Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 1 - 20 dari 21 ayat untuk berkepanjangan [Pencarian Tepat] (0.000 detik)
Pindah ke halaman: 1 2 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(1.00) (Yoh 5:5) (full: TIGA PULUH DELAPAN TAHUN. )

Nas : Yoh 5:5

Setelah menderita selama 38 tahun, orang ini telah mengalami kekecewaan yang berkepanjangan, karena tidak disembuhkan sambil tetap mengharapkan pertolongan dari Allah. Namun, akhirnya kesembuhan datang juga. Sebagian besar karena lamanya orang ini menderita maka Yesus dengan belas kasihan, berkenan untuk menolongnya. Jangan sekali-kali kita putus harap bahwa waktu Allah untuk mengulurkan tangan kepada kita mungkin segera akan datang.

(0.86) (Mzm 51:5) (full: DALAM KESALAHAN AKU DIPERANAKKAN. )

Nas : Mazm 51:7

Daud mengakui bahwa sejak bayi dia memiliki kecenderungan bawaan untuk berdosa; dengan kata lain, ia mengambil tanggung jawab penuh atas sifatnya yang berdosa. Setiap orang tercemar sejak lahir dengan suatu kecenderungan untuk mengikuti kesenangan dan keinginan diri sendiri, bahkan jikalau itu menyebabkan sakit atau penderitaan bagi orang lain

(lihat cat. --> Rom 5:12).

[atau ref. Rom 5:12]

Kecenderungan ini dapat dibersihkan dari kehidupan kita melalui penebusan di dalam Kristus saja dan dengan Roh Kudus yang mendiami kita

(lihat art. PEMBAHARUAN).

(0.71) (Kej 25:23) (full: DUA BANGSA. )

Nas : Kej 25:23

Kedua bangsa itu adalah bangsa Israel (keturunan Yakub) dan bangsa Edom (keturunan Esau). Permusuhan dan pertikaian berkepanjangan merupakan ciri khas hubungan kedua bangsa ini (mis. Bil 20:14-21; 2Sam 8:14; Mazm 137:7).

(0.57) (2Sam 17:1) (sh: Rencana manusia dan rencana Allah. (Senin, 06 Juli 1998))
Rencana manusia dan rencana Allah.

Salahkah kita berencana dan menyusun strategi? Tentu tidak. Kita memiliki akal untuk berpikir dan menyusun kiat yang terbaik. Usul serta nasihat Ahitofel sebenarnya sangat jitu! Serangan mendadak itu bisa mematahkan perlawanan Daud yang dalam keadaan letih dan terdesak serta dapat mempersingkat pertumpahan darah berkepanjangan. Tetapi walau manusia merencanakan, akhirnya Allah yang memutuskan apa yang harus terjadi! Apabila dalam hal mencabuli para gundik Husai tidak dimintai pendapat, justru dalam menghadapi usaha pelarian Daud, Absalom melibatkan Husai.

Adu penalaran. Nasihat Husai yang bertolakbelakang ternyata lebih didengar Absalom. Mengapa usul yang sebenarnya mencegah Absalom dari kemenangan itu yang didengar? Sebab usul itu lebih memompa egoisme Absalom. Pasukan besar yang terdiri dari seluruh rakyat Israel, tidakkah itu membanggakan dan lebih meyakinkan? Rasa kurang diri yang mungkin tersembunyi dalam diri Absalom ditutupi pula oleh nasehat tersebut yang sangat pandai memilih penggunaan bahasa (Bdk. ay "Daud diumpamakan seperti beruang marah")

Renungkan: Hal besar yang dalam pertimbangan manusia baik untuk melawan orang kepunyaan-Nya, bisa dibalikkan Allah untuk justru menjatuhkan dan menggagalkan rencana jahat itu.

(0.57) (Mzm 13:1) (sh: Tuhan tidak melupakan Anda (Minggu, 5 Januari 2003))
Tuhan tidak melupakan Anda

Pemazmur mengalami tekanan penderitaan begitu hebat, bagaikan seorang yang sedang sakit keras, hampir mati (ayat 4b). Penderitaan itu begitu berat bagi si pemazmur sampai seakan-akan Tuhan melupakan dia (ayat 2). Penderitaan yang dialami orang beriman menjadi teramat berat seolah lebih berat daripada yang ditanggung oleh orang tidak beriman, sebab kesungguhan imannya dan kenyataan yang diimaninya diuji kesejatiannya (ayat 3-5). Bagaimana memahami bahwa Allah mahakasih apabila orang yang beriman kepada-Nya dibiarkan menderita?

Namun, di tengah pergumulan itu, keyakinan si pemazmur tidak sampai goyah. Pemazmur percaya kepada kasih setia Tuhan, bahwa Tuhan menyelamatkan dan baik kepadanya (ayat 6). Di dalam penderitaan berkepanjangan itu, pemazmur belajar berseru bertalu-talu kepada Allah. Imannya dilatih untuk percaya teguh meski belum melihat (ayat 6). Pengharapannya dilatih agar mendoakan kepentingan kemuliaan Allah dan bukan kepentingan kenyamanannya sendiri (ayat 4,5). Melalui Mazmur ini kita sedikit beroleh kejelasan mengapa Tuhan tidak segera bertindak dalam kesempitan hidup kita. Justru karena ingin menyatakan kemuliaan-Nya lebih besar dan karena ingin kita mengenal Dia lebih dalam, Allah bertindak demikian.

Renungkan: Tatkala penderitaan membuat kita seolah ada dalam kesenjangan dari hadirat Allah, Allah sedang melatih iman dan harap kita untuk melihat dan melangkah lebih jauh.

(0.57) (Yes 51:9) (sh: Tuhan membebaskan (Selasa, 23 Februari 1999))
Tuhan membebaskan

Kehidupan bangsa Israel yang dijajah berbagai bangsa, pasti menempatkan mereka pada keadaan penuh dengan penderitaan, tekanan dan ketakutan. Bila tak berujung, maka hal ini bisa menimbulkan trauma berkepanjangan. Tetapi kini, keadaan sudah berubah. Betapa tidak! Tuhan berbicara, mengundang umat-Nya yang tertunduk di bawah hukuman-Nya, untuk menegakkan kepala. Tidak selamanya tangan-Nya terangkat dalam murka. Tuhan mencanangkan pembebasan, pengampunan dosa.

Konsekuensi pembebasan. Siapakah pada masa kini yang tak memikul beban? Anak muda yang harus menggalang masa depan dan hanya melihat kesuraman; orang tua yang oleh keadaan ekonomi menemui jalan buntu dalam usahanya; para pimpinan yang tak menemukan jalan keluar untuk mencegah terjadinya PHK, dlsb. Keadaan yang seolah tak berujung. Tetapi Tuhan angkat bicara. Kuasa yang telah membebaskan umat-Nya akan membebaskan kita pula. Percayakanlah keseluruhan hidup kita kepada-Nya, tentunya dengan konsekuensi, umat dituntut untuk berbicara, bersyukur dalam puji, memberitakan sukacita yang dari-Nya.

Renungkan: "Siapa menyembunyikan pelanggarannya tak akan beruntung, tetapi siapa mengakuinya dan meninggalkannya akan disayangi".

(0.57) (2Kor 2:5) (sh: Disiplin terhadap jemaat yang berdosa. (Kamis, 03 September 1998))
Disiplin terhadap jemaat yang berdosa.

Di surat pertamanya, Paulus menegur jemaat yang membiarkan warganya yang berdosa (">1Kor. 5:4-7). Rupanya teguran itu membuat mereka mendisiplin orang berdosa itu dengan berlebihan. Jika ada saudara yang harus didisiplin, sebenarnya seluruh jemaat harus turut sedih dengannya (ayat 5:5" context="true">5). Disiplin yang terlalu berat menyebabkan yang bersangkutan merasa sedih, kecewa dan tersudut, yang akhirnya nekad meninggalkan imannya sama sekali (ayat 7b). Disiplin adalah tindakan kasih (ayat 8) yang bertujuan memurnikan, bukan untuk menghukum, sampai orang undur dari iman.

Peraturan tentang disiplin. Pada masa kini jemaat kita perlu meninjau sikap dan tata tertib pelaksanaan disiplin terhadap warganya yang hidup bertentangan dengan firman Tuhan. Seperti Yesus, kita perlu tegas, namun mengasihi dan mengampuni, bukan lunak yang pada intinya adalah kasih yang palsu, yang akhirnya membawa kerusakan besar. Peraturan tentang disiplin memang harus dibuat untuk dijalankan. Motif utamanya ialah agar Iblis tidak berhasil melaksanakan kejahatannya (ayat 11).

Renungan: Jika kasih Kristus berkobar di antara kita, tak mungkin kita membiarkan sesama kita tetap dalam dosanya atau hancur dalam kesedihan berkepanjangan.

Doa: Tuhan, ajar kami menerapkan hukum kasih-Mu.

(0.57) (1Tes 5:12) (sh: Siapa layak beroleh dukungan dana? (Selasa, 18 November 1997))
Siapa layak beroleh dukungan dana?

Ada orang yang layak beroleh dukungan secara finansial, ada yang tidak. Siapa sajakah mereka? Yang layak kita dukung secara finansial ialah para hamba Tuhan yang bekerja keras. Sebagian dari mereka yang bekerja keras itu seringkali tidak beroleh dukungan dana memadai. Sikap hormat kita hendaknya juga diwujudkan dalam bentuk memperhatikan kebutuhan mereka akan dana. Yang tidak layak didukung ialah mereka yang karena bersikap ekstrim tentang kedatangan Tuhan, lalu tidak bekerja dan hidup tidak tertib.

Gereja Tuhan belum sempurna. Gereja Tuhan belum ada dalam kemuliaan. Orang-orang beriman bukan para malaikat yang sempurna, belum mengalami kebangkitan tubuh. Itu sebabnya di dalam gereja masih kita jumpai orang yang tawar hati, yang lemah, yang berbuat salah, yang kebiasaan ibadahnya salah, dlsb. Justru karena kita sedang menuju Hari kedatangan Tuhan, hari ketika Gereja dimuliakan, maka kita harus saling melayani agar kelemahan-kelemahan itu tidak berkepanjangan. Kekuatan untuk menjadi umat yang penuh daya tahan dan daya juang itu hanya terdapat dalam Roh Kudus. Jadi, jangan abaikan Roh Kudus, jangan abaikan karya dan karunia-karunia-Nya (ayat 19-22).

(0.50) (1Raj 20:1) (sh: Ahab sang penyembah berhala dan sang pemenang? (Jumat, 10 Maret 2000))
Ahab sang penyembah berhala dan sang pemenang?

Kalimat ini menggambarkan sebuah kesimpulan berdasarkan kenyataan    yang kontradiksi. Seharusnya seorang penyembah berhala    seperti Ahab yang kebejatan dan kebobrokan moralnya melebihi    Yerobeam, dihukum dan dihancurkan Allah. Tapi dalam peristiwa    ini, Ahab justru ditolong oleh Allah secara ajaib. Hanya    dengan 7232 orang, ia berhasil mengalahkan Benhadad raja Aram    yang dibantu oleh 32 kerajaan lainnya. Dengan kata lain dapat    dikatakan bahwa Allah masih mau terlibat dalam masalah luar    negeri Israel  walaupun Ahab sudah meninggalkan-Nya.

Seringkali kita berpikir mengapa Allah tidak menghukum    sebuah negara yang pemimpinnya korup, tak bermoral, dan    menindas hak azasi manusia dengan membiarkan bahkan    'mengizinkan' pembakaran gereja dilakukan. Mengapa Allah    tidak menunggangbalikkan negara yang demikian? Bahkan Allah    membuat keajaiban untuk menolong negara tersebut, walaupun    pemimpinnya tetap tidak bertobat, tapi negaranya bisa mulai    terlepas dari krisis yang berkepanjangan. Mengapa demikian?    Dimanakah kebijakan dan keadilan Allah?

Keterlibatan Allah mengalahkan Benhadad mempunyai dua alasan    yang kuat. Pertama, berdasarkan peristiwa sebelumnya di    Gunung Karmel, didapati bahwa rakyat Israel kembali mengakui    Allah adalah TUHAN dan memusnahkan nabi-nabi Baal. Kemudian    Allah sendiri yang menyatakan kepada Elia bahwa masih ada    7000 orang Israel yang tidak sujud menyembah Baal. Artinya    masih banyak umat-Nya yang setia kepada Allah. Kedua, Allah    dengan kasih dan kesabaran-Nya masih memberikan kesempatan    kepada Ahab untuk bertobat (ayat 13).

Renungkan: Allah selalu memperhitungkan dampak yang akan    dialami oleh umat-Nya yang hidup di antara masyarakat Israel    yang berdosa, dan juga dampak positif yang mungkin akan    muncul setelah Ahab bertobat, yaitu pertobatan seluruh    Israel. Peran kita sebagai umat-Nya amat besar bagi    kelangsungan berkat Allah bagi bangsa kita. Dan Allah tetap    dengan kesetiaan-Nya menunggu pertobatan menyeluruh bangsa    kita.

(0.50) (Ayb 3:1) (sh: Datanglah kepada-Nya (Jumat, 19 Juli 2002))
Datanglah kepada-Nya

Elisabeth Kubler Ross, yang terkenal dengan bukunya, Death and Dying, menulis bahwa dalam menghadapi kematian, manusia melewati beberapa tahapan reaksi, dan salah satunya ialah keputusasaan. Tampaknya kondisi seperti itulah yang sedang dialami oleh Ayub. Ia tidak hanya telah kehilangan orang-orang yang dikasihinya, harta bendanya, tetapi juga tubuhnya terancam kematian. Saat itu, selain napas, tidak ada lagi yang tersisa dalam kehidupannya.

Dalam keputusasaan, manusia sering kali berpikir untuk segera mengakhiri hidupnya. Begitu pula dengan Ayub. Ia berharap untuk tidak dilahirkan, sehingga tidak pernah ada di dunia ini (ayat 3). Hidup yang dijalani terlalu menyakitkan dan baginya saat itu, kematian jauh lebih baik daripada kehidupan. Munculnya pertanyaan "mengapa" sebanyak empat kali menunjukkan sesal dan derita yang begitu dalam. Ayub mulai bertanya kepada Allah. Di dalam pertanyaan-pertanyaan tersebut, terkandung kekesalan dan kekecewaan kepada Allah. Ayub mempertanyakan kasih dan kedaulatan Allah. Apakah untuk yang dialaminya ini Allah menciptakan manusia? Untuk sikap Ayub ini, Tuhan belum meresponinya. Itu berarti Ayub masih harus menatap dan meniti hidup yang penuh kesesakan ini.

Respons Ayub terhadap penderitaan berkepanjangan yang dialaminya, menunjukkan reaksi kita yang sebenarnya terhadap penderitaan, yaitu bahwa reaksi pertama akibat penderitaan yang kita alami adalah kemarahan. Hal itu kemudian terus berlanjut dengan kemunculan berbagai tuduhan dan gugatan kepada Allah. Kita mulai memperhitungkan kebaikan-kebaikan yang kita lakukan. Memang, sekuat dan seteguh apa pun kita, tidak dapat dipungkiri bahwa ketika menghadapi kesusahan kita tidak selalu kuat. Namun demikian, walau usaha mencari jawaban atas penderitaan batin yang kita alami tidak mengalami kemajuan atau mungkin jalan buntu, penderitaan itu sendiri akan membuahkan kemantapan dan keteguhan sikap iman kita kepada Tuhan.

Renungkan: Kepada siapakah kita berkeluh kesah selain kepada Dia yang memedulikan kita?

(0.50) (Mzm 102:1) (sh: Pengharapan saat sakit (Minggu, 16 Oktober 2005))
Pengharapan saat sakit

Mazmur ini mengajarkan kita bagaimana bersikap dalam menghadapi penderitaan. Setelah dimulai dengan doa permohonan awal (ayat 2-3), mazmur ini bisa dibagi menjadi tiga bagian, yaitu keluhan (ayat 4-12), pengharapan (ayat 13-23), dan permohonan (ayat 24-29).

Adalah wajar seseorang mengeluh saat ia sedang menderita. Sakit yang berkepanjangan sering membuat orang putus asa dan merasa ditinggalkan Tuhan. Perhatikan keluhan pemazmur di ayat 4-5,10-12, ia merasa hari-harinya terbaring di atas ranjang itu berlalu dalam kesakitan, tertekan, tanpa nafsu makan, remuk redam, dan tanpa daya sama sekali. Tuhan serasa jauh dan itulah yang juga diolok-olokkan oleh para musuh ketika mereka memakai namanya sebagai lambang orang yang dikutuk Allah (ayat 9).

Berbeda dari banyak mazmur ratapan yang biasanya melanjutkan keluhan dengan uraian tindakan Allah pada masa lampau sebagai dasar untuk berharap, di sini pemazmur langsung mengarahkan doanya kepada masa depan, kepada apa yang Allah akan perbuat. Pemazmur melihat ke depan kepada hal yang lebih luas daripada sekadar penyakitnya. Ia melihat Allah yang akan bertindak dalam sejarah umat-Nya untuk memulihkan mereka (Sion, Yerusalem) pada keadaan sebelum pembuangan (ayat 14,17,22) bahkan jauh melampauinya (ayat 23).

Akhirnya, pemazmur yang meyakini Allah yang berdaulat dan tidak berubah kasih setia-Nya (ayat 26-28), memohon agar pemulihan yang akan dialami Sion juga dialami dirinya. Dengan demikian hidupnya tidak akan tersia-siakan (ayat 24-25).

Orang Kristen mampu bertahan menghadapi penderitaan hidup ataupun sakit yang berat karena keyakinannya akan kasih setia Tuhan yang tidak pernah berkurang sedikit pun atas dirinya. Ia bisa mengeluh karena derita yang tak tertahankan, tetapi ia tidak akan menyangkal Tuhannya.

Responsku: ---------------------------------------------------------------- ----------------------------------------------------------------

(0.50) (Yes 29:17) (sh: Pengharapan karena anugerah (Kamis, 16 September 2004))
Pengharapan karena anugerah

Krisis berkepanjangan bisa membuat kita menjadi skeptis. Kita akan merasa sepertinya keadilan tidak mungkin lagi diperjuangkan dan Tuhan seolah tiada. Sebaliknya kita cenderung beranggapan bahwa keadaan sial, gagal, dan celaka merajalela berjaya mengalahkan kebenaran. Keadaan seperti ini dapat membuat kita tidak lagi memercayai Tuhan dan tidak lagi mengharapkan kebenaran akan ditegakkan. Perikop ini menegur sikap skeptis dan mengajak kita menaruh harapan besar kepada anugerah Allah.

Tuhan akan menyatakan anugerah-Nya untuk memulihkan Israel. Kata "hanya sedikit waktu lagi" menyiratkan bahwa masa anugerah itu akan segera datang (ayat 17). Masa anugerah ini memberikan penghiburan bagi Israel yang saat itu berada dalam kesulitan. Orang-orang yang sengsara dan miskin akan bersukaria dan akan memuji Allah Israel (ayat 19). Sebaliknya, Allah akan menghabisi orang-orang yang menindas sesamanya dan menghina hukum-Nya. Dia juga akan membinasakan orang berdosa, orang yang suka memfitnah, orang yang mencegah perbuatan jahat dihukum, dan orang yang suka menyebarkan cerita bohong dengan tujuan supaya orang jujur tidak mendapat keadilan (ayat 20-21). Masa anugerah ini juga akan membawa dampak perubahan yang lain. Yaitu orang-orang bodoh akan dapat mengerti dan menjadi bijaksana bahkan orang-orang yang sering menggerutu akan senang untuk diajari berbagai pengetahuan (ayat 24). Pembelajaran yang terjadi dalam diri orang tersebut bukan karena paksaan, tetapi oleh kerelaan. Kerelaan yang "ditumbuhkan" karena anugerah Allah hadir bagi Israel.

Masa anugerah Allah tersebut juga terjadi bagi kita pada masa kini. Orang Kristen memiliki kepastian terhadap anugerah Tuhan itu oleh karena kematian dan kebangkitan Allah Yesus atas maut. Atas dasar karya Kristus itu, Roh Allah mengoperasikan anugerah Tuhan itu kedalam hidup kita.

Renungkan: Orang yang mengalami anugerah Allah akan meninggalkan sikap skeptis dan menjadi bersikap yakin bahwa kekudusan Allah pasti akan menang.

(0.50) (Yeh 35:1) (sh: Konflik schakmat (Senin, 12 November 2001))
Konflik schakmat

Apa akibatnya bila konflik berkepanjangan terjadi dari generasi ke generasi? Generasi sekarang hanya mendapatkan getah dari masa lampau. Mereka tetap saling membenci, meskipun kadang alasannya tidak diketahui dengan jelas atau sudah tidak ada hubungannya dengan hidup mereka; dapat dikatakan sebagai konflik schakmat.

Setelah Yerusalem direbut tahun 587 sM, Yehuda tidak memiliki pemerintahan yang efektif untuk melindungi daerahnya. Situasi ini dimanfaatkan oleh orang-orang Edom untuk menjarah harta milik orang Yehuda (bdk. 36:5), suatu perwujudan balas dendam atas konflik tak kunjung padam.

Maka, datanglah firman Tuhan kepada para pencari kesempatan ini. Hukum "mata ganti mata" akan berlaku untuk pegunungan Seir (istilah lain untuk Edom), bahkan bencana yang lebih dahsyat akan menimpa mereka. Pesan Yehezkiel tersebut merupakan suatu penguatan agar bangsa Israel mau belajar berharap dan percaya pada Allah mereka yang adil. Bangsa Edom akan dihukum karena telah memperlakukan saudara mereka dengan keji.

Tudingan kepada bangsa Edom dapat dilihat pula dalam kaitannya dengan bagaimana mereka memandang kesatuan dengan Yehuda. Sejak bangsa Israel pecah menjadi kerajaan utara dan selatan, bangsa-bangsa lain melihat Efraim (Israel) dan Yehuda sebagai 2 negara yang berbeda. Namun demikian, kita dapat melihat bahwa Yehezkiel sangat menghindari kesan keterpecahan itu, demikian juga sejarawan dalam 1 dan 2 Raja-raja. Karena itulah kita akan kaget ketika melihat bahwa Edom tetap melihat Efraim dan Yehuda sebagai 2 bangsa yang terpisah: suatu sikap kebencian yang amat dalam (ayat 10). Edom tidak memandang kesatuan sebagaimana Allah memandangnya.

Renungkan: Bila Anda terjebak konflik tak berkesudahan, hati-hati agar Anda tidak jatuh ke dalam niat jahat. Kesatuan akan menimbulkan kekuatan, kedamaian, dan kemenangan. Meskipun sulit untuk dicapai, tetapi kesatuan layak diperjuangkan. Dalam situasi schakmat, balikkan papan caturnya!

(0.50) (Am 1:1) (sh: Kejahatan politik menghancurkan bangsa (Rabu, 16 Juli 2003))
Kejahatan politik menghancurkan bangsa

Di zaman ini kita mengenal negara-negara super power. Sebutan itu mengindikasikan kejayaan, kekuasaan, dan kekuatan yang melebihi negara-negara lain. Berarti bangsa-bangsa yang tidak setangguh mereka tunduk di bawah kekuasaan mereka.

Teks Amos hari ini mengungkapkan bahwa ada kuasa dan pemerintahan yang lebih tinggi, yang kekuatan dan kekuasaannya tidak dapat dilampaui oleh pemerintahan negara super power sekalipun. Bahkan bangsa-bangsa di seluruh dunia harus mempertanggungjawabkan segala perbuatan mereka, dan tunduk pada kuasa dan pemerintahan Allah. Hal itu telah Allah tetapkan (ayat 1:3,6,9,11,13, 2:1). Bila kedapatan ada bangsa yang melakukan perbuatan jahat, Allah tidak kompromi. Siapa pun tidak akan mampu menghalangi kehendak- Nya. Ungkapan "tiga bahkan empat perbuatan jahat" menunjuk bahwa Allah tidak bertindak semena-mena tetapi adil karena alasan yang benar. Kejahatan yang dibongkar Amos ini kebanyakan adalah kejahatan politik seperti dehumanisasi (menghilangkan harkat manusia), membantai dan meniadakan keberadaan bangsa, suku, atau penganut kepercayaan lain dengan kekerasan, dlsb. (ayat 1:4,5,7,8,10,12,14,15; 2:2,3). Tuhan melawan penggunaan kekerasan seperti itu.

Firman Tuhan menjunjung tinggi sikap kasih persaudaraan, rekonsiliasi (ayat 9,11). Kita perlu menyadari bahwa bangsa kita hancur, karena tindakan dehumanisasi berkepanjangan. Beberapa hal penting dapat kita wujudkan apabila kita ingin bangkit dari keterpurukkan bangsa kita: [1] kembalikan semangat kasih persaudaraan; [2] hapuslah segala bentuk dan sikap mengotak-kotakkan bangsa hanya karena doktrin atau SARA; [3] seluruh komponen bangsa harus secara bersama memperjuangkan dan menghargai kehidupan.

Renungkan: Seperti Allah menuntut tanggung jawab kehidupan bangsa-bangsa, begitu jugalah Allah memperlakukan bangsa kita.

(0.50) (Mat 14:13) (sh: Hati yang peka (Minggu, 6 Februari 2005))
Hati yang peka

Yesus peka akan keadaan orang banyak. Mereka kekurangan makanan. Timbullah belas kasihan Yesus. Jika pada Markus 6:34 belas kasihan Yesus timbul karena orang banyak seperti domba tanpa gembala, di sini belas kasihan Yesus muncul karena kebutuhan fisik. Orang banyak tidak mempunyai makanan. Yesus juga peka akan pendengar-pendengar-Nya. Meski jumlah mereka banyak, Ia masih memiliki waktu dan kesempatan untuk berbicara dan melayani mereka secara pribadi.

Siapa yang harus memberi mereka makan? Yesus melibatkan para murid. Yesus berhati peka, dan Ia ingin para murid-Nya pun peka bahkan sedia memberi. Murid-murid hanya memiliki lima roti dan dua ikan. Jelas tidak cukup untuk lebih lima ribu orang (ayat 21). Masih dibutuhkan sedikitnya 5000 roti dan 5000 ikan. Jumlah yang mustahil. Akan tetapi, di hadapan Yesus bukan jumlah yang membuat mustahil atau tidak. Segala hal yang dipersembahkan kepada-Nya, diterima-Nya, diberkati, dilipatgandakan. Hasilnya? Lima roti dan dua ikan yang telah diberkati Yesus itu membuat semua orang kenyang. Bahkan ada sisa 12 bakul.

Tidak cukup kita memiliki Yesus, kita harus juga membagi keberkatan dalam Yesus itu kepada sesama kita yang berkekurangan. Terlibat dalam berbagai pelayanan rohani memang baik, tetapi itu tidak boleh membuat kita beralasan untuk mengabaikan kebutuhan dalam hal materiil yang dialami banyak orang di sekitar kita. Krisis berkepanjangan di Indonesia menyebabkan banyak saudara-saudara kita kekurangan gizi dan nutrisi. Berilah mereka makan. Caranya? Salah satunya adalah dengan memberikan pelatihan yang memberdayakan mereka sehingga terbuka kesempatan untuk mencari makanan sendiri. Tanpa pemberdayaan ini mereka akan terus kelaparan.

Renungkan: Masihkah ada potensi dan milik yang Anda genggam sendiri dan tidak rela Anda serahkan untuk Yesus pakai memberkati orang lain?

(0.50) (Luk 4:21) (sh: Ketidakpercayaan mengakibatkan penolakan (Rabu, 7 Januari 2004))
Ketidakpercayaan mengakibatkan penolakan

Krisis kepercayaan masyarakat dalam maupun luar negeri terhadap para pemimpin dan keadaan Indonesia sekarang ini nampaknya berkepanjangan. Masyarakat bergolak mulai dari menolak kebijakan-kebijakan yang pemerintah buat sampai kepada menuntut agar para pemimpin itu “lengser”. Di luar negeri, banyak perusahaan yang ragu-ragu untuk berinvestasi karena tidak percaya akan sistem keamanan negara kita.

Yesus pun mengalami “krisis” penolakan di Nazaret. Alasannya adalah karena penduduk Nazaret tidak dapat percaya bahwa Yesus, yang terdaftar sebagai penduduk kota itu, yang ayahnya seorang tukang kayu, ternyata adalah Mesias yang dinubuatkan oleh Yesaya. Padahal ada banyak hal yang bisa ditunjukkan untuk membuktikan kebenaran bahwa Yesus adalah Mesias.

Yesus memaklumi penolakan ini bahkan secara sadar Yesus mengatakan bahwa seorang nabi memang tidak pernah dihormati di tempat asalnya. Yesus memperkuat pernyataan-Nya tersebut dengan mengungkapkan sikap nenek moyang mereka (Israel) terhadap nabi-nabi Allah, seperti Elia dan Elisa. Orang-orang Israel tidak memikirkan dampak dari penolakan tersebut terhadap generasi selanjutnya di hadapan Allah. Kabar baik yang dibawa oleh nabi-nabi itu yang seharusnya untuk mereka dengar karena berhubungan dengan masa depan mereka sebagai umat, akhirnya diberikan kepada orang-orang non Yahudi, janda di Sarfat dan Naaman, orang Siria (ayat 24-27).

Reaksi orang banyak terhadap komentar Yesus adalah kemarahan yang hebat sehingga mereka mau membinasakan Yesus. Reaksi itu membuktikan kata-kata Yesus benar. Penolakan terhadap misi Yesus berakar dari ketidakpercayaan mereka.

Renungkan: Kepercayaan kepada Yesus akan membawa kepada penerimaan dan penyembahan yang sejati. Apakah Anda sudah percaya dan menerima Dia dalam hidup Anda?

(0.50) (Kol 2:16) (sh: Antara tradisi, budaya dan iman Kristen (Selasa, 20 April 2004))
Antara tradisi, budaya dan iman Kristen

Tidak dapat disangkal bahwa masih ada orang Kristen masa kini yang mengaku percaya kepada Kritus, tetapi masih sering menempatkan secara berdampingan tradisi agama dan budaya dengan iman Kristen (ayat 18-19). Keadaan ini terus berkepanjangan karena masing-masing dirasakan kepentingan dan manfaatnya oleh masing-masing penganut. Sehingga, agar keduanya tetap dapat memiliki arti dalam hidup akhirnya berlakulah prinsip kompromi dan menghalalkan segala cara. Menurut Anda, apakah pemikiran sedemikian dapat dibenarkan dalam pemahaman iman Kristen kita?

Dalam hal ini, Paulus tidak menentang pemberlakuan tradisi dan budaya apalagi memerintahkan jemaat Kolose untuk meninggalkan hal tersebut. Yang ditentang oleh Paulus adalah sikap jemaat yang seringkali tidak dapat memilah-milah keberadaan tradisi dan budaya dalam praktik imannya hingga akhirnya terjebak pada sikap sinkretisme. Misalnya, kebiasaan selektif pada makanan harus terus dipraktikkan meskipun sudah menerima Kristus dalam hidupnya (ayat 16,17, 20-23).

Nasihat ini sebenarnya khusus Paulus tujukan kepada orang-orang Kristen yang bukan Yahudi. Namun, tidak jarang orang-orang Yahudi selalu mempersalahkan mereka karena tidak melakukan hukum-hukum Yahudi yang mencakup berbagai peraturan. Paulus menegaskan bahwa hukum-hukum itu sudah digenapi di dalam Kristus. Yang perlu jemaat patuhi ialah ajaran-ajaran Kristus (ayat 20). Kristus sudah menang atas maut. Iblis sudah dikalahkan-Nya. Di dalam Dia, kita mengambil bagian dalam kemenangan-Nya.

Camkanlah: Orang Kristen yang menomorsatukan kekuatan tradisi dan budaya, dan mengabaikan Kristus bukan sedang maju dalam kerohanian tetapi mundur menjauhi imannya. Hakikat kerohanian Kristen bukan pantangan makanan dan seks, dlsb. Hakikat iman Kristen ialah memusatkan perhatian dan iman kita kepada Kristus.

(0.43) (1Raj 14:21) (sh: Zaman keemasan itu telah berlalu (Rabu, 23 Februari 2000))
Zaman keemasan itu telah berlalu

Putra mahkota penerus kerajaan Israel adalah Rehabeam. Dicatat di awal dan akhir pasal ini bahwa Rehabeam adalah putra Salomo dengan Naama, perempuan Amon. Bangsa Amon, meski keturunan Lot, sangat memusuhi Israel. Lebih dari itu bangsa Amon adalah penyembah dewa-dewa, antara lain dewa Milkon dan Molokh. Dewa-dewa itu sangat menjijikkan Tuhan. Berulang kali Tuhan telah melarang umat pilihan-Nya menerima apalagi melakukan perkawinan dengan bangsa Amon (Ul. 23). Tetapi justru Salomo menikahi Naama dan ikut dalam penyembahan para dewa Amon.

Sampai setelah alih generasi, penyembahan kepada dewa-dewa Amon tetap dilakukan. Ia mendirikan tempat-tempat pengorbanan untuk membakar anak hidup-hidup agar dewa Molokh memberikan berkat-berkat yang diinginkan. Pelacuran bakti, ibadah kepada dewa-dewi yang dilakukan bangsa Kanaan. Ibadah yang disertai tindakan pelacuran ini memohon kepada para dewa agar tanah, ternak, dan hasil panen berlimpah ruah. Berpaling kepada dewa- dewa berarti membelakangi atau menolak Allah. Maka kehancuran demi kehancuran terus terjadi, kerajaan diserang, perisai emas dan perbendaharaan rumah Tuhan dijarah. Rehabeam mengalami krisis politik dan ekonomi yang dahsyat. Tak ada lagi perisai emas, simbol kejayaan dan kekayaan kerajaan, perang saudara terus meletus, rumah Tuhan yang menjadi simbol kehadiran Tuhan pun rusak. Ini memperlihatkan bahwa Tuhan tidak lagi berkenan dan memberkati umat-Nya.

Sumber hancurnya sebuah kerajaan/negara bilamana ibadah kepada Tuhan tidak lagi menjadi yang utama. Akibatnya terjadi kehancuran moral baik dalam hidup bermasyarakat sampai pada seksualitas. Kebenaran dan keadilan tidak lagi disuarakan. Bahkan yang menyuarakan kebenaran dan memperjuangkan keadilan dibungkam dan dihabisi hak-haknya, sampai nyawa pun melayang. Bukankah ini juga terjadi di Indonesia? Meski masih banyak orang pergi ke gereja, namun kuasa ibadah itu tak mampu "menyeruak" ke luar dari gedung gereja. Akibatnya krisis yang dialami makin berkepanjangan, perang saudara terus-menerus dan Indonesia makin terpuruk.

Renungkan: Hanya dengan pertobatan, reformasi sejati pasti terjadi baik di dalam diri maupun dalam tindakan, dan akan membuahkan tatanan masyarakat dan pemerintahan yang diberkati Tuhan.

(0.43) (Yer 6:1) (sh: Gereja dan penyakit sosial masyarakat (Selasa, 5 September 2000))
Gereja dan penyakit sosial masyarakat

Hans Kung - seorang teolog Roma Katolik pernah mengatakan: 'Jika Gereja tidak taat kepada Kepala Gereja dan firman-Nya, Gereja tidak dapat bertumbuh Pertumbuhan sejati di dalam Gereja terjadi ketika Kristus memasuki dunia melalui pelayanan Gereja-Nya di dalam sejarah'. Walaupun kita tidak setuju terhadap keseluruhan teologinya, apa yang Hans Kung katakan tentang pertumbuhan Gereja itu adalah benar.

Bangsa Yehuda mengalami kehancuran bukan semata-mata disebabkan oleh kekuatan, kedahsyatan serangan, dan siasat dari bangsa-bangsa lain (1, 5-6), namun karena ketidaktaatan mereka kepada Allah dan firman-Nya (6, 8, 11-12, 19-21). Mereka tidak memperhatikan, tidak taat, bahkan melecehkan dan menjadikan firman Tuhan sebagai bahan tertawaan (10). Secara sengaja dan sadar mereka menutup telinga, menentang, dan menolak firman yang Allah sampaikan melalui hamba-hamba-Nya (16-17, 19). Padahal ketaatan kepada firman-Nya merupakan bukti mutlak dari ketaatan kepada Allah dan persembahan yang paling harum di mata Tuhan (20). Bangsa Yehuda menderita penyakit dan luka-luka sosial masyarakat yang sudah kronis (7, 14). Sementara itu para pemimpin rohani mereka tidak berusaha mengobati justru membiarkan dan meninabobokan mereka dengan khotbah-khotbah yang enak di telinga dan hati yaitu Damai sejahtera! Damai sejahtera!

Penyakit dan luka sosial masyarakat zaman kini berbeda dengan zaman bangsa Yehuda. Kerusuhan yang berkepanjangan di Ambon, Aceh, dan Poso merupakan bukti bahwa manusia sudah tidak lagi menghargai sesamanya. Demi ideologi, golongan, dan agama, manusia akan memangsa sesamanya. Amukan massa yang membakar hidup-hidup pencuri sepeda motor merupakan bukti jauh di dalam masyarakat tersembunyi gejolak emosi dan amarah yang siap meledak setiap saat untuk menghancurkan dan membinasakan sesama dan segala harta benda. Belum lagi tayangan sinetron lokal maupun barat yang selalu mengagungkan harta dan kemewahannya dalam kehidupan manusia, membuat masyarakat Indonesia berlomba mendapatkan kekayaan secara cepat dan mudah.

Renungkan: Apakah gereja hanya akan mengkhotbahkan: 'Damai sejahtera bagi bumi! Damai sejahtera bagi bangsa Indonesia' sementara penyakit sosial masyarakat tetap menjalar?

(0.43) (Mat 6:19) (sh: Harta dan manusia (Rabu, 17 Januari 2001))
Harta dan manusia

Tarif listrik, PAM, dan harga BBM yang naik, bahkan baru-baru ini harga gas naik hingga 40%, menambah beban masyarakat yang masih dalam perjuangan mengatasi krisis ekonomi yang berkepanjangan. Dalam kondisi demikian, respons wajar yang muncul adalah kuatir dan bekerja mati- matian, sampai menghalalkan segala cara untuk memenuhi kebutuhannya. Bagaimana Kristen harus bereaksi dalam situasi seperti ini?

Dalam kondisi seperti sekarang ini ajaran Yesus sangat relevan (ayat 19-20) sebab banyak orang menjadi egois dan memberikan nilai mutlak kepada uang dan harta. Yesus mengingatkan bahwa tujuan Kristen adalah mengumpulkan harta yang jauh lebih mulia dan bernilai kekal, yaitu harta surgawi. Harta ini dapat berupa apa pun yang bermakna mulia dan kekal, yang dihasilkan karena berbagi dengan yang kekurangan, memaafkan sesama, menderita bagi Kristus, berbuat kebaikan, dlsb. Itulah harta yang terindah yang harus dikumpulkan oleh Kristen dengan segenap hati (ayat 21). Namun melakukan itu tidaklah mudah sebab hidup pada hakikatnya adalah masalah perspektif (ayat 22-23). Kristen harus waspada agar tidak mudah tergiur dengan apa yang ia lihat. Kristen juga harus sadar bahwa dalam hubungannya dengan harta, Kristen dituntut untuk bersikap tegas antara diperhamba dan memperhamba. Ketika ia memperhamba harta berarti ia diperhamba oleh Allah, demikian pula sebaliknya (ayat 24).

Lalu bagaimana dengan kekuatiran? Apakah dalam situasi ekonomi yang sulit Kristen tidak boleh kuatir akan masa depan keluarga dan anak-anaknya? Yesus tidak pernah mengatakan bahwa menguatirkan pemenuhan kebutuhan dasar tidaklah salah. Yesus hanya mengatakan reaksi itu tidak perlu. Banyak orang dicekam kekuatiran karena mereka menghadapi masa depan yang tidak pasti. Kristen yang mempunyai hubungan pribadi dengan Allah, bergantung kepada Allah yang tidak hanya mengetahui namun juga mengontrol masa depan.

Renungkan: Ketika kita menyadari betapa Allah mengasihi kita, kita tidak lagi merasakan tekanan untuk mengejar-ngejar harta. Hal ini yang akan membebaskan kita untuk menetapkan prioritas kita yaitu mencari dahulu kerajaan-Nya dan kebenaran- Nya. Karena itu betapa bersukacitanya Kristen sebab ia tidak perlu menguatirkan apa pun kecuali hidup untuk menyenangkan Allah.



TIP #13: Klik ikon untuk membuka halaman teks alkitab dalam format PDF. [SEMUA]
dibuat dalam 0.08 detik
dipersembahkan oleh YLSA