Pertanyaan: 409. Apakah Tidak Wajib Menggunakan Roti Tidak Beragi pada Perjamuan Kudus?
Tidak ada yang lebih asing bagi semangat dan ajaran Kristus daripada karakter yang diberikan oleh gereja-gereja tertentu kepada makanan sederhana ini. Tidak ada yang tersembunyi atau misterius tentangnya. Kristus sedang mendirikan sebuah kerajaan atau masyarakat, dan menginginkan para pengikut-Nya memiliki cara untuk menunjukkan keanggotaan mereka di dalamnya. Ia tidak ingin mereka melupakan bahwa mereka adalah orang Kristen. Ia memerintahkan mereka untuk bergabung dalam sebuah makanan sederhana, yang merupakan cara umum untuk mengakui kesetaraan dan persaudaraan. Mereka harus datang sebagai orang Kristen dan makan dan minum bersama sebagai tanda persatuan mereka dalam ikatan cinta untuk-Nya. Ini bukanlah perjamuan mewah, tetapi terdiri dari bahan-bahan umum dari makanan biasa pada waktu itu. Ketika mereka memakan roti yang terpecah, mereka harus memikirkan tubuh-Nya yang terpecah untuk mereka, dan ketika mereka minum anggur, mereka harus mengingat bagaimana darah-Nya dicurahkan untuk mereka. Mengubahnya menjadi sebuah misa dan memberikan makna yang tidak pernah dimaksudkan adalah melewatkan kesederhanaan yang agung dari konsepsi Kristus dan tujuan-Nya dalam menginstitusikan perintah ini.
Question: 409. Is It Not Obligatory to Use Unleavened Bread at Communion?
Nothing could be more foreign to Christ's spirit and teaching than the character which certain churches give to this simple meal. There is nothing occult or mysterious about it. Christ was founding a kingdom or society, and wished his followers to have some way of showing their membership in it. He would not have them forget that they were Christians. He bade them join together in a simple meal, which was a common way of acknowledging equality and brotherhood. They were to come as Christians and eat and drink together in token of their being united in a common bond of love for him. It was not to be an elaborate feast, but to consist of the common constituents of the ordinary meal of that time. As they ate the broken bread they were to think of his body which was broken for them, and as they drank the wine they were to remember how his blood was shed for them. To make a mass of it and invest the details with a significance never intended is to miss the majestic simplicity of Christ's conception and his purpose in instituting the ordinance.


pada halaman