Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 1 - 6 dari 6 ayat untuk beristeri [Pencarian Tepat] (0.001 detik)
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(1.00) (1Tim 3:2) (ende: Kawin satu kali sadja)

Aslinja: "Suami seorang isteri sadja". Maksudnja jang sesudah meninggalnja isterinja, tidak kawin lagi. Maklum, bahwa mereka jang dipilih untuk memegang djabatan itu sudah agak landjut umurnja dan mereka tentu dahulu beristeri atau masih beristeri.

(0.85) (1Kor 7:33) (jerusalem: Orang yang beristeri) Var: Ada perbedaan antar perempuan yang bersuami dan perawan. Perempuan yang tidak bersuami memusatkan perhatiannya pada perkara Tuhan.
(0.71) (1Kor 9:5) (jerusalem: seorang isteri Kristen) Harafiah: seorang saudara perempuan. Memanglah orang-orang Kristen saling menyebut "saudara-saudari", Para rasul yang beristeri (seperti Kefas ialah Petrus) biasanya menyerahkan urusan jasmaniah mereka kepada isterinya.
(0.42) (Mat 19:1) (ende)

Beralasan soal chusus jang diadjukan oleh parisi tentang pertjeraian perkawinan, maka Jesus membitjarakan soal itu tertindjau hanja dari segi chusus itu pula. Berdasarkan wahju lama dalam I Mos. (Kej 2:24) Jesus menerangkan, bahwa tiap-tiap pertjeraian perkawinan jang sah adalah bertentangan dengan maksud Pentjipta. Dan dengan kewibawaanNja sendiri Ia menafsirkan dan menetapkan, bahwa orang jang telah bertjerai, lalu kawin dengan seorang lain, berbuat zinah. Djadi hal itu terlarang setjara mutlak. Dari penetapan Jesus ini pula harus disimpulkan, bahwa perkawinan dimaksudkan Allah sebagai monogam, artinja seorang laki-laki boleh beristeri hanja seorang sadja.

(0.35) (1Kor 7:25) (sh: Menjaga keseimbangan (Sabtu, 13 September 2003))
Menjaga keseimbangan

Menjaga keseimbangan. Masalah percabulan adalah masalah yang harus disikapi dengan serius pula. Karenanya Paulus begitu keras menegur jemaat yang terlibat dalam masalah ini. Pada perikop ini Paulus kembali menyoroti masalah tersebut, hanya saja saat ini lebih diarahkan kepada tanggung jawab sebagai umat pilihan Allah. Paulus menyoroti empat hal: [1] jika seorang pria memilih untuk tidak terikat perkawinan dengan gadisnya, ia harus memusatkan perhatian pada Tuhan (ayat 32); [2] jika seorang pria memilih untuk terikat dalam lembaga perkawinan, ia harus menyenangkan isterinya (ayat 33); [3] bagi gadis yang tidak menikah, sebaiknya mereka memusatkan perhatian kepada perkara Tuhan supaya tubuh dan jiwa mereka tetap kudus (ayat 34a); [4] bagi yang ingin terikat dalam perkawinan mereka harus dapat menyenangkan suaminya (ayat 34b).

Dalam kondisi yang dikatakan darurat ini, Paulus terus berusaha mengimbau agar jemaat tetap menjalankan tanggung jawab yang Tuhan percayakan, karena mereka tidak tahu apa yang akan terjadi. Imbauan Paulus di ayat 29 dan 30 ini sebenarnya paradoks: orang- orang yang beristeri harus berlaku seolah-olah mereka tidak beristeri; orang-orang yang menangis, seolah-olah tidak menangis, dst. Sebenarnya Paulus sedang tidak membingungkan kita, karena ayat-ayat ini diucapkan agar jemaat Korintus selalu mengingat bahwa tugas utama mereka adalah melayani Tuhan atau memusatkan perhatiannya pada perkara Tuhan. Kita melihat dua pelajaran penting: [1] orang percaya dituntut untuk memikirkan pelayanan secara serius, bukan hanya kepentingan pribadi saja; [2] mereka yang serius dalam pelayanan harus juga perlu memperhatikan keseimbangan antara pelayanan dan keluarga, sehingga tanggung jawabnya dapat terlaksana dengan baik.

Renungkan: Tiap kita mempunyai kebutuhan dan pergumulan pribadi yang berbeda-beda. Bagaimana kita menjaga keseimbangan antara keduanya?

(0.25) (Ams 7:1) (sh: Tamu tak diundang (Rabu, 26 November 2003))
Tamu tak diundang

Tamu tak diundang. Begitu tahu bahwa tikus telah berada di dalam rumah, dengan sigap istri saya menyiapkan perangkap tikus. Keesokan harinya kami dapat melihat hasil tangkapan kami, yakni seekor tikus yang tergeletak tak berdaya. Tikus itu terperangkap karena ia hanya melihat makanan dan tidak melihat akibat dari memakan makanan di dalam perangkap tersebut.

Demikian pulalah dengan dosa perzinahan. Orang terperangkap karena hanya melihat kenikmatan yang ditawarkan meskipun sesaat dan tidak melihat bahaya yang terkandung di dalamnya. Setelah masuk ke dalam kenikmatan tersebut, seperti tikus tadi, ia menjadi tidak berdaya. Ia tidak sanggup melepaskan diri walau ia berkeinginan untuk melakukannya. Ia pasrah menunggu keputusan nasib ke mana akan membawanya kemudian (ayat 22,23). Penyebab terbelenggunya manusia dalam dosa perzinahan salah satunya adalah sepak terjang perempuan jalang atau tuna susila. Pekerjaan mereka tidak hanya untuk mencari nafkah. Mereka tidak peduli, apakah sasaran mereka sudah beristeri, berkeluarga atau masih pemuda (ayat 7). Dan laki-laki yang meladeni profesi mereka dikatakan Amsal sebagai laki-laki yang tak berakal budi, karena laki-laki itu tidak pernah memikirkan dampak dari hubungan tersebut. Disadari atau tidak, ia telah memasukkan dirinya ke dalam jaring-jaring maut yang berbahaya. Amsal menasihati, agar kita mewaspadai sepak terjang wanita jalang. Oleh karena itu Amsal memberikan cara-cara menghadapi mereka: Pertama, datang dan berseru kepada-Nya, hanya Dialah yang dapat menolong kita. Kedua, miliki komitmen yang teguh kepada didikan Allah. Ketiga, tidak membiarkan pikiran kosong, sehingga mengembara pada kesenangan yang membangkitkan hawa nafsu. Keempat, kendalikan nafsu dan belajar untuk hidup kudus.

Renungkan: Pada awalnya zinah menawarkan umpan yang harum, pada akhirnya zinah menyisakan bangkai.



TIP #05: Coba klik dua kali sembarang kata untuk melakukan pencarian instan. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA