Pertanyaan: 388. Dapatkah Hidup yang Jujur, Bermoral, dan Lurus Menyelamatkan Seseorang?
Orang-orang seringkali disesatkan dalam hal ini karena mereka gagal memahami apa sebenarnya keselamatan itu. Keselamatan adalah persahabatan pribadi dan kebersamaan dengan Allah. Sulit untuk melihat bagaimana seseorang yang bukan teman Allah pada saat kematian akan segera menjadi teman Allah setelah kematian. Menjadi jujur dan lurus tidak benar-benar membuat kita mengenal Allah. Paulus sangat moral sebelum pertobatannya, tetapi kemudian ia mengetahui bahwa sepanjang waktu ia telah menjadi musuh Allah. Selain itu, keselamatan berarti kerendahan hati dan kelemahlembutan. Orang yang percaya bahwa ia dapat menyelamatkan dirinya sendiri mengeluarkan dirinya dari kerajaan surgawi dengan sikap pikiran itu. Karena kerajaan surgawi terdiri dari orang-orang yang memiliki hati seperti anak kecil, yang telah menyerahkan kebanggaan dan kehendak diri mereka. Juga, hanya menyebut nama Kristus dan membuat pengakuan publik tidak akan membuat perubahan yang diperlukan. Yesus berkata dengan sangat jelas: Kamu harus dilahirkan kembali. Sangat tidak bijaksana dan tidak aman untuk bertengkar atau berdebat dengan Yesus. Ia tahu segalanya tentang hati manusia dan tentang kerajaan surgawi. Satu-satunya hal yang harus dilakukan adalah menerima rencana keselamatannya dan membiarkannya memberikan kepada kita hati yang baru, hati yang rendah hati dan taat, yang tidak percaya diri tetapi penuh kepercayaan, hati yang mencintai Allah dan dengan demikian akan merasa betah di surga Allah. Alkitab dan pengalaman sama-sama mengajarkan bahwa mungkin bagi seseorang memiliki semua tanda-tanda luar agama, namun gagal memiliki hal yang nyata dan penting. Saulus dari Tarsus adalah seorang yang sangat bersemangat, berusaha melakukan kehendak Allah, tetapi setelah pertobatannya ia merasa bahwa kehidupan masa lalunya sangat berdosa, karena ia tidak menyerahkan dirinya kepada kehendak Allah dan menerima kebenaran Kristus sebagai miliknya. Pengalaman John Wesley serupa, dan banyak lagi yang lain dari zaman ini dan sebelumnya. Harus diingat bahwa bukanlah perilaku luar yang membuat seseorang menjadi Kristen yang sejati; itu adalah kehidupan batin, kerendahan hati, penyerahan sukacita kepada kehendak Allah, kasih yang hangat yang dirasakan terhadap Allah dan jiwa-jiwa yang telah Kristus mati untuk mereka. Bukanlah perbuatan baik kita yang menyelamatkan kita, tetapi kepercayaan yang sederhana dan melupakan diri kepada Yesus. Iman ini membawa kehidupan dan kasih yang merupakan agama. Kepercayaan yang sederhana dalam kematian Yesus sebagai obat bagi dosa kita. Penerimaan yang sederhana terhadap Kristus sebagai kebenaran dan keselamatan kita akan membawa sukacita dan kekuatan dari kehidupan baru sebagai anak Allah yang sejati dan persekutuan dengan Kristus. Lihat Roma 10:1-4; Filipi 3:3-9.
Question: 388. Can an Honest, Moral, Upright Life Save Any One?
People are constantly being misled in this matter because they fail to understand what salvation really is. Salvation is personal friendship and companionship with God. It is hard to see how a man who is not a friend of God at death will become one immediately after death. Being honest and upright does not really get us acquainted with God. Paul was intensely moral before his conversion, but he found out later that he had been an enemy of God all the time. Then, too, salvation means humility and meekness. The man who believes he can save himself puts himself out of the kingdom of heaven by that very attitude of mind. For the kingdom of heaven is made up of people with childlike hearts, who have given up their pride and self-will. Nor will the mere naming of the name of Christ and making a public confession make the necessary change. Jesus said very distinctly: "Ye must be born again." It is extremely unwise and unsafe to quarrel or argue with Jesus. He knows all about the human heart and all about the kingdom of heaven. The only thing to do is to accept his plan of salvation and let him give us the new heart, the heart that is humble and obedient, that is not self-confident but trustful, the heart that loves God and so will feel at home in God's heaven. Scripture and experience alike teach that it is possible for one to have all the outward marks of religion, yet fail of possessing the real and vital thing. Saul of Tarsus was a most zealous man, trying to do the will of God, but after his conversion he felt that his former life had been very sinful, because he had not submitted himself to the will of God and accepted Christ's righteousness as his own. John Wesley's experience was similar, and countless others of this and earlier days. It must be remembered that it is not outward conduct that makes the real Christian; it is the inner life, the humility, the glad surrender to God's will, the warm love felt for God and for the souls for whom Christ died. It is not our good works that save us, but a simple, self-forgetful trust in Jesus. This faith brings the life and love which constitute religion. A simple trust in the death of Jesus as the remedy for our sin. A simple acceptance of Christ to be our righteousness and our salvation will bring the joy and power of a new life of real sonship of God and fellowship with Christ. See Rom. 10:1-4; Phil. 3:3-9.


untuk membuka halaman teks alkitab saja. [