Engkau menceraikan nyawaku dari kesejahteraan, aku lupa akan kebahagiaan.

Jiwaku selalu teringat akan hal itu dan tertekan<x id="p" /> dalam diriku.<x id="q" />

TUHAN adalah baik bagi orang yang berharap kepada-Nya,<x id="w" /> bagi jiwa yang mencari Dia.

Mataku terasa pedih oleh sebab keadaan puteri-puteri kotaku.

"Ya Tuhan, Engkau telah memperjuangkan perkaraku,<x id="p" /> Engkau telah menyelamatkan hidupku.<x id="q" />

Dengan bahaya maut karena serangan pedang di padang gurun, kami harus mengambil makanan kami.

"TUHAN adalah bagianku,<x id="v" />" kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-Nya.

Berkeluh kesah<x id="i" /> seluruh penduduknya, sedang mereka mencari roti;<x id="j" /> harta benda mereka berikan ganti makanan, untuk menyambung hidupnya. "Lihatlah, ya TUHAN, pandanglah, betapa hina aku ini!

Aku memanggil kekasih-kekasihku,<x id="k" /> tetapi mereka memperdayakan aku; imam-imamku dan para tua-tuaku telah mati<x id="l" /> semuanya di kota, tatkala mencari makan bagi dirinya untuk menyambung hidupnya.

Kepada ibunya mereka bertanya: "Mana roti dan anggur<n id="1" />?<x id="s" />", sedang mereka jatuh pingsan seperti orang yang gugur di lapangan-lapangan kota, ketika menghembuskan nafas<x id="t" /> di pangkuan<x id="u" /> ibunya.

Karena inilah aku menangis, mataku mencucurkan air;<x id="z" /> karena jauh dari padaku penghibur<x id="a" /> yang dapat menyegarkan jiwaku; bingunglah anak-anakku, karena terlampau kuat<x id="b" /> si seteru."

Bangunlah, mengeranglah pada malam hari, pada permulaan giliran jaga malam; curahkanlah isi hatimu<x id="w" /> bagaikan air di hadapan Tuhan,<x id="x" /> angkatlah tanganmu<x id="y" /> kepada-Nya demi hidup anak-anakmu, yang jatuh pingsan<x id="z" /> karena lapar di ujung-ujung jalan!