Lihat definisi kata "Apokaliptik" dalam Studi Kata
: A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z
Aphek | Aphekah | Aphiah | Aphik | Api | Apokaliptik | Apokrif | Apollonia | Apollos | Apollyon | Apolonia
Daftar Isi
HAAG: Apokaliptik
ENSIKLOPEDIA: APOKALIPTIK

Apokaliptik

Apokaliptik [haag]

APOKALIPTIK. (Bhs. Yun: menyingkap, membuka rahasia).

Suatu gerakan yang tersebar luas sekali dalam alam pikiran Yahudi dari abad 2 sebelum Mas. sampai akhir abad 1 sebelum Mas. Gerakan itu menyangkut berbagai elemen tradisi Isr. (nubuat, sastra kebijaksanaan) yang dipersatukan bersama dan menjurus pada suatu jenis sastra tersendiri (~A. dalam arti khusus). Keadaan hidup awal kepercayaan Yahudi terdesak (terlebih-lebih di bawah pemerintahan --> AntoikhusIV Epifanes), sehingga memperkuat harapan mereka akan pelaksanaan janji-janji yang diberikan Allah kepada bangsaNya yang terpilih. Semua latar belakang itu membuat jelasnya tendensi kitab-kitab ~A. ini. Tendensi itu terarah pada waktu yang akan datang: Pembebasan Isr. sebagai pemenuhan sejarah. Khayalan aneh-aneh sering menjadi ciri khas gerakan ini. Di situ digunakan gambaran-gambaran kuno, simbol, mitos penciptaan dan perhitungan dengan angka-angka simbolis. Dua ciri khas dari bentuk sastra itu: ~A. pengetahuan yang didasarkan atas wahyu-wahyu (semu). b. nama-nama pengarang merupakan nama samaran (Adam, Abraham, Musa dan lain-lain sebagai penggubah). Hampir-hampir tidak dapat dipastikan dari lingkungan manakah sastra itu timbul. Demikian pula tidak jelas dari mana datangnya pengaruh-pengaruh dari luar Kitab. (astrologi asal Babilon, mitologi asal Yunani). Dalam garis utamanya boleh dikatakan, bahwa sastra ~A., yang ditemukan bekas-bekasnya pada --> wahyu-wahyu apokrif (terutama 1Hen; As Mus, 4 Esr, Syr Bar) menjadi penghubung penting antara PL dan PB. Dua buah kitab apokalipsis memperoleh pengesahan dalam daftar kanonik KS: (-->) Daniel dan Wahyu.

APOKALIPTIK [ensiklopedia]

Kata ini menunjukkan baik suatu jenis kesusastraan Yahudi dan Kristen, maupun jenis agama yg biasanya diungkapkan dalam sastra itu.

Tulisan-tulisan apokaliptik Yahudi muncul dari suatu keadaan sejarah yg khas. Nabi tidak muncul lagi di Israel setelah nabi-nabi zaman pembuangan. Pengilhaman nabi telah berakhir: Allah tidak bicara lagi melalui suara-suara yg vokal. Lagipula, zaman itu kejam. Keselamatan yg dijanjikan melalui seorang Juruselamat Mesianis tak kunjung tiba. Sederetan raja non-Yahudi memerintah umat Allah, bukan Allah sendiri; dan pada zaman Antiokhus Epifanes (168 sM) agama Yahudi dilarang dan orang Yahudi yg setia pada kepercayaannya menderita dalam pemburuan yg mengerikan. Untuk mengisi kehampaan ini, muncullah tulisan-tulisan apokaliptik antara 200-100 sM. Tulisan-tulisan itu menyajikan penyataan-penyataan Allah yg menerangkan penyebab berkuasanya kejahatan, dan membuka tabir rahasia sorgawi serta menjanjikan kedatangan kerajaan-Nya dengan segera bagi orang-orang yg dilanda penderitaan.

Apokaliptik Yahudi paling terkenal ialah I Henokh (atau Henokh dari Etiopia), suatu karya gabungan yg ditulis pada akhir abad 2 sM, tapi mungkin disusun pada abad 1 M; Yubil, dari abad 2 sM; Kenaikan Musa, dari abad 1 sM; 4 Ezra atau 2 Esdras dan Apokalips Barukh, keduanya ditulis pada akhir abad 1, dan 2 Henokh (atau Henokh dari Slavonia), tarikhnya tidak diketahui. Wasiat Duabelas Bapak Leluhur, dari abad 2 sM, termasuk ramalan tentang masa depan setiap suku. Apokaliptik lainnya telah ditemukan dalam sastra Qumran, tapi belum diterbitkan. Mzm Salomo, pertengahan abad 1 sM, dan Ucapan Sibil sering dimasukkan dalam sastra apokaliptik ini, tapi sebenarnya bukan apokalips, walaupun memuat unsur-unsur ajaran tentang masa depan yg bersifat apokaliptis.

Beberapa hal tertentu mencirikan sastra ini.

1. Sastra apokaliptik nampaknya bersifat ramalan. Tanpa suara nubuat yg hidup, tulisan-tulisan ini menceritakan ramalan yg diperoleh melalui mimpi, penglihatan dan perjalanan sorgawi.

2. Sastra ini bersifat meniru, tidak mencatat pengalaman yg sebenarnya mengenai penglihatan (mungkin 4 Ezra kekecualian). Apa yg disebut 'penyataan' hanyalah merupakan peranti sastra yg bersifat meniru, guna menyampaikan pesan kepada pembaca. Penglihatan para nabi, khususnya penglihatan Daniel, memberi bentuk asli untuk ditiru oleh penulis-penulis ini.

3. Sastra apokaliptik memakai nama samaran. Roh Allah tidak bicara lagi melalui nabi-nabi yg hidup. Jadi para penulis apokaliptik menempatkan pernyataan mereka sebagai ucapan orang-orang suci PL. Teknik ini digunakan untuk mengukuhkan pesannya kepada pembaca.

4. Sastra apokaliptik umumnya memakai lambang. Para nabi sering memakai lambang, dan Kitab Dan telah menggunakannya dengan cara baru untuk melukiskan perjalanan sejarah dan ihwal penyelamatan yg besar. Para penulis apokaliptik banyak menggunakan jenis lambang, sedemikian gandrungnya sampai memakai penghuni suatu kebun binatang liar untuk menggambarkan sejarah Israel dan meramalkan kedatangan kerajaan Allah.

5. Sastra ini memuat banyak ramalan tiruan. Pernyataan ditempatkan dalam mulut seorang saleh dari zaman PL, justru mengandung 'penglihatan-penglihatan' tentang hari depan dari zaman penulis samaran hingga zaman penulisnya yg benar, dalam pengharapan kerajaan Allah akan segera muncul. Para penulis apokaliptik menceritakan kembali sejarah tersembunyi sebagai ramalan, untuk menerangkan kepada pembaca keadaan sadis pada masa mereka sendiri, lalu meyakinkan mereka bahwa Allah akan segera mewujudkan kerajaan-Nya.

Istilah 'apokaliptik' juga dipakai sebagai kata sifat bagi pandangan yg terdapat dalam sastra ini mengenai agama. Istilah 'eskatologi' menunjuk pada hal-hal yg akan terjadi pada akhir zaman; 'apokaliptik' menunjuk pada suatu jenis eskatologi yg meliputi ciri-ciri tertentu, yg bersifat mengembangkan unsur-unsur yg terdapat dalam agama para nabi. Unsur-unsur itu antara lain adalah:

1. Dualisme. Para nabi menempatkan penyelamatan terakhir dalam dunia ini. Orde baru nanti yg akan dibentuk oleh kedatangan kerajaan Allah, tidak terpisah dari sejarah dunia yg berjalan terus, sekalipun akan berbeda dalam hal dihapusnya penderitaan, kekerasan dan kejahatan (mis Yes 11: 6-9). Dunia baru itu akan datang sebagai akibat kedatangan Ilahi, bukan akibat dari proses-proses alarm yg bekerja dalam sejarah (Yes 26:21; 24:1-3). Para penulis apokaliptik mengembangkan pertentangan ini -- antara zaman sekarang dengan zaman akan datang, sampai timbul gagasan ada dua zaman yg sangat bertentangan: zaman ini dan zaman akan datang. Dualisme demikian bersifat sementara dan historis, bukan bersifat metafisis dan untuk selama-lamanya, dan di luar PB memperoleh bentuknya yg paling berkembang dalam 4 Ezra dan Apokalips Barukh. Zaman ini penuh kejahatan: zaman yg akan datang adalah zaman Kerajaan Allah.

2. Determinisme. Kedatangan zaman baru tergantung seutuhnya dalam tangan Tuhan, tak dapat dipercepat atau diperlambat oleh manusia. Zaman kejahatan harus menempuh jalannya dan kerajaan Allah harus menunggu kesudahan zaman ini. Gagasan ini sering mendorong orang menerka zaman-zaman dan pembagian waktu menjadi serentetan kurun zaman seperti telah ditentukan terlebih dahulu, sehingga dengan demikian mereka menganggap dapat memperhitungkan saat akhir segala zaman.

3. Pesimisme. Para penulis apokaliptik mendambakan kemenangan terakhir dari kerajaan Allah pada zaman yg akan datang. Tapi mereka pesimis tentang zaman ini. Allah telah menarik kembali bantuan-Nya dari orang benar, dan soal kejahatan merupakan teka-teki total: tak ada jawaban kecuali harapan akan kedatangan zaman baru.

4. Sikap etis yg pasif. Penulis-penulis apokaliptik tidak memberitakan penghukuman Allah atas umat-Nya seperti dilakukan oleh para nabi. Persoalan bagi para penulis apokaliptik ialah, Israel benar tapi masih menderita secara tidak sepatutnya. Kebanyakan tulisan apokaliptik kurang tegas mengenai kelakuan di bidang moral dan etis. Suatu kekecualian ialah Wasiat Duabelas Bapak Leluhur.

Ciri-ciri yg disajikan di atas menggambarkan tulisan apokaliptik Yahudi, tapi tidak dapat diterapkan kepada semua pokok pada tulisan apokaliptik dalam Alkitab. Agama PB dapat disebut apokaliptik dalam hal turut mengenal dua zaman: tapi sifatnya bukan determinis atau pesimis ataupun bersikap pasif dalam bidang etika. Menurut PB, walaupun kerajaan Allah datang dari luar dunia ini dan tidak merupakan hasil sejarah, namun kerajaan itu kini bekerja dalam sejarah dan pada akhirnya akan mengubahnya sama sekali. Kitab Why atau Apokaliptik Yohanes, buat sementara turut memperlihatkan beberapa sifat apokaliptik, tapi tidak memperlihatkan yg lain. Why tidak memasang nama samaran, tapi langsung memakai nama penulis, yg menganggap dirinya seorang nabi. Yohanes menggunakan lambang apokaliptik, tapi ia berdiri pada zamannya sendiri dan melihat ke hari depan. Ia tidak menulis sejarah sebagai nubuat samaran. Yohanes tidak pesimis seperti para penulis apokaliptik yg putus asa terhadap sejarah, dan hanya melihat harapan pada zaman akan datang. Tuhan Allah sedang bekerja untuk menyelamatkan, baik dalam sejarah maupun pada akhir sejarah. Hal ini digambarkan oleh singa yg juga domba yg telah disembelih (Why 5:5-6). Sejarah merupakan adegan penyelamatan: hanya Kristus yg tersalib dapat memecahkan teka-teki sejarah. Akhirnya, Yohanes sama seperti para nabi, sangat menekankan soal moral, dengan cara mencela gereja yg tak setia. Ia menuntut pertobatan untuk menghindari penghukuman ilahi (2:5, 16, 21, 22; 3:3, 19).

KEPUSTAKAAN. G. R Beasley-Murray, Jesus and the Future, 1954; P. D Hanson, The Dawn of Apocalyptic, 1976; M Hengel, Judaism and Hellenism, 1974; K Koch, The Rediscovery of Apocalyptic, 1970; L Morris, Apocalyptic, 1973; H. H Rowley, The Relevance of Apocalyptic, 1944; R. J Bauckham, Them 3.2, Jan 1978, hlm 10-23; D Russell, The Method and Message of Jewish Apocalyptic, 1964. GEL/NY WBS


Lihat definisi kata "Apokaliptik" dalam Studi Kata



TIP #16: Tampilan Pasal untuk mengeksplorasi pasal; Tampilan Ayat untuk menganalisa ayat; Multi Ayat/Kutipan untuk menampilkan daftar ayat. [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA