| (1.0084804791667) | (Am 1:11) | (jerusalem: saudaranya) Israel dan Edom memang bersaudara, Kej 25:21-24; 29-30; bdk Ula 2:1+ |
| (0.7059363125) | (Hos 11:9) | (jerusalem: Aku ini Allah...) Transendensi Allah ditekankan. Hanya dalam keterangan Hosea ini transendensi itu tidak menakutkan, seperti halnya dalam nas-nas yang lebih tua. (Kej 19:12+; 2Sa 6:6-8) atau lebih muda (Yes 6:3) dari nabi Hosea. Hosea merumuskan transendensi Allah itu dengan bahasa kasih. Kekudusannya Tuhan menyatakan diri melalui belaskasihanNya yang mengampuni, sedangkan manusia biasanya hanya melampiaskan amarahnya. |
| (0.50424022916667) | (1Sam 11:6) |
(full: BERKUASALAH ROH ALLAH ATAS DIA, DAN MENYALA-NYALALAH AMARAH-NYA.
) Nas : 1Sam 11:6 Janji pemberian kuasa oleh Roh Kudus yang diungkapkan oleh Samuel ketika Saul diurapi sebagai raja (1Sam 10:6) kini digenapi. Perhatikan bahwa Saul, selaku raja, memberi kepemimpinan militer yang sama terhadap musuh-musuh Israel sebagaimana telah dilakukan oleh para hakim (bd. 1Sam 14:6 di mana frasa ini dipakai untuk Simson). Salah satu aspek dari karya Roh Kudus di dalam diri orang percaya ialah amarah sejati terhadap dosa dan penganiayaan orang lain. Yesus sendiri beberapa kali mengungkapkan kemarahan seperti itu terhadap dosa dan kejahatan (lihat cat. --> Luk 19:45; lihat cat. --> Yoh 11:33). |
| (0.50424022916667) | (Mzm 78:38) |
(full: IA BERSIFAT PENYAYANG, IA MENGAMPUNI.
) Nas : Mazm 78:38 Kesabaran dan kemurahan Allah dinyatakan dengan jelas dalam mazmur ini. Berkali-kali umat-Nya memberontak dalam ketidaksetiaan, namun Allah menahan amarah-Nya. Allah tidak akan pernah meninggalkan anak-anak-Nya hanya karena mereka gagal menyenangkan-Nya secara sempurna. Akan tetapi, kita tidak boleh menyalahgunakan kesabaran dan pengampunan Allah dalam ketidaktaatan dan pemberontakan yang disengaja. Jikalau kita terus-menerus menyedihkan hati-Nya dengan dosa kita, akhirnya Dia akan menghukum kita dalam murka-Nya sama seperti yang dilakukan-Nya kepada Israel (bd. Ibr 3:7-19). |
| (0.35296814583333) | (Ayb 41:1) |
(sh: Hanya Allah yang mampu (Selasa, 20 Agustus 2002)) Hanya Allah yang mampuHanya Allah yang mampu. Tidak ada keraguan bahwa Lewiatan (buaya) berkaitan dengan kepercayaan mitos (ayat 40:20), meskipun gambarannya, sama seperti Behemoth, mirip seperti reptil yang asli. Namun, Lewiatan (hidup) di dalam air. Yang dimaksud di sini adalah laut dan kedalaman samudera, bukan di sungai di mana Behemoth hidup. Ini menunjukkan bahwa Lewiatan hidup bukan di laut biasa saja, tetapi di samudera yang sangat luas dan dalam. Dua dari tiga pemunculan Lewiatan dalam PL menunjukkan bahwa Allah berperang untuk membunuhnya (Mzm. 74:14, Yes. 27:1). Namun demikian, dalam Mzm. 104:26, Lewiatan telah dijinakkan dan telah menjadi binatang yang tak berbahaya, bermain-main di lautan ciptaan Allah. Tidak ada alasan untuk menyamakan Lewiatan dan Behemoth karena ciri-ciri yang sangat berbeda. Dalam bagian ini, pertama-tama Lewiatan dilukiskan memiliki kekuatan yang menakutkan manusia (ayat 40:20-41:2). Tidak mungkin ia ditangkap dan amat berbahaya untuk mencoba menjinakkannya. Gambaran tentang ciri-ciri fisiknya dimulai dari 41:3. Dari pengungkapan ini, terlihat bahwa Lewiatan memang mirip buaya. Ayat-ayat yang muncul berbicara mengenai rahang dan gigi yang mengerikan (ayat 41:5), "sisik" yang tidak dapat ditembus oleh apa pun (ayat 41:3,6-8,14). Lehernya yang keras menjadi kekuatannya (ayat 41:13). Di lain pihak, ciri yang dimilikinya adalah nafas api seperti yang dipunyai binatang naga dalam mitos dan legenda (ayat 41:9-12). Namun demikian, dalam 41:24-25, Lewiatan dilihat sebagai makhluk bumi. Ia digambarkan sebagai raja dari binatang-binatang yang tiada taranya di atas bumi. Dalam 41:24b, ia dinyatakan sebagai makhluk, yang tidak mengenal takut. Dari bahasa aslinya, kata "makhluk" dapat diterjemahkan dengan lebih tepat, yaitu "yang dibuat". Allah yang membuat Lewiatan. Setelah Ayub melihat Lewiatan dan Behemoth, Ayub tidak hanya mengerti, tetapi juga dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh Yahweh kepadanya (ayat 40:20 dan 41:4-5). Hanya Yahweh yang dapat melakukan semuanya itu! Renungkan: Mari kita merenungkan kebesaran Allah di dalam dunia ini dan mempercayakan hidup kita sepenuhnya kepada Dia! |
| (0.35296814583333) | (Nah 1:1) |
(sh: Pembalas tapi sabar?! (Minggu, 15 Desember 2002)) Pembalas tapi sabar?!
Pembalas tapi sabar?!
Renungkan: |
| (0.35296814583333) | (Mrk 3:1) |
(sh: Yesus, Tuhan atas Sabat (Kamis, 23 Januari 2003)) Yesus, Tuhan atas SabatYesus, Tuhan atas Sabat. Tradisi yang berlaku di agama Yahudi, hari Sabat adalah hari ketika umat berada di rumah ibadat untuk beribadah pada Allah (ayat 1). Sebagai orang Yahudi, Yesus pun beribadah pada hari Sabat di sinagoge. Bagi Yesus ini adalah suatu kebiasaan baik, ketika umat mengekspresikan rasa syukur kepada Allah yang telah menciptakan alam semesta ini. Namun, ternyata tidak semua orang berpikiran yang sama dengan Yesus. Ada sekelompok orang yang datang ke sinagoge bukan untuk bersekutu dan beribadah, tetapi untuk mempersalahkan Yesus (ayat 2). Mereka adalah para pemimpin agama Yahudi (ayat 6; bdk. 2:24-28). Keberadaan seorang yang tangannya mati sebelah dijadikan objek oleh para pemimpin agama Yahudi. Mereka berharap agar Yesus menyembuhkannya, sehingga Yesus dipersalahkan karena melanggar hukum Sabat. Meski tidak diutarakan, Yesus tahu pikiran mereka. Yesus meminta orang yang tangannya mati sebelah untuk berdiri di tengah-tengah (ayat 3). Meskipun orang tersebut tidak menunjukkan indikasi bahwa ia sedang sekarat, tetapi Yesus menyembuhkannya. Melalui tindakan ini, Yesus menyatakan bahwa Dia adalah Tuhan atas hari Sabat. Apa yang harus dilakukan pada hari Sabat: berbuat baik dan menyelamatkan orang atau berbuat jahat dan membunuh orang? Para pemimpin agama itu tahu pilihan yang tidak melanggar Sabat. Tetapi, karena tidak mau percaya pada Yesus, mereka tetap diam. Yesus marah -- kemarahan yang mengungkapkan bahwa Yesus adalah manusia sejati -- tetapi bukan kemarahan yang tanpa alasan. Yesus marah karena kedegilan orang yang tidak mau percaya pada- Nya. Marah yang timbul karena ingin mendamaikan manusia dan Allah. Amarah Yesus adalah amarah damai. Penolakan terhadap damai inilah yang membangkitkan amarah-Nya. Renungkan: Yesus adalah Tuhan atas hari Sabat. Hari Sabat adalah hari ibadah dan bukan hari mencari musuh. |
| (0.30254414583333) | (Neh 5:1) |
(sh: Ancaman dari dalam lebih serius (Jumat, 17 November 2000)) Ancaman dari dalam lebih seriusAncaman dari dalam lebih serius. Pembangunan tembok Yerusalem juga mendapat ancaman dari praktik ketidakadilan yang merajalela dalam masyarakat Yahudi. Mereka yang berkuasa dan kaya menindas saudara-saudara sebangsa yang miskin. Mereka meminjamkan uang dengan mengambil bunga yang tinggi. Lalu mereka juga merampas tanah dan harta benda sebagai pembayaran hutang kaum miskin. Bukan itu saja, mereka tidak segan- segan menjadikan anak-anak orang miskin sebagai budak untuk membayar hutang. Mereka yang miskin akan semakin miskin sebab mereka masih harus membayar pajak yang tinggi kepada raja Persia. Kemarahan Nehemia menunjukkan bahwa ancaman yang sedang terjadi ini sangat serius dan dapat menimbulkan kehancuran yang fatal dalam masyarakat Yahudi. Akar permasalahannya adalah pertama, mereka tidak lagi takut akan Allah sebab firman Tuhan dengan jelas melarang menarik bunga uang atau riba dari saudara sebangsanya (Im. 25:35-37; Ul. 23:19-20). Kedua, tidak adanya kasih yang nyata di antara mereka yang menyebut diri sebagai umat Allah, telah mencemarkan nama Allah (9). Padahal saat ini sebagai umat Allah mereka tidak hanya sedang membangun tembok kota tetapi sedang membangun spiritual dan moralnya. Ancaman itu akan menghambat pembangunan. Permasalahan yang serius ini ditangani secara serius, hati-hati, dan tegas. Nehemia tidak bertindak pada saat amarahnya menyala-nyala tapi memikirkan masak-masak sebelum mengambil tindakan. Ia melakukan pendekatan terhadap para pelaku penindasan sebelum masalah ini diumumkan. Keseriusan dan ketegasan Nehemia dalam menghentikan praktik penindasan ini nampak jelas dari usulan dan tindakan yang ia ambil (11-13). Hasilnya, ia berhasil mendapatkan persetujuan dari para penindas untuk segera menghentikan praktik penindasan (9-12). Maka pembangunan bangsa Yehuda dapat kembali berjalan dengan lancar. Ancaman yang besar bagi pelayanan dan misi gereja bukan datang dari luar tapi justru dari dalam. Nehemia dapat dengan mudah mengatasi ancaman yang datang dari kerajaan tetangga tetapi ancaman yang serius terhadap misinya justru datang dari bangsanya sendiri. Renungkan: Apakah potensi ancaman dari dalam yang dapat menghancurkan misi dan pelayanan Kristen di Indonesia saat ini? |
| (0.30254414583333) | (Mzm 6:1) |
(sh: Iman dalam pergumulan (Jumat, 17 Maret 2000)) Iman dalam pergumulanIman dalam pergumulan. Sebuah pertanyaan yang berawal dengan kata "mengapa" mungkin akan muncul di benak kita, apabila kita mendengar kesaksian seorang Kristen yang begitu saleh dan takut akan Tuhan, mengalami berbagai kemelut dan bencana dalam kehidupan imannya. Sebuah keluarga yang begitu setia beribadah dan hidup melayani Tuhan, tiba-tiba harus kehilangan anak satu- satunya karena menjadi korban pembunuhan, ketika terjadi perampokan di rumahnya. Beberapa bulan kemudian, suami dari ibu yang telah kehilangan anak satu-satunya ini pun terkena PHK. Betapa pedih dan memilukan hati tragedi kehilangan anak satu- satunya, ditambah lagi dengan kehilangan pekerjaan. Sepertinya tidak satu hal pun yang dapat mengobati luka dan kepedihan hati keluarga ini. Mengapa hal ini menimpa keluarga yang setia dan takut akan Tuhan? Mengapa seolah-olah Tuhan tidak bertindak menolong mereka? Sampai berapa lama keluarga ini harus mengalami pergumulan? Nampaknya pergumulan yang dialami Daud pun demikian berat, sampai seluruh tubuhnya pun terasa sakit dan lemah. Selaras dengan pemahaman PL bahwa penderitaan adalah akibat dari murka Tuhan atas dosa manusia, maka di awal mazmur ini, Daud mengaitkan penderitaan yang dialaminya dengan hukuman, murka, hajaran, dan amarah-Nya. Pemahaman ini terus bertumbuh dengan bertambahnya pengenalan akan Tuhan yang penuh kasih setia, yang akan mendengar doanya dan menyelamatkannya. Bahkan semua musuhnya pun akan mendapat malu dan mundur dari padanya. Tuhan bukan hanya mengizinkan penderitaan sebagai hukuman bagi yang berdosa, namun juga mengizinkan berbagai penderitaan dan pergumulan mewarnai kehidupan Kristen yang setia, saleh, dan hidup takut akan Tuhan. Penghayatan makna pembentukan-Nya bukan dari kesuksesan dan kelancaran hidup yang senantiasa diwarnai dengan kesenangan. Justru sebaliknya terlebih banyak Kristen belajar makna pembentukan-Nya melalui berbagai pergumulan yang seringkali membawa duka pada awalnya, namun membawa sukacita di hari kemenangan. Renungkan: Tuhan menghargai setiap doa ungkapan pergumul-an yang dinaikkan dengan tulus hati dan bukan dengan motivasi pemberontakan. Teladanilah Daud yang pada akhirnya mengerti makna pergumulan yang berbuahkan iman dan pengharapan di dalam Tuhan. |
| (0.30254414583333) | (Mzm 78:17) |
(sh: Mencobai Tuhan (Minggu, 4 September 2016)) Mencobai TuhanKita mungkin sering mendengar atau membaca bahwa "Israel mencobai Tuhan." Mungkin banyak di antara kita tidak benar-benar mengerti apa yang dimaksudkan dengan mencobai Tuhan. Untuk itu, mari kita melihat apa yang dimaksud dengan mencobai Tuhan seperti yang digambarkan dalam nas hari ini. Tuhan telah memperlihatkan banyak keajaiban agar Firaun bersedia membebaskan umat-Nya. Ia juga memberikan pemeliharaan-Nya yang ajaib kepada umat-Nya selama di padang gurun. Apa yang Tuhan nyatakan dan lakukan tidak membuat umat-Nya percaya dan mengandalkan Tuhan. Mereka berkata, "Sanggupkah Allah menyajikan hidangan di padang gurun? Memang Ia memukul gunung batu sehingga terpancar air dan membanjir sungai; tetapi sanggupkah Ia memberikan roti juga, atau menyediakan daging bagi umat-Nya? (19-20). Apa yang mereka katakan di sini dinyatakan sebagai "mereka mencobai Allah dalam hati mereka dengan meminta makanan menurut nafsu mereka" (18). Tentu saja Tuhan murka sebab mereka tidak percaya kepada-Nya dan tidak yakin akan keselamatan yang dilakukan-Nya (21-22). Tidak memercayai Tuhan sama halnya dengan mencobai Tuhan. Hal ini diteguhkan oleh apa yang Yesus katakan ketika Iblis meminta-Nya menjatuhkan diri hanya untuk membuktikan bahwa Ia adalah Anak Allah. Yesus menegaskan: "Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu" (Mat. 4:7). Pada dasarnya Iblis meminta Yesus untuk tidak percaya begitu saja, tetapi perlu pembuktian bahwa Ia adalah Anak Allah. Namun, Yesus memercayai ucapan Allah, sehingga tidak perlu meminta bukti apa pun. Jika mencobai Tuhan ada dalam ketidakpercayaan akan penyataan Tuhan, mungkin kita sering melakukan hal itu. Bukankah kita sering berpikir bahwa Tuhan tidak mengasihi kita ketika Ia tidak menjawab doa kita? Padahal, Tuhan telah menyatakan kasih-Nya kepada kita. Berhati-hatilah dan jangan terus-menerus mencobai-Nya! Hiduplah dengan iman dan percayalah pada firman-Nya walau kondisi kita tidak sesuai harapan. [IT] |
