Topik : Hubungan untuk Bekerja

6 Februari 2003

Sisingkan Lengan Baju

Nats : Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku (Yakobus 2:18)
Bacaan : Yakobus 2:14-26

Saat Dave Thomas meninggal di awal tahun 2002, ia tidak hanya mewariskan ribuan restoran Wendy's-nya, tetapi juga mewariskan pengalaman dan kerja keras yang dihargai karena nilai-nilainya yang membumi.

Di antara nasihat-nasihat bijak yang ia jalani semasa hidupnya, wiraswastawan yang murah senyum ini memberi pandangan bagaimana seharusnya orang kristiani mengisi hidupnya. Thomas, yang di masa mudanya banyak dipengaruhi neneknya untuk mengenal Kristus, mengatakan bahwa umat percaya harus menjadi orang-orang kristiani yang mau "menyingsingkan lengan baju".

Dalam bukunya yang berjudul Well Done (Bagus Sekali!), Thomas berkata, "Orang kristiani yang mau menyingsingkan lengan bajunya adalah orang yang melihat kekristenan sebagai iman dan perbuatan. Mereka meluangkan waktu untuk berkomunikasi dengan Allah melalui doa, mempelajari Kitab Suci dengan khidmat, aktif di gereja, dan melayani sesamanya untuk mewartakan Kabar Baik." Ia lalu menyebut mereka sebagai "orang tak dikenal yang melakukan lebih banyak kebaikan daripada semua orang kristiani termasyhur".

Pernyataan itu lebih berisi daripada burger Wendy's yang berlapis tiga. Thomas tidak hanya sadar bahwa kerja keras diperlukan untuk menjalankan bisnis restorannya, tetapi juga penting untuk kehidupan rohani.

Dalam Yakobus 2:17, dapat kita baca bahwa iman tanpa perbuatan akan membuat iman kita mati. Marilah kita singsingkan lengan baju kita dan mulai bekerja. Ada banyak hal yang harus dikerjakan --Dave Branon

2 Agustus 2004

Minyak Pertolongan

Nats : Tuhan telah mengurapi aku ... untuk mengaruniakan kepada mereka perhiasan kepala ganti abu, minyak untuk pesta ganti kain kabung (Yesaya 61:1,3)
Bacaan : Yesaya 61:1-3

Ada sebuah kisah tentang seorang pria tua eksentrik yang selalu membawa sekaleng minyak ke mana pun ia pergi. Jika melewati pintu yang berderit atau gerbang yang sulit digerakkan, ia mengoleskan minyak pada engselnya. Tindakannya meminyaki pintu itu mempermudah orang-orang yang lewat setelah dia.

Hampir setiap hari kita menemukan orang yang hidupnya berderit keras karena masalah. Dalam situasi semacam ini, kita menghadapi dua pilihan: memperburuk masalah mereka dengan kebiasaan mengkritik, atau meminyaki kehidupan mereka dalam Roh Kristus.

Sebagian orang yang kita jumpai menanggung beban yang tak tertahankan dan mendambakan "minyak" perkataan yang penuh simpati. Ada pula orang-orang yang merasa kalah dan ingin menyerah. Satu dorongan semangat saja dapat memulihkan pengharapan mereka. Namun, ada juga orang-orang jahat yang hatinya dikeraskan oleh dosa. Hati orang-orang semacam ini dapat dilunakkan oleh olesan minyak kebaikan secara teratur, sehingga mereka dapat menerima anugerah Kristus yang menyelamatkan.

Saat kita menerima Kristus sebagai Juruselamat dan Tuhan, Roh Kudus berdiam di dalam kita dan memperlengkapi kita agar menjadi berkat bagi orang lain. Jika kita dipersiapkan untuk mengoleskan minyak pertolongan Allah setiap hari dan di mana saja, dimulai dari rumah kita sendiri, berarti kita akan memberikan keindahan Kristus dan minyak sukacita bagi banyak orang yang terluka.

Barangkali pria tua dengan kaleng minyak itu sebenarnya sama sekali bukan orang eksentrik --Joanie Yoder

22 Agustus 2004

Kemanusiaan Yesus

Nats : Imam Besar yang kita punya, bukanlah Imam Besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita (Ibrani 4:15)
Bacaan : Ibrani 2:9-18

Saya pernah mendengar komentar terhadap seseorang yang selalu mengkritik demikian, "Masalahnya, ia lupa bagaimana rasanya menjadi manusia!" Betapa mudahnya kita melupakan berbagai macam pergumulan masa lalu kita dan tidak bersimpati kepada mereka yang sedang menghadapi pergumulan. Namun, ada Pribadi yang tidak pernah melupakan bagaimana rasanya menjadi manusia. Dia adalah Yesus.

Dalam Ibrani 2:9-18, kita "melihat" kemanusiaan Yesus dengan lebih jelas. Sebagai manusia, oleh anugerah Allah Dia sanggup menghadapi kematian untuk menggantikan kita. Dan selama hidup-Nya di dunia, Yesus disempurnakan melalui penderitaan-Nya (ayat 10). Tetapi ada yang lebih lagi. "Sebab [Yesus] yang menguduskan dan [kita] yang dikuduskan, semua berasal dari Satu." Karena kesatuan ini, Yesus tidak malu menyebut kita semua saudara (ayat 11).

Dalam tubuh manusiawi seperti kita, Yesus hidup, bekerja, serta mengatasi setiap hambatan, sehingga Dia tahu bagaimana rasanya menjadi salah satu dari kita. Karena telah mengalami semua pengalaman manusiawi tanpa berbuat dosa, sekarang Dia telah naik ke surga dan menjadi Imam Besar bagi kita yang duduk di takhta kasih karunia-Nya, dan dapat kita hampiri (ayat 17,18; 4:14-16).

Kita semua memerlukan seseorang yang tahu benar bagaimana rasanya menjadi manusia, namun juga memiliki kuasa yang tidak terbatas untuk membantu kita mengatasi berbagai kelemahan manusiawi kita. Pribadi yang kita butuhkan itu adalah Yesus. Dia rindu mendengar kita menyebut nama-Nya dan memohon pertolongan-Nya --Joanie Yoder

2 November 2004

Melakukan yang Baik

Nats : Ingatkanlah mereka supaya mereka tunduk pada pemerintah dan orang-orang yang berkuasa, taat dan siap untuk melakukan setiap perkerjaan yang baik (Titus 3:1)
Bacaan : Titus 3:1-8

Bila suatu pemilihan presiden yang dilaksanakan telah diketahui hasilnya, maka akan ada warga negara yang gembira atau sedih, tergantung pilihan politik mereka. Para pendukung presiden yang terpilih mungkin akan tunduk pada otoritas pemerintah yang dibentuknya. Namun banyak juga yang akan tunduk, sekalipun dengan enggan.

Orang-orang kristiani tidak hanya harus tunduk dengan ikhlas terhadap pemerintah yang berkuasa dan menaati peraturan yang ditetapkan dalam Alkitab. Dalam suratnya kepada Titus, Paulus mengatakan bahwa kita juga harus hidup berdamai dan penuh perhatian, serta siap melakukan setiap pekerjaan yang baik, tanpa memfitnah orang lain (3:1,2).

Titus melayani orang-orang percaya di Kreta, suatu daerah yang terkenal dengan penduduknya yang tidak patuh. Ada banyak alasan untuk mengungkapkan kejelekan para penduduk dan peme-rintah di Kreta, tetapi Paulus mengingatkan orang-orang kristiani agar tidak melakukan hal itu.

Kenyataannya, dalam surat singkatnya kepada Titus, Rasul Paulus mengatakan sampai tujuh kali tentang pentingnya melakukan pekerjaan yang baik: suka terhadap hal yang baik (1:8), mengajarkan hal-hal yang baik (2:3), melakukan perbuatan baik (2:7,14; 3:1, 2,8,14).

Surat Paulus ini merupakan peringatan yang tepat pada waktu-nya, yakni bahwa sebagai orang kristiani kita harus berbuat baik kepada orang lain, tak peduli apakah kita menyetujui norma dan kebijakan mereka. Memang tidak mudah, tetapi ini merupakan hal yang benar untuk dilakukan —Julie Link

13 Februari 2005

Mengharapkan Yesus

Nats : Aku percaya kepada Allah, bahwa semuanya pasti terjadi sama seperti yang dinyatakan kepadaku (Kisah Para Rasul 27:25)
Bacaan : Kisah Para Rasul 27:9-25

Seorang guru Sekolah Minggu memberi setiap anak laki-laki dalam kelasnya sebuah Alkitab Perjanjian Baru dan mendorong mereka masing- masing untuk menuliskan namanya di sebelah dalam sampul depan.

Beberapa minggu kemudian, setelah berulang kali mengajak mereka menerima Kristus sebagai Juruselamat, ia meminta mereka yang telah menerima Kristus untuk menuliskan kalimat berikut di bawah namanya: “Saya menerima Yesus”. Seorang anak menulis kalimat berbeda, “Saya mengharapkan Yesus.” Ketika bercakap-cakap dengannya, sang guru menyadari bahwa si anak paham betul yang ditulisnya. Ia tidak hanya percaya kepada Tuhan untuk menerima keselamatan, tetapi juga mengharapkan Dia untuk menyertainya sepanjang waktu dan untuk menggenapi semua janji-Nya.

Pernyataan anak lelaki itu menghadirkan sebuah tafsiran sederhana, namun luar biasa tentang arti iman yang sejati.

Dalam Kisah Para Rasul 27, kita melihat iman pengharapan Rasul Paulus. Ia sedang menjadi tahanan yang dibawa dengan kapal menuju Roma ketika sebuah badai dahsyat menerpa dan mengancam menghancurkan kapal besar itu. Sepanjang malam, malaikat Tuhan memberi tahu Paulus bahwa mereka semua akan selamat (ayat 23,24). Ia tahu sabda Tuhan dapat dipercaya. Maka di tengah badai, ia berkata, “Aku percaya kepada Allah, bahwa semuanya pasti terjadi sama seperti yang dinyatakan kepadaku” (ayat 25). Dan begitulah yang terjadi.

Seharusnya tidak mengherankan bila Allah menepati janji-Nya. Perkataan-Nya memang patut diharapkan! —Richard De Haan

1 Mei 2006

Tak Dapat Dibeli

Nats : Binasalah kiranya uangmu itu bersama dengan engkau, karena engkau menyangka, bahwa engkau dapat membeli karunia Allah dengan uang (Kisah 8:20)
Bacaan : Roma 6:15-23

Seorang misionaris yang berkarya bagi penduduk Filipina berusaha menjelaskan keselamatan kepada seorang wanita kaya. Akan tetapi, wanita tersebut tidak mengerti bahwa ia tak dapat membeli keselamatan.

Karena itu, sang misionaris memberi sebuah gambaran kepadanya: "Kalau Anda ingin menghadiahkan sebuah rumah besar dan indah kepada anak gadis Anda, bagaimana perasaan Anda bila ia berkata, ‘Ibu, izinkan saya membantu Ibu membayar hadiah itu. Saya memang hanya bekerja di rumah sakit misi dan gaji saya tidak besar. Namun sepertinya saya dapat menyisihkan uang 8 dolar setiap bulan untuk itu.’"

Misionaris itu melanjutkan, "Seperti itulah yang Anda katakan kepada Allah. Anda ingin ikut membayar apa yang telah Yesus lunasi untuk Anda. Rumah di surga adalah hadiah. Tidak sepatutnya Anda berusaha ikut membayarnya."

Di seluruh dunia, orang-orang beriman, yang bermaksud baik -- kaya, miskin, dan di antara kedua golongan itu -- masih berusaha memahami bahwa Yesus telah melunasi semuanya. Karena mengira bahwa mereka harus melakukan sesuatu untuk memperoleh karunia Allah, mereka berusaha sedapat mungkin membayar keselamatan.

Kita perlu memahami bahwa ketika Allah memberikan Putra-Nya Yesus sebagai kurban, utang dosa kita sudah dibayar penuh. Apabila kita berusaha membayar hadiah Allah, ini tentu merupakan penghinaan bagi-Nya. Percaya dengan tulus berarti beriman bahwa Allah sudah menyelesaikan pembayarannya. Kita tidak perlu membeli sesuatu yang sudah dibeli dengan kematian Yesus di kayu salib --JDB

7 Juni 2007

Perbuatan Lebih Lantang

Nats : Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran (1Yohanes 3:18)
Bacaan : Matius 9:1-8

Seorang komentator televisi yang sebal pada atlet muda yang kurang berprestasi tetapi suka menyombongkan kemampuannya berkata, "Jangan ceritakan apa yang akan Anda lakukan -- ceritakan apa yang telah Anda lakukan!" Perbuatan bersuara lebih keras daripada perkataan.

Prinsip ini tampak pada hidup Yesus. Di Matius 9, seorang lumpuh dibawa kepada-Nya. Respons Yesus? "Dosa-dosamu sudah diampuni." Saat para pemimpin agama keberatan, Yesus bertanya, "Manakah lebih mudah, mengatakan: Dosa-dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah dan berjalanlah?" (ayat 5).

Jawabannya jelas. Mudah bagi-Nya mengatakan Dia telah mengampuni dosa si lumpuh, karena hal itu tidak dapat dibuktikan atau disangkal. Namun, mengatakan "Bangunlah dan berjalanlah" itu berbeda. Perkataan ini dapat segera diuji kebenarannya. Maka, untuk membuktikan kuasa-Nya dalam mengampuni dosa, Yesus berkata kepada si lumpuh, "Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!" (ayat 6). Dan, demikianlah yang terjadi!

Tindakan Yesus mendukung perkataan-Nya, dan kita pun seharusnya begitu. Yohanes menulis, "Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran" (1Yohanes 3:18). Perkataan kita penting bagi dunia yang mengamati kita, hanya jika perkataan itu sesuai dengan perbuatan kita. Tatkala kita berbicara tentang kasih Allah, perkataan itu akan penuh kuasa jika didukung dengan tindakan kasih dan kebaikan. Perbuatan bersuara lebih keras! --WEC


Aku rindu melihat orang kristiani sejati
Bukan hanya orang yang pintar berbicara,
Aku ingin melihat tindakannya
Dan memandang kehidupannya sehari-hari. --Herrell

30 Mei 2008

Roh-Nya Menguatkan

Nats : Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana harus berdoa; tetapi Roh sendiri menyampaikan permohonan kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak teruca (Roma 8:26)
Bacaan : Roma 8:26-30

Ketika kebakaran besar terjadi di Kalifornia, Oktober 2007, dua ribu rumah habis dilalap api.

Barbara Warden, seorang korban dalam peristiwa itu, hanya sempat menyelamatkan tiga kotak berisi foto dan jam kuno warisan kakeknya. Meskipun hatinya remuk, ia tetap tegar. Dalam kebaktian di gerejanya, ia bersyukur karena tidak ada anggota keluarganya yang cedera. "Di dalam Tuhan, kita selalu menemukan banyak alasan untuk bersyukur -- walau pada masa sulit sekalipun," kata-nya.

Apa yang memampukan Barbara bersyukur di saat sulit? Pimpinan Roh Kudus! Paulus berkata bahwa saat hidup berada di titik terendah, saat itulah Roh Kudus mengirimkan perawatan intensif. Ketika hati begitu sarat beban sampai tak mampu lagi mengucapkan keluhan, Roh berdoa untuk kita kepada Allah. Dia sanggup mengubah bahasa air mata menjadi doa. Dengan cara ini, "keluhan yang tak terucapkan" itu bisa disalurkan (ayat 26), hingga kita mengalami kelegaan di hati, penghiburan ilahi, dan semangat hidup. Kita tidak menjadi panik, tetapi bisa mengamini bahwa apa pun yang terjadi, semua akan mendatangkan kebaikan (ayat 28). Hasilnya, kita tetap memandang masa depan secara positif, meski hari ini semuanya tampak suram. Roh Kudus memampukan kita berjalan dengan iman, bukan penglihatan.

Apakah hidup Anda terasa rumit? Apakah Anda sedang berada di "titik terendah"? Adakah keresahan menyelimuti Anda? Berdiam dirilah di hadapan Allah. Izinkan Roh Kudus menyampaikan keluh-kesah Anda dan mengubah airmata Anda menjadi doa. Anda akan menjadi lega dan tegar -JTI



TIP #11: Klik ikon untuk membuka halaman ramah cetak. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA