Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 1 - 11 dari 11 ayat untuk tamak [Pencarian Tepat] (0.001 detik)
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(1.00) (Ayb 31:24) (jerusalem: Jikalau...) Ayu 31:24-25 berbicara tentang tamak dan kesombongan orang kaya yang menyangka dapat melewatkan Allah.
(0.51) (Luk 12:15) (full: WASPADALAH TERHADAP ... KETAMAKAN. )

Nas : Luk 12:15

Menjadikan keuntungan dan kekayaan duniawi hasrat dari kehidupan adalah kesalahan fatal yang memimpin kepada kerugian kekal (ayat Luk 12:20-21).

  1. 1) Kata Yunani untuk ketamakan (_pleonexia_) secara harfiah berarti kehausan untuk memiliki lebih banyak.
  2. 2) Tamak bukan menunjuk kepada hal mencukupi kebutuhan pribadi dan keluarga (bd. Ams 6:6). Akan tetapi, sementara kita bekerja untuk mencukupi kebutuhan kita, kita pun harus menjadi kaya terhadap Allah dengan cara mencari dahulu Kerajaan-Nya dan kebenaran-Nya (ayat Luk 12:31; bd.

    lihat cat. --> Mat 6:33).

    [atau ref. Mat 6:33]

  3. 3) Masing-masing kita harus memperhatikan peringatan Yesus dan menyelidiki diri apakah ada sifat mementingkan diri dan tamak di dalam hati kita. Untuk penjelasan lebih lanjut mengenai pokok ini

    lihat art. KEKAYAAN DAN KEMISKINAN.

(0.43) (2Kor 2:17) (full: MENCARI KEUNTUNGAN DARI FIRMAN ALLAH. )

Nas : 2Kor 2:17

Di sini Paulus menggambarkan para pengkhotbah yang melunakkan tuntutan Injil demi memperoleh uang, penghormatan, dan keberhasilan (bd. 2Kor 11:4,12-15). Mereka itu berbakat dan pandai meyakinkan, namun secara diam-diam mereka itu tidak jujur. Mereka tamak akan uang dan kemasyhuran (bd. Yoh 10:12-13; Fili 1:15,17; 1Pet 5:2; 2Pet 2:1-3,14-16).

(0.40) (Ams 1:8) (sh: Jalan pintas (Minggu, 16 November 2003))
Jalan pintas

“Jalan pintas” seringkali menjadi solusi bagi orang-orang yang ingin cepat memperoleh hasil atas usahanya. Misalnya, kaya dalam waktu singkat, menjadi juara dengan usaha minimal, cantik dengan perombakan sekejap, dan lain sebagainya. Jalan pintas tidak selalu merupakan jalan dosa; namun mentalitas jalan pintas berpotensi besar membawa orang ke jalan dosa. Loba atau tamak adalah salah satu buah mentalitas jalan pintas. Orang yang loba mudah terpeleset jatuh ke lubang dosa. Ia menghalalkan segala cara demi hasil yang memuaskan. Ia tidak segan mengorbankan kepentingan bahkan nyawa orang lain guna mencapai tujuannya (ayat 11-14).Firman Tuhan mengajarkan bahwa sebenarnya orang yang menempuh jalan pintas sedang “menghadang darahnya sendiri dan mengintai nyawanya sendiri.” (ayat 18) Artinya, orang ini tengah berjalan menuju kematian. Ia lupa bahwa Tuhan melihat dan mencatat perbuatannya. Suatu hari kelak, Tuhan akan membuat perhitungan dengannya. Kalaupun sekarang Tuhan belum bertindak, itu dikarenakan Tuhan sabar dan sedang memberinya kesempatan untuk bertobat. Hitler adalah orang yang tamak akan kekuasaan, ingin menguasai seluruh dunia dalam genggaman tangannya. Akan tetapi bagaimana akhir hidup Hitler? Bunuh diri dan semua hasil usahanya lepas dari genggaman tangannya. Orang yang bijak adalah orang yang menerima porsi yang Tuhan tentukan baginya.

Renungkan: Jika jalan pintas terbuka, bertanyalah kepada Tuhan, “Apakah ini jalan-Mu”? Jika bukan, tinggalkanlah jalan itu.

(0.29) (1Sam 2:11) (sh: Anak-anak Imam Allah. (Sabtu, 22 November 1997))
Anak-anak Imam Allah.

Hofni dan Pinehas, anak-anak Eli sangat jahat. Hidup mereka dikatakan tidak mengenal Allah (ayat 12 terjemahan literal). Imam Eli gagal membimbing anak-anaknya untuk hidup takut akan Yahwe. Mereka suka korupsi persembahan korban sembelihan (ayat 13-16). Dengan demikian mereka menghina Tuhan yang telah mengatur bagaimana korban harus dipersembahkan dan dimakan (ayat 17). Mereka berzinah (ayat 22). Mengapa bisa terjadi di dalam keluarga yang seharusnya menjadi panutan umat Allah? Karena Eli sendiri tamak dan lebih menyayangi anak-anaknya daripada menghormati Tuhan Allah (ayat 29).

Kesalehan Samuel. Samuel tidak terpengaruh teladan buruk tersebut. Ia tumbuh dalam kesalehan dan memiliki hati yang teguh. Di samping nasihat dan petunjuk Eli, pastilah perhatian dan kesalehan ibunya berpengaruh besar pada dirinya (ayat 19). Kesalehan adalah hal yang penting dan berpengaruh dalam perjalanan hidup manusia. Keluarga Eli hancur karena ketidaksalehan. Demikian juga sejarah umat Israel menurun drastis ketika mereka hidup jahat di hadapan Allah.

Renungkan: Hamba Tuhan harus menerapkan firman lebih dulu dalam hidupnya dan keluarganya, barulah mengajar umat Tuhan.

Doa: Aku dan keluargaku ingin taat dan mengabdi Engkau, o Tuhan.

(0.29) (Mat 5:1) (sh: Siapakah saya? (Rabu, 31 Desember 1997))
Siapakah saya?

Pada akhir tahun ini, baiklah kita mencoba mawas diri. Bila sampai saat ini kita masih diberi hidup dan kesehatan, nyatalah besar anugerah dan sayang-Nya atas kita. Dalam pelayanan Yesus, tidak semua orang yang telah menerima pertolongan-Nya akan menjadi murid atau pengikut-Nya. Pengikut Tuhan memiliki ciri yang jelas karena Ia membuat berbagai tuntutan yang tinggi dan harus terjelma dalam hidup orang yang meresponi-Nya.

Pola hidup baru. Tuhan ingin para pengikut-Nya bahagia. Itu pasti! Namun kebahagiaan itu dikaitkan dengan mutu manusianya, bukan apa yang dimilikinya. Kebahagiaan diawali pertobatan, yaitu perpalingan hidup dari perbuatan, kebiasaan, budaya salah dlsb. Kesadaran akan betapa miskinnya kita di hadapan Allah, menjadi titik tolak dari proses pemuridan selanjutnya, yang kelanjutannya masih perlu kita tapaki. Semakin dekat Dia semakin kita mirip Dia dan sifat-sifat-Nya. Lemah lembut bukannya keras, lapar dan haus akan kebenaran bukannya kecemaran, murah hati bukannya kikir atau tamak, berhati murni, juru damai. Itulah jalan bahagia, jalan penuh tuntutan harga namun juga jalan hidup sepenuhnya dalam pembentukan Tuhan.

Renungkan: Anda akan bahagia esok bila meresponi pembentukan Allah atas Anda dengan meninggalkan yang lama.

(0.25) (Luk 19:45) (full: MENGUSIR SEMUA PEDAGANG DI SITU. )

Nas : Luk 19:45

Pembersihan Bait Allah menjadi tindakan besar pertama pelayanan Yesus di muka umum (Yoh 2:13-22) dan tindakan besar terakhir pelayanan-Nya di muka umum (bd. Mat 21:12-17; Mr 11:15-17). Dalam kemarahan yang menyala-nyala Ia mengusir dari rumah Allah orang fasik, orang tamak dan mereka yang merusak tujuan rohani yang benar dari Bait Suci itu. Tindakan Yesus yang dua kali membersihkan Bait Allah selama tiga tahun pelayanan-Nya menunjukkan betapa pentingnya pelajaran rohani itu:

  1. 1) Kristus sangat menginginkan kekudusan dan ketulusan yang saleh di dalam gereja-Nya (bd. Yoh 17:17,19). Ia mati untuk "menguduskannya ... menyucikannya ... dan menempatkan jemaat ... kudus dan tidak bercela" (Ef 5:25-27).
  2. 2) Ibadah di dalam gereja haruslah dalam roh dan kebenaran (Yoh 4:24). Gereja harus menjadi suatu tempat doa dan persekutuan dengan Allah (bd. Mat 21:13).
  3. 3) Kristus akan menghukum semua orang yang menggunakan gereja, Injil atau Kerajaan-Nya demi keuntungan, kemuliaan atau kemajuan diri pribadi.
  4. 4) Kasih yang tulus bagi Allah dan bagi tujuan penebusan-Nya akan menghasilkan "semangat" yang menyala-nyala bagi kebenaran rumah Allah dan Kerajaan-Nya (Yoh 2:17). Keserupaan yang sejati dengan Kristus meliputi sikap tidak bertoleransi terhadap yang tidak benar di dalam gereja (bd. pasal Wahy 2:1-3:22).
  5. 5) Penting bagi semua pelayanan Kristen yang benar untuk menentang mereka yang mencemarkan dan merendahkan Kerajaan Allah (bd. 1Kor 6:9-11; Gal 1:6-10; Wahy 2:1-3:22).
  6. 6) Kita bisa memilih salah satu, yakni mengizinkan Kristus masuk ke dalam jemaat-jemaat untuk membersihkannya dari kebohongan, kemesuman, keduniawian, dan kenajisan (lih. pasal Wahy 2:1-3:22) atau pada kedatangan-Nya yang kedua kali dengan hukuman ilahi Ia akan membersihkan gereja-Nya secara tuntas (lih. Mal 3:2).
(0.25) (1Sam 2:11) (sh: Kesalehan: penting dan berpengaruh (Rabu, 30 Juli 2003))
Kesalehan: penting dan berpengaruh

Ada dua macam pelayan yang dipaparkan dalam nas ini. Pertama, orang yang sungguh-sungguh melayani Tuhan, yang dihadirkan dalam sosok Hana (ayat 11, bdk. 1:28). Kedua, orang yang berkedok melayani Tuhan untuk melayani diri sendiri, yang hadir dalam sosok Hofni dan Pinehas (ayat 13-16, 22, bdk. Bil. 5:10).

Sejak awal nas 1 Samuel, kita sudah diperhadapkan dengan sosok Hana sebagai orang yang melayani Tuhan dengan kesungguhan hati dan keberserahan penuh. Bahkan ia rela menyerahkan Samuel, anak yang telah lama dinantikannya, untuk menjadi pelayan Tuhan (ayat 11, bdk. 1:28). Tindakan Hana ini bertolak belakang dengan tindakan anak-anak Eli: Hofni dan Pinehas. Mereka adalah orang-orang yang berkedok melayani Tuhan, tetapi sebenarnya mereka melayani diri sendiri. Dengan sewenang-wenang mereka melanggar dan mengubah peraturan kurban yang ditetapkan Tuhan disertai dengan tindakan- tindakan bejat (ayat 12-17). Hofni dan Pinehas tidak hanya tidak memedulikan nasihat ayah mereka, dan keluh kesah umat Israel, tetapi yang terparah, mereka tidak memedulikan tuntutan ilahi akan kekudusan mereka sebagai pelayan Allah. Mengapa kebejatan semacam ini bisa terjadi di dalam keluarga yang seharusnya menjadi panutan umat Allah? Sebab Imam Eli sendiri tamak dan lebih menyayangi anak-anaknya daripada menghormati Allah (ayat 29).

Kita belajar dua hal: pertama, konsekuensi ketaatan melayani dengan sungguh adalah berkat berlimpah (ayat 21), sedangkan konsekuensi terhadap ketidaktaatan dan hidup jahat di hadapan Allah adalah mati (ayat 25). Kesalehan adalah hal yang penting dan berpengaruh dalam perjalanan hidup manusia, membuahkan kesetiaan.

Renungkan: Ingatlah, kehidupan Kristen sehari-hari adalah ranah pelayanan utamanya di hadapan Allah. Jaga kekudusan hidup Anda!

(0.25) (Mat 5:1) (sh: Bahagia sejati (Minggu, 2 Januari 2005))
Bahagia sejati

Kebahagiaan biasanya diidentikkan dengan segala sesuatu yang membuat hati kita senang. Misalnya segala sesuatu yang kita miliki. Namun, berbeda sekali dengan arti dan ukuran kebahagiaan yang Yesus utarakan ini. Yesus mengaitkan kebahagiaan dengan mutu manusianya.

Menurut Yesus, kebahagiaan sejati adalah pemberian Allah kepada mereka yang memiliki sikap hidup yang benar, yaitu mereka yang tidak mengikatkan diri pada harta duniawi (ayat 3), karena mereka justru akan memiliki harta surgawi. Orang yang berduka cita oleh sebab di dunia ini tidak memiliki apa-apa justru akan berbahagia oleh penghiburan surgawi (ayat 4). Orang yang lemah lembut, tidak pernah membela hak sendiri, merekalah yang mewarisi bumi (ayat 5). Orang yang lapar dan haus akan kebenaran serta mencari harta surgawi, pasti dipuaskan (ayat 6). Orang yang murah hati, membagi-bagikan bukan mengumpulkan justru akan menikmati kelimpahan (ayat 7). Orang yang suci hatinya, yang menujukan fokus hidupnya pada Allah dan bukan pada dunia adalah orang-orang yang akan melihat dan menikmati Allah (ayat 8). Sedangkan mereka yang membawa damai dan menebarkan kasih Allah, akan disebut anak-anak Allah (ayat 9). Akhirnya, mereka yang menderita oleh karena nama Allah, Allah sendiri yang akan melimpahi sukacita kekal (ayat 10-12).

Inginkah Anda berbahagia? Kebahagiaan diawali dengan pertobatan yang dilanjutkan dengan hidup yang memiliki orientasi untuk menyenangkan hati Allah. Semakin dekat Dia, semakin kita mirip Dia dan sifat-sifat-Nya yakni lemah lembut bukan keras hati, lapar dan haus akan kebenaran bukannya kecemaran, murah hati bukannya kikir atau tamak. Itulah jalan bahagia, jalan penuh tuntutan harga yang harus dibayar namun juga jalan hidup sepenuhnya dalam pembentukan Tuhan. Karena itu mari kita belajar hidup bukan untuk diri sendiri saja melainkan untuk Allah.

Renungkan: Kebahagiaan sejati hanya dapat dinikmati orang-orang yang memfokuskan hidupnya kepada Allah.

(0.25) (Mrk 14:1) (sh: Tanda cinta kasih (Jumat, 11 April 2003))
Tanda cinta kasih

Dalam masyarakat kita mengenal ada banyak cara untuk menyatakan kasih kepada orang yang kita kasihi. Bacaan hari ini memberikan gambaran mengenai cara yang dilakukan oleh seorang perempuan kepada Yesus. Perempuan itu mewujudkan kasihnya dengan membawa sebuah buli-buli berisi minyak Narwastu murni yang mahal harganya dan mencurahkannya di atas kepala Yesus. Baginya minyak Narwastu itu adalah miliknya yang berharga, yang ia persembahkan kepada Yesus sebelum kematian-Nya.

Namun, perbuatan kasih itu bukan tanpa halangan dan kritik. Yudas, yang tamak itu mengkritik tindakan perempuan itu dengan dalih memberi kepada orang miskin. Namun, jauh di dalam hatinya ada maksud hendak mengambil uang itu bagi dirinya (Yoh. 12:6). Yesus menolak saran Yudas itu, karena saran itu membungkus ketamakan Yudas. Yesus menolak upaya memanipulasi atau memperalat kemiskinan sesama demi kepentingan sendiri.

Di sini ada dua hal penting, pertama, memberikan yang terbaik. Baik kepada Tuhan maupun sesama sebagai wujud kasih kita. Kedua, upaya manipulasi kemiskinan demi kepentingan diri. Kedua tindakan ini bisa kita lihat dalam masyarakat kita. Terutama dalam menghadapi krisis multidimensi ini, ada bantuan yang diberikan sebagai wujud cinta kasih terhadap sesama, tetapi di pihak lain ada orang tertentu yang memanfaatkan kesempatan ini untuk memperkaya diri dengan dalih melayani orang miskin. Tindakan yang disebut terakhir ini sudah tentu Tuhan tolak. Tuhan menghendaki pelayanan yang tulus. Pertanyaan bagi kita apakah kita mau melayani sesama kita dengan tulus ikhlas seperti yang dilakukan oleh perempuan ini?

Renungkan: Melayani sesama dengan jujur dan tulus iklas merupakan wujud dari cinta kasih kita sesuai dengan perintah Tuhan. "Kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri".

(0.25) (Flp 4:14) (sh: Menjadi pemberi-pemberi bagi Allah (Kamis, 3 Juni 2004))
Menjadi pemberi-pemberi bagi Allah

Bagian terakhir surat ini mencatat sukacita Paulus karena jemaat di Filipi boleh berbagi dalam pelayanan Paulus termasuk dengan harta milik mereka. Paulus mengangkat hal ini bukan dengan motivasi agar dia sebagai hamba Tuhan boleh menerima lebih banyak dan lebih banyak lagi. Dia bukan seorang hamba Tuhan yang mempersoalkan fasilitas hidup atau lebih parah lagi serakah dan tamak, melainkan telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan (ayat 11). Paulus pernah hidup dalam kekurangan maupun kelimpahan, dan segala perkara itu ditanggungnya di dalam Dia (ayat 12). Hidupnya tidak digoncangkan oleh keadaan miskin atau kaya, dia telah belajar untuk sepenuhnya bergantung pada Tuhan yang sanggup memberi kekuatan kepadanya.

Dengan kemurnian motivasi seperti itu Paulus dapat mendorong jemaat untuk terus memberi persembahan. Paulus mendidik jemaat untuk terlibat dan berbagi dalam pekerjaan Tuhan. Memberi bagi pekerjaan Tuhan sungguh adalah suatu hak istimewa yang tidak diberikan Tuhan kepada setiap orang. Tuhan tidak membutuhkan apa-apa dari kita sebab segala sesuatu adalah milik-Nya. Kesempatan memberi adalah kebahagiaan dan kemuliaan yang diberikan Tuhan kepada mereka yang dilibatkan-Nya.

Sekali lagi, bagi Paulus yang utama bukanlah pemberian itu, melainkan buahnya. Harta dunia suatu saat akan lenyap dan musnah, namun mereka yang dengan bijaksana menggunakannya untuk pekerjaan Tuhan telah mengubahnya menjadi simpanan yang bertahan sampai kepada kekekalan. Mari kita belajar berkorban bukan hanya waktu, tenaga, kepandaian kita, melainkan juga harta kita, uang kita untuk menjadi berkat bagi orang lain. Kita juga akan menikmati buah-buahnya.

Renungkan: Allah akan memenuhi segala kebutuhan kita menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya, agar kita dapat menjadi pemberi-pemberi bagi Allah.



TIP #20: Untuk penyelidikan lebih dalam, silakan baca artikel-artikel terkait melalui Tab Artikel. [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA