Resource > 1001 Jawaban >  Kata dan Istilah >  Buku 445 > 
853. Apa itu jiwa? 

Pertanyaan: 853. Apa itu jiwa?

Termin ini telah digunakan dalam berbagai makna oleh para penulis Alkitab. Kata Perjanjian Lama nephesh, secara harfiah yang bernapas," sesuai dengan kata Perjanjian Baru psyche, yang diterjemahkan sebagai jiwa atau kehidupan, (i) Ini berarti kehidupan fisik dalam kondisi alami. "Mereka yang mencari nyawa anak kecil itu telah mati" (Matius 2:20); "Bukankah hidup lebih penting daripada makanan?" (Matius 6:25). (2) Ini berarti kehidupan emosi dan keinginan, termasuk nafsu lapar dan haus, dan perasaan kebaikan atau kebencian. "Jiwaku memuliakan Tuhan." Di sini kata jiwa digunakan secara sinonim dengan roh; keduanya merujuk pada kehidupan emosional dan dalam arti tertentu sesuai dengan hati, yang merupakan tempat dari segala pemikiran, perasaan, dan kehendak (Lukas 1:46, 47). Kata ini digunakan dalam arti buruk seperti dalam Yakobus 3:16, di mana kecemburuan ditunjukkan sebagai sifat sensual, yaitu psikis, dari jiwa. (3) Ini berarti diri, yang membedakan satu individu dari individu lainnya. "Aku akan berkata kepada jiwaku," yaitu kepada diriku sendiri (Lukas 12:19). "Biarlah setiap jiwa (orang) tunduk kepada penguasa yang lebih tinggi" (Roma 13:1). (4) Ini juga digunakan dalam arti keagamaan: Paulus dan Barnabas menguatkan jiwa para murid (Kisah Para Rasul 14:22). Harapan adalah jangkar bagi jiwa (Ibrani 6:19). Dalam dua contoh ini, jiwa digunakan secara sinonim dengan roh; tetapi dalam kebanyakan kasus, perbedaan tersebut jelas ditarik antara jiwa yang alami dan roh yang sejalan dengan Allah. Perbedaan ini pertama kali ditekankan oleh Yesus, yang membantu manusia untuk menyadari kehidupan ilahi di dalam mereka dan mengundang mereka untuk memperdalam kemampuan spiritual ini dengan merespons seruan yang penuh kasih dari Roh Allah. Tetapi Pauluslah yang dalam Surat-suratnya menekankan keunggulan roh. Jiwa kemudian adalah keberadaan sadar yang terdiri dari keinginan, dorongan, emosi, dan kehendak. Ini merujuk pada manusia dalam keadaan alaminya, belum tersentuh oleh pewahyuan kasih karunia. Ini adalah kepribadiannya, apa yang dia miliki dalam dirinya sendiri, sebagai sesuatu yang berbeda dari semua orang lain. Ini adalah manusia moral yang mendukung keluarganya, mengurus bisnisnya, membayar hutangnya, dan menjadi anggota masyarakat yang terhormat. Namun, dia belum berurusan dengan Allah yang telah diwahyukan oleh Yesus Kristus dan karena itu dia tetap berada di luar tempat persekutuan ilahi. Hidupnya akan terus tidak sempurna, sampai dia dilahirkan kembali dan memperbolehkan Roh Kekal, yang adalah Roh Kristus, untuk menguasainya. Ketika ini terjadi, seluruh manusia mengalami transformasi. Dia merasakan bahwa penghuni spiritual di dalam kuil dagingnya memang tamu yang abadi di dalamnya, mencerminkan, dalam pikiran, keinginan, tindakan, dan disposisi, sifat Allah. Dengan demikian, kita tahu bahwa jiwa hidup dalam manusia, meskipun tidak dapat didefinisikan dengan istilah manusia, mengambil bagian dalam sifat ilahi dan tidak dapat binasa."

Question: 853. What Is the Soul?

This term has been used in a variety of senses by the writers of the Bible. The Old Testament word nephesh, literally "that which breathes," corresponds to the New Testament word psyche, which is translated soul or life, (i) It means physical life under natural conditions. "They are dead that sought the young child's life" (Matt. 2 : 20) ; "Is not the life more than food?" (Matt. 6:25). (2) It means the life of emotion and desire, including the appetites of hunger and thirst, and the feelings of kindness or hatred. "My soul doth magnify the Lord." Here the word soul is used synonymously with spirit; they both refer to the emotional life and in a sense correspond to heart, which is the seat of all thinking, feeling and willing (Luke 1:46, 47). The word is used in a bad sense as in James 3 : 16, where jealousy is shown to be a sensual trait, that is psychical, of the soul. (3) It means the self, that which distinguishes one individual from another. "I will say to my soul," that is to myself (Luke 12: 19). "Let every soul (person) be in subjection to the higher powers" (Rom. 13: 1). (4) It is also used in a religious sense : Paul and Barnabas confirmed the souls of the disciples (Acts 14:22). Hope is an anchor of the soul (Heb. 6: 19). In these two instances soul is used synonymously with spirit; but in most cases the distinction is clearly drawn between soul which is natural and spirit which is akin to God. This distinction was first emphasized by Jesus, who helped men to realize the divine life in them and invited them to deepen this spiritual faculty by responding to the gracious appeal of the Spirit of God. But it was Paul who in his Epistles emphasized the supremacy of the spirit. The soul then is that conscious existence which is made up of desires, impulses, emotions and volitions. It refers to man in his natural state, untouched by the revelation of grace. It is his personality, what he is in himself, as distinct from all other people. It is the moral man who supports his family, attends to his business, pays his debts and is a respectable member of society. He has, however, not yet reckoned with God who has been revealed by Jesus Christ and so he remains outside the temple of divine fellowship. His life will continue to be imperfect, until he is born again and permits the Spirit of the Eternal, which is the Spirit of Christ, to take possession of him. When this takes place the whole man undergoes a transformation. He feels that the spiritual occupant of the temple of flesh is indeed an immortal guest within, reflecting, in thought, desire, act and disposition, the nature of God. Thus we know that the living soul in man, though undefinable by human terms, partakes of the divine nature and is imperishable.
[445-AI]


TIP #33: Situs ini membutuhkan masukan, ide, dan partisipasi Anda! Klik "Laporan Masalah/Saran" di bagian bawah halaman. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA