Topik : Rasa Bersalah

8 Agustus 2003

Koyakan Kecil = Masalah Besar!

Nats : Sedikit ragi sudah mengkhamirkan seluruh adonan (Galatia 5:9)
Bacaan : Galatia 5:16-26

Kami tidak tahu apa yang tidak beres. Saya dan anak saya membeli sebuah perahu motor tua untuk memancing, tetapi perahu itu tidak bisa berjalan dengan baik. Perahu itu tidak bisa berlari kencang, dan berguncang-guncang ketika kami mencoba mempercepat jalannya. Kami menduga sumber masalahnya ada pada sistem pembakaran. Jadi kami menyetel karburatornya dan mengganti filter bahan bakar. Namun, itu ternyata belum menyelesaikan masalah.

Ketika kami mengeluarkan perahu tersebut dari air, anak laki-laki saya menemukan penyebab masalahnya. Salah satu baling-balingnya terkoyak sepanjang dua sentimeter. Saya pikir, pasti bukan itu penyebabnya. Koyakan itu terlalu kecil. Namun, ketika kami memasang baling-baling yang baru, hasilnya benar-benar berbeda. Ternyata kami telah diperlambat oleh koyakan kecil itu.

Dalam menjalani hidup sebagai orang kristiani, kita kerap mengalami masalah yang sama. Dosa seperti yang digambarkan dalam Galatia 5:16- 21 berakar pada hal-hal yang tampaknya sepele (Matius 5:28; 15:18,19). Jika kita mengabaikan atau menoleransi dosa-dosa "kecil" ini, mereka akhirnya akan bertumbuh, membuat kerusakan yang lebih besar pada pikiran dan tingkah laku kita--bahkan membahayakan orang- orang di sekitar kita. Sama seperti sedikit ragi sudah mengkhamirkan seluruh adonan (Galatia 5:9), dosa "kecil" akhirnya juga bisa melemahkan pelayanan kita bagi Kristus dan gereja-Nya.

Ingat, koyakan kecil dapat menyebabkan masalah besar--Dave Egner

28 Juni 2004

Pernah Merasa Terdakwa?

Nats : Allah adalah lebih besar daripada hati kita serta mengetahui segala sesuatu (1 Yohanes 3:20)
Bacaan : 1 Yohanes 3:16-20

Allah lebih mengenal kita daripada kita mengenal diri sendiri. Dia mengetahui kelemahan kita, kenangan akan dosa yang sering membuat kita cenderung gagal berulang kali. Dia mengetahui leluhur kita dan cara kita dibesarkan, pengaruh masa lalu dan masa kini yang mendorong kita ke jalan yang salah. J.I. Parker menyebutnya “kekuatan tersembunyi” yang juga merupakan “kenyataan yang menetap” dari keberadaan kita.

Dalam tahap pertumbuhan kristiani saya, saya berjuang melawan sifat dan tindakan yang sulit saya kendalikan. Saya seperti Dostoevsky yang berkata, “Pada dasarnya sifat dasar selalu ingin menampilkan diri.” Paulus menyebutnya sebagai “dosa yang ada di dalam aku” (Roma 7:17). Hal ini membuat saya merasa bersalah dalam banyak hal, dan dapat merasa lebih bersalah lagi. Karena itu, hati saya terkadang mendakwa, sekalipun saya adalah seorang percaya.

Allah mengetahui semua hasrat yang menggoda diri saya. Dia juga mengetahui keinginan hati saya -- bahwa saya ingin mengasihi sesama dan rindu untuk melakukan hal yang benar. Dia mengetahui rasa malu saya ketika gagal dan dengan cepat mengampuni ketika saya mengakuinya (1 Yohanes 1:9). Kebenaran yang indah ini melegakan hati ketika saya merasa terdakwa, karena “Allah adalah lebih besar daripada hati kita serta mengetahui segala sesuatu” (3:20).

Jika Anda memercayai Yesus sebagai Juruselamat tetapi hati Anda senantiasa mendakwa, ingatlah bahwa Dia mengetahui segala sesuatu tentang diri Anda dan tetap mengasihi Anda —David Roper

22 Maret 2006

Si Janggut Hitam

Nats : Engkau tak bercela di dalam tingkah laku-mu ... sampai terdapat kecurangan padamu (Yehezkiel 28:15)
Bacaan : Yesaya 14:12-15

Ketika masih muda, pada akhir dekade 1600-an, Edward Teach memutuskan untuk bergabung menjadi kru sebuah kapal Inggris yang berlayar menuju Karibia. Lama setelah menjadi pelaut, ia kemudian memimpin penangkapan sebuah kapal dagang dan mengubahnya menjadi kapal perang bersenjata 40 buah. Teach kemudian dikenal sebagai si Janggut Hitam -- bajak laut yang paling ditakuti di dunia.

Si Janggut Hitam mengalami banyak keberhasilan selama ia menjadi bajak laut. Akan tetapi, "kariernya" kemudian berakhir begitu saja pada saat ia bertemu dengan rombongan Angkatan Laut Kerajaan Inggris. Dalam sebuah peperangan yang seru, ia dan teman-teman bajak lautnya terbunuh dan peristiwa tersebut mengakhiri pergerakan terorisme mereka.

Dahulu di surga, seorang malaikat jatuh dalam pemberontakan rohani. Lucifer adalah kerub yang berdiri dalam kemuliaan Allah (Yehezkiel 28:11-15). Namun, kecintaannya kepada diri sendiri telah menggantikan cintanya kepada Sang Pencipta. Karena ingin menyamai Sang Mahatinggi, ia memimpin pemberontakan dan akhirnya dicampakkan dari surga (Yesaya 14:12-15). Kini, ia dan pasukannya melakukan apa saja untuk merebut kehidupan manusia (Lukas 8:12; 2 Korintus 4:4).

Walaupun demikian, kita tidak perlu takut. Setan memang musuh yang berbahaya, tetapi Yesus telah menjatuhkan hukuman baginya saat Dia bangkit dari maut. Dan Yesus telah memberi semua yang kita butuhkan untuk bertahan dari serangan iblis (Efesus 6:10-18) --HDF

18 November 2006

Menanggalkan Rasa Bersalah

Nats : Aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan surgawi dari Allah dalam Kristus (Filipi 3:13,14)
Bacaan : Filipi 3:13-21

Seorang pebisnis dikenal suka menyimpan hampir semua barang yang datang ke mejanya, terutama surat-surat. Akibatnya, dokumen-dokumen di kantornya menumpuk di situ. Suatu ketika, sekretarisnya bertanya apakah ia boleh membuang dokumen-dokumen lama yang sudah tidak terpakai. Pebisnis itu kemu-dian dengan enggan menjawab, "Oke, tetapi sebelum dibuang, jangan lupa difotokopi dulu ya."

Kurang lebih seperti itulah yang dilakukan oleh sebagian orang kristiani terhadap dosa mereka. Mereka tahu bahwa Yesus sudah menebus dosa-dosa mereka secara lunas, tetapi mereka tetap saja tidak dapat mengenyahkan rasa bersalah di dalam diri. Sepertinya penderitaan Yesus Kristus masih kurang, sehingga mereka merasa harus turut "menyumbangkan" sebagian dari kepedihan mereka dengan terus-menerus meratapi kesalahan yang pernah mereka perbuat. Mereka ingin terus "menggandakan" dosa mereka. Oh, alangkah bodohnya!

Rasul Paulus tidak menginginkan hal seperti ini. Ia menerima fakta yang utuh bahwa seluruh dosanya telah dihapuskan di hadapan Allah karena kematian Kristus telah menebusnya secara total. Kenangan masa lalu memang masih tampak nyata, tetapi tidak membebaninya lagi.

Segala hal yang telah terjadi pada diri kita masuk dalam suatu "sistem pencatatan di otak kita", yang disebut memori. Akan tetapi, berkat pengurbanan Yesus di kayu salib, kita dapat dengan bijak mengenyahkan perasaan bersalah yang mencengkeram hidup kita --DJD

29 Juni 2008

Buah Ketaatan

Nats : Jadi, hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan (Matius 3:8)
Bacaan : Matius 3:1-10

Sudah bertahun-tahun pohon jeruk di taman saya bertumbuh, namun tetap kerdil. Tak pernah berbuah. Sebabnya? Sebuah pohon yang tinggi dan rimbun tumbuh di dekatnya, menghalanginya menerima sinar matahari. Suatu hari pohon besar itu ditebang. Taman kecil saya menjadi terang. Si pohon jeruk pun bertumbuh pesat. Dua tahun kemudian, ia berbuah lebat!

Untuk bertumbuh dan berbuah, pohon jeruk memerlukan sinar matahari. Tanpanya, proses fotosintesa terganggu dan pohon menjadi tidak produktif. Orang kristiani pun begitu. Supaya tumbuh dan berbuah, ia perlu ketaatan yang aktif terhadap firman Tuhan. Itulah "sinar" yang mendorong proses pertumbuhan. Yohanes Pembaptis mencela orang Farisi dan Saduki karena mengaku beriman pada Tuhan, namun tidak hidup di jalan Tuhan. Tahu firman, namun tidak menaatinya. Akibatnya, tidak muncul buah yang sesuai dengan pertobatan. Yohanes mengingatkan, pohon yang tidak produktif kelak akan ditebang!

Bagaimana kita dapat memiliki ketaatan yang aktif? Sederhana. Pilihlah untuk melakukan apa yang benar. Carol Kent dalam bukunya A New Kind of Normal memberi contoh:

Saat putus asa melingkupiku ... aku memilih tetap maju. Saat aku tak paham maksud Tuhan ... aku memilih percaya. Saat aku tertekan oleh kekecewaan ... aku memilih bersyukur. Saat rencana hidupku berantakan ... aku memilih berserah. Saat aku ingin menghakimi orang ... aku memilih mengampuni.

Ketaatan dimulai dari sebuah pilihan untuk menerapkan prinsip firman saat menghadapi kesulitan. Itulah yang mendorong kita untuk berubah dan berbuah —JTI



TIP #29: Klik ikon untuk merubah popup menjadi mode sticky, untuk merubah mode sticky menjadi mode popup kembali. [SEMUA]
dibuat dalam 0.04 detik
dipersembahkan oleh YLSA