Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 5 No. 1 Tahun 1990 >  BILA ANGGOTA GEREJA MENINGGAL DUNIA > 
SETELAH UPACARA PENGUBURAN 

1. Visitasi lanjutan sangat diperlukan. Selain suasana kehilangan yang masih memerlukan penghiburan, mungkin masih banyak hal-hal teknis yang belum terselesaikan.

2. Menganjurkan kebaktian diadakan pada suatu waktu setelah upacara penguburan berarti ada perhatian pastoral yang lebih jauh. Namun selalu harus diingat bahwa kebaktian itu tidak dilakukan untuk orang mati, tetapi karena orang mati. Sangat diperlukan hikmat untuk menghancurkan kesan mistis apabila kebaktian ini diadakan pada jumlah hari tertentu sebagaimana dilakukan oleh orang di luar Kristus, umpamanya, hari ketiga, ketujuh, ke-40, dan lain-lain. Menekankan bahwa ini adalah momentum untuk PI dan pendewasaan rasanya lebih penting daripada yang lainnya. Ada baiknya Gereja mengerahkan kaum ibu untuk menangani hal-hal yang menyangkut konsumsi dalam acara seperti ini, agar pihak keluarga yang berdukacita tidak merasakan kegiatan ini sebagai beban finansial tambahan.

3. Sangat efektif apabila kesempatan seusai kebaktian tidak dipakai hanya untuk makan minum atau ramai-ramai sedangkan tujuan semulanya adalah memberikan penghiburan. Tetapi pakailah untuk percakapan-percakapan pribadi yang pada hakekatnya adalah evangelisasi perorangan. Minimal dibangun persahabatan, yang menurut Dr. Luis Palau, pengembangannya melahirkan terminus friendship evangelism. Sekaligus upacara kematian bisa menjadi upacara kehidupan; upacara duka menjadi suka. Momentum ini jangan disia-siakan.



TIP #31: Tutup popup dengan arahkan mouse keluar dari popup. Tutup sticky dengan menekan ikon . [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA