| (0.99938327272727) | 
	    			
	    				(Mzm 
	    				143:1)
	    			 | 
	    			
	    					    					(sh: Dalam tangan Tuhan (Jumat, 29 November 2002)) Dalam tangan Tuhan
Dalam tangan Tuhan. 
    Tidak bisa kita sangkali bahwa pengulangan seruan pemazmur 
    seperti "dengarkan doaku", "berikan telinga kepada 
    permohonanku", dan "jawablah aku", memberikan kesan bahwa 
    pemazmur "melemparkan" dirinya sepenuhnya ke dalam tangan Allah 
    yang dipercayainya murah hati. Dua sifat Allah dimunculkan di 
    sini (ayat 1): kesetiaan dan keadilan. Keyakinan pemazmur 
    dilandaskan atas pengenalannya sendiri akan Allah yang telah 
    hadir dalam sejarah bangsanya.Di tengah-tengah krisis yang 
    dialaminya, pemazmur mengakui keberdosaannya (ayat 2). Namun, ia 
    juga tidak menghindar dari Allah, tetapi justru Ia memerlukan 
    Allah karena musuh-musuhnya sudah dekat mengancam jiwanya (ayat 
    3-6). Gambaran yang dipakai di sini sangat kelam. Pemazmur 
    menunjukkan bahwa secara psikologis dan spiritual ia telah 
    hancur (ayat 3), mirip seperti orang yang telah lama meninggal. 
    Krisisnya makin menjadi-jadi ketika ia mengingat akan pekerjaan 
    Allah dalam sejarah (ayat 5-6). Ia juga mengharapkan hadirnya 
    titik cerah dalam situasi yang dihadapinya. Ia seperti tanah 
    yang tandus, putus asa menantikan Tuhan.
 
Pemazmur terus berteriak kepada Allah, ia mengharapkan respons Allah 
    segera. Ia memerlukan jaminan dari Allah sendiri, seakan-akan ia 
    akan segera musnah jikalau tidak mendapatkan keselamatan dari 
    Tuhan. Namun, sekali lagi, pemazmur tetap memahami bahwa 
    kehendak Allah lebih dari segala sesuatu. Ia memang ingin keluar 
    dari krisis, tetapi ia tetap ingin agar Allah sendiri yang 
    menuntunnya melewati hari-hari yang sukar. Mazmur ini ditutup 
    dengan seruan agar dirinya dihidupkan kembali (ayat 11). 
    Penghidupan kembali ini bukanlah sekadar penghidupan fisik, 
    tetapi secara mental, psikologis, dan spiritual. Ia perlu 
    mendapatkan kesegaran dan kekuatan baru untuk hidup. Menarik 
    sekali, karena sekali lagi kita diperhadapkan pada satu cerminan 
    bahwa keadilan harus ditegakkan dan yang bersalah harus dihukum.
 
Renungkan:  
    Anda tidak bisa mengendalikan hidup Anda dan kesulitan-kesulitan 
    yang menimpa Anda. Jadilah hamba yang rendah hati, bersedia 
    masuk dalam pelukan Tuhan yang tenteram.
 
	    					    			 |