Pertanyaan: 858. Apakah Alkitab Memerintahkan untuk Menghukum Mati Pembunuh yang Terbukti Berlaku pada Zaman dan Bangsa Ini?
Hal ini telah diperdebatkan oleh para pendukung hukuman mati bahwa, meskipun perintah (Kej. 9:6) terjadi sebelum hukum Musa, itu dimaksudkan untuk bertahan setelahnya. Namun, inferensi tersebut agak meragukan dan tidak meyakinkan sebagai dasar yang penting. Sepertinya mungkin jika Allah bermaksud agar praktik ini berlanjut sebagai kewajiban permanen, sepanjang masa, beberapa inti- masi yang lebih pasti dan eksplisit tentang kekekalan itu akan diberikan. Apakah layak untuk melanjutkan hukuman ini adalah pertanyaan yang lebih besar, dan ada banyak alasan berat yang mendukung dan menentangnya. Namun, kita seharusnya memiliki alasan yang lebih pasti dan lebih baik untuk menghukum mati pembunuh daripada hanya karena pada zaman dahulu Allah memerintahkannya dilakukan. Oleh karena itu, jika suatu negara atau bangsa mencapai kesimpulan bahwa kepentingan masyarakat dapat dilayani dengan lebih baik dengan menghukum pembunuh dengan cara lain, kita pikir itu tidak perlu ditahan oleh perintah kuno untuk melakukan eksperimen tersebut. Pernyataan dalam Wahyu 13:10, "Siapa yang membunuh dengan pedang, harus dibunuh dengan pedang," bukan merupakan hukum, tetapi merujuk pada periode penganiayaan yang akan menimpa gereja. Penyiksa itu sendiri akan menderita, seperti yang telah dia sebabkan kepada orang-orang kudus. Tidak ada yang akan mencegah hukuman mengejarnya. Namun, Kristus juga mengatakan hal yang sama (Matius 26:52) dengan aplikasi yang lebih umum. Umat-Nya tidak boleh bergantung pada senjata perang untuk keberadaan mereka, karena mereka yang bergantung pada senjata perang akan binasa oleh kekuatan yang mereka evokasi.
Question: 858. Does the Bible Command to Put the Convicted Murderer to Death Apply to This Age and Nation?
It has been contended by the advocates of capital punishment that, though the command (Gen. 9:6) antedated the Mosaic code, it was intended to survive it. That inference, however, is rather a doubtful and insubstantial ground for so important a matter. It seems probable that if God had intended the practise to continue as a permanent obligation, throughout all time, some more definite and explicit intimation of that permanency would have been given. Whether it is advisable to continue the penalty is a larger question, and there are many weighty reasons for and against it. We ought, however, to have some surer and better reason for putting the murderer to death than that at that early age of the world God ordered it to be done. If, therefore, any state or nation arrived at the conclusion that the interests of the community might be better served by punishing a murderer in some other way we think it need not be deterred by the ancient command from making the experiment. The statement in Rev. 13 : 10, "That he who kills with the sword must be killed with the sword," does not constitute a law, but it refers to the period of persecution that was to come upon the church. The persecutor would himself suffer, as he had caused the saints to suffer. Nothing would prevent punishment overtaking him. Christ, however, said the same thing (Matt. 26: 52) with a more general application. His people were not to depend on warlike weapons for their preservation, for those who relied upon them would perish by the powers they evoked.