(0.1229586025641) | (Yeh 37:15) |
(sh: Kuasa anugerah Tuhan yang mempersatukan (Jumat, 16 November 2001)) Kuasa anugerah Tuhan yang mempersatukanKuasa anugerah Tuhan yang mempersatukan. Racun dosa yang menyebar ke seluruh kehidupan umat Allah tidaklah berdampak tunggal. Kuasanya merembes ke dalam setiap aspek kehidupan manusia dan menghasilkan berbagai kerusakan. Kerusakan yang diakibatkan oleh pengaruh dosa bagi Israel bukan hanya berdampak pada hancurnya harapan mereka sebagai suatu bangsa (ayat 37:1-14), melainkan terlebih dahulu telah menghancurkan sendi-sendi relasi yang membangun kesatuan umat Tuhan. Kehadiran dosa di tengah-tengah Israel telah merusak hubungan mereka dengan Tuhan dan menceraikan kerajaan mereka menjadi kerajaan Utara dan Selatan. Berita restorasi yang dikumandangkan Yehezkiel pada bagian ini mendengungkan dua janji pemulihan, yakni: [1] Janji bahwa Tuhan akan memulihkan hubungan antara Diri-Nya dengan Israel, yang diikat oleh perjanjian kekal Allah yang akan terus berlangsung selama-lamanya (ayat 21, 23-28); dan [2] Janji bahwa Israel akan kembali menjadi satu bangsa yang akan digembalakan oleh satu raja, sebagai satu umat di tangan Tuhan (ayat 17, 19, 22, 24). Di dalam kedua janji ini terkandung suatu penegasan bahwa kekuatan kuasa dosa yang menceraikan akan dikalahkan oleh kuasa Tuhan yang mempersatukan. Penggenapan janji pemulihan dalam nubuat Yehezkiel ini belum seutuhnya dialami oleh Israel. Hingga pada tahun-tahun penulisan Perjanjian Baru, orang-orang Yahudi tetap tidak bergaul dengan orang Samaria yang merupakan keturunan campuran dari kerajaan Utara (Yoh. 4:9). Melalui berita ini, Israel ditantang untuk melihat ke depan dan menantikan kuasa pemulihan Tuhan. Para penulis Perjanjian Baru menegaskan dan mengaitkan penggenapan janji ini dengan misi kedatangan Kristus ke dalam dunia, yang mempersatukan umat manusia di dalam Diri-Nya (Ef. 2:14-18). Kita semua yang telah tercerai- berai telah dihimpun sebagai satu kawanan domba dengan satu gembala (Yoh. 10:16). Renungkan: Pemulihan hubungan yang rusak merupakan bagian yang menyatu dengan agenda kekal Allah untuk merestorasi umat-Nya, dan seruan untuk "menjadi satu" merupakan tema penting yang menandai adanya restorasi itu. |
(0.1229586025641) | (Mat 14:1) |
(sh: Dihantui rasa bersalah (Sabtu, 5 Februari 2005)) Dihantui rasa bersalahDihantui rasa bersalah. Yesus semakin terkenal, pelayanan-Nya semakin meluas. Berita tentang Yesus sampai ke telinga Herodes Antipas, raja wilayah propinsi Galilea dan Perea. Mendengar laporan tentang Yesus, Herodes segera teringat perbuatan jahatnya yang sudah lampau. Berita tersebut menimbulkan perasaan dan reaksi aneh dalam diri Herodes. Yesus dianggapnya Yohanes pembaptis yang bangkit kembali (ayat 2). Perbuatan-perbuatan dosanya menceraikan istrinya, menikahi ipar sendiri (ayat 3), sampai mem-bunuh Yohanes pembaptis yang menegur dosa-dosanya tersebut, satu per satu bermunculan kembali. Pada awalnya Herodes seolah memiliki hati nurani yang masih bekerja baik. Buktinya ia tidak langsung melenyapkan Yohanes pembaptis ketika dosanya ditegur, yang dilakukannya hanya memenjarakan dia. Akan tetapi, hati nurani yang baik itu tidak sungguh didengarnya. Malah karena plot Herodias melalui Salome, Herodes terpojok di hadapan para bangsawan untuk akhirnya memerintahkan pemenggalan kepala Yohanes pembaptis (ayat 9-10). Kini berita tentang Yesus membuat kesalahan itu terhakimi kembali dalam hati Herodes. Dosa tidak selesai begitu saja dengan berlalunya waktu. Cepat atau lambat kehadiran Yesus akan membongkar dan menghakimi semua dosa tanpa pengecualian. Termasuk semua dosa yang disembunyikan dan dilupakan. Peristiwa ini sekaligus menunjuk kepada fungsi Yesus kelak sebagai Hakim, juga menunjuk kepada fungsi Yesus sebagai Gembala bagi para murid Yohanes yang hidup melayani kebenaran. Selama orang belum mengakui dosa-dosanya di hadapan Yesus dan menerima pembaruan hidup dari-Nya, orang akan tetap hidup dalam bayang-bayang hukuman Allah. Hati nurani yang belum mengalami pengudusan akan terus berfungsi sebagai alat penghakiman Allah yang menunjuk kepada Hari penghakiman akhir kelak. Kulakukan: Akui dosa kepada Yesus. Ia akan menghapuskan kesalahan Anda dan rasa bersalah yang masih menghantui. |
(0.1229586025641) | (Mat 14:13) |
(sh: Hati yang peduli (Jumat, 8 Februari 2013)) Hati yang peduliJudul: Hati yang peduli Yesus juga peduli terhadap kebutuhan jasmani orang banyak. Ia mendorong para murid untuk peduli dan bertindak. Saat para murid menganggap diri tidak mungkin melakukan sesuatu yang signifikan dengan sumber daya yang sangat sedikit (17), Yesus membuatnya menjadi mungkin. Mereka belajar menyerahkan yang sedikit itu ke dalam tangan Yesus yang berkuasa. Dia akan memberkati yang sedikit untuk kelimpahan bagi orang banyak. Para murid yang melayani pun mendapat bagian (20). Yesus bisa memiliki hati peduli karena Ia hidup dekat dengan Bapa (23) dan mengerti tujuan misi-Nya. Ia bukan hanya peduli terhadap orang banyak, tetapi juga murid-murid-Nya yang sedang mengalami kesulitan karena angin badai dan gelombang. Ia menghampiri mereka dengan berjalan di atas air agar mereka tahu bahwa Ia juga berkuasa atas alam, sehingga mereka tidak perlu takut. Ia juga mengajar mereka untuk fokus kepada Dia, melalui mengizinkan Petrus ikut berjalan di atas air. Dengan fokus kepada-Nya mereka akan sanggup mengatasi gelombang kehidupan. Mereka akhirnya mengakui bahwa Dia sungguh-sungguh Anak Allah (33). Mari kita belajar meneladani Tuhan Yesus agar selalu peduli terhadap kebutuhan sesama kita. Bila kita merasa potensi dan kekuatan kita tidak seberapa untuk melakukannya, mari kita datang dan serahkan semua itu kepada Tuhan Yesus, maka Ia sanggup melipatgandakan dan memakai kita menjadi saluran berkat. Terlebih lagi, bila kita sendiri mengalami berbagai kesulitan, masalah, dan gelombang kehidupan, janganlah takut, tetapi serahkanlah kepada Tuhan Yesus, maka Ia yang berkuasa atas sakit penyakit dan alam akan menolong dan memberi jalan keluar kepada kita. Diskusi renungan ini di Facebook:
|
(0.1229586025641) | (Luk 2:8) |
(sh: Yang terendah untuk yang termulia (Minggu, 26 Desember 1999)) Yang terendah untuk yang termuliaYang terendah untuk yang termulia Mengapa Lukas perlu menuliskan kejadian yang tercatat dalam perikop ini? Jawabannya terletak pada kata kunci di daerah itu (1). Kelahiran Yesus terjadi di tempat yang terpencil dan jauh dari keramaian orang. Untuk lebih memperkuat fakta itu dan meningkatkan kredibilitasnya (nama baik), maka berita itu perlu diteruskan kepada orang-orang yang berada dekat daerah itu dan masih "terjaga" secara penuh (tidak tidur atau baru bangun dari tidur). Orang-orang yang memenuhi kriteria tersebut adalah para gembala, yang ketika itu sedang menjaga kawanan ternak di daerah itu. Mereka yang merupakan sekelompok orang yang dianggap paling rendah dalam tatanan sosial pada waktu itu telah dipilih Allah untuk menjadi saksi atas peristiwa terbesar dalam sejarah manusia. Jadi, dengan demikian siapa pun kita, Allah dapat memakai-Nya untuk maksud mulia-Nya. Respons yang lebih baik. Lukas menggambarkan kontradiksi yang indah antara respons kebanyakan orang dan Maria terhadap berita Injil. Lukas dengan indah menggunakan kata untuk mengkontraskan hal tersebut. Orang banyak memberikan respons yang spontan dan terheran-heran, sedangkan Maria merenungkannya. Banyak di antara kita sering mengungkapkan secara emosional dan spontan dalam meresponi suatu berita kesukaan. Namun biasanya ungkapan emosional itu akan cepat sirna karena tidak diikuti dengan perenungan. Keadaan ini akan mengurangi minat kita memahami karya besar Allah. Sudah semestinyalah minat tersebut berakar seperti yang diperlihatkan oleh Maria yaitu pengkontemplasian (perenungan) atas apa yang sudah Allah lakukan dan apa artinya bagi manusia. Renungkan: Mengimani apa yang sudah Allah lakukan dalam kehidupan umat manusia secara umum dan dalam kehidupan kita secara khusus tidak dapat diimani hanya dengan mengutamakan perasaan. Menghayati dan memahami karya Allah yang Maha Besar melibatkan seluruh keberadaan kita: pikiran, pengetahuan, perbuatan, dan perkataan. Hidup yang mulia bukan karena kemampuan kita, tetapi karya Allah. |
(0.1229586025641) | (Luk 15:1) |
(sh: Judul: Baca Gali Alkitab 1 (Rabu, 4 Maret 2015)) Judul: Baca Gali Alkitab 11. Siapakah para pendengar Yesus? Bagaimana tanggapan orang Farisi dan ahli Taurat melihat hal itu? (1-2) 2. Apa alasan pemilik domba serta perempuan pemilik dirham saat mengundang sahabat dan tetangganya? (4-6, 8-9) 3. Menurut Yesus, perumpamaan tersebut merupakan gambaran atas peristiwa apa (7, 10)? 4. Di tempat jauh, si anak bungsu mengalami titik balik sehingga ingin kembali kepada ayahnya. Apa yang ia sadari? Dengan sikap bagaimana ia mendekati ayahnya? (15-19, 21) 5. Bagaimana sikap si ayah ketika menerima kepulangan anak bungsunya? (20, 22-24) 6. Bagaimana sikap si sulung ketika tahu bahwa ayahnya berpesta bagi si bungsu? Bagaimana tanggapan si ayah? (26-32) Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda? 1. Apa yang diajarkan perumpamaan anak bungsu mengenai dosa, pertobatan, dan kasih Allah? 2. Bagaimana ketiga perumpamaan ini menjawab keberatan orang Farisi di ayat 2? Apa yang ingin Yesus ajarkan kepada orang Farisi di ayat 25-31? Apa respons Anda? 1. Jika membandingkan perjalanan iman Anda dengan si anak bungsu, dimanakah Anda sekarang? Di rumah, di negeri jauh, baru sadar, dalam perjalanan kembali, atau sedang berpesta? 2. Pernahkah Anda seperti si sulung, merasa kecewa atas kasih Allah kepada orang yang Anda rasa tidak layak? Mengapa? 3. Apakah Anda pernah mengalami kasih Allah seperti kasih bapak kepada si anak bungsu dalam kisah ini? Pokok Doa: Agar orang-orang yang belum percaya kepada Yesus menerima kasih karunia Allah dan diselamatkan. Diskusi renungan ini di Facebook:
|
(0.1229586025641) | (Yoh 21:20) |
(sh: Ikutlah Aku! (Minggu, 7 April 2002)) Ikutlah Aku!Ikutlah Aku! Kalau sebelumnya Tuhan menubuatkan penyangkalan dan pemulihan Petrus (ayat 13:37-38), kini Tuhan menubuatkan bahwa Petrus akan menggenapi ucapan untuk sedia mati bagi Tuhan, tetapi dalam rencana dan anugerah Allah. Kini saatnya Petrus belajar taat dan mengasihi Tuhan secara penuh bahkan dengan risiko mati sekali pun. Tak seorang pun manusia mudah menerima kematian begitu saja. Petrus pun perlu anugerah dan waktu untuk dapat menerima hal tersebut. Gembalanya yang baik telah digiring ke pembantaian untuknya. Petrus pun mendapat kehormatan untuk mati karena Tuhannya. Dalam tradisi Gereja, dituturkan bahwa Petrus mati disalibkan dalam posisi terbalik, kepala di bawah kaki di atas karena merasa tidak layak disalib dalam posisi sama seperti Tuhannya. Murid yang dikasihi Yesus tidak lain adalah Yohanes sendiri. Bila ditilik dari sejarah, maka Yohanes telah mencapai usia lanjut pada waktu itu dan mati lama kemudian sesudah uzur. Agaknya Petrus ingin tahu apa yang akan dialami oleh Yohanes di masa yang akan datang (ayat 21). Tetapi, jawaban untuk Petrus jelas, “tetapi engkau ikutlah Aku” (ayat 22). Yesus ingin mengingatkan Petrus sesudah ia dipulihkan, bahwa untuk mengikut Yesus orang tak boleh terpengaruh kondisi atau keadaan orang lain. Mungkin ada yang mengalami kehidupan mudah, sementara yang lain harus menderita. Mengikut Yesus haruslah dengan sebulat hati, apa pun risikonya. Orang juga harus setia pada tugas apa pun yang Tuhan percayakan. Petrus dipercaya sebagai ‘gembala domba’ sementara Yohanes menjadi saksi akan karya Yesus. Renungkan: Kemuliaan kita bukan terletak pada kemudahan dalam ukuran manusia. Entah menderita sampai mati atau hidup sambil ambil bagian dalam derita, kita dipanggil untuk menjalaninya dengan suka dan setia. Bacaan untuk Minggu Paskah 2 Lagu: Kidung Jemaat 408 PA 5 Yohanes 21:15-25 Tugas terberat yang harus dijalani seorang pemimpin ialah memastikan bahwa estafet kepemimpinan untuk menggenapi misi dan menjalankan tugas-tugas terkait berjalan baik. Kesulitan bisa disebabkan beberapa faktor. Faktor beratnya tugas bisa merupakan sebab pertama. Faktor kekurangmampuan orang adalah sebab lainnya. Faktor kelebihan pemimpin dalam kemampuan dan integritas dirinya pun bisa menjadi sebab sulitnya pengalihtugasan terjadi dengan baik karena kesenjangan dengan kader yang disiapkan terlalu lebar. Ketika Tuhan Yesus memandatkan penyebaran Injil keselamatan kepada para murid-Nya, ketiga faktor tersebut hadir dan dapat menyulitkan kelangsungan misi Yesus di dunia. Namun demikian, di bagian akhir catatan Yohanes, kita menyaksikan bagaimana Tuhan bertindak menyingkirkan semua masalah tadi. Pertanyaan-pertanyaan pengarah: Kesenjangan apa saja yang ada antara Yesus dan kondisi para murid? Hal-hal apa dalam diri Yesus yang bisa membuat para murid-Nya sulit untuk meneruskan pola pelayanan-Nya? Hal-hal apa dalam diri para murid yang masih bisa merintangi mereka menerima misi dari Tuhan? Bagaimana kondisi para murid waktu itu (ps. 20-21)? Pikirkan juga kondisi masing-masing murid seperti Tomas, Petrus, dan Yohanes. Hal apa yang kita pelajari tentang sifat dan cara Yesus meyakinkan mereka tentang Yesus sebagai sumber tak terbatas baik bagi kekurangan mereka maupun dalam tugas mereka kelak? Begitukah juga kita menempatkan Yesus dalam pelayanan kita? Apa problem Petrus dan apa tugas yang Tuhan ingin percayakan kepadanya? Bagaimana isi dan cara bertanya Tuhan membimbing Petrus menuju pertobatan dan pemulihan sejati? Mengapa Yesus bertanya sampai tiga kali? Apa maksud Yesus mengubah dari kasih Ilahi dalam dua yang pertama ke kasih kodrati dalam yang terakhir? Apa yang Petrus sadari sampai ia menangis? Bagaimana urutan prioritas yang harus Petrus jalani: mati bagi Tuhan, mengasihi Tuhan, setia mengikut Tuhan, dan menggembalakan menjalani misi dari Tuhan? Bagaimana Anda melihat para pelayan Tuhan kini melihat hal tersebut? Pengantar Mazmur 93-111 Menurut tradisi orang Yahudi dalam Midrash Tehillim, “Seperti Musa memberi lima kitab taurat untuk Israel, demikian pun Daud memberi lima kitab mazmur untuk Israel.” Kelima bagian tersebut adalah pasal 1-41, 42-72, 73-89, 90-106, dan 107-150. Dengan demikian, bacaan kita kali ini terambil dari bagian akhir kitab IV dan permulaan kitab V. Bila struktur isi kitab I-III menegaskan kegagalan perjanjian dengan garis kerajaan Daud yang berakhir dalam pembuangan, kitab IV-V adalah respons terhadap kegagalan teresebut. Jadi, kitab IV dan V menekankan pemerintahan Allah. Di dalam tema utama inilah kita jumpai mazmur-mazmur penobatan Allah sebagai Raja dalam pasal 93-99, sedangkan pasal 100-111 terdiri dari berbagai mazmur yang juga menekankan berbagai aspek sifat dan tindakan Allah terhadap umat-Nya atau yang menyerukan berbagai respons setimpal umat terhadap sifat-sifat Allah. Mazmur-mazmur penobatan Allah sebagai Raja menegaskan bahwa yang sesungguhnya Raja adalah Allah. Pasal 94 yang tidak secara eksplisit menyebut Allah sebagai Raja, menekankan sisi Allah sebagai Hakim dan berfungsi mengikat mazmur-mazmur penobatan Allah sebagai Raja dengan Mazmur 90-92. Hal ini penting sebab salah satu tekanan dari ke-Raja-an Allah adalah penegakan keadilan dan kebenaran. Tujuan kitab IV adalah menjawab krisis yang dialami Israel di pembuangan dan mazmur-mazmur penobatan Allah sebagai Raja menjadi pola konsep bagi pembangunan kembali umat yang pulang dari pembuangan. Allah sang Raja sejati itu memerintah kekal, adil, benar, menaklukkan dan menghukum kejahatan, memerintah bukan saja Israel, tetapi seluruh kosmos dengan serasi. Saat Anda merenungkan mazmur-mazmur tersebut, Anda akan menemukan tema-tema tertentu yang diulang tentang sifat Allah dan sifat pemerintahan-Nya, dengan masing- masing pasal menekankan hal tertentu tentang ke-Raja-an Allah. Dengan Allah sebagai Raja, tidak saja ada harapan bagi dunia ini, tetapi juga ada kehidupan umat yang penuh pujian dan pengabdian. Kita segera sadar bahwa mazmur-mazmur ini menghidupkan pengharapan pada penggenapan eskatologis Kerajaan Allah ketika Tuhan Yesus datang untuk kedua kalinya kelak. Mazmur-mazmur berikutnya adalah respons terhadap pengakuan bahwa Allah adalah Raja. Karena tema Allah sebagai Raja merupakan poros teologis seluruh mazmur, maka tema tersebut dan respons terhadapnya kita jumpai pula dalam pasal 100-111. Mazmur 100 menggemakan pasal 2, dan mewakili seluruh mazmur berikutnya yang menyerukan penyembahan sepenuh hati kepada Allah saja. Mazmur 101-102 adalah ratapan agar ketaatan kepada Allah menjadi semangat utama para pemimpin umat. Mazmur 103-106 merefleksi balik pada model kepemimpinan Allah dalam zaman Musa. Mazmur pembuka kitab V, yaitu pasal 107, memaparkan kepada umat tentang kasih setia Allah yang kekal, sebagai tema yang juga bergema dalam sisi lainnya di pasal 108 dan 109. Pemerintahan Allah itu beroleh wujud di dalam raja mesianis di pasal 110 dan yang diresponi dalam ucapan syukur dalam pasal 111. Respons kepada Allah itu tidak saja menekankan kelayakan Allah dalam kemuliaan dan kebaikan-Nya untuk menerima penyembahan dan pengabdian umat, tetapi sekaligus juga memberi kerangka bagi umat untuk beroleh jati diri yang benar untuk hidup tepat dalam dunia ini (bdk. pasal 103). Respons tersebut bahkan mencerminkan keteraturan dunia yang diatur Allah seperti yang secara puitis diungkapkan dalam bentuk akrostik yang sangat indah dalam pasal 111 dan 112 (baris-baris puisi dalam kedua mazmur ini dimulai dengan abjad-abjad Ibrani dalam urutannya). Ketika Anda mendalami makna mazmur-mazmur ini, ingatlah untuk selalu mengaitkan perspektif Allah Israel dengan Allah di dalam Yesus Kristus dan kita sebagai Gereja. Ingatlah juga untuk menempatkan mazmur-mazmur ini dalam rentang waktu konteks zaman itu sambil mengikutsertakan kondisi kita kini dan pengharapan akan kedatangan Kerajaan Allah kelak. Di dalam Kristus yang telah mati, bangkit, memerintah di surga, dan kelak akan datang kembali untuk mewujudkan pemerintahan total dan kekal Allah atas segala sesuatu, kita belajar meresponi kenyataan dunia sehari-hari kini dengan takut akan dan kasih kepada Allah, syukur dan percaya kepada-Nya, memiliki pengharapan yang hidup akan kemenangan-Nya yang mengalahkan mutlak semua anasir kejahatan. Dengan demikian, dalam perspektif tema mazmur-mazmur ini, kita sudah mulai menghayati hidup sebagai ibadah yang hidup bagi Sang Raja dalam suasana surgawi. |
(0.1229586025641) | (Kis 18:18) |
(sh: Akal budi dan kebenaran (Sabtu, 26 Juli 2014)) Akal budi dan kebenaranJudul: Akal budi dan kebenaran Sebelum bertemu dengan rekan sepelayanan Paulus, Priskila dan Akwila, Apolos sudah dikenal sebagai seorang yang fasih, yaitu terpelajar dalam memaparkan kebenaran Perjanjian Lama, khususnya yang berkenaan dengan pengajaran tentang Tuhan Yesus (24-25). Istilah Jalan Tuhan (25; 9:2; 13:10, dst.; 18:28, Jalan Allah) digunakan Lukas untuk menyebut kekristenan. Pertanyaan yang muncul ialah, apa maksudnya, Apolos "hanya mengetahui baptisan Yohanes"? Ada dua pandangan. Pertama, Apolos baru mengenal kekristenan secara pengetahuan, belum sungguh beriman. Baru setelah dijelaskan oleh Akwila, Apolos percaya Yesus secara pribadi. Pandangan lain, Apolos sudah Kristen, hanya pengetahuan Alkitabnya belum lengkap. Apa pun pandangan kita mengenai Apolos, satu hal yang jelas rasio saja tidak cukup untuk mengenal Yesus secara pribadi, perlu anugerah iman dari Allah. Namun, rasio tidak bertentangan dengan iman. Rasio menolong kita memahami iman yang diungkapkan dalam Alkitab dan menolong kita menyampaikan kebenaran iman kepada sesama. Apolos setelah mendapatkan pengajaran lengkap akan Jalan Allah, bertambah lagi semangat dan menjelaskan dari Perjanjian Lama bahwa Yesus ialah Juruselamat yang telah dinubuatkan oleh para nabi (26). Dua unsur berbeda, iman dan rasio dipadukan oleh Apolos, sehingga ia dapat bersaksi tentang Kristus di hadapan orang-orang Yahudi. Mari kita memakai rasio yang Tuhan berikan kepada kita untuk menjelaskan iman kita yang berpaut pada firman Tuhan. Khususnya bagi kaum intelektual masa kini, agar mereka dapat melihat bahwa Kristus yang disaksikan Alkitab ialah kebenaran sejati yang menyelamatkan. Diskusi renungan ini di Facebook:
|
(0.1229586025641) | (Ef 4:7) |
(sh: Karunia-karunia umat Allah (Senin, 14 Oktober 2002)) Karunia-karunia umat AllahKarunia-karunia umat Allah. Kesatuan umat Allah tidak berarti bahwa semua orang Kristen menjadi seragam atau satu bentuk dalam segalanya. Bukan kesatuan seperti ini yang dimaksudkan. Keragaman memperkaya bahkan memperindah kesatuan. Keragaman tanpa kesatuan akan mencipkakan kekacauan. Sebaliknya, kesatuan tanpa keragaman akan menakutkan. Keragaman umat Allah terlihat dari berbagai bentuk karunia. Kepada setiap orang percaya diberikan karunia (ayat 7). Dalam teks ini, Paulus hanya memberikan 5 karunia: rasul, nabi, penginjil, gembala dan pengajar (ayat 11). Kelima bentuk karunia berkaitan dengan tugas pengajaran. Dari daftar karunia ini jelas karunia rasul dan nabi tidak diperlukan lagi dalam jemaat masa kini karena Alkitab telah lengkap tertulis. Tidak boleh dalam zaman modern ini ada yang mengklaim sebagai rasul atau nabi sehingga perkataannya setara dengan otoritas Kitab Suci dan diperlakukan sebagai Kitab Suci. Kanonisasi Alkitab selesai. Sekarang yang dibutuhkan adalah pengajaran agar isi Alkitab dimengerti. Orang yang baru percaya pada Yesus harus didewasakan imannya. Pengajaran adalah sarana utama pendewasaan iman. Mengapa iman didewasakan? Tujuannya, agar semua jemaat diperlengkapi untuk tugas pelayanan. Bila jemaat telah diperlengkapi untuk tugas pelayanan maka pada akhirnya tubuh Kristus akan bangun. Jadi pemberian karunia bertujuan untuk pembangunan tubuh Kristus (ayat 12), bukan untuk kepentingan pribadi atau prestise pribadi. Semua jemaat diberikan karunia untuk pembangunan tubuh Kristus yakni jemaat. Meski berbeda-beda harus disadari bahwa semua karunia berasal dari sumber yang sama. Semua karunia diberikan oleh Kristus (ayat 7). Jadi tidak hanya Roh Kudus sumber karunia. Kristus juga memberi karunia kepada jemaat. Bila ada orang Kristen mengklaim punya karunia tetapi karunia tersebut tidak untuk membangun jemaat, maka dapat dikatakan karunia tersebut tidak berasal dari Kristus. Renungkan: Karunia apakah yang Anda miliki? Bagaimana Anda telah mengembangkan karunia tersebut berperan dalam pembangunan tubuh Kristus? |
(0.1229586025641) | (1Tim 2:8) |
(sh: Hidup dan beribadah dengan layak (Senin, 10 Juni 2002)) Hidup dan beribadah dengan layakHidup dan beribadah dengan layak. Bertolak dari nasihat Paulus kepada Timotius dan jemaat dalam melakukan tugas menaikkan permohonan, doa syafaat, dan ucapan syukur (ayat 1), Paulus kini membahas masalah sikap yang pantas dalam ibadah, terutama bagi kaum laki-laki dan perempuan. Semuanya harus dilakukan dengan cara yang tidak mencemarkan kesaksian jemaat. Ada banyak perdebatan mengenai bagaimana menafsirkan ayat-ayat yang membahas kaum perempuan. Untuk itu, ada satu hal penting yang perlu diperhatikan, 1Tim. 2:8-15 paling baik ditafsirkan sebagai bagian yang ditujukan kepada kondisi khusus yang dialami pada waktu itu oleh jemaat Efesus, dan Timotius sebagai gembala jemaat. Para pengajar sesat (lih. ps. 1) rupanya memanfaatkan ketidaktahuan para jemaat perempuan di Efesus. Akibat pengajaran mereka, tindakan para perempuan ini menjadi batu sandungan bagi lingkungan sekitar (ayat 9-10), dan menimbulkan masalah di dalam jemaat (ayat 11-12). Situasi ini menuntut Paulus bertindak. Para laki-laki dituntut untuk hidup dalam kasih persaudaraan (ayat 8). Amarah dan perselisihan akan menjadi batu sandungan, dan mencemarkan doa mereka (menadahkan tangan adalah sikap doa yang lazim pada masa itu). Bagi kaum perempuan, mengingat peliknya situasi, Paulus menegaskan beberapa hal. Pertama, perempuan hendaknya berdandan dengan pantas. Ayat ini tidak bermaksud untuk melarang kaum perempuan untuk mengenakan perhiasan apa pun. Yang perlu diperhatikan adalah, bahwa rincian hiasan di ay. 9, waktu itu di Efesus, biasa mencirikan para pelacur. Kedua, mengingat apa yang telah terjadi, para perempuan diwajibkan untuk belajar kembali dengan patuh (ayat 11). Juga tidak lagi mengajar, apalagi memaksa untuk mengambil alih otoritas pengajaran karena merasa diri benar (ayat 11-12). Renungkan: Ibadah dan kehidupan jemaat tidak boleh seperti kelas yang bising karena para murid menyanyi dan beraktivitas sesuka hatinya. Tiap-tiap pribadi dalam jemaat haruslah hidup dan beribadah dengan cara yang layak dan bertanggung jawab di hadapan Tuhan dan sesama, sehingga menjadi paduan orkes yang harmonis, indah, dan menarik hati orang yang mendengarkannya. |
(0.1229586025641) | (Tit 3:12) |
(sh: Dukungan khusus bagi orang yang dikhususkan (Senin, 1 Oktober 2001)) Dukungan khusus bagi orang yang dikhususkanDukungan khusus bagi orang yang dikhususkan. Minggu yang lampau tatkala membuka kotak surat, saya menemukan sepucuk surat yang dikirim oleh seorang pendeta dari daerah asal saya. Inti surat itu mengharapkan agar saya mencarikan sponsor untuk seorang hamba Tuhan yang mendapat dukungan keuangan terlalu kecil. Saya lalu teringat ketika masih menjadi pengurus badan misi di sebuah gereja, kami juga sering sekali menerima surat dengan inti yang sama. Memang cukup memprihatinkan bahwa ternyata masih terdapat begitu banyak hamba Tuhan yang hidup di bawah garis kemiskinan. Yang menjadi persoalan adalah para hamba Tuhan tidak mungkin mengutarakan kekurangannya kepada jemaat yang dilayani, jika ia tidak mau dikatakan tidak bisa menderita. Persoalan lain yaitu bahwa sebagian jemaat tradisional tidak mengizinkan hamba Tuhan mereka mencari nafkah di luar pelayanannya. Dalam suasana seperti ini tentu saja hamba Tuhan tidak akan berfungsi dengan efektif. Sangat menarik bahwa Paulus mengingatkan Titus agar membina jemaat di Kreta mendukung secara finansial untuk Zenas dan Apolos (ayat 13), agar mereka tidak kekurangan sesuatu apa pun. Jemaat Kreta adalah jemaat yang baru, mereka harus belajar untuk memberikan dukungan bagi pekerjaan Kerajaan Allah. Dengan cara seperti itu kehidupan jemaat ini akan berbuah (ayat 14). Sebetulnya tugas Pemberitaan Kabar Baik (PKB) adalah kewajiban setiap orang percaya. Akan tetapi Tuhan juga memanggil orang-orang khusus yang dikhususkan untuk tugas khusus, yaitu pemberita Injil dan gembala atau pendeta. Pendeta dan penginjil adalah tenaga khusus yang dipanggil untuk melaksanakan tugas-tugas yang tidak dapat dilakukan oleh jemaat. Agar tugas para tenaga khusus ini dapat berjalan dengan lancar, artinya agar tidak melayani sambil menahan lapar atau dibebani oleh masalah-masalah kehidupan sehari-harinya, maka jemaat Tuhan harus belajar (ayat 14) bagaimana memberikan dukungan kepada mereka dengan layak. Dengan demikian tugas dan pekerjaan Kerajaan Allah berjalan dengan lancar. Renungkan: Dukungan finansial terhadap hamba Tuhan juga berarti dukungan terhadap pekerjaan Kerajaan Allah. Sudahkah Anda terlibat di dalamnya? Sudah layakkah kehidupan hamba Tuhan di gereja Anda? PENGANTAR KITAB MAZMUR 56-81 ============================ Mazmur 56-57: Daud tetap percaya kepada Allah walau musuh menghadang karena kasih dan setia-Nya telah teruji. Mazmur 58: Permohonan kepada Allah agar Ia mau menindak para hakim yang tidak adil. Mazmur 59: Pujian tentang kepercayaan kepada kasih setia Allah yang tidak tergoyahkan. Mazmur 60: Permohonan kepada Allah agar Ia mau menolong dalam peperangan. Mazmur 61: Ratapan karena kelemahang pemazmur sehingga ia mencari kekuatan dari Allah. Mazmur 62: Pujian kepada Allah karena di dalam-Nya Daud menemukan ketenangan. Mazmur 63: Kerinduan Daud kepada Allah yang terpuaskan karena pujian yang ia naikkan kepada-Nya. Mazmur 64: Permohonan perlindungan kepada Allah. Mazmur 65: Pujian karena berkat Allah pada masa panen. Mazmur 66: Pujian ucapan syukur umat Allah. Mazmur 67: Pujian yang dilanjutkan dengan kerinduan agar umat Allah tetap memuji-Nya dan anugerah Allah melimpahi umat-Nya. Mazmur 68: Perayaan kekuatan dan kebaikan Allah yang nyata dalam sejarah kehidupan bangsa Israel. Mazmur 69-70: Permohonan agar Allah mau melepaskan pemazmur dari musuh-musuh dan kesesakannya. Mazmur 71: Kesaksian para orang-tua bersama Allah. Mazmur 72: Pujian untuk mengagungkan sang Mesias. Mazmur 73: Pertanyaan karena kemakmuran orang fasik. Mazmur 74: Permohonan umat Allah dalam bencana. Mazmur 75: Perayaan kemenangan Allah. Mazmur 76: Pujian akan kekuatan Allah. Mazmur 77: Ketenangan dan kelegaan karena mengenang perbuatan Allah di masa lampau. Mazmur 78: Pelajaran dari generasi sebelumnya. Mazmur 79-80: Permohonan agar Allah melakukan pembaharuan. Mazmur 81: Mazmur yang berhubungan erat dengan hari Raya Pondok Daun (Im. 23:33-43; Bil. 16:13-15). |
(0.1229586025641) | (Ibr 13:20) |
(sh: Maha Karya Kristus (Sabtu, 13 Mei 2000)) Maha Karya KristusMaha Karya Kristus. Penutupan surat Ibrani ini mengandung makna yang indah dan dalam tentang iman dan kehidupan kristen. Di dalamnya, penulis mengingatkan kita sekali lagi apa yang sudah dilakukan oleh komitmen Allah untuk kekudusan kita. Jika kita harus dikuduskan maka kita membutuhkan Seorang Gembala Agung yang sudah bangkit dari kematian, untuk menuntun langkah kita di jalan kebenaran. Dengan demikian kita dapat yakin sepenuhnya bahwa melalui-Nya, Allah akan memenuhi setiap janji yang pernah diucapkan. Penulis juga berpesan kepada jemaat bahwa Timotius 'saudara kita' akan datang. Menarik sekali untuk disimak perkataan 'Timotius saudara kita'. Timotius sudah menjadi seorang saudara bagi jemaat Ibrani dan penulis surat. Tidak perlu diragukan lagi, mereka sudah memperlakukan pelayanan Timotius sebagai pelayanan mereka sendiri. Mereka tentunya berdoa senantiasa untuknya. Kedatangannya merupakan sumber kesukacitaan mereka. Ini semua membuktikan bahwa iman yang benar di dalam Kristus memperluas wawasan Kristen. Iman yang benar akan mengangkat Kristen keluar dari perhatiannya terhadap masalah yang sempit, pribadi, dan egois atau keluar dari masalah nasional sekalipun. Iman yang benar akan membawa Kristen memperhatikan masalah internasional yang berhubungan dengan pelayanan Kristus dan para pekerja-Nya di seluruh dunia. Pada akhirnya semua ini akan memampukan kita untuk melihat bagian-bagian yang tak dapat dipisahkan dari 'perusahaan raksasa-Nya'. Tidak hanya itu, iman yang benar akan memimpin Kristen kepada suatu realita yang sangat mengagumkan dari keluarga Allah (24). Sebab selain mungkin terjadinya percekcokan dalam keluarga itu, Kristen akan mengalami dan merasakan kasih yang nyata lahir dari Roh Allah yang akan mempersatukan Kristen di dalam Kristus - Kristen di seluruh dunia dan Kristen di sepanjang segala abad. Renungkan: Karya keselamatan Kristus adalah sebuah Maha Karya. Karena Maha Karya ini tidak hanya menebus dan menguduskan individu namun juga mempersatukan seluruh umat tebusan-Nya. Tidak hanya mereka yang berasal dari satu bangsa atau satu generasi, tetapi dari berbagai bangsa dan sepanjang zaman. Maha Karya itu mampu menembus ras, ruang, dan waktu. |
(0.1229586025641) | (Yud 1:5) |
(sh: Awas, banyak penyesat! (Selasa, 11 Desember 2001)) Awas, banyak penyesat!Awas, banyak penyesat! Di dalam bagian ini, Yudas memberikan peringatan kepada pembacanya agar bersikap kritis dalam menghadapi para penyesat yang ada bersama-sama dengan mereka di dalam satu lingkungan. Yudas membeberkan beberapa contoh pemberontakan yang secara gamblang dan pasti mendatangkan hukuman. Ia mulai dengan sejarah ketidaktaatan bangsa Israel (ayat 5), malaikat yang tidak taat (ayat 6), dan dosa penyimpangan penduduk Sodom dan Gomora (ayat 7). Yudas juga mempertajam tulisannya dengan menyebutkan tingkah laku para penyesat yang cepat menghujat semua yang mulia di surga (ayat 8-9), dan bertindak seperti Kain: sang pembunuh saudara, atau seperti Bileam: si pengajar bangsa Israel untuk berbuat dosa. Para penyesat ini ibarat gembala palsu yang tidak mempunyai rasa tanggung jawab kepada orang lain, kecuali bagi dirinya sendiri. Pangkal perbandingan dalam ayat 12b adalah jelas karena awan-awan dan pohon-pohon memang menjanjikan suatu hasil, namun kenyataannya gagal sama sekali. Sama seperti bangsa Israel, sekalipun telah menerima hak istimewa, mereka tetap dapat jatuh ke dalam malapetaka. Kita juga tidak dapat memandang diri kita sudah aman, oleh sebab itu kita perlu selalu berada di dalam kewaspadaan terhadap hal-hal yang keliru. Untuk mengantisipasi kondisi ini maka kita harus mengingat bahwa demikian juga mereka yang mengacaukan gereja tidak pernah memandang diri mereka sebagai musuh-musuh gereja dan kekristenan, melainkan menganggap diri mereka sebagai pemikir-pemikir yang sudah lebih maju atau suatu golongan yang berada di atas orang Kristen biasa. Kelompok ini sering dikenal sebagai kelompok elite rohani palsu. Kita perlu mewaspadai mereka dengan sungguh-sungguh. Renungkan: Para penyesat yang sedang melancarkan propaganda ajarannya tidak pernah memasang plang atau spanduk yang bertuliskan bahwa mereka adalah penyesat. Kitalah yang harus selalu memperingatkan diri sendiri dan saudara seiman agar tidak tertipu oleh para penyesat yang berada dekat dengan jemaat. Alih-alih mereka yang mempengaruhi kita, kitalah yang seharusnya mempengaruhi mereka. |
(0.10539308974359) | (1Kor 3:1) |
(full: TIDAK DAPAT BERBICARA DENGAN KAMU SEPERTI DENGAN MANUSIA ROHANI.
) Nas : 1Kor 3:1 Satu persoalan besar dari jemaat di Korintus adalah usahanya untuk mengalami berkat Allah sementara tetap menolak untuk memisahkan dirinya dari cara-cara dunia yang jahat (lihat art. HUBUNGAN ORANG KRISTEN DENGAN DUNIA).
|
(0.10539308974359) | (2Tim 4:3) |
(full: ORANG TIDAK DAPAT LAGI MENERIMA AJARAN SEHAT.
) Nas : 2Tim 4:3-4 Sepanjang sejarah gereja selalu ada orang yang tidak mau mengasihi ajaran sehat, namun ketika akhir zaman makin dekat, keadaan akan makin parah (bd. 2Tim 3:1-5; 1Tim 4:1).
|
(0.10539308974359) | (Mzm 80:1) |
(sh: Buatlah wajah-Mu bersinar, maka kami akan selamat (Selasa, 30 Oktober 2001)) Buatlah wajah-Mu bersinar, maka kami akan selamatBuatlah wajah-Mu bersinar, maka kami akan selamat. Pernahkah Anda menitikkan air mata penyesalan ketika melihat kondisi hidup Anda yang sudah sedemikian berubah, rusak, dan hancur karena kesalahan-kesalahan Anda? Pada masa-masa seperti ini adakalanya sulit bagi kita untuk dapat melihat adanya pengharapan yang bersinar di balik selubung kegelapan itu. Hal seperti inilah yang terjadi pada bangsa Israel ketika mereka menyadari bahwa nyala murka Allah sedang berkobar atas mereka (ayat 5). Israel menyadari bahwa Allah telah memungut, membela, menanam, menyediakan tempat dan membuat mereka bertumbuh menjadi besar. Namun karena dosa-dosa dan ketidaktaatan mereka, maka Allah menjungkirbalikkan keadaan mereka dalam nyala murka-Nya (ayat 5), sehingga keadaan mereka seperti kebun anggur yang runtuh temboknya (ayat 13-14). Di tengah situasi yang pilu dan terjungkirbalik, pemazmur mengajak Israel untuk menyadari keadaan mereka, kembali berharap kepada Allah dan mengungkapkan janji setia kepada-Nya (ayat 19). Pemazmur mengajak Israel untuk melihat bahwa walaupun Israel memakan roti cucuran air mata dan meminum air mata yang berlimpah-limpah (ayat 6), namun mereka tetaplah memiliki Allah yang sama. Sekalipun mereka telah menjadi bahan olokan dan sasaran kejahatan (ayat 7, 13b, 14), namun Allah tetaplah berperan sebagai Gembala Israel. Dialah yang akan menggiring dan memulihkan Israel (ayat 2). Di balik penghukuman yang dilaksanakan-Nya terdapat pengharapan akan pemulihan dan penyelamatan yang memungkinkan Israel berseru momohon agar Tuhan berbalik kepada mereka, memandang, melihat dan mengindahkan keadaan mereka (ayat 15-16). Pengharapan akan pemulihan dan penyelamatan ini memiliki intensitas yang semakin memuncak, sebagaimana ditekankan dalam refrein lagunya: "Ya Allah (ayat 4); Ya Allah semesta alam (ayat 8); Ya Tuhan, Allah semesta alam, pulihkanlah kami, buatlah wajah- Mu bersinar, maka kami akan selamat (ayat 20)." Renungkan: Rintihan pilu pemazmur merupakan ratapan pertobatan, yang bukan hanya penyesalan, melainkan juga pengharapan akan pemulihan yang sedang Tuhan kerjakan, janji untuk setia kepada jalan Tuhan, dan tekad untuk bersaksi demi Nama-Nya. Sudahkah Anda menghidupi pertobatan dalam mazmur ini? |
(0.10539308974359) | (Mzm 95:1) |
(sh: Umat Allah perlu mendengar (Rabu, 10 April 2002)) Umat Allah perlu mendengarUmat Allah perlu mendengar. Banyak ahli PL menyebut mazmur sebagai seruan kenabian atau
merupakan liturgi tentang hukuman Allah. Mazmur ini mengundang
umat untuk memuji Allah (ayat 1-2,6), disertai alasannya (ayat Bukan saja kekuatan jahat yang berontak melawan Allah (ps. 34), tetapi juga umat Allah mengeraskan hati berontak melawan Allah. Allah tak memaksa umat-Nya untuk taat kepada-Nya, tetapi menginginkan agar umat-Nya dengan sadar dan sukacita menaati Dia. Tindakan penyelamatan Allah atas umat-Nya (ayat 1b) dan fakta bahwa Allah adalah Raja atas segala allah (ayat 3) seharusnya mereka sambut dengan sikap memuji Allah dan taat kepada Allah. Puji-pujian bukan saja sikap yang tepat kepada Allah, tetapi juga memberi suasana menentukan bagi ketaatan umat. Puji-pujian yang layak ditujukan kepada Allah adalah pujian dengan sorak-sorai besar (ayat 1), menunjukkan luapan kesukaan dan kebebasan yang mengungkapkan kesukaan tersebut. Dengan demikian, ketaatan yang mengiringi pujian sedemikian adalah ketaatan dalam sikap sukacita, bukan terpaksa. Ketaatan juga adalah ungkapan penyembahan yang sepadan dengan sikap tubuh ketika kita bertelut di hadapan Allah (ayat 6-7b), yang sepatutnya diterima Allah yang adalah Raja atas segala kekuatan kosmis yang oleh bangsa-bangsa sekitar Israel sering disembah sebagai dewa-dewa (ayat 3-5).
Apa tanda yang paling pas untuk mengenali siapa domba yang adalah
milik Allah? Dalam Mazmur ini, tanda tersebut adalah sikap
dengar-dengaran kepada Allah sang Raja Gembala (bdk. Renungkan: Sikap memuji dan dengar-dengaran terhadap Allah adalah tanda terjelas kemilikan Allah atas kita. |
(0.10539308974359) | (Mzm 100:1) |
(sh: Alasan dan sifat pujian kepada Tuhan (Senin, 15 April 2002)) Alasan dan sifat pujian kepada TuhanAlasan dan sifat pujian kepada Tuhan. Adakalanya pujian dalam ibadah telah mengalami pengurangan makna sehingga hanya menjadi suatu hiburan rohani yang bertujuan untuk memuaskan ataupun melegakan hati. Pujian seperti ini tidak membangkitkan di dalam kita pemahaman dan kesadaran tentang sifat serta alasan untuk memuji. Ini sungguh berbeda dengan Mazmur 100. Seperti mazmur-mazmur lainnya, pujian orang beriman dimaksudkan untuk memuliakan Allah sambil mengacu pada sifat-sifat dan karya- karya Allah. Pujian tidak pernah boleh berorientasi pada faedah yang ingin diperoleh pihak yang memuji Allah. Meski tidak secara nyata sinambung dengan mazmur penobatan, tema tertentu dalam mazmur penobatan masih bergema. Tema itu adalah seruan ke seluruh bumi untuk beribadah dengan meriah kepada Tuhan (ayat 1-2). Alasan yang melandasi seruan tersebut adalah bahwa Allah yang memerintah segenap alam semesta ini layak menerima puji sembah seisi semesta. Lebih dari itu, Allah layak menerima penyembahan dari semua manusia yang telah diciptakan-Nya dan dijadikan-Nya umat gembalaan-Nya. Kata “ibadah” dalam arti harfiah bahasa aslinya lebih luas dari sekadar kegiatan ibadah di rumah Allah. Kata ini dipakai pada zaman itu untuk mengungkapkan sikap mengorientasikan hidup sepenuhnya kepada seorang raja, entah manusia atau Allah. Jadi, konsep ibadah yang dimaksud adalah pengabdian total atas dasar kemilikan total Allah atas umat-Nya. Seluruh segi hidup yang taat dan mengasihi Allah menyatakan pemerintahan Allah. Pokok penting tersebut menjadi lebih jelas di dalam penggunaan kata ganti orang dalam ayat 3: “… Dia, dia, kita, -Nya, -Nya.” Struktur sedemikian menegaskan bahwa pertanyaan tentang jati diri kita harus mulai dari dan berakhir pada Allah. Bagi umat Allah Perjanjian Lama, hal Allah menjadikan mereka dalam penciptaan dan menjadikan mereka menjadi umat dalam Keluaran adalah dua hal yang saling terkait yang mensahkan kemilikan Allah dan keumatan mereka. Alasan lain mengapa umat patut beribadah adalah karena “Tuhan itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun temurun” (ayat 5). Renungkan: Sadarilah bahwa Allah adalah Gembala baik bagi kita umat-Nya dan atas seluruh alam semesta ini. |
(0.10539308974359) | (Yer 22:10) |
(sh: Bukti pengenalan akan Allah (Rabu, 4 Oktober 2000)) Bukti pengenalan akan AllahBukti pengenalan akan Allah. Allah membandingkan kehidupan saleh raja Yosia dan anaknya Yoyakim. Yosia melakukan keadilan dan kebenaran serta memperhatikan rakyat miskin (16). Apa yang dilakukan oleh Yoyakim (13-14, 16)? Ia mengambil keuntungan atas penderitaan orang lain. Para buruh dan pekerjanya tidak diperlakukan sesuai dengan hukum kasih dan keadilan. Ia membangun istana di atas penderitaan rakyat. Fokus utama dalam kehidupannya adalah mengejar keuntungan bagi diri sendiri. Kehidupan Yosia adalah contoh kehidupan seorang yang mengenal Allah, sedangkan kehidupan Yoyakim adalah contoh kehidupan seorang yang tidak mengenal Allah. Di dalam Perjanjian Lama kata 'mengenal' merupakan terjemahan dari kata ibrani 'yada' yang berarti mendapatkan pengetahuan kemudian mengembangkan pemahaman berdasarkan pengetahuan itu dan akhirnya meresponinya sesuai dengan kehendak-Nya. Kehidupan Yoyakim tidak memperlihatkan bahwa ia mengenal Allah. Ia tidak menjalankan keadilan dan tidak menjalankan apa yang menjadi tanggung jawabnya sebagai gembala bagi rakyatnya dengan baik. Karena itu sama seperti Salum (10-12) yang menuai apa yang telah ia tabur dalam hidupnya, Yoyakim pun demikian. Pada akhir hidupnya ia mengalami kematian yang sangat mengerikan dan dalam kehinaan yang luar biasa (18-19). Sebab sesungguhnya kematian seorang raja merupakan hari perkabungan nasional dimana seluruh rakyat akan meratapi dan menangisinya. Namun Yoyakim tidak akan mengalami itu semua justru sebaliknya. Renungkan: Pengenalan kita kepada Allah tidak cukup dibuktikan hanya dengan berbagai aktivitas rohani yang kita lakukan seperti membaca Alkitab, berdoa, beribadah ke gereja, atau memberikan persembahan. Gaya hidup kita merupakan bukti yang paling konkrit dan tidak dapat disangkal dari pengenalan kita akan Allah. Jika kita menutup mata dan telinga terhadap teriakan bawahan atau karyawan kita yang sudah tidak dapat membiayai kehidupannya dengan gaji yang kita berikan, jika kita terus mengejar kemewahan hidup dan fasilitas di tengah-tengah masyarakat yang berjuang untuk sepiring nasi, jika kita masih menuntut pengorbanan para rakyat kecil agar usaha kita tetap dapat berkembang, dlsb., dapatkah kita mengatakan bahwa aku mengenal Allah? Ingatlah, kita akan menuai apa yang kita tabur kelak. |
(0.10539308974359) | (Mi 2:1) |
(sh: Allah tak pernah gagal (Kamis, 14 Desember 2000)) Allah tak pernah gagalAllah tak pernah gagal. Mikha memaparkan secara rinci dosa umat Allah. Penyerobotan tanah dan perampasan hak dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai kekayaan dan kekuasaan terhadap rakyat miskin (1-3). Pada masa itu tanah pertanian adalah sumber utama penghidupan. Perampasan tanah berarti penyebab kemiskinan dalam masyarakat. Penindasan, penjarahan, pelecehan kaum wanita, dan penghancuran keluarga dilakukan secara sistematis oleh mereka (8-9). Tidak hanya itu, kekayaan mereka ternyata juga dapat membeli khotbah dan nubuat (6- 7, 11). Kehidupan agama mereka penuh dengan kepalsuan. Para nabi palsu berkhotbah hanya demi materi sehingga masyarakat hanya dijejali dengan pengajaran yang kosong. Seluruh tatanan sosial, moral, dan spiritual umat Allah sudah hancur. Allah tidak tinggal diam. Ia telah merancang penghukuman bagi mereka ketika mereka merancang kejahatan (3). Penghukuman itu pasti dan serius sehingga Mikha memulai penyampaian penghukuman Allah dengan ungkapan `celakalah' - sebuah ratapan khusus dalam upacara penguburan. Ini menandakan bahwa masa depan mereka gelap. Ladang- ladang hasil jarahan dan warisan mereka akan musnah (4). Identitas mereka sebagai umat Allah juga sirna (5). Begitu dahsyatnya penghukuman hingga yang menyaksikan ikut meratap (4). Apakah ini berarti keberadaan umat Allah di dunia akan sirna? Tidak! Pengharapan untuk pembaharuan umat Allah telah Ia siapkan. Sorak kemenangan akan mengganti ratapan. Gembala yang agung akan mengumpulkan sisa orang Israel dan memimpin mereka masuk ke kerajaan-Nya (12-13). Peristiwa ini tidak menunjuk kepada pulangnya bangsa Israel dari pembuangan melainkan lahirnya Mesias, sehingga umat manusia yang percaya kepada-Nya akan menembus realita dunia dan memanifestasikan dirinya sebagai umat Allah yang hidup. Renungkan: Dengan hancur dan tercerai-berainya Israel, dosa tampaknya beroleh kemenangan mutlak. Perealisasian tujuan Allah bagi dunia dan umat manusia melalui bangsa Israel tampaknya akan gagal. Namun Allah adalah Allah yang berdaulat. Ia tidak pernah gagal. Dosa dan Iblis tidak mungkin mengalahkan-Nya. Komunitas Allah yang berpusat pada Yesus Kristus sudah lahir di dunia. Tujuan Allah bagi dunia dan seluruh umat manusia semakin terealisasi secara sempurna. |
(0.10539308974359) | (Mat 25:31) |
(sh: Memberi 'saudara Yesus', memberi kepada Yesus (Rabu, 4 April 2001)) Memberi 'saudara Yesus', memberi kepada YesusMemberi 'saudara Yesus', memberi kepada Yesus. Memberikan perhatian, pertolongan, atau harta kepada saudara Tuhan Yesus yang hina, miskin, dan perlu pertolongan menyebabkan seseorang dapat masuk dalam kerajaan Allah. Penghargaan dan hak masuk ke dalam kemuliaan diberikan Raja kepada mereka yang melakukan perbuatan baik, bukan karena motivasi untuk mendapatkan pahala. Bahkan mereka melakukan semua itu karena kasih tanpa pamrih. Mereka melakukan kepada orang-orang yang paling hina tanpa memikirkan untuk keuntungan atau kemuliaan diri. Akan tetapi mereka rela berkorban, rela berbagi harta, terbuka melihat kesulitan dan kekurangan orang lain, dan tidak berpusat pada kebutuhan sendiri tetapi peka terhadap kebutuhan yang lain. Hati dan sikap ini jelas tidak akan dimiliki mereka yang tidak mempunyai kasih Allah. Suatu hari kelak bila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya, Ia akan datang sebagai Raja yang adil. Ia akan memisahkan bangsa-bangsa menjadi dua golongan seperti gembala yang memisahkan domba dan kambing. Domba diberi hak masuk ke dalam kemuliaan Sang Raja sedang kambing dimasukkan ke dalam siksaan kekal. Raja yang adil memperhatikan pola dan gaya hidup para murid-Nya selama di bumi ini. Apa yang dilakukan oleh murid-murid-Nya, sekalipun tidak menjadi motivasi murid-murid untuk mendapatkan pahala, ternyata dihargai dan Raja memberikan kemuliaan dan hidup kekal kepada mereka. Penggambaran tentang apa yang akan terjadi kelak di hadapan takhta kemuliaan Raja hendaknya menjadi pelajaran yang perlu kita camkan dan lakukan. Perhatian, bantuan, pemberian tidak kita arahkan kepada orang yang dapat membalas kebaikan kita; justru kepada yang paling hina, kepada yang tidak dapat membalas, kepada yang paling membutuhkan. Itu pun kita lakukan bukan untuk menumpuk pahala dalam Kerajaan Allah tetapi dalam ketulusan, kerendahan hati, dan tidak bermotivasi keuntungan atau kemuliaan diri. Renungkan: Berdasar firman Tuhan hari ini marilah kita memeriksa diri, motivasi apakah yang mendorong kita berbuat baik kepada sesama. Kepada siapakah kita biasanya memberikan bantuan dan pertolongan, yang bisa membalas kebaikan kita ataukah kepada yang paling membutuhkan pertolongan tanpa dapat membalas jasa. |