Pertanyaan: 880. Seberapa sering kita harus memaafkan seseorang yang telah menyakiti kita?
Tugas kita adalah untuk membudayakan sikap yang penuh pengampunan. Tidak ada keraguan bahwa ketika pelaku kesalahan bertobat, kita harus mengampuninya, meskipun dia telah melakukan kesalahan tujuh puluh kali tujuh kali. Terhadap pelaku kesalahan yang tidak bertobat, kita seharusnya merasa lebih kasihan daripada bermusuhan. Mungkin bagi kebaikan dirinya sendiri, pengampunan harus ditahan. Bagi beberapa orang, penting untuk diajari pelajaran yang keras agar mereka tidak berperilaku buruk. Namun di balik itu semua, seorang Kristen seharusnya memiliki perasaan yang baik terhadap pelaku kesalahan, tidak bersifat membalas dendam, dan siap mengampuni ketika dia menunjukkan penyesalan. Kami percaya bahwa Allah mencintai orang berdosa sambil membenci dosanya, dan kita seharusnya berusaha menjadi seperti-Nya dalam hal itu. Kita, yang telah melakukan begitu banyak kesalahan yang kita harapkan Allah akan mengampuninya, tentu mampu mengampuni mereka yang telah melukai kita. Orang yang melakukan cedera dan tidak menunjukkan penyesalan adalah orang yang lebih membutuhkan pengampunan, meskipun dia tidak berhak mendapatkannya. Kita seharusnya kasihan padanya.
Question: 880. How Often Are We to Forgive a Person Who Has Wronged Us?
Our duty is to cultivate a forgiving disposition. There is no doubt that when the wrongdoer repents, we ought to forgive him, even though it be seventy times seven times that he has offended. Toward the hardened offender who does not repent, we ought to feel more pity than animosity. It may be that for his own sake forgiveness should be withheld. It is good for some men that they should be taught by a sharp lesson that they must not misbehave. But under all that, the Christian ought to exercise a kindly feeling toward the wrongdoer, ought not to be vindictive, and should be ready to forgive when he shows contrition. We believe that God loves the sinner while hating his sin, and we should try to be like him in that. We, who have done so much for which we hope God will forgive us, can surely afford to forgive those who have injured us. The man who has done the injury and is not penitent is in the greater need of forgiveness, though he is not entitled to it. We should pity him.