Pertanyaan: 823. Apa yang Diajarkan Kristus tentang Perbedaan Antara Kebenaran yang Diajarkan-Nya dan yang Diberitakan oleh Orang-orang Farisi?
Dalam Matius 5:20, Ia menunjukkan bahwa kebenaran para ahli Taurat dan orang-orang Farisi adalah formal; itu tidak timbul dari hati. Rencana kebenaran Kristus adalah bahwa itu harus menjadi buah spontan dari semangat yang rendah hati, penuh ibadah, penuh kasih; bahwa itu harus timbul dari cinta yang tulus dan melupakan diri kepada Allah dan sesama manusia. Dalam ayat 29, 30, Ia menunjukkan bahwa kebenaran dan keselamatan adalah hal-hal yang sangat berharga sehingga tidak ada yang boleh menghentikan perjuangan kita untuk mencapainya. Nilai-nilai kekal di sini dibandingkan dengan nilai-nilai duniawi; lebih baik menderita kerugian atau pengorbanan apa pun di sini daripada melewatkan kehidupan kekal. Ia ingin menekankan kepada pendengarnya betapa pentingnya hal-hal rohani dan kekal; maka mereka akan belajar bahwa mata dan tangan harus digunakan, bukan untuk memuaskan diri sendiri, tetapi untuk melayani sesama manusia atas nama Kristus. Orang Yahudi mengira mereka memiliki hak eksklusif atas keselamatan, tetapi Yesus menunjukkan dalam Matius 8:11, 12 bahwa banyak orang non-Yahudi akan masuk ke dalam kerajaan surga sementara banyak orang pilihan akan diusir. Ini adalah penekanan lain bahwa agama yang sejati harus berasal dari hati; keanggotaan dalam ras Yahudi tidak akan menyelamatkan kecuali hati sudah benar. Kebenaran ini, bagaimanapun, harus melewati ujian, seperti yang dilakukan oleh Sang Guru yang mengemukakkannya. Kristus melakukan pengorbanan yang ekstrem dengan datang ke dunia (lihat Filipi 2:6-8 dan 2 Korintus 8:9). Oleh karena itu, pengikut-Nya harus menyadari kewajiban mereka untuk melakukan pengorbanan apa pun demi-Nya, bahkan mengabaikan pertimbangan-pertimbangan di luar yang mana orang-orang Farisi dan ritualis lainnya menemukan banyak kebenaran." Oleh karena itu, Ia meminta pengikut-Nya, dalam Matius 8:22, untuk mengabaikan kewajiban suci. Dalam keadaan biasa, Ia menginginkan pengikut-Nya untuk memenuhi kewajiban mereka terhadap keluarga dan teman, tetapi dalam kasus ini mungkin Ia melihat bahwa orang itu belum pasti memutuskan untuk menempatkan Yesus di tempat pertama dalam hidupnya. Jika Ia bisa mempercayainya, mungkin Ia akan mengarahkannya untuk menghadiri upacara pemakaman ayahnya dan kemudian kembali; tetapi Ia khawatir bahwa jika orang itu kembali ke antara teman-teman lamanya, ia akan kehilangan tekadnya untuk menjadi pengikut Yesus. Kristus di mana-mana menekankan bahwa Ia harus menjadi yang pertama; kemudian Ia mengarahkan pengikut-Nya untuk memenuhi kewajiban sosial mereka atas nama-Nya, melayani orang lain demi-Nya."
Question: 823. What Did Christ Teach as to the Difference Between the Righteousness Taught by Him and That Preached by the Pharisees?
In Matt. 5 : 20 he shows that the righteousness of the Scribes and Pharisees was formal ; it did not spring from the heart. Christ's plan of righteousness is that it should be the spontaneous fruitage of a meek, worshipful, affectionate spirit; that it should spring from an ardent, self-forgetful love to God and man. In verses 29, 30 he shows that righteousness and salvation are such priceless things that nothing in the world must be allowed to stop our pursuit of them. The eternal values are here contrasted with earthly values ; better suffer any loss or sacrifice here than to miss eternal life. He wished to impress on his hearers the terrible importance of spiritual and eternal things; then they would learn that eyes and hands must be used, not for the gratification of self, but for service to men in the name of Christ. The Jews thought they had exclusive rights to salvation, but Jesus shows in Matt. 8:11, 12 that many Gentiles shall enter the kingdom of heaven while many of the chosen people shall be cast out. It is another insistence that real religion must be of the heart; membership in the Jewish race will not save unless the heart is right. This righteousness must, however, meet the test, as did the Master who promulgated it. Christ made the extreme sacrifice in coming to earth (see Phil. 2 : 6-8 and II Cor. 8:9). His followers, therefore, must realize their obligation to make any sacrifice for his sake, even to disregarding all outside "considerations in which latter the Pharisees and other ritualists find much righteousness." Therefore, he asked his followers, in Matt. 8 : 22, to disregard a sacred duty. Under ordinary circumstances he wants his followers to fulfil their obligations to households and friends, but in this case he probably saw that the man had not definitely made up his mind to put Jesus first in his life. If he could have trusted him he would probably have directed him to attend the obsequies of his father and then return; but he feared that if the man got back among his old acquaintances he would lose his determination to be a follower of Jesus. Christ everywhere insists that he must be first ; then he directs his followers to fulfil their social obligations in his name, serving others for his sake.

