Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 1 - 15 dari 15 ayat untuk jabatannya [Pencarian Tepat] (0.000 detik)
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(1.00) (Neh 12:1) (jerusalem) Ini daftar imam-imam dan orang Lewi yang kembali dari pembuangan di waktu Zerubabel dan Yesua. Hanya nama-nama yang disebut tidak ada dalam Ezr 2:36-39. Sebenarnya orang-orang itu sezaman dengan imam besar Yoyakim, Neh 12:12-21. Dengan maksud memperkokoh hak orang-orang itu atas jabatannya mereka dikatakan sudah pulang bersama Zerubabel dan Yesua dahulu.
(1.00) (Mat 9:10) (jerusalem: orang berdosa) Orang yang karena kelakuannya sendiri atau karena jabatannya mendapat nama buruk, Mat 5:46+, menurut pandangan Yahudi menajiskan dan tidak boleh diajak bergaul. Terutama mereka agaknya tidak menepati sekian banyak hukum mengenai makanan yang halal dan haram. Karena itu ada masalah apakah orang boleh makan bersama mereka, Mar 7:3-4,14-23 dsj; Kis 10:15+; Mat 15:20+; Gal 2:12; bdk 1Ko 8-9; Rom 14.
(1.00) (Kis 13:3) (jerusalem: meletakkan tangan) Menurut Kis 14:26 (bdk Kis 15:40) tindakan jemaat ini rupanya mengajukan kepada karunia Allah misionaris-misionaris baru, yang dipilih, Kis 13:2, dan diutus Kis 13:4, oleh Roh Kudus itu. Jadi upacara ini tidak sama artinya dengan yang disebutkan dalam Kis 6:6, yang dengannya ketujuh itu menerima jabatannya dari para rasul; Bdk 1Ti 4:14+.
(0.86) (Yoh 10:34) (jerusalem: kamu adalah allah) Perkataan itu tertuju kepada para hakim yang disebut "ilah" secara kiasan karena jabatannya. Sebab memanglah "penghakiman berasal dari Allah", Ula 1:17; 19:17; Kel 21:6; Maz 58. Dengan sebuah argumentasi "a fortiori", sebagaimana lazim di kalangan para rabi, Yesus mengambil kesimpulan: jangan berteriak: Hojat, mana kala Yang Kudus dari Allah dan UtusanNya menyebut diriNya Anak Allah. Selanjutnya nasib Yesus terkait (bdk Yoh 19:7) pada gelar "Anak Allah" itu, Yoh 10:36; bdk Yoh 5:25; 11:4,27; 20:17,31. Lihat Mat 4:3+.
(0.86) (Ibr 4:14) (jerusalem: semua langit) Untuk pertama kalinya disebutkan langit/sorga, di mana menurut pandangan Ibr Kristus menunaikan jabatanNya sebagai Imam Besar. Ia duduk di sebelah kanan Allah, Ibr 1:3; 8:1. Bersama dengan Allah Ia termasuk ke dalam hal-hal yang tidak tergoncangkan dan tetap: korbanNya dipersembahkan satu kali untuk selama-lamanya, 7:26-27, dan mendapat nilai sempurna dan kekal, Ibr 8:1-4+; Ibr 9:11-12, 23-24. Pokok pengharapan Kristen ialah penyelesaian keselamatan itu dalam Kota Sorgawi, Ibr 9:28; 12:22-24.
(0.71) (1Raj 19:16) (full: ELISA ... HARUSLAH KAUURAPI ... MENGGANTIKAN ENGKAU. )

Nas : 1Raj 19:16

Allah menyuruh Elia mengurapi Elisa untuk menjadi penggantinya. Perhatikan bahwa yang diurapi untuk jabatannya bukan hanya raja dan imam, tetapi juga nabi. Elisa bertugas untuk

  1. (1) melayani Elia,
  2. (2) menolong Hazael (raja Aram) dan Yehu (raja Israel) untuk mengalahkan musuh-musuh Allah (ayat 1Raj 19:16-17), dan
  3. (3) memberitakan firman Allah kepada kaum sisa yang benar (ayat 1Raj 19:18). Pelayanan Elia dan Elisa meliputi jangka waktu 75 tahun (875-800 SM, sepanjang masa pemerintahan Ahab, Ahazia, Yoram, Yehu, Yoahas, dan Yoas). Elisa menjadi hamba yang setia kepada nabi atasannya dan dikenal sebagai "yang dahulu melayani Elia" (2Raj 3:11).
(0.57) (1Tim 4:14) (jerusalem: penumpangan tangan) Penumpangan tangan merupakan suatu upacara menyerahkan salah satu rahmat atau karunia, Ibr 6:2; dapat juga sebuah berkat saja, Mat 19:15, atau cara menyembuhkan orang sakit, Mat 9:18 dsj; Mar 6:5; 7:32; 8:23-25; 16:18; Luk 4:40; 13:13; Kis 9:12,17; 28:8, dan lagi upacara untuk memberikan Roh Kudus kepada mereka yang sudah dibaptis. Kis 1:5+; akhirnya penumpangan tangan merupakan juga upacara guna menguduskan orang bagi jabatan kegerejaan tertentu, Kis 6:6; 13:3, seperti dalam ayat ini dan dalam 1Ti 5:22+; 2Ti 2:6. Mulai dengan saat yang disinggung Paulus Timotius secara tetap mempunyai karunia, sebuah "Karisma" ilahi 1Ko 12:1+, yang oleh karenanya Timotius memangku jabatannya. Mengenai peranan "nabi-nabi" dalam hal itu, bdk 1Ti 1:18. Ada yang menterjemahkan bagian kalimat ini sbb: penumpangan tangan untuk menjadi penatua.
(0.57) (Bil 22:36) (sh: Siapa memakai siapa (Selasa, 9 November 1999))
Siapa memakai siapa

Tidak seharusnya Balak dan Bileam berkoalisi (melakukan kerjasama), mengingat konsep pemikiran mereka berbeda. Balak sangat bernafsu mengutuk dan menghancurkan Israel, sehingga ia yakin bahwa melalui harta ia dapat memakai Bileam untuk mewujudkan ambisi tersebut. Bileam sudah tahu bahwa Allah telah menegaskan apa yang harus ia katakan, tetapi tetap memanfaatkan kesempatan itu, dengan memakai jabatannya untuk mengeruk keuntungan, kekayaan, dan kenikmatan dari Balak bagi dirinya. Orang yang dibutakan karena harta mudah diperalat orang lain.

Nafsu yang membutakan. Bila Balak memperhatikan perkataan Bileam, maka dia pasti akan membatalkan kerjasamanya karena ada keraguan akan keberhasilan misi ini. Nafsu untuk menghancurkan pihak lain sudah membuatnya buta dan tidak peka terhadap situasi. Jika Bileam memperhatikan perkataan Allah, ia pasti akan membatalkan koalisinya karena ia tahu pasti tidak akan berhasil. Tetapi karena ia bernafsu akan kekayaan dan kenikmatan hidup (40), ia tetap melakukan koalisi. Puncak kebutaan mereka adalah mendirikan dan memberikan persembahan sebelum mengutuki Israel. Mereka menjadi tidak mengerti, khususnya Bileam, bahwa persembahan dan korban kepada Yahweh akan sia-sia tanpa iman dan ketaatan yang sesuai kehendak Allah.

(0.57) (Mzm 78:32) (sh: Kekerasan hati Israel. (Sabtu, 15 Agustus 1998))
Kekerasan hati Israel.

Perbuatan ajaib Tuhan yang silih berganti, begitu mudah dilupakan oleh umat-Nya. Mereka bertobat dan ingat akan Tuhan hanya tatkala murka Tuhan membuat mereka mengalami berbagai kesulitan. Banyak di antara mereka yang terbunuh di padang belantara. Sesaat umat Israel sadar dan kembali menyembah Allah. Tuhan pun mengasihi dan mengampuni mereka. Perjalanan berpuluh tahun umat Israel di padang pasir itu, adalah cara Tuhan memberikan bangsa pilihan-Nya ini pelbagai pelajaran yang keras dan pahit. Melalui tindakan-tindakan-Nya, Tuhan mengajar dan menghajar mereka.

Tuhan tidak putus asa. Dosa tidak mengenal perbedaan zaman atau kebudayaan. Kecenderungan Israel mengecewakan hati Allah menggambarkan pula kehidupan kita. Banyak orang kini hilang pekerjaan dan memikul berbagai penderitaan, baik disebabkan oleh dosa-dosa mereka sendiri tetapi kebanyakan karena dosa-dosa pihak lain yang menggunakan kekuasaan dan jabatannya dalam dosa. Masihkah Tuhan mendengar doa-doa orang yang menderita? Menerima pertobatan kita? Di dalam nama Yesus Kristus, Tuhan mendengar seru doa kita. Jangan putus asa dan undur dari hadirat-Nya kapan pun.

Doa: Angkat dan ringankanlah tekanan tanganMu dari bangsa kami yang sedang menderita, ya Bapa di sorga. Berilah terang firman-Mu, supaya kami tak menyimpang ke jalan yang salah.

(0.50) (1Sam 16:14) (jerusalem) Mula-mula ada dua tradisi mengenai caranya Daud menggabungkan diri dengan raja Saul. Menurut satu tradisi Daud dipanggil oleh Saul sebagai biduannya, lalu Daud menjadi biduanda raja, 1Sa 16:14-23. Karena jabatannya itu Daud turut maju perang melawan orang Filistin, 1Sa 17:1-11; ia ternyata unggul dalam pertempuran seorang melawan seorang, 1Sa 17:32-53 (bercampur dengan tradisi kedua). Menurut tradisi lain Daud adalah seorang gembala muda yang tidak dikenal Saul. Ia datang menengok kakak-kakaknya yang turut berperang bersama dengan Saul. Pada saat itu juga seorang pendekar Filistin tampil menantang orang Israel, 1Sa 17:12-30 (1Sa 17:31 berupa ayat penyambung, lalu kedua tradisi itu bergabung, 1Sa 17:32-53). Kemudian Saul mendatangkan pahlawan muda itu dan Daud masuk hamba istana Saul, 1Sa 17:55-18:5
(0.50) (2Raj 13:1) (sh: Kesempatan yang disia-siakan (Minggu, 26 Juni 2005))
Kesempatan yang disia-siakan


Pada nas ini, penulis kitab II Raja beralih menyoroti pemerintahan dua raja Israel, Yoahas dan Yoas. Alkitab mencatat bahwa keduanya sama, yakni melakukan dosa yang dilakukan Yerobeam.

Mereka tidak meninggalkan dosa penyembahan berhala yang telah menjadi dosa nasional Israel. Mungkin karena dosa ini dilakukan turun-temurun. Yoahas seharusnya bersyukur untuk kesempatan menjadi raja Israel selama 17 tahun. Namun, masa jabatannya itu disinya dengan melakukan apa yang jahat di mata Tuhan (ayat 2). Kekuasaan memang dapat membutakan seseorang. Inilah yang terlihat dari sikap Yoahas. Mungkin ia berpikir, "Mengapa harus bersusah payah memotong dan mencabut dosa yang telah ditanamkan Yerobeam?" Mungkin pula ia seorang penganut falsafah "diam itu emas." Dengan berbuat demikian Yoahas telah mendukakan hati Allah. Akibatnya, Hazael diijinkan-Nya menekan Israel (ayat 3-4).

Yoas, anaknya, juga tidak melakukan perubahan apa pun. Kekuasaan yang dimilikinya digunakan untuk tetap melakukan kejahatan "lama" yakni penyembahan berhala. Ia tidak juga peka melihat kuasa Allah Israel melebihi kuasa patung anak lembu itu. Padahal, pada zaman ayahnya memerintah, Allah telah memberikan seorang penolong (ayat 5-6). Meski demikian, Allah mengaruniakan kesempatan menjadi raja Israel selama 16 tahun dan keamanan sepanjang hidupnya. Anugerah-Nya sedalam ini tak juga dilihat oleh Yoas untuk berpaling pada Allah (ayat 10-13).

Memang sulit keluar dari dosa yang telah berakar pada kebudayaan suatu bangsa, seperti dosa korupsi dan manipulasi. Apalagi jika dosa itu telah menjadi budaya di dalam keluarga bahkan gereja. Namun, jika akibat yang harus kita tanggung adalah hukuman Allah, untuk apa kita ikuti? Relakah kita binasa oleh karena dosa-dosa itu?

Camkan: Jangan mengira karena dosa sudah menjadi biasa, Anda tidak akan dihukum oleh karenanya.

(0.50) (Luk 5:27) (sh: Sang pembaharu memperbaharui total (Kamis, 6 Januari 2000))
Sang pembaharu memperbaharui total

Segala macam bentuk kejahatan semakin merajalela: kerusuhan, penjarahan, pembunuhan, pelecehan seksual, penyalahgunaan hukum, penindasan hal orang lain, ketidakadilan dlsb., terjadi di mana-mana, hampir disetiap kota di Indonesia. Berbicara masalah pembaharuan di tengah kondisi seperti ini tampaknya hanyalah impian belaka. Bila memungkinkan terjadinya pembaharuan di tengah kondisi seperti ini tampaknya hanyalah impian belaka. Bila memungkinkan terjadinya pembaharuan, harus dimulai darimana, dan bagaimana caranya, dan siapa yang berinisiatif, dan .? Mungkin akan muncul beragam pertanyaan lainnya. Sikap dan tindakan Yesus, Sang Pembaharu hidup merupakan jawaban bagi pertanyaan-pertanyaan ini.

Lewi Dianggap "buruk" dalam pandangan umum, karena jabatannya sebagai pemungut cukai. Kesan kebanyakan orang sepertinya mengisolir Lewi dari kehidupan sosialisasinya. Maka mereka menyingkiri sikap Yesus yang menerima undangan Lewi untuk singgah ke rumahnya dan makan sehidangan dengannya dan para pemungut cukai lainnya. Di awal pertemuan Yesus dan Lewi, Ia mengajak Lewi untuk mengikuti Dia, dan Lewi memberikan respons yang positif dan total. Lewi tidak berlambat-lambat mempertimbangkan tawaran-Nya, ia segera meninggalkan segala sesuatu dan mengikuti Yesus.

Sikap orang banyak sangat kontras dengan sikap Yesus terhadap Lewi. Orang banyak menganggap Lewi sebagai manusia kelas dua, mereka sama sekali tidak mau bergaul dengan Lewi. Sebaliknya Yesus menyambut Lewi tanpa membedakan status sosial. Orang banyak menganggap bahwa Lewi tidak mungkin memiliki status yang sama dengan mereka. Yesus memulihkan status Lewi dari "orang sakit" menjadi "orang sehat", dari status direndahkan menjadi status sama dengan yang lain. Yesus, Sang Pembaharu mampu mengadakan pembaharuan total dalam diri Lewi. Pembaharuan yang dilakukan Yesus dalam diri Lewi berakar dari pembaharuan, pusat kehidupan manusia.

Renungkan: Masyarakat Indonesia membutuhkan pembaharuan total: pengentasan kemiskinan, pemulihan status sosial, penegakkan hukum dan keadilan, jaminan keamanan, berpendapat, kebebasan beragama, pemimpin-pemimpin yang berjiwa revolusioner dengan visi jelas, dlsb. Berdoa dan berkaryalah bagi perwujudan pembaharuan-Nya di tengah masyarakat Indonesia ini!

(0.50) (Luk 16:1) (sh: Penggunaan uang dalam Kekristenan. (Sabtu, 1 April 2000))
Penggunaan uang dalam Kekristenan.

Cara yang dipakai oleh sang bendahara dalam perumpamaan ini bukanlah cara yang benar.    Namun demikian kita bisa meneladani kejelian dan kecerdikannya    dalam merencanakan masa depan. Ia menyadari bahwa dia akan    segera meninggalkan jabatannya dan tentunya akan kehilangan    otoritas di dalam mengelola harta tuannya. Karena itu ia    menggunakan kesempatan yang masih ada, untuk menjalin    persahabatan dengan menggunakan harta tuan-nya. Tujuannya jelas,    supaya ia nantinya mendapat balasan dengan diberi tumpangan.

Apa yang diutarakan dalam perumpamaan ini menggambarkan posisi    kita sebagai Kristen dalam hubungannya dengan harta. Tak satu    pun harta yang ada pada kita  dalam hidup ini  adalah milik    kita. Kita hanyalah dipercayai untuk mengelolanya. Suatu saat    kita akan meninggal-kan semuanya. Karena itu ketika kita masih    mempunyai wewenang atas Mamon yang tidak jujur, kita harus    menggunakannya untuk membangun persahabatan yang bernilai kekal.    Karena itulah penggunaan uang bagi Kristen bukanlah hal yang    sepele. Meskipun bila dibandingkan dengan kekayaan sorgawi,    nilainya sangat kecil, namun cara kita menggunakan yang sangat    kecil ini dapat menunjukkan apakah kita orang yang setia atau    tidak (ayat 10-12). Apakah kita adalah hamba yang layak dipercaya    untuk mengelola harta titipan "Tuan" kita?

Dalam hal penggunaan harta itu, apakah kita menggunakannya    untuk melayani Allah ataukah harta itu akan mempergunakan kita    untuk melayaninya? Janganlah kita seperti orang-orang Farisi    yang tidak hanya menjadi hamba uang, namun juga kehidupan    perkawinannya diwarnai dengan kawin cerai (ayat 14, 18). Walau    demikian mereka masih menganggap apa yang diajarkan Yesus    terlalu kaku sehingga mereka mencemoohnya. Mereka menilai    tindakan mereka berdasarkan standar mereka sendiri., sedangkan    Yesus menilainya berdasarkan standar Allah yaitu hukum Ilahi    yang ideal dan bukan sekadar legalisme atau tradisi.

Renungkan: Manakah yang akan Anda lakukan: menggunakan uang    untuk pekerjaan Tuhan seperti membeli Alkitab bagi suku-suku    terasing di pedalaman atau menggunakannya untuk kenikmatan    pribadi seperti makanan, pakaian, bepergian, dlsb.? Kita perlu    menyoroti cara penggunaan uang dengan standar Allah bukan dengan    standar kita.

(0.43) (Yer 22:20) (sh: Status rohani bukan jaminan keselamatan (Kamis, 5 Oktober 2000))
Status rohani bukan jaminan keselamatan

Sepanjang sejarah manusia, yang paling mudah membuat umat Allah berpaling dari-Nya adalah kelimpahan materi, kekuatan, kekuasaan dan status sosial. Bila seorang manusia mempunyai salah satu dari ketiga hal di atas, maka sangat sulit baginya untuk mendengar peringatan atau suara Allah melalui firman-Nya. Sebagai contoh seorang kristen yang mempunyai penghasilan Rp 15 juta rupiah tiap bulan tidak akan dapat menjawab dengan mudah bila ditanya apakah ia bergantung kepada pemeliharaan Allah atau bergantung kepada gajinya yang besar itu. Demikian pula seorang pejabat tinggi, apakah setiap harinya ia memasrahkan hidupnya kepada Allah atau kepada jabatannya yang tinggi?

Apa yang dialami Yehuda merupakan peringatan keras. Yehuda mengandalkan kekuatan militer yang dimiliki oleh Mesir dan negara sekutunya dalam menghadapi serangan Babel, demikian pula kekayaan alam yang berlimpah di tanah perjanjian, sehingga mereka menolak untuk mendengarkan suara-Nya (21). Mereka telah dibutakan bahwa Allah yang mengendalikan kehidupan dan sejarah umat manusia (20, 22). Apa yang akan ditemui oleh orang yang mengandalkan kekuatan lain selain Allah? Terhina dan ternoda tiada tara; mengerang kesakitan yang tak tertahankan (22, 23) tanpa ada yang menolongnya.

Ada peringatan yang lebih keras yang berhubungan dengan status rohani seseorang. Status rohani seseorang bukan merupakan perlindungan atau perisai untuk menangkal hukuman yang harus ia terima akibat dosa. Sebagai contoh raja Konya atau Yoyakhin, ia adalah cincin meterai pada tangan kanan Allah yang berarti ia berharga di mata Allah dan sangat dekat dengan-Nya. Namun ketika ia terus memberontak kepada Allah, maka Allah tak segan-segan menjatuhkan hukuman yang mengerikan atasnya (28-30). Status rohaninya tidak dapat menyelamatkannya.

Renungkan: Banyak Kristen terlena dengan pengajaran bahwa keselamatan adalah anugerah dan kekal sifatnya. Pemahaman yang terbentuk dalam pikiran mereka adalah status kerohanian mereka sudah aman untuk selamanya. Sehingga tidak ada motivasi dalam diri mereka untuk menuntut kehidupan yang kudus. Namun harus selalu diingat bahwa status dibenarkan dan sudah diselamatkan bukan surat izin dan jaminan untuk tetap hidup dalam dosa.



TIP #33: Situs ini membutuhkan masukan, ide, dan partisipasi Anda! Klik "Laporan Masalah/Saran" di bagian bawah halaman. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA