Betul, visi gereja memang tidak pernah berubah. Tritugas tidak berubah. Namun karena sikon berubah, visi harus diperjelas, dipertajam supaya bisa menjawab tantangan zaman secara mengena. Dalam hal ini erat kaitannya dengan misi. Oswald Sanders mantan ketua OMF (Overseas Missionary Fellowship-red) mengatakan dalam Christian Leadership bahwa vision without mission makes visionary. Saya menerjemahkan begini: Visi tanpa misi menjadikan kita tukang mimpi. Lebih lanjut, Mission without vision makes a drudgery. Saya menerjemahkan bebas: Misi tanpa visi menjadikan kita kuli. Kerja menggerutu enggak karuan. Kalau dilihat bos baru senyum. Yang kita perlukan adalah sebelum punya misi harus punya visi. Saya mengatakan, vision with mission disertai komitmen yang jelas.
Banyak orang Kristen bukan kurang pandai tetapi kurang komitmen, kurang kesetiaan, keuletan. Kita harus refleksi ulang. Saya kuatir gereja dalam meningkatkan SDM jadi one sided. Artinya yang terus ditingkatkan adalah teolog-teolognya (S1 ke S2, S2 ke S3 tetapi lupa bahwa orang boleh sangat pandai, tetapi sepandai-pandainya ia terbodoh di bidang yang tidak dikuasainya. Saya kuatir kalau teolog terus di pacu jadi pintar, masyarakat gereja yang jutaan ini cuma jadi raksasa tidur. Padahal mereka harus dikerahkan. Saya ngomong ini melihat kejadian anggota gereja yang pindah ke gereja lain. Itu bukan masalah rumput hijau tetapi karena potensi besar tidak disalurkan. Gereja ham; jadi pentas permainan profesional.