian jang mendalam dan kaja berisi. Hubungan antara kalimat-kalimat lebih psikologis dan (kedjiwaan) dari pada akali. Dalam membatja dengan perhatian turut merenung dengan Joanes, hubungan itu mendjadi terang oleh intuisi, seperti kalimat-kalimat Joanespun semua hasil intuisi. Uraian-uraian itu dalam karangan Joanes ada jang berbentuk pertjakapan ataupun soaldjawab, kebanjakan pembitjaraan agak pandjang dan sering diselingi dengan soal-djawab pula. Uraian-uraian itu seperti telah dikatakan dalam fasal lain -- semua didasarkan atau berpusat pada suatu kedjadian, biasanja suatu mukdjizat. Kedjadian-kedjadian itu ditjeritakan dengan gaja bersahadja, tetapi ada jang dipaparkan dengan pandjang-lebar serta dihidupi dengan pertjakapan silih berganti.
Tjara mengarang dengan memakai sedikit kata sadja jang banjak diulang-ulangi, dan memakai kalimat pendek-pendek, jang dirangkaikan berdjadjaran sadja, itulah tiara jang lazim pada orang Jahudi. Joanes memakai kata-kata Junani, tetapi gajabahasanja bertjorak Jahudi semata-mata, berdasarkan tjara pikir mereka.
Sudah sewadjarnja, dan dapat kita bajangkan, bahwa Jesus, jang tentu selalu sudah menjesuaikan tjara-mengadjarNja dengan daja tangkap para pendengar, bila la berbitjara dengan atau kepada orang jang agak tjerdas, seperti para ahli taurat dan pemuka-pemuka Jahudi lain, dan achirnja kepada para rasul djuga, menguraikan pengadjarannja menurut djalan pikiran orang Jahudi itu djuga.
Tjara berpikir dan menjusun pikiran-pikiran itu berlainan dengan jang lazim terdapat dalam kebudajaan Junani dan jang lazim pada kita djuga. Jang kita temui dan gunakan dalam uraian-uraian bersifat ilmiah, ialah tjara dan. djalan logika, jang dengan terang dan rapih menondjolkan hubungan pikiran satu sama lain, berdasarkan hukum sebab-akibat. Tjara itu serba akali dan mengutamakan pembuktian kebenaran. Tjara Joanes bukan demikian. Joanes sama sekali tidak hendak membuktikan kebenaran, melainkan, menurut kata jang digunakannja sendiri, memberi kesaksian akan kebenaian sebagai satu.kenjataan.
Jesus memberi kesaksian tentang kenjataan-kenjataan jang dilihatNja pada Bapa dan tentang apa jang didengarNja dari padaNja (Jo. 3:11 dan 32). Kesaksian Jesus jang sendiri Sabda Allah dengan sendirinja mutlak kebenarannja. Dan Joanes pada gilirannja memberi kesaksian tentang hal-hal jang dilihatnja pada Jesus dan didengarnja dari Jesus, maka dengan sendirinja mutlak pula. Sebab itu tak usah dan tak mungkin dibuktikan kebenarannja, melainkan harus dimaklumkan sadja dan diterima dengan kepertjajaan jang chidmat. Tetapi rasul-rasul bertugas pula mendjelaskan makna dan maksud pernjataan Ilahi serta menerangkan dan mengandjurkan tjita tjita jang terkandung didalamnja, supaja diwudjudkan, sebab perwudjudan ini adalah udjud terachir pernjataan-pernjataan itu. Oleh karena itu Joanes dengan gairahnja jang hidup dan mendalam, dengan tak henti-hentinja membahas dan memikirkan isi pernjataan itu, memang pertama-tama untuk dirinja sendiri, tetapi tak kurang dengan maksud untuk memenuhi tugas kerasulannja, jaitu menjampaikan tjahaja kehenaran dan hidup abadi kepada umat-umat jang dipertjajakan kepadanja. Dengan demikian oleh penjelenggaraan Roh Kudus dan oleh IlhamNja kepada Joanes maka kita ini mempunjai hasil kegairahan Joanes dalam karangannja. Joanes telah mengulangi renungan-renungan bagi kita dan mengupas kebenaran-kebenaran Indjil sampai pada intinja serta memaparkan kekajaannja dalam segala segi-seginja. Dan kalau kita turut mengupas mengikuti djalan penguraian Joanes, maka terbuka bagi kita kemuliaan rahasia Ilahi segi demi segi, kalimat demi kalimat, sampai ia mengantar kita kepada inti kebenaran jang mengandung seluruh keindahan dunia Allah, jang telah mendjadi dunia kita djuga. Joanes membahas bukan dengan daja otak kering, dan bukan menundjuk kepada segi- segi jang tampak sadia dengan telundjuknja sepintas lalu, melainkan sambil berbitjara bersemangat dan memperlihatkan kegemilangannja nilai-nilai jang timbul tampak itu. Bagi pembatja-pembatja jang dangkal pikirannja, kalimat- kalimat dan rangkaiannja tentu terasa datar nadanja, malah mungkin sampai membosankan, tetapi bagi pembatia-pembatja jang berminat mendalam, bahasa Joanes hidup dan menghidupkan.
Kedataran itu sebenarnja adalah ungkapan kesungguhan, chidmat seorang jang sadar akan keagungan kebenaran Ilahi jang sedang dipaparkannja. Terkandung didalamnja dan terga-mbar olehnja suasana rahasia-rahasia dunia abadi, misteri Putera Allah jang "mendjadi daging" dan "berkemah" (hidup) diantara kita, guna kita dianugerahi bagian dalam "kemuliaan"Nja "penub rahmat dan kebenaran". Joanes terpesona dan terharu oleh segala jang disaksikan dan dialaminja, dalam pergaulan dengan Jesus, dan chususnja perasaan ini jang menentukan gaja bahasanja. Didalam kalimat-kalimat dan rangkaian-rangkaian kalimat hidup kuat dan bergetar djiwa Joanes sehingga sanggup menghidupi dan menggetarkan djuga hati sanubari dan djiwa pembatja-pembatja jang berminat. Bahasa Joanes rupa- rupanja datar, tetapi bukan lemah dan lembam, melainkan bersemangat benar. Kalimat-kalimat pengungkap kebenaran jang pasti dan mutlak biasanja melangkah tetap dan kuat, penuh kejakinan, sambil bertekad dan mejakinkan kita sekuat- kuatnja dan dengan pengulang-ulangannja meresapkan kebenarn itu dalam ingatan dan hati sanubari kita sedalam-dalamnja. Semangat itu segenapnja berpokok pada tjinta jang kuat kepada Kristus dan kebenaranNja serta dihidupi olehNja, malah sampai mendjadi bentji jang hebat terhadap segala pertentangan dan rintangan dari pihak "kegelapan". Semangat itu dapat memuntjak sampai kita merasa Joanes pada umurtuanja masih berwatak "putera guntur", sebagaimana ia pernah diberi djulukan itu oleh Jesus sendiri.
Joanes tidak tahu berkompromis (tawar-menawar). Ia hanja mengenal tjahaja jang mutlak dan kegelapan jang mutlak, dan tiap manusia dapat dan harus memilih antara dua itu. Pemilihan itu merupakan atjara praktis dari karangannja dan tudjuannja mengandjurkan pemilihan jang baik. Tertjapai tidaknja tudjuan itu dan chawatiran tentangnja, itupun jang menentukan suasana perasaan Joanes dalam irama tulisannja, jaitu kegembiraan dan kesedihan, keluh kesah dan pudjian, gairah dan semangatnja pula, semuanja diliputi tjinta kepada Kristus dan kebenarannja, jang harus diwudjudkan dalam tiap-tiap manusia supaja ia diselamatkan.
Kesimpulan
Dalam bab terachir, jang merupakan satu tambahan pada karangan Joanes sendiri, kita batja tentang Joanes bahwa ,ia adalah murid jang memberi kesaksian akan segala hal itu serta menulisnja dan kami tahu bahwa kesaksiannja benar" (21:24). Dan Joanes sendiri merumuskan tudjuan kesaksiannja itu sebagai: "supaja kamu pertjaja bahwa Jesus adalah Kristus, Putera Allah, dan supaja kamu oleh karena kepertjajaan itu mempunjai hidup dalam namaNja". (20:31). Semoga tudjuan itu tertjapai pada kita setjara sempurna, jaitu bertambah-tambah memperdalam pengetahuan dan pengertian kita akan Kristus serta IndjilNja dan demikian mempergiat hidup keagamaan kita, agar kita sendiri mempunjai hidup dalam Kristus selimpah-limpahnja, tetapi djuga melandjutkan kesaksian Jesus dan Joanes disekitar kita, baik dengan berbitjara tentangnja, maupun dengan sikap dan tjara hidup kita.
Hagelberg: Yohanes (Pendahuluan Kitab) PENDAHULUAN
Prakata
Pendahuluan
Injil Yohanes dapat diumpamakan sebagai sebuah kolam yang begitu dangkal sehingga seorang anak dapat main di dalam...
PENDAHULUAN
Prakata
Pendahuluan
Injil Yohanes dapat diumpamakan sebagai sebuah kolam yang begitu dangkal sehingga seorang anak dapat main di dalamnya, dan sekaligus begitu dalam sehingga seekor gaja dapat berenang di dalamnya.1 Di seluruh dunia, orang-orang yang tidak berpendidikan memperoleh penghiburan yang dalam dari Injil Yohanes. Ribuan buku ditulis mengenai kitab yang sama, dan masih banyak lagi yang dapat dibahas.
Penulis Injil Yohanes
Masalah identitas pengarang perlu dipikirkan, karena jika Injil yang keempat dianggap karangan orang Kristen yang hidup dalam abad kedua, yang bukan saksi mata, maka bobotnya "Injil Yohanes" sedikit, sedangkan jika Injil Yohanes dikarang oleh Rasul Yohanes, seorang saksi mata, maka Injil Yohanes sungguh berbobot, dan layak diterima dan dihayati.
Sarjana bahasa Aram2 dan bahasa Yunani menjelaskan bahwa bahasa Yunani yang ada dalam Injil Yohanes mempunyai suatu "logat" Aram. Dengan kata lain, ada cukup banyak unsur dalam tata bahasa Injil Yohanes yang jarang dalam tata bahasa Yunani, namun biasa dalam tata bahasa Aram. Ini menandai bahwa bahasa Aram adalah "bahasa ibu" dari penulis Injil Yohanes, dan bahwa dia belajar bahasa Yunani pada kemudian hari.3 Oleh karena itu, maka dapat disimpulkan bahwa penulis Injil Yohanes adalah orang Yahudi yang dibesarkan di Israel.
Tampaknya Injil Yohanes ditulis tanpa nama.4 Walaupun demikian, masih ada beberapa nas dalam Injil Yohanes dan tradisi gereja yang cukup kuat yang menunjuk kepada Rasul Yohanes sebagai pengarang.
Dalam lima nas, salah satu murid Tuhan Yesus disebut "murid yang dikasihi Yesus".5 Tentang orang yang sama, pasal 21:24 berkata, "Dialah murid, yang memberi kesaksian tentang semuanya ini dan yang telah menuliskannya dan kita tahu, bahwa kesaksiannya itu benar." Jadi, ternyata pembahasan mengenai identitas penulis Injil Yohanes berpusat pada ungkapan "murid yang dikasihi Yesus". Tampaknya murid tersebut akrab sekali dengan Tuhan Yesus (pasal 13:23-25 dan 19:26-27), dan juga dengan Petrus (pasal 13:23-24; 20:2-9; dan 21:7). Dari Markus 5:37; 9:2; 13:3; dan 14:33 kita mengerti bahwa Petrus, Yakobus, dan Yohanes bertiga akrab dengan Tuhan Yesus. Petrus bukan merupakan "murid yang dikasihi Yesus" (pasal 21:20), dan Yakobus juga bukan dia (Kisah Para Rasul 12:2), maka tinggal Yohanes yang memenuhi syarat-syarat.
Kemungkinan ini didukung oleh pengamatan bahwa Rasul Yohanes, yang mempunyai peranan yang begitu penting dalam ketiga Injil yang lain, tidak disebutkan secara langsung dalam Injil yang keempat. Pengamatan ini mudah dipahami, jika Yohanes sendiri adalah penulisnya.
Juga, walaupun dalam Injil yang keempat nama orang dicatat supaya tidak dapat dibingungkan (seperti misalnya dalam pasal 14:22; 11:16; dan 6:71) Yohanes Pembaptis hanya disebut "Yohanes". Jikalau Rasul Yohanes adalah penulis, maka kekecualian ini dapat dipahami. Para pembaca yang tahu bahwa Rasul Yohanes menulis Injil Yohanes, tidak bingung dengan identitas Yohanes yang membaptiskan orang.
Ada satu masalah dengan pendapat ini, bahwa Rasul Yohanes adalah penulis, yaitu bukankah agak aneh jika orang menyebut dirinya dengan julukan "murid yang dikasihi Yesus"? Memang harus diakui bahwa hal ini luar biasa, tetapi lebih aneh lagi jika julukan tersebut dipakai mengenai orang lain! Jikalau seandainya julukan "murid yang dikasihi Yesus" menujuk kepada orang lain, bukankah ada nada iri hati di dalamnya? "Dia lebih mengasihi orang itu daripada kita!" Tetapi jika julukan itu dipakai mengganti nama penulis, ada dua kesan yang muncul. Satu, dia yang merasa dikasihi merayakan kasih itu dengan sukacita, dan dua, dengan rendah hati dia tidak mau memakai namanya sendiri. "Biarlah identitasku sebagai Yohanes hilang - aku adalah 'murid yang dikasihi Yesus!'"
Jadi dalam pembahasan identitas penulis Injil yang keempat kita menemui suatu pelajaran rohani yang sangat indah, yaitu bahwa tampaknya penulis Injil keempat rindu supaya identitasnya sebagai Yohanes anak Zebedeus tenggelam dalam suatu identitas yang jauh lebih indah, yaitu "murid yang dikasihi Yesus", suatu identitas yang mengandung pemahaman kehidupan rohani yang dewasa dan mantap.6
Dari segi pernyataan-pernyataan bapa-bapa gereja, pada tahun 180 M7 Theophilus dari Antiokhia menulis secara jelas bahwa Rasul Yohanes adalah penulis Injil yang keempat. Setelah itu, Irenius,8 Clement dari Aleksandria, dan Tertullianus mengaku Rasul Yohanes sebagai penulis. Antara bapa-bapa gereja yang awal, tidak ada yang menyangkal Yohanes sebagai penulis Injil yang keempat.
Oleh karena gaya tulisan Injil yang keempat begitu berbeda dengan kaya tulisan Kitab Wahyu, maka ada sarjana yang berpendapat bahwa penulisnya harus juga berbeda, tetapi kesimplan tersebut tidak tahan uji. Tampaknya Yohanes tidak bebas untuk ditemani oleh sahabat-sahabat di Patmos, di mana dia menerima visi yang dia tulis yang kita sebut Kitab Wahyu. Mungkin pada waktu dia menulis Injil Yohanes dia ditemani sahabat-sahabat, dan salah satu dari sahabat itu menjadi juru tulis bagi dia, sama seperti Silwanus menolong Rasul Petrus untuk menulis suratnya (lihatlah 1 Petrus 5:12, yang berkata, "Dengan perantaraan Silwanus, yang kuanggap sebagai seorang saudara yang dapat dipercayai, aku menulis dengan singkat kepada kamu...") atau seperti Tertius menolong Paulus untuk menulis Surat Roma (lihatlah Roma 16:22). Sampai sejauh mana seorang juru tulis Yunani bebas untuk memilih kata atau bentuk tata bahasa, sulit dipastikan. Singkatnya, mungkin perbedaan antara gaya tulis Injil Yohanes dan gaya tulis Kitab Wahyu dikarenakan peranan juru tulis yang membantu Rasul Yohanes.
Sebagai kesimpulan, tidak dapat dibuktikan bahwa Rasul Yohanes adalah penulis Injil yang keempat, tetapi bukti yang kuat mengarah ke pendapat itu. Juga, walaupun sarjana-sarjana tertentu menolak pengertian tersebut, tetapi pendapat mereka mengenai siapa yang menulis Injil yang keempat, kurang meyakinkan.9 Maka kami menerima Yohanes anak Zebedeus sebagai penulis Injil Yohanes.
Tahun Penulisan
Sulit sekali untuk menentukan tahun penulisan Injil Yohanes. Sebagian kecil dari sebuah naskah dari Injil Yohanes, yang disalin awal abad pertama10 sudah ditemui di Mesir. Mengingat bahwa naskah tersebut harus disalin dan dibawa ke Mesir, maka kita dapat yakin bahwa Injil Yohanes ditulis sebelum tahun 100 M.
Selain itu, sangat sulit untuk membuktikan tahun penulisan Injil Yohanes. Banyak sarjana memilih tahun 95 M, tetapi alasan mereka tidak kuat.11 Beberapa sarjana yang lain berkata bahwa Injil Yohanes ditulis sebelum Bait Allah dimusnahkan oleh pasukan Roma. Pendapat tersebut berdasarkan Yohanes 5:2, yang berkata "Di Yerusalem dekat Pintu Gerbang Domba ada sebuah kolam, yang dalam bahasa Ibrani disebut Betesda...." Pernyataan ini menjadi penting dalam pembahasan tahun penulisan Injil Yohanes, karena istilah "ada " memakai Present Tense. Hampir seolah-olah Yohanes berkata, "...saat ini, masih ada sebuah kolam...." Tetapi bukti ini juga diperdebatkan, karena Rasul Yohanes sering memakai Present Tense untuk hal yang sebenarnya sudah masa lalu.12
Mungkin mereka yang tidak menerima pemakaian Present Tense ini sebagai bukti bahwa Injil Yohanes ditulis sebelum Bait Allah dimusnahkan, belum menyadari dahsyatnya peristiwa tersebut bagi orang-orang Yahudi. Memang Present Tense itu dapat dipakai untuk hal-hal yang terjadi pada masa lalu, tetapi bukan dalam konteks Yohanes 5:2. Sama seperti Present Tense tidak mungkin dipakai mengenai ibu kita sendiri, setelah dia meninggal, demikian juga Present Tense tidak mungkin dipakai oleh seorang Yahudi mengenai sesuatu yang sudah dihancurkan oleh pasukan Roma di Yerusalem! Peristiwa tersebut terlalu pahit dan tragis; tampaknya sulit memahami bagaimana Present Tense dapat dipakai oleh orang Yahudi mengenai kolam Betesda setelah tahun 70 M.
Maka ada kemungkinan besar bahwa Injil Yohanes ditulis sebelum tahun 70 M, tetapi sebaiknya kesimpulan ini dianggap kemungkinan saja. Sebenarnya tahun penulisan Injil Yohanes tidak dapat dipastikan.
Teologi dan Sejarah dalam Injil Yohanes
"Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab ini, tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya" (Yohanes 20:30-31).
Mari kita mempertimbangkan dua pertanyaan mengenai Injil Yohanes. Apakah benar bahwa Yohanes menyusun suatu ceritera dengan maksud yang bersifat teologis (seperti dikatakan di atas), sehingga fakta-fakta tidak terlalu penting bagi dia, asal teologi yang dia sampaikan adalah benar? Ataukah dia menyusun suatu ceritera yang benar, tetapi teologinya kurang? Dua-duanya harus dijawab dengan "Tidak!" Yohanes memang mempunyai suatu maksud yang bersifat teologis, tetapi tepatnya fakta-fakta yang dia catat tidak rugi demi kepentingan Teologinya! Teologi dan sejarah tidak berlawanan. Teologi yang benar mempunyai akar dan dasar di dalam èsejarah yang benar.
Ini penting sekali pada zaman Yohanes, karena rupanya dia menghadapi suatu cenderungan yang sesat yang akan berkembang pada abad yang ke dua menjadi ajaran Docetisme. Filsafat ini berkata bahwa Allah tidak menjelma menjadi manusia, hanya kelihatannya Dia menjadi manusia, kelihatannya Dia disalibkan. Penganut Docetisme berkata bahwa tidak apa-apa Dia tidak sungguh menjelma menjadi manusia- cukuplah kalau ada roh, sesuatu yang seperti manusia, yang datang untuk melayani kita di muka bumi yang najis ini.... Tetapi Yohanes menolak cenderungan ini dengan banyak perkataan di dalam Injilnya dan suratnya. Dia berkata bahwa "Firman itu menjadi manusia" (Yohanes 1:14) dan "Apa yang telah... kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami..." (1 Yohanes 1:1). Jelas dia mau menolak ajaran yang berkata bahwa Yesus Kristus adalah sesuatu yang hanya seperti manusia saja. Dia bersaksi bahwa Kristus betul-betul menjelma menjadi manusia, dan kenyataan sejarah ini menjadi dasar iman kita. Sehingga Teologi dan sejarah tidak perlu dipisahkan.
Ini juga penting pada zaman kita, karena sarjana-sarjana liberal dan sarjana-sarjana neo-orthodoks berusaha untuk memisahkan apa yang sebenarnya terjadi dari apa yang diimani (Teologi). Mereka mau memisahkan kebenaran dari fakta-fakta. Tetapi kebenaran yang mana tidak didukung dengan fakta-fakta/kenyataan? Ini menjadi mistikal, dan ini bukan maksud dari Yohanes. Yang berikut adalah suatu contoh dari pikiran tersebut:
Kita boleh membedakan hal fakta dari hal iman. Mungkin Yesus sebenarnya turun dari Daud... tetapi seandainya tidak, Dia masih bisa menjadi Kristus... asal Dia menggenapi persyaratan-persyaratan rohani yang tepat... Tidak apa-apa kalau Dia bukan Anak Daud dalam arti jasmani... Mungkin Dia adalah anak Daud sama seperti Yohanes Pembaptis adalah Elia, dalam roh dan kuasa... Paulus bukan seorang rasul dalam arti yang picik, dia bukan salah satu dari mereka yang menyertai Yesus, tetapi dia memang adalah rasul.
Kita menolak pola pikiran ini karena iman kita mempunyai dasar dalam sejarah. Kebangkitan Kristus, misalnya, adalah suatu peristiwa yang terjadi, bukan di dalam hati pengikut-Nya, tetapi dalam kenyataan.
Semua ini mungkin menjadi lebih jelas kalau kita memikirkan satu contoh dari Injil Yohanes, daripada teori ini. Suatu contoh yang tepat terdapat di dalam Injil Yohanes 4:1-26. Perlu diamati lebih dahulu bahwa tidak ada satu petunjukpun yang memberi kesan bahwa peristiwa ini merupakan suatu perumpamaan atau mitos. Bahkan peristiwa ini ada di dalam konteks perjalanan Tuhan Yesus dari Yudea ke Galilea (Dua tempat yang nyata, bukan tempat dongeng) oleh karena masalah dengan orang-orang Farisi (Yohanes 3:25-25 dan 4:1). Ini bersifat sejarah yang nyata. Tetapi peristiwa ini juga mengandung banyak Teologi, di mana sistem agama lama dibandingkan dengan apa yang Yesus tawarkan, sifat Kristus dinyatakan, tawaran karunia dari Roh Allah digambarkan.... Ini penuh dengan Teologi. Apakah sejarah itu disesuaikan/diubahkan untuk membawa arti Teologi? Ataukah Teologi itu disesuaikan/diubahkan untuk membawa sejarah? Tidak. Kalau Allah kita benar, maka seluruh sejarah manusia menyatakan sesuatu mengenai Dia. "History is His Story." Peristiwa-peristiwa yang tertentu lebih menyatakan Dia daripada peristiwa-peristiwa yang lain. Misalnya, peristiwa tersebut dari Yohanes 4 menyatakan Dia, dan justru ini sebabnya peristiwa ini dipilih untuk masuk Injil Yohanes.
Morris13 bertanya, "Apa arti teologis dari sesuatu yang tidak pernah terjadi?" Dia juga memperbedakan perumpamaan dari peristiwa yang mengandung Teologi. "Melalui perumpamaan kita berkata, 'Kebenaran Allah adalah seperti ini.' Maka apa ceritera itu betul-betul terjadi atau tidak, ini tidak perlu dipermasalahkan. Ceritera itu adalah suatu ilustrasi. Setiap orang mengerti ini.... Tetapi kalau kita berkata, 'Kebenaran Allah dinyatakan di dalam peristiwa ini,' atau 'Anugerah Allah dinyatakan dalam peristiwa itu,' ini lain lagi. Kalau kita berkata seperti itu, tetapi peristiwa itu tidak pernah terjadi, maka kita tidak bisa berkata bahwa sebenarnya kebenaran Allah dinyatakan.... Apakah Yohanes menceriterakan pikiran dia sendiri mengenai Allah, ataukah dia menceriterakan apa yang pernah Allah lakukan? Kita tidak boleh mengecilkan bedanya di antara dua pendekatan ini, 1) 'Kebenaran Allah adalah seperti-' dan 2) 'Kebenaran Allah menjadi kelihatan di dalam.'" Morris juga menjelaskan bahwa sarjana-sarjana yang berkata bahwa yang penting bagi Yohanes adalah teologi dan bukan sejarah, bukan fakta-fakta, justru mereka yang berkata bahwa dia menghadapi melawan ajaran Docetisme, yang berkata bahwa Kristus hanya kelihatannya lahir, hanya kelihatannya ini dan itu. Tetapi dua pendapat ini yang mereka pegang saling berlawanan.
Tujuan Utama
Injil Yohanes 20:31 berkata, "... semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya." Sebaiknya kita menerima pernyataan ini dari penulis Injil Yohanes sebagai pernyataan tujuan utama Injil Yohanes. Tujuannya penginjilan. Khas ini menjadi lebih nyata lagi jika pernyataan tadi dibandingkan dengan 1 Yohanes 5:13, yang berkata, "Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal." 1 Yohanes ditulis untuk meyakinkan orang percaya bahwa mereka sungguh memiliki hidup yang kekal, sedangkan Injil Yohanes ditulis supaya orang yang belum percaya dapat percaya bahwa Yesuslah Mesias.14 Yohanes menulis Injilnya untuk meyakinkan orang bahwa Yesus adalah Mesias yang mereka rindukan. Menurut Carson,15 tata bahasa dari Yohanes 20:31 menunjukkan bahwa para pembaca pertama sudah memahami arti dari istilah "Mesias" dan istilah "Anak Allah". Yohanes mau meyakinkan mereka yang sudah merindukan kedatangan "Harapan Israel", Mesias, bahwa Yesus adalah yang sudah menggenapi dan akan menggenapi harapan tersebut. Yesus adalah Mesias yang mereka harapkan. Dengan kata lain, Injil Yohanes ditulis untuk menginjili orang Yahudi dan orang kafir yang masuk agama Yahudi.16
Ada penafsir yang tidak setuju dengan pengertian tersebut. Mereka berkata bahwa Yohanes 1:38, di mana istilah "Rabi" diterjemahkan "Guru", dan Yohanes 1:41 di mana istilah "Mesias" diterjemahkan "Kristus", menjadi bukti bahwa Injil Yohanes diperuntukkan orang bukan Yahudi, karena semua orang Yahudi sudah mengerti bahwa "Rabi" berarti "Guru", dan "Mesias" berarti "Kristus". Sebenarnya ini menjadi argumentasi yang kuat, tetapi kita harus melihat lebih dalam. Bukankah istilah Yunani, yaitu "Litostrotos" (dalam pasal 19:13) diterjemahkan bagi orang yang lebih biasa dengan bahasa Ibrani/Aram ("Gabata")? Apakah nas ini membuktikan kesimpulan yang sebaliknya? Juga, istilah "Anak Manusia", "nabi yang akan datang" (1:21), dan "Iblis" (13:2) tidak dijelaskan. Lebih dari itu, ada beberapa pemahaman yang menjadi persyaratan untuk sungguh memahami Injil Yohanes, yaitu pemahaman yang pasti dipahami oleh orang Yahudi. Misalnya, dalam Injil Yohanes ada hubungan yang erat antara hari raya orang Yahudi dan Tuhan Yesus, yang hanya ditangkap oleh orang Yahudi.17
Dapat disimpulkan bahwa Injil Yohanes ditujukan terutama untuk orang Yahudi, tetapi Yohanes menterjemahkan istilah "Rabi" dan "Mesias" supaya pembaca yang lain, yang bukan sasaran utama, tidak menjadi bingung.
Walaupun tujuan utama dari Injil Yohanes adalah untuk menginjili orang Yahudi, tetapi orang bukan Yahudi dapat diinjili melaluinya. Selain itu, orang percaya juga dapat ditolong melalui Injil Yohanes. Bukankah Titus 2:11-12 berkata, "Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata. Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini."
Injil Kristus berguna, baik untuk menyelamatkan orang yang belum percaya, maupun untuk meningkatkan kehidupan rohani orang percaya. Namun demikian, sebaiknya kita tetap ingat bahwa tujuan utama dari Injil Yohanes adalah untuk menginjili orang Yahudi.
Kepercayaan Para Pembaca Pertama
Kalau pesan yang Yohanes sampaikan akan dimengerti, kita perlu mengerti latar belakang Injil ini, untuk supaya kita bisa mengerti masalah-masalah dan kepercayaan-kepercayaan yang dihadapi Yohanes.
Filsafat Docetisme berkata bahwa Kristus sebenarnya tidak menjelma menjadi manusia, tetapi Dia hanya "kelihatannya" menjadi manusia. Dia hanya kelihatannya hidup di tanah Israel, dan hanya rupanya disalibkan. Yang mereka lihat adalah semacam roh yang mereka pikir adalah Kristus. Roh itu sepertinya makan roti dan ikan, dan sebagainya. Nama Docetisme diambil dari sebuah kata18 dalam bahasa Yunani yang berarti "rupanya", atau "kelihatannya". Bagi mereka, tidak mungkin Allah sendiri akan betul-betul menjelma menjadi manusia di dunia yang najis ini, dan tidak mungkin Allah yang Maha Suci bisa mengenakan daging manusia yang penuh dengan dosa. (Mereka memegang suatu pandangan hidup dari Plato yang berkata bahwa ide dan Allah itu suci, dan sama sekali terpisah dari daging dan bumi yang najis dan berdosa. Dualisme ini kebetulan mirip pandangan hidup Kebatinan!)
Kurang jelas kapan filsafat ini muncul, tetapi kalau kita menerima Rasul Yohanes sebagai penulis dari Injil keempat pada abad pertama, maka Injil Yohanes mendahului Docetisme sebagai suatu gerakan filsafat. Ada suatu kemungkinan bahwa Yohanes pernah dengar ajaran yang berbau Docetisme, walaupun gerakan itu belum dewasa. Seandainya Yohanes mendengar ajaran seperti itu, jelas sekali dia tidak bisa setuju. Suatu "roh" di kayu salib tidak akan mengeluarkan darah dan air (Yohanes 19:34). Suatu "roh" di sumur Yakub tidak mungkin menjadi "letih oleh perjalanan" (Yohanes 4:6). Boleh juga membandingkan Yohanes 1:14 dan 1 Yohanes 1:1 ("...yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan, dan yang telah kami raba dengan tangan kami....") Jelas ini sama sekali tidak cocok dengan ajaran Docetisme, malah rasanya menentang sekali. Yohanes tidak malu mengatakan bahwa Allahnya sudah menjelma menjadi manusia. Boleh dikatakan Yohanes merayakan inkarnasi Allah dengan sukacita.
Apakah Yohanes bermaksud untuk melawan Docetisme, atau hanya kebetulan saja Injilnya dan suratannya bertentangan dengan Docetisme? Ini boleh menjadi bahan pikiran sewaktu kita mengamati Injil Yohanes.
Filsafat Gnosticisme mirip sekali dengan Docetisme. Tokoh-tokoh Gnosticism seperti Heracleon (th. 170 M) suka mengutip dan menafsirkan Injil Yohanes. Pada umumnya orang Gnostic menganggap diri mereka sebagai orang Kristen, kecuali yang ikut Mandaisme yang mungkin mulai pada tahun 700.19 Tetapi pada abad yang ke dua sudah ada orang yang menafsirkan Alkitab Kristen secara Gnostic. Docetisme menjadi suatu kunci dalam pola pikiran mereka.
Ladd20 menceriterakan mengenai pola pikiran Yunani yang berkembang sampai titik Gnosticism. Menurut ajaran Gnosticisme kenyataan terdiri dari dua alam, yaitu ada alam atas (noumenal) yang tidak kelihatan, tidak berubah, tetapi kekal, dan lebih penting. Ada juga alam yang kelihatan, yang jasmani. Alam ini, dan tubuh manusia, tidak jahat, hanya menjadi beban pada alam atas, termasuk jiwa manusia, sehingga mereka mengatakan bahwa tubuh21 adalah kuburan atau rumah penjara22 untuk jiwa. Manusia yang berhikmat adalah dia yang menguasai keinginan-keinginan tubuhnya. Kalau mereka cukup berhasil kematian mereka menjadi keselamatan mereka, karena mereka bebas dari tubuh. Jadi keselamatan ini tergantung usaha dan pengertian (gnosis) mereka. "Hermetica" adalah suatu kumpulan karangan agamawi yang ditulis di Mesir pada abad ke dua dan ke tiga. Salah satu karangan itu berjudul "Poimandres". Karangan ini mulai dengan suatu visi dari terang yang tak terbatas. Terang itu disebut Allah. Dia ada di atas lautan kegelapan yang kacau. Logos/Anak Allah itu muncul dari terang dan memisahkan unsur-unsur yang atas dari yang bawah. Dunia diciptakan dari unsur yang bawah, yaitu tanah dan air. Dunia, tanah, air, semua ini tanpa akal, tanpa "nous", tanpa pikiran. Manusia diciptakan dari terang/nous itu, sehingga dia punya akal dan pikiran, tetapi manusia jatuh cinta dengan ciptaan itu sehingga dia jatuh dari terang dan jadi campur dengan apa yang tidak bernous, yang bawah, yang tidak punya pikiran. Akibatnya manusia bisa mati karena dia mempunyai tubuh, tetapi dia juga bisa kekal karena akalnya. Gnosticism ini cukup awal. Gnosticism yang lebih berkembang menganggap tubuh jahat. Ini boleh disebut "dualisme Yunani" karena ada dua pihak yang berlawanan, yaitu apa yang jasmani dan apa yang rohani.
Kalau Yohanes pasal 1 dibaca dengan mengingat filsafat ini banyak persamaan menjadi nyata, antara lain ada "Firman"/logos, terang, dan dunia. Sebelum Gulungan Laut Mati ditemui dan diselidiki, banyak sarjana berpendapat bahwa pasti Yohanes sangat dipengaruhi oleh dualisme tersebut, dan kepercayaan Yunani yang diceriterakan di atas. Tetapi di dalam Gulungan Laut Mati istilah-istilah ini, misalnya terang dan kegelapan, banyak dipakai, sehingga tidak bisa dikatakan lagi bahwa pemakaian istilah-istilah itu menunjuk pada suatu pengaruh Yunani, karena istilah-istilah itu dipakai dalam Gulungan Laut Mati yang sangat asli Yahudi.
Paling tidak kita bisa yakin bahwa Yohanes menulis sesuatu yang rasanya tidak asing bagi orang Yunani, walaupun apa yang dia katakan pasti baru bagi mereka, dan tidak sama dengan kepercayaan mereka. Dengan kata lain, Injil Yohanes adalah suatu contoh kontekstualisasi yang mantap. Penyampaian bebannya atau beritanya sesuai dengan kebiasaan orang Yunani, tetapi apa yang dia sampaikan tidak diubahkan dan sama sekali tidak ada sinkretisme. "Hidangannya" disesuaikan supaya bisa diterima, tetapi beritanya tetap murni.
Pada zaman Yohanes Agama Yahudi memiliki aliran-aliran dan sistem kepercayaan yang berbeda-beda. Kepercayaan dan kebiasaan Farisi, Saduki, dan Qumran jauh berbeda, dan rakyat biasa merasa jauh dari golongan-golongan ini.
Orang Saduki adalah "orang kraton" pada zaman Yohanes. Mereka dari lapisan masyarakat yang atas, dan mereka menguasai Bait Allah dengan imam-imamnya dan segala pengorbanannya. Tetapi orang-orang Saduki kehilangan markas waktu "kraton" mereka, yaitu Bait Allah, dihancurkan oleh pasukan Roma pada tahun 70, sehingga mereka tidak mewariskan apa-apa yang bisa kita pelajari untuk mengerti ajaran mereka. Ternyata mereka hanya menerima Lima Kitab Musa, dan menolak kebangkitan dari maut dan adanya malaikat. Pandangan dan peraturan mereka sangat konservatif dibandingkan dengan orang Farisi, sesuai dengan jabatan mereka dan keadaan sosial mereka. Istilah Saduki tidak dipakai dalam Injil Yohanes, mungkin karena mereka sudah tidak begitu penting dalam agama Yahudi setelah tahun 70.
Orang Farisi tidak tergantung pada Bait Allah. "Sinagoge" (rumah ibadah Yahudi) adalah markas mereka, dan memang mereka duduk di "Kursi Musa" di dalam sinagoge (Matius 23:2). Mereka adalah keturunan rohani dari orang Yahudi yang berhasil melawan Antiokhus Epifanes pada tahun 175-163 SM. Mereka menerima seluruh Perjanjian Lama sebagai Hukum yang Tertulis, dan mereka juga menerima Hukum Lisan, yaitu tradisi lisan yang menurut mereka juga berasal dari Musa. Walaupun mereka juga menderita karena Bait Allah hancur pada tahun 70, tetapi dari segi pengaruh mereka, mereka menang karena tidak dilawan lagi oleh orang Saduki. Kita tidak punya apa-apa dari karangan mereka, tetapi Mishna dan Talmud (tafsiran dari Mishna) rupanya mencerminkan ajaran mereka dengan jelas. Mishna dan Talmud ditulis oleh guru-guru (rabi-rabi) besar. Mereka tidak menekankan teologi tetapi peraturan agama, misalnya, ikatan-ikatan yang mana boleh diikat pada hari Sabat, dan sebagainya. Pola pikiran mereka sangat nyata di dalam Injil Yohanes. Seorang sarjana Yahudi modern pernah berkata bahwa di antara ke empat Injil, Injil Yohanes adalah yang paling berbau Yahudi. Banyak dari perkataan Tuhan Yesus sama dengan perkataan rabi-rabi, misalnya, Yohanes 1:39, "Marilah dan kamu akan melihatnya." Menurut Yosefus23 ada 6.000 orang Farisi pada zaman Yosefus.
Seperti disebutkan di atas, kosa kata tulisan Qumran (Gulungan Laut Mati) mirip kosa kata Yohanes, sampai ada juga sarjana yang berpendapat bahwa Yohanes sendiri adalah warga Qumran (tempat Gulungan Laut Mati) karena dia suka memakai istilah yang disukai mereka. Selain kosa kata yang mirip (dengan istilah seperti hidup kekal, terang dan kegelapan, kebenaran dan kesalahan, murka Allah, terang hidup, roh kebenaran, dan anak-anak terang) ada juga baptisan, perjamuan yang suci, dualisme baik dan jahat, dan "guru kebenaran". Tetapi sarjana itu juga sadar bahwa ada perbedaan yang penting di antara pikiran Yohanes dan pikiran Qumran, maka sarjana itu berkata bahwa Yohanes diam berberapa lama di Qumran, lalu dia keluar karena tidak sependapat dengan mereka. Menurut teori itu, persamaannya karena dia pernah ikut mereka, dan perbedaannya karena dia keluar dari sana. Tipislah, teori ini.
Perjanjian Lama merupakan suatu unsur dari latar belakang Injil Yohanes yang penting sekali. Kalau kita membaca Yohanes 1:1, "Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah" memang kita akan mengingat Kejadian 1:1, "Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi." Juga, Yohanes 1:3 berkata bahwa Allah menciptakan segala sesuatu melalui Firman itu, dan ini juga cocok dengan apa yang diceriterakan di dalam Kejadian 1:3, 6, 9, 11, 14, 20, 24, dan 26, yaitu "Berfirmanlah Allah...." Kitab Kejadian juga bersaksi bahwa Allah menciptakan segala sesuatu melalui Firman-Nya. Memang Perjanjian Lama tidak menyatakan bahwa Firman Allah itu adalah pribadi dan bukan kata saja, sehingga dapat dikatakan bahwa Injil Yohanes mempergunakan latar belakang Perjanjian Lama, dan orang Ibrani akan mengerti apa yang Yohanes katakan, tetapi dia juga memperkembangkan apa yang dijelaskan di dalam Perjanjian Lama, dengan istilah-istilah yang dapat dimengerti oleh mereka.
Injil Yohanes adalah suatu contoh kontextualisasi yang luar biasa. Dikontextualisasikan baik untuk orang Yunani maupun untuk orang Ibrani, walaupun kebudayaan mereka masing-masing sangat berbeda. Injil ini merupakan suatu mujizat kontextualisasi!
Hubungannya dengan Injil Matius, Markus dan Lukas
Membandingkan Injil Yohanes dengan Injil Sinoptik mengemukakan beberapa pengamatan yang mungkin berguna untuk mengarahkan pelajaran kita. Turner dan Mantey24 menguraikan perbedaan-perbedaan di antara Injil Yohanes dan Injil Sinoptik (yaitu Injil Matius, Markus, dan Lukas) yang cukup lengkap.
Gaya Yohanes berbeda dari Matius, Markus, dan Lukas. Dalam Injil Sinoptik itu perikopnya pada umumnya singkat, dan cepat pindah dari satu peristiwa kepada peristiwa yang lain. Ini bisa dibandingkan dengan Yohanes yang menyusun perikop yang lebih panjang, dan tidak cepat meloncat pada perikop yang berikut. Yohanes tidak menceriterakan banyak peristiwa, tetapi dia menceriterakan yang sedikit itu secara perinci. Turner berkata bahwa gaya Yohanes lebih "santai" daripada gaya Injil Sinoptik. "Perumpamaan" yang ada dalam Injil Yohanes sangat berbeda dengan perumpamaan yang ada dalam Injil Sinoptoik, dan Yohanes tidak mencatat pepatah kata yang mudah diingat seperti yang ada di dalam ketiga Injil Sinoptik.
Secara geografis Yohanes berbeda dari yang lain juga. Ke tiga Injil Sinoptik menekankan pelayanan Tuhan Yesus di Galilea, dan Perea (Lukas), dan baru pada minggu terakhir pindah ke Yerusalem. Tetapi Yohanes banyak menceriterakan mengenai apa yang terjadi di Yerusalem waktu Tuhan Yesus mengunjungi kota itu karena perayaan Hari Paskah.
Kosa kata Yohanes juga berbeda dari yang lain karena jumlah kata lebih sedikit, dan juga istilah-istilahnya sederhana dan padat dengan arti, seperti "terang, hidup, dunia, kegelapan, kebenaran, kemuliaan, percaya, mengetahui, jam" dan sebagainya.
Banyak peristiwa dan hal tidak disebut oleh Yohanes. Inilah daftar Turner: kelahiran Yesus, 30 tahun yang pertama dalam kehidupan-Nya di bumi, kelahiran dan kematian Yohanes Pembaptis, baptisan dan pencobaan Yesus, perubahan rupa-Nya di atas gunung, Perjamuan Suci yang pertama, doa-Nya di Taman Getsemeni, pengadilan di hadapan Kaiyafas, peristiwa kenaikan-Nya, pelepasan dari roh jahat, orang sakit kusta, ahli hukum, pemungut cukai, orang Saduki, daftar ke dua belas rasul, Khotbah di Bukit dan Khotbah di Daratan, panggilan orang berdosa untuk bertobat, neraka, dan semua perumpamaan. Hampir semua di daftar ini cukup penting di dalam Injil Matius, Markus, dan Lukas, tetapi sama sekali tidak disebutkan oleh Yohanes.
Perlu juga dikatakan bahwa Injil Yohanes juga berbeda dari Injil Sinoptik karena 90% dari bahannya tidak ada di dalam Injil Sinoptik. Hanya Yohanes saja yang mencatat percakapan Yesus dengan Nikodemus, panggilan lima murid-Nya, pernikahan di Kana, percakapan Yesus dengan wanita itu di sumur Yakub, mujizat di kolam Siloam dan Betesda, kebangkitan Lazarus, 14 percakapan yang mengikuti suatu pola yang sama (pertanyaan, jawaban Yesus yang sulit dimengerti, kesalah pahaman, dan keterangan Yesus), pernyataan yang memakai ungkapan "Aku adalah"25, istilah Paraklete (suatu sebutan Roh Allah) dan perwujudan Tuhan Yesus di Danau Galilea setelah Dia bangkit. Carson26 mengamati bahwa Injil Sinoptik tidak menyamakan Yesus dengan Allah secaralangsung, seperti apa yang tampak dalam Injil Yohanes pasal 1:1, 18 dan 20:28.
Perbedaan-perbedaan ini cukup mengesankan. Suatu pertanyaan muncul, yaitu, "Mengapa?" Mengapa tidak ada perumpamaan di dalam Injil Yohanes? Mengapa tidak ada orang yang dilepaskan dari kerasukan setan di dalam Injil Yohanes? Mengapa neraka tidak disebut di dalam Injil ini? Apakah jawabannya terdapat di dalam Teologi Yohanes?
Kalau perbedaan gaya dan kosa-kata dipikirkan, mudah diterima bahwa Yohanes mau menekankan sesuatu yang lain dari Injil Sinoptik, atau katakanlah dia mau melihat pelayanan Tuhan Yesus dari segi pandangan yang lain. Tetapi daftar pokok yang sama sekali tidak disebut agak mengesankan. Seolah-olah dia dengan sengaja mengambil keputusan untuk tidak menyebut anak-anak! Mengapa?
Carson menekankan bahwa ada perbedaan yang nyata, seperti apa yang dicatat di atas, tetapi ada juga kesamaan yang penting, misalnya peristiwa di mana 5000 orang diberi makan (Markus 6:32-44 dan Yohanes 6:1-15) dan di mana Dia berjalan di atas air (Markus 6:45-52 dan Yohanes 6:16-21. Juga ada kesamaan antara perkataan Tuhan Yesus: Markus 9:37-38 dan Yohanes 4:35; Markus 6:4 dan Yohanes 4:44; Matius 25:46 dan Yohanes 5:29; Matius 11:25-27 dan Yohanes 10:14-15, dst.27
Lebih penting lagi adalah nas-nas di mana Yohanes dan ketiga Injil Sinoptik saling mengisi, saling menjelaskan. Misalnya, hanya Yohanes yang menjelaskan mengapa Petrus dapat masuk ke halaman istana Imam Besar (pasal 18:15-16) tetapi Injil Markus 14:54 hanya berkata bahwa dia masuk ke situ. Kerelaan murid-murid Tuhan Yesus untuk mengikuti Dia sesaat mereka dipanggil dalam Injil Matius 4:18-22, sulit dipahami, keculi kita memahami bahwa mereka sudah mengenal Dia sebelum waktu itu (Yohanes 1:35-51). Dan sebaliknya keraguan Filipus untuk memperkenalkan orang-orang bukan Yahudi kepada Tuhan Yesus dalam Yohanes 12:21-22 sulit dipahami dalam Injil Yohanes, kecuali kita memahami Matius 10:5-6, di mana Tuhan berkata, "Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel."28
Morris29 menjelaskan kemungkinan bahwa ketiga Injil Sinoptik memberi ajaran Rabi Yesus yang dimaksudkan untuk umum, yaitu ajaran yang formal. Sesuai dengan pola rabi-rabi Israel, ajaran tersebut harus dihafal dan diteruskan kepada generasi yang berikut. Tetapi selain ajaran itu, ada juga ajaran-Nya yang dimaksudkan untuk murid-murid-Nya dan ajaran yang bersifat lebih spontan. Menurut konsep ini, ajaran yang bersifat spontan dan akrab itu ditulis dalam Injil Yohanes. Morris tidak yakin bahwa hal ini merupakan sebabnya Injil Sinoptik dan Injil Yohanes begitu berbeda, tetapi pendekatan ini menyatakan bahwa kita tidak harus menolak Injil Yohanes hanya karena Injil Yohanes berbeda dari ketiga Injil Sinoptik.
Injil Yohanes dan Kanon Alkitab
Morris30 menjelaskan bahwa Injil Yohanes sangat disukai oleh pengikut ajaran Gnostik. Oleh karena Injil Yohanes sering dikutip oleh orang Gnostik, maka pengikut Kristus yang lain, yang tidak memeluk ajaran sesat itu, mula-mula segan mengutip dari Injil Yohanes. Mereka lebih sering mengutip dari ketiga Injil Sinoptik. Lama-kelamaan mereka mengerti bahwa justru Injil Yohanes yang paling tepat untuk dikutip melawan Gnosticisme, dan Injil Yohanes menjadi sangat popular.
Walaupun Injil Yohanes sering dikutip untuk mendukung ajaran sesat, tetapi status Injil Yohanes sebagai Firman Allah tidak diragukan oleh bapa-bapa gereja. Tempatnya di dalam kanon Firman Tuhan kuat sekali.
Hagelberg: Yohanes (Garis Besar) GARIS BESAR
I. KATA PENGANTAR (1:1-18)
II. PENYATAAN YESUS DENGAN KATA DAN PERBUATAN (1:19-10:42)
A. Pengantar pada Pelayanan Y...
GARIS BESAR
- I. KATA PENGANTAR (1:1-18)
- II. PENYATAAN YESUS DENGAN KATA DAN PERBUATAN (1:19-10:42)
- A. Pengantar pada Pelayanan Yesus (1:19-51)
- 1. Hubungan antara Yohanes Pembaptis dan Yesus (1:19-28)
- 2. Kesaksian Yohanes Pembaptis mengenai Yesus (1:29-34)
- 3. Yesus mendapat murid-murid pertama (1:35-42)
- 4. Yesus mendapat dua murid lagi (1:43-51)
- B. Pelayanan yang Awal: Tanda, Perbuatan, dan Kata (2:1-4:45)
- 1. Tanda pertama: air menjadi anggur (2:1-11)
- 2. Pedagang-pedagang diusir dari Bait Allah (2:12-17)
- 3. Yesus mengganti Bait Allah (2:18-22)
- 4. Iman yang tidak memuaskan (2:23-25)
- 5. Yesus dan Nikodemus (3:1-15)
- 6. Penjelasan panjang I (3:16-21)
- 7. Kesaksian Yohanes Pembaptis mengenai Yesus diteruskan (3:22-30)
- 8. Penjelasan panjang II (3:31-36)
- 9. Yesus dan perempuan Samaria (4:1-42)
- 10. Tanda kedua: anak pegawai istana disembuhkan (4:43-54)
- C. Oposisi Timbul: tambah tanda, perbuatan, dan kata (5:1-7:52)
- 1. Penyembuhan di Kolam Betesda (5:1-15)
- 2. Tanggapan Yesus pada oposisi (5:16-47)
- 3. Lima ribu orang diberi makan (6:1-15)
- 4. Yesus berjalan di atas air (6:16-21)
- 5. Khotbah Roti Hidup (6:22-58)
- a. Yesus dicari orang banyak (6:22-26)
- b. Manna yang benar (6:27-34)
- c. Yesus sebagai Roti Hidup (6:35-48)
- d. Makan daging Anak Manusia (6:49-58)
- 6. Pendapat yang terbagi dua dan Inisiatif Ilahi (6:59-71)
- 7. Keraguan (7:1-13)
- 8. Di hari raya Pondok Daun (7:14-44)
- a. Ajaran Yesus yang berwewenang (7:14-24)
- b. Siapakah Yesus Kristus? (7:25-36)
- c. Janji Roh (7:37-44)
- 9. Ketidak percayaan para pemimpin Yahudi (7:45-52)
- D. Konfrontasi yang Radikal: puncak tanda, perbuatan, dan kata (8:12-10:42)
- 1. Di hari raya Pondok Daun II: perdebatan Yesus dengan "orang-orang Yahudi" (8:12-59)
- a. Wewenang ajaran Yesus (8:12-20)
- b. Asal-usul wewenang Yesus (8:21-30)
- c. Anak-anak Abraham (8:31-59)
- 2. Yesus menyembuhkan orang yang buta sejak lahir (9:1-41)
- a. Tanda itu sendiri (9:1-12)
- b. Penyelidikan orang-orang Farisi (9:13-34)
- i. Penyelidikan yang pertama (9:13-17)
- ii. Orangtuanya diselidiki (9:18-23)
- iii. Penyelidikan yang kedua (9:24-34)
- c. Penglihatan orang buta dan kebutaan orang yang dapat melihat (9:35-41)
- 3. Yesus sebagai Pintu dan Gembala (10:1-21)
- a. Kiasan Pintu (10:1-5)
- b. Kesalah pahaman (10:6)
- c. Kiasan dikembangkan (10:7-10)
- d. Kiasan Gembala (10:11-18)
- e. Tanggapan orang-orang Yahudi (10:19-21)
- 4. Di hari raya Pentahbisan Bait Allah: klaim-klaim Mesiani dan oposisi yang nyata (10:22-39)
- 5. Penarikan geografis dan kemajuan pelayanan (10:40-42)
- III. PERALIHAN: KEHIDUPAN DAN KEMATIAN, RAJA DAN HAMBA YANG MENDERITA (11:1-12:50)
- A. Kematian dan kebangkitan Lazarus (11:1-44)
- 1. Kematian Lazarus (11:1-16)
- 2. Yesus adalah kebangkitan dan hidup (11:17-27)
- 3. Yesus marah dan berdukacita (11:28-37)
- 4. Kebangkitan Lazarus (11:38-44)
- B. Keputusan untuk membunuh Yesus (11:45-54)
- C. Kemenangan dan kematian yang mendekat (11:55-12:36)
- 1. Lingkungannya: hari raya Paskah (11:55-57)
- 2. Yesus diurapi Maria (12:1-11)
- 3. Yesus dielu-elukan (12:12-19)
- 4. Orang kafir memicu pernyataan Yesus mengenai "saatnya" (12:20-36)
- D. Teologi ketidak percayaan (12:37-50)
- IV. PERNYATAAN YESUS DALAM SALIB-NYA DAN KEMULIAAN-NYA (13:1-20:31)
- A. Perjamuan Kudus (13:1-30)
- 1. Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya (13:1-17)
- 2. Yesus bernubuat mengenai pengkhianatan (13:18-30)
- B. Pesan Perpisahan: bagian pertama (13:31-14:31)
- 1. Yesus menubuatkan penyangkalan Petrus (13:31-38)
- 2. Janji tempat di mana Yesus akan pergi (14:1-4)
- 3. Yesus sebagai jalan kepada Bapa (14:5-14)
- 4. Yesus akan pergi, dan Roh Kebenaran akan datang (14:15-31)
- C. Pesan Perpisahan: bagian kedua (15:1-16:33)
- 1. Pokok anggur dan ranting (15:1-16)
- 2. Oposisi dari dunia (15:17-16:4a)
- 3. Pekerjaan Roh Kudus (16:4b-15)
- 4. Sukacita sesudah dukacita (16:16-33)
- D. Doa Yesus (17:1-26)
- 1. Yesus berdoa supaya dipermuliakan (17:1-5)
- 2. Yesus mendoakan murid-murid-Nya (17:6-19)
- a. Dasar doa (17:6-11a)
- b. Doa supaya murid-murid-Nya dilindungi (17:11b-16)
- c. Doa supaya murid-murid-Nya dikuduskan (17:17-19)
- 3. Yesus mendoakan semua yang akan percaya (17:20-23)
- 4. Yesus berdoa supaya setiap orang percaya disempurnakan sehinggap dapat melihat kemuliaan-Nya (17:24-26)
- E. Pemeriksaan Pengadilan dan Penderitaan Yesus (18:1-19:42)
- 1. Yesus ditangkap (18:1-11)
- 2. Yesus di hadapan Hanas (18:12-14)
- 3. Penyangkalan Petrus yang pertama (18:15-18)
- 4. Yesus diperiksa di hadapan Hanas (18:19-24)
- 5. Penyangkalan Petrus yang kedua dan ketiga (18:25-27)
- 6. Yesus diperiksa di hadapan Pilatus (18:28-19:16a)
- a. Pilatus memeriksa pendakwa (18:28-32)
- b. Pilatus memeriksa Yesus (18:33-38a)
- c. Barabas (18:38b-40)
- d. Yesus dihukum (19:1-16a)
- 7. Yesus disalibkan (19:16b-30)
- 8. Lambung Yesus ditikam (19:31-37)
- 9. Yesus dikuburkan (19:38-42)
- F. Kebangkitan Yesus (20:1-31)
- V. BAGIAN PENUTUP DARI KITAB (21:1-25)
Hagelberg: Yohanes DAFTAR PUSTAKA
Daftar Kepustakaan
Barrett, C. K., The Gospel According to St. John, an Introduction with Commentary and Notes on the Greek Text, The W...
DAFTAR PUSTAKA
Daftar Kepustakaan
Barrett, C. K., The Gospel According to St. John, an Introduction with Commentary and Notes on the Greek Text, The Westminster Press, Philadelphia, edisi kedua, 1978.
Beasley-Murray, George, John, Word Biblical Commentary, Thomas Nelson Publishers, Nashville, edisi kedua, 1999.
Bruce, F. F. New Testament History, Anchor Books, Garden City, 1969.
Carson, D.A., The Gospel According to John, Inter-Varsity Press, Leicester, England dan William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1991.
Culpepper, R. Alan, Anatomy of the Fourth Gospel: a study in literary design, Fortress Press, Philadelphia,1983.
Hendriksen, William, John, The Banner of Truth Trust, Edinburgh, 1954.
Hodges, Zane C., The Greek New Testament, Thomas Nelson Publishers, Nashville, 1982.
Hodges, Zane C., The Hungry Inherit: Whetting Your Appetite for God, Multnomah Press, Portland, 1980.
Hoskyns, Edwyn, The Fourth Gospel, Faber and Faber, London, 1947.
Ladd, George Eldon, A Theology of the New Testament, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1974.
Morris, Leon, The Gospel According to John, The New International Commentary on the New Testament, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1971.
Ryrie, Charles C., Teologi Dasar, Yayasan ANDI, Yogyakarta, 1991.
Tasker, R.V.G., The Gospel According to St. John, The Tyndale New Testament Commentaries, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1960.
Tenney, Merrill C., John: the Gospel of Belief, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1948.
Turner, George A. dan Mantey, Julius R., The Gospel of John: An Evangelical Commentary, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, tanpa tahun.
TFTWMS: Yohanes (Pendahuluan Kitab) "BAPA MENGASIHI ANAK" (Yohanes 5:19-47)
Pada 49 S. M., Julius Caesar telah menjadi orang yang paling berkuasa di Roma. Selama dua tahun ia...
"BAPA MENGASIHI ANAK" (Yohanes 5:19-47)
Pada 49 S. M., Julius Caesar telah menjadi orang yang paling berkuasa di Roma. Selama dua tahun ia berada di luar kota Roma untuk memerangi suku-suku yang suka berperang dan untuk memperlihatkan keterampilannya sebagai seorang jendral dan pemimpin. Keberadaannya di Gaul itu hanya membuat Caesar lebih kuat ketika ia kembali ke Roma, dan hal itu membuat lawan-lawan politiknya menjadi semakin cemas.
Ketika Caesar diperintahkan pulang oleh Senat Romawi, ia sadar bahwa musuh-musuhnya sedang berusaha untuk menghancurkan dia. Untuk pulang ke rumah ia harus menyeberangi Sungai Rubicon dan meninggalkan di belakang dia bala tentaranya yang setia. Selama bertahun-tahun sungai itu sudah berfungsi sebagai garis batas yang mutlak, yang selepas itu seorang jendral tidak boleh membawa serta bala tentaranya. Karena musuh-musuhnya diizinkan untuk tetap mempertahankan bala tentara mereka, maka Caesar sudah menduga bahwa memasuki kota Roma sendirian sama saja dengan menerima hukuman mati. Akibatnya, ia membuat keputusan berani untuk membawa serta bala tentaranya bersama dia untuk menyeberangi Rubicon menuju Roma! Ketika tersiar kabar di dalam kota itu bahwa Caesar telah "menyeberangi Rubicon," setiap orang tahu bahwa perang saudara sudah dimulai. Tindakan Caesar itu jelas menentang Senat Roma, dan musuh-musuhnya dengan segera melarikan diri dari kota Roma. Dalam dua bulan, Julius Caesar sudah berhasil menghancurkan semua perlawanan dan membuat seluruh Italia berada di bawah kekuasaannya. Oleh karena kisah ini, "menyeberangi Rubicon" merupakan ungkapan yang bahkan digunakan di zaman sekarang untuk menggambarkan suatu keputusan yang tidak dapat ditarik kembali atau tindakan tegas yang tidak dapat diubah.
Sampai titik ini dalam Injil Yohanes, kita sedang memperhatikan pelbagai kisah tentang Yesus dan sikap-Nya terhadap orang banyak. Kita senang melihat Dia menyembuhkan penderitaan mereka, menghibur orang-orang yang patah semangat, dan memimpin mereka kepada kehidupan. Di awal pasal 5, Yesus menyembuhkan orang lumpuh dan menyulut perlawanan yang berapi-api dari pihak para pemimpin Yahudi. Di dalam teks kita, 5:19-47, tidak terdapat satu cerita pun. Sebaliknya, nas itu merupakan bagian pengajaran yang di dalamnya hanya Yesus saja yang melakukan semua pembicaraan. Kita harus jangan melompati bagian ini dalam ketergesa-gesaan kita untuk menemukan bagian cerita lainnya, sebab sesuatu yang amat penting sedang terjadi si sini: Yesus sedang "menyeberangi Rubicon"!
Dalam teks ini, Yesus sedang membuat pelbagai pernyataan yang dinyatakan kepada semua orang, "Inilah peperangan!" Dengan kemarahan mereka yang menggelegak terhadap apa yang Ia telah lakukan dalam bagian pertama pasal ini, Yesus dapat dengan mudah menarik diri atau mencoba meredakan kemarahan orang-orang Yahudi itu. Sebaliknya, Ia "menyeberangi Rubicon," karena Ia tahu bahwa penyaliban sedang menunggu Dia di sisi lainnya. Nas ini secara alami terbagi ke dalam tiga bagian, yang semuanya memperlihatkan Yesus sedang membuat pernyataan yang berani yang membuat marah para penguasa dan akhirnya membawa Dia kepada salib.
TFTWMS: Yohanes (Pendahuluan Kitab) KESIMPULAN (YOHANES 5:19-47)
Sekarang ini, sebagian besar orang tidak berusaha keras untuk membela kebenaran. Kekuatan utama budaya adalah pluralisme...
KESIMPULAN (YOHANES 5:19-47)
Sekarang ini, sebagian besar orang tidak berusaha keras untuk membela kebenaran. Kekuatan utama budaya adalah pluralisme—suatu gerakan yang menjauh dari konsep kebenaran mutlak dan menuju kepada relativisme dalam segala sesuatu. Semua orang dan semua agama dipandang sebagai benar dalam cara mereka sendiri. Tugas kita, kita diberitahu, adalah memahami kehidupan dari sudut pandang orang lain dan menerima pandangan orang lain. Dalam teks yang sudah kita pelajari, Yesus melangkah ke dalam dunia kita dan berkata, pada intinya, "Umat-Ku harus menghormati semua manusia, mengasihi semua manusia, dan berusaha untuk memahami semua manusia. Namun begitu, ada beberapa prinsip yang tidak dapat dikompromikan. Beberapa hal adalah benar dan harus dinyatakan sebagai kebenaran yang mutlak, terlepas dari apa pendapat orang lain mana saja tentang hal itu."
G. Campbell Morgan, "begawan eksposisi Alkitab," pernah berkata tentang teks ini, "Pada tingkatan manusia, apa yang Yesus lakukan pada waktu itu dan apa yang Ia katakan pada waktu itu meminta korban nyawa-Nya sendiri. Mereka tidak pernah mengampuni Dia."3Itu merupakan cara lain untuk mengatakan bahwa dalam pasal 5 Yesus "telah menyeberangi Rubicon." Kita tidak dapat berbuat kurang daripada apa yang Yesus telah lakukan dengan salib sebagai akibatnya.
TFTWMS: Yohanes (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Ravi Zacharias, "Reaching the Happy Pagans," Christianity Today (14 November 1994), 18.
2 Ibid.
3 Leon Morris, Ex...
Catatan Akhir:
- 1 Ravi Zacharias, "Reaching the Happy Pagans," Christianity Today (14 November 1994), 18.
- 2 Ibid.
- 3 Leon Morris, Expository Reflections on the Gospel of John (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1988), 193.
Pengarang: Bruce McLarty
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Yohanes (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH YOHANES
PENGANTAR
Dalam Kabar Baik yang disampaikan oleh Yohanes ini, Yesus dikemukakan
sebagai Sabda Allah yang ab
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH YOHANES
PENGANTAR
Dalam Kabar Baik yang disampaikan oleh Yohanes ini, Yesus dikemukakan sebagai Sabda Allah yang abadi yang telah menjadi manusia dan tinggal di antara kita. Seperti yang dikatakan dalam buku ini, Kabar Baik ini ditulis dengan maksud supaya para pembacanya dapat percaya bahwa Yesuslah Raja Penyelamat yang dijanjikan -- Ia Anak Allah sendiri. Juga supaya melalui percaya kepada-Nya mereka memperoleh hidup (Yoh 20:31).
Setelah pendahuluan yang mengemukakan bahwa Sabda Allah yang abadi itu adalah Yesus, bagian pertama buku ini mengisahkan berbagai keajaiban yang dibuat oleh-Nya. Keajaiban-keajaiban itu menunjukkan bahwa Yesus adalah Raja Penyelamat yang dijanjikan, Ia Anak Allah. Masing-masing kisah mengenai keajaiban disertai oleh percakapan-percakapan antara Tuhan Yesus dengan orang-orang. Dari percakapan-percakapan itu jelaslah apa yang diungkapkan oleh keajaiban-keajaiban itu. Di dalam bagian ini dikemukakan bahwa ada orang yang percaya kepada Yesus dan menjadi pengikut-Nya, tetapi ada pula yang menentang Dia dan tidak mau percaya kepada-Nya. Pasal 13-17 (Yoh 13:1-17:26) mencatat secara panjang lebar bagaimana akrabnya Yesus dengan pengikut-pengikut-Nya pada malam ketika Ia hendak ditangkap, dan bagaimana Ia mempersiapkan serta menguatkan hati mereka pada malam itu. Pasal-pasal terakhir menguraikan tentang bagaimana Yesus ditangkap dan diadili, bagaimana Ia disalibkan, mati dan bangkit kembali, dan bagaimana Ia memperlihatkan diri-Nya kepada para pengikut-Nya setelah Ia hidup kembali.
Cerita tentang wanita yang tertangkap basah sedang berbuat zinah (\\/BIS Yoh
- 8:1-11\\), dimasukkan antara tanda kurung besar karena banyak naskah dan
terjemahan-terjemahan zaman dahulu tidak memuat cerita itu, sedangkan yang lain-lainnya memuatnya di berbagai tempat.
Dalam bukunya ini Yohanes menitikberatkan pemberian, yaitu hidup sejati dan kekal, yang diberikan Allah melalui Kristus. Pemberian itu sudah mulai di dunia, dan dapat dialami oleh orang-orang yang menerima Yesus sebagai jalan kepada Allah, sebagai yang menyatakan Allah, dan sebagai pemberi hidup. Ciri khas Yohanes ialah kiasan-kiasan yang diambilnya dari hal-hal sehari-hari untuk menunjukkan kebenaran-kebenaran rohani, misalnya: air, roti, terang, gembala dan dombanya, pohon anggur dan buahnya.
Isi
- Pendahuluan
Yoh 1:1-18 - Yohanes Pembaptis dan orang-orang yang pertama-tama menjadi pengikut
Yesus
Yoh 1:19-51 - Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat
Yoh 2:1-12:50 - Hari-hari terakhir di Yerusalem dan dekat Yerusalem
Yoh 13:1-19:42 - Kebangkitan Yesus dan penampakan diri-Nya
Yoh 20:1-31 - Penutup: suatu penampakan diri lagi di Galilea
Yoh 21:1-25
Ajaran: Yohanes (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Yohanes, orang-orang Kristen mengerti
bahwa Allah mengambil rupa manusia untuk menyelamatkan manusia.
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Yohanes, orang-orang Kristen mengerti bahwa Allah mengambil rupa manusia untuk menyelamatkan manusia. Dengan demikian diharapkan agar iman mereka semakin dikuatkan dalam mengikuti Yesus, sebagai Tuhan dan Juruselamatnya.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Yohanes.
Tahun : Sekitar tahun 91 sesudah Masehi.
Penerima : Setiap orang percaya.
Isi Kitab: Kitab Injil Yohanes ini terdiri atas 21 pasal. Di dalam Kitab ini Tuhan Yesus disaksikan sebagai Firman yang menjadi manusia, Anak Allah. Karena itu, Injil Yohanes ini langsung menantang setiap pembaca untuk segera mengambil keputusan sendiri, yakni _percaya_ kepada Tuhan Yesus untuk mendapat keselamatan, tetapi jika _menolak_ Tuhan Yesus pasti akan mendapat kebinasaan.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Yohanes
Untuk mengerti keseluruhan Kitab ini, perlu dimengerti tiga kata penting berikut ini.
Tanda Pengajaran tentang "tanda-tanda" ajaib yang dilakukan oleh Tuhan Yesus, sebagai bukti bahwa Ia adalah Allah yang menjadi manusia
Dalam Injil Yohanes, ada tujuh tanda penting yang dibuat oleh Tuhan Yesus, sebagai bukti bahwa Ia adalah Allah yang menjadi manusia.
Pendalaman
- Bacalah pasal Yoh 2:1-11. Mujizat air diubah menjadi anggur.
- Bacalah pasal Yoh 4:46-54. Tanda mujizat kedua, Tuhan Yesus menyembuhkan ana pegawai yang sakit.
- Bacalah pasal Yoh 5:1-47. Tanda mujizat ketiga, Tuhan Yesus menyembuhkan oran sakit di Bethesda.
- Bacalah pasal Yoh 6:1-14. Mujizat keempat, Tuhan Yesus memberikan makanan kepad 5010 orang dengan lima potong roti kecil dan dua ekor ikan.
- Bacalah pasal Yoh 6:15-21. Tuhan Yesus berjalan di atas air. Ini menunjukkan bahw Ia berkuasa atas alam raya.
- Bacalah pasal Yoh 9:1-14. Tuhan Yesus menyembuhkan orang buta.
- Bacalah pasal Yoh 11:1-57. Tuhan Yesus membangkitkan Lazarus dari kematian.
Kesemua tanda ajaib ini hanya bisa dilakukan oleh Allah, karena itu tanda-tanda tersebut membuktikan bahwa Yesus adalah Allah yang menjadi manusia. Jadi jika seorang menolak Tuhan Yesus, itu berarti ia menolak Allah. Demikian juga, jika seseorang menerima Tuhan Yesus, ia menjadi anggota keluarga Allah (bacaan Yoh 1:12).
Percaya Pengajaran tentang "percaya" kepada pengakuan Tuhan Yesus tentang dirinya sendiri
Pada dasarnya berita yang dibawa oleh Tuhan Yesus ialah berita tentang diri-Nya sendiri. Dalam Injil Yohanes ini, Tuhan Yesus memberikan tujuh perumpamaan tentang diri-Nya.
Pendalaman
- Bacalah pasal Yoh 6:53,41,48; 14:6. Dalam nats-nats ini Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya adalah sumber kehidupan. Ini berarti seseorang hanya dapat memiliki hidup yang kekal dan berarti kalau ia datang kepada Tuhan Yesus.
- Bacalah pasal Yoh 8:12. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Terang Dunia. Ini berarti Tuhan Yesus sajalah yang dapat memberikan penerangan dalam kehidupan manusia yang berdosa.
- Bacalah pasal Yoh 10:7,9. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Pintu. Ini berarti hanya melalui Tuhan Yesus sajalah seseorang dapat memasuki Sorga.
- Bacalah pasal Yoh 10:11,14. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Gembala. Ini berarti bahwa Tuhan Yesus sajalah yang dapat memelihara dan menjaga kehidupan seseorang.
- Bacalah pasal Yoh 11:25. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Kebangkitan. Ini berarti di dalam diri-Nya tidak ada kematian, atau seseorang yang tidak menginginkan kematian, hanya dapat memperolehnya di dalam Tuhan Yesus.
- Bacalah pasal Yoh 14:6. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Jalan, Kebenaran dan Hidup. Ini berarti seseorang yang ingin beribadah kepada Allah, hanya dapat memperoleh kalau orang itu pergi dan datang kepada Tuhan Yesus saja.
- Bacalah pasal Yoh 15:1-8. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Pokok Anggur yang benar. Ini berarti seseorang (orang percaya) dapat memberikan perbuatan dan kehidupan yang benar di hadapan Allah kalau ia tetap hidup dengan menggantungkan diri kepada Tuhan Yesus.
Hidup Pengajaran tentang "hidup" bagi setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus
Memilih Tuhan Yesus Kristus dan dimiliki oleh-Nya, berarti memiliki Allah dan hidup yang benar.
Pendalaman
- Bacalah pasal Yoh 1:14. Dimanakah hidup ini berada?
- Bacalah pasal Yoh 3:36. Apakah yang didapat orang yang percaya? Dan apakah yang didapat orang yang tidak percaya?
- Bacalah pasal Yoh 5:24. Kemanakah orang yang percaya berpindah?
- Bacalah pasal Yoh 6:40. Apa yang menjadi kehendak Allah?
- Bacalah pasal Yoh 11:25-26. Apakah akibatnya percaya kepada Tuhan Yesus?
II. Penutup
Apakah TANDA-TANDA mujizat yang dibuat oleh Tuhan Yesus, dan pengakuan tentang diri-Nya, telah membuat saudara PERCAYA, bahwa Yesuslah Mesias (juruselamat) supaya oleh imanmu (percayamu) kamu beroleh HIDUP di dalam-Nya (Yohanes 20:30-31). Kalau belum, janganlah ditunda lagi, sekarang adalah waktu yang terbaik bagi anda.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Injil Yohanes?
- Mujizat apakah yang pertama kali dilakukan oleh Tuhan Yesus?
- Berapakah pengakuan yang dinyatakan Tuhan Yesus tentang diri-Nya?
- Sudahkah saudara mengakui Tuhan Yesus sebagai Allah yang member kehidupan dan memelihara hidup saudara?
- Pelajaran rohani apakah yang saudara terima setelah mempelajari Inji Yohanes?
Intisari: Yohanes (Pendahuluan Kitab) Firman Allah terakhir kepada manusia
INJIL YANG BERBEDA.Yohanes mempunyai cara pendekatan tersendiri pada kehidupan dan pekerjaan Yesus. Dibandingkan
Firman Allah terakhir kepada manusia
INJIL YANG BERBEDA.
Yohanes mempunyai cara pendekatan tersendiri pada kehidupan dan pekerjaan Yesus. Dibandingkan dengan Injil-injil yang lain, cara penuturan yang panjang lebar tentang apa yang dikatakan Yesus membuat sebagian orang merasa bahwa Yohanes tidak teliti. Sampai beberapa waktu yang lalu banyak ahli percaya bahwa Injil Yohanes adalah yang paling akhir (sekitar tahun 100 M.) yang paling tidak bersifat Yahudi dan bahwa ia menggunakan acuan dari yang lain; ia juga bukan seorang saksi mata dan bahwa semua kata-kata yang ditulisnya bukan benar-benar perkataan Yesus. Dengan demikian, kita diwarisi sekumpulan pemikiran yang menarik tentang Yesus yang ditulis oleh seorang Kristen pada zaman Kekristenan yang mula-mula. Arkeologi telah mengubah pandangan tersebut. Banyak ahli sekarang mengatakan bahwa Yohanes tidak bergantung pada para penulis Injil lainnya, dan bahwa ia mengenal Palestina bagian selatan dengan baik pada masa Yesus, bahwa ia juga seorang saksi mata dan bahwa ia menulis Injilnya sangat awal atau paling tidak, seawal Injil lainnya.
INJIL YOHANES?
Kita tidak dapat menerka dari Injil itu sendiri siapa penulisnya, atau paling tidak siapa yang menyediakan semua bahan tulisan itu. Penulisnya ialah' murid yang dikasihi Yesus' (Yoh 21:20-24, lihat Yoh 13:23-25). Banyak orang dan gereja mula-mula yang mengatakan bahwa penulisnya adalah Yohanes, saudara Yakobus. Walaupun namanya jelas disebut dalam Injil-injil lain, tetapi tidak disebut dalam Injil ini. Lebih dari itu, boleh jadi ia mendapat tempat di sisi Yesus pada saat Perjamuan Malam. Dengan demikian, ia tentu dapat menyampaikan hal-hal yang sangat pribadi secara terperinci tentang bagaimana Yesus berbicara dan bekerja.
MENGAPA IA MENULIS INJIL ITU?
Ia sendiri mengatakan -'supaya kamu percaya bahwa Yesus itu Kristus' (Yoh 20:30, 31). Oleh karenanya, di sini kita tidak hanya mendapatkan suatu biografi, tetapi lebih mendapatkan semacam traktat Injil yang dipersiapkan dengan saksama. Ia menceritakan kepada kita bahwa ia mempunyai bukti-bukti yang dipilihnya secara khusus. Ia hanya memasukkan tujuh mukjizat Yesus, dan biasanya dilanjutkan dengan pembicaraan yang memberi kepada kita arti yang lebih dalam tentang apa yang dikerjakan Yesus. Yohanes mengetengahkan saksi mata-saksi mata satu persatu, dan pada akhirnya pembaca harus mengambil keputusan mengenai Yesus Kristus. Oleh karena inilah maka, walaupun ia mungkin pertama-tama menulis Injilnya untuk orang bukan Yahudi (ia menjelaskan banyak istilah dan adat istiadat Yahudi), semenjak itu Injil ini telah membawa banyak orang untuk percaya kepada Kristus.
TAMBAHAN PADA TAHAP AWAL.
Dalam Injil Yohanes kita membaca salah satu kisah mengenai belas kasihan Yesus kepada seorang pendosa yang paling sering diceritakan, yaitu seorang wanita yang ditangkap karena berzinah (Yoh 7:53-8:11). Anehnya, bagian kisah tadi tidak merupakan bagian dari naskah-naskah tertua dan tidak selalu muncul pada waktu itu. Namun, banyak orang setuju bahwa kisah ini merupakan kejadian yang sungguh terjadi dalam kehidupan Yesus yang diingat, ditulis dan ditambahkan pada Injil Yohanes pada tahun-tahun pertama sesudah penulisan.
Pesan
1. BuktiMenjadi saksi mata di persidangan merupakan tema kunci dalam Injil Yohanes.
Terdapat sejumlah kesaksian dari para saksi mata yang diketengahkan untuk
membuktikan kasus mengenai Yesus adalah Kristus dan Anak Allah.
o Perjanjian Lama: Yoh 1:45; 5:39, 46-47; 8:56, lihat Yoh 3:14; 6:32-35
o Yohanes Pembaptis: Yoh 1:6-8, 15, 19-36; 3:25-30; 5:33-36, lihat Yoh 10:40-42
o Orang banyak: Yoh 4:29, 39; 9:13-33, 38;11:27; 12:9, 17
o Para rasul: Yoh 1:41-46, 49; 15:27; 17:20; 20:24-25, 28, lihat Yoh 1:14; 19:35; 20:30-31; 21:24
o Allah Bapa: Yoh 5:31-32, 37; 8:18, 50, 54; 12:27-28
o Roh Kudus: Yoh 14:26; 15:26; 16:12-15
o Pekerjaan Yesus: Yoh 2:11, 23; 5:36; 9:3, 31-33; 10:25, 37-38; 11:4, 42, 45; 14:11; 20:30-31
o Yesus sendiri, kata-kata dan pernyataan Nya: Yoh 3:11, 32; 8:13-14, 38; 6:35, 48, 51; 8:12; 9:5; 10:7, 10, 14; 11:25; 14:6; 15:1, lihat Yoh 8:58 (Kel 3:14). Lihat
tema-tema kunci.
2. Keputusan.
o Mereka yang menolak Dia: Yoh 1:10-11; 3:11; 4:48; 5:43; 6:36, 64, 66; 12:37, 47-48; 15:19, 24.
Dan alasannya: Yoh 3:19-21; 5:44; 6:37, 44, 65; 8:43-47; 9:39-41; 12:37-43; 18:37.
o Mereka yang menanggapi Dia:
- Dengan melihat dan mendengarkan Dia Yoh 1:14; 6:40, 45; 10:3, 16, 27; 12:45, 47; 14:9; 18:37
- Dengan mempercayai Dia Yoh 1:7, 12; 2:11, 22; 3:16, 18; 5:24; 6:29, 47; 8:24; 9: 35-38; 11:25-27, 40; 13:19; 14:1, 11;16:27, 30; 17:8; 20:8, 29, 31
- Dengan datang untuk mengenal Dia Yoh 6:69; 7:17; 8:19; 10:14; 14;7, 9; 17:3, 25
yang berarti hidup di dalam terang Yoh 1:4- 5, 9; 3:19-21; 8:12; 9:39; 11:9; 12:35-36, 46
dan mempelajari kebenaran Yoh 1:14, 17; 4:23-24; 8:32; 14:6; 17:17; 18:37
- Dengan mengasihi Kristus dan sesama Yoh 13:34-35; 14:15, 21-24; 15:9-10, 12; 21:15-17
yang berarti tinggal di dalam Dia Yoh 15:1-10
Penerapan
1. Kristus adalah Firman Allah yang terakhir kepada umat manusia.Ia menunjukkan kepada kita:
o kebenaran Allah
o kemuliaan Allah
o kasih Allah
dengan kehidupan dan kematian-Nya. Dia adalah jalan satu-satunya untuk kembali
kepada Allah.
2. Tidak bisa tidak kita harus berespons terhadap Dia.
Buktinya adalah nyata:
o Jika kita menolak Dia, hal itu bukan disebabkan karena kita tidak dapat
percaya kepada-Nya - tetapi karena kita tidak mau!
o Jika kita menerima Dia, itu berarti penyerahan sepenuh hati dan ketaatan.
3. Kehidupan kekal dimulai di sIni dan kini. Melalui Roh Kudus Yesus menawarkan
kepada kita:
o kepuasan
o kemerdekaan dari Setan dan dosa
o kemampuan baru
o doa-doa yang dijawab
o sukacita sejati
Apa yang dimulai-Nya sekarang akan disempurnakan-Nya pada waktu Ia datang
kembali.
4. Anda harus menyaksikan iman Anda kepada orang lain.
Walaupun dunia akan membenci Anda seperti dunia telah membenci Yesus, Anda juga
harus menjadi seorang saksi dengan pertolongan Roh Kudus.
Tema-tema Kunci
1. Yesus dan Bapa.
Injil Yohanes penuh dengan hal-hal yang menyatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah. Ia terlibat dalam penciptaan, Ia datang ke dalam dunia ini dan ketika Ia naik ke surga, Ia kembali kepada kemuliaan yang adalah hakNya. Gambarkanlah arti semua ini bagi Anda sendiri: Yoh 1:1-18; 3:13, 31, 35; 5:17-23, 26-27, 30; 6:38, 46, 57; 7:16-17, 29; 8:28-29, 38, 42; 10: 15, 29-30, 38; 11:41-42; 12:44-45, 49-50; 13:3, 31-32; 14:7-11, 20, 28, 31; 15:23-24; 16:15, 28, 32; 17:1-2, 4-5, 10-11, 21-23; 20:17.
2. Kematian Kristus bagi orang berdosa.
Lebih daripada yang diceritakan dalam Injil-injil lain, Yohanes memberitahukan kepada kita mengapa Yesus harus mati dan mengenai kasih yang mendorong-Nya untuk rela melakukan itu. Lihat Yoh 1:29, 36; 2:19-22; 3:14-17; 6:51, 53-56; 8:28; 10:11, 15, 18; 11:50-52; 12:24, 27, 32-34; 15:13.
3. Roh Kudus.
o Terdapat lebih banyak uraian mengenai Roh Kudus dalam Injil ini dibandingkan dengan Injil-injil lain. Roh Kudus digambarkan sebagai Pribadi yang akan menggantikan Yesus apabila Ia pergi kepada Bapa. Yoh 1:32-33; 3:5-6, 8, 34; 4:23-24; 6:63; 7:37-39, lihat Yoh 4:13-14; 14:16-17, 25-26; 15:26; 16:7-15; 20:22.
4. Kehidupan kekal.
Inilah yang digambarkan oleh Matius, Markus dan Lukas sebagai Kerajaan Allah. Kehidupan kekal ini dihubungkan dengan kelahiran baru atau kelahiran untuk yang kedua kalinya. Lihat Yoh 1:4, 12-13; 3:3-7, 16, 36; 4:14, 36; 5:21, 24-29; 6:27, 40, 47, 54, 57-58, 68; 10:28; 11:25; 12:25, 50; 17:2-3.
5. Jadwal Allah.
Yohanes memberikan kepada kita gambaran tentang Yesus yang mengendalikan segala sesuatu dari awal sampai akhir. Yesus tahu bahwa Ia sedang mengerjakan suatu rencana induk, oleh karenanya tidak ada sesuatu apa pun, bahkan tidak juga kematian-Nya yang mengejutkan Dia. Pelajarilah ayat-ayat berikut: Yoh 2:4; 7:6-8; 12:23; 13:1; 18:4.
Garis Besar Intisari: Yohanes (Pendahuluan Kitab) [1] PENDAHULUAN Yoh 1:1-51
Yoh 1:1-5Kristus dan penciptaan
Yoh 1:6-18Allah menjadi manusia
Yoh 1:19-34Anak Domba Allah
Yoh 1:35-51Kristus
[
[1] PENDAHULUAN Yoh 1:1-51
Yoh 1:1-5 | Kristus dan penciptaan |
Yoh 1:6-18 | Allah menjadi manusia |
Yoh 1:19-34 | Anak Domba Allah |
Yoh 1:35-51 | Kristus |
[2] UTARA DAN SELATAN Yoh 2:1-4:54
Yoh 2:1-12 | Sekilas pandangan pertama tentang kemuliaan |
Yoh 2:13-25 | Tuhan atas Bait Allah |
Yoh 3:1-21 | Nikodemus menemui Yesus pada malam hari |
Yoh 3:22-36 | Seorang dari atas |
Yoh 4:1-42 | Mesias dan orang yang tersingkir |
Yoh 4:43-54 | Tanda kedua |
[3] SEORANG LUMPUH DI HARI SABAT Yoh 5:1-47
[4] LIMA RIBU ORANG DIBERI MAKAN Yoh 6:1-71
[5] PADA PERAYAAN HARI RAYA PONDOK DAUN Yoh 7:1- 9:41
Yoh 7:1-52 | Air hidup |
Yoh 7:53-8:11 | Perempuan yang berzinah ditangkap |
Yoh 8:12-59 | Terang dunia |
Yoh 9:1-41 | Pemberi penglihatan |
[6] GEMBALA YANG BAIK Yoh 10:1-42
[7] PEMULIH KEHIDUPAN Yoh 11:1-57
[8] PASKAH TERAKHIR Yoh 12:1-50
Yoh 12:1-11 | Kasih Maria |
Yoh 12:20-36 | Biji gandum |
Yoh 12:37-50 | Kesimpulan |
[9] DI RUANG ATAS Yoh 13:1-30
Yoh 13:1-20 | Yesus, hamba |
Yoh 13:21-30 | Yudas, pengkhianat |
[10] SIAP UNTUK PERGI Yoh 13:31-16:33
Yoh 13:31-14:14 | Waktu untuk meninggalkan |
Yoh 14:15-31 | Roh Kudus dijanjikan |
Yoh 15:1-17 | Pokok Anggur yang benar |
Yoh 15:18-16:11 | Kesukaran di dalam dunia |
Yoh 16:12-33 | Janji dan kebingungan |
[11] YESUS BERDOA BAGI MILIK-NYA Yoh 17:1-26
Yoh 17:1-19 | Murid-murid-Nya |
Yoh 17:20-26 | Gereja yang akan datang |
[12] PENANGKAPAN, PENGADILAN, PENYALIBAN Yoh 18:1-19:42
Yoh 18:1-11 | Kekacauan di taman Getsemani |
Yoh 18:12-27 | Menyaksikan sendiri |
Yoh 18:28-19:16 | Gubernur dan Raja |
Yoh 19:17-42 | Mati dan dikuburkan |
[13] KEBANGKITAN Yoh 20:1-21:25
Yoh 20:1-18 | Maria berada di kubur Yesus |
Yoh 20:19-23 | Minggu malam |
Yoh 20:24-31 | 'Tuhanku dan Allahku!' |
Yoh 21:1-14 | Ikan untuk sarapan |
Yoh 21:15-25 | Gembalakanlah domba-domba-Ku |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi