Daniel 3:1
Perapian yang menyala-nyala
3:1 Raja Nebukadnezar membuat sebuah patung
emas
1 yang tingginya enam puluh hasta dan lebarnya enam hasta yang didirikannya di dataran Dura di wilayah Babel.
Daniel 3:6-8
3:6 siapa yang tidak sujud menyembah, akan dicampakkan seketika itu juga ke dalam perapian
yang menyala-nyala!"
3:7 Sebab itu demi segala bangsa mendengar bunyi sangkakala, seruling, kecapi, rebab, gambus dan berbagai-bagai jenis bunyi-bunyian, maka sujudlah orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa, dan menyembah patung emas yang telah didirikan
raja Nebukadnezar itu.
3:8 Pada waktu itu juga tampillah beberapa orang Kasdim
menuduh orang Yahudi.
Daniel 3:19-23
3:19 Maka meluaplah kegeraman Nebukadnezar, air mukanya berubah terhadap Sadrakh, Mesakh dan Abednego; lalu diperintahkannya supaya perapian itu dibuat tujuh
kali lebih panas dari yang biasa.
3:20 Kepada beberapa orang yang sangat kuat dari tentaranya dititahkannya untuk mengikat Sadrakh, Mesakh dan Abednego
dan mencampakkan mereka ke dalam perapian yang menyala-nyala itu.
3:21 Lalu diikatlah ketiga orang itu, dengan jubah, celana, topi dan pakaian-pakaian mereka yang lain, dan dicampakkan ke dalam perapian yang menyala-nyala.
3:22 Karena titah raja itu keras, dipanaskanlah perapian itu dengan luar biasa, sehingga nyala api itu membakar mati orang-orang yang mengangkat Sadrakh, Mesakh dan Abednego
itu ke atas.
3:23 Tetapi ketiga orang itu, yakni Sadrakh, Mesakh dan Abednego, jatuh ke dalam perapian yang menyala-nyala itu dengan terikat.
1 Full Life: SEBUAH PATUNG EMAS.
Nas : Dan 3:1
Nebukadnezar mungkin bertindak dengan sombong karena, sebagaimana
dinyatakan melalui Daniel (Dan 2:37-38), dia menjadi kepala emas dari
patung di dalam mimpinya itu. Kerajaan Nebukadnezar baru berkuasa dan dia
niscaya berusaha memakai agama untuk memperteguh persatuan banyak propinsi
yang ditambahkan kepada kerajaannya; ia menuntut penyembahan patung dirinya
sebagai sarana meningkatkan kesetiaan kepada dirinya. Ia bukan pemimpin
dunia yang pertama atau untuk terakhir yang berusaha untuk memakai agama
bagi tujuan-tujuan politik atau untuk meninggikan dirinya.