Yeremia 20:7-11
Keluh kesah Yeremia akibat tekanan jabatannya
20:7 1 Engkau telah membujuk
aku
2 , ya TUHAN, dan aku telah membiarkan diriku dibujuk; Engkau terlalu kuat bagiku dan Engkau menundukkan
aku. Aku telah menjadi tertawaan
sepanjang hari, semuanya mereka mengolok-olokkan aku.
20:8 Sebab setiap kali aku berbicara, terpaksa aku berteriak, terpaksa berseru: "Kelaliman! Aniaya!
" Sebab firman TUHAN telah menjadi cela dan cemooh
bagiku, sepanjang hari.
20:9 Tetapi apabila aku berpikir: "Aku tidak mau mengingat Dia dan tidak mau mengucapkan firman lagi demi nama-Nya
", maka dalam hatiku ada sesuatu yang seperti api
3 yang menyala-nyala, terkurung dalam tulang-tulangku; aku berlelah-lelah untuk menahannya,
tetapi aku tidak sanggup.
20:10 Aku telah mendengar bisikan banyak orang: "Kegentaran
datang dari segala jurusan! Adukanlah
dia! Kita mau mengadukan dia!" Semua orang sahabat karibku
mengintai apakah aku tersandung jatuh:
"Barangkali ia membiarkan dirinya dibujuk, sehingga kita dapat mengalahkan
dia dan dapat melakukan pembalasan
kita terhadap dia!"
20:11 Tetapi TUHAN
menyertai aku seperti pahlawan yang gagah, sebab itu orang-orang yang mengejar
aku akan tersandung jatuh dan mereka tidak dapat berbuat
apa-apa. Mereka akan menjadi malu
sekali, sebab mereka tidak berhasil, suatu noda yang selama-lamanya tidak terlupakan!
1 Full Life: YA TUHAN.
Nas : Yer 20:7-18
Yeremia mengungkapkan kepada Allah perasaan yang bertentangan berupa
kesedihan yang sangat dan perasaan tertekan yang mendalam di satu pihak,
namun iman serta kepercayaan yang gigih kepada Allah di pihak lain.
2 Full Life: ENGKAU TELAH MEMBUJUK AKU.
Nas : Yer 20:7
Yeremia menyatakan bahwa dirinya telah dipaksa untuk menjadi nabi
oleh tekanan ilahi sehingga mengakibatkan dirinya dipermalukan dan
dicemooh. Beritanya, yang belum tergenapi, terus ditertawai dan diejek, dan
ia sendiri dipandang rendah oleh orang-orang senegerinya.
3 Full Life: FIRMAN ... SEPERTI API.
Nas : Yer 20:9
Bagaimanapun Yeremia berusaha, ia tidak bisa menahan berita ilahi di
dalam dirinya. Ia sepenuhnya ikut merasakan murka ilahi terhadap dosa-dosa
bangsa itu. Sang nabi merasa begitu menyata dengan Allah dan
kepentingan-Nya sehingga ia harus memberitakan firman Allah, bahkan
sekalipun hal itu mendatangkan rasa sakit dan penderitaan yang sangat hebat
atas dirinya.