Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 12 No. 2 Tahun 1997 >  BUAH IMAN YANG MENJADI BERITA > 
III. REAKSI YESUS TERHADAP PENOLAKAN SEBAGAI BUKTI IMAN 

Sebagaimana di sepanjang sejarah selalu saja ada pro dan kontra, demikian pula Matius tidak luput mengisahkan mereka yang meremehkan Yesus justru pada saat ada dua orang yang begitu mengagumi Yesus. Namun, sebelumnya, marilah kita selami dahulu bagaimana suasana di rumah kepala rumah ibadat itu ketika Yesus datang. Beginilah tutur Matius pada ayat 24: Ketika Yesus tiba di rumah kepala rumah ibadat itu dan melihat peniup-peniup seruling dan orang banyak ribut, .... Mereka yang punya budaya serupa pada saat ada yang meninggal dapat membayangkan betapa riuh rendahnya suasana rumah kepala rumah ibadat itu. Para peniup seruling itu adalah para peratap yang dalam budaya Tionghoa disebut caima. Mungkin ada pula orang-orang yang khusus disewa untuk meratap pada saat itu. Tamu-tamu yang datang turut meratap sebagai tanda simpati terhadap keluarga kepala rumah ibadat itu. Tidak ketinggalan pula para bawahan kepala rumah ibadat itu menyatakan belasungkawanya. Istri kepala rumah ibadat itu sendiri mungkin sedang menangis meraung-raung dan kaum ibu memeluknya berganti-gantian sambil meratap dan menghibur. Orang-orang yang tidak mudah menangis akan memasuki ruangan itu paling tidak dengan wajah tertunduk, lalu duduk bersama merasakan kesedihan yang meliputi keluarga itu.

Nah, di tengah-tengah riuh rendahnya bunyi seruling dan ratap tangis inilah tiba-tiba datanglah Yesus tanpa wajah pucat, apalagi setetes air mata, melainkan dengan kata-kata: "Pergilah, karena anak ini tidak mati, tetapi tidur." Oh, tentu, tentu mereka menertawakan Yesus! (ayat 24) Mereka menertawakan Yesus, karena mereka tidak tahu siapa Yesus. Mereka tidak tahu bahwa Yesus punya kuasa baik atas hidup maupun atas maut. Bahkan, Ia punya kuasa atas setiap tarikan dan hembusan nafas yang dihasilkan untuk mewujudkan suara tawa itu!

Para pembaca yang budiman, andaikan kita ada dalam posisi Yesus pada saat itu, apakah yang akan kita perbuat? Dapatlah kita bayangkan bagaimana rasanya setelah seorang yang berkedudukan sebagai kepala rumah ibadat begitu percaya pada kita dan juga setelah seorang perempuan begitu yakin akan kehebatan kita, kita lalu ditertawakan. Akankah kita maki mereka: "Hei, tidak tahukah kalian siapa aku ini? Kepala rumah ibadat saja begitu percaya padaku. Berani-beraninya kalian menertawakan aku. Belum tahu yah apa yang bisa kuperbuat?" Lain halnya dengan Yesus. Ia tidak kehilangan wibawaNya. Ia mengusir mereka, tetapi tidak buang-buang waktu untuk mengkhotbahi mereka orang-orang yang tidak percaya itu. Ejekan orang banyak tidak mampu menggeser fokusnya dari satu orang yang membutuhkan pelayanan-Nya. TujuanNya pasti. Ia masuk dan memegang tangan anak itu, dan bangkitlah anak itu. Betapa agungnya Dia!

Yesus tidak mungkin bersikap seperti ini jika Ia tidak memiliki iman kepada Bapa-Nya yang mengutus Dia. Ia tidak menjadi bimbang ketika orang banyak menertawakan Dia, karena Ia percaya bahwa inilah pekerjaan yang dikehendaki oleh Bapa-Nya.



TIP #32: Gunakan Pencarian Khusus untuk melakukan pencarian Teks Alkitab, Tafsiran/Catatan, Studi Kamus, Ilustrasi, Artikel, Ref. Silang, Leksikon, Pertanyaan-Pertanyaan, Gambar, Himne, Topikal. Anda juga dapat mencari bahan-bahan yang berkaitan dengan ayat-ayat yang anda inginkan melalui pencarian Referensi Ayat. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA