9 Februari 2004

Bekerja: Suatu Candu

Topik : Peristiwa-Peristiwa Terkini

Nats : Hatiku bersukacita karena segala jerih payahku .... Lihatlah, segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin (Pengkhotbah 2:10,11)
Bacaan : Pengkhotbah 2:1-11

Seorang kawan menceritakan kepada saya bahwa ia merasa sangat dekat dengan Allah pada saat-saat tersibuknya. Ia menjelaskan bahwa ketika tuntutan begitu berat, saat itulah ia bersandar penuh pada kekuatan Tuhan. Ia menegaskan bahwa jika ia tidak meluangkan waktu untuk berdoa setiap hari, maka pekerjaannya hanya akan menjadi suatu pelarian belaka.

Banyak orang terlibat dalam aktivitas semata-mata demi aktivitas itu sendiri dan menggunakan kesibukan sebagai alat untuk menghindar dari kenyataan. Sebagaimana alkohol dapat mematikan kesadaran pada hubungan pribadi, kewajiban keluarga, dan tanggung jawab dalam masyarakat, pekerjaan juga dapat menjadi candu yang akan mematikan kepekaan kita terhadap masalah hidup yang lebih rumit.

Kira-kira 3.000 tahun yang lalu, penulis kitab Pengkhotbah menyadari hal ini. Ia mencari kepuasan dengan menyibukkan diri membangun rumah-rumah serta menanam kebun anggur. Namun ketika merenungkan pekerjaan yang telah dilakukannya, ia menyadari bahwa semuanya itu sia-sia belaka (ayat 2:10,11).

Kita dapat melakukan kesalahan yang sama, bahkan dalam nama Tuhan. Mungkinkah itu juga merupakan suatu alasan mengapa sebagian dari kita menjalankan aktivitas gereja dengan usaha sendiri, dan lupa bahwa kepenuhan hanya berasal dari hati yang dipenuhi oleh Allah? Apakah kita bekerja tanpa meluangkan waktu yang amat penting untuk beribadah dan merenung? Jika demikian, inilah saatnya kita menyembah Allah sebelum terperangkap dalam pekerjaan yang semata-mata demi pekerjaan itu sendiri --Mart De Haan



TIP #16: Tampilan Pasal untuk mengeksplorasi pasal; Tampilan Ayat untuk menganalisa ayat; Multi Ayat/Kutipan untuk menampilkan daftar ayat. [SEMUA]
dibuat dalam 0.04 detik
dipersembahkan oleh YLSA