Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Ende -> Yoh 9:13-34
Ende: Yoh 9:13-34 - -- Pertjakapan ini diberikan oleh Joanes begitu terperintji untuk menondjolkan
keragu-raguan dan kegelisahan orang Jahudi, jang njata kehilangan akal, da...
Pertjakapan ini diberikan oleh Joanes begitu terperintji untuk menondjolkan keragu-raguan dan kegelisahan orang Jahudi, jang njata kehilangan akal, dan meraba-raba takkeruan dalam kegelapan pembentjiannja.
Ref. Silang FULL -> Yoh 9:33
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per Ayat)
Hagelberg: Yoh 9:33 - -- 9:33 Jikalau orang itu tidak datang dari Allah, Ia tidak dapat berbuat apa-apa."
Dia "menyerang" mereka dengan suatu tantangan yang sulit dijawab. Apa...
9:33 Jikalau orang itu tidak datang dari Allah, Ia tidak dapat berbuat apa-apa."
Dia "menyerang" mereka dengan suatu tantangan yang sulit dijawab. Apa mereka akan berkata bahwa kuasa Iblis mecelikkan mata orang yang buta sejak lahir, apakah Iblis lebih hebat daripada Allah?
Hagelberg: Yoh 9:13-34 - -- b. Penyelidikan orang-orang Farisi (9:13-34)
Semula orang-orang Farisi itu berusaha untuk menyangkal bahwa sebuah tanda terjadi. Namun adanya mukjizat...
b. Penyelidikan orang-orang Farisi (9:13-34)
Semula orang-orang Farisi itu berusaha untuk menyangkal bahwa sebuah tanda terjadi. Namun adanya mukjizat ini tidak dapat disangkal. (Secara tidak langsung mereka mengakui adanya mukjizat dalam penghinaan yang mereka lemparkan kepada orang yang disembuhkan dalam ayat 34.) Karena adanya tanda itu tidak dapat disankal, mereka berusaha untuk menyangkal apa yang ditandai oleh tanda itu. Mereka berusaha untuk membuktikan bahwa Yesus itu adalah orang berdosa.
Dalam bagian ini orang-orang Farisi membuktikan bahwa mereka tidak mencari kebenaran. Mereka membuktikan bahwa mereka buta secara rohani. Apa yang dibahas dalam pasal 8 dinyatakan dalam bagian ini. Justru itu yang dimaksudkan oleh Tuhan Yesus.
i. Penyelidikan yang pertama (9:13-17)
9:13 Lalu mereka membawa orang yang tadinya buta itu kepada orang-orang Farisi.
Tujuan mereka tidak dijelaskan, tetapi kita tidak harus berpikir bahwa mereka mempunyai tujuan yang negatif. Mereka hanya merasa bahwa sebaiknya ahli agama, yaitu orang-orang Farisi, diberitahu tentang peristiwa ini yang luar biasa. Mereka tidak pergi kepada orang-orang Saduki, karena mereka tidak mau mengadili dia. Rupanya mereka hanya membawa orang yang disembuhkan kepada pemimpin rumah ibadah mereka.
Hagelberg: Yoh 9:33 - -- 9:33 Jikalau orang itu tidak datang dari Allah, Ia tidak dapat berbuat apa-apa."
Dia "menyerang" mereka dengan suatu tantangan yang sulit dijawab. Apa...
9:33 Jikalau orang itu tidak datang dari Allah, Ia tidak dapat berbuat apa-apa."
Dia "menyerang" mereka dengan suatu tantangan yang sulit dijawab. Apa mereka akan berkata bahwa kuasa Iblis mecelikkan mata orang yang buta sejak lahir, apakah Iblis lebih hebat daripada Allah?
Hagelberg: Yoh 9:1-41 - -- 2. Yesus menyembuhkan orang yang buta sejak lahir (9:1-41)
Tema utama dari perdebatan tadi, pasal 8:12-59, adalah bahwa Tuhan Yesus adalah Terang, dan...
2. Yesus menyembuhkan orang yang buta sejak lahir (9:1-41)
Tema utama dari perdebatan tadi, pasal 8:12-59, adalah bahwa Tuhan Yesus adalah Terang, dan mereka yang melawan Dia adalah pendusta dan pembunuh. Pasal ini membuktikan pokok yang sama melalui suatu mukjizat serta reaksi mereka.
Suasana pasal ini lebih tenang daripada suasana akhir pasal 9, tetapi pada pasal 10:39 mereka berusaha lagi untuk mengangkap Dia.752
Hagelberg: Yoh 8:12--10:42 - -- D. Konfrontasi yang Radikal: puncak tanda, perbuatan, dan kata (8:12-10:42)
D. Konfrontasi yang Radikal: puncak tanda, perbuatan, dan kata (8:12-10:42)
II. PENYATAAN YESUS DENGAN KATA DAN PERBUATAN (1:19-10:42)
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Yoh 9:13-34
Matthew Henry: Yoh 9:13-34 - Orang-orang Farisi Menggerutu: Teguran terhadap Gerutuan Mereka Itu Orang-orang Farisi Menggerutu: Teguran terhadap Gerutuan Mereka Itu (9:13-34)
Orang pasti mengharapkan, mujizat hebat yang telah Kristus perbuat in...
Orang-orang Farisi Menggerutu: Teguran terhadap Gerutuan Mereka Itu (9:13-34)
- Orang pasti mengharapkan, mujizat hebat yang telah Kristus perbuat ini pastilah kini akan mengangkat nama-Nya dan membungkam serta mempermalukan semua yang menentang-Nya. Namun, yang terjadi malah sebaliknya. Bukannya mengakui-Nya sebagai nabi karena mujizat tersebut, mereka malah terus menganiaya-Nya seperti seorang penjahat.
- I. Inilah berita yang dikabarkan kepada kaum Farisi mengenai perkara itu: mereka membawa orang yang tadinya buta itu kepada orang-orang Farisi (ay. 13). Mereka membawanya ke hadapan Mahkamah Agama yang anggotanya kebanyakan terdiri dari kaum Farisi, setidaknya, orang-orang Farisi dalam Mahkamah Agama itulah yang paling giat menentang Kristus.
- . Beberapa orang berpendapat bahwa orang-orang yang membawanya kepada kaum Farisi melakukan hal itu dengan niat baik, yaitu untuk menunjukkan kepada mereka bahwa Yesus yang mereka aniaya itu tidaklah seperti yang mereka kira, tetapi Ia adalah seorang yang agung dan telah banyak membuktikan diri-Nya membawa tugas perutusan ilahi. Apa yang telah membuat kita yakin mengenai kebenaran dan keagungan agama, yang telah menghapuskan segala kecurigaan kita terhadap agama itu, haruslah kita sebarkan lagi kepada orang lain setiap kali kita mendapat kesempatan untuk itu, supaya mereka juga diyakinkan.
- . Tetapi kelihatannya, mereka justru melakukan hal tersebut dengan niat buruk, yaitu untuk menghasut orang-orang Farisi supaya lebih giat lagi menentang Kristus, dan hal ini sebetulnya tidak perlu dilakukan, sebab mereka sendiri memang sudah begitu sakit hati terhadap Dia. Mereka membawanya dengan sebuah pemikiran seperti yang terdapat di pasal 11:47-48, Apabila kita biarkan Dia, maka semua orang akan percaya kepada-Nya. Perhatikan, para penguasa yang berjiwa bejat tidak akan kekurangan hasutan di sekeliling mereka yang bisa mengipasi bara api dan menjadikan mereka semakin jahat lagi.
- II. Alasan yang mendasari berita itu, dan bagaimana hal tersebut disamarkan. Sesuatu yang baik tidak pernah dibenci kecuali jika sesuatu yang jahat dituduhkan kepadanya. Kejahatan yang dipersoalkan di sini (ay. 14) adalah karena Yesus mengaduk tanah dan memelekkan mata orang itu pada hari Sabat. Tidak menghormati hari Sabat memang merupakan suatu perbuatan yang jahat dan menunjukkan bahwa seseorang tidak memiliki perangai yang baik, namun tradisi orang Yahudi telah menjadikan sesuatu yang sama sekali bukan kejahatan sebagai pelanggaran terhadap hukum hari Sabat. Sering kali hal ini menjadi pertentangan yang sengit antara Kristus dan orang-orang Yahudi, supaya hal tersebut dapat diselesaikan demi kebaikan gereja di sepanjang masa. Tetapi memang patut dipertanyakan, "Mengapa Kristus tidak saja mengerjakan mujizat pada hari Sabat, tetapi juga melakukannya dengan cara yang Ia tahu akan menyinggung orang-orang Yahudi? Saat Ia menyembuhkan orang yang lumpuh itu, mengapa Ia menyuruhnya untuk mengangkat tilamnya? Apakah Ia tidak mampu menyembuhkan orang buta ini tanpa mengaduk tanah terlebih dahulu?"
- Inilah jawaban saya:
- . Dia tidak mau terlihat tunduk pada wewenang yang telah diselewengkan oleh para ahli Taurat dan kaum Farisi. Kekuasaan mereka itu tidak sah, kewajiban yang mereka perintahkan untuk dilakukan itu sembarangan saja sifatnya, dan kecintaan mereka terhadap tata upacara ibadah justru telah memudarkan inti dari ibadah itu sendiri. Karena itulah Kristus pun tidak mau mundur dan tunduk kepada mereka, bahkan sesaat saja pun. Kristus berada di bawah hukum Allah, dan bukan di bawah hukum mereka.
- . Dia melakukan semua itu supaya melalui perkataan dan perbuatan-Nya, Ia dapat menerangkan hukum dari perintah keempat dan membersihkannya dari pengertian mereka yang sudah tercemar itu. Dengan demikian, Ia mengajarkan kepada kita bahwa hari Sabat/Minggu harus diperhatikan dalam gereja secara terus-menerus, satu hari dalam seminggu (sebab untuk apa menjelaskan hukum itu kalau hal itu justru akan dibatalkan?), dan bukan hanya diagung-agungkan secara lahiriah saja melalui berbagai upacara agama seperti yang diperbuat orang-orang Yahudi itu. Pekerjaan sangat diperlukan untuk dilakukan, untuk menyatakan belas kasihan, diizinkan untuk dilakukan pada hari itu. Istirahat Sabat juga harus dilakukan pada hari itu, tetapi tidak boleh dipentingkan sedemikian rupa sampai melalaikan pekerjaan Sabat.
- . Kristus memilih untuk melakukan penyembuhan di hari Sabat untuk memuliakan dan menguduskan hari itu, dan untuk menegaskan bahwa kesembuhan rohani harus dilakukan terutama pada hari Sabat orang Kristen. Betapa banyak mata buta yang telah dicelikkan oleh pemberitaan Injil, yaitu pelumas mata yang kudus itu, pada hari Tuhan tersebut! Betapa banyaknya jiwa-jiwa lumpuh yang telah disembuhkan pada hari itu!
- III. Penyelidikan dan pemeriksaan pengadilan terhadap perkara itu oleh orang-orang Farisi (ay. 15). Di sini tampak sekali banyak nafsu, prasangka, dan pikiran jahat, tetapi hanya sedikit akal sehat, sehingga acara pemeriksaan itu hanya berupa pertanyaan untuk mengecek sana-sini. Orang pasti berpikir, saat orang yang mengalami kejadian seperti itu dibawa ke hadapan mereka, pastilah mereka akan sangat terpukau atas mujizat itu dan ikut bersuka atas kegembiraan orang yang malang itu, dan tidak akan marah-marah dengan dia. Namun, kebencian mereka terhadap Kristus telah menggerogoti seluruh kemanusiaan dan juga kesalehan mereka. Marilah kita lihat bagaimana mereka mencecar orang ini.
- . Mereka menanyai dia mengenai penyembuhan itu.
- (1) Mereka ragu apakah dulu dia memang benar-benar buta sejak lahir, dan menuntut bukti yang bahkan telah diakui kebenarannya oleh para penganiaya (ay. 18): Tetapi orang-orang Yahudi itu tidak percaya, artinya, mereka tidak mau percaya, bahwa tadinya ia buta sejak lahir. Orang-orang yang mencari kesempatan untuk mendebat kebenaran yang paling nyata bisa mendapat apa yang mereka mau. Benar juga bahwa mereka yang bertekad untuk terus berpegang pada tipu daya tidak akan kekurangan pegangan untuk melakukannya. Kelakuan seperti itu bukanlah kehati-hatian yang bijaksana, melainkan kebebalan yang penuh prasangka. Bagaimanapun juga, apa yang mereka perbuat untuk menjernihkan keraguan tersebut tidaklah buruk: Mereka memanggil orangtuanya. Mereka berbuat begitu dengan harapan untuk memperoleh bukti yang dapat menentang kebenaran mujizat tersebut. Orangtua si buta itu miskin dan takut-takut, dan seandainya mereka mengatakan bahwa mereka tidak yakin bahwa orang itu adalah anak mereka, atau bahwa ia hanya terlahir dengan sedikit kelemahan atau kerabunan di matanya, yang bisa saja disembuhkan sejak dulu jika mereka mendapat pertolongan, atau seandainya saja mereka memutarbalikkan kebenaran karena takut terhadap pengadilan itu, maka pastilah orang-orang Farisi itu mendapatkan apa yang mereka mau, yaitu merampas kehormatan yang sudah didapat Kristus melalui mujizat tersebut, dan jika ini sampai terjadi, maka nama baik mujizat-mujizat-Nya yang lain juga ikut terkikis. Tetapi, Allah mengatur dan mengalahkan rencana mereka dan justru menjadikannya sebagai bukti yang menguatkan lagi bagi mujizat tersebut. Dan kini hanya ada dua pilihan bagi mereka, percaya atau bertambah geram.
- Nah, dalam proses penyelidikan tersebut kita mendapati:
- [1] Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada orangtua si buta itu (ay. 19): Mereka menanyai kedua orangtuanya itu dengan nada sombong dan mengancam, "Inikah anakmu? Berani sumpah? Apakah kamu katakan bahwa ia lahir buta? Apa kamu yakin akan hal itu? Atau apakah dia hanya pura-pura buta saja untuk mencari alasan supaya mengemis? Kalau begitu bagaimanakah ia sekarang dapat melihat? Hal itu betul-betul mustahil, jadi lebih baik kamu menyangkalnya saja." Orang-orang yang tidak tahan melihat terang kebenaran akan melakukan apa saja untuk menutupinya dan mencegah orang lain untuk menemukannya. Demikianlah para pemimpin, atau tepatnya para pemimpin sesat, yang seharusnya mengelola bukti-bukti, justru mendorong para saksi untuk berdusta dan mengajari mereka untuk menyembunyikan atau menutup-nutupi kebenaran. Dengan berbuat demikian, mereka membuat diri sendiri bersalah berlipat ganda, seperti yang dilakukan Yerobeam yang berdosa dan membuat bangsa Israel ikut berdosa pula.
- [2] Jawaban orangtua orang yang tadinya buta itu terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut, yang mana:
- Pertama, mereka benar-benar menegaskan hal yang secara aman dapat mereka katakan mengenai perkara ini. Secara aman maksudnya adalah sesuai dengan pengetahuan mereka dan tanpa harus menanggung risiko ancaman (ay. 20): Yang kami tahu ialah, bahwa dia ini anak kami (sebab setiap hari mereka bergaul dengan dia, dan mengasihi dia layaknya seorang ibu kandung [1 Raj. 3:26], sehingga mereka pun dapat mengenalinya sebagai anak kandung mereka). Kami tahu bahwa ia lahir buta. Tentu saja mereka punya alasan untuk mengetahui semuanya itu, karena mereka telah begitu banyak bersusah hati dan mengkhawatirkan dia. Betapa seringnya mereka memandang dia dengan sedih dan meratapi kebutaan anak mereka lebih daripada beban dan kesengsaraan lain yang disebabkan oleh kemiskinan mereka, dan berharap dia tidak pernah dilahirkan saja daripada harus lahir dan menderita seperti itu dalam hidupnya! Biarlah mereka yang malu akan anak-anak mereka sendiri atau kerabat mereka karena kecacatan fisik mereka, ditegur melalui teladan kedua orangtua ini, yang berkenan mengakui bahwa dia ini anak kami, meskipun dia lahir buta dan harus hidup dari sedekah orang.
- Kedua, dengan sangat hati-hati mereka menolak memberikan bukti apa pun mengenai kesembuhannya. Sebagian alasannya adalah karena mereka sendiri bukan saksi mata kejadian itu, dan tidak dapat mengatakan apa pun sepengetahuan mereka. Sebagian lagi adalah karena mereka tahu masalah ini sangat peka, dan tidak berani mencampurinya. Karena itulah, setelah mengakui bahwa dia adalah anak mereka yang terlahir buta, mereka pun tidak mau mengatakan hal-hal lain.
- a. Perhatikanlah betapa berhati-hatinya mereka dalam mengungkapkan pernyataan mereka selanjutnya (ay. 21): "Bagaimana ia sekarang dapat melihat, kami tidak tahu, dan siapa yang memelekkan matanya, kami tidak tahu juga, selain dari apa yang telah kami dengar dari orang-orang. Kami tidak dapat menjawab bagaimana atau oleh tangan siapa hal itu terjadi." Lihatlah bagaimana hikmat dunia ini telah mengajari manusia untuk memperhalus masalah dalam keadaan genting. Kristus dituduh sebagai pelanggar hari Sabat dan seorang penyesat. Kini kedua orangtua dari orang buta itu, meskipun bukan saksi mata penyembuhannya, mereka yakin sepenuh hati mengenai itu dan juga berutang budi untuk menyaksikan kemuliaan Tuhan Yesus yang telah melakukan kebaikan yang begitu besar terhadap anak mereka, tetapi mereka tidak berani melakukan itu, dan berpikir bahwa mereka dapat menebus ketidakberanian mereka untuk memihak kepada-Nya dengan tidak mengatakan apa-apa yang menentang-Nya. Padahal di hari penghakiman nanti, orang yang malu mengakui Dia akan dianggap sebagai penentang-Nya (Luk. 11:23; Mrk. 8:38). Supaya tidak dicecar lebih lanjut lagi, mereka pun mengalihkan perhatian mereka dan pengadilan itu kepada orang yang tadinya buta itu: Tanyakanlah kepadanya sendiri, ia sudah dewasa, ia dapat berkata-kata untuk dirinya sendiri. Hal ini menyiratkan bahwa saat anak-anak belum cukup umur (yaitu pada waktu mereka masih bayi, dan belum bisa bicara), orangtua mereka perlu mewakili mereka dalam berbicara, berbicara kepada Allah di dalam doa bagi mereka, berbicara bagi mereka di hadapan gereja dalam pembaptisan. Tetapi, saat mereka sudah cukup umur, layaklah jika mereka ditanyai apakah mereka bersedia melakukan hal-hal yang sebelumnya dilakukan orangtua mereka untuk mereka, dan membiarkan mereka berbicara bagi dirinya sendiri. Orang ini, meski dia buta sejak lahir, kelihatannya jauh lebih cakap dibanding kebanyakan orang, sehingga ia mampu berbicara bagi dirinya sendiri dengan cara yang lebih baik daripada yang bisa dilakukan teman-temannya bagi dia. Demikianlah Allah sering kali berbaik hati memberikan karunia kelebihan dalam pikiran untuk mengimbangi kekurangan tubuh jasmani (1Kor. 12:23-24). Tindakan orangtuanya yang mengalihkan perhatian kaum Farisi kepadanya adalah usaha untuk menyelamatkan diri mereka sendiri dari kesusahan, sehingga kini dialah yang terpojok. Padahal mereka yang ikut menikmati belas kasihannya seharusnya memiliki alasan yang kuat untuk memihaknya di dalam keadaan yang sulit ini demi kemuliaan Kristus yang telah banyak berbuat kebaikan bagi mereka.
- b. Lihatlah mengapa mereka begitu berhati-hati (ay. 22-23): karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi. Bukannya mereka bermaksud untuk memberikan kehormatan kepada anak mereka dengan menyuruhnya membela diri sendiri. Bukanya juga mereka ingin perkara tersebut diselesaikan oleh orang yang paling mampu melakukannya, melainkan karena mereka ingin melepaskan diri sendiri dari kesulitan, seperti yang biasa dilakukan kebanyakan orang, tak peduli siapa yang akan tertimpa kesulitan itu gara-gara sikap mereka tadi. Kawanku, anakku dan mungkin agamaku penting bagiku, tetapi diriku sendirilah yang lebih penting -- Proximus egomet mihi. Akan tetapi, Kekristenan mengajarkan hal yang tidak seperti itu (1Kor. 10:24; Est. 8:6). Di sini terdapat:
- (a) Peraturan terbaru yang dibuat Mahkamah Agama. Telah disepakati dan disahkan oleh kewenangan para anggota Mahkamah Agama itu bahwa jika ada orang yang berada dalam wilayah kekuasaan mereka mengakui Yesus sebagai Mesias, ia akan dikucilkan.
- Perhatikanlah:
- [a] Kejahatan yang akan dihukum, atau dicegah oleh peraturan tersebut adalah mengakui dan menyatakan secara terang-terangan bahwa Yesus dari Nazaret adalah Mesias yang telah dijanjikan itu. Mereka sendiri sungguh menanti-nantikan Mesias, tetapi mereka tidak bisa tahan jika harus mempercayai bahwa Yesuslah orangnya. Mereka juga tidak mau bertanya-tanya apakah memang benar Ia orangnya. Ini semua mereka lakukan karena dua alasan:
- Pertama, karena prinsip-prinsip atau peraturan-Nya sangat berlawanan dengan hukum tradisional mereka. Penyembahan rohani yang Ia wajibkan mengacaukan segenap tata cara mereka. Selain itu, tidak ada hal lain yang benar-benar bisa menghancurkan kesombongan dan kedegilan hati mereka selain kebaikan hati yang Ia ajarkan. Kerendahan hati dan mati raga, pertobatan dan penyangkalan diri merupakan ajaran-ajaran yang baru bagi mereka, dan terdengar kasar dan aneh di telinga mereka.
- Kedua, karena janji-janji dan penampilan-Nya sangat berlawanan dengan harapan yang telah mereka miliki selama ini. Mereka mengharapkan Mesias datang dengan kemegahan dan keagungan lahiriah, yang tidak saja akan membebaskan bangsa mereka dari kuk bangsa Romawi, tetapi juga meningkatkan kebesaran Sanhedrin atau Mahkamah Agama, serta menjadikan anggota-anggotanya sebagai pangeran dan penguasa. Namun kini, yang mereka dengar tentang Dia hanyalah Mesias yang penampilan luarnya begitu sederhana dan miskin, yang tempat kemunculan pertama sekaligus tempat tinggal utamanya adalah di Galilea, sebuah provinsi yang hina. Yang mereka dengar tentang Dia hanyalah Mesias yang tidak pernah menghormati mereka ataupun berusaha menarik perhatian mereka, yang para pengikutnya tak satu pun para kesatria atau pembesar, atau orang terhormat, melainkan hanya para nelayan hina. Yang mereka dengar tentang Dia hanyalah Mesias yang tidak mencanangkan dan menjanjikan penebusan selain daripada dosa. Tidak ada penghiburan bagi Israel, kecuali penghiburan ilahi dan rohani. Malahan, pada saat yang sama Ia menyuruh para pengikut-Nya untuk mempersiapkan diri menghadapi salib dan penganiayaan. Semuanya ini sungguh merupakan penghinaan terhadap segala pemikiran yang telah mereka bentuk dan penuhi ke dalam pikiran orang banyak. Ini sungguh merupakan pukulan terhadap kuasa dan kepentingan mereka. Mereka menjadi begitu kecewa sampai tidak pernah mau berdamai lagi dengan semuanya tadi, termasuk tidak mau bersikap adil dan bersabar untuk mendengar kebenaran dari semuanya itu. Bagi mereka, keyakinan akan Mesias itu harus dihancurkan, tak peduli benar atau salah.
- [b] Hukuman yang akan dikenakan atas kejahatan tersebut. Jika seseorang mengakui dirinya sebagai murid Yesus, dia harus dianggap dan dinyatakan murtad dari iman gereja Yahudi, sekaligus dianggap sebagai pemberontak dan pengkhianat terhadap pemerintahannya, dan karena itu ia harus dikeluarkan dari sinagoge, sebagai orang yang telah kehilangan kehormatan dan tidak diperbolehkan mengecap hak-hak istimewa dari gereja mereka. Dia harus dikucilkan dan dikeluarkan dari negeri Israel. Hal itu bukan sekadar hukuman gereja saja, yang bisa saja diabaikan orang yang tidak peduli dengan kewenangannya, tetapi juga dianggap sebagai pelanggaran hukum sipil yang membuat seseorang kehilangan hak-hak sosial karena kebebasan serta harta bendanya ikut dirampas.
- Perhatikan:
- Pertama, agama Kristus yang kudus, sejak pertama kali didirikan, telah sering ditentang oleh hukum yang dibuat untuk menekan pengikut-Nya, seolah-olah jika hati nurani manusia secara alamiah bersedia menerima agama itu, maka paksaan buatan harus diterapkan untuk mencegah mereka.
- Kedua, pengaruh gereja sering kali dapat dibengkokkan menjadi bumerang bagi gereja itu sendiri jika kekuasaan jatuh ke tangan yang salah, dan aturan-aturan gerejawi dibuat hanya untuk memenuhi kepentingan duniawi dan kedagingan. Tidaklah mengherankan lagi untuk mendapati bahwa yang dikucilkan dari lingkungan ibadah itu justru mereka yang sebenarnya merupakan alat dan berkat bagi gereja. Tidak aneh juga untuk mendengar bahwa mereka yang terusir justru berujar, Baiklah TUHAN menyatakan kemuliaan-Nya (Yes. 66:5). Nah, mengenai peraturan ini dikatakan:
- . Bahwa orang-orang Yahudi menyepakatinya, atau lebih tepat lagi, bersekongkol mengenai hal itu. Dengan demikian, musyawarah dan kesatuan mereka dalam hal itu justru menjadi persekongkolan jahat melawan takhta dan martabat Sang Penebus, melawan Allah dan Yang Diurapi-Nya.
- . Bahwa mereka telah menyetujui penerapan hukuman tersebut. Meskipun Kristus baru tampil di hadapan khalayak ramai selama beberapa bulan saja sehingga orang pasti berpikir bahwa tidak mungkin dalam waktu sesingkat itu Ia bisa membuat mereka merasa iri terhadap-Nya, tetapi kenyataannya, sudah sedari awal itu mereka telah menyadari bahwa kepentingan-Nya semakin berkembang, dan karena itu mereka bersepakat untuk berusaha sedapat mungkin menekan perkembangan itu. Baru-baru ini, Dia telah berhasil meloloskan diri dari Bait Allah. Setelah mereka tercengang karena kegagalan usaha mereka untuk menangkap-Nya, mereka pun mengambil tindakan tersebut, yaitu hendak menghukum setiap orang yang berani mengakui Dia sebagai Mesias. Demikianlah, betapa satu hati dan giatnya musuh-musuh gereja dan rancangan mereka. Namun, Dia yang bersemayam di sorga, tertawa dan mengolok-olok mereka, dan kita pun bisa berbuat sama terhadap mereka.
- (b) Bagaimana peraturan tersebut mempengaruhi orangtua si buta. Mereka menolak mengatakan apa pun tentang Kristus, dan mengalihkan beban itu kepada anak mereka sendiri, karena mereka takut kepada orang Yahudi. Kristus telah menyebabkan diri-Nya tidak disenangi penguasa demi berbuat baik terhadap anak mereka, tetapi mereka tidak mau berbuat sama untuk memberikan-Nya kehormatan. Perhatikan, takut kepada orang mendatangkan jerat (Ams. 29:25), dan ini sering kali membuat banyak orang memilih untuk menyangkal dan tidak mau mengakui Kristus dan kebenaran serta jalan-Nya, dan membuat mereka bertindak melawan hati nurani mereka sendiri. Nah, kini si orangtua telah membebaskan diri mereka dari kesulitan, sehingga tidak diharuskan menjawab pertanyaan apa pun lagi. Sekarang, mari kita lanjut dengan penyelidikan terhadap orang yang tadinya buta itu: keraguan orang-orang Farisi mengenai apakah dia memang benar-benar buta sejak lahir telah dihapus oleh kedua orangtuanya, dan karena itulah,
- (2) Mereka kini menanyai dia tentang bagaimana ia disembuhkan, dan mengomentari hal tersebut (ay. 15-16).
- [1] Pertanyaan yang sama dengan yang telah diajukan para tetangganya itu kini ditanyakan orang-orang Farisi kepadanya, yaitu bagaimana matanya menjadi melek. Mereka bertanya seperti itu bukan dengan maksud tulus untuk mengetahui kebenaran, dengan menelusuri laporan itu dari sumbernya, namun dengan keinginan untuk mendapat kesempatan menentang Kristus. Sebab, jika orang itu menceritakan seluruh kejadian tersebut, mereka dapat menuduh Kristus sebagai pelanggar hari Sabat. Jika orang yang tadinya buta itu menceritakan kisah yang berbeda dari yang telah ia katakan sebelumnya, maka ada alasan bagi mereka untuk mencurigai bahwa semua kejadian itu hanyalah persekongkolan belaka.
- [2] Kepada orang-orang Farisi itu Ia mengulangi jawaban yang sama seperti yang telah ia katakan kepada para tetangga: Ia mengoleskan adukan tanah pada mataku, lalu aku membasuh diriku, dan sekarang aku dapat melihat. Di sini ia tidak membicarakan tentang bagaimana tanah itu diaduk, sebab ia tidak melihat prosesnya. Tetapi, hal itu tidaklah penting dan mungkin bisa memberi kesempatan kepada orang-orang Farisi itu untuk menentang Dia, sehingga ia pun mengabaikannya. Waktu menjawab pertanyaan tetangga, ia berkata, aku membasuh diriku, dan mataku melek. Namun, supaya mereka tidak menganggap bahwa hal itu hanyalah bayangan penglihatan yang kabur dan bersifat sementara, yang bisa saja dihasilkan oleh khayalan, ia pun kini berkata, "Aku dapat melihat: kesembuhan ini benar-benar sempurna dan tidak bersifat sementara."
- [3] Pendapat orang banyak terhadap cerita itu amatlah berbeda-beda, dan menimbulkan pertentangan di antara mereka (ay. 16).
- Pertama, sebagian orang memanfaatkan kesempatan ini untuk mencela dan mengutuk Kristus atas apa yang telah Ia lakukan. Sebagian dari orang-orang Farisi itu berkata, "Orang ini tidak datang dari Allah seperti pengakuan-Nya, sebab Ia tidak memelihara hari Sabat."
- . Ajaran yang dipakai sebagai dasar untuk celaan tersebut sangatlah benar, yaitu bahwa orang-orang yang tidak memelihara hari Sabat tidak berasal dari Allah, mereka yang pura-pura bernubuat itu tidaklah diutus dari Allah, dan mereka yang berpura-pura menjadi orang suci itu tidak lahir dari Allah. Orang-orang yang berasal dari Allah akan mematuhi perintah Allah. Dan, inilah perintah-Nya, yaitu supaya kita menguduskan hari Sabat. Orang-orang yang berasal dari Allah akan selalu bersekutu dengan Allah, suka mendengar firman-Nya dan berbicara dengan-Nya, dan karena itu akan menghormati hari Sabat yang telah ditetapkan sebagai hari untuk bersekutu dengan sorga. Hari Sabat disebut juga sebagai tanda, sebab menguduskannya menandakan adanya hati yang telah dikuduskan, dan melanggarnya menandakan hati yang najis. Akan tetapi,
- . Tuduhan pelanggaran hari Sabat terhadap Juruselamat kita sangatlah tidak tepat, sebab dengan saleh Dia memelihara hari Sabat dan tak pernah sekali pun melanggarnya. Ia sungguh menjalankan hari Sabat dengan benar, dan tidak pernah sebaliknya. Dia dianggap melanggar hari Sabat menurut adat istiadat para tetua dan kebiasaan takhyul kaum Farisi, tetapi Dia memeliharanya berdasarkan perintah Allah, dan karena itu tidak diragukan lagi, Dia berasal dari Allah, dan mujizat-mujizat-Nya membuktikan Dia sebagai Tuhan atas hari Sabat. Perhatikan, kebanyakan penghakiman keras dan tidak benar terjadi karena manusia membuat aturan-aturan keagamaan lebih ketat daripada yang ditentukan Allah. Mereka menambah-nambahi ketetapan Allah itu dengan khayalan-khayalan mereka, seperti yang dilakukan orang-orang Yahudi ini, dalam perkara pengudusan hari Sabat ini. Kita sendiri bolehlah melarang ini dan itu pada hari Sabat, bila hal itu kita anggap dapat mengalihkan perhatian kita, tetapi kita tidak boleh mengikat orang lain dengan hal yang sama. Segala sesuatu yang kita jadikan aturan tindakan kita tidak boleh dijadikan aturan untuk menghakimi orang lain.
- Kedua, sebagian lainnya membela-Nya dengan mengemukakan sebuah alasan kuat: Bagaimanakah seorang berdosa dapat membuat mujizat yang demikian? Kelihatannya, di dalam kumpulan orang fasik itu bahkan masih ada sebagian orang yang mampu berpikir dengan leluasa dan menjadi saksi Kristus, sekalipun mereka sedang berada di antara musuh-musuh-Nya. Duduk perkaranya sudah jelas, yaitu bahwa kejadian tersebut merupakan sebuah mujizat nyata, yang semakin diselidiki semakin terbukti kebenarannya. Dan hal ini pun mengingatkan mereka akan pekerjaan-pekerjaan yang telah Ia lakukan sebelumnya, serta memberi kesempatan orang-orang untuk membicarakannya dengan takjub, toiauta sēmeia -- tanda-tanda yang begitu dahsyat, begitu banyak, begitu nyata buktinya. Maka kesimpulan atas peristiwa itu sangatlah wajar: hal-hal seperti itu tidak akan pernah bisa dilakukan oleh seorang yang berdosa, yaitu, tidak bisa diperbuat oleh seorang manusia biasa, dalam namanya dan dengan kuasanya sendiri. Atau lebih tepat lagi, tidak dapat dilakukan oleh seorang penipu atau penyesat, yang sama saja dengan orang berdosa. Orang seperti ini bisa saja menunjukkan beberapa tanda dan keajaiban palsu, tetapi tidak seperti tanda dan keajaiban nyata yang telah dilakukan Kristus. Bagaimana mungkin seorang manusia dapat menghasilkan kesanggupan-kesanggupan ilahi demikian jika ia tidak diutus memiliki tugas perutusan ilahi? Maka timbullah pertentangan di antara mereka, atau perpecahan, demikian arti kata aslinya. Mereka berselisih dalam hal pendapat, dan terjadilah perdebatan sengit sehingga rumah tangga mereka pun terpecah-pecah karenanya. Demikianlah Allah mengalahkan kumpulan musuh-Nya dengan memecah-belah mereka. Kesaksian-kesaksian seperti itu, yang dipakai untuk menentang kejahatan para penganiaya, dan kesulitan yang mereka hadapi, kadang-kadang membuat rencana jahat para penganiaya terhadap gereja menjadi gagal dan tak terampunkan lagi.
- . Setelah mereka menanyakan tentang penyembuhan itu, kita harus memperhatikan bagaimana selanjutnya mereka menanyakan tentang orang yang mengerjakan penyembuhan itu.
- Nah, perhatikanlah di sini:
- (1) Apa yang dikatakan orang itu mengenai Dia, ketika ia harus menjawab pertanyaan mereka itu. Mereka bertanya kepadanya (ay. 17), "Apakah katamu tentang Dia, karena Ia telah memelekkan matamu? Apa pendapatmu tentang apa yang telah dilakukan-Nya itu? Lalu apa pendapatmu mengenai Dia yang telah melakukan hal itu?" Jika untuk menjawab pertanyaan ini ia berbicara sepele-sepele saja mengenai Kristus, seperti yang dilakukan orangtuanya, bila ia sampai tergoda untuk melakukannya, untuk menyenangkan hati mereka dan juga karena sekarang ia ada di tangan mereka -- jika ia sampai tergoda lalu berkata, "Aku tak tahu harus mengatakan apa tentang-Nya. Mungkin saja seorang pembohong atau penipu, aku tidak tahu," maka pastilah orang-orang Farisi itu akan bergembira ria dalam kemenangan. Tak ada hal lain yang lebih menguatkan kebencian musuh Kristus terhadap-Nya selain penghinaan yang dilontarkan orang-orang yang telah Ia jadikan teman. Akan tetapi, jika dia berkata yang baik-baik tentang Kristus, maka mereka akan menganiaya dia dengan memakai hukum baru mereka itu, tanpa kecuali, sekalipun dia itu orang yang telah Ia sembuhkan. Mereka ingin menjadikannya contoh supaya orang lain menjadi takut dan tidak mau mencari kesembuhan dari Kristus. Mereka memang tidak perlu mengeluarkan uang untuk memperoleh kesembuhan dari-Nya, tetapi hukum orang Farisi itu akan membuat mereka membayar harga mahal karena melakukannya. Atau mungkin, teman-teman Kristus mencoba menyelidiki perasaan orang itu terhadap Dia yang sudah menyembuhkannya, dan ingin tahu apa yang ia pikirkan tentang Dia, sebab kelihatannya, ia cukup bijaksana. Perhatikan, mereka yang matanya telah dicelikkan Kristus pasti tahu benar apa yang harus mereka katakan mengenai Dia. Mereka punya alasan kuat melebihi yang lainnya untuk mengatakan hal-hal yang baik mengenai-Nya. Apa yang kita pikirkan mengenai Kristus? Terhadap pertanyaan seperti itu, orang miskin ini mengemukakan sebuah jawaban singkat, langsung, dan jelas: Ia adalah seorang nabi, seorang yang diilhami dan diutus Allah untuk mengajar, melakukan mujizat dan memberitakan pesan ilahi kepada dunia." Bangsa Yahudi tidak memiliki seorang nabi pun selama tiga ratus tahun terakhir ini. Akan tetapi, mereka tidak menyimpulkan bahwa memang tidak akan ada nabi lagi, sebab mereka tahu bahwa Dia yang akan menggenapkan penglihatan dan nabi (Dan. 9:24) akan segera datang. Sepertinya, orang itu tidak berpikir bahwa Kristus adalah Mesias, Sang Nabi Agung, melainkan hanya salah satu dari nabi-nabi biasa lainnya. Wanita Samaria menyimpulkan Dia sebagai nabi sebelum ia mengenal-Nya sebagai Mesias (4:19). Begitupun orang yang tadinya buta ini. ia berpikiran yang baik tentang Kristus sesuai dengan terang yang ada padanya, walaupun hal baik yang dipikirkannya mengenai Kristus itu belumlah cukup. Namun demikian, oleh karena ia setia terhadap apa yang telah ia ketahui, Allah pun membukakan kebenaran itu kepadanya. Pengemis buta yang miskin ini memiliki penilaian yang lebih jelas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kerajaan Allah, dan mampu melihat jauh ke depan bukti-bukti tugas perutusan ilahi, dibandingkan guru-guru di Israel, yang memandang diri memiliki wewenang untuk menilai para nabi.
- (2) Apa yang mereka katakan mengenai Dia, dalam menanggapi kesaksian orang itu. Setelah gagal membuktikan ketidakbenaran bukti mengenai mujizat tersebut, dan mendapati bahwa memang mujizat yang dahsyat telah terjadi dan tidak dapat disangkal lagi, mereka melakukan usaha lain lagi, yaitu menjelek-jelekkan dan menghina mujizat itu. Mereka juga berbuat sedapat mungkin untuk mengguncangkan pikiran baik orang yang telah dicelikkan matanya itu mengenai Kristus, dan meyakinkan dia bahwa Kristus adalah orang jahat (ay. 24): Katakanlah kebenaran di hadapan Allah; kami tahu bahwa orang itu orang berdosa.
- Pernyataan tersebut dapat diartikan dengan dua cara:
- [1] Sebagai nasihat, agar berhati-hati untuk tidak melayangkan pujian atas kesembuhannya itu kepada orang berdosa, melainkan mempersembahkannya kepada Allah, yang layak mendapatkannya. Jadi, mereka melucuti kemuliaan Kristus dalam kedok kasih yang palsu terhadap kehormatan Allah, seperti yang dilakukan orang-orang yang tidak mau menyembah Kristus sebagai Allah dengan mengatasnamakan kebenaran besar ini, yaitu bahwa hanya ada satu Allah yang layak disembah. Padahal inilah yang menjadi kehendak Allah, yaitu bahwa segenap umat manusia harus menghormati Anak sebagaimana mereka menghormati Bapa, dan mengakui bahwa Kristus adalah Tuhan sama dengan memberikan kemuliaan kepada Allah Bapa. Saat Allah memakai manusia yang berdosa sebagai alat untuk menunjukkan kebaikannya kepada kita, kita memang harus memberikan kemuliaan kepada Allah, sebab Allahlah yang merancangkan setiap ciptaan untuk menjadi alat-Nya. Akan tetapi, tetap saja kita harus berterima kasih kepada alat yang dipakai-Nya itu. Berikanlah pujian kepada Allah adalah perkataan yang bagus, tetapi di sini perkataan tersebut disalahgunakan, dan tampaknya ada hal lain lagi yang tersirat di dalamnya. "Orang itu orang berdosa, orang yang jahat, dan karena itu, berikanlah pujian terlebih kepada Allah, yang bisa melakukan hal itu melalui alat yang demikian."
- [2] Sebagai desakan, seperti yang dipikir sebagian orang. "Kami tahu (sedangkan kamu tidak mengetahuinya, karena kamu ini baru saja datang ke sebuah dunia baru) bahwa orang itu orang berdosa, penyesat besar, dan menipu seluruh negeri. Kami yakin akan hal ini, karena itu pujilah Allah" (seperti yang dikatakan Yosua kepada Akhan) "dengan sungguh-sungguh mengakui bahwa sudah jelas ada penipuan dan persekongkolan dalam perkara ini, yang kami yakini ada: Dalam nama Allah, katakanlah kebenaran." Seperti ini juga nama Allah disalahgunakan oleh gereja pada masa lalu, saat mereka memaksa orang-orang tak berdosa mengakui tuduhan yang ditimpakan kepada mereka, dan juga memaksa orang-orang yang tidak tahu apa-apa untuk mengakui kebenaran tuduhan atas orang-orang lain dengan ex officio, melalui sumpah. Lihatlah bagaimana mereka begitu merendahkan Tuhan Yesus dengan perkataan mereka: Kami tahu bahwa orang itu orang berdosa. Dalam pernyataan itu kita bisa memperhatikan,
- Pertama, kelancangan dan kesombongan mereka. Saat mereka menanyai orang itu tentang apa yang ia pikirkan mengenai Kristus, mereka tidak mau mengakui bahwa mereka sendiri membutuhkan lebih banyak informasi. Pokoknya, mereka tahu betul bahwa Dia adalah orang berdosa, dan tak seorang pun dapat memutarbalikkan keyakinan mereka itu. Kristus sendiri sudah pernah menantang mereka di depan mata kepala mereka sendiri (8:46) untuk membuktikan bahwa Dia berbuat dosa, dan mereka tak mampu berkata apa pun. Tetapi kini, di belakang-Nya, mereka menggunjingkan-Nya sebagai penjahat yang terhukum dengan bukti-bukti nyata. Begitulah para penuduh palsu selalu berlagak untuk menutupi kurangnya bukti yang mereka miliki.
- Kedua, cela dan hina yang ditimpakan kepada Tuhan Yesus. Ketika Ia menjadi manusia, Dia tidak saja hanya mengambil rupa seorang hamba, melainkan sebagai seorang yang berdosa (Rm. 8:3), dan dianggap sama berdosanya seperti halnya umat manusia yang lainnya. Bukan hanya itu, Dia bahkan dianggap sebagai pendosa paling bejat yang melebihi semua manusia lain. Dan, karena telah dijadikan dosa bagi kita, Ia pun harus menanggung aibnya.
- . Perdebatan yang timbul antara orang-orang Farisi dengan orang miskin itu mengenai Kristus. Mereka berkata, Dia adalah orang berdosa, sedangkan dia berkata, Dia adalah seorang nabi. Peristiwa ini hendaknya menjadi dorongan semangat bagi orang-orang yang peduli dengan kepentingan Kristus, bahwa mereka tidak akan kekurangan saksi bagi Kristus. Mereka bahkan bisa menemukan seorang pengemis buta di pinggir jalan untuk dijadikan saksi bagi Kristus untuk menghadapi musuh-musuh bebuyutan-Nya. Demikianlah juga, peristiwa tersebut hendaknya pula menjadi dorongan bagi mereka yang dipanggil untuk menjadi saksi Kristus, supaya berani dan tabah orang itu dalam mengajukan pembelaannya, sesuai dengan janji ini, semuanya itu akan dikaruniakan kepadamu pada saat itu juga. Meskipun belum pernah melihat Yesus, dia telah merasakan anugerah-Nya. Nah, dalam perdebatan antara orang-orang Farisi dan orang miskin itu kita dapat memperhatikan tiga tahap:
- (1) Orang itu tetap bersikukuh pada kebenaran bukti yang ingin mereka goyahkan. Hal yang meragukan sebaiknya memang diselesaikan melalui hal lain yang telah jelas.
- Oleh karena itulah:
- [1] Setidaknya dia berpegang teguh pada hal yang baginya sudah jelas, dan ia pun merasa puas karena hal itu tidak bisa dibantah lagi (ay. 25): "Apakah orang itu orang berdosa, aku tidak tahu, sekarang aku tidak akan dan tidak perlu mempermasalahkannya sebab perkara ini sudah jelas dan akan menampakkan dirinya sendiri bahkan jika aku memilih untuk membungkam mulutku." Atau, yang lebih baik lagi, "Jika orang itu orang berdosa, aku tidak tahu, dan aku tidak mendapati satu pun alasan untuk berpendapat demikian, melainkan justru sebaliknya, sebab hanya satu hal yang aku tahu, dan aku lebih meyakininya dibanding keyakinanmu terhadap hal-hal yang kamu pikirkan tadi, yaitu bahwa aku tadinya buta, dan sekarang dapat melihat, sehingga aku tidak hanya dapat mengakui bahwa Ia telah memperlakukan aku layaknya seorang kawan baik, tetapi juga bahwa Ia adalah seorang nabi. Aku mampu dan wajib mengatakan hal-hal yang baik tentang Dia."
- Nah, di sini:
- Pertama, secara tak tampak ia mencela keyakinan mereka mengenai kejahatan yang mereka tuduhkan kepada Yesus yang terkasih: "Kamu mengaku tahu bahwa Ia adalah seorang berdosa, tetapi aku, yang mengenal-Nya sebaik kamu, tidak bisa berpendapat demikian mengenai Dia."
- Kedua, dengan berani orang itu mengandalkan pengalamannya sendiri dalam merasakan kuasa dan kebaikan Yesus yang kudus itu, dan bertekad untuk berteguh di dalamnya. Pengalaman memang tidak bisa diperdebatkan lagi, dan tidak mungkin mendebat seseorang untuk menyangkal akalnya sendiri. Inilah seorang yang benar-benar cocok untuk menjadi saksi mata akan kuasa dan anugerah Kristus, sekalipun ia belum pernah melihat Dia. Perhatikan, sebagaimana belas kasihan Kristus lebih dihargai oleh orang yang paling merasakan kebutuhan akan hal tersebut, yang pernah buta dan kini melihat, begitu juga aliran kasih sayang terhadap Kristus mengalir paling deras karena pengetahuan tentang-Nya yang didapat dari pengalaman sendiri (1Yoh. 1:1; Kis. 4:20). Orang miskin ini tidak memberitahukan kisah yang menyenangkan mengenai cara penyembuhan tersebut, atau berpura-pura untuk menggambarkannya dengan kata-kata berbau filsafat, tetapi dia menjelaskannya dengan singkat, yaitu bahwa aku tadinya buta, dan sekarang dapat melihat. Jadi, dalam pekerjaan anugerah di dalam jiwa, meski kita tidak bisa mengatakan kapan dan bagaimana, dengan alat, langkah dan proses apa, perubahan yang mulia akan tetap terjadi. Walaupun demikian, kita tetap akan merasa terhibur jika bisa mengatakan, melalui anugerah, "Aku tadinya buta, dan sekarang dapat melihat. Dulu kehidupanku penuh dengan kedagingan, keduniawian dan nafsu, tetapi puji Tuhan, kini semuanya menjadi kebalikannya" (Ef. 5:8).
- [2] Orang-orang Farisi itu berusaha mengacaukan dan menghapus bukti dengan terus-menerus mengulang pertanyaan yang sama (ay. 26): Apakah yang diperbuat-Nya padamu? Bagaimana Ia memelekkan matamu? Mereka menanyakan semua pertanyaan itu,
- Pertama, karena mereka membutuhkan sesuatu untuk dikatakan, dan memilih untuk terus berbicara sembarangan daripada terlihat diam atau kalah. Orang-orang yang ingin terus berdebat dengan cara begitu, dan bertekad bahwa merekalah yang harus keluar sebagai pemenang dengan hanya berbicara mengulang-ulang perkataan yang sia-sia untuk menghindar dari rasa malu akibat dibungkam, mereka sendiri membuat diri sendiri bertanggung jawab atas semua perkataan omong kosong mereka itu.
- Kedua, dengan menyuruh orang itu mengulang-ulang bukti itu, mereka berharap untuk membuat orang itu tersandung atau menjadi goyah dalam menyampaikan bukti itu. Dengan begitu, mereka pikir mereka pun menanglah.
- (2) Orang itu mencela mereka karena tidak juga mau percaya dan terus berprasangka. Mereka lalu mengejeknya sebagai murid Yesus (ay. 27-29), ketika dia menjadi lebih berani dalam menjawab mereka. Lidah mereka pun menjadi lebih tajam terhadap dia daripada sebelumnya.
- [1] Dengan tegas orang itu mencela mereka karena sikap mereka yang terus menentang bukti mujizat itu dengan cara yang tidak beralasan (ay. 27). Dia tidak mau mengulang-ulang cerita itu untuk memuaskan mereka, tetapi menjawab dengan berani, "Telah kukatakan kepadamu, dan kamu tidak mendengarkannya; mengapa kamu hendak mendengarkannya lagi? Barangkali kamu mau menjadi murid-Nya juga?" Ada orang berpendapat bahwa dia sungguh bermaksud demikian dan berharap supaya mereka bisa diyakinkan untuk menjadi murid-Nya. "Dia punya banyak murid, dan aku pun akan menjadi murid-Nya, maukah kamu juga demikian?" Sebagian orang Kristen baru yang sangat berapi-api memang melihat banyak hal bagus dalam agama sehingga mereka cenderung berpikir bahwa setiap orang lain pun akan setuju dengan pandangan mereka. Akan tetapi, tampaknya perkataannya itu bernada mengejek, "Barangkali kamu mau menjadi murid-Nya juga? Pasti tidak, aku tahu kamu bahkan jijik memikirkannya. Lalu kenapa kamu ingin mendengar hal yang akan membuatmu menjadi murid-Nya atau yang akan membuatmu terhukum bila tidak mau menjadi murid-Nya?" Mereka yang sengaja menutup mata terhadap terang seperti kaum Farisi ini,
- Pertama, membuat diri mereka sendiri menjadi hina dan menjijikkan, seperti mereka yang kini ditelanjangi oleh orang miskin ini karena menyangkal kebenaran, padahal mereka tidak memiliki alasan apa pun untuk menentangnya.
- Kedua, mereka kehilangan semua keuntungan untuk mendapatkan bimbingan dan sarana pengetahuan yang lebih dalam yang bisa mengarahkan mereka untuk menjadi yakin akan kebenaran itu: Mereka telah diberi tahu sebelumnya tetapi tidak sudi mendengar, jadi untuk apa harus diberitahukan sekali lagi? (Yer. 51:9; Mat. 10:14).
- Ketiga, dengan begitu mereka telah menyia-nyiakan anugerah Allah. Hal ini tersirat dalam pertanyaan, "Barangkali kamu mau menjadi murid-Nya juga? Tidak, karena kamu telah bertekad untuk tidak mau. Lalu kenapa kamu mau mendengar kesaksianku sekali lagi, apakah hanya supaya kamu bisa menuduh dan menganiaya-Nya?" Orang pasti berpikir bahwa mereka yang tidak sudi mengakui alasan untuk menerima Kristus dan bergabung dengan para murid-Nya seharusnya memiliki alasan yang cukup untuk tidak membenci-Nya dan menganiaya Dia beserta murid-murid-Nya.
- [2] Karena itulah mereka menghina dan mencelanya (ay. 28). Saat mereka tidak lagi dapat menandingi hikmat dan roh yang dengannya ia berbicara, mereka pun menjadi berang dan memarahinya, lalu mulai mengolok-olok dan berbicara dengan kasar terhadapnya. Lihatlah apa yang harus dihadapi oleh para saksi Kristus yang sejati dari para penentang kebenaran dan perkara-Nya. Biarlah mereka bersiap menghadapi segala yang jahat difitnahkan kepada mereka (Mat. 5:11). Manusia yang tidak berakal budi memang biasa memasang tameng untuk menutupi kekurangan mereka dalam mengetahui kebenaran dan dalam memberi alasan yang benar.
- Pertama, mereka mengejek orang karena ia menunjukkan kasih sayangnya bagi Kristus: mereka berkata, Engkau murid orang itu, seakan-akan perkataan itu sudah cukup untuk dipakai sebagai celaan dan tidak perlu mengatakan yang lebih jelek lagi. "Kami menolak menjadi murid-Nya, hanya bajingan seperti engkau saja yang memilih melakukan itu." Mereka berusaha sedapat mungkin menghina agama Kristus dan memberi gambaran bahwa mengikut Dia adalah suatu hal yang menjijikkan. Mereka mengejeknya. Vulgata menerjemahkannya dengan maledixerunt eum -- mereka mengutuknya. Kutukan apa yang mereka lontarkan itu? Tak lain dari, Jadilah kau murid-Nya. "Biarlah kutukan seperti itu" (ujar Augustinus) "jatuh ke atas kita dan anak-anak kita!" Jika kita mengukur kehormatan dan aib berdasarkan pendapat dunia yang sesat dan penuh dengan hiruk pikuk yang membutakan, maka kita akan bermegah di dalam aib kita dan merasa malu dengan kehormatan kita. Mereka tidak memiliki alasan kuat untuk memanggil orang itu sebagai murid Kristus, sebab dia belum pernah melihat-Nya ataupun mendengarkan Dia berkhotbah. Dia hanya mengatakan hal baik tentang apa yang telah Kristus perbuat baginya, dan mereka tak tahan mendengar itu semua.
- Kedua, mereka bermegah dalam hubungan mereka dengan Musa, guru mereka: "Kami murid-murid Musa, dan kami tidak perlu dan tidak menginginkan guru lain."
- Perhatikan:
- . Para pengikut sebuah agama yang berpikiran duniawi sangat mudah untuk percaya dan mendewa-dewakan keagungan serta hak-hak istimewa dari pengakuan mereka itu, padahal sesungguhnya mereka sama sekali tidak mengenal prinsip-prinsip dan kuasa agama mereka itu. Orang-orang Farisi ini sebelumnya telah membangga-banggakan leluhur mereka: Kami adalah keturunan Abraham. Sekarang mereka menyombongkan diri dengan pendidikan mereka, Kami murid-murid Musa, seolah-olah hal itu dapat menyelamatkan mereka.
- . Menyedihkan sekali mendapati bagaimana satu bagian dari agama ditentang habis-habisan dengan kedok ketaatan terhadap bagian yang lain. Di antara Kristus dan Musa terdapat suatu keserasian yang sempurna: Musa menyiapkan jalan bagi Kristus, dan Kristus menyempurnakan Musa, supaya dengan demikian mereka bisa menjadi murid Musa dan dapat menjadi murid Kristus juga. Namun di sini, keduanya justru dipertentangkan. Mereka memang tidak dapat menganiaya Kristus kecuali dengan menyalahgunakan nama Musa. Demikianlah, orang-orang yang menentang ajaran anugerah yang diberikan secara cuma-cuma itu menilai diri mereka sebagai penyokong kewajiban manusia, Kami murid-murid Musa. Di pihak lain, mereka yang menghapuskan kewajiban hukum Taurat menilai diri mereka sebagai pengikut anugerah yang diberikan secara cuma-cuma, dan bertingkah seolah-olah tidak ada orang lain lagi yang menjadi murid Kristus selain mereka. Padahal, jika kita mengerti perkara tersebut secara benar, kita akan dapat melihat bahwa karunia Allah dan kewajiban manusia sejalan dan bersesuaian satu sama lainnya.
- Ketiga, mereka mengemukakan suatu dalih sebagai alasan mengapa mereka berpihak kepada Musa dan melawan Kristus (ay. 29): Kami tahu, bahwa Allah telah berfirman kepada Musa, tetapi tentang Dia itu kami tidak tahu dari mana Ia datang. Akan tetapi, tidakkah mereka tahu bahwa di antara banyak hal yang Allah firmankan kepada Musa, salah satunya adalah yang ini, yaitu bahwa mereka harus menanti-nantikan seorang nabi lain dan pewahyuan pikiran Allah yang selanjutnya? Tetapi, saat Tuhan Yesus kita, sang penggenap firman Allah kepada Musa, muncul dan memberikan bukti yang cukup mengenai status-Nya sebagai nabi, mereka bukan saja menolak, tetapi juga mencampakkan belas kasihan yang ditujukan kepada mereka, dengan dalih berpegang erat pada agama yang lama dan jemaat yang sudah mapan.
- Dalam pertengkaran yang mereka timbulkan itu dapat kita perhatikan:
- . Betapa tidak sopannya mereka berkoar-koar membela sikap permusuhan mereka terhadap Kristus. Pernyataan yang mereka pakai pun tidak pernah disangkal para pengikut-Nya: "Kami tahu, bahwa Allah telah berfirman kepada Musa," dan puji Tuhan, kita juga mengetahui hal itu, bahwa Allah berfirman secara lebih langsung kepada Musa dibandingkan kepada para nabi yang lainnya. Lalu masalahnya apa kalau begitu? Memang benar Allah berfirman pada Musa, tetapi apakah hal itu dapat membuktikan bahwa Yesus adalah seorang penyesat? Musa juga memang seorang nabi kan? Musa juga berbicara tentang Yesus dengan rasa hormat (5:46), dan Yesus pun demikian terhadap Musa (Luk. 16:29). Baik Musa maupun Yesus, keduanya setia di dalam rumah Allah yang sama: Musa sebagai seorang hamba, dan Kristus sebagai Anak. Karena itulah, seruan orang-orang Farisi yang mempertentangkan wewenang ilahi Musa dengan wewenang Kristus hanyalah dibuat-buat saja, untuk menyesatkan orang yang tidak suka berpikir panjang bahwa Yesus adalah nabi palsu dan Musa adalah nabi yang benar. Padahal keduanya sungguh-sungguh nabi.
- . Betapa tidak masuk akalnya cara mereka yang memakai ketidaktahuan mereka mengenai Kristus sebagai dalih untuk membenarkan penghinaan mereka terhadap-Nya: Tetapi tentang Dia itu. Begitu rendahnya mereka memandang Kristus yang terkasih itu, sampai-sampai mereka tidak mau menyebut nama-Nya, seakan-akan tidak ada harganya untuk menyimpan nama yang rendah itu dalam ingatan mereka. Mereka membicarakan Gembala Israel dengan sikap merendahkan seakan-akan Dia itu terlalu hina untuk ditempatkan bersama-sama dengan anjing penjaga kambing domba mereka: Tetapi tentang Dia, orang yang menggelikan ini, kami tidak tahu dari mana Ia datang. Mereka menganggap diri sebagai orang yang memiliki kunci pengetahuan, dan karena itu tak seorang pun boleh berkhotbah tanpa seizin mereka dulu, tanpa disetujui oleh mahkamah mereka. Mereka mengharuskan semua orang yang hendak menjadi pengajar untuk menghadap mereka dan memenuhi tuntutan mereka lebih dulu. Dan hal ini tidak pernah dilakukan Yesus. Ia tidak pernah mengakui wewenang mereka sehingga harus meminta izin mereka dulu. Karena itulah mereka menganggap-Nya sebagai pengacau yang tidak masuk melalui jalur resmi: Mereka tidak tahu siapa Dia dan dari mana asal-Nya, sehingga mereka meyimpulkan bahwa Dia itu orang berdosa. Padahal, seharusnya kita memikirkan hal yang baik-baik tentang orang yang tidak begitu kita kenal. Tetapi, orang-orang sombong dan berjiwa kerdil memang selalu menganggap diri sendirilah yang baik, sedangkan orang lain tidak. Tak lama sebelum itu, orang-orang Yahudi justru mengemukakan pernyataan yang berlawanan dengan keberatan yang mereka kemukakan di sini (7:27): Tetapi tentang orang ini kita tahu dari mana asal-Nya, tetapi bilamana Kristus datang, tidak ada seorang pun yang tahu dari mana asal-Nya. Begitulah, mereka selalu bisa dengan sangat yakin mengukuhkan atau menentang suatu hal yang sama, tergantung yang mana yang akan membantu mencapai tujuan mereka. Mereka tidak tahu dari mana Ia datang, dan salah siapakah itu?
- (1) Mereka memang seharusnya bertanya-tanya, sebab Mesias akan muncul sewaktu-waktu pada saat itu, dan sudah menjadi kewajiban mereka untuk mencari di sekitar mereka dan menyelidiki setiap petunjuk. Tetapi, imam-imam ini, seperti orang-orang di dalam Yeremia 2:6, tidak lagi bertanya, Di manakah Tuhan?
- (2) Mereka pasti sudah mengetahui dari mana Ia berasal, dengan melacak daftar kelahiran, bahwa Ia lahir di Betlehem. Dan bukan hanya dengan cara ini saja, dengan menyelidiki ajaran, mujizat dan perilaku-Nya, mereka pasti bisa tahu bahwa Dia diutus oleh Allah dan memiliki perintah, amanat, dan petunjuk yang jauh lebih baik dari yang dapat mereka berikan kepada-Nya. Lihatlah keanehan dari sifat bebal untuk tidak mau percaya itu. Manusia tidak akan mengenal ajaran Kristus karena mereka memang sudah bertekad untuk tidak mempercayai ajaran-Nya itu. Tidak sampai di situ saja, mereka masih juga mengaku tidak percaya karena mereka tidak mengenal-Nya. Kebodohan dan ketidakpercayaan yang demikian saling menguatkan dan memperparah satu sama lainnya.
- (3) Orang yang tadinya buta itu bertengkar dengan mereka mengenai hal tersebut, dan mereka pun mengucilkan dia.
- [1] Begitu tahu bahwa dia memiliki alasan kuat yang tak dapat ditandingi mereka, orang miskin ini semakin berani dan hampir saja mengalahkan mereka dalam perdebatan itu.
- Pertama, ia merasa heran dengan kebebalan mereka untuk tidak mau percaya (ay. 30): tanpa menjadi ciut hati karena kekasaran mereka, dan tanpa digoyahkan oleh keyakinan mereka, dengan berani ia menjawab, "Aneh juga, ini kasus teraneh mengenai ketidaktahuan yang memalukan yang pernah tersiar di antara kaum yang mengaku-ngaku berakal. Masakan kamu tidak tahu dari mana Ia datang, sedangkan Ia telah memelekkan mataku." Ada dua hal yang membuatnya terheran-heran:
- . Masakan mereka tidak kenal orang yang begitu masyhur. Orang yang dapat mencelikkan mata orang buta pastilah orang yang hebat dan layak diperhatikan. Kaum Farisi memiliki sifat yang selalu ingin mencari tahu, memiliki pergaulan dan kenalan yang luas, menganggap diri mereka sebagai mata dan penjaga jemaat, tetapi kini mereka berkata seolah-olah mereka terlalu tinggi untuk mengenal orang seperti Kristus, atau untuk bergaul dengan Dia. Ini memang betul-betul aneh. Ada banyak orang dikenal terpelajar dan berpengetahuan, mengerti banyak perkara dan dapat pandai berbicara mengenai bermacam-macam hal, tetapi yang mengherankan, mereka bodoh jika menyangkut ajaran Kristus. Mereka tidak peduli dan tidak ingin mengetahui hal-hal yang ingin diketahui oleh malaikat-malaikat.
- . Masa mereka masih juga mempertanyakan amanat ilahi yang diemban seorang yang telah jelas-jelas melakukan sebuah mujizat ilahi. Saat berkata, kami tidak tahu dari mana Ia datang, mereka memaksudkan, "Kami tidak memiliki bukti bahwa ajaran dan pelayanan-Nya berasal dari sorga." "Aneh juga," kata si orang miskin tadi, "bahwa mujizat yang telah terjadi padaku tidak mampu meyakinkanmu dan menjelaskan duduk perkaranya. Aneh sekali bahwa kamu yang lebih beruntung dari orang lain karena pendidikan dan pengajaran tinggi yang kamu miliki tentang hal-hal mengenai Allah, memilih untuk menutup mata terhadap terang." Memang suatu keajaiban yang menakjubkan saat hikmat orang-orangnya yang berhikmat akan hilang (Yes. 29:14), sehingga mereka menyangkal kebenaran yang buktinya tidak bisa mereka bantah.
- Perhatikan:
- (1) Ketidakpercayaan mereka yang menikmati sarana pengetahuan dan bukti-bukti yang meyakinkan memang adalah suatu hal yang mengherankan (Mrk. 6:6).
- (2) Orang-orang yang telah mengalami sendiri kuasa dan anugerah Tuhan Yesus pasti sangat terheran-heran akan kekerasan hati mereka yang menolak-Nya. Setelah memiliki pikiran yang begitu indah tentang Dia, mereka merasa heran saat mendapati orang lain tidaklah demikian. Jika saja Kristus mencelikkan mata orang-orang Farisi, pastilah mereka tidak akan meragukan diri-Nya sebagai seorang nabi.
- Kedua, orang itu mendebat kaum Farisi dengan keras (ay. 31-33). Mereka bersikukuh bahwa Yesus tidak berasal dari Allah (ay. 16), melainkan seorang berdosa (ay. 24). Sebagai tanggapan atas pernyataan ini, orang ini membuktikan bahwa Yesus bukan saja tidak berdosa (ay. 31), tetapi juga berasal dari Allah (ay. 33).
- a. Di sini dia mendebat mereka:
- (a) Dengan pengetahuan yang luar biasa. Meskipun tidak bisa membaca satu huruf pun di dalam Kitab Suci, dia cukup mengenal firman dan hal-hal mengenai Allah. Dulu dia memang memiliki kekurangan dalam hal melihat, tetapi dia memanfaatkan betul-betul pendengarannya, dari mana imannya berasal. Akan tetapi, hal itu pun tidak akan berguna baginya jika saja pada kesempatan itu ia tidak memiliki penyertaan Allah yang luar biasa dan pertolongan istimewa dari Roh-Nya.
- (b) Dengan semangat menyala-nyala untuk kehormatan Kristus, sebab ia tidak mau mendengar orang menjelek-jelekkan atau mencoba menjatuhkan Dia.
- (c) Dengan keberanian dan ketegasan yang luar biasa, dan juga keteguhan, tidak takut akan para penentangnya yang angkuh itu. Orang yang ingin menyenangkan Allah tidak boleh gentar dengan sikap orang lain yang memusuhinya. "Lihatlah di sini," kata Dr. Whitby, "penilaian seorang buta dan tidak terpelajar mengenai hal-hal rohani mengalahkan penilaian seluruh kumpulan orang Farisi yang terpelajar. Kita bisa belajar dari sini bahwa kita tidak bisa selalu dipimpin dengan baik oleh wewenang dewan-dewan gereja. Bukan hal yang mustahil bila terkadang orang awam berselisih pendapat dengan dewan-dewan gereja itu. Terkadang para pengawas ini bersalah atas pengawasan besar."
- b. Bantahan yang dikemukakan orang itu dapat pula diibaratkan dengan yang dikatakan Daud (Mzm. 66:18-20). Dasar pemikiran dalam pernyataan Daud adalah, Seandainya ada niat jahat dalam hatiku, tentulah Tuhan tidak mau mendengar. Di sini pun orang itu mengemukakan kalimat yang artinya kurang lebih sama, Allah tidak mendengarkan orang-orang berdosa: dan Daud yakin bahwa, Sesungguhnya, Allah telah mendengar, sedangkan dalam keyakinan orang itu, sesungguhnya Allah telah mendengar Yesus dan Dia dipermuliakan melalui perbuatan yang sebelumnya tidak pernah dilakukan orang. Jadi, kesimpulannya, kesemuanya itu mempermuliakan Allah, terpujilah Allah. Di sini maksudnya adalah untuk mempermuliakan Tuhan Yesus, Dia berasal dari Allah.
- (a) Dia memaparkan kebenaran yang tak dapat dibantah lagi, yaitu bahwa hanya orang-orang benar saja yang menjadi kesukaan sorga (ay. 31): Kita tahu, dan kamu pun mengetahuinya seperti aku, bahwa Allah tidak mendengarkan orang-orang berdosa, melainkan orang-orang yang saleh dan yang melakukan kehendak-Nya.
- Di sini:
- [a] Pernyataannya itu benar, jika hal itu dimengerti secara benar.
- Pertama, biarlah hal itu dikatakan untuk menggentarkan hati orang jahat, bahwa Allah tidak mendengarkan orang-orang berdosa, yaitu orang-orang berdosa seperti yang dimaksudkan kaum Farisi saat mereka menuduh Kristus, dia adalah seorang berdosa. Orang-orang demikian memajukan kepentingan Iblis dengan berlindung di bawah nama Allah. Hal ini tidak membahayakan orang-orang berdosa yang bertobat dan kembali lagi ke jalan benar, melainkan hanya mengancam mereka yang terus-menerus melakukan kekejian dan membuat doa-doa mereka tidak hanya selaras dengan kejahatan mereka, tetapi juga dipakai untuk melicinkannya, seperti yang dilakukan oleh orang-orang munafik. Allah tidak akan mendengarkan mereka. Dia tidak akan mengakui mereka ataupun memberi jawaban damai sejahtera atas doa-doa mereka.
- Kedua, biarlah hal itu dikatakan untuk menghiburkan orang-orang benar, Dia akan mendengar orang-orang yang saleh dan yang melakukan kehendak-Nya.
- Di sini terdapat,
- . Keseluruhan sikap dari seorang yang benar, yaitu bahwa ia seorang yang menyembah Allah dan melakukan kehendak-Nya. Ia bertekun dalam bersaat teduh pada waktu-waktu tertentu dan selalu menjaga perilakunya setiap waktu. Orang seperti itu bergiat memuliakan nama Sang Penciptanya dengan memuja nama-Nya dan menaati kehendak dan ketetapan-Nya dengan tulus hati. Kedua hal ini harus berjalan dengan serasi.
- . Penghiburan yang tak terucapkan bagi orang seperti itu: Allah mendengarkannya. Allah mendengarkan keluhannya dan melegakan dia, mendengarkan seruannya dan membenarkan dia, mendengar pujiannya dan menerimanya, mendengar doa-doanya dan menjawabnya (Mzm. 34:16).
- [b] Penerapan semua kebenaran di atas membuktikan dengan tegas bahwa Yesus, yang perkataan-Nya dipenuhi kuasa ilahi sehingga mampu menyembuhkan orang yang terlahir buta, bukanlah orang jahat, melainkan seorang suci yang begitu nyata menujukan hati-Nya sepenuhnya kepada Allah yang kudus hingga Allah selalu mendengarkan-Nya (9:31-32).
- (b) Dia menegaskan mujizat yang telah diperbuat oleh Kristus, untuk memperkuat pernyataannya (ay. 32): Dari dahulu sampai sekarang tidak pernah terdengar, bahwa ada orang yang memelekkan mata orang yang lahir buta.
- Perkataan tersebut digunakan untuk menunjukkan:
- [a] Bahwa mujizat itu sungguh benar dan melebihi kuasa alam. Tidak pernah terdengar ada orang yang mampu menyembuhkan orang yang terlahir buta dengan memakai cara-cara alamiah. Tidak diragukan lagi, orang ini dan kedua orangtuanya pasti sudah sering mencari tahu mengenai perkara itu, apakah ada orang yang buta sejak lahir pernah ditolong, dan mereka tidak pernah mendengar seorang pun. Karena itu ia kini dapat berbicara mengenai hal tersebut dengan penuh keyakinan. Atau,
- [b] Bahwa mujizat itu benar-benar luar biasa dan melebihi mujizat-mujizat lain yang telah diperbuat sebelumnya. Walaupun banyak melakukan perkara-perkara hebat, Musa maupun nabi-nabi lain tidak pernah melakukan hal-hal yang demikian, yang di dalamnya seakan kuasa ilahi dan kebaikan saling bersaing. Musa mendatangkan tulah-tulah yang mengherankan, tetapi Kristus mengerjakan kesembuhan-kesembuhan yang menakjubkan.
- Perhatikan:
- Pertama, pekerjaan-pekerjaan Tuhan Yesus yang ajaib belum pernah dilakukan oleh siapa pun juga sebelumnya.
- Kedua, sudah sepantasnyalah bagi orang yang telah menerima belas kasihan Allah untuk menghargai belas kasihan yang telah mereka terima itu, dan membicarakannya dengan penuh hormat, bukan supaya mereka dapat bermegah di dalamnya atau membuat mereka terlihat seolah-olah menjadi kesayangan sorgawi, tetapi supaya Allah lebih dipermuliakan lagi.
- (c) Karena itulah, orang ini menyimpulkan, "Jikalau orang itu tidak datang dari Allah, Ia tidak dapat berbuat apa-apa, yaitu hal-hal luar biasa, yang seperti itu. Oleh sebab itu, tidak diragukan lagi, pastilah Dia datang dari Allah, meskipun Ia tidak menuruti adat kebiasaan kalian dalam perkara hari Sabat." Perhatikan, apa yang Kristus lakukan di muka bumi ini sudah cukup untuk menunjukkan siapa Dia sebenarnya di sorga. Sebab, jika Dia tidak diutus Allah, tidak mungkin Ia dapat melakukan mujizat-mujizat seperti itu. Memang benar bahwa ada juga orang berdosa yang datang dengan mujizat-mujizat palsu, namun, itu bukanlah mujizat-mujizat yang nyata. Sama halnya, seorang nabi palsu juga bisa saja, dengan izin ilahi, memberitahukan suatu tanda atau mujizat (Ul. 13:1-2), namun perkara tersebut dilakukan sedemikian rupa sehingga menimbulkan kebingungan, sebab hal itu ditujukan untuk memalingkan orang supaya menyembah ilah lain, yang pada intinya berarti mencoba membuat Allah melawan diri-Nya sendiri. Juga benar bahwa ada banyak orang jahat telah melakukan hal-hal ajaib dengan memakai nama Kristus. Namun, peristiwa ini sama sekali tidak membuktikan bahwa mereka itu berasal dari Allah, melainkan justru membuktikan Dia yang dalam nama-Nya hal-hal ajaib itu dilakukan. Melalui semua ini, setiap dari kita juga bisa tahu apakah kita datang dari Allah atau tidak. Apa yang kita lakukan? Apa yang kita perbuat bagi Allah, bagi jiwa kita, dalam mengerjakan keselamatan kita? Apa yang kita lakukan melebihi orang lain?
- [2] Setelah mendapati diri mereka tidak dapat menjawab dan tidak dapat tahan lagi mendengar semua alasan dari orang buta itu, orang-orang Farisi itu pun lalu menghina dia dan mengakhiri perdebatan mereka itu dengan keangkuhan dan kegeraman mereka (ay. 34). Di sini diceritakan tentang:
- Pertama, apa yang mereka katakan. Ketika mereka tidak mampu lagi mendebat orang itu, mereka pun menyerang pribadinya: "Engkau ini lahir sama sekali dalam dosa dan engkau hendak mengajar kami?" Mereka tersinggung oleh sesuatu yang seharusnya melembutkan hati mereka, dan hati mereka tertusuk oleh kemarahan yang ditimbulkan oleh sesuatu yang seharusnya membuat mereka bertobat.
- Perhatikanlah:
- . Bagaimana mereka menghinanya, dan celaan apa yang mereka lontarkan kepada dia: "Engkau ini lahir sama sekali dalam dosa, sama seperti semua manusia lainnya, namun, engkau lebih lagi, rusak seluruhnya, karena engkau membawa aib yang rusak itu dalam tubuh dan juga dalam jiwamu. Secara alamiah, engkau ini sudah tercemar." Jika dia masih dalam keadaan buta, mencela kebutaannya dan menuduh dia lebih berdosa dari semua orang lain adalah perbuatan biadab. Tetapi kini, setelah dia disembuhkan, sangat luar biasa tidak benarnya untuk mengungkit lagi kebutaannya yang dahulu. Sebab, kesembuhan itu bukan saja sudah menyingkirkan kebutaannya, melainkan juga menandakan bahwa dia adalah kesukaan Sorga. Beberapa orang mengartikan perkataan orang-orang Farisi itu demikian: "Engkau sama saja dengan pengemis di mana-mana, yang semuanya pendosa. Karena itu, tidak diragukan lagi, engkau pasti sama bejatnya dengan mereka." Akan tetapi, dari cara berbicaranya, ia membuktikan hal yang sebaliknya. Malahan ia memperlihatkan sifat kesalehan yang besar. Tetapi saat orang-orang Farisi sombong yang sewenang-wenang itu bertekad untuk menjatuhkan seseorang, apa saja bisa mereka pakai sebagai pernyataan palsu.
- . Ketidaksudian mereka untuk belajar darinya atau menerima pengajaran darinya: Engkau hendak mengajar kami? Penekanan yang mendalam harus dicermati di antara kata Engkau dan kami. "Apa! Engkau, orang yang hina dina, bodoh dan buta huruf, belum pernah sehari pun melihat cahaya matahari, seorang pengemis pinggir jalan, sampah masyarakat yang tertolak, hendak berlagak mengajar kami, orang bijak hukum dan pembesar gereja, yang duduk di kursi Musa dan adalah guru di Israel?" Perhatikan, orang yang sombong tidak sudi diajari, terutama oleh orang yang ada di bawah mereka, padahal kita tidak boleh menganggap diri kita terlalu tua, terlalu bijaksana, atau terlalu baik untuk selalu belajar. Orang yang memiliki banyak harta selalu ingin lebih lagi, jadi mengapa orang yang memiliki banyak pengetahuan tidak demikian pula? Kita juga harus menghargai orang yang bisa mengajari kita untuk menjadi lebih baik lagi. Betapa lemahnya alasan ketidakpercayaan orang-orang Farisi itu, yaitu hanya karena mereka benar-benar tidak sudi diajari, diberi tahu dan diyakinkan oleh orang yang hina dina seperti itu!
- Kedua, apa yang mereka lakukan: Mereka mengusir dia keluar. Sebagian orang mengartikan ini sebagai suatu tindakan kasar dan menghina dengan cara mengusir dia keluar dari sidang mereka. Mereka mengusir dia keluar dari ruangan dengan menggeleng-gelengkan kepala dan mengangkat bahu, dan mungkin juga dengan menyuruh para pengawal menendang dia. Mereka pikir inilah saatnya untuk mengirim dia jauh-jauh setelah kini dia berada sangat dekat dengan hati nurani mereka. Namun, lebih tepatnya, tindakan mereka itu adalah sebuah tindakan hukum. Mereka menyingkirkan dia, menjauhkan dia dari segala hubungan yang mungkin. Mereka menghalau dia untuk menjadi anggota jemaat Israel. "Orang malang ini," kata Dr. Lightfoot, "merupakan pengaku iman pertama dalam jemaat Kristen, seperti halnya Yohanes Pembaptis merupakan martir pertama." Ada hukum yang mengatakan bahwa jika seseorang mengaku Yesus sebagai Kristus, dia harus dilempar keluar dari sinagoge (ay. 22). Orang ini hanya mengatakan bahwa Yesus adalah seorang nabi, yang berasal dari Allah. Namun, mereka melenturkan hukum dan menyeret dia dengan hukum itu, seolah dia telah mengaku Yesus sebagai Kristus atau Mesias. Sungguh teramat menakutkan bila diputuskan dari segala hubungan dan dikeluarkan dari sebuah jemaat yang murni clave non errante -- padahal tidak ada kesalahan yang diperbuat, karena apa yang terikat di dunia ini, akan terikat juga di sorga. Namun, bila dikeluarkan dari sebuah jemaat yang rusak (yang memang merupakan kewajiban kita untuk keluar dari situ), sekalipun dengan cara yang tidak adil, secara anathema, karena tidak disukai, diancam dan ditakut-takuti, maka kita tidak perlu takut atau merasa sedih. Penyebab kutukan tidak akan datang. Bila mereka mengusir para pengikut Kristus keluar dari tempat-tempat ibadah, seperti yang dinubuatkan-Nya (16:2), maka mereka tidak akan bisa menyakiti para pengikut-Nya itu, karena para pengusir itu adalah jemaat Setan.
SH: Yoh 9:18-34 - Berani bersaksi (Sabtu, 16 Februari 2008) Berani bersaksi
Bersaksi adalah tugas setiap orang percaya, tetapi tidak semua orang
Kristen mau bersaksi secara sederhana. Bersaksi adalah
...
Berani bersaksi
Bersaksi adalah tugas setiap orang percaya, tetapi tidak semua orang Kristen mau bersaksi secara sederhana. Bersaksi adalah menceritakan atau menyatakan apa yang telah dilakukan Yesus dalam hidup kita kepada orang-orang lain. Orang Kristen dipanggil untuk bersaksi secara objektif dengan menyampaikan fakta-fakta Injil, dan bersaksi secara subjektif dengan membagi pengalaman-pengalamannya di dalam Kristus.
Dalam bagian Alkitab yang kita baca hari ini, kita membaca mengenai
orang tua dari orang buta yang telah disembuhkan Yesus itu, yang
tidak berani memberi kesaksian tentang apa yang telah dialami
anaknya (ayat 19-21). Ia takut dikucilkan (ayat 22). Pengucilan
merupakan senjata ampuh dari para pembesar rumah ibadah Yahudi
untuk membuat orang tidak berani mengakui Yesus sebagai Mesias.
Pengucilan berarti seseorang dikeluarkan/diasingkan dari umat
Allah. Pada zaman Yesus sebenarnya banyak penguasa di Yerusalem
yang percaya kepada Yesus, tetapi mereka takut untuk menyatakan
hal itu. Mereka ingin "supaya mereka jangan dikucilkan" (
Berbeda dari orang tuanya, orang buta yang disembuhkan itu tidak takut bersaksi. Ia berani mengatakan apa yang baru dia alami bersama Yesus. Ia mengatakan "Aku tadinya buta dan sekarang dapat melihat (ayat 25)." Memang ia tidak cukup siap untuk berdebat dengan pemahaman orang Farisi tentang Yesus (ayat 24,25), tetapi ia tetap mau memberikan kesaksian tentang perbuatan Yesus yang ia alami.
Bagaimana dengan kita? Apakah kita berani bersaksi seperti orang buta yang disembuhkan oleh Yesus? Atau kita enggan bersaksi karena takut diperlakukan secara tidak baik? Mungkin banyak di antara kita yang tidak mampu bersaksi tentang Yesus dalam bahasa teologi yang tepat, tetapi kita semua pasti bisa menceritakan apa yang sudah Yesus lakukan dalam hidup kita. Jangan malu dan jangan takut bersaksi. Bersaksilah mulai hari ini dan seterusnya.
SH: Yoh 9:13-41 - Iman yang tumbuh dalam tekanan (Senin, 21 Januari 2002) Iman yang tumbuh dalam tekanan
Menarik sekali melihat perkembangan pengenalan orang buta tentang
Tuhan Yesus. Ketika tetangga-tetangganya bertan...
Iman yang tumbuh dalam tekanan
Menarik sekali melihat perkembangan pengenalan orang buta tentang Tuhan Yesus. Ketika tetangga-tetangganya bertanya bagaimana ia menjadi celik, ia hanya mengenal nama Yesus (ayat 11). Namun, ia sama sekali tidak tahu di mana Yesus berada (ayat 12). Kelihatannya ia tidak begitu mempedulikan Yesus yang menyembuhkannya. Namun, saat ia diperiksa oleh pemimpin-pemimpin agama, ia menjadi sadar bahwa Yesus bukanlah manusia biasa. Orang buta ini menyadari bahwa Yesus adalah seorang nabi (ayat 17). Ketika ia diperiksa untuk kedua kalinya, pengenalannya akan Yesus meningkat tajam. Orang buta ini menyatakan bahwa Yesus bukan orang berdosa (ayat 25). Yesus didengar Allah (ayat 31). Bahkan orang buta ini menegaskan bahwa Yesus datang dari Allah (ayat 33). Pernyataannya ini membuat ia dibuang oleh pemimpin-pemimpin agama (ayat 34).
Namun, Yesus tidak membuangnya. Yesus mencarinya (ayat 35). Yesus menyatakan diri kepadanya dan mengundangnya untuk percaya kepada-Nya. Orang buta ini percaya kepada Yesus dan menerima-Nya sebagai Tuhan (ayat 38). Ia tidak hanya percaya, namun juga menyembah Yesus. Ia tidak mempedulikan para pemimpin agama. Di depan mereka ia menyembah Yesus (ayat 41). Tentulah perbuatan ini mengejutkan pemimpin-pemimpin agama. Bukankah hanya Allah yang patut disembah? Mengapa orang buta ini menyembah Yesus? Mengapa Yesus tidak melarang orang buta ini untuk menyembah-Nya? Semuanya ini mengungkapkan satu hal kepada kita. Orang buta tersebut menyadari bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah, sehingga ia tidak segan-segan untuk menyembah-Nya.
Jika kita melihat perkembangan pengenalan orang buta ini akan Yesus, kita kagum sekali. Ia mengenal Yesus bukan dari kesaksian murid-murid Yesus atau Tuhan Yesus sendiri. Pengenalannya akan Tuhan Yesus berkembang karena tekanan pihak-pihak yang ingin menganiaya Tuhan Yesus. Melalui interogasi yang berusaha memojokkannya dan juga menjerat Tuhan Yesus, orang buta ini semakin mengenal Yesus. Dengan perkataan lain, kesulitan hidup yang dialami orang buta membawanya ke pengenalan akan Yesus.
Renungkan: Iman sejati selalu tumbuh. Iman kepada Yesus akan membawa orang percaya menyembah-Nya. Iman melahirkan ibadah.
SH: Yoh 9:24-41 - Si buta melihat (Senin, 25 Januari 1999) Si buta melihat
Ketika si buta dibuka matanya oleh Sang Pencipta, ia bersaksi
"aku tadinya buta, dan sekarang dapat melihat." Tetapi ketika
...
Si buta melihat
Ketika si buta dibuka matanya oleh Sang Pencipta, ia bersaksi "aku tadinya buta, dan sekarang dapat melihat." Tetapi ketika ditanya proses kesembuhannya, ia mengatakan bahwa mereka tidak akan mau mendengar penjelasannya. Karena itu, ketika ditanya oleh mereka tentang mukjizat yang dialaminya, ia menegaskan bahwa hanya seorang yang berasal dari Allah yang berkuasa memelekkan mata orang yang lahir buta. Orang itu melihat kebenaran, namun Tuhan Yesus mengatakan mereka buta. Sebaliknya, si buta yang dibukakan matanya, mampu melihat kebenaran yang sejati di dalam Dia.
Yang melihat si Buta. Tuhan Yesus memperkenalkan diri-Nya sebagai Anak Manusia, yang membuka mata buta dan yang menghakimi mereka yang menganggap diri melihat, tetapi sebenarnya mereka "buta." Mata yang dibukakan hingga dapat melihat terang adalah karya ilahi. Tak seorang pun dapat melihat kebenaran melalui Taurat Musa dengan usahanya sendiri. "Mata buta yang terbuka adalah mukjizat Tuhan, Sang Pemberi Hukum, yang berkenan membukakan diri-Nya untuk dilihat si buta." Apa yang dimengerti orang Farisi tentang "buta" dan "melihat" adalah dalam pengertian hurufiah, sedangkan yang dimaksudkan Tuhan Yesus adalah makna rohani.
SH: Yoh 9:24-34 - Sombong rohani membutakan! (Kamis, 16 Februari 2006) Sombong rohani membutakan!
Orang-orang Farisi menginterogasi orang buta yang telah sembuh itu
dengan pertanyaan yang amat sinis. "Katakanlah k...
Sombong rohani membutakan!
Orang-orang Farisi menginterogasi orang buta yang telah sembuh itu dengan pertanyaan yang amat sinis. "Katakanlah kebenaran di hadapan Tuhan (secara harafiah: Muliakanlah Allah)." Sayang, ucapan itu diberi arti apriori, yaitu menuntut orang tersebut mengaku bersalah. Mereka bukan mencari kebenaran, tetapi menginginkan jawaban yang memuaskan diri sendiri.
Orang-orang Farisi ini sudah memutuskan bahwa Tuhan Yesus bukan berasal dari Allah, sebaliknya Ia adalah orang berdosa (ayat 24). Dengan otoritas mereka sebagai pemimpin agama, mereka memaksa orang yang dicelikkan matanya itu menyangkal mukjizat yang dia terima. Sikap mereka ini menunjukkan kebodohan dan keterbatasan mereka menafsirkan Hukum Taurat! Kebodohan mereka nyata dari cara mereka memaksa fakta harus sesuai dengan teori. Orang berdosa tidak mungkin mengadakan mukjizat seperti itu, maka pasti mukjizat itu tidak dapat terjadi. Padahal mukjizat sudah terjadi dan saksinya ada di depan mata mereka. Orang-orang Farisi itu kini mengacu kepada Musa sebagai guru mereka. Sebelum ini mereka justru nyata salah ketika mengacu kepada Musa (Yoh. 5:46). Kini orang buta tersebut mempermalukan mereka (Yoh. 9:30). Alasannya jelas mukjizat yang dialaminya bukan sekadar penyembuhan cacat mata, tetapi penciptaan fungsi penglihatan yang tadinya tidak ada. Hanya Allah yang dapat menyertai pembuat mukjizat tersebut.
Kesombongan rohani membutakan mata orang bahkan dari kebodohan dirinya sendiri. Bukti-bukti mukjizat bahkan ajaran firman sekalipun dapat diputarbalikkan untuk mendukung kedegilan hati seseorang. Karena itu, kita harus merendahkan hati di hadapan Allah agar oleh anugerah-Nya kita diberikan keterbukaan dan kesediaan belajar terhadap kebenaran.
Doaku: Tuhan, tolong kami agar pengetahuan rohani kami tidak hanya sebatas intelek, tetapi sungguh-sungguh melibatkan hati serta tindakan nyata ketaatan kami kepada-Mu.
SH: Yoh 9:24-41 - Buta atau celik rohani? (Senin, 27 Januari 2014) Buta atau celik rohani?
Banyak orang yang matanya sehat secara fisik, tetapi buta secara rohani sehingga tidak dapat melihat keajaiban karya-karya Tu...
Buta atau celik rohani?
Banyak orang yang matanya sehat secara fisik, tetapi buta secara rohani sehingga tidak dapat melihat keajaiban karya-karya Tuhan di sekitar mereka. Inilah yang dialami juga oleh beberapa orang Farisi ketika berhadapan dengan orang buta sejak kecil yang disembuhkan oleh Yesus (15, 25, 30). Dialog di antara mereka akan menunjukkan siapa sebenarnya yang buta dan siapa yang dapat melihat.
Fakta telah berbicara yaitu mata si buta sembuh sehingga dapat melihat. Hal ini mendapat dukungan dari para saksi mata (8-12, 20). Namun para pemimpin agama tidak mau percaya bahwa orang itu tadinya buta dan Yesus telah menyembuhkan dia. Mereka sebaliknya menuduh Yesus sebagai pelanggar hari Sabat (16) dan orang berdosa (24). Akibatnya mereka sulit untuk menerima kesaksian orang buta yang telah sembuh itu dan sulit juga untuk percaya bahwa Yesus berasal dari Allah. Pengakuan mereka sebagai murid-murid Musa dan tahu banyak tentang Kitab Suci tidak terlihat dalam iman mereka, karena Musa dan Kitab Suci jelas memberi kesaksian tentang Kristus (Ul. 18:15: Yoh. 5:39).
Berbeda dengan para pemuka agama, orang buta itu tentu lebih sedikit pengetahuannya tentang Kitab Suci. Namun ia tahu betul bahwa perubahan ajaib telah terjadi atas dirinya (25). Ia juga tahu dan berani bersaksi bahwa Yesus berasal dari Allah dan melakukan kehendak-Nya (30-33). Kesaksian ini menyebabkan dia dikucilkan. Meski demikian, Yesus menyambut dia dan menawarkan keselamatan agar ia mengalami kesembuhan fisik maupun kesembuhan rohani. Bukan lagi hanya mengenal Yesus sebagai seorang nabi (17), tetapi percaya kepada Dia sebagai Anak Manusia (35-38). Ini kontras dengan orang Farisi yang buta secara rohani sehingga akan binasa dalam dosa mereka.
Kebenaran dan karya Allah yang ajaib telah dinyatakan melalui orang buta itu. Bagaimana respons kita? Kita yang percaya akan mengalami keajaiban Tuhan terjadi di dalam hidup kita. Dunia mungkin menolak kita karena iman dan Injil, tetapi Tuhan selalu menyertai kita.
SH: Yoh 9:1-41 - Buta Hati Meski Melihat (Kamis, 4 Maret 2021) Buta Hati Meski Melihat
Hukum sebab akibat bisa menjadi cara bagi orang untuk mengaitkan perbuatan yang dilakukan dengan hasilnya. Apa yang terjadi a...
Buta Hati Meski Melihat
Hukum sebab akibat bisa menjadi cara bagi orang untuk mengaitkan perbuatan yang dilakukan dengan hasilnya. Apa yang terjadi adalah akibat dari perbuatannya, konsekuensi logis antara sebab dengan akibatnya, atau yang sering kita dengar dengan istilah "tabur-tuai".
Pemahaman seperti itu terlihat juga dalam pikiran para murid. Mereka mempertanyakan siapa yang bersalah saat mereka melihat pengemis yang buta sejak lahir itu (2). Untuk mengubah pemikiran mereka yang terjebak dalam pola sebab akibat, Yesus memberi penjelasan. Kadang Allah mengizinkan keadaan seperti itu agar pekerjaan-Nya dinyatakan (3). Pernyataan itu dibarengi dengan belas kasih Yesus yang menyembuhkan pengemis buta. Sebagaimana diri-Nya adalah Terang dunia, Yesus memberikan terang kepadanya.
Berita pemulihan itu menjadi viral. Responsnya beragam, ada yang menerima, ada juga yang menolak. Orang-orang Yahudi dari golongan Farisi menolak kesembuhan itu dengan menganggapnya sebagai perbuatan yang melanggar Sabat; namun, sebagian lagi menganggap bahwa mukjizat itu tidak dapat dilakukan oleh orang berdosa (16). Sementara itu, orang yang telah disembuhkan yakin bahwa Yesus adalah seorang nabi (17).
Penyembuhan itu-sekalipun merupakan perbuatan baik-bagi orang Farisi menjadi pelanggaran karena dilakukan pada hari Sabat. Mereka memahami hukum keempat dari Hukum Taurat sebagai larangan untuk orang melakukan pekerjaan apa pun, termasuk menyembuhkan orang sakit. Namun bagi Yesus, hari Sabat adalah ketetapan-Nya dan setiap manusia adalah ciptaan-Nya. Maka, dengan kesadaran penuh Ia memulihkannya. Itulah Sabat yang seutuhnya, yakni terjadinya pemulihan bagi ciptaan.
Orang Farisi secara fisik tidak buta, tetapi mata batinnya buta. Apakah kita seperti mereka? Karena persoalan legalitas, kita melupakan kasih Allah yang menjangkau semua manusia tanpa dibatasi apa pun. Mari kita lihat dengan hati, sebab Allah juga memandang manusia dengan hati-Nya yang penuh kasih. [SGP]
Utley -> Yoh 9:24-34
Utley: Yoh 9:24-34 - --NASKAH NASB (UPDATED): Yoh 9:24-3424 Lalu mereka memanggil sekali lagi orang yang tadinya buta itu dan berkata kepadanya: "Katakanlah kebenaran di had...
NASKAH NASB (UPDATED): Yoh 9:24-34
24 Lalu mereka memanggil sekali lagi orang yang tadinya buta itu dan berkata kepadanya: "Katakanlah kebenaran di hadapan Allah; kami tahu bahwa orang itu orang berdosa." 25 Jawabnya: "Apakah orang itu orang berdosa, aku tidak tahu; tetapi satu hal aku tahu, yaitu bahwa aku tadinya buta, dan sekarang dapat melihat." 26 Kata mereka kepadanya: "Apakah yang diperbuat-Nya padamu? Bagaimana Ia memelekkan matamu?" 27 Jawabnya: "Telah kukatakan kepadamu, dan kamu tidak mendengarkannya; mengapa kamu hendak mendengarkannya lagi? Barangkali kamu mau menjadi murid-Nya juga?" 28 Sambil mengejek mereka berkata kepadanya: "Engkau murid orang itu tetapi kami murid-murid Musa. 29 Kami tahu, bahwa Allah telah berfirman kepada Musa, tetapi tentang Dia itu kami tidak tahu dari mana Ia datang." 30 Jawab orang itu kepada mereka: "Aneh juga bahwa kamu tidak tahu dari mana Ia datang, sedangkan Ia telah memelekkan mataku. 31 Kita tahu, bahwa Allah tidak mendengarkan orang-orang berdosa, melainkan orang-orang yang saleh dan yang melakukan kehendak- Nya. 32 Dari dahulu sampai sekarang tidak pernah terdengar, bahwa ada orang yang memelekkan mata orang yang lahir buta. 33 Jikalau orang itu tidak datang dari Allah, Ia tidak dapat berbuat apa-apa." 34 Jawab mereka: "Engkau ini lahir sama sekali dalam dosa dan engkau hendak mengajar kami?" Lalu mereka mengusir dia ke luar.
Yoh 9:24 "Katakanlah kebenaran di hadapan Allah (beri Kemuliaan bagi Allah)" Ini adalah suatu rumusan pengambilan sumpah untuk menjamin kejujuran (lih. Yos 7:19).
Yoh 9:25 Jawaban ini pasti menunjuk pada ay. Yoh 9:16. Orang ini tidak ingin mendebatkan teologia, namun menyatakan hasil dari perjumpaannya dengan Yesus.
Yoh 9:27 "Barangkali kamu mau menjadi murid-Nya juga?" bentuk ketatabahasaan Yunani ini mengharapkan jawaban "tidak", namun penanyaan pertanyaan itu sendiri merupakan suatu ironi yang tajam dan menunjukkan akal dari si pengemis buta ini.
Yoh 9:28a "engkau murid Orang itu" Adasuatu pertanyaan yang sungguh-sungguh sampai pada titik apa di pasal ini orang ini menjadi seorang percaya. Pada awalnya sepertinya penyembuhan oleh Yesus ini tidak dihubungkan dengan iman orang ini didalam Dia sebagai Mesias; hanya diwaktu kemudian Yesus menghadapkannya dengan klaim-klaim keMesiasan (lih. ay. Yoh 9:36-38). Episode ini menunjukkan bahwa penyembuhan jasmani tidak selalu membawa keselamatan.
Yoh 9:28b-29 Ini menunjukkan kesulitan yang dihadapi oleh para pemimpin agama. Mereka mencoba untuk menyamakan rincian, penafsiran khusus dari Tradisi Lisan (Talmud) dengan perwahyuan yang terilhami kepada Musa. Mata mereka dibutakan oleh prasangka-prasangka teologis mereka (lih. Mat 6:23).
Yoh 9:30 "Aneh juga bahwa kamu tidak tahu dari mana Ia datang, sedangkan Ia telah memelekkan mataku" Ini adalah satu lagi contoh dari akal yang tajam dan ironi yang menggigit dari si pengemis buta ini pada saat menyangkal logika dari orang-orang Farisi.
Yoh 9:31-33 Orang buta yang tak berpendidikan ini memiliki teologia yang lebih baik dan konsisten daripada para pemimpin agama tersebut!
Yoh 9:33 "Jikalau" Ini adalah sebuah KALIMAT SECOND CLASS CONDITIONAL yang disebut "berlawanan dengan fakta." Ini harus dipahami sebagai, "Jika orang ini tidak datang dari Allah, yang kenyataannya datang dari Allah, maka Ia tidak akan bisa melakukan hal-hal semacam ini, yang kenyataannya Ia lakukan."
Yoh 9:34 "Engkau ini lahir sama sekali dalam dosa" Menarik untuk dicatat bahwa Yudaisme Kerabian tidak memilik konsep "dosa asal" (lih. Ayub 14:1: Mazm 51:5). Kejatuhan dari Kej 3 sama sekali tidak ditekankan dalam Yudaisme Kerabian. Orang Yahudi menyatakan bahwa ada suatu itikad baik dan buruk (yetzer) di dalam setiap manusia. Para Farisi ini sedang menyatakan bahwa kesaksian dan logika dari orang yang disembuhkan ini tidak sah karena ia nyata-nyata adalah seorang pendosa dengan bukti lahir buta.
□ "mereka mengusir dia keluar" Secara hurufiah ini berarti "mereka melemparkannya keluar." Rujukannya ialah dari (1) keanggotaan dan kehadirannya dalam sinagoga setempat atau (2) pengusiran dari pertemuan. Dalam konteks ini #2 sepertinya lebih cocok.
TFTWMS -> Yoh 9:26-34
TFTWMS: Yoh 9:26-34 - Ia Dari Allah "IA DARI ALLAH" (Yohanes 9:26-34)
Karena dibuat frustasi oleh keteguhan yang kokoh dari orang yang lahir buta ini, orang-orang Farisi itu k...
"IA DARI ALLAH" (Yohanes 9:26-34)
Karena dibuat frustasi oleh keteguhan yang kokoh dari orang yang lahir buta ini, orang-orang Farisi itu kemudian mengulang kembali seluruh proses tanya-jawab itu dari awal (9:26). Taktik mereka itu mengingatkan saya akan prosedur antiteroris yang saya alami beberapa tahun yang lalu dalam penerbangan ke luar negeri. Pegawai penerbangan itu memanggil setiap penumpang dan menanyakan kami beberapa pertanyaan berturut-turut. Lalu, beberapa menit kemudian, pegawai yang lain menanyakan kami pertanyaan-pertanyaan yang sama. Akhirnya, pegawai ketiga menanyakan sekali lagi pertanyaan-pertanyaan yang sama kepada kami! Belakangan, kami melihat ketiga pegawai itu berdiri bersama dan membandingkan catatan mereka untuk melihat apakah kami sudah memberikan jawaban yang sama kepada ketiga orang itu. Orang yang lahir buta itu pastilah memiliki perasaan yang sama yang kami rasakan pada hari itu.
Karena menghadapi pertanyaan yang sama, orang itu mulai memasukkan sedikit kesinisan ke dalam situasi itu. Ia bertanya kepada para pemimpin Yahudi itu apakah mereka menanyakan dia kembali oleh karena mereka tertarik kepada Yesus dan ingin menjadi murid-Nya (9:27). Sudah dapat diduga, mereka menjadi sangat marah. Lalu, dalam kesempatan terakhirnya untuk berbicara kepada mereka, orang yang lahir buta itu memperlihatkan adanya kontradiksi di dalam pemikiran beberapa pemikir paling cemerlang dan yang dilatih paling baik di seluruh Israel. Ia menyatakan bahwa tidak satu orang pun pernah mendengar tentang mujizat yang sehebat penyembuhan orang yang lahir buta. Penyembuhan itu benar-benar merupakan perbuatan yang menakjubkan. Mujizat ini tentunya harus datang dari Allah; namun begitu orang-orang Farisi itu, yang percaya bahwa mereka begitu dekat dengan Allah, tidak punya gagasan dari mana Yesus datang atau apa yang sudah Ia perbuat. Kesimpulan berani orang itu adalah bahwa jika Yesus tidak datang dari Allah, maka Ia tidak akan dapat melakukan perbuatan seperti itu. Pada intinya, ia berkata, "Ia datang dari Allah" (9:33).
Setelah dibuat malu oleh orang yang lahir buta itu, orang-orang Farisi itu meledak dalam cercaan panjang. Betapa beraninya orang ini menggurui mereka. Orang ini buta hukum Taurat dan tidak dapat dipercaya untuk berpikir benar. Selain itu, mereka menyatakan bahwa ia dilahirkan sepenuhnya dalam dosa-dosanya. (Ingat pertanyaan murid-murid itu tentang dosa dan penderitaan dalam ayat 2.) Ketika mereka selesai mengomel, "mereka mengusir dia ke luar" (9:34). Kelihatannya, orang-orang Farisi itu melakukan persis seperti apa yang orang tua pengemis itu takutkan akan menimpa diri mereka; orang-orang Farisi itu mengucilkan dia ke luar sinagoga.
Pengalaman orang yang lahir buta itu mengingatkan kita bahwa iman kepada Yesus kadang-kadang dapat menyusahkan hidup kita. Darimanakah kita mendapat gagasan bahwa Yesus selalu membuat hidup lebih sederhana? Terang dan kegelapan tidak dapat hidup bersama dengan bahagia. Iman tidak selalu membuat keluarga menjadi lebih tenteram; kadang-kadang iman menciptakan lebih banyak konflik. Iman tidak selalu membuat perkawinan menjadi lebih sentosa; kadang-kadang iman menjadi sumber utama konflik. Iman tidak selalu membuat pelbagai permasalahan di tempat kerja menjadi lebih mudah; kadang-kadang orang dipecat karena imannya. Yesus pernah berkata, Kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi? Bukan, kata-Ku kepadamu, bukan damai, melainkan pertentangan. Karena mulai dari sekarang akan ada pertentangan antara lima orang di dalam satu rumah, tiga melawan dua dan dua melawan tiga. Mereka akan saling bertentangan, ayah melawan anaknya laki-laki dan anak laki-laki melawan ayahnya, ibu melawan anaknya perempuan, dan anak perempuan melawan ibunya, ibu mertua melawan menantunya perempuan dan menantu perempuan melawan ibu mertuanya (Lukas 12:51-53).
Oleh karena iman kadang-kadang dapat menimbulkan pelbagai permasalahan, kita mungkin tergoda untuk berpaling kembali. Namun begitu, orang yang lahir buta itu telah melihat terang (lebih dari satu cara), dan bagi dia tidak ada keinginan untuk kembali lagi. Ia merasa yakin dengan apa yang ia percayai, dan tidak seorang pun yang dapat menakut-nakuti dia untuk menjauhi apa yang ia tahu sebagai benar.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Yohanes (Pendahuluan Kitab) Penulis : Yohanes
Tema : Yesus, Putra Allah
Tanggal Penulisan: 80-95 M
Latar Belakang
Injil Yohanes adalah unik di antara keem...
Penulis : Yohanes
Tema : Yesus, Putra Allah
Tanggal Penulisan: 80-95 M
Latar Belakang
Injil Yohanes adalah unik di antara keempat Injil. Injil ini mencatat banyak hal tentang pelayanan Yesus di daerah Yudea dan Yerusalem yang tidak ditulis oleh ketiga Injil yang lain, dan menyatakan dengan lebih sempurna rahasia tentang kepribadian Yesus. Penulis diidentifikasikan secara tidak langsung sebagai "murid yang dikasihi-Nya" (Yoh 13:23; Yoh 19:26; Yoh 20:2; Yoh 21:7,20). Kesaksian tradisi Kekristenan serta bukti yang terkandung dalam Injil ini sendiri menunjukkan bahwa penulisnya adalah Yohanes anak Zebedeus, salah satu di antara dua belas murid dan anggota kelompok inti Kristus (Petrus, Yohanes, dan Yakobus).
Menurut beberapa sumber kuno, Yohanes, rasul yang sudah lanjut usianya, sementara tinggal di Efesus, diminta oleh para penatua di Asia untuk menulis "Injil yang rohani" ini untuk menyangkal suatu ajaran sesat mengenai sifat, kepribadian dan keilahian Yesus yang dipimpin oleh seorang Yahudi berpengaruh bernama Cerinthus. Injil Yohanes tetap melayani gereja sebagai suatu pernyataan teologis yang sangat dalam tentang "kebenaran" yang menjelma di dalam diri Yesus Kristus.
Tujuan
Yohanes menyatakan tujuannya untuk tulisannya dalam Yoh 20:31, yaitu "supaya kamu percaya bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya." Naskah kuno Yunani dari Yohanes memakai satu dari dua bentuk waktu untuk kata Yunani yang diterjemahkan "percaya" (Yoh 20:31): yaitu _aorist subjunctive_ ("sehingga kamu dapat mulai mempercayai") dan _present subjunctive_ ("sehingga kamu dapat terus percaya"). Jikalau Yohanes bermaksud yang pertama, ia menulis untuk meyakinkan orang yang tidak percaya untuk percaya kepada Tuhan Yesus Kristus dan diselamatkan. Kalau yang kedua, Yohanes menulis untuk menguatkan dasar iman supaya orang percaya dapat terus percaya kendatipun ada ajaran palsu, dan dengan demikian masuk dalam persekutuan penuh dengan Bapa dan Anak (bd. Yoh 17:3). Walaupun kedua tujuan ini didukung dalam kitab Yohanes, isi dari Injil ini pada umumnya mendukung yang kedua sebagai tujuan utama.
Survai
Injil keempat ini menyajikan bukti-bukti yang terpilih dengan cermat bahwa Yesus adalah Mesias Israel dan Putra Allah yang menjelma dan bukan anak angkat. Bukti-bukti yang mendukung termasuk:
- (1) tujuh tanda (Yoh 2:1-11; Yoh 4:46-54; Yoh 5:2-18; Yoh 6:1-15; Yoh 6:16-21; Yoh 9:1-41; Yoh 11:1-46) dan tujuh ajaran (Yoh 3:1-21; Yoh 4:4-42; Yoh 5:19-47; Yoh 6:22-59; Yoh 7:37-44; Yoh 8:12-30; Yoh 10:1-21) sebagai penyingkapan Yesus tentang identitas-Nya yang sebenarnya;
- (2) tujuh pernyataan "Aku adalah" (Yoh 6:35; Yoh 8:12; Yoh 10:7; Yoh 10:11; Yoh 11:25; Yoh 14:6; Yoh 15:1). Dengan pernyataan ini Yesus menyatakan secara kiasan peranan-Nya dalam penebusan umat manusia.
- (3) Kebangkitan tubuh-Nya dari antara orang mati sebagai tanda terakhir dan puncak pembuktian bahwa Dia memang "Kristus, Anak Allah" (Yoh 20:31).
Injil Yohanes mempunyai dua bagian besar.
- (1) Pasal 1-12 (Yoh 1:1--12:50)yang menyajikan kisah penjelmaan dan pelayanan umum Yesus. Sekalipun tujuh tanda yang meyakinkan, tujuh ajaran yang berbobot, dan tujuh pernyataan "Aku adalah" yang menakjubkan, orang-orang Yahudi menolak Yesus sebagai Mesias mereka.
- (2) Setelah ditolak oleh umat perjanjian yang lama yaitu Israel, Yesus (pasal 13-21; Yoh 13:1--21:25) memusatkan perhatian pada murid-murid-Nya sebagai inti dari umat perjanjian yang baru (yaitu: gereja yang didirikan oleh-Nya). Pasal-pasal ini mencantumkan perjamuan terakhir (pasal 13; Yoh 13:1-20), ajaran terakhir (pasal 14-16; Yoh 14:1--16:33), dan doa-Nya yang terakhir (pasal 17; Yoh 17:1-25) untuk murid-murid-Nya dan semua orang percaya. Kemudian perjanjian baru diresmikan dan ditegakkan oleh kematian (pasal 18-19; Yoh 18:1--19:42) dan kebangkitan-Nya (pasal 20-21; Yoh 20:1--21:25).
Ciri-ciri Khas
Delapan penekanan utama menandai Injil ini.
- (1) Keilahian Yesus sebagai "Anak Allah" ditekankan. Dari prolog Yohanes dengan pernyataan yang luar biasa, "kita telah melihat kemuliaan-Nya" (Yoh 1:14) sampai akhirnya dengan pengakuan Tomas, "Ya Tuhanku dan Allahku" (Yoh 20:28), Yesus adalah Putra Allah yang menjadi manusia.
- (2) Kata "percaya" yang dipakai sebanyak 98 kali adalah sama dengan menerima Kristus (Yoh 1:12) dan meliputi tanggapan hati (bukan saja mental) yang menghasilkan suatu komitmen dari seluruh kehidupan kepada Dia.
- (3) "Hidup kekal" adalah konsep kunci dari Yohanes. Konsep ini bukan hanya menunjuk kepada suatu keberadaan tanpa akhir, tetapi lebih mengarah kepada perubahan mutu kehidupan yang datang melalui persatuan dengan Kristus. Hal ini mengakibatkan baik kebebasan dari perbudakan dosa dan setan-setan maupun pengenalan dan persekutuan yang makin bertumbuh dengan Allah.
- (4) Pertemuan pribadi dengan Yesus diutamakan dalam Injil ini (tidak kurang dari 27).
- (5) Pelayanan Roh Kudus memungkinkan orang percaya mengalami kehidupan dan kuasa Yesus secara terus-menerus setelah kematian dan kebangkitan Kristus.
- (6) Injil ini menekankan "kebenaran" -- Yesus adalah kebenaran, Roh Kudus adalah Roh Kebenaran, dan Firman Allah adalah kebenaran. Kebenaran membebaskan orang (Yoh 8:32), menyucikan mereka (Yoh 15:3) serta berlawanan dengan kegiatan dan sifat Iblis (Yoh 8:44-47,51).
- (7) Angka tujuh sangat menonjol: tujuh tanda, tujuh ajaran, dan tujuh pernyataan "Aku adalah" menegaskan siapa Yesus itu (bd. menonjolnya angka tujuh di dalam kitab Wahyu oleh penulis yang sama).
- (8) Kata-kata dan konsep lainnya yang utama dari Yohanes adalah: "firman", "terang", "daging", "kasih", "kesaksian", "tahu", "kegelapan", dan "dunia".
Full Life: Yohanes (Garis Besar) Garis Besar
Prolog tentang Logos
(Yoh 1:1-18)
I. Memperkenalkan Kristus kepada Israel
(Yoh 1:19-51)
A. Oleh Yohan...
Garis Besar
- Prolog tentang Logos
(Yoh 1:1-18) - I. Memperkenalkan Kristus kepada Israel
(Yoh 1:19-51) - A. Oleh Yohanes Pembaptis
(Yoh 1:19-36) - B. Kepada Murid-Murid Pertama
(Yoh 1:37-51) - II. Tanda-Tanda dan Ajaran-Ajaran Kristus kepada Israel dan Penolakan-Nya
(Yoh 2:1-12:50) - A. Penyataan Kristus kepada Israel
(Yoh 2:1-11:46) - 1. Tanda Pertama -- Air Menjadi Air Anggur
(Yoh 2:1-11)
Selang Waktu
(Yoh 2:12) - 2. Kesaksian Mula-Mula kepada Orang Yahudi di Yerusalem
(Yoh 2:13-25)
Hari Raya di Yerusalem (Paskah)
(Yoh 2:23-25) - 3. Ajaran Pertama: Kelahiran dan Kehidupan Baru
(Yoh 3:1-21)
Selang Waktu: Tentang Yohanes Pembaptis dan Yesus
(Yoh 3:22-4:3) - 4. Ajaran Kedua: Air Kehidupan
(Yoh 4:4-42)
Selang Waktu di Galilea
(Yoh 4:43-45) - 5. Tanda Kedua: Penyembuhan Anak Pegawai Istana
(Yoh 4:46-54)
Hari Raya di Yerusalem
(Yoh 5:1) - 6. Tanda Ketiga: Penyembuhan Orang di Betesda pada Hari Sabat
(Yoh 5:2-18) - 7. Ajaran Ketiga: Keilahian Kristus
(Yoh 5:19-47) - 8. Tanda Keempat: Memberi Makan Lima Ribu Orang
(Yoh 6:1-15) - 9. Tanda Kelima: Berjalan di Atas Air
(Yoh 6:16-21) - 10. Ajaran Keempat: Roti Hidup
(Yoh 6:22-59) - 11. Penyaringan Murid-Murid
(Yoh 6:60-71)
Selang Waktu
(Yoh 7:1) - 12. Hari Raya di Yerusalem (Pondok Daun)
(Yoh 7:2-36) - 13. Ajaran Kelima: Roh yang Memberi Hidup
(Yoh 7:37-52)
(Wanita yang Tertangkap dalam Perzinaan)
(Yoh 7:53-8:11) - 14. Ajaran Keenam: Terang Dunia
(Yoh 8:12-30) - 15. Perdebatan dengan Orang Yahudi
(Yoh 8:31-59) - 16. Tanda Keenam: Penyembuhan Orang Buta Sejak Lahirnya
(Yoh 9:1-41) - 17. Ajaran Ketujuh: Gembala yang Baik
(Yoh 10:1-21)
Hari Raya di Yerusalem (Penahbisan)
(Yoh 10:22-42) - 18. Tanda Ketujuh: Kebangkitan Lazarus
(Yoh 11:1-46) - B. Penolakan Kristus oleh Israel
(Yoh 11:47-12:50) - III.Kristus dan Permulaan Umat Perjanjian Baru
(Yoh 13:1-20:29) - A. Perjamuan Terakhir
(Yoh 13:1-14:31) - 1. Mencuci Kaki Murid-Murid dan Lanjutan Percakapan
(Yoh 13:1-38) - 2. Yesus, Jalan kepada Bapa
(Yoh 14:1-31) - B. Ajaran Tentang Pokok Anggur yang Benar dan Manfaat Persekutuan
dengan Kristus
(Yoh 15:1-16:33) - C. Doa Penyerahan bagi Diri-Nya dan Umat Perjanjian Baru
(Yoh 17:1-26) - D. Hamba yang Menderita
(Yoh 18:1-19:42) - 1. Penangkapan
(Yoh 18:1-12) - 2. Pengadilan Yahudi
(Yoh 18:13-27) - 3. Pengadilan Romawi
(Yoh 18:28-19:16) - 4. Penyaliban
(Yoh 19:17-37) - 5. Penguburan
(Yoh 19:38-42) - E. Tuhan yang Bangkit
(Yoh 20:1-29) - Pernyataan Tentang Tujuan Penulis
(Yoh 20:30-31) - Epilog
(Yoh 21:1-25)
Matthew Henry: Yohanes (Pendahuluan Kitab) Kita tidak sedang membahas kapan dan di mana Injil ini dituliskan. Kita yakin Injil ini diberikan melalui inspirasi Allah kepada Yohanes, saudara Yako...
Kita tidak sedang membahas kapan dan di mana Injil ini dituliskan. Kita yakin Injil ini diberikan melalui inspirasi Allah kepada Yohanes, saudara Yakobus, salah satu dari dua belas rasul. Yohanes dikenal sebagai murid yang dikasihi Yesus dan merupakan salah satu dari tiga murid Yesus yang diajak Yesus ketika Dia ingin menyendiri, terutama sekali ketika peristiwa transfigurasi dan saat Dia menderita di taman Getsemani. Bapa-bapa gereja mengatakan kepada kita bahwa Yohanes hidup paling lama dibandingkan kedua belas rasul yang lain. Yohanes merupakan satu-satunya rasul yang mati secara alami, rasul-rasul yang lain mati sebagai martir. Beberapa bapa gereja mengatakan bahwa Yohanes menulis Injil ini di Efesus atas permintaan beberapa pelayan gereja di Asia untuk melawan bidat di Korintus yang menyebabkan perpecahan jemaat dan kaum Ebionite yang melihat Tuhan kita sebagai manusia semata. Injil ini kemungkinan besar ditulis Yohanes sebelum dia dibuang ke Pulau Patmos, karena di sana Yohanes menulis Kitab Wahyu. Kitab Wahyu sepertinya ditulis untuk menutup kanon Alkitab, dan jika memang benar demikian maka Injil ini pasti tidak ditulis sesudah Kitab Wahyu. Oleh karena itu saya tidak sependapat dengan beberapa bapa gereja yang mengatakan bahwa Yohanes menulis Injil ini dalam masa pembuangannya, atau setelah kembali dari pembuangannya, bertahun-tahun setelah Yerusalem dihancurkan. Beberapa bapa gereja mengatakan Injil ini ditulis setelah Yohanes berumur sembilan puluh tahun, dan ada yang mengatakan setelah Yohanes berumur seratus tahun. Namun yang jelas Yohanes menulis Injil terakhir dari keempat Injil dalam Alkitab. Dengan membandingkan Injil yang ditulis Yohanes dengan ketiga Injil yang lain, kita bisa menemukan:
- . Yohanes memasukkan apa yang tidak dimasukkan Injil yang lain. Injil Yohanes berada di akhir Injil yang lain dan Injil Yohanes merupakan semacam penjaga akhir atau pengumpul akhir. Injil Yohanes mengumpulkan apa yang tidak dimasukkan oleh Injil yang lain. Demikianlah ada kumpulan akhir dari amsal Salomo (Ams. 25:1), selain dari yang telah dia ucapkan sebelumnya, 1 Raja-raja 4:32.
- . Yohanes memberi kita hal rohani sedangkan ketiga penulis Injil yang lain lebih kepada sejarah. Fakta-fakta sejarah memang perlu diluruskan terlebih dahulu, yang telah mereka lakukan dengan menulis segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus, Lukas 1:1, Kisah Para Rasul 1:1. Namun, setelah semua itu sudah dinyatakan oleh dua atau tiga saksi, Yohanes beralih kepada perkembangannya yang penuh (Ibr. 6:1), janganlah kita meletakkan lagi dasarnya, tetapi membangun di atas dasar tersebut, membawa kita masuk ke dalam selubung. Beberapa bapa gereja mengamati bahwa ketiga penulis Injil yang lain menuliskan ta sōmatika – hal-hal fisik dari Kristus, tetapi Yohanes menulis ta pneumatika – hal-hal rohani dari Injil, hidup dan jiwa Injil. Maka beberapa orang menyebut Injil Yohanes sebagai kunci bagi semua kitab Injil/Injil kunci. Di dalam Injil ini sebuah pintu telah terbuka di sorga, dan suara pertama yang kita dengar adalah Naiklah ke mari! naiklah lebih tinggi. Beberapa bapa gereja menafsirkan empat mahluk yang ada dalam penglihatan Yohanes sebagai perwakilan bagi keempat penulis Injil dan mereka menafsirkan Yohanes sebagai burung nasar yang sedang terbang. Mereka menafsirkan Yohanes telah terbang begitu tinggi sehingga dia dapat melihat segala hal rohani.
Jerusalem: Yohanes (Pendahuluan Kitab) INJIL YOHANES
PENGANTAR INJIL YOHANES DAN SURAT-SURAT YOHANES
Injil Yohanes
Kata Penutup pertama, Yoh 20:31, menyatakan termasuk jenis sastra Injil Yo...
INJIL YOHANES
PENGANTAR INJIL YOHANES DAN SURAT-SURAT YOHANES
Injil Yohanes
Kata Penutup pertama, Yoh 20:31, menyatakan termasuk jenis sastra Injil Yohanes dan begitu menempatkannya di dalam keseluruhan Perjanjian Baru. Sama seperti pewartaan yang paling tua demikianpun kitab ini tetap sebuah "Injil", artinya: pewartaan tentang Yesus sebagai Mesias dan Anak Allah. Pewartaan itu berpangkal pada "tanda-tanda" yang dikerjakan Yesus dan bermaksud mengembangkan iman akan Kristus supaya orang mendapat hidup. Meskipun ciri-cirinya menyatakan bahwa disusun di zaman agak belakangan, namun injil keempat ini berdekatan dengan pemberitaan atau "kerygma" pada awal mula agama Kristen. Tata susunan dan pokok utama injil Yohanes dan pemberitaan semula itu pada pokoknya sama: Yesus ditunjuk sebagai Mesias oleh turunnya Roh Kudus sebagaimana disaksikan Yohanes Pembaptis, 1:31-34; karya dan perkataan Yesus menyatakan "kemuliaanNya", 1:35- 12:50; menyusul kisah tentang wafat, kebangkitan dan beberapa penampakan Kristus, 13:1-20:20; akhirnya pengutusan para rasul yang diberi Roh Kudus dan kekuasaan mengampuni dosa, 20:21-29. Terlebih injil ini terjamin oleh seorang saksi tak bernama ialah "murid yang dikasihi Yesus", yang ikut serta dalam drama sengsara Yesus, 13:23; 19:26, 35; bdk 18:15 dst, melihat makam yang kosong, 20:2 dst, dan Kristus yang dibangkitkan, 21:7,20-24, ia barangkali adalah seorang dari kedua murid yang paling dahulu mengikuti Yesus, 1:35 dst. Kesemuanya itu sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan Kis 1:8+, supaya kesaksiannya itu boleh disebut "rasuli".
Namun demikian karya Yohanes mempunyai beberapa ciri yang merupakan kekhasannya dan jelas membedakannya dengan ketiga injil sinoptik. Rupanya pengarang injil keempat terpengaruh sekali oleh sebuah alam pikiran yang tersebar luas di beberapa kalangan Yahudi dan pengungkapannya baru-baru ini ditemukan dalam naskah-naskah yang berasal dari sekelompok kaum Eseni di zaman itu yang berdiam di Qumran. Dalam naskah-naskah itu diberi perhatian khusus kepada "pengetahuan", dan perbendaharaan-katanya berdekatan dengan perbendaharaan-kata yang lazim dalam aliran dan alam pikiran yang disebut "gnosis"; terdapat di dalamnya semacam perseduaan (dualisme) yang terungkap dalam pertentangan-pertentangan seperti: cahaya-kegelapan, kebenaran-kebohongan, malaikat cahaya-malaikat kegelapan (Beliar namanya); khususnya di Qumran ditekankanlah mistik persatuan dan perlunya kasih persaudaraan sementara orang melayangkan pandangan ke akhir zaman. Segala pokok tersebut ditemukan kembali dalam injil Yohanes dan merupakan milik khas lingkungan Yahudi-kristen, yang kiranya menghasilkan injil itu.
Masih ada hal lain lagi. Lebih dari injil-injil sinoptik, injil keempat ingin menonjolkan manakah makna kehidupan, perbuatan dan perkataan Yesus. Kejadian- kejadian kehidupan Yesus merupakan "tanda"; maknanya tidak segera jelas sehingga baru dipahami setelah Kristus dimuliakan, 2:22; 12:16; 13:7. Banyak perkataan Yesus mengandung makna rohani yang baru kemudian dipahami, bdk 2:19+. Roh Kudus yang berkata atas nama Yesus yang dibangkitkan bertugas memimpin para murid ke dalam seluruh kebenaran dengan mengingatkan dan mengajar mereka akan semua yang telah dikatakan Yesus kepada mereka, bdk 14:26+. Itulah tahap perwahyuan yang tercermin dalam injil Yohanes. Di lain pihak injil keempat lebih banyak terpengaruh oleh ibadat dan sakramen-sakramen Kristen dari pada injil-injil sinoptik. Kehidupan Yesus sendiri diberi kerangka ibadat Yahudi; dalam hubungan dengan hari-hari raya utama dan kerap kali dalam bait Allah Yesus mengerjakan mujizat-mujizat dan menyampaikan wejangan-wejangan yang paling penting; selanjutnya Yesuspun mengajar bahwa Ia sendiri menjadi pusat suatu agama dan ibadat baru "dalam roh dan kebenaran", 4:24; agama dan ibadat baru itu mengungkapkan dan mewujudkan dirinya melalui sakramen-sakramen. Pembicaraan Yesus dengan Nikodemus mengandung segala unsur yang cocok dengan sebuah pengajaran yang menyiapkan atau menyertai baptisan, 3:1-21; dan gagasan bahwa baptisan berupa sebuah penerangan, 9:1-39, atau kebangkitan, 5:1-14; 7:21-24, rupanya memberi latar belakang kepada cerita tentang penyembuhan orang yang lahir buta dan orang lumpuh. Sebuah ringkasan lengkap dari pengajaran mengenai Ekaristi tercantum dalam bab 6. Misteri Paskah Kristen yang mengganti Paskah lama meresap ke dalam seluruh injil itu, 1:29, 36; 2:13; 6:4; 19:36. Upacara pembasuhan Yahudi yang lazim pada perayaan Paskah, 2:6; 3:25, diganti dengan pembersihan jiwa oleh firman, 15:3, dan Roh, 20:22 dst. Dengan demikian maka kehidupan Yesus dihubungkan dengan misteri Kristen yang dihayati dalam ibadat dan sakramen-sakramen jemaat.
Jelaslah injil keempat merupakan karya yang majemuk : berdekatan dengan bentuk pewartaan Kristen yang paling dahulu, tetapi juga menjadi penyelesaian suatu usaha yang dipimpin oleh Roh Kudus untuk mencari pemahaman lebih mendalam dan lebih jernih tentang misteri Yesus.
Setiap penginjil mempunyai suatu pandangan utama mengenai Yesus serta karyaNya. Menurut pandangan Yohanes, maka Yesus adalah Firman yang telah menjadi daging untuk menyampaikan hidup kepada manusia, 1:14. Maka rahasia penjelmaan menguasai seluruh pemikiran Yohanes. Teologi tentang penjelmaan itu terungkap dengan menggunakan gagasan "pengutusan" dan "kesaksian". Yesus ialah Firman yang diutus oleh Bapa ke dunia, lalu setelah karyaNya selesai kembali kepada Allah, bdk 1:1+. Tugas itu tidak lain kecuali memaklumkan kepada manusia misteri-misteri ilahi. Yesus menjadi saksi tentang apa yang dilihat dan didengarNya pada Bapa, bdk 3:11+. Untuk mengesahkan pengutusanNya maka Allah memberi Yesus kekuasaan mengerjakan sejumlah karya ialah "tanda-tanda" yang memang melampaui apa yang mungkin bagi manusia. Maka terbuktilah Yesus benar-benar diutus oleh Allah yang berkarya dalam diri Yesus, bdk 2:11+. Tanda-tanda itu menjadi pernyataan terselubung dari kemuliaan Yesus yang penyingkapan lengkapnya dinantikan pada hari kebangkitan, bdk 1:14+. Sebab sesuai dengan nubuat Yes 52:13 (LXX), Anak Manusia harus "ditinggikan", dan melalui salib kembali kepada Bapa, bdk 12:32+. Lalu ia menemukan kembali kemuliaan yang ada pada Allah "sebelum dunia ada", 17:5+, 24. Kemuliaan itu sudah dinyatakan kepada para nabi dahulu, bdk 5:39, 46; 12:41; 19:37 serta catatan-catatannya. Penyingkapan kemuliaan itu berupa penampakan Allah yang menyempurnakan dan menggenapkan semua penampakan Allah dahulu, penampakanNya dalam penciptaan, 1:1, penampakanNya kepada Abraham, 8:56, Yakub 1:51, Musa 1:17, para nabi. Kemuliaan "Hari Yahwe", bdk, bdk Ams 5:18+, menjadi lengkap pada Hari Yesus, 8:56, khususnya pada "SaatNya", 2:4+, saat "peninggian" dan "pemuliaanNya"; pada saat itu tersingkaplah keluhuran transenden yang menjadi milik "utusan", bdk 8:24+; 10:30+, yang datang ke dunia untuk membawa hidup, bdk 3:35+, kepada mereka yang dengan kepercayaan menyambut kabar keselamatan yang disampaikan olehNya, bdk 3:11+. Dan justru oleh karena seluruh "pengutusan" Anak itu terarah kepada suatu karya keselamatan maka pengutusan itu menjadi penyingkapan kasih Bapa terhadap dunia, yang terakhir dan paling lengkap, bdk 17:6+.
Dalam injil-injil Sinoptik penyingkapan kemuliaan Kristus terutama dihubungkan dengan kembaliNya pada akhir zaman, bdk Mat 16:27 dst. Memanglah dalam injil Yohanespun unsur-unsur utama dari eskatologia tradisionil ditemukan juga: orang menantikan "hari terakhir" 6:39 dst; 11:24; 12:48, hari "kedatangan" Yesus, 14:3; 21:22 dst, dan kebangkitan orang-orang mati, 5, 28 dst; 11:24, serta penghakiman terakhir 5:29, 45; 3:36. Namun demikian mudah saja orang melihat dalam injil keempat suatu tendensi rangkap dua, yakni: mengaktualisasikan dan menginteriorisasikan eskatologia tradisionil. Kedatangan Yesus ke dunia melalui penjelmaan, peninggiannNya di salib dan kembaliNya melalui Roh Kudus dianggap sebagai "kedatangan" Anak Manusia; penghakiman sekarang sudah terjadi di dalam hati orang, hidup kekal (yang dalam injil Yohanes mengganti istilah "Kerajaan" yang digemari para Sinoptisi) sekarang sudah dimiliki oleh karena iman. Maka drama yang dipentaskan di Palestina menjadi inti drama eskatologis. Memang di belakang orang-orang Yahudi yang menolak Yesus itu tampillah sebuah kenyataan yang lebih luas, yakni "dunia", bdk 1:9-10+, atau "kegelapan" bdk 8:12+, yang dikuasai oleh Iblis, "penguasa dunia", bdk 1Yoh 2:13 dst, yang melawan Allah serta MesiasNya. Setiap orang terlibat dalam drama rohani itu: di hadapan Firman yang menjadi daging terlaksanalah "penghakiman dunia", 12:31-32, pengutukan dan kekalahannya, 16:7-11, 33. Kalau Kristus dengan rela menyerahkan nyawaNya, bdk 10:18+, dan kalau "ditinggikan" di kayu salib, maka maksudnya ialah memperoleh kemuliaanNya, bdk 12:32+, yang sejak itu menjadi nyata di hadapan sekalian orang untuk mendatangkan malu kepada dunia yang tidak percaya serta secara definitip mengalahkan Iblis. Kemenangan Allah atas yang jahat dan keselamatan dunia terwujud melalui kebangkitan yang mulia, sehingga kembaliNya Kristus di akhir zaman hanya merupakan penggenapannya.
Agak sukar juga menemukan bagan yang dituruti Yohanes dalam membentangkan misteri Kristus. Terlebih dulu perlu dicatat bahwa urutan peristiwa-peristiwa dalam injil keempat menimbulkan beberapa kesulitan: urutan bab 4, 5, 6, 7:1-24 sukar dimengerti; tidak tepat juga bahwa bab 15-17 menyusul 14:31, tepat Yesus sudah berangkat; kepingan-kepingan seperti 3:31-36 dan 12:44-50 ternyata kurang sesuai dengan konteksnya. Mungkin kekacauan itu disebabkan oleh cara Injil Yohanes digubah dan diterbitkan. Kiranya injil itu merupakan hasil perkembangan yang lambat laun sehingga di dalamnya terdapat unsur-unsur yang berasal dari masa yang berlain-lainan, penyaduran dan tambahan serta penyusunan ajaran yang sama namun dengan cara yang berbeda-beda, sedangkan keseluruhannya akhirnya diterbitkan bukanlah oleh Yohanes sendiri melainkan oleh murid-muridnya setelah Yohanes meninggal dunia, 21:24. Dengan demikian maka murid-murid itu memasukkan ke dalam kerangka injil yang asli berbagai kepingan yang berasal dari Yohanes dan yang oleh para muridnya tidak dibiarkan hilang sama sekali. Tempat kepingan- kepingan itu dalam keseluruhan belum juga ditentukan dengan saksama.
Para ahli sudah mengemukakan beberapa pembagian injil Yohanes. Semua memang mengandung sedikit kebenaran, tetapi sering kali berat sebelah, oleh karena terlalu mau mensistematisasikan injil keempat. Paling baik kiranya orang membiarkan dirinya dibimbing oleh petunjuk-petunjuk jelas yang ditemukan dalam injil sendiri. Di satu pihak jelas, bahwa injil mau menonjolkan hari-hari raya ibadat Yahudi, yang menjadi pedoman kisahnya: tiga kali ada hari raya Paskah, 2:13; 6:4; 11:55, ada sebuah perayaan yang tidak disebut namanya, 5:1, dan sekali ada perayaan Pondok Daun, 7:2, dan hari raya Pentahbisan Bait Allah, 10:22. Di lain pihak pengarang beberapa kali dengan saksama mencatat urutan hari-hari untuk membagikan riwayat hidup Yesus menjadi berkala-kala. Misalnya: minggu pertama karya Yesus di depan umum, 1:19-2:11, pekan perayaan Pondok-Daun, 7:2, 14, 37, pekan sengsara Yesus 12:1, 12; 19:31, 42, yang ditempatkan antara lambang penguburan Yesus, 12:7, dan penguburan yang sesungguhnya, 19:38 dst. Begitu pula perlu diperhatikan disebutkannya perayaan Paskah yang pertama, 4:45, yang jelas menutup bagian-bagian yang mulai dengan 2:13 -25, tempat dikatakan bahwa hari raya Paskah itu sudah dekat. Dengan mempertimbangkan kedua gejala tersebut (catatan mengenai urutan hari-hari dan hari-hari raya Yahudi) maka injil keempat dapat dibagi sebagai berikut:
Prakata, 1:1-18: "Pada mulanya............"I Karya Yesus :
1. Tata penyelamatan baru diberitakan, 1:19-4:54: Pekan pembukaan
kejadian-kejadian yang berkisar pada Perayaan Paskah yang pertama.
2. Perayaan kedua, pada suatu hari Sabat, di Yerusalem: perlawanan pertama
terhadap pernyataan, 5:1-47.
3. Di Galilea, Paskah yang kedua: perlawanan baru terhadap pernyataan,
6:1-71.
4. Perayaan Pondok-Daun: pernyataan besar tentang Mesias, yang ditolak
mentah-mentah 7:1-10:21.
5. Hari Raya Pentahbisan Bait Allah: keputusan membunuh Yesus, 10:22-
11:54.
6. Akhir karya Yesus dan persiapan untuk Paskah yang terakhir, 11:55-12:50
II Saat Yesus: Paskah Anak Domba Allah (13:1-20:31):
1. Perjamuan terakhir Yesus bersama murid-muridNya, 13:1-17:26
2. Penderitaan, 18-19
3. Cerita-cerita mengenai kebangkitan dan kebahagiaan mereka yang percaya. 20:1-29
4. Penutup injil yang pertama, 20:30-31.
III Kata penutup 21:1-25: Hidup Gereja diberitakan dan kedatangan kembali Yesus diharapkan.
Ada sebuah gagasan yang dapat ditarik dari pembagian tersebut ialah: Yesus mengakhiri lembaga-lembaga keagamaan Yahudi dengan menggenapinya.
Adakah injil keempat berupa sebuah sumber tersendiri dan asli yang menyampaikan informasi khas, di samping ketiga injil sinoptik? Kalau benar demikian, manakah nilai historis injil Yohanes? Sehubungan dengan pertanyaan pertama yang dirumuskan di muka, dengan hati-hati dapat diajukan kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut:
Dalam Injil Yohanes ditemukan banyak petunjuk yang memberi kesan bahwa Yohanes mengenal tradisi yang tercantum dalam ketiga injil lain. Khususnya perlu diperhatikan bahwa injil keempat meninggalkan beberapa hal penting yang tercantum dalam injil sinoptik. Ini hanya dapat dimengerti, kalau Yohanes mengandaikan bahwa sidang pembaca sudah tahu akan hal-hal itu ; di lain pihak ada kalanya Yohanes ternyata mau memperincikan dan melengkapi tradisi para sinoptisi. Namun demikian penyelidikan-penyelidikan modern semakin menonjolkan ciri asli tradisi Yohanes yang tidak tergantung pada tradisi sinoptik. Bahkan dalam menceritakan kejadian-kejadian yang sama Yohanes nampak begitu asli, sehingga tak mungkin ia bergantung pada sinoptisi. Pengarang injil keempat mengenal kejadian-kejadian itu melalui jalan lain dari jalan-jalan injil sinoptik. Ia pantas dianggap sebagai sumber tersendiri, saksi asli dari tradisi purba. Memanglah hubungan antara injil Yohanes dan Injil Lukas jauh lebih erat dan boleh jadi Lukas dalam menggubah injilnya mengenal dan menggunakan paling sedikit tradisi-tradisi Yohanes (teristimewanya dalam kisah sengsara dan kisah kebangkitan) yang sudah lama ada, meskipun kiranya tidak mengenal injil keempat seperti sekarang ada. sebaliknya juga mungkin bahwa penggubahan injil Yohanes yang terakhir terpengaruh oleh injil karangan Lukas.
Semakin mengakui bahwa injil keempat tidak tergantung, semakin para ahli mengakui pula nilai historisnya. Sehubungan dengan urutan peristiwa-peristiwa riwayat hidup Yesus, Yohanes kerap kali memerincikan lebih jauh apa yang dikisahkan para sinoptisi: misalnya lamanya karya Yesus dan urutan peristiwa dalam kisah sengsara dalam injil Yohanes nampaknya lebih tepat dari pada apa yang diceritakan injil-injil lain. Sehubungan dengan penyucian Bait Allah injil keempat memuat keterangan mengenai waktunya yang paling tepat di antara semua injil, 2:20, dan yang bersesuaian dengan keterangan yang tercantum dalam Luk 3:1. Demikianpun mengenai keterangan-keterangan mengenai tempat peristiwa- peristiwa terjadi dalam injil keempat lebih terperinci dari pada keterangan- keterangan yang disampaikan oleh injil-injil lain. Penggalian-penggalian modern di Palestina sudah beberapa kali membenarkan keterangan injil Yohanes (bdk kolam yang ada lima serambinya, 5:2). Seluruh injil berisikan petunjuk-petunjuk kongkrit yang terperinci, sehingga jelaslah si pengarang tahu baik-baik akan adat istiadat keagamaan Yahudi, mentalita para rabi, akan caranya para ahli Taurat menafsirkan menterapkan hukum Taurat. Akhirnya diri pribadi Yesus tetap seorang manusia sejati dengan kerendahan hati dan kesederhanaan yang mengharukan, bahkan dalam adegan-adegan yang paling "mulia" di mana Yesus yang dibangkitkan menampakkan diri kepada murid-muridNya. Dan demikian halnya, meskipun pengarang injil keempat memang menonjolkan transendensi Yesus. Selanjutnya karya Yohanes ini sama sekali tidak dapat dipahami, kalau orang menyangkal bahwa Yohanes yakin tentang kenyataan historis kejadian-kejadian yang diceritakannya.
Tetapi orang jangan keliru. Pengertian tentang "sejarah" yang diandaikan injil keempat tentunya sangat berbeda dengan pengertian seorang sejarawan modern. Apa yang paling penting bagi si penginjil ialah: menonjolkan makna sebuah sejarah yang baik ilahi maupun manusiawi; memang sebuah sejarah, tetapi juga sebuah teologi; berlangsung dalam waktu, tetapi berurat-berakar dalam kekekalan. Pengarang injil keempat dengan teliti mau menceritakan dan menyampaikan kepada kepercayaan manusia peristiwa rohani yang terjadi di dunia oleh karena kedatangan Yesus Kristus, ialah penjelmaan Firman demi keselamatan manusia. Karena itulah maka penginjil memilih dan khususnya menonjolkan kejadian-kejadian yang menurut pendapatnya dapat mengandung suatu nilai simbolis; dengan jalan itu pengarang memberi kejadian-kejadian itu suatu kedalaman dan gema baru. Maka mujizat-mujizat yang diceritakan berupa "tanda", yang menyingkapkan kemuliaan Kristus dan melambangkan karunia yang diberikanNya kepada dunia (pembasuhan yang baru, roti hidup, terang, hidup). Pengarang injil sungguh mempunyai bakat untuk menangkap makna rohani yang terkandung dalam kejadian-kejadian dan untuk menemukan di dalamnya rahasia-rahasia ilahi, juga dalam peristiwa-peristiwa yang bukan mujizat (bdk 2:19-21; 9:7; 11:51 dst; 13:30; 19:31-37, dan catatan- catatannya). Pada kejadian-kejadian nyata dan historis ia melihat sebuah dimensi rohani; Yesus ialah terang, yang datang ke dunia; perjuangan Yesus tidak lain kecuali perjuangan terang melawan kegelapan; kematian Yesus ialah penghakiman dunia; seluruh kehidupanNya tidak lain merupakan pemenuhan lambang-lambang Mesias yang terungkap dalam Perjanjian Lama: Dialah Anak Domba Allah. 1:29, Bait Allah yang baru, 2:21, ular penyelamat yang ditinggikan di padang gurun, 3:14, roti hidup yang mengganti Manna, 6:35, Gembala yang baik, 10:11, pokok anggur yang benar, 15:1, dll. Gambaran Yesus yang baik ilahi maupun manusiawi itu memberikan kepada tokoh historis itu segenap dimensinya sebagai Penyelamat dunia. Jadi sehubungan dengan Yohanes tidak bolehlah "simbolis" diperlawankan dengan "historis"; simbolismenya ialah simbolisme kejadian-kejadian sendiri; simbolisme itu berpancar pada sejarah, berurat-berakar di dalamnya serta mengungkapkan makna sejarah itu. Bagi saksi unggul Firman yang menjadi itu simbolisme itu tidak ada artinya, kecuali dengan pra-syaratnya dalam sejarah.
Soal terakhir yang perlu dikupas ialah: siapakah pengarang injil yang begitu berisi dan majemuk itu? Hampir seluruh tradisi Gereja bersehati menjawab: Rasul Yohanes bin Zebedeus. Sudah dalam pertengahan pertama abad II injil keempat dikenal dan dipergunakan oleh beberapa pujangga: Ignatius dari Antiokhia, pengarang "Ode Salomo", Papias, Yustinus; barangkali Klemens dari Roma sudah mengenal dan menggunakan Yohanes. Maka terbuktilah bahwa injil itu sudah mempunyai wibawa rasuli. Saksi pertama yang menyatakan hal itu dengan terang ialah Ireneus di sekitar th. 180. Katanya: "Selanjutnya Yohanes murid Tuhan ialah murid yang bersandar dekat kepadaNya, juga menerbitkan sebuah injil selama tinggal di Efesus". Hampir pada masa yang sama Klemens dari Aleksandria, Tertulianus, Kanon Muratorius dengan jelas menyatakan bahwa injil keempat dikarang oleh rasul Yohanes. Kalau pada peralihan dari abad II ke abad III ada sementara orang yang berpendapat lain, maka mereka mau menentang pengikut- pengikut Montanus yang menyalah-gunakan injil Yohanes untuk mendukung ajaran sendiri. Hanya pendapat lain itu tidak seberapa artinya dan oleh karena berdasarkan pertimbangan teologis tidaklah berakar dalam tradisi.
Dalam injil sendiri tidak terdapat sesuatu yang berlawanan dengan tradisi itu. Sudah dikatakan di muka, bahwa injil itu memperkenalkan diri sebagai kesaksian seorang murid yang dikasihi Tuhan, seorang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan kejadian-kejadian yang dikisahkannya. Bahasa serta gaya bahasanya menyatakan bahwa injil itu berasal dari lingkungan ke-Yahudia-an; ia baik-baik mengenal adat-istiadat Yahudi dan juga keadaan setempat di Palestina di zaman Kristus. Nampaknya ia bersahabat dengan Petrus, 13:23 dst; 18:15; 20:3-10; 21:20-23. Dan Lukas memberitahukan bahwa memanglah demikian halnya dengan Yohanes, Luk 22:8; Kis 3:1-4, 11; 4:13, 19; 8:14. Akhirnya, bagaimana dapat dijelaskan kenyataan bahwa injil keempat sama sekali mendiamkan kedua anak Zebedeus? Keterangan yang paling tepat ialah: seorang di antaranya menuliskan injil itu. "Murid yang dikasihi Yesus... dialah yang menuliskan semuanya", 21:24 ialah murid yang bersama dengan Petrus dan Yakobus diutamakan oleh Yesus, Mrk 5:37; 9:2; 13:3; 14:33. Ada sementara orang yang berkata bahwa tak mungkin rasul Yohanes menulis injil keempat. Sebab ada berita bahwa rasul Yohanes mati sahid lama sebelumnya. Jadi mustahillah ia menulis injil yang dikatakan karangannya. Dan benar juga, ada sebuah tradisi yang mengatakan bahwa Yohanes mati sahid. Hanya adakah tradisi itu lebih berwibawa dari pada tradisi lain yang menyatkaan bahwa Yohanes hidup di kota Efesus sampai usia lanjut? Dan kalau ada tradisi yang berkata tentang Yohanes sebagai martir, namun ia tidak berkata apa-apa tentang kapan itu terjadi. Dari lain pihak sebagaimana sudah dikatakan di atas, tradisi-tradisi Yohanes pasti sudah terbentuk di masa lalu, kalaupun injil baru digubah dan diterbitkan jauh kemudian dari itu dan kiranya oleh murid-murid Yohanes. Dari sebab itu tetap mungkin bahwa injil keempat benar-benar berasal dari Yohanes, juga seandainya rasul itu sendiri mengalami kemartiran.
Surat-surat Yohanes
Di samping injil masih ada tiga surat yang oleh tradisi diperkenalkan sebagia surat-surat Yohanes. Memanglah ditinjau dari segi sastra dan ajaran karangan- karangan itu sangat berdekatan dengan injil keempat, sehingga sukar memisahkannya dari injil serta pengarangnya, ialah rasul Yohanes. Surat kedua dan ketiga tentu menimbulkan kebimbangan dan keraguan, sebagaimana sudah ternyata dalam karya Origenes, Eussebius dari Kaisarea dan Hieronimus; lama sekali kedua surat itu hanya diterima oleh jemaat di Antiokhia dan jemaat-jemaat lain di Siria sebagai Kitab Suci. Tetapi karena cirinya sebagai surat-surat kecil saja yang tidak penting sama sekali untuk ajaran Kristen, maka tidak dapat dipahami bagaimana surat-surat itu akhirnya berhasil diterima, kalau bukan benar-benar karangan Yohanes.
Surat ketiga kiranya surat yang ditulis paling dahulu. Maksud surat itu ialah membereskan suatu pertikaian mengenai kewibawaan yang timbul dalam salah satu jemaat yang termasuk wewenang rasul Yohanes. Surat kedua berupa sebuah peringatan tertuju kepada jemaat lain, supaya hati-hati terhadap propaganda yang dilancarkan oleh sementara pengajar sesat yang menyangkal penjelmaan Kristus yang sesungguhnya. Adapun surat pertama adalah jauh lebih penting. Nampak sebagai macam surat edaran yang tertuju kepada jemaat-jemaat di Asia kecil yang terancam perpecahan akibat bidaah-bidaah pertama. Dalam surat itu Yohanes menyarikan unsur-unsur hakiki pengalaman keagamaan. Dengan bertitik-tolak beberapa pokok sejalan yang susul menyusul (terang, 1:5 dst, "pembenaran", 2:29 dst, kasih, 4:7-8 dst, kebenaran, 5:6 dst) ia mau memperlihatkan hubungan erat yang tidak dapat tidak terjalan antara kita sebagai anak Allah dan akhlak benar, yang tidak lain kecuali kesetiaan rangkap dua pada iman akan Kristus. Anak Allah, dan pada kasih persaudaraan (bdk catatan-catatan pada 1:3, 7). Karena gaya bahasa dan ajarannya maka surat inilah yang paling dekat dengan injil. Maka surat pertama itu dikarang pada masa yang sama, tetapi tidak lagi dapat dipastikan apakah surat mendahului injil atau sebaliknya.
Ende: Yohanes (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN JOANES
KATA PENGANTAR
Karangan Indjil ini biasa disebut "Indjil keempat". Menurut riwajat lisan
(tradisi) jang sangat pa...
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN JOANES
KATA PENGANTAR
Karangan Indjil ini biasa disebut "Indjil keempat". Menurut riwajat lisan
(tradisi) jang sangat pasti Rasul Joanes adalah pengarangnja. Rasul Joanes ini
berasal dari Betsaida, suatu dusun nelajan dipantai utara Tasik Genesaret,
letaknja disebelah timur dari tempat Jordan bermuara kedalam tasik itu. Bapanja
nelajan jang agak berada, namanja Zebedeus. lbunja jang bernama Salome, termasuk
rombongan wanita jang biasa mengikuti Jesus pada perdjalananNja berkeliling di
Galilea dan kemudian sampai di Jerusalem. Lih. Mt. 17:55-56; Mk. 15:40-41;
Joanes pertama kali bertemu dengan Jesus ditempat Joanes Pemandi mempermandikan orang di Jordan, dan "pada keesokan hari" sesudah Jesus dipermandikan disitu. Ketika Joanes Pemandi pada hari itu berdiri disitu bersama dengan dua orang muridnja, dan melihat Jesus lalu, ia berkata kepada mereka: "Lihatlah Anak-domba Allah", lalu mereka menjusul Jesus (Jo. 1:35-37). Seorang dari keduanja ialah Rasul Andreas, dan jang lain tidak dapat disangsikan, ialah pengarang sendiri. Biarpun masih kabur-kabur, namun mereka mengerti, bahwa jang dimaksudkan dengan "Anak-domba Allah", ialah Mesias. Bdl. Jo. 1:41 dan 45. Keduanja lalu bertemu dengan Simon (Petrus), Pilipus dan Natanael, dan kemudian bersama dengan mereka ini mengikuti Jesus ke Galilea.
Pada suatu hari Jesus berdjalan ditepi Tasik Genesaret di Galilea dan melihat Simon beserta saudaranja Andreas, lagi Joanes bersama kakaknja Jakobus sedang asjik melakukan pekerdjaannja sebagai nelajan. Mereka dipanggilnja untuk mengikutiNja sebagai murid. Lalu mereka meninggalkan segalanja dan mengikuti Jesus. Lih. Mt. 4:18-27; Mk. 1: 16-20; Lk. 5:1-11.
Beberapa lama kemudian keempatnja djuga dipilih mendjadi rasul untuk tetap hidup bersama dengan Jesus dan olehnja diutus untuk mengadjar orang. (Mt.10:1-5; Mk. 3:16-19; Lk. 6:13-16).
Disamping Petrus djuga Joanes rupanja tampil atau ditampilkan sebagai seorang rasul terkemuka. Demikian djuga sesudah Pentekosta, seperti Paulus menulis dalam Gal. 2:9, bahwa mereka beserta Jakobus (Muda) dipandang sebagai tiang penjangga Geredja.
Joanes tak pernah menjebut namanja dalam karangannja, tetapi jang disebut didalamnja"Murid jang lain" atau "murid jang ditjintai Jesus" tak mungkin tidak ialah pengarang sendiri.
Dan memang Joanes ditjintai Jesus dengan istimewa. Barangkali sebab minatnja jang istimewa terhadap adjaran-adjaran Jesus, sebab kesetiaannja kepadaNja, ataupun karena kegiatannja dan sebab ia bertjita-tjita tinggi sebagaimana sifat- sifat ini njata nampak dalam karangan-karangannja. Sekali-kali djangan Joanes dibajangkan sebagai seorang muda jang manis, seperti ia sering dilukis oleh para penggambar jang salah mengerti ajat Jo. 15:24. Tjatatan disitu, bahwa pada perdjamuan terachir Joanes berbaring disebelah dada Jesus, bukan berarti bahwa ia bersandar pada dada Jesus, melainkan hanja bahwa ia mendapat tempat kehormatan dimuka Jesus. Lih. tjatatan pada ajat itu dalam Indjil. Joanes bukan seorang lembut-manis; sebaliknja ia beserta kakaknja Jakobus diberi djulukan "putera guntur" olch Jesus, hal mana tentu berarti bahwa mereka bersemangat hebat.
Tentu sadja tak usah diperingatkan disini segala sesuatu jang termuat tentang
Joanes dalam Indjil maupun Kisah Rasul-rasul. Hanja jang berikut ini barangkali
agak penting. Waktu Jesus ditangkap, semua murid melarikan diri, menurut
Sesudah Pentekosta Joanes tinggal dahulu bekerdja di Jerusalem, rupanja banjak kali bersama dengan Petrus (Kis. Ras. 3:1; 4:19; 8:14). lapun ikut serta dalam sidang rasul-rasul di Jerusalem dalam tahun 49. Riwajat hidup Joanes selandjutnja kita hanja tahu sedikit dari tradisi. Beberapa buku Geredja purba memberitakan, bahwa ia lama memimpin umat-umat dipropinsi Asia, berkedudukan di Efesus. Agaknja sebagai pengganti Paulus sesudah wafatnja rasul agung ini di Roma. Waktu pemerintahan kaisar Domitianus (81-96) ia dibuang kepulau Patmos dan disitu ditulisnja karangan "Wahju". Dibawah pemerintah Nerta ia dibebaskan, lalu bekerdja terus di Efesus. Sekembalinja disana dikerdjakannja karangan Indjil dan surat-suratnja. la wafat pada permulaan pemerintahan kaisar Trajanus (98-117), djadi sekitar tahun 100.
Isi dan tjorak-tjorak Indjil keempat
Perbedaan karangan Joanes dengan ketiga karangan Indjil jang lain sangat menjolok. Atjara pokok adalah sama, jaitu rnemperkenalkan Kristus serta adjaran dan tjita-tjitaNja. Sedikitpun tidak terdapat perbedaan, apa lagi pertentangan, antara pribadi Jesus jang dilukis oleh Joanes dan jang dinjatakan dalam karangan-karangan lain, djuga tidak mengenai hakekat adjaran-adjaran. Tetapi masing-masing pengarang Indjil menindjau segalanja dari sudut jang chusus menurut pembawaan dan bakatnja dan berhubungan dengan tudjuan karangannja jang chusus, dan dalam hal ini Joanes amat sangat tersendiri. Itu terlebih njata dalam pemilihan bahan, susunan, tjara berpikir dan gaja bahasa.
Perihal pemilihan bahan
Ketiga karangan Indjil jang pertama dikatakan berisi peladjaran agama jang lazim diberikan oleh rasul-rasul dan para pembantunja kepada tjalon-tjalon dan anggota-anggota umat muda. Peladjaran dasar jang demikian dengan sendirinja harus sederhana baik isi baik bentuknja. Dapat dibajangkan bahwa rasul-rasul dalam hal itu meneladan tjara mengadjar dari Jesus kepada orang banjak. Atau agaknja lebih tepat kalau dikatakan, bahwa mereka memberitakan pengadjaran Jesus sendiri, baik jang berbentuk sabda, maupun sikap-sikap dan tjontoh-teladan, ataupun jang terkandung dalam peristiwa-peristiwa hidup Jesus, guna mendjadi buku peladjaran bagi umat-umat. Mereka meriwajatkan tanpa dengan sengadja mau memberi tafsiran. Lain sekali karangan Joanes. Ia mentjeritakan hanja sedikit, dan itu guna mendjadi pokok atau landasan pembitjaraan Jesus, Indjil Joanes semata-mata bertjorak uraian-uraian dan tafsiran. Jesus sendiri mendjelaskan dan menafsirkan, dan bila pendjelasan atau tafsiran berasal dari Joanes sendiri, maka itupun sesuai dengan adjaran Jesus dan dengan Ilham Roh Kudus.
Mengenai pemilihan bahan, dalam karangan Joanes hanja terdapat tiga mukdjizat jang djuga ditjeritakan dalam ketiga Indjil jang lain, dan lagi tiga jang penting sekali, jang tidak diriwajatkan oleh ketiganja, semua sebagai pangkal pembitjaraan jang luas. Mukdjizat-mukdjizat dinamakan Joanes "tanda", artinja pertandaan atau bukti bahwa Jesus benar berwudjud Ilahi. Joanes pula tidak memberitakan satupun perumpamaan jang termuat dalam karangan-karangan jang lain, dan djuga hampir tidak satupun utjapan Jesus jang berupa petua atau perintah untuk praktek hidup, melainkan uraian-uraian Jesus jang lebih luas dan mendalam, lebih bersifat ilmu ke-Tuhan-an. Hanja riwajat sengsara, wafat dan kebangkitan Jesus ada kesamaan dalam garis besarnja, tetapi sudut tindjauan disinipun chusus pada Joanes dan itupun sesuai dengan pemilihan bahan. Tentang adjaran Indjil mengenai kesusilaan dan praktek hidup, Joanes tidak memberi perintjian, melainkan menjimpulkan semuanja dalam istilah "kepertjajaan" dan "tjinta".
Alasan dan tudjuan Indjil keempat
Dapat diduga bahwa Joanes waktu mulai mengarang sudah mengenal ketiga karangan jang lain. Kalau itu benar, maka sudah sewadjarnja ia tidak hendak mengulangi lagi apa jang telah dimuat dalam ketiga karangan itu. Ada jang menduga, bahwa ia bermaksud melengkalpinja, tetapi dalam karangan itu sendiri tidak tedapat bekas-bekas, jang menundjukkan suatu hubungan dengan karangan- karangan tersebut, atau pengaruh dari padanja. Karangan Joanes berdiri sendiri. Namun demikian karangan ini merupakan benar-benar satu perlengkapan bagi jang lain itu dan sebab itu sedjak semula sangat dihargakan digeredja purba seperti ternjata dalam buku-buku dari para "Bapak-Geredja" dewasa itu, jang sering mengutipnja.
Alasan dan tudjuan jang benar, ialah kepentingan umat-umat. Umat-umat wilajah Joanes sudah tua dan sangat madju ketjerdasannja dalam pengetahuan agama. Umat- umat itu didirikan dan lama digembalakan oleh Paulus, dan dari surat-surat Paulus njata sekali, betapa matang mereka untuk mengerti djuga kebenaran Indjil jang mendalam. Umat-umat itu sudah lama mahir dalam adjaran-adjaran pokok seperti jang kita batja dalam ketiga karangan Indjil jang pertama. Tak usah Joanes menulis tentang hal-hal itu. Ia sendiripun tentu sudah lama memberi pengadjaran jang lebih mendalam kepada umat-umatnja, dan achirnja, merasa terdorong untuh menjuratkannja bagi mereka. Atau lebih tepat ia didorong oleh Roh Kudus untuk mengabdikannja bagi seluruh Geredja. Ada dua berita pula jang tidak terlalu pasti, bahwa "sahabat-sahabatnja" dan "uskup-uskup" mendorongnja, untuk menulis. Kalau demikian, maka mereka sendiri telah banjak mendengar pengadjaran jang mendalam itu.
Ada pula jang mengemukakan bahwa karangan ini merupakan bendungan untuk menahan aliran-aliran jang menjimpang dari kebenaran Indjil dan muntjul dewasa itu. Hal itu benar, tetapi tidak ada tanda jang njata dalam karangan sendiri, bahwa tudjuan itu dimaksudkan oleh Joanes.
Sumber-sumber Indjil keempat
Sumber pokok dan utama memang Jesus sendiri. Joanes menulis apa jang disaksikannja dengan mata dan telinganja serta jang dialaminja dalam pergaulan dengan Jesus. Sedjak pertama kali ia bertemu dengan Jesus ditepi Jordan, ia tetap mengiringiNja, malah hidup bersama denganNja. Dan seperti ternjata dalam tulisan-tulisannja, Joanes adalah seorang jang berbakat ulung dan sangat berminat untuk menangkap segala jang dilihat dan didengarNja. Nampaknja bahwa. pembitjaraan Jesus jang lebih mendalam pun sangat berkesan padanja. Dengan intuisinja jang memang masih kabur-kabur waktu itu, ia agaknja sudah merasa, bahwa ada rahasia-rahasia jang indah dan membahagiakan terkandung didalamnja. Pengertian waktu itu baru sedikit, namun apa jang disaksikan dan dialaminja dan sabda-sabda Jesus tak pernah hilang dari ingatannja. Kita ketahui dari segala karangan Indjil betapa lambatnja perkembangan pengertian semua rasul tentang makna hidup dan sabda Jesus, malah tentang hakekat pribadiNja. Ketika Jesus menjerahkan kepada mereka seluruh kuasa dan tugasNja untuk menjelesaikan penjelamatan dunia, pengertian mereka akan kuasa dan tugas itu masih djauh dari tjukup untuk menunaikannja. Dalam hal itu Joanes bukan satu ketjualian, seperti disinggungnja sendiri misalnja dalam 2:20; 12:7 dan 13:7. Banjak hal mendjadi djelas bagi mereka sesudah kebangkitan Jesus, tetapi pengertian jang tjukup sempurna baru mereka terima dari Roh Kudus pada dan sesudah Pentekosta, sebagaimana Ia didjandjikan oleh Jesus untuk memperingatkan kepada mereka segala sesuatu jang diadjarkan Jesus kepada mereka dan menghantarkan mereka kepada seluruh pengetahuan, artinja kepada segala pengertian. Ini bukan berarti bahwa Roh Kudus seolah-olah sekaligus mentjurahkan segala pengetahuan dan pengertian kedalam akal-budi dan hati sanubari mereka, melainkan sekedar dibutuhkan pada. tiap-tiap kesempatan jang penting. Dapat dibajangkan: djuga selaras dengan usaha pemikiran dan perenungan mereka sendiri. Mengingat hal ini, dapat kita mengerti bagaimana Joanes jang memang berbakat perenung pada umurtuanja mempunjai pengertian jang mendalam dan pandangan jang luas sekali atas misteri (rahasia- rahasia) kepribadian Jesus, atas makna dan maksud hidupNja, atas kekajaan dan keluhuran adjaran-adjaran serta tjita-tjitanja, lagi atas kemuliaan hidup Ilahi- abadi jang berwudjud dalam Jesus dan harus diwudjudkan oleh Indjil dalam seluruh umat manusia. Dan apa jang ditulisnja tentang kepribadian Jesus bukan sadja tentang Jesus seperti dikenalinja dalam pergaulan denganNja di Palestina, melainkan berdasarkan pengenalan itu, seperti dikenalinja pada umurtuanja sebagai basil perenungan-perenungan jang mendalam seumur hidupnja. la menggambarkan Jesus dalam kemuliaan llahiNja, sebagai Putera Allah dari kekal, setara dengan Bapa, jang diutus sebagai Sabda Allah jang "mendjadi daging", guna menjampaikan kepada semua orang jang rela pertjaja akanNja tjahaja dan hidup abadi. Lagi pula ia memberitakan peristiwa-peristiwa hidup Jesus, perbuatan- perbuatan dan sabda-sabdanja tidak dalam pengertian, sebagaimana ia menjaksikan dan mendengarnja, dari mulut Jesus, melainkan sebagaimana ia memahaminja pada achir hidupnja, dan disini pula sebagai hasil perenungan-perenungannja. Perlu kita memperhatikan hal itu, guna dapat mengerti dan tahu menilaikan Indjil keempat ini dengan sewadjarnja. Perlu pula ditjamkan, bahwa dalam perenungan- perenungannja dan dalam menulis, Roh Kuduslah jang memperingatkan segala pernjataan Jesus kepadanja dan mengantarnja kepada seluruh pengertian.
Susunan karangan Joanes
Karangan ini sebenarnja berbentuk serangkaian pembitjaraan Jesus jang berpusatkan pada suatu kedjadian atau dalil, ataupun berpangkal padanja. Ada gagasan Joanes jang tertentu jang menghubungkan pembitjaraan-pembitjaraan itu mendjadi satu kesatuan sebagai bukti, atau lebih tepat kalau dikatakan sebagai kesaksian, bahwa Jesus benarlah Mesias utusan Allah dan sendiri berwudiud Allah, jang datang memberi terang dan hidup kepada orang jang memenuhi satu-satunja sjarat, jaitu kepertjajaan padanja (20:31). Tetapi setjara lahiriah dan lebih nampak, Joanes menjusun menurut suatu garis sedjarah, jaitu djalan hidup Jesus mulai dengan asalNja jang kekal sebagai Putera Allah sampai kebangkitannja dalam kemuliaan. Boleh dikatakan pula, bahwa Joanes menjusun dengan mengikuti urutan perdjalanan-perdjalanan Jesus di Palestina. Ia gemar mentjatat dengan teliti tempat-tempat dimana kedjadian-kedjadian berlangsung dan Jesus berbitjara. Dengan demikian kita peroleh pandangan jang lebih djelas atas pekerdjaan dan perdjalanan-perdjalanan Jesus dari pada jang kelihatan dalam karangan-karangan Indjil jang lain. Mereka terlebih memberitakan tentang hidup dan kegiatan Jesus di Galilea, sedangkan meriwajatkan hanja satu perdjalanan ke Judea, ialah jang terachir. Menurut Joanes Jesus berdjalan beberapa kali ke Jerusalem. Dan bahwa berita-beritanja benar, dapat diduga dari riwajat sengsara Jesus dalam karangan-karangan Indjil jang lain, sebab sikap orang terhadap Jesus dan beberapa kedjadian tidak masuk akal, kalau Jesus tidak lebih dahulu atau berulang kali mengadjar di Jerusalem.
Djalan pikiran dan gaja bahasa Indjil keempat
Bahasa karangan Joanes sederhana sekali bentuknja, tetapi isinja gemilang. Perbendaharaan kata-kata jang digunakan sangat terbatas, tetapi tiap-tiap kata atau istilah biasanja sarat berisi pengertian baru jang menakdjubkan. Kalimat- kalimat semua pendek-pendek, dan masing-masing merumuskan salah suatu segi kebenaran Ilahi jang penting, sebagai hasil perenungan. Kalimat-kalimat pendek itu dirangkaikan tanpa pemakaian kata-kata penghubung, seperti jang lazim kita pakai untuk menjatakan sangkut-paut batiniah antara pikiran-pikiran jang - diungkapkan dalam masing-masing kalimat. Meski demikian sebenarnja hubungan antara kalimat-kalimat erat sekali. Leretan kalimat-kalimat kelihatan datar, tetapi sebenarnja adalah uraian jang mendalam dan kaja berisi. Hubungan antara kalimat-kalimat lebih psikologis dan (kedjiwaan) dari pada akali. Dalam membatja dengan perhatian turut merenung dengan Joanes, hubungan itu mendjadi terang oleh intuisi, seperti kalimat-kalimat Joanespun semua hasil intuisi. Uraian-uraian itu dalam karangan Joanes ada jang berbentuk pertjakapan ataupun soaldjawab, kebanjakan pembitjaraan agak pandjang dan sering diselingi dengan soal-djawab pula. Uraian-uraian itu seperti telah dikatakan dalam fasal lain -- semua didasarkan atau berpusat pada suatu kedjadian, biasanja suatu mukdjizat. Kedjadian-kedjadian itu ditjeritakan dengan gaja bersahadja, tetapi ada jang dipaparkan dengan pandjang-lebar serta dihidupi dengan pertjakapan silih berganti.
Tjara mengarang dengan memakai sedikit kata sadja jang banjak diulang-ulangi, dan memakai kalimat pendek-pendek, jang dirangkaikan berdjadjaran sadja, itulah tiara jang lazim pada orang Jahudi. Joanes memakai kata-kata Junani, tetapi gajabahasanja bertjorak Jahudi semata-mata, berdasarkan tjara pikir mereka.
Sudah sewadjarnja, dan dapat kita bajangkan, bahwa Jesus, jang tentu selalu sudah menjesuaikan tjara-mengadjarNja dengan daja tangkap para pendengar, bila la berbitjara dengan atau kepada orang jang agak tjerdas, seperti para ahli taurat dan pemuka-pemuka Jahudi lain, dan achirnja kepada para rasul djuga, menguraikan pengadjarannja menurut djalan pikiran orang Jahudi itu djuga.
Tjara berpikir dan menjusun pikiran-pikiran itu berlainan dengan jang lazim terdapat dalam kebudajaan Junani dan jang lazim pada kita djuga. Jang kita temui dan gunakan dalam uraian-uraian bersifat ilmiah, ialah tjara dan. djalan logika, jang dengan terang dan rapih menondjolkan hubungan pikiran satu sama lain, berdasarkan hukum sebab-akibat. Tjara itu serba akali dan mengutamakan pembuktian kebenaran. Tjara Joanes bukan demikian. Joanes sama sekali tidak hendak membuktikan kebenaran, melainkan, menurut kata jang digunakannja sendiri, memberi kesaksian akan kebenaian sebagai satu.kenjataan.
Jesus memberi kesaksian tentang kenjataan-kenjataan jang dilihatNja pada Bapa dan tentang apa jang didengarNja dari padaNja (Jo. 3:11 dan 32). Kesaksian Jesus jang sendiri Sabda Allah dengan sendirinja mutlak kebenarannja. Dan Joanes pada gilirannja memberi kesaksian tentang hal-hal jang dilihatnja pada Jesus dan didengarnja dari Jesus, maka dengan sendirinja mutlak pula. Sebab itu tak usah dan tak mungkin dibuktikan kebenarannja, melainkan harus dimaklumkan sadja dan diterima dengan kepertjajaan jang chidmat. Tetapi rasul-rasul bertugas pula mendjelaskan makna dan maksud pernjataan Ilahi serta menerangkan dan mengandjurkan tjita tjita jang terkandung didalamnja, supaja diwudjudkan, sebab perwudjudan ini adalah udjud terachir pernjataan-pernjataan itu. Oleh karena itu Joanes dengan gairahnja jang hidup dan mendalam, dengan tak henti-hentinja membahas dan memikirkan isi pernjataan itu, memang pertama-tama untuk dirinja sendiri, tetapi tak kurang dengan maksud untuk memenuhi tugas kerasulannja, jaitu menjampaikan tjahaja kehenaran dan hidup abadi kepada umat-umat jang dipertjajakan kepadanja. Dengan demikian oleh penjelenggaraan Roh Kudus dan oleh IlhamNja kepada Joanes maka kita ini mempunjai hasil kegairahan Joanes dalam karangannja. Joanes telah mengulangi renungan-renungan bagi kita dan mengupas kebenaran-kebenaran Indjil sampai pada intinja serta memaparkan kekajaannja dalam segala segi-seginja. Dan kalau kita turut mengupas mengikuti djalan penguraian Joanes, maka terbuka bagi kita kemuliaan rahasia Ilahi segi demi segi, kalimat demi kalimat, sampai ia mengantar kita kepada inti kebenaran jang mengandung seluruh keindahan dunia Allah, jang telah mendjadi dunia kita djuga. Joanes membahas bukan dengan daja otak kering, dan bukan menundjuk kepada segi- segi jang tampak sadia dengan telundjuknja sepintas lalu, melainkan sambil berbitjara bersemangat dan memperlihatkan kegemilangannja nilai-nilai jang timbul tampak itu. Bagi pembatja-pembatja jang dangkal pikirannja, kalimat- kalimat dan rangkaiannja tentu terasa datar nadanja, malah mungkin sampai membosankan, tetapi bagi pembatia-pembatja jang berminat mendalam, bahasa Joanes hidup dan menghidupkan.
Kedataran itu sebenarnja adalah ungkapan kesungguhan, chidmat seorang jang sadar akan keagungan kebenaran Ilahi jang sedang dipaparkannja. Terkandung didalamnja dan terga-mbar olehnja suasana rahasia-rahasia dunia abadi, misteri Putera Allah jang "mendjadi daging" dan "berkemah" (hidup) diantara kita, guna kita dianugerahi bagian dalam "kemuliaan"Nja "penub rahmat dan kebenaran". Joanes terpesona dan terharu oleh segala jang disaksikan dan dialaminja, dalam pergaulan dengan Jesus, dan chususnja perasaan ini jang menentukan gaja bahasanja. Didalam kalimat-kalimat dan rangkaian-rangkaian kalimat hidup kuat dan bergetar djiwa Joanes sehingga sanggup menghidupi dan menggetarkan djuga hati sanubari dan djiwa pembatja-pembatja jang berminat. Bahasa Joanes rupa- rupanja datar, tetapi bukan lemah dan lembam, melainkan bersemangat benar. Kalimat-kalimat pengungkap kebenaran jang pasti dan mutlak biasanja melangkah tetap dan kuat, penuh kejakinan, sambil bertekad dan mejakinkan kita sekuat- kuatnja dan dengan pengulang-ulangannja meresapkan kebenarn itu dalam ingatan dan hati sanubari kita sedalam-dalamnja. Semangat itu segenapnja berpokok pada tjinta jang kuat kepada Kristus dan kebenaranNja serta dihidupi olehNja, malah sampai mendjadi bentji jang hebat terhadap segala pertentangan dan rintangan dari pihak "kegelapan". Semangat itu dapat memuntjak sampai kita merasa Joanes pada umurtuanja masih berwatak "putera guntur", sebagaimana ia pernah diberi djulukan itu oleh Jesus sendiri.
Joanes tidak tahu berkompromis (tawar-menawar). Ia hanja mengenal tjahaja jang mutlak dan kegelapan jang mutlak, dan tiap manusia dapat dan harus memilih antara dua itu. Pemilihan itu merupakan atjara praktis dari karangannja dan tudjuannja mengandjurkan pemilihan jang baik. Tertjapai tidaknja tudjuan itu dan chawatiran tentangnja, itupun jang menentukan suasana perasaan Joanes dalam irama tulisannja, jaitu kegembiraan dan kesedihan, keluh kesah dan pudjian, gairah dan semangatnja pula, semuanja diliputi tjinta kepada Kristus dan kebenarannja, jang harus diwudjudkan dalam tiap-tiap manusia supaja ia diselamatkan.
Kesimpulan
Dalam bab terachir, jang merupakan satu tambahan pada karangan Joanes sendiri, kita batja tentang Joanes bahwa ,ia adalah murid jang memberi kesaksian akan segala hal itu serta menulisnja dan kami tahu bahwa kesaksiannja benar" (21:24). Dan Joanes sendiri merumuskan tudjuan kesaksiannja itu sebagai: "supaja kamu pertjaja bahwa Jesus adalah Kristus, Putera Allah, dan supaja kamu oleh karena kepertjajaan itu mempunjai hidup dalam namaNja". (20:31). Semoga tudjuan itu tertjapai pada kita setjara sempurna, jaitu bertambah-tambah memperdalam pengetahuan dan pengertian kita akan Kristus serta IndjilNja dan demikian mempergiat hidup keagamaan kita, agar kita sendiri mempunjai hidup dalam Kristus selimpah-limpahnja, tetapi djuga melandjutkan kesaksian Jesus dan Joanes disekitar kita, baik dengan berbitjara tentangnja, maupun dengan sikap dan tjara hidup kita.
Hagelberg: Yohanes (Pendahuluan Kitab) PENDAHULUAN
Prakata
Pendahuluan
Injil Yohanes dapat diumpamakan sebagai sebuah kolam yang begitu dangkal sehingga seorang anak dapat main di dalam...
PENDAHULUAN
Prakata
Pendahuluan
Injil Yohanes dapat diumpamakan sebagai sebuah kolam yang begitu dangkal sehingga seorang anak dapat main di dalamnya, dan sekaligus begitu dalam sehingga seekor gaja dapat berenang di dalamnya.1 Di seluruh dunia, orang-orang yang tidak berpendidikan memperoleh penghiburan yang dalam dari Injil Yohanes. Ribuan buku ditulis mengenai kitab yang sama, dan masih banyak lagi yang dapat dibahas.
Penulis Injil Yohanes
Masalah identitas pengarang perlu dipikirkan, karena jika Injil yang keempat dianggap karangan orang Kristen yang hidup dalam abad kedua, yang bukan saksi mata, maka bobotnya "Injil Yohanes" sedikit, sedangkan jika Injil Yohanes dikarang oleh Rasul Yohanes, seorang saksi mata, maka Injil Yohanes sungguh berbobot, dan layak diterima dan dihayati.
Sarjana bahasa Aram2 dan bahasa Yunani menjelaskan bahwa bahasa Yunani yang ada dalam Injil Yohanes mempunyai suatu "logat" Aram. Dengan kata lain, ada cukup banyak unsur dalam tata bahasa Injil Yohanes yang jarang dalam tata bahasa Yunani, namun biasa dalam tata bahasa Aram. Ini menandai bahwa bahasa Aram adalah "bahasa ibu" dari penulis Injil Yohanes, dan bahwa dia belajar bahasa Yunani pada kemudian hari.3 Oleh karena itu, maka dapat disimpulkan bahwa penulis Injil Yohanes adalah orang Yahudi yang dibesarkan di Israel.
Tampaknya Injil Yohanes ditulis tanpa nama.4 Walaupun demikian, masih ada beberapa nas dalam Injil Yohanes dan tradisi gereja yang cukup kuat yang menunjuk kepada Rasul Yohanes sebagai pengarang.
Dalam lima nas, salah satu murid Tuhan Yesus disebut "murid yang dikasihi Yesus".5 Tentang orang yang sama, pasal 21:24 berkata, "Dialah murid, yang memberi kesaksian tentang semuanya ini dan yang telah menuliskannya dan kita tahu, bahwa kesaksiannya itu benar." Jadi, ternyata pembahasan mengenai identitas penulis Injil Yohanes berpusat pada ungkapan "murid yang dikasihi Yesus". Tampaknya murid tersebut akrab sekali dengan Tuhan Yesus (pasal 13:23-25 dan 19:26-27), dan juga dengan Petrus (pasal 13:23-24; 20:2-9; dan 21:7). Dari Markus 5:37; 9:2; 13:3; dan 14:33 kita mengerti bahwa Petrus, Yakobus, dan Yohanes bertiga akrab dengan Tuhan Yesus. Petrus bukan merupakan "murid yang dikasihi Yesus" (pasal 21:20), dan Yakobus juga bukan dia (Kisah Para Rasul 12:2), maka tinggal Yohanes yang memenuhi syarat-syarat.
Kemungkinan ini didukung oleh pengamatan bahwa Rasul Yohanes, yang mempunyai peranan yang begitu penting dalam ketiga Injil yang lain, tidak disebutkan secara langsung dalam Injil yang keempat. Pengamatan ini mudah dipahami, jika Yohanes sendiri adalah penulisnya.
Juga, walaupun dalam Injil yang keempat nama orang dicatat supaya tidak dapat dibingungkan (seperti misalnya dalam pasal 14:22; 11:16; dan 6:71) Yohanes Pembaptis hanya disebut "Yohanes". Jikalau Rasul Yohanes adalah penulis, maka kekecualian ini dapat dipahami. Para pembaca yang tahu bahwa Rasul Yohanes menulis Injil Yohanes, tidak bingung dengan identitas Yohanes yang membaptiskan orang.
Ada satu masalah dengan pendapat ini, bahwa Rasul Yohanes adalah penulis, yaitu bukankah agak aneh jika orang menyebut dirinya dengan julukan "murid yang dikasihi Yesus"? Memang harus diakui bahwa hal ini luar biasa, tetapi lebih aneh lagi jika julukan tersebut dipakai mengenai orang lain! Jikalau seandainya julukan "murid yang dikasihi Yesus" menujuk kepada orang lain, bukankah ada nada iri hati di dalamnya? "Dia lebih mengasihi orang itu daripada kita!" Tetapi jika julukan itu dipakai mengganti nama penulis, ada dua kesan yang muncul. Satu, dia yang merasa dikasihi merayakan kasih itu dengan sukacita, dan dua, dengan rendah hati dia tidak mau memakai namanya sendiri. "Biarlah identitasku sebagai Yohanes hilang - aku adalah 'murid yang dikasihi Yesus!'"
Jadi dalam pembahasan identitas penulis Injil yang keempat kita menemui suatu pelajaran rohani yang sangat indah, yaitu bahwa tampaknya penulis Injil keempat rindu supaya identitasnya sebagai Yohanes anak Zebedeus tenggelam dalam suatu identitas yang jauh lebih indah, yaitu "murid yang dikasihi Yesus", suatu identitas yang mengandung pemahaman kehidupan rohani yang dewasa dan mantap.6
Dari segi pernyataan-pernyataan bapa-bapa gereja, pada tahun 180 M7 Theophilus dari Antiokhia menulis secara jelas bahwa Rasul Yohanes adalah penulis Injil yang keempat. Setelah itu, Irenius,8 Clement dari Aleksandria, dan Tertullianus mengaku Rasul Yohanes sebagai penulis. Antara bapa-bapa gereja yang awal, tidak ada yang menyangkal Yohanes sebagai penulis Injil yang keempat.
Oleh karena gaya tulisan Injil yang keempat begitu berbeda dengan kaya tulisan Kitab Wahyu, maka ada sarjana yang berpendapat bahwa penulisnya harus juga berbeda, tetapi kesimplan tersebut tidak tahan uji. Tampaknya Yohanes tidak bebas untuk ditemani oleh sahabat-sahabat di Patmos, di mana dia menerima visi yang dia tulis yang kita sebut Kitab Wahyu. Mungkin pada waktu dia menulis Injil Yohanes dia ditemani sahabat-sahabat, dan salah satu dari sahabat itu menjadi juru tulis bagi dia, sama seperti Silwanus menolong Rasul Petrus untuk menulis suratnya (lihatlah 1 Petrus 5:12, yang berkata, "Dengan perantaraan Silwanus, yang kuanggap sebagai seorang saudara yang dapat dipercayai, aku menulis dengan singkat kepada kamu...") atau seperti Tertius menolong Paulus untuk menulis Surat Roma (lihatlah Roma 16:22). Sampai sejauh mana seorang juru tulis Yunani bebas untuk memilih kata atau bentuk tata bahasa, sulit dipastikan. Singkatnya, mungkin perbedaan antara gaya tulis Injil Yohanes dan gaya tulis Kitab Wahyu dikarenakan peranan juru tulis yang membantu Rasul Yohanes.
Sebagai kesimpulan, tidak dapat dibuktikan bahwa Rasul Yohanes adalah penulis Injil yang keempat, tetapi bukti yang kuat mengarah ke pendapat itu. Juga, walaupun sarjana-sarjana tertentu menolak pengertian tersebut, tetapi pendapat mereka mengenai siapa yang menulis Injil yang keempat, kurang meyakinkan.9 Maka kami menerima Yohanes anak Zebedeus sebagai penulis Injil Yohanes.
Tahun Penulisan
Sulit sekali untuk menentukan tahun penulisan Injil Yohanes. Sebagian kecil dari sebuah naskah dari Injil Yohanes, yang disalin awal abad pertama10 sudah ditemui di Mesir. Mengingat bahwa naskah tersebut harus disalin dan dibawa ke Mesir, maka kita dapat yakin bahwa Injil Yohanes ditulis sebelum tahun 100 M.
Selain itu, sangat sulit untuk membuktikan tahun penulisan Injil Yohanes. Banyak sarjana memilih tahun 95 M, tetapi alasan mereka tidak kuat.11 Beberapa sarjana yang lain berkata bahwa Injil Yohanes ditulis sebelum Bait Allah dimusnahkan oleh pasukan Roma. Pendapat tersebut berdasarkan Yohanes 5:2, yang berkata "Di Yerusalem dekat Pintu Gerbang Domba ada sebuah kolam, yang dalam bahasa Ibrani disebut Betesda...." Pernyataan ini menjadi penting dalam pembahasan tahun penulisan Injil Yohanes, karena istilah "ada " memakai Present Tense. Hampir seolah-olah Yohanes berkata, "...saat ini, masih ada sebuah kolam...." Tetapi bukti ini juga diperdebatkan, karena Rasul Yohanes sering memakai Present Tense untuk hal yang sebenarnya sudah masa lalu.12
Mungkin mereka yang tidak menerima pemakaian Present Tense ini sebagai bukti bahwa Injil Yohanes ditulis sebelum Bait Allah dimusnahkan, belum menyadari dahsyatnya peristiwa tersebut bagi orang-orang Yahudi. Memang Present Tense itu dapat dipakai untuk hal-hal yang terjadi pada masa lalu, tetapi bukan dalam konteks Yohanes 5:2. Sama seperti Present Tense tidak mungkin dipakai mengenai ibu kita sendiri, setelah dia meninggal, demikian juga Present Tense tidak mungkin dipakai oleh seorang Yahudi mengenai sesuatu yang sudah dihancurkan oleh pasukan Roma di Yerusalem! Peristiwa tersebut terlalu pahit dan tragis; tampaknya sulit memahami bagaimana Present Tense dapat dipakai oleh orang Yahudi mengenai kolam Betesda setelah tahun 70 M.
Maka ada kemungkinan besar bahwa Injil Yohanes ditulis sebelum tahun 70 M, tetapi sebaiknya kesimpulan ini dianggap kemungkinan saja. Sebenarnya tahun penulisan Injil Yohanes tidak dapat dipastikan.
Teologi dan Sejarah dalam Injil Yohanes
"Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab ini, tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya" (Yohanes 20:30-31).
Mari kita mempertimbangkan dua pertanyaan mengenai Injil Yohanes. Apakah benar bahwa Yohanes menyusun suatu ceritera dengan maksud yang bersifat teologis (seperti dikatakan di atas), sehingga fakta-fakta tidak terlalu penting bagi dia, asal teologi yang dia sampaikan adalah benar? Ataukah dia menyusun suatu ceritera yang benar, tetapi teologinya kurang? Dua-duanya harus dijawab dengan "Tidak!" Yohanes memang mempunyai suatu maksud yang bersifat teologis, tetapi tepatnya fakta-fakta yang dia catat tidak rugi demi kepentingan Teologinya! Teologi dan sejarah tidak berlawanan. Teologi yang benar mempunyai akar dan dasar di dalam èsejarah yang benar.
Ini penting sekali pada zaman Yohanes, karena rupanya dia menghadapi suatu cenderungan yang sesat yang akan berkembang pada abad yang ke dua menjadi ajaran Docetisme. Filsafat ini berkata bahwa Allah tidak menjelma menjadi manusia, hanya kelihatannya Dia menjadi manusia, kelihatannya Dia disalibkan. Penganut Docetisme berkata bahwa tidak apa-apa Dia tidak sungguh menjelma menjadi manusia- cukuplah kalau ada roh, sesuatu yang seperti manusia, yang datang untuk melayani kita di muka bumi yang najis ini.... Tetapi Yohanes menolak cenderungan ini dengan banyak perkataan di dalam Injilnya dan suratnya. Dia berkata bahwa "Firman itu menjadi manusia" (Yohanes 1:14) dan "Apa yang telah... kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami..." (1 Yohanes 1:1). Jelas dia mau menolak ajaran yang berkata bahwa Yesus Kristus adalah sesuatu yang hanya seperti manusia saja. Dia bersaksi bahwa Kristus betul-betul menjelma menjadi manusia, dan kenyataan sejarah ini menjadi dasar iman kita. Sehingga Teologi dan sejarah tidak perlu dipisahkan.
Ini juga penting pada zaman kita, karena sarjana-sarjana liberal dan sarjana-sarjana neo-orthodoks berusaha untuk memisahkan apa yang sebenarnya terjadi dari apa yang diimani (Teologi). Mereka mau memisahkan kebenaran dari fakta-fakta. Tetapi kebenaran yang mana tidak didukung dengan fakta-fakta/kenyataan? Ini menjadi mistikal, dan ini bukan maksud dari Yohanes. Yang berikut adalah suatu contoh dari pikiran tersebut:
Kita boleh membedakan hal fakta dari hal iman. Mungkin Yesus sebenarnya turun dari Daud... tetapi seandainya tidak, Dia masih bisa menjadi Kristus... asal Dia menggenapi persyaratan-persyaratan rohani yang tepat... Tidak apa-apa kalau Dia bukan Anak Daud dalam arti jasmani... Mungkin Dia adalah anak Daud sama seperti Yohanes Pembaptis adalah Elia, dalam roh dan kuasa... Paulus bukan seorang rasul dalam arti yang picik, dia bukan salah satu dari mereka yang menyertai Yesus, tetapi dia memang adalah rasul.
Kita menolak pola pikiran ini karena iman kita mempunyai dasar dalam sejarah. Kebangkitan Kristus, misalnya, adalah suatu peristiwa yang terjadi, bukan di dalam hati pengikut-Nya, tetapi dalam kenyataan.
Semua ini mungkin menjadi lebih jelas kalau kita memikirkan satu contoh dari Injil Yohanes, daripada teori ini. Suatu contoh yang tepat terdapat di dalam Injil Yohanes 4:1-26. Perlu diamati lebih dahulu bahwa tidak ada satu petunjukpun yang memberi kesan bahwa peristiwa ini merupakan suatu perumpamaan atau mitos. Bahkan peristiwa ini ada di dalam konteks perjalanan Tuhan Yesus dari Yudea ke Galilea (Dua tempat yang nyata, bukan tempat dongeng) oleh karena masalah dengan orang-orang Farisi (Yohanes 3:25-25 dan 4:1). Ini bersifat sejarah yang nyata. Tetapi peristiwa ini juga mengandung banyak Teologi, di mana sistem agama lama dibandingkan dengan apa yang Yesus tawarkan, sifat Kristus dinyatakan, tawaran karunia dari Roh Allah digambarkan.... Ini penuh dengan Teologi. Apakah sejarah itu disesuaikan/diubahkan untuk membawa arti Teologi? Ataukah Teologi itu disesuaikan/diubahkan untuk membawa sejarah? Tidak. Kalau Allah kita benar, maka seluruh sejarah manusia menyatakan sesuatu mengenai Dia. "History is His Story." Peristiwa-peristiwa yang tertentu lebih menyatakan Dia daripada peristiwa-peristiwa yang lain. Misalnya, peristiwa tersebut dari Yohanes 4 menyatakan Dia, dan justru ini sebabnya peristiwa ini dipilih untuk masuk Injil Yohanes.
Morris13 bertanya, "Apa arti teologis dari sesuatu yang tidak pernah terjadi?" Dia juga memperbedakan perumpamaan dari peristiwa yang mengandung Teologi. "Melalui perumpamaan kita berkata, 'Kebenaran Allah adalah seperti ini.' Maka apa ceritera itu betul-betul terjadi atau tidak, ini tidak perlu dipermasalahkan. Ceritera itu adalah suatu ilustrasi. Setiap orang mengerti ini.... Tetapi kalau kita berkata, 'Kebenaran Allah dinyatakan di dalam peristiwa ini,' atau 'Anugerah Allah dinyatakan dalam peristiwa itu,' ini lain lagi. Kalau kita berkata seperti itu, tetapi peristiwa itu tidak pernah terjadi, maka kita tidak bisa berkata bahwa sebenarnya kebenaran Allah dinyatakan.... Apakah Yohanes menceriterakan pikiran dia sendiri mengenai Allah, ataukah dia menceriterakan apa yang pernah Allah lakukan? Kita tidak boleh mengecilkan bedanya di antara dua pendekatan ini, 1) 'Kebenaran Allah adalah seperti-' dan 2) 'Kebenaran Allah menjadi kelihatan di dalam.'" Morris juga menjelaskan bahwa sarjana-sarjana yang berkata bahwa yang penting bagi Yohanes adalah teologi dan bukan sejarah, bukan fakta-fakta, justru mereka yang berkata bahwa dia menghadapi melawan ajaran Docetisme, yang berkata bahwa Kristus hanya kelihatannya lahir, hanya kelihatannya ini dan itu. Tetapi dua pendapat ini yang mereka pegang saling berlawanan.
Tujuan Utama
Injil Yohanes 20:31 berkata, "... semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya." Sebaiknya kita menerima pernyataan ini dari penulis Injil Yohanes sebagai pernyataan tujuan utama Injil Yohanes. Tujuannya penginjilan. Khas ini menjadi lebih nyata lagi jika pernyataan tadi dibandingkan dengan 1 Yohanes 5:13, yang berkata, "Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal." 1 Yohanes ditulis untuk meyakinkan orang percaya bahwa mereka sungguh memiliki hidup yang kekal, sedangkan Injil Yohanes ditulis supaya orang yang belum percaya dapat percaya bahwa Yesuslah Mesias.14 Yohanes menulis Injilnya untuk meyakinkan orang bahwa Yesus adalah Mesias yang mereka rindukan. Menurut Carson,15 tata bahasa dari Yohanes 20:31 menunjukkan bahwa para pembaca pertama sudah memahami arti dari istilah "Mesias" dan istilah "Anak Allah". Yohanes mau meyakinkan mereka yang sudah merindukan kedatangan "Harapan Israel", Mesias, bahwa Yesus adalah yang sudah menggenapi dan akan menggenapi harapan tersebut. Yesus adalah Mesias yang mereka harapkan. Dengan kata lain, Injil Yohanes ditulis untuk menginjili orang Yahudi dan orang kafir yang masuk agama Yahudi.16
Ada penafsir yang tidak setuju dengan pengertian tersebut. Mereka berkata bahwa Yohanes 1:38, di mana istilah "Rabi" diterjemahkan "Guru", dan Yohanes 1:41 di mana istilah "Mesias" diterjemahkan "Kristus", menjadi bukti bahwa Injil Yohanes diperuntukkan orang bukan Yahudi, karena semua orang Yahudi sudah mengerti bahwa "Rabi" berarti "Guru", dan "Mesias" berarti "Kristus". Sebenarnya ini menjadi argumentasi yang kuat, tetapi kita harus melihat lebih dalam. Bukankah istilah Yunani, yaitu "Litostrotos" (dalam pasal 19:13) diterjemahkan bagi orang yang lebih biasa dengan bahasa Ibrani/Aram ("Gabata")? Apakah nas ini membuktikan kesimpulan yang sebaliknya? Juga, istilah "Anak Manusia", "nabi yang akan datang" (1:21), dan "Iblis" (13:2) tidak dijelaskan. Lebih dari itu, ada beberapa pemahaman yang menjadi persyaratan untuk sungguh memahami Injil Yohanes, yaitu pemahaman yang pasti dipahami oleh orang Yahudi. Misalnya, dalam Injil Yohanes ada hubungan yang erat antara hari raya orang Yahudi dan Tuhan Yesus, yang hanya ditangkap oleh orang Yahudi.17
Dapat disimpulkan bahwa Injil Yohanes ditujukan terutama untuk orang Yahudi, tetapi Yohanes menterjemahkan istilah "Rabi" dan "Mesias" supaya pembaca yang lain, yang bukan sasaran utama, tidak menjadi bingung.
Walaupun tujuan utama dari Injil Yohanes adalah untuk menginjili orang Yahudi, tetapi orang bukan Yahudi dapat diinjili melaluinya. Selain itu, orang percaya juga dapat ditolong melalui Injil Yohanes. Bukankah Titus 2:11-12 berkata, "Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata. Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini."
Injil Kristus berguna, baik untuk menyelamatkan orang yang belum percaya, maupun untuk meningkatkan kehidupan rohani orang percaya. Namun demikian, sebaiknya kita tetap ingat bahwa tujuan utama dari Injil Yohanes adalah untuk menginjili orang Yahudi.
Kepercayaan Para Pembaca Pertama
Kalau pesan yang Yohanes sampaikan akan dimengerti, kita perlu mengerti latar belakang Injil ini, untuk supaya kita bisa mengerti masalah-masalah dan kepercayaan-kepercayaan yang dihadapi Yohanes.
Filsafat Docetisme berkata bahwa Kristus sebenarnya tidak menjelma menjadi manusia, tetapi Dia hanya "kelihatannya" menjadi manusia. Dia hanya kelihatannya hidup di tanah Israel, dan hanya rupanya disalibkan. Yang mereka lihat adalah semacam roh yang mereka pikir adalah Kristus. Roh itu sepertinya makan roti dan ikan, dan sebagainya. Nama Docetisme diambil dari sebuah kata18 dalam bahasa Yunani yang berarti "rupanya", atau "kelihatannya". Bagi mereka, tidak mungkin Allah sendiri akan betul-betul menjelma menjadi manusia di dunia yang najis ini, dan tidak mungkin Allah yang Maha Suci bisa mengenakan daging manusia yang penuh dengan dosa. (Mereka memegang suatu pandangan hidup dari Plato yang berkata bahwa ide dan Allah itu suci, dan sama sekali terpisah dari daging dan bumi yang najis dan berdosa. Dualisme ini kebetulan mirip pandangan hidup Kebatinan!)
Kurang jelas kapan filsafat ini muncul, tetapi kalau kita menerima Rasul Yohanes sebagai penulis dari Injil keempat pada abad pertama, maka Injil Yohanes mendahului Docetisme sebagai suatu gerakan filsafat. Ada suatu kemungkinan bahwa Yohanes pernah dengar ajaran yang berbau Docetisme, walaupun gerakan itu belum dewasa. Seandainya Yohanes mendengar ajaran seperti itu, jelas sekali dia tidak bisa setuju. Suatu "roh" di kayu salib tidak akan mengeluarkan darah dan air (Yohanes 19:34). Suatu "roh" di sumur Yakub tidak mungkin menjadi "letih oleh perjalanan" (Yohanes 4:6). Boleh juga membandingkan Yohanes 1:14 dan 1 Yohanes 1:1 ("...yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan, dan yang telah kami raba dengan tangan kami....") Jelas ini sama sekali tidak cocok dengan ajaran Docetisme, malah rasanya menentang sekali. Yohanes tidak malu mengatakan bahwa Allahnya sudah menjelma menjadi manusia. Boleh dikatakan Yohanes merayakan inkarnasi Allah dengan sukacita.
Apakah Yohanes bermaksud untuk melawan Docetisme, atau hanya kebetulan saja Injilnya dan suratannya bertentangan dengan Docetisme? Ini boleh menjadi bahan pikiran sewaktu kita mengamati Injil Yohanes.
Filsafat Gnosticisme mirip sekali dengan Docetisme. Tokoh-tokoh Gnosticism seperti Heracleon (th. 170 M) suka mengutip dan menafsirkan Injil Yohanes. Pada umumnya orang Gnostic menganggap diri mereka sebagai orang Kristen, kecuali yang ikut Mandaisme yang mungkin mulai pada tahun 700.19 Tetapi pada abad yang ke dua sudah ada orang yang menafsirkan Alkitab Kristen secara Gnostic. Docetisme menjadi suatu kunci dalam pola pikiran mereka.
Ladd20 menceriterakan mengenai pola pikiran Yunani yang berkembang sampai titik Gnosticism. Menurut ajaran Gnosticisme kenyataan terdiri dari dua alam, yaitu ada alam atas (noumenal) yang tidak kelihatan, tidak berubah, tetapi kekal, dan lebih penting. Ada juga alam yang kelihatan, yang jasmani. Alam ini, dan tubuh manusia, tidak jahat, hanya menjadi beban pada alam atas, termasuk jiwa manusia, sehingga mereka mengatakan bahwa tubuh21 adalah kuburan atau rumah penjara22 untuk jiwa. Manusia yang berhikmat adalah dia yang menguasai keinginan-keinginan tubuhnya. Kalau mereka cukup berhasil kematian mereka menjadi keselamatan mereka, karena mereka bebas dari tubuh. Jadi keselamatan ini tergantung usaha dan pengertian (gnosis) mereka. "Hermetica" adalah suatu kumpulan karangan agamawi yang ditulis di Mesir pada abad ke dua dan ke tiga. Salah satu karangan itu berjudul "Poimandres". Karangan ini mulai dengan suatu visi dari terang yang tak terbatas. Terang itu disebut Allah. Dia ada di atas lautan kegelapan yang kacau. Logos/Anak Allah itu muncul dari terang dan memisahkan unsur-unsur yang atas dari yang bawah. Dunia diciptakan dari unsur yang bawah, yaitu tanah dan air. Dunia, tanah, air, semua ini tanpa akal, tanpa "nous", tanpa pikiran. Manusia diciptakan dari terang/nous itu, sehingga dia punya akal dan pikiran, tetapi manusia jatuh cinta dengan ciptaan itu sehingga dia jatuh dari terang dan jadi campur dengan apa yang tidak bernous, yang bawah, yang tidak punya pikiran. Akibatnya manusia bisa mati karena dia mempunyai tubuh, tetapi dia juga bisa kekal karena akalnya. Gnosticism ini cukup awal. Gnosticism yang lebih berkembang menganggap tubuh jahat. Ini boleh disebut "dualisme Yunani" karena ada dua pihak yang berlawanan, yaitu apa yang jasmani dan apa yang rohani.
Kalau Yohanes pasal 1 dibaca dengan mengingat filsafat ini banyak persamaan menjadi nyata, antara lain ada "Firman"/logos, terang, dan dunia. Sebelum Gulungan Laut Mati ditemui dan diselidiki, banyak sarjana berpendapat bahwa pasti Yohanes sangat dipengaruhi oleh dualisme tersebut, dan kepercayaan Yunani yang diceriterakan di atas. Tetapi di dalam Gulungan Laut Mati istilah-istilah ini, misalnya terang dan kegelapan, banyak dipakai, sehingga tidak bisa dikatakan lagi bahwa pemakaian istilah-istilah itu menunjuk pada suatu pengaruh Yunani, karena istilah-istilah itu dipakai dalam Gulungan Laut Mati yang sangat asli Yahudi.
Paling tidak kita bisa yakin bahwa Yohanes menulis sesuatu yang rasanya tidak asing bagi orang Yunani, walaupun apa yang dia katakan pasti baru bagi mereka, dan tidak sama dengan kepercayaan mereka. Dengan kata lain, Injil Yohanes adalah suatu contoh kontekstualisasi yang mantap. Penyampaian bebannya atau beritanya sesuai dengan kebiasaan orang Yunani, tetapi apa yang dia sampaikan tidak diubahkan dan sama sekali tidak ada sinkretisme. "Hidangannya" disesuaikan supaya bisa diterima, tetapi beritanya tetap murni.
Pada zaman Yohanes Agama Yahudi memiliki aliran-aliran dan sistem kepercayaan yang berbeda-beda. Kepercayaan dan kebiasaan Farisi, Saduki, dan Qumran jauh berbeda, dan rakyat biasa merasa jauh dari golongan-golongan ini.
Orang Saduki adalah "orang kraton" pada zaman Yohanes. Mereka dari lapisan masyarakat yang atas, dan mereka menguasai Bait Allah dengan imam-imamnya dan segala pengorbanannya. Tetapi orang-orang Saduki kehilangan markas waktu "kraton" mereka, yaitu Bait Allah, dihancurkan oleh pasukan Roma pada tahun 70, sehingga mereka tidak mewariskan apa-apa yang bisa kita pelajari untuk mengerti ajaran mereka. Ternyata mereka hanya menerima Lima Kitab Musa, dan menolak kebangkitan dari maut dan adanya malaikat. Pandangan dan peraturan mereka sangat konservatif dibandingkan dengan orang Farisi, sesuai dengan jabatan mereka dan keadaan sosial mereka. Istilah Saduki tidak dipakai dalam Injil Yohanes, mungkin karena mereka sudah tidak begitu penting dalam agama Yahudi setelah tahun 70.
Orang Farisi tidak tergantung pada Bait Allah. "Sinagoge" (rumah ibadah Yahudi) adalah markas mereka, dan memang mereka duduk di "Kursi Musa" di dalam sinagoge (Matius 23:2). Mereka adalah keturunan rohani dari orang Yahudi yang berhasil melawan Antiokhus Epifanes pada tahun 175-163 SM. Mereka menerima seluruh Perjanjian Lama sebagai Hukum yang Tertulis, dan mereka juga menerima Hukum Lisan, yaitu tradisi lisan yang menurut mereka juga berasal dari Musa. Walaupun mereka juga menderita karena Bait Allah hancur pada tahun 70, tetapi dari segi pengaruh mereka, mereka menang karena tidak dilawan lagi oleh orang Saduki. Kita tidak punya apa-apa dari karangan mereka, tetapi Mishna dan Talmud (tafsiran dari Mishna) rupanya mencerminkan ajaran mereka dengan jelas. Mishna dan Talmud ditulis oleh guru-guru (rabi-rabi) besar. Mereka tidak menekankan teologi tetapi peraturan agama, misalnya, ikatan-ikatan yang mana boleh diikat pada hari Sabat, dan sebagainya. Pola pikiran mereka sangat nyata di dalam Injil Yohanes. Seorang sarjana Yahudi modern pernah berkata bahwa di antara ke empat Injil, Injil Yohanes adalah yang paling berbau Yahudi. Banyak dari perkataan Tuhan Yesus sama dengan perkataan rabi-rabi, misalnya, Yohanes 1:39, "Marilah dan kamu akan melihatnya." Menurut Yosefus23 ada 6.000 orang Farisi pada zaman Yosefus.
Seperti disebutkan di atas, kosa kata tulisan Qumran (Gulungan Laut Mati) mirip kosa kata Yohanes, sampai ada juga sarjana yang berpendapat bahwa Yohanes sendiri adalah warga Qumran (tempat Gulungan Laut Mati) karena dia suka memakai istilah yang disukai mereka. Selain kosa kata yang mirip (dengan istilah seperti hidup kekal, terang dan kegelapan, kebenaran dan kesalahan, murka Allah, terang hidup, roh kebenaran, dan anak-anak terang) ada juga baptisan, perjamuan yang suci, dualisme baik dan jahat, dan "guru kebenaran". Tetapi sarjana itu juga sadar bahwa ada perbedaan yang penting di antara pikiran Yohanes dan pikiran Qumran, maka sarjana itu berkata bahwa Yohanes diam berberapa lama di Qumran, lalu dia keluar karena tidak sependapat dengan mereka. Menurut teori itu, persamaannya karena dia pernah ikut mereka, dan perbedaannya karena dia keluar dari sana. Tipislah, teori ini.
Perjanjian Lama merupakan suatu unsur dari latar belakang Injil Yohanes yang penting sekali. Kalau kita membaca Yohanes 1:1, "Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah" memang kita akan mengingat Kejadian 1:1, "Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi." Juga, Yohanes 1:3 berkata bahwa Allah menciptakan segala sesuatu melalui Firman itu, dan ini juga cocok dengan apa yang diceriterakan di dalam Kejadian 1:3, 6, 9, 11, 14, 20, 24, dan 26, yaitu "Berfirmanlah Allah...." Kitab Kejadian juga bersaksi bahwa Allah menciptakan segala sesuatu melalui Firman-Nya. Memang Perjanjian Lama tidak menyatakan bahwa Firman Allah itu adalah pribadi dan bukan kata saja, sehingga dapat dikatakan bahwa Injil Yohanes mempergunakan latar belakang Perjanjian Lama, dan orang Ibrani akan mengerti apa yang Yohanes katakan, tetapi dia juga memperkembangkan apa yang dijelaskan di dalam Perjanjian Lama, dengan istilah-istilah yang dapat dimengerti oleh mereka.
Injil Yohanes adalah suatu contoh kontextualisasi yang luar biasa. Dikontextualisasikan baik untuk orang Yunani maupun untuk orang Ibrani, walaupun kebudayaan mereka masing-masing sangat berbeda. Injil ini merupakan suatu mujizat kontextualisasi!
Hubungannya dengan Injil Matius, Markus dan Lukas
Membandingkan Injil Yohanes dengan Injil Sinoptik mengemukakan beberapa pengamatan yang mungkin berguna untuk mengarahkan pelajaran kita. Turner dan Mantey24 menguraikan perbedaan-perbedaan di antara Injil Yohanes dan Injil Sinoptik (yaitu Injil Matius, Markus, dan Lukas) yang cukup lengkap.
Gaya Yohanes berbeda dari Matius, Markus, dan Lukas. Dalam Injil Sinoptik itu perikopnya pada umumnya singkat, dan cepat pindah dari satu peristiwa kepada peristiwa yang lain. Ini bisa dibandingkan dengan Yohanes yang menyusun perikop yang lebih panjang, dan tidak cepat meloncat pada perikop yang berikut. Yohanes tidak menceriterakan banyak peristiwa, tetapi dia menceriterakan yang sedikit itu secara perinci. Turner berkata bahwa gaya Yohanes lebih "santai" daripada gaya Injil Sinoptik. "Perumpamaan" yang ada dalam Injil Yohanes sangat berbeda dengan perumpamaan yang ada dalam Injil Sinoptoik, dan Yohanes tidak mencatat pepatah kata yang mudah diingat seperti yang ada di dalam ketiga Injil Sinoptik.
Secara geografis Yohanes berbeda dari yang lain juga. Ke tiga Injil Sinoptik menekankan pelayanan Tuhan Yesus di Galilea, dan Perea (Lukas), dan baru pada minggu terakhir pindah ke Yerusalem. Tetapi Yohanes banyak menceriterakan mengenai apa yang terjadi di Yerusalem waktu Tuhan Yesus mengunjungi kota itu karena perayaan Hari Paskah.
Kosa kata Yohanes juga berbeda dari yang lain karena jumlah kata lebih sedikit, dan juga istilah-istilahnya sederhana dan padat dengan arti, seperti "terang, hidup, dunia, kegelapan, kebenaran, kemuliaan, percaya, mengetahui, jam" dan sebagainya.
Banyak peristiwa dan hal tidak disebut oleh Yohanes. Inilah daftar Turner: kelahiran Yesus, 30 tahun yang pertama dalam kehidupan-Nya di bumi, kelahiran dan kematian Yohanes Pembaptis, baptisan dan pencobaan Yesus, perubahan rupa-Nya di atas gunung, Perjamuan Suci yang pertama, doa-Nya di Taman Getsemeni, pengadilan di hadapan Kaiyafas, peristiwa kenaikan-Nya, pelepasan dari roh jahat, orang sakit kusta, ahli hukum, pemungut cukai, orang Saduki, daftar ke dua belas rasul, Khotbah di Bukit dan Khotbah di Daratan, panggilan orang berdosa untuk bertobat, neraka, dan semua perumpamaan. Hampir semua di daftar ini cukup penting di dalam Injil Matius, Markus, dan Lukas, tetapi sama sekali tidak disebutkan oleh Yohanes.
Perlu juga dikatakan bahwa Injil Yohanes juga berbeda dari Injil Sinoptik karena 90% dari bahannya tidak ada di dalam Injil Sinoptik. Hanya Yohanes saja yang mencatat percakapan Yesus dengan Nikodemus, panggilan lima murid-Nya, pernikahan di Kana, percakapan Yesus dengan wanita itu di sumur Yakub, mujizat di kolam Siloam dan Betesda, kebangkitan Lazarus, 14 percakapan yang mengikuti suatu pola yang sama (pertanyaan, jawaban Yesus yang sulit dimengerti, kesalah pahaman, dan keterangan Yesus), pernyataan yang memakai ungkapan "Aku adalah"25, istilah Paraklete (suatu sebutan Roh Allah) dan perwujudan Tuhan Yesus di Danau Galilea setelah Dia bangkit. Carson26 mengamati bahwa Injil Sinoptik tidak menyamakan Yesus dengan Allah secaralangsung, seperti apa yang tampak dalam Injil Yohanes pasal 1:1, 18 dan 20:28.
Perbedaan-perbedaan ini cukup mengesankan. Suatu pertanyaan muncul, yaitu, "Mengapa?" Mengapa tidak ada perumpamaan di dalam Injil Yohanes? Mengapa tidak ada orang yang dilepaskan dari kerasukan setan di dalam Injil Yohanes? Mengapa neraka tidak disebut di dalam Injil ini? Apakah jawabannya terdapat di dalam Teologi Yohanes?
Kalau perbedaan gaya dan kosa-kata dipikirkan, mudah diterima bahwa Yohanes mau menekankan sesuatu yang lain dari Injil Sinoptik, atau katakanlah dia mau melihat pelayanan Tuhan Yesus dari segi pandangan yang lain. Tetapi daftar pokok yang sama sekali tidak disebut agak mengesankan. Seolah-olah dia dengan sengaja mengambil keputusan untuk tidak menyebut anak-anak! Mengapa?
Carson menekankan bahwa ada perbedaan yang nyata, seperti apa yang dicatat di atas, tetapi ada juga kesamaan yang penting, misalnya peristiwa di mana 5000 orang diberi makan (Markus 6:32-44 dan Yohanes 6:1-15) dan di mana Dia berjalan di atas air (Markus 6:45-52 dan Yohanes 6:16-21. Juga ada kesamaan antara perkataan Tuhan Yesus: Markus 9:37-38 dan Yohanes 4:35; Markus 6:4 dan Yohanes 4:44; Matius 25:46 dan Yohanes 5:29; Matius 11:25-27 dan Yohanes 10:14-15, dst.27
Lebih penting lagi adalah nas-nas di mana Yohanes dan ketiga Injil Sinoptik saling mengisi, saling menjelaskan. Misalnya, hanya Yohanes yang menjelaskan mengapa Petrus dapat masuk ke halaman istana Imam Besar (pasal 18:15-16) tetapi Injil Markus 14:54 hanya berkata bahwa dia masuk ke situ. Kerelaan murid-murid Tuhan Yesus untuk mengikuti Dia sesaat mereka dipanggil dalam Injil Matius 4:18-22, sulit dipahami, keculi kita memahami bahwa mereka sudah mengenal Dia sebelum waktu itu (Yohanes 1:35-51). Dan sebaliknya keraguan Filipus untuk memperkenalkan orang-orang bukan Yahudi kepada Tuhan Yesus dalam Yohanes 12:21-22 sulit dipahami dalam Injil Yohanes, kecuali kita memahami Matius 10:5-6, di mana Tuhan berkata, "Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel."28
Morris29 menjelaskan kemungkinan bahwa ketiga Injil Sinoptik memberi ajaran Rabi Yesus yang dimaksudkan untuk umum, yaitu ajaran yang formal. Sesuai dengan pola rabi-rabi Israel, ajaran tersebut harus dihafal dan diteruskan kepada generasi yang berikut. Tetapi selain ajaran itu, ada juga ajaran-Nya yang dimaksudkan untuk murid-murid-Nya dan ajaran yang bersifat lebih spontan. Menurut konsep ini, ajaran yang bersifat spontan dan akrab itu ditulis dalam Injil Yohanes. Morris tidak yakin bahwa hal ini merupakan sebabnya Injil Sinoptik dan Injil Yohanes begitu berbeda, tetapi pendekatan ini menyatakan bahwa kita tidak harus menolak Injil Yohanes hanya karena Injil Yohanes berbeda dari ketiga Injil Sinoptik.
Injil Yohanes dan Kanon Alkitab
Morris30 menjelaskan bahwa Injil Yohanes sangat disukai oleh pengikut ajaran Gnostik. Oleh karena Injil Yohanes sering dikutip oleh orang Gnostik, maka pengikut Kristus yang lain, yang tidak memeluk ajaran sesat itu, mula-mula segan mengutip dari Injil Yohanes. Mereka lebih sering mengutip dari ketiga Injil Sinoptik. Lama-kelamaan mereka mengerti bahwa justru Injil Yohanes yang paling tepat untuk dikutip melawan Gnosticisme, dan Injil Yohanes menjadi sangat popular.
Walaupun Injil Yohanes sering dikutip untuk mendukung ajaran sesat, tetapi status Injil Yohanes sebagai Firman Allah tidak diragukan oleh bapa-bapa gereja. Tempatnya di dalam kanon Firman Tuhan kuat sekali.
Hagelberg: Yohanes (Garis Besar) GARIS BESAR
I. KATA PENGANTAR (1:1-18)
II. PENYATAAN YESUS DENGAN KATA DAN PERBUATAN (1:19-10:42)
A. Pengantar pada Pelayanan Y...
GARIS BESAR
- I. KATA PENGANTAR (1:1-18)
- II. PENYATAAN YESUS DENGAN KATA DAN PERBUATAN (1:19-10:42)
- A. Pengantar pada Pelayanan Yesus (1:19-51)
- 1. Hubungan antara Yohanes Pembaptis dan Yesus (1:19-28)
- 2. Kesaksian Yohanes Pembaptis mengenai Yesus (1:29-34)
- 3. Yesus mendapat murid-murid pertama (1:35-42)
- 4. Yesus mendapat dua murid lagi (1:43-51)
- B. Pelayanan yang Awal: Tanda, Perbuatan, dan Kata (2:1-4:45)
- 1. Tanda pertama: air menjadi anggur (2:1-11)
- 2. Pedagang-pedagang diusir dari Bait Allah (2:12-17)
- 3. Yesus mengganti Bait Allah (2:18-22)
- 4. Iman yang tidak memuaskan (2:23-25)
- 5. Yesus dan Nikodemus (3:1-15)
- 6. Penjelasan panjang I (3:16-21)
- 7. Kesaksian Yohanes Pembaptis mengenai Yesus diteruskan (3:22-30)
- 8. Penjelasan panjang II (3:31-36)
- 9. Yesus dan perempuan Samaria (4:1-42)
- 10. Tanda kedua: anak pegawai istana disembuhkan (4:43-54)
- C. Oposisi Timbul: tambah tanda, perbuatan, dan kata (5:1-7:52)
- 1. Penyembuhan di Kolam Betesda (5:1-15)
- 2. Tanggapan Yesus pada oposisi (5:16-47)
- 3. Lima ribu orang diberi makan (6:1-15)
- 4. Yesus berjalan di atas air (6:16-21)
- 5. Khotbah Roti Hidup (6:22-58)
- a. Yesus dicari orang banyak (6:22-26)
- b. Manna yang benar (6:27-34)
- c. Yesus sebagai Roti Hidup (6:35-48)
- d. Makan daging Anak Manusia (6:49-58)
- 6. Pendapat yang terbagi dua dan Inisiatif Ilahi (6:59-71)
- 7. Keraguan (7:1-13)
- 8. Di hari raya Pondok Daun (7:14-44)
- a. Ajaran Yesus yang berwewenang (7:14-24)
- b. Siapakah Yesus Kristus? (7:25-36)
- c. Janji Roh (7:37-44)
- 9. Ketidak percayaan para pemimpin Yahudi (7:45-52)
- D. Konfrontasi yang Radikal: puncak tanda, perbuatan, dan kata (8:12-10:42)
- 1. Di hari raya Pondok Daun II: perdebatan Yesus dengan "orang-orang Yahudi" (8:12-59)
- a. Wewenang ajaran Yesus (8:12-20)
- b. Asal-usul wewenang Yesus (8:21-30)
- c. Anak-anak Abraham (8:31-59)
- 2. Yesus menyembuhkan orang yang buta sejak lahir (9:1-41)
- a. Tanda itu sendiri (9:1-12)
- b. Penyelidikan orang-orang Farisi (9:13-34)
- i. Penyelidikan yang pertama (9:13-17)
- ii. Orangtuanya diselidiki (9:18-23)
- iii. Penyelidikan yang kedua (9:24-34)
- c. Penglihatan orang buta dan kebutaan orang yang dapat melihat (9:35-41)
- 3. Yesus sebagai Pintu dan Gembala (10:1-21)
- a. Kiasan Pintu (10:1-5)
- b. Kesalah pahaman (10:6)
- c. Kiasan dikembangkan (10:7-10)
- d. Kiasan Gembala (10:11-18)
- e. Tanggapan orang-orang Yahudi (10:19-21)
- 4. Di hari raya Pentahbisan Bait Allah: klaim-klaim Mesiani dan oposisi yang nyata (10:22-39)
- 5. Penarikan geografis dan kemajuan pelayanan (10:40-42)
- III. PERALIHAN: KEHIDUPAN DAN KEMATIAN, RAJA DAN HAMBA YANG MENDERITA (11:1-12:50)
- A. Kematian dan kebangkitan Lazarus (11:1-44)
- 1. Kematian Lazarus (11:1-16)
- 2. Yesus adalah kebangkitan dan hidup (11:17-27)
- 3. Yesus marah dan berdukacita (11:28-37)
- 4. Kebangkitan Lazarus (11:38-44)
- B. Keputusan untuk membunuh Yesus (11:45-54)
- C. Kemenangan dan kematian yang mendekat (11:55-12:36)
- 1. Lingkungannya: hari raya Paskah (11:55-57)
- 2. Yesus diurapi Maria (12:1-11)
- 3. Yesus dielu-elukan (12:12-19)
- 4. Orang kafir memicu pernyataan Yesus mengenai "saatnya" (12:20-36)
- D. Teologi ketidak percayaan (12:37-50)
- IV. PERNYATAAN YESUS DALAM SALIB-NYA DAN KEMULIAAN-NYA (13:1-20:31)
- A. Perjamuan Kudus (13:1-30)
- 1. Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya (13:1-17)
- 2. Yesus bernubuat mengenai pengkhianatan (13:18-30)
- B. Pesan Perpisahan: bagian pertama (13:31-14:31)
- 1. Yesus menubuatkan penyangkalan Petrus (13:31-38)
- 2. Janji tempat di mana Yesus akan pergi (14:1-4)
- 3. Yesus sebagai jalan kepada Bapa (14:5-14)
- 4. Yesus akan pergi, dan Roh Kebenaran akan datang (14:15-31)
- C. Pesan Perpisahan: bagian kedua (15:1-16:33)
- 1. Pokok anggur dan ranting (15:1-16)
- 2. Oposisi dari dunia (15:17-16:4a)
- 3. Pekerjaan Roh Kudus (16:4b-15)
- 4. Sukacita sesudah dukacita (16:16-33)
- D. Doa Yesus (17:1-26)
- 1. Yesus berdoa supaya dipermuliakan (17:1-5)
- 2. Yesus mendoakan murid-murid-Nya (17:6-19)
- a. Dasar doa (17:6-11a)
- b. Doa supaya murid-murid-Nya dilindungi (17:11b-16)
- c. Doa supaya murid-murid-Nya dikuduskan (17:17-19)
- 3. Yesus mendoakan semua yang akan percaya (17:20-23)
- 4. Yesus berdoa supaya setiap orang percaya disempurnakan sehinggap dapat melihat kemuliaan-Nya (17:24-26)
- E. Pemeriksaan Pengadilan dan Penderitaan Yesus (18:1-19:42)
- 1. Yesus ditangkap (18:1-11)
- 2. Yesus di hadapan Hanas (18:12-14)
- 3. Penyangkalan Petrus yang pertama (18:15-18)
- 4. Yesus diperiksa di hadapan Hanas (18:19-24)
- 5. Penyangkalan Petrus yang kedua dan ketiga (18:25-27)
- 6. Yesus diperiksa di hadapan Pilatus (18:28-19:16a)
- a. Pilatus memeriksa pendakwa (18:28-32)
- b. Pilatus memeriksa Yesus (18:33-38a)
- c. Barabas (18:38b-40)
- d. Yesus dihukum (19:1-16a)
- 7. Yesus disalibkan (19:16b-30)
- 8. Lambung Yesus ditikam (19:31-37)
- 9. Yesus dikuburkan (19:38-42)
- F. Kebangkitan Yesus (20:1-31)
- V. BAGIAN PENUTUP DARI KITAB (21:1-25)
Hagelberg: Yohanes DAFTAR PUSTAKA
Daftar Kepustakaan
Barrett, C. K., The Gospel According to St. John, an Introduction with Commentary and Notes on the Greek Text, The W...
DAFTAR PUSTAKA
Daftar Kepustakaan
Barrett, C. K., The Gospel According to St. John, an Introduction with Commentary and Notes on the Greek Text, The Westminster Press, Philadelphia, edisi kedua, 1978.
Beasley-Murray, George, John, Word Biblical Commentary, Thomas Nelson Publishers, Nashville, edisi kedua, 1999.
Bruce, F. F. New Testament History, Anchor Books, Garden City, 1969.
Carson, D.A., The Gospel According to John, Inter-Varsity Press, Leicester, England dan William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1991.
Culpepper, R. Alan, Anatomy of the Fourth Gospel: a study in literary design, Fortress Press, Philadelphia,1983.
Hendriksen, William, John, The Banner of Truth Trust, Edinburgh, 1954.
Hodges, Zane C., The Greek New Testament, Thomas Nelson Publishers, Nashville, 1982.
Hodges, Zane C., The Hungry Inherit: Whetting Your Appetite for God, Multnomah Press, Portland, 1980.
Hoskyns, Edwyn, The Fourth Gospel, Faber and Faber, London, 1947.
Ladd, George Eldon, A Theology of the New Testament, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1974.
Morris, Leon, The Gospel According to John, The New International Commentary on the New Testament, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1971.
Ryrie, Charles C., Teologi Dasar, Yayasan ANDI, Yogyakarta, 1991.
Tasker, R.V.G., The Gospel According to St. John, The Tyndale New Testament Commentaries, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1960.
Tenney, Merrill C., John: the Gospel of Belief, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1948.
Turner, George A. dan Mantey, Julius R., The Gospel of John: An Evangelical Commentary, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, tanpa tahun.
TFTWMS: Yohanes (Pendahuluan Kitab) "SATU HAL AKU TAHU" (Yohanes 9:6-41)
Kadang-kadang "doa yang terkabul" dapat menyusahkan hidup kita. Sesuatu yang kita yakini dap...
"SATU HAL AKU TAHU" (Yohanes 9:6-41)
Kadang-kadang "doa yang terkabul" dapat menyusahkan hidup kita. Sesuatu yang kita yakini dapat membuat hidup kita lebih baik sesungguhnya bisa saja membuat hidup kita lebih susah. Sebagai contoh, lihatlah orang-orang yang menang undian. Beberapa tahun yang lalu, New York Times Sunday Magazine 1memuat kisah tentang para pemenang undian dan bagaimana kemenangan mereka atas undian itu sudah mempengaruhi cara hidup mereka. Majalah itu mendapatkan bahwa orang-orang ini menganggap kemenangan mereka atas undian itu sebagai berkat yang campur-aduk. Uang itu memang membuat mereka dapat membeli rumah dan mobil yang bagus, namun uang itu juga mendatangkan pelbagai persoalan yang tak terduga.
Sebagian besar pemenang undian dengan segera memperoleh nomor telepon yang tidak terdaftar untuk mencegah pelbagai telepon masuk dari para kerabat yang sudah lama hilang yang membutuhkan pinjaman uang, dari para penasihat keuangan yang memiliki strategi "sempurna" untuk penanaman modal bagi rejeki nomplok mereka, dan dari orang-orang yang memiliki kisah hidup penuh kesialan yang menginginkan uang. Satu orang tertentu, Donald Blakely, adalah seorang insinyur listrik yang menang undian sebesar 4,2 juta dollar Amerika pada 1982. Meskipun ia menikmati kekayaan itu, namun ia bersedih hati atas cara uang itu telah merubah hubungannya dengan orang lain. Seorang teman yang berhutang 2 ribu dollar kepada Blakely menjadi marah kepada dia ketika Blakely meminta temannya itu melunasi hutangnya. "Mengapa," temannya itu bertanya-tanya, "haruskah orang dengan harta sebanyak 4,2 juta dollar tertarik dengan pinjaman sekecil 2 ribu dollar?" Blakely berkata, "Saya merasa tidak enak kehilangan uang itu, tetapi saya merasa lebih tidak enak kehilangan seorang teman." Ia meneruskan ceritanya bahwa rekan-rekan sekerjanya, pada awalnya, ikut girang sekali bahwa ia menang undian. Setelah sekitar enam bulan, kegirangan mereka berubah menjadi iri hati, dan Blakely akhirnya harus berhenti dari pekerjaannya. Kadang-kadang "doa yang terkabul" memang dapat menyusahkan hidup kita.
Hari dimana Yesus bertemu dengan orang yang lahir buta adalah hari yang paling menakjubkan bagi kehidupan orang itu. Setiap orang buta pernah berdoa minta matanya dapat melihat. Sudah tentu, orang ini juga sudah sering berkhayal tentang apa yang akan ia lakukan seandainya ia dapat melihat. Lalu suatu hari, tanpa diduga-duga, satu Orang berjalan menghampiri dia dan merubah segala sesuatunya. Yesus membuat lumpur dari tanah yang diaduk dengan ludah-Nya sendiri, lalu mengoleskan lumpur itu pada kedua mata orang itu, dan menyuruh dia pergi dan membasuhnya di kolam Siloam (9:6). Yohanes melaporkan, "Maka pergilah orang itu, ia membasuh dirinya lalu kembali dengan matanya sudah melek" (9:7b). Doa terbesar orang buta itu sudah terkabul! Sedikit yang ia sadari bahwa hal ini akan menjadi awal dari hari yang paling sulit dalam hidupnya.
Teks kita untuk pelajaran ini, 9:6-41, menceritakan kisah tentang orang yang berada di jalan menuju iman. Walaupun Yesus membuat kisah ini bergerak dan di akhir kisah itu kembali lagi ke awalnya untuk memberi pengarahan dan penjelasan terakhir, namun kisah itu sendiri pada prinsipnya berfokus pada orang yang dahulunya buta dan perjalanan dia menuju iman kepada Yesus. Dalam cara yang mengagumkan, nas ini ditandai dengan pelbagai pernyataan orang itu tentang imannya yang selalu meningkat.
TFTWMS: Yohanes (Pendahuluan Kitab) KESIMPULAN (YOHANES 9:6-41)
Yesus memberitahu murid-murid-Nya, "Akulah terang dunia" (9:5b). Dunia kita ini diselimuti oleh kegelapan dosa ...
KESIMPULAN (YOHANES 9:6-41)
Yesus memberitahu murid-murid-Nya, "Akulah terang dunia" (9:5b). Dunia kita ini diselimuti oleh kegelapan dosa yang sangat pekat. Kegelapan ini tidak dapat menoleransi terang, sebab keduanya tidak sejalan. Jika Anda menjadi orang terang, Anda akan mendapatkan diri Anda dalam pertempuran sengit melawan pelbagai kekuatan kegelapan. Anda dapat bertahan melawan mereka! Anda dapat bersandar pada apa yang Anda ketahui tentang diri Anda, tentang kehidupan, dan tentang Yesus.
Dengan melakukan hal ini, bahkan jika matahari tidak terbit pada pagi hari, Anda akan masih mengetahui siapa diri Anda dan apa yang Anda imani! Orang yang lahir buta itu tidak dapat membayangkan sebelumnya segala konflik yang akan ia hadapi pada hari penyembuhan dirinya. Namun begitu, saya percaya bahwa jika ia sudah mengetahui sebelumnya segala masalah yang akan timbul karena ia dapat melihat, ia akan masih memilih penglihatan daripada kebutaan. Yesus memang benar-benar "terang dunia." Undangan hari ini adalah mengajak Anda untuk datang kepada terang itu.
TFTWMS: Yohanes (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 New York Times Sunday Magazine, 31 January 1993, xiii-NJ-4:6.
2 Lihat Yosua 7:19.
Pengarang: Bruce McLarty
Hak Cipta © 201...
Catatan Akhir:
- 1 New York Times Sunday Magazine, 31 January 1993, xiii-NJ-4:6.
- 2 Lihat Yosua 7:19.
Pengarang: Bruce McLarty
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Yohanes (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH YOHANES
PENGANTAR
Dalam Kabar Baik yang disampaikan oleh Yohanes ini, Yesus dikemukakan
sebagai Sabda Allah yang ab
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH YOHANES
PENGANTAR
Dalam Kabar Baik yang disampaikan oleh Yohanes ini, Yesus dikemukakan sebagai Sabda Allah yang abadi yang telah menjadi manusia dan tinggal di antara kita. Seperti yang dikatakan dalam buku ini, Kabar Baik ini ditulis dengan maksud supaya para pembacanya dapat percaya bahwa Yesuslah Raja Penyelamat yang dijanjikan -- Ia Anak Allah sendiri. Juga supaya melalui percaya kepada-Nya mereka memperoleh hidup (Yoh 20:31).
Setelah pendahuluan yang mengemukakan bahwa Sabda Allah yang abadi itu adalah Yesus, bagian pertama buku ini mengisahkan berbagai keajaiban yang dibuat oleh-Nya. Keajaiban-keajaiban itu menunjukkan bahwa Yesus adalah Raja Penyelamat yang dijanjikan, Ia Anak Allah. Masing-masing kisah mengenai keajaiban disertai oleh percakapan-percakapan antara Tuhan Yesus dengan orang-orang. Dari percakapan-percakapan itu jelaslah apa yang diungkapkan oleh keajaiban-keajaiban itu. Di dalam bagian ini dikemukakan bahwa ada orang yang percaya kepada Yesus dan menjadi pengikut-Nya, tetapi ada pula yang menentang Dia dan tidak mau percaya kepada-Nya. Pasal 13-17 (Yoh 13:1-17:26) mencatat secara panjang lebar bagaimana akrabnya Yesus dengan pengikut-pengikut-Nya pada malam ketika Ia hendak ditangkap, dan bagaimana Ia mempersiapkan serta menguatkan hati mereka pada malam itu. Pasal-pasal terakhir menguraikan tentang bagaimana Yesus ditangkap dan diadili, bagaimana Ia disalibkan, mati dan bangkit kembali, dan bagaimana Ia memperlihatkan diri-Nya kepada para pengikut-Nya setelah Ia hidup kembali.
Cerita tentang wanita yang tertangkap basah sedang berbuat zinah (\\/BIS Yoh
- 8:1-11\\), dimasukkan antara tanda kurung besar karena banyak naskah dan
terjemahan-terjemahan zaman dahulu tidak memuat cerita itu, sedangkan yang lain-lainnya memuatnya di berbagai tempat.
Dalam bukunya ini Yohanes menitikberatkan pemberian, yaitu hidup sejati dan kekal, yang diberikan Allah melalui Kristus. Pemberian itu sudah mulai di dunia, dan dapat dialami oleh orang-orang yang menerima Yesus sebagai jalan kepada Allah, sebagai yang menyatakan Allah, dan sebagai pemberi hidup. Ciri khas Yohanes ialah kiasan-kiasan yang diambilnya dari hal-hal sehari-hari untuk menunjukkan kebenaran-kebenaran rohani, misalnya: air, roti, terang, gembala dan dombanya, pohon anggur dan buahnya.
Isi
- Pendahuluan
Yoh 1:1-18 - Yohanes Pembaptis dan orang-orang yang pertama-tama menjadi pengikut
Yesus
Yoh 1:19-51 - Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat
Yoh 2:1-12:50 - Hari-hari terakhir di Yerusalem dan dekat Yerusalem
Yoh 13:1-19:42 - Kebangkitan Yesus dan penampakan diri-Nya
Yoh 20:1-31 - Penutup: suatu penampakan diri lagi di Galilea
Yoh 21:1-25
Ajaran: Yohanes (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Yohanes, orang-orang Kristen mengerti
bahwa Allah mengambil rupa manusia untuk menyelamatkan manusia.
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Yohanes, orang-orang Kristen mengerti bahwa Allah mengambil rupa manusia untuk menyelamatkan manusia. Dengan demikian diharapkan agar iman mereka semakin dikuatkan dalam mengikuti Yesus, sebagai Tuhan dan Juruselamatnya.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Yohanes.
Tahun : Sekitar tahun 91 sesudah Masehi.
Penerima : Setiap orang percaya.
Isi Kitab: Kitab Injil Yohanes ini terdiri atas 21 pasal. Di dalam Kitab ini Tuhan Yesus disaksikan sebagai Firman yang menjadi manusia, Anak Allah. Karena itu, Injil Yohanes ini langsung menantang setiap pembaca untuk segera mengambil keputusan sendiri, yakni _percaya_ kepada Tuhan Yesus untuk mendapat keselamatan, tetapi jika _menolak_ Tuhan Yesus pasti akan mendapat kebinasaan.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Yohanes
Untuk mengerti keseluruhan Kitab ini, perlu dimengerti tiga kata penting berikut ini.
Tanda Pengajaran tentang "tanda-tanda" ajaib yang dilakukan oleh Tuhan Yesus, sebagai bukti bahwa Ia adalah Allah yang menjadi manusia
Dalam Injil Yohanes, ada tujuh tanda penting yang dibuat oleh Tuhan Yesus, sebagai bukti bahwa Ia adalah Allah yang menjadi manusia.
Pendalaman
- Bacalah pasal Yoh 2:1-11. Mujizat air diubah menjadi anggur.
- Bacalah pasal Yoh 4:46-54. Tanda mujizat kedua, Tuhan Yesus menyembuhkan ana pegawai yang sakit.
- Bacalah pasal Yoh 5:1-47. Tanda mujizat ketiga, Tuhan Yesus menyembuhkan oran sakit di Bethesda.
- Bacalah pasal Yoh 6:1-14. Mujizat keempat, Tuhan Yesus memberikan makanan kepad 5010 orang dengan lima potong roti kecil dan dua ekor ikan.
- Bacalah pasal Yoh 6:15-21. Tuhan Yesus berjalan di atas air. Ini menunjukkan bahw Ia berkuasa atas alam raya.
- Bacalah pasal Yoh 9:1-14. Tuhan Yesus menyembuhkan orang buta.
- Bacalah pasal Yoh 11:1-57. Tuhan Yesus membangkitkan Lazarus dari kematian.
Kesemua tanda ajaib ini hanya bisa dilakukan oleh Allah, karena itu tanda-tanda tersebut membuktikan bahwa Yesus adalah Allah yang menjadi manusia. Jadi jika seorang menolak Tuhan Yesus, itu berarti ia menolak Allah. Demikian juga, jika seseorang menerima Tuhan Yesus, ia menjadi anggota keluarga Allah (bacaan Yoh 1:12).
Percaya Pengajaran tentang "percaya" kepada pengakuan Tuhan Yesus tentang dirinya sendiri
Pada dasarnya berita yang dibawa oleh Tuhan Yesus ialah berita tentang diri-Nya sendiri. Dalam Injil Yohanes ini, Tuhan Yesus memberikan tujuh perumpamaan tentang diri-Nya.
Pendalaman
- Bacalah pasal Yoh 6:53,41,48; 14:6. Dalam nats-nats ini Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya adalah sumber kehidupan. Ini berarti seseorang hanya dapat memiliki hidup yang kekal dan berarti kalau ia datang kepada Tuhan Yesus.
- Bacalah pasal Yoh 8:12. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Terang Dunia. Ini berarti Tuhan Yesus sajalah yang dapat memberikan penerangan dalam kehidupan manusia yang berdosa.
- Bacalah pasal Yoh 10:7,9. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Pintu. Ini berarti hanya melalui Tuhan Yesus sajalah seseorang dapat memasuki Sorga.
- Bacalah pasal Yoh 10:11,14. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Gembala. Ini berarti bahwa Tuhan Yesus sajalah yang dapat memelihara dan menjaga kehidupan seseorang.
- Bacalah pasal Yoh 11:25. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Kebangkitan. Ini berarti di dalam diri-Nya tidak ada kematian, atau seseorang yang tidak menginginkan kematian, hanya dapat memperolehnya di dalam Tuhan Yesus.
- Bacalah pasal Yoh 14:6. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Jalan, Kebenaran dan Hidup. Ini berarti seseorang yang ingin beribadah kepada Allah, hanya dapat memperoleh kalau orang itu pergi dan datang kepada Tuhan Yesus saja.
- Bacalah pasal Yoh 15:1-8. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Pokok Anggur yang benar. Ini berarti seseorang (orang percaya) dapat memberikan perbuatan dan kehidupan yang benar di hadapan Allah kalau ia tetap hidup dengan menggantungkan diri kepada Tuhan Yesus.
Hidup Pengajaran tentang "hidup" bagi setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus
Memilih Tuhan Yesus Kristus dan dimiliki oleh-Nya, berarti memiliki Allah dan hidup yang benar.
Pendalaman
- Bacalah pasal Yoh 1:14. Dimanakah hidup ini berada?
- Bacalah pasal Yoh 3:36. Apakah yang didapat orang yang percaya? Dan apakah yang didapat orang yang tidak percaya?
- Bacalah pasal Yoh 5:24. Kemanakah orang yang percaya berpindah?
- Bacalah pasal Yoh 6:40. Apa yang menjadi kehendak Allah?
- Bacalah pasal Yoh 11:25-26. Apakah akibatnya percaya kepada Tuhan Yesus?
II. Penutup
Apakah TANDA-TANDA mujizat yang dibuat oleh Tuhan Yesus, dan pengakuan tentang diri-Nya, telah membuat saudara PERCAYA, bahwa Yesuslah Mesias (juruselamat) supaya oleh imanmu (percayamu) kamu beroleh HIDUP di dalam-Nya (Yohanes 20:30-31). Kalau belum, janganlah ditunda lagi, sekarang adalah waktu yang terbaik bagi anda.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Injil Yohanes?
- Mujizat apakah yang pertama kali dilakukan oleh Tuhan Yesus?
- Berapakah pengakuan yang dinyatakan Tuhan Yesus tentang diri-Nya?
- Sudahkah saudara mengakui Tuhan Yesus sebagai Allah yang member kehidupan dan memelihara hidup saudara?
- Pelajaran rohani apakah yang saudara terima setelah mempelajari Inji Yohanes?
Intisari: Yohanes (Pendahuluan Kitab) Firman Allah terakhir kepada manusia
INJIL YANG BERBEDA.Yohanes mempunyai cara pendekatan tersendiri pada kehidupan dan pekerjaan Yesus. Dibandingkan
Firman Allah terakhir kepada manusia
INJIL YANG BERBEDA.
Yohanes mempunyai cara pendekatan tersendiri pada kehidupan dan pekerjaan Yesus. Dibandingkan dengan Injil-injil yang lain, cara penuturan yang panjang lebar tentang apa yang dikatakan Yesus membuat sebagian orang merasa bahwa Yohanes tidak teliti. Sampai beberapa waktu yang lalu banyak ahli percaya bahwa Injil Yohanes adalah yang paling akhir (sekitar tahun 100 M.) yang paling tidak bersifat Yahudi dan bahwa ia menggunakan acuan dari yang lain; ia juga bukan seorang saksi mata dan bahwa semua kata-kata yang ditulisnya bukan benar-benar perkataan Yesus. Dengan demikian, kita diwarisi sekumpulan pemikiran yang menarik tentang Yesus yang ditulis oleh seorang Kristen pada zaman Kekristenan yang mula-mula. Arkeologi telah mengubah pandangan tersebut. Banyak ahli sekarang mengatakan bahwa Yohanes tidak bergantung pada para penulis Injil lainnya, dan bahwa ia mengenal Palestina bagian selatan dengan baik pada masa Yesus, bahwa ia juga seorang saksi mata dan bahwa ia menulis Injilnya sangat awal atau paling tidak, seawal Injil lainnya.
INJIL YOHANES?
Kita tidak dapat menerka dari Injil itu sendiri siapa penulisnya, atau paling tidak siapa yang menyediakan semua bahan tulisan itu. Penulisnya ialah' murid yang dikasihi Yesus' (Yoh 21:20-24, lihat Yoh 13:23-25). Banyak orang dan gereja mula-mula yang mengatakan bahwa penulisnya adalah Yohanes, saudara Yakobus. Walaupun namanya jelas disebut dalam Injil-injil lain, tetapi tidak disebut dalam Injil ini. Lebih dari itu, boleh jadi ia mendapat tempat di sisi Yesus pada saat Perjamuan Malam. Dengan demikian, ia tentu dapat menyampaikan hal-hal yang sangat pribadi secara terperinci tentang bagaimana Yesus berbicara dan bekerja.
MENGAPA IA MENULIS INJIL ITU?
Ia sendiri mengatakan -'supaya kamu percaya bahwa Yesus itu Kristus' (Yoh 20:30, 31). Oleh karenanya, di sini kita tidak hanya mendapatkan suatu biografi, tetapi lebih mendapatkan semacam traktat Injil yang dipersiapkan dengan saksama. Ia menceritakan kepada kita bahwa ia mempunyai bukti-bukti yang dipilihnya secara khusus. Ia hanya memasukkan tujuh mukjizat Yesus, dan biasanya dilanjutkan dengan pembicaraan yang memberi kepada kita arti yang lebih dalam tentang apa yang dikerjakan Yesus. Yohanes mengetengahkan saksi mata-saksi mata satu persatu, dan pada akhirnya pembaca harus mengambil keputusan mengenai Yesus Kristus. Oleh karena inilah maka, walaupun ia mungkin pertama-tama menulis Injilnya untuk orang bukan Yahudi (ia menjelaskan banyak istilah dan adat istiadat Yahudi), semenjak itu Injil ini telah membawa banyak orang untuk percaya kepada Kristus.
TAMBAHAN PADA TAHAP AWAL.
Dalam Injil Yohanes kita membaca salah satu kisah mengenai belas kasihan Yesus kepada seorang pendosa yang paling sering diceritakan, yaitu seorang wanita yang ditangkap karena berzinah (Yoh 7:53-8:11). Anehnya, bagian kisah tadi tidak merupakan bagian dari naskah-naskah tertua dan tidak selalu muncul pada waktu itu. Namun, banyak orang setuju bahwa kisah ini merupakan kejadian yang sungguh terjadi dalam kehidupan Yesus yang diingat, ditulis dan ditambahkan pada Injil Yohanes pada tahun-tahun pertama sesudah penulisan.
Pesan
1. BuktiMenjadi saksi mata di persidangan merupakan tema kunci dalam Injil Yohanes.
Terdapat sejumlah kesaksian dari para saksi mata yang diketengahkan untuk
membuktikan kasus mengenai Yesus adalah Kristus dan Anak Allah.
o Perjanjian Lama: Yoh 1:45; 5:39, 46-47; 8:56, lihat Yoh 3:14; 6:32-35
o Yohanes Pembaptis: Yoh 1:6-8, 15, 19-36; 3:25-30; 5:33-36, lihat Yoh 10:40-42
o Orang banyak: Yoh 4:29, 39; 9:13-33, 38;11:27; 12:9, 17
o Para rasul: Yoh 1:41-46, 49; 15:27; 17:20; 20:24-25, 28, lihat Yoh 1:14; 19:35; 20:30-31; 21:24
o Allah Bapa: Yoh 5:31-32, 37; 8:18, 50, 54; 12:27-28
o Roh Kudus: Yoh 14:26; 15:26; 16:12-15
o Pekerjaan Yesus: Yoh 2:11, 23; 5:36; 9:3, 31-33; 10:25, 37-38; 11:4, 42, 45; 14:11; 20:30-31
o Yesus sendiri, kata-kata dan pernyataan Nya: Yoh 3:11, 32; 8:13-14, 38; 6:35, 48, 51; 8:12; 9:5; 10:7, 10, 14; 11:25; 14:6; 15:1, lihat Yoh 8:58 (Kel 3:14). Lihat
tema-tema kunci.
2. Keputusan.
o Mereka yang menolak Dia: Yoh 1:10-11; 3:11; 4:48; 5:43; 6:36, 64, 66; 12:37, 47-48; 15:19, 24.
Dan alasannya: Yoh 3:19-21; 5:44; 6:37, 44, 65; 8:43-47; 9:39-41; 12:37-43; 18:37.
o Mereka yang menanggapi Dia:
- Dengan melihat dan mendengarkan Dia Yoh 1:14; 6:40, 45; 10:3, 16, 27; 12:45, 47; 14:9; 18:37
- Dengan mempercayai Dia Yoh 1:7, 12; 2:11, 22; 3:16, 18; 5:24; 6:29, 47; 8:24; 9: 35-38; 11:25-27, 40; 13:19; 14:1, 11;16:27, 30; 17:8; 20:8, 29, 31
- Dengan datang untuk mengenal Dia Yoh 6:69; 7:17; 8:19; 10:14; 14;7, 9; 17:3, 25
yang berarti hidup di dalam terang Yoh 1:4- 5, 9; 3:19-21; 8:12; 9:39; 11:9; 12:35-36, 46
dan mempelajari kebenaran Yoh 1:14, 17; 4:23-24; 8:32; 14:6; 17:17; 18:37
- Dengan mengasihi Kristus dan sesama Yoh 13:34-35; 14:15, 21-24; 15:9-10, 12; 21:15-17
yang berarti tinggal di dalam Dia Yoh 15:1-10
Penerapan
1. Kristus adalah Firman Allah yang terakhir kepada umat manusia.Ia menunjukkan kepada kita:
o kebenaran Allah
o kemuliaan Allah
o kasih Allah
dengan kehidupan dan kematian-Nya. Dia adalah jalan satu-satunya untuk kembali
kepada Allah.
2. Tidak bisa tidak kita harus berespons terhadap Dia.
Buktinya adalah nyata:
o Jika kita menolak Dia, hal itu bukan disebabkan karena kita tidak dapat
percaya kepada-Nya - tetapi karena kita tidak mau!
o Jika kita menerima Dia, itu berarti penyerahan sepenuh hati dan ketaatan.
3. Kehidupan kekal dimulai di sIni dan kini. Melalui Roh Kudus Yesus menawarkan
kepada kita:
o kepuasan
o kemerdekaan dari Setan dan dosa
o kemampuan baru
o doa-doa yang dijawab
o sukacita sejati
Apa yang dimulai-Nya sekarang akan disempurnakan-Nya pada waktu Ia datang
kembali.
4. Anda harus menyaksikan iman Anda kepada orang lain.
Walaupun dunia akan membenci Anda seperti dunia telah membenci Yesus, Anda juga
harus menjadi seorang saksi dengan pertolongan Roh Kudus.
Tema-tema Kunci
1. Yesus dan Bapa.
Injil Yohanes penuh dengan hal-hal yang menyatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah. Ia terlibat dalam penciptaan, Ia datang ke dalam dunia ini dan ketika Ia naik ke surga, Ia kembali kepada kemuliaan yang adalah hakNya. Gambarkanlah arti semua ini bagi Anda sendiri: Yoh 1:1-18; 3:13, 31, 35; 5:17-23, 26-27, 30; 6:38, 46, 57; 7:16-17, 29; 8:28-29, 38, 42; 10: 15, 29-30, 38; 11:41-42; 12:44-45, 49-50; 13:3, 31-32; 14:7-11, 20, 28, 31; 15:23-24; 16:15, 28, 32; 17:1-2, 4-5, 10-11, 21-23; 20:17.
2. Kematian Kristus bagi orang berdosa.
Lebih daripada yang diceritakan dalam Injil-injil lain, Yohanes memberitahukan kepada kita mengapa Yesus harus mati dan mengenai kasih yang mendorong-Nya untuk rela melakukan itu. Lihat Yoh 1:29, 36; 2:19-22; 3:14-17; 6:51, 53-56; 8:28; 10:11, 15, 18; 11:50-52; 12:24, 27, 32-34; 15:13.
3. Roh Kudus.
o Terdapat lebih banyak uraian mengenai Roh Kudus dalam Injil ini dibandingkan dengan Injil-injil lain. Roh Kudus digambarkan sebagai Pribadi yang akan menggantikan Yesus apabila Ia pergi kepada Bapa. Yoh 1:32-33; 3:5-6, 8, 34; 4:23-24; 6:63; 7:37-39, lihat Yoh 4:13-14; 14:16-17, 25-26; 15:26; 16:7-15; 20:22.
4. Kehidupan kekal.
Inilah yang digambarkan oleh Matius, Markus dan Lukas sebagai Kerajaan Allah. Kehidupan kekal ini dihubungkan dengan kelahiran baru atau kelahiran untuk yang kedua kalinya. Lihat Yoh 1:4, 12-13; 3:3-7, 16, 36; 4:14, 36; 5:21, 24-29; 6:27, 40, 47, 54, 57-58, 68; 10:28; 11:25; 12:25, 50; 17:2-3.
5. Jadwal Allah.
Yohanes memberikan kepada kita gambaran tentang Yesus yang mengendalikan segala sesuatu dari awal sampai akhir. Yesus tahu bahwa Ia sedang mengerjakan suatu rencana induk, oleh karenanya tidak ada sesuatu apa pun, bahkan tidak juga kematian-Nya yang mengejutkan Dia. Pelajarilah ayat-ayat berikut: Yoh 2:4; 7:6-8; 12:23; 13:1; 18:4.
Garis Besar Intisari: Yohanes (Pendahuluan Kitab) [1] PENDAHULUAN Yoh 1:1-51
Yoh 1:1-5Kristus dan penciptaan
Yoh 1:6-18Allah menjadi manusia
Yoh 1:19-34Anak Domba Allah
Yoh 1:35-51Kristus
[
[1] PENDAHULUAN Yoh 1:1-51
Yoh 1:1-5 | Kristus dan penciptaan |
Yoh 1:6-18 | Allah menjadi manusia |
Yoh 1:19-34 | Anak Domba Allah |
Yoh 1:35-51 | Kristus |
[2] UTARA DAN SELATAN Yoh 2:1-4:54
Yoh 2:1-12 | Sekilas pandangan pertama tentang kemuliaan |
Yoh 2:13-25 | Tuhan atas Bait Allah |
Yoh 3:1-21 | Nikodemus menemui Yesus pada malam hari |
Yoh 3:22-36 | Seorang dari atas |
Yoh 4:1-42 | Mesias dan orang yang tersingkir |
Yoh 4:43-54 | Tanda kedua |
[3] SEORANG LUMPUH DI HARI SABAT Yoh 5:1-47
[4] LIMA RIBU ORANG DIBERI MAKAN Yoh 6:1-71
[5] PADA PERAYAAN HARI RAYA PONDOK DAUN Yoh 7:1- 9:41
Yoh 7:1-52 | Air hidup |
Yoh 7:53-8:11 | Perempuan yang berzinah ditangkap |
Yoh 8:12-59 | Terang dunia |
Yoh 9:1-41 | Pemberi penglihatan |
[6] GEMBALA YANG BAIK Yoh 10:1-42
[7] PEMULIH KEHIDUPAN Yoh 11:1-57
[8] PASKAH TERAKHIR Yoh 12:1-50
Yoh 12:1-11 | Kasih Maria |
Yoh 12:20-36 | Biji gandum |
Yoh 12:37-50 | Kesimpulan |
[9] DI RUANG ATAS Yoh 13:1-30
Yoh 13:1-20 | Yesus, hamba |
Yoh 13:21-30 | Yudas, pengkhianat |
[10] SIAP UNTUK PERGI Yoh 13:31-16:33
Yoh 13:31-14:14 | Waktu untuk meninggalkan |
Yoh 14:15-31 | Roh Kudus dijanjikan |
Yoh 15:1-17 | Pokok Anggur yang benar |
Yoh 15:18-16:11 | Kesukaran di dalam dunia |
Yoh 16:12-33 | Janji dan kebingungan |
[11] YESUS BERDOA BAGI MILIK-NYA Yoh 17:1-26
Yoh 17:1-19 | Murid-murid-Nya |
Yoh 17:20-26 | Gereja yang akan datang |
[12] PENANGKAPAN, PENGADILAN, PENYALIBAN Yoh 18:1-19:42
Yoh 18:1-11 | Kekacauan di taman Getsemani |
Yoh 18:12-27 | Menyaksikan sendiri |
Yoh 18:28-19:16 | Gubernur dan Raja |
Yoh 19:17-42 | Mati dan dikuburkan |
[13] KEBANGKITAN Yoh 20:1-21:25
Yoh 20:1-18 | Maria berada di kubur Yesus |
Yoh 20:19-23 | Minggu malam |
Yoh 20:24-31 | 'Tuhanku dan Allahku!' |
Yoh 21:1-14 | Ikan untuk sarapan |
Yoh 21:15-25 | Gembalakanlah domba-domba-Ku |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi