Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 8 No. 1 Tahun 1993 >  ADAKAH KESELAMATAN DI LUAR KRISTUS > 
PENDEKATAN TEOLOGIS 

Di atas telah disinggung bahwa hampir semua sistem agama di dunia ini, besar atau kecil, yang amat primitif sederhana maupun yang telah berkembang maju dan komplek, semuanya mengakui adanya keselamatan. Adapun dasar pengakuan terhadap sistem keselamatan ini berpijak kepada otoritas pewahyuan yang diterima oleh umat. Setiap agama yang sudah mapan umumnya mempunyai Kitab Sucinya masing-masing sebagai pewujudan baku dari wahyu yang mereka terima dari "Realitas" ilahi. Orang Muslim mempunyai Al Qur'an. Orang Hindu memiliki Kitab Weda. Sedangkan umat Kristen mengakui Alkitab adalah firman Allah yang telah diwahyukan oleh Allah sendiri.

Di dalam Alkitab dipaparkan pokok ajaran yang amat jelas, gamblang dan pasti mengenai keselamatan; yang mana secara ringkas dapat dibeberkan sebagai berikut: Pertama, manusia yang diciptakan oleh Allah Sang Khalik memiliki kehendak bebas pada dirinya. Penyalahgunaan kehendak bebas inilah yang merupakan dosa penyebab keterpisahan manusia dari Allah-nya. Manusia yang telah berdosa tidak mungkin memulihkan sendiri hubungan antara dirinya dengan Allah. Untuk itu Allah-lah yang berinisiatif dan definitif menetapkan jalan keselamatan sebagai upaya memulihkan relasi yang telah rusak tersebut. Kedua, di dalam rencana keselamatan ini Allah Tritunggal terlibat seutuhnya yang biasa dijabarkan sebagai Allah Bapa mengutus AnakNya yang tunggal Tuhan Yesus Kristus menjadi Juruselamat serta Roh Kudus mengefektifkan karya penebusan dalam diri manusia yang akan diselamatkan. Tiada jalan lain yang diberikan oleh Allah untuk mencapai keselamatan dan memperoleh hidup yang kekal selain di dalam rencana dan kehendak ilahi dari Allah Tritunggal ini. Jadi pada dasarnya keselamatan dalam pemahaman iman Kristen merupakan suatu sistem yang murni dan mutlak teosentris. Ketiga, selanjutnya proses keselamatan meliputi dilahirkan kembali (baru) oleh Roh, pertobatan, pengampunan dosa, pembenaran, penyucian progresif dar disempurnakan dengan jaminan atau kepastian keselamatan. Kesemuanya ini tetap berpangkal kepada perpaduan antara hanya oleh anugerah dan respons iman. Namun harus dicatat bahwa iman itupun muncul dari mendengar firman dan bibit percaya sekecil apapun tidak terlepas dari kasih karunia pemberian Allah.

Jadi dalam keyakinan Kristen, keselamatan dipandang sebagai anugerah dari Allah yang terlebih dahulu memprakarsai rencana penyelamatan manusia berdosa. Konsep Allah mencari insan berdosa yang digambarkan seperti domba yang terhilang adalah demikian gamblang menyatakan tindakan aktif dari Allah sendiri. Alkitab menegaskan berulang kali akan ketidakmungkinan, ketidaklayakan dan ketidakberdayaan manusia untuk menyelamatkan dirinya sendiri. Kecuali Allah saja yang bertindak, tiada seorang pun jua yang bakal akan selamat serta memiliki hidup yang kekal.

Dalam kerangka pemahaman tersebut di atas, tentu saja tindakan penyelamatan oleh Allah ini mengandung beberapa implikasi sebagai berikut: (1) Juruselamat yang disediakan oleh Allah harus memenuhi kualifikasi tertentu. Perbedaan kualitatif justru terletak pada posisi unik Tuhan Yesus Kristus selaku satu-satunya Pengantara esa antara Allah dan manusia, Dialah Logos (Kalam) yang menjelma menjadi Manusia Yesus. Dwi sifat dasar Kristus ini amat berperan dalam merealisasikan "jalan" penghubung untuk maksud keselamatan. Seandainya Kristus bukanlah Allah sejati, tentu Dia tidak dapat mengampuni dan memberikan hidup kekal; sebaliknya jika Dia bukan Manusia sejati, Dia tidak bisa mewakili atau tiada berhak menggantikan posisi manusia berdosa yang hendak ditebusNya. (2) Di bawah kolong langit ini, semenjak masa penciptaan hingga kiamatnya dunia nanti, tidak ada nama lain yang diberikan oleh Allah kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan. Sebenar-benarnya hal ini merupakan konsekuensi logis dari pernyataan butir pertama terdahulu. Apabila di dunia ini manusia mempunyai banyak alternatif cara untuk memperoleh keselamatan, niscaya Kristus tidak harus datang dan mati mengorbankan diri-Nya. Sementara klaim dari Yesus: "Akulah jalan, kebenaran dan hidup. Tak seorangpun sampai kepada Bapa kecuali melalui Aku" tidak berlaku lagi sebab toh ada kemungkinan lain manusia bisa mendapatkan keselamatan. Sekali lagi seandainya memang demikian; namun kenyataannya adalah tidak begitu. (3) Oleh sebab itu kemutlakan dan finalitas keselamatan adalah hanya dan harus melalui Tuhan Yesus Kristus saja. Keeksklusivan ini bukanlah sikap arogan yang sengaja dicanangkan oleh ajaran Alkitab untuk mendiskreditkan umat beragama lain. Sama sekali tidak! Oleh sebab itu, hendaknya jaminan dan kepastian keselamatan di dalam diri Yesus dipandang sebagai suatu keunikan yang hakiki dan valid menurut kehendak Allah sendiri. Umat Kristen mewarisi dan tetap memegang teguh ajaran yang demikian. Inilah kekhasan dan kenyataan posisi iman Kristiani dalam masalah keselamatan.



TIP #20: Untuk penyelidikan lebih dalam, silakan baca artikel-artikel terkait melalui Tab Artikel. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA