Ayub 3:1
KonteksKeluh kesah Ayub
3:1 Sesudah itu Ayub membuka mulutnya dan mengutuki hari kelahirannya 1 . b
Ayub 8:7
Konteks8:7 Maka kedudukanmu yang dahulu akan kelihatan hina, tetapi kedudukanmu yang kemudian akan menjadi u sangat mulia. v
Ayub 16:2
Konteks16:2 "Hal seperti itu telah acap kali kudengar. Penghibur n sialan kamu semua! o
Ayub 16:20
Konteks16:20 Sekalipun aku dicemoohkan a oleh sahabat-sahabatku, b namun ke arah Allah mataku menengadah c sambil menangis, d
Ayub 17:5
Konteks17:5 Barangsiapa mengadukan sahabatnya untuk mencari keuntungan, p mata anak-anaknya akan menjadi rabun. q
Ayub 18:2
Konteks18:2 "Bilakah engkau habis bicara? p Sadarilah, baru kami akan bicara.
Ayub 25:1
KonteksPendapat Bildad, bahwa tidak seorangpun benar di hadapan Allah
25:1 Maka Bildad, orang Suah, l menjawab:
Ayub 28:20
Konteks28:20 Hikmat itu, dari manakah datangnya, atau akal budi, di manakah tempatnya? s
Ayub 28:22
Konteks28:22 Kebinasaan u dan maut v berkata: Hanya desas-desusnya yang sampai ke telinga kami.
Ayub 29:17
Konteks29:17 Geraham orang curang kuremuk, dan merebut mangsanya l dari giginya. m
Ayub 35:16
Konteks35:16 maka Ayub berbesar mulut dengan sia-sia, m banyak bicara n tanpa pengertian."
Ayub 36:2
Konteks36:2 "Bersabarlah sebentar, aku akan mengajar engkau, karena masih ada yang hendak kukatakan demi Allah.
Ayub 36:4
Konteks36:4 karena sungguh-sungguh, bukan dusta q perkataanku, seorang yang sempurna pengetahuannya r menghadapi engkau. s
[3:1] 1 Full Life : MENGUTUKI HARI KELAHIRANNYA.
Nas : Ayub 3:1
Ayub sedang menderita, terhina dan menderita sakit. Kesedihannya yang terbesar ialah bahwa Allah tampaknya telah meninggalkannya.
- 1) Dalam tutur katanya (ayat Ayub 3:2-26) Ayub dengan terus-terang memberitahukan perasaannya kepada Allah. Ia mulai dengan mengutuki hari lahirnya dan keadaannya yang menyedihkan, tetapi perhatikan bahwa dalam semua ini Ayub tidak mengutuk Allah. Seruannya merupakan ungkapan penderitaan dan keputusasaan, bukan seruan yang menentang Allah.
- 2) Senantiasa yang terbaik bagi orang percaya ialah mengungkapkan keraguan dan perasaannya dengan jujur kepada Tuhan di dalam doa. Menghampiri Allah dengan kesedihan dan dukacita kita untuk menjumpai Dia serta memohon belas kasihan-Nya tidak pernah salah. Yesus Kristus sendiri bertanya kepada Allah demikian, "Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?" (Mat 27:46; bd. juga Yer 20:14-18; Rat 3:1-18).